digilib.uns.ac.id · upaya pengembangan usaha mikro kecil dan menengah (umkm) handycraft kayu jati...
TRANSCRIPT
UPAYA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM)
HANDYCRAFT KAYU JATI DI DUSUN BANDAR DESA BATOKAN KECAMATAN
KASIMAN KABUPATEN BOJONEGORO
TESIS
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat
Magister Pendidikan Ekonomi
Oleh
ANA DHAOUD DAROIN
S991208029
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
1. Tesis yang berjudul “Upaya Pengembangan UMKM Handycraft Kayu
Jati Di Dusun Bandar Desa Batokan Kecamatan Kasiman Kabupaten
Bojonegoro” ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas plagiat,
serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain
untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis
digunakan sebagaimana acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam
sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti
terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima
sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas
No.17 tahun 2010).
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah
lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs
UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu
semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan
publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Magister
Pendidikan Ekonomi PPs UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal
ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Magister Pendidikan Ekonomi. Apabila
saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya
bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.
Surakarta, Februari 2015
Ana Dhaoud Daroin
NIM. S9912080029
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO
"Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal
kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-orang yang
beriman."
(QS. Al-Imran ayat 139)
Sesungguhnya setiap kesulitan itu ada kemudahan
(Q.S Al-Insyirah: 6)
Sesuatu mungkin mendatangi mereka yang mau menunggu, namun hanya
didapatkan oleh mereka yang bersemangat mengejarnya
(Abraham Lincoln)
Pendidikan bukan saja mencerdaskan, tetapi pendidikan adalah eskalator sosial ekonomi
(Anies Baswedan)
Hanya karena kaki kita menginjak tanah, bukan berarti kita tidak bisa menggapai langit
(Peneliti)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Teriring berjuta rasa syukur kehadirat Allah
Subhanahu Wa Ta’la, atas limpahan nikmat yang
diberikan-Nya, dengan untaian sayang yang
berselimutkan cinta kasih, tesis ini teruntuk:
Ibu Anis Sa’adah dan Bapak Ali Achmadi
atas segala doa dan pengorbanannya.
Semua saudara dan keluarga yang selalu
memberi dukungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
بسم هللا الرحمن الرحيم
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala bentuk
nikmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian tesis ini. Sholawat
dan salam peneliti hanturkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW sebagai
teladan bagi seluruh umat. Tesis ini ditulis untuk memenuhi persyaratan mencapai
derajat Magister Pendidikan Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Peneliti menyadari bahwa tesis ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari
berbagai pihak.Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada:
1. Direktur Pascasarjana dan para Asisten Direktur Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Dekan dan para Pembantu Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Prof. Dr. Trisno Martono, selaku Ketua Program Studi Magister Pendidikan
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
pengarahan dan ijin dalam penyusunan tesis ini.
4. Prof. Dr. Soetarno J, M.Pd., selaku pembimbing pertama yang telah
memberikan ijin dan meluangkan waktu serta penuh kesabaran memberikan
bimbingan, petunjuk dan arahan yang sangat berharga sehingga tesis ini dapat
diselesaikan dengan baik.
5. Dr. Susilaningsih, M.Bus., selaku pembimbing kedua yang telah bersedia
meluangkan waktu serta penuh kesabaran memberikan bimbingan, petunjuk
dan arahan sangat berharga sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
6. Tim penguji yang telah memberikan masukan yang sangat berharga sehingga
tesis ini dapat diselesaikan dengan baik
7. Disperindag, Dinas koperasi dan UMKM dan para pelaku UMKM di Dusun
Bandar yang telah memberikan ijin dan data penelitian.
8. Rekan-rekan Mahasiswa Magister Pendidikan Ekonomi UNS te Uwi, Manik2,
Kiki, Meyta, Ida, mas Wiwin, mas Ridwan, teman sajak, Bowo, Taufik, Adel,
Bu Sri W, Bu Sri Set, Bu Puji, Bu Endang, Bu Nurul, Bu Win, Bu Siti, Pak
Prapto, Pak Toyib, Pak Yo, Pak Dwi, Pak Akhirul, Mas Adi, dan Pak Bin dan
semua pihak yang tidak disebutkan satu persatu, yang telah memberikan
bantuan dan dukungan kepada peneliti.
9. Aning, Maya, Sahabat Inspirasi Bojonegoro sahabat-sahabat terbaik.
10. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah
memberi dukungan moral dan materiil sehingga saya dapat menyelesaikan
studi ini dengan baik dan tepat waktu.
Akhirnya dengan menyadari terbatasnya kemampuan yang ada pada diri
peneliti, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat peneliti
harapkan.Semoga hasil dari tesis ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya
maupun bagi pembaca umumnya.
Surakarta, Februari 2015
Peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................... iii
MOTTO ....................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN ....................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii
ABSTRAK .................................................................................................. xiii
ABSTRACT ................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Perumusan Masalah ..................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 11
1. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ......................... 11
a. Definisi UMKM ................................................................ 11
b. Masalah UMKM ................................................................ 15
2. Upaya Pengembangan UMKM ............................................... 20
a. Manajemen Produksi ......................................................... 22
1) Peningkatan Kualitas produk ............................................. 24
2) Inovasi Produk ................................................................... 29
b. Manajemen Pemasaran ...................................................... 32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
1) Kekuatan Merek (Branding strategy) ................................. 32
2) Pemasaran kota (City of Marketing) ................................... 34
3) Pemasaran Melalui Internet (Online Marketing) ................. 38
3. Pendapatan Masyarakat ............................................................. 41
B. Penelitian yang Relevan............................................................... 45
C. Kerangka Berfikir ........................................................................ 50
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu ...................................................................... 55
1. Tempat Penelitian .................................................................. 55
2. Waktu Penelitian .................................................................... 55
B. Jenis Penelitian ............................................................................ 56
C. Data dan Sumber Data ................................................................. 56
D. Teknik Sampling ......................................................................... 57
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 57
F. Pengecekan Keabsahan Data........................................................ 58
G. Teknik Analisis Data ................................................................... 59
H. Prosedur Penelitian ...................................................................... 61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian .......................................................... 63
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................ 63
2. Produk UMKM Handycraft Kayu Jati ..................................... 64
B. Deskripsi Temuan Penelitian......................................................... 67
1. Upaya Pengembangan UMKM Aspek Produksi. ..................... 67
2. Upaya Pengembangan UMKM Aspek Pemasaran ................... 72
3. Temuan Tambahan ................................................................ 90
C. Pembahasan .................................................................................. 95
1. Upaya Pengembangan UMKM Aspek Produksi ...................... 95
2. Upaya pengembangan UMKM Aspek Pemasaran ................... 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI dan SARAN
A. Kesimpulan................................................................................... 110
B Implikasi ....................................................................................... 112
1. Implikasi Teoretis ................................................................... 112
2. Implikasi Praktis ..................................................................... 113
3. Implementasi Dalam Bidang Pendidikan ................................. 114
C. Saran ............................................................................................ 115
1 Kepada Peneliti Lain ................................................................ 115
2. Kepada Pemerintah ................................................................. 115
3. Kepada Pelaku UMKM ........................................................... 116
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 118
LAMPIRAN ................................................................................................ 119
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Data Jumlah Unit Usaha Per Subsektor Industri Pengolahan Kabupaten
Bojonegoro tahun 2008-2013 ................................................................. 4
2. Definisi & Kriteria UMKM ..................................................................... 12
3. Fitur Dalam Internet ................................................................................ 40
4. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ................................................................ 53
5. Data Peneriman Bantuan Alat Berdasarkan Kelompok Usaha Bersama .. 68
6. Daftar Nama Peserta Pameran Hari Koperasi ke 65 ................................. 72
7. Daftar Nama Peserta Pameran Hari Koperasi ke 66 ................................. 73
8. Daftar Nama Peserta Pameran Hari Koperasi ke 67 ................................. 74
9. Daftar Nama Peserta Pameran Hut RI ke 66 ............................................ 75
10. Daftar Nama Peserta Studi Banding di Tulungagung ............................... 77
11. Daftar Nama Peserta Studi Banding diYogyakarta .................................. 78
12. Jumlah Peserta Program Bojonegoro Wood Fair Tahun 2010-2011 ......... 80
13. Rekapitulasi Omzet Penjualan Informan .................................................. 85
14. Daftar Kode dan Nama Informan ............................................................ 85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Berfikir Upaya Pengembangan UMKM Aspek Produksi ............ 52
2. Kerangka Berfikir Upaya Pengembangan UMKM Aspek Pemasaran ......... 54
3. Model Teknik Analisis Interaktif ................................................................. 60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Pedoman Wawancara ................................................................................. 120
2. Pedoman Observasi ..................................................................................... 125
3. Lembar Validasi Pedoman Wawancara ....................................................... 126
4. Lembar Validasai Pedoman Observasi ........................................................ 127
5. Transkrip Wawancara ................................................................................. 128
6. Catatan Lapangan........................................................................................ 140
7. Daftar Nama dan Kode Informan ................................................................ 157
8. Trianggulasi Sumber ................................................................................... 158
9. Trianggulasi Metode ................................................................................... 161
10. Foto Kegiatan............................................................................................ 163
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
ABSTRAK
Ana Dhaoud Daroin. S991208029. Upaya Pengembangan Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM) Handycraft Kayu Jati Di Dusun Bandar Desa
Batokan Kecamatan Kasiman Kabupaten Bojonegoro. Tesis. Pembimbing 1:
Prof. Dr. Soetarno J, M.Pd., Pembimbing 2 : Dr.Susilaningsih, M.Bus., Program
Studi Pendidikan Ekonomi, Program Pascasarjana. Universitas Sebelas Maret
Surakarta, Agustus 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) Upaya pengembangan
UMKM handycraft kayu Jati di Dusun Bandar Desa Batokan Kecamatan
Kasiman Kabupaten Bojonegoro dari aspek produksi untuk meningkatkan
pendapatan masyarakat; (2) Upaya pengembangan UMKM handycraft kayu Jati
di Dusun Bandar Desa Batokan Kecamatan Kasiman Kabupaten Bojonegoro dari
aspek pemasaran untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan analisis
kualitatif. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dan
snowball sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara,
observasi dan dokumentasi. Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan
trianggulasi sumber dan metode. Teknik analisis data menggunakan model
analisis interaktif. Tahap analisis data dimulai dengan pengumpulan data, reduksi
data, penyajian data, dan penyimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat enam upaya untuk
mengembangankan UMKM handycraft kayu jati. Penelitian ini menyimpulkan
bahwa: (1) Upaya pengembangan dari aspek produksi adalah pemberian bantuan
alat produksi oleh pemerintah dan melakukan inovasi produk; (2) Upaya
pengembangan dari aspek pemasaran adalah pengadaan pameran, kegiatan studi
banding, pengadaan kegiatan wood fair dan melakukan pemasaran melalui
internet. Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui bahwa rata-rata persentase
kenaikan omzet pelaku UMKM terbesar terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar
4,01%, sedangkan rata-rata persentase kenaikan terendah terjadi pada tahun 2011
yaitu sebesar 0,81%, sehingga ditarik kesimpulan bahwa upaya pengembangan
yang paling strategis telah diterapkan di tahun 2013. Pada tahun 2013 upaya
pengembangan yang telah dilakukan adalah inovasi produk, pameran, wood fair
dan pemasaran melalui internet.
Kata kunci: pendapatan masyarakat, inovasi produk, produksi, pemasaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
ABSTRACT
Ana Dhaoud Daroin. S991208029. The Effort to Growth Teak Wood
Handycraft’s MSMEs in Bandar, Batokan Village Kasiman District
Bojonegoro Regency. Thesis. Advisor 1: Prof. Dr. Soetarno J, M.Pd., Advisor 2:
Dr.Susilaningsih, M.Bus., Master Degree of Economic Department . Sebelas
Maret University Surakarta, August 2014.
The objectives of this research are to describe: (1) the development efforts
of micro-, small-, and medium-scale enterprises of teakwood handicraft in Bandar
sub-village, Batokan village, Kasiman sub-district, Bojonegoro regency through
the aspect of production to increase the community income; and (2) the
development efforts of micro-, small-, and medium-scale enterprises of teakwood
handicraft in Bandar sub-village, Batokan village, Kasiman sub-district,
Bojonegoro regency through the aspect of marketing to increase the community
income.
This research used the descriptive research method with the qualitative
phenomonology approach.The samples of research were taken by using the
purposive and snowball sampling techniques.The data of research were gathered
through in-depth interview, observation, and documentation. They were validated
by using source triangulation and method triangulation. The data were analyzed
by using the interactive model of analysis comprising four components, namely:
data gathering, data reduction, data display, and conclusion drawing.
The results of research show that there are six development efforts of
micro-, small-, and medium-scale enterprises of teakwood handicraft in Bandar
sub-village, Batokan village, Kasiman sub-district, Bojonegoro. This research
conclude that: (1) In term of production aspect, the efforts include granting
production aids by the government and conducting product innovations; and (2)
In term of marketing, they include holding exhibitions, conducting comparative
studies, conducting wood fair activities, and marketing the products through
internet. The result of observation shows that the highest turnover average
achieved by the micro-, small-, and medium-enterprises took place in 2013, that
is, 4.01%, whereas the lowest turnover average persisted in 2011, that is, 0.81%.
Therefore, a conclusion can be drawn that the most strategic development efforts
were applied in 2013. The efforts included product innovations, exhibitions,
wood fair, and product marketing through internet.
Keywords: community income, product inovation, production, and marketing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Strategi pembangunan sektor industri menjadi pijakan sebuah negara untuk
mengembangkan tingkat perekonomian negaranya. Iklim kebijakan sektor industri
yang kondusif mampu menciptakan efek ganda seperti adanya akumulasi modal,
nilai tambah dan yang paling penting adalah penyerapan tenaga kerja yang akan
mengurangi tingkat pengangguran. Peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) sendiri dalam masyarakat sangat luas. UMKM sebagai penggerak
ekonomi kerakyatan, merupakan pondasi ekonomi sosialis. Gerakan ekonomi
yang berasal dari bawah ini diyakini lebih mampu bertahan terhadap goncangan
krisis dibanding usaha besar.
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terbukti strategis dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Menteri Koperasi dan Usaha Mikro Kecil
menengah Syarief Hasan menyatakan pertumbuhan Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) di seluruh Indonesia pada 2013 mencapai dua juta UMKM.
Jumlah UMKM saat ini mencapai 55,2 juta yang tersebar di seluruh Indonesia
dengan kontribusi ke pertumbuhan ekonomi dalam negeri mencapai 60 persen,
sebagaimana dinyatakan Supriyatna (2013: 2). Dalam beberapa krisis ekonomi,
UMKM menjadi sumber ketahanan yang handal bagi perekonomian Indonesia.
UMKM juga mampu menciptakan pemerataan ekonomi. Kontribusi UMKM yang
besar dalam menopang kemakmuran dan pertumbuhan ekonomi Indonesia,
menjadi alasan yang rasional mengapa sektor UMKM perlu mendapat perhatian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
khusus dari pemerintah. Komitmen dan dukungan pemerintah mutlak dibutuhkan
untuk memperbaiki iklim usaha dalam negeri, kepastian hukum, pemangkasan
ekonomi biaya tinggi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang maksimal.
Integrasi pasar global, menghadapkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) pada persaingan global pula. Seiring dengan hal tersebut berbagai
ancaman dan peluang global juga terbuka. Tantangan yang akan dihadapi UMKM
juga akan semakin meningkat. Indonesia saat ini menghadapi realitas yang tak
terhindarkan, berupa serbuan produk asing ke pasar lokal. Mulai dari buah-buahan
dan produk pertanian lainnya, makanan olahan, tekstil, garmen, bahkan sampai
mainan anak. UMKM Indonesia diharuskan bersaing dengan koleganya dari
berbagai negara lain, tanpa proteksi dan dukungan yang memadai.
Globalisasi menjadi tantangan terbesar yang dihadapi oleh UMKM saat
ini. Batas masing masing negara yang hampir tidak ada menjadikan dunia tanpa
batas (borderless). Barang dan jasa yang memiliki kualitas tinggi atau harga yang
murah akan dengan mudah diterima oleh pasar, dengan demikian kunci utama
globalisasi adalah persaingan. UMKM yang mampu bersaing akan mampu
bertahan, sehingga kebijakan dan strategi pengembangan daya saing harus
dilakukan untuk meningkatkan daya saing para pelaku UMKM.
Peningkatan peran UMKM dalam perekonomian nasional telah dilakukan
secara gencar oleh pemerintah, yang direalisasikan antara lain dengan
dikeluarkannya Paket Kebijakan Perbaikan Iklim Investasi melalui Instruksi
Presiden RI No.3 tahun 2006, yang menegaskan pentingnya pemberdayaan
UMKM khususnya dalam hal peningkatan akses UMKM kepada sumber daya
finansial. Sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan peran serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
kelembagaan UMKM dalam perekonomian nasional, maka pemberdayaan
tersebut perlu dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, dan
masyarakat secara menyeluruh dan berkesinambungan (UU No.20 tahun 2008).
Undang-undang no 20 tahun 2008 menjadi acuan pemberdayaan UMKM,
dalam Undang-undang tersebut terdapat dua pokok bahasan yaitu penumbuhan
iklim usaha dan pengembangan usaha UMKM. Dalam upaya penumbuhan iklim
usaha UMKM memuat delapan sisi pengaturan dan kebijakan yang meliputi: (1)
pendanaan; (2) sarana dan prasarana; (3) informasi usaha; (4) kemitraan; (5)
perizinan usaha; (6) kesempatan berusaha; (7) promosi dagang; (8) dukungan
kelembagaan. Dalam bidang pengembangan usaha UMKM baik pemerintah
daerah maupun pemerintah pusat hendaknya memberikan fasilitas dalam empat
bidang yaitu: (1) produksi dan pengolahan; (2) pemasaran; (3) sumber daya
manusia; (4) desain dan teknologi.
Peran UMKM bagi perkembangan perekonomian menjangkau seluruh
daerah di Indonesia, termasuk Kabupaten Bojonegoro. Kabupaten Bojonegoro
merupakan salah satu kabupaten berpotensi di Jawa Timur. Menyimpan 20%
cadangan minyak nasional, Kabupaten Bojonegoro telah membuat efek
pengganda (multiplier effect) yang besar terhadap pembangunan Bojonegoro
sebagai kota industri migas, hal ini sebagaimana disampaikan oleh Kasubag
Program dan Laporan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag)
Kabupaten Bojonegoro tahun 2013. Hal ini memberikan perkembangan positif
terhadap UMKM. Tercatat jumlah UMKM di kota Bojonegoro naik, terutama di
wilayah yang terdapat kantor cabang tambang minyak dan gas sebagaimana
tercantum dalam tabel 1 berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Tabel 1 Data Jumlah Unit Usaha Per Subsektor Industri Pengolahan Kabupaten
Bojonegoro Tahun 2008- 2013
Sumber: Arsip Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bojonegoro
tahun 2014
Sejalan dengan pertumbuhan positif jumlah UMKM di Kabupaten
Bojonegoro, masalah yang menyertai para pelaku UMKM juga semakin
kompleks. Masalah UMKM pada umumnya berkutat pada empat pilar manajemen
yaitu manajemen sumber daya manusia, manajemen pemasaran, manajemen
produksi dan manajemen permodalan.
Para pelaku UMKM handycraft kayu jati di Dusun Bandar Desa Batokan
Kecamatan Kasiman Kabupaten Bojonegoro mengalami berbagai permasalahan,
baik masalah dalam manajemen pemasaran, manajemen produksi, manajemen
keuangan maupun manajemen sumber daya manusia. Permasalahan yang muncul
dalam bidang manajemen keuangan masalah kekurangan modal bagi pengrajin.
Para pengrajin rata-rata tidak mempunyai jaminan jika harus meminjam modal
pada bank atau koperasi. Masalah lain yang muncul dalam manajemen keuangan
adalah pelaku UMKM belum mampu mengelola keuangan usaha. Pendapatan dari
hasil penjualan tidak dipisahkan dengan uang belanja kebutuhan sehari-hari.
Pengrajin juga belum mempunyai catatan arus kas (cashflow) meskipun bersifat
sederhana.
no Sub sektor Tahun
2008 2009 2010 2011 2012 2013
1. Makanan, minuman dan tembakau 12,094 12,616 13,189 12,368 12,188 12,149
2. Tekstil, kulit dan alas kaki 477 774 779 1,080 1,198 1,337
3. Barang dari kayu dan hasil hutan 832 974 955 1,268 1,461 1,506
4. Kertas dan barang cetakan 10 11 7 13 14 14
5. Pupuk kimia dan barang dari karet 124 120 74 72 72 72
6. Semen dan barang dari galian bukan
logam
1,626 1,053 1,284 1,392 1,428 1,545
7. Alat angkutan mesin dan logam elektro
462 535 624 688 708 821
8. Barang lainnya 6,316 6,850 6,417 6,823 6,984 7,020
Jumlah 21,941 22,933 23,329 23,704 24,053 24,464
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Masalah yang muncul dalam bidang manajemen produksi adalah adanya
perbedaan kualitas barang. Apabila dari showroom ada banyak pesanan dengan
deadline yang telah ditentukan, para pengrajin dengan tenaga kerja yang ada tidak
bisa memenuhi pesanan tersebut. Hal ini disebabkan terbatasnya kapasitas
produksi pengrajin karena keterbatasan jumlah tenaga kerja. Para pengrajin akan
meminta bantuan ke para pengrajin lainnya, dengan membeli dari pengrajin lain
untuk barang dengan jenis yang sama. Para pengrajin juga tidak mampu untuk
menambah jumlah tenaga kerja, karena keterbatasan modal. Dapat dirangkum
bahwa dalam bidang manajemen produksi terdapat permasalahan kekurangan
tenaga kerja dan perbedaan kualitas produk.
Dalam bidang manajemen pemasaran masalah yang dihadapi pelaku
UMKM merupakan yang paling kompleks. Para pelaku UMKM belum melakukan
perluasan jaringan pemasaran secara maksimal, hal ini terbukti dari belum adanya
pemanfaatan pemasaran melalui internet (e-marketing). Masalah lain yang muncul
dalam bidang pemasaran adalah adanya klaim produk. Seperti dituturkan oleh
pemilik showroom di lokasi industri yang melayani adanya order guci bertuliskan
made in Sabah. Seperti diketahui Sabah adalah salah satu nama kota di negara
Malaysia. Proteksi produk yang rendah membuat klaim produk hasil kerajinan
milik pengrajin Desa Bandar menjadi produk hasil Sabah Malaysia.
Permasalahan dalam bidang manajemen sumber daya manusia adalah
tidak adanya program pengembangan sumberdaya manusia dari asosiasi.
Keberadaan asosiasi belum dirasakan manfaatnya oleh para pelaku UMKM.
Lebih lanjut para tokoh adat di Dusun Bandar menyampaikan, bahwa masyarakat
cenderung individualis, yang mengarah pada skeptis. Hal ini menjadi masalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
sosial yang menimbulkan masalah lain. Jika permasalahan-permasalahan dalam
berbagai bidang manajemen tersebut tidak diberikan solusi secara tepat, maka
akan semakin berkembang dan menimbulkan masalah lain. Namun, jika masalah-
masalah tersebut dapat diberikan solusi akan mendorong peningkatan kapasitas
produksi, kualitas produk, peningkatan akses pemasaran, yang pada akhirnya akan
meningkatan pendapatan para pelaku UMKM.
Dewasa ini Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang dicanangkan akan
dilakukan di tahun 2015, memaksa seluruh negara untuk bersiap menyambut.
MEA dipandang sebagai peluang peningkatan pendapatan negara. Perbaikan
infrastruktur, peningkatan kapasitas produksi barang dan jasa, serta perluasan
pasar, menjadi peluang peningkatan pendapatan negara dalam menyongsong era
MEA. UMKM juga harus menjaga dan meningkatkan daya saing sebagai industri
kreatif dan inovatif, meningkatkan standar, desain dan kualitas produk agar
mampu bersaing dengan pelaku UMKM negara lain. Pada tataran pemerintah
peraturan perundangan daerah dan kebijakan yang berpihak pada para pelaku
UMKM, mutlak diperlukan. Pemerintah seharusnya berpihak pada kebijakan pro
pertumbuhan (pro growth).
Penguatan forum sentra atau klaster untuk UMKM dapat dilakukan
dengan pengembangan produk unggulan daerah melalui One Village One Product
(OVOP), kemudian memfasilitasi penguatan teknologi baik untuk produksi
maupun pemasaran. Konsep OVOP bisa meningkatkan kompetensi tingkat
daerah, memaksimalkan pelaku usaha agar lebih kreatif dan inovatif dalam
mengembangkan UMKM. Kabupaten Bojonegoro sebagai penghasil handycraft
kayu jati mempunyai persediaan bahan baku jati yang cukup, sehingga Kabupaten
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Bojonegoro dapat mengembangkan produk unggulan daerah dan menjadi bagian
dari program OVOP.
Berbagai masalah yang dihadapi oleh UMKM handycraft kayu jati, jika
mampu diatasi akan memberikan manfaat yang besar bagi para pelaku dan
pemerintah daerah Kabupaten Bojonegoro. Peningkatan kapasitas produksi,
peningkatan mutu barang dan pemasaran menjadi bagian yang penting untuk
dikembangkan dalam menyongsong MEA. Penambahan kapasitas, peningkatan
kualitas produksi, dan perluasan pasar akan meningkatkan omzet penjualan, yang
berarti perluasan pasar. Hal ini dapat meningkatkan pendapatan pelaku UMKM
yang berarti kesejahteraan pelaku UMKM juga meningkat.
Mencermati uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian agar dapat
mendeskripsikan secara detail masalah-masalah yang menyertai perkembangan
UMKM handycraft kayu jati di Dusun Bandar Desa Batokan Kecamatan
Kasiman Kabupaten Bojonegoro. Penelitian dilakukan untuk mencari solusi upaya
pengembangan demi peningkatan pendapatan masyarakat. Penelitian dilakukan
dari prespektif manajemen produksi dan pemasaran, karena setelah dicermati
masalah pokok yang harus segera diselesaikan pada UMKM handycraft kayu jati
adalah masalah pada manajemen produksi dan pemasaran. Oleh karena itu
penelitian tentang Upaya Pengembangan UMKM Handycraft Kayu Jati di Dusun
Bandar Desa Batokan Kecamatan Kasiman Kabupaten Bojonegoro dirasa perlu
untuk dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dirumuskan masalah penelitian se-
bagai berikut:
1. Bagaimana mengembangkan UMKM handycraft kayu Jati di Dusun Bandar
Desa Batokan Kecamatan Kasiman Kabupaten Bojonegoro dari aspek produksi
untuk peningkatan pendapatan masyarakat?
2. Bagaimana mengembangkan UMKM handycraft kayu Jati di Dusun Bandar
Desa Batokan Kecamatan Kasiman Kabupaten Bojonegoro dari aspek
pemasaran untuk peningkatan pendapatan masyarakat?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai
dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:
1. Upaya pengembangan UMKM handycraft kayu Jati di Dusun Bandar Desa
Batokan Kecamatan Kasiman Kabupaten Bojonegoro dari aspek produksi
untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.
2. Upaya pengembangan UMKM handycraft kayu Jati di Dusun Bandar Desa
Batokan Kecamatan Kasiman Kabupaten Bojonegoro dari aspek pemasaran
untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan
dalam manajemen produksi dan pemasaran terutama mengenai upaya
pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pelaku UMKM
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pelaku
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk meningkatkan
kapasitas produksi, peningkatan daya saing sebagai industri kreatif serta
perluasan pasar handycraft kayu jati.
b. Bagi pemerintah daerah Kabupaten Bojonegoro
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam
pengambilan keputusan dan kebijakan mengenai upaya pengembangan
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di wilayah Kabupaten
Bojonegoro.
c. Bagi pendidikan
1). Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memperluas gerakan
kewirausahaan bagi remaja pelaku UMKM di Dusun Bandar Desa
Batokan melalui pelatihan pengembangan UMKM.
2) Pada pendidikan formal untuk sekolah menengah tingkat pertama dan
sekolah menengah lanjut melalui pengembangan muatan lokal
kewirausahaan di sekolah masing-masing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
d. Bagi peneliti
Penelitian ini digunakan sebagai pendukung bahan ajar pada perguruan
tinggi mata kuliah kewirausahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
3. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
a. Definisi UMKM
Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dapat didefinisikan sebagai
bentuk kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil atau menengah dan
memenuhi kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan
sebagaimana diatur dalam undang-undang. Definisi UMKM umumnya dibedakan
berdasarkan besarnya modal, jumlah penjualan atau besarnya omzet, serta
banyaknya tenaga kerja. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Kobylanski
(2011: 57) yang menyatakan bahwa small and medium-sized buusiness
organizations are usually implementing marketing actions only on a small scale.
Organizational limitations and constraints are causing them to be very simple,
intuitive and not coordinated. (Organisasi usaha kecil dan menengah biasanya
mengimplementasi aksi pemasaran dalam skala kecil. Kendala dan batasan dalam
organisasi membuat mereka sangat sederhana, spontan dan tidak terkoordinasi).
Dalam menjalankan kegiatan ekonomi, UMKM mengacu pada asas-asas
yaitu: (1) asas kekeluargaan; (2) asas demokrasi ekonomi; (3) asas kebersamaan;
(4) asas efisiensi berkeadilan; (5) asas berkelanjutan; (6) asas berwawasan
lingkungan; (7) asas kemandirian; (8) asas keseimbangan kemajuan; (9) asas
kesatuan ekonomi nasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Definisi usaha kecil dan menengah dipaparkan secara detil pada tabel 2.
Tabel 2 Definisi dan Kriteria UKM
Organisasi Jenis Usaha Kriteria
Biro Pusat
Statistik (BPS)
Usaha Kecil Pekerja 5 – 19 orang
Usaha Menengah Pekerja 20 – 99 orang
Bank Indonesia (BI)
Usaha Mikro (SK Dir BI No
31/24/KEP/ DIR
Tgl 5 Mei 1998)
Usaha yang dijalankan oleh rakyat miskin atau
mendekati miskin
Dimiliki oleh keluarga sumber daya lokal dan
teknologi sederhana
Lapangan usaha mudah untuk exit dan entry
Usaha Menengah
(SK Dir BI No
30/45/Dir/ UK tgl 5 Januari 1997)
Aset < Rp 5 M untuk industri
Aset < Rp 600 juta diluar tanah & bangunan
Omzet tahunan < Rp 3 M
Bank Dunia Usaha Kecil Jumlah karyawan < 30 orang
Pendapatan setahun < $ 3 juta
Usaha Menengah Jumlah karyawan maksimal 300 org
Pendapatan setahun hingga sejumlah $ 15 juta
Jumlah aset hingga sejumlah $ 15 juta
Kementerian
Koperasi dan
UKM (Undang-undang
No. 20 tahun
2008)
Usaha Kecil
Kekayaan Bersih (tidak termasuk tanah &
bangunan) Lebih dari Rp. 50 juta sampai dengan
paling banyak Rp. 500 juta
Hasil Penjualan Tahunan (Omset/tahun) Lebih
dari Rp.300 juta sampai dengan paling banyak Rp. 2,5 Milyar
Usaha Menengah
Kekayaan Bersih (tidak termasuk tanah &
bangunan) Lebih dari Rp. 500 juta sampai
dengan paling banyak Rp. 10 Milyar
Hasil Penjualan Tahunan (Omset/tahun) Lebih
dari Rp. 2,5 Milyar sampai dengan paling banyak Rp. 50 Milyar
Sumber : Bank Indonesia (diolah)
Sebagai acuan utama pengertian UKM pada kajian ini mengacu pada
Undang-undang UKM Nomor 20 Tahun 2008, yaitu:
1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro. Kriteria Usaha Mikro
adalah sebagai berikut:
a) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
b) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah).
2) Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah
atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil. Kriteria usaha kecil
adalah sebagai berikut:
a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar
lima ratus juta rupiah)
Definisi ini agak berbeda dengan yang dikemukakan oleh Primiana (2009: 11)
yang mendefinisikan usaha kecil sebagai berikut:
1. Pengembangan empat kegiatan ekonomi utama (core business) yang
menjadi motor penggerak pembangunan, yaitu agribisnis, industri
manufaktur, sumber daya manusia (SDM), dan bisnis kelautan.
2. Pengembangan kawasan andalan, untuk dapat mempercepat pemulihan
perekonomian melalui pendekatan wilayah atau daerah, yaitu dengan
pemilihan wilayah atau daerah untuk mewadahi program prioritas dan
pengembangan sektor-sektor dan potensi.
3. Peningkatan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Dari definisi di atas dapat dirangkum bahwa di dalam usaha kecil ada dua hal
yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Pemusatan kepemilikan dan pengawasan di tangan seseorang atau
beberapa orang.
2. Terbatasnya pemisahan dalam perusahaan.
3. Jumlah kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah)
3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha
Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang no 20 tahun 2008. Kriteria Usaha
Menengah adalah sebagai berikut:
a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
Jenis usaha UMKM di Indonesia terdiri dari: (1) pertanian dan yang terkait
dengan pertanian (agribisnis), (2) pertambangan rakyat dan penggalian; (3)
industri kecil dan kerajinan rumah tangga; (4) listrik non-PLN, (5) konstruksi; (6)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan jasa komunikasi; (7) angkutan dan
komunikasi; (8) lembaga keuangan; dan (9) real estate dan persewaan
b. Masalah UMKM
Jumlah UMKM di Indonesia yang mencapai 55,2 juta unit ternyata juga
diimbangi kompleksitas masalahnya. Tingkat sumberdaya yang masih rendah,
penguasaan teknologi yang masih rendah, perluasan pemasaran serta permodalan
adalah beberapa masalah UMKM yang sering dijumpai. Hamid (2010: 34)
menyatakan bahwa ada dua faktor yang menjadi permasalahan UMKM yaitu (1)
faktor internal : merupakan masalah klasik dari UKM yaitu lemah dalam segi
permodalan dan segi manajerial (kemampuan manajemen, produksi, pemasaran
dan sumber daya manusia); (2) faktor eksternal: merupakan masalah yang muncul
dari pihak pengembang dan pembina UKM, misalnya solusi yang diberikan tidak
tepat sasaran, tidak adanya monitoring dan program yang tumpang tindih antar
institusi. Hal ini sejalan dengan hasil kajian Sriyana (2010: 5) diperoleh beberapa
masalah yang dihadapi oleh UMKM antara lain: (1) pemasaran, (2) modal dan
pendanaan, (3) inovasi dan pemanfaatan teknologi informasi, (4) pemakaian
bahan baku, (5) peralatan produksi, (6) penyerapan dan pemberdayaan tenaga
kerja, (7) rencana pengembangan usaha, dan (8) kesiapan menghadapi tantangan
lingkungan eksternal. Lebih lanjut Osotimehin, Jegede, Akinlabi dan Olajide
(2012: 176) menyatakan bahwa masalah masalah UMKM meliputi:
1) Lack of competent management which is the consequence of inability of
owners to employ the services of experts.
2) Use of obsolete equipment and methods of production because of owner’s inability to access new technology.
3) Excessive competition which resulted from sales which is a consequence of
poor finance to cope with increased competition in the industry. yang artinya
a) Kurangnya manajemen yang kompeten menjadi konsekuensi
ketidakmampuan pemilik untuk mempekerjakan tenaga ahli
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
b) Menggunakan peralatan dan metode produksi yang kuno karena
ketidakmampuan pemilik dalam menggunakan teknologi baru
c) Kompetisi tinggi yang dihasilkan dari penjualan merupakan konsekuensi dari lemahnya keuangan untuk menaikkan kompetisi di industri
Berdasarkan dua pendapat tentang permasalahan yang dikemukakan di atas, dapat
dirangkum bahwa dalam pengembangan UMKM terdapat masalah sebagai berikut
meliputi: 1) terbatasnya modal dan akses kepada sumber dan pelaku lembaga
keuangan; 2) masih rendahnya kualitas SDM pelaku usaha; 3) kemampuan
pemasaran yang terbatas; 4) akses informasi usaha rendah; 5) belum terjalin
dengan baik kemitraan saling menguntungkan antar pelaku usaha (UMKM, usaha
besar dan BUMN).
Menurut Kraja (2013: 83)
Despite the initiative to face challenges, SMEs, managers or owner-
managers have to spend more time with management, strategies, because
this will help to understand the current situation and to make safe steps
towards the future. Managers have to be aware of what they are doing.
Manajer atau pemilik usaha mikro kecil dan menengah harus menghabiskan banyak
waktu untuk mengatur, membuat strategi karena akan membantu memahami kondisi riil
saat ini dan membuat langkah-langkah ke depan. Manajer harus mengetahui resiko dari
apa yang dilakukan.
Dari permasalahan-permasalahan yang telah dipaparkan di atas maka dapat
dikatakan bahwa permasalahan pokok UMKM adalah masih minimnya
manajemen organisasi para pelaku UMKM, yang meliputi:
1. Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran adalah suatu proses manajemen yang meliputi
kegiatan penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan
pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan. Bagaimana produk tersebut
dipasarkan, bagaimana cara memasarkan produk, apa media yang akan digunakan
untuk memasarkan produk, dimana produk tersebut akan dipasarkan, siapa yang
akan memasarkan produk, apa upaya yang dilakukan untuk mengadakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
perluasan pasar adalah bagian dari kegiatan yang terdapat dalam manajemen
pemasaran.
Manajemen pemasaran merupakan proses yang melipui perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Mengenai pentingnya konsep pemasaran bagi kemajuan
suatu perusahaan/usaha, Kotler berpendapat “konsep pemasaran menyatakan
bahwa kunci untuk meraih tujuan organisasi adalah menjadi lebih efektif daripada
para pesaing dalam memadukan kegaiatan pemasaran guna menetapkan dan
memuaskan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran” (1997:17). Dari pendapat
tersebut dapat dirangkum bahwa manajemen pemasaran mutlak diperlukan oleh
perusahaan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran, dengan
cara menjadi lebih efektif dari perusahaan pesaing. Manajemen pemasaran mutlak
diperlukan bagi pelaku bisnis UMKM handycraft kayu jati untuk mencapai tujuan
mencapai nilai kepuasan pelanggan, perluasan pasar sasaran dan keinginan untuk
menjadi lebih efektif dari kompetitor.
2. Manajemen Keuangan
Cara mengelola modal, cara mendapatkan modal, alokasi penggunaan
modal, perhitungan cash flow dan pemisahan dengan dana pribadi pemilik. Laba
yang diinginkan, belanja barang dan perhitungan produksi, gaji karyawan adalah
hal-hal yang termasuk dalam manajemen keuangan. Penelitian mengenai
permasalahan UMKM yang dilakukan oleh Ahmad (2012: 221) menyatakan
bahwa
The results show that the difficulties in obtaining financial support, bureaucracy, lack
of credit options and unfriendly business environment are the main problems and
constraints faced by the analysed MSMEs. Other important problems include unfriendly business environment, inadequate government support, unpredictable
policy changes, and lack of training. These barriers vary according to the field of
activity of the enterprises.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
(hasil penelitian menunjukan bahwa kesulitan mendapatkan dukungan keuangan,
birokrasi, kurangnya fasilitas kredit dan lingkungan bisnis yang tidak bersahabat
adalah permasalahan utama dan terpaksa dihadapi oleh peneliti UMKM. Masalah yang penting lainya adalah lingkungan bisnis yang kurang bersahabat, kurangnya
dukungan dari pemerintah, perubahan kebijakan pemerintah yang tidak bisa diprediksi
dan kurangnya pelatihan. Berbagai permasalahan ini sangat bergantung pada kegiatan
yang dilakukan oleh para pelaku UMKM).
Sejalan dengan hasil penelitian di atas bahwa salah satu masalah yang ditemukan
pada pelaku UMKM adalah masalah keuangan, kekurangan fasilitas kredit. Dalam
mengatasi masalah keuangan, diperlukan suatu sistem manajemen. Sistem
manajemen keuangan berfungsi untuk mengatur, merencanakan, dan
mengevaluasi bagaimana kinerja perusahaan dalam aspek keuangan. Manajemen
keuangan diperlukan bagi setiap organisasi perusahaan, termasuk bagi pelaku
usaha handycraft kayu jati di Dusun Bandar untuk mengelola keuangan dan
memaksimalkan keuntungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Harmono (2009: 40)
bahwa tujuan manajemen keuangan perusahaan adalah memaksimalkan nilai
kekayaan para pemegang saham (pemilik). Nilai kekayaan dapat dilihat melalui
perkembangan harga saham (common stock) perusahaan di pasar.
perusahaan dapat mengetahui kondisi keuangan dengan melakukan manajemen
keuangan, merencanakan berapa laba yang dapat dihasilkan, serta melakukan
evaluasi apabila terjadi penurunan pendapatan karena berkurangnya penjualan
perusahaan.
3. Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia meliputi cara mengelola tenaga kerja,
jumlah, keahlian yang dibutuhkan, tingkat pendidikan, serta tingkat penguasaan
teknologi. Salah satu komponen penting dalam manajemen sumber daya manusia
adalah adanya diferensiasi pelayanan dengan pesaing, sebagaimana dikemukakan
Kotler (1997: 86) jika produk fisik tidak mudah dideferensiasi, kunci keberhasilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
dalam persaingan sering terletak pada penambahan pelayanan yang menambah
nilai serta meningkatkan kualitasnya. Dalam kaitannya dengan pengembangan
UMKM handycraft kayu jati Dusun Bandar, pada proses pemasaran, penjualan
produk, produksi maupun pengelolaan UMKM, manajemen sumber daya manusia
mutlak diperlukan. Lebih lanjut Kotler (1997: 93) menyatakan perusahaan dapat
memperoleh keunggulan kompetitif yang kuat dengan mempekerjakan dan
melatih orang-orang yang lebih baik daripada pesaing mereka. Personil yang
terlatih lebih baik menunjukkan enam karakteristik yaitu kemampuan, kesopanan,
kredibilitas, dapat diandalkan, cepat tanggap dan komunikasi. Dari pendapat
tersebut dapat dirangkum bahwa suatu perusahaan dapat menjadi lebih maju dari
pesaingnya, apabila memiliki sumberdaya manusia yang bagus, sumberdaya disini
berarti kualitas pemilik dan tenaga kerjanya meliputi enam karaketristik tersebut.
4. Manajemen Produksi
Manajemen produksi adalah cara agar suatu organisasi perusahaan mampu
menghasilkan barang atau jasa. Manajemen produksi meliputi: penyedian bahan
baku, pembelian bahan baku, penyediaan alat produksi, cara melakukan produksi,
pemilihan produk yang akan dihasilkan, spesifikasi produk dan ciri atau
keunggulan produk dibandingkan produk lain yang sejenis. Menurut pendapat
Lind dalam Chip (2012: 150)
.....According to Lind (2005) SMEs in developing countries are often competing in price,
thus, they do not focus on adding value to products and services.
(.... berdasarkan pendapat Lind (2005) UMKM di negara yang sedang
berkembang lebih sering bersaing dalam harga. Para pelaku UMKM ini tidak
fokus pada penambahan kualitas produk dan jasa mereka). Permasalahan ini
merupakan masalah dalam bidang produksi, dimana seharusnya para pelaku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
UMKM lebih fokus terhadap peningkatan kualitas produk dan jasa mereka.
Dalam proses pelaksanaan manajemen produksi, kaitannya dengan aspek produksi
usaha mikro kecil dan menengah, salah satunya melalui proses inovasi dan
peningkatan kualitas produk.
Menurut Bakar, Kamariah dan Hadi (2012: 808) ... Several studies attempt
at connecting innovation to SMEs indicates that they have played important role
economically and technologically despite their resource constraints. (...beberapa
studi berusaha untuk mengaitkan inovasi dengan UMKM yang mengindikasikan
inovasi memainkan peranan yang sangat penting dalam ekonomi dan teknologi
meskipun mereka kekurangan sumberdaya.
Dalam UMKM handycraft kayu jati, manajemen produksi diperlukan untuk
peningkatan kualitas produksi, dengan pengembangan jumlah alat produksi,
menjaga mutu/standar produk, dan melakukan inovasi produk, sehingga kualitas
produksi dapat ditingkatkan.
4. Upaya Pengembangan UMKM
Berbagai permasalahan yang dihadapi oleh UMKM menjadi kesempatan
dalam mengembangkan UMKM. Strategi-strategi pengembangan UMKM dalam
mengatasi permasalahan tentang UMKM meliputi: (1) penyediaan modal dan
akses kepada sumber dan lembaga keuangan; (2) meningkatkan kualitas dan
kapasitas kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM); (3) meningkatkan
kemampuan pemasaran UMKM; (4) meningkatkan akses informasi usaha bagi
UMKM; (5) menjalin kemitraan yang saling menguntungkan antar pelaku usaha
(UMKM, Usaha Besar dan BUMN).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Menurut Kumar (2011: 132) bahwa under the shifting economic scenario’s
has both demanding and opportunities before them. The business can contend on
cost, quality and products at household and international level only if ideal
investment in equipment production process, R & D and marketing are made.
(berdasarkan skenario ekonomi yang terus berubah baik dari segi permintaan atau
peluang sebelumnya. Bisnis dapat bersaing dalam hal harga, kualitas dan produk
dalam rumah tangga dan hanya pada level internasional jika investasi dalam
peralatan produksi, penelitian dan pengembangan pemasaran dilakukan).
Dalam bidang permodalan, selain mengoptimalkan program-program
permodalan yang diberikan pemerintah dan perbankan, maka peran lembaga-
Lembaga Keuangan Mikro (LKM) seperti koperasi, Baitul Mal wa Tanwil (BMT)
juga perlu dioptimalkan untuk mendorong penguatan UMKM. Berbagai hasil
studi menunjukkan bahwa LKM merupakan instrumen yang berperan penting
untuk menanggulangi kemiskinan. Kaplan dalam Salam (2008: 117) menyatakan
bahwa keberadaan LKM berdampak positif bagi masyarakat terutama dalam
meningkatkan bisnis dan taraf hidup nasabah, keluarga, dan kelompok masyarakat
di sekitar nasabah. Penelitian Consultative Group to Assist the Poorest
(CGAP,2010) yang menyatakan bahwa pendapatan rumah tangga di dua puluh
empat negara mengalami perkembangan pesat berkat keberadaan LKM.
Dari pendapat di atas maka dapat dirangkum bahwa upaya pengembangan
UMKM dapat dilakukan dengan cara perbaikan kualitas produk, pemberdayaan
LKM seperti koperasi, BMT dan perluasan pasar dengan menjalin kemitraan yang
saling menguntungkan antara pelaku usaha.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Lebih lanjut Kanter dalam Tamba (2004: 65) mengungkapkan bahwa para
pemain kunci di pasar global yaitu kelompok masyarakat yang memiliki kekayaan
intangible asset 3 C, yaitu (1) concept, (2) competence dan (3) connection. Saat
ini, seringkali intangible asset 3C seperti yang diungkapkan oleh Kanter di atas
tidak ada yang dimiliki oleh pelaku UMKM. Hal ini mengakibatkan tidak akan
ada keadilan apabila dalam domain pasar yang sama para pemilik intangible asset
3C diadu bersaing dengan industri kecil yang hanya bermodalkan semangat hidup.
Bertitik tolak dari pemikiran tersebut, maka mayoritas pelaku usaha yang
merupakan sektor UMKM harus dipersiapkan secara matang baik dari sisi usaha
maupun dari sisi mental pelaku jiwa usaha.
Upaya pengembangan UMKM dapat dilakukan dengan berlandaskan pada
empat pilar manajemen yaitu pengembangan aspek manajemen produksi,
manajemen keuangan, manajemen sumberdaya manusia serta manajemen
pemasaran. Berdasarkan rumusan permasalahan maka hanya pada upaya
pengembangan aspek manajemen produksi dan manajemen pemasaran yang akan
di kaji lebih dalam.
a. Manajemen Produksi
Dalam menghasilkan produk barang maupun jasa yang mampu bersaing di
pasar, diperlukan manajemen perusahaan yang baik. Manajemen perusahaan
dibagi menjadi manajemen keuangan, manajemen sumber daya manusia,
manajemen pemasaran dan manajemen produksi. Suatu perusahaan yang dituntut
memiliki produksi yang continue, artinya perusahaan tersebut harus memiliki
daya saing di pasar, jika tidak perusahaan tersebut tidak menempatkan konsep
produksi secara sesungguhnya. Karena organisasi produksi memiliki konsep yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
berhubungan dengan pencarian bahan baku, pengolahan bahan-bahan baku, dan
akhirnya pada pencapaian nilai-nilai ekonomis yang dimaksud.
Kumar dan Suresh (2008: 37) menyatakan bahwa
Production management is a process of planning, organizing, directing and
controlling the activities of the production function. It combines and
transforms various resources used in the production subsystem of the
organization into value added product in a controlled manner as per the
policies of the organization.
(Manajemen produksi adalah proses merencanakan, pengorganisasian,
pengarahan dan aktivitas aktivitas dari fungsi produksi. Manajemen produksi
menggabungkan dan menstanformasikan berbagai sumber daya yang
digunakan dalam sub sistem produksi dari organisasi ke dalam nilai tambah
suatu produk dalam sebuah pengawasan seperti kebijakan dalam suatu
organisasi)
Chib (2012:152 ) menyatakan bahwa
“Several factors including inefficient management contribute to the high cost
of production which stands as a stumbling block before the entrepreneurs. People
face technology obsolescence due to non-adoption or slow adoption to changing
technology which is a major factor of high cost of production.”
(“beberapa faktor yang termasuk inefisiensi manajemen memperbesar
ekonomi biaya tinggi-high cost economy yang dapat menjadi rintangan sebelum
melakukan wirausaha. Pandangan orang terhadap teknologi yang kuno seharusnya
tidak di tiru atau di adopsi secara perlahan dalam merubah teknologi yang
merupakan faktor utama dalam menimbulkan ekonomi biaya tinggi dalam proses
produksi.”
Tujuan dari manajemen produksi adalah untuk menghasilkan barang dan jasa
dengan kualitas yang baik dan jumlah yang tepat pada waktu yang tepat dan biaya
produksi yang pas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
1) Kualitas yang baik
Kualitas produk ditetapkan berdasarkan pada kebutuhan pelanggan. Kualitas
produk ditentukan oleh biaya produksi, karakteristik dan teknik yang sesuai
dengan permintaan.
2) Jumlah yang tepat
Organisasi produksi seharusnya menghasilkan produk dalam jumlah yang
tepat. Jika organisasi produksi kebihan permintaan akan terjadi kelebihan produk
(excess demand) dan jika jumlah yang diproduksi terlalu sedikit, maka akan
terjadi kekurangan produk (excess supply).
3) Waktu yang tepat
Waktu adalah salah satu tolak ukur yang paling penting untuk menentukan
keefektifan bidang produksi. Jadi, bagian produksi harus membuat pemanfaatan
optimal dari sumberdaya yang ada agar tercapai tujuan produksi di waktu yang
tepat.
4) Biaya produksi yang tepat
Biaya produksi ditetapkan sebelum produk benar-benar diproduksi.
Perusahaan hendaknya menghasilkan produk sebelum menetapkan biaya,
sehingga menghasilkan variasi antara standar biaya dan biaya sebenarnya.
1) Peningkatan Kualitas Produk
Kualitas ditentukan oleh pelanggan, pelanggan menginginkan produk dan
jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan harapannya pada suatu tingkat harga
tertentu yang menunjukkan nilai produk tersebut (Scherkenbach, 2000: 33).
Perusahaan yang menghasilkan produk barang maupun jasa yang
dipasarkan mempunyai standar kualitas tertentu. Standar kualitas tersebut dibuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
agar mampu bersaing di pasar. Kumar dan Suresh (2008:59) menyatakan bahwa
... to survive in a competitive business environment, goods and services produced
by a firm should have the minimum required quality. Extra quality means extra
cost. So, the level of quality should be decided in relation to other factors such
that the product is well absorbed in the market. (Agar dapat bersaing dalam suatu
bisnis, barang dan jasa yang diproduksi oleh perusahaan harus mempunyai standar
minimum kualitas. Penambahan kualitas berarti penambahan biaya. Tingkat
kualitas ditentukan dengan mengkaitkannya dengan faktor-faktor lain, sehingga
produk mampu bersaing di pasar).
Menurut Daryanto (2012: 21) Ada tiga alasan kualitas merupakan sesuatu
yang penting yaitu: (1) reputasi perusahaan, (2) keandalan produk dan (3)
keterlibatan produk. Perusahaan yang sudah mempunyai nama di pasar
mempunyai standar kualitas yang tinggi karena standar kualitas tersebut
menggambarkan reputasi perusahaan di mata konsumen. Peningkatan pendapatan
perusahaan dapat dilakukan dengan peningkatan kualitas. Jika kualitas produk
tersebut dinilai baik oleh konsumen, maka penjualan akan naik dan pendapatan
perusahaan meningkat. Kualitas produk juga dapat menciptakan keandalan
produk. Kualitas diukur berdasarkan seberapa dekat produk tersebut dengan
standar maksimal yang ditetetapkan. Penetapan standar dilakukan berdasarkan
kebutuhan konsumen, yang umumnya di dahului oleh riset pasar.
American Society For Quality (ASQ, 2011) dalam Heizer dan Render,
(2006: 253) menyatakan bahwa “Quality is the totality of features and
characteristic of a product or service that bears on it’s ability to satisfy stated or
implied need.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
(kualitas adalah keseluruhan ciri dan karakteristik dari sebuah produk atau jasa
yang berkemampuan untuk memenuhi kebutuhan yang tampak jelas maupun yang
tersembunyi). Hal ini berbeda dengan pendapat Daryanto (2012: 24) yang
mendefinisikan kualitas sebagai kecocokan atau melebihi kebutuhan konsumen
akan penggunaan produk.
Dari dua definisi tersebut dapat dirangkum bahwa kualitas adalah suatu
standar yang ditentukan untuk mengukur produk barang dan jasa dibandingkan
dengan produk lain yang sejenis. Dale (2003:4) menyatakan bahwa “Definisi
kualitas berdasarkan konteksnya perlu dibedakan atas dasar:organisasi, kejadian,
produk, pelayanan, proses, orang, hasil, kegiatan, dan komunikasi.” Pengertian
kualitas mencakup: kualitas produk (product), kualitas biaya (cost), kualitas
penyajian (delivery), kualitas keselamatan (safety), dan kualitas moral (morale)
atau sering disingkat menjadi P-C-D-S-M”.
Ada empat kategori biaya kualitas yang disebut cost of quality yang
berkaitan dengan pengertian kualitas menurut biaya yaitu sebagai berikut:
a. Biaya pencegahan (Preventation cost)
Biaya pencegahan adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
mencegah terjadinya kerusakan produk. Biaya pencegahan timbul untuk
meminimumkan apraissal cost dan failure cost. Biaya pencegahan yang
dikeluarkan oleh perusahaan secara kumulatif lebih menguntungkan bagi
perusahaan bila dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan apabila terjadi
kerusakan produk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
b. Biaya penilaian (Appraisal cost)
Appraisal cost adalah adalah biaya yang dikaitkan dengan evaluasi produk,
proses, komponen dan jasa, untuk menemukan produk yang mungkin rusak atau
cacat. contoh: biaya percobaan, laboratorium, dan pengujian.
c. Internal failure
Internal failure adalah biaya yang diakibatkan proses produksi yang
menyebabkan kerusakan sebelum dikirim ke konsumen, contoh: rework, scrap,
dan downtime.
d. External failure
External failure atau biaya kegagalan eksternal adalah biaya yang timbul
karena faktor diluar perusahaan, yang mungkin akibat tindakan yang dilakukan
oleh konsumen. contoh: retur, biaya sosial.
Berdasarkan perspektif kualitas, Garvin dalam Harner (2002: 226 )
mengembangkan dimensi kualitas kedalam tujuh dimensi yang dapat digunakan
sebagai perencanaan strategis terutama bagi perusahaan yang menghasilkan
barang. Ketujuh dimensi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kinerja (Peformance) - hal ini berkaitan dengan aspek fungsional suatu
barang dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan
dalam membeli barang tersebut, (kekuatan/keutamaan dari produk).
Ciri-ciri atau keistimewaan - karakteristik sekunder atau pelengkap
performansi yang berguna untuk menambah fungsi dasar, berkaitan dengan
pilihan-pilihan produk dan pengembangannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
2. Keandalan (Reliability) - Hal ini yang berkaitan dengan probabilitas atau
kemungkinan suatu barang berhasil menjalankan fungsinya setiap kali
digunakan dalam periode waktu tertentu dan dalam kondisi tertentu pula.
3. Kesesuaian (Conformance), hal ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian
terhadap spesifikasi yang ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan
pelanggan.
4. Daya tahan (Durability) yaitu suatu refleksi umur ekonomis berupa ukuran
daya tahan atau masa pakai barang.
5. Pelayanan (Service ability), berkaitan dengan penanganan pelayanan purna
jual, seperti penanganan keluhan yang ditujukan oleh pelanggan.
6. Estetika (Aesthetics), merupakan karakteristik yang bersifat subyektif
mengenai nilai-nilai estetika yang berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan
refleksi dari preferensi individual.
7. Kualitas yang di persepsikan (Perceived quality), berkaitan dengan perasaan
pelanggan mengenai keberadaan produk tersebut sebagai produk yang
berkualitas.
Dalam kaitannya dengan pengembangan UMKM, produk yang dihasilkan
harus mempunyai kedelapan syarat tersebut, agar dapat diterima oleh pasar.
Masalah kinerja, keandalan estetika, kesesuaian, daya tahan, pelayanan serta
kualitas yang dipersepsikan merupakan gabungan dari berbagai proses manajemen
pengelolaan UMKM. Seperti masalah kinerja merupakan manajemen produksi,
daya tahan merupakan bagian dari manajemen pemasaran sedangkan pelayanan
merupakan bagian dari manajemen sumber daya manusia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Kualitas merupakan hal yang penting tidak hanya untuk memudahkan
penjualan barang dan jasa dalam perusahaan, namun lebih dari itu produk yang
berkualitas akan menarik minat pelanggan untuk membeli lagi kepada perusahaan
tersebut. Kualitas produk yang dijual suatu perusahaan akan meningkatkan
loyalitas pelanggan. Perusahaan yang menghasilkan produk barang maupun jasa
yang dipasarkan mempunyai standar kualitas tertentu agar mudah dikenali dan
menjadi ciri perusahaan tersebut. Lebih lanjut dapat dirangkum bahwa kualitas
tidak hanya pada kualitas fisik dari produk yang dijual oleh perusahaan, kualitas
meliputi lima hal yaitu kualitas produk (product), kualitas biaya (cost), kualitas
penyajian (delivery), kualitas keselamatan (safety), dan kualitas moral (morale).
Kualitas produk yang baik akan memberikan nilai kepuasan bagi pelanggan,
mempermudah pemasaran dan pembangunan jaringan.
2) Inovasi Produk
1. Definisi Inovasi
Ahmed dan Shepherd (2010: 64) menyatakan bahwa inovasi perusahaan
dapat menghasilkan R&D (Research and Development), produksi serta
pendekatan pemasaran dan akhirnya mengarah kepada komersialisasi inovasi
tersebut. Dapat dikatakan bahwa inovasi adalah proses mewujudkan ide baru,
yang berbeda dengan yang dulu, dengan cara produksi atau dengan membuatnya
menjadi nyata, dimana inovasi termasuk generasi evaluasi, konsep baru dan
implementasi. Inovasi menggunakan metode baru dan berbeda serta teknologi
untuk meningkatkan kualitas biaya atau lebih rendah, untuk memenuhi atau
melampaui target perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Lebih lanjut Ahmed dan Shepherd (2010: 61) menyatakan inovasi tidak
hanya terbatas pada benda atau barang hasil produksi, tetapi juga mencakup sikap
hidup, perilaku, atau gerakan-gerakan menuju proses perubahan di dalam segala
bentuk tata kehidupan masyarakat. Jadi, secara umum, inovasi berarti suatu ide,
produk, informasi teknologi, kelembagaan, perilaku, nilai-nilai, dan praktik-
praktik baru yang belum banyak diketahui, diterima, dan digunakan atau
diterapkan oleh sebagian besar warga masyarakat dalam suatu lokasi tertentu,
yang dapat digunakan atau mendorong terjadinya perubahan-perubahan di segala
aspek kehidupan masyarakat demi terwujudnya perbaikan mutu setiap individu
dan seluruh warga masyaraka tyang bersangkutan. Inovasi dalam proses produksi
dalam industri UMKM dapat diartikan gagasan, ide dan implementasi pada suatu
produk barang atau jasa untuk meningkatkan hasil penjualan.
2. Manfaat Inovasi
Menurut Rogers (2003: 93) inovasi tidak hanya berurusan dengan
pengetahuan baru dan cara-cara baru, tetapi juga dengan nilai-nilai, karena harus
bisa membawa hasil yang lebih baik, sehingga tidak hanya melibatkan iptek baru,
inovasi juga melibatkan cara pandang dan perubahan sosial. Inovasi dapat
memberikan beberapa manfaat sebagai berikut:
1. Peningkatan kualitas hidup manusia melalui penemuan-penemuan baru yang
membantu dalam proses pemenuhan kebutuhan hidup manusia.
2. Memungkinkan suatu perusahaan untuk meningkatkan penjualan dan
keuntungan yang dapat diperolehnya.
3. Adanya peningkatan dalam kemampuan mendistribusikan kreativitas kedalam
wadah penciptaan sesuatu hal yang baru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
4. Adanya keanekaragaman produk dan jenisnya didalam pasar. Inovasi dapat
ditunjang oleh beberapa faktor pendukung seperti :
(a) Adanya keinginan untuk merubah diri, dari tidak bisa menjadi bisa dan
dari tidak tahu menjadi tahu.
(b) Adanya kebebasan untuk berekspresi.
(c) Adanya pembimbing yang berwawasan luas dan kreatif
(d) Tersedianya sarana dan prasarana.
(e) Kondisi lingkungan yang harmonis, baik lingkungan keluarga, pergaulan,
maupun sekolah.
3. Proses Inovasi
Proses inovasi adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh individu atau
organisasi, mulai dari sadar atau tahu adanya inovasi sampai menerapkan
(implementasi) inovasi. Menurut Jong dan Hartog (2003: 65) inovasi sebagai
suatu proses digambarkan sebagai proses siklus dan berlangsung terus menerus,
meliputi fase kesadaran, penghargaan, adopsi, difusi dan implementasi. Proses
inovasi terdiri atas:
1. Mengeluarkan ide yaitu meliputi pembentukan rancangan teknis dan desain.
2. Resolusi masalah yaitu meliputi mengambil keputusan dan memecah ide
kedalam komponen yang lebih kecil, menentukan prioritas untuk tiap
komponen atau elemen, membagi alternatif masalah, dan menilai desain
alternatif menggunakan kriteria yang telah dipaparkan dalam tahap pertama
fase yang menciptakan penemuan dalam proses inovasi adalah adopsi dan
implementasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Dari uraian tersebut dapat dirangkum bahwa proses inovasi mencakup
kegiatan pengembangan dan implementasi. Pengembangan meliputi desain dan
pengembangan produk dan perencanaan proses inovasi dalam fase inovasi, jadi
fase pengembangan meliputi mengeluarkan ide dan pemecahan masalah,
sedangkan implementasi meliputi kegiatan penerapan desain inovasi yang telah
dibuat atau direncanakan.
b. Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran menurut Kotler (2002: 103) adalah proses
perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi, serta
penyaluran gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang
memuaskan tujuan-tujuan individu dan organisasi. Dalam penelitian ini, hal yang
berkaitan dengan upaya pengembangan UMKM dalam bidang manajemen
pemasaran meliputi upaya penciptaan kekuatan merek (branding strategy),
pemasaran kota (city of marketing), serta pemasaran melalui internet (online
marketing).
1) Kekuatan Merek (Branding Strategy)
Kekuatan merek atau branding strategy merupakan salah satu unsur dalam
pemasaran. Umumnya merek berupa gabungan kata, desain grafis, logo, gabungan
numerik dan simbol. Merek bukan sekedar permainan kata, namun merek bisa di
intrepretasikan sebagai hal yang berbeda, sebagai logo, hak kepemilikan suatu
produk, ikatan khusus ataupun citra diri.
American Marketing Asosiation (AMA, 2007) mendefinisikan merek sebagai
nama, istilah, simbol, atau desain dan kombinasi, yang dimaksudkan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
mengidentifikasikan barang dan jasa dari satu penjual dan membedakannya dari
barang dan jasa dari pesaingnya.
Sejalan dengan AMA, UU merek no 15 tahun 2001 pasal 1 ayat 1
menyatakan bahwa tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-
angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki
daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa.
Penciptaan merek membentuk serangkaian asosiasi, persepsi kualitas,
jaminan mutu, dan diferensiasi produk. Kapferer (2004: 74) menyatakan bahwa a
map alone is not the underlying territory, yang artinya merek ibarat sebuah peta
yang tidak bisa sendirian menciptakan nilai bagi konsumen. Konsumen tidak
membeli sebuah produk hanya dari merek yang sudah baik saja, pertimbangan
asas manfaat juga menjadi dasar pembelian suatu produk. Oleh sebab itu selain
merek yang sudah baik, produsen harus menerapkan strategi pemasaran yang
tepat, salah satunya dengan mempertimbangkan asas manfaat dan harga yang bisa
mempengaruhi daya beli dan loyalitas konsumen.
Menurut Tjiptono dan Chandra (2008:351) “Memiliki merek dagang terdaftar
dan dilindungi hukum merupakan hal yang esensial dalam berbisnis di era global
saat ini”. Lebih lanjut Tjiptono dan Chandra (2008: 349) menyatakan bahwa
pendaftaran merek memiliki fungsi sebagai: a) alat bukti bagi pemilik yang
berhak atas merek yang didaftarkan; b) dasar penolakan terhadap merek yang
sama keseluruhan atau sama pada pokoknya yang dimohonkan pendaftarannya
oleh pihak lain untuk barang sejenis atau tidak sejenis; dan c) dasar untuk
mencegah pihak lain memakai merek yang sama secara keseluruhan atau
sebagian. Fungsi merek bisa dibedakan menjadi berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
i. Proteksi terhadap bentuk plagiasi produk, proteksi hukum.
ii. Penjaminan mutu suatu produk barang atau jasa
iii. Sebagai sarana keunggulan kompetitif
Pada dasarnya merek tidak hanya memberikan manfaat bagi para produsen
yang menghasilkan produk. Bagi konsumen merek juga mempunyai manfaaat
yang besar dalam identifikasi sumber produk barang dan jasa yang
dikonsumsinya. Kaitannya dengan pengembangan UMKM handycfraft kayu jati,
merek membantu perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Merek berfungsi
tidak hanya sebagai identifikasi atau pembeda dengan produk sejenis dari pesaing.
Namun, merek juga dapat berfungsi sebagai proteksi atau perlindungan dari
bentuk plagiasi. Hal yang perlu mendapat perhatian dari para pelaku UMKM dan
perusahaan yang menjalan bisnisnya bahwa merek dapat menimbulkan loyalitas
konsumen. Dapat dirangkum bahwa salah satu cara pengembangan UMKM
adalah dengan memiliki merek, kemudian menggunakan kekuatan merek tersebut
untuk mempengaruhi loyalitas konsumen, melindungi produk dari bentuk plagiasi
dan memperluas jaringan.
2) Pemasaran Kota (City of Marketing)
Industrialisasi tampaknya merupakan sesuatu yang tidak terhindarkan bagi
manusia. Industri memunculkan dampak yang sangat beragam bagi kehidupan
manusia, baik dampak sosial maupun dampak non sosial seperti pada perubahan
fisik kota, pencemaran lingkungan, dan sebagainya. Secara sosial, industrialisasi
telah mendorong berbagai perubahan sosial kemasyarakatan. Pemasaran kota (city
of marketing) merupakan keberlanjutan dari konsep goverment to bussiness
enteprise, yaitu pelibatan peran aktif pemerintah dalam wirausaha. Peran aktif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
disini dapat diartikan sebagai perencanaan kota, upaya menarik investor dan tata
letak serta citra kota wirausaha. Pemasaran kota merupakan salah satu inovasi
dalam manajemen pemasaran yang menawarkan kenyamanan dan suasana yang
berbeda dari pemasaran perusahaan.
Menurut Bakar, Kamariah dan Hadi (2012: 808) ....in addition, micro,
small and medium enterprises have proven to be more likely to report their
entrance into new markets, increased market share and providing improved
flexibility of production and service of innovation. (...usaha mikro kecil dan
menengah harus membuktikan agar lebih diminati dan menjadi jalan memasuki
pasar baru, menaikkan pemasaran dan menyediakan barang dan jasa yang
fleksibel dan inovatif)
Pemasaran kota melibatkan peran pemerintah aktif dan juga masyarakat.
Menjadi alat implementasi pemasaran kota yang efektif, mendorong partisipasi
masyarakat untuk menarik investor. Pembuatan tata letak, citra, serta infrastruktur
kota yang nyaman merupakan bentuk khusus dari kegiatan pemasaran. Jika
pemasaran merupakan salah satu aspek dalam kegiatan perusahaan, maka
pemasaran kota juga merupakan salah satu aspek dalam keseluruhan kebijakan
pemerintah kota karena melibatkan perencanaan kota didalamnya.
Dari aspek lainnya, secara umum Kartajaya dalam Heriyanto (2003: 668)
menyatakan bahwa pemasaran daerah/kota dipandang sebagai perencanaan dan
perancangan suatu daerah/kota agar mampu memenuhi dan memuaskan keinginan
dan harapan “pasar targetnya”. Pasar target ini meliputi tiga pihak, yaitu: a)
penduduk dan masyarakat daerah tersebut, b) turis, pengusaha, investor dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
dalam dan luar daerah, dan c) pengembang dan event organizer serta pihak-pihak
lainnya yang membantu meningkatkan daya saing daerah tersebut.
Pemerintah sebagai pemangku kebijakan (stakeholder) mempunyai peran
penting dalam konsep city of marketing. Pemerintahan kota mempunyai tiga
fungsi yaitu: sebagai pemerintah (administration), sebagai pengendali (control),
dan juga sebagai perusahaan (melakukan kegiatan kewirausahaan). Jika
pemasaran dalam suatu perusahaan mengejar keuntungan (profit), maka
pemerintah kota yang menerapkan konsep city of marketing memperjuangkan
kesejahteraan masyarakatnya. Jadi konsep city of marketing atau pemasaran kota
merupakan pendekatan kewirausahaan dengan perencanaan kota yang matang.
Untuk melakukan pemasaran wilayah/kota, lebih lanjut Kartajaya dalam
Heriyanto (2003: 668) menyebutkan ada tiga langkah strategis, yaitu: (1) menjadi
“tuan rumah” yang baik bagi kelompok pasar targetnya, (2) memperlakukan
kelompok pasar target secara semestinya, dan (3) membangun “rumah”
(wilayah/kota) yang nyaman. Dalam melakukan ketiga langkah strategis tersebut,
diperlukan wahana/ruang, serta sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan
pemasaran kota. Pemasaran kota melibatkan tiga pelaku utama yaitu masyarakat
sebagai pelaku UMKM baik pengrajin, kalangan bisnis (investor) dan pemerintah.
Dalam pengembangan konsep city of marketing, pemerintah, masyarakat
dan para pelaku UMKM secara kontinu dapat memperbaiki liveability,
investability, dan visitability daerahnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Kotler
(2002: 72) yang menyatakan bahwa dalam mengembangkan konsep city of
marketing harus memperhatikan hal- hal berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
(1) Karakter tempat wilayah
Suatu tempat wilayah memerlukan rencana, rancangan dan upaya pengembangan
yang baik agar dapat meningkatkan daya tarik bagi wisatawan dan investor.
(2) Lingkungan fisik
Lingkungan fisik perlu dikembangkan dan dilengkapi dengan sarana dan
prasarana dasar yang dibutuhkan bagi pemasaran kota.
(3) Ketersediaan layanan
Suatu tempat/wilayah harus menyediakan layanan dasar dengan kualitas yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan bisnis dan publik.
(4) Aspek rekreasi dan hiburan
Suatu tempat atau wilayah memerlukan sekumpulan atraksi atau daya-tarik untuk
menarik wisatawan dalam dan luar negeri serta investor untuk menanamkan
modalnya.
Lebih lanjut Kotler (2002: 88) menyatakan terdapat empat strategi umum
untuk mendorong warga serta menarik wisatawan, pengusaha dan investor ke
wilayah ini dengan: (1) pemasaran citra (image marketing): keunikan dan
kebaikan misal: “Bandung—Paris Van java”, “Jogja—Never Ending Asia”. (2)
pemasaran atraksi/daya tarik (attraction marketing) dapat berupa keindahan
panorama alam, bangunan dan tempat bersejarah dan sejenisnya. (3) pemasaran
prasarana (infrastructure marketing) prasarana sebagai pendukung daya tarik
lingkungan bisnis, seperti: jalan raya, akses transportasi, ketersediaan papan atau
bando kota, jaringan telekomunikasi dan teknologi informasi. (4) pemasaran
penduduk (people marketing) mencakup: keramahan, kemampuan melayani dan
menjual produk, tenaga ahli, kemampuan berwirausaha. Pemasaran wilayah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
dalam hal pemasaran citra/pencitraan juga dapat dilakukan dengan dukungan
internet.
3) Pemasaran Melalui Internet (Online Marketing)
Globalisasi telah melewati batas-batas suatu negara, menghubungan suatu
negara dengan negara lain dengan cepat. Seiring dengan globalisasi pemasaran
barang dan jasa juga dituntut untuk lebih praktis dan mudah. Lingkup pemasaran
juga berubah menjadi pemasaran dengan segmentasi pasar internasional.
“Pemasaran internasional meliputi pemasaran domestik, pemasaran ekspor,
pemasaran internasional, pemasaran multinasional dan pemasaran global”.
(Tjiptono dan Chandra, 2008: 706).
Pemasaran dilakukan melalui berbagai hal, yang paling populer saat ini
adalah online marketing. Lingkup pemasaran berkembang pesat yang menuntut
adanya kecepatan distribusi dan kemudahan pembelian suatu produk. Online
marketing disebut juga internet marketing atau e-commerce atau e-marketing
mempunyai persamaan definisi.
Menurut Padyay (2002: 53) bahwa:
E -commerce berarti "melakukan bisnis secara elektronik", yaitu perdagangan
barang, jasa dan keahlian dalam menggunakan komputer yang terhubung satu
sama lain. E -commerce adalah sebuah bentuk dari hubungan bisnis secara
online yang dapat tercipta melalui seluruh prose pembelian dan penjualan,
yang pertama adalah iklan, kemudian kontak pertama antara pembeli dan
penjual, penjualan yang dilakukan , pengiriman produk , pembayaran dan
akhirnya layanan purna jual . E-commerce adalah proses melakukan kegiatan
usaha melalui internet. Ini adalah sebuah filosofi yang menggunakan fitur dari
internet untuk mengubah proses bisnis dan untuk mendapatkan keuntungan
kompetitif .
Lebih lanjut Hisrich, Peter dan Shepherd (2008: 86) menyatakan bahwa
mengembangkan situs e-commerce harus merupakan sebuah keputusan yang
strategis dan didasarkan pada beberapa faktor, yaitu a) produk-produk harus dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
dikirim secara ekonomis dengan baik; b) produk tersebut harus menarik banyak
orang dan perusahaan harus siap mengirim produk keluar lokasi geografisnya; c)
operasi-operasi online harus menghasilkan penurunan biaya bila dibandingkan
dengan operasi bangunan saat ini; d) mencerminkan kemampuan perusahaan
untuk menarik pelanggan ke situs webnya secara ekonomis.
Online marketing selain bermanfaat sebagai media informasi berteknologi
tinggi, ternyata juga bisa menambah pendapatan perusahaan. Menurut Pambudi
dalam Tjiptono dan Chandra (2008:699) “ sejauh ini, sumber pemasukan bagi
sebagian besar perusahaan dotcom Indonesia adalah iklan, banner, fee transaksi,
biaya keanggotaan, penjualan berita, jasa e-commerce, web hosting, biaya
berlangganan Internet Service Provider (ISP), transaksi saham, dan komisi
penjualan.”
Online marketing memiliki sejumlah fitur yang memungkinkan
kemudahan dalam berkomunikasi. Di era teknologi seperti saat ini kecepatan
penyebaran informasi melalui sistem internet mutlak diperlukan bagi pebisnis.
Fitur-fitur dalam internet memungkinkan aplikasi yang efektif dalam hal
penyebarluasan informasi secara tepat serta mengumpulkan riset pasar.
Bashar, Ahmad dan Wasiq (2012: 97 ) menyatakan bahwa: “Business
today is being transformed from a transactional relationship to a social
relationship. It is now more critical than ever that succesfull business use
engagement marketing principles to plan for succesfully engaging their their
prospect and customers.”
(Bisnis saat ini telah berubah dari hubungan transaksi tradisional ke hubungan
sosial. Hubungan sosial sekarang ini menjadi lebih penting daripada sebelumnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
yaitu menggunakan pendekatan prinsip pemasaran untuk merencanakan
pendekatan yang sukses kepada prospek dan konsumen mereka).
Internet telah mengalami perkembangan yang pesat dalam dekade ini.
Banyak dijumpai perusahaan yang memanfaatkan internet untuk memasarkan
produk dalam pasar global. Internet sebagai salah satu media pemasaran yang
dirasa efektif untuk pasar luar negeri maupun dalam negeri, internet memiliki
beberapa fitur yang sering digunakan. Macam fitur dalam internet dijabarkan
dalam tabel 3.
Tabel 3 Fitur dalam Internet
Fitur Pemakaian
Electronic mail (E-mail) Memungkinkan pemakai untuk mengirim surat
elektronik kemanapun secara global
Usenet Kelompok diksusi, newsgroup, dan electronic
bulletin boards serupa dengan yang ditawarkan jasa
jasa online
Telnet Database, katalog perpustakaan, dan jurnal
elektronik secara online di ratusan perguruan tinggi
dan perpustakaan umum
File transfer protocol (ftp)
atau Hypertext transfer
protocol (http)
Kemampuan mentransfer file dari satu satu komputer
mainframe ke komputer lain
Client server Memungkinkan transfer file dari satu komputer
mainframe ke komputer lain
Gopher Sistem retrieval dokumen yang digunakan untuk
mencari informasi
Wide area information
server
Memungkinkan seseorang untuk menggunakan kata
kunci dalam database spesifik dan memperoleh
informasi full text
Worldwide web (www) Melakukan hal yang sama dengan gopher dan
WAIS, namun mengombinasikan suara, gambar
grafis, video dan hypertext pada suatu halaman.
Sumber:Tjiptono dan Chandra (2008:567)
Internet marketing sering digambarkan sebagai solusi mudah memasarkan
produk dan rendah risiko. Meski menawarkan kemudahan dan efisiensi dalam
pemasaran produk barang maupun jasa, internet marketing juga mempunyai
risiko. Risiko dalam e –commerce menurut Padyay (2002: 53) :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
i. Eksternal hacker yang dapat mengacaukan atau mencuri data yang penting
ii. Korupsi yang dilakukan bekas karyawan
iii. Kerentanan sistem komputer karena kurangnya keamanan fisik dan dukungan
manajemen , kelalaian, penyalahgunaan oleh mitra luar
iv. Penyelewengan data yang dikumpulkan secara on-line
v. Penggunaan peralatan jaringan mobile
Pemasaran melalui internet, memang menawarkan berbagai kemudahan dan
manfaat yang besar. Namun, pemasaran melalui internet juga memilki resiko
seperti penyalahgunaan/pencurian data dari pihak kompetitor dan kerusakan
sistem kompetitor. Apabila resiko ini tidak diminimalisir justru akan membuat
jatuhnya nilai produk dimata konsumen. Kaitannya dengan pengembangan
UMKM, bahwa dalah satu masalah UMKM adalah lemahnya hubungan (link)
pemasaran. Hal ini sebagaimana dikemukakan diawal oleh Kanter dalam Tamba
(2004: 51) bahwa para pemain kunci di pasar global yaitu kelompok masyarakat
yang memiliki kekayaan intangible asset 3C, yaitu (1) concept, (2) competence
dan (3) connection. Lingkup pemasaran berkembang pesat yang menuntut adanya
kecepatan distribusi dan kemudahan pembelian suatu produk, online marketing
merupakan salah satu solusinya. Dimana dalam bisnis yang dijalankan melalui
sitem online, pelaku UMKM dibantu oleh internet dalam memasarkan produknya.
Perluasan jaringan dan kemudahan transaksi merupakan ciri pemasaran melalui
sistem online.
3. Pendapatan Masyarakat
Pendapatan masyarakat dapat didefinisikan sebagai seluruh pendapatan
yang diterima orang dalam sutu kurun waktu tertentu. Pendapatan ini dibedakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
menjadi pendapatan yang siap dikonsumsi dan pendapatan personal/pribadi.
Pendapatan yang siap dikonsumsi adalah pendapatan personal setelah dikurangi
dengan pajak. Pendapatan masyarakat dipengaruhi oleh banyak hal diantaranya
adalah jenis pekerjaan, demografi, kemajuan perekonommian suatu negara, dan
sebagainya. Indikator besar kecilnya pendapatan suatu masyarakat dapat dilihat
dari tingkat konsumsi dan taraf hidupnya.
Perbedaan antara masyarakat yang sudah mapan dan yang belum mapan
antara negara maju dan negara berkembang bukan hanya terletak dalam atau
dicerminkan oleh perbandingan relatif besar kecilnya Marginal Propensity to
Consume (MPC) dan Marginal Propensity to Saving (MPS), akan tetapi juga
dalam pola konsumsi itu sendiri. Pola konsumsi masyarakat yang belum mapan
biasanya lebih didominasi oleh konsumsi kebutuhan-kebutuhan pokok atau
primer, sedangkan pengeluaran konsumsi masyarakat yang sudah mapan
cenderung lebih banyak teralokasikan ke kebutuhan sekunder atau bahkan tersier.
Menurut teori Keynes dalam Mankiw (2000: 89) bahwa pengeluaran
masyarakat untuk konsumsi dipengaruhi oleh pendapatan. Semakin tinggi
pendapatan mengakibatkan semakin tinggi pula tingkat konsumsi, juga
berpengaruh terhadap tabungan karena tabungan merupakan bagian dari
pendapatan yang tidak dikonsumsi.
Pendapatan memainkan peranan yang sangat penting dalam teori
konsumsi. Selain pendapatan, sesungguhnya konsumsi ditentukan juga oleh
faktor-faktor lain yang sangat penting antara lain adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
a. Selera
Diantara orang-orang yang berumur sama dan berpendapatan yang sama,
beberapa orang dari mereka mengkonsumsi lebih banyak daripada yang lain. Hal
ini dikarenakan adanya perbedaan sikap dalam penghematan (thrift), bila
masyarakat mengubah sikap mereka maka fungsi konsumsi agregat akan berubah.
Sebagai contoh, bila masyarakat memutuskan untuk mengurangi konsumsi karena
menurunnya selera maka fungsi konsumsi (jangka pendek) akan bergeser
kebawah.
b. Faktor Sosial Ekonomi
Faktor sosial ekonomi misalnya: umur, pendidikan, pekerjaan dan keadaan
keluarga Biasanya pendapatan akan tinggi pada kelompok umur muda dan terus
meninggi dan mencapai puncaknya pada umur pertengahan, dan akhirnya turun
pada kelompok umur tua.
c. Kekayaan
Kekayaan secara eksplisit maupun implisit, sering di masukkan dalam
fungsi konsumsi agregat sebagai faktor yang menentukan konsumsi. Beberapa
ahli ekonomi yang lain memasukkan aktiva lancar sebagai komponen kekayaan
sehingga aktiva lancar memainkan peranan yang penting pula dalam menentukan
konsumsi.
d. Keuntungan atau kerugian kapital
Keuntungan kapital yaitu dengan naiknya hasil bersih dari kapital akan
mendorong tambahnya konsumsi, sebaliknya dengan adanya kerugian kapital
akan mengurangi konsumsi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
e. Tingkat Bunga
Ahli-ahli ekonomi klasik menganggap bahwa konsumsi merupakan fungsi
dari tingkat bunga mendorong tabungan dan mengurangi konsumsi. Namun ahli-
ahli ekonomi sesudah klasik ragu-ragu pada dasar teori dan penelitian tersebut.
Mereka berpendapat bahwa dengan naiknya tingkat bunga pendapatan meningkat
dan justru menaikkan konsumsi, jadi berlawanan dengan pendapat klasik.
f. Tabungan
Tabungan memiliki arti yang berbeda, banyak orang yang mengartikan
tabungan sebagai menyimpan uang di bank sedangkan bagi orang lain lagi sebagai
pembelian saham atau sebagai simpanan pada masa pensiun. Hal ini sedikit
berbeda dengan definis yang dikemukakan oleh ekonom tabungan diartikan
sebagai mengurangi konsumsi saat ini (sekarang) demi untuk mengkonsumsi lebih
banyak di masa yang akan datang. Jadi tabungan merupakan bagian penghasilan
yang tidak dikonsumsikan dan ini sangat berguna bagi pertumbuhan ekonomi.
Bagi individu pelaku usaha seperti pelaku UMKM kepemilikan tabungan dapat
berfungsi seperti pemenuhan kebutuhan akan permintaan terhadap uang.
Tabungan dapat difungsikan sebagai alat untuk memenuhi motif berjaga-jaga,
dan prediksi dimasa mendatang. Apabila terjadi perubahan ekonomi, perbahan
iklim usaha dan desakan finansial lainnya, maka pelaku UMKM dapat
memanfaatkan tabungan.
Pendapatan memainkan peranan yang sangat penting dalam teori
konsumsi. Dalam kaitannya dengan pelaku UMKM handycraft kayu jati, bahwa
peningkatan pendapatan masyarakat akan meningkatkan konsumsi . Peningkatan
pendapatan berarti peningkatan kesejahteraan dan kepuasan konsumsi pelaku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
UMKM. Peningkatan konsumsi disini dapat diartikan penambahan jumlah
konsumsi dari kebutuhan primer, bertambah pada pemenuhan kebutuhan sekunder
dan tersier, bahkan ditambah dengan pemenuhan kebutuhan untuk melakukan
tabungan (saving) dan investasi.
B. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian dan studi sebelumnya yang berkaitan dengan
penelitian ini antara lain :
1. Panggabean (2011) menyimpulkan bahwa UKM dan pengrajin gerabah
sebagian besar masih menggunakan teknologi sederhana Untuk
mengoptimalkan peralatan/teknologi yang diperlukan UKM dan Pengrajin
diperlukan pendidikan dan modal. Selain pendidikan mengoperasionalkan
peralatan/teknologi diperlukan pendidikan bahasa Inggris bagi UKM dan
Pengrajin agar mampu melayani pembeli luar negeri. Keterkaitan antara
penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah penelitian ini
membahas tentang manajemen produksi suatu UKM yaitu UKM gerabah.
Peralatan yang digunakan dalam UKM gerabah ini masih sangat
sederhana, hal ini sama dengan kondisi di lingkungan penelitian, UKM
masih menggunakan teknologi yang sederhana, sehingga hasil/ kapasitas
produksi belum bisa maksimal.
2. Tarigan dan Susilo (2008) dalam hasil kajian penelitiannya menyatakan
bahwa, pengusaha/pengrajin perak menghadapi permasalahan yang terkait
dengan terganggunya kegiatan produksi karena adanya kerusakan
bangunan serta prasarana produksi, terganggunya proses produksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
menyebabkan berkurangnya jumlah produksi yang berimplikasi pada
kemampuan melayani permintaan, dan penurunan permintaan pada
gilirannya akan mengurangi pendapatan dan berimplikasi pada
kemampuan memenuhi kewajiban finansial.
Keterkaitan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan adalah
penelitian ini membahas tentang kendala pada manajemen produksi yaitu
kerusakan bahan dan alat produksi UMKM perak yang disebabkan oleh
gempa. Kerusakan akibat gempa ini memicu penurunan kapasitas
produksi. Penurunan kapasitas produksi berarti penurunan pendapatan
yang diterima oleh pelaku UMKM, sehingga dampak dari gempa ini
adalah berkurangnya pendapatan pelaku UMKM. Solusi yang ditawarkan
untuk mengatasi masalah penurunan kapassitas produksi dan penurunan
pendapatan tersebut adalah melalui perbaikan infrastruktur dan pembelian
alat baru. Namun, pembelian alat baru memerlukan biaya yang tinggi,
sedangkan keuangan pelaku UMKM masih belum stabil.
3. Agpayong (2010) menyatakan bahwa UMKM di Ghana mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Gerakan anti UMKM tidak berlaku di
Ghana. Pada mulanya perusahaan besar dengan jumlah karyawan yang
besar dianggap mampu menjadi penopang perekonomian. Namun melalui
UMKM pemerintah mendapat tambahan pemasukan melalui pajak dan
pengurangan jumlah pengangguran, yang merupakan solusi dari
permasalahan. Pemerintah memberikan dukungan terhadap UMKM di
Ghana, sehingga saat ini UMKM di Ghana memproduksi pada bidang
pertanian, perikanan, dan obat-obatan. Keterkaitan penelitian ini dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
penelitian yang dilakukan adalah bahwa dukungan pemerintah mutlak
diperlukan untuk mengatasi masalah yang ada dalam UMKM. Dalam
penelitian ini masalah yang dihadapai oleh pemerintah Ghana belum di
jabarkan secara jelas.
4. Shihabudheen (2013) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa ada
perubahan yang sangat drastis dalam perkembangan UMKM di India pada
tahun 2006. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemerintah membantu
mendorong pertumbuhan UMKM dengan berbagai cara yaitu penerapan
sistem bar code, menerapkan standar kualitas manajemen, pemberian
bantuan kredit dan finansial, perluasan jaringan pemasaran melalui
pengadaan pameran bagi UMKM, dan pemberian penghargaan bagi
UMKM terbaik. Pemerintah juga melakukan penerapan teknologi pada
UMKM dan pengembangan sistem manajemen. Keterkaitan antara
penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah membahas tentang
upaya pengembangan UMKM yang dilakukan oleh pemerintah. Persamaan
penelitian yang dilakukan oleh Shihabudheen dengan penelitian yang
sedang dilakukan adalah terkait solusi yang ditawarkan bahwa upaya
pengembangan UMKM salah satunya dengan melakukan pameran
UMKM. Lebih lanjut Shihabudheen (2013) menyatakan bahwa
Exhibitions for MSMEs: It is the one of the program implemented by the
government of India for the promotion ofMSME units. It is very help to the
MSMEs to expand the reach of their market. (Pameran untuk UMKM: ini
adalah salah satu program yang di implementasikan oleh pemerintah India
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
untuk mempromosikan UMKM. Pameran ini sangat membantu UMKM
dalam mengembangkan pasar mereka).
5. Naser (2013) dalam hasil kajianya menyatakan bahwa UMKM
mendominasi 90 % dari total unit industri. Hal ini juga atas dukungan
pemerintah sebagaimana tercantum dalam penelitian tersebut bahwa
“Indian MSMEs are organizing themselves in to clusters. Such clusters
will help the MSMEs for easy access of better technical assistance, to get
innovative ideas and to adopt better marketing methods. As the
government is trying to push the MSMEs forward with number measures
to provide better infrastructural facilities, to ensure adequate and
sufficient funds, the MSMEs sector expect conducive environment in the
future. More support is needed for MSMEs from the government in the
form of priority sector lending, government procurement programme,
credit and performance ratings and marketing support. The policy makers
should focus on to provided possible help to the sector to utilize the
potentials of the sector and to revive the sector to act as back bone of the
country’s economy and propel economic growth. (pp 157-158)
UMKM di India mengorganisir diri mereka sendiri dalam kluster. Seperti
kluster yang akan membantu UMKM untuk kemudahan akses dari bantuan
teknik yang lebih baik. Sebagaimana pemerintah mendorong bantuan
teknis yang lebih baik, untuk mendapatkan ide-ide inovatif dan
mengadopsi metode pemasaran yang lebih baik. Karena pemerintah
sedang mencoba untuk mendorong UMKM ke depan dengan langkah-
langkah besar untuk menyediakan fasilitas infrastruktur yang lebih baik,
untuk memastikan dana yang cukup dan memadai, sektor UMKM
mengharapkan lingkungan yang kondusif di masa depan. Dukungan lebih
lanjut diperlukan untuk UMKM dari pemerintah dalam bentuk pinjaman
sektor prioritas, program pengadaan pemerintah, kredit dan peringkat
kinerja dan dukungan pemasaran. Para pembuat kebijakan harus fokus
untuk menyediakan kemungkinan bantuan untuk sektor ini untuk
memanfaatkan potensi sektor ini dan untuk menghidupkan kembali sektor
untuk bertindak sebagai tulang punggung perekonomian negara dan
mendorong pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan hal tersebut dapat dirangkum bahwa pemerintah India sangat
kooperatif dan fokus akan perumbuhan UMKM di negara mereka, karena
UMKM merupakan tulang punggung perekonomian negara. Dorongan
diberikan salah satunya dalam bentuk perbaikan infrastuktur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Kaitan antara penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan adalah
bahwa upaya pengembangan yang sedang dilakukukan pada pelaku
UMKM di Dusun Bandar juga melibatkan peran pemerintah, salah satunya
melalui bantuan penyediaan alat produksi bagi pelaku UMKM.
6. Kobylanski (2011) dalam hasil penelitianya menyatakan bahwa untuk
melakukan pengembangan UMKM di Eropa dengan melakukan perubahan
pada orientasi pemasaran. Strategi yang dilakukan adalah integrasi
pemasaran dan orientasi konsumen. Kedua strategi ini dilakukan secara
terus menerus dalam upaya untuk merubah pemasaran terpusat menjadi
pemasaran yang bebas dalam pasar bebas, sehingga masng-masing
UMKM harus cukup kuat untuk memasukinya. Strategi orientasi
konsumen berfokus pada pola konsumsi konsumen. Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa lama usaha tidak menjadi jaminan, UMKM berhasil
mengembangkan usahanya.
7. Kumar dan Sardar (2011) dalam hasil kajiannya menyatakan bahwa
UMKM di India merupakan sumber pendapatan masyarakat yang
menyumbang lebih dari 50% GDP negara India. Selain itu, strategi
bersaing bisnis UMKM yang dilakukan adalah persaingan pada tingkat
harga, kualitas dan penyediaan alat produksi yang mencukupi, membuat
UMKM di India mampu bersaing dalam level internasional.
8. Osotimehin, Jegede, Akinlabi dan Olajide (2012) dalam hasil
penelitiannya mengenai prospek dan kesempatan pengembangan UMKM
di Nigeria, menyatakan bahwa jumlah UMKM di Nigeria mengalami
perkembangan yang pesat. Hal ini dikarenakan beberapa faktor seperti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
naiknya pola konsumsi masyarakat, regulasi kebijakan pemerintah, dan
pengembangan strategi pasar melalui promosi, pemasangan iklan dan
menjalin hubungan kemitraan yang baik dengan konsumen.
9. Naser (2013) dalam hasil kajiannya menyatakan bahwa UMKM di India
mampu mengurangi jumlah pengangguran dan meningkatkan pendapatan
negara melalui pajak. Peningkatan pengembangan UMKM di India dapat
berhasil dengan baik karena ada dorongan dari pemerintah melalui bantuan
pemasaran serta penyediaan infrastruktur yang baik. Para pelaku UMKM
di India terbagi menjadi beberapa kluster sesuai bidang usaha, hal ini
memudahkan teknis bantuan, koordinasi dan pengembangan inovasi
produk.
10. Bakar, Kamariah dan Hadi (2012) dalam hasil kajiannya menyatakan
bahwa inovasi memegang peranan yang sangat penting. UMKM di Nigeria
dapat bersaing dengan baik hanya karna msing-masing pelaku UMKM
melakukan inovasi. Inovasi pada masing-masing pelaku UMKM akan
membawa dampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi secara
nasional. UMKM di Nigeria mengembangkan usahanya melalui kerjasama
dengan perusahaan besar dan peningkatan jaringan pemasaran.
C. Kerangka Berfikir
Berdasarkan teori yang telah dipaparkan maka dapat disusun kerangka
berfikir, yang dijabarkan dalam paragraf berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
1. Upaya Pengembangan UMKM Handycraft Kayu Jati Melalui Aspek
Produksi untuk Meningkatkan Pendapatan Masyarakat
Tujuan dari manajamen produksi adalah menghasilkan barang dan jasa dengan
kualitas yang baik yaitu mempuyai perbedaan dengan produk lain, jumlah
produksi yang tepat, waktu yang tepat dan biaya produksi yang pas. Masalah
produksi yang ada pada UMKM handycraft kayu jati adalah minimnya
penggunaan teknologi, belum mempunyai ciri khusus produk yang
membedakannya dengan produk lain yang sejenis, kuota produksi yang terbatas
menyebabkan tidak terpenuhinya permintaan pasar baik dalam maupun luar
negeri. Masalah keuntungan dari perdagangan (gain from trade) lain yang timbul
adalah kuota produksi UMKM handycraft kayu jati desa Batokan yang tidak
mampu memenuhi permintaan pasar, menyebabkan para pelaku di desa UMKM
mengirim hasil produksinya ke Jepara, hal ini berpengaruh terhadap pendapatan
daerah Kabupaten Bojonegoro.
Upaya pengembangan UMKM dilakukan dengan peningkatan kualitas
produksi, dan menciptakan inovasi produk. Selain itu pelibatan peran pemerintah
dalam penyediaan alat produksi yang sesuai dengan kebutuhan pelaku UMKM
juga perlu untuk dilakukan. Tujuan yang diharapkan melalui upaya ini adalah
meningkatnya pendapatan masyarakat. Adapun indikator peningkatan pendapatan
masyarakat diantaranya adalah naiknya omzet penjualan, konsumsi atau taraf
hidup masyarakat naik, pendapatan perkapita masyarakat naik. Kenaikan taraf
hidup dapat terlihat dari pola konsumsi individu. Semakin tinggi pendapatan maka
pola konsumsi juga akan bergeser. Pada tingkat pendapatan rendah pola konsumsi
individu adalah pada pemenuhan kebutuhan dasar/pokok/primer saja, sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
jika pendapatan individu naik, pemenuhan kebutuhan akan bergeser pada
konsumsi kebutuhan sekunder, tersier bahkan untuk investasi dan tabungan
(saving). Upaya pengembangan UMKM handycraft kayu jati melalui aspek
produksi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dijabarkan dalam gambar 1.
Gambar 1 Kerangka Berfikir Upaya Pengembangan UMKM Aspek Produksi
Tujuan dari manajemen produksi
Masalah-masalah bidang
produksi
Peningkatan pendapatan
masyarakat 1. Kenaikan omzet penjualan
2. Meningkatnya aset/kekayaan
3. Terpenuhinya kebutuhan
sekunder, tersier.
4. ...
Penyediaan alat
produksi Peningkatan kualitas
produksi
Inovasi
produk
....
1.Kualitas yang baik
2. Jumlah yang tepat
3. Waktu yang tepat
4. Biaya produksi yang pas
Upaya pengembangan bidang
produksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
2. Upaya Pengembangan UMKM Handycraft Kayu Jati Melalui Aspek
Pemasaran untuk Meningkatkan Pendapatan Masyarakat
Salah satu UMKM di Bojonegoro yaitu UMKM handycraft kayu jati di
dusun Bandar desa Batokan Kecamatan Kasiman kabupaten Bojonegoro juga
mengalami permasalahan di bidang manajemen pemasaran yaitu masalah
perluasan pasar dan penggunaan e-marketing. Selain itu UMKM handycraft kayu
jati belum memiliki hak cipta made in Indonesia. Hal ini mengakibatkan hasil
UMKM diklaim hasil produksi negara lain di pasar. Upaya pengembangan
dibidang manajemen pemasaran dapat dilakukan dengan memanfaatkan kekuatan
merek (branding strategy), konsep pemasaran kota (city of marketing),
penggunaan pemasaran melalui internet (online marketing), dan. Masalah-
masalah tersebut jika dapat teratasi dengan upaya pengembangan yang tepat dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat. Adapun indikator peningkatan pendapatan
masyarakat diantaranya adalah naiknya omzet penjualan, konsumsi atau taraf
hidup masyarakat naik, pendapatan perkapita masyarakat naik. Kenaikan taraf
hidup dapat terlihat dari pola konsumsi individu. Semakin tinggi pendapatan maka
pola konsumsi juga akan bergeser. Pada tingkat pendapatan rendah pola konsumsi
individu adalah pada pemenuhan kebutuhan dasar/pokok/primer saja, sedangkan
jika pendapatan individu naik, pemenuhan kebutuhan akan bergeser pada
konsumsi kebutuhan sekunder, tersier bahkan untuk investasi dan tabungan
(saving). Upaya pengembangan UMKM handycraft kayu jati melalui aspek
pemasaran untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dijabarkan dalam gambar
2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Gambar 2 Kerangka Berfikir Upaya Pengembangan UMKM Aspek Produksi
pemasaran
Masalah-masalah bidang
pemasaran
Peningkatan pendapatan
masyarakat 1. Kenaikan omzet penjualan
2. Bertambahnya aset
3. Terpenuhinya kebutuhan
sekunder, tersier.
4. ...
Pemasaran
melalui internet Pemasaran kota Pengadaan pameran ....
Upaya pengembangan bidang
pemasaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
1. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah pusat industri Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) handycraft kayu jati Dusun Bandar Desa Batokan
Kecamatan Kasiman Kabupaten Bojonegoro. Alasan pemilihan tempat penelitian
tersebut karena terdapat kerajinan kayu jati yang potensial, namun masih kurang
maksimal dari segi pemasaran (marketing) dan segi produktivitas yang masih
rendah.
2. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan secara bertahap. Penelitian ini
dilaksanakan mulai bulan Oktober 2013 sampai September 2014 Penelitian ini
dilakukan pada sejumlah pengrajin, pemilik showroom, dan dinas-dinas yang
terkait dengan UMKM handycraft di Desa Batokan. Waktu pelaksanaan
penelitian dijelaskan dalam jadwal pelaksanaan penelitian tabel 4
Tabel 4 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Tahun 2013 2014
Jenis Kegiatan Okt
Nov
Des
Jan
Feb Maret April Mei Juni Juli Agu
Sep
Pengajuan masalah
Pengajuan Proposal
Perijinan
Pengumpulan Data
Analisis data
Penyusunan
Laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
B. Jenis Penelitian
Berdasarkan data yang dikumpulkan, penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif. Berdasarkan tujuannya penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
dengan pendekatan fenomenologi, karena menggambarkan tentang suatu gejala
pada masyarakat tertentu. Gejala yang dimaksud adalah upaya pengembangan
UMKM dengan menganalisis masalah untuk kemudian memberikan solusi kepada
pelaku usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) handycraft kayu jati di Dusun
Bandar Desa Batokan Kecamatan Kasiman Kabupaten Bojonegoro.
Apabila ditinjau dari metode yang digunakan maka penelitian ini temasuk
dalam penelitian survei karena penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data
dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan). Apabila ditinjau dari waktu
penelitian dilakukan dengan pendekatan cross section yaitu dengan penggunaan
subyek penelitian yang berbeda pada waktu yang sama. Instrumen yang
digunakan berupa lembar wawancara terbuka dengan daftar pertanyaan.
C. Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dari wawancara dan observasi kepada Informan. Data sekunder
diperoleh dari dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian.
Sumber data pada penelitian ini merupakan data lapangan yang didapat
dari dokumen dan informan. Data yang didapat berupa data pendapat dan
pengalaman pelaku UMKM handycraft kayu jati dalam mengembangkan
usahanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
D. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitan ini adalah non probability
sampling meliputi purposive sampling dan snowball sampling.
1. Purposive sampling
Teknik purposive sampling digunakan untuk mencari data kendala yang
dihadapi dan upaya pengembangan dalam segi produksi dan pemasaran pelaku
Usaha Mikro Kecil dan menengah (UMKM) handycraft kayu jati, meliputi para
pengrajin, pemilik showroom, pemerintah dalam hal ini adalah Dinas Pendapatan,
Dinas Koperasi dan UMKM, Dinas Perdagangan dan Perindustrian serta Badan
Pusat Statistik.
2. Snowball sampling
Teknik snowball sampling ditujukan kepada para pengrajin dan pemilik
showroom.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
(1) Observasi
Teknik observasi yang dilakukan merupakan observasi partisipasi aktif.
Peneliti tidak ikut terlibat dalam kegiatan informan. Observasi bertujuan untuk
memperoleh data mengenai masalah yang dihadapi oleh pelaku UMKM. Selain
itu, observasi juga bertujuan untuk mengetahui upaya pengembangan yang telah
dilakukan baik dalam bidang produksi maupun pemasaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
(2) Analisis Dokumen
Teknik dokumentasi ini dilaksanakan untuk mendapatkan data tambahan,
berupa dokumen tertulis dari waktu yang lampau. Analisis dokumen digunakan
sebagai referensi penambahan data yang diperoleh dari wawancara dan observasi
di lapangan.
(3) Wawancara mendalam (indepth-interview)
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik wawancara
mendalam. Wawancara bertujuan untuk mempertajam data dari hasil pengisian
kuisioner, yang dilakukan pada pengumpulan data dengan metode survei. Data
yang diambil berkaitan dengan rumusan masalah yang telah dibuat. Wawancara
ini dipandu oleh pedoman wawancara, sehingga wawancara menjadi terarah dan
diharapkan akan mendapatkan jawaban yang sesuai dengan masalah yang dikaji..
Wawancara mendalam dilakukan kepada informan yaitu para pengrajin, pemilik
showroom handycraft kayu jati serta dinas terkait. Wawancara mendalam
dilakukan untuk memperoleh data mengenai masalah yang dihadapi oleh
informan dalam mengembangkan UMKM serta upaya pengembangan yang telah
dilakukan.
Wawancara mendalam juga dilakukan kepada Dinas Perindustrian dan
Perdagangan (Disperindag), dan Dinas Koperasi dan UMKM. Wawancara
dilakukan untuk mendapatkan data mengenai upaya-upaya yang dilakukan oleh
dinas pemerintah dalam mengembangkan UMKM di Kabupaten Bojonegoro,
khususnya UMKM handycraft kayu jati.
F. Pengecekan Keabsahan Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan teknik triangulasi data.
Triangulasi data dilakukan dengan membandingkan hasil dari pengamatan,
wawancara, dan analisis dokumen. Diharapkan hasil akhir dari analisis mencapai
tingkat mutu dan kevalidan yang tinggi.
Triangulasi data dibedakan menjadi empat jenis yaitu triangulasi sumber,
trianggulasi metode, trianggulasi penyidik atau peneliti, dan trianggulasi teori.
Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber dan triangulasi metode.
Triangulasi sumber dilakukan dengan mengumpulkan data dari sumber
yang berbeda dengan teknik yang sama, pada penelitian ini triangulasi sumber
dilakukan dengan melakukan pengecekan kembali data yang diperoleh peneliti
dengan data dari dinas UMKM, Dinas Pendapatan Daerah, Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Bojonegoro. Triangulasi metode dilakukan dengan
menggunakan teknik yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber
yang sama. Penggunaan triangulasi metode dalam penelitian ini yaitu dengan
menggunakan metode observasi partisipatif pasif, wawancara mendalam, dan
dokumentasi untuk sumber data yang sama.
Hasil akhir penelitian kualitatif berupa rumusan informasi. Informasi
tersebut dibandingkan dengan teori yang relevan untuk menghindari bias
individual atas temuan atau kesimpulan yang dihasilkan. Selain itu, triangulasi
teori dapat meningkatkan kedalaman pemahaman sehingga mampu menggali
pengetahuan teoretik secara mendalam atas hasil analisis data yang telah
diperoleh.
G. Teknik Analisis Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
interaktif, yaitu suatu teknik analisis data kualitatif yang terdiri dari tiga alur
kegiatan (reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan) yang terjadi
secara bersamaan. Proses analisis data melalui model analisis interaktif dijelaskan
oleh gambar 3.
Analisis data pada penelitian kualitatif pada dasarnya telah dimulai pada
saat memasuki latar penelitian bahkan ketika studi pendahuluan dilakukan, tetapi
secara umum dimulai ketika menelaah data.
1. Reduksi data
Reduksi data dapat diartikan mengurangi atau melakukan pemilihan data
yang terkumpul. Reduksi data dilakukan dengan cara membuat penyerderhanaan
atas data yang telah didapatkan. Reduksi data berisi rangkuman yang didapat dari
penelitian di lapangan dari keseluruhan permasalahan yang ingin dikaji dalam
penelitian. Data yang rendah kualitasnya harus digugurkan. Pada proses reduksi
data di pilih dan di telaah.
2. Penyajian data
Pengumpulan Data
Reduksi Data Penarikan
Kesimpulan
Sajian Data
Gambar 3.1. Model Teknik Analisis Interaktif
Sumber : Sugiyono, (2013:338)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Pada tahap penyajian data, data disusun dalam satuan-satuan yang selanjutnya
dikategorisasikan. Setelah dikategorisasikan data kemudian dianalisis. Penyajian
data juga didasari dari trianggulasi data. Trianggulasi data dilakukan untuk
mengecek keabsahan data agar mencapai kevalidan yang tinggi, yaitu dengan
menggunakan trianggulasi sumber dan metode. Trianggulasi data dilakukan
dengan membandingkan hasil dari pengamatan dan analisis dokumen. Data yang
dianalisis berarti data telah ditafsirkan dan diberi makna. Data disajikan dalam
bentuk diagram dan naratif agar lebih mudah untuk dipahami.
3. Penyimpulan
Penyimpulan dan verifikasi dilakukan dengan menggabungkan antara teori
dan data yang didapat peneliti di lapangan. Penarikan kesimpulan dilakukan
setelah memiliki landasan yang kuat.
H. Prosedur Penelitian
Ada empat tahap yang dilakukan oleh peneliti dalam prosedur penelitian ini
mulai dari tahap pendahuluan, pengajuan proposal, tahap pelaksanaan dan terakhir
tahap penyusunan laporan penelitian yang dilakukan.
1. Tahap pendahuluan atau pra lapangan
Pada tahap ini peneliti melakukan observasi awal dengan cara berbincang-
bincang dengan subyek penelitian mengenai pokok permasalahan yang dihadapi
oleh objek penelitian. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan peneliti meliputi:
a) Menyusun rancangan penelitian (proposal penelitian)
b) Memilih lapangan penelitian
c) Menyiapkan perlengkapan penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
2. Pengajuan proposal
Pengajuan proposal dilakukan setelah peneliti mengetahui gambaran umum
tentang lokasi/subjek yang akan diteliti berdasarkan studi pendahuluan yang telah
dilaksanakan. Fungsi proposal usulan tesis sebagai pedoman dalam melakukan
penelitian.
3. Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini penelitian dilakukan dengan menemukan fakta dengan
metode yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, kemudian
menganalisis, memahami secara intensif akan peristiwa di lapangan. Fakta-fakta
yang terkumpul akan ditulis dalam catatan lapangan (field note) yang berfungsi
untuk mempermudah penyusunan laporan. Pada tahap ini dilakukan teknik
pengumpulan data dan pengecekan keabsahan data. Pada tahap ini data telah
dikelompokkan sehingga data lebih mudah untuk di analisis.
Peristiwa yang diamati, ditanyakan dan diklarifikasi dalam penelitian agar
menjadi suatu fakta yang dapat menjawab fokus penelitian, yaitu upaya
pengembangan UMKM handycraft kayu jati di Dusun Bandar Desa Batokan
Kecamatan Kasiman Kabupaten Bojonegoro ditinjau dari aspek produksi dan
pemasaran.
4. Tahap penyusunan laporan penelitian
Pada tahap penyusunan laporan penelitian, hasil penelitian disusun secara
deskriptif naratif, objektif, logis dan sistematis sesuai dengan pedoman penulisan
tesis yang berlaku di Universitas Sebelas Maret. Data yang telah selesai dianalisis,
pada tahap ini kemudian disusun menjadi laporan penelitian tesis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Secara geografis Kecamatan Kasiman merupakan salah satu kecamatan di
Kabupaten Bojonegoro Propinsi Jawa Timur. Kecamatan ini teletak di sebelah utara
wilayah Kabupaten Bojonegoro, dengan batas geografis sebagai berikut:
Sebelah utara : batas administrasi Kecamatan Kedewan
Sebelah selatan : batas administrasi Kecamatan Padangan
Sebelah timur : batas administrasi Kecamatan Kalitidu
Sebelah barat : batas administrasi Kabupaten Blora propinsi Jawa Tengah
Luas wilayah Kecamatan Kasiman mencapai 4.200 Ha dengan jumlah penduduk 12.518
jiwa dan terdiri dari 3.229 kepala keluarga. Secara administrasi Kecamatan Kasiman
terdiri dari sepuluh desa dengan mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai
petani dan pengrajin bubut kayu jati. Desa-desa yang terdapat dalam Kecamatan
Kasiman adalah Desa Batokan, Desa Besah, Desa Betet, Desa Kasiman, Desa Ngaglik,
Desa Sambeng, Desa Sekaran, Desa Sidomukti, Desa Tambakmerak, dan Desa
Tembeling.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
2. Produk UMKM Handycraft Kayu Jati
Salah satu produk hasil Kecamatan Kasiman yang terkenal adalah handycraft
dengan bahan baku dari kayu jati. Produk ini dihasilkan oleh dua desa yaitu Desa
Batokan dan Sambeng, dengan pusat utama kegiatan di desa Batokan.
a. Prosedur Pembuatan
Secara umum prosedur pembuatan handycraft kayu jati meliputi empat tahapan
proses yaitu:
1) Pemilihan Bahan Baku
Dalam mendapatkan bahan baku dilakukan dengan dua cara. Pertama dengan
membeli dari penduduk Kecamatan Kedewan dan membeli dari limbah IPKJ atau KPH
Kabupaten Bojonegoro. Pembelian bahan baku dari penduduk Kecamatan Kedewan
dalam bentuk papan dengan harga berkisar Rp 3.000 – Rp 7.000 per potong papan.
Apabila membeli di limbah IPKJ harganya Rp 15.000- Rp 20.000 per potong papan.
Jika membeli bahan baku di KPH tidak dalam bentuk papan kayu, melainkan berupa
kayu glondongan. Perbandingan harga bahan baku dari penduduk kecamatan Kedewan
dengan IPKJ maupun KPH, harga pada IPKJ dan KPH jauh lebih mahal karena harus
ditambah biaya pemotongan menjadi papan. Pemilihan bahan baku disesuaikan dengan
jenis produk yang akan dibuat. Misalkan untuk membuat toples bentuk buah maka yang
diperlukan adalah kayu glondongan. Bahan baku yang dibutuhkan untuk membuat
tempat minum, tempat perhiasan atau tempat tisu bahan baku yang dibutuhkan adalah
kayu berbentuk lempeng/papan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
2) Membuat Pola Produk
Proses membuat pola produk bertujuan untuk membentuk produk yang akan
dihasilkan. Membentuk disini maksudnya adalah proses memotong bahan baku sesuai
ukuran jenis produk yang akan dibuat dan membuat desain produk tersebut. Pembuatan
pola produk dengan teknik menjiplak pola pada bahan baku dengan menggunakan
spidol.
3) Memotong Bahan Baku
Papan yang sudah bergambar pola kemudian dipotong pada mesin gergaji ukir
(jigsaw). Setelah dipotong, proses selanjutnya adalah menghaluskan. Untuk
menghaluskan kayu diperlukan dua jenis amplas, yaitu amplas nomor 140 (amplas
kasar) dan amplas nomor 150 (untuk amplas halus). Penggunaan amplas yang kasar
lebih dulu dilakukan pada produk yang telah selesai dibentuk pola. Setelah itu
dihaluskan dengan amplas nomor 150 (amplas halus) agar hasilnya lebih maksimal.
4) Proses Finishing
Pada tahap ini handycraft kayu jati dihaluskan menggunakan campuran tinner
dengan menggunakan alat kompresor. Hal ini dilakukan agar produk terlihat lebih
menyerupai warna asli kayu, yaitu coklat tua. Ada dua jenis perlakuan dalam proses
finishing produk yaitu dengan teknik memplitur, dan teknik dove. Perbedaan kedua jenis
teknik tersebut terletak pada tingkat kehalusannya. Teknik plitur menghasilkan barang
dengan kualitas yang lebih halus dan warna yang lebih cerah. Tahap selanjutnya adalah
menjemur di bawah panas matahari. Hal ini dilakukan agar warna yang diberikan dari
campuran tinner menyatu dengan kayu. Saat musim penghujan, atau saat ada kendala
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
cuaca lainnya seperti mendung, pengrajin biasanya menggunakan bantuan kipas angin.
Namun, proses pengeringan dengan menggunakan kipas angin hasilnya kurang bagus.
Proses pengeringan memerlukan waktu setengah hari. Produk yang telah jadi diberikan
pola menggunakan cukit. Pemberian pola dilakukan dengan teknik mencukit.
b. Produk Hasil Handycraft Kayu Jati
Hasil olahan handycraft kayu jati telah mengalami berbagai inovasi. Jika dilihat dari
fungsinya, dapat digolongkan menjadi dua kategori produk yaitu:
a. Handycraft hiasan
Fungsi dari handycraft ini digunakan sebagai hiasan, tujuan yang dicapai
menekankan pada keunikan dan keindahannya. Contoh handycraft ini meliputi lukisan,
kaligrafi, tongkat kayu, tasbih, jam, tempat bolpoin meja, rooster, miniatur alat
transportasi (becak, sepeda motor, mobil, kapal, harley- davidson).
b. Handycraft perabot rumah tangga
Fungsi utama dari handycraft ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah
tangga. Contoh handycraft ini meliputi nampan, tempat tisu, tempat minum, toples,
tempat garpu dan sendok, sendok, garpu, guci, tempat lampu, vas bunga, asbak,
gantungan baju (hanger). Setiap jenis produk di kreasikan dalam berbagai bentuk,
ukuran dan corak hiasan yang berbeda. Misalkan untuk tempat air minum kemasan
tersedia dalam bentuk kupu-kupu, kura-kura, ikan, bentuk daun, bentuk hati, bentuk
bersusun ke atas, bentuk bulat, bentuk lonjong dan kotak. Perbedaan dalam bentuk
ukuran dicontohkan dalam produk jenis nampan. Nampan yang umum dijual dalam
UMKM ini tersedia dalam tiga ukuran yaitu ukuran besar, ukuran sedang ukuran kecil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
B. Deskripsi Temuan Penelitian
Deskripsi temuan penelitian ini dibagi menjadi dua aspek yaitu aspek produksi
dan aspek pemasaran. Hal ini berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian. Di
samping dua aspek tersebut, dikemukakan juga temuan tambahan dalam penelitian.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan instrumen angket dan pedoman wawancara.
Dalam datfar pertanyaan pada instrumen angket yang diberikan pada informan,
informan diperbolehkan menjawab lebih dari satu opsi jawaban, sehingga ditemukan
banyak jawaban ganda. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan
valid, dengan tidak membatasi jumlah opsi pilihan informan. Jumlah informan adalah
13 orang, dengan rincian 10 orang adalah pelaku UMKM (pengrajin dan pemilik
showroom), 2 orang adalah pegawai dinas dan 1 orang adalah ketua asosiasi.
1. Upaya Mengembangkan UMKM Handycraft Kayu Jati di Dusun Bandar
Desa Batokan Kecamatan Kasiman dari Aspek Produksi untuk
Meningkatkan Pendapatan
Ada berbagai permasalahan yang ditemukan dalam bidang manajemen produksi,
yaitu masalah perbedaan kualitas barang dan kekurangan tenaga kerja. Apabila
showroom ada banyak pesanan dengan deadline yang telah ditentukan, tenaga kerja
yang ada tidak bisa memenuhi pesanan tersebut. Hal ini disebabkan terbatasnya
kapasitas produksi pengrajin karena keterbatasan jumlah tenaga kerja. Para pengrajin
akan meminta/membeli persediaan barang (stock) ke para pengrajin lainya. Ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
meyebabkan kualitas barang yang dijual berbeda. Para pengrajin juga tidak mampu
untuk menambah jumlah tenaga kerja, karena keterbatasan modal. Dapat dikatakan
bahwa dalam bidang manajemen produksi terdapat permasalahan kekurangan tenaga
kerja dan perbedaan kualitas produk. Upaya-upaya yang dilakukan untuk
mengembangkan UMKM handycraft kayu jati di Desa Bandar Kecamatan Kasiman
adalah sebagai berikut:
a. Upaya dari Pemerintah melalui Penyediaan Bantuan Alat Produksi
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan pada 10 pelaku UMKM,
sebanyak 10 orang atau 100% menyatakan bahwa pemerintah pernah menyediakan
bantuan alat produksi pada pelaku UMKM di tahun 2012. Bantuan diberikan kepada 20
kelompok, dimana dalam satu kelompok beranggotakan 10-15 orang. Wawancara
dilakukan dengan mengambil sampel dalam satu Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
sebanyak 10 orang. Alat produksi yang telah diberikan berukuran besar dan kurang
sesuai dengan kebutuhan para pengrajin. Hal ini berdasarkan hasil wawancara bahwa 8
dari 10 pelaku UMKM atau 80% informan mengatakan bantuan alat dari pemerintah
tidak sesuai dengan kebutuhan pelaku UMKM. Sisanya 2 orang atau 20 % menyatakan
bantuan alat dari pemerintah telah sesuai dengan kebutuhan pelaku UMKM. Informan
yang menyatakan bahwa bantuan dari pemerintah telah sesuai dengan kebutuhan pelaku
UMKM, menerima bantuan dalam bentuk alat kompressor., sedangkan informan yang
menyatakan bahwa bantuan alat tidak sesuai dengan kebutuhan pelaku UMKM, lebih
lanjut peneliti menanyakan manfaat dari alat tersebut. 5 dari 8 informan atau 62,5%
menyatakan bantuan tersebut dijual oleh pengrajin, dengan alasan dapat digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
sebagai tambahan modal kerja dan dibagi sama rata pada seluruh anggota kelompok
usaha bersama. Sisanya yaitu 3 kelompok kerja atau 37,5% memilih membiarkan alat
tersebut berada pada ruang kerja produksi mereka, dengan alasan alat tersebut
merupakan milik pemerintah dan informan tidak boleh menjualnya, meskipun telah
diberikan pada informan. Alat produksi tidak sesuai dengan kebutuhan pelaku UMKM,
dikarenakan daya listrik yang dibutuhkan untuk alat tersebut adalah 1.300 watt,
sedangkan rata-rata daya listrik yang digunakan oleh pelaku UMKM adalah 900 watt
dan 450 watt, sehingga daya listrik yang terlalu besar akan menyebabkan listrik padam
dan alat menjadi sering konslet.
Berdasarkan wawancara dengan Dinas Koperasi dan UMKM selaku instansi
pelaksana pemberian bantuan alat menyatakan
“ Upaya pengembangan dengan menggunakan alat produksi ini awalnya
diharapkan dapat menjadi solusi jika para pengrajin mendapatkan pesanan
yang melebihi kapasitas produksi. Penyediaan alat produksi direncanakan
dapat membantu mempercepat kinerja para pengrajin dalam memproduksi
barang.”
(Transkrip wawancara no 1)
Lebih lanjut infoman menyatakan bahwa pemberian alat ini bertujuan untuk
mengembangkan usaha para pengrajin agar menjadi lebih besar dan maju. Ketika,
peneliti menanyakan apakah informan mengetahui jika alat tersebut ada yang telah
dijual oleh pengrajin, informan menyatakan tidak tahu. Informan menyatakan,
“Memang sebelum dilakukan pemberian alat tersebut, telah dilakukan survei kebutuhan
para pengrajin. Dinas mengirimkan tenaga lapangan sebanyak tiga orang untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
mengidentifikasi masalah dilapangan dan menentukan jenis bantuan yang dibutuhkan
oleh pengrajin.” (transkrip wawancara no 1)
Berikut data penerima bantuan alat Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten
Bojonegoro tahun 2012 berdasarkan Kelompok Usaha Bersama (KUBE).
Tabel 5 Data peneriman bantuan alat berdasarkan Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
No Nama Kube Alamat Ketua Kube Jenis alat
1 Wahyu jati Batokan RT 023 Marmiyati, S.Pd Mesin bubut
2 Buana jati Batokan RT 022 Sumarji Mesin bubut
3 Mekar jari Batokan RT 022 Sunoto Jigsaw
4 Maju jaya Batokan RT 022 Suyanto Kompressor
5 Jati mulia Batokan RT 021 M. Noor wahyudi Mesin penghalus (150)
6 Bangkit jati Batokan RT 021 Nyoto suseno Jigsaw
7 Resmi jati Batokan RT 021 Lugito Mesin bubut
8 Lancar jati Batokan RT 021 Lancar kompressor
9 Sinar jati Batokan RT 025 Sugiarto Mesin bubut
10 Setia jati Batokan RT 025 Sarju Mesin bubut
11 Tresno jati Batokan RT 025 Santoso Jigsaw
12 Jati kreasi Batokan RT 025 Sumanto kompressor
13 Tunggak jati Batokan RT 025 Rudi wahono Mesin penghalus (150)
14 Jati asri Batokan RT 026 Budi Purnomo kompressor
15 Linggar jati Batokan RT 026 Koko priyono Mesin penghalus (150)
16 Semi jati Batokan RT 021 Ramto Mesin penghalus (150)
17 Anugerah jati Batokan RT 020 Joko purnomo Mesin bubut
18 Mekar jaya Batokan RT 026 H. Rubiyanto Jigsaw
19 Kembang jati Batokan RT 026 Djahuri Mesin bubut
20 Sayok rukun
jaya
Batokan RT 026 Irma nur H kompressor
Sumber: Arsip asosiasi Tunas Jati 2012
b. Upaya dari Pelaku UMKM melalui Inovasi Produk
Pengembangan inovasi produk dalam upaya pengembangan UMKM dilakukan
sembilan dari sepuluh informan atau 90% dari informan mengatakan telah melakukan
inovasi pada produk handycraft kayu jati, sedangkan satu orang atau 10% informan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
menyatakan tidak perlu melakukan inovasi. Alasan utama informan melakukan inovasi
adalah untuk meningkatkan pendapatan. Alasan tersebut dipilih oleh tujuh dari sembilan
responden (77,8%), yang lainnya yaitu tiga dari sembilan konsumen atau 33,3%
informan menyatakan alasan melakukan inovasi adalah agar mengatasi kejenuhan pasar,
sedangkan sisanya yaitu dua dari sembilan informan atau 22,2% untuk
mengembangkan ide kreatif. Ada infoman yang memilih lebih dari satu opsi untuk
pertanyaan ini, sehingga dapat disimpulkan bahwa suatu alasan bukan menjadi satu-
satunya motivasi untuk melakukan inovasi produk handycraft kayu jati. Hal ini sesuai
dengan hasil wawancara mendalam yang dilakukan oleh peneliti pada informan bahwa
“Jika produknya itu-itu saja ya pembelinya bosan mbak, akhirnya tidak beli lagi di kita,
yang nantinya kalau pelanggan banyak yang datang kan kita dapat tambahan uang.”
(catatan lapangan no 8)
“kalau selalu ada yang baru, kan kita (pengrajin) idenya juga tidak mati.”
( catatan lapangan no 8)
Satu orang informan yang memilih untuk tidak melakukan inovasi karena
informan merasa bahwa pasar sudah baik dengan produk yang telah ada.
Mengenai jenis inovasi yang dilakukan oleh informan, lima orang atau 55,5%
menyatakan melakukan inovasi dari segi bentuk dan ukuran, sisanya yaitu tiga orang
atau 33,3 % menyatakan melakukan inovasi dari segi warna dan hanya satu orang atau
11,1 % yang melakukan inovasi dari corak/pengembangan ide motif baru. Ketua
asosiasi Tunas Jati, menyatakan bahwa inovasi muncul tidak hanya dari ide kreatif para
pengrajin,
“ Program kerja kami yang lainnya adalah pelatihan dan pendidikan
pengembangan motif pada kerajinan handycraft. Motif yang dikembangkan
adalah motif batik Bojonegoroan. Harapannya agar ada cirinya yaitu batik
Bojonegoro dan handycraft motif batik Bojonegoro. Namun, ternyata corak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
batik ini kurang diminati oleh pengrajin maupun pemilik showroom karena
memerlukan waktu pengerjaan yang relatif lama, sehingga perputaran uang
lama.”
(Transkrip wawancara no 3 )
Lebih lanjut ketua asosiasi menuturkan,
“.... pengembangan inovasi produk selain ide dari asosiasi, sebenarnya juga
muncul dari permintaan konsumen. Misalkan, untuk toples yang semula
berbentuk buah-buahan, karena ada permintaan dari konsumen untuk membuat
tempat permen berbentuk hewan, seperti ikan, dan bunga matahari. Kemudian
dari pemerintah membuat pelatihan untuk mengembangkan motif yang telah
ada.”
(Transkrip wawancara no 3 )
2. Upaya Mengembangaan UMKM Handycraft Kayu Jati di Dusun Bandar
Desa Batokan Kecamatan Kasiman dari Aspek Pemasaran untuk
Meningkatkan Pendapatan
Permasalahan yang muncul dalam bidang pemasaran pada UMKM handycraft
kayu jati adalah kurangnya daya tawar (bargaining power) baik dari sisi pengrajin
maupun dari showroom, tidak adanya standarisasi harga, keterbatasan link pemasaran
yang dimiliki oleh pemilik UMKM, serta belum adanya pemanfaatan e-marketting.
Seperti dituturkan oleh pemilik showroom di lokasi industri ini yang melayani order
guci bertuliskan made in Sabah. Order tersebut dilayani oleh pelaku UMKM. Sabah
adalah salah satu nama kota di negara Malaysia. Proteksi produk yang rendah membuat
klaim produk hasil kerajinan milik pengrajin desa Bandar menjadi produk hasil Sabah
Malaysia.
Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan di lapangan, ditemukan upaya
pengembangan UMKM handycraft ditinjau dari aspek pemasaran. Baik upaya yang
dilakukan oleh pemerintah maupun pemilik showroom. Berikut adalah upaya-upaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
pengembangan yang dilakukan, berdasarkan wawancara mendalam kepada sepuluh
pelaku UMKM dan dua dinas pemerintahan ditinjau dari aspek pemasaran.
a. Upaya dari Pemerintah
Pemerintah mengadakan pameran dan studi banding untuk memperluas jaringan
pemasaran. Pameran dan studi banding ini merupakan program dari Dinas Koperasi
dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan Dinas perindustrian dan perdagangan.
Program ini dilakukan secara rutin setiap tahunnya, yaitu mengadakan pameran,
mengadakan studi banding serta mengadakan kegiatan wood fair.
1) Mengadakan pameran
Melalui pameran, para pemilik showroom yang mengikutinya dapat melakukan
promosi secara gratis, sekaligus mempunyai kesempatan untuk memperluas jaringan.
Setelah mengikuti pameran, pemilik showroom mendapat pesanan produk. Hal ini
berarti penambahan jaringan pemasaran, sekaligus peningkatan pendapatan pelaku
UMKM. Peserta dalam pameran dan studi banding yang diadakan oleh Dinas Koperasi
dan UMKM ini jumlahnya terbatas, hal ini dikarenakan keterbatasan dana anggaran
untuk operasional pelaksanaan kegiatan, sehingga tidak semua pelaku UMKM di
kabupaten Bojonegoro dapat ikut serta dalam kegiatan. Adapun syarat utama mengikuti
kegiatan pameran dan studi banding adalah telah terdaftar di Dinas Koperasi dan
UMKM, memiliki SIUP dan usaha yang lancar tertib sekurang-kurangnya dalam jangka
waktu enam bulan, bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan, bersedia membrikan
ilmu yang didapat selama kegiatan kepada mayarakat sekitar dengan melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
penyuluhan. Peserta yang mendaftar diseleksi secara administratif oleh panitia
pelaksana.
Selama tahun 2009-2013 telah diadakan pameran sebanyak tujuh kali dalam
kegiatan yang berbeda yaitu peringatan hari koperasi di Provinsi Jawa Timur (hari jadi
koperasi ke 65-67), peringatan hari jadi Kabupaten Bojonegoro, HUT RI, Pekan Rakyat
dan pasar murah Bojonegoro. Dinas koperasi dan UMKM selalu mengirim delegasi
peserta untuk diikutsertakan dalam Pameran Hari Koperasi tingkat Jawa Timur.
Pameran rutin diadakan setiap tahun untuk memperingati hari koperasi yang jatuh setiap
tanggal 12 Juli.
Daftar nama peserta pameran hari koperasi ke 65 dapat dilihat dalam tabel 6 berikut.
Tabel 6 Daftar nama peserta pameran hari koperasi ke 65
no Nama peserta Jenis usaha
1 Bisri Meubel
2 Joko purnomo Batik Bojonegoro
3 Kasnari Batik bojonegoro
4 Wartono Batik bojonegoro
5 Bambang susilo Batik bojonegoro
6 Aminah Handycraft kayu jati
7 Kusaeri Handycraft kayu jati 8 M. Nur Roby Handycraft kayu jati 9 Ramto Olahan Ledre
10 Sugeng P Olahan Ledre
Sumber: Arsip Dinas Koperasi dan UMKM tahun 2012
Pameran tersebut diikuti oleh sekitar 70-80 UMKM dari seluruh kabupaten di Jawa
Timur, dalam rangka memperingati hari jadi koperasi ke 65. Pameran diadakan di
Kabupaten Jombang, tepatnya di alun-alun kota Jombang, pada hari minggu, 8 Juli
2012. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah ikut berpartisipasi dalam memperingati hari
jadi koperasi sekaligus mengenalkan produk UMKM dari Kabupaten Bojonegoro,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
karena pada saat itu fokus pada industri batik Bojonegoro yang masih baru. Hasil dari
kegiatan tersebut adalah bertambahnya wawasan para pelaku UMKM tentang
bagaimana cara menjual dan memasarkan produk mereka karena bersaing dengan
banyak pelaku UMKM dari berbagai daerah di Jawa timur.
Tabel 7 Daftar nama peserta pameran peringatan hari koperasi ke 66 provinsi Jawa
Timur
No Nama peserta Jenis usaha
1 Mustakim Patung kayu
2 Sutrisno Effendi Batik Bojonegoro
3 Sutiyono Batik Bojonegoro
4 Karmijan Olahan tanah liat
5 Khoiriyah Olahan tanah liat
6 Sawal Handycraft kayu jati
7 Sadiran Handycraft kayu jati
8 Mutadi Aksesoris etnik
9 Suratni Aksesoris etnik
Sumber: Arsip Dinas Koperasi dan UMKM tahun 2013
Pameran tersebut diikuti oleh sekitar 68 UMKM dari seluruh kabupaten di Jawa
Timur, dalam rangka memperingati hari jadi koperasi ke 66. Pameran diadakan di
Kabupaten Situbondo, tepatnya di alun-alun kota Situbondo, dilaksanakan selama satu
hari yaitu pada tanggal 30 Juni 2013. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah ikut
berpartisipasi dalam memperingati hari jadi koperasi sekaligus mengenalkan produk
UMKM dari Kabupaten Bojonegoro, sehingga diharapkan akan terjamin kemitraan
kerjasama dan jaringan pemasaran yang baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Tabel 8 Daftar nama peserta pameran hari koperasi ke 67.
No Nama peserta Jenis usaha
1 Yusman Bronto Patung kayu
2 Nyono arwadi Batik Bojonegoro
3 Parman Batik bojonegoro
4 Gunawan Olahan tanah liat
5 Minarnok Olahan makanan
6 Karsan Handycraft kayu jati
7 Tekad Handycraft kayu jati
8 Yamari Aksesoris etnik
Sumber: Arsip Dinas Koperasi dan UMKM tahun 2014
Pameran tersebut diikuti oleh sekitar 92 UMKM dari seluruh kabupaten di Jawa
Timur. Diadakan dalam rangka memperingati hari jadi koperasi ke 67. Pameran
diadakan di Kabupaten Magetan, tepatnya di GOR Ki Megati Kabupaten Magetan,
dilaksanakan selama satu hari yaitu pada tanggal 22 Juni 2014. Tujuan dari kegiatan
tersebut adalah ikut berpartisipasi dalam memperingati hari jadi koperasi sekaligus
mengenalkan produk UMKM dari Kabupaten Bojonegoro, sehingga diharapkan akan
terjalin kemitraan kerjasama dan jaringan pemasaran yang baik.
Pameran selanjutnya adalah pameran yang diadakan oleh pemerintah Kabupaten
Bojonegoro yang diadakan dalam rangka memperingati HUT Bojonegoro. Pameran
tersebut diikuti oleh 85 peserta terdiri dari UMKM dari daerah Bojonegoro, instansi
pemerintah dan usaha swasta dan nasional seperti perbankan. Kegiatan diadakan dalam
rangka HUT Kabupaten Bojonegoro ini berpusat di alun-alun Bojonegoro selama tujuh
hari,. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah perluasan jaringan pemasaran dan
peningkatan pendapatan. Hasil dari kegiatan tersebut adalah bertambahnya jumlah
pemesan/ konsumen yang mengetahui produk yang dijual oleh UMKM dan terciptanya
mitra kerjasama. Hal yang dipamerkan adalah produk hasil industri UMKM.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Tabel 9 Daftar peserta pameran dalam rangka HUT RI ke 66
no Nama peserta Jenis usaha
1 Aris Handycraft kayu jati
2 Sumari Olahan tanah liat
3 Nur Sugiyanti Batik bojonegoro
4 Warso Akar jati
5 Lamiran Aksesoris etnik
Sumber: arsip Dinas Koperasi dan UMKM tahun 2014
Pameran tersebut diikuti oleh UMKM dari daerah lain di seluruh Indonesia. Produk
yag dipamerkan sangat beragam mulai dari olahan makanan, aneka jenis kerajinan
logam, lukisan, pahat, batik dari setiap daerah, aksesoris dan industri kreatif lainnya.
Tujuan diadakannya kegiatan tersebut adalah mengenalkan pada masyarakat berbagai
hasil industri UMKM dari seluruh Indonesia. Manfaat dari kegiatan tersebut UMKM
Kabupaten Bojonegoro dapat memperluas jaringan pemasaran dalam skala nasional,
dapat digunakan sebagai sarana promosi secara gratis.
Kegiatan selanjutnya yang diadakan adalah kegiatan pasar murah dan pekan budaya
Kabupaten Bojonegoro. Pasar murah dan Pekan Budaya merupakan kegiatan Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan.
Pameran tersebut diikuti oleh 30 UMKM dari berbagai kecamatan di daerah
Kabupaten Bojonegoro. Pameran diadakan dalam rangka pekan budaya Kabupaten
Bojonegoro yang diadakan di alun-alun Bojonegoro selama 3 hari. Tujuan dari kegiatan
tersebut adalah mengenalkan masyarakat Bojonegoro terhadap hasil industri kreatif di
daerah Bojonegoro. Hasil dari kegiatan tersebut adalah terciptanya link pemasaran serta
bertambahnya pendapatan peserta pameran dari hasil pameran melalui pesanan. Hal-hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
yang dipamerkan adalah industri olahan makanan, kerajinan patung, batik Bojonegoro,
kaos Bojonegoro, handycraft kayu jati, dan produk UMKM lainnya.
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa untuk pameran yang berada di
dalam kabupaten Bojonegoro diikuti oleh 5 dari 10 informan, hal ini berarti 50%
informan pernah mengikuti pameran.
2) Mengadakan Studi Banding
Studi banding merupakan program dari Dinas Koperasi dan UMKM. Tujuan dari
diadakanya program ini adalah membuka wawasan pengetahuan para pelaku UMKM.
Kegiatan studi banding dapat membuat para pelaku UMKM belajar dari para pelaku
UMKM di wilayah lain tentang berbagai hal, meliputi cara mengelola keuangan, teknik
pemasaran, cara pemberdayaan sumberdaya manusia, dan sebagainya. Dalam jangka
panjang, kegiatan studi banding diharapkan akan berpengaruh terhadap keputusan
pelaku UMKM dalam mengembangkan usaha. Studi banding diadakan selama dua kali
yaitu pada bulan Maret 2014 di Tulungagung dan bulan Mei 2014 di kota Yogyakarta
dengan jumlah peserta 40 peserta pada studi banding di Tulungagung, sebagaimana
tercantum dalam tabel 10. Kegiatan studi banding diadakan dalam rangka program kerja
pengembangan dan pemberdayaan UMKM Kabupaten Bojonegoro dan bertempat di
Kabupaten Tulungagung selama 1 hari. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah menambah
wawasan keilmuan dan pengetahuan para pelaku UMKM di daerah Bojonegoro untuk
belajar dari para pelaku UMKM di Kabupaten Tulungagung, baik dari segi manajemen
produksi, keuangan maupun pemasaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Tabel 10 Data Jumlah Peserta Studi Banding di Tulungagung
no Nama peserta Banyak peserta
dalam industri
Jenis usaha
1 Yasin, Fudil, Nurrohman, Zainudin,
Sumantoro
5 Meubel
2 Amrullah, Ida, Sugeng, Risnani,
Lasimin
5 Olahan tanah liat
3 Yahya, Fatkur, Sumber 3 Batik Bojonegoro
4 Joko, Aisatun, Chambali, Imam, Ali Nur
5 Olahan makanan lainya
5 Rahayu, Mutmainah, Taufiq 5 Aksesoris etnik
6 Dadang, Bakir, Lukito, Sahli, Imam 5 Handycraft kayu jati
7 Murobil, Amin, Maemun, Kamal,
Dasih, Hendro, Karsi.
7 Akar jati
8 Sa’wanah, Mufaidzin, Roziq,
Laila,Kamim
5 patung kayu
Sumber: Arsip Dinas koperasi dan UMKM tahun 2014
Hasil dari kegiatan tersebut adalah terciptanya jaringan kemitraan antara pelaku UMKM
kabupaten Tulungagung dan Bojonegoro.
Studi banding selanjutnya diadakan di bulan Mei 2014 ke kota Yogyakarta. Kota
Yogyakarta dipilih karena merupakan kota dengan banyak industri kreatif yang kaya
akan ide dan terkenal dengan olahan kayu, batik dan juga olahan makanan. Jumlah
peserta dalam kegiatan studi banding ini adalah sebanyak 30 peserta dijabarkan dalam
tabel 11.
Kegiatan diadakan dalam rangka program kerja pengembangan dan
pemberdayaan UMKM Kabupaten Bojonegoro dan bertempat di Yogyakarta selama 3
hari. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah menambah wawasan keilmuan dan
pengetahuan para pelaku UMKM di daerah Bojonegoro untuk belajar dari para pelaku
UMKM di Kabupaten Yogyakarta, baik dari segi manajemen produksi, keuangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
maupun pemasaran. Hasil dari kegiatan tersebut adalah terciptanya jaringan kemitraan
antara pelaku UMKM Yogyakarta dan Bojonegoro.
Tabel 11 Data Jumlah Peserta Studi Banding di Yogyakarta
no Nama peserta Banyak peserta
dalam industri
Jenis usaha
1 Yajid, Makmur 2 Meubel
2 Cholil, Heru 2 Olahan tanah liat
3 Nurhadi, Kiswati, Sujuti, Suwarno, 6 Batik Bojonegoro
4 Yanto 1 Olahan makanan lainya
5 Su’ud, Masduki, Surono, Agung, Darmuki, Hernik
6 Aksesoris etnik
6 Maskun, Sri Rahayu, Lispiyatun, Nuri,
Nurhadi
5 Handycraft kayu jati
7 Ghofur, Fatoni, Hidayat, Eko 4 Akar jati 8 Udin, Lukmanul, Sandi, Hartono 4 patung kayu
Sumber: Arsip dinas koperasi dan UMKM 2014
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa 5 dari 10 pelaku UMKM pernah
mengikuti kegiatan studi banding dan pameran yang diadakan oleh Dinas Koperasi dan
UMKM. Kelima informan tersebut merupakan pemilik showroom, sedangkan 50%
lainnya adalah pengrajin, sehingga tidak memenuhi persyaratan untuk mengikuti
pameran maupun studi banding. Tanggapan yang muncul dari kegiatan tersebut sangat
positif, seperti disampaikan dalam cuplikan hasil wawancara berikut. “ Pameran sangat
membantu kami, dalam memperoleh pesanan dari luar kota, karena memang untuk
perluasan pasar. ” (catatan lapangan no 2). Informan lain menambahkan bahwa “
Kegiatan studi banding dapat membantu mengajarkan cara bagaimana memperluas
pemasaran, dan pengelolaan usaha.” (catatan lapangan no 5)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Melalui kegiatan studi banding informan mendapatkan pengetahuan baru
mengenai cara mengelola usaha. Penambahan wawasan para pelaku UMKM dapat
meningkatkan kemampuan personal pelaku UMKM dalam mengelola perusahaan. Hal
ini bermakna perusahaan dapat menjadi lebih efektif dengan peningkatan kemampuan
personal. Perusahaan yang efektif dapat memberikan keuntungan bagi pemilik
perusahaan. Misalkan, jika perusahaan dapat mencari bahan baku dengan harga yang
lebih murah, sehingga akan mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi. Begitu pula
ketika suatu perusahaan menggunakan teknologi yang tinggi, maka perusahaan tersebut
menjadi lebih efisien, karena dapat menekan pengeluaran untuk menggaji karyawan
mereka.
3) Mengadakan Program Wood Fair
Program wood fair merupakan program pameran di Kabupaten Bojonegoro
yang telah diadakan selama dua tahun berturut-turut yaitu pada bulan Januari sampai
Pebruari di tahun 2010 dan 2011. Program ini bernama Pameran Bojonegoro Wood
Fair. Penyelenggaranya adalah Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Bojonegoro,
bekerjasama dengan Pemkab Bojonegoro dan pelaku UMKM yang bergerak dibidang
usaha kayu dan hasil olahannya. Pameran ini diadakan di tiap daerah yang terdapat
pusat industri kegiatan olahan kayu, dimana di Kabupaten Bojonegoro terdapat empat
tempat yang menjadi sentra industri kayu yaitu Kecamatan Margomulyo, Kecamatan
Malo, Kelurahan Sukorejo Kecamatan kota Bojonegoro dan Kecamatan Kasiman.
Pameran ini diikuti oleh seluruh pemilik showroom di daerah tersebut yang telah terdata
oleh dinas. Program wood fair ini bertujuan untuk mengenalkan keberadaan UMKM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
yang bergerak dibidang usaha kayu dan olahan kayu pada masyarakat Bojonegoro dan
daerah di sekitar Bojonegoro, seperti kabupaten Ngawi, Blora, Tuban serta Lamongan
yang mempunyai batas administratif langsung dengan kabupaten Bojonegoro, sehingga
diharapkan dapat meningkatkan pendapatan pelaku UMKM. Adapun sentra kerajinan
kayu di Bojonegoro Jawa Timur yang mengikuti program wood fair berdasarkan jumlah
peserta per tahun ditunjukkan oleh Tabel 12.
Tabel 11 Jumlah Peserta Program Bojonegoro wood fair tahun 2010-2011
No Alamat Jenis produksi Jumlah peserta
2010 2011
1 Desa Sukorejo Kecamatan Kota
Bojonegoro
Furniture Jati, Interior, dan
Out Door Furniture
187 233
2 Desa Geneng Kecamatan
Margomulyo Bojonegoro
Produksi : Akar Kayu Jati,
Antik Aksesoris, etnik
Furniture
173 257
3 Desa Batokan Kecamatan
Kasiman Bojonegoro
Bubut kayu Jati, Interior
Acesories, souvenir
309 463
4 Desa Banaran, Kecamatan Malo
Bojonegoro
Patung Kayu Binatang, Teak
Wood Statue
239 248
Sumber: arsip Dinas Koperasi dan UMKM (data diolah).
Peserta dalam kegiatan ini bersifat terbuka, artinya program wood fair dapat
diikuti oleh semua pemilik showroom yang mempunyai usaha olahan kayu dengan
ketentuan yang ditetapkan. Adapun ketentuannya adalah peserta harus terdaftar pada
database Dinas Koperasi dan UMKM, selain itu peserta harus sudah memiliki SIUP
(Surat Ijin Usaha Perdagangan).
Untuk menarik minat konsumen diberlakukan diskon atau potongan harga pada
kegiatan Bojonegoro wood fair 2010. Kegiatan di buka tanggal 18 Desember 2010 - 18
Januari 2011 dengan diskon 15% - 30%. Pameran wood fair ini juga mendapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
kunjungan kerja dari Menteri Kehutanan Republik Indonesia Bapak Zulkifli Hasan
bersama Dirut Perum Perhutani Bapak Haryono Kusumo. Kunjungan Kerja
Bojonegoro Wood Fair (BWF) tahun 2011 oleh Menteri Koperasi dan UKM RI , Dr.
Syarif Hasan dan Wakil Menteri Perdagangan RI Dr. Mahendra Siregar.
Berdasarkan hasil wawancara kepada 10 orang pelaku UMKM 10 orang pelaku
UMKM, diperoleh informasi bahwa sebanyak 50% atau 5 orang mengikuti kegiatan
wood fair ini, selama dua tahun berturut-turut yaitu tahun 2010 dan 2011. Sisanya yaitu
5 orang atau 50% tidak bisa mengikuti program ini dikarenakan tidak mempunyai SIUP,
tidak terdata di Dinas Koperasi dan UMKM sebagai pemilik usaha. Informan yang tidak
bisa mengikuti program ini adalah para pengrajin, yang memang tidak mempunyai
showroom. Lebih lanjut hasil wawancara menunjukkan bahwa 2 orang atau 40%
menyatakan bahwa program wood fair ini bermanfaat bagi pengembangan usaha
UMKM sedangkan sisanya yaitu 3 informan atau 60% menyatakan bahwa kegiatan
wood fair tidak bermanfaat. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam kutipan wawancara
sebagai berikut:
Informan : “ Kalau menurut saya ya mbak, wood fair itu ya lumayan ada
manfaatnya, soalnya kan jadi ada pembeli dari luar kota yang dulunya
belum tahu kalau dsini ada industri menjadi tahu, ya meskipun ada
yang beli ada yang cuman lihat-lhat saja, tapi minimal mereka tahu
dulu, setelah itu mungkin akan melakukan pemesanan”.
Peneliti : misalnya pembeli dari mana ibuk?
Informan : ya ada yang dari Ngawi, Cepu ada juga yang dari Surabaya.
Peneliti : berarti ibu merasakan manfaat dari adanya kegiatan wood fair ini
nggeh buk?
Informan : ya makanya saya mau ikut lagi mbak, tahun 2010 saya ikut, terus
ditahun 2011 saya ikut lagi.”
(catatan lapanganno 3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Lebih lanjut kutipan wawancara yang menyatakan bahwa program wood fair ini
tidak bermanfaat bagi pelaku UMKM ditunjukan sebagai berikut:
“ Saya pernah ikut dulu pas ditahun 2010, ada wood fair tapi menurut saya kurang
jelas kegiatanya, dapat instruksi ada edaran dari pemerintah untuk ikut, tapi saya
ikut juga tidak ada yang datang ke showroom saya, bahkan sampai kegiatan
selesai”. Lebih lanjut informan menuturkan, “ Saat diawal memang terlihat meriah
ada kunjungan dari mentri dan orang dinas, tapi kemudian menguap seperti selesai
begitu saja tidak ada tindak lanjutnya. Ya akhirnya, tahun berikutnya diadakan
lagi saya malas tidak ikut daftar mbak.”
(catatan lapanganno 2)
Hasil wawancara dengan Dinas Koperasi dan UMKM selaku penyelenggara
kegiatan menunjukkan bahwa tujuan dinas melakukan program wood fair ini
merupakan keberlanjutan program untuk mengenalkan eksistensi industri kayu
Kabupaten Bojonegoro di mata masyarakat. Hal ini sebagaimana dalam kutipan
wawancara berikut
“ Ya, ini salah satu cara kami (dinas) untuk memajukan UMKM, nah ketika
melihat program ini berhasil, maka diadakan lagi di tahun berikutnya, dan terbukti
jumlah peserta meningkat dari tahun 2010 ke tahun 2011, hal ini kan berarti
pelaku UMKM merasakan manfaatya sehingga bersedia untuk mendaftar lagi
sebagai peserta wood fair. Ada kunjungan dari Kementrian Kehutanan dan
koperasi juga, nah ini kan paling tidak ada peliputan dari media, sehingga industri
kayu Bojonegoro akan dikenal, tidak hanya bagi masyarakat sekitar namun juga di
mata masyarakat secara nasional.”
(transkrip wawancara no 1)
Terkait dengan peningkatan pendapatan yang diterima pelaku UMKM melalui
kegiatan wood fair ini, 40% informan menyatakan bahwa kegiatan wood fair
memberikan tambahan pendapatan terhadap pemilik showroom melalui penjualan
handycraft saat kegiatan tersebut berlangsung. Namun, sebanyak 60% informan merasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
kegiatan wood fair tidak memberikan pengaruh terhadap penambahan hasil penjualan
dan pendapatan pemilik showroom. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan wood fair yang
merupakan salah satu wujud aplikasi dari teori pemasaran kota, belum memberikan
manfaat secara maksimal bila ditinjau dari peningkatan pendapatan masyarakat.
4) Upaya dari Pelaku UMKM Melalui Pemasaran Internet
Berdasarkan hasil angket diketahui bahwa empat informan atau berarti 40%
informan melakukan pemasaran melalui media internet, sedangkan sisanya yaitu enam
orang atau 60% responden belum pernah melakukan pemasaran melalui internet. Alasan
informan tidak melakukan pemasaran melalui internet adalah menganggap sudah
kewalahan dengan order yang datang langsung ke showroom, dan tidak bisa
menggunakan media internet sebagai pemasaran.
Pemilik showroom melakukan perluasan pasar dengan melakukan pemasaran
melalui BBM (BlackBerry Massenger), facebook dan media blog. Pemasaran melalui
internet ini umumnya tidak dilakukan sendiri oleh pemilik usaha asli, melainkan anak
atau cucu dari pelaku UMKM. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara pada informan
yang mengatakan
“ Jika saya tidak bisa mbak, pakai-pakai internet, orang sekolah saja saya tidak
lulus, biasanya anak saya yang melakukan (pemasaran melalui internet).”
(catatan lapangan no 9)
Dari ke empat informan tersebut, dua orang atau 50% memilih media facebook
dan BBM sebagai media pemasaran, 1 orang atau 25% memilih membuat blog untuk
membantu pemasaran, sedangkan 1 orang atau 25% memilih melakukan pemasaran
melalui BBM saja. Hampir sebagian besar pelaku UMKM tidak bisa mengoperasikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
komputer, menggunakan smartphone dan memanfaatkan internet. Hal ini
melatarbelakangi minimnya upaya pengembangan pasar oleh pemilik showroom
melalui media internet. Namun, tidak demikian dengan generasi kedua dan ketiga dari
para pelaku UMKM ini.
Berdasarkan hasil temuan lapangan secara keseluruhan dapat dibuat rekapitulasi
upaya pengembangan yang dilakukan terhadap peningkatan pendapatan masyarakat.
Upaya pengembangan yang dimaksud merupakan upaya pengembangan dari pemerintah
dan pelaku UMKM. Indikator yang digunakan untuk mengukur kenaikan pendapatan
masyarakat adalah dengan melihat laporan omzet. Hal ini sesuai dengan kerangka
berfikir yang telah disusun pada Bab II.
3. Hubungan antara Upaya Pengembangan UMKM dengan Peningkatan
Pendapatan Masyarakat
Jika dikaitkan dengan upaya peningkatan pendapatan masyarakat, dari aspek
produksi maupun pemasaran, maka berbagai upaya pengembangan tersebut dapat dilihat
berpengaruh terhadap besarnya fluktuasi omzet penjualan. Observasi yang dlakukan
terhadap besarnya kenaikan omzet penjualan UMKM handycraft kayu jati dilakukan
dari tahun 2009 sampai tahun 2013, sehingga tahun 2009 dijadikan sebagai tahun dasar
pengukur kenaikan atau penurunan omzet penjualan.
Ada beberapa indikator pengukuran kenaikan pendapatan yang diterima oleh
masyarakat yaitu berdasarkan kenaikan omzet penjualan, pertambahan jumlah aset dan
bertambahnya laba perusahaan. Namun, pengukuran kenaikan omzet penjualan paling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
mungkin dilakukan, mengingat laporan laba rugi perusahaan belum terdokumentasi
dengan baik, sedangkan jika menggunakan pengukuran dengan laporan kepemilikan
aset diperlukan waktu penelitian yang lebih lama karena harus berdasarkan nilai
taksiran aset. Besarnya kenaikan dan penurunan omzet penjualan informan dari tahun
2009-2013 ditunjukkan oleh Tabel 13 berikut.
Tabel 13 Rekapitulalsi Omzet Penjualan Informan
Kode Besarnya omzet per tahun (juta rupiah) Kenaikan (Penurunan)
informan 2009 2010 2011 2012 2013 2010 2011 2012 2013
A 185,300 186,521 188,460 186,5 189,46 2,26 5,86 2,22 7,71
B 166,454 167,855 167,756 168,54 170,43 2,33 2,17 3,47 6,62
C 129,745 132,450 131,743 126,84 132,43 3,51 2,59 (3,77) 3,48
D 123,258 124,453 121,298 128,29 128,56 1,47 (2,42) 6,21 6,54
E 91,745 95,950 83,700 94,66 95,04 3,86 (7,38) 2,67 3,02
F 36,008 47,760 44,620 46,632 47,653 4,23 3,10 3,83 4,19
G 42,761 44,700 48,205 48,34 50,52 0,83 2,33 2,39 3,32
H 54,010 55,720 55,970 56,74 59,3 0,92 1,06 1,47 2,86
I 53,731 53,906 54,100 54,482 56,03 0,009 0,20 0,40 1,24
J 63,500 64,769 64,360 65,091 65,328 0,81 0,55 1,01 1,16
Rata-Rata Kenaikan 2,02 0,81 1,99 4,01
Sumber: data diolah
Tabel 14 Daftar Kode dan nama informan
NAMA INFORMAN KODE keterangan
UD.KONDANG JATI A Pemilik showroom
UD.DWI KARYA B Pemilik showroom
UD. BERKAH JATI C Pemilik showroom
UD.NUKIDA JATI D Pemilik showroom
UD.TIJAROH JATI E Pemilik showroom
ALI NUR HIDAYAT F Pengrajin
LASMIRAH G Pengrajin
M.ZAENAL ARIFIN H Pengrajin
ABDUL HAMID I Pengrajin
MU'TASAM J Pengrajin
Sumber: data diolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Apabila dilihat secara keseluruhan berdasarkan Tabel 13 kenaikan yang terjadi
pada pengrajin adalah sebesar 0,20% - 4,19%, sedangkan pemilik showroom mengalami
kenaikan sebesar 2,22% - 7,71%. Namun, yang menarik dari data omzet tersebut adalah
selain mengalami kenaikan, pemilik showroom juga mengalami penurunan omzet
dengan persentase 2,42% - 7,38%. Berdasarkan tabel tersebut rata-rata persentase
kenaikan omzet terbesar terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 4,01%, sedangkan rata-
rata persentase kenaikan terendah terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 0,81%.
Pada tahun 2011 upaya pengembangan UMKM yang dilakukan adalah
pengadaan kegiatan pameran, wood fair, dan pemasaran internet. Berdasarkan Tabel 13
tersebut, UD. Nukida jati dan UD. Tijaroh Jati mengalami penurunan omzet penjualan
pada tahun 2011. Masing-masing penurunan omzet sebesar 2,42% untuk UD. Nukida
Jati dan UD. Tijaroh jati sebesar 7,28%. Penurunan omzet kedua UD tersebut
dikarenakan adanya masalah finansial pemilik yang berpengaruh pada keuangan
perusahaan. Sesuai dengan hasil wawancara bahwa UD. Tijaroh jati mengalami
kesulitan finansial dengan terbelitnya hutang pada rentenir, berikut merupakan kutipan
wawancaranya.
“ Ya kalau lepas dari pinjaman sama sekali, kami belum bisa. Waktu itu ada
pesanan banyak dan kami tidak punya modal, sehingga yang kami pikirkan adalah
mencari hutang pada rentenir, namun kita tahu bunga rentenir kan besar sekali.
Akhirnya meskipun kami bisa memenuhi permintaan, tapi langsung sebagian besar hasil
penjualan kami bayarkan hutang itu mbak.”
(catatan lapangan no 7)
Alasan lain dikemukaan oleh UD. Nukida Jati yang menyatakan bahwa
“ Pernah seret itu pas sekitar tahun 2011, pengen beli mobil, pas udah namun
ternyata mobil tersebut tidak digunakan untuk tambahan operasional usaha, sehingga
untuk nutup uang transportnya sama, tapi modal kerjanya berkurang.”
(catatan lapangan no 6)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Pada tahun yang sama UD. Kondang Jati mengalami kenaikan omzet paling
tinggi dibanding UD lainnya yaitu sebesar 5,86%. Pada tahun tersebut UD. Kondang
Jati melakukan inovasi di bidang pemasaran dengan melakukan perluasan pemasaran.
Perluasan pemasaran yang dilakukan adalah dengan melakukan pemasaran melalui
internet (internet marketting), sedangkan pada tahun yang sama, UD lainnya yang
menjadi informan belum melakukan upaya pengembangan tersebut.
Pada tahun 2012, semua informan mengalami kenaikan omzet pendapatan
kecuali UD. Berkah Jati. Penurunan omzet penjualan sebesar 3,77% dialami oleh UD.
Berkah Jati yang merupakan satu-satunya UD yang mengalami penurunan pendapatan
karena adanya musibah keluarga yang sakit dan operasi sehingga menghabiskan biaya
yang banyak. Biaya pengobatan tersebut di ambilkan dari modal kerja. Hal ini sesuai
dengan kutipan wawancara sebagai berikut
“ Ya memang semua upaya untuk menambah penghasilan kami lakukan, namun,
pada waktu itu ibu sakit, kena ginjal dan diabetes mbak, ya ngamar beberapa kali.
Jadinya uangnya ikut terpakai biaya pengobatan ibu. “
(catatan lapangan no 3)
Upaya pengembangan yang dilakukan pada tahun 2012 adalah pengadaaan
bantuan alat produksi, inovasi dan pengadaan pameran UMKM. Berdasarkan hasil
wawancara diketahui bahwa bantuan alat produksi dirasa kurang efektif. Hal ini
dikarenakan bantuan alat yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan dasar para
pelaku UMKM. Terdapat dua dari sepuluh informan atau 20% informan yang
menyatakan bahwa bantuan alat dari pemerintah bermanfaat/sesuai. Dua informan yang
menyatakan bantuan tersebut bermanfaat adalah UD. Nukida Jati dan informan F (Ali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Nur Hidayat). Berdasarkan Tabel 14 tersebut, UD. Nukida jati mengalami kenaikan
omzet sebesar 6,21%, sedangkan informan F mengalami kenaikan pendapatan sebesar
3,83%. Hasil angket menunjukkan bahwa dari delapan informan yang mneyatakan
bantuan alat tidak sesuai, delapan informan tersebut semuanya (100%) menyatakan
bahwa bantuan yang diberikan terlalu besar ukuran/spesifikasinya.
Berikutnya, apabila dilihat pada tahun 2013 semua informan mengalami
kenaikan omzet pendapatan. Pada tahun 2013 upaya pengembangan yang dilakukan
adalah kegiatan pameran, inovasi produk dan pemasaran internet. Kenaikan terbesar
terjadi pada UD. Kondang jati sebesar 7,71%, diikuiti oleh UD. Dwi Karya 6,62% dan
UD. Nukida jati 6,54%.
4. Temuan Tambahan
a. Asosiasi
Dalam upaya pengembangan pengrajin dan pemilik showroom di Desa Bandar,
para pelaku UMKM ini mempunyai asosiasi. Asosiasi ini berawal dari pendirian BAJA
pada tahun 1992. BAJA merupakan singkatan dari Bandar Jati Abadi. Dahulu belum
berbentuk asosiasi tapi masih kelompok, dengan jumlah anggota sebanyak 60 orang.
Pada tahun 1998 mulai terbentuk asosiasi dengan ketua bapak Drs. H. Anis Musthafa.
Tujuan dibentuknya asosiasi adalah meningkatkan kesejahteraan para anggota, dan
mempermudah jalur bahan baku. Asosiasi ini berfungsi sebagai media antara para
pengrajin, pemilik showroom dengan pemerintah. Pada waktu itu pemerintah
menghendaki adanya suatu badan hukum yang legal untuk mengurus perkembangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
para pengrajin di Desa Bandar, sehingga jika ada program/bantuan dari pemerintah ada
pihak yang bertanggungjawab secara sah menurut hukum.
1) Profil lembaga
Nama lembaga : Asosiasi pengusaha dan pengrajin tunas jati
Bidang usaha : Pendidikan, penelitian, pengembangan, pelatihan/ workshop
pelatihan bubut kayu jati, pelayanan masyarakat.
Alamat : Jl. Rajawali no 849 Dusun Bandar Desa Batokan Kecamatan
Kasiman Kabupaten Bojonegoro.
NPWP : 69. 774.229.4-601.000
Email/no hp : [email protected] / 081 333 444 663
Akta pendirian : akta no 20 tanggal 7 april 2003
2) Program kerja
Dalam melaksanakan program kerjanya, asosiasi tunas jati membagi dalam bidang-
bidang yang mencakup:
a) Bidang organisasi dan administrasi.
(1) Membentuk perwakilan tiap RT.
(2) Melakukan pengadaan pembinaan organisasi melalui perwakilan yang ada.
(3) Menjalin hubungan yang harmonis dengan pemerintah dan dan organisasi lain.
(4) Menyusun pedoman administrasi dan menguapayakan pelaksanaanya secara
tertib.
(5) Pengadaan pembinaan tertib administrasi yang memadai melalui penataran
terhadap kelompok atau pengrajin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
b) Bidang pendidikan dan pengembangan IPTEK
(1) Mengupayakan pemasaran lewat website/internet.
(2) Mengadakan kursus-kursus untuk SDM pengrajin.
(3) Mengikuti studi banding.
c) Bidang dana
(1) Menggalang sumbangan masyarakat yang bersifat sukarela.
(2) Mengakomodir bantuan pemerintah yang bersifat tidak mengikat.
d) Bidang ekonomi dan usaha
(1) Membentuk koperasi serba usaha “Tunas Jati “.
e) Bidang pengkaderan
(1) Mengadakan tempat magang terhadap para remaja.
(2) Kaderisasi pengurus periode selanjutnya.
f) Bidang pengawasan dan pemeriksaan
Melakukan upaya evaluasi terhadap pelaksanaan suatu program pada tiap bidang
3) Program tambahan
a) Berencana mengajukan pada pemerintah kabupaten untuk membangun gapura,
sebagai langkah awal pembentukan desa wisata.
b) Menyelaraskan harga antara sesama pengrajin atau sesama pengusaha, sehingga
harga tidak jatuh/ terlalu tinggi. Tujuan yang ingin dicapai adalah pengrajin
menjual harga jual sesuai. Pemilik showoom pun tidak bisa mempermainkan
harga melalui pendirian koperasi produksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Mendirikan koperasi produksi merupakan upaya pengembangan dari aspek
produksi. Upaya pengembangan ini belum dilakukan, namun merupakan rencana
pengembangan yang akan dilakukan oleh asosiasi para pengrajin dan pemilik
showroom. Koperasi ini diharapkan bisa menampung hasil dari para pengrajin. Para
pemilik showroom yang ingin membeli barang dapat membeli di koperasi. Diharapkan
dengan mekanisme seperti ini, dapat menstandarkan harga dan kualitas seluruh barang,
yang bermanfaat bagi perlindungan konsumen, pengrajin dan pemilik showroom. Hal
ini diharapkan dapat menjadi solusi permasalahan standarisasi harga. Sebagaimana hasil
wawancara dengan ketua asosiasi Tunas Jati yang menyatakan bahwa
“ Rencana kedepan asosiasi akan mendirikan koperasi produksi. Sistem yang
digunakan adalah, pengrajin membuat produk kemudian koperasi produksi
membeli produk dari pengrajin dengan harga yang sama untuk produk yang
sama. Kemudian pemilik showroom akan membeli dari koperasi. Koperasi akan
membuat standar produk tertentu, kemudian membeli nilai (harga) yang sama
antar pengrajin, begitu pula ketika menjual kepada showroom harga yang
diberikan juga sama. Upaya ini dilakukan untuk menyeragamkan harga,
sehingga tidak ada pengrajin yang menjual produknya kepada showroom dengan
harga yang rendah meskipun pasar sedang sepi ataupun ramai. Koperasi
produksi ini, juga dapat menjadi ready stock produk handycraft untuk
mengantisipasi apabila ada pesanan dalam jumlah yang banyak. koperasi
produksi ini diharapkan dapat menciptakan hubungan yang harmonis antara
pengrajn dan pemilik showroom.”
(Transkrip wawancara no 3 )
Upaya pengembangan pendirian koperasi produksi ini masih dalam tahap wacana,
namun akan dilaksanakan pada tahun 2014. Koperasi produksi nanti akan berfungsi
sebagai stockist dan mengatur sistem yang lebih baik antara hubungan pengrajin
dengan pemilik showroom.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Dalam bidang permodalan, selain mengoptimalkan program-program permodalan
yang diberikan pemerintah dan perbankan, maka peran lembaga-lembaga keuangan
mikro (LKM) seperti koperasi, BMT juga perlu dioptimalkan untuk mendorong
penguatan UMKM. Berbagai hasil studi menunjukkan bahwa LKM merupakan
instrumen yang berperan penting untuk menanggulangi kemiskinan. Kaplan dalam
Salam (2008) menyatakan bahwa keberadaan LKM berdampak positif bagi masyarakat
terutama dalam meningkatkan bisnis dan taraf hidup nasabah, keluarga, dan kelompok
masyarakat di sekitar nasabah.
Dari hasil kajan tersebut dapat disimpulkan bahwa keberadaan koperasi
seharusnya memberikan dampak yang positif dalam kemajuan dibidang keuangan.
Namun, karena upaya ini belum dilakukan dan baru sebatas wacana maka belum bisa
disimpulkan apakah pendirian koperasi produksi nantinya akan berdampak positif
terhadap kenaikan pendapatan para pelaku UMKM handycraft kayu jati Dusun Bandar
Desa Batokan
b. Pemerintah
Pemerintah dalam hal ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta Dinas
Koperasi dan UMKM mempunyai kendala dalam upaya pengembangan UMKM
handycraft kayu jati yaitu:
1) Tidak adanya tenaga pendamping lapangan
Tidak adanya tenaga pendamping lapangan bagi UMKM sehingga UMKM tidak
mendapat pendampingan secara maksimal. Dinas tidak mempunyai tenaga pendamping
lapangan. Pelaku UMKM yang mampu survive dapat bertahan melanjutkan usahanya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
sedangkan pelaku UMKM yang tidak mempunyai skill wirausaha tidak mampu
bertahan terhadap guncangan perekonomian.
2) Rendahnya jiwa wirausaha para pelaku UMKM
Jiwa wirausaha masih rendah sehingga orientasi usaha hanya pada orientasi jangka
pendek. Jiwa wirausaha para pelaku UMKM masih kurang, pola berfikirnya adalah
bagaimana menghasilkan barang kemudian segera dijual dan mendapatkan uang. Hal ini
terbukti dari pola wirausaha pelaku UMKM yang berorientasi pada keuntungan jangka
pendek. Belum ada perencanaan untuk pengembangan usaha jangka panjang.
C. Pembahasan
Pembahasan penelitian dibagi menjadi dua aspek yaitu pembahasan terkait
upaya pengembanganan UMKM dari aspek produksi dan aspek pemasaran dalam
meningkatkan pendapatan masyarakat Dusun Bandar Desa Batokan Kecamatan
Kasiman Kabupaten Bojonegoro. Hal ini berdasarkan rumusan masalah dan temuan
penelitian. Berdasarkan temuan penelitian mengenai upaya pengembangan UMKM
handycraft kayu jati di Dusun Bandar baik dalam aspek produksi maupun pemasaran.
1. Upaya Pengembangan Aspek Produksi untuk Meningkatkan Pendapatan
Masyarakat
Sesuai dengan hasil temuan penelitian, bahwa upaya pengembangan aspek produksi
untuk meningkatkan pendapatan ada dua upaya yaitu penyediaan alat produksi dan
inovasi produk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
a. Penyediaan alat produksi
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pemerintah melakukan upaya
pengembangan dalam aspek produksi dengan menyediakan bantuan alat produksi.
Namun sebanyak 80% informan menyatakan bantuan tersebut tidak sesuai dengan
kebutuhan pelaku UMKM. Dukungan pemerintah melalui penyediaan alat sejalan
dengan pernyataan Agpayong (2010) pemerintah memberikan dukungan terhadap
UMKM di Ghana, sehingga saat ini UMKM di Ghana memproduksi pada bidang
pertanian, perikanan, dan obat-obatan. UMKM di Ghana menjadi lebih berkembang
dengan kenaikan jumlah unit usaha UMKM setelah mendapat dukungan dari
pemerintah.
Sejalan dengan pendapat Agpayong, Naser juga menyampaikan pendapat yang
serupa bahwa dalam hasil kajiannya menyatakan bahwa pemerintah di India mencoba
untuk membantu mengembangkan UMKM melalui penyediaan sarana. Hal ini
menciptakan lingkungan yang kondusif bagi iklim usaha, pemerintah menyediakan
infrastruktur untuk menunjang pengembangan UMKM (2013). Dapat dikatakan bahwa
secara teori dukungan pemerintah dapat mendorong kemajuan UMKM.
Hasil temuan penelitian di Dusun Bandar menyatakan bahawa ada bantuan dari
pemerintah pada pelaku UMKM. Namun, Hal ini sedikit berbeda dengan yang
disampaikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Tarigan dan Susilo.
Tarigan dan Susilo (2008) dalam hasil kajian penelitiannya menyatakan bahwa,
pengusaha/pengrajin perak menghadapi permasalahan terkait dengan terganggunya
kegiatan produksi karena adanya kerusakan bangunan serta prasarana produksi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
terganggunya proses produksi menyebabkan berkurangnya jumlah produksi yang
berimplikasi pada kemampuan melayani permintaan, dan penurunan permintaan pada
gilirannya akan mengurangi pendapatan dan berimplikasi pada kemampuan memenuhi
kewajiban finansial.
Sejalan dengan pendapat Tarigan dan Susilo, Kumar memberikan batasan bahwa
persaingan dalam tingkat internasional dapat dilakukan jika ada upaya pengembangan di
bidang produksi melalui pembelian peralatan produksi dan pengembangan dari aspek
pemasaran. Persaingan dapat terjadi dalam hal harga dan kualitas produk jika upaya
tersebut telah dilakukan (2011).
Dapat disimpulkan bahwa UMKM memerlukan dukungan penuh dari
pemerintah, baik dalam bentuk dana, penyediaan alat produksi maupun infrastruktur.
Tidak adanya dukungan akan menyebabkan proses produksi tidak bisa berjalan secara
maksimal. Terganggunya proses produksi akan menyebabkan berkurangnya
kemampuan/kapasitas memproduksi. Penurunan kapasitas produksi akan menurunkan
pendapatan yang diterima pelaku UMKM.
Upaya pengembangan melalui pengadaan alat produksi oleh pemerintah
Kabupaten Bojonegoro ini tidak dapat menaikkan pendapatan para pelaku UMKM
handycraft kayu jati di Dusun Bandar Desa Batokan. Hal ini dikarenakan bantuan yang
diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan produksi para pelaku UMKM, sehingga tidak
bisa membantu meningkatkan kapasitas produksi handycraft. Informan juga
menyebutkan bahwa sebelum bantuan alat produksi tersebut diberikan, pemerintah tidak
melakukan survei terlebih dahulu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Dalam penelitian Naser (2013) bantuan pemerintah melalui UMKM di India bisa
dapat mengembangkan UMKM karena UMKM di India membagi dirinya mejadi
kluster/kelompok. Keuntungan dari kluster ini adalah bahwa tiap pelaku UMKM
terpacu untuk melakukan inovasi, lebih mudah dalam pemasaran produk dan juga
tercipta spesialisasi pada masing-masing kluster.
Berdasarkan temuan penelitian, 62,5% informan yang menyatakan bantuan
tidak sesuai, memilih untuk menjual bantuan yang telah diberikan oleh pemerintah.
Hasil dari penjualan memang dapat meningkatkan pendapatan para pelaku UMKM
dalam jangka waktu pendek, namun tujuan utama pemberian bantuan alat tersebut
bukan untuk dijual, namun digunakan sebagai modal produksi, sehingga dapat
meningkatkan pendapatan pelaku UMKM dalam jangka panjang. Dapat dikatakan
upaya pengembangan handycraft kayu jati melalui pemberian bantuan alat produksi
tidak dapat meningkatkan pendapatan pelaku UMKM.
b. Inovasi Produk
Hasil temuan lapangan menunjukkan bahwa 90% informan melakukan inovasi
produk. Inovasi yag dilakukan berbeda-beda, seperti inovasi dalam bentuk, ukuran,
warana, dan inovasi dalam hal corak/motif. Inovasi dilakukan secara terus-menerus
sejak tahun 2010 hingga saat ini. Hasil dari inovasi ini memang tidak bisa dilihat secara
langsung terhadap kenaikan omzet penjualan, namun, data Tabel 13 menunjukkan
bahwa sebagian besar UD mengalami kenaikan persentase omzet penjualan sejak 2010
hingga tahun 2013. Kecuali pada tahun 2011 penurunan omzet terjadi pada informan D
dan informan E, sedangkan pada tahun 2012 terjadi penurunan pada informan C.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Penurunan omzet ini tidak serta merta dikarenakan kegagalan inovasi yang dilakukan,
namun lebih kepada faktor diluar usaha. Hasil wawancara menunjukkan bahwa
infroman C, D dan E mengalami penurunan omzet penjualan karena masalah finansial
pemilik perusahaan yang berdampak pada keuangan perusahaan.
Hal ini menarik karena dalam aspek keuangan, para pelaku UMKM handycraft
kayu jati di Dusun Bandar masih belum tertata dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan
masih tercampurnya modal perusahaan dengan belanja sehari-hari pemilik perusahaan,
sehingga apabila kondisi finansial pribadi pemilik perusahaan jatuh akan
mengakibatkan modal kerja yang memburuk juga.
Menurut Bakar, Kamariah dan Hadi inovasi menjadi hal yang sangat penting dalam
menjalankan UMKM, meskipun usaha tersebut tidak memiliki cukup sumber daya
(2012).
Menurut Rogers (2003) inovasi tidak hanya berurusan dengan pengetahuan baru
dan cara-cara baru, tetapi juga dengan nilai-nilai, karena harus bisa membawa hasil
yang lebih baik, sehingga tidak hanya melibatkan iptek baru, inovasi juga melibatkan
cara pandang dan perubahan sosial. Inovasi dapat memberikan beberapa manfaat
sebagai berikut:
3. Peningkatan kualitas hidup manusia melalui penemuan-penemuan baru yang
membantu dalam proses pemenuhan kebutuhan hidup manusia.
4. Memungkinkan suatu perusahaan untuk meningkatkan penjualan dan keuntungan
yang dapat diperolehnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
5. Adanya peningkatan dalam kemampuan mendistribusikan kreativitas kedalam
wadah penciptaan sesuatu hal yang baru.
Adanya keanekaragaman produk dan jenisnya didalam pasar.
Membangun loyalitas pelanggan tentunya bukan hal yang mudah. Evaluasi
harus terus dilakukan untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan. Tanpa kualitas
pelayanan yang bagus, sangat sulit pelanggan menjadi setia terhadap produk
perusahaan. Dalam upaya menjadi perusahaan pemasaran (marketing company) yang
berhasil maka sebuah perusahaan tidak saja harus menjadi perusahaan yang besar dan
kuat, tetapi perusahaan yang mampu menjangkau konsumen dengan produk berkualitas
tinggi dan membangun kesetiaan terhadap produk tersebut dengan cara memberikan
kepuasan kepada pelanggan yang tinggi pula.
2. Upaya Pengembangan Aspek Pemasaran untuk Meningkatkan Pendapatan
Masyarakat
Upaya pengembangan aspek pemasaran dilakukan dengan pemasaran melalui online
marketing , perluasan jaringan melalui pameran dan studi banding serta program wood
fair.
a. Pemasaran internet
Hisrich, Peter dan Shepherd (2008) menyatakan bahwa mengembangkan situs e-
commerce harus merupakan sebuah keputusan yang strategis dan didasarkan pada
beberapa faktor, yaitu: 1) produk-produk harus dapat dikirim secara ekonomis dengan
baik; 2) produk tersebut harus menarik banyak orang dan perusahaan harus siap
mengirim produk keluar lokasi geografisnya; 3) operasi-operasi online harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
menghasilkan penurunan biaya bila dibandingkan dengan operasi bangunan saat ini; 4)
mencerminkan kemampuan perusahaan untuk menarik pelanggan ke situs webnya
secara ekonomis.
Dapat dikatakan bahwa langkah pengembangan pemasaran UMKM melalui
online marketting yang dilakukan oleh pelaku UMKM sudah tepat. Namun, dalam
pelaksanaanya harus memperhatikan banyak hal seperti: produk harus merupakan
produk yang dapat dikirim secara ekonomis, menimbulkan sedikit biaya dan merupakan
produk yang menarik. Dalam melakukan pemasaran melalui online marketting cukup
sederhana dan menjanjikan kemudahan dalam transaksi. Jaringan internet harus tersedia
dalam keadaan yang baik dan ada jaminan kecepetan respon dan transaksi.
Sejalan dengan kemudahan transaksi dalam online marketting, tambahan
pendapatan juga diperoleh dari pemasaran jenis ini. Online marketting selain
bermanfaat sebagai media informasi berteknologi tinggi, ternyata juga bisa menambah
pendapatan perusahaan. Menurut Pambudi dalam Tjiptono dan Chandra (2008:699)
“Sejauh ini, sumber pemasukan bagi sebagian besar perusahaan dotcom Indonesia
adalah iklan, banner, fee transaksi, biaya keanggotaan, penjualan berita, jasa e-
commerce, web hosting, biaya berlangganan Internet Service Provider (ISP), transaksi
saham, dan komisi penjualan.”
Kesimpulan yang bisa di ambil bahwa pemasaran melalui internet dapat
menciptakan sumber pendapatan lain bagi pemilik perusahaan. Seperti sebuah toko
yang harus dibersihkan dan dirawat setiap hari, halaman web/akun perusahaan dalam
sebuah situs penjualan online juga harus dirawat. Dirawat disini mengandung arti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
bahwa situs tersebut dipastikan selalu update dengan produk baru dari perusahaan, cepat
mendapatkan respon dari pemilik perusahaan. Selain itu juga harus memberikan
kemudahan transaksi dan kejelasan produk yang dijual. Secara logika, konsumen akan
membeli suatu produk apabila mereka tertarik, dengan demikian tampilan gambar dan
informasi yang disampaikan harus menarik dan jelas bagi konsumen, termasuk
ketentuan cara pembelian, potongan harga, mekanisme pengiriman barang, jaminan
kualitas dan kepercayaan pada perusahaan.
Kepercayaan pada perusahaan dan jaminan kualitas dan kepercayaan pada
perusahaan terkait dengan kepercayaan pada perusahaan adalah berbicara dengan
kualitas layanan. Kumar dan Suresh menyatakan bahwa untuk dapat bersaing di pasar
diperlukan kualitas yang baik, kualitas yang baik akan berbanding lurus dengan harga,.
Dapat dikatakan bahwa kualitas dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk harga, dimana
faktor-faktor tersebut saling berkaitan (2008).
Selain itu, kualitas tidak hanya menyangkut kulitas barang yang dijual, namun juga
kualitas pelayanan terhadap pelanggan. Untuk mendapatkan kepercayaan dari
konsumen, pelaku industri sebaiknya telah memiliki merek. Hal ini dikarenakan dengan
adanya merek, maka pertimbangan konsumen tidak hanya pada manfaat ketika mereka
memutuskan membeli barang tersebut, namun juga tentang kepercayaan akan mutu dan
jaminan kualitas barang tersebut terhadap merek/brand perusahaan. Penjualan akan
menjadi lebih mudah, ketika merek perusahaan telah mendapat kepercayaan dari
konsumen, hal inilah yang disebut kekeuatan merek (branding strategy). Penelitian ini
sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh. Kapferer (2004) menyatakan bahwa a map
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
alone is not the underlying territory,yang artinya merek ibarat sebuah peta yang tidak
bisa sendirian menciptakan nilai bagi konsumen. Penciptaan merek membentuk
serangkaian asosiasi, persepsi kualitas, jaminan mutu, dan diferensiasi produk
Konsumen tidak membeli sebuah produk hanya dari merek yang sudah baik saja,
pertimbangan asas manfaat juga menjadi dasar pembelian suatu produk. Oleh sebab itu
selain merek yang sudah baik, produsen harus menerapkan strategi pemasaran yang
tepat, salah satunya dengan mempertimbangkan asas manfaat dan harga yang bisa
mempengaruhi daya beli dan loyalitas konsumen.
Namun, tidak dipungkiri bahwa merek merupakan hal yang penting, bagi konsumen
maupun perusahaan seperti yang dikemukakan oleh Tjiptono dan Chandra (2008:351)
“memiliki merek dagang terdaftar dan dilindungi hukum merupakan hal yang esensial
dalam berbisnis di era global saat ini”. Lebih lanjut Tjiptono dan Chandra (2008)
menyatakan bahwa pendaftaran merek memiliki fungsi sebagai: a) alat bukti bagi
pemilik yang berhak atas merek yang didaftarkan; b) dasar penolakan terhadap merek
yang sama keseluruhan atau sama pada pokoknya yang dimohonkan pendaftaranya oleh
pihak lain untuk barang sejenis atau tidak sejenis; dan c) dasar untuk mencegah pihak
lain memakai merek yang sama secara keseluruhan atau sebagian. Fungsi merek bisa
dibedakan menjadi berikut:
iv. Proteksi terhadap bentuk plagiasi produk, proteksi hukum.
v. Penjaminan mutu suatu produk barang atau jasa
vi. Sebagai sarana keunggulan kompetitif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Kaitanya dengan hasil temuan pada UMKM handycraft kayu jati bahwa para
pelaku UMKM ini hendaknya memiliki merek yang tedaftar dengan bukti berupa
kepemilikan surat ijin usaha perdagangan (SIUP) dan di legalkan secara hukum.
Sejalan dengan pendapat dan Kumer dan Suresh, menurut Daryanto alasan
kualitas merupakan sesuatu yang penting adalah kulitas mempertaruhkan reputasi
perusahaan, kualitas juga menjadi jaminan keandalan suatu produk, serta keterlibatan
produk dalam suatu pasar mencerminkan kualitas dari produk itu sendiri (2012).
Perusahaan yang sudah mempunyai nama di pasar mempunyai standar kualitas yang
tinggi karena standar kualitas tersebut menggambarkan reputasi perusahaan di mata
konsumen. Peningkatan pendapatan perusahaan dapat dilakukan dengan peningkatan
kualitas. Jika kualitas produk tersebut dinilai baik oleh konsumen, maka penjualan
akan naik dan pendapatan perusahaan meningkat. Kualitas produk juga dapat
menciptakan keandalan produk. Kualitas diukur berdasarkan seberapa dekat produk
tersebut dengan standar maksimal yang ditetetapkan. Penetapan standar dilakukan
berdasarkan kebutuhan konsumen, yang umumnya di dahului oleh riset pasar.
Hasil temuan lapangan menunjukkan bahwa 40% informan telah melakukan
pemasaran melalui internet, sedangkan sisanya yaitu 60% informan belum pernah
melakukan pemasaran melalui internet. alasan informan tidak melakukan pemasaran
melalui internet adalah menganggap sudah kewalahan dengan order yang datang
langsung ke showroom. Alasan lain yang dikemukakan adalah tidak bisa
menggunakan media internet sebagai media pemasaran. Media yang digubakan adalah
melalui media sosial facebook, Blackberry Massenger, dan blog.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
UD yang menggunakan internet sebagai salah satu strategi pemasaran adalah
UD. Kondang Jati dan UD. Berkah Jati. UD. Kondang jati lebih dulu menggunakan
internet sebagai media pemasaran pada tahun 2011, sedangkan UD. Berkah Jati
menggunakan satu tahun kemudian yaitu pada tahun 2012. Kaitannya anatara
penggunaan media internet sebagai media pemasaran dengan peningkatan pendapatan,
secara umum dapat dilihat pada Tabel 13. pada tabel tersebut menunjukkan bahwa
UD. Kondang Jati mengalami kenaikan yang cukup signifikan tiap tahun. Puncaknya
pada tahun 2013 dimana kenaikan sebesar 7,71% dapat dicapai oleh UD tersebut. Pada
UD. Berkah Jati juga mengalami kenaikan pada setiap tahunnya, namun di tahun
2012 mengalami penuruanan sebesar 3,77%. Hal ini dikarenakan masalah finansial
yang dialami oleh pemilik perusahaan.
Secara keseluruhan UD. Kondang Jati memang lebih bagus jika dilihat dari segi
pengelolaan manajemen, baik manajemen keuangan, produksi, pemasaran, maupun
sumber daya mausia, namun kenaikan persentase yang dialami oleh UD. Kondang Jati
bukan serta merta karena faktor pemasaran internet yang telah dilakukan, karena
disamping melakukan pemasaran melalui internet, UD. Kondang Jati juga melakukan
upaya pengembangan lain yaitu mengikuti pameran, wood fair, melakukan inovasi,
serta studi banding.
b. Pameran dan studi banding
Pengadaan pameran dan studi banding merupakan upaya pengembangan dalam
memperluas pasar dan menambah wawasan. Hasil penelitian menunjukan bahwa
informan merasa bahwa dengan mengikuti pameran mereka mendapatkan pesanan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
konsumen baru. Sejalan dengan hasil peneitian tersebut Shihabudheen menyatakan di
negara India pemerintah mengadakan pameran untuk UMKM sebagai bentuk dukungan
dari pemerintah untuk mempromosikan UMKM. Pameran ini sangat membantu UMKM
dalam mengembangkan pasar mereka (2013). Hal ini mengacu pada kesimpulan bahwa
pengadaan pameran yang diikuti oleh pelaku UMKM terbukti dapat memperluas pasar
melalui peningkatan jumlah pesanan baru, hal ini berarti pertambahan jumlah
pendapatan. Hal ini juga bermakna bahwa melalui pameran, pelaku UMKM mempunyai
kesempatan untuk mengakses pasar melalui dukungan pemerintah, selaku pihak
penyelenggara.
Kaitannya dengan program studi banding yang bertujuan untuk menambah
wawasan pelaku UMKM terkait pengelolaan perusahaan, hasil penelitian menunjukan
bahwa melalui kegiatan studi banding informan mendapatkan pengetahuan baru
mengenai cara mengelola usaha. Penambahan wawasan para pelaku UMKM dapat
meningkatkan kemampuan personal pelaku UMKM dalam mengelola perusahaan. Hal
ini bermakna perusahaan dapat menjadi lebih efektif dengan peningkatan kemampuan
personal. Perusahaan yang efektif dapat memberikan keuantungan bagi pemilik
perusahaan. Misalkan, perusahaan yang dapat mencari bahan baku yang lebih murah
akan mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi. Begitu pula ketika suatu perusahaan
menggunakan teknologi yang tinggi, maka perusahaan tersebut menjadi lebih efisien
dengan memangkas pengeluaran untuk menggaji karyawan mereka.
Hal ini sejalan dengan pendapat Kotler (1997) menyatakan perusahaan dapat
memperoleh keunggulan kompetitif yang kuat dengan mempekerjakan dan melatih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
orang-orang yang lebih baik daripada pesaing mereka. Personil yang terlatih lebih baik
menunjukkan enam karakteristik yaitu kemampuan, kesopanan, kredibilitas, dapat
diandalkan, cepat tanggap dan komunikasi. Apabila ditinjau dari hubungan antara upaya
pengembangan dengan melakukan kegiatan studi banding dan pameran dengan
pendapatan masyarakat, maka terdapat hubungan yang positif. Hal ini bermakna bahwa
pengadaan kegiatan studi banding dan pameran dapat membantu pelaku UMKM dalam
menaikkan pendapatan masyarakat (pelaku UMKM) mengacu pada catatan lapangan
yang menunjukan bahwa kegiatan pameran dan studi banding membantu pemasaran
para pemilik showroom dengan mengenalkan hasil handycraft Dusun Batokan pada
masyarakat lokal Bojonegoro dan daerah sekitarnya.
Berdasarkan hasil temuan penelitian dua program ini sangat bermanfaat bagi pelaku
UMKM, namun dalam program studi banding belum bisa disimpulkan apakah
membawa pengaruh terhadap peningkatn pendapatan pelaku UMKM. Hal ini
dikarenakan data omzet penjualan yang ditemukan belum menunjukkan hasil program
tersebut. Program studi banding diadakan di tahun 2014 yaitu pada bulan Maret dan
Mei, sedangkan data omzet penjualan yang ada adalah data hingga tahun 2013 saja.
c. Wood fair
Program wood fair merupakan salah satu program dari pemerintah Kabupaten
Bojonegoro untuk mengenalkan potensi kayu dan hasil olahan kayu di Kabupaten
Bojonegoro. Kotler (2002) menyatakan terdapat empat strategi umum untuk mendorong
warga serta menarik wisatawan, pengusaha dan investor ke wilayah ini dengan: (1)
pemasaran citra (image marketing): keunikan dan kebaikan misal: “Bandung—Paris
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Van java”, “Jogja—Never Ending Asia”. (2) pemasaran atraksi/daya tarik (attraction
marketing) dapat berupa keindahan panorama alam, bangunan dan tempat bersejarah
dan sejenisnya. (3) pemasaran prasarana (infrastructure marketing) prasarana sebagai
pendukung daya tarik lingkungan bisnis, seperti: jalan raya, akses transportasi,
ketersediaan papan atau bando kota, jaringan telekomunikasi dan teknologi informasi.
(4) pemasaran penduduk (people marketing) mencakup: keramahan, kemampuan
melayani dan menjual produk, tenaga ahli, kemampuan berwirausaha. Pemasaran
wilayah dalam hal pemasaran citra/pencitraan juga dapat dilakukan dengan dukungan
internet. Program wood fair yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Bojonegoro
sebenarnya merupakan langkah menuju pemasaran kota dengan mengambil langkah
pertama yaitu pemasaran citra. Citra atau image yang ingin diambil adalah Bojonegoro
sebagai kota olahan kayu yang berkualitas dan mampu bersaing dengan daerah-daerah
lain. Hal lain yang ingin ditekankan dalam menciptakan pemasaran kota ini adalah
pembangunan modal sosial melalui people. People disini mengandung arti pemasaran
melalui pemanfaatan orang atau penduduk pelaku UMKM diwilayah tersebut.
Pemasaran orang bermakna sikap ramah, kemampuan melayani dan menjual produk,
tenaga ahli, kemampuan berwirausaha. Dalam pengadaan program wood fair ini,
pemerintah mengharapkan masyarakat pelaku UMKM di Dusun Bandar Desa Batokan
dapat terlatih untuk bersikap ramah dan meningkatkan kemampuan dalam menjual serta
kemampuan berwirausaha.
Namun, dalam kaitannya dengan pemasaran sarana dan pemasaran atraksi, yang
dapat berupa panorama alam dan perbaikan infrastruktor kota, pemerintah Kabupaten
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Bojonegoro belum melakukan upaya yang maksimal, hal ini terbukti dari tidak adanya
upaya perbaikan infrastruktur (jalan, akses transportasi dan sarana lainya). Hal ini juga
terlihat dari segi daya tarik wisata, bila dibandingkan dengan kota/kabupaten yang
berbatasan secara administratif, Kabupaten Bojonegoro segi pengelolaan pariwisatanya
masih kurang. Misalnya saja Kabupaten Tuban memiliki daya tarik yaitu kawasan
wisata religi Sunan Bonang, panorama alam Goa Akbar sedangkan kota Lamongan
mempunyai Wisata Bahari Lamongan yang cukup populer. Hal ini bukan berarti
Kabupaten Bojonegoro tidak memiliki potensi pariwisata sama sekali, Kabupaten
Bojonegoro memiliki pusat api abadi “Kayangan Api”, namun dari segi pengelolaan
pariwisatanya masih kurang, apabila kawasan wisata yang ada dapat dikelola dengan
baik, maka nilai tambah untuk menarik wisatawan akan naik.
Apabila ditinjau dari hubungan antara upaya pengembangan dengan melakukan
kegiatan wood fair dengan pendapatan masyarakat, maka terdapat hubungan yang
positif. Hal ini bermakna bahwa pengadaan kegiatan wood fair membantu pelaku
UMKM dalam menaikkan pendapatan masyarakat (pelaku UMKM) mengacu pada
catatan lapangan yang menunjukkan bahwa kegiatan wood fair membantu pemasaran
para pemilik showroom dengan mengenalkan hasil handycraft Dusun Batokan pada
masyarakat Bojonegoro dan daerah sekitarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya pengembangan UMKM
handycraft kayu jati di Dusun Bandar Desa Batokan Kecamatan Kasiman
Kabupaten Bojonegoro ditinjau dari aspek produksi dan pemasaran. Berdasarkan
rumusan masalah, tujuan penelitian, dan hasil analisis data penelitian, dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Upaya pengembangan UMKM handycraft kayu jati yang dilakukan untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat ditinjau dari aspek produksi yaitu
i. Pemberian bantuan alat produksi
Upaya ini dilakukan oleh pemerintah, dalam hal ini adalah Dinas Koperasi
dan UMKM Kabupaten Bojonegoro. Upaya ini tidak berhasil meningkatkan
pendapatan masyarakat. Hal ini dikarenakan bantuan alat yang diberikan tidak
sesuai dengan kebutuhan pelaku UMKM, sehingga bantuan alat tersebut tidak
bisa meningkatkan kapasitas produksi handycraft kayu jati.
ii. Melakukan inovasi produk
Inovasi dilakukan oleh pengrajin dan pemilik showroom, melalui
penuangan ide kreatif melakukan perubahan bentuk, ukuran dan warna. Upaya
tersebut berdampak pada kenaikan omzet penjualan. Hal ini bermakna bahwa
UMKM handycraft kayu jati melalui inovasi produk dapat meningkatkan
pendapatan para pelakunya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
2. Upaya pengembangan UMKM handycraft kayu jati yang dilakukan untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat ditinjau dari aspek pemasaran yaitu:
a. Melakukan pemasaran melalui internet
Upaya ini dilakukan oleh pemilik showroom, dalam hasilnya upaya
pengembangan aspek pemasaran melalui pemasaran internet ini mampu
meningkatkan pendapatan masyarakat. Dengan demikian pemasaran internet
dapat memperluas pemasaran, meningkatkan kemampuan pelaku UMKM dalam
mengakses pasar sekaligus menambah jumlah pesanan barang dari konsumen
baru. Hal ini berarti peningkatan pendapatan masyarakat diperoleh melalui
pemasaran internet.
b. Mengikuti studi banding dan mengikuti pameran produk
Dalam kaitannya untuk peningkatan pendapatan, upaya pengembangan
dengan mengikuti studi banding dan mengikuti pameran produk ini dapat
digunakan untuk perluasan jaringan pemasaran. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ada dampak positif yang dirasakan informan selesai mengikuti pameran
dan studi banding. Perluasan wawasan, penyebarluasan jaringan pemasaran serta
ilmu untuk tata kelola perusahaan. Perusahaan menjadi lebih efektif dengan
demikian pendapatan perusahaan juga akan naik.
c. Wood fair
Upaya pengembangan melalui kegiatan wood fair merupakan langkah
awal menuju upaya pemasaran kota. Upaya ini bertujuan untuk mengenalkan hasil
olahan kayu Kabupaten Bojonegoro terhadap masyarakat di sekitar Kabupaten
Bojonegoro. Upaya ini membawa dampak yang positif bagi perkembangan
UMKM, meski tidak sebesar kegiatan pameran dan inovasi. Namun, upaya ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
membawa dampak kenaikan pendapatan melalui penjualan produk handycraft
kayu jati selama pameran.
B. Implikasi
1. Implikasi Teoretis
Konsekuensi logis dari penelitian mengenai upaya pengembangan UMKM
handycraft kayu jati ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Upaya pengembangan UMKM handycraft kayu jati yang dilakukan
untuk meningkatkan pendapatan masyarakat ditinjau dari aspek
produksi yaitu pemberian bantuan alat produksi dan melakukan inovasi
produk.
Dari kedua upaya tersebut bantuan alat produksi tidak bisa
meningkatkan pendapatan masyarakat. Bantuan alat merupakan bentuk
upaya pengembangan dari pemerintah. Dukungan dari pemerintah,
seharusnya bisa memajukan UMKM. Peningkatan pendapatan bisa
terjadi jika bantuan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pelaku
UMKM. Maka bantuan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan
pelaku UMKM.
Upaya dalam aspek produksi yang lainnya dengan melakukan inovasi
produk, inovasi ini berhasil meningkatkan pendapatan masyarakat.
Maka seharusnya inovasi dilakukan secara terus-menerus baik dalam
inovasi bentuk, inovasi ukuran, warna, motif dan sebagainya.
b. Upaya pengembangan UMKM handycraft kayu jati yang dilakukan
untuk meningkatkan pendapatan masyarakat ditinjau dari aspek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
pemasaran yaitu: melakukan pemasaran melalui internet, mengikuti
pameran produk, dan kegiatan wood fair.
Dari ketiga upaya tersebut, semuanya berhasil meningkatkan
pendapatan masyarakat. Aspek pemasaran hendaknya lebih ditekankan
disamping produksi. Perluasan jaringan pemasaran, pengaksesan pasar
atau kegiatan-kegiatan lain yang bertujuan mengenalkan hasil produk.
Upaya pengembangan aspek pemasaran bisa berhasil dengan baik
melalui kerjasama dengan pemerintah, sehingga peran pemerintah
sangat diperlukan dalam perluasan jaringan pemasaran pelaku UMKM.
Pelaku UMKM sangat membutuhkan dukungan pemerintah dalam
aspek pemasaran untuk meningkartkan pendapatan.
2. Implikasi Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan langkah riil bagi
para pelaku UMKM, pengrajin, pemilik showroom dalam mengatasi
berbagai permasalahan yang dihadapi oleh pelaku UMKM melalui
berbagai upaya pengembangan UMKM handycraft kayu jati.
b. Hasil penelitian ini dapat membantu memberikan evaluasi dan
menyusun program rencana pengembangan UMKM bagi Dinas
Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) serta Dinas Koperasi dan
UMKM. Dua dinas ini merupakan dinas yang membawahi UMKM
dan merupakan instansi teknis penyelenggara kegiatan pengembangan
UMKM. Evaluasi disini bermakna pemberian penilaian keberhasilan
atas program yang telah dilaksanakan sebelumnya, apakah program
tersebut akan dilanjutkan, dikembangkan ataukah dihentikan. Apabila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
program tersebut dinilai baik dan memberikan dampak positif bagi
pengembangan UMKM maka program tersebut dapat dilanjutkan. Jika
program tersebut dinilai kurang tepat dan hasil yang dicapai jauh dari
sasaran program, maka program tersebut dihentikan dan dapat diganti
dengan program lainnya. Apabila program tersebut baik namun
ditemukan banyak kendala, maka program tersebut dapat
dipertimbangkan dan dikembangkan kembali untuk mencapai hasil
yang maksimal.
3. Implementasi Dalam Bidang Pendidikan
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan ajar di tingkat
perguruan tinggi pada mata kuliah kewirausahaan sub bab produksi
dan pemasaran, dalam bentuk bahan ajar. Dimana dalam bahan ajar
tersebut dapat memberikan contoh riil pada peserta didik mengenai
masalah yang dihadapi para pelaku UMKM dan upaya
pengembangannya, ditinjau dari dua aspek yaitu aspek produksi dan
pemasaran.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pelatihan bagi para pelaku
UMKM khususnya pada bidang produksi dan pemasaran untuk
melakukan pengembangan usaha dan peningkatan pendapatan pelaku
UMKM.
c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pelatihan bagi para remaja-
remaja pelaku UMKM di dusun Bandar desa Batokan dalam upaya
memperluas gerakan kewirausahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dalam penelitian, maka saran yang
diajukan peneliti sebagai berikut:
1. Kepada peneliti lain
1. Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian yang lebih
mendalam dalam bidang manajemen lainnya, yaitu manajemen
keuangan dan manejemen sumberdaya manusia. Hal ini dilakukan agar
upaya pengembangan dapat lebih maksimal, karena dilakukan dalam
empat aspek manajemen sekaligus.
2. Kepada Pemerintah (Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta
Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Bojonegoro)
a. Dalam melakukan upaya pengembangan terhadap UMKM, dalam
bentuk alat produksi, hendaknya pemerintah melakukan obervasi awal
tentang kebutuhan dasar para pelaku UMKM dalam mengembangkan
usahanya, sehingga mengetahui peralatan yang dibutuhkan secara pasti.
Hal ini akan memudahkan pemerintah dalam memberikan bantuan.
Dengan demikian bantuan alat yang diberikan dapat digunakan sebaik-
baiknya dan memberikan hasil yang maksimal bagi para pelaku
UMKM.
b. Melakukan pendampingan usaha bagi para pelaku UMKM, sehingga
para pelaku UMKM dapat bertahan dalam industri. Pendampingan
disini bermakna, pemerintah tidak hanya mengadakan program, tapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
juga mengadakan pembimbingan hasil tindak lanjut dari program
tersebut. Hal ini akan berpengaruh terhadap keinginan yang besar dan
motivasi internal para pelaku UMKM karena merasa diperhatikan oleh
pemerintah.
c. Pemerintah membantu melakukan pengembangan aspek pemasaran
UMKM melalui program pemasaran kota, dengan menjadikan
Kecamatan Kasiman sebagai kawasan industri wisata handycraft kayu
jati dengan pusat industri kerajinan di Dusun Bandar Desa Batokan. Hal
ini mempunyai makna bahwa pemerintah daerah harus membangun
infrastruktur, sarana dan prasarana yang memadai, dan meningkatkan
kemampuan individu para pelaku UMKM, baik kemampuan dalam
penjualan, jiwa wirausaha dan kemampuan sosial sebagai syarat desa
kawasan wisata.
3. Kepada Pelaku UMKM
1. Para pelaku UMKM melakukan pengembangan pada aspek roduksi
dengan meningkatkan kualitas produksi dan melakukan inovasi
produk. Hal ini bermakna bahwa kualitas handycraft kayu jati yang
dijual harus dalam keadaan baik secara fisik, pelayanan dan harganya.
Melakukan inovasi produk mempunyai makna melakukan
perencanaan perubahan bentuk, ide kreatif, warna dan lain sebagainya
terhadap produk handycraft kayu jati kemudian
mengimplementasikanya pada produk yang akan dijual. Hal ini
dilakukan untuk meningkatkan pendapatan para pelaku UMKM.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
2. Melakukan pengembangan upaya pemasaran dengan memanfaatkan
semua media yang ada, baik melalui kartu nama, pemasangan papan
nama, maupun melakukan pemasaran internet. Melalui pemasaran
internet, jaringan pemasaran dapat berkembang dengan lebih cepat
dan mudah melalui bantuan teknologi. Selain itu, pelaku UMKM juga
dapat melakukan perluasan jaringan pemasaran dengan memanfaatkan
kekuatan merek, dengan merek yang telah terbukti kualias produknya,
loyalitas konsumen akan bertambah. Apabila perluasan pemasaran
melalui dua hal tersebut dapat dijalankan oleh para pelaku UMKM,
maka akan meningkatkan pendapatan yang berarti peningkatan
kesejahteraan para pelaku UMKM.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar, M.N., Kamariah, I.B., & Hadi, G. 2012. Examining Micro, Small and Medium
Scale Enterprises (MSMEs) Innovation Capacities in Manufacturing Sector: A Survey
Of Nigeria. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business Institute
of Interdisciplinary Business Research, 4 (8), 806-816.
Agpayong, D. 2010. Micro, Small and Medium Enterprises’ Activities, Income Level and
Poverty Reduction in Ghana – A Synthesis of Related Literature. International
Journal of Business and Management, 5 (12), 196-205.
Ahmad, Syed Zamberi. 2012. Micro, Small and Medium-Sized Enterprises Development in
the Kingdom of Saudi Arabia: Problems and Constraints. World Journal of
Entrepreneurship, Management and Sustainable Development, 8 (4), 217 – 232.
Ahmed, P.K & Shepherd, C. 2010. Innovation Management:Context, Strategies,System and
Processes. Upper Saddle River: Pearson prentice hall.
Bashar, A., Ahmad, I., Wasiq, M. 2012. Effectiveness of Social Media as a Marketing Tool:
an Empirical Study. International Journal of Marketing, Financial Services &
Management Research, 1 (11), 88-99.
Chib, A.S. 2012. Prospects and Problems in Micro, Small and Medium Enterprises in Rural
Districts of Jammu and Kashmir (J&K). International Journal of Entrepreneurship &
Business Environment Perspectives Pezzottaite Journals. 1 (2), 147-153.
Dale, Barrier G. 2003. Management Quality 4th Edition. New york: Willey-Blackwell.
Daryanto. 2012. Sari Kuliah Manajemen Produksi. Bandung: PT. Sarana Tutorial Nurani
Sejahtera.
Hamid. 2010. Masalah Pokok UMKM di Indonesia. Jurnal Manajemen, 4(2), 48-59.
Harmono. 2009. Manajemen Keuangan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Heizer,Jay dan Render, Barry. 2006. Operation Management Global Edition Tenth edition.
Upper Saddle River: Pearson.
Heriyanto, M. 2003. E-Government dan Pemasaran Kota. Jurnal Industri dan Perkotaan,
8(13), 667-670.
Hisrich, R.D., Peter, M.P., dan Shepherd, D.A. 2008. Entrepreneurship Kewirausahaan edisi
7. Terj. Chriswan Sungkono dan Diana Angelica. Jakarta: Salemba Empat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
Kapferer, J.N. 2004. The New Strategic Brand Management: Creating and Sustaining Brand
Equity Long Term. London: Kogan Page.
Kotler, P. 2002. Marketing Management 11 ed International Edition. Upper Saddle River:
Pearson.
Kobylanski, A. 2011. Development of Marketing Orientation in Small and Medium-Sized
Enterprises Evidence From Eastern Europe. International Journal of Management
and Marketing Research, 4 (1),49-59
Kraja, Y. & Osmani, E. 2013. Competitive Advantage and its Impact in Small and Medium
Enterprises (SMES) (Case of Albania). European Scientific Journal, 9(16), 76-85.
Kumar, N.K. & Sardar, G. 2011. Competitive Performance of Micro, Small and Medium
Enterprises in India. Asia pacific Journal of Social Sciences, 3; 128-146.
Kumar, S. A. & Suresh N. 2008. Production and Operation Management Second Edition
(with Skill Development and Caseletes Cases). New Delhi: New Age International
Publishers.
Liu, X. 2008. A Further Investigation of Product Specialization in International Trade.
Journal Of Asian sosial science, 4(9),41-45.
Mankiw, N. Gregory, 2000. Teori Makro Ekonomi, Edisi Empat, Jakarta: Erlangga
Moleong, L. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
N, Shihabudheen. 2013. Role MSME Act 2006 in Promoting SSIs in Malappuram: An
empirical study of Manjeri Municipality, Kerala, India. International Research
Journal of Social Sciences, 2(9), 11-18.
Naser, V.A. 2013. A Critical Evaluation of the Contributions Made by The micro, Small and
Medium Enterprises in Indian Economy. International Journal of Marketing,
Financial Services & Management Research,2 (7), 151-159
Osotimehin, K.O., Jegede, C.A., Akinlabi, B.H., & Olajide, O.T. 2012. An Evaluation of the
Challenges and Prospects of Micro and Small Scale Enterprises Development in
Nigeria. American International Journal of Contemporary Research, 2 (4), 174-185.
Padhyay, N.B. 2002. E-commerce Context, Concepts and Consequences International
Edition. New York: Mcgrawhill Companies,Inc.
Primiana, I. 2009. Menggerakkan Sektor Riil UKM & Industri. Bandung : Penerbit CV
Alfabeta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
Panggabean, R. 2011. Analisis kebutuhan peralatan di sentra gerabah. Jurnal Pengkajian
Koperasi dan UKM, 6; 142 – 158.
Salam, Abdul. 2008. Sustainablitas Lembaga Keuangan Mikro; Koperasi Simpan Pinjam.
Tidak diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Sriyana, J. 2010. Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM): Studi Kasus
Di Kabupaten Bantul. Simposium Nasional 2010. Purworejo.
Sugiyono. 2013. Metode pendekatan penelitian pendidikan kuantitatif, kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Supriyatna, Iwan. 2013. 2013, Pertumbuhan UMKM RI Diprediksi Capai 2 Juta. Diperoleh
20 november 2013 dari http://bola.okezone.com/ read/2012/12/21/320/735455/2013-
pertumbuhan-umkm-ri-diprediksi-capai-2-juta.
Sukandarrumidi. 2006. Metodologi Penelitian.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Tamba, Halomoan. 2004. ’Mencari Format Kebijakan Pemasaran UKM.’ Infokop Nomor 25
Tahun XX.
Tambunan, Tulus T.H. 2001. Industrialisasi di Negara Sedang Berkembang: Kasus
Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Tarigan, Y.P., dan Susilo, S.Y. 2008. Masalah dan Kinerja Industri Kecil Pascagempa: Kasus
Pada Industri Kerajinan Perak Kotagede Yogyakarta. Jurnal Riset Ekonomi dan
Manajemen, 8(2), 188 – 199.
Tjiptono, F., Chandra, G. 2008. Pemasaran strategik. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
PEDOMAN WAWANCARA
A. Tujuan wawancara
Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya
pengembangan UMKM handycraft kayu jati dalam aspek produksi dan
pemasaran di Dusun Bandar Desa Batokan Kecamatan Kasiman
Kabupeten Bojonegoro.
B. Metode wawancara
Metode wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam,
yaitu jenis wawancara yang tidak terstruktur dengan ketentuan:
a. Pertanyaan wawancara disesuaikan dengan tujuan wawancara
b. Pertanyaan wawancara disesuaikan dengan kondisi narasumber
C. Pelaksanaan
Wawancara dilaksanakanan sesuai dengan kesepakatan waktu
antara informan dengan pewawancara.
D. Rumusan pertanyaan wawancara untuk pengrajin dan pemilik
showroom
Informan :
Usia :
Pendidikan :
A. Bidang manajemen produksi
1. Masalah pokok bidang produksi
1.1 Mengapa masalah tersebut menjadi kendala anda dibidang produksi?
2. Ketersediaan bahan baku produksi
2.1 Bagaimana sistem pengadaan bahan baku produksi?
Lampiran 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
2.2 Apa alasan anda memilih membeli bahan baku dari opsi yang anda
pilih?
2.3 Seberapa sering anda membeli bahan baku?
3. Ketersedian alat produksi
3.1 Mengapa anda memilih untuk menyewa/membeli alat produksi?
3.2 Seberapa sering anda menambah/mengganti alat produksi?
4. Dukungan pemerintah terhadap produksi
4.1 Mengapa bantuan tersebut yang anda harapkan terhadap pelaku
UMKM?
4.2 Jika bantuan tersebut tidak bermanfaat, bagi anda apa yang anda
lakukan terhadap bantua tersebut?
5. Spesialisasi produk
5.1 mengapa anda merasa spesialisasi perlu untuk dilakukan?
6. Subjek
6.1 mengapa anda memilih orang tersebut yang melakukan proses
produksi?
7. Waktu produksi
7.1 mengapa anda memilih waktu tersebut untuk melakukan produksi?
8. Tempat produksi
8.1 mengapa anda memilih tempat tersebut untuk melakukan produksi?
9. Kerjasama produksi
9.1 Apa bentuk kerjasama yang anda lakukan?
9.2 Mengapa anda melakukan kerjasama dalam bentuk tersebut
10. Upaya pengembangan produksi
10.1 Mengapa upaya pengembangan produksi tersebut perlu dilakukan?
10.2 Bagaimana cara anda melakukan upaya pengembangan tersebut?
B. Bidang manajemen pemasaran
1. Subjek yang memasarkan
1.1 mengapa subjek tersebmelakukan ut yang memasarkan produk?
1.2 Seberapa sering subjek tersebut melakukan proses pemasaran?
2. Media pemasaran
2.1 Apa alasan anda menggunakan/ tidak mengunakan pemasaran melalui
internet?
2.2 Mengapa media tersebut yang anda gunakan untuk melakukan
pemasaran?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
3. Segmentasi pasar
1.1 Mengapa anda memilih pangsa pasar tersebut sebagai pasar produk
anda?
1.2 Apakah anda akan melakukan perluasan pasar?
4. Kerjasama dalam pemasaran
4.1 Apa bentuk kerjasama yag anda lakukan?
4.2 Mengapa anda melakukan kerjasama dalam bentuk tersebut?
5. Kendala dibidang pemasaran
5.1 Mengapa masalah tersebut yang menjadi kendala anda di
bidang pemasaran?
6. Upaya pengembangan pemasaran
6.1 Mengapa upaya pengembangan produksi tersebut perlu dilakukan?
7. Dukungan pemerintah terhadap pemasaran
7.1 Mengapa bentuk dukungan tersebut yang anda harapkan?
4 Pendapatan masyarakat
1. Pola konsumsi
1.1 Mengapa anda memilih menggunakan pendapatan anda untuk hal
tersebut?
1.2 Seberapa sering anda melakukan kegiatan
konsumsi/investasinya/menabung?
2. Upaya peningkatan pendapatan
2.1 Apakah usaha anda untuk meningkatkan pendapatan anda dari aspek
produksi?
2.2 Apa usaha anda untuk meningkatkan pendapatan anda dari aspek
pemasaran?
2.3 Apakah usaha pengembangan bidang produksi tersebut dapat
meningkatkan pendapatan anda?
2.4 Apakah upaya pengembangan bidang pemasaran tersebut dapat
meningkatkan pendapatan anda?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
PEDOMAN WAWANCARA
A. Tujuan wawancara
Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya
pengembangan UMKM handycraft kayu jati dalam aspek produksi dan
pemasaran di Dusun Bandar Desa Batokan Kecamatan Kasiman
Kabupeten Bojonegoro.
B. Metode wawancara
Metode wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam,
yaitu jenis wawancara yang tidak terstruktur dengan ketentuan:
c. Pertanyaan wawancara disesuaikan dengan tujuan wawancara
d. Pertanyaan wawancara disesuaikan dengan kondisi narasumber
C. Pelaksanaan
Wawancara dilaksanakanan sesuai dengan kesepakatan waktu
antara informan dengan pewawancara,
D. Rumusan pertanyaan wawancara untuk dinas (Disperindag, dan
Dinas UMKM dan koperasi)
Informan :
Usia :
Dinas :
Jabatan :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
1. Dinas Perindustrian dan perdagangan (disperindag)
a. Apa kendala pokok peningkatan industri di kabupaten Bojonegoro?
b. Apa upaya pengembangan UMKM berdasarkan program Dinas
Perdagangan dan Perindustrian di Kabupaten Bojonegoro?
c. Bagaimana pelaksanaan upaya pengembangan UMKM?
d. Apa kendala yang ditemui dalam mengembangkan UMKM?
2. Dinas koperasi dan UMKM
a. Apa kendala pokok UMKM di kabupaten Bojonegoro?
b. Mengapa hal tersebut yang menjadi kendala pokok UMKM di
kabupaten bojonegoro?
c. Apa dampak masalah tersebut pada UMKM di kabupaten Bojonegoro?
d. Apa upaya pengembangan yang dilakukan oleh dinas UMKM?
e. Apa masalah yang dihadapi pemerintah dalam mengembangkan
UMKM?
f. Bagaimana pelaksanaan upaya pengembangan UMKM?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
PEDOMAN OBSERVASI
A. Tujuan observasi
Observasi dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kendala
dan upaya pengembangan UMKM handycraft kayu jati dalam aspek
produksi dan pemasaran di Dusun Bandar Desa Batokan Kecamatan
Kasiman Kabupeten Bojonegoro.
B. Metode observasi
Metode observasi yang digunakan adalah observasi tidak terlibat
(non participant) yaitu jenis observasi dimana peneliti tidak melibatkan
dirinya secara langsung dalam kehidupan subjek yang diamati. Observasi
dilakukan dengan acuan sebagai berikut:
1. Topik yang di amati disesuaikan dengan tujuan observasi
2. Peneliti akan melakukan pertanyaan dengan menyesuaikan kondisi
subjek yang diamati.
C. Pelaksanaan
Observasi dilakukan sewaktu-waktu ketika peneliti berada di
lapangan.
D. Lembar observasi
No. Aspek yang diamati Hasil Pengamatan
1
.
Proses produksi
a. Proses produksi dari bahan baku sampai
setengah jadi yang dilakukan oleh
pengrajin
b. Proses produksi dari setengah jadi
sampai finishing yang dilakukan oleh
pemilik showroom
c. Inovasi yang dilakukan
d. Pemanfaatan alat produksi
2
.
Cara pemasaran produk
a. Cara penjualan
b. Aktivitas/interaksi pembeli dan penjual
4
.
Pendapatan pelaku UMKM
a. Arus perputaran uang pengrajin
b. Arus perputaran uang pemilik showroom
Lampiran 2
Lampiran 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
Lembar Validasi Pedoman Wawancara
Lembar validasi pedoman wawancara dalam penelitian ini digunakan
untuk mengetahui upaya pengembangan UMKM handycraft kayu jati dalam
aspek produksi dan pemasaran di Dusun Bandar Desa Batokan Kecamatan
Kasiman Kabupeten Bojonegoro.
Petunjuk:
a. Berdasarkan pendapat bapak/ibu berilah tanda (√) pada kolom ya atau tidak !
b. Jika ada komentar atau saran, tuliskan pada kolom komentar atau saran!
No Aspek/indikator Ya Tidak
1 Kejelasan tujuan wawancara
a. Rumusan butir pertanyaan menggambarkan arah tujuan
yang dilakukan oleh peneliti
b. Rumusan pertanyaan dalam setiap bagian jelas dan terurut
secara sistematis
c. Rumusan butir pertanyaan menggunakan bahasa yang
dapat dipahami oleh informan
d. Rumusan butir pertanyaan menggunakan kata/kalimat
yang tidak menimbulkan makna ganda atau salah
pengertian
2 Kesesuaian pertanyaan untuk mengungkapkan strategi informan dalam
upaya pengembangan UMKM dalam aspek produksi dan pemasaran
a. Pertanyaan yang diajukan dapat mengungkapkan strategi
informan dalam upaya pengembangan UMKM dalam
aspek produksi dan pemasaran
b. Pertanyaan yang diajukan tidak mengarahkan informan
yang diwawancarai pada suatu kesimpulan tertentu
Kesimpulan
Untuk baris kesimpulan mohon diisi:
LD : layak digunakan
LDP : layak digunakan dengan perbaikan
TLD : tidak layak digunakan
Komentar/saran:
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
......................................................
.................., ...............................
Validator
..............................................
Lampiran 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
Lembar Validasi Pedoman Observasi
Lembar validasi pedoman observasi dalam penelitian ini digunakan untuk
mengetahui kendala dan upaya pengembangan UMKM handycraft kayu jati
dalam aspek produksi dan pemasaran di Dusun Bandar Desa Batokan Kecamatan
Kasiman Kabupeten Bojonegoro.
Petunjuk:
a. Berdasarkan pendapat bapak/ibu berilah tanda (√) pada kolom ya atau tidak !
b. Jika ada komentar atau saran, tuliskan pada kolom komentar atau saran!
No Aspek/indikator Ya Tidak
1 Kejelasan tujuan wawancara
a. Rumusan poin yang akan di observasi menggambarkan
arah tujuan yang dilakukan oleh peneliti
b. Rumusan poin yang akan di observasi dalam setiap bagian
jelas dan terurut secara sistematis
2 Kesesuaian pertanyaan untuk mengungkapkan strategi informan dalam
upaya pengembangan UMKM dalam aspek produksi dan pemasaran
a. Poin yang akan di observasi yang diajukan dapat
mengungkapkan strategi informan dalam upaya
pengembangan UMKM dalam aspek produksi dan
pemasaran
Kesimpulan
Untuk baris kesimpulan mohon diisi:
LD : layak digunakan
LDP : layak digunakan dengan perbaikan
TLD : tidak layak digunakan
Komentar/saran:
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
......................................................
.................., ...............................
Validator
..............................................
Lampiran 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
TRANSKRIP WAWANCARA
I. Dinas Koperasi dan UKM
A. Data informan
Nama Informan : Supardi, S.Sos
Usia : 49 tahun
Tempat : Kantor Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Bojonegoro
Jabatan : Kasie Pengembangan Kewirausahaan- Bidang Bina
UMKM
Pendidikan : Sarjana
Hari/Tanggal : Kamis, 08 Mei 2014
Waktu : Pukul 11.30-12.25 WIB
B. Isi wawancara
g. Apa kendala pokok UMKM di kabupaten Bojonegoro?
Jawaban:
Kendala UMKM di kabupaten Bojonegoro mungkin sama dengan UMKM di
daerah lain. Keterbasan modal sering dikeluhkan para pelaku UMKM sebagai
sumber utama permasalahan. Para pelaku UMKM mampu membuat barang tapi
tidak tahu harus menjual barang kepada siapa. Hal lain yang menjadi kendala
adalah sebenarnya para pelaku UMKM di kabupaten Bojonegoro mampu untuk
menghasilkan barang dan jasa, namun dari segi kulitas masih kalah dibandingkan
dengan UMKM sejenis dari daerah lain namun UMKM harganya lebih mahal.
Pada dasarnya segala masalah tersebut bersumber dari kualitas sumberdaya
manusia para pelaku UMKM yang bisa dikatakan tergolong rendah. Jiwa
kewirausahaan pelaku UMKM di kabupaten Bojonegoro masih rendah. Jika
ditelaah dari semua kendala pokok di atas, bermuara pada empat pilar
permasalahan manajemen. Keterbatasan modal (manajemen keuangan), tidak tahu
harus menjual barang ke siapa (manajemen pemasaran), kualitas kalah namun
harga lebih mahal (manajemen produksi), serta masalah manajemen sumberdaya
manusia.
h. Apa dampak masalah tersebut pada UMKM di kabupaten Bojonegoro?
Jawaban:
Dampak masalah-masalah yang ada terhadap UMKM di kabupaten Bojonegoro
membuat dinas-dinas terkait khususnya dinas koperasi dan UMKM bekerja keras
dengan membuat program-program yang langsung menyasar pada pelaku UMKM
di lapangan. Fasilitas maksimal dicoba diberikan oleh pemerintah. Saat ini,
beberapa program tersebut telah namapak hasilnya. UMKM lebih bagus karena
ada berbagai program dari pemerintah. Ada jaringan kerjasama, order, link setelah
Lampiran 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
terlaksananya program. Mengenalkan produk dan menimba ilmu ke pelaku
UMKM di daerah lain.
i. Apa upaya pengembangan yang dilakukan oleh dinas UMKM?
Jawaban:
Dinas UMKM bekerjasama dengan pelaku UMKM dan dinas-dinas terkait di
kabupaten Bojonegoro, terus berupaya mengembangkan dan meningkatkan
kualitas UMKM. Ada banyak program yang dilakkan oleh dinas di tahun 2014 ini
sebagaimana dijelaskan dalam tabel berikut.
N
No
Nama
program
Output Outcome
1 Monitoring,
evaluasi, dan
pelaporan
Terlaksananya penagihan,
pembinaan dan evaluasi
bagi pelaku
UKM yang mengajukan
pinjaman modal kerja.
Berkurangnya sisa
tunggakan pinjaman
terhadap 140 UKM
dan Koperasi.
2 Fasilitasi
peningkatan
kemitraan temu
usaha UKM
Terjalinnya
hubungan kemitraan dalam
rangka program perluasan
pangsa pasar dan jaringan
kerjasama pelaku UKM
Kabupaten Bojonegoro
dengan pelaku UKM dari
Kabupaten Tulungagung
dan Yogyakarta.
Peningkatan
produktivitas dan
perluasan pangsa pasar
UKM.
3 Sosialisasi
dukungan
informasi
penyediaan
permodalan
Penyuluhan kepada
pelaku UKM pengrajin
batik Jonegoroan untuk
diberikan informasi
mengenai akses
permodalan oleh
perbankan.
Adanya
kelancaran dan
kemudahan akses
untuk memperoleh
pinjaman modal untuk
mempercepat
pengembangan usaha.
4 Penyelenggaraa
n promosi
produk Usaha
Mikro Kecil
Meneng
ah
Mengikutsertakan promosi
produk UMKM oleh
Dinas Koperasi dan UKM
pada acara pameran Hari
Koperasi Tk. Jawa Timur,
Hari Koperasi Tk.
Nasional, HUT
Bojonegoro, HUT RI,
Pasar Murah, Pekan
Budaya, dan pameran
lainnya.
Perluasan akses
pemasaran bagi produk
UKM dan pemesanan
produk meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
Dalam manajemen keuangan yaitu permasalahan permodalan, pemerintah
memberi kesempatan pada para pelaku UMKM, asalkan pelaku UMKM
memenuhi persyaratan. Program kredit melalui bank atau penyaluran kredit
melalui dinas terkait (dinas koperasi dan UKM, dinas perindustrian dan
perdagangan, dinas pertanian dan perikanan)injaman modal kerja melalui APBD
kabupaten Bojonegoro ada dana khusus untuk pinjaman ke pelaku UKM dengan
alokasi dana tahun 2013 2 milyard, pada tahun 2014 dinaikkan menjadi 3 milyard
dengan bunga 3%.
Dalam pemasaran melakukan promosi melalui pameran di Jakarta, Surabaya,
Malang tiap tahun. Dalam rangka peningkatan sumberdaya manusia
pemberdayaan melalui bimtek material maupun bimtek manajerial. Memfasilitasi
peningkatan kemitraan pasar lelang, pelaku umkdi bawa ke Tulungagung dengan
membawa produk dengan mengundang pelaku UMKM di sana, agar terjadi
interaksi, kemitraan. Kunjungan pengembangan jaringan pasar produk, melakukan
studi banding bagaimana melakukan produksi dengan barang kualitas yang baik
tapi harganya bisa rendah.
j. Apa masalah yang dihadapi pemerintah dalam mengembangkan UMKM?
Jawaban:
Masalah yang dihadapi pemerintah saat ini dalam mengembangkan UMKM pada
dasarnya berasal dari pelaku UMKM itu sendiri. Pola pikir pelaku UMKM di
kabupaten Bojonegoro sendiri masih pada pemikiran jangka pendek, yaitu
pemenuhan kebutuhan dasar/pokok saja. Pola pikir jangka pendek yang
dimaksudkan disni adalah bagaimana pelaku UMKM memproduksi, kemudian
segera menjualnya. Ketekunan dan jiwa kewirausahaanya masih rendah.
Membangun link dan memperluas pasar belum menjadi target para pelaku
UMKM ini. Hal ini juga membuat para pelaku UMKM memenuhi semua
keinginan konsumen. Termasuk keinginan untuk menuliskan “made in dari daerah
lain”.
k. Bagaimana tanggapan dinas UMKM tentang klaim produk made in dari
daerah lain?
Jawaban:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
Itu memang kendala yang kita akui belum terselesaikan. Pelaku UMKM di
kecamatan Kasiman umumnya bekerjasama dengan pelaku UMKM dari Jepara,
Jogja dan daerah lainnya. Jadi terkadang pelaku UMKM daerah lain itu yang di
untungkan. Pelaku UMKM dari Jepara Jogja dan daerah lainya yang melakukan
ekspor padahal itu berasal dari Bojonegoro. Begitu pula dengan pesanan dari
konsumen luar negeri. Banyak dijumpai di lapangan konsumen yang memesan
dengan meminta pengrajin atau pemilik showroom menuliskan copyright made in
dari negara lain, seperti Malaysia, Singapura, dan Arab Saudi.
Nah, permintaan tersebut dipenuhi oleh para pelaku UMKM kita, pelaku UMKM
kabupaten di Kasiman yang saya katakan tadi ketekunan dan jiwa
kewirausahaanya masih rendah sehingga yang dilakukan adalah
memproduksi/membuat barang kemudian segera menjualanya dan uang hasil
penjualan bisa langsung digunakan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Rasa
malas dan kurangnya ketekunan yang bersumber dari personal pelaku UMKM
sendiri. Pelaku UMKM enggan untuk mengurus copyright, mengurus prosedur
ekspor dan bagaimana memperoleh keuntungan jangka panjang yang lebih besar.
Orientasi para pelaku UMKM adalah keuntungan jangka pendek, dan produk
yang dihasilkan dapat terjual dalam waktu yang singkat. Pelaku UMKM belum
memikirkan dampak kedepannya jika ada hak paten copyright.
Dari pemerintah akan diadakan sosialaisasi pentingnya hak paten bagi para pelaku
UMKM. Beberapa waktu lalu kami dari dinas sudah mengirimkan 15 pelaku
UMKM untuk mengikuti sosialaisasi hak paten di surabaya, program dari dinas
koperasi dan UMKM Jawa timur. Keinginan dari para pelaku UMKM ada, namun
follow up setelah mengikuti acara tersebut belum ada. Mungkin, ini yang menjadi
“pekerjaan rumah” kita bersama.
C. Refleksi
Kendala yang dihadapi oleh UMKM di kabupaten Bojonegoro sangat kompleks
karena meliputi empat pokok bidang manajemen yaitu masalah permodalan
(manajemen keuangan), maslah pemasaran, masalah produksi serta masalah
sumberdaya manusia. Masalah tersebut
berpengaruh tterhadap kelangsungan hidup dan produktivitas UMKM. Dinas
koperasi dan UKM kabupaten Bojonegoro telah melakukan berbagai program
sebagai upaya pengembangan. Dalam bidang keuangan yaitu penyediaan modal
kerja melalui dinas bekerjasama dengan Bank daerah. Dalam bidang manajemen
pemasaran diadakan program penyelenggaraan promosi produk Usaha Mikro
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
Kecil Menengah baik di regional maupun nasional. Acara seperti ini rutin
dilakukan oleh pemerintah kabupaten melalui dinas koperasi dan UMKM.
Program lain yang dilakukan adalah dalam bidang peningkatan kualitas produk
namun harga produk rendah atau dapat bersaing di pasaran. Program ini dilakukan
dengan melakukan study banding dan temu pelaku UMKM kabupaten
Bojonegoro dengan pelaku UMKM dari daerah Tulungagung dan Jogjakarta.
Program ini bertujuan untuk menciptakan link, kemitraan antar pelaku UMKM,
sekaligus merupakan kesempatan pelaku UMKM kabupaten Bojonegoro agar
dapat belajar dari pelaku UMKM di Tulungagung dan Jogjakarta tentang
bagaimana menciptkan produk yang berkualitas dengan biaya yang rendah.
Berbagai program yang telah dilakukan oleh dinas, sedikit banyak telah
membuahkan hasi dengan peningkatan jumlah UMKM dan peluasan pasar.
Namun, hal ini bukan berarti tidak ada masalah sama sekali pada UMKM.
UMKM Bojonegoro masih menyisakan berbagai masalah, seperti dalam bidang
keuangan adanya 140 pelaku UMKM yang masih mempunyai sisa tunggakan.
Dalam bidang manajemen dan produksi adanya klaim made in dari daerah lain
juga masih menjadi pekerjaan rumah yang cukup rumit. Sebenarnya pokok
permasalahan dari segala masalah adalah pada bidang manajemen sumberdaya
manusia. SDM pelaku UKM masih mempunyai pola pikir pragmatis, yaitu
berfikir hanya sebatas pada kebutuhan dasar/kebut han pokok saja. Keuntungan
jangka panjang dan dampak dari adanya klaim produk belum menjadi orientasi
para pelaku UMKM kabupaten Bojonegoro.
II. Dinas Perindustrian dan perdagangan (Diperindag)
A. Data Informan
Nama Informan : Nuriski Imandari, M.M
Usia : 37 tahun
Tempat : Kantor Dinas Perindustrian dan perdagangan
(Disperindag)
Jabatan : Kasubag Program dan Laporan
Pendidikan : Magister
Hari/Tanggal : Kamis, 08 Mei 2014
Waktu : pukul 08.45-10.00 WIB
B. Isi Wawancara
e. Berapa jumlaah unit usaha di Bojonegoro?
Jawaban:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
Berikut ini adalah data jumlah unit usaha per subsektor industri
pengolahan kabupaten Bojonegoro tahun 2008- 2013
N
o
Sub
sektor
Tahun
2
008
2
009
2
010
2
011
2
012
2
013
1
.
Mak
anan,
minuman
dan
tembakau
1
2,094
1
2,616
1
3,189
1
2,368
1
2,188
1
2,149
2
.
Teks
til, kulit dan
alas kaki
4
77
7
74
7
79
1
,080
1
,198
1
,337
3
.
Bara
ng dari kayu
dan hasil
hutan
8
32
9
74
9
55
1
,268
1
,461
1
,506
4
.
Kert
as dan
barang
cetakan
1
0
1
1
7 1
3
1
4
1
4
5
.
Pup
uk kimia
dan barang
dari karet
1
24
1
20
7
4
7
2
7
2
7
2
6
.
Sem
en dan
barang dari
galian
bukan
logam
1
,626
1
,053
1
,284
1
,392
1
,428
1
,545
7
.
Alat
angkutan
mesin dan
logam
elektro
4
62
5
35
6
24
6
88
7
08
8
21
8
.
Bara
ng lainnya
6
,316
6
,850
6
,417
6
,823
6
,984
7
,020
Jumlah 2
1,941
2
2,933
2
3,329
2
3,704
2
4,053
2
4,464
Sumber: arsip Dinas Perindustrian dan Perdagangan kabupaten
Bojonegoro
Jika melihat data di atas maka hampir semua subsektor mengalami
peningkatan jumlah unit usaha. Hanya pada sektor makanan, minuman dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
tembakau yang mengalami penurunan, sedangkan subsektor kertas dan barang
cetakan serta pupuk kimia dan barang karet jumlahnya tetap. Berdasarkan data di
atas jumlah unit usaha mengalami peningkatan dari taun ke tahun.
Pembangunan secara keseluruhan kabupaten Bojonegoro saat ini memang
diprioritaskan pada industri dan pertumbuhan ekonomi. Dalam lima tahun terakhir
arah pembangunan kabupaten Bojonegoro memang di arahkan pada pembangunan
ke arah modal sosial. Karena lima tahun sebelumnya infrastruktur dan sarana di
kabupaten Bojonegoro di anggap sudah baik. Dari analisa modal sosial untuk
kabupaten Bojonegoro sesuai RPJMP kabupaten Bojonegoro di arahkan pada
pembangunan industri pertanian dan pengolahan bahan pangan. Hal ini terkait visi
kabupaten Bojonegoro yang ingin menjadikan Bojonegoro sebagai lumbung
pangan dan energi nasional.
Pengolahan bahan pangan sendiri merupakan cara untuk membuat nilai
tambah dari hasil pertanian, yang merupakan salah satu tugas dari Disperindag.
Jika nilai tambah hasil pertanian meningkat maka pembangunan juga akan
meningkat hal ini akan meningkatkan perdagangan di kabupaten bojonegoro.
Peningkatan perdagangan di kabupaten Bojonegoro saat ini juga merupakan efek
dari industri migas yang ada. Di kecamatan yang ada unit usaha industri migas,
pertumbuhan jumlah unit usaha lain meningkat misalkan di kecamatan Kalitidu
dan Gayam. Visi misi kabupaten Bojonegoro sendiri, yaitu menjadikan
Bojonegoro sebagai daerah agro bisnis, agro industri kreatif dan agro industri.
f. Apa kendala pokok peningkatan industri di kabupaten Bojonegoro?
Jawaban:
Pada dasarnya kendala bersifat eksternal dan internal. Kendala eksternal
misalnya adalah krisis global yang terjadi. Kondisi ekonomi yag berubah dan
iklim usaha yang tidak kondusif merupakan kendala eksternal yang tdak bisa
diprediksi. Kendala internal yang dihadapi adalah Disperindag tidak mempunyai
tenaga pendamping lapangan. Industri adalah proses yang berkelanjutan.
Meskipun sudah diberi pelatihan, yang dibutuhkan pelaku UKM adalah
pendampingan dilapangan. Bagaimana cara membuat barang, cara mengatasi
masalah di lapangan, cara memasarkan dan sebagainya. Sehingga para pelaku
UMKM yang tidak kuat akan berhenti di tengah jalan/ tidak melanjutkan
usahanya karena tidak adanya pendamping tersebut, kasus semacam ini banyak
kita jumpai di lapangan.
g. Apa upaya pengembangan perdagangan dan perindustrian di kabupaten
Bojonegoro?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
Jawaban:
Upaya penanggulangan yang akan dilakukan Disperindag adalah bekerjasama
dengan perguruan tinggi melalui program pembinaan dan pendampingan terhadap
UMKM. Pada perguruan tinggi umumnya ada program back to village atau biasa
dikenal dengan KKM. Mahasiswa-mahasiswa ini membantu dalam proses
pendampigan dan pengembangan UMKM. Ini untuk rencana ke depan kerjasama
dengan IPB dan UGM juga untuk pendampingan hasil pertanian
Upaya pengembangan perdagangan dan perindustrian di kabupaten
Bojonegoro saat ini fokus pada peningkatan daya saing produk. Peningkatan daya
saing produk ini dilkukan untuk menyambut Asian Economic Comunity. Daya
saing harga, kualitas atau mutu produk merupakan indikator daya suatu produk
mampu untukbersaing. Kedepannya kami akan menerapkan standarisasi produk
untuk sektor yang memang disiapkan untuk ekspor. Standarisasi misalkan untuk
industri makanan dalam hal kemasan, kode produk, barcode, ijin BPPOM,
expired date. Sedangkan untuk industri kreatif akan difasilitasi untuk HAKI
h. Bagaimana prosedur kepemilikan copyright?
Jawaban:
Pemerintah kabupaten Bojonegoro memberikan fasilitas untuk industri
kreatif, dengan pendaftaran HAKI di pusat Jakarta. Kabupaten Bojonegoro sendiri
sudah memfasilitasi pendafataran HAKI pada sembilan motif batik daerah.
Namun, untuk handycraft kayu jati memang belum didaftarkan, tapi kedepannya
akan diusahakan didaftarkan, melalui anggaran APBN maupun APBD
Bojonegoro. Kabupaten Bojonegoro dalam peta potensi inti daerah memang pada
industri kayu jati. Jadi meskipun belum didaftarkan, masyarakat/ konsumen sudah
tahu kalau kayu ya pasti Bojonegoro.
i. Bagaimana tanggapan dinas UMKM tentang klaim produk made in dari
daerah lain?
Jawaban:
Iya memang kami sudah mendengar tentang hal tersebut. Adanya klaim produk
dari Malaysia, Singapura, Korea, Arab, dan mungkin masih banyak yang lainnya.
Mungkin karena memang kualitas produk kayu jati ini sangat baik, sehingga dari
luar negri berusaha untuk mengakui /mengklaim produk tersebut sebagai hasil
produksinya. Tapi, seperti yang saya katakan di awal tadi, semua orang akan
sudah tahu bahwa itu adalah hasil produksi dari Bojonegoro. Menyikapi kasus ini,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
faktor penyebabnya memang kami akui tingkat pendidikan para pelaku UMKM
ini masih rendah, secara ekonomi tekanan kebutuhan membuat para pelaku ini
untuk memenuhi kebutuhan pasar luar negeri tersebut. Mungkin efek panjangnya
mereka belum tahu,belum mengerti. Nanti, kita akan lakaukan pembinaan khusus.
Ini dilematis juga sebenarnya disisi lain jika dihentikan mereka akan kehilangan
pasar, jika dilanjutkan kerugian juga. Nanti peran pemerintah meyakinkan dunia
bahwa ini adalah produk asli Bojonegoro. Kita mulai dengan sosialisasi cinta
karya anak bangsa. Dengan label tersebut diharapkan akan memupuk kecintaan
masyarakat akan produk dalam negeri.
j. Berapa jumlah ekspor kabupaten Bojonegoro terutama dalam subsektor
olahan kayu jati?
Jawaban:
Jumlah ekspor kabupaten Bojonegoro dapat dilihat dalam tabel berikut.
Jumlah ekspor kabupaten Bojonegoro dalam U$
T
ahun
Ekspor
subsektor hasil
olahan kayu
Jumlah ekspor
keseluruhan
Per
sentase
2
009
290.817 1.257.488,76 23,
13%
2
010
351.948,51 1.486.028,80 23,
68%
2
011
132.442 2.649.044,00 5%
2
012
601.898,76 1.835.186,29 32,
80%
2
013
365.319 1.993.429 18,
33%
Sumber: arsip Dinas Perindustrian dan Perdagangan kabupaten
Bojonegoro
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa subsektor kayu menyumbang rata-rata
20,59 % dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Kabupaten bojonegoro
mempunyai luas wilayah dengan sumber daya alam kehutanan sebesar 44% dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
seluruh wilayah. Dengan demikian untuk ketersediaan bahan baku usaha hasil
olahan kayu, kami rasa tidak ada kendala dalam peresediaan bahan baku.
C. Refleksi
Pembangunan secara keseluruhan kabupaten Bojonegoro diprioritaskan
pada industri dan pertumbuhan ekonomi. Dalam lima tahun terakhir arah
pembangunan kabupaten Bojonegoro pada pembangunan ke arah modal sosial.
Visi misi kabupaten Bojonegoro sendiri, yaitu menjadikan Bojonegoro sebagai
daerah agro bisnis, agro industri kreatif dan agro industri. UMKM handycraft
merupakan salah satu industri kreatif. Sehingga merupakan salah satu fokus
pengembangan dan perhatian dari pemerintah kabupaten Bojonegoro. Upaya
pengembangan perdagangan dan perindustrian di kabupaten Bojonegoro saat
ini fokus pada peningkatan daya saing produk. Hal ini dilakukan dalam upaya
menyongsong asian economic comunity. Ada beberapa kendala internal yang
dihadapi oleh Disperindag di lapangan adalah dinas tidak mempunyai tenaga
pendamping lapangan.
III. Asosiasi pengusaha dan pengrajin desa Batokan “Tunas Jati”
D. Data Informan
Nama Informan : Imam Kambali
Usia : 47 tahun
Tempat : desa Batokan RT 24/ RW 04
Jabatan : Ketua asosiasi Tunas jati
Pendidikan : SMA
Hari/Tanggal : Senin, 12 Mei 2014
Waktu : pukul 10.00 WIB
E. Isi Wawancara
1. Bagaimana sejarah terbentuknya asosiasi Tunas jati?
Jawaban:
Pada tahun 1992 bernama BAJA yang merupakan singkatan dari Bandar Jati
Abadi. Dulu belum berbenttuk asosiasi tapi masih kelompok, dengan jumlah
anggota sebanyak 60 orang. Pada tahun 1998 mulai terbentuk asosiasi dengan
ketua bapak Drs. H. Anis Musthafa. Tujuan dibentuknya asosiasi adalah
meningkatkan kesejahteraan para anggota, dan mempermudah jalur bahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
baku. Asosiasi ini berfungsi sebagai media antara para pengrajin, pemilik
showroom dengan pemerintah.
2. Apa latar belakang didirikanya asosiasi “Tunas Jati?
Jawaban:
Waktu itu dari pemerintah menghendaki adanya suatu badan hukum yang legal
untuk mengurus perkembangan para pengrajin di desa Bandar. Sehingga jika
ada program/ bantuan dari pemerintah ada pihak yang bertanggungjawab
secara sah menurut badan hukum.
3. Upaya pengembangan yang dilakukan oleh asosiasi?
Jawaban:
Untuk periode pengurusan saya, dalam kurun jabatan lima tahun
kepengurusan skami memfokuskan pada pendirian koperasi. Diharapkan dengan
adanya koperasi ini penyaluran dana pada anggota. Program ini telah berjalan,
koperaasi telah berhasil didirikan dengan nama koperasi Asta Jati. Kemudian,
program kerja kami yang lainnya adalah pelatihan dan pendidikan pengembangan
motif pada kerajinan handycraft. Motif yang dikembangkan adalah motif batik
Bojonegoroan kayu. Dengan harapan agar ada cirinnya yaitu batik Bojonegoro
dan Namun, ternyata corak batik ini kurang diminati oleh pengrajin maupun
pemilik showroom karena memerlukan waktu pengerjaan yang relatif lama,
sehingga perputaran uang lama. Upaya lain yang dilakukan adalah dengan
menyalurkan aspirasi dari para pengrajin/pemilik showroom pada pemerintah.
Penertiban administrasi juga dilakukan unutuk mempermudah kerja para pengurus
dalam menyalurkan modal dan lain-lain.
4. Apa permasalahan yang dihadapi asosiasi terkait perkembangan UMKM
handcraft ?
Jawaban:
Permasalahan yang dihadapai cukup variatif, baik dari segi eksternal maupun
internal. Dari internal disini maksudnya adalah permasalahan antar sesama angota.
Seperti kecemburuan antar anggota dalam mengikuti pameran diluar kota yang
diadakan oleh dinas. Karna dari dinas biasanya menunjuk orang yang sama untuk
mengikuti pameran. Hal ini dapat melemahkan kelembagaan dan membuat
hubungan yang tidak harmonis antar anggota. Hal lain adalah sumberdaya
pengurus yang masih belum paham betul cara mengelola aosiasi. Kendala
eksternal adalah pandangan dan minat masyarakat dalam hal ini anggota “negatif”
terhadap asosiasi.
5. Apakah ketersediakan bahan baku untuk pengrajin desa bandar tersedia
dalam jumlah yang cukup?
Jawaban:
Selama ini bahan baku diambil dari dua cara, yang pertama dari limbah IPKJ dan
yang keedua dari para petani di kecamatan Kedewan. Kebanyakan para pengrajin
mengambil dari para petani di kecamatan kedewan, dengan pertimbangan harga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
yang lebih murah. Jadi ada pengepul dari petani kecamatan Kedewan yang
mengambil sisa pohon jati yangtelah ditebang oleh KPH (dikenal dengan istilah
tunggak pada masyarakat sekitar).
6. Apa peran serta pemerintah dalam mengembangkan UMKM handycraft
kayu jati?
Jawaban:
Banyak hal yang sudah diberikan oleh pemerintah untuk mengembangkan
UMKM handycraft kayu jati. Selain pameran dan pelatihan-pelatihan, hal lain
yang pernah dilakukan oleh pemerintah adalah pemebrian bantuan alat produksi
pada pengrajin. Pemberian bantuan alat ini, menggunakan sistem kelompok. Jadi
setiap 1 kelompok kerja yang terdiri dari 10 orang, mendapatkan satu buah mesin
bubut ukuran besar. Sehingga daya listrik tidak kuat. Kalau dari nilai, sebenarnya
mesin tersebut sangat mahal, namun dari segi manfat, mesin tersebut kurang bisa
dimanfaatkan karena yang dibutuhkan adalah mesin bubut ukuran kecil, bukan
ukuran besar. Bahkan, ada beberapa pengrajin yang berniat untuk menjual mesin
bantuan tersebut sebagai tambahan modal usaha. Mengingat nilai jual yang tinggi
dan mesin tersebut belum pernah dimanfaatkan sama sekali.
7. Apa harapan terhadap pemerintah?
Jawaban:
Dalam pameran untuk memberikan/ mengajak UMKM lain agar lebih
berkembang. Pemula dan yang UMKM yang telah berkembang.
F. Refleksi
Asosiasi adalah kumpulan para pengrajin dan pemilik showroom di desa Batokan.
Asosiasi ini didirikan sebagai media antara pemerintah dengan pelaku UMKM.
Dalam menjalankan kepengursannya, asosiasi mengalami berbagai kaendala baik
internal mauun eksternal. Kendala internal diantarannya adalah sikap masyarakat
yang cenderung skeptis terhadap asosiasi dan pengurus asosiasi yang belum tertib
secara administratif. Namun, demikian asosisibersaha untuk menunjukan kinerja
terbaik dengan mengembangkan handycraft kayu jati dengan menyalurkan
bantuan dari pemerintah, melakukan pelatihanpendidikan, penyaluran modal dan
pengembangan motif baru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
CATATAN LAPANGAN
Catatan lapangan no : 1
Pengamatan/wawancara : P/W
Waktu : 5 Januari 2013 jam 10.00-10.30
Disusun jam : 20.00
Tempat : Rumah pengrajin/tempat pembuatan
nampan jati
Subjek penelitian : Bapak Mutasam
A. Deskripsi
Bapak Mutasam merupakan informan pertama yang dikunjungi oleh
peneliti. Peneliti mengunjungi bapak Mutasam, dikarenakan mendapat arahan
dari ketua asosiai, bahawa bapak Mutasam merupakan pengrajin dengan
kapasitas produksi nampan yang paling besar. Bapak Mutasam melakukan
spesialisasi produksi dalam produk nampan. Nampan yang di buat berbentuk
kotak, lonjong, bulat dan segitiga. Ketika peneliti menanyakan apa kendala
pokok yang dialami oleh bapak Mutasam, beliau menjawab: “ Biasanya yang
sering jadi masalah itu adalah jika ada banyak pesananan mbak, sedang
kapasitas produksi kami kan terbatas, tenaganya maupun alatnya.” Apakah
pernah ada bantuan dari pemerintah? Beliau menjawab bahwa “ Bantuan dari
pemerintah pernah ada, diberikan per kelompok usaha, namun bantuan tersebut
kurang bisa dimanfaatkan karena terlalu besar wattnya.”
B. Refleksi peneliti
Pemerintah berusaha untuk memberikan bantuan melalui pengadaan
alat produksi, namun ternyata bantuan tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan
dasar para pelaku UMKM. Niat baik pemerintah memang bagus, untuk
memajukan UMKM, namun hendaknya upaya ini disertai dengan survei
awal/observasi dahulu agar alat yang diberikan dapat bermanfaat bagi pelaku
Lampiran 6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
UMKM. Kebermanfaatan alat yang diberikan akan meningkatkan kapasitas
produksi dan hal ini berarti peningkatan jumlah pendapatan yang diterima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
Catatan lapangan no : 2
Pengamatan/wawancara : P/W
Waktu : 5 Januari 2013 jam 11.00-11.30
Disusun jam : 21.00
Tempat : Rumah Bapak Maskun/ UD. Kondang jati
Subjek penelitian : Bapak Maskun
A. Deskripsi
Kendala utama yang di hadapai oleh bapak Maskun adalah terbatasnya
alat produksi yang dimiliki, strategi pemasaran yang diterapkan adalah
memperbUD anyak jaringan atau link pemasaran. UD. Kondang Jati tidak
melakukan produksi sendiri, namun menjadi pengepul dari industri-industri
kecil/pengrajin disekitar rumahnya. UD. Kondang jati menjual berbagai jenis
handycraft mulai handycraft hiasan, perabotan rumah tangga, hingga meubel
yang berukuran besar, seperti lemari, jendela, pintu, dan meja kursi. Kondang
Jati merupakan salah satu peserta aktif yang sering mengikuti pameran. Bapak
Maskun yang merupakan pemilik UD. Kondang jati merasakan manfaat
mengikuti pameran tersebut. Berikut kutipan catatan lapangannya
“ Pameran sangat membantu kami, dalam memperoleh pesanan dari
luar kota”, karena memang untuk perluasan pasar.”
Karena fokus pada perluasan jaringan pemasaran, pada tahun 2010, ketika
pemerintah mengadakan program wood fair, Bapak Maskun mnegikuti kegiatan
ini, namun di tahun berikutnya, yaitu tahun 2011, beliau memutuskan untuk tidak
mengikuti.
“ Saya pernah ikut dulu pas ditahun 2010, ada wood fair tapi menurut saya
kurang jelas kegiatanya, dapat instruksi ada edaran dari pemerintah untuk
ikut, tapi saya ikut juga tidak ada yang datang ke showroom saya, bahkan
sampai kegiatan selesai”. Lebih lanjut informan menuturkan, “ saat diawal
memang terlihat meriah ada kunjungan dari mentri dan orang dinas, tapi
kemudian menguap seperti selesai begitu saja tidak ada tndak lanjutnya. Ya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
akhirnya, tahun berikutnya diadakan lagi saya malas tidak ikut daftar
mbak.”
Selain aktif mengikuti kegiatan pameran dan pernah mengikuti program
wood fair, beliau juga mencoba jenis pemasaran yang belakangan ini ramai
diperbincangkan, yaitu online marketting atau pemasaran melalui media internet.
Blog merupakan media sosial yang dipilih untuk melakukan pemasaran internet,
alamat URL yang dipilih yang menjadi katalog jualan UD. Kondang Jati adalah
grosirkerajinankayujati.blogspot.com. Dalam blog tersebut, selain memuat tentang
kataog produk-produk terbaru, juga membrikan kemudahan dalam pemesanan dan
cara pembayaran.
Alasan mengapa beliau melakukan pemasaran melalui internet, menurut
pengakuan beliau adalah adanya tuntutan teknologi. Beliau mengaku untuk
pengelolaan blog tersebut, dibantu oleh anaknya.
“ Ini ide dari anak saya untuk membuat blog, saya dulunya gak paham,
mbak, di ajarin anak saya lama-lama ya bisa juga.”
“ Ya, ada yang pesan mbak, enaknya kalo pake blog kita bisa dapat pesanan dari
jauh, misalkan saya pernah dulu dapat pesanan dari Bali, katanya lihat di blg trus
telp ke nomer hape saya, ya Alhamdulilah mbak, sedikit-sedikit di kumpulkan
buat sangu anak.”
B. Refleksi peneliti
Kegiatan studi banding dan pameran merupakan kegiatan rutin yang
diadakan oleh Dinas UMKM, kegiatan ini bertujuan untuk menambah jaringan
pemasaran para pelaku UMKM. UD. Kondang jati merupakan UD yang
mempunyai strategi pemsaran yang bagus, dengan memperbanyak jarigan
pemasaran berarti menambah link usaha. Strategi pemasaran melalui internet
merupakan strategi yang banyak diminati akhir-akhir ini, melalui strategi ini, baik
pembeli maupun penjual disuguhi kemudahan dan kecepatan transaksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
Catatan lapangan no : 3
Pengamatan/wawancara : P/W
Waktu : 5 Januari 2013 jam 11.30-12.30
Disusun jam : 21.30
Tempat : Rumah Ibu Maslikah/ UD. Berkah Jati
Subjek penelitian : Ibu Maslikah
A. Deskripsi
Saat ditemui, dirumahnya ibu Maslikah sedang melayani pembeli yang
mengambil pesanan. Beliau mengatakan bahwa pembeli tersebut merupakan
salah satu rekanan pemasaran yang didapat dari program wood fair. Maka
peneliti memfokuskan untuk bertanya tentang manfaat yang didapatkan
setelah mengikuti kegiatan tersebut. Berikut kutipan wawancara terkait
manfaat program wood fair tersebut.
Informan : “ Kalau menurut saya ya mbak, wood fair itu ya lumayan ada
manfaatnya, soalnya kan jadi ada pembeli dari luar kota yang
dulunya belum tahu kalau dsini ada industri menjadi tahu, ya
meskipun ada yang beli ada yang cuman lihat-lhat saja, tapi
minimal mereka tahu dulu, setelah itu mungkin akan melakukan
pemesanan”.
Peneliti : Misalnya pembeli dari mana ibuk?
Informan : Ya ada yang dari Ngawi, Cepu ada juga yang dari Surabaya.
Peneliti : berarti ibu merasakan manfaat dari adanya kegiatan wood fair
ini nggeh buk?
Informan : ya makanya saya mau ikut lagi mbak, tahun 2010 saya ikut,
terus ditahun 2011 saya ikut lagi.
Untuk kendala yang dihadapi, beliau menambahkan bahwa kendala utama
yang dialami adalah kendala dibidang keuangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
“ Ya memang semua upaya untuk menambah penghasilan kami
lakukan, namun, pada waktu itu ibu sakit, kena ginjal dan diabetes mbak, ya
ngamar beberapa kali. Jadinya uangnya ikut terpakai biaya pengobatan ibu.”
UD. Berkah jati, merupakan salah satu UD yang menggambarkan
bahwa manajemen keuangan pelaku UMKM belum baik. Belum memisahkan
antara kekayaan perusahaan dengan kekayaan pribadi, sehingga apabila terjadi
gejolak dalam masalah pribadi, keuangan perusahaan ikut jatuh.
Dalam menyikapi keterpurukan perusahaan, Ibu Maslikah selaku
owner mensiasati dengan melakukan pemasaran melalui internet atau internet
marketting.
“kalau kita jualan langsung, butuh modal usaha mbak, harus ada
yang di display, lha barang display kan harus produksi atau beli menggunakan
uang. “
Beliau menambahkan,
“ Jika menggunakan facebook, kami tinggal memfoto, trus di unggah
dan pembeli datang. Saya ini di ajarin sama anak saya, yang memberi ide untuk
jualan di facebook, ya saya ngikut aja mbak, yang ngurusi ya semua anak saya
yang SMA itu.” UD. Berkah Jati merupakan salah satu UD yang melakukan
upaya pemasaran internet melalui facebook.
B. Refleksi Peneliti
Dalam suatu perusahaan atau organisasi minimal melingkupi empat
aspek, yaitu aspek manajemen produksi, pemasaran, keuangan dan sumberdaya
manusia. Ke empat aspek ini saling bersinergi, jika salah satu aspek rendah
atau kurang bagus, maka harus ditunjang atau diselamatkan oleh aspek lainnya.
UD. Berkah Jati mengalami kejatuhan usaha dan mencoba menyelamatkanya
dengan melakukan pemasaran internet melalui jejaring sosial facebook.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
Catatan lapangan no : 4
Pengamatan/wawancara : P/W
Waktu : 5 januari 2013 jam 12.30-13.00
Disusun jam : 22.20
Tempat : Rumah Ibu Eni Sri Rahayu/ UD. Dwi
Karya
Subjek penelitian : Ibu Eni Sri Rahayu
A. Deskripsi
UD. Dwi karya merupakan UD yang terbesar dikelompok pengusaha
handycraft Dusun Bandar. UD ini bahkan telah berhasil mengirimkan barangnya
ke kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bali, Jogja dan juga Mamuju.
Kekuatan utama UD. Dwi Karya ini adalah pada loyalitas konsumen dan kualitas
produksi, memang secara perbandingan harga, UD ini mempunyai standart harga
yang tinggi. Bila dibandingkan namun, harga yang tinggi sebanding dengan
kualitas yang terjaga pada setiap produknya.
“ Strategi dalam usaha saya, pada loyalitas konsumen mbak, dari
pengalaman bertahun-tahun ketika mulai awal sampai sebesar sekarang, saya
berfikir bahwa loyalitas konsumen adalah kuncinya, jika konsumen puas dengan
produk kita, maka dia akan kembali lagi dan akhirnya terikat dengan kita secara
tidak langsung (loyal).”
Saat ini UD. Dwi Karya bekerjasama dengan pengusaha ukir kayu
darijepara dalam pemasaran dan distribusi produknya. Menjadi pencetus ide
pemasaran melalui internet, juga dilakukan oleh UD. Dwi karya ini. Berawal dari
handphone blackberry yang di beli di awal tahun 2010, ada keinginan untuk
memasarakan produk melalui BBM.
“ Ini dibelikan tole hape baru mbak, terus di ajarin cara menggunakanya,
cara update gambar, dan informasi harga, keterusan sampai sekarang.”
Beliau menuturkan ada juga pembeli yang membeli dan tertarik untuk
memesan melalui pemasaran BBM. saat ini UD. Dwi Karya memiiki ruang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
produksi untuk finishing yang besar debelakang rumah Ibu Eni. UD. Dwi karya
empunyai dua usaha utama yaitu handycraft dan meubel.
B. Refleksi peneliti
Penguasaan pemasaran melalui internet, mutlak diperlukan ditengah
bisnis online akhir-akhir ini, hal ini membuat UD. Dwi karya mampu
memperoleh omzet penjualan yang sangat tinggi, bila dbandingkan UD
yang lainnya karena kejeliaanya membidik segemntasi apsar. Jika UD yang
lain memasang harga menengah ke bawah, UD. Dwi karya justru
memasang harga tinggi, dengan analisa bahwa ada konsumen yang tidak
sekedar mencari harga murah, namun konsumen yang mencari kualitas
yang bagus. Konsumen jenis ini akan membayar dengan harga tinggi, dan
cencerung loyal, karena orientasi membeli dengan kepuasan karya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
Catatan lapangan no : 5
Pengamatan/wawancara : P/W
Waktu : 5 Januari 2013 jam 13.30-14.30
Disusun jam : 22.50
Tempat : Rumah Bapak Ali Nur/ pengrajin tempat
minum
Subjek penelitian : Bapak Ali Nur Hidayat
A. Deskripsi
Pengrajin merupakan nafas dalam sebuah industri, jika pengrajin mati (secara
kreasi) maka akan mati pulalah industri tersebut. Nampaknya hal ini menjadi
pemahaman utama dari Bapak Ali Nur Hidayat. Merupakan pengrajin yang
berkonsentrasi/ spesialisasi pada pembuatan tempat air minum kemasan berbagai
ukuran. Dalam menjalankan usahanya beliau menyatakan bahwa kendala utama
yang muncul adalah kesediaan bahan baku dan ide untuk berkreasi.
Pengrajin tidak dapat mengikuti kegiatan pameran, sehingga untuk pemasaran
dan link hanya ke pada showroom sekitar saja. Namun, pengrajin dapat mengiuti
kegiatan studi bading yang dapat membuaka wawasan dan ide baru bagi para
pelaku UMKM.
Beliau mengikuti kegiatan studi banding di tulungagung dan tertarikuntuk
mengikutinya kembali jika memang diberikan kesempatan. Berikut tanggapan
beliau ketika ditanya tentang mafaat yang didapat setelah mengikuti kegiatan studi
banding.
“Kegiatan studi banding dapat membantu mengajarkan cara
bagaimana memperluas pemasaran, dan pengelolaan usaha. Melalu studi
banding ini kami bertemu denganpara pelaku UMKM di daerah lain,
berbagi masalah dan mencari solusi bersama.”
B. Reflekti peneliti
Kegiatan studi banding bermanfaat untuk membuka wawasan dan mengasah
kretifitas, karena umumnya para pelaku UMKM akan merasa termotivasi untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
melakukan hal lebih yang mempunyai tujuan sama yaitu menambah penghasilan
usaha.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
Catatan lapangan no : 6
Pengamatan/wawancara : P/W
Waktu : 14 Januari 2013 jam 11.30-12.00
Disusun jam : 19.20
Tempat : Rumah Umi Nazilah / UD. Nukida jati
Subjek penelitian : Ibu Umi Nazilah
A. Deskripsi
UD. Nukida jati merupakan industri terbesar kedua, dari jumlah
aset dan jenis barang yang dijual. Kendala utama yang dihadapi oleh
Nukidajati adalah kendala dbidang keuangan dan pemasaran, sebagaimana
cuplikan wawancara berikut
“ Pernah seret itu pas sekitar tahun 2011, pengen beli mobil, pas udah
namun ternyata mobil tersebut tidak digunakan untuk tambahan
operasional usaha, sehingga untuk nutup uang transportnya sama, tapi
modal kerjanya berkurang.”
Strategi dan upaya yang dilakukan oleh UD. Nukida jati adalah
melalui inovasi produk, mengiuti kegiatan pameran dehingga dapat
memperluas link/ jaringan pemasaran produk.
B. Refleksi Peneliti
Kondisi keuangan yang tercampur antara modal usaha dan belanja
sehari-hari menandakan bahwa pencatatan cash flow masih kurang bagus, dan
hal ini berdampak buruk bagi keberlangsungan usaha.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
Catatan lapangan no : 7
Pengamatan/wawancara : P/W
Waktu : 14 Januari 2013 jam 12.30-13.00
Disusun jam : 20.20
Tempat : Rumah Bapak As’ad / UD. Tijaroh jati
Subjek penelitian : Bapak As’ad
A. Deskripsi
Bapak As’ad merupakan salah satu pemilik showroom yang sudah lama
terjun ke indusri handycraft. Menurut beliau selama menjadi pemilik showroom
UD. Tijaroh jati, beliau belum menemui kendala yang berarti, namun juga tidak
berarti mengalami kemajuan yang pesat. Beliau menuturkan bahwa, untuk dapat
memenuhi keinginan konsumen, beliau seringkali berhutang baik pada koperasi
maupun ke rentenir, sebagaimana kutipan wawancara berikut.
“ya kalau lepas dari pinjaman sama sekali, kami belum bisa. Waktu itu ada
pesanan banyak dan kami tidak punya modal, sehingga yang kami pikirkan adalah
mencari hutang pada rentenir, namun kita tahu bunga rentenir kan besar sekali.
Akhirnya meskipun kami bisa memenuhi permintaan, tapi langsung sebagian
besar hasil penjualan kami bayarkan hutang itu mbak”.
Oleh karena itu UD. Tijaroh Jati pernah mengalami penurunan usaha pada
tahun 2011. Hal ini dikarenakan tercampurnya uang modal usaha dengan uang
sehari, hari. Bunga rentenir yang besar menyebabkan UD. Tijaroh Jati mengalami
kegagalan pada tahun tersebut.
Namun, UD. Tijaroh Jati bangkit lagi, karena mendapat pesanan yang
lumayan banyak, setelah mengikuti pameran. Beliau menambhakan bahwa untuk
dapat memenuhi pesanan tersebut, beliau berhutang pada saudara,
“ya eman, mbak pesenannya lumayan, kalau tidak dipenuhi nanti
mengecewakan, lagipula sudah diberi fasilitas pameran gratis, giliran dapat
pesanan masak gak sanggup.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
B. Refleksi Peneliti
Ud. Tijaroh jati merupakan salah satu industri yang cukup lama bertahan.
UD. Tijaroh jati dikelola denagn jujur oleh pemiliknya, Bapak As’ad.
Merupakan unit usaha yang mengalami kejatuhan karena kesalahan
manajemen keuangan dalam perusahaanya. Beliau mengambil keputusan
dengan tidak memisahkan antara modal perusahaan dengan biaya sehari-
hari, sehingga ketika usahanya “jatuh”, kondisi keuangan rumah tangga juga
ikut jatuh.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
Catatan lapangan no : 8
Pengamatan/wawancara : P/W
Waktu : 14 Januari 2013 jam 13.00-14.00
Disusun jam : 20.50
Tempat : Rumah Ibu lasmirah/ Pengrajin
Subjek penelitian : Ibu Lasmirah
A. Deskripsi
Kendala utama yang dirasakan oleh Ibu Lasmirah selaku pengrajn di
Dusun bandar adalah kurangnya bantuan pemerintah, baik dari segi bantuan
modal maupun bantuan non modal, seperti pelatihan/ pendidikan.
“Ibaratnya gini mbak, pengrajin itu kan selalu kalah jika
dbindanigkan dengan pemilik showroom, mereka ada modal, jadi bisa jual
kemana-mana. Kalo kami kan harus nerimo ing pandum, jika harga pasar
sedang turun, ya kami harus rela jika harga produk dibeli dengan harga
rendah, asal dapur kami tetap mengepul.”
Strategi utama atau upaya yang dilakukan ibu lasmirah untuk
mempertahankan eksistensinya adalah melalui inovasi produk.
“Jika produknya itu-itu saja ya pembelinya bosan mbak, akhirnya tidak beli lagi
di kita, yang nantinya kalau pelanggan banyak yang datang kan kita dapat
tambahan uang, kalau selalu ada yang baru, kan kita (pengrajin) idenya juga tidak
mati.”
B. Refleksi Peneliti
Inovasi menjadi hal yang mutlak / harus dilakuka dalam sebuah
industri. Inovasi tidak harus menciptakan sesuatu yang baru, namun, bisa
mendaur ulang produk lama, kemudian memberi sentuhan baru. Seperti yang
dilakukan oleh Ibu lasmirah, beliau merupakan pengrajin yang berspesialisasi
membuat tatakan gelas, mula-mula beiau membuat inovasi dari segi warna,
yang semula warnyanya warna kayu yaitu coklat muda dan coklat tua, kemudia
mengubahnya menjadi inovasi bentuk, mulai dari tumbuh-tumbuhan dan
hewan. Hal terakhir yang dilakukan adalah inovasi motif atau corak yaitu
dengan motivasi corak pemandangan, hewan, garis, dll.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
Catatan lapangan no : 9
Pengamatan/wawancara : P/W
Waktu : 14 Januari 2013 jam 14.00-15.00
Disusun jam : 22.30
Tempat : Rumah Bapak Zaenal Abidin/Pengrajin
Subjek penelitian : Bapak Zaenal Abidin
A. Deskripsi
Kendala utama yang dihadapi oleh bapak Zaenal Abidin adalah terbatsnya
lin pemasaran. Sebagai pengrajin link pemasaran bapak zaenal adalah ke
showroom. Namun, belakangan ada kejenuhan yang dirasakan. Hal ini dipicu dari
persaingan harga yang tidak sehat antara sesama pengrajin maupun pelaku
UMKM.
“ Disini untu masyarakatnya cuek mbak, ya mungkin karena semua bisnis
memang seperti itu ya, persaingan harga wajar lah terjadi dimana saja. Namun,
sebagai masyarakat desa, yang umumnya masih guyub, disini itu agak kurang
rukun antar sesama.”
Lebih lanjut beliau menerangkan ilustrasinya
“ Bila saya punya produk tempat air ya, saya jual di showroom A harganya
30 ribu kemudian showroom jual ke konsumen harga 65 rbu. Ada showroom yang
menurunkan harga sampai 50 bahkan 40,otomatis showroom A kalah bersaing
dan membeli produk saya dengan harga yang lebih rendah dari harga awal (30
ribu). “
Kejenuhan ini yang melatarbelakangi beliau untuk memproduksi
sendiri produk handycraft mulai dari awal bahan baku mentah sampai proses
finishing, untuk kemudian dijual sendiri melalui media online. Meskipun beliau
tidak menguasai internet, namun beliau menggunakan pemasaran internet dengan
dibantu oleh anaknya.
“ Jika saya tidak bisa mbak, pakai-pakai internet, orang sekolah
saja saya tidak lulus, biasanya anak saya yang melakukan (pemasaran
melalui internet). Media internet yang dipilih adalah melalui sosial media
FB (facebook).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
B. Refleksi Peneliti
Persaingan harga merupakan hal yang pasti dialami oleh pelaku bisnis.
Dalam menyikapi persaingan harga ini diperlukan upaya atau strategi khusus,
misalkan menjaga mutu/kualitas barang. Hal lain yang bisa dilakukan adalah
melakukan membuat kesepakatan harga antar pelaku UMKM. Kesepakatan
disini dimaksudkan untuk melindungi produsen dan juga konsumen.
Masyarakat Dusun Bandar Desa Batokan Kecamatan Kasiman, menurut
penuturan tokoh adatsetempat memang meiliki sikap hidup yang apatis dan anti
sosialis. Pemikiran/mindset masyarakat adalah kehidupan pribadi dalam jangka
pendek. Msyarakat ini, tidak mempan/anti jika ada organisasi sosial
kemasyrakatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
156
Catatan lapangan no : 10
Pengamatan/wawancara : P/W
Waktu : 14 Januari 2013 jam 15.00-17.00
Disusun jam : 00.00
Tempat : Rumah Bapak Abdul Hamid/Pengrajin
Subjek penelitian : Bapak Abdul Hamid
A. Deskripsi
Bapak Abdul Hamid memfokuskan diri untuk memproduksi lampu tempel dan
lampu berdiri. Kendala utama yang dialami oleh bapak abdul hamid adalah
bahanbaku, jika masa panen tiba maka bahan bau akan sangat susah kami
dapatkan. Hal ini akan menghambat produksi. Tidak ada produksi berarti tidak
ada penghasilan.
Kendala lain yang dihadapai adalah minimnya link pemasaran,
“ Selama ini ya kalau memasarkan ya ke showroom saja, supplier ke 2 atau 3
showroom biasanya jika ada pesanan banyak gitu agak kerepotan mbak, kami
melakukan kerjasama dengan sesama pengrajin, untuk memenuhi pesanan.”
B. Refleksi Peneliti
Dalam suatu perusahaan ketersediaan bahan baku menjadi syarat utama
jalannya proses produksi, jika bahan baku tidak tersedia makaproduski juga
akan terhambat. Selama ini para pelaku UMKM mencari alternatif dengan
membei ke perum perhutani yang harganya agak jauh lebih mahal.
Konsekuensinya, harga produk menjadilebih mahal, namun pesanan
konsumen dapat terpenuhi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
157
Lampiran 7 Daftar Nama dan Kode Informan
KODE NAMA INFORMAN keterangan
A UD.KONDANG JATI Pemilik showroom
B UD.DWI KARYA Pemilik showroom
C UD. BERKAH JATI Pemilik showroom
D UD.NUKIDA JATI Pemilik showroom
E UD.TIJAROH JATI Pemilik showroom
F ALI NUR HIDAYAT Pengrajin
G LASMIRAH Pengrajin
H M.ZAENAL ARIFIN Pengrajin
I ABDUL HAMID Pengrajin
J MU'TASAM pengrajin
Daftar Nama dan Kode Informan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
158
No Poin
bahasan
Sumber 1
Pelaku UMKM
Sumber 2
Pemilik Showrrom
Hasil
1. Latar
belakang
usaha
Pengrajin
menganggap
bahwa
memproduksi
handycraft
merupakan usaha
turun temurun
dan merupakan
Mata pencaharian
pokok.
Tersedianya
bahan baku
dalam jumlah
banyak ikut
menjadi latar
belakang usaha
para pengrajin
Merupakan
usaha yang telah
dilakukan sejak
dahulu. Ada
anggapan bahwa
bisnis handycraft
melupakan peluang
bisnis yang baik
a. Tersedia
bahan baku
yang cukup
b. Merupakan
usaha turun
temurun
2. Kendala
yang
dihadapi
bidang
produksi
Keterbatasan alat
produksi yang
dimiliki
pengrajin,
sehingga
pengrajin
memproduksi
handycraft dalam
bentuk setengah
jadi.Pengeringan
handycrafti jika
cuaca hujan,
maka hasil
handycraft
kurang bagus.
Kendala utama
bidang produksi
adalah keterbatasan
modal usaha,
sehingga showroom
membeli barang
setengah jadi dari
pengrajin
Pengrajin
memproduksi
barang setengah
jadi kemudian
dijual ke
showroom.
Pemilik
showroom
kemudian
melakukan proses
finishing. Baik
pengrajin maupun
showroom
mendapatkan
keuntungan
karena biaya
produksi menjadi
lebih ringan.
3. Upaya yang
dilakukan
dibidang
produksi
Melakukan
penambahan
jenis dan ukuran
handycraft yang
dproduksi
Melakukan inovasi
dari segi warna dan
bentuk handycraft
Pengrajin dan
pemilik
showroom
melakukan
inovasi dari segi
warna, bentuk dan
jenis,ukuran.
Lampiran 8
HASIL TRIANGGULASI SUMBER
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
159
4. Cara
pemasaran
Cara pemasaran
dari pengrajin ke
pemilik
showroom
Menerima
produk dari
pengrajin
Memasarkan ke
konsumen
dengan menjual
di showroom
Melakukan
pemasaran
melalui internet
Pemasaran dari
pengrajin melalui
satu cara yaitu
menjual ke
showroom,
sedangkan
pemilik
showroom
melakukan
pemasaran di
galeri. Beberapa
showroom
melakukan
pemasaran
melalui internet
5. Cara
memperluas
pemasaran
Memperbanyak
jaringan ke
showroom lain.
Mengikuti pameran
untuk memperluas
jaringan dengan
menambah
pesanan/konsumen
baru dari luar kota
Perluasan
pemasaran
dilakukan dengan
mengikuti
pameran
6. Modal usaha Modal pribadi
Pinjaman
Modal pribadi
pinjaman
Modal pribadi dan
pinjaman
7. Pencatatan
laporan
keuangan
dan Cash
flow
Tidak
mempunyai
catatan laporan
keuangan meski
bersifat
sederhana. Modal
usaha tercampur
dengan modal
pribadi
Ada yang telah
membuat catatan
cash flow dengan
cara yang masih
sederhana. Modal
usaha dan modal
pribadi tercampur
Belum ada
laporan keuangan
yang
rinci,sehingga
susah untuk
mengetahui
kekayaan usaha.
8. Upaya
peningkatan
pendapatan
Melakukan
penambahan
jumlah produksi
dan menjaga
kualitas produk
Melakukan
perluasan jaringan
pemasaran
Pengrajin
meningkatkan
pendapatan
dengan
menambah
produksi, jumlah
peningkatan
persediaan barang
akan di jual ke
showroom.
9. Cara
memproduksi
Dari bahan
mentah berupa
lempeng kayu
sampai barang
Menerima barang
setengah jadi dari
produksi. Melakukan
produksi barang dari
Proses produksi
melalui dua
tahapan yaiu:
mentah ke barang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
160
setengah jadi setengah jadi
kemudian
melakukan proses
finishing
setngah jadi di
tangan pengrajin,
setelah itu
dilakukan oleh
showroom
10. Alat produksi Pembelian alat
produksi melalui
modal usaha
Pembelian alat
produksi melalui
modal usaha
Penyediaan alat
produksi melalui
modal usaha
pengrajin dan
pemilik
showroom
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
161
No Poin
bahasan
Metode
Survei
Metode
observasi
Metode
wawancara
Hasil
1. Ketersediaa
n bahan
baku
Bahan baku
tersedia dalam
jumlah yang
cukup
Bahan
baku tersedia
dalam jumlah
yang banyak
Bahan baku
tersedia dalam
jumlah yang
cukup, namun
apabila saat
musim tanam
atau
panen,pengraji
n kesulitan
mendapatkan
bahan baku.
Bahan baku tersedia
dalam jumlah yang
cukup
2. Kapasitas
produksi
Lebih dari 100
per bulan
20 per hari Lebih dari 100
per bulan
Lebih dari 100 per
bulan *) dengan
asumsi jumlah
tenaga kerja 2 orang
pada industri
3. Dukungan
pemerintah
pada
UMKM
Pemerintah
memberikan
dukungan
melalui
bantuan alat
dan perluasan
jaringan
pemasaran
Pemerintah
memberikan
dukungan
melalui
bantuan alat
produksi
Pemerintah
melakukan
bantuan alat
produksi,
mengadakan
pameran, studi
banding dan
program wood
fair
Pemerintah
mendukung usaha
UMKM handycraft
dengan memberikan
dukungan berupa
bantuan alat
produksi,
mengadakan
pameran, studi
banding dan
program wood fair
4. Kerjasama
produksi
Pelaku
UMKM
melakukan
kerjasama
dengan sesama
pengrajin,
pemilik
showroom,
pelaku
UMKM dari
kota lain
Pelak
u UMKM
melakukan
kerjasama
dengan
sesama
pengrajin,
pemilik
showroom
Pelaku
UMKM
melakukan
kerjasama
dengan sesama
pengrajin,
pemilik
showroom,pem
erintah, dan
juga pelaku
UMKM dari
daerah lain.
Pelaku UMKM
melakukan
kerjasama dengan
sesama pengrajin,
pemilik
showroom,pemerinta
h, dan juga pelaku
UMKM dari daerah
lain.
5. Segmentasi
pasar
Kota
Bojonegoro
dan sekitarnya
Segmentasi
pasar produk
adalah
Kota
Bojonegoro,
pasar
Pasar sekitar
Bojonegoro, pasar
nasional meliputi
Lampiran 9
HASIL TRIANGGULASI METODE
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
162
kabupaten
Bojonegoro
dan kota-kota
besar di
Indonesia
internasional
melalui
distributor
kota kota besar
Jogja, Jakarta,
Bandung, Bali, dll.
Pasar internasional
melalui distributor.
6. Kendala di
bidang
pemasaran
Persaingan
harga antar
pelaku
UMKM dan
kurangnya
dukungan
pemerintah
Media
peamsaran
yangdigunak
an masih
terbatas.
Ada
kecenderunga
n bahwa
pelaku
UMKM,
menunggu
pembeli
datang ke
showroom
Minimnya
media
pemasaran
yang dilakukan
dan
penguasaan
teknologi
sebagai media
pemasaran
Kendala bidang
pemasaran terdiri
dari dua hal:
a. Kendala internal
(berasal dari
dalam pelaku
UMKM) yaitu
penguasaan
teknologi,
minimnya media
yang digunakan,
persaingan harga
antar pelaku
UMKM, serta
sifat tidak mau
berusaha
b. Kendala eksternal
Kurangnya
dukungan
pemasaran dari
pemerintah
7. Peningkatan
omzet
melalui
usaha
Melalui
inovasi dan
pemasaran
Melalui
inovasi dan
perluasan
jaringan
pemasaran
produk
Melalui
inovasi,
pemanfaatan
online
marketting,
mengikuti
program
pemerintah
Melalui inovasi,
pemanfaatan online
marketting,
mengikuti program
pemerintah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
163
Lampiran 10 Foto Kegiatan
Pemasaran melalui internet (online marketting) media sosial facebook dan blog
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
164
Bantuan alat dari pemerintah berupa mesin bubut
Program wood fair yag dihadiri oleh Bapak Syarifudin Hasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
165
Kegiatan studi banding pelaku UMKM
Inovasi bentuk dan warna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user