sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/bahan-paskah... · web viewkisah...

99
BAHAN PASKAH GMIT 2018 Tema: Paskah Kristus Memberdayakan dan Melahirkan Pengakuan

Upload: vungoc

Post on 14-May-2019

259 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

BAHAN PASKAH GMIT 2018

Tema:

“Paskah Kristus Memberdayakan dan

Melahirkan Pengakuan”

Majelis Sinode Harian GMIT2018

Page 2: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

Kata PengantarMasa Paskah 2018 kembali kita rayakan. Tema Paskah GMIT 2018 adalah “Paskah Kristus

Memberdayakan dan Melahirkan Pengakuan”. Peristiwa kebangkitan Yesus mambawa perubahan yang luar biasa bagi kehidupan murid-murid Yesus. Ketika Yesus belum menampakkan diri-Nya setelah kebangkitan-Nya, kehidupan murid-murid dan orang-orang yang dekat dengan Yesus mengalami kemunduran, bingung serta ketakutan. Oleh karena itu, mereka secara tersembunyi berkumpul pada suatu tempat. Tetapi keadaan mulai berubah ketika Yesus mulai menampakkan diri-Nya. Yang pertama adalah ketika murid-murid tanpa Tomas berkumpul di suatu tempat yang tertutup dan terkunci (Yoh 20:19-23). Sebagai respon atas penampakan diri Yesus itu mereka berkata kepada Tomas bahwa mereka telah melihat Tuhan (Yoh 20:25). Yang kedua, Yesus menampakkan diri yang kedua kalinya kepada Tomas (Yoh 20:27). Yesus menghendaki Tomas percaya bahwa Ia benar-benar sudah bangkit di antara orang mati, dan sebagai respon penampakan Yesus kepada Tomas, ia berkata: ”Ya Tuhanku dan Allahku” (Yoh 20:28). Tomas benar-benar melihat dan mengakui.

Bahan yang disajikan dalam buku ini adalah kerangka khotbah dan tata ibadah. Bahan ini dimulai dengan tujuh Minggu Sengsara, Jumat Agung, Paskah 1 dan Paskah 2.

Perkenankanlah kami mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan sepelayanan yang ikut ambil bagian dalam pembuatan bahan ini, yaitu: Pdt. Emr. Jack Karmany, S.Th, Pdt. Nicolas St.E. Lumba Kaana, M.Th, Pdt. Drs. Rio FanggidaE, M.Si, Pdt. Hawa Bilaut-Kaseh, S.Th, Pdt. Emr. Drs. Mesach D. Beeh, M.Si, Pdt. Hengky Abineno, Sm.Th, M.Pd.K, Pdt. Maria A. Litelnoni-Johannes, MA, Pdt. Samuel Pandie, S.Th, Pdt. Boy R. Takoy, S.Th dan Pdt. Emr. Godlief Ratuwalu, S.Th.

Kiranya Bahan Paskah GMIT 2018 ini dapat digunakan dengan baik dan memberikan inspirasi bagi penyelenggaraan masa Paskah di Jemaat-jemaat, sehingga umat dapat merasakan berkat Paskah.

Kami berharap dengan hadirnya bahan ini, penghayatan iman kita tentang kasih Kristus yang menderita, mati dan bangkit – memberdayakan kita dan melahirkan pengakuan bahwa Yesus adalah Tuhan bagi keselamatan dunia. Tuhan memberkati!

Februari 2018Majelis Sinode Harian GMIT

2

Page 3: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

Daftar IsiPengantar ……………………………………………………………………………………… 2 Daftar Isi ………………………………………………………………………………………. 3Kerangka KhotbahMinggu Sengsara 1: 11 Februari 2018 ……………………………............................................. 5Minggu Sengsara 2: 18 Februari 2018 ……………………………….……………………….... 10Minggu Sengsara 3: 25 Februari 2018 …………………………………………………………. 13 Minggu Sengsara 4: 04 Maret 2018 ……………………………………………………………. 15Minggu Sengsara 5: 11 Maret 2018 ……………………………………………………………. 19Minggu Sengsara 6: 18 Maret 2018 ……………………………………………………………. 22Minggu Sengsara 7: 25 Maret 2018 ……………………………………………………………. 24Jumat Agung: 30 Maret 2018 ………………………………………………………………….. 26Paskah 1: 01 April 2018 ……………………………………………………………………….. 30Paskah 2: 12 April 2018 ……………………………………………………………………….. 32

Bahan Tata IbadahTata Ibadah Minggu Sengsara ……………………………......................................................... 36Penjelasan Ibadah ……………………………………………………………………………… 40Tata Ibadah Minggu Sengsara ……………………………......................................................... 42Jumat Agung: 30 Maret 2018 ………………………………………………………………….. 45Paskah 1: 01 April 2018 ……………………………………………………………………….. 50Paskah 2: 12 April 2018 ……………………………………………………………………….. 53Beberapa Saran Penggunaan Simbol dalam Masa Paskah 2018 ………………………………. 57Nyanyian Mazmur Masa Paskah 2018 ………………………………………………………... 59

3

Page 4: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

Bahan Kerangka Khotbah

4

Page 5: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

Kerangka Khotbah Minggu Sengsara 1Minggu, 11 Februari 2018

RAJA YANG MENUNGGANG KELEDAI(Kesederhanaan Raja Yang Mahatinggi)

Bacaan Alkitab: Yohanes 12:12-19

Narasi Khusus Teks

Narasi tentang kedatangan Yesus ke Yerusalem dalam suasana penuh kemenangan ini dicatat oleh semua penulis Injil (Mat, Mark, Luk dan Yoh). Alur ceritanya sama, kecuali yang khas bagi Yohanes adalah penyambutan dengan palma. Sebagai sebuah kisah yang layak dicermati secara khusus, mari kita memerhatikan beberapa frasa penting dari teks, sbb:1. Orang banyak (ay.12, Keesokan harinya ketika orang banyak yang datang merayakan pesta

mendengar, bahwa Yesus sedang di tengah jalan menuju Yerusalem, Orang banyak yang dimaksud adalah rakyat jelata—bukan penguasa-- dan pemeluk agama Yahudi yang saleh (Yahudi moderat/reformis) yang rindu pembaruan dan yang memahami kitab suci dengan serius. Orang banyak ini adalah pesiarah dari luar Yerusalem dan kelompok orang Yahudi yang memaknai kehidupan ibadah dengan kerinduan akan penyempurnaan Taurat di dalam Yesus sang Mesias yang sedang berarak ke Yerusalem. Orang banyak ini sungguh-sungguh menghargai dan memuja Yesus itu tidak malu dan bahkan tidak akan merasa takut untuk mengakui-Nya sebagai raja Sion di hadapan siapa pun juga, sejauh hal itu mendatangkan kemuliaan bagi-Nya. Mereka inilah yang begitu bersemangat untuk menghormati Yesus dan menyambutnya dengan teriakan: …Dia yang datang dalam nama Tuhan, raja Israel.

2. …daun palem dan Hosana. (Ayat 13. mereka mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Dia sambil berseru-seru: "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!" …daun palem---. Hanya Yohanes yang menyebutkan penggunaan daun palem-- juga

ranting-ranting palem. Sedari dulu, pohon palem telah menjadi lambang kemenangan dan kejayaan. Kebiasaan ini dicatat oleh penulis 2 Makabe 10:1-7 berkaitan dengan penahbisan ulang (pentahiran) Bait Allah oleh Yudas Makabe sesudah dirusak oleh orang Siria. Akan tetapi, bukan hanya itu saja. Dibawanya ranting-ranting palem dan cemara juga merupakan bagian dari upacara pesta hari raya Pondok Daun bagi Tuhan (Im. 23:40; Neh. 8:16), dan di sini mereka memakainya untuk mengungkapkan sukacita mereka dalam menyambut kedatangan Tuhan Yesus. Hal ini menegaskan bahwa seluruh pesta dan perayaan selalu mengacu kepada Injil-Nya dan digenapi oleh Injil-Nya itu, terutama yang berkaitan dengan pesta hari raya Pondok Daun tersebut (Za. 14:16).

Hosana atau Hosyiana

5

Page 6: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

Hosana istilah Ibrani Hosyiana artinya Ya TUHAN, berilah kiranya keselamatan (Mzm. 118:25). Pengujaran itu sehari-hari adalah tolonglah. Di dalam Perjanjian Baru penggunaannya terbatas pada peristiwa ini saja. Penggunaannya dalam liturgi kadang istilah ini lebih merupakan bagian dari kidung pujian ketimbang sebuah doa, dan begitu juga penggunaannya di sini. Yesus disambut sebagai Raja Israel, yang datang dengan kekuasaan Tuhan. Orang-orang ini mengharapkan Yesus mendirikan kerajaan Daud dengan kuasa (bdg. Mrk. 11:10). Orang-orang itu dipenuhi dengan penantian akan Mesias atau Kristus = yang diurapi Tuhan (bdg. Yoh. 6:15). Dengan seruan atau yel-yel hosanna, mereka mengakui Tuhan kita Yesus sebagai Raja Israel, yang datang dalam nama Tuhan, meskipun kini Dia berada dalam keadaan yang miskin dan hina, serta tampil dengan kesederhaan di tengah-tengah penyambut yang mengakui-Nya sebagai Raja, yang berbicara mengenai martabat dan kehormatan-Nya, yang harus kita puja. Seruan itu berbicara mengenai pemerintahan dan kuasa-Nya, yang kepadanya kita harus tunduk. Dengan menyerukan hosana, mereka mengharapkan tiga hal: Pertama, supaya kerajaan-Nya datang, berupa terang dan pengetahuan akan kerajaan itu, dan dalam kuasa dan kedahsyatannya. Semoga Allah mempercepat pekerjaan Injil. Kedua, supaya kerajaan-Nya menaklukkan musuh, dan selalu mengalami kemenangan dalam setiap rintangan (Why. 6:2). Ketiga, supaya kerajaan-Nya terus berlanjut. Dalam kontek ini hosana berarti, Semoga Raja hidup selamanya. Semoga kerajaan-Nya tidak akan pernah hancur, meskipun diganggu (Mzm. 72:17).

3. …seekor keledai muda. … (ay. 14, 15 Yesus menemukan seekor keledai muda lalu Ia naik ke atasnya, seperti ada tertulis: 15 "Jangan takut, hai puteri Sion, lihatlah, Rajamu datang, duduk di atas seekor anak keledai."). Menaiki keledai seorang diri menunjukkan kesederhanaan dan kerendahan hati-Nya. Hal itu telah dinubuatkan, dan inilah pemenuhan nubuat itu. Injil Matius mencatat, ketika Ia sudah tiba di Betfage di bukit Saitun, Ia sendiri meminta agar murid-murid-Nya mempersiapkan bagi-Nya seekor keledai muda (Matius 21:1). Tuan keledai itu pun tidak berkeberatan dan bahkan bangga menyediakan keledai-Nya buat Yesus. Nama pemilik keledai itu pun tidak disebutkan. Rupanya, si pemilik keledai adalah seorang yang tidak suka pamer nama kalau berbuat sesuatu bagi Tuhan. Dengan tulus, ikhlas dan bangga ia berbuat sesuatu: menyerahkan keledainya bagi Yesus dalam menjalankan misinya yaitu mendamaikan manusia dengan Allah.Selanjutnya, menunggang keledai muda itu baru pertama kali di akhir hidup dan pelayanan-Nya Ia biasanya bepergian dengan berjalan kaki bersama murid-murid dan para pengiku-Nya. Ia dan para pengikut-Nya harus bersedia hidup dengan cara sederhana dan tidak terpengaruh oleh hal-hal yang kelihatannya hebat dan mewah di zaman itu. Sekalipun begitu, cara itu pun masih jauh lebih sederhana daripada yang biasa dilakukan para pembesar di dunia ini. Walau Ia memang sedang merendahkan diri-Nya, tetapi dalam penglihatan yang dialami Yohanes, Yesus Kristus terlihat dalam kemuliaan-Nya, menunggang seekor kuda putih, memegang panah dan memakai mahkota (Wahyu 6:2). Dengan perkataan lain manakala Yesus datang ke Yerusalem dengan maksud menunjukkan bahwa Ia menginginkan kuasa politis, tentu Ia akan mengendarai kuda. Tidak sulit bagi-Nya mendapatkan seekor kuda untuk maksud itu. Tetapi, kini Yesus sengaja mencari seekor keledai muda, untuk menggenapi Zakharia 9:9, sekaligus sebagai penggenap

6

Page 7: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

nubuat mesianis. Namun, Ia datang dan menggenapi dengan cara lain, dalam cara yang di mata manusia rendah dan lemah. Terhadap sikap Yesus yang mengendarai keledai itu, para murid tidak mengerti akan hal itu dan mereka baru mengerti setelah Yesus dimuliakan (ay. 16, 16 Mula-mula murid-murid Yesus tidak mengerti akan hal itu, tetapi sesudah Yesus dimuliakan, teringatlah mereka, bahwa nas itu mengenai Dia, dan bahwa mereka telah melakukannya juga untuk Dia.):

Ia memanggil Lazarus keluar dari kubur…./… kamu sama sekali tidak berhasil (ay.17-19, Orang banyak yang bersama-sama dengan Dia ketika Ia memanggil Lazarus keluar dari kubur dan membangkitkannya dari antara orang mati, memberi kesaksian tentang Dia. 18 Sebab itu orang banyak itu pergi menyongsong Dia, karena mereka mendengar, bahwa Ia yang membuat mujizat itu. 19 Maka kata orang-orang Farisi seorang kepada yang lain: "Kamu lihat sendiri, bahwa kamu sama sekali tidak berhasil, lihatlah, seluruh dunia datang mengikuti Dia."

Ia memanggil Lazarus keluar dari kuburKebangkitan Lazarus dari kematian (Yoh.11:1-44) merupakan mujizat yang menakjubkan dan terakhir menjelang kesengsaraan-Nya. Inilah yang menyebabkan orang banyak memberikan penghormatan mereka kepada Tuhan kita Yesus saat Ia memasuki Yerusalem, sekalipun para penguasa begitu menentang Dia. Hal itu disebabkan oleh karena mujizat agung yang baru saja Ia perbuat dengan membangkitkan Lazarus. Penyongsong Yesus yang datang itu karena rasa penasaran mereka, ingin sekali melihat Dia yang telah melakukan sebuah pekerjaan yang begitu menakjubkan. Dia telah menyampaikan banyak khotbah di Yerusalem sebelumnya, tetapi khotbah-khotbah-Nya tidak menarik orang sebanyak itu, seperti yang terjadi setelah Ia melakukan mujizat tersebut. Semua pekerjaan Yesus Kristus bukan saja selesai dengan sempurna (Mrk. 7:7), tetapi juga tepat pada waktunya.

…kamu sama sekali tidak berhasilSemestinya kebesaran orang-orang Farisi dan kehormatan melimpah yang dilayangkan orang terhadap mereka, maka tidak selayaknya mereka menggerutu hanya karena secuil kehormatan yang diberikan kepada Yesus saat itu. Namun perasaan kalah bersaing sebagai sesama orang yang bergerak di bidang rohani menyusup masuk dalam hati mereka. Dengan mengatakan kamu sama sekali tidak berhasil, mereka memanas-manasi diri sendiri dan satu sama lain, supaya lebih garang lagi berperang menentang Yesus sang Kristus. Mereka seakan-akan berkata, "Menunda-nunda dan mengulur waktu itu tidak ada gunanya. Kita harus melakukan hal lain yang lebih ampuh untuk menghentikan pemujaan terhadap Yesus ini. Sekaranglah saatnya untuk mengerahkan segenap kemampuan dan daya sebelum kesulitan ini tidak dapat lagi ditanggulangi."

Tawaran Sketsa KhotbahNas Pembimbing: ZAKHARIA 9:9Selamat merayakan minggu Sengsara Yesus Kristus pertama…. Shalom.

Sesudah minggu Epifania, tampilan dan jerih-juang Yesus menyampaikan kabar baik tentang kerajaan Allah, kini kita memasuki Minggu Sengsara Yesus I dalam menyongsong HR Jumat Agung dan HR Paskah. MSJK I dalam tradisi gereja tertentu disebut minggu ESTHO MIHI (Latin, ESTHO MIHI =Jadilah Bagiku menurut kata pertama antiphon (refrein) Mazmur

7

Page 8: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

31:3, sendengkanlah telinga-Mu kepadaku, bersegeralah melepaskan aku! Jadilah bagiku gunung batu tempat perlindungan, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku).

Bacaan Alkitab yang disiapkan untuk kita renungkan minggu ini mengingatkan kita tentang Yesus memasuki Yerusalem dan disambut dengan hamparan pakaian, dedaunan terutama daun palem (Yoh. 12:13, mereka mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Dia sambil berseru-seru: "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!"). Walau sudah mentradisi jika bacaan ini dikumandangkan pada minggu Sengsara Yesus Kristus ke-7 (minggu Palma), namun kita memaknai narasi ini dengan bukan sekedar pada makna simbol palem di minggu Palmarum tersebut melainkan pada makna yang menyorot implikasi ugahari (kesederhanaan, kesemenjaan=cukup, kesahajaan, dll) dan kerendahatian Yesus Kristus sebagai raja Sion yang adil, jaya dan lemah lembut yang mengendarai seekor keledai muda. Yohanes menonjolkan penyambutan Yesus yang meriah dengan menonjolkan palem untuk mengingatkan mereka tentang prosesi kemenangan yang dilakukan Yudas Makabe ketika merebut kembali benteng Yerusalem pada tahun 141 seb M. dan pentahiran Bait Allah. Para penyambut Yesus yang berjubel menyambut-Nya untuk terakhir kalinya ke Yerusalem itu mengiringi Dia dengan teriakan: "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!" (ay. 13 dan paralel). Teriakan Hosana (Ibr) artinya: Berilah kiranya keselamatan, kami berdoa. Atau tolonglah kiranya kami.

Yesus sendirilah yang merencanakan perjalanan-Nya memasuki Yerusalem dengan menunggang seekor keledai. Ia memilih mengendarai keledai muda memasuki Yerusalem sebagai penggenapan Zakharia 9:9 ‘bersorak-soraklah dengan nyaring hai putri Sion, bersorak-soraklah hai putri Yerusalem. Lihat rajamu datang kepada-Mu; Ia adil dan jaya.Ia lemah lembut dan mengendarai, seekor keledai, seekor keledai beban yang muda’. Semua itu Yesus lakukan karena Ia sudah merasakan betapa beratnya derita yang akan ditanggung-Nya ketika Ia tiba di Yerusalem. Kita dapat saja mengerti betapa peziarah dan peserta ibadah Paskah Yahudi yang saleh di Yerusalem menyambut-Nya dengan meriah dan sorak-sorai yang luar biasa untuk menghormati dan menyenangkan hati Yesus. Mereka dengan sukacita menyambut-Nya, sambil mengharapkan agar Yesus menjadi pahlawan revolusi politik dengan membebaskan mereka dari kekuasaan Romawi yang menindas. Bahkan, kedatangan Yesus dipandang sebagai kembalinya Daud. Lebih dari itu, Yesus dipandang sebagai Mesias Israel; dan ada pula yang mengagungka-Nya sebagai nabi, tokoh agama, teladan moral, tokoh revolusioner, dst. Meski pun disadari pula bahwa ada juga yang datang hanya ikut ramai, atau seperti kaum Farisi yang memata-matai/mencari-cari kelemahan Yesus dll. Semua dinamika penyambutan yang berbaur berbagai pemahaman dan kepentingan itu tidak direspon olleh Yesus, karena Ia sedang menapaki misi penyelamatan terbesar dalam sejarah.

Sejalan dengan itu, Yesus sendiri membiarkan mereka menyambut-Nya dengan semarak sebagai raja, karena memang Dialah raja diatas segala raja. Sekarang Dia tampil di depan orang banyak, sebagai raja yang hadir dengan kesederhaannya. Dia pun sungguh mesias tapi bukan mesias seperti yang mereka harapkan yaitu mesias yang akan membebaskan mereka dari jajahan romawi melainkan mesias yang datang tidak dengan menunggang kuda dan pedang terhunus ditangan melainkan yang menunggang seekor keledai untuk membawa damai bagi umat manusia. Damai yang dibutuhkan manusia hanya dapat diberi oleh Yesus dengan kerelaan dan cara-Nya sendiri. Dan sesungguhnya mereka yang menyambut Dia dengan hati yang tulus, rendah hati dan penyesalan, akan menikmati damai sejahtera dan sukacita pula. Ia sedang

8

Page 9: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

menjalankan misi-Nya itu dalam perjalanan memasuki Yerusalem. Di Yerusalemlah Ia kemudian digiring untuk disalibkan oleh mereka yang gampang dihasut oleh penguasa yang haus kuasa dan berhati busuk. Aroma itu mulai dirasakan di tengah-tengah gegap gempita penyambutan yang hangat bagi-Nya oleh rakyat kecil yang menderita. Dari narasi penyambutan meriah yang dialami-Nya, Ia telah mencium bau darah yang menetes dari tubuh-Nya kelak demi kehendak Bapa bagi dunia yang dikasihi-Nya.

Gereja menyiapkan 7 MSYK bukan untuk sekedar kita beribadah hari minggu dengan mendramatisasi via dolorosa lalu sesudah itu kita pulang untuk beristerahat, melainkan agar kita sadar bahwa kita sudah dikasihani oleh-Nya. Dengan kesadaran rohani begitu kita rela menjadikan hidup ini menyenangkan hati-Nya tidak sekedar dengan yel-yel kemenangan melainkan dengan penyerahan diri yang sungguh. Begitu pula kita menyambut kehadiran-Nya bukan sekedar dengan hura-hura dalam kemegahan dan kemewahan berhari raya, melainkan dengan spiritulitas ugahari. Kita mesti segera siuman bahwa komersialisasi hari raya seperti natal dan Paska itu makin menggeliat di zaman now dengan menebarkan jala/perangkap materialism, konsumerisme dan hedonism sebagai illah baru. Sayang ketika manusia terperangkap menyembah illah kesenangan, thoh pada akhirnya membawa manusia kepada kesadaran, betapa konsumerisme dan hedonisme, pemujaan terhadap kemewahan materi serta kenikmatan ragawi, cuma mampu untuk memberi kepuasan yang singkat dan dangkal, tapi diikuti oleh kekosongan jiwa/kekosongan rohani yang dalam dan kadang-kadang penyesalan yang panjang. Kemudian, pernah pula, bahkan sampai sekarang pun, manusia menaklukkan diri ke bawah duli illah uang dan harta benda, untuk digiring kepada kekecewaan, sebab betapa begitu banyak hal yang berharga dalam hidup ini-seperti cinta kasih, kesetiaan dan persahabatan-yang tak dapat dibeli dengan uang. Jujur bahwa di zaman ini uang, kesenangan, bahkan kemegahan dan bisa juga kemewahan itu pada dirinya bukannya tidak penting. Saya akui, semuanya begitu vital dan kita butuhkan serta amat bermanfaat bagi manusia. Asal kita ingat batasnya. Sebab ‘mereka itu’ tidak bisa meninggalkan keselamatan, keadilan dan damai sejahtera serta kebahagiaan sejati dalam hati manusia. Sungguh hanya kesederhanaan, kesemenjaan, kesahajaan, keugaharian atau mensyukuri pemberian Tuhan demi maksud-Nya justru membahagiakan. Pilihan untuk ini membutuhkan pengorbanan pula.

Selanjunya, dalam tradisi gereja mula-mula, biasanya menyongsong Jumat Agung dan Paska biasanya diisi dengan puasa (kurangi jatah makan, dan hidup berfoya-foya), lalu ada waktu khusus lebih dari biasanya untuk tekun dalam membaca Alkitab dan doa. Sayang tradisi itu sesudah reformasi tidak diteruskan lagi oleh gereja Kristen - kecuali umat Katholik. Kalau tradisi ini kita hidupkan kembali mungkin akan menolong kita di zaman yang gegap gempita ini untuk merayakan kematian dan kebangkitan Yesus Kristus dengan lebih bermakna bagi peningkatan kualitas beriman kita. Karena itu lebih baik mulai MSYK pertama ini kalau kita menyisihkan waktu khusus seperti yang dilakukan oleh orang Kristen mula-mula (tekun dalam doa dan dalam pengajaran rasul-rsul – Kis 6), sesudah itu jatah makan kita kurangi dan uang yang kita tidak pakai untuk menyenangkan diri sendiri itu kita kumpulkan untuk melakukan pelayanan diakonia bagi mereka yang menderita dan atau untuk pemberdayaan ekonomi jemaat. Jalannya, berjanjilah dengan diri sendiri, sekalipun ada banyak tugas dan tanggung jawab, jam doa dan baca Alkitab kita janganlah kendor. Sebaliknya, kita sebaiknya makin tegar, tekun dan bisa berbagi. Dengan begitu, kita telah menghidupi spiritulitas ugahari dengan meneladan Yesus yang walau pun Ia adalah raja yang mahatinggi yang bisa saja atau sepatutnya

9

Page 10: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

menggunakan fasilitas mewah seperti kuda atau pun pedati emas namun dengan rendah hati Ia cukup memilih untuk mengendarai seekor keledai muda yang rela diserahkan pemiliknya dengan tulus. Kalau begitu, mulai MSYK I ini kita mempersiapkan diri untuk mempersilahkan Tuhan bikin sesuatu melalui kita dengan benar dan adil bagi orang lain. Ingatlah bahwa kita sudah terlalu banyak meminta, menyuruh, dan bahkan menuntut Tuhan hingga kini bahkan sampai kita menjelang mati pun kita masih terus meminta, menyuruh dan menuntut Dia terus. Tapi kapan lagi kita bilang: Tuhan silahkan, ini uang saya, harta saya, ternak saya, dst bahkan inilah diri saya untuk dirubah oleh-Mu agar saya dapat mengikuti peristiwa jalan derita Yesus ini dengan hati yang hancur, tidak ikut ramai dan asal-asalan dalam menyambut keselamatan pemberian-Mu. Asal tahu saja, status kita sebagai orang Kristen tak akan memberi pengaruh yang menyenangkan hati Tuhan, tanpa sikap hidup yang baik, walau kita menghamburkan pakaian, palem dan yel-yel pujian menggempita menyambut-Nya. Kalau begitu yang Tuhan butuhkan bukanlah teriakan/sorak-sorak pujian bibir, walaupun itu perlu, tetapi yang Ia butuhkan adalah untuk menyenangkan hati-Nya melalui peri hidup yang selaras dengan yang Yesus sendiri tunjukan; yaitu, adil, rendah hati, lembut, ugahari serta melayani dengan tulus. Ia sendiri mencuci kaki murid-murid-Nya. Kok kita orang Kristen sekarang sok gengsi dan culas. Tanpa hidup selaras dengan yang ditunjukan Yesus dalam perjalanan-Nya menuju Yerusalem, sekarang dengan latah kita bisa berteriak: Hosiana....Hosiana...Selamatkanlah kami, kami berdoa. Tapi sebentar lagi kita bisa berteriak: Salibkanlah Dia, salibkanlah Dia. Waduh! Sayang kalau itu yang terjadi, Amin.

Kerangka Khotbah Minggu Sengsara 2Minggu, 18 Februari 2018

“MEMPERSIAPKAN DIRI MENERIMA KEMATIAN”Bacaan Alkitab: Yohanes 12:20-36

Pendahuluan

Apakah yang membedakan orang Kristen dengan orang non-Kristen? Saya kira jawaban atas pertanyaan ini bukan jawaban tunggal. Yang pasti bahwa orang Kristen menjadikan Kristus sebagai teladan kehidupan. Sedemikian besar kasih Allah kepada dunia, sehingga semua orang Kristen dipanggil untuk berkarya bagi perbaikan dunia dari kerusakan akibat dosa. Tuhan Yesus telah menunjukkan keteladanan bekerja demi keselamatan dunia. Dalam peran sebagai saksi Kristus, seluruh hidup Yesus patut diteladani oleh semua orang Kristen. Sebagai pengikut Kristus mata kita menatap kepada Kristus untuk meneladani-Nya, mengindahkan pengajaranNya dan setia menanggung segala resiko dari keteladanan itu. Dapat dikatakan bahwa karakter Kristen sejati adalah tidak hidup sekedar untuk membahagiakan diri sendiri dan pasif terhadap persoalan dunia sekitar, melainkan aktif menyatakan kasih Allah yang menyelamatkan semesta.

Nas Yohanes 12:20-36 menceritakan tentang penerimaan orang-orang Yerusalem terhadap Yesus. Ketika itu Yerusalem merupakan pusat pemerintahan Herodes. Terdapat di sana Bait Allah yang mengukuhkan kedudukan kota itu sebagai pusat agama Yahudi. Sewaktu Tuhan Yesus memasuki kota itu, banyak orang Yahudi menyambutnya sebagai mesias. Bukan hanya

10

Page 11: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

mereka. Orang-orang Yunani pun ingin bertemu dengan Yesus. Inilah momentum bagi Yesus untuk menegaskan kepada kalangan luas tentang misi-Nya. Pada kesempatan strategis itu Yesus memberitahukan tentang penderitaan-Nya. Yesus memakai metafora sebiji gandum yang ditanam ke dalam tanah untuk menghasilkan lebih banyak gandum. Demikianlah makna penderitaan hingga kematian Yesus. Penderitaan dan kematian Kristus menunjukkan komitmen kesetiaan terhadap terhadap Allah. Komitmen itulah yang dapat melahirkan kerja keras dan pengorbanan di ladang misi. Penderitaan dan kematian sebagai komitmen kesetiaan perlu disiapkan dan disongsong. Di zaman yang sangat mendewakan materi dan kuasa, nilai-nilai kehidupan seperti kesederhanaan, keadilan, kejujuran, kesetaraan, keutuhan ciptaan hanya dapat diwujudkan dengan komitmen kesetiaan yang memungkinkan cara hidup yang khas, seperti yang diteladankan Yesus.

Latar Belakang dan Tafsiran Teks

Jika kita membandingkan injil Yohanes dengan injil-injil Sinoptis (Matius, Markus dan Lukas), ada beberapa kekhasan injil Yohanes. Pertama, injil Yohanes banyak memuat kisah yang tidak terdapat dalam injil Sinoptis. Hal itu memperlihatkan maksud dari injil ini, yaitu untuk memperlengkapi cerita yang sudah ada pada injil lainnya. Kedua, injil sinoptis menyajikan cerita dengan gaya melaporkan apa yang terjadi. Sementara injil Yohanes menyampaikan arti dan maksud dari segala yang dilihat dan didengarnya. Ketiga, dalam injil Yohanes hubungan antara Yesus dengan Allah dibuat lebih nyata. Yesus sejak kekal adalah anak Allah.

Dapat ditegaskan di sini bahwa tujuan dari injil Yohanes adalah untuk memelihara iman orang-orang percaya bahwa Yesus adalah anak Allah yang diutus untuk menyelamatkan dunia. Seperti dikatakan dalam Yohanes 20:31, "supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya." Dalam menghadapi rupa-rupa tantangan dan permasalahan yang menggugat iman kepada Yesus, injil Yohanes menghadirkan jawaban tegas. Selain itu, seperti pendapat para bapa gereja, Injil Yohanes juga ditulis untuk melawan ajaran gnostik1 yang telah menyusup ke dalam gereja pada akhir abad I.

Perikop Yohanes 12:20-36 diawali dengan keinginan serius dari orang-orang Yunani untuk menjumpai Yesus. Mereka ada di Yerusalem untuk mengikuti perayaan agama Yahudi. Bisa saja niat bertemu Yesus itu dibedakan atas dua motif. Motif pertama, alasan bertemu Yesus berkaitan dengan harapan mesianis kaum Yahudi. Orang-orang itu telah mendengar ajaran agama Yahudi tentang mesias yang diutus Allah untuk membebaskan umat Israel dari kuasa bangsa penindas. Seperti Musa yang memimpin umat Israel dari Mesir atau para hakim yang ditus untuk membebaskan Israel dari ancaman kuasa bangsa lain, demikianlah mesias akan muncul dan memimpin perjuangan melawan kuasa penjajahan Romawi. Menyimak berbagai informasi tentang kuasa Yesus melakukan mujizat membuat mereka mengharapkan kehadiran sosok mesias pembebas tersebut. Mereka datang untuk bertemu dan berbicara dengan Yesus, guna memastikan bahwa padanya ada kapasitas untuk bertindak selaku mesias politik yang akan mengalahkan dominasi kerajaan Romawi. Motif kedua, kemungkinan orang-orang Yunani telah mengetahui rencana jahat untuk membunuh Yesus. Mereka bertemu Yesus untuk meluputkannya dari rencana jahat itu.

Jawaban Yesus terhadap permintaan mereka membuka perspektif baru tentang mesias. Mesias dalam pandangan umum waktu itu adalah tokoh pahlawan yang gagah perkasa, yang mahir memainkan siasat dan senjata, yang lihai berkelahi dan berperang, tangkas menaklukan

1 Kata “gnostik” dalam bahasa Yunani artinya pengetahuan. Ajaran gnostik menempatkan pengetahuan akan misteri ilahi sabagai syarat mendapatkan keselamatan. Intinya jiwa dari manusia yang dapat diselamatkan adalah suatu percikan dari keilahian dalam tubuh. Penyelamatan berarti pelepasan jiwa dari kecemaran badaniah, dan penyerapannya ke dalam sumbernya. Ajaran ini bertentangan dengan doktrin utama Kristen tentang karya penebusan di dalam Kristus.

11

Page 12: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

lawan. Sosok mesias seperti itu berbeda sama sekali dengan sosok kemesiasan Yesus yang secara sadar menempuh jalan sengsara. Karya Kristus tidak berdasarkan hukum dendam dan perang, melainkan berdasarkan hukum kasih dan pengampunan. Kristus tidak mengangkat dan mengayun senjata untuk menghukum dan membinasakan orang berdosa, melainkan melakukan karya kasih untuk menyadarkan dan memberdayakan dunia agar terbebas dari lilitan dan ancaman kuasa dosa. Tuhan Yesus mengangkat ilustrasi dari dunia pertanian. Sebutir gandum baru akan menghasilkan banyak butir gandum setelah ia dikuburkan.

Refleksi

Ketika hawa kematian telah tersebar, Tuhan Yesus menyatakan kesiapannya untuk berkorban demi penyelamatan semesta sesuai rencana Allah. Prinsipnya, pengorbanan Kristus adalah cara Allah untuk menyatakan kasihNya yang mendamaikan dan menyelamatkan dunia. Jalan itu bukan jalan biasa. Tidak mudah bagi akal manusia memahami salib dan kematian Kristus sebagai cara Allah menyelamatkan semesta. Di sini, metafora biji gandum dipakai untuk menjelaskan beberapa pemahaman tentang karya Kristus sebagai teladan pelayanan Kristiani.

Pemahaman pertama, pelayanan menuntut totalitas. Seluruh hidup Yesus dipertaruhkan demi karya keselamatan. Karya Kristus yang tersalib sampai mati itu menunjukkan kepada kita tentang totalitas pelayanan demi perbaikan semesta. Pelayanan yang demikian terlalu besar bagi orang-orang yang hanya memikirkan diri sendiri. Di jalan pelayanan, apa yang dijaga dan dirawat untuk diri sendiri akan hilang. Orang yang merawat nyawa akan kehilangan nyawa. Pemahaman ini menekankan relasi yang menyatukan kita dengan Yesus, sehingga kita menjadi pelayanNya, berada bersama-Nya, dan dihormati Bapa-Nya.

Pemahaman kedua, jalan salib adalah jalan kemenangan yang sesungguhnya. Motivasi setia kepada Allah dibuktikan dengan kerelaan untuk menanggung segala resiko pelayanan. Penderitaan dan kematian pada jalan salib menunjukkan kesetiaan yang paripurna. Penderitaan dan kematian Kristus merupakan tanda kesetiaan berkarya bagi keselamatan dunia. Hanya ketika hidup kita menyatu sempurna dengan kehendak Allah, ada keberanian mengambil seantero tanggung jawab dan resiko pelayanan. Ketika hidup pelayanan kita menyatu sempurna dengan karya Allah bagi semesta, kita akan menyadari kehadiran Tuhan dalam segala bentuk dan fase pelayanan, bahwa Tuhan menemani kita dalam menghadapi berbagai tantangan dan kemelut. Tantangan dan kemelut berakhir pada kematian, tetapi anugerah kemenagan dan kebahagiaan sejati melampaui kematian.

Pemahaman ketiga, jalan salib yang berujung kematian bukan jalan biasa. Jalan ini ditemukan pada karya Allah melalui Kristus. Ibarat terang yang datang dari Allah, maka hanya hidup dan karya Kristus yang tersalib itu yang dapat menunjukkan betapa Allah mengasihi dunia ini. Anak tunggal-Nya direlakan-Nya berkarya, berkorban, menderita dan dihinakan hingga ke alam maut demi keselamatan semesta yang dikasihi-Nya. Salib bukan singgasana kuasa yang pongah. Salib bukan simbol kekayaan yang glamor, melainkan simbol kasih yang aktif berjuang. Salib Kristus adalah simbol solidaritas dan empati dengan kaum yang tidak berdaya, tanda kasih yang rela menghampakan diri, menderita, bekerja keras hingga mengorbankan diri. Memandang kepada Kristus membantu kita untuk memahami makna salib sebagai tanda cinta yang aktif, yang menyelamatkan. Kristus yang tersalib adalah Kristus yang ditinggikan sehingga mata kita tidak terhalang untuk menemukan kasih Allah, mengikuti teladan-Nya dalam berkarya, dan aktif melayani untuk perbaikan semesta.

Dari waktu ke waktu permasalahan dunia kian kompleks, sehingga tanggung jawab iman menuntut kerja keras dan kesediaan berkorban. Alam semesta tidak lagi utuh, karena keserakahan manusia. Bentuk-bentuk kejahatan berkembang pesat. Ketidakadilan dan kebencian merajalela. Renungan ini mengajak kita memandang komitmen kesetiaan yang diteladankan Yesus. Menghadapi ancaman penderitaan dan kematian, Ia menyatakan kesediaan-Nya untuk

12

Page 13: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

berkorban demi keselamatan semesta: berkarya dengan totalitas, melayani dengan setia dan menyatu dengan Allah demi menyelamatkan dunia, memperbaiki kerusakan semesta. Kerangka Khotbah Minggu Sengsara 3Minggu, 25 Februari 2018

“WHEN RELIGION BECOME EVIL“(Kepentingan yang Jahat Membuat Yesus Menderita)

Bacaan: Markus 14:1-2

Pengantar

Kita memasuki Minggu Sengsara 3, dan tema yang diajukan di sini adalah: Kepentingan yang jahat membuat Yesus menderita. Penderitaan Kristus dalam hal ini merupakan pokok pemberitaan yang penting dalam Minggu-minggu Sengsara. Setidak-tidaknya, ada 2 (dua) pokok pikiran yang berkembang di sekitar topik-topik penderitaan Kristus sebagai berikut: Pertama, penderitaan Kristus adalah merupakan bagian dari rencana Allah untuk menyelamatkan dunia dan manusia. Penderitaan Kristus adalah bagian dari skenario Allah. Kedua, penderitaan Kristus adalah hasil rekayasa manusiawi yang akan memberikan penjelasan menyangkut kepentingan-kepentingan manusia yang jahat. Pokok-pokok pikiran seperti ini akan menjelaskan tentang sisi-sisi yang berbeda dari dari cara pandang kita tentang penderitaan Kristus, dan seharusnya ini akan memperkaya pemahaman kita tentang penderitaan Kristus itu sendiri.

Dengan tidak bermaksud mengabaikan penderitaan Kristus sebagai bagian dari rencana Allah, thema yang diajukan di atas, mengasumsikan bahwa penderitaan yang dialami oleh Yesus adalah merupakan penderitaan ‘ditimpakan’ oleh manusia kepada Kristus. Penderitaan Kristus dalam hal ini dipahami sebagai hasil dari rekayasa manusia, penderitaan karena ulah manusia. Dalam penderitaan Kristus, kita melihat potret buram dari bobroknya perilaku etis manusia/masyarakat yang kemudian melalui proses rekayasa telah menempatkan Kristus di dalam penderitaan-Nya.

Petinggi Agama dan Rekayasa Sosial

Teks Markus 14:1-2 secara gamblang memberikan gambaran tentang peran dari para petinggi agama cq. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat dalam kaitan dengan usaha untuk membunuh Yesus. Penderitaan yang berujung pada pembunuhan Yesus dalam hal ini dilihat dalam perspektif suatu kejahatan yang direncanakan oleh orang-orang kalangan atas dalam struktur masyarakat agama pada waktu itu. Para pemimpin agama merancang kejahatan melalui proses rekayasa sosial yang melibatkan banyak pihak, baik kalangan lingkaran dalam kelompok Yesus (cq. Yudas) tetapi juga kelompok-kelompok yang berada di luar kelompok Yesus seperti orang banyak, para petugas pada peradilan agama, termasuk di dalamnya peradilan yang dilakukan oleh otoritas kekuasaan (Pilatus). Tujuan yang hendak dicapai ialah Yesus terbunuh melalui cara-cara yang penuh dengan tipu muslihat. Terkait dengan rekayasa ini, mereka juga memilih/menentukan waktu yang ‘tepat’ bilamana Yesus harus dieksekusi.

13

Page 14: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

Bagian ini menarik. Secara teoretis, agama-agama (dan karena itu petinggi agama-agama) dipandang berada pada garis depan dari upaya bersama untuk mendatangkan kebaikan. Demikian pula teks-teks keagamaan (teks kitab suci) yang diajarkan dan atau menjadi rujukan bagi para petinggi agama, selalu akan menjadi teks-teks yang menganjurkan kebaikan, baik itu secara personal, maupun komunal. Tak ada agama yang tidak berorientasi pada kebaikan. Agama-agama dan para petinggi agama selalu dipandang sebagai agen-agen kebaika. Mereka, karena itu, tidak semestinya masuk ketegori orang-orang ‘jahat’, atau lebih tepat orang-orang yang merancang kejahatan. Tetapi Markus 14 ayat 1 - 2 memberikan gambaran yang berbeda. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat menjadi aktor utama dibalik peristiwa pembunuhan Yesus. Mereka merancang tipu muslihat. Mereka mencari jalan untuk menangkap dan membunuh Yesus (ay. 1). Karena itu tidaklah berlebihan jika bagian ini disebut sebagai kejahatan keagamaan, kejahatan yang dirancang oleh para petinggi agama, dan yang sesungguhnya akan memberikan penjelasan tentang: When Religion become Evil.

Permufakatan dan Tipu Daya

Kitab Injil Markus pasal 14 ayat 1-2, memberikan sisi yang sebaliknya dari anggapan umum seperti yang diajukan di atas. Pertanyaannya, mengapa para petinggi agama mesti mengambil sikap yang ‘tidak lazim’ dan melibatkan diri sebagai aktor utama dari rekayasa sosial yang berujung pada pembunuhan Yesus. Boleh jadi, realitas Yesus telah sampai pada taraf ‘meresahkan’. Berhubungan dengan realitas Yesus yang tampaknya makin membuat popularitas para petinggi agama ( yang dalam hal ini dipersonifikasi dalam tampilan Imam-imam Kepala dan para Ahli Taurat ) menjadi semakin berkurang dan bahwa ‘gerakan’ yang tumbuh sebagai akibat dari pengajaran dan aksi-aksi yang Yesus lakukan semakin menggelisahkan, maka keputusan untuk menghentikan pergerakan Yesus dan para pengikutnya menjadi penting. Para petinggi Agama yang ‘ gelisah ‘ ini merasa perlu untuk mengambil tindakan untuk ‘menghabisi’ Yesus dan kelompok-Nya pada kesempatan pertama. Kenyamanan mereka (tetapi juga kekuasaan mereka) yang terusik dengan tampil Yesus pada pentas sejarah telah mendorong para pemangku kepentingan dari agama Yahudi untuk mengambil langkah-langkah ‘kontroversil’ untuk menghentikannya.

Dalam konteks ini kita memahami permufakatan (atau lebih tepat konspirasi) di antara para elit keagamaan, di antara Imam-iman Kepala dan Orang-orang Parisi. Kitab Injli Markus secara gamblang memaparkan tentang permufakatan dan tipu daya yang dilakukan oleh para petinggi agama Yahudi dan mereka yang diikut-sertakan dalam rekayasa sosial ini.

Moralitas Sosial yang Bobrok

Apakah yang akan dijelaskan ketika kitab suci memberikan gambaran tentang perilaku elite keagamaan yang terperangkap dalam permufakatan jahat dan tipu daya yang berujung pada penderitaan dan kematian Kristus? Permufakatan seperti ini secara jelas memberikan gambaran tentang moralitas masyarakat yang bobrok. Jika para petinggi (secara khusus petinggi keagamaan) yang seharusnya menjadi penganjur kebaikan, tetapi pada kenyataannya terperangkap dalam suatu rekayasa sosial yang jahat, maka pertanyaannya ialah bagaimana struktur masyarakat yang ada di bawahnya? Memang gambaran tentang perilaku para elit – khususnya elit keagamaan – tidak serta merta akan memberikan gambaran tentang perilaku

14

Page 15: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

masyarakat yang ada di bawahnya. Tetapi, jika para elit keagamaan tidak dapat menjaga perilaku mereka, bagaimana mereka dapat mengajarkan kebaikan kepada orang kebanyak. Asumsinya ialah para elit mesti dapat memberikan teladan kepada masyarakat, dan jika hal itu tidak lagi dapat mereka lakukan, maka pengajaran macam apa yang harus diterima oleh masyarakat. Kegagalan imam-imam kepala dan orang-orang Farisi dalam menjaga perilaku etis mereka tentu akan berdampak langsung terhadap moralitas masyarakat yang berada dalam ‘pemeliharaan’ mereka. Para elit ini, dengan permufakatan jahat dan tipu daya yang mereka lakukan terhadap Yesus, sesungguhnya akan memberikan gambaran tentang gagalnya proses transfer nilai-nilai moral mereka. Inilah yang dimaksudkan dengan moralitas sosial yang bobrok seperti yang diutarakan di atas.

Injil Bagi Kita

Teks yang sampai kepada kita tentu akan menjadi teks akan diteruskan kepada orang banyak (warga Jemaat). Pertanyaan pokok yang dikedepankan di sini adalah apakah pesan teks bagi pembaca masa kini dan di sini? Berkaitan dengan topik kepentingan-kepentingan yang jahat dari para petinggi agama dan penderitaan Kristus, beberapa pokok pikiran dikemukakan di sini sebagai pesan minggu sengsara 3, sebagai berikut:

1. Persoalan keteladananKetidak-mampuan para petinggi agama untuk memberikan teladan bagi mereka yang berada di bawahnya menjadi pokok yang penting dan berharga. Teks ini mesti menjadi pesan yang kuat bagi warga Gereja yang menempati posisi-posisi khusus di dalam masyarakat.mereka harus belajar dan merasa terdorong untuk dapat memberi teladan dalam kehidupan mereka.

2. Jangan merancang kejahatanWarga gereja mesti didorong untuk tidak merancang kejahatan, tetapi juga tidak mengambil bagian dalam upaya-upaya terencana berkaitan dengan tindakan kejahatan.

3. Tidak mengorbankan orang lainPosisi Kristus sebagai korban menjadi pokok penting untuk bagi pemberitaan ini. Dan penderitaan Kristus merupakan akibat dari tindakan terencana yang dilakukan oleh yang mereka memiliki kepentingan langsung dari penderitaan dimaksud. Karena itu, tindakanmu seharusnya tidak menciptakan penderitaan bagi orang lain. (rf)

Kerangka Khotbah Minggu Sengsara 4Minggu, 04 Maret 2018

“MELAYANI KRISTUS DAN SESAMA DENGAN CARA DAN PADA WAKTU YANG TEPAT”

Pendahuluan

Akhir-akhir ini khususnya dalam kesempatan beribadah orang sering menyanyikan lagu “Hidup ini adalah kesempatan“ ciptaan dari Pdt. D. Surbakti. Syair/liriknya sangat sederhana,

15

Page 16: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

mudah diingat dan yang paling penting adalah lagu ini sarat makna, mungkin saja ini menjadi alasan banyak orang yang menyukai lagu ini.

Benar bahwa hidup ini adalah kesempatan untuk melayani, baik melayani Tuhan maupun melayani sesama. Untuk mewujudkan kerinduan untuk melayani maka banyak orang dengan penuh semangat mengambil bagian dalam berbagai bentuk kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh gereja. Semangat ini semestinya kita beri apresiasi. Namun muncul pertanyaan bagi kita adalah apakah semangat melayani ini didasarkan pada motifasi dan tujuan yang benar dan dengan cara yang dikehendaki oleh Tuhan atau tidak? Sebab setiap pelayanan akan teruji dan harus dipertanggungjawabkan. Oleh Karena itu semangat melayani baik kepada Tuhan maupun sesama semestinya didasarkan pada motifasi, tujuan serta cara yang benar dan bertanggung jawab sesuai dengan yang Tuhan kehendaki.

Pada Minggu sengsara ke-4 hari ini kita berefleksi tentang hal ini yang didasarkan pada perenungan Firman Tuhan yang terpilih dari Markus 14:3-11.

Latar belakang dan Tafsiran Teks

Selain dalam Injil Markus kisah dalam teks ini juga di catat dalam Injil Matius dan Injil Yohanes yaitu Matius 26:6-13; Yohanes 12:1-8. Dengan beberapa perbedaan, misalnya: Markus mencatat bahwa peristiwa ini terjadi dua hari sebelum hari raya Paskah dan dan hari

raya Pondok Daun di mulai sedangkan Yohanes 6 hari sebelum Paskah dimulai. Menurut Markus dan Matius peristiwa ini terjadi di rumah Simon si kusta, sedangkan

Yohanes kisah ini terjadi di rumah Lazarus yang dibangkitakan oleh Yesus. Markus dan Matius tidak menyebut dengan jelas siapa perempuan yang mengurapi Yesus

tetapi Yohanes menyebut nama perempuan itu yakni Maria saudara Lazarus. Markus dan Matius mengatakan bahwa minyak narwastu dicurahkan di atas kepala Yesus

tetapi Yohanes mengatakan bahwa Maria meminyaki kaki Yesus dan menyeka dengan rambut.

Terhadap sikap perempuan ini, Markus mencatat ada orang yang gusar, Matius mencatat murid-murid gusar sedangkan Yohanes lebih jelas menyebut Yudas Iskariot.

Terhadap perbedaan-perbedaan ini tentunya bukan untuk diperdebatkan karena masing-masing penulis Injil mempunya maksud dan tujuan tertentu dan dengan gayanya yang berbeda-beda menyampaikan maksudnya. Dengan informasi yang berbeda itu, dapat melengkapi dan menolong kita untuk memahami teks yang kita baca

Dari perikop sebelumnya kita memperoleh gambaran tentang situasi yang dihadapi oleh Yesus saat itu yaitu bahwa para iman-imam kepala dan ahli-ahli Taurat semakin gencar mencari jalan untuk menangkap dan membunuh Yesus dengan menempuh berbagai cara termasuk tipu muslihat. Orang orang yang dalam Agama Yahudi pandai berbicara dan mengajar tentang kebenaran namun justru secara diam-diam merencanakan kejahatan yang sangat mengerikan. Ibarat serigala berbulu domba. Berhadapan dengan situasi yang demikian maka Ia mengalami peristiwa sebagaimana diceritakan dalam pembacaan kita hari ini.

Untuk mendalami teks ini maka saya ingin membaginya menjadi 3 bagian:1. Melayani dengan hati sebagai tanda syukur atas keselamatan yang diberikan oleh Yesus

(ayat 3). Untuk bagian ini kita mencatat dua tokoh penting dalam kisah ini, yaitu Simon si kusta dan Seorang perempuan. Banyak penafsir yang sering mengabaikan peran Simon si kusta yang telah menerima Yesus dan murid-murid-Nya dan mungkin juga ada orang yang lain, untuk singgah di rumahnya bahkan makan bersama sebelum mereka melanjutkan perjalanan ke Yeruslem. Ada beberapa penafsir yang mengatakan bahwa sebutan Simon si kusta bukan berarti Simon masih menderita penyakit kusta, sebab jika ia masih menderita sakit kusta maka tentunya ia tidak mengundang orang untuk datang ke rumahnya atau juga orang-orang tidak akan datang ke

16

Page 17: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

rumahnya. Sebab dalam Alkitab baik PL maupun PB penyakit kusta menunjuk pada berbagai penyakit kulit, khususnya yang bersisik putih, licin, dan jika ditekan tidak terasa sakit. Karena penyakit ini menular dan berbahaya maka bagi kalangan orang Israel penyakit ini dianggap najis dan berbahaya bahkan dianggap sebagai kutukan Tuhan sehingga orang-orang yang menderita sakit kusta dijauhi bahkan dikucilkan oleh masyarakat.Jadi kemungkinan yang benar adalah bahwa Simon pernah menderita penyakit kusta tetapi kemudian ia adalah salah satu dari orang-orang kusta yang disembuhkan oleh Yesus. Ia pernah berada dalam pergumulan hidup yang sangat berat tetapi Tuhan Yesus telah menolongnya memberi keselamatan kepadanya melalui kesembuhannya. Karena itu, tindakannya adalah wujud dari rasa syukur dan terima kasih atas apa yang telah dilakukan oleh Yesus bagi keselamaatannya. Caranya adalah mengundang Yesus singgah dirumahnya dan menjamu Yesus bersama murid-murid dengan makan dan minum. Selanjutnya tokoh kedua yang melakukan pelayanan kepada Yesus adalah seorang perempuan, yang oleh penulis Injil Yohanes disebut Maria saudara Lazarus. Teks ini tidak berbicara apa-apa tentang alasan kenapa perempuan ini mengurapi Yesus dengan minyak Narwastu yang sangat mahal harganya, yakni sekitar 300 dinar (upah kerja selama 1 tahun). Tindakan memberi sesuatu yang sangat-sangat berharga kepada sesorang pada umumnya dilakukan karena orang tersebut pernah melakukan sesuatu yang sangat penting bagi dirinya, menolong atau menyelamatkan dia dari sesuatu yang membebani atau mengancam kehidupannya. Jika seorang perempuan yang dimaksudkan oleh Markus adalah Maria seperti yang dicatat oleh penulis Injil Yohanes maka tentu yang dilakukan oleh Maria adalah untuk menyatakan rasa syukur dan terimakasihnya kepada Tuhan Yesus yang telah menolong keluarga mereka yakni membangkitkan Lazarus saudara laki-laki mereka dari kematian. Bagi Maria keselamatan yang telah diterima melalui mujizat yang dilakukan oleh Yesus jauh lebih berharga dari minyak Narwastu yang selama ini dimilikinya. Ia ingin melayani Tuhan dengan cara mempersembahkan yang paling berharga yang ia miliki dalam hidupnya.

2. Melayani karena kepentingan tertentu (ayat 4-5)

Atas tindakan seorang perempuan yang mengurapi Yesus dengan minyak narwastu ini maka ada orang yang menjadi gusar. Kata “gusar“ berarti marah .geram, berang, dongkol. Kalau berdasarkan catatan dari Injil Matius orang tersebut dari murid-murid Yesus sedangkan Injil Yohanes mencatat dengan nama yang sangat jelas bahwa dia adalah Yudas Iskariot. Pertanyaannya ialah kenapa ia marah, geram, dongkol melihat tindakan perempuan ini padahal minyak ini bukan miliknya? Baik Markus maupun Matius memberi catatan bahwa alasan orang ini gusar sebab di mata orang ini tindakan perempuan ini adalah suatu pemborosan dan kemudian ia mulai membuat perhitungan untung rugi, kalau minyak itu dijual maka bisa mendapat uang 300 dinar dan jika benar Ia adalah Yudas maka orang ini yang akan memegang uang itu dan menjadikan orang-orang miskin sebagai alasan untuk menutupi maksudnya yang tersembunyi sebab ia adalah seorang pencuri dan sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. Jadi kelihatannya ia sangat setia mengikuti dan melayani Yesus serta peduli dengan orang-orang yang susah tapi ternyata ia adalah seorang yang munafik, tamak dan mementingkan dirinya sendiri. Hal ini semakin nyata lewat tindakan Yudas Iskariot yang pergi kepada para imam untuk menyerahkan Yesus dengan imbalan sejumlah uang yakni menurut catatan Matius jumlahnya tiga puluh uang perak (Matius 26:15).

3. Tanggapan Yesus terhadap apa yang terjadi (ayat 6-9)

17

Page 18: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

Terhadap tindakan perempuan ini Tuhan Yesus memberi pujian dan membelanya, bahkan Yesus mengatakan bahwa perbuatan perempuan ini akan tetap diingat di mana saja Injil diberitakan. Yesus juga meminta murid-murid untuk membiarkannya, artinya memberi kesempatan kepadanya untuk melakukan yang terbaik, sebagai suatu tanda cinta dan penghargaan/penghormatan kepada-Nya, bagi Yesus apa yang dilakukan perempuan ini sangat berarti bagi persiapan dirinya untuk menghadapi penderitan dan kematian-Nya. Melalui kesungguhannya untuk melayani Yesus, ia telah mengambil bagian dalam penderitaan dan kematian Kristus. Inilah yang tidak dapat dilihat oleh murid-murid sekalipun Ia telah memberitahukannya kepada mereka. Mereka selalu bersama-sama dengan-Nya setiap hari tetapi tidak mengenal Dia dengan sungguh-sungguh. Dari perkataan Yesus memperlihatkan bahwa Yesus secara halus mau menegur murid-muridNya yang tidak peka dan tidak peduli dengan apa yang akan terjadi dengan diri-Nya, sehingga ia dengan tegas mengatakan bahwa perbuatan perempuan ini merupakan persiapan akan pengubura-Nya sebab dalam tradisi Yahudi orang baru meninggal itulah yang diurapi dengan minyak sebagai persiapan untuk dikuburkan.

Refleksi

Berdasarkan pendalaman teks yang kita baca hari ini, maka ada beberapa hal yang dapat kita catat sebagai pelajaran penting dalam kehidupan kita khususnya dalam tanggung jawab untuk melayani Kristus dan juga melayani sesama kita.

Pertama, apa arti hidup ini kalau bukan untuk melayani? Setiap orang percaya semestinya menyadari bahwa hidupnya untuk melayani Tuhan dan sesama sebagaimana yang ditunjukan oleh Yesus Kristus selama ia berada ditengah-tengah dunia. Bahkan Ia sendiri berkata” Karena Anak Manusia datang juga datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang. Jadi kita hanya akan menemukan arti hidup kita yang sesungguhnya apabila kita melayani.

Kedua, kisah tentang Simon si kusta dan seorang perempuan dalam bacaan Alkitab hari mengajarkan kita agar dalam setiap perbuatan untuk melayani Tuhan maupun sesama mestinya dilakukan dengan sepenuh hati, dengan iman dan sebagai suatu ungkapan syukur atas keselamatan yang telah kita terima melalui pengorbanan-Nya bagi kita. Dalam melayani kita juga belajar memberi yang terbaik. Terbaik disini bukan pada mahalnya pemberian kita tetapi yang didasarkan pada kasih, cinta dan penghormatan/penghargaan kita kepada Tuhan dan sesama. Melayani dengan cara yang benar dan diwaktu yang tepat.

Ketiga, kita juga diingatkan untuk menjauhi sikap melayani yang disertai dengan kepentingan-kepentingan yang terselubung, misalnya; mencari kehormatan, tamak atau memperkaya diri sendiri. Tidak jarang kita temukan ada orang-orang yang kelihatan begitu aktif dan bersemangat untuk melayani tetapi sebenarnya punya tujuan lain. Agama atau gereja atau pelayanan hanya dimanfaatkan untuk mewujudkan apa yang ingin ia capai.

Empat, melayani tanpa pengenalan yang baik akan Tuhan dan firman-Nya pasti akan sia-sia. Karena itu, membangun hubungan pribadi dengan Tuhan dan terus belajar akan Firman-Nya akan menolong kita dapat melayani dengan baik, Amin. (hbk)

18

Page 19: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

Kerangka Khotbah Minggu Sengsara 5Minggu, 11 Maret 2018

“TELADAN YESUS DALAM KERENDAHAN HATI”

Bacaan Alkitab: Yohanes 13:1-17

Teks

Peristiwa pembasuhan kaki para murid oleh Yesus memperlihatkan dengan jelas tentang karakter Yesus. Karakter yang penuh cinta. Bagi Yesus cinta artinya pelayanan dan pengorbanan. Pelayanan dan pengorbanan sejati hanya dapat dilakukan dengan dan dalam kerendahan. Dengan perkataan lain, pelayanan dan pengorbanan sejati mensyaratkan kerendahan. Tanpa kerendahan adalah tidak mungkin bertumbuh pelayanan dan pengorbanan sejati. Tanpa kerendahan pelayanan dan pengorbanan merupakan pecitraan. Apa saja yang dilakukan sebagai pecitraan cenderung berniat investasi popularitas atau ketenaran.

Membasuh kaki merupakan suatu tradisi sosial masyarakat Palestina atau kota Yerusalem zaman itu. Sepatu yang berbentuk sandal tidak sepenuhnya melindungi kaki dari debu, lumpur dan berbagai kotoran. Sementara kondisi lingkungan dan jalan di Yerusalem (Palestina) sangat berdebu di musim panas dan berlumpur di musim hujan. Oleh karena itu, pada setiap pintu masuk rumah selalu tersedia air dalam tempayan untuk membasuh kaki. Pekerjaan membasuh kaki itu adalah tugas para budak.

Ketika Yesus dan murid-murid-Nya memasuki rumah ibu Yohanis Markus sebagai tempat mereka merayakan Paskah, tersedia air di muka pintu untuk membasuh kaki, tetapi tidak ada budak yang hendak melaksanakan tugas itu. Para murid pun, tidak ada yang bersedia untuk melaksanakan pekerjaan itu. Mereka menganggap diri tidak dalam posisi sebagai budak. Menjadi murid dianggap sebagai posisi yang menjanjikan kehormatan, bukan untuk menjadi budak. Injil Lukas menampilkan, pada perjamuan malam di Paskah terakhir itu, adanya perdebatan panas para murid tentang perolehan kedudukan dan kekuasaan. Siapa yang terbesar di antara mereka (Lukas 22:24). Siapa dapat apa! Mengikut Yesus artinya memperoleh jatah kekuasaan dan kehormatan. Itu harapan mereka. Yesus tahu itu.

Para murid sudah mengikut Yesus selama tiga tahun. Kali ini mereka merayakan perjamuan Paskah ketiga atau terakhir. Sesudah itu, suatu episode drama tragis kronis segera dijalani. Kekerasan, penganiayaan atau penderitaan sadis segera dilakoni atau dikenakan pada Yesus sebagai jalan salib yang niscaya. Memasuki episode tragis kronis itu, cinta yang terwujud dalam pengorbanan dan yang mensyaratkan kerendahan menjadi tontonan dan sekaligus diletakkan oleh Yesus menjadi dasar etos kemuridan.

Sayangnya, sampai pada masa akhir para murid bersama Yesus, murid-murid masih beroientasi kepada perolehan jatah kekuasaan dan kehormatan. Mestinya mereka tidak lagi berada pada posisi moral yang serendah itu menurut standar kemuridan. Standar kemuridan adalah menyangkal diri, memikul salib dan bersedia kehilangan nyawa..., menurut role model Yesus (Matius 16:24ff). Sudah tiga tahun bersama Yesus, mestinya para murid sudah paham dan menginternalisasi ajaran dan etika Yesus menjadi etos kemuridan. Kecenderungan berorientasi kepada kekuasaan dan kehormatan, mestinya, sudah menjadi barang usang yang telah dibuang jauh-jauh karena tidak pas lagi dengan model hidup kemuridan yang telah dipolakan oleh Yesus.

19

Page 20: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

Mestinya, pada perjamuan Paskah terakhir itu, para murid berada pada puncak kualitas hidup kemuridan setelah tiga tahun belajar dari Yesus. Mestinya, pada perjamuan malam itu, para murid mendemostrasikan pembasuhan kaki seorang terhadap yang lain, teristimewa membasuh kaki Yesus, Sang Guru dan Tuhan, sebagai indikasi watak kerendahan kemuridan.

Makanya Yesus harus memperingatkan mereka lagi. Yesus berkata: “Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat seperti yang telah Kuperbuat kepadamu” (ayat 14-15). Bagi Yesus menjadi Tuhan dan Guru bukanlah kehormatan yang perlu dipertahankan, melainkan tanggung jawab melayani sebagai hamba, bahkan siap mengorbankan nyawa (Mark.10:45; Fil.2:6-7). Teks ini mengandung hikmat bahwa menjadi Tuhan dan hamba bukanlah dua kedudukan yang memiliki kesenjangan yang kontradiktif, yang satu tidak bisa menjadi yang lain dan saling berlawanan, seperti lazimnya dipahami. Adalah mustahil Tuhan menjadi hamba dan lebih mustahil lagi seorang hamba menjadi Tuhan. Begitulah yang umumnya dimengerti. Kemustahilan ini tidak berlaku bagi Yesus. Menurut model Yesus, Tuhan itu kehadiran-Nya dinikmati melalui pelayanan-Nya sebagai hamba dan pelayanan sejati sosok hamba merupakan keniscayaan cinta sang Tuhan. Jadi adanya hubungan dialektika antara Tuhan dan hamba. Tanpa kehambaan Yesus, manusia tidak dijumpai dan karena itu manusia tidak dapat ditebus untuk selamat. Bagi Yesus, keselamatan manusia mensyaratkan Tuhan menghamba.

Konteks

Kita sedang berada dalam suatu era yang di dalamnya kesejahteraan pribadi menjadi orientasi utama. Setiap orang berdaya upaya untuk mencapai derajat kesejahteraan individu itu. Berbagai cara dan peluang dipakai untuk maksud itu. Sekolah lebih tinggi supaya hidup lebih sejahtera. Besaran pendapatan ditingkatkan supaya hidup lebih sejahtera. Kedudukan dan pangkat dikejar supaya hidup lebih sejahtera. Berbagai kebesaran lainnya perlu digapai supaya hidup lebih sejahtera. Jadi kesejahteraan pribadi menjadi tujuan. Derajat kepuasan menikmati berbagai pemenuhan kebutuhan hidup menjadi cita-cita. Tidakkah kita berkarya mati-matian untuk hidup lebih sejahtera untuk diri sendiri? Tidakkah kita berupaya menduduki jabatan tertentu atau memperoleh pangkat tertentu untuk menikmati berbagai fasilitas dan kemudahan yang semakin membuat kehidupan lebih enak?

Orientasi ini telah melahirkan nafsu egoisme yang semakin mengental. Nafsu mengumpulkan kekayaan sebanyak-banyaknya tanpa kerja keras atau berpura-pura bekerja. Fenomena ini dipertontonkan melalui korupsi yang menggurita secara berjemaah untuk kesejahteraan individu. Nafsu kesejahteraan yang egoisitis ini telah menciptakan kesenjangan yang semakin menganga dan kontradiksi yang semakin tajam antara golongan yang punya dan golongan yang tidak punya. Yang kuat semakin kuat dan yang lemah semakin lemah. Yang berada semakin kaya dan yang miskin semakin melarat.

Ternyata kelompok kuat dan kaya itu hanya segelintir orang. Data statistik menunjukkan bahwa hanya 1% orang kaya menguasai lebih dari setengah kekayaan dunia. Lalu 3/4 penduduk bumi hanya menguasai 1/6 kekayaan bumi.2 Untuk Indonesia harta milik satu orang kaya setara dengan kekayaan 25 juta penduduk miskin.3 Jadi kekayaan 10 orang kaya saja di Indonesia sudah setara dengan kekayaan seluruh penduduk Indonesia. Skalanya menjadi 10: 250.000.000. Bumi dan segala kekayaannya diciptakan Tuhan untuk kehidupan seluruh umat manusia, dikuasai hanya oleh sekelompok kecil orang. Suatu piramide ketimpangan sosial ekonomi yang amat memprihatinkan.

2 Paul F.Knitter, 2003, Satu Bumi Banyak Agama, Jakarta: BPK Gunung Mulia, hal.95.3 Laporan Oxfam 2016.

20

Page 21: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

Mahatma Gandhi (1869-1948), sang pemimpin spiritual India, berkata bahwa ada tujuh dosa sosial yang menghancurkan peradaban manusia. Tujuh dosa sosial itu adalah: kekayaan tanpa kerja, kenikmatan tanpa nurani, ilmu tanpa kemanusiaan, pendidikan tanpa karakter, politik tanpa prinsip, ekonomi tanpa etika, ibadah tanpa pengorbanan. Peringatan Mahatma Gandhi yang disampaikan sekitar 100 tahun yang lalu itu masih begitu relevan dan up to date hingga kini, termasuk kita di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan lebih khusus lagi kita dalam persekutuan Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT). Tujuh dosa sosial ini tidak dapat dilepaskan dari nafsu kesejahteraan egoistis.

Roh kesejahteraan egoistis ini nampak menggejala juga dalam pelayanan GMIT. Banyak jemaat mengeluh karena ada pendeta yang hanya bertugas pada hari Minggu saja. Hari Minggu naik mimbar dan turun mimbar dianggap pelayanan sudah selesai. Pendeta hari Minggu ini telah menjadi kebiasaan sehingga tidak adanya rasa bersalah oleh pendeta-pendeta yang bersangkutan sementara gaji mereka dibayar penuh melalui sistem sentralisasi gaji karyawan GMIT. Kenyataan ini amat jelas menunjukkan “terima gaji tanpa kerja”.

Amat terkesan pula bahwa tugas pelayanan gereja dianggap lebih sebagai pekerjaan profesi dan bukan panggilan. Roh sekuler lebih dominan dari pada spirit melayani sebagai panggilan kemuridan. Kecenderungan melayani di Jemaat kota, bahkan di kantor Sinode dipandang lebih terhormat dari pada melayani di Jemaat pedesaan. Sementara jumlah Jemaat kota (ibukota Kabupaten dan Provinsi) hanya 7% dari total Jemaat GMIT. Orientasi kota tetapi realitas pedesaan. Adakah di lingkup pelayanan GMIT terdapat orientasi jabatan atau kedudukan demi kesejahteraan individual? Adakah di lingkup pelayanan GMIT terdapat orientasi kesejahteraan diri lebih dominan dari pada spirit melayani sebagai panggilan kemuridan?

Message

Sebagai murid Yesus, posisi ketinggian dan kerendahan bukanlah dua kedudukan yang kontradiktif melainkan dialektis. Menurut role model (teladan) yang ditampilkan oleh Yesus, membasuh kaki murid merupakan kriteria sang Tuhan dan Guru (ayat 14-15). Membasuh kaki merupakan tugas pelayanan seorang hamba (kerendahan) yang dilayankan oleh Yesus dalam posisi sebagai Tuhan dan Guru (ketinggian). Kalau begitu sikap atau karakter merendahkan diri merupakan kriteria kehormatan kemuridan. Jadi kehormatan tidak perlu dicari atau dikejar, karena kehormatan itu terkandung di dalam tugas melayani sebagai hamba. Semakin setia seorang murid Yesus melayani sebagai hamba, semakin besar ia dihormati oleh jemaat dan terutama oleh Yesus yang adalah Tuhan dan Guru. Sebaliknya murid yang tidak setia melayani, tidak akan mengambil bagian dalam kehormatan dan kebahagiaan Tuhan (Matius 25:26-30). Bahkan hamba yang tidak setia itu dikatergorikan sebagai hamba yang jahat, malas dan tidak berguna sehingga tidak layak berada dalam wilayah kehormatan Tuhan.

Di mata Yesus, ketinggian penghormatan terhadap setiap murid ditentukan oleh kesetiaan melayani sebagai hamba. Jadi bagi setiap pelaku pelayanan, khususnya pemangku jabatan pelayanan dan organisasi, melayani dengan setia sebagai seorang hamba merupakan keniscayaan kemuridan. Kehormatan sejati tidak ditentukan oleh jabatan, kedudukan atau pangkat, melainkan terletak pada kesetiaan dalam pelayanan. Kesetiaan pada pelayanan hanya dapat dilakukan dalam kerendahan. Karena kerendahan merupakan kriteria pelayanan sejati dan pengorbanan yang tulus. Tanpa kerendahan, pelayanan sejati dan pengorbanan yang tulus tidak dapat dilakukan. Karena mustahil orang sombong, angkuh dan atau yang berorientasi kepada kedudukan (ketinggian) bersedia mengorbankan kehormatannya untuk kesejahteraan orang lain.

Kalau begitu obsesi setiap murid Yesus atau pelaku pelayanan adalah kesetiaan melayani dan ketulusan berkorban yang disemangati oleh kerendahan. Mereka saling membasuh kaki. Jadi orientasi kesejahteraan egoistis bukanlah obsesi murid Yesus. Inilah keteladanan yang ditampilkan Yesus. (mdb)

21

Page 22: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

Kerangka Khotbah Minggu Sengsara 6Minggu, 18 Maret 2018

KRISTUS YANG BERGUMUL DALAM KESENDIRIAN-NYAMarkus 14:32-42

Pendahuluan

Injil Markus memang unik, walupun berada dalam urutan kedua perjanjian baru namun Injil ini merupakan injil tertua sekaligus injil terpendek. Injil ini memperkenalkan Kristus sebagai Putra Allah dan Mesias sekaligus Hamba yang menderita. Hal ini dilakukan penginjil (penulis injil) dengan tujuan agar umat percaya dapat bertahan dalam berbagai situasi kondisi, sebab pada waktu itu yaitu pada tahun 60-an M, orang percaya (orang Kristen) diperlakukan secara kejam oleh masyarakat sekitar pada waktu itu, mereka disiksa bahkan dibunuh dibawah pemerintahan Kaisar Nero.

Tafsiran

Ayat 32 : Pada ayat ini diperlihatkan Tuhan Yesus dan para murid (pengikut dalam versi BIMK) sampai di suatu tempat bernama Getsemani, kalimat “suatu tempat” berarti sebidang tanah untuk bercocok tanam sebab Getsemani sendiri berarti tempat pemerasan minyak (zaitun). Sementara kalimat “duduklah di sini, sementara Aku berdoa” bermaksud menggambarkan bahwa Tuhan Yesus ingin mencari tempat yang terpisah dari tempat murid-murid-Nya menunggu. Tuhan Yesus ingin mndapat suatu suasana tenang

Ayat 33 : Bagian ini memperlihatkan Tuhan Yesus mengajak serta tiga orang murid yaitu Petrus, Yakobus dan Yohanes dan pada saat itu Tuhan Yesus merasa takut dan gentar (dalam BIMK menggunakan kalimat “Ia mulai merasa sedih dan gelisah”) sementara dalam bahasa Yunani menggunakan kata ekthambeisthai dan ademonein kedua kata yang dalam bahasa Yunani ini kalau diterjemahkan artinya sangat sukar sebab ini berarti suatu ketakutan dan penderitaan yang sangat luar biasa tanpa batas. Menggambarkan bagaimana suasana hati Tuhan Yesus yang begitu bercampur baur: cemas, gelisah, takut, gentar, tertekan, rasa tak menentu, bingung, susah hati yang begitu mendalam.

Ayat 34 : Kalimat “hati-Ku sangat sedih” menggambarkan bagaimana dalamnya perasaan Tuhan Yesus atas kejadian yang Ia tahu akan menimpa-Nya dan perasaan itu ialah perasaan seperti mau mati rasanya“ dalam kalau harfiah dalam bahasa Yunani “seperti sampai pada kematian” kalimat ini semakin menambah kesan kuat bahwa seolah-olah Aku sudah mati. Sedangkan kata berjaga-jagalah bermaksud bukan untuk mengawasi Tuhan Yesus berdoa melainkan bermaksud agar para murid tidak jatuh kedalam dosa.

Ayat 35 : Ayat ini menggambarkan bagaimana Tuhan Yesus merebahkan diri sampai ke tanah/wajah-Nya menghadap ke tanah dan berdoa. Dalam doaNya Tuhan Yesus

22

Page 23: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

memohon sekiranya mungkin atau kalau mungkin atau kalau Allah setuju berarti Tuhan Yesus berharap Allah menolongNya atau memohon perkenanan Allah agar saat/jam/waktu itu yaitu saat-saat Yesus mengalami penderitaan dilalukan dari padaNya.

Ayat 36 : Ini merupakan isi doa Tuhan Yesus, bahasa Aram “Abba” berarti ayah atau bapa(k). Istilah yang umum pada waktu itu. Tuhan Yesus tahu bahwa Bapa sanggup untuk menolongNya tidak mengalami penderitaan (cawan) tersebut dengan berkata “ambilah cawan ini dari pada-Ku” tetapi kalimat “tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki melainkan apa yang Engkau kehendaki” mencerminkan suatu doa yang sungguh-sungguh berserah pada Allah Bapa.

Ayat 37 : Setelah selesai berdoa Tuhan Yesus kembali untuk mengecek keadaan ketiga murid yang dibawaNya serta dan Tuhan Yesus bertanya kepada Simon, (kalau dilihat ada perubahan nama yang awalnya Petrus sekarg disebut Simon). Kepada Simon Tuhan Yesus bertanya “sedang tidurkah engkau?” adalah bentuk retoris karena Tuhan Yesus jelas tahu mereka bertiga kedapatan sedang tidur. Oleh karena itu ini bukan sekedar pertanyaan melainkan teguran untuk tidak tidur/berjaga-jaga/bersiaga/waspada dan teguran tersebut dipertegas dengan pertanyaan “tidakkah engkau sanggup berjaga-jaga satu jam?”

Ayat 38 : Teguran diatas disambung dengan perintah yaitu “berjaga-jagalah dan berdoalah” agar waspada menghadapi segala kemungkinan. Kemungkinan yang dimaksud adalah pencobaan atau saat dimana seseorang tidak tahan menghadapi cobaan dan jatuh dalam dosa karena walaupun roh penurut alias punya kesadaran dan semangat patuh akan firman tetapi daging lemah alias perasaan negatif, rasa takut, cemas, dan rasa ragu selalu berusaha menggagalkan orang percaya. Lewat penggambaran pertentangan mau dikatakan bahwa orang percaya harus selalu waspada karena setiap saat sewaktu lengah dapat jatuh dalam pencobaan dan ketika tidak kuat menghadapi pencobaan maka akan jatuh dalam dosa.

Ayat 39 : Bagian ini menggambarkan bagaimana Tuhan Yesus kembali untuk berdoa kedua kalinya.

Ayat 40 : Ketika untuk kedua kalinya juga untuk mengecek mereka, mereka tertidur dan gambaran mata yang berat mau memberitahukan bahwa mereka sangat mengantuk. Mata mereka hanya mau tertutup saja. Sedangkan kalimat tidak tahu jawab apa yang diberikan menggambarkan bahwa mereka malu karena mereka kedapatan tertidur lagi sehingga tidak tahu harus berkata apa lagi.

Ayat 41 : Pada kali yang ketiga hal yang sama terjadi dan Tuhan Yesus mendapati hal yang sama dan kalimat perintah keluar yaitu tidurlah dan istirahatlah. Sebab saat atau waktunya sudah tiba bahwa Tuhan Yesus diserahkan.

Ayat 42 : Kata perintah bangunlah atau bangkitlah mau menggambarkan naik dari posisi sedang tidur. Dan kalimat marilah kita pergi menggambarkan bahwa mereka pergi untuk menghadapi rombongan yang mau menangkapNya bukan pergi dalam pengertian melarikan diri. Dia (Yudas) merupakan oknum yang dimaksud “dia yang menyerahkan aku…” sudah dekat maksudnya rombongan tetapi juga masa/saat/waktu penderitaan sudahlah dekat.

Refleksi

Kesendirian merupakan hal yang tidaklah mengenakkan. Tidak mengenakkan sebab hanya kita saja yang berjuang dalam menghadapi segala sesuatu, kesendirian yang dimaksud disini ialah Tuhan Yesus menghadapi kesendirian secara fisik bahwa para murid-Nya tidaklah bersama-sama denganNya padahal ketika mereka duduk berjaga bersama hal tersebut merupakan suatu

23

Page 24: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

dukungan/support kepada guru mereka. Di sinilah Tuhan Yesus bergumul dengan kesendirian-Nya. Walaupun demikian Tuhan Yesus tidak benar-benar sendiri, ada Allah yang menemani Tuhan Yesus dalam kesendirian-Nya agar Tuhan Yesus sanggup menghadapi masa penderitaan yang sebenarnya sangat berat kalau dipikul sendiri namun dengan penguatan dari Allah hal tersebut dapat dihadapi. Kerangka Khotbah Minggu Sengsara 7Minggu, 25 Maret 2018

MENYANGKAL DIRI BUKAN MENYANGKAL YESUS

Markus 14:66-72

Pendahuluan

Kisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban Yesus. Dalam hampir setiap rangkaian perayaan dan penghayatan minggu-minggu sengsara Tuhan, kisah penyangkalan Petrus kerapkali dibaca dan direnungkan ulang. Memang tidak dapat dipungkiri pentingnya peristiwa penyangkalan ini, peristiwa ini kelak menjadi titik balik bagi Petrus untuk pada akhirnya justru karena penyangkalan ini dia menjadi murid yang sungguh gigih dalam komitmen imannya. Sebagaimana tiap-tiap murid dalam peristiwa dan penghayatan mereka masing-masing yang pada akhirnya membuat mereka menjadi para martir dalam pekabaran Injil Yesus. Lagipula memang seluruh rangkaian peristiwa kesengsaraan Tuhan yang adalah puncak hidup dan pelayanan Yesus menjadi inti pemberitaan Injil dicatat oleh para penginjil Matius, Markus, Lukas dan Yohanes.

Kerangka Khotbah ini berdasarkan bacaan dari Injil Markus yang adalah Injil yang ditulis paling awal dari ke-3 Injil lainnya. William Barclay dalam bukunya “Pemahaman Alkitab Setiap Hari” (BPK GM, cet. 4, 2009, hal 6, 7, 590) mencatat bahwa Petrus adalah narasumber utama dalam injil Markus ini.

Tafsiran

Ayat 66-67: Kisah penyangkalan Petrus di perikop ini harus dimulai dari pasal 14:54 di mana

diceritakan bahwa Petrus mengikuti rombongan yang membawa Yesus ke rumah Imam Besar untuk Ia diadili di sana, setelah peristiwa penangkapan Yesus di taman Getsemani. Dalam Injil Markus, Lukas dan Yohanes diceritakan bahwa Petrus duduk dekat api, berdiang dekat api yang menghangatkan udara yang pada saat itu bersama-sama dengan orang-orang lain yang sedang mengelilingi api itu. Kemungkinan untuk memperbesar api, ada orang yang menggerakan beberapa kayu bakar agar, sehingga api bertambah besar sesaat lalu biasanya mengeluarkan percikan api yang membuat suasana menjadi lebih terang, sehingga membuat wajah-wajah orang yang duduk di sekitar api itu menjadi lebih jelas terlihat, kemungkinan pada saat itulah orang mengenali Petrus adalah salah satu dari murid Yesus. Seorang hamba perempuan dari Imam Besar mengenali Petrus adalah murid Yesus, orang yang sedang di adili di dalam rumah Imam

24

Page 25: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

Besar. Pada saat itu memang rumah Imam Besar adalah juga tempat ‘pengadilan’ agama Yahudi dan oleh karena itu rumah Imam Besar pasti memiliki sel penjara untuk memenjarakan para pelanggar hukum agama Yahudi.

Kisah penyangkalan Petrus memang sudah seringkali kita baca sebagai kisah seorang murid yang malu atau lebih tepatnya takut mengakui keberadaan dirinya di hadapan banyak orang bahwa ia adalah murid dari sang Guru, oleh karena nyawanya terancam. Tidak dapat dipungkiri inilah ‘mindset’ kita terhadap kisah penyangkalan Petrus. Namun kali ini bacaan ini juga mau menunjukkan kepada kita bahwa sesungguhnya ada sisi lain dari kisah penyangkalan Petrus ini. Harus diakui bahwa benar Petrus menyangkali Gurunya, Ia tidak berani menjawab pertanyaan hamba perempuan Imam besar dan orang lain itu. Petrus menyangkal bahwa ia adalah murid Tuhan, karena ia takut bahwa ia juga mungkin akan bernasib sama dengan gurunya, diadili di dalam rumah Imam Besar itu. Mestinya ia tidak perlu terlalu takut, karena yang bertanya padanya hanyalah seorang hamba perempuan, yang pasti kesaksian hamba perempuan ini tidak akan didengar, karena ia hanyalah seorang hamba bahkan perempuan, tidak ada ‘suara’ untuk didengar di dalam masyarakat. Namun sesungguhnya Petruslah murid yang berani. Berani karena setelah peristiwa penangkapan Yesus di Taman Getsemani, ternyata tidak ada satupun dari murid Yesus yang berani untuk mengikuti guru mereka sampai ke rumah Imam Besar, mereka semua masing-masing menyelamatkan diri mereka, tapi Petrus, sekalipun diliputi ketakuatan tapi keinginannya untuk mengetahui apa yang terjadi dengan guru-Nya lebih besar dari pada ketakutannya. Itulah yang membuatnya ada di sekitar rumah Imam Besar Kayafas, sekalipun ia tahu itu akan membahayakan dirinya. Bahkan setelah ada orang yang mengenalinya sebagai murid Yesus, namun ia tidak berniat lari dan menyelamatkan dirinya dan meninggalkan rumah Imam Besar. Begitu juga setelah penyangkalannya yang kedua. Ia masih bertahan berada di sekitar gurunya. Di satu sisi, benarlah bahwa ia menyangkali mengenal Yesus sebagai gurunya, namun di sisi lain dialah murid yang berani menanggung resiko itu untuk ada di tempat di mana gurunya sedang diadili.

Ayat 68-72: Injil Markus mencatat bahwa Yesus berkata pada Petrus di pasal 14:30, “…sebelum

ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal aku tiga kali. Maka ayat 68 mencatat setelah penyangkalan Petrus yang pertama, ayam berkokok pertama kali. Setelah penyangkalan yang ke-3 ayam berkokok kedua kalinya (lihat Markus 14:30). Mengenai hal ini, ada beberapa perbedaan di antara Injil-Injil Sinoptik. Injil Matius mencatat 26:34 “…sebelum ayam berkokok engkau telah menyangkal Aku 3 kali”. Mengenai bunyi kokok ayam ini, Barclay dalam bukunya mencatat bahwa dalam 24 jam ada 3 kali pergantian jaga tentara Romawi pada jam 3 pagi ada pergantian jaga ‘shift’ ke-3, dan pada setiap pergantian jaga dibunyikan terompet yang nyaring bunyinya, pergantian jaga ini disebut sebagai ‘gallicinium’ dalam bahasa Latin yang berarti ‘ayam berkokok’. Barclay merasa bahwa bisa saja yang Yesus maksudkan dengan bunyi ayam berkokok ini adalah suara terompet tentara Romawi di pergantian jaga pada jam 3 pagi.

Refleksi

Bagi jemaat-jemaat Kristen berada di manapun, situasi dalam ancaman seperti ini seringkali dialami. Ancaman bisa terjadi kepada gereja yang berada di tempat-tempat minoritas dan terancam, tapi juga di tempat-tempat di mana gereja menjadi mayoritas dan dalam keadaan

25

Page 26: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

nyaman. Dalam hal ini, ketika gereja/orang-orang Kristen berada di tempat aman dan nyaman sekalipun, tidak luput dari ‘ancaman’ dan tantangan. Ancaman dan tantangan bisa datang dari masyarakat, lingkungan kantor, teman, yang menawarkan gaya hidup yang jauh dari ajaran Kristus. Pada maksud inilah bacaan ini mengarahkan kita pada tema “Menyangkal Diri Bukan Menyangkal Yesus”. Kita diminta untuk menyangkal diri dan bukan menyangkal Yesus.

Pada Minggu Sengsara yang ke-7, umat Kristen sebagai gereja ataupun pribadi diingatkan bahwa ketika kita semakin dekat pada puncak penghayatan sengsara Tuhan Yesus, maka mampukah kita untuk menyangkal diri terhadap tantangan kehidupan di jaman sekarang. Gereja purba dan Gereja Roma Katolik menyatakan penghayatan mereka dengan berpantang puasa/menyangkal diri selama masa raya sengsara Tuhan, dari segala keinginan dunia, misalnya berpuasa dari mengisap rokok bagi mereka yang merokok, dari makan daging, dan dari keinginan tiap-tiap pribadi yang berbeda. Mampukah kita juga menyangkal diri dari dendam, kebencian, permusuhan, menyangkal diri dari keinginan hanya untuk memenuhi kepentingan diri sendiri dan tidak peduli terhadap sesama yang lapar, sakit dan menderita. Sejatinya penghayatan terhadap penderitaan Tuhan Yesus, melahirkan penghayatan terhadap penderitaan sesama manusia. (mlj)

Kerangka Khotbah Jumat AgungJumat, 30 Maret 2018

“TAAT SAMPAI MATI”

Bacaan Alkitab: Markus 15:33-47

Pendahuluan

Kisah kematian Tuhan Yesus diceritakan oleh semua Injil. Jika dibuat kronologi cerita menurut keempat Injil, kita menemukan beberapa keterangan yang berbeda. Injil Matius 27:45-56 memberi suatu keterangan tambahan bahwa kematian Tuhan Yesus membuat kubur terbuka, orang yang meninggal bangkit dan menampakkan diri ke Yerusalem. Aspek yang ditekankan Injil Matius adalah betapa kuatnya kuasa Tuhan Yesus sehingga mengguncang dunia orang mati. Tentu saja kematian Tuhan Yesus menunjukkkan bahwa Dia adalah Tuhan. Injil Lukas 23:44-49 menyebut kematian Tuhan Yesus membuat semua orang yang melihat peristiwa kematian Tuhan Yesus, pulang dan memukul-mukul diri. Aspek yang ditonjolkan ialah adanya penyesalan kolektif di mana mempertegas bahwa orang banyak (ochlos) telah jatuh pada suatu kesalahan dimana suara banyak orang belum tentu adalah suara Tuhan. Injil Yohanes 19:28-37, hanya sedikit memberi keterangan tentang kematian Tuhan Yesus. Hanya ada satu hal yang disampaikan bahwa setelah kematian Tuhan Yesus, seorang prajurit menikam lambung Tuhan Yesus dan keluarlah darah dan air segar. Ini untuk menegaskan perkataan Mazmur 34:21 bahwa meski Ia mati namun tak satu pun tulang yang dipatahkan. Aspek yang ditekankan ialah

26

Page 27: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

kematian Tuhan Yesus bukanlah kuasa manusia melainkan Allah bergerak dengan cara-Nya sendiri.

Berbeda dengan ketiga Injil yang lain, Injil Markus lebih rinci menegaskan bahwa peristiwa kematian Tuhan Yesus menimbulkan kontroversi dimana terdapat dua kelompok. Kelompok mayoritas menikmati kematian Tuhan Yesus, sementara kelompok minoritas yang diwakili oleh para perempuan melihat kematian Tuhan Yesus sebagai bentuk kejahatan yang mengerikan. Karena itu Injil Markus secara rinci menyebut nama perempuan-perempuan itu kemudian menambahkan keterangan bahwa banyak perempuan lain yang datang ke Yerusalem untuk bergabung dan mengutuki kematian itu. Aspek yang hendak dikatakan oleh Markus ialah bahwa Allah secara sukarela menghadapi peristiwa kematian, Ia taat sampai mati namun pada saat bersamaan kuasa Allah telah menghidupkan suatu kesadaran baru bagi mereka yang percaya bahwa kematian itu bukan akhir dari kebenaran. Justru kematian itu adalah awal dari kebangkitan baru. Kuasa Allah menjangkau orang-orang kecil dan kehilangan harapan untuk memberdayakan diri dan terus bersaksi. Inilah makna tertinggi dari kuasa, kuasa Allah bukan tentang suatu pamer kehebatan tetapi suatu kemauan untuk mentransformasi diri dan membentuk komunitas yang percaya.

Latar Belakang

Kitab Markus adalah kitab yang paling unik. Disebutkan sebagai kitab tertua. Keunikan kitab Markus dapat kita ketahui semenjak awal penulisannya. Kitab Markus tidak menceritakan tentang kisah kelahiran Tuhan Yesus. Dalam pasal 1, Markus memulai tulisannya dengan menyoroti karya pelayanan Tuhan Yesus. Itulah mengapa beberapa teolog menyebut bahwa Injil Markus adalah Injil tentang karya. Kuasa Allah yang menjadi ciri khas Yesus Kristus dinampakkan melalui karya-karya dalam mengajar, menyembuhkan dan melakukan berbagai mujizat. Sepanjang penulisan Injil Markus, konsistensi ini sangat kelihatan. Dan dalam teks tentang kematian Tuhan Yesus, sorotan utama Injil Markus adalah konsekuennya Tuhan Yesus menjalankan peran sebagai hamba yang taat untuk melakukan kehendak Bapa. Dengan pemahaman yang mendalam, konstruksi kitab Markus menyebut bahwa Allah memiliki kuasa untuk melawan ketidakadilan, Allah memiliki kuasa untuk menghancurkan kejahatan, Allah memiliki kuasa untuk melawan segala bentuk kekerasan namun Allah memilih ketaatan karena keberhasilan suatu karya terletak pada ketaatan. Ketaatan itu membuka mata kita bahwa kematian Allah bukanlah hasil rekayasa manusia, Allah justru secara sukarela menghadapi kematian itu. Bagi manusia, itu kematian yang tidak adil, bagi Allah, ketaatan dalam kematian justru menjadi suatu harga yang harus dibayar supaya manusia belajar dan berefleksi bagaimana beratnya dosa dan kemauan untuk menyambut anugerah Allah. Diawali dengan keterangan waktu sebagai gambaran manusia yang akan senantiasa berhadapan dengan berbegai penderitaan dan diakhiri dengan satu pilihan seperti pilihan para perempuan untuk mentransformasi waktu.

Tafsiran Teks

Ayat 33-35

27

Page 28: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

Keterangan waktu yang dipakai adalah keterangan waktu ‘kronos’ suatu urutan waktu dari jam 12 - jam 3 sore. Yesus disalibkan jam 12 dan bertarung kurang lebih 3 jam. Jika ditarik kebelakang saat Tuhan Yesus ditangkap ditaman Getsemani pada waktu pagi. Lalu di adili, ditampar, dicambuk, disiksa, darah-Nya menetes, sampai jam 3 sore, dapat kita bayangkan bahwa kekerasan fisik yang dialami Tuhan Yesus dialami kurang lebih 9 jam. Pertarungan waktu itu menghadirkan beberapa fakta lain. Bahwa semenjak pagi bukannya manusia berdoa dan berjumpa dengan Allah, tetapi malah sibuk menghakimi. Jam 6 pagi, jam 12 siang adalah saat berdoa bagi orang Yahudi telah dipakai untuk menghujat Allah. Jam di mana manusia berjumpa dengan Tuhan beralih menjadi jam dimana manusia memamerkan kesombongan yang berwajah kekerasan. Namun ketaatan Allah justru memberi nilai baru bahwa kehidupan manusia bukan tentang menjalankan waktu (kronos) melainkan tentang (kairos) menghadirkan waktu-waktu berkualitas. Manusia bergerak didalam waktu kronos dan Allah konsekuen dalam waktu kairos. Demikianlah makna kegelapan ‘skotos’ dimana Orang beriman dan ilmuwan menerima itu sebagai keajaiban. Referensi kitab suci tentang kegelapan selalu diartikan sebagai saat kritis dalam sejarah (bdk. Amos 8:9-10a). Waktu kritis terjadi ketika manusia memilih waktu kronos sebagai prioritas.

Seruan Eloi, Eloi Lama Sabakhtani dalam bahasa Aram adalah seruan yang terbiasa di telinga orang Yahudi. Waktu itu memang Yesus mengucapkannya dalam dialek Galielea dengan menggunakan bahasa Aram sehingga dialek ini mungkin mendapat penghinaan padahal ini kutipan dari Mazmur 22:2 yang dinyanyikan umat dalam bait Allah. Nyanyian itu adalah nyanyian Daud yang direfleksikan sebagai bentuk permohonan umat atas ketidakberdayaan menghadapi berbagai derita. Sayangnya seruan itu dipolitisir dalam kisah kematian Tuhan Yesus. El adalah nama Allah, mereka merekayasa seruan Eloi dengan menyebut bahwa Tuhan Yesus memanggil nama Elia. Bagi orang banyak ini adalah seruan yang pantas untuk dihina, bagi Allah justru disaat kritis seruan kepada Tuhan tak boleh berhenti. Allah membawa seruan itu di mana saja, tetapi manusia membatasi seruan itu hanya pada ruang-ruang suci. Inilah makna ketaatan di mana dalam segala keadaan, firman Tuhan adalah pegangan.

Ayat 35-36

Markus melanjutkan model ketaatan Tuhan Yesus ketika berhadapan dengan penghinaan. Kekerasan psikis tak hanya dialami oleh Tuhan Yesus. Sekarang kekerasan baru menimpa Tuhan Yesus yaitu kekerasan fisik. Seseorang yang tidak disebutkan namanya datang dengan bunga karang, mencucukkan pada sebuah buluh lalu memberi Yesus minum anggur asam. Anggur asam yang dicampur dengan bunga karang yang dimaksud adalah minuman campuran empedu dan mur yang menggambarkan anggur yang asam dan pahit. Knox Chamblin menyebut minuman itu adalah suatu upaya untuk membuat penderitaan Mereka menyangka memberi anggur asam bisa memperpanjang waktu penderitaan Tuhan Yesus. Tetapi mereka salah, Markus menegaskan bahwa usai memberi anggur asam, Tuhan menyerahkan diri-Nya. Sekali lagi kematian Tuhan Yesus bukan atas inisiatif manusia, ketika mereka berusaha membuat-Nya makin menderita, Allah justru menyerahkan diri-Nya.

Ayat 37-39

28

Page 29: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

Penyerahan diri kepada Allah adalah bentuk ketaatan total. Lalu terjadilah apa yang disebut keajaiban. Tabir/tirai ‘Katapetasma’ Bait Allah terbelah menjadi dua dari atas sampai bawah. Di Bait Allah kita tahu ada pemisahan antara ruang kudus dan ruang mahakudus. Terbelahnya bait Allah hendak menyatakan kebaranian manusia menyentuh apa yang tak boleh disentuh, pengulangan dosa manusia yang mau menjadi sama seperti Allah dan karya Allah yang menghancurkan ruang-ruang pembatas yang diciptakan manusia, Bait Allah menjadi tanda Allah yang dapat dijumai dimana saja sekaligus Allah yang menghancurkan kuasa maut dan membuka anugerah baru bagi kehidupan manusia. Peristiwa itu membuat seorang kepala pasukan menyatakan pengakuannya: sungguh, orang ini adalah Anak Allah. Anugerah yang terbuka diperdengarkan bagi orang asing, bahwa Allah dalam anugerah-Nya telah memanggil segala bangsa untuk hidup baru di dalam anugerah-Nya. Dari ketaatan Allah, sekarang Markus bergeser kepada ketaatan manusia. Anugerah Allah hanya bisa dinikmati oleh mereka yang menyadari keberadaan diri mereka yang berdosa. Hanya dengan menerima Yesus sebagai Tuhan maka manusia beroleh kemungkinan baru di dalam keselamatan.

Ayat 40-41

Penyebutan nama-nama perempuan ada kemungkinan berkaitan dengan mereka yang telah mengalami kekayaan rohani dalam relasi dengan Tuhan. Perempuan selalu dimarginalkan sebagai tokoh yang lemah dan berada di status kelas bawah. Gerakan keselamatan Allah menjadi sangat menakjubkan ketika menjangkau orang-orang yang paling hina dan terpinggirkan. Dari panggilan pribadi, sekarang mereka membentuk komunitas. Markus mau menyatakan bahwa kuasa Allah tak akan berkahir. Demikianlah pengakuan Billy Graham: ketika aku berkhotbah semua orang berbondong-bondong mendengar khotbahku, rasa-rasanya tak ada kursi yang kosong. Tetapi aku sering bertanya apakah khotbahku mampu mengubah kehidupan mereka. Dia, Yesus dari Galilea, seorang yang tak banyak bicara telah mengubah kehidupan banyak manusia dan sampai hari ini masih banyak manusia di seantero bumi yang tetap setia kepada-Nya. Demikianlah ketaatan menjadi kunci dalam pembaharuan kehidupan.

Refleksi

Beberapa pokok pikiran tentang khotbah:1. Kata kunci teks ini adalah ‘ketaatan’ bahwa manusia dapat menjalani waktu dan menjadikan

waktu menjadi berkualitas ketika digerakkan oleh ketaatan kepada Allah. Jumat Agung bukan sekedar perayaan kematian Tuhan Yesus. Ia telah bangkit dan telah menjadi Raja. Refleksi utama di jumat agung adalah kematian yang lain yaitu kematian iman saat manusia kehilangan ketaatan kepada Allah. Demikianlah yang selalu diingatkan Moltmann bahwa kematian bukan hanya tidak berfungsinya saraf-saraf manusia melainkan kematian sosial ketika manusia mengalami apa yang disebutnya kehilangan daya kepedulian bagi kehidupan. Disini Markus memperhadapkan kita tentang waktu yang bisa berubah-ubah sekaligus mengajak orang percaya untuk mentransformasi waktu lewat ketaatan.

2. Jumat Agung memberi pesan baru bagi gereja. Gereja adalah persekutuan yang baru. Persekutuan yang bergerak keluar dari kegelapan dan masuk di dalam terang. Dari terang itulah, gereja bergerak untuk menerangi kegelapan. Gereja tak boleh menjadi komunitas yang

29

Page 30: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

tertutup, komunitas yang terkotak-kotak dan komunitas yang membesar-besarkan perbedaan. Gereja juga bukan tempat menghidupkan individu yang bertobat melainkan gereja adalah suatu komunitas yang bergerak bersama, bertobat bersama, diberdayakan secara bersama. Komunitas perempuan adalah cerminan bagi komunitas gereja. Markus menawarkan suatu ziarah baru. Kematian Tuhan Yesus tidak saja menghadirkan perempuan yang berdiri dan menanti Tuhan Yesus tetapi kematian Tuhan Yesus telah mengundang perempuan lain datang dan bergerak dari Galilea ke Yerusalem. Para perempuan lah yang mengingatkan bahwa Yerusalem mesti ditempatkan dalam substansinya. Yerusalem bukan hanya menjadi pusat politis, pusat peribadahan melainkan juga menjadi pusat spiritualitas yang bersekutu. Dari kematian, para perempaun bergerak menuju kehidupan.

Kerangka Khotbah Paskah 1Minggu, 01 April 2018

KUASA KEBANGKITAN KRISTUSMELENYAPKAN KETAKUTAN DAN MEMBERDAYAKAN

Bacaan Alkitab: Markus 16:1-8

Pendahuluan

Hari ini kita – segenap umat kristiani – merayakan Paskah memperingati peristiwa kebangkitan Tuhan Yesus, sehingga meyakinkan setiap orang bahwa Ia adalah Allah yang hidup, yang menjadikan kematian bukan akhir proses kehidupan melainkan yang melenyapkan kematian sekaligus memberi kehidupan baru.

Di dalam, dan melalui Yesus Kristus yang telah bangkit dari antara orang mati ada jaminan dan kepastian bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya dan yang dikasihi-Nya, bahwa mereka percaya kepada Allah, Tuhan yang hidup dan sungguh-sungguh menghidupkan. Kuasa kebangkitan-Nya itulah jaminan dan kekuatan bagi gereja-Nya untuk terus hidup dan berkarya sekalipun untuk itu harus berhadapan dengan berbagai tantangan dan masalah. Kuasa kebangkitan Yesus adalah kekuatan yang menghidupkan dan berlangsung kekal sampai selama-lamanya. Oleh sebab itu maka bersukacitalah, sebab Yesus Kristus bangkit.

Pendalaman Teks

Perikop Mrk. 16:1-8 (//Mat. 28:1-10; Luk. 24:1-12; Yoh. 20:1-10) sama-sama berbicara tentang peristiwa kebangkitan Tuhan Yesus, tentu dengan gaya dan cirri khas masing-masing yang saling melengkapi dan menjelaskan. Suasana mencekam dan menyeramkan publik waktu itu yang terjadi sebagai akibat dari peristiwa kematian Yesus, ternyata “membangkitkan” kepercayaan, rasa hormat, keberpihakan kepada Yesus pada segelintir orang yang mengenal-Nya. Mereka-mereka ini yang semula berdiri jauh-jauh dan bungkam ketika Yesus diadili, digiring ke Golgota dan menyalibkan-Nya karena memang keadaan tidak memungkinkan mereka untuk tampil demonstrative mengikuti-Nya, apalagi untuk membela-Nya. Mereka baru “mendekati” Yesus ketika Ia dikuburkan. Mereka mendatangi kuburan Yesus untuk berziarah sebagaimana lazimnya dilakukan oleh masyarakat kepada kerabatnya yang telah meninggal dan dikuburkan.

30

Page 31: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

Penulis injil Markus menyebut nama mereka, sejumlah perempuan yaitu “Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus serta Salome” (ay. 1). Apakah tidak ada seorang laki-lakipun yang menyertai mereka? Padahal dalam cerita-cerita Alkitab pada umumnya figur laki-laki lebih ditonjolkan ketimbang figur perempuan. Namun untuk peristiwa sangat penting yaitu tentang peristiwa kebangkitan Tuhan Yesus, justru figur perempuan-perempuan yang ditonjolkan. Inilah pertanyaan penting yang patut mendapat jawaban dari kita semua hari ini. Apapun jawaban kita, yang pasti cuma sejumlah perempuan yang mendatangi kuburan Yesus pada “pag-pagi benar” setelah matahari terbit dengan semangat dan niat untuk “meminyaki Yesus”. Kerelaan sejumpah perempuan dalam cerita hari ini untuk mendatangi kuburan Yesus dilatarbelakangi oleh cinta kasih mereka terhadap-Nya, yang selama ini bersama-sama dengan mereka, dan mereka tahu bahwa Ia bukanlah seorang penjahat yang pantas dihukum mati dan jasad-Nya diperlakukan sangat tidak manusiawi dan beradab. Keyakinan mereka akan Yesus berbeda dengan keyakinan mayoritas orang terhadap-Nya, hal ini jugalah yang membuat respon merekapun berbeda. Mereka harus berbuat demikian terhadap Yesus karena mereka meyakini-Nya sebagai “Dia orang benar” dan apa yang dilakukan-Nya adalah kebenaran yang sejati itu.

Motivasi, niat dan tindakan konkrit mereka untuk mendatangi kuburan Yesus dan meminyaki-Nya ternyata menghadapi tantangan, karena pintu kuburan Yesus ditutupi dengan batu yang besar sehingga tentu saja sebagai “perempuan-perempuan” tidak ada yang bisa menggulingkannya. Itulah sebabnya mereka saling bertanya “Siapa yang akan menggulingkan baru itu bagi kita dari pintu kubur?” (ay.3). Ada “batu besar” yang menghalangi pelayanan mereka terhadap Yesus, mereka sadar betul bahwa “kemampuan” mereka untuk “menggulingkan” batu itu (bukan tidak ada, tetapi tidak sanggup mereka lakukan). Yang perempuan-perempuan “lemah” itu butuhkan sekarang adalah “batu” itu terguling, digulingkan untuk jangan menutup akses mereka kepada Yesus karena mereka hendak meminyaki-Nya.

Hal berikut terjadi diluar jangkauan akal pikiran kita, “ketika mereka melihat dari dekat tampaklah batu yang memang sangat besar itu sudah terguling” (ay.4). Siapa yang menggulingkannya? Yang pasti dia yang menggulingkannya adalah yang “mahakuat, mahabesar, mahakuasa, mahabaik ” yang sanggup melakukan hal-hal yang tidak mungkin menjadi mungkin. Dialah yang melapangkan jalan, mengatasi masalah, memudahkan perempuan-perempuan itu dengan minyak ditangan mereka untuk bertemu dengan jasad Yesus.

Dalam ay. 5-6 dikatakan bahwa “lalu mereka masuk ke dalam kubur dan mereka melihat seorang muda yang memakai jubah putih duduk di sebelah kanan. Merekapun sangat terkejut, tetapi orang muda itu berkata kepada mereka : Jangan kamu takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Lihatlah! Inilah tempat mereka membaringkan Dia”…

Perempuan-perempuan itu harus mengalami kenyataan bahwa mereka tidak menemukan jasad Yesus, yang mereka temukan adalah “seorang muda yang memakai jubah putih” yang membuat mereka terkejut (bahkan takut). Dia mengoreksi pikiran dan orientasi mereka untuk berjumpa dengan Yesus, bahkan ia juga menyampaikan kepada mereka “siapa sebenarnya Yesus” yang sedang mereka cari itu. Mereka yang semula membayangkan dapat berjumpa dengan jasad Yesus di dalam kuburan, ternyata harus menemukan “tempat dan kuburan kosong” karena Yesus telah bangkit. Ia tidak lagi ada dalam kuburan. Kuburan bukan “kurungan” bagi-Nya, kuburan bukan tempat akhir hidup-Nya, kematian tidak dapat membelenggu-Nya. Karena itu janganlah mencari Yesus di tempat-tempat yang kosong karena sudah pasti Ia tidak ada di sana. Para perempuan yang berniat melayani Yesus dengan meminyaki jasad-Nya, diberi tugas baru yang semestinya segera meeka laksanakan yaitu “pergilah, katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea, di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang dikatakan-Nya kepada kamu” (ay.7).

Perempuan-perempuan ini tidak disuruh untuk “masuklah kedalam kuburan….” Tetapi pergilah, katakanlah…… Perjalanan mereka menuju kuburan harus dihentikan. Sebaliknya,

31

Page 32: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

harus berbalik arah pergi ke menjumpai murid-murid-Nya (ingat, ke-12 murid Yesus semuanya laki-laki) dan (terutama, itu laki-laki satu yang bernama) Petrus. Mereka semua harus ke Galilea (karena Yesus telah mendahului mereka ke Galilea). Sebutan Galilea di sini bukan Cuma menunjuk kepada suatu tempat (geografis) tetapi lebih luas dari itu maknanya yaitu menuju kepada kehidupan manusia secara konkrit (di suatu tempat, dalam ruang dan waktu yang jelas, dalam segala aspek kehidupan). Jadi dengan mengatakan bahwa Ia telah mendahului kamu ke Galilea bukan Cuma berarti Yesus sedang menungguh mereka di tempat yang bernama Galilea, tetapi Ia sedang menunggu mereka untuk ada di mana-mana tempat, di berbagai kesempatan, untuk melayani di segala aspek kehidupan yang konkrit. Inilah tugas yang harus dikerjakan oleh perempuan-perempuan dan laki-laki (para murid Yesus) terutama oleh Petrus (laki-laki yang disebut namanya) oleh orang muda berjubah putih itu.

Mendengar “penjelasan dan perintah” demikian, perempuan-perempuan itu “meninggalkan kubur Yesus, sebab gentar dan dahsyat menimpa mereka. Mereka tidak mengatakan apa-apa kepada siapapun juga karena takut. Dengan singkat mereka sampaikan semua pesan itu kepada Petrus dan teman-temannya…” (ay.8).

Refleksi

Semangat dan tindakan untuk berbuat sesuatu bagi Tuhan Yesus itu baik dan harus dimiliki oleh setiap orang yang percaya kepada-Nya. Namun semangat dan tidakan-tindakan itu harus diuji, apakah itu berarti kita “berjumpa dengan Yesus di tempat di mana Ia ada dan sedang melayani” ataukah kita justru ke “tempat yang lain” yang kita sangka Ia sedang ada di sana dan sangat senang melihat kita. Memang Yesus pernah dikuburkan, tetapi Ia kini telah bangkit. Kuburan telah ditinggalkan-Nya. Ia tidak ada di sana. Karena itu “mencari Yesus dengan berjalan menuju” kuburan harus dirobah, direformasi untuk mencari-Nya di tempat di mana Dia berada? Di manakah Dia berada setelah bangkit? Dia pergi menemui orang-orang dari berbagai latarbelakang dengan berbagai problema yang mereka hadapi untuk melayani mereka mencapai shalom yang disimbolkan dengan menyebut nama tempat Galiea. Di situlah Dia berada dan berkarya. Oleh sebab itu maka carilah Yesus yang telah bangkit itu di mana Dia berada. Banyak Gereja (Jemaat, orang percaya) yang mencari dan mau melayani Yesus, namun sayangnya ia cari dan melayani di “kuburan yang kosong” bukan di tempat di mana Yesus sedang ada dan melayani. Apakah Yesus cuma berada didalam ruang-ruang kebaktian dan di sekitar halamannya saja? Tegas harus dikatakan tidak. Dia sedang ada bersama mereka yang tertindas, tersisih, terpinggirkan, termiskin, terjajah dan terbuang dari keluarga, masyarakat bahkan juga dari gereja sendiri.

Saya tidak bermaksud mencela kemeriahan perayaan Paskah di mana-mana yang diekspresikan dengan berbagai cara dan menelan biaya, tenaga dan waktu yang banyak, namun jkalau semuanya itu tidak membawa “kebangkitan bagi kehidupan dan pelayanan kita” kepada Tuhan, sesama dan segenap ciptaan-Nya sebagaimana dikehendaki-Nya, maka bukan tidak mungkin, kita sedang mempertontonkan “kesibukan dalam kuburan” yang sudah kosong karena Yesus tidak berada di sana. Suatu tindakan “bekin cape diri percuma saja”.

Selamat merayakan Paskah. (brt)

Kerangka Khotbah Paskah 2Senin, 02 April 2018

KUASA KEBANGKITAN KRISTUS YANG MEMULIHKANBacaan Alkitab: 1 Korintus 15:1-11

32

Page 33: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

Pengantar

Sekitar tahun 1967, ujar seorang pendeta yang menceritakan pengalamannya, saat mengikuti sebuah ‘latihan kepemimpinan’ selama enam minggu di Singapura. Dalam latihan itu, para peserta tidak hanya dikonsumsi otaknya dengan berbagai materi pelatihan, tetapi juga ditantang komitmennya dan dibina daya tahannya. Setiap hari acara dimulai pada pukul empat pagi, dan baru berakhir pukul sepuluh malam. Tak semenit pun dibiarkan lowong. Ada lagi yang menarik dan relevan, setiap acara selalu dibuka dengan sebuah salam. Pemimpin acara berucap, “Kristus telah bangkit!”, lalu seluruh peserta menjawab, “Sungguh, Ia telah bangkit!”

Makna simbolis salam ini adalah, bahwa setiap pekerjaan yang akan kita lakukan, kita awali dengan kesadaran bahwa kita punya Tuhan yang bangkit. Ia hadir, berjalan dan bekerja bersama-sama kita. Kita tidak lagi dibiarkan sendirian. Karenanya, ini seharusnya membawa perubahan dan perbedaan besar. Maksudnya, kehadiran Yesus Kristus yang telah bangkit itu dalam hidup kita, mestinya dapat memulihkan iman dan pengharapan kita. Tetapi apakah betul demikian? Namun, masih ada pertanyaan yang lebih jujur dan tegas, “Mengapa seringkali tidak?” Dalam pengalaman dan pengamatan kita bersama, ini adalah karena banyak orang Kristen berjalan dan berkarya seolah-olah tanpa Kristus.

Rangkuman Eksegese

1. Testimoni Paulus tentang kebangkitan Kristus diawali dengan sebuah penegasan atas pemberitaannya yang mereka terima dan percaya, yang di dalamnya mereka teguh berdiri, yakni Injil yang aku beritakan kepadamu. Bagi Paulus, menyangkal fakta kebangkitan Kristus dari antara orang mati berarti mengabaikan seluruh makna Injil. Rasul Paulus menegaskan kembali bagaimana kebenaran kebangkitan Kristus telah merealisasikan suatu bagian yang pasti dari Injil itu, dan bahwa kebangkitan Kristus itu mencakup semua orang percaya. Artinya, bila mereka percaya dan teguh berpegang pada janji-Nya, yang olehnya mereka diselamatkan, iman mereka tidak akan pernah sia-sia.

2. Ternyata orang-orang di Korintus (Yahudi maupun Yunani) tampaknya sulit sekali untuk percaya bahwa Yesus telah bangkit dari antara orang mati. Tidak jelas, apakah kesulitan tersebut berasal dari lingkungan jemaat sendiri atau dari lingkungan sekitar mereka yang dihadapi oleh jemaat. Mereka lalu melaporkannya kepada Paulus yang saat itu sedang berada di Efesus. Bahkan, ada semacam penolakan tegas terhadap pemberitaannya mengenai kebangkitan Kristus yang bagi Paulus merupakan intisari dari Injil.

3. Rupanya penolakan dimaksud bisa dipahami oleh karena konsep kebangkitan di kalangan orang-orang Yahudi maupun orang-orang Yunani bertentangan dengan pemberitaan Paulus, bahwa Yesus telah bangkit secara fisik dari antara orang mati. Konsep orang-orang Yahudi umumnya percaya adanya kebangkitan tubuh, namun itu bukan terjadi sekarang, melainkan pada akhir zaman. Lain lagi, konsep orang-orang Yahudi dari golongan Saduki. Mereka menolak adanya kebangkitan orang mati, bahkan kaum ini digambarkan sebagai lawan Yesus. Sementara, orang-orang Yunani umumnya percaya akan kekekalan jiwa, dan karena itu percaya akan kehidupan setelah kematian, namun menolak bahwa tubuh fisik ini dapat bangkit lagi setelah kematian.

33

Page 34: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

4. Menarik, bahwa terhadap penolakan kebangkitan Yesus dari antara orang mati oleh kelompok-kelompok tersebut di atas, dilawan Paulus dengan tegas. Bagi Paulus, kebangkitan Yesus bukan hanya perkara iman melainkan juga merupakan perkara sejarah yang bisa diverifikasi berdasarkan kesaksian Kitab Suci. Menurut beberapa penafsir, ia mengutip sebuah rumusan kredo Gereja mula-mula (3-4). Rumusan kredo tersebut sangat mungkin sudah ada, bahkan hanya beberapa bulan setelah kebangkitan Yesus. Bagian pertama berbicara mengenai kematian Yesus, dan bagian kedua berbicara mengenai kebangkitan Yesus. Paulus kemudian memberikan kesaksian berupa daftar para saksi mata yang melihat penampakan-penampakan Yesus pasca kebangkitan (5-7).

5. Kemudian testimoni Paulus mengenai dirinya, bahwa Kristus menampakkan diri kepadanya sebagai yang paling akhir dari semuanya, dan menganggap dirinya sebagai yang paling hina dari semua rasul karena ia telah menganiaya Jemaat Allah. Namun, hanya oleh kasih karunia Allah ia dipakai bersama dengan rasul-rasul yang lainnya mengajar sehingga jemaat Korintus menjadi percaya. Paulus mengagungkan kasih karunia Allah yang memungkinkannya untuk menjadi salah satu saksi dari kebangkitan Yesus (8-11).

Rangkuman Aplikasi

1. Kristus telah bangkit! Ini berarti yang terburuk telah berhasil dihadapi, diatasi, dan dilewati. Karena itu, “Hai orang-orang yang sudah dikubur di dalam tanah, dan yang keadaannya sudah tidak tertolong lagi, bangkitlah dan bersorak-sorai! Sebab embun Tuhan ialah embun terang dan bumi akan melahirkan arwah (pengharapan) kembali” (bnd. Yes. 26:19). Ingat! Di jantung setiap permasalahan, kini terbitlah optimisme. Bukan optimisme yang kosong, melainkan pengharapan sejati yang tak pernah berakhir di ketiadaan pengharapan. Tak peduli, betapa fananya hidup ini, dan betapa hancur berkeping-kepingnya dunia di sekitar pergumulan dan pergulatan Anda, pasti di ujungnya adalah kemenangan. Inilah kuasa kebangkitan Kristus yang memulihkan.

2. Secara eksplisit Paulus juga mengungkapkan pengalamannya sebagai penganiaya umat Kristus seperti yang dialami di jalan ke Damsyik, karena menilai mereka yang disebut sebagai pengikut Kristus adalah seteru Allah. Akan tetapi, dari pengalaman perjumpaan dengan Kristus yang diterimanya sebagai kasih karunia Allah yang tidak sia-sia, telah merubah seluruh pola pikir dan tindakannya sehingga menjadi salah seorang rasul yang setia dalam memberitakan Injil, bahkan ia telah bekerja lebih keras dari para rasul lainnya. Kebangkitan Kristus telah melahirkan pangharapan baru dalam tugas memberitakan Injil. Inilah kuasa kebangkitan Kristus yang memulihkan.

3. Adalah suatu keniscayaan, pengalaman Paulus menjadi pengalaman semua orang percaya. Tetapi kalau kita semua katakan, bahwa orang Kristen senantiasa memiliki dasar pengharapan yang teguh, mengapa dalam kenyataan banyak sekali orang Kristen yang ikut-ikutan mengalami berbagai krisis tertentu sekarang ini? Mengapa gereja gagal menjadi inspirator pengharapan bagi dunia sekelilingnya? Mengutip komentar kritis seorang teolog, “Secara kasat mata, kita melihat banyak gereja yang bertumbuh amat mengagumkan. Ini tidak disangkali! Yang ingin saya katakan adalah, walaupun besar dan kaya, mereka tidak

4. menyalakan ‘lampu peringatan’ ketika dunia berjalan salah; tidak menyalakan ‘lampu petunjuk’ ketika dunia gamang mencari-cari jalan; dan tidak menyalakan ‘lampu pengharapan’ ketika dunia nyaris rebah dalam keputusasaan.” Inilah peringatan dan tuntutan

34

Page 35: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

dari esensi Paskah. Paskah tidak mengangkat kesulitan dan tantangan kehidupan manusia, kecuali pesimisme agar melahirkan optimisme yang berpengharapan. (gr)

Bahan Liturgi

35

Page 36: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

TATA IBADAH PERAYAAN MINGGU SENGSARAGEREJA MASEHI INJIL DI TIMOR

“Raja Yang Menunggang Keledai”(Kesederhanaan Raja Yang Mahatinggi)

PEMBUKA IBADAHSuara 1 : Inilah perayaan minggu sengsara

Suatu perayaan untuk mengenangKehidupan dan penderitaan Tuhan YesusDemikianlah arti kehadiran Tuhan Yesus bagi seisi dunia

(Membacakan Yesaya 53:3-5) …………….

ATRAKSI SITUASIONALInstrumen ‘Kepala Yang Berdarah’ ………..

Suara 2 : Tetes-tetes darah kudus membasahi bumiRatapan kehidupan menjadikan tumbalSang Pencipta direndahkan oleh ciptaan-Nya

36

Page 37: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

Lalu semuanya tertunduk menatap misteri anugerahDemi kita, Ia menelan semua derita

(Masuk pemeran Tuhan Yesus, pakaian-Nya berlumur darah) ………

Suara 3 : Di setiap jejak langkah-NyaTertulis kasih Allah sungguh kekal

(Berjalan mengelilingi jemaat, lalu meninggalkan ruangan) ………

Sayangnya, cerita derita berulang kembaliPara penebar dosa menyjikan catatan bagi derita kehidupan

Instrumen ‘Dunia Dalam Rawa Payah’ …………

Derita itu ada di dalam rumah, tamparan sang suami Melukai raga dan bathin seorang ibu

(Masuk suami yang menarik isteri, pakaian si isteri berantakan. Sang suami menariknya ke sana ke mari) ………

Tangisan sang anak, bertanya tentang siapakah ayahnya?

(Masuk seorang ibu yang hamil, berjalan tertatih-tatih) ………

Dan untuk kamu, aku dan kitaApa dan siapa yang akan kita tulis dengan pena derita?

MADAH RESPONSIF TERHADAP DERITA

Solo : Menyanyikan KJ 35 ‘Tercurah darah Tuhanku’ (dinyanyikan tanpa musik)

Tercurah darah Tuhanku, di bukit GolgotaYang mau bertobat ditebus, terhapus dosanya

(Musik dibunyikan, sebaiknya dimainkan dalam versi piano atau orgen) ……………

Jemaat : Terhapus dosanya, terhapus dosanya

Perempuan : (berdiri) ……

Yang mau bertobat ditebus, terhapus dosanyaSemua : Terhapus dosanya, terhapus dosanya

Laki-laki : (berdiri) ……..

Yang mau bertobat ditebus, terhapus dosanya

MENGHADAP TUHAN(Masuk seorang Penatua membawa lilin sengsara I, lilin diletakkan pada tempatnya, seorang Diaken membawa mahkota duri besar sebagai simbol derita dan seorang membawa Alkitab) ………..

(Pembawa Alkitab [PA] berdiri di depan jemaat) ………..

37

Page 38: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

PA : Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?

Jemaat : Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu

PA : Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia (PA mendekati Pnt 1 dan Dkn 1) ….

Pnt 1 : Dan dalam cahaya kebenaran ini, lihatlah derita yang dialami Tuhanmu (Dkn 1 mengangkat mahkota duri) ……..Tuhanmu melepaskan mahkota kemuliaan-Nya dan taat sampai mati diatas kayu salib(Ketiganya meninggalkan ruangan) …………

Nyanyian : KJ. 169 bait 1 & 3 ‘Memandang Salib Rajaku’

VOTUMPelayan : Tuhan Pengasih dan Penyayang melayakkan kita untuk beribadah. Di dalam nama

Bapa, Anak dan Roh kudus, kita beroleh damai yang abadi

SALAM (Nyanyian berbalasan ‘Damai Tuhan Yang Abadi’)(duduk)

PEMBACAAN NAS PEMBIMBINGPnt 2 : (Membacakan nas pembimbing disertai sedikit penjelasan)Nyanyian : ‘Kecaplah dan Lihatlah, Betapa Baiknya Tuhan’

PENGAKUAN DOSA & ANUGERAH HIDUP BARUDkn 2 : Di salib derita itu Tuhan berseru:

Ya Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tak tahu apa yang mereka perbuatInstrumen GB. 171 ‘Kami Datang Menghampiri Salib-Mu’ ………

Pembaca 1 : Dia berseru, ampunilah mereka, ampunilah aku, kamu dan kitaDia berseru dan menggetarkan kuasa dosaSayangnya, kita masih melakukan dosaKita menyebarkan kebencian, kemunafikan, iri hati dan dengkiKita menjadikan sesama sebagai sasaran dosaAroma kebusukan dosa tercium di dalam rumah, didalam gereja dan dihidup setiap hari

Nyanyian : GB. 171 ‘Kami Datang Menghampiri Salib-Mu’ (Masuk seorang pembawa salib, seorang membawa lilin yang sudah dinyalakan dan berdiri didepan jemaat)

Pembaca 2 : Salib ini telah tertinggal kosongAllahmu teraniaya dan menghembuskan nafas kematianNamun disalib itu, Ia tinggalkan kehidupan baruKehidupan yang dipenuhi anugerahSupaya kita melepaskan segala dosa dan hidup dalam anugerah kebaikanPater Aphes hemon, Ya Tuhan ampunilah kami

38

Page 39: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

Jemaat : Ya Tuhan ampunilah kamiNyanyian : GB. 171 ‘Kami Datang Menghampiri Salib-Mu’ (Pembawa salib dan

pembawa lilin meninggalkan ruangan) ………Pelayan : Mari kita berdoa (Doa Pengakuan dosa. Usai doa pelayan berkata …..)

Kita mengakui dosa kita karena kita percaya bahwa Tuhan berkenan mengampuni kita. Firman-Nya berkata: Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16). Dengan demikian, marilah kita membangun komitmen hidup baru dan bersama-sama berkata:

Pelayan + J : Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Bndk. Markus 12:3-31)

Nyanyian : KJ. 178 bait 1 & 2 ‘Kar’na Kasih-Nya Padaku’

PUJIAN MAZMURPemazmur : Mari kita berdiri dan memadahkan mazmur menurut Mazmur 136:1-9Pmzr + J : (Menyanyikan KPP. 225 bagian refrain)Pemazmur : (Menyanyikan KPP. 225 bait 1 penggalan 5)Jemaat : (Menyanyikan KPP. 225 bait 1 penggalan 6)Pmzr + J : (Menyanyikan KPP. 225 bagian refrain)Pemazmur : (Menyanyikan KPP. 225 bait 2 penggalan 5)Jemaat : (Menyanyikan KPP. 225 bait 2 penggalan 6)Pmzr + J : (Menyanyikan KPP. 225 bagian refrain)Pemazmur : (Menyanyikan KPP. 225 bait 3 penggalan 5)Jemaat : (Menyanyikan KPP. 225 bait 3 penggalan 6)Pmzr + J : (Menyanyikan KPP. 225 bagian refrain)Pemazmur : (Menyanyikan KPP. 225 bait 4 penggalan 5)Jemaat : (Menyanyikan KPP. 225 bait 4 penggalan 6)Pmzr + J : (Menyanyikan KPP. 225 bagian refrain)Pemazmur : Baiklah segala orang percaya terus menyatakan didalam jiwanya untuk selalu

bersyukur kepada Tuhan, haleluya (duduk)

PEMBERITAAN FIRMAN Doa dan Pembacaan Alkitab Ucapan Bahagia dan Nyanyian ‘Hosiana’ versi NKB. 223b Khotbah

PENGAKUAN IMANPenatua 3 : Mari kita berdiri dan mengikrarkan Pengakuan Iman Rasuli, baiklah kita semua

berkata …………Nyanyian : PKJ 190 bait 1 ‘Sampai kapan Engkau Mengeluh’

(duduk)

39

Page 40: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

PERSEMBAHANDkn. 3 : Saatnya kita menyatakan syukur kepada Tuhan dengan memberi persembahan

dan merenungkan kesaksian 2 Korintus 8:12-13 ‘Sebab jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu. Sebab kamu dibebani bukanlah supaya orang-orang lain mendapat keringanan, tetapi supaya ada keseimbangan.’

Nyanyian : GB. 273 ‘Gereja Bagai Bahtera’ (Persembahan diedarkan)

Diaken 3 : (Mengajak jemaat berdiri dan berdoa ………)

Nyanyian : ‘Ku Bawa Korban Syukurku’ (Jemaat memberikan persembahan perpuluhan, nazar dan persembahan khusus lainnya)(duduk)

PENGUTUSANPelayan : Saudara-saudari ……. Berdirilah sekarang

Lihatlah mahkota duri iniTuhanmu melepaskan kebesaran-Nya supaya kita beroleh keselamatanHiduplah dengan saling rendah hatiPergilah ditengah dunia, sembuhkanlah yang sakitHiburlah mereka yang berdukaKuatkanlah setiap lutut yang goyahDan berdoalah bagi keselamatan dunia iniSekarang, saya silahkan kita saling bersalaman dan mengucapkan pesan pengutusan: ‘Persembahkan mahkota hatimu’ (jemaat saling bersalaman dan mengucapkan : ‘Persembahkan mahkota hatimu’) ………

Nyanyian : NKB. 83 bait 1 ‘Nun Di Bukit Yang Jauh’

BERKATPelayan : Arahkan hati kepada Tuhan dan terimalah berkat-Nya ………….

Tuhan yang menderita bagi kamu adalah Tuhan yang senantiasa mengasihani kamu sehingga kamu beroleh anugerah keselamatan kekal, dan dalam naungan salib kudus, kamu terus menikmati damai sejahtera di dalam nama Bapa, dan Anak dan Roh Kudus, amin.

Nyanyian : (‘Amin’)Amin -- Amin -- Amin

PENJELASAN IBADAH

40

Page 41: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

Ibadah ini dirancang untuk perayaan minggu-minggu sengsara. Untuk itu beberapa hal yang harus kita pahami bersama:1. Tata Ibadah yang diusulkan di atas dan sesudah Penjelasan Ibadah ini hanyalah berupa

contoh Tata Ibadah Minggu Sengsara yang harus dibuat oleh masing-masing Majelis Jemaat, secara khusus oleh UPP Liturgi.

2. Ibadah dimulai dengan menyampaikan apa sesungguhnya perayaan minggu sengsara. Kita memahami perayaan minggu sengsara sebagai rangkaian kesengsaraan Tuhan Yesus sampai kematian-Nya di bukit Golgota. Karena itu, kita harus melandasinya dengan kutipan teks Alkitab. Teks Alkitab dapat berubah sesuai konteks dan tema sebagaimana tertera dalam Daftar Bacaan Alkitab GMIT Tahun 2018.

3. Atraksi situasional bisa saja tidak digunakan, namun tujuan utama atraksi situasional ialah menghubungkan derita Tuhan Yesus di masa lalu dan bagaimana penderitaan terjadi di masa kini dalam relasi kehidupan di bumi ini.

4. Hampir semua unsur ibadah membutuhkan respon jemaat. Hal ini untuk menghindari ibadah hanya menjadi milik satu atau dua orang pemeran liturgi.

5. Dalam ibadah ini hendaknya dekorasi dipersiapkan dengan konsep gelap dan kering. Suatu makna kesengsaraan Tuhan. Lalu mesti menyiapkan sebuah simbol. Simbol bertujuan untuk mengajak jemaat memahami tujuan suatu ibadah. Simbol dapat diganti misalnya jubah berdarah, anggur asam, paku, palu atau disesuaikan dengan tema.

6. Dalam bagian ibadah ini beberapa lagu memang sengaja dirancang untuk melibatkan respon jemaat. Lagu salam, lagu respon atas nas pembimbing, lagu pengakuan dosa, lagu usai pembacaan Alkitab sebaiknya dinyanyikan selama perayaan minggu sengsara.

7. Kata-kata yang ada bisa diganti sesuai tema mingguan. Yang paling utama adalah memahami pola liturgi, bagaimana unsur-unsur yang ada menampilkan sesuatu yang berbeda. Setiap unsur ditampilkan dan saling terkait.

8. Pada perayaan minggu sengsara, hal yang perlu mendapat perhatian adalah penggunaan salib pada unsur pengakuan dosa. Salib yang dimaksud adalah salib yang berada di tempat dekorasi. Salib itu diangkat dan dibawa mendekati jemaat lalu diletakkan kembali. Itu berarti dekor salib bukanlah salib mati melainkan salib yang bisa diangkat. Salib menunjukkan suatu makna derita dan lilin yang dibawa menunjukkan makna anugerah Tuhan.

9. Pada bagian pembacaan Nas Pembimbing, kami menyarankan usai membaca nas pembimbing, pelayan memberi penjelasan singkat tentang makna kutipan nas pembimbing.

10. Pengakuan dosa memiliki aspek spiritual yang kuat. Dalam pengakuan dosa kita diajak untuk menghayati derita Tuhan Yesus dan bagaimana kehidupan kita merespon derita Tuhan Yesus. Karena perayaan selama 7 minggu, maka di setiap minggu dapat digunakan 7 perkataan Tuhan Yesus lalu kita merefleksikannya dengan dosa yang kita perbuat. Kita juga membuat rangkaian pengakuan dosa, berita anugerah dan komitmen hidup baru sebagai satu kesatuan. Kami menyarankan dalam komitmen hidup baru kita dapat mengutip berbagai ayat Alkitab yang berkaitan dengan pengampunan dosa kecuali dalam bagian komitmen hidup baru kita tetap mengucapkan hukum kasih secara bersama.

11. Pada bagian pujian Mazmur, kita tetap menyanyikan mazmur. Buku mazmur dapat kita jumpai di toko-toko buku. Di Lampiran kami sertakan Nyanyian Mazmur itu. Bila tidak mampu dinyanyikan maka dapat dibacakan secara berbalasan.

41

Page 42: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

12. Beberapa lagu pada unsur yang lain dapat diganti sesuai kebutuhan.13. Pada bagian pengutusan, kita memperkayanya dengan ‘salam’ suatu ajakan untuk bersama-

sama melakukan perintah Tuhan.14. Kami berharap liturgi ini dapat diperkaya dengan berbagai ide baru sesuai konteks jemaat

dan sebaiknya dipersiapkan. Satu hari dikhususkan untuk musik dan kantoria, satu hari dipersiapkan bersama petugas liturgi.

15. Mengenai masalah durasi waktu ibadah diharapkan setiap Majelis Jemaat menyesuaikan dengan durasi waktu ibadah di Jemaat masing-masing.

Berdasarkan beberapa catatan di atas maka pola liturgi minggu sengsara yang disiapkan dapat kita perkecil dan jika menjadi sebuah liturgi yang digunakan setiap minggu maka pola liturginya sebagai berikut:

42

Page 43: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

TATA IBADAH PERAYAAN MINGGU SENGSARAGEREJA MASEHI INJIL DI TIMOR

PEMBUKA IBADAHSuara 1 : (Membacakan kutipan Yesaya 53:3-5) …………….

REFLEKSI SITUASIONAL(Membuat rangkaian kata-kata singkat tentang bagaimana derita Tuhan Yesus dan penderitaan masa kini)Instrumen ‘Kepala Yang Berdarah’ ………..

MADAH RESPONSIF TERHADAP DERITASolo : Menyanyikan KJ. 35 ‘Tercurah darah Tuhanku’ (dinyanyikan tanpa musik)

Tercurah darah Tuhanku, di bukit GolgotaYang mau bertobat ditebus, terhapus dosanya(Musik dibunyikan, sebaiknya dimainkan dalam versi piano atau orgen) ……………

Jemaat : Terhapus dosanya, terhapus dosanyaPerempuan : (berdiri) ……

Yang mau bertobat di tebus, terhapus dosanyaSemua : Terhapus dosanya, terhapus dosanyaLaki-laki : (berdiri) ……..

Yang mau bertobat di tebus, terhapus dosanya

MENGHADAP TUHAN(Masuk seorang penatua membawa lilin sengsara I, lilin diletakkan pada tempatnya, seorang diaken membawa simbol …. dan seorang membawa Alkitab) ………..(Pembawa Alkitab berdiri di depan jemaat) ………..

PA : Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?

Jemaat : Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu

PA : Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia (PA kembali berdiri bersama Pnt 1 dan Dkn 1) ….

Pnt 1 : Dan dalam cahaya kebenaran ini, lihatlah derita yang dialami Tuhanmu (Dkn 1 mengangkat simbol) ……..Tuhanmu melepaskan mahkota kemuliaan-Nya dan taat sampai mati diatas kayu salib(Ketiganya meninggalkan ruangan) …………

Nyanyian :

VOTUM

43

Page 44: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

Pelayan : Tuhan pengasih dan penyayang melayakkan kita untuk beribadah. Di dalam nama bapa, Anak dan Roh Kudus, kita beroleh damai yang abadi

SALAM (Nyanyian berbalasan ‘Damai Tuhan Yang Abadi’)(duduk)

PEMBACAAN NAS PEMBIMBINGPnt. 2 : (Membacakan nas pembimbing disertai penjelasan yang mengacu kepada tema

ibadah)Nyanyian : ‘Kecaplah dan Lihatlah, Betapa Baiknya Tuhan’

PENGAKUAN DOSA & ANUGERAH HIDUP BARUDkn 2 : Di salib derita itu Tuhan berseru:

Ya Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tak tahu apa yang mereka perbuat(diperayaan minggu kedua dan seterusnya kalimat ini diganti sesuai 7 perkataan Tuhan Yesus)Instrumen GB. 171 ‘Kami Datang Menghampiri Salib-Mu’ ………

Pembaca 1 : (Merangkai kata-kata singkat tentang makna perkataan Tuhan Yesus dengan keberadaan dosa dalam kehidupan setiap hari)

Nyanyian : GB. 171 ‘Kami Datang Menghampiri Salib-Mu’ (Masuk seorang pembawa salib, seorang membawa lilin yang sudah dinyalakan dan berdiri didepan jemaat)

Pembaca 2 : (Merangkai kata keterkaitan antara salib yang diarak dan makna pengampunan serta anugerah dari salib. Kami menyarankan penggunaan bahasa Yunani sesuai dengan apa yang ada dalam Alkitab)

Jemaat : Ya Tuhan ampunilah kami(respon jemaat dapat diganti dengan rumusan sesuai 7 perkataan)

Nyanyian : GB. 171 ‘Kami Datang Menghampiri Salib-Mu’ (Pembawa salib dan pembawa lilin meninggalkan ruangan) ………

Pelayan : Mari kita berdoa (Doa Pengakuan dosa. Usai doa pelayan berkata …..)(usai doa pelayan mengingatkan tentang makna pengampunan dosa dan mengutip satu ayat tentang pengampunan dosa)

Pelayan + J : Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Bndk. Markus 12:30-31)

Nyanyian :

PUJIAN MAZMUR(Pemazmur mengajak jemaat berdiri dan bernyanyi berbalasan, ditutup dengan penegasan pemazmur tentang makna pujian mazmur)

PEMBERITAAN FIRMAN Doa dan Pembacaan Alkitab Ucapan Bahagia dan Nyanyian ‘Hosiana’ versi NKB. 223b

44

Page 45: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

Khotbah

PENGAKUAN IMANPenatua 3 : Mari kita berdiri dan mengikrarkan Pengakuan Iman Rasuli, baiklah kita semua

berkata …………Nyanyian :

(duduk)

PERSEMBAHAN (model persembahan dapat disesuaikan dengan kebiasaan setiap jemaat)

Dkn. 2 : (Mengajak jemaat memberi persembahan dan membacakan ayat tentang persembahan, ayat alkitab diganti sesuai tema)

Nyanyian :Diaken 3 : (Mengajak jemaat berdiri dan berdoa ………)Nyanyian : (Jemaat memberikan persembahan perpuluhan, nazar dan persembahan

khusus lainnya)(duduk)

PENGUTUSANPelayan : (Rumusan kata-kata diganti setiap minggu dengan mengingatkan makna simbol

dan mengajak jemaat melakukan tugas pengutusan dan diakhiri dengan berjabatan tangan)

Nyanyian :

BERKATPelayan : Arahkan hati kepada Tuhan dan terimalah berkat-Nya:

Tuhan yang menderita bagi kamu adalah Tuhan yang senantiasa mengasihani kamu sehingga kamu beroleh anugerah keselamatan kekal, dan dalam naungan salib kudus, kamu terus menikmati damai sejahtera di dalam nama Bapa, dan Anak dan Roh Kudus, amin.

Nyanyian : (‘Amin’)Amin -- Amin -- Amin

45

Page 46: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

TATA IBADAH JUMAT AGUNGGEREJA MASEHI INJILI DI TIMOR

30 Maret 2018

“TAAT SAMPAI MATI”

Desain dekor: Tampak Salib kosong, dengan dominan hitam. Bunga kering dan kayu kering tak beraturan.

PANGGILAN BERIBADAHINSTRUMEN ‘Memandang Salib Rajaku’…………………….. Suara 1 : (Mendekati Salib kosong) Puisi ‘Rintih Salib’

Di sini tak ada apa-apaDi sini tak ada siapa-siapaBegitulah kudegar rintih kayu tua bernama ‘salib’

(Menutup telinga)

Maaf ……… pujianmu selesaiDoamu kututupBiarkan angin mendengar lalu terbang entah kemana

(Mengambil kertas dan disobek tak beraturan)

Di sini tak ada apa-apaDi sini tak ada siapa-siapaHanya ada aroma darah yang menyengat

(sambil tertawa)

Hai kamu pelahap nikmatRintih salib menertawaimuMakan …….. makan, makan kayu tua iniDan mulutmu penuh bau busuk menjijikkan

(sambil menangis dan memeluk salib)

Di sini tak ada apa-apaDi sini tak ada siapa-siapaHanya ada salib bagi anak sengsaraHanya ada matahari mengupas peluh

(berteriak dengan keras)

Di sini tak ada apa dan siapa ………..

Penatua 1 : (Membacakan)Mari kita berdiri berdiri menyanyikan KJ 169 bait 1 & 3 Memandang Salib Rajaku)

Memandang salib Rajaku yang mati untuk dunia,46

Page 47: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

kurasa hancur congkakku dan harta hilang harganya.

Berpadu kasih dan sedih mengalir dari luka-Mu;mahkota duri yang pedih menjadi keagungan-Mu.

VOTUM Pelayan : Ibadah Jumat Agung, dikuduskan hanya oleh Tuhan. Dalam misteri segala kuasa,

Tuhan memberkati ibadah ini.SALAM : (Nyanyian berbalasan)

RATAPAN PENYESALAN(Instrumen ‘Pada Satu Bukit’ .............)

Orang 1 : Ketika mendengar berita salib, yang ada dipikiranku hanyalah satu : bukankah salib itu adalah tempat bagi mereka yang disebut penjahat? Aku pikir itu salib biasa. tetapi yang disalibkan itu ternyata Tuhan, Yesus yang agung. Aku tertunduk diam. Tuhanku betapa mulia hati-Mu, mau berkorban bagi kami.

Orang 2 : Kitalah yang membuat Dia menerima ganjaran untuk apa yang tidak dibuat-Nya. Allah telah menimpakkan kesalahan kita bagi Dia. Dan di salib itu, Tuhan menyembuhkan luka dosa dan membiarkan diri-Nya terluka. O Tuhan, betapa mulia hati-Mu, mau terluka menggantikan kami.

Orang 3 : Dalam ratapan dan penyesalan telah terungkap sebuah kebenaran: Allah mana seperti Allah kita yang mau berkorban dan mempertaruhkan kehidupan-Nya. Tuhan manakah yang rela melepaskan titik-titik darah suci untuk mengampuni kita?

Pelayan : Hanya Tuhan kita yang mau menjadi manusia, menderita dan mati bagi kita.Jemaat : Ampunilah kami, dan ajarkan kami untuk menguburkan manusia lama, supaya dosa-

dosa yang membinasakan itu tidak lagi menjadi penghalang iman kami. Dan dengan segala tindakan kasih-Mu, ajarkan hati kami untuk senatiasa mau berseru:

P + J : Kristus, Engkau mau mati bagi kami.Biarlah kami mau berdamai dengan kehendak-Mu, Amin.

Pujian : Menyanyikan NYTB 194 : 1 & 2 ‘Di Atas Gunung Jauh’

Pada satu bukit jauh dari sini lihat salib Tuhan berdiriS’potong kayu kasar, tanda dosa besarDi sana Tuhanku t’lah mati

Refr. Kudatang pada salib itu Kukenangkan cinta Tuhanku Ya kujatuh pada kaki-Nya, sanaku dapat ampun dosa

O, kayu yang kasar yang dihina duniaB’rikan kelepasan yang kekalAkulah sebabnya Tuhan ke GolgotaMenebus dosaku semua

Solo : (menyanyikan penutup lagu .........)

Ya kujatuh pada kaki-Nya, sanaku dapat ampun dosa

BERITA KELEPASANPelayan : Sesungguhnya kasih setia Tuhan tak akan pernah lekang oleh waktu, dan tak akan

pernah terkurung oleh ruang.Jemaat : Nestapa, perih dan luka hanyalah derita tubuh fana

Sebab dalam kesengsaraan, Ia mengampuni.

47

Page 48: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

Pelayan : Di salib Ia membelai kita dengan kasih. Bahkan mautpun tak mungkin mengakhiri besar kasih-Nya akan dunia ini. Biarlah kita yang berdosa berseru dengan penyertaan-Nya dan janji suci yang keluar dari bibir mulut-Nya:

P + J : Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya hari ini juga, engkau akan ada bersama-ama dengan Aku di dalam Firdaus.

Jemaat : (Menyanyikan ‘Ku yakin’)

AJAKAN MEMAKNAI JUMAT AGUNG (berdiri)Anak 1 : Jumat berdarah menjadi kelabu, bukan saja bercucuran darah-darah suci tapi juga

menghembuskan nafas kelaliman. Alam semesta tertunduk diam, bumi menjadi gelap, sebab matahari sedang menangis, menutup matanya dengan air mata yang panas oleh karena malu.

Jemaat : Itulah kegelapan yang menembusi ruang hati saat hati tertutup kabut dosa, saat nurani tak tahu berbalas rasa.

Anak 2 : Jumat berdarah adalah nyanyian sembilu, bukan saja karena tumbalnya pahlawan sejati tapi juga matinya doa yang peduli. Rumah Doa tak layaknya sarang penyamun. Lihatlah, Bait Allah terbelah menjadi dua, itu memberi pesan: ibadah kita bukan hanya ada di dalam bait-Nya, tapi di mana saja menjadi ibadah tak henti.

Jemaat : Itulah ibadah yang mempermalukan ketika persekutuan tercipta dalam ruangkasih, kepedulian, doa dan nyanyian hanyalah kepalsuan Sebab kami menjadi serigala bagi sesama

Anak 3 : Jumat berdarah adalah pengakuan akan kebenaran-Mu, ya Yesus. Bangsa yang tidak mengenal-Mu akan berseru: Sesungguhnya, Orang ini adalah orang benar. Sebab orang yang mengenal-Mu berlaku munafik dan merendahkan pengorbanan-Mu di salib.

Jemaat : Itulah kami yang mengenal tapi tak mencintaItulah kami yang berjuang dan tak mengandalkan-Mu Itulah kami yang merendahkan salib-Mu.

48

Page 49: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

Semua : Kami menangisi kematian-Mu, ya Yesus, dan juga menangisi diri kami yang tak pernah sadar. Lewat kematian-Mu, pulihkanlah kami. Biarlah keajaiban kematian-Mu memberi makna bagi hidup yang baru.

Jemaat : (Menyanyikan lagu ‘Tertunduk Sedih’ versi Pengharapanku Hanya Yesus Saja, Syair Pdt. S. Pandie)

Tertunduk sedih, jiwa hilang hargaKar’na Yesusku t’lah matiTiada bangga, lenyaplah harapkuAlam tertunduk menangis

Keagungan ku t’lah usaiJumat berdarah saksinyaKe mana lagi ku bawa banggakuYesus Tuhanku t’lah mati (duduk)

PEMBERITAAN SABDA TUHAN Doa & Pembacaan Alkitab dari Markus 15: 33-47 Jemaat menyanyikan Hosiana versi KJ 473b Khotbah

PENGAKUAN IMAN Penatua:Marilah kita, mengikrarkan pengakuan iman dengan menyanyikan lagu ‘Allah

Tritunggal’ versi Manalolobanda’ syair Pdt. S. PandieKami mengaku Bapa Sang PenciptaDialah Tuhan Pemilik semesta Segala karya Tuhan berlimpah kebaikanMentari, bulan, bintang bersaksi dalam terangRefr. Ya Bapa, Putra di dalam Roh Kudus

Kasih cinta-Mu selalu sempurnaAllah Tritunggal kekal, kini sepanjang masaBerkat-Mu tak berbanding, agung dan mulia

Kami percaya, Yesus Sang PenebusDialah Tuhan yang dinubuatkanDatang diutus Bapa, dan mati bagi kamiIa pun telah bangkit, maut tertunduk malu (ke Reff.)

Kami muliakan, kuasa-Mu, Roh KudusEngkau menghibur dan menjaga kamiRoh yang menghimpun umat, menjadi g’reja kudusSupaya kami setia, hingga penghakiman (ke reff.) (duduk)

PERSEMBAHAN Doa Jemaat menyanyikan PKJ. 147 ‘Di Sini Aku Bawa’.

49

Page 50: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

DOA SYAFAAT

PANGGILAN PENGUTUSAN.................. Musik Sedih ....................

Murid 1 : Ya Tuhan, kami adalah para pengkhianat sejati, ketika kami lari dan membiarkan-Mu tersalib

Murid 2 : Ya Guru, kami adalah pemberi janji murahan sebab di mata-Mu kami menyangkali Engkau

Murid 3 : Betapa malunya kami ketika mendapatkan-Mu mati di salib ini. Apakah kami harus menebus salah dan dosa ini dan mati seperti-Mu?

Murid 4 : Kita memang harus sedih karena kita memang orang tak beradab, hati kita memang akan gundah gulana. Tapi lupakah kamu ketika Guru masih hidup, Ia berpesan: Anak manusia harus diserahkan kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, diolok-olokkan, dihina dan diludahi? Ia akan disesah dan dibunuh?

Murid 5 : Memang Ia sendiri yang menggenapi kata-kata-Nya. Pantas Ia menjadi Guru yang sejati.

Yusuf : Mari kita menguburkan Dia, aku telah menyediakan tempat yang layak untuk-NyaNikodms : (Maju ke depan) hidup-Nya sudah berakhir tapi bukankah kita masih hidup. Guru

pernah mengajarkan aku tentang lahir baru dan kini Ia menggenapinya. Pergunakanlah waktu yang ada dengan menyampaikan kabar kepada seluruh penjuru bumi bahwa Kristus sudah mati tapi kami dan semua yang menjadi murid-Nya diutus memberitakan nama-Nya

Penatua 2 : Akhirnya inilah berita kematian, Jumat Agung karena keagungan pengorbanan Yesus. Marilah kita belajar berkorban dan pulanglah dalam tekad menjadi murid sejati, berdamailah dengan Tuhan, berdamailah dengan sesama dan berdamailah dengan bumi di mana kita ada.

Jemaat : (berdiri dan menyanyikan NKB. 128 ‘Ku Berserah Kepada Allahku’)

50

Page 51: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

BERKATPelayan : Arahkanlah hatimu kepada Tuhan:

Allah sumber pengharapan dalam Yesus yang telah hidup dan mati bagi kita akan senantiasa menuntun, menjaga, memberkati keluar masukmu dari sekarang sampai selama-lamanya.

Jemaat : Amin -- Amin -- Amin

TATA IBADAH PASKAH IGEREJA MASEHI INJILI DI TIMOR

“Kuasa Kebangkitan Kristus Melenyapkan Ketakutan dan Memberdayakan”

PERSIAPAN- Pelayan dan Majelis Jemaat berdoa di konsistori- Jemaat berdoa, mempersiapkan diri ………………- Warta Jemaat

PANGGILAN BERIBADAHPenatua 1 : Saudara-saudari ………

Hari ini telah terdengar kesukaan besarBerita kebangkitan KristusDinyatakan bagi semua orang percaya

Diaken 1 : Batu kubur telah tergulingTuhan Yesus tak ada di tempat pembaringanPaskah menggulingkan mautPaskah menaklukan dunia orang mati

Penatua 2 : Dan hari ini berita Paskah dinyatakan bagi kitaPaskah telah menghampiri kita

51

Page 52: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

Merangkul satukan semua yang tercecerMemanggil segala bangsaBerdirilah sekarang, beribadahlah dalam sukacita Paskah

Nyanyian :

VOTUM Pelayanan : Tuhan Yesus yang telah menang atas maut, Tuhan penyelamat telah datang

menguduskan dan memberkati ibadah ini.

SALAM (Nyanyian berbalasan. ‘Damai Tuhan Yang Abadi’)

PEMBACAAN PROSESI PASKAHSuara 1 : Injil Markus telah menyaksikan kepada kita bahwa ‘Bukit Tengkorak’ telah

menjadi saksi peristiwa penyaliban Tuhan Yesus. Ia di salibkan bersama dua orang penjahat, di atas kepalanya telah dimahkotai duri dan satu tulisan yang berbunyi : Inilah Raja Orang Yahudi.

Suara 2 : Kisah perjalanan penderitaan Tuhan Yesus, dimulai dari jam 9 pagi. Pada jam 12, terjadilah kegelapan yang dahsyat dan tepat jam tiga, Tuhan Yesus menghembuskan nafas terakhir.

Suara 3 : Penderitaan Kristus dalam setiap bentangan waktu, hendak mengingatkan kita bahwa setiap jam kehidupan, kita diperhadapkan dengan berbagai derita kehidupan.Mari kita menyatu dalam saat teduh ……………Instrumen Musik ‘Menjulang Nyata Atas Bukit Kala’ ………

Suara 4 : Di detik kematian Tuhan Yesus, mereka masih mencucukkan anggur asam. Tak ada simpatik dan kepedulian. Tak ada penyesalan dan rasa malu. Tetapi kuasa Allah yang besar itu, telah membuka mata kepala pasukan. Tepat di depan salib, ia berkata: Sungguh orang ini adalah orang benar.Instrumen di lanjutkan ……….

Suara 5 : Ternyata di bukit tengkorak itu, tak hanya ada kisah kegelapan dan dosa, disitu ada pelaku dosa yang menyesali keberadaannya. Telah bersinar harapan baru, cahaya salib Yesus terang benderang menyentuh setiap hati.

Suara 6 : Pada menjelang malam, Yusuf Arimatea, seorang Majelis Besar terkemuka, menghadap Pilatus dan meminta menguburkan mayat Tuhan Yesus. Yesus dikuburkan.Instrumen ‘Beta Manyasal’ ……………

Suara 7 : Dan inilah kebenaran itu, dari pengadilan agama yang memalukan, Tuhan menghadirkan seorang anggota Majelis Besar untuk menyatakan kepada kita bahwa sisitim kekuasaan dapat memasung kebenaran, namun sistim kekuasaan tak dapat membelenggu hati orang yang percaya

Suara 8 : Lalu, di waktu pagi-pagi benar, Paskah menggulingkan batu kuburan. Allah berdaulat melebihi ketetapan waktu manusia. Allah menerjang setiap waktu ketakutan bagi manusia. Dan Paskah telah menerobos keberanian baru, bagi saya dan saudara

52

Page 53: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

Suara 9 : Kini, sambutlah kemenangan Paskah dengan hatimu. Hanya hatimu sajalah yang akan membuat engkau menyadari betapa dahsyatnya kuasa Paskah.(Kantoria menyanyikan ‘Beta Manyasal’)Mari kita berdoa ………..

Nyanyian : GB. 380 bait 1 ‘Ya Tuhan, Kasihani Kami’

BERITA ANUGERAHPelayan : Hendaklah kita mengakui segala dosa, dan sejak hari ini persembahkan

kebenaran hatimu kepada Tuhan. Ingatlah kebenaran firman Tuhan seperti yang diucapkan oleh Tuhan Yesus: ‘Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati.’ (Yohanes 11:25)

Nyanyian :

PUJIAN MAZMURPemazmur : Mari kita berdiri dan membacakan secara berbalasan (atau menyanyikan)

Mazmur 46(duduk)

PEMBERITAAN FIRMAN Pelayan: Mengajak Jemaat menyiapkan hati dan menyanyikan GB. 59 ‘Firman Allah Kekal’

usai nyanyian jemaat disilahkan berdiri Doa dan Pembacaan firman dari Markus 16:1-8 Ucapan Bahagia ………… Nyanyian KJ. 473b ‘Haleluya’

Haleluya -- Haleluya -- Haleluya (duduk) Khotbah

PENGAKUAN IMANPenatua 3 : Saatnya kita mengikrarakan Pengakuan Iman Rasuli, saya silahkan kita berdiri

dan setiap orang yang percaya berkata ……………Nyanyian :

PERSEMBAHANDiaken 3 : Kemenangan Paskah adalah kemenangan bagi semua orang percaya. Itu bukan

usaha kita, itu adalah kasih karunia Allah yang dinyatakan dalam Tuhan kita Yesus Kristus. Kini, hendaklah kita selalu mengucap syukur, dan dengan hati yang penuh sukacita, kita dipanggil memberi persembahan. Berilah persembahanmu dan ingatlah perkataan firman Tuhan: ‘Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hatiku, aku mau menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib.’ (Mazmur 9:2).

Nyanyian : (Persembahan di edarkan)Diaken 3 : (mengajak jemaat berdiri dan berdoa ……….)Nyanyian : ‘Persembahan Kami’

53

Page 54: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

DOA SYAFAAT

PENGUTUSANPelayan : Berdirilah sekarang ………..

Berita Paskah dikumandangkan bagi segala bangsaTetapi yang terutama bagi kamu yang percayaBagi kamu yang mau bersaksi ditengah duniaBagi kamu yang senantiasa mau bersinar di tengah kegelapan

Jemaat : Berita itu adalah berita bagi kamiKami bukan hanya menikmati kemenangan PaskahKami akan senantiasa bersaksi dan menjadi anak-anak terang

Nyanyian :

BERKATPelayan : Arahkan hatimu kepada Tuhan dan terimalah berkat-Nya:

Allah yang perkasa melindungi dan memberkatimu, Tuhan Yesus yang hidup, menghidupimu dengan kasih karunia. Roh yang Kudus memberimu kebijaksanaan dan damai, menjaga keluar masukmu sekarang dan selamanya.

Nyanyian : (‘Amin’)Amin -- Amin -- AminKJ. 407 bait 1 ‘Tuhan Kau Gembala Kami’

TATA IBADAH PASKAH IIGEREJA MASEHI INJILI DI TIMOR

“Kuasa Kebangkitan Yang Merangkul dan Memulihkan”

SALAM PEMBUKAPenatua 1 : Kemenangan Paskah telah kita nikmati

Batu kubur telah tergulingKuasa Tuhan melewati pagiMembangkitkan harapan yang usang

Diaken 1 : Hari ini panggilan Paskah tergenapiGenerasi percaya telah tumbuhMemberi hati, menggenapi janjiMengembangkan hidup makin terarahInstrumen musik …………. ‘Makin Dekat Tuhan Kepadamu’ ….(seorang Penatua mengantar anak-anak yang hendak dibaptis dan dua orang calon anggota sidi)

54

Page 55: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

MENGHADAP TUHANInstrumen ‘Bila Kulihat Bintang Gemerlapan’

Penatua 2 : Inilah fakta kemenangan PaskahMereka yang dipenuhi resahTelah beroleh kekuatan baruMenggugah hati penuh haruHai anak-anak PaskahBeribadahlah sekarang, mari berdirilah di hadapan TuhanPaskah telah memberi kepastian

Nyanyian :

TABHISAN IBADAH

VOTUM & SALAMPelayan : Kebaktian Paskah ke II, dikuduskan di dalam nama Bapa dan Anak dan Roh

Kudus. Tuhan sumber damai kekal, memberkati ibadah ini.(Nyanyian berbalasan ‘Damai Tuhan Yang Abadi’)(duduk)

PEMBACAAN BERITA PASKAHDiaken 2 : Tentang berita kebangkitan, telah dinyatakan sebelumnya kepada semua orang

percaya. Ayub dalam keadaan sakit, ia berseru:Jemaat : Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu.

(Ayub 19:25).Diaken 2 : Pengharapan akan kebangkitan itu dinyatakan oleh para Nabi, bahkan Nabi

Mikha telah menulis:Jemaat : Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum

Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala. (Mikha 5:1)

Diaken 2 : Berita itu di tujukan kepada Tuhan Yesus. Bahkan Tuhan Yesus sendiri telah memberi kesaksian kepada murid-murid-Nya :

Jemaat : Anak Manusia akan diserahkan kedalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia akan bangkit. (Matius 17:22b-23a)

Diaken 2 : Hari ini semua perkataan dan kesaksian itu digenapi, Tuhan Yesus telah bangkit dari antara orang mati. Paskah adalah kebenaran bahwa segala yang diucapkan akan tergenapi bagi kehidupan kita di saat ini dan di masa depan, bahkan hingga kesudahan zaman.

Nyanyian :

PENGAKUAN DOSA & BERITA ANUGERAH ALLAH

55

Page 56: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

Penatua 3 : Dengan sukacita Paskah, mari kita mengingat bahwa hati kita belum sepenuhnya merayakan Paskah karena segala dosa dan pelanggaran kita. Mari kita tertunduk dalam doa, mengakui segala keberadaan diri. Mari kita berdoa …Usai mengakui segala keberadaan diri, mulailah belajar untuk hidup kita menggapai anugerah Allah. Renungkan perkataan firman Tuhan:‘Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.’ (Roma 10:9).

Nyanyian :

MAZMUR PUJIANPemazmur : Marilah kita berdiri dan menyanyikan Mazmur 18:47-51

(duduk)

PEMBERITAAN FIRMAN TUHAN Jemaat menyanyikan ‘Firman Alllah Kekal’ pada pengulangan lagu, jemaat berdiri Pelayan berdoa dan membaca Alkitab dari I Korintus 15:1-11 Ucapan Bahagia …… Nyanyian KJ. 473b ‘Haleluya’

Haleluya -- Haleluya -- Haleluya (duduk) Khotbah

PENGAKUAN IMANDiaken 3 : Mari kita berdiri dan mengaku iman percaya kita dengan menyanyikan KJ. 280

bait 1 – 3 ‘Aku Percaya’ ………(duduk)

PELAYANAN BAPTISAN & SIDI (DIATUR TERSENDIRI)

PERSEMBAHANDiaken 4 : Memberi persembahan adalah pengajaran yang telah disampaikan bagi kita sejak

dahulu kala. Memberi bukan sekedar suatu tradisi beribadah. Memberi adalah respon ucapan syukur untuk segala kebaikan Tuhan. Tuhan memberi berkat setiap waktu sehingga kita tak bisa mengukur betapa luas, panjang, lebar, luas, tinggi dan dalam penyertaan Tuhan.Mari kita berdoa ………

Nyanyian :

DOA SYAFAAT

PENGUTUSANPelayan : Berdirilah sekarang ……..

Paskah menggapai kitaMeminta kehidupan yang beraroma sorga

56

Page 57: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

Jangan hanya kebaikan di waktu pagiPaskah meminta kebaikan di setiap waktuDisini, dan di kehidupan setiap

Jemaat : Kami sesungguhnya telah mati karena dosaTetapi Paskah memberi harapan baruDan aroma kematian akan kami ubah menjadi aroma kehidupanDan seluruh bumi bercahaya dalam kemenangan

Nyanyian :

BERKATPelayan : Arahkan hati kepada Tuhan, terimalah berkat-Nya:

Allah yang perkasa melindungi dan memberkatimu, Tuhan Yesus yang hidup, memberimu kasih karunia. Roh yang Kudus memberimu kebijaksanaan dan damai, menjaga keluar masukmu sekarang dan selamanya.

Nyanyian : (‘Amin’)Amin -- Amin -- Amin

57

Page 58: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

BEBERAPA SARAN PENGGUNAAN SIMBOL DALAM MASA PASKAH 2018

HARI/TANGGAL

BACAAN ALKITAB

BACAAN MAZMUR TEMA SIMBOL ARTI

Minggu, 11 Februari 2018

Yohanes 12:12-19 Mazmur 147:1-11

Raja Yang Menunggang Keledai

Mahkota Duri Mahkota duri sebagai simbol penghinaan. Dalam Kekristenan kita menerimanya sebagai simbol kerendahan hati

Minggu, 18 Februari 2018

Yohanes 12:20-36 Mazmur 89:47-53

Mempersiapkan Diri Menerima kematian

Roti & Anggur Allah mempersiapkan diri tubuh dan darah-Nya demi keselamatan manusia

Minggu, 25 Februari 2018

Markus 14:1-2

Mazmur 10:12-18

Kepentingan Yang jahat Membuat Yesus Menderita

Palu Palu mewakili suatu keputusan pengadilan. Dalam Injil Palu disebutkan sebagai alat untuk memaku tubuh Tuhan Yesus di salib. Dia menjadi simbol kekerasan hati

Minggu, 4 Maret 2018

Markus 14:3-11

Mazmur 63: 1-9

Melayani Kristus dan Sesama dengan cara dan pada waktu yang tepat

Minyak di dalam Botol

Minyak didalam botol menunjukkan persembahan diri dan juga pengharapan akan tumbuhnya persekutuan (Mazmur 133) serta peneguhan akan panggilan pelayanan yang menyembuhkan

Minggu, 11 Maret 2018

Yohanes 13:1-20 Mazmur 22:23-27

Teladan Yesus Dalam Kerendahan Hati

Baskom dan Sehelai kain ungu

Simbol pembasuhan dosa dan keteladan dalam kerendahan hati Yesus

Minggu, 18 Maret 2018

Markus 14:32-42 Mazmur 118:5-12

Kristus Yang Bergumul Dalam kesendirian-Nya

Simbol obor kehabisan minyak

Mengingatkan kita akan kisah 10 gadis bodoh yang yang tak bisa berjaga-jaga

Minggu, 25 Maret 2018

Markus 14:66-72

Mazmur 53

Menyangkal Diri Bukan Menyangkal Yesus

Ayam jago Simbol pengingat akan penyangkalan serta menjadi simbol menyambut fajar. Adanya kehidupan baru. Dalam bahasa laitinnya disebut ‘Orines’ yaitu Kristus Menjadi Sang Fajar untuk kehidupan baru

Jumat, 30 Maret 2018

Markus 15:33-47

Mazmur 22:1-12 Taat Sampai Mati Sebuah Salib Kosong yang ditempatkan di samping

Salib menunjukkan ketaatan Kristus sampai mati

Page 59: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

mimbarMinggu, 1 April 2018

Markus 16:1-8 Mazmur 46 Kuasa Kebangkitsn Kristuss melenyapkan ketakutan dan memberdaykan

Lilin menyala dan bunga rampai(sebaiknya dalam desain ruangan terdapat kuburan terbuka)

Lilin adalah tanda kehidupan baru dan bunga rampai menunjukkan bahwa Keharuman Kristus menaklukkan kuasa maut

Senin, 2 April 2018

I Korintus 15:1-11

Mazmur 18:47-51 Kuasa Kebangkitan Yang Merangkul dan Memulihkan

sda Sda

59

Page 60: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

NYANYIAN MAZMUR MASA PASKAH 2018

MAZMUR 147:1-11

Page 61: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

61

Page 62: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

62

Page 63: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

63

Page 64: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

64

Page 65: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

MAZMUR 22:23-27

65

Page 66: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

66

Page 67: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

67

Page 68: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

68

Page 69: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

69

Page 70: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

70

Page 71: sinodegmit.or.idsinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2018/02/BAHAN-PASKAH... · Web viewKisah penyangkalan Simon Petrus menjadi bagian penting dalam rangkaian kisah sengsara dan penyaliban

71