yesaya 6

Upload: pipin-poerba-pakpak

Post on 03-Mar-2016

55 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

Yesaya 6:1-8 (3 Juni 2012)

TREMENDUM FASCINAN

Firman Tuhan ini mengisahkan tentang panggilan Yesaya. Dalam panggilan ini, Yesaya melihat Tuhan sedang duduk, dan jubahnya memenuhi Bait Suci. Betapa mulianya Tuhan dalam pandangan Yesaya. Yesaya juga melihat para Serafim (malaikat) sedang melayang-layang, sambil mengumandangkan lagu dengan bersahutsahutan, layaknya paduan suara :"Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!"Penglihatan Yesaya ini menggambarkan, bahwa : Tuhan menghendaki seluruh bumi ini baik adanya, sehingga manusia boleh menikmati sukacita dan hidup bahagia.

Namun dalam kenyataannya, bangsa dimana Yesaya berada begitu bobrok. Bangsa itu hidup begitu najis ; jahat, angkuh, penuh dosa baik tindakan dan perkataan. Yesaya menyadari bahwa dosa itu juga ada dalam dirinya. Itu sebabnya, Yesaya berkata (ay.5) :"Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir.Pengampunan dan Pengutusan Yesaya

Pengakuan Yesaya atas dosanya membuat Tuhan mengampuni dosanya. Tuhan sungguh-sungguh maha pengampun. Ada pergumulan dalam diri Yesaya :Mengapa Tuhan memberikan pengampunan dosa baginya ?Tuhan mempunyai maksud atas orang yang memperoleh pengampunan dosa. Maksud Tuhan itu terkandung dalam ungkapan (8) :"Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?"Pertanyaan ini menjadikan Yesaya sadar atas pengampunan dosanya, bahwa Tuhan memanggil Yesaya untuk diutus kepada banyak orang. Dengan penuh keyakinan Yesaya menjawab :"Ini aku, utuslah aku!"

Dalam pelayanannya, Yesaya tampil dengan keunikannya. (a)Berani.Yesaya termasuk nabi yang berani mengkritik tindakan-tindakan raja yang berkuasa, jika bertentangan dengan Tuhan. (b)Patriot sejati.Yesayamenentang segala yang merusak bangsa. Yesaya menubuatkan, bahwa bangsa itu akan mengalami penderitaan karena menyembah berhala. (c)Lemah-lembut dan penuh kasih.Yesaya juga memberitahukan, bahwa keselamatan bukan hanya milik umat Israel, tetapi setiap bangsa akan memperoleh keselamatan jika setia kepada Tuhan. (d)Kesetiaan yang tinggi. Dalam menjalankan tugasnya, Yesaya bukan tidak mendapat rintangan, tetapi semua itu tidak mengahalangi Yesaya untuk menjalankan tugasnya

Yesaya telah tampil sebagai nabi yang sangat mempesonakan. Mempesona karena pada saat itu, tidak ada yang berani untuk menyatakan kebenaran.

Kita adalah orang-orang yang telah diselamatkan Tuhan. Tuhan telah memberikan pengampunan dosa bagi kita. Sesungguhnya kita perlu menyadari maksud Tuhan atas diri kita. Kita perlu menyatakan kebenaran firman Tuhan melalui tindakan kita. Ditengah-tengah hidup manusia yang penuh kejahatan ini, kita bisa tampil beda.Dalam kehidupan ini, baik dalam RT, Pekerjaan, masyarakan, dan gereja ; kita perlu memiliki sifat-sifat yang memesonakan Tuhan dalam panggilan kita sebagai garam dan terang.

-Saat orang lain menganut istilah lidah tak bertulang, tapi kita bisa tampil dengan tutur kata yang manis dan sopan.-Seorang militer selalu dipandang begitu menakutkan. Betapa bahagianya orang ketika melihat seorang militer yang lembut.-Di saat orang tidak setia mengikut Tuhan dengan alasan sibuk, kita bisa tampil dengan menunjukkan kesetiaan kita pada Tuhan.

Dengan hidup dalam Tuhan, maka banyak orang yang bersukacita dan berbahagia. Dengan demikian, kita menjadi berkat bagi banyak orang. Hendaknya, kita dapat menjadi pelaku firman Tuhan dalam seluruh hidup kita.AMIN.

Invocatio :Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa. (Yeremia 1:5).

Pembacaan : Wahyu 4:1-11 (Tunggal); Khotbah : Yesaya 6:1-8 (Tunggal)

Tema : Ini aku, utuslah aku!

Pendahuluan :(1) Tema Ini aku, utuslah aku! sering menjadi tema persidangan Gereja dan menjadi teks dalam pemanggilan atau pengutusan pelayan Gereja.

(2) Tentu banyak cara memanggil seseorang untuk menjadi pegawai atau karyawan resmi sebuah perusahaan atau di pemerintahan. Ada melalui iklan penerimaan pegawai baru, brosur yang dibagikan, surat kabar rubrik lowongan kerja, warta jemaat atau juga melalui informasi dari teman. Sedangkan diterima atau tidaknya calon pegawai, bisa dalam bentuk panggilan langsung, telepon, papan pengumuman atau melalui surat. Setelah diterima, tidak langsung menjadi pegawai atau karyawan tetap. Dia harus mengikuti proses masa training seputar skill, integritas dan loyalitas dalam tugas yang diberikan. Ada proses masa percobaan. Setelah semuanya dijalani baru dapat diterima secara resmi dengan SK Pengangkatan.

(3) Bagaimana dengan Imam, Nabi, Rasul, Raja yang dipanggil Tuhan menjadi karyawan-Nya yang sering dijuluki hamba-Nya?. Alkitab menceritakan banyak cara yang dipakai oleh Tuhan. Misalnya, pemanggilan Musa di Gunung Horeb melalui nyala api di semak duri (Kel. 3:1-3); Samuel dipanggil 3 kali ketika sedang mau tidur (1 Sam. 3:1-10), Daud menjadi Raja Israel melalui seleksi terhadap ketujuh anak Isai oleh Samuel (2 Sam.16:1-13). Yeremia bahkan telah terpilih sejak dalam kandungan ibunya (Invocatio Yer.1:5). Yesus dalam pemilihan kedua belas rasul memiliki berbagai peristiwa dalam pertemuan dengan mereka. Bahkan pemanggilan Paulus justru ketika dalam perjalanan membunuh orang Kristen, namun bertemu Yesus di Damsyik. Dan banyak lagi peristiwa yang lain.

(4) Teks kita menceritakan suatu proses bagaimana Allah telah memilih dan mengutus Yesaya. Proses itu diawali dengan perjumpaan pribadi Yesaya dengan Allah, melalui sebuah penglihatan. Dalam penglihatan itu, Yesaya menyadari siapa Allah dan siapa dirinya. Allah adalah Maha Kudus dan penuh kemuliaan. (ay.4) Sedangkan dirinya adalah orang yang tidak layak. Dikatakan dalam ayat 5, "Celakalah aku! Aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir..." Perjumpaan pribadi dengan Allah, membuat kita sadar akan keberadaan kita sebagai orang yang berdosa. Dan kita membutuhkan seorang Juruselamat dalam hidup kita.

Jadi pemanggilan Yesaya memiliki keunikan tersendiri karena dalam bentuk visi (penglihatan) di Bait Suci. Pemanggilan Yesaya sendiri dalam konteks ketika orang Israel berada dalam kekacauan baik sosial, politik dan spiritual. Mereka sedang berada dalam keterpurukan karena sibuk berperang dengan bangsa seperti Asyur dan Babel. Juga mereka menjauh dari Tuhan dengan menyembah ilah lain. Dari kondisi ini membuat Allah marah kepada mereka (Yes.1:1-4)

Khotbah:Jemaat yang dikasihi Tuhan!Kita baru saja memperingati Jubileum 125 Tahun Gereja Batak Karo Protestan (GBKP), tepatnya Sabtu 18 April 2015 di Lapangan Samura Kabanjahe. Sebuah refleksi teologis Pergi dan Beritakanlah yang menjadi dasar Lembaga Pekabaran Injil di Negeri Belanda yang bernama Nederlandschs Zendeling Genootschap untuk pertama sekali mengutus Pdt.H.C.Kruyt dengan membawa pembantunya dari Minahasa Nicolas Pontoh pada tanggal 18 April 1890 di Belawan dan menjadikan Desa Buluhawar sebagai tempat tinggal dan pos misinya. Kemudian dilanjutkan dengan mendatangkan Guru Injil dari Minahasa yaitu Guru Injil B.Wenas, H.Pesik, H.Pinontoan dan R.Tampenawas. Selanjutnya Pendeta pengganti Kruyt seperti: Pdt.J.K.Wijngaarden, Pdt.M.Joustra, Pdt.H.Guillaume, Pdt.J.H.Neumann, Pdt.E.J.Van den Berg.

Jemaat yang dikasihi Tuhan!Kalau sejenak kita merefleksikan proses pemanggilan Yesaya, sangat menarik karena diawali dengan unsur-unsur panggilan yang penting yaitu penglihatan, pendengaran, keterlibatan pribadi terhadap sapaan Allah dalam peristiwa ibadah. Ayat 1 Aku melihat Tuhan duduk di atas tahta yang tinggi dan menjulang dan ujung jubah-Nya memenuhi Baith Suci. Nabi melihat Allah yang kudus memanggilnya, untuk mewartakan kekudusan Allah. Itulah sebabnya nabi dengan penuh kesadaran dan ketegasan berani menyatakan diri sanggup diutus. Keterlibatan seperti inilah yang memberikan makna dan nilai pada penghayatan iman yang hidup. Tugas yang diterima Yesaya benar-benar bersumber pada Allah untuk membangun iman jemaat. Bukan seperti nabi palsu yang ikut-ikutan menuruti suasana hidup. Yesaya merasa bahwa rencana dan kehendak Allah harus direspons dengan jelas dan tegas.

Jemaat yang dikasihi Tuhan!Kalau kita memperhatikan perikop kita, maka ada 2 (dua) penekanan yaitu ayat 1-7 lebih menekankan visi dan reaksi nabi; Visi untuk menguduskan Allah di dalam kehidupan. Disamping itu kita juga melihat reaksi nabi, karena menyadari dirinya, pasti celaka karena telah melihat Allah. Hal ini tentu sesuai pemahaman pada waktu itu, bahwa siapa yang melihat Allah pasti akan mati (Kel.33:20). Puji Tuhan! Tuhan mengampuni Yesaya dengan mengambil bara api dari mezbah dan menyentuhkannya ke mulutnya sebagai tanda pengampunan. Sedangkan ayat 8-11 lebih mempertegas program kerja nabi. Bagian ini mengingatkan kita akan Amanat Agung Tuhan kita yang sudah bangkit untuk menyampaikan Injil keselamatan ke seluruh dunia (Mat.18-20). Jikalau perintah untuk pergi itu menguasai hati, kita akan menanggapinya seperti Yesaya: Ini aku, utuslah aku!

Jemaat yang dikasihi Tuhan!Sama seperti Yesaya, demikian dalam pembacaan Wahyu 4:1-11 Yohanes juga mempunyai penglihatan seputar tahta Allah dan kemuliaannya. Ditengah-tengah tahta itu dan disekelilingnya ada 4 (empat) makhluk penuh dengan mata, di sebelah muka dan di sebelah belakang. Makhluk pertama seperti singa, makhluk kedua seperti anak lembu, makhluk ketiga seperti muka manusia dan makhluk keempat seperti burung nazar yang sedang terbang. Keempat makhluk ini sebagai simbol hakikat Allah yang paling tahu (simbol makhuk manusia), yang paling kuat (simbol makhluk lembu), yang paling mengagumkan (simbol makhluk singa) dan yang paling cepat dan ada dimana-mana (simbol makhluk rajawali). Seperti dalam kitab Yesaya, keempat makhluk ini masing-masing bersayap enam, dan tidak henti-hentinya berseru siang dan malam: Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada, dan yang ada, dan yang akan datang. Pesan pokok bahwa Allah itu tetap teguh, dan pada waktunya Ia akan datang untuk menghakimi.Jemaat yang dikasihi Tuhan! Ini aku, utuslah aku! Merupakan kesediaan dan bukti dari kesungguhan hati, kesetiaan yang tentu saja dengan segala konsekwensinya, apakah penderitaan, celaan, hinaan bahkan pembunuhan dari sesama sebangsanya. Namun Yesaya menerima semuanya itu, karena dia tahu bahwa Tuhan akan bersamanya.

Jemaat yang dikasihi Tuhan! Bagaimana dengan saudara dan saya? Mungkin dengan kesungguhan hati dan kesetiaan dengan segala resiko, sehingga Panitia Sidang Sinode ke-XXXV dan Jubileum 125 Tahun GBKP meng-informasikan bahwa kini jumlah jemaat GBKP sekitar 400.000 orang, 22 Klasis, 504 Majelis jemaat, 800 unit gereja serta 450 Pendeta.

Jemaat yang dikasihi Tuhan! Bagaimana GBKP kedepan? Kita bersama jemaat GBKP dengan Moderamen terpilih Periode 2015-2020 hari ini kembali disegarkan akan tugas merasul. Syukuri dan kagumilah bahwa Tuhan memanggil kita menjadi umat-Nya dengan proses dan harga yang mahal melalui kematian Yesus di kayu salib. 1 Petrus 1:18-19 mengingatkan, Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.

Nabi Yesaya adalah nabi yang dijuluki sebagai nabi kekudusan ditengah-tengah situasi yang sedang dalam keterpurukan. Biarlah kita juga menjadi Yesaya masa kini yang terus menjaga dan memelihara kekudusan kita ditengah kondisi yang dapat juga dikatakan terpuruk (korupsi, narkoba, praktek prostitusi, judi, keserakahan, KDRT, HIV/AIDS). Dengan meningkatkan kekudusan, kesetiaan dan kesungguhan kita dalam pelayanan, pasti akan berdampak bagi perkembangan GBKP kedepan. Seperti Yesaya artinya Tuhan menyelamatkan, maka semkin banyak orang-orang yang akan diselamatkan. Panggilan Allah hendaknya menimbulkan pembaharuan, menciptakan suasana serba baru.

Jemaat yang dikasihi Tuhan!Dalam sebuah ilustrasi, sekali jadi ada orang yang bertanya kepada Ibu Theresa, "Ibu telah melayani kaum miskin di Calcutta, India. Tetapi, tahukah Ibu, bahwa masih ada jauh lebih banyak lagi orang miskin yang terabaikan? Apakah Ibu tidak merasa gagal?" Ibu Theresa menjawab, "Anakku, aku tidak dipanggil untuk berhasil, tetapi aku dipanggil untuk setia ...."

Setiap pelayan Tuhan di mana pun dan dalam peran apa pun, tidak dipanggil untuk berhasil. Sebab jika panggilannya adalah keberhasilan, ia akan sangat riskan jatuh pada kesombongan atau penghalalan segala cara. Pelayan Tuhan dipanggil untuk setia. Melakukan tugas pelayanannya dengan penuh komitmen dan tanggung jawab. Semampunya, bukan semaunya.

Jemaat yang dikasihi Tuhan! Paulus dalam pelayanannya menunjukan hal serupa dalam Filipi 3:13-14 Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.

Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung (2 Petrus 1:10). Amin. (EP)

Ini aku Tuhan, utuslah

PendahuluanKisah panggilan Yesaya ditulis dengan menggunakan gaya bahasa yang luar biasa. Kisah ini merupakan kisah tergugahnya seorang manusia hingga menemukan kenyataan diri yang sebenamya dan kemudian bangun menghadapi kenyataan bahwa ia dipanggil dan diutus Tuhan untuk memimpin.

Yesaya mengakui jarak yang ada antara dirinya dengan Tuhan, dan jalan terbuka baginya untuk menerima pengampunan. Pengampunan inidigambarkan sebagai bara yang menyala dan pengampunan ini meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam kehidupannya. Oleh karena itu, ketika Tuhan bertanya Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?", dengan lantang ia menjawab, "Ini aku, utuslah aku!"

Pokok-Pokok Khotbah1. Dalam tahun matinya Raja Uzia.. Sekitar tahun 740 SM (bd. 2Taw 26:16-21). Penglihatan Yesaya dikaitkan dengan kematian Raja Uzia, saat terjadinya kritis dari segi sosial-ekonomi-politis itu. Uzia mati, tetapi Allah ada di atas takhta-Nya yang menjulang tinggi meliputi surga sampai ke bumi. Uzia mati dalam kekerasan hatinya, tetapi firman Allah harus tetap dikumandangkan oleh hamba Allah. Dunia dipenuhi kekuatan-kekuatan yang memberontak terhadap Allah, tetapi sesungguhnya Allahlah yang sedang dipuji seluruh pasukan malaikat yang siap bergerak melaksanakan kehendak-Nya.2. Penglihatan Yesaya memberi pemahaman yang tepat tentang amanat dan panggilannya. Penglihatan ini menyatakan bahwa kemuliaan, keagungan, dan kekudusan Allah menuntut bahwa mereka yang melayani Dia juga harus kudus.3. Di hadapan seluruh kekudusan Allah, Yesaya langsung menyadari ketidaksempurnaan dan kenajisannya sendiri, khususnya dalam kaitan dengan tutur katanya (bd. Yak 3:1-6). Ia juga menyadari akibat melihat Allah berhadapan muka (bd. Kel 33:20) sehingga menjadi ketakutan. Allah kemudian membersihkan mulut dan hatinya (bd. Im 16:12; Yer 1:9) dan menjadikannya layak untuk tetap berada di hadapan-Nya selaku hamba.4. Semua orang yang menghampiri Allah harus diampuni dahulu dosa-dosanya dan hati mereka disucikan oleh Roh Kudus (bd. Ibr 10:19-22), karena hanya Allah dapat menyediakan kesucian yang dituntut-Nya5. Serafim adalah makhluk malaikat bertingkat tinggi; kata ini mungkin mengacu kepada makhluk-makhluk hidup yang dinyatakan juga di bagian yang lain dalam Alkitab (mis. Wahyu 4:6-9). Nama mereka (harfiah -- "makhluk yang menyala") mungkin menunjukkan kemurnian mereka sebagai yang melayani Allah di sekitar takhta-Nya; mereka mencerminkan kemuliaan Allah sedemikian rupa sehingga kelihatan seperti terbakar.PenutupKita perlu menyadari siapa diri kita yang menerima panggilan mulia, agar kita dapat menjalankan tugas kita dengan benar. Hanya dengan mengenal kekudusan Allah, kita menyadari kenajisan dirinya. Hanya dengan dikuduskan oleh Allah, kita dilayakkan untuk melayani Dia. Dengan kesadaran bahwa kekudusan diri kita semata-mata anugerah, kita tidak menjadi sombong melainkan sepenuhnya bersandar pada kekuatan Allah untuk menyampaikan firman kepada umat-Nya.

Pada suatu hari sekelompok pemuda tengah mengadakan retret. Mereka berdiskusi tentang komitmen untuk melayani dalam memenuhi panggilan dan pengutusan Tuhan. Diakhir diskusi, sang pemimpin membacakan Yesaya 6:8 Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku? Ini sebagai tantangan kepada para pemuda agar siap menerima tugas. Ketika sang pemimpin hendak melanjutkan bacaan, tiba-tiba dari arah belakang terdengar suara seorang Pemuda yang berteriak: Ini aku, utuslah dia! sambil menunjuk seorang teman di sampingnya. Suasana yang tadinya khidmat tiba-tiba berubah penuh gelak tawa. Apakah ini hanya sekedar bercanda ataukah memang ini adalah ekspresi dari kebanyakan orang ketika diperhadapkan pada panggilan dan pengutusan Tuhan.Menjawab panggilan Tuhan untuk melakukan tugas pelayanan memang bukanlah sesuatu yang mudah.

Kisah Yesaya ini menunjukkan sesuatu yang mengejutkan berkenaan dengan hubungan kita dengan Tuhan. Kita tidaklah sempurna. Namun, kita berdiri dalam posisi yang bebas dan memiliki daya untuk menjawab Ya atau Tidak kepada panggilan dan pengutusan Tuhan.Namun saat ini mari kita nyatakan bersama: ini aku Tuhan, utuslah.

PEMANGGILAN YESAYA INI AKU TUHAN, UTUSLAH AKU (Refleksi Yesaya6:1-8)Jun2Banyak cara untuk memanggil seseorang untuk menjadi pegawai/karyawan resmi sebuah perusahaan atau juga di pemerintahan. Misalnya, melalui iklan penerimaan pegawai baru, brosur yang dibagikan, atau juga melalui informasi dari teman. Diterima atau tidak bisa dalam bentuk panggilan langsung, panggilan via telepon, melalui papan pengumuman atau juga via surat.Setelah diterima, tidak langsung menjadi pegawai/karyawan tetap. Dia harus mengikuti masa training atau pelatihan dulu berhubungan dengan skill, integritas dan juga loyalitas dalam tugas yang diberikan. Setelah semuanya dijalani baru dia diterima secara resmi.Bagaimana juga dengan Iman, Nabi, Rasul, Raja yang dipanggil Tuhan menjadi karyawan/pegawai-Nya yang sering disebut hamba-Nya?. Dalam Alkitab menceritakan banyak cara yang dipakai oleh Tuhan. Misalnya, pemanggilan Musa di gunung Horeb melalui nyala api di semak duri (Kel. 3:1-3); Samuel dipanggil 3 kali ketika sedang mau tidur (I Sam. 3:1-10), Daud menjadi Raja Israel melalui seleksi terhadap ketujuh anak Isa oleh Samuel. Yeremia bahkan telah terpilih sejak dalam kandungan ibunya (Yer. 1:5). Yesus juga dalam pemilihan kedua belas rasul memiliki berbagai peristiwa dalam pertemuan dengan mereka. Bahkan pemanggilan Paulus justru ketika dia sedang dalam perjalanan membunuh orang Kristen, namun bertemu Yesus di Damsyik. Dan banyak lagi peristiwa yang lain.Dalam Firman Tuhan ini, pemanggilan Yesaya memiliki keunikan tersendiri karena dalam bentuk visi (penglihatan) di Bait Suci. Pemanggilan Yesaya sendiri dalam konteks ketika orang Israel berada dalam kekacauan baik sosial, politik dan spiritual. Mereka sedang berada dalam keterpurukan karena sibuk berperang dengan bangsa seperti Asyur dan Babel. Juga mereka menjauh dari Tuhan dengan menyembah ilah lain. Dari kondisi ini membuat Allah marah kepada mereka (lebih jelasnya lihat Yes. 1:1-4)Untuk itu dia memanggil seorang Nabi yang bisa menjadi juru bicaranya dalam menegur sekaligus menubuatkan kehancuran bagi Orang Israel/Yehuda karena telah berpaling dari Tuhan (Yes. 1:9-12).Dalam proses pemanggilan tersebut, Allah didampingi oleh para malaikat Serafim. Serafim secara harfiah disebut dengan malaikat yang menyala sehubungan dengan kemuliaan yang mereka miliki disamping Allah. Mereka memiliki 6 sayap yang terdiri daridua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang-layang.Sambil melayang mereka menyanyikan lagu pujian untuk Tuhan. Karena suara mereka yang luar biasa sehingga menggoyangkan Bait Allah (Yes. 6:2-4)Melihat situasi ini, Yesaya menjadi takut karena menyadari dirinya pasti Celaka karena telah melihat Allah. Karena pemahaman pada saat itu, siapa yang melihat Allah pasti mati (bd. Kel 33:20). Dan dia menyadari sebabnya karena dia adalah orang yang berdosa atau najis bibir (Yes. 6:5).Tetapi Tuhan mengampuni Yesaya dengan mengambil bara dari mezbah dan menyentuhkannya ke mulutnya sebagai tanda pengampunan (Yes. 6:6-7). Sekarang setelah hidup Yesaya dipulihkan, maka muncul pertanyan, siapa yang diutus Allah menyampaikan maksud dan tujuannya? Dengan segera Yesaya menjawab, Ini Aku, Utuslah Aku (Yes. 6:8). Kesediaan ini adalah berasal dari kesungguhan hati, kesetiaan yang tentu saja dengan segala konsekwensinya yaitu penderitaan, celaan, hinaan bahkan pembunuhan dari sesama sebangsanya. Namun Yesaya menerima semuanya itu, karena dia tahu bahwa Tuhan akan bersamanya.Bagaimana dengan kita? Kita juga telah dipanggil Tuhan menjadi umat-Nya dengan proses yang mahal melalui kematian Yesus di kayu salib. I Petrus 1:18-19 tertulis, Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacatTugas kita sekarang adalah memulai hidup baru di dalam Tuhan (II Kor. 5:17), dengan menjadi saksi-Nya di tengah-tengah dunia (Mat. 28:19-20 dan Kis. 1:8), melalui seluruh eksistensi kehidupan kita dengan menjadi garam dan terang dunia (Mat. 5:13-16). Tentu menjadi pengikut Yesus banyak tantangan dan cobaan, tetapi kita tidak perlu takut, karena Yesus sendiri melalui kuasa Roh Kudus akan menyertai kita sampai kepada akhir zaman. Ingat, banyak yang terpanggil, tetapi sedikit yang terpilih.

Siapakah Aku Ini Tuhan?(Refleksi Keterpangilan Menjadi Pelayan Berdasarkan Yohanes 15:14-17)[1]Oleh : Pdt. Gustav G. Harefa15:14 Kamu adalahsahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.15:15 Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapiAku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.15:16 Bukan kamu yang memilih Aku, tetapiAkulah yang memilih kamu.Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.15:17 Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain.Siapakah Aku Ini Tuhan? Saya memulai renungan ini dengan pertanyaan di atas yang merupakan kutipan dari sebuah lagu penyembahan yang cukup familiar dinyanyikan dalam persekutuan-persekutuan doa. Lagu ini diciptakan oleh seorang hamba Tuhan yang memiliki bakat mencipta lagu-lagu rohani penyembahan,Pdt. Ir. Niko Njotoraharjo, pada tahun 1990, dengan judul Kasih Setia-Mu[2]. Lagu yang sebagian berasal dari Mazmur 8 ini, mengungkapkan bagaimana perasaan si pemazmur (pencipta lagu) terheran-heran dan kagum atas karya Tuhan di dalam hidupnya. Bagaimana Tuhan mengasihi dan memberkatinya, meskipun dia merasa bahwa dirinya adalah hina dihadapan Tuhan. Dalam syair lagu yang bersifat dialog ini, pelantun bertanya apa yang dapat dia lakukan sebagai balasan untuk segala kebaikan Tuhan ini? Lalu dia menjawab sendiri yaitu selain memuji juga menyembah Tuhan! Meskipun demikian, ada juga yang memplesetkan lagu ini sebagai lagu orang yang mengalamiAmnesia,karena seakan-akan si penyanyi tidak mengenal dan mengetahui siapa dirinya sendiri, padahal konteksnya tidaklah demikian. Jika kita menghubungkan dengan diri kita sebagai pelayan[3]yang hadir pada pembinaan ini, tentu pertanyaan ini juga kita ajukan kepada Tuhan Yesus,Sang Pemilik Pelayanan, kenapa aku yang terpilih, ya Tuhan? Dalam Alkitab, di sepanjang sejarah keselamatan terungkap bahwa orang-orang yang dipilih Tuhan selalu mempertanyakan hal ini, misalnya Musa, Samuel, Elia, Yesaya, Yeremia, Amos, Yunus, bahkan murid-murid Tuhan Yesus sendiri. Mereka merasa tidak layak, tidak mampu, tidak bisa berbicara, tidak memiliki pengetahuan, takut ditolak, dihina, dll dalam menerima tugas dari Tuhan dalam menyampaikan Firman-Nya. Belum lagi apabila Firman yang disampaikan dalam bentuk hukuman atau kritikan kepada para penguasa atau orang yang melakukan kelalilam,wah, bisa gawat! Hal ini berlaku bagi kita yang telah terpilih dalam melayani di ladang Tuhan khususnya di Resort 45. Jikalau ditelusuri, mana ada di antara kita yang langsung menyodorkan diri untuk menjadi pelayan di jemaat tempat kita melayani? Meski sebenarnya kita mau tetapi masih ada perasaan malu (malu-malu tapi mau). Tentu masih ada pertimbangan dengan dalih, kenapa harus saya, kan masih ada orang lain? Saya tidak sanggup! Tempat tinggal saya jauh! Saya tidak memiliki kendaraan! Saya tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang Alkitab! dan berbagai alasan logis lainnya. Intinya kita kembali kepada pertanyaan tadi di atas, Siapakah Aku Ini Tuhan?Tuhan Yesus Sendiri Yang Memilih KitaRenungan kita malam ini justru memberi penegasan bahwa Tuhan Yesus sendiri yang mengambil inisiatif untuk memilih kita menjadi sahabatnya dalam melayani (ay. 16a). Dalam teks ini, ketika Yesus memilih murid-Nya, Dia tidak melihat latar belakang sosial-budaya, ekonomi bahkan pribadi orang-orang yang dipanggilnya. Dia dengan kasih dan anugerah-Nya memanggil mereka untuk menjadi murid-Nya. Yang mengagumkan, Yesus menjadikan mereka sebagai murid sekaligus sahabat.Kata sahabat adalah ungkapan Yesus yang luar biasa, mengungkapkan bahwa dalam pelayanan itu berhubungan dengan kemitraaan, kebersamaan, kesatuan dalam suka dan duka bukan atasan-bawahan. Yesus memposisikan diri-Nya sebagai sahabat bagi murid-murid yang dipilih-Nya. Menjadi sahabat menurut Yesus sepertinya mengutip apa pesan dari salah seorangkakek buyutnyayang sangat bijaksana, Raja Salomo, dalam Amsal 17:17Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.Bukti nyata bahwa Yesus menjadikan mereka sebagai sahabat, selama kurang lebih 3 (tiga) tahun, Yesus mengajar, membimbing, memperhatikan, menemani dan menggembalakan mereka dalam segala bidang kehidupan. Yesus juga selalu tampil menjadi benteng bagi murid-murid-Nya dalam menghadapi tantangan dan cobaan. Meskipun kadang kala murid-murid-Nya kurang percaya, kurang peduli, kurang mendengar bahkan terakhir ada yang menyangkal, mengkhianati bahkan menjual diri-Nya sampai menderita di kayu salib, tetapi Yesus tetap menjadikan mereka sebagai sahabat dalam pelayanan dan rela berkorban untuk mereka. Pengalaman Yesus dan murid-Nya ini dapat disebut Sekolah Pelayanan yang dipimpin oleh Yesus sendiri.Malam ini kita juga dipanggil dan dipilih Yesus menjadi murid sekaligus sahabat-Nya dalam pelayanan. Kita sungguh beruntung karena kita yang terpilih dan tidak semua orang memiliki kesempatan untuk itu. Yesus sendiri mengatakan dalam Matius 22:14Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.Tugas Kita: Menghasilkan Buah Dan Saling Mengasihi. Untuk memberi pendekatan tentang tugas kita, saya ingin membagi sebuah kisah (yang mungkin sudah pernah kita dengar) bagi kita:Konon di sebuah Kerajaan, ada seorang Raja yang bijaksana memiliki 3 (tiga) orang putera. Dia bingung memilih siapa yang menjadi penggantinya, karena sudah berjanji tidak ada anak emas atau tiri. Akhirnya dia memanggil anaknya satu persatu secara terpisah dan memberi satu pertanyaan yang sama kepada mereka, seberapa besar kasih sayangmu kepadaku, anakku? tanya Raja. Anak pertama menjawab,seperti seindah mutiara batu manikam di dasar laut, ayahanda. Sang Raja pun senang dengan jawaban ini. Anak kedua menjawab,seperti emas yang berkilauan ayahanda, demikian kasihku kepadamu.Ayahnya juga senang dengan jawaban ini. Kemudian anak yang ketiga (bunggu) dipanggil dan memberi jawaban yang lain dari yang lain,kasihku kepadamu ayahanda seperti garam dapur. Mendengar jawaban ini, sang Raja kurang senang bercampur marah dan mengatakan, engkau tidak pantas menjadi seorang Raja!. Anak itupun pergi dengan hati yang sedih. Tetapi sang koki (juru masak) kerajaan sempat mendengar jawaban anak bungsu ini.Suatu ketika, juru masak menghidangkan makanan dengan tidak membubuhi garam. Akhirnya sang Raja tidak selera makan. Sementara emas dan mutiara tidak bisa dimakan!. Demikian juga ketika mengalami gangguan pencernaan, dan sang tabib kerajaan kebetulan sedang keluar daerah, maka si bungsu tampil dengan membawaLGG (larutan garam-gula).Juga ketika menghadapi binatang berbisa yang berkeliaran di taman bunga istana, maka si bungsu menaburkan garam di sekeliling taman itu, sehingga binatang berbisa menjauh. Akhirnya sang Raja baru mengerti bahwa meski sederhana, namun nilai kasih si bungsu sungguh luar biasa baginya. Sehingga si bungsu yang terpilih menjadi Raja.Tuhan telah memilih kita sebagai sahabatnya dalam melayani, tugas kita sekarang adalah pergi untuk menghasilkan buah yang menetap. Itu adalah perintah Yesus (ay. 16b). Tentu kita berkata, saya tidak memiliki harta (emas dan mutiara) yang banyak dalam melayani warga jemaat. Bukan itu yang paling utama dikehendaki Yesus dari kita. Buah yang menetap itu nampak ketika kita menjadi garam bahkan menjadi terang di tengah-tengah dunia (band. Mat. 5:13-16). Menjadi garam terwujud dalam sikap, perbuatan dan tutur kata kita yang menjadi berkat dan menjadi penyembuh bagi orang lain yang mengalami berbagai persoalan dan pergumulan hidup[4].Melalui garam dalam bentuk iman, doa, kesetiaan dan ketulusan kita dalam melayani dapat juga menjadi alat yang ampuh dalam menghadang segala cobaan dan godaan dari berbagai ajaran yang menyesatkan warga jemaat yang menjadi tanggungjawab kita dalam pelayanan. Tugas ini tidak dapat dikerjakan sendiri-sendiri, melainkan perlu kerjasama yang saling menerima kelebihan dan kekurangan antar sesama pelayan. Disinilah perlu saling mengasihi (ay. 17).Imanuel : Tuhan Beserta KitaTugas pelayanan yang kita emban memang berat dan menguras energi, tenaga, pikiran bahkan materi. Kadang kala kita juga harus rela meninggalkan kepentingan pribadi dan keluarga demi pelayanan. Tetapi Yesus memberi satu jaminan bahwa Dia akan beserta dengan kita sekaligus memenuhi apa yang menjadi permintaan kita (ay. 16c). Tentu saja dengan catatan kita tetap patuh dan setia kepada perintah-Nya (ay. 14-15). Sekarang kembali kepada kita apakah masih terus bergumul dengan pertanyaan,Siapakah aku ini Tuhan?Atau justru sebaliknya kita kembali dari pembinaan ini dengan satu komitment seperti apa yang dikatakan Nabi Yesaya kepada Tuhan,Inilah Aku, Utuslah Aku(Yes. 6:8)?

Yesaya 6:1-3

YESAYA 6:1-3

I. PENDAHULUANYesaya dalah seorang nabi yang sangat unik yang dipanggil Tuhan pada abad ke-8 dari kerajaan selatan (Yehuda) untuk memberitakan hukuman dan keselatan bagi bagsa Allah (pada saat itu bangsaIsrael). Bahkan E. J. Young dalam bukunya An Introduction To The Old Testament Yesaya adalah nubuatan terbesar dari seluruh nubuatan perjanjian lama. Bahkan di menambahkan bahwa nabi Yesaya adalah nabi yang paling memahami pikiran Allah dan rencanaNya pada masaNya. Sehingga topic dari Kitab Yesaya adalah pengkudusan. Dan ini juga bersangkut paut dengan nama Yesaya yang berarti Allah menyelamatkan, dan Allah mengkuduskanYesaya, demikian juga bagsaIsrael. Dalam perikop kita ini, kita akan disuguhkan megenai suatu perubahan besar yang terjadi dalam diri Yesaya yang dipanggil dari dunia kemewahannya (dimana latar belakang hidup Yesaya adalah latarbelakang kehidupan istana) dipangil untuk memberitakan nubuatan Allah kepada bangsaNya. Dan Yesaya mengalami sebuah penglihatan besar yang segera mengkuduskan dia dan merubah total jalan kehidupannya dan siap menjadi nabi Allah untuk membawa warta Allah ditengah-tengah bangsaIsraelsetelah kematian raja Uzia (783-742 sM).

II. PEMAHAMAN NATS Kegagalan pertama yang manusia lakukan adalah kegagalan menyembah Allah. Menyembah Allah dalam artian beribadah dan bersekutu terhadap Allah. Demikian juga penyebab kematian dari raja Uzia sebagai awal kisah pemanggilan nabi Yesaya. Raja Uzia (yang dinamakan juga raja Azarya) sebenarnya adalah seorang raja yang saleh (II Raj. 15:3; II Taw. 26:4-5) dan memerintahIsraeldengan bijaksana sehingga bangsaIsraelmengalami kesejahteraan pada masa pemerintahannya. Tapi lama kelamaan dia menjadi tinggi hati dan sombong sehingga gagal dalam praktek penyembahan terhadap Allah seperti yang dikehendaki Allah. Pada zaman PL yang bisa memberikan persembahan (dupa) kepada Allah adlah bangsaIsraelketurunan Lewi (bertugas dalam bait Allah). Uzia dengan kecerobohannya karena hatinya yang sombong, mempersembahkan sendiri dupa kepada Allah tanpa melalui perantaraan dari suku Lewi. Kecerobohannya ini membuat uzia dipukul Allah dengan Kusta (II Raj. 15:5) sehingga dia tinggal dalam pengasingan sampai Uzia meninggal. Saudaraku, kita juga seringgal sekali gagal dalam menyembah Allah. Perilaku raja Uzia menyimbolka kesepeleannya terhadap penyembahan kepada Allah. Artinya Allah tidak mau penyembahan yang tidak kudus (Pada zaman PL penyembahan akan kudus apabila melalui orang Lewi). Dalam ibadah kita juga perlu merendahkan diri kita. Jangan kita menghadap Allah dengan asal-asal. Karena kecerobohan kita pergi ke Gereja hanya memakai pakaian/rok mini, kita ke gereja hanya menunjukan perhiasan, pakaian. Oleh karena kita adalah penyumbang dalam gereja, kita ingin semua yang di gereja tunduk kepada kita dan hanya kita yang harus dihormati. Ini adalah kesombongan dan kecerobohan dalam ibadah. Dan Tuhan tidak menginginkan hal yang demikian kepada kita. Tapi pada hakekatnya system penghukuman Allah sudah berbeda dengan masa PL, dimana apabila umat bersalah Allah langsung menghukum seperti raja Uzia. Kita berpikir, kita tidak pernah dihukum walau system ibadah dan kehidupan kita sudah sangat bertentangan dengan kehendak dan kekudusan Allah. Toh kita baik-baik saja, malah tambah sukses. Inilah faedah dan keuntungan kita oleh Karena Yesus Kristus. Melalui Kristus kita sering di maafkan Allah malah kalau tidak melakukan pertobatan kita tetap ditunggu Allah (diberi kesempatan). Melalui Kristus, sifat Allah yang murka diganti dengan pengasih. Tetapi kita juga harus mengingat, bahwa semua yang ada di dunia ini ada masanya.Adamasanya waktu bertobat ditutup bagi kita saat ajal kita menjemput dan kita tinggal menunggu penghakiman. Dan sebelum ini terjadi, agar kusta dan pengasingan yang kekal (api neraka) dating kepada kita, marilah kita merobah kecerobohan akibat keangkuhan kita ini kepada Allah. Kita harus mneyadari kelemahan kita kepada Allah. Dunia yang kita miliki tidak berarti apa-apa dihaapan Tuhan. Kita tetap orang yang berdosa yang perlu penyucian Allah. Penglihatan (visi) Yesaya dan juga bisa dikatakan pemanggilannya sebagai seorang nabi Allah yang akan bernubuat bagi bangsa Isarel dimulai dari kematian raja Uzia ini. dan moment ini juga bisa disebut sebagai pelantikan dari nabi Yesaya untuk tingkat kenabian yang lebih tinggi. Visi Yesaya adalah bahwa dia melihat Allah. Ini adalah penagalaman yang dimiliki oleh hanya sedikit dari nabi-nabi dalam Perjanjian Lama. Tetapi Yesaya adalah orang khusus, dan dia diprkenankan Allah untuk melihat Allah di atas takhta yang tinggi dan menjulang, seta ujung jubahNya memenuhi bait suci (Ay. 1). Tetapi menurut Yoh. 12:41, kata adonai menunjk kepada Anak atau Yesus Kristus. Dan Paulus mengatakan ini dalam Kisah Para Rasul adalah Roh Kudus. Dalam manifestasi apapung, yang pasti inilah bentuk keTritunggalan Allah. Bahwa dari sejak semula Allah sudah 3 oknum tapi dalam satu wujud. Dan ini bukan hanya dalam PB baru dimulai. Ini telah ada sebelum sejarah manusia dimulai. Dalam ayat 2, visi (penglihatan Yesaya) bertambah. Dia juga melihat para Seraphim (banyak seraphim; bukan hanya satu) berdiri diatasNya.Serafim(Heb., pl.Seraphim,lat.seraph[us], pl.seraphi[m]) adalah salah satu makhluk surga yang disebutkan sekali di dalam Kitab Suci Yahudi (TanakhatauPerjanjian Lama), yaitu hanya dalamkitabYesayaini. Gambaran kaum Yahudi atas makhluk ini dalam hierarki malaikat, Serafim mewakili tingkatan tertinggi para malaikat.Adajuga yang beranggapan bahwa Serafim diterjemahkan sebagai "ular terbang yang berapi-api" dari Bahasa Ibrani dan adalah kata yang digunakan bagi ular-ular yang menggigit bangsaIsraeldi gurun. Bilangan 21:6 "Lalu Tuhan menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orangIsraelyang mati". Dan menurut para ahli tradisi Ibrani, malaikat ini suci karena terdiri aria pi suci dan seluruh tubuhnya dibakar oleh api suci tersebut. Yesaya juga melihat sayap yang ada di tubuh mahluk sorga tersebut.Ada6 sayap. 2 menutupi muka yang berarti tidak layak/tidak dapat melihat Allah karena kamuliaan Allah; 2 sayap untuk menutupi kaki, yang menggambarkan ketaatan terhadap Allah; dan 2 sayap untuk terbang, artinya siap menjalankan perintah yang Allah tugaskan kepada malaikat Serafim. Yang pasti mahluk sorgawi sendiri memperlihatkan ekspresi kerendahan diri mereka dihadapan Allah yang begitu mulia. Malaikat sadar bahwa malakat adalah hanya ciptaan, dan yang paling agung adalah Pencipta mereka yaitu Allah. Elia dan Musa juga melakukan hal yang sama dihadapan Allah. Demikian juga kita saudaraku. Apabila kita sadar akan kelemahan dan keterbatasan kita yang sangat bersar, disbanding dengan kemuliaan Allah, layaklah kita berbangga hati dan bersyukur Allah mau menghampiri kita terlebih melalui Yesus Kristus dimana Firman itu sendiri telah datang ke dalam dunia. Tetapi kita sering kali merasa besar, sombong, akibat dari pengaruh dan kebearan yang diberikan oleh dunia ini kepada kita. Tetapi apalah guna kebesaran yangakan lenyap dibandingkan dengan kemegahan Allah dan yang akan diberikanNya kepada kita. Yang pasti orang-orang yang tidak bisa merendahkan diri, maka orang tersebut tidak akan bisa dan tidak akan mungkin mau beribadah dan sujud kepada Allah Atas kebesaran Allah tersebut dan kelemahan dari malaikat sehingga para malaikat seraphim berseru Kudus, Kudus, Kuduslah Tuhan. Tuhan adalah kudus, dan orang-orang yang ingin bersekutu denganNya haruslah juga kudus. Sebelum Yesaya diutus Tuhan, Allah ingin menyucikan Yesaya dan merobah pemahamannya tentang Allah. Dan setelah kejadian tersebut Yesaya mengakui kelemahannya dan berkata celakalah aku, sebab aku orang yang najis bibir dan tinggal di tengah-tengah orang yang najis bibir (Ay. 5).Api Allah dari kesucianNya telah mnyucikan bibir dari Yesaya yang najis karena factor kehidupan nabi Yesaya sebelum dia dipanggil Allah. Dan Allah mengampuni segala dosa-dosaNya sehinggia dia layak menjadi wakil Allah di dunia ini. Perobahan, sebuah transformasi yang dibawa oleh Allah kepada Yesaya, dan Yesaya dengan tegas dapat merespon panggilan Allah dengan menjawab Ini Aku, Utuslah aku (Ay. 8). Dari hal ini, Yesaya mengetahui apa yang Allah minta kepada Yesaya, dan dia benar-benar menyerahkan seluruh hidupnya kepada Allah sehingga dia mengatakan hal yang sedemikian. Hal ini juga perlu kita renungkan, apabila kita menjadi wakil Allah dalams etiap aspek kehidupan kita: keluarga, Masyarakat, dan Negara. Kita harus terlebih dahulu bertemu dengan Allah melalui ibadah yang benar, dan terjadi pengudusan yang berakibat perubahan positif dalam hidup kita, dan juga menjadi perubahan bagi orang-orang yang perlu diselamatkan. Kita memang tidak dapat lagi mengalami visi (penglihatan) seperti yang didapatkan oleh nabi Yesaya. Tetapi oleh iman dan tekad yang seperti nabi Yesaya, maka kita juga akan dibaka Tuhan dengan apiNya dan mendapat pengampunan sehingga kita mengalami perobahan untuk menjadi alat Tuhan di dunia ini. Yesaya mendapat penkudusan dan kekuatan. Demikian juga kita, melalui mata hati da pikiran kita, kita menyadari bahwa kita tidak layak dipakai Allah dalam setiap profesi kehidupan kita, terutama dalam pelayanan Tuhan melalui gereja. Kita harus tunduk dihadapan tahta Allah yang mulia dan siap untuk diubahNya menjadi pribadi yang mulia.

III. KESIMPULANTuhan memakai Yesaya untuk menyampaikan nubuat melalui sebuah visi Yesaya yang mengubah hidup Yesaya dengan pengkudusan yang dilakukan oleh Allah terhadap pribadi Yesaya. Allah perlu menguduskan bibir nya terlebih dahulu, supaya bibir itu layak untuk menyampaikan pernyataan-pernyataan Tuhan dengan benar. Seringkali kita juga mempergunakan bibir kita untuk hal-hal yang tidak berkenan dihadapan Tuhan, atau mengeluh, berkata sia-sia, marah ataupun membicarakan keburukan orang lain. Kita perlu minta kepada Tuhan supaya Serafim menguduskannya dengan bara api. Sehingga bibir kita jadi kudus dan bisa dipakai oleh Tuhan untuk bernubuat dengan benar dan tepat. Dan ketika Serafim menyentuhkan bara dibibir Yesaya, maka Yesaya sudah dikuduskan dan diampuni . Mulai sejak waktu itu, kemudian Yesaya bernubuat dan nubuatannya sangat luar biasa, sampai nubuat tentang janji Allah mengenai langit baru dan bumi baru. Efek dari pengkudusan yang dilakkan Allah membuat sebuah perubahan dan respon dari nabi Yesaya sehingga dia siap untuk dipakai Tuhan. Apakah kita yang telah dipilih dan dikuduskan Tuhan melalui Yesus Kristus juga mengikrarkan seperti yang diikrarkan oleh nabi yesaya? Atau kita membuat beribu alas an dalam hidup kita, Cth: tunggulah aku besar sedikit, tunggulah banyak tabunganku, tunggulah tunggulahterakhir menjadi penantian yang tidak berujung bagi Allah untuk menunggu kita semuanya. Dan satu hal yang perlu kita ingat. Nubuatan Yesaya yang tidak pernah dindahkan bangsaIsraelmengakibatkan mereka dibuang Allah ke tanah babel. Demikian juga kita. Pengkudusan yang diberikan Yesus melalui kematianNya, apabila tidak kita respon, Api Allah yang membara telah siap bukan untuk menyucikan kita kembali. Tetapi untuk membakar kita sampai selama-lamanya, yaitu Neraka. Terserah saudara, mau merespon atau tidak. Tapi yang pasti buat saudara-saudara yang merespon, Tuhan juga memberikan kekuatan dan perlindungan bagi kita, pentakoste (Roh Tuhan) akan membimbing kita. Mahluk sorgawi (malaikat) akanselalu memperhatikan kita dan memberikan laporan kepada Tuhan dan mengawal kita dalam setiap aspek kehidupan kita. Tuhan Yesus memberkati.