repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35212... · web...

38
Peran Taman Bacaan Dalam Membangun Budaya Baca Masyarakat: Studi Kasus Pondok Baca Arcamanik Bandung Hasil Penelitian Oleh Nuryudi PUSDIKLAT TEKSNIS KEAGAMAAN 1

Upload: buidang

Post on 08-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Peran Taman Bacaan Dalam Membangun Budaya Baca Masyarakat:Studi Kasus Pondok Baca Arcamanik Bandung

Hasil Penelitian

Oleh

Nuryudi

PUSDIKLAT TEKSNIS KEAGAMAANBADAN LITBANG DAN DIKLAT

KEMENTERAIAN AGAMA RI2013

1

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim. Puji syukur al-hamdulillahi robbi al ‘alamin penulis dapat menyelesaikan kegiatan dan penyusunan laporan penelitian ini dalam rangka memenuhi persyaratan tugas akhir dalam mengikuti diklat Peningkatan Substansi Penelitian Keagamaan dengan tema “Peran Taman Bacaan Dalam Membangun Budaya Baca Masyarakat: Studi Kasus Pondok Baca Arcamanik Bandung”, di Jawa Barat pada tahun 2013.

Dalam penelitian ini, penulis berhasil mengidantifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat penyelenggaraan pondok baca Arcamanik bandung dalam membangun budaya baca masyarakat. Identifikasi ini penting dilakukan untuk mengkaji realiatas kelebihan dan kelemahan, peluang serta tantangan yang sekarang sedang dihadapi oleh taman bacaan dlam menjalankan perannya dalam membina budaya baca masyarakat. Selanjutnya hasil temuan ini akan menjadi unsur pembelajaran bagi para pengelola dan pemerhati perkembangan dan pengalaman dalam pengelolaan taman bacaan masyarakat.

Penelitian ini sangat penting mengingat diperlukannya data dan informasi yang objekctif sebagai gambaran penyelenggaraan TBM. TBM sangat dibutuhkan oleh masyarakat khusunya mereka dari warga yang kurang mampu dan tidak memiliki prasarana memenuhi kebutuhan informasi dan bahan-bahan bacaan yang diperlukan untuk menumbuhkan budaya baca pada diri mereka. Penguasaan informasi dan pengetahuan menjadi kunci sukses setiap warga masyarakat.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa bahwa selama ini sekitar 12 tahun PBA sudah berjuang dalam membangun budaya baca masyarakat dengan meneyediakan fasilitas belajar dan koleksi yang komprehensif, dengan didukung oleh berbagai faktor yang dapat menjadikan lembaga tersebut bisa bertahan. Dan terdapat beberapa hambatan yang tidak bisa dihindari sebagai bagian dalam penyelenggaraan kegiatan pelayanan. Masyarakat pengguna PBA lebih didominasi oleh para siswa dari sekolah di lingkungan sekitar khususnya siswa-siswi Sekolah Menengah Pertama.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu terselesaikannya proses penelitian ini, terutama kepada bapak Ibu N. Sitompul, selaku ketua PBA, Ibu Emmy R. Martopo selaku sekretaris dan ketua harian yang telah

2

banyak memberikan informasi, Sdr Sandi yang sudah bersedia panjang lebar bercerita tentang pengurusan dan pengelolaan PBA, ibu Ita yang telah membukakan jalan menuju berbagai pihak untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dan juga kepada para siswa yang gemar membaca yang telah membantu berbagi cerita tentang pengalaman mereka dalam menggunakan taman bacaan tersebut. Begitu juga saya sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. H. Imam Thalkhah, APU, Drs. H.M. Yusuf Asri, APU, dan para Profesor yang lain selaku pembimbing desain penelitian, atas arahan serta bimbingannya selama mengikuti Diklat di Kampus Pusdiklat Teknis Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kmeneterian Agama RI di Ciputat Tangerang Selatan Banten. Tak lupa kepada para panitia penyelenggara pelatihan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk ikut mendapatkan ilmu yang sangat bermanfaat ini. Semoga kebaikan bapak dan ibu sekalian mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Amin.

Bandung, 17 Oktober 2013Penulis

3

ABSTRAK

Tulisan ini ingin berusaha untuk menggambarkan peran taman bacaan dalam membangun budaya baca masyarakat yang berfokus pada identifikasi faktor pendukung dan penghambat penyelenggaraan Pondok Baca Arcamanik di Bandung. Dari hasil penelitian diketahui bahwa faktor pendukungnya antara lain adalah PBA memiliki koleksi yang komfrehensif dan menarik, memiliki tenaga yang dapat diandalkan, memiliki support komunitas pendanaan dan memiliki lokasi yang permanen. Diantara faktor penghambatnya antara lain adalah ruangannya sempit, lokasi kurang setrategis jauh dari komunitas user, tidak memiliki tenaga yang cukup dan belum menererapkan teknologi informasi dalam proses pengelolaan dan pelayanan. Dengan demikian, peran PBA dalam membangun budaya baca masyarakaat saat ini belum optimal, karenanya perlu melakukan perbaikan dan peningkatan pelayanan dengan memberdayakan sumber daya dan prasarana yang tersedia.

Keyword: taman bacaan masyarakat, pondok baca arcamanik, budaya baca masyarakat.

4

DAFTAR ISI

Kata pengantar ......................................................................... 2

Daftar isi .................................................................................... 5

Abstrak ........................................................................................4

Bab I : PENDAHULUAN ........................................................... 6

A. Latar Belakang Masalah ............................................... 6B. Perumusan masalah dan pertanyaan penelitian ........... 7C. Tujuan penelitian ........................................................... 7D. Kegunaan penelitian ...................................................... 8E. Metodologi Penelitian ................................................... 8

BAB II: KAJIAN PUSTAKA DAN KONSEPTEORITIS ................... 9

A. Kajian Pustaka .............................................................. 9B. KonsepTeoritis .............................................................. 11

BAB III : GAMBARAN UMUM LINGKUNGAN DAERAH PENELITIAN...13

A. Sejarah perkembangan Pondok Baca Arcamanik............13B. Lingkungan Demografis .................................................. 13C. Lingkungan sosial .......................................................... 13

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ............................. 15A. Karakter budaya baca pemustaka .................................. 15B. Faktor pendukung ......................................................... 18C. Faktor penghambat ....................................................... 20

BAB V : SIMPULAN DAN SARAN ...................................................23

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................25

5

Bab I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di zaman globalisasi modern saat ini, kemajuan masyarakat suatu bangsa sangat ditentukan oleh penguasaan informasi, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (iniptek). Pengusaaan iniptek sangat diperlukan bagi setiap warga masyarakat dalam satu negara, karena kualitas kegiatan setiap individu/kelompok masyarakat dalam dunia global sekarang ini sangat tergantung dengan penguasaan tiga aspek tersebut. Penguasaan Iniptek hanya dapat diraih lewat proses pendidikan yang baik lewat semua saluran yang ada baik formal, informal maupun non formal. Kita tahu, telah banyak negara mencapai kemajuan karena berhasil melakukan revolusi pendidikan di negaranya. Contohnya, Jepangdikenal sebagai “Macan Asia” telah mengalami kemajuan pesat di bidang ekonomi dan teknologi modern setelah melakukan revolusi pendidikan, miskipun mengalami penderitaan baik fisik maupun non fisik akibat perang dunia ke dua.

Tuhan memberi amanat kepada manusia lewat al Qur’an ayat 1-5, yang memerintahkan orang membaca dan menulis dengan beriman dan berendah hati untuk agar dapat mengetahui hal-hal yang belum terungkap. Negara memberi amanat lewat pembukaan UUD 45 : untuk bertanggung jawab dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebagai tindak lanjut program pendidikan nasional melahirkan undang undang untuk menyelenggarkan dan melindungi memiliki program pendidikan baik formal (sekolah) maupun non formal seperti Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Pengembangan program pendidikan berupa Taman Bacaan Masyarakat adalah salah satu program pemerintah yang mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dimana disebutkan pada pasal 26 ayat 4 bahwa satuan pendidikan non formal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.

Diantara problem yang paling sulit dalam membangun TBM adalah mengatasi masalah pendanaan. Dalam Undang-undang No. 43 Pasal 49 2007Tentang Perpustakaan diuraikan bahwa di setiap sekolah harus mengalokasikan minimal 5 % untuk perpustakaan. Hal ini dapat diasosikan bahwa di pemerintah daerah terkecil seperti Desa atau Kelurahan juga dapat di terapkan, sehingga dapat mengalokasikan 5 % dari anggaran daerah setempat untuk membangun dan mengembangkan TBM sebagai cikal bakal Perpustakaan Umum Desa. Dalam UU No. 43 Pasal 49 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan juga disebutkan bahwa “Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat mendorong tumbuhnya taman bacaan masyarakat dan rumah baca untuk menunjang pembudayaan kegemaran membaca”.

Negara Jiran Malaysia, tahun 70an para guru dari negara ini banyak belajar di Indonsia, sekarang sebaliknyabanyak saudara kita berangkat

6

kesana untuk belajar atau mengais lebihan rezeki di negara tersebut, karena disiniini terdapat banyak perguruan tinggi yang telah menjadi incaran orang dari mancanegara. Bahkan begitu seriusnya perhatian pendidikan, ada satu universitas di Malaysia memiliki 70 lebih ‘reading corner’ di berbagai sudut strategis di kota tersebut.

Taman Bacaan Masyarakat merupakan wujud perpanjangan program pendidikan non formal bagi masyarakat yang perlu diperhatikan terutama yang berkembang dengan kondisi kurang menguntungkan. Sekarang ini di Indonseia banyak berkembang, puluhan bahkan ratusan TBM (taman bacaan masyarakat) tetapi kondisinya berkembang kurang maksimal. TBM hanya bisa bediri dan dan perannya bisa bertahan kalau dibangun dan dikelola oleh pribadi yang memiliki karakter yang setidaknya mencakup tiga unsur yakni aspek berkecukupan, berwawasan dan berketulusan. Banyak mereka yang berwawasan karena berlatar belakang pendidikan di luar negeri dan berkecukupan secara ekonomis tetapi tidak berkehendak untuk membangun hal yang sama, tetapi mereka malah membangun sebaik-baiknya perpustakaan pribadi bukan perpustakaan komunitas. Pengembangan taman bacaan begitu pertama didirikan dan terus selanjutnya membutuhkan perjuangan, kesabaran dan pengorbanan yang tidak terhingga. Bila tidak ada ketulusan dari berbagai pihak yang terlibat dalam kepengurusan PBA tidak akan terwujud dan tidak akan bertahan lama.Taman Baca Arcamanik bandung memiliki kelebihan dan keunikan, yang perlu diperhatikan, karena telah berkembang dengan banyak pengalaman yang tentunya memiliki kelebihan dan keunggulan dan kekurangan-kekurangan tersendiri.

Dari uraian tersebut diatas maka perlu terus dikaji dan diteliti persoalan dan permaslahan yang timbul sebagai akibat realisasi implementasi peraturan prundang-undangan tersebut dengan melihat sejauhmana TBM dapat berdampak pada pembinaan dan peningkatan Budaya baca Masyarakat dibalik persoalan penyelenggaraan operasional program pelayanan yang semakin kompleks. Semestinya sebelum masuk era budaya digital seorang anak telah memiliki kamampuan dan budaya baca yang baik yang semestinya menjadi tangung jawab juga bagi setiap unit lembaga pendidikan formal. Oleh karna itu, TBM termasuk Pondok baca Arcamanik memerlukan strategi dalam menjalankan tugas dan fungsinya agar dapat dengan mudah mencapai tujuan dalam membangun budaya baca masyarakat dengan menciptakan beragram program kegiatan untuk membina minat baca masyarakat khusunya anak dan remaja dan menghindarkan mereka dari pengaruh buruk yang dapat menghambat perkembangan tersebut. Oleh karena itu maka penelitian ini perlu untuk dilaksanakan untuk mengungkap fenomena yang terjadi di TBA tersebut.

B. Perumusan masalah dan pertanyaan penelitian

7

Setelah meperhatikan uraian latar belakang masalah tersebut diatas maka dalam penelitian ini dirumuskan persoalan yang akan diteliti adalah berkenaan dengan:

1. Bagaimana Peran Pondok Baca Arcamanik Bandung dalam Membangun budaya baca masyarakat?’

2. Faktor apasaja pendukung pelayanan Pondok Baca Arcamanik Bandung dalam Membangun budaya baca masyarakat?

3. Faktor apasaja penghambat pelayanan Pondok Baca Arcamanik Bandung dalam Membangun budaya baca masyarakat?

C. Tujuan penelitian1) Untuk menggambarkan Peran Pondok Baca Arcamanik Bandung

dalam Membangun budaya baca masyarakat ?

2) Untuk menjelaskan faktor apasaja pendukung pelayanan Pondok Baca Arcamanik Bandung dalam Membangunbudaya baca masyarakat?

3) Untuk mengetahui apa saja hambatan pelayanan Pondok Baca Arcamanik Bandung dalam Membangun budaya baca masyarakat?

4) Untuk memperoleh data dan informasi yang akurat dan positif guna pembinaan Taman Bacaan Masyarakat.

D. Kegunaan penelitian1) Laporan penelitian deskriptif tentang Peran Pondok Baca Arcamanik

Bandung dalam membangun budaya baca masyarakat ini dapat digunakan sebagai kontribusi positif untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu Perpustkaan.

2) Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan bagi para stakeholder dan user TBM dalam mengetahui faktor apasaja pendukung dan penghambat pelayanan Pondok Baca Arcamanik Bandung dalam Membangunbudaya baca masyarakat.

3) Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai data dan informasi yang akurat dalam perencanaan kebijakan pembinaan TBM, khususnya bagi Pondok Baca yang berangkutan.

4) Dengan Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan renungan khususnya bagi peneliti sendiri dan para pembaca yang budiman dalam menambah wawasan dan pengetahuan.

8

E. Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan Deskriftif Kualitatif, artinya

penelitian yang akan dilakukan bertujuan untuk menggambarkan fenomena yang terjadi di Taman Bacaan Arcamanik bandung dengan menggunakan metode kualitatif dengan tehnik observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Data primer menjadi sumber data utama sementara data sekunder merupakan data pendukung yang akan dikumpulkan sebagai bahan analisa. Dengan metode dan tehnik tersebut maka data penelitian yang diperoleh akan dianalisa secara qualitatif dimana data yang terkumpul akan direduksi, diklasifikasikan, serta diinterpretasikan sedemikian rupa kemudian dijabarkan dan disajikan dalam uraian secara logis dan sistematis.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KONSEP TEORITIS

A. Kajian Pustaka

Taman bacaan masyarakat merupakan lembaga atau unit layanan masyarakat akan kebutuhan membaca sebagai bagian dari pola kegiatan hidup sehari-hari. Taman bacaan masyarakat dismping bertujuan menyediakan berbagai ragam jenis koleksi bahan bacaan yang diperlukan oleh warga masyarakat khususnya anak dan remaja tetapi juga memberikan pelayanan dapam upaya membina dan engembangkan ketrampilan dan keahlian baca anak lewat berbagai kegiatan yang dapat mubuhkan minat baca mereka. Dalam durasi waktu tertentu upaya peningkatan ketrampilan baca anak ini kemudian akan berkembang kepada suatu suasana pada diri anak berupa ketrampilan, kebiasaan dan karakter yang dimiliki sebagai indikasi mereka telah memiliki budaya baca yang baik dalam dirinya. Bila budaya baca sudah terwujud maka kegiatan membaca dapat dirasakan sebagai suatu kebutuhan anak dan remaja dan telah menjadi pola kegiatan dan gaya hidup sebagai suatu kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus. Bila Pola tersebut sdah terbentuk dengan sendirinya anak/remaja akan mencari dan berusaha menemukan bahan-bahan bacaan yang dirasa dibutuhkan, diperlukan atau diinginkan sesuai dengan situasi emosional dan intelektual serta

9

tingkat usia mereka. Jadi budaya baca akan tumbuh dan berkembang dari kebiasaan membaca, yang difasilitasi dengan berbgai bahan bacaan yang berkualitas serta kesematan untuk memperoleh bahan-bahan tersebut seseuai waktu manakala diperluakan oleh anak secara menarik dan menyenangkan tanpa ada beban lemahnya kemampuan literasi mereka.

Tentunya dalam upaya meumbuhkan dan membina udaya baca wargamasyarakat tidaklah terlalu mudah untk dilaksanakan. Berbagai hambatan dan rintangan pasti menyelimuti perjuangan tersebut, sebgaimana dialami oleh beberapa praktisi dlam hal pendirian unit lebaga TBM tersebut dari awal pembanguanya, seperti diakui oleh Satriawan albayani yang memamaparkan sebagian permasalahan yang dihadapi yang sifatnya mendasar di Taman Bacaan Masyarakat (Tbm) “Sanggar Belajar Bersama”, diantaranya: 1. Sulitnya dalam pengurusan perijinan Khususnya bagi kami yang mengelola TBM (Taman Bacaan Masyarakat). 2. Pengadaan Bahan Bacaan Bagi TBM yang baru berdiri. 3. Pembinaan. 4. Sosialisasi. 5. Pendanaan.1

Berkenaan dengan topik permaslahan tersebut diatas terdepat beberapa kegiatan penelitian sebelumnya yang relevan dan serupa dengan tema penelitian ini. Diantaranya adalah penelitian yang diselenggarakan oleh Octroaica Cempaka Jene yang berjudul ‘Peran Taman Bacaan Masyarakat Dalam Menumbuhkan Budaya Baca Anak Di Taman Bacaan Masyarakat “Mortir” Banyumanik-Semarang’2. Pada penelitian ini telah dikaji bagaimana peran taman bacaaan tersebut dalam menumbuhkan budaya baca anak. Meskipun dilihat dari aspek judul dan tema, pendekatan dan metodologi terdapat persamaan dengan penelitian di semarang ini, tetapi terdapat perbedaan yang jelas. Hal ini karena pertama lokasi penelitian yang jelas berbeda sebagai studi kasus untuk melihat keunikan object yang sama di suatu lokasi di daerah lain. Berikutnya, penelitian di Mortir tesebut lebih mengedepankan pendekatan menumbuhkan budaya baca, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan lebih mengedepankan konsep membangun budaya baca, sebuah upaya yang lebih menyeluruh tentunya. Selanjutnya, aspek metodologi memang relatif sama dimana terdapat tiga kelompok informan (pengelola, anak dan orang tua) dengan ketiga tehnik pengumpulan data, tetapi kuantitas informan dan kharakter berbeda, karena pada penelitian yang akan datang jumlah informan pengelola TBM lebih banyak dan subject informan pemustaka lebih melihat pada

1 Satriawan albayani. Dusun Muhajirin. RT.15 Desa Banyumulek Kecamatan Kediri. Kabupaten Lombok Barat.NTB. Kode Pos 83362 satriawanalbayani.blogspot.com

2Octroaica Cempaka Jene. JURNAL ILMU PERPUSTAKAAN Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013 Halaman 1-10 Online dari http: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jip

10

dampak peran TBM pada remaja. Diharapkan dari hasil penelitian yang diperoleh, maka peran dan upaya pembinaan dan penumbuhan minat baca masyarakat oleh TBM tersebut tentunya akan berbeda sesuai kapasitas, situasi dan kondisi lingkungan masyarakat sekitarnya.

Yang kedua adalah “Analisis sistemik penyelenggaraan taman bacaan masyarakat di kabupaten semarang” oleh Melati Indri Hapsari.”3 Sesuai dengan dan sifatnya yang eksploratif, pada penelitian ini telah digali mengenai konsep-konsep filosofis dan permasalahan penyelenggaraan taman-taman bacaan masyarakat yang berlokasi di kabupaten Semarang. dalam pengumpulan data penelitian tersebut mengutamakan tehnik observasi, yang didukung oleh wawancara mendalam dan studi dokumentasi.

Dari hasil yang diperoleh dinyatakan sebagai berikut. “Taman Bacaan Masyarakat adalah lembaga yang menyediakan

berbagai jenis bahan belajar yang dibutuhkan masyarakat. Untuk pemahaman konsep tidak semua penyelenggara dan pengelola TBM di Kabupaten Semarang ini paham betul konsep dan tujuan mendirikan TBM. Mereka cenderung menjadikan TBM sebagai program pelengkap saja di lembaga penyelenggara misalnya PKBM. TBM yang ada beranekaragam keberadaannya, tergantung daerah setempat dan kondisi dana yang ada. Komponen-komponen penyelenggaraan TBM terutama terdiri dari pola penyelenggaraan, sistem evaluasi, pengelola, dukungan, jaringan kerja sama, motivasi, pembiayaan, koleksi bahan bacaan. Semua komponen tersebut kondisinya berbeda-beda tergantung dari lembaga penyelenggara masing-masing. Diantara kekuranganya terutama adalah kritik banyak dilontarkan lebih berkaitan dengan keseriusan penyelenggara dalam menyelenggarakan dan mengelola TBM agar lebih profesional, terutama profesional dalam mengelola beranekaragam bahan bacaan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.”

Karakter atau sifat operasional penelitian yang akan dilaksanakan ini jelas akan berbeda. Bila penelitian ini bsifat eksploratif dan dengan sample/object yang lebih luas, maka penelitian yang akan dilaksanakan adalah bersifat studi kasus deskriftif. Namun demikian hasilnya akan dapat memperkuat temuan tersebut, dimana konsep permaslahan dan komponen peneyelenggaraan taman bacaan masyarakat akan terungkap secara lebih komprehensif.

Berikutnya adalah penelitian yang dilaksanakan oleh Nuranna Lestari, 2011 yang berjudul, “Peran Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Dalam Meningkatkan Minat Baca (Studi Kasus TBM Plus Mas Raden Medan) 4, yang tujuannya secara tersurat sudah jelas yakni untuk mengetahui peran TBM tersebut dalam meningkatkan minat baca pada

3 Melati Indri Hapsari, P2PNFI Regional II Semarang [email protected]

4 NURANNA LESTARI, 2011. Medan : Program Studi Perpustakaan Ilmu Budaya USU.

11

masyarakat sekitar. Dengan menggunakan metode kuantititatif, penelitian deskriptif ini menggunakan sampel sebanyak 95 orang responden dari jumlah populasi 1920 orang. Dari hasil penelitian yang diperoleh dinyatakan bahwa,

“Pengguna yang banyak berkunjung di TBM Plus Mas Raden 58,9% pria, pengguna potensial TBM Plus Mas Raden 35,8% Mahasiswa, 46,3% responden menggunakan TBM Plus Mas Raden dua sampai tiga kali, 64,2% responden mengatakan setuju kalau TBM Plus Mas Raden sebagai sarana penyedia informasi dan sebagai sumber hiburan dalam memanfaatkan waktu luang bagi masyarakat pengguna TBM Plus Mas Raden. 50,5% responden mengatakan bahwa mereka memanfaatkan TBM Plus Mas Raden untuk meningkatkan minat baca mereka. Untuk meningkatkan ketersediaan koleksi responden mengatakan 66,3% sudah memadai dan 29,5% responden mengatakan koleksi yang sering digunakan adalah koleksi buku ilmu pengetahuan. TBM Plus Mas Raden memiliki sistem layanan terbuka. 57,9% responden mengatakan setuju dengan kenyamanan suasana TBM Plus Mas Raden dan 61,1% setuju dengan jam buka layanan TBM Plus Mas”

Dari uraian tersebut di atas tentang penelitian yang telah diselenggarakan sebelumnya jelas terlihat bahwa setiap penelitian tersebut mempunyai karakter yang berbeda yang terbentuk dari aspek-aspek dan tahap-tahap penyelenggaraannya. Hal ini terlihat jelas dari perbedaan tujuan, metodologi dan jenis dari penelitian itu sendiri. Maka dari itu penelitian ini penting dilaksanakan untuk mengetahui varian permasalahan yang terjadi di lokasi lain dalam object yang sama (TBM).

B. Konsep Teoritis

Dalam penelitian ini akan dikaji tentang komponen variable sebagai berikut:

12

13

BAB IIIGAMBARAN UMUM LINGKUNGAN STRATEGIS DAERAH

PENELITIAN

Dalam Gambaran umum ini diutarakan tentang lingkungan strategis objeck penelitian, dimana terdapat bebrapa faktor yang relevan dan memiliki pengaruh terhadap masalah penelitian yang sedang dilakukan. Sesuai dengan Konsep teoritis yang disajikan, maka di sini diurakaian faktor-faktor lingkungan strategis object penelitian sebagai berikut:

A. Sejarah perkembangan Pondok Baca Arcamanik.

Pondok Baca Arcamanik didirikan pada bulan April 2001 dengan tujuan membantu anggota masyarakat yang kurang beruntung dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kemampuan literasi masyarakat, memperbaiki akses terhadap informasi dan ilmu pengetahuan, dalam rangka mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada tahun 2004, Pondok Baca Arcamanik memenangkan juara II Provinsi Jawa Barat dalam lomba Taman Bacaan Masyarakat (“Terbaik ke II Taman Bacaan Masyarakat” tingkat Propinsi Jawa Barat, Keputusan Gubernur Jawa Barat No 421.10/Kep.875-Yansos/2004). Dalam kurun waktu tujuh tahun sejak berdirinya, Pondok Baca Arcamanik telah mengadakan berbagai kegiatan baik secara mandiri maupun dengan bekerja sama dan bermitra dengan pihak-pihak lain. Astrocamp, perkemahan dengan tema belajar tentang luar angkasa, diadakan bersama Himpunan Mahasiswa Astronomi ITB dan Observatorium Boscha; pengenalan tentang bahaya api dan penanganannya diadakan dengan bantuan Dinas Pemadam kebakaran dan ahli terkait dari Pusat Studi Lingkungan Hidup UNPAD, Festival Buku diadakan dengan dukungan berbagai pihak, antara lain kelompok 1001buku. Beberapa kegiatan dilaksanakan dengan bantuan relawan setempat seperti diskusi perkembangan anak bagi kelompok pengajian dari pemukiman-pemukiman binaan; lomba membuat ringkasan; seminar tentang penanganan dan pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus; kelompok belajar menjahit ibu-ibu, dan lain-lain. Saat ini Pondok Baca Arcamanik dikunjungi oleh 3 sampai 50 pengunjung setiap hari. Bulam Desember 2007 pengunjung Pondok Baca Arcamanik lebih dari 1045 orang.5

B. Lngkungan DemografisPondok Baca ini dikelola oleh warga secara swadaya dengan

partisipasi dan dukungan dari anggota-anggota komunitas Arcamanik.

5 Pondok Baca Arcamanik _ Pondok Baca Arcamanik.htm

14

Selain berfungsi sebagai perpustakaan, Pondok Baca Arcamanik juga berfungsi sebagai community center (Pusat Kegiatan Komunitas), tempat kegiatan dan program pembelajaran, pemberdayaan dan pendidikan bagi seluruh anggota masyarakat.6

C. Lingkungan sosial

Masyarakat cukup solid, bahkan komunikasi mereka sering menggunakan media online. Bila diperhatikan dari beragam sumber informasi online di internet, terlihat TBA ini banyak mengggunakan media internet untuk komunikasi dengan para anggotanya dan para pemerhati pembinaan taman bacaan. Media online ini mereka mengumumkan program-program apa yang direncanakan dan akan diselenggarakan, termasuk menginfomrasikan bagaimana memperoleh dukungan tenaga untuk melaksanakan kegiatan tersebut, seperti terlihat dari perbincangan ini,

‘Teman-teman, Pondok Baca Arcamanik akan meluncurkan Perpustakaan Berjalan Indonesia 1 yang tujuan utamanya adalah menumbuhkan minat baca sejak dini dengan target balita dan ibu-ibu yang akan diberdayakan membacakan cerita untuk si kecil tersayang. Perpustakaan berjalan akan mengunjungi secara rutin kantong-kantong komunitas yang kurang mampu”.7

Masih banyak pernyataan himbauan lain yang digunakan untuk mengajak dan mengoptimalisasikan kegiatan-kegiatan layanan PBA tersebut. Para user juga, termasuk dari kalangan remaja, ikut serta meramaikan perbincangan online mereka untuk menanggapi maupun sekedar meneruskan informasi yang diutarakan di media komunitas online tersebut. Banyak juga yang sekaligus menjawab atau menawarkan jasa yang diperlukan, misalnya semacam kesiapan relawan untuk kegiatan tertentu, seperti tanggapan berikut: ‘Selamt pagi bu, saya santi. Saya berminat menjadi relawan’.8

Aspek-aspek lain sebagai bagian kegiatan pelayanan PBA baik yang rutin maupun non rutin yang dikomunikasikan lewat media online diantaranya meliputi: a) Kegiatan buka bersama, b) Penyelenggarakaan kuis berhadiah; c) Weorkshop DO RE MI (do reading of Miracle); d) Main monopoli, dll.

6 Pondok Baca Arcamanik _ Pondok Baca Arcamanik.htm7 Pondok Baca Arcamanik - Bandung, 8 Pondok_Baca_Arcamanik_Bandung/Organisasi_Komunitas/Perpustakaan/Facebook.htm

15

BAB IV

DATA ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. KARAKTER BUDAYA BACA PEMUSTAKA

Dalam penelitian ini data dihasilkan dari beragam alat pengupulan data yang diperoleh dari para informan terutama mereka dari unsur pengelola (pustakawan pelaksana operasional, unsur pendiri /perintis pondok baca dan unsur pengguna remaja siswa sekolah di lingkungan sekitar. Dari data yang diperoleh tentang peran pondok baca arcamanik yang dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian yang meliputi: (1) Faktor apasaja pendukung pelayanan Pondok Baca Arcamanik Bandung dalam Membangun budaya baca masyarakat? (2) Faktor apasaja penghambat pelayanan Pondok Baca Arcamanik Bandung dalam Membangun budaya baca masyarakat?(3)Bagaimana solusi hambatan pelayanan Pondok Baca Arcamanik Bandung dalam Membangun budaya baca masyarakat? Masyarakat dalam hal ini

Sebuah lembaga taman bacaan masyarakat termasuk sebagai salah satu jenis perpustakaan umum yang tentunya memenuhi syarat dan rukun penyelenggaraannya. Salah satu bentuk dari peran TBM adalah pelaksanaan tugas dan fungsi dalam menjalankan layanan kepada para masyarakat user (pemustaka), yang dapat meberikan penilaian terhadap kualitas TBM itu sendiri. Oleh karena itu setiap perpustakaan memiliki ciri khas katagori user yang berbeda yang harus dilayani, karena bila tidak ada yang dilayani maka perpustakaan tersebut tidak bisa berkembang dengan baik. Dan bila pemustaka merasa kurang puas, maka penyelenggaraannya dapat dinilai kurang berkualitas. Aktifitas user dalam memanfaatkan sarana dan prasarana yang tersedia dalam TBM akan berpengaruh terhadap kualitas peran TBM dalam upaya membentuk minat baca mereka. Aktifitas masyarakat user TBM Pondok Baca Arcamanik mayoritas terdiri dari kalangan siswa SMP sepert hasil wawancara berikut :

P : sekolah {SMP} mana aja Mas yang menggunakan TBA ini?I : SMP Terbuka, ... Cendekia Muda ... CM kebanyakan sih SD, .... Muhamadiyah , umumnya juga banyakP : SMP terbuka itu apa?I : jadi lebih kayak sekolah yatim piatu, jadi lebih kayak sekolah khusus

16

(dimana sekolah itu) Di masjid al Hidayah [samping mesjid]. Jadi ada sebagian pembelajaran di sini juga sih, beberapa mata pelajaran. P : itu mata pelajarannya sama dengan SMP yang lain? I : iya...sama. beberapa mata pelajaran belajarnya disini. Itu nginduknya ke SMP 8, P : jadi anak-anak SMP terbuka itu menjadi pengguna aktif TBA iniI : ya... kebanyakan dari anak SMP sih, kebanyakan [mereka menggunakan] buku-buku Remaja.9

Dari data hasil wawancara tersebut juga dapat diketahui bahwa

mayoritas pengguna PBA tersebut didominasi oleh siswa khusunya mereka dari sekolah menengah pertama. Padahal peran dari TBM semestinya juga melayani pengguna dari kalangan umum, bila mengngat perannya juga sebagai pengganti atau bibit sebuah perpustakaan umum. Lebih unik lagi bila dilihat dari frekuwensi kunjungan mereka maka satu SMP, yakni SMP terbuka menjadi pemustaka paling aktif mmanfaatkan PBA ini.

p: Adik namanya siapa?i : Agam [ nama samaran ] p: kelas berapa?i: kelas 8P: dari Sekolah mana I : SMP tebuka. p: sudah lama menggunakan TB ini? i : sudah setahunp: suka pinjem buku disini...i: iyap: sering dateng ke sini?i: sering. p: temen kamu banyak yang dateng kesini?i: ..banyak...10

Hasil wawancara tersebut dilakukan dengan siswa SMP terbuka, selain Agam, informasi serupa juga diperoleh dari siswa perempuan dari sekolah yang sama tetapi kelas tujuh. Intinya sama, mereka aktif sebagai pengguna perpustakaan taman baca PBA tesebut. Tetapi sebenarnya pengunjung dari masyarakat umum juga ada sepeti juga disebutkan oleh narasumber diatas, termasuk juga apa yang pernah peneliti saksikan seperti pada ilustasi berikut.

9 informan 1: kordinator pelaksana kegiatan lapangan10 Informan 3 : Siswa laki-laki remaja klas 8 SMP terbuka.

17

Gambar 1 : hasil observasi pengunjung PBA tanggal 18 Oktober 2013.

Sebagaimana terlihat pada gambar, seorang bapak yang sedang duduk membaca buku trsebut adalah pengunjung PBA yang tempat tinggalnya jauh. Mengakunya yang bersangkutan datang dari Pekan Baru Riau, sedang bertamu ke rumah kerabat di sekitar lokasi. Setelah melihat ada TBM ini, kemudian dia tertarik dan berkunjung untuk membaca dengan waktu yang relatif lama.

Pengguna PBA ini dari kalangan remaja terdapat yang sudah memiliki budaya baca yang baik. Dalam arti sudah memilki hobi dan kebiasaan baca yang bersemangat; memiliki pemahaman tokoh-tokoh cerita, menunjukkan kegemaran fanatisme tentang pilihan tema-tema bacaan, dan mampu mengatur irama waktu yang dinamis dalam melakukan kegiatan baca sehari-hari. Hal-hal tersebut dapat disaksikan dalam beberapa percakapan berikut:

p: kamu suka buku-buku apa sihi: buku cerita ....p: novel, komik...?) i: ya .... disini Bajak Laut ada...p: kalau buku-buku pelajaran di sini ada?I: ga adaa.p: sering dateng ke sini?i: sering?p: bagi kamu membaca itu sudah menjadi kebiasaan ya? seminggu sekali atau sebulan sekali pasti minjem?) i: ya....’ [bahkan sering] tiap hari juga’ 11

Siswa yang lain juga mendeskripsikan prilaku mereka dalam menggunakan PBA secara intensif dalam memenuhi kebutuhan informasi dan bahan bacaan, selain bacaan pelajaran sekolah. Seperti perbincangan berikut ini:

11 Informan 3 : Siswa laki-laki remaja klas 8 SMP terbuka.

18

P: Berapa hari sekali datang kesini? I: dua atau tiga hari sekali, kalo lagi males seminggu sekali kalo ga cape. P : apa ga nggagu bahan pelajaran disekolah. I: engga. P: disini buku yang menarik bagi anda buku apaan, I : kalau saya suka tentang persahabatan gitu, Yosi juga. Sofi suka horor, P; kalo Sofi, cerita horor kenapa menarik ?I : kalo hantunya mati.. gitu. Ceritanya nyambung terus. P; kalau putri kenapa suka persahabatan? Tema yang lain ga suka?I : ga juga, tapi dipilih-pilih aja yang rame. P: Eh.... kalian membaca itu sudah jadi kebiasaan ya?I: hobbiiiii.... (mereka jawab bareng-bareng). jadi ga ngobrol aja gitu. P : bagaimana kalau ga baca, sehari saja. I: bosen aja, rasanya BT. Kan kalo dirumah ada buku kan bisa dibaa- baca. P: kalo hari libur suka kesini?I: kalo hari libur kadang kesini, biasanya kesini abis sekolah. P: bagaimana kalian membacanya ?I : biasanya kita pinjam untuk tiga hari, kadang tiga hari juga ngelebihin, [ga abis]. Tapi kalau lagi giat sehari bisa habis satu buku seperti ini. makin lama makin cepat.P: kalau gitu buku pelajarannya ga dibaca dong?I : ga juga, dibagi-bagi, bisa diatur begantian. Berhenti lagi, trus beres- beres gitu. P : berarti satu hari bisa abis satu buku ya, I : itu kalo lagi super bosen. Kalo lagi kepingin banget, kalo lagi ga beres- beres, P : gimana mengatur waktu baca, I : kalau waktu luang. Kalo udah beres-beres ini. Trus semangat baca buku. Trus disambung lagi belajar. Gitu aja. P: kalo mau ulangan, gimana ngaturnya. I : ditunda. kalau mau tidur. Trus dibawa mimpi... 12

Dari hasil penelitian tersebut di atas terlihat adanya beberapa indikator yang mnunjukkan tumbuhnya budaya baca anak dalam aktifitas kehidupan sehari-hari dimana mereka telah memiliki hobi dan kebiasaan yang positif. Kebiasaan itu telah menumbuhkan minat baca dalam diri mereka sehingga semakin lama kemampuannya semakin meningkat. Mereka menggunakan sarana dan prasarana yang tersedia pada PBA yang ada di lingkungan mereka untuk mengasah kemampuan baca dalam diri di saat mereka memiliki waktu luang ditengah-tengah kegiatan mereka sebagai pelajar, yang juga dituntut untuk menyelesaiakan tugas-tugas rutin dari sekolah. Dengan

12 Informan ke 4-7 : user PBA kelas 7 smp terbuka.

19

menggunakan fasilitas yang ada mereka akan terdorong untuk mempunyai budaya baca yang baik dan dinamis.

B. FAKTOR PENDUKUNG :

Dalam upaya membangun budaya baca masyarakat tersebut, hal-hal yang dilakukan oleh PBA diantaranya adalah sebagai berikut:

(1) Memiliki lokasi dan tempat permanen. Tempat ini sejak awal pendiriannya terus diupayakan untuk memperoleh lokasi yang permanen. Saat ini PBA bertempat di Ruko III/5, Jl. Arcamanik Endah. Jl. Arcamanik Endah. Bandung. Tempat ini merupakan lokasi yang terakhir sejak kepindahannya di tahun 2005. Sebelumnya PBA juga pernah mengalami kebanjiran.

“ Trus pada suatu ketika banjir. Nah Kemudian karena rumah dalam keadaan kosong waktu itu buku-buku yang dibawah kerendem semua, a ha ha... Dan waktu itu untuk beberapa saat kita vakum. Kemudian kita cari-cari lagi tempat .... Di kelurahan suka miskin. Kita pingin karena ada rumah kosong. Kayaknya agak susah juga. Kelurahan pemerintahan gimana gimana gitu. Waktu itu tahun 2005 suami saya meninggal. Sudahlah disini saja karena jualan juga sudah ga semangat. Trus itu berdiri sampai sekarang”. 13

Sebenarnya secara strategy, tempat ini berada di tepi jalan yang mudah diakses dan mudah terlihat oleh masyarakat sekitar maupun masyarakat umum. Karenanya pendatang dari daerah yang jauh sekalipun dapat mengaksesnya dengan mudah. Tapi tempat tersebut sekarang ini disamping sempit, juga belum reprensentatif untuk memberikan akses yang lebih luas lagi. Terutama bila menginnginkan keterjangkauan yang lebih luas, misalnya dengan kendaraan umum. Alternatifnya juga dapat diberikan tanda petunjuk arah lokasi tempat PBA tersebut dari jalan raya agar lebih banyak lagi masyarakt yang mendapatkan informasi keberadaannya.

(2) Memiliki koleksi yang menarik dan komprehensif. Keberadaan koleksi sangat berpengaruh terhadap minat baca pemustaka, khususnya para remaja. Mereka menghendaki adanya buku-buku yang menarik dan lengkap baik dari jenis koleksi maupun dari sisi subject atau tema-tema kandungan isi nya. Koleksi yang menarik adalah koleksi yang berhasil menggugah minat dan dapat memenuhi keingintahuan para pemustaka. Kelebihan koleksi PBA dapat dirasakan dari aspek ini, seperti terlihat dari perbincangan berikut:

P: Apa kalian merasakan PBA ini bermanfaat bagi kalian.

13 informan 2 : Ibu [Ima] anggota perintis dan pengurus harian.

20

I: banget...untuk ilmu, nambah wawasan,”14

---- p: buku-bukunya bagusi: bagus .... p: pernah yang dipingin ga ada gitui: semuanya ada.p: suka kalau ada buku barui: yaaa... suka, kadang seminggu [ada lagi yang baru] ” 15

(3) Memiliki program-program layanan yang diminati warga

‘Sebenanya sudah 12 tahun, awal-awalnya lagi semangat bikin kegiatan seperti ada kegiatan astro camp, anak-anak senang ngumpul-ngumpul malam-malam kita meneropong bintang, waktu itu masih banyak lahan kosong. Kemudian ada pembelajaran memadamkan bahaya api... banyaklah kegiatan kita waku itu.’16

(4) Memiliki idealisme yang kuat tentang pengembangan layanan “Yaitu sebenarnya kita idenya banyak. Tapi pelaksanaanya gitulah. Kita program-programnya yang aktual itu, mau bikin sebuah perpustkaan berjalan, dana didapat dari sumbangan-sumbangan dikumpulin, rencananya untuk beli itu VARIAR. Mau bikin seperti perpustakaan berjalan. Keliing kliling ketempat-tempat pada warga yang suka membacaaaa begitouuu..., dana sudah siap tetapi belum bisa berjalan.”17

(5) Memanfaatkan teknologi untuk komunikasi dn sosialisasi. Secara ontensif media sosial online facebook dalam menyapaikan, mendistribusikan infomasi kepada para user, pemerhati taman bacaan dan para sesama kolega pengurus PBA.

(6) Didukung oleh komunitas warga yang solid untuk pendanaan. Khusunya dalam minat pengumpulan daaa warga masyarakat sumbangan kegiatan PBA. Faktor ini juga berfungsi sebagai media Sosial Pembinaan silaturahmi lewat diantaranya dengan perkumpulan arisan Ibu-Ibu.

(7) Dirintis dan dikelola oleh sekumpulan tokoh-tokoh aktifis sosial yang ulet dan dermawan. Dari pernyataan tersebut diatas juga terlihat bahwa keberadaan PBA didukung oleh figur-figur tokoh masyarakat yang budiman dan dermawan seperti pernyataan, ‘Waktu itu tahun 2005 suami saya meninggal. Sudahlah disini saja karena jualan juga sudah ga semangat.

14 Informan ke 4-7 : user, siswa kelas 7 SMP terbuka15 Informan 3 : Siswa laki-laki klas 8 SMP terbuka.16 informan 2 : Ibu [Ima] anggota perintis dan pengurus harian.17 informan 2 : Ibu [Ima] anggota perintis dan pengurus harian.

21

Trus itu berdiri sampai sekarang’. 18 mereka berhasil menyempatkan diri dan waktu mereka untuk terus memberikan pelayanan kepada masyrakat khususnya masyarakat yang tidak berkecukupan untuk mendapatkan akses koleksi bahan bacaan.

(8) Memiliki volunter yang bisa diandalkan. PBA memiliki voluntir meskipun tidak banyak dan rata-rata memilki

kesibukan yang padat tetapi mereka dapat diandalkan. Hal ini dikarenakan memang secara tulus mereka telah memiliki motivasi dan idealisme yang baik,3sebagaimana dapat disaksikan pada perbinacngan berikut:

P : itu yang mendorong apa Mas?

I : motivasinya ..... pingin anak tuh dari kecil sudah deket dengan buku, jadi sayang kalu mereka ...lihat aja di jalan kita lihat anak-anak minta-minta,... kalau kita mau kasih.... kita sebenernya salah kalau ngasih ... ya ga enaknya disitu... ketertarikan relawan sosial tu disitu...dulu saya juga pernah di rumah Baca belajar juga... Rumah Singggah. Rumah singgah tu... semacam .... tempat perkumpulan anak-anak gelandangan di daerah Ciroyong, jadi anak tuh masih terbiasa dengan hal-hal yang ...[ga baik] tapi di satu sisi...lebih pendekatan sosialnya bagus, ...keinginan pingin tahunya mereka tu tinggi ... kalau kita buat program belajar seperti kurikulum sekolah mereka ketinggalan, tetapi kalau mereka kita ajak bermain, mereka antusias sekali. Kebanyakan saya teman-temannya relawan juga jadi kita saling termotivasi.19

C. FAKTOR PENGHAMBAT

Berdasarkan observasi dan wawancara dengqn berbgai pihk dapat diketahui beberapa hambatan penyelenggaraan pondok Baca Arcamanik, sebagai berikut:

(1) Lokasi kurang setrategis bila menghendaki akses yang lebih luas. Karena jauh dari masyarakat penggunanya. Bersebelahan dengan pertokoan tempat bisnis.

I : itu yang belum ketemu. Banyak sih yang mau, Kadang ngekos juga. Semua temen-temen kalu dijemput dulu baru kumpul lalu ke sini. Yang jadi kendali sih memang jarak. Kalau ga yang ga sma sekali. Kalau rumah di belakang kampus, gampang kita bantu, banyak anak-anak kampus yang membantu. I: kita udah ke Unpad, saya udah tawarkan juga, tapi memang menurut mereka lokasinya jauh.. Kita kebetulan kerja sama dengan Rumah kita, kemarin kita bikin perpustakaan dadakan. warganya

18 informan 2 : Ibu [Ima] anggota perintis dan pengurus harian.19 informan 1: kordinator pelaksana kegiatan

22

pun unik gitu, punya ketertarikan ketika kita bangun perpustakaan itu. 20

(2) Tenaga Sangat Terbatas. Kegiatan-kegiatan lain banyak yang tidak tertangani.

“Waktu itu kita juga bikin yang namnya berita arcamanik tentang kegiatan PBA apalah, berhubung ga ada yang menangani trus ga berjalan. “21

(3) Sistem Manual. Karena sistem penegelolaan dan organisasi informasi masih bersifat

manual maka identifikasi koleksi menjadi sangat sulit. Untuk menentukan PBA sekarang memiliki berapa jumlah judul dan jumlah eksemplar dalam suatu subject tertentu sulit di identifikasi. Termasuk juga, berapa keseluruan jumlah judul koleksi yang sedang dimiliki saat ini. Mungkin tidak semua pengelola TBM melihat penting dengan data tersebut. Tetapi dengan diketahuinya total judul yang dimiliki akan diperoleh alat indikator keterukuran kekuatan koleksi pada PBA tersebut. sistem manual juga membawa dampak kepada pengurus yang merasa kewalahan. Karena setiap judul buku yang diolah dillakukan secara manual dan berulang kali mencatat kembali judul buku yang sama pada beragam kegiatan seperti pada pengindukan, klasifikasi, dan peminjaman yang dilakukan secara manual pada lembaran-lembaran kartu peminjaman yang disusun secara berabjad.

(4) Tempat Yang Sempit, Kurang Luas Dan Kurang Nyaman.I: betuuul. Itu tempat udah sempit banget. Trus itu JNE juga udh overload banget. Sebelum pondok baca punya tempat sendiri jangan diganggu. 22

20 informan 1: kordinator pelaksana kegiatan21 informan 2 : Ibu [Ima] anggota perintis dan pengurus harian.22 informan 2 : Ibu [Ima] anggota perintis dan pengurus harian.

23

Gambar 1 : hasil observasi pengunjung PBA tanggal 18 Oktober 2013.

(5) Jam libur tidak diinformasikan dengan jelas. Petugas tidak menuliskan waktu keliburan ini dengan jelas sehingga ada pengunjung yang datang dan kembali pulang, terlihat dari hasil observasi dimana komunikasi manual-visual kurang mendapat perhatian. Informasi keliburan memang tidak tertera dengan jelas. Informasi tentang libur layanan ini tidak ada, atau petugas lupa, atau memang sudah memberitahukan kepada komnitas user beberapa hari sebelumnya lewat cara lain. Hal ini juga luput dari perhatian dari slah satu petugasnya yang mengatakan, ‘kayaknya hari ini masih libur deh’ [rabu 16 okt 2013] berbarengan dengan hari tasyirk], kalau saya selasa dan jum’at’ Ni hari bukan tugas saya, saya hanya ingin ketemuan dengan Adam, di sini. Nanti saya hari jum’at, ada belajar di ruang sini, saya bawa anak-anak kesini.23

(5) Kesibukan yang luar biasa bagi pengurus. I: masih banyak sumbangan-sumbangan yang udah kita terima , ya gitulah ga tahu nih gimana caranya. Bu Nina sudah banyak di Jogyakarta

P: siapa sih anggota pengurus PBA ini? I : bu Ida..., pak Ali..., bu Emi..., ibu Nina, ... Ibu Evina.., ... Ibu Reni... aktifis semua sih iniP : sekarang ini mereka masih aktif semua ya...P: mereka umurnya sudah cukup tua lima puluhan (sudah senior). I : mereka orang sibuk semua.24

(6) Warga sekitar kurang mendukung untuk berpartisipasi sebagai tenaga pelaksana kegiatan.

I : dari masyarakat sini kayaknya ga ada yang tertarik. Di lingkungan sini juga orangnya biasa-biasa aja.

Ya memang kita, bukan berarti hidup segan mati tak mau. Tapi itupun sudah berjalan. Kalau warga disini kayaknya sudah mudah akses ke buku karena di rumah sudah terpenuhi, jadi ga.... [terlalu minat berkunjung ke PBA]. 25

23 Informan 8: guru dan petugas volunteer . 24 informan 1: kordinator pelaksana kegiatan25 informan 2 : Ibu [Ima] anggota perintis dan pengurus harian.

24

BAB V : SIMPULAN DAN SARAN

Melihat perjuangan para perintis dan para pengurus yang telah dilakukan selama ini dan sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki, Peran PBA sudah cukup maksimal dalam upaya membangun budaya baca bagi masyarakat di lingkungan sekitar. Akan tetapi apabila memperhatikan sumber daya koleksi dan performa di lapangan yang dapat disaksikan saat ini maka Peran PBA tersebut masih kurang maksimal dalam memberikan pelayanan kepada warga masyarakat. Hal ini diketahui dari beberapa indikator pada hasil penelitian seperti diantaranya:

25

(1) Ruang baca sempit, kalau ada kegiatan pembelajaran di ruang bagian dalam pengunjung hanya bisa baca secara lesehan di ruang koridor yang sekaligus berfungsi sebagai lalu lalang keluar masuk PBA.

(2) Tidak memliki sdm yang cukup, baik kuantitas, kompetensi maupun waktu luang.

(3) Tidak menggunakan sistem aplikasi yang sudah banyak digunakan dalam dunia kepustakaan untuk mempermudah dan empercepat proses pengolahan dan pelayanan kepada pemustaka.

(4) Tidak tersedia bahan-bahan informasi yang memberitahukan ketersediaan koleksi dan layanan TBM. Informasi hanya mengandalkan media sosial online.

(5) Tidak ada petunjuk akses dari jalan raya.Hal-hal tersebut sekaligus sebagai faktor penghambat

penyelenggaraan PBA Bandung dalam upaya membangun budaya baca masyarakat. Adapun faktor pendukungnya yang diperoleh dari hasil penelitian ini diantaranya Dari bahwa PBA memiliki koleksi yang lengkap dan menarik; memiliki tenaga yang dapat diandalkan, memiliki komunitas pendukung pendanaan dan memiliki lokasi yang permanen.

REKOMENDASI

(1) Penambahan tenaga voluntier lebih banyak agar tidak terjadi beban tugas teknis yang menumpuk dan bikin kewalahan.

(2) Regenerasi SDM seyogyanya dilaksanakan secara optimal untuk menularkan kompetensi dan kapasitas manjerial, konseptual dan komunikatif skill.

(3) Bina Kerjasama dengan pemerintah daerah dan pihak terkait dengan hubungan baik, agar terdapat kontribusi yang jelas dari mereka.

(4) Diterapkan sarana teknologi dalam pengelolaan PBA baik untuk layanan teknis maupun layana publik.

(5) Hendaknya dapat dijaga kontinuitas dan stabilitas motivasi para pengurus dalam pengelolaan layanan TBM ybs.

DAFTAR PUSTAKA :

26

1. http://www.scribd.com/doc/20583017/Pengelolaan-Taman-Bacaan-

Masyarakat-di-Warung-Baca-Lebak-Wangi-Rumah-Baca-Kwartet-dan-

Rumah-Baca-Zhaffa (diakses tanggal 14 oktober 2013)

2. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32163/4/Chapter

%20II.pdf (diakses tanggal 14 oktober 2013)

3. http://hamidkelasbontang.wordpress.com/laporan-tbm-taman-bacaan-

masyarakat/ (diakses tanggal 14 oktober 2013)

4. http://andragogia.p2pnfisemarang.org/wpcontent/uploads/2010/10/

andragogia1_2.pdf (diakses tanggal 14 oktober 2013)

5. Jurnal Ilmu Perpustakaan Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013 Halaman

1-10 Online dari http: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jip

/article/view/3101/2960 (diakses tanggal 14 oktober 2013)

27