wijayalabs.files.wordpress.com · web viewpengajaran langsung berasaskan teori behaviorisme dan...
TRANSCRIPT
Nama : Hartati, S.pd
Asal TK : Tk Pertiwi IV
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan proses belajar mengajar yang dapat menghasilkan perubahan
tingkah laku. Segera setelah dilahirkan mulai terjadi proses belajar pada diri anak dan hasil
yang diperoleh adalah kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan dan pemenuhan
kebutuhan.
Pendidikan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan
di sekolah atau luar sekolah. Jalur pendidikan sekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan
di sekolah melalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan, jalur
pendidikan terdiri atas: pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Selain
jenjang tersebut, dapat juga diselenggarakan pendidikan anak usia dini yang diselenggarakan
sebelum jenjang pendidikan dasar.
Taman kanak-kanak atau TK didirikan sebagai usaha mengembangkan seluruh segi
kepribadian anak didik dalam rangka menjembatani pendidikan keluarga ke pendidikan sekolah.
Ruang lingkup program kegiatan belajarnya meliputi; penbentukan prilaku memalui pembiasaan
dalam pengembangan moral pancasila, agama, kedisiplinan, sosial emosional, dan
kemampuan bermasyarakat, serta pengembangan kemampuan dasar melalui kegiatan yang
dipersiapkan guru meliputi pengembangan kemampuan berbahasa, daya pikir, daya cipta,
keterampilan dan jasmani. Sedangkan program kegiatan di TK berorientasi pada pembentukan
prilaku melalui pembiasaan dan pengembangan kemampuan dasar yang terdapat pada diri
anak didik sesuai tahap perkembangannya.
Anak usia dini dalam beragam usia merupakan pribadi unik yang mampu menarik
perhatian orang dewasa. Bahkan tingkah polah mereka mampu membuat para orang tua
terhibur karenanya. Dalam kehidupan sehari-hari berbagai tingkat usia anak dapat kita amati.
Ada yang baru lahir, ada yang batita (Toodler), ada balita, sampai dengan yang berusia sekolah
dasar.
Para ahli mengatakan, anak yang terlalu dipompa pengetahuan nya oleh orang tua
seringkali menjadi kurang kreatif dan takut salah. Selain itu bila setiap hari anak hanya belajar
dalam suatu rutinitas dan dalam ruangan kelas akan membuat anak menjadi jenuh, anak akan
kehilangan gairah untuk bereksplorasi dan berkreativitas.
Pada prinsipnya, bahan pelajaran dapat disajikan secara menarik sebagai upaya
menumbuhkan motivasi belajar anak didik. Motivasi berhubungan erat dengan emosi, minat dan
kebutuhan anak didik. Motivasi intrinsik yang berarti dorongan rasa ingin tau, keinginan
mencoba, dan sikap mandiri anak didik dapat dijadikan
landasan bagi pendidik untuk menentukan pola motivasi ekstrinsik. sehingga tujuan
pembelajaran efektif. Dengan demikian, dibutuhkan keterlibatan intelek-emosional anak didik
dalam proses interaksi edukatif. Guru diharapkan mampu mengelola motivasi dengan
menerapkan aktifitas anak didik, yaitu belajar sambil melakukan (learning by doing).
Kegiatan belajar mengajar tidak semestinya selalu dilakukan di dalam kelas, karena hal
itu akan membuat peserta didik merasa jenuh dan bosan. Sesekali mereka diajak keluar kelas
untuk meninjau hal-hal di sekeliling mereka yang berhubungan dengan materi yang akan
dipelajari. Dalam hal ini merupakan penerapan dari metode field trip atau karya wisata yaitu
merupakan perjalanan atau pesiar yang dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh
pengalaman belajar, terutama pengalaman secara langsung dan merupakan bagian integral
dari kurikulum sekolah.
Berdasarkan pengamatan terhadap permasalahan yang terjadi di TK Pertiwi IV Pondok
labu, bahwa anak didik sering kali kehilangan semangat belajarnya kesekolah, merasa jenuh
selalu belajar didalam kelas, kurangnya semangat bereksplorasi dan berkreativitas. Hal ini
dapat dilihat dari kurangnya prestasi anak dalam berbagai lomba, kurang percaya diri dan
kurang keberanian untuk mencoba,takut salah, takut malu dan lain sebagainya.
B. Tujuan
Tujuan Perbaikan pengembangan ini adalah untuk meningkatkan kreativitas anak usia
5-6 tahun melalui kegiatan Field trip di TK Pertiwi IV
C. Kegunaan
Perbaikan yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
semua pihak, terutama untuk:
1. Kepala Sekolah
a. Sebagai bahan kajian bagi kepala sekolah lebih lanjut dalam penyusunan
program dimasa mendatang, khususnya untuk pendidikan anak usia dini.
b. Memperdalam wawasan keilmuan dan memberikan gambaran yang jelas dalam
memilih metode pembelajaran yang menarik dan menyenangkan.
2. Guru
a. Guru lebih kreatif menciptakan berbagai kegiatan dengan media bervariasi dan
tidak membosankan bagi anak.
b. Dengan adanya guru mempunyai pengalaman melaksanakan Field trip yang
semakin bertambah, apabila ada guru yang terpaksa berhalangan, guru lain
tidak mengalami kesulitan untuk menggantikan.
c. Mengenalkan pembelajaran langsung kesumber ilmu akan membuat pelajaran
menjadi menarik selanjutnya.
d. Guru dapat mengelola kegiatan pengembangan dengan optimal.
2. Anak Didik
a. Terjadinya peningkatan kemauan anak untuk belajar.
b. Timbulnya rasa gembira dan antusias anak-anak pada setiap kali melaksanakan
kegiatan dan sesudahnya.
c. Melatih anak dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.
d. Meningkatkan kemampuan kreativitas dalam bertanya, bersikap dan mempunyai
pengalaman bermakna.
3. Sekolah
a. Dapat menyempurnakan proses belajar dan mengajar terutama kegiatan field
trip di TK Pertiwi IV Pondok labu.
b. Teratasi kendala kurangnya semangat belajar anak karena kejenuhan selalu
belajar didalam kelas, sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.
c. Meningkatkan keprofesionalan guru.
d. Meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
4. Orang Tua
a. Memberi kesempatan pada anak untuk memecahkan masalahnya sendiri agar
kemampuan kreatifitas meningkat
b. Memahami kebutuhan anak dan memfasilitasi kegiatan anak dalam rangka
meningkatkan kemampuan kreativitas dan meningkatkan pengalaman yang
bermakna.
D. Strategi pemecahan masalah
Pemecahan Strategi masalah dalam penelitian ini menggunakan teknik yang umumnya
digunakan yaitu
1. Observasi
Meneliti atau mempelajari suatu objek melalui observasi merupakan tahapan yang
paling penting dalam keseluruhan proses belajar selama suatu fildtirp dilakukan.
Sesungguhnya teknik observasi merupakan cara pemahaman yang paling alamiah
wajar, dalam usaha memperoleh informasi mengenai obyek-obyek dan kejadian-
kejadian kehidupan yang riil
2. Wawancara
Dalam mengamati suatu obyek, sering tidak cukup memmberikan kejelasan yang
memuaskan si pengamat. Hal itu mungkin saja timbul karena memang tidak memahami
apa yang sedang diamati atau karena penjelasan yang diberikan tidak cukup
menjelaskan obyeknya. Ketidak jelasan mengenai apa yang sedang diterangkan
mungkin disebabkan karena obyeknya terlalu asing .untuk memperoleh kejelasan yang
dalam bagian-bagian tertentu, kiranya teknik wawancara.
3. Diskusi
Merupakan penyempurna dari penggunaan teknik pengumpulan data berupa observasi
dan wawancara. Melalui diskusi yang dapat dilakukan ditempat obyek atau disuatu
ruangan yang telah diatur ditempat obyek, guru, murid-murid, dan para ahli yang
berasal dari obyek yang sedang dikunjungi dapat membuka suatu diskusi guna
mematangkan,memperjelas segala sesuatu yang telah diamati murid-murid selama
fildtrip dilakukan.
BAB IIPEMBAHASAN
A. Alasan Pemilihan judul
1. Karateristik umum anak usia dini
Anak usia dini dalam beragam usia merupakan pribadi unik yang mampu menarik
perhatian orang dewasa. Bahkan tingkah polah mereka mampu membuat para orang tua
terhibur karenanya. Dalam kehidupan sehari-hari berbagai tingkat usia anak dapat kita amati.
Ada yang baru lahir, ada yang batita (Toodler), ada balita, sampai dengan yang berusia sekolah
dasar.
Anak usia dini menurut NAEYC (National Association for The Education of Young
Children) adalah anak yang berada pada rentang usia 0 – 8 tahun, yang tercakup dalam
program pendidikan di Taman Penitipan Anak, penitipan anak pada keluarga, pendidikan
prasekolah baik itu swasta ataupun negeri, TK, dan SD.
Untuk karakteristik anak usia dini bisa dilihat di bawah ini :
1. Memiliki rasa ingin tahu yang besar.
Anak usia dini sangat ingin tahu tentang dunia sekitarnya. Pada masa bayi rasa inign tahu
ini ditunjukkan dengan meraih benda yang ada dalam jangkauannya kemudian
memasukkannya ke mulutnya. Pada usia 3 - 4 tahun anak sering membongkar pasang
segala sesuatu untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Anak juga mula gemar bertanya
meski dalam bahasa yang masih sangat sederhana.
2. Merupakan pribadi yang unik.
Meskipun banyak kesamaan dalam pola umum perkembangan anak usia dini, setiap anak
memiliki kekhasan tersendiri dalam hal bakat, minat, gaya belajar, dan sebagainya.
Keunikan ini berasal dari faktor genetis dan juga lingkungan. Untuk itu pendidik perlu
menerapkan pendekatan individual dalam menangani anak usia dini.
3. Suka berfantasi dan berimajinasi.
Fantasi adalah kemampuan membentuk tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan
yang sudah ada. Imajinasi adalah kemampuan anak untuk menciptakan obyek atau
kejadian tanpa didukung data yang nyata (Siti Aisyah, 2008). Anak usia dini sangat
suka membayangkan dan mengembangkan berbagai hal jauh melampaui kondisi nyata.
Bahkan terkadang mereka dapat menciptakan adanya teman imajiner. Teman imajiner itu
bisa berupa orang, benda, atau pun hewan.
4. Masa paling potensial untuk belajar.
Masa itu sering juga disebut sebagai “golden age” atau usia emas. Karena pada rentang
usia itu anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat di berbagai
aspek. Pendidik perlu memberikan berbagai stimulasi yang tepat agar masa peka ini tidak
terlewatkan begitu saja. Tetapi mengisinya dengan hal-hal yang dapat mengoptimalkan
tumbuh kembang anak.
5. Menunjukkan sikap egosentris.
Pada usia ini anak memandang segala sesuatu dari sudut pandangnya sendiri. Anak
cenderung mengabaikan sudut pandang orang lain. Hal itu terlhat dari perilaku anak yang
masih suka berebut mainan, menangis atau merengek sampai keinginannya terpenuhi.
6. Memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek.
Anak usia dini memiliki rentang perhatian yang sangat pendek. Pehatian anak akan
mudah teralih pada hal lain terutama yang menarik perhatiannya. Sebagai pendidik dalam
menyampaikan pembelajaran hendaknya memperhatikan hal ini.
7. Sebagai bagian dari makhluk sosial.
Anak usia dini mulai suka bergaul dan bermain dengan teman sebayanya. Ia mulai belajar
berbagi, mau menunggu giliran, dan mengalah terhadap temannya. Melalui interaksi
sosial ini anak membentuk konsep dirinya. Ia mulai belajar bagaimana caranya agar ia
bisa diterima lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini anak mulai belajr untuk berperilaku
sesuai tuntutan dari lingkungan sosialnya karena ia mulai merasa membutuhkan orang
lain dalam kehidupannya.
Selain karakteristik yang unik tersebut perlu ada perhatian pada titik kritis
perkembangan yang perlu diperhatikan pada anak usia dini. Titik kritis tersebut meliputi:
1. Membutuhkan rasa aman, istirahat dan makanan yang baik.
2. Datang ke dunia yang diprogram untuk meniru.
3. Membutuhkan latihan dan rutinitas.
4. Memiliki kebutuhan untuk banyak bertanya dan memperoleh
jawaban.
5. Cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa.
6. Membutuhkan pengalaman langsung.
7. Trial and error menjadi hal pokok dalam belajar.
8. Bermain merupakan dunia masa kanak-kanak.
2. Kreativitas
Ada banyak sekali definisi mengenai kreatifitas; seperti yang dikatakan oleh Edwar de
bono mengatakan ada tiga unsur dalam kreatifitas. Pertama,”kreatif berarti mengubah sesuatu
sehingga menjadi sesuatu, dimana sesuatu itu sebelum nya belum pernah ada. Kedua, “
sesuatu itu haruslah bernilai.Ketiga,” hasil kreativitas haruslah sesuatu yang tidak terbayangkan
sebelumnya dan ada perubahan terhadap sesuatu yang belum ada.
Menurut Ned Herman, “ Kreativitas adalah suatu kemampuan untuk menantak asumsi-
asumsi, mengenai pola- pola, melihat dalam cara yang baru, membuat berbagai hubungan,
mengambil resiko dan menangkap segera suatu peluang.”
Menurut Ken Robinson (2009) dalam The Element menulis,”Creativity is the process of
having original ideas that have value.” Kreativitas seringkali berupa hasil dari kombinasi baru
dari unsur- unsur lama. Misalnya ribuan jenis resep masakan yang ada diseluruh dunia
hanyalah gabungan dari berbagai bumbu yang sudah ada.
Tentu banyak cara agar bisa kreatif misalnya, satu, melalui latihan kreativitas. Ada
banyak cara melatih agar orang bisa kreatif. Kedua, Menciptakan lingkungan yang kondusif
terhadap krativitas. Ada banyak indikator, lingkungan yang kondusif ini.
Cara lain agar kreatif adalah kita dan anak-anak kita beraktifitas yang sesuai dengan
“telant” atau bakat atau potensi kekuatan nya. Jika anak atau orang beraktivitas sesuai dengan
“telant” atau potensi kekuatan yang ada pada dirinya, maka otomatis dia akan kreatif.
Dalam hal kreativitas seperti digambarkan Anna Craft yang mengutip pandangan
Maslow, yaitu kreativitas dilihat sebagai aktualisasi diri dan sebuah bakat khusus untuk
“memberontak”. Elliot menambahkan bahwa imajinasi dan kreativitas adalah sama, karenanya
dapat dikatakan bahwa pemecahan masalah masuk dalam imajinasi dalam melihat
kemungkinan-kemungkinan. Sehingga berpikir integratif berdasar pengalaman merupakan
kunci ‘Pencipta’ yang berhasil. Adapun indikator dari kreativitas anak adalah:
1) Kemampuan berpikir mencipta
2) Berpikir untuk pemecahan masalah
3) Model pembelajaran kreatif
4) Kondisi Lingkungan sekolah dan keluarga
3. Learning by doing
Belajar sambil melakukan didasarkan pada pengalaman yang dialami anak didik.
Karena persoalan pokok dari suatu pendidikan yang didasarkan atas pengalaman ialah memilih
jenis pengalaman sekarang yang berpengaruh secara kreatif dan produktif dalam seluruh
pengalaman berikutnya. Dengan demikian menyajikan kepada anak “ pengalaman langsung”
disertai berbagai situasi problematika yang mereka ciptakan sendiri, adalah kunci pendidikan
Dewey.
Dan belajar sambil melakukan didasarkan pada pengalaman yang dialami anak didik.
Karena persoalan pokok dari suatu pendidikan yang didasarkan atas pengalaman ialah memilih
jenis pengalaman sekarang yang berpengaruh secara kreatif dan produktif dalam seluruh
pengalaman berkutnya. Dengan demikian meyajikan kapada anak “pengalaman langsung”
disertai berbagai situasi problematik yang mereka ciptakan sendiri, adalah kunci pendidikan
Dewey, karena menurutnya sebelum tekanan berubah menjadi syarat yang membuatnya
menjadi hal yang diperlukan oleh si anak untuk mengambil bagian secara aktif dalam
membangun kepribadian demi menghadapi masalah-masalah sendiri, dan untuk berpartisipasi
dalam berbagai metode pemecahan terhadap masalah-masalah tersebut.
Adapun Indikator dari variabel model pembelajaran learning by doing adalah:
1) Tujuan dan fungsi model pembelajaran learning
by doing
2) Peran Pengalaman dalam Pembelajaran
3) Proses Pembelajaran
4) Materi Pembelajaran
5) Sarana /Media Pembelajaran
4. Pengertian Fieldtrip
Kegiatan belajar mengajar tidak semestinya selalu dilakukan di dalam kelas, karena hal
itu akan membuat peserta didik merasa jenuh dan bosan. Sesekali mereka diajak keluar kelas
untuk meninjau hal-hal di sekeliling mereka yang berhubungan dengan materi yang akan
dipelajari. Dalam hal ini merupakan penerapan dari metode fieldtrip (karyawisata), yaitu
merupakan pejalanan atau pesiar yang dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh
pengalaman belajar, terutama pengalaman secara langsung dan merupakan bagian integral
dari kurikulum sekolah.
Menurut Roestiyah teknik karyawisata ini digunakan karena memiliki tujuan sebagai berikut.
1. Siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari obyek yang dilihatnya
2. Siswa dapat turut menghayati tugas pekejaan milik seseorang
3. Mereka dapat bertanya jawab, sehingga mampu memecahkan persoalan yang
dihadapinya dalam pelajaran ataupun pengetahuan umum
4. Mereka bisa melihat, mendengar, meneliti, dan mencoba apa yang dihadapinya, agar
nantinya dapat mengambil kesimpulan, dan sekaligus dalam waktu yang sama bisa
mempelajari beberapa mata pelajaran.
Namun karyawisata dalam arti pembelajaran mempunyai arti sendiri yang berbeda
dengan karyawisata dalam arti umum. Karyawisata di sini berarti kunjungan di luar kelas dalam
rangka belajar. Misalnya dengan mengajak peserta didik mengamati hal-hal yang ada di
sekeliling sekolah, kemudian membuat karya yang pada akhirnya ada sangkut pautnya dengan
materi yang dipelajari selama waktu yang telah ditentukan oleh guru. Jadi karyawisata ini tidak
mengambil tempat yang jauh dari sekolah dan tidak memelukan waktu yang lama. Karyawisata
dalam waktu yang lama dan tempat yang jauh disebut study tour.
Dengan melakukan karyawisata banyak hal yang akan diperoleh peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran, diantaranya adalah:
1. Peserta didik dapat memperoleh pengetahuan baru mengenai materi yang dipelajari
dengan tanpa beiama-lama tinggal di ruang kelas sehingga mereka tidak merasa
bosan untuk belajar
2. Peserta didik mampu menganalisis penerapan materi dalam kehidupan di sekitar
mereka
3. Peserta didik mampu mengembangkan suatu teori dengan melihat kenyataan yang
ada
4. Tanpa adanya paksaan mereka termotivasi untuk terus belajar, karena dengan
begitu mereka merasa terbebaskan untuk berkreasi. dihadapi, sehingga mungkin
mereka menemukan bukti kebenaran teorinya, atau mencobakan teorinya ke dalam
praktek
Penggunaan teknik ini masih juga ada keterbatasan yang perlu diperhatikan atau diatasi
agar pelaksanaannya dapat berhasil guna dan berdaya guna. Pembelajaran menggunakan
teknik ini pastinya berada di luar kelas, bahkan bisa jadi di luar sekolah. Oleh karena itu butuh
waktu untuk berjalan meskipun tidak telalu jauh, namun hal itu memotong jatah waktu yang
tersedia.
Selain itu, ketika menjumpai peserta didik yang sulit untuk diatur guru biasanya kesulitan
dalam mengendalikan mereka dalam kata lain mereka selalu seenaknya sendiri. Ketika berada
di luar kelas tidak belajar, akan tetapi justru mereka mempergunakan kesempatan tersebut
untuk hal yang lain.
mulai belajar untuk berperilaku sesuai tuntutan dari lingkungan sosialnya karena ia mulai
merasa membutuhkan orang lain dalam kehidupannya.
Selain karakteristik yang unik tersebut perlu ada perhatian pada titik kritis perkembangan yang
perlu diperhatikan pada anak usia dini. Titik kritis tersebut meliputi:
1. Membutuhkan rasa aman, istirahat dan makanan yang baik.
2. Datang ke dunia yang diprogram untuk meniru.
3. Membutuhkan latihan dan rutinitas.
4. Memiliki kebutuhan untuk banyak bertanya dan memperoleh jawaban.
5. Cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa.
6. Membutuhkan pengalaman langsung.
7. Trial and error menjadi hal pokok dalam belajar.
8. Bermain merupakan dunia masa kanak-kanak.
5. Kelemahan dan Kelebihan Field Trip
Adapun kelemahan field trip sebagai media pembelajaran diantarannya sebagai berikut:
1. Field trip akan gagal jika menemukan obyek- obyek yang kurang sesuai dengan tujuan
yang ditetapkan
2. Apabila waktu yang tersedia dalam field trip tidak mencukupi maka akan menyita waktu
pelajaran
3. Field trip membutuhkan biaya transportasi dan akomodasi yang besar sehingga menjadi
beban siswa&guru itu sendiri.
4. Apabila field trip tidak direncanakan secara matang atau tidak mempunyai tujuan dalam
pembelajaran sebelumnya maka akan menjadi acara piknik.
5. Kemungkinan terjadinya kecelakaan lebih banyak mengingat Siswa lebih bebas
bergerak dan berkeliaran kesana kemari.
Kelebihan Field trip antara lain:
1. Mempelajari proses sosial, berpartisipasi dalam masyarakat, ikut serta dalam
kehidupan, turut dalam memelihara kesehatan, dan menikmati keindahan alam.
2. Mempelajari masalah sosial, warga, dan hubungan antar kelompok.
3. Berguna bagi lapangan akademik, kesenian, ilmu bumi, dan sejarah.
Kelebihan field trip sebagai media pembelajaran adalah:
1. Siswa dapat menyaksikan secara langsung sesuai pengamatannya atau obyek yang
diamati.
2. Dapat menjawab masalah atau pertanyaan sekaligus selama di lapangan dengan
mempertanyakan, mengamat-amati, mencatat, menyimpulkan dan lain-lain terhadap
hal-hal yang belum atau kurang dipahami
3. Siswa dapat mempraktekkan hasil karyawisata atau hasil kunjungannya.
4. Pengetahuan siswa menjadi integral atau terpadu
5. Siswa dapat menumbuhkan semangat baru untuk belajar dengan sungguh-sungguh
dengan adanya field trip.
6. Siswa dapat menumbuhkan pengetahuan yang lebih luas.
6. Pengertian media pembelajaran
Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi dan
meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik. Proses pembelajaran tidak
dapat dipisahkan dari perencanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran harus dengan
sengaja diorganisasikan dengan baik agar dapat menumbuhkan proses belajar yang baik yang
pada gilirannya dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Proses pembelajaran agar dapat
terkonsepsikan dengan baik, maka seorang guru dituntut untuk mampu menyusun dan
merumuskan Perencanaan pembelajaran secara jelas dan tegas.
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-
upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar mengajar.
Kemajuan di bidang teknologi pendidikan, maupun teknologi pembelajaran, menuntut
digunakannya berbagai media pembelajaran. Pembelajaran yang dirancang secara baik dan
kreatif dengan memanfaatkan teknologi multimedia, dalam batas-batas tertentu akan dapat
memperbesar kemungkinan siswa untuk belajar lebih banyak, mencamkan apa yang
dipelajarinya lebih baik, dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Oleh karena itu para guru
dituntut agar mampu memahami, memanfaatkan alat-alat yang tersedia atau media
pembelajaran dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Untuk memahami hal tersebut, pemakalah menerapkan penggunaan media sebagai
sarana dalam pelaksanaan perencanaan pembelajaran. Media pembelajaran merupakan salah
satu komponen pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam Kegiatan Belajar
Mengajar. Pemanfaatan media seharusnya merupakan bagian yang harus mendapat perhatian
guru / fasilitator dalam setiap kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu guru / fasilitator perlu
mempelajari bagaimana menetapkan media pembelajaran agar dapat mengefektifkan
pencapaian tujuan pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Dalam makalah ini kami akan
mencoba, memberikan penjelasan secara singkat tentang perencanaan media dalam
pembelajaran. Semoga makalah ini memberikan ilmu yang bermanfaat bagi kita semua.
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah,
perantara atau pengantar. Association for Education and Comunication Technology ( AECT )
mendefinisikan media yaitu segala bentuk yang digunakan untuk suatu proses penyaluran
informasi. Gerlach dan Ely (1979) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis
besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa
mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.
Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar
peserta didik, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk
mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar peserta didik yang bersifat internal
(Gagne dan Briggs, 1979: 3). Pembelajaran adalah segala upaya untuk menciptakan kondisi
dengan sengaja agar tujuan pembelajaran dapat dipermudah (facilitated) yang dilakukan oleh
pendidik agar terjadi proses belajar pada diri peserta didik.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah sarana
komunikasi dalam proses belajar mengajar yang berupa perangkat keras maupun perangkat
lunak untuk mencapai proses dan hasil pembelajaran secara efektif dan efisien, serta tujuan
pembelajaran dapat dicapai dengan mudah.
Secara khusus, media pembelajaran pendidikan agama Islam adalah alat, metode, dan
teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru
dan siswa dalam proses pembelajaran pendidikan agama islam di sekolah.
Kalau kita perhatikan perkembangan media pembelajaran ini pada mulanya hanya
dianggap sebagai alat bantu mengajar bagi seorang guru. Alat bantu yang dipakai adalah alat
bantu visual yaitu berupa gambar, model, objek dan media lain yang dapat memberikan
pengalaman konkret dan motivasi belajar sehingga dapat mempertinggi daya serap dan hasil
belajar siswa.
Media pembelajaran digunakan dalam rangka upaya peningkatan mutu proses kegiatan
belajar mengajar. Dalam perkembangannya media pembelajaran mengikuti perkembangan
teknologi. Teknologi yang paling tua yang dimanfaatkan dalam proses belajar adalah
percetakan yang bekerja atas dasar prinsip mekanis. Kemudian lahir teknologi audio visual
yang menggabungkan penemuan mekanis dan elektronis untuk tujuan pembelajaran. Teknologi
yang muncul terakhir adalah teknologi mikro prosesor yang melahirkan pemakaian komputer
dan kegiatan interaktif.
Pengklasifikasian media pembelajaran berdasarkan indra yang terlibat menurut Rudi
Bretz (1997) yaitu ciri utama media pada tiga unsur pokok yaitu suara, visual dan gerak. Bentuk
visual itu sendiri dibedakan lagi pada tiga bentuk, yaitu gambar visual, garis (linergraphic) dan
simbol. Di samping itu dia juga membedakan media siar (transmisi) dan media rekam
(recording), sehingga terdapat 8 klasifikasi media; media audio visual gerak; media audio visual
diam; media audio semi gerak; media visual gerak; media visual diam; media visual semi gerak;
media audio, dan media cetak.
Pengklasifikasian media pembelajaran berdasarkan rangsangan belajar menurut Briggs
lebih menekankan pada karakteristik menurut stimulus atau rangsangan yang dapat
ditimbulkannya daripada media itu sendiri, yakni kesesuaian rangsangan tersebut dengan
karakteristik siswa, tugas pembelajaran, bahan dan transmisinya. Di samping itu Briggs
mengidentifikasi macam-macam media yang dipergunakan dalam proses belajar mengajar,
yaitu; objek, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran terprogram,
papan tulis, media transparansi, film bingkai, film, televisi dan gambar.
Klasifikasi media pembelajaran berdasarkan fungsi pembelajaran menurut Gagne ada 7
macam pengelompokan media yaitu; benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, gambar
cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara, dan mesin belajar. Ke tujuh macam
pengelompokan media tersebut kemudian dikaitkan dengan kemampuannya memenuhi fungsi
menurut tingkat hierarki belajar yang dikembangkannya, yaitu: pelontar stimulus dan penarik
minat belajar.
Klasifikasi media pembelajaran berdasarkan hierarki pemanfaatannya menurut Duncan,
semakin rumit jenis perangkat media yang dipakai semakin mahal biaya investasinya, semakin
susah pengadaannya dan semakin luas lingkup penggunaannya. Sebaliknya semakin rendah
perangkat media yang digunakan biaya akan menjadi murah, pengadaannya lebih mudah, sifat
penggunaannya lebih khusus dan lingkup sasarannya.
Dengan pengklasifikasian media pembelajaran dapat diketahui karakteristik media
menurut tinjuan ekonomisnya, lingkup sasaran yang diliput, kemudahan kontrolnya oleh si
pemakai dan sebagainya. Juga dapat dilihat dari kemampuan membangkitkan rangsangan
indera penglihatan, pendengaran, perabaan percakapan, maupun penciuman, atau
kesesuaiannya dengan tingkat hierarki belajar. Klasifikasi media, karakteristik media, dan
pemilihan media merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dalam penentuan strategi
pembelajaran. Pemilihan media yang disesuaikan dengan tujuan, materi, serta kemampuan dan
karakteristik pembelajar, akan sangat menunjang efisien serta efektivitas proses dan hasil
pembelajaran.
7.. Pembelajaran langsung ke sumber ilmu
Pembelajaran langsung merupakan strategi pengajaran yang digunakan oleh guru dan
mengikut struktur tetap dengan langkah-langkah spesifik untuk membimbing pelajar ke arah
mencapai hasil pembelajaran yang eksplisit. Guru akan mengekalkan kawalan lokus terhadap
proses pengajaran dan memantau pembelajaran pelajar sepanjang proses. Keistimewaan
pengajaran langsung termasuklah menyampaikan maklumat yang banyak dalam masa tertentu.
Oleh sebab model ini terarah guru, maka guru mereka cipta perkembangan pengajaran yang
sesuai dengan umur pelajar dan berperingkat-peringkat.
Pengajaran langsung berasaskan teori behaviorisme dan pembelajaran sosial.
Pembelajaran behaviorisme banyak menyumbang terhadap pengajaran langsung. Guru yang
mengajar mengikut prinsip, merangka objektif yang mendeskripsikan dengan tepat tingkah laku
yang perlu dilakukan pelajar; menyediakan pengalaman pembelajaran seperti amalan di mana
pembelajaran murid boleh dipantau dan maklum balas disediakan; serta memberikan perhatian
kepada bagaimana tingkah laku di dalam bilik darjah diberikan ganjaran.
8.Prinsip-prinsip pembelajaran langsung
Antara prinsip pembelajaran langsung ialah:
Pengenalan/Review
Topik yang dipelajari akan disampaikan kepada murid atau mengkaji topik yang disusun
untuk pembelajaran.
Perkembangan
Guru memberikan penerangan, uraian, contoh atau model tentang apa-apa yang ingin
dipelajari dengan jelas serta menerangkan pemahaman anak didik.
pembelajaran terbimbing
Peluang diberikan kepada pelajar untuk melatih apa-apa yang diharapkan oleh mereka
untuk dikuasai. Di samping itu, guru memantau aktivitas atau tugasan yang diberikan
B.Keadaan sebelumnya
Penelitian ini dilaksanakan di TK Pertiwi IV, yang beralamat di Jalan Swakarya Komplek
DDN I kelurahan Pondok Labu, kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan. Peneliti mengadakan
penelitian di kelompok B. peneliti melakukan penelitian di kelompok tersebut, karena peneliti
akan meningkatkan kemampuan kreativitas pada anak usia 5-6 tahun.
TK Pertiwi IV merupakan lembaga pendidikan yang berdiri di bawah naungan Dharma
Wanita Persatuan Sub Unit Inspektorat Jendral Kemendagri yang di ketuai oleh “Ibu Sri Maliki”
dan Kepala sekolah Ibu Hartati, S.Pd.
Sebelum dilaksanakan Penelitian disekolah kami cenderung anak didik jarang sekali
bereksplorasi dan berkreativitas sehingga kegiatan disekolah fakum dan lesu. Program sekolah
pun menjadi kurang menarik sehingga sekolah kami tidak mempunyai cirri khas tersendiri yang
dapat menarik masyarakat.akhirnya dari tahun ke tahun murid menjadi berkurang
C. Hasil Pelaksanaan
Penelitian yang mengambil studi tentang upaya meningkatkan kreativitas anak usia 5-6
tahun melalui kegiatan Field trip di TK PERTIWI IV melaksanakan indikator kerja/ prosedur
kerja sebagai berikut :
(1) perencanaan (planning)
(2) tindakan (acting)
(3) observasi(observation)
(4) Refleksi (Reflection)
(5) Revisi perencanaan jika masih diperlukan untuk perbaikan.
Field trip Pemadam Kebakaran
a. Perencanaan (planning)
Anak dipersiapakan/ dirangsang keingin tahuannya dengan mempersiapakan pertanyaan – pertanyakan.
Persiapan keberangkatan
Mempersiapakan kegiatan edukasi selama berada di kantor pemadam kebakaran
b. Tindakan (acting)
Datang dan memberi salam
Mendengarkan arahan dari kepala pimpinan/petugas pemadam kebakaran
Anak- anak diberikan kesempatan untuk bertanya
Anak mengantri untuk memakai baju anti api dan memegang alat-alat
c. Observasi
Melihat berbagai berbagai macam alat, perlenkapan pemadam kebakaran
Melihat dan memperaktekan pemadaman api
d. Refleksi
Hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis dalam
tahap ini , dari hasil observasi guru dapat merefleksi diri dengan melihat data observasi
apakah kegiatan yang dilakukan telah dapat meningkatkan kemampuan kreativitas anak
dalam kemampuannya bertanya, bersikap, mengenal berbagi alat pemadam kebakaran,
tanggap jika ada kebakaran serta memberikan pengalam yang bermakna.
FOTO KEGIATAN
.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Setelah melakukan penelitian menggunakan salah satu bentuk pembelajaran learning
by doing yaitu fieldtrip antara lain pemadam kebakaran terlihat banyak sekali kemajuan baik
dari siswa-siswi maupun guru .
Siswa dan guru mendapat pengetahuan baru, dapat mengembangkan kreativitas, dan
kemandirian. Siswa memperoleh pengalaman langsung dari obyek yang dilihatnya. Guru
mendapatkaan pengalaman dan mempunyai bahan ajar, pengetahuan yang bertambah untuk
memberikan informasi/pengetahuan kepada siswa yang akan datang.Fieldtrip menjadi daya
tarik masyarakat yang mempunyai anak usia PAUD/TK untuk meyekolahkan putra-putrinya di
TK Pertiwi IV.
Dari pengamatan yang dilakukan selama 6 bulan disatu tahun ajaran melaksanakan
penelitian di TK Pertiwi IV Terlihat dari banyak nya kegiatan – kegiatan lain yang menunjukkan
kemajuan kreatifitas guru dan siswa diantaranya:
Karena semakin banyaknya program – program dan kegiatan yang dilaksanakan di TK
pertiwi IV sebagai bentuk kemajuan kreatifitas guru dan siswa maka kepercayaan masyarakat
kepada TK Pertiwi IV semakin baik dan program-progamnya menjadi daya tarik tersendiri.
Berdasarkan beberapa kesimpulan yang telah dikemukakan diatas maka penulis dapat
menarik kesimpulan bahwa Upaya Meningkatkan kreativitas anak usia 5-6 tahun melalui
Kegiatan Field Trip di TK Pertiwi IV dalam kategori baik atau berhasil
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, berikut ini peneliti mengemukakan beberapa saran antara
lain sebagai berikut:
Pada Prinsipnya, bahan ajar harus disajikan secara menarik sebagai upaya
menumbuhkan motivasi belajar anak didik untuk itu guru perlu mempunyai kompetensi yang
tinggi untuk dapat memilih dan menyajikan bahan ajar yang menarik bagi peserta didik dengan
memperhatikan seluruh aspek dan tahap perkembangan anak usia 5-6 tahun.
Proses Kegiatan pengembangan harus dilaksanakan secara sistematis dan teratur
sesuai dengan yang sudah diprogramkan di masing-masing sekolah, Serta peningkatan
kreativitas anak usia 5-6 tahun melalui kegiatan Field Trip terus dapat dilaksanakan secara
kontinue dan intensif agar peserta didik timbul rasa gembira dan antusias setiap kali
melaksanakan kegiatan belajar mengajar langsung kesumber ilmu.
Agar kegiatan kunjungan Field trip dapat terlaksana dengan baik dan lancar perlu
mendapat dukungan dari berbagai pihak diantaranya orang tua murid, para pimpinan
perusahaan, instansi pemerintah dan pemilik perorangan yang tempatnya akan dijadikan obyek
kunjungan field trip.