yang dimaksud dengan iklim dingin atau panas bukan musim tahunan.docx
TRANSCRIPT
Yang dimaksud dengan iklim dingin atau panas bukan musim tahunan, winter atau
summer,tetapi iklim yg disebabkan oleh perubahan tmperatur global bumi yg
antara lain oleh orbital force bumi. Perubahan ini bisa mengakibatkan
terjadinya naik-turun suhu bumi secara ekstrem yg dpt pula menyebabkan
terjadinya perubahan muka-laut-sea level changes/Eustacy, yg dpt pula berdampak
pada proses weathering, erosi dan sedimentasi. Produk yg kita lihat lazimnya
adlh di singkapan sedimen dan atas dasar singkapan sedimen pulalah Milankovich
melakukan studi dan meyakini adanya korelasi kuat antara suhu
bumi,klimatologi,sea level changes dan proses sedimentasi yg dikenal dg Siklus
Milankovich. Pada Zaman Kuarter suhu ekstrem dingin bumi dikenal dg Zaman
Glasial....
Wslm,
Zaim
Powered by Telkomsel BlackBerry®
-----Original Message-----
From: [email protected]
Date: Sun, 26 Feb 2012 13:27:23
To: <[email protected]>
Reply-To: <[email protected]>
Subject: Re: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l]
Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Pak Yahdi
Ini menarik dari uraian bapak yg dimaksud musim dingin ini apa winter begitu,
kalau iya maka waktunya pendek sekali, akan lebih menarik kalau timing yg ada
di skala kwarter ini di hubungkan dg Eustacy yg berskala halus misalnya order
diatas 5, karena kalau mau menarik katastropi purba tentu mencari dimana titik
maximum flood ini berada shg kalau hasil riset di gua bisa di link and match dg
the most recent uestacy mungkin akan terkuak tabir ato memang tidak ada sama
sekali
Makasi dan selamat malam Senen
Avi
06666 nomor cantik
Powered by Telkomsel BlackBerry®
-----Original Message-----
From: "yahdi zaim" <[email protected]>
Date: Sun, 26 Feb 2012 09:50:57
To: <[email protected]>
Reply-To: <[email protected]>
Subject: Re: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l]
Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Rekans,agak panjang sy tulis ini.
Teman saya mhs S3 di Perancis disertasinya ttg paleoklimatologi dgn penelitian
stalagtit/mit Kuarter-Holosen gua di selatan Perancis. Ia melakukan penelitian
dg berbagai metoda, mineralogi,dating,isotop dll,tapi yg menarik dan sbg temuan
utama disertasinya adalah:BAKTERI! Dng SEM lingkaran2 "kambium"(bkn
kambrium
spt ditulis Kang Dany) stalagtit/mit dpt dideteksi adanya perkembangan bakteri
yg pesat pd iklim hangat dan nyaris tdk ada bakteri pd iklim dingin. Jenis
bakteri (genus dan spesies)nya pun berbeda dari tiap lingkaran,yg artinya jg
berbeda tiap waktunya. Penelitian ini utk manyingkap iklim purba berkaitan dgn
temuan manusia purba di Gua Tautavel,Perancis Selatan umur datingnya 700-
800rb
tyl. Jadi,penelitian dasar (basic research) geologi dlm pengertian luas,sangat
berkembang dan banyak peminatnya di Eropa, tapi sebaliknya,kurang peminat di
Indonesia krn,salah satu contohnya Geologi Kuarter, adalah ilmu NINGRAT
sehingga tdk diminati,krn artinya: ilmunya PeNING tapi/dan melaRAT....??
Wasalam,
Zaim yang ningrat
Powered by Telkomsel BlackBerry®
-----Original Message-----
From: Franciscus B Sinartio <[email protected]>
Date: Sun, 26 Feb 2012 00:48:02
To: [email protected]<[email protected]>
Reply-To: <[email protected]>
Subject: [iagi-net-l] Stalagmit untuk mempelajari MFS Re: [iagi-net-l] Fwd:
ARTIKEL KORAN PR
Pak Danny dan Pak Argo,
menarik sekali. baru kali ini saya dengar penggunaan stalagmit dan stalagtit
untuk deteksi MFS.
Berarti rekamannya hanya yang big cycle nya saja?
boleh dong di share disini kalau ada artikel lainnya tentang hal ini.
fbs
________________________________
From: Danny Hilman Natawidjaja <[email protected]>
Sent: Sunday, February 26, 2012 3:06 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Ulasan yang sangat relevan dan sangat menarik dari Pak Argo.
Seperti di-email saya sebelumnya, penelitian ‘geologi-gua’ ini adalah “frontier
research” yang luarbiasa. Seperti halnya terumbu karang di laut, karang digua
ini adalah “multi-proxy recorder” yang luarbiasa untuk reknstruksi paleoclimate
dan kejadian katastropik. Masing-masing punya lapisan tahun seperti kambrium
di pohon dan juga bisa di-dating dengan sangat akurat (+/- beberapa tahun dan
bahkan bulan!) oleh metoda U-Th radiometric dating. Bedanya kalau koral
lapisan tahun ini 1-3 cm, tapi untuk stalagtit hanya 1-3 mm; jadi core
stalagtit sepanjang 1 meter saja span datanya sampai 1000 tahun!. TIM RSES-
ANU
dan LIPI ini berambisi untuk merekonstruksi paleoclimate-environment sampai
500.000 tahun kebelakang. Dalam beberapa tahun mendatang data
geologi-gua-tropis ini akan menjadi rival atau lebih tepatnya padanan untuk
data dari kutub (ice-core) yang selama ini menjadi sumber data utama untuk
plaeoclimate-environment. Masalahnya,
memang tidak banyak ahli geologi atau mahasiswa yang rela menjadi ‘manusia
gua’ di jaman modern sekarang ini J
Wass
DHN
From:AWY [mailto:[email protected]]
Sent: Sunday, February 26, 2012 1:27 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Sugeng siang,
Semalam di NGC didongengkan tentang penyelidikan gua karst di Kepulauan
Bahama.
Gua ini sendiri saat ini sudah digenangi air dengan kedalaman s/d 100m.
Beberapa peneliti terlibat dlm penelitian tsb, tdr dari beragam multi disiplin
mulai dari arkeologi, paleontologi, geologist yang juga tentu saja para
penyelam yang handal.
Background penelitiannya sendiri salah satunya adalah untuk menyelidiki
siapakah yang menemukan Amerika? Apakah ada Penemu sebelum Colombus?. Di
gua di
bawah air tersebut, yang tentu saja menantang dari segi keselamatan para
peneliti - karena seringnya jatuhan dari stalagtit2nya - ditemukan beberapa
tengkorak kepala yang seingat memiliki ciri khas suku "...", dicirikan dengan
"defect" pada tengkorak tsb (bentuk kerucut), yang dikenal sebagai kebiasaan
suku trsbt yaitu dengan mengikat anak kecil/bayi di papan, demikian juga kepala
eh kelapanya :), yg menyebabkan bentuk khas tsb.
Sehingga bisa ditarik kesipulan sebenarnya sktr 800-1000thn y.l. Sudah ada
suku2 dari Amerika Selatan yang menyebrang melalui jembatan alami Kepulauan
Karibia ke Amerika Utara.
Dalam penelitian tersebut selain diambil tengkorak, juga diambil sampel
stalagmit. Baru tahu saya, ternyata ketika stalagmit dibelah, secara
bentukannya mirip kambium pohon, yang bisa digunakan utk menceritakan
panjang
pendeknya musim penghujan-kemarau dalam melalui garis2 kambium, sedangkan
utk
stalagmit ini bisa digunakan utk menceritakan bagaimana perubahan iklim
berlangsung di dunia.
Kepulauan Bahama ini sangat menarik karena kepulauan ini merupakan jalur arus
laut atlantik yang dilewati oleh sirkulasi air panas dari afrika dan juga arus
dingin dari kutub. Sehingga seperinya banyak koral2 yang senang hidup di
kepulauan ini.
Dari peristiwa perlarutan/ perkolasi koral (material karbonat) terbentuklah
stalagtit dan stalagmit, yg juga berlaku sbg recorder perubahan iklim dan muka
air laut. Dari conto stalagmit yang diambil sendiri, memberikan rekaman kurang
lebih dari sekitar 200.000thn y.l. S/d saat ini. Dari hasil analisis dsimpulkan
ada beberapa peristiwa pembanjiran/ sea level rise/ atau tepatnya mungkin MFS
ya? (nah ini cara analisisnya gmn, klo di delta kan shale yg plg tebal yah?
He...he.. :))
Ada hal lainnya yang tak kalah menarik, yaitu dari setiap peristiwa flooding /
MFS tersebut selalu didahului oleh "garis hitam-kemerahan" yang tebal. Data
sample menunjukan bahwa ada skrt 4 atau 5 (lupa?). Dimana dari hasil dating
peristiwa "hitam kemerahan" tadi secara geologi relatif singkat, "hanya"
berlangsung kurang lebih 40-50thn. Endapan hitam-kemerahan ini selain di
stalagtit juga muncul di gua, sebagai lapisan tipis kurang lebih 2-5cm. Setelah
diteliti secara kimia ternyata garis hitam tsb berasal dari unsur besi. Asumsi
saya, material pembuat garis tersebut berasal dari hasil erupsi gunung api,
ternyata dari hasil studi kimia, unsur penyusunnya berasal dari pasir Gurun
Sahara yang tentu saja berjarak sekian ribu mil dari Bahama.
Sehingga bisa disimpulkan sebelum peristiwa "banjir" atau sea level rise,
biasanya didahului oleh peristiwa "kering" yang relatif pendek yaitu sktr 40-50
thn, kemudian ditutup oleh "banjir".
Dibandingkan dengan masa skrg, dimana isu pemanasan global juga sedang naik
daun, bumi relatif sedang memanas, setidak2nya sudah cukup lama, yaitu dari thn
1970'an. Wah... Bahaya donk, berarti tinggal nunggu banjirnya aja?
Salam,
Argo - 3711
- Semalam nonton tivinya sambil ngantuk, tanpa x-check dgn literature, mohon
maaf jk salah2 tulis -
Powered by Telkomsel BlackBerry®
________________________________
From: "Danny Hilman Natawidjaja" <[email protected]>
Date: Sun, 26 Feb 2012 09:52:49 +0700
To: <[email protected]>
ReplyTo: <[email protected]>
Subject: RE: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Artikel yang sangat menarik dan bagus.
Konsep yang diketengahkan olek Pak Zaim dalam artikel ini juga menjadi konsep
dasar yang kami terapkan, plus hipotesis bahwa perkembangan peradaban
termasuk
IPTEK, khususnya sejak masa pra-sejarah, itu tidak kontinyu tapi terputus atau
dapat ter-reset oleh bencana katastrofis. Demikian juga konsep IPTEK (macam,
prinsip, teknik) di masa lalu tidak harus sama dengan yang kita kenal
sekarang. Pak Zaim menguraikan proses alam pada masa sejarah yang didominasi
oleh susut laut – turunnya muka airlaut, sehingga banyak wilayah yang terkena
dampak sedimentasi dan pendangkalan. Ini benar karena dari Mid-Holocene
sampai
kurang lebih 100 tahun lalu muka airlaut global turun sekitar 2-3 meter.
Sebaliknya, dari 20.000 tahun (puncak Zaman Es) sampai Mid-Holocene, muka air
laut naik 130 meter. Jadi tentu banyak peradaban yang ‘terendam’. Interaksi
dari perubahan muka airlaut yang drastis, yang banyak diduga juga berkaitan
dengan kejadian bencana
katastropik seperti letusan gunung api, dengan perkembangan peradaban manusia
ini belum banyak dieksplorasi. Kami menduga kuat ada “ketidakselaran” budaya
yang besar yang memisahkan Jaman Sejarah dan Pra Sejarah; bahkan dari Jaman
Kerajaan ke Jaman kita sekarang pun kelihatannya ‘tidak selaras’.
Jangan-jangan ini salah satu penyebab budaya kita sekarang jadi ‘kurang waras’
J(bercanda).
Salah satu alasan utama kenapa penelitian arkeo-geologi yang sudah dirintis
oleh Alm. Pak Sartono, kemudian Pak Sampoerno, kemudian juga diteruskan oleh
Pak Zaim ini kurang/tidak berkembang adalah karena ilmu geologi Kuarter
Indonesia tidak berkembang. Ahli geologi kita umumnya mendapatpengajaran dan
training untuk ‘membaca’ sejarah geologi dari masa pra-manusia (jutaan-puluhan
juta tahun lalu) yang ter-rekam pada lapisan bebatuan, baik pada singkapan
ataupun pada data bor, karena tujuannya untuk eksplorasi tambang. Tapi kita
umumnya tidak terlatih untuk membaca proses dan sejarah geologi dari
BENTANG
ALAM yang kita lihat disekitar kita sekarang. Geologiawan Indonesia umumnya
akan pandai berceloteh kalau ketemu singkapan, tapi akan bungkam kalau disuruh
mengidentifikasi mana teras-teras sungai mana tebing patahan aktif, mana
alluvial mana collovial, dlsb; dan bagaimana proses geologi yang membentuk
bentang alam ‘destruktif’ dan
‘konstruktif’ yang terlihat sekarang. Belum lagi tentang proses-proses gunung
api Kuarter-Holosen dan produk-produknya. “Alot’nya membahas ‘masalah
piramid’
tidak terlepas dari “lack of knowledge” kita dibidang ini. Mudah-mudahan ‘isue
piramid’ dapat memberikan angin segar kepada bidang yang dianggap kering ini,
sehingga nyanyian orang yang berkiprah di bidang ini tidak lagi terlalu serak
tapi menjadi serak-serak basah sehingga merdu.
Selamat berakhir pekan.
DHN
From:Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[email protected]]
Sent: Saturday, February 25, 2012 11:04 PM
To: IAGI
Subject: [iagi-net-l] Fwd: ARTIKEL KORAN PR
Fyi,
---------- Forwarded message ----------
From:
Date: Sunday, February 26, 2012
Subject: ARTIKEL KORAN PR
Ass.w.w.,
Pak Rovicky,
Maaf saya pakai Japri karena kalau pakai jalur IAGI tidak bisa kirim file.
Terlampir dalam attach file saya kirim tulisan saya di Koran Harian
Pikiran Rakyat yang terbit di tahun 1997. Tulisan tersebut saya temukan
tidak sengaja ketika beres2 dan bongkar2 berkas saya yang berantakan di
kantor. Saya kirim copy artikel ini sekedar untuk diketahui bahwa saya
sudah lama mencoba memasyarakatkan Geologi untuk bidang Budaya
(baca:arkeologi). Telah lama sebenarnya saya di bawah dan bersama Almarhum
Prof. Sartono mengembangkan Geologi Kuarter dan Geoarkeologi di ITB dan
Indonesia. Dari sekian upaya kami, salah satunya adalah melalui tulisan
populer di koran yaitu Pikiran Rakyat.
Sekedar bacaan Akhir Pekan.
Wslm,
Zaim