ukdwsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/21081290/b4db46ceb7... · karya tiga dimensi...
TRANSCRIPT
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kota Yogyakarta terletak antara 110°24'19"–110°28'53" Bujur Timur, dan
07°49'26"–07°15'24" Lintang Selatan dengan luas wilayah 32,5 km2 atau
1,02% dari luas Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta1. Yogyakarta
membentang dari Timur–Barat sepanjang 7,5 km dan Utara –Selatan
sepanjang 5,6 km dan terletak di daerah beriklim tropis, dengan rentang
suhu udara berkisar antara 22,3 –32,3º C dengan kecepatan anginnya
antara 2-3 Knot kearah 180º-270º. Kota Yogyakarta (Yogyakarta)
merupakan suatu wilayah Kota Madya dengan Walikota sebagai Kepala
Daerah, dan juga berperan sebagai Ibukota Provinsi.
Gambar 1.1. Peta Kotamadya Yogyakarta
Sumber : Atlas Yogyakarta Municipality 2005
Sebagai kota seni dan budaya, Yogyakarta memiliki kekayaan seni
dan budaya yang beraneka ragam. Hal tersebut terbukti dengan
1 BPS Kota Yogyakarta, “Kota Yogyakarta dalam Angka 2003”, (Yogyakarta, 2004) hal. 3.
© UKDW
2
banyaknya kelompok kesenian (5.426 kelompok kesenian) 2 yang ada dan
tersebar luas di antara kalangan masyarakat. Dalam visinya, pemerintah
kota telah menyatakan niatnya untuk mewujudkan Kota Yogyakarta
sebagai kota seni dan budaya terkemuka di Asia Tenggara pada tahun
20203. Banyak pelaku seni yang lahir dari kota ini, banyak juga kegiatan-
kegiatan seni yang diadakan baik oleh pemerintah, para seniman, ataupun
komunitas-komunitas pencinta seni.
Gambar 1.2.Tari Kreasi Baru
Sumber : hms2201aryani.wordpress.com
Gambar 1.3. 2010 Yogyakarta Art & Culture Festival, Cultural Parade
Sumber : www. abiezm.blogspot.com
2 Sumber : Laporan Akhir Database Bidang Kebudayaan, 2008
3 Dinas Pariwisata, Seni, dan Budaya, “Pariwisata Berbasis Budayat”, (Yogyakarta. 2007), hal. 1.
© UKDW
3
Dalam sekian aras modern, seperti kota, kesenian juga bergerak dan
menghasilkan kecenderungan yang beragam. Salah satu yang paling kuat
adalah kecenderungan untuk meninggalkan ruang-ruang dan tempat
dimana seni dipajang yang selama ini telah terlembaga seperti galeri.
Galeri bersifat pasif, yaitu menunggu kedatangan pengunjung. Mereka
mulai melakukan proyek-proyek seni di tempat-tempat umum, dinding-
dinding “nganggur” di pinggir jalan, mall, dan berbagai tempat lain yang
berupaya untuk menembus jarak spasial dengan orang banyak. Proyek-
proyek seni seperti ini sering disebut sebagai seni publik.
Seni publik bisa berupa mural, taman, karya monumental, yang
bersifat temporer atau permanen4. Ciri-cirinya partisipatif dan interaktif
untuk bisa disentuh. Keberadaan seni publik merupakan bagian upaya
untuk makin membuat ruang bernilai publik dan bukannya menjadi milik
kelompok tertentu, seperti seniman maupun penikmat seni. Kuncinya, seni
publik merupakan bagian integral dari ruang publik.
Gambar 1.4. Mural Jogja
Sumber : mycitybloging.com
Konsep berkesenian di ruang publik menerus seperti ditegaskan
pada Biennale Jogja X, Desember 2009-Januari 2010. Berbagai seniman
4
www.sahabatgallery.wordpress.com /2010/01/09/seni-rupa-di-ruang-publik/
© UKDW
4
melukis dinding, trotoar, gerobak pedagang kaki lima dan memasang
karya tiga dimensi di berbagai titik kota. Masyarakat seni telah bergerak
untuk mewujudkan kota seni. Bagi seniman, ruang kota tidak hanya
sebagai alternatif untuk menjadi ruang memajang karya mereka, tetapi
juga membangun kualitas ruang publik itu sendiri. Ujungnya adalah
menjadikan masyarakat yang nyeni dalam kehidupan sehari-hari mereka
dan menjadi bagian dari upaya untuk membentuk keragaman kebudayaan
baik gagasan hingga aktivitasnya.
Meski kemudian, timbul pertanyaan, bagaimana sebenarnya
menempatkan karya seni di ruang publik yang tepat sehingga dapat
dinikmati oleh masyarakat. Ruang kota kita belum direncanakan dan
didisain untuk diisi oleh karya seni. Selama ini, karya seni oleh
senimannya diletakkan di ruang-ruang yang bernilai strategis. Tapi,
bagaimanakah supaya sungguh tepat sasaran sesuai dengan tujuan yang
telah dirumuskan untuk masyarakat dapat melek dan menikmati seni
tercapai.
Secara khusus ruang publik adalah dialog antara arsitektur dan
senirupa dalam proses penciptaannya, dengan melibatkan masyarakat
dalam permasalahan perkotaan dan seni budaya, baik lokal maupun
global. Ruang publik yang paling berhasil adalah pada hakekatnya
merupakan bagian dari kehidupan kota5. Ruang tersebut dapat mengalami
perubahan bentuk sesuai dengan aktivitas dan live time dari aktivitas itu
sendiri. Di ruang terbuka tersebut terdapat beberapa jenis kegiatan yang
tidak saling mengganggu dan bahkan dapat saling menunjang antara
kegiatan yang satu dengan yang lain.
Oleh sebab itu kota membutuhkan suatu wadah untuk menampung
aspirasi dan kreatifitas dari masyarakat yang nyeni, yaitu dengan
memanfaatkan ruang terbuka publik yang interaktif sebagai pusat kegiatan
seni publik yang biasanya tersebar di titik-titik keramaian kota. Ruang ini
5 Anthony Catanese, “Pengantar Perencanaan Kota”, (Jakarta, 1986), hal. 106.
© UKDW
5
dapat menjadi jendela kebudayaan dan kesenian bagi siapa saja untuk
menilik kota Jogja sebagai kota budaya dan seni.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam tugas akhir ini adalah
bagaimana wujud rancangan sebuah galeri seni publik yang dapat
mengakomodasi aktivitas seni publik dengan pemanfaatan ruang terbuka
publik yang interaktif.
3. Tujuan
Mengakomodasi aktivitas seni publik yang beragam dalam suatu
wadah yang berupa galeri seni kota dengan pemanfaatan ruang terbuka
publik yang interaktif.
4. Sasaran
Adapun sasaran yang ingin dicapai dalam pengerjaan Tugas Akhir
dengan judul Galeri Seni Publik di Yogyakarta dengan ruang terbuka
publik yang interaktif adalah :
Melakukan studi tentang galeri seni dan galeri seni alternative.
Melakukan studi tentang ruang publik.
Melakukan studi tentang jenis dan aktivitas seni publik
Melakukan studi tentang kebutuhan seni publik di ruang publik.
Melakukan studi literatur tentang pengaruh ruang terbuka publik
terhadap kota.
Melakukan studi tentang kebutuhan dan keinginan warga dan
seniman terhadap kota Yogyakarta sebagai kota seni.
Melakukan studi tentang konsep mix use planning dalam ruang
publik.
© UKDW
6
5. Lingkup Pembahasan
Dalam pengerjaannya, ruang publik ini dibuat dengan batasan
lingkup pembahasan sebagai berikut:
- Kesenian yang diakomodasi dibatasi pada seni publik.
- Galeri seni akan beroperasi secara optimal pada malam hari.
- Dimensi ruang dan fasilitas dibatasi pada galeri yang mengakomodasi
seni publik dengan ruang terbuka publik yang interaktif.
6. Metode
6.2. Pendekatan Studi
Pengerjaan Tugas Akhir ini memakai pendekatan deskriptif, yaitu
dengan mengidentifikasi karakter ruang publik dan seni publik, atau
mengeksplorasi korelasi yang terjadi diantara dua atau lebih fenomena.
6.2. Materi
Materi meliputi definisi atau uraian mengenai galeri seni publik, dan
ruang publik.
6.2. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data terbagi menjadi dua sesuai jenis data.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara:
- observasi berupa kunjungan dan pengamatan langsung mengenai
site terpilih, aktivitas seni publik di beberapa titik kota dan ruang
publik.
- Wawancara pada para seniman, pelaku seni, penikmat seni, dan
beberapa masyarakat di Yogyakarta.
Pada pengumpulan data-data sekunder sebagai pendukung dan
kelengkapan materi dilakukan dengan cara:
© UKDW
7
- studi literatur dengan mempelajari tentang ruang publik, seni publik,
dan pengaruh ruang publik terhadap kota dari media cetak maupun
digital,
- studi preseden dengan melihat baik secara pustaka maupun
kunjungan langsung terhadap objek yang memiliki korelasi terhadap
proyek yang dikerjakan.
6.2. Metode Analisis Data
Kualitatif, temuan-temuan dikomunikasikan dengan naratif-deskriptif
mengenai konsep bangunan dan pemanfaatan ruang terbuka yang
Interaktif sebagai acuan perancangan arsitektur, serta pembaharuan ide
desain yang ingin dicapai pada proyek Galeri Seni Publik di Yogyakarta
ini.
6.2. Metode Perancangan
Merancang Galeri Seni Publik di Yogyakarta dengan melakukan
pendekatan-pendekatan terhadap wujud ruang, kondisi site dan hubungan
antara aktivitas yang saling mendukung dalam suatu ruang terbuka, dan
kontekstualitas desain dengan tugas akhir.
6.2. Kesimpulan
Secara keseluruhan metode yang digunakan dalam perumusan ide
sampai konsep rancangan proyek Galeri Seni Publik di Yogyakarta
dengan Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik yang Interaktif ini adalah
pendekatan studi tentang ruang publik yang interaktif dan seni publik,
materi terkait, pengumpulan data primer-sekunder, analisis data, serta
perancangannya.
7. Sistematika Penulisan
Penyusunan Tugas Akhir ini dibuat dengan sistematika penulisan
sebagai berikut:
© UKDW
8
Bab 1: Pendahuluan, berisi tentang uraian pembahasan seperti latar
belakang, rumusan masalah, tujuan, sasaran dan manfaat, batasan
pembahasan, metode pembahasan, dan sistematika penulisan.
Bab 2: Tinjauan Galeri Seni Publik di Yogyakarta, berisi tentang galeri
seni publik di Yogyakarta, kegiatan seni publik di Yogyakarta, serta
fasilitas yang menyertainya.
Bab 3 Tinjauan Teoritis Galeri Seni Publik dan Ruang Terbuka Publik
, berisi tentang studi dan tinjauan mengenai teori-teori yang mendukung
perencanaan dan perancangan galeri seni publik di Yogyakarta dengan
pemanfaatan ruang terbuka publik yang interaktif.
Bab 4: Analisis Menuju Konsep Perencanaan dan Perancangan
Galeri Seni Publik di Yogyakarta, berisi pembahasan tentang korelasi
antara data-data baik primer maupun sekunder dengan teori kepustakaan.
Yang dimana dari pembahasan ini akan ditemukan ide-ide yang akan
dapat diaplikasikan kedalam desain.
Bab 5: Konsep Perencanaan dan Perancangan Galeri Seni Publik di
Yogyakarta, berisi uraian tentang konsep-konsep serta penerapan ruang
terbuka publik yang interaktif terhadap transformasi desain dan eksekusi
arsitektural lain.
.
© UKDW
9
DIAGRAM POLA PIKIR
Diagram 1.1. Pola Pikir
Sumber : analisa penulis
wadah untuk menampung aspirasi dan kreatifitas seni dengan memanfaatkan ruang
publik sebagai ruang pamer.
keberadaan seni publik yang
sering berbenturan dengan
birokrasi
belum adanya wadah untuk
seni publik
Yogyakarta sebagai kota seni
dan budaya
seniman yang mulai
memajang karyanya di luar
galeri (di ruang publik)
seni publik yang makin
berkembang
apresiasi positif masyarakat
terhadap seni publik
Perlunya Galeri Seni
Publik di Yogyakarta
PERMASALAHAN POTENSI
© UKDW