· web viewbangunan semi permanen adalah bangunan yang ditinjau karena fungsinya, segi konstruksi...

26
BUPATI SAMBAS PERATURAN BUPATI SAMBAS NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG BANGUNAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS, Menimbang : a. bahwa untuk pengendalian, pengawasan dan kepastian hukum kegiatan pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet perlu adanya pengaturan mengenai Bangunan sarang burung walet. b. bahwa sehubungan dengan telah diterbitkannnya Perda nomor 5 tahun 2010 tentang izin pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet, maka untuk kelancaran penyelenggaraan izin mendirikan bangunan walet perlu ditetapkan Peraturan bupati tentang Bangunan sarang burung walet. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1953 ) sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1959, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820) 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 1960, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2013 ) ; 3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran

Upload: dotuong

Post on 20-Jul-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BUPATI SAMBAS

PERATURAN BUPATI SAMBASNOMOR 33 TAHUN 2012

TENTANG BANGUNAN SARANG BURUNG WALET

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESABUPATI SAMBAS,

Menimbang : a. bahwa untuk pengendalian, pengawasan dan kepastian hukum kegiatan pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet perlu adanya pengaturan mengenai Bangunan sarang burung walet.

b. bahwa sehubungan dengan telah diterbitkannnya Perda nomor 5 tahun 2010 tentang izin pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet, maka untuk kelancaran penyelenggaraan izin mendirikan bangunan walet perlu ditetapkan Peraturan bupati tentang Bangunan sarang burung walet.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1953 ) sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1959, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820)

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 1960, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2013 ) ;

3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247);

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4844);

5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

6. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 1997, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699 );

8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ( AMDAL ) ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59 ), Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa konstruksi;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4532 );

11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten / Kota ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737 );

12. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang izin usaha atau/ dan kegiatan wajib dilengkapi dengan dokumen AMDAL;

13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Izin Mendirikan Bangunan Gedung.

14. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 25 Tahun 2007 tentang Pedoman Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung;

15. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Tim Ahli Bangunan Gedung;

16. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 25 Tahun 2008 tentang Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran;

17. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26 Tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan;

18. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Manajemen Proteksi Kebakaran di Perkotaan;

19. Peraturan Daerah Kabupaten Sambas Nomor 4 Tahun 2002 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sambas Tahun 2002–2012 (Lembaran Daerah Tahun 2002 Nomor 13 Seri E Nomor 3);

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG BANGUNAN SARANG BURUNG WALET.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Sambas ;2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Dearah sebagai unsur

penyelenggara Pemerintah Daerah ;3. Bupati adalah Bupati Sambas4. Dinas adalah SKPD yang menangani bidang fisik bangunan5. Bangunan adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang berfungsi

untuk tempat penyimpanan, perlindungan, pelaksanaan kegiatan yang mendukung terjadinya aliran yang menyatu dengan tempat kedudukan yang sebagian atau seluruhnya berada diatas tanah atau air.

6. Bangunan walet adalah bangunan yang didirikan dan atau diletakkan diatas permukaan tanah yang secara tetap berfungsi sebagai tempat walet bersarang.

7. Bangunan permanent adalah bangunan yang ditinjau karena fungsinya, segi konstruksi dan umur bangunan yang dinyatakan lebih dari 20 tahun.

8. Bangunan semi permanen adalah bangunan yang ditinjau karena fungsinya, segi konstruksi dan umur bangunan dinyatakan antara 5 tahun sampai 10 tahun.

9. Bangunan sementara/darurat adalah bangunan yang di tinjau karena fungsinya, segi konstruksi dan umur bangunan dinyatakan sampai dengan 5 tahun.

10. Kapling/pekarangan adalah suatu perpetakan tanah, yang menurut pertimbangan pemerintah daerah dapat dipergunakan untuk tempat mendirikan bangunan.

11. Mendirikan bangunan adalah pekerjaan mengadakan bangunan seluruh atau sebagian termasuk pekerjaan menggali, menimbun, atau maratakan tanah yang berhubungan dengan pekerjaan mengadakan bangunan tersebut.

12. Menggubah bangunan adalah pekerjaan mengganti atau menambah bangunan yang ada, termasuk pekerjaan membongkar yang berhubungan dengan pekerjaan mengganti bagian bangunan tersebut.

13. Merobohkan bangunan adalah pekerjaan meniadakan sebagian atau seluruh bagian bangunan ditinjau dari segi fungsi bangunan atau konstruksi.

14. Garis Sempadan adalah garis pada halaman pekarangan perumahan yang ditarik sejajar dengan garis as jalan, tepi sungai, as pagar dan merupakan batas antara bagian kapling/pekarangan yang boleh dibangun dan yang tidak boleh dibangun bangunan.

15. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disingkat (KDB) adalah bilangan pokok atas perbandingan antara luas lantai dasar bangunan dengan luas kapling/pekarangan.

16. Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disingkat (KLB) adalah bilangan pokok atas perbandingan antara total luas lantai bangunan dengan luas kapling /pekarangan.

17. Koefisien Daerah Hijau yang selanjutnya disingkat (KDH) adalah bilangan pokok atas perbandingan antara luas daerah hijau dengan luas kapling/pekarangan.

18.Tinggi Bangunan adalah jarak yang diukur dari permukaan tanah, dimana bangunan tersebut didirikan, sampai dengan titik puncak bangunan.

19. Izin Mendirikan Bangunan yang selanjutnya disingkat (IMB) adalah izin yang diberikan dalam mendirikan/mengubah bangunan.

BAB II

ASAS, MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2

Peraturan ini diselenggarakan berlandaskan asas kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan serta keserasian bangunan dengan lingkungannya.

Pasal 3

Maksud dari peraturan bupati ini adalah sebagai landasan hukum dan acuan dalam mengatur dan mengendalikan penyelenggaraan bangunan walet dalam rangka proses perizinan, pelaksanaan dan pemanfaatan bangunan serta pemeriksaan kelaikan fungsi/ keandalan bangunan

Pasal 4

Tujuan dengan disusunnya Peraturan bupati ini adalah terwujudnya bangunan yang sesuai dengan fungsinya.

BAB III

PERIZINAN BANGUNAN SARANG BURUNG WALET

Pasal 5

(1)Setiap orang atau badan yang mendirikan bangunan atau merubah fungsi bangunan baik sebagian maupun seluruhnya untuk pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet terlebih dahulu mendapatkan izin mendirikan bangunan.

(2)Untuk memperoleh izin mendirikan bangunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pemohon mengajukan permohonan secara tertulis kepada kepala daerah melalui SKPD yang membidangi perizinan.

(3)Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diterbitkan izinnya apabila memenuhi persyaratan.

BAB IVPERSYARATAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN SARANG BURUNG

WALET

Bagian KesatuPasal 6

Persyaratan Administrasi(1)Untuk mendapat izin mendirikan bangunan pemohon wajib melampirkan

persyaratan administrasi dan persyaratan teknis(2)Persyaratan administrasi terdiri dari:

a. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk pemohonb. Fotocopy surat tanda bukti kepemilikan/sertifikat hak atas tanahc. Fotocopy tanda Lunas PBB tahun berjaland. Gambar teknis bangunane. Pas photo pemohon ukuran 3 x 4 sebanyak 3 lembar

(3)Selain persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilampirkan pula :a. Surat pernyataan tidak keberatan dari tetangga dalam radius 50 M

disekitar lokasi tempat mendirikan bangunan sarang burung walet yang diketahui oleh kepala desa dan camat setempat.

b. Surat keterangan yang menyatakan pemohon sudah melakukan sosialisasi kepada warga sekitarnya dan diketahui kepala desa.

(4)Permohonan izin yang diterima akan dilakukan pencatatan secara administratif untuk kemudian dilakukan pengecekan dilapangan oleh dinas teknis.

Bagian KeduaPasal 7

Persyaratan Teknis

(1) Setiap bangunan harus direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan persyaratan teknis bangunan gedung, yang diatur dalam peraturan perundang-undangan tentang persyaratan Teknis Bangunan Gedung;

(2) Fungsi bangunan walet yang dibangun harus sesuai dengan peruntukan lokasi yang telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang;

(3) Letak bangunan sarang burung walet yang dimohonkan lokasinya harus digambarkan pada gambar situasi;

(4) Gambar situasi bangunan sarang burung walet yang telah disetujui Dinas Teknis menjadi kelengkapan syarat teknis Izin Mendirikan Bangunan sarang burung Walet

(5) Gambar situasi letak bangunan harus memuat penjelasan tentang:a. Bentuk kapling/pekarangan dan sekeliling kaplingb. Fungsi Bangunan;c. Nama jalan menuju ke kapling;

d. Peruntukan bangunan sekeliling kapling;e. Letak bangunan diatas kapling;f. Koefisien Dasar Bangunan;g. Koefisien Hijau Bangunan;h. Garis Sempadan Bangunan;i. Arah mata angin;j. Skala gambar.

(6) Gambar ArsitekturGambar yang meliputi persyaratan penampilan bangunan gedung yang mempertimbangkan kaidah-kaidah estetika bentuk, tata ruang dalam, keseimbangan, keserasian dan keselarasan bangunan gedung dengan lingkungannya, serta pertimbangan adanya keseimbangan antara nilai-nilai social budaya setempat.

(7) Gambar StrukturGambar yang menampilkan struktur bangunan yang direncanakan kuat/kokoh dan stabil dalam memikul beban/kombinasi beban dan memenuhi persyaratan kelayakan selama umur layanan yang direncanakan dapat mempertimbangkan fungsi bangunan, lokasi, keawetan dan kemungkinan pelaksanaan konstruksinya

(8) Gambar MekanikalGambar yang menampilkan system jaringan air bersih, air kotor, air hujan, system penangkal petir dan penghawaan ( sirkulasi udara )

(9) Gambar ElektrikalGambar yang menampilkan system instalasi listrik pada bangunan

BAB V

LOKASI DAN SYARAT FISIK BANGUNAN

Bagian Kesatu

Peruntukan Lokasi Walet

Pasal 8

(1)Pembangunan dan pemanfaatan bangunan walet harus sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam;a. Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Kabupaten Sambasb. Rencana Detail Tata Ruang Kota.c. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan untuk lokasi yang bersangkutan;

(2)Peruntukan lokasi sebagaimana dimaksud pada butir (1) merupakan peruntukan utama, sedangkan apabila pada bangunan tersebut terdapat peruntukan penunjang agar berkonsultasi dengan Dinas Pekerjaan Umum;

(3)Setiap pihak yang memerlukan informasi tentang peruntukan lokasi atau ketentuan tata bangunan dan lingkungan lainnya, dapat memperolehnya pada Dinas Pekerjaan Umum.

Bagian Kedua

Koefisien Dasar Bangunan (KDB)

Pasal 9

(1) Setiap bangunan walet yang dibangun dan dimanfaatkan harus memenuhi kepadatan bangunan yang diatur dalam Koefisien Dasar Bangunan (KDB) sesuai yang ditetapkan;

(2) Koefisien Dasar Bangunan (KDB) ditentukan atas dasar kepentingan pelestarian lingkungan/resapan air permukaan tanah dan pencegahan terhadap bahaya kebakaran, kepentingan ekonomi, fungsi peruntukan, fungsi bangunan, keselamatan dan kenyamanan bangunan;

(3) Ketentuan besarnya KDB pada ayat (1) disesuaikan dengan Rencana Tata Ruang atau yang diatur dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan untuk lokasi yang sudah mempunyai, atau sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

(4) Setiap bangunan apabila tidak ditentukan lain, ditentukan KDB maksimum 60%.

Bagian Ketiga

Koefisien Lantai Bangunan (KLB)

Pasal 10

(1) Koefisien lantai Bangunan (KLB) ditentukan atas dasar kepentingan pelestarian lingkungan/resapan air permukaan tanah dan pencegahan terhadap bahaya kebakaran, kepentingan ekonomi, fungsi peruntukan, fungsi bangunan, keselamatan dan kenyamanan bangunan.

(2) Ketentuan besarnya KLB pada ayat (1) disesuaikan dengan Rencana Tata Ruang atau sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Keempat

Koefisien Daerah Hijau (KDH)

Pasal 11

(1) Koefisien Daerah Hijau (KDH) ditentukan atas dasar kepentingan pelestarian lingkungan/resapan air permukaan tanah.

(2) Ketentuan besarnya KDH pada ayat (1) disesuaikan dengan rencana Tata Ruang Kota atau sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

(3) Setiap bangunan umum apabila tidak ditentukan lain, ditentukan KDH minimum 30 %.

Bagian kelima

Persyaratan Pengendalian Dampak Lingkungan

Pasal 12

(1) Penerapan Persyaratan pengendalian Dampak lingkungan bagi bangunan walet harus mendapat perhatian karena dikhawatirkan menimbulkan dampak terhadap lingkungan

(2) Persyaratan pengendalian dampak lingkungan bagi bangunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sesuai dengan ketentuan dalam peraturan yang berlaku

Bagian Keenam

Persyaratan Keandalan Bangunan

Pasal 13

(1) Persyaratan keandalan bangunan meliputi persyaratan keselamatan, kesehatan dan kenyamanan

(2) Persyaratan keandalan bangunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan berdasarkan fungsi bangunan

Bagian Ketujuh

Persyaratan Keselamatan

Pasal 14

(1) Persyaratan keselamatan bangunan sebagaimana dimaksud meliputi persyaratan kemampuan bangunan dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan petir

(2) Persyaratan kemampuan bangunan untuk mendukung beban muatannya(3) Persyaratan kemampuan bangunan dalam mencegah dan

menanggulangi bahaya kebakaran sebagaimana dimaksud merupakan kemampuan bangunan untuk melakukan pengamanan terhadap bahaya kebakaran melalui sistem proteksi pasif dan proteksi aktif

(4) Persyaratan kemampuan bangunan dalam mencegah bahaya petir sebagaimana dimaksud merupakan kemampuan bangunan untuk melakukan pengamanan terhadap bahaya petir melalui sistem penangkal petir

(5) Persyaratan kemampuan struktur bangunan yang stabil dan kokoh dalam mendukung beban muatan merupakan kemampuan dalam mendukung beban muatan hidup dan beban muatan mati, serta untuk daerah/zona tertentu kemampuan untuk mendukung beban muatan yang timbul akibat perilaku alam.

(6) Besarnya beban muatan dihitung berdasarkan fungsi bangunan pada kondisi pembebanan maksimum dan variasi pembebanan agar tidak terjadi keruntuhan.

(7) Persyaratan ketinggian bangunan idealnya 10 – 20 M, namun hal ini disesuaikan dengan perencanaan dan konstruksi yang akan dipakai.

Bagian KedelapanPersyaratan Kesehatan

Pasal 15

Persyaratan kesehatan bangunan meliputi persyaratan sistem penghawaan, pencahayaan, sanitasi dan persyaratan bahan bangunan.

(1) Sistem penghawaan merupakan kebutuhan sirkulasi dan pertukaran udara yang harus disediakan pada bangunan walet.

(2) Sistem pencahayaan merupakan kebutuhan yang harus disediakan pada bangunan melalui pencahayaan alami dan/atau pencahayaan buatan.

(3) Sistem sanitasi yang harus disediakan didalam dan diluar bangunan untuk memenuhi kebutuhan air bersih, pembuangan air kotor dan /atau air limbah, kotoran, serta penyaluran air hujan.

(4) Penggunaan bahan bangunan yang dimaksud harus aman bagi kesehatan dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan , diupayakan menggunakan bahan bangunan setempat/produksi dalam negeri.

Bagian KesembilanPersyaratan Kenyamanan

Pasal 16

Gedung walet perlu dilengkapi dengan roving room sebagai tempat burung berputar – putar dan resting room sebagai tempat burung beristirahat/ bersarang.

Bagian KesepuluhPersyaratan Bahan Bangunan

Bahan penutup lantai

Pasal 17

Bahan penutup lantai berupa semen cor dengan plesteran, adukan yang digunakan harus memenuhi persyaratan teknis. Ini terdapat pada bangunan permanen.Untuk bangunan semi permanen lantai terbuat dari papan.

Bahan Dinding

Pasal 18

(1)Bahan dinding bangunan yang digunakan terdiri atas pengisi atau partisi(2)Bahan dinding pengisi meliputi batubata, batako, papan kayu, dan

plesteran dgn kawat simpai(3)Bahan dinding partisi menggunakan steroform yang ditempelkan pada

dinding pengisi dan selanjutnya diplester(4)Tembok bagian luar diplester dari campuran semen, sedangkan bagian

dalam sebaiknya dibuat dari campuran pasir:kapur: dan semen dengan perbandingan 3:2:1 yang sangat baik untuk mengendalikan suhu dan kelembaban udara.

(5)Adukan/perekat yang digunakan harus memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan jenis bahan dinding yang digunakan

Bahan Langit-langit

Pasal 19

(1)Bahan langit-langit untuk bangunan walet terdiri dari rangka langit-langit berupa papan yang disusun berupa kotak kotak yang besarnya disesuaikan , ada yang berbentuk persegi empat dan ada yang berupa persegi panjang.

(2)Bahan kerangka langit-langit digunakan bahan yang memenuhi syarat/standar teknis, dengan ukuran minimum:- Papan 1,5 cm- Reng 4/6-

Bahan Penutup Atap

Pasal 20

(1)Bahan penutup atap bangunan harus memenuhi ketentuan yang diatur dalam SNI, baik yang berupa genteng, seng, dan cor beton,

(2)Bahan kerangka penutup atap digunakan bahan yang memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI), untuk atap seng dan genteng rangka menggunakan kayu Klas II, untuk atap cor rangka atap berupa slof beton.- 8/12 untuk kuda-kuda- 2/3 untuk reng- 5/7 untuk kasau

Pintu

Pasal 21

(1) Akses keluar masuk walet harus mudah, letak lubang jangan menghadap ke Timur dan lubang diberi cat hitam, seolah menyerupai gua

(2) Pintu yang terdapat pada bangunan walet, terdiri dari pintu untuk keluar masuk burung dengan ukuran 20x20 cm / 20x 35 cm yang terletak didinding bagian atas. Sedangkan pintu bawah berfungsi untuk keluar masuk manusia sebagai pengelola yang terletak dibagian depan lantai dasar.

Bagian Kesebelas

Persyaratan Struktur Bangunan

Pasal 22

Struktur bangunan harus memenuhi persyaratan keselamatan, kelayakan dan standar konstruksi bangunan yang berlaku. Spesifikasi teknis struktur bangunan secara umum meliputi ketentuan-ketentuan struktur pondasi, struktur lantai, struktur kolom, rangka atap dan kemiringan atap.

Struktur Pondasi

Pasal 23

(1)Struktur pondasi harus diperhitungkan agar dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap berat sendiri, beban hidup dan gaya-gaya luar seperti tekanan angin dan gempa termasuk stabilitas lereng apabila didirikan dilokasi yang berlereng.

(2)Pondasi bangunan harus disesuaikan dengan kondisi tanah/lahan dan beban yang dipikul

(3)Untuk pondasi bangunan bertingkat lebih dari 3 ( tiga ) lantai atau pada lokasi dengan kondisi khusus maka perhitungan pondasi harus didukung dengan penyelidikan kondisi tanah/lahan secara teliti

Struktur LantaiPasal 24

Bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan sbb:(1) Struktur Lantai Kayu

a. Dalam hal digunakan lantai papan setebal 2 Cm, maka jarak antar balok anak tidak boleh lebih dari 75 cm

b. Bahan-bahan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan SNI(2) Struktur Lantai Beton

a. Lantai beton yang diletakkan langsung diatas tanah, harus diberi lapisan pasir dibawahnya dengan tebal sekurang-kurangnya 5 cm

b. Bagi plat-plat lantai beton bertulang yang mempunyai ketebalan lebih dari 25 cm digunakan tulangan rangkap, kecuali ditentukan lain berdasarkan hasil perhitungan struktur

c. Bahan-bahan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan SNI

Struktur Kolom

Pasal 25

(3) Bahan-bahan dan tegangan yang digunakan dalam struktur kolom harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan SNI / SKNI / SKBI / yang berlaku

(4) Struktur Kolom pasangan bata diatur sebagai berikut :a. Adukan yang digunakan sekurang-kurangnya harus mempunyai

kekuatan yang sama dengan kekuatan 1 PC : 3 PS;b. Bahan-bahan dan tegangan yang digunakan dalam struktur kolom

harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan SNI / SKNI / SKBI / yang berlaku

(3) Struktur kolom bertulang diatur sebagai berikut :a. Kolom beton bertulang yang dicor ditempat harus mempunyai tebal

minimum 15 cm untuk kolom praktis. Untuk kolom struktur disesuaikan dengan lebar bentang dan perhitungan teknis bangunan

b. Selimut beton bertulang minimum setebal 2,5 cm;c. Bahan-bahan dan tegangan yang digunakan dalam struktur kolom

harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan SNI / SKNI / SKBI / yang berlaku

(4) Struktur kolom untuk bangunan semi permanen menggunakan rangka kayu klas 1 dengan ukuran tiang kayu 8/8 cm dan sengkang 8/8 cm

Rangka Atap dan Kemiringan Atap

Pasal 26

(1) Secara umum ketentuan mengenai rangka atap dan kemiringan atap diatur sebagai berikut :a. Bentuk atap pada bangunan walet umumnya berupa atap perisai

dan pelana sesuai keinginan pemilikb. Konstruksi atap untuk bangunan walet, disesuaikan dengan bentuk

atap bangunan dan untuk bangunan yang khusus dengan ketinggian lebih dari 3 lantai harus di dasarkan atas perhitungan-perhitungan yang dilakukan secara keilmuan / keahlian teknis .

c. Kemiringan atap harus disesuaikan dengan bahan penutup atap yang akan digunakan, sehingga tidak akan mengakibatkan kebocoran;

d. Semakin tinggi bubungan atap dan semakin besar jarak bubungan dan plafon akan semakin baik dan disukai burung walet

(2) Struktur rangka atap kayu diatur sebagai berikut :a. Ukuran kayu yang digunakan harus sesuai dengan ukuran yang

dinormalisir;b. Rangka atap kayu harus dilapisi bahan anti rayap ( dilapisi dengan

ter );c. Bahan-bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai dengan

ketentuan-ketentuan SNI / SKNI / SKBI / yang berlaku

(3) Bahan-bahan dan tegangan yang digunakan untuk struktur rangka atap beton bertulang harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan SNI / SKNI / SKBI / yang berlaku

(4) Struktur rangka atap baja diatur sebagai berikut :a. Sambungan yang digunakan pada rangka atap baja baik berupa

baut, paku keeling atau las listrik harus memenuhi ketentuan pada pedoman Perencanaan Bangunan Baja;

b. Rangka atap baja harus dilapis dengan pelapis anti korosi;c. Bahan-bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai dengan

ketentuan-ketentuan SNI / SKNI / SKBI / yang berlaku.

Bagian KeduabelasPersyaratan Utilitas Bangunan

Pasal 27

Utilitas yang berada di dalam dan di luar bangunan harus memenuhi persyaratan Standar Utilitas Bangunan ( SNI ) yang berlaku. Spesifikasi teknis utilitas bangunan meliputi ketentuan-ketentuan Air Bersih, Saluran Air Hujan, Pembuangan Air Kotor, Pembuangan Limbah, Penerangan Alam / Pencahayaan, tata suara dan tata udara.

Air Bersih

Pasal 28

(1) Setiap bangunan harus dilengkapi dengan prasarana air bersih yang memenuhi standar kualitas, cukup jumlahnya dan disediakan dari saluran minum PDAM atau sumur.

(2) Pada bangunan walet terdapat bak penampungan air, baik itu bak yang sengaja dibuat dengan konstruksi beton/permanen, maupun hanya berupa bak bak kecil yang sengaja ditempatkan ditiap lantai. Bak tersebut berfungsi untuk burung membasahi tubuhnya.

(3) Bahan pipa yang digunakan harus mengikuti ketentuan teknis yang ditetapkan.

Saluran Air Hujan

Pasal 29

(1) Semua Air Hujan harus dialirkan kejaringan umum yang ada .

(2) Dalam hal belum tersedia jaringan umum sebagaimana ayat (1), maka harus dialirkan melalui proses peresapan atau cara lain dengan persetujuan instansi teknis yang terkait

Pembuangan Limbah

Pasal 30

(1) Bangunan walet dalam pemanfaatannya mengeluarkan limbah cair atau padat harus dilengkapi dengan tempat penampungan dan pengolahan limbah sesuai ketentuan dari peraturan perundang-undangan.

(2) Tempat Penampungan dan pengolahan limbah dibuat dari bahan kedap air dan memenuhi persyaratan teknis yang berlaku, sehingga tidak menimbulkan dampak negative berhadap lingkungan.

Penerangan Alami / Pencahayaan

Pasal 31

Walet memilih sarang yang relative tersembunyi dan sebisa mungkin menghindari segala bentuk aktivitas manusia. Pencahayaan alami pada bangunan walet tidak terlalu banyak dibutuhkan, karena bangunan sengaja dibuat gelap sehingga menyerupai gua. Sedangkan pencahayaan buatan hanya terdapat diluar bangunan.

Tata suaraPasal 32

Tata suara pada bangunan walet direncanakan untuk pemasangan sound system yang terletak dibagian jandela atas tempat keluar masuknya burung. Hal ini dimaksudkan untuk menarik agar burung mau masuk kedalam bangunan.

Tata Udara

Pasal 33

(1)Bangunan walet harus mempunyai tata udara agar terjadi sirkulasi udara meskipun tidak terlalu banyak.Hal ini berfungsi untuk menjaga agar suhu dan kelembaban bangunan walet

(2)Suhu paling ideal pada bangunan walet berkisar 26-29 C. Suhu tersebut dapat tercipta apabila ketebalan dinding, atap dan lebar ruangan yang ada tertata dengan baik

(3)Kelembaban gedung walet sesuai dengan layaknya gua. Idealnya kelembaban berkisar 75-90%

(4)Pengaturan tata udara dirancang dengan membuat bukaan dan/ atau ventilasi buatan berupa lubang –lubang kecil yang berbentuk bulat dgn diameter 15 cm atau persegi dgn lebar 15 cm yang diberi pipa berbentuk ‘L’. Jumlah lubang tergantung kebutuhan dan kondisi gedung

BAB VIDISPENSASI PEMBERIAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN SARANG

BURUNG WALET

PASAL 34

(1)Dispensasi pemberian izin mendirikan bangunan sarang burung walet dapat diberikan bagi bangunan yang telah berdiri sebelum peraturan bupati ini berlaku.

(2)Setiap orang atau badan hukum yang akan mengurus dispensasi peneribitan izin mendirikan bangunan terlebih dahulu memenuhi persyaratan administrasi.

(3)Persyaratan adminitsrasi sebagaimana dimaksud ayat 2 adalah sebagai berikut:a. Mengisi formulir permohonan yang telah disediakan sebagaimana

terlampir dalam peraturan ini.b. Fotokopi katru tanda pendudukc. Fotokopi tanda lunas PBB tahun terakhird. Fotokpopi surat bukti penguasaani atas tanahe. Gambar situasi letak bangunanf. Gambar denah bangunan yang mencantumkan secara jelas ukuran g. Surat pernyataan pemilikian bangunan dan tahun berdiri banguann

yang diketahui Kepala Desah. Melampirkan foto bangunan tampak depan, belakang, samping kiri,

samping kanan dan bagian dalam bangunani. Melampirkan IMB lama untuk bangunan yang sudah memiliki IMB.

(4)Selain persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud ayat 2, pemohon diwajibkan pula memenuhi persyaratan teknis

(5)Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat 4 adalah sebagai berikut:a. untuk bangunan permanen, umur layanan bangunan diatas 20 tahunb. untuk bangunan semi permanen, umur layanan bangunan 5 sampai 10

tahun c. untuk bangunan sementara atau darurat, umur layanan bangunan

sampai dengan 5 tahund. berita acara tentang kelayakan teknis bangunan, sebagaimana

terlampir dalam Peraturan Bupati

BAB VIIIMB PERUBAHAN FUNGSI

Pasal 35

(1) Bangunan yang sudah berdiri dan memilik izin tetapi tidak sesuai dengan pemanfaatan fungsi bangunannya wajib mengajukan permohonan IMB perubahan fungsi bangunan .

(2) IMB perubahan fungsi bangunan sarang burung walet sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terlebih dahulu memenuhi ketentuan persyaratan sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat (1).

Pasal 36

(1) Pemegang IMB sarang burung walet yang tidak lagi melakukan pengelolaan dan pengusahaan sarang burung walet pada bangunan tersebut,wajib melakukan perubahan fungsi izin bangunannya dari bangunan sarang burung walet menjadi bangunan fungsional lain.

(2) Perubahan fungsi IMB sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terlebih dahulu memenuhi ketentuan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1)

BAB VIII

PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN BANGUNAN SARANG BURUNG WALET

Pasal 37

(1) Pengawasan dan pengendalian terhadap penyelenggaraan bangunan dilaksanakan oleh SKPD terkait.

(2) Kegiatan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pemeriksaan fungsi bangunan, persyaratan teknis bangunan dan keandalan bangunan

(3) Dalam hal pengawasan dan pengendalian sebagaimana dimaksud pasal 37 pemilik IMB wajib membantu terselenggaranya pemeriksaan terhadap pelaksanaan pekerjaan mendirikan bangunan sebaik-baiknya oleh petugas SKPD pengelola izin dengan memberikan keterangan dan menunjukan segala sesuatu yang diterima oleh petugas tersebut.

BAB IX

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 38

Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku terhadap bangunan sarang burung walet yang sudah berdiri yang pengelolaan dan pengusahaannya dilakukan baik orang maupun badan wajib melengkapi bangunannya dengan

IMB sarang burung walet dengan mengajukan permohonan kepada bupati paling lama 2 (dua) bulan terhitung sejak berlakunya peraturan Bupati ini.

BAB X

PENUTUP

Pasal 39

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan Bupati ini dengan menempatkannya dalam Berita Daerah Kabupaten Sambas.

Ditetapkan di Sambas

pada tanggal 3 Oktober 2012

BUPATI SAMBAS,

ttd

JULIARTI DJUHARDI ALWI

Diundangkan di SambasPada tanggal 3 Oktober 2012SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SAMBAS

JAMIAT AKADOL

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMBAS TAHUN 2012 NOMOR 97

Tanggal ParafSekretaris Daerah

Asisten IIKabag Hukum da PUUKepala Dinas Pertanian dan Peternakan

LAMPIRAN PERATURAN BUPATI SAMBASNOMOR 33 TAHUN 2012TANGGAL 3 OKTOBER 2012TENTANG BANGUNAN SARANG BURUNG WALET

CONTOH BENTUK BERITA ACARA RENCANA PEMBANGUNAN GEDUNG SARANG BURUNG WALET

BERITA ACARAHASIL PENINJAUAN LAPANGAN

RENCANA PEMBANGUNAN GEDUNG SARANG BURUNG WALETNo: / BA-IMB/ / 2012

Pada hari ini……………………..tanggal…………………………bulan……………………….Tahun Dua Ribu Dua Belas (…../……/2012 ) telah dilakukan peninjauan lapangan rencana pembangunan…………………………….yang berlokasi di jalan……………………………, Desa………………………………………….., Kecamatan……………………………. Kabupaten Sambas. Peninjauan lapangan diikuti oleh Tim Teknis BPMPPT, yang berasal dari Dinas/Badan/Instansi terkait, sebagai berikut :

1. Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu……..Orang2. BAPPEDA Kab. Sambas ……………………..Orang3. Dinas PU Cipta Karya, Tata Ruang dan Perumahan Kab. Sambas……..Orang4. Badan Lingkungan Hidup Kab. Sambas ……………….Orang5. Satuan Polisi Pamong Praja Kab. Sambas………………..Orang6. Perwakilan Pemohon…………………..Orang

Peninjauan lapangan ini dilaksanakan berdasarkan Surat Tugas Kepala BPMPPT Kab. Sambas, Nomor : …………….. /……………./ BPMPPT atas surat permohonan, nomor…………………….. dengan tujuan untuk mengetahui lokasi rencana pembangunan, aspek tata ruang, fisik konstruksi serta aspek lingkungan.Berdasarkan hasil peninjauan lapangan dan dokumen administrasi pemohon yang telah diajukan, disampaikan hal-hal sebagai berikut:DATA UMUM PEMOHON:1. Nama:2. Jenis Kelamin:

3. Kewarganegaraan:4. Pekerjaan:5. Alamat:

HASIL PEMERIKSAAN

1. Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu:a. Berdasarkan Dokumen Administrasi

Bangunan didirikan diatas tanah:- Nama Pemilik:- Nomor SHM:……………………………..Tanggal- Luas Tanahb. Advice Planning : Terlampirc. Berkas Permohonan : Lengkap/Tidak lengkap

2. BAPPEDA :a. Berdasarkan Peta Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan di Provinsi

Kalimantan Barat ( Surat Keputusan menteri kehutanan dan perkebunan No. 259/Kpts-II/2000 tanggal 23 Agustus 2000), lokasi yang dimihon termasuk/ bukan termasuk *) dalam kawasan lindung.

b. Titik Koordinat/ Digitasi ;

c. Sesuai point a dan b diatas, disimpulkan dapat/tidak *) direkomendasikan untuk pembangunan yang sesuai dengan permohonan.

3. Dinas PU Cipta Karya, Tata Ruang dan Perumahan :a. Jumlah bangunan :b. Jumlah Lantai :c. Fungsi Bangunan :d. Struktur Bangunan : Beton permanen/ Beton Praktis/Kayu *)e. Kelas Jalan : Jalan Utama/Jalan Antar Lingkungan/Jalan

Lingkungan *)f. Ruang Milik Jalan (RMJ) : Mg. GSB : Mh. Luas Lantai/Bangunan:i. Luas Areal : M2

j. Status Tanah : tanggalk. Lokasi:

Sesuai point a s/d k diatas, disimpulkan sesuai/ tidak sesuai*) dengan Dokumen SKRK dan rekomendasi untuk dapat/ tidak *) diterbitkan perizinan sesuai dengan permohonan.

4. Badan Lingkungan Hidup :a. Berdasarkan Peraturan

1. ……………………………………………….2. ……………………………………………….3. ……………………………………………….

b. Lembar Pengesahan dokumen kajian lingkungan : ………………………………………………….

c. Sesuai point a dan b diatas, disimpulkan dapat/tidak *) direkomendasikan untuk pembangunan yang sesuai dengan permohonan.

Berdasarkan hasil peninjauan lapangan Tim Teknis BPMPPT dan penunjukan lokasi oleh pemohon/perwakilan pemohon *) secara sepakat disimpulkan bahwa:

Tidak dapat direkomendasikan untuk diberikan Izin mendirikan Bangunan, karena: ……………………………………………..

……………………………………………..( wajib diisi secara teknis )Dapat direkomendasikan untuk diberikan Izin Mendirikan Bangunan dengan ketentuan:

Menyediakan sarana tempat pembuangan sampah/ container ( amrol);

Menyediakan sarana drainase yang memadai;Menjaga ketentraman dan ketertiban selama masa dan berakhirnya pembangunan terhadap lingkungan sekitarnya;Bertanggung jawab terhadap masalah yang timbul akibat pembangunan yang dilaksanakan;Melaksanakan fisik pembangunan sesuai seluruh dokumen dan gambar yang telah disetujui………………………………………………..………………………………………………..

Demikian Berita Acara ini kami buat dengan sesungguhnya dan penuh rasa tanggung jawab.

Catatan ( Tim Teknis BLH ) :

PETUGAS PENINJAU LAPANGAN :

No NAMA / NIP JABATAN TANDA TANGAN

1. NIP.2.

NIP.3. NIP.4.

NIP.5. NIP.6.

NIP.

Tembusan : disampaikan Kepada Yth.

1. Bupati Sambas di Sambas;2. Sekretaris Daerah Kab. Sambas, Selaku Ketua Tim Pembina BPMPT;3. Kepala BPMPT Kab. Sambas, Selaku Koordinator Tim Pembina BPMPT;4. Kepala Dinas PU Cipta Karya Tata Ruang, dan Perumahan Kab. Sambas,

Selaku Anggota Tim Pembina BPMPT;5. Kepala BAPPEDA Kab. Sambas, Selaku Anggota Tim Pembina BPMPT;6. Kepala Badan Lingkungan Hidup kab. Sambas, Selaku Anggota Tim

Pembina BPMPT;

Kepala Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Sambas

…………………………………………………

Disetujui :Pemohon,

…………………………………………………

BUPATI SAMBAS

ttd

JULIARTI DJUHARDI ALWI