--syamsualam-8126-1-14-syams-3

204
PUSAT KEGIATAN FOTOGRAFI DI MAKASSAR DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR METAFORA ACUAN PERANCANGAN Tugas Akhir 477D5106 Periode IV Tahun 2013 2014 Sebagai Persyaratan Untuk Ujian Sarjana Arsitektur Oleh : SYAMSU ALAM D511 07 043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN 2014

Upload: ivania-ceria

Post on 08-Jul-2016

48 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Syarat tugas akhir

TRANSCRIPT

  • PUSAT KEGIATAN FOTOGRAFI DI MAKASSAR DENGAN PENDEKATAN

    ARSITEKTUR METAFORA

    ACUAN PERANCANGAN

    Tugas Akhir 477D5106 Periode IV

    Tahun 2013 2014

    Sebagai Persyaratan Untuk Ujian

    Sarjana Arsitektur

    Oleh :

    SYAMSU ALAM

    D511 07 043

    PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

    JURUSAN ARSITEKTUR

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    2014

  • ii

    PENGESAHAN

    ACUAN PERANCANGAN

    PROYEK : TUGAS SARJANA ARSITEKTUR

    JUDUL : PUSAT KEGIATAN FOTOGRAFI DI MAKASSAR

    DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR METAFORA

    PENYUSUN : Syamsu Alam

    NO. STB : D511 07 043

    PERIODE : IV Tahun 2013-2014

    Menyetujui

    DosenPembimbing

    Ir. Muh. Taufik Ishak, MT Moh. Mochsen Sir, ST., MT

    NIP. 19600119 1989031002 NIP. 19690407 1996031003

    Mengetahui,

    KetuaJurusanArsitektur FakultasTeknik

    UniversitasHasanuddin

    Baharuddin Hamzah, ST,M.Arch, Ph.D

    NIP. 196903081995121001

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam kepada

    Nabiullah Muhammad SAW atas Quran, Hadits, rahmat, karunia, serta

    segenap ilmu yang tersebar di muka bumi, sehingga penyusunan Acuan

    Perancangan ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

    Penulis menyadari bahwa Acuan Perancangan ini masih jauh dari

    kesempurnaan. Pada akhirnya, dengan segala kekurangan dan

    kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan

    yang tidak terhingga kepada pihak-pihak yang telah membantu kepada :

    1. Bapak Ir. Muh.Taufik Ishak, MT selaku pembimbing I dan Bapak

    Moh.Mochsen Sir, ST,.MT selaku pembimbing II, yang telah

    meluangkan waktu dan pikiran selama proses bimbingan dan

    penulisan Acuan Perancangan ini.

    2. Bapak Baharuddin Hamzah, ST.,M.Arch.,Ph.D, selaku Ketua

    Jurusan Arsitektur dan Ibu Wiwik Wahidah Osman, ST, MT,

    selaku Sekretaris Jurusan Arsitektur.

    3. Ibu Hj. Nurmaida Amri, ST,.MT, selaku Penasehat Akademik,

    terima kasih atas nasehat dan masukannya selama ini.

    4. Bapak Abdul Mufti Radja, ST., MT., Ph.D dan Bapak Ir. H. Muh.

    Fathien Azmy, M.Si, selaku pengelola Studio Tugas Akhir Jurusan

    Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, atas segenap

    bimbingan dan arahan, serta segala kearifan dan

    kebijaksanaannya.

    5. Seluruh Dosen dan Staf/Karyawan Jurusan Arsitektur Fakultas

    Teknik Unversitas Hasanuddin, atas semua ilmu dan pengetahuan

    yang diberikan, serta yang telah membantu segala prosedur yang

    disyaratkan.

    6. Ayahanda H. Muh. Dahlan dan Hj.Siti Aminah, terima kasih atas

    curahan kasih sayang, perhatian, dan segenap doanya yang

    senantiasa menjadi sumber kekuatan dalam perjuangan penulis.

  • iv

    7. Warga Jati No.7 terima kasih atas segala kasih sayang, doa, serta

    semua bantuan yang tidak terhingga selama ini.

    8. Teman-teman Arsitektur Unhas 07, Hamzah Samuda ST, Jazmine

    Zulkarnain ST, Reza Nur Sjadzali, Andi Rahim Gaffar, Ikrom,

    Anti, Ikram, Bams, Sambo dan semua angkatan 2007

    ARSITEKTUR UNHAS yang tidak dapat penulis sebutkan satu

    persatu terima kasih atas doa, semangat, motivasi,kebersamaan

    dan bantuannya selama ini.

    9. Teman-teman seperjuangan Studio Akhir periode IV, terima kasih

    atas saran, semangat, dan bantuannya selama studio.

    Akhir kata, semoga Acuan Perancangan ini dapat memenuhi persyaratan

    dalam menyelesaikan studi di Jurusan Arsitektur dan bermanfaat bagi

    perkembangan pendidikan dan Arsitektur dimasa yang akan datang.

    Makassar, Agustus 2014

    SYAMSU ALAM

    D511 07 043

  • ii

    ABSTRAKSI

    Dalam perkembangan zaman, pola pemikiran setiap individu akan

    semakin berkembang sejalan dengan arus globalisasi yang semakin

    pesat. Pola pemikiran yang menuntut akan kebebasan semakin menguat,

    setiap orang berharap dapat bebas mengekspresikan pendapat dan

    bakatnya. Dimana salah satu bentuk perwujudan ekspresi yang paling

    dinamis dan fleksibel adalah melalui media 2 dimensi. Melalui media inilah

    setiap orang dapat menuangkan segala ide, gagasan, dan karyanya

    dengan sebebas-bebasnya dan seluas-luasnya.

    Setiap manusia telah mengalami berbagai peristiwa dalam

    kehidupannya, baik itu peristiwa yang sifatnya penting ataupun biasa-

    biasa saja. Namun dibalik penting atau tidaknya peristiwa yang dialami,

    keinginan untuk merekam atau mengabadikannya pasti selalu ada. Esensi

    fotografi sebagai media perekam sangat berperan aktif. Fotografi salah

    satu media komunikasi yang mampu memberikan suatu potret gambaran

    nyata yang mudah dipahami orang lain.

    Fotografi diberbagai penjuru dunia dan juga diindonesia menunjukkan

    pertumbuhan yang signifikan. Dengan perkembangan yang terus

    meningkat dalam bidang fotografi, dan keterkaitan antara fotografi dengan

    bidang-bidang lainnya seperti bidang teknologi, ilmu pengetahuan. Serta

    jumlah karya yang dihasilkan juga semakin banyak dan beragam serta

    dengan melihat banyaknya kegiatan fotografi yang bermunculan seperti

    pameran-pameran fotografi, lomba-lomba fotografi serta seminar atau

    workshop fotografi yang diadakan di Kota Makassar.

    Sehingga dibutuhkan suatu wadah berupa Pusat Kegiatan Fotografi di

    Makassar yang memiliki fasilitas pameran sebagai fasilitas utamanya,

    dilengkapi dengan fasilitas penunjang seperti fasilitas pelatihan, penjualan

    perangkat fotografi, studio foto, dan museum fotografi.

    Kata kunci : Ekspresi, Peristiwa, Media, Fotografi, Perkembangan,

    Pameran

  • v

    DAFTAR ISI

    Halaman

    Halaman Judul i

    Halaman Pengesahan .. ii

    Kata Pengantar iii

    Daftar Isi v

    Daftar Gambar x

    Daftar Tabel xiii

    Daftar Skema .. xiv

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ... 1

    B. Ungkapan Masalah .......... 4

    1. Non- Arsitektural .................................................................. 4

    2. Arsitektural . 4

    C. Tujuan dan Sasaran Pembahasan . 5

    1. Tujuan pembahasan ... 5

    2. Sasaran pembahasan . 5

    D. Lingkup dan Batasan Pembahasan . 5

    1. Lingkup pembahasan .. 5

    2. Batasan pembahasan .. 6

    E. Metode dan Sistematika Pembahasan .. 6

    1. Metode pembahasan .. 6

    2. Sistematika pembahasan 6

    BAB II TINJAUAN UMUM PUSAT KEGIATAN FOTOGRAFI DI MAKASSAR

    DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR METAFORA

    A. Pengertian Judul 8

  • vi

    B. Tinjauan Fotografi ...................................................................... 9

    1. Pengertian fotografi ............................................................... 9

    2. Sejarah penemuan fotografi .................................................. 10

    3. Tipe-tipe fotografi .. 14

    4. Kategori fotografi . 15

    5. Alat dan fungsi peralatan fotografi . 21

    6. Pencahayaan dan komposisi dalam fotografi . 25

    7. Ruang foto atau studio foto . 27

    C. Perkembangan Fotografi di Indonesia 27

    D. Tinjauan Pendekatan Arsitektur Metafora .. 30

    E. Studi Banding . 33

    1. Studi banding dengan gaya bangunan sejenis ...... 33

    2. Studi banding dengan fungsi bangunan sejenis 39

    F. Resume Studi Banding ... 49

    1. Resume studi banding dengan gaya bangunan sejenis .. 49

    2. Resume studi banding dengan fungsi bangunan sejenis .. 50

    BAB III TINJAUAN KHUSUS PUSAT KEGIATAN FOTOGRAFI DI

    MAKASSAR

    A. Hakekat dan Karakter Dasar 52

    1. Hakekat 52

    2. Karakter dasar 52

    B. Tinjauan Kota Makassar 52

    1. Kondisi fisik kota Makassar 52

    2. Kondisi non fisik kota Makassar . 55

    C. Kondisi Dunia Fotografi di Makassar . 62

    D. Peranan dan motivasi pengadaan 66

    1. Peranan 66

    2. Motivasi pengadaan ........ 66

  • vii

    E. Faktor pendukung dan penghambat Pusat Kegiatan Fotografi .. 67

    1. Faktor pendukung pengadaan 67

    2. Faktor penghambat pengadaan 67

    F. Struktur dan sistem kelembagaan Pusat Kegiatan Fotografi .... 68

    1. Struktur organisasi . 68

    2. Sistem kelembagaan 68

    G. Tinjauan Pusat Kegiatan Fotografi di Makassar 68

    1. Fungsi Pusat Kegiatan Fotografi 68

    2. Tujuan pengadaan Pusat Kegiatan Fotografi 69

    3. Lingkup perwadahan Pusat Kegiatan Fotografi . 69

    H. Spesifikasi Kegiatan . 71

    1. Program kegiatan 71

    2. Waktu pelaksanaan kegiatan 76

    I. Pelaku kegiatan 77

    1. Unsur-unsur pelaku kegiatan .. 77

    2. Aktifitas pelaku kegiatan 78

    3. Pengelompokan jenis kegiatan . 82

    BAB IV KESIMPULAN

    A. Kesimpulan Umum ....... 83

    B. Kesimpulan Khusus 84

    BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN PUSAT KEGIATAN FOTOGRAFI

    DI MAKASSAR

    A. Konsep Dasar Perancangan Makro 87

    1. Analisa pemilihan lokasi . 87

    2. Analisa pemilihan tapak .. 90

    3. Analisa pengolahan tapak 92

    B. Konsep Dasar Perancangan Mikro 98

  • viii

    1. Analisa kebutuhan ruang 98

    2. Analisa besaran ruang . 103

    3. Pola hubungan ruang 113

    4. Pola sirkulasi ruang . 117

    5. Pola organisasi ruang .. 120

    C. Bentuk Dan Penampilan Bangunan 120

    D. Sistem Struktur Dan Modul Struktur ..... 121

    1. Struktur . 121

    2. Modul 125

    E. Tata Ruang Dalam ........ 125

    1. Bentuk dan proporsi ruang . 125

    2. Tata peragaan/pajangan .. 126

    3. Pengamat terhadap foto .. 127

    F. Tata Ruang Luar . 128

    G. Sistem Utilitas dan Kelengkapan Bangunan . 130

    1. Penghawaan . 130

    2. Pencahayaan 132

    3. Akustik .... 133

    4. Sistem transportasi dalam bangunan 135

    5. Sistem penangkal petir 136

    6. Sistem jaringan listrik .. 137

    7. Sistem komunikasi .. 138

    8. Sistem pencegahan tindak kriminal .. 138

    9. Sistem penanggulangan bahaya kebakaran .. 140

    10. Sistem jaringan air bersih dan air kotor .. 142

    11. Sistem pembuangan dan pengelolaan sampah . 144

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • x

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1 Fotografi alam .................................................................. 17

    Gambar 2 Fotografi satwa dan flora .................................................. 17

    Gambar 3 Fotografi dokumentasi ...................................................... 18

    Gambar 4 Fotografi jurnalistik ............................................................. 18

    Gambar 5 Fotografi fine art ................................................................. 19

    Gambar 6 Fotografi studio ................................................................... 20

    Gambar 7 Fotografi udara .................................................................. 20

    Gambar 8 Fotografi arsitektur ............................................................ 21

    Gambar 9 Fotografi fashion ............................................................... 21

    Gambar 10 Studio foto ....................................................................... 27

    Gambar 11 Bangunan Museum of Fruit 34

    Gambar 12 Struktur Shell Museum of Fruit .. 34

    Gambar 13 Interior Museum of Fruit .. 35

    Gambar 14 Museum Tsunami Aceh .. 36

    Gambar 15 Interior Museum Tsunami Aceh .... 37

    Gambar 16 EX Plaza Indonesia .. 38

    Gambar 17 Ruang-ruang dalam bangunan ANTARA . 39

    Gambar 18 G.E. House International Museum .................................... 42

    Gambar 19 Interior G.E.H .............. 44

  • xi

    Gambar 20 Folding camera 1860 45

    Gambar 21 Bangunan ICP ...... 46

    Gambar 22 Perpustakaan ICP 48

    Gambar 23 Penentuan Detail Tata Ruang Kota (DTRK) 62

    Gambar 24 Alternatif pemilihan lokasi . 89

    Gambar 25 Lokasi terpilih .. 90

    Gambar 26 Alternatif pemilihan tapak . 91

    Gambar 27 Tapak terpilih ...... 92

    Gambar 28 Existing Condition .. 93

    Gambar 29 Potensi lingkungan sekitar tapak .. 93

    Gambar 30 Orientasi matahari ... 94

    Gambar 31 View ke luar dan ke dalam tapak. 94

    Gambar 32 Noise/kebisingan pada tapak .. 95

    Gambar 33 Penzoningan 96

    Gambar 34 pencapaian dan sirkulasi tapak .. 97

    Gambar 35 Daerah visual pandangan mata ... 127

    Gambar 36 Permukaan penyerap dan pemantul dinding . 134

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1 Resume studi banding dengan gaya bangunan sejenis . 49

    Tabel 2 Resume studi banding dengan bangunan fungsi sejenis 50

    Tabel 3 Jumlah penduduk kota Makassar .. 56

    Tabel 4 Rencana Detail Tata Ruang (DTRK) kota Makassar .. 59

    Tabel 5 Kegiatan Fotografi yang di adakan di Makassar .. 63

    Tabel 6 Klub Fotografi Makassar .................................................... 65

    Tabel 7 Kurikulum pelatihan fotografi .. 75

    Tabel 8 Kriteria untuk menentukan lokasi 88

    Tabel 9 Alternatif pemilihan lokasi . 89

    Tabel 10 Analisa penentuan tapak 92

    Tabel 11 Laju pengunjung museum La Galigo Makassar .. 103

    Tabel 12 Besaran ruang entrance .. 104

    Tabel 13 Besaran ruang kegiatan pameran . 104

    Table 14 Besaran ruang kegiatan pelatihan . 105

    Tabel 15 Besaran ruang kegiatan informasi dan pengembangan .. 106

    Tabel 16 Besaran ruang kegiatan komersial 107

    Tabel 17 Besaran ruang kegiatan pengelolaan .. 109

    Tabel 18 Rekapitulasi besaran ruang 111

    Tabel 19 Kebutuhan ruang parkir .. 112

  • xiv

    DAFTAR SKEMA

    Halaman

    Skema 1 Cabang-cabang ilmu seni ................................................... 9

    Skema 2 Struktur organisasi Pusat Kegiatan Fotografi . 68

    Skema 3 Pola hubungan ruang makro .. 114

    Skema 4 Pola hubungan ruang kegiatan pameran .. 114

    Skema 5 Pola hubungan ruang kegiatan pelatihan.. 115

    Skema 6 Pola hubungan ruang kegiatan informasi . 115

    Skema 7 Pola hubungan ruang kegiatan komersial . 116

    Skema 8 Pola hubungan ruang kegiatan pengelolaan 116

    Skema 9 Pola sirkulasi pengunjung .. 117

    Skema 10 Pola sirkulasi karyawan . 117

    Skema 11 Pola sirkulasi pengelola . 117

    Skema 12 Pola sirkulasi tenaga service . 118

    Skema 13 Pola sirkulasi ruang kegiatan pameran .. 118

    Skema 14 Pola sirkulasi ruang kegiatan pelatihan . 118

    Skema 15 Pola sirkulasi ruang kegiatan informasi . 119

    Skema 16 Pola sirkulasi ruang kegiatan komersial . 119

    Skema 17 Pola sirkuasi ruang kegiatan pengelolaan 119

    Skema 18 Konsep ide bentuk bangunan 121

    Skema 19 Sistem jaringan listrik . 138

    Skema 20 Sistem penanggulangan bahaya kebakaran 142

    Skema 21 Sistem jaringan air bersih . 143

    Skema 22 Sistem jaringan air kotor ... 144

    Skema 23 Sistem pembuangan sampah .. 146

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Dalam perkembangan zaman, pola pemikiran setiap individu akan

    semakin berkembang sejalan dengan arus globalisasi yang semakin

    pesat. Pola pemikiran yang menuntut akan kebebasan semakin

    menguat, setiap orang berharap dapat bebas mengekspresikan

    pendapat dan bakatnya. Dimana salah satu bentuk perwujudan

    ekspresi yang paling dinamis dan fleksibel adalah melalui media 2

    dimensi. Melalui media inilah setiap orang dapat menuangkan segala

    ide, gagasan, dan karyanya dengan sebebas-bebasnya dan seluas-

    luasnya.

    Setiap manusia telah mengalami berbagai peristiwa dalam

    kehidupannya, baik itu peristiwa yang sifatnya penting ataupun biasa-

    biasa saja. Namun dibalik penting atau tidaknya peristiwa yang dialami,

    keinginan untuk merekam atau mengabadikannya pasti selalu ada.

    Esensi fotografi sebagai media perekam sangat berperan aktif. Banyak

    orang berteman karena fotografi, kelompok-kelompok komunitas yang

    terbentuk dalam lingkungan kecil hingga lingkungan besar dan hamper

    eksis disetiap kampus, sekolah, dan bahkan diperkantoran.

    Fotografi merupakan salah satu media untuk menuangkan inspirasi

    dan pemikiran serta memberikan keleluasan bagi siapapun untuk

    menvisualisasikan apapaun yang diinginkan. Fotografi salah satu

    media komunikasi yang mampu memberikan suatu potret gambaran

    nyata yang mudah dipahami orang lain. Melalui foto kita mampu

    menggugah, membuka, menjelaskan peristiwa yang telah berlalu baik

    yang sifatnya penting ataupun sifatnya yang biasa-biasa saja.

    Kemampuan inilah yang biasa digunakan dalam berbagai bentuk

    kegiatan seperti dalam media massa, perdagangan, pendidikan, ilmu

  • 2

    pengetahuan, dokumentasi, hiburan, seni budaya, dan masih banyak

    kegiatan lainnya. Fotografi erat hubungannya dengan trend dan

    perubahan.

    Diadopsinya teknologi digital dalam fotografi membuat fotografi jadi

    lebih mudah dan mampu mengevaluasinya dalam hitungan detik.

    Semakin terjangkaunya ongkos teknologi menjadi salah satu alasan

    kuat yang mendorong pertumbuhan ini. Jika 10 tahun yang lalu kamera

    SLR masih menjadi monopoli bagi mereka yang serius menggeluti

    fotografi, kini kita mendapati banyak orang yang memiliki dan

    menggunakan kamera DSLR sebagai alat untuk merekam potongan

    hidup mereka.

    Fotografi diberbagai penjuru dunia dan juga diindonesia

    menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Selain angka penjualan

    kamera yang meningkat dari tahun ke tahun, komunitas fotografi juga

    terus tumbuh, diindonesia pertumbuhan ini juga terlihat dari mulai

    banjirnya rak-rak ditoko buku dengan buku-buku fotografi, setidaknya

    selama 2 tahun belakangan pertumbuhan bacaan fotografi diindonesia

    telah tumbuh lebih dari 500%. (the light magazine)

    Perkembangan fotografi juga dapat dilihat dari perkembangan alat-

    alat pendukung fotografi yang semakin canggih, seperti semakin

    beragamnya kamera digital dipasaran, serta banyaknnya peralatan-

    peralatan modern yang ikut menambahkan fasilitas kamera di

    dalamnya seperti pada perangkat telpon genggam, dan juga

    menjamurnya klub-klub fotografi di berbagai daerah, yang disertai

    munculnya berbagai sarana pendidikan fotografi baik yang bersifat non

    formal maupun yang formal.

    Dengan melihat perkembangan yang terus meningkat dalam bidang

    fotografi, dan keterkaitan antara fotografi dengan bidang-bidang

    lainnya seperti bidang teknologi, ilmu pengetahuan. Serta jumlah karya

    yang dihasilkan juga semakin banyak dan beragam serta dengan

    melihat banyaknya kegiatan fotografi yang bermunculan seperti

  • 3

    pameran-pameran fotografi, lomba-lomba fotografi serta seminar atau

    workshop fotografi antara lain seperti salon foto Indonesia yang baru-

    baru diadakan di Kota Makassar, akan tetapi di Kota Makassar belum

    ada wadah yang cukup memadai untuk menampung bentuk kegiatan-

    kegiatan tersebut.

    Para pehobi fotografi di manapun meyakini bahwa salah satu cara

    untuk meningkatkan kemampuan fotografi, yaitu dengan saling tukar

    menukar pengetahuan dan pengalaman berfotografi. Untuk itulah

    mengapa komunitas dan klub fotografi menjamur diberbagai daerah

    termasuk di Makassar. Dengan bersekutu pehobi fotografi merasa

    dengan mudah dan murah meningkatkan kesaktian berfotografinya.

    Proses pembelajaran pun beragam mulai dari melakukan diskusi

    bersama, membahas atau membedah sebuah foto, saling tukar

    referensi hingga mengadakan praktek-praktek berfotografi bersama

    atau yang dikenal hunting bersama.

    Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa :

    1. Semakin banyak dan beragamnya karya-karya fotografer sehingga

    diperlukan wadah atau sarana untuk mempublikasikan dan

    mengapresiasikan karya-karyanya hal ini bisa dilihat dari semakin

    seringnnya diadakan pameran-pameran fotografi.

    2. Semakin banyaknya penggunaan media fotografi sebagai sarana

    penunjang dalam berbagai kegiatan seperti media massa,

    periklanan, dokumentasi, hiburan dan sebagainya.

    3. Semakin seringnya di adakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan

    dengan fotografi seperti pameran fotografi, lomba-lomba fotografi

    serta seminar atau workshop fotografi, namun kegiatan tersebut

    tidak pernah di adakan pada tempat yang menetap.

    4. Masih Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap bidang

    fotografi namun minat masyarakat akan fotografi semakin besar

    sehingga diperlukan suatu wadah untuk menambah ilmu

  • 4

    pengetahuan di bidang fotografi seperti pelatihan fotografi dan

    perpustakaan, bahkan museum fotografi.

    5. Semakin banyaknya klub fotografi yang bermunculan baik di dalam

    kawasan sekolah, kampus, bahkan perkantoran sehingga

    diperlukan suatu wadah yang digunakan untuk berkumpul, bertukar

    pikiran dan berbagi informasi serta pengalaman berfotografi.

    6. Dengan meningkatnya apresiasi masyarakat maka diperlukan suatu

    wadah yang dapat menyediakan pelayanan terhadap kebutuhan

    berfotografi.

    Oleh karena itu, dibutuhkan suatu wadah berupa Pusat Kegiatan

    Fotografi di Makassar yang memiliki fasilitas pameran sebagai fasilitas

    utamanya, yang dilengkapi dengan fasilitas penunjang seperti fasilitas

    pendidikan atau pelatihan, perdagangan, studio foto, dan hiburan. Di

    samping itu pula dapat menjadi wadah berkumpul bagi individu-

    individu yang memiliki hasrat dan kesenangan akan fotografi untuk

    berbagi wawasan-wawasan baru, sehingga fotografi dapat menjadi

    sesuatu kreasi yang menyenangkan, tidak menekan, mudah dan

    bebas tanpa batasan. Wadah ini diharapkan dapat menjadi sarana

    untuk mengapresiasikan karya-karya fotografer atau pecinta fotografi

    serta mampu menunjang laju pertumbuhan dan pembangunan di kota

    Makassar.

    B. Ungkapan Masalah

    1. Non-Arsitektural

    a) Bagaimana menciptakan suatu wadah yang dapat digunakan

    sebagai sarana publikasi bagi para fotografer dan pencinta

    fotografi.

    b) Bagaimana memperluas wawasan dan apresiasi, serta menarik

    perhatian masyarakat untuk lebih tertarik mengetahui tentang

    fotografi.

    2. Arsitektural

  • 5

    a) Bagaimana menentukan lokasi dan site untuk Pusat Kegiatan

    Fotografi di Makassar.

    b) Bagaimana mewujudkan tampilan fisik bangunan yang sesuai

    dengan karakter dan fungsi bangunan itu sendiri sebagai Pusat

    Kegiatan Fotografi di Makassar.

    c) Bagaimana menciptakan penataan ruang dan sirkulasi dalam

    ruang agar kenyamanan dapat terpelihara dan selalu terjaga

    sehingga pengguna dapat merasa nyaman berada di dalamnya.

    d) Bagaimana mengatur pencahayaan, penghawaan, akustik serta

    utilitas-utilitas bangunan.

    C. Tujuan dan Sasaran Pembahasan

    1. Tujuan pembahasan

    Menyusun konsep dasar perencanaan dan perancangan suatu

    wadah yang dapat dijadikan sebagai media publikasi hasil karya

    bagi para pelaku fotografi, yang selanjutnya dijadikan titik tolak bagi

    perwujudan rancangan fisik, serta mendapatkan informasi

    mengenai berbagai fasilitas serta sistem yang diperlukan dalam

    perencanaan bangunan.

    2. Sasaran pembahasan

    Mempelajari dasar-dasar perwujudan fisik bangunan melalui

    pendekatan arsitektur yang berdasarkan pada standar dan faktor-

    faktor :

    a) Studi tata fisik Makro yaitu, penentuan lokasi, penentuan tapak,

    zoning dan tata massa.

    b) Studi tata fisik Mikro yaitu, penentuan kebutuhan ruang,

    pengelompokan dan orientasi ruang serta penentuan sarana

    kelengkapan bangunan.

    D. Lingkup dan Batasan Pembahasan

    1. Lingkup pembahasan

  • 6

    Lingkup pembahasan difokuskan untuk mengunkapkan suatu

    wadah sebagai Pusat Kegiatan Fotografi serta kegiatan lain yang

    terkait didalamnya yang ditinjau dari disiplin ilmu arsitektur dan

    bidang ilmu penunjang lainnya.

    2. Batasan pembahasan

    Memberikan batasan yang jelas untuk mengarahkan penulisan

    atau perencanaan. Pembatasan ini yang nantinya di harapkan

    dapat menghasilkan acuan perencanaan fisik sesuai dengan tujuan

    sasaran yang akan di capai.

    E. Metode dan Sistematika Pembahasan

    1. Metode pembahasan

    Pembahasan diolah dari berbagai data yang telah diperoleh

    sebelumnya. Kemudian dianalisa dengan pertimbangan-

    pertimbangan masalah, potensi, dan pada hasil akhirnya dijadikan

    landasan konseptual perancangan.

    2. Sistematika pembahasan

    Sistematika Pembahasan ini disusun sebagai berikut :

    a. Tahap pertama

    Menjelaskan secara umum tentang latar belakang pengadaan

    Pusat Kegiatan Fotografi di Makassar, kemudian diikuti dengan

    penjelasan berupa, tujuan dan sasaran pembahasan, batasan

    dan lingkup pembahasan, metode pembahasan, serta

    sistematika pembahasan.

    b. Tahap kedua

    Merupakan tinjauan umum mengenai fotografi dan studi banding

    dari berbagai bangunan yang memiliki gaya dan fungsi

    bangunan sejenis.

    c. Tahap ketiga

  • 7

    Mengemukakan hal-hal yang lebih spesifik tentang tinjauan fisik

    Kota Makassar dan kaitan potensi pengadaan Pusat Kegiatan

    Fotografi di Makassar.

    d. Tahap keempat

    Mengemukakan kesimpulan dari berbagai pembahasan pada

    bab-bab sebelumnya yang akan menjadi bahan untuk

    mengembangkan konsep dasar perancangan.

    e. Tahap kelima

    Merupakan tahap rekomendasi acuan perancangan yang akan

    digunakan dalam perancangan fisik nantinya.

  • 8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    PUSAT KEGIATAN FOTOGRAFI DI MAKASSAR

    A. Pengertian Judul

    Adapun pengertian judul dari Pusat Kegiatan Fotografi di Makassar

    adalah :

    Pusat (centre) :

    - Sebuah tempat dimana sebuah kepentingan aktivitas atau tujuan

    berpusat

    - Sumber utama, poros (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

    Kegiatan :

    Aktivitas, usaha, pekerjaan (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

    Fotografi :

    Merupakan proses atau metode untuk menghasilkan gambar

    atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang

    mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya.

    Makassar :

    Salah satu nama kota terbesar di Indonesia, yang merupakan

    Kotamadya di Sulawesi Selatan.

    Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud

    dengan Pusat Kegiatan Fotografi di Makassar adalah suatu tempat

    atau wadah yang dapat menampung seluruh atau segala macam aktivitas

  • 9

    SENI

    Seni Teater Seni Musik Seni Rupa Seni Tari Seni Sastra

    Rupa Dwi-Matra Rupa Tri-Matra

    Seni Lukis Seni Grafis Seni

    Fotografi

    Seni Patung Seni Kerajinan Seni Bangunan

    yang berkaitan dengan dunia fotografi, serta faktor-faktor lain yang

    mendukung hal-hal tersebut dengan lingkup pelayanan kota Makassar

    dengan pendekatan Arsitektur Metafora.

    B. Tinjauan Fotografi

    1. Pengertian Fotografi

    Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata

    Yunani yaitu "Fos" : Cahaya dan "Grafo" : Melukis/menulis.) adalah

    proses melukis/menulis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai

    istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan

    gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya

    yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat

    paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa

    cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat. (sumber :

    http://id.wikipedia.org/wiki/Fotografi )

    Fotografi merupakan cabang dari Ilmu Seni, berikut skema dari

    cabang-cabang Ilmu Seni :

    Skema 1. Cabang-cabang ilmu seni

  • 10

    2. Sejarah penemuan Fotografi

    Perkembangan dunia fotografi tidak terlepas dari sejarahnya yang

    teramat panjang, dimulai dari masa sebelum masehi hingga ke masa

    sekarang ini. Fotografi masa kini teah menjadi suatu bidang yang amat

    popular dan dapat dipahami serta dipraktekkan dengan mudah oleh

    setiap orang. Berikut pemaparan perkembangan fotografi mulai

    penemuan konsep kamera yang paling sederhana hingga ke era

    fotografi digital.

    a. Camera Obscura

    Awal dari konsep pemroyeksian/pemantulan cahaya bisa

    ditelusuri ke tahun 336 SM, saat itu aristoteles (384-322 SM)

    melihat bentuk sabit yang tercipta akibat dari peristiwa gerhana

    matahari sebagian. Bentuk sabit ini terproyeksikan ke atas

    permukaan tanah melalui lubang-lubang kecil dari sebuah ayakan,

    kemudian arsitoteles membuat sebuah lubang kecil pada sebuah

    lempengan logam. Lubang kecil pada lempengan logam tersebut

    memang bermanfaat sebagai jalan masuknya cahaya yang

    memproyeksikan citra dari luar, ke atas sebuah bidang. Peristiwa

    inilah yang melahirkan prinsip optik yaitu suatu prinsip yang

    sangat bermanfaat dalam pengembangan teknologi fotografi

    hingga sekarang.

    Perkembangan selanjutnya dilakukan oleh seorang ilmuwan

    mesir bernama Abu Ali Al-Hasan bin Al-Haitham (965-1039 M),

    atau yang lebih dikenal dengan sebutan Al-Hazen. Al-hazen

    merupakan orang pertama yang menerapkan prinsip optic pada

    suatu ruangan gelap. Pada abad ke-15, leodarno da vinci (1452-

    1519 M), memanfaatkan kamera obsurca untuk membantunya

    membuat lukisan. Ia mengatur sedemikian rupa agar proyeksi

    cahaya dari luar ruangan bisa jatuh tepat ke atas media lukisnya.

  • 11

    Leonardo juga membuat rancangan kamera obsurca berbentuk

    praktis yang bisa di bawa kemana-mana tetapi rancangan itu tidak

    sempat direalisasikan.

    b. Pinhole Camera/Kamera Lubang jarum

    Catatan tertulis kamera lubang jarum berasal dari cina pada

    abad ke-5 sebelum masehi. Seorang ilmuwan cina bernama Mo

    Jing, menyebutkan tentang teori pembentukan citra melalui sebuah

    lubang kecil.kemudian pada abad ke -10 sampai 16, banyak

    ilmuwan penemu lubang jarum seperti Shen Kuo (1031-1095),

    Roger Bacon, Rober Grosseteste, Al-Hazen.

    c. Kamera foto

    Kamera foto ialah suatu alat yang fungsinya bukan hanya

    memproyeksikan citra saja, tetapi juga menggambarkan citra

    tersebut ke atas sebuah media, secara permanen. Orang-orang

    yang telah berjasa menunjukkan jalan menuju dunia fotografi

    modern ialah :

    1) Joseph Nicephore Niepce, merupakan seorang ilmuwan

    berkebangsaan perancis, ia bereksperimen dengan kamera

    obsurca dengan menyisipkan sebuah media ke dalam kamera

    obsurca, agar citra bisa terekam dalam media itu. Media itu

    merupakan sebuah lepengan timah yang di olesi minyak

    khusus. Hasil dari eksperimen itulah yang merupakan foto

    tercetak pertama yang berhasil dibuat dalam sejarah umat

    manusia yang diberi judul View From The Window at Le Gras

    pada tahun 1826.

    2) Louis JM Daguerre, merupakan seorang ahli kimia perancis

    yang terus menyempernukan eksperimen niepce ia menemukan

    caraagar gambar yang dihasilkan bisa terekam dengan lebih

    baik. Ia menggunakan media berupa lempengan berlapis perak.

  • 12

    Lempengan tersebut pertama-tama diasapi dengan uap dari zat

    yodium,agar lebih sensitive terhadap paparan cahaya. Gambar

    yang dibuat pada sekitar akhir tahun 1838 diberi judul

    Boulevard du Temple dan merupakan foto pertama yang

    menampilkan citra manusia. Proses dan perangkat yang

    digunakan kemudian dipatenkan dan diberi nama

    Daguerreotype yang menjadi popular dan sering dipergunakan

    untuk mengambil gambar gambar dari tokoh-tokoh terkenal.

    3) William Henry Fox Talbot, ilmuwan berkembangsaan inggris

    juga bereksperimen yang mirip dengan eksperimen Daguerre.

    Talbot lebih menfokuskan penelitiannya pada media penyerap

    cahaya atau kertas foto. Ia menciptakan media yang merupakan

    kertas yang telah dilapisi oleh bermacam-macam zat kimia.

    Proses ini dinamainya Calotype yang berarti penggambaran

    indah dalam bahasa yunani. Selanjutnya dari kamera foto

    terjadi bersamaan ditemukannya teknologi rollfilm.

    4) George Eastman, seorang berkembangsaan Amerika serikat

    yang memperkenalkan kamera yang dijual dengan haraga

    terjangkau yang bernamaKodak. Kamera Kodak yang

    pertama sudah terisi dengan sebuah roolfilm hitam putih yang

    mampu merekam 100 foto. Perusahaan Kodak milik Eastmen

    mempunya slogan You Press the button, we do the rest,

    karena itu memproses dan mencetak hasil fotonya, konsumen

    perlu mengembalikan kamera ke pabrik untuk diproses.

    d. Film

    Film jenis pertama ini berupa kertas yang diolesi dengan jel

    khusus yang kering. Baru pada tahun 1889, eastmen berinovasi

    dengan membuat film berbahn plastic transparan.pengembangan

    pun terus dilakukan, film yang lebih modern dan biasa digunakan

  • 13

    saait ini terditi 3 hingga 20 lapisan dan merupakan campuran dari

    berbagai bahan kimia. Menjelang akhir abad 20, muncul film jenis

    baru yaitufilm elektronik (media penyimpan data) yang digunakan

    pada kamera digital.

    e. Fotografi digital

    Pada tahun 1960-an dimana dunia sedang mengalami revolusi

    besar-besaran dibidang teknologi. Eugene F.Lally, seorang teknisi

    dari Jet Propulsion Laboratory merupakan orang pertama yang

    mencetuskan ide untuk mendigitalisasi sebuah foto. Saat itu

    tujuannya untuk mempermudah pengiriman foto secara langsung

    dari misi-misi luar angkasa Amerika Serikat.

    Untuk menjawab persoalan ini, diperlukan suatu kamera yang

    secara langsung menciptakan foto yang berupa data elektronit.

    Barulah pada bulan desember 1975 seorang teknisi dari

    perusahaan Kodak, Steven Sasson, menjadi orang pertama yang

    menemukan kamera digital. Kamera yang dibuatnya menggunakan

    sensor CCD sebagai media penerimaan gambar dan hanya

    mampu menghasilakn foto hitam putih dengan resolusisebesar

    0,01 megapixel (320 x 240 pixel). Media penyimpanannya adalah

    sebuah kaset tape, sedangkan untuk melihat hasil gambar, kamera

    ini harus disambungkan terlebih dahulu dengan sebuah televise.

    Kamera ini mempunyai bobot 3,6 Kg dan membutuhkan waktu tak

    kurang dari 23 detik untuk memproses satu buah foto.

    Alat ini telah menjadi awal muladari kemudahan dan

    kepraktisan teknologi fotografi digital yang kita nimati sekarang ini.

    Setelah penemuan dari kamera digital model pertama, kamera-

    kamera digital selanjutnya terus bermunculan dengan perbaikan-

    perbaikan dari model sebelumnya, dengan berbagai fitur serta

    kemampuan yang terus diperbarui.

  • 14

    3. Tipe-tipe Fotografi

    a. Fotografi dengan teknik analog

    1) Fotografi hitam putih

    Dalam sejarah Fotografi modern banyak foto yang dicetak

    pada monokromatik, yang pada dasarnya adalah gambar hitam

    dan putih. Kemudian kembali foto tersebut dituliskan kembali

    dalam patch gelap dan terang yang digunakan untuk

    menciptakan efek hitam dan putih. Bagian yang gelap kadang-

    kadang dapat diartikan sebagai abu-abu atau kecoklatan.

    2) Fotografi slide (transparansi)

    Kemunculan fotografi digital tidak mendorong transparansi

    film langsung keluar sekalipun. Bahkan, dengan bantuan

    teknologi baru, film transparansi masih menemukan tempatnya

    dalam proses. Sebuah contoh yang baik adalah film

    Kodachrome, yang merupakan metode diterapkan pertama

    menghasilkan slide transparansi warna. Diproduksi pada tahun

    1935, film-film transparansi jauh lebih terang dari nenek moyang

    mereka. Karena film transparansi yang digunakan untuk

    menyimpan gambar arsip, itu adalah suatu keharusan untuk film

    transparansi untuk memiliki rentang hidup yang panjang. Film

    Kodachrome memiliki rentang hidup yang menakjubkan dari

    200 tahun, lebih lama dari yang lain.

    3) Fotografi warna

    Tahun 1855 Clark Maxwell seorang ahli ilmu alam

    memperlihatkan bahwa semua warna dapat ditiru dengan

    mencampurkan warna-warna merah, hijau, biru dalam jumlah

    dan perbandingan tertentu. Dari sejarah tersebut disimpulkan

    bahwa Maxwell menjadi pencipta fotografi warna pertama di

    dunia. Adapun cara yang dipakai adalah Additive coloue

  • 15

    process ( proses pewarnaan dengan cara penambahan ) Tiga

    jenis warna hijau, merah, dan biru dipancarkan melalui tiga

    buah proyektor. Bila ke tiga warna di tumpuk menjadi warna

    yang putih. Bila hijau bertemu biru akan terjadi warna cyan. Bila

    cyan bertemu merah akan terjadi wqarna magenta.

    b. Fotografi dengan teknik digital

    Fotografi digital, sebagai lawan dari fotografi film, adalah

    proses fotografi yang menggunakan media perekaman digital.

    Fotografi digital, berbeda dengan fotografi film yang menggunakan

    media film sebagai media penerima gambar, menggunakan sensor

    elektronik untuk merekam gambar, lalu selanjutnya diolah untuk

    disimpan dalam data biner. Hal ini memotong banyak alur

    pengolahan gambar, sebelum dicetak menjadi gambar akhir, dan

    memungkinkan penggunanya untuk melihat dan menghapus foto

    langsung melalui kamera sehingga kesalahan bisa disadari lebih

    awal.

    4. Kategori Fotografi

    Terry Barret melakukan pengkategorian fotografi dalam bukunya

    Criticizing Photographs. Menurutnya terdapat enam kategori fotografi

    yang mencakup segala jenis karya foto yang berdasarkan bagaimana

    foto itu difungsikan dan foto itu berfungsi.

    Keenam kategori itu adalah :

    a. Fotografi deskriptif, foto-foto mendeskripsikan objek dalam arti

    semua informasi sesuai dengan yang digambarkan dan

    divisualisasikan secara detail dan jelas. Seperti tekstur dari

    manusia atau objek. Fotografer mencoba merekam subjek secara

    terperinci dan mempunyai arti netral apabila dilihat secara

  • 16

    interpretative dan evaluasi. Contoh : foto ID, Foto Medis X-ray, Foto

    Survey, Foto Luar Angkasa dan sebagainya.

    b. Fotografi yang menjelaskan, kategori ini mempunyai sedikit

    perbedaan dengan fotografi deskriptif, kategori ini secara umum

    lebih menceritakan subjek dengan parameter waktu dan tempat

    sehingga dapat dijadikan bukti visual untuk beberapa kasus.

    Contoh : foto-foto jurnalistik, foto yang dipakai dalam buku,

    majalah, dan Koran.

    c. Fotografi Interpretative, foto interpretative menjelaskan subjek

    tetapi tidak seakurat dari foto yang menjelaskan. Foto-foto ini lebih

    personal dan subjektif dalam interpretative. Foto-foto ini pada

    umumnya ekspresif dan mencerminkan pandangan dari

    fotografernya. Foto-foto ini dapat dijelaskan tetapi ada

    kemungkinan tidak rasional dan terkadang mengingkari logika.

    Contoh: foto montase, foto yang dianggap karya seni.

    d. Fotografi evaluasi etika, interpretasi didalamnya menyebabkan

    terjadinya pertimbangan etika dalam masyarakat. Reaksi yang

    ditimbulkan masyarakat dapat berupa pujian atau hujatan. Contoh :

    foto-foto perang

    e. Fotografi evaluasi estetika, foto-foto ini menimbulkan perbincangan

    dalam sisi estetis. Fotografer lebih mencoba mengekspresikan

    observasi dan kontemplasi estetisnya. Foto-foto ini lebih banyak

    berisi objek-objek indah yang difoto secara indah pula. Objek foto

    yang paling banyak dalam kategori ini adalah nude, landscape dan

    still life.

    f. Fotografi Teoritis, foto-foto dalam kategori ini berhubungan dengan

    seni dan proses pembuatan karya seni itu sendiri, termasuk politik,

    media presentasi, dan isu-isu yang berkisar tentang seni dan

    fotografi misalnya foto-foto konseptual.

  • 17

    Sedangkan Fotografi berdasarkan objeknya terbagi menjadi 9

    kategori, yaitu :

    a. Fotografi bentang alam (nature/Landscape)

    Dalam Fotografi ini yang difoto merupakan bentang alam, yang

    memiliki keindahan tersendiri yang digunakan untuk menjelaskan

    keadaan profil alam suatu daerah.

    Gambar 1. Fotografi alam

    (Sumber : www.1x.com)

    b. Fotografi Satwa dan flora

    Gambar 2. Fotografi satwa dan flora

    (Sumber : www.1x.com)

    Dalam fotografi ini memiliki objek khusus satwa dan flora,

    merupakan objek yang sulit dan terkadang menantang bahaya

  • 18

    karena objek yang bergerak dan butuh banyak kesabaran dalam

    mengambil gambar, fotografi satwa biasanya digunakan untuk

    menggali keindahan satwa dan flora untuk mengklasifikasi satwa

    dan flora.

    c. Fotografi Dokumentasi

    Gambar 3. Fotografi Dokumentasi

    (Sumber: www.1x.com)

    Dalam fotografi ini biasanya untuk mendokumentasikan

    suatu event atau perisitiwa. Dalam fotografi modern fotografi ini,

    komposisi gambar dan sentuhan seni menjadi tuntutan tersendiri

    dalam fotografi ini.

    d. Fotografi Jurnalistik

    Gambar 4. Fotografi Jurnalistik

    (Sumber : www.1x.com)

  • 19

    Fotografi ini merupakan foto yang merekam suatu berita, dan

    menjelaskan suatu keadaan dan peristiwa. Kekuatan foto berasal

    dari kemampuan foto dalam menjelaskan suatu peristiwa, foto ini

    banyak digunakan sebagai penunjang berita teks di media Koran

    dan majalah.

    e. Fotografi Seni (Fine Art)

    Gambar 5. Fotografi Fine Art

    (Sumber: www.1x.com)

    Dalam kategori ini biasanya sebuah foto dibuat untuk

    memenuhi visi kreatif fotografer dan bukan dibuat untuk tujuan

    mempromosikan atau menjual produk, foto ini dibuat untuk

    menuangkan ide-ide kreatif yang dimiliki fotografer.

    f. Fotografi Studio

    Fotografi ini banyak dilakukan dalam ruangan untuk

    menciptakan gambar yang sesuai keinginan fotografer. Fotografi

    jenis ini memerlukan banyak campur tangan teknis agar gambar

    yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan yang direncanakan.

  • 20

    Gambar 6. Fotografi Studio

    (Sumber : www.1x.com)

    g. Fotografi Udara (aerial)

    Gambar 7. Fotografi Udara

    (Sumber: www.1x.com)

    Dalam fotografi ini foto digunakan untuk menggambarkan

    suatu wilayah atau pemetaan saja.

    h. Fotografi Arsitektur

    Dalam fotografi ini para fotografer bekerja disekitar desain

    arsitektur yang berbeda infrastruktur yang ditawarkan

  • 21

    Gambar 8. Fotografi Arsitektur

    (Sumber: www.1x.com)

    i. Fotografi Fashion

    Gambar 9. Fotografi Fashion

    (Sumber: www.1x.com)

    Dalam fotografi ini biasanya milik seorang perancang,

    biasanya sangat menekankan pada komposisi close-up, sedada

    atau lebih dekat. Biasanya digunakan untuk pemotretan produk

    kosmetik, biasanya peran make-up artis menjadi sangat penting.

    5. Alat dan fungsi peralatan fotografi

  • 22

    Pada dasarnya kamera adalah sebuah kotak yang rapat dan yang

    pada bagian belakangnya terdapat body untuk menempatkan film dan

    bagian depannya terdapat sebuah lubang yang tertutup rapat dengan

    sebuah lensa, dengan demikian sebuah lensa kamera pada prinsipnya

    terdiri dari dua bagian utama yaitu body kamera dan lensa.

    a. Kamera

    Kamera adalah sebuah alat yang mengarahkan bayangan yang

    difokuskan oleh lensa/sistem optik lain keatas permukaan foto

    sensitif yang berada dalam tempat tetutup/film. Dilihat dari jenisnya,

    kamera ada 2 macam yaitu :

    1) Compact camera, yaitu kamera yang pemakaiannya langsung

    melihat obyek yang akan difoto tanpa memalui lensa pengatur.

    2) Single Lens Reflex (SLR), yaitu kamera yang cara kerjanya

    dengan bayangan benda yang dilihat lalu dipantulkan oleh

    cermin yang terdapat didalam kamera, sehingga dengan jenis

    ini obyek tidak dapat dilihat jika lenda dalam keadaan tertutup.

    b. Lensa

    Kamera yang dipakai untuk keperluan lebih serius akan lebih baik

    menggunakan jenis kamera SLR. Dengan sistem ini akan lebih

    mudah untuk dapat mengganti lensa sesuai dengan yang

    diinginkan. dan muncullah berbagai jenis lensa yang

    dikelompokkan menurut luas sudut pengambilan gambar.

    1) Lensa sudut lebar (wide)

    a) Ultra Wide (15,18,20mm)

    Daya jangkau cukup dan ruang tajamnya cukup besar.

    Banyak digunakan untuk foto pemandangan, jurnalistik,

    arsitektur. Kekurangannya bila belum menguasai prospektif

    dan komposisi obyek akan tampak kecil sekali dalam

    gambar.

  • 23

    b) Medium Wide (24,28,35mm)

    Dipakai untuk interior juga arsitektur

    2) Lensa datar

    Lensa (50mm) kekuatan lensanya cukup tingi. Rancangan

    lensanya normal memang dibuat seperti layaknya pandangan

    mata kita, maka banyak digunakan untuk foto dokumentasi.

    3) Lensa tele

    Lensa dengan jangkauan jauh, agar benda di kejauhan tampak

    dekat.

    a) Medium Tele : 85, 105, 135, 200mm

    b) Super Tele : 300, 400, 600, 800, 900, 2000mm

    4) Lensa vario (zoom)

    Lensa yang mempunyai variasi panjang yang dapat diatur

    sesuai dengan keinginan dan kebutuhan kita.

    a) Wide-Wide : 17-18,20-35mm

    b) Wide-Normal : 35-70,28-70,24-70mm

    c) Wide-Medium tele : 28-85,28-200mm

    d) Medium-Super tele : 80-200,600-1200mm

    e) Wide-Super tele : 35-350mm

    5) Lensa konventer

    Sebuah lensa yang dapat meningkatkan kekuatan dan panjang

    lensa menurut angka pelipatnya. Sebagai contoh, lensa

    konventer 2x 200mm dapat menambah kekuatan lensa 200mm

    menjadi 400mm.

    c. Flash

    Yang dimaksud dengan lampu kilat adalah cahaya buatan yang

    dihasilkan oleh suatu alat yang bertujuan untuk memberikan

    penyinaran saat cahaya alami tidak mampu melakukannya atau

    sebagai pelengkap/pendukung cahaya alami. Jenis-jenis flash

  • 24

    antara lain Flash Bulb, Elektronik Flash, Multiple Flash dan

    stroboscope.

    d. Aksesoris lainnya

    Pada pemotretan yang baik ada kalanya di butuhkan beberapa

    perangkat tambahan untuk lebih menyempurnakan hasil gambar

    yang diperoleh.

    1) Filter

    Filter merupakan lensa tambahan yang berfungsi sesuai

    dengan jenisnya masing-masing diantaranya seperti Filter

    Monocrome, Filter Ultraviolet, Filter Skylight,Filter Konversi,

    Filter Polarizing, Filter Gradual, Filter Diffuser, dan Filter Close

    Up.

    2) Penyangga

    a) Tripod, penyangga kamera yang memiliki tiga kaki.

    b) Monopot, penyangga kamera yang memiliki satu kaki.

    c) Ligt Stand, penyangga lampu-lampu yang umumnya dipakai

    di studio.

    d) Handkett, penyangga tubuh yang menempel pada kamera.

    3) Kabel Release

    Kabel bertombol yang berfungsi sebagai perpanjangan dari

    tombol shutter.

    4) Back Ground

    Latar belakang yang digunakan dalam pengambilan

    gambar/obyek.

    5) Slave Unit

    Sensor pemicu lampu-lampu kilat yang pulsa-pulsanya bekerja

    atas rangsangan cahaya lampu kilat lain.

    6) Light Meter

  • 25

    Alat pengukur kekuatan cahaya didalam kamera secara

    elektronik.

    7) Reflektor

    Alat yang befungsi sebagai pemantul cahaya.

    8) Flash Meter

    Fungsinya alat ini untuk mengukur kekuatan cahaya flash

    secara eklektronik.

    9) Soft Box

    Fungsinya untuk melembutkan cahaya.

    10) Slide Proyektor

    Fungsinya untuk menampilkan film positif pada layar.

    6. Pencahayaan dan komposisi dalam fotografi

    a. Pencahayaan dalam fotografi

    Pencahayaan dalam fotografi ialah proses memasukkan sinar

    yang berasal (dipantulkan) dari objek untuk direkam dalam bentuk

    gambar dalam film atau perangkat digital.alat pengukur cahaya

    dalam fotografi disebut lightmeter. Cahaya dapat dibedakan atas 4

    (empat) factor, yaitu :

    1) Berdasarkan kualitasnya

    a) Direct Light, ialah pencahayaan yang diarahkan dari sumber

    cahaya langsung ke objek pemotretan.

    b) Difused Light, ialah pencahayaan yang bersumber dari cahaya

    yang menyebar secara merata ke objek pemotretan.

    2) Berdasarkan kekuatannya

    a) Main Light

    Ialah cahaya utama yang menerangi dan membentuk karakter

    objek yang dipotret, Main Light berbeda-beda berdasarkan

    pencahayaannya, seperti berikut :

  • 26

    (1) Front light

    (2) High light

    (3) Side light

    (4) Back light

    (5) Top light

    (6) Bottom light

    b) Fill In Light

    Digunakan untuk mengisi bagian objek yang terlalu gelap

    akibat dari penggunaan main light yang terlalu keras yang

    berfungsi hanya sebagai cahaya pengisi sehingga tidak boleh

    lebih kuat dari main light. Fill in light terbagi dua, yaitu

    (1) Fill in light dengan reflektor.

    (2) Fill in Ligth dengan flash

    3) Berdasarkan sumbernya

    a) Cahaya yang berasal dari alam, seperti cahaya matahari

    b) Cahaya buatan, seperti lampu flash dan sebagainya

    4) Berdasarkan penyebarannya

    a) Continous Light, yaitu cahaya yang memancar secara terus

    menerus.

    b) Flash Light, yaitu cahaya yang memancar secara terputus-

    putus.

    b. Komposisi dalam fotografi

    Dalam fotografi juga mengenal komposisi yaitu pengaturan

    letak/posisi objek utama dan objek pendukung,latar depan dengan

    latar belakang, bagian terang dengan bagian gelap, dan baguan

    blur dengan bagian tajam. Konkretnya komposisi gambar yang

    diwujudkan dalam sebuah frame apabila ada objek utama harus

    jelas atau paling menonjol dalam frame.

  • 27

    7. Ruang foto atau stau studio foto

    Gambar 10. Studio Foto

    (Sumber : www.kaskus.co.id)

    Standar ukuran atau luas ukuran minimal studio foto tergantung

    dari jenis foto apa yang akan dikerjakan, jika hanya untuk pas foto

    tentu tidak memerlukan dengan studio foto untuk foto grup yang

    memerlukan ruangan besar. Studio foto dapat berukuran 3x4 m

    atau 4x6 m tergantung perlengkapan yang harus disimpan seperti

    kamera dan lain-lain. Jadi untuk ukuran studi foto tidak memiliki

    ukuran maksimal atau minimal dari studio foto tersebut.

    C. Perkembangan Fotografi di Indonesia

    Berawal dari kedatangan seorang pegawai kesehatan Belanda pada

    tahun 1841 , atas perintah Kementerian Kolonial, mendarat di Batavia

    dengan membawa dauguerreotype. Juriaan Munich, nama ambtenaar itu,

    diberi tugas "to collect photographic representations of principal views and

    also of plants and other natural objects" (Groeneveld 1989). Tugas ini

    berakhir dengan kegagalan teknis.

    Terlepas dari kegagalan percobaan pertama, bersama mobil dan

    jalanan beraspal, kereta api dan radio, kamera menjadi bagian dari

    teknologi modern yang dipakai Pemerintah Belanda menjalankan

    kebijakan barunya. Penguasaan dan kontrol terhadap tanah jajahan tidak

  • 28

    lagi dilakukan dengan membangun benteng pertahanan, penempatan

    pasukan dan meriam, tetapi dengan membangun dan menguasai

    teknologi transportasi dan komunikasi modern. Dalam kerangka ini,

    fotografi menjalankan fungsinya lewat pekerja administrasi colonial,

    pegawai pengadilan, opsir militer dan misionaris.

    Latar inilah yang menjelaskan, mengapa selama 100 tahun

    keberadaan fotografi di Indonesia (1841-1941) penguasaan alat ini secara

    eksklusif berada di tangan orang Eropa, sedikit orang China dan Jepang.

    Survei fotografer dan studio foto komersial di Hindia Belanda 1850-1940

    menunjukkan dari 540 studio foto di 75 kota besar dan kecil, terdapat 315

    nama Eropa, 186 China, 45 Jepang dan hanya 4 nama "lokal": Cephas di

    Yogyakarta, A Mohamad di Batavia, Sarto di Semarang, dan Najoan di

    Ambon. Sedangkan bagi penduduk lokal, keterlibatan mereka dengan

    teknologi ini adalah sebagai obyek terpotret, sebagai bagian dari properti

    kolonial. Mereka berdiri di kejauhan, disertai ketakjuban juga ketakutan,

    melihat tanah mereka ditransfer dalam bidang dua dimensi yang mudah

    dibawa dan dijajakan. Kontak langsung mereka dengan produksi fotografi

    adalah sebagai tukang angkut peti peralatan fotografi. Pemisahan ini

    berdampak panjang pada wacana fotografi di Indonesia di kemudian hari,

    di mana kamera dilihat sebagai perekam pasif, sebagai teknologi yang

    melayani kebutuhan praktis.

    Dibutuhkan hampir seratus tahun bagi kamera untuk benar-benar

    sampai ke tangan orang Indonesia. Masuknya Jepang tahun 1942

    menciptakan kesempatan transfer teknologi ini. Karena kebutuhan

    propagandanya, Jepang mulai melatih orang Indonesia menjadi fotografer

    untuk bekerja di kantor berita mereka, Domei. Mereka inilah, Mendur dan

    Umbas bersaudara, yang membentuk imaji baru Indonesia, mengubah

    pose simpuh di kaki kulit putih, menjadi manusia merdeka yang sederajat.

    Foto-foto mereka adalah visual-visual khas revolusi, penuh dengan

  • 29

    kemeriahan dan optimisme, beserta keserataan antara pemimpin dan

    rakyat biasa. Inilah momentum ketika fotografi benar-benar sampai ke

    Indonesia, ketika kamera berpindah tangan dan orang Indonesia mulai

    merepresentasikan dirinya sendiri, hingga sampai saat ini perkembangan

    dunia fotografi di Indonesia saat ini berkembang pesat.

    Perkembangan dunia fotografi saat ini sudah semakin meningkat,

    dapat terlihat dengan banyaknya sekolah-sekolah fotografi yang

    bermunculan baik yang bersifat formal maupun yang nonformal serta

    sangat bervariasi bentuknya misalnya lembaga-lembaga yang membuka

    kursus fotografi dalam waktu tertentu, pendidikan fotografi. Namun tidak

    sedikit juga yang memperlajari secara otodidak melalui buku, internet atau

    praktek langsung. Disamping itu perkembangan fotografi juga dapat dilihat

    dengan semakin banyaknya perkumpulan atau organisasi fotografi di

    Indonesia bahkan hampir tiap kota memiliki perkumpulan fotografi.

    Di Indonesia, fotografi juga mengalami perkembangan yang cukup

    pesat, baik fotografi amatir maupun professional. Fotografi amatir adalah

    suatu ekspresi diri (self ekspression) dan proyeksi diri (Self Projection)

    yang tarafnya sejajar dengan karya-karya budaya lain. Fotografi amatir ini

    biasanya digunakan untuk hobi dan seni, sedangkan fotografi professional

    adalah profesi yang digunakan sebagai salah satu mata pencaharian.

    Perkembangan ini terlihat dengan meningkatnya ekspor impor peralatan

    fotografi ke Indonesia, semakin banyaknya jumlah peminat fotografi,

    tumbuhnya klub-klub fotografi, dan semakin banyaknya media fotografi

    yang digunakan sebagai sarana penunjang ataupun alat untuk berbagai

    kegiatan seperti, media massa, perdagangan, kedokteran, pendidikan,

    ilmu pengetahuan, hukum, dokumentasi, hiburan, seni budaya, dan masih

    banyak kegiatan lainnya. Selain itu, perkembangan teknologi fotografi

    juga menyebabkan banyaknya alat fotografi yang semakin mudah

  • 30

    digunakan dan sangat bervariasi jenisnya, sehingga masyarakat yang

    awam pun dapat menggunakannya, terutama untuk dokumentasi.

    Saat ini badan tertinggi dalam fotografi di Indonesia ialah FPSI

    (federasi perkumpulan senifoto Indonesia) yang didirikan pada tanggal 30

    desember 1973 di Taman Ismal Marzuki, Jakarta. Lembaga ini merupakan

    perwakilan dari semua perkumpulan fotografi Indonesia ke luar negeri

    yang juga mengadakan afiliasi dengan FIAP (federation de Lart

    Photographyque), yaitu badan tertinggi dalam dunia fotografi. Dalam FPSI

    terdapat 32 klub yang terlah bergabung didalamnya yang tersebar di kota-

    kota besar Indonesia. Akan tetapi ada juga klub-klub fotografi yang

    independen atau tidak bergabung dalam FPSI seperti Rumah foto,

    Perspektif, dan sebagainya.

    Namun seiring dengan perkembangan fotografi yang disertai dengan

    keberadaan teknologi digital seperti rekayasa atau manipulasi foto maka

    kejahatan yang menggunakan fotografipun semakin banyak terjadi

    sebagai contoh rekayasa pada foto-foto artis yang memberi dampak

    negatif kepada dunia fotografi dan korban.

    D. Tinjauan Pendekatan Arsitektur Metafora

    Metafora mengidentifikasikan hubungan antara benda dimana

    hubungan tersebut lebih bersifat abstrak daripada nyata serta

    mengidentifikasikan pola hubungan sejajar. Dengan metafora seorang

    perancang dapat berkreasi dan bermain-main dengan imajinasinya untuk

    diwujudkan dalam bentuk karya arsitektur. Istilah metafora berasal dari

    bahasa Yunani yaitu metapherein (Latin: metafora, Inggris: metaphor,

    Perancis: metaphore). Meta dapat diartikan sebagai memindahkan atau

    berhubungan dengan perubahan. Pherein berarti mengandung atau

    memuat. Secara etimologi metafora menunjukkan pemindahan (transfer)

  • 31

    sesuatu yang dikandungnya (makna). Arti leksikal dari Metafora adalah

    kiasan.

    Pengertian lain adalah looking at the abstraction (melihat hubungan

    antar hal secara abstrak). Secara epistemologis, sesuai dengan

    pengertiannya, metafora dalam arsitektur dilakukan dengan cara

    displacement of concept (Schon, 1963, 1967), yaitu dengan mentransfer

    konsep suatu objek pada objek lain sehingga mempermudah pemahaman

    lewat perbandingan yang lebih sederhana.

    Beberapa pendapat yang mencoba mengajukan pengertian metafora

    antara lain:

    a. Menurut Anthony C. Antoniades dalam Poethic of Architecture Van

    Nostrand Reinhold, New York 1990

    Metafora merupakan suatu cara memahami suatu hal, seolah

    hal tersebut sebagai suatu hal yang lain sehingga dapat mempelajari

    pemahaman yang lebih baik dari suatu topik dalam pembahasan.

    Dengan kata lain menerangkan suatu subyek dengan subyek lain,

    mencoba untuk melihat suatu subyek sebagai suatu yang lain.

    Ada tiga kategori metafora menurut Antoiniades (1990):

    1) Intangible Metaphor: metafora dalam tataran ide, konsep atau

    kualitas-kualitas khusus.

    2) Tangible Metaphors: metafora dalam aspek literal, visual

    (empiris sensual)

    3) Combined Metaphors: merupakan gabungan konsepsual dan

    visual, aspek fisik (visual) digunakan sebagai penanda virtual

    (indikator) akan adanya metafora.

    b. Broadbent, Geoffrey/Bunt, Richard/Jencks, Charles: Sign, Symbol, and

    Architecture; John Wiley and Sons; New York; 1980.

  • 32

    Kategorisasi desain dair Broadbent tentang anlogic design

    mengindikasikan pembagian

    Metaphor dalam 3 kategori yaitu:

    1) Visual, metafora secara visual

    2) Struktural, metafora dalam aspek struktur, fungsi dan sistem

    3) Filosofikal, metafora dalam aspek ide, konsep dan nilai

    c. Menurut James C. Snyder, dan Anthony J. Cattanese dalam

    Introduction of Architecture

    Metafora mengidentifikasikan pola-pola yang mungkin terjadi dari

    hubunganhubungan paralel dengan melihat keabstrakannya, berbeda

    dengan analogi yang melihat secara literal.

    d. Menurut Charles Jenks, dalam The Language of Post Modern

    Architecture

    Metafora sebagai kode yang ditangkap pada suatu saat oleh

    pengamat dari suatu obyek dengan mengandalkan obyek lain dan

    bagaimana melihat suatu bangunan sebagai suatu yang lain karena

    adanya kemiripan.

    Jika dilihat dari sudut Arsitektur sebagai proses, terdapat beberapa

    strategi desain yang menunjukkan penggunaan metafora di dalamnya

    yaitu:

    a. Antoniades yang mengkategorikan desain berdasarkan prosesnya

    menunjukkan bahwa ketegori strategi adopsi merupakan strategi

    desain yang menggunakan metafora dalam prosesnya.

    b. Broadbent yang mengkategorikan desain berdasar aktivitas atau cara,

    menunjukkan bahwa kategori Analogic design menggunakan metafora

    dalam cara mendesainnya.

  • 33

    Persamaan kedua pendapat tersebut terletak pada aspek proses atau

    aktivitas dalam desain yang menggunakan metode pengalihan (adopsi

    dan analogi) konsep dari suatu obyek yang lain. Dilihat dari sudut

    Arsitektur sebagai produk, terdapat tipe desain dan konsep desain yang

    menggunakan metafora di dalamnya yaitu:

    a. Pierce yang mengkategorikan desain sebagai sistem tanda,

    menunjukkan bahwa kategori simbol lebih memperlihatkan

    penggunaan metafora dalam karya fisiknya. Kategori simbol

    memerlukan pemahaman yang cukup kompleks, karena melibatkan

    aspek yang lebih bersifat abstrak daripada literal.

    b. White dengan konsep Metaphor yang melihat hubungan antar hal

    secara abstrak (looking at abstraction) jelas menunjukkan metafora

    dalam konsep arsitektur.

    Pada dasarnya arsitektur dapat dikatakan sebagai sebuah alat

    komunikasi bagi sang arsitek yang ingin menyuarakan idealisme

    pribadinya dalam proses kreatif kepada siapapun yang menikmati dan

    mengapresiasi hasil karyanya. Penggunaan bahasa metaforik yang

    bersayap dan kaya akan interpretasi makna, memerlukan penghayatan

    dan penelusuran dalam mengapresiasinya. Seperti pisau yang bermata

    dua, di satu sisi metafora dapat digunakan sebagai alat untuk

    mengakselerasi imaji kreatif dalam proses desan, sedang di sisi lain dapat

    digunakan untuk mengupas dan mengkritik desain itu sendiri.

    E. Studi Banding

    1. Studi banding dengan gaya bangunan sejenis

    a. Museum of Fruit

    Salah satu perancang yang menggunakan metafora sebagai

    konsep rancangannya ialah Itsuko Hazegawa. Metafora ini terlihat

  • 34

    pada salah satu karyanya yaitu Museum of Fruit yang berlokasi di

    Jepang tepatnya kota Yamanshi. Bangunan ini didirikan pada

    tahun 1996, berfungsi sebagai museum dan green house dengan

    material baja dan kaca.

    Gambar 11. Bangunan Museum of Fruit

    (Sumber: www.google.com)

    Berlokasi sekitar 30 km dari gunung fuji, Museum of Fruit

    berada pada salahsatu daerah gempa bumi paling aktif didunia.

    Pusat pengetahuan ini memiliki tiga struktur shell yang terbuat dari

    baja dengan tinggi sampai 20 meter dan bentang 50 meter yang

    dihubungkan oleh bangunan bawah tanah.

    Gambar 12. Struktur Shell Museum of Fruit

    (Sumber: www.google.com)

    Sebagian dari dome ini dilapisi kca dan terbentuk dari baja yang

    berbentuk pipa. Dimensi typical adalah 40 meter dengan bentang

  • 35

    20 meter. Kompleks bangunan ini terdiri dari tiga massa utama,

    yaitu Fruit Plaza, Green House, dan workshop.ketiga massa ini

    ditata menyebar seolah-olah berupa bibit yang disebar ditanah.

    Kehadiran metafora terlihat pada bangunan yang menjadi

    obyek, yaitu Museum of Fruit. Pada bangunan ini, sang perancang

    menghadirkan sifat-sifat buah dan bibit dalam bentuk bangunan.

    Sehingga dapat dikatakan bahwa bangunan ini merupakan

    perumpamaan arsitektur sebagai sebaran bibit dan buah. Bukan

    hanya bentuk buah yang dimunculkan pada bangunan ini, tetapi

    juga sifat-sifatnya. Hal inilah yang membuat bangunan ini dikatakan

    memiliki tema metafora dan bukannya analogi atau

    mimesis.terlebih lagi bentuk dan sifat buah atau bibityang diambil

    tersebut sesuai dengan fungsi bangunannya yaitu museum buah-

    buahan. Jadi dalam pencapaian ide bentuknya, Itsuko Hazegawa

    mentransfer sifat-sifat buah dan bibit ke dalam bangunan.

    Bangunan ini menggunakan tema metafora dengan kategori

    combine metaphor. Bangunan Museum of Fruit menggunakan

    konsep penyebaran bibit dalam menerepkan idenya sekaligus juga

    menerapkan fisik dari tumbuhan dan buah-buahan.

    Gambar 13. Interior Museum of Fruit

    (Sumber: www.google.com)

  • 36

    Pada Museum of Fruit, perancang mentransfer sifat-sifat dan

    bentuk dari bibit dan buah-buahan serta tumbuh-tumbuhan yang

    lain. Itsuko Hazegawa berusaha menampilkan metafora dari

    kekuatan serta perbedaan buah-buahan, sebuah landscape purba

    yang tersembunyi dalam jiwa manusia. Buah-buahan tampak pada

    museum, sementara kekayaan hubungan budaya dan sejarah

    antara manusia dan buah bisa disimbolkan dengan cara

    mneyebarkan lahan bibit dan menjadi makmur dalam lingkungan

    tertentu serta pencampurannya bisa dilihat sebagai metafora hidup

    berdampingan dengan ramai pada daerah yang bermacam-macam

    didunia, simbiosis manusia dan binatang, dan pemeliharaan alam.

    b. Musuem Tsunami Aceh

    Gambar 14. Museum Tsunami Aceh

    (Sumber: www.google.com)

    Di Indonesia sendiri, penggunaan metode metafora pernah

    digunakan M. Ridwan Kamil dalam merancang Museum Tsunami di

    Nanggroe Aceh Darussalam. Konsep besarnya adalah Rumoh

    Aceh as a escape hill.

    Ia mengibaratkan museum sebagai rumah panggung yang

    dapat menyelematkan diri para penduduk Aceh bila sewaktu-waktu

    terjadi Tsunami. Didalamnya juga menceritakan dan mengajak kita

    untuk merasakan suasana saat Tsunami terjadi. Di awali dengan

  • 37

    pintu masuk yang menekan perasaan pengunjung dengan luasan

    yang sempit dan di dindingnya terdapat air yang mengalir (water

    wall) seolah-olah pengunjung dibawa masuk ke dalam dasar laut

    yang amat dalam.

    Lalu masuk ke dalam galeri pertama yang memuat data-data

    tentang tsunami. Ruangan ini terletak dibawah reflecting pool dari

    public park yang dimiliki oleh museum Tsunami ini.

    Gambar 15. Interior Museum Tsunami Aceh

    (Sumber: www.google.com)

    Ruangan ini memberikan kesan suram dimana pengunjung

    seakan-akan berada benar-benar didasar laut. Dengan

    penggunaan langit-langit kaca membuat cahaya tamaram dari

    atasyaitu reflecting tadi menambah kesan dramatis pada ruang ini.

    Pada perjalanan terakhir dihadapkan pada ruangan yang

    menampilkan nama-nama korban tsunami yang ditulis pada dinding

    yang berbentuk silinder yang menjulang ke atasa. Pada puncaknya

    terdapat kaligrafi Allah SWT yang berpendar dan ini ditujukan untuk

    menambah kesan sacral. Ini bermaknda bahwa akhir perjalanan

    manusia berada pada tangan Tuhan dan tidak ada yang mendapat

    menghindar dari kematian.

  • 38

    Melalui metafora, terutama ketika dicapai dengan teknik

    pergantian konsep, seseorang bisa mengaplikasikan pengetahuan

    dan interpretasi yang dimengerti. Yang melihat dan menilai serta

    menikmati suatu karya arsitektur adalah pengguna, pengamat, dan

    pengkritisi.

    c. EX Plaza Indonesia

    Plaza Indonesia terletak di jalan MH Thamrin Kav. 28-30,

    Jakarta Pusat dan sering disebut sebagai PI, Mall ini merupakan

    pusat perbelanjaan High End pertama di Indonesia yang dibuka

    pada pertengahan tahun1990.

    Gambar 16. EX Plaza Indonesia

    (Sumber: www.google.com)

    Pada tahun 2003, mal diperluas dan membuka Plaza Indonesia

    Entertainment Xnter atau hanya dikenal sebagai EX yang

    dihubungan oleh jembatan ke pusat perbelanjaan. Dibandingkan

    dengan Plaza Indonesia Shopping Center, EX melayani lebih ke

    kebutuhan remaja, seperti music, Toko olahraga, spin city

    (Bowling), Fitness Celebrity dan cinema XXI.

    Rancangan arsitektur yang menggunakan metafora ini

    merupakan karya Budiman Hendropurnomo yang menjadikan gaya

    kinetik pada sebuah mobil sebagai konsepnya, yang diterjemahkan

  • 39

    menjadi gubahan masa lima kotak yang miring sebagai ekspresi

    gaya kinetik mobil, serta kolom-kolom penyangganya sebagai ban

    mobil.

    2. Studi banding dengan fungsi bangunan sejenis

    a. Galeri Fotografi Jurnalistik Antara

    Museum dan Galeri Foto Jurnalistik Antara bertempat di

    gedung berarsitektur belanda yang dibangun pada awal abad ke

    20, yang bernama Gedung Graha Bhakti di Jalan Antara 59 di

    jantung kota Jakarta. Gedung tersebut pada awalnya digunakan

    sebagai kantor redaksi ANTARA, Kantor Berita Nasional

    Indonesia. Merupakan gedung bersejarah dimana Proklamasi

    kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945,

    disebarkan ke seluruh penjuru dunia.

    Gambar 17. Ruang-ruang dalam bangunan ANTARA

    (sumber: www.gfja.org)

    1) Pelatihan

    GFJA telah menyelenggarakan lebih dari 200 program

    pendidikan dalam kurun waktu 10 tahun. Sejak tahun 1994,

    kelahiran mitra fotografer muda dari GFJA lewat workshop foto

    jurnalistik telah menjadi suatu tradisi; sebagian besar alumni

    bekerja secara professional pada surat kabar dan majalah

  • 40

    besar di Indonesia termasuk agen internasional dimana foto-

    foto mereka dipasarkan untuk TIME, Newsweek, dan media

    bergengsi lainnya. GFJA akan terus menjaga komitmennya

    atas pendidikan fotografi di Indonesia.

    Workshop Reguler

    a) Fotografi Dasar

    b) Fotografi Jurnalistik

    Workshop Non-Reguler

    a) Studio Lighting Dasar

    b) Darkroom Processing Lanjutan

    c) Travelling Photography

    Sebagai pusat rujukan fotografi, GFJA memberikan

    prioritas teratas untuk pengembangan perpustakaan fotografi.

    GFJA yakin bahwa perpustakaan bisa menjadi oasis

    pengetahuan bagi mereka yang mencari referensi foto

    jurnalistik.

    2) Museum

    Museum Antara diresmikan dalam rangka peringatan

    HUT ke 55 ANTARA, 13 Desember, 1992. Museum yg di

    depannya mengalir Kali Ciliwung, berada di lingkungan Passer

    Baroe yang diresmikan tahun 1820. Lingkungan ini telah

    dinyatakan sebagai cagar budaya dimana juga ada bangunan-

    bangunan arsitektur eropa lainnya seperti Katedral, Gedung

  • 41

    Antara, Santa Ursula, Kantor Pos Besar Pasar Baru, Gedung

    Kesenian Jakarta dan Jembatan Pasar Baru.

    Koleksi :

    a) Lokasi dan peralatan komunikasi penyiaran berita roklamasi.

    b) Photo-toestel dan mesin ketik kepunyaan Adam Mallik.

    c) Bahan-bahan tertulis perjalananan ANTARA sejak berdiri.

    d) Peralatan produksi dan komunikasi yang pernah dipakai

    ANTARA dari dulu.

    e) Meja tulis dan lemari kuno yang dulu dipakai pimpinan

    ANTARA, lemari besi

    f) Sepeda motor kuno.

    3) Pameran

    Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA) telah berkembang

    dari sekedar galeri foto jurnalistik pertama di Indonesia

    menjadi institusi terbaik dan teraktif dalam kancah seni dan

    budaya Indonesia. Antara tahun 1992 hingga tahun 2003,

    GFJA telah menyelenggarakan lebih dari 90 pameran foto dan

    300 acara dalam dunia fotografi. Sebagian besar pengamat

    menganggap konsistensi dan keterbukaan GFJA sebagai kunci

    sukses. Sejak berdirinya, GFJA terus berusaha

    mempromosikan bakat-bakat dan visi-visi baru demikian juga

    artis dan karya yang sudah mapan; disamping karya-karya dari

    para fotografer lokal, GFJA secara reguler memamerkan karya-

    karya dari artis-artis internasional ternama bekerjasama dengan

    pusat kebudayaan asing di Indonesia. GFJA tidak membatasi

    ruang lingkupnya hanya pada gaya ataupun alasan

  • 42

    argumentatif belaka, sehingga bisa merangkul lebih banyak

    partisipan dan pengunjung : pelajar, akademisi, kritikus,

    pengamat social, fotografer dari segala genre dan public umum

    yang menikmati dan menggunakan fotografi setiap hari.

    b. George Eastman House International Museum of Photography

    and Film

    George Eastman House International Museum of Photography

    and Film, merupakan museum fotografi tertua di dunia dan arsip

    film tertua didunia, dibuka untuk umum pada tahun 1949 sebagai

    museum independen. Menggabungkan koleksi-koleksi terbaik

    fotografi dan film di mansion megah landmark kolonial Revival

    George Eastman dari tahun 1905-1932. Museum adalah Historik

    Landmark. Mr. Eastman, pendiri Eastman Kodak Company

    digembar-gemborkan sebagai bapak fotografi modern dan film-film.

    Gambar 18. G.E. House International Museum

    (Sumber: http://www.eastmanhouse.org)

    Rumah Mr Eastman memiliki fasad klasik dengan beberapa

    yang dekoratif. Di bawah eksterior ini adalah kenyamanan modern

  • 43

    seperti sebuah generator listrik, sistem internal telepon dengan 21

    stasiun, sistem pembersih vakum built-in, sebuah jaringan jam

    sentral, lift, dan organ pipa yang besar membuat rumah menjadi

    pusat kehidupan musik yang kaya dari tahun 1905 sampai

    kematian Eastman pada tahun 1932.

    Mr Eastman mewariskan kekayaannya ke Universitas

    Rochester selama 10 tahun. Teman dekatnya Rush Rhees,

    presiden Universitas Rochester, tinggal di sini sampai 1935,

    digantikan oleh keluarga Valentine. Setelah Perang Dunia II,

    universitas menyerahkan rumah ke dewan pengawas, yang

    dibentuk untuk membangun museum fotografi, menarik artefak

    berharga dari seluruh dunia ke pusat penelitian, perawatan, dan

    pameran.

    The George Eastman House Museum Fotografi diresmikan

    pada tahun 1947. Misi Museum sejak awal adalah untuk

    mengumpulkan, melestarikan, dan menyajikan sejarah fotografi

    dan film. Museum ini dibuka untuk umum pada tahun 1949, dengan

    menampilkan koleksi inti di bekas ruang tamu rumah Eastman.

    Koleksi-koleksi asli Museum termasuk koleksi Medicus foto-

    foto Perang Saudara oleh Alexander Gardner, koleksi sejarah

    Eastman Kodak Company, dan yang tak ternilai koleksi Gabriel

    Cromer dari Perancis-menarik penambahan yang signifikan selama

    40 tahun ke depan. Seluruh arsip, koleksi perusahaan, dan

    portofolio seumur hidup seniman telah disumbangkan ke Eastman

    House.

    Arsip di George Eastman House.

  • 44

    Antara 1985 dan 1988, lebih dari $ 30 juta telah dikucurkan

    untuk perbaikan dan perawatan koleksi. Eastman Kodak Company

    memimpin, dengan sumbangan senilai lebih dari $ 17 juta.

    Kontribusi masyarakat sebesar $ 12,5 juta yang diberikan untuk

    pembangunan gedung arsip state-of-the-art, termasuk pusat studi

    dan galeri pameran.

    Arsip bangunan seluas 73.000 meter persegi, arsip,

    penelitian, dan ruang galeri, banyak yang dibangun di bawah

    tanah, dengan mengembalikan kebun bersejarah yang di atasnya.

    Gambar 19. Interior G.E.H

    (Sumber: http://inet.detik.com)

    Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Museum telah

    mencapai keamanan fisik dan finansial untuk bahan berharga dan

    kemampuan untuk menawarkan akses tak terbatas untuk berbagai

    khalayak. Fasilitas baru dibuka untuk umum pada Januari 1989,

    dan sekarang memiliki lebih dari 400.000 foto dan lebih dari 28.000

    film negatif, dan lebih dari 4 juta stills film; 53.000 publikasi, dan

    lebih dari 25.000 buah teknologi.

    Juga sebagai bagian dari perbaikan modal, hampir $ 2 juta

    telah dikhususkan untuk restorasi rumah Mr Eastman.

    Menggunakan foto-foto vintage dan bukti sejarah lainnya, lebih dari

  • 45

    85 persen dari perabot asli dan hampir semua dekoratif interior

    dikembalikan atau direstorasi selama tiga tahun. Dibuka kembali

    untuk umum pada bulan Januari 1990, Eastman House adalah

    biografi real Eastman sebagai refleksi dari kehidupan yang unik.

    Empat dari kebun formal Mr Eastman telah dipulihkan, dan daerah

    sekitar akan dikembalikan atau disesuaikan dengan kebutuhan

    Museum.

    Gambar 20. Folding Camera 1860

    (Sumber: http://inet.detik.com)

    Galeri lantai kedua merupakan dokumen kehidupan Mr

    Eastman, ruang Discovery, ruang pendidikan, fasilitas diperluas di

    sayap lantai 2, ruang kuliah telah direnovasi sebagai teater

    multimedia dalam memori Jenderal Edward Peck Curtis, dan

    Teater Dryden dengan 535 kursi, direnovasi dalam rangka untuk

    melanjutkan tradisi pameran Film, yang mengkhususkan diri dalam

    memulihkan film klasik.

    Fasilitas-fasilitas dalam bangunan ini adalah :

    1) Museum Fotografi dan film

    2) Fasilitas Pendidikan

    3) Caf dan Toko buku

    4) Ruang Konservasi

  • 46

    5) Pameran fotografi dan film

    6) Film Screening

    7) Ruang Audio visual

    8) Perpustakaan

    9) Ruang Discovery

    10) Teater Film

    11) Fasilitas Wedding

    c. International Centre of Photography

    Gambar 21. Bangunan ICP

    (Sumber: www.wikipedia.org/wiki/International_Center_of_Photography)

    International Center of Photography adalah sebuah bangunan

    yang mewadahi segala aktivitas yang berkaitan dengan seni

    fotografi seperti museum fotografi, sekolah, dan pusat peneletian.

    Bangunan ini terletak di Midtown Manhattan di New York City,

    Amerika Serikat dan didirikan pada tahun 1974.

    Sejak didirikan pada 1974 oleh Cornell Capa dalam sejarah

    Willard Straight House, di Fifth Avenues Mile Museum, ICP telah

    melaksanakan pameran lebih dari 500 pameran, dengan

    menyajikan lebih dari 3.000 karya fotografer dan seniman lainnya

    serta kelompok pameran dan menyediakan ribuan kelas dan

  • 47

    lokakarya yang telah memperkaya puluhan ribu mahasiswa. ICP

    didirikan sebagai lembaga untuk menjada warisan Hidup Fotografi

    Peduli. Setelah kematian sebelum waktunya saudaranya Robert

    Capa dan rekan-rekannya Wemer Bischof, David chimSeymour,

    dan Dan Weiner pada 1950-an, Capa melihat kebutuhan untuk

    terus bekerja documenter kemanusiaan mereka yang relecan dan

    dapat dilihat dengan mata public. Pada tahun 1966 ia mendirikan

    Dana Internasional untuk Fotografi Peduli.

    1) Perancangan dan rekonstruksi

    Galeri di perluas di 1133 Avenue of Americasdi 43 Street,

    dirancang oleh Gwathmey Siegel dan Associates Architects

    untuk tampilan fotografi dan media baru dengan Negara-of the-

    art-pencahayaan, system control iklim, dan system presentasi

    digital. Pembukaan lahan kembali (1.600 m2 situs 17.000,

    sebelumnya digunakan sebagai galeri foto untuk Kodak, pada

    musim gugur tahun 2000 yang disediakan dalam satu lokasi

    ruang galeri yang sama seperti dua situs sebelumnya

    digabungkan dan menjadi markas program pameran ICP.

    Fasilitas-fasilitas yang disediakan:

    a) Fasilitas Pendidikan

    b) Perpustakaan

    c) Digital Laboratorium

    d) Ruang Gelap (Dark Room)

    e) Ruang Pameran

    2) Sekolah ICP

    ICP melayani lebih dari 5.000 siswa setiap tahun, Program

    pendidikan lainnya termasuk serangkaian kuliah, seminar,

  • 48

    symposium, lokakarya diselenggerakan oleh fotografer

    professional, dankegiatan yang saling melengkapi.

    Fasilitas Country-fitur Class-the art dan ruang lab hitam-

    putih danwarna, laboratoriumdigital dengan seumber daya untuk

    multimedia, fotografi digital, mengedit video dan produksi, dan

    sebuah studio pemotrtan professional. Dirancang oleh Gensler,

    sebuah York arsitektur berbasis perusahaan New Era, Sekolah

    termasuk perpustakaan, ruang siswa, dan mahasiswa dan

    pameran galeri masyarakat.

    Sekolah menawarkan :

    a) Sebuah pilihan sepanjang tahun kelas Pendidikan

    Berkelanjutan

    b) Dua Program Sertifikat Satu-Tahun :

    c) Studi Umum

    d) Dokumenter Fotografi dan Jurnalisme Foto

    e) Program ICP-Bard distudi Lanjutan Fotografi, Program sarjana

    dua tahun yang mengarah ke master seni rupa.

    3) Perpustakaan ICP

    Gambar 22. Perpustakaan ICP

    (sumber: www.icp.org/)

  • 49

    Koleksi permanen dengan ICP berisi lebih dari 100.000 foto.

    Sejak pembukaannya di tahun 1974, ICP telah mengakusisi foto

    sejarah dan kontemporer penting melalui berdedikasi Komite

    Akuisisi dan melalui sumbangan dan hibah dari fotografer dan

    kolektor. Koleksinya meliputi sejarah medium fotografi, dari

    daguerreotypes untuk gelatin perak dan chromogenic cetak

    digital.

    F. Resume Studi Banding

    1. Resume studi banding dengan gaya bangunan sejenis

    Tabel 1.

    Resume studi banding dengan gaya bangunan sejenis

    Nama

    Bangunan

    Arsitek

    Penerapan

    Jenis Metafora

    Museum of Fruit

    Itsuko Hazegawa

    Menggunakan bibit-bibit yang berbeda disebar ke tanah dalam penampilan keseluruhan kompleks bangunan, termasuk dalam menemukan bentuk dari tiga massa utama, gambaran sebuah bibit yang kemudian tumbuh menjadi pohon yang besar yang ditampilkan ke dalam salah satu massa yaitu fruit plaza.

    Combined metaphora

    Museum

    Tsunami Aceh

    M. Ridwan Kamil

    Mengibaratkan museum sebagai rumah panggung yang dapat menyelamatkan penduduk aceh dari tsunami, dan pintu masuk yang menekan pengunjung dengan luasan yang sempit dengan adanya water wall seolah-olah berada di bawah dasar laut. Serta bentuk denah bangunan yang menyerupai gelombang laut

    Combined metaphora

  • 50

    (Sumber : Analisi Penulis)

    2. Resume studi banding dengan fungsi bangunan sejenis

    Tabel 2.

    Resume studi banding dengan fungsi bangunan sejenis

    Nama

    Bangunan

    Fasilitas

    Kelebihan

    Kekurangan

    Gaya

    Bangunan

    Galeri Fotografi Jurnalistik Antara, Jakarta, Indonesia

    - Workshop

    /pelatihan - Museum - Pameran

    Memiliki fasilitas meseum mengenai perkembangan jurnalitik di indonesia

    Sistem penghawaan dan pencahyaan bangunan terlalu mengandalkan pencahyaan dan penghawaan buatan dan kurangnya fasilitas-fasilitas yang diwadahi.

    Arsitektur Kolonial Belanda

    George Eastman House,

    - Museum Fotografi

    dan film

    - Fasilitas Pendidikan

    Memiliki Fasilitas yang memadai

    Bangunan tidak terlalu menonjol karena desain

    Arsitektur Klasik

    Nama

    Bangunan

    Arsitek

    Penerapan

    Jenis Metafora

    EX Plaza Indonesia

    Budiman Hendropurnomo

    Dia menjadikan gaya kinetik pada

    sebuah mobil sebagai

    konsepnya, yang diterjemahkan

    menjadi gubahan masa lima

    kotak yang miring sebagai

    ekspresi gaya kinetik mobil, serta

    kolom-kolom penyangganya

    sebagai ban mobil.

    Intangible Metaphora

  • 51

    (Sumber : Analisi Penulis)

    Nama

    Bangunan

    Fasilitas

    Kelebihan

    Kekurangan

    Gaya

    Bangunan

    Internation

    al Museum

    of

    Photograph

    y and Film,

    Rochester,

    NY

    - Caf dan Toko buku

    - Ruang Konservasi Pameran fotografi

    dan film - Film Screening

    - Ruang Audio visual

    - Perpustakaan

    - Ruang Discovery

    Teater Film

    - Fasilitas Wedding

    untuk kegiatan- kegiatan yang berkaitan dengan fotografi, serta disediakannya fasilitas wedding yang disewakan

    bangunan tidak terlalu Site karena tertutupi vegetasi disekitasrnya sehingga tidak begitu keliatan dari luar

    Internation

    al Centre of

    Photograph

    y, New

    York

    - Fasilitas pendidikan - Perpustakaan - Digital laboratorium - Ruang gelap (Dark

    Room) - Ruang pameran - Ruang seminar - Ruang audio visual - Museum

    Memiliki ruang digital laboratorium dengan sumber daya untuk multimedia, fotografi digital

    Desain bangunan yang monoton dan kurang ekspresif sehingga tampak terkesan sangat sangat sederhana tanpa permainan detail dan ornamen.

    Arsitektur Modern

  • 52

    BAB III

    TINJAUAN KHUSUS

    PUSAT KEGIATAN FOTOGRAFI DI MAKASSAR

    A. Hakekat dan Karakter Dasar

    1. Hakekat

    Dipilihnya Kota Makassar karena kota ini merupakan salah satu

    kota terbesar di Indonesia timur dengan cukup banyaknya kegiatan

    fotografi bermunculan, namun kurang adanya suatu wadah untuk

    menampung kegiatan penggemar fotografi untuk dapat berkumpul dan

    mengapresiasikan karyanya.

    2. Karakter dasar

    Wadah ini nantinya merupakan media publikasi dan promosi

    hasil karya para fotografer maupun para pecinta fotografi, sebagai

    sarana yang dapat mendukung laju perkembangan dunia fotografi dan

    sebagai wadah untuk mempertemukan bagi para pecinta fotografi

    yang berada di Makassar pada khususnya dan Indonesia pada

    umumnya.

    B. Tinjauan Kota Makassar

    1. Kondisi fisik kota Makassar

    Makassar didirikan oleh dua kerajaan maritim Gowa-Tallo

    merupakan suatu kota besar. Kota Makassar sebagai kota yang

    terletak di pesisir pantai mempunyai peranan sangat vital, baik yang

    sifatnya lokal, regional, nasional dan internasional. Kota Makassar

  • 53

    mempunyai prospek dan potensi yang cukup besar untuk

    dikembangkan dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang.

    Adapun fungsi dan kedudukan Kotamadya Makassar saat ini,

    adalah :

    Secara administratif merupakan ibukota propinsi Sulawesi Selatan.

    Sebagai pusat pemerintahan Propinsi Daerah Tingkat I Sulawesi

    Selatan.

    Pintu gerbang utama Kawasan Timur Indonesia (KTI).

    Pusat pembangunan propinsi Sulawesi Selatan.

    Pusat perdagangan yang ditunjang oleh lokasi geografis serta

    ketersediaan sarana dan prasarana transportasi.

    Pusat pelayanan sosial di bidang pendidikan tinggi, kesehatan,

    rekreasi/hiburan dan budaya.

    a. Keadaan geografis

    Kota Makassar merupakan ibukota provinsi Sulawesi Selatan

    yang secara geografis terletak antara 119o241738 BT dan

    5o8619 LS. Kota Makassar merupakan daerah pantai yang datar

    dengan kemiringan 0 - 5 derajat ke arah barat, diapit dua muara

    sungai yakni sungai.Tallo yang bermuara di bagian utara kota dan

    sungai Jeneberang yang bermuara di selatan kota.