--syamsualam-8126-1-14-syams-3
DESCRIPTION
Syarat tugas akhirTRANSCRIPT
-
PUSAT KEGIATAN FOTOGRAFI DI MAKASSAR DENGAN PENDEKATAN
ARSITEKTUR METAFORA
ACUAN PERANCANGAN
Tugas Akhir 477D5106 Periode IV
Tahun 2013 2014
Sebagai Persyaratan Untuk Ujian
Sarjana Arsitektur
Oleh :
SYAMSU ALAM
D511 07 043
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2014
-
ii
PENGESAHAN
ACUAN PERANCANGAN
PROYEK : TUGAS SARJANA ARSITEKTUR
JUDUL : PUSAT KEGIATAN FOTOGRAFI DI MAKASSAR
DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR METAFORA
PENYUSUN : Syamsu Alam
NO. STB : D511 07 043
PERIODE : IV Tahun 2013-2014
Menyetujui
DosenPembimbing
Ir. Muh. Taufik Ishak, MT Moh. Mochsen Sir, ST., MT
NIP. 19600119 1989031002 NIP. 19690407 1996031003
Mengetahui,
KetuaJurusanArsitektur FakultasTeknik
UniversitasHasanuddin
Baharuddin Hamzah, ST,M.Arch, Ph.D
NIP. 196903081995121001
-
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam kepada
Nabiullah Muhammad SAW atas Quran, Hadits, rahmat, karunia, serta
segenap ilmu yang tersebar di muka bumi, sehingga penyusunan Acuan
Perancangan ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa Acuan Perancangan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Pada akhirnya, dengan segala kekurangan dan
kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan
yang tidak terhingga kepada pihak-pihak yang telah membantu kepada :
1. Bapak Ir. Muh.Taufik Ishak, MT selaku pembimbing I dan Bapak
Moh.Mochsen Sir, ST,.MT selaku pembimbing II, yang telah
meluangkan waktu dan pikiran selama proses bimbingan dan
penulisan Acuan Perancangan ini.
2. Bapak Baharuddin Hamzah, ST.,M.Arch.,Ph.D, selaku Ketua
Jurusan Arsitektur dan Ibu Wiwik Wahidah Osman, ST, MT,
selaku Sekretaris Jurusan Arsitektur.
3. Ibu Hj. Nurmaida Amri, ST,.MT, selaku Penasehat Akademik,
terima kasih atas nasehat dan masukannya selama ini.
4. Bapak Abdul Mufti Radja, ST., MT., Ph.D dan Bapak Ir. H. Muh.
Fathien Azmy, M.Si, selaku pengelola Studio Tugas Akhir Jurusan
Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, atas segenap
bimbingan dan arahan, serta segala kearifan dan
kebijaksanaannya.
5. Seluruh Dosen dan Staf/Karyawan Jurusan Arsitektur Fakultas
Teknik Unversitas Hasanuddin, atas semua ilmu dan pengetahuan
yang diberikan, serta yang telah membantu segala prosedur yang
disyaratkan.
6. Ayahanda H. Muh. Dahlan dan Hj.Siti Aminah, terima kasih atas
curahan kasih sayang, perhatian, dan segenap doanya yang
senantiasa menjadi sumber kekuatan dalam perjuangan penulis.
-
iv
7. Warga Jati No.7 terima kasih atas segala kasih sayang, doa, serta
semua bantuan yang tidak terhingga selama ini.
8. Teman-teman Arsitektur Unhas 07, Hamzah Samuda ST, Jazmine
Zulkarnain ST, Reza Nur Sjadzali, Andi Rahim Gaffar, Ikrom,
Anti, Ikram, Bams, Sambo dan semua angkatan 2007
ARSITEKTUR UNHAS yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu terima kasih atas doa, semangat, motivasi,kebersamaan
dan bantuannya selama ini.
9. Teman-teman seperjuangan Studio Akhir periode IV, terima kasih
atas saran, semangat, dan bantuannya selama studio.
Akhir kata, semoga Acuan Perancangan ini dapat memenuhi persyaratan
dalam menyelesaikan studi di Jurusan Arsitektur dan bermanfaat bagi
perkembangan pendidikan dan Arsitektur dimasa yang akan datang.
Makassar, Agustus 2014
SYAMSU ALAM
D511 07 043
-
ii
ABSTRAKSI
Dalam perkembangan zaman, pola pemikiran setiap individu akan
semakin berkembang sejalan dengan arus globalisasi yang semakin
pesat. Pola pemikiran yang menuntut akan kebebasan semakin menguat,
setiap orang berharap dapat bebas mengekspresikan pendapat dan
bakatnya. Dimana salah satu bentuk perwujudan ekspresi yang paling
dinamis dan fleksibel adalah melalui media 2 dimensi. Melalui media inilah
setiap orang dapat menuangkan segala ide, gagasan, dan karyanya
dengan sebebas-bebasnya dan seluas-luasnya.
Setiap manusia telah mengalami berbagai peristiwa dalam
kehidupannya, baik itu peristiwa yang sifatnya penting ataupun biasa-
biasa saja. Namun dibalik penting atau tidaknya peristiwa yang dialami,
keinginan untuk merekam atau mengabadikannya pasti selalu ada. Esensi
fotografi sebagai media perekam sangat berperan aktif. Fotografi salah
satu media komunikasi yang mampu memberikan suatu potret gambaran
nyata yang mudah dipahami orang lain.
Fotografi diberbagai penjuru dunia dan juga diindonesia menunjukkan
pertumbuhan yang signifikan. Dengan perkembangan yang terus
meningkat dalam bidang fotografi, dan keterkaitan antara fotografi dengan
bidang-bidang lainnya seperti bidang teknologi, ilmu pengetahuan. Serta
jumlah karya yang dihasilkan juga semakin banyak dan beragam serta
dengan melihat banyaknya kegiatan fotografi yang bermunculan seperti
pameran-pameran fotografi, lomba-lomba fotografi serta seminar atau
workshop fotografi yang diadakan di Kota Makassar.
Sehingga dibutuhkan suatu wadah berupa Pusat Kegiatan Fotografi di
Makassar yang memiliki fasilitas pameran sebagai fasilitas utamanya,
dilengkapi dengan fasilitas penunjang seperti fasilitas pelatihan, penjualan
perangkat fotografi, studio foto, dan museum fotografi.
Kata kunci : Ekspresi, Peristiwa, Media, Fotografi, Perkembangan,
Pameran
-
v
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul i
Halaman Pengesahan .. ii
Kata Pengantar iii
Daftar Isi v
Daftar Gambar x
Daftar Tabel xiii
Daftar Skema .. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ... 1
B. Ungkapan Masalah .......... 4
1. Non- Arsitektural .................................................................. 4
2. Arsitektural . 4
C. Tujuan dan Sasaran Pembahasan . 5
1. Tujuan pembahasan ... 5
2. Sasaran pembahasan . 5
D. Lingkup dan Batasan Pembahasan . 5
1. Lingkup pembahasan .. 5
2. Batasan pembahasan .. 6
E. Metode dan Sistematika Pembahasan .. 6
1. Metode pembahasan .. 6
2. Sistematika pembahasan 6
BAB II TINJAUAN UMUM PUSAT KEGIATAN FOTOGRAFI DI MAKASSAR
DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR METAFORA
A. Pengertian Judul 8
-
vi
B. Tinjauan Fotografi ...................................................................... 9
1. Pengertian fotografi ............................................................... 9
2. Sejarah penemuan fotografi .................................................. 10
3. Tipe-tipe fotografi .. 14
4. Kategori fotografi . 15
5. Alat dan fungsi peralatan fotografi . 21
6. Pencahayaan dan komposisi dalam fotografi . 25
7. Ruang foto atau studio foto . 27
C. Perkembangan Fotografi di Indonesia 27
D. Tinjauan Pendekatan Arsitektur Metafora .. 30
E. Studi Banding . 33
1. Studi banding dengan gaya bangunan sejenis ...... 33
2. Studi banding dengan fungsi bangunan sejenis 39
F. Resume Studi Banding ... 49
1. Resume studi banding dengan gaya bangunan sejenis .. 49
2. Resume studi banding dengan fungsi bangunan sejenis .. 50
BAB III TINJAUAN KHUSUS PUSAT KEGIATAN FOTOGRAFI DI
MAKASSAR
A. Hakekat dan Karakter Dasar 52
1. Hakekat 52
2. Karakter dasar 52
B. Tinjauan Kota Makassar 52
1. Kondisi fisik kota Makassar 52
2. Kondisi non fisik kota Makassar . 55
C. Kondisi Dunia Fotografi di Makassar . 62
D. Peranan dan motivasi pengadaan 66
1. Peranan 66
2. Motivasi pengadaan ........ 66
-
vii
E. Faktor pendukung dan penghambat Pusat Kegiatan Fotografi .. 67
1. Faktor pendukung pengadaan 67
2. Faktor penghambat pengadaan 67
F. Struktur dan sistem kelembagaan Pusat Kegiatan Fotografi .... 68
1. Struktur organisasi . 68
2. Sistem kelembagaan 68
G. Tinjauan Pusat Kegiatan Fotografi di Makassar 68
1. Fungsi Pusat Kegiatan Fotografi 68
2. Tujuan pengadaan Pusat Kegiatan Fotografi 69
3. Lingkup perwadahan Pusat Kegiatan Fotografi . 69
H. Spesifikasi Kegiatan . 71
1. Program kegiatan 71
2. Waktu pelaksanaan kegiatan 76
I. Pelaku kegiatan 77
1. Unsur-unsur pelaku kegiatan .. 77
2. Aktifitas pelaku kegiatan 78
3. Pengelompokan jenis kegiatan . 82
BAB IV KESIMPULAN
A. Kesimpulan Umum ....... 83
B. Kesimpulan Khusus 84
BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN PUSAT KEGIATAN FOTOGRAFI
DI MAKASSAR
A. Konsep Dasar Perancangan Makro 87
1. Analisa pemilihan lokasi . 87
2. Analisa pemilihan tapak .. 90
3. Analisa pengolahan tapak 92
B. Konsep Dasar Perancangan Mikro 98
-
viii
1. Analisa kebutuhan ruang 98
2. Analisa besaran ruang . 103
3. Pola hubungan ruang 113
4. Pola sirkulasi ruang . 117
5. Pola organisasi ruang .. 120
C. Bentuk Dan Penampilan Bangunan 120
D. Sistem Struktur Dan Modul Struktur ..... 121
1. Struktur . 121
2. Modul 125
E. Tata Ruang Dalam ........ 125
1. Bentuk dan proporsi ruang . 125
2. Tata peragaan/pajangan .. 126
3. Pengamat terhadap foto .. 127
F. Tata Ruang Luar . 128
G. Sistem Utilitas dan Kelengkapan Bangunan . 130
1. Penghawaan . 130
2. Pencahayaan 132
3. Akustik .... 133
4. Sistem transportasi dalam bangunan 135
5. Sistem penangkal petir 136
6. Sistem jaringan listrik .. 137
7. Sistem komunikasi .. 138
8. Sistem pencegahan tindak kriminal .. 138
9. Sistem penanggulangan bahaya kebakaran .. 140
10. Sistem jaringan air bersih dan air kotor .. 142
11. Sistem pembuangan dan pengelolaan sampah . 144
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Fotografi alam .................................................................. 17
Gambar 2 Fotografi satwa dan flora .................................................. 17
Gambar 3 Fotografi dokumentasi ...................................................... 18
Gambar 4 Fotografi jurnalistik ............................................................. 18
Gambar 5 Fotografi fine art ................................................................. 19
Gambar 6 Fotografi studio ................................................................... 20
Gambar 7 Fotografi udara .................................................................. 20
Gambar 8 Fotografi arsitektur ............................................................ 21
Gambar 9 Fotografi fashion ............................................................... 21
Gambar 10 Studio foto ....................................................................... 27
Gambar 11 Bangunan Museum of Fruit 34
Gambar 12 Struktur Shell Museum of Fruit .. 34
Gambar 13 Interior Museum of Fruit .. 35
Gambar 14 Museum Tsunami Aceh .. 36
Gambar 15 Interior Museum Tsunami Aceh .... 37
Gambar 16 EX Plaza Indonesia .. 38
Gambar 17 Ruang-ruang dalam bangunan ANTARA . 39
Gambar 18 G.E. House International Museum .................................... 42
Gambar 19 Interior G.E.H .............. 44
-
xi
Gambar 20 Folding camera 1860 45
Gambar 21 Bangunan ICP ...... 46
Gambar 22 Perpustakaan ICP 48
Gambar 23 Penentuan Detail Tata Ruang Kota (DTRK) 62
Gambar 24 Alternatif pemilihan lokasi . 89
Gambar 25 Lokasi terpilih .. 90
Gambar 26 Alternatif pemilihan tapak . 91
Gambar 27 Tapak terpilih ...... 92
Gambar 28 Existing Condition .. 93
Gambar 29 Potensi lingkungan sekitar tapak .. 93
Gambar 30 Orientasi matahari ... 94
Gambar 31 View ke luar dan ke dalam tapak. 94
Gambar 32 Noise/kebisingan pada tapak .. 95
Gambar 33 Penzoningan 96
Gambar 34 pencapaian dan sirkulasi tapak .. 97
Gambar 35 Daerah visual pandangan mata ... 127
Gambar 36 Permukaan penyerap dan pemantul dinding . 134
-
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Resume studi banding dengan gaya bangunan sejenis . 49
Tabel 2 Resume studi banding dengan bangunan fungsi sejenis 50
Tabel 3 Jumlah penduduk kota Makassar .. 56
Tabel 4 Rencana Detail Tata Ruang (DTRK) kota Makassar .. 59
Tabel 5 Kegiatan Fotografi yang di adakan di Makassar .. 63
Tabel 6 Klub Fotografi Makassar .................................................... 65
Tabel 7 Kurikulum pelatihan fotografi .. 75
Tabel 8 Kriteria untuk menentukan lokasi 88
Tabel 9 Alternatif pemilihan lokasi . 89
Tabel 10 Analisa penentuan tapak 92
Tabel 11 Laju pengunjung museum La Galigo Makassar .. 103
Tabel 12 Besaran ruang entrance .. 104
Tabel 13 Besaran ruang kegiatan pameran . 104
Table 14 Besaran ruang kegiatan pelatihan . 105
Tabel 15 Besaran ruang kegiatan informasi dan pengembangan .. 106
Tabel 16 Besaran ruang kegiatan komersial 107
Tabel 17 Besaran ruang kegiatan pengelolaan .. 109
Tabel 18 Rekapitulasi besaran ruang 111
Tabel 19 Kebutuhan ruang parkir .. 112
-
xiv
DAFTAR SKEMA
Halaman
Skema 1 Cabang-cabang ilmu seni ................................................... 9
Skema 2 Struktur organisasi Pusat Kegiatan Fotografi . 68
Skema 3 Pola hubungan ruang makro .. 114
Skema 4 Pola hubungan ruang kegiatan pameran .. 114
Skema 5 Pola hubungan ruang kegiatan pelatihan.. 115
Skema 6 Pola hubungan ruang kegiatan informasi . 115
Skema 7 Pola hubungan ruang kegiatan komersial . 116
Skema 8 Pola hubungan ruang kegiatan pengelolaan 116
Skema 9 Pola sirkulasi pengunjung .. 117
Skema 10 Pola sirkulasi karyawan . 117
Skema 11 Pola sirkulasi pengelola . 117
Skema 12 Pola sirkulasi tenaga service . 118
Skema 13 Pola sirkulasi ruang kegiatan pameran .. 118
Skema 14 Pola sirkulasi ruang kegiatan pelatihan . 118
Skema 15 Pola sirkulasi ruang kegiatan informasi . 119
Skema 16 Pola sirkulasi ruang kegiatan komersial . 119
Skema 17 Pola sirkuasi ruang kegiatan pengelolaan 119
Skema 18 Konsep ide bentuk bangunan 121
Skema 19 Sistem jaringan listrik . 138
Skema 20 Sistem penanggulangan bahaya kebakaran 142
Skema 21 Sistem jaringan air bersih . 143
Skema 22 Sistem jaringan air kotor ... 144
Skema 23 Sistem pembuangan sampah .. 146
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perkembangan zaman, pola pemikiran setiap individu akan
semakin berkembang sejalan dengan arus globalisasi yang semakin
pesat. Pola pemikiran yang menuntut akan kebebasan semakin
menguat, setiap orang berharap dapat bebas mengekspresikan
pendapat dan bakatnya. Dimana salah satu bentuk perwujudan
ekspresi yang paling dinamis dan fleksibel adalah melalui media 2
dimensi. Melalui media inilah setiap orang dapat menuangkan segala
ide, gagasan, dan karyanya dengan sebebas-bebasnya dan seluas-
luasnya.
Setiap manusia telah mengalami berbagai peristiwa dalam
kehidupannya, baik itu peristiwa yang sifatnya penting ataupun biasa-
biasa saja. Namun dibalik penting atau tidaknya peristiwa yang dialami,
keinginan untuk merekam atau mengabadikannya pasti selalu ada.
Esensi fotografi sebagai media perekam sangat berperan aktif. Banyak
orang berteman karena fotografi, kelompok-kelompok komunitas yang
terbentuk dalam lingkungan kecil hingga lingkungan besar dan hamper
eksis disetiap kampus, sekolah, dan bahkan diperkantoran.
Fotografi merupakan salah satu media untuk menuangkan inspirasi
dan pemikiran serta memberikan keleluasan bagi siapapun untuk
menvisualisasikan apapaun yang diinginkan. Fotografi salah satu
media komunikasi yang mampu memberikan suatu potret gambaran
nyata yang mudah dipahami orang lain. Melalui foto kita mampu
menggugah, membuka, menjelaskan peristiwa yang telah berlalu baik
yang sifatnya penting ataupun sifatnya yang biasa-biasa saja.
Kemampuan inilah yang biasa digunakan dalam berbagai bentuk
kegiatan seperti dalam media massa, perdagangan, pendidikan, ilmu
-
2
pengetahuan, dokumentasi, hiburan, seni budaya, dan masih banyak
kegiatan lainnya. Fotografi erat hubungannya dengan trend dan
perubahan.
Diadopsinya teknologi digital dalam fotografi membuat fotografi jadi
lebih mudah dan mampu mengevaluasinya dalam hitungan detik.
Semakin terjangkaunya ongkos teknologi menjadi salah satu alasan
kuat yang mendorong pertumbuhan ini. Jika 10 tahun yang lalu kamera
SLR masih menjadi monopoli bagi mereka yang serius menggeluti
fotografi, kini kita mendapati banyak orang yang memiliki dan
menggunakan kamera DSLR sebagai alat untuk merekam potongan
hidup mereka.
Fotografi diberbagai penjuru dunia dan juga diindonesia
menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Selain angka penjualan
kamera yang meningkat dari tahun ke tahun, komunitas fotografi juga
terus tumbuh, diindonesia pertumbuhan ini juga terlihat dari mulai
banjirnya rak-rak ditoko buku dengan buku-buku fotografi, setidaknya
selama 2 tahun belakangan pertumbuhan bacaan fotografi diindonesia
telah tumbuh lebih dari 500%. (the light magazine)
Perkembangan fotografi juga dapat dilihat dari perkembangan alat-
alat pendukung fotografi yang semakin canggih, seperti semakin
beragamnya kamera digital dipasaran, serta banyaknnya peralatan-
peralatan modern yang ikut menambahkan fasilitas kamera di
dalamnya seperti pada perangkat telpon genggam, dan juga
menjamurnya klub-klub fotografi di berbagai daerah, yang disertai
munculnya berbagai sarana pendidikan fotografi baik yang bersifat non
formal maupun yang formal.
Dengan melihat perkembangan yang terus meningkat dalam bidang
fotografi, dan keterkaitan antara fotografi dengan bidang-bidang
lainnya seperti bidang teknologi, ilmu pengetahuan. Serta jumlah karya
yang dihasilkan juga semakin banyak dan beragam serta dengan
melihat banyaknya kegiatan fotografi yang bermunculan seperti
-
3
pameran-pameran fotografi, lomba-lomba fotografi serta seminar atau
workshop fotografi antara lain seperti salon foto Indonesia yang baru-
baru diadakan di Kota Makassar, akan tetapi di Kota Makassar belum
ada wadah yang cukup memadai untuk menampung bentuk kegiatan-
kegiatan tersebut.
Para pehobi fotografi di manapun meyakini bahwa salah satu cara
untuk meningkatkan kemampuan fotografi, yaitu dengan saling tukar
menukar pengetahuan dan pengalaman berfotografi. Untuk itulah
mengapa komunitas dan klub fotografi menjamur diberbagai daerah
termasuk di Makassar. Dengan bersekutu pehobi fotografi merasa
dengan mudah dan murah meningkatkan kesaktian berfotografinya.
Proses pembelajaran pun beragam mulai dari melakukan diskusi
bersama, membahas atau membedah sebuah foto, saling tukar
referensi hingga mengadakan praktek-praktek berfotografi bersama
atau yang dikenal hunting bersama.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Semakin banyak dan beragamnya karya-karya fotografer sehingga
diperlukan wadah atau sarana untuk mempublikasikan dan
mengapresiasikan karya-karyanya hal ini bisa dilihat dari semakin
seringnnya diadakan pameran-pameran fotografi.
2. Semakin banyaknya penggunaan media fotografi sebagai sarana
penunjang dalam berbagai kegiatan seperti media massa,
periklanan, dokumentasi, hiburan dan sebagainya.
3. Semakin seringnya di adakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan fotografi seperti pameran fotografi, lomba-lomba fotografi
serta seminar atau workshop fotografi, namun kegiatan tersebut
tidak pernah di adakan pada tempat yang menetap.
4. Masih Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap bidang
fotografi namun minat masyarakat akan fotografi semakin besar
sehingga diperlukan suatu wadah untuk menambah ilmu
-
4
pengetahuan di bidang fotografi seperti pelatihan fotografi dan
perpustakaan, bahkan museum fotografi.
5. Semakin banyaknya klub fotografi yang bermunculan baik di dalam
kawasan sekolah, kampus, bahkan perkantoran sehingga
diperlukan suatu wadah yang digunakan untuk berkumpul, bertukar
pikiran dan berbagi informasi serta pengalaman berfotografi.
6. Dengan meningkatnya apresiasi masyarakat maka diperlukan suatu
wadah yang dapat menyediakan pelayanan terhadap kebutuhan
berfotografi.
Oleh karena itu, dibutuhkan suatu wadah berupa Pusat Kegiatan
Fotografi di Makassar yang memiliki fasilitas pameran sebagai fasilitas
utamanya, yang dilengkapi dengan fasilitas penunjang seperti fasilitas
pendidikan atau pelatihan, perdagangan, studio foto, dan hiburan. Di
samping itu pula dapat menjadi wadah berkumpul bagi individu-
individu yang memiliki hasrat dan kesenangan akan fotografi untuk
berbagi wawasan-wawasan baru, sehingga fotografi dapat menjadi
sesuatu kreasi yang menyenangkan, tidak menekan, mudah dan
bebas tanpa batasan. Wadah ini diharapkan dapat menjadi sarana
untuk mengapresiasikan karya-karya fotografer atau pecinta fotografi
serta mampu menunjang laju pertumbuhan dan pembangunan di kota
Makassar.
B. Ungkapan Masalah
1. Non-Arsitektural
a) Bagaimana menciptakan suatu wadah yang dapat digunakan
sebagai sarana publikasi bagi para fotografer dan pencinta
fotografi.
b) Bagaimana memperluas wawasan dan apresiasi, serta menarik
perhatian masyarakat untuk lebih tertarik mengetahui tentang
fotografi.
2. Arsitektural
-
5
a) Bagaimana menentukan lokasi dan site untuk Pusat Kegiatan
Fotografi di Makassar.
b) Bagaimana mewujudkan tampilan fisik bangunan yang sesuai
dengan karakter dan fungsi bangunan itu sendiri sebagai Pusat
Kegiatan Fotografi di Makassar.
c) Bagaimana menciptakan penataan ruang dan sirkulasi dalam
ruang agar kenyamanan dapat terpelihara dan selalu terjaga
sehingga pengguna dapat merasa nyaman berada di dalamnya.
d) Bagaimana mengatur pencahayaan, penghawaan, akustik serta
utilitas-utilitas bangunan.
C. Tujuan dan Sasaran Pembahasan
1. Tujuan pembahasan
Menyusun konsep dasar perencanaan dan perancangan suatu
wadah yang dapat dijadikan sebagai media publikasi hasil karya
bagi para pelaku fotografi, yang selanjutnya dijadikan titik tolak bagi
perwujudan rancangan fisik, serta mendapatkan informasi
mengenai berbagai fasilitas serta sistem yang diperlukan dalam
perencanaan bangunan.
2. Sasaran pembahasan
Mempelajari dasar-dasar perwujudan fisik bangunan melalui
pendekatan arsitektur yang berdasarkan pada standar dan faktor-
faktor :
a) Studi tata fisik Makro yaitu, penentuan lokasi, penentuan tapak,
zoning dan tata massa.
b) Studi tata fisik Mikro yaitu, penentuan kebutuhan ruang,
pengelompokan dan orientasi ruang serta penentuan sarana
kelengkapan bangunan.
D. Lingkup dan Batasan Pembahasan
1. Lingkup pembahasan
-
6
Lingkup pembahasan difokuskan untuk mengunkapkan suatu
wadah sebagai Pusat Kegiatan Fotografi serta kegiatan lain yang
terkait didalamnya yang ditinjau dari disiplin ilmu arsitektur dan
bidang ilmu penunjang lainnya.
2. Batasan pembahasan
Memberikan batasan yang jelas untuk mengarahkan penulisan
atau perencanaan. Pembatasan ini yang nantinya di harapkan
dapat menghasilkan acuan perencanaan fisik sesuai dengan tujuan
sasaran yang akan di capai.
E. Metode dan Sistematika Pembahasan
1. Metode pembahasan
Pembahasan diolah dari berbagai data yang telah diperoleh
sebelumnya. Kemudian dianalisa dengan pertimbangan-
pertimbangan masalah, potensi, dan pada hasil akhirnya dijadikan
landasan konseptual perancangan.
2. Sistematika pembahasan
Sistematika Pembahasan ini disusun sebagai berikut :
a. Tahap pertama
Menjelaskan secara umum tentang latar belakang pengadaan
Pusat Kegiatan Fotografi di Makassar, kemudian diikuti dengan
penjelasan berupa, tujuan dan sasaran pembahasan, batasan
dan lingkup pembahasan, metode pembahasan, serta
sistematika pembahasan.
b. Tahap kedua
Merupakan tinjauan umum mengenai fotografi dan studi banding
dari berbagai bangunan yang memiliki gaya dan fungsi
bangunan sejenis.
c. Tahap ketiga
-
7
Mengemukakan hal-hal yang lebih spesifik tentang tinjauan fisik
Kota Makassar dan kaitan potensi pengadaan Pusat Kegiatan
Fotografi di Makassar.
d. Tahap keempat
Mengemukakan kesimpulan dari berbagai pembahasan pada
bab-bab sebelumnya yang akan menjadi bahan untuk
mengembangkan konsep dasar perancangan.
e. Tahap kelima
Merupakan tahap rekomendasi acuan perancangan yang akan
digunakan dalam perancangan fisik nantinya.
-
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PUSAT KEGIATAN FOTOGRAFI DI MAKASSAR
A. Pengertian Judul
Adapun pengertian judul dari Pusat Kegiatan Fotografi di Makassar
adalah :
Pusat (centre) :
- Sebuah tempat dimana sebuah kepentingan aktivitas atau tujuan
berpusat
- Sumber utama, poros (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
Kegiatan :
Aktivitas, usaha, pekerjaan (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
Fotografi :
Merupakan proses atau metode untuk menghasilkan gambar
atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang
mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya.
Makassar :
Salah satu nama kota terbesar di Indonesia, yang merupakan
Kotamadya di Sulawesi Selatan.
Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud
dengan Pusat Kegiatan Fotografi di Makassar adalah suatu tempat
atau wadah yang dapat menampung seluruh atau segala macam aktivitas
-
9
SENI
Seni Teater Seni Musik Seni Rupa Seni Tari Seni Sastra
Rupa Dwi-Matra Rupa Tri-Matra
Seni Lukis Seni Grafis Seni
Fotografi
Seni Patung Seni Kerajinan Seni Bangunan
yang berkaitan dengan dunia fotografi, serta faktor-faktor lain yang
mendukung hal-hal tersebut dengan lingkup pelayanan kota Makassar
dengan pendekatan Arsitektur Metafora.
B. Tinjauan Fotografi
1. Pengertian Fotografi
Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata
Yunani yaitu "Fos" : Cahaya dan "Grafo" : Melukis/menulis.) adalah
proses melukis/menulis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai
istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan
gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya
yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat
paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa
cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat. (sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Fotografi )
Fotografi merupakan cabang dari Ilmu Seni, berikut skema dari
cabang-cabang Ilmu Seni :
Skema 1. Cabang-cabang ilmu seni
-
10
2. Sejarah penemuan Fotografi
Perkembangan dunia fotografi tidak terlepas dari sejarahnya yang
teramat panjang, dimulai dari masa sebelum masehi hingga ke masa
sekarang ini. Fotografi masa kini teah menjadi suatu bidang yang amat
popular dan dapat dipahami serta dipraktekkan dengan mudah oleh
setiap orang. Berikut pemaparan perkembangan fotografi mulai
penemuan konsep kamera yang paling sederhana hingga ke era
fotografi digital.
a. Camera Obscura
Awal dari konsep pemroyeksian/pemantulan cahaya bisa
ditelusuri ke tahun 336 SM, saat itu aristoteles (384-322 SM)
melihat bentuk sabit yang tercipta akibat dari peristiwa gerhana
matahari sebagian. Bentuk sabit ini terproyeksikan ke atas
permukaan tanah melalui lubang-lubang kecil dari sebuah ayakan,
kemudian arsitoteles membuat sebuah lubang kecil pada sebuah
lempengan logam. Lubang kecil pada lempengan logam tersebut
memang bermanfaat sebagai jalan masuknya cahaya yang
memproyeksikan citra dari luar, ke atas sebuah bidang. Peristiwa
inilah yang melahirkan prinsip optik yaitu suatu prinsip yang
sangat bermanfaat dalam pengembangan teknologi fotografi
hingga sekarang.
Perkembangan selanjutnya dilakukan oleh seorang ilmuwan
mesir bernama Abu Ali Al-Hasan bin Al-Haitham (965-1039 M),
atau yang lebih dikenal dengan sebutan Al-Hazen. Al-hazen
merupakan orang pertama yang menerapkan prinsip optic pada
suatu ruangan gelap. Pada abad ke-15, leodarno da vinci (1452-
1519 M), memanfaatkan kamera obsurca untuk membantunya
membuat lukisan. Ia mengatur sedemikian rupa agar proyeksi
cahaya dari luar ruangan bisa jatuh tepat ke atas media lukisnya.
-
11
Leonardo juga membuat rancangan kamera obsurca berbentuk
praktis yang bisa di bawa kemana-mana tetapi rancangan itu tidak
sempat direalisasikan.
b. Pinhole Camera/Kamera Lubang jarum
Catatan tertulis kamera lubang jarum berasal dari cina pada
abad ke-5 sebelum masehi. Seorang ilmuwan cina bernama Mo
Jing, menyebutkan tentang teori pembentukan citra melalui sebuah
lubang kecil.kemudian pada abad ke -10 sampai 16, banyak
ilmuwan penemu lubang jarum seperti Shen Kuo (1031-1095),
Roger Bacon, Rober Grosseteste, Al-Hazen.
c. Kamera foto
Kamera foto ialah suatu alat yang fungsinya bukan hanya
memproyeksikan citra saja, tetapi juga menggambarkan citra
tersebut ke atas sebuah media, secara permanen. Orang-orang
yang telah berjasa menunjukkan jalan menuju dunia fotografi
modern ialah :
1) Joseph Nicephore Niepce, merupakan seorang ilmuwan
berkebangsaan perancis, ia bereksperimen dengan kamera
obsurca dengan menyisipkan sebuah media ke dalam kamera
obsurca, agar citra bisa terekam dalam media itu. Media itu
merupakan sebuah lepengan timah yang di olesi minyak
khusus. Hasil dari eksperimen itulah yang merupakan foto
tercetak pertama yang berhasil dibuat dalam sejarah umat
manusia yang diberi judul View From The Window at Le Gras
pada tahun 1826.
2) Louis JM Daguerre, merupakan seorang ahli kimia perancis
yang terus menyempernukan eksperimen niepce ia menemukan
caraagar gambar yang dihasilkan bisa terekam dengan lebih
baik. Ia menggunakan media berupa lempengan berlapis perak.
-
12
Lempengan tersebut pertama-tama diasapi dengan uap dari zat
yodium,agar lebih sensitive terhadap paparan cahaya. Gambar
yang dibuat pada sekitar akhir tahun 1838 diberi judul
Boulevard du Temple dan merupakan foto pertama yang
menampilkan citra manusia. Proses dan perangkat yang
digunakan kemudian dipatenkan dan diberi nama
Daguerreotype yang menjadi popular dan sering dipergunakan
untuk mengambil gambar gambar dari tokoh-tokoh terkenal.
3) William Henry Fox Talbot, ilmuwan berkembangsaan inggris
juga bereksperimen yang mirip dengan eksperimen Daguerre.
Talbot lebih menfokuskan penelitiannya pada media penyerap
cahaya atau kertas foto. Ia menciptakan media yang merupakan
kertas yang telah dilapisi oleh bermacam-macam zat kimia.
Proses ini dinamainya Calotype yang berarti penggambaran
indah dalam bahasa yunani. Selanjutnya dari kamera foto
terjadi bersamaan ditemukannya teknologi rollfilm.
4) George Eastman, seorang berkembangsaan Amerika serikat
yang memperkenalkan kamera yang dijual dengan haraga
terjangkau yang bernamaKodak. Kamera Kodak yang
pertama sudah terisi dengan sebuah roolfilm hitam putih yang
mampu merekam 100 foto. Perusahaan Kodak milik Eastmen
mempunya slogan You Press the button, we do the rest,
karena itu memproses dan mencetak hasil fotonya, konsumen
perlu mengembalikan kamera ke pabrik untuk diproses.
d. Film
Film jenis pertama ini berupa kertas yang diolesi dengan jel
khusus yang kering. Baru pada tahun 1889, eastmen berinovasi
dengan membuat film berbahn plastic transparan.pengembangan
pun terus dilakukan, film yang lebih modern dan biasa digunakan
-
13
saait ini terditi 3 hingga 20 lapisan dan merupakan campuran dari
berbagai bahan kimia. Menjelang akhir abad 20, muncul film jenis
baru yaitufilm elektronik (media penyimpan data) yang digunakan
pada kamera digital.
e. Fotografi digital
Pada tahun 1960-an dimana dunia sedang mengalami revolusi
besar-besaran dibidang teknologi. Eugene F.Lally, seorang teknisi
dari Jet Propulsion Laboratory merupakan orang pertama yang
mencetuskan ide untuk mendigitalisasi sebuah foto. Saat itu
tujuannya untuk mempermudah pengiriman foto secara langsung
dari misi-misi luar angkasa Amerika Serikat.
Untuk menjawab persoalan ini, diperlukan suatu kamera yang
secara langsung menciptakan foto yang berupa data elektronit.
Barulah pada bulan desember 1975 seorang teknisi dari
perusahaan Kodak, Steven Sasson, menjadi orang pertama yang
menemukan kamera digital. Kamera yang dibuatnya menggunakan
sensor CCD sebagai media penerimaan gambar dan hanya
mampu menghasilakn foto hitam putih dengan resolusisebesar
0,01 megapixel (320 x 240 pixel). Media penyimpanannya adalah
sebuah kaset tape, sedangkan untuk melihat hasil gambar, kamera
ini harus disambungkan terlebih dahulu dengan sebuah televise.
Kamera ini mempunyai bobot 3,6 Kg dan membutuhkan waktu tak
kurang dari 23 detik untuk memproses satu buah foto.
Alat ini telah menjadi awal muladari kemudahan dan
kepraktisan teknologi fotografi digital yang kita nimati sekarang ini.
Setelah penemuan dari kamera digital model pertama, kamera-
kamera digital selanjutnya terus bermunculan dengan perbaikan-
perbaikan dari model sebelumnya, dengan berbagai fitur serta
kemampuan yang terus diperbarui.
-
14
3. Tipe-tipe Fotografi
a. Fotografi dengan teknik analog
1) Fotografi hitam putih
Dalam sejarah Fotografi modern banyak foto yang dicetak
pada monokromatik, yang pada dasarnya adalah gambar hitam
dan putih. Kemudian kembali foto tersebut dituliskan kembali
dalam patch gelap dan terang yang digunakan untuk
menciptakan efek hitam dan putih. Bagian yang gelap kadang-
kadang dapat diartikan sebagai abu-abu atau kecoklatan.
2) Fotografi slide (transparansi)
Kemunculan fotografi digital tidak mendorong transparansi
film langsung keluar sekalipun. Bahkan, dengan bantuan
teknologi baru, film transparansi masih menemukan tempatnya
dalam proses. Sebuah contoh yang baik adalah film
Kodachrome, yang merupakan metode diterapkan pertama
menghasilkan slide transparansi warna. Diproduksi pada tahun
1935, film-film transparansi jauh lebih terang dari nenek moyang
mereka. Karena film transparansi yang digunakan untuk
menyimpan gambar arsip, itu adalah suatu keharusan untuk film
transparansi untuk memiliki rentang hidup yang panjang. Film
Kodachrome memiliki rentang hidup yang menakjubkan dari
200 tahun, lebih lama dari yang lain.
3) Fotografi warna
Tahun 1855 Clark Maxwell seorang ahli ilmu alam
memperlihatkan bahwa semua warna dapat ditiru dengan
mencampurkan warna-warna merah, hijau, biru dalam jumlah
dan perbandingan tertentu. Dari sejarah tersebut disimpulkan
bahwa Maxwell menjadi pencipta fotografi warna pertama di
dunia. Adapun cara yang dipakai adalah Additive coloue
-
15
process ( proses pewarnaan dengan cara penambahan ) Tiga
jenis warna hijau, merah, dan biru dipancarkan melalui tiga
buah proyektor. Bila ke tiga warna di tumpuk menjadi warna
yang putih. Bila hijau bertemu biru akan terjadi warna cyan. Bila
cyan bertemu merah akan terjadi wqarna magenta.
b. Fotografi dengan teknik digital
Fotografi digital, sebagai lawan dari fotografi film, adalah
proses fotografi yang menggunakan media perekaman digital.
Fotografi digital, berbeda dengan fotografi film yang menggunakan
media film sebagai media penerima gambar, menggunakan sensor
elektronik untuk merekam gambar, lalu selanjutnya diolah untuk
disimpan dalam data biner. Hal ini memotong banyak alur
pengolahan gambar, sebelum dicetak menjadi gambar akhir, dan
memungkinkan penggunanya untuk melihat dan menghapus foto
langsung melalui kamera sehingga kesalahan bisa disadari lebih
awal.
4. Kategori Fotografi
Terry Barret melakukan pengkategorian fotografi dalam bukunya
Criticizing Photographs. Menurutnya terdapat enam kategori fotografi
yang mencakup segala jenis karya foto yang berdasarkan bagaimana
foto itu difungsikan dan foto itu berfungsi.
Keenam kategori itu adalah :
a. Fotografi deskriptif, foto-foto mendeskripsikan objek dalam arti
semua informasi sesuai dengan yang digambarkan dan
divisualisasikan secara detail dan jelas. Seperti tekstur dari
manusia atau objek. Fotografer mencoba merekam subjek secara
terperinci dan mempunyai arti netral apabila dilihat secara
-
16
interpretative dan evaluasi. Contoh : foto ID, Foto Medis X-ray, Foto
Survey, Foto Luar Angkasa dan sebagainya.
b. Fotografi yang menjelaskan, kategori ini mempunyai sedikit
perbedaan dengan fotografi deskriptif, kategori ini secara umum
lebih menceritakan subjek dengan parameter waktu dan tempat
sehingga dapat dijadikan bukti visual untuk beberapa kasus.
Contoh : foto-foto jurnalistik, foto yang dipakai dalam buku,
majalah, dan Koran.
c. Fotografi Interpretative, foto interpretative menjelaskan subjek
tetapi tidak seakurat dari foto yang menjelaskan. Foto-foto ini lebih
personal dan subjektif dalam interpretative. Foto-foto ini pada
umumnya ekspresif dan mencerminkan pandangan dari
fotografernya. Foto-foto ini dapat dijelaskan tetapi ada
kemungkinan tidak rasional dan terkadang mengingkari logika.
Contoh: foto montase, foto yang dianggap karya seni.
d. Fotografi evaluasi etika, interpretasi didalamnya menyebabkan
terjadinya pertimbangan etika dalam masyarakat. Reaksi yang
ditimbulkan masyarakat dapat berupa pujian atau hujatan. Contoh :
foto-foto perang
e. Fotografi evaluasi estetika, foto-foto ini menimbulkan perbincangan
dalam sisi estetis. Fotografer lebih mencoba mengekspresikan
observasi dan kontemplasi estetisnya. Foto-foto ini lebih banyak
berisi objek-objek indah yang difoto secara indah pula. Objek foto
yang paling banyak dalam kategori ini adalah nude, landscape dan
still life.
f. Fotografi Teoritis, foto-foto dalam kategori ini berhubungan dengan
seni dan proses pembuatan karya seni itu sendiri, termasuk politik,
media presentasi, dan isu-isu yang berkisar tentang seni dan
fotografi misalnya foto-foto konseptual.
-
17
Sedangkan Fotografi berdasarkan objeknya terbagi menjadi 9
kategori, yaitu :
a. Fotografi bentang alam (nature/Landscape)
Dalam Fotografi ini yang difoto merupakan bentang alam, yang
memiliki keindahan tersendiri yang digunakan untuk menjelaskan
keadaan profil alam suatu daerah.
Gambar 1. Fotografi alam
(Sumber : www.1x.com)
b. Fotografi Satwa dan flora
Gambar 2. Fotografi satwa dan flora
(Sumber : www.1x.com)
Dalam fotografi ini memiliki objek khusus satwa dan flora,
merupakan objek yang sulit dan terkadang menantang bahaya
-
18
karena objek yang bergerak dan butuh banyak kesabaran dalam
mengambil gambar, fotografi satwa biasanya digunakan untuk
menggali keindahan satwa dan flora untuk mengklasifikasi satwa
dan flora.
c. Fotografi Dokumentasi
Gambar 3. Fotografi Dokumentasi
(Sumber: www.1x.com)
Dalam fotografi ini biasanya untuk mendokumentasikan
suatu event atau perisitiwa. Dalam fotografi modern fotografi ini,
komposisi gambar dan sentuhan seni menjadi tuntutan tersendiri
dalam fotografi ini.
d. Fotografi Jurnalistik
Gambar 4. Fotografi Jurnalistik
(Sumber : www.1x.com)
-
19
Fotografi ini merupakan foto yang merekam suatu berita, dan
menjelaskan suatu keadaan dan peristiwa. Kekuatan foto berasal
dari kemampuan foto dalam menjelaskan suatu peristiwa, foto ini
banyak digunakan sebagai penunjang berita teks di media Koran
dan majalah.
e. Fotografi Seni (Fine Art)
Gambar 5. Fotografi Fine Art
(Sumber: www.1x.com)
Dalam kategori ini biasanya sebuah foto dibuat untuk
memenuhi visi kreatif fotografer dan bukan dibuat untuk tujuan
mempromosikan atau menjual produk, foto ini dibuat untuk
menuangkan ide-ide kreatif yang dimiliki fotografer.
f. Fotografi Studio
Fotografi ini banyak dilakukan dalam ruangan untuk
menciptakan gambar yang sesuai keinginan fotografer. Fotografi
jenis ini memerlukan banyak campur tangan teknis agar gambar
yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan yang direncanakan.
-
20
Gambar 6. Fotografi Studio
(Sumber : www.1x.com)
g. Fotografi Udara (aerial)
Gambar 7. Fotografi Udara
(Sumber: www.1x.com)
Dalam fotografi ini foto digunakan untuk menggambarkan
suatu wilayah atau pemetaan saja.
h. Fotografi Arsitektur
Dalam fotografi ini para fotografer bekerja disekitar desain
arsitektur yang berbeda infrastruktur yang ditawarkan
-
21
Gambar 8. Fotografi Arsitektur
(Sumber: www.1x.com)
i. Fotografi Fashion
Gambar 9. Fotografi Fashion
(Sumber: www.1x.com)
Dalam fotografi ini biasanya milik seorang perancang,
biasanya sangat menekankan pada komposisi close-up, sedada
atau lebih dekat. Biasanya digunakan untuk pemotretan produk
kosmetik, biasanya peran make-up artis menjadi sangat penting.
5. Alat dan fungsi peralatan fotografi
-
22
Pada dasarnya kamera adalah sebuah kotak yang rapat dan yang
pada bagian belakangnya terdapat body untuk menempatkan film dan
bagian depannya terdapat sebuah lubang yang tertutup rapat dengan
sebuah lensa, dengan demikian sebuah lensa kamera pada prinsipnya
terdiri dari dua bagian utama yaitu body kamera dan lensa.
a. Kamera
Kamera adalah sebuah alat yang mengarahkan bayangan yang
difokuskan oleh lensa/sistem optik lain keatas permukaan foto
sensitif yang berada dalam tempat tetutup/film. Dilihat dari jenisnya,
kamera ada 2 macam yaitu :
1) Compact camera, yaitu kamera yang pemakaiannya langsung
melihat obyek yang akan difoto tanpa memalui lensa pengatur.
2) Single Lens Reflex (SLR), yaitu kamera yang cara kerjanya
dengan bayangan benda yang dilihat lalu dipantulkan oleh
cermin yang terdapat didalam kamera, sehingga dengan jenis
ini obyek tidak dapat dilihat jika lenda dalam keadaan tertutup.
b. Lensa
Kamera yang dipakai untuk keperluan lebih serius akan lebih baik
menggunakan jenis kamera SLR. Dengan sistem ini akan lebih
mudah untuk dapat mengganti lensa sesuai dengan yang
diinginkan. dan muncullah berbagai jenis lensa yang
dikelompokkan menurut luas sudut pengambilan gambar.
1) Lensa sudut lebar (wide)
a) Ultra Wide (15,18,20mm)
Daya jangkau cukup dan ruang tajamnya cukup besar.
Banyak digunakan untuk foto pemandangan, jurnalistik,
arsitektur. Kekurangannya bila belum menguasai prospektif
dan komposisi obyek akan tampak kecil sekali dalam
gambar.
-
23
b) Medium Wide (24,28,35mm)
Dipakai untuk interior juga arsitektur
2) Lensa datar
Lensa (50mm) kekuatan lensanya cukup tingi. Rancangan
lensanya normal memang dibuat seperti layaknya pandangan
mata kita, maka banyak digunakan untuk foto dokumentasi.
3) Lensa tele
Lensa dengan jangkauan jauh, agar benda di kejauhan tampak
dekat.
a) Medium Tele : 85, 105, 135, 200mm
b) Super Tele : 300, 400, 600, 800, 900, 2000mm
4) Lensa vario (zoom)
Lensa yang mempunyai variasi panjang yang dapat diatur
sesuai dengan keinginan dan kebutuhan kita.
a) Wide-Wide : 17-18,20-35mm
b) Wide-Normal : 35-70,28-70,24-70mm
c) Wide-Medium tele : 28-85,28-200mm
d) Medium-Super tele : 80-200,600-1200mm
e) Wide-Super tele : 35-350mm
5) Lensa konventer
Sebuah lensa yang dapat meningkatkan kekuatan dan panjang
lensa menurut angka pelipatnya. Sebagai contoh, lensa
konventer 2x 200mm dapat menambah kekuatan lensa 200mm
menjadi 400mm.
c. Flash
Yang dimaksud dengan lampu kilat adalah cahaya buatan yang
dihasilkan oleh suatu alat yang bertujuan untuk memberikan
penyinaran saat cahaya alami tidak mampu melakukannya atau
sebagai pelengkap/pendukung cahaya alami. Jenis-jenis flash
-
24
antara lain Flash Bulb, Elektronik Flash, Multiple Flash dan
stroboscope.
d. Aksesoris lainnya
Pada pemotretan yang baik ada kalanya di butuhkan beberapa
perangkat tambahan untuk lebih menyempurnakan hasil gambar
yang diperoleh.
1) Filter
Filter merupakan lensa tambahan yang berfungsi sesuai
dengan jenisnya masing-masing diantaranya seperti Filter
Monocrome, Filter Ultraviolet, Filter Skylight,Filter Konversi,
Filter Polarizing, Filter Gradual, Filter Diffuser, dan Filter Close
Up.
2) Penyangga
a) Tripod, penyangga kamera yang memiliki tiga kaki.
b) Monopot, penyangga kamera yang memiliki satu kaki.
c) Ligt Stand, penyangga lampu-lampu yang umumnya dipakai
di studio.
d) Handkett, penyangga tubuh yang menempel pada kamera.
3) Kabel Release
Kabel bertombol yang berfungsi sebagai perpanjangan dari
tombol shutter.
4) Back Ground
Latar belakang yang digunakan dalam pengambilan
gambar/obyek.
5) Slave Unit
Sensor pemicu lampu-lampu kilat yang pulsa-pulsanya bekerja
atas rangsangan cahaya lampu kilat lain.
6) Light Meter
-
25
Alat pengukur kekuatan cahaya didalam kamera secara
elektronik.
7) Reflektor
Alat yang befungsi sebagai pemantul cahaya.
8) Flash Meter
Fungsinya alat ini untuk mengukur kekuatan cahaya flash
secara eklektronik.
9) Soft Box
Fungsinya untuk melembutkan cahaya.
10) Slide Proyektor
Fungsinya untuk menampilkan film positif pada layar.
6. Pencahayaan dan komposisi dalam fotografi
a. Pencahayaan dalam fotografi
Pencahayaan dalam fotografi ialah proses memasukkan sinar
yang berasal (dipantulkan) dari objek untuk direkam dalam bentuk
gambar dalam film atau perangkat digital.alat pengukur cahaya
dalam fotografi disebut lightmeter. Cahaya dapat dibedakan atas 4
(empat) factor, yaitu :
1) Berdasarkan kualitasnya
a) Direct Light, ialah pencahayaan yang diarahkan dari sumber
cahaya langsung ke objek pemotretan.
b) Difused Light, ialah pencahayaan yang bersumber dari cahaya
yang menyebar secara merata ke objek pemotretan.
2) Berdasarkan kekuatannya
a) Main Light
Ialah cahaya utama yang menerangi dan membentuk karakter
objek yang dipotret, Main Light berbeda-beda berdasarkan
pencahayaannya, seperti berikut :
-
26
(1) Front light
(2) High light
(3) Side light
(4) Back light
(5) Top light
(6) Bottom light
b) Fill In Light
Digunakan untuk mengisi bagian objek yang terlalu gelap
akibat dari penggunaan main light yang terlalu keras yang
berfungsi hanya sebagai cahaya pengisi sehingga tidak boleh
lebih kuat dari main light. Fill in light terbagi dua, yaitu
(1) Fill in light dengan reflektor.
(2) Fill in Ligth dengan flash
3) Berdasarkan sumbernya
a) Cahaya yang berasal dari alam, seperti cahaya matahari
b) Cahaya buatan, seperti lampu flash dan sebagainya
4) Berdasarkan penyebarannya
a) Continous Light, yaitu cahaya yang memancar secara terus
menerus.
b) Flash Light, yaitu cahaya yang memancar secara terputus-
putus.
b. Komposisi dalam fotografi
Dalam fotografi juga mengenal komposisi yaitu pengaturan
letak/posisi objek utama dan objek pendukung,latar depan dengan
latar belakang, bagian terang dengan bagian gelap, dan baguan
blur dengan bagian tajam. Konkretnya komposisi gambar yang
diwujudkan dalam sebuah frame apabila ada objek utama harus
jelas atau paling menonjol dalam frame.
-
27
7. Ruang foto atau stau studio foto
Gambar 10. Studio Foto
(Sumber : www.kaskus.co.id)
Standar ukuran atau luas ukuran minimal studio foto tergantung
dari jenis foto apa yang akan dikerjakan, jika hanya untuk pas foto
tentu tidak memerlukan dengan studio foto untuk foto grup yang
memerlukan ruangan besar. Studio foto dapat berukuran 3x4 m
atau 4x6 m tergantung perlengkapan yang harus disimpan seperti
kamera dan lain-lain. Jadi untuk ukuran studi foto tidak memiliki
ukuran maksimal atau minimal dari studio foto tersebut.
C. Perkembangan Fotografi di Indonesia
Berawal dari kedatangan seorang pegawai kesehatan Belanda pada
tahun 1841 , atas perintah Kementerian Kolonial, mendarat di Batavia
dengan membawa dauguerreotype. Juriaan Munich, nama ambtenaar itu,
diberi tugas "to collect photographic representations of principal views and
also of plants and other natural objects" (Groeneveld 1989). Tugas ini
berakhir dengan kegagalan teknis.
Terlepas dari kegagalan percobaan pertama, bersama mobil dan
jalanan beraspal, kereta api dan radio, kamera menjadi bagian dari
teknologi modern yang dipakai Pemerintah Belanda menjalankan
kebijakan barunya. Penguasaan dan kontrol terhadap tanah jajahan tidak
-
28
lagi dilakukan dengan membangun benteng pertahanan, penempatan
pasukan dan meriam, tetapi dengan membangun dan menguasai
teknologi transportasi dan komunikasi modern. Dalam kerangka ini,
fotografi menjalankan fungsinya lewat pekerja administrasi colonial,
pegawai pengadilan, opsir militer dan misionaris.
Latar inilah yang menjelaskan, mengapa selama 100 tahun
keberadaan fotografi di Indonesia (1841-1941) penguasaan alat ini secara
eksklusif berada di tangan orang Eropa, sedikit orang China dan Jepang.
Survei fotografer dan studio foto komersial di Hindia Belanda 1850-1940
menunjukkan dari 540 studio foto di 75 kota besar dan kecil, terdapat 315
nama Eropa, 186 China, 45 Jepang dan hanya 4 nama "lokal": Cephas di
Yogyakarta, A Mohamad di Batavia, Sarto di Semarang, dan Najoan di
Ambon. Sedangkan bagi penduduk lokal, keterlibatan mereka dengan
teknologi ini adalah sebagai obyek terpotret, sebagai bagian dari properti
kolonial. Mereka berdiri di kejauhan, disertai ketakjuban juga ketakutan,
melihat tanah mereka ditransfer dalam bidang dua dimensi yang mudah
dibawa dan dijajakan. Kontak langsung mereka dengan produksi fotografi
adalah sebagai tukang angkut peti peralatan fotografi. Pemisahan ini
berdampak panjang pada wacana fotografi di Indonesia di kemudian hari,
di mana kamera dilihat sebagai perekam pasif, sebagai teknologi yang
melayani kebutuhan praktis.
Dibutuhkan hampir seratus tahun bagi kamera untuk benar-benar
sampai ke tangan orang Indonesia. Masuknya Jepang tahun 1942
menciptakan kesempatan transfer teknologi ini. Karena kebutuhan
propagandanya, Jepang mulai melatih orang Indonesia menjadi fotografer
untuk bekerja di kantor berita mereka, Domei. Mereka inilah, Mendur dan
Umbas bersaudara, yang membentuk imaji baru Indonesia, mengubah
pose simpuh di kaki kulit putih, menjadi manusia merdeka yang sederajat.
Foto-foto mereka adalah visual-visual khas revolusi, penuh dengan
-
29
kemeriahan dan optimisme, beserta keserataan antara pemimpin dan
rakyat biasa. Inilah momentum ketika fotografi benar-benar sampai ke
Indonesia, ketika kamera berpindah tangan dan orang Indonesia mulai
merepresentasikan dirinya sendiri, hingga sampai saat ini perkembangan
dunia fotografi di Indonesia saat ini berkembang pesat.
Perkembangan dunia fotografi saat ini sudah semakin meningkat,
dapat terlihat dengan banyaknya sekolah-sekolah fotografi yang
bermunculan baik yang bersifat formal maupun yang nonformal serta
sangat bervariasi bentuknya misalnya lembaga-lembaga yang membuka
kursus fotografi dalam waktu tertentu, pendidikan fotografi. Namun tidak
sedikit juga yang memperlajari secara otodidak melalui buku, internet atau
praktek langsung. Disamping itu perkembangan fotografi juga dapat dilihat
dengan semakin banyaknya perkumpulan atau organisasi fotografi di
Indonesia bahkan hampir tiap kota memiliki perkumpulan fotografi.
Di Indonesia, fotografi juga mengalami perkembangan yang cukup
pesat, baik fotografi amatir maupun professional. Fotografi amatir adalah
suatu ekspresi diri (self ekspression) dan proyeksi diri (Self Projection)
yang tarafnya sejajar dengan karya-karya budaya lain. Fotografi amatir ini
biasanya digunakan untuk hobi dan seni, sedangkan fotografi professional
adalah profesi yang digunakan sebagai salah satu mata pencaharian.
Perkembangan ini terlihat dengan meningkatnya ekspor impor peralatan
fotografi ke Indonesia, semakin banyaknya jumlah peminat fotografi,
tumbuhnya klub-klub fotografi, dan semakin banyaknya media fotografi
yang digunakan sebagai sarana penunjang ataupun alat untuk berbagai
kegiatan seperti, media massa, perdagangan, kedokteran, pendidikan,
ilmu pengetahuan, hukum, dokumentasi, hiburan, seni budaya, dan masih
banyak kegiatan lainnya. Selain itu, perkembangan teknologi fotografi
juga menyebabkan banyaknya alat fotografi yang semakin mudah
-
30
digunakan dan sangat bervariasi jenisnya, sehingga masyarakat yang
awam pun dapat menggunakannya, terutama untuk dokumentasi.
Saat ini badan tertinggi dalam fotografi di Indonesia ialah FPSI
(federasi perkumpulan senifoto Indonesia) yang didirikan pada tanggal 30
desember 1973 di Taman Ismal Marzuki, Jakarta. Lembaga ini merupakan
perwakilan dari semua perkumpulan fotografi Indonesia ke luar negeri
yang juga mengadakan afiliasi dengan FIAP (federation de Lart
Photographyque), yaitu badan tertinggi dalam dunia fotografi. Dalam FPSI
terdapat 32 klub yang terlah bergabung didalamnya yang tersebar di kota-
kota besar Indonesia. Akan tetapi ada juga klub-klub fotografi yang
independen atau tidak bergabung dalam FPSI seperti Rumah foto,
Perspektif, dan sebagainya.
Namun seiring dengan perkembangan fotografi yang disertai dengan
keberadaan teknologi digital seperti rekayasa atau manipulasi foto maka
kejahatan yang menggunakan fotografipun semakin banyak terjadi
sebagai contoh rekayasa pada foto-foto artis yang memberi dampak
negatif kepada dunia fotografi dan korban.
D. Tinjauan Pendekatan Arsitektur Metafora
Metafora mengidentifikasikan hubungan antara benda dimana
hubungan tersebut lebih bersifat abstrak daripada nyata serta
mengidentifikasikan pola hubungan sejajar. Dengan metafora seorang
perancang dapat berkreasi dan bermain-main dengan imajinasinya untuk
diwujudkan dalam bentuk karya arsitektur. Istilah metafora berasal dari
bahasa Yunani yaitu metapherein (Latin: metafora, Inggris: metaphor,
Perancis: metaphore). Meta dapat diartikan sebagai memindahkan atau
berhubungan dengan perubahan. Pherein berarti mengandung atau
memuat. Secara etimologi metafora menunjukkan pemindahan (transfer)
-
31
sesuatu yang dikandungnya (makna). Arti leksikal dari Metafora adalah
kiasan.
Pengertian lain adalah looking at the abstraction (melihat hubungan
antar hal secara abstrak). Secara epistemologis, sesuai dengan
pengertiannya, metafora dalam arsitektur dilakukan dengan cara
displacement of concept (Schon, 1963, 1967), yaitu dengan mentransfer
konsep suatu objek pada objek lain sehingga mempermudah pemahaman
lewat perbandingan yang lebih sederhana.
Beberapa pendapat yang mencoba mengajukan pengertian metafora
antara lain:
a. Menurut Anthony C. Antoniades dalam Poethic of Architecture Van
Nostrand Reinhold, New York 1990
Metafora merupakan suatu cara memahami suatu hal, seolah
hal tersebut sebagai suatu hal yang lain sehingga dapat mempelajari
pemahaman yang lebih baik dari suatu topik dalam pembahasan.
Dengan kata lain menerangkan suatu subyek dengan subyek lain,
mencoba untuk melihat suatu subyek sebagai suatu yang lain.
Ada tiga kategori metafora menurut Antoiniades (1990):
1) Intangible Metaphor: metafora dalam tataran ide, konsep atau
kualitas-kualitas khusus.
2) Tangible Metaphors: metafora dalam aspek literal, visual
(empiris sensual)
3) Combined Metaphors: merupakan gabungan konsepsual dan
visual, aspek fisik (visual) digunakan sebagai penanda virtual
(indikator) akan adanya metafora.
b. Broadbent, Geoffrey/Bunt, Richard/Jencks, Charles: Sign, Symbol, and
Architecture; John Wiley and Sons; New York; 1980.
-
32
Kategorisasi desain dair Broadbent tentang anlogic design
mengindikasikan pembagian
Metaphor dalam 3 kategori yaitu:
1) Visual, metafora secara visual
2) Struktural, metafora dalam aspek struktur, fungsi dan sistem
3) Filosofikal, metafora dalam aspek ide, konsep dan nilai
c. Menurut James C. Snyder, dan Anthony J. Cattanese dalam
Introduction of Architecture
Metafora mengidentifikasikan pola-pola yang mungkin terjadi dari
hubunganhubungan paralel dengan melihat keabstrakannya, berbeda
dengan analogi yang melihat secara literal.
d. Menurut Charles Jenks, dalam The Language of Post Modern
Architecture
Metafora sebagai kode yang ditangkap pada suatu saat oleh
pengamat dari suatu obyek dengan mengandalkan obyek lain dan
bagaimana melihat suatu bangunan sebagai suatu yang lain karena
adanya kemiripan.
Jika dilihat dari sudut Arsitektur sebagai proses, terdapat beberapa
strategi desain yang menunjukkan penggunaan metafora di dalamnya
yaitu:
a. Antoniades yang mengkategorikan desain berdasarkan prosesnya
menunjukkan bahwa ketegori strategi adopsi merupakan strategi
desain yang menggunakan metafora dalam prosesnya.
b. Broadbent yang mengkategorikan desain berdasar aktivitas atau cara,
menunjukkan bahwa kategori Analogic design menggunakan metafora
dalam cara mendesainnya.
-
33
Persamaan kedua pendapat tersebut terletak pada aspek proses atau
aktivitas dalam desain yang menggunakan metode pengalihan (adopsi
dan analogi) konsep dari suatu obyek yang lain. Dilihat dari sudut
Arsitektur sebagai produk, terdapat tipe desain dan konsep desain yang
menggunakan metafora di dalamnya yaitu:
a. Pierce yang mengkategorikan desain sebagai sistem tanda,
menunjukkan bahwa kategori simbol lebih memperlihatkan
penggunaan metafora dalam karya fisiknya. Kategori simbol
memerlukan pemahaman yang cukup kompleks, karena melibatkan
aspek yang lebih bersifat abstrak daripada literal.
b. White dengan konsep Metaphor yang melihat hubungan antar hal
secara abstrak (looking at abstraction) jelas menunjukkan metafora
dalam konsep arsitektur.
Pada dasarnya arsitektur dapat dikatakan sebagai sebuah alat
komunikasi bagi sang arsitek yang ingin menyuarakan idealisme
pribadinya dalam proses kreatif kepada siapapun yang menikmati dan
mengapresiasi hasil karyanya. Penggunaan bahasa metaforik yang
bersayap dan kaya akan interpretasi makna, memerlukan penghayatan
dan penelusuran dalam mengapresiasinya. Seperti pisau yang bermata
dua, di satu sisi metafora dapat digunakan sebagai alat untuk
mengakselerasi imaji kreatif dalam proses desan, sedang di sisi lain dapat
digunakan untuk mengupas dan mengkritik desain itu sendiri.
E. Studi Banding
1. Studi banding dengan gaya bangunan sejenis
a. Museum of Fruit
Salah satu perancang yang menggunakan metafora sebagai
konsep rancangannya ialah Itsuko Hazegawa. Metafora ini terlihat
-
34
pada salah satu karyanya yaitu Museum of Fruit yang berlokasi di
Jepang tepatnya kota Yamanshi. Bangunan ini didirikan pada
tahun 1996, berfungsi sebagai museum dan green house dengan
material baja dan kaca.
Gambar 11. Bangunan Museum of Fruit
(Sumber: www.google.com)
Berlokasi sekitar 30 km dari gunung fuji, Museum of Fruit
berada pada salahsatu daerah gempa bumi paling aktif didunia.
Pusat pengetahuan ini memiliki tiga struktur shell yang terbuat dari
baja dengan tinggi sampai 20 meter dan bentang 50 meter yang
dihubungkan oleh bangunan bawah tanah.
Gambar 12. Struktur Shell Museum of Fruit
(Sumber: www.google.com)
Sebagian dari dome ini dilapisi kca dan terbentuk dari baja yang
berbentuk pipa. Dimensi typical adalah 40 meter dengan bentang
-
35
20 meter. Kompleks bangunan ini terdiri dari tiga massa utama,
yaitu Fruit Plaza, Green House, dan workshop.ketiga massa ini
ditata menyebar seolah-olah berupa bibit yang disebar ditanah.
Kehadiran metafora terlihat pada bangunan yang menjadi
obyek, yaitu Museum of Fruit. Pada bangunan ini, sang perancang
menghadirkan sifat-sifat buah dan bibit dalam bentuk bangunan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa bangunan ini merupakan
perumpamaan arsitektur sebagai sebaran bibit dan buah. Bukan
hanya bentuk buah yang dimunculkan pada bangunan ini, tetapi
juga sifat-sifatnya. Hal inilah yang membuat bangunan ini dikatakan
memiliki tema metafora dan bukannya analogi atau
mimesis.terlebih lagi bentuk dan sifat buah atau bibityang diambil
tersebut sesuai dengan fungsi bangunannya yaitu museum buah-
buahan. Jadi dalam pencapaian ide bentuknya, Itsuko Hazegawa
mentransfer sifat-sifat buah dan bibit ke dalam bangunan.
Bangunan ini menggunakan tema metafora dengan kategori
combine metaphor. Bangunan Museum of Fruit menggunakan
konsep penyebaran bibit dalam menerepkan idenya sekaligus juga
menerapkan fisik dari tumbuhan dan buah-buahan.
Gambar 13. Interior Museum of Fruit
(Sumber: www.google.com)
-
36
Pada Museum of Fruit, perancang mentransfer sifat-sifat dan
bentuk dari bibit dan buah-buahan serta tumbuh-tumbuhan yang
lain. Itsuko Hazegawa berusaha menampilkan metafora dari
kekuatan serta perbedaan buah-buahan, sebuah landscape purba
yang tersembunyi dalam jiwa manusia. Buah-buahan tampak pada
museum, sementara kekayaan hubungan budaya dan sejarah
antara manusia dan buah bisa disimbolkan dengan cara
mneyebarkan lahan bibit dan menjadi makmur dalam lingkungan
tertentu serta pencampurannya bisa dilihat sebagai metafora hidup
berdampingan dengan ramai pada daerah yang bermacam-macam
didunia, simbiosis manusia dan binatang, dan pemeliharaan alam.
b. Musuem Tsunami Aceh
Gambar 14. Museum Tsunami Aceh
(Sumber: www.google.com)
Di Indonesia sendiri, penggunaan metode metafora pernah
digunakan M. Ridwan Kamil dalam merancang Museum Tsunami di
Nanggroe Aceh Darussalam. Konsep besarnya adalah Rumoh
Aceh as a escape hill.
Ia mengibaratkan museum sebagai rumah panggung yang
dapat menyelematkan diri para penduduk Aceh bila sewaktu-waktu
terjadi Tsunami. Didalamnya juga menceritakan dan mengajak kita
untuk merasakan suasana saat Tsunami terjadi. Di awali dengan
-
37
pintu masuk yang menekan perasaan pengunjung dengan luasan
yang sempit dan di dindingnya terdapat air yang mengalir (water
wall) seolah-olah pengunjung dibawa masuk ke dalam dasar laut
yang amat dalam.
Lalu masuk ke dalam galeri pertama yang memuat data-data
tentang tsunami. Ruangan ini terletak dibawah reflecting pool dari
public park yang dimiliki oleh museum Tsunami ini.
Gambar 15. Interior Museum Tsunami Aceh
(Sumber: www.google.com)
Ruangan ini memberikan kesan suram dimana pengunjung
seakan-akan berada benar-benar didasar laut. Dengan
penggunaan langit-langit kaca membuat cahaya tamaram dari
atasyaitu reflecting tadi menambah kesan dramatis pada ruang ini.
Pada perjalanan terakhir dihadapkan pada ruangan yang
menampilkan nama-nama korban tsunami yang ditulis pada dinding
yang berbentuk silinder yang menjulang ke atasa. Pada puncaknya
terdapat kaligrafi Allah SWT yang berpendar dan ini ditujukan untuk
menambah kesan sacral. Ini bermaknda bahwa akhir perjalanan
manusia berada pada tangan Tuhan dan tidak ada yang mendapat
menghindar dari kematian.
-
38
Melalui metafora, terutama ketika dicapai dengan teknik
pergantian konsep, seseorang bisa mengaplikasikan pengetahuan
dan interpretasi yang dimengerti. Yang melihat dan menilai serta
menikmati suatu karya arsitektur adalah pengguna, pengamat, dan
pengkritisi.
c. EX Plaza Indonesia
Plaza Indonesia terletak di jalan MH Thamrin Kav. 28-30,
Jakarta Pusat dan sering disebut sebagai PI, Mall ini merupakan
pusat perbelanjaan High End pertama di Indonesia yang dibuka
pada pertengahan tahun1990.
Gambar 16. EX Plaza Indonesia
(Sumber: www.google.com)
Pada tahun 2003, mal diperluas dan membuka Plaza Indonesia
Entertainment Xnter atau hanya dikenal sebagai EX yang
dihubungan oleh jembatan ke pusat perbelanjaan. Dibandingkan
dengan Plaza Indonesia Shopping Center, EX melayani lebih ke
kebutuhan remaja, seperti music, Toko olahraga, spin city
(Bowling), Fitness Celebrity dan cinema XXI.
Rancangan arsitektur yang menggunakan metafora ini
merupakan karya Budiman Hendropurnomo yang menjadikan gaya
kinetik pada sebuah mobil sebagai konsepnya, yang diterjemahkan
-
39
menjadi gubahan masa lima kotak yang miring sebagai ekspresi
gaya kinetik mobil, serta kolom-kolom penyangganya sebagai ban
mobil.
2. Studi banding dengan fungsi bangunan sejenis
a. Galeri Fotografi Jurnalistik Antara
Museum dan Galeri Foto Jurnalistik Antara bertempat di
gedung berarsitektur belanda yang dibangun pada awal abad ke
20, yang bernama Gedung Graha Bhakti di Jalan Antara 59 di
jantung kota Jakarta. Gedung tersebut pada awalnya digunakan
sebagai kantor redaksi ANTARA, Kantor Berita Nasional
Indonesia. Merupakan gedung bersejarah dimana Proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945,
disebarkan ke seluruh penjuru dunia.
Gambar 17. Ruang-ruang dalam bangunan ANTARA
(sumber: www.gfja.org)
1) Pelatihan
GFJA telah menyelenggarakan lebih dari 200 program
pendidikan dalam kurun waktu 10 tahun. Sejak tahun 1994,
kelahiran mitra fotografer muda dari GFJA lewat workshop foto
jurnalistik telah menjadi suatu tradisi; sebagian besar alumni
bekerja secara professional pada surat kabar dan majalah
-
40
besar di Indonesia termasuk agen internasional dimana foto-
foto mereka dipasarkan untuk TIME, Newsweek, dan media
bergengsi lainnya. GFJA akan terus menjaga komitmennya
atas pendidikan fotografi di Indonesia.
Workshop Reguler
a) Fotografi Dasar
b) Fotografi Jurnalistik
Workshop Non-Reguler
a) Studio Lighting Dasar
b) Darkroom Processing Lanjutan
c) Travelling Photography
Sebagai pusat rujukan fotografi, GFJA memberikan
prioritas teratas untuk pengembangan perpustakaan fotografi.
GFJA yakin bahwa perpustakaan bisa menjadi oasis
pengetahuan bagi mereka yang mencari referensi foto
jurnalistik.
2) Museum
Museum Antara diresmikan dalam rangka peringatan
HUT ke 55 ANTARA, 13 Desember, 1992. Museum yg di
depannya mengalir Kali Ciliwung, berada di lingkungan Passer
Baroe yang diresmikan tahun 1820. Lingkungan ini telah
dinyatakan sebagai cagar budaya dimana juga ada bangunan-
bangunan arsitektur eropa lainnya seperti Katedral, Gedung
-
41
Antara, Santa Ursula, Kantor Pos Besar Pasar Baru, Gedung
Kesenian Jakarta dan Jembatan Pasar Baru.
Koleksi :
a) Lokasi dan peralatan komunikasi penyiaran berita roklamasi.
b) Photo-toestel dan mesin ketik kepunyaan Adam Mallik.
c) Bahan-bahan tertulis perjalananan ANTARA sejak berdiri.
d) Peralatan produksi dan komunikasi yang pernah dipakai
ANTARA dari dulu.
e) Meja tulis dan lemari kuno yang dulu dipakai pimpinan
ANTARA, lemari besi
f) Sepeda motor kuno.
3) Pameran
Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA) telah berkembang
dari sekedar galeri foto jurnalistik pertama di Indonesia
menjadi institusi terbaik dan teraktif dalam kancah seni dan
budaya Indonesia. Antara tahun 1992 hingga tahun 2003,
GFJA telah menyelenggarakan lebih dari 90 pameran foto dan
300 acara dalam dunia fotografi. Sebagian besar pengamat
menganggap konsistensi dan keterbukaan GFJA sebagai kunci
sukses. Sejak berdirinya, GFJA terus berusaha
mempromosikan bakat-bakat dan visi-visi baru demikian juga
artis dan karya yang sudah mapan; disamping karya-karya dari
para fotografer lokal, GFJA secara reguler memamerkan karya-
karya dari artis-artis internasional ternama bekerjasama dengan
pusat kebudayaan asing di Indonesia. GFJA tidak membatasi
ruang lingkupnya hanya pada gaya ataupun alasan
-
42
argumentatif belaka, sehingga bisa merangkul lebih banyak
partisipan dan pengunjung : pelajar, akademisi, kritikus,
pengamat social, fotografer dari segala genre dan public umum
yang menikmati dan menggunakan fotografi setiap hari.
b. George Eastman House International Museum of Photography
and Film
George Eastman House International Museum of Photography
and Film, merupakan museum fotografi tertua di dunia dan arsip
film tertua didunia, dibuka untuk umum pada tahun 1949 sebagai
museum independen. Menggabungkan koleksi-koleksi terbaik
fotografi dan film di mansion megah landmark kolonial Revival
George Eastman dari tahun 1905-1932. Museum adalah Historik
Landmark. Mr. Eastman, pendiri Eastman Kodak Company
digembar-gemborkan sebagai bapak fotografi modern dan film-film.
Gambar 18. G.E. House International Museum
(Sumber: http://www.eastmanhouse.org)
Rumah Mr Eastman memiliki fasad klasik dengan beberapa
yang dekoratif. Di bawah eksterior ini adalah kenyamanan modern
-
43
seperti sebuah generator listrik, sistem internal telepon dengan 21
stasiun, sistem pembersih vakum built-in, sebuah jaringan jam
sentral, lift, dan organ pipa yang besar membuat rumah menjadi
pusat kehidupan musik yang kaya dari tahun 1905 sampai
kematian Eastman pada tahun 1932.
Mr Eastman mewariskan kekayaannya ke Universitas
Rochester selama 10 tahun. Teman dekatnya Rush Rhees,
presiden Universitas Rochester, tinggal di sini sampai 1935,
digantikan oleh keluarga Valentine. Setelah Perang Dunia II,
universitas menyerahkan rumah ke dewan pengawas, yang
dibentuk untuk membangun museum fotografi, menarik artefak
berharga dari seluruh dunia ke pusat penelitian, perawatan, dan
pameran.
The George Eastman House Museum Fotografi diresmikan
pada tahun 1947. Misi Museum sejak awal adalah untuk
mengumpulkan, melestarikan, dan menyajikan sejarah fotografi
dan film. Museum ini dibuka untuk umum pada tahun 1949, dengan
menampilkan koleksi inti di bekas ruang tamu rumah Eastman.
Koleksi-koleksi asli Museum termasuk koleksi Medicus foto-
foto Perang Saudara oleh Alexander Gardner, koleksi sejarah
Eastman Kodak Company, dan yang tak ternilai koleksi Gabriel
Cromer dari Perancis-menarik penambahan yang signifikan selama
40 tahun ke depan. Seluruh arsip, koleksi perusahaan, dan
portofolio seumur hidup seniman telah disumbangkan ke Eastman
House.
Arsip di George Eastman House.
-
44
Antara 1985 dan 1988, lebih dari $ 30 juta telah dikucurkan
untuk perbaikan dan perawatan koleksi. Eastman Kodak Company
memimpin, dengan sumbangan senilai lebih dari $ 17 juta.
Kontribusi masyarakat sebesar $ 12,5 juta yang diberikan untuk
pembangunan gedung arsip state-of-the-art, termasuk pusat studi
dan galeri pameran.
Arsip bangunan seluas 73.000 meter persegi, arsip,
penelitian, dan ruang galeri, banyak yang dibangun di bawah
tanah, dengan mengembalikan kebun bersejarah yang di atasnya.
Gambar 19. Interior G.E.H
(Sumber: http://inet.detik.com)
Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Museum telah
mencapai keamanan fisik dan finansial untuk bahan berharga dan
kemampuan untuk menawarkan akses tak terbatas untuk berbagai
khalayak. Fasilitas baru dibuka untuk umum pada Januari 1989,
dan sekarang memiliki lebih dari 400.000 foto dan lebih dari 28.000
film negatif, dan lebih dari 4 juta stills film; 53.000 publikasi, dan
lebih dari 25.000 buah teknologi.
Juga sebagai bagian dari perbaikan modal, hampir $ 2 juta
telah dikhususkan untuk restorasi rumah Mr Eastman.
Menggunakan foto-foto vintage dan bukti sejarah lainnya, lebih dari
-
45
85 persen dari perabot asli dan hampir semua dekoratif interior
dikembalikan atau direstorasi selama tiga tahun. Dibuka kembali
untuk umum pada bulan Januari 1990, Eastman House adalah
biografi real Eastman sebagai refleksi dari kehidupan yang unik.
Empat dari kebun formal Mr Eastman telah dipulihkan, dan daerah
sekitar akan dikembalikan atau disesuaikan dengan kebutuhan
Museum.
Gambar 20. Folding Camera 1860
(Sumber: http://inet.detik.com)
Galeri lantai kedua merupakan dokumen kehidupan Mr
Eastman, ruang Discovery, ruang pendidikan, fasilitas diperluas di
sayap lantai 2, ruang kuliah telah direnovasi sebagai teater
multimedia dalam memori Jenderal Edward Peck Curtis, dan
Teater Dryden dengan 535 kursi, direnovasi dalam rangka untuk
melanjutkan tradisi pameran Film, yang mengkhususkan diri dalam
memulihkan film klasik.
Fasilitas-fasilitas dalam bangunan ini adalah :
1) Museum Fotografi dan film
2) Fasilitas Pendidikan
3) Caf dan Toko buku
4) Ruang Konservasi
-
46
5) Pameran fotografi dan film
6) Film Screening
7) Ruang Audio visual
8) Perpustakaan
9) Ruang Discovery
10) Teater Film
11) Fasilitas Wedding
c. International Centre of Photography
Gambar 21. Bangunan ICP
(Sumber: www.wikipedia.org/wiki/International_Center_of_Photography)
International Center of Photography adalah sebuah bangunan
yang mewadahi segala aktivitas yang berkaitan dengan seni
fotografi seperti museum fotografi, sekolah, dan pusat peneletian.
Bangunan ini terletak di Midtown Manhattan di New York City,
Amerika Serikat dan didirikan pada tahun 1974.
Sejak didirikan pada 1974 oleh Cornell Capa dalam sejarah
Willard Straight House, di Fifth Avenues Mile Museum, ICP telah
melaksanakan pameran lebih dari 500 pameran, dengan
menyajikan lebih dari 3.000 karya fotografer dan seniman lainnya
serta kelompok pameran dan menyediakan ribuan kelas dan
-
47
lokakarya yang telah memperkaya puluhan ribu mahasiswa. ICP
didirikan sebagai lembaga untuk menjada warisan Hidup Fotografi
Peduli. Setelah kematian sebelum waktunya saudaranya Robert
Capa dan rekan-rekannya Wemer Bischof, David chimSeymour,
dan Dan Weiner pada 1950-an, Capa melihat kebutuhan untuk
terus bekerja documenter kemanusiaan mereka yang relecan dan
dapat dilihat dengan mata public. Pada tahun 1966 ia mendirikan
Dana Internasional untuk Fotografi Peduli.
1) Perancangan dan rekonstruksi
Galeri di perluas di 1133 Avenue of Americasdi 43 Street,
dirancang oleh Gwathmey Siegel dan Associates Architects
untuk tampilan fotografi dan media baru dengan Negara-of the-
art-pencahayaan, system control iklim, dan system presentasi
digital. Pembukaan lahan kembali (1.600 m2 situs 17.000,
sebelumnya digunakan sebagai galeri foto untuk Kodak, pada
musim gugur tahun 2000 yang disediakan dalam satu lokasi
ruang galeri yang sama seperti dua situs sebelumnya
digabungkan dan menjadi markas program pameran ICP.
Fasilitas-fasilitas yang disediakan:
a) Fasilitas Pendidikan
b) Perpustakaan
c) Digital Laboratorium
d) Ruang Gelap (Dark Room)
e) Ruang Pameran
2) Sekolah ICP
ICP melayani lebih dari 5.000 siswa setiap tahun, Program
pendidikan lainnya termasuk serangkaian kuliah, seminar,
-
48
symposium, lokakarya diselenggerakan oleh fotografer
professional, dankegiatan yang saling melengkapi.
Fasilitas Country-fitur Class-the art dan ruang lab hitam-
putih danwarna, laboratoriumdigital dengan seumber daya untuk
multimedia, fotografi digital, mengedit video dan produksi, dan
sebuah studio pemotrtan professional. Dirancang oleh Gensler,
sebuah York arsitektur berbasis perusahaan New Era, Sekolah
termasuk perpustakaan, ruang siswa, dan mahasiswa dan
pameran galeri masyarakat.
Sekolah menawarkan :
a) Sebuah pilihan sepanjang tahun kelas Pendidikan
Berkelanjutan
b) Dua Program Sertifikat Satu-Tahun :
c) Studi Umum
d) Dokumenter Fotografi dan Jurnalisme Foto
e) Program ICP-Bard distudi Lanjutan Fotografi, Program sarjana
dua tahun yang mengarah ke master seni rupa.
3) Perpustakaan ICP
Gambar 22. Perpustakaan ICP
(sumber: www.icp.org/)
-
49
Koleksi permanen dengan ICP berisi lebih dari 100.000 foto.
Sejak pembukaannya di tahun 1974, ICP telah mengakusisi foto
sejarah dan kontemporer penting melalui berdedikasi Komite
Akuisisi dan melalui sumbangan dan hibah dari fotografer dan
kolektor. Koleksinya meliputi sejarah medium fotografi, dari
daguerreotypes untuk gelatin perak dan chromogenic cetak
digital.
F. Resume Studi Banding
1. Resume studi banding dengan gaya bangunan sejenis
Tabel 1.
Resume studi banding dengan gaya bangunan sejenis
Nama
Bangunan
Arsitek
Penerapan
Jenis Metafora
Museum of Fruit
Itsuko Hazegawa
Menggunakan bibit-bibit yang berbeda disebar ke tanah dalam penampilan keseluruhan kompleks bangunan, termasuk dalam menemukan bentuk dari tiga massa utama, gambaran sebuah bibit yang kemudian tumbuh menjadi pohon yang besar yang ditampilkan ke dalam salah satu massa yaitu fruit plaza.
Combined metaphora
Museum
Tsunami Aceh
M. Ridwan Kamil
Mengibaratkan museum sebagai rumah panggung yang dapat menyelamatkan penduduk aceh dari tsunami, dan pintu masuk yang menekan pengunjung dengan luasan yang sempit dengan adanya water wall seolah-olah berada di bawah dasar laut. Serta bentuk denah bangunan yang menyerupai gelombang laut
Combined metaphora
-
50
(Sumber : Analisi Penulis)
2. Resume studi banding dengan fungsi bangunan sejenis
Tabel 2.
Resume studi banding dengan fungsi bangunan sejenis
Nama
Bangunan
Fasilitas
Kelebihan
Kekurangan
Gaya
Bangunan
Galeri Fotografi Jurnalistik Antara, Jakarta, Indonesia
- Workshop
/pelatihan - Museum - Pameran
Memiliki fasilitas meseum mengenai perkembangan jurnalitik di indonesia
Sistem penghawaan dan pencahyaan bangunan terlalu mengandalkan pencahyaan dan penghawaan buatan dan kurangnya fasilitas-fasilitas yang diwadahi.
Arsitektur Kolonial Belanda
George Eastman House,
- Museum Fotografi
dan film
- Fasilitas Pendidikan
Memiliki Fasilitas yang memadai
Bangunan tidak terlalu menonjol karena desain
Arsitektur Klasik
Nama
Bangunan
Arsitek
Penerapan
Jenis Metafora
EX Plaza Indonesia
Budiman Hendropurnomo
Dia menjadikan gaya kinetik pada
sebuah mobil sebagai
konsepnya, yang diterjemahkan
menjadi gubahan masa lima
kotak yang miring sebagai
ekspresi gaya kinetik mobil, serta
kolom-kolom penyangganya
sebagai ban mobil.
Intangible Metaphora
-
51
(Sumber : Analisi Penulis)
Nama
Bangunan
Fasilitas
Kelebihan
Kekurangan
Gaya
Bangunan
Internation
al Museum
of
Photograph
y and Film,
Rochester,
NY
- Caf dan Toko buku
- Ruang Konservasi Pameran fotografi
dan film - Film Screening
- Ruang Audio visual
- Perpustakaan
- Ruang Discovery
Teater Film
- Fasilitas Wedding
untuk kegiatan- kegiatan yang berkaitan dengan fotografi, serta disediakannya fasilitas wedding yang disewakan
bangunan tidak terlalu Site karena tertutupi vegetasi disekitasrnya sehingga tidak begitu keliatan dari luar
Internation
al Centre of
Photograph
y, New
York
- Fasilitas pendidikan - Perpustakaan - Digital laboratorium - Ruang gelap (Dark
Room) - Ruang pameran - Ruang seminar - Ruang audio visual - Museum
Memiliki ruang digital laboratorium dengan sumber daya untuk multimedia, fotografi digital
Desain bangunan yang monoton dan kurang ekspresif sehingga tampak terkesan sangat sangat sederhana tanpa permainan detail dan ornamen.
Arsitektur Modern
-
52
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
PUSAT KEGIATAN FOTOGRAFI DI MAKASSAR
A. Hakekat dan Karakter Dasar
1. Hakekat
Dipilihnya Kota Makassar karena kota ini merupakan salah satu
kota terbesar di Indonesia timur dengan cukup banyaknya kegiatan
fotografi bermunculan, namun kurang adanya suatu wadah untuk
menampung kegiatan penggemar fotografi untuk dapat berkumpul dan
mengapresiasikan karyanya.
2. Karakter dasar
Wadah ini nantinya merupakan media publikasi dan promosi
hasil karya para fotografer maupun para pecinta fotografi, sebagai
sarana yang dapat mendukung laju perkembangan dunia fotografi dan
sebagai wadah untuk mempertemukan bagi para pecinta fotografi
yang berada di Makassar pada khususnya dan Indonesia pada
umumnya.
B. Tinjauan Kota Makassar
1. Kondisi fisik kota Makassar
Makassar didirikan oleh dua kerajaan maritim Gowa-Tallo
merupakan suatu kota besar. Kota Makassar sebagai kota yang
terletak di pesisir pantai mempunyai peranan sangat vital, baik yang
sifatnya lokal, regional, nasional dan internasional. Kota Makassar
-
53
mempunyai prospek dan potensi yang cukup besar untuk
dikembangkan dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang.
Adapun fungsi dan kedudukan Kotamadya Makassar saat ini,
adalah :
Secara administratif merupakan ibukota propinsi Sulawesi Selatan.
Sebagai pusat pemerintahan Propinsi Daerah Tingkat I Sulawesi
Selatan.
Pintu gerbang utama Kawasan Timur Indonesia (KTI).
Pusat pembangunan propinsi Sulawesi Selatan.
Pusat perdagangan yang ditunjang oleh lokasi geografis serta
ketersediaan sarana dan prasarana transportasi.
Pusat pelayanan sosial di bidang pendidikan tinggi, kesehatan,
rekreasi/hiburan dan budaya.
a. Keadaan geografis
Kota Makassar merupakan ibukota provinsi Sulawesi Selatan
yang secara geografis terletak antara 119o241738 BT dan
5o8619 LS. Kota Makassar merupakan daerah pantai yang datar
dengan kemiringan 0 - 5 derajat ke arah barat, diapit dua muara
sungai yakni sungai.Tallo yang bermuara di bagian utara kota dan
sungai Jeneberang yang bermuara di selatan kota.