· analisis struktur teks, makna, dan melodi onang-onang pada adat perkawinan mandailing di...

228
ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S oleh MUTIARA EFENDI NASUTION NIM. 157037001 PROGRAM STUDI MAGISTER PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017

Upload: vuongtuyen

Post on 13-Aug-2019

243 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING

DI PANYABUNGAN

T E S I S

oleh

MUTIARA EFENDI NASUTION NIM. 157037001

PROGRAM STUDI MAGISTER

PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

Page 2:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING

DI PANYABUNGAN

T E S I S

Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni

pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Oleh

MUTIARA EFENDI NASUTION NIM : 157037001

PROGRAM STUDI MAGISTER PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI

FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2017

Page 3:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

Judul Tesis : ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN

Nama : MUTIARA EFENDI NASUTION Nomor Pokok : 157037001 Program Studi : Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni

Menyetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ikhwanuddin Nst., M.Si Drs. Irwansyah, M.A NIP. 196209251989031017 NIP. 196212211997031001

Ketua Anggota

Program Studi Magister (S2) Fakultas Ilmu Budaya Penciptaan dan Pengkajian Seni Dekan

Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D. Dr. Drs. Budi Agustono, M.S NIP. 196512211991031001 NIP. 196008051987031001

Page 4:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

Tanggal lulus : 2017 Telah diuji pada tanggal : Juni 2017 PANITIA PENGUJI UJIAN TESIS Ketua : Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D (……………………......) Sekretaris : Drs. Torang Naiborhu, M.Hum. (……………………......) Anggota I : Prof. Dr. Ikhwanuddin Nst., M.Si (......................................) Anggota II : Drs. Irwansyah, M.A (......................................) Anggota III : Dr. Asmyta Surbakti, M.Si (………...……………...) Anggota IV : Drs. Kumalo Tarigan, M.A., Ph.D (………………………..)

Page 5:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

v

ABSTRACT

This study is intended to evaluate, and acknowledge the existence of onang-onang as a happiness song of the narrative singing of the panortor in the area Panyabungan Kab. Mandaling Natal (Panyabungan, Kota siantar, Hulu Pungkut and Desa Habincaran) of North Sumatra. To investigate the conceptual description of the Mandailing community in terms of its existence, singing concept, socialization process, and matters related to the ethnomusicological aspects, an analysis of the lyrics of the songs and the music is carried out.

The research is conducted using multidisciplinary approach in order to achieve authentic clarity on the existence of onang-onang in the daily life of Mandailing community, especially among the paronang-onang.

To reveal problem in this research, the qualitative method is used by means of multidisciplinary approach in which the emphasis is focused on semiotic and ethnomusicological approaches supported by other sciences. Method of investigation is classified into preparation; implementation; and report writing by watching, observing, and recording onang-onang orall, and visually, interview and analytical activities on the lyrics and the structural aspects of the musical melody were carried out.

The research results showed that onang-onang is a hata andung reflecting the experience and life of the panortor and the community where this song lived. This fact was evidently revealed through the lyrics and the musical melodious flow, in which the singer described panortor's life, ideals, expectations, and social situation of the culture where he belonged. This lyric is created spontaneously using metaphorical language in structural and semiotic approaches. In ethnomusicological manner, the arrangement of the lyrics and the song is done using euphonic technique (a technique used to beautify the sound by adding and reducing syllables), syllabic (one note for each syllable addition and reduction), This is arranged in the form of musical melody in tethratonic (four notes) melody which was repeated over and over again however the next material tended to be always new (strophic). Thus, it can be concluded that this song emphasized more on the lyrics than on the music (logogenic).

Keywords: onang-onang, siriaon, text, euphonic, strophic, and logogenic.

Page 6:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

vi

ABSTRAK

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengkaji, onang-onang sebagai nyanyian dari hata andung yang fungsional integritasnya adalah nyanyian narasi si panortor di daerah Panyabungan Kab. Mandaling Natal Provinsi Sumatera Utara. Memperoleh deskripsi konseptual dari masyarakat Mandailing (Panyabungan, Kota siantar, Hulu Pungkut dan Desa Habincaran) tentang eksistensinya, konsep bernyanyi, proses sosialisasi, dan hal-hal yang berkaitan dengan aspek-aspek etnomusikologis melalui analisis terhadap lirik (teks) lagu, dan musiknya.

Penelitian yang dilakukan ialah dengan pendekatan multidisiplin, sehingga dengan demikian akan diperoleh kejelasan yang otentik tentang eksistensi onang-onang dalam kehidupan masyarakat Mandailing, khususnya para paronang-onang.

Untuk mengungkap masalah dalam penelitian ini, metode yang digunakan bersifat kualitatif dengan pendekatan multidisiplin yang lebih difokuskan pada pendekatan semiotik dan etnomusikologis dengan dibantu ilmu-ilmu lain sebagai pendukung. Cara penelitian dibedakan atas persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan laporan dengan melihat, mengamati, melakukan perekaman terhadap onang-onang secara audio-visual, melakukan wawancara, serta kerja analisis terhadap lirik lagu dan aspek-aspek bangunan melodi musiknya.

Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa onang-onang sebagai nyanyian adat dengan menggunakan hata andung adalah merupakan cermin kehidupan dari si panortor serta masyarakat dimana nyanyian ini hidup. Hal ini nyata terungkap melalui lirik maupun alunan melodi musiknya, dimana kehidupan pribadi panortor, kehidupannya, cita-cita, harapan, dan situasi sosial masyarakat pemilik budaya ini tergambar melalui teksnya, yang diciptakan secara spontan dengan menggunakan bahasa-bahasa metaforis melalui pendekatan struktural maupun semiotis. Secara etnomusikologis penggarapan terhadap lirik dan lagu dilakukan dengan teknik eufonics (teknik memperindah bunyi melalui penambahan dan pengurangan suku kata), sillabic (satu nada untuk setiap satu suku kata), melalui bentuk melodi musik dengan tangga nada tethratonic (4 not) yang selalu diulang-ulang namun dengan materi teks yang cenderung selalu baru (strofic). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa nyanyian ini lebih mengutamakan lirik daripada musiknya (logogenic).

Kata kunci: onang-onang, siriaon, teks, euponic, strophic, dan logogenic.

Page 7:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

xi

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 10 Juni 2017

Mutiara Efendi Nasution

Page 8:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

vii

P R A K A T A

Puji syukur peneliti panjatkan ke khadirat Tuhan yang Maha Pengasih dan

Penyayang atas segala berkah, rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya

menyertai dan melindungi peneliti dari sejak awal hingga tesis ini dapat diselesaikan.

Tesis yang berjudul “ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA DAN

MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI

PANYABUNGAN” ini adalah nyanyian adat dalam upacara siriaon dan sebagai

pengiring tor-tor yang mana isinya adalah narasi dari si panortor.

Dalam proses penyusunan tesis ini hingga selesai, banyak pihak yang secara

langsung maupun tidak langsung telah turut berjasa. Karena itu, pada kesempatan ini

peneliti mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat Bapak Prof. Dr.

Ikhwanuddin Nst., M.Si (pembimbing I) yang dengan kesabaran, ketelitian, dan

kebijaksanaannya telah banyak memberi bimbingan dan masukan dalam penyelesaian

tesis ini; terimakasih juga kepada yang terhormat Bapak Drs. Irwansyah, M.A

(pembimbing II) yang banyak memberikan bimbingan dan masukan dalam

penyelesaian tesis ini. Kepada yang terhormat Bapak Drs. Muhammad Takari,

M.Hum., Ph.D selaku Ketua Program Studi Penciptaan dan Pengkajian Seni

Universitas Sumatera Utara (USU) yang dengan kebijaksanaannya telah banyak

membantu proses studi penulis dari sejak awal hingga akhir tesis ini dapat

diselesaikan. Peneliti juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dekan Fakultas

Ilmu Budaya (FIB) yaitu Bapak Dr. Drs. Budi Agustono, M.S. Peneliti berdo’a

Page 9:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

viii

semoga beliau-beliau ini tetap sehat dan panjang umur. Begitu juga kepada dosen-

dosen lainnya, Drs. Torang Naiborhu, M.Hum., Dr. Asmyta Surbakti, M.Si., Drs.

Setia Dermawan P, M.Si., Dr. Muhizar Mukhtar, M.S., Dr. Ridwan Hanafiah, SH.,

M.A., Dra. Rithaony, M.A., Drs. Kumalo Tarigan, M.A., Ph.D, terima kasih atas jasa-

jasa yang telah memberikan tambahan ilmu dan wawasan berpikir kepada peneliti.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada para petugas perpustakaan,

yaitu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara (USU), serta Perpustakaan Pusat

Propinsi Sumatera Utara, yang telah banyak melayani penulis selama membutuhkan

beberapa literatur.

Ucapan terimakasih (Mandailing: tarimokasi) disampaikan pula kepada para

informan, keluarga paronang-onang tuwak Aspan Matondang, udak Ridwan

NasutionUdak Ucok Lubis, para Raja Mandailing yaitu Hasanul Arifin Nasution

(Gelar Patuan Mandailing Panusunan); Erwin Syahputra (Gelar Mangaraja Gunung

Pandapotan); Fakhrur Rozi Nasution (Gelar Sutan Kumala di Aceh); Long Nasution

(Gelar Mangaraja Soangkupon); Parlaungan (Gelar Sutan Borotan); Onggara Lubis

(Gelar Mangaraja Barani Lubis) dan segenap informan masyarakat Mandailing

lainnya yang dengan senang hati telah menyediakan waktunya untuk diwawancarai

oleh peneliti; teman-teman kuliah dari angkatan 2014, angkatan 2015 dan angkatan

2016 yang telah menularkan semangat serta persahabatan.

Terima kasih yang tak terhingga disampaikan peneliti kepada yang disayangi

dan cintai yaitu mama (umak) Hj. Siti Haslah Borotan dan ayah (Alm) H. Syamsul

Efendi Nasution yang telah memberikan do’a dan pengorbanan yang tiada habis-

Page 10:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

ix

habisnya sehingga peneliti dapat mencapai pendidikan setingkat lebih tinggi lagi;

kepada ketiga saudara, yaitu abang (Fithri Suhadi Nasution, S.Sos) dan adik-adik (M.

Rizky Nasution, S.Pd; Halimah Raina Nasution, S.Farm., APT); eda-eda peneliti

(Indah Rizky Daulay, Am.Keb dan Frida Dian Handini Lubis, S.Pd., M.Hum) yang

telah memberikan dorongan, semangat, dan do’a.

Berangkatnya peneliti menempuh studi di Medan ternyata menjadikan beban

yang sangat berat bagi sementara pihak. Yang paling berat kiranya adalah anak

peneliti yaitu Sulthon Arkaan Almalik Nasution (Arkaan), Khofidah Najwa Nasution

(Najwa) dan Siti Qurrota Mahira Lubis (Mahira). Alhamdulillah mereka mau

mengerti keadaan ini, walaupun ada banyak hal yang terhilangkan selama tahun-

tahun perpisahan tersebut.

Kalau masih ada nama yang harus disebut, nama itu adalah dr. H. M Putra

Mahmuddin Lubis, calon pendamping setia peneliti dalam suka dan duka. Dengan

segala kelebihannya dia mau mengerti dan selalu menemani peneliti dalam

melakukan penelitian hingga keluar daerah. Sapaan dan dorongannya yang tulus

sangat membesarkan hati dalam mengejar cita-cita. Untuk itu dia pantas mendapat

ucapan terima kasih. Merekalah yang telah banyak memberikan semangat, dorongan,

jerih payah yang berlimpah, dan kesabaran yang amat mendukung kepada anak

perempuan dan ibu yang menulis tesis ini sampai pada kata dan huruf yang terakhir.

Sangat disadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Meskipun

demikian, semoga tesis ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan bagi

perkembangan etnomusikologi di Indonesia. Peneliti akan dengan senang hati

Page 11:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

x

menerima saran dan kritik demi kesempurnaan karya-karya penulis di masa

mendatang.

Page 12:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ….…………………..…………………………. i HALAMAN PENGESAHAN ………….……………………………. iii ABSTRACT …..……….……………………………………………… v ABSTRAK …………………………………………………………….. vi PRAKATA …………….………………………………………………. vii PERNYATAAN ……………………………………………………….. xi RIWAYAT PENULIS …………………………………………………. xii DAFTAR ISI ……...………………………………………………….. xiv DAFTAR TABEL ……………………………………………………… xv BAB I. PENDAHULUAN …….……………………………… 1 1.1 Latar Belakang …………………………………… 1 1.2 Rumusan Masalah ……………………………....... 4 1.3 Tujuan dan Penelitian ……………......................... 4 1.4 Manfaat Penelitian………………………………… 5 1.5 Tinjauan Pustaka ………………………………….. 5 1.6 Konsep dan Landasan Teori ………………………. 8 1.6.1. Konsep ……………………………………… 8 1.6.2. Landasan Teori ……………………………… 10 1.7 Metode Penelitian …………………………………. 14 1.8 Sistematika Penulisan ……………………………… 17 BAB II. MASYARAKAT MANDAILING DAN MUSIKALNYA ….. 19 2.1 Aspek Kebudayaan Mandailing ……..….......................... 19 2.1.1 Wilayah penduduk ………………………………. 19 2. 1.2 Sistem kemasyarakatan …………………………. 21 2.1.3 Sistematika hukum adat Mandailing …………… 26 2.1.3.1 Landasan idiel (Falsafah)

adat Mandailing …………………………. 26 2.1.3.2 Landasan struktural ……………………… 28 2.1.3.3 Landasan operasional …………………… 30 2.1.4 Bahasa ……………………………………………… 33 2.1.5 Seni musik …………………………………………. 36 2.1.5.1 Seni musik vokal ………………………... 36 2.1.5.2 Seni instrument (gondang) ……………... 39 2.2 Upacara Adat Dalam Masyarakat Mandailing …………. 43 2.2.1 Jenis upacara adat ……………………………….. 43 2.2.1.1 Upacara siriaon (suka cita) …………………… 45 2.2.1.1.1 Upacara pemberi marga ……………… 46

Page 13:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

2.2.1.1.2 Upacara mangupa …………………….. 48 2.2.1.1.3 Upacara perkawinan ………………….. 49 2.2.1.1.4 Upacara partubu ni pinompar

(kelahiran anak) ……………………. 63 2.2.1.1.5 Upacara pajongjong bagas naimbaru (mendirikan rumah baru) …………… 64

2.2.1.2 Upacara siluluton (kematian) …………………… 65 2.3 Musik dan Nyanyian Dalam Upacara Adat ……………… 66 2.3.1 Peranan musik dalam upacara adat ……………… 69 2.3.2 Peranan nyanyian dalam upacara adat …………. 71 2.3.3 Peranan pemain musik dan penyanyi dalam upacara adat ………………………………………………… 73 BAB III. ONANG-ONANG DENGAN BEBERAPA ASPEKNYA …... 76

3.1 Fungsi Onang-onang Dalam Upacara Adat Perkawinan … 76 3.2 Hubungan Onang-onang Dengan Tor-tor…………………. 82 3.3 Onang-onang Pada Masa Sekarang ……………………… 85 3.4 Onang-onang Dan Paronang-onang ……………………… 86

3.5 Hubungan Gondang Dengan Onang-onang ……………… 91 3.6 Beberapa Aspek Tekstual Onang-onang …………………. 94

BAB IV. PERKAWINAN ADAT MANDAILING DI PANYABUNGAN ………………………………………. 114

4.1 Dalian Na Tolu …………………………………………. 114 4.1.1 Suhut ……………………………………………. 114 4.1.2 Mora …………………………………………….. 116 4.1.3 Anak BOru ………………………………………. 118 4.2 Kedudukan Unsur Dalian Na Tolu Sama Tinggi ……….. 119 4.3 Perkawinan Adat Mandailing ……………………………. 120 4.3.1 Perkawinan marlojong …………………………… 121 4.3.2 Perkawinan dipabuat …………………………….. 122 4.3.3 Tingkat upacara adat perkawinan ………………. 124 4.4 Mencari dan Melamar Calon Istri ……………………….. 125 4.4.1 Mencari keluarga yang dapat membantu ……… 126 4.4.2 Menyelidiki calon pengantin …………………… 127 4.4.3 Melamar calon pengantin secara resmi ……….. 128 4.4.4 Meminta beban ompong-ompong ………………. 129 4.4.5 Menyerahkan batang beban dan namuhut ……… 130 4.4.6 Kawin manjujur ………………………………….. 131 4.4.7 Menyerahkan barang dan mara ni boru ………… 132 4.5 Pesta Adat Memberangkatkan Boru ……………………… 133 4.5.1 Mufakat keluarga dalam memberangkatkan boru ... 134 4.5.2 Mangalehen mangan ……………………………. 134

Page 14:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

4.5.3 Panaekkon gordang ………………………………. 135 4.5.3.1 Gordang sambilan dalam musik …………. 136 4.5.3.2 Perlengkapan gordang sambilan …………. 139 4.5.3.3 Simbolisasi gordang sambilan …………… 140 4.5.3.4 Tampilnya onang-onang pada

upacara perkawinan ………………………. 143 4.5.4 Pabuat boru (memberangkatkan pengantin) ……… 148 4.6 Pesta Memperkenalkan Anak dengan Menantu …………… 149

BAB V. ANALISIS STRUKTUR TEKS DAN MUSIK

ONANG-ONANG ……………………………………………… 153 5.1 Analisis Struktural dan Semiotik Teks

Onang-onang ………………………………………… 153 5.1.1 Analisis struktur heuristik isi teks onang-onang … 157 5.1.2 Euphoni teknik memperindah bunyi dalam teks

onang-onang ………………………………………. 167 5.1.3 Analisis hermeneutik isi teks onang-onang …….. 168 5.1.4 Analisis semiotik onang-onang pada adat

perkawinan di Panyabungan ……………………… 173 5.1.5 Unsur-unsur metafora onang-onang ……………… 177

5.2 Transkripsi dan Analisis Musikal Teks Onang-onang…… 180 Simbol Dalam Notasi …………………………………. 182 5.2.1 Bentuk (Form) ……………………………………. 184 5.2.2 Frasa ……………………………………………… 185 5.2.3 Tangga nada ……………………………………… 185 5.2.4 Wilayah nada …………………………………….. 186 5.2.5 Jumlah nada …………………………………….... 187 5.2.6 Jumlah interval …………………………………… 187 5.2.7 Pola kadensa ……………………………………… 188 5.2.8 Nada dasar ……………………………………….. 191 BAB VI. PENUTUP ..........................……………………………….. 193 6.1 Simpulan ………………………………………………… 193 6.2 Saran-saran ……………………………………………….. 196 KEPUSTAKAAN ……………………………………………………….. 197 LAMPIRAN ……………..………………………………………………. 200

Page 15:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1.4 (1) Bahasa sastra Mandailing…………..…………… 34 Tabel 2.1.4 (2) Bahasa Mandailing dalam pengucapan

di Tapanuli Selatan …………………………….. 35 Tabel 4.5.3.3 (1) Simbolisasi gordang sambilan

di wilayah Hulu Pungkut ..………………… 140 Tabel 4.5.3.3 (2) Simbolisasi gordang sambilan

di wilayah Pidoli Dolok …….………………… 141 Tabel 4.5.3.3 (3) Simbolisasi gordang sambilan pada jenis kelamin.. 142 Tabel 5.1.1 Struktur teks onang-onang……………………. 160 Tabel 5.1.2 Euphoni pada lirik onang-onang

pada perkawinan Anwar dan Hanan…………… 167 Tabel 5.1.5 Metafora pada lirik onang-onang

perkawinan Anwar dan Hanan …..………………. 178 Tabel 5.2.5 Jumlah nada onang-onang pada

perkawinan Anwar dan Hanan …………………. 187 Tabel 5.2.6 Jumlah interval onang-onang pada

perkawinan Anwar dan Hanan ……………... 188

Page 16:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

xii

RIWAYAT HIDUP PENULIS

MUTIARA EFENDI NASUTION, anak kedua dari empat bersaudara adalah

putri kandung dari pasangan bapak (Alm) H. Syamsul Efendi Nasution dan ibu Hj.

Siti Haslah Borotan. Lahir di Banda Aceh pada tanggal 25 Januari 1989. Berikut

riwayat pendidikan penulis :

Tahun 1994 – 2000 : SD Negeri 025 Sukajadi Pekanbaru (kelas 1-5)

SD Negeri 03 Panyabungan (kelas 6)

Tahun 2000 – 2003 : SLTP Negeri 01 Panyabungan

Tahun 2003 – 2005 : SMA Negeri 01 Panyabungan (kelas 1-2)

Tahun 2007 – 2008 : MAS Simangambat (kelas 3)

Tahun 2008 – 2013 : STKIP Tapanuli Selatan (Pendidikan Bahasa dan Seni

Inggris).

Page 17:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

xiii

Pada tahun 2015 penulis masuk di Universitas Sumatera Utara yang Insya

Allah tahun ini mengantarkan penulis untuk mendapatkan gelar Magister Seni.

Adapun daftar riwayat pekerjaan penulis sebagai berikut :

Tahun 2013 : Teller di Bank Swasta (Mikro Laju CIMB NIAGA) di

Panyabungan

Tahun 2014 – 2015 : Mengajar di SMK Kesehatan Namira Panyabungan

(sebagai guru seni budaya)

Tahun 2016 – saat ini : Mengajar di SMK TIK Swasta Darussalam dan SMP Swasta

Taman Harapan (sebagai guru seni budaya)

Demikian riwayat hidup penulis untuk sekedar diketahui.

Terimakasih, penulis

Mutiara Efendi Nasution

Page 18:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Musik adalah cabang seni yang membahas dan menetapkan berbagai suara ke

dalam pola-pola yang dapat dimengerti dan dipahami manusia.1 Musik tersusun oleh

elemen musik, yang terdiri dari melodi, rhythm, dan harmoni. Setiap elemen musik

tersebut menunjukkan suatu ciri khas sebuah kebudayaan. Musik juga mempunyai

pengaruh besar dalam kehidupan manusia sehari-hari. Setiap kebudayaan

menggunakan musik sebagai fungsi ritual, adat istiadat, upacara perkawinan, hiburan

dan juga ada yang menggunakannya sebagai fungsi pariwisata yakni dalam upacara

penyambutan para turis ataupun tamu penting yang datang berkunjung.

Musik tradisional masyarakat Sumatera Utara adalah musik yang berakar pada

tradisi suku-suku atau kelompok etnis yang ada di Sumatera Utara, yakni: Suku Batak

Toba, Simalungun, Karo, Pakpak, Mandailing, dan Angkola Sipiriok, Suku Melayu

(termasuk Langkat, Deli, Serdang, Asahan, Kota Pinang, Batubara), Pesisir dan Nias.

(Suku lainnya, seperti Jawa, Minang, Aceh, Sunda, Tamil, dan lainnya tidak

dimasukkan karena dianggap sebagai pendatang di Sumatera Utara).

Tradisi adalah suatu struktur kreativitas yang sudah mapan, yang memberikan

gambaran mentalitas, prinsip-prinsip ekspresif, dan nilai-nilai estetik, tradisi,

1Pono Banoe, Kamus Musik, (Yogyakarta: PT. Kanisius, 2003), hal 288.

Musik merupakan salah satu cabang seni yang membahas dan menetapkan berbagai suara ke dalam pola-pola yang dapat dimengerti dan dipahami manusia.

Page 19:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

2

walaupun dipresentasikan secara kekinian tetapi tidak terpisahkan dengan masa lalu.2

Bahkan bisa saja sebaliknya, tradisi adalah sesuatu yang menghadirkan masa lalu

pada masa kini. Masyarakat Sumatera Utara memiliki kekayaan dari beragam musik

vokal sampai ragam musik instrumental solo maupun yang berbentuk ensambel.

Masing-masing ensambel musik memiliki karakter yang spesifik, baik dari sisi

formasi instrumentasi maupun dari sisi komposisi musiknya. Sebagai contoh, di Suku

Mandailing terdapat ensambel musik Gordang Sambilan.

Pada zaman animisme, Gordang Sambilan merupakan suatu upacara adat

yang sakral, bahkan dipandang berkekuatan gaib yang dapat mendatangkan roh nenek

moyang untuk memberi pertolongan melalui medium atau semacam shaman yang

dinamakan Sibaso.3 Selain itu dipergunakan pula untuk upacara perkawinan yang

dinamakan Horja Godang Markaroan Boru dan untuk upacara kematian yang

dinamakan Horja Mambulungi.

Gordang Sambilan sebagai instrumen musik kesenian tradisional Mandailing,

maka alat musik ini sudah digunakan untuk berbagai keperluan diluar konteks

upacara adat Mandailing. Misalnya menyambut kedatangan tamu agung, perayaan

nasional dan acara pembukaan berbagai upacara besar serta hari raya Idul Fitri. Etnis

Mandailing juga mempunyai beberapa lagu daerah yang sangat populer, salah satu

nya adalah Onang onang.

2 Achmad Maulana dkk, Kamus Ilmiah Populer, (Yogyakarta:Absolut, 2008), hal. 507. 3 Sibaso merupakan medium yang melalui suatu upacara ritual tertentu dapat dirasuki

oleh roh leluhur untuk memberi petunjuk guna mengatasi bala(malapetaka).

Page 20:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

3

Onang-onang4 adalah sebuah nyanyian pengiring tor-tor pada adat

perkawinan Mandailing. Akan tetapi tidak jarang pula digunakan dalam acara

seremonial adat masyarakat Mandailing. Nyanyian ini mengandung makna pujian

atau do’a-do’a ataupun harapan yang dilaksanakan dalam acara yang dimaksud dan

kembali kepada Sang Pencipta (adat yang berdasarkan dari ketentuan agama).

Dengan kata lain, Onang-onang dapat terbagi atas dua bentuk, yaitu Onang-onang

dalam konteks sukacita atau siriaon dan bentuk Onang-onang dalam konteks

dukacita atau siluluton.

Onang-onang lazimnya dipergunakan dalam konteks ritual perkawinan,

dimana Onang-onang memberikan petuah atau pesan kehidupan kepada individu

yang melakukan perkawinan, Onang-onang juga dapat dipergunakan sebagai bentuk

petuah orangtua kepada anak-anaknya.

Satu hal yang menjadi kekhususan onang-onang ini adalah dimana lirik yang

dinyanyikan oleh penyanyi (Mandailing : Paronang-onang) pada acara perkawinan

ini dilakukan secara spontan saat acara berlangsung tanpa ada penulisan lirik dan

nyanyian harus sesuai isinya setelah mereka mendapatkan deskripsi tentang “bayo

pangoli” dan “boru na nioli” dan mengungkapkan status sosial penarinya

(Mandailing : Panortor) dan suasana saat acara berlangsung.

4 Nyanyian ini sama halnya seperti yang dikatakan Bruno Nettle “musik memainkan satu

peranan yang sangat penting dalam kosmologi, filsafat dan kehidupan seremonial” (Nettle 1964:3-4).

Page 21:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

4

Onang-onang mulai dinyanyikan setelah acara pembukaan atau disebut

dengan panaek gondang.5 Onang-onang memiliki ritmis yang tetap dan berulang-

ulang. Onang-onang selalu dimulai oleh bunyi dari alat musik suling kemudian di

lanjutkan oleh nyanyian pengiring tor-tor (Mandailing : Onang-onang) yang

dinyanyikan penyanyi (Mandailing : Paronang-onang).

Onang-onang memiliki makna kiasan yang terdapat pada teks nyanyian.

Makna tersebut memiliki keterkaitan antara kalimat sebelumnya dengan kalimat

sesudahnya. Pada lirik juga terdapat kata tambahan yang sebenarnya tidak memiliki

arti, namun fungsinya untuk mengikuti iringan musik agar tidak terjadi kejanggalan

atau tertinggal.

Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai adat perkawinan Mandailing dan

etnis kebudayaan Mandailin. Akan tetapi penelitian yang diangkat lebih mendalami

tentang struktur teks dan melodi onang-onang pada adat perkawinan Mandailing di

Panyabungan.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam tulisan ini adalah

1) Bagaimanakah struktur teks onang-onang pada adat perkawinan di

Panyabungan ?

5 Panaek gondang adalah dimana setelah acara pembukaan selesai, dan kedua pengantin

biasanya manortor sebelum pengantin wanitanya dibawa ke rumah pengantin pria. Dan sama halnya nanti di tempat pengantin pria pun jika ada onang-onang, itu pun dilakukan saat kedua pengantin manortor beserta keluarganya.

Page 22:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

5

2) Bagaimanakah makna teks onang-onang pada adat perkawinan di

Panyabungan?

3) Bagaimanakah analisis melodi onang-onang pada adat perkawinan di

Panyabungan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1) Untuk mendeskripsikan struktur teks onang-onang pada adat perkawinan di

Panyabungan

2) Untuk mendeskripsikan makna teks onang-onang pada adat perkawinan di

Panyabungan

3) Untuk menganalisis musik onang-onang pada adat perkawinan di

Panyabungan

1.4 Manfaat Penelitian

Melalui hasil penelitian ini pembaca akan mengetahui dan memahami salah

satu genre musikal yang ada di tanah air dalam hal ini nyanyian suku suku

Mandailing di Sumatera Utara. Selain itu, dari hasil penelitian ini pembaca juga

diharapkan akan dapat memahami eksistensi masyarakat Mandailing melalui musik

sebagai produksi dari tata-tingkah laku masyarakatnya.

Dengan adanya tulisan ini, peneliti berharap bisa menambah pengetahuan

penulis, untuk menambah koleksi buku bacaan tentang budaya, untuk memperdalam

ilmu budaya disuatu daerah. Terutama agar masyarakat Mandailing maupun dari

daerah lain bisa mengetahui makna yang terkandung dalam onang-onang.

Page 23:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

6

1.5 Tinjauan Pustaka

Untuk menghindari terjadinya kesamaan topik dalam penelitian ini, perlu

dilakukan tinjauan pustaka terhadap buku-buku atau tulisan-tulisan yang telah

dilakukan sebelumnya. Selain itu, tinjauan pustaka juga dilakukan untuk

mendapatkan informasi yang dapat digunakan sebagai pendukung untuk melengkapi

data-data yang diperoleh selama penelitian. Untuk itu akan diketengahkan beberapa

sumber tulisan yang akan dijadikan sebagai acuan berkaitan dengan onang-onang

secara umum.

Pada penelitian ini dibahas hal-hal yang berkaitan dengan teks onang-onang

dari segi struktur dan gaya bahasa yang digunakan. Namun perlu dijelaskan bahwa

onang-onang yang dibahas dalam tulisan ini ialah onang-onang yang ada pada adat

Mandailing di Panyabungan.

Untuk itu, penelitian ini akan berusaha mengungkapkan hal-hal yang

berkaitan dengan kedua aspek di atas, sekaligus menjadi kritik, pembenaran, maupun

penolakan terhadap hasil penelitian tersebut. Adapun beberapa tulisan yang

mendukung penelitian ini adalah sebagai berikut:

Alan P. Meriam, dalam bukunya The Antrhopologi of music (Chicago: North

Western University Press, 1964). Buku ini mengemukakan fungsi musik yang

berhubungan dengan masyarakat pendukung kemudian unsure kebudayaan dalam

masyarakat sebagai sarana memenuhi kebutuhan dan tujuan tertentu dalam

kehidupan. Selain itu, juga menjelaskan 10 fungsi musik, antara lain; pengungkapan

emosional, kepuasan estetis, hiburan, sarana komunikasi, persembahan simbolis,

Page 24:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

7

respon fisik, fungsi musik sebagai keserasian norma masyarakat, pengukuhan

institusional, dan upacara agama, sarana kelangsungan dan stabilitas kebudayaan,

serta fungsi integritas masyarakat. Buku ini bermanfaat dalam menjelaskan fungsi

musik Gondang sebagai alat musik onang-onang dan buku ini akan membantu dalam

penulisan pada bab III.

Koentjaraningrat, dalam bukunya Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta:

Aksara Baru, 1979). Di samping sebagai acuan bab II, buku ini juga berguna sebagai

pedoman dalam melakukan pendekatan-pendekatan di dalam penelitan di lapangan.

Leon Stein, dalam bukunya Structure & Style : The Study and Analysis of

Musical Froms (Summy: Birchard Music); Netll dalam bukunya Theory and Method

in Ethnomusicology. New York, 1964; Nettl dalam bukunya. The Study of

Ethnomusicology: Twenty-nine Issues and Concepts. Urbana, Illinois, Chicago,

London: University of Illinois Press, 1983. Buku ini membahas tentang cara

menganalisis dari struktur dan bentuk musiknya.

Tesis Program Studi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa Jurusan

Ilmu-ilmu Humaniora pada Universitas Gadjah Mada Yogyakarta tahun 2002 yang

berjudul “Ende-Ende Merkejemen: Nyanyian Ratap Penyadap Kemenyan Di Hutan

Rimba Pakpak-Dairi Sumatera Utara Analisis Semiotik Teks dan Konteks” oleh

Torang Naiborhu. Pembahasan dalam tesis Torang Naiborhu ini membahas tentang

nyanyian hiburan untuk diri sendiri yang di mana setiap teksnya memiliki makna dan

Page 25:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

8

waktu yang ditentukan. Tesis ini sangat membantu dalam menganalisis struktur teks

pada onang-onang.

Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran pada UNP yang berjudul “Nilai-Nilai

Edukatif dalam Lirik Nyanyian Onang-Onang Pada Acara Pernikahan Suku Batak

Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara” oleh Ismail Rahmad

Daulay. Pembahasan dalam jurnal Ismail Rahmad Daulay, membahas tentang nilai-

nilai edukatif yang terkandung dalam lirik nyanyian onang-onang. Baik dari segi nilai

religius, nilai edukatif ketangguhan, nilai edukatif kepedulian, dan nilai edukatif

kejujuran. Hubungannya dengan tesis yang diangkat adalah tentang pengembangan

makna yang terkadung dalam onang-onang. Bahan- bahan tersebut akan menambah

referensi bagi tesis yang diangkat.

Selain tulisan-tulisan di atas, juga digunakan buku-buku yang dianggap cukup

relevan dengan topik permasalahan dalam penelitian ini, terutama yang menyangkut

pada analisis teks (lirik) lagu. Buku-buku tersebut antara lain ialah, Parumpamaan di

Hata Angkola-Mandailing, karya Ali Hanafiah, 1980; Horja Adat Istiadat Dalihan

Natolu, karya Bersama Parsadaan Marga Harahap Dohot Anakboruna, 1993; Adat

Hangoluan Mandailing, karya Drs. H. Syahmerdan Lubis Gelar Baginda Raja Muda,

1997; Adat Mandailing Dalam Tantangan Zaman, karya H. Pandapotan Nasution,

SH, 2005; Kamus Bahasa Mandailing, tulisan Drs. Mhd. Bakhsan Parinduri, 2009;

Fungsi dan Peran Gordang Sambilan Pada Masyarakat Mandailing, karya Dra. Sri

Hartini, dkk, 2012; Kesenian Daerah Tapanuli Bahagian Selatan Gondang Tor-tor

Page 26:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

9

Gordang Sambilan Angkola-Sipirok Padang Lawas Mandailing, karya Ch. Sutan

Tinggi Barani Perkasa Alam, 2013; Semiotika Untuk Kajian Sastra dan Al-Qur’an,

karya Wildan Taufiq, M.Hum, 2016.

1.6 Konsep dan Landasan Teori

1.6.1 Konsep

Menurut Ch. Sutan Tinggi Barani Perkasa Alam, Onang-onang adalah

nyanyian yang diorbitkan seorang dengan suara dan gaya yang bebas di luar

perkampungan, dan dengan suara yang agak tinggi. Bila secara terpimpin dan teratur,

dalam waktu-waktu tertentu boleh dikumandangkan di rumah atau dalam kampung.

Seperti dalam upacara Mahorja, Marbodong, yaitu pada pesta Upacara Adat.6

Menurut Aspan Matondang7 Onang-onang adalah sebuah nyanyian

Mandailing yang mengandung makna sinta-sinta atau pujian atau do’a-do’a ataupun

harapan terhadap acara yang dilaksanakan dan kembali kepada Sang Pencipta (adat

yang berdasarkan dari ketentuan agama). Pada umumnya onang-onang adalah

nyanyian adat masyarakat Mandailing dalam mengiringi tor-tor, baik dalam acara

perkawinan maupun acara adat. Dimana isi dari nyanyian itu adalah nasehat dan do’a.

Tekstual merupakan hal-hal yang berkaitan dengan teks atau tulisan atau isi

dari suatu karangan. Dalam musik vokal, teks disebut dengan lirik.8 Lirik merupakan

6 Ch. Sutan Tinggi Barani Perkasa Alam, Seni Budaya Tradisional Daerah Tapanuli Selatan

(Padangsidimpuan, 1984) 11. 7 Paronang-onang dari Hulupungkut Kotanopan yang sudah dikenal dan sering diundang pada

acara seremonial adat sampai keluar kota. Wawancara ini dilakukan pada tanggal 23 Juni 2015. 8 KBBI

Page 27:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

10

susunan kata dalam suatu nyanyian yang berisi curahan perasaan.9 Lirik tersebut akan

menghasilkan makna yang tersirat. Pada tulisan yang diangkat akan melihat apa yang

menjadi isi dari lirik yang terdapat pada nyanyian onang-onang. Kemudian peneliti

akan menganalisis makna yang terkandung di dalamnya.

Musik ialah cabang seni yang membahas dan menetapkan berbagai suara ke

dalam pola-pola yang dapat dimengerti dan dipahami manusia. Musik tersusun oleh

elemen musik, yang terdiri dari melodi, rhythm, dan harmoni. Setiap elemen musik

tersebut menunjukkan suatu ciri khas sebuah kebudayaan. Musik juga mempunyai

pengaruh besar dalam kehidupan manusia sehari-hari. Setiap kebudayaan

menggunakan musik sebagai fungsi ritual, adat istiadat, upacara perkawinan, hiburan

dan juga ada yang menggunakannya sebagai fungsi pariwisata yakni dalam upacara

penyambutan para turis ataupun tamu penting yang datang berkunjung.

1.6.2 Landasan teori

Berbagai teori dan metode keilmuan sangatlah diperlukan untuk mengungkap

permasalahan yang berkaitan dengan teks dalam konteks budaya atau musik sebagai

produksi dari tata tingkah laku (the product of the behaviour) masyarakat.

Musik (onang-onang) merupakan bagian penting pada upacara pernikahan

adat Mandailing. Menurut Merriam (1964:6), suara musik adalah hasil proses

perilaku manusia yang terbentuk berdasarkan nilai-nilai, sikap dan kepercayaan dari

masyarakat yang berbeda di dalam suatu kebudayaan. Demikian juga halnya dengan

onang-onang yang dibentuk oleh adat istiadat, peradaban dan budaya suku

9 KBBI edisi kedua 1995

Page 28:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

11

Mandailing. Sehingga untuk dapat memahami kebudayaan Mandailing, kita dapat

belajar dari kebudayaan musiknya (onang-onang).

Dalam menganalisis tekstual disini, penulis tidak hanya mencari apa yang

menjadi arti dari lirik yang dinyanyikan. Namun mencari makna yang terkandung

dalam onang-onang dan melihat karakteristik dari kebudayaannya. Oleh karena itu,

menurut Mennheim dalam Bustan10 agar dapat mengungkapkan makna, perlu

dibedakan beberapa pengertian antara lain: (1) penerjemah atau translation, (2) tafsir

atau interpretasi, (3) ekstrapolasi dan (4) pemaknaan atau meaning. Menurut

Mennheim,

“Terjemah merupakan upaya mengemukakan materi atau substansi yang sama dengan media berbeda. Mengacu pada materi terjemahan, dibuat penafsiran untuk mencari latar belakang dan konteksnya guna menemukan konsep yang lebih jelas. Ekstrapolasi bertujuan menangkap berbagai fenomena di balik yang tersajikan berdasarkan kemampuan daya pikir manusia pada tataran empirik logik. Ekstrapolasi identik dengan pemaknaan, namun pemaknaan adalah upaya lebih jauh dari penafsiran karena, selain memerlukan kemampuan integratif manusia berupa kemampuan inderawi, kemampuan daya pikir, dan kemampuan akal budi, pemaknaan menjangkau hal-hal yang bersifat etik dan transendental.”

Hal ini juga sepaham dengan teori semiotik Roland Barthes yang memahami

suatu teks (segala teks narasi) dengan membedah teks, baris demi baris melalui lima

sistem kode. Kelima kode itu adalah (1) kode kelakuan, (2) kode teka-teki, (3) kode

budaya, (4) kode konotatif, dan (5) kode simbolik (2000:145-149). Dalam bukunya

SZ (1974), Barthes pertama-tama membedah teks baris demi baris. Baris demi baris

10 artikel “Linguistik oleh Fransiskus Bustan dengan judul Makna Lagu Ara Dalam Ritual

Penti Pada Guyup Tutur Etnik Manggarai Di Flores”. Vol 15, No 28. Maret 2008

Page 29:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

12

itu dikonkretisasikan menjadi satuan-satuan makna tersendiri dengan pembacaan

heuristik dan hermeneutik.11

Nyanyian memiliki sesuatu untuk diekspresikan dan melalui nyanyian (teks

lisan) ada pesan-pesan yang disampaikan. Pesan tersebut berasal dari teks lisan yang

diekspresikan sehingga membawa makna tersendiri yang terkadang tersembunyi.

Dengan mengetahui pesan dari teks lisan (dalam hal ini nyanyian) maka akan lebih

mudah melihat maknanya.

Onang-onang adalah nyanyian yang memiliki isi tentang doa, nasehat,

menceritakan latar belakang keluarga. Melalui isi nyanyian ini dapat dilihat konteks

yang terdapat pada onang-onang. Oleh karena itu, mekanisme penafsiran makna teks

harus selalu mengacu pada konteks sosial budaya.

Untuk mendeskripsikan upacara perkawinan, penulis memakai teori unsur-

unsur pendukung upacara seperti yang dikemukakan oleh Koenjtaraningrat.

(1985:243) yang menyatakan bahwa upacara terbagi atas empat komponen yaitu :

(1) Tempat upacara

(2) Saat upacara

(3) Benda- benda dan alat upacara

(4) Pemimpin dan peserta upacara

Untuk itu, dalam memahami makna-makna yang terkandung dalam lirik

onang-onang digunakan teori semiotika sebagai analisis untuk membedah isi dan

makna lirik tersebut.

11Rina Ratih, Teori dan Aplikasi Semiotik Michael Riffaterre, (Yogyakarta, 2016) 2.

Page 30:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

13

Sejak kira-kira tahun 1970 minat terhadap musik yang berfungsi sebagai suatu

bentuk komunikasi atau sebagai sistem komunikasi dapat dilihat dengan

perkembangan, apa yang disebut ‘semiotik musikal’ atau semiologi musicale. Dari

definisi-definisi bidang ilmu yang dikemukakan oleh Nattiez (1974) dapat diketahui

bahwa lapangan ini adalah sebuah disiplin yang mencoba menggunakan model-model

yang terdapat dalam linguistik untuk melakukan analisis musikal, atau studi musik

sebagai suatu sistem lambang (signs).12

Dari definisi dan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa semiotik

mempunyai pengertian yang sangat luas, oleh karena itu dalam tulisan ini analisis

semiotik yang dilakukan dibatasi pada aspek pembacaan heuristik dan hermeneutik

saja. Pembacaan heuristik adalah pembacaan berdasarkan sistem semiotik tingkat

pertama berdasarkan struktur bahasa atau arti gramatikalnya (denotatif), sedangkan

pembacaan hermeneutik disebut juga retroaktif adalah pembacaan dengan pemberian

makna (arti dari arti) atau memberi tafsiran atas teks tersebut berdasarkan sistem

semiotik tingkat kedua (konotatif).13

Hermeneutik mencakup dalam dua fokus perhatian yang berbeda dan saling

berinteraksi yaitu (1) peristiwa pemahaman teks, dan (2) persoalan yang lebih

mengarah mengenai apa pemahaman dan interpretasi itu. Ada tiga bentuk kata kerja

dari hermeneutik, yaitu: (1) mengungkapkan kata-kata; (2) menjelaskan, seperti

menjelaskan situasi; (3) menerjemahkan, seperti di dalam transliterasi bahasa asing.

12 Jean Jaques Nattiez, Music and Discourse. Toward a Semiology of Music (Princeton, New

Jersey: Princeton University Press, 1990). 13 Rachmat Djoko. Pengkajian Puisi (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2000), 119.

Page 31:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

14

Untuk mendeskripsikan musiknya, penulis menggunakan pendekatan Bruno

Nettl (1964:98) dan Alan P. Meriam (1964) tentang transkripsi dimana dikatakan

bahwa ada dua hal yang dilakukan dalam mendeskripsikan musik, yaitu (1) kita

mendengar dan mendeskripsikan musik, (2) kita dapat menuliskannya dalam bentuk

tulisan dan mendeskripsikan apa yang kita lihat.

1.7 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode

kualitatif didefenisikan14 sebagai suatu proses yang mencoba untuk mendapatkan

pemahaman yang lebih baik mengenai kompleksitas yang ada dalam interaksi

manusia (Catherine Marshal: 1995).

Model Desain Riset Kualitatif

14 Jonathan Sarwono. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif . (Yogyakarta : Penerbit Graha Ilmu, 2006), 193.

Menentukan Masalah

Teknik Sampling

Menentukan Jenis Data

Page 32:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

15

15

Penjelasan tabel di atas :

Pernyataan masalah : Rumuskan masalah yang akan diteliti sesuai dengan

ketentuan sebelum melakukan tahapan lain karena tahapan berikutnya dalam

penelitian akan ditentukan oleh masalah yang sudah dirumuskan. Masalah jelas dan

tidak bermakna ganda sehingga menimbulkan berbagai interpretasi.

Teknik sampling : Pertimbangan pertama dalam menentukan sampel ialah

bahwa untuk penelitian kualitatif kita menggunakan apa yang disebut dengan teknik

non probabilitas, yaitu teknik mengambil sampel yang tidak didasarkan pada

formulasi statistik. Teknik tersebut meliputi a) kesesuaian (convenience); b) penilaian

(judgment); dan c) bola salju (snowball). Pertimbangan kedua ialah penentuan

kualitas responden.

15 Ibid., 200-202

Menentukan Instrumen Pengambilan Data

Menentukan Metode Pengambilan Data

Menentukan Teknik Analisis Data

Page 33:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

16

Jenis data : Primer dan sekunder dalam bentuk selain angka. (1) Data

primer16 adalah data yang berasal dari sumber asli. Data ini tidak tersedia dalam

bentuk terkompilasi ataupun dalam bentuk file-file. Data ini harus dicari melalui

narasumber atau dalam istilah teknisnya responden, yaitu orang yang kita jadikan

obyek penelitian atau orang yang kita jadikan sebagai sarana mendapatakan informasi

ataupun data.; (2) Data sekunder ialah data atau informasi yang diperoleh melalui

studi kepustakaan dengan mengumpulkan informasi yang sebanyak-banyaknya dari

berbagai bahan bacaan yang terkait dengan topik penelitian ini, antara lain video,

rekaman audio dan foto. Dalam penelitian kualitatif data yang berupa suara dan

gambar berguna untuk pembuktian-pembuktian dalam ilmu hukum, kepolisian dan

intelejen. Data sekunder juga memerlukan beberapa pertimbangan, diantaranya

sebagai berikut :

a. Jenis data harus sesuai dengan tujuan penelitian yang sudah kita tentukan

sebelumnya.

b. Data sekunder yang dibutuhkan bukan merupakan pada jumlah tetapi pada

kualitas dan kesesuaian, oleh karena itu peneliti harus selektif dan hati-hati

dalam memilih dan menggunakannya.

c. Data sekunder biasanya digunakan sebagai pendukung data primer, oleh

karena itu kadang-kadang kita tidak dapat hanya menggunakan data

16 Jonathan Sarwono, op. cit., 124-129.

Page 34:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

17

sekunder sebagai satu-satunya sumber informasi untuk menyelesaikan

masalah penelitian.

Instrumen pengambilan data : Wawancara mendalam (in depth interview).

Metode pengambilan data : Melakukan observasi, dan wawancara. Hal

pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi, yaitu meliputi

melakukan pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku, obyek-obyek

yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang

sedang dilakukan.17 Pada tahap awal observasi dilakukan secara umum, peneliti

mengumpulkan data atau informasi sebanyak mungkin. Tehap selanjutnya peneliti

harus melakukan observasi yang terfokus, yaitu mulai peneliti dapat menemukan

pola-pola perilaku dan hubungan yang terus menerus terjadi. Jika hal itu sudah

diketemukan, maka peneliti dapat menemukan tema-tema yang akan diteliti.

Selanjutnya yang dilakukan adalah wawancara. Teknik wawancara dalam

penelitian kualitatif dibagi menjadi tiga kategori, yaitu 1) wawancara dengan cara

melakukan pembicaraan informal (informal conversational interview), 2) wawancara

umum yang terarah (general interview guide approach), dan 3) wawancara terbuka

yang standar (standardized open-ended interview).18 (Patton, 1990:280-290 dikutip

oleh Catherine Marshal, 1995: hal 80).

Teknik analisis data: Prosedur analisis data kualitatif dibagi dalam lima

langkah, yaitu :

17 Jonathan Sarwono, op. cit., 224. 18 Jonathan Sarwono, op. cit., 224-225.

Page 35:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

18

1) Mengorganisasi data

2) Membuat kategori, menentukan tema, dan pola

3) Menguji hipotesis yang muncul menggunakan data yang ada

4) Mencari eksplanasi alternatif data

5) Menulis laporan

1.8 Sistematika Penulisan

Pada bab satu (I) penulis mulai menuliskan tesis dimulai dari pengantar, di

mana isi setiap sub bab nya meliputi : latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan

sistematika Penulisan. Di halaman bab dua (II) penulis mulai membahas tentang

masyarakat Mandailing dan budaya musikalnya, di mana bagiannya meliputi aspek

kebudayaan Mandailing, upacara adat dalam masyarakat Mandailing. Dalam upacara

adat masyarakat Mandailing dapat dijelaskan pada setiap bagiannya mulai dari

upacara adat siriaon dan upacara adat siluluton. Dalam bab tiga (III) penulis

menjelaskan tentang onang-onang dengan beberapa aspeknya, meliputi : fungsi

onang-onang dalam upacara adat perkawinan, hubungan onang-onang dengan tor-tor,

Keadaan onang-onang pada masa sekarang, onang-onang dan paronang-onang,

beberapa aspek tekstual onang-onang. Sementara di bab empat (IV) penulis

menjelaskan proses perkawinan adat Mandailing di Panyabungan, meliputi : dalian na

tolu, mencari dan melamar calon istri, pesta adat pemberangkatan boru, pesta

Page 36:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

19

memperkenalkan anak dengan menantu. Pada bab lima (V) penulis mulai

menjabarkan analisis struktur teks dan musik onang-onang,yang meliputi : analisis

struktur heuristik isi teks onang-onang, analisis hermeneutik isi teks onang-onang,

analisis struktur musik onang-onang. Berikut pada bab terakhir yaitu bab enam (VI)

penulis mulai menyimpulkan tulisan pada bagian penutup, meliputi : simpulan dan

saran.

Lampiran-lampiran.

Page 37:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

20

BAB II

MASYARAKAT MANDAILING DAN MUSIKALNYA

2.1 Aspek Kebudayaan Mandailing

2.1.1 Wilayah dan penduduk

Kabupaten Mandailing Natal atau juga sering disingkat Madina adalah hasil

pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Selatan. Kabupaten yang baru merayakan HUT

ke-18 pada bulan Maret tahun 2017 ini berpusat di Panyabungan. Kota ini dapat

dicapai dari Medan, ibu kota Provinsi Sumatera Utara, melalui tiga rute. Rute pertama

adalah perjalanan darat melalui Medan - Siantar - Parapat - Tarutung - Sipirok -

Padangsidimpuan - Panyabungan dengan total jarak tempuh sekitar 480 km. Rute

kedua adalah perjalanan dari darat melalui Medan - Tebing Tinggi - Limapuluh -

Rantauparapat - Kota Pinang - Gunungtua - Sidempuan dan Panyabungan. Lama

perjalanan lebih kurang 14 jam dengan jarak tempuh 530 km. Rute ketiga perjalanan

udara dari Bandara Kualanamu di Medan ke Bandara Aek Godang di Kabupaten

Tapanuli Selatan dengan waktu tempuh lebih kurang 45 menit. Dari bandara ini,

perjalanan dilanjutkan lewat darat dengan menumpang bus ataupun angkutan lainnya

menuju Panyabungan dengan waktu tempuh kurang lebih dua jam perjalanan.

Peresmian Kabupaten Mandailing Natal dilakukan oleh Menteri Dalam

Negeri tertanggal 9 Maret 1999. Sejak saat itu, Mandailing Natal menjadi satu

kabupaten yang terpisah dari Tapanuli Selatan. Pada saat ditetapkan menjadi

kabupaten, Mandailing Natal didukung oleh delapan kecamatan yang terdiri dari,

Page 38:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

21

yaitu : 1) Kecamatan Siabu; 2) Kecamatan Panyabungan; 3) Kecamatan Kotanopan;

4) Kecamatan Muarasipongi; 5) Kecamatan Batang Natal; 6) Kecamatan Natal; 7)

Kecamatan Batahan dan 8) Kecamatan Muara Batang Gadis. Berdasarkan Tabloid

Madani1 yang diakses tanggal 26 oktober 2012 diperoleh informasi bahwa

pemerintah daerah Kabupaten Mandailing Natal telah melakukan tiga kali pemekeran

kecamatan dan hingga kini terdapat 23 kecamatan di wilayah Mandailing Natal.

Posisi astronomis Kabupaten Mandailing Natal berada diantara 0 ̊ 10ˈ- 1 ̊ 50ˈ

LU dan 98 ̊ 10 - 100 ̊ 10ˈ BT. Wilayah ini terletak pada ketinggian 0-2.145 meter di

atas permukaan laut dengan suhu udara rata-rata berkisar antara 23 ̊C - 32 ̊ C dengan

kelembapan antara 80-85 persen setiap tahunnya2. Secara umum, Kabupaten

Mandailing Natal merupakan daerah perbukitan yang berada di puncak Bukit Barisan

sehingga menyebabkan adanya lembah-lembah yang dalam maupun dangkal. Jalan

raya pada umumnya menurun dan menanjak.

Penduduk asli di wilayah Mandailing Natal umumnya hidup sebagai petani

sawah yang juga mengerjakan perkebunan karet dan kopi milik mereka sendiri.

Selain bertani sebahagian orang Mandailing Natal mempunyai mata pencaharian

sebagai pedagang, pengusaha pengangkutan darat dan bekerja sebagai Pegawai

Negeri.

Suku Mandailing sebagai penduduk asli di wilayah Mandailing dikenal

sebagai pemeluk agama Islam yang taat. Pengembangan agama Islam yang intensif

1 Lihat http://tabloidrakyatmadani.wordpress.com/sambutan-ketua-pansus-pemekaran-dprd-madina/. Akses tanggal 26 Oktober 2012.

2 Hasil data dari kantor Pemkab Madina.

Page 39:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

22

terjadi di wilayah Mandailing disekitar dekade ketiga abad ke-193, pada waktu kaum

Paderi dari wilayah Minangkabau memasuki wilayah tersebut untuk mengembangkan

agama Islam.

Penduduk asli Mandailing Natal sangat terikat dengan huta4 sehingga orang-

orang Mandailing Natal menggunakan nama desa atau huta asalnya sebagai identitas

untuk diri mereka masing-masing. Misalnya orang Mandailing Natal yang berasal

dari desa yang bernama Huta Bargot dalam pembicaraan sesama orang Mandailing

Natal akan menyebut dirinya sebagai orang Huta Bargot. Barangkali sikap orang

Mandailing Natal yang sangat terikat dengan desa atau huta asalnya masing-masing

itu tumbuh menjadi suatu kekuatan yang mendorong. Orang-orang Mandailing Natal

menciptakan ciri-ciri khas bagi masyarakat desanya. Sehingga pada gilirannya

muncullah berbagai variasi dalam berbagai aspek kehidupan pada masyarakat desa

atau huta yang berlain-lainan. Keadaan yang bervariasi itu antara lain kelihatan dalam

pelafalan atau pengucapan berbahasa. Sebagai contoh, dalam keadaan yang nyata

dapat diamati orang-orang Mandailing penduduk asli Kecamatan Panyabungan

berbicara, kemudian orang-orang Mandailing penduduk Padangsidimpuan berbicara,

antara keduanya akan terdengar keadaan yang bervariasi meskipun mereka sama-

sama dari Mandailing.5

2.1.2 Sistem kemasyarakatan

3 Dilihat dari data perpustakaan daerah Mandailing Natal 4 Tempat kelahiran atau desa kelahiran masing-masing masyarakat 5S.R.H. Sitanggang, Fonologi Bahasa Angkola. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. 1997. 12-16

Page 40:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

23

Dalam membicarakan Onang-onang sebagai nyanyian adat Mandailing

kiranya perlu juga dikemukakan beberapa hal yang berkaitan dengan sistem

kemasyarakatan Mandailing yang diatur menurut adat atau budaya masyarakat yang

bersangkutan. Sebab lirik onang-onang sebagai nyanyian adat tidak jarang

mengandung isi yang ada kaitannya dengan sistem kemasyarakatan Mandailing.

Misalnya yang berkaitan dengan status kelompok-kelompok masyarakat dalam sistem

kemasyarakatan Mandailing yang disebut Dalian Na Tolu (tiga tumpuan).

Suku Mandailing menganut garis keturunan patrilineal dan mempunyai satu

sistem kemasyarakatan tersebut sesuai dengan keadannya yang memang didukung

oleh atau terletak pada tiga tumpuan. Ketiga tumpuan tersebut terdiri dari tiga

kelompok fungsional yang satu sama lain terikat oleh hubungan kekerabatan berupa

ikatan darah (blood ties) dan ikatan perkawinan (affinity). Ketiga kelompok

fungsional tersebut masing-masing dinamakan Mora, yakni kelompok pemberi anad

gadis (wife givers), Kahanggi, yakni kelompok satu keturunan dan Anak Boru, yakni

kelompok penerima atau pengambil anak gadis (wife takers).

Ketiga kelompok tersebut merupakan tumpuan bagi sistem kemasyarakatan

Mandailing yang disebut Dalian Na Tolu. Ketiga-tiganya terikat secara fungsional,

dalam arti apabila salah satu dari ketiganya tidak berfungsi maka sistem

kemasyarakatan Dalian Na Tolu dengan sendirinya tidak akan berfungsi pula. Oleh

karena itu maka ketiganya, yaitu Mora, Kahanggi dan Anak Boru disebut sebagai

kelompok fungsional dalam sistem kemasyarakatan Dalian Na Tolu.

Page 41:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

24

Disamping ketiga kelompok fungsional tersebut, orang-orang Mandailing

yang satu keturunan mengelompokkan diri mereka dalam marga atau clan. Orang-

orang Mandailing atau semarga disebut markahanggi. Dalam masyarakat Mandailing

terdapat sejumlah marga, antara lain marga Lubis, Nasution, Rangkuti, Daulay,

Pulungan, Matondang dan Batubara.6

Menurut sistem kemasyarakatan Mandailing pada masa dahulu, terdapat tiga

lapisan sosial yaitu lapisan golongan bangsawan yang disebut Namora-mora, lapisan

orang kebanyakan yang disebut alak na bahat dan lapisan atau golongan hamba

sahaya yang disebut hatoban. Lapisan atau golongan namora-mora (kaum

bangsawan) terdiri dari raja-raja dan kerabat dekat mereka yang semarga. Mereka

merupakan keturunan dari tokoh-tokoh pertama tempat-tempat pemukiman atau desa-

desa di Mandailing. Golongan alak na bahat adalah rakyat biasa yang tidak semarga

dengan golongan bangsawan. Sedangkan golongan hatoban terdiri dari orang-orang

yang kalah dan ditawan dalam peperangan, juga hamba sahaya yang sengaja dibeli

karena tidak dapat melunasi hutang mereka. Keturunan mereka juga termasuk dalam

golongan hatoban.

Sebelum masa kemerdekaan masyarakat Mandailing terdiri dari sejumlah

masyarakat huta (desa). Setiap huta yang juga disebut banua yang terdiri dari

beberapa kampung kecil merupakan satu kerajaan kecil yang dipimpin oleh seorang

raja yang menyelenggarakan pemerintahan dalam huta bersama pemimpin-pemimpin

6 Z. Pangaduan Lubis. Asal Usul Marga-Marga Di Mandailing. Penerbit MITRA Medan.

(Medan. 2011.) 15-70

Page 42:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

25

kelompok marga yang menjadi penduduk huta. Raja dan pemimpin-pemimpin

kelompok marga yang menjalankan pemerintahan dalam satu huta atau banua disebut

Na Mora Na Toras (yang dimuliakan yang dituakan). Mereka menyelenggarakan

pemerintahan dalam huta secara demokratis dengan menggunakan musyawarah dan

mufakat sebagai sarana penampungan aspirasi rakyat atau penduduk.

Penduduk satu huta terdiri dari beberapa kelompok marga disebut ripe. Setiap

kelompok marga atau ripe dipimpin oleh seorang kepala ripe. Para kepala ripe yang

terdapat di satu huta disebut Hatobangon. Raja dan Hatobangon disebut Na Mora Na

Toras dan berfungsi sebagai penyelenggara pemerintahan dalam setiap huta.

Pada masa dahulu raja-raja yang mengepalai pemerintahan dalam huta-huta

(desa-desa) di kawasan Mandailing Godang bernama Nasution. Sedangkan raja-raja

yang mengepalai pemerintahan di desa-desa di kawasan Mandailing julu bermarga

Lubis.7 Sesuai dengan azaz pemerintahan yang demokratis raja-raja yang dahulu

mengepalai pemerintahan desa di Mandailing menjalankan kekuasaan mereka

berdasarkan musyawarah dan mufakat dengan kepala-kepala ripe, yaitu para

pemimpin kelompok marga yang terdapat disetiap desa. Dengan kata lain, raja tidak

mempunyai kekuasaan mutlak.

Kegiatan sosial dalam masyarakat Mandailing, seperti misalnya upacara-

upacara adat senantiasa harus dilaksanakan oleh tiga kelompok sosial yang terdiri dari

kelompok Mora, Kahanggi dan Anak Boru. Tidak ada upacara adat yang dapat

7 Ibid., 15-70

Page 43:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

26

dilakukan tanpa kerja sama antara ketiga kelompok sosial tersebut sebagai unsur

mutlak sistem kemasyarakatan Dalian Na Tolu.

Dalam kegiatan bertani sebagai aktifitas kehidupan terpenting dalam

masyarakat Mandailing, terdapat sistem gotong royong tradisional yang disebut

marsialap ari (bergantian hari). Menurut sistem gotong royong ini, pada hari tertentu

sejumlah penduduk suatu desa pergi bersama-sama mengerjakan sawah milik

seseorang diantara mereka. Setelah pekerjaan itu selesai, pada hari yang lain mereka

akan mengerjakan pula bersama-sama sawah kepunyaan seorang yang lain diantara

mereka. Demikianlah mereka lakukan seterusnya sampai semua sawah milik setiap

orang diantara mereka mendapat giliran untuk dikerjakan bersama-sama. Namun

pada masa belakangan ini sistem gotong royong marsialap ari sudah mulai jarang

dilakukan oleh penduduk di daerah pedesaan Mandailing, tapi tidak pada Mandailing

Godang. Merosotnya aktifitas bergotong royong itu kemungkinan disebabkan oleh

pengaruh tata kehidupan baru yang mulai menjurus kearah yang bersifat

individualistis.

Dalam sistem kemasyarakatan Mandailing, sesuai dengan aturan adatnya,

perkawinan dilakukan antara orang-orang yang berlainan marga (exogamy marga).

Perkawinan antara orang-orang semarga merupakan perbuatan yang terlarang

menurut adat. Tetapi pada masa belakangan ini aturan adat yang demikian itu sudah

banyak dilanggar, karena sebahagian anggota masyarakat Mandailing yang menganut

agama Islam lebih cenderung mengikuti aturan agama Islam yang tidak melarang

perkawinan antara orang-orang yang semarga. Selain itu, dalam keadaan yang

Page 44:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

27

sekarang kelihatannya para pemuka adat dalam masyarakat hampir tidak punya

kekuasaan lagi untuk menjatuhkan sangsi terhadap orang-orang yang melakukan

pelanggaran adat perkawinan.8

2.1.3 Sistematika hukum adat Mandailing

2.1.3.1 Landasan idiel (falsafah) adat Mandailing

Setiap kelompok masyarakat mempunyai ketentuan-ketentuan yang harus

diikuti dan dipatuhi oleh warganya untuk mencapai kesejahteraan. Ketentuan-

ketentuan itu selalu didasari oleh falsafah hidup yang merupakan nilai luhur dari

masyarakat itu sendiri. Masyarakat adat mempunyai nilai-nilai luhur yang tinggi dan

kekuatan batin yang dalam. Nilai-nilai luhur dan kekuatan batin ini sudah terpatri dan

sudah merupakan jiwa dari masyarakat sendiri.

Demikian juga halnya dengan masyarakat adat Mandailing mempunyai nilai-

nilai luhur yang didasari atas nilai-nilai yang sudah terpatri dalam hati sanubari tiap

anggotanya yang disebut dengan holong dan domu. Sebutan tubu unte, tubu dohot

durina, tubu jolma, tubu dohot adatna yang berarti manusia sejak dilahirkan sudah

mempunyai nilai-nilai luhur yang melekat dalam dirinya.

Holong dan domu itu tumbuh dari lubuk hati yang dalam dan dengan

pemikiran yang dalam pula. Masyarakat yang didasari holong akan menimbulkan

suatu masyarakat yang marsihaholongan (perasaan kasih saying diantara sesama). Di

8 Aspan Matondang. Hasil wawancara Paronang-onang dari Hulupungkut Kotanopan yang

sudah dikenal dan sering diundang pada acara seremonial adat sampai keluar kota. Wawancara ini dilakukan pada tanggal 23 Juni 2015.

Page 45:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

28

antara orang yang marsihaholongan itu akan timbul hatigoran (kejujuran). Demikian

juga domu akan menimbulkan hadomuan (persatuan). Jika tercipta persatuan tentu

akan mewujudkan hadamean (keamanan).9

1) Holong

Seseorang baru mempunyai arti di dalam suatu masyarakat, apabila ia dapat

menyeimbangkan diri pribadinya dalam masyarakat dan sebaliknya masyarakat dapat

menerima kepribadiannya pada tempat yang seharusnya. Nilai-nilai kesepakatan yang

telah diterima sejak dari nenek moyang yang sesuai dengan diri pribadi dan

masyarakat yang kemudian disebut adat, merupakan tata cara yang harus dilakukan

agar tercapai kehidupan yang damai dan tentram.

Etika dan tata cara hidup bermasyarakat tidak dipelajari disekolah. Agar

diperoleh kehidupan bermasyarakat yang bahagia, hanya dapat dipelajari didalam

lubuk hati yang dalam dan dengan pemikiran yang dalam pula. Berbuat kebaikan

kepada orang lain, menyesuaikan diri dengan orang lain, hanya dapat dilakukan jika

didalam lubuk hati yang dalam telah terpatri rasa cinta kasih terhadap sesamanya.

Cinta kasih tersebutlah yang di dalam masyarakat adat Mandailing disebut dengan

holong.

2) Domu

Rasa satu kesatuan yang merupakan perwujudan dari holong disebut dengan

domu. Holong dohot domu tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena holong

9 H. Pandapotan Nasution, Adat Budaya Mandailing Dalam Tantangan Zaman. Penerbit

FORKALA, (Prov. Sumatera Utara, 2005,) 57-59

Page 46:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

29

menjalahi domu, domu manjalahi holong, yang berarti : holong dapat menimbulkan

domu, sebaliknya agar domu tetap terjaga harus selalu dijiwai oleh holong. Rasa satu

kesatuan ini bukan saja karena diikat oleh rasa kedaerahan (tetitorial) tetapi yang

paling penting adalah rasa adanya pertalian darah (genealogis).

Hubungan pertalian darah dapat dilambangkan sebagai sirih dan perangkatnya

yang walaupun jenisnya berbeda-beda tetapi jika dicampur dan dilumatkan akan

berbeda-beda tetapi jika dicampur dan dilumatkan akan mengeluarkan warna merah

yang dilambangkan sebagai darah. Dengan demikian falsafah holong dohot domu ini

menjadi :

a. Landasan hidup bermasyarakat dan bernegara

b. Jiwa dan kepribadian

c. Pegangan dan pedoman hidup

d. Cita-cita/tujuan yang ingin dicapai

2.1.3.2 Landasan struktural

Pertunjuka dan pegangan hidup yang harus dipatuhi dan dilaksamakan di

dalam hidup bermasyarakat dijabarkan dari holong dohot domu yang disebut dengan

pastak-pastak ni paradaton yang berisi sebagai batasan dan aturan yang berlaku di

dalam masyarakat adat yang secara hierarki terdiri dari (Pandapotan Nasution :

2005:60-74) :

1) Patik

2) Uhum

3) Ugari

Page 47:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

30

4) Hapantunon

1) Patik

Patik adalah aturan dasar dalam melaksanakan hidup dan berkehidupan dalam

bermasyarakat menurut adat. Ia berisi ajaran-ajaran untuk menumbuhkan budi

pekerti, sekaligus merupakan norma-norma sosial yang tidak tertulis yang berfungsi

sebagai pedoman hidup yang harus dipegang teguh baik dalam berbicara, bersikap,

maupun bertidak di tengah pergaulan hidup sehari-hari.

2) Uhum

Uhum adalah peraturan perundang-undangan yang merupakan penjabaran dari

patik tersebut. Uhum merupakan landasan operasional dari patik yang bersifat tatanan

yang praktis. Dalam uhum diatur tentang :

a. Susunan masyarakat yang berlandaskan holong dohot domu

b. 1. Susunan, tugas, kedudukan lembaga dalian na tolu

2. Hak dan kewajiban raja, hak dan kewajiban rakyat

3. Hubungan antara raja dan rakyat secara timbal balik, hubungan antara

rakyat (anggota masyarakat)

c. 1. Hak dan kewajiban pimpinan (raja) kampung

2. Hak dan kewajiban rakyat terhadap kampung

d. 1. Hubungan antara huta raja Panusunan dengan huta lain

2. Hubungan antara anggota masyarakat huta yang satu kepada huta

lainnya.

Page 48:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

31

3) Ugari

Ugari bukanlah kebiasaan-kebiasaan yang muncul begitu saja, melainkan

berdasarkan hasil yang dimusyawarahkan, dengan tetap mempedomani patik dan

uhum sebagai peraturan yang lebih tinggi dan senantiasa dipayungi filosofi holong

dohot domu. Ugari akan selalu timbul seiring dengan dinamika yang berkembang di

dalam masyarakat. Ia berfungsi menjaga dan memelihara adat dalam segala

implementasinya agar tetap hidup, fungsional, luwes, aktual sesuai dengan

perkembangan sosial budaya, ekonomi, pertahanan, keamanan yang selalu

dibutuhkan di dalam masyarakat.

2.1.3.3 Landasan operasional

- Domu ni tahi

Atas landasan struktural tadi lahirlah landasan operasional yang diwujudkan

dalam musyawarah mufakat yang disebut domu ni tahi. Ungkapan mago pahat, mago

uhuran di toru ni jabi-jabi, mago adat tulus aturan anggo dung mardomu tahi.

Berarti kekuasaan tertinggi adalah musyawarah mufakat (mardomu tahi). Itulah

sebabnya hukum adat dinamis, dapat berubah sesuai tuntunan zaman, asal adat kata

sepakat yang didasarkan kepada patik, uhum, ugari dan hapantunon.

Setiap melaksanakan horja yang berhubungan dengan adat diperlukan lebih

dulu kata sepakat. Horja yang tidak dimusyawarahkan, hasilnya tidak akan baik,

karena kaum kerabat merasa tidak ikut bertanggung jawab. Kaum kerabat merasa

tidak diikut sertakan merencanakan horja, merasa tidak dihargai dan tidak diharapkan

untuk turut bertanggung jawab dalam horja. Horja sifatnya luwes. Tidak ada

Page 49:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

32

ketentuan yang tegas tentang berapa dana yang harus disediakan, apa yang harus

disajikan dan berapa hari waktu yang disediakan. Untuk melaksanakan horja dapat

dengan biaya dan tenaga yang maksimal dapat juga minimal. Besar kecilnya horja

tergantung kepada partisipasi seluruh keluarga. Dalam hal ini lah dalian na tolu

berfungsi. Semua anggota keluarga berhak bicara tanpa kecuali. Jika semua kaum

kerabat telah berbicara barulah diambil kata sepakat sebagai hasil musyawarah dan

kata sepakat itulah yang disebut domu ni tahi.

Domu ni tahi ini adalah merupakan modal yang utama dari suatu horja. Bisa

saja suatu horja tadinya direncanakan kecil tapi setelah dimusyawarahkan barulah

menjadi horja besar, karena adanya kesatuan kaum kerabat. Rasa kebersamaan dan

martabat keluarga yang harus dijaga bersama menyebabkan partisipasi kaum kerabat

dengan sendirinya tumbuh. Disinilah timbul salah satu perwujudan holong dohot

domu yang menjadi falsafah dasar dari adat. Ada dua hal bentuk partisipasi kerabat

dalam horja, yaitu :

1) Tumpak yaitu bantuan dana

2) Sabat yaitu bantuan waktu dan tenaga

Tumpak dan sabat ini merupakan tanggung jawab dari semua kaum kerabat

yang tergabung dalam dalian na tolu. Tumpak merupakan bantuan yang bersifat

materi, sedangkan sabat berupa peneydiaan waktu maupun tenaga untuk membantu

penyelenggaraan horja. Diantara anggota keluarga ada yang mempunyai materi yang

cukup, tapi tidak punya waktu dan ada pula yang memiliki waktu dan tenaga, tapi

dalam materi kurang mencukupi. Semuanya harus dipadu dalam musyawarah,

Page 50:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

33

sehingga terwujud salaklak sasingkoru, sasanggar saria-ria, saanak saboru,

nadenggan marsada ina, sapanyanggar sadabuan, satataring sabungkulan,

sadalanan sauduran, martahi marsipaihutan.

Demikian pula dalam upacara kematian, seluruh kaum kerabat membawa

beras untuk dimakan bersama sampai selesai upacara penguburan dan lainnya disebut

padomu hudon (menyatukan periuk), padomu kobun (hasil kebun siapapun boleh

diambil untuk keperluan horja). Yang berarti setiap orang merupakan bagian dari

suatu keluarga besar yang senasib sepenanggungan, berat sama dipikul, ringan sama

dijinjing dan harus seia sekata.

Itulah sebabnya semua anggota keluarga harus diberi kesempatan untuk

memberikan pendapatnya, karena semua anggota keluarga mempunyai kedudukan

hak dan tanggung jawab yang sama didalam menentukan berhasil tidaknya suatu

pekerjaan. Sebagai contoh upacara mengawinkan anak yang disebut dengan horja

siriaon. Sebelum horja ini dimulai suhut harus mengajak sanak keluarga, kaum

kerabat untuk bermusyawarah. Ada lima tingkatan permusyawaratan atau pokat yang

harus dilalui, yaitu :

1) Tahi ulu ni tot (pokat ulu ni tot) musyawarah antara suami dan istri dalam

rumah tangga.

2) Tahi sabagas (pokat sabagas = parsidudan), yaitu musyawarah antara

satu keturunan (satu nenek) berikut anak boru dan moranya (mora sebagai

penasehat) yang terdekat.

3) Tahi saripe, yaitu musyawarah dalam suatu ripe (bagian dari kampung).

Page 51:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

34

4) Tahi sahuta (pokat sahuta) yaitu musyawarah antara kahanggi, anak boru,

pisang raut, mora, namora natoras dan raja pamusuk dalam satu

kampung.

5) Tahi godang (pokat godang) atau pokat pantar bolak paradaton, yang

dihadiri oleh semua yang disebut pada poin empat ditambah dengan raja-

raja torbing balok, raja-raja tingon desa na walu dan raja panusunan.

Karena itu domu ni tahi (mufakat) merupakan pokok pangkal dari adat. Horja

yang tidak dimusyawarahkan bukanlah upacara adat. Demikian juga peraturan-

peraturan adat yang sudah baku dapat berubah, asalkan melalui musyawarah dengan

tetap mengacu kepada patik-patik ni paradaton. Dari situlah timbul ungkapan :

Mago pahat mago uhuran

Ditoru ni jabi-jabi

Mago adat tulus aturan

Anggo dung mardomu tahi

Dengan demikian semua masalah dapat diselesaikan dengan domu ni tahi

(mufakat) yang berat menjadi ringan, susah menjadi mudah dan yang rumit menjadi

sederhana.

2.1.4 Bahasa

Bahasa Mandailing sampai sekarang masih dipakai di daerah Mandailing dan

di daerah-daaerah lain di perantauan dalam pelaksanaan komunikasi di antara sesama

etnik Mandailing. Bahasa Mandailing mempunyai logat dan aksen (irama) yang

Page 52:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

35

lemah lembut dan dibawakan dengan suara halus. Sesuai dengan pemakaiannya

bahasa Mandailing terdiri dari :

a. Bahasa adat (bahasa pada waktu upacara adat)

b. Bahasa andung (bahasa waktu bersedih)

c. Bahasa parkapur (bahasa waktu di hutan)

d. Bahasa na biaso (bahasa sehari-hari)

e. Bahasa bura (bahasa waktu marah/kasar)10

Tabel : 2.1.4 (1) Bahasa sastra Mandailing

Contoh :

Kata Bahasa Adat Bahasa Andung

Bahasa Parkapur

Bahasa Na Biaso

Bahasa Bura

Sirih Napuran Simanggurak Siroan Burangir --

Harimau Belemun -- Ompu i Babiat Simorjut

Makan Marpanyogon -- -- Mangan Mandursik

Perut -- Siubeon -- Boltok Rojan

Sayang bahasa ini tidak begitu dikenal lagi dan didalami, terutama oleh

generasi penerus. Sedangkan menurut Mangaraja Gunung Sorik Marapi bahasa

Mandailing dibagi atas 5 macam, yaitu :

10 H. Pandapotan Nasution, op, cit., 14-16

Page 53:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

36

a. Hata somal i ma na niparkasajahon ari-ari Istilah dan kosakata yang dipergunakan sehari-hari.

b. Hata andoeng di hatiha siloeloeton Istilah dan kosakata dalam peristiwa duka.

c. Hata teas dohot djampolak di hatiha parbadaan Istilah dan kosakata dalam perkelahian.

d. Hata sibaso di hatiha hadatoean Istilah dan kosakata dalam upacara spiritual (kedukunan)

e. Hata parkapoer hatiha di harangan Istilah dan kosakata sewaktu berada dikawasan hutan.

Singkatnya, ada bahasa biasa, bahasa bersedih, bahasa marah, bahasa datu

(spiritual) dan bahasa di hutan.

Sementara masyarakat Mandailing asli yang sudah menetap di luar daerah

Mandailing seperti di daerah Tapanuli Selatan, akan mengalami perbedaan logat

maupun pengucapannya. Dikarenakan menurut cerita orangtua, penduduk Batak

Angkola berasal dari Batak Toba (Tapanuli Utara) dimana Tapanuli Utara adalah

bertetangga dengan Tapanuli Selatan.11

Tabel : 2.1.4 (2)

Bahasa Mandailing dalam pengucapan di Tapanuli Selatan

Contoh :

Bahasa Mandailing Asli

Bahasa Mandailing Pada Penduduk Di Luar Daerah

Mandailing

Arti

11 S.R.H. Sitanggang, op.cit, 4-5

Page 54:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

37

Si Angkangan Si Akkaan Kakak an/Abang an

Inanta Inatta Wanita yang dihormati

Roangku Roakku Perasaanku

Dari uraian di atas dapat diketahui sejauh mana wilayah pemakaian bahasa,

gaya bahasa, dan variasi tingkatan bahasa yang terdapat pada masyarakat Mandailing

di Mandailing Natal. Begitu juga halnya dengan jumlah persentasi pemakaian bahasa

tersebut, bahwa jumlah terbesar penduduk yang menggunakan bahasa Mandailing

sebagai bahasa komunikasi sehari-hari ialah pada masyarakat Mandailing yang

berada di wilayah Mandailing Natal. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sedikit

banyaknya keberlangsungan dan pemeliharaan budaya Mandailing di daerah

Mandailing Natal ini lebih terpelihara jika dibandingkan dengan wilayah Mandailing

lainnya.

2.1.5 Seni musik

Secara umum, seni musik yang terdapat pada masyarakat Mandailing dapat

digolongkan ke dalam dua bagian besar, yaitu musik vokal (ende) dan musik

instrument (gondang).12

2.1.5.1 Seni musik vokal (ende)

Sebenarnya sejak lahir manusia itu didalam masyarakat Tapanuli dan

Mandailing telah diperkenalkan seni suara walaupun seni itu belum mendapatkan

12 Ch. Sutan Tinggi Barani Perkasa Alam. Seni Budaya Tradisional Daerah Tapanuli Selatan.

Padangsidimpuan. 1981

Page 55:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

38

tanggapan yang spontan dari bayi itu sendiri sebagaimana tanggapan seorang yang

sudah berakal. Sadar atau tidak sadar, seni ini telah mulai diperkenalkan karena

didorong rasa cinta kasih sayang, yang menggembirakan hati, yakni juga merupakan

seni dalam mengasuh anak. Dalam bidang seni suara yang dalam bahasa daerahnya

disebut Ende atau Marende, kita dapat mengenal beberapa macam nama-nama ende

antara lain :

a. Ende marbue/marorot

Dalam mengasuh anak (marorot), selalu bernyanyi untuk menidurkan atau

meredamkan tangisan si anak yang sedang diasuh. Skurang-kurangnya

menyenangkan hati si anak yang diasuh itu. Pengasuh yang bernyanyi itu, disebut

mangurdo-urdohon.

b. Ende onang-onang

Onang-onang ini diorbitkan seseorang dengan suara dan gaya yang bebas

diluar perkampungan, dan dengan suara yang agak tinggi. Bila secara terpimpin dan

teratur, dalam waktu-waktu tertentu boleh dikumandangkan dalam rumah atau dalam

kampung. Seperti dalam upacara mahorja, marbodong. Yaitu pada pesta upacara

adat. Orang yang melakukan onang-onang disebut dengan tukang onang-onang atau

panggora (paronang-onang). Namun disaat zaman Mandailing dahulu, onang-onang

ada juga yang menyebutkan istilahnya adalah jeir.

Page 56:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

39

Sebelum masuknya Belanda, Mandailing adalah wilayah yang sangat luas

sehingga banyak ragam bahasa yang digunakan di Mandailing. Onang-onang yang

disebut milik Sipirok dan Angkola, sementara Jeir adalah milik Mandailing ialah

presepsi yang salah. Onang-onang juga adalah milik masyarakat Mandailing. Karena

Bangsa Mandailing (1922) ialah terdiri dari sebelah timur (sungai siak), sebelah utara

(asahan), sebelah selatan (sipitang/lubuk sikaping) dan sebelah barat (pantai barat).

c. Ende campong

Disiang hari anak-anak sambil mengasuh adik-adik mereka, begitu juga

pemuda atau orang-orang tua yang kebetulan tidak ke sawah atau kerja yang sedang

beristirahat sering berkumpul di sopo godang yang membuat kerja sambilan seperti

mengasuh anak, menganyam rambang ikan (jala) sembari mereka bersenda gurau,

anak-anak bernyanyi sambil belajar.

d. Ende ungut-ungut

Nyanyian ini boleh diorbitkan seseorang dimana saja, asal tidak di tempat

peribadatan. Biasanya ini mengandung sesuatu kisah yang disusun dalam syair atau

pantun. Mengorbitkannya dengan suara yang rendah (halus). Tidak seperti ende

sitogol dan onang-onang dengan suara yang tinggi. Para penggemar lagu ini sering

mempergunakan diwaktu-waktu senggang atau mangaso juga sebagai pelipur lara

diwaktu susah. Karena yang dibaca dan disenandungkan adalah kisah yang kadang-

Page 57:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

40

kadang isinya adalah kisah seseorang yang hidupnya lebih sengsara atau lebih sedih,

yang melebihi dari hidup yang dialami pembaca ungut-ungut.

e. Qasidah

Qasidah yang mula-mula dibawakan oleh santri, kemudian berkembang pada

masyarakat. Alunan suaranya disebut irama padang pasir. Utamanya dalam bahasa

Arab. Kemudian diolah menjadi bahasa daerah atau bahasa Indonesia.

f. Bersanji dan dzikir

Bersanji diambil dari satu kitab yang disebut berzanzi yang dibaca dan

dilagukan. Ini juga bernapaskan tentang agama. Sedangkan Dzikir merupakan bacaan

yang diambil dari kitab berzanzi juga diikuti oleh gendang yang disebut Rebana.

Biasanya dimainkan dan dinyanyikan bebrapa orang dengan bergantian.

g. Lagu-lagu orkes

Nyanyian ini ada yang berbahasa daerah, nasional dan bahasa asing. Diikuti

instrument modern seperti organ, dan lain-lain.

2.1.5.2 Musik instrument (gondang)

Susai dengan keadaan alam, masa dan kehidupan, arena seni dalam hati

sanubari, juga mempunyai perkembangan dan perobahan-perobahan yang sangat

mempengaruhi pula oleh situasi yang sedang terjadi pada alam sekelilingnya.

Demikian nenek moyang kita pada masa dahulu.

Page 58:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

41

Masa atau musim, situasi dan keadaan juga merupakan sumber gerak

timbulnya perasaan seni. Dengan demikian timbullah alat-alat seni yang bercorak

ragam bentuk, macam, irama dan suara serta penggunaannya. Mulai dari alat yang

paling sederhana.

a. Tung-tung

Para petani yang merambah membuka ladang, atau sawah, dikarenakan sunyi

menghadapi hutan belukar atau rimba dan antara lahan seseorang dengan yang lain

sangat berjauhan. Untuk meramaikan perasaan dan memberikan semangat, petani

membuat alat gendang sederhana dari kayu atau bambu yang disebut “kentong”.

Dalam bahasa daerahnya disebut “tung-tung”. Kentong ini sangat mengandung arti

bagi petani apalagi diareal yang sangat luas. Bila petani datang untuk bekerja, mula-

mula petani akan memukul-mukul kentong yang bergantungan di dangaunya. Bila

kentong itu berbunyi dipagi hari ibarat memberi tanda bahwa petani sudah berada

disawah atau ladang pada saat itu. Dengan sendirinya bagi orang-orang yang berada

diladang mereka akan senantiasa menyahutnya dengan membunyikan balik suara

kentong milik mereka. Biasanya kentong ini saling sahut menyahut dari lokasi yang

berbeda-beda dan juga menjadi pertanda bagi mereka sama-sama lagi bekerja

diladang.

b. Hotuk

Apabila petani sudah selesai menanam, baik diladang maupun disawah

tentunya tanaman itu harus dijaga dari hama tanaman maupun dari hewan yang

merusak tanaman mereka. Hotuk diciptakan sebagai sarana untuk mengusir hama

Page 59:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

42

ataupun hewan yang berkeliaran disekitar ladang/sawah. Tidak itu pula, hotuk juga

sebagai sarana hiburan bagi petani yang menginap disawah saat ladang/sawah mereka

akan melangsungkan panen. Biasanya juga hotuk ini sama halnya dengan kentong

yang akan menimbulkan suara saling sahut menyahut antara petani yang lain.

c. Nung-neng

Nung-neng atau gendang bambu bila panen tiba, pada masa dulu orang sering

mengadakan pesta upacara adat. Ada yang mengadakan pesta perkawinan, memasuki

rumah baru, membesarkan kelahiran anak. Pada acara upacara adat, tentunya muda-

mudi akan melangsungkan tor-tor saat acara berlangsung. Dalam melatih muda-mudi

ini menortor tidak selalu menggunakan gondang dan gong dikarenakan banyaknya

formasi yang harus dilakukan. Untuk ganti instrument ini dapat diganti dengan Nung-

Neng yang dapat memainkan segala bentuk suara dan peran gondang dan gong serta

lainnya. Nung-Neng ini cukup satu orang memainkannya. Bahannya dibuat dari

seruas bambu yang bahagian bawahnya dikopek dan bahagian atas kulitnya dicongkel

tiga jalur yang merupakan tali gitar.

d. Suling atau sordam

Di alam terbuka, di bukit-bukit tandus, dipadang rumput diikuti hembusan

angin dengan diiringi panasnya matahari, membuat kita mencari pepohonan atau

tumpuan rumput-rumput yang dapat kita pergunakan untuk bernaung dan berlindung

dari panas matahari. Seperti seorang pengembala ditengah padang rumput yang

disebut “bayo parmahan”. Alam membuat perasaan mengenang dan menghayal rindu

dan kasih, seakan-akan ingin berkirim salam di angin lalu. Maka timbulnya siulan

Page 60:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

43

dan siut yang dipermainkan lidah dan mulut beserta dua jari tangan kemudian dengan

mempergunakan alat tiup yang diperbuat dari bambu yang disebut “suling atau

sordam”.

e. Tulila atau uyup-uyup

Diperbuat dari sepotong bambu kecil kurang lebih sebesar anak batu tulis atau

lebih kecil dari pensil biasa. Suaranya nyaring mendenging, tetapi halus dan kecil

seperti suara nyamuk. Indah berkesan karena dapat menggambarkan suasana

kesunyian ditengah malam. Membuat hati lebih terharu memadu cinta asmara

ditengah malam menjelang subuh. Inilah dipergunakan anak muda bersambut kasih

diwaktu malam, dengan suara yang berbisik-bisik, sayup-sayup terdengar yang

disebut “markusip”. Tulila adalah sebagai alat penghibur yang menyeling-nyelingi

perkataan. Bebas tetapi tertutur, dekat tetapi berantara, walaupun dengan hanya

perantara dinding.

f. Gondang saraban

Bila kita tinjau alat budaya baik seni tari dan seni musik, begitu juga bentuk

rumah-rumah adat, seluruh adat suku batak hampirlah sama. Atau sekurang-

kurangnya mempunyai dasar yang sama. Baik suku Batak Angkola, Padang Lawas,

Mandailing, Toba, Simalungun, Karo, Dairi, Pak-pak dan sebagainya. Hal ini dapat

diperhatikan pada pertunjukan-pertunjukan masing-masing daerah, contohnya di

acara Medan Fair (PRSU). Hanya saja alat-alat yang dipergunakan terkadang ada

yang berbeda. Didaerah Tapanuli Selatan dalam satu perangkat sering kita temui :

Page 61:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

44

1. Dua buah Gondang Topap, yang satu besar dan yang satunya lagi

tidak terlalu kecil. Gendang ini terbuat dari kayu yang dikorek dan

ditutup kedua lobangnya dengan kulit kambing.

2. Dua buah Gong (Ogung), yang satu besar dan yang satu tidak terlalu

besar. Ogung ini tebuat dari campuran besi dengan kuningan atau

perunggu.

3. Satu buah Gong besar yang disebut Ogung Manunggal Sitingguang

Dilangit. Dipakai dalam acara Horja Siriaon (pesat suka cita).

Suaranya mendengung bulat dan besar meninggi.

4. Satu Mong-mongan, sebuah gong yang kecil.

5. Sepasang tali Sayat (Sasayat)

6. Sebuah Doal kecil (sebentuk gong kecil).

7. Sebuah Talempong (selempong) yang diatasnya disusun enam doal.

Sekarang sudah agak jarang dipakai talempong dan doalnya juga

cukup dua atau tiga buah saja diletakkan telungkup, dan dipukul satu

persatu bergiliran. Daerah yang masih memelihara dengan baik

talempong ini terdapat didaerah Sosa.

8. Gordang, pemakaian gordang lebih popular di Mandailing. banyaknya

terdiri dari Sembilan, tujuh dan ada yang lima. Berbeda dengan di

Angkola dan Padang Lawas, Gordang ini dulu hanya dipakai dalam

upacara kematian (siluliton). Suaranya geram dan hiruk-pikuk

menandakan ada bahaya yang disebut “Tabu Sitaroktok Di Tano”.

Page 62:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

45

9. Tawak-tawak, alat ini juga seperti gong. Namun lebih tipis

pinggirannya dan suaranya lebih menyebar. Dipergunakan dalam

waktu upacara kematian, dibunyikan tiada hentinya sebelum yang

meninggal dikuburkan. Suaranya tersebar sampai kemana-mana

hingga desa-desa yang disebelah pun kedengaran dan berdatangan.

10. Kecapi atau Hasapi. Bentuknya seperti keroncong tetapi lebih kecil

dan talinya dua buah diperbuat dari ijuk dan dimainkan dengan cara

dipetik.

11. Singkadu. Diperbuat dari bambu serupa dengan seruling. Banyak

dipakai di Natal/Batang Natal. Biasanya untuk perlengkapan alat

kesenian Natal.

12. Rebana. Dengan datangnya agama Islam, maka juga ada pengaruh

perkembangannya terhadap kesenian. Dengan lagu dzikir yang disertai

rebana sebagai alat gondangnya, sudah menjadi kecintaan masyarakat

pula. Baik orang-orang tua maupun yang muda-mudi.

2.2 Upacara Adat dalam Masyarakat Mandailing

2.2.1 Jenis upacara adat

Ada satu pihak upacara adat dalam masyarakat Mandailing erat hubungannya

dengan upacara selingkaran hidup (life cycle ceremonies). Upacara adat yang

demikian itu diselenggarakan sejalan dengan siklus kehidupan manusia yang dimulai

dari masa bayi dalam kandungan, disusul dengan berbagai upacara setelah bayi lahir

sampai ia menjadi dewasa, menikah dan diakhiri dengan upacara kematian.

Page 63:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

46

Lain dari upacara adat yang berkaitan dengan siklus kehidupan manusia,

masyarakat Mandailing pada masa yang lalu menyelenggarakan pula berbagai

upacara adat yang berkenaan dengan berabagai aktifitas kehidupan dan peristiwa-

peristiwa penting. Misalnya upacara adat menjelang dan setelah panen padi, upacara

memasuki rumah baru, upacara adat menerima tamu terhormat, dan lainnya.

Semua upacara adat yang terdapat dalam kehidupan masyarakat Mandailing

dibagi menjadi dua jenis. Masing-masing ialah upacara adat siriaon, yaitu upacara

adat yang mengandung suka cita dan upacara adat siluluton, yaitu upacara adat yang

berkenaan dengan hal-hal yang mengandung duka, seperti misalnya upacara adat

kematian.

Menurut Ch. Sutan Tinggi Barani Perkasa Alam (1989), pada adat upacara

masyarakat Mandailing mengatakan :

“masyarakat Mandailing terdapat pula penggolongan upacara adat yang didasarkan kepada besar kecilnya upacara adat yang diselenggarakan. Apabila suatu upacara adat disembelih kerbau, dan upacara adat tersebut dihadiri oleh Raja dan Na Mora Na Toras dari berbagai desa atau huta yang menjadi tetangga dari huta tempat diselenggarakannya upacara adat tersebut, maka upacara adat tersebut digolongkan sebagai upacara adat na godang (upacara adat yang besar). Tetapi apabila untuk suatu upacara adat yang disembelih hanya kambing atau ayam dan tidak dihadiri oleh Raja-Raja dan Na Mora Na Toras dari huta tetangga, maka upacara adat tersebut digolongkan sebagai upacara adat na menek (upacara adat kecil)”.

Setiap penyelenggaraan upacara adat biasanya didahului dengan mengadakan

musyawarah anatara anggota kerabat dengan unsur-unsur Dalian Na Tolu dalam

lingkungan keluarga yang akan menyelenggarakan upacara tersebut diberitahukan

Page 64:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

47

kepada Na Mora Na Toras sebagai penguasa adat setempat. Apabila Na Mora Na

Toras telah menyetujuinya barulah upacara adat tersebut dapat diselenggarakan.13

Penyelenggaraan suatu upacara adat dilakukan secara gotong royong oleh

unsur-unsur Dalian Na Tolu baik dalam penyediaan biaya maupun dalam aktifitas

penyelenggaraannya. Dalam penyelenggaraan upacara adat besar, biasanya seluruh

penduduk huta tempat upacara tersebut diselenggarakan ikut terlibat untuk membantu

pelaksanaannya.

2.2.1.1 Upacara siriaon (suka cita)

Dalam setiap daerah bermasyarakat pastinya setiap daerah memiliki jenis-

jenis upacara adat, baik upacara adat suka cita maupun duka cita. Di Mandailing

sendiri juga memiliki upacara adat yang jenisnya suka cita. Antara lain :

a. Upacara pemberian marga,

b. Upacara mangupa,

c. Upacara perkawinan,

d. Upacara partubu ni pinompar (kelahiran anak), dan

e. Upacara pajongjong bagas (mendirikan rumah baru).

2.2.1.1.1 Upacara pemberian marga

a. Peranan dan fungsi marga di dalam masyarakat adat

13 Ch. Sutan Tinggi Barani Perkasa Alam. Pelajaran Adat Tapanuli Selatan Pebagas Boru.

Padangsdimpuan. 78-80.

Page 65:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

48

Marga di dalam masyarakat Mandailing mempunyai peranan penting dalam

menentukan kedudukan seseorang yang didalam pelaksanaan berkehidupan,

berkeluarga dan bermasyarakat yang merupakan tata aturan dari Dalian Na Tolu.

Fungsi dari marga ini sendiri adalah untuk mengetahui siapa saja yang berkedudukan

sebagai suhut atau kahanggi, mora dan anak boru yang dipilah pilih sesuai dengan

marganya masing-masing.14

b. Alasan pemberian marga

Marga lahir pada saat suatu keluarga membentuk suatu kelompok atau

membentuk suatu kampung. Dengan lahirnya marga ini, maka setiap turunannya akan

tetap memakai marga yang sama. Dengan kata lain marga ayahnya akan diturunkan

kepada anaknya. Jika anaknya perempuan, meskipun tetap memakai marga ayahnya

namun setelah kawin dan memperoleh anak, maka anak yang dilahirkan tidak akan

mengikuti marga ibunya, tetapi marga ayahnya.

Namun demikian sesuai dengan perkembangan zaman masih terdapat

pemberian marga yang bukan didasarkan atas keturunan, walaupun sangat selektif

sekali dan harus diberikan melalui suatu musyawarah adat dengan berbagai

pertimbangan. Pemberian marga seperti itu antara lain karena pengabdian, karena

perkawinan, dan ada juga untuk penghormatan kepada seseorang.

c. Pelaksanaan pemberian marga

14 H. Pandapotan Nasution, op.Cit, 214-221

Page 66:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

49

1) Tata cara dan syarat-syarat pemberian marga

Pemberian marga yang berasal dari garis keturunan sudah pasti tidak memiliki

syarat untuk memperoleh marga. Akan tetapi pemberian marga yang bukan karena

keturunan haruslah memenuhi persyaratan tertentu, antara lain:

Setiap pemberian marga haruslah didasarkan pada musyawarah adat

dalam suatu kerapatan adat, yang dilaksanakan pemangku adat (raja adat).

Besar kecilnya acara, jumlah peserta musyawarah, siapa yang memimpin,

apa lahanannya/landasannya, bergantung kepada status dan kedudukan

yang diberikan marga.

Harus ada tanda sebagai tanda perkerabatan, misalnya ulos untuk

manggobak tondi dohot badan.

Dalam acara pemberian marga yang diberikan sebagai penghormatan,

tanda yang diberikan di samping ulos ni tondi, pakaian adat, diberikan

juga keris. Keris ini adalah keris kembar. Satu tinggal pada yang

memberikan marga, satu tinggal pada yang menerima marga.

Marga yang diberikan atas pengabdian yang tulus, baik atas permohonan

sendiri maupun atas kehendak raja karena sudah menyatu dengan

masyarakat kampung dan tinggal di kampung itu, pemberi marga biasanya

memberikan tapak perumahan dan tanah persawahan.

Ingot-ingot berupa uang dari logam agar tahan lama, sebagai tanda ingat

akan peristiwa yang terjadi dan ikut sebagai saksi pada peristiwa itu.

Page 67:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

50

2) Unsur-unsur yang diperlukan pada musyawarah adat (kerapatan adat)

sebagaimana halnya dalam setiap pelaksanaan acara adat (Kerapatan Adat),

maka semua unsur (anggota) masyarakat adat harus lengkap yang terdiri dari :

Suhut dan Kahanggi

Anak Boru

Mora

Namora Na Toras

Raja di Huta (Raja Pamusuk)

Harajaon Torbing Balok

Raja Panusunan

2.2.1.1.2 Upacara mangupa

a. Pengertian

a. Mangupa adalah suatu upacara adat dengan menyampaikan pesan-pesan

dan petunjuk kepada orang yang diupa.

b. Pangupa adalah alat atau sarana yang dibaca pada waktu upacara

mangupa. Dengan perkataan lain, pangupa adalah buku bacaan yang

berisi petunjuk dan pesan agar selamat dalam menempuh kehidupan.15

b. Tujuan

15 H. Pandapotan Nasution, SH, op.Cit, 172-173

Page 68:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

51

Tujuan dari mangupa adalah memperkuat tondi atau mengembalikan tondi ke

dalam tubuh agar yang diupa tegar dalam menghadapi tantangan ataupun dapat hidup

normal kembali seperti biasa apabila tondinya telah hilang. Dengan kata lain, tujuan

dari mangupa adalah memulihkan semngat yang tadinya seakan-akan melayang atau

menguatkan kembali semangat yang tadinya mengalami kegoncangan.

c. Sasaran

Sasaran dari pangupa adalah tondi.

Perkataan tondi tidak dapat dipisahkan dari perkataan pangupa. Tondi adalah

tenaga spiritual yang memelihara ketegaran jasmani dan rohani agar serasi,

selaras dan seimbang dalam kehidupan seseorang dalam bermasyarakat.

2.2.1.1.3 Upacara perkawinan

a. Acara di rumah boru na ni oli

Dalam upacara adat perkawinan Mandailing, terdapat pembagian tata cara

pelaksanaan perkawinan yang dimulai dari acara di rumah Boru Na Ni Oli (pengantin

wanita). Adapaun tata cara pelaksanaan adat perkawinan Mandailing ialah sebagai

berikut :

1. Manyapai boru

Bertemunya seorang laki-laki dan perempuan yang saling mengenal dan

saling menyukai, diharapkan hubungan ini dilanjutkan ke jenjang perkawinan. Untuk

melanjutkan niat baik ini harus dilakukan mengikuti tata cara yang telah di adatkan,

salah satunya adalah manyapai boru (melamar/meminang). Hubungan ini nantinya

Page 69:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

52

harus dipertahankan sebaik-baiknya. Dengan ikatan kekeluargaan ini bukan saja

meninmbulkan 2 (dua) hubungan antara pihak laki-laki dan perempuan, namun lebih

luas lagi yaitu hubungan kekeluargaan yang bersifat Dalian Na Tolu (kahanggi, anak

boru dan mora).

2. Mangaririt boru

Dalam acara mangaririt boru ini pihak orang tua laki-laki menjelaskan

terlebih dahulu bahwa anaknya (laki-laki) telah saling mengenal dengan anak

perempuan mereka. Pada waktu dulu, dapat terjadi si calon pengantin tidak saling

mengenal namun orang tua dari si calon saling mengenal ataupun sebaliknya. Apabila

calon pengantin tidak saling mengenal disebut perkawinan yang dijodohkan.

Mangaririt boru biasanya dilakukan oleh orang tua si laki-laki secara

langsung, ada kalanya dengan membawa kahanggi dan anak boru. Biasanya orang

tua si perempuan tidak langsung mengiakan keinginan pihak laki-laki. Orang tua

perempuan akan memberikan waktu untuk menanyakan kepada anak perempuan

mereka apakah menerima pinangan dari pihak laki-laki.

3. Padamos hata

Jika pada waktu mangaririt boru tidak ada hal-hal yang menghalangi untuk

melanjutkan pembicaraan kepada tujuan semula, maka pembicaraan akan sampai

pada tahap padamos hata. Pihak keluarga laki-laki akan datang kembali kerumah

keluarga perempuan untuk meminang. Dalam hal meminang ini akan dibicarakan

sekaligus tentang :

a. Hari yang tepat untuk datang meminang secara resmi (patobang hata).

Page 70:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

53

b. Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi pada waktu pinangan nanti, yaitu

:

- Apa saja yang perlu disiapkan

- Berapa mas kawin dan dalam bentuk apa

- Berapa tuhor (uang jujur)

- Perlengkapan-perlengkapan lainnya.

4. Patobang hata

Dalam acara patobang hata ini pihak keluarga laki-laki akan menyampaikan

hasratnya dengan kata-kata yang benar-benar menunjukkan kesungguhan dan

keinginan, biasanya disampaikan dengan perumpamaan :

- Mangido lopok ni tobu sisuanon, baen suanon di tano rura buana name,

anso adong tambus ni namboru na anso martumbur on lopus tu pudi ni

ari. (ditujukan kepada si gadis).

- Mangido ondor na mangolu parsiraiasan. (ditujukan kepada keluarga si

gadis/mora)

- Mangido titian batu na so ra buruk. (ditujukan untuk menjalin hubungan

secara terus-menerus).

b. Manulak sere (seserahan)

Dalam proses manulak sere, pihak kelurga laki-laki membawa batang boban16

yang telah disepakati sebelumnya dirumah keluarga perempuan. Pada waktu manulak

16 Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi pada waktu pinangan yang telah disepakati

saat padamos hata.

Page 71:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

54

sere, di rumah keluarga perempuan sudah siap menunggu kedatangan rombongan

anak boru yang akan manulak sere.

c. Mangalehen mangan pamunan

Didalam adat perkawinan Mandailing, anak perempuan yang akan melangkah

ke jenjang perkawinan berarti akan meninggalkan keluarganya dan beralih kepada

keluarga calon suami. Oleh sebab itu sebelum calon pengantin perempuan tersebut

diberangkatkan, maka orang tuanya beserta sanak famili akan berkumpul untuk

memberi makan anaknya yang disebut mangan pamunan (makan perpisahan).

d. Acara pernikahan

Nikah secara islam yang dilaksanakan menurut hukum fiqih adalah

merupakan bagian yang sangat menentukan dari keseluruhan acara perkawinan adat.

Nikah juga merupakan hal yang sangat penting baik bagi yang bersangkutan maupun

suami isteri, maupun bagi masyarakat pada umumnya, ialah merupakan penentuan

mulai saat manakah dapat dan harus dikatakan, bahwa ada sesuatu perkawinan selaku

suatu kejadian hukum dengan segala akibat-akibat hukumnya. (Soekanto, dalam

Sarjono Soekanto, 1985: 105).

1. Horja pabuat boru

a) Pasahat mara

Pada acara pasahat mara, bayo pangoli dan boru na ni oli ikut duduk di

pantar bolak. Mereka berdua diberi nasehat. Semua barang bawaan sudah diletakkan

ditengah pangkobaran. Yang diartikan sebagai pasahat mara (artinya menyerahkan

keselamatan) boru na ni oli serta barang bawaannya kepada bayo pangoli dan

Page 72:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

55

keluarganya (merupakan tanggung jawab penuh). Pada acara pasahat mara ini

keluarga boru na ni oli harus menjelaskan kepada keluarga bayo pangoli, bahwa boru

ini tidak boleh disia-siakan. Bagi keluarganya anak ini merupakan anak mata (punya

nilai tinggi).

b) Barang bawaan boru na ni oli

Pada waktu pasahat mara barang bawaan boru na ni oli sebagaimana disebut

di atas ditaruh di tengah pantar paradaton agar dapat disaksikan semua yang hadir.

Barang bawaan tersebut terdiri dari :

- Tikar adat (amak lampisan/amak sampistuk)

- Kain adat

- Barang boru (bulang)

- Batal yang digulung/dibungkus dengan tikar lengkap dengan sarung

bantalnya

- Tempat tidur pengantin beserta perlengkapannya tilam, bantal dan alas

tempat tidur

- Piring, mangkuk dan perlengkapan dapur lainnya

- Pakaian boru na ni oli

- Beras dan telut beserta sonduk (sendok nasi yang terbuat dari tepurung

kelapa)

- Haronduk dan garigit (karung kecil yang dianyam disebut haronduk dan

garigit adalah terbuat dari bambo untuk penampungan air disungai)

- Silua (nasi serta lauk pauk ditambah dengan itak poul).

Page 73:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

56

2. Horja haroan boru

a) Marpokat haroan boru

Jika dari pihak boru na ni oli acaranya disebut pabuat boru, maka dirumah

keluarga bayo pangoli disebut dengan haroan boru. Pada saat yang telah

direncanakan niat untuk patobang anak (mengawinkan anak laki-laki), maka sebelum

acara hari yang ditetapkan untuk mengadakan horja godang (pesta adat) tersebut,

pihak keluarga laki-laki (suhut) mengundang sanak family (keluarga dekat) untuk

marpokat (mufakat). Biasanya didahului dengan marpokat sabagas kemudian

marpokat saripe baru kemudian dilanjutkan marpokat sahuta.

Dalam mufakat inilah diperinci siapa yang ikut rombongan mangalap boru,

siapa yang menerima, siapa yang bertanggung jawab terhadap urusan konsumsi,

kesenian, undangan dan lain-lain yang menyangkut pelaksanaan horja. Sesuai dengan

prinsip dalian na tolu kalau ada horja, semua harus dilibatkan baik dari sudut dana

maupun tenaga.

b) Mangalo-alo boru dan manjagit boru

Setelah bayo pangoli dan boru na ni oli sampai di kampung bayo pangoli di

Mandailing Godang, mereka disambut dengan suatu acara yang disebut mangalo-alo

penganten yang datang biasanya jika datang dari jauh (naik kendaraan) tidak

langsung diturunkan di depan rumah, tetapi harus diarak kira-kira 500 meter sebelum

sampai ke rumah. Yang disambut dengan prosesi penyambutan secara adat yang

terdiri dari gendang, pencak silat, payung kuning tombak, pedang serta barisan

keluarga pengantin laki-laki sampai ke depan pintu. Namun hal ini sekarang tidaklah

Page 74:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

57

sama persis pada zaman dahulu. Apabila acara manjagit boru, itu hanya disambut

oleh keluarga pihak laki-laki (bayo pangoli).

Di depan pintu rumah telah menunggu kedua orang tuanya, uda dan

inangudanya menerima pengantin laki-laki dan perempuan. Ayah dan udanya

manogu (memegang) bayo pangoli sedangkan ibu dan inangudanya manogu boru na

ni oli dan membawanya untuk didudukkan di atas amak lampisan. Setelah semua

rombongan penjemput dan pengantar duduk dimulailah acara penyerahan boru

kepada keluarga bayo pangoli dan namora natoras.

c) Pataon raja-raja dan koum sisolkot

Haroan boru (kedatangan pengantin) dengan acara horja yang dilaksanakan

dirumah bayo pangoli biasanya tidak dilakukan pada hari yang sama. Biasanya

diantarai 2 (dua) atau 3 (tiga) hari untuk merampungkan persiapan. Horja godang

biasanya dilakukan pula satu hari manortor, satu hari mata ni horja. Pada saat ini

dimana banyak kaum famili yang ikut terlibat dalam horja yang bekerja mencari

nafkah, maka biasanya antara haroan boru dengan horja godang (mata ni horja)

dilaksanakan selang 1 (satu) minggu (dari minggu ke minggu).

Jauh hari sebelum mata ni horja pihak suhut telah mengundang raja-raja adat

dan seluruh famili (pataon tondi dohot badan) dengan cara manyurdu

(mempersembahkan) sirih (burangir) sebagai tanda bahwa undangan ini adalah

undangan adat (secara kebesara adat) yang akan dilaksanakan pada horja ini.

Undangan ini disebut taon sabagas maksudnya untuk satu keluarga.

Page 75:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

58

Pataon raja-raja adat (undangan kepada raja-raja adat) dibawa oleh 2 (dua)

orang anak muda dengan membawa sirih dan perelengkapannya. Kedua anak muda

itu harus memakai pakaian yang sopan, yaitu : memakai peci dan kain sisamping

(kain yang dilipat dalam bentuk segitiga dan dililitkan dipinggang). Setelah mereka

manyurduhon burangir dan diterima oleh yang disurdu, mereka menyampaikan kata-

kata sebagai berikut :

d) Panaek gondang

Sebagaimana disebut di atas bahwa acara haroan boru sampai mata ni horja

dapat berlangsung selama 3 (tiga) hari sebelum mata ni horja hari H nya (diadakan

acara margondang). Di Mandailing, gondang tor-tor tetapi juga termasuk gordang

sambilan. Jika gordang sambilan dipakai untuk memeriahkan pesta maka gondang

tor-tor khusus dipergunakan untuk acara menyambut boru dan manortor.

Dalam acara panaek gondang diadakan pula acara khusus. Menurut adat

sebelum gendang ini ditabuh haruslah disantan terlebih dahulu. Demikian juga

pemasangan paraget adat lainnya, seperti bendera-bendera, payung, tombak pedang,

bulang, hampu abit godang, dan sebagainya, haruslah lebih dahulu dikumpul di

pantar paradaton, dihadapan raja sebelum dipasang. Pada acara itu disediakan juga

santan, itak pamorgo-morgoi dan dingin-dingin. Yang hadir pada acara panaek

gondang adalah :

1) Suhut dan kahangginya

2) Anak boru, laki-laki dan perempuan

3) Naposo bulung dan nauli bulung

Page 76:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

59

4) Penabuh gendang

5) Namora natoras

6) Raja adat (cukup raja ni huta)

Sebagaimana setiap membuka hata (buka rapat), burangir disurdu lebih

dahulu oleh anak boru kepada raja adat dan peserta acara. Kemudian suhut

menyampaikan maksud dan permohonannya pada semua yang hadir agar dapat

hendaknya berpartisipasi dalam pelaksanaan horja itu. Demikian juga raja adat sangat

diharap agar member restu kepada horja tersebut.

Setelah diputuskan acara adat direstui, maka gendang mulai dibunyikan dan

pago-pago dipancangkan. Pago-pago sebagai tanda ada pesta adat (horja godang)

dipasang di halaman rumah, merupakan simbol-simbol adat. Simbol-simbol tersebut

termasuk seperti bendera-bendera adat, payung adat, tombak, pedang, rompayan.

Namun sekerang ini, hanya cukup dengan dipasangnya tabir dan langi-langit serta

amak lampisan di pantar bolak paradaton.

Satu hari atau dua hari sebelum acara horja godang (mata ni horja), pada

malam harinya diadakan acara manortor. Secara berurutan yang manortor adalah

suhut dan kahangginya yang di ayapi oleh anak borunya, kemudian dilanjutkan

dengan tor-tor muda-mudi sampai larut malam. Pada waktu dulu minat na poso dan

nauli bulung untuk manortor masih sangat besar, acara manortor ada kalanya sampai

pagi (subuh).

3. Mata ni horja

Page 77:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

60

Pagi harinya setelah tamu-tamu mulai berdatangan, uning-uningan (gendang)

sudah dibunyikan. Untuk menyambut tamu dibunyikan gong. Raja-raja yang datang

secara bergiliran diundang untuk manortor. Setelah selesai acara manortor raja-raja,

seluruh tamu-tamu harajaon diundang ke pantar bolak paradaton untuk mangkobar

adat (sidang adat). Perlu dijelaskan bahwa biasanya acara manortor sudah dimulai

pukul 09.00 pagi. Pada acara manortor pagi hari, saat mata ni horja secara berturut-

turut akan dipartortor :

1) Suhut

2) Kahanggi

3) Anak boru

4) Raja-raja Mandailing

5) Raja-raja Desa na walu

6) Raja Panusunan

Dalam acara manortor, biasanya diatur 3 orang sekali manortor dan diayapi

oleh anak borunya. Selesai acara manortor barulah raja-raja yang diundang

dipersilahkan duduk di pantar paradaton. Setelah semua berkumpul, acara markobar

dimulai dengan diawali menghidangkan sipulut17 lengkap dengan intinya dan

minumannya. Makan pulut sebagai sifat ketan, bahwa apa yang dibicarakan nantinya

akan melekat dan meyatu di hati sanubari setiap yang hadir.

17 Sipulut adalah pulut biasanya yang dimasak oleh punya acara dan inti adalah kelapa muda

yang diparut dan digongsengkan dengan gula merah. Sipulut dan inti tadi dimakan secara bersamaan. Makanan ini adalah wajib dalam upacara adat.

Page 78:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

61

Setelah selesai makan pulut, maka disurdu burangir pertanda markobar sudah

dapat dimulai setelah permisi kepada raja panusunan. Gong dibunyikan 9 (Sembilan)

kali pertanda gelanggang adat telah dibuka seterusnya alok-alok mempersilahkan

suhut mengawali pembicaraan dengan menyampaikan jamita (pemberitahuan kepada

semua peserta acara hal-hal yang telah terjadi sebelumnya) mulai manyapai boru

sampai kepada mangalap boru dan haroan boru serta acara yang diadakan pada hari

itu yaitu bermaksud melaksanakan horja godang.

a) Membawa pengantin ke tapian raya bangunan

Setelah selesai acara markobar adat, sebelum pengantin diupa-upa dan beri

gelar, diadakan acara marudur (arak-arakan) menuju tapian raya bangunan untuk

melakukan acara marpangir (berlangir) kedua mempelai. Pengantin diarak ke tapian

raya bangunan yang artinya membawa pengantin ke tepian pemandian. Mandi dan

berlangir secara simbolis tujuannya untuk menghanyutkan habujingan (masa gadis)

dan haposoan (masa lajang). Meskipun disebut tapian raya bangunan (tepian

pemandian), namun sesuai dengan kondisi dan situasi terutama di kota dimana tidak

mungkin ditemukan sungai, maka acaranya hanya dijalankan. Jarak antara rumah dan

tempat acara marpangir tersebut biasanya kira-kira berjarak 300 meter dari

rumahnya, disesuaikan dengan kemampuan pengantin untuk berjalan.

Ditempat yang dituju telah disediakan 2 (dua) buah kursi untuk tempat duduk

pengantin dan 1 (satu) buah meja untuk tempat pangir. Pangir disediakan untuk

pelaksanaan upacara marudur ke tapian raya bangunan. Bahan yang diperlukan

Page 79:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

62

untuk mandi tersebut adalah pangir yang disediakan di dalam cambung (mangkok

nasi), yang terdiri dari :

- Jeruk purut yang sudah dipotong-potong

- Air secukupnya

Pangir ini akan dipercik-percikkan kepada pengantin yang artinya berlangir

(keramas) secara simbolis. Untuk memercikkan air pangir ini dipergunakan daun-

daunan yang diikat jadi satu yang terdiri dari :

- Silinjuang (berwarna hijau)

- Hatunggal (berwarna merah)

- Sipilit (warna merah)

- Sitangkil (warna hijau)

Pangir tersebut dibawa ke tapian raya bangunan dengan dijujung seorang ibu

(anak boru ni anak boru). Diletakkan diatas pahar yang sudah dialasi dengan abit

tonun patani. Diatas tonun patani inilah diletakkan cambung yang sudah berisi

pangir tadi dan alat pamispis (untuk memercikkan) ke kepala dan tangan pengantin.

Sepulangnya dari tapian raya bangunan sebelum masuk ke rumah, ditangga

diharuskan menginjak pelepah batang pisang dengan perlengkapan sebagai berikut :

- Padang togu-anso togu parsitiopan (agar pegangan hidupnya kokoh)

- Dingin-dingin (agar hati dan kehidupannya sejuk/adem ayem)

- Ombang sila (damai-damai)

Page 80:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

63

- Tabar-tabar (sejuk/borgo)

- Pelepah batang pisang (busir ni pisang) sitabar 3 helai (dingin = borgo),

ditelungkupkan menutup bahan-bahan 1,2,3,… di atas.

Setelah pelepah batang pisang dan perlengkapannya diinjak dengan dimulai

dengan kaki kanan dan diikuti kaki kiri baru boleh masuk rumah dengan menaiki

anak tangga satu persatu.

b) Mangalehen gorar (menabalkan gelar adat)

Mangalehen gorar (memberi gelar adat) adalah memberi gelar untuk

menandakan bahwa kedua penganten telah melepaskan masa mudanya dan menjalani

adat matobang (masa berkeluarga rumah tangga). Nama inilah yang nantinya yang

akan dipakai untuk memanggil yang bersangkutan, terutama pada upacara-upacara

adat. Pemberian nama (gelar) ini dilakukan setelah marudur ke tapian raya bangunan

dan setelah kembali dan duduk di pantar bolak paradaton.

Penabalan nama (gelar adat) ini dilakukan oleh raja panusunan atas usul

namora dan natoras dengan disaksikan oleh raja-raja adat lainnya, unsur dalian na

tolu dan seluruh keluarga yang hadir. Sebagaimana disebutkan bahwa gelar yang

diberikan adalah dari kakeknya dan tidak boleh mengambil gelar bapaknya, yang

menurut adat harus bersifat barbar tu ginjang, arit tu toru. Setelah penabalan gelar,

dilanjutkan dengan mangupa dan mangaelehen ajar poda (nasehat) untuk bekal hidup

di dalam menjalani kehidupan yang baru.

c) Mangupa

Page 81:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

64

Mangupa adalah merupakan acara puncak dari segala acara dari upacara

perkawinan. Apabila mangupa sudah selesai dilaksanakan maka selesailah sudah

seluruh rangkaian upacara perkawinan menurut adat. Jika masih ada acara-acara

berikutnya, itu adalah merupakan pelengkap. Mangupa diartikan sebagai ungkapan

kegembiraan, bahwa sesuatu yang diharapkan itu telah terwujud. Tujuan mangupa ini

adalah agar tondi yang diupa selalu dalam perlindungan. Pelaksanaan mangupa

setelah manggoar juga dimaksudkan agar nama yang diberikan tersebut diterima

tondi dohot badan kedua pengantin. Tondi merupakan sesuatu yang abstrak dalam

jiwa seseorang yang member kekuatan tuah dan marwah kepada seseorang.

d) Ajar poda

Ajar poda adalah acara memberi nasihat kepada kedua pasangan pengantin

baru. Acara ini dilakukan setelah acara mangupa. Contoh pelaksannan sebagai

berikut :

“Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.. Santabi sapulu tu sude koum sisolkot di barisan ni dallian na tolu muloi tingon kahanggi, anak boru, satorusna tu barisan ni harajaon na juguk di pantar paradaton on.

Lebih dahulu saya mohon maaf, karena acara ini berlangsung di perantauan saya akan mempergunakan dua bahasa agar dapat sama-sama dimaklumi.

Marsyukur ita tu Tuhanta na gumorga langit na tumompa tano na dung mangalehen kasampatan dohot hatorkisan di hita sude marlagut hita dison di bagasan ni siriaon.

Tibalah waktunya member kata nasehat atau ajar poda kepada ananda sekalian, karena kata-kata ini akan saya sampaikan, saya tujukan kepada kalian berdua.

Ananda berdua ………………………………………………….”

e) Mangoloi na loja

Page 82:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

65

Selesai horja godang, biasanya pada malam harinya seluruh sanak keluarga,

terutama yang ikut serta secara langsung di dalam pelaksanaan horja godang ini

diundang untuk acara makan bersama. Jika pada saat sekarang ini dapatlah dikatakan

bahwa acara makan bersama ini sebagai pembubaran panitia sekaligus ucapan

terimakasih atas seluruh jerih payah kaum keluarga didalam pelaksanaan horja

godang ini. Makan bersama yang disebut dengan istilah mangoloi na loja (meladeni

yang lelah), yang berarti meladeni mereka sudah susah payah dengan segala tenaga

dan pikiran mensukseskan horja godang tersebut. Oleh sebab itulah pada saat itu

mereka tidak boleh ikut lagi ikut bekerja, tetapi hanya makan dengan layanan.

f) Marulak ari (mebat)

Marulak ari artinya berkunjung ke rumah orang tua boru na ni oli untuk

pertama kalinya setelah selesai horja (manulak ari = mengulang hari). Marulak ari

ini biasanya dilakukan satu minggu setelah acara pesta. Boleh lebih cepat tentu sangat

melelahkan dan kalau terlalu lama kurang baik pula. Berkunjung ke rumah orang tua

boru na ni oli dimaksudkan agar selesai hutang piutang (simbolis).

Pada acara marulak ari ini, pengantin baru ini beserta keluarga yang datang

(kahanggi dan anak boru) berikut kedua orang tuanya, membawa nasi bungkus

beserta lauknya sebagai oleh-oleh dan kue wajid (indahan simanis) serta itak poul-

poul. Biasanya lauk yang dibawa yaitu ayam, ikan salai yang merupakan gulai

kebesaran. Dan tujuan dari pada mebat ini adalah untuk mengobati rindu dari boru na

ni oli setelah beberapa waktu meninggalkan orang tuanya dan perkenalan antara

kedua keluarga agar lebih akrab serta memelihara silaturrahmi.

Page 83:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

66

2.2.1.1.4 Upacara partubu ni pinompar (kelahiran anak)

Keluarga yang berhasil mendapatkan keturunan patut mensyukurinya dan

keluarga yang belum berhasil mendapatkan keturunan harus tetap berusaha jangan

sampai putus asa terlebih-lebih sekarang ilmu dibidang ini sudah semakin maju,

malah harus sebaliknya semakin mendekatkan diri kepadaNya karena Maha Penentu

bisa berbuat sekehendakNya.

Kepada keluarga yang berhasil mendapat anak laki-laki ataupun perempuan

merasa bersyukur dan ungkapan bersyukur ini diparadaton biasa disebut upa-upa

alakadarnya sesuai kemampuan masing-masing. Kalau yang lahir diluar rumah

misalnya di rumah sakit, maka upa-upa dilakukan minimal dengan telur ayam yang

direbus dilaksanakan sewaktu pulang ke rumah.

Namun sekarang acara upa-upa anak baru lahir sudah sering digabungkan

dengan acara aqiqah. Mula-mula berkumpullah kaum famili satu nenek dan telah

disiapkan upa-upa di atas piring besar. Semua yang hadir memberikan kata sambutan

walaupun serba ringkas yang dimulai dari ompung suhut, ompung-ompung yang lain

amantua, inantua, amanguda, inanguda, amangboru, namboru, bersama keluarga

lainnya. Semuanya menunjukkan kegembiraan dan kebahagiaan atas lahirnya anak

yang dimaksud.

2.2.1.1.5 Upacara pajongjong bagas naimbaru (mendirikan rumah baru)

Pertama-tama berkumpullah yang bersaudara dan orang tua yang dipandu oleh

yang berniat mendirikan rumah. Saat berkumpul disampaikanlah maksud dan niat si

Page 84:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

67

pendiri rumah bahwasanya akan mendirikan rumah. Setelah disampaikan maksud itu

sebaiknya pimpinan pertemuan diambil alih oleh yang tertua dan langkah yang

pertama ditetapkanlah kapan dimulai didirikan dan penetuan hari. Biasanya dilihat

dari dari hari baik pada saat naiknya bulan di langit.

Saat keluarga berkumpul dalam rangka mufakat kapan didirikan rumah,

biasanya juga terjadi perbincangan tentang siapa-siapa saudara ataupun keluarga yang

ingin membantu. Biasanya setiap saudara atau keluarga memberikan bantuan baik

berupa materi ataupun benda-benda yang diperlukan dalam mendirikan rumah baru.

Namun apabila tidak mendapatkan bantuan apapun, pelaksanaan mendirikan rumah

tetap berjalan. Bantuan yang dimaksud tidak menjadikan keharusan yang masuk ke

dalam peraturan adat.

Seterusnya selesai pembangunan rumah ini dikumpulkanlah kaum kerabat

buat meresmikannya, itulah yang disebut mambongkot bagas. Dalam pelaksanaan

acara ini terkandung harapan yang punya rumah agar rumah itu mendaptkan

kelimpahan rezeki yang membawa manfaat dan kebahagiaan. Selesai suasana yang

meriah, mulailah hatobangon berbicara sebagai rasa berbesar hati kemudian berdo’a

dan diakhiri dengan makan bersama.

2.2.2 Upacara siluluton (kematian)

Upacara kematian adalah suatu upacara adat yang dilakukan apabila seseorang

meninggal dunia yang disebut dengan horja siluluton. Sebelum masuknya Islam ke

Mandailing pelakasanaan upacara kematian sangat rumit sekali. Prosesi pemakaman

Page 85:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

68

yang cukup lama dengan bangunan yang bertingkat-tingkat yang disebut roto.

Disamping itu juga menunjukkan kesedihan dengan cara meratap seraya

mengeluarkan isi hati yang disebut hata andung. Setelah masuknya Islam, semuanya

perlahan menghilang.

Adapun pelaksanaan upacara adat kematian adalah sebagai berikut :

1. Pada hari penguburan

2. Pada hari lain yang akan ditentukan kemudian sesuai dengan kesempatan

dan kemampuan keluarganya. Waktu yang ditunda ini diumumkan pada

waktu memberangkatkan jenazah ke pemakaman. Dikatakan bahwa

adatnya masih berutang (mandali di paradaton).

2.3 Musik dan Nyanyian dalam Upacara Adat

Musik yang dibunyikan dalam upacara adat disebut gondang. Dalam konteks

budaya Mandailing, semua musik (tradisional) meskipun dimainkan dengan

perangkat alat musik berlain-lainan namanya, disebut gondang. Dalam berbagai

upacara adat masyarakat Mandailing memainkan musik (gondang) dengan

mempergunakan dua macam perangkat alat musik tradisional. Masing-masing dikenal

dengan nama Gondang Boru atau Gondang Dua dan Gordang Sambilan.

Perangkat alat musik Gondang Boru atau Gondang Dua terdiri dari dua buah

gendang yang terbuat dari kayu yang dilobangi dan masing-masing kedua sisinya

ditutup dengan kulit kambing, dua buah gong yang disebut ogung jantan dan ogung

boru-boru (gong jantan dan gong betina), gong yang ukurannya lebih besar adalah

ogung boru-boru dan yang lebih kecil disebut ogung jantan, tiga buah gong kecil

Page 86:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

69

yang disebut mong-mongan, satu buah gong yang lebih besar dari mong-mongan

dinamakan doal, sepasang simbal kecil disebut tali sasayat dan sebuah serunai bambu

yang ujungnya diberi sepotong kecil tanduk untuk memperbesar suaranya. Sejak lama

serunai sudah jarang dipakai dalam perangkat Gondang di desa Pakantan, Mandailing

Julu.18

Perangkat alat musik tradisional Mandailing yang disebut Gordang Sambilan

terdiri dari Sembilan buah gendang yang berukuran besar dan panjang. Kesembilan

gendang (gordang) tersebut satu sama lain berlainan ukuran besar dan panjangnya

secara bertingkat. Badan dari kesembilan gendang tersebut terbuat dari kayu yang

ingul (dalam bahasa Mandailing). pada bagian sebelah atas ditutup dengan selapis

kulit lembu yang mentah (bulunya tidak dikuliti) dan kering. Di bagian pinggir kulit

ditusukkan beberapa kerat kayu yang ditajamkan kedua ujungnya, dan ujung kayu ini

dibiarkan keluar untuk tempat tumpuan tali peregang yang terbuat dari bahan rotan.

Biasanya rotan pengikatnya mempunyai ukuran sebesar jari kelingking dan masih

dalam keadaan bulat, serta digandakan sekurang-kurangnya dua batang rotan. Lobang

sebelah bawah ditutup dengan kayu yang dibentuk bulat dan diberi enam buah sampai

delapan buah gerigi dari bahan yang sama dalam bentuk empat segi. Kayu penutup

bahagian bawah ini terutama geriginya digunakan untuk sangkutan rotan yang

dipasangkan dari tusukan kayu pada kulit bagian atas.

Seperti halnya Gondang Boru, Gordang Sambilan dilengkapi dengan dua

buah gong besar yang disebut ogung dadaboru dan ogung jantan, tiga buah gong

18 Drs. H. Syahmerdan Lubis. Adat Hangoluan Mandailing. 1997. 64-74

Page 87:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

70

kecil yang disebut mong-mongan, sebuah gong yang lebih besar dari mong-mongan

yang disebut doal dan sepasang simbal kecil yang disebut tali sasayat.

Dalam upacara adat Mandailing kedudukan musik yang memakai Gordang

Sambilan dipandang lebih tinggi dari musik yang dimainkan dengan Gondang Boru.

Hal ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa untuk meletakkan alat musik Gordang

Sambilan ditempat berlangsungnya upacara harus dilakukan dengan upacara

tersendiri yang didahului dengan penyembelihan seekor kambing. Kemudian sebelum

Gordang Sambilan dibunyikan harus lebih dahulu dilakukan upacara mohon izin

kepada roh leluhur yang disebut meninggung gordang, yaitu dengan memukul

gordang yang terbesar ukurannya (jangat). Sedangkan pemakaian Gondang Boru

tidak didahului dengan upacara yang demikian.

Selain pada saat-saat tertentu, yaitu pada waktu mengiringi tarian adat (tor-

tor) musik yang dimainkan dengan Gondang Boru maupun Gordang Sambilan dapat

saja diperdengarkan pada setiap ada kesempatan selama berlangsung upacara adat

baik pada siang maupun malam hari. Karena kegiatan membunyikan musik Gordang

Sambilan atau Gondang Boru pada waktu berlangsungnya suatu upacara adat

dipandang akan membuat suasana lebih gembira dan meriah. Malahan anak-anak

diberi kesempatan untuk membunyikan Gordang Sambilan untuk menyemarakkan

suasana upacara adat.

Pada masa masyarakat Mandailing dahulu masih menganut religi asli yang

disebut pele begu (memuja roh nenek moyang) musik dan nyanyian senantiasa

menjadi bahagian yang integral dari upacara adat. Baik upacara adat sirioan maupun

Page 88:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

71

upacara adat siluluton. “Hal itu disebabkan karena suara, nyanyian dan musik,

merupakan suatu unsure yang amat penting dalam upacara keagamaan sebagai hal

yang bisa menambah suasana keramat atau sakral”, (Koentjaraningrat, 1980:245).

Dalam masyarakat Mandailing pada masa lalu terdapat bahagian yang diisi

dengan kegiatan yang disebut mangandung (meratap). Kegiatan mangandung itu

dilakukan oleh perempuan yang mengeluarkan kata-kata secara berirama dengan pola

melodi tertentu. Kata-kata yang diucapkannya dengan berirama itu disebut andung-

andung (ratapan) oleh karena andung-andung itu merupakan kata-kata yang

diucapkan dengan pola melodi tertentu maka ia dapat dikategorikan sebagai nyanyian

yang dipergunakan dalam upacara adat kematian. Biasanya andung-andung berisi

ungkapan tentang berbagai hal yang berkenaan dengan keadaan, sifat-sifat maupun

perilaku orang yang diratapi pada waktu ia masih hidup.

Setelah masyarakat Mandailing menganut agama Islam, musik dan nyanyian

(ratapan) tidak lagi ditampilkan dalam upacara adat siluluton atau upacara adat

kematian. Karena ajaran agama Islam melarang keras hal tersebut. Oleh karena itu,

lama kelamaan musik dan nyanyian hanya ditampilkan dalam upacara adat siriaon

(upacara adat suka cita), khususnya dalam upacara adat perkawinan yang brsifat suka

ria.

2.3.1 Peranan musik dalam upacara adat

Dalam penyelenggaraan upacara adat kecil (upacara adat na menek) yang

hanya dihadiri oleh para anggota kerabat dekat saja, biasanya musik atau gondang

Page 89:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

72

tidak dibunyikan. Tetapi kalau keadaannya agak besar dalam arti dihadiri oleh Na

Mora Na Toras dan sejumlah besar penduduk desa, kadang-kadang diperdengarkan

musik gondang tapi musik Gordang Sambilan tidak diperdengarkan. Karena musik

Gordang Sambilan hanya khusus untuk upacara adat besar (adat na godang) yang

ditandai dengan penyembelihan kerbau sebagai longit-nya. Peranan musik tradisional

dalam upacara adat dapat dilihat dari fungsinya sebagai pengiring tarian adat (tor-tor)

dan pengiring pencak silat (moncak). Musik pengiring tor-tor biasanya disebut

Gondang Tor-tor. Sedangkan musik pengiring pencak silat dinamakan Gondang

Moncak.

Tor-tor menurut aslinya bukanlah tarian, tetapi sebagaimana disebut diatas

sebagai pelengkap gondang berdasarkan kepada falsafah adat itu sendiri. Tor-tor yang

dilakukan dengan gerakan-gerakan tertentu mempunyai ciri khas, makna, sifat dan

tujuan-tujuan tertentu. Sesuai dengan kedudukannya di dalam upacara adat

margondang tersebut, tor-tor dapat dibedakan sesuai dengan kelompok yang

manortor, yaitu:19

1) Tor-tor Suhut, Kahanggi Suhut, Mora dan Anakboru

2) Tor-tor Raja-raja

3) Tor-tor Raja Panusunan

4) Tor-tor Naposo Bulung

19 H. Pandapotan Nasution, op.Cit, 146-148

Page 90:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

73

Pada upacara-upacara perkawinan adat dimana diadakan upacara margondang

yang dengan sendirinya juga ada acara manortor. Sehari sebelum acara mata ni horja

(acara pesta), gondang sudah mulai dibunyikan. Untuk membunyikan gondang ada

persyaratannya yang disebut dengan panaek gondang, yang dimaksudnya mulai saat

itu dibunyikanlah gordang sambilan dan gondang tunggu-tunggu dua. Dengan

dibunyikannya gondang ini, maka gelanggang panortoran pun mulai dibuka.

Biasanya gelanggang panortoran dimulai pada sore hari dan berakhir tengah malam.

Dalam upacara adat perkawinan yang diselenggarakan secara besar-besaran,

musik gondang dipergunakan pula untuk mengiringi arakan-arakan pengantin dalam

upacara patuaek boru (mengarak pengantin ke tepian mandi di sungai). Musik

pengiring arakan-arakan tersebut dinamakan Gondang Boru Tu Aek atau Gondang

Hadidingin menurut nama yang dipakai di daerah Mandailing Julu. Selain itu musik

gondang juga diperdengarkan pula untuk mengiringi arakan-arakan menjemput

pengantin perempuan kebatas desa dan mengiringkannya ke rumah pengantin laki-

laki. Musik untuk menjemput atau mengelu-elukan kedatangan pengantin itu

dinamakan Gondang Mangalo-alo. Pada saat pengantin tiba di halaman rumah

pengantin laki-laki biasanya disambut dengan membunyikan Gordang Sambilan.

Pada masa dahulu ketika masyarakat Mandailing masih menganut religi asli

yang disebut pele begu (pemujaan roh nenek moyang) musik yang diperdengarkan

dalam upacara adat berperan pula untuk keperluan yang berkaitan dengan aspek

religi. Misalnya dalam upacara adat dimainkan musik gondang yang bertujuan untuk

mendapatkan atau menambah tuah bagi orang-orang yang ikut serta dalam upacara

Page 91:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

74

tersebut. Untuk tujuan yang demikian diperdengarkan musik yang disebut Gondang

Tua (musik peminta tuah). Dan untuk menambah kekuatan jiwa yang disebut tondi

bagi khalayak dalam upacara adat diperdengarkan musik yang dinamakan Gondang

Alap Tondi (musik penjemput kekuatan jiwa).

Dalam upacara adat yang diselenggarakan pada masa sekarang setelah

masyarakat Mandailing menganut agama Islam, kedua macam musik tradisional

tersebut kadang-kadang diperdengarkan juga, tetapi tidak lagi dalam konteks aktifitas

religi, ,melainkan hanya sebagai aktifitas tradisi.

2.3.2 Peranan nyanyian dalam upacara adat

Satu-satunya nyanyian yang berperan dalam upacara adat Mandailing dari

dahulu sampai sekarang ialah Onang-onang. Karena nyanyian ini masih diperlukan

sebagai pengiring tor-tor yang diadakan dalam upacara-upacara adat.

Ditilik dari sudut fungsinya yang mengungkapkan atau menceritakan sambil

menyanjung-nyanjung berbagai hal yang berkenaan dengan diri orang-orang yang

sedang melakukan tarian adat atau manortor dan juga mengungkapkan berbagai

kenyataan yang terdapat dalam upacara adat, dapat dikatakan bahwa onang-onang

memegang peranan sebagai pemberi narasi bagi tarian adat Mandailing atau tor-tor.

Narasi itu lahir dari lirik-lirik onang-onang yang diciptakan secara spontan pada

waktu sipenyanyi melagukan onang-onang untuk mengiringi tor-tor dalam upacara

adat. Selain menciptakan lirik onang-onang secara spontan untuk mengungkapkan

atau menceritakan situasi aktual, sipenyanyi onang-onang (Mandailing : Paronang-

Page 92:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

75

onang) tak jarang pula menggunakan lirik yang diambilnya dari perbendaharaan yang

sudah ada sebelumnya, berupa lirik onang-onang yang hidup di tengah masyarakat

atau yang sudah lazim dipergunakan untuk mengiringi tor-tor dalam upacara adat.

Peranan onang-onang sebagai pemberi narasi itu dengan sendirinya

mengkomunikasikan kepada khalayak dalam upacara adat berbagai informasi yang

banyak diantaranya mengandung nilai kultural-edukatif maupun yang mengandung

aspek tradisi. Karena isi yang terdapat dalam lirik onang-onang sebagai nyanyian

adat biasanya selalu berkaitan dengan nilai-nilai budaya masyarakat Mandailing. Dan

sebagai suatu nyanyian, sedikit banyaknya onang-onang juga berperan untuk

menghibur agar suasana dalam upacara adat sebagai tempatnya menjadi meriah

dalam arti khalayak yang mengikuti upacara adat itu bersuka-cita.

Meskipun onang-onang disebut sebagai nyanyian adat yang berfungsi untuk

mengiringi tor-tor, tetapi nyanyian tersebut tidak berperan untuk mengiringi tor-tor

yang pada masa dahulu dilakukan juga dalam upacara kematian dalam konteks religi

pele begu. Tor-tor dalam upacara adat kematian yang sejak lama sudah hilang dari

kehidupan masyarakat Mandailing hanya diiringi dengan musik gondang tanpa

onang-onang. Dengan demikian dapat dilihat bahwa onang-onang hanya berperan

dalam upacara adat suka cita (adat siriaon).

Peranan onang-onang dalam upacara adat tidak terlepas dari peranan musik

pengiring tor-tor yang sekaligus menjadi musik pengiring pula bagi nyanyian. Dalam

hubungan ini kiranya perlu dijelaskan bahwa yang menjadi musik pengiring onang-

Page 93:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

76

onang hanyalah musik yang khusus menjadi pengiring tor-tor dan secara umum

dalam masyarakat Mandailing dinamakan Gondang Tor-tor.

2.3.3 Peranan pemain musik dan penyanyi dalam upacara adat

Sebutan populer yang diberikan kepada pemain musik tradisional Mandailing

ialah Pargondang. Dikarenakan pemain musik tradisional itu memegang peranan

penting dalam upacara adat khususnya untuk memainkan gondang pengiring tor-tor

yang secara mutlak harus ditampilkan dalam setiap upacara adat besar, maka

pargondang mendapatkan kedudukan yang terhormat. Dalam kedudukan yang

terhormat itu para pemain musik tradisional di Mandailing dinamakan Paruningan

dan tidak jarang pula disebut Datu Paruning-uningan. Paruning-uningan berarti

orang yang pandai dan berperan memainkan uning-uningan, yaitu alat-alat musik

tradisional Mandailing, dalam upacara adat. Tambahan sebutan Datu di depan nama

paruning-uningan merupakan semacam gelar tanda keahlian.

Meskipun dalam masyarakat Mandailing terdapat dua macam ansambel

gendang tradisional, yaitu gondang dua atau gondang boru dan gordang sambilan

tetapi saudah lazim orang-orang yang berperan sebagai pemain kedua jenis ansambel

gendang itu disebut dengan satu nama yaitu pargondang atau paruning-uning.

Sebutan itu lazim pula untuk pemain musik gondang bisa pula memainkan gordang

sambilan ataupun sebaliknya.

Pentingnya peranan paruning-uningan atau pemain musik tradisional dalam

suatu upacara adat (besar) dapat tergambar dari kenyataan bahwa suatu upacara adat

Page 94:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

77

akan menjadi kurang sempurna apabila di dalamnya tidak ditampilkan tarian adat tor-

tor yang harus diiringi dengan musik gondang. Oleh sebab itu dalam suatu upacara

adat (besar) pemain musik tardisional mau tidak mau harus ikut berperan. Sehingga

dapat dikatakan bahwa pemain musik tradisional merupakan salah satu unsur

fungsional dalam upacara adat (besar).

Peran penyanyi onang-onang yang disebut paronang-onang dalam upacara

adat di Mandailing hampir sama pentingnya dengan peranan pemain musik.

Kehadiran paronang-onang dalam suatu upacara adat biasanya seiring dengan para

pemain musik. Artinya undangan bagi paronang-onang agar hadir dalam suatu

upacara adat dapat disampaikan pada waktu mengundang pemain musik. Paronang-

onang hanya bernyanyi secara perseorangan atau secara solo. Karena onang-onang

berperan untuk memberikan narasi bagi tarian tor-tor, maka dengan sendirinya

paronang-onang dapat dikatakan berperan sebagai narator yang meringi tarian tor-

tor. Pada masa masyarakat Mandailing dahulu masih menjalankan aturan tata cara

adat secara ketat, paronang-onang boleh dikatakan berperan sebagai salah satu unsur

fungsional dalam upacara adat (besar). Artinya apabila paronang-onang tidak

menjalankan peranannya untuk bernyanyi mengiringi tor-tor, maka tor-tor yang

ditarikan untuk suatu upacara adat dipandang kurang sempurna. Tetapi karena

berbagai keadaan menyebabkan jumlah paronang-onang semakin langka dalam

masyarakat Mandailing, maka dengan sendirinya peranannya yang dahulu sangat

fungsional dalam upacara adat lama kelamaan tidak lagi berjalan sepenuhnya. Artinya

peranan paronang-onang dalam upacara adat masih tetap dipandang penting.

Page 95:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

78

BAB III

ONANG-ONANG DENGAN BEBERAPA ASPEKNYA

1.1 Fungsi Onang-onang Dalam Upacara Adat Perkawinan

1.1.1 Onang-onang sebagai sarana komunikasi

Pada masa dahulu masyarakat Mandailing mempunyai banyak ragam upacara

adat yang secara garis besarnya menjadi dua bahagian, yaitu upacara adat Siriaoan

(yang bersifat suka cita) dan upacara adat Siluluton atau Sidangolon (yang bersifat

duka cita). Pada masa sekarang sebahagian besar upacara adat yang pernah ada dalam

masyarakat Mandailing pada masa dahulu sudah menghilang. Hilangnya berbagai

upacara adat lama itu disebabkan berbagai hal. Antara lain karena kesukaran

ekonomi, sehingga tidak cukup biaya untuk menyelenggarakannya. Penyebab lain

juga karena telah masuknya agama Islam ke Mandailing sehingga jenis upacara adat

siluluton yang biasanya melangsungkan berbagai ritual acara, namun tidak lagi

dilaksanakan. Yang masih selalu diselenggarakan oleh orang Mandailing pada masa

ini ialah upacara adat siriaon, khususnya upacara adat perkawinan. Oleh karena itu

dalam konteks upacara adat yang demikian itulah fungsi onang-onang akan ditinjau.

Pada bahagian yang terdahulu telah dikemukakan bahwa onang-onang

merupakan nyanyian adat yang khusus dipergunakan untuk mengiringi tarian adat

yang disebut tor-tor. Dalam suatu upacara adat perkawinan di Mandailing yang

disebut Mata Ni Horja, berbagai macam tarian tor-tor senantiasa ditampilkan sebagai

Page 96:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

79

bahagian yang integral dari upacara adat tersebut.1 Biasanya kegiatan manortor

(melakukan tarian adat) diawali dengan tor-tor suhut, yaitu tarian adat yang

dilakukan oleh anggota kerabat tuan rumah yang menyelenggarakan upacara adat.

Biasanya tor-tor suhut mula-mula ditarikan oleh beberapa orang perempuan dewasa

anggota kerabat suhut baru kemudian oleh beberapa orang kerabat laki-laki. Setelah

selesai tor-tor suhut biasanya disusul dengan tor-tor anak boru yang ditarikan oleh

anak boru yang dewasa dari suhut (tuan rumah), kemudian menyusul pula tor-tor

mora yang ditarikan oleh mora dari tuan rumah. Pada kesempatan yang demikian

tokoh-tokoh pemimpin masyarakat biasanya menarikan tor-tor raja-raja.

Dalam Mata Ni Horja (upacara adat perkawinan) kedua pengantin biasanya

dipator-tor (disuruh menari secara adat) setelah keduanya selesai di arak ke tepian

mandi di sungai atau bisa juga dibawa ke tapian masjid tempat pengambilan wudhu

apabila daerah pengantin tidak ditemukan tepian pemandan sungai yang dimaksud.

Hal ini disebutkan dengan Tapian Raya Bangunan, kemudian pulang ke rumah

pengantin pria tempat berlangsungnya upacara adat perkawinan. Untuk memeriahkan

upacara para muda-mudi diberi pula kesempatan menarikan tor-tor na poso bulung

(tarian adat muda-mudi).

Pada waktu berbagai macam tor-tor tersebut ditarikan mengikuti irama

gondang tor-tor masing-masing biasanya seorang paronang-onang (penyanyi onang-

onang) berdiri di dekat rombongan pargondang atau paruning-uningan (pemain

musik tradisional) dan mengiringi tarian adat tersebut dengan onang-onang. Setiap

1 H. Pandapotan Nasution, op.Cit, 372-403

Page 97:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

80

tor-tor yang ditarikan akan diiringi dengan onang-onang yang liriknya berbeda-beda

satu sama lain. Karena lirik yang dinyanyikan untuk mengiringi tor-tor harus sesuai

isinya dengan status sosial orang-orang yang menarikannya atau dengan

kedudukannya dalam upacara adat sedang diselenggarakan. Oleh karena itu

paronang-onang secara spontan akan menciptakan dan memilih lirik onang-onang

yang isinya sesuai untuk dinyanyikan buat mengungkapkan dan mengkomunikasikan

“berbagai hal berkenaan dengan siapa orangnya yang melakukan tarian tort-tor, tor-

tor itu ditarikan”.2

Lebih lanjut dapat dikemukakan bahwa umumnya isi teks atau lirik onang-

onang bukan merupakan ungkapan perasaan atau pikiran pribadi orang yang

menyanyikannya. Tetapi suatu rangkaian narasi yang dianggap perlu dikomunikaskan

oleh paronang-onang (penyanyi onang-onang) kepada pendengarnya, yakni khalayak

yang menghadiri upacara adat dimana onang-onang itu sedang dinyanyikan.

Biasanya, paronang-onang sudah mendapatkan data diri dari si pemilik acara. Baik

data diri pribadi siapa yang akan diceritakan dalam onang-onang nantinya, dalam hal

apa acara itu dibuat. Data diri sipemilim acara dan tujuan acara dibuat sangatlah

penting diketahui oleh penyanyi onang-onang, karena segala isi dari lirik onang-

onang nanti adalah menceritakan latar belakang si empunya acara dan maksud

didirikannya acara.

2 Z. Pangaduan Lubis, Penelitian Tesktual Dalam Jeir (makalah), (Medan, 1987), 7. Hal ini

juga dibenarkan oleh Aspan Matondang dan Bayo Lubis (paronang-onang dan pargondang Mandailing) melalui hasil wawancara pada tanggal 28 Maret 2017 di PRSU Medan.

Page 98:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

81

Kalau diperhatikan, dalam sifatnya yang naratif pada lirik atau teks onang-

onang pada umumnya berisi ungkapan tentang status sosial orang yang sedang

manortor (melakukan tarian adat) dan hal-hal yang penting hubungannya dengan

orang yang bersangkutan, puji-pujian atau sanjungan terhadap orang tersebut. Selain

dari isi yang demikian itu teks onang-onang mengandung pula ungkapan-ungkapan

tentang keadaan tempat dimana tor-tor dilakukan, dan tidak jarang pula teks onang-

onang yang mengandung ungkapan dan harapan untuk mendapat hal-hal yang baik

dalam kehidupan. Seperti misalnya tuah, kemuliaan, semangat hidup dan solidaritas

sosial.

Pola dari Isi teks onang-onang yang dipergunankan dalam ansambel gondang

ada enam macam, yakni :

(1) Pembukaan,

(2) Penjelasan maksud upacara,

(3) Cerita latar belakang panortor,

(4) Pujian dan Nasehat

(5) Do’a

Adanya pola keadaan isi lirik atau teks onang-onang seperti yang

dikemukakan di atas, mengandung petunjuk bahwa lirik onang-onang tidak dapat

diciptakan sembarangan saja oleh orang yang menyanyikannya. Tetapi isinya harus

sesuai dengan pola umum seperti yang tertera di atas. Sebab dalam tradisi masyarakat

Page 99:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

82

Mandailing, onang-onang dimanfaatkan sebagai sarana untuk mengkomunikasikan

isi liriknya yang khas tersebut, sebagai narasi yang dipandang penting disampaikan

kepada khalayak yang hadir pada upacara adat. Dengan perkataan lain, pada upacara

adat, onang-onang sebagai pengiring tor-tor dimanfaatkan pula sebagai suata sarana

komunikasi yang artistik musikal.

1.1.2 Onang-onang sebagai sarana sosialisasi adat

Suatu masyarakat senantiasa melakukan kegiatan sosialisasi atau mendidik

para warganya dengan berbagai cara dan menggunakan berbagai sarana, agar mereka

lama kelamaan benar-benar memahami kemudian menghayati dan selanjutnya

menggunakan nilai-nilai budayanya dalam kehidupan sehari-hari. Adat istiadat suatu

masyarakat mengandung nilai-nilai budaya masyarakat tersebut berupa norma-norma

atau aturan-aturan yang menjadi pegangan hidup warganya. Oleh sebab itu adat-

istiadat perlu disosialisasikan atau diajarkan kepada setiap warga pendukungnya.

Salah satu upacara yang penting dalam masyarakat Mandailing ialah upacara

adat perkawinan yang disebut Horja Boru atau Horja Haroroan Boru. Pada masa

dahulu biasanya diselenggarakan secara besar-besaran dan dihadiri oleh semua

lapisan masyarakat desa dan bahkan oleh penduduk dari desa tetangga. Upacara yang

demikian biasa berlangsung beberapa hari lamanya siang dan malam. Keadaannya

yang demikian itu membuat upacara adat tersebut cukup ideal dijadikan sebagai

kesempatan untuk kegiatan sosialisasi adat bagi masyarakat, terutama bagi generasi

muda. Sebab selama berlangsungnya upacara tersebut berbagai macam kegiatan adat

Page 100:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

83

seperti misalnya musyawarah-musyawarah adat yang diisi dengan pidato-pidato,

acara memberi gelar dan memberi nasehat kepada pengantin diselenggarakan. Semua

kegiatan itu secara langsung atau tidak langsung memberi pendidikan kepada halayak

yang hadir.

Pada kesempatan yang demikian onang-onang juga dapat menjadi sarana

soasialisasi adat. Sebab liriknya yang dinyanyikan untuk mengiringi berbagai macam

tor-tor banyak mengandung isi yang berkaitan dengan adat-istiadat. Misalnya

ungkapan yang menggambarkan status, fungsi dan unsur-unsur dalian na tolu, juga

yang mengungkapkan fungsi na poso na uli bulung (generasi muda) dan juga

ungkapan yang menggambarkan makna lambang-lambang adat seperti bendera kain

adat dan lain sebagainya. Karena ungkapan-ungkapan yang berisi aspek adat itu

disampaikan dalam bentuk nyanyian tentu orang-orang merasa terkesan

mendengarnya. Dengan perkataan lain, unsur artistik musikal yang terdapat dalam

onang-onang membuatnya menjadi suatu sarana sosialisasi adat yang efektif dan

komunikatif. Sebab kedua unsur tersebut membuat orang merasa lebih tertarik dan

senang mendengar onang-onang yang liriknya banyak mengandung ungkapan

mengenai aspek-aspek adat Mandailing. Dalam hubungan ini dapat pula diingat

bahwa dalam suatu upacara adat perkawinan yang besar onang-onang dinyanyikan

berpuluh kali untuk mengiringi tor-tor yang berulang-ulang ditarikan siang dan

malam selama berlangsungnya upacara adat tersebut. Setiap kali tor-tor ditarikan oleh

orang yang berlain-lainan dan onang-onang dinyanyikan pula untuk mengiringi

halayak yang terdiri dari berbagai lapisan dan golongan menyaksikan secara ramai-

Page 101:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

84

ramai. Dalam keadaan yang demikian itu tentu saja dapat dipahami betapa efektifnya

onang-onang sebagai sarana sosialisasi adat bagi masyarakat yang selalu

mendengarkan secara tekun dan penuh perhatian pada waktu dinyanyikan dengan

iringan musik gondang.

Keadaan ini sesungguhnya dapat menggambarkan betapa bijaksananya

masyarakat tradisional dimasa dahulu memilih sarana sosialisasi adat yang di

dalamnya terdapat unsur-unsur musikal sehingga penggunanya menjadi lebih efektif

dan komunikatif di tengah masyarakat. Di samping itu sarana sosialisasi yang efektif

dan kominaktif itu dipergunakan pula pada kesempatan yang terpilih da selalu

dihadiri oleh anggota masyarakat dari semua lapisan dan jenjang umur, yaitu dalam

upacara adat yang diselenggarakan secara berulang-ulang dari waku ke waktu.

1.2 Hubungan Onang-onang dengan Tor-tor

Tidak ada seorang pun yang dapat memastikan mana yang lebih dahulu lahir

tor-tor atau onang-onang. Argumentasi untuk mendukung pendapat yang mengatakan

tor-tor lebih dahulu lahir dari onang-onang atau sebaliknya banyak dikemukakan.

Tetapi tak seorangpun dapat ditemukan sebagai saksi hidup yang pernah melihat

bagaimana proses lahirnya tarian dan nyanyian adat tersebut. Tetapi Furer

Helmendorf mengungkapkan, musik primitif bergema dalam kegelapan merangkul

penyanyinya, membuat mereka menjadi satu keutuhan, hingga akhirnya mereka

bergabung dalam satu kesatuan tari.3

3 Sach, Curt, Pokok-pokok Pikiran dan Metode (terjemahan Drs. Taslimuddin Dt. Tungga),

(Padang Panjang Akademi Seni Karawitan Indonesia, 1981), 2.

Page 102:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

85

Hubungan onang-onang dengan tor-tor kelihatannya memang merupakan satu

keutuhan. Artinya dalam tradisi masyarakat Mandailing onang-onang tidak

dinyanyikan kecuali untuk mengiringi tor-tor. Tetapi ada kenyataan yang

menunjukkan bahwa kadang-kadang tor-tor ditarikan meskipun tidak diiringi dengan

onang-onang, karena kebetulan penyanyi onang-onang (paronang-onang) tidak dapat

ditemukan.

Kebutuhan hubungan onang-onang dengan tor-tor senantiasa diikat oleh

musik gondang yang berfungsi sebagai pengiring tor-tor dan sekaligus juga menjadi

pengiring onang-onang. Musik gondang sebagai pengikat keutuhan tor-tor dan

onang-onang kelihatan mutlak kedudukannya, dalam arti tidak ada tor-tor dan onang-

onang apabila tidak ada musik gondang yang mengiringi keduanya.

Dalam hubungan yang utuh atau tak terpisahkan antara tor-tor dengan onang-

onang, dapat dilihat bahwa onang-onang mengandung sifat naratif. Artinya nyanyian

tersebut menyediakan narasi buat tor-tor yang diiringinya. Sebagai contoh kongkrit,

dalam lirik onang-onang terdapat kata-kata yang mengatakan : On ma inang

pamabayangidoan I, Pangidoan baya di matobang i, Sanga pe dongan na dua tolu

on, Allai le taronang daboti baya onang (inilah permintaan si mora (tuan rumah),

permintan dihari tuanya, dan juga permintaan keluarga lainnya, inilah wahai

keinginan hati). Lirik onang-onang yang berbunyi demikian ini jelas merupakan

narasi yang menjelaskan tor-tor apa yang sedang ditarikan dan diiringi oleh onang-

onang tersebut. Lirik naratif yang demikian itu berfungsi untuk memberikan

Page 103:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

86

informasi kepada halayak tentang siapa dan apa status sosial orang-orang yang

sedang melakukan tarian tor-tor.

Melihat kenyataan bahwa dalam tradisi masyarakat Mandailing, onang-onang

hanya dibunyikan apabila tor-tor ditarikan, dapatlah dikatakan bahwa dalam satu segi

onang-onang dan tor-tor mengandung hubungan kausal. Artinya onang-onang

dinyanyikan sebab tor-tor ditarikan bukan karena onang-onang dinyanyikan. Pada

masa dahulu masyarakat Mandailing mempunyai pandangan bahwa penyelenggaraan

tarian adat atau tor-tor tidak sempurna keadaan apabila tidak diiringi dengan onang-

onang. Adanya pandangan demikian ini dapat menunjukkan bahwa pada masa dahulu

masyarakat Mandailing menempatkan onang-onang dan tor-tor dalam suatu

hubungan yang fungsional. Dalam pengertian lain, apabila salah satu diantara

keduanya tidak berfungsi maka yang lainnya menjadi tidak berfungsi pula secara

sempurna.

Hubungan onang-onang dan tor-tor seperti yang dikemukakan di atas adalah

hubungan keduanya pada masa yang lalu. Yaitu pada masyarakat Mandailing masih

amat terikat oleh adat atau tradisi lama. Perubahan yang sudah banyak terjadi dalam

kehidupan masyarakat Mandailing sejak masa pendudukan Jepang sampai sekarang,

kelihatannya onang-onang dan tor-tor tidak lagi merupakan kesatuan yang utuh.

Dengan maksud lain adalah pada masa sekarang tor-tor yang ditarikan dalam upacara

adat Mandailing sudah jarang sekali diiringi dengan onang-onang yang dinyanyikan

secara langsung. Dikarenakan sulitnya mendapatkan penyanyi onang-onang

(paronang-onang) yang benar-benar fasih dibidangnya. Begitu pula sebaliknya.

Page 104:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

87

Tidak jarang ditemukan suatu acara yang mengadakan onang-onang namun tidak

diiringi dengan tarian tor-tor.

Pada masyarakat Mandailing yang mengetahui adat seperti para informan,

dinyakatakan bagaimana pendapatnya kalau tor-tor dalam upacara adat atau tidak

diiringi onang-onang, umumnya mereka memberi jawaban bahwa keadaan yang

demikian itu sebenarnya kurang baik atau kurang sesuai dengan adat Mandailing.

tetapi keadaan itu terpaksa diterima karena sekarang keadaan masyarakat tidak lagi

sama dengan masa lalu.

1.3 Onang-onang Pada Masa Sekarang

Aspek musikal atau melodi pada nyanyian adat (onang-onang) tersebut boleh

dikatakan hampir tidak mengalami perubahan sama sekali. Tetapi aspek tekstualnya

cukup banyak mengalami perubahan. Artinya, pada masa dahulu umunya paronang-

onang selalu menggunakan kata-kata adat atau kata-kata sastra Mandailing untuk lirik

onang-onang. Yang dimaksud dengan kata-kata adat dalam hal ini ialah kata-kata

bahasa Mandailing yang selalu dipergunakan dalam upacara atau pidato-pidato adat.

Sedangkan yang dimaksud dengan kata-kata sastra Mandailing adalah kata-kata yang

biasanya dipergunakan dalam sastra lisan Mandailing, seperti misalnya cerita rakyat

Mandailing yang dinamakan turi-turian atau kata-kata yang memberangkatkan

pengantin perempuan ke tempat calon suaminya.

Pada masa sekarang tiga atau empat orang Mandailing yang masih bisa

menyanyikan onang-onang boleh dikatakan tidak sepenuhnya lagi menguasai kata-

kata adat maupun kata-kata sastra Mandailing. Terjadinya perubahan dalam ragam

Page 105:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

88

bahasa teks atau lirik onang-onang ini kemungkinan sekali disebabkan sastra lisan

Mandailing (turi-turian) dan andung-andung sudah hampir hilang sama sekali dari

kehidupan masyarakat Mandailing. terjadinya berbagai perubahan sosial budaya

dalam masyarakat Mandailing menyebabkan upacara adat semakin jarang

diselenggarakan. Keadaan yang demikian ini menyebabkan onang-onang pun

semakin jarang pula dinyanyikan. Sebab onang-onang menurut tradisi masyarakat

Mandailing hanya dinyanyikan dalam upacara adat untuk mengiringi tor-tor. Para

paronang-onang di Mandailing yang dahulu banyak jumlahnya semakin lama

semakin berkurang, karena satu demi satu tutup usia. Sedangkan penggantinya

dikatakan tidak lahir Karena generasi muda tidak lagi terdorong untuk mempelajari

onang-onang yang sudah semakin jarang dinyanyikan. Disamping itu apresiasi

generasi muda dalam masyarakat Mandailing terhadap onang-onang sebagai

nyanyian adat yang tradisional semakin berkurang akibat pengaruh banyaknya lagu-

lagu hiburan yang lebih disukai oleh generasi muda tersebut.

1.4 Onang-onang dan Paronang-onang

1.4.1 Paronang-onang sebagai penyanyi tradisional

Hal lazimnya onang-onang hanya dinyanyikan oleh orang-orang tertentu saja

yang disebut Paronang-onang. Untuk dapat menjadi paronang-onang (yang baik),

seseorang memerlukan sejumlah persyaratan. Baik yang bersifat alamiah maupun

persyaratan dipelajari sebagai keterampilan (skill).

Persyaratan yang bersifat alamiah itu antara lain ialah bakat, kualtias vokal

yang baik dan kualitas pernafasan yang lumrah disebut nafas yang panjang. Dalam

Page 106:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

89

hal ini yang dipandang sebagai bakat ialah kemampuan yang dibawa lahir oleh

seseorang yang membuatnya dapat dengan mudah menyanyikan irama atau melodi

onang-onang tanpa lebih dahulu banyak mempelajarinya secara khusus. Biasanya

seseorang mengembangkan bakatnya untuk menjadi paronang-onang hanya dengan

banyak memperhatikan bagaimana caranya paronang-onang menyanyi. Kemudian

berdasarkan hasil pengamatan itu dia berlatih. Selanjutnya dia mencoba

kepandaiannya dalam upacara adat.

Kualitas vokal yang baik diperlukan seseorang yang ingin menjadi paronang-

onang agar khalayak suka dan senang mendengar suaranya pada waktu maronang-

onang (menyanyikan onang-onang). Sedangkan kualitas pernafasan yang baik

diperlukan agar ia dapat menyanyikan lirik onang-onang sesuai dengan tuntutan

melodi nyanyian tersebut. Tanpa adanya terputus-putus pada bahagian-bahagian yang

seharusnya pengucapan lirik dilakukan dengan satu tarikan nafas.

Persyaratan penting bagi seorang paronang-onang yang dapat dipelajarinya

dari orang lain ialah pengetahuan tentang adat-istiadat Mandailing. termasuk di

dalamnya penguasaan istilah-istilah adat dan kemampuan menggunakan ragam

bahasa adat yang diperlukan untuk menciptakan lirik onang-onang yang baik. Karena

onang-onang dalam tradisi masyarakat Mandailing baik dahulu sampai sekarang

hanya bisa dinyanyikan oleh orang-orang yang benar-benar dapat menyanyikan

onang-onang sebagaimana mestinya menurut ketentuan adat. Maka paronang-onang

dapat digolongkan sebagai penyanyi tradisional. Yaitu penyanyi yang terikat oleh

Page 107:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

90

tradisi atau aturan-aturan adat yang hidup turun-temurun dalam masyarakat

Mandailing.

Onang-onang dan paronang-onang merupakan satu kesatuan yang benar-

benar teritegrasi dalam adat. Sebab onang-onang sebagai nyanyian dan paronang-

onang sebagai orang yang menyanyikannya dipandang dapat befungsi hanya dalam

upacara adat. Dengan kata lain onang-onang tidak lazim dinyanyikan di luar upacara

adat dan paronang-onang pun tidak lazim menyanyikan onang-onang disembarang

waktu tanpa tujuan untuk mengiringi tor-tor.

1.4.2 Paronang-onang sebagai pencipta lirik

Lirik onang-onang sifatnya tidak permanen, tetapi keadaannya selalu

berubah-ubah sesuai dengan jenis tor-tor yang diiringinya. Selain itu perubahan liri

onang-onang tergantung pula kepada pengantin yang dinyanyikan. Artinya, masing-

masing paronang-onang boleh dikatakan tidak akan menyanyikan lirik yang identik

meskipun itu mengiringi tor-tor yang sama jenisnya.

Setiap paronang-onang sesungguhnya adalah juga pencipta lirik onang-onang

yang dinyanyikannya. Dalam masyarakat Mandailing tidak terdapat orang yang

berfungsi sebagai pencipta lirik onang-onang kecuali para paronang-onang itu

sendiri. Penciptaan lirik onang-onang oleh paronang-onang tidak dilakukan dengan

cara menuliskannya. Tetapi lirik yang diperlukan diciptakan di dalam pikiran si

paronang-onang pada saat ia menyanyi, kemudian diucapkan langsung sebagai

nyanyian. Oleh sebab itulah maka dapat dikatakan bahwa lirik onang-onang

diciptakan secara spontan oleh paronang-onang pada saat ia bernyanyi mengiringi

Page 108:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

91

tor-tor. Dalam hubungan ini kemungkinan saja ada paronang-onang yang lebih dulu

menyusun semacam kerangka atau garis besar dari lirik onang-onang yang akan

diucapkannya sebelum ia mulai bernyanyi. Namun demikian kerangka lirik onang-

onang itu hanya tersimpan di dalam pikirannya dan sama sekali tidak dituliskan.

Untuk dapat menciptakan lirik onang-onang yang baik yaitu lirik yang benar-

benar sesuai sebagai narasi bagi tor-tor yang diiringinya, relevan pula isi kata-katanya

dengan status yang manortor, dapat melukiskan suasana dan keadaan upacara adat

dengan tepat dan baik serta memakai bahasa yang berkadar sastra, paronang-onang

haruslah mempunyai bahan referensi yang cukup. Bahan referensi tersebut tentu saja

yang berkenaan dengan adat-istiadat, ragam bahasa stastra, totr-tor maupun materi

lain yang berkaitan dengan budaya Mandailing. Bahan-bahan tersebut tentu pula

harus dikuasai dengan baik oleh seorang paronang-onang, sebab ia akan

menggunakan secara spontan pada saat diperlukan ketiika menciptakan lirik onang-

onang. Keadaan ini dapat menunjukkan betapa tidak mudahnya menjadi seorang

paronang-onang yang baik.

Penguasaan unsur bahasa yang baik, yaitu yang mengandung kadar sastra juga

amat penting bagi seorang paronang-onang sebagai pencipta lirik. Sebab unsur

bahasa tersebut merupakan faktor yang sangat penting dan sangat menentukan baik

buruknya kualitas lirik onang-onang yang akan diciptakan. Karena baik buruknya

kualitas lirik langsung menunjukkan kepada khalayak bagaimana kemampuan dan

kualitas paronang-onang sebagai pencipta lirik, maka masyarakat umumnya

menjadikan kualitas paronang-onang itu sendiri sebagai criteria untuk menilai baik

Page 109:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

92

buruknya kualitas seorang paronang-onang. Menurut lazimnya masyarakat

Mandailing pada masa yang lalu member kedudukan yang terpandang bagi seorang

paronang-onang ditengah masyarakat apabila ia dinilai mampu menciptakan lirik-

lirik yang baik bagi onang-onang yang dinyanyikan dalam berbagai upacara adat.

1.4.3 Kedudukan paronang-onang dalam masyarakat

Pada masa yang lalu, paronang-onang sebagai salah satu unsur fungsional

dalam sistem upacara adat dengan sendirinya mendapata kedudukan yang penting

dalam masyarakat Mandailing. Oleh karena itu setiap huta (desa) sebagai suatu

kelompok masyarakat (komunitas) mempunyai beberapa orang paronang-onang yang

berfungsi untuk mengiringi tor-tor dalam berbagai upacara adat yang dilakukan oleh

kelompok masyarakat tersebut. Dalam menjalankan fungsinya itu paronang-onang

tidak diberi upah. Sebab penyelenggaraan upacara adat merupakan kegiatan yang

dilakukan secara gotong royong suka rela. Namun demikian, untuk menjalankan

peranannya dalam suatu adat secara bersama-sama dengan pemain musik (paruning-

uning) biasanya paronang-onang diundang dengan cara adat. Artinya undangan

paronang-onang disampaikan dengan menyuguhkan sirih adar (burangir adat), dan

paronang-onang diperluakukan sebagaimana halnya dengan pemain musik.4

4 Abd. Rahman Dalimunte dan Sondah Pohan, (Adat Daerah Tapanuli Selatan Surat

Tumbago Holing, Medan, Tanpa Penerbit, 1985)

Page 110:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

93

Dalam hal ini paronang-onang bukan sebagai penyanyi biasa tetapi

mempunyai fungsi khusus sebagai penyanyi nyanyian adat, maka kedudukannya

dihormati dalam masyarakat. Dalam hubungan ini ada paronang-onang yang disebut

sebagai paronang-onang bagas godang (semacam penyanti istana). Paronang yang

demikian adalah paronang-onang yang sengaja dipelihara oleh raja karena

keahliannya lebih menonjol dari paronang yang lainnya.

Sudah sejak lama onang-onang sebagai nyanyian adat Mandailing dalam

proses kepunahan, maka dengan sendirinya kedudukan paronang-onang pada masa

ini sudah banyak mengalami perubahan. Paronang-onang pun sekarang sudah amat

langka dan susah didapat. Regenerasi dikalangan paronang-onang boleh dikatakan

tidak pernah terjadi sejak berkurangnya secara drastic penyelenggaraan upacara adat

dalam masyarakat pedesaan di Mandailing. kalaupun masih ada, dua atau tiga orang

yang bisa maronang-onang (menyanyikan onang-onang) di Mandailing. Dan

masyarakat tidak lagi memberikan kedudukan kepada mereka seperti kedudukan yang

diberikan kepada mereka pada masa lalu.

1.5 Hubungan Gondang Dengan Onang-onang

1.5.1 Gondang sebagai musik pengiring onang-onang

Menurut tradisi onang-onang waktu dinyanyikan diiringi dengan musik

gondang tor-tor. Musik pengiring onang-onang tidak hanya satu ragam saja, tetapi

bermacam ragam sesuai dengna ragam musik gondang yang dipergunakan untuk

berbagai ragam tor-tor. Dengan perkataan lain, smeua ragam musik gondang untuk

ragam tor-tor dipergunakan untuk mengiringi onang-onang. Teapi meskipun

Page 111:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

94

pengiring onang-onang, namun irama atau melodi onang-onang hanya satu macam

saja yang dinyanyikan dengan tempo yang disesuaikan dengan tempo musik gondang

pengiringnya. Misalnya melodi onang-onang yang dinyanyikan dengan iringan

(irama) gondang raja-raja sama dengan melodi onang-onang yang diiringi dengan

gondang sampedang. Tetapi tempo yang dihasilkan bisa saja berbeda karena

disesuaikan dengan kehendak musik pengiring yang berlainan.

Menurut tradisi onang-onang hanya dinyanyikan apabila gondang dibunyikan

untuk mengiringi tor-tor. Dengan perkataan lain onang-onang tidak dinyanyikan

apabila tor-tor tidak ditarikan dengan iringan gondang. Keadaan ini dengan jelas

menunjukkan bahwa eksistensinya onang-onang tergantung secara mutlak kepada

tor-tor dan gondang pengiringnya sebagai suatu kesatuan mutlak antara dua unsur

yakni tari dan musik.

Menilik keadaan yang demikian, ada kemungkinan bahwa pada mulanya

gondang tidak sengaja diciptakan untuk mengiringi onang-onang secara khusus.

Tetapi bisa jadi gondang diciptakan pada mulanya adalah khusus untuk pengiring tor-

tor. Dan kemudian musik tersebut untuk mengiringi onang-onang. Sebab

eksistensinya tor-tor mutlak tergantung kepada musik gondang dan eksistensinya

onang-onang mutlak pula tergantung kepada tor-tor. Keadaan ini memperjelas

kedudukan dan peranan onang-onang sebagai pemberi narasi bagi tor-tor.

Diatas sudah dikemukakan bahwa irama atau melodi onang-onang yang

dinyanyikan untuk mengiringi bermacam-macam tor-tor hanya satu macam saja.

Tetapi irama musik gondang yang dipergunakan untuk mengiringi bermacam-macam

Page 112:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

95

sesuai dengan ragam tor-tor yang diiringinya. Hal ini menunjukkan bahwa irama

musik gondang tidak tergantung kepada melodi onang-onang dan juga tidak

sebaliknya. Dengan perkataan lain irama atau melodi onang-onang berdiri sendiri

demikian pula irama musik gondang pengiringnya. Tetapi dalam mengiringi tor-tor

keduanya menjadi satu kesatuan.

Keadaan sekarang, onang-onang sudah tidak tergantung lagi secara mutlak

kepada tor-tor dan gondang. Artinya kadang-kadang onang-onang dinyanyikan

dengan iringan gondang dalam keadaan yang terlepas dari tor-tor. Misalnya dalam

acara kesenian tradisional Mandailing yang disiarkan dari radio. Dalam acara tersebut

onang-onang dinyanyikan tanpa ada orang yang menarikan tor-tor. Tetapi keadaan

yang demikian ini adalah keadaan yang terlepas dari tradisi lama masyarakat

Mandailing. Atau dapat dikatakan sebagai suatu “tradisi baru” yang disesuaikan

dengan perkembangan zaman. Contoh lain juga bisa ditemukan dalam upacara adat

perkawinan. Banyak ditemukan bahwa masyarakat Mandailing yang mengadakan

upacara adat perkawinan yang ingin melangsungkan horja godang dengan menaikkan

gondang dan onang-onang, tidak lagi diiringi dengan tor-tor. Dikarenakan sudah

tidak adanya lagi minat muda-mudi yang ingin manortor dalam acara adat. Dan raja-

raja yang benar-benar tau mengenai adat pun sudah pergi mendahului. Alhasil

keluaraga raja-raja sebagai penerus pun sudah tidak lagi memahami bagaimana

prosesi upacara adat di Mandailing. Hal itu juga dikarenakan turunan raja-raja banyak

yang hidup di perantauan.

1.5.2 Pargondang dan paronang-onang

Page 113:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

96

Dalam memelihara status dan menjalankan peranannya sebagai penyanyi

tradisional dalam masyarakat Mandailing, paronang-onang tergantung kepada

pargondang atau paruning-uningan. Sebab paronang-onang praktis tidak dapat

menjalankan peranan dan fungsinya kalau pargodang tidak menjalankan peranan

mereka tanpa harus disertai oleh paronang-onang.

Karena aktivitas paronang-onang tergantung secara mutlak kepada aktivitas

pargondang dalam upacara adat, maka dengan sendirinya paronang-onang selalu

menjalin hubungan akrab dengan pargondang, dan keduanya sama-sama merupakan

unsur fungsional dalam sistem upacara adat. Dari astu segi dapat dilihat bahwa

paronang-onang menjalankan peranan yang lebih kreatif dari pargondang. Sebab

dalam setiap kali menjalankan aktivitasnya yang tergantung kepada kegiatan

pargondang, paronang-onang harus maronang-onang. Sementara pargondang hanya

memainkan musik menurut pola irama yang permanen dan tidak menciptakan

sesuatu. Karena adanya peranan paronang-onang maupun pargondang yang

fungsional dalam sistem upacara adat, maka keduanya mendapat kedudukan yang

cukup dihargai di tengah-tengah masyarakat Mandailing pada masa yang lampau.

1.6 Beberapa Aspek Tekstual Onang-onang

1.6.1 Ragam bahasa lirik onang-onang

Bahasa Mandailing sampai sekarang masih dipakai di daerah Mandailing dan

di daerah-daaerah lain di perantauan dalam pelaksanaan komunikasi di antara sesama

etnik Mandailing. Bahasa Mandailing mempunyai logat dan aksen (irama) yang

Page 114:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

97

lemah lembut dan dibawakan dengan suara halus. Sesuai dengan pemakaiannya

bahasa Mandailing terdiri dari :

a. Bahasa adat (bahasa pada waktu upacara adat)

b. Bahasa andung (bahasa waktu bersedih)

c. Bahasa parkapur (bahasa waktu di hutan)

d. Bahasa na biaso (bahasa sehari-hari)

e. Bahasa bura (bahasa waktu marah/kasar)5

Sayang bahasa ini tidak begitu dikenal lagi dan didalami, terutama oleh

generasi penerus. Sedangkan menurut Mangaraja Gunung Sorik Marapi bahasa

Mandailing dibagi atas 5 macam, yaitu :

a. Hata somal i ma na niparkasajahon ari-ari Istilah dan kosakata yang dipergunakan sehari-hari.

b. Hata andoeng di hatiha siloeloeton Istilah dan kosakata dalam peristiwa duka.

c. Hata teas dohot djampolak di hatiha parbadaan Istilah dan kosakata dalam perkelahian.

d. Hata sibaso di hatiha hadatoean Istilah dan kosakata dalam upacara spiritual (kedukunan)

e. Hata parkapoer hatiha di harangan Istilah dan kosakata sewaktu berada dikawasan hutan.

Singkatnya, ada bahasa biasa, bahasa bersedih, bahasa marah, bahasa datu

(spiritual) dan bahasa di hutan. Ragam bahasa ini mempunyai istilah-istilah tersendiri

yang berlainan Dari istilah-istilah ragam bahasa sehari-hari (hata somal). Karena hata

5 H. Pandapotan Nasution, SH. Adat Budaya Mandailing Dalam Tantangan Zaman. Penerbit FORKALA. (Prov. Sumatera Utara. 2005.)14-17

Page 115:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

98

andung mengandung nilai sastra yang punya kekuatan untuk menggugah perasaan

orang lain, maka ragam bahasa inilah yang banyak dipakai dalam lirik onang-onang

yang dicampur sedikit dengan ragam bahasa sehari-hari (hata somal). Kadang-kadang

ragam bahasa hata andung disebut orang juga sebagai ragam bahasa adat. Sebab

ragam bahasa tersebut banyak dan sering dipergunakan dalam upacara adat. Oleh

sebab itulah makan orang juga mengatakan bahwa lirik onang-onang menggunakan

bahasa adat.

1.6.2 Aspek sastra dalam lirik onang-onang

Di atas telah dikemukakan bahwa lirik onang-onang biasanya

mempergunakan ragam bahasa hata andung yang mengandung nilai sastra dicampur

sedikit dengan ragam bahasa sehari-hari (hata somal). Lirik onang-onang yang tidak

banyak mempergunakan ragam bahasa tersebut dianggap kurang baik mutunya.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa aspek sastra ikut menentukan mutu lirik

onang-onang. Dituntunnya penggunaan ragam bahasa yang mengandung nilai sastra

untuk lirik onang-onang bertujuan agar lirik tersebut ketika dinyanyikan dapat

dengan mudah menggugah perasaan atau emosi khalayak yang mendengarnya.

Kekuatan bahasa yang dapat menggugah perasaan itu lahir dari aspek artistik

(keindahan) yang terkandung di dalam ragam bahasa hata andung.

Kedudukan aspek sastra dalam lirik onang-onang kelihatan hampir bersifat

mutlak. Sebab lirik onang-onang harus senantiasa mempergunakan istilah-istilah

ragam hata andung agar dapat dipandang baik. Demikianlah menurut tradisi lama

Page 116:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

99

masyarakat Mandailing yang kini sudah tidak dapat lagi menghadapi berbagai

perubahan yang terjadi dalam masyarakat tersebut. Penekanan aspek sastra dalam

lirik onang-onang tidak pada persajakan atau persamaan bunyi kata pada akhir setiap

baris lirik. Tetapi penekanannya ialah pada pemilihan dan penggunaan kata-kata yang

diambil dari ragam bahasa sastra yang disebut hata andung tersebut.

1.6.3 Bentuk lirik onang-onang

Untuk mendapatkan contoh lirik onang-onang yang dinyanyikan dalam

upaacara adat seperti upacara adat perkawinan di Mandailing sudah terbilang sukar.

Sebab pada masa belakangan ini sudah jarang masyarakat Mandailing

menyelenggarakan upacara adat yang didalamnya terdapat onang-onang. Apabila ada

masyarakat mengadakan upacara adat perkawinan pun tidak semuanya menggunakan

onang-onang didalam bagian dari acara tersebut. Hal ini dikarenakan zaman yang

tidak lagi menuntut tentang budaya. Bahkan dari segi pakaian adat Mandailing saja

sudah banyak dirubah oleh perias pengantin dan juga dari kemauan pengantin

tersebut. Apabila masyarakat Mandailing mengadakan upacara adat perkawinan yang

di dalamnya menggunakan acara onang-onang pun tetap tidak seperti dahulu yang

lengkap dengan iringan tor-tor.

Pengguna tor-tor dalam upacara adat perkawinan pada masa sekarang ialah

mereka yang merasa dirinya adalah keturunan raja-raja adat. Apabila pun tidak begitu

halnya, mereka adalah golongan orang-orang yang terbilang sangat mampu (kaya)

sehingga mereka bisa melangsungkan acara di gedung dikarenakan juga sudah sangat

jarang didapatkan halaman bolak dalam melangsungkan upacara adat perkawinan.

Page 117:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

100

Biasanya mereka yang golongan kaya (pejabat daerah) melangsungkan pesta

perkawinan di gedung dan di dalamnya terdapat acara onang-onang yang diiringi

dengan tor-tor pengantin maupun rombongannya. Namun apabila masyarakat yang

ingin mengadakan pesta perkawinan dengan mengandalkan onang-onang tetapi tidak

di gedung (halaman rumah), bisa saja tetap mengadakan onang-onang dengan panaek

gondang tanpa diiringi tor-tor. Tidak adanya iringan tor-tor dalam onang-onang

tersebut dikarenakan berbagai macam alasan yang tentunya sudah disepakati oleh

yang punya acara. Hal demikian biasanya bukan lagi pesta mangadati (mengadati

acara) hanya saja sebagai simbolis orang Mandailing (musik tradisional).

Jumlah bait dalam lirik onang-onang yang dinyanyikan untuk satu

kesempatan juga bervariasi. Ada lirik yang terdiri dari 10 baris dalam setiap bait, ada

tiga belas baris dalam setiap bait dan bahkan ada juga yang lima belas baris setiap

bait. Jumlah bait dari lirik onang-onang yang dinyanyikan untuk satu kesempatan

juga bervariasi. Tetapi pada intinya pola dalam teks lirik onang-onang memiliki lima

tema dan setiap bait mewakili isi dari tema.

Dengan melihat kenyataan seperti yang dikemukakan di atas, dapat dikatakan

bahwa bentuk dan struktur atau susunan lirik onang-onang tidak tetap. Tetapi

berbeda-beda sesuai dengan jenis tor-tor yang diiringi atau tergantung dari narasi

yang ingin diungkapkan. Ini tentunya tergantung kepada paronang-onang yang

menciptakan dan sekaligus menyanyikannya.

Page 118:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

101

1.6.4 Tema atau isi lirik onang-onang

Pada umumnya bait pertama lirik onang-onang mengandung isi yang

bertemakan pembukaan yang didalamnya terkandung pula rasa syukur atas

terlaksananya acara. Sedangkan tema atau isi yang terkandung dalam bait-bait

berikutnya bermacam ragam. Tetapi kalau tilik secara garis besarnya tema yang

bermacam ragam itu umumnya berkenaan dengan :

a. Status orang yang sedang melakukan tor-tor

b. Puji-pujian atau sanjungan kepada yang sedang manortor

c. Aspek adat-istiadat Mandailing

d. Keadaan dan suasana upacara adat ketika onang-onang dinyanyikan

e. Keadaan lingkungan tempat upacara adat diselenggarakan

f. Sarana-sarana dan benda-benda adat yang dipergunakan dalam upacara adat

g. Harapan-harapan untuk keselamatan dan kesejahteraan bersama atau doa

selamat untuk orang-orang tertentu yang diutamakan dalam upacara adat,

seperti misalnya pasangan pengantin

h. Pemupukan solidaritas sosial dan pelestarian adat-istiadat

Beberapa dari sejumlah tema pokok yang dikemukakan ini dapat sekaligus

muncul dalam lirik yang dinyanyikan oleh seorang paronang-onang untuk satu kali

kesempatan bernyanyi. Lirik onang-onang tidak lazim hanya diisi dengan satu tema

tunggal saja. Tema pokok yang dikemukakan di atas, biasanya selalu muncul

berulang-ulang dalam lirik onang-onang yang dinyanyikan untuk mengiringi

berbagai jenis tor-tor yang ditarikan dalam satu upacara adat.

Page 119:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

102

Untuk dapat mengenal bentuk, struktur maupun isi atau tema lirik onang-

onang secara kongkrit, akan dituliskan contoh teks lirik onang-onang yang

ditranskripsikan dari rekaman upacara adat perkawinan dari saudara Anwar dan

Hanan di Panyabungan pada tanggal 17 September 2016 ialah sebagai berikut :

Page 120:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

103

1. Pembukaan (terlampir pada folder notasi)

Ile onang…. Baya onang…

Marulak-ulak mambasu botohon i

Manjawek ma dirodang baya rodangon

Marulak-ulak hata sidokkonon i

Page 121:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

104

Dalam teks onang-onang yang dipakai sebagai contoh ini kelihatannya masih

ada namun tidak begitu banyak lagi dipergunakan kata-kata dari ragam bahasa sastra

(hata andung). Kurangnya penggunaan kata-kata sastra Mandailing dalam teks

onang-onang tersebut mungkin karena lirik onang-onang itu diciptakan pada masa

sekarang setelah ragam bahasa sastra Mandailing (hata andung) sudah amat jarang

dipergunakan dalam masyarakat.

Page 122:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

114

BAB IV

ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN

4.1 Dalian Na Tolu

Pada bab II sudah dilampirkan sedikit tentang dalian na tolu dan pesta adat

perkawinan di Mandailing. Namun di bab ini akan diperdalam lagi tentang dalian na

tolu juga adat perkawinan di Mandailing. Yang dimaksud dengan “Dalian Na Tolu”

atau secara harafiah “Tungku yang tiga” adalah suatu lembaga adat kemasyarakatan

Tapanuli Selatan yan g merupakan satu kesatuan dari Suhut, Anak Boru dan Mora.1

4.1.1 Suhut

Yang dimaksud dengan suhut adalah pihak yang empunya kerja (acara) baik

yang bersaudara kandung maupun keluarga dekat. Semua pangkal pembicaraan adat

datangnya dari suhut dan biasa disebut “Bona ni api martimbus”. Kalau dilihat dari

hubungan darah, suhut adalah pihak sipengambil anak gadis dari mora. Suhut selalu

ditemani kawan sepengambilan yang disebut “Pareban” dan kalau di Angkola

Sipirok disebut “Hombar suhut” di mana fungsi mereka serupa dengan kerabat dekat

tapi gilirannya setelah kerabat dekat selesai markobar (berbicara pendapat).

Penuturan dalam suhut :

1. Bapak ibu dari bapak kita disebut ompung

2. Ayah kandung dari ayah kita disebut amang

3. Ibu kandung kita disebut inang

1 H. Syahmerdan Lubis, Adat Hangoluan Mandailing,(Medan: 1997) 91-187.

Page 123:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

115

4. Anak laki-laki yang tertua dari kita disebut angkang

5. Anak laki-laki yang termuda dari kita disebut anggi

6. Kakak atau adik perempuan dari ayah kita disebut namboru

7. Anak perempuan dari ayah kita disebut iboto

8. Anak perempuan namboru dari ayah kita disebut iboto

9. Abang dari ayah kita disebut amantua/tuwak

10. Adik laki-laki dari ayah kita disebut udak

11. Istri dari amantua kita disebut nantua/tuwak

12. Istri dari uda kita disebut nanguda

13. Anak laki atau anak perempuan dari kita disebut amang-inang.

Suhut ini di dalam urusan pesta-pesta seringkali tersinggung ataupun

berselisih pendapat dan sering memuncak yang terkadang sampai tidak “marsiolian”

atau tidak saling sapa dan tidak saling berkunjung satu sama lain. Semua mengetahui

bagi mereka yang satu darah hanya putus air tidak putus rotan (gotap tampulon aek

tai inda gotap otang). Oleh karena itulah kalau ada perselisihan bersaudara tidak

boleh memutuskan hubungan silaturrahmi, terlebih-lebih hal ini telah dilarang dari

agama.

Hal lain yang sering menimbulkan perselisihan berkeluarga besar ataupun

sepihak suhut disebabkan harta pusaka. Penyelesaian melalui pengadilan bisa selesai,

tetapi hanyalah pada masalah materi, tapi masalah persaudaraan hanya bisa

diselesaikan melalui dalian na tolu. Sering juga keluarga suhut lama berselisih tapi

Page 124:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

116

bila ada pesta adat sering pada saat itu terjadi penyelesaian baikan kembali sehingga

“tampulon aek” benar-benar terbukti.

4.1.2 Mora

Mora adalah keluarga pihak anak gadis yang dipinang. Mora bisa bertingkat-

tingkat, antara lain sebagai berikut :

a. Mora pengambilan isteri ataupun mora pengambilan boru.

Mora ini baru satu kali memberikan anak gadisnya kepihak anak boru.

Kalau dalam pergaulan kelompok mora dialah tingkatan yang terakhir,

walaupun dalam prakteknya sering dikedepankan. Tetapi kalau dalam

urutan pembicaraan adat membicarakan anak gadis kita mau dilamar

orang, moralah yang berperan menetapkan garda atau yang

menjatuhkan “ompong-ompong” kepada pihak calon pengantin laki-

laki yang bermenantu.

b. Mora Ulubondar naso Hasop-sopan.

Mora ulubondar adalah keluarga pangkal ibu kita. Kalau digelanggang

paradaton harus ditunjukkan bahwa hormat kita melebihi menghadapi

mora ini dibanding mora pengambilan isteri kita. Mereka pun

mengetahui dan memberikan kelebihan kepada ulubondar dan sering

dalam pembicaraan sepakat ulubondarlah yang akan mewakili mora

menyampaikan sambutan dari pihak seluruh mora. Demikian pula

Page 125:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

117

dalam “anggaran panortoran” seharusnya mora ulubondar

didahulukan manortor boru mora pambuatan.

c. Mora Mataniari Sogak-gakon.

Mora ini biasa juga disebut “mora Liang Sotungkiron” atau “Mora

Sauntang-untang” yakni mora “abadi” yang telah turun temurun

mengambil anak gadis mereka mulai dari nenek dari nenek, nenek

sendiri, ayah, selalu mengambil gadis dari mora ini sehingga

hubungan kekeluargaan itu sudah lapis berlapis berulang-ulang.

Kedudukan mora mataniari sogak-gakon yang paling tinggi

kedudukannya dan dalam pembicaraan adat kalau mora akan bicara

maka biasanya jatuhlah pilihan mewakili seluruh mora dan mora-mora

yang lain sepakat menyerahkan dengan ikhlas untuk mewakili mereka.

Penuturan dalam mora:

1. Nenek laki-laki dan yang perempuan dari pihak ibu kita disebut

ompung.

2. Abang, adik dari ibu kita disebut tulang.

3. Istri dari tulang kita disebut nantulang.

4. Anak laki-laki dari tulang kita disebut tunggane

5. Anak perempuan dari tulang kita atau pariban kita disebut anggi

Page 126:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

118

6. Istri dari tunggane kita disebut ompung

7. Anak lelaki dari tunggane kita disebut tulang

8. Anak perempuan dari tunggane kita disebut parumaen atau maen

9. Tulang dari ibu kita = mora ni mora disebut ompung

10. Anak laki-laki dari nenek ibu kita disebut tulang.

4.1.3 Anak boru

Yang dimaksud dengan anak boru ialah keluarga yang mengambil anak gadis

kita. Jadi satu keluarga, satu ketika dia menjadi suhut, diurusan yang lain dia menjadi

mora dan begitu pula pada masalah yang lain dia menjadi anak boru. Sebagaimana

mora dan anak boru pun ada tingkatannya yang mana tingkatan ini menentukan

pekerjaan yang boleh dikerjakannya secara langsung yakni :

a. Anak Boru Sisuruk Taruma.

Anak boru ini disebut juga anak boru “maninian”. Anak boru ini yang

paling dekat ke moranya, yang langsung ikut mengurus rumah tangga

moranya. Apa saja dan di mana saja kejadian, anak boru inilah yang lebih

dahulu bertindak turun tangan.

b. Anak Boru Goruk-goruk Kapinis.

Anak boru inilah yang disebut “sihorus nalobi sitamba nahurang” yang

mengetahui keadaan keseluruhan dari pihak moranya. Kalau ada orang

luar yang hendak menemui moranya ataupun Raja di kampung itu terlebih

dahulu permisi dan sekaligus menjembatani keluarga yang datang ini.

c. Anak Boru Haholongan.

Page 127:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

119

Anak boru ini adalah anak boru harajaon yang datang dari kampung luar.

Anak boru ini ikut menangani urusan rumah tangga mora disatu pekerjaan

tapi tetap ikut bertanggung jawab. Pekerjaan dari anak boru haholongan

ini menyelesaikan semua urusan pembicaraan di gelanggang paradaton.

Penuturan dalam Anak boru :

1. Kakak ataupun adik perempuan dari ayah disebut namboru

2. Suami dari namboru kita disebut amangboru

3. Anak lelaki dari amangboru kita disebut lae

4. Anak perempuan dari amangboru kita disebut ompung

5. Anak dari lae kita disebut bere

6. Mantu dari amangboru kita disebut iboto

7. Tutur ibu kita terhadap amangboru kita disebut ompung

8. Yang mengambil bere kita disebut bere huladongan

4.2 Kedudukan Unsur Dalian Na Tolu Sama Tinggi

Kedudukan unsur dalian na tolu pada hakikinya sama tinggi, dengan alasan-

alasan :

a. Kalau membuat suatu keputusan suhut, anak boru dan mora harus hadir

dengan hak suara yang sama. Kalau satu saja tidak hadir tidak boleh

diambil keputusan atau tidak sah keputusan bila dipaksakan juga diambil

keputusan.

Page 128:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

120

b. Dalian na tolu secara harafiah adalah tiga (3) batu yang sama tinggi yang

digunakan tumpuan penjerangan untuk memasak. Semua yang dimasak

kalau tidak sama rata tumpuannya yang tiga akan tumpah yang dimasak.

c. Giliran mora, anak boru dengan suhut berganti-ganti laksana mandi di

pancuran bergiliran.

d. Anak boru memberi kata putus. Kalau ada satu permasalahan di antara

suhut, diupayakan didamaikan oleh mereka yang bersaudara kandung

maupun familinya. Kalau tidak terselesaikan mereka dapat mengikut

sertakan mora untuk memberikan pandangan dan pertimbangan.

e. Dalam hal menghadapi kesulitan pihak suhut, penyelesaian biaya pesta

adat selalu diatasi mora bersama anak boru di mana sering digambarkan

seperti berikut ini :

1/3 pembiayaan ditanggung suhut

1/3 dipikulkan kepada kelompok mora

1/3 dibebankan kepada kelompon anak boru.

4.3 Perkawinan Adat Mandailing

Pada adat Mandailing, prosesi acara pernikahan memiliki tiap-tiap proses

yang sakral dan harus dilakukan. Antara lain dimulai dari manyapai boru (lamaran),

manjagit sere (memberikan mahar), horja (pesta) dan bagian-bagian dari horja

(pesta). Dalam rangkaian pesta terdapat ende (nyanyian) Mandailing pada saat horja.

Dalam Adat Mandailing Setiap perkawinan harus diresmikan secara adat, yang

dilandasi oleh Dalian Na Tolu. Dalian Na Tolu adalah satu Lembaga Adat

Page 129:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

121

Kemasyarakatan Mandailing yang dulunya masuk kebagian Tapanuli Selatan yang

merupakan kesatuan dari Suhut (kahanggi), Anak boru dan Mora.

Dalam masyarakat tradisional Mandailing perkawinan satu marga dilarang

karena masih terdapat satu darah ataupun masih satu keluarga misalnya antara

seorang gadis bermarga nasution dengan pemuda yang juga bermarga nasution karena

adat melarang hal itu. Dahulu, apabila terajdi perkawinan semarga akan dilaksanakan

upacara adat “pahabang manuk na bontar”. Konsekwensinya, pemuda dan gadis

yang kawin semarga itu diusir dari tempat tinggal (huta) mereka dan tidak lagi

memiliki hubungan kekerabatan dengan orang-orang yang tinggal di huta mereka.

Namun setelah masuknya agama Islam masyarakat Mandailing berkembang pesat,

dimana “perkawinan satu marga” sudah lumrah terjadi, sebab agama Islam tidak

melarang perkawianan semarga.

Di dalam masyarakat Mandailing juga terdapat dua jenis perkawinan yang

juga sudah lumrah ditemukan di daerah-daerah lainnya, antara lain :

- Perkawinan marlojong; dan

- Perkawinan dipabuat

4.3.1 Perkawinan marlojong

Lojong, artinya lari dan marlojong artinya berlari. Suatu perkawinan disebut

marlojong apabila antara laki-laki dan perempuan ingin melakukan suatu perkawinan

atas dasar suka sama suka. Tetapi, jika seandainya mereka melaksanakan peminangan

secara adat, mereka akan mendapat suatu kesulitan atau tidak akan diizinkan oleh

Page 130:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

122

orang tua mereka, kemudian mereka pergi meninggalkan rumahnya masing-masing

menuju suatu tempat yang memungkinkan untuk melangsungkan suatu perkawinan.

Dengan demikian mereka melangsungkan perkawinan tanpa suatu upacara

peminangan atau pertunangan secara adat. Untuk melangsungkan perkawinan

marlojong si wanita harus meninggalkan kain sebagai suatu tanda di rumah orang

tuanya. Biasanya perkawinan marlojong ini terjadi disebabkan oleh beberapa faktor

penyebab antara lain seperti :

a. faktor orang tua kurang setuju.

b. faktor status sosial ekonomi yang berbeda.

c. faktor sistem adat yang tidak memungkinkan untuk dilaksanakan

secara adat (perkawinan sumbang)

d. faktor agama dan kepercayaan yang berbeda.

e. dan lain-lain.

Dampak negatif terhadap orang tua, baik terhadap orang tua laki-laki

maupun orang tua perempuan dari tindakan perkawinan marlojong ini ialah status

dan martabat orang tua di mata masyarakat secara adat-istiadat sejak saat itu menjadi

dipandang rendah/turun.

4.3.2 Perkawinan dipabuat

Dipabuat artinya diambil atau dipinang . Perkawinan ini adalah

perkawinan yang paling lazim dilakukan, yang didasari atas suka sama suka oleh

Page 131:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

123

kedua calon pengantin, demikian juga kedua belah pihak orang tua mereka

menyetujuinya. Pada perkawinan semacam inilah dapat dilaksanakan adat namenek

(adat kecil), adat pakupangi (adat pertengahan), ataupun adat nagodang (adat besar).

Apabila perkawinan tersebut dilaksanakan dengan upacara adat maka berlakulah

peraturan-peraturan adat, dari mulai peminangan sampai pelaksanaan perkawinannya.

Perkawinan macam inilah yang akan kita bicarakan sekilas pada bab II

sebelumnya dan hal ini akan diperluas pada bab IV ini. Dalam kawin marlojong,

upacara perkawinannya dengan sendirinya akan dilakukan di luar upacara adat.

Mungkin mereka akan keluar dari lingkungan keluarga kedua belah pihak, dan

dengan demikian mereka akan keluar dari lingkungan peradatan masyarakat

Mandailing. Namun demikian, masih terdapat kemungkinan bahwa hal ini dapat

diselesaikan secara adat. Adapun penyelesaiannya adalah melalui musyawarah dari

kedua belah pihak. Bila dari musyawarah ini dihasilkan suatu persetujuan untuk

merestui atau menyelenggarakan perkawinan ini, maka perkawinan secara adat pun

akan dilaksanakan. Dengan demikian mereka berdua dapat diterima kembali dalam

lingkungan keluarga dan adatnya.

Bagi setiap orang, perkawinan merupakan suatu hal yang maknanya teramat

penting, karena perkawinan dapat membuat suatu perubahan yang besar dalam

kehidupan seseorang. Seorang sarjana Perancis, A Van Gennep, memberikan suatu

pandangan tentang makna suatu perkawinan. Ia mengatakan bahwa perkawinan itu

merupakan rites de passage (upacara peralihan), dengan melambangkan peralihan

status kedua pengantin: dari kehidupan terpisah antara pribadi masing-masing

Page 132:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

124

berubah menjadi bersatu, bersama, di dalam suatu rumah tangga yang berdiri sendiri.

Sehingga upacara perkawinan itu, menurut A Van Gennep, terdiri dari tiga stadia atau

tahap :

1. Rites de separation (upacara perpisahan dari status semula).

2. Rites de merge (upacara peralihan ke suatu yang baru yakni proses

peralihan)

3. Rites de deggregation (upacara penerimaan ke suatu tempat yang

baru).2

4.3.3 Tingkat upacara adat perkawinan

Upacara adat perkawinan suku Mandailing dikenal tiga tingkatan yaitu :

1. Upacara Adat Namenek (upacara secara kecil atau sederhana)

Dalam upacara adat namenek ini biasanya hanya melaksanakan proses

mulai dari marnikah (ijab qabul) dilanjut dengan makan bersama yang

dihadiri oleh pihak kahanggi saja sebagai rasa syukur. Biasanya

mereka menyembelih ayam atau bebek saja untuk digulai.

2. Upacara Pakupangi (upacara menengah/pertengahan)

Biasanya proses yang dilaksanakan juga tidak jauh beda dengan adat

namenek. Hanya saja dalam upacara pakupangi ini dapat dihadiri oleh

kahanggi, anak boru dan mora. Tetapi biasanya ada juga yang

2 Arnold Van Gennep,The Rites Of Passage,(London: The University of Chicago,1960)

Page 133:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

125

melakukan upa-upa dengan seadanya menggunakan ikan bakar dan

telur bulat utuh beserta nasi dan garam.

3. Upacara Adat Nagodang (upacara adat paling besar)

Proses upacara adat nagodang tentunya proses upacara yang besar

yang melibatkan Raja-raja. Di mana proses nya ini tidaklah sederhana

namun memiliki banyak prsosesi yang harus dilakukan. Dalam hal ini

akan dibahas secara mendalam pada sub bab selanjutnya.

4.4 Mencari dan Melamar Calon Isteri

Pertama-tama berceritalah kedua orang tua si Anwar bahwa anak mereka si

Anwar sudah dewasa dan bekerja. “Kalau pendapat saya kita carikanlah calon isteri

untuk si Anwar dan kalau bisa di bulan Haji ini yang akan datang”, kata ayah si

Anwar kepada isterinya. Secara spontan hal ini ditanggapi oleh si isteri dan malam ini

juga akan dibicarakan. Pembicaraan yang seperti inilah disebut dengan “marunung-

unung bodat”.

Saat malam hari tiba dipanggillah anak laki-laki mereka, dan disampaikanlah

maksud orang tuanya, “kamu nak sudah berumur, pendidikanmu juga sudah selesai,

begitu pula dengan penghasilanmu sudah ada meski tak seberapa. Ibumu juga sudah

tua dan terkadang sudah mulai tidak sering lagi ke dapur. Maka dari itu putus mufakat

kami nak agar dicarikanlah calon menantu kami supaya ada yang mengurusi kamu

dan ibu mu nanti. Tapi yang sangat saya dambakan kalau sekiranya bisa cepat kami

juga dapatkan cucu”. Seketika dijawab oleh si Anwar, “baiklah, kalau sudah

demikian kehendak ayah dan ibu”.

Page 134:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

126

Di dalam masyarkat Mandailing, ada yang harus diperhatikan dalam memilih

calon isteri dan tidak sembarangan dalam menikahi. Ada pun sifat yang harus

dihindari ialah :

a. Kalau ada manusia keningnya selalu berkerut, mukanya selalu masam,

pakaiannya selalu kusut dan rambutnya senantiasa rekot, itulah tanda-

tanda orang “sigaya santut” gambaran orang yang gayanya sangat tidak

pantas dengan keadaan yang sebenarnya.

b. Apabila ada manusia cara bicaranya lemah lembut, cara memanggilnya

membujuk rayu, gaya menyampaikannya menggoyangkan kepala sambil

menunduk, itulah tanda-tanda orang yang “tukang gosok-gosok” atau

semacam tukang adu domba, yang kerjanya menghasut dan memfitnah

dan terkadang sama sekali tidak beralasan.

4.4.1 Mencari keluarga yang dapat membantu

Setelah mereka mufakat sejenak ditemuilah keluarga lubis yang ada di

Sinonoan sebagai anak boru goruk-goruk kapinis di Panyabungan Julu dan

disampaikanlah maksud dan tujuan mereka datang dan keluarga lubis ini pun

menyatakan menyambut baik maksud mereka.

Setelah tiba waktunya di hari baik bulan baik dipertemukanlah anak gadis

(Hanan) Raja ini dengan si Anwar dan dalam pertemuan itu pembicaraan mereka

ibarat bertemunya ruas dengan buku dan di akhiri dengan pertanyaan “apakah

bersedia menjadi rongkap ni tonding ku (pendamping hidupku)?” tutur bayo lubis.

“Kalau saya ini tidak bisa memberi jawaban atas pertanyaan bayo lubis, karena saya

Page 135:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

127

ini adalah “boru namangna do” (anak ayah). Kepada orang tua saya saja kalian

sampaikan maksud itu, dan bagaimana jawaban orang tua, begitupula jawabanku”

tutur boru suti dengan ligat.

Setelah mendapatkan keputusan dari pihak calon isteri, maka pihak dari bayo

lubis bersegera untuk menyebarluaskan berita suka cita ini kepada kahanggi mereka.

Di mana mereka meminta bantuan agar didampingi ke Bagas Godang untuk

menemui Raja Sinonoan guna menyampaikan maksud mereka. Anak boru goruk-

goruk kapinis dan kahanggi bersegera menuju Bagas Godang untuk menemui Raja

dan mereka pun disambut beserta amak lampisan (tikar adat) yang telah disiapkan

untuk tempat duduk mereka. Setelah duduk yang peraturannya harus sesuai

banjarannya (posisi) diserahkanlah terlebih dahulu silua (oleh-oleh) yang dibawa,

lalu mereka pun markopi marsilamotan (makan). Setelah itu barulah mereka

menyampaikan sirih karena ada yang ingin mereka mohonkan kepada Raja

sekeluarga.

4.4.2 Menyelidiki calon pengantin

Pertama-tama diserahkanlah sirih kepada semua yang hadir. Dalam pertemuan

itu disampaikan udak (paman) si Anwar maksud dan tujuan mereka bersengaja datang

dari Panyabungan Julu yang diperkuat oleh anak boru mereka dalam menyampaikan

kata-kata selidik tentang anak gadis (Hanan). Dari pihak mora dapatlah keterangan

bahwa mengenai penyelidikan dari anak boru tentang anak gadis Raja itu belum ada

yang melamar anak gadis baik dari pihak keluarganya sendiri (bou) maupun dari

pihak luar.

Page 136:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

128

Penyelidikan ini bertujuan juga selain memastikan bahwa pihak gadis tidak

memiliki hubungan spesial kepada siapapun, tetapi juga memastikan bahwa pihak

keluarga anak gadis memang menyukai pihak keluarga bayo lubis. Istilah ini sering

disebut dengan usip-usip. Setelah dapat semua gambaran, mulailah Raja

Panyabungan Julu memerintah untuk mempersiapkan segala sesuatunya termasuk

sinamot (mahar). Biasanya mereka berpegang pada istilah “nada tola mata hata boru

harani sinamot” (tidak boleh mentah pembicaraan lamar-melamar kalau hanya karena

mas kawin). Raja Panyabungan Julu menegaskan kembali untuk memastikan kapan

hari baik untuk pergi menemui keluarga boru suti ke Sinonoan. Semuanya harus

disiapkan apa yang diperlukan dan jangan sampai ada yang tertinggal.

4.4.3 Melamar calon pengantin secara resmi

Setelah tiba waktunya yang telah diatur oleh orang yang pandai “bayo datu”

berangkatlah rombongan ke Sinonoan membawa oleh-oleh makanan dan semua

perlengkapan manatau di waktu pembicaraan nanti diperlukan tidak ada lagi

hambatan ataupun yang menghalangi ataupun jangan sampai ada yang mengkritik.

Rombongan yang ingin melamar secara resmi ini sudah bertambah dari rombongan

sebelumnya. Di mana terdiri dari barisan kahanggi dan anak boru laki-laki dan

perempuan ikut dalam rombongan.

Setiba di rumah keluarga tujuan, dimasaklah pulut untuk dibawa nanti malam

ke rumah Raja Panyabungan Julu dan juga dimakan bersama di rumah tujuan sebagai

syarat dalam pertemuan itu. Selesai makan pulut, dimulai keluarga topotan (pihak

keluarga boru Suti) mengawali pembicaraan bahwa keluarga dari Panyabungan Julu

Page 137:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

129

ingin menyampaikan mohonannya kepada barisan mora di rumah keluarga boru suti.

Semua harapan sudah terkabul tanpa hambatan, maka pihak keluarga bayo lubis pun

memohonkan beberapa kalimat kepada pihak keluarga boru suti, antara lain :

- Upok ni tobu sisuanon (anak gadis yang akan menjadi ibu rumah

tangga)

- Titian bata naso ra buruk (hubungan keluarga yang kekal)

- Andor na mangolu parsiraisan (tempat bergantung dan pengaduan)

Semua kata-kata permohonan yang disampaikan adalah permintaan dari semua

pengetua-pengetua adat di Panyabungan Julu.

Kata-kata yang dipermohonkan oleh para pengetua adat di Panyabungan Julu

diterima oleh pihak keluarga boru suti. Lanjutlah ketahap selanjutnya, pihak keluarga

boru suti yang diwakili oleh mora juga memintakan permohonan, “walaupun

demikian kalian harus memenuhi semua persyaratan, tutupi segala lubang-lubang di

jalan, ratakan kalian jikalau masih ada yang berserakan, jangan ada satu lubang pun

yang tidak tertutup. Pendeknya, jangan ada yang berubah semua ketentuan dan yang

biasa disiapkan sesuai petunjuk nenek moyang kita dahulu. Mengenai lamaran sudah

berujung, selanjutnya majulah kita ke ruas berikutnya membicarakan “ompong-

ompong” atau beban yang harus kalian pikul”.

4.4.4 Meminta beban ompong-ompong

Dalam hal ini pihak keluarga Raja Panyabungan Julu meminta kepada pihak

mora dari keluarga boru suti agar diberitahukan beban apa yang harus dipersiapkan

Page 138:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

130

dan dibawa ketika nantinya saat seserahan. Biasanya di sini pihak Raja Panyabungan

Julu terang-terangan untuk meminta agar persyaratannya tidaklah rumit. Pihak

keluarga topotan (anak gadis) tidak mempermasalahkan hal yang jika nanti

memberatkan kepada pihak bayo lubis. Pihak keluarga topotan biasanya meminta

kepada pihak keluarga laki-laki untuk nanti mempersiapkan dan membawa :

- Kewajiban anak boru sepanjang sungai besar dan sungai kecil

(kasih sayang yang melimpah)

- Berapa mas kawin dan dalam bentuk apa

(cincin, gelang, dan kalung emas 25 gram)

- Berapa epeng mosok (uang hangus)

( berkisar 10 juta rupiah)

- Perlengkapan-perlengkapan lainnya.

(kain parompa)

Hasil pembicaraan dilaporkan kepada seluruh keluarga Panyabungan Julu.

Jelaslah diketahui Raja Panyabungan Julu kira-kira bagaimana beban yang harus

mereka persiapkan. Walau demikian semua beban harus dipersiapkan untuk

mendatangi barisan mora di Sinonoan.

4.4.5 Menyerahkan batang beban dan namuhut

Seluruh rombongan berangkat ke Sinonoan di mana rombongan ini terdiri dari

laki-laki dan perempuan berpasang-pasangan dari keluarga suhut dan anak boru

Page 139:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

131

lengkap. Rombongan membawa “batang boban” dan “namuhut” dengan berlainan

tempat serta juga disiapkan oleh-oleh makanan yang sudah dimasak dan pulut berinti

(gongsengan kelapa dengan gula merah) secukupnya.

Sesampai di rumah mora pihak boru suti, pertama-tama diserahkan terlebih

dulu nasi oleh-oleh kepada keluarga pareban untuk makan bersama-sama. Setelah

makan sipulut, segeralah mereka marhata-hata (berbincang) sampai pada proses

penyerahan “batang beban” dan “namuhut” sesuai permufakatan. Di samping batang

boban, ada juga dipersiapkan “perkayan” berupa kain sholat yakni :

- Apus ilu untuk ibu

- Tutup uban untuk nenek/ompung

- Uduk-uduk api untuk namborunya, kalau tidak ada bisa untuk eteknya

- Upa tulang untuk tulangnya

- Unjuk/hariman untuk udak dan tuwaknya

- Namuhut berupa uang kepada pihak-pihak tertentu

- Ingot-ingot berupa uang (semampunya) kepada semua yang hadir

Semuanya diserahkan kepada mora, dan moralah yang dipercayai untuk dibagikan

kepada siapa-siapa sepantasnya.

4.4.6 Kawin manjujur

Perkawinan mengakibatkan perpindahan keluarga perempuan masuk kepada

keluarga si suami. Kalau boru nasution yang dikawini bayo lubis, maka setelah

selesai pembicaraan adat boru nasution menjadi isteri bayo lubis, dengan demikian

Page 140:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

132

isterinya menjadi keluarga lubis. Demikian pula sebaliknya bila seorang boru lubis

dikawini seorang bayo nasution maka gadis lubis ini akan masuk menjadi keluarga

nasution.

Namun saat ini pengertian seperti di atas tidak lagi berterima di hati kecil

keluarga walaupun pemakaian istilah-istilah itu masih tetap dipakai digelanggang

paradaton. Pergeseran ini terjadi dengan beberapa alasan, antara lain :

a. Masuknya agama Islam; pandangan menurut Islam tidak membedakan hak

dan kewajiban laki-laki dan perempuan kecuali sudah jelas-jelas diatur

sesuai harkat dan kodrat dari wanita itu sendiri.

b. Pengaruh pendidikan; sekarang keahlian kaum wanita sudah sedemikian

majunya sehingga pihak wanita telh mengetahui ilmu diberbagai bidang

kemasyarakatan sehingga tuntutan persamaan hal perlakuan sudah

semakin meningkat.

4.4.7 Menyerahkan barang dan mara dari boru

Yang dimaksud dengan acara menyerahkan barang dan mara dari boru adalah

cara yang dilaksanakan sewaktu boru mau berangkat ataupun pada saat sebelum boru

diserahkan di pintu dari rumah adat. Sewaktu menyerahkan mas kawin sudah

berpindah tanggung jawab menurut peradatan kepada pihak pengantin laki-laki, tapi

sebelum dibawa dititipkan dulu di rumah mora dan setelah dapat hari yang baik di

situ saatnya datang rombongan menjemput.

Apabila disimpulkan penyerahan tanggung jawab ini dari pihak mora kepada

anak boru ada 3, yakni :

Page 141:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

133

1. Peralihan tanggung jawab setelah selesai pembicaraan mas kawin

2. Peralihan tanggung jawab menurut agama setelah selesai akad nikah

3. Peralihan tanggung jawab kalau badannya telah diserahkan di pintu

gerbang rumah kepada tangan anak boru.

Perbedaan waktu peralihan tanggung jawab ini tidak menjadi permasalahan di

masyarakat Mandailing karena masing-masing peralihan tanggung jawab ini

mempunyai alasan-alasan yang cukup kuat dan semua sepakat namun hanya alasan

keagamaan yang bisa menghapuskan batas-batas pergaulan antara pengantin wanita

dengan pengantin pria.

Seterusnya di samping menyerahkan barang dan maranya ini sebenarnya

terselip pengharapan dan do’a kepada pengantin berdua menjadi batu ingatan kepada

pengantin lelaki bagaimana supaya baik dan dapat menerima pengantin wanita di

keluarganya dan di masyarakat desa pengantin lelaki. Pada waktu menyerahkan

barang dan mara telah disediakan di ruangan utama rumah adat berupa :

1. Tikar berlapis pinggir merah yang diikat dengan padang togu

2. Piring dan seperangkatnya

3. Kain pakaian seperlunya

4. Aronduk berisi beras, senduk besar dan telur ayam

5. Salipi jantan dan betina

6. Ulos adat

Page 142:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

134

7. Nasi buat oleh-oleh

8. Bambu tempat mengambil air minum

9. Sendok dan lain-lain yang sempat dipersiapkan.

4.5 Pesta Adat Memberangkatkan Boru

Dalam memberangkatkan boru, pertama-tama dibuatlah persiapan

permufakatan keluarga dan merundingkan apa-apa yang mau dikerjakan, setelah itu

dilaksanakan memberi makan yang terakhir kepada boru dan hal yang terakhir adalah

puncak pesta adat pemberangkatan.

4.5.1 Mufakat keluarga dalam memberangkatkan boru

Kalau ada satu pekerjaan yang mau dilakukan terlebih dulu dibuat

permufakatan dengan maksud supaya pekerjaan itu berjalan dengan sebaik-baiknya.

Setiap diadakan permufakatan yang mengundang kaum kerabat dan ikut unsur dalian

na tolu, disediakan pulut bersama intinya yang tujuannya agar apapun keputusan hasil

mufakat sependapat dan semua yang ikut membicarakannya sama bertanggung

jawab.

Selesai anak boru berbicara disambut namora na toras di mana semua

menyampaikan bahwa apa yang dikehendaki barisan suhut sudah jelas mereka

dengan dan mereka menyatakan ikut bersama-sama menerima tugas dan akan

mengerjakan pekerjaan ini dengan sebaik-baiknya.

4.5.2 Mangalehen mangan (memberi makan yang terakhir)

Memberikan makan terakhir ini adalah barisan tingkat ayah dan ibu termasuk

semua keluarga dekat, mora dan anak boru sebelum anak gadis dinikahkan. Jadi

Page 143:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

135

member makan yang terakhir selama masih dalam tanggung jawab telah beralih

kepada suaminya.

Maksud memberi makanan terakhir ini untuk memberikan nasihat yang

terakhir dari semua pihak keluarga sebelum anak gadis meninggalkan keluarga dan

sebagai bekal pengetahuannya di kampung mertuanya. Karena memberi makan ini

bersengaja maka keperluannya disiapkan berupa nasi seperti nasi upa-upa dan

perlengkapannya yang biasa disebut “indahan panghoras-horasi”.

4.5.3 Panaek gordang (menaikkan gondang)

Yang dimaksud dengan panaekkon gordang untuk memberitahukan kepada

semua Raja-raja terlebih Raja Panusunan bahwa perangkat musik gendang akan

ditabuh selama pesta ini. Tujuannya supaya raja-raja ikut manortor dan muda mudi

ikut semua memeriahkan pesta ini. Panaek gordang ini apabila di rumah pengantin

wanita biasanya dilakukan pada malam hari, disebabkan pada esok harinya saat pesta

inti (mata ni horja) sorenya pengantin wanita sudah dibawa ke rumah pengantin

lelaki. Namun tetap saat mata ni horja tiba, gordang masih ditabuh dan ada juga yang

masih manortor tergantung banyaknya Raja-raja dan keluarga besar.

Banjaran pekerjaan dari panaek gordang adalah :

a. Mengundang Raja-raja dengan “undangan sirih”

Page 144:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

136

b. Suhut memberikan gambaran apa yang mau dikerjakan kemudian meminta

kepada Raja-raja agar sama-sama tinggal dulu di rumah adat sampai

pekerjaan selesai.

c. Hatobangon (pengetua adat) dan Raja-raja menyambut permohonan dari

suhut.

Dalam acara panaekkon gordang ini yang bertujuan agar Raja-raja dan

keluarga manortor. Nyanyian pengiring tor-tor itu sendiri disebut “onang-onang” di

mana setiap teksnya adalah narasi dari si panortor. Dalam hal ini, panaek gordang

yang dimaksud adalah Gordang Sambilan yang juga sebagai gordang pengiring

onang-onang.

4.5.3.1 Gordang sambilan dalam musik

Di Indonesia secara umum alat musik perkusi dikenal dengan sebutan

gendang dan memiliki beragam varian penyebutan yang terbentuk oleh keadaan

lokasi tertentu, seperti : gondang, gordang, kendang, genderang. Gordang Sambilan

adalah istilah yang merujuk pada alat musik yang terdiri dari Sembilan buah gendang

berukuran besar dan memiliki teknik pemukulan tersendiri. Perlu adanya penegasan

mengenai istilah Gordang Sambilan, karena dalam konteks budaya Mandailing istilah

gordang dan gondang memiliki arti yang berbeda.

Page 145:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

137

Di mana gondang diartikan sebagai alat musik perkusi berukuran kecil atau

dikenal dengan istilah gondang topap. Gondang juga dapat memiliki arti sebagai

suatu susunan komposisi musik, sedangkan gordang3 adalah alat musik perkusi

berukuran besar. Mengukuhkan peran Gordang Sambilan dalam musik tentu

memerlukan suatu definisi tentang musik itu sendiri, definisi musik dalam hal ini

mengacu pada Cross (2001:31) yang mengatakan bahwa :

“Musics can be defined as those temporally patterned human activities, individual and perception of sound and have no avident and immediate efficacy or fixed consensual reference”

Musik adalah bentuk kehidupan yang bersinggungan dengan aktifitas manusia

secara individual dan sosial dan musik memiliki kemampuan melintas batas yang

dapat dijelaskan berdasarkan lingkungan sosial dan budaya yang berbeda. Musik

dalam lintasan sejarah kehidupan manusia menurut Durant (1984:20) berasal dari

kata bahasa Yunani “Mousike” yang mengacu pada suatu kelompok kegiatan seni dan

pengetahuan, dan pada awalnya ditujukan sebagai proses perantara dalam

berhubungan dengan pencipta. Hubungan antara pelaksanaan musik dan perilaku

ritual terhadap pencipta tampaknya adalah hal yang umum dalam kehidupan

kebudayaan diberbagai belahan dunia, tulisan dari DeVale (1989) memberikan

3 Harahap menuliskan tentang gendang terbesar di dunia adalah Gordang Sambilan dari

Batak-Mandailing dan gendang terkecil di dunia adalah Gendang Karo (Silindungi dan Sianakki), keduanya hanya ada di Sumatera Utara. Pernyataan ini terdapat di dalam buku Sri Hartini dkk, Fungsi dan Peran Gordang Sambilan Pada Masyarakat Mandailing, hal 63-71.

Page 146:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

138

keterangan musik memiliki kekuatan terhadap roh leluhur dan pemahaman akan hal

tersebut menyebar di kawasan Asia Tenggara dan Afrika.4

Merriam (1964:221) menyebutkan salah satu fungsi dan penggunaan dalam

menerjemahkan musik sebagai suatu bagian dari sistem sosial adalah fungsi bentuk

pengesahan institusi sosial dan upacara agama yang religius. Gambaran yang erat

antara musik dan perilaku ritual yang dimanifestasikan dalam bentuk upacara-upacara

dalam suatu kebudayaan.

Gordang Sambilan sebagai bagian ritual adalah bentuk tradisi lisan yang

berlaku dalam masyarakat Mandailing. Berkaitan dengan hal ini Vansina (1985:3)

mengatakan sebagai bagian dari produk pesan lisan yang diteruskan dari generasi ke

generasi berikutnya hingga proses transmisi pesan lisan itu berubah dan hilang.

Musik dalam kebudayaan Mandailing mencakup dua aspek penting, yaitu musik alat

dan musik tanpa alat. Di mana musik alat mencakup Gordang Sambilan, gondang

topap (dua), sarunei, seruling, uyup-uyup sedangkan musik tanpa alat mencakup

penggunaan vokal manusia, seperti ungut-ungut, onang-onang dan bentuk nyanyian

lainnya yang terkait dengan aktifitas tertentu.

Musik dalam kehidupan masyarakat Mandailing selalu memegang peranan

yang penting dan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan tertentu. Pada penggunaan

ritual kecil terbatas digunakan alat musik gondang topap (dua). Pada penggunaan

dalam konteks hiburan dipergunakan teknik vokal dalam kegiatan mengisi waktu

4 Sri Hartini dkk, Fungsi dan Peran Gordang Sambilan Pada Masyarakat Mandailing, (Balai

Pelestarian Nilai Budaya Banda Aceh. 2012), 63-71

Page 147:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

139

luang ataupun dalam kegiatan pertanian dapat digunakan sarunei, tulila dalam

kegiatan mencari jodoh di kalangan muda mudi (markusip). Menurut pada sejarah

yang masih berlaku di dalam masyarakat Mandailing, gordang memiliki keterkaitan

dengan bentuk kepercayaan lama masyarakat terhadap pencipta yang disebut pele

begu yang dipengaruhi oleh kepercayaan Hindu dan Budha.

Sebagai alat musik, Gordang Sambilan pada awalnya dipergunakan sebagai

sarana ritual kepada roh-roh leluhur atau nenek moyang untuk meminta suatu hal.

Pada perkembangannya Gordang Sambilan juga dipergunakan dalam lingkup hiburan

secara terbatas seperti perkawinan dan hari-hari besar lainnya. Gordang Sambilan

dimainkan dalam konteks musikal rhytm yang berarti sebagai alat musik ritmis

dengan kemampuan mengiringi suatu repertoar musik, alat musik lainnya berfungsi

sebagai pengikut dan membagi batas-batas nada dan dimensi tempo. Aplikasi

Gordang Sambilan di lapangan memperlihatkan bahwa dua gondang terbesar, yaitu

jangat memegang peran sebagai peningkah melodis yang membuka ruang kreativitas

dalam Gordang Sambilan.

Pandangan lain yang ditawarkan Kartomi (1981:2) dalam buku karya Sri

Hartini dkk (2012) yang mengemukakan pendapat bahwa terjadi suatu korelasi

triangulasi antar gondang dalam Gordang Sambilan yang disimbolkan sebagai suatu

hubungan sexual dualism, yaitu gondang induk sebagai simbol perempuan dan

gondang jantan sebagai simbol laki-laki. Serta gondang enek-enek sebagai simbol

anak yang diproduksi oleh dua gondang sebelumnya.

Page 148:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

140

Pada acara adat perkawinan masyarakat Mandailing sudah tidak asing lagi

dengan onang-onang (nyanyian pengiring tor-tor). Masyarakat dari keturunan

keluarga Raja atau pun bukan Raja, sudah tidak lagi dipermasalahkan jika ingin

mengadakan pesta perkawinan dengan menaikkan Gordang Sambilan beserta onang-

onang. Hanya saja ada beberapa syarat yang harus dilakukan seperti menyembelih

seekor kambing. Adanya Gordang Sambilan sebagai alat musik pada acara pesta

perkawinan sudah menandakan bahwa mereka adalah dari keluarga yang

berketurunan Raja ataupun yang memiliki kemampuan materi.

4.5.3.2 Perlengkapan gordang sambilan

Struktur pertunjukan Gordang Sambilan sangat ditentukan oleh pemain jangat

(gondang terbesar dalam susunan gordang sambilan), posisi pemain jangat disebut

dengan istilah panjangjati dan setiap pemain jangat merupakan pemimpin bagi alat

musik lainnya yang dalam lingkaran permainan Gordang Sambilan. Perlengkapan

Gordang Sambilan terbagi menjadi 2 bagian, antara lain :

a. Internal

Ogung

Doal

Sarunei

Tali sasayak

Seruling

Talempong

Gondang topap/tunggu-tunggu dua

Page 149:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

141

b. Eksternal

Burangir (sirih)

Sontang (gambir)

Soda (kapur sirih)

Pining (pinang)

Timbako (tembakau)

4.5.3.3 Simbolisasi gordang sambilan

Gordang Sambilan secara umum dilekatkan dengan simbol yang berlaku

dalam kehidupan masyarakat Mandailing seperti kekerabatan, kekuasaan raja, alam,

jenis kelamin dan sebagainya. Dalam wilayah Mandailing Hulu Pungkut simbol

kekerabatan tersebut diartikan sebagai :

Tabel : 4.5.3.3 (1)

Simbolisasi gordang sambilan di wilayah Hulu Pungkut

Urutan Nama Simbol Kekerajaan

Penjelasan

Gondang 1 Jangat Raja Seorang pemimpin dan bentuk kekuasaan

Gondang 2 Jangat Raja Seorang pemimpin dan bentuk kekuasaan

Gondang 3 Jangat Raja Seorang pemimpin dan bentuk kekuasaan

Gondang 4 Pangoloi Ombar Suhut Sistem Dalian Na Tolu Gondang 5 Pangoloi Ombar Suhut Sistem Dalian Na Tolu

Page 150:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

142

Gondang 6 Hudong-kudong Suhut Sebagai sosok yang memulai acara

Gondang 7 Hudong-kudong Suhut Sebagai sosok yang memulai acara

Gondang 8 Eneng-eneng Anak-anak Sebagai bentuk simbolisasi keceriaan anak-anak dalam kehidupan

Gondang 9 Eneng-eneng Anak-anak Sebagai bentuk simbolisasi keceriaan anak-anaka dalam kehidupan

Sedangkan dalam kehidupan masyarakat Mandailing di Pidoli Dolok,

simbolisasi Gordang Sambilan dan simbol susunan dalam keluarga (masyarakat)

dimanifestasikan dalam bentuk :

Tabel : 4.5.3.3 (2)

Simbolisasi gordang sambilan di wilayah Pidolo Dolok

Urutan Simbol

Gondang 1 Raja Panusunan Gondang 2 Suhut Gondang 3 Suhut Gondang 4 Anak Boru Gondang 5 Anak Boru Gondang 6 Pisang Raut Gondang 7 Pisang Raut Gondang 8 Naposo Bulung Gondang 9 Naposo Bulung

Page 151:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

143

Dalam bentuk simbolisasi jenis kelamin terhadap Gordang Sambilan terbagi

atas dua jenis, yaitu laki-laki dan perempuan. Dapat di lihat pada tabel berikut :

Tabel : 4.5.3.3 (3)

Simbolisasi gordang sambilan dalam jenis kelamin

Urutan Simbol Gondang 1 Laki-laki Gondang 2 Perempuan Gondang 3 Laki-laki Gondang 4 Perempuan Gondang 5 Laki-laki Gondang 6 Perempuan Gondang 7 Laki-laki Gondang 8 Perempuan Gondang 9 Laki-laki

Di atas tadi sempat dijelaskan bahwa dalam acara panaekkon gordang yang

bertujuan agar Raja-raja dan keluarga manortor. Nyanyian pengiring tor-tor itu

sendiri disebut “onang-onang” di mana setiap teksnya adalah narasi dari si panortor.

Dalam hal ini, panaek gordang yang dimaksud adalah Gordang Sambilan yang juga

sebagai gordang pengiring onang-onang.

Pada masyarakat Mandailing dalam 5 tahun belakangan ini sudah tidak asing

lagi melihat acara pesta adat perkawinan di mana onang-onang diiringi oleh Gordang

Sambilan. Namun bagi kalangan luar mendengar hal ini akan timbul pertanyaan dan

rasa penasaran, karena di mana pada mulanya onang-onang diiringi dengan Gondang

Page 152:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

144

Boru (gondang dua). Pada susunan Gordang Sambilan, sudah dijelaskan di atas

bahwa pada setiap gondang memiliki simbol-simbol tersendiri, dan setiap gondang

memiliki hasil nada yang berbeda-beda. Sesuai dengan penjelasan di atas bahwa

Gordang Sambilan adalah musik rythm (ritmis). Walaupun demikian, para paruning-

uning (pargondang) memiliki beberapa alasan lain mengenai hal onang-onang yang

diiringi oleh Gordang Sambilan, antara lain:

a. Adanya perkembangan zaman

b. Menarik

c. Mengikuti kemauan peminat

d. Merdeka (tidak sesulit pada masa kerajaan dulu jika ingin memainkan

Gordang Sambilan)

e. Gondang mengikuti nyanyian

f. Setiap gondang bisa mengasilkan nada sesuai yang dibutuhkan

Hal ini juga hampir sama dengan Batak Toba atau Karo di mana gondang itu dipadu

padankan dengan keyboard.5

4.5.3.4 Tampilnya onang-onang pada upacara perkawinan

Onang-onang adalah sebuah nyanyian pengiring tor-tor pada adat perkawinan

Mandailing. Akan tetapi tidak jarang pula digunakan dalam acara seremonial adat

masyarakat Mandailing. Nyanyian ini mengandung makna pujian atau do’a-do’a

5 Hasil wawancara dengan Ridwan Nasution (pargondang, paruning-uning, paronang-onang)

pada tanggal 31 Mei 2017 pukul 09:23 melalui telepon.

Page 153:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

145

ataupun harapan yang dilaksanakan dalam acara yang dimaksud dan kembali kepada

Sang Pencipta (adat yang berdasarkan dari ketentuan agama). Dengan kata lain,

Onang-onang dapat terbagi atas dua bentuk, yaitu Onang-onang dalam konteks

sukacita atau siriaon dan bentuk Onang-onang dalam konteks dukacita atau siluluton.

Namun setelah masuknya Islam di Mandailing, onang-onang dalam konteks siluluton

(duka cita) telah dihapuskan.

Onang-onang lazimnya dipergunakan dalam konteks ritual perkawinan,

dimana Onang-onang memberikan petuah atau pesan kehidupan kepada individu

yang melakukan perkawinan, Onang-onang juga dapat dipergunakan sebagai bentuk

petuah orangtua kepada anak-anaknya. Satu hal yang menjadi kekhususan onang-

onang ini adalah dimana lirik yang dinyanyikan oleh penyanyi (Mandailing :

Paronang-onang) pada acara perkawinan ini dilakukan secara spontan saat acara

berlangsung tanpa ada penulisan lirik dan nyanyian harus sesuai isinya setelah

mereka mendapatkan deskripsi tentang “bayo pangoli” dan “boru na nioli” dan

mengungkapkan status sosial penarinya (Mandailing : Panortor) dan suasana saat

acara berlangsung.

Onang-onang mulai dinyanyikan setelah acara pembukaan atau disebut

dengan panaek gondang. Onang-onang memiliki ritmis yang tetap dan berulang-

ulang. Onang-onang selalu dimulai oleh bunyi dari alat musik suling kemudian di

lanjutkan oleh nyanyian pengiring tor-tor (Mandailing : Onang-onang) yang

dinyanyikan penyanyi (Mandailing : Paronang-onang).

Page 154:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

146

Onang-onang memiliki makna kiasan yang terdapat pada teks nyanyian.

Makna tersebut memiliki keterkaitan antara kalimat sebelumnya dengan kalimat

sesudahnya. Pada lirik juga terdapat kata tambahan atau pengurangan yang

sebenarnya tidak memiliki arti, namun fungsinya untuk mengikuti iringan musik agar

tidak terjadi kejanggalan atau tertinggal.

Setiap paronang-onang terlebih dahulu harus mengetahui maksud dan tujuan

pelaksanaan upacara tersebut. Selain itu ia juga harus tahu kepada siapa nyanyian itu

ditujukan, agar paronang-onang dapat menyesuaikan isi dan syair lagu yang

dinyanyikannya. Misalnya, dalam upacara perkawinan, gondang yang pertama adalah

Gondang Suhut Sihabolonan, maka paronang-onang harus menyesuaikan isi onang-

onang tersebut sesuai dengan upacara perkawinan tersebut dan latar belakang

kehidupan suhut sihabolonan. Oleh sebab itu syair onang-onang tidak mempunyai

teks yang pasti, melainkan diciptakan oleh paronang-onang secara spontan.

Setiap paronang-onang tentu berbeda dalam menciptakan versinya, semakin

kaya perbendaharaan hata sastra yang di kuasai paronang-onang akan semakin baik

pula lirik yang dipergunakan dalam nyanyiannya. Panjang lagu onang-onang tidak

ditentukan waktunya, ini tergantung kepada paronang-onang itu sendiri, juga melihat

stuasi waktu yang disediakan dalam upacara ini.

Pada onang-onang terdapat bait-bait kata pembukaan, sebagai pemberitahuan

kepada kerabat yang hadir bahwa acara penampilan onang-onang (gondang) mulai

Page 155:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

147

dibuka atau ditampilkan. Oleh karena itu bagian pembukaan ini hanya ditampilkan

satu kali saja yakni pada onang-onang yang mengiringi Gondang Suhut Sihabolonan,

yang merupakan gondang pertama dari setiap penampilan gondang. Paronang-onang

menyampaikan kata pembukaan ini kepada seluruh kerabat yang hadir dan juga

kepada orang yang menortor. Dalam isi pembukaan tersebut paronang-onang

biasanya menyampaikan suatu pesan yang ditujukan kepada masyarakat Mandailing

umumnya, dan khusunya pada kerabat yang hadir pada saat upacara itu, agar tetap

mempertahankan nilai-nilai yang terkandung dalam musik gondang, baik dari aturan

penampilannya maupun dari maknanya.

Onang-onang juga berisikan lirik-lirik yang merupakan penjelasan maksud

upacara, yang ditujukan kepada kerabat yang hadir. Apabila ditinjau dari kata yang

terdapat pada bagian ini, maka paronang-onang berperan sebagai penyambung lidah

panortor (suhut sihabolonan) guna menjelaskan maksud dari upacara tersebut,

sehingga dari isi bagian ini orang dapat lebih banyak mengetahui tentang maksud

upacara yang sedang dilaksanakan. Paronang-onang dalam menyampaikan

penjelasan tersebut, sudah tentu akan menyesuaikan syairnya dengan upacara yang

sedang dilaksanakan. Misalnya, dalam upacara perkawinan paronang-onang akan

menjelaskan bahwa pelaksanaan upacara itu adalah untuk menyambut menantu

mereka. Dalam penjelasan tersebut paronang-onang akan menceritakan pula identitas

dari masing-masing pengantin, contohnya seperti pengantin itu berasal dari marga

Page 156:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

148

apa, anak nomor berapa, dan tempat tinggalnya dimana. Isi bagian lirik ini selalu

ditampilkan pada setiap onang-onang.

Dalam onang-onang terdapat juga bagian yang menceriterakan latar belakang

dari setiap panortor kepada seluruh kerabat yang hadir. Ceritera ini hanyalah

mengenai hal yang baik-baik saja, sedangkan hal yang tidak baik mengenai penortor

tidak pernah diceriterakan. Adapun ceritera latar belakang yang akan disampaikan

adalah mengenai identitas dan keberhasilan dari setiap panortor, misalnya,

kedudukan si panortor di dalam pesta itu sebagai apa, berasal dari marga mana, dan

kedudukannya di tengah-tengah masyarakat dan lain-lain. Oleh karena itu paronang-

onang secara umum harus pula mengetahui atau mengenai pribadi setiap orang yang

manortor.

Apabila ditinjau dari arti kata dalam liriknya, maka fungsi dari bagian

nyanyian ini merupakan suatu penjelasan untuk memperkenalkan si panortor kepada

seluruh kerabat yang hadir, sehingga dari sana orang dapat mengetahui bagaimana

hubungan si panortor terhadap pihak suhut sihabolonan, sekaligus juga orang

menentukan tuturnya (kedudukan) dalam peradatan. Dengan demikian bagian

nyanyian ini akan ditampilkan pada setiap onang-onang.

Bagian lirik yang berisikan kata-kata pujian juga terdapat pada onang-onang.

Isi pujian ini ditujukan kepada setiap yang menortor. Dalam penyampaian pujian

tersebut, paronang-onang selalu memperhatikan kedudukan si panortor, baik dalam

Page 157:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

149

peradatan, dalam pekerjaan, atau pun dalam kehidupan sehari-hari. Sama dengan

menceriterakan latar belakang parnortor, paronang-onang selalu memberikan pujian

mengenai hal-hal yang baik saja. Jika suhut inanta soripada yang menortor misalnya,

maka paronang-onang akan memberikan pujian tentang kebijaksanaan sebagai istri

atau kepandaiannya dalam mendidik anak. Jika mora yang manortor, maka isi

pujiannya akan mengenai kesedian mora dalam memberikan berkat dan kesediaan

mora dalam menghadiri upacara tersebut. Begitu pula kalau anak boru yang

manortor mata kata pujian yang diberikan akan mengenai kerajinan mereka dalam

membantu pelaksanaan pekerjaan di pesta tersebut.

Dalam onang-onang terdapat juga bagian yang berisikan nasehat. Nasehat ini

ditujuakan kepada pihak parnortor. Isi nasehat yang dismapaikan paronang-onang

tentu saja harus disesuaikan dengan kedudukan yang manortor. Misalnya jika pihak

suhut yang manortor, isi nasehat yang disampaikan padanya adalah untuk

mengingatkan pihak suhut agar tidak juga mengucapkan syukur kepada Tuhan atas

terlaksanaannya upacara tersebut. Jika pengantin (namora pule) yang manortor, maka

isi nasehat yang diberikan ialah untuk hidup seia-sekata, sepenanggungan, baik dalam

suasana duka maupun suka.

Dibagian akhir lirik onang-onang terdapat juga bagian yang berisikan doa,

untuk meminta perlindungan kepada Tuhan, meminta agar diberi umur yang panjang,

diberikan kesehatan, dan meminta rejeki yang baik dalam kehidupannya. Bagian doa

ini ditampilkan pada setaip penampilan gondang, ditujukan kepada setiap penortor

Page 158:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

150

dan kepada kerabat yang hadir. Dalam penyampain doa ini kadang-kadang paronang-

onang berperan sebagai wakil dari yang menortor, dalam meminta perlindungan pada

Tuhan, kadang-kadang ia berperan sebagai wakil dari seluruh kerabat yang hadir,

yakni pada waktu menyampaikan doa yang ditujukan pada pihak suhut sihabolonan

dan kedua pengantin.

4.5.4 Pabuat boru (memberangkatkan pengantin)

Di mata ni horja (pesta inti) pabuat boru ini dilaksanakan pagi-pagi sebelum

ada pembicaraan manortor dari pihak Raja-raja, suhut, anak boru dan mora. Dalam

hal manortor, sebenarnya tidak boleh bercampur-campur marga dalam satu anggaran,

seharusnya hanya satu marga agar bisa anak boru sebagai sipangayapi agar terjadi

beragam marga.

Selesainya manortor dimulai pulalah membicarakan memberangkatkan boru

di mana semua Raja-raja yang diundang dengan “burangir pudun-pudun” agar semua

masuk ke pantar bolak paradaton karena akan dimulai pembicaraan permohonan

suhut bolon. Setelah lengkap semua didahului dengan makan pulut dan setelah itu

barulah suhut bertanya kepada Raja Panusunan apakah sudah boleh menyuguhkan

sirih karena ada yang akan disampaikan oleh pihak suhut bolon.

Setelah dapat izin dari Raja Panusunan barulah dijalankan sirih yang

aturannya dimulai dari Raja Panusunan, mora dengan barisan Raja-raja baik laki-laki

maupun perempuan. Kegiatan ini juga sekaligus menyampaikan “olos dohot andung”

dari pihak suhut bolon. Dilanjutkan pula dengan hata-hata nasehat dari berbagai pihak

Page 159:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

151

mengenai pelaksanaan acara yang sudah berlangsung dari awal hingga mata ni horja.

Demikian pula menyangkut gambaran besar kecilnya pesta ini telah disaksikan

bersama-sama bahwa anak gadis (Hanan) dari Raja kampung Panyabungan Julu telah

diberangkatkan menurut peraturan sepanjang adat menurut adat yang semestinya.

4.6 Pesta Memperkenalkan Anak dengan Menantu

Dalam hal ini hampir semua yang dijelaskan pada bagian waktu menjelaskan

pemberangkatan pengantin wanita sehingga seolah-olah terjadi berulang-ulang,

seperti mengadakan mufakat kerja, paampe gordang, mata ni horja (pesta inti/puncak

pesta), manortor dan mangalehen mangan pamunan (melayani yang capek). Dilihat

dari segi boru (Hanan) yang dipinang dan satu pihak pemuda (Anwar) adalah yang

meminang. Bagian-bagian dari pada pihak pemuda ialah sebagai berikut :

a. Marpokat Godang/mufakat besar

Hal ini sama dengan yang dilakukan pada acara di tempat pengantin boru.

b. Panaek Gondang/menaikkan gendang

Proses menaikkan gendang yang dilakukan pada acara di tempat pengantin

boru hampir sama dengan menaikkan gendang di tempat pengantin

pemuda. Hanya saja lebih dominan apabila di tempat pemuda, panaek

gondang dilakukan mulai pagi saat mata ni horja sampai malam hari.

Sementara pada pihak pengantin boru sebaliknya yang dimulai malam

harinya sampai besok pagi-pagi.

Page 160:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

152

c. Manyambut Haroan Boru/menyambut kedatangan boru

Sesuai dengan hasil mufakat , setibanya rombongan penyambut, di mana

rombongan yang menyambut ini membawa gendang sikudidit ataupun

gendang tunggu-tunggu dua lengkap. Ada pula barisan anak boru yang

memegang pedang tombak, begitu pula yang memegang payung kuning

dan diaturlah barisan sedemikian rupa. Tukang pencak (parmoncak)

membuka jalan pelan-pelan mundur dengan tetap melakukan pencak

membawa rombongan ke rumah adat yang diiringi oleh gendang boru. Hal

ini juga disebut dengan “uduran boru”.

d. Martambat mangalehen partolong

Hal ini juga sama dengan pelaksanaan yang terdapat pada acara pengantin

boru. Di mana dalam setiap pelaksanaan suka cita maupun duka, kerapnya

meminta keputusan dari hasil mufakat dan sekaligus meminta bantuan dari

para pihak dua atau tiga keluarga.

e. Mata ni horja/puncak acara pesta

Mata ni horja yang dilaksanakan saat pesta dipihak pengantin boru sama

hal nya dengan pelaksanaan pesta dipihak pengantin pemuda. Apabila ada

perbedaan itu hanya diperkara waktu saja. Pada mata ni horja dari pihak

pengantin pemuda lebih lama dikarenakan tidak adanya pelaksanaan

pabuat boru (pemberangkatan boru).

Page 161:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

153

f. Marpangir tu tapian raya bangunan

Proses ini dilakukan dengan cara mengarak-arak pasangan pengantin

beserta rombongan ke tapian raya bangunan (tepian sungai

pemandian/pancur masjid). Di mana tujuan dari ritual ini adalah

melepaskan masa haposoan (lajang) bagi pengantin lelaki dan melepaskan

masa habujingan (gadis) bagi pengantin perempuan. Adapun pelaksanaan

marpangir tapian raya bangunan ini dilakukan dengan cara memirpirkan

(membasuhkan) air perasaan jeruk nipis yang dicampur dengan santan dan

dibasuhkan menggunakan dingin-dingin (tumbuhan hijau). Hal ini juga

sudah dijelaskan pada bab II.

g. Mangupa anak dohot boru

Mangupa-upa dilaksanakan sebaik-baiknya pada pukul 13:00 sampai

14:00 jangan sampai lewat dari pukul 14:00 agar sesuai dengan semua

permintaan dalam kata upa-upa dalam memohon kepada Allah Tuhan

Yang Maha Kuasa dan disimbolkan dengan makanan berupa ayam

ataupun ikan panggang, telur ayam utuh yang direbus, garam dan nasi

putih.

h. Manortor

Manortor dalam acara yang dilaksanakan pihak pengantin pemuda sama

dengan pengantin boru. Di mana proses manortornya diawali pihak Raja-

raja, suhut, anak boru dan iringan tor-tor ialah onang-onang. Yang

Page 162:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

154

membedakannya dengan acara di tempat pengantin boru hanya teks dari

onang-onangnya. Karena teks onang-onang adalah narasi dari si panortor.

i. Mebat lungun

Mebat lungun maksudnya “marulak ari” di mana pasangan pengantin

beseta keluarganya yang termasuk juga pihak anak boru laki-laki maupun

perempuan untuk pertama kalinya berkunjung ke rumah mora.

Anak boru yang datang membawa nasi yang dibungkus di daun atau

sekarang sudah terbiasa dengan rantang yang lengkap dengan lauknya.

Lauk yang dibawa berupa ikan salai, ayam gulai. Acara mebat lungun ini

biasanya dilaksanakan seminggu setelah pesta selesai.

Page 163:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

155

BAB V

ANALISIS STRUKTUR TEKS DAN MUSIK ONANG-ONANG

5.1 Analisis Struktur dan Semiotik Teks Onang-onang

Sejak kira-kira tahun 1970 minat terhadap musik yang berfungsi sebagai suatu

bentuk komunikasi atau sebagai sistem komunikasi dapat dilihat dengan

perkembangan, apa yang disebut ‘semiotik musikal’ atau semiologi musicale. Dari

definisi-definisi bidang ilmu yang dikemukakan oleh Nattiez (1974) dapat diketahui

bahwa lapangan ini adalah sebuah disiplin yang mencoba menggunakan model-model

yang terdapat dalam linguistik untuk melakukan analisis musikal, atau studi musik

sebagai suatu sistem lambang (signs).1

Sebelum sampai pada pokok permasalahan, terlebih dahulu akan diuraikan

teori-teori yang akan dijadikan sebagai landasan berpikir dalam menganalisis teks

onang-onang. Deryck Cooke dalam bukunya The Language of Music mengatakan

bahwa sesungguhnya musik adalah ‘ekstramusikal’, dalam pengertian bahwa musik

mirip dengan puisi yang ‘ekstraverbal’ karena nada seperti halnya kata mempunyai

konotasi emosional. Demikian pula musik adalah mengungkap ekspresi yang paling

tinggi bagi emosi yang universal dan dengan cara yang sangat pribadi.2 Namun perlu

diketahui bahwa pemakaian bahan materi bahasa dalam seni sastra berbeda dengan

1 Barbara Crader dalam Supanggah, Etnomusikologi, (Yogyakarta: Bentang Budaya,1995), 18-19. Pendekatan semiotik adalah pendekatan yang digunakan oleh ilmu linguistik yang dipelopori oleh Ferdinand de Saussure. Lihat Soedarsono, Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa. (Bandung: MSPI, 2001), 5.

2 Deryck Cooke, The Language of Music, (London: Oxford University Press, 1959), 21.

Page 164:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

156

pemakaian cat dalam seni lukis atau bahan bunyi dalam seni musik. Bahasa sifatnya

tidak netral, sedangkan cat dan bunyi sifatnya netral. Cat dan bunyi sebelum

digunakan dalam seni belum mempunyai arti, sedangkan bahasa yang berupa kata

sebelum digunakan dalam seni sastra sudah mempunyai arti sebagai lambang atau

tanda sesuai konvensi masyarakat yang digunakan sebagai alat komunikasi antara

penutur dengan pendengar.3

Sebagaimana halnya puisi sebagai karya estetis yang bermakna dan

mempunyai arti, maka lirik onang-onang juga adalah ungkapan perasaan yang

bersifat narasi, penyajinya yang disampaikan secara musikal melalui kata-kata dan

bahasa puitis yang penuh makna. Kata-kata tersebut tentu saja merupakan sebuah

struktur. Struktur disini adalah berupa susunan unsur-unsur yang bersistem, yang

antara unsur-unsurnya terjadi hubungan timbal balik dan saling menentukan.

Pada bab II juga telah dijelaskan tentang teori Roland Barthes juga digunakan

dalam menganalisis teks onang-onang di mana nantinya akan dilihat dari sisi

heuristik (denotatif) dan hermeneutik (konotatif). Di pihak lain, Nettl mengatakan

bahwa bentuk nyanyian topikal adalah salah satu yang paling umum dijumpai pada

budaya musikal suku-suku bangsa di bumi ini. Isinya sangat bervariasi, diantaranya

adalah nyanyian-nyanyian yang memberikan efek psikologis, baik yang berkaitan

dengan emosi maupun kenyamanan individu atau masyarakatnya.4 Bahkan teks

3 A. Teew, Sastra dan Ilmu Sastra, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1988), 95.

4 Nettl, Bruno. Theory and Method in Ethnomusicology. (New York, 1964), 187.

Page 165:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

157

nyanyian selalu mencerminkan nilai-nilai dan sikap masyarakat dalam sebuah

kebudayaan yang tergambar di dalam mitologi, legenda, maupun aspek kesejarahan.5

Dalam mengkaji teks nyanyian, secara langsung akan dihadapkan kepada hal-

hal yang cukup sulit. Kata-kata yang secara lingustik dan harfiah tidak mempunyai

arti, tetapi dalam musikal justru mengandung pengertian yang pokok dan mendalam,

sebagaimana dikemukakan oleh Alan P. Merriam berikut ini.

…that not only are music and language interrelated in the formation of song texts, but also that the language of texts tends to take special forms. Therefore we should expect that the language of texts would have special significance and would function in special ways….6

Pada bagian yang lain, Alan P. Merriam mengatakan bahwa penggunaan

bahasa pada teks nyanyian secara teknis dapat dibagi ke dalam beberapa pendekatan.

Diantaranya melalui pendekatan euphony atau euphonious (sifat bunyi yang enak di

dengar telinga) yang bertujuan untuk mencapai efek musikal serta memberikan kesan

yang menyenangkan melalui penambahan maupun pengu-rangan huruf atau sillabel

dalam teks. Juga penggunaan kata-kata atau kalimat-kalimat kiasan (methaphore)

serta perumpamaan-perumpamaan (allegoric), termasuk juga dengan mengubah

bunyi yang terdapat dalam bahasa ujaran sehari-hari ke dalam bunyi tertentu yang

sama sekali berbeda. Oleh karena itu teks nyanyian sebagai bahasa sudah merupakan

sistem semiotik atau sistem ketandaan yang mempunyai arti. Berkenaan dengan hal

tersebut di atas selain menyertakan bunyi musik melalui audio, penulis juga akan

5 Ibid. p. 208. 6 Merriam, op. cit, p. 190.

Page 166:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

158

mencatat bunyi musik tersebut (transkripsi musik) dalam partitur musik. Gunanya

ialah memberikan gambaran secara visual kepada pembaca tentang nada dan teks

yang disampaikan oleh penggubahnya, dan tentu saja hal ini hanyalah salah satu jalan

keluar yang ditawarkan oleh semiotikus musik untuk memudahkan penganalisisan

karya musik sebagai teks.

Karena itu, teks nyanyian sebagaimana halnya teks puisi dan sajak dapat

dipandang dari dua sisi, yakni sisi arti (meaning) dan sisi makna (significance).

Berdasarkan sisi arti, teks tersebut dapat dilihat sebagai suatu rangkaian satuan

informasi yang berturut-turut, sedangkan berdasarkan sisi makna, teks tersebut

menyajikan satu satuan semantik (makna tanda-tanda). Dengan kata lain, bersamaan

dengan arti yang tersurat ada makna yang ter-sirat, menyatakan sesuatu hal dan

berarti hal yang lain, atau menyatakan sesuatu hal secara tak langsung.

Dari definisi dan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa semiotik

mempunyai pengertian yang sangat luas, oleh karena itu dalam tulisan ini analisis

semiotik yang dilakukan dibatasi pada aspek pembacaan heuristik dan hermeneutik

saja. Pembacaan heuristik adalah pembacaan berdasarkan sistem semiotik tingkat

pertama berdasarkan struktur bahasa atau arti gramatikalnya (denotatif), sedangkan

pembacaan hermeneutik disebut juga retroaktif adalah pembacaan dengan pemberian

makna (arti dari arti) atau memberi tafsiran atas teks tersebut berdasarkan sistem

semiotik tingkat kedua (konotatif).7

7 Ibid, 4-5.

Page 167:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

159

Makna atau tafsiran atas teks tersebut adalah berdasarkan fakta-fakta dan

konsepsi-konsepsi yang terdapat atau setidaknya pernah hidup di lingkungan

kehidupan masyarakat pemiliknya yang dikaji berdasarkan teori sains sosial (teori

ilmu-ilmu sosial) dan etnosains (teori aplikasi yang mengacu kepada pandangan

masyarakat yang diteliti).

Berangkat dari pemikiran-pemikiran tersebut, maka teori-teori tersebut di atas

akan digunakan dalam melakukan analisis, mengungkap, dan membangun makna teks

atau lirik onang-onang yang dijadikan sebagai sampel dalam pembahasan ini.

1.1.1 Analisis struktur heuristik isi teks onang-onang

Sebagaimana telah disebutkan di atas, teks onang-onang adalah merupakan

sebuah struktur. Dalam arti bahwa teks nyanyian ini merupakan susunan unsur-unsur

yang bersistem, yang antara unsur-unsurnya terjadi hubungan timbal balik, saling

menentukan, dan saling terikat. Bukan hanya berupa kumpulan kata-kata atau kalimat

yang berdiri sendiri-sendiri. Oleh sebab itu, untuk memahami teks onang-onang

haruslah diperhatikan jalinan atau pertautan antar unsur-unsurnya sebagai bagian dari

keseluruhan.

Menurut pikiran strukturalisme, dunia onang-onang sebagaimana halnya teks

puisi adalah dunia yang diciptakan oleh penyajinya lebih merupakan susunan

hubungan dari pada susunan benda-benda. Karena itu, kodrat tiap unsur dalam

struktur itu tidak mempunyai makna dengan sendirinya, melainkan maknanya

Page 168:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

160

ditentukan oleh hubungannya dengan semua unsur lainnya yang terkandung dalam

struktur itu.8

Dengan meminjam teori Scholes, dapat dikatakan bahwa secara struktural

atau strukturalisme, teks onang-onang antara satu dengan yang lain (dalam satu

penyajian) mempunyai korelasi yang bersifat menyeluruh, bukan sebagai benda-

benda individual yang berdiri sendiri-sendiri lepas dari strukturnya.9 Yang dimaksud

dengan makna menyeluruh ialah makna-makna significance. Analisis struktur

bukanlah penjumlahan unsur-unsur tetapi merupakan sarana langkah awal dalam

proses pemberian makna (significance) secara semiotis dan sesempurna mungkin.

Secara ‘mandiri’ teks nyanyian mungkin saja tidak bermakna apa-apa, namun

ia akan menjadi bermakna dalam hubungannya dengan semua unsur lain yang

terkandung dalam struktur. Setiap unsur yang dijadikan sebagai pendukung struktur

hanya akan dapat dimengerti dan berarti dalam kaitan dan oposisinya dengan unsur

yang lain dalam suatu kebersamaan.10

Seperti telah disebutkan sebelumnya, berikut ini akan dianalisis teks onang-

onang berdasarkan analisis heuristik (arti gramatikal atau denotatif); dan analisis

hermeneutik (makna, arti dari arti, tafsir atau konotatif, retroaktif). Berikut adalah

analisis struktur tingkat pertama secara heuristik, arti gramatikal, atau denotative dari

teks onang-onang.

8 Hawkes, 1978:17-18, seperti yang dikutip Pradopo, op. cit., 119-120. 9 Robert Scholes, Structuralism in Literature. (New Heaven and London: Yale University

Press. 1974). 4 10 Siti Chamamah Soeratno, “Hikayat Iskandar Zulkarnain, Suntingan Teks dan Analisis

Resepsi’. Disertasi untuk mencapai derajat S3 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 1988, 27.

Page 169:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

161

Onang-onang yang akan dibahas pada penelitian ini adalah onang-onang

yang terdapat pada upacara adat perkawinan di Panyabungan Mandailing Natal.

Onang-onang terdiri dari 5 (lima) pola yakni pembukaan, latar belakang, isi, nasehat

dan do’a. dalam setiap pola, tidak bisa disamakan terdiri dari berapa baris dalam

setiap baitnya. Dan ditambah lagi karena onang-onang ini adalah nyanyian yang

tercipta secara spontan saat disajikan.

Pada bait-bait tertentu terdapat kata; ‘ile onang baya onang’ (pola 1,2,3,4,5 di

awal); ‘Allaile taronang da boti baya onang’ (pola 1,2,3,4,5 di akhir); ‘baya’ (pola 1

pada baris 3,5,8,9,10,11,12,13,14 pola 2 pada baris 2,3,13,14,19,20,21,22,23,24 pola

3 pada baris 2,3,5,6,9,11 pola 4 pada baris 2,3,5,8,13,14,15,16,17,20 pola 5 pada baris

3,5,7,8,11,12,16,17,19); kata ‘na/ni’ (pola 1 pada baris 5,10 pola 2 pada baris

8,10,12,13,14 pola 3 pada baris 5,6,9,12 pola 4 pada baris 17 pola 5 pada baris 5,7);

kata “ale/le” (pola 1 pada baris 6,9,10,11,12,15 pola 2 pada baris 2,11,16,18,23 pola

3 pada baris 7 pola 4 pada baris 5,16,18 pola 5 pada baris 7,8,9,11,12,14,15,16) yang

secara struktur berfungsi membagi larik pada teks lagu serta upaya penyajinya dalam

menyesuaikan kata ke dalam melodi lagu.

Memang harus diakui pula bahwa adalah hal yang sulit menciptakan baris

yang teratur untuk setiap bait pada kelompok nyanyian andung dimana teks sebagai

ungkapan isi hati dan perasaan penyajinya adalah tercipta secara spontan. Selain itu

patut pula diperhatikan bahwa nyanyian jenis andung adalah jenis musik yang lebih

mengutamakan teks daripada melodi musiknya (Inggris: logogenic). Maka dengan

demikian wajar saja apabila tiap baris pada bait jumlahnya berbeda-beda.

Page 170:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

162

Di sini peneliti melampirkan teks onang-onang yang mana onang-onang ini

didapatkan saat melakukan penelitian lapangan (kualitatif) pada acara pesta adat

perkawinan Anwar dan Hanan di Panyabungan.

Tabel : 5.1.1

Struktur Teks: Onang-onang

Pola

Teks Onang-onang

(Mandailing-Indonesia)

1

(Pembukaan)

Ile onang…. Baya onang…,

Marulak-ulak mambasu botohon i, Manjawek ma dirodang baya rodangon,

Marulak-ulak hata sidokkonon i, Hata boti ni onang baya onangon,

Por udan ale adi ma ambolas i, Di arangan jolo Sinonoan i, Parjolo hami mandokon baya horas i, Tu suhut ale si baya habolonan i,

Di arangan le ni baya Sinonoan i, Tubu ale ayu baya baringin i,

Tu suhut ale siha ale baya bolonan i, Selamat jolo panjang baya umur i,

Lopus ma jolo baya tu jolo ni ari on, Allai le taronang da baya onang…

Page 171:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

163

2

(Latar belakang)

Ile onang… baya onang (ini tak bisa diartikan dengan bahasa Indoneia)

Berulang-ulang membasuh (bagian-bagiannya), Berwudhulah di rawa-rawa, Berulang-ulang kata yang akan disampaikan, Kata yang disampaikan dalam onang-onang,

Deraslah hujan yang sangat deras, Dihutan disaerah sinonoan,

Lebih dulu kami ucapkan kata horas, Kepada yang punya acara yaitu suhut dan yang dibesarkan,

Dihutan yang ada disinonoan, Tumbuhlah kayu beringin,

Kepada yang punya acara yang dibesarkan, Selamat lah dan panjang umur, Sampailah kedepan harinya, Allaile le taronang da baya onang (ini tidak bisa diartikan dalam bahasa Indonesia).

Ile onang… Baya onang…

Hombang ratus ale hombang baya ribu i, Sayur inang matua baya bulung i, Sampe ho inang marpahompui tambihul i, Sanga pe marsege-sege di halaman i,

On ma inang pama dapangidoan i, Mamarpar ho inang songon dabuar i,

Manyalapsap ni songon mata ni ari i, Marsinondang ko inang da songon bulan i,

Lopus ma tu jolo ni ari i, Antong ale mudah ma mudahan i,

Di naek jolo mata ni ari on,

Page 172:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

164

I parkuik-kuik ni baya alihi on, Dipanguas ni bayo baya panoppa i,

Diparungut-ungut dibujing parbabo i, Diatia le buaya mar kangarion, Dioban ko amang da tu tapian i, Tapian ale raya ma bangunan i,

Na marpangir baya marpale-paleon, Na marpangir utte baya mungkur i,

Na mangayupkon siha baya poso on i, Na mangayupkon siha baya bujingan i,

Manuju ale adat baya matobang i, Allaile taronang da boti baya onang..

Ile onang… baya onang (ini tak bisa diartikan dengan bahasa Indonesia

Berkembanglah beratus-ratus kembanglah beribu-ribu, Sampai dia tua ke depannya, Sampai kamu memiliki cucu hingga turunannya, Inilah permintaan kami,

Menyebarlah seperti dabuar (dabuar adalah rotan yang mudah menyebar),

Seterang dan secerah matahari, Bercahaya seperti bulan,

Sampai kedepannya, Beginilah perasaan (isi hati) kami,

Saat matahari terbit, Saat elang bersuara (menyuarakan suaranya), Diwaktu hausnya dia (wanita) membabat (padi), Saat keadaan gadis yang merasa sedih dikala membabo (membersihkan padi di sawah),

Page 173:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

165

3

(Isi)

Disaat buaya berjemur, Dibawalah ke tapian (tempat pemandian),

Tapian pengantin pada hari itu, Berpangirlah dan lalu diusapkan, Yang berpangir memakai jeruk mungkur, Yang meninggalkan masa lajang,

Yang meninggalkan masa gadis, Menuju masa tua,

Allaile le taronang da baya onang (ini tidak bisa diartikan dalam bahasa Indonesia).

Ile onang… Baya onang… On ma inang appe baya ibana on

Gordang ningku baya sambilan i Gordang sambilan Mandailing Natal on

Na tarbonggalon baya na tarjamita i Sian na jolo ranja baya sannari on Antong ale mudah-mudahan i Lolot jolo inang umur mangolu on

Anso salamat tu baya jolo ni ari on On ma inang pamabayangidoan i

Pangidoan baya di matobang i Sanga pe dongan na dua tolu on

Allai le taronang daboti baya onang

Ile onang… baya onang (ini tak bisa diartikan dengan bahasa Indonesia) Inilah inang (inang bisa diartikan ibu, bisa diartikan sayang) yang sebenarnya, Gordang sambilan itu,

Page 174:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

166

4

(Nasehat)

Gordang sambilan Mandailing Natal ini, Yang sudah menyebar yang selalu dibicarakan orang-orang,

Dari dahulu sampai sekarang, Ya,, beginilah harapan kami, Panjanglah mudah-mudahan umur, Inilah permintaan itu,

Permintaan disaat sudah tua, Ataupun permintaan kawan-kawan dan sanak,

Allaile le taronang da baya onang (ini tidak bisa diartikan dalam bahasa Indonesia).

Ile onang… Baya onang… Motor baya nalaos baya tu Medan i

Pasisir naon baya manaek mijur on Ta pangidohon mada jolo tu Tuhan i

Salamat ale da panjang baya umur on Dung mulak ko inang sian tapian i Di bagas godang ko amang di upa i Upa-upa tondi baya tu badan i

Ulang tondi mu mang mardao-dao i Anso rumbuk amang padonok-donok i

On ma amang pamabayangidoan i Mula targompang ko inang tar sulandit i

Di tiop ko padang baya tobu i Marompa ho inang baya marambit on

Adong buse baya di togu-togu i Anso ale da baya parsilua nta i Ima tu jolo baya ni mora nta i Antong ale mudah ma mudahan i

Page 175:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

167

Panjang hayat ko amang da panjang umur on Lopus ma tu jolo baya ni ari on

Allahi ale taronang da baya boti onang

Ile onang… baya onang

(ini tak bisa diartikan dengan bahasa Indoneia) Angkutan yang hendak pergi ke Medan, Sewa ini pun yang akan naik dan turun, Kita pintalah kepada Tuhan kita,

Selamat lah dan panjang umur, Setelah pulang kamu nak (pria/bayo pangoli) dari tapian itu,

Di rumah adat lah kamu nak (pria/bayo pangoli) ditempatkan,

Upa-upa (ritual dalam pelaksanaan pengangkat jiwa atau semangat “tondi” agar menetap dibadan) lah pada jiwa di

badan, Agar menyatulah jiwa dan badan/raga, Janganlah jiwa mu berjauhan dengan badan/ragamu, Agar tetap berkumpul seia sekata dan berdekatan,

Inilah nak (bayo pangoli) permintaan, Apabila terjatuh kamu nak (wanita/boru na ni oli) terpeleset,

Berpeganglah kamu pada batang tebu, Menggendonglah kamu nak (boru na ni oli) memakai kain

gendongan, Ada pula yang dipegang (dituntun),

Agar ada oleh-oleh (keturunan), Itu lah nanti kepada keluarga mora (keluarga perempuan/boru na ni oli), Ya,, inilah perasaan harapan kami,

Page 176:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

168

5

(Do’a/Penutup)

Panjang hayat mu dan umurmu, Sampai kedepan harinya,

Allaile le taronang da baya onang (ini tidak bisa diartikan dalam bahasa Indonesia).

Ile onang…. Baya onang… Marulak-ulak mambasu botohon on Majawek ma dirodang baya rodang i Marulak-ulak hata sidokonon i

Hata boti ni onang baya onang i Ampe madung lalu ma cita-cita i

Cita-cita le ni suhut baya bolon i Umpak si ucok le baya di anggunan i

Sanga pe le di bagasan da anggunan i Inanta sorimapada on

Na mandokon ale baga baya baga on Mula magodang le si baya da lian i Di baen do su gogo da ni roha i Manjalaki le rongkap da ni tondi na i

Antong ale mudah ma mudahan i Ampot ale muda baya di na harnop on

Tubu si jungkot baya di rubaen on Angan-angan muyu mada na joloan on

I kobulkon Tuhan mada baya saon nari on Allai le taronang da baya boti onang

Ile onang… baya onang (ini tak bisa diartikan dengan bahasa

Indonesia) Berulang-ulang membasuh (bagian-bagiannya),

Page 177:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

169

Berwudhulah di rawa-rawa, Berulang-ulang disampaikan kata yang disampaikan,

Kata yang ada di onang-onang, Sampailah waktu apa yang dicita-citakan, Cita-cita dari yang punya acara, Saat dia (bayo pangoli) dalam buaian,

Atau didalam ayunan, Ibu dari si bayo pangoli,

Yang melaksanakan niat yang sangat dibangga dan di idamkan,

Kalau si bayo pangoli ini sudah besar, Kulakukan sekuat tenagaku (ku = ibu bayo pangoli),

Mencari jodohnya, Ya… Beginilah perasaan kami, Mudah-mudahan ditanah yang subur, Tumbuhlah sijungkot (sijungkot adalah sayur yang mudah

tumbuh tanpa ditanam), Angan-angan kalian lah ini dulunya, Dikabulkan Tuhanlah pada masa ini, Allaile le taronang da baya onang (ini tidak bisa diartikan dalam bahasa Indonesia).

1.1.2 Euphoni teknik memperindah bunyi dalam teks onang-onang

Satu hal yang sangat lazim dalam penggarapan teks atau lirik lagu dalam

berbagai kebudayaan musikal di dunia ialah penambahan, pengurangan atau

penghilangan huruf (sillabel) dalam satu atau beberapa kalimat lagu tanpa mengubah

Page 178:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

170

arti dari lirik tersebut. Teknik seperti ini disebut euphony atau euphonious11(sifat

bunyi yang enak di dengar telinga) yaitu satu teknik yang bertujuan untuk mencapai

efek musikal serta memberikan kesan yang ‘menyenangkan’ melalui penambahan

maupun pengurangan huruf (sillabel) dalam teks atau dengan menambah atau

menghilangkan sillabel pada sebuah kata.12

Pada onang-onang, teknik seperti ini sangat umum ditemukan, baik karena

proses penyesuaian ritmik dengan nada maupun karena kebiasaan bertutur sapa

melalui komunikasi sehari-hari di lingkungan komunitas tempat penuturnya

bersosialisasi. Berikut ini adalah teknik euphony dari onang-onang. Disajikan dalam

bentuk tabel.

Tabel : 5.1.2

Euphoni pada lirik onang-onang (perkawinan Anwar dan Hanan)

Pola Baris/ larik

Euphony (dinyanyikan) Seharusnya Arti kata (dalam Indonesia)

2 3

6 11 16 2 10

pama [da]pangidoan mudah [ma] mudahan diatia appe pa[mabaya]ngidoan

pangidoan mudah-mudahan di[h]atia [h]appe pangidoan

Permintaan Semoga Ketika Ternyata Permintaan

11 Dalam linguistik istilah ini disebut eufoni yaitu kombinasi bunyi yang dianggap enak

didengar (Kamus Besar Bahasa Indonesia) 12 Merriam, op. cit., 188.

Page 179:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

171

4 5

4 6 11 16,17,18 19 6 8 10 11 15

ta dung pa[mabaya]ngidoan nta mudah [ma] mudahan madung umpak sori[ma]pada baga [baya] baga mudah [ma] mudahan

[i]ta [ma]dung pangidoan [n]ita mudah-mudahan ma[n]dung [do]mpak soripada baga-baga mudah-mudahan

Kita Setelah/sudah Permintaan Kita Semoga Sudah Saat/ketika Wanita yang dihormati Besarnya keinginan dan kasih sayang kepada si anak Semoga

1.1.3 Analisis hermeneutik isi teks onang-onang

Semiotik adalah salah satu teori yang menekankan pada aspek pembaca, yaitu

pembacaan heuristik dan hermeneutik. Pembacaan heuristik adalah pembacaan

berdasarkan struktur bahasa atau arti gramatikalnya, sedangkan pembacaan

hermeneutik atau retroaktif adalah pembacaan dengan pemberian makna atau tafsir

dari teks itu. Makna atau tafsir tersebut seringkali diungkapkan dengan menggunakan

majas metafora yaitu melihat sesuatu dengan perantaraan benda yang lain (Becker,

Page 180:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

172

1978:317) atau menyatakan sesuatu sebagai hal yang sama atau seharga dengan hal

lain, yang sesungguhnya tidak sama (Altenbernd, 1970:15).13

Majas metafora ini adalah bahasa kiasan, bahasa indah yang dipergunakan

untuk meninggikan serta meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta

memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang

lebih umum yang dapat merubah serta menimbulkan nilai rasa atau konotasi tertentu

(Dale, et.al., 1971:220). Bahasa yang dipergunakan adalah bahasa imajinatif, bukan

dalam pengertian yang benar-benar secara alamiah (Warriner, et.al., 1977:602).14

Secara semiotik metaforis teks onang-onang sarat dengan penggambaran atau

deskripsi yang berkaitan dengan aspek-aspek kehidupan penyajinya. Baik pribadinya,

hubungannya dengan alam, lingkungan maupun aspek sosial kemasyarakatannya.

Aspek-aspek tersebut bersangkut paut dengan keadaan diri yang punya acara, latar

belakang, nasehat, maupun harapan akan masa depan yang kesemuanya dituangkan

secara heuristik (denotatif) maupun hermeneutik (konotatif).

Adapun maksud-maksud tertentu yang dalam penuturannya disampaikan

secara hermeneutik (konotatif) adalah terkait erat dengan etika berbahasa bagi

masyarakat Mandailing. Dalam etika berbicara bagi masyarakat ini, adalah hal yang

tidak lazim apabila suatu maksud disampaikan secara langsung. Misalnya, dalam

menyebut nama seseorang yang dihormati karena umur atau derajat kekerabatannya

lebih tinggi, haruslah menggunakan unsur metaforik. Keluarga tuan rumah yang

13 Pradopo, op. cit., 66 14 Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Semantik (Bandung: Angkasa, 1995), 112.

Page 181:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

173

mengadakan upacara adat disebut dengan suhut, sebutan kepada ibu yang telah

membesarkan atau pun sebutan kepada anak perempuan yang disayangi biasanya

disebut dengan inang, sebutan kata amang yang seharusnya mengartikan ayah,

namun dikonteks ini merupakan sebutan kepada anak laki-laki yang dikasihi, ibu

yang telah membesarkan si anak laki-laki yang mengadakan upacara disebut dengan

inanta soripada.

Pada percakapan adat (rana adat), unsur-unsur metaforik ini juga sangat

umum dipakai, bahkan boleh dikatakan menjadi keharusan. Tinggi rendahnya bobot

seorang parhata-hata (juru bicara adat), salah satunya adalah diukur berdasarkan

kemampuannya berkomunikasi dengan menggunakan unsur-unsur metaforik ini,

sebagai contoh :

Mula targompang ko inang tar sulandit i Jikalau kamu terjatuh nak karena terpeleset Di tiop ko padang baya tobu i Kamu berpegang pada batang tebu itu Marompa ho inang baya marambit on Menggendong anak lah kamu nak dengan kain gendong ini Adong buse baya di togu-togu i Ada pula lagi yang dipapah Kata-kata di atas adalah semacam harapan atau keinginan yang maksudnya

ialah bahwa setiap orang yang menikah tentulah berharap mendapatkan keturunan

yang banyak. Dipandang dari sisi semiotik metaforis, dalam penyampaian maksud

atau keinginan penyajinya, teks onang-onang ada kata yang menggunakan istilah-

istilah kekerabatan, nama-nama benda, binatang, tumbuhan maupun benda-benda

Page 182:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

174

atau situasi alam sebagai perlambangan (simbol, signs). Tanda atau simbol-simbol ini

berasal dari tempat dimana upacara berlangsung, alam sekitar atau dari tempat lain

yang secara umum sudah dikenal oleh masyarakat pendukungnya.

Selain itu di dalam teks onang-onang ini, ditemukan pula kata-kata yang

pengertiannya tergantung atau terikat kepada kata-kata atau kalimat sebelum dan

sesudahnya (baya, ile, onang, taronang,) dalam artian bahwa kalimat tersebut baru

mempunyai arti hanya apabila dikaitkan dengan kalimat di atasnya atau dengan

kalimat berikutnya. Secara harafiah arti atau maksudnya baru muncul dan akan

berubah-ubah sesuai kalimat yang mendahului dan didahuluinya.

munculnya kalimat ini adalah akibat luapan emosi perasaan si penyaji onang-

onang. Dalam keadaan yang demikian rasa haru bahagia tidak ada lagi kata-kata atau

pun kalimat yang tepat yang dapat dipakai untuk menggambarkan bahagianya

perasaan tersebut.15 Tampaknya, fungsi kata-kata ini juga dipergunakan untuk

mendukung efek artistik serta upaya penyesuaian jumlah suku kata dengan melodi

lagu yang disajikan sebelum akhirnya diselesaikan pada nada terminalnya.

Selain itu, secara heuristik (arti gramatikal) kata: baya, pada setiap kata

sebelumnya “ile onang… baya onang….” Mengartikan bahwa rasa besar yang timbul

dari dalam diri yang mengkondisikan kedalaman rasa syukur yang tercurah. Kata

“baya” yang sesungguhnya bisa berubah-ubah maknanya dikarenakan kondisinya.

15 Menurut Brodbeck (1963) makna kalimat seperti ini disebut makna psikologis atau makna

intensional karena maknanya tidak terletak pada kata-kata, tetapi pada pikiran orang, pada persepsinya yang terbentuk karena pengalaman individu. Lihat Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), 278.

Page 183:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

175

Sedangkan secara melodis, dapat dilihat bahwa pada bagian munculnya kata-kata

tersebut di atas, terdapat penurunan tensi (Inggris: tension) pada melodi lagu, setelah

sebelumnya mengalami ketegangan baik secara sillabis maupun melismatis.

Onang. Dalam bahasa Mandailing kata ‘onang’ artinya adalah nyanyian,

namun pengertian ini tidak berlaku secara umum, sebab nyanyian dalam bahasa

Mandailing adalah ‘ende’. Dalam konteks bernyanyi di acara perkawinan ini dapat

diartikan sebagai pemberitahuan ataupun pengajak bagi penonton sebagai ungkapan

isi hati maksud acara yang dilaksanakan pada hari itu. Sebagai suatu narasi lagu yang

mendeskripsikan latar belakang dari si empunya acara dan harapan-harapan yang

tercapai maupun yang akan diinginkan kedepannya kepada kedua pengantin dan

seluruh keluarga.

Ale. Kata ale, le, allai le, adalah ungkapan penyerahan isi hati pada situasi

atau kondisi yang dialami oleh seseorang yang merasakan nikmat tersendiri dalam

memberikan nasehat dan ungkapan isi hati yang tertanam dari dulunya. Kata ini juga

berarti permohonan atau ungkapan memelas dari orang tua yang memestakan

anaknya karena mereka tidak ingin nantinya keluarga mereka larut dalam ketidak

tahuan beradat.

Taronang. Kata taronang adalah yang bermaksud bahwasanya “onang” yang

di awal tadi sudah tersampaikan maksud dan tujuannya. Kata “onang” tadi yang

berartikan sebagai pemberitahuan dan pengajak bagi yang mendengar, maka kata

“taronang” adalah yang bermaksud menegaskan kembali agar isi dari pemberitahuan

tadi benar-benar masuk ke dalam hati dan sanubari si pendengar.

Page 184:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

176

Selanjutnya adalah analisis semiotik teks dari onang-onang. Pada bagian ini

terjemahan dari setiap teks onang-onang tidak akan disertakan lagi, oleh karena hal

ini sudah dilakukan pada pembahasan sebelumnya yaitu pada halaman 160-166.

1.1.4 Analisis semiotik onang-onang pada adat perkawinan di Panyabungan Ile onang…… baya onang….

Secara harfiah kata ‘ile onang…. Baya onang..’ di atas tidaklah memiliki arti.

Apa isi, maksud dan tujuan kata ini harus mengacu pada kalimat selanjutnya. Patut

diduga bahwa teks ini merupakan titik awal dari ungkapan emosi jiwa penyajinya.

Membawa pikirannya ke suasana selanjutnya, atau dengan kata lain bahwa kalimat

tersebut merupakan awal dari ungkapan-ungkapan yang memberikan penguatan dari

isi-isi berikutnya.

Marulak-ulak mambasu botohoni Manjawek ma di rodang baya rodangon Marulak-ulak hata sidokononi Hata boti ni onang baya onangon (1) Dari kalimat di atas, baris kalimat pertama dan kedua adalah tidak ada arti

yang tersirat di dalamnya. Tapi setelah kalimat ketiga dan keempat barulah bisa

dilihat apa hubungan dari kalimat sebelumnya. Kata botohoni adalah anggota badan

yang diberkaitan dalam wudhu. Wajah, tangan, ubun-ubun kepala, kedua telinga, dan

kedua kaki, saat berwudhu akan dilakukan secara berulang-ulang. Kata manjawek

yang artinya berwudhu digunakan karena proses pada waktu berwudhu dilakukan

berulang kali pada bagian-bagian tubuh. Dan isi dari onang-onang adalah berulang

kali dikatakan seolah sama dengan apa yang dilakukan pada proses wudhu. Maka dari

Page 185:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

177

itu semiotik pada kata majawek adalah kata onang-onang yang juga dilakukan

berulang-ulang ibarat melakukan wudhu yang berulang-ulang.

Di arangan le ni baya sinonoani… Tubu ale ayu baya baringini… Tu suhut ale siha ale baya bolonani… (1) Lirik di atas adalah umpamaan yang tepat untuk mewakili makna dari sesuatu.

Arangan adalah hutan. Dimana kata arangan itu disambung dengan kata Sinonoan.

Disini dimaksudkan bahwasanya pihak yang empunya acara adalah berasal dari

Sinonoan. Kata arangan (hutan) memiliki arti bahwa mereka memang berasal dari

Sinonoan. Itu dijelaskan dari kalimat setelahnya ialah tubu ale baya ayu baringini

yang artinya tumbuhlah kayu beringin. Tidak hanya untuk membuat kata menjadi

lebih indah dan bervariasi, tetapi pohon beringin itu memiliki makna dimana yang

maksudnya adalah kokoh, dan memiliki dedaunan yang rimbun hingga menyejukkan

orang-orang yang berteduh.

Hombang ratus ale hombang ribu i… Sayur inang matua bulung i… Sampe ho inang marpahompu tambilui (2) Maksud di atas adalah dimana seorang wanita itu seharusnya berkembang.

Dimana nantinya si wanita harus bisa memberikan keturunan hingga sampai ke anak

cucu.

Mamarpar ho inang songon dabuari.. Manyalapsap songon ni mata ni ari i… Marsinondang ko inang da songon bulan i… (2) Digunakannya kata dabuar karena dabuar ialah rotan yang menjalar luas.

Sehingga harapan keluarga ialah keturunannya akan banyak dan mudah berbaur

Page 186:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

178

dengan masyarakat luas. Dan harapannya keturunan mereka nantinya akan

memberikan sinaran secerah matahari dan sinaran rembulan.

I parkuik-kuik ni baya alihi on, Dipanguas ni bayo baya panoppa i, Diparungut-ungut dibujing parbabo i, (2)

Mata pencaharian di Panyabungan ataupun Mandailing itu ialah bertani.

Waktu yang dihabiskan lebih banyak di sawah. Memikirkan hal tentang anak dan

kehidupanpun dilakukan disawah bahkan disaat terik-teriknya matahari dan hausnya

dahaga. Ditambah lagi usia anak yang seharusnya sudah pantas untuk menikah. Itu

lah selalu melintasi pikiran orang tua dari si laki-laki yang ingin dinikahkan.

Diatia le buaya mar kangarion, Dioban ko amang da tu tapian i, Tapian ale raya ma bangunan i, (2)

Berfikir dengan tenangnya manusia di sawah seolah tenangnya seekor buaya

yang sedang berejmur. Dengan berfikir secara tenang, akan dapatlah solusi untuk

melaksanakan apa yang telah di hajatkan. Dan setelah solusi didapat, maka

terlaksanalah keinginan untuk membawa anak pria dan wanita untuk melepas masa

lajang dan masa gadis.

Gordang ningku baya sambilan i.. Gordang sambilan Mandailing Natal on… Natarbonggalon baya tarjamita i… (3) Dimainkan suara gordang di Mandailing adalah pertanda dimana adanya acara

adat suka cita ataupun istilahnya siriaon. Apabila sudah gordang sambilan yang

Page 187:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

179

dimainkan, maka sudah pasti acara adat itu adalah pesat yang besar “horja godang”.

Dimana artinya adalah sebagian besar tentang adat perkawinan.

Motor baya nalaso tu Medan i… Pasisir naon baya manaek mijur on… (4)

Lirik di atas adalah memaknai bahwasanya setiap yang pergi akan kembali.

Setiap yang hidup akan mati, dan aka nada yang terlahir lagi di dunia. Disini mereka

berharap agar seluruh keluarga memiliki umur yang panjang.

Dung mulak ko amang sian tapian i… Di bagas godang ko amang di huta i… Upa-upa tondi baya tu badan i… So mardomu tondi dohot badan i… (4) Harapan setiap orang tua adalah menikahkan anak-anaknya. Namun setelah

itu semua terlaksanakan, mereka tetap berharap agar anak mereka bisa tetap berada

disisi mereka dan selalu ada untuk mereka. Dilaksanakannya upa-upa (ritual adat

penyemangat jiwa) juga merupakan bagian yang penting. Dimana kegunaannya

adalah agar status baru yang disandang oleh anak laki-laki bisa menyatu dan

menerima ke dalam jiwa dan raganya. Agar selalu seia dan sekata terhadap istrinya

dan orang tuanya.

Marompa ho inang baya marambit on… Adong buse baya di togu-togu i.. Anso adong ale baya parsiluanta i… Ima tu jolo baya ni mora nta i… (4) Dalam adat Mandailing maupun suku Batak, Mora adalah kumpulan yang

sangat disegani. Mora adalah pihak dari yang diambil (orang tua atau keluarga dari

Page 188:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

180

pihak istri). Jadi, harapan dari keluarga pria, pastinya sangatlah membanggakan

apabila dia mengunjungi mertuanya dengan membawa keturunannya. Akan semakin

membuat pihak suhut lebih berbangga hati karena mereka bisa memberikan sesuai

dengan harapan kedua belah pihak.

Ampe madung lalu ma di cita-cita i… Cita-cita le suhut baya bolonan i… Umpak si ucok le baya di anggunan i… Sanga pe le di bagasan anggunan i… Inanta sorimapadaon… Na mandokon ale baga baya baga on… (5)

Disini diceritakan kembali keinginan si ibu (pria) yang dari dulunya sangat

ingin mewujudkan impian dan harapannya untuk menikahkan putranya suatu saat

nanti. Mulai dari buaian sudah dia (ibu) fikirkan bagaimana nantinya dia mencarikan

jodoh untuk anaknya dan bagaimana dia nanti menikahkan anaknya dengan

melaksanakan suatau acara adat yang besar. Acara yang membuat dia merasa bangga

dan puas.

Onang-onang di atas adalah narasi tentang kehidupan keluarga dari Anwar

dan Hanan (pasangan pengantin) yang disajikannya dalam bentuk nyanyian. Dan

semua penjelasan makna dan arti berdasarkan hasil wawancara kepada beberapa

paronang-onang dan raja-raja yang ada di Mandailing.16

16 Hasil wawancara dengan beberapa paronang-onang dan raja-raja yang ada di Mandailing

Godang. Paronang-onang ialah Aspan Matondang, Ucok Lubis. Beberapa Raja yang berhasil dijumpai dan diwawancarai antara lain Hasanul Arifin Nasution (Gelar Patuan Mandailing/Raja Panusunan Kotasiantar); Erwin Syahputra Nasution (Gelar Mangaraja Gunung Pandapotan); Fakhrur Rozi

Page 189:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

181

1.1.5 Unsur-unsur metafora onang-onang

Sebagaimana telah disebutkan pada awal bab ini, teks onang-onang sangat

sarat dengan unsur-unsur metaforis, alegori yaitu cerita yang dipakai sebagai lambang

(ibarat atau kiasan) untuk mendidik (terutama moral) atau menerangkan sesuatu,

maupun antropomorfisme dan personifikasi yaitu pengenaan ciri-ciri manusia pada

tumbuh-tumbuhan atau benda mati dan sebaliknya. Berikut ini adalah teks (kata atau

kalimat) yang mengandung unsur-unsur metaforis dari teks onang-onang. Ditam-

pilkan dalam bentuk tabel.

Tabel 5.1.5

Metafora pada lirik onang-onang (perkawinan Anwar dan Hanan)

Mandailing Indonesia

Arti harfiah Metafora

Inang ibu Panggilan sayang kepada anak wanitanya ataupun menantunya

arangan hutan Perumpaan untuk tempat asal muasalnya dia lahir hingga dewasa

baringin Pohon beringin Tumbuhnya mejadi orang yang kuat dan sejuk hatinya

mamarpar menyebar Miliki lah sifat yang bisa

Nasution (Gelar Sutan Kumala di Aceh); Long Nasution (Gelar Mangaraja Soangkupon); Parlaungan (Gelar Sutan Borotan); Onggara Lubis (Gelar Barani Lubis).

Page 190:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

182

masuk kepada semua kalangan dan disukai banyak orang

dabuari Rotan yang menjala Diumpakan karena rotan sangatlah memiliki banyak cabang dan mudah meluas. Dan diharapkan si wanita akan memiliki banyak anak dengan mudah

panguas kehausan Kegelisahan yang membuat kepikiran mencari solusi

Buaya markangar

Buaya yang berjemur Dimana saat pikiran tenang maka akan ada jalan keluar yang didapat untuk dijadikan solusi

tapian pemandian Tempat dimana si laki-laki melepaskan masa lajangnya dan si wanita melepaskan masa gadisnya (dalam simbol ritual menghapuskan seperangkat pangir ke atas kepala)

Utte mungkur Jeruk mungkur Menghanyutkan masa lajang dan gadis

Gordang Sambilan

Alat musik Mandailing Pesta adat perkawinan “horja godang”

motor mobil Perjalan hidup di dunia

pasisir Sewa/penumpang Manusia yang ada di muka bumi; anak laki-laki yang jadi pengantin yang telah sampai pada saatnya ia menjadi kepala rumah tangga

Page 191:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

183

mardomu bersatu Memiliki maksud agar dalam berumah tangga selalu seia dan sekata

Mardao-dao Berjauh-jauhan Mejadi orang asing yang selalu ingin menang sendiri nantinya

targompang terjatuh Jika ada perubahan dalam diri yang diharapkan adalah jatuh dalam keberkahan

Tobu tebu Sesuatu yang manis dan kokoh. Apabila dia mengandung akan selalu sehat dan kandungannya sekokoh tebu di ladang

marompa menggendong Memiliki anak

Togu-togu Yang di papah Memiliki anak yang banyak

parsilua Oleh-oleh Keturunan yang banyak yang dinantikan dan diharapkan keluarga

amang ayah Panggilan sayang kepada anak laki-laki ataupun menantunya.

1.2 Transkripsi dan Analisis Musikal Teks Onang-onang

Pada bab ini akan digunakan model analisis dari beberapa tokoh

etnomusikologi yang lazim dipakai untuk mendeskripsikan gaya suatu musik. Model

ini sengaja dipilih untuk memberi gambaran kepada pembaca detail-detail gaya17

17 Gaya yang dimaksud di sini ialah gaya musik (style) menurut definisi yang ditawarkan oleh

Bruno Nettl, op. cit., dan juga yang dikemukakan oleh Charles Seeger, op. cit.,44.

Page 192:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

184

onang-onang sebagai sebuah komposisi musik. Langkah ini dilakukan sesuai dengan

disiplin ilmu yang diketahui oleh penulis, selain objek yang diteliti memang

didasarkan pada studi etnomusikologis yaitu studi musik dalam konteks budaya.

Sebelum melakukan kerja analisis, langkah pertama yang dikerjakan ialah

mengubah bunyi musik ke dalam lambang visual melalui sebuah proses kerja yang

disebut transkripsi. Nettl mengatakan bahwa transkripsi adalah proses menotasikan

bunyi, mengalihkan bunyi menjadi simbol visual, atau kegiatan memvisualisasikan

bunyi musik ke dalam bentuk notasi dengan cara menuliskannya ke atas kertas.18

Pada umumnya dalam budaya oral, notasi yang digunakan ialah notasi

konvensional Barat, hal ini menjadi alternatif pilihan yang paling besar

kemungkinannya digunakan, terutama jika dalam budaya musikal yang diteliti tidak

tersedia sistim penulisan notasi musik.19

Dari pengamatan yang dilakukan oleh beberapa ahli, memang terdapat

kelemahan-kelemahan yang serius terhadap hasil transkripsi yang menggunakan

notasi musik (Barat) yang konvensional. Hal ini disebabkan, pertama, notasi ini

terlalu subyektif, yaitu telinga manusia tidak mampu menerima atau menangkap apa

saja yang disajikan (dalam musik yang akan ditranskripsi), sekalipun rekaman itu

diulang berkali-kali, dan juga ketajaman persepsi individual dari si pentranskripsi

yang berbeda-beda. Kedua, notasi musik Barat bukan didesain untuk musik tradisi

lisan (lihat Seeger, 1958). Ketiga, sejauh ini belum ada satu notasi visual pun yang di

18 Nettl, op. cit., 98. 19 Supanggah, op. cit., 13.

Page 193:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

185

dirancang, termasuk notasi Barat dengan tanda-tanda khusus untuk nada-nada non-

konvensional dan lain-lain, yang dapat mewakili, seperti kualitas suara yang asli,

cara-cara yang penting dalam memproduksi bunyi vokal atau intrumental, dan

sebagainya.20

Untuk itu keterbatasan notasi musik Barat haruslah disadari apabila kita

hendak melakukan suatu transkripsi yang detail, sebagaimana di kemukakan oleh

Singer. “The limitations of our Western musical notation must be taken into

consideration, particularly when attempting a detailed transcription”.21 Namun

demikian Nettl (1975) mengatakan bahwa untuk menemukan ciri-ciri yang mendasari

musik yang diteliti, notasi konvensional Barat dapat digunakan, tetapi dengan

membubuhkan tanda-tanda khusus yang berguna untuk memberikan kejelasan pada

musik yang ditranskripsikan itu.22 Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh

Pandora Hopkins, bahwa kita menggunakan notasi karena adanya keinginan untuk

menunjukkan bahwa notasi itu adalah sebagai fenomena yang telah memiliki arti bagi

pemakainya, dan dengan notasi dapat memberikan materi yang bernilai untuk

perbandingan.23

Simbol dalam notasi

20 Stanley Sadie, The New Grove Dictionary of Music and Musicians (London, New York:

Macmillan Publisher Limited, 1980), 117. 21 Roberta L. Singer, “Philosophical Approaches to Transcription” dalam Discourse in

Ethnomusicology: Essays in Honor of George List (Indiana University Archieve, 1978), 113. 22 Bruno Nettl, The Study of Ethnomusicology: Twenty-nine Issues and Concepts (Chicago:

University Press, 1983), 16 23 Pandora Hopkins, “The Purpose of Transcription”, dalan Journal for the Society of

Ethnomusicology (Ann Arbor Michigan, 1966), 316.

Page 194:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

186

Notasi-notasi yang digunakan dalam mentranskripsi melodi Lagu onang-onang

merupakan simbol-simbol notasi Barat. Berikut ini merupakan beberapa simbol yang

digunakan dalam hasil transkripsi dari lagu onang-onang.

1. Pada gambar di bawah ini terlihat garis paranada yang memiliki lima garis

paranada dan 4 spasi, dan memiliki enam tanda mol yang menunjukkan nada

dasar Fes = do, dan memiliki birama 4/4 dalam tanda kunci G.

2. Pada gambar di bawah ini merupakan simbol dari not penuh dan memiliki nilai 4

ketuk.

3. Pada gambar di bawah ini merupakan simbol dari not 1/2 dan memiliki nilai 2

ketuk.

4. Pada gambar di bawah ini merupakan simbol dari not

1/4 dan memiliki nilai 1 ketuk.

5. Pada gambar di bawah ini merupakan simbol dari not 1/8 dan memiliki nilai 1/2

ketuk.

Page 195:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

187

6. Pada gambar di bawah ini merupakan simbol dari not 1/16 dan memiliki nilai 1/4

ketuk.

7. Pada gambar di bawah ini merupakan simbol dari not 1/32 dan memiliki nilai 1/8

ketuk.

8. Pada gambar di bawah ini merupakan simbol dari not 1/4 yang bagian depan nya

diberikan tanda titik yang di artikan bahwa tanda titik itu memiliki nilai setengah

dari not yang ada dibelakangnya. Artinya jika not dibelangkanya bernilai 1/4 maka

tanda titik itu bernilai 1/8, dan memiliki nilai 1 + 1/2 ketuk.

9. Pada gambar di bawah ini merupakan tanda berhenti yang bernilai 4 ketuk.

10. Pada gambar di bawah ini merupakan tanda berhenti yang bernilai 2 ketuk.

11. Pada gambar di bawah ini merupakan tanda berhenti yang bernilai 1 ketuk.

Page 196:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

188

12. Pada gambar di bawah ini merupakan tanda berhenti yang bernilai 1/2 ketuk.

13. Pada gambar di bawah ini merupakan tanda berhenti yang bernilai 1/4 ketuk.

14. Pada gambar di bawah ini merupakan tanda berhenti yang bernilai 1/8 ketuk.

1.2.1 Bentuk (Form)

Berikut ini peneliti yang dibantu oleh Mario Sinaga (mahasiswa

etnomusikologi Universitas Sumatera Utara) akan memulai melihat secara detail dan

menganalisis lebih dalam setiap unsur-unsur yang ada di dalam Onang-onang yang

dinyanyikan oleh Aspan Matondang dalam acara adat perkawinan Anwar dan Hanan.

Sebagai langkah awal dalam rangkaian untuk menganalisis onang-onang penulis

akan mulai menganalisis bentuk-bentuk dalam struktur lagu ini, yaitu frasa.

1.2.2 Frasa

Dalam Onang-onang ini penulis melihat hasil dari transkipsi yang telah dibuat

atau digambarkan kedalam notasi balok, yaitu memiliki dua frasa :

Page 197:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

189

Frasa A

Frasa B

Dalam frasa A dapat dilihat nada-nada yang dipakai dalam menyanyikan

Onang-onang, sedangkan dalam frasa B nada yang dinyanyikan sudah sangat

berbeda dari nada sebelumnya.

1.2.3 Tangga nada

Tangga nada dalam musik barat dapat diartikan sebagai satu kumpulan not

yang diatur sedemikian rupa dengan aturan yang telah ada (baku) sehingga

memberikan karakter tertentu dalam onang-onang. Berikut adalah tangga nada dari

onang-onang.

5 5 5 5 5 4 4 4 2 4 2 4 4 2 2 2

2 2 2 3 2 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 2 4 3 4 3 2 2

Page 198:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

190

Berdasarkan tangga nada yang dipakai dalam lagu onang-onang di atas,

penulis melihat bahwa nada yang dipakai dalam onang-onang adalah Ges-As-Bes-

Ces-Des-Es-F-Ges’.

1.2.4 Wilayah nada

Wilayah nada dalam sebuah komposisi musik adalah jarak antara nada

terendah dengan nada tertinggi yang ada pada melodi tersebut. Untuk mempermudah

peneliti dalam mendapatkan wilayah onang-onang, maka melodi onang-onang

tersebut akan dimasukkan ke dalam garis paranada untuk dapat melihat dengan jelas

susunan nada-nada yang ada pada lagu tersebut, dengan tujuan untuk mempermudah

peneliti dalam melihat nada terendah dan tertinggi dalam lagu tersebut. Wilayah nada

onang-onang dapat kita lihat pada gambar dibawah, berikut adalah wilayah nada dari

yang terendah hingga tertinggi.

Dalam gambar diatas dapat dilihat pengguaan nada terendah dan tertinggi

dalam onang-onang yaitu nada As sebagai nada terendah sedangkan nada Des

sebagai nada tertinggi.

1.2.5 Jumlah nada (Frequency of Notes)

Jumlah nada dapat dilihat dari banyaknya pemakaian nada dalam sebuah

koposisi musik yang telah ditranskripsikan kedalam bentuk notasi. Jumlah nada yang

Page 199:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

191

dipakai dalam lagu onang-onang sesuai dengan tangga nada yang telah dibuat

sebelumnya.

Berikut adalah jumlah nada yang digunakan dalam lagu onang-onang. adalah

nada :

Tabel : 5.2.5

Jumlah nada pada onang-onang (perkawinan Anwar dan Hanan)

Nama Nada Jumlah Nada Total Nada

As 525 _

Bes 695 _

Ces 325 _

Des 55 _

1600

1.2.6 Jumlah interval (prevalent intervals)

Interval adalah jarak antara satu nada dengan nada yang lainnya (Manoff

1991:50). Jarak antara nada satu dengan nada lainnya yang terdiri dari interval naik

maupun interval turun menurut jumlah larasnya yang dapat mempengaruhi jumlah

Page 200:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

192

interval tersebut. Sedangkan jumlah interval merupakan banyaknya interval yang

dipakai dalam suatu komposisi musik atau nyanyian.

Tabel : 5.2.6

Jumlah interval onang-onang (perkawinan Anwar dan Hanan)

Nama Interval Posisi Interval Jumlah Interval

1P _ 625

2M 55

2M 125

2m 165

2m 260

3m 135

3m 60

4P 5

1.2.7 Pola kadensa (Cadence patterns)

Kadensa adalah suatu rangkaian harmoni atau melodi penutup pada akhir lagu

atau di tengah kalimat, sehingga dapat dengan sempurna menutup lagu tersebut.

Dalam lagu onang-onang peneliti memilih melodi akhir sebagai pola kadensa.

Page 201:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

193

Formula ,elodik (Melodic formulas)

Formula melodi dalam hal ini terdiri atas bentuk, frasa, dan motif. Bentuk

adalah gabungan dari beberapa frasa yang terjalin menjadi satu pola melodi. Frasa

adalah bagian-bagian kecil dari melodi. Sedangkan motif adalah ide melodi sebagai

dasar pembentukan melodi. Berikut beberapa istilah untuk menganalisis bentuk, yang

dikemukakan oleh William P. Malm :

1. Repetitif yaitu bentuk nyanyian/melodi yang diulang-ulang.

2. Ireratif yaitu bentuk nyanyian/melodi yang memakai formula melodi yang kecil

dengan kecenderungan pengulang-pengulang di dalam keseluruhan nyanyian.

3. Strofic yaitu bentuk nyanyian yang diulang tetapi menggunakan teks

nyanyian/melodi yang baru atau berbeda.

4. Reverting yaitu bentuk yang apabila dalam nyanyian/melodi terjadi pengulangan

pada frasa pertama setelah terjadi penyimpangan-penyimpangan melodi.

5. Progressive yaitu bentuk nyanyian/melodi yang terus berubah dengan

menggunakan materi melodi yang selalu baru.

Pada lagu onang-onang, peneliti menyimpulkan dari kutipan diatas bahwa

bentuk melodi lagu Onang-onang adalah bentuk strofic dimana dalam lagu Onang-

onang tersebut dinyanyikan dengan melodi yang sama namun teksnya bervariasi.

Page 202:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

194

Kontur (Contour)

Kontur adalah sebuah alur melodi yang biasanya ditandai dengan menarik garis.

Menurut Malm ada beberapa jenis kontur (Malm dalam Jonson 2000:76). Jenis-jenis

tersebut antara lain:

1. Ascending, yaitu garis melodi yang sifatnya naik dari nada rendah ke nada yang

lebih tinggi. seperti tampak pada gambar dibawah:

2. Descending, yaitu garis melodi yang sifatnya turun dari nada yang tinggi ke nada

yang rendah. seperti tampak pada gambar dibawah:

3. Pendulous, yaitu garis melodi yang sifatnya melengkung dari (a) nada yang

rendah ke nada yang tinggi, kemudian kembali ke nada yang rendah atau dari (b)

nada yang tinggi ke nada yang rendah, kemudian kembali ke nada yang tinggi.

Seperti tampak pada gambar dibawah:

(a) (b)

Page 203:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

195

4. Statis, yaitu garis melodi yang sifatnya tetap atau apabila gerakan-gerakn

intervalnya terbatas. Seperti tampak pada gambar dibawah:

1.2.8 Nada dasar

Bruno Nettl mengemukakan ada tujuh cara untuk menentukan nada dasar

(pitch center/tonalitas) yaitu :

1. Patokan umum adalah melihat nada mana yang paling sering dipakai dan nada

mana yang jarang dipakai dalam komposisi tersebut.

2. Kadang-kadang nada yang harga ritmisnya besar dapat dianggap sebagai nada

dasar, walaupun nada tersebut jarang dipakai.

3. Nada yang dipakai pada akhir (awal) komposisi atau pada akhir (awal)

bagian-bagian komposisi, dapat dianggap sebagai tonalitas dalam komposisi

tersebut.

4. Nada yang menduduki posisi paling rendah dalam tangga nada atau posisi

persis ditengah-tengah dapat juga dianggap penting.

Page 204:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

196

5. Interval-interval yang terdapat diantara nada-nada kadang dipakai sebagai

patokan.

6. Ada tekanan ritmis pada sebuah nada, juga dipakai sebagai tonalitas.

7. Harus diingat bahwa barang kali ada gaya-gaya musik yang mempunyai

sistem tonalitas yang tidak bisa dideskripsikan dengan patokan-patokan

diatas. Untuk mendeskripsikan sistem tonalitas seperti ini, cara terbaik

tampaknya adalah berdasarkan pengalaman, pengenalan yang akrab dengan

gaya musik tersebut akan dapat ditentukan tonalitas dari musik yang diteliti.

Dari kutipan diatas penulis melihat pernyataan ketujuh disepakati peneliti

untuk menjadi patokan nada dasar pada onang-onang. Maka nada dasar nyanyian

onang-onang dalam tulisan ini adalah nada Ges.

Page 205:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

197

BAB VI

PENUTUP

6.1 Simpulan

Dari uraian yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa onang-

onang adalah nyanyian tradisional Mandailing yang mendapat kedudukan sebagai

salah satu unsur fungsional dalam sistem upacara adat dan terintegrasi dengan tarian

adat (tor-tor). Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan dalam bab 1 sampai

dengan bab V dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

a. Menurut tradisi masyarakat Mandailing onang-onang merupakan

nyanyian tradisional Mandailing yang mendapat kedudukan sebagai salah

satu unsure fungsional dalam sistem upacara adat dan terintegrasi dengan

tarian tor-tor. Oleh sebab itu onang-onang mempunyai kedudukan yang

jelass dan penting sebagai suatu nyanyian adat.

b. Sebagai nyanyian adat, onang-onang bersifat narasi (narrative) sesuai

dengan fungsinya untuk memberikan narasi bagi tor-tor.

c. Lirik onang-onang yang pada umumnya hanya diciptakan secara spontan

oleh paronang-onang yang menyanyikan pada waktu mengiringi tor-tor,

mengandung peran untuk sosialisasi (pendidikan) adat dalam masyarakat

Mandailing.

Page 206:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

198

d. Lirik onang-onang tidak mempunyai struktur dan bentuk yang tetap, tetapi

selalu berubah-ubah mengikuti jenis tor-tor yang diiringinya. Tetapi pola

pada umumnya sama, sebab senantiasa tujuannya sama.

e. Aspek sastra merupakan unsur yang sangat penting dalam lirik onang-

onang pada masa dahulu oleh karena itu penciptaan lirik onang-onang

mengutamakan penggunaan ragam bahasa sastra yang disebut hata

andung.

f. Bentuk musik pengiring nyanyian onang-onang ditentukan oleh jenis tor-

tor yang diiringinya, dengan perkataan lain semua jenis musik gondang

untuk tor-tor yang diiringi dengan onang-onang dapat dipergunakan

sebagai musik pengiring bagi onang-onang.

g. Ketergantungan lagu onang-onang kepada musik untuk tor-tor yang

diiringinya menyebabkan lagu onang-onang tidak mempunyai satu bentuk

musik pengiring yang tetap.

h. Kedudukan onang-onang sebagai unsur fungsional dalam sistem upacara

adat mengandung konsekuensi bahwa eksistensi onang-onang sangat

tergangtung kepada frekuensi penyelenggara upacara adat dalam

masyarakat Mandailing. keadaan ini mengandung arti bahwa apabila

upacara adat jarang diselenggarakan maka dengan sendirinya onang-

onang akan kehilangan eksistensinya.

i. Onang-onang sebagai nyanyian adat yang memiliki lirik hata andung

adalah merupakan cermin pengalaman dan refleksi kehidupan dari

Page 207:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

199

panortor serta masyarakat tempat nyanyian ini hidup. Hal ini nyata

terungkap melalui lirik maupun alunan melodi musiknya, yaitu tentang

kehidupan pribadi panortor, kehidupannya, cita-citanya, harapannya, dan

situasi sosial masyarakatnya. Semua aspek ini tergambar melalui teksnya.

Diramu dengan menggunakan bahasa-bahasa metaforis yang

keseluruhannya ini dapat diungkap berdasarkan analisis struktural maupun

semiotis.

j. Sebagai ungkapan kehidupan dari si empunya acara, struktur onang-onang

tidak terikat pada bentuk sajak dan pola pantun tertentu. Hal ini dapat

dipahami mengingat penggarapan teksnya adalah dengan cara spontan

berdasarkan narasi si panortornya. Demikian pula garapan melodi

musiknya secara umum bentuknya adalah strofic, yaitu teks lagu yang

selalu berubah-ubah sesuai ungkapan perasaan penyajinya, sedangkan

melodi musiknya adalah tetap yang digarap dalam bentuk perulangan-

perulangan (Inggris: repetitif). Karena itu nyanyian ini dapat dikatakan

lebih menonjolkan isi atau pesan teksnya daripada aspek garapan melodis-

nya (logogenic).

k. Selain itu, pada nyanyian ini juga dipakai teknik eufonis (sifat bunyi yang

enak didengar telinga) yaitu satu teknik yang bertujuan untuk mencapai

efek musikal serta memberikan kesan yang ‘menyenangkan’ melalui

Page 208:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

200

penambahan maupun pengurangan huruf (sillabel) dalam teks atau dengan

cara menghilangkan huruf pada sebuah kata.

l. Harus diingat bahwa barang kali ada gaya-gaya musik yang mempunyai

sistem tonalitas yang tidak bisa dideskripsikan dengan patokan-patokan

diatas. Untuk mendeskripsikan sistem tonalitas seperti ini, cara terbaik

tampaknya adalah berdasarkan pengalaman, pengenalan yang akrab

dengan gaya musik tersebut akan dapat ditentukan tonalitas dari musik

yang diteliti. Dari kutipan diatas penulis melihat pernyataan ketujuh

disepakati penulis untuk menjadi patokan nada dasar pada lagu onang-

onang. Maka nada dasar onang-onang dalam tulisan ini adalah nada Fes.

6.2 Saran-saran

Sejalan dengan beberapa kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, ingin

diajukan beberapa saran sebagai berikut :

a. Karena onang-onang suatu nyanyian adat tradisional yang mengandung

berbagai aspek musikal maupun aspek tekstual yang belum seluruhnya

dapat diteliti dan dianalisis secara mendalam oleh peneliti, disarankan agar

kepada mahasiswa Pascasarjana Etnomusikologi diberi dorongan untuk

melakukan penelitian yang lebih mendalam terhadap onang-onang

sebelum nyanyian tradisional tersebut mengalami kepunahan.

b. Melihat kenyataan bahwa pada saat ini onang-onang sebagai salah satu

nyanyian adat tradisional di Sumatera Utara dan juga paronang-onangnya

juga sudah berada diambang kepunahan, disarankan agar jurusan

Page 209:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

201

Pascasarjana Etnomusikologi Fakultas Ilmu Bahasa USU membuuat suatu

program mendokumentasikan nyanyian tradisional tersebut.

Page 210:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

DAFTAR PUSTAKA

Alam, Ch, Sutan Tinggi Barani Perkasa. 1984. Seni Budaya Tradisional Daerah Tapanuli Selatan. Padangsidimpuan.

Alam, Ch, Sutan Tinggi Barani Perkasa Alam. 2013. Kesenian Daerah Tapanuli Bahagian Selatan Gondang Tor-tor Gordang Sambilan Angkola-Sipirok Padang Lawas Mandailing. Medan: Mitra.

Banoe, Pono. 2003. Kamus Musik. Yogyakarta: Kanisius. Daulay, Ismail Rahmad. Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran pada UNP “Nilai-

Nilai Edukatif dalam Lirik Nyanyian Onang-Onang Pada Acara Pernikahan Suku Batak Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara”.

Hanafiah, Ali. 1980. Parumpamaan di Hata Angkola-Mandailing. Jakarta:

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Proyek Penerbitan Buku Bacaan Dan Sastra Indonesia Dan Daerah.

Hartini, Sri, dkk. 2012. Fungsi dan Peran Gordang Sambilan Pada Masyarakat

Mandailing. Balai Pelestarian Nilai Budaya Banda Aceh. Hopkins, Pandora. 1996. “The Purpose of Transcription.” Dalam Journal for the

Society of Ethnomusicology. Ann Arbor Michigan. Koentjaraningrat. 1979. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.

Koentjaraningrat. 1985. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia

Lubis, H. Syahmerdan. 1997. Adat Hangoluan Mandailing. Medan. Tanpa penerbit. Maulana, Achmad, dkk. 2008. Kamus Ilmiah Populer. Yogyakarta: Absolut.

Merriam, Alan P. 1964. The Anthropology of Music. Evaston Ill: North-western University Press

Naiborhu, Torang. 2002. Tesis Program Studi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni

Rupa Jurusan Ilmu-ilmu Humaniora pada Universitas Gadjah Mada “Ende-Ende Merkejemen: Nyanyian Ratap Penyedap Kemenyan Di Hutan Rimba Pakpak-Dairi Sumatera Utara Analisis Semiotik Teks dan Konteks”. Yogyakarta.

Page 211:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

Nasution, H. Pandapotan. 2005. Adat Mandailing Dalam Tantangan Zaman. Sumatera Utara: FORKALA.

Nattiez, Jean Jaques. 1990. Music and Discourse. Toward a Semiology of Music.

Princeton, New Jersey: Princeton University Press. Nettl, Bruno. 1964. Theory and Method in Ethnomusicology. New York. Nettl, Bruno. 1983. The Study of Ethnomusicology: Twenty-nine Issues and Concepts.

Urbana, Illinois, Chicago, London: University of Illinois Press. Parinduri, Mhd. Bakhsan. 2009. Kamus Bahasa Mandailing. Medan: Penerbit

Anggora.

Parsadaan Marga Harahap Dohot Anakboruna. 1993. Horja Adat Istiadat Dalihan Natolu. Bandung: Grafiti.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1995. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2000. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press. Rakhmat, Jalaluddin. 2000. Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya). Ratih, Rina . 2016. Teori dan Aplikasi Semiotik Michael Riffaterre. Yogyakarta:

PUSTAKA PELAJAR Sadie, Stanley. 1980. The New Grove’s Dictionary of Music and Musicians. London,

New York: Macmillan Publisher Limited. Scholes, Robert. 1974. Structuralism in Literature. New Heaven and London: Yale

University Press. Seeger, Charles. 1958. “Prescriptive and Descriptive Music Writing.” Musical

Quarterly . Singer, Robert L. 1978. “Philosophical Approach to Transcription.” Dalam Discourse

in Ethnomusicology: Essays in Honor of George List. Indiana University Archieve.

Page 212:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

Stein, Leon. 1962. Structure & Style : The Study and Analysis of Musical Froms Summy: Birchard Music.

Soedarsono, R.M. 2001. Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa. Bandung: MSPI.

Supanggah, R. (ed.). 1995. Etnomusikologi. Yogyakarta: Bentang Budaya. Tarigan, Henry Guntur. 1995. Pengajaran Semantik (Bandung: Angkasa). Taufiq, Wildan. 2016. Semiotika Untuk Kajian Sastra dan Al-Qur’an. Bandung:

YRAMA WIDYA

Van Gennep, Arnold. 1960. The Rites Of Passage. London: The University of Chicago.

Page 213:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

216

DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Hasanul Arifin Nasution (Gelar Patuan Mandailing/ Raja Panusunan Kota Siantar)

Tanggal lahir : 29 September 1975

Alamat : Kota siantar Kabupaten Mandailing Natal

2. Nama : Erwin Syahputra Nasution (Gelar Mangaraja Gunung Pandapotan) (Pengurus sanggar Gordang Sambilan di Panyabungan Kota)

Tanggal lahir : 11 November 1977

Alamat : Kota siantar Kabupaten Mandailing Natal

3. Nama : Fakhrur Rozi (Gelar Sutan Kumala di Aceh) (Parsuling onang-onang)

Tanggal lahir : 23 Juni 1973

Alamat : Banjar sibaguri Kabupaten Mandailing Natal

4. Nama : Long Nasution (Gelar Mangaraja Soangkupon)

Tanggal lahir : 16 September 1982

Alamat : Sipolu-polu Kabupaten Mandailing Natal

Page 214:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

217

5. Nama : Parlaungan

(Gelar Sutan Borotan) (Pargondang)

Tanggal lahir : 21 November 1974

Alamat : Banjar sibaguri Kabupaten Mandailing Natal

6. Nama : Onggara Lubis (Gelar Mangaraja Lubis)

Tanggal lahir : 13 Maret 1977

Alamat : Dalan lidang Kabupaten Mandailing Natal

7. Nama : Aspan Matondang (Paronang-onang dari Desa Habincaran Kota Nopan)

Tanggal lahir : 27 Januari 1953

Alamat : Desa Habincaran Kecamatan Hulupungkut

8. Nama : Ridwan Nasution (Paronang-onang / Pargondang di Kota Medan)

Tanggal lahir :

Alamat : Pasar satu, Percut Sei Tuan – Deli Serdang

Page 215:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

207

DOKUMENTASI SELAMA PENELITI MENGADAKAN PENELITIAN DI PANYABUNGAN KABUPATEN MANDAILING NATAL

Kantor Lembaga Perkumpulan Mandailing (LPM) di Kota Siantar pada hari Selasa, 25 April 2017 Pukul 14:23 WIB

Foto bersama Raja-Raja Mandailing di Kota Siantar Panyabungan pada hari Selasa, 25 April 2017 Pukul 14:23

Page 216:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

208

Foto bersama Tuwak Aspan Matondang (Paronang-onang) di Desa Habincaran Kec. Hulu Pungkut Kota Nopan pada hari Kamis, 27 April 2017

Page 217:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

209

Page 218:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

210

Foto di acara malam manortor pada pesta perkawinan Anwar dan Hanan di Panyabungan Kab. Mandailing Natal pada hari Sabtu, 17 September 2016

pukul 21:12

Page 219:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

211

ALAT MUSIK TRADISIONAL MANDAILING (GONDANG)

Alat musik Nung Neng (kiri) dan Suling (kanan)

Gong Doal Mongmongan

Page 220:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

212

Sasayat Tulila

Seperangkat Gondang Boru

Page 221:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

213

Gordang Sambilan

Page 222:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

200

Penyanyi : Lian Lubis Onang-onang Analisis Melodi : 1. Mario Sinaga

2. Mutiara E. Nst

Page 223:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

201

Page 224:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

202

Page 225:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

203

Page 226:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

204

Page 227:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

205

Page 228:  · ANALISIS STRUKTUR TEKS, MAKNA, DAN MELODI ONANG-ONANG PADA ADAT PERKAWINAN MANDAILING DI PANYABUNGAN T E S I S Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn) dalam Program Studi

206