· kata pengantar . kata pengantar . puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha kuasa atas...
TRANSCRIPT
Triwulan III - 2008
Kantor Bank Indonesia Banjarmasin
KAJIAN EKONOMI REGIONAL
Provinsi Kalimantan Selatan
Kata Pengantar
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan
rahmat dan petunjuk-Nya, sehingga publikasi triwulanan kami yang berjudul Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Selatan periode triwulan III-2008 dapat hadir di tangan pembaca.
Penerbitan publikasi yang berisi informasi mengenai perkembangan berbagai variabel makro ekonomi regional ini merupakan salah satu wujud pelaksanaan tugas-tugas Bank Indonesia di daerah dalam melaksanakan fungsi pengelolaan dan pelayanan informasi di bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran dan informasi lainnya yang terkait dengan pengembangan ekonomi daerah.
Publikasi ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan informasi berbagai pemangku kepentingan (stakeholders) kami, baik di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan maupun para pengguna lain yang memerlukannya. Kehadiran terbitan ini di tangan pembaca tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak dalam penyediaan data dan informasi yang diperlukan. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya dan berharap semoga hubungan baik ini dapat terus terbina di masa yang akan datang.
Kami menyadari bahwa publikasi ini masih memiliki berbagai kekurangan, sehingga upaya terus-menerus untuk meningkatkan kualitas analisis dan informasi yang ditampilkan menjadi agenda rutin kami. Oleh karena itu segala saran, masukan, dan kritik yang konstruktif dari seluruh pembaca akan kami terima dengan tangan terbuka.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan kemudahan kepada kita dalam mengupayakan hasil kerja yang terbaik.
Banjarmasin, November 2008 BANK INDONESIA BANJARMASIN
Bramudija Hadinoto Pemimpin
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
i
Daftar Isi
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................. i DAFTAR ISI ............................................................................................... ii KETERANGAN DAN SUMBER DATA ....................................................... iv RINGKASAN EKSEKUTIF ……………………………………………………… 1 BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ................................... 10
1. Kondisi Umum …………………………………….…………. ........ 10 2. Sisi Penawaran ……………………………………….……............. 11
2.1 Sektor Ekonomi Dominan .................................................... 12 2.1.1 Sektor Pertanian ......................................................... 122.1.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian ........................ 13 2.1.3 Sektor Industri Pengolahan ........................................ 14 2.1.4 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ................... 16 2.1.5 Sektor Ekonomi Non-Dominan................................... 18
3. Sisi Permintaan .......................................................................... . 20 3.1 Konsumsi ............................................................................ 21 3.2 Kegiatan Ekspor Impor ......................................................... 24 3.3 Investasi ............................................................................... 27
BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI ……….………… .............................. 29
1. Kondisi Umum …………………………………….…………. ....... 29 2. Inflasi Berdasarkan Kelompok……………………………….…….. 30
2.1 Inflasi Bulanan .................................................................... 30 2.2 Inflasi Tahunan .................................................................... 33
Boks 1 : Kenaikan Harga Elpiji di Kalsel........................................... 34 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN …………………………............... 36
1. Perkembangan Bank Umum.................................. ...................... 36 1.1 Total Aset .......................................................................... 37 1.2 Intermediasi Perbankan .................................... ................. 38 1.2.1 Penghimpunan Dana Masyarakat ............................. 39 1.2.2 Penyaluran Kredit .................................................... 41 1.3 Kredit UMKM .................................................................... 47
2. Perkembangan Bank Syariah ........................................... ........... 50 3. Perkembangan Industri BPR ........................................................ 52 4. Stabilitas Sistem Keuangan Regional ........................................... 56
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
ii
Daftar Isi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
iii
Boks 2 : Upaya Pengembangan UMKM Melalui Klaster .................. 49
BAB 4. KEUANGAN DAERAH ………………………... .............................. 58 1. APBD Provinsi Kalimantan Selatan......................................... ..... 58 2. Anggaran Pendapatan ................................................................. 59 3. Anggaran Belanja ........................................ ............................... 60
BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ……………………... .. 62
1. Transaksi Keuangan Secara Tunai ................................................ 62 1.1 Aliran Uang Masuk/Keluar (Cash Inflow/Outflow)................. 62 1.2 Penemuan Uang Palsu ……………………….. ...................... 63
2. Transaksi Keuangan Secara Non Tunai ........................................ 64 BAB 6. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT.... 68
1. Ketenagakerjaan …....……. ......................................................... 68 2. Kesejahteraan Masyarakat ........................................................... 71
BAB 7. PROSPEK EKONOMI ............................................................. 73
1. Makro Ekonomi …....……. .......................................................... 73 2. Inflasi .......................................................................................... 76
LAMPIRAN ...................................................................... .................. 78
KETERANGAN DAN SUMBER DATA
Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Selatan berisi kajian mengenai perkembangan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan berjalan, yang diterbitkan secara berkala setiap triwulan oleh Kantor Bank Indonesia (KBI) Banjarmasin. Bab I Angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan angka perkiraan atas dasar
tahun 2000 bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan. Untuk kepraktisan, beberapa nama sektor dan subsektor disingkat sesuai kelaziman. Untuk data ekspor dan impor nonmigas Kalimantan Selatan, bersumber dari Dokumen
Pemberitahuan Ekspor/Impor Barang yang diolah Bagian PDIE-Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia, yang tercantum pula pada buku Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (SEKDA) Kalimantan Selatan.
Bab II Perkembangan inflasi regional dari pergerakan Indeks Harga Konsumen (IHK) di Kota
Banjarmasin. Data IHK bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan, dioleh lebih lanjut untuk keperluan analisis.
Bab III Data perbankan bersumber dari Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) bank-bank yang
berlokasi di wilayah Kalimantan Selatan, khusus untuk data penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek bersumber dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (SEKDA) Kalimantan Selatan.
Bab IV Data keuangan daerah hanya mencakup data keuangan Pemerintah Provinsi
Kalimantan Selatan yang bersumber dari Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan. Bab V Data sistem pembayaran merupakan data di wilayah kerja KBI Banjarmasin . Untuk
data transaksi tunai bersumber dari Direktorat Pengedaran Uang, Bank Indonesia. Untuk data transaksi non-tunai melalui BI-RTGS bersumber dari Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran, Bank Indonesia, sedangkan data transaksi non tunai melalui kliring bersumber dari data kliring Bank Indonesia Banjarmasin.
Bab VI Data ketenagakerjaan daerah bersumber dari Survei Ketenagakerjaan Nasional
(Sakernas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan. Sedangkan angka kesejahteraan menggunakan indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang bersumber dari data Badan Pusat Statistik Pusat.
Bab VII Prospek perekonomian regional dibuat atas dasar perkembangan indikator ekonomi
dan moneter dengan didukung oleh hasil survey yang dilakukan KBI Banjarmasin. Buku ini diterbitkan pada akhir periode triwulan laporan sehingga angka yang disajikan dalam triwulan dimaksud sebagian diantaranya merupakan angka sementara hasil estimasi. Selanjutnya, adakalanya angka yang menunjukkan penjumlahan tidak selalu sama besarnya dengan penjumlahan angka-angka yang bersangkutan karena pembulatan.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III -2008
iv
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III -2008
v
Visi Bank Indonesia Menjadi Lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang Negara Indonesia yang berkesinambungan. Nilai-nilai Strategi Organisasi Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan. Visi Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Mewujudkan Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya melalui peningkatan perannya sebagai economic intelligence dan unit penelitian. Misi Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Berperan aktif dalam pelaksanaan kebijakan Bank Indonesia dalam mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran secara efektif dan efisien dan peningkatan kajian ekonomi regional serta koordinasi dengan pemerintah daerah serta lembaga terkait.
1 Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
Ringkasan Eksekutif
RINGKASAN EKSEKUTIF
ASESMEN EKONOMI
Tren penguatan laju pertumbuhan ekonomi
Kalimantan Selatan pada triwulan III-2008
masih tetap berlanjut. Laju pertumbuhan ekonomi
mencapai 7,90% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai
6,22% (y-o-y). Penguatan pertumbuhan ekonomi
ditopang oleh kinerja dua sektor ekonomi dominan
yaitu sektor pertanian dan sektor pertambangan,
sedangkan kinerja sektor lainnya cenderung
mengalami perlambatan. Sementara di sisi
permintaan, laju pertumbuhan ekonomi ditopang oleh
masih kuatnya konsumsi masyarakat, sementara
komponen pengeluaran pemerintah dan kegiatan
ekspor mengalami perlambatan.
Dari sisi penawaran, kinerja dua sektor
unggulan utama yaitu sektor pertanian dan
sektor pertambangan menjadi pendorong laju
pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan.
Sektor pertanian tumbuh 13,75% (y-o-y) lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2008 yang
mencapai 2,63 (y-o-y). Kenaikan ini didorong oleh
mundurnya masa panen raya tanaman bahan
makanan (tabama) sehingga produksi di triwulan
laporan menunjukkan kenaikan yang cukup
signifikan. Sektor pertambangan di triwulan laporan
juga mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi
sebesar 13,09% (y-o-y), meningkat dibandingkan
Laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2008 meningkat menjadi 7,90% (y-o-y)
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi terutama ditopang kinerja sektor pertanian dan sektor pertambangan.
2 Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
Ringkasan Eksekutif pertumbuhan triwulan sebelumnya yang juga tercatat
cukup tinggi, sebesar 12,64% (y-o-y). Kenaikan di
sektor pertambangan ditopang oleh relatif stabilnya
produktivitas tambang khususnya untuk komoditas
batu bara karena adanya jaminan kontrak pembelian
jangka panjang. Di sisi lain, masih kuatnya dukungan
pembiayaan perbankan ke sektor ini menjadi salah
satu faktor meningkatnya pertumbuhan.
Sementara itu perkembangan kinerja beberapa
sektor ekonomi lainnya cenderung mengalami
perlambatan. Di sektor perdagangan, laju
pertumbuhan di triwulan laporan hanya sebesar
2,55% (y-o-y), lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan triwulan II-2008 yang mencapai 7,49%
(y-o-y). Melambatnya sektor perdagangan
dipengaruhi oleh penurunan daya beli masyarakat
pasca kenaikan harga BBM di bulan Mei 2008,
meningkatnya kebutuhan dana untuk tahun ajaran
baru sekolah serta kenaikan suku bunga.
Di sektor industri pengolahan, laju pertumbuhan di
triwulan III-2008 tercatat sebesar 0,08% (y-o-y),
lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh sebesar 0,9% (y-o-y). Melambatnya
pertumbuhan di sektor ini dipengaruhi oleh mulai
melambatnya permintaan ekspor seiring terjadinya
krisis finansial global.
Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan ekonomi
diwarnai oleh masih kuatnya konsumsi rumah
tangga. Laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga
di triwulan III-2008 mencapai 8,27% (y-o-y), lebih
tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan
sebelumnya yang mencapai 6,85% (y-o-y). Masih
kuatnya laju konsumsi masyarakat dipengaruhi oleh
Kinerja sektor ekonomi lainnya di triwulan II-2008 cenderung mengalami perlambatan.
Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan ekonomi masih di-topang oleh pertum-buhan konsumsi rumah tangga.
3 Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
Ringkasan Eksekutif peningkatan pengeluaran untuk biaya tahun ajaran
baru sekolah serta kebutuhan menjelang perayaan
hari raya Idul Fitri.
Dari sisi pemerintah, masih belum optimalnya
realisasi belanja APBD mengeram laju konsumsi
pemerintah sehingga terjadi perlambatan dari 7,42%
di triwulan sebelumnya menjadi 1,78%. Realisasi
belanja APBD masih terhambat oleh proses birokrasi
dalam kegiatan tender yang memakan waktu lama.
Kegiatan investasi yang tercermin dari
pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto
(PMTB) juga mencatat pertumbuhan yang
melambat. Laju pertumbuhan PMTB tercatat sebesar
2,60% (y-o-y), lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mencapai 6,19%(y-o-y).
Perlambatan kegiatan investasi terutama dipengaruhi
oleh iklim investasi yang belum kondusif terkait
masalah kepastian hukum dan ketersediaan
infrastruktur serta pengaruh dari krisis finansial
global.
Kegiatan ekspor juga sedikit melambat dengan
mencatat pertumbuhan sebesar 4,35% (y-o-y),
lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya
sebesar 4,54% (y-o-y). Melambatnya permintaan
dunia terutama pada komoditas perkebunan serta
penurunan harga komoditas menjadi faktor yang
mendorong pelemahan ekspor dari Kalimantan
Selatan.
ASESMEN INFLASI
Secara umum tekanan inflasi di Kalimantan
Selatan pada triwulan III-2008 cenderung
melemah. Inflasi tahunan pada akhir triwulan
Kegiatan ekspor juga mengalami perlambatan dari 4,54% (y-o-y) pada triwulan II-2008 menjadi 4,35% (y-o-y).
Tekanan inflasi cenderung melemah. Laju inflasi triwulan III-2008 tercatat sebesar 11,25% (y-o-y).
Pertumbuhan investasi PMTB pada triwulan laporan mencapai 2,6%, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesasr 6,19% (y-o-y).
4 Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
Ringkasan Eksekutif laporan mencapai 11,25 (y-o-y), menurun
dibandingkan triwulan II-2008 yang tercatat sebesar
11,82% (y-o-y). Dari sisi permintaan, tekanan inflasi
pada periode laporan berasal dari meningkatnya
permintaan masyarakat pada bulan Ramadhan dan
menjelang hari raya Idul Fitri. Sementara itu,
menurunnya laju inflasi di Kota Banjarmasin
dipengaruhi oleh kondisi pasokan barang yang
mencukupi.
Menurunnya tekanan inflasi terjadi pada hampir
semua kelompok barang dan jasa, kecuali
kelompok kesehatan dan kelompok
transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan.
Kelompok yang mengalami inflasi tahunan terbesar
pada periode laporan adalah kelompok bahan
makanan yang mencatat laju inflasi 16,47%, diikuti
oleh kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan
bakar (14,76%).
Secara keseluruhan laju inflasi Kalimantan
Selatan sampai dengan September 2008 telah
mencapai sebesar 9,59% (y-t-d). Angka inflasi ini
jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama
tahun 2007 yang mencapai 5,27%.
PERKEMBANGAN PERBANKAN
Kinerja perbankan di Provinsi Kalimantan
Selatan sampai dengan akhir triwulan III-2008
secara umum bergerak membaik yang
ditunjukkan oleh berbagai indikator yang
mengalami peningkatan pertumbuhan. Laju
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi seiring
masih kuatnya permintaan domestik yang
diindikasikan oleh permintaan kredit yang tinggi,
Kinerja Perbankan di triwulan III-2008 masih menunjukkan perbaikan
Laju inflasi sampai dengan September 2008 telah mencapai sebesar 9,59% (y-t-d).
Laju inflasi terbesar terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 16,47%.
5 Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
Ringkasan Eksekutif serta suku bunga yang masih kompetitif menjadi
faktor pendorong perkembangan industri perbankan.
Perkembangan di atas telah mendorong
meningkatnya laju pertumbuhan dana pihak
ketiga (DPK) maupun kredit. DPK kelompok bank
umum maupun BPR tumbuh cukup pesat, masing-
masing 25,5% (y-o-y) dan 32,56% (y-o-y). Kredit
yang disalurkan bank-bank umum yang berlokasi di
Kalimantan Selatan juga tumbuh pesat, yakni
mencapai 46,59% (y-o-y). Demikian pula kredit yang
dikucurkan BPR juga meningkat 28,17% (y-o-y).
Laju pertumbuhan dana maupun kredit yang
cukup tinggi telah mempertahankan rasio
penyaluran kredit terhadap DPK (LDR)
kelompok bank umum pada level yang cukup
tinggi, yakni mencapai 77,03%, meskipun
sedikit lebih rendah dibanding akhir triwulan
sebelumnya yang mencapai 78,60%. LDR yang
cukup tinggi tersebut juga diikuti dengan perbaikan
kualitas kredit, sehingga rasio kredit bermasalah
(non-performing loans/NPL) gross bank umum
menurun dari 5,30% menjadi 4,63%.
SISTEM PEMBAYARAN
Sejalan dengan masih kuatnya laju
pertumbuhan ekonomi, perkembangan sistem
pembayaran di Kalimantan Selatan juga
mengindikasikan hal yang sama. Aktivitas
transaksi masyarakat baik tunai maupun non tunai di
Kalimantan Selatan menunjukkan peningkatan. Untuk
memenuhi kebutuhan uang tunai di masyarakat
tersebut, jumlah uang tunai yang keluar (outflow)
Perputaran transaksi pembayaran baik tunai dan non-tunai di Kalimantan Selatan pada triwulan III-2008 mengalami kenaikan.
Penyaluran kredit dan penghimpunan dana pihak ketiga mengalami peningkatan
LDR Bank Umum Kali-mantan Selatan di triwulan III-2008 mencapai 77,03%
6 Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
Ringkasan Eksekutif melalui Bank Indonesia Banjarmasin mengalami
kenaikan sebanyak Rp154,6 miliar (29,7%) dari
Rp521,2 miliar pada triwulan II-2008 menjadi
RP675,8 miliar. Meningkatnya kebutuhan uang tunai
terutama untuk persiapan perayaan hari raya
keagamaan seperti pembayaran uang THR, zakat
serta pembelian kebutuhan bahan makanan. Dari sisi
uang tunai yang masuk (inflow) juga menunjukkan
kenaikan Rp82,6 miliar (32,2%) yaitu dari Rp256,7
miliar di triwulan II-2008 menjadi Rp339,3 miliar.
Sehingga secara netto terjadi arus nett cash outflow
sebanyak Rp336,6 miliar.
Meningkatnya kebutuhan uang tunai pada
perayaan hari raya Idul Fitri juga mendorong
meningkatnya peredaran uang palsu. Hal ini
diindikasikan dengan meningkatnya jumlah temuan
uang palsu sebanyak 105 lembar dengan total nilai
mencapai Rp7,25 juta. Nilai ini jauh meningkat
dibandingkan temuan pada periode sebelumnya
sebanyak 4 bilyet dengan nilai sebesar Rp250 ribu.
Di sisi lain, aktivitas sistem pembayaran non
tunai baik melalui sarana BI-RTGS dan kliring
pada triwulan laporan juga menunjukkan
peningkatan yang lebih tinggi. Transaksi nilai
besar yang menggunakan sarana BI-RTGS pada
triwulan laporan tercatat sebesar Rp22,7 triliun atau
meningkat 7,9% dibandingkan nilai transaksi pada
triwulan II-2008 sebesar Rp21,1 triliun.
Sementara itu perkembangan transaksi
pembayaran non-tunai melalui sarana Kliring
juga menunjukkan kenaikan. Rata-rata harian nilai
transaksi kliring di triwulan laporan mencapai
Rp57,05 miliar/hari, lebih tinggi dibandingkan
Temuan uang palsu mengalami peningkatan seiring meningkatnya kebutuhan uang tunai
Nilai transaksi BI-RTGS di triwulan laporan mencapai Ro22,7 triliun.
Rata-rata harian nilai transaksi kliring pada triwulan laporan mencapai Rp57,05 miliar/hari
7 Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
Ringkasan Eksekutif triwulan sebelumnya yang mencapai Rp54,9 miliar.
Adanya peningkatan transaksi melalui BI-RTGS
maupun kliring diperkirakan berasal dari aktivitas
korporasi terutama di sektor pertambangan dan
perkebunan, transaksi pasar uang antar bank serta
kenaikan transaksi perdagangan antar daerah
menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri.
PROSPEK EKONOMI
Perkembangan krisis finansial global
diperkirakan akan berdampak terhadap laju
pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan di
triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi
diperkirakan mengalami perlambatan dengan kisaran
pertumbuhan sebesar 4,5% - 5,2% (y-o-y). Dari
sisi permintaan, melambatnya pertumbuhan
dipengaruhi oleh perlambatan konsumsi, investasi
dan kegiatan ekspor.
Melambatnya komponen konsumsi rumah
tangga dipengaruhi oleh penurunan daya beli
masyarakat pasca perayaan hari raya Idul Fitri
serta mulai melambatnya sumber pembiayaan
dari bank akibat kenaikan suku bunga. Dari sisi
investasi, perkembangan kondisi makro ekonomi
akibat pengaruh krisis finansial global akan
mempengaruhi rencana realisasi para investor. Selain
faktor eksternal, beberapa permasalahan regional
seperti masalah tata ruang lahan dan ketersediaan
infrastruktur masih akan menghambat masuknya
arus investasi.
Seiring dengan melambatnya permintaan
global, kegiatan ekspor dari Kalimantan Selatan
Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2008 diperkirakan tumbuh melambat pada kisaran 4,5%- 5,2% (y-o-y).
Melambatnya konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh penurunan daya beli masyarakat
Ekspor Kalimantan Selatan di triwulan IV-2008 akan mengalami perlambatan
8 Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
Ringkasan Eksekutif akan mengalami perlambatan terutama pada
komoditas primer sektor perkebunan seperti
karet dan CPO. Sedangkan komoditas batu bara,
dampak perlambatan ekspornya pada triwulan IV-
2008 diperkirakan relatif minimal karena sebagian
perusahaan terikat kontrak pembelian jangka
panjang.
Dari sisi penawaran, perlambatan pertumbuhan
ekonomi dipengaruhi oleh melambatnya kinerja
sektor ekonomi dominan antara lain sektor
pertanian, sektor pertambangan dan sektor
industri pengolahan. Sedangkan sektor
perdagangan, hotel dan restoran diperkirakan masih
akan mengalami pertumbuhan seiring peningkatan
konsumsi masyarakat menjelang hari raya Idul Adha,
hari raya Natal dan perayaan Tahun Baru.
PROSPEK INFLASI
Pada triwulan IV-2008, laju inflasi Kalimantan
Selatan diperkirakan masih akan berada pada
kisaran 12%+1%. Tekanan inflasi yang bersumber
dari konsumsi masyarakat diperkirakan akan lebih
rendah dibandingkan triwulan laporan seiring
penurunan daya beli serta kenaikan suku bunga
pinjaman terutama kredit konsumsi. Dari sisi
pasokan, faktor pendorong melemahnya tekanan
inflasi terutama berasal dari penurunan harga
komoditas dunia seperti CPO yang berdampak kepada
penurunan harga minyak goreng.
Meskipun secara umum tekanan inflasi berada pada
trend yang melemah, beberapa faktor perlu tetap
diwaspadai, antara lain, kecukupan pasokan beras
seiring berlalunya musim panen raya, pelemahan nilai
Laju inflasi triwulan IV-2008 diperkirakan akan mencapai 12,5%+ 1%
Ringkasan Eksekutif
9 Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
tukar rupiah serta faktor musim hujan yang dapat
mengganggu pasokan bahan makanan.
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
10
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
1. KONDISI UMUM
Setelah mencatat pertumbuhan positif pada triwulan II-2008
sebesar 6,22% (y-o-y) 1 , perekonomian Kalimantan Selatan di
triwulan laporan kembali mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi,
bahkan melebihi triwulan sebelumnya, yakni mencapai 7,90% (y-o-
y). Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi tersebut dari sisi
penawaran dipengaruhi oleh masih kuatnya kinerja sektor ekonomi
dominan terutama sektor pertanian dan sektor pertambangan,
meskipun kinerja sektor perdagangan dan sektor industri pengolahan
menunjukkan perlambatan. Di sektor pertanian, pertumbuhan di
triwulan laporan dipengaruhi oleh masih tingginya produksi pada
akhir musim panen raya seiring pergeseran waktu panen. Sementara
di sektor pertambangan, kinerja pada triwulan laporan masih
menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi terutama didorong
oleh faktor cuaca yang relatif baik serta tingkat permintaan batu
bara yang stabil.
Ditinjau dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga pada
triwulan laporan masih menunjukkan pertumbuhan yang cukup kuat.
Hal ini terutama didorong oleh peningkatan konsumsi masyarakat
untuk keperluan tahun ajaran baru sekolah serta peningkatan
pengeluaran pada bulan puasa dan hari raya Idul Fitri 1429H.
Perkembangan pada komponen lainnya, seperti konsumsi
pemerintah daerah, aktivitas investasi, serta kegiatan ekspor
mengalami perlambatan. Masih lambatnya realisasi belanja
Pemerintah Daerah di triwulan laporan terutama dipengaruhi oleh
birokrasi dalam proses tender yang cukup panjang serta
1 Angka revisi dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan
1
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
permasalahan teknis lainnya. Dari sisi investasi, adanya
ketidakpastian prospek ekonomi global mendorong para investor
untuk menunda realisasi investasi mereka dan diikuti dengan
melambatnya kegiatan ekspor.
2. SISI PENAWARAN
Perkembangan ekonomi Kalimantan Selatan pada
triwulan III-2008 dari sisi penawaran ditandai oleh
pertumbuhan sektor ekonomi dominan, khususnya sektor
pertanian dan sektor pertambangan dengan laju yang cukup
kuat. Sedangkan kinerja sektor ekonomi dominan lainnya seperti
sektor perdagangan dan sektor industri pengolahan mengalami
perlambatan. Selain sektor pertambangan, beberapa sektor ekonomi
yang juga menunjukkan pertumbuhan yang positif adalah sektor
listrik, gas dan air bersih serta sektor pengangkutan. Peningkatan
pertumbuhan untuk sektor pengangkutan dipengaruhi oleh mobilitas
masyarakat yang cukup tinggi menjelang hari raya Idul Fitri.
Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan (y-o-y)
Sektoral Atas Dasar Harga Konstan Triwulan II-2008 dan III-2008
Pertumbuhan Kontribusi Trw 2-2008* Trw 3-
2008** Trw 2-2008 Trw 3-
2008
Pertanian 2.63% 13.75% 0.73% 3.65%
Pertambangan 12.64% 13.09% 2.63% 2.71%
Industri 0.90% 0.08% 0.10% 0.01%
Listrik 2.60% 2.96% 0.01% 0.01%
Bangunan 2.99% 1.06% 0.16% 0.06%
Perdagangan 7.49% 2.55% 1.05% 0.37%
Pengangkutan 6.71% 6.87% 0.55% 0.56%
Keuangan 7.69% 1.52% 0.30% 0.07%
Jasa 8.24% 5.35% 0.68% 0.47%
Total 6.22% 7.90% 6.22% 7.90% Sumber: BPS Provinsi Kalsel, diolah. *) Angka sementara **) Angka sangat sementara
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
11
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
12
2.1 Sektor Ekonomi Dominan
2.1.1. Sektor Pertanian
Sektor pertanian pada triwulan laporan mencatat lonjakan
pertumbuhan sebesar 13,75% (y-o-y), jauh meningkat dibandingkan
triwulan II-2008 yang hanya tumbuh sebesar 2,63% (y-o-y).
Lonjakan pertumbuhan tersebut terutama dipengaruhi oleh masih
tingginya produksi tanaman bahan makanan khususnya padi pada
fase akhir musim panen raya seiring pergeseran masa panen. Hal ini
mengakibatkan subsektor tanaman bahan makanan sebagai
subsektor utama dalam sektor pertanian pada triwulan III-2008
mengalami lonjakan pertumbuhan sebesar 22,18% (y-o-y),
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 0,99% (y-o-y).
Indikasi ini juga terlihat dari pergeseran angka ramalan (ARAM III)
produksi padi pada periode triwulan III-2008 yang masih
menunjukkan adanya kenaikan 12,34% (q-t-q) dibandingkan
triwulan II-2008. Hal ini berbeda dengan tahun sebelumnya dimana
pada periode panen triwulan III-2007, produksi padi mengalami
penurunan sebesar 12,79% (q-t-q).
Grafik 1.1. Produksi Padi Kalimantan Selatan
0
200
400
600
800
1000
1200
T1.2007 T2.2007 T3.2007 T4.2007 T1.2008* T2.2008* T3.2008*
Produksi Padi (ton)
*) angka ramalan III 2008 Sumber: BPS Provinsi Kalsel, Dinas Pertanian Propinsi Kalsel
Sementara itu, penurunan harga komoditas perkebunan
seperti karet dan kelapa sawit sampai dengan akhir triwulan III-2008
belum mempengaruhi pertumbuhan pada subsektor perkebunan.
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Subsektor ini masih mencatat pertumbuhan sebesar 5,99% (y-o-y),
sedikit di atas pertumbuhan triwulan II-2008 yang mencapai 5,94%
(y-o-y).
2.1.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian
Laju pertumbuhan sektor pertambangan pada triwulan III-
2008 masih cukup kuat di tengah suramnya laju pertumbuhan
ekonomi global. Sektor ini masih mencatat laju sebesar 13,09% (y-
o-y), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya
sebesar 12,64% (y-o-y). Masih kuatnya pertumbuhan sektor
pertambangan terutama dipengaruhi oleh relatif stabilnya
produktivitas tambang batubara karena beberapa perusahaan terikat
dalam kontrak pembelian jangka panjang baik untuk pasar domestik
maupun pasar ekspor. Masih prospektifnya sektor pertambangan di
Kalimantan Selatan juga telah mendorong tingginya pembiayaan
perbankan ke sektor ini. Hal ini dikonfirmasi oleh laju pertumbuhan
kredit sektor pertambangan yang mencatat pertumbuhan sebesar
91,7% (y-o-y), jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
yang mencapai 50,9% (y-o-y).
Grafik 1.2. Pertumbuhan Kredit Lokasi Proyek Sektor Pertambangan Kalimantan Selatan
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
12.00%
14.00%
Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun
Jul
Aug
Sep
2007 2008
0.00%
10.00%20.00%
30.00%
40.00%50.00%
60.00%
70.00%
80.00%90.00%
100.00%
y-o-y y-o-y
g. PDRB Sektor Pertambangan (aksis kiri)g. Kredit Pertambangan (aksis kanan)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum Bank Indonesia, diolah
Perkembangan yang cukup pesat di sektor pertambangan tidak
sejalan dengan laju pertumbuhan ekspor batubara dari Kalimantan
Selatan yang pada periode Juli-Agustus 2008 justru mengalami
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
13
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
14
penurunan sebesar 9,43% (y-o-y), lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan triwulan II-2008 yang mencapai 10,32% (y-o-y).
Relatif rendahnya pertumbuhan ekspor batubara diperkirakan terjadi
karena adanya permintaan domestik yang cukup tinggi untuk
memenuhi kebutuhan listrik masyarakat di bulan puasa dan hari raya
Idul Fitri.
Grafik 1.3. Perkembangan Volume Ekspor Batubara Kalimantan Selatan
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
2.1.3. Sektor Industri Pengolahan
Di sektor industri pengolahan, tren perlambatan pertumbuhan
masih berlanjut di triwulan III-2008. Setelah pada triwulan I-2008
mencatat pertumbuhan 4,54% (y-o-y), laju pertumbuhan sektor
industri melambat menjadi 0,9% (y-o-y) di triwulan II-2008 dan
0,08% (y-o-y) di triwulan III-2008.
Dilihat dari strukturnya, sektor industri Kalimantan Selatan
masih didominasi oleh industri pengolahan kayu dengan pangsa
sebesar 52,23% diikuti industri pengolahan makanan dengan pangsa
23,28%. Perlambatan sektor ini terutama dipengaruhi oleh laju
pertumbuhan industri pengolahan kayu yang mengalami penurunan.
Setelah pada triwulan sebelumnya mengalami penurunan sebesar
4,6% (y-o-y), industri pengolahan kayu masih mencatat penurunan
sebesar 3,13% (y-o-y) pada triwulan laporan.
Perlambatan di sektor ini terindikasi dari melambatnya
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
T1.20
05
T2.20
05
T3.20
05
T4.20
05
T1.20
06
T2.20
06
T3.20
06
T4.20
06
T1.20
07
T2.20
07
T3.20
07
T4.20
07
T1.20
08
T2.20
08
T3.20
08
Juta
ton
-60.00%-40.00%-20.00%0.00%20.00%40.00%60.00%80.00%100.00%
Vol. Ekspor Batubarag. Eks. Batubara % (y-o-y)
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
15
pertumbuhan ekspor kayu olahan dari 40,54% (y-o-y) pada triwulan
II-2008 menjadi 23,50% (y-o-y) yang terutama dipengaruhi oleh
turunnya permintaan pasar terutama yang berasal dari Amerika
Serikat. Beberapa perusahaan di industri ini melaporkan 2
berhentinya beberapa pesanan ekspor sampai akhir tahun 2008.
Grafik 1.4. Perkembangan Volume Ekspor Kayu Olahan (Ribu Ton)
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
Sementara itu perkembangan subsektor industri
pengolahan makanan pada triwulan laporan mengalami
perlambatan pertumbuhan dari 10,03% (y-o-y) pada triwulan
II-2008 menjadi 4,65% (y-o-y). Perlambatan pertumbuhan ini
dipengaruhi oleh rendahnya permintaan dari masyarakat pada saat
perayaan hari raya Idul Fitri di tahun ini. Laju inflasi yang cukup
tinggi akibat kenaikan harga BBM di bulan Mei 2008 telah menekan
daya beli masyarakat sehingga melakukan penyesuaian terhadap
konsumsi produk makanan jadi. Melemahnya kinerja sektor industri
pengolahan juga terlihat dari indikator konsumsi listrik sektor
industri yang bergerak pada tren yang menurun.
2 Hasil kegiatan liaison Bank Indonesia Banjarmasin
0
20
40
60
80
100
120
140
T1.200
5
T2.200
5
T3.200
5
T4.200
5
T1.200
6
T2.200
6
T3.200
6
T4.200
6
T1.200
7
T2.200
7
T3.200
7
T4.200
7
T1.200
8
T2.200
8
T3.200
8
Rib
u To
n
-60.00%
-40.00%
-20.00%
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%Kayu Olahan (Aksis Kiri)Grow th % (y-o-y)
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
16
Grafik 1.5. Pertumbuhan Konsumsi Listrik Sektor Industri (Ribu Ton)
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
Jan
Feb
Mar
Apr
May Ju
nJu
lAu
gSe
pO
ctN
ovD
ec Jan
Feb
Mar
Apr
May Ju
nJu
lAu
gSe
p
2007 2008
-40 .00%
-30.00%
-20.00%
-10.00%
0.00%
10.00%
20.00%% yo y % yo y
g. PDRB Sekto r Indus tr i (aks is kir i)g . Kons . L is tr ik Indus tr i
Sumber: PT (Persero) PLN Wilayah Kalselteng, diolah
2.1.4. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Aktivitas sektor perdagangan, hotel dan restoran di
triwulan III-2008 mengalami perlambatan sebesar 2,55% (y-
o-y) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,49%
(y-o-y). Adanya kenaikan harga BBM di bulan Mei 2008 serta
meningkatnya kebutuhan biaya untuk tahun ajaran baru sekolah
mendorong masyarakat untuk mengurangi konsumsi barang-barang
kebutuhan lainnya.
Grafik 1.6. Perkembangan Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Trisakti, Banjarmasin (Juta Ton)
Sumber: PT. (Persero) PELINDO III Cab. Banjarmasin
Adanya perlambatan di sektor perdagangan terlihat dari
beberapa indikator yang mewakili antara lain pertumbuhan kegiatan
bongkar barang di pelabuhan Trisakti Banjarmasin yang masih
0200400600800
1,0001,2001,4001,600
T1.200
6
T2.200
6
T3.200
6
T4.200
6
T1.200
7
T2.200
7
T3.200
7
T4.200
7
T1.200
8
T2.200
8
T3.200
8
Ribu
ton
-60.00%-40.00%-20.00%0.00%20.00%40.00%60.00%80.00%100.00%120.00%
BongkarMuatg.Bongkar % (y-o-y)g.Muat % (y-o-y)
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
menunjukkan penurunan yaitu sebesar 13,16% (y-o-y). Sementara
itu perkembangan konsumsi listrik sektor bisnis seperti toko, pasar,
pusat perbelanjaan dan pusat bisnis lainnya juga menunjukkan
penurunan sebanyak 8,57% (y-o-y) untuk posisi bulan September
2008, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan konsumsi listrilk di
bulan Juni 2008 yang masih mencatat pertumbuhan positif 1,64%
(y-o-y).
Grafik 1.7. Pertumbuhan Konsumsi Listrik Sektor Bisnis
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
12.00%
14.00%
Jan
Feb
Mar
Apr
May Ju
nJu
lAu
gSe
pO
ctN
ovD
ec Jan
Feb
Mar
Apr
May Ju
nJu
lAu
gSe
p
2007 2008
-50.00%
-30.00%
-10.00%
10.00%
30.00%
50.00%
70.00%
90.00%
% yoy % yoy
g. PDRB Sektor Perdagangan (aksis kiri)g. Kons. Listrik Bisnis
Sumber: PT. (Persero) PLN Wilayah Kalselteng
Melambatnya kegiatan perdagangan juga terindikasi dari mulai
melambatnya laju pertumbuhan kredit ke sektor ini di triwulan III-
2008. Laju pertumbuhan kredit sektor perdagangan berdasarkan
lokasi proyek tercatat sebesar 37,63% (y-o-y), lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai
44,7% (y-o-y).
Grafik 1.8. Pertumbuhan Kredit Sektor Perdagangan Berdasarkan Lokasi Proyek
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
7.00%
8.00%
9.00%
Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun
Jul
Aug
Sep
2007 2008
0.00%5.00%
10.00%15.00%
20.00%25.00%
30.00%35.00%
40.00%45.00%
50.00%
y-o-y y-o-y
g. PDRB Sektor Perdagangan (y- o- y)g. Kredit Perdagangan (y- o- y)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum Bank Indonesia, diolah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
17
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
18
2.1.5. Sektor Ekonomi Non-Dominan
Sejalan dengan perkembangan sektor ekonomi dominan yang
melambat, perkembangan sebagian besar sektor ekonomi lainnya di
triwulan III-2008 juga mengalami perlambatan antara lain sektor
bangunan, sektor keuangan dan sektor jasa-jasa. Sementara itu
sektor pengangkutan dan komunikasi, serta sektor listrik, gas dan air
bersih tumbuh sedikit lebih tinggi.
Di sektor keuangan, laju pertumbuhan triwulan III-
2008 mencapai 1,52% (y-o-y), lebih lambat dibandingkan
triwulan sebelumnya yang mencapai 7,69% (y-o-y).
Melambatnya pertumbuhan di sektor ini terutama dipengaruhi
turunnya pertumbuhan subsektor bank sebesar 3,56% (y-o-y)
dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2008 yang mencapai 6,77%
(y-o-y). Penurunan nilai tambah sektor perbankan terutama
dipengaruhi oleh kenaikan biaya dana seiring kenaikan BI-rate yang
mencapai 75 basis poin dari 8,5% di bulan Juni 2008 menjadi 9,25%
di bulan September 2008. Di sisi lain, untuk menjaga likuiditas akibat
ekspansi kredit yang cukup pesat, bank berusaha menjaga kenaikan
suku bunga kredit pada tingkat yang minimal, sehingga margin
pendapatan bank mengalami penurunan.
Grafik 1.9. Perkembangan Penyaluran Kredit Perbankan Kalimantan Selatan
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
T1.200
6
T2.200
6
T3.200
6
T4.200
6
T1.200
7
T2.200
7
T3.200
7
T4.200
7
T1.200
8
T2.200
8
T3.200
8
Milia
r Rp
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
Nominal Kredit (aksis kiri)Growth (aksis kanan)
Sumber : Bank Indonesia Banjarmasin
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Masih kencangnya ekspansi kredit perbankan di triwulan
laporan ditunjukkan oleh laju ekspansi kredit yang mencapai di atas
43% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan II-
2008 yang kurang dari 40% (y-o-y). Relatif tingginya ekspansi kredit
perbankan dipengaruhi oleh masih tingginya pengeluaran
masyarakat untuk kebutuhan di bulan puasa dan perayaan hari raya
keagamaan.
Perlambatan pertumbuhan juga terjadi di sektor jasa-
jasa yaitu dengan laju pertumbuhan mencapai 5,35% (y-o-y),
lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang
mencapai 8,24% (y-o-y). Masih belum optimalnya realisasi
belanja Pemerintah Daerah di triwulan laporan menjadi penyebab
lemahnya pertumbuhan di sektor ini. Dengan perkembangan ini,
realisasi belanja Pemerintah Daerah diperkirakan akan dipacu pada
akhir tahun 2008.
Perkembangan sektor bangunan pada triwulan III-
2008 juga menunjukkan perlambatan pertumbuhan yaitu dari
2,99% (y-o-y) di triwulan II-2008 menjadi 1,06% (y-o-y).
Melambatnya pertumbuhan sektor ini dipengaruhi oleh penurunan
daya beli masyarakat pasca kenaikan harga BBM serta kenaikan
tingkat suku bunga kredit properti. Melambatnya pertumbuhan
sektor ini diindikasikan oleh berkurangnya jumlah pembangunan
rumah dalam triwulan laporan.
Berdasarkan hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR)
Bank Indonesia Banjarmasin, jumlah rumah yang dibangun pada
triwulan laporan diperkirakan mencapai 4.047 unit atau mengalami
penurunan 21,7% dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai
5.166 unit. Seiring dengan hal itu, tingkat penjualan rumah juga
mengalami penurunan 10,23% yaitu dari 2.502 unit pada triwulan II-
2008 menjadi 2.246 unit. Perkembangan krisis finansial global yang
mengindikasikan perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia,
kenaikan suku bunga kredit, serta perubahan harga jual rumah
akibat kenaikan BBM dan depresiasi nilai tukar merupakan sejumlah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
19
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
20
faktor yang mempengaruhi konsumen untuk menunda pembelian
properti.
Grafik 1.10. Perkembangan Penjualan Rumah di Kalimantan Selatan
Meskipun perkembangan ekonomi mengalami perlambatan,
kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi mencatat
pertumbuhan yang lebih baik yaitu dari 6,71% (y-o-y) pada
triwulan II-2008 menjadi 6,87% (y-o-y). Peningkatan kinerja
sektor ini didorong oleh faktor musiman perayaan Hari Raya Idul Fitri
yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk pulang ke kampung
halaman maupun melakukan percakapan melalui sarana telepon
untuk bersilaturahmi dengan anggota keluarga dan teman.
3. SISI PERMINTAAN
Dari sisi permintaan, peningkatan laju pertumbuhan
ekonomi Kalimantan Selatan di triwulan laporan dipengaruhi
aktivitas konsumsi masyarakat yang masih mencatat
pertumbuhan yang cukup kuat. Hal ini seiring peningkatan
pengeluaran untuk tahun ajaran baru sekolah serta berbagai
kebutuhan menjelang hari raya Idul Fitri.
Peningkatan pertumbuhan komponen konsumsi ini tidak diikuti
oleh komponen lainnya seperti konsumsi pemerintah, kegiatan
0.0
500.0
1,000.0
1,500.0
2,000.0
2,500.0
3,000.0
3,500.0
T1.200
6
T2.200
6
T3.200
6
T4.200
6
T1.200
7
T2.200
7
T3.200
7
T4.200
7
T1.200
8
T2.200
8
T3.200
8-20.00%0.00%20.00%40.00%60.00%80.00%100.00%120.00%140.00%
Penjualan RumahPertumbuhan y-o-y (%)
Sumber : SHPR BI Banjarmasin Trw III-2008
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
ekspor serta kegiatan investasi swasta yang justru mengalami
perlambatan. Melambatnya berbagai komponen dari sisi permintaan
ini dipengaruhi oleh perkembangan krisis finansial global yang
menimbulkan kondisi ketidakpastian.
Tabel 1.2 Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan (y-o-y)
Sisi Permintaan Atas Dasar Harga Konstan Triwulan II-2008 dan III-2008
Pertumbuhan Kontribusi
Trw 2-2008*
Trw 3-2008**
Trw 2-2008
Trw 3-2008
Konsumsi Rumah Tangga 6.85% 8.27% 2.73% 3.35% Konsumsi Pemerintah 7.42% 1.78% 0.85% 0.22% Investasi (PMTB) 6.19% 2.60% 0.54% 0.24% Ekspor 4.54% 4.35% 2.34% 2.32% Impor 3.89% 4.37% -0.77% -0.92% Total 6.22% 7.90% 6.22% 7.90%
Sumber: BPS Provinsi Kalsel, diolah. *) Angka sementara **) Angka sangat sementara
3.1. Konsumsi
Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan dari sisi permintaan
terutama ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang memiliki
pangsa 55%. Pada triwulan III-2008, konsumsi rumah tangga
masih menunjukkan pertumbuhan yang cukup kuat mencapai
8,27% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh 6,85% (y-o-y). Adanya kenaikan
konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh adanya peningkatan
pengeluaran untuk tahun ajaran baru sekolah, bulan puasa dan
aktivitas rutin masyarakat terkait dengan perayaan hari raya Idul
Fitri. Tekanan permintaan konsumsi ini juga didukung oleh masih
tingginya pembiayaan dari perbankan.
Peningkatan konsumsi masyarakat dikonfirmasi oleh hasil
Survei Konsumen Bank Indonesia yang menunjukkan adanya
kenaikan indeks keyakinan konsumen (IKK), indeks ekonomi saat ini
(IKE) dan indeks ekspektasi konsumen (IEK) terhadap ekonomi 6
bulan mendatang.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
21
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
22
Grafik 1.11. Indeks Keyakinan
Konsumen– Survei Konsumen Bank Indonesia
0 %1 %2 %3 %4 %5 %6 %7 %8 %9 %
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agu
stS
ep Okt
Nop
Des Ja
nFe
bM
arA
prM
eiJu
nJu
lA
gust
Sep
2 0 0 7 2 0 0 8
(y-o-y)
-2 04 06 08 01 0 01 2 01 4 01 6 0
Inde k s
g .K o n s u m s i R T (a ks is k iri )IK K
Grafik 1.12. Indeks Kondisi Saat Ini
– Survei Konsumen Bank Indonesia
0 %1 %2 %3 %4 %5 %6 %7 %8 %9 %
Feb
Mar Ap
rM
eiJu
nJu
lAg
ust
Sep
Okt
Nop
Des Ja
nFe
bM
ar Apr
Mei
Jun
Jul
Agus
tSe
p
2 0 0 7 2 0 0 8
(y-o-y)
-2 04 06 08 01 0 01 2 01 4 01 6 0
Inde k s
g .K o n s u m s i R T (a ks is k iri)IK E
Grafik 1.13. Indeks Ekspektasi Konsumen – Survei Konsumen Bank Indonesia
0 %1 %2 %3 %4 %5 %6 %7 %8 %9 %
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agu
stS
ep Okt
Nop
Des Ja
nFe
bM
arA
prM
eiJu
nJu
lA
gust
Sep
2 0 0 7 2 0 0 8
(y-o-y)
-2 04 06 08 01 0 01 2 01 4 01 6 0
Inde k s
g .K o n s u m s i R T (a ks is k ir i)IE K
Kenaikan keyakinan konsumen pada triwulan laporan
juga sejalan dengan penjualan kendaraan bermotor di
Kalimantan Selatan yang masih cukup tinggi. Hal ini tercermin
dari pendaftaran mobil dan motor baru yang tercatat di Dinas
Pendapatan Daerah (Dispenda) Kalimantan Selatan. Untuk jenis
kendaraan motor, total pendaftaran motor baru di triwulan III-2008
mencapai 44.109 buah atau mengalami kenaikan sebesar 55,2% (y-
o-y). Sedangkan untuk pendaftaran mobil baru di triwulan laporan
mencapai 2.476 buah dengan laju pertumbuhan mencapai 76,6% (y-
o-y).
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.14. Pendaftaran Kendaraan Bermotor Baru di Kalimantan Selatan
0
2 ,0 0 0
4 ,0 0 0
6 ,0 0 0
8 ,0 0 0
1 0 ,0 0 0
1 2 ,0 0 0
1 4 ,0 0 0
1 6 ,0 0 0
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
2 0 0 7 2 0 0 8
0
1 0 0
2 0 0
3 0 0
4 0 0
5 0 0
6 0 0
7 0 0
8 0 0
9 0 0
R o d a 2 (a ks is k iri)R o d a 4 (a ks is ka n a n )
Sumber : Dispenda Provinsi Kalimantan Selatan
Meningkatnya kegiatan konsumsi masyarakat juga ditopang
oleh dukungan pembiayaan dari sektor perbankan. Laju
pertumbuhan kredit konsumsi oleh perbankan Kalimantan Selatan di
triwulan III-2008 mencapai 47,2% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 43,5% (y-o-y).
Grafik 1.15. Perkembangan Kredit Konsumsi Perbankan Kalimantan Selatan
0500
1,0001,5002,0002 ,5003 ,0003 ,5004 ,0004 ,500
T 1 .2006
T 2.2006
T 3 .2006
T 4.2006
T 1.2007
T 2 .2007
T 3.2007
T 4 .2007
T 1.2008
T 2 .2008
T 3.2008
Mili
ar R
p
0%5%10%15%20%25%30%35%40%45%50%
Kred it Kons ums iGrow th (y -o-y )
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum, diolah
Di sisi lain, pengeluaran pemerintah daerah di triwulan
laporan hanya mampu mencatat pertumbuhan sebesar 1,78%
(y-o-y), jauh di bawah laju pertumbuhan di triwulan
sebelumnya yang mencapai 7,42% (y-o-y). Melambatnya
pertumbuhan konsumsi pemerintah daerah dipengaruhi oleh belum
optimalnya pelaksanaan proyek-proyek pemerintah daerah karena
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
23
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
24
permasalahan teknis dalam proses tender. Diperkirakan, peningkatan
realisasi belanja pemerintah daerah terutama pada proyek-proyek
infrastruktur akan terjadi di triwulan IV-2008.
3.2. Kegiatan Ekspor Impor
Perkembangan ekspor Kalimantan Selatan di triwulan
III-2008 diperkirakan tumbuh sebesar 4,35% (y-o-y), lebih
lambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang
tumbuh 4,54%(y-o-y). Melambatnya kegiatan ekspor di triwulan
laporan terutama dipengaruhi oleh melambatnya aktivitas
perdagangan luar negeri Kalimantan Selatan. Perlambatan ini
terindikasi dari penurunan volume ekspor triwulan III-2008 sebesar
1,59% (y-o-y), menurun dibandingkan pertumbuhan volume ekspor
triwulan sebelumnya sebesar 12,72% (y-o-y).
Grafik 1.16. Perkembangan Volume Ekspor Kalimantan Selatan
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III
2007 2008
Juta Kg
-60%-40%
-20%0%
20%40%60%80%100%
(y-o-y)
Vol. Eksporg. Vol. Ekspor
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
Turunnya volume ekspor Kalimantan Selatan hampir terjadi
pada komoditas-komoditas utama ekspor antara lain bijih besi (turun
33,9%), batubara (turun 0,2%), produk olahan kayu (tumbuh
melambat 13,5%), Hanya komoditas crude palm oil (CPO) dan
komoditas karet yang masih menunjukkan pertumbuhan yang lebih
baik masing-masing sebesar 95,43% dan 9,31% (y-o-y).
Melambatnya volume ekspor Kalimantan Selatan, dari sisi eksternal
dipengaruhi oleh melambatnya permintaan dunia seiring turunnya
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
prospek pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat dan dunia. Dari
sisi internal, aktivitas beberapa perusahaan cenderung mengalami
penurunan karena pengurangan jam kerja pada saat bulan puasa
serta adanya libur panjang hari raya Idul Fitri.
Dari sisi nominal, nilai ekspor Kalimantan Selatan di triwulan
laporan masih menunjukkan perkembangan yang lebih baik dengan
laju pertumbuhan sebesar 63,81% (y-o-y). Kenaikan ini masih
ditopang oleh perkembangan tingkat harga komoditas dunia yang
masih cukup baik terutama pada komoditas karet dan batu bara,
meskipun terdapat kecenderungan penurunan harga pada bulan
terakhir triwulan laporan. Batu bara masih menjadi komoditas
andalan dengan kontribusi sebesar US$928,2 juta atau tumbuh 66%
(y-o-y), diikuti oleh komoditas karet yang memberikan kontribusi
sebesar US$96,3 juta atau mengalami peningkatan 61,42% (y-o-y).
Grafik 1.17. Perkembangan Nilai Ekspor Kalimantan Selatan
0
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III
2007 2008
Juta US$
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
(y-o-y)
Nilai Ekspor g. Nilai Ekspor
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah.
Ditinjau dari negara tujuan ekspornya, pangsa ekspor terbesar
Kalimantan Selatan dari Januari – September 2008 adalah Jepang
dengan pangsa mencapai 22,7% dengan nilai mencapai US$696,6
juta, diikuti dengan negara-negara ASEAN dengan pangsa ekspor
mencapai 17,2% (US$527,7 juta).
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
25
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
26
Grafik 1.18. Negara Tujuan Ekspor Kalimantan Selatan
JEPANG22.68%
ASEAN17.18%
EROPA11.
11.63%98%
INDIA
CHINA9.36%
TAIWAN7.11%
AMERIKA SERIKAT3.52%
KOREA SELATAN6.79%
LAINNYA4.72%
HONGKONG5.04%
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah.
daraan
dan al berat dalam mendukung aktivitas pertambangan.
Grafik 1.19. Perkembangan Nilai Impor Non Migas
Kalimantan Selatan
Dari sisi impor, pertumbuhan di triwulan laporan
diperkirakan mengalami kenaikan sebesar 4,37% (y-o-y),
lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang
mencapai 3,89% (y-o-y). Nilai impor Kalimantan Selatan di
triwulan III-2008 mencapai US$145,4 juta. Dari sisi jenis barangnya,
impor Kalimantan Selatan masih didominasi oleh impor ken
at
0
1020
30
4050
60
7080
90
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2007 2008
Juta US$
-200%
0%
200%
400%
600%
800%
1000%
(y-o-y)
NILAI IMPOR
g. Impor
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah.
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
27
3.3. I
aan semen di triwulan III-2008
tercatat se
Grafik 1.20. P daan Semen Kalimantan Selatan
nvestasi
Sejalan dengan perkembangan krisis finansial global,
kegiatan investasi yang diindikasikan dengan indikator
pembentukan modal tetap bruto (PMTB) mengalami
perlambatan pertumbuhan. Laju pertumbuhan PMTB di
triwulan laporan tercatat sebesar 2,60% (y-o-y), lebih lambat
dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang
mencapai 6,19% (y-o-y). Melambatnya kegiatan investasi di
triwulan laporan juga terindikasi dari indikator pengadaan semen di
Kalimantan Selatan yang mengalami penurunan sebesar 4,58% (y-o-
y) dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai
51,50% (y-o-y). Total pengad
besar 137,9 ribu ton.
erkembangan Penga
-20%-10%0%10%20%30%40%50%60%70%
020406080
100120140160180
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3
2005 2006 2007 2008
(y-o-y)Ribu Ton
Supply Semeng. Supply Semen
Masih belum optimalnya aktivitas investasi di Kalimantan
Selatan terutama yang berasal dari pihak swasta dipengaruhi oleh
iklim investasi yang masih belum mendukung antara lain masalah
kepastian hukum seperti tumpang tindih lahan dan pemberian izin
kuasa pertambangan yang bermasalah. Selain itu adanya
keterbatasan infrastruktur seperti pasokan listrik dan kualitas akses
jalan yang rendah, masih akan menjadi permasalahan investasi di
Kalimantan Selatan dalam dua tahun mendatang. Selain
permasalahan dari sisi regional, perkembangan krisis finansial global
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia (ASI)
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
28
nya likuiditas di sektor keuangan
serta t
an fasilitas pengangkutan
serta p
Grafik 1.2 vestasi Perbankan Berdasarkan Lokasi Proyek
diperkirakan turut mempengaruhi penundaan aktivitas investasi di
Kalimantan Selatan seiring terbatas
urunnya permintaan dunia.
Namun demikian, beberapa indikator investasi seperti
penyaluran kredit investasi dan impor barang modal masih
menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi. Hal ini terlihat
dari laju pertumbuhan kredit perbankan berdasarkan lokasi proyek di
triwulan III-2008 (posisi Agustus 2008) yang mencapai 74,9% (y-o-
y), jauh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang
mencapai 55% (y-o-y). Masih kencangnya ekspansi kredit investasi
oleh perbankan di triwulan laporan diperkirakan untuk mendukung
kegiatan di sektor pertambangan batu bara. Hal ini sejalan dengan
rencana beberapa perusahaan tambang untuk meningkatkan target
produksi batu bara melalui pembangun
embangunan pembangkit listrik.
1. Perkembangan Penyaluran Kredit In
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
12.00%
Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun
Jul
Aug
Sep
2007 2008
0.00%10.00%
20.00%30.00%
40.00%50.00%
60.00%70.00%
80.00%90.00%
100.00%
y-o-y y-o-y
g. PDRB PMTB (aksis kiri)g. Kredit Investasi (aksis kanan)
ingkan nilai ekspor di
triwulan II-20
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) BI Banjarmasin
Adanya dukungan perbankan untuk kegiatan investasi juga
sejalan dengan kenaikan impor barang modal Kalimantan Selatan
dimana laju pertumbuhan di triwulan laporan mencatat kenaikan
yang cukup signifikan di atas level 100% (y-o-y). Secara nominal,
nilai impor barang modal pada periode ini mencapai US$25,3 juta
atau meningkat lebih dari dua kali lipat diband
08 yang mencapai US$7,27 juta.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
28
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.22 arang Modal
Kalimantan Selatan
. Perkembangan Impor B
0.0
2.0
4.0
6.0
8.0
10.0
12.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2006 2007 2008
Juta US$
-2000%
0%
2000%
4000%
6000%
8000%
10000%
12000%(y-o-y)
Impor Capital Goodsg. Impor Cap.Good
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah.
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
PERKEMBANGAN INFLASI 2
1. KONDISI UMUM
Secara umum tekanan inflasi di Kalimantan Selatan pada triwulan III-
2008 cenderung melemah. Inflasi tahunan Kalimantan Selatan yang tercermin
dari perubahan Indeks harga Konsumen (IHK) Kota Banjarmasin pada akhir
triwulan laporan mencapai 11,25 (y-o-y), sedikit menurun dibandingkan
triwulan II-2008 yang tercatat sebesar 11,82% (y-o-y). Angka inflasi tersebut
lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang mencapai 12,14% (y-o-y).
Tekanan inflasi pada periode laporan berasal dari sisi permintaan,
seiring dengan meningkatnya permintaan masyarakat pada bulan Ramadhan
dan menjelang hari raya Idul Fitri. Sementara itu menurunnya laju inflasi di
Kota Banjarmasin didorong oleh sisi penawaran, yaitu dengan kondisi
pasokan barang yang mencukupi.
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Kalimantan Selatan
0.11 0.75
8.05
1.53-0.77
1.16 0.51 -0.361.99 2.42 1.62
0.23 -0.17 0.031.23 2.05
-0.161.53 0.49 1.24
-0.28 0.18 0.40 0.271.91
0.76 0.46 1.152.89
0.37 0.82 -0.18 0.592.48 1.37
-0.131.22
7.19 7.63 6.56 7.36
14.49 15.1212.93 13.55 13.42
15.8018.37
20.17 19.12 18.03 17.18
9.78 10.35 11.03 11.44 11.41 10.68
5.93 6.11 6.588.58 8.07
6.387.78
9.22 9.09 8.64 8.75 9.20
11.82 12.54 11.71 11.25
1.110.76 -0.56
13.2015.54
8.25
-5.0
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
Jun Jul
Agt
Sept
Okt
Nop Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Agu
st
Sep
Okt
Nop Des Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun Jul
Aug Sep
Oct
Nov
Dec Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun Jul
Aug Sep
2005 2006 2007 2008
Inflasi (%)
Inflasi mtm Inflasi yoy
Tekanan inflasi yang melemah terjadi pada hampir semua kelompok
barang dan jasa, kecuali kelompok kesehatan dan kelompok transportasi,
komunikasi, dan jasa keuangan. Kelompok yang mengalami inflasi tahunan
terbesar pada periode laporan adalah kelompok bahan makanan yang
mencatat laju inflasi 16,47%, diikuti oleh kelompok perumahan, air, listrik,
gas dan bahan bakar (14,76%), kelompok transpor, komunikasi dan jasa
keuangan (10,03%), kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
29
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
(8,26%), kelompok kesehatan (6,65%), kelompok pendidikan, rekreasi dan
olahraga (4,93%), dan kelompok sandang (4,04%).
Secara keseluruhan laju inflasi Kalimantan Selatan sampai dengan
September 2008 telah mencapai sebesar 9,59% (y-t-d). Angka inflasi ini jauh
lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2007 yang mencapai
5,27%. Laju inflasi yang cukup tinggi selama tahun 2008 terutama
disebabkan oleh naiknya inflasi pada kelompok perumahan, kelompok bahan
makanan, dan kelompok transportasi, dengan inflasi masing-masing mencapai
14,12%, 11,01%, dan 10,36% (y-t-d).
Grafik 2.2 Inflasi Tahun 2008 (y-t-d)
2.89 3.274.11 3.93
4.54
7.20
8.41 8.27
9.59
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
Jan Feb M ar Apr M ei Jun Jul Agust Sep
Sumber : BPS, dio lah
Inflasi (%)
2006 2007 2008
Grafik 2.3 Inflasi Tahun 2008 (y-t-d)Menurut Kelompok
11.01 6.51 14.12 5.15 4.745.45 10.35 9.590.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
Inflasi y-t-dSumber : BPS
Inflasi (%)
Bahan M akanan M akanan jadiPerumahan SandangKesehatan PendidikanTranspor Umum
2. INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK
2.1 Inflasi Bulanan
Inflasi bulanan selama triwulan III-2008 menunjukkan pola yang
searah dengan perkembangan inflasi nasional dan mengalami pergerakan
yang relatif berfluktuatif. Inflasi bulanan yang cukup tinggi pada bulan Juli dan
September, sementara pada bulan Agustus terjadi deflasi. Inflasi bulanan
tertinggi selama periode laporan terjadi pada bulan Juli 2008, yaitu mencapai
1,22%, terutama disebabkan oleh kenaikan harga pada kelompok pendidikan,
rekreasi dan olahraga, kelompok kesehatan, dan kelompok bahan makanan.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
30
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Tabel 1. Inflasi IHK Bulanan (m-t-m) Kalimantan Selatan
2008 Kelompok
Juli Agustus September
Bahan makanan 1.88 -0.90 2.71
Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0.85 0.51 0.07
Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0.42 0.20 0.67
Sandang 0.84 -2.02 0.98
Kesehatan 2.32 -0.06 0.00
Pendidikan, rekreasi dan olahraga 3.42 1.16 0.00
Transpor, komunikasi dan jasa keuangan 0.54 0.07 2.09
UMUM 1.12 -0.13 1.22 Sumber : BPS
Inflasi Bulan Juli 2008
Selama triwulan III-2008, indeks harga barang dan jasa yang tertinggi
terjadi pada bulan Juli 2008, dengan inflasi tercatat sebesar 1,22%. Inflasi
yang terjadi pada bulan ini terutama
disebabkan oleh kenaikan indeks
harga pada kelompok pendidikan,
rekreasi, dan olahraga (3,42%);
kelompok kesehatan (2,32%); dan
kelompok bahan makanan (1,88%)
sementara kelompok barang dan jasa
lainnya mengalami inflasi yang relatif
rendah, dengan angka inflasi dibawah
1%. Tingginya inflasi pada kelompok pendidikan terutama disebabkan
meningkatnya pengeluaran masyarakat untuk biaya pendidikan, seiring
dengan dimulainya tahun ajaran
baru sekolah. Sementara itu,
kenaikan indeks harga yang cukup
tinggi pada kelompok kesehatan
disebabkan oleh meningkatnya biaya
untuk jasa perawatan jasmani. Pada
kelompok bahan makanan, harga
pakan ternak yang terus mengalami
kenaikan menyebabkan inflasi yang
cukup tinggi pada subkelompok
Grafik 2.4 Inflasi Bulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga
Inflasi Bulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga (mtm)
-4.0-2.00.02.04.06.08.0
10.012.0
Jun Jul
Agu
stSe
pO
ktN
op Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Agu
stSe
pO
ktN
op Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Aug Sep
Oct
Nov
Dec Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun Jul
Aug Sep
2005 2006 2007 2008
Inflasi (%)
Inflasi m-t-m
Grafik 2.5 Inflasi Bulanan kelompok Kesehatan
Grafik 2.18 Pergerakan Inflasi Kelompok Kesehatan secara Bulanan (mtm)
-1.0
-0.5
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
Jun Jul
Agu
stSe
pO
ktN
op Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Agu
stSe
pO
ktN
op Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Aug Sep
Oct
Nov
Dec Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun Jul
Aug Sep
2005 2006 2007 2008
Inflasi (%)
Inflasi m-t-m
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
31
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
daging dan hasil-hasilnya, yaitu mencapai 6,46%. Secara umum, komoditas
utama penyumbang inflasi pada bulan ini adalah daging ayam ras (0,14%),
ikan gabus (0,08%), tarif sewa motor (0,07%), biaya pendidikan taman
kanak-kanak (0,06%), dan emas perhiasan (0,058%).
Inflasi Bulan Agustus 2008
Setelah mengalami inflasi yang cukup tinggi pada bulan Juli 2008,
pergerakan indeks harga pada bulan Agustus 2008 cenderung menurun
hingga mengalami deflasi sebesar -0,13%. Menurunnya tekanan inflasi
terutama dipengaruhi menurunnya indeks harga kelompok sandang (-2,02%),
kelompok bahan makanan (-0,90) dan kelompok kesehatan (-0,06%). Deflasi
yang cukup tajam pada kelompok sandang terutama disebabkan penurunan
indeks harga komoditas emas perhiasan yang cukup signifikan, seiring dengan
menurunnya harga minyak dunia dan menguatnya nilai tukar Dolar.
Sementara itu, deflasi yang terjadi pada kelompok bahan makanan
terutama disebabkan oleh turunnya harga pada beberapa komoditas bahan
makanan pokok seperti daging ayam ras, beras, bawang merah, dan ikan
gabus. Hal ini disebabkan karena faktor permintaan masyarakat yang
cenderung menurun sementara ketersediaan stok pangan yang mencukupi.
Grafik 2.6 Inflasi Bulanan Kelompok Sandang
Inflasi Bulanan Kelompok Sandang (mtm)
-3.0-2.0-1.00.01.02.03.04.05.0
Jun Jul
Agu
stSe
pO
ktN
op Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Agu
stSe
pO
ktN
op Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Aug Sep
Oct
Nov
Dec Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun Jul
Aug Sep
Inflasi (%)
Inflasi m-t-m
Grafik 2.7 Perkembangan Harga Emas Perhiasan di Banjarmasin
220,000
230,000
240,000
250,000
260,000
270,000
280,000
290,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9
2008
Sumber : SPH BI B jm
Rp
Harga emas perhiasan/gram
Inflasi Bulan September 2008
Setelah mengalami deflasi yang cukup dalam pada bulan Agustus 2008,
laju inflasi bulanan pada September 2008 mengalami kenaikan yang cukup
tinggi, yaitu mencapai 1,22%. Inflasi yang terjadi pada bulan ini terutama
disebabkan oleh kenaikan indeks harga pada kelompok bahan makanan
(2,71%) dan kelompok transpor, komunikas dan jasa keuangan (2,09%).
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
32
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Faktor pendorong kenaikan inflasi pada bulan ini terutama berasal dari
meningkatnya tekanan di sisi permintaan, terkait dengan adanya bulan
Ramadhan. Inflasi yang relatif tinggi pada kelompok bahan makanan terutama
didorong oleh kenaikan harga pada subkelompok ikan segar, akibat
kurangnya pasokan ikan dari nelayan. Sementara inflasi pada kelompok
transpor disumbang oleh angkutan udara, seiring dengan tingginya
permintaan masyarakat terhadap tiket pesawat menjelang hari raya Idul Fitri.
Secara umum, komoditi penyumbang inflasi pada bulan ini adalah angkutan
udara (0,36%), bahan bakar rumah tangga (0,15%), nila (0,14%), daging
ayam ras (0,11%), dan ikan gabus (0,08%).
Grafik 2.9 Inflasi Bulanan Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan
Inflasi Bulanan Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan (mtm)
-5.0
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0Ju
n Jul
Agu
stSe
pO
ktN
op Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Agu
stSe
pO
ktN
op Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Aug Sep
Oct
Nov
Dec Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun Jul
Aug Sep
2005 2006 2007 2008
Inflasi (%)
Inflasi m-t-m
Grafik 2.8 Inflasi Bulanan Kelompok Bahan Makanan
Inflasi Bulanan Kelompok Bahan Makanan (mtm)
-4.0
-2.0
0.02.0
4.06.0
8.0
10.0
Jun Jul
Agu
stSe
pO
ktN
op Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Agu
stSe
pO
ktN
op Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Aug Sep
Oct
Nov
Dec Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun Jul
Aug Sep
2005 2006 2007 2008
Inflasi (%)
Inflasi m-t-m
2.2 Inflasi Tahunan
Secara tahunan, laju inflasi Kalimantan Selatan (y-o-y) pada triwulan
III-2008 mengalami pergerakan yang cenderung menurun meskipun masih
berada pada level yang cukup tinggi, yaitu sebesar 11,25%. Angka inflasi ini
lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya yang
tercatat sebesar 11,82% dan berada dibawah angka inflasi nasional yang
mencapai 12,14%.
Tabel 2. Inflasi IHK Tahunan (y-o-y) Kalimantan Selatan2007 2008
Kelompok Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III
Bahan makanan 22.48 3.87 12.73 9.12 13.62 17.26 16.47 Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 18.64 14.38 14.24 15.34 7.68 9.07 8.26 Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 7.91 5.03 3.30 3.20 6.46 16.06 14.76 Sandang 5.84 0.03 -0.51 -2.31 6.13 4.91 4.04 Kesehatan 3.33 3.70 4.04 4.91 4.91 5.05 6.65 Pendidikan, rekreasi dan olahraga 6.74 3.58 15.65 15.65 15.40 10.67 4.93 Transpor, komunikasi dan jasa keuangan 0.18 0.41 0.62 1.01 1.19 8.15 10.03
UMUM 13.20 5.93 8.58 7.78 8.64 11.82 11.25 Sumber : BPS
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
33
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Inflasi kelompok bahan makanan yang tinggi disebabkan oleh kenaikan
indeks harga pada subkelompok ikan segar, ikan diawetkan, dan kacang-
kacangan. Sementara itu inflasi pada kelompok perumahan didorong oleh
kenaikan indeks harga pada subkelompok bahan bakar, penerangan, dan air,
khususnya gas elpiji dan minyak tanah sedangkan pada kelompok transpor
didorong oleh tekanan inflasi pada subkelompok transpor. Dalam hal ini,
faktor dampak kenaikan harga BBM dalam perhitungan inflasi secara tahunan
masih dirasakan.
Kenaikan harga elpiji sampai pada tingkat harga yang cukup tinggi
merupakan fenomena yang sering terjadi di wilayah Kalimantan Selatan dan
Tengah. Kenaikan ini tidak saja dipicu oleh permasalahan distribusi semata,
tetapi juga struktur pembentukan harga komoditi, termasuk tata niaganya
(lihat boks).
Grafik 2.10. Inflasi Tahunan Kalimantan Selatan pada Beberapa Kelompok
Pengeluaran
-5.0
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
35.0
Jun Jul
Agu
stSe
pO
ktN
op Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Agu
stSe
pO
ktN
op Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Aug Sep
Oct
Nov
Dec Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun Jul
Aug Sep
2005 2006 2007 2008
Infla si (% )
ke lompok bahan makananke lompok pe rumahanke lompok transpor
Grafik 2.11. Perbandingan Inflasi Tahunan Kalimantan Selatan dan Nasional
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00% (y-o-y)
NasionalBanjarmasin
Nasional 17.11 6.60 6.52 5.77 6.95 6.59 8.17 11.03 12.14
Banjarmasin 12.93 11.03 13.20 5.93 8.58 7.78 8.64 11.82 11.25
2005 2006 Trw 1-2007
Trw 2-2007
Trw 3-2007
Trw 4-2007
Trw 1-2008
Trw 2-2008
Trw 3-2008
Boks 1.
Kenaikan Harga Gas Elpiji di Kalsel
Sejak diumumkannya kenaikan harga gas elipiji tabung 12 kilogram sebesar 23 persen pada tanggal 1 Juli 2008, yaitu dari Rp51.000 menjadi Rp63.000 per tabung, pergerakan harga jual elpiji kepada konsumen kian melambung hingga mencapai kisaran Rp100.000,00. Gejolak harga elpiji yang terjadi di Kalsel antara lain disebabkan oleh masalah distribusi. Dalam hal ini dipengaruhi oleh pasokan yang terbatas dan rantai distribusi yang cukup panjang. Sementara itu biaya angkut distribusi elpiji ditanggung oleh pengusaha, sehingga mengakibatkan perbedaan dan lonjakan harga yang sulit dikendalikan. Kondisi ini berbeda dengan di Jawa, dimana biaya distribusi ditanggung oleh Pertamina, sehingga tidak mengalami fluktuasi harga seperti yang terjadi di Kalsel. Tata niaga elpiji dan BBM langsung ditangani oleh Pertamina, sehingga Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
34
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
Agen/Dealer
Pertamina Balikpapan
Rp4.821,00/kg
Stasiun Pengangkutan dan Pengisian Elpiji Khusus (SPPEK)
Banjarbaru
Rp6.479,59/kg(plus transport dan PPN 10%)
Konsumen
Rp91.500/tabung atauRp84.985,32/tabung*(*Bila langsung membeli sendiri di agen/dealer)
Rp7.082,11/kg atauRp84.985,32/tabung
Kalsel tidak dapat turun tangan dalam mengatasi kelangkaan elpiji di Banjarmasin.
Untuk mengatasi melambungnya harga elpiji yang tidak terkendali, salah satu upaya yang dilakukan oleh Pertamina dan Hiswana Migas adalah membuat surat kesepakatan mengenai Harga Eceran Konsumen (HEK) gas elpiji di Kalsel yang ditandatangi oleh Gubernur Kalsel pada tanggal 4 September 2008, yaitu sebesar Rp91.500 per tabung 12 kilogram. Selain itu, harga jual di tingkat agen atau distributor juga dipatok sebesar Rp85.000 per tabung. HEK tersebut hanya merupakan harga yang diterima konsumen dengan radius 60 kilometer dari Stasiun Pengangkutan dan Pengisian Elpiji Khusus (SPPEK) di Landasan Ulin, Banjarbaru. Diluar dari 60 kilometer, biaya transport akan diatur oleh Disperindag setempat. Apabila agen menjual elpiji diatas HEK yang telah disepakati maka dapat dikenai sanksi pencabutan ijin usaha oleh Disperindag kabupaten/kota sementara dari Pertamina dapat dikenai sanksi pengurangan alokasi.
Skema jalur distribusi resmi elpiji 12 kg sesuai HEK
Upaya lain yang akan dilakukan Pertamina adalan memotong mata rantai jalur distribusi yang selama ini ‘dikuasai’ dealer/agen. Nantinya sebagian penyaluran elpiji 12 kilogram akan dilakukan melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Pada tahap awal, Pertamina direncanakan hanya menetapkan SPBU Pertamina Pasti Pas, yang di Kalselteng jumlahnya 28 SPBU.
Diharapkan, dengan adanya upaya-upaya tersebut konsumen di Banjarmasin dapat memperoleh elpiji tabung 12 kilogram dengan harga yang wajar dan pantas.
( Dirangkum dari berbagai sumber)
35
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
36
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Kinerja perbankan di Provinsi Kalimantan Selatan sampai dengan
akhir triwulan III-2008 secara umum bergerak membaik yang ditunjukkan
oleh berbagai indikator yang mengalami peningkatan pertumbuhan. Laju
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi seiring masih kuatnya permintaan
domestik yang diindikasikan oleh permintaan kredit yang tinggi, serta suku
bunga yang masih kompetitif menjadi faktor pendorong perkembangan
industri perbankan. Selain itu berkah tingginya harga berbagai komoditas
primer di pasar dunia masih dirasakan, meskipun pada akhir triwulan
laporan harga komoditas-komoditas tersebut telah mulai menurun.
Perkembangan di atas telah mendorong meningkatnya Dari laju
pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) maupun kredit. DPK kelompok bank
umum maupun BPR tumbuh cukup pesat, masing-masing 25,5% (y-o-y) dan
32,56% (y-o-y). Kredit yang disalurkan bank-bank umum yang berlokasi di
Kalimantan Selatan juga tumbuh pesat, yakni mencapai 46,59% (y-o-y).
Demikian pula kredit yang dikucurkan BPR juga meningkat 28,17% (y-o-y).
Laju pertumbuhan dana maupun kredit yang cukup tinggi telah
mempertahankan rasio penyaluran kredit terhadap DPK (LDR) kelompok
bank umum pada level yang cukup tinggi, yakni mencapai 77,03%,
meskipun sedikit lebih rendah dibanding akhir triwulan sebelumnya yang
mencapai 78,60%. LDR yang cukup tinggi tersebut juga diikuti dengan
perbaikan kualitas kredit, sehingga rasio kredit bermasalah (non-performing
loans/NPL) gross bank umum menurun dari 5,30% menjadi 4,63%.
1. PERKEMBANGAN BANK UMUM
3
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
37
Kinerja bank-bank umum yang beroperasi di Kalimantan Selatan pada
triwulan laporan menunjukkan peningkatan pada berbagai indikator. Volume
usaha (total aset), DPK maupun kredit yang diberikan mengalami
pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan triwulan sebelumnya. Demikian
pula kualitas kredit mengalami perbaikan yang diindikasikan oleh penurunan
rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL). Sementara itu dari sisi
kelembagaan, dalam triwulan laporan tidak terdapat penambahan jaringan
kantor, sehingga secara keseluruhan jumlah bank umum yang beroperasi
tetap 26 bank.
1.1. Total Aset
Sampai dengan akhir triwulan III-2008 total aset bank umum
Kalimantan Selatan mencapai Rp18,0 triliun, naik 7,59% (q-t-q) dari posisi
akhir triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp16,73 triliun.
Pertumbuhan aset ini sedikit lebih cepat dibandingkan pertumbuhan pada
triwulan II-2008 yang mencapai 7,08% (q-t-q). Kelompok Bank Umum
Swasta (BUS) mencatat laju pertumbuhan total aset yang lebih pesat
dibandingkan triwulan sebelumnya, sedangkan kelompok Bank Umum
Pemerintah (BUP) mengalami perlambatan pertumbuhan. Setelah mencatat
pertumbuhan sebesar 6,94% (q-t-q) pada triwulan II-2008, pada triwulan
laporan aset kelompok BUP hanya tumbuh sebesar 3,14% (q-t-q).
Sementara pertumbuhan aset kelompok BUS melonjak dari 7,41% (q-t-q)
pada triwulan sebelumnya menjadi 18,86% (q-t-q).
Tabel 3.1. Perkembangan Aset Bank Umum Kalimantan Selatan (Miliar Rp)
Kelompok Bank
Tw 2-07 Tw 3-07 Tw 4-07 Tw 1-08 Tw 2-08 Tw 3-08
BU Pemerintah 10.009,94 10.588,73 11.097,04 11.213,30 11.991,87 12.368,02 BU Swasta 3.713,82 3.821,55 4.161,68 4.408,39 4.735,11 5.628,09 Total 13.723,76 14.410,18 15.258,71 15.621,69 16.726,98 17.996,11 Sumber: Bank Indonesia
Dilihat secara tahunan, pertumbuhan aset bank umum Kalimantan
Selatan juga makin melaju di triwulan laporan yang terutama didorong oleh
peningkatan aset BUS. Setelah mencatat pertumbuhan sebesar 21,88% (y-
o-y) pada posisi akhir triwulan II-2008, pada akhir triwulan laporan total
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
38
aset seluruh bank umum meningkat 24,88% (y-o-y). Kelompok BUS secara
tahunan juga mencatat lonjakan pertumbuhan dari 27,50% (y-o-y) menjadi
47,27% (y-o-y), sedangkan pertumbuhan aset kelompok BUP melambat dari
19,80% (y-o-y) menjadi 16,80% (y-o-y).
Pertumbuhan aset bank umum yang cukup pesat pada triwulan
laporan terutama ditopang oleh lonjakan pertumbuhan kredit yang
signifikan, khususnya oleh sejumlah bank umum swasta nasional. Lonjakan
pertumbuhan kredit tersebut meningkatnya intensitas pencapaian target
pertumbuhan kredit tahunan pada sebagian besar bank umum, di samping
adanya realisasi kredit investasi di sektor perdagangan yang cukup besar.
1.2. Intermediasi Perbankan
Selama triwulan III-2008, bank-bank umum nampak berupaya
memenuhi target pertumbuhan DPK dan kredit tahun 2008. Hal ini terlihat
dari pertumbuhan DPK dan penyaluran kredit yang menunjukkan
peningkatan cukup pesat. Lonjakan pertumbuhan DPK tersebut terutama
terjadi pada jenis simpanan tabungan dan deposito yang sensitif terhadap
variabel peningkatan pendapatan masyarakat. Selain itu pada bulan
September 2008 bank-bank umum cenderung menaikkan suku bunga
deposito sejalan dengan meningkatnya intensitas persaingan dalam
menghimpun dana masyarakat.
Tabel 3.2. Beberapa Indikator Kinerja Bank Umum Kalimantan Selatan 2007 2008 Uraian Satuan
Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 DPK Rp miliar 12.315,79 12.839,13 13.366,06 13.868,41 15.455,90
Pertumbuhan (%, y-o-y) 26,96 18,42 20,73 18,71 25,50 (%, q-t-q) 5,42 4,25 4,10 3,76 6,94
Kredit Lokasi Bank Rp miliar 8.122,02 9.246,25 9.603,94 10.900,13 11.906,14 Pertumbuhan (%, y-o-y) 20,97 31,53 35,97 42,17 46,59
(%, q-t-q) 5,94 13,84 3,87 13,50 9,23 Kredit Lokasi Proyek
Rp miliar 9.919,98 11.567,09 11.897,29 13.511,74*) 15.348,47
LDR (Lokasi Bank) (%) 65,95 72,02 71,85 78,60 77,03 LDR (Lokasi
Proyek) (%) 80,55 90,09 89,01 93,49*) 99,30
NPL gross (%) 6,56 4,29 3,97 5,30 4,63 Sumber: Bank Indonesia *) angka revisi
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
39
Searah dengan laju pertumbuhan dana, penyaluran kredit oleh bank
umum juga mencatat peningkatan yang cukup besar. Selain didorong oleh
masih kuatnya permintaan konsumsi masyarakat, penyebab lain yang
diindikasikan menstimulasi peningkatan kredit tersebut adalah meningkatnya
realisasi kredit untuk proyek investasi bernilai cukup besar.
1.2.1. Penghimpunan Dana Masyarakat
DPK yang dihimpun oleh bank umum Kalimantan Selatan
menunjukkan pertumbuhan yang meningkat, baik dilihat secara triwulanan
maupun secara tahunan. Secara triwulanan DPK pada posisi akhir triwulan
III-2008 tumbuh sebesar 6,94% (q-t-q) atau hampir dua kali lipat dibanding
triwulan II-2008 yang mencatat pertumbuhan 3,76% (q-t-q). Sementara itu
secara tahunan DPK tumbuh sebesar 20,50% (y-o-y), meningkat
dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 18,71% (y-o-y).
Peningkatan laju pertumbuhan DPK pada triwulan laporan terutama
terjadi pada jenis simpanan deposito dan tabungan. Deposito mencatat
pertumbuhan 17,99% (q-t-q) selama triwulan laporan, lebih tinggi dari
pertumbuhan tahunan yang mencapai 19,55% (y-o-y). Sementara tabungan
mencatat pertumbuhan sebesar 6,05% (q-t-q) dalam triwulan laporan atau
secara tahunan meningkat sebesar 41,21% (y-o-y). Sedangkan giro hanya
tumbuh sebesar 1,38% (q-t-q) atau 10,46% (y-o-y).
Peningkatan laju pertumbuhan deposito dan tabungan tersebut terkait
dengan masih dirasakannya berkah kenaikan harga berbagai komoditas
0 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000
Tw4-06 Tw1-07 Tw2-07 Tw3-07 Tw4-07 Tw1-08 Tw2-08 Tw3-08
Grafik 3.2. Perkembangan DPK Kalimantan Selatan Menurut Jenis Simpanan
Giro Tabungan Deposito
Miliar Rp
0%
10%
20%
30%
40%
0 2,000 4,000 6,000 8,000
10,000 12,000 14,000 16,000 18,000
Tw4-06 Tw1-07 Tw2-07 Tw3-07 Tw4-07 Tw1-08 Tw2-08 Tw3-08
Grafik 3.1. Perkembangan DPK Kalimantan Selatan
DPK growth (y-o-y) growth (q-t-q)
Miliar Rp
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
40
primer andalan Kalimantan Selatan, khususnya batu bara, kelapa sawit dan
karet yang berdampak pada peningkatan pendapatan petani dan pelaku
usaha di bidang pertambangan. Meskipun pada akhir triwulan III-2008
(bulan September) telah ada indikasi penurunan harga komoditas-komoditas
tersebut, namun portofolio simpanan masyarakat pada bank umum masih
meningkat. Selain itu pada bulan September 2008 juga terlihat indikasi
meningkatnya persaingan bank umum dalam penghimpunan dana yang
tercermin dari penawaran suku bunga yang menarik minat masyarakat
untuk menyimpan dana dalam bentuk deposito. Di samping peningkatan BI-
rate yang turut mendorong meningkatnya suku bunga deposito.
Dalam pada itu, tidak berbeda dengan triwulan sebelumnya,
peningkatan tabungan tidak terlepas dari daya tarik produk tabungan yang
semakin memberikan kemudahan bagi nasabah dalam bertransaksi melalui
pengembangan fasilitas-fasilitas, seperti SMS banking, internet banking,
transfer antarbank via ATM, pembayaran berbagai macam tagihan,
disamping semakin banyaknya ATM dan daya tarik hadiah-hadiah undian.
Berdasarkan jenis simpanan, tabungan masih mendominasi
portofolio DPK yang dihimpun bank umum di Kalimantan Selatan dengan
nilai mencapai Rp7,58 triliun dan pangsa sebesar 49,05% pada akhir
triwulan III-2008. Pangsa kedua terbesar adalah simpanan jenis giro yang
mencapai Rp4,54 triliun dengan kontribusi sebesar 29,37% dan terkecil
deposito sebesar Rp3,34 triliun, dengan pangsa 21,59%. Meskipun paling
kecil, pangsa deposito terlihat mulai perlahan menggeser dominasi giro.
Pada triwulan sebelumnya, giro dan deposito masing-masing meraih pangsa
30,98% dan 19,56%.
Sementara ditinjau dari kelompok bank, secara triwulanan DPK
kelompok BUS mengalami pertumbuhan lebih tinggi yakni mencapai 10,65%
(q-t-q), sedangkan kelompok BUP tumbuh sebesar 5,51% (q-t-q). Laju
pertumbuhan DPK kelompok bank umum swasta yang lebih tinggi dalam
triwulan laporan dipengaruhi oleh semakin intensifnya kegiatan operasional
penghimpunan dana dari beberapa bank umum yang baru membuka cabang
pada triwulan-triwulan sebelumnya.
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
41
Berdasarkan golongan pemilik, sebagian besar DPK bank umum
Kalimantan Selatan pada triwulan laporan dihimpun dari nasabah
perorangan, yakni mencapai Rp10,53 triliun (68,10%). DPK pada kelompok
dominan ini mengalami kenaikan sebesar 9,39% (q-t-q). Pemilik DPK yang
cukup dominan lainnya adalah pemerintah daerah yang meraup pangsa
sebesar 18,53%. Pangsa kelompok ini meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mencapai 18,28%. DPK milik pemerintah daerah tersebut
pada triwulan laporan meningkat sebesar 8,40% (q-t-q) dari triwulan II-
2008 sebesar Rp2,64 triliun menjadi Rp2,86 triliun. Sementara itu
kepemilikan sektor swasta, yang terdiri dari perusahaan, lembaga, yayasan
dan koperasi dalam periode laporan tercatat sebesar 10,42%, turun
dibandingkan triwulan II-2008 yang mencapai 11,36%.
Tabel 3.3. Pangsa Kepemilikan Dana Pada Bank Umum Kalimantan Selatan
Nominal (Rp juta) Pangsa Golongan Pemilik Dana Tw2-08 Tw3-08 Tw2-08 Tw3-08
Pemerintah Pusat 205,534 159,152 1.42% 1.03% Pemerintah Daerah 2,641,406 2,863,260 18.28% 18.53% Badan/Lembaga Pemerintah
20,126 24,160 0.14% 0.16%
BUMN 266,559 230,995 1.84% 1.49% BUMD 53,519 35,812 0.37% 0.23% Perusahaan/Lembaga Swasta
1,642,271 1,611,096 11.36% 10.42%
Perorangan 9,621,914 10,525,340 66.57% 68.10% Lainnya 1,855 6,080 0.01% 0.04%
Total 14,453,184 15,455,895 100.00% 100.00% Sumber: Bank Indonesia
1.2.2. Penyaluran Kredit
Laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan III-
2008 yang tercatat cukup tinggi, yakni mencapai 7,90% (y-o-y), nampak
terekam dalam aktivitas penyaluran kredit bank-bank umum. Laju
pertumbuhan kredit pada triwulan laporan tersebut mencapai 46,59% (y-o-
y), meningkat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II-2008 yang
tercatat sebesar 42,17% (y-o-y). Nilai kredit pada posisi akhir triwulan
laporan mencapai Rp11,91 triliun, setelah pada triwulan sebelumnya tercatat
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
42
sebesar Rp10,90 triliun. Meskipun demikian secara triwulanan penyaluran
kredit mengalami perlambatan pertumbuhan dari 13,50% (q-t-q) menjadi
9,23% (q-t-q). Peningkatan penyaluran kredit pada triwulan laporan
disumbang baik oleh kelompok BUS maupun kelompok BUP, dengan
pertumbuhan kredit BUS yang sedikit lebih tinggi. Kelompok BUS dan BUP
masing-masing mencatat pertumbuhan kredit sebesar 10,14% (q-t-q) dan
8,85% (y-o-y).
Meskipun laju pertumbuhan kredit meningkat cukup pesat, namun
laju peningkatan nilai nominal DPK yang lebih besar menyebabkan nisbah
kredit terhadap DPK atau Loan to Deposit Ratio (LDR) bank umum
mengalami sedikit penurunan dari 78,60% pada akhir triwulan II-2008
menjadi 77,03% pada akhir triwulan laporan. LDR bank umum yang cukup
tinggi tersebut mengindikasikan fungsi intermediasi bank umum Kalimantan
Selatan tetap
berjalan lancar.
Peningkatan BI-rate
sampai dengan akhir
periode laporan
belum berpengaruh
signifikan terhadap
perlambatan
pertumbuhan kredit.
Namun demikian
pada triwulan
mendatang diperkirakan terdapat indikasi perlambatan pertumbuhan kredit,
antara lain akibat berkurangnya realisasi kredit investasi untuk proyek-
proyek besar, meredanya tekanan permintaan konsumsi dan kebijakan
perbankan untuk mengerem laju pertumbuhan kredit, mengingat sebagian
bank umum telah mencapai target pertumbuhan kredit untuk tahun 2008,
disamping langkah antisipatif dalam pengelolaan likuiditas.
Grafik 3.3. Perkembangan DPK, Kredit dan LDR Bank Umum Kalsel
-2,000,0004,000,0006,000,0008,000,000
10,000,00012,000,00014,000,00016,000,00018,000,000
Tw3-06
Tw4-06
Tw 1-07
Tw2-07
Tw3-07
Tw4-07
Tw 1-08
Tw2-08
Tw3-08
0.00%10.00%20.00%30.00%40.00%50.00%60.00%70.00%80.00%90.00%
DPK
Kredit
LDR
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
43
Kredit Menurut Jenis Penggunaan
Berdasarkan jenis penggunaan, pada triwulan laporan semua jenis
kredit mencatat pertumbuhan tahunan yang cukup tinggi. Namun demikian,
dilihat secara triwulanan maupun tahunan, jenis kredit investasi mengalami
pertumbuhan yang paling pesat. Kredit investasi mencatat lonjakan
pertumbuhan dari -3,84% (q-t-q) pada triwulan II-2008 menjadi 14,80% (q-
t-q) pada triwulan laporan, dengan jumlah kredit mencapai Rp2,83 triliun.
Secara tahunan kredit investasi tumbuh 51,93% (y-o-y), meningkat
dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat 40,00% (y-o-y). Peningkatan
jenis ini terutama dipengaruhi oleh realisasi kredit investasi pada proyek-
proyek bernilai besar, antara lain untk pembiayaan pusat perdagangan di
Banjarmasin.
Kredit konsumsi juga mengalami kenaikan yang cukup tinggi, baik
secara triwulanan maupun tahunan. Secara triwulanan jenis kredit ini
meningkat 9,37% (q-t-q) dan secara tahunan naik sebesar 47,20% (y-o-y)
dengan jumlah kredit mencapai Rp3,95 triliun. Peningkatan kredit konsumsi
dalam triwulan laporan searah dengan masih tingginya permintaan
konsumsi, khususnya untuk barang-barang tahan lama, seperti mobil,
sepeda motor, rumah maupun peralatan elektronik.
Sementara itu secara triwulanan kredit modal kerja mengalami
perlambatan pertumbuhan dari 18,80% (q-t-q) pada triwulan II-2008
menjadi 6,17% (q-t-q) dengan jumlah kredit mencapai Rp4,87 triliun.
Namun demikian apabila dilihat secara tahunan kredit modal kerja sedikit
meningkat, yakni dari 35,46% (y-o-y) menjadi 36,30% (y-o-y).
Kredit Menurut Lokasi Proyek
Kredit bank umum berdasarkan lokasi proyek pada posisi akhir
triwulan III-2008 mencapai Rp15,35 triliun, naik 13,59% (q-t-q). Sebesar
22,41% dari total kredit tersebut merupakan kredit yang disalurkan oleh
bank umum diluar Kalimantan Selatan dalam rangka membiayai proyek-
proyek berskala besar yang berlokasi di Kalimantan Selatan. Posisi kredit
lokasi proyek lebih besar dibandingkan posisi kredit berdasarkan lokasi bank
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
44
tercatat sebesar Rp11,91 triliun, sehingga LDR berdasarkan kredit lokasi
proyek tercatat lebih tinggi, yakni mencapai 93,30%. LDR kredit
berdasarkan lokasi proyek ini juga meningkat dibandingkan triwulan II-2008
yang tercatat sebesar 93,49%.
Undisbursed Loan
Fasilitas pinjaman bank umum kepada nasabah yang belum ditarik
(undisbursed loan) pada posisi akhir triwulan III-2008 tercatat sebesar
Rp2,06 triliun, naik 8,83% (q-t-q) dibanding triwulan sebelumnya yang
mencapai Rp1,89 triliun. Kenaikan ini relatif rendah apabila dibandingkan
triwulan II-2008 yang naik sebesar 42,82% (q-t-q). Kondisi ini
memperlihatkan bahwa daya serap terhadap kredit membaik di tengah
pertumbuhan kredit yang tinggi. Apabila dibandingkan dengan total kucuran
kredit pada triwulan laporan yang mencapai Rp11,91 triliun, maka rasio
antara undisbursed loan terhadap total kredit mencapai 17,68% atau sedikit
lebih kecil dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 17,75% (angka
diperbaiki).
Sebagian besar dari
undisbursed loan pada periode
laporan berasal dari sektor
pertanian, khususnya
subsektor perkebunan, dan
sektor perdagangan hotel dan
restoran (PHR). Subsektor
perkebunan mendominasi
53,78% dari seluruh
undisbursed loan yang ada, sementara kontribusi sektor PHR sebesar
24,27%. Dominasi undisbursed loan pada subsektor perkebunan terkait
dengan perluasan areal tanam kebun kelapa sawit yang memerlukan
langkah-langkah persiapan.
Dilihat dari jenis penggunaan kredit, sebagian besar undisbursed loan
adalah berupa kredit modal kerja yang pangsanya mencapai 70,86% pada
akhir triwulan laporan, dengan nilai kredit Rp1,46 triliun. Posisi kedua
Grafik 3.4. Perkembangan Bulanan Undisbursed Loan Bank Umum Kalimantan
Selatan, 2008
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
Undisbursed Loan (miliar Rp)
Rasio UL thd Total Kredit (%)Sumber: Bank Indonesia
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
45
terbesar adalah kredit investasi dengan nilai kredit Rp591,99 miliar atau
28,73%. Sedangkan undisbursed loan kredit konsumtif relatif kecil, yakni
hanya sebesar Rp8,55 miliar atau 0,42% dari total undisbursed loan.
Kredit Ekspor
Selama triwulan laporan, kredit ekspor yang diberikan oleh bank
umum di Kalimantan Selatan turun sebesar 0,47% (q-t-q) dari Rp432,99
miliar menjadi Rp430,90 miliar, setelah pada triwulan II-2008 meningkat
4,98% (q-t-q). Namun demikian, secara tahunan kredit ekspor pada posisi
akhir triwulan laporan naik sebesar 97,49% (y-o-y), lebih tinggi dibanding
kenaikan pada triwulan sebelumnya yang mencapai 84,54% (y-o-y). Kondisi
ini secara umum memperlihatkan bahwa aktivitas ekspor mengalami
peningkatan yang cukup berarti sepanjang tahun 2008, meskipun pada
triwulan laporan mulai melambat.
Penurunan kredit
ekspor pada triwulan
laporan, terutama
disebabkan oleh
penurunan kredit ekspor
pada industri pengolahan
karet yang mencapai
10,21% (q-t-q) dari
Rp120,09 miliar pada
triwulan II-2008 menjadi
Rp107,82 miliar. Industri
pengolahan kayu juga mengalami penurunan, meskipun tidak terlampau
besar, yakni dari Rp226,66 miliar menjadi Rp225,93 miliar atau turun 0,32%
(q-t-q). Sementara itu kelompok industri lainnya, khususnya penambangan
batu bara, mencatat peningkatan kredit ekspor dari Rp86,19 miliar menjadi
Rp97,15 miliar atau naik 12,72% (q-t-q).
Selama ini industri pengolahan kayu dan karet merupakan pengguna
utama kredit ekspor di Kalimantan Selatan. Penurunan kredit ekspor pada
kedua kelompok industri ini diperkirakan terkait dengan mulai menurunnya
Grafik 3.5. Perkembangan Kredit Ekspor Bank Umum Kalimantan Selatan
0
50100
150200
250
300350
400450
500Miliar Rp
Ind. Olahan KayuInd. Olahan KaretLainnyaTotal Kredit Ekspor
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
46
permintaan ekspor yang diindikasikan oleh penurunan harga beberapa
komoditas ekspor pada akhir triwulan laporan.
Kualitas Kredit
Laju pertumbuhan kredit bank umum yang cukup tinggi dalam periode
laporan juga diikuti oleh membaiknya kualitas kredit, sehingga rasio NPL
gross mengalami penurunan dari 5,30% pada triwulan II-2008 menjadi
4,56%. Secara nominal nilai kredit bermasalah mengalami kenaikan dari
Rp559,31 miliar (angka diperbaiki) menjadi Rp531,97 miliar.
Dilihat menurut kelompok bank, penurunan NPL terjadi pada
kelompok bank umum pemerintah maupun kelompok bank umum swasta.
Kelompok bank umum pelat merah tersebut mencatat perbaikan NPL dari
6,88% pada triwulan II-2008 menjadi 6,15%. Dalam rentang waktu yang
sama kelompok bank umum swasta mencatat penurunan NPL dari 1,25%
menjadi 0,74%.
Tabel 3.4. Perkembangan NPL Bank Umum Kalimantan Selatan
NPL Kredit Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw IIINominal NPL 511,214 440,528 528,686 389,342 362,771 559,331 531,971 NPL % 7.34% 5.84% 6.62% 4.27% 3.86% 5.24% 4.56%
NPL Per Kelompok BankBank Pemerintah 9.24% 7.36% 8.45% 5.23% 4.73% 6.88% 6.15%Bank Swasta 2.15% 2.02% 2.11% 1.87% 1.70% 1.25% 0.74%
NPL per jenis penggunaanModal Kerja 10.02% 8.52% 8.35% 6.05% 5.02% 7.94% 7.15%Investasi 9.46% 5.74% 9.68% 4.01% 4.30% 5.73% 4.82%Konsumsi 2.26% 2.23% 2.20% 1.79% 2.00% 1.48% 1.19%
NPL per sektor ekonomiPertanian 9.25% 3.03% 2.86% 1.47% 1.04% 1.01% 0.97%Pertambangan 15.32% 1.08% 10.52% 1.42% 8.80% 8.39% 8.01%Industri pengolahan 18.68% 19.68% 17.92% 12.36% 4.56% 23.74% 23.95%Listrik,Gas dan Air 0.33% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.11%Konstruksi 0.94% 4.96% 16.90% 0.47% 0.58% 11.34% 8.19%Perdagangan 9.69% 8.23% 8.05% 6.92% 6.97% 6.04% 5.14%Pengangkutan 7.08% 5.61% 2.20% 6.47% 6.22% 4.91% 4.86%Jasa Dunia Usaha 3.13% 2.79% 2.34% 2.46% 1.70% 1.20% 1.19%Jasa Sosial Masyarakat 1.01% 2.20% 2.53% 2.22% 2.81% 2.19% 1.71%Lain-lain 2.33% 2.30% 2.27% 1.86% 2.06% 1.53% 1.23%
2007 2008
Sumber : Bank Indonesia
Berdasarkan sektor ekonomi, penurunan rasio NPL pada triwulan
laporan terutama disumbang oleh penurunan rasio NPL sektor konstruksi
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
47
dari 11,34% menjadi 8,19%. Sektor konstruksi memiliki pangsa 6,05% dari
total kredit bank umum Kalimantan Selatan, dengan nilai kredit mencapai
Rp704,63 miliar. Penurunan rasio NPL yang cukup besar juga terjadi pada
sektor lain-lain, yakni dari 1,53% menjadi 1,23%. Sektor yang mendominasi
34,42% dari portopolio kredit bank umum ini mencatat nilai kredit sebesar
Rp4,01 triliun. yang didominasi oleh terjadi pada sektor industri pengolahan.
Sementara itu sektor industri pengolahan masih mencatat rasio NPL yang
cukup tinggi, yakni mencapai 23,95%. Rasio tersebut naik dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 23,74%, yang terutama
disumbang oleh industri pengolahan kayu yang saat ini masih mendapat
tekanan usaha terkait dengan semakin langkanya bahan baku, serta
persaingan dengan produk Cina dan Malaysia. Sementara itu rasio NPL
menurut jenis penggunaan kredit mencatat perbaikan pada semua
komponen, baik kredit modal kerja, investasi, maupun konsumsi.
1.3. Kredit UMKM
Kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang disalurkan
bank umum Kalimantan Selatan masih bergerak pada tren yang meningkat.
Pada triwulan III-2008 kredit UMKM mencapai Rp7,63 triliun, naik 38,00%
(y-o-y) dibandingkan triwulan sebelumnya Rp6,98 triliun (angka diperbaiki).
Pertumbuhan pada
triwulan laporan
tersebut juga lebih
tinggi dibandingkan
triwulan
sebelumnya yang
tumbuh 35,18% (y-
o-y). Secara
triwulanan kredit
UMKM meningkat
9,22% (q-t-q),
melambat dibanding triwulan sebelumnya yang mencatat peningkatan
12,67% (q-t-q).
Grafik 3.6. Perkembangan Kredit UMKM Kalimantan Selatan
800
1,300
1,800
2,300
2,800
3,300
T1.2006
T2.2006
T3.2006
T4.2006
T1.2007
T2.2007
T3.2007
T4.2007
T1.2008
T2.2008
T3.2008
M iliar Rp
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000M ikroKecilM enengahTotal Kredit UM KM
Sumber: Bank Indonesia
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
48
Laju peningkatan kredit UMKM yang sedikit lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan total kredit, mengakibatkan pangsa kredit UMKM terhadap
total kredit bank umum di Kalimantan Selatan sedikit menurun dari 64,06%
pada triwulan II-2008 menjadi 65,05% pada triwulan laporan. Pangsa
tersebut lebih rendah dibandingkan posisi yang sama pada tahun 2007 yang
mencapai 68,04%. Hal ini mengindikasikan bahwa sepanjang tahun 2008,
kucuran kredit untuk proyek-proyek benilai besar cukup meningkat. Kondisi
ini juga memperlihatkan bahwa upaya untuk memperluas akses UKMK
kepada pembiayaan perbankan masih menghadapi banyak kendala di
lapangan, terutama persoalan klasik kesulitan pemenuhan agunan, maupun
masalah kesesuaian skim kredit dengan kebutuhan pelaku UMKM (lihat
boks).
Dilihat dari skala usaha yang dibiayai, sebagian besar kredit UMKM
disalurkan kepada usaha mikro, yakni mencapai Rp2,71 triliun (22,73%)
dengan tingkat pertumbuhan 2,69% (q-t-q), melambat dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,40% (q-t-q). Penyaluran kredit
kepada usaha kecil mencapai Rp2,50 triliun, naik 18,79% (q-t-q), meskipun
melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai
25,80% (q-t-q). Sementara itu penyaluran kredit kepada usaha menengah
mencapai Rp2,42 triliun, mengalami kenaikan sebesar 7,92% (q-t-q), juga
melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai
10,80% (q-t-q).
Berdasarkan sektor ekonomi, sebagian besar kredit UMKM diserap
oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), serta sektor ekonomi
lain-lain (konsumtif) yang secara keseluruhan mendominasi tidak kurang
dari 75% portofolio kredit UMKM. Sektor konsumsi yang merupakan
penyerap lebih dari separo kredit UMKM, terutama didorong oleh kredit
kepemilikan kendaraan bermotor. Sementara sektor PHR yang merupakan
penyerap kredit UMKM yang cukup besar yang terutama disalurkan untuk
perdagangan eceran.
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
49
Boks 2. Upaya Pengembangan UMKM Melalui Klaster
Dalam rangka mendorong pengembangan UMKM, Bank Indonesia Banjarmasin sampai dengan periode laporan masih melanjutkan kegiatan-kegiatan pemberdayaan sektor riil dan UMKM. Kegiatan rutin yang dilakukan antara lain adalah pertemuan-pertemuan untuk mendorong peningkatan peran Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB), semiloka intermediasi perbankan, pelatihan bagi petugas kredit (account officer) BPR, maupun temu usaha UMKM dengan perbankan. Sementara program khusus dalam rangka pemberdayaan sektor riil adalah pengembangan klaster komoditas unggulan dan fasilitasi percepatan pemberdayaan ekonomi daerah.
Terkait dengan pengembangan klaster telah dilakukan upaya pengembangan klaster jeruk di Kabupaten Barito Kuala. Langkah ini mendapat respon positif dari pelaku usaha (petani), perbankan maupun pemerintah daerah. Perjalanan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan dalam rangka pengembangan klaster jeruk tersebut antara lain: pertemuan koordinasi bersama dinas/instansi dan pemerintah daerah; identifikasi awal kondisi pertanian jeruk; identifikasi calon KKMB dari Petugas Penyuluh Lapangan (PPL); melaksanakan pelatihan kepada PPL untuk menjadi calon KKMB; membentuk Task Force pengembangan klaster jeruk; melakukan temu usaha UMKM terkait dengan perbankan; serta monitoring pemberian kredit bagi petani jeruk oleh perbankan.
Rintisan kegiatan-kegiatan tersebut telah membuahkan hasil berupa peningkatan akses petani jeruk terhadap kredit perbankan. Meskipun demikian masih dijumpai kendala di lapangan, terutama terkait dengan banyaknya petani yang belum/sulit memenuhi persyaratan yang ditetapkan bank dalam pengajuan kredit, khususnya legalitas agunan. Selain itu tidak tersedianya skim kredit yang dapat memberikan grace periode bagi petani jeruk yang lahannya belum berproduksi juga menjadi kendala. Saat ini skim kredit yang digunakan adalah kredit usaha rakyat (KUR).
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
50
2. PERKEMBANGAN BANK SYARIAH
Perkembangan kegiatan perbankan syariah Kalimantan Selatan pada
triwulan laporan secara umum masih menunjukkan pertumbuhan meskipun
dengan kecenderungan yang melambat. Adanya perlambatan kinerja
perbankan syariah terutama terlihat dari perkembangan volume usaha bank
serta perkembangan dana pihak ketiga (DPK), sementara perkembangan
pembiayaan masih menunjukkan pertumbuhan yang lebih tinggi.
Total aset kelompok bank umum syariah di triwulan III-2008 tercatat
Rp901,26 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 5,22% (q-t-q), lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 12,76% (q-t-q).
Secara tahunan aset perbankan syariah tumbuh sebesar 46,6% (y-o-y),
sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang
mencapai 51,18% (y-o-y).
Melemahnya pertumbuhan volume usaha perbankan syariah tersebut
dipengaruhi oleh perkembangan dana pihak ketiga yang tumbuh melambat
dari 9,53% (q-t-q) pada triwulan II-2008 menjadi 2,75% (q-t-q).
Melambatnya pertumbuhan komponen dana pihak ketiga diduga karena
meningkatnya kebutuhan dana tunai baik dari pihak korporasi maupun
individual antara lain untuk pembayaran tunjangan hari raya (THR) maupun
keperluan konsumsi menjelang perayaan hari raya keagamaan. Hal ini
terindikasi dari sumber penurunan pertumbuhan yang berasal dari jenis
rekening giro dan tabungan wadiah dan mudharabah.
Sementara itu untuk jenis rekening giro pada triwulan laporan
nilainya mengalami penurunan sebesar 16,56% (q-t-q), lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 22,95% (q-t-q). Jenis
rekening tabungan di triwulan laporan meningkat sebesar 7,20% (q-t-q),
lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 7,53%.
Sedangkan untuk jenis rekening deposito investasi mudharabah,
pertumbuhan di triwulan laporan masih cukup tinggi dengan laju mencapai
9,13% (q-t-q), di atas pertumbuhan triwulan II-2008 yang mencapai 3,92%
(q-t-q). Masih tingginya pertumbuhan di rekening deposito dipengaruhi oleh
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
51
Jun-07 Sep-07 Dec-07 M ar-08 Jun-08 Sep-08
Asset (juta Rp) 566,602 614,773 701,270 759,683 856,586 901,264
Pembiayaan (juta Rp) 428,928 486,154 585,799 606,388 680,073 773,968
Dana (juta Rp) 381,551 403,358 469,299 533,896 584,773 600,838
FDR (%) 112.42% 120.53% 124.82% 113.58% 116.30% 128.81%
NPF (%) 3.09% 2.71% 5.35% 5.74% 4.81% 4.38%
Keterangan Posisi
imbal hasil yang lebih baik dibandingkan dua jenis rekening lainnya. Dengan
perkembangan tersebut, laju pertumbuhan DPK secara tahunan mencapai
48,96% (y-o-y) sedikit lebih lambat dibandingkan pertumbuhan triwulan
sebelumnya yang mencapai 53,26% (y-o-y).
Tabel 3.5. Perkembangan Kinerja Bank Umum Syariah
Sumber: Bank Indonesia Angka-angka posisi Maret 2008 diperbaiki.
Ditinjau dari sisi pembiayaan (Murabahah, Qardh, Mudharabah dan
Musyarakah), perkembangan di triwulan laporan masih menunjukkan
pertumbuhan yang cukup kuat. Jumlah dana yang telah disalurkan
perbankan syariah sampai akhir triwulan III-2008 mencapai Rp773,97 miliar
atau mengalami kenaikan sebesar 13,81% (q-t-q), lebih tinggi dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 12,15% (q-t-q).
Laju pembiayaan yang masih cukup tinggi tersebut lebih banyak
disalurkan pada sektor-sektor produktif yaitu untuk kegiatan investasi dan
modal kerja dibandingkan pembiayaan yang bersifat konsumtif. Hal ini
terlihat dari laju
pertumbuhan
pembiayaan modal
kerja pada triwulan
laporan yang
mencatat kenaikan
sebesar 23,71% (q-
t-q), lebih tinggi
dibandingkan
tingkat
pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 17,87% (q-t-q). Laju
Grafik 3.6. Kinerja Pembiayaan dan DPK Perbankan Syariah
0100200300400500600700800900
T1.2007
T2.2007
T3.2007
T4.2007
T1.2008
T2.2008
T3.2008
Miliar Rp
0%20%40%60%80%100%120%140%160%
DPK Pembiayaan FDR
Sumber: Bank Indonesia
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
52
pertumbuhan yang cukup kuat juga terjadi pada pembiayaan investasi yang
tumbuh sebesar 30,96% (q-t-q) setelah pada triwulan sebelumnya
mengalami penurunan sebesar 13,49% (q-t-q).
Pembiayaan yang bersifat produktif terutama disalurkan untuk sektor
pertambangan dan jasa-jasa penunjang kegiatan pertambangan, seiring
masih tingginya aktivitas pertambangan terutama pertambangan batubara.
Secara tahunan, laju pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah
mengalami pertumbuhan sebesar 59,20% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 58,6% (y-o-y).
Laju pertumbuhan pembiayaan yang jauh lebih tinggi dibandingkan
dana pihak ketiga, mendorong rasio financing to deposit ratio (FDR) pada
triwulan III-2008 meningkat menjadi 128,8%. Rasio FDR tersebut lebih
tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 116,3%. Di
sisi lain, risiko yang timbul dari kuatnya ekspansi pembiayaan bank syariah
masih relatif minimal. Hal ini terindikasi dari perkembangan rasio kredit
bermasalah / non performing financing (NPF) yang masih tetap terjaga pada
level yang relatif 4,38%, membaik dibandingkan triwulan sebelumnya yang
mencapai 4,81%.
Prospek perkembangan kinerja perbankan syariah pada triwulan
mendatang diperkirakan akan mengalami perlambatan seiring dengan
perkiraan melambatnya pertumbuhan ekonomi. Melambatnya pertumbuhan
terutama berasal dari turunnya pembiayaan yang bersifat konsumtif seiring
berkurangnya tekanan permintaan konsumsi masyarakat. Sedangkan
dampak dari pengaruh krisis keuangan global diperkirakan relatif minimal
karena portofolio pembiayaan produktif lebih banyak pada sektor
pertambangan dan kegiatan penunjangnya. Masih prospektifnya sektor
pertambangan dipengaruhi oleh adanya kontrak pembelian jangka panjang,
sehingga kegiatan produksi belum mengalami penurunan.
3. PERKEMBANGAN INDUSTRI BPR
Secara umum kinerja industri BPR di Kalimantan Selatan pada
triwulan laporan menunjukkan perbaikan di hampir seluruh indikator. Kondisi
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
53
ini lebih baik dibandingkan pada triwulan II-2008 yang mencatat penurunan
pada beberapa indikator. LDR rata-rata industri BPR terbilang tinggi dan
meningkat di triwulan laporan. Rasio kecukupan modal (capital adequacy
ratio/CAR) juga masih bertahan pada level yang relatif tinggi, meskipun
mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara
kualitas kredit yang dikucurkan membaik, tercermin dari penurunan NPL.
Dari sisi kelembagaan, sampai dengan akhir triwulan III-2008 tidak
terjadi perubahan jumlah maupun badan hukum BPR yang beroperasi di
Kalimantan Selatan. Jumlah BPR masih sebanyak 25 bank, terdiri dari 20
BPR milik pemerintah daerah atau berbadan hukum Perusahaan Daerah (PD)
dan 5 BPR milik swasta (berbentuk PT). BPR yang tersebar di tujuh
kabupaten di Kalimantan Selatan tersebut terdiri dari 24 BPR konvensional
dan 1 BPR Syariah, dengan jumlah kantor pelayanan kas sebanyak 2 unit.
Pemerintah Daerah sangat antusias untuk memperluas jaringan BPR di
Kalimantan Selatan dan hingga saat ini sedang dilakukan persiapan untuk
rencana pengajuan pendirian BPR di 5 kabupaten.
Tabel 3.6. Perkembangan Kinerja BPR Kalimantan Selatan
(Juta Rp) 2006 2007 2008 Indikator
Tw 4 r Tw 1 r Tw 2 r Tw 3 r Tw 4 r Tw 1 Tw 2 Tw 3 Jumlah BPR 27 27 27 27 27 25 25 25 - Badan Hukum PD
20 20 20 20 20 20 20 20
- Badan Hukum PT
7 7 7 7 7 5 5 5
Total Asset 133,997 33,464 142,939 161,741 199,491 173,180 172,872 220,209 Dana Pihak Ketiga
74,383 84,023 87,948 85,762 107,211 94,109 89,249 101,387
- Tabungan 27,899 33,291 34,885 32,605 38,310 39,306 41,672 43,221 - Deposito 46,484 50,732 53,062 53,157 68,901 54,802 47,577 58,166 Kredit 91,964 99,784 107,428 122,947 125,377 122,195 136,648 157,583 LDR 123.6% 118.7% 122.1% 143.3% 116.94% 129.8% 153.11% 155.43% NPL 6.78% 6.45% 6.33% 5.79% 5.14% 5.45% 5.21% 4.33% Rata-rata CAR 34.83% 34.48% 49.40% 47.91% 46.21% 55.18% 47.65% 38.76% Sumber: Bank Indonesia Keterangan: - Untuk data CAR rata-rata pada triwulan III-2008, terdapat beberapa BPR yang masih menggunakan data Agustus 2008. - r: terdapat beberapa angka yang direvisi
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
54
Total aset industri BPR Kalimantan Selatan pada triwulan III-2008
tercatat sebesar Rp220,21 miliar, meningkat 36,01% (y-o-y) dibandingkan
posisi triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Secara triwulanan,
volume usaha industri BPR juga mencatat laju pertumbuhan yang pesat,
yakni mencapai 27,38% (q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya yang
mencapai Rp172,87 miliar. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh
menguatnya sumber pendanaan industri BPR yang ditandai oleh
meningkatnya jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun, di samping
peningkatan setoran modal pada sejumlah BPR milik pemerintah daerah.
Peningkatan sumber pendanaan tersebut telah mengakselerasi aktivitas
pemberian kredit, sehingga kredit yang diberikan tumbuh sebesar 28,17%
(y-o-y).
Dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh industri BPR
Kalimantan Selatan pada triwulan III-2008, baik dalam bentuk tabungan
maupun deposito, meningkat cukup pesat apabila dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya. Dihitung secara tahunan, simpanan jenis tabungan
mengalami peningkatan sebesar 32,56% (y-o-y), jauh melampaui
peningkatan pada triwulan II-2008 sebesar 19,45% (y-o-y). Sementara
simpanan dalam bentuk deposito yang pada triwulan sebelumnya turun
sebesar 10,34% (y-o-y), pada triwulan laporan meningkat sebesar 9,42%
(y-o-y). Secara triwulanan tabungan naik 3,72% (q-t-q) dari Rp41,67 miliar
menjadi Rp43,22 miliar. Pada periode yang sama, deposito naik sebesar
22,26% (q-t-q) dari Rp47,58 miliar menjadi Rp58,17 miliar.
Peningkatan dana pihak ketiga tersebut terkait dengan berkah
tingginya harga komoditas dunia yang dinikmati oleh para petani karet,
kelapa sawit dan pelaku usaha pertambangan batu bara, meskipun pada
akhir triwulan laporan komoditas-komoditas andalan tersebut cenderung
turun harganya. Peningkatan dana tersebut belum cukup signifikan untuk
menggantikan peran dana pemilik yang selama ini cukup mendominasi
portofolio sumber dana industri BPR di Kalimantan Selatan.
Dibandingkan volume kredit yang diberikan, dana pihak ketiga yang
dihimpun juga belum sebanding, sehingga LDR selama ini berada jauh di
atas 100%. Hal ini terlihat dari rasio dana pihak ketiga terhadap total aset
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
55
yang hanya mencapai 46,04% atau jauh lebih kecil dibandingkan rasio kredit
terhadap total aset yang tercatat sebesar 71,56%.
Dari sisi penyaluran dana, sampai dengan akhir triwulan III-2008
industri BPR telah mengucurkan kredit sebesar Rp157,58 miliar, meningkat
15,32% (q-t-q) dibandingkan triwulan II-2008 yang tercatat sebesar
Rp136,65 miliar. Pertumbuhan kredit pada triwulan laporan juga lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 11,83% (q-t-q).
Sejalan dengan peningkatan jumlah kredit yang diberikan, fungsi
intermediasi BPR yang dicerminkan oleh LDR terhitung tinggi dan
mencatat peningkatan. Pada triwulan III-2008 LDR industri BPR mencapai
155,43% meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 153,11%.
Sejalan dengan peningkatan LDR tersebut, kualitas kredit diberikan
mengalami perbaikan cukup signifikan, sebagaimana ditunjukkan oleh rasio
NPL yang turun dari 5,21% pada triwulan II-2008 menjadi 4,33% pada
triwulan laporan. Perbaikan rasio NPL ini disebabkan oleh adanya realisasi
kredit baru yang cukup besar. Realisasi kredit baru yang sebagian diperani
oleh kredit konsumtif tersebut mengindikasikan dorongan konsumsi
masyarakat yang meningkat. Tingginya permintaan konsumsi ini juga
menjadi pendorong laju pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan.
Tingginya permintaan kredit yang berdampak pada membesarnya
volume usaha industri BPR, belum cukup diimbangi dengan peningkatan
setoran modal dari pemilik, meskipun sebagian BPR milik Pemda telah
meningkatkan setoran modal. Kondisi ini mengakibatkan CAR rata-rata
industri BPR mengalami penurunan dari 47,65% menjadi 38,76%. Meskipun
demikian CAR tersebut masih jauh di atas batas minimal ketentuan yang
berlaku.
Sejalan dengan kecenderungan penurunan harga-harga komoditas
unggulan di pasar internasional pada akhir triwulan laporan, diperkirakan
tantangan peningkatan kinerja industri BPR di triwulan mendatang akan
lebih berat. Pertumbuhan kredit diperkirakan akan mengalami perlambatan
seiring meredanya dorongan permintaan konsumsi. Di samping itu potensi
menurunnya pendapatan petani dan pelaku usaha di sektor pertambangan
yang menjadi segmen pasar BPR di kabupaten-kabupaten penghasil
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
56
diperkirakan juga akan mempengaruhi potensi penghimpunan dana
masyarakat.
4. STABILITAS SISTEM KEUANGAN REGIONAL
Secara umum kondisi stabilitas sistem keuangan regional Kalimantan
Selatan pada triwulan III-2008 masih tetap terjaga. Fungsi intermediasi
perbankan menunjukkan perkembangan yang terus membaik dengan rasio
LDR yang cukup tinggi. Namun demikian, perlu diwaspadai risiko-risiko yang
mungkin terjadi akibat pertumbuhan kredit yang tinggi hingga mencapai
46,59% (y-o-y) sementara dana pihak ketiga tumbuh lebih rendah sebesar
25,50%(y-o-y). Hal ini menyebabkan likuiditas perbankan menjadi lebih
ketat sehingga rentan terhadap resiko likuiditas.
Kebijakan Bank Indonesia untuk menaikkan BI rate sebesar 25 bps
dari 9% menjadi menjadi 9,25% pada September 2008 dilakukan selain
untuk meredam inflasi yang masih berada pada level yang cukup tinggi, juga
untuk mengerem laju pertumbuhan kredit yang terlampau tinggi. Kenaikan
BI rate juga memberikan tekanan terhadap tingkat likuiditas di masyarakat
yang akan semakin ketat sehingga pihak perbankan semakin bersaing untuk
mendapatkan likuiditas yang relatif terbatas. Akibatnya intensitas persaingan
anta bank umum melalui suku bunga deposito menjadi cukup tinggi. Seiring
dengan meningkatnya BI rate, suku bunga bank di Kalimantan Selatan baik
deposito maupun kredit menunjukkan pergerakan yang meningkat. Dalam
hal ini, bank umum swasta lebih responsif dalam menaikkan suku bunga
dibandingkan dengan bank umum pemerintah.
8.00 8.00 8.00 8.25 8.50 8.75 9.00 9.25
6
8
10
12
14
Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep
2008
Suku
Bun
ga D
epos
ito 1
bul
an (%
)
BI rateBank Umum PemerintahBank Umum Swasta
12.4012.60
12.8013.0013.20
13.4013.6013.8014.00
14.2014.40
Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep
2008
Suku
Bun
ga K
redi
t (%
)
7.27.47.67.88.08.28.48.68.89.09.29.4
BI rateBank Umum SwastaBank Umum Pemerintah
Grafik 3.7. Perkembangan Suku Bunga Grafik 3.8. Perkembangan Suku Bunga
Bab 3 – Perkembangan Perbankan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
57
Kenaikan suku bunga deposito yang dilakukan oleh bank diharapkan
dapat menarik dana dari masyarakat sehingga menambah likuiditas bank
yang dibutuhkan untuk menyalurkan kredit. Secara umum, struktur Dana
Pihak Ketiga (DPK) masih terkonsentrasi pada dana jangka pendek (meliputi
tabungan, giro, dan deposito sampai dengan 3 bulan), yaitu mencapai 95%
dari total DPK. Sementara itu sebagian besar dana dimiliki oleh perorangan,
dengan pangsa mencapai 68,10%. Dengan struktur pendanaan tersebut,
maka bank perlu berhati-hati dalam mengelola dananya terutama agar
dapat mengantisipasi kemungkinan terjadinya penarikan dana oleh
masyarakat dalam jumlah besar yang dapat menyebabkan bank mengalami
kesulitan likuiditas. Selain itu, dengan skema penjaminan dana masyarakat
oleh pemerintah yang saat ini masih dibatasi hingga nominal tertentu,
nasabah potensial yang memiliki dana besar mungkin akan lebih memilih
untuk menyimpan dananya di negara lain seperti Singapura atau negara lain
dengan full coverage.
Selain risiko likuiditas, resiko lain yang berpotensi dihadapi oleh
perbankan adalah risiko kredit, terutama akibat pertumbuhan kredit yang
tinggi sementara kondisi perekonomian global terindikasi melambat.
Kecenderungan penurunan harga komoditas dunia khususnya komoditas
pertanian dan perkebunan patut diwaspadai, karena dapat mempengaruhi
keberlangsungan dunia usaha pada sektor terkait.
Bab 4 – Keuangan Daerah
KEUANGAN DAERAH KEUANGAN DAERAH
4
1. APBD Provinsi Kalimantan Selatan 1. APBD Provinsi Kalimantan Selatan
Ekspansi fiskal pemerintah daerah pada triwulan laporan belum cukup
berperan dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi, terlihat dari
pertumbuhan komponen pengeluaran pemerintah daerah (dalam PDRB)
yang melambat dari 7,42% (y-o-y) di triwulan II-2008 menjadi 1,78% (y-o-
y). Masih belum optimalnya realisasi belanja Pemerintah Daerah terutama
dipengaruhi oleh proses birokrasi dalam pelaksanaan tender proyek yang
memakan waktu relatif lama serta berbagai kendala teknis lainnya. Birokrasi
yang lebih pruden dan taat pada mekanisme serta prosedur yang berlaku
merupakan bagian dari penerapan tata kelola pemerintahan yang baik (good
governance), namun demikian mekanisme dan pelaksanaannya perlu
diperbaiki agar tidak menghambat realisasi APBD.
Ekspansi fiskal pemerintah daerah pada triwulan laporan belum cukup
berperan dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi, terlihat dari
pertumbuhan komponen pengeluaran pemerintah daerah (dalam PDRB)
yang melambat dari 7,42% (y-o-y) di triwulan II-2008 menjadi 1,78% (y-o-
y). Masih belum optimalnya realisasi belanja Pemerintah Daerah terutama
dipengaruhi oleh proses birokrasi dalam pelaksanaan tender proyek yang
memakan waktu relatif lama serta berbagai kendala teknis lainnya. Birokrasi
yang lebih pruden dan taat pada mekanisme serta prosedur yang berlaku
merupakan bagian dari penerapan tata kelola pemerintahan yang baik (good
governance), namun demikian mekanisme dan pelaksanaannya perlu
diperbaiki agar tidak menghambat realisasi APBD.
Tabel 4.1. APBD Kalimantan Selatan dan Realisasi Semester I-2007 Tabel 4.1. APBD Kalimantan Selatan dan Realisasi Semester I-2007 dan Semester I-2008 (Miliar Rupiah) dan Semester I-2008 (Miliar Rupiah)
DESKRIPSIAnggaran20
07
Realisasi Semester I-
2007%
RealisasiAnggaran20
08
Realisasi Semester I-
2008 % Realisasi
PENDAPATAN DAERAH 1,272.85 574.06 45.10% 1,382.79 811.36 58.68%
Pendapatan asli daerah 647.95 314.58 48.55% 695.61 501.36 72.07%
Pajak daerah 565.96 255.82 45.20% 569.60 395.79 69.49%
Retribusi daerah 54.67 36.73 67.19% 72.33 32.34 44.71%
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yg dipisahkan 13.16 0.43 3.26% 19.00 17.84 93.92%
Lain-lain pendapatan asli daerah yg sah 14.16 21.60 152.53% 34.68 55.39 159.70%
Dana perimbangan 558.47 259.48 46.46% 687.19 299.19 43.54%
Dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak 130.48 9.82 7.53% 184.60 65.92 35.71%
Dana alokasi umum 427.99 249.66 58.33% 466.55 233.27 50.00%
Dana alokasi khusus - - 0.00% 36.04 - 0.00%
Lain-lain pendapatan daerah yang sah 66.43 - 0.00% - 10.81 0.00%
BELANJA DAERAH 1,265.61 281.00 22.20% 1,378.95 426.15 30.90%
BELANJA OPERASI 940.78 235.11 24.99% 1,043.90 381.19 36.52%
Belanja pegawai 365.01 127.40 34.90% 384.90 182.76 47.48%
Belanja barang 234.81 64.66 27.54% 282.05 58.86 20.87%
Belanja bantuan sosial 52.66 18.04 34.26% 66.95 17.66 26.37%
Belanja bantuan keuangan 288.30 25.01 8.68% 310.00 121.91 39.33%
BELANJA MODAL 321.83 45.61 14.17% 332.05 44.30 13.34%
BELANJA TIDAK TERDUGA 3.00 0.27 9.07% 3.00 0.67 22.17%
Surplus/(Defisit) 7.25 293.07 3.85 385.21
PEMBIAYAAN DAERAH (40.45) (7.50) 18.54% (2.06) (10.75) 522.05% Sumber : Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
58
Bab 4 – Keuangan Daerah
2. Anggaran Pendapatan
Sementara itu, realisasi APBD Pemerintah Provinsi Kalimantan
Selatan dari sisi pendapatan sampai dengan semester I-2008 telah
mencatat realisasi yang cukup signifikan mencapai 58,68%. Dilihat
dari komponennya, tingginya realisasi pendapatan terutama dipengaruhi
oleh realisasi pendapatan asli daerah (PAD) yang mencapai 72,07% pada
semester I-2008. Tingkat realisasi PAD ini jauh lebih tinggi dibandingkan
realisasi pada semester I-2007 yang tercatat sebesar 48,55%.
Peningkatan realisasi PAD terutama ditopang oleh besarnya setoran
pajak daerah yang realisasinya telah mencapai 69,5%, terutama berasal dari
penerimaan pajak kendaraan bermotor seiring meningkatnya daya beli
masyarakat dan ditopang oleh penawaran dana murah dari berbagai
lembaga keuangan baik bank maupun non bank. Laju pertumbuhan
penjualan kendaraan bermotor di Kalimantan Selatan sampai dengan
triwulan III-2008 mencatat kenaikan sebesar 55,2% (y-o-y) untuk jenis
kendaraan motor dan 76,6% (y-o-y) untuk jenis kendaraan mobil.
Grafik 4.1. Pertunbuhan Penjualan Kendaraan Bermotor Provinsi Kalimantan Selatan
49.3
7%
68.6
0%
55.1
9%69.7
1%
78.2
2%
76.6
0%
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
Trw-I 2008 Trw-II 2008 Trw-III 2008
(y-o-y)
g. penjualan motorg. penjualan mobil
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan
Sementara itu pendapatan daerah yang bersumber dari dana
perimbangan mencatat realisasi sebesar 43,54%, atau sedikit lebih
rendah dibandingkan realisasi pada periode yang sama di tahun
sebelumnya yang mencapai 46,46%. Pos Dana Alokasi Umum (DAU)
mencatat realisasi terbesar, yakni mencapai 50% dengan nominal mencapai
Rp233,3 miliar. Sedangkan realisasi dana perimbangan yang berasal dari
dana bagi hasil pajak/bukan pajak mencatat realisasi sebesar 35,71%
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
59
Bab 4 – Keuangan Daerah
dengan nominal mencapai Rp65,9 miliar. Realisasi pada pos ini jauh lebih
baik dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun
sebelumnya yang hanya sebesar 7,53%.
Grafik 4.2. Proporsi PAD dan Dana Perimbangan dalam Pendapatan Daerah
50.3
0%
50.9
1%
52.4
6%
49.7
0%
43.8
8%
47.5
5%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
2006 2007 2008
Pendapatan Asli DaerahDana Perimbangan
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan
Dari proporsi sumbangannya, pendapatan daerah Provinsi Kalimantan
Selatan di tahun 2008 masih ditopang oleh PAD dengan pangsa sebesar
50,30%, meskipun hanya sedikit di atas pangsa dana perimbangan sebesar
49,70%. Apabila dilihat dari tren tahun-tahun sebelumnya, proporsi PAD
Kalimantan Selatan cenderung mengalami penurunan, sementara proporsi
dana perimbangan semakin meningkat.
3. Anggaran Belanja
Sementara itu apabila dilihat dari sisi belanja, realisasi APBD
Propinsi Kalimantan Selatan sampai dengan semester I-2008 baru
mencapai 30,9%. Meskipun belum optimal, realisasi semester I-2008
terlihat lebih baik dibandingkan realisasi periode semester I-2007 yang baru
mencapai 22,2%. Berdasarkan komponen penyusunnya, realisasi belanja
terbesar terutama di kelompok belanja operasional dengan realisasi
mencapai 36,52%, lebih tinggi dibandingkan realisasi periode yang sama
tahun sebelumnya yang hanya mencapai 25%. Kenaikan realisasi pada
kelompok ini terutama dipengaruhi oleh besarnya realisasi belanja pegawai
yang mencapai 47,48%. Besarnya realisasi anggaran belanja pegawai
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
60
Bab 4 – Keuangan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
61
sampai dengan semester I-2008 dipengaruhi oleh adanya kenaikan gaji
pegawai negeri sipil (PNS) pada kisaran 15-20%.
Pada komponen lainnya yaitu belanja modal, yang menjadi indikator
pembiayaan pembangunan daerah, sampai dengan semester I-2008 tidak
menunjukkan adanya perkembangan berarti dibandingkan periode tahun
sebelumnya. Besaran realisasi belanja modal pada semester I-2008
baru mencapai 13,34%. Nilai ini lebih rendah dibandingkan realisasi
periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 14,17%. Masih
rendahnya realisasi belanja modal pemerintah provinsi terutama terkait
dengan belum terealisasikannya proses tender pembangunan kompleks
gedung perkantoran Pemerintah Provinsi yang baru di kota Banjarbaru.
Pelaksanaan kegiatan tender ini sendiri rencananya akan dilaksanakan di
triwulan III-2008, sehingga realisasinya diperkirakan baru akan tercatat
pada laporan semester II-2008.
Bab 5 – Perkembangan Sistem Pembayaran
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
5
Aktivitas sistem pembayaran dalam bentuk tunai dan non-
tunai di Kalimantan Selatan pada triwulan laporan mengalami
kenaikan yang cukup signifikan. Peningkatan ini sejalan dengan laju
pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan yang mengalami peningkatan.
Peningkatan transaksi tunai dan non-tunai juga didorong oleh faktor
musiman menjelang perayaan hari raya Idul Fitri. Aktivitas transfer yang
dilakukan oleh nasabah perbankan mengalami peningkatan baik untuk
pembayaran tunjangan hari raya maupun untuk transfer dana kepada orang-
orang terdekat yang sedang berada di luar kota. Di sisi lain, kebutuhan uang
tunai juga mengalami peningkatan terutama untuk membeli berbagai
keperluan menjelang hari raya serta pembayaran zakat. Sejalan dengan itu,
upaya-upaya pengedaran uang palsu pada triwulan laporan menunjukkan
kenaikan yang ditandai dengan peningkatan jumlah temuan uang palsu.
Aktivitas sistem pembayaran dalam bentuk tunai dan non-
tunai di Kalimantan Selatan pada triwulan laporan mengalami
kenaikan yang cukup signifikan. Peningkatan ini sejalan dengan laju
pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan yang mengalami peningkatan.
Peningkatan transaksi tunai dan non-tunai juga didorong oleh faktor
musiman menjelang perayaan hari raya Idul Fitri. Aktivitas transfer yang
dilakukan oleh nasabah perbankan mengalami peningkatan baik untuk
pembayaran tunjangan hari raya maupun untuk transfer dana kepada orang-
orang terdekat yang sedang berada di luar kota. Di sisi lain, kebutuhan uang
tunai juga mengalami peningkatan terutama untuk membeli berbagai
keperluan menjelang hari raya serta pembayaran zakat. Sejalan dengan itu,
upaya-upaya pengedaran uang palsu pada triwulan laporan menunjukkan
kenaikan yang ditandai dengan peningkatan jumlah temuan uang palsu.
1. Transaksi Keuangan Secara Tunai 1. Transaksi Keuangan Secara Tunai
1.1. Aliran Uang Masuk/Keluar (Cash Inflow/Outflow) 1.1. Aliran Uang Masuk/Keluar (Cash Inflow/Outflow)
Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan dari
6,22% (y-o-y) pada triwulan II-2008 menjadi 7,90% (y-o-y) pada triwulan
laporan telah mendorong kenaikan permintaan uang tunai. Kebutuhan uang
tunai ini dipengaruhi oleh peningkatan konsumsi masyarakat serta keperluan
untuk pembayaran zakat menjelang perayaan hari raya Idul Fitri.
Meningkatnya kebutuhan uang tunai masyarakat di triwulan laporan
juga ditandai dengan peningkatan aliran uang keluar (outflow) dari
Bank Indonesia Banjarmasin sebesar 29,7% atau Rp154,6 miliar
yaitu dari Rp521,2 miliar pada triwulan II-2008 menjadi Rp675,8
miliar.
Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan dari
6,22% (y-o-y) pada triwulan II-2008 menjadi 7,90% (y-o-y) pada triwulan
laporan telah mendorong kenaikan permintaan uang tunai. Kebutuhan uang
tunai ini dipengaruhi oleh peningkatan konsumsi masyarakat serta keperluan
untuk pembayaran zakat menjelang perayaan hari raya Idul Fitri.
Meningkatnya kebutuhan uang tunai masyarakat di triwulan laporan
juga ditandai dengan peningkatan aliran uang keluar (outflow) dari
Bank Indonesia Banjarmasin sebesar 29,7% atau Rp154,6 miliar
yaitu dari Rp521,2 miliar pada triwulan II-2008 menjadi Rp675,8
miliar.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
62
Bab 5 – Perkembangan Sistem Pembayaran
Di sisi lain jumlah uang tunai yang masuk (inflow) ke Bank Indonesia
Banjarmasin di triwulan laporan juga mengalami kenaikan sebesar 32,2%
(Rp82,6 miliar) dari Rp256,7 miliar pada triwulan II-2008 menjadi Rp339,3
miliar. Peningkatan aliran uang tunai yang masuk ke Bank Indonesia
Banjarmasin terutama berasal dari uang tidak layak edar (UTLE). Secara
netto pergerakan transaksi uang kartal melalui Bank Indonesia Banjarmasin
di triwulan laporan mengalami aliran uang tunai keluar (net cash outflow)
sebesar Rp336,6 miliar.
Grafik 5.1. Perkembangan Aliran Uang Masuk dan Keluar (Cash Inflow dan Outflow) Kantor Bank Indonesia Banjarmasin
-1,000
-500
0
500
1,000
1,500
2,000
T1.20
05
T2.20
05
T3.20
05
T4.20
05
T1.20
06
T2.20
06
T3.20
06
T4.20
06
T1.20
07
T2.20
07
T3.20
07
T4.20
07
T1.20
08
T2.20
08
T3.20
08
Mili
ar R
p
Cash Inflow Cash Outflow Net-flow
Sumber: KBI Banjarmasin
1.2. Penemuan Uang Palsu
Salah satu hal yang menjadi perhatian utama Bank Indonesia terkait
kegiatan pengedaran uang adalah mencegah beredarnya uang palsu di
masyarakat. Di wilayah Kalimantan Selatan, perkembangan penemuan
uang palsu yang dilaporkan ke Bank Indonesia Banjarmasin pada
triwulan laporan tercatat sebanyak 105 lembar yang terdiri dari 45
lembar pecahan Rp100.000, 26 lembar pecahan Rp50.000, 7 lembar
pecahan Rp20.000 dan 1 lembar pecahan Rp10.000,00. Jumlah ini
meskipun relatif kecil, namum meningkat dibandingkan temuan uang palsu
pada triwulan sebelumnya yang hanya tercatat 4 lembar dengan nilai
nominal keseluruhan sebesar Rp250 ribu.
Meningkatnya temuan uang palsu di Kalimantan Selatan pada triwulan
laporan merupakan upaya dari oknum pemalsu uang untuk memanfaatkan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
63
Bab 5 – Perkembangan Sistem Pembayaran
momentum bulan puasa dan perayaan hari raya Idul Fitri dalam pengedaran
uang palsu seiring meningkatnya penggunaan uang kartal masyarakat.
Untuk itu kewaspadaan dari setiap masyarakat pengguna uang tunai perlu
tetap dijaga antara lain dengan melaksanakan tindakan 3D (diraba, dilihat
dan diterawang). Upaya-upaya pemalsuan uang oleh berbagai pihak akan
semakin berkembang seiring kemajuan dalam perkembangan teknologi
cetak.
Tabel 5.1. Perkembangan Temuan Uang Palsu
Pecahan Rp100.000,-
Pecahan Rp50.000,-
Pecahan Rp20.000,- dan
Rp10.000,-
TOTAL
Periode
Bilyet
Nominal (dlm ribu) Bilyet
Nominal (dlm ribu) Bilyet
Nominal (dlm ribu Bilyet
Nominal (dlm ribu
TW.I 2006 4 400 - - - - 4 400
TW.II 2006 21 2,100 - - - - 21 2,100
TW.III 2006 9 900 - - - - 9 900
TW.IV 2006 6 600 4 200 - - 10 800
Tahun 2006 40 4,000 4 200 - - 44 4.200
TW.I 2007 242 24,200 10 500 - - 252 24,700
TW.II 2007 1 100 692 34,600 - - 693 34,700
TW.III 2007 2 200 24 1,200 - - 26 1,400
TW.IV 2007 38 3,800 16 800 - - 54 4,600
Tahun 2007 283 28,300 742 37,100 - - 1,025 65.400
TW.I 2008 34 3,400 17 850 - - 51 4,250
TW.II 2008 1 100 3 150 - - 4 250
Juli 2008 18 1.800 - - 2 30 20 1.830
Agustus 2008 1 100 - - - - 1 100
Sept. 2008 26 2.600 52 2.600 6 120 84 5.320
TW.III 2008 45 4.500 52 2.600 8 150 105 7.250 Sumber: KBI Banjarmasin
2. Transaksi Keuangan Secara Non-Tunai
Transaksi non-tunai melalui sarana Bank Indonesia Real Time
Gross Settlement (BI-RTGS) maupun kliring pada triwulan III-2008
mencatat kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Untuk
transaksi bernilai besar (di atas 100 juta) yang menggunakan sarana BI-
RTGS, kenaikan ini terjadi baik dari sisi nominal maupun volumenya. Dari
sisi nominal, nilai transaksi BI-RTGS di triwulan III-2008 mencapai Rp22,7
triliun atau mengalami kenaikan 7,9% dibandingkan nilai pada triwulan
sebelumnya yang mencapai Rp21,1 triliun. Sementara itu jumlah volume
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
64
Bab 5 – Perkembangan Sistem Pembayaran
transaksi BI-RTGS di triwulan laporan mencapai 29,7 ribu transaksi atau
mengalami kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 26,8
ribu transaksi. Adanya peningkatan baik dari sisi volume maupun nilai
transaksi melalui BI-RTGS diperkirakan berasal dari aktivitas korporasi besar
terutama di sektor pertambangan dan perkebunan, transaksi pasar uang
antarbank serta kenaikan transaksi perdagangan antar daerah menjelang
perayaan Hari Raya Idul Fitri.
Tabel 5.2 Transaksi BI-RTGS Kalimantan Selatan
T1 T2 T3 T4 T1 T2 T3
RTGS – Nominal (Rp miliar) 15,331 16,013 19,575 17,275 19,705 21,062 22,724
Dari Banjarmasin 9,895 10,151 13,178 10,569 13,756 12,744 14,414
ke Banjarmasin (lokal) 1,322 1,925 2,130 1,529 1,367 2,644 2,219
ke luar Banjarmasin (outflow) 8,573 8,226 11,048 9,040 12,389 10,101 12,195
Ke Banjarmasin (Inflow) 5,436 5,862 6,396 6,706 5,949 8,317 8,310
RTGS – Volume 13,808 15,110 18,003 30,132 18,285 26,768 29,708
Dari Banjarmasin 5,801 6,760 8,036 16,503 7,412 12,143 14,550
ke Banjarmasin (lokal) 1,034 1,311 1,584 4,239 1,595 2,151 2,530
ke luar Banjarmasin (outflow) 4,767 5,449 6,452 12,264 5,817 9,992 12,020
Ke Banjarmasin (Inflow) 8,007 8,350 9,967 13,629 10,873 14,625 15,158
2007 2008
Sumber: Bank Indonesia
Ditinjau dari pergerakan dananya, jumlah transaksi yang ke
luar Banjarmasin (outflow) pada triwulan laporan tercatat sebesar
Rp12,2 triliun, sementara transaksi dana yang masuk ke
Banjarmasin sebesar Rp8,3 triliun. Secara netto di triwulan III-2008
terdapat aliran dana keluar dari Kalimantan Selatan sebesar Rp3,9 triliun,
lebih tinggi dibandingkan net outflow triwulan sebelumnya sebesar Rp1,8
triliun.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
65
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
66
Bab 5 – Perkembangan Sistem Pembayaran
Grafik 5.2. Perkembangan Transaksi BI-RTGS Grafik 5.2. Perkembangan Transaksi BI-RTGS
66
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
T1.200
7
T2.200
7
T3.200
7
T4.200
7
T1.200
8
T2.200
8
T3.200
8
Milliar Rp
05,00010,00015,00020,00025,00030,00035,000
Satuan
Nilai (aksis kiri)Volume (aksis kanan)
Sumber: KBI Banjarmasin
Di sisi lain, penyelesaian transaksi keuangan non-tunai bernilai
kecil melalui kegiatan kliring pada triwulan III-2008 mengalami
kenaikan dari Rp54,9 miliar/hari pada triwulan II-2008 menjadi
Rp57,05 miliar/hari. Sedangkan volume transaksinya di triwulan laporan
justru menunjukkan sedikit penurunan dari 1.636 lembar per hari di triwulan
II-2008 menjadi 1.618 lembar per hari.
Meningkatnya nilai transaksi keuangan melalui sarana kliring menjadi
indikasi pergerakan aktivitas ekonomi di masyarakat. Khusus pada triwulan
laporan, kenaikan nilai transaksi kliring terutama berasal dari kegiatan
transfer masyarakat kepada sanak keluarga yang berada di luar kota serta
adanya transfer pembayaran tunjangan hari raya (THR) seiring menjelang
datangnya masa perayaan hari raya Idul Fitri. Dengan semakin luasnya
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
T1.200
7
T2.200
7
T3.200
7
T4.200
7
T1.200
8
T2.200
8
T3.200
8
Juta Rp
1,450
1,500
1,550
1,600
1,650
1,700Lembar
NominalVolume
Grafik 5.3 Perkembangan Transaksi Kliring
Tabel 5.3 Rata-rata Harian Transaksi
Kliring Periode
Volume
Nominal (dlm jutaan
Rp)
T1.2007 1,545 39,417.44
T2.2007 1,681 43,492.66
T3.2007 1,654 43,966.88
T4.2007 1,577 47,111.88
T1.2008 1,560 49,318.73
T2.2008 1,636 54,908.52
T3.2008 1,618 57,047.52 Sumber: KBI Banjarmasin
Bab 5 – Perkembangan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
67
cakupan wilayah kliring nasional diharapkan akan memberikan kemudahan,
keamanan dan kecepatan kepada masyarakat dalam melakukan transaksi
keuangan antar bank.
Meskipun voume transaksi kliring di triwulan laporan
mengalami penurunan, penarikan cek/bilyet giro kosong di wilayah
Kalimantan Selatan justru mengalami kenaikan baik dari sisi jumlah
warkat maupun nominalnya. Dari sisi jumlah warkat cek/bilyet giro
kosong di triwulan III-2008, rata-rata hariannya mencapai 16 lembar/hari
atau mengalami kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 13
lembar/hari. Sedangkan dari sisi nominalnya, rata-rata perputaran kliringnya
mengalami kenaikan dari Rp500,13 juta/hari pada triwulan II-2008 menjadi
Rp693,8 juta/hari.
Tabel 5.4. Rata-rata Harian Penarikan Cek/BG Kosong
Penarikan Cek/BG Kosong
Kliring Total Persentase Periode
Volume (Lembar)
Nominal (Juta Rp)
Volume (Lembar)
Nominal (Juta Rp)
Volume Nominal
T1.2007 12 346.10 1,545 39,417.44 0.76% 0.88% T2.2007 12 525.58 1,681 43,492.66 0.72% 1.21% T3.2007 10 369.96 1,654 43,966.88 0.62% 0.84% T4.2007 13 392.82 1,577 47,111.88 0.85% 0.83% T1.2008 13 434.87 1,560 49,318.73 0.85% 0.88% T2.2008 13 500.13 1,636 54,908.52 0.77% 0.91% T3.2008 16 693.87 1,618 57,047.52 1.02% 1.22% Sumber: KBI Banjarmasin
Dengan perkembangan tersebut, persentase penarikan cek/bilyet giro
kosong terhadap total transaksi kliring baik dari sisi volume maupun
nominalnya mengalami kenaikan meskipun pada tingkat yang cukup rendah.
Dari sisi volume terjadi kenaikan persentase menjadi 1,02% dibandingkan
triwulan sebelumnya yang mencapai 0,77%. Sementara itu dari sisi
nominalnya, persentase penarikan cek/BG kosong juga mengalami
peningkatan dari 0,91% di triwulan II-2008 menjadi 1,22%. Untuk
mengurangi penyalahgunaan warkat cek/BG kosong, Bank Indonesia akan
memasukkan nama nasabah penarik cek/bilyet giro kosong dalam daftar
hitam nasional penarik cek/bilyet giro kosong, sehingga akan menghambat
aktivitas transaksi keuangan yang bersangkutan secara nasional.
Bab 6 – Ketenagakerjaan Dan Kesejahteraan Masyarakat
KETENAGAKERJAAN DAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
6 1. Ketenagakerjaan
Laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan yang bergerak pada
tingkat yang cukup tinggi telah membawa dampak positif terhadap
terbukanya lapangan pekerjaan dan berkurangnya angka pengangguran.
Laju penyerapan tenaga kerja di Kalimantan Selatan pada tahun
2008 mengalami peningkatan sebesar 7,23% yaitu dari 1,49 juta
orang di tahun 2007 menjadi 1,59 juta orang. Perkembangan tersebut
menyebabkan tingkat pengangguran Kalimantan Selatan posisi Februari
2008 mengalami penurunan dari 7,31% pada tahun sebelumnya menjadi
6,91%. Angka pengangguran tersebut lebih baik dibandingkan angka
pengangguran nasional sebesar 8,5%.
Grafik 6.1. Angkatan Kerja, Jumlah Penduduk Bekerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka di Kalimantan Selatan
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
Feb-06 Feb-07 Feb-08
Ribu Orang
6.00%
6.50%
7.00%
7.50%
8.00%
(y-o-y)
Angkatan KerjaBekerjaMenganggurTk, Pengangguran
Sumber : Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS Kalimantan Selatan
Peningkatan penyerapan tenaga kerja di Kalimantan Selatan
jika dilihat dari status pekerjaannya masih didominasi oleh
penyerapan di sektor informal. Penyerapan di sektor informal pada tahun
2008 ini mengalami kenaikan sebesar 7,55%, yaitu dari 1,11 juta orang di
tahun 2007 menjadi 1,19 juta orang. Besarnya penyerapan ini terutama
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
68
Bab 6 – Ketenagakerjaan Dan Kesejahteraan Masyarakat
pada kelompok buruh bebas pertanian yang mencatat kenaikan sebesar
41,15%, kelompok berusaha dibantu buruh tetap sebesar 12,07%, serta
kelompok pekerja tidak dibayar sebesar 8,40%. Besarnya kenaikan
penyerapan tenaga kerja di sektor informal dipengaruhi oleh perkembangan
sektor pertanian yang cukup baik terutama pada subsektor tanaman bahan
makanan dan perkebunan kelapa sawit.
Tabel 6.2. Tenaga Kerja Berdasarkan Status Pekerjaan di Kalimantan Selatan
Status Pekerjaan Feb 2007 Feb 2008 Growth Formal 381,869 405,939 6.30% Buruh/karyawan/pegawai 329,743 355,419 7.79% Berusaha dibantu buruh tetap 52,126 50,520 -3.08% Informal 1,105,412 1,188,821 7.55% Berusaha Sendiri 380,249 389,494 2.43% Berusaha dibantu buruh tidak tetap 332,573 372,720 12.07% Pekerja bebas pertanian 30,591 43,179 41.15% Pekerja bebas non pertanian 59,720 55,747 -6.65% Pekerja tidak dibayar 302,279 327,681 8.40% Jumlah Pekerja 1,487,281 1,594,760 7.23%
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Selatan, diolah
Sedangkan di sektor formal, laju penyerapan tenaga kerja di
tahun 2008 mengalami pertumbuhan sebesar 6,30% dari 382 ribu
orang di tahun 2007 menjadi 406 ribu orang. Kenaikan jumlah pekerja
di sektor formal didorong oleh kenaikan jumlah pekerja buruh/
karyawan/pegawai sebesar 7,8% terutama pada sektor pemerintah dan
sektor pertambangan. Secara keseluruhan total pangsa pekerja di sektor
informal pada tahun 2008 mencapai 74,5%, sedangkan pangsa sektor
formal hanya sebesar 25,5%. Besarnya pangsa tenaga kerja sektor informal
dipengaruhi oleh karakteristik perekonomian Kalimantan Selatan yang
banyak didominasi oleh sektor pertanian dan sektor perdagangan.
Secara sektoral, sektor pertanian di Kalimantan Selatan
merupakan sektor penyerap tenaga kerja terbesar yaitu mencapai
47,4% atau sebesar 703,24 ribu orang, diikuti sektor perdagangan
yang menyerap 22% atau sebesar 351,5 ribu orang. Jumlah pekerja di
sektor pertanian sendiri mengalami kenaikan 7,38% atau meningkat 51,9
ribu orang dibandingkan tahun 2007. Peningkatan ini terutama didorong oleh
penyerapan tenaga kerja di perkebunan, khususnya pada kelapa sawit dan
karet.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
69
Bab 6 – Ketenagakerjaan Dan Kesejahteraan Masyarakat
Grafik 6.2. Pangsa Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Ekonomi di Kalimantan Selatan
Jasa9.82%
Industri7.17%
Angkutan5.13%
Bangunan3.94%
Perdagangan22.04%
Pertanian47.35%
Lainnya0.77%
Pertambangan3.77%
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Selatan, diolah
Sektor pertambangan yang menjadi salah satu sektor ekonomi
utama Kalimantan Selatan, pangsa penyerapan tenaga kerjanya
hanya sebesar 3,77% dari total keseluruhan jumlah pekerja. Relatif
kecilnya penyerapan tenaga kerja di sektor ini dipengaruhi karakteristik
sektor pertambangan yang lebih bersifat padat modal dibandingkan padat
karya, sehingga penggunaan tenaga kerja di sektor ini relatif lebih rendah
dibandingkan sektor utama lainnya seperti sektor pertanian dan sektor
perdagangan.
Sementara itu perkembangan kondisi ketenagakerjaan ke depan
diperkirakan akan semakin berat. Pasokan tenaga kerja akan terus
meningkat seiring laju pertumbuhan penduduk yang semakin cepat. Di sisi
lain prospek pertumbuhan ekonomi di triwulan mendatang cenderung
mengalami perlambatan seiring terjadinya krisis finansial global. Beberapa
sektor ekonomi yang terimbas langsung oleh dampak krisis ini seperti sektor
perkebunan (karet dan kelapa sawit) serta industri pengolahan kayu yang
relatif padat karya perlu mendapat perhatian Pemerintah Daerah agar tetap
mampu bertahan dan tidak menimbulkan gejolak yang lebih besar.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
70
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
71
Bab 6 – Ketenagakerjaan Dan Kesejahteraan Masyarakat
2. Kesejahteraan Masyarakat
Laju pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi berdampak
positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Indikasi
terlihat dari perkembangan jumlah penduduk miskin di Kalimantan
Selatan yang menunjukkan penurunan dari 233,5 ribu (7,01%) pada
bulan Maret 2007 menjadi 218,9 ribu di bulan Maret 2008 (6,48%).
Penurunan jumlah penduduk miskin Kalimantan Selatan terutama
didorong oleh berkurangnya jumlah penduduk miskin di kawasan perdesaan
yaitu dari 150,4 ribu penduduk menjadi 137,8 ribu penduduk. Sedangkan di
kawasan perkotaan, penurunan jumlah penduduk miskin relatif rendah yaitu
dari 83,1 ribu penduduk menjadi 81,1 ribu penduduk. Indikasi ini sejalan
dengan pertumbuhan di sektor pertanian baik di subsektor tanaman bahan
makanan (tabama) maupun perkebunan yang bergerak pada kisaran yang
cukup tinggi.
Tabel 6.3. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin, Kalimantan Selatan, Maret 2007 – Maret 2008
Daerah / Periode Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan)
Jumlah Penduduk
Miskin (Ribu)
Persentase Penduduk
Miskin
Maret 2007 Perkotaan 185,289 83.1 6.01% Pedesaan 144,647 150,4 7.72% TOTAL 161,514 233,5 7.01%
Maret 2008 Perkotaan 199,416 81.1 5.79% Pedesaan 166,676 137,8 6.97% TOTAL 180,263 218,9 6.48%
Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS Kalimantan Selatan
Penurunan jumlah penduduk miskin Kalimantan Selatan juga
dipengaruhi oleh berbagai upaya Pemerintah melalui berbagai
program jaring pengaman sosial seperti Bantuan Langsung Tunai
(BLT) dan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR). Untuk penyaluran
BLT di Kalimantan Selatan, jumlah penerima dana BLT berdasarkan hasil
survei tahun 2005 mencapai 245.948 rumah tangga yang terdiri dari 76.466
rumah tangga sangat miskin, 62.609 rumah tangga miskin dan 106.893
rumah tangga mendekati miskin. Setelah dilakukan pendataan ulang pada
tahun 2007, jumlah penerima BLT mengalami penurunan sebanyak 1.643
Bab 6 – Ketenagakerjaan Dan Kesejahteraan Masyarakat
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
72
rumah tangga menjadi 244.305 rumah tangga yang terdiri dari 78.780
rumah tangga sangat miskin, 51.261 rumah tangga miskin dan 114.264
rumah tangga mendekati miskin.
Apabila ditinjau dari angka Indeks Pembangunan Manusia
(IPM), pertumbuhan tingkat kesejahteraan masyarakat Kalimantan
Selatan menunjukkan kenaikan dengan besarannya tidak terlalu
signifikan. Di tahun 2006 IPM Kalimantan Selatan mencapai nilai
67,7, sedikit lebih baik dibandingkan posisi tahun sebelumnya
sebesar 67,4, namun masih dibawah angka IPM Nasional yang
mencapai 70,1. Adanya peningkatan laju pertumbuhan ekonomi yang
cukup tinggi beberapa tahun terakhir diperkirakan menjadi salah satu faktor
meningkatnya indikator-indikator penyusun IPM. Salah satu indikator yang
perlu mendapat perhatian adalah deviasi yang cukup besar antara angka
harapan hidup penduduk Kalimantan Selatan (62,4) dengan angka harapan
hidup nasional (68,5). Hal ini menunjukkan masih rendahnya akses
masyarakat terhadap fasilitas kesehatan. Namun demikian, prospek ke
depan dengan memperhatikan laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan
Selatan yang cukup tinggi, serta meningkatnya berbagai program
pemerintah dalam rangka jaring pengaman sosial, nilai IPM Kalimantan
Selatan pada tahun 2007 diperkirakan akan meningkat pada kisaran yang
cukup signifikan.
Tabel 5.2. Perkembangan IPM Kalimantan Selatan dan Indonesia Kalimantan Selatan Indonesia Indikator
2002 2004 2005 2006 2002 2004 2005 2006
Angka Harapan Hidup 61.3 61.6 62.1 62.4 66.2 67.6 68.1 68.5
Angka Melek Huruf 93.3 94.8 95.3 95.3 89.5 90.4 90.9 91.5
Rata-rata Lama Sekolah 7 7.2 7.3 7.4 7.1 7.2 7.3 7.4
Pengeluaran Riil Per Kapita 596.2 619.8 622.7 623.8 591.2 614.1 619.9 621.3
IPM 64.3 66.7 67.4 67.7 65.8 68.7 69.6 70.1
Peringkat 23 24 26 26
Sumber : Badan Pusat Statistik
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
73
Bab 7 – Prospek Ekonomi
PROSPEK EKONOMI
1. Perkiraan Kondisi Makro Ekonomi
Perkembangan ekonomi Kalimantan Selatan di triwulan IV-
2008 akan banyak dipengaruhi oleh perkembangan krisis finansial
global yang semakin meluas. Beberapa dampak akibat krisis finansial
global telah mulai dirasakan ekonomi Kalimantan Selatan berupa penurunan
likuiditas di pasar keuangan. Selain itu krisis juga mempengaruhi sektor-
sektor ekonomi yang berbasis ekspor akibat penurunan permintaan dunia
dan penurunan tajam harga-harga komoditas dunia. Dengan
perkembangan tersebut, laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan
Selatan di triwulan IV-2008 diproyeksikan mengalami perlambatan
dalam kisaran 4,5%-5,2%*.
Dari sisi permintaan, melambatnya pertumbuhan dipengaruhi oleh
melambatnya konsumsi, investasi dan kegiatan ekspor. Melambatnya
pertumbuhan konsumsi terutama konsumsi swasta dipengaruhi oleh
penurunan daya beli masyarakat. Selain itu sumber pembiayaan konsumtif
yang bersumber dari bank maupun lembaga keuangan cenderung akan
mengalami penurunan seiring terbatasnya likuiditas. Untuk menopang laju
pertumbuhan ekonomi, diharapkan adanya peningkatan kegiatan konsumsi
yang bersumber dari dana Pemerintah Daerah yakni melalui realisasi belanja
APBD menjelang berakhirnya tahun anggaran 2008.
Pada komponen investasi, perkembangan pada triwulan IV-
2008 diperkirakan masih terbatas seiring ketidakpastian
perkembangan krisis finansial global. Khusus di Kalimantan Selatan,
adanya penurunan permintaan dunia dan penurunan harga komoditas primer
seperti CPO, karet dan batubara akan mempengaruhi realisasi investasi para
pelaku usaha di sektor tersebut. Selain itu masih terjadinya permasalahan * Angka proyeksi Bank Indonesia Banjarmasin
7
Bab 7 – Prospek Ekonomi
dalam pemberian izin penggunaan lahan juga menjadi salah satu faktor yang
menghambat masuknya arus investasi ke Kalimantan Selatan.
Meskipun demikian, peluang terjadinya realisasi investasi masih ada
pada sektor pertambangan. Hal ini diindikasikan dari hasil kegiatan Liaison
yang melaporkan beberapa pelaku usaha di sektor pertambangan batu bara
akan melakukan realisasi investasi di triwulan IV-2008 berupa pembangunan
conveyor belt serta pembangunan pembangkit listrik untuk menunjang
kegiatan eksplorasi.
Sementara itu kegiatan ekspor pada triwulan IV-2008
diperkirakan akan mengalami perlambatan seiring turunnya
permintaan dunia. Penurunan yang cukup tinggi terutama berasal
dari ekspor komoditas primer perkebunan, khususnya karet dan
CPO. Sedangkan untuk batu bara, perlambatan ekspor diperkirakan relatif
minimal karena kontrak pembelian batu bara oleh beberapa perusahaan
tambang merupakan kontrak jangka panjang.
Sedangkan dari sisi impor perkembangan ke depan juga
diperkirakan akan melambat sejalan melambatnya aktivitas di sektor
ekonomi dominan. Hal ini dikarenakan komposisi impor Kalimantan
Selatan didominasi oleh komponen barang modal dalam bentuk kendaraan
berat dan permesinan yang menunjang aktivitas pertambangan dan
perkebunan.
Grafik 7.1. Perkembangan Realisasi dan Ekspektasi Kegiatan Dunia Usaha Berdasarkan Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Triwulanan
-50-40-30-20-10
01020304050
T1.20
03
T2.20
03
T3.20
03
T4.20
03
T1.20
04
T2.20
04
T3.20
04
T4.20
04
T1.20
05
T2.20
05
T3.20
05
T4.20
05
T1.20
06
T2.20
06
T3.20
06
T4.20
06
T1.20
07
T2.20
07
T3.20
07
T4.20
07
T1.20
08
T2.20
08
T3.20
08
T4.20
08
Realisasi Kegiatan UsahaEkspektasi Kegiatan Usaha
Sumber : SKDU, KBI Banjarmasin
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
74
Bab 7 – Prospek Ekonomi
Perkiraan terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi juga
terindikasi dari ekspektasi pelaku usaha pada triwulan IV-2008 yang
mengalami penurunan. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
mengindikasikan adanya penurunan ekspektasi kegiatan usaha dari nilai
indeks 25,6 di triwulan III-2008 menjadi 6,0.
Melambatnya prospek pertumbuhan ekonomi Kalimantan
Selatan dari sisi permintaan, direspon dengan melambatnya kinerja
ekonomi secara sektoral. Hampir seluruh sektor ekonomi mencatat
perlambatan pertumbuhan kecuali di sektor perdagangan, sektor jasa-jasa
dan sektor listrik, gas dan air bersih.
Di sektor pertanian, yang memiliki pangsa terbesar dalam
perekonomian Kalimantan Selatan, proyeksi pertumbuhan ekonomi
di triwulan IV-2008 akan berada pada kisaran 6,97% (y-o-y) atau
melambat dibandingkan triwulan laporan yang mencapai 13,75% (y-
o-y). Melambatnya pertumbuhan di sektor ini terutama dipengaruhi
penurunan produktivitas tanaman bahan makanan seiring telah berlalunya
masa panen raya. Selain itu melambatnya pertumbuhan di sektor ini juga
dipengaruhi oleh rencana penurunan produksi karet dan CPO untuk
mencegah kejatuhan lebih lanjut harga komoditas ini di pasar internasional.
Hal ini sejalan dengan dengan adanya kesepakatan antara tiga negara
produsen karet dunia untuk mengurangi produksi karet hingga 30%.
Untuk sektor pertambangan, perkembangan di triwulan IV-
2008 diperkirakan akan melambat pada kisaran 6,25% (y-o-y)
dibandingkan triwulan laporan yang tumbuh sebesar 13,1% (y-o-y).
Melambatnya pertumbuhan di sektor pertambangan dipengaruhi oleh
penutupan perusahaan tambang yang beroperasi secara ilegal di kawasan
hutan tanaman industri (HTI). Selain faktor tersebut, faktor alam berupa
musim hujan yang terjadi pada triwulan IV-2008 diperkirakan akan
mengganggu kegiatan eksplorasi penambangan.
Melambatnya pertumbuhan juga dialami oleh sektor industri
pengolahan yang saat ini masih ditopang oleh industri pengolahan
kayu. Laju pertumbuhan sektor ini di triwulan IV-2008 diperkirakan akan
mengalami penurunan pada kisaran 1,28% (y-o-y), lebih rendah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
75
Bab 7 – Prospek Ekonomi
dibandingkan triwulan laporan yang tercatat tumbuh positif sebesar 0,08%
(y-o-y). Penurunan kinerja sektor ini terutama dipengaruhi oleh turunnya
permintaan ekspor produk olahan kayu terutama yang berasal dari Amerika
Serikat akibat terjadinya krisis finansial.
Berbeda dengan perkembangan di sektor lainnya, sektor
perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan mendatang
diperkirakan masih tumbuh sedikit lebih tinggi dibandingkan
triwulan laporan, yakni pada kisaran 3,35% (y-o-y). Pertumbuhan di
sektor ini terutama tertolong oleh adanya momentum keagamaan Hari Raya
Idul Adha dan Hari Natal, serta perayaan Tahun Baru yang akan mendorong
konsumsi masyarakat, meskipun secara keseluruhan dorongan konsumsi
masyarakat diperkirakan menurun.
Sementara itu kinerja sektor-sektor ekonomi non-dominan,
pada triwulan IV-2008 diperkirakan juga mengalami perlambatan
sejalan dengan perlambatan kinerja sektor ekonomi dominan. Untuk
sektor bangunan, melambatnya pertumbuhan terutama didorong oleh
kenaikan suku bunga pinjaman sehingga permintaan kredit sektor properti di
triwulan mendatang akan mengalami penurunan. Begitu pula di sektor
pengangkutan, melambatnya pertumbuhan di sektor ini dipengaruhi oleh
penurunan kegiatan di sektor perkebunan serta penurunan aktivitas ekspor.
Potensi terjadinya kenaikan terdapat di sektor jasa-jasa seiring
meningkatnya realisasi belanja anggaran Pemerintah Daerah menjelang
berakhirnya tahun anggaran 2008.
2. Perkiraan Inflasi
Tekanan inflasi pada triwulan IV-2008 diperkirakan akan
sedikit lebih rendah dibandingkan tekanan inflasi pada triwulan
laporan. Berkurangnya tekanan inflasi pada triwulan IV-2008 terutama
dipengaruhi oleh mulai berkurangnya tekanan konsumsi masyarakat,
kenaikan suku bunga pinjaman serta adanya penurunan daya beli
masyarakat, khususnya yang bekerja pada sektor perkebunan dan industri
pengolahan kayu akibat pengaruh krisis finansial global. Dari sisi supply,
berkurangnya tekanan inflasi juga akan dipengaruhi oleh penurunan tajam
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
76
Bab 7 – Prospek Ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan II-2008
77
harga BBM industri serta komoditas CPO yang berdampak terhadap
penurunan harga minyak goreng.
Meskipun demikian, potensi tekanan inflasi ke depan tetap perlu
diwaspadai. Tekanan inflasi terutama akan berasal dari sisi pasokan
kelompok bahan makanan, makanan jadi dan sandang. Beberapa faktor
yang mempengaruhi kondisi pasokan antara lain :
1. Penurunan pasokan beras seiring telah berlalunya musim panen raya.
2. Pelemahan nilai tukar rupiah yang mendorong terjadinya imported
inflation.
3. Faktor musim hujan yang dapat mengganggu pasokan bahan pokok
seperti ikan, daging ayam dan sayur-sayuran.
Grafik 7.2. Perkembangan Ekspektasi Konsumen dan Ekspektasi Harga
6 Bulan Yang Akan Datang Berdasarkan Hasil Survei Konsumen (SK)
60
80
100
120
140
160
180
200
Sep-06
Nov-06
Jan-07
Mar-07
May-07
Jul-0
7
Sep-07
Nov-07
Jan-08
Mar-08
May-08
Jul-0
8
Sep-08
Ekspektasi KonsumenEkspektasi Harga 6 bln yg akan datang (aksis kanan)Batas optimis/pesimis
Sumber : Survai Konsumen, KBI Banjarmasin
Adanya potensi kenaikan harga pada triwulan mendatang terindikasi
dari pergerakan indeks ekspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yang
akan datang berada pada tren yang meningkat. Sementara itu pergerakan
indeks ekspektasi konsumen di bulan September 2008 masih menunjukkan
arah kenaikan (optimis) yang menunjukkan masih adanya indikasi
peningkatan konsumsi masyarakat. Dengan mempertimbangkan hal-hal
di atas, laju inflasi pada triwulan IV-2008 diperkirakan masih berada
pada kisaran 12 +1% (y-o-y).
Lampiran
LAMPIRAN
Tabel Lampiran 1. Indikator Makro Terpilih Provinsi Kalimantan Selatan
Indikator Kalimantan
Selatan Satuan Periode
PDRB Triwulan I-
2008 Triwulan II-
2008 Triwulan III-
2008 Atas Dasar Harga Berlaku Rp triliun 9.82 11.64 12.19 Atas Dasar Harga Konstan Rp triliun 6.12 7.08 7,32
Pertumbuhan Ekonomi (y-o-y) (%) 5.97 6.22 7.90 Inflasi
Atas dasar y-o-y (%) 8.64 11.82 11.25 Atas dasar y-t-d (%) 4.11 7.20 9.59 Pengangguran*)
Jumlah Pengangguran Ribu orang 118.37 - - Angka Pengangguran (%) 6.91 - -
Sumber : BPS Kalimantan Selatan *) Angka pengangguran menggunakan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) bulan Februari
Tabel Lampiran 2. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Kalimantan Selatan
Menurut Sektor Atas Dasar Harga Berlaku (Juta Rp)
Sektor Trw-I 2007*)
Trw-II 2007*)
Trw-III 2007*)
Trw-IV 2007*)
Trw-I 2008**)
Trw-II 2008**)
Trw-III 2008**)
Pertanian 1,517,331 2,591,598 2,556,666 2,190,668 1,690,291 2,932,324 3,186,442
Pertambangan 2,080,883 2,055,421 2,113,657 2,306,889 2,426,724 2,532,140 2,604,072
Industri 1,033,430 1,085,752 1,101,561 1,143,376 1,132,202 1,156,033 1,166,317
Listrik 48,939 53,070 56,108 61,597 60,205 62,697 66,173
Bangunan 573,970 622,798 653,024 704,084 627,897 675,698 705,965
Perdagangan 1,346,117 1,412,391 1,530,730 1,643,074 1,551,954 1,649,006 1,690,262
Pengangkutan 798,113 855,155 887,622 1,005,327 927,706 1,024,686 1,056,660
Keuangan 364,634 427,587 486,551 479,562 463,491 561,251 613,727
Jasa-jasa 823,854 875,386 955,452 996,390 936,549 1,044,415 1,103,507
PDRB 8,587,271 9,979,159 10,341,370 10,530,967 9,817,018 11,638,249 12,193,123Sumber : BPS Kalimantan Selatan *) Angka sementara **) Angka sangat sementara
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
78
Lampiran
Tabel Lampiran 3. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Kalimantan Selatan
Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan (Juta Rp)
Sektor Trw-I 2007*)
Trw-II 2007*)
Trw-III 2007*)
Trw-IV 2007*)
Trw-I 2008**)
Trw-II 2008**)
Trw-III 2008**)
Pertanian 1,090,461 1,856,413 1,798,781 1,498,081 1,130,316 1,905,304 2,046,183
Pertambangan 1,418,907 1,387,966 1,403,462 1,471,344 1,514,343 1,563,474 1,587,196
Industri 722,363 749,118 753,749 770,977 755,185 755,892 754,386
Listrik 30,519 32,768 33,959 34,207 32,626 33,621 34,965
Bangunan 326,753 348,209 365,038 393,163 346,708 358,621 368,915
Perdagangan 909,363 937,913 994,857 1,054,824 978,986 1,008,139 1,020,225
Pengangkutan 523,516 544,306 552,834 610,213 550,589 580,819 590,821
Keuangan 227,140 258,991 291,441 252,879 241,455 278,911 295,872
Jasa-jasa 522,578 553,484 592,374 609,337 566,031 599,082 624,061
PDRB 5,771,600 6,669,168 6,786,494 6,695,025 6,116,238 7,083,862 7,322,624Sumber : BPS Kalimantan Selatan
*) Angka sementara **) Angka sangat sementara
Tabel Lampiran 4. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Kalimantan Selatan
Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan (y-o-y) (%)
Sektor Trw-I 2007
Trw-II 2007
Trw-III 2007
Trw-IV 2007
Trw-I 2008
Trw-II 2008
Trw-III 2008
Pertanian -3.06 11.65 8.27 2.83 3.65 2.63 13.75 Pertambangan 10.87 4.74 0.49 4.57 6.73 12.64 13.09 Industri 1.12 3.13 4.02 3.46 4.54 0.90 0.08 Listrik 2.3 7.08 6.66 0.74 6.90 2.60 2.96 Bangunan 6.05 7.79 7.54 6.25 6.11 2.99 1.06 Perdagangan 6.48 3.18 6.78 8.12 7.66 7.49 2.55 Pengangkutan 7.95 8.41 8.93 7.69 5.17 6.71 6.87 Keuangan 15.48 24.81 21.49 1.5 6.30 7.69 1.52 Jasa-jasa 5.15 6.31 7.94 7.04 8.32 8.24 5.35
PDRB 5.14 7.45 6.34 5.04 5.97 6.22 7.90 Sumber : BPS Kalimantan Selatan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
79
Lampiran
Tabel Lampiran 5. Indeks Harga Konsumen Provinsi Kalimantan Selatan
Tahun Dasar Periode IHK Bahan
Makanan Makanan
Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transport
Jan-05 120.79 121.78 112.31 136.83 113.26 108.99 133.83 110.36 Feb-05 119.31 115.50 113.02 136.95 113.61 110.77 133.85 110.50 Mar-05 121.11 115.32 115.72 137.44 115.56 111.16 134.75 118.37 Apr-05 120.97 114.24 115.96 137.95 114.87 111.36 134.75 118.76
May-05 121.21 115.25 115.83 138.08 114.58 111.36 135.17 118.39 Jun-05 121.34 113.74 117.16 138.73 114.47 112.07 135.39 118.98 Jul-05 122.69 115.50 117.31 141.90 115.64 112.39 136.62 119.00
Aug-05 123.62 116.41 118.74 142.49 116.16 112.91 139.98 119.00 Sep-05 124.55 117.86 119.29 142.92 119.03 113.47 141.89 119.00 Oct-05 134.58 127.79 128.41 152.32 120.89 113.47 142.17 143.92 Nov-05 136.64 133.24 128.63 154.16 121.00 114.73 141.14 144.41 Dec-05 135.58 130.40 128.85 152.33 121.60 115.60 141.33 144.41 Jan-06 137.15 134.25 129.04 154.00 122.03 115.53 142.00 144.66 Feb-06 137.86 135.92 129.95 154.23 121.50 114.95 141.95 144.80 Mar-06 137.36 133.48 130.00 155.32 120.68 114.91 141.97 144.88 Apr-06 140.09 139.59 132.84 156.23 121.82 115.30 142.19 144.91
May-06 143.48 146.36 136.22 157.58 127.16 114.79 142.59 144.87 Jun-06 145.81 151.72 136.33 161.22 127.44 114.79 142.45 144.87 Jul-06 146.15 151.47 137.08 161.48 129.25 114.81 143.55 144.89
Aug-06 145.90 147.47 137.66 163.81 128.88 114.89 150.14 144.90 Sep-06 145.95 146.29 138.61 164.28 128.68 114.94 151.43 144.92 Oct-06 147.75 151.43 139.50 164.63 128.83 115.90 151.43 144.94 Nov-06 150.78 159.98 139.94 166.55 130.00 115.71 151.43 145.07 Dec-06 150.54 159.61 140.03 165.60 130.25 116.47 151.43 145.07 Jan-07 152.84 163.65 143.76 166.19 130.66 118.52 151.49 145.14 Feb-07 153.59 160.05 150.47 167.36 128.51 118.89 151.49 145.14 Mar-07 155.49 163.48 154.24 167.60 127.73 118.74 151.55 145.14 Apr-07 155.05 160.95 154.99 168.67 127.91 119.51 147.49 145.13
May-07 155.33 161.18 155.59 168.99 127.81 119.51 147.49 145.13 Jun-07 154.46 157.59 155.94 169.33 127.48 119.04 147.55 145.46 Jul-07 155.08 157.53 156.02 169.55 127.80 119.14 159.94 145.65
Aug-07 155.50 156.59 155.98 169.53 128.63 119.03 175.12 145.82 Sep-07 158.47 164.91 158.35 169.69 128.03 119.59 175.12 145.82 Oct-07 159.67 168.96 158.83 170.16 125.25 120.03 175.12 145.88 Nov-07 160.40 168.29 161.53 170.77 126.48 121.09 175.12 145.91 Dec-07 162.25 174.16 161.51 170.89 127.24 122.20 175.12 146.53 Jan-08 166.94 181.10 162.71 180.78 132.09 122.50 175.12 146.54 Feb-08 167.56 181.83 163.29 181.30 133.79 123.46 175.13 146.64 Mar-08 168.93 185.75 166.09 178.43 135.56 124.57 174.89 146.87
Apr-08 167.56 181.83 163.29 181.30 133.79 123.46 175.13 146.64
2002=100
May-08 168.93 185.75 166.09 178.43 135.56 124.57 174.89 146.87 May-08 107.74 112.63 108.04 111.45 103.68 104.40 104.77 100.02 2007=100 Jun-08 110.41 113.59 108.80 115.27 104.65 104.78 105.04 107.80
Jul-08 111.65 115.72 109.72 115.75 105.53 107.21 108.63 108.38 Aug-08 111.51 114.68 110.28 115.98 103.4 107.15 109.89 108.46 Sep-08 112.87 117.79 110.36 116.76 104.41 107.15 109.89 110.73
Sumber : BPS Kalimantan Selatan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
80
Lampiran
Tabel Lampiran 6.
Indikator Perkembangan Bank Umum Kalimantan Selatan
Indikator Trw-I 2007
Trw-II 2007
Trw-III 2007
Trw-IV 2007
Trw-I 2008
Trw-II 2008
Trw-III 2008
Total Aset (Rp Miliar) 13,073 13,724 14,410 15,259 15,622 16,727 17,996 Total DPK (Rp Miliar) 11,071 11,683 12,316 12,839 13,366 14,453 15,456
Tabungan 3,553 3,698 4,109 3,747 4,214 4,477 4,539 Giro 4,721 4,974 5,369 6,411 6,506 7,149 7,581
Deposito 2,797 3,011 2,838 2,681 2,646 2,827 3,336 Total Kredit lokasi
bank (Rp Miliar) 6,963 7,550 7,985 9,112 9,400 10,668 11,655 Jenis Penggunaan
(Rp Miliar) :
Modal Kerja 3,078 3,383 3,569 4,262 3,878 4,586 4,869 Investasi 1,600 1,694 1,786 2,011 2,500 2,469 2,834
Konsumsi 2,284 2,473 2,630 2,838 3,022 3,613 3,952 Sektor Ekonomi
(Rp Miliar): Pertanian 629 589 604 975 1,090 1,045 1,257
Pertambangan 364 410 439 506 518 542 562 Industri 644 688 693 885 737 800 792
Listrik, Gas & Air 2 27 25 37 53 49 45 Konstruksi 372 438 484 466 452 502 705
Perdagangan 1,959 2,125 2,227 2,390 2,449 2,781 2,757 Angkutan 234 266 291 340 388 442 479
Jasa Dunia Usaha 407 457 507 590 612 783 953 Jasa Sosial 39 47 61 66 53 56 92
Lainnya 2,313 2,502 2,656 2,858 3,048 3,668 4,012
NPL - Gross (%) 7.34% 5.84% 6.62% 4.16% 4.06% 5.24% 4.56% LDR (%) 62.89% 64.62% 64.84% 70.97% 70.33% 73.81% 75.41%
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Kalimantan Selatan, diolah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
81
Lampiran
Tabel Lampiran 7.
Indikator Perkembangan Bank Umum Konvensional Kalimantan Selatan Indikator Trw-I
2007 Trw-II 2007
Trw-III 2007
Trw-IV 2007
Trw-I 2008
Trw-II 2008
Trw-III 2008
Total Aset (Rp Miliar) 12,576 13,157 13,795 14,557 14,862 15,870 17,095 Total DPK (Rp Miliar) 10,717 11,301 11,912 12,370 12,832 13,868 14,855
Tabungan 3,504 3,638 4,058 3,678 4,117 4,357 4,439 Giro 4,503 4,741 5,115 6,121 6,189 6,808 7,216 Deposito 2,710 2,922 2,740 2,571 2,526 2,703 3,200
Total Kredit lokasi bank (Rp Miliar)
6,601 7,121 7,499 8,526 8,794 9,988 10,881
Jenis Penggunaan (Rp Miliar) :
Modal Kerja 2,966 3,248 3,414 4,076 3,708 4,385 4,620 Investasi 1,416 1,489 1,557 1,804 2,278 2,276 2,582 Konsumsi 2,219 2,384 2,528 2,646 2,808 3,327 3,679
Sektor Ekonomi (Rp Miliar):
Pertanian 628 588 603 975 1,088 1,043 1,252 Pertambangan 248 262 264 328 354 394 412 Industri 644 687 692 882 736 799 790 Listrik, Gas & Air 2 27 24 37 53 49 45 Konstruksi 372 436 482 465 448 495 697 Perdagangan 1,938 2,104 2,205 2,355 2,422 2,745 2,718 Angkutan 178 217 244 286 337 388 429
Jasa Dunia Usaha 309 344 374 472 477 647 751 Jasa Sosial 33 42 56 61 45 47 47 Lainnya 2,247 2,413 2,554 2,666 2,834 3,381 3,739
NPL - Gross (%) 7.54% 6.00% 6.87% 4.08% 3.94% 5.27% 4.58%LDR (%) 61.59% 63.01% 62.95% 68.93% 68.53% 72.02% 73.25%
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Kalimantan Selatan, diolah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
82
Lampiran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan III-2008
83
Tabel Lampiran 8. Indikator Perkembangan Bank Umum Syariah Kalimantan Selatan
Indikator Trw-I
2007 Trw-II 2007
Trw-III 2007
Trw-IV 2007
Trw-I 2008
Trw-II 2008
Trw-III 2008
Total Aset (Rp Miliar) 496.47 566.60 614.77 701.27 759.68 856.59 901.26 Total DPK (Rp Miliar) 0.35 0.38 0.40 0.47 0.53 0.58 0.60
Tabungan 49.57 60.35 51.37 69.78 97.36 119.71 99.88 Giro 217.36 232.80 253.45 289.46 316.70 340.53 365.06 Deposito 87.48 88.40 98.54 110.06 119.83 124.53 135.90
Total Pembiayaan (Rp Miliar) 362.05 428.93 486.15 585.80 606.39 680.07 773.97 Jenis Penggunaan (Rp Miliar) :
Modal Kerja 112.37 134.58 154.22 186.70 170.47 200.93 248.57 Investasi 184.43 205.14 229.29 206.97 222.36 192.36 251.91 Konsumsi 65.25 89.21 102.64 192.13 213.56 286.79 273.50
Sektor Ekonomi (Rp Miliar):
Pertanian 0.90 1.02 0.81 0.50 1.54 2.22 5.09 Pertambangan 115.90 148.45 174.16 175.56 164.49 147.80 150.37 Industri 0.45 0.59 0.45 0.97 1.25 1.09 1.21 Listrik, Gas & Air 0.00 0.00 0.10 0.09 0.07 0.10 0.10 Konstruksi 0.63 1.88 1.79 1.22 3.52 7.00 7.33 Perdagangan 21.10 20.73 21.52 24.21 27.43 36.39 38.78 Angkutan 55.15 49.31 46.66 52.34 51.53 53.51 49.78 Jasa Dunia Usaha 97.49 112.49 132.33 105.39 135.47 136.36 202.86 Jasa Sosial 5.19 5.26 5.68 4.79 7.54 8.81 44.97 Lainnya 65.25 89.21 102.64 183.68 213.56 286.79 273.50
NPF - Gross (%) 3.65% 3.09% 2.71% 5.71% 5.74% 4.81% 4.38% FDR (%) 102.16% 112.42% 120.53% 124.82% 113.58% 116.30% 128.81%
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Syariah Kalimantan Selatan, diolah
Tabel Lampiran 9. Indikator Perkembangan Sistem Pembayaran Provinsi Kalimantan Selatan
Indikator Trw-I 2007
Trw-II 2007
Trw-III 2007
Trw-IV 2007
Trw-I 2008
Trw-II 2008
Trw-III 2008
Posisi Kas Gabungan (Rp miliar) 989 783 891 1,628 913 778 1,015
Inflow (Rp miliar) 915 353 537 677 826 257 339Outflow (Rp miliar) 74 430 354 951 87 521 676
BI - RTGS ( Rp miliar) 14,009 14,088 17,444 15,747 18,338 18,418 20,505Inflow (Rp miliar) 5,436 5,862 6,396 6,706 5,949 8,317 8,310Outflow (Rp miliar) 8,573 8,226 11,048 9,040 12,389 10,101 12,195
Perputaran Kliring (Rp Miliar) 2,243 2,345 2,814 2,655 2,910 3,459 3,594
Sumber : Bank Indonesia, diolah