program pembinaan keagamaan untuk...
TRANSCRIPT
i
PROGRAM PEMBINAAN KEAGAMAAN UNTUKKECERDASAN SPIRITUAL PADA SANTRI USIA LANJUT DI
PP. RADEN RAHMATBANYUBIRU KAB. SEMARANG
Oleh :
MISBAKUL ANWARINIM. 12010170052
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
untuk gelar Magister Pendidikan
PROGRAM PASCASARJANAPENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI(IAIN) SALATIGATAHUN 2020
i
PROGRAM PEMBINAAN KEAGAMAAN UNTUKKECERDASAN SPIRITUAL PADA SANTRI USIA LANJUT DI
PP. RADEN RAHMATBANYUBIRU KAB. SEMARANG
Oleh :
MISBAKUL ANWARINIM. 12010170052
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
untuk gelar Magister Pendidikan
PROGRAM PASCASARJANAPENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI(IAIN) SALATIGATAHUN 2020
i
PROGRAM PEMBINAAN KEAGAMAAN UNTUKKECERDASAN SPIRITUAL PADA SANTRI USIA LANJUT DI
PP. RADEN RAHMATBANYUBIRU KAB. SEMARANG
Oleh :
MISBAKUL ANWARINIM. 12010170052
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
untuk gelar Magister Pendidikan
PROGRAM PASCASARJANAPENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI(IAIN) SALATIGATAHUN 2020
ii
PROGRAM PEMBINAAN KEAGAMAAN UNTUK
KECERDASAN SPIRITUAL PADA SANTRI USIA LANJUT
DI PP. RADEN RAHMAT
BANYUBIRU KAB. SEMARANG
Oleh :
MISBAKUL ANWARI
NIM. 12010170052
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
Untuk Gelar Magister Pendidikan
Salatiga, Maret 2020
Dr. Mukh Nursikin, M. Si.
PEMBIMBING
ii
PROGRAM PEMBINAAN KEAGAMAAN UNTUK
KECERDASAN SPIRITUAL PADA SANTRI USIA LANJUT
DI PP. RADEN RAHMAT
BANYUBIRU KAB. SEMARANG
Oleh :
MISBAKUL ANWARI
NIM. 12010170052
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
Untuk Gelar Magister Pendidikan
Salatiga, Maret 2020
Dr. Mukh Nursikin, M. Si.
PEMBIMBING
ii
PROGRAM PEMBINAAN KEAGAMAAN UNTUK
KECERDASAN SPIRITUAL PADA SANTRI USIA LANJUT
DI PP. RADEN RAHMAT
BANYUBIRU KAB. SEMARANG
Oleh :
MISBAKUL ANWARI
NIM. 12010170052
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
Untuk Gelar Magister Pendidikan
Salatiga, Maret 2020
Dr. Mukh Nursikin, M. Si.
PEMBIMBING
iii
iviviv
v
MOTTO
لكم أيـها الذين آمنوا إذا قيل لكم تـفسحوا في المجالس فافسحوا يـفسح اعملون خبير واللهبمات ـ◌ وإذاقيلانشزوافانشزوايـرفعاللهالذينآمنوامنكموالذينأوتواالعلمدرجات ◌
Artinya : Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akanmemberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilahkamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orangyang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmupengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yangkamu kerjakan.
( Al Mujaddalah ayat 11 )
vi
viiviivii
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhmadulillahi robbil’alamin, penulis panjatkan kehadirat
Allah subhanahuwata’ala, yang atas limpahan rahmat, nikmat, karunia, taufik,
serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tesis ini.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Baginda Nabi
Besar Muhammad shalallahualaihiwasalama, kepada keluarga, sahabat, serta
para pengikutnya yang selalu setia dan, menjadikannya suri tauladan yang mana
beliaulah satu-satunya umat manusia yang dapat mereformasi umat manusia dari
zaman kegelapan menuju zaman terang benerang yakni dengan ajaran agama
Islam. Tesis yang berjudul “PROGRAM PEMBINAAN KEAGAMAAN
UNTUK KECERDASAN SPIRITUAL PADA SANTRI USIA LANJUT DI
PP. RADEN RAHMAD BANYU BIRU KAB.SEMARANG,” ini diajukan
untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga.
Dalam penyusunan Tesis ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan
yang telah diberikan dari berbagai pihak, baik berupa materi, maupun spiritual.
Selanjutnya penulis haturkan ucapan Jazakallahkhoironkatsiran kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag, selaku Rektor Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
2. Bapak Prof. Dr. Phil. Widianto, MA, selaku Direktur Pasca Sarjana Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
ix
3. Bapak Dr. Ruswandi, M. A, selaku Kaprodi PAI Pasca Sarjana Rektor
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
4. Bapak Dr. Mukh. Nursikin, M.S.I, selaku selaku pembimbing Tesis, yang
telah membimbing dengan ikhlas sampai Tesis ini selesai.
5. Semua Dosen Pasca Sarjana Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga yang telah membimbing dan memberi kemudahan selama penulisan
mengikuti mata kuliah.
6. Teman-teman Pasca Sarjana Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga.
7. H. Sholikin selaku pengasuh PP. Raden Rahmad, Banyubiru, Kab. Semarang.
8. Kepada segenap warga masyarakat Gedong, Banyubiru yang telah membantu
penulisan selama melakukan penelitian.
9. Segenap pihak yang telah membantu terselesaikanya. Tesis ini dan tidak
sempat penulis sebut satu per satu.
xxx
xi
ABSTRAK
Proses perkembangan manusia periode terakhir adalah tua yangselanjutnya meninggal dunia. Peningkatan jumlah lanjut usia (lansia)pada dasarnya merupakan dampak positif dari modernisasi, hal inimenjadi perhatian pesantren pondok sepuh untuk melakukanpembinaan kecerdasan spiritual kepada lansia yang ingin mencari ilmukeagamaan dalam memenuhi kebutuhan rohani dalam mencapaihusnul khotimah (Ukhrowi Oriented).Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perencanaan, pelaksanaan,hambatan dan dukungan Pondok Pesantren Raden Rahmat BanyubiruKabupaten Semarang dalam membantu lansia mencapai husnulkhotimah.Penelitian ini adalah filed research dengan metodekualitatif deskriptifdi pondok sepuh.Penelitian ini menemukan bahwa di dalam penyiapan rencana terdapatprasyarat pengelolaan Pendidikan Pondok Pesantren yaituKurikulumPendidikan Pondok Pesantren, Sistem pengajaran, dan SistemPembiayaan.Dalam pelaksanaannya berbentuk sorogan, bandungan,hafalan dan masih banyak lainnya.Sistem pembiayaan pondokbersumber pada swadya peserta santri lansia, pemerintah daerahmaupun dari lainnya.Faktor pendukung berupa semangat pengabdianpengasuh pondok dan motivasi atau semangat para santri sepuh untukmengikuti program pendidikan, dan dukungan dinas sosial, lingkungandan keluarga dengan membantu memotivasi santri sepuh dan bantuankesehatan dari puskesmas. Faktor penghambat berupa kesulitan dalammerealisasikan ide pendirian pondok, mengkondisikan santri, sertasantri lansia yang kesehatannya labil dan daya ingat yang berkurang
Kata Kunci : Pondok Sepuh, Husnul Khotimah, Dukungan.
xii
ABSTRACT
The Human development process in the last period is old, is then dies.The increase in the elderly population is a positive impact ofmodernization this matter has become the concern of the boardingschool to develop spiritual intelligence to the elderly who want to seekreligious knowledge in meeting spiritual needs in achieving husnulkhotimah (Ukhrowi Oriented).This study aims to understand planning, implementation, barriers andsupport of Raden Rahmat Banyubiru Islamic Boarding School inSemarang Regency in helping the elderly to reach Husnul Khotimah.By using a qualitative descriptive method the researchers conductedfield research in the boarding school.It turns out that in preparing the plan there are prerequisites for themanagement of the Islamic Boarding School Education, namely theIslamic Boarding School Education Curriculum, the teaching system,and the Financing System. In the implementation of sorogan,bandungan, memorization and many others. The boarding schoolfinancing system is sourced from the self-help of elderly santriparticipants, local government and others. Supporting factors includethe spirit of devotion to the caregivers of the boarding school and themotivation or enthusiasm of the elderly students to take part in theeducation program, and the support of the social, environmental andfamily services by helping motivate the elderly students and healthassistance from the puskesmas. Inhibiting factors such as difficulties inrealizing the idea of establishing a boarding school, conditioningstudents, and elderly students whose health is unstable and memory isreduced
Keywords: the boarding school elderly, Husnul Khotimah, Support.
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i
HALAMAN LOGO ................................................................................................ ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iv
MOTTO ...................................................................................................................v
PERSEMBAHAN.................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
ABSTRAK ...............................................................................................................x
DAFTAR ISI......................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................5
C. Signifikansi Penelitian ....................................................................................6
D. Tinjauan Pustaka.............................................................................................8
E. Metode Penelitian .........................................................................................11
F. Sistematika Penulisan ...................................................................................16
BAB II ORIENTASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI PONDOK
PESANTREN
A. Pendidikan Agama Islam di Pondok.............................................................17
xiv
B. Pembinaan Pendidikan Agama di Pondok Lansia ........................................23
C. Ukhrowi Oriented Santri Lansia Di Pondok Sepuh......................................35
BAB III DESKRIPSI PEMBAHASAN DAN ANALISA
A. PerencanaanPembinaan PAI Pada Lansia Pondok Kasepuhan Raden Rahmat38
B. Pelaksanaan Pembinaan PAI LansiaUntuk Peningkatan Kecerdasan
Spiritual.........................................................................................................45
BAB IV EVALUASI PELAKSANAAN PEMBINAAN DAN PENDUKUNG-
PENGHAMBAT PELAKSANAAN PAI LANSIA
A. Evaluasi Pelaksanaan Pembinaan PAI Pada Lansiadi Pondok Kasepuhan
Raden Rahmat...............................................................................................48
B. SolusiPenghambat Dan Pendukung Pelaksanaan PAI Dalam Meningkatkan
Kecerdaan Spiritual Lansia...........................................................................64
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................................69
B. Saran .............................................................................................................70
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses perkembangan manusia adalah bersifat tetap dan tidak bisa
diulangi lagi, dimulai dari lahir (bayi) kemudian menjadi anak-anak
selanjutnya remaja (dewasa), dan periode terakhir adalah tua (lansia) karena
selanjutnya meninggal dunia. Lansia adalah “usia selepas dewasa, usia 41
tahun sampai meninggal dunia”.1
Dari Sensus Penduduk Nasional 2017, jumlah usia 65 tahun lebih
sebanyak 23,4 juta jiwa atau 8,9% pada 2018 berjumlah 24, jiwa atau 9,3%..
diprediksi pada 2025 jumlah lansia akan mencapai 33 juta jiwa atau 11%
penduduk indnesia dan tahun 2050 diprediksi lansia indnesia diperkirakan 80
juta jiwa.2
Peningkatan jumlah lansia ini berdampak terhadap berbagai
kehidupan, terutama ketergantungan lansia kepada orang lain. Hajatnya lebih
besar daripada hajat kita terhadap orang tua sendiri. Perhatian kepada lansia
bukan hanya sekedar sebagai anaknya tetapi karena agama islam mengajarkan
untuk membantu dan memberi solusi kepada yang lemah. Ketergantungan
lansia disebabkan kelemahan, keterbatasan fungsional, ketidakmampuan dan
keterhambatan yang dialami secara bersamaan karena proses penuaan. Dalam
1 Nur Uhbiyati. Long Life Education. Walisongo Press, Semarang, 2009:1272Data BPS tahun 2017.
2
kondisi seperti ini, lansia membutuhkan orang lain baik untuk melindungi,
mengayomi, mendidik dan memberikan perhatian.
Permasalahan lansia secara umum adalah kesehatan lansia terus
menurun, karena faktor alamiyah maupun penyakit.Kualitas hidup rendah,
hubungan dan komunikasi terbatas. Disamping itu masih kurangnya sarana
dan prasarana publik yang ramah, sehingga aksesbilitas rendah, di sisi lain
perubahan sosio kultural yang terjadi akibat terkikisnya hubungan antar
generasi, sebagian besar penduduk usia produktif meninggalkan tempat
tinggalnya untuk mencari nafkah, sehingga banyak lansia yang hidup sendiri.
Tidak kalah menarik tren pada anak, karena kesibukan mencari nafkah, tidak
ada waktu merawat orang tua dan lemahnya generasi tentang pendidikan
agama akan pentingnya berbakti kepada orang tua.
Keberhasilan pembangunan kesehatan berdampak terhadap
meningkatnya usia harapan hidup, dan terjadi perubahan struktur penduduk
menjadi berbentuk piramid terbalik, dimana jumlah orang lanjut usia lebih
banyak dibandingkan anak berusia 14 tahun kebawah. Namun di sisi lain
pembangunan secara tidak langsung juga berdampak negatif melalui
perubahan nilai-nilai dalam keluarga yang berpengaruh kurang baik terhadap
kesejahteraan lanjut usia. Orang tua sering kehilangan pertalian keluarga yang
selama ini diharapkan. Perubahan yang terjadi juga menyebabkan
berkurangnya peran dan status lanjut usia dalam keluarga. Selain itu juga
3
mulai terlihat hilangnya bentuk-bentuk dukungan sosial-ekonomi secara
tradisional.3
Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan dan pengembangan
masyarakat sudah diakui kehadiran dan keberadaannya (eksistensinya). Belum
banyak pesantren-pesantren maupun lembaga pendidikan yang memberikan
pelayanan bagi kelompok usia lanjut karena cenderung menganggap bahwa
merawat maupun melayani orang usia lanjut itu lebih susah. Apalagi dilihat
dari keadaan fisik maupun psikis para lanjut usia yang semakin menurun serta
kemunduran-kemunduran mental yang dialami. Pastinya memerlukan
kecermatan, ketelatenan dan kesabaran yang tinggi.Namun ada salah satu
pondok pesantren yang memberikan pelayanan, baik itu pelayanan psikis
maupun pelayanan terkait pembinaan kecerdasan spiritual kepada orang yang
berusia lanjut yakni Pondok Pesantren Raden Rahmat Banyubiru Kabupaten
Semarang dan Pondok Sepuh Romo Agung Payaman Kabupaten
Magelang.Diharapkan dengan adanya layanan tersebut, upaya dalam
meningkatkan kecerdasan spiritual bagi santri lansia dapat terlaksana dengan
baik. Dengan adanya latar belakang kalangan orang tua (lanjut usia) yang
ingin mencari ilmu keagamaan serta pemenuhan kebutuhan rohaninya atau
bahkan mereka yang ingin menghindari kejenuhan, kesepian dan lainnya.
Hingga saat ini keberadaanya masih eksis, terbukti dengan banyak santri
khususnya santri lansia yang mondok di sana.
3Djunaidi, 2007. Peranan Keluarga dalam Pemeliharaan Penduduk Lanjut Usia.Fakultas Ekonomi,Universitas Jambi.
4
Banyak problematika yang dihadapi lansia, sementara lembaga-
lembaga yang berminat mengatasi berkurang. Sehingga pondok pesantren
terpanggil untuk menangani lansia, di Jawa Tenga terdapat tiga pondok sepuh
yaitu Pondok sepuh Romo Agung Kabupaten Magelang, Pondok Sepuh
Randen Rahmat Kabupaten Semarang dan Pondok Sepuh Kendal. Pondok
Sepuh Romo Agung, adalah sebuah Pondok di Desa Payaman Kecamatan
Secang Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Pondok sepuh ini merupakan
pondok lansia yang mengajarkan Al-Qur’an, Hadist, Tasawuf (ketenangan
hati) untuk menggapai lansia mulia yang produktif dan mandiri. Di pesantren
ini ada 80-an santri mukim (menetap) dan khusus bulan Ramadhan berkisar
500-an santri yang lazim disebut santi posonan.
Pesantren ini didirikan oleh mbah Sirot (K. Romo Agung) pada tahun
1937.Adapun program di pondok ini adalah pengajian rutin, sorogan Al-
Qur’an, Tahajud, Dhikir bersama dan kemandirian lansia.4
Pondok Kesepuhan Raden Rahmat adalah pesantren khusus lansia
(umur 40-80 tahun) yang berada di Dusun Krajan Desa Gedong
RT.03/RW.01, Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Jawa
Tengah.Pesantren ini, pesantren lansia yang dikelola secara modern dan
mempunyai program yang mereka sebut dengan Olah Roso, Olah Jiwo, Olah
Rogo.Pesantren ini didirikan oleh Yayasan Pitutur Luhur yang dipimpin oleh
Ustadz Solikin.Didirikan pada 11 April 218.Meskipun umurnya baru satu
tahun, perkembangannya sangat bagus sekali, karena disambut baik oleh
4 Hasil wawancara dengan K. Faizun Mustofa, salah satu ustadz Pondok Sepuh Payamanpada Rabu 23 Oktober 2018 pukul 07:15 WIB
5
masyarakat.Pesantren ini disamping mengajarkan tentang ilmu agama, para
lansia juga diberikan keterampilan untuk menjadi lansia mulia bahagia yang
produktif dan mandiri.5
Adapun visi misi dan tujuan pada pesantren sepuh ini yaitu
berkeinginan mencetak lansia mulia, mandiri bahagia, dan produktif. Adanya
kekhasan di Pondok Sepuh Raden Rahmat Banyubiru yaitu pesantren sepuh
Raden Rahmat yang diinisiasi oleh pendiri yang berasal bukan dari pondok
tetapi dikelola secara modern, dengan administrasi yang baik, makan, tidur
kelas menengah, menjadi pertimbangan dipilihnya pondok lansia tersebut.
Dengan pemaparan di atas, peneliti tertarik dan termotivasi untuk
melakukan penelitian ini dengan mengambil judul : “Program Pembinaan
Keagamaan Untuk Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Pada Santri Usia
Lanjut di PP Raden Rahmat Banyubiru, Kabupaten Semarang”, di samping itu
peneliti ingin meluruskan tentang pandangan negatif tentang pesantren lansia.
B. Rumusan Masalah
Berkaitan dengan praktik agama islam di pondok sepuh, maka terdapat
berbagai masalah yang dapat diidentifikasikan:
1. Bagaimanakah perencanaan pembinaan Pendidikan Agama Islam pada usia
lanjut (lansia) untuk meningkatkan kecerdasan spiritual santri lansia
Pondok Kesepuhan Raden Rahmat ?
5Hasil wawancara dengan Ustadz Solikin, pimpinan Pesantren Kesepuhan Raden RahmatBanyubiru pada Rabu 23 Oktober pukul 20.30 WIB
6
2. Bagaimanakah pelaksanaan pembinaan Pendidikan Agama Islam pada usia
lanjut (lansia) untuk meningkatkan kecerdasan spiritual bagi santri lansia ?
3. Bagaimanakah evaluasi pembinaan pendidikan agama islam pada lansia di
Pondok Kesepuhan Raden Rahmat ?
4. Apakah yang menjadi penghambat dan pendukung pelaksanaan pendidikan
agama islam dalam meningkatkan kecerdaan spiritual bagi lanjut usia ?
Untuk mempermudah dan memperjelas serta memberikan arah yang
tepat dalam pembahasan ini maka penulis membatasi pengamatan penelitan
pada hal-hal sebagai berikut :
1. Penelitian difokuskan pada perencanaan, pelaksanaan dan faktor
pendukung penghambat dalam pendidikan agama islam lansia.
2. Penelitian hanya difokuskan pada pondok sepuh terpilih untuk diteliti.
3. Penelitian membatasi pengamatan hanya pada peserta santri yang sudah
memasuki usia lanjut (santri lansia).
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian dengan judul : “Program Pembinaan Keagamaan Untuk
Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Pada Santri Usia Lanjut di PP Raden
Rahmat Banyubiru, Kabupaten Semarang”, mempunyai tujuan :
a. Untuk mengetahui perencanaan pembinaan Pendidikan Agama
Islam pada usia lanjut (lansia) dalam meningkatkan kecerdasan
spiritual santri lansia Pondok Kesepuhan Raden Rahmat.
7
b. Untuk mengetahui pelaksanaan pembinaan Pendidikan Agama
Islam pada usia lanjut (lansia) dalam meningkatkan kecerdasan
spiritual bagi santri lansia.
c. Untuk mengetahui evaluasi pembinaan pendidikan agama islam
pada lansia di Pondok Kesepuhan Raden Rahmat.
d. Untuk mengetahui penghambat dan pendukung pelaksanaan
pendidikan agama islam dalam meningkatkan kecerdaan spiritual
bagi lanjut usia..
2. Manfaat Teoritik
a. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai sumber inspirasi untuk
pengembangan pendidikan agama islam.
b. Memudahkan semua orang sebagai sumber informasi untuk
menghadapi usia lanjut demi mempersiapkan problematika yang
akan dihadapi.
3. Manfaat Kepustakaan
a. Bagi Dunia Pendidikan
Sebagai bahan kajian dalam pengembangan ilmu pengeathuan yang
berkaitan peningkatan spiritual lansia, khususnya pada pondok lanjut
usia.
b. Bagi Penyelenggara Pendidikan
Untuk menambah khazanah keilmuan yang bisa diterapkan di
lembaganya
c. Bagi Masyarakat
8
Sebagai sumber informasi supaya tidak salah paham dan memahami
tentang manfaat dari pondok lansia.
D. Kajian Pustaka
Kajian terhadap isu-isu tentang peningkatan spiritual lansia sudah
banyak dilakukan oleh para peneliti, diantaranya adalah penelitian yang
dilakukan oleh :
1) Dwika Irhamni dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pasundan
yang mengambil judul “Spiritualitas Manusia Lanjut Usia (Manula) Di Panti
Sosial Tresna Wredha Budi Pertiwi Kota Bandung”.Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mendeskripsikan Spiritualitas Manula dalam memahami spiritual
dan mempraktekkan spiritual, serta implikasi praktis bagi pekerjaan sosial
dalam spiritualitas bagi manula. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manula
berusaha meningkatkan spiritualitasnya yang mengacu pada proses
keagamaan yang bertujuan untuk memahami Spiritual dan praktek spiritual.
Berbeda dengan penelitian ini yang bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan
spiritual santri lansia dalam mencapai husnul khotimah (Ukhrowi Oriented).
2) Andik Nur Cahyono yang melihat keterkaitan spiritual lansia dengan
depresi yang terjadi pada lansia dilakukan di Magetan yang diberi judul
“Hubungan Spiritualitas Dengan Depresi Pada Lansia Di UPT Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Magetan”.6Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan
hubungan antara spiritualitas dengan depresi pada lansia.Hasil penelitian
6Andik Nur Cahyono. Hubungan Spiritualitas Dengan Depresi Pada Lansia Di UPTPelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan.Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Kampus CMulyorejo Surabaya.
9
menunjukkan bahwa spiritualitas dan depresi pada UPT PSLU Magetan
menunjukkan korelasi sangat kuat.Spiritualitas dapat membantu mengatasi masalah
depresi pada lansia.Sebagai contoh, UPT PSLU meningkatkan ceramah spiritual yang
ada atau wacana agama untuk orang tua untuk meningkatkan pengetahuan agama.
Sedangkan dalam penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan
spiritual santri lansia untuk membantu lansia dalam mencapai husnul
khotimah (Ukhrowi Oriented).
3) Rita Hadi W diungkapkan dalam journal nerjudul “Perbedaan Pengalaman
Spiritual Sehari-hari Pada Lansia di Panti Wreda dan di
Masyarakat”.7Tingkatan spiritual dapat meningkat melalui pengalaman
spiritual dan aktivitas spiritual yang dilakukan individu sehari-hari.Individu
dengan tingkat spiritualnya tinggi memiliki sikap yang lebih baik, merasa puas
dalam menjalani hidup. Sementara penelitian yang akan dilakukan ini adalah
untuk meningkatkan kecerdasan spiritual santri lansia untuk membantu lansia
dalam mencapai husnul khotimah (Ukhrowi Oriented). Letak perbedaannya
adalah penelitian yang dilakukan Rita Hadi W mendsikripsikan tingkat
spiritual yang tinggi akan menjalani kehidupan yang lebih baik, sedangkan
penelitian ini adalah upaya peningkatkan kecerdasan spiritual lansia.
4) Alhadharah8yang ditulis Siti Rahmah yang melakukan penelitian tentang
pembinaan keagamaan yang di lakukan di panti yaitu Panti Sosial Budi
7Rita Hadi W. Perbedaan Pengalaman Spiritual Sehari-hari Pada Lansia di Panti Wredadan di Masyarakat. Departemen Keperawatan Komunitas, Program Studi Ilmu Keperawatan.Universitas Diponegoro. Jurnal Keperawatan Komunitas. Volime 2.No.2. Nopember 2014. :64-69.
8Siti Rahmah. Pembinaan Keagamaan Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha BudiSejahtera.Fakultas Dajwah dan Komunikasi IAIN Antasaro.Alhadharah Journal Ilmu DakwahVol. 12 No. 23. Januari – Juni 2013
10
Sejahtera di Provinsi Kalimantan Selatan. Pada peneltian ini yang menjadi
pokok pengamatan adalah factor yang mendukung pembinaan keagamaan
pada lansia dan factor yang menghambat dalam pembinaan keagamaan lansia
di panti. Dari hasil penelitian yang dilakukan Siti menunjukkan bahwa
pembinaan keagamaan yang dilakukan di panti merupakan proses pembinaan
kembali terhadap lanjut usia. Kegiatan pembinaan keagamaan lansia di panti
berupa 1) bimbingan mental keagamaan, 2) yasinnan, 3) tahlil dan 4)
sholawat, secara umum jika dilihat dari kuantitas terlaksana dengan baik,
namun secara kualitas belum memadai. Selanjutnya factor yang menjadi
penghambat dari kegiatan pembinaan keagamaan lansia di panti, penelitisn
Siti menemukan factor usia para penghuni yang sudah tua mengakibatkan
kurangnya kemampuan fisik dan daya ingat dan terganggunya sikap mental
sebagian mereka terutama pada lansia dari kalangan penyandang masalah
sosial.
Berbeda dari dan untuk melengkapi kajian diatas, dalam penelitian ini
mencoba untuk melihat praktik pendidikan agama islam di pondok sepuh
lansia, yaitu Pondok Kesepuhan Raden Rahmat, yang dalam penelitian ini
akan dilihat semua rangkaian kegiatan-kegiatan pondok tersebut menjadi
media untuk menghantar lansia bahagia dan sebagai sumber informasi yang
aktual tentang anggapan negatif sebagaian masyarakat tentang produk lansia.
Karena menurut penulis penelitian tentang lansia secara spesifik
memfokuskan pada konsep pendidikan agama islam di pondok lansia belum
memperoleh perhatian dari para peneliti.
11
E. Metode Penelitian
1. Jenis Peneitian
Penelitian ini termasuk peneitian lapangan (field research) yakni
penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam
terhadap suatu objek tertentu dengan mempelajarinya sebagai suatu
kasus.9Dalam penelitian ini penulis secara langsung mengamati Pondok
Kesepuhan Raden Rahmat Desa Gedong Kecamatan Banyubiru
Kabupaten Semarang. Untuk mengamati, mempelajari pendidikan agama
islam terhadap para lansia di kedua pondok tersebut sekaligus untuk
mengikuti kebiasaan dan semua kegiatan yang ada di pondok sepuh.
2. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif
kualitatif, yakni bentuk penelitian yang menganalisis data dengan berpijak
pada fenomena-fenomena yang ada kemudian dikaitkan dengan teori atau
pendapat yang telah ada.10 Dalam penelitian ini akan dikembangkan studi
lapangan dan kepustakaan. Dalam hal ini penulis akan mendeskripsikan
berbagai kegiatan, situasi, model pembelajaran di Pondok Kesepuhan
Raden Rahmat secara sistematis dan karakteristik dengan sebenar-
benarnya sesuai objek penelitian.
3. Lokasi Penelitian
9Hamdan Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajahmada UniversityPress, 1995, 72.
10Nana Syaodin Sukmadinata.Metode Peneitian Pendidikan. Cet. IX. Bandung: RemajaRosdakarya, 2013, 72.
12
Adapun lokasi peneitian akan dilaksanakan di Pesantren
Kesepuhan Raden Rahmat Desa Gedong Kecamatan Banyubiru
Kabupaten Semarang. Pesantren Kesepuhan Raden Rahmat didirikan oleh
Yayasan Pitutur Luhur yang dipimpin oleh Ustadz Solikin pada tanggal 11
April 2018.Saat ini santrinya 60-an orang terdiri dari santri mukim dan
masyarakat sekitarnya.11
4. Metode Pengumpulan Data
Ciri khas dari penelitian kualitatif adalah dalam memperleh data
dengan wawancara, observasi dan dokumentasi.12
a. Wawancara
Wawancara atau interview adalah bentuk komunikasi verbal
yang bertujuan memperoleh informasi.13 Dalam penelitian ini penulis
akan mengadakan wawancara dengan ketua yayasan, pengasuh
pondok sepuh, ustadz dan ustadzah, para santri, karyawan, aparat dan
masyarakat setempat dalam rangka untuk mendapatkan data dan
orientasi pelaksanaan pendidikan agama islam terhadap lansia dalam
upaya menggapai husnul khotimah.
Wawancara ini mendasarkan pada metode trianggulasi, yaitu
akan dilakukan wawancara pada a) pengelola meliputi pendiri,
pembimbing dan karyawan pondok. b) santri lansia dan c)
Stakeholder yang meliputi masyarakat sekitar pondok, anggota
11 Hasil wawancara dengan Ustadz Solikin, pimpinan Pondok Kasepuhan Raden RahmatBanyubiru pada Rabu 21 Oktober pukul 20.30 WIB
12 Lexy J, Moeloeng. 1989. Metodologi penelitian kualitatif. Lumajang.Remadja karya.hal:9
13 S. Nasution. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara, 2011, 113
13
keluarga dari santri lansia dan pemerintah (pemerintah desa atau
puskesmas).
b. Observasi
Obesrvasi merupakan suatu cara pengumpulan data dengan
jalan mengadakan pengamatan kegiatan yang sedang
berlangsung.14Dalam hal ini penulis untuk mendapatkan data, terjun
langsung di pesantren sepuh tersebut sehingga dengan mudah
mendapatkan informasi sebagai dasar utama untuk membuat laporan.
Dalam melakukan observasi ini, peneliti mengamati proses
jalannya kegiatan harian peserta santri sepuh, Sedangkan untuk
mengetahui perencanaan pendidikan agama islam peneliti melakukan
wawancara, yang dalam wawancara ini juga digali informasi yang
mendukung dan hal yang menjadi kendala dalam PAI dalam
meningkatkan spiritual bagi lansia.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan sebuah teknik pengumpulan data
dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik
dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.15Kemudian dokumen
yang telah terhimpun dipilih sesuai tujuan dan fokus masalah.
14Nana Syaodin Sukmadinata. Op.cit hal: 22015Nana Syaodin Sukmadinata. Ibid. hal:221
14
Dalam hal ini penulis mengumpulkan buku, berita
koran/majalah, gambar, artikel, foto, rekaman CCTV dan beberapa
dokumen tertulis seperti visi-misi, struktur organisasi, profil, jadwal
kegiatan, sarana dan prasarana untuk memperleh informasi yang
akurat.
5. Teknis Analisis Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis data yang ada
dengan prinsip-prinsip deskriptif.16Analisis data dalam hal ini terdiri dari
empat komponen yang saling berinteraksi yakni pengumpulan data,
reduksi data, penyajian data dan verifikasi (penarikan kesimpulan).
a. Pengumpulan Data
Merupakan proses pencarian data-data penellitian, meliputi
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penulis membuat catatan
kecil yang merupakan hasil catatannya sendiri yakni komentar,
pendapat, kesan maupun penafsiran terhadap sesuatu yang ditemukan
dilapangan.
b. Reduksi Data
Dalam hal ini penulis memulai menyusun, menyederhanakan,
memfokuskan data-data dalam bentuk uraian (laporan) yang
sistematis sehingga mudah dikendalikan. Reduksi merupakan proses
penyajian data untuk mengecek seluruh data yang ada, sehingga
betul-betul valid dan reliable. Data yang diperoleh dari data primer
16Sukardi, Metodelogi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: BumiAksara, 2009, 86.
15
berupa wawancara yang dilakukan dengan metode trianggulasi akan
kelompokkan menurut narasumbernya, data sekunder yang diperoleh
dari pondok lansia, kantor desa dan puskesmas serta data sekunder
dari kepustakaan.
c. Trianggulasi Data
Untuk mendapatkan gambaran utuh mengenai informasi dalam
penelitian, peneliti juga melakukan pengumpulan data informasi dari
masyarakat sekitar yang terkait dengan kegiatan pondok lansia,
seperti dari petugas puskesmas yang menangani posyandu lansia,
masyarakat yang melakukan sumbangan atau menerima hasil
pertanian santri lansia.
d. Penyajian Data
Penyajian data adalah menampilkan data yang sudah direduksi dibuat
dalam bentuk narasi, disusun secara logis dan sistematis yang
mengacu pada rumusan masalah.Hal ini dimaksudkan supaya
pembaca penelitian dapat mudah memahami dengan jelas.
e. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Hal ini merupakan tahap akhir dalam sebuah penelitian yang
menggambarkan secara utuh seluruh rangkaian kegiatan.Verifikasi
adalah upaya dalam rangka mencari makna terhadap data yang
dikumpulkan dengan mencari pola, tema, hubungan, persamaan, dan
hal-hal lain yang sering timbul dan sebagainya.
16
F. Sistematika Penulisan
Dalam pembahasannya, peneitian ini secara garis besar akan dibagi menjadi 5
(lima) bab.
Bab pertama adalah pendahuluan kajian yang menjelaskan akan pentingnya
praktik pendidikan agama islam terhadap lansia tentang makna kehidupan
yang meningkatkan kecerdasan spiritual lansia.
Bab kedua Kajian Teori, Orientasi Pendidikan Pondok Kesepuhan Raden
Rahmat
Bab ketiga berisi tentang perencanaan pembinaan Pendidikan Agama Islam
pada usia lanjut (lansia) untuk meningkatkan kecerdasan spiritual.
Pelaksanaan pembinaan Pendidikan Agama Islam pada usia lanjut (lansia)
untuk meningkatkan kecerdasan spiritual bagi santri lansia.
Bab keempat, membahas mengenai Evaluasi pelaksanaan pembinaan
pendidikan agama Islam pada lansia. Penghambat dan pendukung pelaksanaan
pendidikan agama Islam dalam meningkatkan kecerdaan spiritual bagi lanjut
usia..
Bab kelima adalah penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran tentang
dalam praktik Pendidikan Agama Islam terhadap lansia di Pondok Kesepuhan
Raden Rahmat.Bab ini ditutup dengan saran untuk pemerhati pendidikan dan
pendidik di kalangan pesantren.
17
BAB II
ORIENTASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI PONDOK PESANTREN
A. Pendidikan Agama Islam di Pondok
Ketika mendengar kata pendidikan yang tergambar (image) adalah
sekolah, sekolah dalam pengertian tingkat pendidikan yang pernah diikuti atau
ditempuh.Sementara kalau kata pendidikan ditujukan pada santri kata yang di
pakai “Pondok” atau “mondok”.Dari pengertian tersebut pendidikan sama-
sama mempunyai tujuan untuk meningkatkan kwalitas manusia.
Jadi jika dilihat dari pengertian pendidikan, pendidikan merupakan
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri
untuk memiliki kecerdasan, kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya
dan masyarakat.
Didalam UU No. 20 Tahun 2003, Pengertian pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.17
17Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasionaldan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,Cetakan. 2. Jakarta : Visimedia. 2007.
18
Jadi pendidikan itu merupakan usaha sadar yang dilakukan dengan
penuh kesengajaan penuh pengertian tidak dengan ketidak-sadaran,
mengetahui betul usaha yang dilakukan adalah dalam upaya untuk
meningkatkan kwalitas diri.Pendidikan merupakan usaha yang terencana
artinya dilakukan tidak sertamerta melainkan dilakukan dengan disusun secara
bertahap, berjenjang dan bertingkan yang terarah dan terkendali untuk menuju
pada tujuan pendidikan.
Dalam Pendidikan Agama Islam, agama merupakan hal yang sangat
penting bagi keberlangsungan kehidupan yang beradab, yang membimbing
perjalanan hidup manusia dari lahir hingga akhir hayatnya. Terlepas manusia
yang hidup jaman dulu hingga nanti manusia yang hidup dengan
perkembangan teknologi super maju tetap membutuhkan agama sebagai
control dan pembimbing kehidupan.
1. Agama merupakan sumber moral
Manusia sangatlah memerlukan akhlaq atau moral, karena moral
sangatlah penting dalam kehidupan. Moral adalah mustika hidup yang
membedakan manusia dari mahkluk lain ciptaan Allah. Al Insanu
Hayawanun Nathiq, sejatinya, Tafkir (pemikiran) wal Tadabbur
(penelitian) adalah suatu perkara yang dimiliki oleh setiap manusia, yang
dengannya dapat membedakan antara manusia dengan makhluk-makhluk
lain dari ciptaan Allah ta'ala. Tanpa ada pemikiran moral ini halal haram
tidak lagi dihiraukan.Ini namanya sudah
maehiavellisme.Machiavellismeadalah doktrin machiavelli tujuan
19
menghalalkan cara kalau betul ini yang terjadi, biasa saja kemudian
bangsa dan negara hancur binasa.
Ahmad Syauqi, 1868 – 1932 seorang penyair Arab mengatakan
“bahwa keberadaan suatu bangsa ditentukan oleh akhlak, jika akhlak telah
lenyap, akan lenyap pulalah bangsa itu”.
Dalam kehidupan seringkali moral melebihi peranan ilmu, sebab
ilmu adakalanya merugikan. “kemajuan ilmu dan teknologi mendorong
manusia kepada kebiadapan”
Demikian dikatakan oleh Prof. Dr. Alexis Carrel seorang sarjana
Amerika penerima hadiah nobel 1948 “moral dapat digali dan diperoleh
dalam agama, karena agama adalah sumber moral paling teguh. Nabi
Muhammad Saw di utus tidak lain juga untuk membawa misi moral, yaitu
untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”
W.M. Dixo dalam “The Human Situation” menulis “ Agama betul
atau salah dengan ajarannya percaya kepada Tuhan dan kehidupan akherat
yang akan datang, adalah dalam keseluruhannya kalau tidak satu-satunya
paling sedikit kita boleh percaya, merupakan dasar yang paling kecil bagi
moral”.
Dari tulisan W.M. Dixon di atas ini dapat diketahui bahwa agama
merupakan sumber dan dasar (paling kuat) bagi moral, karena agama
menganjurkan kepercayaan kepada Tuhan dan kehidupan akherat.Pendapat
Dixon ini memang betul.Kalau orang betul beriman bahwa Tuhan itu ada
dan Tuhan yang ada itu maha mengetahui kepada tiap orang sesuai dengan
20
amal yang dikerjakannya, maka keimanan seperti ini merupakan sumber
yang tidak kering-keringnya bagi moral.Itulah sebabnya ditegaskan oleh
Rasulullah SAW. Yang artinya : ”Orang mukmin yang paling sempurna
imanya ialah orang mukmin yang paling baik akhlaqnya” (Riwayat
Tirmizi).
2. Agama merupakan petunjuk kebenaran
Tanpa agama manusia tidak akan mengetahui kebenaran, seperti
membedakan antara hitam dan putih mana yang lebih benar, seperti
kebenaran dan ketidak benaran maka hal itu memerlukan metodologi serta
parameter ilmiah tersendiri untuk bisa menilai dan membedakannya. Maka
makna ‘kebenaran’ tidak mengacu kepada pandangan yang spesifik atau
mengikuti kecenderungan pandangan golongan tertentu tetapi sebatas yang
manusia-umum dapat fahami atau dapat menjangkaunya sesuai
kemampuan naluri alamiah dari peralatan berfikir yang mereka miliki.Apa
kebenaran itu, dan dimana dapat diperoleh manusia dengan akal, dengan
ilmu dan dengan filsafatnya ingin mengetahui dan mencapainya dan yang
menjadi tujuan ilmu dan filsafat tidak lain juga untuk mencari jawaban
atas tanda tanya besar itu, yaitu masalah kebenaran.
Usaha ilmu dan filsafat untuk mencapai kemampuan ilmu dan
filsafat hanyalah sampai kepada kebenaran relatif atau nisbi, padahal
kebenaran relatif atau nisbi bukanlah kebenaran yang
sesungguhnya.Kebenaran yang sesungguhnya ialah kebenaran mutlak dan
21
universal, yaitu kebenaran yang sungguh-sungguh benar, absolut dan
berlaku untuk semua orang. Sampai kapanpun masalah kebenaran akan
tetap merupakan misteri bagi manusia, kalau saja manusia hanya
mengandalkan alat yang bernama akal, atau ilmu atau juga filsafat
(Demoikritas, 2004 : 360-460).
Bertrand Rossel seorang Failosuf Inggris termasyur juga berkata
“apa yang tidak sanggup dikerjakan oleh ahli ilmu pengetahuan, ialah
menentukan kebajikan (haq dan bathil).Segala sesuatu yang berkenaan
dengan nilai-nilai adalah di luar bidang ilmu pengetahuan.Hal ini sesuai
dengan firman Allah yang artinya “Sesungguhnya telah kami turunkan al-
Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran agar kamu memberi
kepastian hukum di antara manusia dengan apa yang telah ditunjukkan
oleh Allah kepadamu” (an-Nisa’, 105).
3. Agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika
Prof Arnoid Toynbee18 memperkuat pernyataan yang demikian
ini.Menurut ahli sejarah Inggris kenamaan ini tabir rahasia alam semesta
juga ingin di singkap oleh manusia, yang ingin mengetahui asal-usul,
perkem-bangan dan kehancuran peradaban besar. Dalam bukunya “An
Historian’s Aproach to religion” dia menulis,“ Tidak ada satu jiwapun
18Arnold Joseph Toynbee (lahir di London 14 April 1889; meninggal di New York 22Oktober 1975) adalah sejarawan Inggrisyang terkenal melalui bukunya yang berjudul A Study ofHistory, berisi tentang penyelidikan secara sejarah tentang asal usul, perkembangan, dankehancuran beradaban besar.
22
akan melalui hidup ini tanpa mendapat tantantangan-rangsangan untuk
memikirkan rahasia alam semesta.19
Ibnu Kholdum dalam kitab Muqaddimah-nya menulis “akal ada
sebuah timbangan yang tepat, yang catatannya pasti dan bisa dipercaya.
Tetapi mempergunakan akal untuk menimbang hakekat dari soal-soal yang
berkaitan dengan keesaan Tuhan, atau hidup sesudah mati, atau sifat-sifat
Tuhan atau soal-soal lain yang luar lingkungan akal, adalah sebagai
mencoba mempergunakan timbangan tukang emas untuk menimbang
gunung, ini tidak berarti bahwa timbangannya itu sendiri yang kurang
tepat. Soalnya ialah karena akal mempunyai batas-batas yang
membatasinya.
Sehingga yang menyangkut metafisika masih gelap bagi manusia
dan belum mendapat penyelesaian semua tanda tanya tentang itu tidak
terjawab oleh akal.
4. Agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia, baik dikala suka
maupun di kala duka
Manusia hidup didunia, mengenal siang dan malam, tua dan muda,
sedih dan gembira yang berdampingan silih berganti.Dengan kondisi
seperti itu hidup manusia di dunia yang fana ini kadang-kadang suka tapi
kadang-kadang juga duka.Kondisi yang silih berganti itu juga membawa
rasa dan perasaan senang gembira atau sedih nestapa bahkan
19Hassan Shadily & Redaksi Ensiklopedi Indonesia (Red & Peny)., Ensiklopedi IndonesiaJilid 6 (SHI-VAJ). Jakarta: Ichtiar Baru-van Hoeve, hal. 3607
23
ketakutan.Situasi yang berubah-ubah ini membawa akal pikiran manusia
kepada sesuatu yang memiliki kuasa atau kekuasaan yang lebih, terkadang
mengkonotasikan dengan benda super, angker, wingit, sacral dan lain
sebagainya.Dengan mengkonotasikan yang kuasa dengan sesuatu yang
‘lebih kuasa’, manusia merasa tenang mendapat perlindungan. Dengan
adanya agama yang memberikan petunjuk tentang situasi tersebut,
menjadikan agama sebagai pegangan hidup baik ketika susah, sedih
maupun suka, gembira. Yang di dalam Al Qur’an di jelaskan sebagai ujian
sebagaimana ayat berikut :
Firman Allah Swt yang artinya : “Setiap jiwa pasti akan merasakan
kematian, dan engkau kami coba dengan yang buruk dan dengan yang baik
sebagai ujian” (al-Ambiya, 35).
Sikap menghadapi cobaan suka dan duka ini. Bila tanpa bimbingan
agama akan banyak yang menempuh jalan salah atau cara yang salah.
Bermacam karunia Tuhan yang ada padanya tidak mengantarkan dia
kepada kebaikan tetapi malah membuat manusia jahat.(Shaleh, 2005:
45),20 disitulah pentingnya agama dalam kehidupan manusia.
B. Pembinaan Pendidikan Agama di Pondok Lansia
Pendidikan ditujukan pada manusia, supaya manusia mempunyai
akhlaq yang baik, yang di dalam agama dinamakan “akhlaqul
karimah”.Akhlakul karimah merupakan akhlak yang baik atau terpuji.
20Shaleh, Abdul, Rahman, 2005. Pendidikan Agama dan Pembangunan UntukBangsa.Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
24
Akhlakul karimah atau akhlak mulia atau sikap terpuji yaitu suatu sikap yang
baik sesuai dengan ajaran agama islam.
Sehingga dalam pendidikan agama ini diharapkan manusia dapat
menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran
agama yang lebih baik, yang tercermin dari sikap dan perilaku yang baik atau
mempunyai akhlak yang baik (Akhlakul Karimah).
Untuk memahami pendidikan agama, bisa dilihat dari pendapat Omar
Muhammad Asy–Syaebani,21 yang memberikan pokok-pokok dari pendidikan
agama, walaupun agak bercorak pendidikan agama islam, ciri-ciri tersebut
adalah :
1. Sifat yang bercorak agama dan akhlak.
2. Sifat keseluruhannya yang mencakup segala aspek pribadi pelajar, dan
semua aspek perkembangan dalam masyarakat .
3. Memberikan bahan-bahan informasi tentang pelaksanaan pendidikan dalam
segala aspeknya bagi pengembangan ilmu pendidikan islam tersebut.
4. Memberikan penjelasan teoritis tentang tujuan pendidikan yang harus
dicapai, berdasarkan teori, cara, dan metode dalam mendidik.
Dari ke-4 ciri tersebut mencerminkan tujuan pendidikan agama pada
umumnya, hanya pada point 3 yang memberikan pada aspek pengembangan
ilmu pendidikan islam bisa diartikan sebagai pengembangan agama dengan
21Moh Roqib. 2009. Ilmu Pendidikan Islam ; Pengembangan Pendidikan Integratif diSekolah, Keluraga dan Sekolah. Yogyakarta : PT. LKiS Printing Cemerlang.
25
metode yang di pakai pada pencapaian tujuan pendidikan berdasarkan teori,
cara, dan metode dalam mendidik.
Islam dalam memandang pendidikan sudah di contohkan dan
diperintah oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat
Jibril di Gua Hiro, gua ini terletak di Jabal Nur yang berukuran 1,75 hasta dan
panjang 4 hasta. Di dalam gua yang saat itu Rasulullah dengan di bimbing
Malaikat Jibril untuk membaca “iqro”.Pemahaman ini mengandung pengertian
untuk “baca”, “membaca” yang bisa dipahami sebagai “belajarlah”. Bahkan di
dalam agama Islam ada perintah menuntut ilmu itu sebagai kewajiban,
perintah itu berupa Hadits “Kewajiban Mencari Ilmu”, yang bunyinya sebagai
berikut :
طلب العلم فریضة على كل مسلم ومسلمة
Artinya : ”Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki
maupun muslim perempuan”. (HR. Ibnu Abdil Barr)
Dari hadis tersebut mencari ilmu merupakan kewajiban baik laki-laki
maupun perempuan.Dalam menuntut ilmu, untuk memperoleh pendidikan
tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan. Bahkan dalam menuntut
ilmu ada hadist yang menjelaskan “Keutamaan Mencari Ilmu”, hadist tersebut
berbunyi :
من خرج فى طلب العلم فھو فى سبیل الله حتى یرجع
Artinya : ”Barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu maka ia
berada di jalan Allah hingga ia pulang”. (HR. Turmudzi).
26
Dalam hadist tersebut disebutkan dengan kata “barang siapa”,
pemahaman ini juga menunjukkan bahwa hal ini berlaku pada laki-laki
maupun perempuan untuk mencari ilmu. Adanya perintah menuntut ilmu
tersebut dan menjadi kewajiban dalam menuntut ilmu maka dalam Islam
banyak didirikan lembaga pendidikan agama islam dari semua tingkatan.
Pendidikan agama Islam dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran,
yang didalamnya memberikan kemampuan menganalisa dan memecahkan
masalah22 yang dilakukan oleh seseorang atau instansi pendidikan yang
memberikan materi mengenai agama islam kepada orang yang ingin
mengetahui lebih dalam tentang agama Islam baik dari segi materi akademis
maupun dari segi praktik yang dapat dilakukan sehari hari. Setiap orang di
dunia ini pastilah memiliki kepercayaan untuk menyembah Tuhan, akan tetapi
ada sebagian orang yang memilih untuk tidak menganut agama apapun yang
ada di dunia ini, seperti Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan lain
sebagainya. Untuk agama Islam sendiri di Indonesia merupakan agama yang
dianut oleh mayoritas penduduknya, untuk itu pastilah di pendidikan manapun
pasti memberikan pelajaran agama Islam di dalamnya.23
Jika ditilik secara umum dan konstitusi pendidikan merupakan usaha
sadar dan terencana untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Menurut
Sahertian mengatakan bahwa pendidikan adalah "usaha sadar yang dengan
sengaja dirancangkan untuk mencapai tujuan yang telah
22Moh.Suardi. 2018. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta : Deepublish (hal:3).23Peraturan Pemerintah Republik Indonesia angka 3 Pasal 4 Nomor 55 Tahun 2007
tentang Pendidikan Agama Dan Pendidikan Keagamaan.
27
ditetapkan”.24Masyarakat ketika menyekolahkan anaknya tujuan utamanya
saat memasukkan di lembaga pendidikan pasti memiliki tujuan agar anaknya
‘pintar’. Sementara kalau lembaga pendidikan dalam menyelenggarakan
kegiatan pendidikan dan pengajaran tujuannya ‘turut berpartisipasi dalam
pembangunan khususnya pendidikan, sedangkan sabagai wadah semuanya itu
baik masyarakat maupun lembaga pendidikan di NKRI di rangkum dalam visi
misi system pendidikan nasional sebagai penjabaran dari pembukaan Undang-
undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang mengamanatkan
Pemerintah Negara Indonesia untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dst. Dalam system pendidikan nasional ini
sebagai arahan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa.Secara kebangsaan ini sudah jelas bahwa pendidikan bertujuan untuk
mencerdaskan bangsa, mencerdaskan kehidupan bangsa yang mengarah pada
peningkatan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Atas dasar itu tujuan pendidikan dijabarkan dalam Pasal 1 Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pen-
didikan Nasional yang dinyatakan dengan kalimat bahwa Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
24Sahertian, Piet A. 2000. Konsep Dasar Dan Teknik Supervisi Akademik. Jakarta: BinekaCipta. Siregar, Eddie. 2011. Hal:1.
28
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.25
Berbeda dengan pendapat tersebut diatas, Ihsan memberikan
pengertian pendidikan lebih luas sebagaimana dinyatalan sebagai berikut
bahwa pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan
mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani
sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Atau
dengan kata lain bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai suatu hasil
peradaban bangsa yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu
sendiri (nilai dan norma masyarakat) yang berfungsi sebagai filsafat
pendidikannya atau sebagai cita-cita dan pernyataan tujuan pendidikannya
(Ihsan, 1996 : 1)
Pandangan ini memberikan gambaran subyek pendidikan adalah
manusia, manusia yang berusaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan
potensi bawaan.Menumbuhkan berarti atau mengandung pengertian di mulai
dari kecil hingga dewasa dan pengertian mengembangkan berarti meluaskan
cakupan, kajian yang berlangsung terus sesuai dengan perkembangan dan
kemajuan jaman.
Sedangkan Pendidikan Agama Islam berarti "usaha-usaha secara
sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup
sesuai dengan ajaran Islam".26Usaha yang sistematis merupakan usaha yang
direncanakan, terprogram dan terkendali.Sedangkan pragmatis mengandung
25Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional.
26Zuhaerini, 1983. Metodik Khusus Pendidikan Agama.Surabaya : Usaha Nasional.hal:27.
29
pengertian usaha-usaha yang dilakukan terukur dan bisa dievaluasi, bisa
dilihat dan dipahami secara nyata.
Syariat islam tidak akan dihayati dan diamalkan orang kalau hanya
diajarkan saja bukan sekedar ilmu atau kajian, tetapi harus dididik melalui
proses pendidikan nabi sesuai ajaran Islam dengan berbagai metode dan
pendekatan. Pendidikan islam itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan
sikap mental yang diamalkan atau dipraktekkan dalam keseharian yang akan
terwujud dalam amal perbuatan baik yang bisa dirasakan bagi keperluan diri
sendiri maupun orang lain.
Sebagai mana telah ditekankan bahwa pendidikan islam tidak bersifat
teoritis saja, tetapi praktik amaliah. Ajaran islam tidak memisahkan antara
iman yang abtrak teoritis dan praktek amaliah yang shaleh. Dalam pendidikan
islam akan bersamaan sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal, yang
pengejawantahan dalam hidup bermasyarakat menjadi ajaran sikap dan
tingkah laku pribadi masyarakat menuju kesejahteraan hidup perorangan dan
bersama, maka pendidikan islam adalah pendidikan individu dan pendidikan
masyarakat. Semula yang bertugas mendidik adalah para Nabi dan Rasul
selanjutnya para ulama, dan cerdik pandailah sebagai penerus tugas, dan
kewajiban mereka.27
Sebagai ajarana yang mengajarkan ilmu dan amal maka pendidikan
agama dapat didefenisikan sebagai upaya untuk mengaktualkan sifat-sifat
kesempurnaan yang ada pada manusia yang telah dianugerahkan oleh Allah
27Drajat, Zakiah, 1992. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara. hal:25-28.
30
SWT, upaya aktualisasi tersebut dilaksanakan tanpa pamrih apapun kecuali
untuk semata-mata beribadah kepada Allah.28
Dalam penyampaian ilmu dan amal ini terdapat sebuah proses
transformasi peralihan dari pengajar kepada para guru, hal ini semakin di
dorong dengan adanya hadits sebagai berikut :29
بلغوا عني ولو آیة
“Sampaikanlah dariku, meskipun satu ayat.” (HR. Bukhari no. 3461).
Hadist ini yang mendorong terjadinya percepatan penyampaian ilmu-
ilmu dalam pendidikan agama Islam (dakwah). Ahli lain juga menyebutkan
bahwa pendidikan agama adalah sebagai proses penyampaian informasi dalam
rangka pembentukan insan yang beriman dan bertakwa agar manusia
menyadari kedudukannya, tugas dan fungsinya di dunia dengan selalu
memelihara hubungannya dengan Allah, dirinya sendiri, masyarakat dan alam
sekitarnya serta tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa (termasuk
dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya).30
Para ahli pendidikan Islam telah mencoba memformulasikan
pengertian pendidikan Islam, di antaranya :
1. Al-Syaibany menekankan pada proses perubahan tingkah laku yang
dikemukakan sebagai berikut pendidikan agama islam adalah proses
mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi,
28Bawani. 1993.Tradisionalisme Dalam Pendidikan Islam, Studi Tentang Daya TahanPesantren Tradisional. Surakarta. Al Ihklas. hal:65.
29https://muslim.or.id/47176-sampaikanlah-dariku-walaupun-satu-ayat.html30Ali, 1995 : 139
31
masyarakat dan alam sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara
pendidikan dan pengajaran sebagai sesuatu aktivitas asasi dan profesi di
antara sekian banyak profesi asasi dalam masyarakat.
2. Muhammad fadhil al-Jamaly menekankan pada perubahan lebih dinamis
dengan mendefenisikan pendidikan Islam sebagai upaya pengembangan,
mendorong serta mengajak peserta didik hidup lebih dinamis dengan
berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia. Dengan
proses tersebut, diharapkan akan terbentuk pribadi peserta didik yang lebih
sempurnah, baik yang berkaitan dengan potensi akal, perasaan maupun
perbuatanya.
3. Ahmad D. Marimba cenderung pada perkembangan kepribadian di
dikemukakan bahwa pendidikan islam adalah bimbingan atau pimpinan
secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani
peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (insan kamil)
4. Ahmad Tafsir lebih menoroti pada perkembangan dengan mendefenisikan
pendidikan islam sebagai bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia
berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.31
Dari beberapa pengertian diatas dapat dikatakan bahwa pendidikan Islam
adalah suatu sistem yang memungkinkan seseorang (peserta didik) agar dapat
31Tafsir, Ahmad, 2005. Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam, Bandung : PT. RemajaRosdakarya. hal:45.
32
mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologis atau gaya pandang umat
islam selama hidup di dunia.
Pendidikan agama islam secara alamiah adalah manusia tumbuh dan
berkembang sejak dalam kandungan sampai meninggal, mengalami proses
tahap demi tahap. Demikian pula kejadian alam semesta ini diciptakan Tuhan
melalui proses setingkat demi setingkat, pola perkembangan manusia dan
kejadian alam semesta yang berproses demikian adalah berlangsung di atas
hukum alam yang ditetapkan oleh Allah sebagai “sunnatullah”.
1. Pendidikan Agama Islam Pada Usia Lanjut.
Pendidikan agama islam pada usia lanjut merupakan topic yang
jarang diminati baik perorangan ataupun lembaga/institusi pendidikan,
sementera yang banyak diminati dan menjamur adalah pendidikan anak,
pendidikan anak usia dini bahkan pendidikan bayi dalam kemasan tempat
pendidikan anak. Untuk usia lanjut yang saat ini banyak eksis adalah
panti-panti jompo32, perawat lansia33, posyandu lansia34. Panti jompo atau
Panti werdha adalah sebutan lain untuk panti jompo dalam bahasa Bali,
32Panti jompo adalah wisma yang diperuntukkan orang lanjut usia (lansia) denganfasilitas penun-jang sebagian besar kebutuhan dan diisi oleh kegiatan-kegiatan khusus.
33Perawatan lansia umumnya menjadi tanggung jawab keluarga, namun situasi ini dapatberbeda ataupun berubah di tempat-tempat karena jumlah keluarga inti terus berkurang ataupunwanita yang berkedudukan sebagai ibu rumah tangga juga disibukkan dengan rutinitas di luarrumah.
34Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatuwilayah ter-tentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisamendapat-kan pelayanan kesehatan.
33
menunjuk pada wisma dengan fasilitas penunjang yang diperuntukkan
bagi orang lanjut usia (lansia).35
Untuk yang konsern pada pendidikan khususnya orang tua (lansia) jarang
yang tertarik, di jawa tengah baru berdiri 3 (tiga) yaitu Pesantren Lansia Husnus
Khotimah di Kendal, Pesantren Lansia Raden Rahmat di Kabupaten Semarang,
dan Pondok Pesantren Lansia di Kabupaten Ma-gelang. Langkanya lembaga atau
perorangan mendirikan atau mengelola lembaga untuk lansia bukannya tanpa
alasan. Untuk pengelolaan pondok kendala yang biasa dihadapi
2. Konsep Pendidikan Agama Islam Terhadap Santri Lansia.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas pengertian santri dan pondok, yang
dapat dikatakan bahwa santri adalah peserta didik di pondok pesantren. Dalam
tujuan pendidikan pondok pesantren, tidak boleh lepas dari tujuan pendidikan
nasional menurut undang-undang No.2 tahun 1989 adalah untuk “mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu
manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan yang Maha Esa dan berbudi
luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani, dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan”. Sedangkan visi dan misi pesantren adalah sebagai berikut : Visi dan
Misi Pesantren Visi 1. untuk menyebarluaskan ajaran tentang universalitas Islam
ke seluruh pelosok Nusantara yang sangat pluralis. 2. untuk memberikan respon
terhadap situasi dan kondisi sosial suatu masyarakat yang tengah di hadapkan
pada runtuhnya sendi-sendi moral dengan “Amar ma’ruf nahi munkar”. Misi
1.Mendidik santri agar memiliki kemantaban akidah, ke dalaman spiritual,
35https://id.wikipedia.org/wiki/Panti_werdha#cite_note-:0-1
34
keluasan ilmu dan ketrampilan serta keluhuran budi pekerti. 2. Mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kesenian yang bernapaskan islami. 3.
Memberikan pelayanan terbaik dan keteladanan atas dasar nilai-nilai Islam yang
inklusif dan humanis. Sistem Pendidikan Pesantren Paling tidak terdapat delapan
poin yang menunjukan karakteristik sistem pendidikan model pesantren. 1.
Sistem pendidikan berasrama, di mana tri pusat pendidikan menjadi satu kesatuan
yang terpadu. Yaitu sekolah, keluarga, dan masyarakat berada dalam satu
lingkungan, sehingga lebih memungkinkan penciptaan suasana yang kondusif
bagi pencapain tujuan pendidikan. 2. Dalam tradisi pesantren, para santri
merupakan subjek dari proses pendidikan, mereka mengatur kehidupan mereka
sendiri (self governance) melalui berbagai aktifitas, dan interaksi sosial yang
sangat penting artinya bagi pendidikan mereka. 3. Pesantren adalah lembaga
pendidikan yang berasal dari, dikelola oleh, dan berkiprah untuk masyarakat. 4.
Terkait dengan orientasi kemasyarakatan pesantren, lingkungan pesantren
diciptakan untuk mendidik santri agar mereka dapat menjadi anggota masyarakat
yang mandiri dan bermanfaat, tidak canggung untuk terjun dan berjuang ke
masyarakat. Dalam bidang pekerjaan misalnya, boleh dibilang tidak ada istilah
nganggur (menunggu pekerjaan) bagi para alumni pesantren. 5. Antara
pengajaaran (formal) dan pendidikan (informal) lebih terintegrasi, sehingga
proses pembentukan mental karakter yang didasarkan pada jiwa, falsafah hidup,
dan nilai-nilai pesantren serta transfer knowledge lebih membumi. 6. Hubungan
antara anggota masyarakat pesantren berlangsung dalam suasana ukhuwwah
Islamiyya yang bersumber dari tauhid yang lurus dan prinsip-prinsip akhlak
mulia. Suasana ini tertanam dalam jiwa santri dan menjadi bekal berharga untuk
kehidupan di luar masyarakat pesantren. 7. Pendidikan pesantren didasarkan pada
35
prinsip-prinsip keikhlasan, kejuangan, pengorbanan, kesederhanaan,
kemandirian, dan persaudaraan. Dengan menjiwai nilai-nilai ini, pesantren tidak
memiliki masalah apapun dengan paradigma School Based Management (SBM)
yang kini menjadi model pendidikan modern pasca reformasi di Indonesia.36 8.
Dalam masyarakat pesantren, Kyai atau pimpinan sekolah, selain berfungsi
sebagai central figure, juga menjadi moral force bagi para santri dan seluruh
penghuni pesantren.37
C. Ukhrowi Oriented Santri Lansia Di Pondok Sepuh.
Kewajiban menuntut ilmu tidaklah mengenal batas usia baik yang masih
balita hingga yang sudah tua, sebagaimana di sebutkan dalam hadits Ibnu Majah
tentang kewajiban menunutu ilmu merupakan hal wajib ”Menuntut ilmu
itu wajib atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani
dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah no. 224). Bunyi hadits tersebut sudah
sangat jelas menyatakan bahwa di dalam Islam, semua muslim diharuskan untuk
menuntut ilmu. Tidak ada mengenal usia tua atau muda, baik laki-laki ataupun
perempuan wajib untuk menuntut ilmu. Rasulullah yang mengatakan bahwa
menuntut ilmu ini wajib, karena Allah telah menjanjikan derajat yang tinggi bagi
siapapun orang yang berilmu. Orang yang berilmu akan sangat disegani di dunia,
dan di akhirat akan mendapatkan derajat yang tinggi dihadapan Allah. Orang yang
berilmu tidak mudah tertipu oleh kejahatan dunia, orang tersebut akan bisa
menyaring, memfilter, memilah dan memilih antara hal yang benar dan yang salah,
sehingga orang yang berilmu tidak akan mudah diperdaya.
36Georges Vernes, Rita Karam, Jeffry H Marshall. 2012. Implementation of School-basedManagement inIndonesia. Canberra. RAND Corporation.
37https://katibku.blogspot.com/2018/10/masalah-masalah-pokok-yang-dihadapi.html
36
Untuk orang yang sudah usia lanjut dengan yang masih muda dalam
menuntut ilmu ada perbedaan dalam maksud, tujuan, proses, dan output yang
diharapkan. Dalam pendidikan orang dewasa, kemandirian merupakan tolak ukur
utama dalam setiap pengembangan model belajar.38Oleh karena itu, konsep
pembelajaran dalam konteks andragogi, secara lebih khusus memiliki inti dasar yang
mengacu pada menumbuhkan dan mengembangkan nilai-nilai kemandirian bagi
setiap peserta didik dalam hal ini santri lansia. Belajar mandiri dalam pembelajaran
di setiap pembelajaran dalam konteks andragogi merupakan ciri khas yang
membedakan cara pembelajaran yang lainnya. Asumsi ini merupakan batasan
khusus untuk membedakan konsep pembelajaran andragogi dengan konsep
pembelajaran lainnya.39
Kemandirian dalam konsep andragogi berarti juga self directed
learning.memberikan pengertian bagi peserta didik untuk memiliki inisiatif untuk
belajar, menganasilis kebutuhan belajar sendiri, mencari sumber belajar sendiri,
memformulasi tujuan belajar sendiri, memilih dan mengimplementasikan strategi
belajar dan melakukan self-evaluating. Itulah bagian dari dimensi andragogi
membangun karakter kemandirian dalam diri peserta didik (aoutonomous
learning).40
Sementara itu para peserta santri yang berusia lanjut, yang menjalani
kehidupan lebih dari lima puluh tahun dalam menimbang untuk ikut dalam pondok
38http://repository.uinsu.ac.id/815/4/DISERTASI_BAB_II.pdf39Mustofa Kamil, “Teori Andragogi,” dalam Ibrahim, R. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (Bandung:
Imperial Bhakti Utama, 2007), vol. 1, h. 31340Malcolm Knowles, Andragogy: Concepts for Adult Learning (Washington D.C.: Departement of
Heatlth, Education and Welfare, 1975), h.18.
37
tujuan utamanya tidaklah sama dengan santri-santri usai muda. Menurut Depkes RI
batasan lansia terbagi dalam 4 kelompok yaitu41 :
1. Pertengahan umur usia lanjut (virilitas) merupakan masa persiapan usia
lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa antara
usia 45 – 54 tahun.
2. Usia lanjut dini (prasemu) merupakan kelompok yang mulai memasuki
usia lanjut antara 55 – 64 tahun.
3. Usia lanjut/ semua usia 65 tahun keatas.
4. Usia lanjut dengan resiko tinggi adalah kelompok yang berusia lebih dari
70 tahun.
Pengembangan santri sepuh seoptimal mungkin membangkitkan
kemampuan dan potensi santri, untuk dapat menolong dirinya sendiri, disamping itu
pula dapat membangun lingkungannya, masyarakatnya, dan lebih luas bisa kembali
berperan dalam masyarakat.Dalam teori dan prinsip andragogy, dalam hal ini Scott
W. Morris sebagiamana dikutip oleh Kamil, memberikan kesimpulan bahwa tujuan
pendidikan nonformal (non-formal education) adalah to help people help them
selves. Demikian pula Djudju Sudjana menyebutkan, bahwa tugas pokok pendidikan
nonformal adalah membelajarkan peserta didik dengan tujuan agar peserta didik
memiliki atau mengembangkan nilai-nilai, sikap, pengetahuan, dan keterampilan
yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan individu, masyarakat, lembaga, dan
pembangunan bangsa menuju masa depan yang lebih baik.42
41https://www.academia.edu/28285468/BATASAN_LANSIA_MENURUT_DEPKES_DAN_PENYAKIT_YANG_SERING_TERJADI_PADA_LANSIA
42Kamil, Teori Andragogi, h. 312-313.
38
BAB III
DESKRIPSI PEMBAHASAN DAN ANALISA
A. Perencanaan Pembinaan Pendidikan Agama Islam Pada LansiaPondok
Kesepuhan Raden Rahmat.
Untuk memahami perencanaan pembinaanPendidikan Agama Islam (PAI)
pada lanjut usia (lansia) diperlukan pemahaman awal dari tujuan penciptaan manusia,
memahami manusia yang paling mulia, memahami ahklak yang baik sebagai
rahmatan lil alamin,
Pondok Sepuh Raden Rahmat yang awal mula berdirinya hanyalah
gagasan perorangan dari yang sekarang ini menjadi pengelola, dengan
berbekal pengalaman selama di Puskesmas yang selalu bergulat dengan para
lanjut usia dan adanya orang tua di rumah yang menurut pandangan pendiri
Pondok Sepuh berniat untuk mencarikan teman sebaya orang tuanya maka
digagaslah (direncanakan) untuk mendirikan Pondok Sepuh. Dengan demikian
prasyarat utama untuk dapat rencana mendirikan Pondok Sepuh adalah niat.43
Dalam perkembangannya ternyata rencana mendirikan pondok sepuh
memerlukan pengetahuan lain yang mana untuk menerapkan pendidikan
agama islam yang secara khas yang diperuntukan bagi para lanjut usia (lansia)
dan berbagai macam kegiatan pondok yang sebelumnya tidak terbayangkan
tidak direncanakan bahwa untuk mengelola sebuah pondok memerlukan
43Hasil wawancara dengan Ustadz Solikin, pimpinan Pesantren Kesepuhan RadenRahmat Banyubiru pada Rabu 23 Oktober pukul 20.30 WIB.
39
rencana tujuan pendidikan sebuah kurikulum dalam artian pondok akan di
arahkan kemana, kemudian pengajarannya dan biaya.44
Untuk memperlancar jalannya pendidikan agama islam yang di
laksanakan di pondok perlu penyiapan rencana prasyarat untuk kenyamanan
dan ketenangan. Beberapa prasyarat pengelolaan Pendidikan Pondok
Pesantren, meliputi:
1. Kurikulum Pendidikan Pondok Pesantren
Pada awal berdirinya hanya pemberian pengajaran secara simple
sederhana semacam diskusi agama tidak ada kurikulum tidak seperti sekarang
ini.Sekarang pembelajaran yang diberikan dalam pondok sepuh sudah
menggunakan kurikulum tertentu yaitu sistem pengajaran pencapaian husnul
khotimah, dalam hal ini pengasuh leluasa untuk membacakan kitab sesuai tema.
2. Sistem Pengajaran
Sistem pengajaran di Pondok Sepuh dapat dikatakan sebagai cara
penyampaian materi pendidikan agama islam yang diperguanakan untuk
menyampaikan tujuan pencapaian husnul khotimah. Pondok sepuh juga
menerapkan system pengajaran yang sering dikenal di pondok umum yaitu:
sorogan, bandungan, hafalan dan masih banyak lainnya. Akan tetapi karena yang
menjadi peserta tidaklah sama dalam kemampuan membaca Al Qur’an dan
pemahaman agamanya, pendekatan pengajaran disesuaikan dengan kondisi
masing-masing santri lansia dengan system pendampingan.
3. Sistem Pembiayaan
44Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan AgamaDan Pendidikan Keagamaan.
40
Pondok Sepuh sebagai lembaga non formal juga sebagai lembaga sosial
keagamaan, dalam perjalanannya memerlukan biaya. Pembiayaan dalam bidang
pendidikan pesantren Pondok Sepuh bisa didapat dari swadaya, peserta santri
lansia, pemerintah daerah maupun dari lainnya, termasuk masyarakat sekitar yang
peduli dengan pesantren lansia ini demi memajukan pondok sepuh yang
mempunyai karakter yang khas.
Ketiga hal tersebut merupakan prasyarat pengelolaan Pondok Sepuh
dalam rangka untuk memperlancar penyampaian pendidikan agama islam bagi
lansia, selain prasyarat tersebut ada yang lebih penting yang perlu dan harus
ada dalam penyampaian pendidikan agama islam di Pondok Sepuh, Prasyarat
tersebut adalah kyai, santri, pondok, masjid, dan pengajaran kitab kuning.
1. Kyai.
Kyai atau pengasuh yang kebetulan pendiri sendiri di pesantren
Pondok Sepuh, pengasuh ini merupakan elemen yang sangat penting bagi
suatu pesantren.Jika dilihat pesantren yang berkembang di jawa dan madura
sosok kyai begitu sangat berpengaruh, kharismatik dan berwibawa,
sehingga amat di segani oleh masyarakat di lingkungan pesantren.Di
samping itu kyai pondok pesantren biasanya juga sekaligus sebagai
penggagas dan pendiri dari pesantren yang bersangkutan.Oleh karenanya,
sangat wajar jika pertumbuhannya, pesantren sangat bergantung pada peran
seorang kyai.
Secara umum para kyai di pondok pesantren dengan kelebihan
keilmuan dan pengetahuannya dalam islam, sering dipandang sebagai orang
41
yang senantiasa dapat memahami keagungan Tuhan dan rahasia alam,
dengan demikian kyai dianggap memiliki kedudukan yang tinggi di pondok
dan masyarakat. Dalam beberapa hal, kyai menunjukkan kekhususan
dengan mode pakaian yang merupakan symbol kealiman berupa kopiah dan
surban.
Kyai di hadapan masyarakat biasanya diharapkan dapat
menyelesaikan problematika keagamaan sesuai dengan pengetahuan yang
dimilikinya, Kyai juga di harapkan dapat menunjukkan kepemimpinannya,
kepercayaannya kepada diri sendiri dan kemampuannya.Pada umum
anggota masyarakat datang untuk meminta nasehat dan bimbingan. Selain
dianggap mumpuni, kyai mempunyai karakter rendah hati, menghormati
semua orang, tanpa melihat tinggi rendah sosialnya, kekayaan dan
pendidikannya, banyak prihatin dan penuh pengabdian kepada Tuhan dan
tidak pernah berhenti memberikan kepemimpinan dan keagamaan, seperti
memimpin sembahyang lima waktu, memberikan khutbah jum’ah dan
menerima undangan perkawinan, kematian dan lain-lain.
2. Pondok
Sebagaimana umumnya sebuah pondok atau pesantren merupakan
sebuah asrama pendidikan agama islam yang tradisional para siswanya atau
yang sering disebut santri tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan
seorang (atau lebih) guru yang disebut “kyai”. Untuk asrama di pondok
lansia tersebut berada dalam lingkungan komplek pondok tempat tinggal
42
pengasuh yang juga menyediakan sebuah masjid untuk beribadah, ruang
untuk belajar dan kegiatan-kegiatan keagamaan yang lain.
Kalau pada umumnya pondok atau pesantren biasanya di kelilingi
dengan tembok untuk dapat mengawasi keluar dan masuknya para santri
sesuai peraturan yang berlaku pondok, asrama bagi para santri, merupakan
ciri khas tradisi pesantren, yang membedakannya dengan system
pendidikan tradisional di masjid-masjid.Kalau di Pondok Sepuh Raden
Rahmat yang awalnya merupakan bagian dari rumah orang tua pendiri
maka untuk besaran atau kelengkapan gedung tidak seperti pada pesantren
pada umumnya, namun tersedia ruang-ruang yang cukup untuk melakukan
kegiatan.Untuk Asrama yang dilingkungan rumah induk tersebut yang
dipergunakan untuk tempat istirahat para santri lansia.
Ada tiga alasan utama pondok menyediakan asrama bagi para santri.
Pertama, bimbingan seorang kyai dan pengetahuannya tentang islam. Untuk
dapat membimbing dan mengawasi dari kyai tersebut secara teratur dan
tertib selama menjadi santri, para santri tersebut harus meninggalkan
kampung halamannya dan menetap di dekat kediaman kyai.
Kedua, hampir semua pesantren berada di desa-desa yang tidak tersedia
akomodasi yang cukup untuk dapat menampung semua kebutuhan
perorangan santri-santri.
Ketiga, ada sikap timbal balik antara kyai dan santri, kyainya sebagai
pengasuh dan juga berperan sebagai orang tua, serta santri merupakan
amanah yang harus senantiasa dilindungi. Sikap ini juga menimbulkan
43
perasaan tanggung jawab di pihak untuk dapat menyediakan tempat tinggal
bagi para santri.Di samping itu dari pihak para santri tumbuh perasaan
pengabdian kepada kyainya, sehingga para kyainya memperoleh imbalan
dari para santri sebagai sumber tenaga bagi kepentingan pesantren dan
keluarga kyai.
3. Masjid
Sebagai mana pada umumnya masjid pondok merupakan elemen
yang tidak dapat di pisahkan dengan keberadaan pesantren dan merupakan
tempat yang paling tepat untuk menjalanakan proses pendidikan agama
islam kepada para santri, terutama syariat sholat dalam sembahyang lima
waktu, khutbah dan sholat jum’ah, dan mengajarkan kitab-kitab.
Masjid sebagai pusat pendidikan sering disebut sebagai manivestasi
universalisme dari sistem pendidikan kepondokan. Karena keberadaan
masjid di jaman Rasulullah menjadi pusat pendidikan dan penyeberana
syariat islam. Sehingga masjid sebagai tempat pertemuan, pusat
pendidikan, aktifitas administrasi dan cultural. Kyai atau pengasuh selalu
mengajar murid-muridnya di masjid dan menganggap masjid sebagai
tempat yang paling tepat untuk menanamkan disiplin kepada para santri
dalam mengerjakan kewajiban sembahyang lima waktu, memperoleh
pengetahuan agama dan kewajiban agama yang lain. Di Pondok Sepuh
Raden Rahmat saat ini baru tersedia mushola yang berfungsi sebagai
44
masjid, kantor (2 ruang), kelas (tempat pengajaran), kamar (9 ruang),
dapur, tempat olah raga, dan taman (demplot).45
4. Santri
Santri di pesantern lansia Pondok Sepuh Raden Rahmat merupakan
warga yang ingin mencari atau menggapai husnul khotimah yang tinggal di
lingkungan pesantren lansia tersebut untuk mendapatkan pendidikan agama
islam. Oleh karena itu santri adalah elemen penting dalam suatu lembaga
pesantren. Walaupun demikian, menurut tradisi pesantren, terdapat dua
kelompok santri yaitu Santri Mukim atau Santri Bermukim yaitu para
lansia yang belajar pendidikan agama islam dan berasal dari daerah jauh
serta menetap dalam pondok. Santri mukim yang menetap ini sering
membantu aktifitas pondok, mulai dari menanam sayur, membersihkan
lingkungan, memasak dan menjaga lingkungan pondok serta membantu
santri lansia lainnya46. Santri kedua adalah santri kalong, istilah ini yang
sering dipakai untuk menyebut santri pada umumnya di pondok yaitu santri
yang berasal di sekitar pesantren, biasanya tidak menetap di dalam
pesantren lebih suka ‘nglajo’ dari rumah ke pondok.
5. Pengajaran Kitab.
Pengajaran kitab ini, pada umumnya pondok pesantren adalah kitab
kuning, tetapi di pesantren pondok sepuh ini yang di ajarkan adalah
pendidikan agama islam yang bertujuan untuk meraih husnul khotimah. Di
berbagai pesantren umum yang diajarkan kitab-kitab klasik, khususnya
45Hasil wawancara dengan Ustadz Solikin, pimpinan Pesantren Kesepuhan Raden RahmatBanyubiru pada Rabu 23 Oktober pukul 20.30 WIB.
46ibid.
45
karangan-karangan madzab syafi’iyah.Ada beberapa tipe pondok pesantren
misalnya, pondok pesantren salaf, kholaf, modern, pondok takhassus al-
Qur’an. Walau berbeda lembaga pondok pesantren mempunyai dasar-dasar
ideology keagamaan yang sama dengan pondok pesantren yang lain, namun
kedudukan masing-masing pondok pesantren yang bersifat personal dan
sangat tergantung pada kualitas keilmuan yang dimiliki seorang kyai.
B. Pelaksanaan Pembinaan PAI Lansia Untuk Peningkatan Kecerdasan
Spiritual
Berjalannya Pondok Sepuh Raden Rahmat yang awal mula berdirinya
dimulai gagasanatau ide perorangan yang sekarang ini menjadi pengelola,
serta didukung dengan bekal pengalaman selama di Puskesmas yang selalu
bergulat dengan para lanjut usia dan adanya orang tua di rumah yang menurut
pandangan pendiri Pondok Sepuh berniat untuk mencarikan teman sebaya
orang tuanya maka digagaslah untuk mendirikan Pondok Sepuh47. Dengan
demikian sebuah rencana agar bisa terwujud adalah dari niat, hal ini sebagai
prasyarat utama untuk dapat mendirikan Pondok Sepuh.
1. Kurikulum Pendidikan Pondok Pesantren Raden Rahmat
Pemberian pengajaran di pondok sepuh dilakukan secara sederhana
semacam diskusi agama, pengajian penceraham dan ngaji bersama yang
sebelumnya belum ada kurikulum lain dengan seperti yang sekarang ini. Sekarang
pembelajaran yang diberikan dalam pondok sepuh sudah menggunakan kurikulum
tertentu yaitu sistem pengajaran pencapaian husnul khotimah, dalam hal ini
47Ibid.
46
pengasuh leluasa untuk membacakan kitab sesuai tema.Materi yang diberikan
sesuai dengan kemampuan peserta di pondok sepuh, materi-materi tersebut
dibagi tiga yaitu materi dasar bagi manula, materi menengah bagi santri sepuh,
dan materi tingkat lanjut bagi lansia mandiri.
2. Sistem Pengajaran Pondok Pesantren Raden Rahmat
Sistem pengajaran di Pondok Sepuh dapat dikatakan sebagai cara
penyampaian materi pendidikan agama islam yang diperguanakan untuk
menyampaikan tujuan pencapaian husnul khotimah. Pondok sepuh juga
menerapkan system pengajaran yang sering dikenal di pondok umum yaitu:
sorogan, bandungan, hafalan dan masih banyak lainnya48. Akan tetapi karena yang
menjadi peserta tidaklah sama dalam kemampuan membaca Al Qur’an dan
pemahaman agamanya, pendekatan pengajaran disesuaikan dengan kondisi
masing-masing santri lansia dengan materi dasar bagi manula pemula dalam
bidang agama dan kepondokan, materi menengah bagi santri sepuh yang
sudah bisa ngaji dan mengerti tentang pokok ajaran islam, dan materi
tingkat lanjut bagi lansia mandiri bagi lansia yang sudah lengkap menjalani
rukun Islam dan sudah meninggalkan semua larangan dalam Islam, yang
kesemuannya dilakukan dengan system pendampingan49.
3. Sistem Pembiayaan Pondok Pesantren Raden Rahmat
Pembiayaan Pondok Sepuh bersumber dari swadya peserta santri lansia,
pemerintah daerah maupun dari lainnya, termasuk donatur masyarakat sekitar
yang peduli dengan pesantren lansia ini demi memajukan pondok sepuh.
48Ibid.49Ibid , dengan tambahan analisa.
47
Pelaksanaan program pendidikan spiritual lansia50 dilakukan dengan :
a. shalat berjama`ah baik wajib maupun sunnah, yang selalu ada pendamping
dan pimpinan pondok sebagai imam sholat wajib.
b. pengajian atau motivasi dengan pendampingan yang tematik dan
berkelanjutan, namun bila ada peristiwa atau kejadian yang bisa diambil
hikmahnya, pengajian disesuaikan dengan tema tersebut.
c. Takziyah, disini tidak hanya berlaku sasama santri agar lebih dekat dengan
keluarganya yang sedang mengalami belasungkawa tetapi takziyah juga
dilakukan dengan lingkungan pondok yang berlandaskah keihklasan.
d. ziarah, atau ziarah kubur ini bertujuan untuk mengingat mati dan akhirat,
mendoakan orang yang ada di dalam kuburan. Berangkat secara bersama-sama
berziarah ke makam para wali dan para kiai yang dipandang memiliki
kedekatan dengan Allah dan berjasa dalam berdakwah menebarkan agama
Islam di masyarakat, dan memahami hak ahli kubur yang diziarahi, seperti
ziarah ke makam orang tua51.
e. tilawatil Qur`an, dhikir dan qiyamul lail, yang dilakukan setiap hari bersama-
sama pendamping dan kyai pondok52.
Kegiatan-kegiatan tersebut untuk meningkatkan kecerdasan spiritual dan lebih
mendekatkan hati, kecintaan hati dan penyerahan hati kepa Alla ta’ala, yang bisa
mendorong pencapaian husnul khotimah.
50Ibid.51Jurnal NU-online. Empat Motivasi Ziarah Kubur Menurut Syekh Nawawi Banten. 2
Pebruari 2018. Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/85822/empat-motivasi-ziarah-kubur-menurut-syekh-nawawi-banten
52Op.cit : Wawancara.
48
BAB IV
EVALUASI PELAKSANAAN PEMBINAAN DAN
PENDUKUNG-PENGHAMBAT PELAKSANAAN PAI LANSIA
A. Evaluasi Pelaksanaan Pembinaan PAI Pada Lansia di Pondok
Kasepuhan Raden Rahmat.
untuk para lansia dalam berbagai keterbatasan fisik, spykologis,
sehingga lebih ditekankan pada pendidikan spiritualnya. Pendidikan spiritual
lansia ini merupakan sebuah progam pendidikan yang diselenggarakan khusus
untuk orang-orang yang berumur di atas lima puluh tahun. Penyelenggaraan
progam ini bertujuan untuk menghadapi dan meraih kematian yang baik atau
husnul khatimah.53
Kebutuhan utama lansia selain kesehatan adalah kesiapan mental untuk
menghadapi akhir hayatnya.Upaya untuk meraih itu adalah melalui
pendidikan spiritual.Salah satu penyelenggara progam pendidikan spiritual
lansia adalah pondok sepuh Raden Rahmat.Dengan pendekatan
fenomenologi54 dan interaksi simbolik55 bisa dipahami hubungan interaksi
antara pengasuh, santri pendamping dan santri sepuh. Ditemukan adanya
program pendidikan spiritual lansia dilaksanakan dengan shalat berjama`ah
baik wajib maupun sunnah, pengajian atau motivasi dengan pendampingan,
53Ibid.54Kelompok Studi Agama Driyarkara.1995.Fenomenologo Agama.Yogyakarta. Penerbit
Kanisius. Hal:4255.Ricard West dan Lynn H. Turner. Pengantar Teori Komunikassi. Edisi 3.Analisis dan
Aplikasi.Terjemahan Maria Natalia Damayanti M. Jakarta. Penerbit Salemba Humanika. 2007.
49
takziyah, ziarah, tilawatil Qur`an, dhikir dan qiyamul lail. Kegiatan-kegiatan
tersebut untuk lebih mendekatkan hati, kecintaan hati dan penyerahan hati
kepa Alla ta’ala.56
Untuk mencapai husnul khotimah ini di pondok sepuh terdapat faktor-faktor
pendukung memudahkan jalannya program pendidikan agama islam dan penghambat
pendidikan lansia di pondok sepuh dibedakan menjadi dua; internal dan eksternal.
Faktor pendukung internal yaitu semangat pengabdian pengasuh pondok dan motivasi
atau semangat para santri sepuh untuk mengikuti program pendidikan. Faktor
pendukung eksternal yaitu dukungan dinas sosial, lingkungan dan keluarga dengan
membantu memotivasi santri sepuh dan bantuan kesehatan dari puskesmas.
a. Fisik dan Keterbatasan Fisik
Kondisi fisik para peserta santri lansia pada umumnya sudah rentan, dan
sudah menjadi hukum alam, bahwa pada akhirnya fisik manusia akan mengalami
proses penuaan, proses degradasi, proses penurunan fungsi dan kwalitas, yang perlu
dilakukan untuk menghadapi perubahan tubuh lansia ini.57 Memahami akan hal
tersebut di pondok sepuh dalam keseharian diusahakan mengonsumsi makanan yang
sehat, berolahraga ringan dengan rutin, beristirahat cukup yang, dan melakukan
pemeriksaan kesehatan secara berkala yang sudah dijadwalkan oleh puskesmas dalam
posyandu lansia. Hal-hal demikian adalah kegiatan-kegiatan untuk mendukung
kelancaran para santri dalam mencapai husnul khotimah yang merupakan tujuan
utamanya turut serta dalam kegiatan pesantren lansia.Ada beberapa tanda atau gejala
penurunan yang jelas tampak pada fisik seseorang kalau sudah memasukki tahap
56Metode ini mencoba menangkap dan menginterpretasikan setiap jenis perjumpaandengan yang suci.
57Ruangguru. 2009. Psykologi Lansia. https://ruangguruku.com/psikologi-lansia/
50
usialanjut,58 yang sudah dipahami pengasuh atan santri pendamping karena sudah
sering menemui dan terbiasa melihat gejala tersebut selain pendiri/pengasuh sendiri
merupakan kader di puskesmas. Tanda-tanda tersebut tampak pada :
1. Penuaan kulit,Kulit manusia akan menjadi lebih keriput akibat
berkurangnya produksi kolagen59. Kelenjar keringat di kulit juga dapat
berkurang, menyebabkan seorang lansia lebih rentan mengalami kulit
kering. Demikian pula total cairan tubuh yang umumnya berkurang.
2. Fungsi jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler), yang turut
memengaruhi fungsinya. Pembuluh darah arteri akan menebal dan menjadi
keras karena proses aterosklerosis.60
3. Sistem pernapasan, Elastisitas paru dan aktivitas sel pembersih paru akan
berkurang seiring bertambahnya usia.
4. Sistem pencernaan, usus juga bergerak lebih pelan sehingga Anda
memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencerna makanan.
5. Fungsi ginjal.
6. Tulang dan sendi, mulai kehilangan strukturnya, yang dapat menyebabkan
osteoporosis61dapat timbul nyeri yang mengganggu pada tulang maupun
sendi.
7. Penglihatan, ketajaman penglihatan, kepekaan warna, dan persepsi
kedalaman juga berkurang.
58 https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/perubahan-tubuh-lansia/59Kolagen adalah salah satu protein yang berfungsi untuk menjaga kekenyalan kulit.60Aterosklerosis adalah penyempitan dan pengerasan pembuluh darah arteri akibat
penumpukan plak pada dinding pembuluh darah. Kondisi ini merupakan penyebab umumpenyakit jantung koroner (atherosclerosis heart disease).
61Osteoporosis adalah kondisi saat kualitas kepadatan tulang menurun
51
8. Pendengaran, perubahan pada sistem pendengaran di usia tua. Mulai dari
berkurangnya saraf pendengaran.
b. Sosial
Jika dilihat dari social peserta santri lansia di pondok sepuh yang
datang dikarenakan factor kemiskinan biasanya datang di antar oleh Dinas
Sosial, sementara yang lain datang dari kalangan keluarga yang memang
karena kesibukan keluarganya serta ada yang datang karena ketidak
harmonisan rumah tangga. Namun secara umum hampir semua peserta santri
lansia di Pondok Sepuh mempunyai keluarga dan datang dengan diantar oleh
anggota keluarganya.
c. Pribadi
Pribadi/ personal santri masing-masing mempunyai kepribadian yang
berbeda sesuai dengan perjalanan pengalaman hidup dan kepuasan hidup
dimasa lanjut usia.62 Kepribadian atau personality maksudnya adalah apa yang
tampak secara lahir dan tidak selalu menggambarkan yang sesungguhnya
(dalam bathinnya). Contoh: orang lapar belum tentu mau makan ketika
ditawari makanan, pada hal perutnya keroncongan. Kepribadian adalah semua
corak perilaku dan kebiasaan individu, corak perilaku dan kebiasaan ini
merupakan kesatuan fungsional yang khas pada seseorang. Dengan gambaran
kepribadian dan kepuasan hidup seperti itu, santri lansia di Pondok Sepuh ada
yang mempunyai kepribadian yang sama dengan tujuan pondok sepuh, yaitu
62 https://www.kompasiana.com/oshien_razak/54f67a15a33311e6048b4ded/kepribadian-dan-kepuasan-hidup-lanjut-usia
52
bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan rohani dan kebutuhan keinginan untuk
menuntut ilmu agama islam menuju husnus khotimah. Para peserta pondok
sepuh yang ada yang mempunyai kerpibadian yang agak sulit (tidak mudah)
dilayani seperti sedang mengalami kebosanan hidup sehingga peserta santri
sepuh ini memperlihatkan ekspresi yang sulit sejalan dengan lingkungan,
pendiam dan ada yang mudah marah.Sementara santri lansia yang memang
sudah sejalan dengan tujuan pondok untuk belajar ilmu agama dan tuntutan
hidup lebih mudah dalam mengikuti program di Pondok Sepuh.
Sedangkam kepuasan hidup adalah kesejahteraan psikologis secara
umum atau kepuasan terhadap kehidupan secara keseluruhan.Kepuasan hidup
mempengaruhi kesejahteraan psikologis pada orang dewasa lanjut.Para santri
lansia di Pondok Sepuh yang sedang berada dalam kondisi terpenuhi
kebutuhan dan keinginan dan merasa dalam kondisi kepuasan hidup hanya
merasa kesepian atau berkeinginan ada teman atau perlu teman.63
Masuki lanjut usia merupakan periode akhir dalam rentang kehidupan
manusia di dunia ini. Banyak hal penting yang perlu diperhatikan guna
mempersiapkan memasuki masa lanjut usia dengan sebaik-baiknya.
Setidaknya pengelola memahami hal-hal berikut untuk mengetahui kondisi
peserta santri lanjut usia, ada beberapa tipe kepribadian lansia adalah sebagai
berikut Tipe Konstruktif (Constructive Personality), Tipe Mandiri
(Independent Personality), Tipe Tergantung (Dependent Per-sonality), Tipe
63Ruangguru. 2009. Psykologi Lansia. https://ruangguruku.com/psikologi-lansia/
53
Bermusuhan (Hostility Personality) dan Tipe Kritik Diri (Self Hate
Personality).64
a. Tipe Kepribadian Konstruktif
Model kepribadian tipe ini sejak muda umumnya mudah
menyesuaikan diri dengan baik terhadap perubahan dan pola
kehidupannya.Sejak muda perilakunya positif dan konstruktif serta
hampir tidak pernah bermasalah, baik di rumah, di sekolah maupun
dalam pergaulan sosial. Perilakunya baik, adaptif, aktif, dinamis,
sehingga setelah selesai mengikuti studi ia mendapatkan pekerjaan juga
dengan mudah dan dalam bekerjapun tidak bermasalah. Karier dalam
pekerjaan juga lancar begitu juga dalam kehidupan berkeluarga; tenang
dan damai semua berjalan dengan normatif dan lancar.
Dapat dikatakan bahwa tipe kepribadian model ini adalah tipe
ideal, seolah-olah orang tidak pernah menghadapi permasalahan yang
menggoncangkan dirinya sehingga hidupnya terlihat stabil dan
lancar.Jika tipe kerpibadian ini terlihat seolah-olah tidak pernah
bermasalah hal itu terjadi karena tipe kepribadian model ini mudah
menyesuaikan diri, dalam arti juga pandai mengatasi segala
permasalahan dalam kehidupannya.Sifatnya pada masa dewasa adalah
mempunyai rasa toleransi yang tinggi, sabar, bertanggung jawab dan
fleksibel, sehingga dalam menghadapi tantangan dan gejolak selalu
dihadapi dengan kepala dingin dan sikap yang mantap.
64Ruangguru. 2009. Psykologi Lansia. https://ruangguruku.com/psikologi-lansia/
54
Pada masa lanjut usia model kepribadian ini dapat menerima
kenyataan, sehingga pada saat memasuki usia pensiun ia dapat menerima
dengan suka rela dan tidak menjadikannya sebagai suatu masalah,
karena itu post power sindrome juga tidak dialami. Pada umumnya
karena orang-orang dengan kepribadian semacam ini sangat produktif
dan selalu aktif, walaupun mereka sudah pensiun akan banyak yang
menawari pekerjaan sehingga mereka tetap aktif bekerja di bidang lain
ataupun ditempat lain. Itulah gambaran tipe kepribadian konstruktif yang
sangat ideal, sehingga mantap sampai lansia dan tetap eksis di hari tua.
Peserta santri lansia di Pondok Sepuh ini ada empat peserta yang
menurut pengamatan pendamping maupun pengasuh di pondok lansia,
dalam keseharian memang terlihat tenang tidak terlalu agresif yang
aneh-aneh dan biasa saja sehingga memudahkan bahkan bisa membantu
pengasuh atau membantu santri pendamping65.
b. Tipe Kepribadian Mandiri
Model kepribadian tipe ini sejak masa muda dikenal sebagai
orang yang aktif dan dinamis dalam pergaulan sosial, senang menolong
orang lain, memiliki penyesuaian diri yang cepat dan baik, banyak
memiliki kawan dekat namun sering menolak pertolongan atau bantuan
orang lain. Tipe kepribadian ini seolah-olah pada dirinya memiliki
prinsip "jangan menyusahkan orang lain" tetapi menolong orang lain itu
penting. Jika mungkin segala keperluannya diurus sendiri, baik
65Op. Cit : Wawancara
55
keperluan sekolah, pakaian sampai mencari pekerjaan dan mencari
pasangan adalah urusan sendiri.
Begitu juga setelah bekerja, dalam dunia kerja ia sangat mandiri
dan sering menjadi pimpinan karena aktif dan dominan. Perilakunya
yang akif dan tidak memiliki pamrih, justru memudahkan gerak
langkahnya, biasanya ia mudah memperoleh fasilitas atau kemudahan-
kemudahan lainnya sehingga kariernya cukup menanjak, apalagi jika
ditunjang pendidikan yang baik, maka akan mengantarkan model
kepribadian yang mandiri menjadi pimpinan atau manajer yang tangguh.
Dalam kehidupan berkeluarga model kepribadian ini umumnya
sangat dominan dalam mengurus keluarganya.Semua dipimpin dan
diatur dengan cekatan sehingga semua beres. Seolah-olah dalam
benaknya anak istri tidak boleh kerepotan dan jangan merepotkan orang
lain. Model tipe ini adalah ayah atau ibu yang sangat perhatian pada
anak-anak dengan segala kebutuhannya.
Bagaimana model kepribadian tipe ini memasuki masa pensiun
dan masa lansia? Disinilah mulai timbul gejolak, timbul perasaan
khawatir kehilangan anak buah, teman, kelompok, jabatan, status dan
kedudukan sehingga cenderung ia menunda untuk pensiun atau takut
pensiun atau takut menghadapi kenyataan. Termasuk dalam kelompok
kepribadian model ini adalah mereka yang sering mengalami post power
sindrome setelah menjalani masa pensiun. Sedangkan tipe kepribadian
ini yang selamat dari sindrome adalah mereka yang biasanya telah
56
menyiapkan diri untuk memiliki pekerjaan baru sebelum pensiun,
misalnya wira swasta atau punya kantor sendiri atau praktek pribadi
sesuai dengan profesinya masing-masing dan umumnya tidak tertarik
lagi bekerja disuatu lembaga baru kecuali diserahi penuh sebagai
pimpinan.
Untuk type ini peserta santri lansia di Pondok Sepuh hanya ada
satu peserta santri, peserta satu ini menurut pengamatan pengasuh karena
merasa takut kehilangan anak/keluarga dan merasa takut kalau sendiri
sering banyak diam dan tidak banyak bicara.66
c. Tipe Kepribadian Tergantung
Tipe kepribadian tergantung ditandai dengan perilaku yang pasif
(tidak berambisi), sejak anak-anak, remaja dan masa muda. Kegiatan
yang dilakukannya cenderung didasari oleh ikut-ikutan (diajak oleh te-
man atau orang lain). Jika tidak ada yang mengajak, timbul pikiran yang
optimistik, namun sukar melaksanakan kehendaknya, karena kurang me-
miliki inisiatif dan kreativitas untuk menghadapi hal-hal yang nyata.
Pada waktu sekolah mereka biasanya dikenal sebagai siswa yang
pasif, tidak menonjol, banyak menyendiri, pergaulannya terbatas
sehingga hampir-hampir tidak dikenal kawan sekelasnya.Begitu juga
saat menjadi mahasiswa, biasanya serba lambat karena pasif sehingga
masa studinya juga lambat. Dalam mencari pekerjaan orang tipe ini
66ibid : Wawancara
57
biasanya tergantung pada orang lain, sehingga masuk usia kerja juga
lambat dan kariernya tidak menyolok.
Dalam bekerja lebih senang jika diperintah, dipimpin dan diper-
hatikan oleh orang lain atau atasan, namun jika tidak ada perintah cen-
derung pasif seolah-olah tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dalam
pergaulan sehari-hari mereka cenderung menunggu ajakan teman namun
sesudah akrab sulit melupakan jasa baik temannya.
Dalam kehidupan perkawinan, karena orang pasif biasanya
menikah terlambat dan memilih istri atau suami yang dominan, maka
dalam kehidupan keluarga biasanya akur, akrab, tentram tidak banyak
protes, pokoknya mengikuti kehendak suami atau istri.Pada saat pensiun
mereka dengan senang hati menerima pensiun dan dapat menikmati hari
tuanya. Masalah akan timbul jika pasangan hidupnya meninggal duluan.
Kejadian tersebut seringkali mengakibatkan mereka menjadi merana dan
kadang-kadang juga cepat menyusul, karena kehilangan pasangan
merupakan beban yang amat berat sehingga mengalami stress yang berat
dan sangat menderita.
Untuk yang mempunyai sifat ini di Pondok Sepuh hampir sama
perilakunya di lebih banyak diam, tidak atau kurang tergerak ketika ada
kegiatan luar kelas seperti bersih-bersih, menanam dan berolah raga
kelihatan kurang berinisiatif. Perilaku dan sifat ini diketahui lebih
jelasnya ketika pengasuh berbincang dengan peserta santri lansia dan
58
keluarga santri lansia.Peserta santri lansia dengan tipe ini hanya ada satu
peserta dan tidak terlalu merepotkan pengelola pondok sepuh.67
d. .Tipe Kepribadian Bermusuhan
Tipe Kepribadian bermusuhan adalah model kepribadian yang
tidak disenangi orang, karena perilakunya cenderung sewenang-wenang,
galak, kejam, agresif, semauanya sendiri dan sebagainya.Sejak masa
sekolah dan remaja biasanya mereka sudah banyak masalah, sering
pindah-pindah sekolah, tidak disenangi guru, dijauhi kawan-kawan
sehingga sebagai siswa reputasinya negatif. Begitu juga setelah jadi
mahasiswa, dikampus biasanya mereka dikenal sebagai tukang bikin
ribut, prestasi akademik kurang, namun biasanya pandai pacaran, ganti-
ganti pacar, berjiwa petualang (avonturir) dan mudah terjerumus dalam
minum-minuman keras, menggunakan narkotik dan sejenisnya. Dalam
dunia kerja umumnya mereka tidak stabil, senang pindah-pindah kerja
atau pekerjaannya tidak menentu. Kalau menjadi pejabat cenderung
foya-foya, menghalalkan segala cara dan semua keinginan harus dituruti,
demi memberikan kepuasan diri. Tipe ini juga dikenal tidak mau
mengakui kesalahannya dan cenderung mengatakan bahwa orang lah
yang berbuat salah, banyak mengeluh dan bertindak agresif atau
destruktif, pada hal dalam kenyataan mereka lebih banyak berbuat
kesalahan.
67ibid : Wawancara
59
Model kepribadian bermusuhan ini juga takut menghadapi masa
tua, sehingga mereka berusaha minum segala jenis jamu atau obat agar
terlihat tetap awet muda, mereka juga takut kehilangan power, takut
pensiun dan paling takut akan kematian. Biasanya pada masa lansia
ornag-orang dengan tipe ini terlihat menjadi rakus, tamak, emosional dan
tidak puas dengan kehidupannya, seolah-olah ingin hidup seribu tahun
lagi.
Peserta lanjut usia di Pondok Sepuh yang memiliki tipe
kepribadian ini tidak ada, tetapi ada satu peserta santri yang tidak
tergolong lansia tetapi peserta ini diikutsertakan dalam program santri
lansia di Pondok Sepuh Raden Rahmat karena sebelumnya mengalami
ketergantungan psykotropika dan saat ini sudah menunjukkan perubahan
yanga baik (positip), dan semakin memahami tujuan hidup68.
e. Tipe Kepribadian Kritik Diri
Tipe kepribadian kritik diri ditandai adanya sifat-sifat yang
sering menyesali diri dan mengkritik dirinya sendiri.Misalnya merasa
bodoh, pendek, kurus, terlalu tinggi, terlalu gemuk dan sebagainya, yang
menggambarkan bahwa mereka tidak puas dengan keberadaan
dirinya.Sejak menjadi siswa mereka tidak memiliki ambisi namun kritik
terhadap dirinya banyak dilontarkan.Kalau dapat nilai jelek, selalu
mengkritik dirinya dengan kata dasar orang bodoh maka malas
belajar.Begitu juga setelah dewasa dalam mencari pekerjaan dan bekerja
68ibid : Wawancara
60
juga tidak berambisi yang penting bekerja namun karier tidak begitu
diperhatikan.Keadaan itu biasanya juga mengakibatkan kondisi sosial
ekonominya juga menjadi pas-pasan, karena sulit diajak kerja keras.
Dalam kehidupan berkeluarga juga tidak berambisi, syukur kalau
dapat jodoh, namun setelah nikah hubungan suami istripun tidak mesra
karena selalu mengkritik dirinya dengan segala kekuangannya.Karena
kurang akrab berkomunikasi dengan suami atau istri, maka mudah
terjadi salah faham, salah pengertian dan mudah tersinggung.Kehidupan
dalam keluarga kurang hangat dan kurang membahagiakan dirinya.
Dalam menghadapi masa pensiun mereka akan menerima dengan rasa
berat, karena merasa lebih tidak berharga lagi dan tidak terpakai. Model
kepribadian inilah yang sering terlihat pada lansia yang antara suami dan
istri menjadi tidak akur, sehingga masing-masing mengurusi kebutuhan
sendiri-sendiri, tidak saling menegur dan saling mengacuhkan walaupun
hidup dalam satu atap.
Untuk tipe ini peserta santri lanjut usia sebagian besar berada
dalam type ini, namun dalam mengurus diri sendiri menurut para peserta
santri lansia karena sudah tua, jadi tidur sendiri-sendiri, makan juga
ambil sendiri dan ketika (sebelum di pondok sepuh) di rumah
kebiasaanya sendiri-sendiri.69
Dengan memahami tipe-tipe tersebut pengasuh atau pendamping
santri dalam melakukan pendekatan menjadi lebih spesifik sesuai sifat dan
69ibid : Wawancara
61
watak kepribadian santri lansia.Walau memiliki berbagai watak dan kepri-
badian semua peserta di arahkan pada tujuan pencapaian husnul khotimah.
2) Kepuasan Hidup LanjutUsia
Kepuasan merupakan kondisi subyektif dari keadaan pribadi
seseorang sehubungan dengan perasaan senang atau tidak senang sebagai
akibat dari adanya dorongan atau kebutuhan yang ada pada dirinya dan
dihubungkan dengan kenyataan yang dirasakan. Kepuasan hidup
merupakan kemampuan seseorang untuk menikmati pengalaman-
pengalaman yang disertai dengan tingkat kegembiraan.Kepuasan hidup
timbul dari pemenuhan kebutuhan atau harapan dan merupakan penyebab
atau sarana untuk menikmati. Seorang individu yang dapat menerima diri
dan lingkungan secara positif akan merasa puas dengan hidupnya.
Jika dilihat dari pengamatan di Pondok Sepuh, semua peserta
merasakan senang menjalani dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang
dilakukan di Pondok Sepuh Raden Rahmat.70Terkadang pada masa-masa
libur kegiatan peserta santri sepuh ada yang tidak ingin pulang dan tetap
tinggal bersama pengasuh dan santri pendamping. Dari informasi yang
didapat (walau saat survey tidak menemukan informasi ini) saat
wawancara dengan pengurus, informasi di dapat dari cerita pengurus yang
menyimpulkan bahwa peserta lebih ‘betah’ dan ‘krasan’ tinggal di Pondok
Sepuh Raden Rahmat.
70ibid : Wawancara
62
Kesehatan bagi golongan lanjut usia merupakan suatu hal yang
harus dengan sungguh-sungguh diperhatikan, ada beberapa yang perlu
diperhatikan terhadap lansia karena penurunan fungsi organ tubuh
mengalami penurunan.71Ada yang menyebut dengan kelompok umur
lansia merupakan kelompok yang kesehatannya berisiko.Kebanyakan
masalah kesehatan lansia terdiri dari masalah kesehatan degeneratif atau
geriatri.Kesehatan pada lansia bisa berdampak parah jika tidak ditangani
lebih lanjut. Sebaiknya anggota keluarga dari kelompok umur lanjut usia
dan kebetulan mengalami masalah kesehatan lansia juga bisa mengedukasi
diri mengenai penyebab keluhan penyakit yang dialami.
Selama melakukan pengamatan di Pondok Sepuh, para peserta
santri lansia ada beberapa peserta santri yang mengalami gangguan
kesehatan mulai dari yang gangguan yang diyakini dari gangguan ghoib
dan sakit.Untuk yang menderita sakit diantaranya karena stroke selama
menjadi santri lansia mengalami perubahan yang baik, saat ini sudah
sehat.Untuk lainnya seperti gangguan-gangguan ringan seperti ispa
(infeksi saluran pernafasan akut). Dari yang sekarang sudah sehat tersebut
merasa lebih sesuai tinggal di Pondok Sepuh dan ingin (meninggal) husnul
khotimah di pondok, dan ini hampir 90 % peserta santri lanjut usia.72
Aklakul karimah walaupun jika diamati saat ini kelihatan baik,
untuk mencpai itu ternyata pengelola Pondok Sepuh melakukan cara-cara
yang secara spesifik dilakukan pada peserta santri di Pondok Sepuh.Cara
71Op. Cit. Psykologi Lansia.72Op Cit : Wawancara
63
untuk mengatasi perbedaan penyerapan/kemampuan memahami PAI pada
lansia di Pondok Sepuh dilakukan dengan pendampingan dengan system
musyawarah.Ketika ada perbedaaan mereka duduk bersama kemudian
musyawarah layaknya seorang anak dan ortu sendiri.Suasana saat
mengatasi perbedaan-perbedaan dilakukan dengan nuansa ‘Guyub’.Dalam
Bahasa Indonesia bisa dikatakan suasana yang cair, nyaman, enak, entang
tidak tertekan, walaupun kata ini kurang bisa menggambarkan kepada
keadaan yang sesungguhnya ketika pertemuan antara para pengasuh
dangan para peserta santri di Pondok Sepuh.
d. Prodiktifitas dan Ekonomi
Secara produktifitas dan ekonomi para peserta santri lansia semua
sudah tidak bekerja, untuk menunjang kelangsungan hidupnya para peserta di
dukung oleh keluarga masing-masing.Namun di pondok sepuh para santri
lansia diajak untuk tetap berproduktifitas dengan memanfaatkan kebun dan
halaman pondok untuk dimanfaatkan bercocok tanam yang hasilnya
dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan pondok.
Walau tidak produktif (bekerja) para santri lansia tetap semangat
bahkan ingin tetap membantu pondok, ingin berkerja di pondok dan berbagi
pengalaman serta ketrampilan dengan sesame santri lainnya dan memberikan
wakaf untuk pembangunan kantor pondok.
Kondisi fisik, psikis, sosial, dan ekonomi lansia yang semakin
menurun tidak ingin diartikan sebagai beban dalam masyarakat, dengan tetap
64
produktif di pondok.Jika dilihat dari sisi pengalaman, pengetahuan, keahlian
dan kearifan, para lansia memiliki pengalaman yang lebih.Para santri lansia ini
masih bisa berkontribusi dalam pembimbing bagi generasi muda.Hal ini perlu
disadari oleh santri pendamping yang lebih muda.
B. Penghambat Dan Pendukung Pelaksanaan PAI Dalam Meningkatkan
Kecerdaan Spiritual Lansia
1. Penghambat Pelaksanaan PAI Dalam Meningkatkan Kecerdaan Spiritual
Lansia.
Dengan sudah ditentukannya nama pesantren bukan berarti semua
bisa berjalan mulus, kesulitan dalam merealisasikan ide pendirian pondok
ini yang utama adalah sulitnya mengkondisikan santri. Hal ini dikarenakan
santri dengan berbagai latar belakang kehidupan mempunyai karakter yang
berbeda-beda. Ada yang mudah marah, mudah tersinggung karena factor
usia namun juga ada yang sabar. Ada yang sudah bisa membaca Al Qur’an
namun juga ada yang belum bisa, ada yang sudah bisa mengerjakan sholat
namun juga ada yang belum bisa.Kondisi yang beraneka raga mini
merupakan tantangan kesulitan tersendiri dalam mengelola pondok
sepuh.73
Hambatan utama saat mendirikan atau merealisasikan ide,
“Sulitnya mengkondisikan santri, karena keunikan, Konsulidasi
73ibid : Wawancara
65
pengurus.Merembug fasilitas public semua pengurus aktif sesuai
bidangnya”.
Pendiri maupun pengelola sebenarnya tidak mempunyai
pendidikan yang khusus bidang kepondokan, sebagaimana data yang ada
pendidikan pengelola mulai dari pendidikan dasar sampai dengan
pendidikan tinggi tidak ada pendidikan pondok, sebagaiman terlihat dalam
data yang ada.
Tabel 4.1. Pendidikan Pendiri Pondok SepuhNo Tingkat Pendidikan Nama Sekolah Asal Kota Keterangan1 Sekolah Dasar SD Tanjung Lampung2 Sekolah Menengah Pertama SMP Santa Maria Janjaya, Lampung3 Sekolah Menengah Atas SMA Al Muslim Bekasi4 Perguruan Tinggi Al Aqidah Jakarta Timur5 (Pendiri Pendidikan formal) Yayasan PAI Bekasi Sekretaris
Sumber : Hasil Wawancara
Pada table pendidikan pendiri terlihat, pendiri mulai mengenyam
pendidikan yang berbasis islam dimulai dari sekolah menengah atas
kemudian dilanjutkan kuliah di Al Aqidah Jakarta. Dari pengalaman
pendidikan keaislaman ini pendiri pernah mendirikan yayasan untuk
menaungi pendidikan formal islam di Bekasi. Berbekal dari pengalaman
keorganisasian sebagai pendiri dan duduk sebagai sekretaris membuat
pendiri pondok lansia memiliki wawasan untuk mendirikan lembaga
pendidikan islam di tempat lain. Selain itu pendiri juga pengalaman
menangani para lanjut usia, karena sudah 9 (Sembilan) tahun magang di
puskesmas, sebagaimana ketika diajukan pertanyaan tentang riwayat
pendidikan pondok para pendiri atau penemu gagasan yang dijelaskan
66
bahwa pendiri pernah 9 (Sembilan) tahun memegang program lansia di
puskesmas. Sebagai pegawai puskesmas yang membidangi lansia.74
Ke depannya, bersama para sukarelawan dan pengasuh hendak
menyusun kurikulum sekolah lansia.Karena ada perbedaan fungsi, kalau
pesantren pada umumnya menangani orang yang sedang tumbuh.Di
Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat lebih fokus pada menangani orang
yang menua.Menyikapi hal itu, dua pekan sekali ada posyandu
lansia.Sepekan sekali ada senam lansia, selain diajak ke Gunung Gajah
untuk terapi matahari dan terapi udara gunung.
“Ini generasi-generasi istimewa saya menyebutnya, terlebih orang
tua pada umumnya sangat sensitif termasuk sensitif pada obat
pabrikan.Menyikapi hal ini, para santri kita ajak untuk mendekat dengan
alam,” tukasnya.
Khusus bagi santri yang resiko tinggi, tentu mereka tidak bisa apa-
apa sehingga perlu dikunjungi oleh pengasuh.Solikin mengungkapkan
bahwa pesantren ini gratis untuk warga setempat.Namun bagi para santri
yang tinggal di pondok, pengelola memberikan metode pembiayaan
subsidi silang berdasarkan kemampuan masing-masing santri."Kami tidak
mematok biaya yang harus dikeluarkan untuk mondok di sini.Semua
disesuaikan dengan kemampuan masing-masing, sehingga yang berlatar
belakang mampu bisa membantu yang kurang mampu dalam hal ekonomi,
tetapi jika benar-benar tidak mampu maka bisa kita rembug bersama untuk
74ibid : Wawancara
67
mencari solusi," ujar Solikin yang setiap hari juga bekerja sebagai petugas
kesehatan di Puskesmas Pembantu Desa Gedong.75
Adapun faktor penghambat internal yaitu dari santri lansia yaitu
kesehatannya labil dan daya ingat yang berkurang.Serta faktor
penghambat eksternal yaitu kurangnya dukungan dari keluarga karena
kehawatiran terhadap mereka.Peserta santri lansia di Pondok Sepuh Raden
Rahmad ini semua punya tempat tinggal dan keluarga, dan berniat/
bermaksud untuk mendalami agama.Semua santri sepuh juga datang
diantar keluarga.
2. Faktor Pendukung Pelaksanaan PAI Dalam Meningkatkan Kecerdaan
Spiritual Lansia.
Pada kesempatan Hari Lansia, Pondok pernah menerima
kunjungan Wakil Bupati Semarang, Ngesti Nugraha yang memberikan
bantuan sosial untuk 150 orang lansia di Pesantren Kasepuhan Raden
Rahmat. Beliau juga mencanangkan “Desa Gedong sebagai percontohan
Desa Ramah Lansia,” katanya.76 Bersama Dinas Sosial, Komda Lansia
Kabupaten Semarang memberikan santuan bantuan sosial kepada 150
orang lansia santri mukim dan santri non-mukim dari Desa Gedong yang
berdomisili di Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat. Tidak sekadar warga
lansia muslim, bantuan juga diberikan kepada lansia non-muslim. Di
75ibid : Wawancara76 Gedong Jadi Percontohan Desa Ramah Lansia
dalamhttps://www.suaramerdeka.com/news/baca/186278/gedong-jadi-percontohan-desa-ramah-lansia
68
lokasi yang sama juga disampaikan penyuluhan kesehatan serta sosialisasi
tentang lansia.
Kegiatan tersebut sebagai bentuk dukungan dari Pemerintah
Kabupaten Semarang dalam kegaiatan pondok lansia yang memiliki tujuan
utama untuk meningkatkan kecerdasan spiritual para peserta
lansia.Dukungan lainnya adalah dari masyarakat sekitar yang mudah
menerima kehadiran para peserta santri lansia di lingkungan
mereka.Ketika santri berkunjung atau sekedar jalan-jalan di sekitar
lingkungan masyarakat sekitar menerima dengan ramah, terkadang
dipersilahkan mampir di rumah-rumah penduduk sekitar.Pengalaman ini
membawa pada pemahaman santri lansia bahwa mereka diterima di
masyarakat sekitar dan masyarakat sekitar beranggapan para santri lansia
ini mempunyai pengetahuan spiritual keagamaan yang lebih. Dengan
sendirinya para santri lansia akan terbawa dalam kesadaran untuk bisa
membawa diri bahwa mereka dianggap memiliki pengetahuan spiritual
yang lebih yang dengan sendirinya akan mampu membantu para santri
lansia untuk meningkatkan kemampuan spiritualnya,
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
1. Pertama dalam perencanaan pembinaan PAI pada lansia Pondok Kasepuhan
Raden Rahmat memberikan bimbingan kepada santri sepuh perlu spesifikasi
kurikulum Pendidikan Agama Islam model pengajaran yang berorientasi pada
praktek-praktek ibadah, praktek-praktek muamalah dan praktek silaturohmi
sesama santri sepuh dan lingkungan. Pembimbing dipilih dari kader yang terbiasa
dengan pelayanan social dan mempunyai kemampuan kepondokan yang
memadai.
2. Pelaksanaan pembinaan PAI lansia untuk peningkatan kecerdasan spiritual
pengelola untuk menerapkan PAI lansia perlu disusun kurikulum yang sesuai
dengan sosiologi lansia, system pengajaran yang khusus bisa mengarahkan lansia
dengan berbagai perbedaan karakter, dan dukungan sumber pendanaan selain
swadaya dari pengelola serta peserta.
3. Evaluasi pelaksanaan pembinaan PAI pada lansia di Pondok Kasepuhan Raden
Rahmat orientasi santri lansia yang sebelumnya pendiri memiliki tujuan untuk
mencarikan teman orang tuanya sebagai bentuk perwujudtan birrul walidain
(Arab: ternyata gayung bersambut sangat diterima masyarakat (بر الوالدین
khususnya para lanjut usia dalam menggapai husnul khotimah (Arab: حسن
Para peserta santri lansia yang sebelumnya memiliki tujuan orientasi yang .(الخاتمة
berbeda dengan program yang tersusun di Pondok Sepuh bisa jadi memiliki
70
tujuan yang sama yaitu husnul khotimah. Ternyata banyak aspek yang perlu
dipertimbangkan seperti kesehatan yang labil dan daya ingat yang berkurang.
4. Masyarakat sekitar dan Pemerintah Daerah merupakan faktor pendukung yang
secara tidak langsung memperlancar pelaksanaan PAI dalam meningkatkan
Kecerdaan Spiritual Lansia di Pondok Sepuh Raden Rahmat.
Faktor penghambat eksternal yaitu kurangnya dukungan dari keluarga karena
kehawatiran terhadap mereka dan kondisi fisik lansia yang perlu perhatian khusus.Faktor
penghambat internal para peserta santri lansia memiliki tujuan orientasi yang berbeda
dengan tujuan orientasi di Pondok Sepuh.
B. Saran
Dari hasil penelitian ini ada beberapa hal yang bisa dipergunakan
untuk kemajuan pondok sepuh Raden Rahmat, diantaranya :
Pertama dalam membuat system pembelajaran untuk lansia, lansia
lebih tertarik dengan berbincang-bincang yang mendudukan para lansia
sebagai teman diskusi.
Kedua untuk perekrutan menjadi santri pendamping diperlukan
penilaian santri yang mempunyai kapabilitas dalam penanganan lansia, karena
peserta santri lansia lebih banyak pada masalahan lansia dari pada masalah
kepondokan.
Perlunya dikembangkan kawasan disekitar pondok sebagai kawasan
yang ramah lansia yang bisa mendukung pencapaian husnul khotimah para
peserta santri lansia dan juga para lansia di sekitar pondok sepuh.
71
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam.Jakarta:Kencana,
2008. Cet ke 2.
Abdurrahman Mas’ud, dkk, Dinamika Pesantren dan Madrasah, Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 2002.
Abdurrahman Mas’ud, Intelektual Pesantren. Yogyakarta : LKis. 2004.
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam Dalam Perspektif Islam, Bandung: Rosda,
2010), Cet ke 10.
Amin Haedari, dkk, Masa Depan Pesantren. Jakarta: IRD PRESS, 2004.
Ananda Ruth Naftali, Yulius Yusak Ranimpi, M. Aziz Anwar. Kesehatan
Spiritual dan Kesiapan Lansia dalam Menghadapi Kematian.Buletin
Psikoloogi 2017, Vol. 25 No. 2.
Andik Nur Cahyono. Hubungan Spiritualitas Dengan Depresi Pada Lansia Di
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan.Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya.
Anisa Ika Nur Rohmah, Purwaningsih, Khotidatul Bariyah, Jurnal Keperawatan.
ISSN 2086-3071 Volume 3 No. 2, Juli 2012 : 120-132. Buletin Psikoloogi
2017, Vol. 25 No. 2.
Bawani.Tradisionalisme Dalam Pendidikan Islam, Studi Tentang Daya Tahan
Pesantren Tradisional. Surakarta. Al Ihklas. 1993.
Data Biro Pusat Statistik Tahun 2017.
72
Djunaidi. Peranan Keluarga dalam Pemeliharaan Penduduk Lanjut Usia.
Fakultas Ekonomi,Universitas Jambi. 2007.
Drajat, Zakiah.Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara. 1992.
Erdy Nasrul. Mengupas Asal-Usul Santri dan Pesantren, Jakarta.Editorial
Republika 22 Oktober 2017.
Georges Vernes, Rita Karam, Jeffry H Marshall. 2012. Implementation of School-
based Management inIndonesia. Canberra. RAND Corporation.
Hamdan Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajahmada
University Press, 1995.
Hasil wawancara dengan Ustadz Solikin, pimpinan Pondok Kasepuhan Raden
Rahmat Banyubiru pada Rabu 21 Oktober pukul 20.30 WIB
Hassan Shadily & Redaksi Ensiklopedi Indonesia (Red & Peny)., Ensiklopedi
Indonesia Jilid 6 (SHI-VAJ). Jakarta: Ichtiar Baru-van Hoeve, hal. 3607
Jurnal NU-online. Empat Motivasi Ziarah Kubur Menurut Syekh Nawawi Banten.
2 Pebruari 2018. Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/85822/empat-
motivasi-ziarah-kubur-menurut-syekh-nawawi-banten
Kelompok Studi Agama Driyarkara .1995. Fenomenologo Agama.Yogyakarta.
Penerbit Kanisius.
Malcolm Knowles, Andragogy: Concepts for Adult Learning. Washington D.C.:
Departement of Heatlth, Education and Welfare, 1975.
Masduki Duryat. Paradigma Pendidikan Islam. Alfabeta, Bandung, 2016, 78.
73
Moh Roqib. Ilmu Pendidikan Islam ; Pengembangan Pendidikan Integratif di
Sekolah, Keluraga dan Sekolah. Yogyakarta : PT. LKiS Printing Cemerlang.
2009.
Moh.Suardi. 2018. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta : Deepublish. 2018.
Muhimin, Abd. Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Trigenda Karya,
1993.
Mustofa Kamil, “Teori Andragogi,” dalam Ibrahim, R. Ilmu dan Aplikasi
Pendidikan. Bandung: Imperial Bhakti Utama, 2007. vol. 1.
Nana Syaodin Sukmadinata.Metode Peneitian Pendidikan. Cet. IX. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2013.
Nur Uhbiyati. Long Life Education.Walisongo Press. Semarang. 2009.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2011), Cet ke.9.
Remiswal, dan Arham Junaidi Firman.Konsep Fitrah Dalam Pendidikan Islam,
Paradigma Membangun Sekolah Ramah Anak, Yogyakarta, Penerbit Diadra.
Ricard West dan Lynn H. Turner. Pengantar Teori Komunikassi. Edisi 3.Analisis
dan Aplikasi.Terjemahan Maria Natalia Damayanti M. Jakarta. Penerbit
Salemba Humanika. 2007..
Riyanto, Yatim. Pengembangan Kurikulum dan Seputar Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP), IKAPI : Universiti Press. 2006
S. Nasution. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
Sahertian, Piet A. 2000. Konsep Dasar Dan Teknik Supervisi Akademik. Jakarta:
Bineka Cipta. Siregar, Eddie. 2011.
74
Saifuddin Zuhri, Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia.
Bandung : Al-Ma’arif Bandung, 1979.
Shaleh, Abdul, Rahman. Pendidikan Agama dan Pembangunan Untuk
Bangsa.Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 2005.
Siti Rahmah. Pembinaan Keagamaan Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Sejahtera.Fakultas Dajwah dan Komunikasi IAIN Antasaro.Alhadharah
Journal Ilmu Dakwah Vol. 12 No. 23. Januari – Juni 2013.
Sukardi, Metodelogi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta:
Bumi Aksara, 2009.
Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam, Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.2005
Zuhaerini.Metodik Khusus Pendidikan Agama.Surabaya : Usaha Nasional. 1983
75
DAFTAR PERATURAN PERUNDANGAN
Undang-undangRepublik IndonesiaNomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen.
Undang-Undang 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 Tentang
Pendidikan Agama Dan Pendidikan Keagamaan.
DAFTAR INFORMASI INTERNET
https://umum-pengertian.blogspot.com/2016/01/pengertian-pendidikan-secara-
umum-adalah.html
https://kbbi.web.id/lembaga
https://id.wikipedia.org/wiki/Panti_werdha#cite_note-:0-1
https://muslim.or.id/47176-sampaikanlah-dariku-walaupun-satu-ayat.html
https://katibku.blogspot.com/2018/10/masalah-masalah-pokok-yang-
dihadapi.html
http://kamiluszaman.blogspot.com/2015/09/lembaga-pendidikan-islam.html
http://repository.uinsu.ac.id/815/4/DISERTASI_BAB_II.pdf
https://www.academia.edu/28285468/BATASAN_LANSIA_MENURUT_DEPK
ES_DAN_PENYAKIT_YANG_SERING_TERJADI_PADA_LANSIA
76
https://www.suaramerdeka.com/news/baca/184612/selalu-ajarkan-tiga-hal-adopsi-
program-posyandu-lansia
https://jagokata.com/arti-kata/kesepuhan.html
77
LAMPIRAN
78
QUESTIONER
Untuk Ustadz/ Ustadzah (Pengelola).
A. Peran serta lembaga agama islam dalam pondok lansia.
a. Pengayoman
Para santri lansia mendapat pengayoman tempat tinggal, kecukupan
kebutuhan dasar dan pokok lansia.
Pengayoman Tempat
1. Tempat pertemuan untuk menjalankan sholat berjamaah/ sendiri.
…………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………
…………
2. Ruang pertemuan untuk pengajian (pengajaran/ pendalaman agama).
…………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………
…………
3. Ruang pertemuan untuk pengaduan keluhan.
…………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………
…………
4. Tempat pertemuan untuk mengasah ketrampilan.
…………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………
…………
79
5. Tempat pertemuan untuk kunjungan keluarga.
…………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………
…………
6. Ruang pertemuan untuk istirahat/ bermalam.
…………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………
…………
7. Tempat pertemuan untuk MCK.
…………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………
…………
8. Tempat pertemuan untuk memasak.
…………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………
…………
9. Tempat pertemuan untuk makan bersama/sendiri.
…………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………
…………
10. Ruang pertemuan untuk pemeriksaan kesehatan.
80
…………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………
…………
Kebutuhan Dasar Dan Pokok
1. Peralatan tidur.
…………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………
…………
2. Peralatan mandi dan cuci.
…………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………
…………
3. Perlengkapan peribadatan.
…………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………
…………
4. Peralatan mengaji dan ATK.
…………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………
…………
81
5. Peralatan asah ketrampilan.
…………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………
…………
6. Peralatan memasak.
…………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………
…………
7. Peralatan makan.
…………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………
…………
8. Kelengkapan sarana hiburan.
…………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………
…………
9. Kelengkapan peningkatan pengetahuan dan wawasan.
…………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………
…………
82
10. Peralatan alat bantu disfabel.
…………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………
…………
b. Perlindungan
Para santri lansia mendapat perlindungan fisik, perlindungan perubahan
lingkungan dan perlindungan hukum.
Perlindungan Fisik.
1. Upaya menjaga cedera.
…………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………
…………
2. Upaya menjaga kesehatan.
…………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………
…………
3. Upaya menjaga kebugaran.
…………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………
…………
4. Upaya rehabilitasi/ penyembuhan.
83
…………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………
…………
5. Upaya menjaga peserta yang sakit.
…………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………
…………
Perubahan Lingkungan.
1. Pemberian makanan yang memadai.
…………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………
…………
2. Pemberian kelengkapan perlindungan hawa dingin.
…………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………
…………
3. Perlindungan dan perawat peserta yang lemah/ sakit.
…………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………
…………
84
4. Ketersediaan peralatan dan obat perubahan iklim.
…………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………
…………
5. Kesiapan pertolongan.
…………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………
…………
Perlindungan Hukum.
1. Status individual santri lansia.
…………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………
…………
2. Asal usul/ keluarga.
…………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………
…………
3. Kesediaan/ tanggung jawab pengirim.
…………………………………………………………………………
…………
85
…………………………………………………………………………
…………
4. Dukungan lembaga swasta.
…………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………
…………
5. Dukungan lembaga pemerintah.
…………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………
…………
c. Ketentraman
Para santri lansia diusahakan merasa tentram di lingkungan pondok,
suasana dibuat sekondusif mungkin. Selain pengajian, upaya yang
dilakukan :
1. Kegiatan Senam Sehat.
…………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………
…………
2. Kegiatan Pertanian/ Berkebun.
…………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………
…………
86
3. Kegiatan Mamasak.
…………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………
…………
4. Kegiatan olah ketrampilan.
…………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………
…………
5. Kegiatan sarasehan, diskusi kasepuhan.
…………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………
…………
d. Ketenangan
Para santri lansia di upayakan mendapat ketenangan lahiriah dari semua
kebutuhan dasar lansia dan ketenangan batin dengan kegiatan keagamaan
1. Keteraturan dalam pemenuhan makan/ minum.
…………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………
…………
87
2. Kebersihan tempat .
…………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………
…………
3. Jalinan komunikasi dengan Santri.
…………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………
…………
4. Kesigapan dalam menerima keluhan.
…………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………
…………
5. Kebersamaan pengasuh dengan santri.
…………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………
…………
88
QUESTIONER
Untuk Pengurus Pondok (Yayasan/ Lembaga)
1. Status Kelembagaan Pondok
…………………………………………………………………………………
……………
…………………………………………………………………………………
……………
…………………………………………………………………………………
……………
2. Tahun Berdiri Pondok …………………….. Tahun Mulainya Pondok
Lansia……………
3. Riwayat Singkat Pondok
…………………………………………………………………………………
……………
…………………………………………………………………………………
……………
…………………………………………………………………………………
……………
…………………………………………………………………………………
……………
…………………………………………………………………………………
……………
…………………………………………………………………………………
……………
4. Nama dan Alamat Pondok
Nama
Pondok………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
……………
89
Alamat
Pondok…………………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………………………
……………
5. Asal Lahan, Status Lahan dan Luas Lahan Pondok
…………………………………………………………………………………
……………
…………………………………………………………………………………
……………
…………………………………………………………………………………
……………
6. Kelengkapan Ruang dan Jumlah Ruang Pondok
Kelengkapan Ruang
………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
……………
Jumlah Ruang Pondok
…..…………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
……………
7. Fasilitas sarana dan prasarana pondok
…………………………………………………………………………………
……………
…………………………………………………………………………………
……………
…………………………………………………………………………………
……………
90
B. Problematika yang dihadapi dalam pengelolaan pondok lansia.
e. Fisik dan Keterbatasan Fisik
NoKondisi
Perserta Pon-Lansia
Laki-laki
Perampuan Keterangan Jumlah
1 Sehat
2 Fisik lemah
3 Daya dengarmenurun
4Penglihatantidak jelas
5 Lainnya
f. Sosial
NoAsal
Perserta Pon-Lansia
Laki-laki
Perampuan Keterangan Jumlah
1 Keluargamiskin
2Terlantar (tidakpunya anak/punya anak)
3 KeluargaMapan
4 Hidup sendiri
5 Lainnya
91
g. Kesehatan
No
KondisiKesehatan
Perserta Pon-Lansia
Laki-laki
Perampuan Keterangan Jumlah
1 Sehat
2 Gangguan fisik
3 Sakit-sakitan
4 Penyakitbawaan
5 Lainnya
h. Produktifitas dan Ekonomi
No
Produktifitasdan EkonomiPerserta Pon-
Lansia
Laki-laki Perampuan Keterangan Jumlah
1Mempunyaiketrampilan
2 Pensiunan
3 Tanggungananak dankeluarga
4 Fakir
5 Miskin
92
i. Psykologis
No
KondisiPsykologis
Perserta Pon-Lansia
Laki-laki Perampuan Keterangan Jumlah
1 Sehat dan Stabil
2 Gangguaningatan
3 Perilaku tidakwajar
4 Pendiam dantertutup
5 Lainnya
INFORMASI LAIN
…………………………………………………………………………………
……………
…………………………………………………………………………………
……………
…………………………………………………………………………………
……………
…………………………………………………………………………………
……………
93
…………………………………………………………………………………
……………
…………………………………………………………………………………
……………
…………………………………………………………………………………
……………
…………………………………………………………………………………
……………
…………………………………………………………………………………
……………
…………………………………………………………………………………
……………
…………………………………………………………………………………
……………
…………………………………………………………………………………
……………
…………………………………………………………………………………
……………
…………………………………………………………………………………
……………
…………………………………………………………………………………
……………
…………………………………………………………………………………
……………
…………………………………………………………………………………
……………
94
QUESTIONER
Untuk Bahan Wawancara dengan Peserta Santri
Dilakukan wawancara dengan peserta (penghuni) Santri Lansia, dan
mendengarkan dengan cermat segala jawaban, cerita, ungkapan dan tafsirkan
dalam isian berikut, amati segala tingkah laku :
C. Peran pengelola dalam proses pendidikan di pondok lansia.
a. Asah
Ingatan, dengan mengadakan kegiatan yang dapat mempertahankan
ingatan/ fikiran, otot, kekuatan dan kemampuan fisik.
Ingatan, dengan belajar/ ngaji.
………………………………………………………………………………
……
………………………………………………………………………………
……
Ingatan, dalam sebuah peristiwa.
………………………………………………………………………………
……
………………………………………………………………………………
……
Ingatan, nama-nama pengurus
………………………………………………………………………………
……
………………………………………………………………………………
……
Ingatan, tentang kelahiran dan tempat tinggal
………………………………………………………………………………
……
95
………………………………………………………………………………
……
Ingatan, terhadap saudara dan kesan/ respon saudara
………………………………………………………………………………
……
………………………………………………………………………………
……
Otot, Kegiatan harian melatih otot.
………………………………………………………………………………
……
………………………………………………………………………………
……
Otot, senam/ gerak bersama peserta lain (jalan-jalan/ senam)
………………………………………………………………………………
……
………………………………………………………………………………
……
Kekuatan, kegiatan harian yang mempertahankan kekuatan (missal ambil
air pakai ember, menimba, mencangkul, dll)
………………………………………………………………………………
……
………………………………………………………………………………
……
Kekuatan, misal senam dengan beban, mengangkat barang berdua/
bersama,
96
………………………………………………………………………………
……
………………………………………………………………………………
……
Kekuatan fisik, kegiatan yang sengaja melatih kekuatan fisik (misal jalan
sehat yang sengaja untuk melatih kekuatan fisik, berenang yang teratur,
angkat beban yang teratur dll)
………………………………………………………………………………
……
………………………………………………………………………………
……
b. Asuh
Amati adakah sebagian berprilaku seperti anak kecil, (ceritakan)
………………………………………………………………………………
……
………………………………………………………………………………
……
Jika ada, tanyakan pada Ustadz cara mengatasi (ceritakan)
………………………………………………………………………………
……
………………………………………………………………………………
……
Kemampuan seperti anak.
Amati adakah sebagian kemampuan seperti anak kecil, (ceritakan)
………………………………………………………………………………
……
………………………………………………………………………………
……
97
Jika ada, tanyakan pada Ustadz cara mengatasi (ceritakan)
………………………………………………………………………………
……
………………………………………………………………………………
……
c. Pembimbingan
Pembimbingan kepada kemampuan baca Al Qur’an.
Amati, rutinitas dan kemampuannya. (ceritakan)
………………………………………………………………………………
……
………………………………………………………………………………
……
Info tsb, tanyakan pada Ustadz menjaga rutinitas dan meningkatkan
kemampuan baca Al Qur’an (ceritakan)
………………………………………………………………………………
……
………………………………………………………………………………
……
Kewajiban dan rutinitas sholat.
Amati dalam menjalankan sholat dan rutinitasnya, (ceritakan)
………………………………………………………………………………
……
………………………………………………………………………………
……
Jika ada yang perlu dijelaskan lebih lanjut, tanyakan pada Ustadz cara
mengatasi (ceritakan)
………………………………………………………………………………
……
98
………………………………………………………………………………
……
Manjalankan amalan-amalan sholeh.
Amati adakah kebiasaan amal sholeh yang dilakukan (menolong, menjaga
kebersihan dan bersih, berperilaku tertib, dll amalan sholeh yang ringan-
ringan (ceritakan)
………………………………………………………………………………
……
………………………………………………………………………………
……
Jika ada yang perlu ditanyatakan lebih lanjut, tanyakan pada Ustadz
(ceritakan).
………………………………………………………………………………
……
………………………………………………………………………………
……
d. Pembinaan
Lebih pada pembinaan kemandirian, cara ustadz menjaga kemandirian
santri lansia
Amati dan ceritakan.
………………………………………………………………………………
……
………………………………………………………………………………
……
Jika ada yang perlu di perjelas, tanyakan pada Ustadz yang menangani
langsung (ceritakan)
………………………………………………………………………………
……
99
………………………………………………………………………………
……
e. Kepedulian
Sikap saling membantu
Amati adakah sikap saling membantu, (ceritakan)
………………………………………………………………………………
……
………………………………………………………………………………
……
Jika ada yang perlu di perjelas, tanyakan pada Ustadz yang menangani
langsung (ceritakan)
………………………………………………………………………………
……
………………………………………………………………………………
……
Peduli kebersihan lingkungan
Amati adakah sikap peduli kebersihan lingkungan, (ceritakan)
………………………………………………………………………………
……
………………………………………………………………………………
……
Jika ada yang perlu di perjelas, tanyakan pada Ustadz yang menangani
langsung (ceritakan)
………………………………………………………………………………
……
………………………………………………………………………………
……
100
JAWABAN QUESTIONER
Profil Pondok
Narasi Awal Mula (ide) mendirikan PondokIde awalMau birul walidaim, ingin berbakti kepada kedua orang tua. Karena pendiritermasuk mualaf kondisi dibantu pihak puskesmas Bapak Solikin.
Pertama ingin birul krn apa krn ortu dulu mualaf, pendidi juga dr kel mualaf. Ygmendirikan ingin membantu org lain bisa husnul khotimahTahapan awal merealisasikan ideMinta izin merenovasi kandang rumah ibu, koordinasi dengan puskesmas dan izinasrama. Sambatan msyarakat dan dukungan keluarga.
Puskesmas banyubiru (kader lansia)Hambatan merealisasikan ide.Sulitnya mengkondisikan santri, karena keunikan , konsulidasi pengurus.Merembug fasilitas public semua pengurus aktif sesuai bidangnya.
Sulit krn santri lansia bermacam0macam latar belakang (ada yg lembut, keras,tersinggngan, makan sulit)Riwayat pendidikan umum para pendiri atau penemu gagasan.SD Tanjung lampung; SMP Santamaria/ Sanjaya lampung ; SMA Al MuslimBekasi ; Kuliah Al Aqidah Jakarta Timur.
Riwayat pendidikan pondok para pendiri atau penemu gagasan.Pernah 9 (Sembilan) tahun memegang program lansia di puskesmas.
Sbg pegawai puskesmas yg membidangi lansia.Pengalaman pengelolaan para pendiri pada lembaga ke-pondok-an lainnya.Mendirikan sekolah formal, sekretaris yayasan di Bekasi.8. Riwayat Singkat Pondok
(isi tentang rangkuman dari pertanyaan di atas, versi responden)Tahun berdiri 2011, mulai program lansia, posyandu lansia kurang lebih 60orang lansia, 2018 dilembagakan, TPA lansia. Di daftarkan di dinas social,2019 mengikuti akreditasi di pemerintah
Tahun Berdiri Pondok …………… Tahun Mulainya Pondok Lansia…….9. Status Kelembagaan Pondok
Wakaf keluarga dan terakreditasi10. Nama dan Alamat Pondok
Nama Lengkap Pondok Pesantren Kasepuhan Raden RahmatNama Populer Pondok (Masyarakat menyebutnya Pondok apa ?)Pondok Lansia.
101
Alamat PondokRt.03 w.01 Desa Gedong, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang.Asal Lahan, Status Lahan dan Luas Lahan PondokWakaf 2000 m2.
11. Kelengkapan Ruang dan Jumlah Ruang PondokKelengkapan RuangAsrama ; Kantor ; Kelas ; Dapur ; Tempat Olah Raga ; Taman (demplot) ;Mushola.Jumlah Ruang PondokKamar 9 ; Kantor 2.
12. Fasilitas sarana dan prasarana pondokKomplit (TV ; Laptop ; LED ; Komputer ; Perpustakaan)
Spesifikasi PAI lansia(ceritakan dengan gaya bahasa bebas dan luas)a. Awal mula mengenal PAI untuk lansia
- Pembiasaan ibadah (wajib dan sunah).Sholat jamaah 5 waktu, sholat sunah (dhuha, tahajut, puasa suanh senin-kamis) dzikir pagi petang bersama-sama
- Klasikal benih ibadah, penanaman karakter ahlak. Seperti sekolah umumberkelas-kelas.
- Aqidah. Berlajar tauhid- Persiapan menuju husnul khotimah. Dengan memperbanyak ibadah, doa,
perbanyak wirid-dzikir.b. Awal mula mendirikan PAI untuk lansia ………………………………….c. Yang mendorong (factor utama) mendorong PAI untuk lansia.
Persiapan husnul khotimah (QS Al Ahqaf 46 : 15)d. Tujuan utama mengadakan PAI untuk lansia
Menghantarkan lansia untuk husnusl khotimah.e. Cara menjaga keberlanjutan PAI untuk lansia
Pengkaderan berjenjang.Silabus : - Qiroati
- Materi diniyah.- Ahlak / ihyak.- Tafsir / Jalalain dan Ibnu Katsir.- Sirof nabawiyah.- Kurikulum sekolah islam.
Qiroati, bagi yang belum bisa membaca dilakukan setiap ba’da magrib, materi diniyahberisi tuntunan ibadah prakris dilakukan setelah isak, ahlak mengambil dr kitab ihyaulumudin.Kurikulum sekolah lansia yg diterbitkan oleh yayasanf. Cara metode menyampaikan materi PAI pada lansia.
Clasikal (diskusi) ; Tadabur (silaturohmi) ; Praktek (ke Lapangan).g. Cara metode menyampaikan materi PAI pada lansia yang berbeda latar
belakang kehidupan.
102
Pembiasaan ; Pendampingan.h. Cara mengukur penyerapan materi PAI pada santri lansia.
- Skrining.- Pendampingan.- Monitoring.- Ada test dan wisuda lansia (pulang / sampai meninggal).
i. Perbedaan sebelum dan sesudah ikut program pondok lansia.- Fisik, lebih sehat.- Kejiwaan.- Sosiologis, lebih stabil.- Spiritual, lebih baik.
j. Cara mengatasi perbedaan penyerapan/kemampuan memahami PAIpada lansia.Pendampingan dengan system musyawarah.Ketiak ada perbedaaan merekaduduk bersama kemudian musyawarah layaknya seorang anak dan ortusendiri.
k. Prasyarat yang diperlukan untuk pemberi materi PAI pada santri lansia.- Paham tentang Al Qur’an (tajwid- Memahami … ibadah kelansiaan.- Memiliki … social yang tinggi.
l. Sertifikasi yang dipunyai pemberi materi PAI pada santri lansia.Shahadah qiroati Tahsin Tahfidul qur’an yg bersanad.
m. Adakah materi praktek PAI (amaliah umum) untuk santri lansia.Ada, Sholat jamaah ; qiyamul lail ; Duha ; Puasa sunah ; Sedekah danketrampilan.Sedekah diajari hidup berbagi dengan masyarakat sekitar, berbagi ketika adabencana, dengan yatim duafa sekelilingnya.
n. Mempertahankan kelanggengan peserta supaya betah atau tidak keluarmenjadi santri lansia.Membuat suasana belajar yg nyaman dengan di luar dan di dalam kelas,terjun ke masyarakat,Silaturohmi ke ulama.
o. Kegiatan-kegiatan untuk mempertahankan agar santri tahan mengikutiPAI lansia.Metode cerita ; Kuis ; Rokok.
p. Kagiatan-kegiatan pengembangan minat santri lansia.Cocok tanam ; Silaturohmi ; ketrampilan.
q. Kagiatan-kegiatan pengembangan sikap santri lansia. …………………….r. Kagiatan-kegiatan pengembangan kepribadian santri lansia ……………s. Kagiatan-kegiatan pengembangan ketrampilan santri lansia ……………t. Hal-hal yang membedakan dalam pengajaran PAI lansia dengan PAI
umum.Lansia ->lebih kea dab dan ahkak ; Umum ->lebih ke hokum dirosah.
u. Hal-hal yang perlu ditekankan dalam pengajaran PAI lansia.Ibadah wajib dan sunah beserta hikmah.
v. Hal lain yang perlu di jelaskan untuk PAI bagi lansia. …………………….
103
Prasyarat pengelola untuk menerapkan PAI lansia (jelaskan/ceritakan)a. Pemahaman Agama Islam, khusus untuk pendidikan orang dewasa. ………b. Pemahaman dakwah dalam Islam. …………………………………………...c. Memahami dan trampil melayani orang dewasa, termasuk dalam bersikap
dan bertutur-kata……………………………………………………………….d. Pemahaman dan ketrampilan merawat orang dewasa ………………………e. Pengalaman dalam mengelola pondok sebelumnya …………………………
Orientasi Santri Lansia (Alasan kepesertaan)j. Fisik dan Keterbatasan Fisik
-. Tidak punya tempat tinggal. ………………………………………………-. Ditelantarkan/tidak tempat di keluarga. ……………………………………-. Diusir anak/saudara/lingkungan …………………………………………-. Lainnya.Semua punya tempat tinggal dan keluarga, untuk mendalami agama.Semua diantar keluarga (Dinas Sosial)
k. Sosial-. Karena kemiskinan.Yang dari Dinas Sosial.-. Terlantar/tidak terurus. ……………………………………………………-. Keluarga sibuk semua.Ada-. Ketidakharmonisan keluarga.Ada.-. Lainnya. ……………………………………………………………………...
l. Pribadi-. Kebosanan hidup.
Ada.-. Tuntutan rohani.
Ada.-. Keinginan belajar/menuntut ilmu.
Ada.-. Berteman/punya temen.
Ada.-. Kesepian.
Ada-. Lainnya. ……………………………………………………………………...
m. Kesehatan-. Ingin akhir hayat di pondok (dekat agama).
90 % ingin meninggal disini (pondok).-. Ingin lingkungan yang sehat.
Ada.-. Ingin sembuh dari sakit.
Ghoib, Gejala stroke, dan Infeksi saluran Pernafasan.-. Lainnya ………………………………………………………………………
104
n. Prodiktifitas dan Ekonomi-. Tidak ada kegiatan apapun dan ingin membantu pondok.
Ya ada.-. Tidak ada pekerjaan dan ingin bekerja di pondok.
Ya ada.-. Ingin berbagi ketrampilan dan keahlian sesame lansia.
Ya ada-. Ingin berbagi ketrampilan dan keahlian di pondok.
Ya ada.-. Ingin menyumbangkan sebagian/seluruhnya harta ke pondok.
Wakaf kantor dll.-. Lainnya ……………………………………………………………………
o. Psykologi-. Perubahan perilaku.
Ada.-. Perubahan pikiran.
Ada.-. Perubahan emosional.
Ada-. Lainnya ………………………………………………………………………
p. Informasi Lain…………………………………………………………………………………..
105
106
DOKUMENTASI
GAMBAR 1
Santunan Iansia PP. Raden Rohmat
GAMBAR 2
Foto bersama pengasuh PP. Kasepuhan Raden Rohmat
107
GAMBAR 3
Pertemuan bersama keuarga besar P.P Kasepuhan Raden Rohmat
GAMBAR 4
Pertemuan Rutin
GAMBAR 5
GAMBAR 6
108
GAMBAR 7
GAMBAR 8
GAMBAR 9