( Sesuai dengan ketentuan pasal 127 peraturan Tata-tertib DPR-GR Keputusan No. 10/DPR-GR/111/67-68, para pembitjara diminta menjampaikan koreksian kepada Bagian Tata Usaha Perundang­undangan Sekertaris DPR-GR dalam waktu 4 hari ) .

Persidangan ke Hari

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT GOTONG ROJONG

RISALAH-RESMI

(Belum dikoreksi )

- II Rapa! Pleno terbuka ke-20 - Sabtu, tanggal 7 Nopember 1970 - 09.00 Djam panggilan

Atjara - 1.Tanggapan Pemerintah mengenai RUU Usul lnisiatif Mansjur Sangkala dkk.

KE TUA SEKERTARIS Djumlah hadir PEMERINTAH

tentang Pelajaran Niaga Nasional ( P . 8) . 2.Pembitjaraan tingkat Ill ( Pemandangan umum babak ke-11 ) mengenai RUU tentang Ketentuan Pokok Hankamnas ( P. 27) . S 0 EL IS TI 0 S. H. 1.Drs. Dudung Kamaluddin, 2.Nj. Dra.S. Harjanto, 3.A. Rachim Zaid 201 anggota dari djumlah 414 anggota siding. 1.Menteri Perhubungan

Drs. Frans Seda. 2.Menteri Penghubung MPRS/DPRGR/DPA,

H. Mintaredja S . H .

ANGGOTA2 JANG HADIR: Budi Dipojuwono, Pamudji, Soetopo Koesoemodirdjo, Notosoekardjo, Sundoro SH., I . G . Raka Wiratma, I . S . Handokowidjojo, Achmad Siala, E . Moch . Mansjur, I . B . P . Manuaba, Munadir, Sudiono. Sutoko, B . J . Rambitan. Abdulmadjid, M . T . Siregar. Daud Sembiring, Subagio Reksodipuro SH, Subekti, Alibasjah Bintang, Ir . Kaslan Tahir, H . Abdul Sjukur, Nazar Monek Datuk Bandaro Putih, Abadi, Ors Djufri Susetijo, Ariadi Hardjo Suwigno, Sardju lsmunandar. Ors . Siahaan, Ors . I . G . N . Gde Djaksa, Sunarjo, A . Moeis Hasan, R . Sumantri, Nj . A . S . Gani Surjokusumo, Ors . Sidik Gondowarsito, Ors . G . S . Rubay, Rasjid St . Radja Emas. Semanhadi Sastrowidjojo, M . H . Zairin, Sjahruddin St . Pamuntjak, K . H . Masjkur, ASA Bafagih, H . Nuddin Lubis. Moch . Hartono BA . , Murtadji Bisri, H . Moch . Aly Ubaid, H . Moch . Moenasir . H . Abdul Azis Dijar, K . H . Achmad Chozaly, Ansari Sjam, Ors . Rachmat Muljomiseno, Soetarno Djatikusuma BA .. Nj . H . Asmah Sjahrunie, Aroeppala, M . Sadri Siswodarsono, H. A. Sjaichu, Taufiq Abdullah Cathmyr, H . M. Madjid Abdul Wahab LML, H . lbus Nasri, K . H . Abdullah Jusuf, Nj . Hadinijah Hadi, K . H . Mochtar Rasjidi, H . Husin Saleh, Ors . Jachja Chunaedi, Ors . Chalik Ali, Nj . S . Marjamah Djunaedi, Durman SH . , H . Achmad Sjahri, Zain Badjeber, Moch . Junus Lubis, Hamzah Karim, Ors . M . Junus Umar, Ors . Dzukifli, Abdul Hak Idris, Nj . Malichah Agus, Ors . Maman Achdijat, H . Hamid Baidowi, H . M . Dahrif Nasution, Andi Mappatunra BA .• Bustaman SH .. Taufiq R . Tjokroaminoto. Nj . Ora . S . Zubaidah Muchtar Ali, Ismail Moko Bombang, Drs . Muhammad Abdul Gani MA .. Tb . Suhari Chatib, Ors . Jusuf Z . A . , H . Bakri Arif, Muzamil Chalimi Sc . , Ishak

Moro ..... .

Moro, 0 . K . H . Abdul Aziz, Maizir Achmaddyns, Moh . Rachrurrozi, Sumidjan Wignjowardjojo, Oesman Muttaqien, Ibrahim Usman, Abdul Wahab Radjak, Andi Mappasala, JCT. Simorangkir SH . , Chr. J . Mooy, Ors . Z . J . Manusama, Nj . D . Walaundouw, L . B . G . Surjadinata, J . Palekahelu, J . H . D . Tahamata, Os . M . Sondakh, X . S . M . Ondang, F . X . Soedijana SH . , V . B . Saka, Ors . B . Mang Reng Say, Ors . C . Salombe, Ors . Rufinus Lahur, Ors . Frans S . Odjan, Mohd . Kasim AS . , H . Dahlan Ibrahim, S . Setijosewojo, Wajan Tjakranegara, H . Abdurrachman, T . S . Mardjohan, Maroeto Nitimihardjo, Hussein Jusuf, Sahat M . Nainggolan SH . , H . Soedirman, Soebijono SH . , lndro Soebagio, Rahardjo, Kabul Arifin SH . , Soegandi, Ors . Warsito, Mansjur, Purnawirawan RI Widya Pranata, H . T . Sitompol . S . Djojopranoto BA . , Dr . Sjarif Thajeb, C . Radja Goekgoek, Soewondo Darsono, Soekardi, Prapto Prajitno, A. Tambunan SH . , Moh . Susman, Ors . A . Dengos Patianom, Achmad Andi Rifai, Njak Adam Kamil, Steve Hetarohon, Dr . Soehardi, Dr . Azil Widjaja Kusuma, Sardjono Suprapto, Soetrisno SH . , R . Moertamadji, R . S . Mangostowo, Ors . Bachrum Rangkuti, Ors . Moch . Kamal, Usman Rachman, Imam Sardjono, Dr . H . Muhammad Sukamadi, Ors . Muchrodji Muljowihardjo, Dr . Idris Siregar, T . Ramli, R . B . N . Djajadiningrat, Gusti Endeng, Suhartono, Emo Suwarma SH . , Sutan Aswar, Muhammad Busroh, Dr. Simon Isak Matulessya, Susanto, Abdullah Elansary, Z . Rachiman, Sujatno, S . Danu Kusumo, Ors . Tatang Soelja, L . M . Sianturi, J . Ch . Syauta, Domopranoto, Abdullah Kodir, Ors , Djunarsa, Ors . Sjafaruddin Tan Pono, T . Sbiki Sosrohardjono, Soerjono, Soetowo Hadiwidjojo, Sugiarto, Sulistio SH . , Waratmo Soekito, Mansjur Sangkula, Ors . Hendrobudianto, Suwandi SH . , Dr . Seojono, P . Sikoway, Naimun, Soemarsono, Rahardjodikromo, Nj . Srie Rachmani Lasmindar, Ora . Nj . M . Wahjudi, Malikus Suparta SH . , Herdin Panggabean SH . , Eddiwan, Ir . Rachman Rangkuty, Karubuy, Lukas Jouwe, Nj . Rumainum, Sumarno, Djamin Gintings, Sugiharto, Kapitan Purba, Achmad Gani, A . Sujuti Abdul Kadir Jusuf, Dr . lsjwari, Moh . Jar . Dt . Alam, Nj . D . Sukahar.

KETUA : Saudara2, sesuai dengan atjara jang telah ditetapkan, maka hari ini kita akan mengadakan rapat pleno, mengenai :

1. Tanggapan Pemerintah mengenai R.U.U. Usul lnisiatif Mansjur Sangkala dkk. tentang Pelajaran Niaga Nasional ;

2. Pengesahan Usul Resolusi Daud Sembiring dkk. ( tanpa stemotuvering ) ;

3. Pembitjaraan Tingkat Ill ( pemandangan umum babak ke-11) mengenai R.U.U. tentang Ketentuan2 Pokok HANKAMNAS .

Sebelum kita mulai dengan atjara pertama, saja akan menjampaikan perkembangan pembahasan

Rantjangan Usul lnisiatif Mansjur Sangkala dkk. tentang Pelajaran Niaga Nasional .

Usul lnisiatif Mansjur Sangkala dkk. mengenai R.U.U. tentang Pelajaran Nlaga Nasional masuk dalam DPR-GR tanggal 16 September 1969 dengan surat pengantar tertanggal 12 September 1969 .

Pembitjaraan tingkat I telah diadakan pada tanggal 20 September 1969 berupa rapat pleno terbuka pendjelasan Pengusul lnisiatif .

Pembitjaraan tingkat II diadakan pada tanggal 27 Mei 1970, berupa pembahasan didalam fraksi2.

Pembitjaraan tingkat Ill diadakan pada tanggal 5 dan 6 Djuni 1970 merupakan pleno terbuka pemandangan umum para anggota dan dilandjutkan pada tanggal 19 Djuni 1970 dalam rapat pleno terbuka jang ke-51, tanggapan para Pengusul lnisiatif pada tanggal 25September1970, telah disampaikan oleh Sdr. Mansjur Sangkala dalam rapat pleno jang ke-13.

Pada tanggal 7 Nopember 1970 ( hari ini ) akan disampaikan tanggapan Pemerintah mengenai Usul lnisiatif Mansjur Sangkala dkk. tentang Pelajaran Niaga Nasional .

Kami persilakan sekarang Wakil Pemerintah, Jth . Menteri Perhubungan untuk menjampaikan

tanggapannja .

MENTERI PERHUBUNGAN ..

MENTERI PERHUBUNGAN, FRANS SEDA, DRS . EKONOMI :

Pimpinan Sidang dan para Anggota DPR - GR jang saja muliakan ,

Pada bulan September 1969 di DPR-GR diadjukan suatu R.U.U. Usul lnisiatif oleh Sdr. Mansjur Sangkala dan kawan2-nja tentang Pelajaran Niaga, usul inisiatif mana pada bulan Nopember 1969 telah diatjarakan dalam Sidang Pleno serta kemudian selama bulan Djuni1970telah sampai pada tingkat pemandangan umum .

R.U.U. Usul lnisiatif Sdr. Mansjur Sangkala tentang Pelajaran Niaga tersebut disusun sbb.:

Dasar hukum: 1. Pasal 5 dan 20 U.U. Dasar

2.Ketetapan MPRS No. XXlll tahun 1966.

Mentjabut : lndische Sceepvaartwet 1936.

Susunan Bab2 : Bab I. Azas2 dan ketentuan pokok.

Pendjelasan istilah, armada niaga sebagai wadah potensi sarana nasional, tugas -

fungsi dan azas pembinaannja, azas2 pelajaran pantai dan perdagangan luar neger.

Bab II. Pengaturan pelbagai djenis usaha .

Pelajaran, usaha djual beli/sewa kapal, ekspedisi muatan kapal.

Dalam menanggapi R.U.U. Usul lnisiatif ini, perkenankanlah Pemerintah mendjelasan kebijaksanaan dan pengarahan Pemerintah dalam penjelenggaraan tugas, fungsi dan kegiatan bidang Perhubungan umumnja, Perhubungan Laut pada chususnja .

Seperti kita maklumi bersama bentuk dan tjorak negara kita adalah suatu negara kepulauan besar, jang setjara gegrafis mempunjai kedudukan antar benua dan antar samudera, memiliki kekajaan alam jang berlimpah-limpah, dan berpenduduk lebih dari 115 djuta orang. Berhubung dengan itu setjara ideal sangat perlu kiranja adanja suatu sistim transport dan komunikasi jang memadai, jakni jang dapat melajani segala keperluan dan kebutuhan akan angkutan sebagai sjarat mutlak bagi kesatuan bangsa, bagi pembangunan ekonomi dan lain-lain keperluan Negara dan Masjarakat .

Untuk mewudjudkan ideal tersebut diatas dibutuhkan suatu kebijaksanaan dalam bidang perhubungan ( Transport and communications ) sehingga baik gerak atau arus orang-orang, bergeraknja barang-barang maupun penjampaian beritanja berdjalan teratur, lantjar dan aman .

Mentjari konstelasi goegrafis Nusantara inilah maka kebidjaksanaan dalam bidang Perhubungan, kita menganut dua aspek jang mentjakup :

( 1 ) Wawasan Nusantara untuk kebidjaksanaan perhubungan dalam negeri, jakni :

a. Setjara fisik adanja kesatuan mutlak perhubungan laut, darat, udara dan telekomunikasi .

b. Seluruh pelosok di Indonesia ini adalah sebagian mutlak dari Tanah Air kita, jang harus dapat ditjapai melalui sarana2 Perhubungan .

( 2 ) Menempatkan Indonesia dalam orbit antar bangsa-bangsa didunia jang lepas dari segala matjam isolasi politik sebagai kebidjaksanaan perhubungan luar negeri .

Djelsa kiranja bahwa peranan perhubungan didalam negeri merupakan menundjang bagi

pembangunan negara kesatuan Indonesia sebagai suatu kesatuan jang bulat .

Perhubungan ..... .

Perhubungan Laut, Perhubungan Udara, Perhubungan Dara! serta Pos dan Telekomunikasi sangat penting bagi kesatuan Negara Republik Indonesia .

Daerah-daerah terpaksa akan membangun setjara sendiri-sendiri, bilamana pembangunan dalam kerangka kesatuan Republik Indonesia, bidang perhubungan kurang berdjalan lantjar. Bahkan hal ini akan bebahaja apabila daerah-daerah terpaksa harus mengadakan pembangunan dalam keadaan isolasi jang dapat menimbulkan desintegrasi daripada kesatuan negara serta wasting factors jang banjak .

Dengan demikian djelaslah kiranja bahwa kebidjaksanaan perhubungan kita harus dilandaskan kepada Wawasan Nusantara .

Maksud Rentjana Pembangunan Lima Tahun adalah untuk meningkatkan perkembangna ekonomi nasional, chususnja sektor pertanian dan pembinaan kehidupan kita dan dalam rangka ini perhubungan, direhabilitasi dan dikembangkan untuk memenuhi fungsinja sebagai sarana pembangunan .

Dalam penetrapan wawasan Nusantara bagi regularity dari Perhubungan Laut, Udara dan Telekomunikasi, dengan mengingat akan besarnja pengaruh dari pada kegiatan Perhubungan tersebut bagi perekonomian Indonesia, maka kegiatan-kegiatan Perhubungan tersebut diatur dan dibina setjara sentral, sedang kegiatan Perhubungan Dara! pembinaannja dilakukan setjara desentralisasi, akan tetapi masih tetap didalam rangka wawasan Nusantara tadi .

Demikianlah untuk kita membina National Transportation System kita kesuatu integrasi system. Pada hakekatnja telah djelas bahwa Perhubungan adalah tidak lain daripada menghubungkan satu daerah dengan daerah jang lain, bukan menghubungkan Djakarta dengan Djakarta, sehingga oleh karenanja regional approach harus selalu ditingkatkan, jang berarti pula bahwa meningkatkan kegiatan - kegiatan didaerah sebagai suatu kesatuan ekonomi jang merasa dirinja sebagian daripada seluruh kegiatan ekonomi negara .

Hubungan antara sentral produksi jang satu dengan lainnja harus dibina dengan lantjar serta teratur, sehingga dapat diharapkan bahwa produksi sentra tadi akan berkembang mendjadi satu sentra perdagangan/ trade centre. Pembinaan daripada sentra produksi dan sentra perdagangan ini harus ditundjang baik oleh seluruh instansi Pemerintah maupun bidang usaha karena merupakan sumber -sumber riil untuk kelantjaran dan keserasian daripada perhubungan dan pembangunan Daerah .

Sidang jang saja muliakan,

Ada suatu gedjala jang baik, jang kita alami achir2 ini . Isiah, bahwa kebidjaksanaan stabilisasi politik dan ekonomi, serta stabilisasi moneter jang dirintis dan dilaksanakan sedjak Kabinet Ampera 1966, pada dewasa ini telah kita mulai memberikan hasil - hasilnja jang kongkrit, bagi iklim dan kegairahan kerdja dalam kegiatan perekonomian rakjat dan negara .

Dibidang perhubungan, transport dan komunikasi kita rasakan hal ini dengan makin mendesak dan menekannja permintaan2 akan djasa angkutan dan komunikasi, baik dalam bentuk intensifikasi maupun extensifikasi dari kegiatan2 perhubungan .

Bagi pelaksanaan Repelita, hal ini berarti bahwa kondisi dimana perentjanaan disusun pada pertengahan tahun 1969 telah banjak berobah dengan pesatnja, sehingga memaksakan kita setjara tekun terus - menerus harus mengikuti perkembangan2 tersebut dan dimana perlu mengadakan penjesuaian2 I adjustments dalam realisasi pelaksanaan Repelita .

Djika ............... .

Djika dalam tahun 1967/1968 kondisi dan alam serta scope berpikir kita, berkisar soal bagaimana mentjegah kemerosotan, dengan mengadakan sekedar rehabilisasi dari peralatan2 jang ada, djika urgensi daripada kegiatan2 dan tindakan2 jang diambil berdasarkan pada usaha2 untuk memenuhi keinginan rakjat jang ingin tjepat melihat tindakan2 dan perbaikan konkrit, dan oleh karenanja persoalan2 jang ditackle adalah bagaimana memperoleh investasi2 jang diperlukan dan setjepat mungkin menjiapkan projek2 jang " feasible" dengan akibat bahwa pada waktu itu titik berat dari perentjanaan adalah "project - approach", maka dewasa ini ada unsure baru dalam dinamika daripada realisasi Repelita .

Jaitu unsure adanja kemadjuan ekonomi itu sendiri, jang seperti saja katakana sebagai akibat dari pada berhasilnja politik stabilisasi Pemerintah .

Unsur kemadjuan itu jang harus kita tamping pada dewasa ini dan untuk masa2 jang akan datang dan harus tertampung dan tertjermin dalam perentjanaan maupun pelaksanaan daripada Repelita Perhubungan. Maka dari itu dalam penentuan prioritas2 pembangunan unsur2 jang perlu diperhatikan adalah bukan sekedar rehabilisasi, namun rehabilisasi, replacement dan modemisasi .

Dan dari "project - approach" jang bersifat secretaries dan fragmentaris tadi kita harus beralih pada penentuan projek2 jang diapproach dalam hubungan satu sistim transportasi dan komunikasi Nasional ("National transport and Communications System" ) agar lebih terintegrasi pembinaan sektor perhubungan, baik setjara intern maupun setjara ekstern dalam arti kata dalam hubungannja sebagai satu kesatuan jang integral dalam mensupport kegiatan2 ekonomi, politik administrasi dan sosial budaja negara dan bangsa, dan djuga agar investasi - investasi jang demikian besarnja dapat dipergunakan lebih rasionil dan "balanced" serta dapat dipertanggung djawabkan untuk suatu masa waktu jang pandjang dalam rangka National Transport and Communications System tersebut .

Sidang jang terhormat ,

Suatu aspek penting bagi pembinaan bidang perhubungan laut adalah sistem peraturan perundangannja dan untuk itu disampaikan sekedar gambaran perkembangan sedjak dahulu mengenai pengaturan setjara umum .

Peraturan perundangan bidang pelajaran untuk bagian terbesar masih menggunakan peraturan2 warisan Belanda jang dilengkapi dengan beberapa Peraturan Pemerintah untuk dapat mengatur dan memperbaiki tentang penjelenggaraan dan pengusahaan angkutan laut (Peraturan Pemerintah No . 2 tahun 1969 ), serta susunan dan tata kerdja kepelabuhan dan Daerah Pelajaran (Peraturan Pemerintah No . 1 tahun 1969) dan Undang2 tentang Daerah Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.

Didalam perundangan buatan Belanda, diutamakan pengaturan "cabotage" dan perdagangan keluar negeri dengan kapal laut jang dituangkan dalam lndise Scheepvaartwet 1936, karena menjangkut hubungan2 antar negara jang setjara formil harus ditetapkan dengan Undang2.

Peraturan lainnja dikeluarkan dengan matjam2 Koninklijke Besluiten, Gouvemements Besluiten, Ordonanties dan Verordeningen, jang dilihat dari pengaturan materi sama pentingnja dan sejogjanja diatur pada tingkat2 undang2 sebagaimana dapat dilihat kalau kita bandingkan susunan peraturan perundangan dari negara2 maritim lainnja, seperti hal2 tata tertib Bandar ( port regulation ), surat2 kebangsaan kapal, keselamatan pelajaran/ marine safety, lambung timbul ( load line ), pengukuran kapal ( tonnage measurement) dll. Sebagainja ; suatu bidang lain ialah pengaturan pengusahaan kepelabuhan .

Suatu materi jang sama sekali belum diatur dizaman Belanda ialah tentang pembinaan pelajaran nasional jang sebagai bidang usaha diberi kebebasan untuk berkembang sendiri .

Untuk ............. .

Untuk djelasnja kami lampirkan bersama ini suatu ichtisar dari peraturan perundangan jang terpenting dibidang perhubungan laut serta seluruh teks lndise Scheepvaartwet 1936.

Sidang jang saja muliakan ,

Perkenankan Pemerintah menjampaikan pendapatnja, keterangan dan pendjelasan alas Rentjana Undang2 Usul lnisiatif Anggota Jth . Sdr. Mansjur Sangkala dan kawan2-nja serta tanggapan2, saran2 dan pertanjaan2 jang telah diadjukan oleh para anggota Jth . pada pembitjaraan tingkat Ill Rantjangan undang2 Usu I lnisiatif tersebut pad a sidang2 pleno jang lalu .

Usul lnisiatif ini mentjakup suatu materi jang bertitik tolak daripada adanja suatu armada niaga sebagai wadah potensi sarana nasional, jang pengaturannja disusun dengan sistematik :

a. Pendjelasan istilah jang mengutamakan pengaturan usaha .

b. Tugas, fungsi dan azas2 pembinaan armada niaga nasioanal .

c. Azas2 cabetage dan perdagangan luar negeri sebagai penundjang performance armada niaga Nasional.

d. Pengaturan djenis2 usaha pelajaran dan usaha2 lainnja jang langsung berhubung era! dengan kegiatan pelajaran .

Adapun pendapat Pemerintah ialah bahwa dengan memperhatikan peraturan perundangan jang

Berlaku serta maksud dan tudjuan Rentjana Pembangunan Lima Tahununtuk bidang Perhubungan, maka pola peremadjaan dan modernisasi perundang2-an dalam bidang Perhubungan Laut berpangkal tolak pada perombakan lndise Scheepvaartwet 1936 tersebut dan peraturan2 jang sehubungan dengan itu guna diarahkan kepada pengaturan2 pokok2 pembinaan pelajaran nasional .

Dengan demikian Pemerintah berpendapat, bahwa sebagai langkah permulaan daripada kebidjaksanaan peremadjaan dan perombakan peraturan perundangan jang ada, dapat disusun suatu Undang - Undang jang mentjakup pokok2 tsb . diatas jang berarti suatu sistematik jang berbeda serta mentjakup pokok2 pembinaan jang lebih luas dan lengkap daripada Rentjana Usul lnisiatif.

Sebelum mendjelaskan lebih landjut tentang sistimatik dan materi pokok pelajaran nasional tersebut terlebih dahulu akan disampaikan beberapa keterangan dan pendjelasan atas tanggapan2 dan pertanjaan2 para anggota Jth . selama pemandangan umum .

Tanggapan2 tentang pelbagai bentuk perundang2an sebagaimana dikemukakan oleh :

Anggota Jth . M . Chalimi, agar dengan diadakannja R.U.U. Pelajaran Niaga diharapkan djuga adanja Rantjangan Undang2 Pokok Maritim ; Anggota Jth . M . Lenggoe, agar disusun suatu Undang2 Pokok Maritim dahulu, jang dUndang2 tentang Pokok Pelajaran dan baru Undang2 tentang Pelajaran Niaga ; Anggota Jth . Sdr . Sardjono Soeprapto bahwa lndise Scheepvaartwet 1936 mengandung arti jang lebih luas daripada sekedar masalah Pelajaran Niaga ; Anggota Jth . B . M . Koentjoro Jakti S . H . jang mengharapkan agar nanti dapat diadjukan R.U.U. mengenai Kepelabuhan : Anggota Jth . Salman Sapo agar disamping R.U.U. Pelajaran Niaga, dapat disahkan berdampingan dengan R.U.U. Maritim; Anggota Jth . Sdr . Chr . Mooy jang mengharapkan tindakan landjutan dari Pemerintah setelah diundangkan Peraturan Pemerintah No . 1 dan 2 tahun 1969:

Pemerintah mendjelaskan sebagai berikut :

Melandjutkan .......... .

Melandjutkan tanggapan Pemerintah setjara umum terhadap materi daripada Rentjana Usul lnisiatif, maka pengaturan bidang Perhubungan Laut sebaiknja dikembangkan dengan beberapa undang2 sebagaimana djuga sekarang ini dibidang Perhubungan Dara!, Udara serta Pos dan Telekomunikasi telah diundangkan beberapa undang2 untuk masing2 bidang .

Maka dari itu pola penjusunan peraturan perundangan untuk pelbagai bidang angkutan dan komunikasi dengan demikian sedjalan dengan maksud, tujuan sistematik Rentjana Pembangunan Lima Tahun, jang nantinja dapat ditudjukan kepada pengaturan pokok suatu national integrated system dalam bentuk suatu Undang2 Pokok Transport dan Komunikasi Nasional jang pada intinja mentjakup pengarahan tugas dan fungsi keseluruhan sistem Perhubungan .

Dan untuk sub bidang Perhubungan Laut pertama2 diperlukan pengaturan kebidjaksanaan angkutan laut setjara menjeluruh serta pembinaan pelajaran nasional jakni sjarat2 pemilikan dan pendaftaran kapal, keselamatan kapal ( marine safety) ; pengaturan usaha dan hubungan2 hukum perdata jang bersangkut paut dengan pengusahaan pelajaran ; pembinaan tenaga kerdja dibidang pelajaran serta beberapa penegasan daripada fungsi dan pengusahaan pelabuhan Indonesia, search dan rescue dan hal2 lainnja terhadap pokok2 tersebut diatas .

Mengenai tanggapan Anggota Jth . M . Chalimi bahwa untuk mendjamin terselenggaranja hubungan antar pulau dengan pulau, antar kola besar dengan kota besar lainnja, penjelenggaraannja dilakukan oleh Swasta dan Pemerintah, serta pihak2 Swasta mendapat perhatian dan kepertjajaan dari Pemerintah dalam menudju kearah terselenggaranja pelajaran niaga jang bersifat nasional ;

Pemerintah dalam hal ini mengulang kembali penegasan dalam Pidato Kenegaraan Bapak Presiden didepan siding DPR - GR jang saja muliakan tgl. 16 Agustus 1970 jang lalu tentang Demokrasi Ekonomi jang memberikan keleluasaan kepada pertumbuhan dan daja kreasi swasta jang sewadjarnja ,

Alas dasar2 hukum ekonomi jang sehat, kita membangun diri dengan demokrasi ekonomi dimana ada pembagian bidang dan tugas jang djelas antara negara, swasta dan masjarakat atau koperasi .

Dalam hal ini Pemerintah memberikan arah dan bimbingan termasuk penertiban2 seperlunja alas kehidupan perekonomian bangsa sedang pelaksanaannja diberikan keleluasaan pada masjarakat .

Pokok2 penegasan ini djelas menggariskan fungsi dan lingkup usaha serta perhatian kepertjajaan Pemerintah kepada usaha swasta. Namun demokrasi ekonomi dalam bidang Perhubungan djangan sadja dipandang dari sudut kebebasan dalam usaha. lni baru satu aspek dari demokrasi ekonomi . aspek laiinja, jang sama pentingnja adalah djaminan tersedianja setjara teratur, aman dan setiap saat adanja perhubungan jang lantjar sesuai selera rakjat I masjarakat jang memerlukannja. Aspek inilah malahan merupakan tudjuan dari demokrasi ekonomi jang sedjati . oleh karena itu bimbngan serta pengarahan Pemerintah dalam merealisir prinsip demokrasi ekonomi dalam bidang penertiban2 seperlunja pada usaha2 masjarakat, namun dilain pihak mengichtiarkan terdjaminna kepentingan umum setjara mantep, continue dan teratur .

Saran Anggota Jth . Sdr . Salman Sapo agar bersikap hati2 dalam merumuskan peraturan2 jang akan dikenakan terhadap usaha2 Pelajaran Asing jang beroperasi di Indonesia, demikian pula Anggota Jth . Wajan Tjakranegara bahwa perlu adanja djaminan kehidupan bagi djenis pelajaran nasional karena pengaruh serba luar negeri makin mendesak kehidupan kita, serta Anggota Jth . B . M . Koentjoro Jakti S . H . agar Pelajaran Niaga didalam negeri dan pengangkutan dari luar negeri kedalam negeri untuk muatan milik Pemerintah dan Swasta diberikan dengan prioritas kepada Armada Nasional, semuanja ini mendapat

Perhatian .............. .

perhatian jang sungguh2 dan kebidjaksanaan Pemerintah dibidang angkutan laut ialah tetap menegakkan azas "cabotage" untuk Pelajaran Nusantara dan dalam penjelenggaraan pelajaran ked an dari luar negeri, usaha2 pelajaran nasional dapat mengangkut bagian jang wadjar ataupun "faire share" daripada volume muatan, "faire share" mana harus mentjapai tingkat 50% - 50% antara nasional dan asing .

Mengenai saran2 :

Anggota Jth . Sdr . Wajan Tjakranegara agar hal2 seperti sarana pelabuhan laut, docking dan reparasi kapal2, peningkatan aktivitas daerah djuga dibina dan dikembangkan sehingga seimbang dan sebangun dengan pengembangan disektor pelajaran, dan agar pula R.U.U. Usul lnisiatif ini djuga meliputi pelajaran local ; Anggota Jth . Sdr . B . M . Koentjoro Jakti SH . tentang pengaturan kapal2 atau perahu2 lajar, soal tugas dan tanggung jawab pelbagai djenis usaha ; Anggota Jth . Sdr . Andi Mapasala agar diperhatikan peranan perahu lajar;

Maka Pemerintah dapat mendjelaskan bahwa pelbagai masalah2 pada umumnja telah diatur apa bila perlu, diremadjakan dan dirombak sesuai kebidjaksanaan Pemerintah untuk menjusun peraturan -perundangan dibidang Perhubungan Laut . disamping pengaturan2 tersebut beberapa persoalan mendapat perhatian dalam rangka pelaksanaan Pelita dan kegiatan2 Perhubungan Laut .

siding jang saja muliakan ,

Dalam Pemandangan Umum terhadap Rentjana Usul lnisiatif maka : Anggota Jth . Sdr . Sardjono Suprapto telah menilai kemampuan dan kondisi alat angkutan Laut kita serta menjampaikan ketjenderung-an mengadakan perbaikan alat2 angkutan dan pengembangan beserta perbaikan fasilitas jang diperlukan . Anggota Jth . Sdr . Wajan Tjakranegara mengharapkan agar Rantjangan Undang2 memberikan arah kepada tiap kebidjaksanaan Pemerintah, minimal bisa mentjapai target dan sasaran seperti jang dimaksud dalam buku II B Repelita tahap ke I tahun 1969 s/d 1974 Bab VIII tentang Perhubungan dan Pariwisata . Anggota Jth . Sdr . L . E . Maintairo mengemukakan bahwa masalah perhubungan Laut jang menentukan sukses atau tidaknaj Pelita . Anggota Jth . Sdr . Andi Mapasala menganggap pembitjaraan Usul lnisiatif ini amat penting untuk keperluan Repelita dan dan hari depan kita, serta masih dirasakan hambatan2 dalam pelaksanaan Pelita Nasional dan Daerah ;

Dal am hubungan masalah2 terse but diatas dapat ditundjuk kepada suatu Rentjana jang telah dise­

tudjui oleh Pemerintah jakni Rentjana Pembangunan Perhubungan Laut untuk masa 3 tahun terachir ( 197111972-1973/1975 ) dari Pelita I ini .

Rentjana rehabilitasi ini berpangkal tolak pada rehabilitasi Armada dan Pelajaran Nasional dan unsur2 penundjangnja jakni Pelabuhan2 dan pengerukan serta dok dan galangan kapal .

Inti daripada Crashprogram tsb . adalah realisasi Regular Liner Services Nusantar dengan target pada achir Pelita I minimal 108 buah kapal dengan djumlah tonagenja 160.000 DWT.

Pokok jang sentral dalam rentjana itu adalah perbaikan dan peningkatan management baik dari operasi kapal maupun dari pengerukan dan kepelabuhan serta dari dok dan galangan kapal .

Digariskan pula prinsip peningkatan pembinaan armada angkutan umum lnternasional Indonesia dan pembinaan daripada armada nasional chusus untuk amgkutan kaju .

Segi pembiajaan dari rentjana ini akan diusahakan dari project aid

Melalui ..................... .

Melalui negara2 Kreditor maupun dari lembaga2 internasional lainnja dan dari Anggaran Negara dan dari kredit perbankan dalam dan luar negeri, serta penanaman modal dari perusahaan2 jang bersangkutan .

Anggota Jth . Sdr. Salman Sapo mengharapkan keterangan mengenai perkembangan P . N. Pelni dan Djakarta Lloyd terutama dalam segi management, struktur organisasi, djaminan sosial, bentuk usaha selandjutnja dan nasib karyawan jang telah dipetjat, sedangkan Anggota Jth. Sdr. Hasan ingin pendjelasan tentang masalah tenaga kerdja, di Pelni dan Pelita Concern, P.N. Bachtera Adhiguna di Tandjung Perak dan P.N. Djakarta Lloyd di Tandjung Prick sehubungan dengan pemindahan penggunaan gudang2 laut kepada perusahaan2 lain .

Mengenai perkembangan P.N. Pelni dan Djakarta Lloyd jang menjangkut segi management dan struktur organisasi dapat ditudjuk kepada Rentjana Pembangunan Perhubungan Laut untuk masa 3 Tahun terachir. Pokok sentral dalam rentjana tersebut sebagaimana sudah dikatakan adalah perbaikan management termasuk struktur organisasi usaha terutama dari perusahaan2 milik negara .Management dan struktur organisasi Pelni dan Djakarta Lloyd sedjak permulaan tahun 1970 mulai diarahkan kepada bentuk usaha Persero. Pengangkatan Direktur Utama Pelni Pd. Direktur Utama P.N. Djakarta Lloyd disusul dengan pengisian para Manager Umum dan Manager untuk masing2 bidang. Apabila dinilaiperformance kegiatan usaha sebagaimana dapat dirasakan oleh masjarakat maka dapat dikatakan bahwa kapal2 Pelni telah menundjukan suatu regularity perdjalanan kapal dalam mengisi Regular Liner Service Nusantara sedangkan kapal2 Djakarta Lloyd telah menundjukan kemadjuan dalam hal pengoperasian dan service kapal2. Kemudian dengan lembaga2 perbankan dalam negeri berdasarkan perbaikan2 management dan operasionil kapal2 sedang diselesaikan pemberian perkreditan. Mengenai djaminan sosial, setiap perbaikan kearah itu dapat disetudjui asal tetap dalam djamgkauan kemampuan perusahaan pada waktu ini. Masalah tenaga kerdja jang menjangkut pegawai2 jang dirumahkan penjelesaiannja tetap mendapat perhatian Pemerintah . dari djumlah 2841 pegawai Pelni jang dirumahkan, 956 orang telah dapat diselesaikan sedangkan sisanja akan diselesaikan lebih landjut ketjuali jang tersengkut G . 30 . S . dapat didjelaskan bahwa pada tgl . 23 September 1970 jang lalu telah ditetapkan Peraturan Pemerintah No . 37 tahun 1970 tentang penjertaan Modal Negara dalam Perusahaan Perseroan Terbatas Pelita Indonesia Djaya Corporation, jang memisahkan sebagian kekajaan Negara berupa gedung2 bangunan, bengkel, gudang entrepot dan suatu unit cold storage bagi usaha2 Pelita Djaya Corporation. Direntjanakan agar dengan pemisahan unit2 tersebut dapat diintensipkan kegiatan2 Pelta Concern tersebut jang sesuai maksud tudjuannja a.I. untuk menampung kegiatan para Karyawan jang dirumahkan itu . masalah pegawai P.N. Djakarta Lloyd di Tandjung Prick menjangkut persoalan realokasi gudang2 laut dari Djakarta Lloyd kepada perusahaan2 lainnja dalam realokasi mana perlu diatur mengenai sedjumlah 721 tenaga kerdja; sebagian besar jakni 551 telah dikerdjakan pada perusahaan2 tersebut sedangkan mengenai 170 pegawai jang bekerdja pada tingkat pengelolaan ( algemeen beheer ) gudang2 tersebut sedjumlah 50 orang djuga diterima pada perusahaan2 tersebut, sedangkan mengenai sisa djumlah 120 pegawai sedang dalam penjelesaian oleh Djakarta Lloyd . kemudian pada Tjabang Tandjung Prick Djakarta Lloyd telah dilakukan pengrumahan daripada 413 pegawai jang dimaksudkan untuk disalurkan melalui usaha2 Pelita Djaya Corporation tersebut .

Adapun tentang masalah tenaga kerdja P.N. Bachtera Adhiguna ditjabang Tandjung Perak menjangkut 40 pegawai jang pemberhentian

Dilakukan ...... .

nja dilakukan karena pension dan peremadjaan sesuai peraturan2 lntruksi Presiden Kabinet No.

11/U/IN/2/1967 dan Peraturan2 Pemerintah No. 43 tahun 1964 jo. Undang2 No. 20 tahun 1952.

Sidang jang saja muliakan,

Perkenankanlah pemerintah untuk menjampaikan pendapat dan kesimpulan berdasarkan uraian2

diatas sehubung dengan Rentjana Undang- Undang Usul lnisiatif Anggota Jth. Mansjur Sangkala dan ·

kawan2nja tentang Pelajaran Biaja sebagai berikut :

I. Pemerintah menjampaikan penghargaan dan terima kasih kepada para pengusul inisiatif serta

para pembitjara dalam pemandangan umum alas sumbangan fikiran, tanggapan dan saran2

mengenai pengaturan kegiatan2 pelajaran, jang merupakan suatu bidang jang a.mat penting bagi

kehidupan Bangsa dan Negara kepulauan ini. Selandjutnja Pemerintah sependapat bahwa perlu

segera disusun suatu perundang2an nasional untuk bidang Perhubungan Laut.

II. Memperhatikan peraturan perundangan jang berlaku dewasa ini serta maksud, tudjuan dan

sistimatik Rentjana Pembangunan Lima Tahun untuk bidang Perhubungan, pola peremadjaan dan

modernisasi Perundang2an untuk bidang Perhubungan Laut berpangkal tolak pada perombakan

lndise Scheepvaatwet 1936 dan pengaturan masalah jang sehubungan denganitu guna diarahkan

kepada peraturan pokok-pokok pembinaan peladjaran nasional.

Maka sebagai langkah permulaan dapat disusun suatu undang2 jang mentjakup pokok2

pembinaan jang lebih luas dan lengkap daripada Rentjana Usul lnisiatip . dengan demikian

pengaturan bidang Perhubungan Laut tidak disusun dalam satu Undang2 Pokok jang dilengkapi

dengan beberapa Undang2 jang sama tingkatnja mengenai materi tertentu, sehingga

dimungkinkan penjusunan azas2 serta ketentuan2 setjara kwalitatif jang pelaksanaannja lebih baik

"hanteerbaar" dan "uitvoerbaar". - I_ Nusantara.

Ill. Apabila dianggap perlu disusun suatu Undang2 Pokok mana dimaksudkan dalam bentuk suatu

Undang2 Pokok Transport dan Komunikasi Nasional jang ditudjukan kepada pengaturan suatu

sistim transport dan komunikasi jang terintegrasi dan terarah setjara nasional atau "national

integrated and well balanced transportation system" jang pada intinja mentjakup pengarahan tugas

dan fungsi keseluruhan system perhubungan, berdasarkan wawasan - I_

IV. Adapun dalam sub-bidang Perhubungan Laut jang sedang dibahas dewasa ini, maksud

Pemerintah ialah agar mulai disusun suatu Undang2 Peladjaran Indonesia jang mentjakup pokok2

sebagai berikut :

Pertama : Kebidjaksanaan angkutan laut Indonesia jang menjeluruh terhadap kegiatan2 peladjaran

dikepulauan Nusantara berdasarkan azas cabotage, dan keluar Negeri melalui

pelabuhan2 laut jang dibuka untuk perdagangan luar negeri, guna menundjang

kehidupan Bangsa dan Negara Indonesia.

Kedua : Segala persjaratan ketertiban dan keselematan peladjaran pada tiap kapal umumnja,

kapal2 Indonesia chusunja,

Ketiga : Azas2 Pengusaha Peladjaran dan Usaha2 lainnja.

Keempat: .....

Keempat : Hubungan2 Hukum Perdata jang timbul sebagai akibat mendjalankan suatu perusahan

peladjaran dan usaha2 lainnja.

Kelima : Hal2 jang menjangkut tenaga kerdja dibidang angkutan laut.

Keenam : Penegasan tentang fungsi dan organisasi2 pelabuhan, search and rescue dan hal2

jang berhubungan era! dengan penjelenggaraan angkutan laut dan jang akan diatur

lebih landjut dengan perundang2-an sendiri.

V. Mengusulkan kepada sidang jang terhormat untuk membentuk suatu panitia Chusus jang terdiri

dari pihak Pemerintah untuk meneliti lebih landjut Rentjana Undang2 Usul lnisiatif Sdr. Mansjur

Sangkala dan kawan2-nja dengan mamperhatikan pula tangapan2, pendapat2 dan saran2 para

pembitjara pada Pemandangan Umum jang lalu, demikian pula hasil2 Seminar jang dilangsungkan

oleh Masjarakat, guna dapat tersusun suatu perundang2-an untujk Perhubungan Laut,

menundjang pelaksanaan Repelita dan telah diarahkan kepada suatu national integreated

transportation system.

Achirnja sekali lagi kami utjapkan penghargaan dan terima kasih atas tanggapan2, saran2 dan

pertimbangan jang lebih diadjukan oleh para anggota Jth. Dan semoga dapat tertjapai suatu landasan jang

baik untuk melandjutkan maksud kita bersama demi pembinaan jang dapat dipertanggung jawabkan

kepada Rakjat.

Sekian dan teima kasih.

A.n PEMERINTAH

MENTERI PERHUBUNGAN,

FRANS SEDA. Ors. Ekon.-

ICHTISAR PERA TU RAN .....

Sesuai dengan usulnja, Fraksi P.N.I. akan mempergunakan kesempatan ini sebaik-baik mungkin.

Selandjutnya Fraksi P.N.I mengutjapkan diperbanjak terima kasih dengan penghargaan setingi­

tingginja atas kesediaan pemerintah untuk memutuskan pertimbangannja memberikan kesempatan kepada

DPR-GR untuk mengadakan Babak ke II dalam pembitjaraan tk. Ke Ill mengenai RUU Hankamnas jang

memang dianggap penting oleh DPRGR maupun oleh pemerintah.

Walapun masih ada perbedaan pendapat antara DPR-GR dengan pemerintah, kami fraksi PNI

sependapat dengan pemerintah dalam djawabaanja kepada DPRGR jang diutjapkan pada tanggal 24

Oktober 1970, jang mentjabat adanja suatu garis jang mentjerminkan djarak jang lidak besar anlara

pendirian DPR-GR pada pihak jang salu dan pendirian pemerintah dalam pembahasan selandjulnja jang

diisi oleh semangal saling isi-mengisi, saling mengerti salu sama lain alas dasar saling menghargai masing­

masing. Bukan kepentingan pemerinlah dan bukan kepenlingan golongan, akan lelapi demi kepenlingan

bersama, kepenlingan Nasional, kepenlingan Negara dan seluruh Bangsa Indonesia.

Seperti dikatakan pemerinlah, djarak tidak besar itu pasti dapal diperketjil, bahkan tidak mmuslahil

mungkin akan lenjap sama sekali. lnsya Allah .

Kami fraksi PNI merasa jakin bahwa seluruh fraksi-fraksi dalam DPRGR ini berkehendak demikian.

Sdr. Kelua jang lerhormat.

II. TANGGAPAN MENGENAI DJAWABAN PEMERINTAH

Atas nama fraksi Partai Nasional Indonesia satu kali lagi kami sampaikan terima kasih kami

kepada pemerintah alas djawabannja chususnja, djawaban kepada fraksi PNI dengan tidak mengurangi

penghargaan kami kepada pemerintah atas djawaban jang diberikan kepada fraksi-fraksi lainnja dalam

DPRGR ini, jang kami anggap bahwa djawaban tersebut, djuga merupakan djawaban kepada fraksi kami

PNI. Ada dua hal jang akan kami kemukakan dalam djawaban pemerintah chususnja djawaban kepada

fraksi PNI.

1. Seperti telah dinjalakan pemerintah "pemerinlah dengan segala kerendahan hati dapat memberikan

djamin bahwa RUU pokok HANKAMNAS ini lidak mengandung hal-hal jang dikualirkan oleh fraksi PNI

namun setiap usaha penjempurnaan, bagaimanapun ketjilnja akan memperoleh tanggapan jang wadjar

dari pemerintah.

Dengan uljapan sjukur Alhamdulillah kehadiral lllahi, kami utjapkan lerima kasih kepada pemerinlah.

Kiranja pemerintah sependapal dengan fraksi kami bahwa "adanja djamin" jang tidak dikuatirkan itu

perlu didahului adanja suatu "rumusan" jang bisa dilerima oleh kedua belah pihak, pihak DPRGR

maupun pihak pemerinlah.

2. Dalam pembitjaraan tingkal ke II dan selerusnja, mengenai Konsepsi Hankamnas jang lerkandung

dalam RUU ini, memang benar fraksi PNI. Sedang mentjari kejakinannja dan mudah-mudahan kita

achirnja akan sampai kepada hakul-jakin jang mendjadi titik tudjuan kita bersama.

Selandjulnja kami mohon pendjelasan pemerintah apa jang dimaksud dengan "Djaminan Pemerinlah

bahwa telah tjukup tersedia pagar-pagar (objectives) jang melingkari bidang HANKAMNAS tersebut"

Sdr. Ketua jang terhormat, dengan adanja djawaban pemerinlah pada langgal 24 Oktober 1970,

maka mendjadi lebih djelas dan lidak meragukan kita lagi, bahwa pemerinlah dengan RUU. lni tidak hanja

bermaksud mengalur bidang HANKAMNAS semala-mata, melainkan disamping itu sekaligus hendak

meletakkan dasar-dasar baru bagi kehidupan kenegaraan Bangsa Indonesia. Tentunja maksud pemerintah

adalah sebagai djawaban atas "tantangan sedjarah" jang menuntut bangsa Indonesia untuk melakukan

lontjatan besar guna meninggalkan terbelakangannja, guna membebaskan diri dari segala kekurang­

kurangannja, guna mengedjar kemadjuan-kemadjuan jang telah ditjapai oleh bangsa-bangsa negara­

negara lain, untuk meningkatkan deradjat mendjalankan peranan berarti dalam pertjaturan dunia, untuk

mewudjudkan ketertiban, perdamaian, kesedjahteraan dan keadilan umat manusia. Sungguhlah mulia tjita­

tjita itu. Kami fraksi PNI tanpa ragu-ragu menjokong tjita-tjita mulia demikian itu. Memang lontjatan -

lontjatan besar bangsa Indonesia sangat diperlukan. Generasi jang harus bertanggung djawab akan

perwudjudan tijita-tjita Proklamasi 1945 tidak dapat bertumpang dagu membiarkan nasib bangsa dalam

kekurangan dan keterbelakangan. Kita karena itu harus berkonsepsi untuk bisa membawa bangsa

Indonesia ketingkat jang jauh mad ju waktu se-singkat-singkatnja.

Sdr. Ketua .....

Sdr ketua terhormat, dari sudut ini kami memandang RUU HANKAMNAS sebagai konsepsi politik

jang sangat penting dan menentukan arah serta isi kehidupan bangsa kita. lnilah kesempatan pertama bagi

kita sepandjang sedjarah kemerdekaan, untuk mempertemukan gagasan politik setjara terbuka didalam

forum Badan Perwakilan Rakyat.

Alas pembukaan kesempatan ini fraksi PNI menjatakan terima kasih dan penghargaan kepada

pemerintah. Mudah-mudahan langkah ini membuka halaman baru dalam sedjarah politik Indonesia. Mudah­

mudahan kita semua mendapat Taufiq dan Hiadajah Tuhan Jang Maha Esa untuk bisa menghasilkan

gagasan jang menguntungkan dan menjelamatkan bangsa kita.

Sdr. Ketua dan sidang jang terhormat, karena masalahnja begitu fundamentil bagi kehidupan

kenegaraan bangsa Indonesia, maka mudahlah dipahami kalau didalam DPRGR ini terdapat perbedaan

pendirian. Perbedaan-perbedaan itu dilihat sepintas lalu, setjara diatas kulit, hampaknja tidak banjak dan

diperkirakan mudah dipertemukan seperti menurut pendapatnja pemerintah, namun kalau diperhatikan

pertanjaan- pertanjaan para anggota DPRGR dalam pemandangan umum jang lalu, kami mentjatat adanja

perbedaan jang prinsipiil mengenai berbagai masalah. Hal ini perlu kita hadapi setjara bidjaksana dan teliti

untuk menghindarkan terlangsungnja kembali kesalahan-kesalahan besar dalam perdjalanan sedjarah jang

lalu jaitu adanja keputusan-keputusan politik dari lembaga-lembaga tertinggi seperti MPR dan DPR jang

tidak sesuai dengan hati nuraninja para anggota dan tidak mendapat sambutan spontan dari rakyat. Dalam

hubungan ini perlu diingatkan pada kenjataan bahwa sedjak tahun 1959 kehidupan politik kita didjangkitkan

penjakit "tidak djudjur'' penjakit "takut". Penjakit "sandiwara" penjakit "ultra pragastisme" penjakit "tjari

selamat diri sendiri atau golongan sendiri" lain-lain penjakit kedjiwaan jang merupakan gedjala dekadensi

mental budaja jang mendjadi sumber berbagai kebobrokan dan dapat mendjadi penjebab hantjurnja

kemerdekaan kita baik sebagai pribadi maupun sebagai bangsa. Kami mohon perhatian pemerintah

mengenai faktor-faktor kedjiwaan ini sebagai kenjataan objektif didalam setiap penetapan setiap keputusan

politik, demi kepentingan kita bersama.

Setjara konkrit perlu dikemukakan tjontoh-tjontoh perbredaan prinsipil diantara pedirian kita mengenai

RUU HANKAMNA itu sebagai berikut:

1. Perbedaan pangkal tolak

Pemerintah berpendirian bahwa dengan berpangkalan tolak dari kenjataan bahwa bidang HANKAMNAS

tidak dapat dipisahkan dari bidang-bidang kehidupan lainnja, maka aparatur jang bertugas dibidang

HANKAMNAS harus djaga mendjalankan fungsi dibidang-bidang lainnja diluar HANKAMNAS dengan itu

intensitas jang sama setjara terus menerus. Sebaliknja anggota berpendirian bahwa tidak dapat

dipisahkannja bidang HANKAMNAS dari bidang-bidang lain-lainja. Sama halnja dengan bidang pemerintah

dalam negeri atau bidang hubungan luar negeri jang tidak dapat dipisahkan dari bidang-bidang kehidupan

lainnja, dan tidak perlu membawa konsekwensi bahwa aparatur jang bertugas disatu bidang harus

mendjalankan fungsi dibidang-bidangnja lainnja.

Pembidangan kegiatan manusia menurut banjaknja anggota dimaksudkan sebagai suatu tjara pembagian

kerdja untuk mentjapai effisiensinja atau daja guna jug a optimal didalam masjarakat modern.

2. Perbedaan pengertian tentang dwi fungsi ABRI

Kami mengkontrusksikan dalam DPRGR ini masih adnja perbedaan pendapat mengenai dwifungsi ABRI,

dimana diperlukan adanja clearning sehingga kita bertemu pada suatu konsensus. Djawaban pemerintahan

telah diberikan, kami menganggap perlu adanja pendiskusian lebih landjut jang mendalam, sehingga djelas

bagi semua pihak. Adapun pendirian fraksi PNI mengenai hal tersebut sedjak semula telah mengemukakan

bahwa dwifungsi ABRI merupakan keharusan sedjarah jang dapat dipertangung djawabkan, selandjutnja

perlu dimanfaatkan untuk kepentingan penegakan pantja Sila dan UUD-45, serta bagi kesedjahteraan

Bangsa dan Negara dalam pelaksanaan dwifungsinja ABRI perlu adanja pengaturan jang akan mampu

mengabarkan adanja pentjerminkan jang baik dalam integrasi ABRI dan rakyat. Bahkan tidak itu saja, akan

tetapi perlu adanja pengaturan jang baik dan harmonis antara ABRI sebagai kekuatan sosial politik dengan

kekuatan sosial politik lainnja jang tidak saling merugikan. Kami berpendapat mengenai pelaksanaannja

mengingat pentingnja masalah ini, kiranja tidak tjukup hanja dengan peraturan perundangan-undangan

akan tetapi perlu kiranja dengan undang-undang.

3.Perbedaan taftsir .....

3. Perbedaan tafsir Pantjasila dan UUD'45

Masih terasa dalam masjarakat masih adanja perbedaan tafsir Pantjasila dan UUD'45 sebagai sumber

perbedaan pandangan mengenai isi RUU HANKAMNAS diantara pemerintah dan DPRGR. Memang

didalam penjusunan "konsepsi politik" kita harus mulai dengan mengusahakan kesatuan tafsir dahulu

mengenai pantjasila dan UUD'45 untuk keperluan ini jang berwenang adalah MPR hasil pemilu- j.a.d.

Tujukup bukti kepada kita masih adanja djarak perbedaan antara pemerintah dan para anggota

DPRGR. Ternjata djuga bahwa perbedaan pendirian itu tidak hanja mengenai masalah HANKAMNAS,

melainkan djuga menjangkut tafsir tentang pantjasila dan UUD'45. Berhubungan dengan adanja kenjataan

demikian, maka perlu adanja usaha-usaha pendekatan jang sungguh-sungguh dan hati-hati dengan melihal

djauh kedepan. Dan unluk keperluan itu perkenankanlah kami mengadjukan usul pendjelasan jang sedikit

menjimpang dari prosedure biasa. Sasaran dan pertimbangan adalah sebagai berikut :

a) Untuk mentjegah terdjadinja kepulusan jang tidak mendapat resonansi didalam hati sanubari rakjat.

b) Unluk memungkinkan musjawarah dari hati kehati diantara semua fihak

c) Untuk menghindari ketegangan-ketegangan dan menghilangkan kemungkinan adanja tention jang tidak

perlu, baik dalam DPRGR maupun dalam masyarakat

d) Untuk mentjapai hasil guna jang optimal dalam taraf perkembangan masjarakat sekarang.

Alas dasar pertimbangan-pertimbangan, kami mengusulkan agar supaja sebelum memasuki tingkal ke

IV, dilakukan pendekatan-pendekalan dan pengelolahan terlebih dahulu didalam bentuk Panilya negara jang

lerdiri alas unsur - unsur sebagai berikut :

1. Wakil-wakil fraksi dalam DPRGR

2. Wakil Pimpinan DPRGR

3. Wakil-wakil pemerintah I Departemen HANKAM

4. Tokoh-tokoh Nasiional jang menpunjai keahlian/pengalaman

Demikianlah tanggapan dan pendapatan fraksi PNI didalam pembitjaraan tingkal ke Ill babak ke II

mengenai HANKAMNAS.

Mudah-mudahan djarak jang masih ada diantara pemerintah dan DPRGR mendjadi bertambah keljil,

dan didalam pembahasan selandjulnja semoga kita sekalian mendapat petundjuk dan ridho Tuhan Jang Maha

Esa untuk bisa menljapai konsesus nasional jang berakar pada hati sanubari rakyat.

Amin Ja Robball alamin. Wassalamu'alaikum w.w.

KETUA: Terima kasih dan sebagai pembitjara kami persilakan Sdr. Simorangkir SH. Dari fraksi Parkindo.

Simorangkir SH .....

JCT. Simorangkir SH: Sdr. Ketua, Sdr. Wakil Pemerintah, sidang DPRGR jang kami hormati,

ldjinkan saja Sdr. Ketua, atas ama fraksi Parkindo dala DPRGR ini pertama-tama menjampaikan

hormat dan terima kasih kepada pemerintah berhubungan dengan Djawaban atas pemandangan umum tingkat

Ill para anggota DPRGR mengenai RUU tentang ketentuan-ketentuan pokok Pertahanan keamanan Nasional,

jang dibawakan oleh menteri negara penghubung pemerintah dan MPRD/DPRGR dimuka sidang Pleno terbuka

pada hari sabtu, tanggal 24 Oktober jang baruu lalu. Kami sungguh berterima kasih, bahwa pemerintah telah

mendjawab dan memberi pendjelasan atas pertanjaan dan permintaan pendjelasan dari para Anggota DPRGR

chususnja dari fraksi kami. Sekedar untuk menjegarkan ingatan kita, dengan izin Sdr Ketua, kami ulangi

beberapa pertanjaan dan permintaan pendjelasan, sebagai jang telah kami kemukakan dalam pemandangan

umum babak ke -1, a.I. sebagai berikut:

1. Fraksi Parkindo berpendapat dalam UU Hankamnas jang akan disusun, seyogianja tertjakuplah didalamnja

persoalan - persoalan pokok dan pundamental, seperti.

a. Strategi dan tudjuan;

b. Strategi dan Policy

c. Strategi dan sasaran

d. Strategi dan Doktrin dsb.

2. Apakah djudul RUU ini tidak lebih sesuai dengan UUD-45 djika ditetapkan :

UU. Pembelaan Negara (sesuai dengan pas. 30); atau

UU. Pembelaan Negara (sesuai dengan Bab XII; atau djika mau digabung djadi

UU. Pertahanan I Pembelaan Negara

3. Parkindo minta keterangan mengenai Nota Pimpinan MPRS dalam rangka melaksanakan tugas MPRS

sehubungan dengan Tap. XXIV/MPRS/66 Pasal 1 dan 2.

4. Persiden sebagai Kepala Negara jang memegang kekuasaan tertinggi atas 3 angkatan, aakah

kepanglimaan itu simbolis atau epektif?

5. Apa jang dimaksud dengan "Kekuasaan Tertinggi" itu?

6. Sesuai dengan pasala 10 UUD-45, maka kepanglimaan itu adalah meliputi ketiga angkata (Dara!, Aul dan

Udara), dimana tempatnja kepolisian Negara?

7. Dimohon keterangan pemerintah mengenai hubungan Menhankam - Pengab.

8. Apakah tidak lebih baik, lebih sempurna dan lebih afdol, apabila bersamaan dengan RUU ini disampaikan

pula oleh Pemerintah kepada DPRGR 12 (dua belas) RUU serta peraturan perundangan lainnja jang

mengatur pokok-pokok Menteri jang dimaksud itu?

9. Apa dan bagaimana sebenarnja konsep pemerintah In The Long Run mengenai Dwifungsi ABRI?

10. Dengan dimasukkannja Dwifungsi Abri dalam pasal 12 RUU ini, apakah dalam rentjana dan peikiran

pemerintah ada sematjam pembatasan waktu (tijdslimiet) mengenai Dwifungsi itu ?

11. Kami mohon pula pendjelasan pemerintah mengenai latar belakang serta pertimbangan-pertimbangan

pemerintah memasukan materi dwifungsi ABRI itu dalam RUU jang oleh pemerintah diberi nama RUU

tentang pokok-pokok Pertahanan Keamanan Nasional.

12. Dan achimja kami mohon keterangan pemerintah seandainja dwifungsi ABRI itu tidak ada, bagaimanakah

dalam pertimbangan dan pemikiran pemerintah pelaksanaan fungsi-fungsi ABRI?

Dengan djudjur dan terus terang harus kami njatakan, bahwa setjara langsung atau setjara tidak

langsung, jakni melalui fraksi lain, pemerintah telah mendjawab semua pertanjaan dan permononan pendjelasan

jang diadjukan oleh fraksi Parkindo. Baikmengenai dwifungsi, maupun mengenai hubungan antara Menhankam

dan Pangad dan persoalan-persoalan lainnja djawab pemerintah sudah djelas bagi fraksi kai. Sengadja kami

kemukakan pertanjaan- pertanjaanjang relatif banjak dan permohonan keterangan jang tjukup pandjang, sebab

RUU dan Pendjelasannja demikian pula Pendjelasan Pemerintah Tingkat 1, mengundang kami untuk

mengadjukan pertanjaan dan minta keterangan jang dimaksud, berdasarkan pendirian bahwa sesuatu UU

apalagi UU. Mengenai Hankamnas jang demikian penting dan viralnja itu, haruslah djelas bagi semua

warg a neg ara.

Mungkin disana - sini masih ada perbedaan pendapat, perbedaan aksentuasi, perbedaan penggarus -

bawahan. Suatu hal jang wadjar dalam dunia demokrasi, apalagi jang menamakan dirinja demokrasi Pantjasila,

jang memungkinkan perbedaan pendapat. Jang berdasarkan permusjawarahan diarahkan kepermufakatan,

dengan mentjari titik-titik dan bahkan garis-garis persamaan berdasarkan kepentingan dan tanggung djawab

bersama.

Kami berusaha sependapat dengan pemerintah, jang mentjatat bahwa dari semua tanggapan jang telah

disampaikan oleh para anggota jth. Dalam babak ke-1 pada umumnja menondjol suatu garis jang mentjerminkan

djarak jang tidak besar kami ulangi dan kami letakkangaris jang dua tiga kali lebi tebal dibawah perkataan djarak

jang tidak besar anatar pedirian DPRGR pad a pihak jang satu dan pendirian pemerintah .....

Pada ....

Pada pihak juga lain pemerintah kita, bahwa dengan penggarapan bersama lebihlandjut jang diliputi,

oleh semangat saling isi-mengisi, djarak jang tidak besar itu pasti dapat diperketjil bahkan tidak mustahil bahwa

djarak itu mungkin akan lenjak sama sekali mudah-mudahan demikianlah adanja.

Pokoknja Sdr Ketua, kesempatan babak ke II ini kami pergunakan untuk mengadjak kita bersama

memasuki tingkat pembitjaraan berikutnja, untuk bersama-sama, pemerintah dan DPRGR, dalam semangat

saling isi-mengisi itu, dan setjara bertanggung djawab, diarahkan kepentingan umum dan bertitik - tolak dari

pantjasila, UUD dan Tap-tap MPRS, menjelesaikan RUU ini dalam waktu jang sesingkat-singkatnja.

Sekian dan terima kasih.

KETUA : Terima kasih, selandjutnja saja persilakan anggota jth. Sdr. Fachrur Rozi dari Fraksi Partai

Muslimin.

MOH. Fachur Rozi : Assalamu'alaikum w.w. dengan asma Allah Jang Maha Esa belas Jang Maha

Kasih.

"Give instructions to a wise man and he will be yet wiser'' (Proverb)

Saudara Ketua, Saudara Menteri dan Sidang Pleno Jth. Sebagai pendahuluan, Saudara Ketua,

Perkenakanlah kami alas nama Fraksi PARTAI MUSLIMIN INDONESIA menjatakan, bahwa suara kami ini

adalah suara dari suatu partai juga. Pada achir tahun 1969 telah mendobrak kebekuan juga menghambat

lantjarnja pembahasan dan terselesainja RUU Pemilihan umum dengan melopori adanja persetudjuan tentang

kursi - djatah angkatan sebesar 20% untuk DPR tingkat I dan II bagi Pemerintah. Tetapi, Saudara Ketua, Suatu

tragedi telah menimpa dewasa ini tubuh partai, karena adanja keritjuan dan "kegemilan" juga ditimbulkan dalam

pimpinan pusat partai hingga kami telah dihadapkan kepada suatu kemungkinan tidak akan dapat ikut dalam

Pemilihan Umum juga akan datang, apabila apa juga dinamakan keritjuhanf'kegempilan" itu belum dianggap

selesai pada selesai pada saat masa pertjalonan telah tiba.

Saudara Ketua dan saudraa Menteri Wakil Pemerintah jth. Fraksi PARTAI MUSLIMIN INDONESIA

selalui kebidjaksanaan saudara Ketua jth. Menjatakan bersama ini rasa terima kasih kepada plmpinan DPRGR

serta pemerintah Menteri HANKAM juga telah mengabulkan penghargaan permintaan sementara fraksi untuk

mengadakan kesempatan pandangan umum babak II dalam pembahasan RUU Hankamnas ini pada tingkat Ill

dewasa ini. Chusus kepada fihak departemen HANKAM kami menjaminkan penghargaan juga tinggi atas "kata

berdjawab - gajung bersambutnja" juga telah diberikan kepada masalah-masalah juga telah kami ungkapkan

pada pandangan umum babak I. kami merasa, saudra Ketua jth. Adanja tanggap rasa juga peka juga telah

dapat menangkap hal-hal juga tersirat dari apa jug a tersurat dan terujap sekali lagi terima kasih.

Saudara ketua Jth mengingat betapa pentingnja dan beratnja menteri RUU Hankamnas ini juga perlu

saling difahami dan difahamkan, maka apakah pemerintah- Dep HANKAM masih tetap menjanggupi akan

memberikan follow-up hearing seperti juga telah dilakukan pada tanggal 29 September 1970 didepan rapat

gabungan Bag. "A" dan komisi II mengenai background material RUU Hankamnas. lni suatu pertanjaan Saudara

Ketua.

Saudara ketua dan saudara menteri jth. Dari masalah-masalah juga kmai sampaikan dari atas mimbar

juga mulia ini pada tanggal 3 Oktober juga lalu, menteri HANKAM alas nama pemerintah pada tanggal 24

Oktober telah memberikan djawabannja juga tjukup mengimbangi beratnja persoalan. Maka izinkanlah, Saudara

Ketua, kami "uitpluizen" hal-hal juga belum terkadji setjara masuk dalam lingkupnja menurut perasaan kami.

Mengenai materi fasal 4 RUU HANKAMNAS tentang politik HANKAMNAS, kami telah menjampaikan

beberapa pandangan dan saran. Pemerintahan dalam hal ini sudi akan memberikan pertimbangan, hal mana

sangat kami hargai sekali serta kami utjapkan di perbanjak terima kasih alas kesediaan tersebut.

Fasal - 2, 8, 9 dan 10 RUU Hankamnas, mendjelaskan masalah dewan Hankamnas. Dari pertanjaan­

pertanjaan juga kami ungkapkan mengenai hal tersebut pada babak I, kami merasa bahwa ada beberapa

"punten" juga belum terdjeladjahi sama sekali. Maka atas perkenan Saudara Ketua jth, kami mengadjukan

kembali "punten" tersebut sebagai berikut. Semoga kali ini akan mendapat djawabannja :

- dewan Hankamnas perlu didengar pertimbangannja oleh presiden dalam

menetapkan Organisasi Dep. Hankam.

- Perlu ada seorang wakil ketua Untuk Dewan Hankamnas juga didjabat oleh wakil

Peresiden.

Demikian Saudara Ketua jth, satu masalah juga telah ditanggapi oleh Men. HANKAM dan satu lagi juga

kami hasrat akan djawaban pemerintah, karena belum ditanggapi sama sekali.

Saudara Ketua dan Saudara Menteri Wakil Pemerintah jth.

Kemudian .....

Kemudian kami mohon perhatian aan masalah "Pangab juga ex efficio mendjadi Menteri HANKAM.

Seperti juga termaktub dalam fasal 11 ayat 3 RUU Hankamnas. Pemerintah telah memberikan djawaban alas

tanggapan para fraksi dengan ditumpukan kepada pertanjaan- pertanjaan juga diadjukan oleh fraksi PARKINDO

dengan mempersilakan fraksi-fraksi lainnja untuk menelaah djawaban pemerintah juga dialamatkan kepada fraksi

PARKINDO tersebut. Alas andjuran Menteri HANKAM kami telah mempeladjari dan mentjoba memahami sebaik­

baiknja uraian pemerintah juga pandjang lebaritu. Djustru kami merasa, Saudara Ketua jth bahwa inti pertanjaan

kami tidak tertjermindalam djawaban pemerintah juga dibutuhkan kepada fraksi PARKINDO, hingga kalau

saudara Ketuamengizinkan, akan kami dialoogkan kembali dengan Men. Hankam sekarang ini. Passage dari

pidato pandangan um um juga kami utjapkan pada babak I adalah sebagai berikut:

Namun demikian Saudara Ketua, itu djuga dapat mempersulit kedudukan Presiden manakala

umpamanja ada alasan juga kuat memberhentikan Menteri HANKAM, karena itupun sekaligus harus dengan

sendirinja mengganti Pangab juga mempunjai kewibawaan langsung dan pimpinan vertical kepada kesatuan­

kesatuan ABRI. Sedang Menteri adalah Pembantu Presiden, dan Presiden adalah pemegang kekuasaan

tertinggi alas seluruh Angkatan Bersendjata. Maka seorang Menteri HANKAM sekalipun bukan anggota ABRI, ia

adalah pembantu dari pemegang kekuasaan tertinggi dari angkatan bersendjata, dengan demikian kiranja tidak

ada halangannja seorangwarga negara sipil diangkat mendjadi Menteri HANKAM, sebagaimana pula tidak ada

halangannja bagi seorang warga negara anggota ABRI. Dan semuanja itu Saudara Ketua, terserah kepada

kebidjaksanaan Presiden untuk menentukannja, dan pengertian azas inilah juga sesuai dengan UUD 1945".

Hingga Saudara Ketua jth. Kami berpendapat bahwa fasal 11 ayat 3 RUU Hankamnas itu "bahkan

mengikat dan membatasi kewenangan Presiden juga didjamin mutlak oleh Konstitusi"vide fasal 17 UUD 1945,

sedang hak proregatief itu tetap ada para Presiden, Kepala Negara. Pendjelasan fasal 11 ayat 3 RUU

Hankamnas, Saudara Ketua, berbunji sebagai berikut :

Pelaksanaan kekuasaan tertinggi Presiden atas Angkatan Bersendjata dan quete pelaksanaan pimpinan

tertinggi presiden atas fungsi HANKAM oleh Menteri HANKAM, dipandang baru sempuma, apabila Menteri

HANKAM itu djuga mengusai xepenuhnja aspek-aspek militer/Angkatan bersendjata. Maka oleh karena itu, demi

terdjaminnja integritas angkata bersendjata pada chususnja dan integritas policy Hankamnas pada umumnja,

adalah wadjar bahwa pangab RI karena djabatnnja mendjadi Menteri HANKAM. Unquote.

Maka Saudara Ketua jth. Ke-"baru sempuma"an seorang Menteri HANKAM mengusai aspek aspek

militer dan kewadjiban seorang Pangab ex. Efficie mendjadi Menteri HANKAM demi terdjadinja intergritas

Angkatan bersendjata dan intergritas policy Hankamnas, hendaknja djanganlah sampai mengikat mati dan

menutup djalan akan hak proregatief Presiden.

Kami tidak akan menolak, saudara Ketua jth, apabila Presiden naninja menundjuk panglima angkatan

bersendjata mendjadi Menteri HANKAM. Tetapi kalau Undang-undang menetapkan bahwa djabatan Menteri

HANKAM itu harus dipegang oleh Panglima Angkatan Bersendjata, maka undang-undang itu mengikat

kewenangan presiden juga didjamin oleh UUD 1945 juga harus dilaksanakan dan mumi dan konsekwen oleh

ORDE BARU. Bukankah Saudara Ketua tjiri utama OREDE BARU itu antara lain melaksanakan UUD 1945

dengan mumi dan konsekwen.

Demikianlah, Saudara Ketua jth, inti pertnjaan kami mengenai masalah Pangab/Menteri HANKAM juga

kami merasa belum mendapat tanggapan dari pemerintah.

Saudara Ketua, Saudara Menteri Wakil Pemerintah dan Sidang Pleno jth. Masalah Dwi Fungsi ABRI.

"Dwi Fungsi ABRI" adalah suatu istilah djuga tidak terdapat dalam menteri RUU Hankamnas maupun dalam

Pendielasannja djuga tengah kita bahas bersama ini; sekalipun pengertiannja tertjakup dalam fasal 12 RUU

tersebut. Seorang angota ABRI selain mempunjai tugas dalam bidang pertahanan dan keamanan, djuga sebagai

seorang ABRI dan warga negara mempunjai kewadjiban berbakti kepada masjarakat termasuk bidang

POLEKSOSBUD, djadian djuga seorang karjawan. Pelaksanan kekarjawanan anggota ABRI inilah juga perlu

dipeladjari dengan tjermat. Kami berpendapat, Saudara Ketua jth, bahwa perbatasan itu hendaknja hanja digaris

dalam pembidangan dan titik-berat program; demikian pula antara golongan karja ABRI dan non ABRI. Seluruh

golongan itu bersama dengan pemerintah menjelesaikan segala persoalan negara dan bersatu bersama-sama

membina negara ini dengan semangat ORDE BARU dan tawakal, taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan

demikian terbinalah persatuan segala golongan bersama Pemerintah dan rakjat, serta hilang segala matjam

ketjurigaan djuga ada dan djuga mungkin timbul. Dengan demkian pulalah, maka apa djuga di-istilahkan dengan

"Dwi Fungsi" itu tidak mendjadi persoalan. Dan kami jakin Saudara Ketua ~h. Persatuan setjam itulah djuga

dihendaki oleh PANT JASILA dan UUD 1945. Saudara Ketua jth.

Demikian tanggapan babak II dari fraksi PARTAI MUSLIMIN, dan selandjutnja dalam rapat-rapat kerdja

dengan Menteri HANKAM nanti, angota se-fraksi akan lebih luas dan dalam mengungkapkannja probelem­

problema terse but dan membantu menjelesaikannja djadi UU. Sekian Saudara Ketua dan terima kasih.

KETUA : Terima kasih kami sampaikan, kepada pembitjara. Pembitjara jang berikutnja jaitu Saudara

Muhammad Abdul Gani M.A. berhubungan karena sakit, mengadjukan permintaan untuk diganti oleh Saudari

Ora. Zubaidah Muchtar dari fraksi PSll.

Kami persilakan.

Sekian Saudara Ketua dan terima kasih

Wassalam ...

Dra. Zubaidah .....

Dra. Zubaedah Mochtar : Assalamu'alaikum wr.wb.

Sdr. Ketua dan Wakil Pemerintah jang saja hormati dan Sdr2. Jth. anggota DPR-GR jang saja muliakan.

Bahwa dibukanja kembali pemandangan umum babak kedua dalam pembahasan R.U.U, Pokok

HANKAMNAS ini adalah merupakan suatu pentjenninan belum ditemuinja titik pertemuan antara Pemerintah dan

Dewan, dimana hal ini diakui pula oleh pihak Pemerintah.

Walaupun demikian kami sangat berterima kasih kepada Pemerintah jang telah menerima usul kami jaitu

agar dalarn pembahasan RUU ini diadakan hearing dan djuga bahwa Pemerintah telah berusaha mendjawab

pertanjan- pertanjan jang kami adjukan kepada Pemerintah dalam pemandangan umum babak pertama. Tetapi oleh

karena pertanjaan kami itu belum sepenuhnja terdjawab dan oleh karena itulah sekarang kami perlu ulangi kembali

pertanjaan kami itu jang kami pandang tidak atau belum terdjawab oleh pemerintah dalam nendjawabnja pada tgl. 24

Oktober 1970.

1. Pertanjaan- Pertanjaan kami itu antara lain ialah jang menjangkut pasal 2 dari RUU tentang Pokok2

Hankamnas, jaitu apakah jang terkandung dalam, pasal 15 ajat dan ajat 3 serta pasal 16 ajat 1 dan 2

merupakan konkretisasi dari pasal RUU tersebut ? Kalau ja, dapatkah pasal 2, pasal 15 dan pasal 16

jang saja sebutkan tadi dikatakan dengan keharusan akan adanja milisi di Indonesia?

Dalam hubungan dengan milisi ini bersediakah Pemerintah mengadjukan dengan segera RUU tentang

milisi sehingga memungkinkan RUU tentang Pokok2 Hankamnas dan RUU tentang Milisi diselesaikan

dalam waktu jang sangat berdekatan atau kalau mungkin bahkan bersamaan waktu penjelesaiannja

2. Permintaan Fraksi PSll untuk memperoleh pendjelasan lebih landjut mengenai pengertian defensif­

aktif dan preventif-aktif serta mengenai Hankam Rata, telah ditanggapi oleh pemerintah dengan

mempersilakan Fraksi. PSll sekali lagi untuk mendalami pendjelasan untuk pasal 4 dan 5 R.U.U. ini.

Andjuran pemerintah itu telah kami penuhi dengan sebaik-baiknja Namun apa jang kami alami ialah

semangkin kami mendalami pendjelasan 4 dan 5 R.U.U. ini malah semangkin kami tambah tidak

mengerti akan pengertian defensif-aktif dan preventif-aktif jang dimaksud dalam R.U.U. itu, djika

sekiranja pihak Pemerintah berkeberatan untuk memberikan pendjelasan lebih landjut tentang

pengertian itu, bersediakah Pemerintah untuk merubah perumusan pasal 4 dan pasal 5 terutama

pendjelasan pasal 4 dan 5 R.U.U. tersebut sedemikian rupa-sehingga memudahkan rakjat untuk

mengetahui dan rnemahami kedua pengertian itu.

Bukankah kita sekarang ini jaitu DPR bersama Pemerintah sedang berusaha menjusun U.U. tentang

pokok2 Hankamnas jang dapat dimengerti oleh rakjat dan untuk kepentingan rakjat seluruhnja ?

Tidakkah Pemerintah sependapat dengan kami bahwa fungsi suatu pendjelasan dalam Undang­

Undang dimaksudkan untuk memperdjelas apa jang dipandang belum djelas dalam materi Undang­

Undang itu sendiri jaitu bukan sebaliknja dengan menambah kabur apa jang dipandang masih kabur?

3. Pertanjaan kami jang lain jang belum didjawab oleh pemerintah dalam djawaban jang lampau ialah :

Mengingat pelaksanaan salah satu aspek dari Dwi Fungsi ABRI itu telah direalisir didalam Undang­

Undang No. 16 th. 1959 tentang Susunan dan Kedudukan Madjelis Pennusjawaratan Rakjat, Dewan

Perwakilan Rakjat dan Dewan Perwakilan Rakjat Daerah, jaitu jang menjangkut pengangkatan

karjawan ABRI sebagai anggota DPR/MPR dan sebagai anggota DPRD I dan II, maka kami ulang

bertanja:

Apakah pemerintah tidak sependapat dengan kami Fraksi PSll bahwa perumusan dan

pengertian Dwi Fungsi ABRI itu lebih tepat dimasukkan didalam R.U.U., tentang KEPARTAIAN

KEORMASAN DAN KEKARYAAN dan bukan didalam R.U.U. tentang Pokok-Pokok HANKAMNAS

jang sedang kita bitjarakan sekarang ini, karena djiwa dan materi dari RUU HANKAMNAS lebih banjak

mempersoalkan masalah dan aspek-aspek pertahanan dan keamanan bukan membitjarakan masalah

dan aspek-aspek kekaryaan. Bukankah dimasukkannja perumusan dan pengertian Dwi Fungsi ABRI

dalam Suatu Undang-Undang, djiwa dan tudjuannja ialah agar ada pengakuan dan djaminan akan

kelangsungan tentang Kekaryaan ABRI itu sebagaimana dimaksudkan dalam Ketetapan MPRS NO.

XXIV/1966, pasal 3 ajat 7 ?.

Ketetapan ..... .

Ketetapan MPRS No. XXIV/MPRS/1966 tentang Kebidjaksanaan dalam bidang

Pertahanan/Keamanan. Pasal 3 ajat 7 berbunji : Kekaryaan anggota ABRI sebagai warga negara dan

insan Revolusi Pantjasila untuk mengabdikan dirinja dalam segala bidang pembinaan AMPERA dan

ketahanan Revolusi harus diakui dan didjamin kelangsungannja, dengan mempertimbangkan

keharusan terpeliharanja keserasian dan team-work dalam lingkungan penegasan jang bersangkutan.

Demikianlah tanggapan fraksi PSll dalam pemandangan umum babak kedua terhadap

djawaban Pemerintah alas pemandangan umum babak pertama.

Mudah-mudahan djawaban Pemerintah dalam babak kedua ini akan dapat kiranja memenuhi

harapan Dewan chususnja fraksi PSll sehingga tidak perlu dibuka kembali pemandangan umum

babak Ill jang hal ini Semata-mata tergantung dari pada proses pendebatan sampai sedjauh mana titik

pertemuan itu akan dapat ditjapai alas kedua belah pihak antara Pemerintah Dewan ini.

Sekian dan terima kasih. Wassalamualaikum W.W.

KETUA: Terima kasih dan dipersilakan berikutnja Jth. Husen Jusuf.

HUSEN JUSUF : Sdr. Ketua, Sdr. Menteri dan Sdr. Anggauta Dewan dan hadirin jang terhormat,

Assalamu Alaikum Warachmatullahi Wabarakatuh.

Fraksi kami, Fraksi Partai Murba didalam DPR-GR ini termasuk salah satu fraksi didalam dewan

ini. jang mengusulkan agar didalam membahas rentjana Undang-Undang Pertahanan Keamanan Nasional

diadakan dua babak didalam pembitjaraan tingkat Ill Fraksi kami mengusulkannja ialah dengan maksud

agar dapat diperoleh lebih banjak pendjelasan dan keterangan dari Pemerintah dan agar ada lebih banjak

dialoog antara Pemerintah dan DPR, sehingga dengan demikian akan dapat memudahkan kita didalam

membahas materi dari RUU ini didalam tingkat IV nanti.

Kemudian dari pada itu, Fraksi Partai Murba dengan ini menjampaikan rasa terima kasihnja

kepada Pemerintah Jang telah memberikan djawaban, tambahan keterangan dan pendjelasan mengenai

RUU ini. Dengan tambahan keterangan dan pendjelasan itu maka bagi fraksi kami, bertambah djelaslah

materi jang mau seterusnja kita bahas. Hal mana tentu sadja memudahkan bagi Fraksi kami untuk lebih

memahaminja.

Dalam pembitjaraan babak ke II ini, Fraksi Partai Murba hanja akan membahas beberapa

persoalan lagi setjara singkat terutama masalah jang belum disinggungnja didalam pembitjaraan babak

pertama jang lalu. Sedang masalah jang telah dan jang belum mendapat djawaban dari Pemerintah, Fraksi

kami akan membahasnja lebih landjut didalam pembitjaraan tingkat IV jad.

Fraksi Partai Murba menjambut; dengan baik sekali maksud Pemerintah untuk didalam waktu jang

singkat ini memadjukan sebuah rentjana, undang-undang tentang pelaksanaan Dwi Fungsi ABRI kepada

DPR-GR, jang merupakan kelandjutan dari pelaksanaan RUU Pokok-pokok Hankamnas jang sekarang

sedang kita bahas. Dengan akan adanja RUU tentang pelaksanaan Dwi fungsi ABRI itu, maka akan lebih

memperbaiki pandangan dan tanggapan masjarakat terhadap pelaksanaan dwifunksi ABRI karena dengan

adanja undang-undang itu akan makin djelaslah kepada masjarakat apa sebenarnja dwifunksi ABRI itu, dan

bagaimana pelaksanaan sebenarnja dari dwifunksi ABRI itu. Dengan adanja undang-undang tentang

pelaksanaan dwifunksi ABRI, fraksi kami jakin bahwa ekses-ekses dari pelaksanaan dwifunksi ABRI jang

didjalankan setjara salah oleh oknum-oknum pelaksananja dapat diredusir seketjil mungkin. Hal ini tentu

sadja akan lebih menjempurnakan pelaksanaan Dwi fungsi ABRI.

Sdr. Ketua .....

Sdr. Ketua, sekalipun telah tjukup djelas djawaban Pemerintah mengenai pasal 11 ajat 3 RUU

tentang Pokok-2 Hankamnas, namun demikian Fraksi kami masih meminta perhatian Pemerintah akan segi

konstitusionil dari materi ini, jakni pasal 17 dan 27 dari UUD'45. Kami memahami sepenuhnja babwa

seorang Menteri Pertahanan Keamanan sudah sepantasnja menguasai sepenuhnja aspek-aspek

militer/Angkatan Bersendjata.

Kami pun dapat memahami bahwa seorang Menteri Pertahanan Keamanan harus mendjamin

integritas Angkatan Bersendjata pada chususnja dan integritas policy Pertahanan Keamanan pada

umumnja. Tetapi disamping itu, seperti telah kami kemukakan tadi masih ingin meminta perhatian.

Pemerintah akan aspek konstitusionil dari materi ini. Pasal 17 UUD'45 memberi wewenang sepenuhnja

kepada Presiden untuk mengangkat dan memberhentikan Menteri jang mendjadi pembantu Presiden. Atas

dasar itu, tidakkah sebaiknja djika diserahkan sadja hal itu kepada Presiden. Biarlah Presiden memilih

seorang Menteri Pertahanan Keamanan baik dari kalangan militer maupun sipil jang memenuhi sjarat-sjarat

tersebut tadi, jakni menguasai aspek-aspek militer/Angkatan Bersendjata dan dapat mendjamin integritas

Angkatan Bersendjata dan integritas policy Pertahanan Keamanan pada umumnja, Disamping itu kami

meminta pula perhatian Pemerintah tentang pasal 27 UUD'45 jang mendjamin persamaan kedudukan dari

semua wargan negaranja didalam hukum dan pemerintahan, jang berarti bahwa semua warganegara

mempunjai hak jang sama didalam pemerintahan baik ia berstatus militer maupun ia berstatus sipil.

Didalam pemandangan umum babak pertama jang lalu, Fraksi Partai Murba belum

mengemukakan pendapatnja tentang pasal 4 dan 5 dari RUU tentang pokok-2 Hankamnas, karena masih

memerlukan pandjelasan lebih landjut, Dalam djawaban Pemerintah telah diberikan pendjelasan jang kami

minta itu, Untuk itu kami utjapkan terima kasih.

Sesudah mempeladjari kembali dengan seksama materi tersebut beserta pendjelasan dan

tambahan pendjelasannja, Fraksi kami didalam membahas materi ini, ingin meminta perhatian Pemerintah

terhadap pasal 11 UUD 45. Didalam pasal 11 UUD ditentukan a.I. bahwa Presiden dengan persetudjuan

Dewan Perwakilan Rakjat menjatakan perang. Dengan demikian maka DPR wadjib dimintai

persetudjuannja terlebih dahulu oleh Presiden sebelum menjatakan perang kepada sesuatu negara. Fraksi

kami mengharapkan agar pengertian tentang perang seperti jang kita djumpai didalam pendjelasan RUU ini

didalam pelaksanaannja disesuaikan dengan pasal 11 UUD'45. Sebab sekalipun pengertian tentang perang

seperti jang kita djumpai didalam pendjelasan RUU ini, nanti di terima oleh DPR, maka ketentuan seperti

dikehendaki oleh pasal 11 UUD tidak boleh dikesampingkan, Sekalipun pengertian tentang perang itu nanti

diterima, maka hendaklah pula dapat dengan djelas dipisahkan antara djangka waktu keadaan perang dan

djangka waktu keadaan damai atau tidak perang. Hal ini kami kemukakan sebagai satu saran untuk dapat

membedakan antara kedua keadaan itu, antara keadaan perang dan keadaan damai. Perbedaan keadaan

itu perlu diperdjelas untuk memudahkan bagi Rakjat mempersiapkan diri dan mengerahkan tenaga untuk

dilatih didalam keadaan negara sedang berada didalam perang, dan hidup damai dan nonmal didalam

keadaan negara tidak didalam perang.

Sdr. Ketua, seperti tadi telah kami kemukakan terhadap masalah jang telah memperoleh djawaban

dan jang belum dari Pemerintah atas saran dan pertanjaan kami, akan kami bahas nanti didalam

pembitjaraan tingkat IV jad.

Maka dengan ini kami achiri dahulu pemandangan kami jang singkat ini sampai disini. Alas

perhatian Sdr. Ketua, Sdr,. Menteri, dan Sdr-Sdr. sekalian, dengan ini sekali lagi fraksi kami mengutjapkan

di perbanjak terima kasih. Sekian Wassalamu Alaikum Warachmatullahi Wabarakatuh.

K E T U A • Terima kasih Sebagai pembitjara terachir kami persilakan Sdr. Drs. Chalik Ali dari

Fraksi N.U.

Drs. CHALIK ALI : .....

Drs. CHALIK ALI : Assalamu' alaikum war. wab.

Saudara Ketua, Sdr. Wakil Pemerintah, Sidang Dewan jang kami hormati,

Terlebih dahulu kami ingin menjampaikan terima kasih atas kesediaan Pemerintah untuk

terselenggaranja Pemandangan Umum babak Ke-II RUU - Hankam ini.

Seperti kami djelaskan didalam Pemandangan Umum babak Ke-I jang lalu, bahwa RUU ini kami

pandang sangat penting, karena RUU ini tidak hanja memuat aspek2 "tehnis militer" didalam. Pola

Pertahanan di Indonesia tetapi djuga memuat aspek2 Politik jang sangat berpengaruh alas struktur politik

dan kehidupan demokrasi di Indonesia.

Oleh karena itu kami menganggap perlu sekali untuk diadakannja Pemandangan Umum Babak Ke II.

Saudara Ketua,

Dalam membahas RUU ini dan dalam mempeladjari djawaban- djawaban Pemerintah atas

pemandangan umum para Anggota- Anggota 2 Dewan dalam babak ke - I jang lalu, temjata kami masih

menganggap perlu untuk memperoleh penegasan- penegasan selndjutnja dari Pemerintah atas sedjumlah

aspek2 politik jang mendjiwai sedjumlah pasal-pasal didalam RUU Hankam ini.

Saudara Ketua,

I. Tentang Pasal 11 ajat 3 : Menteri Hankam/Pangab;

Masalah Panglima ABRI jang bertugas rangkap mendjadi Menteri Hankam, seperti jang disebutkan

pasal 11 ajat 3 dalam RUU ini, mengundung aspek2 polttik jang tjukup wadjar kalau memperoleh

tanggapan2 jang lajak didalam Bidang Dewan ini.

Sebenarnja Fraksi NU sepenuhnja dapat memahami dan dapat mengerti "masalah tehnis" jang

didjadikan alasan Pemerintah untuk menetapkan seorang Pedjabat Tinggi. Hankam ialah seorang Pangab

sebagai Menteri Hankam. Masalah2 tehnis jang didjadikan alasan Pemerintah, ialah bahwa. "Dianggap baru

sempurna apabila Menhankam itu djuga menguasai aspek2 Militer/Angkatan Bersendjata". lni berarti bahwa

tentunja seorang Menteri haruslah sejogjanja adalah ahli dibidangnja.

Kami dapat memahami alasan Pemerintah bahwa untuk seorang Menteri Hankam haruslah

dipenuhi sjarat bahwa Menhankam adalah seorang jang ahli dibidang militer, dan jang tugas pokok atau

kehidupan proisinja adalah dibidang militer.

Tetapi didalam rangka keseluruhannja, kami ingin mendapatkan pendjelasan dari Pemerintah,

bahwa apakah Pemerintah dapat pula sependapat dengan kami dan memahami kami, jalah bahwa apakah

djabatan2 tinggi NON-Militer di Departemen2 dll. tidak sejogjanja harus banjak didjabat oleh tenaga2 Ahli

dan jang memang tugas2 pokoknja dan kehidupan prosinja memang berasal bukan dari kehidupan militer ?.

Saudara Ketua,

Kami berpendapat bahwa sebenarnja "tentang masalah seorang Panglima ABRI jang harus diberi

tugas rangkap sebagai Menteri Hankam, dapat diselesaikan sendiri oleh Presiden. Sebab berdasarkan UUD

- 1945 pasal 17 aJat 2, seorang Presiden berhak mengangkat setiap warga Negara untuk mendjadi Menteri,

baik Warga Wegara dari kalangan sipil maupun dari kalangan militer, dan terserah kepada Presiden,

apakah dari kalangan militer itu dipilih, dari, unsur Pangab, atau dari Unsur Komandan Batalion atau dari

unsur lainnja.

Djuga .....

Djuga sepenuhnja adalah wewenang Presiden untuk mengangkat seorang dari kalangan Sipil

untuk mendjadi Menteri apapun.

Oleh karena itu Fraksi NU berpendapat bahwa berdasarkan UUD 1945 pasal 17 ajat 2 tersebut

maka Forum DPR ini tidak berwenang untuk menundjuk dan menetapkan seorang Pedjabat tinggi Millier

ataupun Sipil tertentu untuk mendjabat sebagai seorang Menteri tertentu.

Saudara Ketua,

Oleh karena itu kami mengharapkan pengertian Pemerintah, bahwa sebenamja menurut UUD

1945 bukan wewenang forum DPR-GR untuk menetapkan seseorang mendjadi Menteri, tetapi itu adalah

wewenang, Presiden. Dan djika Pemerintah sendiri menghendaki agar wewenang. Presiden itu dikurangi

tentang haknja dalam memilih Menteri2-nja, maka tentang seal ini djuga bukan wewenang forum DPR-GR,

tetapi sejogjanja forum MPRS jang harus membahasnja.

Dan djika hanja masalah sjarat keahlian millter jang mendorong Pemerintah untuk memasukkan

Menteri Hankam jang harus mendjadi Pangab, maka sjarat2 keahlian bagi seorang Menteri, sebenamja

sudah diatur oleh Tap MPRS Th. 1968 tentang Pembentukan Kabinet Pembangunan.

Oleh karena itu kami ingin bertanja kepada Pemerintah, apakah sebenamja jang diinginkan oleh

Pemerintah untuk memasukkan masalah keharusan seorang Pangab untuk mendjadi Menteri Hankam

dalam RUU Hankam, mengingat bahwa DPR sebenamja tidak berwewenang untuk menetapkannja dalam

suatu Undang2 ? Mendorong DPR-GR mengesahkan masalah ini, bukankah djuga berarti mendorong DPR­

GR untuk melanggar UUD-1945 pasal 17 ajat 2.?.

Bukankah seorang Menteri Hankam jang merangkap sebagai Pangab, atau seorang Pangab, jang

harus mendjadi Menteri Hankam, sebenamja tidak perlu ditetapkan didalam atau sebagai Undang2, karena

seal tersebut memang tjukup diselesaikan oleh Presiden sendiri ? Dan oleh karena itu apakah tidak

sejogjanja bahwa masalah djabatan Menteri Hankam merangkap Pangab itu tidak ditjantumkan didalam

RUU, mengingat DPR tidak berwewenang menetapkan suatu djabatan jang seharusnja mendjadi

wewenang Presiden ?.

Saudara Ketua,

II. Tentang Pasal 5 • Sifat Pertahanan jang Defensip Aktip Dan Sifat Keamanan Jang Preventip Aktip.

Daiam Babak Ke-I Pemandangan Umum jang lalu kami telah menjinggung masalah Sifat

Pertahanan dan Keamanan, jang kami anggap panting untuk memperoleh pendjelasan2 dari Pemerintah.

Tetapi sajang sekali, bahwa Pemerintah diwaktu jang lalu tidak memberikan djawaban atas

pertanjaan2 kami. Oleh karena itu didalam kesempatan ini, kami ingin sekali lagi mengadjukan masalah ini

kepada Pemerintah dengan pengharapan akan memperoleh pendjelasan2.

lalan, apai<ah dengan perumusan bahwa Sifat Pertahanan Indonesia Preventip Aktip, akan berarti

bahwa dengan dalih untuk mempertahankan Kemerdekaan-lndonesia, maka Sewaktu2 Pemerintah akan

mengadakan perdjandjian pertahanan regional dengan negara2 lain? atau sewaktu2 ikut berperang di

negara lain, walaupun tidak dalam rangka INVASl-BALAS? Atau Se-waktu2 Pemerintah mengidjinkan ada­

nja pengalaman millter asing di Indonesia?.

Djuga tentang masalah Sifat Keamanan jang preventip Aktip, perlu Pemerintah memberikan

pendjelasan, jalah •

Sampai kapankah langkah2 Keamanan jang bersifat politik masih akan mendjadi tanggung

djawabnja Unit2 Angkatan Perang, baik di Pusat maupun didaerah, sekalipun di Indonesia sebenamja

sudah tidak ada lagi SOB ?

Apakah .....

Apakah arti sifat Keamanan jang Preventip Aktip djuga berarti mengarah pada usaha2

pengurangan kegiatan Organisasi2 Rakjat, mitsalnja Partai Politik, di Daerah2 ?.

Saudara Ketua,

Ill. Tentang Pasal 6 dan Pasal 12: Sistim Hankam Raia dan Dwi Fungsi ABRI.

Didalam Pemandangan Umum Babak Ke-I jang lalu, kami telah mentjoba memperoleh djawaban

alas hubungan dan sangkut paut Dwi Fungsi ini dengan Sistim Pertahanan Rakjat Semesta, dan bagaimana

"lay out" atau posisi masing2 baik ABRI maupun Rakjat, jang masing2 : mempunjai funksi dan tugas

pokoknja, baik, didalam Sistim Hankam maupun didalam Sistim Politik di Indonesia sekarang ini.

Oleh karena didalam djawaban Pemerintah jang lalu kami tidak menemui masalah "lay out" Dwi

Funksi didalam pola Hankam rata, maka kami akan mentjoba mendjadjaginja, dan selandjutnja kami meng­

harapkan adanja tanggapan Pemerintah tentang sedjauh mana Pemerintah dapat menampung pikiran2

jang berkembang dikalangan masjarakat.

Saudara Ketua,

Denqan dimasukkannja masalah Dwi Funksi ABRI didalam RUU Hankam ini, maka sudah

sewadjarnja Rakjat Non-ABRI memperoleh kehormatan untuk ikut - membahasnja dan mengambil bagian

didalam perumusan terachirnja.

Oleh karena UUD-1945 Pasal 30 dan pengertian Sistim Pertahanan - Rakjat Semesta seperti jang

terdapat didalam RUU ini menegaskan bahwa tugas membela tanah Air bukan hanja mendjadi kewadjiban

ABRI, tetapi cjJga mendjadi hak dan kewadjiban Rakjat atau semua warga negara Indonesia, maka sudah

sejogjanja kalau didaiam RUU, ini tidak hanja ditjantumkan tugas2 Pokok ABRI : tetapi djuga sejogjanja

harus tertjantumkan tentang tugas2 Pokok Rakjat, jalah tentang bagaimana sebenamja tugas2 Pokok dan

Posisi Politik masing2, baik dibidang, Hankam maupun diluar bidang Hankam.

Djelaslah bahwa di samping terdapat ABRI, jang termasuk Hansip/Hanra dan Wanra, maka

dibidang Har1r;am terdapat Rakjat jang non-ABRI sebagai sumber bantuan kekuatan tempur, jang djuga

merupakan suaru Potensi Hankam. Walaupun tugas Pokok Rakjat bukanlah dibidang Hankam, tetapi

seperti jang ditegaskan oieh Presiden Soeharto baru2 ini didalam suatu upatjara pelantikan Sekdjen Dewan

Pertahanan Nasional, bahwa Rakjat adalah merupakan suatu kekuatan tulang punggung dibidajag Hankam.

Oleh karena itu sudah sewadjarnja, bahwa didalam rangka Sistim Hankam Rakjat Semesta, maka

RUU ini disarnping. harus memperdjelas posisi ABRI dibidang Hankam, sejogjanja djuga memperdjelas po­

sisi Rakjat dibidang Hankam.

Saudara Ketua,

Oleh karena itu kami ingin memperoleh tanggapan Pemerintah tentang sebagian perumusan pasal

12, bahwa ·

Apakah Pemerintah sependapat dengan kami bahwa sebenarnja tugas ABRI adalah dibidang

Hankam dan berkedudukan sebagai INTI, sedangkan kedudukan Rakjat dibidang Hankam adalah sebagai

kekuatan Penundjang ? .

Pertanjaan ini kami adjukan, karena kami berpendapat bahwa dengan digunakannja Sistim

Hankam Rakjat Semesta, maka sudah selajaknja kalau disamping kita membitjarakan Funksi dan Tugas

Pokok ABRI djuga kita membitjarakan Funksi dan Tugas Pokok Rakjat, mengingat bahwa baik ABRI

maupun Rakjat adalah ke-dua2nja mendjadi Unsur didalam Sistim Pertahanan Rakjat Semesta.

Oleh .....

Oleh karena itu kami berpendapat bahwa pasal 12 didalam RUU ini, jang isinja hanja menjinggung

Funksi dan Tugas Pokok ABRI atau tentang Dwi Funksi ABRI, perlu diperluas, sehingga Funksi dan Tugas

Pokok Rakjat baik dibidang Hankam maupun diluar bidang Hankam dapat tertjermin dengan djelas. Dengan

demikia kami dapat mengharapkan agar pasal 12 dapat mentjerminkan suatu pola struktur Politik, jang ada

hubungannja dengan Sistim Pertahanan Rakjat Semesta, dimana setjara djelas dapat digambarkan

bagaimana lay-out politik dari pada Funksi dan Tugas Pokok ABRI dan Rakjat, baik didalam bidang Hankam

maupun di-bidang sospol.

Dalam hubungan lni, kami ter lebih dahulu perlu mengadjukan pertanjaan kepada Pemerintah

bahwa apakah Pemerintah sependapat dengan kami tentang pentingnja kita membitjarakan sekaligus

didalam, pasal 12 ini, masalah Funksi dan Tugas Pokok Rakjat serta Funksi dan Tugas Tokok ABRI,

mengingat kita hendaknja tidak memisah2kan antara posisi Politik Rakjat dan ABRI didalam suatu struktur

politik jang sekarang berorientasi kepada sistim Hankam Rakjat Semesta ? Bukankah kalau kita hanja

membitjarakan Funksi dan Tugas. Pokok ABRI didalam pasal 12 RUU ini, berarti kita, termasuk Pemerintah,

hendak mengabalKan Funksi dam Tugas Pokok Rakjat jang djuga ada sangkut pautnja didalam kehidupan

bidang Hankam dan diluar bidang Hankam ?

Saudara r<etua,

Kami mengharapkan perhatian Pemerintah atas masalah Funksi dan Tugas Pokok-Rakjat

disamping ABRI, karena kami mempertimbangkan dua hal, jalah :

Pertama bahwa ABRI adalah anak kandung Rakjat sehingga tentu terasa djanggal, kalau hanja

Funksi dan Tugas Pokok ABRI sadja jang ditjantumkan dalam pasal 12 RUU ini.

Kedua bahwa Sistim Pertahanan kita adalah Rakjat Semesta, dimana ABRI dan Rakjat besama2

berhak dan bersama2 wadjib membela Negara, membela tanah Air, dan membela Pantja

Sila UUD-1945. Dengan demikian maka tidak ada monopoli 2-an untuk membela Air dan

membela U U D-1945/ Pantja Sila.

Djelaslah bahwa Rakjat mempunjai kepentingan jang sama-sama seperti halnja ABRI

untuk membela tanah Air dan UUD-1945/ Pantja Sila.

Saudara Ketua,

Didalam pasal 12 RUU ini dapat kita batja bahwa ABRI mempunjai Dua Tugas Pokok, ialah bahwa

dibidang Hankam ABRI berkedudukan sebagai INTI, sedang diluar bidang Hankam adalah sebagai

kekuatan Sos-pol jang berperanan setjara Aktip dan njata.

Dalam pasal 12 ini digambarkan bahwa dikedua bidang, baik Hankam maupun diluar bidang

Hankam, pihak ABRI ditetapkan mempunjai dua Tugas Pokok.

Mengingat bahwa didalam bidang Hankam dan diluar Hankam disamping terdapat faktor ABRI

djuga terdapat faktor Rakjat, maka kami ingin memperoleh pendjelasan Pemerintah, ialah apakah tidak

berlebih2han untuk menetapkan tugas ABRI dikedua bidang sebagai Dua Tugas Pokok ? Apakah dengan

Perumusan itu berarti Pemerintah sudah menetapkan tentang tidak adanja Tugas2 Pokok Rakjat dikedua

bidang atau disalah satu bidang ?

Saudara Ketua,

Menetapkan adanja Tugas Pokok, tentu ada sangkut pautnja dengan pengertian inti. Mitsalnja

ialah bahwa dengan adanja Tugas Pokok dibidang Hankam bagi ABRI, maka dibidang ini ABRI adalah inti.

Sedangkan ..... .

Sedangkan adanja Tugas Pokok ABRI diluar bidang Hankam, walaupun tidak terdapat peristilahan

INTI, maka sebenarnja terdapat adanja kesan bahwa kedudukan ABRI diluar bidang Hankam djuga adalah

kedudukan inti.

Oleh karena itu kami ingin memperoleh pendjelasan dari Pemerintah tentang hubungan ABRI dan

Rakjat, dan hubungan masalah Tugas Pokok dan kedudukan inti, sebagai berikut :

Apakah dengan pasal 12 ini berarti Pemerintah hendak membangun suatu struktur politik diatas

Pola Sistim Hankam, Rakjat Semesta dimana disatu pihak Pemerintah menempatkan Rakjat, baik sebagai

Potensi-Hankam maupun sebagai kekuatan Sospol dalam kedudukan politik sebagai. Penundjang,

sedangkan dilain pihak Pemerintah menempatkan ABRI, baik sebagai alat Hankam maupun sebagai

Kekuatan Sos-pol, didalam kedudukan sebagai INTI? Djelasnja pertanjaan kami ialah apakah dengan pasal

12 dalam RUU ini dimaksudkan bahwa ABRI dengan Dwi Funksinja akan menempatkan ABRI sebagai INTI

dibidang Hankam dan diluar Hankam, dan menempatkan Rakjat NON-ABRI hanja sebagai Penundjang

dibidang Hankam dan diluar bidang Hankam ?.

Setelah meneliti dan mentjari hubungan antara doktrin Sistim Hankam Rakjat Semesta, jang

menondjolkan peranan Rakjat sebagai unsur Kekuatan Sosial didalam Hankam, dan doktrin. Dwi Funksi

ABRI jang menondjolkan peranan ABRI baik sebagai alat Hankam maupun sebagai Alat Sosial Politik

didalam kegiatan bidang Hankam maupun kegiatannja diluar Hankam, maka kami, ingin mengadjukan

pertanjaan kepada Pemerintah, sebagai kesimpulan penelitian terhadap pasal 12 dalam RUU ini:

Apakah Pemerintah sependapat dengan kami bahwa ;

A. Dibidang Hankam, dimana damai maupun perang, maka kedudukan ABRI haruslah sebagai

Unsur INTI, sedang kedudukan Rakjat adalah sebagai Unsur PENUNDJANG?

B. Diluar bidang Hankam (dibidang Sospol} maka kedudukan Rakjat haruslah sebagai Unsur

INTI, sedang kedudukan ABRI adalah sebagai Unsur Penundjang?

Kami berkejakinan, bahwa prinsip2 jang kami tanjakan kepada Pemerintah ini dapat diterima oleh

Pemerintah. Kami jakin pula bahwa kalau prinsap2 tersebut djika dttuangkan didalam perumusan pasal 12

tentang Dwi Funksi I Tugas Pokok ABRI didalam RUU, sepenuhnja akan lebih sesuai dengan djiwa pasal

30 UUD-1945, dan sesuai dengan djiwa Tap MPRS No. XXIV/1966 pasal 3 ajat (1), ajat (2) ajat dan b) dan

ajat (6) jang mendjelaskan tentang posisi ABRI dan posisi Rakjat, chususnja Rakjat jang terorganisasi.

Kami jakin bahwa kalau perumusan pasal 12 mentjakup djiwa pikiran tersebut diatas, maka

perumusan baru pasal 12 itu akan sekaligus menampung idee2 penegasan2 Presiden Soeharto jang

dlsampaikan pada tgl. 5Oktober1969, ialah:

"saja tegaskan, bahwa peranan ABRI adalah sebagai Stabilisator, jang berarti bahwa ABRI tidak

ingin menguasai golongan2 lain, tidak ingin memonopoli kursi2 di Lembaga2 Legislatif ataupun

Eksekutip dan tidak bemafsu mendjadi diktatur jang memaksakan kehendak alas golongan2 jang

lain-lain.

Perumusan Pasal 12 jang lebih sempurna akan memungkinkan bahwa RUU tentang Pelaksanaan

Dwi Funksi iebih mentJerminkan pikiran2 jang people oriented.

Dan dengan digambarkannja peranan ABRI sebagai penundjang diluar bidang Hankam,

sedangkan Rakjat terorganisasi sebagai inti, maka akan tertjiptalah suatu iklim politik seperti jang

dikehendaki oleh Presiden tersebut diatas.

Dan .......

Dan djika garis pikiran tersebut diterima, oleh Pemerintah maka Pola Politik dimasa depan

diexekutip Uang merupakan Bidang Won Hankam) dapat ditjiptakan menurut pola kekuatan politik di

legislatif jang menurut UU No.16. th. 1969 tentang susunan. DPR/MPR bahwa mitsalnja perimbangan

diantara wakil2 Rakjat non ABRI dan ABRI didalam DPR akan terdiri 83% unsur Rakjat non ABRI dan 17%

unsur ABRI.

Saudara Ketua,

Tentang masalah djangka waktunja berlakunja Dwi Funksi ABRI, jang menurut pendjelasan

Pemerintah dikatakan sebagai berlaku untuk seterusnja, tentu harus dibitjarakan tersendiri, mengingat

bahwa Forum DPRGR tidak berwewenang untuk membitjarakannja. Sekalipun Fraksi NU tjenderung untuk

berpendapat bahwa sebaiknja Dwi Funksi ABRI atau chususnja tentang Funksi dan Tugas ABRI diluar

bidang Hankarn hendaknja bersifat sementara, tetapi kami berpendapat bahwa pembitjaraan tentang

masalah ini hendaknja dibitjarakan dan diputuskan didalam Forum MPRS dan bukan didalam Forum

DPRGR. Dan didalam forum MPRS inilah dapat dibitjarakan tentang apakah dasar hukumnja untuk

menentukan lamanja djangka waktu, baik untuk sementara maupun untuk bertaku seterusnja, bagi

pelaksanaan tentang dwi funksi ABRI.

Saudara Ketua,

Achirnja tentang masalah Dwi Funksi ABRI dan hubungannja dengan pendapat kami dalam

Pemandangan Umum Babak ke-1 jang lalu jang mendjurus pada "professional Soldiers Oriented", perlulah

disini kami berikan pendjelasannja berhubung kami tidak Sependapat dengan Pemerintah jang mengartikan

proffessional soldiers orientasi sebagai "ber-orientasi pada tentara bajaran". Dalam hal ini kami mengartikan

istilah itu bukan, dwi funksi seperti dalam perumusannja jang sekarang didalam pasal 12 lebih

menggambarkan dan mendjurus pada Berorientasi kepada Militer, jalah Militer jang memang seluruh

kehidupannja ditjurahkan dibidang Hankam, Dan berhubung timbulnja kesan jang demikianlah achirnja kami

berkesimpulan tentang pentingnja pasal 12 dipertuas sehingga pasal 12 dapat mentjiptakan suatu kesan

baru tentang adanja orientasi Rakjat disamping Orientasi Millter.

IV. Tentang Pasal 12 ajat 2-b : ABRI sebagai Golkar.

Didalam Pasal 12 ajat 2 - b dinjatakan tentang ABRI sebagai Golkar dan peranannja dibidang

Sos pol.

Pertumbuhan Angkatan Bersendjata kita menundjukkan bahwa ABRI adalah; terbuka bagi

pedjuang2, dengan tidak membedakan asal kesukuahnja, agamanja dan aliran politiknja. Pada dasamja

bahwa ABRI terbuka bagi semua golongan Rakjat, jang ingin mengabdikan kehidupannja setjara sukarela

didalam pekel"OJaan2 militer.

Oleh karena itu kami berpendapat bahwa ABRI sebagai Golongan Karya hendaknja dibangun

menurut pola Golongan Karya jang murni dan bersifat independent dan tidak berafiliasi dengan Organisasi

Golongan Karya jang iain atau dengan Partai2 Politik.

Golongan Karya ABRI, karena mempunjal tjiri2 chusus, jang bersifat lai dari pada organisasi

Golkar - non ABRI dan bersifat lain daripada Parpol, maka sudah selajaknja kalau Golkar ABRI harus ber­

sifat murni - militef, independent, bebas, tidak berafiliasi dengan Golkar lain Non-ABRI dan tidak berafiliasi

dengan Partai2 Politi~.

Dalam hal ini, kami sangat mengharapkan pengertian dari Pemerintah, karena ada sedjumlah

pertimbangan tentang pentingnja ABRI sebagai Golkar jang harus bersifat bebas dan terbuka bagi Rakjat,

jang terbuka bagi semua Golongan Rakjat, dan tidak mendjadi ABRlnja suatu golongan atau suatu

Kelompok Organisasi tertentu.

Urgensinja .....

Urgensinja Golkar ABRI jang bebas dan Non-afiliasi adalah sebagai berikut bahwa :

1. ABRI sebagai Golkar tidak terpisahkan dari kehidupan militernja sebagai Alat Hankam.

2. ABRI sebagai Golkar maupun sebagai Alat Hankam dibiajai dengan Keuangan. Negara,

dibiajai dari Anggaran belandja Negara, jang berarti dibiajai oleh Rakjat, oleh semua lapisan

Rakjat, dan bukan dibiajai oleh suatu Golong an atau oleh suatu Organisasi tertentu.

3. ABRI sebagai Golkar tidak menggunakan hak pilih dan hak dipilihnja, demi untuk mendjamin

kesatuan tubuh ABRI dan mendjamin kebebasan dan terbukanja ABRI bagi Golongan Rakjat.

4. ABRI - sebagai Golkar, menurut UUD No. 16/1969, telah ditetapkan memperoleh peranan

politiknja dibadan2 legislatif baik di Pusat maupun di Daerah, setjara diangkat

5. Golkar ABRI sebagai suatu Organisasi Golkar mempunjai tjiri2 Organisasi jang tidak terlepas

dari pada sifat "military - organisationnjan", atau dari pada sifat "emergency organisationnja"

dan tidak terlepas dari tudjuan untuk menegakkan unity of command dengan menempuh

procedure2 jang pendek, jang kesemua tjiri2 organisasi tersebut diatas berlainan dari pada

tjiri kehidupan jang lebih demokratis jang pada umumnja ditempuh oleh organisasi? Golkar -

Non - ABRI maupun oleh Partai2 Politik.

Oleh karena itu kita dapat mengerti kalau ABRI sebagai Golkar tidak menggunakan forum2

Kongres/Konperensi/Rapat2 Anggota untuk menilai pekerdjaan Pimpinannja dan memiiih Pimpinannja,

seperti jang lazim ditempuh oleh Organisasi2 Golkar - Non - ABRI maupun oleh Partai2 Politik.

Oleh karena itu tentang pasal 12 ajat 2 - 6 b dalam RUU ini, demi untuk keutuhan ABRI sendiri,

dan demi terdjaminnja appeal2 Rakjat agar ABRI tetap mendjadi milik seluruh Rakjat dengan tanpa

membedakan Organisasinja dan pandangan politiknja, maka kami adjukan appeal pada Pemerintah bahwa

apakah Pemerintah dapat sependapat kami agar ABRI sebagai Golkar tidak berafiliasi dengan Organisasi2

Golkar - Non - ABRI dan Parpol ? .

V. Tentang Pasal 21 dan 22 • Hukum Militer.

R.U.U. rlankam jang kita bahas ini selain menghendaki pengokohan alas peranan ABRI sebagai

Alat Hankam dan sebagai Kekuatan Sosial diluar tugasnja dibidang Hankam, telah sekaligus djuga meng­

hendaki agar terhadap ABRI tetap dlperlukan dengan Hukum Militer berhubung dengan tradisi funksinja

sebagai Alat Harikam.

Alasan2-nja jalah bahwa tentang menggunakan Hukum Militer bagi Anggota ABRI, walaupun

pelanggaran itu dilaKukan selaku Karyawan diluar bidang Hankam, adalah karena sudah mendjadi tradisi,

sedjak Indonesia d,proKlamirkan merdeka.

Dalam hubungan ini kami ingin mengadjukan pertanjaan kepada Pemerintah bahwa apakah

Pengadilan. Militer jang bertugas mengadili Anggota2 ABRI sebagai Ala! Hankam atau pun sebagai Golkar

tetap dipertahankan untuk seterusnja atau dipertahankan untuk sementara, mengingat alasan2 ini masih

berorientasi pada doktrin ABRI sebagai Alat Hankam? Pertanjaan ini timbul bahwa djika dulu sebelum

dikembangkan pikiran2 tentang adanja tugas warga ABRI diluar bidang Hankam, memang lajak ABRI jang

melanggar Hukum diadili dlperadilan Militer.

Tetapi sekarang, dengan adanja pemekaran pekerdjaan warga ABRI diluar bidang Hankam, perlu

Pengadilan Umum dengan Hukum Sipil jang dipergunakan untuk mengadilinja.

Oleh .....

Oleh karena itu kami ingin bertanja kepada Pemerintah. Apakah Pemerintah sependapat dengan

kami bahwa perlu diadakan penjempurnaan tentang tugas2 mengadili Anggota ABRI ? Mitsalnja jalah

sebagai berikut :

1. Bahwa Pengadilan Militer "bertugas mengadili Anggota2 ABRI jang melakukan

kedjahatan/pelanggaran jang bersifat militer.

2. Bahwa Pengadilan Umum "bertugas mengadili Rakjat dari kalangan Sipil dan ABRI jang

melakukan/Pelanggaran dll. Jang tidak bersifat Militer?

Kami berpendapat bahwa penertiban2 tersebut sangat lajak, dan memang tumbuh dikalangan

Rakjat.

Penertiban jang kami inginkan adalah bertitik tolak pada djenis kedjahatan/ pelanggarannja, jalah

apakah bersifat Milrter atau kah Non-Militer, dan tidak semata2 bertitik tolak pada djenis Golongannja jalah

apakah orang itu militer atau orang Sipil.

Dalam hal Pengadilan Militer, timbul djuga suatu masalah, jang menjangkut Anggota Kepolisian

Negara, jang Kedudukannja didalam RUU dilukiskan sebagai bukan bagian dari Anggota Perang. Oleh

karena itu karni ingin rnengadjukan pertanjaan kepada Pemerintah, apakah seorang Anggota Palisi

dianggap berstatus Militer, dan oleh karenanja dapat diadili di Pengadilan Militer?

Selandjutnja tentang Personil Bukan ABRI jang dapat diadili oleh Pengadilan Militer, kami

memerlukan pendjelasan dari Pemerintah, jalah, apakah Personil Bukan ABRI dimaksudkan sebagai

Pegawai Sipil di Djawatan2 ABRI ? Ataukah Rakjat Sipil lainnja ? Apakah dasar hukumnja untuk mengadili

Personil Bukan ABF!! diPengadilan Militer?

Demikianlah tanggapan kami atas RUU ini, dan mudah2-an tanggapa ini dapat membantu

memperlantjar pembitja1a RUU ini.

KET \L6: Terima kasih/Saudara2, dengan demikian maka atjara pemandangan umum babak ke-

11 mengenai RUU tent2.ng Ketentuan2 Pokok HANKAMNAS telah selesai.

Didalam atjara telah ditetapkan atjara pengesahan Usul Resolusi Sdr. Daud Sembiring dkk, (tanpa

stemmotiveri ng)

Namun demikian perlu dan Kewadjiban saja untuk menjampaikan kepada Saudara2 sekalian

adanja surat dari Fraksi PSll jang ditudjukan kepada Pimpinan DPR-GR tertanggal 5 Nopember 1970 jang

isinja sebagai berikut :

Ke pad a

Jth. Pimpinan DPR-GR

Sebaga:r1c:wa. dimaklurni dalam rapat Panitia Musjawarah tertanggal 29 Oktober 1970 jang lalu,

Panitia Musjawarah belum dapat membahas salah satu dari atjara jang mesti dibitjarakan jaitu mengenai

pembitjaraan kelandjutan pembahasan Usul Resolusi dalam DPR-GR.

Dalam hubungan itu maka Fraksi PSll berpendapat bahwa sebelum Panitia Musjawarah DPR-GR

membitjarakan dan memutuskan bagaimana penjelesaian daripada Usul Resolusi DPR-GR setjara

keseluruhan l;'.6<\& scjogjc.nJa belum b1sa diadakan suatu pengesahan terhadap suatu. Usul Resolusi

apapun meskipun maierinja mungkin sudah disetudjui dan dibahas oleh masing2 Fraksi.

Berkenaan dengan direntjanakan akan disahkan Usul Resolusi Sdr. Daud Sembiring dkk pada hari

Sabtu tanggal 7Nopember1970 didalam rapat pleno DPR-GR maka dengan ini Fraksi PSll mengharapkan

agar sejogjanja pengesahan atas Usul Resolusi ini pun ditangguhkan, ditunda sampai adanja keputusan

Panitia Mus;awarah DPR-GR bagi penjelesaian Usul2 Resolusi setjara keseluruhan.

Demikian alas perhatian Saudara2 sekalian, kami menguljapkan banjak2 terima kasih.

Djakarta, tanggal 5 Nopember 1970

Pimpinan Fraksi PSll di DPR-GR

t.t.d.

BUSTAMAN S.H.

Ketua.

Sekertaris,

t.t.d.

TAUFIQ T JOKROAMINO TO.

Tindasan:

Jth. EKDJEN DPR-GR

Jth. Sdr. Daud Sembiring dkk.

Jth. Para Pimpinan Fraksi2 didalam DPR-GR

Saudara-saudara sementara ltu perlu saja laporkan disini bahwa pada saat ini, jaitu sampai djam

11.30 para anggoia jang hadir menurut daftar hadir sebanjak 202 anggota, sedangkan djurnlah anggota

jang diperlukan untuk menentukan korum sebanjak 208 anggota.

Berhubung dengan hal2 jang telah saja sampaikan tersebut diatis dan mengingat pasal 109 dari

Peraturan Tata-tertib maka Usui Resolusi ini saja tunda sampai ada ketentuan lebih landjut.

= RAPAT PIENO DITUTUP DJAM 11.50 =