yayasan oleh hikmahanto
TRANSCRIPT
Pengelolaan Yayasan di Indonesia dan RUU YayasanHikmahanto Juwana *
Pengantar Berbeda dengan tujuan pendirian dari perseroan terbatas (selanjutnya disingkat PT), tujuan filosofis pendirian yayasan dipahami sebagai tidak bersifat komersial atau tidak mencari keuntungan (nir laba atau non-profit).1 Oleh karenanya tujuan pendirian dari yayasan diidentikan dengan kegiatan bidang sosial, keagamaan, pendidikan, kemanusian dan banyak lagi. Di Indonesia, apabila diperhatikan anggaran dasarnya, hampir semua yayasan didirikan untuk tujuan nir laba. Namun demikian hal itu tidak berarti bahwa dalam praktek yayasan-yayasan tersebut tidak menjalankan kegiatan yang bersifat komersial. Di bidang pendidikan kritik kerap ditujukan pada institusi penyelenggara pendidikan dimana badan hukum yang digunakan adalah yayasan. Harus diakui bahwa pengelolaan yayasan yang bergerak di bidang pendidikan tidak sedikit yang menjurus pada pencarian keuntungan. Demikian pula yayasan yang mengelola rumah-rumah sakit mewah dianggap sebagai tidak sejalan dengan tujuan dari yayasan yang bersifat nir laba. Dalam tulisan ini hendak dipaparkan berbagai penyebab penyimpangan pembentukan yayasan yang kerap terjadi dan kelemahan pengelolaan yayasan. Selanjutnya untuk menghindari penyimpangan dan kelemahan dari yayasan maka kehadiran Rancangan Undang-Undang Yayasan yang saat ini sedang dibahas oleh Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat (selanjutnya disebut RUU Yayasan) merupakan kebutuhan yang mendesak. Dalam tulisan ini akan disampaikan pendapat penulis tentang telah diakomodasinya prinsip-prinsip governance dalam mengelola RUU Yayasan dan beberapa kritik atasnya.
RUU Yayasan: Tepatkah?
* Prof. Dr. Hikmahanto, SH, LLM adalah Guru Besar Fakultas Hukum UI. Meraih gelar SH dari UI (1987), LL.M dari Keio University, Jepang (1992) dan Ph.D dari University of Nottingham (1997)-red. 1 Dalam Blacks Law Dictionary disebutkan bahwa Foundation adalah Permanent fund established and maintained by contributions for charitable, educated, religious or other benevolent purposes. Lihat: Blacks Law Dictionary, 5th ed./var/www/apps/conversion/current/tmp/scratch11478/97852866.doc
# 1
Sebelum penulis membahas tentang pengelolaan yayasan, sedikit komentar penulis sehubungan dengan RUU Yayasan. Dalam RUU Yayasan ada kesan seolah-olah RUU dibuat berdasarkan asumsi bahwa semua bentuk yayasan yang ada di Indonesia pada saat ini adalah sama. Padahal karena tidak adanya peraturan perundang-undangan tentang yayasan selama ini, dalam realita yang terjadi tidak adanya keseragaman bentuk yayasan. Sebagai contoh walaupun wakaf dapat diterjemahkan sebagai yayasan, namun secara operasional antara yayasan dan wakaf memiliki perbedaan yang mendasar. RUU Yayasan justru hendak memaksakan penyeragaman wakaf dengan yayasan. Keberagaman yang terjadi pada bentuk yayasan tidak terjadi pada waktu pembentukan UU perseroan terbatas sebelum berlakunya UU No. 1 Tahun 1995. Ada dua alasan mengapa demikian. Pertama, walaupun tidak banyak ketentuan yang termuat, Kitab Undang-undang Hukum Dagang masih dapat dijadikan penyeragaman acuan pendirian perseroan terbatas. Alasan kedua adalah Departemen Kehakiman & HAM melalui kewenangan memberi pengesahan dan persetujuan bisa memastikan adanya keseragaman terhadap hal-hal yang berkaitan dengan perseroan terbatas. Atas dasar komentar diatas penulis mengusulkan agar RUU Yayasan yang saat ini dibahas diganti menjadi RUU tentang Badan Hukum Nir Laba. Dalam RUU ini dapat diatur berbagai bentuk badan hukum nir laba yang dikenal dalam masyarakat, termasuk yayasan dan wakaf. Selanjutnya penulis berpendapat bahwa UU Badan Hukum Nir Laba yang akan dihasilkan harus lebih mengakomodasi apa yang ada dan terjadi dalam masyarakat. Dengan demikian pembentukan UU Yayasan harus dilakukan secara bottom up atau melembagakan apa yang ada dalam masyarakat. Kesan penulis pada RUU Yayasan yang saat ini dibahas oleh DPR dan Pemerintah lebih berorientasi pada proses top-down dimana masyarakat harus menyesuaikan apa yang dikehendaki oleh para elit. Resiko yang mungkin muncul dengan proses pembentukan ini adalah ketidakefektifan UU Yayasan dalam masyarakat apabila tidak didukung dengan penegakan hukum yang tegas tanpa kompromi.
Penyebab Penyimpangan Pengelolaan Yayasan Banyak sebab mengapa berbagai yayasan di Indonesia menyimpang dari tujuan filosofis dari didirikannya yayasan. Pertama, sulit untuk mendefinisikan apa yang dimaksud dengan kegiatan sosial. Apakah pendidikan termasuk dalam definisi kegiatan sosial? Sepintas lalu mungkin. Namun dalam kenyataan banyak institusi pendidikan yang mengejar keuntungan, bahkan sering dikatakan bahwa untuk mendapatkan pendidikan yang baik seseorang harus membayarnya /var/www/apps/conversion/current/tmp/scratch11478/97852866.doc # 2
dengan mahal. Di Amerika Serikat, universitas-universitas pilihan umumnya adalah universitas swasta. Mereka menjaring tidak saja calon mahasiswa yang pandai tetapi juga calon mahasiswa yang berasal dari kalangan berada. Demikian pula dengan pendirian rumah sakit: apakah dapat dikatakan sebagai kegiatan sosial? Praktek menunjukkan bahwa ada rumah sakit yang didirikan untuk melayani mereka-mereka yang menginginkan pelayanan prima, tidak berdesak-desakan dan berada di rumah sakit seolah-olah berada di hotel mewah. Oleh karenanya sulit untuk menentukan secara sederhana apa yang dipahami sebagai kegiatan sosial benar-benar merupakan kegiatan sosial yang sama sekali terhindar dari aspek komersial. Selanjutnya penyebab lain dari penyimpangan bersumber pada peraturan perundang-undangan. Dalam berbagai peraturan perundangundangan dapat ditemukan ketentuan yang mensyaratkan penyelenggaraan suatu kegiatan dilakukan oleh yayasan. Di sektor pendidikan, universitas swasta harus dikelola oleh yayasan. Demikian pula dengan sektor kesehatan yang mensyaratkan rumah sakit didirikan dalam bentuk yang sama. Padahal, sebagaimana diuraikan diatas, tidak semua kegiatan pendidikan ataupun kesehatan hanya bersifat sosial. Bagi mereka yang ingin mendirikan lembaga pendidikan atau rumah sakit untuk tujuan komersial tentunya tidak mempunyai pilihan lain selain menggunakan yayasan sebagaimana dipersyaratkan oleh peraturan perundang-undangan. Akibatnya adalah yayasan didirikan untuk sekedar memenuhi persyaratan peraturan perundangundangan. Padahal yayasan tersebut dikelola sebagaimana layaknya sebuah PT yang merupakan badan hukum yang mencari keuntungan. Ketiga, yayasan digunakan sebagaimana layaknya PT. Yayasan demikian didirikan dengan maksud sebenarnya untuk mencari keuntungan baik langsung maupun tidak langsung. Banyak contoh untuk hal ini. Yayasan didirikan untuk memiliki saham, untuk mengelola gedung secara komersial, bahkan biro perjalanan yang menawarkan perjalanan ke tempat-tempat suci sering menggunakan yayasan sebagai badan usaha-nya. Masuk dalam katagori ini adalah perusahaan-perusahaan yang mendirikan yayasan untuk mendapat keringanan pajak. Padahal selain mendapat keringanan pajak, perusahaan tersebut akan terkesandimata banyak orang sebagai tidak semata-mata mencari keuntungan tetapi juga mempunyai kepedulian terhadap masalah-masalah sosial yang dihadapi oleh masyarakat (kegiatan ini sering disebut sebagai image building). Pada contoh ini keuntungan diperoleh secara tidak langsung.
Sumber Kelemahan Pengelolaan Yayasan Sumber kelemahan utama dari pengelolaan yayasan adalah tidak adanya aturan yang mengatur tentang yayasan. Yayasan dapat dikelola secara bebas tanpa ada peraturan yang harus diperhatikan. /var/www/apps/conversion/current/tmp/scratch11478/97852866.doc # 3
Keberadaan yayasan selama ini hanya didasarkan pada praktekpraktek yang terpelihara. Kekuatan hukum dari praktek-praktek ini tentunya sangat lemah. Akibat lain adalah tidak terjaminnya kepastian hukum mengingat praktek yang satu berbeda dengan praktek lainnya. Ketiadaan pengaturan yayasan juga berarti tidak adanya acuan yang dapat digunakan untuk mengatakan bahwa sesuatu boleh atau tidak boleh. Di samping itu tidak adanya ketentuan tentang transparansi pengelolaan yayasan kerap disalahgunakan oleh para pendiri maupun pengurus yayasan. Bahkan banyak yayasan yang menggalang dana cukup banyak dari masyarakat terbebas dari kewajiban untuk di-audit. Masyarakat tidak tahu apakah dana yang disumbangkan pada suatu yayasan benar-benar untuk kepentingan sosial atau justru untuk kepentingan lain, bahkan terjadinya kebocoran-kebocoran. Kelemahan lain adalah yayasan dikelola secara tidak profesional. Pendiri yayasan adalah juga pengurus. Peran dari pengawas yang diangkat untuk megawasi kegiatan dan keuangan yayasan tidak melaksanakan pekerjaannya secara sungguh-sungguh, bahkan terkesan pengangkatan mereka dilakukan sebagai formalitas belaka.
UU Yayasan: Kebutuhan Mendesak Berbagai kalangan telah mengungkapkan bahwa UU Yayasan merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak. Penulis sependapat dengan apa yang dilontarkan oleh berbagai kalangan ini. Dengan lahirnya UU Yayasan atau Badan Hukum Nir Laba akan memberi arah yang jelas tentang berbagai hal yang berkaitan dengan yayasan, dapat menekan berbagai penyimpangan dari yayasan yang selama ini terjadi dan dapat dihindari berbagai kelemahan yang menghinggapi pengelolaan yayasan. Kehadiran UU Yayasan atau Badan Hukum Nir Laba sudah barang tentu akan memberi kepastian hukum yang selama ini tidak ada. Bahkan UU Yayasan atau Badan Hukum Nir Laba dapat menjadi dasar untuk menindak apabila terjadi penyimpangan. Hanya saja apabila UU Yayasan hanya berisi tentang prosedur pendirian belaka atau prosedurprosedur lainnya, walaupun baik tetapi tidak optimal. UU Yayasan atau Badan Hukum Nir Laba harus berisi pula ketentuan yang dapat memaksa pengurus beserta organ lainnya untuk mengelola yayasan secara profesional dan baik.
/var/www/apps/conversion/current/tmp/scratch11478/97852866.doc
# 4
RUU Yayasan dan Penerapan Pengelolaan Yayasan
Prinsip
Governance
dalam
Akhir-akhir ini di Indonesia sering didengungkan tentang prinsip governance. Masalah governance yang berkaitan dengan pemerintahan dikenal dengan istilah good governance, sementara yang berkaitan dengan perusahaan dikenal dengan istilah corporate governance. Walaupun prinsip-prinsip yang dikandung berbeda satu sama lain, namun ada persamaan mendasar diantara keduanya. Persamaan ini terletak pada konsep dasar dari governance yaitu perlunya kontrol berdasarkan aturan terhadap pada pengurus karena stakeholder yang sangat variatif sulit diharapkan mengkontrol pengurus yang bertanggung jawab atas kegiatan sehari-hari. Dalam good governance yang menjadi stakeholder adalah rakyat, lembaga legislatif dan lain sebagainya, sementara yang menjadi pengurus adalah pemerintah (eksekutif). Sedangkan dalam corporate governance yang menjadi stakeholder adalah pemegang saham yang bukan mayoritas, konsumen dan lain sebagainya, sementara yang menjadi pengurus adalah direksi. Kontrol terhadap pengurus perlu dilakukan karena bagi pengurus sulit menafsirkan untuk apa yang menjadi keinginan para stakeholder. Hal ini memberi peluang kepada pengurus untuk menjalankan negara atau perusahaan berdasarkan tafsirannya tentang apa yang dikehendaki oleh stakeholder. Peluang menafsirkan inilah yang sangat berbahaya apabila tidak ada kontrol karena cenderung disalahgunakan (abuse). Adapun kontrol yang dilakukan tidak dapat dilakukan oleh para stakeholder secara langsung. Kontrol dilakukan dengan cara membatasi kewenangan pengurus. Batasan inilah yang disebut sebagai prinsip governance. Dari prinsip governance dilahirkan prinsip-prinsip keadilan (fairness), transparansi (transparency), akuntabilitas (accountability) dan pertanggung jawaban (responsibility).2 Pengurus harus memperhatikan prinsip governance ini dalam menjalankan kepengurusan sehari-hari sehingga para stakeholder tidak dirugikan. Agar prinsip governance mempunyai kekuatan hukum dan dipatuhi ada dua cara yang dapat dilakukan. Pertama adalah dengan mengakomodasikannya dalam suatu code of conduct yang bukan peraturan perundang-undangan. Cara kedua adalah dengan mengakomodasikannya dalam berbagai peraturan perundang-undangan. Cara kedua ini mensyaratkan keterlibatan negara (legislatif) dalam hal-hal yang bersifat hubungan perdata. Keterlibatan negara ini didasarkan pada argumentasi bahwa negara harus melindungi pihak yang lemah.2 Empat prinsip ini merupakan prinsip governance yang dihasilkan oleh OECD./var/www/apps/conversion/current/tmp/scratch11478/97852866.doc
# 5
Prinsip governance dapat juga diterapkan dalam pengelolaan yayasan. Tujuan dari penerapan prinsip ini adalah agar tidak terjadi penyimpangan dalam pengelolaan yayasan sehingga stakeholder dirugikan. Supaya prinsip governance ini benar-benar dipatuhi, dalam konteks Indonesia perlu ditempuh cara kedua yaitu mengakomodasikannya dalam peraturan perundang-undangan. Apabila diperhatikan RUU yang disampaikan oleh Pemerintah kepada DPR dapat disimpulkan bahwa banyak hal dalam prinsip governance yang telah diakomodasi. Dalam RUU telah dipilah-pilah organ yayasan, yaitu Pembina, Pengurus dan Pengawas serta tugas dan tanggung jawab masing-masing 3. Dalam konteks governance hal ini penting mengingat dibutuhkan kejelasan tentang siapa yang harus mempertanggungjawabkan apa (prinsip responsibility). Bahkan ketentuan Pasal 31 ayat (3) yang melarang Pengurus merangkap sebagai Pembina atau Pengawas merupakan hal penting untuk menjaga profesionalisme pengurus.4 Selanjutnya wujud dari diterapkannya prinsip governance dalam RUU Yayasan adalah pengaturan tentang tujuan dari Yayasan yang sangat limitatif sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 angka 1. Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa tujuan yayasan adalah dibidang sosial, keagamaan dan kemanusian.5 Bahkan apabila diperhatikan Bagian Umum dari Penjelasan RUU Yayasan disebutkan bahwa, Fakta menunjukkan kecenderungan masyarakat mendirikan Yayasan dengan maksud untuk berlindung dibalik status badan hukum Yayasan, yang tidak hanya digunakan sebagai wadah mengembangkan kegiatan sosial, keagamaan dan kemanusian, melainkan juga adakalanya bertujuan untuk memperkaya diri para pendiri, pengurus, dan pengawas.6 Penegasan ini menunjukkan bahwa yayasan tidak boleh lagi digunakan untuk tujuan-tujuan yang bersifat komersial. Dalam konteks prinsip governance hal ini berarti bahwa stakeholder (termasuk para donatur) dapat memastikan bahwa yayasan tidak dijadikan kedok belaka.3 Lihat Pasal 2 RUU Yayasan yang menyebutkan Yayasan mempunyai organ yang terdiri atas: a. Pembina; b. Pengurus; dan c. Pengawas. Selanjutnya organ ini dijabarkan lebih lanjut dalam Bab VI yang berjudul Organ Yayasan. 4 Bunyi lengkap dari Pasal 31 ayat (3) adalah sebagai berikut, Pengurus tidak boleh merangkap sebagai Pembina atau Pengawas. 5 Secara lengkapPasal 1 Angka 1 berbunyi sebagai berikut, Yayasan adalah badan hukum yang tidak mempunyai anggota, didirika dengan pemisahan kekayaan pendirinya untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusian. 6 Penjelasan Umum RUU Yayasan./var/www/apps/conversion/current/tmp/scratch11478/97852866.doc
# 6
Ada dua kritik yang dapat disampaikan sehubungan dengan pengaturan tentang pengaturan tujuan yayasan. Pertama adalah pengaturan tentang tujuan dari yayasan yang tidak diatur dalam pasal tersendiri. Dalam RUU Yayasan pengaturan tentang tujuan dari yayasan hanya diatur dalam pasal definisi. Kritik yang kedua adalah tujuan yayasan yang disebutkan dalam RUU menurut hemat penulis belum dilakukan secara tajam walaupun dalam penjelasan Pasal 7 disebutkan bahwa cakupan dari bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan antara lain adalah hak asasi manusia, kesenian, olah raga, perlindungan konsumen, pendidikan, lingkungan hidup, kesehatan dan ilmu pengetahuan.7 Ketidaktajaman formulasi tentang tujuan yayasan dapat berakibat pada dilakukakannya praktek-praktek masa silam. Apakah sebuah kantor konsultan dibidang lingkungan yang melakukan kegiatannya secara komersial dapat mendirikan yayasan? Hal ini mengingat lingkungan hidup tercakup dalam bidang sosial, agama dan kemanusiaan. Bukankah yang menjadi ukuran untuk menentukan tujuan yayasan adalah pada kegiatannya? Artinya kegiatan yayasan dilihat apakah mengejar keuntungan atau tidak. Tujuan yayasan seharusnya tidak didasarkan pada bidang kegiatan sebagaimana diatur dalam RUU Yayasan. Berikutnya dalam konteks penerapan prinsip governance yang telah mendapat pengaturan dalam RUU Yayasan adalah larangan yayasan mendirikan badan usaha yang penyertaannya melebihi dari 25% dari seluruh kekayaan yayasan.8 Sebagaimana dijelaskan dalam penjelasan Pasal 6, ketentuan ini dimaksudkan agar yayasan tidak menyimpang dari tujuan didirikannya dan lebih mengejar aspek komersial.9 Walaupun sudah baik, namun kekurangan dari ketentuan Pasal 6 ini adalah masih dapat digunakannya yayasan sebagai nominee untuk mendirikan perseroan terbatas. Demikian pula dengan prinsip transparansi dari governance yang telah mendapat pengaturan dalam RUU Yayasan, yaitu Bab VII tentang7 Penjelasan Pasal 7 mengatakan sebagai berikut, Maksud dan tujuan Yayasan bersifat sosial, keagamaan, dan kemanusiaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 mempunyai cakupan yang luas antara lain; hak asasi manusia, kesenian, olah raga, perlindungan konsumen, pendidikan, lingkungan hidup, kesehatan dan ilmu pengetahuan. 8 Hal ini diatur dalam Pasal 6 RUU Yayasan yang mengatur sebagai berikut, Yayasan dapat mendirikan badan usaha dengan ketentuan penyertaan kekayaan Yayasan paling banyak 25% (dua puluh lima) persen dari seluruh kekayaan Yayasan. 9 Penjelasan Pasal 6 menyebutkan sebagai berikut, Ketentuan dimaksudkan agar setiap Yayasan mempertimbangkan dengan mendirikan badan usaha. Hal ini untuk menghindari agar menyimpang dari maksud dan tujuan pendirian Yayasan yang keagamaan dan kemanusiaan./var/www/apps/conversion/current/tmp/scratch11478/97852866.doc
dalam ayat ini cermat apabila Yayasan tidak bersifat sosial,
# 7
Laporan Tahunan. Dalam Pasal 54 ayat (1), misalnya, disebutkan bahwa ikhtisar laporan tahunan yayasan diumumkan pada papan pengumuman di kantor yayasan.10 Bahkan dalam Pasal 54 ayat (4) ada kewajiban bagi yayasan untuk diaudit oleh Akuntan Publik.11 Di samping hal-hal tersebut diatas dalam RUU Yayasan disana-sini sudah diserap prinsip governance. Seperti apa yang diatur dalam Pasal 36 ayat (2). Pasal tersebut menyebutkan bahwa Pengurus mempunyai kewajiban untuk menjalankan tugasnya dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab.12 Demikian pula dengan ketentuan yang mengatur tentang benturan kepentingan antara Pengurus dengan Yayasan serta pembatasan kewenangan dari Pengurus sehubungan dengan pengelolaan kekayaan yang dimiliki oleh yayasan.13 Kemudian RUU Yayasan mensyaratkan keberadaan Pengawas sebagai suatu keharusan.14 Hanya saja dalam ketentuan tersebut tidak diatur secara rinci bahwa Pengawas haruslah orang yang independen baik terhadap Pengurus maupun Pembina. Sehingga dalam menjalankan tugasnya Pengawas akan bekerja secara profesional. Ketentuan lain yang sesuai dengan prinsip governance adalah kewenangan Pengawas untuk memberhentikan sementara anggota Pengurus.15 Kewenangan demikian penting untuk memberikan gigi bagi Pengawas dalam menjalankan tugasnya. Tanpa kewenangan tersebut dikhawatirkan Pengurus akan mengelola yayasan tanpa takut ada sanksi yang dikenakan padanya. Walaupun prinsip governance sudah banyak diakomodasi, namun RUU Yayasan masih perlu disempurnakan. Banyak hal yang perlu mendapat penjelasan rinci sehingga dalam praktek nantinya tidak010 Lihat: Pasal 54 ayat (1) RUU Yayasan. 11 Pasal 54 ayat (4) 212 Bunyi lengkap dari Pasal 36 ayat (2) RUU Yayasan adalah, Setiap Pengurus menjalankan tugas dengan itikad baik, dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan dan tujuan Yayasan. 313 Pasal yang mengatur ketentuan tentang benturan kepentingan adalah Pasal 37 ayat (1) RUU Yayasan yang berbunyi sebagai berikut, Setiap anggota Pengurus tidak berwenang mewakili Yayasan apabila: a. terjadi perkara di depan pengadilan antara Yayasan dengan anggota Pengurus yang bersangkutan; atau b. anggota Pengurus yang bersangkutan mempunyai kepentingan yang bertentangan dengan kepentingan Yayasan. Sementara ketentuan yang mengatur kewenangan Pengurus sehubungan dengan kekayaan yayasan diatur dalam Pasal 38 ayat (1) RUU Yayasan yang berbunyi sebagai berikut, Pengurus tidak berwenang: a. mengikat Yayasan sebagai penjamin utang; b. mengalihkan kekayaan Yayasan kecuali dengan persetujuan Pembina; dan c. membebani kekayaan Yayasan untuk kepentingan pihak lain. 414 Pasal 41 ayat (2) RUU Yayasan yang berbunyi: Yayasan memiliki Pengawas sekurang-kurangnya 1 (satu) orang pengawas yang wewenang, tugas dan tanggung jawabnya diatur dalam Anggaran Dasar. 515 Pasal 44 ayat (1) RUU Yayasan yang berbunyi sebagai berikut, Pengawas dapat memberhentikan sementara anggota Pengurus dengan menyebutkan alasannya./var/www/apps/conversion/current/tmp/scratch11478/97852866.doc
# 8
menimbulkan kesimpangsiuran atau penafsiran yang bermacammacam. Sebagai contoh dalam Pasal 39 ayat (2) disebutkan bahwa Pengurus dapat mengadakan perjanjian dengan organisasi yang terafiliasi dengan Yayasan, Pembina, dan atau Pengawas Yayasan atau seseorang yang bekerja pada Yayasan sepanjang perjanjian tersebut menguntungkan Yayasan.16 Permasalahannya adalah siapa yang menentukan apakah perjanjian yang dilakukan menguntungkan atau merugikan yayasan? Lalu apa ukuran untuk menentukan bahwa perjanjian yang dilakukan menguntungkan?
Penutup Terlepas dari berbagai kekurangan yang terdapat dalam RUU Yayasan dimana masih ada waktu untuk memperbaikinya, kehadiran UU Yayasan tidak bisa ditawar-tawar lagi. UU Yayasan diharapkan dapat dijadikan acuan bagi masyarakat dan meminimalkan penyimpanganpenyimpangan dan kelemahan-kelemahan dalam pengelolaan yayasan yang selama ini ada.
616 Pasal 39 ayat (1) RUU Yayasan menyebutkan bahwa, Pengurus dilarang mengadakan perjanjian dengan organisasi yang terafiliasi dengan Yayasan, Pembina, Pengurus, dan atau Pengawas Yayasan, atau seseorang yang bekerja pada Yayasan. Selanjutnya dalam ayat (2) pasal yang sama disebutkan, Larangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku dalam hal perjanjian tersebut menguntungkan Yayasan./var/www/apps/conversion/current/tmp/scratch11478/97852866.doc
# 9
Undang bertanggung kepailitan secara kepailitan bersalah tanggal
jawab terjadi tanggung bukan oleh
Undang tidak karena renteng, karena
Yayasan terbatas kesalahan kecuali kesalahan dalam atas
juga kerugian Pengurus, Pengurus atau
membuka yang Pengurus yang
kemungkinan diderita dapat dapat oleh
Pengurus Jika jawab bahwa dinyatakan tahun sejak
Yayasan.
bertanggung membuktikan yang (lima)
kelalaiannya, Yayasan, tetap,
pengurus selama 5
Pengadilan
mengurus kekuatan
suatu hukum
putusan
memperoleh
tidak
dapat
menjadi
Pengurus
Yayasan manapun. Pengurus badan yayasan pengurus akata dalam hukum, sebelum secara yayasan apabila yayasan tanggung yayasan, yang akta perbuatan status hal ini pendiriannya hukum badan yang hukum belum disahkan atas menjadi nama jawab
melakukan
dilakukannya menjadi kerena
memperoleh renteng, berarti
tanggung
disebabkan tata
belum pengangkatan
disahkannya pengurus
pendirian
ketentuan
tentang
cara
yang diatur didalam anggaran dasarnya belum sah. Berlakunya berarti telah Undang terjadi Undang Nomor 16 Tahun terutama 2001 yang tentang berhubungan Yayasan, dengan
reformasi
terhadap
yayasan
/var/www/apps/conversion/current/tmp/scratch11478/97852866.doc
# 10
46 YB, Sigit Hutomo, Reformasi Yayasan Perspektif Hukum Dan Manajemen, The Jakarta Consulting Group (Editor) 360 Approach on Foundation, Andi, Yogyakarta, 2002, halaman 144 47 Pasal 35 ayat (1) Undang Undang Nomor 16 Tahun 2001 48 Pasal 35 dasar. pengurus pengelolaan persembunyian ayat Reformasi dan (2) yang pengawas) usaha oleh Undang perlu serta Undang Nomor 16 aspek masing Tahun organ unsur tidak kegiatan 2001 yayasan organ menjadi usaha
anggaran (pembina, yayasan, tempat
dilakukan wewenang
mencakup masing jelas dan
kegiatan harta
yayasan para
menjadi
sehingga
pendirinya
pengelolaan
yayasan haruslah dikelola secara profesional46 Mengenai berkaitan selaku kerugian kesalahan ikut sangat erat organ bagi pertanggungjawaban dengan yayasan yayasan prinsip oleh atau pengurus fiduciary terhadap relationship perbuatan Kesalahan kerugian tanggung berdasarkan kegiatan antara ultra yayasan vires usaha dengan yang yayasan pengurus
karena pihak telah Untuk setiap
adanya ketiga.
mengakibatkan merupakan karena yayasan dan
pengurus maupun
tersebut
langsung
karena kerugian. oleh
menyebabkan itu maka
kesalahan usaha
menyebabkan penting
jawab prinsip
kegiatan kehati
dilakukan
pengurus
hatian
tanggung pengelolaan
jawab. harta
Pengelolaan kekayaan
kegiatan
usaha hasil
yayasan kegiatan
berkaitan usaha
erat merupakan
dengan salah
yayasan,
karena
satu bentuk pendapatan yang menjadi harta kekayaan yayasan. Pengurus kepentingan baik, dan yayasan dan penuh bertanggung 35 bertanggung tujuan yayasan. jawab 47 penuh atas kepengurusan menjalankan dan tujuan yang tugas yayasan dengan untuk itikad Setiap dalam 2001. yang
Setiap untuk secara
pengurus kepentingan pribadi
tanggung jawab ayat (5) tidak
jawab penuh
yayasan.48 bersangkutan
pengurus 49 Pasal
apabila
Undang sesuai atau yang antara
Undang
Nomor
16
Tahun dasar,
menjalankan mengakibatkan pada organ
tugasnya kerugian pengurus fungsinya.
dengan pihak
ketentuan ketiga.49
anggaran Yayasan
yayasan sebagai
sangat
bergantung kegiatan dan
organ
dipercayakan yayasan
untuk
melakukan organ
melaksanakan fiduciary berwenang batas yang
Sehingga
dengan
pengurus hanya
terdapat dan
relationship bertindak
yang atas
melahirkan nama dalam dan
fiduciary untuk
duties.
Pengurus yayasan Yayasan
berhak batas
kepentingan Undang
serta dan
dalam
ditentukankan
Undang
anggaran
dasar
/var/www/apps/conversion/current/tmp/scratch11478/97852866.doc
# 11
yayasan. tersebut tugasnya berdasarkan
Setiap tidak
tindakan akan
yang
dilakukan yayasan. jawab
pengurus Hal ini
diluar berarti,
kewenangan pengurus wewenang patut
yang dalam yang
diberikan melakukan dimilikinya dengan
mengikat bertanggung dasar
haruslah anggaran
mempergunakan untuk tujuan yang
yayasan,
yang
sesuai
maksud dan tujuan yayasan yang tertuang dalam anggaran dasar yayasan. Pengurus keuntungan itu. Berdasarkan dengan kekayaan bidang ketentuan mengelola ditetapkan sepenuhnya tegas yang sosial, Pasal harta pada Pasal 1 angka (1) Undang yayasan adalah Undang badan Nomor hukum 16 yang tujuan Tahun terdiri tertentu anggota. agar yang 2001 atas di Dari dapat telah tersebut dengan tidak tersebut boleh memperoleh karena keuntungan kedudukannya untuk sebagai dirinya pengurus pribadi pada bila yayasan
diperoleh
menyatakan dipisahkan keagamaan 1 angka
bahwa dan dan (1), yang
diperuntukkan kemanusiaan maka pengurus
untuk yang
mencapai tidak
mempunyai tanggung mencapai
mempunyai untuk melakukan tujuan
jawab tujuan
kekayaan akta
dipisahkan yayasan. dapat
tersebut Dalam
pendirian untuk
pengelolaan pendirian
harta yayasan
diarahkan
mencapai
melaksanakan pengelolaan kegiatan usaha yayasan yang sebaik mungkin. Pasal tentang diperoleh dibagikan honorium, dan 5 ayat harta (1) Undang baik Undang berupa Undang tidak Yayasan uang, Nomor 28 Tahun 2004 mengatur lain yang untuk maupun pengurus pengurus
kekayaan
barang Undang baik
maupun ini,
kekayaan
yayasan secara atau
berdasarkan langsung atau
dilarang bentuk kepada gaji,
dialihkan upah,
langsung dinilai ini
dalam uang
bentuk Dengan
lain
yang
dapat ketentuan
dengan maka
pembina, setiap
pengawas.
adanya
dengan
sendirinya
yayasan tidak dibenarkan menerima pengalihan harta yayasan dengan alasan apapun. Ditinjau dalam dari mencapai aspek manajerial, dan agar tujuan yayasan yayasan, dapat maka tumbuh yayasan berkesinambungan kiranya perlu
maksud
mempertimbangkan hal hal berikut : 1. Pendiri dan pengurus harus pikiran bersedia dan meninggalkan sumber daya kepentingan lainnya pribadi bagi secara
sukarela
menyumbangkan
pencapaian
maksud dan tujuan yayasan.
/var/www/apps/conversion/current/tmp/scratch11478/97852866.doc
# 12
2.
Visi
dan
misi
yayasan arah
harus
dirumuskan penyusunan
dengan rencana
jelas
dan
tegas dalam
sebagai
dasar
untuk
memberi
dalam
strategis
pencapaian
maksud dan tujuan yayasan. 3. Pengelolaan dan yayasan pemerintah harus dijalankan adanya secara transparan, dan karena pemodal, yang
masyarakat, baik. 4.
menuntut
keterbukaan
akuntabilitas
Profesionalisme
pengelolaan dan
yayasan
akan
menciptakan Dengan dan
citra
yang yang
positif positif berbagai
dimata akan pihak
pemodal, memudahkan
masyarakat yayasan
pemerintah.
citra
menggalang
dukungan
partisipasi
dalam menggali sumber perdanaan untuk mencapai maksud dan tujuan yayasan. 5. suatu untuk Pengelolaan organisasi pencapaian yayasan bisnis, maksud dilakukan namun dan secara dana tujuan efektif yang dan dihasilkan efisien sebagaimana halnya
diperuntukkan yayasan
sepenuhnya dilakukan
yayasan.
Pengelolaan
berdasarkan prinsip profesinalisme dan tidak cukup hanya dengan idealisme. 6. harus Untuk yang sehingga Manajer dan karyawan berprestasi pengeluaran kegiatan mudah harus diberikan kompensasi layaknya yayasan nilai dan yang maneger harus layak kerena mereka biasa. gagasan value) serta
dituntut menutupi kreatif dan
sebagaimana yang yang mendapat tinggi
perusahaan menciptakan (added masyarakat
menghasilkan dukungan
tambahan simpati
dengan
tentunya akan dapat menghasilkan dana bagi yayasan. 7. Yayasan harus menciptakan yang kegiatan dan program akan sumber yayasan potensi promosi dunia yang yang kreatif disukai yang oleh untuk berorientasi konsumen mendukung strategi program program saatnya
pasar. sehingga
Program
berorientasi yayasan
pasar menggali layaknya
sangat
memudahkan Untuk dalam itu
pendanaan
kegiatanya. pemasaran yang tersebut. dilakukan kepuasan
sudah
mengimplementasikan pasar, atas bisnis, menciptakan program tetapi sudah akan
upaya masyarakat bukan yayasan.
mengidentifikasi dan lagi Strategi melakukan dominasi
dibutuhkan Pemasaran oleh
pemasaran
berhasil konsumen,
menciptakan meningkatkan
konsumen,
meningkatkan
partisipasi
dukungan publik, dukungan pemodal serta meningkatkan efisiensi.
/var/www/apps/conversion/current/tmp/scratch11478/97852866.doc
# 13
8.
Pengelolaan efisiensi
keuangan dan
dilakukan akuntabilitas. tidak dapat
secara Walaupun
profesional uang
berlandaskan bukan segalanya, Oleh
prinsip tetapi karena keuangan tujuan
transparansi, tanpa uang
yayasan harus waktu
menjalankan dengan tertib
kegiatannya. dan oleh
itu,pembukuan dihasilkan tepat
diselenggarakan sehingga dapat
informasi pengurus untuk
dimanfaatkan
evaluasi. Pengawasan dan perencanaan. 9. Pengurus harus meningkatkan Yayasan bahwa pemahaman serta segala berbagai tindakan tentang aspek dan Anggaran hukum keputusan Dasar lainnya yayasan dan yang telah
Anggaran relavan
Rumah untuk
Tangga meyakinkan
sesuai dengan ketentuan perundang undangan yang berlaku.50 Apabila biaya terpisah. kegiatan yayasan konsumen, usaha yayasan biaya Bahkan bisnis dapat memiliki yang berkaitan dapat kegiatan dengan kegiatan kegiatan usaha usaha maka tersebut pendapatan perlu dicatat yang dan secara
yayasan dari
membentuk usaha
badan dari
usaha badan
tersendiri usaha yang
mengelola oleh
yayasan.
Kegiatan lain, hidup,
dimiliki
mencakup
antara
kesenian kesehatan orang
dan dan
budaya, ilmu
olahraga,
perlindungan Kegiatan dalam dan 131
pendidikan,
lingkungan diserahkan tidak 51
pengetahuan. kompetensi
tersebut
sebaiknya sehingga
kepada
yang oleh
memiliki pembina, Op.cit,
pengelolaannya, pengawas 52 Ibid Keuntungan bagi dan masa yayasan yayasan pengawas lalu, dari
dianggap YB Sigit
merugikan Hutomo,
pengurus halaman
yayasan.
kegiatan
komersial ini ini usaha
ini tidak
akan boleh
menjadi dibagikan
sumber kepada
penerimaan pembina,
kas
dan
keuntungan Hal hasil dijadikan
pengurus di
yayasan.
bertentangan yayasan untuk itu
dengan untuk
kebiasaan pribadi,
pengurus bahkan
yayasan
seringkali
akta
pendirian yayasan
seringkali
alasan
mengalihkan
harta
kekayaan
kepada pengurus (dan anak keturunannya). Dalam mengelola kegiatan usaha prinsip ke yayasan pengurus dan harus akuntabilitas pembina selalu yaitu dan berarti para
mengedepankan ikhtisar apabila laporan rapat
pengelolaan tahunan tahunan dan
berdasarkan disampaikan pembina
keterbukaan dalam ikhtisar jawab rapat
pengurus menyetujui
tahunan
laporan
tersebut, kepada
memberikan
perlunasan
pembebasan
tanggung
sepenuhnya
/var/www/apps/conversion/current/tmp/scratch11478/97852866.doc
# 14
anggota
pengurus
dan
pengawas
atau
pengurusan
dan
pengawasan
yang
telah
dijalankan selama satu tahun buku. Pertanggung dilakukan menentukan penyelenggaraan melakukan maka kesalahan jawaban secara siapa usaha dalam melaksanakan dan dapat akuntabilitas bertanggung maka pengurus yang yang kegiatan kepada jawab bertanggung melakukan jawaban, usaha usaha publik. terhadap jawab kesalahan akan maka yayasan Untuk kerugian itu siapa atau tetapi harus dapat pada yang kelalaian apabila
transparansi yang
yayasan, apabila yang
kesalahan,
penguruslah itu
melakukan kesalahan
pertanggung penyelenggara
merupakan
penyelenggaralah
yang bertanggung jawab. Akan tetapi bagi pengurus yang putusan yang dinyatakan kerugian maka dalam bagi jangka bersalah yayasan, waktu dalam melakukan atau tahun tetap, tentang yayasan, (1) tidak Kitab saja orang berada
pengurusan negara terhitung tidak
yayasan
menyebabkan pengadilan,
masyarakat 5 (lima) yang
berdasarkan sejak dapat
tanggal diangkat
putusan menjadi pengurus
tersebut pengurus terhadap Hal
memperoleh yayasan
kekuatan
hukum
dimanapun.
Namun kegiatan Ayat
pertanggung pengurus Undang
jawaban juga
kerugian ini
penyelenggaraan Pasal bahwa 1367
dapat
dipersalahkan. Hukum Perdata
berdasarkan menyebutkan
Undang jawab
yang
seseorang orang
bertanggung yang dibawah kegiatan pertanggung sekali.
untuk
kerugian atau Setiap harus akan
yang
disebabkan oleh yang
karena barang terjadi
perbuatan
menjadi
tanggungannya
disebabkan kerugian dapat
barang dalam
yang
pengawasannya.54 usaha yayasan ini
penyelenggaraan terutama setahun yang ini usaha hanya hal
dipertanggung pada
jawabkan rapat Dewan
pengurus, Pembina
jawaban
disampaikan untuk
Apabila
pembina modal dari
bermaksud harta
mendirikan maka pembina
suatu harus
kegiatan
usaha hal
mempergunakan kepada yayasan berwenang
yayasan,
mengusulkan kegiatan pembina
pengurus, tanpa untuk
pembina
tidak pengurus. kebijakan
dibenarkan Sebab umum
menyelenggarakan organ rancangan yayasan,
sepengatahuan menetapkan
dalam dan
anggaran
tahunan,
ini dipertegas dalam Pasal 28 ayat (1) dan ayat (2) Undang Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001 Jo Undang Undang Yayasan Nomor 28 Tahun 2004 http://ansharus.blog.ca/2011/03/27/undang-undang-yayasan-juga-membuka-kemungkinan-pengurus/var/www/apps/conversion/current/tmp/scratch11478/97852866.doc
# 15
bertanggung-jawab-tidak-10897435/
Hukum Perusahaan Alternatif Yayasan Pertanyaan : Menurut ketentuan Undang-undang No.16 tahun 2001, tanggung jawab pengurus yayasan tidak terbatas, bahkan sampai dengan kepada pribadi pengurusnya. Bagaimana jika kita menggunakan "Lembaga" sebagai alternatif penggantinya dan bagaimana pengaturannya menurut hukum positif Indonesia, mohon penjelesan, terima kasih. Jawaban : Hukum positif Indonesia tidak mengenal adanya konsep badan hukum lembaga. Dalam hukum Indonesia, dikenal ada 2 (dua) macam badan hukum yaitu badan hukum publik dan badan hukum privat. Badan hukum publik contohnya adalah Persero, Perusahaan Daerah, Perusahaan Jawatan, Perusahaan Umum, Negara dan organisasinya, BUMN (Badan Usaha Milik Negara), serta Organisasi internasional (PBB, WHO, ILO) serta badan hukum lain yang dibentuk berdasarkan undang-undang. Sementara untuk badan hukum privat, terbagi menjadi 2 lagi yaitu badan hukum privat yang menjalankan perusahaan (Perseroan Terbatas dan Koperasi) dan badan hukum privat yang tidak menjalankan perusahaan (yayasan, ormas, partai politik, perkumpulan). Yang dimaksud dengan menjalankan perusahaan artinya bahwa badan hukum tersebut dalam melakukan kegiatannya bertujuan untuk mencari laba. Dikaitkan dengan pertanyaan mengenai alternatif untuk mengganti bentuk hukum dari suatu organisasi yang berbadan hukum yayasan maka alternatif yang biasanya dipilih adalah bentuk hukum perkumpulan mengingat sifat dari badan hukum perkumpulan ini yang hampir serupa dengan yayasan, yaitu biasanya digunakan untuk organisasi-organisasi yang tujuan pendiriannya adalah melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sifatnya sosial. Pengaturan mengenai badan hukum perkumpulan selama ini memang sangat singkat sekali yaitu diatur dalam Staatsblad 1870 No. 64 ("Stb.1870-64") dan KUHPerdata ("KUHPer") Buku III bab IX. Beberapa hal yang dapat kita lihat sehubungan pengaturan perkumpulan dalam Hukum Positif Indonesia: Pendirian Pada intinya setiap dua orang atau lebih dapat mendirikan suatu perkumpulan. Suatu perkumpulan yang ingin bertindak atas namanya sendiri maka perkumpulan tersebut harus menjadi badan hukum. Status Badan Hukum Ada dua dasar hukum yang dapat digunakan sehubungan dengan status badan hukum perkumpulan, yaitu: Pertama, Menurut Stb. 1870-64, perkumpulan menjadi badan hukum setelah mendapat pengesahan dari penguasa (ketika itu Gubernur Jendral atau Pejabat yang ditunjuknya, sekarang Menkeh dan HAM). Pengesahan itu dilakukan dengan menyetujui anggaran dasar perkumpulan yang berisi tujuan, dasar-dasar, lingkungan kerja dan ketentuan lain mengenai perkumpulan tersebut. Status badan hukum suatu perkumpulan dapat hilang, karena:/var/www/apps/conversion/current/tmp/scratch11478/97852866.doc
# 16
a.
1. Dinyatakan bertentangan dengan ketertiban umum oleh Gubernur Jendral (sekarang Menkeh) -> Stb. 1870-64; b. 2. Menyimpang dari ketentuan anggaran dasar. Kedua, Berdasarkan Staatsblad 1939 No.570 mengenai Perkumpulan Indonesia (Inlandsche Vereniging) ("Stb.1939-570") yang pada awalnya hanya berlaku untuk daerah Jawa Madura saja. Kemudian berdasarkan Staatsblad 1942 No.13 jo 14 ("Stb.1942-13 jo14") ketentuan Staatsblad 1939 No.570 diberlakukan untuk seluruh wilayah Indonesia. Untuk memperoleh status sebagai badan hukum, Perkumpulan Indonesia harus mengajukan permohonan terlebih dahulu baik lisan atau tertulis kepada Ketua Pengadilan negeri setempat dimana perkumpulan itu berada. Kedudukan badan hukum diperoleh setelah diadakan pendaftaran penandatanganan anggaran dasar (ps.16 Stb.1942-13 jo14) dan setelah anggaran dasar memenuhi prosedur yang disyaratkan dalam ps.13-14, 16 Stb.1942-13 jo 14. Perkumpulan Indonesia yang sudah berbadan hukum harus didaftarkan dalam suatu register khusus pada Kepaniteraan Pengadilan Negeri dan diumumkan dalam Berita Negara (ps.18-19 Stb.1942-13 jo 14). Pengakuan sebagai badan hukum ditolak jika ternyata tujuannya bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan atau Undang-undang (ps.8 (6) Stb.1942-13 jo 14). Pembubaran Perkumpulan dapat bubar dengan sebab berikut: 1. 1. Dibubarkan oleh UU -> ps.1662 KUHPer (untuk perkumpulan yang didirikan oleh penguasa); 2. 2. Dinyatakan dalam akte pendirian atau reglemen-reglemennya -> ps.1663 KUHPer; 3. 3. berhentinya tujuan atau hal yang menjadi pokok perkumpulan -> ps.1663 KUHPer. Untuk Perkumpulan Indonesia (Inlandsche Vereniging) sebagaimana diatur dalam ps.7 (2) Stb.1939-570, suatu perkumpulan berakhir karena dibubarkan dengan keputusan rapat umum anggotanya. Hak Suara Diatur dalam ps.1659 KUHPer, jika dalam akte pendirian, persetujuan-persetujuan dan reglemenreglemennya tidak diatur mengenai hak bersuara, maka masing-masing anggota suatu perkumpulan mempunyai hak sama untuk mengeluarkan suaranya, segala keputusan diambil dengan suara terbanyak. Pertanggungjawaban Anggota Mengenai pertanggungjawaban anggota, menurut ps.1661 KUHPer dikatakan bahwa anggota perkumpulan tidak bertanggung jawab secara pribadi untuk perikatan-perikatan perkumpulan. Pertanggungjawaban kepada pihak ketiga hanya terbatas pada harta yang dimiliki oleh perkumpulan tersebut, tidak dapat mencakup harta pribadi anggotanya kecuali apabila hal tersebut diperjanjikan. Wewenang dan Tanggung Jawab Pengurus Besarnya kekuasaan pengurus untuk bertindak keluar atau melakukan perbuatan-perbuatan hukum untuk perkumpulannya diketahui melalui anggaran dasar atau reglemennya. Namun ps.1655 KUHPer memberikan patokan bahwa kecuali diatur lain dalam akte pendiriannya, pengurus berwenang untuk: 1. 1. bertindak atas nama perkumpulan; 2. 2. mengkikat perkumpulan dengan pihak ketiga dan sebaliknya; 3. 3. bertindak di muka hakim baik sebagai penggugat maupun tergugat. Kemudian mengenai tanggung jawab pengurus dikatakan dalam ps.1658 KUHPer, pengurus perkumpulan bertanggung jawab kepada anggota.
/var/www/apps/conversion/current/tmp/scratch11478/97852866.doc
# 17
Lebih lanjut diatur dalam ps.1656 KUHPer dikatakan bahwa segala perbuatan di mana para pengurusnya tidak berwenang untuk melakukannya, hanya dapat mengikat perkumpulan apabila perkumpulan itu telah mendapat manfaat karenanya atau apabila perbuatan-perbuatan itu telah disetujui secara sah. Dikatakan juga dalam ps.1657 KUHPer bahwa jika dalam akte pendirian, persetujuan dan reglemen-reglemennya tidak diatur mengenai pengurus perkumpulan maka tidak seorang anggota pun berwenang untuk bertindak atas nama perkumpulan atau mengikatkan perkumpulan dengan suatu cara lain selain yang telah ditetapkan ps.1656 KUHPer diatas.http://m.hukumonline.com/klinik/detail/cl660
yayasan-badan hukum (uu 28 th 2004) yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan utk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial , keagamaan, dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota tidak mencari keuntungan untk pendiri/pengurus dan memiliki tujuan yang sosial bukan profit oriented idealisme dan bertujuan sosial bentuk organisasi yang umum dipilih oleh seseorang atau beberapa orang tsb adalah yayasan kekayaan yayasan kekayaan berasal dari sejumlah kekayaan yang dipisahkan dalam bentuk uang atau barang sumbangan yang sifatnya tidak mengikat ,wakaf,hibah,hibah wasiat,perolehan lain yang sah kekayaan yang berasal dari wakaf maka akan berlaku hukum wakaf organ yayasan Pembina: diangkat dari pendiri atau yang punya dedikasi tinggi untuk mencapai maksud dan tujuan pengurus: diangkat pembina terdiri dari ketua,sekretaris, bendahara pengawas:mengawasi dan menasehati pengurus pendirian, perubahan AD, pengumuman didirikan oleh satu orang/lebih dengan memisahkan sebagian harta kekayaan pendirinya sebagai kekayaan awal jadi pendiri bukan pemilik yayasan karena telah memisahkan harta kekayaannya, yayasan menjadi milik masyarakat orang asing dapat mendirikan yayasan dengan akta notaris status sebagai badan hukum setelah akta pendirian yaysan di sahkan menteri akta memuat AD dan profil yayasan, kewarganegaraan pendiri, harta kekayaan awal yayasan perubahan anggaran dasar hanya yang terkait dengan hal-hal selain maksud dan tujuan harus disetujui rapat pembina pengumuman Dilakukan segera setelah akta pendirian disahkan tanggung jawab terbatas kepada pengurus pengesahan akan berakibat hukum tanpa pengesahan maka tanggungjawab nya bersifat renteng terhadap pengurus dalam yayasan tidak ada modal yang disetor yang ada kekayaan yang dipisahkan penggabungan yayasan dapat digabung dan yayasan yang menggabungkan diri menjadi bubar harus disetujui rapat pembina pembubaran karena jangka waktu tujuan tercapai tujuan tidak tercapai/var/www/apps/conversion/current/tmp/scratch11478/97852866.doc
# 18
putusan pengadilan pembubaran dilakukan dengan tugas pemberesan sisa kekayaan kepada yayasan lain sejenis atau kepada negara Permasalahan yang timbul yayasan didirikan bukan lagi bertujuan sosial tetapi menjadi kegiatan usaha bertujuan laba sekarang bidang usaha rumah sakit dan pendidikan sudah menjadi komoditi komersial apakah yayasan dibolehkan mencari laba bolehkah bentuk yayasan dipergunakan utk kegiatan usahahttp://kuliahade.wordpress.com/2009/10/13/yayasan/
PERSEKUTUAN PERDATA (Burgerlyk Maatschap) Bentuk kerjasama untuk mencari keuntungan yang paling sederhana baik cara pendirian maupun cara pembubarannya yang tidak memerlukan persyaratan formal adalah persekutan perdata sebagaimana diatur di dalam KUH Perdata Buku III, Bab 8 pasal 1618 s.d. 1652. Jadi, yang dimaksud persekutuan perdata adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu dalam persekutuan dengan maksud untuk mencari keuntungan. Yang dimaksud memasukkan sesuatu dapat berupa uang, barang, goodwill, konsesi, cara kerja, tenaga biasa dan lain-lain. Cara pendirian persekutuan perdata dimulai saat ditandatanganinya akta pendirian di notaris dan selanjutnya didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan negeri dan akan mendapatkan nomor register dari Pengadilan atas persekutuan perdata yang didirikan dan biaya ditetapkan oleh notaris. Berakhirnya persekutuan perdata diatur di dalam pasal 1646 KUH Perdata, apabila : 1. Karena jangka waktu berdirinya pesekutuan perdata tersebut sudah habis; 2. Karena barang yang menjadi obyek persekutuan perdata itu menjadi lenyap, atau telah diselesaikannya perbuatan yang menjadi pokok persekutuan perdata tersebut; 3. Karena salah seorang angota persekutuan perdata meninggal dunia, dikuratil, jatuh failit; 4. Karena anggota persekutuan perdata itu sendiri meminta agar persekutuan kvdibubarka Dalam pasal 6 PP 63/2008 ditentukan bahwa minimal kekayaan awal dari Yayasan yang harus disediakan oleh pendiri Yayasan adalah sebagai berikut : - Jika Yayasan didirikan oleh Orang Indonesia ( perorangan atau badan hukum ) maka harus dipisahkan dari harta kekayaan pribadi pendiri sebesar minimal Rp.10.000.000,- Jika Yayasan didirikan oleh Orang Asing atau Orang Asing bersama Orang Indonesia, maka harus dipisahkan dari harta kekayaan pribadi pendiri sebesar minimal Rp.100.000.000,Permasalahan hukum yang timbul disini adalah penyebutan status Yayasan : ada Yayasan "nasional, Yayasan yang mengandung unsur asing dan Yayasan asing. Perlu ditelaah lebih lanjut perbedaan antara Yayasan yang mengandung unsur asing ( didirikan menurut hukum Indonesia ) dengan Yayasan asing ( didirikan menurut hukum Asing ). Pada bagian yang lalu penulis telah disinggung bahwa Yayasan Asing dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya wajib bermitra dengan Yayasan yang didirikan oleh Orang Indonesia ( Yayasan nasional ) (pasal 26 PP), sedangkan Yayasan yang mengandung unsur asing tidak perlu bermitra dengan Yayasan nasional dan berhak melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan. Status badan hukum Yayasan diperoleh sejak tanggal pengesahan oleh Menteri Hukum dan HAM ( pasal 11 UU 16/2001 jo UU 28/2004) sedangkan prosedurenya diuraikan dalam pasal 15 PP 63/2008 yaitu dalam jangka waktu maksimal 10 hari sejak tanggal Akta Pendirian, pendiri atau kuasanya melalui notaris yang membuat akta pendirian Yayasan mengajukan permohonan secara tertulis dilampiri dengan :/var/www/apps/conversion/current/tmp/scratch11478/97852866.doc
# 19
a. Salinan akta pendirian Yayasan; b. Foto copy NPWP Yayasan yang dilegalisir Notaris; c. Surat pernyataan kedudukan disertai alamat lengkap Yayasan ditanda tangani Pengurus dan diketahui oleh Lurah/Kepala Desa; d. Bukti penyetoran atau keterangan Bank atas nama Yayasan atau pernyataan tertulis dari pendiri yang memuat keterangan nilai kekayaan yang dipisahkan sebagai kekayaan awal untuk mendirikan Yayasan; e. Surat Pernyataan Pendiri mengnai keabsahan kekayaan awal tersebut; f. Bukti penyetoran biaya pengesahan dan pegumuman Yayasan. Prosedure mana lebih lengkap daripada yang disyaratkan dalam Surat Edaran Dirjen Administrasi Hukum Umum nomor C-HT.01.10-21 tanggal 4 Nopember 2002 juncto Surat nomor : C-HT.01.1007 tanggal 5 Mei 2003 perihal pengesahan dan persetujuan perubahan Anggaran Dasar Yayasan. Jadi secara praktis sebaiknya dilengkapi semuanya termasuk biaya PNBP dan biaya Pengumuman TBNRI. Mengenai Anggaran Dasar Yayasan yang perlu diperhatikan adalah baik Pendirian Yayasan maupun perubahan Anggaran Dasar Yayasan harus menggunakan akta otentik dan dibuat dalam bahasa Indonesia ( pasal 9 ayat jo pasal 18 ayat 3 2 UU 16/2001 ). Perubahan subtansi Anggaran Dasar dapat dikategorikan menjadi 3 kategori : - hal yang tidak boleh dirubah - hal yang boleh dirubah dengan mendapat persetujuan Menteri - hal yang boleh dirubah cukup dengan diberitahukan kepada Menteri Sedangkan perubahan data Yayasan cukup diberitahukan kepada Menteri ( pasal 19 PP ). Hal yang tidak boleh dirubah dari subtansi Anggaran Dasar Yayasan adalah perubahan maksud dan tujuan Yayasan. Hal yang boleh dirubah dengan persetujuan Menteri adalah perubahannama dan kegiatan Yayasan. Hal yang boleh dirubah cukup diberitahukan kepada Menteri adalahsubtansi Anggaran Dasar selain yang disebutkan diatas termasuk perubahan tempat kedudukan Yayasan. ( pasal 18 ayat 1 dan ayat 3 ). Perubahan susunan Pengurus, Pembina, Pengawas dan perubahanalamat lengkap Yayasan adalah termasuk perbuatan hukum yang tidak merubah Anggaran Dasar Yayasan namun dikategorikan sebagai perubahan data Yayasan ( pasal 19 PP dan penjelasannya ). Hati-hati disini karena perubahan tempat kedudukan dan perubahan alamat lengkap Yayasan adalah perbuatan hukum yang berbeda. Yang menjadi permasalahan hukum adalah penentuan waktu efektif berlakunya perubahanperubahan tersebut. Perubahan Anggaran Dasar yang membutuhkan persetujuan Menteri secara tegas ditetapkan berlaku sejak tanggal persetujuan Menteri ( pasal 17 PP ), dalam pasal 18 mengenai perubahan Anggaran Dasar Yayasan yang tidak memerlukan persetujuan Menteri tidak ditetapkan efektif berlakunya, sebaliknya dalam pasal 19 ditetapkan perubahan dataYayasan efektif berlaku sejak tanggal perubahan tersebut dicatat dalam Data Yayasan. Nah ini masalah besar !! Rupanya pembuat PP telah melakukan kekeliruan yang fatal, jika penetapan waktu efektifitas berlakunya perubahan Anggaran Dasar ditetapkan sejak pencatatan dalam Data Yayasan maka tidak ada masalah, namun ketentuan tentang efektifitas berlakunya perubahan data Yayasan ditetapkan berdasarkan tanggal pencatatan adalah bertentangan dengan pasal 33 jo pasal 45 (point/var/www/apps/conversion/current/tmp/scratch11478/97852866.doc
# 20
9 dan point 14 UU 28/2004 ), yang menentukan bahwa perubahan data tersebut wajib disampaikan oleh Pengurus yang menggantikan Pengurus lama, padahal pasal 19 PP efektifitas penggantian tersebut (data perubahan) terhitung sejak dicatatkan dalam Data Yayasan, jadi bukan berlaku sejak ditutupnya Rapat Pembina yang merubah susunan Pengurus dan/atau Pengawas atau sejak ditutupnya Rapat pengurus yang menetapkan perubahan alamat Yayasan ( dalam 1 kelurahan ). Ironis memang dimana PP diadakan dengan maksud untuk lebih menjamin kepastian hukum namun subtansinya justru menimbulkan ketidak-kepastian hukum. Langkah Yudicial Review sebaiknya perlu segera ditempuh oleh para praktisi hukum untuk meniadakan ketidak-pastian tersebut. Permasalahan hukum yang paling penting adalah keberadaan pasal 39 PP 63/2008 sebagai aturan yang memaksa apabila Yayasan yang diakui sebagai badan hukum namun tidak menyesuaikan Anggaran Dasarnya sesuai dengan UU 16/2001 jo UU 28/2004 sampai dengan selambat-lambatnya tanggal 6 Oktober 2008, maka Yayasan tersebutharus melikuidasi kekayaannya dan menyerahkan sisa hasil likuidasinya kepada Yayasan yang mempunyai kesamaan kegiatan dengan yayasan yang dibubarkan. Padahal dalam pasal 71 ayat 4 UU 16/2001 jo point 20 UU 28/2004 yang disebut pula dalam pasal 39 PP hanya menegaskan bahwa terhadap yayasan tersebut disamping tidak dapat menggunakan kata Yayasan di depan namanya dan DAPAT dibubarkan berdasarkan putusan Pengadilan atas permohonan Kejaksaan atau pihak yang berkepentingan. Jelas-jelas PP telah melampaui pengaturan yang diatur dalam UU ! Dengan adanya norma harus melikuidasi kekayaannya ini berarti semua Yayasan yang sudah berbadan hukum yang belum menyesuaikan dengan UU tentang Yayasan WAJIB membubarkan diri. Dan jika analisa tersebut diterima maka terjadilah kekonyolan hukum akibat membandingkan ketentuan tersebut di atas dengan ketentuan dalam pasal 36 PP mengenai Yayasan yang tidak diakui sebagai badan hukum, terhadap yayasan ini tidak perlu dibubarkan cukup dimintakan permohonan pengesahan ke Menteri dan terhadap seluruh tindakan Yayasan tetap diakui sebagai perbuatan hukum yang sah ( hanya saja menjadi tanggung jawab pribadi secara tanggung renteng dari anggota organ Yayasan, pasal 36 ayat 3 PP). Sungguh konyol bagi Yayasan yang sudah berbadan hukum namun belum menyesuaikan diri dengan UU diperlakukan lebih kejam daripada Yayasan belum/tidak diakui berbadan hukum yang memang dari semula tidak mentaati hukum yang berlaku. Disini terjadi ketidak adilan ! Berikutnya agar tidak lebih konyol lagi sebaiknya redaksi pasal 36 ayat 2 diubah menjadi : Didalam premise akta Perubahan Anggaran Dasar disebutkan asal usul pendirian Yayasan ...dst. Argumentasinya : Tidak mungkin di dalam Akta Pendirian ditambahkan premise seperti yang disyaratkan kecuali dengan mengadakan Perubahan terhadap Akta tersebut. Saran : sekalian dalam premise akta ditegaskan pula bahwa perbuatan hukum yang dilakukan oleh organ yayasan sebelum disahkannya yayasan sebagai badan hukum, terhitung sejak disahkannya yayasan sebagai badan hukum, segala hak dan kewajiban yang timbul diambih alih dan oleh karena itu menjadi hak dan kewajiban Yayasan. ( Ini mengadopsi ketentuan dalam pasal 14 UU 40 /2007 tentang PT ). Argumentasinya : karena dalam UU dan PP tidak disebutkan peralihan hak dan kewajiban atas suatu perbuatan hukum yang dilakukan oleh organ yayasan sebelum yayasan disahkan sebagai badan hukum, maka hal itu paling tepat disebutkan dalam akta perubahan anggaran dasar yayasan.http://byfifit.blogspot.com/2009/03/aspek-hukum-pt-cv-firma-koperasi.html/var/www/apps/conversion/current/tmp/scratch11478/97852866.doc
# 21
ORGAN YAYASAN: PEMBINA, PENGURUS, PENGAWAS PEMBINA: Keputusan anggaran dasar, mengangkat dan berhentikan pengurus dan pengawas, menetapkan kebijakan umum, pengesahan program kerja dan anggaran, keputusan penggabungan pembubaran yayasan. PENGURUS: Melaksanakan pengurusan yayasan di dalam dan diluar pengadilan. yayasan, mewakili
/var/www/apps/conversion/current/tmp/scratch11478/97852866.doc
# 22