digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user pembelajaran kimia...

165
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY TERBIMBING DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN KREATIVITAS SISWA (Studi Kasus Pembelajaran Termokimia Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo Semester 1 Tahun Ajaran 2011/2012) Tesis Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama: Kimia Oleh: GUNTUR NURCAHYANTO NIM : S831008024 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2012

Upload: vudien

Post on 14-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL

TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN

INQUIRY TERBIMBING DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH

DAN KREATIVITAS SISWA

(Studi Kasus Pembelajaran Termokimia Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Sukoharjo

Kabupaten Sukoharjo Semester 1 Tahun Ajaran 2011/2012)

Tesis

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Pendidikan Sains

Minat Utama: Kimia

Oleh:

GUNTUR NURCAHYANTO NIM : S831008024

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2012

Page 2: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 3: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Guntur Nurcahyanto

NIM : S831008024

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Pembelajaran

Kimia Melalui Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) Melalui

Metode Proyek Dan Metode Inquiry Terbimbing Ditinjau Dari Sikap Ilmiah dan

Kreativitas (Studi Kasus Pembelajaran Termokimia Kelas XI IPA SMA Negeri 1

Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo Semester 1 Tahun Ajaran 2011/2012) adalah

betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini

diberi citasi dan ditunjukan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya

peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Januari 2012

Yang membuat pernyataan,

Guntur Nurcahyanto

NIM. S831008024

Page 5: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

MOTTO

segumpal darah, apabila segumpal darah itu berfungsi dengan baik, maka

akan baik pula seluruh perilakunya, sebaliknya apabila tidak berfungsi,

maka akan buruk pula seluruh perilakunya. Ingat bahwa segumpal darah

itu adalah qalbu." (HR. Bukhari dan Muslim).

Setiap manusia adalah arkitek kehidupannya sendiri. Dia membinanya

seperti mana yang dikehendakinya namun selepas dia membina apa yang

dikehendakinya, kadang kala dia mendapati bahawa dia tidak menyukai apa

yang telah dibinanya dan mencari seseorang atau sesuatu untuk

dipersalahkan daripada mencuba untuk menukar dirinya sendiri.

Hidup memerlukan pengorbanan, pengorbanan memerlukan perjuangan,

perjuangan memerlukan ketabahan, ketabahan memerlukan keyakinan,

keyakinan pula menentukan kejayaan. kejayaan pula akan menentukan

kebahagiaan.

Page 6: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Page 7: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirr puji syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-NYA

sehingga penulisan tesis ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa dalam

penulisan makalah seminar ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan,

dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

menyampaikan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S. selaku Rektor Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk belajar pada Program

Pascasarjana.

2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan fasilitas

dalam menempuh pendidikan pada Program Pascasarjana.

3. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

memberikan arahan selama penulis menyelesaikan pendidikan.

4. Prof. Dr. Ashadi dan Drs. Haryono, M.Pd. yang telah memberikan bimbingan

dan petunjuk dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.

5. Segenap dosen Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang telah memberikan pendalaman ilmu kepada penulis.

6. Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Sukoharjo yang telah memberi kesempatan

kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

Page 8: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

7. Ibu Perihatmi, Ibu Endang, Ibu Rianti selaku Guru Kimia SMA Negeri 1

Sukoharjo atas bantuan dalam penelitian ini.

8. Teman-teman Pendidikan Sains UNS atas dukungan dan bantuannya.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaikan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa dalam tesis ini masih terdapat kesalahan-

kesalahan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran

yang menjadikan makalah ini menjadi lebih baik. Semoga tesis ini dapat

bermanfaat bagi para pembaca.

Surakarta, Januari 2012

Penulis

Page 9: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.............................................................................. I

HALAMAN PERSETUJUAN............................................................... ii

iii

P iv

v

vi

KATA PENGANTAR........................................................................... vii

DAFTAR ISI.......................................................................................... ix

DAFTAR TABEL.................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR............................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................... xvi

xviii

ABSTRACT xix

BAB I PENDAHULUAN........................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah........................................... 1

B. Identifikasi Masalah ...................................... 7

C. Pembatasan Masalah................................................ 9

D. Rumusan Masalah................................................. 10

E. Tujuan Penelitian..................................................... 11

F. Manfaat Penelitian................................................... 12

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN

HIPOTESIS..................................................................... 14

A. Kajian Teori............................................................ 14

1. Pembelajaran Kimia........................................... 14

2. ........ 19

3. CTL (Contextual Teaching and Learning)........ 27

4. Metode Proyek .................................................. 36

5. Metode Inquiry Terbimbing............................... 42

6. Sikap Ilmiah....................................................... 48

Page 10: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

7. Kreativitas.......................................................... 50

8. Prestasi Belajar................................................... 53

9. Tinjauan Materi Termokimia............................ 59

B. Penelitian yang Relevan........................................... 68

C. Kerangka Pemikiran................................................. 71

D. Hipotesis................................................................... 78

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...................................... 80

A. Tempat, Subyek dan Waktu Penelitian.................... 80

B. Metode Penelitian.................................................... 82

C. Variabel Penelitian................................................... 84

D. Instrumen Penelitian................................................ 86

E. Teknik Pengumpulan Data....................................... 88

F. Uji Coba Instrumen Penelitian................................. 88

G. Teknik Analisis Data................................................ 100

BAB IV HASIL PENELITIAN 99

A. Deskripsi Data 107

1. 107

2. 108

3. Data Prestasi Belajar Kimia Materi 109

B. Pengujian Persyaratan Analisis 112

1. Uji Normalitas 112

2. Uji Homogenitas 113

C. Pengujian Hipotesis 114

1. 114

2. Uji Lanjut Anava 117

D. Pembahasan 125

E. Keterbatasan Penelitian 138

BAB V KESIMPULAN 140

A. Kesimpulan 140

B. Implikasi 143

C. Saran 144

Page 11: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 147

LAMPIRAN........................................................................................... 150

Page 12: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Nilai rata-rata ulangan pada materi termokimia siswa kelas

XI SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2010-

2011 2

Tabel 2.1 41

Tabel 2.2 Langkah-langkah pembelajaran dengan metode inquiry

terbimbing .. 46

Tabel 2.3 Daftar o pembentukan standar beberapa senyawa .. 67

Tabel 2.4 Energi Ikatan Rata-Rata 68

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian.................................................................... 81

Tabel 3.2 Tabel Rancangan Analisis Penelitian 83

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Soal ...................... 91

Tabel 3.4 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes ...... 96

Tabel 3.5 Hasil Uji Coba Indeks Daya Beda Instrumen Tes 98

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Instrumen Angket 99

Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Angket 100

Tabel 3.8 Letak Data Penelitian Prestasi Kognitif atau afektif 103

Tabel 4.1 Jumlah Siswa Yang Mempunyai Kreativitas Tinggi Dan

Rendah 108

Tabel 4.2 Jumlah Siswa Yang Mempunyai Kreativitas Tinggi Dan

109

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Kelas Metode Proyek

dan Inquiry 109

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif Kelas Metode Proyek

dan Inquiry 111

Tabel 4.5 Nilai Sig. Uji Normalitas Data Nilai-nilai Prestasi Belajar

pada Masing-masing Kelompok 113

Page 13: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

Tabel 4.6 Nilai Sig. Uji Homogenitas antar Kelompok Data Prestasi

Belajar 114

Tabel 4.7 Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Prestasi Kogniti 114

Tabel 4.8 Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Prestasi Afektif 116

Tabel 4.9 Tabel Hasil Uji Lanjut Hipotesis 118

Tabel 4.10 Tabel Hasil Uji Lanjut Hipotesis 2 119

Tabel 4.11 Tabel Hasil Uji Lanjut Hipotesis 119

Tabel 4.12 Tabel Hasil Uji Lanjut Hipotesis 120

Tabel 4.13 Tabel Hasil Uji Lanjut Hipotesis 121

Tabel 4.14 Tabel Hasil Uji Lanjut Hipotesis 121

Tabel 4.15 Perbandingan Nilai Rata-rata Pengaruh Antara Metode,

Kreativitas dan Sikap Ilmiah Siswa Terhadap Prestasi

Kognitif 122

Tabel 4.16 Perbandingan Nilai Rata-rata Pengaruh Antara Metode,

Kreativitas dan Sikap Ilmiah Siswa Terhadap Prestasi

Afektif 122

Tabel 4.17 Perbandingan Nilai Rata-rata Interaksi Antara Metode dan

Kreativitas Siswa Terhadap Prestasi Kognitif 123

Tabel 4.18 Perbandingan Nilai Rata-rata Interaksi Antara Metode dan

Kreativitas Siswa Terhadap Prestasi 123

Tabel 4.19 Perbandingan Nilai Rata-rata Interaksi Antara Metode dan

Sikap Ilmiah Siswa Terhadap Prestasi Kognitif 123

Tabel 4.20 Perbandingan Nilai Rata-rata Interaksi Antara Metode dan

Sikap Ilmiah Siswa Terhadap Prestasi 124

Tabel 4.21 Perbandingan Nilai Rata-rata Interaksi Antara Kreativitas

dan Sikap Ilmiah Siswa Terhadap Prestasi Kognitif 124

Tabel 4.22 Perbandingan Nilai Rata-rata Interaksi Antara Kreativitas

dan Sikap Ilmiah Siswa Terhadap Prestasi 124

Tabel 4.23 Perbandingan Nilai Rata-rata Interaksi Antara Metode,

Kreativitas dan Sikap Ilmiah Siswa Terhadap Prestasi

Kognitif 125

Page 14: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

Tabel 4.24 Perbandingan Nilai Rata-rata Interaksi Antara Metode,

Kreativitas dan Sikap Ilmiah Siswa Terhadap Prestasi

125

Page 15: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Contoh reaksi eksoterm dan endoterm................................... 62

Gambar 2.2 Aliran energi (kalor) reaksi eksoterm dan endoterm 62

Gambar 2.3 Diagram reaksi eksoterm dan endoterm.............................. 63

Gambar 2.4 Siklus pembentukan gas SO3.............................................. 66

Gambar 2.5 Diagram tingkat energi reaksi pembentukan SO3 66

Gambar 4.1 Histogram Perbandingan Prestasi Kognitif Kelas Metode

Proyek

110

Gambar 4.2 Histogram Perbandingan Prestasi Kognitif Kelas Metode

Inquiry terbimbing

110

Gambar 4.3 Histogram Perbandingan Prestasi Afektif Kelas Metode Proyek 111

Gambar 4.4 Histogram Perbandingan Prestasi Afektif Kelas Metode

Inquiry

114

Page 16: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Silabus ... 151

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Metode

Inquiry Terbimbing ........... 153

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Metode

175

Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa Metode Inquiry 194

Lampiran 5 207

Lampiran 6 Kisi-Kisi Instrumen Angket Sikap Ilmiah........................ 219

Lampiran 7 ............. 221

Lampiran 8 Kisi-Kisi Instrumen Angket Kreativitas Siswa 225

Lampiran 9 Angket Kreativitas Siswa............... . 227

Lampiran 10 Kisi-kisi dan Indikator 230

Lampiran 11 Angket Aspek Afektif ...... ........ 233

Lampiran 12 Kisi-kisi dan Indikator Penilaian Aspek Kognitif............. 236

Lampiran 13 238

Lampiran 14 Kunci 245

Lampiran 15 Analisis Validitas, Reliabilitas, Daya Beda dan Tingkat

Kesukakaran Soal Try Out 246

Lampiran 16 Analisis Validitas, Reliabilitas Soal Try Out 247

Lampiran 17 Analisis Validitas, Reliabilitas Soal Try Out

248

Lampiran 18 Analisis Validitas, Reliabilitas Soal Try Out Sikap

249

Lampiran 19 250

Lampiran 20 Uji Normalitas Prestasi 252

Lampiran 21 255

Lampiran 22 258

Lampiran 23 260

Page 17: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

Lampiran 24 Hasil Pengujian Hipotesis Prestasi Kognitif dan

Afektif.............................................................................. 262

Lampiran 25 264

Lampiran 26 Photo Pelaksanaan Penelitian Metode Proyek dan

Inquiry Terbimbing 266

Page 18: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

ABSTRAK

Guntur Nurcahyanto , S831008024, 2012, Pendekatan CTL ( Contextual Teaching and Learning ) Melalui Metode Proyek Dan Metode Inquiry Terbimbing Ditinjau Dari Sikap Ilmiah dan Kreativitas (Studi Kasus Pada Materi Termokimia Kelas XI IPA Semester 1 SMA Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012) Pembimbing I: Prof. Dr. Ashadi, Pembimbing II: Drs. Haryono, M.Pd. Program Studi Pendidikan Sains, Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: pengaruh penggunaan pendekatan CTL melalui metode proyek dan metode inquiry terbimbing, sikap ilmiah, kreativitas dan interaksinya terhadap prestasi belajar peserta didik. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain faktorial 2x2x2. Populasi penelitian adalah seluruh peserta di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Sukoharjo. Sampel penelitian ditentukan secara acak dengan teknik cluster random sampling terdiri dari dua kelas. Kelas eksperimen I adalah Metode Proyek dan kelas eksperimen II adalah Metode Inquiry terbimbing. Masing-masing kelas terdiri dari 36 peserta didik untuk kelas eksperimen dengan metode proyek dan 37 peserta didik untuk kelas eksperimen dengan metode inquiry terbimbing. Pengumpulan data menggunakan teknik tes, non tes (angket). Uji validitas instrumen penilaian kognitif dan afektif menggunakan Korelasi Product Moment Pearson, uji reliabilitas instrumen prestasi belajar menggunakan Kuder-Richarson (KR-20) dan uji reliabilitas angket sikap ilmiah, kreatifitas dan prestasi afektif menggunakan rumus Koefisien Alpha. Uji hipotesis penelitian menggunakan anava tiga jalan sel tak sama dengan bantuan software SPSS 15. Uji lanjut anava menggunakan compere means. Hasil penelitian didapatkan bahwa : 1) Terdapat pengaruh penggunaan metode pembelajaran Proyek dan Inquiry Terbimbing terhadap prestasi belajar kimia baik kognitif maupun afektif dimana penggunaan metode Proyek lebih baik daripada Inquiry Terbimbing, 2) ) Terdapat pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi kognitif dan terdapat pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi afektif belajar kimia, 3) ) Terdapat pengaruh kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi kognitif dan terdapat pengaruh kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi afektif belajar kimia, 4) Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar kimia baik kognitif maupun afektif, 5) Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas terhadap prestasi belajar kimia baik kognitif maupun afektif 6) Tidak ada interaksi antara sikap ilmiah dan kreativitas terhadap prestasi belajar kimia baik kognitif maupun afektif, 7) Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan sikap ilmiah dan kreativitas terhadap prestasi belajar kimia baik kognitif maupun afektif. Kata Kunci : Pendekatan CTL, Metode Proyek, Metode Inquiry Terbimbing, Sikap Ilmiah, Kreativitas, Prestasi Belajar Kognitif dan Afektif, Termokimia.

Page 19: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xix

ABSTRACT

Guntur Nurcahyanto, S831008024, 2012, CTL (Contextual Teaching And Learning) approach through Project and Guide Inquiry Methods over wieved Creativity (A Case Study on thermochemistry Material for Student in grade XI IPA Semester 1 SMA N 1 Sukoharjo Academic Year 2011/2012) Advisor 1: Prof. Dr. Ashadi, Advisor 2 : Drs. Haryono, M.Pd. Program Study of Science Education, Postgraduate of Sebelas Maret University Surakarta, January 2012. The purposes of the research were to know: the effect of CTL approach through project and guide inquiry methods, scientific attitude, creativity and their interaction toward student achievement. The method of the research was experimental method with factorial design of 2x2x2. Population of the research was all student in grade XI science mayor SMA Negeri 1 Sukoharjo. The samples of the research were determined by cluster random sampling that consisted of two classes. The 1st experiment class was Project Method and the 2nd experiment class was Guide Inquiry Method. Each class consists of 36 classes of students to experiment with methods of the project and 37 students for a class experiment with guided inquiry method. The technique which was used to collect the data were test, non-test. Test Validity instrument cognitive and affective achievement used correlation Product Moment Pearson and test instrument reliability learning achievement used Kuder-Richarson (KR-20). Test questionnaire reliability scientific attitude, creativity and affective achievement used Coefficient Alpha. Then the data was analyzed by ANOVA three factorial designs with different cell number using software SPSS ver. 15. Then it was tested continually using Analysis of compere means test. From The data analysis can be concluded that: 1) There was an effects of project and guided inquiry methods toward cognitive and affective achievement where use of project method better than guided inquiry method, 2) There was an effects of scientific attitude toward cognitive achievment give effect for the affective one, 3) There was an effects of creativity toward cognitive achievment give effect for the affective one, 4) There was no interaction between project and guided inquiry method and scientific attitude toward cognitive and affective achievement, 5) There was no interaction between project and guided inquiry method and creativity toward cognitive and affective achievement, 6) There was no interaction between scientific attitude and creativity toward students achievement, 7) There was no interaction between project and guided inquiry method, scientific attitude, and creativity toward the learning achievement . Keywords: CTL approach, Project Method, Guided Inquiry Method, Scientific Attitude, Creativity, Cognitive and Affective Achievement, and Thermochemistry.

Page 20: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu semakin

pesat dan canggih, didukung pula oleh arus globalisasi yang semakin hebat.

Fenomena tersebut memunculkan adanya persaingan dalam berbagai bidang

kehidupan, diantaranya adalah bidang pendidikan. Untuk mencapai keberhasilan

pendidikan, guru dan siswa memegang peranan yang sangat penting dalam proses

belajar mengajar. Di dalam mengajar pasti ada subjek yang belajar. Guru

mempunyai tugas dan tanggung jawab yang luas. Selain sebagai pengajar, guru

juga dituntut berlaku sebagai pembimbing dan pendidik.

Pada proses belajar mengajar yang berlangsung di kelas sebaiknya sudah

banyak melibatkan aktivitas siswa dalam belajar. Salah satu prinsip dalam

melaksanakan program pendidikan disekolah adalah peserta didik ikut aktif dalam

kegiatan belajar mengajar. Seorang guru yang profesional diharapkan dapat

memberikan motivasi, membimbing dan sebagai fasilitator belajar bagi siswa

untuk mencapai tujuan belajar bahkan pada penerapan Kurikulum pada Tingkatan

Satuan Pendidikan (KTSP) sekarang ini, guru diberikan kebebasan untuk

merancang dan merumuskan model pembelajaran yang sesuai kondisi sekolah,

menurut Agus Sampurno: Salah satu tujuan digunakannya kurikulum KTSP

adalah

Berusaha membakukan sebuah model pembelajaran yang open-end, artinya di tangan gurulah otonomi yang sangat luas untuk menggunakan metode atau pendekatan yang cocok bagi pembelajaran peserta didiknya.

Page 21: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Guru dituntut dapat menyususn dan menerapkan berbagai kreasi agar siswa tertarik dan bersemangat dalam belajar, bersikap aktif, kreatif dan inovatif dalam menanggapi setiap pelajaran yang diajarkan. Sikap aktif, kreatif dan inovatif akan terwujid dengan menempatkan siswa sebagai subjek pendidikan. Peran guru adalah sebagai fasilitator dan bukan sumber utama pembelajaran.

Pemahaman terhadap perkembangan peserta didik sangat diperlukan untuk

merancang pembelajaran yang kondusif yang akan dilaksanakan. Rancangan

pembelajaran yang kondusif diharapkan akan mampu meningkatkan motivasi dan

pemahaman belajar siswa sehingga mampu meningkatkan proses dan hasil

belajar. Materi kimia merupakan materi yang dianggap sulit bagi siswa, terutama

pada materi termokimia. Hal tersebut terbukti dari prestasi belajar siswa yang

masih kurang. Salah satunya terjadi di SMA Negeri 1 Sukoharjo. Prestasi belajar

siswa pada materi termokimia tahun pelajaran 2010-2011 sebelum dilakukan

remidi masih belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang

ditetapkan oleh sekolah yang ditunjukkan pada tabel. 1.1. berikut ini :

Tabel 1.1. Nilai rata-rata ulangan pada materi termokimia siswa kelas XI SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2010-2011.

No Kelas Nilai rata-

rata Nilai KKM

(%) Nilai KKM

(%) 1. XI-IPA 1 65,00 44,87 55,13 2. XI-IPA 2 62,37 41,94 58,06 3. XI-IPA 3 60,67 38,48 61,52 4. XI-IPA 4 62,45 42,37 57,63 5. XI-IPA 5 61,75 41,05 58,95 6. XI- IPA 6 64,57 44,13 55,87

Nilai rata-rata di atas masih ada yang belum sesuai dengan kriteria ketuntasan

minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yakni 70 pada tahun 2010/2011. Hal

tersebut dimungkinkan karena guru belum memberikan model pembelajaran yang

Page 22: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

kurang variatif atau masih monoton sehingga siswa cenderung belajar kimia

dengan hafalan daripada secara aktif mencari untuk membangun pemahaman

mereka sendiri. Hal tersebut menyebabkan sebagian besar konsep-konsep kimia

masih merupakan konsep yang abstrak. Untuk dapat menguasai materi kimia

dengan baik diperlukan suatu kondisi belajar yang dapat mengaktifkan siswa

sehingga timbul proses belajar mengajar yang lebih baik.

Bertolak pada hal tersebut, maka dalam proses belajar mengajar kimia,

guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan

idenya sendiri apa yang dipelajari. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil yang

diharapkan dalam proses belajar mengajar, guru hendaknya menggunakan model

pembelajaran yang mengaktifkan siswa dan membantu mengaitkan antara materi

yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan

antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Ada beberapa model pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif,

Contextual Teaching and Learning (CTL), Quantum learning, Problem Base

Learning (PBL), Problem Solving, dan lain-lain. Model pembelajaran yang dapat

mengaktifkan siswa dan memberikan pembelajaran berkaitan erat dalam

kehidupan sehari-hari adalah dengan pembelajaran Contextual Teaching and

Learning (CTL). Pembelajaran CTL merupakan suatu konsep belajar dimana

mendorong guru untuk menghubungkan materi yang diajarkan dari situasi dunia

nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka

sehari-hari. Menurut Nurhadi (Nurhadi, 2004:5): Dalam pembelajaran

Page 23: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

kontekstual, guru bukan lagi seorang yang paling tahu, guru layak untuk

mendengarkan siswa-siswanya. Guru bukan lagi satu-satunya penentu kemajuan

siswa-siswanya tapi sebagai pendamping siswa dalam pencapaian prestasi belajar

yang lebih baik.

Penerapan pendekatan pembelajaran tersebut diharapkan dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran dan memberikan kesempatan pada siswa

untuk aktif, meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa, meningkatkan

prestasi belajar siswa, meningkatkan kreativitas siswa serta lebih mengembangkan

sikap ilmiah siswa.

Dalam materi termokimia yang sarat dengan konsep sehingga perlu

pembelajaran kontekstual yang dapat memudahkan pemahaman dalam

pembelajaran. Maka digunakan metode antara lain metode proyek dan metode

inquiry terbimbing sebagai solusi dalam pembelajaran kimia. Metode proyek,

dalam Ratna Willis (Ratna Willis, 1986:153) dijelaskan bahwa,

Metode proyek merupakan suatu metode instruksional yang melibatkan penggunaan alat dan bahan yang diusahakan oleh siswa secara perseorangan atau group untuk mencari jawaban terhadap suatu masalah dengan perpaduan teori-teori dari berbagai bidang studi dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu, mengahsilkan sebuah produk, yang hasilnya kemudian ditampilkan atau dipresentasikan.

Dengan pembelajaran dengan metode proyek diharapkan siswa menjadi terdorong

lebih aktif, kreatif, dan inovatif. Di samping metode tersebut peneliti menerapkan

metode Inquiry terbimbing sebagai variasi dalam pembelajaran kimia pada materi

termokimia sehingga diharapkan dapat meningkatkan prestasi siswa.

Metode inquiry terbimbing merupakan metode inquiry yang dilaksanakan

dengan bimbingan. Guru menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas

Page 24: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

kepada siswa. Sebagian perencanaan dibuat dari guru, siswa tidak merumuskan

masalah. Petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat

diberikan oleh guru. Petunjuk tersebut biasanya berbentuk pertanyaan-pertanyaan

yang sifatnya membimbing. Melalui penerapan pembelajaran ini, siswa yang

belum berpengalaman dalam pembelajaran ini akan termotivasi untuk belajar

memahami materi secara mandiri, tidak hanya menerima, mendengar dan

mengingat saja tapi dilatih untuk mengoptimalkan kemampuannya dan

kreativitasnya dalam menyerap informasi ilmiah, dilatih menjelaskan hasil

temuannya kepada pihak lain dan dilatih untuk memecahkan masalah yang ada

dalam kehidupan sehari-hari.

Selain model pembelajaran yang digunakan juga terdapat beberapa faktor

internal siswa yang perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran. Faktor-faktor

antara lain aktivitas belajar siswa, kemampuan awal siswa, kreativitas siswa,

motivasi belajar siswa, motivasi berprestasi siswa, sikap ilmiah siswa dan gaya

belajar siswa. Dalam pembelajaran kimia pada pendekatan kontekstual melalui

metode proyek dan Inquiry terbimbing khususnya pada materi termokimia

memerlukan kreativitas dan sikap ilmiah siswa, karena dalam materi tersebut

terdapat banyak sekali konsep-konsep yang harus dikembangkan dan dideskripsikan,

misalnya perubahan entalpi sutu reaksi, reaksi eksoterm, endoterm dan lain-lain.

Kreativitas (creativity) siswa merupakan faktor internal yang akan

mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar. Untuk dapat memiliki kemampuan

kreatif diperlukan latihan dan ketekunan dalam mengembangkan kognitif dan

psikomotorik. Kreativitas memungkinkan manusia untuk membuat dan memodifikasi

sesuatu. Menurut Uzer Usman dan Setiawati (1993: 11- ajar-

Page 25: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

mengajar anak golongan kreatif lebih mampu menemukan masalah-masalah dan

mampu memecahkannya pula, sehingga guru perlu memberi kesempatan yang seluas-

luasnya kepada anak yang kreatif sehingga bakat dan minatnya dapat berkembang

sesuai dengan potensi y

dalam proses pembelajaran sangat penting untuk diperhatikan.

Di dalam pembelajaran kimia guru cenderung kurang memperhatikan

kreativitas siswa, guru hanya sekedar memberikan pembelajaran di dalam kelas dan

pada saat praktikum guru sudah memberikan langkah-langkah percobaan pada materi

kimia tersebut dalam hal ini adalah materi termokimia padahal pada materi

termokimia merupakan materi yang memerlukan kreativitas siswa karena dalam

mempelajari materi tersebut siswa harus dapat mengamati dan membuat reaksi serta

menuliskan persamaan reaksi pada kasus perubahan entalpi. Sehingga Siswa yang

kreativitasnya tinggi, unggul dalam belajar, memiliki rangsangan semangat dalam

belajar, mudah berinteraksi dengan siswa lain, dan mengerti bagaimana memecahkan

suatu persoalan dan meningkatkan peran siswa dalam pergaulan di sekolahnya.

Selain kreativitas siswa, sikap ilmiah juga berpengaruh terhadap prestasi

belajar siswa. Sikap ilmiah siswa adalah suatu sikap yang harus dimiliki oleh

siswa dalam pembelajaran karena sikap ilmiah ini memiliki beberapa unsur

seperti: sikap ingin tahu (curiosity), sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru

(originality), sikap kerjasama (cooperative), sikap tidak putus asa (perseverance),

sikap bertanggung jawab (responsibility), sikap berpikir bebas (independence in

thingking), sikap kedisiplinan (discipline) dalam pembelajaran. Akan tetapi dalam

hal ini guru masih kurang memperhatikan sikap ilmiah siswa pada saat

pembelajaran dan guru cenderung pasif dalam memberikan stimulus dan

Page 26: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

pemahaman ke siswa agar siswa cenderung mempunyai sikap jujur, tanggung

jawab, disiplin, tekun dan rasa ingin tahu siswa pada saat pembelajaran terutama

materi pembelajaran termokimia. Dalam materi termokimia, sikap ilmiah siswa

sangat diperlukan karena dalam kegiatan praktikum siswa harus teliti, jujur,

disiplin, teratur, mandiri dan menghargai pendapat orang lain, sehingga siswa

harus memilki sikap ilmiah tersebut dalam melakukan praktikum pada materi

termokimia. Dengan sikap ilmiah yang tinggi, prestasi belajar dari materi

termokimia akan meningkat karena siswa semakin ingin tahu dan termotivasi

dalam kegiatan pembelajaran.

Materi termokimia adalah salah satu materi pokok yang diajarkan pada

siswa SMA 1 Sukoharjo kelas XII IPA semester gasal. Termokimia merupakan

cabang ilmu yang mempelajari perubahan energi (kalor/panas) yang sangat

penting dan banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Antara lain ketika kita

menghangatkan tubuh jika didekatkan pada kayu yang terbakar, bahan bakar

(bensin, batu bara, solar), lampu yang menyala dan lain-lain. Sifat-sifat

termokimia perlu dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu

kemungkinan menggunakan metode proyek dan metode inquiry terbimbing yang

merupakan pembelajaran konstektual cocok untuk mengajarkan materi pokok

termokimia dan diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas, terdapat beberapa

masalah yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

Page 27: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

1. Materi termokimia merupakan materi yang dianggap sulit oleh siswa, hal itu

ditunjukkan dengan rata-rata nilai prestasi belajar siswa yang rendah, dan

masih belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan

oleh sekolah yaitu siswa mendapat nilai hun 2010/2011.

2. Dalam proses pembelajaran kimia selama ini masih berpusat pada guru belum

melibatkan siswa aktif.

3. Kemampuan guru untuk memilih metode pembelajaran yang akan digunakan

masih rendah sehingga pembelajaran yang diterapkan kurang variatif

(monoton).

4. Siswa belum diikutsertakan dalam proses pembangunan pemahaman

pada pembelajaran materi pokok termokimia

5. Dalam pembelajaran kimia, model pembelajaran yang dapat diterapkan antara

lain model pembelajaran kooperatif, pendekatan kontekstual, Quantum

learning, Problem Base Learning (PBL), Problem Solving, dan lain-lain.

Namun pada kenyataannya, masih banyak model pembelajaran yang belum

diterapkan di kelas.

6. Materi termokimia merupakan cabang ilmu yang mempelajari perubahan

energi (kalor / panas) yang sangat penting dan banyak dijumpai dalam

kehidupan sehari-hari, untuk itu metode proyek dan metode inquiry

terbimbing dapat digunakan pada materi termokimia, namun kenyataannya

kedua metode pembelajaran tersebut masih jarang diterapkan.

7. Guru belum memperhatikan faktor internal siswa yang dapat menentukan

keberhasilan pembelajaran pada materi termokimia antara lain kreativitas

Page 28: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

siswa, dan sikap ilmiah siswa.

8. Dalam pembelajaran guru belum memberikan kesempatan kepada siswa

untuk menemukan dan menerapkan idenya sendiri apa yang dipelajari,

sehingga perlu pendekatan pembelajaran yang dapat melibatkan aktivitas

siswa, membuat pelajaran yang bermakna dalam kehidupannya sehari-hari.

9. Hasil belajar pada umumnya dibagi menjadi 3 kelompok kemampuan (ranah)

yaitu kemampuan berpikir (kognitif), sikap (afektif) dan kemampuan berbuat

(psikomotor), namun pada kenyataannya guru belum menitik beratkan pada

kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa.

10. Pada kelas XI IPA semester gasal terdapat beberapa materi yang harus

dipelajari siswa seperti struktur atom, sistem periodik dan ikatan kimia,

termokimia, laju reaksi, dan kesetimbangan kimia. Siswa masih kesulitan

menguasai materi-materi tersebut karena guru belum melaksanakan

pembelajaran kimia sesuai karakteristik materi tersebut.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, maka agar lebih jelas dan terarah

pembahasan dibatasi pada hal-hal berikut:

1. Pendekatan pembelajaran dengan pendekatan CTL (Contextual Teaching and

Learning)

2. Metode pembelajaran: Metode Pembelajaran yang digunakan dalam

penelitian adalah metode proyek dan metode inquiry terbimbing.

3. Faktor internal siswa yang diteliti adalah kreativitas dan sikap ilmiah siswa.

Page 29: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

4. Kreativitas: kreativitas yang dimaksud adalah kemampuan siswa

berkreatifitas mencari, membuat, meniliti dan mendiskusikan dalam proses

belajar. Kreativitas siswa dikategorikan dalam kreativitas tinggi dan rendah.

5. Sikap ilmiah: Sikap ilmiah yang dimaksud adalah sikap ingin tahu, sikap

kritis, sikap objektif, menghargai hasil karya orang lain, tekun dan bersikap

terbuka. Sikap ilmiah siswa dikategorikan dalam sikap ilmiah siswa tinggi

dan rendah.

6. Prestasi belajar: Prestasi belajar siswa yang diukur dalam penelitian ini ditinjau dari

aspek kognitif dan afektif.

7. Materi pokok: Materi pokok kimia yang dipilih dalam penelitian adalah

materi pokok termokimia.

D. Rumusan Masalah

Masalah pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini, dapat dirumuskan

sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran

metode proyek dengan siswa yang diberi metode inquiry terbimbing pada

materi pokok termokimia?

2. Apakah ada pengaruh prestasi belajar antara siswa yang memilki sikap ilmiah

yang tinggi dengan siswa yang memiliki sikap ilmiah yang rendah dalam

mempelajari materi pokok termokimia?

3. Apakah ada pengaruh prestasi belajar antara siswa yang memiliki kreativitas

tinggi, dengan siswa yang memiliki kreatifitas yang rendah dalam

mempelajari materi pokok termokimia?

Page 30: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

4. Apakah ada interaksi antara metode pembelajaran dengan sikap ilmiah

terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok termokimia?

5. Apakah ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kreatifitas terhadap

prestsi belajar siswa pada materi pokok termokimia?

6. Apakah ada interaksi antara sikap ilmiah dan kreatifitas terhadap prestasi

belajar siswa pada materi pokok termokimia?

7. Apakah ada interaksi antara metode pembelajaran, sikap ilmiah dan

kreatifitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok termokimia?

E. Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh prestasi belajar siswa antara siswa yang diberi pembelajaran kimia

dengan metode proyek dengan siswa yang diberi metode inquiry terbimbing

pada materi pokok termokimia.

2. Pengaruh prestasi belajar antara siswa yang mempunyai sikap ilmiah yang

tinggi dengan siswa yang memiliki sikap ilmiah yang rendah.

3. Pengaruh prestasi belajar antara siswa yang memiliki kreatifitas tinggi dengan

siswa yang memiliki kreatifitas rendah.

4. Ada tidaknya interaksi antara metode pembelajaran dengan sikap ilmiah

terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok termokimia.

5. Ada tidaknya interaksi antara metode pembelajaran dengan kreatifitas

terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok termokimia.

6. Ada tidaknya interaksi antara sikap ilmiah dan kreatifitas terhadap prestasi

Page 31: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

belajar siswa pada materi pokok termokimia.

7. Ada tidaknya interaksi antara metode pembelajaran, sikap ilmiah dan

kreatifitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok termokimia.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat. Adapun manfaat yang

diharapkan dari penelitian ini ada dua yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis

sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

1. Menambah khasanah ilmu pengetahuan alam tentang penggunaan pendekatan

CTL (Contextual Teaching and Learning) menggunakan metode proyek dan

metode inquiry terbimbing.

2. Sebagai alternatif untuk mengaktifkan siswa dalam pemnbelajaran kimia

melalui metode proyek dan metode inquiry terbimbing.

3. Sebagai pijakan dalam mengembangkan penelitian-peneilitian yang

menggunakan metode proyek dan metode inquiry terbimbing.

4. Kepada guru dalam kegiatan belajar mengajar agar memperhatikan sikap

ilmiah yang berbeda pada siswanya.

5. Kepada guru dalam kegiatan belajar mengajar agar memperhatikan kreatifitas

yang berbeda pada siswanya.

2. Manfaat Praktis 1. Memberikan masukan dalam pemilihan metode pembelajaran yang

diharapkan dapat lebih mengaktifkan dan meningkatkan prestasi belajar

Page 32: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

siswa.

2. Sebagai sumbangan informasi tentang gambaran nyata pembelajaran kimia

yang menggunakan metode proyek dan inquiry terbimbing dtinjau dari sikap

ilmiah dan kemampuan kreatifitas siswa pada materi pokok termokimia.

3. Memberikan masukan pada guru untuk menumbuhkan wawasan bersikap

ilmiah dan menigkatkan kreatifitas siswa dalam proses belajar mengajar.

4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi peneliti lain

untuk melakukan pengembangan penelitian yang sejenis.

Page 33: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Kimia

a. Pembelajaran Kimia

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan

yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan

pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan

kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses

untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Menurut Mulyati

Arifin (2005: 2) pembelajaran merupakan kegiatan belajar mengajar ditinjau dari

sudut kegiatan siswa, berupa pemberian pengalaman belajar siswa (PBS), yang

direncanakan guru untuk membangun pengetahuan baru dan mengaplikasikannya

(learning process) . Proses pembelajaran merupakan suatu kesatuan dari cara

seseorang untuk belajar. Khususnya dalam ilmu kimia, yang melibatkan beberapa

macam metode belajar yang berbeda-beda sehingga peserta didik akan cepat

menguasai pokok bahasan yang dipelajari.

Kimia merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan

berdasarkan percobaan namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga

diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori. Kimia adalah ilmu yang

mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala

Page 34: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika,

dan energetika zat. Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak

terpisahkan, yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta,

konsep, prinsip, hukum, dan teori) temuan ilmuwan dan kimia sebagai proses

(kerja ilmiah).

Ilmu kimia mempunyai ciri-ciri yang khas sehingga dalam

mempelajarinya diperlukan teknik belajar yang khas dan tertentu pula. Wiseman

(dalam Rumansyah, 2002: 172) mengemukakan bahwa ilmu kimia merupakan

salah satu pelajaran tersulit bagi kebanyakan siswa menengah dan mahasiswa .

Kesulitan mempelajari ilmu kimia ini terkait dengan ciri-ciri ilmu kimia itu sendiri

yang disebutkan oleh Kean dan Middlecamp (dalam Rumansyah, 2002: 172)

sebagai berikut: (1) Sebagian besar ilmu kimia bersifat abstrak. Atom, molekul,

dan ion merupakan materi dasar kimia yang tidak nampak, yang menuntut siswa

dan mahasiswa membayangkan keberadaan materi tersebut tanpa mengalaminya

secara langsung. Karena atom merupakan pusat kegiatan kimia, maka walaupun

kita tidak melihat atom secara langsung, tetapi dalam angan-angan kita dapat

membentuk suatu gambar untuk mewakili sebuah atom, misalnya sebuah atom

oksigen kita gambarkan sebagai bulatan. (2) Ilmu kimia merupakan

penyederhanaan dari yang sebenarnya. Kebanyakan objek yang ada di dunia ini

merupakan campuran zat-zat kimia yang kompleks dan rumit. Agar mudah

dipelajari, maka pelajaran kimia dimulai dari gambaran yang disederhanakan,

dimana zat-zat dianggap murni atau hanya dua atau tiga zat saja. Dalam

penyederhanaannya diperlukan pemikiran dan pendekatan tertentu agar siswa atau

Page 35: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

mahasiswa tidak mengalami salah konsep dalam menerima materi yang diajarkan

tersebut. (3) Sifat ilmu kimia berurutan dan berkembang dengan cepat. Seringkali

topik-topik ilmu kimia harus dipelajari dengan urutan tertentu. Misalnya, kita

tidak dapat menggabungkan atom-atom untuk membentuk molekul, jika atom

karakteristiknya tidak dipelajari terlebih dahulu. Di samping itu, perkembangan

ilmu kimia itu sangat cepat, seperti pada bidang biokimia yang menyelidiki

tentang rekayasa genetika, kloning, dan sebagainya. Hal ini menuntut kita semua

untuk lebih cepat tanggap dan selektif dalam menerima semua kemajuan tersebut.

(4) Ilmu kimia tidak hanya sekedar memecahkan soal. Memecahkan soal-soal

yang terdiri dari angka-angka (soal numerik) merupakan bagian yang penting

dalam mempelajari kimia. Namun, kita juga harus mempelajari deskripsi seperti

fakta kimia, aturan-aturan kimia, peristilahan kimia, dan lain-lain. (5)

Bahan/materi yang dipelajari dalam ilmu kimia sangat banyak. Dengan banyaknya

bahan yang harus dipelajari, siswa ataupun mahasiswa dituntut untuk dapat

merencanakan belajarnya dengan baik, sehingga waktu yang tersedia dapat

digunakan seefisien mungkin.

Menurut Arifin (dalam Rumansyah, 2002: 172), kesulitan siswa dalam

mempelajari ilmu kimia dapat bersumber pada: (1) Kesulitan dalam memahami

istilah. Kesulitan ini timbul karena kebanyakan siswa hanya hafal akan istilah dan

tidak memahami dengan benar maksud dari istilah yang sering digunakan dalam

pelajaran kimia. (2) Kesulitan dalam memahami konsep kimia. Kebanyakan

konsep-konsep dalam ilmu kimia maupun materi kimia secara keseluruhan

merupakan konsep atau materi bersifat abstrak. (3) Kesulitan Angka. Dalam

Page 36: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

pengajaran kimia siswa dituntut untuk terampil dalam rumusan/operasi matematis.

Namun, sering dijumpai siswa yang kurang memahami rumusan tersebut. Hal ini

disebabkan karena siswa tidak mengetahui dasar-dasar matematika dengan baik,

siswa tidak hafal rumusan matematika yang banyak digunakan dalam

perhitungan-perhitungan kimia, sehingga siswa tidak terampil dalam

menggunakan operasi-operasi dasar matematika.

Menurut Sastrawijaya (1988: 33), pembelajaran kimia harus

memperhatikan hal-hal berikut: (i) Materi pelajaran yang disesuaikan dengan

perkembangan ilmu kimia (ii) Memberikan pengertian yang baik dan mendalam

tentang bidang kimia. (iii) Memberikan wawasan mengenai cara berpikir

ilmiah.(iv) Memberikan pengalaman kerja kimia nyata dan merangsang siswa

berpikir secara kritis dan ilmiah melalui kerja praktek di laboratorium. (v)

Menyadarkan siswa akan kegunaan ilmu kimia dalam industri dan kehidupan

sehari-hari.

b. Belajar

Belajar menurut W. S. Winkel (2007: 59) mengemukakan: Belajar adalah

suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung interaktif aktif dengan lingkungan,

yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan

Gagne

untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan

mengemukakan delapan fase dalam sutu tindakan belajar (learning act). Adapun

Page 37: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

kedelapan fase tersebut, 1) fase motivasi, 2) fase pengenalan (apprehending

phase), 3) fase perolehan (acquisition phase), 4) fase retensi, 5) fase generalisasi,

7) fase penampilan dan 8) fase umpan balik. Bruner berpendapat bahwa belajar

merupakan pencarian pengetahuan secara aktif oleh individu, dan dengan

sendirinya memberikan hasil yang paling baik . Berusaha sendiri untuk mencari

pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan

pengetahuan yang benar-benar bermakna (Ratna Wilis Dahar, 1988:125)

Pendapat Bruner ini dikenal dengan istilah belajar penemuan (discovery learning).

Sedangkan Menurut Slameto (2003:

dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya Sedangkan Ormond dalam Correiro, Griffin, Hart (2008: 457)

mendefinisikan sebagai berikut:

Learning is an active process emphasizing purposeful interaction and the use of knowledge in a meaningful environment. Scientific experiments are, by nature, inquiry-based activities; developing scientists must learn to propose hypotheses, design experiments, and select appropriate materials. Many cognitive psychologists have portrayed learning as a process of creating individual meaning and understanding from personal experiences, a perspective referred to as constructivism .

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa

belajar adalah merupakan perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalamannya

(mengalami) sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Seseorang

dikatakan telah belajar bila telah mengalami perubahan tingkah laku (behavior).

Perubahan tingkah laku tersebut meliputi perubahan pengetahuan atau

pemahaman (cognitive), sikap atau nilai (afective), dan keterampilan motorik

Page 38: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

(psichomotorik). Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran perlu: (1) berpusat pada

peserta didik; (2) mengembangkan kreativitas peserta didik; (3); menciptakan

kondisi menyenangkan, bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestika. (4);

menyediakan pengalaman belajar yang beragam. Untuk dapat lebih memahami

pengertian belajar dan bagaimana proses belajar, berikut ini adalah beberapa teori

belajar yang dikemukakan oleh para tokoh yang mendukung dan mendasari pada

pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning).

2. Teori Belajar

Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana

terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam pikiran siswa itu.

Berdasarkan teori belajar, diharapkan suatu pembelajaran dapat lebih

meningkatkan perolehan siswa sebagai hasil belajar.

a. Teori Belajar Konstruktivisme

Teori pembelajaran konstruktivis (constructivist theories of learning) dalam

Triyanto (Triyanto, 2007:13) adalah

Siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.

Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting adalah

bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa tetapi

siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat

memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa

Page 39: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa

menjadi sadar dan secara sadar siswa menggunakan strategi mereka sendiri untuk

belajar.

Pembelajaran dengan teori ini akan efektif jika didasarkan pada empat

komponen dasar antara lain: 1) pengetahuan (knowledge), yaitu pembelajaran

harus mampu dijadikan sarana untuk tumbuh kembangnya pengetahuan bagi

siswa. 2) ketrampilan (skill), pembelajaran harus benar-benar memberikan

ketrampilan siswa baik ketrampilan intelektual (kognitif), ketrampilan moral

(afektif), dan ketrampilan mekanik (psikomotorik). 3) sifat alamiah (disposition),

proses pembelajaran harus benar-benar berjalan secara alamiah, tanpa ada paksaan

dan tidak semata-mata rutinitas belaka. 4) perasaan (feeling), perasaan ini

mampu menumbuhkan kepekaan sosial terhadap dinamika dan problematika

kehidupan M. 2008 :73). Dari pendapat tersebut, maka

pembelajaran dengan teori ini memberikan perkembangan pengetahuan siswa dan

kemampuan siswa untuk menyusun dan membangun makna atas pengalaman baru

yang didasarkan pada pengetahuan tertentu, sehingga strategi pemerolehan

pengetahuan lebih di utamakan di bandingkan dengan seberapa banyak siswa

mendapatkan dan atau mengingat pengetahuan.

Pembelajaran metode proyek dan inquiry Terbimbing sesuai dengan

konstruktivisme. Dalam pembelajaran, siswa mengkonstruksi pengetahuan

melalui pengalaman sosial dengan berdiskusi dalam kelompok, mencari informasi

melalui refrensi dan melakukan percobaan-percobaan. Siswa melakukan

Page 40: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

klarifikasi, perubahan, dan penerapan ide di dalam kerja kelompok pada

pembelajaran.

b. Teori Belajar Kognitif

Teori kognitif didasarkan pada asumsi bahwa kemampuan kognitif

merupakan sesuatu yang fundamental dan membimbing tingkah laku anak.

Tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang

situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan perubahan

persepsi dan pemahaman yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat

diamati dan diukur. Beberapa tokoh yang mengemukakan tentang teori belajar

kognitif, diantaranya yaitu :

1) Teori Perkembangan Kognitif (Jean Piaget)

Menurut Piaget dalam Ratna Wilis (1989:152) proses belajar akan terjadi

bila mengikuti tahap-tahap asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi atau

penyeimbangan. Piaget mengelompokan tahap-tahap perkembangan kognitif

seorang anak menjadi empat tahap, yaitu (1) Sensory-motor (0-2 tahun) yaitu anak

mengenal lingkungan dengan indera-inderanya (sensori) dan tindakan-

tindakannya (motorik). (2) Pra-operational (2-7 tahun), pada tahap ini anak

belum mampu melakukan operasi mental dan tidak mempunyai kemampuan

untuk memecahkan masalah-masalah yang memerlukan berpikir reversibel. (3)

Operational konkret (7-11 tahun), tahap ini merupakan permulaan anak mulai

berfikir secara rasional, akan tetapi belum dapat berurusan dengan materi-

materi abstrak seperti hipotesis; dan (4) Operational formal (11 tahun keatas),

Page 41: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

pada tahap ini anak dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya, untuk

membentuk operasi-operasi yang lebih kompleks. Kemajuan utama pada anak

selama periode ini ialah ia tidak perlu berfikir dengan pertolongan benda-benda

atau peristiwa-peristiwa yang konkret, ia mempunyai kemampuan untuk berfikir

abstrak. Dengan demikian pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat

perkembangan dan pertumbuhan kognitif siswa karena siswa Sekolah Menengah

Atas berada pada tahap perkembangan operasional formal. Pada tahap ini siswa

dapat mengidentifikasi masalah, membuat hipotesis, melakukan penelitian

terkontrol, menghubungkan bukti percobaan dengan teori serta memahami

penjelasan yang kompleks dari ranah deduktif ke induktif siswa dan juga logika.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran proyek dan inquiry terbimbing

sesuai dengan teori belajar kognitif. Dimana metode proyek dan inquiry

terbimbing menekankan pada pembentukkan kemandirian dan kemampuan

kognitif melalui diskusi kelompok dan percobaan untuk memecahkan masalah.

Siswa melakukan proses asimilasi informasi yaitu dengan mencocokkan apa yang

mereka ketahui dengan yang diketahui siswa melalui percobaan dalam

pembelajaran termokimia.

2) Teori belajar bermakna (Ausubel)

Ausubel adalah seorang ahli psikologi kognitif. Inti dari teori Ausubel

tentang belajar bermakna (dalam Ratna Wilis,1989: 302)

Belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Dalam mengaitkan konsep-konsep ini Ausubel mengemukakan dua prinsip, yaitu prinsip diferensiasi progresif dan prinsip rekonsiliasi integratif. Kedua prinsip ini memperlihatkan bagaimana struktur kognitif siswa dipengaruhi secara optimal melalui mengajar, apapun bidang

Page 42: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

studinya. Menurut Ausubel ,dalam satu seri pelajaran hendaknya siswa diperkenalkan terlebih dahulu pada konsep-konsep yang paling umum atau paling inklusif. Sesudah itu materi pelajaran disusun secara berangsur-angsur menjadi konse-konsep yang lebih khusus. Dengan perkataan lain, model belajar Ausubel pada umumnya berlangsung dari umum ke khusus. Prinsip kedua yang dikemukakan Ausubel ialah prinsip rekonsiliasi integratif atau penyesuaian integratif, menurut prinsip ini dalam mengajar, konsep-konsep atau gagasan-gagasan perlu diintegrasikan dan disesuaikan dengan konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya.Dengan kata lain guru hendaknya menunjukkan pada siswa bagaimana konsep-konsep dan prinsip-prinsip itu salaing berkaitan. Untuk mencapai rekonsiliasi integratif materi pelajaran hendaknya disusun sedemikian rupa, hingga kita bergerak ke atas dan ke bawah hirarki-hirarki konseptual waktu disajikan informasi baru.

Dengan menggunakan strategi ini, guru diharapkan mengajarkan konsep-

konsep yang paling inklusif dahulu, kemudian konsep-konsep yang kurang

inklusif, dan setelah itu baru mengajarkan hal-hal yang khusus. Proses

penyusunan konsep semacam ini disebut diferensiasi progresif. Konsep atau

gagasan perlu diitegrasikan dengan konsep yang telah dipelajari sebelumnya.

Dalam mempelajari materi larutan termokimia diperlukan strategi pembelajaran

yang bermakna bagi siswa karena kalor/panas banyak berkaitan dengan kehidupan

nyata siswa.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa inti dari teori belajar

bermakna ausubel adalah proses belajar yang akan mendatangkan hasil atau

kebermaknaan jika guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat

menghubungkan dengan konsep relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif

siswa. Pada penelitian in, proses pembelajaran bermakna terjadi pada kedua

metode yaitu metode proyek dan inquiry terbimbing. Pada kedua metode ini

pembelajaran bermakna terjadi ketika diskusi kelompok dalam membuat konsep

percobaan untuk memecahkan masalah. Dalam proses diskusi tersebut masing-

Page 43: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

masing siswa dalam kelompoknya menyamakan persepsi atau pendapat sehingga

masing-masing siswa dapat menghubungkan informasi baru dengan struktur

kognitif yang sebelumnya sudah ada pada siswa. Hal ini akan dapat

meminimalisir kesalahan konsepsi pada masing-masing siswa untuk memahami

konsep percobaan dan membuat situasi belajar pada siswa tidak hanya sekedar

hafalan tetapi menjadi lebih bermakna.

3) Teori Belajar Penemuan (Bruner)

Bruner berpendapat bahwa manusia mempunyai kapasitas dan

kecenderungan untuk berubah karena menghadapi kejadian yang umum. Ingatan

mempunyai beberapa fase, yaitu waktunya sangat singkat (extremely short term)/

ingatan segera (immediate memory) (item hanya dapat disimpan dalam beberapa

detik). Ingatan jangka pendek (short term) (items dapat ditahan dalam beberapa

menit), ingatan jangka panjang (long term) (penyimpanan berlangsung beberapa

jam sampai seumur hidup). Bruner menganggap, bahwa belajar itu meliputi tiga

proses kognitif, yaitu memperoleh informasi baru, transformasi pengetahuan, dan

menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Pandangan terhadap belajar yang

disebutnya sebagai konseptualisme instrumental itu, didasarkan pada dua prinsip,

yaitu pengetahuan orang tentang alam didasarkan pada model-model mengenai

kenyataan yang dibangunnya, dan model-model itu diadaptasikan pada kegunaan

bagi orang itu. Pematangan intelektual atau pertumbuhan kognitif seseorang

ditunjukkan oleh bertambahnya ketidaktergantungan respons dari sifat stimulus.

Pertumbuhan itu tergantung pada bagaimana seseorang menginternalisasi

peristiwa-peristiwa menjadi suatu

Page 44: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

lingkungan. Pertumbuhan itu menyangkut peningkatan kemampuan seseorang

untuk mengemukakan pada dirinya sendiri atau pada orang lain tentang apa yang

telah atau akan dilakukannya. Menurut Bruner pengetahuan yang diperoleh

melalui belajar penemuan bertahan lama, dan mempunyai efek transfer yang lebih

baik. Dalam pembelajaran kontektual ini siswa melakukan tugas berupa proyek-

proyek kimia dalam hal ini adalah materi termokimia maka siswa akan melakukan

pembelajaran penemuan. Siswa mengolah apa yang diketahuinya itu kepada satu

corak dalam keadaan baru.

Sesuai dengan teori Bruner, bahwa belajar merupakan suatu proses aktif

memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar informasi yang

diberikan kepada dirinya. Maka dalam pembelajaran kontektual dengan metode

proyek dan inquiry terbimbing dalam penelitian ini, siswa SMA akan mengalami

mencari masalah melalui penyelidikan dan penemuan serta pemecahannya di

butuhkan adanya aktivitas, pemeliharaan dan pengarahan. Artinya bahwa kegiatan

belajar akan berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu

aturan dan kesimpulan tertentu. Dengan perkataan lain, anak dibimbing dalam

memahami sesuatu dari yang paling khusus (deduktif) menuju yang paling

kompleks (induktif), bukanya konsep yang lebih dahulu diajarkan, akan tetapi

contoh-contoh kongkrit dari kejujuran itu sendiri

Dengan pendekatan kontekstual melalui metode proyek dan inquiry

terbimbing ini diharapkan pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan

bertahan lama, dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan

meningkatkan penalaran dan kemampuan berfikir secara bebas dan melatih

Page 45: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah.

Dengan mempertimbangkan kelebihan pembelajaran dengan pendekatan

kontektual dengan metode proyek dan inquiry terbimbing maka perlu menerapkan

pembelajaran ini untuk masalah kelemahan pembelajaran kimia di SMA Negeri 1

Sukoharjo.

4) Teori belajar Albert Bandura (Teori Belajar Sosial)

Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura. Berbeda dengan penganut

Behaviorisme lainnya, Bandura memandang perilaku individu tidak semata-mata

refleks otomatis atas stimulus, melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai

hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Teori

belajar sosial menekankan bahwa lingkungan-lingkungan yang dihadapkan pada

seseorang, tidak random.lingkungan-lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah

oleh orang itu melalui perilakunya. Suatu perspektif belajar sosial menganalisis

hubungan kontinu antara variabel-variabel lingkungan, ciri-ciri pribadi, dan

perilaku terbuka dan tertutup seseorang (Ratna Wilis, 1989 : 27).

Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu

terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan

penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang

pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang

individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu

dilakukan.

Model pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Contextual

Teaching and Learning melalui metode proyek dan inquiry terbimbing sesuai

Page 46: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

dengan teori tersebut, karena di dalam proses pembelajaran siswa akan diberi

kebebasan untuk mengembangkan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Siswa

terlatih untuk belajar membuktian teori dari masalah yang timbul, mengumpulkan

data, menganalisis data dan menyimpulkan melalui diskusi dengan kelompok

belajarnya dengan bimbingan seorang guru. Siswa dapat mencontoh, belajar atau

melakukan sesuatu dengan perilaku (modeling) yang diberikan baik dari siswa ke

guru maupun antar siswa ke siswa. Dalam penelitian ini misalnya siswa

dibimbing untuk menerapkan pemanfaatan materi termokimia dalam kehidupan

sehari-hari dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning melalui metode

proyek dan inquiry terbimbing, sehingga konsep termokimia yang dipelajari

akan semakin mudah dipahami dan dikembangkan oleh siswa.

3. CTL (Contextual Teaching and Learning)

Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat

berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman bagi para siswa. Pengalaman

belajar lebih menunjukkan kaitan unsur unsur konseptual menjadikan proses

pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan sisi bidang

kajian yang relevan akan membentuk skema (konsep), sehingga siswa akan

memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Perolehan keutuhan belajar,

pengetahuan, serta kebulatan pandangan tentang kehidupan dan dunia nyata hanya

dapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu. Metodologi mengajar adalah

ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari

sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling

berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan

Page 47: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai. Agar tujuan pengajaran

tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka perlu

mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat

mengajar. Salah satu pendekatan pembelajaran adalah pendekatan kontektual

(CTL: Contextual Teaching and Learning ). Menurut Johnson, (2007: 67) dalam

menyatakan bahwa,

Pendekatan CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para peserta didik melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini, sistem tersebut meliputi delapan komponen berikut: membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti, melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, melakukan kerjasama, berpikir kritis dan kreatif, membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan penilaian autentik. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi

siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa

bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi

pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil belajar. Hasil pembelajaran

diharapkan lebih bermakna bagi siswa untuk memecahkan persoalan, berpikir

kritis dan melaksanakan observasi serta menarik kesimpulan dalam kehidupan

jangka panjangnya. Dalam konteks itu ,siswa perlu mengerti apa makna belajar,

apa manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Mereka

sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dengan begitu

mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk

hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan

berupaya menggapainya. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai

Page 48: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

pengarah dan pembimbing. Blanchard, Bern dan Erickson (dalam Kokom Komalasari

2009:262) mengemukakan bahwa:

Contextual learning is a teaching and learning concept that helps teachers to relate the materials taught with the real world situation and encourages the students to make correlation between their existing knowledge and its application in their lives as the members of family, society and the nation. Therefore, contextual learning enables the students to relate the material content with daily life context to discover the meaning .

Menurut Nurhadi (2004; 5), menyatakan bahwa:

Dalam pembelajaran kontekstual guru bukan lagi seorang yang paling tahu, guru layak untuk mendengarkan siswa-siswanya. Guru bukan lagi satu-satunya penentu kemajuan siswa-siswanya. Guru adalah seorang pendamping siswa dalam pencapaian kompetensi dasar. Ada tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual, yaitu: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).

Dari pendapat tersebut maka dalam pembelajaran seorang pendidik harus

bias mengkaitkan pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari sehingga

pembelajaran bagi siswa tidak menjadi hal yang sulit bahkan dapat meningkatkan

kreativitas dan pemahaman mereka terhadap materi pelajaran.

a. Konstruktivisme (Constructivism)

Konstruktivisme (constructivism) merupakan landasan berfikir (filosofi)

pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi

sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak

sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau

kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi

pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu

Page 49: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu

memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan

pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivis adalah ide

bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi

kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik

mereka sendiri.

Dengan dasar itu pembelajaran harus dikemas menjadi proses

mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa

membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses

belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru.

b. Bertanya (Questioning)

P

Questioning (bertanya) merupakan pendekatan pembelajaran CTL. Bertanya

dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong,

membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa kegiatan

bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang

berbasis inquiry, yaitu menggali informasi, menginformasikan apa yang sudah

diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.

Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna

untuk: 1) menggali informasi baik administrasi maupun akademis, 2) mengecek

pemahaman siswa, 3) membangkitkan respon kepada siswa, 4) mengetahui sejauh

mana keingintahuan siswa, 5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, 6)

memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7) untuk

Page 50: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, 8) untuk menyegarkan

kembali pengetahuan siswa.

Hampir pada semua aktivitas belajar questioning dapat diterapkan : antara

siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara

siswa dengan orang lain yang didatangkan di kelas, dan sebagainya. Aktivitas

bertanya juga ditemukan saat siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika

menemui kesulitan, ketika mengamati dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan itu dapat

menimbulkan keinginan untuk bertanya.

c. Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis

CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil

mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru

harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan,

apapun materi yang diajarkannya. Adapun siklus inquiry adalah sebagai berikut :

1) Observasi (Observation), 2) Bertanya (Questioning), 3) Mengajukan dugaan

(Hyphotesis), 4) Pengumpulan data (Data gathering), 5) Penyimpulan

(Conclussion).

Pembelajaran berbasis inquiry merupakan strategi pembelajaran yang

berpola pada metode-metode sains dan memberikan kesempatan siswa untuk

pembelajaran bermakna. Suatu masalah diajukan dan metode ilmiah digunakan

untuk memecahkan masalah tersebut.

Langkah-langkah dalam pembelajaran inquiry antara lain : 1) Merumuskan

masalah (dalam pembelajaran apapun), 2) Mengamati atau melakukan observasi,

Page 51: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

3) Menganalisa dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan,tabel,

dan karya lainnya, 4) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada

pembaca, teman sekelas, guru, atau audien lain.

d. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran

diperoleh dari hasil kerjasama dengan orang lain. Ketika seorang anak baru

belajar meraut pensil dengan peraut elektronik, ia bertanya kepada temannya

asa,

menunjukkan cara mengoperasikan alat itu. Maka dua orang anak itu sudah

membentuk masyarakat belajar (learning community).

Hasil belajar diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok, dan

antara yang tahu dan belum tahu. Di ruang kelas, orang-orang yang ada di luar

kelas, semua adalah anggota masyarakat belajar. Di kelas CTL guru disarankan

selalu melaksanakan pembelajaran dalam bentuk kelompok-kelompok belajar.

Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen. Yang

pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberi tahu yang belum tahu, yang

cepat menangkap mengajari temannya yang lambat, yang mempunyai gagasan

segera memberi usul, dan seterusnya. Kelompok siswa dapat sangat bervariasi

bentuknya, baik keanggotaan, jumlah, bahkan bisa melibatkan siswa di kelas

atasnya, atau guru melakukan kolaborasi dengan mendatangkan seorang ahli ke

kelas.

e. Pemodelan (Modelling)

Pada saat pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu

Page 52: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

berlangsung, sebaiknya ada model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara

mengoperasikan sesuatu, atau guru memberi contoh cara mengerjakan sesuatu,

dengan demikian guru memberi model tentang bagaimana cara belajar. Dalam

pembelajaran CTL, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang

dengan melibatkan siswa. Seorang siswa dapat ditunjuk untuk memberi contoh

kompetensi yang harus dicapainya, model juga dapat didatangkan dari luar.

f. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir

ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Refleks

merupakan respon terhadap suatu kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru

diterima, dengan demikian siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi

dirinya. Realisasi dalam pembelajaran berupa: rangkuman tentang apa yang

dipelajari, catatan atau jurnal di buku siswa, kesan dan saran tentang pembelajaran

dan lain-lain.

g. Penilaian Yang Sebenarnya (Authentic Assesment)

Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa

memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan

siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami

proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan oleh guru

mengidentifikasi bahwa siswa mengalami kemacetan belajar, maka guru bisa

segera mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan belajar.

Page 53: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan sepanjang proses

pembelajaran, maka assesment tidak dilakukan di akhir periode (semester)

pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar (seperti Ujian Nasional

(UN)), tetapi dilakukan bersama dengan secara terintegrasi (tidak terpisahkan)

dari kegiatan pembelajaran.

Data yang dikumpulkan melalui kegiatan penilaian (assessment), bukanlah

untuk mencari informasi tentang belajar siswa. Pembelajaran yang benar memang

seharusnya ditekankan pada upaya membentuk siswa agar mampu mempelajari

(learning how to learn), bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin

informasi di akhir periode pembelajaran. Karena assessment menekankan pada

proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan

nyata yang dikerjakan siswa pada saat melaksanakan proses pembelajaran bukan

semata-mata hasil.

Menurut Nurhadi, 2004. Dalam pembelajaran CTL, langkah-langkah yang

ditempuh secara garis besarnya antara lain : 1) mengembangkan penilaian bahwa

anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri dan mengkonstruksi

sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya, 2) melaksanakan sejauh mungkin

kegiatan inquiry untuk semua topik, 3) mengembangkan sifat ingin tahu siswa

dengan bertanya, 4

akhir pertemuan 7) Penilaian yang sebenarnya.

Dalam pengelolaannya pembelajaran CTL ini dilakukan dengan model

daur belajar yang dikemukakan oleh Martin dkk: 1) kegiatan awal (eksplorasi),

Page 54: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

guru menyajikan fenomena untuk menggali pengetahuan awal siswa, 2) kegiatan

inti (eksplanasi), guru membimbing siswa merumuskan masalah dan hipotesis,

melakukan kegiatan eksperimen, mencatat data, menganalisis dan menyimpulkan

data, 3) pemantapan (ekspansi), guru mengaplikasikan penguasaan konsep melalui

kegiatan menjawab pertanyaan dalam penuntun belajar, 4) penilaian (evaluasi),

guru melakukan penilaian melalui kegiatan presentasi dan pertanyaan-pertanyaan

yang bersifat reflektif.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran CTL memiliki

kelebihan antara lain: 1) meningkatkan akademik siswa, 2) siswa menjadi lebih

aktif, 3) siswa praktik, bukan menghafal, 4) siswa dilatih untuk berfikir kritis, 5)

siswa dibiasakan untuk memecahkan masalah.

Disamping memiliki kelebihan, pembelajaran CTL juga memiliki

beberapa kekurangan yaitu : 1) kegiatan belajar mengajar membutuhkan waktu

yang lebih lama, 2) keadaan kelas yang cenderung ramai jika siswa kurang

memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk belajar dalam kelompok, 3)

memerlukan persiapan rumit untuk melaksanakannya.

Materi termokimia banyak mempelajari zat - zat yang ada dan banyak

digunakan dalam kehidupan sehari-hari, baik yang terdapat dalam bahan

makanan, obat-obatan maupun sebagai bahan rumah tangga. Penggunaan

pendekatan CTL dalam mempelajari larutan termokimia diharapkan dapat

mendorong motivasi dan kreativitas siswa lebih giat dalam belajar karena

berkaitan dengan lingkungan kehidupan siswa sehari-hari, sehingga lebih

bermakna bagi siswa.

Page 55: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

4. Metode Proyek

Metode proyek merupakan suatu metode

instruksional yang melibatkan penggunaan alat dan bahan yang diusahakan oleh

siswa secara perorangan atau kelompok kecil siswa, untuk mencari jawaban

terhadap suatu masalah dengan perpaduan teori-teori dari berbagai

(Ratna Wilis Dahar, 1986: 16). Konsep dan karakteristik pembelajaran Metode

Proyek adalah sebuah model atau pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang

menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang komplek. Fokus

pembelajaran terletak pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti dari suatu

disiplin studi, melibatkan pebelajar dalam investigasi pemecahan masalah dan

kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain, memberi kesempatan pebelajar bekerja

secara otonom mengkonstruk pengetahuan mereka sendiri, dan mencapai

puncaknya menghasilkan produk nyata.

Pengajaran metode proyek (Project Method) membutuhkan suatu

pendekatan pengajaran komprehensif dimana lingkungan belajar siswa didesain

agar dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah autentik termasuk

pendalaman materi dari suatu topik mata pelajaran, dan melaksanakan tugas

bermakna lainnya. Pendekatan ini memperkenankan siswa untuk bekerja secara

mandiri dalam membentuk pembelajarannya, dan mengkulminasikannya dalam

produk nyata. Menurut Nurhadi (dalam Nurhadi,2004 : 77).

Pembelajaran Metode Proyek memiliki potensi yang amat besar untuk membuat pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna untuk pembelajar. Dalam pembelajaran ini, pebelajar menjadi terdorong lebih aktif di dalam belajar mereka, instrutur berposisi di belakang dan pebelajar berinisiatif, instruktur memberi kemudahan dan mengevaluasi proyek baik kebermaknaannya maupun penerapannya untuk kehidupan

Page 56: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

mereka sehari-hari. Produk yang dibuat pebelajar selama proyek memberikan hasil yang secara autentik dapat diukur oleh guru dalam pembelajarannya. Oleh karena itu, di dalam pembelajaran Metode Proyek, guru tidak lebih aktif dan melatih secara langsung, akan tetapi guru menjadi pendamping, fasilitator, dan memahami pikiran pebelajar.

Masalah proyek pembelajar dapat disiapkan dalam kolaborasi dengan guru

tunggal atau ganda, sedangkan pebelajar belajar di dalam kelompok kolaboratif 4-

5 orang. Ketika pebelajar bekerja di dalam tim, mereka menemukan ketrampilan

merencanakan, mengorganisasi, negosiasi, dan membuat konsensus tentang isu-

isu tugas yang akan dikerjakan, siapa yang beertanggung jawab untuk setiap

tugas, dan bagaimana informasi akan dikumpulkan dan disajikan. Ketrampilan-

ketrampilan yang telah diidentifikasi oleh pembelajar ini merupakan ketrampilan

yang amat penting untuk keberhasilan hidupnya. Karena hakekat kerja proyek

adalah kolaboratif, maka pengembangan ketrampilan tersebut berlangsung di

antara pembelajar.

Di dalam kerja kelompok suatu proyek, kekuatan individu dan cara belajar

yang diacu memperkuat kerja tim sebagai suatu keseluruhan. Tidak semua

kegiatan belajar aktif dan melibatkan proyek dapat disebut pembelajaran Metode

Proyek. Berangkat dari pertanyaan

digolongkan sebagai Pembelajaran Metode Proyek , dan keunikan Pembelajaran

Metode Proyek yang ditemukan dari sejumlah literatur dan hasil penelitian,

menetapkan lima kriteria apakah suatu pembelajaran berproyek termasuk sebagai

Pembelajaran Metode Proyek. Lima kriteria itu adalah keterpusatan (centrality),

berfokus pada pertanyaan atau masalah, investigasi konstruktif atau desain,

Page 57: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

otonomi pebelajar, dan realisme. Proyek dalam Pembelajaran Metode Proyek

adalah pusat atau inti kurikulum, bukan pelengkap kurikulum.

Pada Pembelajaran Metode Proyek, proyek adalah strategi pembelajaran,

pebelajar mengalami dan belajar konsep-konsep inti suatu disiplin ilmu melalui

proyek sedemikian rupa sehingga terjalin hubungan antara aktivitas dan

pengetahuan konseptual yang melatarinya yang diharapkan dapat berkembang

menjadi lebih luas dan mendalam.

Metode proyek cukup unggul, hal ini ternyata dari banyaknya keuntungan

yang diperoleh melalui penggunaan metode proyek, di antaranya ialah:

a. Meningkatkan motivasi.

Laporan-laporan tertulis tentang proyek itu banyak yang mengatakan bahwa

siswa suka tekun sampai kelewat batas waktu, berusaha keras dalam

mencapai proyek. Guru juga melaporkan pengembangan dalam kehadiran dan

berkurangnya keterlambatan. Siswa melaporkan bahwa belajar dalam proyek

lebih fun daripada komponen kurikulum yang lain.

b. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

Penelitian pada pengembangan ketrampilan kognitif tingkat tinggi siswa

menekankan perlunya bagi siswa untuk terlibat di dalam tugas-tugas

pemecahan masalah dan perlunya untuk pembelajaran khusus pada

bagaimana menemukan dan memecahkan masalah. Banyak sumber yang

mendiskripsikan lingkungan belajar Metode Proyek membuat siswa menjadi

lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang komplek.

Page 58: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

c. Meningkatkan kolaborasi.

Pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa

mengembangkan dan mempraktekkan ketrampilan berkomunikasi. Kelompok

kerja kooperatif, evaluasi siswa, pertukaran informasi online adalah aspek-

aspek kolaboratif dari sebuah proyek.

Teori-teori kognitif yang baru dan konstruktivistik menegaskan bahwa

belajar adalah fenomena sosial, dan siswa akan belajar lebih di dalam lingkungan

kolaboratif untuk meningkatkan ketrampilan mengelola sumber. Bagian dari

menjadi siswa yang independen adalah bertanggung jawab untuk menyelesaikan

tugas yang kompleks. Pembelajaran Metode Proyek yang diimplementasikan

secara baik memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktek dalam

mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktunya dan sumber-sumber lain

seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas. Metode proyek juga didahului

dengan menentukan masalah dan kemudian penyampaian laporan hasil proyek.

Penerapan metode proyek dapat mendorong tumbuhnya kreativitas bagi

sebagian besar siswa sehingga mampu meraih suatu prestasi pada perlombaan

ataupun pameran. Hal ini sesuai dengan pendapat Ratna Wilis Dahar (1986),

sebagai berikut "Pada siswa yang kreatif biasanya dihasilkan karya yang baru dan

asli, bahkan mungkin saja memberikan sumbangan terhadap perkembangan ilmu

pengetahuan. Keberhasilan karya siswa dalam suatu proyek yang dibuatnya

sendiri, memberikan kepada siswa suatu kebanggaan tersendiri dan menaikkan

rasa percaya diri". Hal ini berarti kebanggaan akibat prestasi yang baik ini akan

mendorong siswa untuk melangkah lebih maju dalam proyek berikutnya, sehingga

Page 59: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

secara tak langsung ia telah berhasil mengembangkan konsep-konsep yang

dimilikinya dari berbagai bidang studi yang telah dipelajarinya. Rasa bangga ini

akan lebih dikukuhkan apabila hasil karya siswa dalam proyek ini dipublikasikan.

Melalui metode proyek siswa dapat bertindak lebih leluasa dan dapat

menyalurkan bakatnya masing-masing secara mandiri, tanpa mendapat rintangan

untuk melakukan hal yang sama dengan teman-temannya sekelas. Dalam

pelaksanaan pembelajaran di kelas, guru sebaiknya telah menyusun persiapan

mengajar yang dituangkan dalam bentuk skenario pembelajaran. hal itu berarti

guru memfasilitasi aktivitas siswa dalam mengembangkan kompetensinya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode proyek memiliki

keunggulan, dapat memotivasi minat siswa dalam materi termokimia,

mengembangkan keingintahuan ilmiah siswa, mengembangkan teknik pamecahan

masalah, memajukan pemikiran mandiri siswa dan pola berpikir kritis,

mengembangkan apresiasi siswa imtuk kerja ilmiah sehingga prinsip ilmiah lebih

berarti, menolong pengembangan setiap individu semaksimal mungkin dan

menumbuhkan rasa percaya diri. Selain melatih siswa mengembangkan teknik

pamecahan masalah, melalui metode proyek, guru memberikan kesempatan siswa

untuk mengembangkan pola berpikir kritis oleh karena itu sebaiknya dalam

melaksanakan proyek guru tidak terlalu dominan, pemberian bimbingan perlu

dibatasi, sehingg kreativitas siswa lebih berkembang.

Adapun sintaks pembelajaran metode proyek dapat di lihat pada tabel 2.1

sebagai berikut:

Page 60: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Tabel 2.1. Sintaks Pembelajaran Metode Proyek

Tahap Kegiatan PBM

Tahap 1 Penyelidikan (exploration)

Guru mengajukan pertanyaan lisan, memberi keterangan singkat serta mengetes para pelajar mengenai pengetahuan mereka tentang mata pelajaran yang akan dipelajari.

Tahap 2 Penyajian bahan baru (presentation)

Dengan metode ceramah, guru memberikan garis besar tentang bahan pelajaran.

Tahap 3 Asimilasi / pengumpulan keterangan atau data

Para pelajar mencari informasi, keterangan atau fakta-fakta untuk mengisi pokok-pokok yang penting. Dalam langkah ini pelajar mencari data dari sumber-sumber unit (resource unit = sumber yang berisi berita, fakta, informasi dan sebagainya tentang unit yang sedang dipelajari).

Tahap 4 Mengorganisasikan data (organization)

Dalam langkah ini, pelajar dibawah pimpinan guru aktif mengorganisasikan data, fakta dan informasi, missal menggolongkan data, mengolah data untuk mengambil kesimpulan. Daya berpikir dan daya menganalisis memainkan peran penting dalam langkah ini.

Tahap 5 Mengungkapkan kembali (recitation)

Para pelajar mempertanggungjawabkan atau menyajikan hasil yang diperolehnya. Laporan pertanggungjawaban ini dapat dilakukan dengan lisan maupun tertulis atau keduanya.

Ahmadi (1997)

Ada beberapa kelemahan metode proyek diantaranya: 1. Memerlukan

perencanaan yang matang; 2. Tidak semua guru merencanakan/terbiasa dengan

metode proyek. Sebab dengan metode proyek guru dituntut untuk bekerja keras

dan mengorganisir pelajaran yang menjadi proyek secara terencana; 3. Bila

proyek diberikan terlalu banyak, akan berakibat membosankan bagi siswa; 4. Bagi

sekolah tingkat rendah (SD dan SLTP), metode proyek masih siulit dilaksanakan.

Sebab metode proyek menuntut siswa untuk mencari, membaca, memikirkan serta

Page 61: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

dapat memecahkan masalahnya sendiri; 5. Dilihat dari segi aktivitasnya,

organisasi sekolah menjadi tidak sederhana, disamping memerlukan banyak

fasilitas, tenaga dan financial.

5. Metode Inquiry Terbimbing

Pembelajara inquiry melatih siswa untuk berpikir, memecahkan masalah

dan menemukan sesuatu bukan merupakan tujuan pendidikan yang baru.

Demikian pula halnya dengan strategi pembelajaran penemuan, inquiry atau

induktif. Inquiry pada tingkat paling dasar dapat dipandang sebagai proses

menjawab pertanyaan atau memecahkan permasalahan berdasarkan fakta dan

pengamatan.

Siklus inquiry terdiri dari kegiatan mengamati, bertanya, menyelidiki,

menganalisa dan merumuskan teori, baik secara individu maupun bersama-sama

dengan teman lainnya. Mengembangkan dan sekaligus menggunakan

keterampilan berpikir kritis. (Star, 2001: 1). Menurut Arends, l goal of

inquiry teaching has been, and continues to be, that helping student learn how to

ask question, seek answers or solution to satisfy their curiosity, and building their

(Arends, 1994: 386). Pada prinsipnya

tujuan pengajaran inquiry membantu siswa bagaimana merumuskan pertanyaan,

mencari jawaban atau pemecahan untuk memuaskan keingintahuannya dan untuk

membantu teori dan gagasannya tentang dunia, lebih jauh lagi dikatakan bahwa,

pembelajaran inquiry bertujuan untuk mengembangkan tingkat berpikir dan juga

keterampilan berpikir kritis.

Page 62: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Dalam pandangan CTL pengajaran dan pembelajaran sains di kelas

haruslah berwujud proses inquiry, sebuah proses yang ditempuh oleh para

ilmuwan dan terdiri atas unsur-unsur siklus mengamati, mengajukan pertanyaan,

mengajukan penjelasan-penjelasan dan hipotesis-hipotesis, merancang dan

melakukan eksperimen-eksperimen, menganalisis data eksperimen, menarik

kesimpulan eksperimen, dan membangun model atau teori. Proses inquiry selama

pengajaran dan pembelajaran berdampak konstruktif yang memberi banyak

peluang dan tenaga untuk meningkatkan keefektifan pengajaran dan

pembelajaran.

Menurut Sund dalam Momi Sahromi (1986:55), ada tiga macam metode

inquiry yaitu metode inquiry terbimbing, metode inquiry dan metode inquiry

bebas yang dimodifikasi.

a. Inquiry terbimbing (guided inquiry)

Metode inquiry terbimbing merupakan metode inquiry yang dilaksanakan

dengan bimbingan. Guru menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas

kepada siswa. Sebagian perencanaan dibuat dari guru, siswa tidak merumuskan

masalah. Petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat

diberikan oleh guru. Petunjuk tersebut biasanya berbentuk pertanyaan-pertanyaan

yang sifatnya membimbing. Metode ini digunakan bagi siswa yang belum

berpengalaman belajar dengan metode inquiry.

b. Inquiry bebas (free inquiry)

Metode inquiry bebas merupakan metode inquiry yang dilaksanakan

dengan bimbingan minimal atau tanpa bimbingan. Siswa diberi kebebasan untuk

Page 63: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

melakukan penelitian sendiri seperti seorang ilmuwan. Siswa harus

mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang akan dipelajari. Tetapi pada

umumnya metode inquiry bebas sukar diterapkan pada siswa, karena sewaktu-

waktu siswa yang belajar masih memerlukan bimbingan dari guru. Metode ini

digunakan bagi siswa yang sudah berpengalaman belajar dengan metode inquiry.

c. Inquiry bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry)

Metode ini pada prinsipnya hampir sama dengan metode inquiry bebas,

tetapi guru yang menyiapkan masalah bagi siswa. Guru hanya memberikan

permasalahan, kemudian siswa diundang untuk memecahkan masalah tersebut

melalui pengamatan, eksplorasi, atau melalui prosedur penelitian untuk

memperoleh jawabannya. Dalam hal ini, siswa diberi kesempatan yanng luas

untuk memecahkan masalah yang telah ditentukan melalui inisiatif dan caranya

sendiri.

Siswa diharuskan merencanakan garis besar prosedur penelitian atau

eksperimen yang digunakan untuk membuat rancangan dan melakukan

eksperimen. Guru hanya menyajikan masalah dan menyediakan bahan dan alat

yang diperlukan siswa untuk memecahkan masalah tersebut. Selanjutnya siswa

diberi kebebasan yang cukup luas untuk memecahkan masalah.

Guru merupakan narasumber (resource person) yang tugasnya hanya

memberikan bantuan yang diperlukan untuk menjamin bahwa siswanya tidak

menjadi frustasi atau gagal. Bantuan yang diberikan harus berupa pertanyaan-

pertanyaan yang memungkinkan siswa dapat berpikir dan menemukan cara-cara

Page 64: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

penelitian yang tepat. Guru mengajukan pertanyaan yang dapat membantu siswa

mengerti arah pemecahan masalah, bukan menjelaskan apa yang harus dilakukan.

Langkah-langkah pembelajaran inquiry terbimbing

Menurut Roestiyah (2001: 78-79) ada lima langkah yang di perhatikan

dalam inquiry terbimbing, yaitu:

1) Langkah pertama; menghadapkan siswa pada masalah, masalah tersebut harus menantang siswa untuk meneliti. Kemudian guru menjelaskan langka-langkah dan cara meneliti; 2) langkah kedua; siswa memeriksa sifat dan kondisi hal yang diteliti. Siswa memerinci dan memeriksa hal-hal, kejadian-kejadian yang terkait dengan masalah; 3) langkah ketiga; pengumpulan data dan melakukan percobaan. Dalam langkah ini siswa menguraikan fakta-fakta, memerinci dan menggolongkan; 4) langkah keempat; siswa menyusun penjelasan tentang hubungan hal-hal yang diteliti dengan hipotesis dan peramalan; 5) langkah kelima; memikirkan kembali proses penelitian dan mengembangkannya menjadi kesimpulan dalam situasi yang baru.

Lima langkah pada inquiry terbimbing ini mempunyai peranan yang

sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Para siswa akan berperan

aktif melatih keberanian, berkomunikasi dan berusaha mendapatkan

pengetahuannya sendiri untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Tugas guru

adalah mempersiapkan skenario pembelajaran sehingga pembelajarannya dapat

berjalan dengan lancar. a. Apersepsi yaitu guru mulai pembelajaran dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan, persoalan-persoalan yang terkait dengan

permasalahan; b. Problem statement yaitu siswa diberi kesempatan untuk

mengidentifikasi berbagai permasalahan untuk dipecahkan; c. Mengumpulkan

alat, merancanng/ mendesain alat; d. Melakukan percobaan; e. Data untuk

menjawab pertanyaan dengan cara siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan

berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, membaca

Page 65: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

dan sebagainya; f. data semua informasi (hasil pengamatan, bacaan, wawancara

dan sebagainya)tersebut diolah, diklarifikasi, ditabulasikan, dan dihitung; g.

Verification (Berdasarkan hail pengolahan dan tafsiran atau hipotesis dicek

apakah terjawab atau tidak); h. Generalitation yaitu Menyusun generalisasi secara

umum; i. Diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Langkah-langkah tersebut disajikan pada tabel 2.2 sebagai berikut:

Tabel 2.2. Langkah-langkah pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing.

(Sum Roestiyah (2001: 78-79)

Beberapa kelebihan atau keuntungan pembelajaran dengan metode inquiry

yang dikemukakan oleh Tedjo Susanto (1999:23-24) kelebihan dari metode

inquiry adalah:

No Langkah Pokok

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

1. Perumusan masalah

- Menjelaskan prosedur inquiry - Menyajikan situasi problematika

dengan pertanyaan, mengajukan persoalan

- Mendengarkan dan mengikuti prosedur

- Mengidentifikasi masalah untuk merumuskan hipotesa

2 Merumuskan hipotesa

- Membimbing siswa untuk merumuskan hipotesa

- Merumuskan hipotesa

3 Pengumpulan data eksperimen

- Memberi alat dan bahan - Memberi LKS sebagai petunjuk

eksperimen - Meminta siswa untuk melakukan

eksperimen - Membimbing kegiatan siswa - Mengamati proses pengambilan data

- Mengambil data dan memeriksa

- Membaca - Melakukan

kegiatan sesuai prosedur LKS

4 Mengolah data - Membimbing dalam mengolah data - Mengadakan diskusi dengan siswa

- Mengolah data - Berdiskusi

5 Membuat kesimpulan

- Membimbing siswa dalam menarik kesimpulan

- Membuat kesimpulan

Page 66: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Dapat mengembangkan potensi intelektual pada siswa; b. Dapat memberikan kepuasan belajar pada siswa sehingga akan memberikan dorongan untuk maju; c. Belajar dapat diinngat lebih lama; d. Proses belajar berpusat kepada siswa; e. Memungkinkan siswa untuk membentuk self-concepts, sehingga siswa dapat mengenal kekuatan dan kelemahannya; f. Melatih siswa untuk berpikir sendiri, sehingga menimbulkan kepercayaan atas kemampuannya sendiri; g. Memberi waktu kepada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

Berdasarkan uraian diatas, metode inquiry dapat merangsang tumbuhnya

motivasi intrinsik pada diri siswa untuk belajar dan menemukan jawaban atas

masalah yang dihadapinya. Dalam proses belajar, tentunya diperlukan ingatan atas

konsep-konsep yang telah diketahui sebelumnya untuk menghadapi situasi proses

belajar yang abru.

Disamping itu, metode inquiry juga mempunyai kelemahan seperti yang

dikemukakan oleh Momi Sahromi (1986:54-55), yaitu:

Kesulitan untuk mengerti tanpa dasar pengetahuan faktual, dimana pengetahuan secara efisien diperoleh dengan pembelajaran deduktif; b. Ada kemungkinan hanya siswa pandai yang terlibat secara aktif dalam pengembangan prinsip umum dan siswa yang pasif hanya diam menunggu adanya siswa yang menyatakan prinsip umum tersebut; c. Relatif memerlukan waktu yang banyak dan sering memerlukan waktu lebih dari satu pertemuan; d. Tidak mungkin siswa diberi kesempatan sepenuhnya untuk membuktikan secara bebas semua yang dipermasalahkan.

Dan juga menurut (Domin, 1999, p. 545) mengemukakan kelemahan

metode inquiry terbimbing , sebagai berikut:

One disadvantage of guided inquiry laboratory instruction is that the experiments and follow up generally require more time than for traditional expository labs. Another drawback is that students may not

information and defeating the purpose of the inquiry activity

Page 67: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Kelemahan metode ini, terutama dalam hal waktu yang dipakai akan lebih

banyak dibandingkan dengan metode lain. Jika proses pembelajaran kurang

terarah, maka dapat membuat materi pelajaran menjadi kabur dan pemahaman

siswa tentang konsep materi pelajaran menjadi salah.

6. Sikap Ilmiah

Kumpulan pengetahuan atau produk sains berupa

fakta, observasi, eksperimentasi, generalisasi dan analisis yang rasional dan

ilmuwan mengumpulkan pengetahuan sains berusaha untuk bersikap obyektif dan

jujur, mengikuti berbagai macam prosedur eksperimen dikenal dengan nama sikap

ilmiah (Moh. Amin, 1994:77). Dengan sikap ini ilmuwan akan mendapat

penemuan-penemuan, penemuan ini merupakan produk dari sains. Sains sebagai

proses untuk mendapatkan pengetahuan dikenal sebagai metode ilmiah. Dalam

kepustakaan sains elementer yang termasuk proses sains antara lain : mengamati,

mengklasifikasi, berkomunikasi, mengambil keputusan/ kesimpulan dari data,

mengajukan pertanyaan-pertanyaan pemahaman akan alam dan membangun

sesuatu dari data. Proses sains bekerja dan berpikir dalam memperoleh serta

mengembangkan pengetahuan. Sedangkan proses ilmiah ialah mengamati,

menggolongkan, mengukur, menjelaskan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan

penting, merumuskan problem, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen,

mengumpulkan, menganalisis data, menarik kesimpulan. Beberapa sikap ilmiah

dikemukakan antara lain: a. sikap ingin tahu yaitu apabila menghadapai suatu

masalah yang baru maka berusaha mengetahuinya, senang mengajukan

Page 68: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

pertanyaan tentang objek dan peristiwa dan kesungguhan dalam menyelesaikan

eksperimen, b. sikap kritis yaitu tidak langsung begitu saja menerima kesimpulan

tanpa ada bukti yang kuat, c. sikap obyektif yaitu melihat sesuatu sebagaimana

adanya obyek itu, menjauhkan bias pribadi dan tidak dikuasai oleh pikirannya

sendiri, d. sikap ingin menemukan yaitu selalu memberikan saran-saran untuk

eksperimen baru, e. sikap menghargai karya orang lain yaitu tidak akan mengakui

dan memandang karya orang lain sebagai karyanya, menerima kebenaran ilmiah

walupun ditemukan oleh orang lain atau bangsa lain, f. sikap terbuka yaitu

bersedia mendengarkan argumen orang lain sekalipun berbeda dengan apa yang

diketahuinya, menerima kritikan dan respon negatif terhadap pendapatnya, g.

sikap tekun yaitu tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi

eksperimen yang hasinya meragukan.)

Komponen dari sikap ilmiah sebagai berikut: 1) selalu meragukan sesuatu,

2) percaya akan kemungkinan penyelesaian masalah, 3) selalu menginginkan

adanya verifikasi eksperimental, 4) tekun, 5) suka pada sesuatu yang baru, 6)

mudah mengubah pendapat atau opini, 7) loyal terhadap kebenaran, 8) obyektif,

9) enggan mempercayai tahayul. Komponen- komponen itulah antara lain yang

harus juga dipertimbangkan guru dalam memilih metode pembelajaran. Karena

peserta didik dapat memiliki sikap ilmiah yang tinggi maupun rendah. Akan

sangat bijaksana apabila seorang guru sebelum menentukan metode mengajar juga

mempertimbangkan aspek sikap ilmiah yang dimiliki oleh peserta didik.

Sikap ilmiah dalam penelitian ini ditekankan meliputi: rasa ingin tahu,

keaktifan, keterbukaan, mau menghargai pendapat orang lain, kemandirian siswa.

Page 69: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Untuk penilaian sikap ilmiah dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

pemberian angket dan pengamatan. Sedangkan unsur yang dinilai dari sikap

ilmiah adalah ketelitian, kejujuran, disiplin, keteraturan, dan sifat penghargaan

pendapat orang lain. Indikator-indikator tersebut diukur dengan menggunakan alat

ukur berupa angket. Angket yang berisi pernyataan atau pertanyaan tentang sikap

ilmiah diberikan kepada siswa untuk di jawab. Hasil jawaban siswa tersebut

dijadikan tolak ukur untuk mengetahui tinggi rendahnya sikap ilmiah yang

dimiliki oleh siswa.

7. Kreativitas

Kata kreativitas (creativity) bermakna mempunyai sifat kreatif (creative)

yang berasal dari kata to create (mencipta). Berdasarkan etimologi kemampuan

kreativitas berarti kemampuan menciptakan sesuatu (ide-cara-produk) yang baru.

Jadi, konotasi kreativitas berhubungan dengan sesuatu yang baru yang sifatnya

orisinal.

Kajian kreativitas merupakan kajian yang kompleks sehingga bisa

menimbulkan berbagai pandangan-pendapat, tergantung dari sisi mana mereka

membahasnya dan teori yang menjadi acuannya. Kemampuan kreativitas menurut

Munandar dalam Reni (2001:18) berkenaan dengan tiga hal, yaitu

kan masalah, dan operasional. Kemampuan

mengkombinasi berdasarkan data atau unsur-unsur yang ada, kemampuan

memecahkan masalah berdasarkan informasi yang ada menemukan keragaman

Page 70: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

solusi dengan penekanan pada aspek kualitas dan efektivitas, kemampuan

operasional berdasarkan pada aspek kelancaran-keluwesan-

Menurut Ausubel dalam Hamalik (2002:34), kreativitas adalah

kemampuan atau kapasitas pemahaman, sensitivitas, dan apresiasi dalam

menyelesaikan suatu permasalahan . Aspek lain dari kreativias adalah

kemampuan berpikir divergen, yaitu meliputi orisinalitas, fleksibilitas, kualitas,

dan kuantitas. Thorrance dalam Hamalik (2002:23), kreativitas akan muncul

berkenaan dengan kesadaran adanya kesenjangan antara pengetahuan siap dengan

pengetahuan atau masalah baru, kemudian muncullah beragam alternatif solusi.

Kreativitas akan muncul pada diri individu bila ada tantangan baru yang solusinya

tidak rutin .

Ditinjau dari segi kemampuan aktivitas otak dalam kaitannya dengan

kreativitas, ternyata potensi tersebut memang telah tersedia. Buzan dalam Erman

(2004:16) mengemukakan bahwa otak mengolah informasi dalam bentuk

hubungan fungsional antar konsep, berupa peta konsep, sehingga terjalin kaitan

antar konsep yang satu dengan konsep lainnya . Inilah yang dimaksud dengan

struktur kognitif di mana skemata baru akan terbentuk dalam sistem kerja otak

dan terkait dengan skemata lain yang sudah terbentuk. Dengan pola sepeti ini,

proses belajar siswa diusahakan agar tidak hanya berasimilasi (menyerap

pengetahuan) akan tetapi dikombinasikan dengan akomodasi (mengkonstruksi

pengetahuan).

Kemampuan otak dalam memproses informasi tersebut, sebagai potensi

individu yang merupakan anugrah dari Allah SWT, Buzan mengemukakan

Page 71: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

bahwa otak dapat memproses informasi sebanyak 600 800 kata per menit .

Dengan kemampuan otak yang begitu hebat, patut kita syukuri dengan

memanfaatkannya dalam kegiatan positif, yaitu dengan cara belajar pada setiap

situasi untuk membekali diri. Jika tidak, dan dibiarkan menganggur, maka otak

dengan sendirinya akan bekerja pada hal-hal yang kurang bermanfaat seperti

berangan-angan dan melamun.

Selanjutnya Munandar dalam Reni A (2001:8) mengemukakan bahwa ciri-

ciri kemampuan kreativitas adalah sebagai berikut:

Berpikir lancar yang menyangkut keragaman (gagasan, saran, pertanyaan, jawaban), kelancaran komunikasi, kecepatan bekerja, melihat kekurangan; berpikir luwes yang menyangkut menghasilkan keragaman (gagasan, jawaban, pertanyaan, sudut pandang, alternatif, interpretasi, aplikasi, pertimbangan, arah pikir); berpikir rasional (ungkapan baru-unik, kombinasi inovatif, cara inovatif, generalisasi); ketrampilan elaborasi (mengembangkan gagasan, merinci objek, merinci solusi, memiliki rasa estetika, menyempurnakan); ketrampilan menilai (menentukan patokan, mengambil keputusan, pertimbangan, merancang, dan kritis). Pengembangan kreativitas siswa bisa dilakukan dengan cara memberikan bimbingan dalam memecahkan masalah melalui klasifikasi, brainstorming, dan ganjaran.

Dengan mengetahui ciri-ciri tersebut maka guru bisa membuat konsep

pembelajaran yang memperhatikan factor kreativitas siswa sehingga akan muncul

sifat-sifat kreatif pada diri siswa dengan merancang pembelajaran sesuai

karakteristik materi ajar.

Menurut Martin Jamaris (2003:54), aspek-aspek yang mempengaruhi

pengeinderaan dan aspek kecerdasan emosi. Seorang siswa yang memiliki

pengetahuan cukup baik, mampu berimajinasi dan memiliki intuisi baik, dapat

Page 72: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

melakukan pengamatan terhadap lingkungan sekitarnya, serta memiliki

Indikator-indikator sikap kreativitas tersebut dapat diukur tinggi rendahnya

dengan menggunakan alat ukur berupa angket. Angket yang berisi pernyataan atau

pertanyaan tentang sikap kreativitas diberikan kepada siswa untuk di jawab. Hasil

jawaban siswa tersebut dijadikan tolak ukur untuk mengetahui tinggi rendanya

sikap kreativitas yang dimiliki oleh siswa.

8. Prestasi Belajar

Pendidikan dan pengajaran adalah suatu usaha sadar akan tujuan, artinya

bahwa kegiatan belajar dan pembelajaran adalah suatu peristiwa yang terikat,

terarah pada tujuan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Sedangkan untuk

memenuhi target atau tidak, maka diperlukan adanya kegiatan evaluasi. Hasil dari

kegiatan evaluasi ini antara lain akan memberikan gambaran mengenai prestasi

hasil belajar peserta didik.

Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan,

dikerjakan dan seterusnya). Sedangkan pengertian prestasi belajar adalah

penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata

pelajaran, yang ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh

guru kepada siswa. Prestasi belajar kimia adalah kemampuan yang ditunjukkan

oleh siswa dalam mempelajari bidang studi kimia.

belajar dapat dilihat dari perubahan-perubahan dalam pengertian, pengalaman

ketrampilan, nilai sikap yang bersifat konstan

Page 73: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

51). Perubahan ini dapat berupa sesuatu yang baru atau penyempurnaan sesuatu

hal yang telah dimiliki atau telah dipelajari sebenarnya. Menurut Taksonomi

Bloom, hasil belajar terdiri dari tiga domain yang dalam Dimyati dan Mudjiono

(2002: 26-30) dikatakan sebagai berikut:

a. Domain Kognitif (Cognitive Domain).

Ranah (domain) kognitif adalah ranah yang mencakup kemampuan

intelektual. Penguasaan kognitif dapat diukur melalui tes, baik tes tulis maupun

tes lisan, portofolio (kumpulan tugas). Dalam ranah kognitif terdapat enam jejang

proses berpikir dari jenjang terendah sampai jenjang tertinggi, yaitu: (1). Tingkat

pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan mengingat informasi atau materi

pelajaran yang telah diterima sebelumnya. Kemampuan ini biasanya dapat diukur

dengan menggunakan kata-kata operasional seperti: mendefinisikan,

menyebutkan, mengidentifikasi, mengenali; (2). Tingkat pemahaman

(comprehensive), yaitu menggunakan menafsirkan atau memberikan informasi

berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya. Kemampuan ini pada

umumnya dapat diukur menggunakan kata-kata operasional seperti: membedakan,

menduga, menemukan, membuat contoh, menggeneralisasi; (3). Tingkat aplikasi

(aplication) yaitu kemampuan menentukan menafsirkan atau menggunakan

informasi atau materi pelajaran sebelumnya ke dalam situasi baru yang konkret

dalam rangka menetukan jawaban tunggal yang benar dari suatu masalah.

Biasanya berkaitan dengan kemampuan menghitung, memanipulasi, meramalkan,

mengapresiasikan dan menghubungkan; (4). Tingkat analisis (analysis) yaitu

kemampuan yang berkaitan dengan menguraikan atau menjabarkan sesuatu ke

Page 74: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

dalam komponen-komponen atau bagian-bagian yang lebih rinci sehingga

susunannya dapat dimengerti. Kemampuan ini dapat berupa mengidentifikasi

motif/sebab/alasan, menarik kesimpulan atau menggeneralisasi berdasarkan suatu

patokan tertentu; (5). Tingkat sintesis (synthesis) yaitu kemampuan berpikir

kebalikan dari analisis. Sintesis merupakan proses yang memadukan bagian-

bagian atau unsur-unsur secara log. Pada umumnya berkaitan dengan

mengkategorikan, mengkombinasikan, membuat desain, merevisi,

mengorganisasikan; (6). Tingkat evaluasi (evaluation) atau tingkat mencipta

(creating) yaitu kemampuan menggunakan pengetahuannya untuk membuat

penilaian terhadap sesuatu berdasarkan kriteria tertentu. Menciptakan adalah

proses yang menghasilkan gagasan-gagasan baru termasuk di dalam tingkat kreasi

ini adalah sintesis yang merupakan memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur

secara logis. Pada umumnya menggunakan kata-kata operasional menganalisis,

mendesain, merencanakan, mengorganisasikan.

b. Domain afektif (Afective Domain)

Ranah (domain) afektif berkenaan dengan sikap, minat, nilai, dan konsep

diri. Hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti

perhatian terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghormati guru dan

teman, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial dalam masyarakat. Ada beberapa

tingkatan dalam ranah afektif. Menurut Trowbridge dan Bybee (1990: 149-153)

tingkatan ranah afektif meliputi: (1). Peringkat Penerimaan (Receiving

Phenomena) yaitu peserta didik memiliki keinginan memperhatikan suatu

fenomena khusus, misalnya kegiatan kelas, buku, dan sebagainya. Tugas guru

Page 75: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

adalah menimbulkan, mempertahankan, dan mengarahkan, perhatian peserta didik

pada fenomena yang menjadi objek pembelajaran afektif. Pada level penerima ini

misalnya guru mengarahkan peserta didik agar senang membaca buku, senang

bekerjasama, dan sebagainya. Kesenangan ini akan menjadi kebiasaan, dan hal ini

yang diharapkan adalah kebiasaan yang positif. Hasil dari pembelajaran ini adalah

berjenjang mulai dari kesadaran bahwa sesuatu itu ada sampai pada minat khusus

dari pihak siswa. (2). Peringkat partisipasi (Responding to Phenomena) yaitu

merupakan partisipasi aktif peserta didik, sebagai bagian dari perilakunya. Pada

peringkat ini peserta didik tidak saja memperhatikan fenomena khusus tetapi ia

juga bereaksi terhadap fenomena tersebut. Hasil pembelajaran pada daerah ini

menekankan pada pemerolehan respon, atau kepuasan dalam memberi respon.

Peringkat tinggi pada kategori ini adalah minat, yaitu hal-hal yang menekankan

pada pencarian hasil dan kesenangan melakukan aktivitas-aktivitas khusus.

Pencapaian dari tingkatan ini misalnya ditunjukkan dengan senang membaca

buku, senang bertanya, senang membantu teman, senang dengan kebersihan dan

kerapian, dan sebagainya; (3). Penentuan nilai (Valuing), yaitu keyakinan atau

sikap yang menunjukkan derajat internalisasi dan komitmen. Derajat

rentangannya mulai dari menerima suatu nilai, misalnya keinginan untuk

meningkatkan keterampilan, sampai pada tingkat komitmen. Hasil belajar pada

peringkat ini berhubungan dengan perilaku yang konsisten dan stabil agar nilai

dikenal secara jelas. Dalam tujuan pembelajaran, penilaian ini diklasifikasi

sebagai sikap dan apresiasi; (4). Peringkat mengorganisasi (Organization). Pada

peringkat organisasi, nilai satu dengan nilai lainnya dikaitkan, konflik antar nilai

Page 76: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

diselesaikan serta mulai membangun sistem nilai internal yang konsisten. Hasil

pembelajaran pada peringkat ini berupa konseptualisasi nilai atau organisasi

sistem nilai, misalnya pada pengembangan filsafat hidup; (5). Peringkat

karakteristik dengan suatu nilai atau pola hidup (Internalizing Value), yaitu

peringkat tertinggi ranah afektif yang mana peserta didik memiliki sistem nilai

yang mengendalikan perilaku sampai pada suatu waktu tertentu hingga terbentuk

gaya hidup. Hasil pembelajaran pada peringkat ini berkaitan dengan pribadi,

emosi, dan sosial. Jadi peserta didik akan memiliki tingkah laku yang menetap,

konsisten, dan dapat diramalkan. Hasil belajar pada ranah ini meliputi sangat

banyak kegiatan, tetapi penekanan lebih besar diletakkan pada kenyataan bahwa

tingkah laku itu menjadi ciri khas atau karakteristik siswa.

Berikut ini adalah istilah atau kata-kata kerja operasional untuk mengukur

pencapaian jenjang kemampuan ranah afektif pada subranah tertentu.

(1). Menerima (receiving): menanyakan, menghadiri/mengikuti, memilih,

mengikuti/ menuruti, mengidentifikasikan/mengenali, mendengarkan,

menemukan, menampakkan, menyebutkan/mengatakan; (2). Menjawab

(responding): menjawab, membantu melengkapi/menyelesaikan, mendiskusikan,

melakukan, berlatih/mempraktekkan, membaca, menulis, menceritakan,

melaksanakan, melaporkan, mengatakan/mengemukakan, mengamati, memilih;

(3). Menilai (valuing): menerima, mengomentari, melengkapi/menyelesaikan,

berkomitmen, menjelaskan, melakukan, menerangkan, mengikuti, berinisiatif,

mengundang/meminta, menggabung, memilih, mengajukan/mengusulkan,

membaca, melaporkan, belajar, bekerja; (4). Organisasi (organization): setia/taat,

Page 77: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

mengubah, berargumen, mengkombinasikan / memadukan,

membela/mempertahankan, menjelaskan, mengintegrasikan, memodifikasi,

mengorganisasi, menyatukan; (5). Karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks

nilai (characterization by value complex): berbuat, menegaskan/memperkuat,

memperlihatkan, memainkan, mempraktekkan, menanyakan, menyajikan,

mempengaruhi, menerapkan, membuktikan, memecahkan, mengusulkan,

membenarkan.

c. Domain Psikomotor (Psichomotoric Domain)

Domain psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan

kemampuan bertindak individu. Menurut Taksonomi Bloom, domain psikomotor

memiliki tujuh tingkatan dari yang sederhana ke yang kompleks yaitu: (1).

Persepsi (perception), berkaitan dengan penggunaan indera dalam melakukan

kegiatan; (2). Kesiapan (set), yaitu berkaitan dengan kesiapan melakukan suatu

kegiatan baik secara mental, fisik maupun emosional; (3). Respon terbimbing

(guide respons), yaitu mengikuti atau mengulangi perbuatan yang diperintahkan

oleh orang lain; (4). Mekanisme (mechanism) yaitu berkaitan dengan penampilan

respon yang sudah dipelajari; (5). Kemahiran (complex overt respons) yaitu

berkaitan dengan gerakan motorik yang terampil; (6). Adaptasi (adaptation) yaitu

berkaitan dengan ketrampilan yang sudah berkembang di dalam diri individu

sehingga yang bersangkutan mampu memodifikasi pola gerakannya; (7). Keaslian

(origination), yaitu berkaitan dengan kemampuan menciptakan pola gerakan baru

sesuai dengan situasi yang dihadapi. Dari beberapa uraian di atas dapat

disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa dari

Page 78: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

usaha belajarnya, berupa perubahan-perubahan dalam pengertian, pengalaman,

ketrampilan dan sikap atau penyempurnaan kompetensi yang telah dipelajari

sebelumnya yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Suatu proses

belajar dikatakan berhasil baik apabila dapat menghasilkan prestasi belajar yang

baik pula. Prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi, antara lain: (1). Prestasi

belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai

siswa; (2). Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu siswa;

(3). Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan;

(4). Prestasi belajar sebagai indikator produktivitas suatu institusi pendidikan;

(5). Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap atau kecerdasan siswa.

Dari beberapa uraian di atas ternyata dapat diketahui bahwa prestasi

belajar tidak hanya menunjukkan keberhasilan dari suatu mata pelajaran tertentu

saja akan tetapi juga berfungsi sebagai indikator kualitas mutu institusi

pendidikan, dalam hal ini sekolah. Disamping itu betapa penting mengetahui

prestasi belajar siswa, baik kognitif, afektif maupun psikomotor karena menjadi

umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Oleh karena

itu guru dapat membuat evaluasi pembelajaran demi keberhasilan dari proses

pembelajaran tersebut. Prestasi belajar kimia dalam penelitian ini ditunjukkan

dengan menggunakan nilai atau angka. Nilai atau angka yang diperoleh siswa

menunjukkan prestasi akhir dari hasil tes prestasi belajar kimia pada materi pokok

termokimia.

9. Materi Termokimia

Page 79: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Beberapa reaksi kimia berlangsung dengan sangat cepat, tapi ada pula reaksi

yang berjalan lambat. Pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor atau pesawat

luar angkasa merupakan contoh reaksi kimia yang berlangsung cepat. Bahan bakar

tersebut dibakar dengan oksigen secara cepat menghasilkan sejumlah energi yang

menggerakkan mesin. Berilah contoh reaksi yang berjalan lambat. Proses

pembekuan es termasuk contoh reaksi kimia yang berjalan cukup lambat. Proses

perubahan wujud air dari cair menjadi padatan ini tidak menghasilkan panas

melainkan menyerap panas. Bagian dari ilmu kimia yang mempelajari perubahan

kalor adalah termokimia. Dengan mempelajari termokimia anda dapat mengetahui

jumlah energi yang berubah saat terjadi reaksi. Selain itu anda dapat pula

mengetahui manfaat dan dampak penerapan konsep termokimia dalam kehidupan

sehari-hari.

a. Termokimia Entalpi dan Perubahannya

1) Hukum atau Azas Kekekalan Energi

Setiap benda di alam semesta mempunyai energi. Masih ingatkah anda apa

yang dimaksud dengan energi. Tanpa energi tidak akan ada kehidupan, tidak ada

kehangatan dan tidak ada gerakan. Semua kegiatan manusia sangat tergantung

dengan energi. Energi untuk kehidupan hidup, yang dipakai dalam industri rumah

tangga, dan alat-alat transportasi secara langsung atau tidak langsung diperoleh

dari reaksi kimia yaitu reaksi kimia antara bahan bakar dan oksigen.

Dalam tubuh manusia perubahan energi merupakan sesuatu yang sangat

penting. Makanan lemak dan karbohidrat adalah bahan bakar biologi utama.

Energi kimia dalam makanan diubah menjadi kalor yang mempertahankan suhu

Page 80: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

badan atau energi yang menggerakkan otot. Setiap sistem atau zat mempunyai

energi yang tersimpan di dalamnya. Energi dapat dibedakan antara lain energi

kinetik adalah energi yang terkandung di dalam materi yang bergerak dan energi

potensial yaitu energi yang terkandung dalam materi yang tidak bergerak.

Beberapa bentuk energi yang dikenal adalah energi kalor, energi kimia,

energi listrik, energi cahaya, energi bunyi, dan energi mekanik. Suatu bentuk

energi dapat dibentuk menjadi bentuk energi yang lain tetapi tidak pernah ada

energi yang hilang atau bertambah. Hal ini dinyatakan dalam hukum kekekalan

energi bahwa energi tidak dapat dimusnahkan dan tidak bisa diciptakan hanya

dapat diubah dari suatu bentuk ke bentuk yang lain. Pada umumnya energi yang

menyertai reaksi kimia berbentuk energi kalor. Termokimia adalah ilmu yang

mempelajari perubahan kalor yang menyertai suatu reaksi kimia.

2) Entalpi dan Perubahan Entalpi

Jika sebatang kayu dibakar, energi kimia yang dimiliki kayu akan diubah

menjadi energi kalor. Berapakah jumlah energi kalor yang dihasilkan dari

pembakaran kayu tersebut?. Jumlah total dari semua bentuk energi dalam suatu

materi disebut entalpi dan diberi simbol H. Entalpi suatu zat akan tetap konstan

selama tidak ada energi yang masuk atau keluar dari zat. Kita tidak dapat

mengukur energi yang kita miliki, hanya dapat mengukur perubahannya.

Perubahan entalpi terjadi ketika suatu zat mengalami reaksi kimia atau fisika.

Perubahan entalpi diberi notasi Dalam reaksi kimia kalor yang diterima atau kalor

yang dilepaskan oleh suatu reaksi. Selisih antara entalpi produk dengan entalpi

reaktan yang dirumuskan:

Page 81: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

p - Hr

Keterangan: = Perubahan Entalpi Hp = Entalpi Produk Hr = Entalpi Reaktan

Jika Hp < Hr

Misal : C(s) + O2(g) CO2 (g) + kalor

C(s) + O2(g) CO2(g) -

Jika Hp > Hr

Misal : CO2(g) + Kalor C(s) + O2(g) bisa ditulis

CO2(g) C(s) + O2(g) - kalor

CO2(g) C(s) + O2(g)

Sebagian besar reaksi kimia berlangsung pada tekanan tetap, jadi kalor reaksi (q)

dinyatakan sebagai perubahan entalpi atau = q

3) Reaksi Eksoterm dan Endoterm

Gambar 2.1 . Contoh reaksi eksoterm dan endoterm

( -) (

Gambar 2.2. Aliran energi (kalor) reaksi eksoterm dan endoterm

Page 82: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

4) Diagram Reaksi

Perubahan entalpi dapat digambarkan melalui diagram reaksi.

Gambar 2.3. Diagram reaksi eksoterm dan endoterm

b. Penentuan

1) Persamaan Termokimia

Apakah perbedaan persamaan reaksi stoikiometri dan persamaan termokimia?

Pada persamaann reaksi stoikiometeri, koefisien reaksi menunjukkan

perbandingan jumlah mol. Adapun koefisien reaksi pada persamaan termokimia

selain menunjukkan perbandingan jumlah mol, juga menyatakan jumlah mol yang

bereaksi. Persamaan termokimia juga menyertakan nilai perubahan entalpi.

Penulisan penambahan entalpi dalam suatu persamaan reaksi dapat dituliskan

sebagai berikut :

1) Persamaan kimia ditulis lengkap dengan koefisien reaksi dan fasenya,

2) ruas kanan (produk reaksi), jika eksoterm dituliskan tanda negatif (-) pada

harga , jika endoterm dituliskan tanda positif (+) pada harga Sebagai

contoh :

Reaksi 1 mol gas hidrogen dengan ½ mol gas oksigen membentuk 1 mol uap

air membebaskan kalor sebesar 241,8 kJ.

Page 83: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Reaksinya: H2(g) + 1/2O2(g) H2O(g) = -241,8 kJ

Reaksi 2 mol karbon dengan 1 mol gas hidrogen membentuk 1 mol C2H2

membutuhkan kalor 226,7 kJ.

Reaksinya: 2C(s) + H2(g) C2H2(g) = +226,7 kJ

2) Jenis-

a) Perubahan entalpi pembentukan standar (Hfº)

Perubahan entalpi pembentukan standar adalah perubahan entalpi pada

pembentukan 1 mol senyawa dari unsur-unsurnya pada keadaan standar (

pada temperatur 298º K dan tekanan 1 atmosfir)

b) Perubahan entalpi penguraian standar ( dº)

Perubahan entalpi penguraian standar adalah perubahan entalpi pada

penguraian 1 mol senyawa menjadi unsur-unsurnya pada keadaan standar (

pada temperatur 298º K dan tekanan 1 atmosfir)

c) Perubahan entalpi pembakaran standar ( cº )

Perubahan entalpi pembakaran standar adalah perubahan entalpi pada

pembakaran sempurna 1 mol unsur atau senyawa dalam keadaan standar (

temperatur 298º K dan tekanan 1 atmosfir)

d) Perubahan entalpi pelarutan standar ( sº)

Perubahan entalpi pelarutan standar adalah perubahan entalpi pada pelarutan

1 mol zat menjadi larutan encer.

Contoh: ( sº) NaCl(aq) = + 3,9 kJ/mol

Page 84: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Persamaan termokimianya:

NaCl(s) NaCl(aq) so = 3,9 kJ/mol

3) Penentuan Nilai Perubahan Entalpi (

a) Penentuan nilai eksperimen dengan kalorimeter

Kalorimeter adalah suatu alat untuk mengukur jumlah kalor yang diserap atau

dibebaskan sistem. Kalorimeter sederhana dapat disusun dari dua buah gelas

plastik (bahan non konduktor) sehingga jumlah kalor yang diserap atau yang

dibebaskan ke lingkungan dapat diabaikan.

Jumlah kalor yang diserap atau dilepaskan dapat ditentukan dengan mengukur

perubahan temperaturnya. Jumlah kalor yang diserap dirumuskan :

q = m . C .

Keterangan:

q = kalor yang diserap atau dikeluarkan

m = massa zat

t = Perubahan temperatur

C = kalor jenis

b) Penentuan

Hukum Hess dikemukakan oleh Germain Henry Hess (1802 1805)

menyatakan perubahan entalpi reaksi hanya tergantung pada keadaan awal

dan akhir dan tidak tergantung pada jalannya reaksi. Hukum Hess ini dapat

juga dituliskan sebagai berikut: Perubahan entalpi suatu reaksi tetap sama,

baik berlangsung dalam satu tahap maupun beberapa tahap.

Contoh: Reaksi pemebentukan gas SO3 yang berlangsung dua cara berikut.

Page 85: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

(1) Cara langsung

Pembentukan gas SO3 melalui satu tahap reaksi

S(s) + 3/2 O2(g) SO3(g) = -396 kJ

(2) Cara tidak langsung

Pembentukan gas SO3 melalui dua tahap reaksi

Reaksi 1: S(s) + O2(g) SO2(g) = -297 kJ Reaksi 2: SO2(g)+ ½ O2(g) SO3(g) -99 kJ S(s) + 3/2 O2(g) SO3(g) = -396 kJ

Reaksi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.4. Siklus pembentukan gas SO3

1 SO2(g) + ½ O2(g) SO3(g) Keadaan akhir

Gambar 2.5. Diagram tingkat energi reaksi pembentukan SO3

c) Perhitungan

Page 86: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Selain menggunakan hukum Hess, nilai menggunakan data perubahan

entalpi pembentukan standar. Secara umum perhitungan dapat dilakukan sebagai

berikut:

m A + n B p C + q D Reakstan (pereaksi) Hasil Reaksi

Tabel 2.3. Daftar o pembentukan standar beberapa senyawa

d) Perhitungan energi ikatan

Suatu unsur atau senyawa kimia terbentuk melalui ikatan antar atom dimana

ikatan antar atom ini memiliki nilai energi ikatan tertentu. Reaksi kimia terjadi

karena ada pemutusan ikatan dan pembentukan. Perubahan entalpi dapat dicari

dari selisih antara energi total pemutusan ikatan dengan energi total pembentukan.

Page 87: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Tabel 2.4. Energi Ikatan Rata-Rata

e) Perhitungan Energi Ikatan Rata-Rata

Energi ikatan rata-rata adalah energi rata-rata yang diperoleh dari pemutusan

ikatan 1 mol senyawa dalam wujud gas. Energi ikatan rata-rata dihitung dari

ikatan molekul senyawa yang memiliki beberapa ikatan yang sama. Misalnya

energi ikatan rata-rata N-H pada senyawa NH3, energi ikatan rata-rata C-H pada

senyawa CH4, energi ikatan rata-rata C Cl pada senyawa CCl4. Energi ikatan

rata-rata dihitung dengan cara membagi reaksi dengan jumlah ikatannya.

B. Penelitian yang Relevan

Sebagai bahan perbandingan, perlu dikemukakan penelitian-penelitian

terdahulu yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan, di

antaranya adalah:

1. Judul : Pembelajaran Biologi Berbasis Masalah Melalui Metode Proyek Dan

Inquiry

Pada Pembelajaran Biologi Materi Limbah dan Daur Ulang Semester II

Tahun Pelajaran 2008/2009 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo).

Page 88: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Peneliti : Septa Krisdiyanto, Prodi Pendidikan Sains-Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010.

Kesimpulan penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Prestasi belajar biologi materi

Limbah dan Daur Ulang lebih tinggi kelompok siswa yang diterapkan

metode inquiry daripada metode proyek, (2) Prestasi belajar biologi lebih

tinggi pada siswa yang mempunyai sikap ilmiah dan kreativitas tinggi

daripada siswa yang mempunyai sikap ilmiah dan kreativitas rendah, (3)

Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran (proyek dan inquiry)

terhadap prestasi belajar biologi.

Kesamaan antara yang dilakukan penulis dengan penelitian di atas adalah

penulis juga menerapkan pembelajaran dengan metode inquiry dan metode

proyek, sama-sama membahas sikap ilmiah dan kreativitas siswa.

Perbedaannya terletak pada metode pembelajaran yaitu penulis

menggunakan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning).

2. Judul : Pembelajaran kimia dengan pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL) melalui metode proyek dan eksperimen ditinjau dari sikap

ilmiah dan kemampuan berkomunikasi siswa.

Peneliti : Arni Astuti, Prodi Pendidikan Sains-Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2009.

Kesimpulan penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa

prestasi belajar siswa dengan menggunakan metode proyek lebih baik jika

dibandingkan prestasi belajar siswa dengan metode eksperimen, serta

Page 89: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

terdapat pebedaan prestasi belajar siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi

dan siswa yang memiliki sikap ilmiah yang rendah.

Kesamaan antara yang dilakukan penulis dengan penelitian di atas adalah

penulis juga menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Contextual

Teaching ang Learning melalui metode Proyek, sama-sama membahas sikap

ilmiah siswa.

3. Penelitian yang dilakukan Ifraj Shamsid-Deen dan Betty P.Smith yang

Contextual Teaching and Learning Practise In Family and

(Journal of Family and Consumer

Sciences Education, Vo.24, No.1, Spring/Summer, 2006) sebanyak dua

ratus tiga puluh guru di Amerika telah diseurvey dan merespon positif

mengenai penggunaan metode pembelajaran kontekstual di kelasnya. Dari

laporan jurnal tersebut, guru-guru yang tinggal di wilayah pedesaan, lebih

baik menerapkan pembelajaran praktik dan kontekstual dibandingkan

dengan daerah pinggiran dan perkotaan.

4. Elliot P. Douglas dan Chu-Chuan Chiu (2009), dalam penelitiannya yang

Use of guided inquiry as an active learning technique in

engineering . Dari hasil penelitian tersebut bertujuan untuk menguji

efektivitas pembelajaran inquiry terbimbing dalam materi pendahuluan

untuk kelas besar. Selama proses pembelajaran fasilitator menyediakan

ruang kelas yang nyaman untuk melakukan kegiatan penyelidikan yang

dipandu dengan pertanyaan-pertanyaan. Sebagai komparasi perbandingan

yaitu kuliah biasa sebagai kelas kontrol dan kelas inquiry terbimbing,

Page 90: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

instruktur dan materi yang diajarkan pada kedua kelas tersebut sama. Hasil

prestasi belajar menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara

dua perlakuan tersebut, namun dari survei dan data wawancara,

menunjukkan alasan tersebut yaitu siswa tidak mengetahui manfaat menjadi

pembelajar aktif, namun mahasiswa merasa bingung tanpa ada pernyataan

yang menunjukkan jawaban mereka benar atau salah. Maka diharapkan

implementasi pembelajaran inquiry termbing lebih dikaji lagi secara

mendalam.

5. Anonim. 2009. Dalam penelitian berjudul Investigating the Effects of

Project- Oriented Chemistry Eksperiments on Some Affective and Cognitive

Field Components. Journal of Turkish Science Education. Volume 6: 108-

114.

C. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan teori yang telah diuraikan, dapatlah disusun suatu kerangka

pemikiran guna memperoleh jawaban sementara atas permasalahan yang

dikemukakan, adapun kerangka berfikir pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh metode proyek dan metode inquiry terbimbing terhadap prestasi

belajar siswa.

Teori pemrosesan informasi dari Robert Gagne menyebutkan bahwa

prestasi yang dicapai seseorang individu merupakan hasil interaksi antara

kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi

internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai

hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan

Page 91: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi

individu dalam proses pembelajaran. Salah satu faktor eksternal yang perlu

diperhatikan diantaranya adalah pemilihan metode pembelajaran yang tepat

dan efektif. Metode mengajar yang digunakan oleh guru sangat menentukan

keberhasilan siswa dalam memahami suatu konsep materi tertentu. Metode

mengajar yang baik merupakan metode yang disesuaikan dengan materi yang

disampaikan, kondisi siswa, sarana yang tersedia serta tujuan

pembelajarannya sehingga dapat terlihat apakah metode yang diterapkan

efektif.

Karakteristik materi termokimia menuntut pembelajaran yang

kontekstual, melibatkan banyak sumber belajar baik lingkungan maupun

media informasi, melibatkan banyak konsep yang membutuhkan memori serta

kemampuan membuat dan meneliti produk yang berhubungan dengan

termokimia. Untuk memahami materi tersebut dalam waktu yang relatif

singkat dan siswa dapat mengkaitkannya dalam kehidupan sehari-hari,

diperlukan suatu model pembelajaran yang bisa membuat materi yang penuh

dengan konsep tersebut menjadi lebih mudah dan menarik sehingga siswa

merasa nyaman dan senang dalam mempelajari materi tersebut. Salah satu

model pembelajaran yang menarik bagi siswa dan bisa mengaktifkan siswa

untuk mempelajari materi termoikimia adalah model pembelajaran

kontekstual, melalui metode proyek dan Inquiri terbimbing, karena kedua

metode ini akan lebih efektif bila diterapkan pada materi termokimia Selain itu

siswa juga dapat saling membantu dalam kelompok belajar dalam menguasai

Page 92: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

konsep pada materi tersebut. Hal ini sesuai dengan teori Piaget yang

menyimpulkan bahwa anak-anak mengkontruksi pengetahuan secara terus-

menerus dengan mengasimilasi dan mengakomodasi informasi-informasi baru

secara individu, maka sumbangan penting dari teori belajar Piaget dalam

pembelajaran kontekstual adalah pada saat siswa mengkonstruksi dalam

penyelesaian tugas-tugas secara individu. Dalam kelompoknya siswa saling

berdiskusi dan mengungkapkan ide/gagasan tentang masalah-masalah yang

menjadi tugas kelompoknya masing-masing. Guru membimbing kelompok-

kelompok belajar yang mendapat kesulitan pada saat mereka mengerjakan

praktikum. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan

berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan. Dengan

kata lain, memberi penghargaan kelompok berdasarkan pada pencapaian

kelompok (atau penjumlahan pencapaian individu) menciptakan suatu struktur

hubungan penghargaan antar pribadi di mana anggota kelompok akan

memberi atau menahan social reinforcers (seperti dorongan dan pujian)

sebagai hubungan atas usaha antar anggota kelompok, hal ini sesuai dengan

teori motivasi. Dalam kerja kelompok, siswa siswa yang berprestasi baik

hendaknya dipasangkan dengan siswa yang prestasinya kurang. Maka dalam

proses kerja kelompok antara siswa tersebut akan terjadi saling tanya jawab,

hal ini juga sesuai dengan aplikasi teori belajar sosial.

Metode proyek mempunyai kelebihan siswa akan terlibat keseluruhan

mental dan fisik, syaraf, indera termasuk kecakapan sosial dengan melakukan

banyak hal sekaligus dalam proses mendapatkan pengetahuan tersebut dan

Page 93: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

kelemahan metode ini siswa dituntut mampu mengembangkan otak kanan

maupun kiri secara seimbang sehingga jika siswa tidak mampu mengelola

maka proses pemerolehan pengetahuan akan kurang maksimal dan juga masih

sulit dilaksanakan sebab metode proyek menuntut siswa untuk mencari,

membaca, memikirkan serta dapat memecahkan masalahnya sendiri, di lihat

dari segi aktivitasnya, organisasi sekolah menjadi tidak sederhana, disamping

memerlukan banyak fasilitas, tenaga dan financial.

Sedangkan penerapan metode inquiry terbimbing mempunyai kelebihan

dapat mengembangkan potensi intelektual pada siswa, memberikan kepuasan

belajar pada siswa sehingga akan memberikan dorongan untuk maju, Belajar

dapat di ingat lebih lama, memungkinkan siswa untuk membentuk self-

concepts, sehingga siswa dapat mengenal kekuatan dan kelemahannya,

Melatih siswa untuk berpikir sendiri, sehingga menimbulkan kepercayaan atas

kemampuannya sendiri dan memberi waktu kepada siswa untuk

mengasimilasi dan mengakomodasi informasi. Hal ini sesuai dengan teori

Piaget yang menyimpulkan bahwa anak-anak mengkontruksi pengetahuan

secara terus-menerus dengan mengasimilasi dan mengakomodasi informasi-

informasi baru secara individu, maka sumbangan penting dari teori belajar

Piaget dalam pembelajaran kontekstual adalah pada saat siswa

mengkonstruksi dalam penyelesaian tugas-tugas secara individu. Dari

penjelesan diatas, maka peneliti menggunakan metode proyek dan inquiry

terbimbing pada proses pembelajaran termokimia karena memiliki karakter

yang sama sehingga diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar dan

Page 94: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

diduga bahwa penerapan metode proyek akan berdampak pada prestasi belajar

yang lebih bagus daripada dengan metode inquiry terbimbing.

2. Pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar termokimia

yang akan di teliti oleh peneliti.

Sikap ilmiah adalah Kumpulan pengetahuan atau produk sains berupa

fakta, observasi, eksperimentasi, generalisasi dan analisis yang rasional dan

ilmuwan mengumpulkan pengetahuan sains berusaha untuk bersikap obyektif

dan jujur, mengikuti berbagai macam prosedur eksperimen. Alasan yang

mendasari sikap ilmiah dijadikan sebagai variabel moderator adalah bahwa

keberhasilan penguasaan materi termokimia ini salah satunya ditentukan oleh

faktor tinggi rendahnya sikap ilmiah karena karakteristik materi ini

mengharuskan siswa melakukan proses ilmiah seperti: mengidentifikasi

masalah, membuat rancangan penelitian, eksperimen, mencatat data

penelitian, kesimpulan, membuat laporan dan sebagainya.

Beberapa sikap ilmiah antara lain: (1) sikap ingin tahu (2) sikap kritis,

(3) sikap obyektif, (4) sikap ingin menemukan, (5) sikap menghargai karya

orang lain (6) sikap terbuka, (7) sikap tekun. Hal ini sesuai dengan teori

belajar sosial yang memandang pentingnya conditioning, melalui pemberian

reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan

perilaku sosial mana yang perlu dilakukan Maka sesuai dengan karakteristik

materinya tersebut dapat diduga bahwa siswa yang mempunyai sikap ilmiah

tinggi akan menghasilkan prestasi belajar tinggi dan sebaliknya jika siswa

mempunyai sikap ilmiah rendah maka hasil belajarnya juga akan rendah.

Page 95: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

3. Pengaruh kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kimia pada

materi termokimia diteliti oleh peneliti.

Kreativitas adalah kemampuan atau kapasitas pemahaman, sensitivitas

dan apresiasi dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Kreativitas siswa

berfokus pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau

kreatif. Kreativitas ini akan sangat membantu siswa dalam membangun

konsep-konsep pada materi termokimia. Dalam materi termokimia, banyak

sekali konsep-konsep yang harus dipelajari dan dibangun oleh siswa,

sehingga untuk mempelajari materi ini diperlukan kreativitas yang tinggi.

Potensi kreatif dimiliki oleh setiap siswa, meski dalam taraf yang

berbeda-beda. Siswa dengan kreativitas tinggi memiliki ciri-ciri : dorongan

ingin tahu besar, memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu

masalah, mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, dan

memiliki kemampuan mengembangkan atau merinci suatu gagasan. Siswa

yang memiliki kreativitas tinggi dapat menghubungkan konsep yang baru

diperoleh dengan konsep yang dimiliki serta menerapkan konsep yang ada

dalam pembelajaran dengan dunia nyata. Hal ini sesuai dengan inti dari teori

belajar bermakna Ausubel yaitu proses belajar akan mendatangkan hasil atau

bermakna kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat

menghubungkannya dengan konsep yang relevan yang sudah ada dalam

struktur kognisi siswa. Siswa harus mampu mengaitkan antara pengetahuan

yang baru dengan pengetahuan yang sudah dipunyainya, sehingga proses

pembelajarannya menjadi bermakna. Alasan yang mendasari kreativitas

Page 96: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

dijadikan sebagai variabel moderator adalah bahwa keberhasilan penguasaan

materi termokimia ini salah satunya ditentukan juga oleh faktor tinggi

rendahnya kreativitas, maka sesuai dengan karakteristik materinya yang

menuntut adanya proses observasi, membuat dan meneliti produk dari bahan-

bahan yang mengandung kalor/panas dalam kehidupan sehari-hari, membuat

laporan dan mempresentasikannya. Untuk itu, dalam penelitian ini peneliti

menduga bahwa siswa yang mempunyai kreativitas tinggi akan menghasilkan

prestasi belajar tinggi dan sebaliknya jika siswa mempunyai kreativitas

rendah maka hasil belajarnya juga akan rendah.

4. Interaksi antara metode pembelajaran terhadap sikap ilmiah Terdapat

interaksi antara metode pembelajaran dengan sikap ilmiah.

Dalam metode proyek memerlukan ketekunan, kemampuan dalam

menemukan dan memecahkan masalah, keaktifan kerja kelompok, untuk

dapat menghasilkan karya yang optimal. Dengan demikian dapat diduga

bahwa pembelajaran dengan metode proyek siswa memperoleh prestasi

belajar lebih baik dari pada siswa dengan metode inquiry terbimbing ditinjau

dari sikap ilmiah tinggi atau rendah.

5. Interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas siswa terhadap

prestasi belajar kimia pada materi termokimia.

Alasan yang mendasari adalah bahwa pada penerapan metode proyek

dan inquiry terbimbing mempunyai relevansi dengan kreativitas karena pada

sintak kegiatan pembelajarannya seperti proses observasi, membuat produk

dari bahan-bahan yang menyebabkan kalor/panas, membuat laporan dan

Page 97: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

mempresentasikannya. Sehingga bisa diduga bahwa antara metode proyek

dan inquiry terbimbing mempunyai interaksi dengan kreativitas siswa dan

harapannya bisa meningkatkan prestasi belajar kimia pada materi termokimia.

6. Interaksi antara sikap ilmiah dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar

kimia pada materi termokimia.

Alasan yang mendasari adalah bahwa kedua variabel moderator yaitu

sikap ilmiah dan kreativitas siswa mempunyai interaksi yang bisa

meningkatkan prestasi belajar kimia pada materi termokimia.

7. Interaksi antara metode pembelajaran dengan kreativitas dan sikap ilmiah

siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi termokimia.

Alasan yang mendasari adalah pada penerapan metode proyek dan

inquiry terbimbing mempunyai relevansi dengan variabel moderator berupa

sikap ilmiah dan kreativitas siswa. Sehingga bisa ditebak bahwa antara

metode proyek dan inquiry terbimbing jika diterapkan dalam pembelajaran

kimia akan menghasilkan interaksi dengan sikap ilmiah dan kreativitas siswa

serta diduga yang mempunyai sikap ilmiah dan kreativitas tinggi bisa

meningkat prestasi belajarnya.

D. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang telah diuraikan dalam

penelitian ini, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Ada pengaruh pembelajaran dengan metode proyek dan metode inquiry

terbimbing terhadap prestasi belajar siswa pada materi termokimia.

Page 98: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

2. Ada pengaruh sikap ilmiah siswa yang tinggi dan rendah terhadap prestasi

belajar siswa pada materi pokok termokimia.

3. Ada pengaruh siswa yang mempunyai kreativitas tinggi dan rendah terhadap

prestasi belajar siswa pada materi pokok termokimia.

4. Ada interaksi antara metode proyek dan inquiry terbimbing dengan sikap

ilmiah siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi termokimia.

5. Ada interaksi antara metode proyek dan inquiry terbimbing dengan kreativitas

siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi termokimia.

6. Ada interaksi antara sikap ilmiah dengan kreativitas terhadap prestasi belajar

siswa pada materi termokimia.

7. Ada interaksi antara metode proyek dan inquiry terbimbing, sikap ilmiah, dan

kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi termokimia.

Page 99: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat, Subyek dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPA SMA N 1 Sukohajo Tahun

pelajaran 2010/2011.

2. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA N 1

Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011 yang terdiri dari dua kelas, kelas pertama

merupakan kelas eksperimen I menggunakan pendekatan Contextual Teaching

and Learning dengan metode Proyek, kelas kedua adalah kelas eksperimen II

dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning dengan

metode Inquiry terbimbing.

3. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester 2 (genap) tahun pelajaran

2010/2011. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap. Adapun tahap-

tahap pelaksanaannya sebagai berikut:

a. Tahap persiapan, meliputi: pengajuan judul tesis, permohonan pembimbing,

pembuatan proposal, perizinan penelitian dan konsultasi instrument penelitian.

b. Tahap penelitian, yaitu semua kegiatan yang dilaksanakan di tempat

penelitian, meliputi: uji instrumen penelitian dan pengambilan data yang

Page 100: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

disesuaikan dengan alokasi waktu penyampaian materi kelarutan dan hasil

kali kelarutan.

c. Tahap penyelesaian, yaitu meliputi pengolahan data dan penyusunan tesis.

Jadwal (Alokasi waktu) penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1. Jadwal Penelitian

No Kegiatan Bulan / Tahun 2010-2011

10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Penyusunan

proposal

X

2 Pembimbingan

proposal

X X X

3 Penyusunan

instrument

X X X

4 Seminar

proposal

X

5 Penyempurnaan

proposal

X X

6 Analilsis Uji

Coba instrument

X

7 Pelaksanaan

penelitian

X X

8 Pembimbingan

pengolahan data

X

9 Penulisan

laporan BAB IV

dan V

X X

10 Ujian tesis X

Page 101: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

B. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

eksperimen (experimental research). Dalam penelitian ini ada dua kelompok,

kelompok pertama di beri perlakuan dengan pendekatan Contextual Teaching and

learning dengan metode Proyek dan kelompok kedua diberi perlakuan dengan

pendekatan Contextual Teaching and learning dengan metode Inquiry terbimbing.

Untuk Kedua kelompok eksperimen tersebut diasumsikan homogen dalam segala

segi yang relevan, dengan penyebaran normal dan hanya berbeda dalam

penerapan metode pembelajaran. Waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan

proses belajar mengajar diasumsikan sama. Hasil dari kedua kelompok kelas

eksperimen tersebut dikaji dan dibandingkan, mana yang lebih baik dan tepat dari

kedua model pembelajaran tersebut.

Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan factorial 2 x 2 x 2 yaitu

suatu rancangan penelitian yang digunakan untuk meneliti perbedaan perlakuan

pembelajaran yang menggunakan pendekatan Contextual Teaching and learning

dengan metode Proyek dan pendekatan Contextual Teaching and learning dengan

metode Inquiry yang dihubungkan dengan kemampuan kreatifitas tinggi dan

kemampuan kreatifitas rendah dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar.

Berkaitan dengan hal tersebut maka rancangan data penelitian ini dapat disajikan

dalam desain faktorial 2x2x2 dengan teknik analisis varians (Anava) seperti tabel

3.2. sebagai berikut :

Page 102: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Tabel. 3.2. Tabel Rancangan Analisis Penelitian

Contextual Teaching Learning (A)

Metode Proyek (A1) Metode Inquiry

Terbimbing (A2)

Sikap Ilmiah (B)

Tinggi ( B1)

A1B1 A2B1

Rendah (B2)

A1B2 A2B2

Kemampuan Kreativitas

(C)

Tinggi ( C1)

A1C1 A2C1

Rendah (C2)

A1C2 A2C2

Keterangan :

A = Metode pembelajaran

B = Kemampuan Sikap Ilmiah

C = Kreativitas

Rancangan penelitian tersebut terbentuk matrik yang terdiri dari 8 sel.

Secara umum setiap selnya dapat dijelaskan sebagai berikut :

A1B1C1 = kelompok siswa yang mempunyai kemampuan sikap ilmiah tinggi dan

kreativitas tinggi yang diperlakukan dengan pendekatan Contextual

Teaching and Learning dengan metode Proyek.

A1B1C2 = kelompok siswa yang mempunyai kemampuan sikap ilmiah tinggi dan

kreativitas rendah yang diperlakukan dengan pendekatan Contextual

Teaching and Learning dengan metode Proyek.

A1B2C1 = kelompok siswa yang mempunyai kemampuan sikap ilmiah rendah

dan kreativitas tinggi yang diperlakukan dengan pendekatan

Contextual Teaching and Learning dengan metode Proyek.

Page 103: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

A1B2C2 = kelompok siswa yang mempunyai kemampuan sikap ilmiah rendah

dan kreativitas rendah yang diperlakukan dengan pendekatan

Contextual Teaching and Learning dengan metode Proyek.

A2B1C1 = kelompok siswa yang mempunyai kemampuan sikap ilmiah tinggi dan

kreativitas tinggi yang diperlakukan dengan pendekatan Contextual

Teaching and Learning dengan metode Inquiry Terbimbing.

A2B1C2 = kelompok siswa yang mempunyai kemampuan sikap ilmiah tinggi dan

kreativitas rendah yang diperlakukan dengan pendekatan Contextual

Teaching and Learning dengan metode Inquiry Terbimbing.

A2B2C1 = kelompok siswa yang mempunyai kemampuan sikap ilmiah rendah dan

kreativitas tinggi yang diperlakukan dengan pendekatan Contextual

Teaching and Learning dengan metode Inquiry Terbimbing.

A2B2C2 = kelompok siswa yang mempunyai kemampuan sikap ilmiah rendah

dan kreativitas rendah yang diperlakukan dengan pendekatan

Contextual Teaching and Learning dengan metode Inquiry

Terbimbing.

C. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini melibatkan tiga variabel, yaitu :

1. Variabel bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah pembelajaran kimia dengan

pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan metode Proyek dan

metode inquiry Terbimbing.

Page 104: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

a. Definisi Operasional :

Metode pembelajaran adalah suatu cara atau langkah yang dilakukan guru

dalam usahanya untuk membelajarkan siswa atau peserta didik guna

meningkatkan proses pembelajaran yang efektif sehingga tujuan pembelajaran

dapat tercapai dengan baik. Pembelajaran kimia dengan dengan pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah merupakan rangkaian aktivitas

pembelajaran yang menekankan kepada proses pembelajaran yang dikaitkan

dalam kehidupan sehari-hari.

b. Simbol : A

2. Variabel Moderator

Variabel Moderator pada penelitian ini adalah kemampuan sikap ilmiah

dan kreativitas siswa, yang dibatasi pada kemampuan sikap ilmiah tinggi dan

kemampuan sikap ilmiah rendah dan kreativitas siswa yang dibatasi pada

kreativitas tinggi dan kreativitas rendah.

a. Definisi Operasional

Kreativitas adalah kreativitas yang telah dimiliki sebelum memperoleh

pengetahuan baru yang lebih tinggi dan sikap ilmiah adalah hasrat ingin tahu,

teliti, obyektif, terbuka, rendah hati, jujur dalam mengambil data research. Sikap

ilmiah siwa diberikan angket sebelum anak melakukan research.

b. Simbol : B untuk Kemampuan sikap ilmiah, dan C untuk kreativitas.

3. Variabel Terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi (hasil) belajar kimia

untuk materi termokimia. Prestasi belajar yang dimaksud disini adalah hasil yang

Page 105: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

diperoleh sebagai akibat dari proses pembelajaran dikelas pada materi

termokimia, yang mengakibatkan perubahan diri siswa yang disimbolkan dalam

bentuk nilai. Prestasi belajar dalam penelitian ini meliputi dua aspek yaitu aspek

kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif adalah domain belajar yang dapat

dilihat melalui kemampuan berpikir, termasuk di dalamnya kemampuan

menghafal, memahami, dan mengaplikasi. Sementara, aspek afektif adalah

perilaku yang tercermin dalam bentuk bahasa tubuh yang merupakan aktualisasi

pengalaman, perasaan, minat, sikap, dan emosi seseorang yang muncul saat terjadi

proses interaksi.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

1. Instrumen pelaksanaan pembelajaran terdiri dari :

a) Pemetaan Standar Isi

Pemetaan standar isi dimaksudkan agar pembelajaran yang

disampaikan ke peserta didik, tidak lepas dari kurikulum KTSP, yang

tertuang dalam permendiknas No 22 tahun 2006. Dalam hal ini Standar Isi

mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk

mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan

tertentu. Sehingga kerja operasional yang ditentukan dalam kompetensi dasar

dianalisis, dan dari sini indikator pencapaian kompetensi dibuat dengan

sedemikian rupa sehingga kompetensi dasar yang tercantatum dalam standar

isi dapat dicapai.

Page 106: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

b) Silabus,

Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata

pelajaran tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,

materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk

penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar.

c) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) .

Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana yang

menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk

mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan telah

dijabarkan dalam silabus. Lingkup rencana pembelajaran paling luas

mencakup satu kompetensi dasar yang terdiri atas satu atau beberapa

indikator untuk satu kali pertemuan.

d) Lembar Kerja Peserta didik ( LKS )

Lembar kerja Peserta didik ( LKS) sebagai acuan dalam melaksanakan

percobaan khusus nya dengan metode inquiry terbimbing. Sedangkan pada

metode proyek peserta didik dengan didampingi guru diharapkan dapat

merancang sendiri prosedur prosedur kerja yang akan dilakukan.

2. Instrumen Pengambilan Data.

Dalam pengambilan data instrumen yang digunakan adalah tes prestasi

belajar ranah kognitif , angket pada ranah afektif, dan sikap ilmiah, serta

kreativitas .

Page 107: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

E. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penilitian ini adalah tes

dan angket.

1. Metode tes

Metode tes digunakan untuk mendapatkan data nilai prestasi belajar

kognitif siswa pada materi termokimia dan data kemampuan sikap ilmiah siswa,

pada kelas XI IPA Semester 1 SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran

2010/2011.

2. Metode Angket

Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket langsung

dan tertutup, karena daftar pertanyaan diberikan langsung kepada responden dan

jawabannya sudah disediakan, sehingga responden tinggal memilih jawaban yang

ada. Metode angket ini digunakan untuk mendapatkan data kemampuan sikap

ilmiah dan kreativitas siswa serta nilai prestasi belajar afektif pada materi

termokimia.

F. Uji Coba Instrumen Penelitian

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian perlu diuji coba terlebih

dahulu pada kelas yang tidak digunakan untuk penelitian. Uji coba ini dilakukan

untuk mengetahui apakah instrumen tersebut telah memenuhi persyaratan

instrumen yang baik, diantaranya instrumen yang baik dan reliabel, serta untuk

mengetahui kualitas instrumen tes dilakukan pula analisis soal yang meliputi

tingkat kesukaran dan daya pembeda.

Page 108: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Pada penilaian kognitif menggunakan tes obyektif, soal pilihan ganda

dengan lima pilihan. Skala penilaian menggunakan skala 100, dengan penilaian

jawaban benar dibagi jumlah soal kemudian dikalikan dengan 100. Sebelum

diigunkan dalam penelitian, instrumen penilaian kognitif diuji cobakan terlebih

dahulu untuk menguji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda

soal. Uji coba instrumen akan dilakukan di kelas XI IPA SMA Negeri 4

Surakarta, karena level sekolah antara SMAN 4 Surakarta dan SMAN 1

Sukoharjo setara.

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau

kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai

validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki

validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa

yang sebenarnya ingin diukur atau dengan kata lain sebuah instrumen dikatakan

valid apabila instrumen tersebut dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti

secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data

yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang

dimaksud. Agar memiliki validitas isi, instrumen tes prestasi belajar menurut

Budiyono (2005: 58) harus memperhatikan: a. Bahan uji (tes) harus merupakan

sampel yang representatif untuk mengukur sampai seberapa jauh tujuan

pembelajaran tercapai ditinjau dari materi yang diajarkan maupun dari sudut

proses belajar; b. Titik berat materi yang diujikan harus seimbang dengan titik

berat materi yang telah diajarkan; c. Tidak diperlukan pengetahuan lain yang tidak

Page 109: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

atau belum diajarkan untuk menjawab soal-soal ujian dengan benar. Untuk

menilai apakah suatu instrumen mempunyai validitas isi yang tinggi atau tidak,

biasanya dilakukan dengan cara penilaian yang dilakukan oleh para pakar dan

semua kriteria penelaahan instrumen tes harus disetujui oleh validator. Dalam

penelitian ini, validitas soal tes akan diuji dengan menggunakan persamaan (3.1)

pers. (3.1)

Persamaan (3.1) menunjukkan rumus korelasi product moment yang

dikemukakan oleh Pearson. Persamaan tersebut digunakan untuk menentukan

validitas item soal tes dan angket. Validitas soal dinyatakan dengan nilai rxy yaitu

indeks korelasi antara dua variabel (x dan y) yang dikorelasikan. Indeks korelasi

(rxy) tersebut ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain: banyaknya subjek (N),

skor item nomor soal yang dijawab benar (x), dan jumlah skor total (y).

Untuk menentukan validitas dari setiap item soal maka rxy yang telah

diperoleh dibandingkan dengan rtabel t (pada lampiran). Dengan mengetahui

banyaknya subjek N yaitu 34 subjek (responden) dan taraf signifikansi 5% maka

diperoleh rtabel yaitu 0,339. Setiap item soal dikatakan valid jika nilai rxy > rtabel

atau rxy > 0,339.

Klasifikasi validitas soal adalah sebagi berikut:

0,91 1,00 = sangat tinggi (ST)

0,71 0,90 = tinggi (T)

0, 41 0,70 = cukup ( C)

Page 110: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

0,21 0,40 = rendah (R)

negatif 0,20 = sangat rendah (SR)

Berdasarkan hasil perhitungan dengan program SPSS versi 15, diperoleh

bahwa dari 30 butir soal yang diujicobakan sesuai tabel 3.4 berikut :

Tabel 3.3 : Hasil Uji Validitas Soal

Jumlah Soal Tes Kognitif

Sistem koloid

Kriteria

Valid Invalid

30 25

(1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,13,14,15,

17,18,19,20,21,22,24,26,28,29,30)

5

(12,16,23,25,27.)

Dari 25 soal yang valid, diambil sebanyak 25 soal untuk penelitian, sedaangkan 5

soal di drop (dibuang) yaitu nomor 12, 16, 23, 25, 27. Dengan argumen ke-25

soal yang dipilih, telah mewakili indikator-indikator yang terdapat dalam rencana

pembelajaran. Data pada lampiran 23.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas instrumen menggambarkan pada kemantapan dan keajegan

alat ukur yang digunakan. Suatu alat ukur dikatakan memiliki reliabilitas atau

keajegan yang tinggi jika dapat diandalkan (dependability) dan dapat digunakan

untuk meramalkan (predictability). Dengan demikian, alat ukur tersebut akan

memberikan hasil pengukuran yang tidak berubah-ubah dan akan memberikan

hasil yang serupa apabila digunakan berkali-kali. Suatu alat ukur atau instrumen

dikatakan memiliki reliabilitas yang baik apabila alat ukur tersebut selalu

Page 111: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

memberikan hasil yang sama meskipun digunakan berkali-kali, baik oleh peneliti

yang sama maupun oleh peneliti yang berbeda. Oleh karena itu, pengujian

reliabilitas instrumen dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana konsistensi

atau keajegan hasil pengukuran yang digunakan. Alat ukur yang reliabel berarti

akan memberikan hasil pengukuran yang relatif sama apabila dilakukan

pengulangan atas penggunaan alat ukur tersebut. Reliabilitas menunjukkan pada

suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan

sebagai alat pengumpul data yang tidak bersifat tendensius atau mengarahkan

responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang reliabel akan

menghasilkan data yang sesuai dengan kondisi sesungguhnya.

Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari instrumen tes dan angket.

Rumus yang digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen yang berbentuk tes

berbeda dengan instrumen bentuk angket. Untuk menguji reliabilitas instrumen

bentuk tes digunakan persamaan Spearman-Brown atau teknik belah dua ganjil-

genap (Suharsimi Arikunto, 2006: 180). Dengan teknik belah dua ganjil-genap,

peneliti mengelompokkan skor butir bernomor ganjil sebagai belahan pertama dan

kelompok skor butir bernomor genap sebagai belahan kedua. Langkah selanjutnya

adalah mengkorelasikan skor belahan pertama dengan skor belahan kedua, dan

akan diperoleh nilai rxy. Oleh karena indeks korelasi yang diperoleh baru

menunjukkan hubungan antara dua belahan instrumen maka untuk memperoleh

indeks reliabilitas soal masih harus menggunakan persamaan (3.2).

pers. (3.2)

Page 112: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

Persamaan (3.2) menunjukkan rumus reliabilitas instrumen (r11) yang

dikemukakan oleh Spearman-Brown. Reliabilitas instrumen dinyatakan dengan

nilai r11 yaitu indeks reliabilitas soal. Indeks reliabilitas soal (r11) tersebut hanya

ditentukan oleh indeks korelasi antara dua belahan instrumen .

Teknik belah dua ganjil-genap dengan persamaan (3.2) tersebut hanya

dapat digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen bentuk tes yang skornya 1

dan 0. Sedangkan untuk instrumen bentuk angket yang skornya merupakan

rentangan antara beberapa nilai (misal: 1 4) maka digunakan rumus Alpha.

Rumus Alpha merupakan salah satu rumus untuk menguji reliabilitas instrumen

yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian. Rumus

Alpha tersebut dinyatakan dalam bentuk persamaan (3.3).

pers. (3.3)

Persamaan (3.3) menunjukkan rumus reliabilitas instrumen yang

dinyatakan dengan nilai r11. Nilai r11 merupakan indeks reliabilitas soal yang

dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: banyaknya butir soal (n), jumlah

varians butir ( ), dan varians total ( ).

Sedangkan rumus varians butir dinyatakan dalam bentuk persamaan (3.4).

pers. (3.4)

Persamaan (3.4) merupakan rumus varians setiap butir soal ( ) dengan

variabel (X) merupakan jumlah skor setiap siswa pada soal ke-n dan (N)

merupakan jumlah siswa.

Page 113: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Keputusan:

r alpha positif dan rhitung > rtabel maka item tersebut reliabel

r alpha negatif dan rhitung < rtabel maka item tersebut tidak reliabel

Reliabilitas instrumen (r11) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

0,91 1,00 = Sangat tinggi

0,71 0,90 = Tinggi

0,41 0,70 = Cukup

0,21 0,40 = Rendah

Negatif 0,20 = Sangat rendah

( Masidjo, 1995: 243)

Berdasarkan hasil perhitungan dengan program SPSS ver. 15 diperoleh hasil

bahwa soal tersebut memiliki tingkat realibilitas 0,778 dengan klasifikasi

reabilitas sangat tinggi. Hasil uji reabilitas instrumen penilaian koqnitif yang rinci

dapat dilihat pada lampiran.

3. Uji Taraf Kesukaran Butir Soal

Soal yang baik untuk digunakan sebagai alat ukur adalah soal yang

mempunyai derajat kesukaran yang memadai, dalam arti soal tidak terlalu sulit

dan tidak terlalu mudah. Derajat kesukaran soal dapat ditunjukkan dengan indeks

kesukaran, yaitu bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal.

Indeks kesukaran soal dihitung dengan menggunakan persamaan (3.5).

pers. (3.5)

Page 114: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

Persamaan (3.5) merupakan persamaan untuk menentukan tingkat

kesukaran suatu soal yang dinyatakan dengan nilai IK. Indeks kesukaran soal

(IK) merupakan nilai perbandingan antara jumlah siswa yang menjawab benar

(BN) dengan jumlah keseluruhan siswa (N). Dengan demikian, indeks kesukaran

soal dipengaruhi oleh jumlah siswa yang menjawab benar dan jumlah keseluruhan

siswa. Semakin banyak jumlah siswa yang menjawab benar suatu soal maka

semakin besar pula nilai IK pada soal tersebut, begitu juga sebaliknya.

Indeks kesukaran soal dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

0% - 30,99% = soal kategori sulit

31% - 70,99% = soal kategori sedang

71% - 100% = soal kategori mudah

Uji taraf kesukaran hanya diujikan pada instrumen yang berbentuk tes

karena instrumen tes ini akan digunakan untuk mengukur kemampuan siswa.

Dengan demikian, perlu adanya gambaran dari hasil uji taraf kesukaran ini untuk

mengetahui distribusi tingkat kesukaran soal. Suatu instrumen tes dikatakan

memiliki distribusi tingkat kesukaran soal yang baik jika soal dengan kategori

sedang jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan soal kategori sulit dan

mudah. Sebagai gambaran, distribusi tingkat kesukaran instrumen tes yang baik

harus mengikuti bentuk kurva normal. Karena soal dengan kategori mudah

jumlahnya lebih banyak, maka langkah yang harus ditempuh adalah memilih

beberapa soal kategori mudah untuk kemudian dinaikkan tingkat kesukarannya

menjadi soal dengan kategori sedang atau sulit. Tujuannya agar distribusi soal

Page 115: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

dengan tingkat kesukaran mudah, sedang, dan sulit dapat mengikuti kaidah bentuk

kurva normal.

Hasil uji taraf kesukaran soal instrument penilaian kognitif dari 30 butir

soal dengan menggunakan software program Microsoft Exel mempunyai

klasifikasi sebagai berikut :

Tabel 3.4. Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes

No.

Instrumen Tes

Tingkat Kesukaran

Nomor Soal Jumlah

1. Prestasi Kognitif

Sukar Valid 24 1

Sukar Tidak Valid 12,16,25,27 4

Sedang Valid 2,3,4,5,6,7,8,9,10,18,19,21,22,28,29. 16

Sedang Tidak Valid 23 1

Mudah 1,11,14,15,17,20,26,30.

8

Dari tabel 3.4 di atas dapat disimpulkan soal tersebut , diambil soal yang valid

kemudian 1 buah soal kategori sukar dan 16 butir soal kategori sedang digunakan

seluruhnya. Sedangkan soal kategori mudah diambil 8 butir soal.sehingga jumlah

soal untuk penelitian berjumlah 25 soal. Dari komposisi 25 soal yang valid terdiri

1 soal kategori sulit, 16 soal sedang dan 8 soal kategori mudah.

4. Uji Daya Pembeda Butir Soal

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara

siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai (berkemampuan rendah).

Dalam hal ini siswa yang pandai memperoleh skor yang lebih baik jika

Page 116: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

dibandingkan dengan siswa yang kurang pandai. Para pengikut dibagi menjadi

dua kelompok, yaitu kelompok atas berkemampuan tinggi dan kelompok bawah

berkemampuan rendah. Masing-masing kelompok diambil 27% dari pengikut

secara keseluruhan. Daya pembeda dihitung dengan persamaan (3.6).

pers. (3.6)

Persamaan (3.6) merupakan persamaan untuk menentukan daya pembeda

atau indeks diskriminasi soal yang dinyatakan dengan DP. DP atau daya pembeda

merupakan perbandingan antara jumlah jawaban benar pada kelompok atas (BA)

dengan jumlah pengikut pada kelompok atas (NA), dikurangi dengan

perbandingan antara jumlah jawaban benar pada kelompok bawah (BB) dengan

jumlah pengikut pada kelompok bawah (NB).

Kategori Indeks daya pembeda soal menurut Suharsimi Arikunto dapat

diklasifikasikan pada tabel 3.5. sebagai berikut

= soal jelek

= soal cukup

= soal sangat baik (exelent)

Uji Validitas, Uji Reliabilitas, Tingkat Kesukaran dan Daya Beda

digunakan untuk tes prestasi, sedangkan angket afektif, sikap ilmiah dan

kreativitas menggunakan Uji Validitas dan Uji Reliabilitas untuk mengetahui

kualitas item angket.

Penghitungan daya pembeda atau indeks diskriminan dengan menggunakan

software program Microsoft Exel diperoleh data sebagai berikut :

Page 117: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

Tabel 3.5. Hasil Uji Coba Indeks Daya Beda Instrumen Tes No.

Instrumen Tes Kualifikasi Daya Beda

Nomor Soal Jumlah

1. Prestasi Kognitif Jelek

1,11,15,30 (nomor 12,16,25,dan 27 di drop) 4

Cukup 6,8,9,10,14,17,18,20,21,22,24,28,29.(nomor 23 di drop) 13

Baik 2,3,4,5,7,13,19,26. 8 Sangat Baik - 0

Dari analisa daya beda soal sesuai tabel diatas, maka diambil soal yang cukup dan

baik, sejumlah 21 soal. Dan dipilihlah soal yang valid, dengan tingkat kesukaran

sedang dan mudah dan memiliki daya beda yang cukup dan baik, yaitu soal nomor

2,3,4,5,6,7,8,9,10,13,14,17,18,19,20,21,22,24,26,28, serta nomor 29,

2. Uji Coba Instrumen Angket

Validasi tidak hanya dilakukan pada instrumen tes, instrumen yang berupa

angket pun harus divalidasi terlebih dahulu sebelum digunakan. Analisis

instrumen angket sebagai berikut:

a) Validitas Angket

Validasi terhadap butir-butir soal dicari dengan mengkorelasikan skor

masing-masing butir soal dengan skor total. Validasi terhadap butir-butir soal

angket dicari dengan mengkorelasikan skor masing-masing butir soal dengan

skor total. Rumus yang digunakan adalah korelasi product moment Pearson,

sebagai berikut:

Keterangan : rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang

dikorelasikan

Page 118: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

N = jumlah soal

X = skor tiap butir soal

Y = skor total

(Suharsimi Arikunto, 2001:72)

Koefisien korelasi product momen pearson menunjukkan validitas item angket

yang selanjutnya disebut rhitung. Selanjutnya hasil perhitungan dengan korelasi

product momen pearson dapat dikonsultasikan ke tabel r tabel. Item dikatakan

valid bila harga rhitung tabel.

Tabel 3.6. Hasil Uji Validitas Instrumen Angket

No Instrumen

Pengambilan Data

Nomor Soal yang Valid

Jumlah Nomor Soal yang Tidak

Valid

Jumlah

Jumlah soal yang dipakai

1. Sikap Ilmiah

1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,12,13,14,16,17,18,20,21,22,23,24,26,28,29,31,32,34,36,38,39,40,41.

32 11,15,19,25,27,30,33,35,37,42.

10 40 ( 8 soal direvisi)

Kreativitas 2,3,4,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,22,23,24,26,27,28,29,30,31,32,33,35.

30 1,4,21,25,34 5 30 (2,3,4,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,22,23,24,26,27,28,29,30,31,32,33,35.)

2. Prestasi Afektif

1,2,3,4,5,6,9,10,11,12,13,14,16,17,18,19,20,21,22,23,24,25,26,27,28,29,30,31,32,33,34,35,37,38,39.

35 7,8,15,36,40 5 40 (1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23,24,25,26,27,28,29,30,31,32,33,34,35,36,37,38,

39,40)

Page 119: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

Pada angket sikap ilmiah, terdapat 32 soal yang valid dan 10 soal yang tidak valid.

Dari 10 soal yang tidak valid, 8 soal yang direvisi struktur kalimat soalnya. Soal-

soal tersebut direvisi untuk memenuhi kebutuhan indikator soal karena hanya

terdapat satu soal pada indikator. Pada instrument Kreativitas jumlah soal yang

valid ada 30, sedangkan soal yang tidak valid ada 5 butir. Karena semua indikator

soal bisa diwakili dengan 30 soal, maka dipakai 30 soal saja dengan 5 soal di drop

( tidak dipakai yaitu soal no. 1, 4, 21, 25 dan 34). Pada angket prestasi afektif,

terdapat 35 soal valid. Soal yang dipakai dalam penelitian 40 soal, 5 soal direvisi

yaitu soal no. 7, 8, 15, 36 dan 40.

Reliabilitas berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Pengukuran

reliabilitas angket dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha.

b) Reliabilitas Instrument Angket

Keterangan :

n = jumlah soal = jumlah varians skor tiap-tiap item

= varians total .

Tabel 3.7. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Angket

No. Instrumen Reliabilitas Kriteria 1. Sikap Ilmiah 0,852 Tinggi

Kreativitas 0,909 Sangat Tinggi 2. Prestasi Afektif 0,836 Tinggi

G. Teknik Analisis Data

1. Uji Prasyarat Analisis

Page 120: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

Dalam penelitian ini untuk menganalisa data digunakan analisis varian

(anava) tiga jalan. Namun sebelum dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji

persyaratan analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Teknik analisis data

menggunakan Analisis Varians (Anava) tiga jalan 2 x 2 x 2 dengan variabel

bebas, sikap ilmiah dan kreativitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data prestasi belajar,

kemampuan sikap ilmiah dan kreativitas berdistribusi normal atau tidak. Adapun

prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Menentukan hipotesis

Hipotesis nol (H0) adalah sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak

normal, dan hipotesis alternatif (H1) adalah sampel berasal dari populasi yang

berdistribusi normal.

2) Menetapkan uji statistik

Uji normalitas terhadap prestasi belajar aspek kognitif dengan menggunakan

uji Ryan Joiner (RJ), yang perhitungannya dilakukan dengan program SPSS 15.

3) Menentukan taraf signifikansi

Taraf signifikansi merupakan angka yang menunjukkan seberapa besar

peluang terjadinya kesalahan analisis. Pada uji normalitas ini taraf signifikansi ( )

ditetapkan = 0,05.

4) Menetapkan keputusan uji

Keputusan uji normalitas ditentukan dengan kriteria uji: tolak hipotesis nol,

jika Sig. > 0,05.

Page 121: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

b. Uji Homogenitas

Untuk mengetahui apakah variansi-variansi dari sejumlah populasi sama

atau tidak digunakan uji homogenitas. Pengujian yang dilakukan antara lain

homogenitas prestasi belajar dengan kemampuan sikap ilmiah, homogenitas

prestasi belajar dengan kreativitas dan homogenitas prestasi dengan metode

proyek dan inquiry yang dihitung dengan menggunakan software SPSS versi 15.

1) Menentukan hipotesis

Hipotesis nol (H0) adalah sampel berasal dari populasi yang tidak homogen,

dan hipotesis alternatif (H1) : sampel berasal dari populasi yang homogen.

2) Menentukan keputusan uji

Keputusan uji homogenitas ditentukan dengan kriteria uji tolak hipotesis nol

jika Sig. > 0,05

2. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji anava tiga jalan

dan uji lanjut anava jika antar metode pembelajaran, sikap ilmiah, dan

kemampuan kreativitas terdapat pengaruh yang signifikan.

a. Uji Anava Tiga Jalan

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang

telah diajukan ditolak atau diterima. Rancangan uji hipotesis ini terdiri dari tiga

variabel bebas yang meliputi metode pembelajaran, sikap ilmiah, dan kemampuan

kreativitas. Metode pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL) melalui metode proyek (A1) dan metode inquiry

Page 122: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

terbimbing (B2). Sikap ilmiah dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu

kategori tinggi (B1) dan kategori rendah (B2). Kreativitas siswa dikelompokkan

menjadi dua kategori, yaitu kategori Tinggi (C1) dan kategori Rendah (C2).

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar kimia siswa pada

aspek kognitif dan afektif. Tata letak data penelitian terdistribusi seperti pada

tabel 3.8.

Tabel 3.8. Tata Letak Data Penelitian Prestasi Kognitif atau Afektif

Contextual Teaching Learning (A)

Metode Proyek (A1) Metode Inquiry

Terbimbing (A2)

Sikap Ilmiah (B) Tinggi (B1)

Rendah (B2)

Tinggi (B1)

Rendah (B2)

Kemampuan Kreativitas

(C)

Tinggi ( C1)

A1B1C1 A1B2C1 A2B1C1 A2B2C1

Rendah (C2)

A1B1C2 A1B2C2 A2B1C2 A2B2C2

Masing-masing sel atau kotak pada tabel 3.8 di atas berisi lambang yang

berbeda-beda. Lambang-lambang tersebut menunjukkan interaksi antar ketiga

variabel terhadap prestasi kognitif maupun afektif. Sel pertama dengan lambang

A1 B1 C1 menunjukkan interaksi antar pendekatan CTL melalui metode proyek,

Sikap Ilmiah kategori tinggi, dan kemampuan kreativitas tinggi terhadap prestasi

kognitifnya atau afektifnya. Artinya, pada sel tersebut terdapat kelompok siswa

yang dibelajarkan dengan pendekatan CTL melalui metode proyek (A1), memiliki

sikap ilmiah kategori tinggi (B1), dan kemampuan kreativitas kategori tinggi (C1).

Sel kedua dengan lambang A2 B1 C1 mengandung pengertian bahwa pada sel

tersebut terdapat kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan CTL

Page 123: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

melalui metode inquiry terbimbing (A2), memiliki sikap ilmiah kategori tinggi

(B1), dan kemampuan kreativitas kategori tinggi (C1). Begitu pula dengan sel-sel

yang lainnya.

Pengujian hipotesis prestasi kognitif dilakukan dengan langkah sebagai

berikut:

1) Menentukan hipotesis

Dari analisis data penelitian, dapat ditentukan H0 sebagai berikut :

1) H0A : Tidak ada pengaruh penggunaan pendekatan Contextual Teaching

and Learning dengan metode proyek dan inquiry terbimbing terhadap

prestasi belajar siswa.

2) H1A : Ada pengaruh pendekatan Contextual Teaching and Learning

dengan metode Proyek dan inquiry terbimbing terhadap prestasi belajar

siswa.

3) H0A : Tidak ada pengaruh sikap ilmiah siswa yang tinggi dan rendah

terhadap prestasi belajar siswa.

H1A : Ada pengaruh kemampuan sikap ilmiah siswa yang tinggi dan

rendah terhadap prestasi belajar siswa.

4) H0A : Tidak ada pengaruh kreativitas tinggi dan kreativitas rendah

terhadap prestasi belajar siswa.

H1A : Ada pengaruh kreativitas tinggi dan kreativitas rendah terhadap

prestasi belajar siswa.

Page 124: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

5) H0A : Tidak ada interaksi antara penggunaan pendekatan Contextual

Teaching and Learning dengan metode proyek dan inquiry terbimbing

dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa.

6) H1A : Ada interaksi antara penggunaan pendekatan Contextual Teaching

and Learning dengan metode proyek dan inquiry terbimbing dengan sikap

ilmiah terhadap prestasi belajar siswa.

7) H0A : Tidak ada interaksi antara penggunaan pendekatan Contextual

Teaching and Learning dengan metode proyek dan inquiry terbimbing

dengan kreativitas belajar terhadap prestasi belajar siswa.

8) H1A : Ada interaksi antara penggunaan pendekatan Contextual Teaching

and Learning dengan metode proyek dan inquiry terbimbing dengan

kreativitas belajar terhadap prestasi belajar siswa.

H0A : Tidak ada interaksi antara sikap ilmiah dengan kreativitas

terhadap prestasi belajar siswa.

H1A : Ada interaksi antara sikap ilmiah dengan kreativitas terhadap

prestasi belajar siswa.

9) H0A : Tidak ada interaksi antara penggunaan pendekatan Contextual

Teaching and Learning dengan metode proyek dan inquiry terbimbing, sikap

ilmiah dan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa.

10) H1A : Ada interaksi antara penggunaan pendekatan Contextual Teaching

and Learning dengan metode proyek dan inquiry terbimbing, sikap ilmiah

dan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa.

2) Menentukan statistik uji

Page 125: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Analisis Variansi (Anava) tiga

jalan dengan General Linear Model (GLM) yang perhitungannya dilakukan

dengan program SPSS 15.

3) Menetapkan taraf signifikansi ( )

Taraf signifikansi merupakan angka yang menunjukkan seberapa besar peluang

terjadinya kesalahan analisis. Pada uji hipotesis ini, taraf signifikansi ( ) yang

digunakan adalah 0,05 atau 5%.

4) Menentukan keputusan uji

Keputusan uji hipotesis ditentukan dengan kriteria: jika Sig.> 0,05 maka

hipotesis nol (H0) ditolak.

b. Uji lanjut Anava

Jika dalam pengujian hipotesis, hipotesis nol (H0) ditolak yang berarti

hipotesis alternatif (H1) diterima, maka perlu dilakukan uji lanjut untuk

mengetahui tingkat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang diteliti.

Uji lanjut Anava dilakukan dengan menggunakan uji compare mean

Page 126: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Data dalam penelitian ini diperoleh dari kelas XI - IPA 4 sebagai kelas

eksperimen dengan metode pembelajaran Metode Proyek serta XI IPA 6

sebagai kelas eksperimen dengan metode pembelajaran Inquiry Terbimbing di

SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012. Data yang diperoleh

meliputi: data kreativitas, data Sikap Ilmiah Siswa, dan nilai prestasi belajar siswa

pada materi termokimia yang meliputi prestasi kognitif dan afektif. Berikut ini

deskripsi data hasil penelitian tersebut:

1. Data Kreativitas

Data kreativitas diperoleh dari angket kreativitas. Berdasarkan data yang

diperoleh, kemudian dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu kreativitas tinggi bagi

siswa yang mempunyai skor kreativitas -rata skor kreativitas seluruh kelas

dan kategori kreativitas rendah bagi siswa yang mempunyi skor kreativitas < rata-

rata skor kreativitas seluruh kelas. Daftar nilai kreativitas dapat dilihat pada

Lampiran 25. Dengan menggunakan kriteria tersebut dari 73 siswa yang terdiri

dari 37 siswa kelas eksperimen dengan metode pembelajaran Metode Proyek dan

36 siswa kelas eksperimen dengan metode pembelajaran Inquiry Terbimbing,

terdapat 34 siswa mempunyai kreativitas tinggi dan 39 siswa mempunyai

kreativitas rendah. Secara rinci disajikan dalam Tabel 4.1 berikut:

Page 127: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

Tabel 4.1. Jumlah Siswa yang Mempunyai kreativitas Tinggi dan Rendah.

Kreativitas Kelas XI-IPA 4

(Metode Proyek) Kelas XI-IPA 6

(Inquiry Terbimbing)

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Tinggi 17 45,9 17 47,2 Rendah 20 54,1 19 52,8 Jumlah 37 100,00 36 100,00

Dari deskripsi data tersebut dapat dijelaskan bahwa kreativitas siswa pada

kelas dengan metode pembelajaran Metode Proyek dominan rendah, dan pada

kelas dengan metode pembelajaran Inquiry Terbimbing dominan rendah. Pada

kelas dengan metode pembelajaran Metode Proyek 17 orang siswa tergolong

kategori siswa dengan kreativitas tinggi (45,9 %), 20 orang siswa dengan

kreativitas rendah (54,1 %). Pada kelas dengan metode pembelajaran Inquiry

Terbimbing terdapat 17 orang siswa dengan kategori kreativitas tinggi (47,2 %),

dan 52,8 siswa dengan kategori kreativitas rendah (52,8 %).

2. Data Sikap Ilmiah Siswa

Data Sikap Ilmiah siswa diperoleh dari angket Sikap Ilmiah siswa.

Berdasarkan data yang diperoleh, kemudian dikelompokkan dalam 2 kategori

yaitu Sikap Ilmiah tinggi bagi siswa yang mempunyai skor Sikap Ilmiah -

rata skor Sikap Ilmiah seluruh kelas dan kategori Sikap Ilmiah rendah bagi siswa

yang mempunyi skor Sikap Ilmiah < rata-rata skor Sikap Ilmiah seluruh kelas.

Daftar nilai Sikap Ilmiah siswa dapat dilihat pada Lampiran 25. Dengan

menggunakan kriteria tersebut dari 73 siswa yang terdiri dari 37 siswa kelas

eksperimen dengan metode pembelajaran Metode Proyek dan 36 siswa kelas

Page 128: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

eksperimen dengan metode pembelajaran Inquiry Terbimbing, terdapat 36 siswa

mempunyai Sikap Ilmiah tinggi dan 37 siswa mempunyai Sikap Ilmiah rendah.

Secara rinci disajikan dalam Tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2. Jumlah Siswa yang Mempunyai Sikap Ilmiah Tinggi dan Rendah.

Sikap Ilmiah Siswa Kelas XI-IPA 4

(Metode Proyek) Kelas XI-IPA 6

(Inquiry Terbimbing)

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Tinggi 18 48,6 18 50 Rendah 19 51,4 18 50 Jumlah 37 100,00 36 100,00

3. Data Prestasi Belajar Kimia Materi Termokimia

a. Prestasi Kognitif

Berdasarkan data dari masing-masing kelas dibuat daftar distribusi

frekuensi sebagai berikut:

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Kelas Metode Proyek dan Inquiry Terbimbing.

Interval

Kelas XI-IPA 4 (Metode Proyek)

Kelas XI-IPA 6 (Inquiry Terbimbing)

Frekuensi Frekuensi

Relatif (%) Frekuensi Frekuensi

Relatif (%) 51-55 3 8,11 2 5,56

56-60 2 5,41 5 13,89

61-65 7 18,92 12 33,33

66-70 8 21,62 7 19,44

71-75 10 27,03 8 22,22

76-80 6 16,21 1 2,78

81-85 1 2,70 1 2,78

Jumlah 37 100 36 100

Page 129: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

Dari sebaran nilai prestasi kognitif pada tabel 4.3 antara kelas eksperimen yang

menggunakan metode pembelajaran Metode Proyek diketahui, frekuensi tertinggi

peserta didik sebanyak 10 orang memiliki nilai antara 71-75. Untuk lebih jelasnya

perhatikan histogram dibawah ini.

Gambar 4.1. Histogram Perbandingan Prestasi Kognitif Kelas Metode Proyek

Dari sebaran nilai prestasi kognitif pada tabel 4.3 antara kelas eksperimen yang

menggunakan metode pembelajaran Metode inquiry terbimbing diketahui,

frekuensi tertinggi peserta didik sebanyak 12 orang memiliki nilai antara 61-65.

Untuk lebih jelasnya perhatikan histogram dibawah ini.

Gambar 4.2. Histogram Perbandingan Prestasi Kognitif Kelas Metode Inquiry

terbimbing

Page 130: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

Fre

kuen

si

Interval

b. Prestasi Afektif.

Perbandingan prestasi afektif antara kelas eksperimen yang menggunakan

metode pembelajaran Metode Proyek dan metode pembelajaran Inquiry

Terbimbing dapat dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan data dari masing-masing

kelas dibuat daftar distribusi frekuensi sebagai berikut:

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif Kelas Metode Proyek dan Inquiry Terbimbing

Interval

Kelas XI-IPA 4 (Metode Proyek)

Kelas XI-IPA 6 (Inquiry Terbimbing)

Frekuensi Frekuensi Relatif (%)

Frekuensi Frekuensi Relatif (%)

81-85 1 2,70 3 8,33

86-90 1 2,70 9 25

91-95 9 24,32 5 13,89

96-100 7 18,92 9 25

101-104 11 29,73 7 19,44

105-109 3 8,11 1 2,78

110-114 5 13,51 2 5,56

Jumlah 37 100 36 100 Dari tabel 4.4 skor prestasi afektif kelas eksperimen dengan metode Proyek

diketahui, frekuensi siswa terbanyak pada skor 101-104 yaitu 11 siswa. Untuk

lebih jelasnya perhatikan histogram dibawah ini

Gambar 4.3. Histogram Perbandingan Prestasi Afektif Kelas Metode Proyek

Page 131: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

Dari tabel 4.4 skor prestasi afektif kelas eksperimen dengan metode proyek

diketahui, frekuensi siswa terbanyak pada skor 86-90 dan 96-100 yaitu 9 siswa.

Untuk lebih jelasnya perhatikan histogram dibawah ini gambar histogram

Gambar 4.4. Histogram Perbandingan Prestasi Afektif Kelas Metode Inquiry

terbimbing

B. Pengujian Persyaratan Analisis

Pada penelitian ini menggunakan beberapa uji persyaratan analisis antara

lain: uji normalitas, dan uji homogenitas. Hasilnya akan disampaikan pada uraian

berikut:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui sampel berasal dari populasi

yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini

menggunakan perhitungan dengan SPSS 15. Komputasinya dapat dilihat pada

Lampiran 25, hasilnya disajikan pada Tabel 4.5 di halaman berikutnya.

Berdasarkan hasil disajikan dalam tabel, untuk setiap uji diperoleh Sig. >

0,05 sehingga diperoleh kesimpulan Ho ditolak. Dengan demikian dapat ditarik

kesimpulan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Page 132: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

Tabel 4.5. Nilai Sig. Uji Normalitas Data Nilai-nilai Prestasi Belajar pada Masing-masing Kelompok

No. Kriteria Pengelompokan

Data Sig. Keputusan Kesimpulan

Kognitif Afektif 1. Metode Metode Proyek 0,088 0,200 Ho ditolak Normal 2. Metode Inquiry terbimbing 0,200 0,200 Ho ditolak Normal 3. Kreativitas Tinggi 0,112 0,200 Ho ditolak Normal 4. Kreativitas Rendah 0,111 0,200 Ho ditolak Normal 5. Sikap Ilmiah Tinggi 0,061 0,200 Ho ditolak Normal 6. Sikap Ilmiah Rendah 0,200 0,112 Ho ditolak Normal

7. Metode Proyek-Kreativitas Tinggi-Sikap Ilmiah Tinggi

0,200 0,200 Ho ditolak Normal

8. Metode Proyek-Kreativitas Tinggi-Sikap Ilmiah Rendah

0,200 0,200 Ho ditolak Normal

9. Metode Proyek-Kreativitas Rendah-Sikap Ilmiah Tinggi

0,200 0,200 Ho ditolak Normal

10. Metode Proyek-Kreativitas Rendah-Sikap Ilmiah Rendah

0,059 0,059 Ho ditolak Normal

11. Inquiry terbimbing-Kreativitas Tinggi-Sikap Ilmiah Tinggi

0,200 0,200 Ho ditolak Normal

12. Inquiry terbimbing-Kreativitas Tinggi-Sikap Ilmiah Rendah

0,169 0,200 Ho ditolak Normal

13. Inquiry terbimbing-Kreativitas Rendah-Sikap Ilmiah Tinggi

0,200 0,169 Ho ditolak Normal

14. Inquiry terbimbing-Kreativitas Rendah-Sikap Ilmiah Rendah

0,200 0,103 Ho ditolak Normal

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui variansi-variansi dari

sejumlah populasi sama atau tidak. Uji yang dipakai menggunakan perhitungan

SPSS 15. Komputasi dari uji ini dapat dilihat pada Lampiran 22, rangkuman

hasilnya disajikan pada Tabel 4.6. Berdasarkan hasil komputasi, untuk setiap uji

Page 133: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

perbandingan dua varian diperoleh Sig. > 0,05, sehingga diperoleh kesimpulan Ho

ditolak. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel mempunyai

varians yang sama (homogen).

Tabel 4.6. Nilai Sig. Uji Homogenitas antar Kelompok Data Prestasi Belajar.

Variabel Kognitif Afektif Kesimpulan

Sig. Keputusan Ho

Sig. Keputusan Ho

Metode 0,439 Ditolak 0,362 Ditolak Homogen Kreativitas 0,711 Ditolak 0,142 Ditolak Homogen Sikap Ilmiah 0,336 Ditolak 0,899 Ditolak Homogen Metode*Kreativitas 0,705 Ditolak 0,266 Ditolak Homogen Metode*Sikap Ilmiah 0,197 Ditolak 0,598 Ditolak Homogen Kreativitas*Sikap Ilmiah

0,136 Ditolak 0,460 Ditolak Homogen

Metode*Kreativitas* Sikap Ilmiah

0,102 Ditolak

0,470 Ditolak Homogen

C. Pengujian Hipotesis

1. ANAVA (Analysis of Variance)

Uji yang dilakukan menggunakan analisis variansi tiga jalan dengan sel

tak sama dan komputasinya dapat dilihat pada Lampiran 24. Adapun rangkuman

hasil analisis variansi tiga jalan disajikan sebagai berikut :

Tabel 4.7. Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Prestasi Kognitif.

No Terhadap Prestasi Kognitif Sig. Keputusan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Metode Kreativitas Sikap Ilmiah Metode*Kreativitas Metode*Sikap Ilmiah Kreativitas*Sikap Ilmiah Metode*Kreativitas*Sikap Ilmiah

0,040 0,001 0,000 0,192 0,345 0,713 0,866

Ho ditolak Ho ditolak Ho ditolak

Ho diterima Ho diterima Ho diterima Ho diterima

Page 134: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

Kesimpulan:

a. Sig. metode = 0,040 < 0,05, maka Ho (metode tidak berpengaruh terhadap

prestasi kognitif) ditolak, (Sig. < 0.05 Ho ditolak), berarti metode

berpengaruh terhadap prestasi kognitif.

b. Sig. kreativitas = 0,001 < 0,05, maka Ho (kreativitas tidak berpengaruh

terhadap prestasi kognitif) ditolak, (Sig. < 0,05 Ho ditolak), berarti kreativitas

berpengaruh terhadap prestasi kognitif.

c. Sig. Sikap Ilmiah = 0,000 < 0,05, maka Ho (Sikap Ilmiah tidak berpengaruh

terhadap prestasi kognitif) ditolak, (Sig. < 0,05 Ho ditolak), berarti Sikap

Ilmiah berpengaruh terhadap prestasi kognitif.

d. Sig. interaksi metode dan kreativitas = 0,192 > 0,05, maka Ho (tidak terdapat

interaksi metode dan kreativitas terhadap prestasi kognitif) diterima, (Sig. <

0,05 Ho ditolak), berarti tidak terdapat interaksi metode dan kreativitas

terhadap prestasi kognitif.

e. Sig. interaksi metode dan Sikap Ilmiah = 0,345 > 0,05, maka Ho (tidak

terdapat interaksi metode dan Sikap Ilmiah terhadap prestasi kognitif)

diterima, (Sig. < 0,05 Ho ditolak), berarti tidak terdapat interaksi metode dan

Sikap Ilmiah terhadap prestasi kognitif.

f. Sig. interaksi kretivitas dan Sikap Ilmiah = 0,713 > 0,05, maka Ho (tidak

terdapat interaksi kreativitas dan Sikap Ilmiah terhadap prestasi kognitif)

diterima, (Sig. < 0,05 Ho ditolak), berarti tidak terdapat interaksi kreativitas

dan Sikap Ilmiah terhadap prestasi kognitif.

Page 135: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

g. Sig. interaksi metode, kreativitas serta Sikap Ilmiah = 0,866 > 0,05, maka Ho

(tidak terdapat interaksi metode, kreativitas serta Sikap Ilmiah terhadap

prestasi kognitif) diterima, (Sig. < 0,05 Ho ditolak), berarti tidak terdapat

interaksi antara metode, kreativitas serta Sikap Ilmiah terhadap prestasi

kognitif.

Tabel 4.8. Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Prestasi Afektif. No Terhadap Prestasi Afektif Sig. Keputusan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Metode Kreativitas Sikap Ilmiah Metode*Kreativitas Metode*Sikap Ilmiah Kreativitas*Sikap Ilmiah Metode*Kreativitas*Sikap Ilmiah

0,006 0,037 0,011 0,213 0,805 0,932 0,905

Ho ditolak Ho ditolak Ho ditolak

Ho diterima Ho diterima Ho diterima Ho diterima

Kesimpulan:

a. Sig. metode = 0,006 < 0,05, maka Ho (metode tidak berpengaruh terhadap

prestasi afektif) ditolak, (Sig. < 0,05 Ho ditolak), berarti metode berpengaruh

terhadap prestasi afektif.

b. Sig. kreativitas = 0,037 < 0,05, maka Ho (kreativitas tidak berpengaruh

terhadap prestasi afektif) ditolak, (Sig. < 0,05 Ho ditolak), berarti kreativitas

berpengaruh terhadap prestasi afektif.

c. Sig. Sikap Ilmiah = 0,011 < 0,05, maka Ho (Sikap Ilmiah tidak berpengaruh

terhadap afektif) ditolak, (Sig. < 0,05 Ho ditolak), berarti Sikap Ilmiah

berpengaruh terhadap afektif).

d. Sig. interaksi metode dan kreativitas = 0,213 > 0,05, maka Ho (tidak terdapat

interaksi metode dan kreativitas terhadap prestasi afektif) diterima, (Sig. <

Page 136: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

0,05 Ho ditolak), berarti tidak terdapat interaksi metode dan kreativitas

terhadap prestasi afektif.

e. Sig. interaksi metode dan Sikap Ilmiah = 0,805 > 0,05, maka Ho (tidak

terdapat interaksi metode dan Sikap Ilmiah terhadap prestasi afektif) diterima,

(Sig. < 0,05 Ho ditolak), berarti tidak terdapat interaksi metode dan Sikap

Ilmiah terhadap prestasi afektif.

f. Sig. interaksi kreativitas dan Sikap Ilmiah = 0,932 > 0,05, maka Ho (tidak

terdapat interaksi kreativitas dan Sikap Ilmiah terhadap prestasi afektif)

diterima, (Sig. < 0,05 Ho ditolak), berarti tidak terdapat interaksi kreativitas

dan Sikap Ilmiah terhadap prestasi afektif.

g. Sig. interaksi metode, kreativitas serta Sikap Ilmiah = 0,905 > 0,05, maka Ho

(tidak terdapat interaksi metode, kreativitas serta Sikap Ilmiah terhadap

prestasi afektif) diterima, (Sig. < 0,05 Ho ditolak), berarti tidak terdapat

interaksi metode, kreativitas serta Sikap Ilmiah terhadap prestasi afektif.

2. Uji Lanjut ANAVA

Uji lanjut anava diperlukan untuk mengetahui karakteristik pada variabel

bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini uji lanjut anava dilakukan dengan

menggunakan uji compare means (uji rata-rata) dengan menggunakan SPSS 15.

Uji compare means (uji rata-rata) untuk prestasi kognitif dilakukan pada hipotesis

pertama. Pada hipotesis kedua, ketiga, keempat, kelima, keenam dan ketujuh tidak

diperlukan uji lanjut karena keputusan H0 diterima. Sedangkan untuk prestasi

afektif dilakukan pada hipotesis pertama, kedua dan ketiga. Pada hipotesis

Page 137: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

Prestasi * Metode Pem belajar an

Prestas i

73,84 37 8,14370,86 36 7,035

72,37 73 7,711

Metode PembelajaranProyek

Inquiry TerbimbingTotal

Mean N Std. Dev iation

keempat, kelima, keenam dan ketujuh tidak diperlukan uji lanjut karena

keputusan H0 diterima.

a. Uji lanjut hipotesis 1 untuk prestasi kognitif

Bunyi hipotesis 1 adalah terdapat pengaruh metode terhadap prestasi

kognitif, untuk mengetahui metode mana yang lebih baik maka dilakukan uji

lanjut dan hasil uji lanjut untuk hipotesis 1 ditunjukkan pada Tabel 4.9 dibawah

ini:

Tabel 4.9. Tabel Hasil Uji Lanjut Hipotesis 1

Berdasarkan Tabel 4.9. diatas dapat diketahui bahwa mean (rata-rata)

prestasi kognitif siswa dengan menggunakan metode pembelajaran Metode

Proyek = 68,86 lebih besar dari pada rata-rata prestasi kognitif siswa yang

menggunakan metode pembelajaran Inquiry Terbimbing = 66,28. Dari rata-rata

kedua metode diatas dapat disimpulkan bahwa siswa yang menggunakan metode

pembelajaran Metode Proyek memiliki prestasi kognitif yang lebih baik

dibandingkan dengan siswa menggunakan metode pembelajaran Inquiry

Terbimbing.

b. Uji lanjut hipotesis 2 untuk prestasi kognitif

Page 138: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

Prestas i * Kre ativitas

Prestasi

69,77 39 7,62175,35 34 6,759

72,37 73 7,711

KreativitasRendah

TinggiTotal

Mean N Std. Dev iation

Prestasi * Sikap Ilmiah

Prestasi

69,46 37 7,79875,36 36 6,450

72,37 73 7,711

Sikap IlmiahRendah

TinggiTotal

Mean N Std. Deviation

Bunyi hipotesis 2 adalah terdapat pengaruh kreativitas terhadap prestasi

kognitif, untuk mengetahui kreativitas mana yang lebih baik maka dilakukan uji

lanjut dan hasil uji lanjut untuk hipotesis 2 ditunjukkan pada Tabel 4.10 dibawah

ini:

Tabel 4.10. Tabel Hasil Uji Lanjut Hipotesis 2.

Berdasarkan Tabel 4.10 diatas dapat diketahui bahwa mean (rata-rata)

prestasi kognitif siswa dengan kreativitas tinggi = 69,97 lebih besar dari pada rata-

rata prestasi kognitif siswa yang memiliki kreativitas rendah = 65,51. Dari rata-

rata kedua kreativitas diatas dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki

kreativitas tinggi memiliki prestasi kognitif yang lebih baik dibandingkan dengan

siswa yang memiliki kreativitas rendah.

c. Uji lanjut hipotesis 3 untuk prestasi kognitif

Bunyi hipotesis 3 adalah terdapat pengaruh Sikap Ilmiah terhadap prestasi

kognitif, untuk mengetahui aktivitas mana yang lebih baik maka dilakukan uji

lanjut dan hasil uji lanjut untuk hipotesis 3 ditunjukkan pada Tabel 4.11 berikut:

Tabel 4.11. Tabel Hasil Uji Lanjut Hipotesis 3.

Page 139: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

Pres tasi * Me tode Pem belajar an

Prestas i

100,00 37 6,884

95,44 36 8,027

97,75 73 7,763

Metode PembelajaranProyek

Inquiry Terbimbing

Total

Mean N Std. Deviation

Berdasarkan Tabel 4.11. diatas dapat diketahui bahwa mean (rata-rata)

prestasi kognitif siswa yang mempunyai Sikap Ilmiah tinggi = 70,08 lebih besar

dari pada rata-rata prestasi kognitif siswa yang mempunyai Sikap Ilmiah rendah =

65,16. Dari rata-rata kedua Sikap Ilmiah diatas dapat disimpulkan bahwa siswa

yang mempunyai Sikap Ilmiah tinggi memiliki prestasi kognitif yang lebih baik

dibandingkan dengan siswa yang mempunyai Sikap Ilmiah rendah.

d. Uji lanjut hipotesis 1 untuk prestasi afektif

Bunyi hipotesis 1 adalah terdapat pengaruh metode terhadap prestasi

afektif, untuk mengetahui metode mana yang lebih baik maka dilakukan uji lanjut

dan hasil uji lanjut untuk hipotesis 1 ditunjukkan pada Tabel 4.12 dibawah ini:

Tabel 4.12. Tabel Hasil Uji Lanjut Hipotesis 1

Berdasarkan Tabel 4.12. diatas dapat diketahui bahwa mean (rata-rata)

prestasi afektif siswa dengan menggunakan metode pembelajaran Metode Proyek

= 100 lebih besar dari pada rata-rata prestasi afektif siswa yang menggunakan

metode pembelajaran Inquiry Terbimbing = 95,44. Dari rata-rata kedua metode

diatas dapat disimpulkan bahwa siswa yang menggunakan metode pembelajaran

Metode Proyek memiliki prestasi afektif yang lebih baik dibandingkan dengan

siswa menggunakan metode pembelajaran Inquiry Terbimbing.

e. Uji lanjut hipotesis 2 untuk prestasi afektif

Page 140: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

Pres tas i * Kreativitas

Prestas i

96,08 39 6,849

99,68 34 8,387

97,75 73 7,763

KreativitasRendah

Tinggi

Tota l

Mean N Std. Deviation

Pres tas i * Sikap Ilmiah

Prestas i

95,65 37 7,231

99,92 36 7,791

97,75 73 7,763

Sikap IlmiahRendah

Tinggi

Tota l

Mean N Std. Deviation

Bunyi hipotesis 2 adalah terdapat pengaruh kreativitas terhadap prestasi

afektif, untuk mengetahui kreativitas mana yang lebih baik maka dilakukan uji

lanjut dan hasil uji lanjut untuk hipotesis 2 ditunjukkan pada Tabel 4.13 dibawah

ini:

Tabel 4.13. Tabel Hasil Uji Lanjut Hipotesis 2.

Berdasarkan Tabel 4.13 diatas dapat diketahui bahwa mean (rata-rata)

prestasi afektif siswa dengan kreativitas tinggi = 99,68 lebih besar dari pada rata-

rata prestasi afektif siswa yang memiliki kreativitas rendah = 96,08. Dari rata-rata

kedua kreativitas diatas dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki kreativitas

tinggi memiliki prestasi afektif yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang

memiliki kreativitas rendah.

f. Uji lanjut hipotesis 3 untuk prestasi afektif

Bunyi hipotesis 3 adalah terdapat pengaruh aktivitas terhadap prestasi

afektif, untuk mengetahui aktivitas mana yang lebih baik maka dilakukan uji

lanjut dan hasil uji lanjut untuk hipotesis 3 ditunjukkan pada Tabel 4.14 berikut:

Tabel 4.14. Tabel Hasil Uji Lanjut Hipotesis 3.

Page 141: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

Berdasarkan Tabel 4.14. diatas dapat diketahui bahwa mean (rata-rata)

prestasi afektif siswa yang mempunyai Sikap Ilmiah tinggi = 99,92 lebih besar

dari pada rata-rata prestasi afektif siswa yang mempunyai Sikap Ilmiah rendah =

95,65. Dari rata-rata kedua Sikap Ilmiah diatas dapat disimpulkan bahwa siswa

yang mempunyai Sikap Ilmiah tinggi memiliki prestasi afektif yang lebih baik

dibandingkan dengan siswa yang mempunyai Sikap Ilmiah rendah.

Perbandingan nilai rata-rata pengaruh antara metode, kreativitas dan Sikap

Ilmiah siswa terhadap prestasi kognitif dapat dilihat pada Tabel 4.15 berikut:

Tabel 4.15. Perbandingan Nilai Rata-rata Pengaruh Antara Metode, Kreativitas dan Sikap Ilmiah Siswa Terhadap Prestasi Kognitif.

Variabel Nilai Rata-rata

Pendekatan Kontekstual

Metode Proyek 73,84

Inquiry Terbimbing 70,86

Kreativitas Tinggi 75,35 Rendah 69,77

Sikap Ilmiah Tinggi 75,36 Rendah 69,46

Perbandingan nilai rata-rata pengaruh antara metode, kreativitas dan Sikap

Ilmiah siswa terhadap prestasi afektif dapat dilihat pada Tabel 4.16 berikut:

Tabel 4.16. Perbandingan Nilai Rata-rata Pengaruh Antara Metode, Kreativitas dan Sikap Ilmiah Siswa Terhadap Prestasi Afektif.

Variabel Nilai Rata-rata

Pendekatan Kontekstual

Metode Proyek

100,00

Inquiry Terbimbing

95,44

Kreativitas Tinggi 99,68 Rendah 96,06

Sikap Ilmiah Tinggi 99,92 Rendah 95,65

Page 142: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

Perbandingan nilai rata-rata interaksi antara metode dan kreativitas siswa

terhadap prestasi kognitif dapat dilihat pada Tabel 4.17 berikut:

Tabel 4.17. Perbandingan Nilai Rata-rata Interaksi Antara Metode dan Kreativitas

Siswa Terhadap Prestasi Kognitif. Contextual Teaching and Learning

Metode Proyek Inquiry Terbimbing

Kreativitas Tinggi 77,82 dari 17 siswa 72,88 dari 17 siswa

Rendah 70,45 dari 20 siswa 69,05 dari 19 siswa

Perbandingan nilai rata-rata interaksi antara metode dan kreativitas

terhadap prestasi afektif dapat dilihat pada Tabel 4.18 berikut:

Tabel 4.18 Perbandingan Nilai Rata-rata Interaksi Antara Metode dan Kreativitas Siswa Terhadap Prestasi Afektif.

Contextual Teaching and Learning

Metode Proyek Inquiry Terbimbing

Kreativitas Tinggi 103,00 dari 17 siswa 96,35 dari 16 siswa Rendah 97,45 dari 20 siswa 94,63 dari 20 siswa

Perbandingan nilai rata-rata interaksi antara metode dan Sikap Ilmiah

siswa terhadap prestasi kognitif dapat dilihat pada Tabel 4.19 berikut:

Tabel 4.19. Perbandingan Nilai Rata-rata Interaksi Antara Metode dan Sikap Ilmiah Siswa Terhadap Prestasi Kognitif.

Contextual Teaching and Learning

Metode Proyek Inquiry Terbimbing

Sikap Ilmiah

Tinggi 76,06 dari 18 siswa 74,67 dari 18 siswa Rendah 71,74 dari 19 siswa 67,06 dari 18 siswa

Page 143: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

Perbandingan nilai rata-rata interaksi antara metode dan Sikap Ilmiah

siswa terhadap prestasi afektif dapat dilihat pada Tabel 4.20 berikut:

Tabel 4.20. Perbandingan Nilai Rata-rata Interaksi Antara Metode dan Sikap Ilmiah Siswa Terhadap Prestasi Afektif.

Contextual Teaching and Learning Metode Proyek Inquiry Terbimbing

Sikap Ilmiah

Tinggi 101,94 dari 18 siswa 97,89 dari 18 siswa

Rendah 98,16 dari 19 siswa 93,00 dari 18 siswa

Perbandingan nilai rata-rata interaksi antara kreativitas dan Sikap Ilmiah

siswa terhadap prestasi kognitif dapat dilihat pada Tabel 4.21 berikut:

Tabel 4.21. Perbandingan Nilai Rata-rata Interaksi Antara Kreativitas dan Sikap Ilmiah Siswa Terhadap Prestasi Kognitif.

Sikap Ilmiah

Tinggi Rendah

Kreativitas Tinggi 77,88 dari 17 siswa 72,82 dari 19 siswa Rendah 67,68 dari 17 siswa 66,60 dari 20 siswa

Perbandingan nilai rata-rata interaksi antara kreativitas dan Sikap Ilmiah

siswa terhadap prestasi afektif dapat dilihat pada Tabel 4.21 berikut:

Tabel 4.22. Perbandingan Nilai Rata-rata Interaksi Antara Kreativitas dan Sikap Ilmiah Siswa Terhadap Prestasi Afektif.

Sikap Ilmiah

Tinggi Rendah

Kreativitas Tinggi 97,76 dari 17 siswa 93,85 dari 19 siswa Rendah 98,42 dari 17 siswa 97,75 dari 20 siswa

Perbandingan nilai rata-rata interaksi antara metode, kreativitas dan Sikap

Ilmiah siswa terhadap prestasi kognitif dapat dilihat pada Tabel 4.22 berikut:

Page 144: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

Tabel 4.23. Perbandingan Nilai Rata-rata Interaksi Antara Metode, Kreativitas dan Sikap Ilmiah Siswa Terhadap Prestasi Kognitif.

Contextual Teaching and Learning (A)

Metode Proyek (A1)

Inquiry Terbimbing

(A2) Kreativitas Tinggi (B1)

Sikap Ilmiah Tinggi (C1) 79,75 76,22 Sikap Ilmiah Rendah (C2) 73,10 73,11

Kreativitas Rendah (B2)

Sikap Ilmiah Tinggi (C1) 76,11 69,13 Sikap Ilmiah Rendah (C2) 67,80 65,40

Perbandingan nilai rata-rata interaksi antara metode, kreativitas dan Sikap

Ilmiah siswa terhadap prestasi afektif dapat dilihat pada Tabel 4.23 berikut:

Tabel 4.24. Perbandingan Nilai Rata-rata Interaksi Antara Metode, Kreativitas dan Sikap Ilmiah Siswa Terhadap Prestasi Afektif.

Contextual Teaching and Learning (A)

Metode Proyek (A1)

Inquiry Terbimbing

(A2) Kreativitas Tinggi (B1)

Sikap Ilmiah Tinggi (C1) 105,13 98,44 Sikap Ilmiah Rendah (C2) 99,40 97,33

Kreativitas Rendah (B2)

Sikap Ilmiah Tinggi (C1) 101,11 94,00 Sikap Ilmiah Rendah (C2) 95,50 92,20

D. Pembahasan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya

perbedaan pengaruh pembelajaran kimia dengan menggunakan pendekatan CTL

(Contextual Teaching and Learning) melalui metode Metode Proyek dan metode

Inquiry Terbimbing terhadap prestasi belajar siswa, ada atau tidaknya perbedaan

pengaruh kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa, ada atau

tidaknya perbedaan pengaruh Sikap Ilmiah siswa tinggi dan rendah terhadap

prestasi belajar siswa, ada atau tidaknya interaksi antara metode pembelajaran

Page 145: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

dengan kreativitas, ada atau tidaknya interaksi antara metode pembelajaran

dengan Sikap Ilmiah siswa, ada atau tidaknya interaksi antara kreativitas dan

Sikap Ilmiah siswa dan ada atau tidaknya interaksi antara metode pembelajaran,

kreativitas dan Sikap Ilmiah siswa pada materi Termokimia. Adapun sampel

dalam penelitian ini diambil dengan teknik cluster random sampling atau sampel

acak dengan cara undian kelas dan dengan menggunakan uji kesamaan rata-rata

dihasilkan 1 kelas sebagai kelompok eksperimen pertama (kelas XI-IPA 4),

dikenai metode pembelajaran Metode Proyek dan 1 kelas sebagai kelompok

eksperimen kedua (kelas XI-IPA 6), dikenai metode pembelajaran Inquiry

Terbimbing.

Pengukuran kreativitas dan Sikap Ilmiah dilakukan sebelum pembelajaran,

dengan cara pemberian angket kreativitas dan angket Sikap Ilmiah siswa. Setelah

pembelajaran selesai, dilakukan tes akhir pembelajaran materi Termokimia untuk

mengukur aspek kognitif dan mengisi angket aspek afektif. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Proyek dan Inquiry Terbimbing.

1. Hipotesis Pertama

Dari anava tiga jalan dengan sel tak sama aspek kognitif diperoleh Sig.

metode = 0,040 < 0,05, maka Ho (metode tidak berpengaruh terhadap prestasi

kognitif) ditolak dan untuk aspek afektif diperoleh Sig.metode = 0,006 < 0,05,

maka Ho (metode tidak berpengaruh terhadap prestasi) ditolak. Dari uji lanjut

pasca anava juga dapat dilihat bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara

metode Metode Proyek dan Inquiry Terbimbing terhadap prestasi kognitif dan

afektif siswa pada materi Termokimia.

Page 146: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

Pembelajaran dengan menggunakan metode Metode Proyek dan Inquiry

Terbimbing memberikan pengaruh yang berbeda terhadap prestasi kognitif. Dari

data Tabel 4.9 menjelaskan bahwa untuk siswa yang mendapat perlakuan dengan

metode pembelajaran Metode Proyek mempunyai rataan prestasi kognitif lebih

besar dibandingkan rataan prestasi kognitif dengan metode pembelajaran Inquiry

Terbimbing. Hal ini disebabkan karena dalam metode pembelajaran Metode

Proyek mempunyai kelebihan antara lain siswa memiliki potensi yang besar untuk

membuat pengalaman belajar yang lebih menarik dan kebermaknaannya maupun

penerapan untuk kehidupan sehari-hari, menemukan sendiri melalui diskusi dan

presentasi pada kelompoknya untuk menemukan dan menyimpulkan prinsip dasar

yang dipelajarinya, sementara pada metode pembelajaran Inquiry Terbimbing

siswa cenderung bergantung pada penjelasan dan petunjuk dari guru tanpa

mempelajari sendiri materi yang diajarkan dan siswa tidak merumuskan masalah

tetapi perencanaan dibuat oleh guru. Hal tersebut akan menyebabkan hasil prestasi

kognitif yang rendah.

Pembelajaran dengan menggunakan metode Metode Proyek dan Inquiry

Terbimbing juga memberikan pengaruh yang berbeda terhadap prestasi afektif.

Dari data Tabel 4.12 diketahui bahwa rataan prestasi afektif yang diajar

menggunakan metode Metode Proyek lebih besar daripada rataan prestasi afektif

yang diajar menggunakan metode Inquiry Terbimbing. Pada pembelajaran Metode

Proyek, siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi Termokimia

dapat bertanya kepada guru tanpa harus malu atau takut karena mereka memiliki

tanggung jawab yang besar untuk memecahkan masalah sehingga mereka harus

Page 147: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

benar-benar paham mengenai materi Termokimia. Keberanian bertanya ini dapat

mempengaruhi sikap, motivasi, nilai, konsep diri, dan moral siswa. Sedangkan

dalam pembelajaran Inquiry Terbimbing siswa cenderung kurang berkembang

dalam hal keberanian bertanya dan mengungkapkan pendapatnya karena

kurangnya pemahaman pada materi termokimia karena materi atau petunjuk di

berikan oleh guru ke siswa sehingga kurang ada kepercayaan diri pada siswa

untuk bertanya. Hai ini dapat menyebabkan semangat belajar menjadi rendah serta

menyebabkan sikap, motivasi, nilai, konsep diri dan moral juga menjadi rendah.

Materi Termokimia merupakan materi yang sarat dengan konsep, dari

konsep yang sederhana sampai konsep yang lebih kompleks yang bersifat abstrak

dan berurutan serta berkaitan satu sama lain. Untuk mempermudah penyampaian

materi Termokimia yang sarat dengan konsep, digunakan metode pembelajaran

Metode Proyek dan Inquiry Terbimbing sehingga pada saat pembelajaran siswa

lebih aktif dan tidak cepat merasa bosan. Pada proses belajar mengajar dikelas

yang menerapkan metode Metode Proyek, siswa didorong untuk aktif dan saling

membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang

maksimal. Pada metode pembelajaran Metode Proyek siswa dalam satu kelas

dibagi kedalam kelompok-kelompok heterogen baik dari kemampuan berfikir,

gender, suku, agama dan lain-lain. peserta didik menjadi terdorong lebih aktif di

dalam belajar mereka, instruktur berposisi di belakang dan peserta didik

berinisiatif, instruktur memberi kemudahan dan mengevaluasi proyek baik

kebermaknaannya maupun penerapannya untuk kehidupan mereka sehari-hari.

Produk yang dibuat peserta didik selama proyek memberikan hasil yang secara

Page 148: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

autentik dapat diukur oleh guru dalam pembelajarannya. Oleh karena itu, di

dalam pembelajaran berbasis proyek, guru tidak lebih dominan secara langsung ,

akan tetapi guru menjadi pendamping, fasilitator, dan memahami pikiran peserta

didik. Proyek peserta didik dapat disiapkan dalam kolaborasi dengan guru,

sedangkan peserta didik belajar di dalam kelompok kolaboratif 4-5 siswa. Ketika

peserta didik bekerja di dalam tim, mereka menemukan ketrampilan

merencanakan, mengorganisasi, negosiasi, dan membuat konsensus tentang isu-

isu tugas yang akan dikerjakan, siapa yang beertanggung jawab untuk setiap tugas

, dan bagaimana informasi akan dikumpulkan dan disajikan. Keuntungan yang

diperoleh melalui penggunaan metode proyek, di antaranya ialah: a).

Meningkatkan motivasi. b). Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. c).

Meningkatkan kolaborasi. Pembelajaran berbasis proyek yang diimplementasikan

secara baik memberikan kepada peserta didik pembelajaran dan praktek dalam

mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktunya dan sumber-sumber lain

seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

Melalui penerapan pembelajaran ini, siswa dapat termotivasi untuk belajar

memahami materi secara kelompok, tidak hanya menerima, mendengar dan

mengingat saja tapi dilatih untuk berfikir kritis, mengoptimalkan kemampuannya

dalam menyerap informasi ilmiah, dilatih menjelaskan hasil temuannya kepada

pihak lain dan dilatih untuk memecahkan masalah.

Sedangkan pada metode inquiry terbimbing, siswa dibagi menjadi 8

kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa. Setiap

kelompok diberikan petunjuk oleh guru yang digunakan untuk mencari

Page 149: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

pembenaran atau pembuktian. Biasanya metode inquiry terbimbing bukan untuk

menemukan teori, tetapi lebih untuk menguji teori atau hukum yang sudah

ditemukan para ahli. Namun dalam praktek guru dapat pula melakukan percobaan

untuk menemukan teorinya atau hukumnya. Dalam hal ini seakan-akan teori atau

hukum belum ditemukan, dan siswa diminta untuk menemukan (Paul Suparno,

2006: 77). Dalam pembelajaran tersebut tersebut, siswa yang menjadi asisten di

ajarkan langkah-langkah pembelajaran, pemberian konsep-konsep yang ada dalam

Termokimia dan contoh menyelesaikan soal-soal dalam materi Termokimia. Hal

ini dimaksudkan agar siswa yang menjadi lebih siap memberi bantuan kepada

teman satu kelompoknya yang kurang paham. Pada proses pembelajaran, siswa

mempelajari materi yang berupa LKS yang telah disiapkan guru. Penggunaan

LKS ini akan membantu siswa dalam memahami materi Termokimia sehingga

akhirnya akan mendapatkan nilai yang memuaskan. Pada akhir pelajaran guru

akan memberikan penjelasan dan kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan

metode pembelajaran Metode Proyek lebih baik daripada metode pembelajaran

Inquiry Terbimbing pada materi Termokimia terhadap prestasi belajar siswa aspek

kognitif dan afektif. Hal ini sesuai dengan teori bahwa metode merupakan faktor

eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa.

2. Hipotesis Kedua

Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis variansi tiga jalan dengan sel

tak sama aspek kognitif diperoleh Sig. kreativitas = 0,002 < 0,05, maka Ho

(kreativitas tidak berpengaruh terhadap prestasi kognitif) ditolak. Sedangkan

Page 150: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

untuk aspek afektif diperoleh Sig. kreativitas = 0,037 < 0,05, maka Ho (kreativitas

tidak berpengaruh terhadap prestasi afektif) ditolak. Dari uji lanjut pasca anava

untuk prestasi afektif dapat dilihat bahwa terdapat pengaruh yang signifikan

antara kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi afektif siswa.

Kreativititas merupakan penunjang dalam proses pembelajaran. Kreativitas

sebagai faktor internal siswa yang banyak dipengaruhi atau dapat muncul oleh

faktor eksternal siswa, seperti kondisi sekolah, guru dan keluarga yang harus

diharmonisasikan untuk tujuan pembelajaran. Model pembelajaran yang dapat

mengharmonisasikan konteks atau faktor eksternal adalah model pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL) melalui metode proyek dan inquiry,

sehingga kreativitas yang beraneka ragam pada awal pembelajaran dapat

terharmonisasikan oleh model pembelajaran tersebut. Selain itu, kreativitas juga

menuntut keberanian. Pada penelitian yang dilakukan oleh Korgel, Brian A

(2002) ditemukan bahwa siswa akan berusaha untuk mengeksplorasi

pengetahuannya dikarenakan mereka takut salah. Dengan begitu, siswa yang

memiliki kreaativitas tinggi tidak akan pernah merasa puas dengan apa yang

sudah mereka pahami, sebab dihantui oleh perasaan takut salah yang kemudian

muncul keberanian pada siswa.

Pada prestasi kognitif, kreativitas tinggi maupun rendah memberikan

pengaruh yang sama dan signifikan terhadap prestasi kognitif. Dari data Tabel

4.10 diketahui bahwa rataan prestasi kognitif siswa yang mempunyai kreativitas

rendah lebih kecil daripada rataan prestasi siswa yang mempunyai kreativitas

tinggi. Kesimpulan yang diperoleh dari data tersebut adalah ada perbedaan yang

Page 151: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

signifikan pada prestasi belajar kognitif yang ditinjau dari kreativitas tinggi dan

kreativitas rendah atau dengan kata lain bahwa prestasi belajar kognitif

dipengaruhi oleh kreativitas tinggi atau rendah siswa.

Pada prestasi afektif, kreativitas siswa baik tinggi maupun rendah

memberikan pengaruh yang sama terhadap prestasi afektif. Dari data Tabel 4.13

menjelaskan bahwa siswa yang mempunyai kreativitas tinggi rataan prestasi

afektifnya lebih besar dibandingkan rataan prestasi afektif siswa yang mempunyai

kreativitas rendah.

3. Hipotesis Ketiga

Dari anava tiga jalan dengan sel tak sama aspek kognitif diperoleh Sig.

Sikap Ilmiah = 0,000 < 0,05, maka Ho (Sikap Ilmiah tidak berpengaruh terhadap

prestasi kognitif) ditolak, (Sig. < 0,05 Ho ditolak) dan untuk aspek afektif

diperoleh Sig. Sikap Ilmiah = 0,011 < 0,05, maka Ho (Sikap Ilmiah tidak

berpengaruh terhadap afektif) ditolak. Dari uji lanjut pasca anava dapat dilihat

bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara aktivitas tinggi dan rendah

terhadap prestasi afektif siswa pada materi Termokimia.

Pada prestasi kognitif, Sikap Ilmiah siswa baik tinggi maupun rendah tidak

memberikan pengaruh yang sama terhasdap prestasi kognitif. Dari data Tabel 4.11

menjelaskan bahwa siswa yang mempunyai Sikap Ilmiah tinggi rataan prestasi

kognitifnya lebih besar dibandingkan rataan prestasi kognitif siswa yang

mempunyai Sikap Ilmiah rendah. Sikap Ilmiah siswa adalah kegiatan belajar yang

dilakukan siswa dengan cara mengamati sendiri, pengalaman sendiri, menyelidiki

Page 152: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133

sendiri dan bekerja secara aktif dengan fasilitas yang diciptakan sendiri untuk

berkembang sendiri dengan bimbingan dan pengamatan dari guru. Sikap Ilmiah

siswa dapat ditingkatkan dengan penciptaan proses pembelajaran yang

memungkinkan siswa dapat menggali dan meningkatkan Sikap Ilmiahnya.

Dengan metode pembelajaran yang memotivasi dan meningkatkan Sikap Ilmiah

siswa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Siswa yang memiliki Sikap

Ilmiah tinggi akan selalu aktif dalam proses pembelajaran dan memiliki motivasi

yang besar dalam belajar sehingga mereka dapat mempelajari materi pelajaran

tersebut dengan baik dan prestasi belajarnya juga akan baik. Sementara itu siswa

yang mempunyai Sikap Ilmiah rendah akan berusaha aktif dan berkemauan keras

dalam belajar sehingga dapat menguasai materi Termokimia. Hal ini menjelaskan

bahwa siswa dengan aktivitas tinggi maupun rendah tidak memberikan pengaruh

yang sama terhadap prestasi kognitif.

Pada prestasi afektif, Sikap Ilmiah siswa baik tinggi maupun rendah

memberikan pengaruh yang sama terhadap prestasi afektif. Dari data Tabel 4.14

menjelaskan bahwa siswa yang mempunyai Sikap Ilmiah tinggi rataan prestasi

afektifnya lebih besar dibandingkan rataan prestasi afektif siswa yang mempunyai

Sikap Ilmiah rendah pada materi termokimia. Sikap Ilmiah siswa merupakan salah

satu faktor intern yang dapat menentukan keberhasilan belajar seorang siswa.

Apalagi dalam model pembelajaran dengan metode proyek dan inquiry terbimbing

yang menekankan interaksi dan kerjasama antar anggota kelompok, Sikap Ilmiah

sangat diperlukan agar siswa memotivasi dirinya untuk dapat memahami materi

yang sedang dipelajari. Siswa yang memiliki Sikap Ilmiah tinggi akan lebih

Page 153: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134

mudah dalam menguasai dan menjelaskan materi pelajaran kepada teman

sekelompoknya, guru dan kelompok lainnya sehingga siswa yang mempunyai

Sikap Ilmiah tinggi cenderung memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi,

sementara itu siswa yang mempunyai Sikap Ilmiah rendah akan mengalami

kesulitan dalam belajar sehingga sulit menguasai materi Termokimia. Hal ini

menjelaskan bahwa siswa dengan aktivitas tinggi maupun rendah memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap kemauan untuk menerima pelajaran, perhatian

terhadap penjelasan guru, kemauan untuk mempelajari materi pelajaran, kemauan

untuk menerapkan hasil pelajaran dan lain-lain.

4. Hipotesis Keempat

Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis variansi tiga jalan dengan sel

tak sama aspek kognitif diperoleh Sig. interaksi metode dan kreativitas = 0,591 >

0,05, maka Ho (tidak terdapat interaksi metode dan kreativitas terhadap prestasi

kognitif) diterima, dan untuk aspek afektif diperoleh Sig. interaksi metode dan

kreativitas = 0,878 > 0,05, maka Ho (tidak terdapat interaksi metode dan

kreativitas terhadap prestasi afektif) diterima.

Dari data Tabel 4.17 menjelaskan bahwa siswa yang mempunyai

kreativitas tinggi jika diajar dengan metode Metode Proyek rataan prestasi

kognitifnya lebih besar dibandingkan yang diajar dengan metode Inquiry

Terbimbing. Demikian pula pada siswa yang memiliki kreativitas rendah.

Sedangkan pada prestasi afektif, dari data Tabel 4.18 diketahui bahwa

siswa yang mempunyai kreativitas tinggi jika diajar dengan metode Metode

Proyek rataan prestasi afektifnya lebih besar dibandingkan yang diajar dengan

Page 154: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135

metode Inquiry Terbimbing. Demikian pula pada siswa yang memiliki kreativitas

rendah. Sedangkan apabila dilihat dari metode yang digunakan, siswa yang diajar

dengan metode Metode Proyek memiliki rataan prestasi afektif yang lebih baik

jika memiliki kreativitas tinggi daripada siswa yang memiliki kreativitas rendah.

Demikian pula pada kelompok siswa yang diajar dengan metode Inquiry

Terbimbing.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi interaksi antara metode

pembelajaran dengan kreativitas. Artinya tingkat kreativitas dan penggunaan

metode pembelajaran mempunyai pengaruh yang sama terhadap prestasi belajar

kimia Termokimia. Hal ini dimungkinkan karena banyak faktor yang dapat

mempengaruhi proses pencapaian prestasi belajar baik dalam maupun luar diri

siswa diluar faktor metode pembelajaran, kreativitas dan Sikap Ilmiah siswa yang

digunakan dalam penelitian ini, serta masih banyak keterbatasan dalam penelitian

ini sehingga peneliti tidak dapat mengontrol faktor-faktor tersebut di luar kegiatan

belajar mengajar.

5. Hipotesis Kelima

Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis variansi tiga jalan dengan sel

tak sama aspek kognitif diperoleh Sig. interaksi metode dan Sikap Ilmiah = 0,345

> 0,05, maka Ho (tidak terdapat interaksi metode dan Sikap Ilmiah terhadap

prestasi kognitif) diterima, dan aspek afektif diperoleh Sig. interaksi metode dan

Sikap Ilmiah = 0,805 > 0,05, maka Ho (tidak terdapat interaksi metode dan Sikap

Ilmiah terhadap prestasi afektif) diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

Page 155: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136

tidak ada interaksi antara penggunaan metode pembelajaran dengan Sikap Ilmiah

siswa terhadap prestasi belajar siswa aspek kognitif dan afektif.

Dari data Tabel 4.19 menjelaskan bahwa siswa yang mempunyai Sikap

Ilmiah tinggi jika diajar dengan metode Metode Proyek rataan prestasi kognitifnya

lebih besar dibandingkan yang diajar dengan metode Inquiry Terbimbing.

Demikian pula pada siswa yang memiliki Sikap Ilmiah rendah.

Sedangkan pada prestasi afektif, dari data Tabel 4.20 diketahui bahwa

siswa yang mempunyai Sikap Ilmiah tinggi jika diajar dengan metode Metode

Proyek rataan prestasi afektifnya lebih besar dibandingkan yang diajar dengan

metode Inquiry Terbimbing. Demikian pula pada siswa yang memiliki Sikap

Ilmiah rendah. Sedangkan apabila dilihat dari metode yang digunakan, siswa yang

diajar dengan metode Metode Proyek akan memiliki rataan prestasi afektif yang

lebih baik jika memiliki Sikap Ilmiah tinggi daripada siswa yang memiliki Sikap

Ilmiah rendah. Demikian pula pada kelompok siswa yang diajar dengan metode

Inquiry Terbimbing.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi interaksi antara metode

pembelajaran dengan Sikap Ilmiah siswa. Artinya tingkat Sikap Ilmiah dan

penggunaan metode pembelajaran mempunyai pengaruh sendiri-sendiri terhadap

prestasi belajar kimia pada materi Termokimia. Hal ini dimungkinkan karena

banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses pencapaian prestasi belajar baik

dalam maupun luar diri siswa diluar faktor metode pembelajaran, kreativitas dan

Sikap Ilmiah siswa yang digunakan dalam penelitian ini, serta masih banyak

Page 156: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

137

keterbatasan dalam penelitian ini sehingga peneliti tidak dapat mengontrol faktor-

faktor tersebut di luar kegiatan belajar mengajar.

6. Hipotesis Keenam

Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis variansi tiga jalan dengan sel

tak sama aspek kognitif diperoleh Sig. interaksi kreativitas dan Sikap Ilmiah =

0,713 > 0,05, maka Ho (tidak terdapat interaksi kreativitas dan Sikap Ilmiah

terhadap prestasi kognitif) diterima, dan aspek afektif diperoleh Sig. interaksi

kreativitas dan Sikap Ilmiah = 0,932 > 0,05, maka Ho (tidak terdapat interaksi

kreativitas dan Sikap Ilmiah terhadap prestasi afektif) diterima. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara kreativitas dan Sikap Ilmiah siswa

terhadap prestasi belajar siswa aspek kognitif dan afektif.

Berdasarkan Tabel 4.21, rata-rata prestasi kognitif siswa yang memiliki

kreativitas tinggi dengan Sikap Ilmiah tinggi dan rendah berturut-turut adalah

77,88 dan 72,82, dan untuk siswa yang memiliki kreativitas rendah dengan Sikap

Ilmiah tinggi dan rendah berturut-turut adalah 67,68 dan 66,60. Sedangkan untuk

prestasi belajar afektif ditunjukkan pada Tabel 4.22, siswa yang memiliki

kreativitas tinggi dengan Sikap Ilmiah tinggi dan rendah berturut- turut memiliki

rata-rata 97,76 dan 93,85, dan untuk siswa yang memiliki kreativitas rendah

dengan Sikap Ilmiah tinggi dan rendah memiliki rata-rata berturut-turut 98,42 dan

97,75.

Pada penelitian ini tidak ditemukan pengaruh yang signifikan antara

kreativitas dan Sikap Ilmiah siswa terhadap prestasi kognitif dan afektif. Hal ini

dapat dijelaskan bahwa siswa yang mempunyai kreativitas tinggi maupun rendah

Page 157: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

138

dengan Sikap Ilmiah tinggi ataupun rendah dapat membentuk konsep yang sama

pada diri siswa, yang ditunjukkan dengan sikap siswa pada saat proses

pembelajaran. Siswa yang memiliki kreativitas tinggi dengan Sikap Ilmiah yang

tinggi maupun rendah tetap dapat mengikuti proses belajar dikelas dengan baik,

begitu pula siswa yang memiliki kreativitas rendah dengan Sikap Ilmiah yang

tinggi maupun rendah tetap dapat mengikuti proses belajar dengan baik.

7. Hipotesis Ketujuh

Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis variansi tiga jalan dengan sel

tak sama aspek kognitif diperoleh Sig. interaksi metode, kreativitas serta Sikap

Ilmiah = 0,866 > 0,05, maka Ho (tidak terdapat interaksi metode, kreativitas serta

Sikap Ilmiah terhadap prestasi kognitif) diterima, dan untuk aspek afektif

diperoleh Sig. interaksi metode, kreativitas serta Sikap Ilmiah = 0,905 > 0,05,

maka Ho (tidak terdapat interaksi metode, kreativitas serta Sikap Ilmiah terhadap

prestasi afektif) diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

interaksi metode, kreativitas serta Sikap Ilmiah terhadap prestasi kognitif dan

afektif.

E. Keterbatasan Penelitian

Meskipun penelitian ini telah direncanakan dengan optimal dan telah

melalui proses evaluasi namun tetap tidak dapat luput dari keterbatasan. Adapun

beberapa hal yang menjadi keterbatasan dalam melaksanakan penelitian ini antara

lain: (1) Kreativitas dan Sikap Ilmiah siswa hanya dikategorikan ke dalam dua

kelompok saja, yaitu tinggi dan rendah. Peneliti tidak melibatkan kategori

Page 158: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

139

sedang. Hal ini mungkin sedikit berpengaruh terhadap hasil penelitian; (2)

Instrumen yang digunakan untuk menilai prestasi afektif siswa, kreativitas dan

Sikap Ilmiah hanya berupa angket. Penggunaan angket menuntut adanya

kejujuran dalam pengisian untuk mengungkap karakteristik diri sendiri. Peneliti

hanya bisa mengantisipasi jawaban siswa tidak berasal dari jawaban temannya

atau kerjasama. Peneliti tidak bisa menjamin jawaban siswa benar-benar jujur

seperti apa yang ada dalam pertanyaan dan pernyataan angket; (3) Dalam soal try

out, soal mudah dan sukar belum proposional karena Suatu instrumen tes

dikatakan memiliki distribusi tingkat kesukaran soal yang baik jika soal dengan

kategori sedang jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan soal kategori sulit

dan mudah dimana jumlah soal mudah seimbang dengan jumlah soal sulit.

Sebagai gambaran, distribusi tingkat kesukaran instrumen tes yang baik harus

mengikuti bentuk kurva normal; (4) Dalam analisa tryout, masih ada beberapa

soal yang daya bedanya tidak baik yang digunakan dalam soal. Hal ini

menyebabkan soal yang dipakai dalam penelitian masih kurang baik kurang baik

karena daya bedanya belum bisa untuk membedakan kemampuan siswa yang

pandai dengan yang kurang pandai.

Page 159: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

140

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dengan memperhatikan latar belakang masalah, rumusan masalah,kajian

teori, hipotesis sampai pengujian hipotesis, hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa pembelajaran koloid yang menggunakan pendekatan pembelajaran CTL (

Contextual Teaching and Learning ) melalui metode proyek dan inquiry

terbimbing dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Berdasarkan data

yang dikumpulkan dan dianalisis seperti pembahasan sebelumnya, dapat

disimpulkan :

1. Dari hasil penelitian, siswa yang mendapat perlakuan dengan metode

pembelajaran Metode Proyek mempunyai rataan prestasi kognitif (73,84)

lebih besar dibandingkan rataan prestasi kognitif dengan metode

pembelajaran Inquiry Terbimbing (70,86), sedangkan untuk prestasi belajar

afektif yang diajar menggunakan metode Metode Proyek (100,00) lebih besar

dari pada rataan prestasi afektif yang diajar menggunakan metode Inquiry

Terbimbing (95,44). Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh

penggunaan metode pembelajaran Metode Proyek dan Inquiry Terbimbing

terhadap prestasi belajar kimia baik kognitif maupun afektif pada materi

Termokimia kelas XI semester gasal SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun

pelajaran 2011/2012.

2. Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa siswa yang mempunyai kreativitas

tinggi rataan prestasi kognitifnya (75,35) lebih tinggi dibandingkan rataan

Page 160: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

141

prestasi kognitif siswa yang mempunyai kreativitas rendah (69,77), dan untuk

prestasi belajar afektif yang mempunyai kreativitas tinggi (99,68) lebih besar

dari pada rataan prestasi siswa yang mempunyai kreativitas rendah (96,06).

Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh kreativitas tinggi dan rendah

terhadap prestasi kognitif dan terdapat pengaruh kreativitas tinggi dan rendah

terhadap prestasi afektif belajar kimia, akan tetapi tidak signifikan antara

kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi afektif belajar kimia pada

materi Termokimia kelas XI semester gasal SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun

pelajaran 2011/2012.

3. Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa siswa yang memiliki sikap ilmiah

tinggi rataan prestasi kognitifnya (75,36) lebih tinggi dibandingkan rataan

prestasi kognitif siswa yang mempunyai sikap ilmiah rendah (69,46),

sedangkan untuk prestasi belajar afektif yang mempunyai sikap ilmiah tinggi

(99,92) lebih besar dari pada rataan prestasi siswa yang mempunyai sikap

ilmiah rendah (95,65). Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh sikap

ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi kognitif belajar kimia, dan terdapat

pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi afektif belajar

kimia pada materi Termokimia kelas XI semester gasal SMA Negeri 1

Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012.

4. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa tidak ada interaksi antara metode

pembelajaran Metode Proyek dan Inquiry Terbimbing serta tinggi rendahnya

kreativitas siswa terhadap prestasi belajar kimia baik kognitif maupun afektif

materi Termokimia kelas XI semester gasal SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun

Page 161: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

142

pelajaran 2011/2012. Artinya tingkat kreativitas dan penggunaan metode

pembelajaran mempunyai pengaruh sendiri-sendiri terhadap prestasi belajar

kimia termokimia.

5. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa tidak ada interaksi antara metode

pembelajaran Metode Proyek dan Inquiry Terbimbing serta tinggi rendahnya

sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar kimia baik kognitif maupun

afektif materi Termokimia kelas XI semester gasal SMA Negeri 1 Sukoharjo

tahun pelajaran 2011/2012. Artinya tingkat sikap ilmiah dan penggunaan

metode pembelajaran mempunyai pengaruh sendiri-sendiri terhadap prestasi

belajar kimia termokimia.

6. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa tidak ada interaksi antara tinggi

rendahnya kreativitas serta tinggi rendahnya sikap ilmiah siswa terhadap

prestasi belajar kimia baik kognitif maupun afektif materi Termokimia kelas

XI semester gasal SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012.

Artinya tingkat kreativitas dan tingkat sikap ilmiah siswa mempunyai

pengaruh sendiri-sendiri terhadap prestasi belajar kimia termokimia.

7. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa tidak ada interaksi antara metode

pembelajaran Metode Proyek dan Inquiry Terbimbing, tinggi rendahnya

kreativitas dan tinggi rendahnya sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar

kimia baik kognitif maupun afektif materi Termokimia kelas XI semester

gasal SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2011/2012. Artinya tingkat

kreativitas, tingkat sikap ilmiah dan penggunaan metode pembelajaran

Page 162: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

143

mempunyai pengaruh sendiri-sendiri terhadap prestasi belajar kimia

termokimia.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, implikasi yang dapat peneliti sampaikan:

1. Implikasi Teoritis

a. Pengunaan model pembelajaran Metode Proyek dapat diterapkan pada

pembelajaran kimia materi termokimia sehingga mempermudah siswa dalam

mempelajari dan menguasai materi tersebut.

b. Pembelajaran kimia dengan pendekatan Contextual Teaching And Learning

(CTL) melalui Metode Proyek dan Inquiry Terbimbing dapat diterapkan pada

siswa dengan kreativitas dan sikap ilmiah tinggi maupun siswa dengan

kreativitas dan sikap ilmiah rendah.

2. Implikasi Praktis

a. Untuk mengajar materi termokimia sebaiknya menggunakan pendekatan

Contextual Teaching And Learning (CTL) melalui Metode Proyek.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, pembelajaran dengan

metode Metode Proyek lebih baik dibandingkan dengan metode Inquiry

Terbimbing pada pembelajaran kimia materi termokimia.

b. Sikap ilmiah dan kreativitas merupakan siswa merupakan potensi yang

dimiliki oleh siswa sehingga apabila potensi ini mampu dikembangkan oleh

siswa diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa itu sendiri. Guru

harus memahami bahwa setiap siswa memiliki sikap ilmiah dan kreativitas

Page 163: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

144

yang berbeda-beda sehingga dalam pembelajaran di kelas maupun di luar

kelas, guru dapat menggunakan berbagai pendekatan atau metode

pembelajaran seperti pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL).

Guru tidak boleh berperan sebagai hakim akan tetapi harus berperan sebagai

mediator atau fasilitator yang bertugas untuk menjembatani atau memberi

kemudahan bagi siswa untuk mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dalam penelitian ini, maka penulis

mengajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi Guru

a. Dalam penggunaan metode pembelajaran Metode Proyek, hendaknya

dilakukan dengan persiapan yang matang, sehingga pembelajaran dapat

berjalan lancar sesuai dengan rencana. Beberapa hal yang perlu disiapkan

dalam penggunaan metode pembelajaran Metode Proyek antara lain: 1)

Siapkan semua media pembelajaran yang akan digunakan, seperti LKS, 2)

Kuasai materi yang akan disampaikan, 3) Bagi kelompok seheterogen

mungkin sehingga terjadi interaksi siswa diantara kelompoknya.

b. Mengingat adanya perbedaan hasil belajar yang signifikan pada siswa yang

diberi perlakuan metode Proyek lebih baik daripada metode Inquiry

terbimbing pada materi Termokimia, maka guru hendaknya menjadikan hasil

penelitian ini sebagai salah satu referensi untuk menggunakan metode inquiry

terbimbing dalam KBM termokimia karena pada karakter materi tersebut

Page 164: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

145

siswa benar-benar melakukan identifikasi masalah, membuat atau

memecahkan masalah, eksperimen, mencatat data, menganalisis, membuat

laporan hingga presentasi dan diskusi.

c. Agar penerapan pembelajaran metode proyek berhasil dalam KBM

Termokimia hendaknya guru : menganalisis kemampuan ilmiah siswa karena

keberhasilan metode ini bergantung dari kebiasaan siswa yang kemampuan

ilmiahnya bagus dan juga kreativitas siswa yang memiliki cara berfikir kritis,

mampu memecahkan masalah dengan baik dan kecerdasan emosi yang tinggi.

Selain itu hendaknya mempersiapkan semua instrumen pembelajaran yang

akan digunakan sehingga pembelajaran dapat berjalan

2. Bagi Peneliti Berikutnya

a. Hendaknya metode yang digunakan dalam penelitian dicoba terlebih dahulu

agar kita mengetahui kelemahan dan mengetahui kesiapan dalam

menyampaikan materi.

b. Perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor lain yang berpengaruh

terhadap prestasi belajar , sehingga dapat menambah pengetahuan guru dalam

upaya meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian yang

sejenis, dengan materi/konsep lain dan dapat dikembangkan dengan

menambah variabel-variabel lainnya.

d. Penelitian ini dapat dikembangkan dengan menambah variabel yang lain,

misalnya: aktivitas belajar, motivasi belajar, kemampuan awal dan lain

sebagainya.

Page 165: digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CTL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI METODE PROYEK DAN INQUIRY

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

146

e. Sebagai upaya peningkatan kreativitas dan sikap ilmiah maka peneliti perlu

melakukan pengukuran untuk kreativitas dan sikap ilmiah siswa dan usaha-

usaha peningkatan kreativitas dengan pendekatan 4P, antara lain: (1) Pribadi.

Dari pribadi yang unik inilah diharapkan timbul ide ide baru dan produk

produk yang inovatif; (2) Pendorong. Untuk mewujudkan bakat kreatif siswa

diperlukan dorongan dan dukungan dari lingkungan (motivasi eksternal) yang

berupa apresiasi, dukungan, pemberian penghargaan, pujian, insentif, dan

dorongan dari dalam diri siswa sendiri (motivasi internal) untuk

menghasilkan sesuatu; (3) Proses. Untuk meningkatkan kreativitas siswa, ia

perlu diberi kesempatan untuk bersibuk secara aktif. Pendidik hendaknya

dapat merangsang siswa untuk melibatkan dirinya dalam berbagai kegiatan

kreatif; (4) Produk. Pendidik menghargai produk kreatifitas anak dan

mengkomunikasikannya kepada yang lain. Dan usaha-usaha peningkatan

sikap ilmiah antara lain: (1). Penilaian atas belajar peneliti perlu lebih

memerhatikan pada kegiatan yang dilakukan daripada hasil yang dicapai; (3).

Peneliti harus mampu dan diberi peluang serta kemungkinan untuk mengelola

tugas belajar yang berbeda; (4). Tersedianya sarana dan anggaran yang cukup

untuk terlaksananya berbagai metode ilmiah. Penerapan berbagai metode ini

akan memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi tumbuh dan

body of knowledge

begitu pesat dan banyak, maka tidak mungkin seseorang menguasainya. Oleh

karena itu tujuan belajar seharusnya diarahkan pada kemampuan belajar

untuk belajar (learning to learn).