puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...hak cipta dilindungi...

274
Tim Peneliti: Puslitbang Kesos Pranata Pembangunan Universitas Indoesia PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BADAN PENDIDIKAN, PENELITIAN, DAN PENYULUHAN SOSIAL KEMENTERIAN SOSIAL RI bekerja sama dengan PUSAT PENELITIAN PRANATA PEMBANGUNAN UNIVERSITAS INDONESIA TAHUN 2019

Upload: others

Post on 10-Aug-2020

26 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

Tim Peneliti:Puslitbang KesosPranata Pembangunan Universitas Indoesia

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEJAHTERAAN SOSIALBADAN PENDIDIKAN, PENELITIAN, DAN PENYULUHAN SOSIAL

KEMENTERIAN SOSIAL RI

bekerja sama dengan

PUSAT PENELITIAN PRANATA PEMBANGUNAN UNIVERSITAS INDONESIATAHUN 2019

Page 2: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

KINERJA PENDAMPINGPROGRAM KELUARGA HARAPAN

PASCA DIKLAT PERTEMUAN PENINGKATANKEMAMPUAN KELUARGA

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEJAHTERAAN SOSIALBADAN PENDIDIKAN, PENELITIAN, DAN PENYULUHAN SOSIAL

KEMENTERIAN SOSIAL RI

bekerja sama dengan

PUSAT PENELITIAN PRANATA PEMBANGUNANUNIVERSITAS INDONESIA

TAHUN 2019

Page 3: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari Puslitbangkesos, Kementerian Sosial RI.

Tim Peneliti Puslitbangkesos:

Nyi R Irmayani, Suradi, B. Mujiyadi, Badrun Susantyo,Togiaratua Nainggolan, Sugiyanto, Habibullah,Rudy Gunawan Erwinsyah, Bilal As’Adhanayadi

Tim Peneliti Pranata Pembangunan Universitas Indonesia :

Widyono Soetjipto, Rahmat Andriansyah,Teddy Setiadi, Hendi Irawan, Atiek Difa Mufidah

Rati Afina, Lutfiana Nur Azizah

Cetakan I : Maret 2020

ISBN : 978-623-7806-05-9

Diterbitkan oleh:

PUSLITBANGKESOS KEMENTERIAN SOSIAL RI.

Jl. Dewi Sartika No. 200 Cawang III Jakarta- Timur. Telp. (021) 8017126E-mail: [email protected]; Website: puslit.kemsos.go.id

KINERJA PENDAMPING PROGRAM KELUARGA HARAPAN PASCA DIKLAT PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA. Jakarta,- Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Badan Pendidikan, Penelitian, dan Penyuluhan Sosial, Kementerian Sosial RI, 2019.xii + 260; hlm. 14,8 cm x 21 cm.

Page 4: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

iiiKata Pengantar

PENGANTAR

Sejak 2007 pada saat PKH diluncurkan sebagai program uji coba yang baru menjangkau sekitar 350.000 keluarga sangat miskin hingga saat ini, PKH terus mengalami perkembangan baik dari segi cakupan jumlah KPM maupun cakupan bantuan. Muatan program terus dibenahi salah satunya dengan dilaksanakannya intervensi Family Development Session (FDS) atau disebut juga Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) pada tahun 2015.

Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) atau yang dikenal dengan Family Development Session (FDS) merupakan sebuah intervensi perubahan perilaku dalam bentuk pembelajaran yang terstruktur yang diberikan oleh pendamping/ fasilitator terlatih kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) PKH yang dilaksanakan sejak tahun 2015. Guna meningkatkan kapasitas Pendamping Sosial PKH dalam menyampaikan materi P2K2 kepada KPM dampingannya, maka diberikan pendidikan dan pelatihan P2K2. Materi P2K2 disampaikan melalui pertemuan kelompok bulanan yang disampaikan oleh pendamping PKH terhadap kelompok-kelompok binaannya.

Pada Tahun 2017, pusdiklat kesejahteraan sosial menerapkan metode e-learning secara blended melalui Daring dan Luring (48,48%, 10 hari). Direncanakan untuk tahun 2019 jumlah sasaran peserta (Pendamping PKH) sebanyak 21.900 orang. Tuntutan untuk memberikan pendidikan dan pelatihan P2K2 kepada pendamping sosial PKH semakin tinggi agar tujuan PKH, yaitu adanya perubahan perilaku kepada KPM tercapai. Namun adanya peningkatan jumlah peserta diklat P2K2 yang tinggi sejak tahun 2018-2019 perlu diketahui efektivitas diklat melalui metode daring atau luring. Oleh karena itu,dilakukan penelitian tentang “Kinerja Pendampingan Program Keluarga Harapan (PKH) Pasca Pendidikan dan Pelatihan Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2)”.

Page 5: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

ivKinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

Hingga tahun 2018 P2K2 memiliki 5 modul utama yaitu Modul Kesehatan dan Gizi, Modul Pendidikan dan Pengasuhan Anak, Modul Pengelolaan Keuangan Keluarga, Modul Perlindungan Anak, dan Modul Kesejahteraan Sosial. P2K2 disampaikan dalam pertemuan bulanan yang wajib dilakukan oleh Pendamping terhadap Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang menjadi dampingannnya. Dengan adanya materi P2K2, pertemuan bulanan dapat dimanfaatkan tidak hanya untuk pemutakhiran data KPM, namun membekali mereka dengan pengetahuan dan ketrampilan hidup yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas kehidupan keluargannya.

Buku Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2019 pada Bab III tentang Mekanisme Pelaksanaan PKH menjelaskan seluruh proses utama dalam pelaksanaan PKH, salah satunya adalah kegiatan pendampingan. Dalam buku pedoman tersebut dijelaskan bahwa Pendampingan bagi KPM PKH diperlukan guna percepatan pencapaian tujuan program. Pendamping sosial PKH menjalankan fungsi fasilitasi, mediasi dan advokasi bagi Keluarga Penerima Manfaat PKH dalam mengakses layanan fasilitas kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan sosial. Pendamping sosial PKH juga memastikan KPM PKH memenuhi kewajibannya sesuai ketentuan dan persyaratan untuk perubahan perilaku KPM PKH melalui Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2).

P2K2/FDS adalah kegiatan pertemuan bulanan yang rutin diselenggarakan oleh Pendamping PKH terhadap Keluarga miskin Penerima Manfaat (KPM) PKH dengan muatan materi pengetahuan praktis mengenai pendidikan dan pengasuhan anak, kesehatan dan nutrisi, ekonomi, dan perlindungan anak. Pemberian materi bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan membangun kesadaran KPM tentang pentingnya pendidikan dan kesehatan guna memperbaiki kualitas hidup keluarga di masa depan. Melalui kegiatan ini, Pendamping mengarahkan KPM agar memanfaatkan bantuan PKH untuk keperluan produktif di antaranya meningkatkan kesehatan ibu dan anak melalui pembelian pangan yang mendukung pada peningkatan gizi dan meningkatkan partisipasi sekolah bagi anak-anak

Page 6: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

vKata Pengantar

agar dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Diharapkan setelah mengikuti P2K2/FDS, terjadi perubahan perilaku KPM yang mendukung ke arah peningkatan kesejahteraan keluarga, termasuk mewujudkan kemandirian ekonomi agar tidak lagi tergantung pada bantuan PKH. Sehingga target pemerintah untuk mengraduasi 800.000 KPM dari 10 juta KPM PKH pada tahun 2019 dapat tercapai.

Jakarta, Desember 2019Pusat Penelitian dan pengembangan Kesejahteraan SosialKepala,

Eva Rahmi Kasim

Page 7: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

viKinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

DAFTAR ISI

PENGANTAR __________________________________________ iii

DAFTAR ISI __________________________________________ vi

DAFTAR TABEL __________________________________________ ix

DAFTAR SKEMA ________________________________________ xi

DAFTAR GAMBAR _____________________________________ xii

BAB I : PENDAHULUAN _______________________________ 1

1.1 Latar Belakang __________________________________ 1

1.2 Rumusan Masalah _______________________________ 6

1.3 Tujuan Penelitian _______________________________ 7

BAB II : METODE PENELITIAN ___________________________ 8

2.1 Pendekatan Penelitian ___________________________ 8

2.2 Jenis Penelitian _________________________________ 9

2.3 Lokasi Penelitian ________________________________ 10

2.4 Populasi dan sample _____________________________ 11

2.5 Teknik Pemilihan Informan dan Responden ________ 12

2.6 Teknik Pengumpulan Data ________________________ 13

2.7 Teknik Analisa Data ______________________________ 16

2.8 Teknik Meningkatkan Kualitas Data ________________ 16

2.9 Sistematika Penulisan ___________________________ 19

BAB III : KERANGKA TEORI ______________________________ 20

3.1 Program Keluarga Harapan ______________________ 20

3.2 Petunjuk Pelaksanaan Diklat Peningkatan Pertemuan Kemampuan Keluarga (P2K2) Bagi B2P2KS ___________________________________ 223.3 Petunjuk Pelaksanaan P2K2/ FDS _________________ 30

3.4 Ishikawa Diagram _______________________________ 35

3.5 Pendidikan dan Pelatihan ________________________ 36

3.6 Konsep Kinerja __________________________________ 39

Page 8: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

viiDaftar Isi

3.7 Metode Pendidikan Andragogi ___________________ 50

3.8 Konsep Perubahan Perilaku ______________________ 54

3.9 Skema Alur Berpikir Penelitian ___________________ 61

BAB IV : PROFIL BALAI BESAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL (B2P2KS) KEMENTERIAN SOSIAL DAN PROFIL PENDAMPING PKH ____________________________ 62

4.1 Profil Balai Diklat Kementerian Sosial _____________ 62

4.2 Profil Pendamping PKH (Responden Penelitian) ____ 65

BAB V : TEMUAN LAPANGAN ___________________________ 69

5.1 Proses Pelaksanaan Diklat P2K2 Kepada Pendamping PKH di 6 Balai Diklat (Padang, Yogyakarta, Makasar, Banjarmasin, Bandung, Jayapura) Kementerian Sosial ____________________ 69

5.2 Proses Pelaksanaan P2K2 yang Dilakukan Pendamping PKH Pasca-Diklat P2K2 di 6 Wilayah (Padang, Yogyakarta, Makasar, Banjarmasin, Bandung, Jayapura) ________________ 107

5.3 Perubahan perilaku KPM di 6 Wilayah (Padang, Yogyakarta, Makasar, Banjarmasin, Bandung, Jayapura) setelah mengikuti P2K2 dari Pendamping PKH Pasca-Diklat P2K2 _________ 137

5.4 Relevansi Proses Diklat P2K2 dengan tugas Pendamping PKH, dan prioritas pengembangan apa yang perlu dilakukan. ________________________ 170

BAB VI : PEMBAHASAN __________________________________ 177

6.1 Tahapan Pelaksanaan Diklat P2K2 Bagi Pendamping PKH di 6 B2P2KS (Padang, Yogyakarta,

Makasar, Banjarmasin, Bandung, Jayapura) _________ 177

6.2 Tahap Pelaksanaan P2K2 yang Dilakukan Pendamping PKH Pasca-Diklat P2K2 di 6 Wilayah (Padang,

Yogyakarta, Makasar, Banjarmasin, Bandung, Jayapura) _____________________________ 202

Page 9: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

viiiKinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

6.3 Analisa Perubahan Perilaku KPM Setelah Mengikuti P2K2 dari Pendamping PKH Pasca Diklat P2K2 ____________________________________ 222

6.4 Relevansi Pelaksanaan Diklat P2K2 dengan tugas Pendamping PKH, dan prioritas pengembangan apa yang perlu dilakukan. _________ 232

BAB VII : PENUTUP _____________________________________ 237

7.1 Kesimpulan ____________________________________ 237

7.2 Saran __________________________________________ 244

DAFTAR PUSTAKA _______________________________________ 250

SEKILAS PENULIS _______________________________________ 253

INDEKS _________________________________________________ 256

Page 10: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

ixDaftar Isi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Alasan Pemilihan Lokasi Pengumpulan Data ______ 10Tabel 2.2 Jumlah Sampel Penelitian ______________________ 12

Tabel 2.3 Responden dan Informan Penelitian _____________ 13

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan P2K2 _______________________ 34

Tabel 3.2 Tabel Definisi Konsep Kinerja ____________________ 40

Tabel 3.3 Perbedaan Andragogi Dengan Pedagogi __________ 52

Tabel 5.1 Ringkasan Material ____________________________ 74

Tabel 5.2 Ringkasan Human _____________________________ 79

Tabel 5.3 Ringkasan Machine ____________________________ 82

Tabel 5.4 Ringkasan Method Terkait Jumlah Pemberian Diklat ______________________________ 83

Tabel 5.5 Ringkasan Method terkait Tahapan Diklat Daring __ 85

Tabel 5.6 Susunan Kegiatan Diklat Tahun 2019 _____________ 86

Tabel 5.7 Ringkasan Method terkait Tahapan Diklat Luring Tahun 2019 _______________________ 90

Tabel 5.8 Ringkasan Method Terkait Perbandingan Diklat ____ 95

Tabel 5.9 Ringkasan Environment ________________________ 100

Tabel 5.10 Tabel Measurement _____________________________ 105

Tabel 5.11 Temuan Lapangan _____________________________ 133

Tabel 5.12 Ringkasan Perubahan Perilaku KPM Pada Pembelajaran Modul Ekonomi ___________________ 151

Tabel 5.13 Ringkasan Perubahan Perilaku KPM Pada Pembelajaran Modul Kesehatan dan Gizi _________ 156

Tabel 5.14 Ringkasan Perubahan Perilaku KPM Pada Modul Kesejahteraan Sosial ____________________________ 158

Tabel 5.15 Ringkasan Perubahan Perilaku KPM Pada Modul Pengasuhan dan Pendidikan Anak _______________ 166

Tabel 5.16 Ringkasan Perubahan Perilaku KPM Pada Modul Perlindungan Anak _____________________________ 170

Tabel 5.17 Latar Belakang Pendidikan Pendamping _________ 170

Page 11: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

xKinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

Tabel 5.18 Lokasi Tempat Tinggal Pendamping ______________ 171

Tabel 5.19 Jumlah KPM Graduasi Alami _____________________ 171

Tabel 5.20 Jumlah KPM Graduasi Mandiri ___________________ 172

Tabel 5.21 Jumlah KPM Graduasi Sejahtera Mandiri __________ 173

Tabel 5.22 Tingkat Kesulitan Mengatasi Permasalahan KPM ___ 174

Tabel 5.23 Koordinasi Pendamping Dengan Stakeholder Terkait PKH ____________________________________ 176

Tabel 6.1 Jadwal Pelaksanaan P2K2 _______________________ 206

Tabel 6.2 Ringkasan Kesesuaian Antara Petunjuk Pelaksanaan P2K2 dan Pelaksanaan P2K2 di 6 Wilayah ___________________________________ 208

Tabel 6.3 Komponen Pelatihan dalam Pelaksanaan P2K2 ____ 214

Tabel 6.4 Prinsip Pelatihan dalam Pelaksanaan P2K2 ________ 216

Tabel 6.5 Analisis Ishikawa dalam Kegiatan P2K2 ___________ 220

Tabel 7.1 Roadmap Intervensi Sosial Pada Perubahan Perilaku KPM _________________________________ 246

Page 12: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

xiDaftar Isi

DAFTAR SKEMA

Skema 3.1 Kerangka Konsep Perubahan Perilaku KPM Setelah Mengikuti P2K2 dari Pendamping PKH Pasca Diklat P2K2. _________________________ 60

Skema 3.2 Skema Alur Fikir _______________________________ 61

Skema 5.1 Tahap Pelaksanaan P2K2 ________________________ 137

Skema 6.1 Klasifikasi Perubahan Perilaku KPM Setelah Mengikuti P2K2 Berdasarkan Taksonomi Bloom ___ 231

Page 13: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

xiiKinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Hierarkis Jenis Perilaku dan Kemampuan Internal Menurut Taksonomi Bloom dkk _________ 58

Gambar 4.1 Jenis Kelamin Pendamping PKH ________________ 65

Gambar 4.2 Kelompok Umur Pendamping PKH _____________ 66

Gambar 4.3 Pendidikan Terakhir Pendamping PKH __________ 66

Gambar 4.4 Konsentrasi Pendidikan Terakhir Pendamping PKH _____________________________ 67

Gambar 4.5 Tempat Tinggal Pendamping PKH ______________ 68

Page 14: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

1Pendahuluan

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program bantuan tunai bersyarat yang diberikan kepada keluarga miskin di Indonesia. PKH berfungsi sebagai salah satu program jaring pengaman bagi masyarakat miskin agar terlindungi dari kemungkinan kondisi krisis. PKH dalam jangka panjang diharapkan dapat memutus rantai kemiskinan antar generasi melalui perbaikan kondisi pendidikan dan kesehatan. Dengan peningkatan kualitas kesehatan dan pendidikan dalam Keluarga Penerima Manfaat (KPM), kesempatan kerja yang lebih luas akan terbuka bagi anak dari keluarga PKH di masa depan. Dengan demikian generasi berikutnya dapat keluar dari perangkap kemiskinan. Pada tahun 2018, PKH sudah menjangkau lebih dari 10 juta rumah tangga miskin dan sangat miskin di Indonesia

Sebagai program bantuan tunai bersyarat, PKH mewajibkan KPM untuk memanfaatkan layanan kesehatan seperti pemeriksaan kesehatan terhadap ibu hamil, nifas, dan balita. Di bidang pendidikan, KPM peserta PKH juga harus mendorong anak-anak mereka untuk bersekolah mulai dari tingkat sekolah dasar hingga lanjutan untuk mencapai tingkat kehadiran 85% di sekolah. Ketidakberhasilan memenuhi persyaratan dapat berakibat pada penangguhan penyaluran bantuan.

Sejak 2007 pada saat PKH diluncurkan sebagai program uji coba yang baru menjangkau sekitar 350.000 KPM hingga saat ini, PKH terus mengalami perkembangan baik dari segi cakupan jumlah KPM maupun cakupan bantuan. Muatan program terus dibenahi salah satunya dengan dilaksanakannya intervensi Family Development Session (FDS) atau disebut juga Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) pada tahun 2015.

Page 15: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

2Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

Pada dasarnya kegiatan FDS ini adalah pemberdayaan masyarakat melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran memang seringkali berlangsung lambat, tetapi perubahan yang terjadi akan bertahan lama. In fact, the impact of education is proved to determine beneficial effects both for individuals and for societies, to solve and avoid from cultural, social and economic disadvantages and to give a significant contribution to cooperating and social cohesion and stability. (Aleandri & Refrigeri, 2013). Proses belajar dalam pemberdayaan bukanlah proses “menggurui”, melainkan menumbuhkan semangat belajar bersama yang mandiri dan partisipatif.

Pelaksanaan Family Developemnt Session oleh fasilitator merupakan bagian dari pelayanan social. The activities that are a part of the social services provided include, for example, basic social counselling, assistance in coping with everyday personal care, assistance in running a household, social and therapeutic activities, as well as upbringing, educational and motivational activities. Borská & Švejdarová (2016, hlm. 2).

Pendamping PKH sebagai mitra kerja pemerintah, merupakan komponen kunci dalam program P2K2, karena tidak hanya berperan sebagai petugas yang memonitor kepatuhan KPM tetapi juga berperan sebagai fasilitator. Maka perlu mempersiapkan pendamping PKH sebagai tenaga fasilitator yang memiliki kemampuan professional dan berkualitas, memiliki pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan komitmen yang tinggi demi mensukseskan program ini.

Kinerja yang optimal dari fasilitator sangat diperlukan dalam P2K2. Kinerja yang optimal dapat terjadi jika fasilitator mempunyai kompetensi yang memadai. Menurut Alain D. Mitrani, Spencer and Spencer yang dialih bahasakan oleh Dharma (2006) mengemukakan kompetensi adalah an underlying characteristic’s of an individual which is causally related to criterion referenced effective and or superior performance in a job or situantion. Artinya adalah sebagai karakteristik yang mendasari seseorang dan berkaitan dengan efektivitas kerja individu dalam pekerjaannya.

Menurut Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negeri Nomor: 46A Tahun 2005 tentang pengertian Kompetensi adalah :

Page 16: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

3Pendahuluan

Kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang Pegawai Negeri Sipil berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya, sehingga Pegawai Negeri Sipil tersebut dapat melaksanakan tugasnya profesional, efektif dan efisien.

Berdasarkan pengertian tersebut bahwa kata “underying characteristic” mengandung makna kompetensi adalah bagian kepribadian yang mendalam dan melekat kepada seseorang serta perilaku yang dapat diprediksi pada berbagai keadaan dan tugas pekerjaan. Sedangkan kata “causally related” berarti kompetensi adalah sesuatu yang menyebabkan atau memprediksi perilaku dan kinerja. Sedangkan kata “criterion-referenced” mengandung makna bahwa kompetensi sebenarnya mem-prediksi siapa yang berkinerja baik dan kurang baik, diukur dari kriteria atau standar yang digunakan.

Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi yaitu sifat dasar yang dimiliki atau bagian kepribadian yang mendalam dan melekat kepada seseorang serta perilaku yang dapat diprediksi pada berbagai keadaan dan tugas pekerjaan sebagai dorongan untuk mempunyai prestasi dan keinginan berusaha agar melaksanakan tugas dengan efektif.

Kompetensi merupakan serangkaian pengetahuan, keterampilan dan sikap seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya. Kompetensi setiap pekerjaan disesuaikan dengan tugas pokok pekerjaan itu sendiri. Kompetensi yang harus dimiliki fasilitator FDS tentunya disesuaikan dengan tugas dan tujuan dari kegiatan FDS.

Dalam kenyataannya kompetensi seseorang dapat berbeda dengan orang lain. Agar kompetensi dari setiap fasilitator dapat meningkat diperlukan suatu pendorong atau faktor yang dapat membuat kompetensi fasilitator tersebut sesuai dengan yang diharapkan oleh pemerintah. Kompetensi seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor Michael Zwel, 2000 (dalam Wibowo, 2012). Keyakinan dan nilai-nilai, keterampilan, pengalaman, karakteristik kepribadian, motivasi, isu emosional, tingkat pendidikan dan budaya organisasi.

Page 17: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

4Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk mempersiapkan tenaga fasilitator yang profesioanl yaitu dengan pelatihan. Pelatihan dapat meningkatka pengetahuan dan keterampilan, perbaikan sikap serta meningkatkan kinerja ataupun sekedar mengetahui pengetahuan baru, sehingga seluruh pegawai dan organisasi pendukungnya menjadi suatu kesatuan dalam meningkatkan kualitas individu, kelompok dan lembaga.

Pelatihan pada hakikatnya mengandung unsur-unsur pembinaan dan pendidikan. Pelatihan adalah proses yang meliputi serangkaian tindakan yang dilaksanakan dengan sengaja dalam pemberian bantuan kepada tenaga kerja dilakukan oleh tenaga profesional kepelatihan dalam suatu waktu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektifitas dan produktifitas dalam suatu perusahaan.

Pelatihan merupakan salah satu bentuk pendidikan nonformal, hal ini tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 26 ayat (3) yaitu:

Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.

Werther dan Davis (1994,) mengatakan bahwa “Although training helps employees do their current jobs, the benefits of training may extend throughout a person’s carrer and help develop that person for future responsibilities.” Artinya pelatihan sangat membantu dalam mengatasi permasalahan yang berhubungan langsung dengan pelaksanaan yang sedang dihadapi serta perkembangan karir dan tanggung jawab seseorang dimasa yang akan datang. Tujuan pelatihan merupakan sarana untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yangakanmenunjang dalam pelaksaaan tugas pada bidang yang menjadi tanggung jawabnya.

Page 18: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

5Pendahuluan

Beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pelatihan adalah sebuah proses pendidikan jangka pendek yang bertujuan untuk mengembangkan potensi individu. Maka dari itu pelatihan sangat berperan dalam pengembangan sumber daya manusia karena dengan pelatihan maka fasilitator FDS akan memiliki keterampilan yang lebih dan dapat mengembangkan pekerjaannya.

Faktor lain yang mempengaruhi kompetensi fasilitator selain pelatihan adalah pengalaman kerja. Orang dikatakan telah mempunyai pengalaman kerja apabila orang tersebut telah menjalani atau mengetahui sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan. Seseorang yang melakukan aktivitas dalam organisasi harus melaksanakan apa yang menjadi tugas dan kewajiban. Apabila para pegawai telah melakukan aktivitasnya, maka pegawai tersebut dikatakan pegawai yang sudah mempunyai pengalaman kerja. Dengan pengalaman kerja yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan kompetensi pegawai. Ada juga perusahaan yang menyeleksi pengalaman seorang pegawa sebagai sesuatu hal yang penting, sebab dengan dapat diterimanya orang-orang yang berpengalaman dapat ditemukan ide-ide baru bagi perusahaan yang menerimanya.

Mencapai kompetensi yang baik memang bukan suatu perkara yang mudah. Selain pelatihan dan pengalaman kerja yang dapat mendukung peningkatan kompetensi, motivasi juga berperan. Hasibuan (2007, hlm.141) menyatakan bahwa “Motivasi merupakan sesuatu yang menjadi penyebab, mendistribusikan dan mensupport sikap dan tindakan individu, sehingga ia akan bekerja dengan tekun dan semangat untuk meraih hasil yang optimal. Sejalan dengan itu Mangkunegara (2007, hlm.61) berpendapat bahwa motivasi terbentuk dari sikap (attutude) pegawai dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan. (Kependidikan et al., 2013) mengungkapkan motivasi fasilitator merupakan faktor-faktor yang menggerakkan atau mendorong fasilitator untuk melaksanakan tugasnya.

Motivasi merupakan energi yang menggerakan diri seseorang yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi. Sikap mental pegawai yang positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat

Page 19: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

6Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

motivasi kerja untuk mencapai prestasi kerja secara maksimal. Penelitian sebelumnya mengungkapkan mengenai pengaruh pelatihan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan yang menyebutkan bahwa pelatihan dan motivasi kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan.

Upaya yang dilakukan dalam meningkatkan kompetensi fasilitator Family Development Session (FDS) sebagai upaya pelaksanaan FDS di lokasi treathment yang mulai digulirkan pada tahun 2015, Kementrian Sosial melalui Seluruh Balai Besar Pendidikaan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (B2P2KS) melaksanakan Diklat Family Development Session (FDS) atau P2K2.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa kinerja fasilitator FDS dipengaruhi oleh hasil pelatihan, motivasi berprestasi dan pengalaman kerja. Dari konsep-konsep tersebut nampaknya merupakan unsur penting dalam melihat Kinerja fasilitator FDS. Untuk itu peneliti merasa tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui seberapa besar hasil pelatihan, motivasi berprestasi, dan pengalaman kerja memberikan pengaruh terhadap kinerja fasilitator FDS. Maka dari itu penyusun mencoba melakukan peneltian dengan judul “Kinerja Pendamping PKH Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga”

1.2 Rumusan Masalah

Dengan kondisi pelaksanaan Program PKH yang telah berjalan selama tujuh belas tahun, dan disertakannya kegiatan P2K2 sebagai bagian dari proses bisnis program sejak tiga tahun lalu, tentu banyak pembelajaran yang dapat diambil dari proses yang telah berlangsung. Kinerja pendamping tidak hanya ditempatkan sebagai penilaian performa pendampingan mereka, namun dapat dijadikan pembelajaran untuk perbaikan kegiatan P2K2 secara keseluruhan. Untuk itu, perlu dilakukan identifikasi capaian-capaian program P2K2 yang telah terjadi.

Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dilakukan penggambaran kinerja pada level outcome, agar dapat memberikan gambaran model P2K2 yang berlangsung selama ini. Gambaran yang dimulai dari proses pendidikan dan pelatihan bagi pendamping, proses P2K2 yang

Page 20: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

7Pendahuluan

dilakukan, sampai dengan perubahan perilaku yang terjadi pada KPM dampingan. Dengan demikian, pertanyaan penelitian yang diajukan, antara lain:

1. Bagaimana Proses Pelaksanaan Diklat P2K2 Kepada Pendamping PKH di 6 Balai Diklat (Padang, Yogyakarta, Makasar, Banjarmasin, Bandung, Jayapura) Kementerian Sosial?

2. Bagaimana Proses Pelaksanaan P2K2 yang Dilakukan Pendamping PKH Pasca-Diklat P2K2 di 6 Wilayah (Padang, Yogyakarta, Makasar, Banjarmasin, Bandung, Jayapura)?

3. Bagaimana Perubahan perilaku KPM di 6 Wilayah (Padang, Yogyakarta, Makasar, Banjarmasin, Bandung, Jayapura) setelah mengikuti P2K2 dari Pendamping PKH Pasca-Diklat P2K2?

4. Bagaimana relevansi antara proses Diklat P2K2 dengan tugas Pendamping PKH, dan prioritas pengembangan apa yang perlu dilakukan?

1.3 Tujuan PenelitianTujuan dilakukannya penelitian sebagai berikut:

1. Mendiskripsikan dan menganalisis Proses Pelaksanaan Diklat P2K2 Kepada Pendamping PKH di 6 Balai Diklat (Padang, Yogyakarta, Makasar, Banjarmasin, Bandung, Jayapura) Kementerian Sosial

2. Mendiskripsikan dan menganalisis Proses Pelaksanaan P2K2 yang Dilakukan Pendamping PKH Pasca-Diklat P2K2 di 6 Wilayah (Padang, Yogyakarta, Makasar, Banjarmasin, Bandung, Jayapura)

3. Mendiskripsikan dan menganalisis Perubahan perilaku KPM di 6 Wilayah (Padang, Yogyakarta, Makasar, Banjarmasin, Bandung, Jayapura) setelah mengikuti P2K2 dari Pendamping PKH Pasca-Diklat P2K2

4. Mendiskripsikan dan menganalisis relevansi antara proses Diklat P2K2 dengan tugas Pendamping PKH, dan prioritas pengembangan apa yang perlu dilakukan.

Page 21: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

8Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

BAB IIMETODE PENELITIAN

Bab ini membahas mengenai metode penelitian yang digunakan untuk mendiskripsikan dan menganalisis terkait tujuan penelitian yaitu pelaksanaan diklat P2K2 bagi Pendamping, pelaksanaan P2K2, perubahan perilaku KPM dan relevansi antara pelaksanaan diklat P2K2 bagi Pendamping, pelaksanaan P2K2 dengan perubahan perilaku KPM pasca diklat P2K2.

2.1 Pendekatan Penelitian

Terkait dengan tujuan penelitian yaitu untuk mendiskripsikan dan menganalisis pelaksanaan diklat P2K2, pelaksanaan P2K2, perubahan perilaku KPM dan relevansi antara pelaksanaan diklat P2K2, pelaksanaan P2K2 dengan perubahan perilaku KPM maka pendekatan yang cocok digunakan adalah pendekatan kombinasi (mixed methods), kualitatif dan kuantitatif.

Menurut Sugiyono (2014) bahwa, metode penelitian kombinasi adalah suatu metode penelitian yang mengkombinasikan atau menggabungkan antara metode kuantitatif dan metode kualitatif untuk digunakan secara bersama-sama dalam suatu kegiatan penelitian sehingga diperoleh data yang lebih komprehensif, valid, reliabel dan objektif. Metode penelitian kombinasi adalah metode yang menggunakan dua metode yaitu metode penelitian kuantitatif dan kualitatif untuk digunakan dalam suatu kegiatan penelitian sehingga diperoleh data yang lebih lengkap dan menyeluruh.

Menurut (Creswell, 2002) penelitian kualitatif adalah proses penyelidikan memahami masalah sosial berdasarkan pada gambaran secara menyeluruh yang dipaparkan dalam bentuk kata-kata, melaporkan pandangan informan dengan rinci dan disusun berdasarkan latar ilmiah. Kemudian menurut (Neuman, 2006) pendekatan kualitatif

Page 22: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

9Metode Penelitian

adalah penelitian berangkat dari fakta dan data hasil temuan lapangan. Lalu, disandingkan dengan teoritis serta pembentukan konsep baru. Pendekatan kualitatif ini digunakan untuk mengupas permasalahan penelitian terkait pada pelaksanaan diklat P2K2, pelaksanaan P2K2, dan perubahan perilaku KPM.

Selain itu penelitian ini juga menggunakan pendekatan kuantitatif sebagai upaya menganalisa hasil temuan lapangan berdasarkan kuesioner yang telah dibuat. Menurut Neuman (2006), pendekatan kuantitatif pada dasarnya merupakan pendekatan positivis.

“Positivistm is associated whit many spesific social theories. Best know is its lingkage to the structural-functional, rational choice and exxhange theory frameworks.... Many applied researchers (administrators, criminologists, market reseacrhers, policy analysts, program evaluators, and planners) embrace positivistm.”

Dalam penelitian kuantitatif, penelitian ini menggunakan teori yang ada untuk kemudian dibuktikan dengan data yang ada dilapangan sehingga dari kombinasi antara teori dan data yang ada kita dapat mengambil suatu keputusan. Kebenaran dalam penelitian kuantitatif adalah kebenaran ilmiah yang diperoleh melalui deskripsi akurat tentang suatu variabel, dan memiliki daya generalisasi yang baik.

2.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian kualitatif sesuai dengan tujuan penelitian yang dipilih adalah penelitian deskriptif. Hal ini karena untuk untuk mengupas permasalahan penelitian terkait pada pelaksanaan diklat P2K2, pelaksanaan P2K2, dan perubahan perilaku KPM. Menurut (Neuman, 2013) penelitian deskriptif adalah penelitian yang menyajikan gambaran data spesifik mengenai situasi, penataan sosial dan keterkaitannya. Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut, dilakukan pengumpulan data berasal dari naskah wawancara, foto, recorder, dokumentasi dan sebagainya. Selain mendapatkan deskripsi yang akurat dan lengkap, penelitian ini juga dapat mendeskripsikan isu baru dan menjelaskan mengapa dapat terjadi di lapangan.

Page 23: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

10Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

Selain itu dalam penelitian ini juga menggunakan jenis penelitian kuantitatif sesuai dengan tujuan penelitian yang dipilih adalah menganalisis relevansi antara proses Diklat P2K2 dengan tugas Pendamping PKH, dan prioritas pengembangan apa yang perlu dilakukan. Hal tersebut dilakukan dengan pendekatan penyebaran kuesioner secara online mengggunakan aplikasi survey monkey.

2.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian menurut (Neuman, 2006) adalah di mana sebuah aktivitas dan kejadian yang ingin diteliti berlangsung, serta lokasi tersebut adalah tempat untuk melakukan wawancara, mendengarkan, mengamati, dan merekam apapun yang terjadi di lokasi. Berikut lokasi penelitian:

Tabel 2.1 Alasan Pemilihan Lokasi Pengumpulan Data

No Lokasi Pengumpulan Data

1 Group Disscussion B2P2KS Reg I, Kota Padang

B2P2KS Reg II, Kabupaten Bandung

B2P2KS Reg III, Kota Yogyakarta

B2P2KS Reg IV, Kota Banjarmasin

B2P2KS Reg V, Kota Makasar

B2P2KS Reg VI, Kota Jayapura

2 Wawancara Kota Padang

Kabupaten Bandung

Kota Yogyakarta

Kota Banjarmasin

Kota Makasar

Kota Jayapura

3 Kuesioner Seluruh Pendamping PKH yang pernah mengikuti diklat P2K2 dan melakukan kegiatan P2K2

Sumber: Olahan Penelitian

Page 24: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

11Metode Penelitian

2.4 Populasi dan sample

2.4.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2011, hlm. 61) bahwa, “Populasi wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Sedangkan populasi menurut Zuriah (2009, hlm. 116) “Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan.” Pernyataan tersebut sejalan dengan populasi menurut Arikunto (2010, hlm. 173) yaitu “keseluruhan subjek penelitian.”

Sedangkan populasi menurut Riduwan (2012, hlm. 54) “merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.”

Berdasarkan pernyataan tersebut bahwa yang menjadi populasi itu seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dan tidak hanya orang atau manusia, akan tetapi benda atau objek lainnya bisa menjadi populasi asalkan mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti dalam ruang lingkup dan waktu yang ditentukan.

2.4.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2011, hlm. 62) bahwa “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.” Sedangkan sampel menurut Arikunto (2010, hlm. 174) bahwa sampel adalah “sebagian atau wakil populasi yang diteliti.” Jadi berdasarkan pengertian tersebut bahwa sampel diambil dari sebagian populasi saja tidak mengambil keseluruhan untuk diteliti.

Menurut Sugiyono (2011, hlm. 118) bahwa “teknik sampling pada dasarnya dikelompokan menjadi probability sampling dan nonprobability sampling.” Pada penelitian ini menggunakan teknik sampel probability sampling. Menurut Sugiyono (2009, hlm. 120) “probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.”

Page 25: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

12Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

Simple random sampling menurut Sugiyono (2009, hlm. 120) adalah “Pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.”

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pendamping PKH yang tersebar di enam Balai Diklat Kementerian Sosial Republik Indonesia. Adapun jumlah dari sampel yang akan diteliti sebanyak 9.819 responden dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 2.2 Jumlah Sampel Penelitian

2.5 Teknik Pemilihan Informan dan Responden

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendiskripsikan dan menganalisis pelaksanaan diklat P2K2, pelaksanaan P2K2, perubahan perilaku KPM. Oleh karena itu, kriteria informan yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut:

1. B2P2KS

• Seluruh Penyelenggara diklat yang dilibatkan oleh B2P2KS dalam Diklat P2K2. Penyelenggara yang dilibatkan di antaranya:

˚ Bidang Kediklatan ˚ Fasilitator diklat P2K2, yang terdiri dari widyaiswara,

koordinator Regional/ Wilayah/Kabupaten/Kota ˚ Koordinator Kota/Kabupaten ˚ Seluruh panitia atau admin penyelenggara diklat

2. Pendamping PKH

• Telah Mengikuti Diklat P2K2 secara Daring

• Telah Mengikuti Diklat P2K2 secara Luring

• Telah Melaksanakan kegiatan P2K2 Minimal sebanyak 2 (dua) Modul

Page 26: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

13Metode Penelitian

• Pendamping yang memiliki minimal 5 KPM dengan Komponen Kesehatan (Ibu Hamil, Anak Usia Dini)

3. Keluarga Penerima Manfaat (KPM)

• KPM PKH terpilih yang telah mengikuti kegiatan P2K2 yang diberikan Minimal 2 Tahun oleh Pendamping PKH yang mana telah mengikuti diklat P2K2.

Kemudian, untuk tujuan penelitian terkait tujuan untuk mengetahui relevansi antara pelaksanaan diklat P2K2, pelaksanaan P2K2 dengan perubahan perilaku KPM. Oleh karena itu, kriteria respoden yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut:

1. Seluruh Pendamping PKH yang tersebar di Indonesia

• Telah Mengikuti Diklat P2K2 secara Daring

• Telah Mengikuti Diklat P2K2 secara Luring

• Telah Melaksanakan Minimal Sebanyak 2 (dua) Modul

• Pendamping yang memiliki minimal 5 KPM dengan Komponen Kesehatan (Ibu Hamil, Anak Usia Dini)

Tabel 2.3 Responden dan Informan Penelitian

No. Pengumpulan Data Responden dan Informan

1 Wawancara Keluarga Penerima Manfaat (KPM)

2 Group Disccussion Seluruh Penyelenggara diklat P2K2:Admin atau panitia penyelenggaraFasilitator

3 Online Survey Seluruh Pendamping PKH yang tersebar di Indonesia

Sumber: Olahan Penelitian

2.6 Teknik Pengumpulan Data

Menurut (Basrowi, 2008), pengumpulan data dalam penelitian dimaksudkan untuk memperoleh data, keterangan, kenyataan dan informasi yang dapat dipercaya. Teknik pengumpulan data merupakan suatu hal yang penting dalam penelitian, sebab keberhasilan dalam suatu penelitian sebagian besar tergantung pada teknik pengumpulan

Page 27: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

14Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

data yang dilakukan. Teknik Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa cara diantaranya:

2.6.1 Teknik pengumpulan data primer

Data primer merupakan data yang diambil langsung dari sumber data yang dianggap mewakili objek penelitian, serta peneliti melakukan pengukuran sendiri. Berbagai metode dapat digunakan dalam penelitian misalnya saja, wawancara, percakapan, observasi partisipan, penelitian tindakan, pertemuan fokus dan analisis teks pribadi. Menurut (Creswell, 2002) pembentukan hubungan dan empati sangat penting untuk mendapatkan kedalaman informasi, terutama terkait pada menyelidiki masalah, pemahaman dan kedalaman informan memahami masalah yang sedang dialami atau yang dia ketahui. Beberapa cara yang dipilih dalam pengumpulan data primer, terdiri dari:

a. Wawancara

Wawancara mendalam adalah percakapan yang memiliki tujuan tertentu dan dilakukan antara peneliti dan informan yang fokus pada persepsi dalam diri informan, kehidupan, dan pengalaman. Semua itu dinyatakan dalam kata-kata sendiri. Wawancara mendalam dalam penelitian dilakukan dengan menggunakan semi terstandardisasi. Menurut (Gilbert, 2003) wawancara semi terstandardisasi adalah jenis wawancara di mana peneliti (pewawancara) menanyakan pertanyaan pokok yang sudah disusun pada pedoman wawancara. Tetapi terdapat kebebasan untuk mengubah rangkaian pedoman wawancara dengan melakukan probing untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak lagi.

Wawancara dilakukan kepada kelompok KPM PKH yang telah mendapatkan pendampingan melalui P2K2 untuk mengetahui penerapan materi P2K2 oleh pendamping sosial PKH.

b. Diskusi Kelompok Terarah atau Group Discussion

Group Discussion diarahkan bagi penyelenggara atau

Page 28: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

15Metode Penelitian

fasilitator diklat (widyaiswara, Kordinator Wilayah, Kordinator Kabupaten/Kota) dan pendamping sosial PKH.

c. Angket/Kuesioner

Angket atau kuisioner yang dibuat sendiri oleh peneliti menyatakan bahwa yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiono, 2014)

Teknik ini dapat memberikan informasi penting dan jelas tentang relevansi antara pelaksanaan diklat P2K2, pelaksanaan P2K2 dengan perubahan perilaku KPM. Angket disebarkan secara online kepada Pendamping Sosial PKH yang sudah mengikuti diklat P2K2, baik konvensional maupun melalui e-learning. Penyebaran angket/kuisioner dilakukan melalui link online survey kepada seluruh Pendamping Sosial PKH. Penyebarluasan link survey dilakukan oleh Koordinator Wilayah/ Kabupaten /Kota, kepada para Pendamping Sosial PKH yang berada dalam wilayah binaannya, dalam kurun waktu tertentu (terbatas waktu).

2.6.2 Teknik pengumpulan data sekunder bersumber dari dokumen tertulis

Dokumen adalah sesuatu yang dapat dibaca dan berhubungan dengan beberapa aspek. Terdapat beberapa dokumen yang sifatnya direkam kedalam bentuk laporan, lalu ada dokumen yang berasal dari catatan atau rekaman pribadi: surat, buku harian, dan foto. Terdapat berbagai macam dari dokumen seperti rekaman publik, media, biografi, dokumen visual, dan lain-lain (Gilbert, 2003). Menurut (Neuman, 2006) menguraikan beberapa literatur yang dapat membantu dalam penelitian seperti buku, artikel, laporan, kebijakan dan dokumen pemerintah. Studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan data dari buku-buku, jurnal, peraturan perundang-undangan, dan sebagainya yang relevan dengan penelitian. Di antaranya dokumen penyelenggaraan dan proses diklat P2K2, kajian-kajian terdahulu terkait diklat P2K2, pedoman penyelenggaran PKH, modul-modul pelatihan P2K2.

Page 29: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

16Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

2.7 Teknik Analisa Data

Penelitian ini adalah metode penelitian kombinasi model concurent embedded dengan metode kualitatif sebagai metode primer dan metode kuantitatif sebagai metode sekunder. Teknik analisis data kualitatif mengikuti Ellen dalam (Neuman, 2006) yaitu teknik analisa ini membagi data penelitian lapangan menjadi tiga macam, yaitu: data dasar, data yang direkam, serta penyeleksian dan pemerosesan data (untuk penyusunan laporan). Pertama dengan mengorganisasikan data yang telah terkumpul (data dasar. Kedua adalah perekaman data yang terdiri dari sound recording, visual recording, dan field notes atau catatan lapangan. Ketiga, pembagian data ketiga ini, dikenal istilah sortir, klasifikasi, dan pengkodean (Open coding, Axial coding and selective coding). Kemudian hasil sortiran tersebut akan ditampilkan ke dalam bentuk taksonomi.

Sedangkan dalam teknik analisa kuantitaif menurut Sugiyono (2012) ada dua macam yakni: “statistik deskriptif dan statistik inferensial.” Teknik analisa data berkaitan dengan perhitungan menjawab rumusan masalah dan pengujian hipotesis. Dalam penelitian ini terdiri dari empat rumusan masalah yang salah satunya dilakukan menggunakan teknik analisa kuantitatif deskriptif.

Teknik ini dilakukan dengan maksud untuk mendeskripsikan sebagaimana menurut Wirartha (2006) bahwa “penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara sistematis dan akurat fakta dan karakteristik populasi atau bidang tertentu.” Data yang dikumpulkan bersifat deskriptif yang tidak menguji hipotesis maupun membuat prediksi, akan tetapi hanya menjelaskan suatu fenomena, gejala atau kejadian di lapangan yang sebenarnya terjadi.

2.8 Teknik Meningkatkan Kualitas Data

Sehubungan pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah pendekatan kualitatif. Menurut (Krefting, 1991), strategi untuk meningkatkan dan membuktikan bagaimana nilai kebenaran dan keabsahannya (trustwothhiness) antara lain dengan menggunakan empat konsep dasar yaitu credibility, transferability, dependability, dan confirmability. Berikut Uraiannya:

Page 30: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

17Metode Penelitian

1. Kredibel

Dikatakan kredibel jika proses penyediaan dan pemaparan data disajikan dengan deskripsi yang akurat dan interpretasi dari pengalaman informan serta pembaca dapat mengerti sesuai dengan yang diinterpretasikan

2. Transferability

Proses pemaparan data benar-benar dipaparkan secara jelas dang detail

3. Dependability

Dikatakan konsisten karena penelitian ini konsisten menggunakan diskripsi yang jelas, menggunakan kode terkait pengelompokan pada data mentah, menggunakan jurnal dan referensi yang akuntabel, dan tersusun dengan jadwal yang terencana.

4. Confirmability

Dilakukan triangulasi dalam proses pengolahan data

Sedangkan untuk meningkatkan kualitas data kuantitatf akan dilakukan uji validitas dan uji realibilitas. Adapun gambaran uji tersebut sebagai berikut:

1. Uji Validitas

Validitas menurut Sugiyono (2016) menunjukan derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dikumpulkan oleh peneliti untuk mencari validitas sebuah item, kita mengkorelasikan skor item dengan total item-item tersebut. Jika koefisien antara item dengan total item sama atau diatas 0,3 maka item tersebut dinyatakan valid, tetapi jika nilai korelasinya dibawah 0,3 maka item terebut dinyatakan tidak valid.

Page 31: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

18Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

Untuk mencari nilai koefisien, maka peneliti menggunakan rumus pearson product moment sebagai berikut:

2. Uji Realibilitas

Uji reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran dengan menggunakan objek yang sama akan menghasilkan data yang sama ( Sugiyono, 2012). Uji realianilitas kuesioner dalam penelitian digunakan metode split half item tersebut dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelimpok item ganjil dan kelompok item genap. Kemudian masing-masing kelompok skor tiap itemnya dijumlahkan sehinga menghasilkan skor total. Apabila korelasi 0,7 maka dikatakan item tersebut memberikan tingkat reliabel yang cukup, sebaliknya apabila nilai korelasi dibawah 0,7 maka dikatakan item tersebut kurang reliabel.

Adapun rumus untuk mencari reliabelitas adalah sebagai berikut.

Page 32: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

19Metode Penelitian

2.9 Sistematika Penulisan

Bab 1 Pendahuluan, dijelaskan secara umum mengenai latar belakang masalah, rumusan permasalahan, dan tujuan penelitian. Bab 2 mengenai metode penelitian terdiri atas pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, teknik pemilihan informan, teknik dan waktu pengumpulan data, operasionalisasi konsep dan sistematika penulisan.

Bab 3 berisi kerangka pemikiran atau teori-teori yang dapat memperkuat penelitian mengenai topik, digunakan sesuai kebutuhan penelitian. Bab 4 membahas mengenai profil balai dan profil responden pendamping PKH dalam penelitian. Bab 5 membahas mengenai temuan lapangan yang terdapat di 6 wilayah B2P2KS dan di 6 wilayah KPM tinggal selaku informan penelitian.

Bab 6 menyajikan pembahasan sifatnya sangat deskriptif secara terstruktur dan komprehensif dari hasil penemuan lapangan dan analisa dari hasil penemuan lapangan. Terakhir bab 7, adalah penutup berisi kesimpulan dan saran yang mana diperoleh dari hasil analisa temuan lapangan dengan teori. Sehingga nantinya mendapatkan hasil yang rinci dan jelas.

Page 33: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

20Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

BAB IIIKERANGKA TEORI

Bab 3 berisi mengenai tinjauan teori yang berisi konsep-konsep yang digunakan dalam proses analisis data. Dalam penelitian kualitatif teori sering digunakan sebagai poin akhir, penelitian dimulai dari data, kemudian menjadikan data menjadi sebuah tema-tema atau kategori tertentu. Lalu, dikembangkan menjadi pola-pola, teori atau generalisasi-generalisasi untuk diperbandingkan dengan literatur yang ada.

Kemudian penelitian kuantitatif keberadaan teori sering digunakan sebagai poin utama, penelitian dimulai dari menentukan variable-variabel yang akan diukur, lalu mengolahnya dengan perhitungan yang sudah dibuat dan kemudian dianalisa dengan literatur yang sudah ada yang mana hasilnya dapat digeneralisir. Berikut ulasannya:

3.1 Program Keluarga Harapan

3.1.1 Tujuan Program PKHProgram Keluarga Harapan bertujuan:

1). untuk meningkatkan taraf hidup Keluarga Penerima Manfaat melalui akses layanan pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial;

2). mengurangi beban pengeluaran dan meningkatkan pendapatan keluarga miskin dan rentan;

3). menciptakan perubahan perilaku dan kemandirian Keluarga Penerima Manfaat dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan serta kesejahteraan sosial;

4). mengurangi kemiskinan dan kesenjangan;

5). mengenalkan manfaat produk dan jasa keuangan formal kepada Keluarga Penerima Manfaat.

3.2.1 Tugas Pendamping

Berdasarkan buku kerja pendamping PKH yang dikutip dalam Habibullah (2013), pendamping memiliki tugas yang sangat

Page 34: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

21Kerangka Teori

penting dalam pelaksanaan program di lapangan yakni:

1) Tugas pokok

Tugas pokok meliputi tugas persiapan program, tugas rutin dan tugas dalam proses pembayaran. Tugas persiapan program berupa sosialisasi program PKH tingkat kecamatan, menyelenggarakan pertemuan awal dengan seluruh calon peserta PKH dan tindak lanjut pertemuan awal.

Tugas rutin pendamping adalah tugas keseharian yang harus dilakukan secara intensif yang meliputi:

• Melakukan pemutakhiran data• Memfasilitasi dan menyelesaikan kasus pengaduan• Mengunjungi rumah peserta PKH jika dalam pertemuan

kelompok ada peserta PKH yang tidak bisa datang dan tidak memenuhi komitmen

• Melakukan kordinasi dengan aparat setempat dan pemberi layanan pendidikan dan kesehatan

• Melakukan pertemuan bulanan dengan ketua kelompok dan seluruh peserta PKH

• Melakukan temu kunjungan bulanan dengan petugas kesehatan dan pendidikan di lokasi pelayanan

• Memberikan motivasi kepada peserta PKH dalam menjalankan komitmen

• Melakukan upaya yang sinergi antara pendamping PKH dengan pemberi leyanan pelayanan kesehatan dan pendidikan

• Melakukan pencatatan dan pelaporan

2) Tugas pengembangan

Tugas pengembangan yang dilakukan pendamping PKH meliputi:

• Melakukan koordinasi atau kerjasama dengan tokoh-tokoh adat dan atau keagamaan dalam sesi-sesi komunikasi ritual dalam rangka meneguhkan nilai-nilai moral dan spiritual dalam rangka meneguhkan nilai-nilai moral dan spiritual bagi keluarga peserta PKH

Page 35: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

22Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

• Melakukan kerjasama dengan tim penggerak PKK dan atau LK3 dalam upaya penyedaran pentingnya fungsi-fungsi keluarga bagi peserta PKH

• Menumbuhkan semangat kewirausahaan keluarga peserta PKH melalui usaha ekonomi produktif

• Memotivasi dan advokasi anggota keluarga peserta PKH yang mengalami disabilitas untuk memperoleh kemudahan dalam mengakses pelayanan sosial

• Memfasilitasi ketersediaan media konsultasi bagi keluarga perserta PKH yang mengalami ketidakharmonisan

• Menggugah kesadaran keluarga peserta PKH tentang pentingnya menjaga, memelihara dan melestarikan lingkungan di sekitar tempat tinggalnya

• Mengidentifikasi potensi dan sumber yang ada di wilayah kerja pendamping untuk melihat kemungkinan dapat dimanfaatkan dalam membantu mendukung penanggulangan kemiskinan, penanganan masalah atau kebutuhan khusus yang dialami peserta PKH

• Berperan serta dalam menunjang sosialisasi program keluarga berencana

3) Tugas penunjang

Tugas penunjang pendamping PKH berupa:• Mengembangkan kapasitas diri dalam berkomunikasi,

bernegoisasi, membangun relasi dan jejaring kerja, berdasarkan pengelaman selama bertugas di lapangan dan atau secara mandiri

• Mendokumentasikan setiap kegiatan penting terkait dengan tugas dan fungsi sebagai pendamping PKH

• Melatih diri dalam kegiatan tulis menulis berkaitan dengan pengalaman selama mendampingi peserta PKH

3.2 Petunjuk Pelaksanaan Diklat Peningkatan Pertemuan Kemampuan Keluarga (P2K2) Bagi B2P2KS

3.2.1 Metode Diklat• Blended e-learning yaitu diklat PDK2/FDS PKH e-learning

2019 berlangsung dengan sistem blended yaitu penggabungan

Page 36: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

23Kerangka Teori

antara proses pembelajaran daring (dalam jaringan atau online) dan luring (luar jaringan atau offline)

• Mandiri yaitu peserta diminta untuk melakukan belajar mandisi sebelum dan sesudah proses daring berlangsung

• Latihan soal yaitu peserta wajib mengerjakan latihan soal yang tersedia dalam materi yang sudah dipelajari. Latihan soal ini dapat dikerjakan beberapa kali bilamana peserta merasa belum puas atas nilau yang diperoleh

• Penugasan yaitu peserta diberikan penugasan selama proses pembelajaran daring sesuai modul

• Review yaitu suatu proses di mana para peserta luring secara bersama-sama mereview materi dari modul 1-5 dengan fasilitator

• Simulasi kelas atau micro teaching yaitu peserta melakukan praktek kelas dengan kelompok kecil pada saat proses pembelajaran luring berlangsung

• Belajar praktek lapangan yaitu di mana pada saat luring peserta akan mengadakan praktek belajar lapangan yang langsung bertemu dengan KPM di lokasi/ masyarakat

• Ujian yaitu suatu proses evaluasi untuk melihat tingkat kemampuan peserta dalam penugasan modul atau materi yang dilakukan melalui pre test, post test, dan uji komprehensif.

3.2.2 Kurikulum• Proses pembelajaran daring berlangsung selama (85 Jam

pelajaran/JP) atau 11 hari kerja @7,8 JP per hari

• Proses pembelajaran luring berlangsung 80 JP atau 10 hari kerja, tidak termasuk hari libur @8 JP per hari. Termasuk di dalamnya 50 JP untuk PBL 5 modul

• Proses pembelajaran daring berlangsung sesuai dengan kondisi masing-masing peserta dengan catatan tdak mengganggu pekerjaan

• Materi diklat P2K2/FDS E-learning 2019 terdiri dari 5 modul, 14 sesi (165 JP) melitputi: modul 1 (pengasuhan dan pendidikan anak sebanyak 29 JP, dengan 4 sesi), modul 2 (pengelolaan keuangan dan perencanaan usaha sebanyak 22 JP, dengan

Page 37: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

24Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

3 sesi), modul 3 (kesehatan dan gizi sebanyak 25 JP, dengan 3 sesi, modul 4 (perlindungan anak sebanyak 15 JP, dengan 2 sesi), dan modul 5 (kesejahteraan sosial sebanyak 15 JP, dengan 2 sesi), lalu melakukan review modul 1-5 sebanyak 5 JP.

• PBL terdiri dari 5 modul, 50 JP tiap modul yang terdiri dari PBL modul 1 pengasuhan dan pendidikan anak (10 JP), PBL modul 2 pengelolaan keuangan dan perencanaan usaha (10 JP, PBL modul 3 kesehatan dan gizi (10 JP), PBL modul 4 perlindungan anak (10 JP), PBL modul 5 kesejahteraan sosial (10 JP).

• Lain-lain (14 JP) terdiri dari pembukaan/penutupan, pengenalan aplikasi e-learning, kebijakan program PKH, teknik fasilitasi, pengantar tentang hak-hak anak, dan evaluasi yang mana-masing masing kegiatan 2 JP

3.2.3 Tahapan Pelaksanaan1. Persiapan

• B2P2KS melakukan sosialisasi pelaksanaan diklat P2K2 e-learning tahun 2019 melalui proses daring (dalam jaringan) datau online kepada semua calon peserta dan semua pihak terkait penyelenggara diklat P2K2 E-learning 2019.

• B2P2KS wilayah regional masing-masing bekerjasama dengan korwil/korkab/korkot PKH Direktorat JSK dan Dinas Sosial Kab/Kota setempat dalam penetapan calon peserta yang berasal dari wilayah masing-masing

• Menyiapkan data calon peserta diklat, yang meliputi: nama, email, alamat, provinsi, kota/kabupaten, kecamatan, NIK/ pembelajaran luring sesuai jadwal yang sudah ditentukan oleh B2P2KS masing-masing

• Saat pelaksanaan luring harus melakukan registrasi ulang dan membawa dokumen yang dipersyaratkan oleh B2P2KS masing-masing pada saat melapor diri.

• Biaya transportasi datang dan pulang, serta akomodasi peserta ditanggung oleh panitia

• Selama proses pembelajaran luring disediakan layanan akomodasi dan konsumsi

Page 38: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

25Kerangka Teori

• Peserta wajib memenuhi semua tata tertib yang dutetapkan oleh panitia.

2. Proses Pembelajaran Luring (Tatap Muka Atau Klasikal)

• Untuk mengikuti proses pembelajaran luring peserta harus dipanggil dan datang ke B2P2KS atau pusat belajar yang ditetapkan sesuai wilayah regional masing-masing dan belajar secara tatap muka dengan fasilitator yang ditunjuk

• Peserta wajib mengikuti semua proses pembelajaan luring sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan

• Panitia menyediakan toolkit pembelajaran untuk peserta • Proses pembelajrana luring dilakukan melalui tahapan (1)

review masing-masing modul dan review hasil penugasan yang sudah dikerjakan pada saat daring, (2) micro teaching atau kelas kecil, (3) praktek belajar PBL dan mengikuti uji komprehensif yang dilakukan sebelum penutupan dilakukan.

3. Review Modul

• Proses luring diawali dengan review masing-masing modul secara kelas besar (40 orang peserta per kelas) yang diasuh oleh 3-4 fasilitator

• Lama proses review untuk 1 modul adalah 45 menit yang dipimpin oleh fasilitator pengasuh modul yang ditunjuk, sednagkan fasilitator lainnya bersifat membantu fasilitator pengampu modul

• Setelah review modul selesai, dilanjutkan dengan praktek kelas kecil yang difasilitasi oleh masing-masing fasilitator yang ditunjuk. Setelah proses kelas kecil selesai untuk 1 modul tertentu kemudian dilanjutkan untuk review modul selanjutnya

• Substasi review terdiri dari: hal-hal substansi dalam modul yang belum dipahami oleh peserta selama proses pembelajaran daring berlangsung, langkah-langkah proses pembelajaran yang belum dipahami, proses permainan yang belum dipahami peserta, hal-hal yang aneh dan kurang konsisten dalam modul, proses kelas kecil yang akan dilakukan oleh peserta, hasil penugasan fasilitator

Page 39: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

26Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

yang sudah diberikan selama proses pembelajaran daring, dll yang dianggap penting

• Proses pembelajaran review lebih bersifat interaktif, pengayaan, pendalaman, diskusi, tanya jawab, bukan proses pembelajaran 1 arah. Proses pembelajaran menempatkan peserta sebagai pusat pembelajaran

• Penugasan yang sudah diberikan pada saat daring, akan dibahas dalam proses review modul, dan hasil tugas dibawa oleh peserta masing-masing dan didiskusikan

• Komponen dalam penilaian dalam review modul: ada tidaknya tugas relevansi isi tugas, kedalam isi tugas, keaktifan peserta, ketepatan merespon, dan kemampuan analisis.

4. Kelas Kecil (Micro Teaching)

• Praktek kelas kecil, diawali penjelasan bagaimana proses micro teaching dilakukan (sisampaikan pada saat proses review modul berlangsung)

• Untuk proses praktek kelas kecil, peserta dibagi dalam 3-4 kelompok kecil terdiri dari 10-14 orang per kelompok, masing-masing kelompok difasilitasi oleh 1 orang fasilitator

• Setiap kelompok (kelas kecil) wajib melakukan prakter simulasi kelas kecil (skala klasikal), tuntas (langkah demi langkah), terhadap 1 sesi dari modul yang sudah di review. Kelompok dapat memilih salah satu sesi seuai dengan kondisi daerah setempat untuk dijadikan contoh praktek/simlasi dari sesi lainnya.

• Dalam proses praktek kelas kecil, anggota membagi habis langkah-langkah yang ada dalam 1 sesi modul secara merata untuk dipraktekkan, untuk 1 langkah dapat terdiri dari 2 orang atau sebaliknya 1 orang untuk beberapa langkah, sesuai jumlah langkah yang ada.

• Yang menjadi KPM dalam proses micro teaching adalah peserta lainnya yang sedang tidak bertugas memberi materi

• Proses pelaksanaan praktek atau simulasi dalam kelas kecil difasilitasi dan diamati oleh fasilitator. Fasilitatir wajib memberikan saran, masukan, dan kritikan atas praktek kelas yang dilakukan oleh masing-masing kelompok.

Page 40: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

27Kerangka Teori

• Setelah proses praktek kelas kecil, selesai dilakuka untuk 1 modul kemudiandilanjutkan review kelas kecil hasil pekalsanaan micro teaching selama 45 menit yang dipimpin oleh fasilitator, kemudian dilanjutkan dengan review kelas besar yang dipimpin oleh fasilitator pengampu modul

• Proses praktek kelas kecil akan menjadi salah satu komponen penilaian bagaimana penguasaan peserta terhadap modu; diklat yang dipelajari

• Aspek yang dinilai dari PPK: penggunaan waktu, urutan langkah, penguasaan materi, perilaku, penggunaan alat bantu, teknik fasilitasi (verba dan non verba) dan sikap (kerjasama dan ketepatan merespon).

5. Praktek Belajar Lapangan (PBL)

• PBL dilakukan untuk setiap modul. PBL dilakukan setelah proses review dna prkatik kelas kecil/ micro teaching selesai dilakukan

• Proses PBL dilaksanakan 5 kali secara berturut-turut @10 JP tiap modul

• Metode pelaksanaan PBL dapat dilakukan dengan metode “datang dan pulang” atau melalui pendekatan homestay (peserta menginap ditempat), sesuai kondisi masing-masing balai, dipilih mana yang lebih efektif dan efisien

• Sasaran PBL adalah KPM peserta PKH. Peserta dikla langsung bertemu KPM peserta PKH

• Dalam pelaksanaan PBL dibagi menjadi 3 kelompok @10-14 orang peserta diklat dengan @10 KPM dan difasilitasi 1 orang fasilitator.

• Dalam pelaksanaan PBL, peserta dibagi menjadi 6 kelompok @ 6-7 orang peserta dklat dengan @10 KPM dan difasilitasi 1 orang fasilitator

• Panitia menyiapkan 30 orang KPM untuk menjadi sasaran praktek/ simulasi yang dibagi menjadi 3 kelompok @10 KPM

• Panitia menyiapkan 3 lokasi desa atau RW atau RT untuk sasaran PBL @ 10 KPM

Page 41: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

28Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

• Proses PBL dilakukan dnegan mempraktekkan atau mensimulasikan 2 sesi dari setiap modul (sesi pagi dan sesi sore)

• Dalam proses PBL, setiap kelompok peserta (kelompok kecil) wajib melakukan praktek / simulasi sesi (pagi dan sore) secara tuntas dengan langkah yang ada dalam modul.

• Setelah proses PBLselesai dilakukan untuk 1 modul, kemudian pada sore hari sebelum pulang dilanjutkan review kelas kecil (kelompok masing-masing) hari pelaksanaan micro teaching selama 45 menit yang dipimpin oleh fasilitator pengampu modul.

3.2.4 Fasilitas 1. Selama proses pembelajaran daring peserta berada di

tempatnya masing-masing. Panitia tidak menyediakan fasilitas jaringan atau paket internet tetapi menjadi tanggung jawab masing-masing peserta.

2. Selama proses luring berlangsung peserta diberikan fasilitas akomodasi, uang harian dan transportrasi menggunakan kelas ekonomi

3. Fasilitas transportasi menggunakan pesawat kelas ekonomi

4. Proses pembelajaran luring dapat dilakukan di Pusdiklat Kesos, B2P2KS atau Pusat Belajar yang ditetapkan

5. Panitia menyediakan bahan ajar (modul) tercetak yang mendukung proses pembelajarab diklat P2K2/FDS PKH secara e-learning sesuai dengan anggaran yang ada.

3.2.5 Evaluasi1. Komponen evaluasi peserta

Ada beberapa komponen penilaian peserta yang dapat dilihat dalam rangka penilaian tingkat kemampuan peserta dalam penguasaan materi pembelajatan meliputi: proses pembelajaran during (30%), proses pembelajaran luring (30%), dan uji komprehensif (modul 1-5) (40%).

Kriteria penilaian

Proses penilaian oleh sistem dan fasilitator dilakukan dengan

Page 42: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

29Kerangka Teori

menggunakan sklala 1-10, ekmudian akan dikonversi dengan menggunakan skla 100. Kriteria penilaian : kurang baik (0.0-70 tidak lulus), baik (70,1-80), memuaskan (80,1-90), ddan sangat memuaskan (90,1-100). Kemudian proses penilaian akhir tidak untuk menetapkan LULUS atau TIDAK LULUS, tetapi hanya sebagai pemetaan kompetensi peserta diklat.

2. Evaluasi penyelenggaraan diklat

• Relevansi kurikulum kediklatan terhadap tantangan yang dihadapi peserta diklat

• Durasi waktu yang disediakan untuk setiap pokok bahasan/sub pokok bahasan mata diklat

• Metode pembelajaran yang diterapkan • Sarana dan prasaran pembelajaran yang tersedia (modul,

kurikulum, buku pintar, brosur, leaflet, dll)• Kit training • Jaringan/ akses internet• Media pembelajaran yang tersedia • Pelayanan administrasi • Pelayanan akomodasi • Pelayanan transportrasi • Sarana pendukung yang tersedia (olah raga, hiburan, dll)

3. Evaluasi SDM peenyelenggara

• Fasilitator: penguasaan materi, pencapaian tujuan pembelajaran, kemampuan fasilitasi pembelajaran daring dan pembelajaran luring, kemampuan memotivasi peserta, metode pembelajaran yang digunakan, sistematika penyajian, dan komunikasi peserta

• Admin/ operator/ IT (admin), meliputi: penguasaan tugasn, tanggungjawab terhadap tugas, penguasaan IT, komunikasi dengan peserta, dan kecepatan memberikan respon terhadap peserta

• Pendamping kelas: keaktifan pendamping, kreativitas pendamping, komunikasi/ keramahtamahan, tanggungjawab terhadap tugas, koordinasi dalam pelaksanaan proses pembelajaran, kecepatan merespon/ melayani

Page 43: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

30Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

• Peserta: paling heboh, paling anggun, paling wibawa, dan paling suka ngantuk di kelas.

3.2.6 Pembiayaan

Pembiayaan penyelenggaraan diklat P2K2/FDS PKH e-learning tahun 2019 dibebankan kepada RAPBN 2019 satuan unit kerja masing-masing.

3.3 Petunjuk Pelaksanaan P2K2/ FDS

3.3.1 Definisi Program P2K2

Program Keluarga Harapan yang selanjutnya disebut PKH adalah program pemberian bantuan sosial bersyarat kepada Keluarga Miskin (KM) yang ditetapkan sebagai keluarga penerima manfaat PKH. Sebagai upaya percepatan penanggulangan kemiskinan, sejak tahun 2007 Pemerintah Indonesia telah melaksanakan PKH. Program Perlindungan Sosial yang juga dikenal di dunia internasional dengan istilah Conditional Cash Transfers (CCT) ini terbukti cukup berhasil dalam menanggulangi kemiskinan yang dihadapi di negara-negara tersebut, terutama masalah kemiskinan kronis.

Sebagai sebuah program bantuan sosial bersyarat, PKH membuka akses keluarga miskin terutama ibu hamil dan anak untuk memanfaatkan berbagai fasilitas layanan kesehatan (faskes) dan fasilitas layanan pendidikan (fasdik) yang tersedia di sekitar mereka. Manfaat PKH juga mulai didorong untuk mencakup penyandang disabilitas dan lanjut usia. Melalui PKH, KPM didorong untuk memiliki akses dan memanfaatkan pelayanan sosial dasar kesehatan, pendidikan, pangan dan gizi, perawatan, dan pendampingan, termasuk akses terhadap berbagai program perlindungan sosial lainnya yang merupakan program komplementer secara berkelanjutan. PKH diarahkan untuk menjadi episentrum dan center of excellence penanggulangan kemiskinan yang mensinergikan berbagai program perlindungan dan pemberdayaan sosial nasional.

Page 44: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

31Kerangka Teori

Misi besar PKH untuk menurunkan kemiskinan semakin mengemuka mengingat jumlah penduduk miskin Indonesia sampai pada Maret tahun 2016 masih sebesar 10,86% dari total penduduk atau 28,01 juta jiwa (BPS, 2016). Pemerintah telah menetapkan target penurunan kemiskinan menjadi 7-8% pada tahun 2019, sebagaimana tertuang di dalam RPJMN 2015-2019. PKH diharapkan dapat berkontribusi secara signifikan untuk menurunkan jumlah penduduk miskin, menurunkan kesenjangan (gini ratio) seraya meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Dalam rangka perubahan perilaku KPM, diperlukan edukasi berkelanjutan yang dapat memberikan pemahaman kepada KPM tentang pentingnya pendidikan dan pengasuhan anak, kesehatan, pengelolaan keuangan keluarga, perlindungan anak dan pengasuhan lanjut usia dan disabilitas. Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) atau yang dikenal dengan Family Development Session (FDS) merupakan sebuah intervensi perubahan perilaku yang terstruktur. P2K2 diberikan pada semua KPM PKH sejak tahun pertama kepesertaan PKH. Materi P2K2 wajib disampaikan melalui pertemuan kelompok setiap bulan yang disampaikan oleh Pendamping Sosial PKH terhadap kelompok-kelompok dampingannya.

3.3.2 Tujuan P2K2Tujuan P2K2, antara lain:

1. Meningkatkan pengetahuan KPM PKH mengenai pengasuhan anak dan mendukung pendidikan anak di sekolah.

2. Meningkatkan pengetahuan praktis KPM PKH tentang pengelolaan keuangan keluarga. KPM PKH belajar bagaimana membedakan antara kebutuhan dan keinginan, membuat target menabung dan menghindari hutang, serta meningkatkan penghasilan dengan membuka usaha.

3. Meningkatkan kesadaran KPM PKH dalam hal kesehatan khususnya pentingnya 1000 hari pertama kehidupan yang secara khusus memberi perhatian pada kesehatan ibu hamil dan bayi.

Page 45: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

32Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

4. Meningkatkan kesadaran KPM PKH terhadap pencegahan kekerasan terhadap anak dan memenuhi hak-hak anak.

5. Meningkatkan kesadaran KPM PKH terhadap hak-hak lansia dan disabilitas.

6. Secara umum meningkatkan kesadaran KPM PKH akan hak dan kewajibannya sebagai anggota masyarakat, khususnya dalam pemanfaatan layanan umum yang disediakan pemerintah untuk memperbaiki kondisi kesehatan dan pendidikan.

3.3.3 Komponen Pelaksanaan P2K2Komponen yang diperlukan dalam pelaksanaan P2K2 adalah:

1. Modul P2K2

Modul P2K2 merupakan modul pembelajaran terstruktur untuk meningkatkan keterampilan hidup masyarakat miskin dengan fokus utama di bidang ekonomi, pendidikan anak, kesehatan, dan perlindungan anak. Modul P2K2 disampaikan kepada KPM dengan memperhatikan kebutuhan KPM.

2. Pendidikan dan Pelatihan P2K2

Diklat P2K2 diberikan kepada SDM PKH sesuai ketentuan dan kebijakan program pada tahun berjalan.

3. Bahan Ajar

Pengadaan bahan ajar berupa buku modul, buku pintar, flipchart, poster dan brosur dan alat lainnya untuk mendukung penyampaian P2K2 diselenggarakan oleh Kementerian Sosial atau pihak-pihak lain yang ingin berkontribusi.

4. Waktu Pelaksanaan P2K2

P2K2 dilaksanakan setiap bulan selama masa kepesertaan PKH.

5. Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan P2K2

P2K2 diberikan sebagai kewajiban pendamping PKH terhadap KPM PKH yang menjadi dampingannya dalam pertemuan yang diselenggarakan sebulan sekali. Dalam pelaksanaannya P2K2 menjadi bagian dari ukuran kinerja seorang pendamping dengan supervisi dari koordinator kabupaten/kota, dan koordinator wilayah

Page 46: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

33Kerangka Teori

3.3.4 Waktua) Pertemuan P2K2 diselenggarakan 1 kali dalam sebulan

b) 1 sesi disampaikan dalam 1 kali pertemuan

c) Penyampaian sesi P2K2 berlangsung sesuai panduan dalam modul (120 menit)

d) Jam penyelenggaraan P2K2 dapat ditentukan sesuai kesepakatan antara peserta PKH dan Pendamping

3.3.5 Materi Dalam Pelaksanaan P2K2

Materi P2K2 terdiri dari 6 (enam ) bagian modul yang melingkupi topik Pendidikan dan Pengasuhan, Ekonomi, Kesehatan, dan Perlindungan Anak. Modul- modul tersebut memiliki rincian antara lain:

a) Modul Pendidikan dan Pengasuhan Anak

Modul ini terdiri dari 4 sesi dengan rincian sebagai berikut :

1. Menjadi orang tua yang lebih baik2. Memahami perilaku anak3. Memahami cara anak usia dini belajar4. Membantu anak sukses di sekolah

b) Modul pengelolaan keuangan keluarga

Modul ini terdiri dari 4 sesi dengan rincian sebagai berikut :

1. Mengelola keuangan keluarga2. Cermat meminjam dan menabung3. Cerdas memanfaatkan layanan Bank4. Memulai usaha

c) Modul Kesehatan dan Gizi

Modul ini terdiri dari 3 materi dengan rincian sebagai berikut :

1. Pentingnya gizi dan layanan kesehatan ibu hamil2. Pentingnya gizi untuk ibu menyusui dan balita3. Kesakitan pada anak dan kesehatan lingkungan

d) Modul Perlindungan Anak

Modul ini terdiri dari 2 sesi yaitu :

1. Kekerasan terhadap anak

Page 47: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

34Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

2. Penelantaran dan Eksploitasi

e) Modul Kesejahteraan Sosial

1. Peningkatan Kesejahteraan Sosial Bagi Lansia2. Pelayanan Bagi Disabilitas Berat

15 sesi dalam P2K2 dilaksanakan dalam bentuk Jadwal pelaksanaan P2K2 yang dilakukan dalam 15 kali pertemuan bulanan. Modul Pendidikan dan Modul Kesehatan merupakan modul prioritas yang harus diberikan kepada KPM.

Jadwal pelaksanaan P2K2 dapat dilaksanakan dalam urutan sebagai berikut :

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan P2K2

Waktu Modul Sesi

Pertemuan 1 Modul Pengasuhan dan Pendidikan Anak

Menjadi Orangtua yang Lebih Baik

Pertemuan 2 Memahami Perilaku Anak

Pertemuan 3Memahami Cara Anak Usia DiniBelajar

Pertemuan 4 Membantu Anak Sukses di Sekolah

Pertemuan 5Modul Kesehatan dan Gizi

Pentingnya gizi dan layanankesehatan ibu hamil

Pertemuan 6Pentingnya gizi untuk ibu menyusui dan balita

Pertemuan 7Kesakitan pada anak dan kesehatan lingkungan

Pertemuan 8 Modul PengelolaanKeuangan dan PerencanaanUsaha

Mengelola Keuangan Keluarga

Pertemuan 9 Cermat Meminjam dan Menabung

Pertemuan 10Cerdas memanfaatkan layanan Bank

Pertemuan 11 Memulai Usaha

Page 48: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

35Kerangka Teori

Waktu Modul Sesi

Pertemuan 12 Modul Perlindungan Anak

Pencegahan Kekerasan terhadapAnak

Pertemuan 13 Pencegahan Penelantaran danEksploitasi terhadap Anak

Pertemuan 14 Modul Kesejahteraan Sosial

Peningkatan Kesejahteraan SosialLansia

Pertemuan 15 Pelayanan Bagi Disabilitas Berat

3.4 Ishikawa Diagram

Dr. Kaoru Ishikawa (1915 - 1989) adalah seorang profesor, penasihat dan motivator Jepang berkenaan dengan perkembangan inovatif dalam bidang manajemen kualitas. Kaoru Ishikawa terkenal karena pengembangan konsep diagram tulang ikan, yang juga dikenal sebagai ‘diagram Ishikawa’. Diagram ini masih digunakan di banyak organisasi untuk membuat diagnosa atau mengambil tindakan nyata di mana akar penyebab masalah diidentifikasi. Penyebab biasanya dikelompokkan ke dalam kategori utama untuk mengidentifikasi sumber-sumber variasi baik dari masalah, potensi, dan identifikasi terkait manajemen dan proses. Kategori biasanya meliputi:

1. Human/ Man/ Orang: Siapa saja yang terlibat dalam proses

2. Method/ Metode: Bagaimana proses dilakukan dan persyaratan khusus untuk melakukannya, seperti kebijakan, prosedur, aturan, peraturan, dan hukum;

3. Machine/ Mesin: Semua peralatan, komputer, peralatan, dll. Yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan;

4. Material/ Bahan: Bahan baku, bagian, pena, kertas, dll. Yang digunakan untuk menghasilkan produk akhir;

5. Measurement/ Pengukuran: Data yang dihasilkan dari proses yang digunakan untuk mengevaluasi kualitasnya;

6. Environment/ Lingkungan: Kondisi, seperti lokasi, waktu, suhu, dan budaya di mana proses beroperasi.

Page 49: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

36Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

3.5 Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan dan pelatihan adalah sebuah elemen yang tidak dapat dipisahkan karena keduanya saling berhubungan khususnya untuk membangun kualitas sumber daya manusia yang baik. Ketika sumber daya manusia berkualitas maka pelaksanaan program-program pembangunan menghasilkan dampak yang baik sesuai dengan tujuan dalam program. Oleh karena itu penting memahami kedua elemen tersebut agar program pengembangan masyarakat dapat berjalan dengan baik dan berikut penjelasannya.

3.5.1 Definisi Pelatihan

Pelatihan dapat dikatakan sebagai suatu proses penyampaian pengetahuan, keterampilan, dan pembinaan sikap dan kepribadian. Sebagai suatu proses, pelatihan dapat juga dilihat dari penyelenggara kegiatannya. Fiedman dan Yarbrough dalam Sudjana (2007) menunjukan bahwa pelatihan adalah upaya pembelajaran, yang diselenggarakan oleh organisasi (instansi pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, perusahaan, dan lain sebagainya) untuk memenuhi kebutuhan atau untuk mencapai tujuan organisasi. Sejalan dengan pendapat-pendapat di atas, Sastrodipoera (2006) dalam Kamil (2007) memberikan definisi bahwa pelatihan adalah salah satu jenis proses pembelajaran untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan diluar sistem pengembangan sumber daya manusia, yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat dengan metode yang lebih mengutamakan praktik daripada teori. Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan jika pelatihan merupakan suatu proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh organisasi untuk mencapai tujuan organisasi dalam waktu yang lebih singkat dan menggunakan praktik dibanding teori.

3.5.2 Komponen Pelatihan

Untuk menciptakan suatu pelatihan yang efektif dan berkualitas terdapat komponen-komponen pelatihan yang sebaiknya diperhatikan. Komponen ini akan saling mempengaruhi

Page 50: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

37Kerangka Teori

satu sama lain dan pada akhirnya merupakan kunci utama dari keberhasilan sebuah kegiatan pelatihan. Sudjana (1996) dalam Kamil (2012) mengemukakan komponen-komponen pelatihan sebagai berikut:

1. Masukan Sarana (Instrument Input). Keseluruhan sumber dan fasilitas yang menunjang kegiatan belajar. Masukan sarana dalam pelatihan ini mencakup kurikulum, tujuan pelatihan, sumber belajar, fasilitas belajar, biaya yang dibutuhkan dan pengelola pelatihan.

2. Masukan Mentah (Raw Input). Peserta pelatihan dengan berbagai karakteiristiknya, seperti pengetahuan, keterampilan dan keahlian, jenis kelamin, pendidikan, kebutuhan belajar, latar belakang sosial budaya, latar belakang ekonomi dan kebiasaan belajarya

3. Masukan Lingkungan. Yaitu meliputi faktor lingkungan yang menunjang pelaksanaan kegiatan pelatihan, seperti lokasi pelatihan.

4. Proses. Yaitu kegiatan interaksi edukatif yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan antara sumber belajar dengan warga belajar peserta pelatihan.

5. Keluaran (Output). Yaitu lulusan yang telah mengalami proses pembelajaran pelatihan.

6. Masukan Lain (Other Input). Daya dukung pelaksanaan pelatihan, seperti pemasaran, lapangan kerja, informasi dan situasi sosial-budaya yang berkembang.

7. Pengaruh (Impact). Berhubungan dengan hasil belajar yang dicapai oleh peserta pelatihan, yang meliputi peningkatan taraf hidup, kegiatan membelajarkan orang lain lebih lanjut, dan peningkatan partisipasi dalam kegiatan sosial dan pembangunan masyarakat. Berdasarkan penjelasan di atas, terdapat 7 komponen yang mempengaruhi kuailtas sebuah pelatihan. Dimulai dari hulu berupa masukan (input) hingga hilir yaitu ranah pengaruh (impact)

Page 51: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

38Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

3.5.3 Prinsip-prinsip Pelatihan

Sebuah pelatihan yang baik akan berjalan efektif dan mencapai hasil yang optimal jika menerapkan prinsip-prinsip dalam pelatihan sebagaimana yang dijelaskan oleh Werther dalam Husaeni (2013) sebagai berikut:

1. Prinsip Partisipasi. Pembelajaran biasanya akan lebih cepat dan bertahan lama apabila peserta belajar terlibat secara aktif. Partisipasi akan meningkatkan motivasi dan empati terhadap proses belajar. Dengan keterlibatan secara langsung, peserta dapat belajar lebih cepat dan memahaminya lebih lama.

2. Prinsip Repetisi. Repetisi akan memperkuat suatu pola ke dalam memori seseorang. Belajar dengan pengulangan kunci-kunci pokok dari ide-ide akan dengan mudah dapat diingat kembali bila diperlukan.

3. Prinsip Relevansi. Belajar akan lebih efektif apabila materi yang dipelajari bermakna atau mempunyai relevansi dengan kebutuhan seseorang.

4. Prinsip Pengalihan Pengetahuan dan Keterampilan. Semakin dekat kebutuhan program pelatihan bersentuhan dengan kebutuhan/ pelaksanaan pekerjaan, maka akan semakin cepat seseorang untuk belajar menguasai pekerjaan tersebut. Dengan kata lain, pengalihan pengetahuan dan keterampilan bisa terjadi karena penerapan teori dalam situasi yang nyata atau karena praktek yang bersifat simulasi. Artinya pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dalam simulasi dapat dengan mudah dialihkan dalam situasi sebenernya.

5. Prinsip Umpan Balik. Melalui sistem umpan balik, peserta pelatihan dapat mengetahui tercapai tidaknya tujuan pelatihan. Artinya, dengan umpan balik peserta termotivasi untuk mengetahui perubahan yang terjadi di dalam dirinya, baik kemampuan, keterampilan, maupun kepribadian dan termotivasi untuk menyesuaikan tingkah laku mereka untuk secepat mungkin meningkatkan kemajuan belajarnya.

Prinsip-prinsip yang disebutkan di atas, dapat diaplikasikan dan dikembangkan dalam kegiatan pelatihan disesuaikan dengan tujuan pelatihan yang diharapkan.

Page 52: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

39Kerangka Teori

3.5.4 Metode-Metode Pelatihan

Pelatihan dalam prosesnya memiliki beberapa cara yang dilakukan agar mencapai tujuan yang diharapkan. Kamil (2010) menjelaskan bahwa terdapat 3 metode yang pelatihan sesuai dengan kondisi masyarakat dan kebutuhan pelatihan. Metode tersebut dapat dipilih berdasarkan sasaran dan tujuan masyarakat. Metode-metode tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Mass Teaching Method. Metode yang ditunjukan pada masa. Metode ini dipilih untuk menyampaikan sampai pada taraf awareness (kesadaran) dan interest (ketertarikan).

2. Group Teaching Method. Metode yang ditunjukan pada kelompok. Metode ini dipilih untuk menyampaikan sampai pada taraf kesadaran dan ketertarikan ditambah dengan evaluation (pertimbangan) dan trial (mencoba).

3. Individual Teaching Method. Metode yang ditunjukan pada individu, dan metode ini dipilih untuk menyampaikan sampai kesadaran, ketertarikan, pertimbangan dan mencoba, juga peserta pelatihan sampai pada taraf adoption (mengambil alih), action (berbuat), dan satisfaction (kepuasan).

Berdasarkan paparan di atas, ketiga metode pelatihan dibedakan dari sasaran pelatihannya baik itu kepada masa, kelompok maupun individu. Serta capaian tujuannya, apakah hanya akan menjangkau ranah kesadaran dan interest ataukah sampai pada tahap adopsi, berbuat dan kepuasan.

3.6 Konsep Kinerja

Dalam sebuah program social kinseja yang baik sangat diperlukan agar terwujudnya tujuan ideal dalam program. Sehiingga sangat penting memahami apa itu kinerja agar mendapatkan gambaran mengenai keberhasilan program tersebut. Berdagai pendapat dari para ahli menjelaskan mengenai apa itu kinerja diantaranya berikut:

Page 53: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

40Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

Tabel 3.2 Tabel Definisi Konsep Kinerja

No Tokoh Definisi

1 (Anwar Prabu Mangkunegara, 2006)

Kinerja atau prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya

2 (Stolovitch and Keeps, 1992)

Kinerja didefinisikan sebagai seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta

3 (Hersey and Blanchard, 1993)

Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang harus memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan ketrampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya

4 (Donelly, Gibson and Ivancevich, 1994)

Pengertian kinerja merujuk pada tingkat keberhasilan melaksanakan tugas serta kemampuan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik

5 (Hasibuan, 2002) Kinerja adalah hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugasnya atas kecakapan, usaha dan kesempatan. Berdasarkan paparan diatas kinerja adalah suatu hasil yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu menurut standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya

Page 54: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

41Kerangka Teori

No Tokoh Definisi

6 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (dalam Hamzah Hafied, 2016)

Sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan

7 Sedarmayanti (2011)

Kinerja merupakan terjemahan dari performance yang berarti hasil kerja seorang pekerja, sebuah proses manajemen atau suatu organisasi secara keseluruhan, dimana hasil kerja tersebut harus dapat ditunjukkan buktinya secara konkrit dan dapat diukur (dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan). Kinerja (Performance) adalah melihat hasil kerja yang dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam melaksanakan tugas-tugas atau pekerjaan merujuk pada standar, kriteria dan ukuran yang ditetapkan untuk setiap pekerjaan. Pandangan yang lain mengatakan bahwa kinerja pegawai sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

8 Ruki (dalam Hamzah, 2016)

Pentingnya catatan hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu dalam kurun waktu tertentu. Kemudian menyimpulkan kinerja sebagai hasil kerja yang dapat dicapai oleh pegawai atau kelompok pegawai dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab masing-masing, dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan.

Page 55: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

42Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

No Tokoh Definisi

Timpe (dalam Hamzah, 2016)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja berhubungan dengan berbagai faktor dan akan membentuk suatu mata rantai. Manfaat dari mata rantai yaitu memuat sejumlah faktor yang menunjukkan hubungan secara sistematis, yang dapat mendiagnosis dan memperbaiki masalah kinerja.

9 Rao dalam Hamzah 2016

Kinerja (performance) atau prestasi kerja adalah hasil yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya dan dapat dipengaruhi oleh faktor keterampilan, pengalaman, dan kesanggupan pegawai yang bersangkutan. Faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi kinerja adalah kompetensi (kemampuan), kemauan, energi, teknologi, kepemimpinan, kompensasi, kejelasan tujuan, dan keamanan.

10 (Keith Davis dalam Hamzah, 2016)

Menurut hasil kajian pengukuran kinerja dalam bidang manajemen sumber daya manusia, bahwa kinerja dipengaruhi oleh faktor motivasi. Faktor kemampuan atau ability secara psikologis terdiri dari IQ (Intelengence Question) dan kemampuan real (knowledge dan skill). Dengan demikian pegawai yang memiliki IQ diatas rata-rata (IQ 110-120), atau IQ Superior, Very Superior, gifted, dan genius dengan pendidikan yang memadai untuk suatu jabatan tertentu dibarengi dengan keterampilan kerja dalam menjalankan tugas sehari-hari maka akan mudah mencapai kinerja yang maksimal.

11 (Anwar Prabu Mangkunegara, 2006)

Kinerja atau prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya

Page 56: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

43Kerangka Teori

Berdasarkan definisi di atas disimpulkan bahwa kinerja sangat erat kaitannya dengan:

1. Beban pekerjaan yang diberikan kepada seseorang dalam suatu organisasi (lembaga pemerintah dan non pemerintah atau perusahaan) sebagai konsekuensi dari sebuah jabatan.

2. Tujuan dari program atau kegiatan yang telah ditetapkan oleh organisasi, baik dari segi keluaran (output) yang dihasilkan dan waktu yang ditetapkan untuk mencapai keluaran tersebut.

3. Kualifikasi dalam menduduki jabatan yang didasarkan pada motivasi, kecakapan (keterampilan, kemampuan, dan pemahaman), pengalaman, komitmen atas waktu yang disepakati, serta kriteria lain yang ditetapkan sebelumnya.

Mengacu pada diskusi di atas terkait dengan kinerja yang merupakan hasil seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama (Rivai & Basri, 2004). Berdasarkan pengertian tersebut dapat memberikan deskripsi bahwa kinerja adalah penampilan yang melakukan, menggambarkan dan menghasilkan sesuatu hal, baik yang bersifat fisik dan non fisik yang sesuai dengan petunjuk, fungsi dan tugasnya yang didasari oleh pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Setiap individu atau organisasi tentu memiliki tujuan yang akan dicapai dengan menetapkan target atau sasaran. Keberhasilan individu atau organisasi dalam mencapai target atau sasaran tersebut merupakan kinerja. Seperti yang diungkapkan oleh Prawirosentono (1999) yang mengartikan kinerja sebagai: “hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapat tujuan organisasi bersangkutan secara ilegal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika”.

3.6.1 Keterkaitan Kinerja dengan Kompetensi

Kompetensi merupakan karakteristik dasar yang dimiliki oleh seorang individu yang berhubungan secara kausal dalam memenuhi kriteria yang diperlukan dalam menduduki suatu

Page 57: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

44Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

jabatan. Kompetensi terdiri dari 5 tipe karakteristik, yaitu; motif – kemauan konsisten sekaligus menjadi sebab dari tindakan, faktor bawaan – karakter dan respon yang konsisten, konsep diri – gambaran diri, pengetahuan – informasi dalam bidang tertentu dan keterampilan – kemampuan untuk melaksanakan tugas.

Hal ini sejalan dengan pendapat Becker and Ulrich (dalam Setyobudi, 2018) bahwa competency refers to an individual’s knowledge, skill, ability or personality characteristics that directly influence job performance. Artinya, kompetensi mengandung aspek; pengetahuan, ketrampilan – keahlian dan kemampuan ataupun karakteristik kepribadian yang mempengaruhi kinerja.

Berbeda dengan Fogg (dalam Setyobudi, 2018) yang membagi kompetensi menjadi dua kategori yaitu kompetensi dasar dan yang membedakan kompetensi dasar Threshold dan kompetensi pembeda differentiating menurut kriteria yang digunakan untuk memprediksi kinerja suatu pekerjaan. Kompetensi dasar –Threshold competencies adalah karakteristik utama, yang biasanya berupa pengetahuan atau keahlian dasar seperti kemampuan untuk membaca, sedangkan kompetensi differentiating adalah kompetensi yang membuat seseorang berbeda dari yang lain.

Kompetensi dapat digambarkan sebagai kemampuan untuk melaksanakan satu tugas, peran atau tugas, kemampuan mengintegrasikan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai-nilai pribadi, dan kemampuan untuk membangun pengetahuan dan keterampilan didasarkan pada pengalaman dan pembelajaran yang dilakukan. Secara lebih rinci, Spencer (dalam Setyobudi, 2018) mengemukakan bahwa kompetensi menunjukkan karakteristik yang mendasari perilaku yang menggambarkan motif, karakteristik pribadi – ciri khas, konsep diri, nilai-nilai, pengetahuan atau keahlian yang dibawa seseorang yang berkinerja unggul –superior performerdi tempat kerja.

Kompetensi dikatakan sebagai karakteristik dasar –underlying characteristic karena karakteristik individu merupakan bagian

Page 58: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

45Kerangka Teori

yang mendalam dan melekat pada kepribadian seseorang yang dapat dipergunakan untuk memprediksi berbagai situasi pekerjaan tertentu. Kemudian dikatakan berkaitan antara perilaku dan kinerja karena kompetensi menyebabkan atau dapat memprediksi perilaku dan kinerja.

Kompetensi dapat dihubungkan dengan kinerja dalam sebuah model alir sebab akibat yang menunjukkan bahwa tujuan, perangai, konsep diri, dan kompetensi pengetahuan yang kemudian memprakirakan kinerja kompetensi mencakup niat, tindakan dan hasil akhir. Misalnya, motivasi untuk berprestasi, keinginan kuat untuk berbuat lebih baik dari pada ukuran baku yang berlaku dan untuk mencapai hasil yang maksimal, menunjukkan kemungkinan adanya perilaku kewiraswastaan, penentuan tujuan, bertanggung jawab atas hasil akhir, pengambilan resiko yang diperhitungkan.

Dari gambaran hubungan kompetensi di atas terlihat bahwa pengetahuan merupakan input utama karakteristik personal yang perlu dikembangkan untuk meningkatkan kinerja. Pada dasarnya tacit knowledge bersifat personal, dikembangkan melalui pengalaman yang sulit untuk diformulasikan dan dikomunikasikan. Berdasarkan pengertiannya, maka tacit knowledge dikategorikan sebagai personal knowledge atau dengan kata lain pengetahuan yang diperoleh dari individu.

Explicit knowledge bersifat formal dan sistematis yang mudah untuk dikomunikasikan dan dibagi. Penerapan explicit knowledge ini lebih mudah karena pengetahuan yang diperoleh dalam bentuk tulisan, pernyataan yang didokumentasikan, sehingga setiap karyawan dapat mempelajarinya secara independent. Explicit knowledge adalah prosedur kerja – job procedure dan teknologi. Job procedure adalah tanggung jawab atau tugas yang bersifat formal atau perintah resmi atau cara melakukan hal-hal tertentu, dimana salah satu bentuk konkret dari explicit knowledge adalah Standard Operation Procedure (SOP). Prosedur pelaksanaan dasar dibuat untuk mempertahankan kualitas dan hasil kerja, dimana tugas-

Page 59: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

46Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

tugas akan semakin mudah dikerjakan dan tamu akan terbiasa dengan sistem pelayanan yang ada.

Kompetensi seorang pekerja sangat diperlukan setiap organisasi terutama untuk meningkatkan kinerja. Model kompetensi yang akurat akan dapat menentukan dengan tepat pengetahuan serta ketrampilan apa saja yang dibutuhkan untuk berhasil dalam suatu pekerjaan. Apabila seseorang pemegang posisi mampu memiliki kompetensi yang dipersyaratkan pada posisinya maka ia dapat diprediksikan akan sukses. Apabila telah berhasil ditentukan kompetensi apa saja yang diperlukan suatu posisi tertentu, maka dengan mudah dapat dijadikan kriteria dasar dalam rekrutmen karyawan baru. Pekerjaan yang akurat juga dapat dipakai sebagai tolak ukur kemampuan seseorang. Dengan demikian, berdasarkan sistem kompetensi, dapat diketahui apakah seseorang telah bagaimana mengembangkannya, dengan pelatihan dan pembinaan atau perlu dimutasikan kebagian lain.

Pentingnya kompetensi dalam mendorong suatu lembaga mencapai posisi kompetitif juga ditekankan oleh Glick (dalam Setyobudi, 2018) bahwa suatu lembaga perlu memperhatikan keberhasilannya di masa depan sebagai persiapan untuk pengembangan dan kerjasama. Dalam penerapan kompetensi ini, tentu tiap lembaga memiliki perspektif berbeda berdasarkan nilai strategisnya bagi lembaga bersangkutan. Olson dan Bolton (dalam Setyobudi, 2018) mengilustrasikan cakupan konsep kompetensi dalam literatur lembaga bahwa kompetensi merujuk pada individu maupun lembaga.

Pengetahuan yang baik tentang tugas di dalam diri seorang staf cenderung akan meningkatkan kualitas pekerjaannya. Apabila pegawai tersebut memiliki pengetahuan yang baik tentang pekerjaannya, maka dia akan dapat menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan baik, dan demikian sebaliknya. Kecakapan yang berhubungan dengan tugas yang dimiliki dan dipergunakan oleh seseorang pada waktu yang tepat. Staf yang bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat harus dapat berperilaku profesional

Page 60: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

47Kerangka Teori

yang dapat ditunjukkan dengan memiliki dan menerapkan ilmu pengetahuan ilmiah dan teknologi staf. Semakin tinggi keterampilan yang dimiliki oleh tenaga kerja, semakin efisien badan, tenaga, dan pemikirannya dalam melaksanakan pekerjaan.

Kinerja dikatakan baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik. Kinerja seseorang adalah prestasi – hasil kerja seorang pekerja selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan; standar, target, atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan disepakati bersama. Kinerja bersifat aktual – riil, sedang tujuan bersifat ideal. Kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu lembaga, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan lembaga bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral atau etika. Kinerja dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal. Kinerja individu akan baik jika dari faktor internal: memiliki kemampuan tinggi dan kerja keras, dan dari faktor eksternal: adanya pekerjaan mudah, nasib baik, bantuan dari rekan kerja, dan pimpinan yang baik. Jika tidak demikian halnya, maka kinerja individu adalah buruk.

Kinerja kerja ditentukan oleh tiga hal, yaitu kemampuan, keinginan, dan lingkungan. Untuk itu agar individu mempunyai kinerja yang baik, maka harus mengetahui bagaimana cara melakukannya dengan benar, mempunyai keinginan yang tinggi, dan lingkungan kerja yang mendukung. Posisi kinerja berhubungan dengan banyak faktor, yakni; imbalan yang diharapkan individu, pengharapan-pengharapan, yang kemudian akan menimbulkan dorongan, yang dipengaruhi oleh kemampuan–kebutuhan – perangai dan prestasi individu terhadap peran – tugas yang diterima. Faktor-faktor tersebut secara keseluruhan membentuk kinerja individu.

Imbalan yang memuaskan dapat mengarah pada dorongan perilaku yang diarahkan untuk masa yang akan datang. Dengan demikian dasar kinerja dipengaruhi oleh faktor-faktor harapan

Page 61: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

48Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

mengenai imbalan, dorongan, kemampuan – kebutuhan – sifat, persepsi terhadap tugas, imbalan intrinsik dan ekstrinsik, persepsi terhadap tingkat imbalan, dan kepuasan kerja. Kinerja dalam menjalankan tugasnya tidak berdiri sendiri, ia berhubungan dengan kepuasan dan tingkat imbalan atau harapan. Kinerja yang baik dipengaruhi oleh kemampuan knowledge dan skill dan motivasi attitude dan situation seseorang.

Kemampuan individu adalah suatu faktor yang merujuk ke suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Kemampuan ini banyak faktor yang mempengaruhi, diantaranya pendidikan dan pelatihan. Bila kemampuan ini disertai dengan bakat seseorang akan dapat merupakan faktor yang menentukan prestasi seseorang. Pelatihan dapat mengembangkan kemampuan, kecakapan, dan keterampilan. Kemampuan dapat dibedakan atas kemampuan fisik dan kemampuan intelektual. Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang digunakan untuk menjalankan kegiatan mental, sedangkan kemampuan fisik – jasmani untuk melakukan tugas yang menuntut stamina, kekuatan, dan kecekatan.

Kinerja yang baik memerlukan kemampuan intelektual dan fisik yang sesuai dengan pekerjaan seseorang. Seorang karyawan agar memiliki kinerja yang baik, maka diperlukan kemampuan pengetahuan tentang bidang tugasnya, seperti pengetahuan yang mendalam tentang materi pekerjaannya, teknik pelaksanaan pekerjaan, cara berkomunikasi dalam proses pelayanan, interaksi antar unitnya, dan lain sebagainya. Untuk kemampuan fisik, seperti tidak cacat fisik yang dapat menjadi penghalang – kendala dalam bertugas.

Tujuan suatu program harus diketahui dengan jelas oleh setiap anggota lembaga atau instansi. Hal demikian akan memberikan arah bagi mereka dalam menyelesaikan tugas. Sejauh mana penerimaan tujuan suatu program, akan mempengaruhi hasil kerja anggota organisasi yang bersangkutan. Jika tujuan organisasi diketahui dengan jelas dan disertai dengan kemampuan tinggi untuk

Page 62: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

49Kerangka Teori

menyelesaikan pekerjaan dalam pencapaian tujuan tersebut, maka pekerjaan itu akan memberikan hasil yang memuaskan. Kinerja adalah kunci yang harus berfungsi secara efektif agar organisasi secara keseluruhan dapat berhasil. Untuk itu harus dilakukan evaluasi secara terus menerus agar mencapai keberhasilan secara individu ataupun sesuai dengan tujuan program suatu lembaga atau instansi.

Ada tiga kriteria dalam mengevaluasi kinerja individu, yaitu tugas individu, perilaku individu, dan ciri individu. Menilai kinerja individu melalui hasil tugas yang dimaksudkan adalah menilai hasil pekerjaan kerja individu. Misalnya terhadap produk yang dihasilkan, efektivitas pemanfaatan waktu, dan sebagainya. Penilaian kinerja individu melalui perilaku, agak sulit dilakukan, namun dapat diamati dengan cara membandingkan perilaku rekan kerja mereka yang setara, atau dapat pula dilihat dari cara penerimaan melalui tugas dan berkomunikasi. Sedangkan menilai kinerja individu dengan melalui pendekatan ciri individu adalah dengan melihat ciri-ciri individu, misalnya melalui sikap, persepsi, dan sebagainya.

Betapa pentingnya kinerja bagi perusahaan sehingga pengembangan karyawan berbasis kompetensi dan iklim organisasi merupakan salah satu upaya dapat meningkatkan kinerja, karena pengembangan karyawan berbasis kompetensi dan motivasi kerja merupakan wujud perhatian dan pengakuan perusahaan atau pimpinan kepada karyawan yang menunjukkan kemampuan kerja, kerajinan, dan kepatuhan serta disiplin kerja.

Pengelolaan karyawan yang efektif melalui cara peningkatan keterampilan dan keahlian karyawan, atau peningkatan kompetensi dan iklim organisasi, juga memberikan kesempatan pada karyawan untuk dapat meningkatkan prestasi kerja dan berkembang lebih maju. Apabila kompetensi dan iklim organisasi diberikan secara tepat dan peningkatan kompetensi disesuaikan dengan pendidikan yang dimiliki oleh karyawan diharapkan karyawan dapat melakukan pekerjaannya dengan baik, produktifitas kerja menikat

Page 63: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

50Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

dan memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan. Maka hal ini akan mempertimbangkan adanya kecenderungan semangat kerja yang tinggi dan juga meningkatkan loyalitas karyawan kepada perusahaan.

Jadi jelas bahwa kompetensi, iklim organisasi dan kinerja saling berhubungan. Hal ini harus diperhatikan karena terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara ketiganya. Di satu pihak, kompetensi dan iklim organisasi dapat meningkatkan kinerja. Sehingga pengembangan kompetensi dan motivasi yang baik akan dapat meningkatkan kinerja karyawan tersebut.

Upaya peningkatan kinerja yang dilakukan oleh tiap organisasi memiliki perspektif yang berbeda. Upaya tersebut berupa perbaikan kualitas sumber daya yang ada di dalam, misalnya menetapkan kompetensi setiap staf, menyeimbangkan jumlah kerja dengan beban kerja, pemenuhan sarana fisik, perbaikan sistem manajemen dan memberi perhatian kepada seluruh staf serta menciptakan iklim kerja yang kondusif bagi organisasinya.

3.7 Metode Pendidikan Andragogi

Kegiatan Diklat dan P2K2 pada hakikatnya merupakan bentuk pendidikan. Namun yang membedakannya dengan pendidikan yang dilakukan pada umumnya adalah jenis pesertanya yang sudah berusia dewasa. Konsep pendidikan dengan peserta didik yang sudah dewasa terdapat pada konsep Andragogi atau Pendidikan Orang Dewasa. Dengan semangat pembelajar seumur hidup (long life learner), Andragogi memiliki ciri tersendiri yang membedakannya dengan Pedagogi.

Peserta didik dewasa dapat diihat dari beberapa kriteria. Elias dan Sharan B. Merriam (1995) berpendapat bahwa kedewasaan pada diri seseorang meliputi age, psychological maturity, and social roles. Dewasa yang dimaksud menurut usia, adalah setiap orang yang menginjak usia 21 tahun (meskipun belum menikah). Definisi dewasa, diuraikan secara lebih jelas oleh Kamil (2007, h.288) bahwa pendidikan orang dewasa merujuk pada peserta

Page 64: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

51Kerangka Teori

didik dewasa yang dilihat dari dimensi biologis, psikologis dan sosial. Dewasa secara biologis apabila ia telah mampu melakukan reproduksi. Adapun dewasa secara psikologis, berarti seseorang telah memiliki tanggung jawab terhadap kehidupan dan keputusan yang diambil. Sedangkan dewasa secara sosiologis, berarti seseorang telah mampu melakukan peran-peran sosial yang biasa berlaku di masyarakat. Dengan demikian, seorang peserta didik dapat dikatakan dewasa apabila ia telah memenuhi kriteria fisik baik dari segi usia maupun kemampuan reproduksi, psikologis dan peran yang dimiliki di masyarakat.

Dewasa berdasar dimensi psikologis dapat dilihat dan dibedakan dalam tiga kategori yaitu: dewasa awal (early adults) dari usia 16 sampai dengan 20 tahun, dewasa tengah (middle adults) dari 20 sampai pada tahun 40 tahun, dan dewasa akhir (late adults) dari 40 hingga 60 tahun. Hutchin (1970) dan Rogers (1973) dalam Saraka (2001:59) memandang batas usia seputar 25 sampai dengan 40 tahun, merupakan usia emas (golden age). Pada dimensi ini dewasa leboh ditujukan pada kematangan seorang individu.

Dalam dimensi sebagai peserta didik andragogi, dewasa dalam banyak hal memiliki beberapa keunggulan-keunggula. Dari segi konsep diri, mereka memiliki kematangan psikologis; bertanggung jawab, memiliki hasrat dan motivasi kuat untuk belajar dan mampu mengarahkan dirinya. Mereka dapat belajar dan mempelajari sesuatu dalam skala yang lebih luas dan memilih strategi belajar yang lebih baik, lebih efektif dan lebih terarah dan mampu mengarahkan diri.dari pengalaman belajar, peserta didik dewasa memiliki setumpuk pengalaman sebagai resource persons and total life impressions dalam kaitannya dengan orang lain. Mereka dapat menjadi sumber dan bahan belajar yang kaya, terutama dalam mendukung belajar kelompok serta belajar bersama dengan ahli-ahli. Sistem pembelajaran pada peserta didik dewasa dapat diarahkan ke dalam berbagai bentuk kegiatan belajar sesuai dengan kebutuhannya da kebutuhan sumber serta bahan belajar seperti pada: kelompok diskusi, bermain peran, simulasi, dan pelatihan. (Inggalls 1973, Knowless 1977, dan Unesco 1988)

Page 65: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

52Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

Kemampuan orang dewasa belajar dapat diperkirakan sebagai berikut: (a) 1% melalui indera perasa, (b) 1½ % melalui indera peraba, (c) 3½% melalui indera penciuman, (d) 11% melalui indera pendengar, dan (e) 83% melalui indera penglihat (Lunandi, 1987). Sejalan dengan itu, orang dewasa belajar lebih efektif apabila ia dapat mendengarkan dan berbicara. Lebih baik lagi kalau di samping itu ia dapat melihat pula, dan makin efektif lagi kalau dapat juga mengerjakan. Komposisi kemampuan tersebut dapat dilukiskan ke dalam piramida belajar

Sebagai pendidikan kepada orang dewasa, Kamil (2007, h.313) menjelaskan bahwa andragogi adalah suatu bentuk pembelajaran yang mampu melahirkan sasaran pembelajaran (lulusan) yang dapat mengarahkan dirinya sendiri dan mampu menjadi guru bagi dirinya sendiri. Ia juga menambahkan bahwa pendidikan orang dewasa sebagai suatu proses belajar yang sistematis dan berkelanjutan pada orang yang berstatus dewasa dengan tujuan untuk mencapai perubahan pada pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan. Hal ini tentu berbeda dengan konsep pendidikan anak-anak yang selama ini kita kenal dengan pedagogi. Perbedaan andragogi dan pedagogi dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 3.3 Perbedaan Andragogi Dengan Pedagogi

Andragogi Pedagogi

1. Pembelajar disebut “peserta didik” atau “warga belajar”

1. Pembelajar disebut “siswa” atau “anak didik”

2. Gaya belajar independen 2. Gaya belajar dependen

3. Tujuan fleksibel 3. Tujuan ditentukan sebelumnya

4. Diasumsikan bahwa peserta didik memiliki pengalaman untuk berkontribusi

4. Diasumsikan bahwa tidak berpengalaman dan kurang informasi

5. Peserta didik dituntut aktif berpartisipasi dalam pembelajaran

5. Anak didik lebih banyak menerima dari guru

6. Pembelajar mempengaruhi waktu dan kecepatan

6. Guru mengontrol waktu dan kecepatan

Page 66: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

53Kerangka Teori

Andragogi Pedagogi

7. Keterlibatan atau kontribusi peserta sangat penting

7. Peserta berkontribusi sedikit pengalaman

8. Belajar terpusat pada masalah kehidupan nyata

8. Belajar berpusat pada isi atau pengetahuan teoretis

9. Peserta dianggap sebagai sumberdaya utama untuk ide dan contoh

9. Guru sebagai sumber utama yang memberikan ide-ide dan contoh

10. Diciptakan suasana hubungan sama status antara fasilitator dan peserta

10. Guru terlihat berkuasa dan mengetahui segalanya, sedangkan murid tidak tahu apa- apa dan harus menerima

11. Sasarannya orang dewasa di masyarakat

11. Sasarannya anak-anak di sekolah

12. Orang dewasa dianggap sebagai “gelas yang sudah berisi” (pengetahuan, pengalaman, status sosial, dll)

12. Anak-anak dianggap gelas yang masih kosong

13. Diciptakan proses saling membelajarkan diri

13. Tercipta proses belajar dari guru

14. Memiliki kemandirian belajar 14. Masih memiliki ketergantungan dengan perintah dan arahan guru

15. Peserta didik dilibatkan dalam perencanaan, proses, dan evaluasi belajar

15. Anak didik tidak dilibatkan dalam perencanaan, proses, dan evaluasi belajar

16. Komunikasi dalam pembelajaran berlangsung multiarah

16. Komunikasi dalam pembelajaran dominan satu arah

Sumber: Danim (2010, h.131-132), Kamil (2007, h.303) dan Marzuki (2010, h.188)

Berdasarkan tabel di atas, andragogi dan pedagogi sama-sama merupakan pendidikan yang membina pengetahuan, sikap dan keterampilan manusia serta memiliki banyak metode dan media. Namun, pada andragogi sasaran peserta didik adalah orang dewasa yang dianggap sudah memiliki pengetahuan, pemahaman dan status sosial sebelumnya. Perbedaan paling mencolok ada

Page 67: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

54Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

pada proses belajar dimana andragogi mementingkan partisipasi peserta didik karena hubungan antara fasilitator dan peserta bersifat horizontal. Terkait dengan hal itu, Knowles (dalam Suprijanto, 2007,h.22) menjelaskan bahwa dalam prosesnya, pendidikan orang dewasa tak hanya mementingkan keterlibatan intelektual tetapi juga emosional peserta didik dalam proses pembelajarannya. Keterlibatan emosional dapat berupa sikap dan perilaku untuk mendukung dan bertanggung jawab dalam mencapai kesuksesan belajar. Untuk memunculkan hal ini maka diperlukan perencanaan parsipatori dimana peserta didik ikut merumuskan rancangan pembelajaran sehingga program dan tujuan pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Lubis (2014, h.193) bahwa dengan alasan kebutuhan, orang dewasa akan mendorong dirinya untuk belajar (learning to learn). Sedangkan menurut Jarvis (1992,h.132) dalam prinsip andragogi, kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.

Sebagai sebuah bentuk pembelajaran, andragogi menjadi landasan dalam proses pembelajaran pendidikan nonformal. Hal ini terjadi karena pendidikan nonformal formula pembelajarannya diarahkan pada kondisi sasaran yang menekankan pada peningkatan kehidupan, pemberian keterampilan dan kemampuan untuk memecahkan permasalahan yang dialami terutama dalam hidup dan kehidupan sasaran di tengah-tengah masyarakat sehingga ini sejalan dengan konsep andragogi yang pada prakteknya diwujudkan pada kegiatan pelatihan.

3.8 Konsep Perubahan Perilaku

Perubahan perilaku merupakan suatu paradigma bahwa seseorang atau individu akan berubah dengan apa yang mereka pelajari dari orang lain seperti guru, keluarga, teman, dan pihak eksternal lainnya, atau bahkan belajar dari diri mereka sendiri. Bloom (1956, h. 7) menjelaskan bahwa perilaku seseorang dibentuk melalui tiga bagian utama yaitu domain (ranah) kognitif, domain afektif dan domain psikomotor. Ranah kognitif merupakan domain sentral dari perilaku seseorang atau individu

Page 68: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

55Kerangka Teori

yang diakibatkan oleh suatu abstraksi pembelajaran. Tujuannya adalah menimbulkan konsep penarikan kembali atau pengakuan, pengetahuan dan pengembangan kemampuan, serta keterampilan intelektual. Ranah kognitif terdiri dari enam tingkatan, diantaranya adalah pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.

Ranah afektif merupakan kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran Dimyati dan Mudjiono (2009: 298). Kawasan afektif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya. Ranah afektif terdiri dari lima ranah yang berhubungan dengan respons emosional terhadap tugas. Pembagian ranah afektif ini disusun oleh Bloom bersama dengan David Krathwol, antara lain penerimaan, partisipasi, penilaian atau penentuan sikap, organisasi, pembentukan pola hidup.

Ranah psikomotor Kawasan psikomotor yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan jasmani Dimyati dan Mudjiono (2009: 298). Rincian dalam ranah ini tidak dibuat oleh Bloom, namun oleh ahli lain yang berdasarkan ranah yang dibuat oleh Bloom, antara lain persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas.

Pelatihan P2K2 merupakan suatu proses pembelajaran bagi KPM oleh pendamping pasca diklat P2K2, dimana KPM diharapkan untuk mampu melakukan suatu hal yang berkaitan dengan modul-modul pembelajaran. Oleh karena itu perilaku KPM dapat diketahui berdasarkan pola-pola kognitif dari taksonomi Bloom

3.8.1 Klasifikasi Taksonomi Kognitif Bloom

Ranah kognitif merupakan segi kemampuan yang berkaitan dengan aspek-aspek pengetahuan, penalaran, atau pikiran. Bloom (1956, h. 63-165) membagi ranah kognitif ke dalam enam tingkatan atau kategori, yaitu:

1. Pengetahuan (Knowledge).

Pengetahuan mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Pengetahuan yang disimpan

Page 69: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

56Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

dalam ingatan, digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat (recall) atau mengenal kembali (recognition). Kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dan sebagainya Dimyati dan Mudjiono (2009: 27).

2. Pemahaman (Comprehension).

Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menangkap makna dan arti tentang hal yang dipelajari. Adanya kemampuan dalam menguraikan isi pokok bacaan; mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk lain. Kemampuan ini setingkat lebih tinggi daripada kemampuan. Bloom (1956, h. 89) menjelaskan bahwa konsep pemahaman mengindikasikan suatu memasukkan tujuan, perilaku, atau tanggapan yang merepresentasikan pemahaman akan pesan literal yang terkandung dalam suatu komunikasi. Terdapat tiga jenis perilaku pemahaman, pertama adalah translation yang berarti bahwa individu dapat menempatkan komunikasi ke bahasa lain, ke dalam istilah lain, atau ke bentuk komunikasi lain.

Kedua adalah interpretation, jenis ini melibatkan komunikasi sebagai konfigurasi ide yang pemahamannya mungkin membutuhkan penataan ulang menjadi konfigurasi baru di benak individu. Hal ini juga termasuk berpikir tentang kepentingan ide-ide relatif, keterkaitan mereka, dan relevansinya dengan generalisasi yang dijelaskan dalam komunikasi asli. Bukti perilaku interpretasi dapat ditemukan dalam kesimpulan, generalisasi, atau ringkasan yang dihasilkan oleh individu.

Yang ketiga adalah extrapolation yang merupakan pembuatan estimasi atau prediksi berdasarkan pemahaman tren, kecenderungan, atau kondisi yang dijelaskan dalam komunikasi. Ekstraplasi juga melibatkan pembuatan kesimpulan sehubungan dengan implikasi, konsekuensi, akibat wajar dan akibat yang sesuai dengan kondisi yang dijelaskan dalam komunikasi (Bloom, 1956, h. 89-90).

Page 70: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

57Kerangka Teori

3. Penerapan (Application)

Kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode untuk menghadapi suatu kasus atau problem yang konkret atau nyata dan baru Winkel, W.S. (1987: 150). Kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur metode, rumus, teori dan sebagainya. Adanya kemampuan dinyatakan dalam aplikasi suatu rumus pada persoalan yang dihadapi atau aplikasi suattu metode kerja pada pemecahan problem baru. Misalnya menggunakan prinsip. Kemampuan ini setingkat lebih tinggi daripada kemampuan.

Seluruh domain kognitif taksonomi diatur dalam hierarki, yaitu, setiap klasifikasi dalam menuntut keterampilan dan kemampuan yang lebih rendah di pesanan klasifikasi. Kategori application mengikuti aturan bahwa untuk menerapkan sesuatu membutuhkan pemahaman dari metode, teori, prinsip, atau abstraksi yang diterapkan. Konsep ini membutuhkan suatu stimulant atau permasalahan dan pengalaman familiar dan unfamiliar Individu akan menerapkan yang sesuai abstraksi tanpa harus diminta abstraksi yang mana sudah benar atau tanpa harus ditunjukkan caranya yang akan digunakan dalam situasi itu. Perilaku dalam konsep aplikasi menunjukkan bahwa dia akan menggunakannya dengan benar, diberikan yang sesuai situasi di mana tidak ada mode solusi yang ditentukan (Bloom, h. 120).

4. Analisis (Analysis)

Di tingkat analisis, sesorang mampu memecahkan informasi yang kompleks menjadi bagian-bagian kecil dan mengaitkan informasi dengan informasi lain (John, W. Santrock. (2007). Kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik. Kemampuan ini setingkat lebih tinggi daripada kemampuan.

5. Sintesis (Synthesis)

Kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru Winkel, W.S. (1987:151). Bagian-bagian dihubungkan stu sama lain.

Page 71: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

58Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

Kemampuan mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam membuat suatu rencana penyusunan satuan pelajaran. Misalnya kemampuan menyusun suatu program kerja. Kemampuan ini setingkat lebih tinggi daripada kemampuan.

6. Evaluasi (Evaluation)

Kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap suatu materi pembelajaran, argumen yang berkenaan dengan sesuatu yang diketahui, dipahami, dilakukan, dianalisis dan dihasilkan Yaumi, M. (2013:92). Kemampuan untuk membentuk sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat berdasarkan kriteria tertentu. Misalnya kemampuan menilai hasil karangan. Kemampuan ini dinyatakan dalam menentukan penilaian terhadap sesuatu.

Berikut adalah gambar ranah kognitif yang hierarkis Dimyati., & Mudjiono. (2009: 28). sebagai berikut:

Gambar 3.1 Hierarkis Jenis Perilaku dan Kemampuan Internal Menurut Taksonomi Bloom dkk

Page 72: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

59Kerangka Teori

Dari gambar 3.1 dapat diketahui bahwasnnya untuk memperbaiki kemampuan internalnya. Dari kemampuan awal pada mas prabelajar, meningkat memperoleh kemampuan yang tergolong pada keenam jenis perilaku yang dididikkan di sekolah. Ketika pertama kali Bloom menyajikan taksonomi ini, Bloom mendeskripsikan enam ranah kognitif yang diurutkan secara hierarkis dari level yang rendah (pengetahuan, pemahaman) menuju level lebih tinggi (aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi), dengan sasaran level tinggi dibangun di atas sasaran level rendah.

3.8.2 Teori yang Melandasi Taksonomi Bloom terkait Perubahan Perilaku

Teori lain yang dapat menunjang teori perubahan perilaku dari Bloom adalah teori belajar. Teori belajar merupakan serangkaian prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta atau penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar. Salah satu diantaranya adalah teori operant conditioning. Teori ini dikemukakan oleh BF. Skinner (1930-an) Skinner menganggap reward atau reinforcement faktor terpenting dalam proses pembelajaran. Menurut Skinner, perilaku terbentuk oleh konsekuensi yang ditimbulkannya. Apabila konsekuensinya menyenangkan (positive reinforcement) akan membuat perilaku yang sama akan diulangi lagi, sebaliknya bila konsekuensi tidak menyenangkan (negative reinforcement) akan membuat perilaku untuk dihindari Khodijah, N. (2014:69-70). Dalam pembelajaran, operant conditioning menjamin respon-respon terhadap stimulus. Guru berperan penting dalam mengontrol dan mengarahkan kegiatan belajar ke arah tercapainya tujuan yang telah dirumuskan.

Adapun kerangka konsep teori perubahan perilaku KPM setelah mengikuti P2K2 dari pendamping PKH pasca diklat P2K2 berdasarkan teori-teori yang sudah dipaparkan adalah sebagai berikut:

Page 73: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

60Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

Skema 3.1 Kerangka Konsep Perubahan Perilaku KPM Setelah Mengikuti P2K2 dari Pendamping PKH Pasca Diklat P2K2.

Kerangka konsep (gambar 3.2) menjelaskan bahwa pendamping PKH yang telah mengikuti diklat P2K2 memberikaan materi dan bahan ajaran melalui modul ekonomi, modul kesehatan dan gizi, modul kesejahteraan sosial, modul pengasuhan dan pendidikan, dan modul perlindunga anak. Modul-modul tersebut akan diserap melalui proses pembelajaran kognitif berdasarkan tahapan taksonomi Bloom, dimana nantinya akan menjelaskan pada tahapan mana modul P2K2 yang akan ditunjukkan KPM dalam perilaku. Setelah itu KPM mewujudkan proses dari tahapan tersebut melalu perilaku di kehidupan sehari-hari. Adapun teori operant conditioning merupakan konsep penunjang bagi tahapan taksonomi Bloom sesuai pada perilaku KPM.

Page 74: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

61Kerangka Teori

3.9 Skema Alur Berpikir Penelitian

Secara umum model penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Skema 3.2 Skema Alur Fikir

Sumber: Olahan Penelitian

Berdasarkan skema di atas bahwa, penting melihat tahapan pelaksanaan mulai dari tahap pelaksanaan diklat P2K2 dan tahap pelaksanaan kegiatan P2K2 yang mana keduanya mengandung metode dan teknik yang beragam.

Penting dianalisa agar terlihat keberagaman metode dan teknik, hambatan dan kekurangannya. Agar mendapatkan hasil maksimal maka perlu dianalisa dengan teori pelatihan dan metode andragogi. Hasil dari diklat P2K2 dan pelaksanaan diklat P2K2 menghasilkan gambaran kinerja pendamping PKH dalam pelaksanaan kegiatan P2K2. Untuk mendapatkan uraian kinerja pendamping maka perlu dianalisa mengunakan teori kinerja.

Kemudian setelah tahapan dari diklat P2K2 dan pelaksaan kegiatan P2K2 terlaksana maka memberikan efek pada perubahan perilaku pada KPM selaku penerima manfaat. Sejauh apa tingkat perubahan perilaku maka perlu dianalisa menggunakan teori kognitif dan diukur menggunakan bloom taxonomy.

Page 75: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

62Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

BAB IVPROFIL BALAI BESAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL (B2P2KS) KEMENTERIAN

SOSIAL DAN PROFIL PENDAMPING PKH

4.1 Profil Balai Diklat Kementerian Sosial

4.1.1 B2P2KS Padang

B2P2KS Regional I Sumatera merupakan Satuan Kerja Kementerian Sosial RI yang bergerak pada bidang Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial. B2P2KS Regional I Sumatera melayani 8 wilayah kerja meliputi Aceh, Sumatera Utara, Bengkulu, Jambi, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan dan Sumatera Barat.

Visinya adalah Terwujudnya Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (B2P2KS) Regional I Sumatera sebagai Lembaga Kediklatan yang Berperan Strategis dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Pembangunan Kesejahteraan Sosial. Sedangkan misinya adalah Mengembangkan manajemen kediklatan yang profesional dalam upaya mewujudkan SDM Pembangunan Kesos yang berkualitas di wilayah Regional I Sumatera, dan; Mengoptimalkan peran B2P2KS Regional I Sumatera sebagai lembaga kediklatan dalam menunjang desentralisasi pembangunan kesejahteraan sosial di wilayah Regional I Sumatera.

4.1.2 B2P2KS Bandung

Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (B2P2KS) Regional II Bandung mengembangkan dan meningkatkan Mutu Sumber Daya Manusia inovatif dan kompetitif baik pemerintah maupun masyarakat dalam upaya mewujudkan penyelenggaraan kesejahteraan sosial terarah, terpadu dan berkelanjutan.

Page 76: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

63Profil BBPPKS dan Profil Pendamping PKH

Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Regional II Bandung memiliki Visi “Mewujudkan SDM Kesos yang Unggul dan Kreatif”. Sedangkan Misi yang dimiliki sebagai berikut: Melaksanakan pengkajian Diklat Kesejahteraan Sosial; Menyelenggarakan Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial; Melaksanakan Pengembangan Laboratorium Praktik Diklat Kesejahteraan Sosial; Melaksanakan Pengembangan SDM; Pengembangan sistem pembuatan informasi, advokasi, kerjasama dan kemitraan strategxis Diklat Kesos; Melaksanakan kegiatan monitoring evaluasi dan pelaporan diklat. Regional II Bandung meliputi wilayah: Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, Lampung, Kalimantan Barat dan Bangka Belitung.

4.1.3 B2P2KS Yogyakarta

Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (B2P2KS) Regional III Yogyakarta. B2P2KS III ini berlokasi di Yogyakarta dan memiliki visi misi sebagai berikut: visinya “dengan mengacu pada komitmen untuk mewujudkan Kesejahteraan sosial oleh dan untuk semua serta mencermati berbagai kondisi internal dan eksternal lembaga. Untuk mewujudkan sebuah visi tersebut, B2P2KS Yogyakarta merumuskan misi sebagai berikut: 1) Mewujudkan pendidikan dan pelatihan sosial yang mampu memberikan kompetensi, kesadaran, dan kepedulian sosial bagi setiap pesertanya, dan 2) melaksanakan advokasi diklat kesejahteraan sosial yang efektif pada seluruh stakeholder serta pengelolaan data dan informasi kesejahteraan sosial yang komprehensif. Regional III Yogyakarta meliputi wilayah: Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

4.1.3 B2P2KS Banjarmasin

B2P2KS Regional IV Kalimantan merupakan Satuan Kerja Kementerian Sosial RI yang bergerak pada bidang Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial. B2P2KS Regional IV Kalimantan berlokasi di Kabupaten Banjarbaru, Kalimantan Selatan dengan

Page 77: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

64Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

wilayah kerja Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara

Visinya adalah “Terwujudnya Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Bermutu Tinggi yang Beorientasi Global“ . Misinya adalah 1) menyediakan sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan kesejahteraan sosial yang lengkap dan bermutu tinggi, 2) mengelola keuangan dan aset yang mendukung tercapainya opini wajar tanpa pengecualian, 3) melaksanakan pendidikan dan pelatihan kesejahteraan sosial yang mampu mewujudkan kompetensi kerja tenaga kesejahteraan sosial, pekerja sosial, penyuluh sosial dan relawan sosial dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial, 4) meningkatkan kerjasama dengan pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan tenaga kesejahteraan sosial, pekerja sosial, penyuluh sosial dan relawan sosial, 5) memantau, menilai dan melaporkan pendidikan dan pelatihan kesejahteraan sosial dan 6) merencanakan kegiatan pendidikan dan pelatihan kesejahteraan sosial yang mampu memadukan karakteristik dan kebutuhan latihan tenaga kesejahteraan sosial, pekerja sosial, penyuluh sosial dan relawan sosial.

4.1.4 B2P2KS Makasar

Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (B2P2KS) Regional V Sulawesi. B2P2KS V ini berlokasi di Makasar dan memiliki visi misi sebagai berikut: visinya “inovasi pengembangan sumber daya manusia (SDM) Kesejahteraan Sosial Regional V Sulawesi yang kompetitif”. Kemudian diturunkan menjadi misi 1) Mewujudkan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan kesejahteraan sosial yang mampu memberikan kesadaran serta kepedulian dan kompetensi bagi setiap peserta diklat, 2) mengembangkan program diklat kesejahteraan sosial berbasis kompetensi dan kebutuhan stakeholder, 3) melaksanakan dan mengembangkan advokasi dan informasi, kerja sama, kolaborasi diklat kesejahteraan sosial dengan stakeholder, dan 4) menjadi pusat koordinasi regional jabatan fungsional peksos. Regional V Makassar meliputi seluruh provinsi di Pulau Sulawesi

Page 78: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

65Profil BBPPKS dan Profil Pendamping PKH

yaitu: Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat.

4.1.5 B2P2KS Jayapura

Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (B2P2KS) Regional VI Jayapura. Berdasarkan Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor: 53/HUK/2003 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Sosial bahwa Struktur Organisasi Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial, maka tugas pokok dan fungsi BBPPKS Jayapura adalah “Melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi pegawai dan tenaga kesejahteraan sosial masyarakat guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang profesional di bidang kesejahteraan sosial”. Wilayah kerja meliputi provinsi: Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua.

4.2 Profil Pendamping PKH (Responden Penelitian)

4.2.1 Jenis Kelamin PendampingGambar 4.1 Jenis Kelamin Pendamping PKH

Sumber: Olahan Penelitian

Berdasarkan chart diatas dapat dilihat bersama bahwa komposisi jenis kelamin pendamping PKH dapat dikatakan cukup seimbang proporsi antara pendamping PKH laki-laki (48,9%) dengan pendamping PKH perempuan (51,9%). Hal ini menunjukkan bahwa dalam pemilihan pendamping PKH tidak

Page 79: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

66Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

melihat pada latar belakang gender dari pendamping tersebut, namun lebih memperhatikan kualitas dan kemampuan dari pendamping tersebut.

4.2.2 Kelompok Umur Pendamping

Gambar 4.2 Kelompok Umur Pendamping PKH

Sumber: Olahan Penelitian

Berdasarkan gambar di atas dismimpulan, mayoritas pendamping PKH di dominasi oleh kelompok umur usia produktif. Hal tersebut dapat dillihat dari persentase kelompok umur pendamping PKH, dimana 70,1% berusia antara 25-34 tahun dan 23,5% lainnya berusia antara 35-44 tahun. Meskipun demikian ada beberapa pendamping PKH yang berusia antara 18-24 tahun (2,2%), 45-54 tahun (4%), 55-58 tahun (0,1%) dan 59-60 tahun (0,01%).

4.2.3 Pendidikan Terakhir Pendamping

Gambar 4.3 Pendidikan Terakhir Pendamping PKH

Sumber: Olahan Penelitian

Page 80: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

67Profil BBPPKS dan Profil Pendamping PKH

Berdasarkan chart diatas disimpulkan, mayoritas tingkat pendidikan terakhir yang dimiliki oleh pendamping PKH di dominasi oleh latar belakang Pendidikan Sarjana/Diploma 4 yaitu sebanyak 87,8%. Sedangkan 7,4% berasal dari latar belakang Pendidikan Diploma 3 dan 3,9% lainnya berasal dari Magister. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas pendamping PKH telah memiliki tingkat Pendidikan yang cukup tinggi dan baik dalam menunjang kemampuan mereka melakukan pendampingan kepada masyarakat.

4.2.4 Konsentrasi Pendidikan Terakhir Pendamping

Gambar 4.4 Konsentrasi Pendidikan Terakhir Pendamping PKH

Sumber: Olahan Penelitian

Meskipun Pendidikan terakhir dari pendamping PKH di dominasi dari latar belakang perguruan tinggi, namun yang masih disayangkan adalah hanya 3,6% dari total pendamping PKH yang berasal dari Jurusan/Konsentrasi Ilmu Kesejahteraan Sosial/Pekerjaan Sosial. Jurusan/Konsentrasi Pendidikan terakhir dari pendamping PKH lebih di dominasi dari latar belakang Pendidikan selain ilmu sosial yang berjumlah 75,7%, sedangkan yang memiliki latar belakang ilmu sosial lainnya berjumlah 20,6%. Hal ini tentu saja harus menjadi catatan dan masukan bagi seluruh stakeholder untuk lebih mendorong pendamping PKH yang berasal dari latar belakang Pendidikan Ilmu Kesejahteraan Sosial/Pekerjaan Sosial.

Page 81: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

68Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

4.2.5 Tempat Tinggal Pendamping

Gambar 4.5 Tempat Tinggal Pendamping PKH

Sumber: Olahan Penelitian

Berdasarkan chart diatas disimpulkan, mayoritas pendamping PKH yaitu sebanyak 72,1% bertempat tinggal di kecamatan yang sama dengan kecamatan dampingannya. Sedangkan sebanyak 27,9% pendamping PKH lainnya bertempat tinggal di kecamatan yang sama dengan kecamatan dampingannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa pendamping PKH yang dipilih telah sesuai dengan salah satu kriteria dari pelaksanaan program PKH dimana pendamping PKH diutamakan yang berasal dari Kecamatan yang sama dengan kelompok masyarakat dampingannya. Hal ini tentu saja perlu lebih ditingkatkan kembali pada masa mendatang.

Page 82: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

69Temuan Lapangan

BAB VTEMUAN LAPANGAN

5.1 Proses Pelaksanaan Diklat P2K2 Kepada Pendamping PKH di 6 Balai Diklat (Padang, Yogyakarta, Makasar, Banjarmasin, Bandung, Jayapura) Kementerian Sosial

5.1.1 Material

Dalam penyelenggaraan diklat P2K2 terdapat material atau hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk kelancaran diklat di antaranya:

5.1.1.1 Persiapan Kegiatan

Dalam Proses menyiapkan kegiatan P2K2 yang biasanya dilakukan oleh B2P2KS di antaranya adalah penganggaran. Keberadaan anggaran menurut penyelenggara diklat dirasa semakin tahun jumlahnya semakin berkurang padahal setiap tahunnya jumlah peserta diklat semakin bertambah. Ini dibuktikan dengan salah satu pernyataan berikut:

“Diklat yang dulu peserta 252 orang, asisten pendamping 378 orang, WI 378 orang, panitia 810 orang, anggaran 4M masih cukup. Istilah sederhananya kalau dihitung dulu dari 15 juta per sesi sekarang menjadi 8 juta per sesi tetapi jumlah orangnya bertambah anggaran mengecil (MM Penyelenggara Diklat, Wilayah Bandung)”.

Setelah anggaran sudah turun, B2P2KS mendapatkan target capaian kegiatan, menyusun jadwal kegiatan, membuat kepanitiaan yang terdiri dari semua seksi, dan melakukan TOT bagi widyaiswara. Ini terbukti dari pernyataan berikut:

“Mekanismenya adalah balai mendapatkan target capaian kegiatan, menyusun jadwal, dikomunikasikan kepada kordinator-kordinator terkait, membuat kepanitaan. Selain itu widyaiswara

Page 83: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

70Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

juga biasanya dilakukan ToT (C, Penyelenggara Diklat, Wilayah Banjarmasin)”.

5.1.1.2 Buku Ajar Diklat1. Modul

Buku ajar yang digunakan untuk penyelenggaraan diklat P2K2 adalah buku pintar dan modul yaitu degan bahasan modul Ekonomi, modul Kesehatan dan Gizi, modul Kesejahteraan Sosial, modul, Pengasuhan dan Pendidikan, dan modul Perlindungan Anak. hal ini dikarenakan sudah menjadi Standart Operasional Prosedur (SOP) dari Kementerian Sosial. Ini dibuktikan dengan salah satu pernyataan berikut:

“Modul Pendidikan dan Pengasuhan Anak, Modul Usaha, Kesehatan, Kesejahteraan Sosial, Penanganan Anak (AA Penyelenggara Diklat, Wilayah Padang)” didukung dengan pernyataan “dalam diklat P2K2 terdapat lima modul dan buku pintar… (BB, Penyelenggara Diklat, Wilayah Jayapura)”. Kemudian di dudung lagi “Jadi dalam SOP yang sudah ditentukan oleh pusat bahwa materi yang diberikan kepada peserta adalah materi yang berhubungan dengan modul saja (E Penyelenggara Diklat, Wilayah Bandung)”.

Pada dasarnya materi yang diberikan hanyalah materi seputar ke lima modul saja dan apapun alasannya memang tidak diperbolehkan memberikan materi di luar dari modul tersebut. Kemudian diperbolehkan diluar dari modul asalkan substansi tidak boleh diluar dari modul. Ini dibuktikan dengan salah satu pernyataan berikut:

“Memang benar seharusnya memang tidak diperbolehkan karena memang aturannya harus sesuai dengan modul pembahasan dalam P2K2. Kalau terjadi seperti itu ya kalau bisa kembali ke pembahasan modul saja karena mengharapkan agar tidak terjadi hal-hal yang diinginkan (Y, Penyelenggara Diklat, Wilayah Bandung)”. Kemudian didukung dengan pernyataan berikut “Membahas materi diluar modul diperbolehkan selama masih ada kaitannya dengan substansi modul (D, Penyelenggara Diklat, Wilayah Jayapura) “.

Page 84: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

71Temuan Lapangan

2. Materi Yang Disarankan

Materi yang disarankan terkait dengan tambahan bahan materi yang perlu ditambahkan pada modul seperti penambahan ketrampilan bagi pendamping. Materi yang dimaksud adalah memberikan ketrampilan atau kemampuan kepada pendamping terkait bagimana mengatasi KPM yang merasa terlarut atau stress dan terbawa emosi dengan modul. Ini dibuktikan dengan salah satu pernyataan berikut:

“Memang perlu memberikan ketrampilan atau kemampuan kepada pendamping terkait mengatasi KPM yang merasa terlarut atau stress dan terbawa emosi dengan modul tersebut (L, Penyelenggara Diklat, Wilayah Bandung)”. Kemudian didukung dengan pernyataan berikut “Terkait materi berkaitan pencegahan kekerasan, kekerasan seksual, penelantaran, pelayanan terhadap lansia. Ini perlu disikapi dan ini mungkinkan dimasukkan ke dalam teknik faslilitasi. Ketika di lapangan ada banyak KPM kaget dengan masalah pada materi tersebut sehingga mereka pulang FDS menjadi nangis, stress merasa bersalah dan depresi sampai akhirnya saat itu pendamping sampai menangis-nangis meminta maaf pada KPM padahalkan bukan salah pendamping. Sedangkan Pendamping tidak dibekali dengan kemampuan itu terkait merespons masalah bagaimana menghadapi KPM jika mengalami masalah terkait itu? Sehingga perlu membekali KPM kemampuan tersebut (R, Penyelenggara Diklat, Wilayah Bandung)”.

3. Kekurangan Modul

Terdapat kekurangan yang ada pada modul sehingga perlu diperbaiki untuk kedepannya di antaranya sebagai berikut:

a. Penggunaan Bahasa

Penggunaan bahasa serta diksi dalam kalimat yang ada dalam modul masih terdapat yang sulit dimengerti oleh pendamping. Ini membuat pendamping kesulitan dalam menyampaikan materi kepada KPM yang mayoritas berlatar belakang pendidikan rendah dan memiliki kondisi hidup yang miskin. Sehingga penggunaan bahasa memang sangat perlu diperjelas misalnya saja pada modul perlindungan anak dan lansia. Ini terbukti dalam pernyataan berikut:

Page 85: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

72Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

“Bagaimana kemasan materi itu bisa disampaikan ke keluarga miskin yang pendidikannya tidak tinggi sehingga ada materi-materi yang bahasanya agak kurang pas untuk dimengerti. Pendamping kesulitan untuk menerjemahkan bahasa tersebut ke pendamping/ terkait dengan daring (DD, Penyelenggara Diklat, Wilayah Banjarmasin)”

Kemudian didukung juga dengan pernyataan berikut “saya adalah bagian dari orang yang merevisi modul. Dalam modul terdapat banyak hal-hal yang perlu diperjelas atau perjam misalnya terkait modul perlindungan anak dan lansia. Serta masih terdapat banyak diksi dan bahasa yang sulit dipahami (L, Penyelenggara Diklat, Wilayah Bandung).

b. Masih ada di modul kesehatan yang informasinya bertolak belakang dengan buku KIA

Pada dasarnya modul kesehatan bisa menggunakan buku KIA. Tetapi terdapat modul kesehatan yang informasinya bertolak belakang dengan buku KIA padahal terdapat bahasan yang sama. Ini terbukti dalam pernyataan berikut:

“Untuk modul kesehatan bisa pakai buku KIA. Dan diciptakan buku pintar kesehatan dan sekarang kondisinya tidak menyambung antara buku pintar kesehatan dengan buku KAI (L, Penyelenggara Diklat, Wilayah Bandung).

c. Perlu Penyederhanaan Pada Modul terkait jumlah Flipchart

Penyederhanaan pada modul perlindungan anak ini dengan maksud terkait jumlah flipcharnya ini sangat penting karena jumlahnya terlalu banyak khususnya pada modul perlindungan anak. flipchart yang banyak membuat presentasi memakan waktu yang banyak juga. Ini terbukti dalam pernyataan berikut:

“Modul yang perlu lebih disederhanakan jumlah filpchartanya, khususnya Modul 4 tentang Perlindungan Anak. Modul ini memerlukan waktu presentasi yang lebih banyak, karena jumlah flipchartnya juga lebih banyak daripada modul yang lain (EE, Penyelenggara Diklat, Wilayah Jayapura)”.

Page 86: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

73Temuan Lapangan

d. Konsistensi materi (referensi modul) perlu dibenahi.

Konsistensi materi (referensi modul) perlu dibenahi artinya terdapat ketidaksesuain antara referensi yang digunakan oleh modul dengan isinya. Misalnya: dalam modul menggunakan referensi Undang Undang No. 32 Tahun 2004, yang ditulis di Buku Pintar justru Piagam PBB. Ini terbukti dalam pernyataan berikut:

“Konsistensi materi (referensi modul) perlu dibenahi, mislanya dalam modul menggunakan referensi Undang Undang No. 32 Tahun 2004, yang ditulis di Buku Pintar justru Piagam PBB. Weleh… (BD, Penyelenggara Diklat, Wilayah Makasar)

e. Tidak adanya aturan yang tertulis mengenai cara penggunaan modul

Pada dasarnya di dalam modul tersebut terdapat aturan menggunakan modul, tetapi aturan tersebut tidak tertulis dalam modul dan yang paling tahu aturan tersebut tentunya adalah pembuat modul yaitu World Bank dan UNICEF. Jika dalam proses pemberitahuan mengenai aturan modul oleh trainer tentunya kadang ada yang disampaikan atau ada yang dilewatkan. Maka akan lebih baik jika aturan-aturan penggunaanya tersebut dituliskan dengan jelas. Jadi kekurangan tersebut adalah tidak adanya aturan yang tertulis cara penggunaan modul. Ini terbukti dalam pernyataan berikut:

“Di dalam modul tersebut terdapat aturan menggunakan modul, tetapi aturan tersebut tidak tertulis dalam modul dan yang paling tahu aturan tersebut tentunya adalah pembuat modul yaitu World Bank dan UNICEF. Jika dalam proses pemberitahuan mengenai aturan modul oleh trainer tentunya kadang ada yang disampaikan atau ada yang skip. Nah lebih baik itu aturan-aturan penggunaanya dituliskan dengan jelas. Jadi kekurangan tersebut adalah tidak adanya aturan yang tertulis penggunaan modul (LI, Penyelenggara Diklat, Wilayah Bandung)”.

Page 87: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

74Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

f. Materi Modul Masih Ada yang Kurang Relevan

Informan A di Wilayah Makasar mengatakan bahwa materi atau modul belum mempertimbangkan kebutuhan lapangan, seperti misalnya; peserta (KPM) nenek-nenek masih diajarkan tentang pengasuhan. Begitu juga informan DF selaku penyelenggara diklat wilatah Yogyakarta yang juga menyatakan pemikiran yang sama.

g. Materi Modul Masih Ada yang Membingungkan

Informan B di Wilayah Makasar mengatakan bahwa Modul yang ada saat ini masih njlimet atau membingungkan. Maka diperlukan perubahan, modifikasi dan adaptasi khususnya terkait dengan kasus-kasus yang sesuai realitas masyarakat (miskin) saat ini.

Tabel 5.1 Ringkasan Material

Unsur Input Hasil

Material Persiapan Kegiatan

• Jumlah peserta semakin banyak, anggaran relatif kecil

• Menyusun Jadwal Kegiatan • Membuat Kepanitiaan terdiri dari semua seksi• Melakukan TOT bagi Widyaiswara

Modul • Buku ajar adalah 5 modul dan 5 buku pintar• Tidak diperbolehkan penambahan materi diluar

modul• Tambahan materi untuk meningkatkan

ketrampilan pendamping jika terdapat KPM hanyut/terbawa akan isi modul

• Kekurangan modul di antaranya: Penggunaan bahasa dalam modul masih ada yang sulit dimengerti, masih ada di modul kesehatan yang informasinya bertolak belakang dengan buku KIA, penyederhanaan modul perlindungan anak, konsistensi materi (referensi modul) perlu dibenahi, tidak adanya aturan yang tertulis mengenai cara penggunaan modul, materi modul masih ada yang kurang relevan, dan materi modul masih membingungkan

Sumber: Olahan Penelitian

Page 88: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

75Temuan Lapangan

5.1.2 Human

Dalam kegiatan diklat P2K2 tentunya dibutuhkan penyelenggara diklat dan siapa saja peserta dalam diklat. Berikut penjelasannya:

5.1.1.3 Persiapan Diklat1. Kepanitiaan Diklat

Dalam proses persiapan diklat dilakukan penyususnan panitia penyelenggara diklat yang terdiri dari sumberdaya manusia yang ada di Balai Diklat. Tetapi pada kenyataanya masih terdapat kekurangan sumberdaya manusia pelaksana diklat karena meledaknya jumlah peserta. Kemudian perlu dilakukan Bimbingan Teknik bagi panitia atau admin khusus daring hal ini karena terdapat admin daring yang sudah mendapatkan coaching daring untuk 2018 tetapi aplikasi daring di 2019 itu berbeda dari 2018 sehingga banyak terjadi kesalahan dalam pelaksanaan. Lalu, perlu adanya kejelasan dalam pembagian tugas atau job description agar tidak terjadi tumpang tindih Jobdesk pada penyelenggaraan diklat. Ini terbukti dalam pernyataan berikut:

“Di dalam kepanitiaan terkait job desk itu harus di jelaskan agar dalam pelaksanaanya berjalan dengan baik dan tidak tumpang tindih (E, Penyelenggara Diklat, Wilayah Bandung)”. Ditambah dengan pernyataan “Dari daring: admin tahun 2019 harus disiapkan lagi. Hal ini karena waktu itu, admin balai disuruh choacing bimtek bagi admin: kemudian aplikasi yang dipelajari 2018 dan kenyataanya yang dipakai harus aplikasi 2019 tentunya ini membuat admin bingung dan pusing. Terkait, kelas FDS yaitu daring entri dan daring FDS itu berbeda pesertanya karena perubahan. Pengennya adanya bimtek dulu untuk admin biar tidka pusing (LL, Penyelenggara Diklat, Wilayah Bandung)”.

2. Verifikasi Peserta Diklat

Melakukan verifikasi peserta diklat ini sangat penting dilakukan. Data peserta diklat pertama kali didapatkan dari

Page 89: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

76Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

Direktorat Jaminan Kesejahteraan Sosial (DJSK). Data ini penting diverifikasi karena tidak jarang ditemukan peserta banyak yang menghilang/mengundurkan diri dikarenakan berbagai macam alasan seperti diterima sebagai PNS, mendapatkan pekerjaan, kontak yang tidak bisa dihubungi, dsb. Permasalahan yang paling krusial adalah mencari pengganti peserta dengan waktu yang singkat bukanlah perkara mudah dan sejak dulu tahun 2017-2019 belum ada keajegan penyelesaian masalah tersebut. Ini terbukti dalam pernyataan berikut:

“Sejak dulu belum ada keajegan mulai tahun 2017, 2018, 2019 terkait bagaimana mengatasi masalah jika terjadi pendamping yang tetiba menghilang karena pekerjaan dsb (ED, Penyelenggara Diklat, Wilayah Bandung)”. Ditambah adalah tidak bisa kontak para peserta karena kontak tidak bisa dihubungi (EF, Penyelenggara Diklat, Wilayah Yogyakarta)”.

3. Pengadaan Fasilitator Diklat

Terkait pengadaan fasilitator diklat jumlah fasilitator masih sedikit dibandingkan dengan jumlah peserta yang terus bertambah, masih ada ditemukan kemampuan fasiliitator baru yang masih rendah, masih terdapat fasilitator yang belum mendapat TOT dari Kementerian Sosial, masih ada fasilitator muda yang kurang maksimal melakukan tugasnya karena belum berpengalaman, dan belum ada kamus kompetensi WI atau fasilitator khususnya dalam P2K2 agar dapat terukur. Ini terbukti dalam pernyataan berikut:

“Berhubung di tahun 2019 terjadi membludaknya peserta yang harusnya dalam 1 tahun hanya 800 an orang menjadi 5000 orang membuat kita sebagai penyelenggara kualahan. Oleh karena itu, perlu ditambah adalah fasilitator dari luar seperti kor kab, spv, pusdiklat itu yang dimaksimalkan (W, Penyelenggara Diklat, Wilayah Bandung)”. Ditambahkan dengan pernyataan berikut:

“Masih ada kemampuan fasilitator yang rendah, masih terlalu muda dan kurang berpengalaman, dan juga belum

Page 90: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

77Temuan Lapangan

mendapatkan TOT. Hasil dari evaluasi memang sifatnya kuantitatif dan perlu ada kuaitatifnya. Misalnya di bagian atas 90, 90. Lalu di kolom komentar ada komen kalau mengajar dalam fasilitatornya bengis. Maka, perlu menurunkan indikator terkait ukuran keberhasilan diklat. Bagaimana tools untuk melakukan evaluasi itu valid dan reliable. Masalahnya kita tidak memiliki rumusan kompetensi WI singkatnya perlu ada kamus kompetensi kemensos khususnya terkait WI dalam P2K2 itu? Maka kita kesulitan untuk mengukur kompetensi WI dan ini ranah biro Orpug. Perlu ada penelitian terkait Kompetensi yang harus dimiliki fasilitator P2K2 apa aja? (RH, Penyelenggara Diklat, Wilayah Bandung)”.

5.1.1.1 Peserta Diklat

Peserta diklat sangat beragam yaitu dari berbagai suku, ras, agama, usia, latar belakang pendidikan, dan memiliki kemampuan yang berbeda. Ini terbukti dalam pernyataan berikut “Peserta dari berbagai wilayah (suku, ras, agama, usia, latar belakang pendidikan, dan memiliki kemampuan yang berbeda (E, Penyelenggara Diklat, Wilayah Bandung)”.

Strategi mengelola keberagaman di antara peserta beberapa di antaranya adalah dengan melakukan pembinaan suasana, perkenalan antar peserta melalui aktivitas dinamika kelompok (DK), dan membuat kelompok dengan latar belakang suku, daerah, jenis kelamin yang berbeda. Kegiatan ini terdapat pada aktivitas DK. Kemudian pengelompokan Kelas dan Kamar saat diklat berdasarkan jenis kelamin dan daerah dibedakan. Ini terbukti dalam pernyataan berikut:

“Pemahaman dan penerimaan atas fakta keragaman merupakan salah satu kunci keberhasilan proses pendidikan dan pelatihan. Meskipun tidak masuk dalam kurikulum diklat Luring, kami melakukan pembinaan suasana dan perkenalan antar peserta melalui aktivitas dinamika kelompok (DK) pada hari pertama kegiatan. Pada sesi DK ini sekat-sekat perbedaan kami baurkan sehingga tercipta suasana saling menghargai, saling mengenal dan kesediaan untuk bekerjasama sekaligus memenuhi

Page 91: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

78Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

komitmen pembelajaran. Di samping itu, dalam pembentukan kelas kecil yang terdiri dari 10-15 peserta kami atur sedemikian rupa agar dalam setiap kelompok terdiri atas peserta antar daerah, antar suku, dan jenis kelamin yang berbeda. Pengelompokan kelas dan kamar semuanya dibedakan memang yang mengatur saya selaku admin dan ini memang sudah sejak dulu seperti itu pengaturannya (FF, Penyelenggara Diklat, Wilayah Bandung)”.

Kemudian terdapat kriteria peserta yang mengikuti diklat P2K2 kriteria tersebut di antaranya harus berstatus pendamping PKH aktif dan telah mengikurti E-Learning atau daring. Ini terbukti dalam pernyataan berikut “terdapat sejumlah kriteria Diklat P2K2 terdaftar sebagai Pendamping PKH yang masih aktif bekerja dan telah mengikuti proses Elearning P2K2 tahap Daring/online (EE, Penyelenggara Diklat, Wilayah Jayapura).

Lalu jumlah peserta yang mengikuti diklat dalam kurun waktu satu tahun di tahun 2019 di masing-masing wilayah kurang lebih sebanyak 5000 orang peserta. Misalnya Bandung peserta harusnya dalam kurun waktu 1 tahun kurang lebih 800 an. Di tahun 2019 dalam kurun waktu 1 tahun kurang lebih 5000 peserta Diklat P2K2, Yogyakarta tahun 2019 sebanyak 6200 peserta, dan Padang tahun 2019 sebanyak 4636 peserta. Banyaknya peserta rata-rata membuat penyelenggara diklat merasa kualahan. Ini dibuktikan pada pernyataan berikut:

“Berhubung di tahun 2019 terjadi membludaknya peserta yang harusnya dalam 1 tahun hanya 800 an orang menjadi 5000 an orang membuat kita sebagai penyelenggara kualahan. (W, Penyelenggara Diklat, Wilayah Bandung).

5.1.1.2 Pengadaan Fasilitator Diklat

Pelatih atau trainer diklat disebut dengan fasilitator, di antaranya Widiyaiswara (WI), Praktisi, Supervisor PKH, Pekerja Sosial, Penyuluh Soaial, dan Kordinator Kabupaten/ Kota pelibatan Kor Kabupaten ini karena membludaknya jumlah peserta Diklat P2K2 khususnya di tahun 2019. Ini dibuktikan pada pernyataan berikut:

Page 92: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

79Temuan Lapangan

“Fasilitator ada yang dari WI, penyuluh social, pekerja ocial juga dilibatkan karena keterbatasan WI (FF, Penyelenggara Diklat, Wilayah Jayapura). Lalu “Fasilitator dari luar seperti kor kab, supervisor, pusdiklat itu yang dimaksimalkan (W, Penyelenggara Diklat, Wilayah Bandung). Didukung dengan pernyataan “Jadi ketika terjadi membludaknya peserta dalam diklat membuat kurangnya fasilitator. Akhirnya kita mau tidak mau melibatkat Kor Kab untuk menjadi fasilitator dalam diklat. Terjadi permasalahan di sini yaitu Peserta mengikuti ujian daring dan komprehensif. Tetapi, Korkab tidak sehingga membuat merasa kesulitan juga ketika ujian daring karena kor kab sendiri mereka juga tidak pernah terlibat dalam itu (E, Penyelenggara Diklat, Wilayah Bandung)”.

Kemudian keberadaan supervisor dalam Tugas pokok dan fungsinya (TUSI) belum terlihat jelas sehingga keberadaan supervisor dalam kegiatan P2K2 tidak bersungsi atau dapat dikatakan tidak berguna. Ini dibuktikan pada pernyataan berikut: “Kemudian, dalam pelaksannya TUSI dalam supervisor ini belum terlihat maksimal sehingga keberadaan supervisor dalam P2K2 tidak berguna/berfungsi (E, Penyelenggara Diklat, Wilayah Bandung)”.

Tabel 5.2 Ringkasan Human

Unsur Input Hasil

Human Persiapan diklat

Dalam penyelenggaraan diklat terdapat permasalahan terkait kurangnya SDM menjadi admin dan perlu adanya BIMTEK bagi admin

Peserta diklat

Peserta banyak yang menghilang/mengundurkan diri dan Mencari pengganti dengan waktu singkat bukan perkara mudah

Pengadaan fasilitator diklat

• Jumlah fasilitator masih sedikit• Masih ditemukan kemampuan fasiliitator

baru yang masih rendah karena kurangnya pengalaman

• Masih terdapat fasilitator belum mendapat TOT dari pusat

• Belum ada kamus kompetensi WI atau fasilitator khususnya dalam P2K2 agar dapat terukur kinerja dan keberhasilan tugasnya

Sumber: Olahan Penelitian

Page 93: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

80Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

5.1.3 Machine

Terdapat dua hal penting yang diperlukan dalam diklat yaitu alat bantu ajar dan media pembelajaran. Berikut penjelasannya:

5.1.1.4 Alat Bantu Ajar

Alat bantu ajar yang harus ada dan biasanya dipergunakan dalam diklat di antaranya Laptop, Proyektor, Screen, Speaker, dan Alat tulis menuslis (ATK). Ini dibuktikan pada pernyataan berikut:

“Berdasarkan anggaran yang ada laptot, LCD ada anggarannya dan sudah ready… (W, Penyelenggara Diklat, Wilayah Bandung)”. Ditambang dengan pernyataan “Alat bantu pembelajaran yang diperlukan: Laptop, speaker, LCD, Papan flipchart, Spidol, Kertas Plano, Selotip dll (GG, Penyelenggara Diklat, Wilayah Jayapura)”. Ditambah dengan pernyataan “biasanya dipergunakan dalam diklat di antaranya Laptop, Proyektor, Screen, Speaker, dan Alat tulis menuslis (ATK) (LA, Penyelenggara Diklat, Wilayah Jayapura)”.

5.1.1.5 Media Pembelajaran

Media pembelajaran yang harus ada dan biasanya dipergunakan dalam diklat di antaranya: Buku Pintar, Alat peraga, Modul, Poster, Brosur, dan Flip chart yang mana keseluruhan ini dinamakan dengan Toolkit dan memiliki berat 26Kg. Kondisi toolkit yang berat tentunya sangat merepotkan jika dibawa khususnya bagi pendamping yang berkegiatan dengan akses jalan yang sulit dan jauh apalagi Bahan tidak awet/ mudah rusak.

Ditambah lagi, keberadaannya sangat terbatas, dan terdapat salah satu daerah yaitu di Bandung (Dinas Sosial Bandung) membantu melakukan penggandaan salah satu toolkit yaitu Buku Pintar dari anggaran APBD. Umumnya saat ini kondisinya sudah rusak dan banyak yang hilang. Kemudian, di setiap materi belum tentu ada toolkitnya padahal misalnya modul 4 belum ada toolkitnya seperti puzzel, padahal ketentuannya setiap materi harus ada toolkitnya. Ini dibuktikan pada pernyataan berikut:

Page 94: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

81Temuan Lapangan

“1 toolkit itu seberat 26 kg yang isinya modul, buku pintar, alat peraga, brosur, poster, dll Dan setiap toolkit itu harus dibawa oleh masing-masing pendamping dan fasilitator. Pernah alhamdulillahnya kita dibantu dari APBD dinsos bandung untuk pengadaan buku pintar dan modul (Y, Penyelenggara Diklat, Wilayah Bandung)”. Lalu, “Flipchart itukan berat sekali ya. Lumayan juga kalau dibawa ke lapangan apalagi kalau jauh dan sulit ke sananya dan mudah rusak (FG, Penyelenggara Diklat, Wilayah Banjarmasin)”. Didukung “Kemudian toolkit masih relevan dengan masalah yang ada. Tetapi, yang jadi masalah adalah system pengadaanya dan kondisinya memang masih banyak yang kurang. Misalnya, modul 4 belum ada dan masih ada yang belum diciptakan. Misalnya puzzle dan toolkit itu harus sesuai modul (L, Penyelenggara Diklat, Wilayah Bandung)”.

Pada dasarnya secara umum alat bantu ajar dan media pembelajaran selama diklat dilaksanakan masih bisa diupayakan atau diadakan walaupun masih terdapat kekurangan. Tetapi bagi para pendamping, kondisinya masih benyak sekali yang belum memiliki toolkit. Biasanya fasilitator menghimbau agar pendamping untuk memfotokopi atau meminjam pada rekannya yang sudah memiliki setidaknya modul dan buku pintar. Tidak jarang menggunakan biaya pribadi mereka atau KPM yang memfotokopi sendiri. Hal ini penting karena senjata keberhasilan P2K2 salah satu utamanya adalah toolkit. Bahkan di wilayah Makassar Pendamping membeli LCD/proyektor dengan cara kredit. Ini dibuktikan pada pernyataan berikut:

“Kalau di balai kita masih bisa usahakan pakek yang ada atau dicarikan tetapi kalau bagi pendamping itu yang kita ga tahu dan sering mereka memfotokopi (LL, Penyelenggara Diklat, Wilayah Bandung)”. Ditambah dengan pernyataan “sisatnya KPM memfotocopy sendiri dan pendamping juga. TOOLKIT sangat penting, sering telfon pusat karena toolkit belum dapat, dan rata mereka pinjam kepada seniornya sebelumnya yang sudah punya (NN, Penyelenggara Diklat, Wilayah Yogyakarta)”. Didukung pernyataan “Menurut mereka toolkit membantu, akan tetapi tahun ini belum dikirim semua, baru sebagian dan sampai sekarang juga belum (ND, Penyelenggara Diklat, Wilayah

Page 95: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

82Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

Yogyakarta)”. Ditambang dengan pernyataan “nah yang tidak adalah bekal mereka di lapangan jadi kalau untuk di diklat segala sesuatu nya ada, jadi kami menghimbau peserta memfotokopi modul, agar proses berjalan, yang tidak ada hanyalah bekal di lapangan (HG, Penyelenggara Diklat, Wilayah Padang)”.

Tabel 5.3 Ringkasan Machine

Unsur Input Hasil

Machine Alat bantu ajar Laptop, Proyektor, Screen, Speaker, dan Alat tulis menuslis (ATK) sudah tersedia di balai diklat

Media pembelajaran

• Buku Pintar, Alat peraga, Modul, Poster, Brosur, dan Flip chart.

• Jumlahnya sangat terbatas• Bahan tidak awet/ mudah rusak• Di setiap materi belum tentu ada

toolkitnya, padahal ketentuannya harus ada

• Sangat merepotkan kalau harus dibawa-bawa karena beratnya 26Kg

Sumber: Olahan Penelitian

5.1.4 Method

Terdiri beberapa hal terkait lokasi diklat, jumlah, pemberian diklat, tahapan diklat, dan perbedaan diklat 3 tahun terakhir. Berikut uraian jelasnya:

5.1.4.1 Jumlah Pemberian Diklat

Diklat diberikan kepada pendamping sebanyak 1x untuk 1 pendamping diawal pendamping akan menerima tugas untuk melakukan P2K2. Hanya satu kali, pertimbangannya karena diklat FDS ini memerlukan durasi relatif panjang (10 hari) dan mengandung materi yang banyak (5 modul, 14 sesi). Seluruh materi ini perlu disampaikan dan dipraktekkan sekaligus kepada pendamping. Ini dibuktikan pada pernyataan berikut:

Page 96: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

83Temuan Lapangan

“2 kali di tahun 2018 dengan metode konvensional Dan terakhir tahun ini 2019 dan 1x untuk 1 pendamping (SO, Penyelenggara Diklat, Wilayah Padang)”. Diperjelas dengan pernyataan “Diklat P2K2 diberikan kepada pendamping hanya satu kali melalui dua tahap: tahap daring dan tahap luring. Mengapa hanya satu kali, pertimbangannya karena diklat FDS ini memerlukan durasi relatif panjang (10 hari) dan mengandung materi yang banyak (5 modul, 14 sesi). Seluruh materi ini perlu disampaikan dan dipraktekkan sekaligus kepada pendamping. Diberikan ketika pendamping mau melakukan kegiatan P2K2 (SS, Penyelenggara Diklat, Wilayah Jayapura)”.

Tabel 5.4 Ringkasan Method Terkait Jumlah Pemberian Diklat

Unsur Input Hasil

Method Jumlah pemberian diklat

1x untuk 1 pendamping diawal akan menerima tugas untuk melakukan P2K2

Sumber: Olahan Penelitian

5.1.4.2 Tahapan Diklat P2K2

Sejak tahun 2018 terdapat dua tahapan atau kegiatan yang pertama adalah daring dan yang ke dua adalah luring. Berikut uraiannya kegiatannya di daring dan luring tahun 2019.

1. Daring

Daring adalah kegiatan diklat yang dilakukan di dalam jaringan atau harus mengakses internet (online). Daring dilakukan kurang lebih selama 12 hari di setiap rumah masing-masing peserta diklat. Dibuktikan pada pernyataan berikut:

“Dengan model klasikal atau tatap muka penuh, P2K2 dilaksanakan selama 16 hari. Namun, sejak tahap ujicoba tahun 2017-2018, P2K2 dilakukan dengan model blended learning, yaitu perpaduan antara pembelajaran online dan offline/tatap muka. Tahap during (online) dilaksanakan selama 12 hari dan tahap tatap muka (luring) selama 10 hari... (KL, Penyelenggara Diklat, Wilayah Jayapura)”.

Lalu, metode penyampaian materi yaitu menggunakan teknologi yang harus diakses dengan bantuan komputer/ laptop

Page 97: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

84Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

serta harus online. Materi yang dibahas dalam daring terkait modul dan buku pintar, serta vidio simulasi modul. Dibuktikan pada pernyataan berikut:

“Modul Pendidikan dan Pengasuhan Anak, Modul Usaha, Kesehatan, Kesejahteraan Sosial, Penanganan Anak, buku pintar, ada video juga dan film simulasi bisa diunduh di webnya (KL, Penyelenggara Diklat, Wilayah Makasar)”.

Kelebihan metode daring ini tentunya sangat mudah, cepat, dan praktis, serta materi yang disajikan dalam daring menarik dan praktis. Dibuktikan pada pernyataan berikut: “Daring itu makin praktis semuanya, ada vidionya, manarik itu..(DR, Penyelenggara Diklat, Wilayah Makasar)”. Ditambah dengan “bagus ada vidionya tinggal unduh diinternet praktis pula (OL, Penyelenggara Diklat, Wilayah Jayapura)”.

Kemudian kelemahannya terdiri dari (1) forum chatting terbatas, (2) masih terdapat peserta yang memiliki keterbatasan untuk mengoperasikan komputer, (3) adanya jarak antara peserta dan fasilitator sehingga jika ada permasalahan pada peserta, dan fasilitator tidak bisa cepat membantu. Dibuktikan pada pernyataan berikut:

“Pada tahun 2019 ini kita sudah memberi daring juga. Tapi kita tidak diberi akses sama sekali untuk masuk atau tidak ada forum chat. Nah itu di 2018. Akan tetapi di tahun 2019 wi tidak memiliki akses untuk masuk, jadi kami tidak tau, mereka sudah mengerjkan atau belum, di tahun 2018 kita masih bisa melihat mereka membaca modul kah atau tidak, di situ kita ada sesi chating nah ketika chating bisa terlihat mereka membaca atau tidak, karna ketika kita melemparkan pertanyaan mereka akan menjawab, begitu juga dengan akses forum diskusi, jadi di forum diskusi kita melihat siapa yang tidak pernah masuk kita bisa japri, kemudian di 2019 kita tidak tau apapun, baik lulus atau tidak lulus kami tidak tau dan tidak bisa bantu, jadi di 2019 ini beda nya sangat jauh dan masih mendingan di 2018. (LL, Penyelenggara Diklat, Wilayah Padang)”. Ditambah dengan pernyataan “Jaringan internet waktu itu lemot (DD, Pendamping, Wilayah Bandung)”.

Page 98: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

85Temuan Lapangan

Tabel 5.5 Ringkasan Method terkait Tahapan Diklat Daring

Unsur Input Hasil

Method Tahapan Diklat Daring Tahun 2019

• Waktu dan Tempat Kurang lebih 12 hari Di rumah masing-masing peserta diklat

• Metode Penyampaian menggunakan Teknologi/ Daring/ Modern/ Online

• Materi diunduh di website soft File Buku Pintar dan Modul, gambar dan Video pembelajaran, uji Kompetensi dengan menjawab soal

• Kelebihannya sangat mudah, cepat, dan praktis, materi menarik dan praktis

• Kelemahannya forum chatting terbatas, jaringan internet masih lambat, dan adanya jarak antara peserta dan fasilitator sehingga jika ada permasalahan pada peserta, fasilitator tidak bisa cepat membantu

Sumber: Olahan Penelitian

2. Luring

Luring adalah kebalikan dari daring atau kegiatan diklat yang dilakukan diluar jaringan atau tidak perlu mengakses internet (online) tetapi kegiatannya adalah tatap muka. Dibuktikan pada pernyataan berikut: “….Penentuan waktu tersebut berdasarkan pertimbangan beban materi dan beban penganggaran. Pada saat proses diklat luring (tatap muka) selama 10 hari 80 JP, kalau pihak pengajar kami mengikuti jam lat dari POK yang ada. (KL, Penyelenggara Diklat, Wilayah Jayapura)”. Kegiatan selama luring sudah dibuat terjadwal atau tersusun sama di semua balai penyelenggara diklat B2P2KS. Susunan acara kegiatan diklat sebagai berikut:

Page 99: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

86Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

Tabel 5.6 Susunan Kegiatan Diklat Tahun 2019

No Hari Kegiatan

1 Pertama• Registrasi/ Pendaftaran Peserta• Pengarahan teknis• Pembukaan

2 Kedua

• Review dan simulasi Modul PPA dan PKPU• Microteaching modul PPA• Microteaching PKPU• Review dan simulasi Modul Kesehatan dan Gizi,

Perlindungan Anak dan Kesejahteraan Sosial

3 Ketiga

• Microteaching modul kesehatan dan gizi• Microteaching modul perlindungan anak• Microteaching modul Kesejahteraan Sosial• Pengarahan PBL

4 Keempat• Praktek Belajar Lapangan Modul Pengasuhan

dan Pendidikan Anak• Review hasil PBL

5 Kelima • Libur

6 Keenam• Praktek Belajar Lapangan Modul “Pengelolaan

Keuangan dan Perencanaan Usaha”• Review hasil PBL

7 Ketujuh• Praktek Belajar Lapangan Modul “Kesehatan dan

Gizi”• Review hasil PBL

8 Kedelapan• Praktek Belajar Lapangan Modul “Perlindungan

Anak (sesi 2)”• Review hasil PBL

9 Kesembilan

• Praktek Belajar lapangan Modul “Kesejahteraan Sosial”

• Review hasil PBL• Ujian Komprehensif

10 Kesepuluh• Ujian kognitif sertifikasi• Evaluasi Penyelenggaraan• Penutupan

Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Kemensos

Page 100: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

87Temuan Lapangan

Kegiatan diklat efektif baru dimulai pada hari kedua hingga hari kesembilan. Disela-sela waktu istirahat mereka mengerjakan tentang Deskripsi Diri (DD) untuk keperluan Sertifikasi. Selain itu disela waktu istirahat juga mereka melakukan kegiatan bimbingan hingga larut malam. Sehingga, mempengaruhi proses kegiatan diklat yang berujung pada penyampaian materi yang terganggu. Ini terbukti dari pernyataan informan DD Penyelenggara Diklat, Wilayah Makasar bahwa penulisan Diskripsi Diri (DD) dalam kegiatan sertifikasi TKS bagi Peserta diklat P2K2 ini mengganggu konsentrasi dikilat. Penugasan penulisan DD sebenarnya pada saat pelaksanaan daring dan itu tentu mengganggu, namun karena tidak ada pengawasan, peserta baru menulis DD setelah mepet atau waktu sertifikasi da nada juga yang mengerjakan di sela-sela waktu diklat.

Penyampaian materi luring diberikan oleh fasilitator diklat. Metode penyampaian yang digunakan oleh fasilitator ditemukan ada 3 macam yaitu Micro Teaching, Andragorgi, dan Classroom method. Ketiga metode tersebut pada intinya menggunakan strategi ceramah, diskusi dan banyak praktek. Ini terbukti dari pernyataan berikut:

“Strateginya micro teaching. Mereview dulu kemudian dipraktekan bagian bagian yang sulit dibagian modulnya. Dipraktekannya micro teaching. Tidak seluruhnya disampaikan. Bagian penting saja (LL, Penyelenggara Diklat, Wilayah Banjarmasin)”. Didukung dengan pernyataan “metodenya: penjelasan modul 2jp, micro teaching dengan 3 orang WI, setlah itu reviu dari WI… (SE, Penyelenggara Diklat, Wilayah Banjarmasin)”. Kemudian ditambah dengan pernyataan “….diklatnya lebih banyak praktik dan ini merupakan salah satu pola andragogy (LE, Penyelenggara Diklat, Wilayah Banjarmasin)”. Kemudian ditambah dnegan pernyataan “cara nya itu di dalam kelas-kelas kita terapkan modul, mislnya kita menggunakan modul ppkn sesi 1… (SF, Penyelenggara Diklat, Wilayah Padang)”.

Kemudian, terdapat beberapa aktivitas dalam diklat di antaranya membuat pointers-pointers dari 5 modul, menyampaikan

Page 101: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

88Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

benang merah dari ke 5 modul, dalam setiap modul diambil 1-3 sesi saja untuk dipraktikkan karena keterbatasan waktu, melakukan personal hygene, melakukan review berulang, sedikit keras dan fokus dalam menyampaikan materi, role play/ simulasi/ praktek dilakukan pada materi yang dirasa sulit, pendekatan individu dan kelompok, memberikan pertanyaan kecil/ tugas, ada rewards dan punishment, dan membagi dengan kelas kecil. Ini terbukti dari pernyataan berikut:

“Kita hanya menyampaikan poin-poinnya saja dari ke 5 modul… (SC, Penyelenggara Diklat, Wilayah Banjarmasin)”. Kemudian “…dalam diklat maka saya hanya memberikan benang merah dari setiap modulnya yang mana perlu disampaikan kepada KPM (Y, Penyelenggara Diklat, Wilayah Bandung)”. Lalu, “…kita menggunakan modul paling 1-3 esi saja, ppkn sesi 1, menjadi orang tua yang lebih baik, pada saat pbl kita tidak menggunakan sesi 1 pak, sesi2 sesi 3, dan ini kita acak pak. Di kelas itu kan 3 kelompok satu kelompok ini akan berbeda dengan kelompok lain, sehingga mau tidak mau dia harus belajar gitu (RI, Penyelenggara Diklat, Wilayah Padang)”. Kemudian “…melakukan bimbingan pada saat personal hygine, karna wi ini memang benar-benar memperhatikan personal hygine ini. Upaya-upaya kita seperti penyeleksian agar para peserta benar-benar memahami modul… Kita memang agak keras dan fokus, jika tidak suruh turun… Sedikit sarlektif lah, kalo memang belum bagus turun perbaiki lagi (HI, Penyelenggara Diklat, Wilayah Padang)”. Lalu, “…metodenya ceramah dan praktek… (SG, Penyelenggara Diklat, Wilayah Yogyakarta)”. Ditambahkan “bimbingan di microteaching biasanya melihat kondisi, ada review dimana apa yang perlu ditekankan lagi apa yang harus diberikan. Tidak secara kelompok tapi secara personal (KH, Penyelenggara Diklat, Wilayah Banjarmasin)”. Ditambahkan “ketika kami bertanya kepada Pendamping untuk menyuruh mereka mereview ke 5 modul tersebut tidak jarang kami menemukan kasus mereka tidak memahaminya dan bahkan tidak mengeti tekait isi ke 5 modul. Maka kami juga tidak jarang memberikan ulasan singkat mengenai 5 modul tersebut (R, Penyelenggara Diklat, Wilayah Bandung)”. Ditambahkan lagi “ya kadang kita kasih hadiah kecil-kecilan dan hukuman juka kecil-kecilan saja biar peserta

Page 102: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

89Temuan Lapangan

tetap fokus (EL, Penyelenggara Diklat, Wilayah Bandung)”. Lalu yang terakhir “…pembentukan kelas kecil yang terdiri dari 10-15 peserta kami atur sedemikian rupa agar dalam setiap kelompok terdiri atas peserta antar daerah, antar suku, dan jenis kelamin yang berbeda (SO, Penyelenggara Diklat, Wilayah Jayapura)”.

Dalam luring terdapat kemampuan utama yang harus dimiliki oleh seorang fasilitator adalah kemampuan dalam Komunikasi, Aktif, Inovatif, dan Responsif. Ini terbukti dari pernyataan berikut “fasilitator sepaham mana dan bisa berkomunikasi lalu aktif inovatif dan responsif terhadap peserta, agar sampai sini tidak mengulang lagi pesertanya (DF, Penyelenggara Diklat, Wilayah Padang)”.

Kelebihan menggunakan metode luring ini di antaranya: (1) lebih banyak forum diskusi, (2) adanya kedekatan emosional sehingga proses penyampaian materi lebih mudah, dan (3) jika peserta diklat mengalami permasalahan maka akan langsung dapat dibantu oleh fasilitator (terkontrol). Ini terbukti dari pernyataan berikut:

“Ada forum diskusi selalu, kita punya kedekatan emosional sehingga proses penyampaian materi lebih mudah, yang terpenting itu jika peserta diklat mengalami permasalahan maka akan langsung dapat dibantu oleh fasilitator (GF, Penyelenggara Diklat, Wilayah Jayapura)”.

Sedangkan kelemahan metode ini di antaranya: (1) bagi peserta pasif maka metode ini memicu kebosanan, dan (2) fasilitator harus menyiapkan tenaga, usaha, dan terus berinovasi agar diklat yang diberikan berjalan dengan baik dengan hasil yang diharapkan. Ini terbukti dari pernyataan berikut:

“Ya kalau ga ada inovasi bisa bosan peserta diklat karenakan metodenya masih ceramah. Ya kuat-kuatnya kita aja sebagai fasilitator buat bikin inovasi (EL, Penyelenggara Diklat, Wilayah Bandung)”.

Page 103: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

90Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

Tabel 5.7 Ringkasan Method terkait Tahapan Diklat LuringTahun 2019

Unsur Input Hasil

Method Tahapan Diklat Luring Tahun 2019

• Metode penyampaian Micro Teaching, Andragorgi, Classroom method

• Beberapa aktivitas dalam diklat (ceramah, diskusi, dan banyak praktek)

• kemampuan utama yang harus dimiliki fasilitator: komunikatif, aktif, inovatif, dan responsif

• Kelebihan: Lebih banyak forum diskusi, Adanya kedekatan emosional sehingga proses penyampaian materi lebih mudah, Jika peserta diklat mengalami permasalahan maka akan langsung dapat dibantu oleh fasilitator (terkontrol)

• Kelemahan: Bagi peserta pasif maka metode ini memicu kebosanan jika kegiatan diklat monoton, dan Fasilitator harus menyiapkan tenaga, usaha, dan terus berinovasi agar diklat yang diberikan berjalan dengan baik dengan hasil yang diharapkan.

Sumber: Olahan Penelitian

5.1.4.3 Perbandingan Diklat 3 Tahun Terakhir

Perbandingan diklat di tahun 2017, tahun 2018 dan tahun 2019 memiliki perbedaan. Berikut uraiannya:

1. Diklat 2017

Diklat di tahun 2017 memakan waktu sebanyak 17 Hari dengan rincian 2 hari perjalanan datang dan pulang, 1 hari sertifikasi, dan 15 hari efektikf teori dan praktik. Dalam diklat P2K2 ini adalah waktu yang sangat ideal untuk dilakukan diklat P2K2. Dalam diklat di tahun 2017 ini belum ada kata daring dan luring yang ada adalah diklat konvensional. Ini terbukti dari pernyataan berikut:

Page 104: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

91Temuan Lapangan

“Diklat tahun 2017 itu 17 Hari, rincian 2 hari perjalanan datang dan pulang, 1 hari sertifikasi, dan 15 hari efektikf teori dan praktik. Nah ini sangat ideal untuk waktu itu belum ada daring dan luring yang ada masih konvensional (L, Penyelenggara Diklat, Wilayah Bandung)”.

Kelebihan diklat di tahun 2017 di antaranya: (1) diklat selalu dampingi oleh WI jadi, dalam setiap proses selalu ada yang mengawasi dan mengisi jika terjadi kesalahan atau kekurangan. terpenting, memastikan bahwa peserta benar-benar memahami isi modul, (2) peserta benar-benar memahami isi modul, (3) selalu ada forum diskusi yang aktif antara fasilitator dan peserta, (4) fasilitator detail memahami perkembangan ketrampilan yang dimiliki oleh tiap peserta dari yang baik dan belum baik, (5) fasilitator mengetahui siapa saja peserta yang benar-benar siap masuk ke tahap selanjutnya, (6) peserta siap dan mampu mensimulasikan materi modul di kelas kecil, (7) output diklat yaitu peserta mengetahui, memahami dan mampu mempraktikkan/ simulasi modul di kelas kecil, dan (8) peserta serius mengisi atau menjawab pertanyaan di uji kompetensi. Ini terbukti dari pernyataan berikut:

“Didampingi WI nah kalau ada yang salah dan kurang langsung di benerin jadi peserta paham, waktu uji kompetensi itu mereka serius mengisinya, selalu ada diskusi aktif praktek aktif antara kita dan peserta, kita masih bisa paham perkembangan ketrampilan yang dimiliki tiap peserta, kita bahkan mengetahui siapa saja peserta yang benar-benar siap ke tahap selanjutnya, yahhh outputnya peserta mengetahui, memahami dan masih mampu mempraktikkan (DG, Penyelenggara Diklat, Wilayah Padang)”.

Sedangkan kekurangan pada diklat di tahun 2017 di antaranya (1) toolkit terbatas dan (2) fasilitator kelelahan karena kegiatan diklat yang panjang. Ini terbukti dari pernyataan berikut “ya sejak dulu toolkit terbatas dan kita fasilitator cepet capek aja karena kegiatan diklat yang panjang (L, Penyelenggara Diklat, Wilayah Bandung)”.

Page 105: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

92Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

2. Diklat 2018

Diklat di tahun 2018 memakan waktu hingga 12 hari dengan rincian 2 hari perjalanan datang dan pulang, 1 hari sertifikasi, 9 hari efektikf teori dan praktik. Dalam diklat P2K2 ini adalah waktu yang cukup untuk dilakukan diklat P2K2. Dalam diklat di tahun 2018 ini mulai ada kata daring dan luring. Ini terbukti dari pernyataan berikut:

“Diklat tahun 2018 itu 12 hari rincian 2 hari perjalanan datang dan pulang, 1 hari sertifikasi, 9 hari efektikf teori praktik. Kalau ini mah masih cukuplah buat diklat (L, Penyelenggara Diklat, Wilayah Bandung)”.

Kelebihan diklat di tahun 2018 ini di antaranya: (1) daring dampingi oleh WI jadi, dalam setiap proses selalu ada yang mengawasi dan mengisi jika terjadi kesalahan atau kekurangan, (2) terpenting, memastikan bahwa peserta benar-benar memahami isi modul, (3) peserta cukup memahami isi modul, (4) ada forum diskusi antara fasilitator dan peserta diklat dalam daring dan luring, fasilitator memahami perkembangan ketrampilan yang dimiliki oleh tiap peserta dari yang baik dan belum baik, (5) dalam daring masih ada forum diskusi, (6) fasilitator mengetahui siapa saja peserta yang siap masuk ke luring, dan (7) hasil diklat yaitu peserta cukup mengetahui, memahami, dan mampu mempraktikkan/simulasi di kelas kecil. Ini terbukti dari pernyataan berikut:

“Jadi dalam proses daring mereka tidak bisa asal check list karena di awasi oleh WI dan ada forum diskusi sehingga dalam forum tersebut dia juga dituntut untuk menyampaikan apa saja yang sudah dibaca olehnya. Kalau misalnya mreka melakukan check list dan forum diskusi itu ngawur maka mereka ketahuan. Jadi saya mengetahui siapa saja peserta yang siap masuk ke luring (L, Penyelenggara Diklat, Wilayah Bandung)”. Ditambah dengan pernyataan “hasil diklat peserta cukup mengetahui, memahami lah, dan masih mampu mempraktikkan/simulasi di kelas kecil (DH, Penyelenggara Diklat, Wilayah Banjarmasin)”.

Page 106: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

93Temuan Lapangan

Sedangkan kekurangan pada diklat di tahun 2018 di antaranya: (1) masih sama dengan tahun 2017 yaitu toolkit masih terbatas dan (2) mulai ada beberapa peserta yang sekedar mengisi atau menjawab pertanyaan di uji kompetensi daring karena melalui online tetpai masih ada pengawasan dari WI. Ini terbukti dari pernyataan:

“Masih kayak dulu itu toolkit masih aja kurang… jadi dalam proses daring mereka tidak bisa asal check list karena di awasi oleh WI dan ada forum diskusi sehingga dalam forum tersebut dia juga dituntut untuk menyampaikan apa saja yang sudah dibaca olehnya. Kalau misalnya mreka melakukan check list dan forum diskusi itu ngawur maka mereka ketahuan (L, Penyelenggara Diklat, Wilayah Bandung)”.

3. Diklat 2019

Diklat di tahun 2019 ini memakan waktu selama 10 hari dengan rincian 2 hari perjalanan datang dan pulang, 1 hari sertifikasi, dan 7 hari efektikf teori dan praktik. Kemudian dalam diklat P2K2 ini adalah waktu yang sangat terbatas dan tidak ideal untuk dilakukan diklat. Ini terbukti dari pernyataan berikut:

“Diklat tahun 2019 itu hanya 10 hari rincian 2 hari perjalanan datang dan pulang, 1 hari sertifikasi, dan 7 hari efektikf teori praktik. Nai ini waktu sangat terbatas dan tidak ideal untuk diklat karena kan materinya banyak banget (L, Penyelenggara Diklat, Wilayah Bandung)”.

Kelebihan dalam diklat ini di antaranya: (1) waktunya singkat, (2) materi terkait modul dan buku pintar, video cukup tinggal diunduh di website, dan (3) materi lebih menarik dan lengkap. Ini terbukti dari pernyataan berikut “ya itu waktunya singkat, lalu materi modul dan buku pintar, video tinggal diunduh di website, dan materi memang lebih menarik dan lengkap “DF, Penyelenggara Diklat, Wilayah Padang)”.

Sedangkan kekurangan dalam diklat ini di antaranya: (1) daring tidak didamping WI, tidak ada yang mengawasi dan

Page 107: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

94Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

membantu peserta jika terjadi kesalahan atau kesulitan dalam daring, (2) peserta cukup banyak yang kurang memahami isi modul, (3) peserta cenderung pasif dan tidak jarang yang belum memahami isi modul, (4) tidak ada forum chatting, peserta cukup banyak yang kurang mampu mensimulasikan materi modul di kelas kecil, (5) output daring: peserta sekedar mengetahui isi modul saja, (6) tidak jarang peserta sekedar mengisi/menjawab pertanyaan dalam daring bahkan tidak segan copy paste (sekedar check list) agar bisa masuk di tahap selanjutnya, (7) toolkit sangat terbatas, (8) konsentrasi peserta terpecah karena jarak antara diklat dengan sertifikasi snagat dekat, dan (9) terdapat 1 peserta di wilayah padang meninggal dunia karena kecapeaan mengikuti diklat daring dan luring. Beban dan tuntutan untuk memahami 5 modul sangat tinggi, ditambah dengan beban sertifikasi. Ini terbukti dari pernyataan berikut:

“Masuk di tahun 2019, system daringnya dirubah yaitu satu bulan full dibuka itu hanya ada yang dibaca dan hanya ada yang langsung di check list saja tanpa membaca. Sedangkan materi FDS itu tidak hanya materi yang dibaca saja tetapi juga harus aplikatif atau dipraktekkan bukan hanya sekedar mengetahui dan memahami. Dari daring ini hasilnya mereka hanya 10% artinya mereka hanya sekedar membaca tetapi tidak tahu cara menggunakan modul tersebut… terkait luring, itu hanya sekitar 10-20% saja. Memang mereka mayoritas tidak bisa menggunakannya Karena untuk mengingat materinya saja mereka sulit sekali… kenyataanya adalah mereka banyak yang tidak memahami terkait dengan substansi (E, Penyelenggara Diklat, Wilayah Bandung)”. Lalu “Tetapi permasalahannya adalah ya kembali pada SDM yang ada dalam lapangan yaitu di dalam system harus ada “mereka dianggap mampu A jika sudah melakukan B” intinya mereka banyak yang potong paste atau asal mengisi agar bisa masuk di tahap selanjutya dan ini mungkin kelemahannya (L, Penyelenggara Diklat, Wilayah Bandung)”. Ditambah dengan pernyataan “kegiatan sertifikasi TKS dalam diklat ini mengganggu (HJ, Penyelenggara Diklat, Wilayah Makasar)”. Lalu “kendala terkait dengan perlengkapan/toolkits P2K2 yang belum

Page 108: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

95Temuan Lapangan

terdistribusi secara merata dan kurang kepada mereka… (RS, Penyelenggara Diklat, Wilayah Jayapura)”.

Tabel 5.8 Ringkasan Method Terkait Perbandingan Diklat

Unsur Input Hasil

Method Tahun 2017

• Sebanyak 17 hari dengan rincian: 2 hari perjalanan datang dan pulang, 1 hari sertifikasi, 15 hari efektikf teori dan praktik. ini adalah waktu yang sangat ideal untuk dilakukan diklat

• Kelebihan: Selalu dampingi oleh WI jadi, memastikan bahwa peserta benar-benar memahami isi modul, Peserta benar-benar memahami isi modul, Selalu ada forum diskusi yang aktif antara fasilitator dan peserta, Fasilitator detail memahami perkembangan ketrampilan yang dimiliki oleh tiap peserta, Fasilitator mengetahui siapa saja peserta yang benar-benar siap masuk ke tahap selanjutnya, Peserta siap dan mampu mensimulasikan materi modul di kelas kecil, Output diklat yaitu peserta mengetahui, memahami dan mampu mempraktikkan/simulasi modul di kelas kecil, Peserta serius mengisi atau menjawab pertanyaan di uji kompetensi

• Kelemahan: Toolkit terbatas, dan Fasilitator kelelahan karena kegiatan diklat yang panjang

Tahun 2018

• Sebanyak 12 Hari dengan rincian: 2 Hari Perjalanan Datang dan Pulang, 1 Hari Sertifikasi, 9 Hari Efektikf teori dan Praktik. Ini adalah waktu yang cukup untuk dilakukan diklat

• Kelebihan: Daring dampingi oleh WI, memastikan bahwa peserta benar-benar memahami isi modul, Peserta cukup memahami isi modul, Ada forum diskusi antara fasilitator dan peserta diklat dalam daring dan luruing, Fasilitator memahami perkembangan ketrampilan yang dimiliki oleh tiap peserta, Dalam daring masih ada forum diskusi, Fasilitator mengetahui siapa saja peserta yang siap masuk ke Luring, Hasil diklat yaitu peserta cukup mengetahui, memahami dan mampu mempraktikkan/simulasi di kelas kecil

Page 109: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

96Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

Unsur Input Hasil

Tahun 2019

• Sebanyak 10 Hari dnegan rincian: 2 Hari Perjalanan Datang dan Pulang, 1 Hari Sertifikasi, 7 Hari Efektikf Teori dan Praktik. Ini adalah waktu sangat terbatas dan tidak ideal dilakukan diklat

• Kelebihan: waktunya singkat, materi terkait modul dan buku pintar, vidio cukup tinggal diunduh di website, dan materi lebih menarik dan lengkap

• Kekurangan: Daring tidak didamping WI, tidak ada yang mengawasi dan membantu peserta jika terjadi kesalahan atau kesulitan dalam daring, peserta cukup banyak yang kurang memahami isi modul, Peserta cenderung pasif dan tidak jarang yang belum memahami isi modul, Tidak ada forum chatting, Peserta cukup banyak yang kurang mampu mensimulasikan materi modul di kelas kecil, Output daring : peserta sekedar mengetahui isi modul saja, Tidak jarang peserta sekedar mengisi/menjawab pertanyaan dalam daring bahkan tidak segan copy paste (sekedar check list) agar bisa masuk di tahap selanjutnya, Toolkit sangat terbatas, Konsentrasi peserta terpecah karena jarak antara diklat dengan sertifikasi snagat dekat, dan terdapat 1 peserta di wilayah Padang meninggal dunia karena kecapeaan mengikuti diklat daring dan luring serta sertifikasi

Sumber: Olahan Penleitian

5.1.5 Environment

Kondisi suasana, aktivitas dan lokasi daring dan luring juga dapat memperlihatkan apakah kegiatan tersebut berjalan dengan baik atau sebaliknya. Berikut uraiannya:

5.1.5.1 Lokasi dan Tempat

Lokasi dilakukannya diklat P2K2 untuk para pendamping yaitu di Balai Diklat Kementerian Sosial yang terdapat di 6 wilayah di anataranya Bandung, Padang, Banjarmasin, Jayapura, Yogyakarta, Makasar dan juga Hotel. Tetapi pada dasarnya, lokasi kegiatan

Page 110: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

97Temuan Lapangan

diklat dilaksanakan di sejumlah kabupaten/kota yang relatif dekat dengan asal daerah peserta. Berdasarkan penjajakan diambil titik lokasi-lokasi yang bisa mengakomodir peserta yang berasal dari beberapa kabupaten-kabupaten yang ada di sekitarnya. Kemudian, mempertimbangkan ketersediaan sarana transportasi dan akomodasi yang layak bagi penyelenggaraan diklat. Ini dibuktikan pada pernyataan berikut:

“Di Balai B2P2KS padang (DF, Penyelenggara Diklat, Wilayah Padang)”. Menurut informan AS Penyelenggara Diklat, Wilayah Makasar lokasinya bertempat di B2P2KS Makasar. Ditambah dengan pernyataab “Di Balai B2P2KS padang (DF, Penyelenggara Diklat, Wilayah Makasar)”. Kemudian ditambah dengan pernyataan “lokasi kegiatan diklat dilaksanakan di sejumlah kabupaten/kota yang relatif dekat dengan asal daerah peserta. Berdasarkan penjajakan diambil titik lokasi-lokasi yang bisa mengakomodir peserta yang berasal dari beberapa kabupaten-kabupaten yang ada di sekitarnya. Kemudian, mempertimbangkan ketersediaan sarana transportasi dan akomodasi yang layak bagi penyelenggaraan diklat. Untuk wilayah regional VI B2P2KS Jayapura, lokasi adalah sebagai berikut: Provinsi Maluku Utara: Jailolo dan Ternate, Provinsi Maluku: Ambon, Provinsi Papua: Jayapura, Nabire, Merauke, Provinsi Papua Barat: Sorong dan Manokwari. Tempatnya di hotel dulu (FF, Penyelenggara Diklat, Wilayah Jayapura)”. Ditambah dnegan pernyatan “jadi mekanismenya, peserta akan diinapkan di balai. Pendamping dari Kalimantan tidak hanya Kalimantan Selatan tapi juga Kaltara dan lain-lain itu semua berpusat di balai (SF, Penyelenggara Diklat, Wilayah Banjarmasin)”. Ditambah dengan pernyataan “lokasinya di Balai untuk proses pemberian materi dan untuk penginapan peserta ada di homestay dan balai (ED, Penyelenggara Diklat, Wilayah Bandung)”.

5.1.5.2 Suasana Diklat

Kondisi suasana diklat di tahun 2017 yaitu kondisi peserta sangat Partisipatif dan aktif, diklat di tahun 2018 yaitu Kondisi peserta sangat Partisipatif dan aktif juga, dan tahun 2019 yaitu kondisi peserta kebanyakan Pasif, kurang memahami materi,

Page 111: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

98Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

merasa terbebani, konsentrasi terpecah. Tetapi pada hakekatnya semua penyelenggara diklat selalu berusaha untuk membuat tempat diklat terasa nyaman dan menyenangkan. Ini dibuktikan pada pernyataan berikut:

“Dulu 2017 mereka cukup aktif ya, karena kan biasanya kita sampaikan dulu materinya atau kita tanyakan dulu dari daring itu ada yang belum mengerti atau tidak baru dibahas jadi mereka juga bertanya secara aktif (SD, Penyelenggara Diklat, Wilayah Banjarmasin)”. Ditambah dengan pernyataan “Partisipasi pendamping (peserta diklat P2K2) sangat tinggi saat diklat jadi 99% adalah partisipasi dari peserta diklat (YZ, Penyelenggara Diklat, Wilayah Banjarmasin)”. Ditambah dengan pernyataan, “Kalau sekarang 2019 kebanyakan pasif karena mereka tidak banyak memahami materi yang ada di dalam daring… pendmaping juga msih banyak yang kurang mengerti tentang materi daring. Mereka kebanyakan hanya membaca dan sekilas saja jadinya membuat diskusi dalam kelas besar dan kecil banyak yang pasif (Y, Penyelenggara Diklat, Wilayah Bandung)”. Pada dasarnya sejak dulu “kami melakukan fasilitasi proses diklat, kami selalu mengkondisikan peserta untuk mengikuti pembelajaran dengan serius, komitmen waktu, bersedia bekerja sama dan tetap rileks dan menyenangkan. Proses diskusi berjalan dengan natural, mengalir dan efektif. Kami mengetahui kondisi tersebut dengan melihat semangat dan keaktifan peserta mengikuti proses pembelajaran di kelas hingga tuntas (SG, Penyelenggara Diklat, Wilayah Jayapura)”.

5.1.5.3 Aktivitas Diklat

Aktivitas diklat di tahun 2017 diklat masih konvensional selama 17 hari tatap muka dan didampingi oleh fasilitator dan kegiatan mereview, praktek dan diskusi. Lalu, di tahun 2018 diklat mulai menggunakan metode daring, ada forum chat, masih didampingi fasilitator begitu juga luring, dilaksanakan dalam waktu 12 hari, dan kegiatan mereview, praktek dan diskusi. Kemudian tahun 2019 diklat sudah menggunakan metode daring, tanpa ada forum chat, kegiatan luring sangat cepat, ditambah lagi adanya

Page 112: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

99Temuan Lapangan

sertifikasi, semua kegiatan tersebut hanya dalam waktu 10 hari saja, dan kegiatan mereview, praktek dan diskusi. Ini dibuktikan pada pernyataan berikut:

“Di 2019 Tidak ada aktifitas diskusi dalam daring karena sistemnya sudah dihapus untuk chatting diskusi (E, Penyelenggara Diklat, Wilayah Bandung)”. Lalu didukung juga dengan pernyataan “mereview dulu kemudian dipraktekan bagian yang sulit di bagian modulnya. Dipraktekannya micro teaching. Tidak seluruhnya disampaikan. Bagian penting, (DG, Penyelenggara Diklat, Wilayah Bandung)”. Ditambah dengan pernyataan berikut. “Pengalaman begini, mungkin kita lihat flashback nya ya pak, kalau dulu konpesional itu 17 hari memang agak lama, kita melihat dari peserta dan adik-adik pendamping itu memang luar biasa bagus, lalu kita lihat adik-adik selanjutnya pada tahun 2018 itu kita WI itu keterlibatan pak dengan peserta daring kayak kita sekarang ini kita bisa chat, kita bisa di ruang diskusi jadi kita tau pendamping-pendamping itu yang aktif banyak juga yang belum juga banyak yang tidak aktif, ini juga sudah kita sampaikan kepada mereka, ini juga ada perbedaan terhadap mereka. Jadi di sini kita bisa melihat mana yang benar-benar mnguasai atau yang hanya ikut-ikut saja. Nah pada tahun 2019 ini kita sudah memberi daring juga. Tapi kita tidak diberi akses sama sekali untuk masuk. Namun ada juga yang tidak sesuai. Kami mohon untuk para pendamping benar-benar memahami daring. ini pengalaman kami dari lapangan. Memang benar adek-adek sangat terbebani. Kita juga berteman di facebook kita melihat mereka memang benar-benar dibebani. Ini jga menyebabkan konsentrasi mereka terganggu. Kadang juga ini bikin kesel juga ya pak. Karna mereka tidak konsentrasi. Mereka harus konsentrasi, mungkin ini bisa menjadi bahan evakuasi, ini me nurut apa yang kita alami ya pak, ini juga kadang di sebabkan kar deadline mereka ya pak, kadang ada yang sakit, ada yang meninggal, kita harus memanimalisir hal ini. Mungkin itu saja yang bisa saya sampaikan pak. Mungkin akan lebih banyak lagi yang di sampaikan ibu… (ST, Penyelenggara Diklat, Wilayah Padang)”.

Page 113: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

100Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

Tabel 5.9 Ringkasan Environment

Unsur Input Hasil

Environment Lokasi diklat • Balai Kementerian Sosial di 6 Wilayah yaitu (Bandung, Banjarmasin, Padang, Yogyakarta, Makasar, Jayapura)

• Hotel • Daring 2019 di rumah masing-masing

peserta

Suasana diklat • Tahun 2017 dan 2018: Kondisi peserta sangat Partisipatif, aktif, serius, nyaman, menyenangkan.

• Tahun 2019: Kondisi peserta kebanyakan Pasif, kurang memahami materi, merasa terbebani, konsentrasi terpecah

Aktivitas diklat • Tahun 2017: Diklat konvensional selama 17 hari tatap muka dan didampingi fasilitator.

• Tahun 2018: Diklat menggunakan metode daring, ada forum chat, masih didampingi fasilitator begitu juga luring dalam waktu 12 hari.

• Tahun 2019: Diklat sudah menggunakan metode daring tanpa ada forum chat, peserta kurang serius membaca materi daring, luring sangat cepat, adanya sertifikasi. Semua itu hanya dalam waktu 10 hari.

• Semua kegiatan diklat selalu terdiri dari kegiatan mereview, praktek dan diskusi.

Sumber: Olahan Penelitian

5.1.6 Measurement

Di dalam measurement terdapat beberapa komponen di antaranya komponen penilaian peserta diklat, cara evaluasi, monitoring, hambatan keseluruhan kegiatan, dan harapan. Berikut uraiannya:

Page 114: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

101Temuan Lapangan

5.1.6.1 Komponen Penilaian Peserta Diklat

WI memiliki instrument penilaian, ada 3 komponen yang dipetakan, dari teknik fasilitasi, pemahaman modul dan penyampaian. Hal itulah yang dilihat dari pendamping setelah diklat dilaksanakan. Ini dibuktikan pada pernyataan berikut: “Kita biasanya menilai dari 3, teknik fasilitasi, pemahaman modul dan penyampaian (RG, Penyelenggara Diklat, Wilayah Banjarmasin)”. Lalu ditambah dengan “ada, komponen-komponen yang kita lihat memang. Kita lihat langsung di kelas, ditanyakan apa yang tidak mengerti atau belum sesuai seperti apa” (RR, Penyelenggara Diklat, Wilayah Banjarmasin)”.

Ketiga nilai tersebut berasal dari Observasi Hasil Fasilitator, Pre- Test dari Uji Kompetensi dari Daring, dan Post Test dari Luring. Tentunya penilaian tersebut didapatkan dari penilaian saat microteaching dan saat PBL: dengan melihat ketepatan waktu, langkah, verbal, non verbal, pengusaan materi, ketepatan respon, kerja sama dan penggunaan alat-alat. Dibuktikan pernyataan berikut:

“Ada yaitu adanya pretest pada daring tetapi ada post test dari luring. Selain melakukan evaluasi secara online kita juga melakukan evaluasi secara manual (ED, Penyelenggara Diklat, Wilayah Bandung)”. Kemudian ditambang dengan pernyataan “Penilaian pada saat proses microteaching dan PBL kami menilai penampilan peserta dengan melihat ketepatan waktu, langkah, verbal, non verbal, pengusaan materi, ketepatan respon, kerja sama dan penggunaan alat-alat (Penyelenggara Diklat, Wilayah Jayapura)”.

5.1.6.2 Cara Evaluasi Diklat

Cara melakukan evaluasi yaitu melakukann observasi Hasil Fasilitator, Pre-Test dari Uji Kompetensi dari Daring, dan Post Test dari Luring. Dibuktikan pernyataan berikut: “Ada yaitu adanya pretest pada daring tetapi ada post test dari luring yang mana terdapat form penilaian yang sudah terstandarisasi. Dinilai setiap hari ketika PBL. Selain melakukan evaluasi secara online kita juga

Page 115: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

102Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

melakukan evaluasi secara manual (ED, Penyelenggara Diklat, Wilayah Bandung)”.

Kemudian, Nilai berbentuk kuantitatif tidak ada penjabaran kualitatifnya padahal itu sangat penting. Dibuktikan dalam pernyataan berikut: “Hasil dari evaluasi memang sifatnya kuantitatif dan perlu ada kualitatifnya. Misalnya di bagian atas 90, itu penjelasan rinciannya apa aja… (RH, Penyelenggara Diklat, Wilayah Bandung)”.

5.1.6.3 Monitoring Diklat

Kegiatan monitoring atau pengawasan dalam diklat 2017 masih bisa mengawasi peserta karena masih diawasi oleh fasilitator. Diklat 2018 juga masih bisa mengawasi peserta karena masih diawasi oleh fasilitator dan ada forum chatting dan fasilitator dapat mengakses data yang isinya terkait nilai dan siapa saja yang belum mengikutii forum chating. Tetapi diklat 2019 sudah tidak bisa sama sekali mengakses daring dan paling hanya bisa disaat luring melakukan pengawasan. Dibuktikan dalam pernyataan berikut:

“Di 2017 bisa kita awasi langsung. Mereka hanya bisa akses nilai mereka, karna pada tahun 2018 di akses pada aplikasi, kita bisa melihat di situ standar belajrnya nilai nya memenuhi atau tidak. Nah ketika nilai mereka tidak memenuhi standar, mereka akan menjapri kita, bu, bagaimana ini bu nilai saya rendah. Buk bisa remidian enggak bu? , begitu misalkan. Nah itu di 2018. Akan tetapi di tahun 2019 wi tidak memiliki akses untk masuk, jadi kami tidak tau, mereka sudah mengerjkan atau belum, di tahun 2018 kita masih bisa melihat mereka bmembaca modul kah atau tidak, di situ kita ada sesi chating nah ketika chating bisa terlihat mereka membaca atau tidak, karna ketika kita melemparkan pertanyaan mereka akan menjawab, begitu juga dengan akses forum diskusi, jadi di forum diskusi kita melihat siapa yang tidak pernah masuk kita bisa japri, kemudian di 2019 kita tidak tau apapun, baik lulus atau tidak lulus kami tidak tau, jadi di 2019 ini beda nya sangat jauh (YK, Penyelenggara Diklat, Wilayah Bandung)”.

Page 116: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

103Temuan Lapangan

5.1.6.4 Hasil Evaluasi Terkait Hambatan Keseluruhan Diklat

Hambatan yang terjadi dalam keseluruhan kegiatan dilihat dari beberapa hal yaitu segi Material dan Machine, human, dan method. Di antaranya:

1. Material dan machine yaitu pengadaan toolkit yang tidak kunjung diselesaikan, kualitas toolkit yang kurang baik/ mudah rusak, dan toolkit yang tidak mudah diangkut karena beratnya 26 Kg.

2. Human yaitu masih ada fasilitator yang kurang berkualitas dan sulit mencari pengganti peserta diklat yang menghilang

3. Method yaitu terkait diklat 2019 yaitu jarak antara daring dan luring berselang beberapa bulan sehingga banyak pendamping yang agak lupa dengan materi yang dipelajari di daring, dan waktu penyelenggaraan diklat yang terlalu sedikit membuat kegiatan diklat menjadi kurang baik

Hal tersebut dibuktikan pada pernyataan berikut: “1 toolkit itu seberat 26 kg yang isinya modul, buku pintar dan toolkit. Dan setiap toolkit itu harus dibawa oleh masing-masing pendamping dan ini sangat merepotkan dan memberatkan. Mudah rusak juga karena terbuat dari kertas mayoritas (Y, Penyelenggara Diklat, Wilayah Bandung)”. Didukung dengan pernyataan “…terkait bagaimana mengatasi masalah jika terjadi pendamping yang tetiba menghilang karena pekerjaan dsb. Lalu fasilitator yang ada yang masih kurang bagus (ED, Penyelenggara Diklat, Wilayah Bandung)”. Kemudian ditambah dnegan pernyataan informan A Penyelenggara Diklat, Wilayah Makasar terkait Jarak antara daring (bulan Januari) dengan kelas luring (sesuai pemanggilan peserta utk diklat P2K2) terlalu jauh/lama, jadi banyak yang sudah lupa materi daringnya. Atau belum sempat baca, karena hanya skip/lanjut, tanpa pengawasan.

5.1.6.5 Hasil Evaluasi Terkait Harapan Untuk Diklat Kedepan

Harapan yang diinginkan oleh penyelenggara diklat secara keseluruhan di antaranya sebagai berikut:

1. Sertifikasi Peksos yaitu perlu adanya jarak antara diklat dan sertifikasi dan perlu ada Bimbingan Teknis sebelum mengikuti

Page 117: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

104Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

sertifikasi Peksos. Karena banyak peserta yang bukan berlatar belakang Peksos

2. Toolkit di antaranya segera disediakan karena toolkit adalah media pembelajara yang sangat vital, dan toolkit terbuat dari bahan yang berkualitas karena kondisi geografis wilayah indonesia yang masih harus ditempuh dengan upaya cukup sulit. Ketika keadaan hujan, jatuh , dsb toolkit tidak mudah rusak, dan diharapkan agar melengkapi toolkit yang sudah tercantum dalam modul

3. Diklat di antaranya waktunya kembali ke 17 hari atau setidaknya 12 hari, dikembalikan Forum Chat agar fasilitator dapat mengawasi peserta diklat, atau kembali ke motode konvensional, dan ditambah kegiatan TOT untuk fasilitator dan calon fasilitator

4. Penyelenggara Diklat yaitu perlu adanya Bimbingan Teknik bagi panitia penyelenggara / admin

5. Anggaran diklat ditambah karena jumlah peserta yang juga semakin bertambah

Hal tersebut dibuktikan pada pernyataan berikut “permohonan kita pak, kita di harapkan pada saat diklat jangan di campurkan dengan kegiatan sertifikasi, karna itu sudah mepet, kalao bisa di pindahin lah di hari lain dan perlu ada bimtek buat selain peksos kan saat ujian sertifikasi itu ada banyak diluar peksos. Itu saja pak… (GY, Penyelenggara Diklat, Wilayah Padang)”. Kemudian ditambang dengan pernyataan “Flipchart itukan berat sekali ya. Lumayan juga kalau dibawa ke lapangan apalagi kalau jauh dan sulit ke sananya dan mudah rusak (FG, Penyelenggara Diklat, Wilayah Banjarmasin)”. Didukung “Kemudian toolkit masih relevan dengan masalah yang ada. Tetapi, yang jadi masalah adalah system pengadaanya dan kondisinya memang masih banyak yang kurang. Misalnya, modul 4 belum ada dan masih ada yang belum diciptakan. Misalnya puzzle dan toolkit itu harus sesuai modul (L, Penyelenggara Diklat, Wilayah Bandung)”. Ditambah dengan pernyataan “Kegiatan diklat lebih efektif dengan metode yang lama yang konvensional Iya 17 hari itu, (SD, Penyelenggara

Page 118: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

105Temuan Lapangan

Diklat, Wilayah Padang)”. Lalu ditambah lagi dengan pernyataan “…Pengennya adanya bimtek dulu untuk admin biar tidka pusing (LL, Penyelenggara Diklat, Wilayah Bandung)”. Kemudian ditambah lagi dengan pernyataan “….Anggaran juga diharapkan bertambah karena peserta diklat semakin bertambah ((LL, Penyelenggara Diklat, Wilayah Makasar)”.

Tabel 5.10 Tabel Measurement

Unsur Input Hasil

Measurement Komponen penilaian peserta

WI memiliki instrument penilaian, ada 3 komponen yang dipetakan, dari teknik fasilitasi, pemahaman modul dan penyampaian. Hal itulah yang akan dilihat dari pendamping setelah diklat dilaksanakan

Cara evaluasi Cara Evaluasi dari Observasi Hasil Fasilitator, Pre- Test dari Uji Kompetensi dari Daring, Post Test dari Luring

Monitoring • Diklat 2017: Masih bisa mengawasi peserta karena masih diawasi oleh fasilitator

• Diklat 2018: Masih bisa mengawasi peserta karena masih diawasi oleh fasilitator dan ada forum chatting dan fasilitator dapat mengakses data yang isinya terkait nilai dan siapa saja yang belum mengikutii forum chating

• Diklat 2019: Tidak bisa sama sekali mengakses daring dan hpaling hanya bisa disaat luring melakukan pengawasan

Hambatan keseluruhan

• Material dan Machine: Pengadaan toolkit yang tidak kunjung diselesaikan, Kualitas toolkit yang kurang baik/ mudah rusak, Toolkit yang tidak mudah diangkut karena beratnya 26 Kg

Page 119: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

106Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

Unsur Input Hasil

• Human: Masih ada fasilitator yang kurang berkualitas, Sulit mencari pengganti peserta diklat yang menghilang

• Method: Diklat 2019 yaitu jaraknya antara daring dan luring berselang beberapa bulan sehingga banyak pendamping yang agak lupa dengan materi yang dipelajari di daring, waktu penyelenggaraan diklat yang terlalu sedikit membuat kegiatan diklat menjadi kurang baik

Harapan • Sertifikasi Peksos: Perlu adanya jarak antara diklat dan sertifikasi, Perlu ada Bimbingan, Teknis sebelum mengikuti sertifikasi Peksos. Karena banyak peserta yang bukan berlatar belakang Peksos

• Toolkit: segera disediakan karena toolkit adalah media pembelajara yang sangat vital, Toolkit terbuat dari bahan yang berkualitas, Melengkapi toolkit yang sudah tercantum dalam modul

• Diklat: waktunya kembali ke 17 hari atau setidaknya 12 hari, dapat juga kembali ke metode konvensional, dikembalikan Forum Chat agar fasilitator dapat mengawasi peserta diklat , ditambah kegiatan TOT untuk fasilitator dan calon fasilitator,

• Penyelenggara Diklat, Perlu adanya Bimbingan Teknik bagi panitia penyelenggara / admin

• Anggaran diklat ditambah karena jumlah peserta yang juga semakin bertambah

Sumber: Olahan Penelitian

Page 120: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

107Temuan Lapangan

5.2 Proses Pelaksanaan P2K2 yang Dilakukan Pendamping PKH Pasca-Diklat P2K2 di 6 Wilayah (Padang, Yogyakarta, Makasar, Banjarmasin, Bandung, Jayapura)

5.2.1 Material

5.2.1.1Materi 5 Modul

5.2.1.1.1 Materi yang Sering Dibahas

Pada pelaksanaan kegiatan P2K2 terdapat beberapa modul yang lebih sering dibahas oleh Pendamping. Pertama adalah Modul Pengelolaan Keuangan Keluarga seperti keterangan salah satu KPM di Banjarmasin: “ Yang sering diajarkan ya yang sering disampaikan sama Mba Mega (Pendamping) saja mba. Tentang menabung, mengelola uang sistem amplop begitu” (KPM B, Wilayah Banjarmasin). Hal serupa juga terjadi di Bandung, salah satu pendamping menjelaskan bahwa Modul Pengelolaan Keuangan Keluarga sering dibahas karena banyak KPM yang mengalami permasalahan dalam mengatur keuangan:

“Yang paling sering diulang atau dibahas itu materi tentang ekonomi dan perlindungan anak. Kalau ekonomi itu tentang masalah pengaturan keuangan terkait mereka tidak tahu membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Kebanyakan dari mereka hanya memenuhi keinginannya bukan malah kebutuhannya. Kemudian mereka juga suka cerita kalau mereka suka dikejar-kejar oleh rentenir” (Pendamping D, Wilayah Bandung)

Berdasarkan keterangan Informan-informan di atas, modul tersebut sering dibahas karena permasalahan terkait pengaturan keuangan sehingga materi-materi yang terdapat di Modul Pengelolaan Keuangan Keluarga seperti Mengelola Keuangan Keluarga, Cermat Meminjam dan Menabung sering diulang dan ditanyakan kembali oleh KPM kepada Pendamping.

Kedua adalah Modul Pendidikan dan Pengasuhan Anak. Materi yang sering dibahas pada modul ini adalah mengenai Menjadi Orang Tua yang Lebih Baik seperti yang dijelaskan oleh

Page 121: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

108Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

KPM C di Wilayah Makassar bahwa materi mengenai pengasuhan anak dan bagaimana menjadi orangtua yang lebih baik dan tidak melakukan kekerasan sering diulang-ulang oleh Pendamping. Selain itu pada modul Perlindungan Anak, terkait Materi Kekerasan Terhadap Anak, materi ini sering dibahas karena di lingkungan KPM banyak orangtua yang masih melakukan kekerasan seperti yang dijelaskan oleh salah satu Pendamping berikut:

“Kemudian kalau tentang perlindungan anak karena banyak anak-anak yang sering mengalami kekerasan dan pelecehan. Menurut saya itu penting dan itu perlu diulang-ulang terus hal ini karena mereka itu sangat sering lupa. Tentu kedepannya mereka berharap pengennya agar anak tidak mencontoh orangtuanya. Bahkan KPM saya itu terbiasa anaknya suka dimasukin karung dan dicemplungin ke empang karena nakal. Disitu ketika ada P2K2 mereka sadar bahwa ini adalah kekerasan pada anak. Bagi saya selaku pendamping ini penting itu. Karena mereka sangat sering lupa bahkan dijelasin besoknya kalau ditanya juga belum mereka ingat makanya saya sering sekali mengulang materi itu” (Pendamping A, Wilayah Bandung)

Berdasarkan pernyataan informan di atas, perilaku kekerasan terhadap anak yang kerap dilakukan oleh orangtua membuat Pendamping sering membahas materi tersebut. Hal serupa juga terjadi di Wilayah Jayapura dimana Pendamping mengutamakan materi Kekerasan Terhadap Anak karena kebiasaan masyarakat setempat yang memandang kekerasan sebagai salah satu cara mendidik anak, sebagaimana yang dijelaskan informan berikut:

“Materi yang paling dominan dibahas adalah cara menjadi orang tua yang baik, mengapa materi itu sering dibahas? Karena selama ini mereka dengan cara “Di Ujung Rotan Ada Emas”. Maksudnya selama ini KPM mengira cara mendidik anak dengan kekerasan adalah cara terbaik” (Pendamping R, Wilayah Jayapura)

5.2.1.1.2 Relevansi Materi

Terkait relevansi materi di dalam modul pelaksanaan P2K2 terdapat beberapa materi yang dianggap sudah relevan oleh

Page 122: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

109Temuan Lapangan

Pendamping maupun KPM. Materi dianggap relevan dengan alasan materi sudah sesuai dengan kebutuhan KPM seperti dijelaskan oleh Informan berikut:

“Sesuai sekali itu yang materi pengasuhan anak, kekerasan anak dan mencatat pengeluaran serta pemasukan. Saya jadi tahu berapa pengeluaran dan pemasukan saya dan setelah saya itu banyakan pengeluaran dibandingkan pemasukan. Lalu saya kan kadang kalau emosi suka cubit anak nah disitu saya tahu bahwa saya sudah melakukan kekerasan” (Pendampin T, Wilayah Bandung)

Selain karena sesuai dengan kebutuhan KPM, materi dianggap relevan karena materi yang disampaikan dalam kegiatan P2K2 dapat membantu KPM dalam kehidupan sehari-hari. Materi yang dapat membantu kehidupan KPM sehari-hari diantaranya adalah materi Cermat Meminjam dan Menabung dan Mengelola Keuangan Keluarga di Modul Pengelolaan Keuangan Keluarga. Di dalam materi Mengelola Keuangan Keluarga, juga diajarkan mengenai pengaturan keuangan dan membedakan keinginan dan kebutuhan. Materi ini juga dianggap membantu kehidupan KPM. Seperti dikemukakan oleh Informan berikut:”Lalu juga ibu-ibu suka susah bedain mana kebutuhan dan juga mana keinginan. Mereka cenderung sekali mewujudkan keinginan mereka bukan pada kebutuhan” (KPM W, Wilayah Bandung)

Materi mengenai Menjadi Orang Tua yang Lebih Baik di Modul Pendidikan dan Pengasuhan Anak juga salah satu materi yang dianggap relevan karena membantu kehidupan KPM dalam mengasuh anak. Ini diungkapkan oleh Informan berikut: “Ya sesuai sekali disitu saya diajarin biar tidak mudah marah-marah, tidak memukul anak, tentang kebutuhan makanan yang bergizi. Jadinya saya memperhatikan itu dalam sehari-hari” (KPM LN, Wilayah Makassar)

Namun terdapat beberapa materi yang dianggap KPM dan Pendamping tidak relevan. Materi dianggap tidak relevan karena beberapa hal. Pertama karena materi tidak bisa diaplikasikan ke

Page 123: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

110Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

dalam kehidupan KPM. Salah satu pendamping menjelaskan hal ini:

“Nah tapi yang tentang gizi itu sebenernya tidak relevan juga tetapi karena mereka tidak mampu membeli bahan makanan seperti yang dianjurkan oleh modul maka tidak banyak dibahas. Kalau tidak punya uang ya sudah jelas ini. Jadi, kalau hanya sekedar untuk memberikan pengetahuan saja sih relevan tetapi kalau diaplikasikan dikehidupan sehari-hari ya belum tentu” (Pendamping KL, Wilayah Bandung)

Kedua, bahasa yang terdapat di dalam modul cenderung berat dan sulit dimengerti oleh KPM. Kondisi ini dijelaskan salah satu Informan:

“Modul yang ada saat ini masih njlimet. Perlu perubahan, modifikasi dan adaptasi khususnya terkait dengan kasus-kasus yang sesuai realitas masyarakat (miskin) saat ini” (Pendamping IF, Wilayah Makassar)

Karena bahasa yang berat Pendamping seringkali mengganti bahasa tersebut dengan bahasa yang lebih mudah dimengerti seperti diceritakan salah satu Pendamping: “Kadang kita sebagai pendamping harus menerjemahkan kata-kata agar lebih dimengerti oleh KPM tapi sebenarnya maksudnya sama jadi mereka bisa mengerti” (Pendamping K, Wilayah Bandung)

5.2.1.2 Penyampaian Materi di Luar Modul

Pada pelaksanaan P2K2, materi yang disampaikan oleh Pendamping adalah materi-materi yang terdapat pada modul. Seperti yang dijelaskan oleh salah satu Informan Pendamping dari Wilayah Bandung: “Iya paling kita semuanya seputar modul saja karena kan ketentuan dari sananya yang dibahas harus sama dengan modul itu” (Pendamping A, Wilayah Bandung). Hal ini didukung oleh pernyataan informan yang berasal dari KPM bahwa materi yang disampaikan berasal dari modul yang sudah ada: “Selama saya mengikuti P2K2 yang diberikan pendamping selalu seuai dengan apa yang ada di dalam modul” (KPM A, Wilayah Bandung)

Page 124: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

111Temuan Lapangan

Namun pada beberapa kelompok di wilayah Bandung, Jayapura dan Padang, pada saat P2K2 terdapat penyampaian materi-materi yang tidak terdapat di luar modul. Materi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

• Antenatal Care (ANC)

Materi mengenai Antenatal Care (ANC) yaitu materi mengenai pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik dari Ibu Hamil. Hal ini diungkapkan oleh salah satu Pendamping di Wilayah Bandung:

“Pernah menambahkan materi diluar modul. Waktu itu materi yang dikasih ANC itu tentang ibu hamil dan waktu itu saya minta bantuan bidan setempat buat bantu jelasin. Sebenernya mah itu bukan diluar dari modul tetapi hanya ingin memperjelas saja” (Pendamping B, Wilayah Bandung)

• Narkoba, Minuman Keras dan Kenakalan Remaja

Materi mengenai Narkoba, Minuman Keras dan Kenakalan Remaja juga menjadi salah satu materi di luar modul yang dibahas pada saat P2K2. Salah satu Informan menjelaskan materi mengenai Minuman Keras: “Mereka juga menerangkan bahaya miras terkait penyebaran miras. Waktu itu dibahas karena saya minta tolong Babin Kantibnas (Pendamping B, Wilayah Bandung). Informan lain dari wilayah Padang mengatakan pernah memberikan materi mengenai narkoba dan kenakalan remaja. Materi ini diminta oleh KPM karena sesuai dengan kondisi lapangan:

“Menurut saya pak yang mengenai narkoba itu pak, kenakalan remaja. Saat itu sesuai kondisi lapangan dan diskusi dari para ibu-ibu. Hah? Tidak, oh di perlhatkan saja pak, kebetulan kan yang datang ada beberapa lanjut usia, tapi tidak di bahas lagi. Hanya di putar video nya” (Pendamping C, Wilayah Padang)

• Rokok

Materi mengenai Rokok juga seringkali disampaikan oleh Pendamping kepada KPM. Ini dilakukan karena banyak

Page 125: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

112Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

diantara KPM yang anggota keluarnya masih merokok sehingga dikhawatirkan akan berpengaruh pada kesehatan anak, seperti yang diungkapkan oleh Informan berikut: “Berhubung di modul belum ada mengenai merokok makanya mereka jelasin juga dikit. Ini penting karena banyak bapak anak-anak penerima PKH yang merokok” (Pendamping A, Wilayah Bandung). Materi mengenai rokok juga diberikan karena beberapa anak KPM sudah merokok dan meminta uang untuk membeli rokok kepada orangtua:

“Pernah itu dulu waktu itu ngalir aja tetiba ada yang nanya dan saya coba jelasin dikit. Tentang bahaya merokok terhadap lingkungan. Karena kan ya anak-anak mereka itu masih mengeluarkan biaya merokok kebanyakan dari pemberian atau meminta orang tuanya” (Pendamping D, Wilayah Bandung)

• Pengelolaan Sampah

Materi mengenai pengelolaan sampah dibahas karena permintaan KPM di Bandung. Seperti yang dijelaskan oleh Informan D:

“Oh iya pernah mba membahas tentang pengelolaan sampah. Banyak KPM yang berulang kali meminta membahas mengenai itu karena sampah di rumah mereka pada banyak dan pengen juga bisa ngelolanya. Jadinya kapasitas saya selaku pendamping juga terbatas buat menjelaskan. Jadinya waktu itu saya coba jelasin sedikit saja semampu saya (Pendamping D, Wilayah Bandung)

Berdasarkan informasi dari Pendamping D, permintaan mengenai materi pengelolaan sampah disebabkan karena banyaknya sampah di lingkungan KPM sehingga pendamping mencoba untuk menjelaskan walaupun memiliki pengetahuan yang terbatas mengenai materi tersebut.

• Bantuan Sosial

Di Wilayah Jayapura, KPM seringkali meminta materi mengenai Bantuan Sosial PKH. Umumnya mereka ingin

Page 126: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

113Temuan Lapangan

mengetahui mengenai syarat penerima bantuan dan besarnya bantuan yang akan mereka terima. Hal ini dijelaskan salah satu Pendamping: “Paling sering itu KPM bertanya syarat penerima bantuan PKH” (Pendamping E, Wilayah Jayapura). Pernyataan tersebut didukung oleh informan lainnya: “Saya menyelipkan informasi tentang bantuan sosial, karena KPM lebih tertarik penjelasan mengenai besaran bantuan itu sendiri” (Pendamping F, Wilayah Jayapura).

Umumnya, Pendamping juga berinisiatif untuk menyampaikan mengenai Bantuan PKH karena sering terdapat perubahan seperti penjelasan Pendamping G:

“Iya, materi tentang PKH, Karena sering terjadi perubahan tentang kebijakan PKH sehingga harus di sampaikan kepada KPM. Sosialisasi tentang PKH, karena tiap tahun bantuannya berubah-ubah, baru kemudian masuk ke modul”

Menurut Pendamping G, informasi mengenai PKH disampaikan sebelum menyampaikan modul.

5.2.1.2 Materi yang Dipertimbangkan Untuk Pengayaan Modul

Selain keenam modul beserta materi-materi yang terdapat di dalamnya, berdasarkan informasi dari pendamping dan KPM, terdapat beberapa materi yang dapat dipertimbangkan untuk diberikan kepada KPM pada saat P2K2. Materi ini diberikan untuk mengoptimalkan potensi KPM. Materi tersebut diantaranya adalah materi-materi yang dimaksud pada poin 5.2.1.2. yaitu materi mengenai Antenatal Care (ANC), Narkoba, Minuman Keras, Kenakalan Remaja, Rokok, Pengelolaan Sampah dan Batuan Sosial. Selain itu materi lain yang bisa dipertimbangkan untuk pengayaan modul adalah materi mengenai pemasaran. Hal ini diungkapkan oleh salah satu Pendamping: “Lalu perlu ditambah mengenai ilmu pemasaran produk hasil UKM yang sedang dirintis. Khususnya di era 4.0 bahkan 5.0 saat ini. Banyak KPM juga tidak memahami bahkan tidak tahu bagaimana caranya itu sangat penting” (Pendamping DE, Wilayah Bandung.) Berdasarkan keterangan

Page 127: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

114Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

informan tersebut, materi mengenai pemasaran produk penting diajarkan untuk melengkapi Modul Pengelolaan Keuangan Keluarga pada Materi Memulai Usaha

Untuk melengkapi Modul Pendidikan dan Pengasuhan Anak, salah satu informan juga menganggap penting adanya materi mengenai psikologi anak: “Oh iya perlu ditambahin juga tentang konsep terkait psikologi perkembangan anak. menurut saya masih kurang itu konsep detailnya” (Pendamping S, Wilayah Makassar). Merujuk pada keterangan Pendamping S, materi psikologi anak diberikan agar KPM mengetahui mengenai tahap-tahap perkembangan anak. Selain materi mengenai psikologi perkembangan anak, salah satu pendamping juga menyarankan untuk memasukan materi mengenai pengasuhan anak ditinjau dari sudut padang agama: “Menurut saya perlu ditambahkan, yang perlu ditambahkan adalah pada modul 1 sesi 1 adalah bagaimana mengatasi perilaku buruk anak dari segi keagamaan” (Pendamping O, Wilayah Jayapura). Dari pemaparan-pemaparan tersebut, diketahui bahwa pada pelaksanaan P2K2 terdapat beberapa materi yang dianggap perlu untuk disampaikan dan melengkapi materi dari modul-modul yang sudah ada selama ini.

5.2.2 Human

5.2.3.1 Peserta P2K2

5.2.2.1.1 Jumlah Peserta P2K2

Jumlah peserta yang mengikuti pertemuan P2K2 masih beragam di setiap wilayah. Di Padang, Banjarmasin, Bandung, Jayapura dan Yogya, jumlah peserta yang mengikuti pertemuan P2K2 pada satu sesi maksimal 20 orang. Seperti pernyataan dari salah satu KPM di Padang: “Kalau kami 1 kelompok anggota 19, itu saja yang ikut pertemuan” (KPM E, Wilayah Padang). Hal ini dikuatkan oleh penjelasan salah satu pendamping di Jayapura: “Di sini satu kelompok 15-20. Yang ideal itu 20” (Pendamping CC, Wilayah Jayapura)

Page 128: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

115Temuan Lapangan

Pada pelaksanaan P2K2 di Makassar ditemukan bahwa jumlah peserta dalam pertemuan P2K2 masih terlalu banyak. Salah satu pendamping menjelaskan bahwa di beberapa kelompok, jumlah peserta mencapai 50 orang: “Jumlah kelompok dalam kegiatan P2K2 masih ada yang 40 – 50 orang KPM per kelompok (terlalu besar)” (Pendamping X, Wilayah Makassar)

Lain halnya dengan di Makassar, peserta P2K2 di beberapa kelompok di Wilayah Jayapura justru terlampau sedikit. Lokasi kelompok yang berada di perbatasan menjadi salah satu kendala. Selain itu KPM juga hanya tertarik pada besaran uang bantuan yang diberikan. Hal ini dijelaskan oleh Pendamping berikut:

“Pengalaman di perbatasan RI-PNG, masyarakat yang datang sebagian besar datang dari PNG. Mereka datang hanya ingat uang, tapi kewajiban dilupakan. Ketika dicari tidak ada, ketika penyaluran semua lengkap. KPM sekarang 60 lebih, yang terima 20, yang aktif 15, di pelosok perbatasan” (Pendamping ON, Wilayah Jayapura)

Berdasarkan paparan di atas, jumlah peserta KPM yang mengikuti P2K2 di satu pertemuan di bawah 20 orang. Jumlah peserta penting karena akan mendukung Pendamping dalam menyampaikan materi P2K2. Namun di beberapa wilayah seperti Makassar, jumlah peserta masih terlalu banyak. Hal sebaliknya justru terjadi di Jayapura terutama di wilayah perbatasan dengan jumlah peserta aktif yang sedikit sekali.

5.2.2.1.1 Peserta yang Mengikuti Kegiatan P2K2

Peserta yang mengikuti kegiatan P2K2 sebetulnya telah diatur yakni anggota dari KPM sehingga pada pelaksanaannya di beberapa wilayah, tidak terdapat peserta lain di luar anggota KPM. Seperti yang dikemukakan oleh salah satu KPM di Bandung: “Hanya anggota kelompok saja yang ikut” (KPM N, Wilayah Bandung). Hal ini sejalan dengan pernyataan salah satu Pendamping di Bandung:

“Tidak ada kriteria jadi semuanya bisa ikutan saja karena memang itu sudah menjadi kewajiban KPM. Kalau mereka tidak ikutan

Page 129: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

116Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

bantuan bisa di pending bahkan dikeluarkan dari program” (Pendamping W, Wilayah Bandung)

KPM yang datang umumnya adalah ibu-ibu. Pada beberapa wilayah seringkali kehadiran KPM juga diwakilkan dengan anggota keluarga yang lain seperti pernyataan KPM: “Hanya anggota kelompok, kadang ada yang gak bisa hadir karena sakit trus diwakili suami atau adik atau kakak KPM” (KPM CS, Wilayah Bandung). Kondisi ini juga diungkapkan oleh salah satu Pendamping dari Wilayah Makassar:

“Peserta atau KPM pada umumnya ibu-ibu. Pada beberapa kasus KPM berhalangan mengikuti pendampingan P2K2 disebabkan sakit atau bekerja. Pada kasus ini anak atau suami mewakili ibu (peserta KPM) sebagai peserta pelatihan. Secara administratif, hal ini dapat memenuhi kehadiran KPM mengikuti diklat P2K2, tetapi secara substansi akan terjadi ketidaksinambungan pemahaman modul-modul/sesi-sesi dalam P2K2” (Pendamping K, Wilayah Makassar)

Berdasarkan informasi tersebut, apabila KPM berhalangan hadir maka anggota keluarga lain akan mewakili namun hal ini dianggap tidak efektif karena akan terjadi ketidaksinambungan dalam penyampaian materi.

Di beberapa wilayah seperti Banjarmasin, Jayapura dan Padang, kegiatan P2K2 pernah dihadiri oleh peserta lain di luar KPM. Di Banjarmasin, salah satu KPM menjelaskan bahwa tetangga juga pernah ikut mendengarkan penjelasan Pendamping di proses P2K2: “ Kadang ada bu, dari tetangga ikut duduk. Sambil dengerin. Lumayan. Misal lagi di tempat P2K2 itu yang di samping-samping suka ikut nanya-nanya ini tentang apa” (KPM D, Wilayah Banjarmasin). Salah satu Pendamping di Padang mengatakan bahwa ia terbuka apabila ada masyarakat umum yang ingin mengikuti pertemuan P2K2 selama tidak menimbulkan masalah:

“Ya kalau peserta pasti harus berasal dari masyarakat yang menerima bantuan PKH karena akan lebih relevan jika membahas kemanfaatan bantuan. Namun jika ada masyarakat lain yang

Page 130: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

117Temuan Lapangan

mau ikut pertemuan kami persilahkan saja, asalkan tidak ada permasalahan” (Pendamping Z, Wilayah Padang)

Pernyaataan informan di atas, sejalan dengan pernyataan Pendamping di Jayapura :

“Kriterianya harus peserta PKH. Diutamakan yang peserta PKH yang ikut. Agar menjadi peserta PKH yang komitmen. Selain KPM PKH yang hadir juga peserta BPNT dan tetangga, karena mereka tertarik bantuan” (Pendamping S, Wilayah Jayapura)

Berdasarkan paparan informan-informan tersebut, diketahui bahwa pada pelaksanaan kegiatan P2K2, umumnya diikuti oleh KPM saja baik oleh satu anggota keluarga secara terus menerus misalnya Ibu atapun diwakilkan oleh anggota keluarga lain jika berhalangan hadir. Namun di beberapa wilayah seperti Banjarmasin, Padang dan Jayapura pada pertemuan P2K2, terdapat pihak lain di luar KPM yang ikut hadir yaitu tetangga dan penerima bantuan BPNT.

5.2.3.2 Narasumber P2K2

Narasumber pada pelaksanaan P2K2 dapat berasal dari pihak internal PKH dan pihak eksternal PKH sebagai berikut:

5.2.2.2 Pihak Internal PKH

Pendamping menjadi narasumber utama dalam pelaksanaan P2K2. Kondisi ini terjadi di semua wilayah yaitu Bandung, Banjamasin, Padang, Jayapura, Makassar dan Yogyakarta. Di Padang, pendamping dapat meminta bantuan sesama pendamping untuk menyampaikan materi yang dianggap sulit untuk disampaikan seperti materi mengenai Ibu Hamil: “Jadi kalau memang mendesak juga, kami minta tolong kawan sesama pendamping untuk isi materi. Karena tidak mungkin saya (laki-laki) membahas masalah ibu hamil dan konsep lainnya secara rinci” (Pendamping W, Wilayah Padang). Selain sesama pendamping, Kordinator Kota dan Supervisor PKH juga seringkali dimintai bantuan untuk menjadi narasumber seperti yang terjadi di Jayapura:

Page 131: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

118Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

“Tidak ada, hanya ada supervisor dan Korkot saja yang membantu P2K2. Supervisor sama Korkot agar mereka juga bisa menjelaskan lagi ketika apa yang kita jelaskan terhadap KPM masih dianggap kurang jelas. Dan di lain sisi juga mereka bisa memonitoring kinerja kita pendamping pada saat P2K2 dengan warga” (Pendamping U, Wilayah Jayapura)

Salah satu pendamping di Bandung bahkan meminta bantuan kepada Sakti Peksos:

“Saya juga melibatkan sakti peksos untuk membantu karena bisanya saya kewalahan terkait bawa toolkits ke lokasi P2K2 dan mereka juga kadang membantu saya menyampaikan materi modul itu juga mereka dengan senang hati” (Pendamping DE, Wilayah Bandung)

5.2.2.2.2Pihak Eksternal

Pada pelaksanaan P2K2, Pendamping juga seringkali meminta bantuan kepada pihak eksternal untuk menjadi narasumber bagi materi tertentu karena dianggap lebih memahami materi tersebut. Pihak eksternal yang biasanya membantu Pendamping untuk menjadi narasumber diantaranya adalah sebagai berikut:

• Tenaga Kesehatan

Di Bandung, Yogyakarta dan Banjarmasin, pendamping pernah meminta bantuan tenaga kesehatan untuk menyampaikan materi. Seperti yang dikemukakan oleh Pendamping di Banjarmasin: “Tapi kendalanya misal dari kesehatan itu kami tidak tau masalah kesehatan tetapi saya berkordinasi dengan tenaga kesehatan” (Pendamping Y, Wilayah Banjarmasin). Tenaga kesehatan yang biasa dimintai bantuan oleh pendamping adalah Bidan dan Kader Posyandu.

• Instansi Pemerintah

Di Banjarmasin, Pendamping menjalin kerjasama lintas sektoral dengan instansi pemerintah untuk mendukung tindak lanjut dari P2K2, seperti yang diungkapkan salah satu Informan berikut:

Page 132: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

119Temuan Lapangan

“Kami berupaya di provinsi untuk menjalin komunikasi dan koneksi dengan instansi-instansi terkait untuk masalah pemberdayaan dan sudah ada beberapa action dari KPM KPM kita yang mereka sudah mulai berubah pola pikirnya. Mereka yang sudah mendapatkan bekal dari modul-modul yang ada di FDS mereka sudah mulai bersiap ke arah graduasi. Ada 1 kabupaten dan 1 kota yang sudah sangat kuat kerjasama dengan lintas sektoralnya, yaitu kerjasama dengan Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Perdangan (Dis. Koperidagkop) itu di Kabupaten Tanah Laut dan Banjarbaru Kalau di Kota Banjar Baru, sekarang sedang dilakukan pembuatan nomor PIRT untuk industri rumah tangga untuk KPM kita yang punya usaha olahan makanan. Kalau di Kabupaten Tanah Laut, itu sedang ada pelatihan untuk pengemasan untuk usaha kecil” (Kordinator Kota Banjarmasin, Wilayah Banjarmasin)

Berdasarkan penjelasan informan tersebut, kerjasama antara pendamping dan instansi pemerintah dapat menjadi upaya tindak lanjut dari pemberian materi di modul ekonomi dari pendamping. Bahkan hal ini dapat mendorong KPM untuk dapat graduasi mandiri. Di Padang, pada pelaksanaan P2K2 akbar yang diikuti oleh beberapa kelompok besar, Sekretaris Daerah setempat menjadi narasumber:

“Saat P2K2 akbar, kami semua seluruh kota Padang sewa mobil pariwisata itu kadang untuk satu kelompok, kadang juga sampai 3 sampai 5 kelompok juga. FDS akbar kalau kita di Padang Utara namanya pak, dihadiri Sekda dan beliau yang menyampaikan materi P2K2. Beliau Memberi arahan pak, contohnya PKH seperti ini bu uang nya harus begini bu” (Pendamping C, Wilayah Padang)

Sementara itu, di Yogyakarta, Pendamping pernah bekerjasama dengan Kemenkumham sebagai penyuluh untuk memberikan materi mengenai perlindungan anak dan permasalahan hukum:

“Bekerjasama dengan KEMENKUMHAM (Penyuluh), isinya sama dengan Modul perlindungan anak, hal ini

Page 133: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

120Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

juga memberikan informasi kepada KPM untuk mengatasi permaslaahan terkait hukum” (Pendamping R, Wilayah Yogyakarta)

• Lembaga Keuangan

Lembaga keuangan yang turut memberikan materi pada pelaksanaan P2K2 adalah Bank dan Pegadaian. Pada pelaksanaan P2K2 di Yogyakarta, Pendamping bekerjasama dengan Pegadaian:

“Dalam penyampaian materi ada beberapa usaha yang dilakukan pendamping untuk menghadirkan pemateri dari luar, misalnya modul ekonomi, mencoba melobi orang dari pegadaian untuk memberikan materi kepada KPM PKH, kalau bisa mereka hadir di pertemuan kelompok tersebut” (Pendamping FE, Wilayah Yogyakarta)

Sedangkan kerjasama dengan Bank yaitu BNI terkait dengan materi menabung di modul ekonomi. Seperti dijelaskan oleh informan berikut:

“Ada kerjasama dengan bank BNI, setiap peserta harus punya kaleng yang tiap hari diisi 1.000, dan setiap pertemuan, orang Bank tersebut yang akan datang di pertemuan kelompok untuk mencatat jumlah tabungan yang dikumpulkan oleh KPM, hal ini bisa memudahkan KPM untuk menabung , tapi belum semuanya ikut kegiatan ini, akan tetapi ada kelompok yang sebgaian besar anggotanya sudah ikut” (Pendamping R, Wilayah Yogyakarta)

Berdasarkan paparan tersebut, pendamping biasanya meminta bantuan dari pihak eksternal untuk melengkapi materi-materi di modul ekonomi dan kesehatan. Hal ini dilakukan karena pihak eksternal dianggap memiliki kompetensi yang lebih mumpuni untuk menjelaskan seperti tenaga kesehatan maupun lembaga keuangan. Selain itu, instansi pemerintah juga ikut menjadi narasumber eksternal di beberapa wilayah.

Page 134: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

121Temuan Lapangan

5.2.2.2.3 Harapan Terkait Narasumber

Dalam pelaksanaan P2K2 terdapat beberapa pendapat dari KPM dan pendamping mengenai narasumber yang diharapkan dapat ikut menjelaskan materi-materi di dalam modul. Pihak-pihak yang diharapkan menjadi narasumber adalah sebagai berikut:

• Tokoh Agama

Pelaksanaan P2K2 diharapkan dapat menggandeng tokoh agama untuk dapat memotivasi KPM, seperti yang diungkapkan salah satu Pendamping: “Perlu menggandeng tokoh agama karena perlu ada sentuhan di hati KPM agar mereka mendapatkan hidayah” (Pendampin N, Wilayah Bandung)

• Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan yang dimaksud oleh KPM dan Pendamping adalah Bidang dan Dokter seperti yang dijelaskan oleh Informan berikut:

“Boleh itu pak, biar gentian gitupak. Jadi ndak bosan ada suasana baru juga. Yah.. pendamping bisa aja membahas kesehatan, tapi kalo ada dokter kan lebih pas pak. Tapi mungkin biayanya jadi masalah pak kalau seandainya harus bayar” (KPM RW, Wilayah Padang)

• Psikolog Anak

Keberadaan Psikolog Anak dalam modul pengasuhan anak menjadi salah satu aspirasi dari KPM dan Pendamping. Hal ini dikarenakan mayoritas KPM adalah ibu dengan anak-anaknya seperti dijelaskan oleh Informan: “Lalu perlu juga melibatkan psikolog anak karena kan mayoritas penerima PKH itu ibu dengan anak-anak makanya dengan mendapatkan materi dari psikolog materi tentang perlindungan anak dan perkembangan anak bisa jadi lebih dalam (Pendamping R, Wilayah Bandung)

• Koperasi

Harapan mengenai narasumber yang memahami mengenai koperasi diungkapkan oleh beberapa KPM di Padang. Salah satunya karena ingin mengetahui bagaimana membuat

Page 135: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

122Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

koperasi: “Kami ada arisan pak. Maunya saya itu ditingkatkan menjadi usaha simpan pinjam pak. kalau bisa didatangkanlah orang koperasi biar diajari kami” (KPM WW, Wilayah Padang)

5.2.3 Machine

5.2.3.1 Alat Bantu Ajar

Dalam menyampaikan materi-materi yang terdapat di dalam modul, Pendamping diberikan tools seperti Modul Panduan Teknis Pelaksanaan P2K2, Buku Pintar dan flipchart yang berisi gambar mengenai materi terkait. Beberapa Pendamping merasa cukup dengan alat bantu ajar tersebut seperti yang dikemukakan oleh salah satu Pendamping: “Kalau saya ya buku modul/ajar, kertas plano, toolkit yang ditentukan modul aja” (Pendamping S, Wilayah Bandung). Akan tetapi sebagian besar informan Pendamping menyatakan bahwa dalam pelaksanaan P2K2 mereka membutuhkan alat bantu ajar lain guna mendukung penyampaian materi. Adapun alat bantu ajar yang dibutuhkan dan biasa digunakan oleh Pendamping adalah:

• Modul Panduan Teknis Pelaksanaan P2K2, Buku Pintar dan Flipchart

Untuk mendukung pelaksanaan P2K2, Pendamping dibekali oleh 2 buah buku dan flipchart. Pertama adalah modul yang berfungsi sebagai panduan teknis bagi pendamping dalam melaksanakan P2K2. Kedua adalah Buku Pintar yang diperuntukan bagi alat bantu ajar dalam pertemuan P2K2. Sedangkan flipchart berupa gambar yang berfungsi sebagai alat bantu dalam memberikan materi. Namun terdapat kendala pada ketersediaan tools ini. Beberapa Pendamping yang melaksanakan Diklat di tahun 2018 belum mendapatkan tools ini sehingga untuk flipchart Pendamping harus meminjam kepada Pendamping lain dan Buku Pintar yang seharusnya dimiliki setiap KPM justru di fotocopy secara swadaya. Seperti dikemukakan oleh Pendamping KL: “Untuk tools pada tahun 2019 juga belum diberikan semua ke pendamping sehingga

Page 136: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

123Temuan Lapangan

pendamping harus meminjam dan memfotocopy buku pintar sendiri” (Pendamping KL, Wilayah Banjarmasin)

Bagi beberapa pendamping, flipchart juga cukup sulit dibawa karena berat sedangkan Pendamping sudah harus menghadapi medan yang berat untuk menjangkau lokasi KPM:

“Saya pribadi merasa sangat memberatkan. Hal ini karena daerah binaan saya itu di desa pelosok dan jalannya naik turun gunung. Alat yang perlu dibawa itu berat dan terbuat dari kertas kalau hujan tidak jarang itu rusak alatnya. Jadinya saya modal buat lagi untuk semua bahan ajarnya.” (Pendamping N, Wilayah Bandung)

• Alat Bantu Ajar Lainnya

Sebagian besar Pendamping merasa tools yang diberikan kurang mencukupi untuk memfasilitasi pertemuan P2K2. Sehingga mereka memakai alat bantu ajar seperti Laptop, Proyektor, Speaker dan Microphone. Laptop dan Proyektor digunakan pendamping untuk memutar video terkait materi. Speaker digunakan untuk mendukung video yang diputar dan microphone yang digunakan beberapa pendamping karena seringkali dengan banyaknya peserta P2K2 suara Pendamping tidak terlalu terdengar:

“Speaker agar mempernudah saya sebagai pendamping dalam penyampaian materi dan mempermudah KPM dalam mendengarkan materi yang saya berikan” (Pendamping NN, Jayapura)

Dengan adanya alat bantu ajar, KPM merasa terbantu dalam memahami materi P2K2. Seperti dikemukakan oleh salah satu KPM: “Supaya kita lekas ngerti. Karena kalau bicara aja kita gak paham harus ada fotonya. Kadang ada fotonya juga ga ngerti bu. Jadi dijelaskan dulu baru paham” (KPM LK, Wilayah Banjarmasin)

Sedangkan bagi Pendamping, adanya alat bantu ajar yang diberikan masih relevan dan tidak memberatkan; Stefy:

Page 137: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

124Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

“Tidak memberatkan karena sangat membantu dalam proses penjelasan materi. Peralatan tersebut masih relevan karena memiliki fungsi dalam proses P2K2” (Pendamping ST, Wilayah Jayapura). Namun demikian terdapat beberapa kendala dalam ketersediaan alat bantu ajar terutama Buku Pintar dan Flipchart yang memberatkan Pendamping. Selain itu, alat bantu ajar lainnya seperti Laptop, Speaker, Proyektor dan Microphone harus diusahakan sendiri oleh Pendamping.

5.2.3.2 Biaya

Terkait kendala ketersediaan alat bantu ajar yang dipaparkan pada poin 5.2.3.1. beberapa KPM terpaksa mengeluarkan biaya untuk fotocopy buku ajar. Salah satunya KPM di Bandung mengeluarkan biaya sekitar Rp. 15.000 untuk fotocopy Buku Pintar: “Pernah fotokopi buku ajar itu lumayan tebal sebesar 15 ribu dan yang fotokopi ketua kelompok” (KPM N, Wilayah Bandung). Terkait penggandaan modul, di Wilayah Bandung ada bantuan dari APBD yang turun 1 tahun sekali dalam bentuk barang: “Alhamdulillah kami diberi oleh APBD tetapi turunnya dalam bentu barang saja kayak kemarin foto kopi modul saja” (Pendamping DO, Wilayah Bandung)

Pendamping juga mengeluarkan biaya sendiri untuk membeli alat bantu ajar seperti Proyektor dan Speaker. Di Banjarmasin, beberapa Pendamping membeli alat bantu ajar secara berkelompok:

“Selama ini tools yang diberikan kepada pendamping hanya flipchart saja. Sedangkan untuk alat pendukung lain seperti speaker, microphone, proyektor pendamping membeli sendiri baik secara individu atau berkelompok untuk dipakai bergantian. Untuk tools pada tahun 2019 juga belum diberikan semua ke pendamping sehingga pendamping harus meminjam dan memfotocopy buku pintar sendiri” (Pendamping Y, Wilayah Banjarmasin).

Penggunaan biaya pribadi Pendamping terjadi di semua wiayah pengumpulan data seperti Banjarmasin, Bandung, Jayapura, Makassar, Padang dan Yogyakarta.

Page 138: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

125Temuan Lapangan

5.2.4 Method

5.2.4.1 Waktu Pelaksanaan P2K2

Umumnya frekuensi pertemuan P2K2 bisa dilakukan 1 kali dalam sebulan selama 1 hingga 2 jam. Di tengah kesibukan Pendamping melaksanakan tugas terkait PKH dan ketersediaan waktu dari KPM, frekuensi pertemuan yang memungkinkan memang hanya 1 kali dalam sebulan seperti diungkapkan informan berikut:

“Kalau kita ngasihnya 1x dalam 1 bulan. Hal ini karena keterbatasan waktu yang saya miliki dan binaan KPM saya juga sangat banyak. Kemudian agar KPM juga tidak merasa bosan juga. Kalau keseringan juga mereka bosan juga“ (Pendamping W, Wilayah Bandung)

Namun pada wilayah yang sulit dijangkau, salah satu informan mengalami kesulitan sehingga pernah melakukan pertemuan P2K2 1 kali dalam dua bulan:

“Awalnya dua bulan satu kali, karena ada 8-10 kelompok per pendamping, dan lokasi berjauhan. Sekarang karena dikejar pemutakhiran, jadi satu bulan satu kali seperti yang diminta” (Pendamping CC, Jayapura)

5.2.4.2 Lokasi

Pertemuan P2K2 dilakukan di dua lokasi. Pertama adalah rumah KPM. Pada beberapa kelompok, pertemuan dilaksanakan secara bergiliran di rumah KPM yang mampu menampung semua anggota kelompok:

“Saya di rumah salah satu warga dan bergilir saja dan dicari rumah yang luas karena kan FDS banyak orangnya sekitar 20 an ada juga 10 an” (Pendamping E, Wilayah Bandung)

Kondisi ini juga terjadi di Banjarmasin, dimana rumah KPM secara bergilir dijadikan tempat pertemuan P2K2. KPM menjelaskan bahwa upaya ini dilakukan agar saling mengenal dan sambil bersilaturahmi:

Page 139: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

126Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

“Bergantian gitu. Diundi seperti arisan. Diundi saat pertemuan, waktu mau pulang, nanti bulan depan di rumah siapa. Ganti, ganti bu. Sambil kita silaturahmi” (KPM V, Wilayah Banjarmasin”

Lokasi kedua adalah fasilitas umum seperti di Balai Desa, Sekolah maupun Masjid setempat seperti dijelaskan oleh salah satu pendamping:

“Kadang tidak tentu ada yang di rumah Ketua kelompok, bergiliran atau sesuai dengan permintaan, nyewa balai RW, pernah di Madrasah, Masjid juga pernah bahkan pernah di demo karena pake masjid dikira kampanye waktu itu (Pendamping AK, Wilayah Padang)

Adapun cara untuk menentukan lokasi pertemuan KPM setiap bulan adalah dengan berdiskusi kepada KPM maupun perangkat desa seperti Ketua RW. Lokasi pertemuan P2K2 biasanya sudah disepakati saat pertemuan P2K2 sebelumya.

5.2.4.3 Strategi Pendamping dalam Melakukan P2K2

5.2.4.3.1 Strategi Menentukan Materi

Dari semua modul yang tersedia, sebetulnya Pendamping diberikan keleluasaan untuk menentukan modul dan materi mana yang akan disampaikan terlebih dahulu. Pendamping biasanya memiliki cara tersendiri untuk menentukan modul mana yang akan disampaikan. Adapun cara Pendamping menentukan materi diantaranya adalah, pertama, terdapat Pendamping yang menyampaikan materi secara berurut dari Modul 1 hingga seterusnya. Seperti dikemukakan oleh Pendamping berikut: “Berurutan sesuai modul dari modul 1 dan selanjutnya” (Pendampin U, Wilayah Jayapura).

Kedua, Pendamping menyampaikan materi secara acak untuk menghindari kebosanan, hal ini dikemukakan oleh salah satu Pendamping: “Kadang berurut tapi karena saya orangnya bosenan jadi saya bagi aja berapa kelompok KPM nah modul yang disampaikan beda-beda” (Pendamping Y, Wilayah Banjarmasin).

Page 140: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

127Temuan Lapangan

Ketiga, menyamakan dengan materi yang sedang disampaikan oleh Pendamping di wilayah lain, seperti dijelaskan oleh Pendamping: “Bisa dari yang sudah disampaikan pendamping lain di wilayah lain juga biar enak bisa sambil tukar pikiran” (Pendamping W, Wilayah Banjarmasin). Berdasarkan keterangan informan tersebut, dengan menyamakan materi yang disampaikan oleh Pendamping di wilayah lain akan memudahkan Pendamping tersebut bertukar pikiran mengenai materi yang sedang disampaikan.

Keempat, Pendamping menyampaikan materi sesuai dengan permintaan KPM: “Kalau saya pertama dulu nanyain kemereka mau bahas apa lalu ke dua dan seterusnya apa nah disitu saya susun dan seterusnya juga sesuai dnegan keinginan mereka saja. Tapi tetep modul lain juga saya berikan. Emang cenderungnya ya mereka suka bahas materi ekonomi dan anak” (Pendamping AK, Wilayah Bandung)

5.2.4.3.2 Strategi Penyampaian Materi

Dalam kegiatan P2K2, Pendamping memiliki metode dalam menyampaikan materi. Dari temuan lapangan, terdapat beberapa cara Pendamping dalam memberikan materi, sebagai berikut:

• Mengadakan Sesi Tanya Jawab

Pendamping biasanya melakukan sesi tanya jawab kepada KPM agar penyampaian materi menjadi lebih interaktif. Disini Pendamping dapat bertanya kepada KPM mengenai materi yang sedang disampaikan, begitu juga KPM dapat bertanya kepada Pendamping. Hal ini diceritakan oleh salah satu Pendamping:

“Kalau saya ya awal itu saya kasih materi 15 menit saja, lalu saya kasih ice breaking biar tidak mengantuk lalu deh sesi tanya jawab dan disitu peserta nanya dan saya coba lempar ke anggota lainnya biar jawab. Jadinya ya pada aktif (Pendamping W, Wilayah Bandung)

Pendamping juga memberikan hadiah-hadiah kecil kepada KPM apabila dapat menjawab pertanyaan. Hal ini

Page 141: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

128Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

diharapkan dapat menambah semangat dari KPM seperti dikemukakan oleh Pendamping berikut:

“Kalau saya caranya ya biasanya di awal saya kasih buka dengan mengulang modul dipertemuan sebelumnya biar mereka ingat. Kemudian saya kasih tebak-tebakan dulu lalu setelah itu saya jelaskan materi yang minggu ini dan saya kasih tebak-tebakan juga. Nah kalau saya ada rejeki kadang saya kasih hadiah mereka ya kecil-kecilan musalnya sabun cuci. (Pendamping E, Wilayah Bandung)

• Melakukan Games dan Ice Breaking

Games dan ice breaking merupakan salah satu cara Pendamping untuk menghindari kebosanan dari KPM. Hal ini diakui oleh KPM bahwa adanya permainan dan ice breaking membuat penyampaian materi tidak monoton:

“Selama 2 jam itu ada ice breakingnya supaya ketawa ada games nya. Biasanya ada tebak-tebakan. Rame bu seru. Atau nyanyi-nyanyi, bisik-bisikkan menyampaikan kata kata sampai engga sampai engga. Kalau nyanyi, nyanyi mars PKH” (KPM Y, Wilayah Banjarmasin).

Hal ini dikuatkan oleh pernyataan KPM lain: “Nyanyi dulu, pemanasan dulu abis itu pembahasan. Kalau sudah bosan kita nyanyi lagi, permainan supaya jangan ngantuk” (KPM L, Wilayah Banjarmasin)

• Memakai Alat Bantu Ajar yang Dapat Mendukung Penyampaian Materi

Seperti yang sudah dijelaskan pada poin 5.2.3.1., Pendamping biasanya menggunakan alat bantu ajar lain guna mendukung penyampaian materi. Ini merupakan salah satu metode Pendamping sehingga KPM lebih mudah memahami materi: “Biasanya pakai gambar, ada tulisan-tulisannya. Flipchart. Ditempel atau digantung. Terus ada ditonton juga. Pendampingnya ada laptop” (KPM H, Wilayah Banjarmasin) Penggunaan alat bantu ajar ini diakui membantu KPM, seperti

Page 142: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

129Temuan Lapangan

diungkapkan KPM berikut:

“Selama 2 jam itu ada ice breakingnya supaya ketawa ada games nya. Biasanya ada tebak-tebakan. Rame bu seru. Atau nyanyi-nyanyi, bisik-bisikkan menyampaikan kata kata sampai engga sampai engga. Kalau nyanyi, nyanyi mars PKH. Kalau sudah bosan kita nyanyi lagi, permainan supaya jangan ngantuk” (KPM Y, Wilayah Banjarmasin)

5.2.4.3.3 Strategi Pendamping dalam Menghadapi KPM

Pertemuan P2K2 diikuti oleh KPM yang berasal dari latar belakang umur, pendidikan dan kondisi yang beragam. Hal ini dapat menjadi kendala dalam pelaksanaan P2K2 namun beberapa Pendamping memiliki strategi untuk menghadapi KPM dari berbagai kondisi tersebut:

• KPM Lansia

Beberapa KPM merupakan lansia. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Pendamping karena kondisi mereka seringkali tidak memungkinkan untuk menangkap materi secepat peserta lain maupun fisik yang sudah terbatas sehingga tidak bisa mencapai lokasi pertemuan. Untuk lansia yang masih bisa melakukan pertemuan, salah satu Pendamping berinisiatif menempatkan KPM lansia di barisan depan sehingga lebih mudah untuk melihat dan mendengar materi, hal ini diceritakan oleh salah satu Pendamping: “Saya mengatur dengan cara yang lebih tua atau KPM yang lanjut usia saya persilakan untuk duduk paling depan” (Pendamping RN, Wilayah Jayapura). Namun apabila kondisi fisik lansia tidak memungkinkan untuk datang ke lokasi pertemuan, salah satu Pendamping menjelaskan bahwa ia menjadwalkan pertemuan di lokasi lansia tersebut atau rumah terdekat yang mudah dicapai:

“Saya mengatur jadwal P2K2 dengan baik sehingga semua KPM bisa ikut meskipun lansia dan juga saya melakukan pertemuan juga di rumah KPM lansia agar tidak memberatkan mereka untuk berjalan lagi ke tempat lain mengingat kondisi fisik mereka” (Pendamping ST, Wilayah Jayapura)

Page 143: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

130Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

• KPM yang Membawa Anak

Peserta P2K2 sebagian besar merupakan Ibu Rumah Tangga yang harus membawa anak pada saat pertemuan P2K2. Kondisi ini diakui Pendamping seringkali mengganggu konsentrasi peserta dalam menyimak materi. Salah satu Pendamping di Wilayah Banjarmasin mengatasi hal ini dengan membawa alat-alat mewarnai yang diperuntukan bagi anak peserta P2K2 sehingga tidak mengganggu konsentrasi Ibunya. Seperti penjelasan informan berikut:

“Kalau saya, kadang kalau kita P2K2 ada ibu-ibu kan suka bawa anak. Itu kadang anaknya rewel ganggu konsentrasi ibunya sehingga saya coba ngeprint gambar-gambar dari google kan banyak kemudian sedia pensil warna biar mereka bisa mewarnai disitu dan ibunya tenang untuk P2K2” (Pendamping LI, Wilayah Banjarmasin)

• KPM Datang Terlambat

KPM yang datang terlambat di pertemuan P2K2 biasanya dipersilahkan untuk bergabung oleh Pendamping. Beberapa Pendamping akan menjelaskan kembali secara singkat. Seperti dijelaskan oleh Pendamping berikut:

“Jika bergabung di tengah-tengah saya mempersilahkan ikut menyesuaikan dengan peserta lainnya. Kalau sebelumnya tidak hadir, saya mempersilahakan duduk dan menyesuaikan dengan peserta lainnya setelah pertemuan selesai baru saya berbincang dengan peserta tersebut menanyakan alasannya mengapa tidak ikut pertemuan dan mengapa terlambat dalam mengikuti sesi pertemuan P2K2” (Pendamping UN, Wilayah Jayapura)

5.2.5 Environment

5.2.5.1 Suasana Tidak Kondusif

Suasana yang tenang dan kondusif akan mendukung pelaksanaan P2K2. Seluruh pendamping mengakui bahwa kondisi ini merupakan kondisi ideal yang ingin dicapai, seperti

Page 144: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

131Temuan Lapangan

dikemukakan Pendamping EK: “Suasana memang harus kondusif dan tenang, agar penyampaian materi terdengar oleh KPM. Tapi lagi-lagi susah di lapangan” Berdasarkan pernyataan informan tersebut, terdapat kesulitan dalam mencapai kondisi yang kondusif. Salah satu kondisi yang sering terjadi di lapangan adalah Peserta kehilangan fokus baik karena saling mengobrol antara peserta maupun karena anak. Kondisi ini diungkapkan salah satu Informan:

“Waktu itu suasananya menurut saya sering tidak focus. Jadi fokusnya di awal-awal saja di 15 menit pertama dan sisanya mereka sudah pada berbicara sendiri, ada yang riweh dnegan anaknya (Pendamping W, Wilayah Bandung)

5.2.5.2 Suasana Kondusif

Pada beberapa wiayah, pertemuan P2K2 berjalan kondusif. Berdasarkan keterangan Informan, hal ini disebabkan oleh antusiasme KPM dalam mengikut P2K2: “Gambaran ketika kegiatan mereka sangat antusias sekali. Seringnya saya kasih pertanyaan tebak-tebakkan kecil gitu lalu mereka jawab jadinya lumayan seru “( Pendamping RI, Bandung). Kondisi ini juga dikarenakan KPM menganggap materi yang akan diberikan sangat penting, ini diceritakan oleh salah satu Pendamping: “Suasana pada saat P2K2 sangat tenang karena KPM sangat serius dalam menerima materi karena mereka menganggap materi tersebut sangat penting” (Pendamping ST, Wiayah Jayapura). Pernyataan Pendamping ST juga dikuatkan oleh pernyataan informan berikut:

“Kondisi diskusi saat kita berdiskusi adalah sangat hidup karena KPM yang sering menceritakan kisahnya serta penggalamannya dan juga yang memberi masukan atau ide-ide yang baik. Kondisi itu terjadi karena KPM ingin saling tolong menolong dalam pemberian masukan dan saran untuk KPM yang lain” (Pendamping H, Wilayah Jayapura)

Berdasarkan paparan di atas, lingkungan pelaksanaan P2K2 terbagi menjadi 2 kondisi yaitu kondusif dan tidak kondusif.

Page 145: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

132Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

Suasana kondusif tercipta karena peserta merasa antusias dan meyakini bahwa materi yang akan diberikan bermanfaat bagi mereka. Sedangkan suasana tidak kondusif terjadi akibat peserta kehilangan fokus karena mengobrol sendiri, membawa anak maupun karena konflik kecemburuan sosial yang terjadi.

5.2.6 Measurement

5.2.6.1 Pengukuran Pemahaman KPM

Tidak ada pedoman baku mengenai evaluasi pelaksaaan P2K2. Pendamping juga tidak diberikan kewajiban untuk melakukan pengukuran terhadap pemahaman peserta setelah P2K2. Namun, pada pelaksanaannya, Pendamping melakukan evaluasi sederhana untuk mengukur tingkat pemahaman KPM. Pengukuran ini biasanya dilakukan Pendamping ketika pelaksanaan P2K2 dan saat pertemuan selanjutnya.

• Pada Saat Pelaksanaan P2K2

Pada saat pelaksanaan P2K2, Pendamping sering melakukan tanya jawab dan bertanya kembali untuk memastikan bahwa Peserta memahami materi: “Pendamping ngingatin aja. Yang disampaikan tadi ngerti gak. Dikasih pertanyaan, dikasih soal misalnya soal menghitung” (KPM LK, Wilayah Banjarmasin) Berdasarkan pernyataan tersebut, Pendamping memberikan soal untuk dikerjakan KPM misalnya untuk modul ekonomi.

• Setelah Pelaksanaan P2K2

Pada pertemuan selanjutnya, Pendamping biasanya akan menanyakan kembali mengenai materi yang disampaikan pada bulan sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk memastikan KPM memahami dan masih mengingat materi tersebut: “Di pertemuan selanjutnya suka ditanya. Masih inget gak kemarin tentang apa, bagaimana. Dilakuin gak” (Pendampi CC, Wilayah Jayapura). Pada proses ini KPM bercerita mengenai pengalamannya yang sesuai dengan materi P2K2:

Page 146: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

133Temuan Lapangan

“Proses evaluasi yang saya gunakan yaitu saling tanya jawab dan memberikan kesempatan bagi KPM untuk menceritakan pengalamannya yang sesuai dengan materi P2K2” (Pendamping AG, Wilayah Jayapura)

Berdasarkan paparan di atas, meski tidak terdapat standar baku mengenai pengukuran pemahaman KPM setelah P2K2 namun Pendamping sudah melakukan hal tersebut baik pada saat pertemuan maupun pada pertemuan selanjutnya

Berikut ini merupakan tabel ringkasan temuan lapangan mengenai 6 aspek yang dibahas dalam tahap pelaksanaan P2K2:

Tabel 5.11 Temuan Lapangan

No Aspek Ringkasan

1 Material • Modul yang sering dibahas saat P2K2 adalah Modul Pengelolaan Keuangan Keluarga dan Pendidikan dan Pengasuhan Anak. Di wilayah Jayapura, Modul Perlindungan Anak juga sering diulang oleh Pendamping

• Beberapa modul dianggap sudah relevan dengan KPM karena 2 alasan yaitu, materi sudah sesuai dengan kebutuhan KPM dan materi dapat membantu KPM dalam kehidupan sehari-hari. Namun terdapat materi yang dianggap KPM dan Pendamping tidak relevan alasannya karena materi tidak bisa diaplikasikan ke dalam kehidupan KPM (materi mengenai Gizi) dan bahasa di dalam modul cenderung berat sehingga Pendamping harus mengganti bahasa tersebut dengan bahasa yang lebih mudah dimengerti

• Terdapat penyampaian materi di luar modul dari permintaan KPM yaitu materi mengenai Antenatal Care (ANC), Narkoba, Minuman Keras,Kenakalan Remaja, Rokok, Bantuan Sosial dan Pengelolaan Sampah

• Materi yang dipertimbangkan untuk pengayaan modul adalah Antenatal Care (ANC), Narkoba, Minuman Keras,Kenakalan Remaja, Rokok, Bantuan Sosial dan Pengelolaan Sampah, Pemasaran, Psikologi Anak dan Pengasuhan Anak Ditinjau dar Sisi Agama

Page 147: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

134Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

No Aspek Ringkasan

2 Man • Jumlah peserta P2K2 rata-rata berjumlah maksimal 20 orang dalam 1 kali pertemuan namun di Makassar jumlah peserta mencapai 50 orang. Hal sebaliknya justru terjadi di Jayapura terutama di wilayah perbatasan dengan jumlah peserta aktif yang sedikit sekali.

• Pada pelaksanaan kegiatan P2K2, umumnya diikuti oleh KPM saja baik oleh satu anggota keluarga secara terus menerus misalnya Ibu atapun diwakilkan oleh anggota keluarga lain jika berhalangan hadir. Namun di beberapa wilayah seperti Banjarmasin, Padang dan Jayapura pada pertemuan P2K2, terdapat pihak lain di luar KPM yang ikut hadir yaitu tetangga dan penerima bantuan BPNT.

• Narasumber pada pelaksanaan P2K2 dapat berasal dari pihak internal PKH dan pihak eksternal PKH. Pihak eksternal yang membantu adalah Tenaga Kesehatan, Instansi Pemerintah dan Lembaga Keuangan

• Narasumber yang diharapkan dapat membantu penyampaian materi adalah Tokoh Agama, Tenaga Kesehatan, Psikolog Anak dan Koperasi

3 Machine • Pendamping memakai alat bantu ajar yang diberikan berupa Modul dan Flipchart. Namun ketersediaannya terutama bagi Pendamping yang baru mengikuti diklat tahun 2019 menjadi masalah. Flipchart juga dianggap memberatkan untuk dibawa ke lokasi yang sulit dijangkau

• Alat bantu lainnya adalah Laptop, Speaker, Microphone dan Proyektor

• Biaya untuk membeli alat bantu ajar tambahan berasal dari pendamping sendiri baik berkelompok maupun individu. Pada beberapa wilayah terdapat dana APBD yang diperuntukan untuk hal tersebut namun jumlahnya belum cukup.

4 Method • Umumnya frekuensi pertemuan P2K2 bisa dilakukan 1 kali dalam sebulan selama 1 hingga 2 jam

Page 148: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

135Temuan Lapangan

No Aspek Ringkasan

• Pertemuan P2K2 dilakukan di dua lokasi. Pertama adalah rumah KPM, kedua adalah fasilitas umum seperti masjid, sekolah dan balai desa. Adapun cara untuk menentukan lokasi pertemuan KPM setiap bulan adalah dengan berdiskusi kepada KPM maupun perangkat desa seperti Ketua RW. Lokasi pertemuan P2K2 biasanya sudah disepakati saat pertemuan P2K2 sebelumya.

• Strategi Penentuan Materi: Cara Pendamping menentukan materi diantaranya adalah, pertama, terdapat Pendamping yang menyampaikan materi secara berurut dari Modul 1 hingga seterusnya. Kedua, Pendamping menyampaikan materi secara acak untuk menghindari kebosanan. Ketiga, menyamakan dengan materi yang sedang disampaikan oleh Pendamping di wilayah lain. Keempat, Pendamping menyampaikan materi sesuai dengan permintaan KPM

• Strategi Penyampaian Materi: Mengadakan sesi tanya jawab, melakukan games dan ice breaking dan memakai alat bantu ajar tambahan

• Strategi pendamping dalam menghadapi KPM yang lansia, KPM yang membawa anak, KPM yang datang terlambat

5 Environment • Lngkungan pelaksanaan P2K2 terbagi menjadi 2 kondisi yaitu kondusif dan tidak kondusif. Suasana kondusif tercipta karena peserta merasa antusias dan meyakini bahwa materi yang akan diberikan bermanfaat bagi mereka. Sedangkan suasana tidak kondusif terjadi akibat peserta kehilangan fokus karena mengobrol sendiri, membawa anak maupun karena konflik kecemburuan sosial yang terjadi.

6 Measurement • Meski tidak terdapat standar baku mengenai pengukuran pemahaman KPM setelah P2K2 namun Pendamping sudah melakukan hal tersebut baik pada saat pertemuan maupun pada pertemuan selanjutnya

Sumber: Hasil Olahan Penelitian,2020

Page 149: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

136Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

5.2.7 Tahap Pelaksanaan P2K2

Dari keseluruhan paparan 5.2.1 hingga 5.2.6 maka terdapat gambaran mengenai tahap pelaksanaan P2K2. Tahapan ini dapat dibagi menjadi 3 yaitu Pra Pelaksanaan, Pelaksanaan dan Pasca Pelaksanaan. Secara lebih rinci dijelaskan sebagai berikut:

• Pra Pelaksanaan

Tahap pra pelaksanaan merupakan tahap persiapan Pendamping sebelum melakukan P2K2. Persiapan tersebut diantaranya adalah Proses Diklat ( Poin 5.1), Persiapan Bahan Ajar (Poin 5.2.3 pada bagian Machine) dan Persiapan Lokasi Pertemuan P2K2 (Poin 5.2.4 pada bagian Lokasi)

• Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan merupakan tahap penyampaian materi P2K2. Pada tahap ini Pendamping memiliki strategi-strategi yang digunakan untuk mengoptimalisasi kegiatan P2K2 (Poin 5.2.4. pada bagian Strategi Pendamping dan 5.2.5. pada bagian Environment)

• Pasca Pelaksanaan

Pada tahap pasca pelaksanaan dilakukan kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mengukur pemahaman peserta terhadap materi P2K2 yang sudah disampaikan (Poin 5.2.6. pada bagian measurement)

Tahap pelaksanaan P2K2 digambarkan secara lebih jelas sebagai berikut:

Page 150: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

137Temuan Lapangan

Skema 5.1 Tahap Pelaksanaan P2K2

Sumber: Hasil Olahan Penelitian,2020

5.3 Perubahan perilaku KPM di 6 Wilayah (Padang, Yogyakarta, Makasar, Banjarmasin, Bandung, Jayapura) setelah mengikuti P2K2 dari Pendamping PKH Pasca-Diklat P2K2

Perubahan perilaku KPM dideskripsikan dengan informasi tentang perlaku KPM sebelum dan sesudah mengikuti P2K2 dari pendamping PKH pasca diklat P2K2. Perilaku-perilaku KPM tersebut digambarkan sesuai dengan modul yang diajarkan oleh pendamping yaitu modul ekonomi, modul kesehatan dan gizi, modul kesejahteraan sosial, modul pengasuhan dan pendidikan, dan modul perlindungan anak. Perilaku KPM sebelum mengikuti P2K2 dijelaskan untuk mengetahui segala kondisi dan sikap KPM yang telah dilakukan terkait modul-modul tersebut. Adapun perilaku KPM sesudah mengikuti P2K2 dijelaskan untuk melihat peningkatan pemahaman dan perilaku KPM yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan pembelajaran (modul) yang diperoleh dari pendamping. Adanya perubahan perilaku KPM setelah mengikuti P2K2 akan memperlihatkan manfaat signifikan dari modul tersebut.

Page 151: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

138Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

5.3.1 Modul ekonomi

Perilaku KPM terkait modul ekonomi merupakan sikap-sikap yang ditunjukkan KPM dalam mengelola keuangan yang dimiliki. Baik itu berupa merencanakan dan mengelola keuangan keluarga, meminjam dan menabung hingga memulai usaha. Berdasarkan temuan lapangan, sebagian besar KPM masih berada dalam kondisi untuk berusaha mengelola perekonomian dengan baik dan sebagian lainnya masih terhambat dalam keadaan pendapatan keluarga. Secara spesifik perilaku KPM berdasarkan modul ekonomi dideskripsikan dengan perilaku sebelum dan sesudah mengikuti P2K2.

5.3.1.1 Sebelum Mengikuti P2K2 (Kebiasaan Sejak Dulu)

Sebelum mengikuti P2K2 tentang modul ekonomi, KPM atau peserta pelatihan yang sebagian besar adalah ibu-ibu baik itu di wilayah Bandung, Banjarmasin, Padang, Jayapura, Yogyakarta dan Makassar masih belum dapat mengelola keuangan dengan baik. Sehingga mereka selalu berada dalam kondisi yang tidak berkecukupan karena keterbatasan perencanaan keuangan. Beberapa temuan dalam perilaku KPM sebelum mengikuti P2K2 adalah sebagai berikut:

1. Belum Pernah Merencanakan Keuangan Keluarga

Merencanakan keuangan keluarga merupakan bagian dari pengelolaan keuangan. Dalam penelitian ini, telah ditemukan beberapa pernyataan KPM yang menunjukkan bahwa mereka belum pernah mencatat pengeluaran dan tidak dapat menabung. Hal ini disebabkan karena keterbatasan pendapatan atau penghasilan dari suami yang bekerja.

1) Tidak Pernah Mencatat Pengeluaran

Dari hasil temuan lapangan, KPM tidak memiliki catatan keuangan dalam hal pengeluaran dan rata-rata tidak mau mencatat karena tidak mengetahui apa saja yang perlu untuk dicatat. Hal ini diungkapkan oleh Ibu LN bahwa:

Page 152: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

139Temuan Lapangan

“Saya tidak punya catatan pengeluaran karena kan penghasilan tidak menentu kalau dicatat apanya yang dicatat. Saya pernah juga nulis di lembaran kertas juga tetapi lebih besar pengeluaran jadinya tidak mau lagi buatnya. Bikin pusing nanti kalau tahu”. (LN, KPM, Wilayah Bandung).

Informan menjelaskan bahwa ia akan pusing ketika mengetahui pengeluaran keuangannya lebih besar sehingga memutuskan untuk tidak membuat catatan pengeluaran. Selain itu, rata-rata KPM menjelaskan bahwa mereka tidak mencatat pengeluaran karena pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dari suami/keluarga tidak tetap atau tidak menentu. Hal ini diungkapkan oleh KPM dari Bandung dan Banjarmasin sebagai berikut:

“Saya tidak punya dan tidak mau membuatnya karena penghasilan yang diterima juga tidak tetap”.(N, KPM, Wilayah Bandung).

“Belum ada catatan pengeluarannya, karena pendapatannya gak menentu. Tapi sudah dipisahkan. Kalau dapat duit, mana dulu yang harus dibayar. Kadangkan kita kalau ada pendapatan gak menentu, jadi kalau ada dapat ya kita tabung tapi untuk dicatat itu belum karena gak pasti. Uangnya dibagi-bagi untuk sangu anak, bayar listrik, bayar air dipisah-pisah”. (KPM, Wilayah Banjarmasin).

Selain dengan alasan pendapatan yang tidak menentu, KPM juga menjelaskan bahwa mereka mengelola keuangan dengan memprioritaskan kebutuhan yang perlu dibayar terlebih dahulu. Hal serupa juga diungkapkan oleh KPM lain dari Banjarmasin bahwa mereka belum memiliki catatan pengeluaran namun sudah mengelola keuangan dengan cara memisahkan anggaran dengan sistem amplop. Sebelum mengikuti P2K2 dari pendamping, KPM dapat mengelola keuangan yang dimiliki sesuai kebutuhan hidup meskipun tanpa membuat catatan pengeluaran.

Page 153: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

140Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

2) Tidak Menabung

Sebagian besar KPM di wilayah Bandung, Banjarmasin, Padang, Jayapura, Yogyakarta dan Makassar tidak dapat menabung dari pendapatan keluarga. Hal ini dikarenakan tidak ada sisa dana untuk ditabung, semua digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Ibu Ad mengungkapkan bahwa:

“Sampai kiniko (sampai sekarang), awak (saya) belum bisa menabung pak. apo nan ka di tabung? (apa yang bisa ditabung?). Pitinyo belum cukup (uangnya belum cukup). Tiap bulan kami masing ngutang pak. maunya menabung pak. tapi ndak cukup pak. pendamping ada himbau menabung tapi ya begitu pak. Kecek (kata) pendamping dibuatkan catatan anggaran dan pengeluaran. Tapi awak ndak bisa (tapi saya tidak bisa). Pernah dicoba pak, tapi sakit hati melihat jumlah utang terus. Sekali itu sajonyo (sekali itu saja dulu). Setelah itu ndak lagi”. AD (KPM, Wilayah Padang).

KPM menjelaskan bahwa ia tidak memiliki cukup uang untuk ditabung dan bahkan setiap bulan ia berhutang untuk mencukupi kebutuhannya. Selain dari pernyataan KPM di Padang, diwilayah lain juga rata-rata tidak memiliki tabungan dan belum ada keinginan untuk menabung karena pendapatan tidak menentu. Adapun yang memiliki tabungan sering habis digunakan untuk mencukupi kebutuhan sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu T yaitu:

“Ada tabungan tetapi sering diambil untuk mencukupi kebutuhan. Saya itu suka nabung lalu udah terkumpul misalnya Rp. 300-500 lalu diambil buat kebutuhan. Soalnya pendapatan itu tidak rutin didapatkan jadinya mau bagaimana lagi. Sejak dulu ini kebiasaan saya sebelum menikah juga begini”. (T, KPM, Wilayah Bandung).

KPM menjelaskan bahwa ia dulunya memiliki tabungan tetapi tidak pernah meningkat karena selalu habis diambil untuk keperluan sehari-hari. Selain daripada itu, KPM di Bandung menyatakan bahwa ia tidak menabung untuk

Page 154: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

141Temuan Lapangan

keperluan keluarga, namun anaknya dapat menabung di sekolah. Hal ini diungkapkan KPM Y dan I yaitu:

“Saya tidak ada tabungan tetapi anak saya ada tabungan di sekolahan. Tidak menabung karena uangnya tidak ada yang dipakai untuk menabung (Y, KPM, Wilayah Bandung). “Tidak punya tetapi anak saya punya di sekolahnya. Lalu saya tidak menabung karena tidak ada uangnya”. (I, KPM, Wilayah Bandung).

Hal tersebut dijelaskan oleh KPM dalam konteks yang sama yaitu tidak dapat menabung karena tidak ada uangnya, namun anak mereka dapat menabung tetapi dikelola oleh sekolah untuk kebutuhan pembelajaran sekolah. Selain itu, KPM dari wilayah lainnya menyatakan bahwa meskipun mereka tidak dapat menabung, mereka tetap mengusahakan untuk hidup dengan mencukupi kebutuhan keluarga meskipun dalam kondisi keuangan yang minim.

2. Berhati-hati dalam Meminjam Uang

Meminjam uang merupakan salah satu upaya bagi rumah tangga miskin untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari jika pendapatan yang diperoleh tidak mencukupi. Penelitian ini menemukan bahwa perihal meminjam uang bukan menjadi prioritas utama KPM. Sebelum mendapatkan pengetahuan dari modul ekonomi, sebagian besar dari mereka sangat berhati-hati dalam meminjam uang. KPM akan meminjam uang kepada pihak yang tidak begitu merugikan, sebagaimana yang diungkapkan oleh informan sebagai berikut:

“Jadi kalau mau meminjam itu untuk keperluan seperti apa misalnya tiba-tiba sakit atau apa. Kalau mau meminjam itu kemana diusahakan yang bunganya kecil. Misalnya ke koperasi, kelompok PKK”. (KPM, Wilayah Banjarmasin).

Pernyataan diatas menjelaskan bahwa KPM akan memikirkan untuk kepentingan apa dalam meminjam uang, serta berhati-hati dalam meminjam uang kepada pihak yang

Page 155: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

142Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

lebih terpercaya. Selain itu KPM akan mencari mitra yang meminta bunga pinjaman yang kecil bahkan tidak yang tidak memiliki bunga seperti yang diungakpkan oleh KPM berikut:

“Kalo menabung di bank ndak ado pak. Tapi di rumah ada sedikit dulu. Tapi sekarang setelah rumah kami digusur kereta api, terpaksa ngontrak. Ndak ada lagi tabungan pak. mulai bulan depan mungkin kami akan minjam buat kontrakan pak. Jadi sekarang sudah cari-cari yang tidak punya bunga”. (D, KPM, Wilayah Padang).

Pernyataan KPM tersebut memperjelas untuk tetap mencari pinjaman kepada pihak yang tepat atau yang tidak merugikan meskipun dalam keadaan terdesak. Adapun temuan dari wilayah lain seperti Makassar, Yogyakarta dan Jayapura hanya sebagian kecil yang meminjam dengan rentenir bahkan ada yang hanya sekedar tahu saja dan tidak mencoba untuk terus bergantung pada rentenir. Berhati-hati dalam meminjam uang lebih kepada memikirkan dampak setelah meminjam, apakah akan lebih meresahkan atau bahkan membantu permasalahan mereka. Dari kondisi tersebut, KPM akan lebih memilih untuk meminjam ke keluarga masing-masing atau bahkan berusaha untuk tidak meminjam uang.

1) Meminjam ke Keluarga

Meminjam uang ke keluarga menjadi sistem sumber terdekat bagi KPM untuk menghindari bunga yang berlebih dan tidak menjadi beban KPM. Kondisi ini juga diungkapkan oleh Ibu AD dan V sebagai berikut:

“Kalo meminjam, kami di keluarga sajo (saja) pak. Biasonyo (biasanya) itu untuk anak sekolah samo (sama) kontrakan. Ndak mau yang berbunga pak. Kalau ndak ada uang, untuk sehari-hari kami ngutang di warung sajo (saja). Suami tahu itu pak. Dulu sebelum PKH, pernah pinjam uang berbunga pak. Susah kami gara-gara itu pak. Bacakak (bertengkar) kami suami gara-gara itu. Kini ko ndak lagi. Berapa dapat, ya itu sajo (saja) dicukup-cukupkan. Kami dahulukan urusan anak,

Page 156: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

143Temuan Lapangan

dan lain-lain diatur dulu mana nan bisa ditunda”. (AD, KPM, Wilayah Padang).

“A saya biasa kalau minjam sama kakak saja, kalau atas nama minta ya minta kalau atas nama pinjam ya pinjam”. (V, KPM, Wilayah Padang).

KPM diatas menjelaskan bahwa mereka biasanya meminjam uang kepada keluarga untuk keperluan utama yaitu untuk sekolah anak. Untuk keperluan lainnya, KPM berusaha untuk meminimalisir pengeluaran. Selain itu, mereka tetap menghargai keluarga yang dipinjami uang. Jika meminjam uang berarti akan mengganti uang yang dipinjam dikemudian hari, beda halnya dengan meminta.

2) Tidak Ingin Berhutang

Sikap tidak ingin berhutang merupakan keteguhan yang dimiliki KPM meskipun belum mendapat materi dari pendamping. Hal ini dilakukan agar mereka terhindar dari masalah pada orang lain. KPM mengungkapkan bahwa:

“ Saya tidak memiliki hutang dan jangan sampai berhutang. Tidah berani dan mau berhutang di bank apalagi rentenir”. (Y, KPM, Wilayah Bandung).

“Tidak memiliki hutang dan jangan sampai berhutang. Tidak berani karena tidak memiliki jaminan mengembalikannya sejak dulu seperti itu”. (I, KPM, Wilayah Bandung).

KPM menjelaskan bahwa mereka tidak berani untuk berhutang karena tidak ingin mendapatkan resiko yang besar dikemudian hari jika meminjam kepada pihak yang akan merugikan seperti rentenir. Selain itu, KPM merasa tidak memiliki jaminan untuk membayar hutang. Oleh karena itu, meskipun dulunya belum mendapat pelatihan tentang pengelolaan keuangan, KPM yang ditemui menjelaskan akan lebih memilih untuk tidak berhutang dan hidup yang berkecukupan.

Page 157: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

144Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

3) Belum Mampu Berwirausaha Dengan Baik

Sebelum mengikuti pertemuan atau pelatihan P2K2 dari pendamping, banyak diantara KPM yang diteliti telah memiliki usaha, namun belum dapat meningkatkan kondisi keuangan hingga terhenti dari usaha yang dijalankan karena berbagai macam kondisi. Adapun KPM lain hanya memiliki keinginan untuk membuka usaha namun memiliki keterbatasan dalam akses modal. Hal ini diungkapkan KPM bahwa:

“Rasonya yo bana ingin punyab usaha biar kete sajo (rasanya ingin punya usaha kecil). Tapi sampai kinaiko alum lai (sampai kini belum lagi). Bingung kami memulai pak, modal juga belum ada. Ini suami cari tampek (tempat) di pinggir Pasar. Kalau buliah, jan ngontrak dulu. (kalau boleh, tempatnya jangan kontrak dulu)”. (YM, KPM, Wilayah Padang).

KPM tersebut menjelaskan bahwa ia memiliki keinginan untuk usaha dan mulai mencari tempat yang strategis, namun belum dapat diterapkan karena tidak memiliki modal. Selain itu, ada juga KPM yang sudah memiliki sedikit keterampilan usaha namun belum mandiri. Hal ini diungkapkan oleh Ibu Y dan L bahwa:

“Usaha tidak punya, palingan saya hanya bantu jahit korden kalau misalnya ada. Sekarang belum ada karena semakin sepi. Ada mesin jahit tetapi saya masih belum mau menjadi penjahit baju karena takut tidak mampu” (Y, KPM, Wilayah Bandung).

“Tidak memiliki modal. Punya usaha saya yaitu menjahit handshot tetapi sedang sepi sekarang ini. Inginnya usaha lebih tetapi belum ada modal dan belum tahu juga bagaimana cara mulainya”. (L, KPM, Wilayah Bandung).

Pernyataan KPM tersebut menjelaskan bahwa mereka memiliki keterampilan usaha, tetapi tidak memiliki keyakinan untuk memulai dengan strategi usaha yang lebih baik. Selain

Page 158: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

145Temuan Lapangan

itu KPM terbatas dalam modal usaha dan memilih untuk mengaplikasikan keterampilannya sesuai kebutuhan saja. Adapun permasalahan lain yang muncul diungkapkan oleh Ibu NS sebagai berikut:

“Dulu pernah jualan sate,. Sekarang tidak lagi Ya karena ndak ada modal lagi, kami dulu sudah lebih 3 tahun,,, pas bapak sakit dipake smua, modal habis smua juga..”. (NS, KPM, Wilayah Padang).

KPM tersebut menjelaskan bahwa sebelum mengikuti P2K2 juga sudah memiliki usaha sendiri. Namun, karena terdapat musibah dalam keluarga yang menghabiskan seluruh modalm, KPM tidak mampu lagi untuk berwirausaha seperti dulu lagi. Saat ini hanya lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan keluarga saja. Beberapa pernyataan KPM yang diteliti menunjukkan bahwa beberapa diantaranya penah memiliki riwayat untuk berwirausaha, memiliki keterampilan usaha dan memiliki keinginan untuk berwirausaha. Namun karena banyaknya keterbatasan (termasuk akses modal), KPM belum mampu untuk meningkatkan perekonomian mereka melalui wirausaha.

5.3.1.2 Sesudah Mengikuti P2K2

Perubahan perilaku KPM terlihat pada peningkatan dan perkembangan KPM dari perilaku-perilaku yang ditunjukkan sebelum mendapat pembelajaran dalam modul ekonomi. Dari hasil penelitian yang dilakukan, terdapat perubahan yang lebih baik, mulai dari memahami hingga menerapkan perencanaan keuangan keluarga. Adapun pengembangan perekonomian secara signifikan masih dalam tahap pengkondisian dan mempelajari akses pengembangan usaha.

1. Merencanakan Keuangan Keluarga

Dari hasil pelatihan atau pembelajaran P2K2 tentang modul ekonomi yang diterapkan oleh pendamping khususnya di wilayah penelitian, telah terlihat hasil yang sangat bermanfaat.

Page 159: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

146Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

Kondisi ini menggambarkan keinginan KPM untuk mengelola keuangan semakin tinggi dan mulai memahami perbedaan antara keinginan dan kebutuhan. Seperti yang dikemukakan oleh KPM di Banjarmasin bahwa:

“Ya, lebihcermat memilih mana yang keinginan mana yang kebutuhan. Misalnya mau baju kah, oh masih ada jadi gak usah beli nanti-nanti dulu beli baju. Kalau beras gak ada lebih baik beli beras atau bayaran sekolah. Manfaatnya itu bisa menabung terus tau membagi duit itu setelah gajian, dibagikan keamplop. Jadi duit itu gak dipakai-pakai, yang penting dulu dibayar”

Dari pernyataan diatas, KPM lebih mengutamakan kebutuhan sehari-hari/kebutuhan dasar dari pada keinginannya. Selain itu, jika kesulitan dalam menggunakan uang hasil kerjaan, KPM mengelola keuangan dengan menggunakan amplop. Pada kondisi yang sama, terdapat pula KPM yang melakukan hal tersebut sebelum mengikuti P2K2. Hal ini tidak terlalu berubah secara signifikan. Adapun gambaran pengelolaan keuangan KPM setelah mengikuti P2K2 secara spesifik dapat dilihat sebagai berikut:

1) Mencatat Kebutuhan dan Pengeluaran

Setelah mengikuti P2K2, lebih banyak KPM yang mulai membiasakan diri untuk mencatat kebutuhan-kebutuhan utama dalam keluarga sesuai pemasukan dan mencatat pengeluaran apa saja yang telah dilakukan. Hal ini diutarakan oleh KPM bahwa:

“Kalo itu awak (saya) catat semua pak. soalnyo ini biar tahu untung usaho samo balanjo makan kami. Dulu ndak dicatat pak. Kiniko (sekarang) dicatat. Jadi tahu awak (saya) berapa untung usaha”. (YF, KPM, Wilayah Padang).

“Sekarang ada catatan keuangan, walau hanya dipikirian. Tapi sudah ada perencanaan keuangan rumah tangga. Sehingga sekarang pengaturan menjadi cukup”. (SF, KPM, Wilayah Makassar).

Page 160: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

147Temuan Lapangan

KPM lebih memilih untuk mencatat pemasukan dan pengeluaran untuk mengetahui kondisi keuangan rumah tangga mereka dan meminimalisir pengeluaran untuk hal-hal tertentu saja. Menurut KPM bahwa dengan adanya catatan keuangan dapat bermanfaat hingga menimbulkan pengetahuan positif lainnya. Sebagaimana yang diungkapkan KPM yaitu:

“Wah sangat berpengaruh baik. Kayaknya saya jadi tahu pengeluaran dan pemasukan saya lalu ketemu hasilnya bahwa pengeluaran saya lebih besar dari pemasukan. Lalu saya jadi tahu kalau menabung itu sangat penting”. (L, KPM, Wilayah bandung).

Pengaruh dari pembelajaran modul ekonomi sangat baik untuk pengelolaan keuangan keluarga. Kondisi ini digambarkan dengan adanya temuan KPM yang mencatat pemasukan, pengeluaran hingga memahami untuk dapat menabung dari hasil catatan tersebut. Berbanding terbalik dari perilaku pencatatan, terdapat KPM yang menggunakan pemasukan keuangan dengan baik dengan cara berhemat dan memprediksikan pengeluaran mereka tanpa melakukan pencatatan keuangan. Kondisi ini telah diungkapkan oleh KPM bahwa:

“Mengurus keungan keluarga biasa saja pak. Cuma setelah dijelaskan sama pendamping, kami lebih hemat belanjanya. Kalo teman-teman ada catatannya. Kami ndak pak, tapi dalam hati sudah ada hitung-hitungannya samapai akhir bulan, kami diskusi sama suami”. D (KPM, Wilayah Padang).

Ungkapan KPM menjelaskan bahwa ia mampu mengelola keuangan keluarga dengan cara berdiskusi bersama dan membiasakan diri dalam memprediksikan hitungan pengeluaran dengan tidak dipengaruhi oleh catatan keuangan. Hal ini sudah menjadi kondisi yang sering dilakukan oleh KPM dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, terdapat pula KPM diwilayah lain yang telah mencatat pengeluaran tetapi lebih memikirkan pengeluaran yang cukup besar sehingga memilih untuk tidak melakukan pencatatan keuangan. Meskipun

Page 161: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

148Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

demikian, KPM mulai menyadari pentingnya berhemat dan mengatur keuangan dengan baik melalui pembelajaran modul ekonomi.

3) Menabung dalam Jumlah yang Kecil

Meskipun dalam kondisi keuangan yang minim, KPM mulai menabung sedikit demi sedikit karena sudah diajarkan oleh pendamping tentang keuntungan dalam menabung meskipun dimulai dari angka yang kecil. KPM mengungkapkan bahwa:

“Ada saya tabungan. Saya titipkan ke guru TPQ di desa sebelah. Ya nabung kalau ada uang Rp. 2000, Rp. 3000, kadang juga Rp. 50.000 saya tabung. Saya pakai uangnya kalau ada yang penting saja. Saya melakukan ini sejak selesai mengikuti P2K2 kan diajarin buat menabung itu agar kita tidak bergantung dengan PKH”. (L, KPM, Wilayah Bandung).

KPM mulai menabung dengan memanfaatkan sistem sumber terpercaya dalam tabungannya agar nantinya dapat dikelola dengan baik. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir keinginan pribadi dan ketergantungan dari PKH. Selain itu, tanpa meminta pihak lain, KPM juga dapat menabung dengan menyisihkan sedikit pendapatan dan mengelolanya sendiri. Seperti halnya KPM di wilayah Makassar yang menabung satu bulan sekitar Rp. 150.000 hingga Rp. 300.000.

2. Tidak Berhutang dan Memahami Resiko Ketika Meminjam Uang

Kondisi perilaku KPM sebelum dan sesudah mengikuti P2K2 tetap sama terkait masalah hutang. KPM tetap berhati-hati dalam meminjam uang dan tidak ingin berhutang. Seperti yang diungkapkan Ibu T yaitu:

“Iya tidak berani berhutang dan tidak kepikiran juga berhutang. Kita diajarin pendamping agar cermat dalam meminjam uang. Takut juga meminjam”. (T, KPM, Wilayah Bandung).

Page 162: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

149Temuan Lapangan

KPM telah diajarkan oleh pendamping untuk lebih cermat dalam meminjam uang. Hal ini diterapkan oleh KPM untuk membiasakan diri untuk tidak berhutang dan meminjam ke pihak yang sangat merugikan. Selain itu, KPM akan meminjam uang dalam keadaan terpaksa sesuai dengan yang diajarkan pendamping. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu YM bahwa:

“Pinjam uang kami penuh perhitungan pak. biasanya kami lakukan kalo benar-benar terpaksa. Biasanya buat tambah biaya pendidikan anak saja. Itu kami diajari pendamping pak. jangan sampai pinjam uang berbunga dari rentenir”. (YM, KPM, Wilayah Padang).

Pendidikan merupakan hal terpenting buat anak. Karena kebutuhan sekolah anak dan dalam kondisi yang mendesak, KPM berani meminjam uang dan memahami bahwa meminjam ke rentenir adalah hal yang salah. Lebih baik meminjam uang kepada pihak lain atau tidak sama sekali. Hal ini diajarkan oleh pendamping bahwa KPM harus selalu berhati-hati dan lebih mengatur pengeluaran dengan cermat agar tidak lagi memiliki hutang.

3. Mengetahui Cara Berwirausaha tetapi Memiliki Keterbatasan Akses

Setelah mengikuti pertemuan P2K2, lebih banyak KPM yang mengetahui dan menyadari pentingnya berwirausaha. Namun perubahan perilaku ini tidak terlihat begitu signifikan. Hal ini dikarenakan kondisi KPM yang terbatas dalam akses modal dan pemasaran. KPM mengungkapkan bahwa:

“Dulu ada, ada usaha bersama yang dikelompok saya gak jadi dulu, kami 10 per kelompok buat kacang toji .. tapi ndak jalan”. (N, KPM, Wilayah Padang).

Informasi dari KPM bahwa mereka tidak memiliki modal yang cukup untuk mengelola usaha secara mandiri. Oleh karena itu, KPM bergerak secara kelompok dalam mengumpulkan

Page 163: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

150Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

modal dan mencoba untuk membuat kelompok usaha bersama dengan memulai usaha kecil-kecilan. Akan tetapi, usaha yang dilakukan tidak memenuhi permintaan pasar, dan tidak ada jaringan kepada konsumen yang lebih besar sehingga usaha kelompok tidak berjalan dengan baik. Selain itu, terdapat KPM yang memulai usaha kecil-kecilan dengan keterampilan yang berbeda-beda dengan menyesuaikan kondisi pemasaran. Seperti yang diungkapkan Ibu AD yaitu:

“Ini ndak ngerti saya caranya pak. Tapi tanpa disadari terjadi juga. Mulanya saya ikut latihan membuat anyaman dari bahas plastik bekas untuk tas kecil. Lalu melalui pendamping diikutkan di pameran hingga terjual itu tas. Saya hitung lumayan untungnya. Tapi setelah itu susah menjualnya pak. pada hal ada beberapa yang saya bikin. Sampai kini belum laku. Setelah itu terpikir bukin kue. Saya coba, dan dititip di warung-warung. Ada juga untungnya pak, tapi putrarannya lambat. Saya menunggu kabar dari warung penitipan dulu, baru bikin lagi. Soalnya takut naggak habis hingga lapuk. Itu masih jalan sampai kini pak. Tapi ya kecil-kecilan”. (AD, KPM, Wilayah Padang).

KPM menjelaskan bahwa sangat sulit untuk berkembang dalam usaha kecil karena permintaan pasar yang sedikit. Oleh karena itu segala peluang telah dicoba oleh KPM sesuai dengan arahan pendamping. Selain itu, untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar, KPM perlu bantuan pendamping dengan akses dalam acara tertentu seperti pameran. Jika dilakukan secara mandiri di dalam kehidupan sehari-hari, KPM tersebut akan menemukan kesulitan. Oleh karena itu, KPM mencoba strategi lain untuk berwirausaha dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Page 164: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

151Temuan Lapangan

Tabel 5.12 Ringkasan Perubahan Perilaku KPM PadaPembelajaran Modul Ekonomi

Sebelum Mengikuti P2K2 Setelah Mengikuti P2K2

KPM belum pernah merencanakan keuangan keluarga yang ditunjukkan dengan tidak mencatat pengeluaran dan tidak menabung.

KPM merencanakan keuangan keluarga dengan cara mencatat kebutuhan dan pengeluaran dan mulai menabung meskipun dalam jumlah yang kecil

KPM berhati-hati dalam meminjam uang. Perilaku yang ditunjukkan adalah dengan meminjam uang pada pihak yang tidak merugikan seperti keluarga. Jika tidak dalam keadaan terdesak, KPM tidak ingin berhutang.

KPM memilih untuk tidak berhutang dan memahami resiko ketika meminjam uang

KPM Belum mampu berwirausaha dengan baik. Perilaku yang ditunjukkan adalah KPM memiliki keterampilan usaha, namun tidak dapat ditingkatkan karena keterbatasan modal.

KPM mengetahui cara berwirausaha tetapi memiliki keterbatasan akses modal dan jaringan pemasaran.

Sumber: Olahan Penelitian

5.3.2 Modul kesehatan gizi

Modul kesehatan dan gizi menunjukkan tentang pemahaman dan cara KPM untuk menjaga kesehatan ibu hamil, ibu menyusui dan balita, serta pengetahuan tentang kesakitan pada anak dan kesehatan lingkungan. Perilaku-perilaku yang ditunjukkan terkait hal tersebut menjadi bahasan yang penting untuk menggambarkan mafaat dari pembelajaran modul kesehatan dan gizi terhadap KPM. Kondisi ini dapat dideskripsikan melalui perilaku KPM sebelum dan sesudah mengikuti P2K2.

5.3.2.1 Sebelum Mengikuti P2K2 (Kebiasaan Sejak Dulu)

Kebiasaan yang telah dilakukan KPM sejak dulu digambarkan dengan prilaku yang normatif seperti masyarakat pada umumnya.

Page 165: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

152Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

Perilaku yang ditunjukkan adalah dengan memeriksakan kesehatan pada saat sakit, mengkonsumsi makanan yang ada dan beristirahat yang cukup. Secara spesifik komponen tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Berobat Ketika Sakit

Penelitian terkait perilaku KPM dalam menyikapi kesehatan dan gizi dalam hal ini lebih menunjukkan reaksi KPM ketika mendapat musibah (sakit). Secara umum KPM yang ditemui menjelaskan jika sakit akan berobat kepada lembaga kesehatan yang terpercaya, begitu pula dengan perawatan balita. Seperti pada ungkapan KPM yaitu:

“Iya selalu memeriksakan ke dokter kalau sakit saja. Tetapi imunisasi juga sudah diberi oleh bidan dan sekolah mereka juga. tetapi kalau sakit saya kasih obat warung dulu dan jika tidak kunjung membaik ya ke puskesmas. Sejak berkeluarga sudah seperti itu”. (Y, KPM Wilayah Bandung).

“Iya,, kami kalau ada anak yang sakit langsung diperiksa di puskesmas.. tidak banyak yang khusus untuk menjaga kesehatan, hanya yang umum-umum saja dek..”. (H, KPM, Wilayah Padang).

KPM menjelaskan bahwa mereka tidak melakukan hal yang khusus untuk menjaga kesehatan dan begitu pula dengan perawatan anak. Mereka melakukan perawatan kesehatan hanya pada saat sakit dengan membeli obat di warung dan berobat ke dokter di puskesmas terdekat. Pada perawatan kesehatan balita, KPM melakukan imunisasi rutin, sebagaimana yang diungkapkan :

“Sejak dulu kalau sakit ya dibawa ke bidan desa anak saya. Lalu kalau tidak kunjung sembuh saya bawa ke puskesmas. Imunisasi juga sudah rutin diberikan kepada anak saya”. (L, KPM, Wilayah Bandung).

Page 166: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

153Temuan Lapangan

KPM tetap melakukan kebiasaan rutin pada umumnya untuk merawat balita dengan membawa ke puskesmas, sekolah atau akses terdekat untuk imunisasi.

2. Mengkonsumsi Segala Makanan yang Tersedia

Sebelum belajar lebih banyak pada modul kesehatan dan gizi, KPM mengkonsumsi makanan yang tersedia dan yang mampu untuk dibeli. Ungkapan Ibu R terkait hal ini yaitu:

“Iya kami kalau makan, ya makan aja apa yang ada, yang penting gak lapar…tapi ga tau sehat apa tak….kalau sakit kami periksa di bidan, tapi pake uang pribadi…karena ga ada KIS kami…”. (R, KPM, Wilayah Padang).

KPM menjalai pola hidup pada umumnya untuk mengkonsumsi makanan tanpa tahu makanan yang dikonsumsi adalah makanan yang sehat atau tidak. Yang lebih utama adalah keluarga dapat makan yang cukup dan tidak dalam kondisi lapar. Selain itu, beberapa KPM di Wilayah lain rutin memakan makanan yang sehat dan ekonomis. Seperti yang diungkapkan Ibu Y, L dan V :

“Setiap hari makanan saya sejak dulu rutin dimakan ya telur, ikan asin, susu kental manis untuk anak sejak dia usia SD”. (Y, KPM, Wilayah Bandung).

“Setiap hari makanan s ikan asin, tahu, tempe, sayur-sayuran”. (I, KPM, Wilayah Bandung).

“Ya makan-makan sehat dek Ya karena bantuan ini saja, dan ada dari kakak juga..ibu bantuan beras telur…untung..”. (V, KPM, Wilayah Padang).

Makanan sehari-hari yang dikonsumsi KPM rata-rata makanan yang sama dalam satu wilayah seperti tahu, tempe, sayuran dan makanan berprotein lainnya yang dapat dijangkau secara ekonomi. Tidak banyak keharusan KPM untuk mengkonsumsi makanan di luar kebiasaan mereka. Adapun

Page 167: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

154Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

KPM lain tetap berusaha mengkonsumsi makanan yang sehat yang diperoleh dari bantuan sosial.

3. Istirahat yang Cukup

Rata-rata KPM yang ditemui memiliki kebiasaan baik yang dilakukan pada pola istirahatnya. Hal ini diungkapkan KPM bahwa:

“Tidur 18.30 dan bangun 04.30 sejak dulu sebelum menikah”. (N, KPM, Wilayah Bandung). “Tidur 20.00 bangun 04.00 sejak dulu sebelum menikah”. (Y, KPM, Wilayah Bandung).

Sebelum mengikuti P2K2 dari pendamping, KPM juga selalu rutin menjaga pola istirahat dengan baik karena tidak ada aktivitas yang melelahkan untuk dikerjakan setiap harinya.

5.3.2.1 Sesudah Mengikuti P2K2

Perilaku KPM dalam hasil temuan menyebutkan bahwa tidak ada perubahan yang signifikan yang terjadi untuk menjaga kesehatan dan gizi. Peningkatan yang terlihat setelah mengikuti pembelajaran lebih kepada usaha KPM untuk rutin mengecek kesehatan.

1. Berusaha untuk Rutin Mengecek Kesehatan

Berusaha untuk menjaga kesehatan ditandai dengan rutinitas pengecekan kesehatan ke lembaga kesehatan terpercaya di masing-masing wilayah sebagai bentu usaha hidup sehat dan lebih baik. Dalam hal ini, KPM merasakan perubahan setelah mendapatkan pembelajaran dari pendamping. Sebagaimana yang diungkapkan adalah:

“Ini yang paling sering dibahas pak. Rasonyo (rasanya) banyak perubahan pak. Kami mau cek kesehatan ke puskesmas biar ndak sakit pak. kalau dulu kan tunggu sakit dulu baru ke puskesmas. Kini ndak lagi. Kami sekedar cek tensi, minta vitamin pergi aja ke puskesmas pak. ini sudah kami lakukan setelah jadi peserta PKH, tapi lebih terasa lagi setelah P2K2 ini pak. Kami memang lebih sehat sekarang pak”. (AD, KPM, Wilayah Padang).

Page 168: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

155Temuan Lapangan

Setelah mengikuti pembelajaran modul kesehatan dan gizi, KPM dapat mengecek kesehatan di puskesmas meskipun tidak dalam keadaan sakit saja. Hal ini dilakukan karena mendapat akses yang lebih mudah setelah menjadi peserta PKH dan mendapat arahan yang positif dari pendamping. KPM menjadi lebih tahu pentingnya untuk menjaga kesehatan lebih awal dengan mengetahui kondisi tubuh dan mencegah penyakit. Perilaku ini lebih diusahakan bagi KPM untuk memanfaatkan akses dan bantuan yang telah diberikan. Seperti yang diungkapkan KPM yaitu:

“Kalau ini pak pasti awak (saya) usahakan. Malu awak (saya) pak kalo ndak jaga kesehatan. Kan udah dikasih piti (uang) buat ongkos berobat. Jangan sampai sakit baru berubat ke puskesmas. Bekko (nanti) dibahas lagi di arisan, malu pak”. (YM, KPM, Wilayah Padang).

Menjaga kesehatan merupakan kewajiban bagi KPM dan sudah dilatih untuk lebih rajin memeriksakan kondisi tubuh sebelum sakit. KPM akan merasa malu ketika setiap perkumpulan kelompok selalu ditanyakan rutinitas kesehatan oleh pendamping yang bertugas. Mereka juga mendapatkan arahan bahwa biaya pengobatan sangat mahal, untuk itu lebih menjalani pola hidup sehat dengan mengkonsumsi vitamin dan memahami kondisi tubuh dengan sebaik-baiknya.

2. Mengkonsumsi Makanan yang Bergizi

Dalam mengkonsumsi makanan yang bergizi perilaku KPM tidak ada yang berubah seperti sebelum mengikuti P2K2 dari pendamping. Sepertihalnya yang diungkapkan adalah:

“Setiap hari makanan saya sejak dulu rutin dimakan ya tahu, tempe, ikan asin. Sejak menerima PKH juga tidak ada yang berubah”. (N, KPM, Wilayah Bandung).

KPM merasa lebih mengetahui makanan-makanan yang bergizi itu apa saja. Setelah mendapatkan pembelajaran mengenai hal ini, KPM memahami bahwa selama ini makanan

Page 169: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

156Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

yang dikonsumsi adalah makanan yang bergizi dan tidak banyak perubahan yang ditemukan pada perilaku KPM.

3. Istirahat yang Cukup

Istirahat yang cukup merupakan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan KPM sejak dari dulu sebelum mengikuti P2K2. Bahkan setelah mendapatkan pembelajaran dari modul kesehatan dan gizi, peningkatan yang terlihat lebih kepada pemahaman konsep pola istirahat dari aktivitas sehari-hari yang dijalankan. Sejauh ini KPM yang ditemui telah menjalankan perilaku yang sama untuk menjaga kesehatan tubuh dengan baik.

Tabel 5.13 Ringkasan Perubahan Perilaku KPM PadaPembelajaran Modul Kesehatan dan Gizi

Sebelum Mengikuti P2K2 Setelah Mengikuti P2K2

1. KPM berobat ketika sakit dengan mengakses lembaga kesehatan terdekat dan yang mudah dipercaya seperti puskesmas dan rumah sakit.

1. KPM berusaha untuk rutin mengecek kesehatan bahkan sebelum pada kondisi sakit.

2. Mengkonsumsi segala makanan yang tersedia dan mampu untuk dibeli seperti sayuran, tempe, tahu dan ikan asin.

2. Mengkonsumsi makanan yang bergizi dan mampu untuk dibeli seperti sayuran, tempe, tahu, ikan asin, dan makanan berprotein lainnya.

3. Istirahat yang cukup 3. Istirahat yang cukup

Sumber: Olahan Penelitian

5.3.3 Modul kesejahteraan sosial

Modul kesejahteraan sosial meliputi pembelajaran terkait pelayanan bagi KPM yang memiliki lansia dan disabilitas berat. Dari hasil temuan lapangan, rata-rata belum ada KPM yang menceritahan adanya perubahan perilaku dalam pelayanan lansia dan disabilitas. KPM hanya menceritakan kondisi lansia di rumah dan menggunakan dana PKH sesuai dengan kebutuhan dan

Page 170: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

157Temuan Lapangan

fungsinya. Perilaku KPM sebelum dan sesudah mengikuti P2K2 tetap sama, yaitu merawat orang tua (lansia) dengan baik. KPM mengungkapkan bahwa:

“Ibu saya sudah sangat tua. Tetapi masih sering memberikan nasehat kalau misalnya saya suka ada masalah misalnya sama teman, anak saya, dan suami dia juga suka membantu juga dalam masalah keuangan. Saya juga Alhamdulillah masih dibantu sama ibu saya. Dia juga orangnya tidak mau merepotkan siapapun. Adapun uang PKH selalu saya berikan ke dia. Tetapi dia selalu memberikan lagi ke pada saya. Dia selalu menyisakan buat dirinya sendiri untuk di tabung. Sering juga dia suka memberi uang saku pada cucunya dan saya. Dia masih sangat pandai mengelola uang walau sudah sangat tua”. (Y, KPM, Wilayah Bandung).

Informasi dari KPM menjelaskan bahwa orang tua mereka (lansia) dalam kehidupan sehari-harinya selalu memberi nasehat pada anak dan cucu bahkan membantu keuangan keluarga. Tidak terdapat perilaku yang perlu diubah dari pernyataan KPM tersebut dalam hal keuangan. KPM tetap merawat orang tua mereka dengan baik dan memenuhi hak-haknya termasuk dalam aktualisasi diri. Orang tua (lansia) akan senang jika membantu anak-anaknya yang kesusahan. Adapun pengetahuan tentang lansia juga telah dibahas oleh pendamping, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibu AD yaitu:

“Ini juga masih jarang kami bahas. Tapi pernah tahun lalu. Kami jadi tahu arti lanjut usia 60 tahun ke atas pak , dan perlu dihargai. Kami baru tahu sebatas itu pak. jarang juga kami bahas ini. Mungkin karena diantara kami jarang lanjut usia”. (AD, KPM, Wilayah Padang).

Modul tentang kesejahteraan sosial sangat jarang diajarkan oleh pendamping. Hal ini dikarenakan diantara masyarakat jarang terdapat permasalahan terkait lanjut usia maupun disabilitas. Namun, modul tersebut tetap pernah diajarkan untuk memberikan ilmu pengetahuan tentang hak dan pelayanan disabilitas dan lansia. Dengan demikian, perilaku yang muncul setelah mendapat pembelajaran tersebut masih dalam tahap pemahaman. Selain

Page 171: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

158Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

daripada itu, KPM tetap merawat orang tua (lansia) serta disabilitas (jika ada yang memiliki disabilitas) dengan baik sperti pada umumnya.

Tabel 5.14 Ringkasan Perubahan Perilaku KPM Pada Modul Kesejahteraan Sosial

Sebelum Mengikuti P2K2 Setelah Mengikuti P2K2

1. Merawat orang tua (lansia) dengan baik dengan memberikan perhatian dan mencukupi kebutuhannya.

1. Tetap merawat orang tua (lansia) dengan baik dengan memberikan perhatian dan mencukupi kebutuhannya.

Sumber: Olahan Penelitian

5.3.4 Modul pengasuhan dan Pendidikan anak

Modul pengasuhan anak yang diajarkan oleh pendamping terlatih kepada KPM untuk member arahan tentang pentingnya pola asuh yang baik di rumah dan pendidikan untuk keberhasilan anak. Informasi yang diperoleh terkait perilaku KPM tentang pembelajaran pengasuhan dan pendidikan anak menunjukkan bahwa KPM telah melakukan pengasuhan yang baik sebelum mengikuti P2K2. Adapun setelah mengikuti pembelajaran dan arahan dari pendamping, perilaku KPM merupakan peningkatan atau kontinuitas dari perilaku sebelumnya.

5.3.4.1 Sebelum Mengikuti P2K2 (Kebiasaan Sejak Dulu)

Kebiasaan KPM dalam melakukan aktivitas sehari-hari bersama anak menggambarkan sikap yang positif dan pada umumnya dilakukan oleh orang tua peduli terhadap anak. Perilaku-perilaku yang ditunjukkan antara lain sebagai berikut:

1. Menasehati Anak Jika Melakukan Kesalahan

KPM berusaha untuk mendidik anak dengan cara menasehati anak melalui cara-cara yang dapat diterima oleh anak dan tidak menimbulkan permasalahan atau pertengkaran. Seperti yang diungkapkan oleh KPM yaitu:

Page 172: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

159Temuan Lapangan

“Ya itu, saya selalu menasehati dia kasih tahu ini baik dan ini yang tidak baik dan ini juga sudah kebiasaan sejak dia masih kecil saya selalu begitu. Anak juga selalu mendengarkan dan saya suka merayunya kalau dia sedang tidak enak hatinya biar kembali baik”. (I, KPM, Wilayah Bandung).

Dalam membentuk perilaku anak, KPM selalu memberikan arahan tentang contoh perilaku baik dan yang tidak baik untuk dilakukan dengan alasan-alasan yang dapat dipahami anak. Kemudian menyikapi dengan baik ketika anak dalam keadaan emosi yang kurang stabil. Ketika anak berbuat kesalahan, KPM mendidik anak dengan strategi selain memarahi atau banyak memberikan komentar. Sebagaimana yang diungkapkan KPM yaitu:

“Saya kasih nasehat ke dia, lalu saya biarkan atau diemin dulu biar dia juga berfikir apa kesalahan dia. Lalu kalau dia masih diam saja paling saya dekatin dia. Itu sudah lama saya lakukan sejak dia masih kecil”. (Y, KPM, Wilayah Bandung).

Cara mendiamkan anak setelah marah dengan kata lain memberi sedikit nasehat bertujuan untuk memberikan anak waktu untuk merenungi kesalahan yang telah dilakukan. Setelah itu anak diarahkan kembali untuk menyikapi dengan baik tentang perilakunya tersebut agar anak sadar untuk tidak mengulangi perbuatan yang merugikan. Selain dari cara menasehati tersebut, ada juga KPM yang tidak terlalu banyak menasehati prilaku buruk anak dan membiarkan anak untuk bertindak semaunya. Seperti yang diungkapkan KPM yaitu:

“Ya sukanya saya nasehatin dia lalu ya sudah kalau dia tidak patuh saya biarkan. Kalau dia tidak patuh juga kena batunya. Kalau sudah kena batunya baru dia patuh dan percaya. Saya tahu ini juga dari orang tua dulu ya sejak dulu juga ya”. (T, KPM, Wilayah Bandung).

KPM tetap berupaya untuk menasehati anak ketika melakukan kesalahan dan mengarahkan kepada perilaku yang seharusnya. Tetapi jika anak tetap nakal, KPM akan membiarkan

Page 173: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

160Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

saja sampai anak tersebut mendapat pelajarannya sendiri di kemudian hari. Bagi KPM, hal ini merupakan ajaran dari orang tua (nenek-kakek) sejak dulu.

2. Menjadi Teman yang Baik bagi Anak

Pada situasi tertentu, anak lebih sering bercerita tentang permasalahan yang dihadapi kepada orang tua lebih dekat. KPM mengungkapkan bahwa selama ini ia merasa dekat dengan anak sehingga dapat menjadi teman yang baik bagi anak.

“Walaupun anak saya laki-laki sejak kecil mereka berdua selalu dekat dengan saya. Kalau ada apa-apa sejak dulu juga mereka alhamdulilah selalu bercerita ke saya. Saya selalu duduk bersama dengan mereka untuk mendengar cerita mereka. kebiasaan ini sudah sejak dulu sebelum mengkuti PKH” (N, KPM, Wilayah Bandung).

“Ya saya suka mendengarkan dia bercerita sejak dulu jika ada masalah. Kalau cerita tentu saya liat wajahnya. Ini udah sejak dulu otomatis”. (LN, KPM, Wilayah Bandung).

KPM memahami bahwa mendengarkan dan memperhatikan anak ketika anak sedang bercerita tentang masalah yang dihadapi akan dapat menenangkan hati anak. Kebiasaan ini telah dilakukan sejak dulu karena kedekatan diantara orang tua dan anak.

3. Menemani Aktivitas Anak di Rumah

Untuk menjadi lebih dekat dengan anak, KPM membiasakan diri untuk menemani anak bermain atau menemani anak saat kegiatan santai seperti menonton TV dan lain sebagainya. Seperti yang diungkapkan KPM yaitu:

“Kalau anak itu sudah besar jadi nemenin anak main. Itu misalnya sambil nonton tv aja nemenin sambil bicara. Biasanya kalau nonton tv itu kita dampingi. Jadi kalau ada yang gak paham kita jelaskan”. (KPM, Wilayah Banjarmasin).

Dengan beraktivitas bersama anak di rumah, anak menjadi nyaman dan mendapat pembelajaran baru dari orang yang

Page 174: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

161Temuan Lapangan

lebih dekat. Jika KPM membiasakan perilaku tersebut, anak akan lebih memahi pentingnya kebersamaan bersama keluarga. Selain dengan perilaku ini, kadangkala KPM juga memberikan kepercayaan anak untuk bermain di luar rumah karena masih dalam pengawasan jarak dekat.

“Tidak dia selalu dari dulu bermain dengan temannya. Saya juga selama tidak ada masalah ya sudah. Itu sudah sejak dahulu. Lagian juga dia bermain masih dekat dengan rumah”. (Y, KPM, Wilayah Bandung).

Aktivitas santai anak tidak hanya dilakukan di dalam rumah tetapi juga bermain di luar rumah. Tentunya orang tua memberikan kepercayaan pada anak untuk bermain pada batasan yang wajar. Ketika berada di dalam rumah, KPM tetap menemani aktivitas anak.

4. Berusaha Membantu Anak Belajar di Rumah

Terkait mata pelajaran sekolah, proses belajar anak tidak hanya dilakukan di sekolah, tetapi juga dilakukan di rumah. Biasanya untuk pengulangan atau latihan pelajaran, guru memberikan PR (pekerjaan rumah). Untuk menyikapi hal tersebut, KPM berusaha untuk membantu dan menemani anak ketika mendapatkan tugas sekolah.

“Saya suka nemenin dia kalau dia lagi mengerjakan PR dan saya selalu membantu dia kalau dia sedang susah. Kalau saya tidak bisa saya suruh dia bertanya ke temennya aja karena juga di sini tidak ada guru les”. (T, KPM, Wilayah Bandung).

“Saya bantu kalau ada PR tetapi kalau tidak bisa ya sudah saya suruh bertanya ke saudara atau temannya untuk belajar bersama. Saya tahu itu juga sudah sejak dulu sebelum mengikuti PKH”. (N, KPM, Wilayah Bandung).

Menemani anak belajar dan membantu anak dianggap oleh KPM sebagai kebiasaan agar anak tidak berada dalam keadaan sulit mengerjakan kewajibannya. Ketika KPM tidak memahami tentang buku pelajaran anak, KPM mengarahkan

Page 175: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

162Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

anak untuk bertanya kepada orang lain yang terdekat dan lebih mampu untuk membantu anak mengerjakan tugas sekolah.

5.3.4.1 Setelah Mengikuti P2K2

Setelah mendapatkan pengajaran tentang pengasuhan dan pendidikan anak, KPM menjadi lebih memahami pentingnya menasehati anak dengan baik dan mencoba untuk tidak melakukan kekerasan pada anak jika berbuat kesalahan. Selain itu, KPM juga memberikan perhatian dan kasih sayang pada anak yang ditunjukkan dengan tetap menjadi teman yang baik, memberikan pujian ketika anak mendapat nilai atau perilaku baik, serta mencari informasi terkait perkembangan anak di sekolah.

1. Menasehati Anak dengan Baik tanpa Melakukan Kekerasan

Ketika anak melakukan kesalahan, KPM berusaha untuk menasehati anak dengan baik tanpa melakukan kekerasan atau mencoba menahan emosi. Beberapa KPM mengunkapkan hal tersebut, diantaranya yaitu:

“1ya alhamdulillah itu sangat membantu jadinya saya tahu itu apa itu pengasuhan anak dan cara mengasuh anak, dan apa itu penelantaran anak. jadinya saya juga kalau marah-marah ga sampai mukul anak”. (N, KPM, Wilayah bandung).

“Jujur sajo yo pak. memukul anak kalo nakal itu, biaso di awak di siko (maksudnya di masyarakat sini). Itu hukuman biar anak ndak mengulangi kelakuannya. Tapi kiniko (sekarang) setelah dijelaskan pendamping, ndak lagi pak. Anak kami hukum dengan cara lain. Misalnya jajannyo dikurangi. Itu juo lah disepakati jo (dengan) anak terlebih dahulu”. (YM, KPM Wilayah Padang).

“Yang dulunya lebih emosian sama anak, sekarang bisa diredamlah. Setelah ada materi ini. Misalnya lagi sibuk masak, terus anak datang…mak ini mak, terus emosi kitanya. Sekarang lebih prioritas membalas permintaan anak dulu baru kerjaan”. (KPM, Wilayah Banjarmasin).

Manfaatnya dari modul ini adalah KPM memahami dan menyadari untuk tidak mudah memukul anak, sabar, dan

Page 176: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

163Temuan Lapangan

menjaga perkataan dengan baik. KPM awalnya memberikan pelajaran bagi anak untuk lebih disiplin dengan cara memukul anak. Namun dengan adanya arahan dari pendamping, KPM menjadi sadar bahwa tindakan tersebut merupakan perilaku yang salah. KPM juga akan memberikan hukuman sesuai kesepakatan anak sebagai bentuk reinforcement negatif. Selain dari menahan untuk tidak melakukan kekerasan pada anak, KPM juga berusaha untuk melindungi anak ketika ada orang lain yang kasar terhadap anaknya. Sebagaimana yang diungkapkan KPM yaitu:

“Itulah ibu ajarkan sama anak ibu, ibu kalau ngomong A A B B, malah kalau ada yang kasar sama anak saya,saya lapor di dinsos..yang penting anak arahkan sesuai agama..kalau ada anak yang kasar sama anak ibu, ya ibu marah karena ibu tidak pernah mukul anak sampai sekarang…”. (V, KPM, Wilayah Padang).

KPM mengajarkan dengan tegas tentang perilaku yang baik dan yang tidak baik untuk dilakukan sesuai dengan ajaran positif yang didapatkan sebelumnya. Selain itu KPM selalu berupaya untuk melindungi anak dari kekerasan. Di Wilayah Makassar, KPM mengakui banyak pengetahuan yang diperoleh terkait dengan perilaku orang tua terhadap anak. Kalau selama ini, seringkali anak menjadi pelampiasan ketika ada konflik antara suami dengan isteri, maka saat ini hal itu sudah dapat diatasi KPM semakin menyadari untuk menghindari kekerasan seperti menampar, mencentil anak, membentak dan perilaku lain yang merugikan anak ketika menasehatinya.

2. Memberikan Pujian dan Menghargai Anak

Pada situasi tertentu, KPM memberikan pujian kepada anak ketika anak melakukan peningkatan belajar atu perilaku lain yang membanggakan.

“Dipuji, pintar anak mama, besok seperti ini lagiya. Terus dibilangin bagus bagus gitu”. (KPM, wilayah Banjarmasin).

Page 177: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

164Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

KPM memuji anak sebagai bentuk reinforcement/penguatan positif agar anak merasa diakui. Selain itu KPM di wilayah lain juga menghargai anak dengan menyapa ketika pulang sekolah, dan meminta maaf jika bersalah pada anak. Hal ini merupakan bentuk kasih saying dan ajaran kepada anak untuk memahami perilaku yang baik untuk dilakukan sesuai dengan situasi/permasalahan yang terjadi.

3. Tetap Menjadi Teman yang Baik bagi Anak

Pada perilaku sebelumnya, KPM sudah menjadi teman berbagi dengan anak dan menimbulkan rasa nyaman kepada anak. Setelah mendapatkan arahan dari pendamping, KPM juga tetap melaksanakan perilaku tersebut dan lebih membiasakan diri untuk lebih dekat pada anak. Seperti yang diungkapkan KPM yaitu:

“Sudah dilaksanakan. Misalnya lagi nyuci terus anak datang, ma ma ini mau cerita, saya kan sini sini kalau mau cerita. Dulu juga sudah sering apa lagi cerita tentang di sekolah. Ada ini itu di sekolah, Setelah ada pertemuan-pertemuan ini jadi semakin sering”. (KPM, Wilayah Banjarmasin).

“Kadang kalau lagi masalah anak bilang,, kalau bikin pr juga….Biasa jadi tempat curhat, kami juga ajarkan sopan santun saja ke anak..”. (R, KPM, Wilayah Padang).

Modul ini sangat bermanfaat bagi KPM untuk terus meyakinkan KPM agar tetap berupaya untuk mempertahankan perilaku baik terhadap anak, dengan menjadi tim atau teman yang baik dalam keluarga. Hal ini dilakukan agar anak tidak merasa kesepian dan harus menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa dukungan orang tua.

4. Tetap Berusaha Membantu Anak Belajar di Rumah

Setelah mengikuti pembelajaran P2K2 dari pendamping, KPM tetap membantu anak ketika belajar di rumah seperti mengerjakan PR. Sebagaimana yang diungkapkan KPM yaitu:

Page 178: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

165Temuan Lapangan

“Kalau ada PR saya suka membantu dia tetapi kalau tiak bisa paling saya suruh ke saudaranya karna ada yang bisa itu”. Lalu saya juga suka Whatsup gurunya buat nanyain kondisi anak saya. Memang diajari di buku pintar”. (L, KPM, Wilayah Bandung).

“Kalau ini, yang kami tahu pak, perlu didampingi pas belajar. Biar kita orang tua ndak mengerti pelajaraannyo, kita damping sajo biar anak merasa dia disayangi orangtuanyo. Ya itu lah kami praktekkan itu pak dari pendamping. Kalau ndak saya, biasonyo apaknyo (bapaknya) yang dampingi anak”. (YM, KPM, Wilayah Padang).

Informasi diatas menunjukkan bahwa KPM tetap berusaha menemani anak untuk belajar agar anak merasa disayangi oleh orang tuanya. Manfaat yang dirasakan dari ajaran pendamping terkait modul pengasuhan dan pendidikan anak adalah, lebih menekankan dan meyakinkan para KPM untuk mempertahankan perilaku-perilaku yang baik seperti sebelum mendapatkan arahan P2K2. Hal ini diharapkan agar kedepannya KPM lebih meningkatkan lagi kapasitas diri dan meluangkan waktu lebih banyak ketika menemani anak belajar di rumah.

5. Mengecek Perkembangan Anak di Sekolah

Mencoba untuk mengetahui kondisi dan perkembangan belajar anak merupaka salah satu bentuk perhatian dari orang tua. KPM yang diwawancarai juga telah menerapkan hal tersebut agar menjadi orang tua yang baik. KPM mengungkapkan bahwa:

“Kalau ada pr, kita membantu terus kalau di sekolahan kita mendekatkan dengan gurunya bertanya gimana anak saya di sekolah. Saya diajarin oh ternyata harus dekat sama guru biar anak kita diperhatikan terus di sekolahnya seperti apa”. (KPM, Wilayah Banjarmasin).

Pendamping mengajarkan cara untuk lebih perhatian pada anak salah satunya dengan menjaga komunikasi dengan guru atau wali kelas di sekolah. Hal ini dilakukan agar KPM lebih

Page 179: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

166Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

mengetahui perkembangan anak di sekolah, menilai perilaku anak, serta mendidik anak jika menemukan perilaku buruk atau hal-hal lain yang meresahkan anak di sekolah.

Tabel 5.15 Ringkasan Perubahan Perilaku KPM Pada Modul Pengasuhan dan Pendidikan Anak

Sebelum Mengikuti P2K2 Setelah Mengikuti P2K2

1. Menasehati anak jika melakukan kesalahan. Hal ini ditunjukkan dengan cara memberikan arahan-arahan yang baik, memberikan waktu anak untuk merenungi kesalahannya dan membujuk anak, serta membiarkan anak menyelesaikan sendiri permasalahannya.

1. Menasehati anak dengan baik tanpa melakukan kekerasan. Perilaku yang ditunjukkan adalah dengan menahan emosi, sabar dalam menangani anak, menjaga perkataan, dan bersikap tegas dalam memberikan arahan positif pada anak.

2. Menjadi teman yang baik bagi anak. Perilaku yang ditunjukkan adalah menjadi teman curhat, mendengarkan dan memperhatikan anak ketika berbicara.

2. Memberikan Pujian dan Menghargai Anak.

3. Menemani aktivitas anak di rumah. Perilaku yang ditunjukkan adalah menemani anak bernain dan menonton TV.

3. Tetap menjadi teman yang baik bagi anak.

4. Berusaha membantu anak belajar di rumah. Perilaku yang ditunjukkan adalah dengan membantu anak mengerjakan PR, atau mengarahkan anak untuk bertanya pada orang yang lebih memahami tentang tugas sekolah.

4. Tetap berusaha membantu anak belajar di rumah.

5. Mengecek perkembangan anak di sekolah. Perilaku yang ditunjukkan adalah dengan menjalin komunikasi pada guru atau wali kelas anak untuk memperoleh informasi tentang kondisi anak di sekolah.

Sumber: Olahan Penelitian

Page 180: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

167Temuan Lapangan

5.3.5 Modul perlindungan anak

Perlindungan anak merupakan segala tindakan untuk menjamin dan melindungi anak dan segala haknya untuk hidup lebih baik dan berkembang mendapat perlindungan dari kekerasan. Penelitian yang dilakukan di 6 wilayah menggambarkan bahwa modul tentang perlinhdungan anak telah diajarkan dibeberapa kelompok KPM. Secara pemahaman konsep, rata-rata KPM telah mengetahui dan memahami tentang hak-hak anak dan memahami situasi penelantaran serta jenis kekerasan pada anak. Pada prakteknya, belum banyak yang membahas tentang kasus-kasus spesifik yang sudah ditangani oleh KPM ketika menghadapi permasalahan anak. Adapun hasil penelitian terkait hal ini lebih banyak ditemukan pembahasan tentang hak anak dan pemahaman tentang kekerasan pada anak.

5.3.5.1 Sebelum Mengikuti P2K2

Selama mendapatkan bantuan PKH, KPM berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan anak di bidang pendidikan dan pelayanan kesehatan. Secara khusus banyak yang belum mengetahui bahwa kewajiban tersebut merupakan bagian dari hak-hak anak. Sebelum mengikuti kegiatan P2K2, sebagian besar KPM mengetahui konsep hak anak adalah hal yang umum dibicarakan di kalangan masyarakat. KPM mengutarakan bahwa:

“Hak anak itu, Berdo’a untuk anak dan kasih sayang itu yang saya tahu sejak dulu”. (Y, KPM, Wilayah Bandung). “Hak anak, Kasih sayang, kalau sedih dibantu biar tidak sedih itu saja yang saya tahu dari dulu”. (I, KPM, Wilayah Bandung). “Hak anak itu ya Ya sekolah, mengaji, disuruh belajar, pendidikan, sayang sama anak”. R (KPM, Wilayah Padang).

Beberapa pernyataan KPM diatas menggambarkan bahwa mereka sudah menjalani kewajiban yang baik sebagai orang tua. Namun pada prakteknya, komponen tersebut merupakan naluri yang dimiliki oleh orang tua terhadap anaknya. Secara konsep, pemahaman KPM terkait hak anak yang wajib diberikan maupun

Page 181: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

168Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

hak yang dilindungi belum sepenuhnya diketahui. Sehingga prilaku tersebut masih dianggap hal yang wajar dan bersifat umum. Adapun beberapa KPM lain juga menyatakan bahwa:

“Hak anak yang sudah dijalani, Perhatian, berucap yang baik ke anak, kasih saying”. (N, Wilayah Bandung). “Hak anak yang sudah dijalani, Sekolah, kesehatan dan kasih sayang”. (T, KPM, Wilayah Bandung).

Sebelum mengikuti kegiatan P2K2 dari pendamping, KPM sudah menjalani hak anak agar anak dapat berperilaku baik karena pola asuh yang positif yang dilakukan oleh orang tua. Mereka sudah menjalankan hak anak untuk memperoleh pendidikan, memperoleh perawatan kesehatan, dan cara menasehati anak dengan baik.

5.3.5.2 Setelah Mengikuti P2K2

Kegiatan P2K2 diberikan kepada KPM untuk menyadarkan KPM tentang pentingnya pengetahuan hak anak yang harus dipenuhi orang tua dan kekerasan pada anak merupakan perlakuan yang salah yang akan menimbulkan dampak negatif bagi anak. Dengan adanya pembelajaran modul perlindungan anak, KPM tidak lagi memahami hak anak hanya sekedar naluri, namun merupakan tindakan-tindakan yang penting untuk diharuskan penerapannya kepada anak. Setelah mendapatkan pengetahuan secara rinci tentang perlindungan anak, KPM jadi lebih banyak memahami apa saja hak anak, apa saja tindak kekerasan pada anak, dan bagaimana melakukan upaya perlindungan anak dari kekerasan dan penelantaran.

1. Lebih Memahami Pentingnya Hak Anak

Tidak banyak perubahan yang terlihat pada pengetahuan tentang hak anak sebelum dan sesudah mendapatkan pembelajaran dari pendamping. KPM hanya lebih memandang pengetahuan ini sangat bermanfaat dan merupakan hal yang penting untuk dipahami. KPM mengungkapkan bahwa:

Page 182: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

169Temuan Lapangan

“Hak anak itu adalah memberikan kasih sayang, perhatian, menyekolahkan. Saya tahu juga sejak dulu tetapi adanya pertemuan juga saya jadi belajar terkait rasa kasih sayang dan perhatian itu memang sangat penting untuk anak”. (N, KPM, Wilayah Bandung). “Hak anak adalah memberikan kasih sayang, menjadi orang tua yang lebih baik, sekolah, dan kesehatan. Saya tahu dari buku pintar”. (LN, KPM, Wilayah Bandung).

Pentingnya hak anak untuk diketahui dan dipahami oleh KPM menunjukkan prilaku KPM untuk memberikan perlakuan yang lebih terhadap anak dan lebih berhati-hati ketika menegur atau menghukum anak. Pendapat dari beberapa KPM di wilayah lainnya dalam penelitian ini sudah lebih berkembang tentang apa saja yang dimaksud dengan hak sipil anak.

2. Memahami tentang Perlakuan Salah pada Anak

Adanya pembelajaran dalam modul perlindungan anak, KPM menyadari bersikap marah yang berlebihan dapat mengganggu psikis anak dan merupakan tindak kekerasan. Sebagaimana yang diungkapkankan KPM yaitu:

“Menjewer, menendang, marah, ngatain. Saya tahu dari sejak dulu. Tetapi adanya pertemuan itu memperjelas saja dan saya juga baru tahu kalau marah-marah itu juga kekerasan”. (N, KPM, Wilayah Bandung).

Perilaku negatif yang sudah dilakukan dalam menghukum anak seperti marah-marah yang berlebihan, telah disadari oleh KPM merupakan tindakan kekerasan dan perlakuan salah. Adanya pembelajaran modul perlindungan anak bagi KPM sangat membantu, agar KPM meminimalisir perilaku salah pada anak dan mengetahui upaya untuk mengatasi/mencegah situasi kekerasan dan penelantaran anak.

Page 183: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

170Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

Tabel 5.16 Ringkasan Perubahan Perilaku KPM Pada Modul Perlindungan Anak

Sebelum Mengikuti P2K2 Setelah Mengikuti P2K2

1. Mengetahui hak anak secara umum yaitu berdoa, memberi perhatian, kasih sayang, sekolah dan kesehatan.

1. Lebih memahami pentingnya hak anak.

2. Memahami tentang perlakuan salah pada anak. Memahami bahwa memukul, marah, dan menghina anak merupakan tindakan kekerasan.

Sumber: Olahan Penelitian

5.4 Relevansi Proses Diklat P2K2 dengan tugas Pendamping PKH, dan prioritas pengembangan apa yang perlu dilakukan.

5.4.1 Jurusan/Konsentrasi Pendidikan Terakhir

Tabel 5.17 Latar Belakang Pendidikan Pendamping

Berdasarkan hasil survey dapat disimpulkan bahwa latar belakang pendidikan terakhir pendamping PKH sebagian besar bukan berasal dari konsentrasi Ilmu Sosial. Dapat dilihatpada tabel di atas diamana sebanyak 75,7% (sebanyak 6.956 responden) tidak memiliki latar belakang ilmu sosial. Kemudian sebanyak 1.898 responden atau sebanyak 20,66% memiliki latar belakang ilmu sosial. Sedangkan 3,65% atau sebanyak 335 responden memiliki latar belakang sesuai dengan karakteristik sebagai pekerja sosial yakni Ilmu Kesejahteraan Sosial.

Page 184: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

171Temuan Lapangan

5.4.2 Tempat Tinggal Di Kecamatan Dampingan

Tabel 5.18 Lokasi Tempat Tinggal Pendamping

Berdasarkan data yang telah diolah dapat dilihat pada tabel di atas terkait Kecamatan lokasi tempat tinggal pendamping dengan Kecamatan lokasi tempat tinggal Keluarga Penerima Manfaat PKH yang menjadi tanggung jawab binaan pendamping PKH. Melalui hasil survey yang dilakukan bahwa terdapat 6.625 atau sebanyak 72,1% responden pendamping PKH bertempat tinggal di Kecamatan yang sama dengan KPM binaan pendamping PKH. Selebihnya sebanyak 2.564 atau sekitar 27,9% responden pendamping PKH bertempat tinggal di Kecamatan yang bebeda dengan KPM PKH.

5.4.3 Jumlah KPM PKH yang Graduasi Alami

Tabel 5.19 Jumlah KPM Graduasi Alami

Tanggung Jawab pendamping PKH salah satunya adalah membimbing KPM PKH sesuai dengan tujuan program dan mengalami Graduasi. Berdasarkan data di tabel atas dapat dilihat bahwa jumlah KPM Graduasi secara Alami selama 4 tahun terakhir. Data yang telah dihimpun dari 9.189 responden pendamping PKH yang masing-masing telah memberikan catatan jumlah KPM

Page 185: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

172Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

Graduasi Alami. Pertama, pada tahun sebelum 2017 terdapat sebanyak 6.386 KPM PKH yang mengalami Graduasi Alami dari 88.373 jumlah total KPM PKH. Kedua, pada tahun 2017 sebanyak 6.734 KPM PKH telah mengalami Graduasi Alami dari jumlah total KPM PKH sebanyak 66.591. Ketiga, terdapat 8.234 KPM PKH pada tahun 2018 telah mengalami Graduasi secara alami dari total jumlah KPM PKH sebanyak 104.912. Keempat, pada tahun 2019 terdapat KPM PKH yang telah mengalami Graduasi alami sebanyak 8.492 dari jumlah total KPM PKH 123.461.

5.4.4 Jumlah KPM PKH yang Graduasi Mandiri

Tabel 5.20 Jumlah KPM Graduasi Mandiri

Graduasi mandiri merupakan salah satu indikator keberhasil pelaksanaan PKH. Dalam hal ini, graduasi mandiri juga dapat diartikan sebagai KPM yang sudah mampu secara ekonomi dan sosialnya secara sukarela dan dengan kesadaran dari diri mereka sendiri menyatakan mundur dari kepesertaan PKH. Dari hasil survei yang telah dilakukan kepada 9.189 responden pendamping PKH, didapatkan hasil bahwa sebelum tahun 2017 jumlah KPM yang Graduasi Mandiri sebanyak 6.297 KPM dari total 23.592 KPM PKH. Kemudian pada tahun 2017, jumlah KPM PKH yang Graduasi Mandiri berjumlah 6.491 dari total 19.737 KPM PKH. Jumlah KPM PKH yang Graduasi Mandiri kembali meningkat di tahun 2018 yaitu berjumlah 7.473 KPM dari total 31.210 KPM PKH. Pada tahun 2019 jumlah KPM Graduasi Mandiri secara total berjumlah 8.950 KPM dari total 60.161 KPM PKH.

Page 186: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

173Temuan Lapangan

5.4.5 Jumlah KPM PKH yang Graduasi Sejahtera Mandiri

Tabel 5.21 Jumlah KPM Graduasi Sejahtera Mandiri

Untuk KPM PKH yang mengalami Graduasi Sejahtera Mandiri dapat diartikan juga bahwa KPM yang selama ini mendapatkan bantuan PKH sudah tidak menerima program PKH kembali dikarenakan KPM tersebut sudah sejahtera mandiri, mempunyai usaha, secara perekonomian sudah tergolong stabil serta terdapat peningkatan yang cukup signifikan dalam kualitas hidup keluarganya. Sebelum tahun 2017, jumlah PKM yang termasuk ke dalam KPM Graduasi Sejahtera Mandiri berjumlah 6.251 KPM dari total 19.567 KPM PKH yang ada. Kemudia pada tahun 2017, jumlah tersebut mengalami peningkatan menjadi 6.524 KPM dari total penerima 17.638 KPM PKH. Pada tahun 2018, jumlah KPM yang mengalami Graduasi Sejahtera Mandiri bertambah menjadi 7.389 dari total 26.589 penerima bantuan PKH. Dan pada tahun 2019 kembali mengalami peningkatan menjadi 8.943 KPM yang telah berhasil Graduasi Sejahtera Mandiri dari total 50.278 KPM PKH yang ada.

Page 187: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

174Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

5.4.6 Tingkat usaha mengatasi permasalahan pada KPM dampingan

Tabel 5.22 Tingkat Kesulitan Mengatasi Permasalahan KPM

Page 188: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

175Temuan Lapangan

Dari data yang ada diatas dapat dilihat bahwa usaha pendampingan yang telah dilakukan memiliki sejumlah tantangan yang dihadapi oleh pendamping PKH untuk mengatasi permasalahan yang ada pada KPM PKH. Untuk tantangan yang dirasakan masih sangat sulit diantaranya seperti meningkatkan pengetahuan KPM PKH untuk meningkatkan penghasilan dengan membuka usaha (25.40%). Selanjutnya yang dirasakan cukup sulit lainnya adalah meningkatkan pengetahuan KPM PKH untuk membuat target menabung dan menghindari hutang (25.19%). Dan yang juga dirasakan cukup sulit selanjutnya adalah mengenai pengaturan keuangan keluarga (22.27%).

Selain itu, pendamping PKH menyatakan bahwa aspek permasalahan pada KPM PKH yang cukup mudah untuk ditangani seperti memberikan kesadaran pentingnya kesehatan bagi anak bayi (40.76%), kesadaran pentingnya kesehatan bagi ibu hamil (40.23%) serta pemberian kesadaran mengenai pentingnya kesehatan bagi penerima PKH yaitu sebesar 34.68%. Aspek peningkatan kesadaran mengenai pentingnya kesehatan bagi penerima PKH jauh lebih mudah untuk di intervensi oleh para pendamping dibandingkan dengan peningkatan pengetahuan dan perubahan mengenai aspek finansial dari para KPM PKH.

Page 189: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

176Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

5.4.6 Keterampilan Koordinasi Dan Kerjasama Dengan Seluruh Stake Holder Terkait PKH

Tabel 5.23 Ko0rdinasi Pendamping Dengan Stakeholder Terkait PKH

Untuk koordinasi dan kerjasama yang dilakukan dengan tokoh masyarakat atau keagamaan setempat juga dilakukan oleh para pendampinng PKH dalam upaya untuk mensukseskan program. Untuk keterampilan dan koordinasi yang paling tinggi berkaitan dengan aspek kesehatan dan gizi (96.11%) serta pembekalan pada Diklat PKH (94.88%). Namun untuk aspek yang masih rendah untuk keterampilan koordinasi yang dilakukan oleh para pendampinng PKH adalah berkaitan dengan aspek pengelolaan keuangan dan perencanaan usaha yang hanya berjumlah 80,86%. Hal tersebut tentu saja seharusnya menjadi bahan masukan untuk seluruh pihak terkait untuk lebih meningkatkan koordinasi dan kerjasama dalam hal pengelolaan keuangan dan perencanaan usaha yang melibatkan tokoh masyarakat dan tokoh agama.

Page 190: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

177Pembahasan

BAB VIPEMBAHASAN

6.1 Tahapan Pelaksanaan Diklat P2K2 Bagi Pendamping PKH di 6 B2P2KS (Padang, Yogyakarta, Makasar, Banjarmasin, Bandung, Jayapura)

Diklat P2K2 sejak tahun tahun 2018 dan tahun 2019 telah menggunakan metode diklat blended e-learning atau metode yang menggabungkan antara proses pembelajaran daring (dalam jaringan atau online) dan luring (luar jaringan atau offline). Berikut hasil analisa terkait tahapan pelaksanaan diklat P2K2 bagi Pendamping PKH di 6 B2P2KS:

6.1.1 Diklat P2K2 Sebagai Kegiatan Penunjang Program PKH

P2K2 adalah kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran Peserta PKH tentang pentingnya pendidikan dan kesehatan dalam memperbaiki kualitas hidup keluarga di masa depan. Dengan demikian, pemenuhan kewajiban oleh peserta PKH tidak semata pemenuhan kewajiban sebagai penerima PKH, namun juga karena adanya kesadaran manfaat pendidikan dan kesehatan bagi anak dalam keluarga peserta PKH.

Untuk mencapai tujuan tersebut, penting mempersiapkan pendamping PKH selaku pelaksana program P2K2/FDS agar mereka benar-benar mampu mewujudkan tujuan program tersebut. Mempersiapkan pendamping agar mampu dengan baik melaksanakan tugasnya adalah hal yang vital sehingga dibuatlah Diklat P2K2 bagi para pendamping sebelum mereka melaksanakan kegiatan P2K2.

Ketika kegiatan diklat berhasil dan memberikan dampak baik yaitu peningkatan ketrampilan dan kualitas dalam diri pendamping tentunya membuat tujuan program PKH tercapai khususnya yaitu

Page 191: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

178Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

meningkatkan taraf hidup Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dan menciptakan perubahan perilaku dan kemandirian KPM.

6.1.2 Kesesuaian Pelaksanaan Diklat P2K2 Tahun 2019 dengan Pedoman Diklat P2K2 Tahun 2019

Diklat P2K2 adalah salah satu kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh B2P2KS yang terdapat di 6 wilayah yaitu di Padang, Yogyakarta, Makasar, Banjarmasin, Bandung, dan Jayapura. Terdapat dua jenis diklat P2K2 yaitu diklat daring dan diklat luring.

Agar pelaksanaanya berjalan baik tentunya keberadaan Pedoman Diklat P2K2 menjadi hal yang vital agar kegiatan dapat berjalan baik dan tujuan diklat dapat tercapai. Berikut uraiannya terkait kesesuaian Pelaksanaan Diklat P2K2 Tahun 2019 dengan Pedoman Diklat P2K2 Tahun 2019.

6.1.2.1 Tahap Pertama Persiapan Kegiatan

Dalam tahap persiapan kegiatan yang dilakukan oleh B2P2KS adalah pertama, melakukan penyediaan anggaran yang berasal dari dana RAPBN Tahun 2019 bukan dari peserta diklat (bagi peserta semuanya bebas biaya dan diberikan uang harian) dan temuan tersebut sesuai dengan pedoman diklat. Tetapi yang menjadi masalah berdasarkan temuan adalah keluhan dari penyelenggara diklat bahawa anggaran diklat di tahun 2019 memiliki jumlah yang tidak sepadan dengan jumlah peserta yang ditiap diselanggarakannya diklat terus bertambah.

Kedua, dilakukan penyusunan jadwal kegiatan berikut jadwal kegiatannya hari 1 registrasi, absensi kehadiran, penjelasan teknis e-learning, teknik fasilitasi, pembukaan diklat. Hari 2 persiapan individu, review modul 1, pendalaman materi, diskusi. Hari 3 persiapan individu, review modul 2, simulasi modul 2, diskusi, review modul 3, simulasi modul 3, diskusi. Hari 4 persiapan individu, review modul 4, simulasi modul 4, diskusi, review modul

Page 192: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

179Pembahasan

5, simulasi modul 5, diskusi. Hari 5 praktek belajar lapangan modul “pengasuhan dan pendidikan anak”, review hasil PBL. Hari 6 praktek belajar lapangan modul “pengelolaan keuangan dan perencanaan usaha”, review hasil PBL. Hari 7 praktek belajar lapangan modul “kesehatan dan gizi”, review hasil PBL. Hari 8 praktek belajar lapangan modul “perlindungan anak (lanjutan)”, review hasil PBL modul 4. Hari 9 praktek belajar lapangan modul “kesejahteraan sosial”, review hasil PBL. Hari 10 evaluasi penyelenggaraan penutupan. Semua kegiatan tersebut disusun sesuai dengan porsi yang telah ditentukan pada pedoman diklat yaitu selama 80 JP (48,48%) atau (10 hari kerja, tidak termasuk hari libur yang mana 8 JP per hari. Termasuk di dalamnya 50 JP untuk PBL 5 modul).

Ketiga, dilakukan penyusunan kepanitiaan diklat disusun dengan melibatkan semua seksi di B2P2KS. Kepanitiaan terdiri dari tim penyelenggara/ admin, fasilitator dan mitra kerja. Di sini terjadi kerjasama antara B2P2KS dengan Korwil/ Korkab/ Korkot PKH Direktorat Jaminan Sosial Keluarga dan Dinas Sosial Kabupaten Kota setempat dalam penetapan calon peserta diklat terkait dengan calon peserta dari wilayah masing-masing. Kegiatan ini memang benar sesuai dengan pedoman diklat. Lalu, berdasarkan temuan terdapat beberapa wilayah diklat yang mengalami kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk menjadi fasilitator dan admin tetapi di beberapa wilayah tidak mengalaminya.

Kemudian ditemukan bahwa terdapat beberapa admin diklat daring yang mengalami kesulitan untuk mengelola daring karena aplikasi daring di tahun 2019 berbeda dengan aplikasi tahun 2018. Sehingga membuat admin bingung untuk mengelola diklat daring dan beberapa kali terjadi kesalahan dalam diklat. Di dalam pedoman diklat tahun 2019 belum terdapat penjelasan terkait perbedaan aplikasi daring di tahun 2018 dan tahun 2019 seharusnya dicantumkan perbedaan tersebut di bagian apa dan seharusnya seperti apa agar admin tidak kebingungan dan tidak melakukan kesalahan.

Page 193: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

180Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

Keempat, melakukan verifikasi Peserta Diklat dan data didapatkan dari Direktorat Jaminan Sosial Keluarga. Data tersebut meliputi nama peserta, email, alamat, provinsi, kota/kabupaten, kecamatan, NIK, pembelajaran luring sesuai jadwal yang ditetapkan B2P2KS. Dalam temuan, ditemukan peserta banyak yang menghilang/ mengundurkan diri dan admin kesulitan, mencari penggantinya dengan waktu yang singkat bukan perkara mudah. Hingga saat ini admin masih belum menemukan solusi terkait pengganti peserta tersebut. Di dalam pedoman diklat memang tidak disebutkan terkait solusi jika terdapat peserta diklat yang tiba-tiba tidak bisa dikontak lagi. Sudah seharusnya disebutkan dalam pedoman terkait solusi/ jalan keluar jika terjadi seperti hal tersebut karena permasalahan tersebut terjadi ditiap tahunnya.

Kelima, melakukan training of traner (TOT) kepada fasilitator yang mana mereka memiliki tugas menjadi fasilitator dalam P2K2. Dalam temuan di beberapa tempat, masih terdapat fasilitator yang belum mendapatkan training. Hal ini karena mereka mendadak dijadikan fasilitator karena B2P2KS kekurangan SDM sebagai fasilitator peserta diklat yang jumlahnya sangat banyak. Di dalam pedoman diklat seharusnya dijelaskan terkait solusi jika terdapat kasus tersebut. Hal ini karena keberadaan fasilitator dalam diklat adalah kebutuhan primer.

Keenam, mempersiapkan sarana dan prasarana diklat. Dalam temuan, sarana dan prasaran diklat di antaranya laptop, proyektor, screen, speaker, dan alat tulis menulis (ATK). Kemudian untuk media pembelajaran di antaranya buku pintar, alat peraga, modul, poster, brosur, dan flip chart atau disebut dengan toolkit dengan berat 26 Kg. Toolkit dimiliki oleh para fasilitator dan dibagikan kepada peserta. Namun, kenyataanya jumlah toolkit masih sangat terbatas dan kondisinya yang dimiliki oleh fasilitator sudah mulai rusak dan hilang. Tidak jarang fasilitator berpesan kepada peserta untuk memfotokopi atau mencetak khususnya buku pintar dan modul untuk pegangan peserta diklat yang tidak kebagian dan tidak jarang KPM juga mencetak dengan biaya masing-masing.

Page 194: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

181Pembahasan

Padahal seharusnya toolkit disediakan oleh Direktorat JSK. Toolkit adalah salah satu senjata keberhasilan kegiatan P2K2. Oleh karena itu keberadaanya sangat penting dan harus segera disediakan oleh Direktorat JSK selaku penanggung jawab program.

6.1.2.2 Tahap Kedua Diklat Daring

Berdasarkan temuan lapangan, diklat daring di tahun 2019 dilakukan selama kurang lebih 12 hari yang dilakukan di rumah masing-masing peserta atau calon peserta diklat luring. Ini sudah sesuai pedoman diklat, daring dilakukan total sebanyak 11 hari dengan 7,8 Jam Pelajaran (JP) per hari dan dilakukan di hari kerja. Kemudian dalam pedoman dikatakan bahwa proses pembelajaran daring berlangsung sesuai kondisi masing-masing peserta dengan catatan tidak mengganggu pekerjaan. Kenyataanya, peserta mengerjakan daring di rumahnya atau wilayahnya masing-masing sehingga mereka juga menyesuaikan dengan pekerjaan yang dimiliki.

Materi yang terdapat dalam daring telah sesuai dengan pedoman terdiri dari modul 1 (pengasuhan dan pendidikan anak sebanyak 29 JP, dengan 4 sesi), modul 2 (pengelolaan keuangan dan perencanaan usaha sebanyak 22 JP, dengan 3 sesi), modul 3 (kesehatan dan gizi sebanyak 25 JP, dengan 3 sesi, modul 4 (perlindungan anak sebanyak 15 JP, dengan 2 sesi), dan modul 5 (kesejahteraan sosial sebanyak 15 JP, dengan 2 sesi), lalu melakukan review modul 1-5 sebanyak 5 JP.

6.1.2.3 Tahap Ketiga Diklat Luring

Berdasarkan temuan, diklat luring tahun 2019 dilakukan di B2P2KS yang berada di 6 Wilayah yaitu (Bandung, Banjarmasin, Padang, Yogyakarta, Makasar, Jayapura) dan di hotel jika kapasitas B2P2KS sudah tidak mencukupi atau disesuaikan dengan jarak dan kemudahan akses dari tempat tinggal peserta diklat. Ini sudah sesuai dengan pedoman diklat bahwa kegiatan diklat dilakukan di B2P2KS.

Page 195: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

182Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

Kemudian dalam temuan, diklat dilaksanakan selama 10 hari dan sesuai ketentuan pedoman diklat. Jadwal kegiatan diklat dalam temuan di antaranya: hari 1 registrasi, absensi kehadiran, penjelasan teknis e-learning, teknik fasilitasi, pembukaan diklat. Hari 2 persiapan individu, review modul 1, pendalaman materi, diskusi. Hari 3 persiapan individu, review modul 2, simulasi modul 2, diskusi, review modul 3, simulasi modul 3, diskusi. Hari 4 persiapan individu, review modul 4, simulasi modul 4, diskusi, review modul 5, simulasi modul 5, diskusi. Hari 5 praktek belajar lapangan modul “pengasuhan dan pendidikan anak”, review hasil pbl. Hari 6 praktek belajar lapangan modul “pengelolaan keuangan dan perencanaan usaha”, review hasil PBL. Hari 7 praktek belajar lapangan modul “kesehatan dan gizi”, review hasil PBL. Hari 8 praktek belajar lapangan modul “perlindungan anak (lanjutan)”, review hasil PBL modul 4. Hari 9 praktek belajar lapangan modul “kesejahteraan sosial”, review hasil PBL. Hari 10 evaluasi penyelenggaraan penutupan.

Terlihat dalam jadwal kegiatan tersebut hanya terdapat 9 hari belajar efektif tetapi menurut temuan, beberapa informan mengatahan bahwa belajar efektif hanya 7 hari saja karena 1 hari pertama adalah kedatangan dan 1 hari terakhir untuk persiapan kepulangan dan 1 hari adalah sertifikasi. Dalam jadwal tersebut terlihat juga bahwa kegiatan yang dilakukan adalah melakukan review, simulasi, diskusi, dan PBL .

Dalam temuan, review dan diskusi sangat perlu dilakukan karena masih banyak peserta diklat yang kurang mengerti dan memahami isi dari modul jadi tidak jarang fasilitator mengulang-ulang materi modul sehingga dia harus melakukan ceramah untuk sekedar mengingatkan inti dari modul tersebut berkali-kali. Fasilitator merasa 10 JP per hari dan hanya 8 hari efektif untuk PBL (50 JP). Jika dijumlahkan 30 JP nya untuk review, ceramah, dan simulasi. Itu adalah waktu yang terlalu singkat untuk diklat bagi fasilitator. Sehingga fasilitator menginginkan kedepannya agar diklat luring waktunya ditambah setidaknya menjadi 12 hari

Page 196: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

183Pembahasan

dengan rincian 10 hari efektif belajar, 1 hari untuk kedatangan, dan 1 hari untuk pulang/ penutup seperti tahun 2018.

Metode yang digunakan dalam luring menurut temuan yaitu fasilitator melakukan review modul, ceramah, simulasi, dan PBL. Melakukan review adalah proses di mana para peserta pada saat luring secara bersama-sama mereview materi modul 1-5 bersama dengan fasilitator. Simulasi atau micro teaching adalah peserta melakukan praktek kelas dengan kelompok kecil pada saat proses pembelajaran luring. Belajar praktek lapangan (PBL) adalah peserta akan mengadakan praktek belajar lapangan yang langsung bertemu dengan KPM di lokasi/masyarakat. Menurut pedoman diklat metode ini memang sudah benar dan sudah dilakukan dalam diklat.

6.1.2.4 Tahap Melakukan Evaluasi

Evaluasi berdasarkan temuan adalah kegiatan untuk menilai apakah peserta diklat sudah memahami materi yang diberikan dan apakah penyelenggaraan diklat sudah sesuai dengan baik atau sebaliknya.

Berdasarkan temuan, fasilitator melakukan penilaian kepada peserta diklat yang terdiri beberapa komponen yaitu teknik fasilitasi, pemahaman modul, penyampaian materi/ simulasi, dan sikap peserta. Nilai ini didapatkan dari observasi hasil fasilitator, pre-test yang diambil dari uji kompetensi/ ujian komprehensif dari daring, dan post-test yang didapatkan dari luring. Dalam luring terdapat form penilaian yang sudah terstandarisasi dan peserta dinilai setiap hari ketika PBL. Misalnya penilaian saat micro teaching dan saat PBL: dengan melihat ketepatan waktu, langkah, verbal, non verbal, pengusaan materi, ketepatan respon, kerja sama, dan penggunaan alat-alat. Ketika semuanya baik maka nilainya juga baik dan sebaliknya. Temuan tersebut telah sesuai dengan pedoman diklat dimana peserta dinilai dari hasil ujian yaitu didapatkan dari pre-test, post test, dan ujian komprehensif.

Page 197: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

184Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

Berdasarkan temuan, nilai evaluasi peserta diklat berbentuk nilai kuantitatif atau angka saja dan tidak terdapat diskripsi pada nilai tersebut. Menurut temuan, nilai itu harusnya tidak hanya sebatas angka tetapi perlu ada penjabaran atau diskripsi agar jelas. Kemudian belum ada indikator keberhasilan atau tolak ukur yang tertulis jelas mengenai capaian mulai dari capaian diklat, capaian kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta, dan capaian keberhasilan fasilitator dalam diklat. Jadi harapan fasilitator kedepan adalah semua capaian tersebut tertulis dengan jelas di dalam buku pedoman diklat.

Berdasarkan uraian di atas disimpulkan, pelaksanaan diklat di tahun 2019 mayoritas sudah sesuai dengan pedoman diklat tahun 2019. Terdapat beberapa catatan yang memang masih perlu diperhatikan yaitu: anggaran diklat yang perlu ditambahkan karena anggaran tidak sepadan dengan jumlah peserta yang semakin banyak, perlu setidaknya uraian penjelasan mengenai cara kerja aplikasi daring yang baru atau kalau perlu dilakukan bimbingan teknis kepada admin/operator/IT terkait pengembangan aplikasi daring 2018, perlu segera diberikan solusi karena ini adalah permasalahan dari tahun ke tahun terkait jika terdapat peserta diklat yang tidak bisa dikontak dan mengundurkan diri, perlu diadakan TOT bagi fasilitator yang belum menerima TOT karena keberadaan fasilitator dalam diklat adalah kebutuhan primer, perlu segera dilakukan pengadaan toolkit dan dilakukan pendesainan ulang agar toolkit tidak terlalu berat (26 Kg) dan kualitas bahan dari toolkit diharapkan menggunakan bahan yang tidak mudah rusak, perlu penambahan hari untuk kegiatan diklat luring setidaknya 12 hari seperti tahun 2018, diharapkan jarak antara diklat daring dan diklat luring tidak terlalu lama karena di tahun 2019 jaraknya terlalu lama dan telah membuat peserta diklat lupa dengan materi-materi diklat daring sehingga mempengaruhi proses diklat luring dan bentuk pengaruhnya salah satunya fasilitator sangat sering mengulang materi diklat, dan yang terakhir diharapkan nilai peserta diberikan uraian diskripsi tidak hanya nilai berupa angka saja dan perlu ada ketentuan tertulis terkait capaian mulai

Page 198: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

185Pembahasan

dari capaian diklat, capaian kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta diklat, dan capaian keberhasilan fasilitator dalam diklat agar kegiatan diklat terukur dengan jelas.

6.1.3 Analisa Metode Diklat P2K2 Berdasarkan Training Theory

Berbagai cara dilakukan agar program PKH dapat berhasil dan memberikan dampak yang lebih baik ke pada masyarakat luas salah satunya dibuatlah kegiatan P2K2 salah satu rangkaian kegiatan dalam program PKH. Kegiatan P2K2 adalah kegiatan yang memiliki tujuan yang baik yaitu untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran Peserta PKH tentang pentingnya pendidikan dan kesehatan dalam memperbaiki kualitas hidup keluarga di masa depan. Agar kegiatan tersebut berhasil maka dibuatlah kegiatan diklat atau pelatihan P2K2 bagi pendamping PKH selaku pelaksana kegiatan.

Berdasarkan temuan, menurut buku pedoman diklat P2K2 PKH tahun 2019, tujuan dari diklat adalah meningkatkan pengetahuan, wawasan, dan keterampilan para pendamping PKH dalam penyelenggaraan P2K2 PKH bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan perlindungan anak. Tujuan tersebut dapat terwujud salah satunya yaitu dilakukan pelatihan pada pendamping PKH.

Istilah pelatihan tidak terlepas dari latihan karena keduanya mempunyai hubungan yang erat, latihan adalah kegiatan atau pekerjaan melatih untuk memperoleh kemahiran atau kecakapan. Sedangkan tujuan kegiatan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seseorang agar mereka yang dilatih mendapat pengetahuan dan keterampilan dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi sesuai harapan dan tujuan yang diinginkan mengikuti kegiatan pelatihan. Dalam hal ini diharapkan pendamping meningkat pengetahuan dan ketrampilannya agar kegiatan P2K2 dapat berjalan dengan baik.

Dalam suatu penyelenggaraan pelatihan terdapat beberapa komponen yang saling berkaitan. Komponen pelatihan adalah faktor yang berpengaruh terhadap kualitas dan mutu suatu

Page 199: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

186Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

pelatihan serta merupakan kunci utama dalam menyusun sebuah program pelatihan. Berikut komponen pelatihan yang terdapat dalam diklat P2K2 bagi pendamping yang dianalisa menurut Sudjana (1996) dalam Kamil (2012, 21) sebagai berikut:

1. Masukan sarana (instrument input) meliputi keseluruhan sumber dan fasilitas yang menunjang kegiatan belajar. Masukan sarana dalam pelatihan mencakup kurikulum, tujuan pelatihan, sumber belajar, fasilitas, biaya yang dibutuhkan dan pengelola pelatihan. Menurut temuan, instrumen input terdapat pada temuan yang berada pada bagian material dan machine. Yang menjadi catatan adalah ketersediaan toolkit sangat terbatas, kualitasnya rendah, dan kurangnya anggaran diklat.

2. Masukan mentah (raw input) yaitu peserta pelatihan dengan berbagai karektiristiknya, seperti pengetahuan, keterampilan dan keahlian, jenis kelamin, pendidikan, kebutuhan belajar, latar belakang sosial budaya, ekonomi, dan kebiasaan belajar. Menurut temuan, raw input ini berada pada bagian human dalam temuan lapangan. Kondisi peserta diklat yang sangat beragam mulai dari suku, agama, ras, jenis kelamin, latar belakang pendidikan, kondisi ekonomi, dan sebagainya. Yang menjadi catatan dalam komponen ini adalah solusi terkait pendamping yang tidak dapat dihubungi dan mengundurkan diri.

3. Masukan lingkungan (environment input) meliputi faktor lingkungan yang menunjang pelaksanaan kegiatan pelatihan, seperti lokasi pelatihan. Berdasarkan temuan, lokasi diklat di B2P2KS di 6 wilayah dan hotel. Lokasi selalu disesuaikan dengan tempat tinggal peserta agar tidak sulit dijangkau.

4. Proses (process) yaitu kegiatan interaksi edukatif yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan antara sumber belajar dengan warga belajar peserta pelatihan. Berdasarkan temuan, metode yang digunakan adalah metode blended learning yaitu gabungan antara diklat daring dan luring. Proses interkaksi diklat daring di tahun 2019 sudah tidak ada lagi karena forum chatting dihilangkan dan peserta memang dituntut belajar mandiri. Sedangkan diklat luring interaksinya banyak karena terjadi komunikasi dengan tatap muka antara peserta dan fasilitator.

Page 200: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

187Pembahasan

Adanya interaksi tersebut menumbuhkan kegiatan diskusi dan ikatan emosional. Yang menjadi catatan adalah perlu ada forum chatting kembali dalam diklat daring agar terbangun interaksi dan waktu dalam diklat luring ditambah setidaknya 12 hari agar interaksi meningkat.

5. Keluaran (output) yaitu lulusan yang telah mengalami proses pembelajaran pelatihan. Berdasarkan temuan, ketika sudah mengikuti diklat daring dan diklat luring maka peserta diklat dapat melaksanakan tugasnya yaitu melakukan kegiatan P2K2/FDS kepada KPM.

6. Pengaruh (impact) yaitu berhubungan dengan hasil belajar yang dicapai oleh peserta pelatihan, meliputi peningkatan taraf hidup, kegiatan membelajarkan orang lain lebih lanjut, dan peningkatan partisipasi dalam kegiatan sosial, dan pembangunan masyarakat. Berdasarkan temuan, dampak adanya diklat bagi pendamping tentunya pendamping mampu melaksanakan tugas tersebut dengan baik dan memberikan dampak yang baik bagi KPM yaitu peningkatan pengetahuan dan terjadi perubahan perilaku yang lebih baik dan berdampak juga pada masyarakat sekitar.

Kemudian tahapan diklat P2K2 jika dilihat berdasarkan prinsip-prinsip pelatihan menurut (William B. Werther) diantaranya:

1. Prinsip Partisipasi. Berdasarkan temuan, diklat luring di tahun 2019 lebih pasif dibandaingkan di tahun-tahun sebelumnya. Salah satu penyebabnya karena masih terdapat peserta yang kurang memahami isi modul. Padahal dalam proses pembelajaran, biasanya lebih cepat dan bertahan lama apabila peserta belajar terlibat secara aktif. Partisipasi dapat meningkatkan motivasi dan empati terhadap proses belajar. Dengan keterlibatan secara langsung, peserta dapat belajar lebih cepat dan memahaminya lebih lama.

2. Prinsip Repetisi. Berdasarkan temuan, tidak jarang fasilitator malakukan pengulangan materi yang diringkas menggunakan kalimat atau kata-kata yang mudah diingat agar peserta diklat juga mudah memahaminya. Tidak jarang juga fasilitator memberikan benang merah di setiap modul dan mereka

Page 201: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

188Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

terus mengingatkan hal itu. Ini tentunya baik karena repetisi memperkuat suatu pola ke dalam memori seseorang. Belajar dengan pengulangan kunci-kunci pokok dari ide-ide dengan mudah dapat diingat kembali bila diperlukan.

3. Prinsip Relevansi. Berdasarkan temuan, mengikuti diklat juga memberikan banyak pelajaran bagi pendamping contohnya pendamping belajar tentang kesehatan ibu hamil walaupun pendamping belum memiliki istri tetapi mereka mendapatkan bekal agar kelak ketika mereka memiliki istri mereka sudah mengetahui harus memperlakukan istrinya yang sedang hamil. Hal ini tentunya baik karena belajar lebih efektif apabila materi yang dipelajari bermakna atau mempunyai relevansi dengan kebutuhan seseorang.

4. Prinsip Pengalihan Pengetahuan dan Keterampilan. Berdasarkan temuan, diklat P2K2 adalah diklat yang wajib diikuti oleh pendamping karena ini adalah tuntutan pekerjaan mereka sebagai pendamping. Ini baik dan mendukung pekerjaan karena pada dasarnya semakin dekat kebutuhan program pelatihan bersentuhan dengan kebutuhan/ pelaksanaan pekerjaan, maka semakin cepat seseorang untuk belajar menguasai pekerjaan tersebut.

5. Prinsip Umpan Balik. Berdasarkan temuan, berhubung peserta terdapat yang pasif maka tidak ada umpan balik terjadi dalam diklat. Tetapi juga masih terdapat peserta yang aktif sehingga terjadi umpan balik antara peserta dengan fasilitator. Umpan balik menjadi penting karena melalui sistem umpan balik, peserta pelatihan dapat mengetahui tercapai tidaknya tujuan pelatihan.

Jika dianalisa berdasarkan temuan, terdapat 2 metode pelatihan yang digunakan oleh diklat yaitu group teaching method dan individual teaching method.

1. Metode group teaching yang terdapat dalam diklat luring yang mana peserta sudah diatur sedemikian rupa oleh penyelenggara diklat. Di dalamnya terdapat kegiatan simulasi, diskusi, dan review agar kegiatan diklat dapat berjalan dengan baik. Metode group teaching method adalah metode yang ditunjukan pada

Page 202: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

189Pembahasan

kelompok. Metode ini dipilih untuk menyampaikan sampai pada taraf kesadaran dan ketertarikan ditambah dengan evaluation (pertimbangan) dan trial (mencoba).

2. Metode individual teaching yang terdapat pada diklat daring. Dalam daring peserta diatur benar-benar belajar mandiri dan peserta dituntut untuk memahami isi dari materi diklat kemudian mempraktikkannya. Namun yang dapat menjadi kelemahan pada metode ini adalah karena dalam diklat daring tahun 2019 tidak terdapat pengawasan maka belum tentu peserta pada taraf sadar, tertarik, mempertimbangkan, mencoba, dan benar-benar puas dengan diklat tersebut. Secara teoritis adalah metode yang ditunjukan pada individu, dan metode ini dipilih untuk menyampaikan sampai kesadaran, ketertarikan, pertimbangan, mencoba, juga peserta pelatihan sampai pada taraf adoption (mengambil alih), action (berbuat), dan satisfaction (kepuasan). Oleh karena yang perlu menjadi catatan adalah perlu adanya pengawasan pada diklat daring yang bertujuan untuk menangani dengan cepat jika terjadi kondisi tersebut.

Kemudian dalam tahapan diklat jika dikaitkan dengan konsep tahapan pelatihan hanya mengandung 3 tahapan saja yaitu tahapan perencanaan dan pembuatan desain pelatihan, implementasi dan tahapan evaluasi. Terdapat 1 tahapan yang sangat penting yang justru tidak dilakukan oleh penyelenggara yaitu tahapan analisis kebutuhan pelatihan (training need analysis) adalah tahapan yang paling utama dan pertama kali harus dilakukan sebelum melakukan 3 tahapan yaitu perencanaan dan pembuatan desain pelatihan, implementasi dan tahapan evaluasi. Pada hal tahapan analisis kebutuhan pelatihan (training need analysis) adalah tahapan untuk mengumpulkan informasi tentang skill, knowledge dan feeling peserta diklat, mengumpulkan informasi tentang job content dan job context yang sudah pernah dilakukan peserta, dan sebagainya. Informasi ini sangat penting dimiliki sebelum menyusun diklat. Dari hasil analisa tersebut maka diketahui tentang profil peserta diklat yang akan diberi pelatihan, bagaimana skill, knowledge dan feeling nya sebelum menerima diklat dan pengalaman apa saja

Page 203: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

190Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

yang mereka pernah alami terkait pekerjaan dan sebaianya yang berhubungan dengan konteks pelatihan. Dari hasil analisa tersebut dapat dibuat desain atau rancangan model diklat yang memang sudah disesuaikan dengan kondisi peserta. Jika semuanya sudah sesuai maka pelatihan P2K2 dapat berjalan dengan baik.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, yaitu metode pelatihan diklat P2K2 menggunakan group teaching method dan individual teaching method. Dalam diklat P2K2 sudah mengandung prinsip-prinsip pelatihan yaitu prinsip partisipasi, prinsip repetisi, prinsip relevansi, prinsip pengalihan pengetahuan dan keterampilan, dan prinsip umpan balik tetapi dengan catatan seperti yang sudah dijelaskan di atas. Lalu, dalam diklat P2K2 terdiri dari beberapa komponen yaitu instrument input, raw input, environment input, process, output, dan impact. Hal yang terpenting adalah dalam tahapan pelatihan perlu dilakukan analisis kebutuhan pelatihan (training need analysis) yang bertujuan untuk mengetahui kondisi awal peserta diklat sebelum melakukan atau menerima pelatihan dan dari hasil analisa tersebut dapat dibaut penyusunan diklat yang sesuai dengan kondisi peserta.

6.1.4 Metode Andragogi Dalam Diklat P2K2

Berdasarkan temuan, terdapat 2 cara diklat diberikan yaitu dengan menggunakan blended learning yaitu pembelajaran dengan penggabungan metode online atau daring dan tatap muka atau luring. Kedua diklat tersebut menggunakan metode andragogy berikut uraiannya:

1. Diklat Daring tahun 2019

Diklat daring adalah diklat yang dilakukan secara mandiri oleh para peserta diklat. Diklat tersebut dilakukan mandiri di rumah atau disesuaikan dengan kondisi peserta. Diklat ini dilakukan selama 11 hari kerja. Dalam diklat tersebut peserta dapat mempelajari materi diklat melalui jaringan internet atau online. Disitu peserta dapat mengunduh materi berupa modul dan video-video menarik yang telah disediakan. Adanya diklat

Page 204: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

191Pembahasan

model daring semacam ini tentunya, dianggap sebagai metode diklat yang baik dan efektif.

Secara teoritis kemampuan orang dewasa belajar dapat diperkirakan sebagai berikut: (a) 1% melalui indera perasa, (b) 1½ % melalui indera peraba, (c) 3½% melalui indera penciuman, (d) 11% melalui indera pendengar, dan (e) 83% melalui indera penglihat (Lunandi, 1987). Sejalan dengan itu, orang dewasa belajar lebih efektif apabila ia dapat mendengarkan dan berbicara. Lebih baik lagi kalau di samping itu mereka dapat melihat pula, dan makin efektif lagi kalau dapat juga mengerjakan.

Berdasarkan temuan, dalam metode daring yang dituntut lebih banyak adalah indra pendengaran, indra penglihatan, dan mengerjakan maka, menjadi kurang maksimal. Akan lebih maksimal dan efektif lagi jika indra berbicara difasilitasi dan dapat juga mengerjakan.

Diklat daring di tahun 2018 indra berbicara dapat sedikit terfasilitasi karena terdapat forum chatting. Dalam forum chatting tersebut antara sesama peserta diklat dan juga Widiyaiswara dapat saling berdiskusi, mengingatkan, dan bercerita. Tetapi diklat daring tahun 2019 ini forum chatting ini sudah ditiadakan padahal adanya forum chatting ini dapat memberikan dampak yang baik. Adanya hal tersebut tentu berpengaruh terhadap diklat luring atau lanjutan dari diklat daring. Salah satu pengaruhnya, berdasarkan temuan peserta diklat tahun 2019 lebih banyak yang pasif dalam diklat dikarenakan banyak peserta diklat luring yang masih kurang memahami materi diklat yang sudah diajarkan dalam diklat daring.

2. Diklat Luring Tahun 2019

Keberadaan pendamping PKH dalam kegiatan P2K2/FDS itu sangat vital. Pendamping memiliki peran utama sebagai penggerak kegiatan. Agar kegiatan tersebut dapat berhasil maka diklat P2K2 menjadi hal yang penting bagi mereka.

Page 205: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

192Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

Berdasarkan temuan, pendamping PKH yang pernah mengikuti diklat P2K2 dan melakukan kegiatan P2K2/FDS berusia antara 25-34 tahun sebanyak 23,5% dan lainnya berusia antara 35-44 tahun. Meskipun demikian ada beberapa pendamping PKH yang berusia antara 18-24 tahun (2,2%), 45-54 tahun (4%), 55-58 tahun (0,1%) dan 59-60 tahun (0,01%). Usia tersebut pada umumnya adalah usia yang tergolong baik fisik dan psikologis adalah usia dewasa.

Ketika para pendamping mengikuti diklat P2K2 di tahun 2019, dari segi usia metode andragogi memang cocok diberikan kepada mereka. Metode andragogi yang digunakan pada proses pembelajaran dalam diklat tersebut sudah sesuai karena metode ini adalah metode menurut (Dugan, 1995) dan Knowles dalam Srinivansan (1977) yang pada dasarnya memang diberikan atau untuk menolong individu yang sudah dewasa baik dilihat dari dimensi fisik (biologis), hukum, sosial, dan psikologis untuk belajar. Berdasarkan usia pendamping di atas, usia 25-40 tahun adalah usia yang paling banyak menjadi pendamping PKH dan pernah mengikuti diklat P2K2. Hal ini tentu sangat bagus karena menurut Saraka (2001:59) batas usia seputar 25 sampai dengan 40 tahun, merupakan usia emas (golden age). Pada dimensi ini dewasa lebih ditujukan pada kematangan seorang individu.

Kemudian dalam temuan, agar kegiatan diklat berjalan baik peserta dibagi menjadi beberapa kelompok, dibagi dalam kelas kecil, dan melakukan simulasi agar penyampaian materi dapat efektif. Cara seperti ini memang adalah cara yang ada dalam metode andragorgy yang dikatakan oleh (Inggalls 1973, Knowless 1977, dan Unesco 1988) bahwa pada prinsipnya sistem pembelajaran pada peserta didik dewasa dapat diarahkan ke dalam berbagai bentuk kegiatan belajar sesuai dengan kebutuhannya dan kebutuhan sumber serta bahan belajar seperti: kelompok diskusi, bermain peran, simulasi, dan pelatihan.

Berdasarkan pedoman diklat komposisi pembelajaran lebih banyak ditekankan pada kegiatan PBL sampai 50 (JP).

Page 206: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

193Pembahasan

Tetapi pada kenyataaannya terdapat beberapa wilayah yang tidak sampai 50 JP karena peserta diklat banyak yang kurang mengerti dan kurang memahami isi modul sehingga peserta banyak yang pasif dalam kegiatan diklat. Hal ini membuat fasilitator pada akhirnya melakukan review modul berkali-kali bahkan banyak yang melakukan ceramah atau menjelaskan ulang terkait modul sehingga membuat kegiatan PBL terpotong waktunya.

Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa peserta diklat masih banyak yang kurang mandiri. Padahal dalam pendidikan orang dewasa, kemandirian merupakan tolak ukur utama dalam setiap pengembangan model belajar. Tanpa tujuan itu setiap pembelajaran dalam konteks andragogi menjadi tidak bermakna dan sama saja dengan model pembelajaran lainnya. Pada dasarnya memang hal inilah yang mampu membedakan konsep pembelajaran andragogi dengan konsep pembelajaran lainnya yaitu tolak ukur utama adalah kemandirian dalam diri masing-masing individu adalah sebuah keharusan atau selfdirected learning.

Pada dasarnya pengulangan materi dalam diklat tidak seharusnya dilakukan jika diklat daring dilakukan dengan baik. Dalam diklat daring memang seharusnya peserta memiliki inisiatif untuk belajar sendiri dengan serius.

Acuan bagaimana peserta didik memiliki inisiatif untuk belajar, menganasilis kebutuhan belajar sendiri, mencari sumber belajar sendiri, memformulasi tujuan belajar sendiri, memilih dan mengimplementasikan strategi belajar, dan melakukan self-evaluating adalah komponen-komponen yang merupakan dimensi bagaimana andragogi membangun karakter kemandirian dalam diri peserta didik.

Dalam prinsip andragogi, kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik. Pembelajaran orang dewasa pada prinsipnya dilakukan dan disusun bersama-sama antara

Page 207: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

194Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

sumber belajar (guru, tutor, pelatih) dan peserta didik (warga belajar, siswa, peserta pelatihan, dll) sampai tahapan evaluasi. Tetapi pada kenyataanya diklat disusun dengan sedemikian rupa murni oleh seluruh penyelenggaran diklat mulai dari kegiatan persiapan sampai kegiatan belajar mengajar yang tidak sama sekali melibatkan peserta diklat dalam penyusunan rencana pembelajaran.

Harusnya prinsip dasar yang dijadikan pegangan adalah mengacu pada konsep “dari, oleh, dan untuk peserta didik”, sehingga peran sumber belajar (guru, pelatih, pamong, tutor, fasilitator) bertindak sebagai orang memberikan bimbingan, dorongan atau arahan bila diperlukan. Konsep ini menunjukkan bahwa peserta didik menyusun program atas dasar aktivitas dan kemampuan mereka sendiri dengan modal pengetahuan, keterampilan serta sumber yang ada dan dapat mereka gunakan.

Prinsip di atas memiliki asumsi bahwa, pendidikan dengan prinsip andragogi akan menilai potensi dan otonomi yang dimiliki peserta didik. Sehingga hal itu menjadi landasan utama bagi setiap perencanaan dan pengembangan program pendidikan.

Secara filosofis pandangan tersebut sejalan dengan konsep dan komitmen bahwa peserta diklat P2K2 seharusnya sebagai: a) human nature is naturally good, b) freedom and aoutnomy, c) individually and potensiality, d) self conceft and the self, e) selfactualization, f ) perception, g) responsibility and humanity.

Berdasarkan temuan, di wilayah Padang terdapat 1 peserta diklat luring yang meninggal karena merasa kelelahan mengikuti diklat P2K2. Setelah diidentifikasi peserta tersebut merasa terbebani dengan kegiatan diklat yang padat, materi-materi diklat yang banyak yang harus dikuasai selama 8 hari efektif belajar, ditambah dengan beban sertifikasi.

Kasus semacam ini membuktikan bahwa peserta diklat tidak diberikan kebebasan untuk melakukan belajar mandiri

Page 208: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

195Pembahasan

atau mengeksplor kemampuan dia sendiri dalam diklat. Padahal pada prinsipnya perlu disadari bahwa sifat umum orang dewasa dalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari adalah ingin dihargai. Seiring dengan bertambahnya usia, bertambah pula kemampuan dan kematangan orang dewasa dalam berpikir, bersikap, dan bertindak. Dalam hal ini orang dewasa (peserta diklat) telah mampu mengambil dan menentukan keputusan yang terkait dengan diri dan lingkungannya. Sehubungan dengan kemampuan itu, orang dewasa menginginkan agar diberi kebebasan dalam menentukan sikap dan keputusan, termasuk yang berkaitan dengan belajar. Karena itu, Edward Lindeman, seorang pakar andragogi menegaskan bahwa orang dewasa termotivasi belajar oleh kebutuhan pengakuan.

Agar muncul pengakuan maka penting terwujudnya pelibatan intelektual dan emosial peserta didik, maka dalam penyelenggaraan pendidikan orang dewasa perlu diterapkan “perencanaan partisipatori”, yakni melibatkan peserta didik dalam merumuskan rancangan pembelajaran, sehingga program dan tujuan pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan mereka.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran andragogi tentunya harus memerhatikan ciri-ciri belajar orang dewasa, yakni:

1. Memungkinkan timbulnya pertukaran pendapat, tuntutan, dan nilai-nilai.

2. Memungkinkan terjadinya komunikasi timbal balik

3. Suasana belajar yang diharapkan adalah suasana yang menyenangkan dan menantang

4. Mengutamakan peran peserta didik

5. Orang dewasa akan belajar jika pendapatnya dihormati

6. Belajar orang dewasa bersifat unik

7. Perlu adanya saling percaya antara pembimbing dan peserta didik

Page 209: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

196Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

8. Orang dewasa umumnya mempunyai pendapat yang berbeda

9. Orang dewasa mempunyai kecerdasan yang beragam

10. Kemungkinan terjadinya berbagai cara belajar

11. Orang dewasa belajar ingin mengetahui kelebihan dan kekurangannya

12. Orientasi belajar orang dewasa terpusat pada kehidupan nyata

13. Motivasi berasal dari dirinya sendiri.

Berdasakan ciri-ciri belajar orang dewasa tersebut pada dasarnya dapat terwujud jika diklat benar-benar memahami ciri belajar orang dewasa tersebut. Dalam diklat daring dan luring keduanya harus terdapat fasilitas yang disediakan untuk mendukung proses bertukar pendapat, saling berinteraksi, yang mana akan terjadi pertukaran tuntutan dan nilai-nilai.

Dalam temuan, fasilitas tersebut sebenarnya dapat diperoleh dalam diklat luring tetapi dengan waktu yang sangat singkat maka semua itu terbatas dan dapat berakibat pada output diklat. Kemudian kesempatan tersebut pada dasarnya juga terdapat pada diklat daring yaitu adanya forum chatting tetapi di tahun 2018 saja dan di tahun 2019 sudah tidak ada. Kemudian semua ciri pembelajaran dewasa tersebut dianggap sesuai dengan penyelenggaraan diklat P2K2 tahun 2017 yang memang masih konvensional selama kurang lebih 17 hari.

Dalam temuan, ditemukan kelebihan diklat tahun 2017 lebih banyak dibandingkan penyelenggaraan diklat tahun 2018 dan tahun 2019. Temuan yang paling penting dari beberapa di antaranya adalah dalam diklat selalu dampingi oleh Widiyaiswara jadi, dalam setiap proses selalu ada yang mengawasi dan mengisi jika terjadi kesalahan atau kekurangan. Terpenting, memastikan bahwa peserta benar-benar memahami isi modul, selalu ada forum diskusi yang aktif, andanya interaksi, antara fasilitator dan peserta, dan peserta dapat dipastikan serius mengisi atau menjawab pertanyaan di uji kompetensi dalam diklat.

Page 210: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

197Pembahasan

Kemudian dari model pembelajaran, yang mana peserta juga harus dilibatkan dari awal penyusunan kegiatan diklat, pelaksanaan diklat, hingga evaluasi diklat. Agar terwujud pelibatan intelektual dan emosial dalam diri peserta sehingga muncullah partisipasi aktif dalam diklat sehingga terwujud juga pembelajaran yang mandiri sesuai dengan prinsip utama metode andragorgi.

Pada dasarnya sudah tepat metode yang digunakan dalam diklat adalah metode androgogi karena metode ini memiliki tujuan yang baik dan memiliki prinsip yaitu mengembangkan seoptimal mungkin kemampuan dan potensi peserta didik, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan dan menolong dirinya sendiri, di samping itu pula dapat membangun lingkungannya, masyarakatnya, dan lebih luas lagi dapat berperan secara aktif dalam membangun bangsa dan negara. Tujuan tersebut selaras dengan tujuan program PKH sendiri yaitu meningkatkan taraf hidup KPM dan menciptakan perubahan perilaku dan kemandirian KPM. Tetapi masih banyak yang perlu diperbaiki khususnya lebih memperhatikan aspek ciri pembelajaran orang dewasa yaitu “kebebasan, kemandirian, dan interaksi”.

6.1.5 Analisa Ishikawa Diagram Dalam Diklat P2K2

Diagram fishbone dicetuskan pertama kali oleh Kaouru Ishikawa sebagai diagram yang menunjukkan sebab–akibat dari sebuah proses. Tidak hanya itu diagram ini dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi potensi dan permasalahan. Diagram ini juga membantu mengidentifikasi terkait hambatan, potensi, atau apapun yang signifikan berefek pada pelaksanaan diklat P2K2. Berdasarkan hasil identifikasi yang telah dilakukan berikt uraiannya:

1. Human atau man adalah Sumber Daya Manusia (SDM) siapa saja yang terlibat dalam proses. Berdasarkan temuan, SDM yang terlibat dalam proses adalah penyelenggara diklat meliputi: fasilitator, admin/operator/IT (disebut admin), pendamping kelas, dan peserta. Terdapat kendala dalam proses pengadaan SDM tersebut di antaranya:

Page 211: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

198Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

• Admin: kekurangan SDM untuk admin dan perlu ada bimbingan teknis bagi admin terkait aplikasi baru daring.

• Fasilitator: kekurangan SDM untuk fasilitator, masih ditemukan kemampuan fasilitator baru yang masih rendah karena kurangnya pengalaman, masih banyak fasilitator belum mendapat TOT dari pusat, dan belum ada kamus kompetensi WI atau fasilitator khususnya dalam P2K2 agar dapat terukur kinerja dan keberhasilan dalam tugasnya.

• Peserta diklat (pendamping PKH): peserta banyak yang menghilang/mengundurkan diri dan mencari pengganti mereka dengan waktu singkat bukan perkara mudah

2. Machine atau mesin: terkait semua peralatan, komputer, peralatan, dll yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan. Berdasarkan temuan mesin yang dipergunakan sebagai alat bantu dalam diklat di antaranya laptop, proyektor, screen, speaker, dan alat tulis menuslis (ATK). Pada umumnya di B2P2KS peralatan tersebut sudah tersedia untuk kepentingan diklat. Tetapi bagi pendamping pada ketersediaan proyektor dan screen masih sangat terbatas.

3. Material atau bahan baku: bagian, pena, kertas, dll yang digunakan untuk menghasilkan produk akhir. Produk akhir dalam diklat P2K2 adalah peserta diklat mampu menyampaikan materi terkait 5 modul tersebut ke pada KPM. Sehingga materi yang diperlukan dalam diklat yang utama adalah modul dan buku ajar. Kelima buku pintar dan modul di antaranya membahas ekonomi, kesehatan dan gizi, kesejahteraan sosial, pengasuhan dan pendidikan, perlindungan anak. Selain ke 5 hal tersebut tidak diperbolehkan untuk diajarkan karena sudah menjadi ketentuan dari Direktorat Jaminan Sosial Keluarga. Kemudian diperlukan tambahan materi artinya pendamping perlu dibekali materi untuk merespon KPM yang terlarut dengan materi di sesi kekerasan. Kemudian, terdapat kekurangan dalam modul di antaranya: (1) penggunaan bahasa dalam modul masih ada yang sulit dimengerti, (2) masih ada di modul kesehatan yang informasinya bertolak belakang dengan buku KIA jadinya membingungkan, (3) perlu penyederhanaan modul perlindungan anak, (4) konsistensi materi (referensi

Page 212: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

199Pembahasan

modul) perlu dibenahi misalnya: dalam modul menggunakan referensi Undang Undang No. 32 Tahun 2004, yang ditulis di Buku Pintar justru Piagam PBB, (5) tidak adanya aturan yang tertulis mengenai cara penggunaan modul, (6) materi modul masih ada yang kurang aplikatif seperti contoh makanan sehat bagi ibu hamil yang dicontohkan dalam modul adalah makanan yang harganya mahal sehingga tidak dapat dijangkau oleh KPM seperti salmon. Jadi diharapkan untuk diberikan contoh lain terkait bahan makanan yang sekiranya KPM mampu menjangkaunya. Kemudian material yang diperlukan saat diklat adalah selain modul dan buku pintar sebagai media pembelajaran yaitu alat peraga, poster, brosur, dan flip chart.

4. Method atau Metode: bagaimana proses dilakukan dan persyaratan khusus untuk melakukannya, seperti kebijakan, prosedur, aturan, peraturan, dan hukum. Berdasarkan temuan, diklat diberikan dengan 2 cara yaitu menggunakan blended learning adalah pembelajaran dengan penggabungan metode online atau daring dan tatap muka atau luring. Tahap pertama, daring di tahun 2019 waktunya kurang lebih 12 hari di rumah masing-masing peserta diklat. Metode penyampaiannya menggunakan laptop atau komputer. Materi diklat diunduh di website berupa soft file buku pintar dan modul, gambar dan video pembelajaran, uji kompetensi dengan menjawab soal. Kelebihan metode adalah sangat mudah, cepat, dan praktis, dan materi menarik. Kelemahan metode adalah forum chatting di tahun 2019 sudah tidak ada, ketersediaan jaringan internet di B2P2KS juga ada yang masih lambat, dan adanya jarak antara peserta dan fasilitator sehingga jika ada permasalahan pada peserta fasilitator tidak bisa cepat membantu. Kedua, diklat luring adalah menggunakan metode penyampaian dengan cara micro teaching, andragorgi, dan classroom method. Aktivitas dalam diklat ceramah, diskusi, simulasi, dan banyak praktek di lapangan. Kemampuan utama yang harus dimiliki oleh fasilitator adalah: komunikatif, aktif, inovatif, dan responsif. Kelebihan diklat luring adalah banyak forum diskusi, adanya kedekatan emosional sehingga proses penyampaian materi lebih mudah, jika peserta diklat mengalami permasalahan maka akan langsung dapat dibantu oleh fasilitator (terkontrol).

Page 213: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

200Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

Kelemahan diklat luring bagi peserta pasif maka metode ini memicu kebosanan jika kegiatan diklat monoton, dan fasilitator harus menyiapkan tenaga, usaha, dan terus berinovasi agar diklat yang diberikan berjalan dengan baik dengan hasil yang diharapkan.

5. Environment atau Lingkungan: kondisi, seperti lokasi, waktu, suhu, suasana, dan budaya di mana. Dalam temuan, lokasi diklat luring setiap tahunnya ditunjuk oleh Direktorat JSK di Balai Besar Kementerian Sosial di 6 wilayah Bandung, Banjarmasin, Padang, Yogyakarta, Makasar, Jayapura dan Hotel. Lokasi diklat luring pada dasarnya disesuaikan dengan lokasi tempat tinggal peserta agar tidak terlalu jauh. Kemudian untuk lokasi diklat daring tahun 2019 dilakukan di rumah masing-masing peserta sedangkan ditahun-tahun sebelumnya terdapat di B2P2KS. Kemudian suasana ketika diklat berdasarkan temuan di antaranya: diklat di tahun 2017 kondisi peserta sangat partisipatif, aktif, serius, nyaman, menyenangkan. Hal ini karena diklat di tahun 2017 masih konvensional selama 17 hari tatap muka dan didampingi fasilitator. Kegiatan mereview, praktek, dan diskusi. Lalu, diklat tahun 2018 kondisi peserta sangat partisipatif, aktif, nyaman, serius, dan menyenangkan. Hal ini karena tahun 2018 diklat menggunakan metode daring, ada forum chatting, masih didampingi fasilitator begitu juga luring dalam waktu 12 hari. Kegiatan mereview, praktek, dan diskusi. Kemudian, diklat di tahun 2019 kondisi peserta kebanyakan pasif, kurang memahami materi, merasa terbebani, konsentrasi terpecah karena ada sertifikasi juga. Hal ini karena tahun 2019 diklat daring tidak ada forum chatting, peserta kurang serius membaca materi daring, waktu untuk diklat luring sangat cepat, dan adanya sertifikasi. Semua itu hanya dalam waktu 10 hari dan kegiatannya adalah review, simulasi, PBL, dan diskusi.

6. Measurement atau Pengukuran: data yang dihasilkan dari proses yang digunakan untuk mengevaluasi kualitasnya. Berdasarkan temuan, kegiatan monitoring atau pengawasan dalam diklat 2017 masih dilakukan karena masih diawasi oleh fasilitator. Diklat 2018 juga masih ada pengawasan untuk peserta karena masih diawasi oleh fasilitator melalui forum

Page 214: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

201Pembahasan

chatting dan fasilitator dapat mengakses data yang isinya terkait nilai dan siapa saja yang belum mengikuti forum chatting. Tetapi diklat 2019 sudah tidak bisa sama sekali mengakses daring dan kegiatan pengawasan hanya dapat dilakukan disaat diklat luring. Hasil pengawasan (observasi) nantinya juga mempengaruhi dari penilaian evaluasi. Dalam evaluasi, WI memiliki instrument penilaian, ada 3 komponen yang dipetakan, dari teknik fasilitasi, pemahaman modul dan penyampaian. Hal itulah yang dilihat dari pendamping setelah diklat dilaksanakan. Ketiga nilai tersebut berasal dari observasi hasil fasilitator, pre- test dari uji kompetensi dari daring, dan post test dari luring. Tentunya penilaian tersebut didapatkan dari penilaian saat micro teaching dan saat PBL: dengan melihat ketepatan waktu, langkah, verbal, non verbal, pengusaan materi, ketepatan respon, kerja sama dan penggunaan alat-alat. Cara melakukan evaluasi yaitu melakukann observasi hasil fasilitator, pre-test dari uji kompetensi dari daring, dan post test dari luring. Kemudian, nilai berbentuk kuantitatif tidak ada penjabaran kualitatifnya padahal itu sangat penting.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan keberhasilan sebuah diklat sangat bergantung dengan 6 hal yaitu man/human, material, machine, method, environment, dan measurement. Berdasarkan temuan, terkait 6 hal tersebut masih terdapat catatan di antaranya terkait (1) Material yaitu toolkit diperbanyak karena masih banyak pendamping yang belum mendapatkannya, toolkit didesain ulang agar tidak terlalu berat sampai 26 Kg per toolkit, dan anggaran diklat diperbanyak karena jumlah peserta yang terus bertambah. (2) Human/man yaitu admin diberikan bimtek aplikasi daring yang terbaru dan solusi terkait menghadapi pendamping yang menghilang atau mengundurkan diri juga harus segera diselesaikan. (3) Machine yaitu terkait peralatan dalam diklat sudah tersedia tetapi untuk para pendamping masih banyak yang tidak memiliki peralatan khususnya screen dan proyektor. (4) Method, terkait daring agar disedikan lagi forum chatting dan terkait diklat luring agar ditambah atau diperpanjang harinya setidaknya menjadi 12 hari seperti tahun 2018 agar kegiatan PBL tidak banyak

Page 215: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

202Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

terpotong dari kegiatan ceramah, review modul, diskusi, dan simulasi. (5) Environment, terkait lokasi sudah tidak menjadi masalah namun fasilitas di lokasi yang perlu diperbaiki adalah jaringan internet yang lambat. (6) Measurement yaitu belum ada indikator keberhasilan atau tolak ukur yang tertulis jelas capaiannya mulai dari capaian diklat, capaian kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta, dan capaian keberhasilan fasilitator dalam diklat. Jadi harapan fasilitator kedepan adalah semua capaian tersebut tertulis dengan jelas di dalam buku pedoman diklat.

6.2 Tahap Pelaksanaan P2K2 yang Dilakukan Pendamping PKH Pasca-Diklat P2K2 di 6 Wilayah (Padang, Yogyakarta, Makasar, Banjarmasin, Bandung, Jayapura)

Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) merupakan bagian dari Program Keluarga Harapan (PKH). Kegiatan ini diharapkan dapat memutus rantai kemiskinan melalui perbaikan kondisi pendidikan dan kesehatan dalam keluarga PKH. Dengan kata lain, pelaksanaan P2K2 berupaya untuk menjadikan Keluarga Penerima Bantuan (KPM) keluar dari kemiskinan hingga dapat mandiri dan tergraduasi dari PKH. Karena itulah, pada Petunjuk Pelaksanaan P2K2 PKH disebutkan bahwa P2K2 bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran Peserta PKH tentang pentingnya pendidikan dan kesehatan dalam memperbaiki kualitas hidup keluarga di masa depan. Pada pelaksanaan P2K2, Pendamping kelompok memiliki tugas untuk menyampaikan materi-materi yang terdapat pada 6 modul. Adapun Pendamping yang menjadi Informan bagi penelitian ini adalah Pendamping yang telah mengikuti Diklat P2K2 baik pada tahun 2017, 2018 dan 2019 di 6 wilayah yaitu Padang, Yogyakarta, Makassar, Banjarmasin, Bandung dan Jayapura.

6.2.1 Kesesuaian Pelaksanaan P2K2 dengan Petunjuk Pelaksanaan P2K2 PKH

Pada Petunjuk Pelaksanaan P2K2 telah dijelaskan mengenai panduan dalam pelaksanaan P2K2. Panduan ini diharapkan

Page 216: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

203Pembahasan

dapat menuntun Pendamping di berbagai wilayah di Indonesia agar dapat melaksanakan kegiatan P2K2 dengan baik dan benar sehingga tujuan-tujuan P2K2 dapat tercapai. Pada pelaksanaannya, terdapat hal-hal yang sesuai dengan Petunjuk Pelaksanaan P2K2 namun juga terdapat beberapa kondisi yang belum sesuai dengan pedoman.

6.2.1.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan P2K2

Pada Petunjuk Pelaksanaan P2K2 dituliskan bahwa tempat pelaksanaan P2K2 adalah lokasi yang dapat mendukung terlaksananya P2K2 dengan baik. Berdasarkan hasil penelitian, pelaksanaan P2K2 di 6 wilayah dilakukan pada dua lokasi (Poin 5.2.4.2.) yaitu rumah KPM dan fasilitas umum dengan kriteria yang sejalan dengan Petunjuk Pelaksanaan yaitu sebagai berikut:

• Dapat dijangkau dengan mudah oleh peserta

• Memadai untuk menampung semua peserta

• Memadai untuk menyajikan dan menampilkan materi pembelajaran

• Tidak berlokasi di dekat keramaian yang mengganggu pertemuan

• Diselenggarakan di waktu yang disepakati oleh peserta

Pemilihan lokasi P2K2 di 6 wilayah didasari oleh keterjangkauan peserta terhadap tempat pertemuan. Di Wilayah Jayapura, Pendamping menjadwalkan pertemuan di rumah KPM Lansia agar tidak memberatkan peserta Lansia mengingat kondisi fisik mereka yang tidak memadai (Poin 5.2.4.3.3.). Selain keterjangkauan lokasi, Pendamping dan KPM juga memilih tempat yang dapat menampung semua anggota kelompok yang rata-rata berjumlah 20 orang. Apabila tidak ada rumah KPM yang memungkinkan untuk menampung seluruh anggota kelompok, pertemuan akan didakan di fasilitas umum seperti masjid dan balai desa (Poin 5.2.4.) Pemilihan tempat juga disesuaikan dengan kesepakatan antara Pendamping dan KPM saat pertemuan sebelumnya.

Page 217: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

204Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

Begitu pula dengan waktu dilaksanakannya pertemuan P2K2. Pada Petunjuk Pelaksanaan P2K2 dijelaskan bahwa waktu pertemuan P2K2 diselenggarakan 1 kali dalam sebulan selama 120 menit untuk menyampaikan 1 sesi dengan jam penyelenggaraan sesuai kesepakatan KPM dan Pendamping. Berdasarkan hasil penelitian, pada 6 lokasi pertemuan dilaksanakan 1 kali dalam sebulan. Pada salah satu wilayah di Jayapura (Poin 5.2.4.1.) , pertemuan pernah dilakukan hanya 1 kali dalam 2 bulan. Hal ini dikarenakan banyaknya kelompok dampingan dan lokasi yang berjauhan antar kelompoknya namun kemudian pertemuan kembali dilakukan 1 kali dalam sebulan. Berdasarkan paparan di atas, berdasarkan hasil penelitian di 6 wilayah yaitu Bandung, Jayapura, Banjarmasin, Yogyakarta, Padang dan Makassar, tempat dan lokasi pertemuan P2K2 sudah sesuai dengan Petunjuk Pelaksanaan P2K2.

6.2.1.2 Peralatan

Apabila merujuk pada Petunjuk Pelaksanaan P2K2, disebutkan bahwa peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan P2K2 adalah: Modul bagi Pendamping, Buku Pintar, Brosur, Poster, Flipchart, Film, dan kartu. Sedangkan peralatan audio visual pendukung yang dapat digunakan berupa laptop, speaker, TV, DVD Player dan alat tulis. Pada Petunjuk Pelaksanaan Lapangan, dijelaskan peralatan audio visual seperti laptop dan speaker tidak wajib digunakan oleh Pendamping akan tetapi kedua peralatan tersebut banyak digunakan karena membantu Pendamping dalam menyampaikan materi terutama yang berupa film. Beberapa Pendamping juga memakai speaker dan microphone agar suara terdengar lebih jelas.

Akan tetapi, ketersediaan peralatan untuk mendukung pelaksanaan P2K2 masih menjadi kendala baik peralatan yang bersifat wajib maupun yang tidak wajib. Beberapa Pendamping yang melaksanakan Diklat di tahun 2019 belum mendapatkan tools berupa Flipchart sehingga harus meminjam dan bergantian memakai dengan Pendamping lain (Poin 5.2.3.1.). Padahal apabila merujuk pada Petunjuk Pelaksanaan P2K2 di Poin J

Page 218: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

205Pembahasan

mengenai Pelaksanaan P2K2 disebutkan bahwa Pendamping wajib menggunakan peralatan penunjang seperti modul, buku pintar, poster, flipchart dan brosur yang diberikan pada saat diklat. Begitupun Buku Pintar yang seharusnya dimiliki oleh setiap KPM justru digandakan sendiri dengan biaya yang berasal dari KPM maupun bantuan dari Pemerintah Daerah setempat. Kondisi ini tidak sesuai dengan ketentuan Pelaksanaan P2K2 bahwa tidak dibenarkan untuk memungut biaya apapun dari KPM. Adapun pengadaan peralatan seperti laptop, speaker dan peralatan audio visual lainnya juga berasal dari dana pribadi Pendamping baik membeli secara individu maupun berkelompok untuk dipakai bergantian.

Berdasarkan paparan di atas, peralatan merupakan unsur penting dalam menunjang pelaksanaan P2K2 namun berdasarkan penelitian di 6 wilayah, justru terdapat kendala untuk memenuhi ketentuan yang dijelaskan pada Petunjuk Pelaksanaan P2K2 karena peralatan wajib seperti Buku Pintar dan Flipchart belum tersedia bagi Pendamping yang mengikuti Diklat di tahun 2019 serta peralatan tidak wajib yang biaya pengadaannya justru membebani Pendamping.

6.2.1.3 Peserta Pertemuan

Berdasarkan hasil temuan lapangan dari 6 wilayah yang diteliti, sebagian besar sudah memenuhi ketentuan dalam Petunjuk Pelaksanaan P2K2 yaitu jumlah peserta yang menghadiri P2K2 tidak lebih dari 40 orang dalam satu pertemuan. Namun terdapat wilayah yang jumlah pesertanya terlalu banyak seperti wilayah Makassar dimana jumlah peserta dalam satu kali pertemuan bisa mencapai hingga 50 orang (Poin, 5.2.2.1.1.)

Merujuk pada Petunjuk Pelaksanaan P2K2, peserta P2K2 adalah seluruh peserta PKH sebagaimana yang ditetapkan oleh Direktorat Jaminan Sosial Keluarga. Namun pada pelaksanaan di lapangan, kegiatan P2K2 pernah dihadiri oleh peserta lain diluar KPM PKH. Pihak-pihak yang pernah ikut kegiatan P2K2 biasanya adalah tetangga sekitar dan penerima bantuan BPNT.

Page 219: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

206Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

Berdasarkan paparan di atas, pada beberapa wilayah terdapat ketidaksesuaian antara Petunjuk Pelaksanaan P2K2 dengan hasil temuan lapangan. Ketidaksesuaian ini diantara lain dari jumlah peserta dalam 1 pertemuan terlalu banyak dan hadirnya peserta lain di luar KPM.

6.2.1.4 Materi dan Jadwal P2K2

Pada Petunjuk Pelaksanaan P2K2, disebutkan bahwa terdapat 6 modul yang dibahas dalam P2K2. Keenam modul ini dibagi menjadi 15 sesi dengan Modul Pendidikan dan Pengasuhan Anak serta Modul Kesehatan dan Gizi sebagai modul prioritas yang harus diberikan kepada KPM. Pada pelaksanaan P2K2 di 6 wilayah, modul yang sering dibahas adalah Modul Pengelolaan Keuangan Keluarga dan Modul Pendidikan dan Pengasuhan Anak. Kedua modul tersebut dianggap relevan dengan permasalahan yang dihadapi sehari-hari oleh KPM (Poin 5.2.1.1.1.)

Jadwal pelaksanaan P2K2 telah diatur dalam Petunjuk Pelaksanaan P2K2 dengan urutan sebagai berikut:

Tabel 6.1 Jadwal Pelaksanaan P2K2

Waktu Modul Sesi

Pertemuan 1 Pengasuhan dan Pendidikan Anak

Menjadi Orangtua yang Lebih Baik

Pertemuan 2 Memahami Perilaku Anak

Pertemuan 3 Memahami Cara Anak Usia Dini Belajar

Pertemuan 4 Membantu Anak Sukses di Sekolah

Pertemuan 5 Kesehatan dan Gizi

Pentingnya Gizi dan Layanan Kesehatan Ibu Hamil

Pertemuan 6 Pentingnya Gizi Untuk Ibu Menyusui dan Balita

Pertemuan 7 Kesakitan pada Anak dan Kesehatan Lingkungan

Page 220: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

207Pembahasan

Waktu Modul Sesi

Pertemuan 8 Pengelolaan Keuangan dan Perencanaan Usaha

Mengelola Keuangan Keluarga

Pertemuan 9 Cermat Meminjam dan Menabung

Pertemuan 10 Cerdas Memanfaatkan Layanan Bank

Pertemuan 11 Memulai Usaha

Pertemuan 12 Perlindungan Anak

Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak

Pertemuan 13 Pencegahan Penelantaran dan Eksploitasi Anak

Pertemuan 14 Kesejahteraan Sosial

Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lansia

Pertemuan 15 Pelayanan Bagi Disabilitas Berat

Sumber: Petunjuk Pelaksanaan P2K2 PKH

Berdasarkan tabel di atas, Petunjuk Pelaksanaan P2K2 telah mengatur urutan penyampaian materi yang dimulai dengan Modul Pengasuhan dan Pendidikan Anak pada sesi Menjadi Orangtua yang Lebih Baik dan diakhiri dengan Modul Kesejahteraan Sosial pada sesi Pelayanan Bagi Disabilitas Berat di pertemuan 15. Berdasarkan hasil temuan lapangan di 6 wilayah, Pendamping biasanya memiliki cara tersendiri untuk menentukan modul mana yang akan disampaikan. Adapun cara Pendamping menentukan materi diantaranya adalah, menyampaikan materi secara berurut dari Modul 1 hingga seterusnya seperti pada tabel di atas, Pendamping menyampaikan materi secara acak, Pendamping menyamakan dengan materi yang sedang disampaikan oleh Pendamping di wilayah lain dan Pendamping menyampaikan materi sesuai dengan permintaan KPM (Poin 5.2.4.3.1.). Pendamping yang menyampaikan modul secara berurut, maka sesuai dengan Petunjuk Pelaksanaan. Akan tetapi dalam Petunjuk Pelaksanaan tidak dijelaskan apakah dibolehkan bila Pendamping menyampaikan materi tidak sesuai urutan yang telah ditetapkan.

Page 221: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

208Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

Berikut ini merupakan ringkasan kesesuaian antara Petunjuk Pelaksanaan P2K2 dan Pelaksanaan P2K2 di 6 wilayah

Tabel 6.2 Ringkasan Kesesuaian Antara Petunjuk Pelaksanaan P2K2 dan Pelaksanaan P2K2 di 6 Wilayah

Aspek Petunjuk Pelaksanaan Pelaksanaan

Tempat Tempat pelaksanaan P2K2 adalah lokasi yang dapat mendukung terlaksananya P2K2 dengan baik:• Dapat dijangkau

dengan mudah oleh peserta

• Memadai untuk menampung semua peserta

• Memadai untuk menyajikan dan menampilkan materi pembelajaran

• Tidak berlokasi di dekat keramaian yang mengganggu pertemuan

• Diselenggarakan di waktu yang disepakati oleh peserta

Pertemuan P2K2 dilakukan di dua lokasi. Pertama adalah rumah KPM, kedua adalah fasilitas umum seperti masjid, sekolah dan balai desa. Adapun cara untuk menentukan lokasi pertemuan KPM setiap bulan adalah dengan berdiskusi kepada KPM maupun perangkat desa seperti Ketua RW. Lokasi pertemuan P2K2 biasanya sudah disepakati saat pertemuan P2K2 sebelumya.

Waktu Waktu pertemuan P2K2 diselenggarakan 1 kali dalam sebulan selama 120 menit untuk menyampaikan 1 sesi dengan jam penyelenggaraan sesuai kesepakatan KPM dan Pendamping

Umumnya frekuensi pertemuan P2K2 bisa dilakukan 1 kali dalam sebulan selama 2 jam

Page 222: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

209Pembahasan

Aspek Petunjuk Pelaksanaan Pelaksanaan

Peralatan • Peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan P2K2 adalah: Modul bagi Pendamping, Buku Pintar, Brosur, Poster, Flipchart, Film, dan kartu.

• Peralatan audio visual pendukung yang dapat digunakan berupa laptop, speaker, TV, DVD Player dan alat tulis.

• Pendamping memakai alat bantu ajar yang diberikan berupa Modul dan Flipchart. Namun ketersediaannya terutama bagi Pendamping yang baru mengikuti diklat tahun 2019 menjadi masalah. Flipchart juga dianggap memberatkan untuk dibawa ke lokasi yang sulit dijangkau

• Alat bantu lainnya adalah Laptop, Speaker, Microphone dan Proyektor

• Biaya untuk membeli alat bantu ajar tambahan berasal dari pendamping sendiri baik berkelompok maupun individu. Pada beberapa wilayah terdapat dana APBD yang diperuntukan untuk hal tersebut namun jumlahnya belum cukup.

Peserta Pertemuan

• Peserta P2K2 adalah seluruh peserta PKH sebagaimana yang ditetapkan oleh Direktorat Jaminan Sosial Keluarga.

• Jumlah peserta yang mengikuti P2K2 pada satu sesi maksimal 40 orang

• Jumlah peserta P2K2 rata-rata berjumlah maksimal 20 orang dalam 1 kali pertemuan namun di Makassar jumlah peserta mencapai 50 orang. Hal sebaliknya justru terjadi di Jayapura terutama di wilayah perbatasan dengan jumlah peserta aktif yang sedikit sekali.

Page 223: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

210Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

• Pada pelaksanaan kegiatan P2K2, umumnya diikuti oleh KPM saja baik oleh satu anggota keluarga secara terus menerus misalnya Ibu atapun diwakilkan oleh anggota keluarga lain jika berhalangan hadir. Namun di beberapa wilayah seperti Banjarmasin, Padang dan Jayapura pada pertemuan P2K2, terdapat pihak lain di luar KPM yang ikut hadir yaitu tetangga dan penerima bantuan BPNT.

Materi dan Jadwal P2K2

• Terdapat 6 modul yang dibahas dalam P2K2. Keenam modul ini dibagi menjadi 15 sesi dengan Modul Pendidikan dan Pengasuhan Anak serta Modul Kesehatan dan Gizi sebagai modul prioritas yang harus diberikan kepada KPM.

• Petunjuk Pelaksanaan P2K2 telah mengatur urutan penyampaian materi yang dimulai dengan Modul Pengasuhan dan Pendidikan Anak pada sesi Menjadi Orangtua yang Lebih Baik dan diakhiri dengan Modul Kesejahteraan Sosial pada sesi Pelayanan Bagi Disabilitas Berat di pertemuan 15

• Modul yang sering dibahas saat P2K2 adalah Modul Pengelolaan Keuangan Keluarga dan Pendidikan dan Pengasuhan Anak. Di wilayah Jayapura, Modul Perlindungan Anak juga sering diulang oleh Pendamping

• Strategi Penentuan Materi: Cara Pendamping menentukan materi diantaranya adalah, pertama, terdapat Pendamping yang menyampaikan materi secara berurut dari Modul 1 hingga seterusnya. Kedua, Pendamping menyampaikan materi secara acak untuk menghindari kebosanan. Ketiga, menyamakan dengan materi yang sedang disampaikan oleh Pendamping di wilayah lain. Keempat, Pendamping menyampaikan materi sesuai dengan permintaan KPM

Sumber: Hasil Olahan Penelitian, 2020

Page 224: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

211Pembahasan

6.2.2 Pelaksanaan P2K2 Sebagai Bentuk Pendidikan Masyarakat

Pelaksanaan P2K2 dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk dari Pendidikan Orang Dewasa (Andragogi). Menurut Kamil (2007, h.288) pendidikan orang dewasa merujuk pada peserta didik dewasa yang dilihat dari dimensi biologis, psikologis dan sosial. Pada pelaksanaan P2K2, KPM yang menjadi peserta adalah Ibu-ibu yang secara usia sudah dewasa serta secara fisik sudah mampu melakukan reproduksi sehingga ia dikatakan dewasa secara biologis. Peserta P2K2 juga dikatakan dewasa secara psikologis karena ia telah memiliki tanggung jawab atas hidupnya serta dewasa secara sosiologis karena ia telah mampu melakukan peran-peran sosial yang berlaku di masyarakat.

Pada Petunjuk Pelaksanaan P2K2 dijelaskan bahwa tujuan dari dilaksanakannya P2K2 adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku KPM terhadap kesehatan dan gizi bagi ibu hamil, ibu menyusui,bayi dan balita

2. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku KPM untuk perbaikan kualitas pengasuhan dan pendidikan anak di KPM

3. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku KPM dalam pengelolaan keuangan keluarga, meningkatkan literasi keuangan, pemanfaatan layanan bank dan strategi membuka usaha bagi KPM

4. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku KPM terhadap pencegahan kekerasan dan penelantaran pada anak

5. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku KPM dalam dukungan keluarga terhadap kesejahteraan lansia dan perawatan disabilitas berat

6. Meningkatkan kualitas pertemuan bulanan yang diselenggarakan pendamping.

Berdasarkan tujuan pelaksanaan P2K2, 5 dari 6 tujuan menekankan pada peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku KPM. Hal ini sejalan dengan pendidikan orang dewasa sebagai suatu proses belajar yang sistematis dan berkelanjutan pada orang yang berstatus dewasa dengan tujuan untuk mencapai perubahan

Page 225: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

212Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

pada pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan (Kamil, 2007, h.313)

Apabila ditinjau dari pelaksanaan P2K2 di 6 wilayah, pada saat pertemuan, KPM diberikan kesempatan untuk mengeluarkan pendapat dan menceritakan pengalamannya terkait materi yang sedang disampaikan sehingga peserta lain dapat ikut belajar dari pengalaman KPM tersebut. Kondisi ini akan memperkaya sumber dan pengalaman belajar serta melibatkan peserta secara intelektual sebagaimana dijelaskan oleh Knowles (dalam Suprijanto, 2007,h.22). Knowles mengatakan bahwa pendidikan orang dewasa tak hanya mementingkan keterlibatan intelektual tetapi juga emosional peserta didik dalam proses pembelajarannya. Keterlibatan emosional dapat berupa sikap dan perilaku untuk mendukung dan bertanggung jawab dalam mencapai kesuksesan belajar. Untuk memunculkan hal ini maka diperlukan perencanaan parsipatori dimana peserta didik ikut merumuskan rancangan pembelajaran sehingga program dan tujuan pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan mereka.

Berdasarkan hasil temuan lapangan, pada pelaksanaan P2K2 di 6 wilayah, beberapa Pendamping menyampaikan modul berdasarkan permintaan KPM disesuaikan dengan materi yang lebih dibutuhkan terlebih dahulu (Poin 5.2.4.3.1.). Kondisi ini merupakan salah satu upaya dimana KPM ikut merumuskan rancangan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Diharapkan dengan menyesuaikan dengan kebutuhan KPM, mereka lebih terdorong untuk belajar. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Lubis (2014, h.193) bahwa dengan alasan kebutuhan, orang dewasa akan mendorong dirinya untuk belajar (learning to learn). Akan tetapi berdasarkan temuan lapangan di 6 wilayah, perencanaan partisipatoris baru terlihat pada penentuan penyampaian modul di sebagian kelompok. Belum ada upaya lain yang ditemukan untuk mendorong partisipasi peserta dalam merumuskan rancangan dan tujuan pembelajaran. Padahal menurut Jarvis (1992,h.132) dalam prinsip andragogi, kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.

Page 226: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

213Pembahasan

Berdasarkan paparan di atas, jika ditinjau dari peserta didik yang mengikuti pelaksanaan P2K2 maka P2K2 dapat dikatakan sebagai bentuk Pendidikan Orang Dewasa atau Andragogi, begitu pula jika merujuk pada tujuan pelaksanaan P2K2 sebagai upaya peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku KPM. Pelaksanaan P2K2 juga menunjukan adanya keterlibatan intelektual pesertanya namun belum sepenuhnya mendorong adanya keterlibatan emosional yang pada akhirnya memunculkan kemandirian. Adapun pelaksanaan P2K2 sebagai suatu tahapan akan disajikan pada bagian selanjutnya dimana tahap pelaksanaan P2K2 dianalisis dengan komponen, prinsip dan metode pelatihan sebagai bagian dari konsep andragogi.

6.2.3 Tahap Pelaksanaan P2K2 sebagai Kegiatan Pelatihan

Konsep Pendidikan Orang Dewasa yang memiliki tujuan pendidikan sepanjang hayat (long life learner) memunculkan adanya konsep pendidikan non formal yang mampu memecahkan berbagai masalah layanan pendidikan masyarakat, salah satunya dengan kegiatan pelatihan

Berdasarkan hasil olahan penelitian, merujuk pada pelaksanaan P2K2 di 6 wilayah, setidaknya terdapat 3 tahap pelaksanaan P2K2 yaitu tahap Pra Pelaksanaan, Pelaksanaan dan Pasca Pelaksanaan. Tahap pelaksanaan P2K2 akan dianalisis menggunakan komponen, prinsip dan metode pelatihan.

6.2.3.1 Tahap Pelaksanaan P2K2 Ditinjau dari Komponen Pelatihan

Adapun uraian mengenai pelaksanaan P2K2 apabila ditinjau dari komponen-komponen pendidikan yang berpengaruh terhadap kualitas dan mutu suatu pelatihan sebagaimana dijelaskan oleh Sudjana (1996) dalam Kamil (2012, h.21) disajikan pada tabel berikut:

Page 227: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

214Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

Tabel 6.3 Komponen Pelatihan dalam Pelaksanaan P2K2

Komponen PelatihanSudjana (1996) dalam Kamil (2012,h.21)

Pelaksanaan P2K2 Tahap

Masukan Sarana (Instrument Input)Keseluruhan sumber dan fasilitas yang menunjang kegiatan belajar. Masukan sarana dalam pelatihan ini mencakup kurikulum, tujuan pelatihan, sumber belajar, fasilitas belajar, biaya yang dibutuhkan dan pengelola pelatihan.

Masukan sarana pada pelaksanaan P2K2 adalah:• Panduan Pelaksanaan

P2K2 yang memuat tujuan pelatihan

• Alat bantu ajar berupa Modul, Buku Pintar, Flipchart, Film, Poster, Kartu, Brosur dan alat audio visual

• Pendamping yang sudah mengikuti Diklat P2K2 sebagai pengelola pelatihan

Tahap Pra Pelaksanaan

Masukan Mentah(Raw Input)Peserta pelatihan dengan berbagai karektiristiknya, seperti pengetahuan, keterampilan dan keahlian, jenis kelamin, pendidikan, kebutuhan belajar, latar belakang sosial budaya, latar belakang ekonomi dan kebiasaan belajarya

Masukan mentah pada pelaksanaan P2K2 adalah:• Peserta yang berasal

dari KPM PKH

Masukan LingkunganYaitu meliputi faktor lingkungan yang menunjang pelaksanaan kegiatan pelatihan, seperti lokasi pelatihan.

Masukan lingkungan pada pelaksanaan P2K2 adalah:• Lokasi pelatihan, baik

di rumah KPM maupun fasilitas umum

Page 228: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

215Pembahasan

ProsesYaitu kegiatan interaksi edukatif yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan antara sumber belajar dengan warga belajar peserta pelatihan.

Proses pada pelaksanaan P2K2 adalah:• Kegiatan pembelajaran

P2K2 dengan strategi pendamping dalam menentukan materi (Poin 5.2.4.3.1.), strategi penyampaian materi (Poin 5.2.4.3.2.) dan strategi dalam menghadapi KPM (Poin 5.2.4.3.3.)

Tahap Pelaksanaan

Keluaran (Output)Yaitu lulusan yang telah mengalami proses pembelajaran pelatihan.

Keluaran dalam pelaksanaan P2K2 adalah KPM yang sudah diberikan materi P2K2. Pendamping biasanya menanyakan pemahaman Pendamping terhadap materi. Namun belum ada upaya khusus untuk mengevaluasi output dan impact yang dilakukan oleh pengelola program PKH

Tahap Pasca Pelaksanaan

Masukan Lain (Other Input)Daya dukung pelaksanaan pelatihan, seperti pemasaran, lapangan kerja,informasi dan situasi sosial-budaya yang berkembang.

Pengaruh (Impact)Berhubungan dengan hasil belajar yang dicapai oleh peserta pelatihan, yang meliputi peningkatan taraf hidup, kegiatan membelajarkan orang lain lebih lanjut, dan peningkatan partisipasi dalam kegiatan sosial dan pembangunan masyarakat.

Sumber: Olahan Penelitian, 2019

Berdasarkan tabel di atas, dari keseluruhan komponen pelatihan, belum ada rumusan untuk melihat keluaran (output), masukan lain (other input) dan pengaruh (impact). Dengan kata lain, evaluasi yang bertujuan untuk melakukan pengukuran

Page 229: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

216Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

terhadap output dan impact dari pelaksanaan P2K2 belum dilakukan. Selama ini evaluasi dilakukan oleh inisiatif pendamping secara lisan dan hanya menyentuh aspek pemahaman pengetahuan saja. Apabila merujuk pada Petunjuk Pelaksanaan P2K2 sebetulnya telah dibahas mengenai Pencatatan dan Pelaporan P2K2 namun pelaporan ini hanya mengukur kuantitas peserta P2K2 saja. Padahal bila mengacu pada tujuan P2K2, aspek yang ingin ditingkatkan bukan sebatas pengetahuan saja tetapi pada tingkatan yang lebih tinggi yaitu sikap dan perilaku KPM.

6.2.3.2 Tahap Pelaksanaan P2K2 Ditinjau Dari Prinsip Pelatihan

Dalam melaksanakan sebuah pelatihan terdapat prinsip-prinsip yang dapat diaplikasikan sehingga sebuah pelatihan dapat berjalan secara efektif dan optimal. Menurut Werther (dalam Husaeni, 2013,h.31) terdapat 5 prinsip dalam pelatihan yaitu Prinsip Partisipasi, Repetisi, Relevansi, Pengalihan Pengetahuan dan Keterampilan dan Umpan Balik. Tahap Pelaksanaan P2K2 akan dianalisis menggunakan prinsip-prinsip tersebut seperti pada tabel berikut:

Tabel 6.4 Prinsip Pelatihan dalam Pelaksanaan P2K2

Prinsip PelatihanWerther dalam Husaeni (2013, h.31)

Pelaksanaan P2K2

Prinsip PartisipasiPembelajaran biasanya akan lebih cepat dan bertahan lama apabila peserta belajar terlibat secara aktif. Partisipasi akan meningkatkan motivasi dan empati terhadap proses belajar. Dengan keterlibatan secara langsung, peserta dapat belajar lebih cepat dan memahaminya lebih lama.

Partisipasi peserta dalam pelaksanaan P2K2 diwujudkan dalam hal-hal berikut:• Peserta berpartisipasi dalam

menentukan lokasi dan waktu pembelajaran. Pada beberapa kelompok, peserta diberikan kesempatan untuk menentukan modul mana yang ingin dibahas terlebih dulu

Page 230: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

217Pembahasan

• Pendamping mendorong partisipasi peserta dalam kegiatan dengan melakukan sesi tanya jawab sehingga pembelajaran lebih interaktif

Prinsip Repetisi Repetisi akan memperkuat suatu pola ke dalam memori seseorang. Belajar dengan pengulangan kunci-kunci pokok dari ide-ide akan dengan mudah dapat diingat kembali bila diperlukan.

Prinsip repetisi dalam pelaksanaan P2K2 diwujudkan dalam hal-hal berikut:• Setelah sesi berakhir dan

pada pertemuan selanjutnya pendamping kembali menanyakan peserta mengenai materi yang sudah dibahas

Prinsip Relevansi Belajar akan lebih efektif apabila materi yang dipelajari bermakna atau mempunyai relevansi dengan kebutuhan seseorang.

Prinsip relevansi dalam pelaksanaan P2K2 diwujudkan dalam hal-hal berikut:• Pada beberapa kelompok,

peserta diberikan kesempatan untuk menentukan modul mana yang ingin dibahas terlebih dulu sesuai kebutuhan KPM

• Modul yang sering dibahas saat P2K2 adalah Modul Pengelolaan Keuangan Keluarga dan Pendidikan dan Pengasuhan Anak. Di wilayah Jayapura, Modul Perlindungan Anak juga sering diulang oleh Pendamping. Hal ini karena materi tersebut relevan dan bermakna bagi kehidupan KPM

Page 231: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

218Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

Prinsip Pengalihan Pengetahuan dan Keterampilan Semakin dekat kebutuhan program pelatihan bersentuhan dengan kebutuhan/ pelaksanaan pekerjaan, maka akan semakin cepat seseorang untuk belajar menguasai pekerjaan tersebut. Dengan kata lain, pengalihan pengetahuan dan keterampilan bisa terjadi karena penerapan teori dalam situasi yang nyata atau karena praktek yang bersifat simulasi. Artinya pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dalam simulasi dapat dengan mudah dialihkan dalam situasi sebenernya.

Prinsip pengalihan pengetahuan dan keterampilan dalam pelaksanaan P2K2 diwujudkan dalam hal-hal berikut:• Modul yang disampaikan

dekat dengan kebutuhan KPM terutama modul yang sering dibahas yaitu Pengelolaan Keuangan Keluarga dan Pendidikan Pengasuhan Anak sehingga dapat langsung diterapkan oleh KPM

• Beberapa pendamping telah melakukan simulasi misalnya dalam modul Pengelolaan Keuangan Keluarga agar KPM dapat langsung mempraktekan

Prinsip Umpan Balik Melalui sistem umpan balik, peserta pelatihan dapat mengetahui tercapai tidaknya tujuan pelatihan. Artinya, dengan umpan balik peserta termotivasi untuk mengetahui perubahan yang terjadi di dalam dirinya, baik kemampuan, keterampilan, maupun kepribadian dan termotivasi untuk menyesuaikan tingkah laku mereka untuk secepat mungkin meningkatkan kemajuan belajarnya.

Prinsip umpan balik dalam pelaksanaan P2K2 diwujudkan dalam hal-hal berikut:• Beberapa Pendamping

memberikan hadiah kepada peserta apabila dapat menjawab pertanyaan mengenai materi. Hal ini dapat membuat peserta termotivasi.

Sumber: Hasil Olahan Penelitian, 2019

Berdasarkan tabel di atas, 5 prinsip pelatihan telah terdapat pada pelaksanaan P2K2. Penerapan prinsip ini akan semakin baik apabila diterapkan secara lebih luas pada pelaksanaan P2K2 misalnya Prinsip Partisipasi tidak hanya diterapkan pada

Page 232: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

219Pembahasan

saat menentukan lokasi dan tanya jawab saja tetapi juga saat merumuskan tujuan serta program pelatihan.

6.2.3.2 Tahap Pelaksanaan P2K2 Ditinjau Dari Metode Pelatihan

Sebagai sebuah upaya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, kegiatan P2K2 dapat ditinjau dari metode pelatihan yang digunakannya. Merujuk pada hasil temuan lapangan pengenai pelaksanaan P2K2 maka jika ditinjau dari jenis pesertanya maka metode pelatihan yang digunakan P2K2 sejalan dengan Group Teaching Method yang dikemukakan oleh Kamil (2010, h.157) yaitu metode yang ditunjukan pada kelompok. Akan tetapi metode ini dipilih untuk menyampaikan sampai pada taraf kesadaran dan ketertarikan ditambah dengan evaluation (pertimbangan) dan trial (mencoba). Sedangkan apabila mengacu pada tujuan P2K2 yang tak hanya ingin meningkatkan pengetahuan tetapi juga sikap dan perilaku, maka P2K2 dapat menggunakan Individual Teaching Method, yakni metode yang ditunjukan pada individu. Metode ini dipilih untuk menyampaikan sampai kesadaran, ketertarikan, pertimbangan dan mencoba, hingga sampai pada taraf adoption (mengambil alih), action (berbuat), dan satisfaction (kepuasan).

6.2.4 Potensi dan Permasalahan dalam Pelaksanaan P2K2

Sebagai sebuah rangkaian proses, kegiatan P2K2 dapat dianalisis menggunakan diagram Ishikawa yang membagi proses menjadi 6 aspek yaitu Material, Human, Machine, Method, Environment dan Measurement. Keenam aspek ini saling berkaitan dan bersifat sebab-akibat dengan hasil dari kegiatan P2K2. Analisa kegiatan P2K2 dengan menggunakan diagram Ishikawa dapat memetakan potensi dan permasalahan dari proses P2K2 yang akan mempengaruhi hasil dari kegiatan P2K2. Adapun analisis secara lebih rinci dijelaskan pada tabel berikut:

Page 233: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

220Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

Tabel 6.5 Analisis Ishikawa dalam Kegiatan P2K2

Aspek Potensi Permasalahan

Material Beberapa modul dianggap sudah relevan dengan KPM karena 2 alasan yaitu, materi sudah sesuai dengan kebutuhan KPM dan materi dapat membantu KPM dalam kehidupan sehari-hari.

Terdapat materi yang dianggap KPM dan Pendamping tidak relevan alasannya karena materi tidak bisa diaplikasikan ke dalam kehidupan KPM (materi mengenai Gizi) dan bahasa di dalam modul cenderung berat sehingga Pendamping harus mengganti bahasa tersebut dengan bahasa yang lebih mudah dimengerti

Human • Jumlah peserta P2K2 rata-rata berjumlah maksimal 20 orang dalam 1 kali pertemuan. Jumlah ini dianggap cukup kondusif oleh Pendamping maupun KPM

• Terdapat narasumber eksternal yang ikut menyampaikanmateri seperti Tenaga Kesehatan, Instansi Pemerintah dan Lembaga Keuangan

Pada beberapa kelompok di Makassar jumlah peserta mencapai 50 orang. Hal sebaliknya justru terjadi di Jayapura terutama di wilayah perbatasan dengan jumlah peserta aktif yang sedikit sekali.

Page 234: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

221Pembahasan

Machine Alat bantu ajar dinilai membantu KPM dalam memahami materi

• Pendamping memakai alat bantu ajar yang diberikan berupa Modul dan Flipchart. Namun ketersediaannya terutama bagi Pendamping yang baru mengikuti diklat tahun 2019 menjadi masalah. Flipchart juga dianggap memberatkan untuk dibawa ke lokasi yang sulit dijangkau

• Biaya untuk membeli alat bantu ajar tambahan berasal dari pendamping sendiri baik berkelompok maupun individu. Pada beberapa wilayah terdapat dana APBD yang diperuntukan untuk hal tersebut namun jumlahnya belum cukup.

Method Pendamping telah memiliki strategi melaksanaan P2K2 sehingga penyampaian materi kondusif dan efektif

Pendamping memiliki kesulitan menyampaikan materi yang tidak sesuai dengan latar belakangnya seperti kesehatan, kemudian pendamping laki-laki seringkali kesulitan menyampaikan materi mengenai ibu hamil dan menyusui

Environment Suasana lingkungan kondusif tercipta karena peserta merasa antusias dan meyakini bahwa materi yang akan diberikan bermanfaat bagi mereka.

Suasana lingkungan tidak kondusif terjadi akibat peserta kehilangan fokus karena mengobrol sendiri, membawa anak maupun karena konflik kecemburuan sosial yang terjadi.

Page 235: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

222Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

Measurement Di tahap Pasca Pelaksanaan, Pendamping sudah memiliki inisiatif untuk mengukur pemahaman peserta meskipun dengan cara lisan menanyakan mengenai materi yang sudah diajarkan

Tidak terdapat standar baku mengenai pengukuran pemahaman KPM setelah P2K2 baik dari segi pengetahuan, sikap dan perilaku sehingga belum diketahui sejauh mana peningkatan kemampuan KPM

Sumber: Hasil Olahan Penelitian, 2019

Berdasarkan tabel di atas, pada setiap aspeknya terdapat potensi dan permasalahan yang muncul pada tahap kegiatan P2K2. Potensi yang muncul seperti beberapa modul yang relevan dengan materi sesuai kebutuhan KPM, strategi dan inisiatif Pendamping pada tahap Pelaksanaan dan Pasca Pelaksanaan serta hadirnya narasumber eksternal dapat menjadi kekuatan dari kegiatan P2K2. Sedangkan permasalahan yang terpetakan dalam kegiatan P2K2 seperti kurangnya ketersediaan bahan ajar dan belum adanya standar baku yang mengatur adanya pengukuran atau evaluasi dapat menjadi masukan untuk mengoptimalisasi kegiatan P2K2.

6.3 Analisa Perubahan Perilaku KPM Setelah Mengikuti P2K2

Perubahan perilaku KPM (Keluarga Penerima Manfaat) dapat ditunjukkan dan dirasakan manfaatnya setelah mengikuti proses pembelajaran P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kapasitas Keluarga) dari pendamping PKH (Program Keluarga Harapan). KPM yang sudah mendapatkan bantuan PKH diharapkan mampu mengetahui dan menerapkan segala konsep dan komponen perilaku dalam modul P2K2. Informasi yang diperoleh dari temuan lapangan menunjukkan bahwa, KPM mampu melakukan sesuatu yang baru untuk dapat menjadi keluarga yang baik dan sejahtera. Selain itu, KPM juga dapat melakukan suatu hal yang bersifat kontinuitas atau berkelanjutan dari perilaku yang ditunjukkan sebelum memperoleh pembelajaran P2K2 sebagai bentuk peningkatan kapasitas mereka. Adapun KPM yang memberikan informasi

Page 236: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

223Pembahasan

terkait hal ini merupakan KPM dampingan PKH sebelum tahun 2018 hingga 2019.

Menurut Bloom (1956) Perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh tiga domain dasar yaitu secara kognitif, afektif, dan psikomor. Secara umum, perubahan perilaku KPM dapat ditinjau berdasarkan perilaku kognitif. Hal dikarenakan KPM telah mendapatkan suatu pembelajaran dari P2K2 bersama pendamping PKH. Proses pembelajaran dilakukan dengan melibatkan visual, auditori dan kinestetik. Sehingga pemahaman tentang berbagai modul yang diajarkan dapat dipraktekkan secara langsung di kehidupan sehari-hari. Adapun perilaku lain yang didasari atas naluri atau kebiasaan merupakan perilaku afektif yang dimiliki KPM sebelum mendapatkan P2K2.

Domain (ranah) kognitif berkaitan dengan pengakuan, pengetahuan, pengembangan kemampuan dan keterampilan intelektual yang dapat mendeskripsikan perilaku KPM. Bloom (1956) mengklasifikasikan perilaku berdasarkan enam prinsip perubahan kognitif yang disebut taksonomi Bloom. Diantaranya adalah pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation). Komponen ini memliki keterkaitan pada perubahan perilaku KPM setelah mengikuti P2K2 dari pendamping pasca diklat P2K2. Keterkaitan ini dapat menunjukkan dampak dari pembahasan modul-modul P2K2. Oleh karena itu, modul P2K2 menjadi sistem analisa awal untuk menunjukkan perilaku-perilaku KPM berdasarkan teori taksonomi Bloom (1956).

6.3.1 Modul Ekonomi

Modul ekonomi bertujuan untuk memberikan pengetahuan dasar dan mengasah keterampilan KPM dalam mengelola keuangan, baik itu dalam segi pengelolaan pendapatan, mencatat pengeluaran hingga berwirausaha. Perilaku KPM setelah mengikuti P2K2 terkait pembelajaran modul ekonomi terlihat pada kemampuan KPM dalam merencanakan keuangan keluarga,

Page 237: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

224Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

pengetahuan tentang wirausaha dan prinsip untuk tidak meminjam uang dikarenakan memahami resiko besar ketika meminjam dengan pihak yang merugikan. Perilaku tersebut sesuai dengan teori Bloom mengenai pemahaman (comprehension), kemampuan analisis (analysis) dan sintesis (synthesis).

Pada konteks pemahaman (comprehension), KPM dapat mengetahui cara berwirausaha meskipun memiliki keterbatasan akses. Hal ini ditunjukkan setelah mengikuti P2K2. Adapun perilaku KPM sebelumnya menunjukkan bahwa ia belum memiliki strategi untuk berwirausaha dengan baik meskipun sudah memiliki keterampilan usaha. Adanya perubahan dari tadinya belum mampu menjadi lebih memahami cara berwirausaha merupakan pemahaman KPM berdasarkan pengalaman, dimana hal tersebut dikembangkan melalui pembelajaran memulai usaha pada P2K2. KPM mengkomunikasikan kepada pendamping bahwa mereka mulai membentuk kelompok usaha dengan membuat kripik hingga ada yang membuat anyaman dari plastik meskipun tidak berjalan dengan baik. Meskipun demikian, KPM terus berusaha untuk melakukan usaha lain dengan modal kecil untuk memulai memutar keuangan. KPM juga mengkomunikasikan kepada pendamping bahwa melakukan usaha dengan modal yang sedikit sangat sulit karena tidak sesuai dengan permintaan pasar. Pemahaman tentang strategi untuk tetap membuka usaha lain tersebut merupakan suatu interpretasi, dimana komunikasi KPM dianggap sebagai suatu konfigurasi ide yang membutuhkan penataan kembali menjadi konfigurasi ide baru dalam pikiran individu/KPM (Bloom, 1956). Hal ini sesuai pada tujuan modul ekonomi pada konsep memulai usaha, dimana KPM mampu mengidentifikasi, mengembangkan dan menilai kelayakan ide usaha secara terencana sesuai potensi yang dimiliki. Memahami kondisi pasar menjadi tugas bagi KPM untuk mencari strategi untuk tetap berwirausaha dengan baik.

Selain pada tingkat pemahaman, KPM juga menunjukkan prilaku yang bersifat analisis (analysis). Pada kondisi ini, KPM berhati-hati dan lebih cermat untuk meminjam uang. KPM

Page 238: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

225Pembahasan

menganalisis mengenai dampak buruk ketika meminjam uang pada pihak yang salah seperti rentenir dan menghindari peminjaman yang memiliki persenan bunga. Untuk itu, KPM memilih untuk tidak berhutang dan memahami resiko ketika meminjam uang. Perilaku ini sudah dilakukan oleh KPM sebelum mengikuti P2K2 yang saat ini merupakan kontinuitas dari perilaku sebelumnya. KPM mengungkapkan bahwa mereka diajarkan oleh pendamping untuk lebih cermat kecuali dalam keadaan terpaksa KPM disarankan untuk lebih baik meminjam uang kepada keluarga terdekat. Perilaku ini sesuai pada konsep analisis dimana seseorang mampu memecahkan informasi yang kompleks menjadi bagian-bagian kecil dan mengaitkan informasi dengan informasi lain. Setelah itu dapat menyimpulkan perilaku tentang informasi yang baik untuk dilakukan (Bloom pada Santrock, 2007). Perilaku KPM menunjukkan bahwa mereka mampu mengumpulkan informasi tentang masalah-masalah yang terjadi akibat meminjam uang dengan keadaan perekonomian keluarga yang minim.

Adapun perilaku KPM dalam mengelola keuangan keluarga berada pada tingkat sintesis (synthesis). Sebelum mengikuti P2K2 KPM belum pernah merencanakan keuangan keluarga, namun setelah mengikuti P2K2 KPM dapat mengelola keuangan keluarga dengan cara mencatat kebutuhan dan pengeluaran dan menabung dalam jumlah yang kecil. Adanya P2K2 dapat berpengaruh baik pada KPM. Rata-rata mereka mencatat pemasukan dan pengeluaran untuk mengetahui keuangan keluarga dan meminimalisir pengeluaran. Dari perencanaan tersebut, KPM mampu menabung sedikit demi sedikit meskipun dalam jumlah yang kecil karena menyesuaikan dengan pendapatan mereka. Kemampuan merencanakan keuangan keluarga merupakan kemampuan dalam mengenali data keuangan yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam membuat suatu rencana penyusunan dengan cara mencatat kebutuhan dalam keluarga (Bloom, 1956). Kondisi ini sesuai pada tujuan modul ekonomi pada sesi mengelola keuangan

Page 239: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

226Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

keluarga, dimana KPM dapat menentukan prioritas pengeluaran dan menuliskannya dalam anggaran keuangan keluarga mereka.

6.3.2 Modul Kesehatan dan Gizi

Pada modul ini, pendamping mengajarkan KPM tentang pentingnya gizi dan layanan kesehatan ibu hamil, pentingnya gizi untuk ibu menyusui dan balita, kesakitan pada anak dan kesehatan lingkungan. Perubahan perilaku KPM setelah mengikuti P2K2 menggambarkan bahwa KPM cenderung memahami dan melaksanakan pelayanan kesehatan diri dan lingkungan, serta mengkonsumsi makanan yang bergizi. Berdasarkan temuan, konsep penerapan (application) dalam taksonomi Bloom dapat menjadi acuan analisa untuk melihat kemampuan perubahan perilaku KPM sesudah mengikuti P2K2.

Perubahan perilaku yang terlihat sebelum dan sesudah mengikuti P2K2 tidak begitu signifikan. Perilaku yang ditunjukkan hampir sama dan menjadi kebiasaan bagi KPM untuk diterapkan dikehidupan sehari-hari. KPM berusaha untuk tetap menjaga kesehatan dengan cara kontrol kesehatan di puskesmas terdekat meskipun dalam masih dalam kondisi sehat. Dengan mengecek kesehatan secara rutin, KPM dapat mengetahui kondisi tubuh dan melakukan upaya pencegahan terhadap penyakit dengan cara minum vitamin dan menjaga kebersihan. Selain itu, KPM beristirahat dengan cukup dengan jam tidur yang stabil dan konsisten. Mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti sayur, ikan, susu, tahu dan tempe merupakan kebiasaan yang dilakukan sejak dulu untuk menjaga kesehatan dengan pengeluaran yang ekonomis. Adanya kegiatan P2K2 lebih menguatkan konsistensi KPM dalam menjaga kesehatan diri, keluarga, dan yang paling penting adalah balita. Kondisi ini sesuai dengan teori penerapan (application) Bloom (1956) bahwa perilaku KPM merupakan suatu kemampuan untuk menerapkan sesuatu yang memerlukan pemahaman dari metode, teori, prinsip atau abstraksi. Kegiatan P2K2 mengajarkan KPM tentang konsep/teori kesehatan serta unsur-unsur lain yang terkandung didalamnya. Melalui metode

Page 240: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

227Pembahasan

ini, KPM menerapkan hal yang seharusnya dan baik untuk menjaga kesehatan dan menghindari resiko penyakit.

6.3.3 Modul Kesejahteraan Sosial

Pendamping PKH yang sudah mengikuti pelatihan atau diklat P2K2 tahun 2018-2019 telah dilatih untuk mengajarkan pengembangan kesejahteraan sosial KPM yang berfokus pada lansia dan disabilitas berat. Temuan penelitian menunjukkan bahwa belum ada dampak signifikan yang ditunjukkan KPM setelah mendapatkan pengetahuan tentang modul kesejahteraan sosial. Rata-rata metode pembeljaran pada P2K2 bersama KPM, pendamping mengajarkan materi dengan mengutamakan komponen PKH terbanyak di dalam kelompok dan isu yang sering terjadi. Meskipun demikian, pendamping tetap memberikan bahan ajaran tentang modul ini kepada para KPM. Dengan situasi tersebut KPM lebih memahami pentingnya perawatan dan hak bagi lansia dan disabilitas berat.

Perilaku KPM yang dapat dideskripsikan lebih kepada pelayanan lansia. Klasifikasi perilaku tentang laansia berada pada tahap pemahaman. Namun, dengan adanya pengalaman KPM yang dikuatkan dengan pembelajaran P2K2, konteks pemahaman KPM sudah beralih pada penerapan (application). Sebelum mengikuti P2K2 dari pendamping perilaku KPM menunjukkan bahwa KPM dapat merawat orang tua dengan baik dengan cara memberikan hak bantuan PKH kepada orang tua (lansia) mereka, memberi kasih sayang dan kebutuhan lainnya. Menurut KPM bahwa orang tua mereka justru tidak merepotkan dan membantu keuangan dan kebutuhan keluarga KPM. Setelah mengikuti P2K2, KPM menjadi lebih paham tentang layanan terbaik bagi lansia yang berada di rumah. Pembelajaran ini menguatkan KPM untuk tetap konsisten dalam merawat orang tua seperti sebelumnya. KPM juga berupaya untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam mewujudkan aktualisasi lansia yang ada di rumah. Temuan ini terkait pada teori taksonomi perilaku Bloom (1956) di tahap penerapan (application). Pemahaman KPM menunjukkan bahwa individu menggunakan

Page 241: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

228Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

abstraksi (konsep yang diajarkan) saat penggunaannya ditentukan. Selanjutnya pada pengaplikasiannya, individu akan berperilaku dengan benar karena mengingat situasi atau pengalaman yang sesuai dimana tidak ada mode solusi yang ditentukan (Bloom, 1956). Dalam hal ini kategori permasalahan berada pada level rendah. Perilaku ditunjukkan berdasarkan abstraksi dan ajaran dan pengalaman yang sama seperti sebelumnya.

6.3.4 Modul Pengasuhan dan Pendidikan

Pada modul ini, KPM diajarkan oleh pendamping pasca diklat tentang bagaimana menjadi orang tua yang baik, memahami perkembangan dan perilaku anak, memahami cara anak usia dini belajar, dan membantu anak sukses di sekolah. Perilaku yang ditunjukkan oleh KPM adalah mereka telah menjadi orang tua yang baik berdasarkan naluri sebelum mengikuti P2K2. Seperti pada modul sebelumnya, perubahan perilaku KPM setelah mengikuti P2K2 dapat digambarkan sebagai situasi kontinuitas (berkelanjutan) dari perilaku sebelumnya. Yang menjadi perbedaannya adalah, KPM dapat menerapkan berbagai cara untuk berusaha menjadi orang tua yang baik bagi anak berdasarkan pemahaman dari modul sebagai landasan perubahan kognitif dan dikuatkan berdasarkan naluri pengalaman KPM secara afektif. Tahapan perubahan pada perilaku KPM tersebut terkait dalam tahapan penerapan (application) dan evaluasi (evaluation).

Bloom (1956) menjelaskan bahwa menerapkan sesuatu membutuhkan pemahaman dari metode, teori, prinsip, atau abstraksi yang diterapkan. Setelah mengikuti P2K2, KPM berupaya untuk mencari tahu perkembangan anak di sekolah dengan cara berkomunikasi dengan baik dengan guru atau wali kelasnya. Strategi ini merupakan suatu metode untuk menjadi orang tua yang perhatian pada anak. Ketika anak mendapatkan masalah di sekolah, orang tua mampu menerapkan abstraksi yang diajarkan pendamping untuk memberikan solusi yang terbaik dan tepat. Namun ketika anak memiliki peningkatan atau prestasi di sekolah, KPM akan menerapkan penguatan positif bagi anak dan

Page 242: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

229Pembahasan

memberikan penghargaan. Dalam kondisi tertentu, KPM mampu menjadi teman bagi anak ketika anak ingin bercerita tentang permasalahan yang dihadapi dengan memperhatikan dan menjadi pendengar yang baik bagi anak. Selain itu, KPM juga berusaha untuk membantu dan menemani anak untuk mengerjakan tugas sekolah atau belajar materi lain di rumah. Perilaku tersebut terkait pada konsep penerapan (application) yang berawal dari abstraksi yang familiar yang pernah dialami oleh individu sebelumnya. Situasi ini dapat memandu seseorang untuk melakukan berbagai tindakan (Bloom, 1956). Situasi familiar dilandasi oleh perhatian KPM kepada anak sebelum mengikuti P2K2 sudah dilakukan berdasarkan naluri. Namun setelah mengikuti P2K2 perilaku KPM lebih terstruktur untuk mengkondisikan sikap dan menjalani peran sesuai kebutuhan anak.

Dengan adanya penerapan perilaku tersebut, KPM juga dapat memberikan penilaian terhadap perilaku anak dan melakukan strategi yang tepat untuk menasehati anak. Pada tahap ini, KPM menunjukkan perilaku evaluative (evaluation). KPM melakukan pujian terhadap anak ketika anak berperilaku baik dan memiliki peningkatan dalam proses belajarnya. KPM memuji anak sebagai bentuk penguatan positif (positive reinforcement) agar anak merasa diakui. Selain itu, KPM menasehati anak tanpa melakukan keskerasan. Pembelajaran dari modul pengasuhan dan pendidikan dapat menimbulkan perilaku KPM untuk memberi arahan dan cara menasehati yang tepat pada anak ketika melakukan kesalahan. KPM dapat memberikan nilai dan arahan yang baik pada anak dan memberikan contoh strategi pemecahan masalah yang tepat sesuai dengan kondisi atau permasalahan anak. Perilaku ini sesuai dengan konsep evaluasi (evaluation) bahwa KPM memiliki kemampuan untuk memberikan penilaian dan argumen yang berkenaan dengan sesuatu yang diketahui, dipahami, dilakukan, dianalisis dan dihasilkan (Bloom pada Yaumi 2013). KPM dapat mengevaluasi diri dengan menjaga perkataan, sabar, dan menahan emosi ketika marah. Setelah itu KPM mampu mengevaluasi anak dengan memberikan nasehat yang baik dan penguatan positif.

Page 243: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

230Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

Berkaitan dengan penguatan positif yang dilakukan KPM, terdapat teori lain yang menunjukkan perilaku KPM yitu teori operant conditioning oleh Skinner. Reinforcement merupakan faktor terpenting dalam proses pembelajaran. Perilaku terbentuk oleh konsekuensi yang ditimbulkannya. Apabila konsekuensinya menyenangkan (positive reinforcement) akan membuat perilaku yang sama akan diulangi lagi (Skinner pada Khodijah, 2014). Suatu bentuk penilaian KPM terhadap anak akan mempengaruhi perilaku positif yang akan muncul pada anak.

6.3.5 Modul Perlindungan Anak

Modul perlindungan anak bertujuan agar KPM mampu mengetahui dan memahami hak anak dan menjadi orang tua yang lebih baik dengan menghindari perilaku maladaptif. Konsep yang diajarkan adalah upaya pencegahan kekerasan dan perlakuan salah pada anak, serta konsep penelantaran dan eksploitasi pada anak. KPM memberikan informasi bahwa mereka telah mengetahui hak anak secara umum seperti mendoakan, memberikan kasih sayang dan sekolah. Setelah mengikuti P2K2, KPM dapat mengetahui dan memahami apa saja klasifikasi hak sipil anak dan mengetahui jenis perlakuan salah pada anak. Perilaku tersebut dapat dianalisa berdasarkan tahapa pengetahuan (knowledge) dan pemahaman (comprehension).

Bloom (1956) pada Dimyati dan Mudjiono (2009) menjelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) merupakan Pengetahuan mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan, digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat (recall) atau mengenal kembali (recognition). Konsep ini sesuai dengan perilaku KPM yang menyadari dan baru mengetahui bahwa menghukum anak dengan marah yang berlebihan merupakan suatu kekerasan atau perlakuan salah pada anak. Untuk itu, KPM akan mengingat apa saja yang telah diajarkan terkait kekerasan anak dan akan menggali ingatannya tersebut pada situasi yang dibutuhkan atau yang terjadi dikehidupan sehari-hari.

Page 244: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

231Pembahasan

Selain dari proses mengingat atau mengetahui, KPM juga lebih memahami arti dan pentingnya hak anak. Perilaku ini merupakan peningkatan pengetahuan KPM setelah mengikuti P2K2. KPM memahami bahwa anak perlu dilindungi dari kekerasan, hak untuk mendapatkan pendidikan, layanan kesehatan, dan kasih sayang. KPM akan lebih berhati-hati ketika menegur atau menghukum anak. Di tingkat ini, KPM memiliki kemampuan untuk menangkap makna dan arti tentang hal yang dipelajari (Bloom, 1956).

Tingkatan perubahan perilaku KPM setelah mengikuti pembelajaran modul ekonomi, modul kesehatan dan gizi, modul kesejahteraan sosial, modul pengasuhan dan pendidikan anak, dan modul perlindungan anak, dapat dianalisa berdasarkan taksonomi kognitif Bloom (1956). Klasifikasi tersebut dapat disimpulkan melalui gambar 6.3.1 sebagai berikut:

Skema 6.1 Klasifikasi Perubahan Perilaku KPM Setelah Mengikuti P2K2 Berdasarkan Taksonomi Bloom

Sumber: Olahan Penelitian

Page 245: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

232Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

Gambar 6.3.2 menjelaskan bahwa KPM dapat menunjukkan adanya perubahan perilaku berdasarkan taksonomi Bloom (1956). Pada tahap pertama yaitu pengetahuan KPM dapat memahami perlakuan salah pada anak yang merupakan hasil pembelajaran modul perlindungan anak. Pada tahap pemahaman, KPM dapat memahami cara berwirausaha dengan baik dari pembelajaran modul ekonomi, dan memahami segala macam hak sipil anak dan pentingnya hak anak untuk diterapkan dikehidupan yang merupakan pembelajaran modul perlindungan anak. Setelah mempelajari berbagai modul, terdapat beberapa perilaku yang diterapkan oleh KPM berdasarkan modul kesehatan dan gizi, modul kesejahteraan sosial dan modul pengasuhan dan pendidikan. Setelah KPM mengikuti pembelajaran modul ekonomi, KPM mampu menganalisis kebutuhan dan keinginan hingga menganalisis resiko-resiko ketika tidak cermat dalam meminjam uang. Tahap selanjutnya adalah tahapan sintesis, dimana KPM mampu mengelola keuangan keluarga dengan melakukan perencanaan yaitu mencatat pengeluaran dan menabung sedikit demi sedikit. Selanjutnya di tahap akhir yaitu evaluasi, dimana KPM dapat memberikan penilaian dan penguatan terhadap anak agar dapat membentuk kepribadian yang baik. Pada tahapan ini, KPM melakukan pujian dan penghargaan kepada anak serta menasehati anak dengan cara yang baik jika melakukan kesalahan.

6.4 Relevansi Pelaksanaan Diklat P2K2 dengan tugas Pendamping PKH, dan prioritas pengembangan apa yang perlu dilakukan.

6.4.1 Jurusan/Konsentrasi Pendidikan Terakhir

Kompetensi merupakan serangkaian pengetahuan, keterampilan dan sikap seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya. Terkait dengan hal tersebut maka kompetensi setiap pekerja sosial atau Pendamping PKH dapat disesuaikan dengan tugas pokok pekerjaan itu sendiri. Salah satunya adalah konsentrasi tentang latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh masing-masing pendamping PKH.

Page 246: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

233Pembahasan

Hal tersebut telah tercantung dalam Surat Pengumuman Nomor 1857/LJS.JSK/KP.02.01/11/2019 tentang Seleksi Sumber Daya Manusia Pelaksana Program Keluarga Harapan (PKH) Tahun 2019 Kementerian Sosial RI. Dalam surat tersebut tercantung persayaratan administrasi untuk Pendamping PKH secara khusus yakni Pendidikan D.III/D.IV/Sarjana Ilmu Sosial dan diutamakan Jurusan Pekerja Sosial/ Kesejahteraan Sosial. Selain itu bagi pendamping PKH wajib menguasai Microsoft Office.

Berdasarkan hasil pengumpulan data tentang latar belakang pendidikan Pendamping PKH (BAB 5), sebanyak 75,7% responden sebagai Pendamping PKH tidak memiliki latar belakang pendidikan dari Ilmu Sosial. Sebaliknya, responden sebagai Pendamping PKH yang memiliki latar belakang murni sebagai pekerja sosial/ ilmu kesejahteraan sosial hanya sebesar 3,65%. Berdasarkan hasil analisa tersebut, maka dapat dikatakan bahwa peserta yang mengikuti Diklat sebagian besar belum memenuhi kompetensi sebagai pendamping PKH.

Perbedaan antara pekerja sosial profesional dengan tenaga kesejahteraan sosial dapat dilihat pada Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Pekerja Sosial Profesional dan Tenaga Kesejahteraan Sosial, yaitu:

1) Pekerja sosial profesional yang selanjutnya disebut pekerja sosial adalah seseorang yang bekerja, baik di lembaga pemerintah maupun swasta yang memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan sosial, dan kepedulian dalam pekerjaan sosial yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan dan/ atau pengalaman praktik pekerja sosial untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial.

2) Tenaga kesejahteraan sosial yang selanjtnya disingkat TKS adalah seseorang yang dididik dan dilatih secara profesional untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial dan/atau seseorang yang bekerja, baik di lembaga pemerintah maupun swasta yang ruang lingkup kegiatannya di bidang kesejahteraan sosial

Page 247: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

234Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

Jika merujuk pada permensos tersebut maka pendamping PKH termasuk kategori tenaga kesejahteraan sosial karena pendamping PKH merupakan tenaga kerja yang dididik dan dilatih secara profesional untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan jika ingin menjadi pekerja sosial profesional harus kompetensi pekerja sosial yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan dan/atau pengalaman praktik pekerja sosial.

6.4.2 Tempat Tinggal Di Kecamatan Dampingan

Sosialisasi program PKH yang dilakukan oleh pendamping PKH melalui kegiatan P2K2 tidak seluruhnya maksimal. Salah satu keterbatasan yang dimiliki oleh pendamping adalah upaya untuk mengumpulkan KPM PKH dan stakeholders dalam kegiatan P2K2 dikarenakan jarak tempat tinggal petugas yang berbeda dari lokasi dampingan.

Berdasarkan data yang telah diolah dapat dilihat dalam penelitian ini terkait Kecamatan lokasi tempat tinggal pendamping dengan Kecamatan lokasi tempat tinggal Keluarga Penerima Manfaat PKH yang menjadi tanggung jawab binaan pendamping PKH. Melalui hasil survey yang dilakukan bahwa terdapat 6.625 atau sebanyak 72,1% responden pendamping PKH bertempat tinggal di Kecamatan yang sama dengan KPM binaan pendamping PKH. Selebihnya sebanyak 2.564 atau sekitar 27,9% responden pendamping PKH bertempat tinggal di Kecamatan yang bebeda dengan KPM PKH.

Selain Permasalahan yang sering kali timbul yakni keterbatasan pendaping PKH untuk menjangkau lokasi dampingan disertai membawa toolkit yang cukup menyulitkan terkait dengan jarak dan kondisi jalan sulit di akses. Hal tersebut yang menjadi perhatian khusus dalam aspek lokasi tempat tinggal KPM dengan Pendamping PKH dalam penelitian ini.

6.4.3 Tingkat usaha mengatasi permasalahan pada KPM dampingan

Pelaksanaan P2K2 pada hakikatnya mengandung unsur-unsur pembinaan dan pendidikan. Melalui kegiatan P2K2

Page 248: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

235Pembahasan

merupakan suatu proses yang meliputi tindakan yang dilaksanakan dengan sengaja dalam memberikan bantuan serta informasi kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Selain itu kegiatan P2K2 dilakukan oleh tenaga profesional yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai KPM sejahtera dan secara otomatis mengalami Graduasi.

Berdasarkan hasil analisa data yang diperoleh (BAB 5) dapat dikatakan bahwa usaha pendampingan yang telah dilakukan memiliki sejumlah tantangan yang dihadapi oleh pendamping PKH untuk mengatasi permasalahan yang ada pada KPM PKH. Untuk tantangan yang dirasakan masih sangat sulit diantaranya seperti meningkatkan pengetahuan KPM PKH untuk meningkatkan penghasilan dengan membuka usaha (25.40%). Selanjutnya yang dirasakan cukup sulit lainnya adalah meningkatkan pengetahuan KPM PKH untuk membuat target menabung dan menghindari hutang (25.19%). Dan yang juga dirasakan cukup sulit selanjutnya adalah mengenai pengaturan keuangan keluarga (22.27%).

6.4.4 Keterampilan Koordinasi Dan Kerjasama Dengan Seluruh Stake Holder Terkait PKH

Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban pendamping PKH dituntut dapat bekerja secara efektif dilapangan khususnya dalam mendampingi KPM di kegiatan P2K2. Kinerja Pendamping PKH di lapangan juga memerlukan kordinasi dengan stakeholder lain yang memiliki kaitan dengan tujuan PKH. Dimana pendamping PKH harus mampu berkordinasi dengan Dinas Sosial, Pihak Sekolah, Posyandu, Operator, serta Ketua KPM PKH.

Berdasarkan hasil analisa data di lapangan yang telah diperoleh keterampilan dan koordinasi yang paling tinggi berkaitan dengan aspek kesehatan dan gizi (96.11%) serta pembekalan pada Diklat PKH (94.88%). Namun untuk aspek yang masih rendah untuk keterampilan koordinasi yang dilakukan oleh para pendampinng PKH adalah berkaitan dengan aspek pengelolaan keuangan dan perencanaan usaha yang hanya berjumlah 80,86%. Hal tersebut

Page 249: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

236Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

tentu saja seharusnya menjadi bahan masukan untuk seluruh pihak terkait untuk lebih meningkatkan koordinasi dan kerjasama dalam hal pengelolaan keuangan dan perencanaan usaha yang melibatkan stakeholder terkait dengan PKH.

Page 250: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

237Penutup

BAB VIIPENUTUP

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan temuan lapangan yang telah dipaparkan pada bab 5 dan pembahasan pada bab 6, maka pada bab ini menjelasankan mengenai 4 kesimpulan secara keseluruhan dan saran diberikan.

7.1.1 Tahapan Pelaksanaan Diklat P2K2 Bagi Pendamping PKH di 6 B2P2KS Wilayah Padang, Yogyakarta, Makassar, Banjarmasin, Bandung, dan Jayapura

1. Pelaksanaan diklat di tahun 2019 mayoritas sudah sesuai dengan pedoman diklat tahun 2019. Tetapi masih terdapat beberapa catatan yang memang masih perlu diperhatikan dan dicantumkan dalam pedoman diklat kedepannya terkait pelaksanaan diklat agar lebih baik lagi kedepannya yaitu: anggaran diklat yang perlu ditambah karena jumlah anggarannya saat ini masih belum sepadan dengan jumlah peserta yang semakin banyak, perlu adanya bimbingan teknis tentang aplikasi baru daring tahun 2019 bagi admin atau setidaknya perbedaan tersebut ditulis dalam pedoman diklat, perlu diadakan TOT bagi fasilitator yang belum pernah sama sekali menerima TOT, segera dilakukan pengadaan terkait toolkit dan dilakukan pendesainan ulang agar toolkit tidak terlalu berat (26 Kg) dan kualitas bahan dari toolkit diharapkan menggunakan bahan yang tidak mudah rusak atau setidaknya dalam pedoman ditulis solusi apa yang harus diambil terkait permasalahan yang sering terjadi tersebut agar solusi yang diambil di tiap B2P2KS berbeda-beda, perlu penambahan hari untuk kegiatan diklat luring setidaknya 12 hari, diharapkan agar jarak antara diklat daring dan diklat luring tidak terlalu lama, perlu ada ketentuan tertulis dengan detail dalam pedoman diklat terkait capaian mulai dari capaian diklat, capaian kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta diklat, dan capaian

Page 251: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

238Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

keberhasilan fasilitator dalam diklat agar kegiatan diklat terukur dengan jelas.

2. Metode pelatihan diklat P2K2 menggunakan group teaching method dan individual teaching method. Dalam diklat P2K2 juga sudah mengandung prinsip-prinsip pelatihan yaitu prinsip partisipasi, prinsip repetisi, prinsip relevansi, prinsip pengalihan pengetahuan dan keterampilan, dan prinsip umpan balik tetapi dengan catatan (Bab 6). Lalu dalam diklat P2K2 juga terdiri dari beberapa komponen yaitu instrument input, raw input, environment input, process, output, dan impact. Kemudian, yang terpenting dalam tahapan pelatihan adalah penyelenggara hanya melakukan 3 tahapan diklat yaitu perencanaan, implementasi dan evaluasi. Padahal yang terpenting dan yang terlewatkan adalah penyelenggara tidak melakukan analisis kebutuhan pelatihan. Padahal itu sangat perlu dilakukan karena bertujuan untuk mengetahui kondisi awal peserta diklat sebelum melakukan atau menerima pelatihan. Dengan diketahuainya hal tersebut maka pelaksanaan diklat akan berjalan dengan baik.

3. Pada dasarnya sudah tepat metode yang digunakan dalam diklat adalah metode androgogy karena tujuan kegiatan P2K2 tersebut selaras dengan tujuan program PKH sendiri. Tetapi diklat P2K2 belum memenuhi sepenuhnya prinsip utama metode andragogy yaitu yang mengutamakan kemandirian dan harus benar-benar memperhatikan ciri belajar orang dewasa. Salah satunya berdasarkan model pembelajaran, yang mana harus pelatihan harus melibatkan peserta dari tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan, sampai evaluasi. Dalam temuan, peserta hanya dilibatkan dalam pelaksanan kegiatan saja itupun juga sudah diatur sedemikian rupa mulai dari jadwal, kapan dilakukan review, kapan dilakukan diskusi, dan evaluasi semuanya sudah diatur oleh penyelenggara diklat. Padahal metode andragogy sangat mengutamakan pertisipasi peserta dan jika diutamakan makan akan muncul kemandirian dan itu artinya penyelenggara memberikan kebebasan dan kepercayaan kepada peserta untuk membuat model pelatihan yang sesuai dengan yang diharapkan.

Page 252: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

239Penutup

7.1.2 Tahapan Pelaksanaan P2K2 Oleh Pendamping PKH Pasca-Diklat di 6 Wilayah Padang, Yogyakarta, Makassar, Banjarmasin, Bandung, dan Jayapura

Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) merupakan bagian dari Program Keluarga Harapan (PKH). Kegiatan ini diharapkan dapat memutus rantai kemiskinan melalui perbaikan kondisi pendidikan dan kesehatan dalam keluarga PKH. Pada pelaksanaan P2K2, Pendamping kelompok memiliki tugas untuk menyampaikan materi-materi yang terdapat pada 6 modul. Adapun Pendamping yang menjadi Informan bagi penelitian ini adalah Pendamping yang telah mengikuti Diklat P2K2 baik pada tahun 2017, 2018 dan 2019 di 6 wilayah yaitu Padang, Yogyakarta, Makassar, Banjarmasin, Bandung dan Jayapura. Kegiatan P2K2 dapat dibagi ke dalam 3 tahap yaitu Pra Pelaksanaan, Pelaksanaan serta Pasca Pelaksanaan dan dapat dipetakan menjadi 6 aspek yaitu Material, Human, Machine, Method, Measurement dan Environment. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka untuk menggambarkan kesimpulan rumusan masalah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kesesuaian Pelaksanaan P2K2 dengan Petunjuk Pelaksanaan P2K2 PKH.

Berdasarkan hasil penelitian di 6 wilayah yaitu Bandung, Jayapura, Banjarmasin, Yogyakarta, Padang dan Makassar, ditinjau dari aspek Tempat dan Lokasi maka Pertemuan P2K2 sudah sesuai dengan Petunjuk Pelaksanaan P2K2. Sedangkan jika merujuk pada aspek Peralatan, terdapat kendala untuk memenuhi ketentuan yang dijelaskan pada Petunjuk Pelaksanaan P2K2 karena peralatan wajib seperti Buku Pintar dan Flipchart belum tersedia bagi Pendamping yang mengikuti Diklat di tahun 2019 serta peralatan tidak wajib yang biaya pengadaannya justru membebani Pendamping. Dari sisi Peserta Pertemuan, pada beberapa wilayah terdapat ketidaksesuaian antara Petunjuk Pelaksanaan P2K2 dengan hasil temuan lapangan. Ketidaksesuaian ini diantara lain dari

Page 253: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

240Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

jumlah peserta dalam 1 pertemuan terlalu banyak dan hadirnya peserta lain di luar KPM.

Adapun mengenai Materi dan Jadwal P2K2, Petunjuk Pelaksanaan P2K2 telah mengatur urutan penyampaian materi yang dimulai dengan Modul Pengasuhan dan Pendidikan Anak pada sesi Menjadi Orangtua yang Lebih Baik dan diakhiri dengan Modul Kesejahteraan Sosial pada sesi Pelayanan Bagi Disabilitas Berat di pertemuan 15. Berdasarkan hasil temuan lapangan di 6 wilayah, Pendamping biasanya memiliki cara tersendiri untuk menentukan modul mana yang akan disampaikan. Adapun cara Pendamping menentukan materi diantaranya adalah, menyampaikan materi secara berurut dari Modul 1 hingga seterusnya seperti pada tabel di atas, Pendamping menyampaikan materi secara acak, Pendamping menyamakan dengan materi yang sedang disampaikan oleh Pendamping di wilayah lain dan Pendamping menyampaikan materi sesuai dengan permintaan KPM. Pendamping yang menyampaikan modul secara berurut, maka sesuai dengan Petunjuk Pelaksanaan. Akan tetapi dalam Petunjuk Pelaksanaan tidak dijelaskan apakah dibolehkan bila Pendamping menyampaikan materi tidak sesuai urutan yang telah ditetapkan.

2. Pelaksanaan P2K2 Sebagai Bentuk Pendidikan Masyarakat

Jika ditinjau dari peserta didik yang mengikuti pelaksanaan P2K2 maka P2K2 dapat disimpulkan sebagai bentuk Pendidikan Orang Dewasa atau Andragogi, begitu pula jika merujuk pada tujuan pelaksanaan P2K2 sebagai upaya peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku KPM. Pelaksanaan P2K2 juga menunjukan adanya keterlibatan intelektual pesertanya namun belum sepenuhnya mendorong adanya keterlibatan emosional yang pada akhirnya memunculkan kemandirian.

Sedangkan bila merujuk pada Prinsip Pelatihan dapat disimpulkan bahwa 5 prinsip pelatihan yaitu Prinsip Partisipasi, Repetisi, Relevansi, Pengalihan Pengetahuan dan Keterampilan dan Umpan Balik telah diaplikasikan pada pelaksanaan P2K2.

Page 254: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

241Penutup

Sebagai sebuah upaya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, kegiatan P2K2 jika ditinjau dari jenis pesertanya maka metode pelatihan yang digunakan P2K2 sejalan dengan Group Teaching Method akan tetapi apabila mengacu pada tujuan P2K2 yang tak hanya ingin meningkatkan pengetahuan tetapi juga sikap dan perilaku, maka P2K2 dapat menggunakan Individual Teaching Method

3. Tahap Pelaksanaan P2K2 Sebagai Kegiatan Pelatihan

Pada setiap aspeknya terdapat potensi dan permasalahan yang muncul pada tahap kegiatan P2K2. Potensi yang muncul seperti beberapa modul yang relevan dengan materi sesuai kebutuhan KPM, strategi dan inisiatif Pendamping pada tahap Pelaksanaan dan Pasca Pelaksanaan serta hadirnya narasumber eksternal dapat menjadi kekuatan dari kegiatan P2K2. Sedangkan permasalahan yang terpetakan dalam kegiatan P2K2 seperti kurangnya ketersediaan bahan ajar dan belum adanya standar baku yang mengatur adanya pengukuran atau evaluasi dapat menjadi masukan untuk mengoptimalisasi kegiatan P2K2.

7.1.3 Perubahan Perilaku KPM di 6 Wilayah Padang, Yogyakarta, Makassar, Banjarmasin, Bandung, Dan Jayapura Setelah Mengikuti P2K2

• Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana perubahan perilaku KPM setelah mengikuti P2K2 dari pendamping pasca diklat P2K2. Analisa penelitian dilakukan melalui proses penyandian (open coding, axial coding, selective coding), dan melakukan triangulasi data koding. Berdasarkan tujuan penelitian, maka kesimpulannya adalah KPM dapat melakukan perubahan perilaku setelah mendapatkan pengajaran dari pendamping pasca diklat pada modul ekonomi, modul kesehatan dan gizi, modul kesejahteraan sosial, modul pengasuhan dan pendidikan, dan modul perlindungan anak, dimana perilaku yang ditunjukkan berada pada tahapan pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension),

Page 255: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

242Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation).

• Pembelajaran modul ekonomi bermanfaat bagi KPM dalam perubahan perilaku yang bersifat kontinuitas (berkelanjutan), konsistensi dan novelty (perilaku yang baru dilakukan). Perubahan yang berkelanjutan terlihat pada tahapan pemahaman (comprehension), dimana KPM mengetahui cara berwirausaha dengan baik tetapi memiliki keterbatasan akses. Pemahaman ini dilandasi oleh pengalaman KPM sebelum mengikuti P2K2 yang melakukan usaha kecil namun kurang berhasil. Kemudian perubahan konsistensi terlihat pada tahapan analisis (analysis), dimana KPM memiliki pemikiran untuk tidak berhutang dan memahami resiko ketika meminjam uang. Sebelum mengikuti P2K2, KPM juga cermat dan berhati-hati dalam meminjam uang. Perubahan setelah mengikuti P2K2 lebih mengarah pada kemampuan analisa KPM terhadap resiko-resiko yang akan merugikan. Adapun perilaku KPM yang signifikan terlihat setelah mengikuti P2K2 adalah kemampuan sintesis (synthesis), dimana KPM mampu merencanakan keuangan keluarga dengan mencatat kebutuhan dan pengeluaran, serta menabung sedikit demi sedikit. Hal ini dilakukan karena sebelum mengikuti P2K2 KPM tidak pernah menabung dan belum pernah melakukan perncanaan pencataan keuangan.

• Pembelajaran modul kesehatan dan gizi sangat bermanfaat karena KPM mampu menerapkan sikap-sikap yang baik untuk menjaga kesehatan, mengkonsumsi makanan bergizi dan beristirahat yang cukup. Perilaku tersebut berada pada tahapan penerapan (application).

• Pembelajaran modul kesejahteraan sosial bersifat konsistensi dimana perilaku KPM yang ditunjukkan sebelum dan sesudah mengikuti P2K2 tidak ada yang berbeda. KPM melakukan perawatan dan layanan yang baik bagi orang tua (lansia). Modul kesejahteraan sosial belum sepenuhnya diajarkan oleh pendamping karena pendamping mengajarkan modul yang sesuai dengan komponen PKH terbanyak kemudian melatih secara rinci pada KPM yang memiliki lansia dan disabilitas

Page 256: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

243Penutup

berat. Perilaku KPM dalam hal ini merupakan suatu bentuk penerapan (application).

• Pembelajaran modul pengasuhan dan pendidikan terlihat pada perilaku KPM di tahap penerapan (application) dan evaluasi (evaluation). Pada tahap penerapan (application), KPM menjadi teman yang baik bagi anak, membantu kesulitan anak belajar di rumah dan mengecek perkembangan anak di sekolah. Pada tahapan evaluasi (evaluation), KPM mampu melakukan perubahan perilaku dengan memberi nilai/penguatan positif pada anak dan menasehati anak dengan baik.

• Pembelajaran modul perlindungan anak bermanfaat dalam perubahan perilaku KPM pada tahapan pengetahuan (knowledge) dan pemahaman (comprehension). Pada tahap pengetahuan, KPM dapat mengetahui jenis-jenis kekerasan pada anak dengan memahami perlakuan salah pada anak, sehingga KPM lebih berhati-hati dalam menghukum anak. Pada tahapan pemahaman, KPM lebih memahami klasifikasi hak-hak anak dan menyadari pentingnya hak anak untuk diterapkan dikehidupan sehari-hari dan berguna sebagai bentuk perlindungan.

7.1.4 Relevansi Antara Pelaksanaan Diklat P2K2, Pelaksanaan Kegiatan P2K2, Kinerja Pendamping Dalam Pelaksanaan P2K2, dan Perubahan Perilaku KPM Pasca P2K2, serta Pengembangan Apa Yang Perlu di Prioritaskan

• Kaitan Pendamping PKH dengan kompetensi yang dimiliki salah satunya adalah latar belakang pendidikan sebagian besar pendamping tidak memiliki latar belakang pekerja sosial atau ilmu sosial lainnya. Tercatat hanya 3,65% pendamping PKH yang memiliki latar belakang ilmu kesejahteraan sosial atau pekerja sosial. Sedangkan 20,66% yang memiliki latar bekang ilmu sosial lainya. Hal ini berdampak pada penyampaian materi pada modul-modul tertentu serta tidak semua permasalahan yang timbul pada KPM dapat terselesaikan sesuai dengan sudut pandang ilmu kesejahteraan sosial.

• Kesulitan pendamping PKH dalam menjangkau wilayah KPM dampingan di latar belakangi oleh akses wilayah yang sulit.

Page 257: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

244Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

Sekurangnya terdapat 27,9% jumlah pendamping PKH yang bertempat tinggal berbeda Kecamatan dengan KPM binaan

• Untuk tantangan yang dirasakan masih sangat sulit diantaranya seperti meningkatkan pengetahuan KPM PKH untuk meningkatkan penghasilan dengan membuka usaha (25.40%). Selanjutnya yang dirasakan cukup sulit lainnya adalah meningkatkan pengetahuan KPM PKH untuk membuat target menabung dan menghindari hutang (25.19%). Dan yang juga dirasakan cukup sulit selanjutnya adalah mengenai pengaturan keuangan keluarga (22.27%).

7.2 Saran

7.2.1 Tahapan Pelaksanaan Diklat P2K2 Bagi Pendamping PKH di 6 B2P2KS Wilayah Padang, Yogyakarta, Makassar, Banjarmasin, Bandung, dan Jayapura

1. Berdasarkan temuan karena masih banyak peserta yang kurang aktif/ cendering pasif saat diklat, dan mengeluhkan lelah, kecapekan karena padatnya jadwal diklat bahkan di wilayah Padang terdapat peserta yang meninggal 1 orang setelah mengikuti diklat karena terlalu kecapekan, dan ditambah beban untuk sertifikasi, maka diharapkan untuk diklat luring selanjutnya yaitu agar waktunya ditambah setidaknya menjadi 12 hari diklat dan sertifikasi tidak dijadikan satu satu rangkaian dnegan diklat. Hal ini karens sertifikasi itu adalah kegiatan yang tentunya membutuhkan fikiran, tenaga, dan kondisi badan yang fit agar hasil sertifikasi baik dan mereka dinyatakan lolos.

2. Berdasarkan temuan, karena banyaknya peserta yang kurang aktif saat diklat dibandingkan peserta di tahun sebelumnya, maka diharapkan kedepannnya agar dilakukan analisis kebutuhan pelatihan (training need analysis) yang bertujuan untuk mengetahui kondisi awal peserta diklat sebelum melakukan atau menerima pelatihan, diaktifkan kembali forum chatting di aplikasi daring, dan pelibatan peserta setidaknya mereka diberikan kebebasan dan setidaknya peserta diikutsertakan/ dilibatkan dalam merancang kegiatan pelatihan di setiap harinya ketika pelatihan agar terwujud pelibatan intelektual dan emosial dalam diri peserta sehingga muncullah partisipasi

Page 258: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

245Penutup

aktif dalam diklat sehingga terwujudnya pembelajaran yang mandiri sesuai dengan esensi utama metode andragorgy yaitu kemandirian.

3. Berdasarkan temuan, banyaknya peserta diklat yang belum mendapatkan toolkit dan mengeluhkan toolkit yang dimiliki terlalu berat untuk dibawa-bawa saat kegiatan serta mudah rusak maka diharapkan agar dilakukan pendesainan ulang tentang toolkit agar beratnya tidak mencapai 26 Kg dan diharapkan toolkit diproduksi dengan menggunakan bahan yang tidak mudah rusak sehubungan dengan kadang cuaca sering hujan dan akses menuju lokasi P2K2/FDS cukup sulit bagi darah perbatasan. Keberadaan toolkit sangat vital dan toolkit adalah senjata utama dalam keberhasilan kegiatan P2K2.

7.2.2 Tahapan Pelaksanaan P2K2 Oleh Pendamping PKH Pasca-Diklat di 6 Wilayah Padang, Yogyakarta, Makassar, Banjarmasin, Bandung, Dan Jayapura

Berdasarkan hasil temuan lapangan, pembahasan dan kesimpulan yang ada maka berikut saran yang bisa diberikan bagi Tahap Pelaksanaan P2K2

1. Alat bantu ajar berupa Modul, Buku Pintar dan Flipchart belum tersedia terutama pada Pendamping yang mengikuti Diklat tahun 2019 (Poin 5.2.3.1.) maka perlu tindak lanjut dari pihak pengelola program untuk segera menyediakan alat bantu ajar karena hal ini dapat menjadi kendala.

2. Sebagai Pendidikan Orang Dewasa, pelaksanaan P2K2 menunjukan adanya keterlibatan intelektual pesertanya namun belum sepenuhnya mendorong adanya keterlibatan emosional yang pada akhirnya memunculkan kemandirian (Poin 6.2.2.). Sehingga Pendamping perlu melibatkan

3. Tidak ada standar maupun panduan untuk melakukan evaluasi yang bertujuan untuk melakukan pengukuran terhadap tujuan P2K2 sebagai upaya peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap KPM (Poin 5.2.6.). Merujuk pada kondisi ini, perlu dibuat suatu panduan agar Pendamping dapat melakukan pengukuran sebagai salah satu upaya evaluasi pelaksanaan P2K2

Page 259: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

246Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

4. 5 prinsip pelatihan telah teraplikasikan pada pelaksanaan P2K2 (Poin 6.2.3.2.). Penerapan prinsip ini akan semakin baik apabila diterapkan secara lebih luas pada pelaksanaan P2K2 misalnya Prinsip Partisipasi tidak hanya diterapkan pada saat menentukan lokasi dan tanya jawab saja tetapi juga saat merumuskan tujuan serta program pelatihan.

5. Jika ditinjau dari jenis pesertanya maka metode pelatihan yang digunakan P2K2 sejalan dengan Group Teaching Method yang menyampaikan sampai pada taraf kesadaran dan ketertarikan ditambah dengan evaluation (pertimbangan) dan trial (mencoba) (Poin 6.2.3.3.). Apabila mengacu pada tujuan P2K2 yang tak hanya ingin meningkatkan pengetahuan tetapi juga sikap dan perilaku, maka P2K2 dapat melengkapi metode pelatihannya menggunakan Individual Teaching Method yang menyampaikan sampai kesadaran, ketertarikan, pertimbangan dan mencoba, hingga sampai pada taraf adoption (mengambil alih), action (berbuat), dan satisfaction (kepuasan).

7.2.3 Perubahan perilaku KPM di 6 Wilayah Padang, Yogyakarta, Makassar, Banjarmasin, Bandung, Dan Jayapura setelah mengikuti P2K2

Rekomendasi penelitian terkait perubahan perilaku KPM setelah mengikuti P2K2 dari pendamping pasca diklat P2K2 dijelaskan melalui roadmap intervensi sosial sebagai berikut:

Tabel 7.1 Roadmap Intervensi Sosial Pada Perubahan Perilaku KPM

No Unit Intervensi Rencana AksiStakeholder/

Executor

1 Kelompok KPM(Keluarga Penerima Manfaat)

1. Aktif mengikuti pertemuan kelompok

2. Sering berdiskusi dengan pendamping tentang hambatan yang dirasakan serta menjadi keluarga sehat dan sejahtera

1. KPM2. Pendamping PKH

Page 260: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

247Penutup

No Unit Intervensi Rencana AksiStakeholder/

Executor

3. Memanfaatkan bantuan sosial (PKH) dengan sebaik-baiknya.

4. Berupaya untuk mewujudkan kemandirian dari bantuan PKH

2 Pendamping PKH Pasca Diklat P2K2

1. Melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan baik sebagai pendamping PKH.

2. Melakukan pengayaan modul P2K2

3. Mengadakan rutinitas pertemuan evaluasi kinerja pelatihan P2K2 pendamping.

1. Pendamping PKH 2. Supervisor PKH

(supervisor P2K2)3. Dinas Sosial/

UPPKH4. Kementerian

Sosial

Sumber: Hasil olahan penelitian

Rekomendasi dalam tujuan penelitian ini, dapat dilakukan oleh pihak-pihak yang saling mempengaruhi sebagai unit intervensi atau aktor dari perubahan perilaku. Yang pertama adalah KPM (Keluarga Penerima Manfaat) sebagai sasaran perubahan, kedua adalah pendamping PKH pasca diklat P2K2 sebagai pelaku perubahan.

Rekomendasi pada kelompok KPM diharapkan agar tetap aktif mengikuti pertemuan P2K2, karena pertemuan tersebut dapat melatih kemampuan dan keterampilan KPM berdasarkan proses kognitif untuk menjadi KPM sejahtera. Selain itu, KPM diharapkan untuk selalu berdiskusi bersama pendamping tentang modul-modul penting yang dapat membantu KPM untuk meningkatkan taraf hidup yang lebih baik. KPM juga diharapkan untuk konsisten dalam memanfaatkan bantuan sosial sesuai dengan syarat dan aturan pelaksanaan bantuan sosial yang diberikan. Yang terakhir adalah, KPM diharapkan untuk selalu berupaya dalam

Page 261: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

248Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

mewujudkan kemandirian agar tidak selalu berharap pada bantuan sosial, namun mampu berkembang secara sosial ekonomi melalui penerapan keterampilan yang dimiliki. Adapun pihak yang bertanggung jawab dan membantu rencana aksi ini adalah KPM itu sendiri dan pendamping PKH untuk menilai dan membantu peningkatan kapasitas perubahan perilaku KPM.

Rekomendasi pada pendamping adalah, diharapkan agar pendamping PKH tetap konsisten dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik, sehingga setiap melakukan kegiatan lapangan, pendamping selalu semangat dan termotivasi untuk menjadi agen perubahan bagi KPM. Selain itu, pendamping diharapkan untuk melakukan pengayaan modul dengan cara belajar kembali tentang hasil pelatihan modul, mencari metode yang menarik dan tepat sesuai kondisi kelompok KPM, dan sering berdiskusi antar sesama pendamping tentang pemberian pengajara modul P2K2 yang efektif. Selanjutnya adalah pendamping perlu mengadakan pertemuan antar sesama pendamping dan stakeholder terkait yang dapat menilai kinerja pendamping PKH dalam pengajaran modul P2K2. Pertemuan ini bertujuan untuk sinkronisasi kinerja yang efektif, meningkatkan kapasitas pendampingan dan pengajaran melalui evaluasi dan membentuk strategi-strategi baru untuk membantu perubahan perilaku KPM yang telah disepakati bersama. Adapun pihak yang berperan penting untuk membantu pelaksanaan rencana aksi ini adalah minat dan keinginan dari pendamping PKH itu sendiri, Supervisor PKH yang bertugas untuk memantau jalannya P2K2, pihak Dinas Sosial sebagai stakeholder yang diharapkan akan memberi penguatan dan pengawasan wilayah kerja, dan yang terakhir adalah pihak kementerian sosial sebagai stakeholder utama yang memberikan kebijakan mengenai kelancaran pelaksanaan P2K2 dan terbentuknya kebijakan sosial lainnya mengenai perubahan perilaku KPM.

Page 262: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

249Penutup

7.2.4 Relevansi Antara Pelaksanaan Diklat P2K2, Pelaksanaan Kegiatan P2K2, Kinerja Pendamping Dalam Pelaksanaan P2K2, dan Perubahan Perilaku KPM Pasca P2K2, serta Pengembangan Apa Yang Perlu di Prioritaskan

1. Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan bahwasannya kompetensi latar belakang pendidikan pendamping PKH sebagian besar tidak berasal dari ilmu kesejahteraan sosial/ pekerja sosial dan ilmu sosial lainnya. Hal tersebut menjadi pertimbangan dalam kegiatan input dapat menyusun program pendidikan profesi bagi calon pendamping PKH guna meningkatkan pemahaman terkait dengan Ilmu Kesejahteraan Sosial/ Pekerja Sosial.

2. Rekomendasi terkait dengan kesulitan pendamping PKH dalam memberikan pemahaman guna meningkatkan pendapatan KPM, menabung, dan mengarahkan agar KPM dapat memiliki manajemen keuangan yakni; meningkatkan kemampuan pendamping PKH dalam penguasaan materi Modul PKH, serta mendorong pendamping PKH agar memiliki kemampuan untuk membantu KPM dalam social marketing.

Page 263: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

250Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Z. (1994). Andragogi. Bandung: Angkasa.

Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Basrowi dan Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Bloom, B.S., dkk. (1956). Taksonomi of educational objectives: The classification of educational goals. United States of America: Longmans, Green and Co Ltd.

Creswell, J. W. (2002). Research Design: Qualitative & Quantitative Approach. Jakarta: KIK Press.

Danim, S, dan Khairil, H. (2010). “Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi.” Bandung: Alfabeta.

Dewantara, K. H. (1956a). Azas-azas dan dasar-dasar Taman Siswa. Taman Siswa 30 Tahun. Jogjakarta: Pertjetakan Taman Siswa.

Dewey, J. (2004). Experience and Education. Bandung: Teraju (terjemahan).

Dharma, A. (2006). Manajemen Prestasi Kerja. Jakarta: Rajawali Press.

Dimyati., dan Mudjiono. (2009). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Elias, J.L dan Sharan, B.M. (1995).  Philosophical foundations of adult education. Krieger Publishing Co., PO Box 9542, Melbourne, FL 32902.

Gilbert, N. (2003). Researching Social Life. 2nd Edition. London: Sage Publication Ltd.

Habibullah. (2013). Kebijakan Pendamping Program Keluarga Harapan. Jakarta: P2KS Press.

Hasibuan, M.S.P. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Page 264: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

251Daftar Pustaka

Hiryanto. (2017). Pedagogi, Andragogi Dan Heutagogi Serta Implikasinya Dalam Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Pendidikan Luar Sekolah FIP UNY (artikel).

Jarvis, P. (1995). Adult And Continuing Education: Theory And Practice. Psychology Press, 1995.

Kamil. M. (2012). Education And Training Models: Concepts And Applications. Bandung: Alfabeta.

.............. (2007). “Teori Andragogi.” Kumpulan Jurnal Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.

Khodijah, N. (2014). Psikologi pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Krefting, L. (1991). “Rigor in Qualitative Research: The Assessment of Trustworthiness”. The American Journal Of Occupational Therapy.

Liliana, L. (2016). A New Model of Ishikawa Diagram for Quality Assessment. IOP Publishing.

Lubis, N.A.F. (2014).  Rekonstruksi pendidikan tinggi Islam: memberi makna kelahiran UIN. SU. Citapustaka Media.

Lunandi, A, G. (1987). Pendidikan orang dewasa. Jakarta: Gramedia.

Mangkunegara, A. (2007). Manajemen Sumber Daya Perusahaan. Bandung : Remaja Rosda karya.

Marzuki, S. (2010). “Pendidikan Nonformal Dimensi Dalam Keaksaraan Fungsional.” Pelatihan dan Andragogi. Bandung: Rosda (2010).

Neuman, W.L. (2000). Social Research Methods, Qualitative and Quantitave Approaches 4th ed. USA: Allyn & Bacon.

.............. (2006). Social Research Methods Qualitative And Quantitative Approach. Boston: Pearson.

.............. (2013). Metode Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: PT Indeks.

Pedoman Diklat E-Learning 2019, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial, Badan Pendidikan, Pelatihan, dan

Page 265: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

252Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

Penyuluhan Sosial, Kementerian Sosial.

Petunjuk Pelaksanaan Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) Program Keluarga Harapan. 2018. Direktorat Jaminan Sosial Keluarga Direktorat Jenderal Perlindungan Dan Jaminan Sosial. Kementerian Sosial RI.

Petunjuk Pelaksanaan Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) Program Keluarga Harapan, Direktorat Jaminan Sosial Keluarga, Direktorat Jenderal Perlindungan Dan Jaminan Sosial, Kementerian Sosial RI.

Santrock, J.W. (2007). Psikologi pendidikan: Terjemahan Tri Wibowo. Jakarta: Kencana.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Afabeta.

Suprijanto, H. (2007). Pendidikan Orang Dewasa: Dari Teori Hingga Aplikasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Werther, William B., and Keith Davis. (1989).  Human Resources And Personnel Management. Harper San Francisco.

............... (1994). Human Resourses and Personal Management. Fifth Edition. USA : McGraw Hill Inc.

Winkel, W.S. (1987). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.

Yaumi, M. (2013). Prisip-prinsip desain pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Page 266: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

253Sekilas Penulis

SEKILAS PENULIS

Nyi R. Irmayani, lahir di Jakarta tanggal 20 Februari 1968, menamatkan program S1 dari Fakultas Hukum Universitas Trisakti, Jakarta tahun 1992 dan Magister Psikologi Sosial dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta tahun 2002. Saat ini menjabat Peneliti Madya pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial Republik Indonesia. Penelitian yang pernah dilakukan meliputi topik-topik yang berkaitan dengan Ketahanan Sosial Masyarakat, Desa Berketahanan Sosial, Pranata Sosial dalam menangani masalah narkoba, Ketahanan Sosial Keluarga, Pemberdayaan Masyarakat Miskin melalui Lembaga Kesejahteraan Sosial, Program Keluarga Harapan, Survey Anak Jalanan, Penelitian Prevalensi Penyalahgunana Obat/Napza pada remaja di kota besar, Survey Kekerasan terhadap Anak, Survey Kesejahteraan Sosial Dasar, Perlindungan Sosial terhadap anak korban kekerasan, Sistem Peradilan Pidana Anak, Anak Berkonflik dengan Hukum di Lapas/Rutan Dewasa, Pemetaan SDM Kesos. Pernah menulis di buku dan jurnal kesos dengan topik-topik: Aspek Psikologis pada Indikator Ketahanan Sosial Keluarga, Kekerasan Seksual terhadap Anak (Dampak Psikologis dan Pemulihan melalui Konseling dan Terapi), Perilaku Coping terhadap Anggota PKH menjelang exit program, Tinjauan Psikologi Sosial dan Behaviorisme dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin.

Suradi, Lahir di Pacitan, 9 Juni 1962. Merupakan Peneliti Utama Kementerian Sosial RI. Gelar sarjana diperoleh dari Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung (1992), dan gelar magister sain diperoleh dari Universitas Indonesia program studi sosiologi - kekhususan kesejahteraan sosial (1999). Jabatan : (1) peneliti bidang kebijakan sosial, (2) anggota Tim Penilai Peneliti Instansi, (3) anggota tim penyusunan pedoman dan instrumen pada Direktorat Pemberdayaan KAT, Direktroat Pemberdayaan

Page 267: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

254Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

Keluarga dan Kelembagaan Sosial, Direktorat Penaggulangan Kemiskinan Perkotaan, Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Perdesaan, Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Korban Napza, dan (4) Ketua Tim Penelitian (2003-2005, 2007-2010 dan tahun 2012). Buku yang diterbitkan secara kelompok sebanyak 14 buku (hasil penelitian), dan berikut buku yang ditulis dan diterbitkan secara mandir: Perubahan Sosial Budaya: Implikasinya terhadap Pelayanan Sosial bagi Anak, Keluarga dan Pengembangan Masyarakat, 2002. Toto Gelap (TOGEL): Dampak terhadap Kesejahteraan Keluarga dan Kehidupan Sosial di Kota Makassar, 2003. Anak Jalanan di Perkotaan: Permasalahan dan Penangannya melalui Rumah Singgah, 2004. Permasalahan Keluarga di Perkotaan: Studi Pelaksanaan Fungsi Keluarga dan Impliaksinya terhadap Kehidupan Sosial Remaja di Kota Bandung, 2004. Kapital Sosial dan Ketahanan Sosial Masyarakat: Studi Kasus di Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Utara, 2005. •PerlindunganAnakdiKalimantanBarat,2006•SukuSim-imdiSumatera Utara, 2006. Orang Rimba: Komunitas Adat Terpencil di Jambi, 2007. Kemiskinan dan Politik Pembangunan Sosial, 2006. Kesejahteraan Sosial Komunitas Perbatasan Antar Negara: Studi Kasus Miangas, 2008. Masalah Sosial dan Kesejahteraan Sosial jilid 1, 2009. Masalah Sosial dan Kesejahteaan Sosial Jilid 2, 2011. Permasalahan dan Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis, 2010. Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil: Filosofi, Konsep dan Strategi, 2009. • Permasalahan danKebijakan Perlindungan Sosial Anak Jalanan di Kota Mataram, 2010. Intervensi Individual: Kebahagiaan, Stress dan Potensi Diri, 2011. Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif: Suatu Pengantar.

B. Mujiyadi, menamatkan program S1 dari Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada Jogyakarta, dan Master of Social Work dari La Trobe Universty, Melbourne, Australia. Saat ini menjabat Peneliti Madya pada Puslitbang Kesejahteraan Sosial, Badan Pendidikan dan Penelitian Kementerian Sosial. Selain itu juga sebagai anggota Pembina Ilmiah pada lembaga yang sama. Penelitian yang pernah dilakukan meliputi topik-topik yang berkaitan

Page 268: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

255Sekilas Penulis

dengan Gelandangan dan Pengemis, Anak Jalanan, Lanjut Usia, Penanganan Masalah Sosial Melalui Panti, Penyusunan Indikator Kesejahteraan Sosial, Perlindungan Tenaga Kerja Wanita di Sektor Industri, Tanggung Jawab Dunia Usaha bagi Masyarakat di sekitarnya, Model Pemberdayaan Keluarga dalam Pencegahan Tindak Tuna Sosial Remaja di Perkotaan, Subsidi BBM bagi Panti Sosial, Social Work With Migrant Worker, Pelayanan Sosial Bagi Korban Tindak Kekerasan, Implementasi Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Penelitian Pola Multi Layanan pada Panti Sosial Penyandang Cacat, Sikap Masyarakat terhadap Trafficking Anak di Daerah Pengirim, Profil Pendamping dalam Perlindungan Anak Berkonflik dengan Hukum, Studi tentang Penanganan Pekerja Migran Domestik Bermasalah dan Keluarganya, Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Hutan, Pemberdayaan Fakir Miskin Daerah Pantai, Penelitian Pemetaan Desa Sejahtera Mandiri, dan Pemetaan Sumber Daya Manusia Bidang Kesejahteraan Sosial. Selain itu pernah mengikuti berbagai kursus dan seminar di dalam dan luar negeri yang meliputi topik Social Development, Social Work With Migrant and Refugee, Community Based Rehabilitation for Disabled Persons, Micro Planning for Poverty Reduction and Sustainable Development, Senior Social Welfare Administrators, dan lain-lain. Demikian juga pernah menjadi anggota Pokja MPMK, Pokja JPS, Penyusunan Repelita VII bidang Kesejahteraan Sosial, penyusunan Renstra Pembangunan Kesejahteraan Sosial 2000-2004, dan Renstra Pembangunan Kesejahteraan Sosial 20042009, dan Renstra Pembangunan Kesejahteraan Sosial 2009-2014. Pengalaman lainnya adalah bekerja sama dengan ADB, Safe the Children UK, UN DSA, JICA dan beberapa lembaga lain dalam berbagai kegiatan penelitian dan pengembangan sosial.

Badrun Susantyo, lahir pada 20 Agustus 1967, di Sragen, Jawa Tengah, adalah Peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial RI. Menyelesaikan pendidikan Sarjana (Drs.) untuk bidang Ilmu Pekerjaan Sosial/ Kesejahteraan Sosial dari Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial

Page 269: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

256Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

(STKS) Bandung, Pendidikan Magister diperoleh dari Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan (PPN Institut Pertanian Bogor (IPB). Menyelesaikan pendidikan doktor (Ph.D) pada bidang keilmuan Social Development/Social Work pada School of Social Science Universiti Sains Malaysia (USM) Penang, Malaysia. Sebelum menekuni dunia “riset” sebagai seorang peneliti, penulis juga empat menjadi Staf Pengajar di STKS Bandung dan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati (SGD).

Habibullah, Peneliti Madya Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Kementerian Sosial RI, dengan kepakaran Kebijakan Sosial. Lahir pada tanggal 16 Juni 1979 di Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Lulusan dari Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan dulu dikenal dengan Ilmu Sosiatri Fisipol Universitas Gadjah Mada Yogyakarta tahun 2003 dan Program Magister Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Peminatan Perencanaan dan Evaluasi Pembangunan FISIP Universitas Indonesia tahun 2011. Beberapa penelitian yang dilaksanakan antara lain: 1) Pendampingan Sosial Bagi Calon Pekerja Migran dan Keluarganya di Daerah Asal (2008); 2) Evaluasi Program Jaminan Kesejahteraan Sosial: Asuransi Kesejahteraan Sosial (2009); 3) Kreteria Fakir Miskin (2011); 4) Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Sosial Pemerintah Daerah di Era Otonomi Daerah (2012); 5) Bantuan Stimulan Pemulihan Sosial (2012); 6). Pencapaian Indikator Kinerja Utama Kementerian Sosial (2013,2014); 7) Studi Kebijakan Pendamping Program Keluarga Harapan; 8) Survey Kesejahteraan Sosial Dasar 2015; 9) Pemetaan SDM Kesejahteraan Sosial. Sejak tahun 2014 terlibat aktif pada kegiatan Analisis kebijakan yang diselenggarakan Biro Perencanaan Kementerian Sosial. Berbagai karya tulis ilmiahnya telah dimuat di Jurnal Sosio Konsepsia dan Sosio Informa.

Togiaratua Nainggolan, lahir di Samosir, 3 Maret 1966, merupakan alumnus IKIP Padang (S1) dan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada Yogyakarta (S2). Saat ini bekerja sebagai peneliti di

Page 270: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

257Sekilas Penulis

Puslitbang Kesejahteraan Sosial Kementerian Sosial RI. Pernah mengajar di Fakultas Psikologi Universitas Persada Indonesia (UPI) YAI Jakarta Tahun 2002-2014) dan Fakultas Psikologi Universitas Bhayangkara Jaya Jakarta (Tahun 2007-2015). Saat ini juga bekerja sebagai anggota dewan redaksi majalah ilmiah/jurnal Sosio Informa yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraasn Sosial-Kementerian Sosial RI.

Sugiyanto, lahir di Tawangharjo 8 Januari 1961. Magister Sains Program Studi Ilmu Administrasi Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Publik, Kekhususan Pengembangan Masyarakat (S2), diperoleh dari Universitas Muhammadiyah Jakarta (2005) dan S1 (Sarjana Pendidikan Moral Pancasila dan Kewargaan Negara) diperoleh dari Sekolah Tinggi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (STPIPS) YAPSI Jayapura (1994). Jabatan peneliti: Peneliti Madya Bidang Kesejahteraan Sosial di Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Badiklitpensos, Kementerian Sosial RI. Aktif mengikuti kegiatan penelitian bidang kesejahteraan sosial, dan berbagai seminar permasalahan sosial di Indonesia. Beberapa hasil penelitiannya telah diterbitkan, baik secara mandiri maupun kelompok, dan tulisanya pernah diterbitkan di Jurnal maupun Informasi.

Rudy G. Erwinsyah, lahir di Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Menamatkan pendidikan S1 dari Jurusan Antropologi Universitas Gadjah Mada (UGM) pada tahun 2015 dan sekarang sedang melanjutkan studi S2 pada jurusan yang sama. Tema yang diangkat dalam skripsi dan tesisnya ialah mengenai aspek sosial transformasi agraria pada masyarakat pedalaman di Kalimantan dan Papua. Ketertarikannya antara lain pada isu-isu ekonomi dan ekologi masyarakat perdesaan. Saat ini sedang mendalami metode penelitian etnografi dan sistem informasi geografi untuk diaplikasikan pada studi kesejahteraan sosial. Sebelum bergabung di Kementerian Sosial, pernah menjadi asisten peneliti di Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) UGM dan Laboratorium Antropologi Untuk Riset dan Aksi (LAURA) UGM.

Page 271: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

258Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

Bilal As’Adhanayadi, lahir di Tegal Jawa Tengah, menamatkan program S1 Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Saat ini menjabat sebagai Calon Peneliti Ahli Pertama di Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Kementerian Sosial RI. Penelitian yang pernah dilakukan Persepsi Santri Pondok Pesantren Mahasiswa di Yogyakarta terhadap Aliran Keagamaan Islam Syiah dan Pemetaan Sosial Menuju Desa Berketahanan Sosialmelalui Penyuluh Sosial Masyarakat Sebagai Agen Perubahan.

Hendi Irawan, lahir di Jakarta, 27 Desember 1988, menyelesaikan jenjang Sarjana (S1) di Jurusan Sosiologi Universitas Negeri Jakarta pada tahun 2011 kemudian melanjutkan program Magister Ilmu Kesejahteraan Sosial Universitas Indonesia selesai tahun 2017. Saat ini menjadi Dosen di Universitas Indraprasta PGRI dan Peneliti di Lembaga Pusat Penelitian Pranata Pembangunan Universitas Indonesia. Kajian-kajian yang pernah dilakukan berkaitan dengan topik-topik social science ; Edukasi Kritik Sosial Politik: Komitmen Politik Teater Koma, Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Siswa Miskin, Evaluasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Peduli I & II Lembaga Kemitraan, Dinamika Sosial Masyarakat Suku Baduy, Evaluasi Program Komunitas Adat Terpencil (KAT) Kementerian Sosial Republik Indonesia, Quick Research, Persepsi Kepuasan masyarakat terhadap prohram bantuan pemerintah (PKH, BPNT, Rastra) Kementerian Sosial Republik Indonesia, Kajian Sustainability Akses Internet Uso Tahun 2019 (Badan Aksesibilitas Telekomunikasi Dan Informatika Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos Dan Informatika Kementerian Komunikasi Dan Informatika), Monitoring & Evaluasi Program Pelatihan Guru Oleh Pt. Kideco Jaya Agung Di Kabupaten Paser Kalimatan Timur.

Tedy Setiadi, lahir di Jakarta 10 Maret 1980. Menyelesaikan pendidikan di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia pada tahun 2005. Sejak

Page 272: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

259Sekilas Penulis

tahun 2002 (masih kuliah) sudah aktif terlibat penelitian di Laboratorium Ilmu Kesejahteraan Sosial, FISIP UI sebagai surveyor, interviewer, asisten peneliti dan peneliti lapangan untuk beberapa penelitian yang bekerjasama dengan lembaga pemerintah seperti BNN, lembaga non pemerintah (NGO) seperti ILO, perusahaan swasta seperti PT. Sucofindo. Pada tahun 2006 - 2007 pernah menjabat sebagai sekretaris Pusat Kajian Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP UI dan menjadi asisten peneliti untuk penelitian tentang HIV AIDS lebih spesifik untuk Preventiion Mother to Child Transmission (PMTCT)- Program bekerjasama dengan Universiteit van Amsterdam (UVA).

Sejak tahun 2007 sampai dengaan saat ini bergabung di Pusat Penelitian Pranata Pembangunan, Sekolah Kajian Stratejik dan Global, Universitas Indonesia sebagai peneliti utama dan juga menjadi peneliti lepas. Pada tahun 2007 – 2012 menjadi program manager untuk pekerjaan sosialisasi, pendataan, distribusi dan edukasi program konversi minyak tanah ke gas LPG 3 Kg kerjasama antara Puslit Pranata Pembangunan UI dengan PT. Pertamina (Persero). Sementara untuk beberapa penelitian yang pernah dilakukan dengan beberapa lembaga pusat kajian dan lembaga non pemerintah adalah mengenai Raskin, Pemberdayaan perempuan, pemberdayaan ekonomi desa, Public Private Partnership, Pendidikan dan Pelatihan Vokasi, dan Market Trial, dan pembangunan sosial.

Rahmat Andriansyah, menyelesaikan Sarjana dalam Ilmu Kesejahteraan Sosial tahun 2008, dan Magister dalam bidang Intervensi Psikologi Sosial tahun 2013, keduanya dari Universitas Indonesia. Saat ini beraktivitas sebagai Peneliti di Pusat Kajian Kepemudaan (PUSKAMUDA), dan Pusat Kajian Kesejahteraan Sosial FISIP UI. Kemudian juga memberikan asistensi praktek Analisa Data Riset Pemasaran pada Program Periklanan Kreatif Sekolah Vokasi UI. Selain kegiatan tersebut penulis juga beraktivitas sebagai konsultan penelitian dan pengembangan program, untuk organisasi pemerintahan, non-pemerintah, juga bisnis. Peminatan dalam bidang perubahan perilaku; Hubungan

Page 273: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

260Kinerja Pendamping Program Keluarga Harapan Pasca Diklat Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

organisasi, spasial, dan individu; serta Desain eksperimental. Beberapa produk (terpilih) yang sudah dihasilkan antara lain: Psychological Well-being scale in humanitarian workers, Parents’ participation in children education scale, Modul pelatihan komunikasi guru kepada orang tua siswa sosial-ekonomi bawah, dsb. Penulis dapat dihubungi melalui email: [email protected]

Page 274: puslit.kemsos.go.idpuslit.kemsos.go.id/upload/post/files/f73728335f21faba7b...Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak buku sebagian atau selu-ruhnya tanpa izin dari

Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran kinerja pendamping PKH pada level outcome terhadap kegiatan P2K2 yang berlangsung selama ini. Gambaran dimulai dari proses pendidikan dan pelatihan bagi pendamping, proses P2K2 yang dilakukan terhadap KPM PKH sampai dengan perubahan perilaku yang terjadi pada KPM dampingan, relevansi antara proses diklat dengan tugas Pendamping PKH, dan prioritas pengembangan apa yang perlu dilakukan. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kombinasi (mixed methods) yaitu kualitatif dan kuantitatif. Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan di 6 wilayah regional Balai Diklat Kementerian Sosial yaitu Padang, Bandung, Yogyakarta, Banjarmasin, Makassar dan Jayapura.

endamping PKH sebagai mitra kerja pemerintah, Pmerupakan komponen kunci dalam kegiatan P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga), karena

tidak hanya berperan sebagai pendamping yang memonitor kepatuhan KPM tetapi juga berperan sebagai fasilitator. Maka perlu mempersiapkan pendamping PKH sebagai tenaga fasilitator yang memiliki kemampuan professional dan berkualitas, memiliki pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan komitmen yang tinggi demi mensukseskan program ini. Kinerja yang optimal dari fasilitator sangat diperlukan dalam P2K2 agar tujuan dari program ini sesuai yang diharapkan.