yiyin ini
TRANSCRIPT
Dari kurva titrasi H2PO4-, dan NH4
+ bentuk kurvanya hampir sama. Hukum yang mendasari
bentuk dari kurva titrasi setiap asam lemah dinyatakan oleh persamaan Handerson-Hasselbach.
Persamaan ini penting untuk menjelaskan kerja buffer serta kesetimbangan asam basa dalam jaringan
organisme terutama mamalia.
Persamaan Handerson-Hasselbach menyatakan persamaan konstanta disosiasi yang dinyatakan dengan
persamaan :
Dan apabila kita logaritma kedua sisi dari persamaan diatas akan menghasilkan persamaan :
Dengan mengetahui bahwa – log [H+] = pH , dan –log Ka = pKa maka persamaan diatas dapat ditulis
dengan persamaan :
Bentuk umum dari persamaan yang diperoleh dapat ditulis dengan persamaan :
Gambar 1 Perbandingan kurva titrasi tiga jenis asam lemah, asam asetat, H 2PO4-, dan NH4
+ . bentuk ion
yang paling dominan pada titik-titik pH tertentu diperlihatkan di dalam kotak. Daerah berkapasitas buffer
diperlihatkan dalam gambar. Pasangan asam-basa konjugat merupakan buffer efektif antara 25 sampai
75% netralisasi senyawa donor proton
Fosfat dan Bikarbonat adalah Buffer Biologi yang Penting
Cairan intraseluler dan ekstraseluler semua organisme cenderung memilki pH dan konstanta yang khas
yang diatur oleh berbagai aktivitas biologi.
Sistem buffer yang paling penting bagi mamalia adalah system buffer fosfat dan bikarbonat. Di dalam
cairan intraseluler system buffer yang paling penting adalah system buffer fosfat;
Sistem buffer fosfat mempunyai efektivitas maksimum pada kisaran pH 6,86 .dari table diatas
dapat dilihat bahwa pasangan buffer posfat H2PO4- dan HPO4
2- cenderung menahan perubahan pH pada
kisaran antara 5,9 dan 7,9. Sehingga buffer fosfat ini efektif dalam dalam menjalankan efektivitas
buffernya pada mamalia di dalam intraselulernya pada rentang pH 6.9 – 7.4
Sistem buffer bikarbonat bekerja dalam plasma darah, dalam system buffer ini asam bikarbonat
(H2CO3) sebagai donor proton dan bikarbonat (HCO3-) sebagai akseptor proton.
Asam karbonat disini dibentuk oleh karbondioksida yang bereaksi dengan air. Persamaan
reaksinya adalah :
sedangkan konstanta kesetimbangan dari karbondioksida dapat ditulis
Donor proton Akseptor proton
Gambar 2. Pasangan asam-basa konjugat terdiri dari
sebuah donor proton dan akseptor proton
Konstanta kesetimbangan diatas diproleh karena karbondioksida bersifat gas pada kondisi
normal, sehingga konsentrasi CO2 terlarut merupakan hasil kesetimbangan dari CO2 dalam fase gas.
Pada buffer ini tergantung dari konsentrasi H2CO3 dan HCO3- terlarut, donor proton dan komponen
akseptor. Tetapi karena konsentrasi H2CO3 tergantung kepada konsentrasi CO2 terlarut dan konsentrasi
ini selanjutnya bergantung kepada tekanan bagian CO2 di dalam fase gas, pHbuffer bikarbonat yang
bersinggungan dengan fase gas, pada akhirnya ditentukan oleh konsentrasi HCO3- didalam fase cair dan
tekanan bagian CO2 didalam fase gas. System buffer bikarbonat merupakan buffer fisiologi yang
efektif pada pH didekat 7,4 karena donor proton H2CO3 di dalam plasma darah berada dalam
kesetimbangan yang lebih dengan persediaan gas CO2 yang berlimpah didalam ruang udara pada paru-
paru. Pada setiap keadaan, pada saat darah harus emneyerap kelebihan OH - , H2CO3 di dalam darah
yang berubah menjadi HCO3- oleh reaksi dengan OH- , secara cepat dikembalikan dari tempatnya yang
berlimpah di dalam fase gas CO2 pada paru-paru. Gas ini melarut kedalam darah menjadi CO2 (d)
terlarut , yang seterusnya bergabung dengan air membentuk H2CO3. Sebaliknya jika pH darah
mengalami penurunan , sebagian HCO3- dari buffer bereaksi dengan kelebihan H+ membentuk H2CO3 .
senyawa ini terurai , menghasilkan CO2 terlarut, yang selanjutnya dilepaskan sebagai CO2 fase gas di
dalam paru-paru dan akhirnya dikeluarkan dari tubuh . ketika darah mengalir melalui sejumlah kapiler
halus didalam paru-paru system buffer bikarbonat segera berada dalam keadaan hampir setimbang
dengan CO2 di dalam rongga paru-paru menghasilkan mekanisme yang amat responsive untuk
mempertahankan pH darah supaya tetap. pH plasma darah dipertahankan pada nilai tepat dengan
secermat-cermatnya. Plasma darah amnesia secara normal menunjukkan pH mendekati 7,40.
Sistem buffer bikarbonat di dalam darah bekerja
Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap
perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu penyangga pH bekerja secara kimiawi
untuk meminimalkan perubahan pH suatu larutan, Penyangga pH yang paling penting dalam darah
menggunakan bikarbonat. Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam kesetimbangan dengan
karbondioksida (suatu komponen asam). Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah ,
maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa
yang masuk ke dalam aliran darah , maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih
sedikit bikarbonat.
System buffer bikarbonat ini melibatkan serangkaian dari tiga equilibrium dapat balik diantara
gas CO2 di dalam paru-paru dan bikarbonat (HCO3-) di dalam plasma darah . dengan penambahan H+
kenaikan ini menyebabkan reaksi 3 berjalan menuju kesetimbangan baru meningkatkan konsentrasi
H2CO3 dan menyebabkan peningkatan konsentrasi CO2(d) terlarut di dalam darah. Hal ini
mengakibatkan peningkatan tekanan CO2 fase gas di dalam paru-paru dan kelebihan CO2 ini dapat
dikeluarkan tubuh.
Sebaliknya jika terjadi penambahan OH- ke dalam plasma darah , terjadi serangkaian reaksi
kebalikan yaitu konsentrasi H+ menurun menyebabkan lebih banyak H2CO3 berdisosiasi menjadi H+ dan
CO3-. Hal ini selanjutnya menyebabkan lebih banyak CO2 (gas) dari paru-paru dapat melarut ke dalam
plasma darah. Dalam bernafas terjadi pemasukan O2 dan terjadi pelepasan CO2 , dalam bernafas ada
kecepatan pernafasan. Karena ada kecepatan pernafasan ini menyebabkan mudahnya menyesuaikan
untuk mencapai keadaan kesetimbangan untuk memudahkan dalam mempertahankan nilai pH darah
sehingga senantiasa tetap..
Yang paling sensitif tentang perubahan pH adalah aktivitas katalik enzim. Dari gambar diatas
terlihat kurva aktivitas pH dari beberapa enzim memperlihatkan bahwa molekul ini mempunyai
aktivitas maksimum pada pH tertentu yang disebut sebagai pH optimum. Pada kedua sisi pH optimum,
aktivitas enzim seringkali menurun dengan tajam. Jadi suatu perubahan kecil pada pH dapat
menimbulkan perbedaan besar pada kecepatan pada beberapa reaksi enzimatis, yang amat penting bagi
Gambar 3. CO2 di dalam rongga udara berada dalam kesetimbangan dengan buffer bikarbonat pada plasma darah yang mmelaui
kapiler di dalam paru-paru . karena konsentrasi CO2 terlarut dapat disesuaikan dengan cepat melalui perubahan dalam kecepatan
bernafas, system buffer bikarbonat di dalam darah berada dalam keadaan hampir setimbang dengan persediaan CO2 yang
berlimpah
Gambar 4 gambar kurva pH optimum
beberapa enzim
organisme, sebagai contoh, pada otot kerangka dan pada otak. Pengaturan pH sel dan cairan tubuh
karenanya, merupakan kegiatan utama dalam semua aspek metabolism dan aktivitas seluler.
Pengaturan Keseimbangan Asam Basa oleh Ginjal
Prinsip kerja ginjal dalam fungsi pengatur asam basa dalam tubuh adalah dengan mengatur
[H3CO-] darah. Ginjal mengontrol pH tubuh dnegan mengontrol keseimbangan asam basa melalui
pengeluaran urin yanga sam atau basa. Pengeluaran urin asam akan mengurangi jumlah asam dalam
cairan ekstraseluler, sedangkan pengeluaran urin basa berarti menghilangkan basa dari cairan
ekstraseluler.
Keseluruhan mekanisme ekskresi urin asam atau basa oleh ginjal sebagai berikut :
Sejumlah besar ion bikarbonat disaring secara terus menerus ke dalam tubulus, dan bila ion bikarbonat
dieksresikan ke dalam urin, keadaan ini menghilangkan basa dari darah. Dsebaliknya , sejumlah besar
ion hydrogen juga dieksresikan ke dalam lumen tubulus oleh sel-sel epitel tubulus , jadi menghilangkan
asam dari darah. Bila lebih banyak ion hydrogen yang dieksresikan daripada ion bikarbonat yang
disaring akan terdapat kehilangan asam dari cairan ekstraseluler. Sebaliknya, bila lebih banyak
bikarbonat yang disaring daripada hydrogen yang dieksresikan, akan terdapat kehilangan basa.
Pengaturan kesetimbangan konsentrasi ion hydrogen ini dilakukan ginjal memalui tiga mekanisme
dasar :
1. Sekresi ion-ion hydrogen
2. Reabsorbsi ion-ion bikarbonat yang disaring
3. Produksi ion-ion bikarbonat yang baru
a. Sekresi Ion Hydrogen berlangsung di Tubulus Ginjal
Sekresi ion berlangsung di sel-sel epitel tubulus proksimal, segmen tebal asenden ansa henle
(lengkung henle) dan tubulus distal ke dalam cairan tubulus. Proses sekresi dimulai ketika CO2
berdifusi ke dalam sel tubulus untuk dibentuk memlaui metabolism sel di dalam epitel tubulus.
CO2 akan berikatan dengan H2O membentuk H2CO3 melalui reaksi yang dikatalis oleh enzim
karbonik anhydrase. H2CO3 kemudian berdisosiasi membentuk H+ dan ion bikarbonat (HCO3-).
HCO3- mengikuti gradient konsnetrasi melalui membrane basolateral akan pergi ke cairan
intertisial ginjal dan ke aliran darah kapiler peritubular. Bersama dengan itu H+ akan
disekresikan ke lumen tubular , tergantung daerah lumen, proses ini berlangsung memalui
Gambar 5. Sistem Kerja Ginjal
dalam mengatur Keseimbangan
Asam-Basa
transport aktif primer pompa H-ATPase, transport aktif primer pompa H,K-ATPase, ditubulus
distal dan kolligens, serta transport-imbangan Na/H ditubulus proksimal.
Sekresi ion hydrogen melalui transport-imbangan Na/H terjadi ketika natrium bergerak dari
lumen tubulus kebagian dalam sel, natrium mula-mula bergabung dnegan protein pembawa di
batas luminal membrane sel pada waktu yang bersamaan , ion hydrogen dibagian dalam sel
bergabung dengan protein pembawa,natrium bergerak ke dalam sel memalui gradient
konsentrasi yang telah dicapai oleh pompa natrium kalium ATP-ase di membrane basolateral
kemudian menyediakan energy untuk menggerakkan ion hydrogen dalam arah yang berlawanan
dari dalam sel ke lumen tubulus. Jadi untuk setiap ion hydrogen yang disekresikan ke dalam
lumen tubulus satu ion bikarbonat masuk ke dalam darah.
b. Rearsobsi Ion Bikarbonat yang disaring
Ion bikarbonat yang disaring akan di absorbs oleh ginjal untuk mencegah kehilangan bikarbonat
dalam urin. Sekitar 80-90 persen reabsorbsi bikarbonat (dan sekresi ion hydrogen) berlangsung
di dalam tubulus proksimal sehingga hanya sejumlah kacil ion bikarbonat yang mengalir ke
dalam tubulus distal dan duktus koligens.
Ion-ion bikarbonat tidak mudah menembus membrane luminal sel-sel tubulus ginjal. Oleh
karena itu, ion-ion bikarbonat yang disaring oleh glomelurus tidak dapat diabsorbsi secara
langsung.
Ion bikarbonat yang disaring pada glomelurus akan bereaksi dengan ion hydrogen yang
disekresikan oleh sel-sel tubulus membentuk H2CO3 oleh kerja enzim karbonik anhydrase, yang
kemudian berdisosiasi menjadi CO2 dan H2O . CO2 segera berdifusi masuk ke dalam sel tubulus
tempat CO2 bergabung kembali dengan H2O dan menghasilkan molekul H2CO2 yang baru
dengan bantuan enzin karbonik anhidrase. H2CO3 ini kemudian berdisosiasi membentuk ion
bikarbonat dan ion hydrogen, ion bikarbonat kemudian berdifusi melalui membrane basolateral
ke dalam cairan intertisial dan dibawa naik ke darah kapiler peritubular. Efek bersih dari reaksi
ini adalah reabsorbsi ion bikarbonat dari tubulus, walaupun ion-ion bikarbonat yang sebenarnya
memasuki cairan ekstraseluler tidak sama dengan yang disaring ke dalam tubulus.
c. Produksi Ion Bikarbonat Baru
Bila ion-ion hydrogen disekresikan ke dalam kelebihan bikarbonat yang difiltrasi ke dalam
cairan tubulus, hanya sebagian kecil dari kelebihan ion hydrogen ini yang dapat disekresikan
dalam bentuk ion hydrogen dalam urin. Alasan untuk ini adalah bahwa pH minimal urin adalah
sekitar 4,5. Bila terdapat kelebihan ion hydrogen dalam urin , ion hydrogen akan bergabung
dengan penyangga selain bikarbonat dan ini akan menghasilkan pembentukan ion bikarbonat
baru yang dapat amsuk ke dalam darah, dengan demikian membantu mengganti ion bikarbonat
yang hilang dari cairan ekstraseluler pada keadaan asidosis. Penyangga paling penting untuk
mekanisme disini adalah phosphate dan ammonia.
Ekskresi Kelebihan Ion Hidrogen dan Pembentukan Bikarbonat Baru Oleh
Penyangga Phosphat
System penyangga phosphate terdiri dari HPO4- dan H2PO4. Keduanya menjadi pekat di
dalam cairan tubulus akibat reabsorbsinya yang relative buruk dan akibat reabsorbsi air
dari cairan tubulus. Oleh karena itu walaupun phosphate sebenarnya bukan penyangga
yang penting phosphate jauh lebih efektif sebagai penyangga dalam cairan tubulus.
Proses sekresi ion hydrogen ke dalam tubulus sama yang sudah dijelaskan sebeluymnya.
Dimana selama terdapat kelebihan ion bikarbonat dalam cairan tubulus, kebanyakan ion
hydrogen yang disekresikan akan bergabung dengan ion bikarbonat. Akan tetapi, sekali
semua bikarbonat telah diabsorbsi dan tidak adalagi yang tersisa untuk berikatan
dengan ion hydrogen, setiap kelebihan ion hydrogen dapat bergabung dengan HPO4- dan
penyangga tubulus lainnya. Setelah ion hydrogen bergabung dengan HPO4- untuk
emmbentuk H2PO4 ion hydrogen dapat diekresikan sebagai gram natrium dalam bentuk
NaH2PO4 dengan mmebawa serta kelebihan ion hydrogen .
Pada keadaan ini ion bikarbonat yang dihasilkan dan memasuki petitubular lebih
menghasilkan peningkatan bikarbonat darah, daripada hanya penggantian bikarbonat
yang disaring. Jadi, kapanpun ion hydrogen yang sekresikan ke dalam lumen tubulus
bergabung dengan penyangga selain bikarbonat (dalam hal ini phosphate), hasil
akhirnya adalah penambahan ion bikarbonat baru dalam darah.
Pembentukan Bikarbonat Baru oleh Sistem Penyangga Amonia
System penyangga khusus kedua dalam cairan tubulus bahkan lebih penting secara
kuantitatif daripada system penyangga phosphate terdiri atas ammonia (NH4) dan ion
ammonium (NH4+). Ion ammonium disintesa dari glutamin, yang secara aktif ditransport
ke dalam sel epitel tubulus proksimal, cabang tebal asenden ansa Henle , dan tubulus
distal. Di dalam sel setiap molekul glutamin akan dimetabolisme untuk membentuk dua
ion NH4+ dan dua ion HCO3, NH4
+ kemudian disekresikan ke dalam lumen tubulus
melalui mekanisme transport imbangan sebagai pertukaran dengan ion natrium yang
direabsorbsi. HCO3- bergerak melawan membran basolateral bersamaan dengan ion
natrium yang direabsorbsikan kedalam cairan intertisial dan diambil oleh peritubular.
Jadi untuk tiap molekul glutamin yang dimetabolisme di dalam tubulus proksimal , dua
ion NH4+ disekresikan dalam urin dan dua ion HCO3 di hasilkan sebagai ion bikarbonat
baru.
Dalam tubulus kolligens, penambahan ion NH4+ ke cairan tubulus terjadi melalui
mekanisme yang berbeda. Disini hydrogen disekresikan oleh membrane tubulus ke
dalam lumen, tempatnya bergabung dengan ammonia (NH3) untuk membentuk ion
amonium (NH4+), yang kemudian disekresikan. Untuk setiap NH4
+ yang disekresikan
dihasilkan HCO3 yang baru dan ditambahkan ke darah.
Gangguan keseimbangan asam-basa
ASIDOSIS
Asidosis terjadi bila ketika rasio HCO3- dan CO2 dalam cairan ekstraseluler menurun sehingga
menyebabkan penurunan pH . Asidosis menekan aktivitas mental,jika asidosis berlebihan ( dibawah 7,4
) akan menyebabkan disorentasi, koma dan kematian
Asidosis respiratorik. Terjadi akibat penurunan ventilasi pulmonar melalui pengeluaran sedikit
CO2 oleh paru-paru. Peningkatan selanjutnya dalam pCO2 arteri dan asam karbonat akan
meningkatkan kadar ion hidrogen dalam darah. Asidosis respiratorik dapat bersifat akut dan
kronis.
1. Penyebabnya. Kondisi klinis yang dapat menyebabkan retensi CO2 dalam darah meliputi
pneumonia, emfisema, obstrusi kronis saluaran pernafasan,stroke atau trauma dan Obat-obatan
yang dapat menekan sistem pernafasan seperti barbiturat,narkotika dan sedatif
2. Faktor kompensator
Saat CO2 berakumulasi ,peningkatan frekuensi pernafasan respiratorik ( hiperventilasi ) ketika
istirahat terjadi untuk mengeluarkan CO2 dari tubuh
Ginjal mengkompensasi peningkatan kadar asam dengan mengekskresi lebih banyak ion
hidrogen untuk mengembalikan pH darah mendekati tingkat yang normal
Jika penyesuaian respiratorik dan ginjal terhadap pH gagal, akan terjadi gejala-gejala depresi
sistem saraf pusat
Asidosis metabolik. Terjadi saat asam metabolik yang diproduksi secara normal tidak
dikeluarakan pada kecepatan yang normal atau basa bikarbonat yang hlang dari tubuh
1. Penyebab. Paling umum terjadi akibat ketoasidosis karena DM atau kelaparan, akumulasi
peningkatan asam laktat akibat aktivitas otot rangka yang berlebihan seperti konvolusi,atau
penyakit ginjal. Diare berat dan berkepanjangan disertai hilangnya bikarbonat dapat
menyebabakan asidosis
2. Faktor kompensator. Hiperventilasi sebagai respon terhadap stimulasi saraf adalah tanda klinis
asidosis metabolik. Bersamaan dengan kompensasi ginjal,peningkatan frekuensi respiratorik
dapat mengembalikan pH darah mendekati tingkat normalnya. Asidosis yang tidak
terkompensasi akan menyebabakan depresi sistem saraf pusat dan mengakibatkan
disorentasi,koma dan kematian.
Gambar 6. Rentang pH dari
pH normal, asidosis dan
alkalosis
ALKALOSIS
Pada alkalosis, rasio HCO3- terhadap CO2 di dalam cairan ekstraseluler meningkat, menyebabkan
peningkatan pada pH (penurunan konsentrasi ion hydrogen).Alkalosis meningkatkan overeksitabilitas
sistem saraf pusat. Jika berat alkalosis dapat menyebabakan kontraksi otot tetanik,konvulsi dan
kematian akibat tetanus otot respiratorik
Alkalosis respiratorik. Terjadi jika CO2 dikeluarkan terlalu cepat dari paru-paru dan ada
penurunaan kadarnya dalam darah
1. Penyebab. Hiperventilasi dapat disebabkan oleh kecemasan,akibat demam,akibat pengaruh
overdosis aspirin pada pusat pernafasan, akibat hipoksia karena tekanan udara yang rendah
didataran tinggi atau akibat anemia berat
2. Faktor kompensator, jika hiperventilasi terjadi akibat kecemasan gejalanya dapat diredakan
melalui pengisapan kembali CO2 yang sudah di keluarkan. Ginjal mengkompensasi cairan
alkalin tubular dengan mengekskresi ion bikarbonat dan menahan ion hidrogen.
Alkalosis metabolik. Adalah suatu kondisi kelebihan bikarbonat, hal ini terjadi jika ada
pengeluaran berlebihan ion hidrogen atau peningkatan berlebihan iio bikarbonat dalam cairan
tubuh.
1. Penyebab. Muntah yang berkepanjangan ( pengeluaran asam klorida lambung ),disfungsi
ginjal,pengobatan dengan diuretik yang mengakibatkan hipokalemia dan penipisan volume CES
atau pemakian antasid yang berlebihan.
2. Faktor kompensator
Kompensasi respiratorik adalah penurunan ventilasi pulmonar dan mengakibatkan peningkatan
pCO2 dan asan karbonat
Kompensasi ginjal melibatkan sedikit ekskresi ion amonium, lebih banyak ekskresi ion natrium
dan kalium, berkurangnya cadangan ion bikarbonat dan lebih banyak ekskresi bikarbonat
Keserasian Lingkungan Cair bagi Organisme
Organisme hidup telah beradaptasi secara efektif terhadap lingkungan cairnya, dan telah
mengembangkan cara-cara pemanfaatan sifat-sifat air yang istimewa. Panas jenis air yang tinggi
berguna bagi sel, karena memungkinkan air bekerja sebagai buffer panas, membiarkan suhu suatu
Gambar 7. Organisme di dalam
air
organisme tetap bertahan relative tetap, jika terjadi fluktuasi suhu udara. Panas penguapan air yang
tinggi dimanfaatkan oleh beberapa vertebrata sebagai cara menghilangkan kelebihan panas tubuh
dengan penguapan keringat. Tingkat kohesi internal yang tinggi dari air karena adanya ikatan
hydrogen, dimanfaatkan oleh tumbuhan sebagai cara untuk membawa nutrien terlarut dari akar ke atas
menuju daun selama proses transpirasi.
Tetapi yang paling mendasar pada semua organisme hidup adalah kenyataan bahwa banyak sifat-sifat
biologi penting dari makromolekul sel, terutama protein dan asam nukleat, yang ditimbulkan oleh
interaksi molekul-molekul ini dengan molekul air pada medium disekelilingnya.
Hujan Asam
Definisi Hujan Asam
Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannya sangat
tinggi baik menurut waktu maupun tempat. Hujan adalah salah satu bentuk dari presipitasi. Presipitasi
adalah proses jatuhnya butiran air atau kristal es ke permukaan bumi. Sedangkan menurut Tjasyono
(2004) mendefinisikan presipitasi sebagai bentuk air cair dan padat (es) yang jatuh ke permukaan bumi.
Kabut, embun dan embun beku bukan merupakan bagian dari presipitasi (frost) walaupun berperan
dalam alih kebasahan (moisture). Curah hujan terukur dalam inci atau millimeter. Jumlah curah hujan 1
mm, menunjukkan tinggi air hujan yang menutupi permukaan bumi 1 mm, jika air tersebut tidak
meresap ke dalam tanah atau menguap ke atmosfer.
Meningkatnya kegiatan industri biasanya akan diikuti dengan meningkatnya kegiatan
perekonomian dan jumlah penduduk, sehingga kebutuhan akan transportasi khususnya kendaraan
bermotor akan meningkat terus. Hal tersebut dapat menyebabkan konsentrasi pencemaran udara
semakin tinggi. Gas Sulfur Dioksida (S02) adalah salah satu gas buang kendaraan bermotor yang dapat
menyebabkan gangguan pernafasan, mengurangi visibilitas, mempercepat pengkaratan, menyebabkan
pencemaran bau, dan juga menyebabkan terjadinya hujan. Hujan asam didefinisikan sebagai segala
macam hujan dengan pH di bawah 5,6. Hujan secara alami bersifat asam .
Penyebab Hujan Asam
Secara alami hujan asam dapat terjadi akibat semburan dari gunung berapi dan dari proses
biologis di tanah, rawa, dan laut. Akan tetapi, mayoritas hujan asam disebabkan oleh aktivitas manusia
seperti industri, pembangkit tenaga listrik, kendaraan bermotor dan pabrik pengolahan pertanian
(terutama amonia). Gas-gas yang dihasilkan oleh proses ini dapat terbawa angin hingga ratusan
kilometer di atmosfer sebelum berubah menjadi asam dan terdeposit ke tanah.
Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor dalam bahan bakar
fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen membentuk sulfur dioksida dan nitrogen
oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat dan
asam nitrat yang mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan. Nitrogen oksida, diemisikan dari
pembakaran pada temperatur tinggi yang bereaksi dengan bensin yang tidak terbakar dengan sempurna
dan zat hidrokarbon lain akan membentuk ozon rendah atau smog kabut berawan cokelat kemerahan
(Susanta dan Hari, 2008) Bahan bakar fosil merupakan sumber utama terjadinya pencemaran udara.
Pencemaran udara yang terjadi berbanding lurus dengan perkembangan industri modern, pembangkit
tenaga listrik, penggunaan batu bara dan kemajuan sektor transportasi. Pembakaran sempurna bahan
bakar fosil meghasilkan CO2 dan H2O bersama beberapa Nitrogen Oksida yang muncul dari fiksasi
nitrogen dan atmosfir pada suhu tinggi. Pembakaran yang tidak sempurna menghasilkan asap hitam
yang terdiri dari partikel-partikel karbon atau hidrokarbon kompleks atau CO dan senyawa organik
yang teroksidasi sebagian (Kristanto, 2002) Secara sedehana, reaksi pembentukan hujan asam dapat
diilustrasikan sebagai berikut:
S(s) + O2(g) SO2 (g)
2SO2(g) + O2 (g) 2SO3 (g)
SO3 (g) + H2O(l) H2SO4 (Aq).
Sejak dimulainya Revolusi Industri, jumlah emisi sulfur dioksida dan nitrogen oksida ke atmosfer turut
meningkat. Industri yang menggunakan bahan bakar fosil, terutama batu bara, merupakan sumber
utama meningkatnya oksida belerang ini. Pembacaan pH di area industri terkadang tercatat hingga 2,4
(tingkat keasaman cuka). Sumber-sumber ini, ditambah oleh transportasi, merupakan penyumbang-
penyumbang utama hujan asam. Masalah hujan asam tidak hanya meningkat sejalan dengan
pertumbuhan populasi dan industri tetapi telah berkembang menjadi lebih luas. Penggunaan cerobong
asap yang tinggi untuk mengurangi polusi lokal berkontribusi dalam penyebaran hujan asam, karena
emisi gas yang dikeluarkannya akan masuk ke sirkulasi udara regional yang memiliki jangkauan lebih
luas.
Sering sekali, hujan asam terjadi di daerah yang jauh dari lokasi sumbernya, bahkan daerah
pegunungan lebih sering terkena dampak dari hujan asam tersebut akibat dari tingginya curah hujan
pada daerah pegunungan itu sendiri. Bahkan dampak yang paling membahayakan adalah adanya ion-
ion beracun yang terlepas akibat hujan asam menjadi ancaman yang besar bagi manusia. Tembaga di
air berdampak pada timbulnya wabah diare pada anak dan air tercemar alumunium dapat menyebabkan
penyakit Alzheimer.