zuhud dalam pandangan ibn qayyim al … · dan ajaran ibnu qayyim al-jauziyah. ... tahdzib...

69
ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL-JAWZIYYAH Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Filsafat Islam (S.Fil.I) Oleh: TRI NURHAENI NIM: 103033127771 JURUSAN AQIDAH-FILSAFAT FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H./2008 M.

Upload: lydien

Post on 25-Aug-2018

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM

AL-JAWZIYYAH

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Filsafat Islam (S.Fil.I)

Oleh:

TRI NURHAENI NIM: 103033127771

JURUSAN AQIDAH-FILSAFAT FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1429 H./2008 M.

Page 2: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM

AL-JAWZIYYAH

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Filsafat Islam (S.Fil.I)

Oleh TRI NURHAENI NIM: 103033127771

Di Bawah Bimbingan

Dr. SRI MULYATI, MA. NIP: 150 227 564

JURUSAN AQIDAH-FILSAFAT FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1429 H./2008 M.

Page 3: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL-

JAWZIYYAH telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin dan

Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 20 Februari 2008. Skripsi

ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Filsafat

Islam (S.Fil.I) pada Program Studi Aqidah Filsafat.

Jakarta, 26 Maret 2008

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Dra. Hermawati, MA. Drs. Ramlan A. Gani, M.Ag NIP: 150 227 408 NIP: 150 254 185

Anggota,

Drs. Syamsuri, M.A Dra. Wiwi Siti Sajaroh, M.Ag. NIP: 150240089 NIP: 150 270 808

Dr. Sri Mulyati, MA. NIP: 150 227 564

Page 4: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

KATA PENGANTAR الرحيم الرحمن الله بسم

Segenap potensi rasa, pikir dan gerakku bersimpuh di haribaan Allah SWT

seraya berucap syukur kepada-Nya. Dia telah mewahyukan teks kauniyah dan

tanziliyyah untuk segenap alam, sehingga pena sejarah telah mengabadikan ilmu-

ilmu untuk menggali al-hikmah yang tersimpan di dalamnya.

Shalawat serta salam senantiasa tercurah untuk baginda Rasulullah SAW

yang telah mengangkat derajat umat manusia dari alam kejahiliyahan ke alam

yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Berkat perjuangan beliau lah sampai detik

ini kita masih bisa berkelana dalam pengetahuan dan mencicipi manisnya Iman

dan nikmatnya Islam.

Selanjutnya, adalah suatu keharusan bagi setiap mahasiswa yang akan

menyelesaikan perkuliahan dan mencari gelar sarjana pada Fakultas Ushuluddin

dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk menyusun

skripsi. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis menulis skripsi yang berjudul:

Zuhud Dalam Pandangan Ibn Qayyim al-Jawziyyah

Dalam pengembaraan yang panjang untuk mencari jati diri di Universitas

hingga kemudian dapat menyusun karya ilmiah yang berupa skripsi, penulis

banyak mendapatkan hambatan dan tantangan baik yang bersifat internal atau

eksternal. Namun berkat usaha dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis

dapat juga menyelesaikan studi dan skripsi ini.

Karena itu, tak lupa saya haturkan ucapan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada:

Page 5: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

1. Ibu Dr.Sri Mulyati, M.A. Selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar

membimbingku dalam proses penulisan skripsi ini.

2. Bapak Dr. M. Amin Nurdin, M.A. Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan

Filasafat beserta para pembantu dekan.

3. Bapak Drs. Agus Darmaji, M.Fils. dan Drs. Ramlan Abdul Gani, M.Ag.

selaku ketua dan sekertaris jurusan Aqidah-Filsafat.

4. Seluruh dosen, staf akademik dan staf Perpustakaan Utama UIN maupun

Fakultas Ushuluddin.

5. Kedua orang tuaku, Bapak Daryono dan Ibu Kaidah tercinta atas segala

kasih sayang dan dukungannya selama ini, baik berupa moril maupun

materil. Tak tergambarkan betapa berharganya beliau. Tiada ungkapan dan

hadiah yang dapatku berikan untuk menggambarkan betapa berharganya

dan berartinya beliau dihatiku. Ku hanya bisa berdo’a kepada Allah SWT,

semoga kesehatan dan keberkahan selalu bersamamu. Amiin. Terima kasih

ibu, terima kasih bapak, Kau membanting tulang, menguras keringat, tak

kenal lelah hanya untuk menyekolahkan ku hingga sampai keperguruan

tinggi. Begitu besar jasamu dan takkan pernah terganti dengan apapun.

Terima kasih kepada kakakku Mila tercinta yang selalu membimbingku

dalam setiap langkahku dan kepada adik-adikku (Ria, Fitri, Rahmat, Iik)

tersayang atas curahan kasih sayang dan perhatian yang diberikan

kepadaku.

6. Untuk Sahabat-sahabat ku tercinta, Muni, Yanti, Tutto, Nissa ”PA” terima

kasih atas segala dukungannya. Semangat yang kalian berikan

menghilangkan segala kejenuhan dalam menyusun skripsi ini. Tanpa

Page 6: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

kalian skripsi ini tak berarti apa-apa. Tuk ka Sofa, ka Janah terima kasih

atas segala pengertiannya selama ini.

7. Sahabat sekaligus teman seperjuangan Aqidah-Filsafat angkatan 2003,

Nadia, Latifah, Elly, Ujang, Udin, Ali, Mawardi, Dedi, Pei, Tatang,

setiawan, fakhru dan semua yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Kebersamaan selama ini takkan pernah terlupakan.

`Akhirnya, segala kebenaran hanya milik-Nya, semoga skripsi ini

membawa manfaat bagi khalayak ramai dan akademisi, dan semoga Allah

membalas jasa kebaikan mereka di atas dengan balasan yang setimpal. Âmîn yâ

Rabb al-‘Âlamîn.

Jakarta, Desember 2008 M. Dzulhijjah 1429 H.

Penulis

DAFTAR ISI

Page 7: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………

KATA PENGANTAR……………………………………………………

DAFTAR ISI……………………………………………………………..

PEDOMAN TRANSLITERASI…………………………………………

BAB 1 . PENDAHULUAN………………………………………………

A. Latar Belakang Masalah……………………………………

B. Perumusan Masalah………………………………………..

C. Tujuan Penelitian………………………………………………

D. Tinjauan Pustaka………………………………………………

E. Metode Penelitian……………………………………………

F. Sistematika Penulisan…………………………………………

BAB II. BIOGRAFI IBN QAYYIM AL-JAWZIYYAH ……………..

A. Riwayat Hidup…………………………………………………

B. Kondisi Sosial Masyarakat ………………………

C. Karya-karya Ibn Qayyim……………………………

BAB III. LATAR BELAKANG PERKEMBANGAN ZUHUD……

A. Pengertian Zuhud Menurut Para Pakar …………………………

B. Asal-usul Zuhud……………………………………….

C. Maqam Zuhud Dalam Tasawuf ………………………………..

BAB IV. ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL-

JAWZIYYAH…………………………………………………

A. Hakikat Zuhud………………………………………………

B. Tingkatan Zuhud …………………………………………….

i

iii vi viii 1 1 4 4 4 6 67 9 9 10 18 22 22 28 33 37 37 47

Page 8: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

1. Zuhud Orang Awam ……………………………………

2. Zuhud Orang khusus ……………………………………

3. Zuhud Orang Ma’rifat ……………………….................

BAB V. PENUTUP………………………………………………………

A. Kesimpulan…………………………………………………….

B. Saran-saran…………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..

49 50 52 56 56 57 59

Page 9: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang Masalah

Tasawuf merupakan salah satu aspek (esoteris) Islam, sebagian

perwujudan dari ihsan, yang berarti kesadaran adanya komunikasi dari dialog

langsung seorang hamba dengan Tuhannya. Dalam dunia tasawuf seseorang yang

ingin bertemu dengan-Nya harus melakukan perjalanan (suluk) dan

menghilangkan antara dirinya dengan Tuhan-Nya, yaitu dunia materi.

Hidup zuhud oleh para sufi dianggap suatu martabat yang tinggi. Memang

harus diakui, bahwa ajaran zuhud dalam tasawuf, dipahami oleh orang–orang

sebagai apriori terhadap dunia dan hanya mementingkan akhirat. Dalam tasawuf

zuhud dikenal sebagai station (maqâm) untuk menuju jenjang kehidupan tasawuf.

Namun di sisi lain ia merupakan moral Islam. Dalam posisi ini ia tidak berarti

suatu tindakan pelarian dari kehidupan dunia nyata (riil), akan tetapi ia adalah

suatu usaha memepersenjatai diri dengan nilai-nilai rohaniah yang baru yang akan

menegakkannya saat menghadapi problema hidup dan kehidupan yang serba

materialistik dan berusaha merealisasikan keseimbangan jiwanya. Kehidupan ini

hanya sekedar sarana bukan tujuan. Seorang zahid mengambil dunia atau materi

secukupnya dan tidak terjerat cinta padanya.1

Zuhud sebagai salah satu tahapan (maqâm) dalam tasawuf sering kali

mendapat arti sebagai anti kemajuan dan pro kemunduran. Menekuni dan

mengamalkan zuhud dituduh menjauhi realitas kehidupan dunia dan membangun

jalan kemunduran umat.

1 Amin Syukur, Zuhud Di Abad Modern, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), cet. 1,h.

122

Page 10: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

Memang ada pandangan keliru2 dari masyarakat tentang pengertian zuhud.

Pandangan seseorang yang bertindak zuhud bagi mereka adalah seorang yang

berpakaian kumel, tidak peduli dengan orang lain dan asyik berzikir mengingat

Tuhan-Nya. Islam tidak mengharuskan manusia menolak sama sekali dan tidak

mengharuskan manusia hidup menderita. Apabila nikmat itu diberikan Allah,

maka hendaklah diterima dengan segala kesyukuran, tidak rakus dan tidak

meremehkannya. Nikmat-nikmat Allah hendaklah diterima denga

mengarahkannya pada taqarrub. Kehidupan dunia mempunyai nilai khas yang

patut disyukuri dan bagai ladang untuk mempersiapkan bekal di alam baqa.

Karena itu, maka zuhud bila diartikan sesuai dengan semangat syari’at Islam

adalah menghindari penghambaan harta benda, tidak rakus terhadap kemewahan

dunia, menerima nikmat Allah dengan keadaan qana’ah dan memilih hidup

sederhana.3

Sejalan dengan hal itu Ibn Qayyim al-Jawziyah berpendapat bahwa

kecintaan kepada akhirat tidak akan sempurna kecuali dengan berzuhud di dunia.

Orang yang mencintai dunia, tamak dan mengutamakannya akan percaya bahwa

ada dunia yang lebih mulia. Lebih utama dan lebih kekal, namun bisa juga tidak

percaya. Namun jika tidak percaya, maka sebab utamanya adalah tidak beriman.

Namun jika ia percaya dengan akhirat tetapi tidak mengutamakannya, maka

penyebabnya adalah kerusakan akal dalam memilih untuk dirinya sendiri.4

2 Pandangan orang-orang awam yang kurang pengetahuan akan kezuhudan yang

sebenarnya. 3 Hamzah Ya’qub, Tingkat ketenangan dan Kebahagiaan M’u’min, (Jakarta: Av Arisa,

1992), h. 288 4 Ibn Al-Qayyim Al-Jawziyah, Al-Fawai’id: menuju Pribadi Taqwa, (Jakarta; Pustaka Al-Kautsar , 2005), cet. 1, h. 100,101

Page 11: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

Dalam pandangannya ini, Ibn Qayyim melihat manusia yang cinta dunia

kepada dua hal; percaya kepada akhirat namun mengabaikannya..

Kepercayaannya ini sia-sia karena hanya ada dalam ucapannya saja tidak diiringi

dengan perbuatannya. Sehingga ini merupakan kelemahan akal. Selanjutnya orang

yang cinta dunia tetapi tidak mempercayai akan kehidupan akhirat, disebabkan

kurangnya iman dalam diri seseorang sehingga rasa percaya tidak ditanamkan

dalam dirinya.

Sejalan dengan tujuan para sufi, mereka berkeyakinan bahwa kebahagiaan

yang paripurna dan abadi adalah bersifat spiritual. Mereka sependapat bahwa

kenikmatan hidup dunia bukanlah tujuan akan tetapi dunia hanya sekedar

jembatan.

Dalam pandangan kaum sufi, manusia cenderung mengikuti hawa nafsu.

Manusia dikendalikan oleh dorongan-dorongan nafsu pribadi, bukan manusia

yang mengendalikan hawa nafsunya. Ia cenderung ingin menguasai dunia atau

berusaha agar berkuasa di dunia. Pandangan hidup seperti ini menjurus ke arah

pertentangan manusia dengan sesamanya, sehingga ia lupa akan wujud dirinya

sebagai hamba Allah yang harus berjalan di atas aturan-aturan-Nya. Karena

sebagian besar waktu dihabiskan untuk persoalan-persoalan duniawi, ingatan dan

perhatiannya pun jauh dari Tuhan.5

Berdasarkan pemikiran di atas maka penulis merasa tertarik untuk

mengkaji lebuh dalam tentang konsep zuhud yang dikemukakan oleh Ibn Qayyim.

Maka dari itu pula penulis ingin mencoba menulis skripsi ini dengan judul

KONSEP ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL-JAWZIYAH.

5 Asmaran As, Pengantar Studi Tasawuf, (Jakarta; LSIK, 1994), h. 65

Page 12: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

B. Perumusan Masalah

Pembahasan mengenai Ibn Qayyim sebenarnya sangatlah luas. Sehingga

penulis melihat perlunya memberikan batasan pada studi ini. Tulisan ini secara

khusus menyajikan pandangan Ibn Qayyim yang berkaitan tentang zuhud.

Agar penulisan skripsi ini terarah dan mencapai tujuan yang diinginkan,

maka dalam skripsi ini penulis merumuskan permasalahanya sebagai berikut:

Bagaimana pandngan Ibn Qayyim tentang zuhud, dan apa sebenarnya hakikat

zuhud itu sendiri.

C. Tujuan Penelitian

1. Mengenal lebih dekat sejarah kehidupan dan karya-karya Ibn Qayyim.

2. Mengetahui dan memahami pandangan Ibn Qayyim tentang konsep

zuhud.

3. Menunjukkan seperti apa definisi zuhud yang dikemukakan oleh para

pemikir Islam.

4. Menambah pengetahuan tentang makna dan hakikat zuhud yang

dikemukakan oleh Ibn Qayyim.

5. Mengetahui tingkatan-tingkatan zuhud yang dikemukakan oleh Ibn

Qayyim.

D. Tinjauan Pustaka

Berkaitan dengan kajian pemikiran atau pun ajaran Ibn Qayyim yang

hendak penulis ungkapkan dalam skripsi ini, dalam kazanah perpustakaan UIN

Page 13: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

Syarif Hidayatullah telah ada beberapa kajian yang berkaitan dengan pemikiran

dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. Ada beberapa studi penelitian yang

membahas pemikiran beliau, di antaranya:

1. Konsep Isti’âdzah Pada Tafsir Al-Falaq dan An-nas Ibn Qayyim al-

Jawziyyah. Disusun oleh Irami Fajriani, sarjana dari Tafsir Hadits Fakultas

Ushuluddin dan Filsafat 2006. Dalam tilsannya ini ia membahas konsep

isti’âdzah diataranya mengenai: pengertian dan urgensi isti’âdzah dan

isti’âdzah dalam Al-Qur’an.

2. Nuralaila, jurusan Aqidah Filsafat 2005. Dalam judulnya Iblis dan

Pengaruhnya Pada Kehidupan Manusia Menurut Ibn Qayyim, ia

memaparkan mengenai refleksi umum tentang jin, setan dan iblis. Dalam

tulisannya ini ia lebih kepada pengertian jin dan iblis jugapengaruhnya

iblis pada manusia.

3. Siti Khomariah, jurusan Tafsir Hadits tahun 2004. Dalam judulnya

Kehidupan Hadits Ahad Studi Komperatif Antara Pendapat Imam al-

Syafi’i dan Imam Ibnu Qayyim. Dalam tulisannya, Siti Komariah

membahas mengenai pandangannya terhadap hadits ahad, pengertian

hadits dan klasifikasi hadits.

4. Nursusilawati, jurusan Aqidah Filasafat tahun 2005. Dalam judulnya Ruh

Dalam Pandangan Ibn Qayyim. Ia mengomentari seputar pengertian ruh,

penciptaan hakikat ruh dan macam-macamnya.

5. Suparman, jurusan Tafsir Hadits 2005. Dalam judulnya Sumpah Allah

Dalam Waktu Perapektif Ibnu Qayyim. Dalam tulisannya ia membahas

mengenai definisi sumpah, faidah sumpah, unsur-unsur sumpah.

Page 14: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

Dari skripsi yang telah ada seputar pemikiran Ibn Qayyim jelas berbeda.

Karena penulis sendiri membahas mengenai zuhud yang dipaparkan oleh Ibn

Qayyim.

E. Metode Penelitian

Penulisan skripsi ini termasuk penelitian kepustakaan (library research),

suatu metode dengan pengumpulan data-data dan informasi, baik berupa buku-

buku maupun artikel-artikel yang kemudian diidentifikasikan secara sistematis

dan analisis dengan bantuan dari berbagai macam sarana yang terdapat di ruang

pustaka.

Sedangkan data-data yang diperlukan dapat dicari dari sumber-sumber

kepustakaan yang bersifat primer, yaitu sebagai sumber utama, dalam kitabnya

Ibn Qayyim al-Jawziyyah: Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-

Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya ilmiah yang membahas

tentang Ibn Qayyim al-Jawziyyah, yang ada kaitannya dengan permasalahan yang

dibahas dan penulis jadikan rujukan.

Metode pembahasan yang digunakan dalam penulisan ini sendiri adalah

metode analisis deskriptif, suatu pembahasan yang bermaksud untuk

menggambarkan mengenai data-data dalam rangka menguji perbandingan dengan

tokoh-tokoh yang lain.

Sedangkan teknis penulisannya berdasarkan pedoman penulisan skripsi,

tesis dan desertasi FUF yang termuat dalam buku pedoman Akademik 2003-2004

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sebagai buku panduan dalam menyusun

penulisan ini dengan baik dan benar.

Page 15: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

F. Sistematika Penulisan

Secara garis besar, sistematika yang dipakai dalam skripsi ini adalah:

Bab I Pendahuluan, yang dimulai dengan latar belakang masalah untuk

mengemukakan alasan penulis membahas topik ini, dilanjutkan dengan studi

kepustakaan untuk mengetahui bahwa topik yang penulis bahas tidak sama

dengan tulisa-tulisan yang lain. Kemudian perumusan masalah, hal ini dilakukan

supaya pembahasannya lebih terfokus dan dapat menjawab masalah-masalah yang

dihadapi. Setelah itu tujuan penelitian, dilanjutkan dengan metodologi penelitian

untuk menjelaskan bagaimana cara melakukan penelitian dan melalui pendekatan

apa yang dilakukan oleh penulis. Terakhir sitematika penulisan, dalam hal ini

penulis akan menjelaskan pembagian bab secara keseluruhan, disertai uraian

singkat tentang isi masing-masing bab tersebut.

Bab II penulis akan menjelaskan biografi Ibn Qayyim al-Jawziyyah yang

bertujuan untuk mengetahui kepribadiannya, yang meliputi riwayat hidup, kondisi

sosial masyarakat dan karya-karyanya

Bab III penulis akan menjelaskan pengertian zuhud menurut parapakar,

selanjutnya akan menguraikan asal-usul zuhud sehingga berkembang dikalangan

para sufi dan pengikutnya. Terakhir penulis akan menjelaskan maqâm zuhud

dalam tasawuf yang memiliki posisi yang sangat penting bagi para sufi.

Bab IV penulis akan membahas khusus zuhud dalam pandangan Ibn

Qayyim al-Jawziyyah, yang meliputi hakekat zuhud, tingkatan zuhud yang

diawali dengan zuhud orang awam, dilanjutkan dengan zuhud orang khusus, dan

pada tingkatan yang terakhir adalah zuhud orang ma’rifat.

Page 16: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

Bab V pada bab ini penulis akan menjelaskan kesimpulan yang mengulas

isi pembahasan yang telah dijelaskan sebelumya desertai saran-saran agar

penulisan seperti ini dapat dilakukan lebih baik dimasa-masa yang akan datang

BAB II

BIOGRAFI IBN QAYYIM AL-JAWZIYYAH

A. Riwayat Hidup Ibn-Qayyim

Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Abī Bakr bin Ayyūb bin Sa’d

bin Hāris al-Zar’î al-Dimasyqī al-Faqīh al-Ushūlī al-Nahwi al-Hāris Syams al-Dīn

abū Ábd Allāh ibnu Qayyim al-Jauziyyah. Beliau dilahirkan dari keluarga yang

bernuansa keilmuan dan keutamaan pada 7 Shafar 691 H/1292 M, di desa Zar’i

wilayah Harran, kira-kira lima puluh mil sebelah tenggara kota Damaskus.6

Ayahnya; Syaikh As-Sholeh Al-Abid-an-Nasik Abu Bakar bin Ayyub Az-

Zurai adalah seorang ulama besar dan merupakan direktur madrasah al-Jauziah di

Damaskus untuk beberapa periode. Oleh karenanya ia dikenal dengan sebutan

“Qayyim al-Jauziyyah”. Ayah Ibn Qayyim memang merupakan sosok yang cukup

mulia, tampil apa adanya, memiliki peran penting dalam mengembangkan ilmu

fara’idh. Sang ayah meninggal di madrasah al-Jauziyyah, malam Ahad tanggal 10

Dzulhijjah.7

Semua kitab biografi sepakat memberi beliau julukan dengan Ibn Qayyim

al-Jawziyyah (putra laki-laki dari seorang kepala sekolah al-Jawziyyah). Dan

sebutan itu juga diberikan kepada semua keturunan dan keluarga beliau. Sehingga

6 Ibn Qayyim Al-Jawziyyah, Al-Fawa’id Pesona Keindahan, terj. Hadi Mulyo, (Jakarta:

Pustaka Azzam,1999), cet, ke-1, h. 165 7 Syaikh M.Hasan Al-Jamal, Biografi 10 Imam Besar, terj. M.Khalid Muslih, Imam

Awaluddin, (Jakarta: Pustaka Al- Kautsar, 2005), cet.ke-1, h. 227-228

Page 17: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

anak cucu Qayyim al-Jawziyyah menjadi terkenal dengan julukan “Ibn Qayyim

al-Jawziyyah.8

Adapun gelar “Ibn Jawzi” sebenarnya tidak benar disandarkan kepada

Imam Ibn Qayyim al-Jawziyyah secara mutlak. Sebutan itu muncul dan populer

dikarenakan keteledoran para penulis atau dimunculkan oleh orang-orang yang

memendam rasa dengki terhadap Ibn Qayyim. Nama asli yang dimliki Ibn Jawzi

adalah: ‘Abd ar-Rahmân bin ‘Alî al-Qurasyî yang wafat pada tahun 597 H.

Berulang kali terjadi kesalahan dalam pencantuman nama pada kitab

Daf’u Syubh al-Tasybîh yang ditulis secara sewenang-wenang dengan memakai

nasab Ibn Jawzi sebagai pengarang dalam salah satu terbitan kepada Ibn Qayyim.

Kesimpulan dari uraian di atas ialah bahwa penyebutan nama Ibnul-Jawzi kepada

beliau adalalah fatal, dan wajib bagi kita untuk menyebut beliau dengan nama

Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. Karena itu adalah gelar yang popular dimiliki beliau,

atau kita sebut saja Ibn Qayyim untuk lebih mudah dan ringkasnya.9

B. Kondisi sosial Masyarakat

Ibn Qayyim tumbuh dan berkembang di lingkungan intelektual dan

ningrat, ia berkecimpung di dunia ilmu pengetahuan semenjak ia masih usia belia.

Ia tumbuh besar dalam lingkungan masyarakat intelektual yang cemerlang,

sehingga sangat mempengaruhi berbagai ide dan gagasan yang muncul dalam

pemikirannya.10

8 Muhammad Al-Anwar Al-Shanhuti, Ibnu Qayim Berbicara tentang Tuhan, (Jakata:

Mustaqim, 2001, cet. Ke-1, h.18 9 Al-Sanhuti, Ibn Qayyim Berbicara tentang Tuhan, h. 19-20 10 Al-Sanhuti, Ibnu Qayim Berbicara Tentang Tuhan, h.21

Page 18: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

Ibn Qayyim memiliki akhlak yang mulia, memiliki perangai lembut dalam

pergaulan, mempunyai semangat tinggi, wawasan luas, termasuk orang besar

dalam sisi karakteristik, kebaikan, keilmuan, keutamaan, beribadah. Bahkan salah

satu muridnya yang bernama Al-Imam Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata: “Bacaan

dan etikanya sangat baik, lemah lembut, tidak pernah hasat dan dengki kepada

siapapun, tidak pula menyakiti dan mencela. Secara umum kepribadiannya

dipenuhi oleh kebaikan dan akhlak yang mulia.11

Beliau tipe anak yang tidak mudah puas dengan ilmu yang didapat dari

orang tuanya. Ini karena ia memiliki prinsip ilmu adalah segalanya. Walaupun ia

masih kanak-kanak, tanpa rasa takut dan malu ia duduk bersama beberapa orang

yang usianya jauh di atasnya. Ia juga menimba ilmu dari imam-imam terkemuka

pada masanya tanpa mengenal lelah ia berusaha meraih berbagai macam ilmu

pengetahuan, hingga tercapailah impian dengan baik dan jadilah sebagai sosok

yang sangat kompeten dengan setiap cabang ilmu agama.12

Ibn Qayyim mempunyai potensi sebagai penggerak dengan akal yang luas

dan pemikiran yang subur, serta daya hafal yang cukup menakjubkan. Sejak kecil

ia memiliki obsesi yang jujur dalam menuntut ilmu. Ia sangat ulet dalam meneliti

dan menganalisa serta memiliki kebebasan dalam menimba ilmu.13 Karena begitu

gemar menuntut ilmu, sehingga masa kecilnya tidak seperti anak-anak lainnya

yang sedang bermain dan hal-hal lainnya yang sifatnya hiburan.

Dalam segala bidang ilmu pengetahuan, beliau mempelajari secara

istimewa dari para ulama di zamannya. Dan karena itu beliau menjadi tersohor

karena keluhuran ilmu dan kebesaran namanya. Al Imam Ibn Qayyim banyak

11 Al-Jamal, Biografi 10 Imam Besar, h. 229 12 al-Sanhuti, Ibnu Qayyim Berbicara Tentang Tuhan, h. 22 13 Al-Jamal, Biografi 10 Imam Besar, h.232

Page 19: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

membaca atau menelaah kitab yang ada dan beliau sangat luas pengetahuannya

disebabkan memiliki guru yang banyak. Di mana beliau belajar dari mereka akan

bermacam disiplin ilmu, kemampuan dan spesialisasi yang mereka miliki.

Terlebih lagi dengan guru beliau, dimana beliau banyak sekali belajar ilmu

darinya. Yakni Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.14

Beliau adalah seorang budayawan yang berwawasan luas banyak

berkembangn di saentero Mesir dan Syria (Syâm) kala itu. Dapat disimpulkan

bahwa beliau telah mempelajari seluruh cabang ilmu Syari’as seperti: ilmu tauhid,

ilmu kalam, tafsir, hadits, fiqh, fara’id, bahasa arab dan nahwu, serta masih

banyak lagi ilmu-ilmu utama lainnya yang beliau pelajari dari para imam

semasanya. Sehingga beliau pun menjadi pakar seperti mereka, bahkan sering kali

melebihi kapasitas keilmuan mereka. Sehingga pamornya menjadi naik secara

perlahan.15

Adapun guru-guru Ibn Qayyim lainnya adalah sebagai berikut:

1. Abu ‘Abbas Ahmad bin ‘Abdurrahaman bin ‘Abdul Mun’im bin Na’mah

An Nābilisi al Hanbali, yang lebih dikenal dengan nama Asy Syihāb Al

‘Ābiri, wafat pada tahun 697 H.

2. Isma’il Majiduddin bin Muhammad Al-Farrā Al-Harrāni, wafat pada tahun

729 H. Beliau belajar ilmu Al-Fara’idh dan fiqh darinya.

3. Muhammad Syamsuddin Abu ‘Abdullah bin Abi Al-Fath Al- Ba’labaki

Al-Hanbali, wafat pada tahun 709 H. Guru beliau inilah yang mengajarkan

bahasa arab dan membacakan kepada beliau kitab Al Mulakhhash karya

Abi Al- Baqā.

14 Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Shalawat Nabi Saw, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2000), cet.ke-1, h. 31

15 Al-Jamal,Biografi 10 Imam Besar, h. 233

Page 20: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

4. Muhammad Shafiyuddin bin ‘Abdurrahim bin Muhammad Al arwami Asy

Syāfi’i, wafat pada tahun 715 H. Beliau belajar dua ilmu ushuldarinya

yaitu ilmu ushul fiqh dan tauhid.16

5. Beliau pun belajar hadits pada al-Qadhā Taqiy al-Dīn bin Sulaimān, Abu

Bakr bin ‘Abd al-Dīn, Fāthimah binti Jauhār dan lain-lain.17

Ibn Qayyim al-Jawziyyah lebih banyak mengabdikan dirinya dalam hal-

hal yang terkait dengan ilmu pengetahuan karena memiliki tetap di madrasah al-

Jawziyyah sekaligus sebagai pengajar. Di samping itu ia juga pengajar di

madrasah As-Sadriyyah yang didirikan oleh Sadr ad-Din As’ad Ibn Usman Ibn

Qaimaz Az-Zahabi al-Tukmani Asy-Syafi’i (w.748 H) yang merupakan seorang

muhadits terkenal yang mengarang buku di bidang hadits dan yang lainnya, Ibn

Abd al-Hadi Ibn Qudamah Al-Maqdisy al-Sahili Al-Hanbali (w. 744 H), al-Fairuz

al-Abadi (w. 817 H) serta beberapa ulama termashur lainnya.18

Di antara sekian banyak gurunya yang paling banyak berpengaruh adalah

guru besarnya Syaikhul Islam Ibn Taimiyah. Ia mengikuti metode sang guru untuk

memerangi orang-orang yang menyimpang dari agama, dan sebagaimana gurunya

iapun sangat gencar menyeranga kaum filsuf, Kristen dan Yahudi. Beliau beserta

gurunya (Ibn Taimiyah) berpendirian bahwa pintu ijtihad tetap terbuka sejauh

yang bersangkutan memiliki kesanggupan untuk melakukannya.19 Awal

mulanya ibn Qayyim menjadi pengikut Ibnu Taimiyah adalah di saat kedatangan

16 Al-Jauziyyah, Shalawat Nabi Saw, h.34 17 Al-Sanhuti, Ibnu Qayyim Berbicara tentang Tuhan, h.22 18 Ica Purba Nur Hendra, Konsep Elastisitas Fatwa Menurut Ibn Qayyim Al-Jawziyyah,

(Tesis, S2 Fakultas Syari’ah, UIN Jakarta, 2007), h. 23 19 Van Houve, Ensiklopedi Islam 2, (Jakarta: PT Ikhtiar Baru,1999), cet.ke-5, h. 168

Page 21: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

Ibn Taimiyah ke Damaskus pada sekitar tahun 712 H hingga wafatnya tahun 728

H.20

Beliau pernah ditahan bersama Syaikhul Ibn Taymiyah di al-Qāl’ah. Dan

pada masa-masa akhirnya beliau dipisahkan dari Syaikhul Ibn Taymiyah. Beliau

baru dikeluarkan dari tahanan setelah Syaikhul Ibn Taymiyah wafat. Selama

ditahan, beliau menyibukkan diri dengan membaca Al-Qur’ān dengan tabadur dan

tafakur. Dan Allah membuka banyak kebaikkan untuknya; beliau memeperoleh

insting dan perasaan yang lurus. Dari situ beliau kemudian menguasai ilmu orang-

orang ahli ma’rifat.21

Ajaran gururnya yang terpenting adalah berpegang teguh pada Al-Qur’ân

dan al-Sunnah serta memahaminya seperti pemahaman para Salafus Shaleh,

membuang ajaran yang bertentangan dengan al-Kitab dan al-Sunnah,

memperbaharui kajian ilmu agama yang benar, membersihkannya dari ajaran

bid’ah yang diciptakan dari kaum muslimin sendiri terutama dalam hal manhaj

palsu yang mereka temukan sendiri sekitar di abad-abad lampau, yakni abad

kemunduran, kejumudan dan taklid buta.22

Sebagai ulama besar, beliau sering dijadikan sebagai sorotan dan

menganggap bahwa beliau sangat fanatik dengan mazhab Hanbali dan taklid

dalam segala hal, sesungguhnya itu tidak benar, karena bermazhabnya beliau pada

mazhab Hanbali merupakan ittiba’ (mengikuti pendapat-pendapat) yang dikuatkan

20 Al-Jauziyyah, Shalawat Nabi Saw,h. 31

21 Al-Jauziyyah, Melumpuhkan Senjata Syetan, terj. Ainul Hāris Umar ArifinThayyib, Lc, (Jakarta: Darul Falah, 1998), Cet. Ke-1, h.6 22 Al-Jauziyyah, Pesona Keindahan, h. 172

Page 22: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

oleh dalil dan menolak taklid yang tercela. Sebab bagaimana mungkin beliau

fanatik penuh terhadap mazhab Hanbali, sedangkan beliau menentang taklid.23

Beliau tidak berpedoman atau condong pada suatu mazhab saja, akan

tetapi dalam memandang dan mempelajari suatu masalah beliau akan berpedoman

pada jalan yang ditempuh ulama salaf yang dibarengi dengan tunduk pada dalil

yang menolak taklid buta. Demikianlah cara yang digunakan para ahli hadis dan

sunah yang sampai pada derajat Imamah dan ijtihad.

Ibn Qayyim hidup pada masa kejumudan berpikir dan merajalelanya taklid

buta terhadap suatu mazhab. Taklid telah melampaui batas dan fanatik mazhab

telah melumpuhkan pemikiran seta membunuh kreativitas masyarakat, dan ini

membuat Ibn Qayyim merasa khawatir dan ketakutan. Namun ironisnya, para

ulama di zamannya tanpa mereka sadari, tergolong orang yang fanatik padasuatu

mazhab.24

Beliau pun tampil di depan orang-orang yang bertaklid untuk menyeru

pada kebebasan berpikir dan berpegang pada al-Qur’ān dan al-Sunnah, atu dengan

jalan ijtihad jika tidak ditemukan pada al-Qur’ān dan al-Sunnah. Salah satu

masalah dimana beliau tidak sepaham dengan mazhab Hambāli adalah pada

masalah menggauli budak perempuan yang menjadi tawananan. Beliau

sependapat dengan Imam Syāfi’ī bahwa menggauli tawanan budak perempuan

setelah pembebasannya adalah boleh, walaupun budak tersebut memiliki suami.

Sedangkan pengikut Imam Ahmad berpendapat bahwa sesungguhnya

23 Al-Sanhuti, Ibnu Qayyim Berbicara tentang Tuhan, h. 39 24 Al-Sanhuti, Ibnu Qayyim Berbicara tentang Tuhan, h. 39

Page 23: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

diperbolehkan menggauli budak perempuan yang ditawan jika ia sendiri (tidak

bersuami).25

Ibn Qayyim telah banyak mengupas habis berbagai masalah ijtihad dan

taklid. Menurutnya ijtihad harus dikembalikan kepada Allah Swt maupun Rasul-

Nya Saw, dan taklid hukumnya haram. Orang yang bertaklid buta telah keluar dari

golongan ’ulama.26

Sedangkan dalam masalah fiqih, ia mengikuti jalan yang ditempuh oleh

para ’ulama salaf, yaitu pengambilan (istinbath) hukum dari nash tanpa rasa

fanatik pada suatu mazhab. Beliau beristinbath dengan menyandarkan kepada

nash-nash dan penjelasan dalilnya di dalam menjelaskan hokum-hukum syari’at

yang diambilnya.27

Dari sini tampak jelas, Ibn Qayyim sangat konsisten dalam mewujudkan

tujuan-tujuannya, sehingga sasaran dan metodenya berjalan selaras dengan

mantap menuju satu tujuan. Dan tujuan itu adalah menyerukan ijtihad dan

menolak taklid. Karena itu beliau mengedepankan dalil-dali aqli dan naqli,

mengemukakan pendapat para ’ulama, meniskusikannya, dan bersikap netral.28

Konon, Ibn Qayyim memilki banyak kesamaan dengan sang guru, Ibnu

Taimiyah. Semenjak Ibn Qayyim berguru kepadanya, mereka selalu bersama-

sama dalam kurun waktu yang sangat lama, yakni sejak tahun 712 H, tahun

dimana Ibnu Taimiyah kembali dari mesir ke Damaskus sampai wafatnya tahun

728 H, dan selama enam belastahun itu Ibn Qayyim kerap menyerap beerbagai

25 Al-Sanhuti, Ibnu Qayyim Bebicara tentang Tuhan, h. 40-41 26 Al-Sanhuti, Ibnu Qayyim Berbicara tentang Tuhan, h. 41 27 Al-Sanhuti, Ibnu Qayyim Berbicara tentang Tuhan, h. 42 28 Al-Sanhuti, Ibnu Qayyim Berbicara tentang Tuhan, h. 42

Page 24: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

macam ilmu pengetahuan, dan keterampilan sehingga beliau menjadi murid

terpandai dan unggul.29

Karena Ibn Taymiyyah melihat bahwa di dalam muridnya terdapat

kesungguhan dan kejujuran yang luar biasa dalam mengabdi kepada ilmunya,

maka beliau selalu memberikan nasehat serta pengarahan yang berharga. Ini

semua membantu dalam mengembangkan potensi serta menambah kekokohan dan

ketegarannya.

Untuk memenuhi hak-hak gurunya (Ibn Taimiyah), Ibn Qayyim selalu

berbakti kepadanya baik di saat senang maupun disaat susah. Ini merupakan

bagian dari balas budi atas kebaikan gurunya serta penghargaan bagi jasanya yang

besar buat dirinya.

Beliau pernah merasakan cobaan seperti yang dialami gurunya. Beliau

dipenjara bersama gurunya, dalam satu benteng setelah sebelumnya disiksa dan

diarak di atas pungung onta serta di pukuli dengan cemeti. Siksaan itu mereka

terima karena mengingkari ziarah ke makam orang-orang pilihan (wali).30

Sebagaimana Ibn Qayyim sangat berbakti kepada gurunya di masa

hidupnya serta mencintainya dengan penuh ketulusan, ia pun menjadi

penerusyang baik setelah wafatnya. Ia segera mengambil estafet pembaruan serta

tetap konsisten dalam jalan yang lurus; melalui penebaran ilmu, mengembalikan

manusia kepada akidah yang benar, kepada prinsip-prinsip agama yang lurus,

serta mematikan bias racun yang ditebarkan oleh musuh-musuh Islam dalam

akidah umatnya.31

29 Ibid, h. 49 30 Ibid, h. 45 31 Al-Jamal, Biografi 10 Imam Besa, h. 237

Page 25: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

Beliaupun menutup lembaran hidupnya pada malam kamis, tanggal 13

Rajab tahun 751 H/ 1352 M, di usia 60 tahun. Kemudian beliau disholatkan

keesokan harinya padahari kamis di Masjid Agung Damaskus, dan ba’da zhuhur

disholatkan lagi di Masjid Jāmi al-Jirrah dekat pemakaman al-Bāb al-Shāgir. Dan

sampai sekarang makamnya dikenal dengan al-Bāb al-Jadīd.32

Ibn Qayyim telah mendapatkan rahmat dari Allah Swt dengan limpahan

rahmat yang luas. Dan semoga Allah Swt menempatkan beliau bersama orang-

orang yang mendapat nikmat. Amin.

Sebagai ulama besar, bukan berarti sumbangan pemikirannya berhenti

sampai disini, sebab beliau mempunyai sumbangan pemikiran yang tidak sedikit.

Bahkan di antara mereka ada yang menjadi ulama kenamaan, seperti Ibnu Katsīr

(w. 774 H) dan Ibnu Rajab (w. 795 H). Selain kedua ulama tersebut masih ada

lagi kedua putranya yang bernama Ibrāhīm (w. 767 H) dan Syarīf al- Dīn ‘Abd

Allah.33

Selain terkenal sebagai seorang guru, pengarang dan pengajar, terkenal

juga sebagai seorang mufti dan ahli dalam berdialog yang selalu mengangkat

bendera kemenangan bagi kitab suci al-Qur’an dan Sunnah. Maka sering kali

beliau memberikan fatwa, berdialog serta berdebat dengan cara yang baik untuk

menumbangkan argumentasi-argumentasi kebatilan. Walaupun di penjara maupun

disiksa ,semua itu beliau lakukan dengan penuh kesabaran serta penyerahan diri

kepada Allah dengan melalui tulisan pena dan perkataan.34

32 Al-Jauziyyah, Pesona Keindahan, h.178 33 Ibid, h. 174-175 34 Al-Jamal, Biografi 10 Imam Besar, h.239

Page 26: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

Walaupun beliau telah menemui Sang Khalik, namun karya-karyanya

masih banyak dibaca dan dibicarakan bahkan ditulis oleh beberapa ilmuan yang

mengaguminya.

C. Karya-Karyanya

Karya-karya yang begitu banyak merupakan tanda yang sangat jelas

perihal keluasan ma’rifat ilmu pengetahuannya, kejernihan otak serta

penguasaannya yang mendalam. Adapun karya-karyanya merupakan refleksi yang

sesungguhnya dari sisi kekuatan, keindahan serta daya tarik yang luar biasa dari

sisi intelektual Ibnu Qayyim al-Jauziyyah.

Tulisan-tulisan Ibn Qayyim merupakan hasil pemikiran yang mendalam,

perenungan yang kuat, memiliki susunan yang baik. Tulisan-tulisannya itu

merupakan kumpulan antara kedalaman berfikir dan jauh jangkauannya.35 Inilah

yang kemudian sebab keterkaguman kawan maupun lawannya.

Ibn Qayyim telah pergi meninggalkan dunia fana ini menemui Sang

Khalik Allah ‘Azza wa Jalla beberapa abad yang lalu, akan tetapi kebesaran dan

keagungannya sampai saat ini masih dikenang.

Beliau menulis buku dengan tulisan tangannya sendiri dalam jumlah yang

sangat banyak. Dalam bukunya yang berjudul Shifatu Ahli Nār terjemahan

Qodirun Nur dijelaskan bahwa karya-karyanya hampir seratus judul dalam

berbagai ilmu pengetahuan. Adapun diantara karya-karya beliau, yaitu:

1. “Zâd al-Ma’âd fi Khir al- Hudâ al-‘ibâd.” Yaitu sebuah ensiklopedi

besar ang memuat disiplin ilmu, seperti: Sirah, fiqih, tauhid, ilmu

35 Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Al-Fawaid, Menuju Pribadi Takwa, terj. Munirul Abidin,

(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2000), cet. Ke-1, h. xvi

Page 27: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

kalam, selekta dalam tafsir dan hadits, bahasa, nahwu dan yang

lainnya.

2. “I’lâmu Al-Muwaqqi’în ‘an Rabb al-Âlamîn.” Dalam buku ini Ibn

Qayyim menjelaskan dengan panjang lebar hukum perbuatan hamba

dalam bab agama dan berbagai permasalahannya.

3. “Ighatsul Lahfan min Mashayid Asy-Syaitan.” Ini merupakan buku

terpenting Ibn Qayyim sehingga banyak ulama yang meresum buku ini

serta memilih beberapa bab untuk dicetak secara terpisah.

4. “Ad-daa’ wa Ad-Dawaa’ atau “Al-Jawaul Kafi Liman Saala’an

Dawaa’ Asy-Syai.” Dua nama dalam satu buku. Buku ini memuat

jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

keoadanya. Buku ini juga informasi yang bermanfaat, pembahasan

tentang muhasabah dan pengendalian jiwa..

5. “Ar-Ruh.” Dalam buku ini Ibn Qayyim berbicara tentang ruh dan

seluruh seluk-beluknya, yang diikuti oleh penjelasan-penjelasan dan

nasehat-nasehat yang sangat bermanfaat, sebagai bekal manusia.

6. “Al-Kalim At-Tayyibu wa Al-Amal Ash-Shalih” atau “Al-wabil Ash-

Shayyibu min Al-klaim Ath-Thayyib.” Buku yang sangat besar

faedahnya mencakup faedah dzikrullah.

7. “Jila’ul Afhâm Fi Shalatiwa Salam ala Kairil Anam. Dalam kitrab ini

Ibn Qayyim menjelaskan beberapa hadits yang berkenaan dengan

shalat dan salam Kepada Rasulullah, sekaligus menyeleksi hadits sahih

dari yang tidak sahih, tempat dan waktu yang tepat untuk bershalawat

dan juga rahasia do’adan hikmah yang terkandung di dalamnya.

Page 28: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

8. “Miftâh Dâr Al-Sa’âdah.” Buku ini memuat informasi dan

keutamaannya, tentang hikmatullah dalam penciptaan makhluk dan

penurunan syari’atnya, serta tentang kenabian dan urgensinya. Serta

pembahasan-pembahasan lainnya seputar masalah ini.

9. “Madārij al-Sâlikîn Baina Manazila Iyyaka Na’budfu wa Iyyaka

Nasta’in.” Ini merupakan buku terbaik dari karya Ibn Qayyim untuk

membina jiwa dan akhlak, agar berperilaku seperti orang-orang

bertakwa yang jujur, yang bersih jiwanya dengan takwa dan bersinar

hatinya dengan hidayah Allah Swt.36

BAB III

LATAR BELAKANG PERKEMBANGAN ZUHUD

A. Pengertian Zuhud Menurut Para Pakar

Secara etimologi zuhud (arab; berasal dari akar kata ذهزلا - ةداهزلا )yang berarti meninggalkan, menjauhi, tidak memperhatikan, tidak menyukai dan

36 Al-Jamal, Biografi 10m Imam Besar, h. 242

Page 29: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

memandang hina, remeh, rendah. Sedangkan makna kata dari ادهز - دهذي - دهز adalah ةدابعلل ايندل كرت : meninggalkan kesenangan dunia untuk

beribadah.37

Kata zuhud (z,h dan d) sendiri, menurut Abû Bakr Muhammad al-Warrâq

(w.290 H/903 M), mengandung arti tiga hal yang mesti ditinggalkan. Huruf z

berarti zinah (perhiasan, kehormatan) huruf h berati hawa (keinginan) dan huruf d

menuju kepada dunia (dunia materi).38

Zuhud pada hakikatnya ialah menjauhkan dunia dari hati dan pikiran

sehingga ia tampak kecil dan tak berarti. Ketika itu seorang hamba akan

merasakan ketiadaan dunia, ia hanya mencintai dan mengutamakan yang sedikit

saja daripadanya, dan hal ini apabila ditinjau dari aspek batiniahnya. Adapun

apabila ditinjau dari segi lahiriahnya, maka seorang yang berzuhud hendaknya

berpaling dari urusan harta benda dunia, meski ia mampu dan kuasa

mengumpulkannya. Apa yang diambilnya dari harta benda hanyalah sekedar

pencukupan kebutuhan dirinya.39

Dalam tasawuf, zuhud dijadikan maqam dalam upaya melatih diri dan

menyucikan hati untuk melepaskan ikatan hati dengan dunia. Maka di dalam

tasawuf zuhud diberi pengertian dan diamalkan secara bertingkat. Pada dasarnya

zuhud dibedakan pada tingkat awal (biasa) dan zuhud bagi ajaran sufi. Misalnya

Abu Sulaiman al-Darani mengatakan bahwa “sufi itu suatu ilmu dari ilmu-ilmu

37 A.W Munawir, Kamus Al-Munawir Arab Indonesia, (Surabaya: Pustaka

Progresif,1997), cet. ke-14, h. 588 38 Media Zainul Bahri, Menembus Tirai Kesendirian-Nya; Mengurai Maqâmat dan

Akhwal Dalanm Tradisi Sufi, (Jakarta; Prenada, 2005), cet. Ke-1, h.60. 39 Habib Abdullah Haded, Nasehat Agama dan Wasiat Islam, (Bandung: Gema Risalah

Press,1993), hal.457.

Page 30: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

tentang zuhud. Maka tidak pantas mengenakan kain Suff dengan uang tiga dirham

ditangannya tetapi di dalam hatinya menginginkan lima dirham.40

Pada tempat lain Abu Sulaiman al-Darani mengatakan bahwa “ zuhud

adalah meninggalkan segala sesuatu yang melalaikan hati dari Allah”. Menurut al-

Junaidi zuhud ialah “mengosongkan tangan dari harta dan mengosongkan hati dari

pencarian (mencari sesuatu). Sejalan dengan itu pula Ruwaim Ibn Ahmad

mengatakan bahwa “zuhud adalah memandang kecil arti dunia dan menghapus

pengaruhnya dari hati.41

Syibli mengatakan bahwa: “zuhud itu engkau berzuhud terhadap apa selain

Allah.” Dan Malik bin Dinar berkata: “kebanyakan manusia mengatakan bahwa

Malik bin Dinar adalah seorang zahid , sedangkan zahid yang sebenarnya adalah

Umar bin Abdul Aziz, dimana dunia ada di tangannya tapi tidak

mempedulikannya.” Akan tetapi Syibli kembali berpandangan dan mengatakan:

“zuhud yang sebenarnya tidak ada, lantaran adakalanya dia berzuhud karena tidak

punya sesuatu, itu bukan zuhud. Atau adakalanya dia zuhud sedangkan dunia ada

padanya. Bagaimana mungkin bisa berzuhud kalau seandainya dunia ada

padanya.42

Tampak sekali dari cuplikan pengertian zuhud tersebut, ada sedikit

perbedaan kesan yang dikandungnya. Pendapat Malik bin Dinar nampaknya lebih

“moderat” dibanding dengan pendapat yang lainnya, karena bisa saja orang yang

dilimpahi kekayaan (dunia di tangannya) bisa disebut seorang zahid. Tapi dengan

syarat dia tidak terlena dengan kemewahan dunia. Tidak merasa bangga atas

40 simuh, Tasawuf dan Perkembangan Dalam Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

1996), cet. Ke-1, h.58 41 Amin Syukur, Zuhud Di Abad Modern, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), cet. Ke-1, h.2 42 Simuh, Tasawuf Dan Perkembangan Dalam Islam,h.58-59

Page 31: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

kemewahan dunia yang telah ada di tangannya dan tidak merasa bersedih karena

hilangnya kemewahan di tangannya. Hartanya digunakan sebagai alat untuk lebih

taat istiqomah dalam beribadah kepada Allah, semakin rajin menolong sesama dan

akhlaqnya semakin mulia.

Pandangan tersebut kelihatannya sejalan dengan pandangan Abu al-Wafa

al-Taftazani, yang berpendapat bahwa: “zuhud bukanlah kependetaan terputusnya

kehidupan duniawi, akan tetapi merupakan hikmah pemahaman yang membuat

seseorang memiliki pandangan khusus terhadap kehidupan duniawi. Mereka tetap

bekerja dan berusaha. Namun kehidupan duniawi tidak

menguasai kecendrungan kalbunya dan tidak membuat mereka mengingkari

Tuhan.43

Kaum Sufi yang lain memandang zuhud sebagai sebuah sikap yang tidak

dikuasai dunia, bukannya memusuhi dunia. Secara lebih luas, zuhud dalam

pandangan al-Syiblî berarti menjauhkan diri dari segala susuatu selain Allah. Jadi

dalam pandangan kaum sufi ini, zuhud adalah sebuah hikmah pemahaman yang

membuat mereka memiliki pandangan khusus terhadap kehidupan duniawi.

Mereka tetap bekerja dan berusaha, akan tetapi kehidupan duniawi itu tidak

menguasai kecenderungan kalbu mereka serta membuat mereka lalai apalagi

ingkar kepada Allah.44

Menurut Abû Hasan al-Syâdzili (w.658 H/1258 M), meninggalkan dunia

yang berlebihan akan menimbulkan hilangnya rasa syukur, dan berlebihan dalam

memanfaatkan dunia akan membawa kepada kezaliman. Manusia sebaiknya

43 Amin Syukur, Zuhud Di Abad Modern, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1997), cet. ke-1,

h. 3 44 Bahri, Menembus Tirai Kesendirian-Nya, h.60

Page 32: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

menggunakan nikmat Allah SWT dengan sebaiki-baiknya sesuai petunjul Allah

dan rasul-Nya.45

Secara eksplisit kata zuhud hanya disebut sekali dalam al-Qur’an yaitu

dalam surat Yusuf ayat 20:

Adapun penjelasan ayat-ayat yang lain di dalam al-Qur’an tentang zuhud

diantaranya adalah sebagai berikut :

Firman Allah dalam surat Asy-Syura ayat 20:

“ Barang siapa menghendaki keuntungan di akhirat akan kami tambah

keuntungan itu baginyadan barangsiapa menghendaki keuntungan di dunia kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bagian pun di akhirat.”

Dalam surat al-Anfal ayat: 28,

☺ ☺

“Dan ketahuilah hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allahlah pahala yang besar.”

Kemudian dalam surat Yunus ayat: 7

45 Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarak di Indonesia,

(Jakarta: Prenada Media, 2005), cet. Ke-2, h.74.

Page 33: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

“Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tentram dengan kehidupan itu an orang-orang yang melalaikan ayat-ayat kami.”

Di lanjutkan dengan ayat:8

“Mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka

kerjakan.” Masih dalam pemahaman tentang zuhud, Imam al-Ghazali berpendapat

bahwa “zuhud merupakan kesimpulan menghindarkan diri dari segala keinginan

jiwa yang tidak patut apalagi terlarang dan beralih kepada sesuatu yang lebih baik

dan lebih utama, karena menyadari bahwa yang harus ditinggalkan tadi adalah

sesuatu yang hina dan tercela sedang yang dipakai adalah yang mulia dan

terpuji.46

Riwayat At-Turmudzi menjelaskan bahwa: Berzuhud di dunia bukanlah

dengan cara mengharamkan segala yang halal atau menyi-nyiakan harta kekayaan.

Tetapi berzuhud di dunia artinya, kamu mengencangkan genggaman tangan

terhadap apa-apa yang dikuasai Allah, dan menjadikan balasan musibah jika kamu

ditimpanya lebih kamu sukai, sekalipun musibah itu datang terus menerus.47

46 Imam al-Ghazali, Bimbingan Untuk Mencapai Tingkat Mu’min,terj. Abdai Rathomy,

(Bandung: CV Dipongoro, 1996), h.965 47 Syaikh Zainuddin Al-Malibary, Irsyadul ‘Ibad; Panduan Kejalan Kebenaran, terj.

Muhammad Zuhri, Ibnu Muchtar (Semarang: Cv Asy-Syifa, TT), h. 155

Page 34: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

Sementara itu Hamzah Ya’qub juga berpendapat bahwa: “zuhud bila

diartikan sesuai dengan syariat semangat Islam dapat diformulasikan sebagai

berikut: Menghindari perbudakan harta benda, menerima nikmat Allah dengan

qana’ah, cenderung dan mengutamakan ganjaran pahala akhirat, memilih hidup

sederhana karena percaya bahwa khazanah rezeki yang tidak terkira ada di tangan

Allah, rajin bekerja, dan berderma, sabar , menjauhi syubhat dan tidak meminta-

minta.48

Imam Ahmad bin Hambali, yang terkenal sebagai faqih yang “formalistis”

beranggapan bahwa: “Zuhud bukan asketisisme dalam artian keadaan atau corak

kehidupan yang dijalani oleh orang yang menolak masalah-masalah duniawi atau

mazhab pemikiran yang meletakkan semua tekanan pada segi-segi bendawi

kehidupan manusia. Tetapi zuhud adalah asketisisme dalam artian hidup

sederhana berdasarkan motif keagamaan.49

Itulah berbagai macam pandangan dan pengertian zuhud menurut para

pakar (pakar tasawuf). Jadi jelas hidup zuhud bukan berarti hidup miskin atau

enggan bekerja, sehingga hidup melarat. Hidup zuhud harus dipahami secara

benar dan mendalam. Sehingga zuhud tidak melemahkan etos kerja. Seorang

zahid boleh saja kaya raya asalkan hatinya tidak terlena dan tejerat oleh

kemewahan dunia. Tegasnya seorang zahid baik itu dalam keadaan kaya atau

dalam keadan miskin, hatinya tetap terpaut kepada Allah, kekayaan ataupun

kemiskinan tidak menjadi halangan untuk tetap taat dan mengabdi pada Allah

SWT.

48 Hamzah Ya’qub, Tingkat Ketenangan dan Kebahagiaan Mu’min, (Jakarta: AV. Atisa,

1992), cet. Ke-4, h.288 49 Jalaluddin Rahmat, Islam Al-Ternatif; Ceramah-Ceramah Di Kampus, (Bandung:

Mizan, 1991), cet. Ke-4, h. 99

Page 35: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

B. Asal-Usul Zuhud

Para peneliti baik dari kalangan orientalis ataupun lainnya, berbeda

pendapat tentang faktor-faktor yang menyebabkan munculnya gerakan zuhud.

Zuhud bermula sebagai reaksi rohaniah sebagaian kaum Muslimin terhadap sistem

politik dan ekonomi di kalangan muslim sendiri. Gerakan zuhud telah muncul

pada akhir abad pertama dan awal abad kedua Hijriyah.

R.A.Nicholson misalnya, menganggap zuhud dalam Islam berkembang

secara Islam, sekalipun memang agak terkena dampak Nasrani. Dan Ignez

Goldziher sementara itu berpendapat bahwa tasawuf mempunyai dua aliran.

Pertama zuhud, dan ini mendekati semangat Islam serta Ahlus Sunnah. Kedua,

tasawuf dalam pengertiannya yang luas maupun segala ucapannya yang berkaitan

dengan pengenalan terhadap Allah(ma’rifat), keadaan rohaniah (hal), dan rasa

(dzauq). Menurutnya, yang kedua ini terkena dampak Neo Platonisme dan ajaran-

ajaran Budha ataupun Hindu dan karena itu tambah Goldziher, tasawuf jenis ini

begitu terpengaruh dampak agama Masehi.

Kesimpulannya kedua orientalis di atas menganggap zuhud (asketisisme)

dalam islam muncul dikarenakan dua faktor utama, yaitu Islam itu sendiri dan

kependetaan Nasrani. Sekalipun keduanya berbeda pendapat tentang sejauh mana

dampak faktor yang terakhir.50

Sementara itu. Abu al-‘Ala ‘Afifi berpendapat bahwa ada empat factor

yang mengembangkn zuhud dalan Islam, yaitu:

“ pertama, ajaran-ajaran Islam itu sendiri

50 Abu al-Wafa’ al-Ghanami al-Taftazani, Sufi Dari Zaman Ke zaman, terj. Ahmad Rofi’

Utsmani, (Bandung: Pustaka, 1985), cet. Ke-1, h. 56-57

Page 36: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

kedua, revolusi rohaniah kaum muslim terhadap system sosio-politik yang berlaku. Ketiga, dampak asketisisme Masehi. Keempat, penentangan terhadap fiqh dan kalam.51

Abu al-Wafa’ al-Ghanimi al-Taftzani sependapat dengan Abu al-A’la

‘Affifi mengenai kedua faktor yang pertama, yaitu zuhud bersumber dari ajaran-

ajaran Islam serta revolusi kaum muslimin terhadap sistem sosio-politik yang

berlangsung di zaman dinasti Umayyah dan ‘Abbasiyah yang sangat bergelimang

dengan harta kekayaan dan kemewahan dunia serta lalai terhadap ajaran agama,

menjadi faktor-faktor yang mengembangkan zuud dalam Islam. Akan tetapi

tentang pendapatnya yang ketiga dan keempat, menurut al-Taftazani Kependetaan

Nasrani bukanlah salah satu faktor yang mengembangkan asketisisme Islam.

Begitu juga halnya dengan penentangan terhadap fiqih dan kalam, tidaklah

berkaitan dengan perkembangan asketisisme Islam, sekalipun faktor ini begitu

erat dengan perkembangan tasawuf sejak abad ketiga hijriyah dan seterusnya.52

Lebih jauh lagi al-Taftazani menguraikan pendapatnya tentang dua faktor

utama yang membuat berkembangnya gerakan zuhud, yaitu al-Quran dan as-

Sunnah serta kondisi-kondisi sosio-polotik pada dua abad pertama hijriyah.

Pertama, faktor awal dan utama yang mengembangkan gerakan zuhud dalam

Islam ialah ajaran Islam sendiri yang terkandung dalam al-Quran dan as-Sunnah

yang berkaitan dengan uraian tentang ketidak artian dunia maupun hiasannya, dan

perlunya berusaha secara sunguh-sungguh demi akhirat untuk memperoleh pahala

surga ataupun selamat dari azab neraka. Kedua, factor kedua yang

mengembangkan gerakan zuhud ialah kondisi-kondisi sosio-politik. Konflik-

konflik politik yang terjadi, sejak akhir masa khalifah Utsman bin ‘Affan ra.,

51 Amin Syukur, Zuhud Di Abad Modern, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997) h. 5 52 Al-Taftazani, Sufi Dari Zaman Ke Zaman, h. 57-58

Page 37: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

mempunyai dampak yang sangat religius, sosial dan politik kaum muslim. Dalam

kalangan kaum muslim sekali lagi timbul fanatisme. Konflik-konflik politik itu

terus berlangsung sampai masa khalifah ‘Ali bin Abi Thalib. Setelah itu kaum

muslimin terpecah-pecah menjadi beberapa kelompok, yaitu kelompok-kelompok

Umayyah, Syiah, khawarij dan kaum Zahid.53

Kemudian gerakan zuhud menyebar ke berbagai pelosok negeri, dengan di

bawa oleh para sufi dengan ajarannya. Masing-masing yang mempunyai ciri khas

tersendiri. Dan di antara zahid (orang zuhud) yang terkenal adalah Hasan al-Basri

(W.110 H). Dasar-dasar kezuhudan yang dianutnya adalah “al-khauf” senantiasa

bersedih hati karena merasa takut tidak bisa melaksanakan perintah Allah

sepenuhnya. Oleh karena itu pula ia merasa takut kepada Allah. Zuhud

menurutnya adalah barometer kehidupan. Hal ini dapat disimpulkan dari

ucapannya: Seorang faqih (ahli fiqh) adalah yang zuhud terhadap dunia dan

waspada terhadap agamanya, serta langgeng dalm beribadah kepada Tuhan.54

Dalam sejarah, sikap zuhud merupaka praktek keseharian dan jalan hidup

yang ditempuh oleh Nabi Muhammad SAW dan sahabt-sahabatnya. Di Madinah

ada sekelompok umat yang papah dan miskin namun tidak mengurangi kesalehan

mereka dalam beribadah, merekalah kaum al-Qurrâh dan ahl al-Suffah.55 Sikap

hidup yang zuhud dari Nabi, sahabat-sahabat dan ahl al-Suffah ini merupakan

53Al-Taftazani, Sufi Dari Zaman Ke Zaman, h. 59-64 54 Syukur, Zuhud Di Abad Modern, h. 69 55 Mengenai ahl al-Suffah ini mereka sebagai kelompok yang terjaga dengan kebenaran

dari kecenderungan duniawi terpelihara dari kelalaian terhadap kewajiban, dan panutan kaum miskin yang menjauhi duniawi. Mereka tidak memiliki keluarga ataupun harta. Bahkan perdagangan ataupun peristiwa yang berlangsung di sekitarnya tidak melelikan mereka darimengingat Allah.

Page 38: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

embrio bagi lahirnya gerakan tasawuf sebagai sebuah amal dan ilmu yang

mapan.56

Pandangan Hasan al-Basri yang lain tentang dunia antara lain nasihat yang

didengarnya oleh Abu Sa’id al-Khuzani: Sesungguhnya dunia adalah rumah amal.

Barang siapa yang mengelutinya atas dasar senang dan cinta kepadanya, akan

celaka dengannya, dan Allah akan menghanyutkan baginya, kemudian dunia

menyerahkan kepada sesuatu yang tak mampu bersabar dan menanggung siksa.57

Menurut Harun Nasution, zahid-zahid yang muncul pada masa Bani

Umayah (sekitar tahun 661 M), pergi mengikuti jejak Nabi Muhammad saw. Dan

para sahabat dekatnya dalam kenyataannya bercabang dua. Zahid-zahid seperti

Hasan al-Basri, Sufyan al-sauri dan Ja’far al-Sidiq, di samping banyak beribadah,

mereka juga mencurahkan perhatian pada dunia ilmu. Dengan demikian

perkembangan ilmu dalam islam tidak terbatas hanya kepada ilmu agama saja,

melainkan mencakup juga ilmu pengetahuan yang sekarang dikenal dengan nama

sains. Salah seorang zahid yang memusatkan pada sains adalah Jabir ibn Hayyan.

Selain itu ada juga yang memusatkan seluruh perhatiannya kepada ibadah serta

bertaubat dan mendekatkan diri kepada Allah.58

Selain zahid-zahid yang telah disebutkan di atas, ada juga zahid

perempuan (zahidah), ia adalah Rabi’ah `Adawiyah (w.135 H). Dalam posisinya

sebagai zahidah, ia mempunyai karakteristik sendiri yang membedakannya

dengan zahid-zahid yang telah disebutkan. Kalau diperhatikan zuhud Rabi’ah

`Adawiyah akan terlihat bahwa zuhudnya mempunyai corak lain dari zuhud

56 Bahri, Menembus Tirai Kesendirian-Nya, h.60 57 Syukur, Zuhud Di Abad Modern,, h.67 58 Harun Nasution, Islam di Tinjau Dari Berbagai Aspek, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990),

h. 6-7

Page 39: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

Hasan al-Basri yang bercorak rasa takut. Rabiah `Adawiyah melengkapi corak

zuhud dengan unsur baru yaitu cinta “al-mahabbah” yang menjadi sarana dalam

merenungkan cinta terhadap Allah.59

Banyak sekali ungkapan-ungkapan Rabi’ah adawiyah yang menyatakan

rasa cintanya kepada Allah, diantaranya:

“Aku mencintaimu dengan dua cinta, cinta karena diri-Mu dan cinta karena diriku…., Cinta karena diriku adalah keadaanku senantiasa mengingat-Mu, cinta karena diri-Mu adalah keadaan-Mu mengungkapkan tabirsehingga ku mengenal-Mu….. untuk kedua cinta itu pujian bukanlah bagiku, melainkan bagi-Mu pujian itu semua.” Ketika Rabi’ah Adawiyah ditanya oleh Sufyan al-Sauri mengenai hakikat

keimanan, ia menjawab: “Aku mengabdi kepada Tuhan bukan karena takut kepada

neraka dan bukan pula ingin masuk surga, tetapi aku mengabdi karena cintaku kepada-

Nya.60

Agaknya gerakan zuhud yang dikemukakan di atas, bisa dipandang

sebagai fase pendahuluan tasawuf, sebab hubungan antara sufi dan zahid tidak

dapat dipisahkan, sebab setiap sufi harus seorang zahid. Harun Nasution

mengatakan bahwa, tiap-tiap sufi adalah zahid, tetapi tidak sebaliknya, sebab

sebelum menjadi sufi ia harus menjadi zahid terlebih dahulu.61

Itulah sejarah singkat tentang asal-usul dan perkembangan zuhud. Jadi

pandangan islam tentang masalah zuhud ini, jelas berbeda dengan kerahiban

Kristen. Islam jelas-jelas menentang kerahiban Kristen. Konsepsi zuhud dalam

Islam bukan mengarah kepada asketisisme. Karena suatu perbedaan tajam antara

dunia dan akhirat tidak kemana-mana. Dalam perspektif Islam, dunia dan akhirat

tidaklah terpisah dan tidak asing satu sama lainnya.

59 Harun Nasution, Falsafah Dan Mistisisme Dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), h.

25 60Nasution, Falsafah Dan Mistisisme Dalam Islam, h. 25 61Nasution, Islam Di Tinjau Dari Berbagai Aspek, h. 10

Page 40: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

C. Maqam Zuhud Dalam Tasawuf

Zuhud merupakan salah satu maqâm yang sangat penting dalam tasawuf.

Untuk dapat berada dengan Allah sedekat-dekatnya, seorang muslim harus

menempuh perjalanan panjang yang berisi stasion-stasion. Dan stasion-stasion ini

disebut dengan maqâm.

Sebelum mengetahui lebih jauh mengenai maqâm zuhud, adakalanya kita

mengenal terlebih dahulu akan tanda-tanda bagi seorang zahid. Karena dengan

tanda-tanda ini, seorang zahid akan lebih mudah untuk mencapai ke dalam maqâm

zuhudnya. Adapun tanda-tanda tersebut ada tiga macam, yaitu:

1. Seorang zahid itu tidak menjadi gembira jikalau sesuatu yang diinginkan atau diharapkan itu maujud atau ada, tetapi juga tidak akan bersedih hati manakala tidak ada atau hilang.

2. Seorang zahid sama saja kesannya dalam jiwa, apabila menerima celaan ataupun pujian. Yang berkaitan dalam celaan itu adalah zuhud dalam harta, sedangkan yang berkaitan dengan pujian itu adalah zuhud dalam pangkat atau kedudukan.

3. Seorang zuhud itu merasa mendapatkan ketenangan jiwa dan hatinya dalam hubungannya dengan Allah.62

Al-Sarrâj memandang zuhud sebagai maqâm yang mulia. Berkaitan

dengan kemulian zuhud ini, Nabi pernah menyampaikan ”Jika kalian melihat

seseorang yang telah dianugerahi zuhud berkenaan dengan dunia dan ucapan,

maka ikutilah ia, karena ia dibimbing oleh hikmah. Zuhud merupakan fondasi

kondisi-kondisi spiritual (ahwâl) yang disukai Allah. Ia merupakan langkah awal

bagi orang-orang yang bermaksud menuju Allah, memutuskan hubungan selain

kepada Allah, rela dan berpasrah diri hanya kepada Allah. Jika ia tidak paham dan

62 Said Hawwa, Induk Pensucian Diri,

Page 41: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

mengamalkan zuhud beserta hikmahnya, maka menurut al-Sarrâj tidak sah

baginya untuk naik ke maqâm selanjutnya.63

Zuhud menurut al-Sarrâj, membutuhkan maqâm faqr. Zuhud yang berarti

sebuah sikap rohani yang tidak dikuasai dunia materi hanya bisa sempurna dengan

sikap faqr, yakni sebuah sikap mental yang senantiasa merasa butuh kepada Allah,

hanya kepada Allah tidak kepada yang lainnya. Seseorang yang mempunyai sikap

zuhud berarti ia sudah membebaskan dirinya dari jeratan dan kungkungan dunia

materi yang bisa mencelakakannya. Kebutuhan terhadap dunia materi hanya

sekedar untuk memenuhi hajat hidupnya semata tidak lebih, kebutuhannya yang

hakiki hanya kepada Allah semata.64

Dalam pada itu, tokoh-tokoh sufi mempunyai perbedaan masing-masing

dalam menempuh jalan “Thariqah” atau sistem dalam melakukan riyadhah atau

latihan. “Sufinya yaitu mencari hubungan dengan Tuhan untuk mencapai hakikat

ketuhanan. Maka tumbuh bermuncullah institusi-institusi tarekat.” Mereka mulai

merasa perlu menentukan tarekat atau sistem pelajaran yang diterima oleh murid

dari gurunya dengan gelar Syekh (ketua) atau mursyid (penunjuk jalan). Tarekat-

tarekat suluk itu laksana “pesantren” pada masa-masa sebelum terbentuknya

madrasah.65

Maka dengan melihat dan memperhatikan kaum sufi , sampai-sampai

Imam al-Ghazali berani mengatakan bahwa: “Aku yakin dengan sebenar-

benarnya, kaum sufiyah itulah yang mampu menempuh jalan yang dicontohkan

Nabi dan yang dikehendaki Allah.” Kemudian selanjutnya Imam al-Ghazali

63 Bahri, Menembus Tirai Kesendirian-Nya, h.60-61. 64 Bahri, Menembus Tirai Kesendirian-Nya, h.62-63 65 Mustafa Zahri, Kunci Memahami Tasawuf, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1995), cet. Ke-2,

h. 26

Page 42: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

berpendapat bahwa: “Mendekati Allah, merasakan kehadiran Allahdan

ma’rifatullah, hanya dapat dicapai dengan menempuh satu jalan yakni jalan yang

ditempuh oleh kaum sufi.66

Walaupun demikian namun perbedaan itu saling melengkapi satu dengan

yang lainnya. Al-Tusi mendefinisikan maqam dengan tingkatan seorang hamba di

hadapan Allah, dalam hal ibadah dan latihan jiwa yang dilakukannya. Adapun

maqâm itu ialah, taubah, wara, zuhud, faqr, sabr, tawakkal dan ridha.

Al-Ghazali menempatkan zuhud dalam sistematika: al-Taubah, al-Sabr,

al-Faqr, al-Zuhud, al-Tawakkul, al-Mahabbah, al-Ma΄rifah dan al-Ridha.

Muhammad al-Kalabazi menempatkan zuhud dalam urutan sebagai

berikut: al-Taubah, al-Zuhd,al-Sabr, al-Faqr, al-Tawadhu, al-Takwa, al-

Tawakkal, al-Ridha, al-Mahabbah dan al-Ma’rifah.

Sedangkan al-Qusyairi menempatkan zuhud dalam urutan maqam: al-

Taubah, al-Wara; al-Zuhud, al-Tawakkul dan al-Ridha.67

Melihat sistematika yang dikemukakan para ulama sufi tersebut, bahwa

bahwa maqâm zuhud tidaklah sama dalam posisinya. Zuhud dijadikan sebaagia

maqam dalam upaya melatih diri dan menyucikan hati untuk melepaskan hati

dengan dunia. Dalam pandangan sufi dunia tidak bisa berada dalam kalbu secara

bersamaan dengan Tuhan.68

Inti zuhud adalah kesadaran jiwa akan rendahnya nilai dunia. Ia bagaikan

bangkai. Seseorang boleh memilikinya sekedar untuk mencapai kebaikan dan

untuk beribadah kepada Allah Swt. Wujud zuhud ini adalah kehidupan yang

66 Zahri, Kunci Memahami Tasawuf ,h. 30 67 Syukur, Zuhud Di Abad Modern, h.63 68Syukur, Zuhud Di Abad Modern , h. 64

Page 43: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

sederhana, wajar, integratif dan aktif dalam berbagai kehidupan di dunia ini,

sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah dan sahabat-sahabatnya.69

Zuhud merupakan dasar dari segala ajaran yang terkandung dalam ajaran

sufisme yang diyakini oleh para sufi yang merupakan langkah awal dari mereka

yang menekuni tasawuf dalam usahanya untuk berada sedekat mungkin dengan

Tuhan. Sehingga siapa saja yang tidak berhasil melalui tahap ini, maka niscaya

tidak akan pernah berhasil mencapai hal dan maqam sesudahnya. Maka untuk

menjadi sufi , maka seseorang harus mengawalinya dengan menjadi zahid.

Maqâm zuhud merupakan maqâm yamg sangat mulia. Hanya dengan

perjuangan yang keras seseorang bisa mencapai maqâm zuhud. Tetapi perjuangan

dan riyādhah yang dilakukan oleh seseorang untuk mencapai maqâm zuhud

jangan sampai tercemari oleh rasa ujub dan takabur serta riya yang hanya ingin

mendapat pujian dari manusia (makhluk) dan jangan pula merasa malu atau putus

asa. Serahkanlah semuanya itu hanya kepada Allah semata.

69Syukur, Zuhud Di Abad Modern, h.vi

Page 44: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

BAB IV

ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL-JAWZIYYAH

A. HAKIKAT ZUHUD

Ibn Qayyim al-Jawziyyah memiliki kemampuan untuk memakmurkan

hatinya dengan keyakinannya kepada Allah, selalu merasa fakir dan di hadapan

Allah kembali dan bersimpuh. Di samping itu ia memiliki kekayaan yang cukup

besar, serta kedudukan yang cukup tinggi di antara para ulama yang berkomitmen.

Ia memiliki kerinduan dan cinta yang memenuhi seluruh hatinya, ia

memakmurkan hatinya dengan ketergantungan kepada Allah baik dalam kondisi

sepi ataupun ramai, dengan berdzikir sehingga ibadahnya menduduki posisi

sebagai pengobatan dan penyembuhan serta olah raga bagi jiwa.

Maka tidak terlalu mengherankan jika beliau hidup zuhud di dunia serta

rendah hati. Baginya fenomena dunia yang menipu telah sirna dalam dirinya

setelah nyata bahwa hakekatnya adalah kebinasaan.70

70 Syaikh M. Hasan Al-Jamal, Biografi 10 Besar Imam, terj. Khalid Musleh, Imam

Awaluddin, (Jaakarta: Pustaka Al-Kautsar 2005), cet. ke-1, h. 230

Page 45: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

Al-Imam Al-Hafizh Ibnu Katsir; Salah satu muridnya berkata, ”Bacaan

dan etikanya sangat baik, banyak berlemah lembut, tidak pernah hasad dan dengki

kepada siapapun, tidak pula menyakiti dan mencela mereka. Secara umum

kepribadiannya dipenuhi oleh kebaikan dan akhlak yang mulia.” Al-Imam Ibn

Katsir juga sangat bangga bisa bergaul sdengan beliau, dan dapat mencintainya,

hingga suatu ketika ia berkata, ”saya termasuk teman beliau yang paling akrab dan

paling ia senangi.”71

Makna zuhud menurut Ibn Qayyim adalah ungkapan tentang pengalihan

keinginan dari sesuatu kepada sesuatu yang lain yang lebih baik darinya. Syarat

sesuatu yang tidak disukai haruslah berupa sesuatu yang memang tidak disukai

dengan pertimbangan tertentu. Sehingga zuhud bukanlah sekedar meninggalkan

harta dan mengeluarkannya, tetapi zuhud ialah meninggalkan dunia karena

didasarkan pada pengetahuan tentang kehinaannya.72

Beliau berpandangan bahwa cinta kepada akhirat tidak akan murni kecuali

dengan zuhud terhadap dunia, dan zuhud terhadap dunia tidak akan terwujud

kecuali setelah memiliki dua pandangan sebagai berikut:

1. Memandang dunia sebagai sesuatu yang rendah, cepat sirna dan fana.

Selain dunia adalah tempat berbagai keletihan dan perjuangan

sehingga si pencari dunia selalu dikungkung kesusahan.

2. Memandang akhirat sebagai suatu yang abadi dan mengandung aneka

ragam kebaikan dan kenikmatan.73

71 Al-Jamal, Biografi 10 Imam Besar, h. 229 72 Imam Ahmad bin Hanbal, Zuhud Cahaya Kalbu, terj. Kathur Suhardi, (Jakarta: Darul

Falaf,2003), cet. Ke-2, h. xvi. 73 Ibn Qayyim Al-Jawziyyah, Al-Fawa’id; Menuju Pribadi Takwa, terj. Munirul Abidin,

(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2000), cet. ke-3, h.102

Page 46: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

Pembagian yang ada ini bersifat keharusan, seorang hamba tidak akan

terlepas dari pembagian tersebut. Memilih dunia daripada akhirat jelas berasal dari

iman yang rusak. Ibn Qayyim berkata: ”bahwa Rasul dan para sahabt meletakkan

dunia di belakang punggung, mereka tidak antusias padanya, lalu dilemparkannya

dan tidak disenanginya lagi dan mereka tidak condong padanya.

Bila kedua pandangan ini telah dimiliki oleh seorang hamba, maka ia akan

mendahulukan apa yang di prioritaskan oleh akalnya dan akan bersikap zuhud

terhadap sesuatu (dunia) yang memang semestinya ia harus berzuhud

terhadapnya. Setiap orang cenderung untuk mengambil kehidupan dunia dan

kesenangan hari ini yang bersifat temporer dan tidak mempedulikan kehidupan

akhirat dan kesenangan hari esok yang kekal. Kecuali jika ia mengetahui bahwa

kehidupan akhirat lebuh baik daripada kehidupan dunia dan kecendrungan

(cintanya) terhadap kesenangan abadi lebih kuat daripada cintanya kepada

kesenangan sementara.74

Manakala seseorang mengutamakan dunia atas akhirat, berarti ia tidak

mengetahui hakikat keduanya mungkin juga ia mengetahui hakikat keduanya,

namun kecintaannya kepada dunia telah mendominasinya. Jika demikian berarti

iman dan akalnya lemah. Malah orang yang tidak meyakini bahwa akhirat itu

lebih baik dan lebih afdal daripada dunia dapat dikatakan pula bahwa orang yang

demikian itu tidak memiliki Iman.75

Orang-orang yang paling terpedaya adalah mereka yang tertipu oleh

kesenangan hidup di dunia yang mereka rasakan, sehingga mereka lebih

74 Ibn Qayyim Al-Jawziyyah, Pesan-Pesan Spiritual Ibn Qayyim, (Jakarta: Gema Insani

Press, 1999), cet. ke-2, h. 85 75 Al-Jawziyyah, Pesan-Pesan Spiritual Ibn Qayyim, h. 85

Page 47: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

mementingkan kehidupan dunia daripada kesenangan akhirat. Mereka merasa

lebih senang di dunia daripada di akhirat.

Dengan tutur katanya yang baik lagi bijak, Ibn Qayyim berkata dengan

perkataan yang hikmah, “Seseorang yang mencintai dunia, maka dunia akan

menjadi tuan baginya sehingga ia akan dijadikannya sebagai budak dan

hambanya serta dihinakannya. Sebaliknya, jika seseorang memusuhi dunia akan

melihat kebesarannya, sehingga dunia akan mengabdikan diri dan tunduk

kepadanya.76 Jika hati berzuhud terhadap kenikmatan dunia, maka ia akan

mencari kenikmatan akhirat. Dan jika ridha terjadap kenikmatan dunia ia akan

meninggalkan akhirat.77

Dari pada itu, sehingga sebagian mereka ada yang mengatakan,

“Kesenangan dunia adalah sekarang, sedangkan kesenangan akhirat ditangguhkan.

Yang sekarang itu lebih baik daripada yang ditangguhkan. Sebagian lagi

mengatakan, “Kenikmatan di dunia itu suatu yang pasti, sedangkan kenikmatan di

akhirat itu masih diragukan.78

Jika orang-orang merasa kaya dengan dunia, maka hendaklah merasa kaya

dengan Allah, dan kalau orang lain bangga denga harta yang melimpah, maka

hendaklah bangga dengan Tuhanmu. Jika manusia tenang dengan kekasih mereka,

maka hendaklah tenang dengan Allah. Seorang zahid berpesan; ”Tinggalkanlah

dunia sebagaimana mereka telah meninggalkan akhirat, dan jadilah engkau di

dunia ini laksana lebah yang hanya memakan yang baik-baik dan hanya memberi

76 Al-Jawziyyah, Al-Fawa’id; Menuju Pribadi Takwa, h. 109 77 Al-Jawziyyah Al-Fawa’I; Menuju Pribadi Takwa, h. 107 78 Ibn Qayyim Al-Jawziyah, Siraman Rohani Bagi yang mendambakan Ketenangan Hati,

terj. Arif Iskandar, (Jakarta: Lentera Basritama, 2000), cet. ke-1, h.

Page 48: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

yang baik-baik, jika hinggap pada sesuatu, ia tidak merusak atau

menghancurkannya.79

Berbeda dengan orang-orang yang bertakwa. Mereka tidak tergoda oleh

cinta kedudukan dan dunia sehingga mereka tidak memprioritaskan atas akhirat.

Mereka tetap berpegang teguh pada al-Qur’an dan sunah. Selain beristi’anah

(meminta bantuan) dengan sholat dan kesabaran serta selalu berpikir tentang

kefanaan dunia serta kerendahannya.80

Inilah gambaran terhadap lemah dan kuatnya iman. Dalam hal berzuhud,

seorang zahid haruslah terlebih dahulu menanamkan dalam dirinya akan keimanan

yang kuat. Sehingga dalam melaksanakannya tidak akan ragu.

Seseorang yang dapat dikatakan zahid sebenarnya bukanlah yang

meninggalkan seluruh hartanya. Melainkan bagaimana seseorang dapat bersikap

balance di antara dunia dan juga akhirat. Inilah hakikat zuhud yang sesungguhnya

menurut beliau.

Tidaklah benar seseorang yang hanya mementingkan akhiratnya saja

lebih-lebih mementingkan keduniawiannya. Dalam hal ini memang sangatlah di

perlukan keimanan dan juga ketakwaan kita. Sebenarnya, dunia diciptakan

sebagai tempat cobaan bagi manusia. Sehingga akal manusia amatlah diperlukan.

Ibn Qayyim pun berkata: “Akhirnya aku menyadari bahwa yang paling baik

adalah yang di tengah-tengah. Lebih tidak, kurang pun tidak.”81

Ibn Qayyim beranggapan bahwa tidaklah baik terlalu berlebih-lebihan

dalam berzuhud. Karena sikap yang demikian ini hanya akan membawanya

79 Al-Jawziyyah, Al-Fawaaid, Pesan-pesan Spiritual Ibn Qayyim, h.109 80 Al-Jawziyyah, Pesan-Pesan Spiritual Ibn Qayyim, h. 85 81 Ibn Qayyim Al-Jawziyyah, Shaidul Khathir; Cara Manusia Cerdas Menag Dalam

Hidup, (Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2005), cet. ke-2, h. 86

Page 49: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

kepada sifat yang riya. Di mana sikap seperti ini adalah suatu kesalahan dan telah

keluar dari jalan yang telah dituntunkan oleh Rasulullah saw dan para sahabat

beliau baik secara nagli maupun secara akal sehat.

Dalam melakukan kezuhudannya, di antara orang-orang zuhud ada yang

merasa kuat baik berada di masjid atau hanya duduk-duduk dan berdzikir di

zawiyyah ‘tempat persemedian’. Mungkin juga mereka beralasan tentang

kesendiriannya itu, “ia khawatir jika keluar akan melihat berbagai kemunkaran.”

Sebagian dari mereka ada juga yang tidak pernah mengunjungi orang lain atau

pun teman-temannya.82

Sebagian dari mereka pun ada yang tidak mau memakan makanan adonan

segar. Yang lainlagi hanya memakan makanan yang sedikit sehingga ia tidak

memperdulikan kondisi badannya, dan juga ada yang memakai pakaian yang

seadanya dengan menggunakan pakaian yang sudah kumel dan lain sebagainya.

Dalam hal ini ada sebuah kisah, di mana ketika Farqad as-Sabkhi datang

ke rumah Hasan al-Bashri yang pada saat itu sedang makan ‘faludzaj’.83 Hasan

kemudian berkata, “Bagaimana pendapatmu tentang makanan ini? Aku tidak

makan karena aku tidak menyukainya.” Hasan al-Bashri berkata: apakah makanan

yang seperti ini tidak disukai oleh seorang muslim (diharamkan)?”

Ada pula seorang pria yang datang menemui Hasan al-Bashri, kemudian

berkata: Aku mempunyai seorang tetangga yang tidak mau makan ‘faludzaj’.

Hasan bertanya kenapa? Ia menjawab, “Tetanggaku mengatakan ia tidak mampu

mensyukuri kenikmatan dari makanan mewah seperti itu.” Lalu Hasan

82 Al-Jawziyyah, Shaidul Khathir; Cara Manusia Cerdas Menag Dalam Hidup, h. 458 83 Sejenis makanan yang istimewa. Makanan ini berasal dari campuran madu dengan

gandum dan ditambah minyak sapi.

Page 50: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

berkomentar, “Tetanggamu itu adalah orang yang bodoh dan tidak tahu. Jika

demikian apakah ia juga tidak mampu untuk mensyukuri nikmat yang didapatnya

dari segelas air yang dingin.?84

Ibn Qayyim menanggapi kejadian tersebut dengan mengatakan bahwa

sebenarnya, bagi orang yang seperti itu telah tertutup jalan kebenaran bagi dua

arah. Sebab utamanya adalah kebodohan mereka sendiri. Mereka tidak

mengetahui bahwa Nabi saw dan para sahabatnya tidak pernah melakukan hal

yang seperti itu. Rasulullah ,makan daging ayam, menyukai yang manis-manis

dan madu.85

Jika hal-hal tersebut dianggap sebagai cara hidup zuhud. Maka

sesungguhnya semua itu sangat bertentangan dengan cara hidup Rasulullah dan

para sahabatnya. Pertentangan terjadi secara sisi syari’at dan cara hidup bijak. Jika

ada sebagian orang yang hendak memprotes dan mengatakan: “Bahwa sikap

seperti ini menentang kebaikan dan sifat zuhud itu sendiri.” Padahal tidaklah

demikian adanya. Karena, sikap zuhud mereka itu sudah melampaui batas. Di

mana Rasulullah saw sendiri pernah bersabda:

“Setiap amal yang tidak dilandaskan pada perintah kami (syari’at), maka amalan itu tersebut tertolak.” Ibn Qayyim pun menegaskan janganlah terpesona dengan cara ibadah

yang dilakukan oleh banyak orang yang mengaku zahid, namun sebenarnya

amalan mereka jauh menyimpang dari jalan yang digariskan Rasulullah dan tidak

juga para sahabatnya. Misalnya dengan cara berpura-pura khusyuk yang

berlebihan, berpura-pura menjalani hidup dengan amat sederhana yang luar biasa

84 Ibn Qayyim Al-Jawziyyah, Shaidul Khathir; Bisikan Hati Ibnu Jauzi, terj. Ibnu

Ibrahim, (Jakarta: Pustaka Azzam, 1998), cet. ke-1, h. 78 85 Al-Jawziyyah, Shaidul Khathir; Cara Manusia Cerdas Menang Dalam Hidup, h. 87

Page 51: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

dan hal-hal yang mungkin dianggap oleh orang-orang awam sebagai sesuatu yang

sangat baik.86

Hal yang demikian inilah yang ditakutkan oleh Ibnu Qayyim. Beliau

khawatir dengan berzuhud yang terlalu over atau berlebihan hanya akan

mendatangkan sikap takabur dan menjadi riya. Sehingga seorang zahid harus lebih

mengetahui lagi makna apa yang terkandung atau hakikat yang bagaimana

sebenarnya yang terkandug di dalam kezuhudan itu sendiri.

Sikap zuhud yang demikian itu muncul karena kurangnya ilmu

pengetahuan yang mereka miliki. Sehingga mereka merasa benar dengan apa

yang dilakukannya. Maka dari itu menurutnya, memohonlah kepada Allah akan

ilmu yang bermanfaat. Sebab, ilmu itu adalah dasar. Apabila ilmu itu dapat diraih,

maka dengan ilmu kita dapat mengenal Allah dengan sebaik-baiknya dan berbakti

kepada-Nya sesuai dengan apa yang diajarkan dan disenangi-Nya. Dan dengan

ilmu pun kita dapat merasakan suatu keikhlasan dalam menjalani hidup.

Dalam ungkapan bijaknya beliau berkata: “Beberapa keinginan dunia

laksana permainan dan hayalan saja. Sedangkan pandangan orang awam terbatas

hanya pada lahiriahnya dan orang yang berakal akan melihat dari balik tabir.87

Ibn Qayyim pun pernah menjalani kehidupan zuhud yang pada waktu itu

beliau hampir meninggalkan keluarganya. Ibn Qayyim mulai menjauh dari dunia

dan beliau pun mulai mengganti pakaiannya dengan pakaian lusuh dan makan

dengan cara yang sangat sederhana. Namun yang terjadi adalah beliau merasakan

tubuhnya tak berdaya.

86Al-Jawziyyah, Shaidul Khathir; Cara Manusia Cerdas Menang Dalam Hidup, h. 89-90 87 Ibn Qayyim Al-Jawziyyah, AlFawa’id, terj. Mahrus A’li, (Jakarta: Cendekia Sentra

Muslim, 2000), cet. ke-1, h.48

Page 52: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

Ibn Qayyim kembali larut dalam khalwatnya. Beliau pun berkata: ”Saya

ingin seperti para ulama, namun badanku tak kuasa untuk menuntut ilmu. Aku

ingin seperti para zahid, namun badan tak lagi mampu untuk berzuhud.” Beliau

merasa hal yang demikian hanyalah bisikan setan. Kemudian beliau berkata: ”Jika

aku berzuhud dalam caramu, maka habislah apa yang ada dalam genggamku dan

apapun yang menjadi hajat keluargaku.” Uzlah yang benar adalah menghindarkan

diri dari keburukan bukan dari hal-hal yang baik. Kisah ini diambil dari karya

beliau yang berjudul Shaidul Khathir; cara manusia cerdas menang dalam hidup.

Menurut Ibn Qayyim al-Jawziyyah, banyak sekali orang berbicara tentang

zuhud. Semua berbicara tentang pengalamannya, kondidi dan keadaannya. Orang-

orang lebih mengunggulkan berbicara mengenai kondisi pengalamannya. Padahal,

berbicara atas dasar ilmu lebih luas dan lebih tepat daripada berbicara dengan

dasar pengalaman. Selain itu, lebih tepat dari sisi penjelasan.

Sebenarnya bukanlah dunia itu yang harus kita hindari. Melainkan yang

layak dihindari adalah segala hal yang tidak dihalalkan dan segala sesuatu yang

sifatnya berlebihan. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa seorang

zahid bukanlah meninggalkan segala hal yang mubah dalam arti baik melainkan

dapat meninggalkan segala hal yang merugikan dan seorang zahid haruslah bisa

membedakan di antara keduanya.

Pada hakikatnya bukanlah dunia yang tercela, tetapi yang tercela adalah

perbuatan hambanya. Dunia adalah jembatan yang akan menghantarkan hamba

menuju surga atau neraka. Namun ketika kehidupan dunia ini didominasi oleh

hawa nafsu, keinginan untuk meraih keberuntungan, kelalaian, kehidupan jauh

dari Allah dan juga kehidupan akhirat. Sehingga keadaan yang seperti inilah yang

Page 53: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

akan meliputi para penghuni dunia dan kehidupannya di sana, dengan demikian

dunia akan tercela dalam keadaan bagaimanapun.88

Riwayat Ad Dailami menegaskan, “Tinggalkanlah dunia untuk ahli-

ahlinya, karena barangsiapa menambil dunia melebihi kapasitas kegunaannya,

maka ia telah mengambil kematiannya tanpa ia sadari.”89

Apabila ada seseorang yang mengaku dirinya sebagai orang yang zahid,

kemudian ia menolak untuk berusaha dan mengatakan, “Aku tidak akan makan,

tidak akan minum dan tidak akan menghindar dari panas matahari disaat terik dan

tidak akan menghangatkan disaat dingin menggigil, maka orang semacam ini

secara ijma’ sudah dianggap berbuat maksiat atau membuat kesalahan kepada

Allah dan dirinya sendiri.”90

Begitu pula jika ia mengatakan, “Aku tidak akan mencari rizki dan aku

serahkan rizki keluargaku kepada Allah semata, lalu keluarganya ditimpa musibah

kelaparan seperti sakit dan lainnya, maka ia telah berbuat dosa kepadaAllah.”91

Janganlah tergoda dengan omongan kacau mereka yang berpura-pura

zuhud yang selalu mengurangi makan secara tidak wajar. Hal itu dapat

mengakibatkan dirinya tidak mampu melakukan pekerjaan yang wajib.

Sebenarnya hal yang demikian itu tak pernah dicontohkan Rasulullah dan para

sahabat-sahabatnya. Jika Rasulullah tidak makan dan mereka lapar itu seringkali

88 Al-Jawziyyah, Uddatu Ash-Shabiriin Wa Dzakiratu asy-Syakiriin; Indahnya Sabar,

(Jakarta: Magfirah Pustaka,2007), cet. Ke-2, hal.257 89 Syaikh Zainuddin Al-Malibary, Irsyadul ‘Ibad; Panduan Ke Jalan Kebenaran, terj.

Moh. Zuhri, Ibnu Muchtar, (Semaramg: Cv Asy-Syifa, TT ), h.155 90 Al-Jawziyyah, Shaidul Khathir; Bisikan Ibnu Jauzi, h.77 91 Al-Jawziyyah, Shaidul Khathir; Bisikan Ibnu Jauzi, h.77

Page 54: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

disebabkan mereka selalu mendahulukan orang lain, kemudian mereka bersabar

karena darurat.92

Ibn Qayyim menegaskan bahwa generasi Islam yang pertama itu adalah

para sahabat Rasulullah, dimana mereka itu bekerja dan mencari nafkah serta

cenderung untuk meninggalkan harta benda yang banyak bagi ahli waris mereka.

Oleh karena itu kembalilah kepada generasi Islam pertama yang masih murni.

Dan hendaknya kita tidak mengikuti ajaran-ajaran yang didasarkan pada

pandangan yang salah.

Sebenarnya anjuran untuk zuhud di dunia merupakan teguran agar tidak

selalu mementingkan kehidupan duniawi, sehingga mengabaikan urusan akhirat.

Semua itu dimaksudkan agar manusia berada pada derajat yang terbaik di sisi

Allah sebagai balasan dari apa yang telah mereka kerjakan di dunia.

Sungguh amatlah disayangkan jika seorang zahid, demi kezuhudannya

harus menelantarkan keluarganya dan menyiksa dirinya sendiri. Karena yang

demikian itu hanya akan membuat kerugian pada dirinya.

Memang berzuhud itu di haruskan tapi tidak dengan hal yang berlebihan.

Adakalanya sebelum berzuhud terlebih dahulu memahami akan hakikat zuhud itu

sendiri. Yang mana Ibn Qayyim telah menjelaskan, pada hakikatnya zuhud itu

adalah yang dapat mengimbangi antara kehidupan dunia dan akhirat. Berlebihan

dalam hal kehidupan dunia tidak dibenarkan, lebih mementingkan akhirat pun

adalah tidak benar.

92 Al-Jawziyyah, Shaidul Khathir; Cara Manusia Cerdas Menang Dalam Hidup, h.194.

Page 55: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

B. TINGKATAN ZUHUD

Di dalam al-Qur’an penuh dengan ajaran-ajaran zuhud tehadap dunia,

informasi-informasi tentang rendahnya, sedikitnya dan ketidak kekalan dunia, dan

cepat sirnanya dunia, juga ajaran yang mendorong terhadap akhirta, informasi-

informasi tentang kemulyaan akhirta dan kekekalan akhirat. Jika Allah

menghendaki sesorang hamba itu baik, maka Allah memberi pertunjuk dalam

hatinya, sehingga ia dapat menentukan hakikat dunia dan akhirta dan menentukan

mana diantara keduanya yang lebih utama untuk kepentingan orang lain.93

Kezuhudan bukanlah suatu masalah mudah yang bisa diperoleh tanpa

bersusah-payah dan tidak semua orang mampu menjadi seorang zahid. Kezuhudan

merupakan langka-langkah untuk melatih perilaku. Di mana dalam kezuhudan ini

ada pencapaian-pencapaian tertentu sehingga seorang bisa dikatakan sebagai

seorang zahid dan dalam pencapaiannya dibutuhkan keimanan yang kuat.

Dalam masalah pencapaian zuhud ini, Ibn Qayyim mengemukakan bahwa

ada tiga tingkatan yang harus dilaluinya. Tentang pendapatnya ini, beliau

mengutipnya dari sebagian Imam. Diantara mereka adalah Imam Ahmad yang

berkata ”Zuhud itu memiliki tiga tingkatan yang pertama, meninggalkan yang

haram dan ini zuhudnya orang awam. Kedua, meninggalkan nikmat yang lebih

dari rezeki yang halal dan ini adalah zuhudnya orang-orang khusus. Ketiga,

meninggalkan apa yang dapat melalaikan dari Allah dan inilah zuhudnya orang-

orang ma’rifat.94

93 Ibn Qayyim Al-Jawziyyah, Tahdzib Madarij Salikin, (Bairut: al-Manar al-Islamiyyah, 1997), h. 257 94Sa’id bin Musfir, Al-Itiqadiah Asy-Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani Wa Arauhu Al-Itiqadiah Wa Ash-Shufiah; Buku Putih Syaikh Abdul Qadir Al-JailaniI, terj. Munirul Abidin, (Jakarta: Darul Falah, 2003), Cet.Ke-1, h.491.

Page 56: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

Perkataan Imam Ahmad ini selaras dengan perkataan Imam-imam

terdahulu dengan tambahan pada rinciannya dan penjelasan tentang tingkatan-

tingkatannya. Ini merupakan pendapat yang paling disepakati dan ini menunjukan

bahwa beliau dalam hal ini berada pada tingkatan tertinggi.

Dalam masalah urutan maqâm penulis tidak menemukan secara spesifik

ada dalam posisi keberapa maqâm zuhud itu sendiri. Hanya saja mengemukakan

bahwa zuhud berada pada tingkatan tertinggi dan ketika kita berzuhud dibarengi

dengan sikap qana’ah dan sikap ketakwaan.

Sebelum lebih jauh mengetahui tingkatan zuhud tersebut adakalanya kita

mengetahui beberapa macam zuhud menurut Ibn Qayyim, yaitu:

1. Zuhud dalam hal yang haram, yaitu fardhu ain.

2. Zuhud dalam masalah syubhat, yang tergantung pada tingkat syubhat.

Jika kuat akan menjurus kepada wajib dan jika melemah menjadi

sunah.

3. Zuhud dalam masalah-masalah yang lebih.

4. Zuhud dalam masalah yang tidak perlu dilakukan, dipandang,

ditanyakan, ditemui dan lain-lain.

5. Zuhud di tengah manusia.

6. Zuhud dalam kaitannya dengan diri, yaitu merendahkan diri Karena

Allah.

7. Zuhud yang meliputi semua itu, yaitu zuhud dalam hal-hal selain Allah

dan apapun yang membuat lalai terhadap Allah.95

95 Ibn Qayyim Al-Jawziyyah, Mendulang Faidah Dari Lautan Ilmu, terj. Kathur Suhardi,

(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1998), cet. ke-2, h.179

Page 57: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

Dari sekian macam-macam zuhud tersebut Ibn Qayyim membaginya

menjadi tiga tingkatan:

1. Zuhud Orang Awam

Zuhud ini di awali dengan meninggalkan segala yang haram. Ini

merupakan tingkatan awal atau pemula. Zuhud ini disebut juga dengan zuhud

dalam syubhat, artinya meninggalkan hal-hal yang meragukan apakah halal

ataukah haram.

Adapun zuhud terhadap hal-hal yang syubhat adalah meninggalkan sesuatu yang tidak jelas bagi seorang hamba. Seperti yang dijelaskan dalam haditsnya Nu’man bin Basyir r.a. dari Nabi Saw: “Yang halal itu jelas, dan yang harampun juga jelas, dan diantara keduanya terdapat perkara yang masih belum jelas. Sebagian besar manusia tidak mengetahui hukumnya. Barang siapa menjauhi hal-hal yang syubhat, maka ia akan terhindar dari hal yang haram. Dan barang siapa yang terjatuh dalam hal-hal yang syubhat, maka ia akan terjerumus dalam hal yang haram, seperti seorang pengembala yang mengembala di sekitar garis larangan, maka ia akan cepat mengembala dalam larangan tersebut. Ingatlah dalam setiap harta milik terdapat garis larangan, dan ingatlah garis larangan Allah adalah hal-hal yang diharamkannya. Ingatlah di dalam jasad terdapat segumpal dagig, apabila segumpal daging iut baik, maka baik pulalah seluruh jasad. Dan apabila segumpal daging itu rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Segumpal daging itu adalah hati.”

Syubhat ini merupakan sekat antara yang halal dan yang haram. Setelah

meninggalkan yang haram, karena tidak menyukai celaan di mata Allah, tidak

menyukai kekurangan dan tidak suka bergabung dengan orang-orang fasik. Tidak

menyukai celaan dan kekurangan hanya berlaku di mata Allah dan bukan di mata

manusia, sekalipun sebenarnya tidak suka celaan dan kekurangan di mata

manusia. Ini bukan termasuk sifat yang tercela. Yang tercela dalam hal ini ialah

jika sikapnya itu semata di mata manusia dan tidak merasa malu dimata Allah.96

96 Al-Jawziyyah, Tahdzib Madarijus Salikin, h. 260

Page 58: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

Seorang zahid harus berpantang dari kesenangan yang diharamkan dan

barang-barang Syubhat, serta selalu menghindari kemewahan dunia, kemudian

mempertangguh kehadirannya untuk terus menerus berdekatan dengan Allah.

2. Zuhud Orang Khusus

Pada tingkatan zuhud ini, meninggalkan segala sesuatu yang berlebih-

lebihan dalam hal yang halal. Tingkatan zuhud ini lebih tinggi dibandingkan

dengan tingkatan zuhud yang pertama.

Zuhud ini disebut juga dengan zuhud mustahab atau sunnah, yang

tergantung pada tingkatan-tingkatannya dalam hukum sunnahnya, dengan menilik

sesuatu yang dihindari, yaitu zuhud dalam hal yang mubah, makruh, hal yang

berlebih dan melakukan keanekaragaman syahwat yang mubah.97

Dalam tingkatan zuhud ini seorang hamba menyibukkan dirinya dalam

seluruh rentang waktu dengan sesuatu yang dapat mendekatkan dirinya kepada

Allah, atau menentukan waktu makan, minum, tidur, maupun waktu istirahat.

Yaitu kapan menempatkannya dengan niat yang kuat terhadap apa yang dicintai

Allah, dan menjauhkan diri dari apa yang dibenci Allah. Itu semua merupakn

pengisian waktu, dan bila dalam pengisian waktu tersebut terdapat unsur

kesenangan yang paling sempurna, maka jangan menganggap bahwa pengisian

waktu adalah meninggalkan kesenangan-kesenangan dan kebaikan-kebaikan.98

Dengan kata lain bahwa dalam tingkatan ini mendekatkan diri kepada

Allah, bukan hanya dengan beri’tikaf saja. Tetapi dengan kita selalu mengingat

kepada-Nya entah disaat makan, tidur atau pun beraktifitas dalam kehidupan

sehari-hari. Kita niatkan ini semua semata-mata karena Allah, sehingga dalam

97 Ibn Hanbal, Zuhud, h.xvii 98 Al-Jawziyyah, Tahdzib Madarijus Salikin, h. 261

Page 59: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

jiwa menambah kekuatan dan melakukan apa-apa yang dicintai Allah dan

menjauhi segala hal yang dimurkai-Nya atau dilarang.

Seorang zahid apabila telah berada pada tingkatan ini, melakukan

semuanya dari dalam hati secara seimbang, sehingga ia dapat melepaskan segala

rasa kegundahan dalam hal yang berkaitan dengan sebab-sebab keduniaan.99

Jiwanya akan semakin tentram, damai dan selalu merasa senang. Karena

dengan tingkatan zuhud ini seorang zahid telah menyerahkan secara ikhlas

kehidupannya semata-mata hanya karena Allah. Tidak ada rasa ketergantungan

dalam keduniaan. Sehingga segala hal yang berlebihan pun tak tampak dalam

kepribadiannya. Ia tidak merasa gembira jika sesuatu yang diinginkannya itu

tercapai dan tidak juga merasa bersedih hati manakala tidak tercapai atau hilang.

Kezuhudan yang dimiliki oleh seorang zahid memang amatlah sulit. Dan

ini merupakan suatu perkara yang amat rumit. Karena letaknya ialah di dalam

jiwa yang amat abstrak.

3. Zuhud Orang Ma’rifat

Tahap akhir dari seorang zahid dalam tingkatannya menurut Ibn Qayyim

adalah zuhudnya orang ma’rifat. Zuhud orang ma’rifat ini dapat juga dikatakan

dengan zuhud dalam zuhud. Zuhud orang-orang yang masuk ke dunia zuhud ini

adalah mereka yang benar-benar tekun dalam melakukan perjalanan kepada

Allah.100

Ada dua golongan dalam tingkatan zuhud ini, yaitu :

1. Orang yang zuhud di dunia secara keseluruhan, maksudnya bukan

melepaskan dunia ini dari tangan sama sekali akan tetapi mengeluarkan

99 Al-Jawziyyah, Tahdzib Madarijus-Salikin, h. 261 100 Ibn Hanbal, Zuhud, h. xviii

Page 60: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

dunia itu secara keseluruhan dari hatinya tidak menengoknya dan tidak

membiarkannya mengendap dalam hati.

2. Zuhud terhadap diri sendiri, dan ini merupakan zuhud yang paling berat

serta paling sulit.

Dalam tingkatan zuhud ini dapat dilakukannya dengan tiga cara: pertama,

menghinakan perbuatan zuhudnya; Orang yang memenuhi hatinya dengan

kecintaan kepada Allah dan pengagungan-Nya, niscaya dia tidak akan

berpandangan bahwa dunia yang ditinggalkannya karena Allah berhak menjadi

korban. Karena dunia dengan segala isinya menurut Allah tidak dapat disamakan

dengan sayap seekor nyamuk. Seorang ahli ma’rifat tidak akan beranggapan

bahwa zuhudnya terhadap dunia merupakan perkara besar yang perlu

diperhitungkan dan dirayakan. Orang yang zuhudnya benar maka, jika dunia yang

ditinggalkannya, oleh Allah dijadikan berharga, maka ia merasa malu

memperhatikan zuhudnya terhadap dunia tersebut. Bahkan zuhudnya terhadap

dunia akan sirna sebagaimana dunia darinya. Dan dia juga merasa malu untuk

menyebutnya dengan lisannya dan melihatnya dengan hatinya.101 Hatinya tidak

lagi bersukaria karena memperoleh sesuatu dan tidak pula bersedih karena

kehilangan sesuatu; orang yang memujinya dan orang yang mencelanya

dianggapnya sama saja dan ia senantiasa merasa dekat dengan Tuhan dan

merasakan nikmat ibadah.

Sungguh bijak seorang zahid dalam pribadinya ini. Sebagaimana telah di

jelaskan pada bab sebelumnya bahwa tak pantas seorang zahid merasa besar

101 Al-Jauziyyah, Tahdzib Madarijus Salikin, h. 262

Page 61: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

kepala akan kezuhudannya itu dan amatlah jelas pada tingkatan zuhud ini, bahwa

sikap riya bukanlah cerminan dari seorang zahid.

Kedua, zuhud ini dapat dilakukannya dengan cara: Menyeimbangkan

keadaan saat mendapatkan dan meningalkan sesuatu; Artinya melihat apa yang

ditinggalkan atau yang dilakukannya dalam kedudukan yang sama. Ia tetap zuhud

saat mengambil keduniaan dan tetap zuhud saat meninggalkannya. Hal ini

merupakan bagian dari tingkatan zuhudnya orang-orang khusus.

Ketiga, cara yang terakhir adalah tidak berpikir untuk mendapatkan

balasan. Dia melihat kesendirian Tuhan dalam pemberian dan pencegahan

pemberian. Dia tidak beranggapan bahwa dia meninggalkan sesuatu, juga tidak

mengambil sesuatu. Akan tetapi Tuhan sendirilah yang memberikan dan

mencegah pemberian. Maka sesuatu yang diambilnya mengalir dari pemberian

Allah kepadanya sebagaimana air yang mengalir disungai. Dan sesuatu yang

ditinggalkanya karena Allah, itu karena Allahlah yang mencegahnya dari sesuatu

tersebut. .102

Sejalan dengan tingkatan-tingkatan zuhudnya orang ma’rifat ini, maka

sifat-sifat zuhud yang dimilikinya merupakan nilai-nilai hakiki yang tinggi. Pada

tingkatan in, seorang zahid meninggalkan segala perkara yang dapat membuat

seseorang lalai dan lupa kepada Allah.

Tingkatan zuhud orang ma’rifat ini berada pada tingkatan yang tertinggi.

Sebab jika zuhud pada tingkaatn pertama dan keduapun masih dapat disandang

oleh para salik yang saleh-saleh. Namun zuhud pada tingkatan yang ketiga, yakni

zuhudnya orang ma’rifat ini hanya bisa dimiliki oleh para sufi sebagai orang-

102 Al-Jawziyyah, Tahdzib Madarijus Salikin, h. 262

Page 62: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

orang yang arif bijaksana. Mereka terus terpelihara fitrahnya sebagai manusia

beriman dan mendekatkan diri kepada Allah.

Dengan kata lain bahwa cara ini menunjukkan keikhlasan bagi seorang

zahid dalam melakukan segala sesuatunya. Ia menyerahkan seluruhnya semata-

mata hanya milik Allah. Tidak pernah berpikir dalam benaknya untuk meminta

balasan atau mendapatkan derajat di sisi Allah atas apa yang ia perbuat.

Dapat dikatakan bahwa tingkatan zuhud yang akhir ini, yakni tingkatan

zuhud orang ma’rifat merupakan bagian dari keseluruhan tingkatan-tingkatan

zuhud sebelumnya, yaitu: zuhudnya orang awam dan zuhud orang khusus.

Inilah tingkatan-tingkatan zuhud yang dikemukakan oleh Ibn Qayyim al-

Jawziyyah. Yang intinya menjelaskan segala persoalan-persoalan dalam berzuhud.

Dengan adanya tingkatan-tingkatan zuhud ini, semoga mempermudah bagi para

muzahid dalam melaksanakannya. Dan dalam tingkatan-tingkatan ini pun telah

dijelaskan bagaimana cara berzuhud yang baik dan benar. Sehingga tidak ada lagi

kekeliruan dalam berzuhud.

Page 63: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada bab terakhir penulisan skripsi ini, penulis mencoba mengambil

kesimpulan yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya. Yakni kesimpilannya

adalah sebagai berikut:

Pembahasan zuhud takkan habis untuk dibahas, karena para pemikir

muslim dan para ulama terdahulu pun, begitu antusias dalam memperdebatkan

masalah zuhud, walaupun kadang ada juga persamaan dan perbedaannya, tapi

mereka sangat menghargai dalam hal perbedaan pendapat.

Sikap zuhud merupakan suatu hal yang sangat mulia. Karna zuhud

merupakan pangkal kebaikan dan ketaatan seorang hamba kepada Allah Swt. Oleh

karena itu, amatlah beruntung bagi orang yang telah mampu memiliki sikap

zuhud, karena ia akan memperoleh kebahagiaan yang sejati di akhirat nanti.

Ibn Qayyim al-Jawziyyah, di mana beliau memiliki kekayaan yang besar,

kedudukan yang cukup tinggi dan dikenal oleh banyak orang, namun itu semua

tidak mengurangi rasa zuhudnya terhadap apa yang beliau miliki.

Dengan konsep zuhudnya ini, Ibn Qayyim menjelaskan bahwa pada

dasarnya hakikat zuhud itu adalah bukan sekedar meninggalkan harta saja,

Page 64: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

melainkan meninggalkan dunia karena kehinaannya. Mengetahui kebaikan dunia

dan juga keburukannya, tidak terlalu memprioritaskan kehidupan dunia dan

meyakini akan kehidupan akhirat itu lebih baik ketimbang kehidupan dunia.

Orang yang zuhud hanya akan mencintai dunia dan mengambil

keperluannya saja. Ia tidak akan menjadikan dunia sebagai tujuan hidup,

melainkan hanya sebagai sarana untuk mencapai kebahagiaan hidup, di akhirat.

Mereka menyadari bahwa kenikmatan dan kehidupan dunia hanyalah permainan

dan tipuan belaka.

Ibn Qayyim pun menjelaskan bahwa seorang zahid yang sesungguhnya

adalah tidak merasa senang ataupun bangga terhadap apa yang dicapainya. Dia

tetap zuhud saat mengambil keduniaan dan tetap zuhud dalam meninggalkannya.

Sebaik-baiknya zuhud adalah yang tidak keluar dari ajaran Rasulullah saw.

B. Saran-saran

Diakui oleh penulis, bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan.

Diperlukan kajian dan penulisan yang lebih mendalam lagi tentang masalah ini.

Selanjutnya, Ibn Qayyim sebagai seorang pemikir, yang banyak

menghasilkan karya besar sangat layak diberikan perhatian dan kajian yang lebih

terhadap pemikirannya. Penulis yakin bahwa masih banyak persoalan-persoalan

zuhud yang belum terangkat dan terungkap di sini. Untuk itu penulis memberikan

saran kepadapara akademisi dan pembaca pada khususnya, yaitu:

1. Secara umum perlu dikembangkan kajian yang lebih intensif mengenai

pemikiran zuhud, karena hal tersebut merupakan permasalahan yang

penting bagi umat muslim, sehingga dapat mengaplikasikannya di

Page 65: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

dalam kehidupan dan manfaatnya pun dapat dirasakan oleh umat

manusia dan umat Islam pada khususnya.

2. Melakukan penelitian lebih dalam tentang pemikiran Ibn Qayyim al-

Jawziyyah khususnya dalam bidang zuhud.

3. Yang tak kalah pentingnya adalah penelitian tentang pengaruh zuhuz

relevansinya terhadap kehidupan masa sekarang.

Ini semua menjadi pekerjaan rumah bagi para ilmun. Semoga tulisan ini

menjadi gambaran yang sederhana walau dalam batas yang minim

Page 66: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

DAFTAR PUSTAKA As, Asmaran, Pengantar Studi Tasawuf, Jakarta: LSIK, 1994 Bahri, Media Zainul, Menembus Tirai Kesendirian-Nya; Mengurai Maqâmat dan

Ahwâl Dalam Tradisi Sufi, Jakarta: Prenada 2005. Dewan Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, jilid II, Jakarta: Ichtiar Baru Van

Houve, 1995. Ghazali, Imam al-, Bimbingan untuk mencapai Tingkatan Mu’mini, terj. Abdai

Rathomy, Bandung: Cv Diponegoro, 1996. Jamal, M. Hasan al-, Biografi 10 Imam Besar, terj. M. Khalied Muslih dan

Awaluddin, Jakarta: Pustaka al-Kautsar,2000. Jawziyyah, Ibn Qayyim al-, al-Fawa’id; Menuju Pribadi Takwa, terj. Munirul

Abidin, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2000. -------, Pesona keindahan, Jakarta: Pustaka Azzam, 1990. -------, Shalawat Nabi Saw, terj. Ibn Ibrahim, Jakarta: Pustaka Azzam, 2000. -------, Melumpuhkan Senjata Syetan, terj. Haris Umar dan Arifin Thayyib,

Jakarta: Darul Fallah, 1998. -------, Siraman Rohani Bagi Yang Mendambakan Ketenangan Hati, terj. Arif

Iskandar, Jakarta: Lentera Basritama, 2000. -------, Shaidul Khathir; Cara Manusia Cerdas Menang Dalam Hidup,

Jakarta:Maghfirah Pustaka, 2005. -------, Shaidul Khathir; Bisikan Hati Ibn Jawzi, terj. Ibn Ibrahim, Jakarta: Pustaka

Azzam, 1998. -------, Mendulang Faidah Dari Lautan Ilmu, terj. Kathur Suhardi, Jakarta:

pustaka al-Kautsar, 1998. -------, Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut: al-Manar al-Islamiyyah, 1997. Malibary, Syaikh Zainuddin al. Irsyadul ‘Ibad; Panduan kejalan Kebenaran, terj.

Muhammad Zuhn dan Ibn Muchtar, Semarang: Cv As-Syifa,TT

Page 67: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

Munawir, Aw, Kamus al-Munawir Arab Indonesia, Surabaya: Pustaka Progresif, 1997. Mulyati, Sri, et, all, Tarekat-Tarekat Muktabarah Di Indonesia, Jakarta: Prenada

Media, 2005 Nasution, Harun, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspek, Jakarta: Bulan Bintang, 1990. -------, Falsafah Dan Mistisisme Dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1985. Qahtani, Sa’id Bin Musfi al-, Asy-Syaikh Abdul Qadir al-Jaelani Wa Arauhu Al-

I’tiqadiyah Wa Ash-Shufiyah; Buku Putih Syaikh Abdul Qadir Al-Jaelani, Jakarta: Darul Falah, 2003.

Rahmat, Jalaluddin, Islam Alternatif Ceramah-Ceramah Di Kampus, Bandung:

Mizan, 1991. Sanhuti, al-, Muhammad al-Anwar, Ibn Qayyim Berbicara tentang Tuhan,

Jakarta: Mustaqim, 2001. Simuh, Tasawuf dan Perkembangan Dalam Islam, Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 1996. Syukur, Amin, Zuhud di Abad Modern, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997. Taftazani, al-, Abu al-Wafa’ al-Ghanami, Sufi Dari Zaman Ke Zaman, terj.

Ahmad Rofi’ Utsmani, Bandung: Pustaka, 1995. Ya’qub, Hamzah, Tingkat Ketenangan dan Kebahagiaan Mu’min, Jakarta, AV

Atisa, 1992 Zahn, Mustafa, Kunci Memahami Tasawuf, Surabaya: PT: Bina Ilmu,1995.

Page 68: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya

Pedoman Translitrasi

g غ sy ش kh خ a ا

s ص d د b ب f ف

d ض dz ذ t ت Q ق

k ك zh ط R ر ts ث

z ظ z ز J ج L ل

h ح M م ‘ ع s س

n ن y ي h ه w و

â = a panjang

î = i panjang

û = u panjang

aw = وا

uw = وا

ay = ي ا

iy = ي ا

Page 69: ZUHUD DALAM PANDANGAN IBN QAYYIM AL … · dan ajaran Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ... Tahdzib Madarijus Salikin, Bairut al-Manar al-Islamiyyah,1997, dan data skundernya adalah karya