yang diinduksi karagenan -...

80
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS ANTIINFLAMASI SENYAWA N,N-BIS-(HIDROKSIETIL)-P-METOKSI SINAMAMIDA SECARA IN-VIVO YANG DIINDUKSI KARAGENAN SKRIPSI CITRA LILIS ANJARWATI NIM. 1113102000048 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA AGUSTUS 2017

Upload: trandien

Post on 28-Apr-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI AKTIVITAS ANTIINFLAMASI SENYAWA

N,N-BIS-(HIDROKSIETIL)-P-METOKSI

SINAMAMIDA SECARA IN-VIVO

YANG DIINDUKSI KARAGENAN

SKRIPSI

CITRA LILIS ANJARWATI

NIM. 1113102000048

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

AGUSTUS 2017

Page 2: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI AKTIVITAS ANTIINFLAMASI SENYAWA N,N-

BIS-(HIDROKSIETIL)-P-METOKSI SINAMAMIDA

SECARA IN-VIVO

YANG DIINDUKSI KARAGENAN

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi

CITRA LILIS ANJARWATI

NIM. 1113102000048

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

AGUSTUS 2017

Page 3: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di
Page 4: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di
Page 5: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di
Page 6: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

ABSTRAK

Nama : Citra Lilis Anjarwati

Program Studi : Farmasi

Judul :

N,N-bis-(hidroksietil)-p-metoksi sinamamida (N,N-HPMS) merupakan derivat senyawa

etil-p-metoksi sinamat (EPMS) yang diperoleh melalui reaksi amidasi dan memiliki

aktivitas antiinflamasi secara in-vitro. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas

antiinflamasi senyawa N,N-HPMS secara in-vivo. Pengujian aktivitas antiinflamasi

dilakukan pada tikus putih jantan galur sprague dawley dengan metode induksi udema

telapak kaki tikus menggunakan karagenan 1% sebanyak 0,2 ml. Pada penelitian ini

hewan uji dibagi menjadi lima kelompok. Kelompok kontrol negatif diberi suspensi Na-

CMC 0,5 %, kelompok kontrol positif diberi suspensi natrium diklofenak 5,14 mg/kgBB

dan kelompok uji diberikan suspensi senyawa N,N-HPMS dosis 50 mg/kgBB, 100

mg/kgBB, dan 200 mg/kgBB. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas antiinflamasi

senyawa N,N-HPMS bergantung pada dosis. Persentase udema senyawa N,N-HPMS

dosis 50 mg/kgBB, 100 mg/kgBB, dan 200 mg/kgBB berbeda signifikan dengan kontrol

negatif (p ≤ 0.05) dan mampu menghambat udema berturut-turut sebesar 52,74%, 83,30

% dan 70%. Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa senyawa N,N-HPMS

aktif sebagai agen antiiinflamasi.

Kata Kunci: Senyawa N,N-HPMS, antiinflamasi, karagenan, natrium diklofenak

Uji Aktivitas Antiinflamasi Senyawa N,N-bis-(hidroksietil)-p

metoksi sinamamida secara In-vivo yang diinduksi Karagenan

v

Page 7: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

ABSTRACT

Name : Citra Lilis Anjarwati

Major : Pharmacy

Title :

N,N-bis-(Hydroxyethyl)-p-methoxy cinnamamide (N,N-HPMC) is a compound that is

derived from Ethyl-p-methoxy cinnamate (EPMC) through amidation reaction. This

compound has been reported to have in-vitro anti-inflammatory activity. This study

aimed to test the in-vivo anti-inflammatory activity of N,N-HPMC. The anti-

inflammatory activity test was performed in Sprague-Dawley rat using 1% carrageenan

induced paw edema method. This study divides the animal test into five groups.

Negative-control groups are given Na-CMC 0.5% suspension, positive-control groups are

given diclofenac sodium 5,14 mg/kg bodyweight suspension, and the test groups are

given N,N-HPMC compound with doses of 50 mg/kg bodyweight, 100 mg/kg

bodyweight, and 200 mg/kg bodyweight. The results showed that the anti-inflammatory

activity of N,N-HPMC compound is dose-dependent. Percent edema of N,N-HPMC

compound with doses of 50 mg/kgBW, 100 mg/kgBW, and 200 mg/kgBW were

significantly different with the negative control groups (p ≤ 0.05) and could inhibit edema

as much as 52,74 %, 81,81 % and 70 % respectively. It can be concluded from this study

that N,N-HPMC compound is an active anti-inflammatory agent .

Keyword: N,N- HPMC compound, anti-inflammatory, carrageenan, diclofenac sodium

In-Vivo Screening of Carrageenan Induced Anti-Inflammatory

Activity of N,N-bis-(Hydroxyethyl)-p-methoxy cinnamamide

Compound.

vi

Page 8: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu penulis haturkan kepada Allah SWT yang selalu memberikan

nikmat dan karunia yang tidak terhingga. Sholawat serta salam selalu tercurah kepada

Rasullah SAW, yang membawa umat manusia menuju zaman yang penuh dengan ilmu

pengetahuan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Uji

Aktivitas Antiinflamasi senyawa N,N-HPMS secara in-vivo yang Diinduksi Karagenan”

sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di Program Studi Farmasi,

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak dibantu oleh banyak pihak dan

menyelesaikannya. Oleh karena itu, penulis berterima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt. dan ibu Ismiarni Komala, M.Sc., Ph.D., Apt.

selaku pembimbing skirpsi penulis yang telah memberikan waktu, tenaga, saran,

dan pikiran kepada penulis mulai dari awal penelitian hingga penyusunan skripsi.

2. Prof. Dr. H Arif Sumantri, SKM, M. Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

3. Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt., selaku Kepala Program Studi Farmasi dan ibu Nelly

Suryani, Ph.D., Apt., selaku Sekretaris Program Studi Farmasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

4. Bapak/ibu dosen serta segenap staf dan karyawan yang telah memberikan ilmu

pengetahuan dan bimbingan selama penulis menempuh pendidikan farmasi.

5. Kedua orang tua, mama Defri Waryati dan papa (alm) Candra Jusmanto yang

telah mendidik dan membesarkan penulis dengan penuh rasa kasih, senantiasa

memberikan dukungan lahir batin, dan selalu ada untuk penulis.

6. Keluarga besar Anwar Wardoyo yang menajdi pemicu penulis untuk segera

menyelesaikan skripsi ini.;

7. Masyarakat dan Pemerintah Provinsi Sumsel yang telah memberikan kesempatan

penulis untuk mengemban ilmu di FKIK UIN Jakarta.

8. Kakak-kakak laboran (Kak Walid, Kak Eris, Kak Yaenab, Kak Tiwi, dan Mbak

Rani dan Kak Rahmadi) yang telah membantu dalam melakukan penelitian

9. Teman –teman Farmasi UIN 2013 yang telah memberikan warna warni dibangku

perkuliahan penulis..

vii

Page 9: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

10. Animal House Squad (vivi, dara, cici, silvi, fitrah, mba bed, mba iyun, faris dan

lisa) Ajeung, Upi dan Lulu yang telah membantu penulis dalam melakukan

penelitian, tempat bertukar pikiran, dan saling menasihati dalam kebaikan.

11. Keluarga Kacungers dan Bolangers (Muzi, Tika, Hanum, Nurul, Dian, ukhti

Vita, Mba, bed, Azah dan Haka) yang menjadi tempat berkeluh kesah penulis,

menyayangi dan mensupport penulis, dan membuat penulis lupa akan sedih dan

duka

12. Keluarga Besar HMI KOMFAKDIK dan LKMI HMI Cab. Ciputat yang

memebrikan banyak pengalaman dan pembelajaran.

13. Teman-teman demisioner DEMA FKIK 2015 (Satrio, Almira, Kak Tyo, Kak Widy,

Kak, Nunu, Kak Isti, dan Kak Ulfah ) yang selalu memberi motivasi dan support

kepada penulis.

14. Geng Lima Dara (Dewi, Suci, Adit, dan Ryan) yang selalu menemani dan

menghibur penulis dalam penyusunan skripsi.

15. Keluarga Besar SJD-SS yang selalu menjadi tempat peraduan penulis.

16. Dan pihak-pihak lain yang banyak membantu yang penulis tidak dapat sebutkan

namanya satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini banyak memiliki kekuranan dan kelemahan.

Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun,agar

skripsi ini menjadi jauh lebih baik.

Akhir kata, penulis berdoa semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis,

masyarakat dan ilmu pengetahuan.

Ciputat, Agustus 2017

Penulis

Page 10: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,

saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Citra Lilis Anjarwati

NIM : 1113102000048

Program Studi : Farmasi

Fakultas : Kedokteran dan Ilm Kesehatan

Jenis Karya : Skripsi

demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah saya,

dengan judul

UJI AKTIVITAS ANTIINFLAMASI SENYAWA N,N-BIS-(HIDROKSIETIL)-P-METOKSI SINAMAMIDA SECARA IN-VIVO YANG DIINDUKSI KARAGENAN

untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital

Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-undang Hak Cipta.

Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan

sebenarnya.

Dibuat di : Ciputat

Pada tanggal : 15 Agustus 2017

Yang menyatakan

(Citra Lilis Anjarwati)

ix

Page 11: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di
Page 12: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

1

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Inflamasi merupakan respon terhadap cedera jaringan yang ditandai

dengan elaborasi mediator inflamasi, serta gerakan cairan dan leukosit dari

darah ke jaringan ekstravaskuler. Inflamasi melokalisasi dan menghilangkan

mikroorganisme, sel yang rusak, partikel asing, dan mengembalikan struktur

dan fungsi normal jaringan (S.Murphy, 2007).

Obat antiinflamasi non steroid (OAINS) merupakan golongan obat-obatan

yang sering digunakan dalam mengobati peradangan atau inflamasi. Aktivitas

antiinflamasi OAINS dimediasi melalui penghambatan biosintesis

prostaglandin (G.Katzung, 2012). Dalam menghambat biosintesa prostaglandin,

OAINS bekerja dengan menghambat enzim pengkatalisis sintesa prostaglandin,

yakni enzim sikloooksigenase (COX) baik COX-1 maupun COX-2 (Brunton,

2011). Beberapa OAINS seperti diklofenak, ibuprofen, piroksikam merupakan

inhibitor non-selektif COX sedangkan OAINS lain seperti celecoxib,

valdecoxib, dan rofecoxib merupakan inhibitor selektif COX-2 (G.Katzung,

2012).

Efek samping mayor yang ditimbulkan akibat penggunaan OAINS adalah

iritasi dan ulserasi pada gastrointestinal (Brunton, 2011). Oleh karena itu perlu

dilakukan pencarian dan pengembangan obat antiinflamasi baru yang lebih

poten dengan efek samping yang minimum.

Dalam pencarian dan pengembangan obat antiinflamasi baru, para

ilmuwan telah banyak menggunakan tumbuhan dari bahan alam, salah satunya

adalah tanaman kencur (Kaempferia galanga L) yang memiliki aktivitas

antiinflamasi (Umar et al., 2012).

1

Page 13: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

2

2 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Senyawa utama yang terkandung dalam tanaman kencur adalah etil para

metoksi sinamat (EPMS), yakni sebesar 31,77% (Tewtrakul et al., 2005).

EPMS merupakan senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas anti

inflamasi yang dihasilkan oleh tanaman kencur (Umar et al., 2012).

Aktivitas antiinflamasi senyawa EPMS telah dilaporkan baik secara in-

vitro dan in-vivo. Dalam studi in-vitro diketahui mekanisme kerja antiinflamasi

dari senyawa EPMS adalah dengan menghambat enzim COX-1 dan COX-2

(non selektif). Akan tetapi nilai penghambatan EPMS terhadap COX-2 lebih

besar (57,82%) dibandingkan dengan penghambatan pada COX-1 (42,9%).

Selanjutnya, hasil uji aktivitas antiinflamasi senyawa EPMS secara in-vivo pada

dosis 100 mg, 200 mg, 400 mg, dan 800 mg menunjukkan hasil yang

signifikan. Senyawa EPMS mampu menghambat udema telapak kaki tikus

dengan persen inhibisi tertinggi sebesar 53,7% pada dosis 800 mg (Umar et al.,

2012). Hal ini membuktikan bahwa EPMS merupakan kandidat obat anti

inflamasi yang poten dengan efek samping mayor yang diharapkan lebih

minimum.

Besarnya penghambatan enzim COX-2 dibandingkan dengan COX-1 oleh

EPMS membuka peluang bagi para ilmuan untuk menggali dan

mengembangkan potensi EPMS secara lebih dalam. Salah satu pengembangan

yang telah dilakukan adalah dengan membuat senyawa turunan (derivatisasi)

dari EPMS dan menguji aktivitas antiinflamasinya secara in-vitro. Proses

derivatisasi dilakukan dengan memodifikasi struktur EPMS melalui proses

amidasi yang diiradiasi dengan microwave, sehingga menghasilkan senyawa

N,N-bis-(hidroksietil)-p-metoksi sinamamida (N,N-HPMS). Hasil pengujian

aktivitas antiinflamasi secara in- vitro pada penelitian ini melaporkan, senyawa

ini memiliki aktivitas antiinflamasi dengan persen inhibisi tertinggi sebesar

74,15% pada konsentrasi 100 ppm (Reza, 2015).

Page 14: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

3

3 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh karena itu, untuk menguatkan hasil penelitian di atas, sekaligus menggali

potensi anti inflamasi dari senyawa ini secara lebih dalam, penelitian tersebut

perlu dilanjutkan secara in-vivo.

Berdasarkan uraian diatas, peneltitian ini dilakukan sebagai lanjutan dari

penelitian sebelumnya yang ditujukan untuk mengukur kemampuan senyawa

N,N-bis-(hidroksietil)-p-metoksisinamamida dalam menghambat kenaikan

volume udema pada telapak kaki tikus putih jantan secara in-vivo.

1.2 Perumusan Masalah

Apakah senyawa N,N-HPMS memiliki aktivitas antiinflamasi dalam

menghambat kenaikan volume udema pada telapak kaki tikus yang diinduksi

karagenan secara in vivo.

1.3 Hipotesis Penelitian

Senyawa N,N-HPMS memiliki aktivitas antiinflamasi dalam

menghambat kenaikan volume udema pada telapak kaki tikus yang diinduksi

karagenan secara in-vivo.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk menguji aktivitas antiinflamasi N,N-

HPMS dalam menghambat kenaikan volume udema telapak kaki tikus yang

diinduksi karagenan.

1.5 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan

informasi aktivitas antiinflamasi senyawa N,N-HPMS untuk dapat

dikembangkan lebih lanjut dan dapat dijadikan sebagai obat antiinflamasi baru

yang lebih poten.

Page 15: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

4

4 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tumbuhan Kencur (Kaempferia galanga L.)

2.1.1. Klasifikasi

Sistematika dan klasifikasi tanaman kencur (Rukmana, 1994)

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Class : Monocotyledonae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Kaempferia

Spesies : Kaempferia galanga L.

2.1.2. Kandungan Kimia

Komponen kimia yang terdapat dalam minyak kencur (Kaempferia

galanga) antara lain pinene (1,28%), camphene (2,47%), carvone (11,13%),

benzene (1,33%), eucalyptol (9,59%), borneol (2,87%), methyl cinnamate

(23,23%), pentadecane (6,41%) dan ethyl-p-methoxycinnamate (31,77%).

Ethyl-p-methoxycinnamate merupakan komponen kimia paling tinggi dalam

minyak (Tewtrakul et al., 2005). Pada publikasi ilmiah lainnya komonen

utama dari minyak kencur adalah phyllandrene, terpineol, ethylcinnamate

dan dihydro-sesquiphyllandrene (Sudibyo, 2000).

2.1.3. Khasiat

Ekstrak rimpang kencur dilaporkan memiliki banyak aktivitas

biologis, seperti analgesik dan antiinflamasi, vasorelaksan, aktivitas sedatif,

antimikroba, larvasidal, dan antinociceptive (Umar, Asmawi, Sadikun, Altaf,

& Iqbal, 2011)

4

Page 16: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

5

5 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.2. Senyawa N,N-bis-(hidroksietil)-p-metoksi sinamamida (N,N-HPMS)

Senyawa N,N-bis-(hidroksietil)-p-metoksi sinamamida merupakan

senyawa hasil modifikasi EPMS melalui reaksi amidasi dengan dietanolamin.

senyawa ini memiliki karakteristik sebagai berikut (Reza, 2015) :

Warna : krem

Bau : tidak berbau

Bentuk : serbuk

Titik leleh : 92°C - 95°C

Berat Molekul : 265,1 gram/mol

Gambar 2.1 Senyawa N,N – bis-(hidroksietil)-p-metoksi sinamamida

2.3. Inflamasi

2.3.1. Definisi

Peradangan merupakan reaksi tubuh terhadap homeostasis jaringan

yang terganggu (Medzhitov, 2008). Pada tingkat dasar, inflamasi merupakan

proses penghancuran jaringan yang melibatkan proses perpindahan produk

turunan darah, seperti protein plasma, serum, dan leukosit, ke dalam jaringan

yang terganggu. Migrasi ini difasilitasi oleh perubahan dalam pembuluh darah

lokal yang mengakibatkan vasodilatasi, peningkatan permeabilitas vaskuler,

dan meningkatkan aliran darah (Ashley, Weil, & Nelson, 2012)

Infeksi oleh mikroba merupakan penyebab utama yang paling sering

pada respon inflamasi. Akan tetapi cedera atau trauma (tanpa adanya infeksi

parasit) dan paparan partikel asing, iritan, dan polutan juga merupakan

aktivator ampuh peradangan (Medzhitov, 2008). Hal ini menunjukkan bahwa

respon ini berkembang sebagai adaptasi umum dalam mengatasi jaringan yang

Page 17: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

6

6 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

rusak (Matzinger, 2002). Tanda-tanda klinis inflamasi berupa: rubor

(kemerahan), kalor (panas), dolor (nyeri), tumor (pembengkakan) dan functio

laesa (hilangnya) (Freire & Van Dyke, 2013).

2.3.2. Mekanisme Inflamasi

Proses inflamasi dimulai dari suatu stimulus yang akan mengakibatkan

kerusakan sel, sebagai reaksi terhadap kerusakan sel maka sel tersebut akan

melepaskan beberapa fosfolipid yang diantaranya adalah asam arakidonat.

Setelah asam arakidonat tersebut bebas akan diaktifkan oleh beberapa enzim,

diantaranya siklooksigenase dan lipooksigenase. Enzim tersebut merubah

asam arakidonat ke dalam bentuk yang tidak stabil (hidroperoksid dan

endoperoksid) yang selanjutnya dimetabolisis menjadi leukotrien,

prostaglandin, prostasiklin, dan tromboksan. Bagian prostaglandin dan

leukotrien bertanggung jawab terhadap gejala-gejala peradangan (G.Katzung,

2012).

2.3.3. Jenis-jenis Inflamasi

Ada dua jenis inflamasi atau perdangan (Gurenlian, 2009):

a. Inflamasi akut :

inflamasi atau peradangan akut ditandai dengan onset cepat dan durasi

singkat. Inflamasi jenis ini dimanifestasikan dengan adanya eksudasi

protein cairan dan plasma, dan emigrasi leukosit, terutama neutrofil.

b. Inflamasi kronis:

inflamasi dengan durasi lama yang ditandai dengan manifestasi histologis

berupa kehadiran limfosit dan makrofag pada fibrosis dan jaringan

nekrosis.

2.3.4. Mediator Inflamasi

Mediator inflamasi terbagi menjadi dua jenis, yaitu mediator turunan

plasma dan mediator turunan sel. Mediator turunan plasma terbagi dua, antara

lain Hageman factor activation (fibrin dan kinin) dan Complement system

activation (c3a dan c5a). Sedangkan mediator turunan sel antara lain, sel mast

Page 18: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

7

7 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(histamin), platelet (serotonin), sel inflamasi (prostaglandin, leukotrin) dan

endotelium (nitrit oksida, prostaglandin) yang meningkatkan permeabilitas

vaskular dan menyebabkan edema. Selain itu faktor kemotaktik juga dapat

berperan dalam menstimulasi respon inflamasi, seperti kemokin, makrofag

dan limfosit (S.Murphy, 2007)

2.4. Obat Anti Inflamasi

2.4.4. Obat Anti Inflamasi Steroid

Obat-obat golongan ini bekerja dengan menghambat enzim fosfolipase

A2 yang mengkatalis pembentukan asam arakidonat (Katzung, 2002).

Penghambatan asam arakidonat dapat mencegah terbentuknya mediator

inflamasi baik yang melalui jalur siklooksigenase maupun lipooksigenase.

Oleh karena itu kortikosteroid memiliki aksi yang lebih luas dan lebih poten

dibandingkan obat antiinflamasi non steroid (OAINS) yang hanya

menghambat jalur siklooksigenase (Ikawati, 2008). Contoh obat golongan ini

yaitu, betametason, deksametason, dan triamnisolon.

2.4.5. Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS)

OAINS memblokir suatu kelompok protein yang disebut

siklooksigenase (COX) yang terlibat dalam produksi prostaglandin dan

tromboksan, yang terlibat dalam proses terjadiya peradangan. Ada berbagai

jenis protein COX termasuk COX-1 dan COX-2. Beberapa OAINS bekerja

dengan memblok COX-1 dan COX-2, golongan ini disebut juga OAINS

nonselektif contohnya aspirin, ibuprofen, dan naproksen. OAINS selektif,

seperti celecoxib, bekerja hanya dengan memblokir COX-2 (Brunton, 2011)

2.4.6. Natrium Diklofenak

Natrium diklofenak merupkan golongan OAINS denga ciri berupa

serbuk kristal, berwarna putih atau sedikit kekuningan, dan sedikit

higroskopis. Natrium diklofenak sangat larut dalam air, mudah larut dalam

Page 19: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

8

8 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

metanol, larut dalam etanol 96%, sedikit larut dalam aseton (British

Pharmacopeia, 2009).

Diklofenak dikenal sebagai golongan obat antiinflamasi non steroid

(OAINS) dengan berbagai aktivivitas biologis yakni sebagai agen

antiinflamasi, analgesik dan antipiretik, yang efek kerjanya sebanding atau

lebih unggul dibandingkan dengan OAINS lainnya (Riess et al., 1978).

Diklofenak menunjukkan penghambatan yang lebih baik terhadap

enzim siklooksigenase-2 (Hinz et al., 2005). Natrium diklofenak cepat

beresorpsi dari usus, namun akibat dari metabolisme lintas pertama

ketersediaan obat ini dalam tubuh hanya 55 %. Waktu paruh obat ini adalah 1

jam. Dosis natrium diklofenak oral, yaitu 75-150 mg/hari dalam 2-3 dosis

(Brunton, 2006)

2.5 Mekanisme Kerja OAINS

Mekanisme kerja obat golongan OAINS yang dapat menimbulkan

efek terapi (antipiretik, analgesik dan antiinflamasi) adalah dengan

penghambatan sintesa prostaglandin. OAINS secara spesifik kompetitif

menghambat siklooksigenase (COX), suatu enzim yang mengkatalisis sintesis

endoperoksida siklik dari asam arakidonat untuk membentuk prostaglandin.

Dua isoenzim COX telah diidentifikasi, yakni COX-1 dan COX-2. COX-1

yang secara konstitutif, disintesis terus menerus dan terdapat di semua

jaringan dan jenis sel, terutama dalam trombosit, sel endotel, saluran

pencernaan, microvasculature ginjal, dan glomerulus. Dengan demikian

COX-1 merupakan suatu enzim penting dalam produksi prostaglandin,

pemeliharaan homeostasis, seperti agregasi platelet, regulasi aliran darah di

ginjal dan lambung, dan regulasi sekresi asam lambung.

Penghambatan aktivitas dianggap COX-1 sebagai kontributor utama

terhadap toksisitas gastrointestinal yang diinduksi oleh penggunaan obat

golongan OAINS. Sedangkan COX-2 dianggap sebagai isoenzim yang

memainkan peran penting dalam nyeri dan proses inflamasi (DeRuiter, 2002)

Page 20: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

9

9 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 2.3 Mekanisme kerja OAINS/NSAID

(American Association for Cancer Research, 2014)

Secara umum, OAINS menghambat COX-1 dan COX-2. Kebanyakan

obat golongan OAINS merupakan penghambat COX-1 selektif (misalnya,

aspirin, ketoprofen, indometasin, piroksikam, sulindak). OAINS dianggap

sedikit selektif untuk COX-1 (misalnya, ibuprofen, naproksen, diklofenak)

dan OAINS lainnya dapat dianggap sedikit selektif untuk COX-2 (misalnya,

etodolak, nabumeton, dan meloksikam). Mekanisme kerja dari celecoxib dan

rofecoxib utamamya adalah dengan selektif menghambat isoenzim COX-2;

pada konsentrasi terapeutik, COX-1 isoenzim tidak dihambat sehingga

toksisitas gastrointestinal mungkin akan menurun (DeRuiter, 2002).

Page 21: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

10

10 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.6 Metode Uji Antiinflamasi

Terdapat beberapa optimasi metode dalam pengujian efek

antiinflamasi secara in-vivo antara lain (Hariram Nile & Won Park, 2013):

a. Metode induksi udema telapak kaki tikus menggunakan Karagenan

Model ini pada dasarnya berprinsip pada pelepasan berbagai mediator

inflamasi oleh karagenan dan kemampuan senyawa uji dalam menghambat

udema yang terbentuk. Fase awal metode ini akan menyebabkan pelepasan

histamin dan serotonin. Tahap kedua adalah terbentuknya udema akibat

pelepasan prostaglandin, protease dan lisosom. Injeksi subkutan karagenan

ke telapak kaki tikus menghasilkan peradangan akibat ekstravasasi plasma

peningkatan cairan jaringan dan eksudasi protein plasma bersamaan dengan

ekstravasasi neutrofil, hal ini merupakan akibat dari metabolisme asam

arakidonat. Dalam metode ini volume kaki basal diukur menggunakan

pletismometer dengan merendam kaki tikus. Hewan uji diberikan senyawa

uji secara oral. Satu jam setelah pemberian perlakuan oral, tikus diberikan

injeksi subkutan 0,1 ml larutan 1% dari karagenan ke sisi sub-plantar dari

belakang kaki kiri. Volume kaki diukur lagi pada jam 1, 2, 3, 4 dan 5 setelah

perlakuan uji. Peningkatan volume kaki dihitung sebagai persentase

dibandingkan dengan volume basal. Perbedaan nilai rata-rata antara hewan

uji dan kelompok kontrol dihitung untuk setiap interval waktu dan

dievaluasi secara statistik.

b. Metode induksi udema telapak kaki tikus menggunakan Formalin

Model ini didasarkan pada kemampuan senyawa atau obat uji dalam

menghambat udema yang diproduksi pada kaki belakang tikus setelah

injeksi formalin. Tikus-tikus dibagi menjadi tiga kelompok (n = 6). Pada

tikus uji kaki kanan belakang tikus diinduksi dengan formalin 2 %.

Ketebalan kaki diukur dengan pletismometer 1 jam sebelum dan sesudah

injeksi formalin. Pemberian senyawa atau obat uji dilanjutkan selama 6 hari

Page 22: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

11

11 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

berturut-turut. Peningkatan ketebalan kaki dan persentase inhibisi dihitung

dan dibandingkan dengan kelompok kontrol.

c. Metode induksi udema telapak kaki tikus menggunakan Histamin

Umumnya histamin dilepaskan setelah degranulasi sel mast oleh

mediator inflamasi termasuk zat interleukin-1 (IL-1). Hal menstimulasi

pelepasan neuropeptida serta pelepasan prostaglandin dari sel endotel yang

dapat menyebabkan hiperalgesia dan efek pro-inflamasi lainnya. Pengujian

ini mirip dengan induksi udema kaki menggunakan karagenan. Tikus diberi

injeksi subkutan larutan 0,1 ml 1% histamin pada sisi sub-plantar kaki kiri

bagian belakang. Persen penghambatan peradangan dihitung menggunakan

rumus dan dibandingkan dengan kelompok kontrol.

2.7 Tikus Putih (Rattus novergicus L) galur Sprague dawley

Pengujian dengan menggunakan hewan uji merupakan model

pengujian yang sangat diperlukan dalam penelitian biomedis. Model ini telah

digunakan pada awal penemuan ilmiah dan masih tetap berkontribusi besar

hingga sekarang dalam membantu pegembangan ilmu pengetahuan mengenau

fungsi gen individual, mekanisme penyakit yang berbeda, dan efektivitas dan

toksisitas dari berbagai obat-obatan dan bahan kimia (Johnson, 2012).

Hewan percobaan yang umum digunakan dalam penelitian ilmiah

adalah tikus. Tikus telah diketahui sifat-sifatnya secara sempurna, mudah

dipelihara, dan merupakan hewan yang relatif sehat dan cocok untuk berbagai

penelitian. Lama hidup tikus berkisar antara 4-5 tahun dengan berat badan

tikus jantan berkisar antara 267-500 gram dan betina 225-325 gram (Sirois,

2015)

Klasifikasi tikus putih (R. norvegicus) menurut Depkes, 2008:

Dunia : Animalia

Filum : Chordata

Sub Filum : Vertebrata

Kelas : Mammalia

Page 23: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

12

12 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sub ordo : Myomorpha

Famili : Muridae

Genus : Rattus

Spesies : Rattus novergicus

Tikus putih galur Sprague dawley merupakan tikus hibrid albino

putih dengan kepala yang kecil dan ekor lebih panjang dari tubuhnya. Hewan

uji galur ini bersifat tenang dan mudah ditangani (Johnson, 2012). Tikus putih

galur Sprague dawley dipilih karena relatif resisten terhadap infeksi dan

cerdas, dan juga jarang berkelahi dengan sesamanya (Marsalina, 2010). Tikus

Sprague dawley dengan jenis kelamin betina tidak digunakan karena kondisi

hormonal yang sangat berfluktuasi pada saat mulai beranjak dewasa sehingga

dikhawatirkan akan memberikan respon yang berbeda dan dapat

mempengaruhi hasil penelitian (Kesenja, 2005).

2.8 Karagenan

Menurut USP 32 karagenan merupakan hidrokoloid yang diperoleh dari

ekstraksi dari beberapa spesies dari kelas Rhodophyceae (rumput laut merah)

dengan air atau larutan alkali. Kandungan utama karagenan terdiri dari

kalium, natrium, kalsium, magnesium, ammonium ester sulfat galaktosa dan

kopolimer 3,6-anhidrogalaktosa. Karagenan terbagi menjadi tiga jenis,yaitu

karagenan kappa, iota dan lambda. Bentuk fisik karagenan berupa serbuk

kasar berwarna kuning-coklat hingga tidak berbau dan berasa hambar (

Rowe et al., 2009)

Karagenan merupakan agen penginduksi udema yang paling sering

digunakan (Necas & Bartosikova, 2013). Karagenan sebagai penginduksi

udem merupakan turunan polisakarida yang akan dikenali tubuh sebagai

substansi asing sehingga mampu menginduksi terjadinya udem. Karagenan

akan merangsang fosfolipid membran sel mast yang terdapat pada jaringan

ikat disekitar telapak kaki tikus untuk mengeluarkan asam arakidonat dengan

Page 24: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

13

13 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

bantuan enzim fosfolipase A2 sehingga menghasilkan berbagai macam

mediator inflamasi (Joyce L et al., 1994)

Pada proses pembentukan edema, karagenan akan menginduksi cedera sel

dengan dilepaskannya mediator yang mengawali proses inflamasi. Edema

yang disebabkan induksi karagenan dapat bertahan selama 6 jam dan

berangsur–angsur berkurang dalam waktu 24 jam (Corsini et al., 2005).

Penggunaan karagenan sebagai penginduksi memiliki beberapa keuntungan,

antara lain: tidak meninggalkan bekas, tidak menimbulkan kerusakan

jaringan dan memberikan respon yng lebih peka terhadap obat antiinflamasi

dibanding senyawa iritan lainnya (Siswanto & Nurulita, 2005).

Page 25: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

14

14 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental yang dilakukan dengan

Rancangan Acak Lengkap (RAL).

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1. Tempat

Penelitian dilakukan di Laboraturium Penelitian 1, Laboraturium

Analisa Obat dan Pangan Halal (PHA), dan Animal House Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta.

3.2.2. Waktu

Penelitian berlangsung dari bulan Februari hingga Juli 2017.

3.3. Alat dan Bahan

3.3.1. Alat

Neraca analitik, alat-alat gelas (erlenmeyer, gelas ukur, dsb),

microwave, labu partisi, spatula, rotary evaporator, vial, plat TLC silika gel

60 F254 kandang hewan, timbangan hewan, spuit, pipet tetes, sonde,

pletismometer, hot plate, termometer.

3.3.2. Bahan

Etil-parametoksi-sinamat (EPMS) hasil isolasi dari rimpang kencur,

dietanolamin (Merck), pelarut (etil asetat, n-heksan, metanol), aquades,

natrium sulfat anhidrat, natrium dikofenak (Sigma Aldrich), Na-CMC 0,5%,

karagenan kappa, senyawa N,N-HPMS, air raksa, NaCl fisiologis 0,9% dan

alkohol 70%.

Page 26: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

15

15 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.4. Hewan Uji

Hewan yang digunakan dalam penelitian adalah tikus putih jantan galur

Sprague dawley dengan berat 200-280 gram yang diperoleh dari Institut

Pertanian Bogor, disimpan dalam kandang tikus pada suhu ruang (Umar et al.,

2012).

3.5. Prosedur Penelitian

3.5.1. Isolasi EPMS

3.5.1.1. Pengambilan Sampel

Rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) diperoleh dari Balitro

(Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat) Bogor, Jawa Barat pada bulan

Desember 2016, dan selanjutnya dideterminasi di Pusat Konservasi

Tumbuhan Kebun Raya-LIPI, Bogor.

3.5.1.2. Penyiapan Simplisia

Jumlah rimpang kencur yang digunakan pada penelitian ini adalah

sebanyak 4 kg. Rimpang kencur dibersihkan, kemudian dilakukan sortasi

basah dengan dicuci menggunakan air mengalir. Setelah bersih, rimpang

kencur dirajang dengan ukuran rajangan sekitar 3-5 mm, lalu dijemur agar

kering dengan cara diangin-anginkan selama 5 hari. Rajangan rimpang kencur

yang telah kering kemudian dihaluskan menggunakan blender, sehingga

didapatkan simplisia dalam bentuk serbuk halus. Serbuk simplisa yang

diperoleh ditimbang kemudian di simpan dalam wadah yang tertutup rapat.

3.5.1.3 Pembuatan Ekstrak

Pada penelitian ini metode ekstraksi yang digunakan adalah metode

ekstraksi dingin, yaitu maserasi. Serbuk simplisia rimpang kencur dimaserasi

dalam wadah gelap menggunakan pelarut n-heksan hingga simplisa terendam

± 3 cm diatas permukaan simplisia. Maserasi dilakukan selama 5 hari dengan

Page 27: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

16

16 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sesekali dikocok agar semua serbuk dapat menyentuh pelarut dengan

sempurna.

Hasil maserasi disaring dengan kapas untuk memisahkan filtrat. Ampas

yang tersisa kemudian diremaserasi kembali sekitar 3-4 kali hingga

didapatkan filtrat yang jernih (warna kuning bening). Kemudian filtrat yang

diperoleh disaring kembali dengan kertas saring untuk memisahkan ampas

halus yang belum tersaring saat penyaringan menggunakan kapas. Hasil

maserasi dan remaserasi dipekatkan menggunakan rotary evaporator,

sehingga diperoleh ekstrak kental n-heksan. Ekstrak yang didapatkan

ditimbang, dan didapatkan ekstrak kental n-heksan sebanyak 115,5675 gram

3.5.1.4. Isolasi EPMS dari Rimpang Kencur

Hasil ekstrak rimpang kencur yang telah dipekatkan dengan rotary

evaporator disimpan dalam wadah yang ditutup menggunakan alumunium

foil. Penutup yang terbuat dari alumunium foil diberi lubang diatasnya agar n-

heksan cepat menguap dan EPMS cepat terbentuk. EPMS yang telah

terbentuk kemudian di rekristalisasi dengan cara melarutkan EPMS dalam n–

heksan dan sedikit metanol, kemudian disaring Selanjutnya filtrat hasil

penyaringan disimpan di dalam lemari pendingin sehingga terbentuk EPMS

kembali. EPMS yang terbentuk direkristalisasi kembali sesuai dengan

prosedur yang telah dilakukan sebelumnya.

3.5.2 Penyiapan Senyawa Uji

3.5.2.1. Pembuatan senyawa N,N-HPMS

Sebanyak 1,030 gram EPMS dilarutkan ke dalam 10 ml dietanolamin

kemudian diiradiasi dalam microwave dengan kekuatan 300 watt selama 3

menit dalam erlenmeyer tertutup. Kemudian hasil reaksi dipartisi dengan

aquades dan etil asetat. Lapisan etil asetat dikeringkan dengan natrium sulfat

anhidrat lalu diuapkan dan dimurnikan dengan pelarut n-heksan. Hasil reaksi

Page 28: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

17

17 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah dimurnikan kemudian didentifikasi menggunakan gas

chromatography-mass spectrophotometry (GC-MS) dan kromatografi lapis

tipis (KLT) dengan eluen etil asetat dan metanol perbandingan 9:1 kemudian

dicek spotnya dengan menggunakan sinar UV dengan panjang gelombang

254 (Reza, 2015).

3.5.2.2. Pembuatan Na-CMC 0,5 % (b/v)

0,1 gram Na-CMC dikembangkan dengan aquades hangat (60°C)

sebanyak 2 ml. Setelah mengembang Na-CMC digerus secara konstan sambil

di-add dengan aquades hingga 20 ml.

3.5.2.3. Pembuatan suspensi senyawa uji N,N- HPMS

a. Dosis 50 mg/kgBB

Suspensi dibuat dengan menimbang senyawa uji N,N-HPMS sebanyak

100 mg dan disuspensikan kedalam 20 ml Na-CMC 0,5 %.

b. Dosis 100 mg/kgBB

Suspensi dibuat dengan menimbang senyawa uji N,N-HPMS sebanyak

200 mg dan disuspensikan kedalam 20 ml Na-CMC 0,5 %.

c. Dosis 200 mg/kgBB

Suspensi dibuat dengan menimbang senyawa uji N,N-HPMS sebanyak

400 mg dan disuspensikan kedalam 20 ml Na-CMC 0,5 %.

3.5.2.4. Pembuatan Suspensi Natrium Diklofenak

Dibuat sediaan suspensi natrium diklofenak dengan dosis yang telah

dikonversi dari dosis manusia, yaitu 5,14 mg/kgBB :

Suspensi dibuat dengan cara menimbang serbuk natrium diklofenak

sebanyak 10,28 mg lalu disuspensikan kedalam Na-CMC 0,5 %. Sediaan ini

dibuat sebanyak 20 ml.

Page 29: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

18

18 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.5.2.5. Pembuatan Suspensi Karagenan 1% (b/v)

Sebanyak 100 mg karagenan di larutkan kedalam larutan salin (NaCl

fisiologis 0,9%) sebanyak 10 ml yang dipanaskan diatas hotplate sambil

diaduk hingga homogen menggunakan magnetic stirrer (Bharat Kumar et

al., 2014)

3.6. Penyiapan Hewan Uji

3.6.1. Aklimatisasi

Sebelum digunakan tikus diaklimatisasi selama ± 3 minggu, semua

tikus dipelihara dalam kondisi yang sama, diberikan makanan berupa pakan

standar 512 dan air minum. Sebelum percobaan tikus dipuasakan selama ±

18 jam dengan tetap diberi minum ad libitum (Sukaina, 2015).

3.6.2. Pengelompokan Hewan Uji

Hewan uji dibagi menjadi lima kelompok.masing-masing kelompok terdiri

dari enam ekor tikus (WHO, 2000).

Tabel 3.1 Pengelompokan hewan uji

No. Kelompok Jumlah

(Ekor)

Perlakuan Oral

Diinduksi

karagenan

1%

sebanyak

0,2 ml

setelah 1

jam

perlakuan

oral

1. Kontrol

Negatif

6 Diberikan suspensi Na-CMC

0,5 %

2. Kontrol

Positif

6 Diberikan suspensi Natrium

diklofenak 5,14 mg/kgBB

3. Dosis 50

mg/kgBB

6 Diberikan suspensi senyawa

N,N-HPMS dosis 50 mg/kgBB

4. Dosis 100

mg/kgBB

6 Diberikan suspensi senyawa

N,N-HPMS dosis 100 mg/kgBB

5. Dosis 200

mg/kgBB

6 Diberikan suspensi senyawa

N,N-HPMS dosis 200 mg/kgBB

Page 30: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

19

19 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.7. Uji aktivitas Antiinflamasi secara in-vivo dengan metode induksi udema

pada telapak kati tikus menggunakan karagenan (Winter et al.,1962;

Kandati et al., 2012; Paulpriya et al., 2016)

Langkah kerja:

1. Hewan uji yang telah ditimbang bobotnya, dikelompokkan secara acak (n=6),

dan diaklimatisasi selama 3 minggu agar dapat beradaptasi dengan kondisi

lingkungan laboratorium penelitian.

2. Semua hewan uji diberi tanda dengan spidol pada batas mata kaki untuk

memudahkan pengukuran volume telapak kaki dan agar setiap kali pemasukan

kaki ke dalam air raksa selalu sama.

3. Volume awal kaki tikus diukur sebelum diberi perlakuan dinyatakan sebagai

volume kaki awal (V0)

4. Kelompok kontrol negatif diberikan suspensi Na-CMC 0,5%, Kelompok

kontrol positif diberikan suspensi natrium diklofenak dosis 5,14 mg/kgBB

dan ketiga kelompok lainnya diberikan suspensi senyawa uji sesuai dosis yang

direncanakan secara oral

5. Satu jam setelah pemberian senyawa uji secara oral, tikus diinjeksikan 0,2 ml

larutan karagenan 1% secara subplantar pada telapak kaki kiri tikus. Sebelum

diinjeksikan karagenan, terlebih dahulu area telapak kaki tikus diusap dengan

alkohol 70%.

7. Kemudian volume udema diukur pada jam ke-1, 2, 3, 4 dan ke-5 setelah

penginduksian dan dinyatakan sebagai volume akhir (Vt). Pengukuran volume

dilakukan dengan alat pletismometer.

Page 31: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

20

20 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8. Dihitung persen udema (radang) dan persen inhibisi udem dengan rumus

sebagai berikut (Swathy et al., 2010) :

Dimana:

Vt : volume telapak kaki pada waktu t (setelah diinduksi karagenan).

V0 : volume telapak kaki pada waktu 0 (sebelum diinduksi karagenan).

Dan rumus persen inhibisi radang (Kalabharathi et al., 2011)

Dimana, A: % radang rata-rata kelompok kontrol.

B : % radang rata-rata kelompok zat uji.

3.8 Analisis Data

Data persentase (%) inhibisi udema yang diperoleh kemudian dianalisis

dengan kolmogorov-smirnov untuk melihat normalitas data dan dianalisis

dengan uji levene untuk melihat homogenitas data. Jika data tidak terdistribusi

normal dan homogen, dilanjutkan dengan uji kruskal-wallis dan uji mann-

whitney untuk melihat perbedaan antar kelompok (Calzado et al., 2013).

Pengujian statistik dilakukan menggunakan aplikasi SPSS versi 22.

Page 32: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

21

21 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Isolasi EPMS dari Rimpang Kencur

Pada penelitian ini didapatkan EPMS yang berbentuk serbuk putih

dengan persentase rendemen sebesar 61,42%. Perhitungan rendemen EPMS

adalah sebagai berikut:

% 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 =𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐸𝑃𝑀𝑆 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑛 − ℎ𝑒𝑘𝑠𝑎𝑛𝑥100%

% 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 =70,9931 𝑔𝑟𝑎𝑚

115,5675 𝑔𝑟𝑎𝑚𝑥100% = 61,42%

EPMS yang telah didapatkan diidentifikasi menggunakan

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan GC-MS.Hasil identifikasi EPMS dapat

dilihat pada gambar 4.1 dan gambar 4.2.

Dari hasil KLT diatas dapat dilihat bahwa spot EPMS memiliki spot yang

sama dengan spot senyawa standar dengan nilai rf 0,73.

Gambar 4.1 Spot senyawa A, dan B dengan eluen n-heksan-etil asetat 4:1

(visualisasi UV λ 245 nm)

A B

B

Keterangan:

A: senyawa standar (EPMS)

B: senyawa produk (EPMS)

Page 33: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

22

22 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Menurut literatur, EPMS muncul pada waktu retensi 9,90 dengan pola

fragmentasi massa 161; 134; 118; 89; 63; dan 39 dengan berat molekul 206,4

gram/mol (Umar et al., 2012) (Lampiran 8). Dari hasil GC-MS pada gambar

4.2, EPMS muncul pada waktu retensi 9,848 dan memiliki pola fragmentasi

massa 161; 134; 89; 63; dan 40 dengan berat molekul 206 gram/mol

(Lampiran 7). Dari hasil identifikasi KLT dan GC-MS dapat disimpulkan

bahwa senyawa EPMS telah berhasil diisolasi dan dapat digunakan dalam

proses pembuatan senyawa N,N-HPMS melalui reaksi amidasi yang diiridiasi

dengan microwave.

Gambar 4.2 Hasil GC-MS EPMS

Page 34: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

23

23 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.2 Hasil Amidasi EPMS dengan Metode Iridiasi Microwave

Sebelum dilakukan uji aktivitas antiinflamasi, terlebih dahulu dilakukan

pembuatan senyawa N,N–HPMS melalui reaksi amidasi dengan iridiasi

microwave. Amidasi dengan metode microwave dipilih karena waktu reaksi

yang dibutuhkan lebih cepat, produk yang dihasilkan memliki selektivitas

yang lebih tinggi dan lebih bersih (Bhuiyan, 2011). Reaksi amidasi dilakukan

dengan mereaksikan 1,030 gram (5 mmol) EPMS dengan 10 ml ( 10 mmol)

dietanolamin yang diiridiasi menggunakan microwave selama tiga menit

dengan daya 300 watt (Reza, 2015 dan Ferroud, 2008).

Gambar 4.3 Reaksi amidasi EPMS dengan etanolamin dan dietanolamin.

(Reza, 2015)

Reaksi amidasi didasari pada prinsip HSAB (hard soft acid base).

Dietanolamin memiliki gugus NH⁺ dimana H⁺ pada gugus ini bersifat asam

kuat yang mudah bereaksi dengan –OC2H5 pada EPMS yang merupakan basa

kuat. Sedangkan NH־ pada dietanolamin merupakan basa lemah yang akan

bereaksi mebentuk ikatan dengan p-metoksinamat (R-CO) yang merupakan

asam lemah (Pearson, 1968).

Page 35: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

24

24 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hasil reaksi amidasi kemudian dipartisi mengunakan aquades dan etil

asetat perbandingan 1:1. lapisan etil asetat diambil lalu dikeringkan

menggunakan natrium sulfat anhidrat, kemudian diuapkan menggunakan

rotary evaporator dan dimurnikan dengan N-heksan (Reza, 2015). Hasil yang

didapatkan yaitu senyawa turunan N,N-HPMS berbentuk serbuk putih

kekuningan, dengan persentase rendemen produk sebesar 45,53 %.

Perhitungan rendemen produk :

% 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 =1.407 𝑔𝑟𝑎𝑚

3.090𝑔𝑟𝑎𝑚𝑥100% = 45,53 %

Selanjutnya, senyawa produk (N,N-HPMS) diidentifikasi menggunakan

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan GC-MS. Hasil KLT dan GC-MS dari

senyawa ini pada gambar 4.4 dan 4.5.

Gambar 4.4 Spot senyawa A, dan B dengan eluen etil asetat-metanol 9:1

(visualisasi UV λ 245 nm)

Keterangan:

A: senyawa standar (N.N -

HPMS) ;

B: senyawa produk (N,N-

HPMS) ;

A B

Page 36: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

25

25 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4.5 Hasil identifikasi GC-MS

Dari data hasil KLT dan GC-MS yang didapatkan, Senyawa produk

juga memiliki spot yang sama dengan senyawa standar, dengan nilai Rf = 0,55

senyawa produk muncul pada waktu retensi 14.28 dan memiliki berat molekul

265,1 g/mol dengan fragmentasi massa pada 220; 162; 133; 103; dan 77

(Lampiran 9). Pada penelitian yang dilakukan oleh Reza (2015), data GC_MS

menunjukkan senyawa N,N-HPMS memiliki berat 265,1 gram/mol dan

muncul pada waktu retensi 14,33 dengan pola fragmentasi 220; 162; 133; 103;

dan 77 (Lampiran 10). Hal ini menunjukkan bahwa pembuatan senyawa N,N-

HPMS melalui reaksi amidasi yang diiridiasi dengan microwave berhasil

dilakukan, dan senyawa produk (N,N-HPMS) dapat dilanjutkan dalam

pengujian aktivitas antiinflamasi.

Page 37: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

26

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.2 Uji aktivitas antiinflamasi senyawa N,N-HPMS secara in-vivo

Pada penelitian ini dilakukan uji aktivitas antiinflamasi senyawa N,N-

HPMS secara in vivo. Pengujian aktivitas antiinflamasi dilakukan dengan

menggunakan metode induksi karagenan (Winter et al., 1962).

Keunggulan penggunaan karagenan dalam uji aktivitas antiinflamasi secara

in-vivo yaitu mampu menstimulasi peradangan (udema) tanpa menyebabkan

cedera atau kerusakan jaringan pada telapak kaki tikus yang diuji, sehingga

metode ini merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam

pengujian antiinflamasi secara in-vivo (Sugishita et al., 1981; Petersson et al.,

2001; Ismail et al., 2017).

Dalam pengujian aktivitas antiinflamasi karagenan memiliki

kelemahan. Dalam bentuk cair karagenan tidak dapat digunakan jika lebih

dari 24 jam sedangkan dalam bentuk padat karagenan sangat mudah

membentuk gumpalan yang sukar larut (Morris, 2003). Beberapa karagenan

memiliki sifat termoreversibel, dimana pada kondisi pendinginan, karagenan

akan membentuk masa gel, dan kembali mencair saat dipanaskan (Glicksman,

1982). Hal ini akan menyebabkan tersumbatnya jarum suntik yang digunakan

sebagai media induksi sehingga proses penginduksian akan terhambat

(Morris, 2003). Oleh karena itu pembuatan suspensi karagenan harus

dilakukan dengan cermat dan memperhatikan sifat karagenan yang digunakan,

sehingga menghasilkan suspensi karagenan yang baik dan tidak menghambat

pengujian aktivitas antiinflamasi secara prosedural.

Karagenan yang digunakan dalam penelitian ini adalah karagenan

jenis kappa konsentrasi 1%. dengan volume penyuntikan 0,2 ml. Pemilihan

konsentrasi dan volume penyuntikan didasarkan pada uji pendahuluan yang

telah dilakukan pada penelitian sebelumnya (Oktiwilianti et al., 2015). Hasil

penelitian ini menyimpulkan bahwa udema yang terbentuk akibat induksi

Page 38: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

27

27 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

karagenan 1% sebanyak 0,2 ml signifikan (p ≤ 0.05) dibandingkan dengan

udema pada penyuntikan karagenan 1% sebanyak 0,1 ml (p ≥ 0.05).

Pada pengujian aktivitas antiinflamasi data pertama yang didapatkan dari

pengujian ini adalah data volume udema telapak kaki tikus baik sebelum

diinduksi dan setelah dinduksi dengan karagenan. Pengukuran volume udema

dilakukan selama lima jam (jam ke-1, jam ke- 2 dan seterusnya) untuk melihat

kenaikan volume telapak kaki hewan uji setelah diinduksi karagenan. Adapun

data hasil rerata volume udema telapak kaki tikus telah dirangkum pada tabel

4.1.

Pada tabel 4.1 dapat dilihat adanya peningkatan volume udema yang

berbeda-beda pada masing-masing kelompok. Peningkatan volume udema

pada kontrol negatif berbeda dengan kelompok uji lainnya. Kelompok kontrol

negatif merupakan kelompok yang hanya diberikan Na-CMC 0,5% secara

Kelompok Rerata volume udema (ml) dan SD jam ke-

0 1 2 3 4 5

Kontrol negatif

(Na-CMC 0.5%)

0.026

±

0.005

0.046

±

0.005

0.058

±

0.008

0.064

±

0.005

0.076

±

0.011

0.072±

0.008

Kontrol positif

(Na-diklofenak

5,14 mg/kgBB)

0.03 ±

0

0.04±

0.007

0.04±

0

0.04±

0

0.04±

0

0.038±

0.004

Dosis uji 1

(50 mg/kgBB)

0.03±

0

0.04±

0.007

0.05±

0.007

0.068

±

0.004

0.066

±

0.005

0.056±

0.011

Dosis uji 2

(100 mg/kgBB)

0.03±

0

0.04±

0

0.04±

0

0.04±

0

0.04±

0

0.04±

0.007

Dosis uji 3

(200 mg/kgBB)

0.04±

0

0.054±

0.005

0.06±

0.01

0.07±

0.01

0.07±

0.01

0.062±

0.008

Tabel 4.1 Rerata volume udema telapak kaki tikus

Page 39: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

28

28 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

oral, dan diinduksi dengan karagenan, Volume udema kelompok kontrol

negatif mengalami peningkatan dari jam ke-1 hingga jam ke-4, dan

mengalami penurunan pada jam ke-5. Hal ini dapat disebabkan tidak

adanyanya aktivitas penghambatan udema (radang) yang dihasilkan oleh Na-

CMC 0,5% Pada grafik rerata volume udema (gambar 4.6). terlihat jelas

bahwa kontrol negatif mengalami kenaikan volume udema tertinggi pada

setiap jam dibandingkan dengan kelompok lainnya.

Sementara pada kelompok kontrol positif dan dosis uji 100 mg/kgBB

peningkatan volume udema hanya terjadi pada jam ke-1, dan pada kontrol

positif mengalami penurunan pada jam ke-5, sementara volume udema

kelompok dosis uji 100 mg/kgBB tidak mengalami penurunan pada jam ke-5.

Sedangkan dua kelompok uji lainnya, yakni dosis uji 50 mg/kgBB dan 200

mg/kgBB) mengalami peningkatan volume udema hingga jam ke-3 dan

menurun pada jam ke-4.

Dari data volume udema dapat dihitung nilai persentase udema. Nilai

persentase menggambarkan besarnya udema yang terbentuk pada telapak kaki

tikus,setelah diinduksi karagenan. Nilai persentase udema diatas dihitung

Gambar 4.6 Grafik hubungan rerata volume udema terhadap waktu.

0

0.01

0.02

0.03

0.04

0.05

0.06

0.07

0.08

0 1 2 3 4 5

volu

me (

ml)

Waktu (jam)

Rerata volume udema telapak kaki tikus

Kontrolnegatif

Kontrolpositif

Dosis uji 50mg/kgBB

Dosis uji 100mg/kgBB

Dosis uji 200mg/kgBB

Page 40: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

29

29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menggunakan rumus : (Vt-V0)/V0 ×100, dimana Vt adalah volume udem

yang diukur selama lima jam (setiap jam) setelah diinduksi karagenan,

sedangkan V0 adalah volume awal kaki tikus sebelum diinduksi karagenan

(Swathy et al., 2010).

Dari tabel 4.2 terlihat bahwa kelompok kontrol negatif memiliki

persentase udema terbesar dibandingkan dengan kelompok uji lainnya.

Peningkatan rerata persentase udema seluruh kelompok uji dari jam ke-1

hingga jam ke-5 berbeda secara bermakna (p ≤ 0.05). Pada kontrol negatif

udema terbentuk maksimal pada jam ke-3 dan ke-4 dan menurun pada jam

ke-5. Hal ini menunjukkan bahwa karagenan konsentrasi 1% dengan volume

penyuntikan 0,2 ml merupakan agen penginduksi udema yang baik dan dapat

menimbulkan peradangan yang signifikan.

Kelompok Rerata persen udema (%) dan SD jam ke-

1 2 3 4 5

Kontrol negatif

(Na-CMC 0,5 %)

80 ±

18.255

127±

25.276

159.99±

36.516

196.66±

34.155

183.33±

44.096

Kontrol positif

(Na-diklofenak

5,14 mg/kgBB )

33.33±

21.217

33.3 ±

0

33.3 ±

0

33.33±

0

26.66±

14.095

Dosis uji 1

( 50 mg/kgBB)

33.33±

23.571

66.67±

23.571

126.66±

14.095

119.99±

18.225

86.67 ±

38.005

Dosis uji 2

(100 mg/kgBB)

33.33±0

33.33± 0

33.33±

0

33.33± 0

33.33±

23.571

Dosis uji 3

(200mg/kgBB)

35 ±

13.693

50 ±25

75 ± 25

75 ± 25

55 ±

20.916

Tabel 4.2 Persentase udema telapak kaki tikus selama lima jam

Page 41: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

30

30 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Peran karagenan dalam menginduksi terjadinya udema adalah dengan

menstimulasi mediator-mediator inflamasi seperti histamin, prostaglandin,

dan mediator inflamasi lainnya. Pelepasan mediator inflamasi oleh karagenan

terbagi kedalam tiga fase. Fase pertama, karagenan akan menstimulasi

pelepasan serotonin dan histamin selama 1 jam pertama. Hal ini akan

menyebabkan terjadinya peningkatan permeabilitas vaskular. Mediator

inflamasi lain, yakni kinin dilepaskan pada jam ke-2 setelah induksi. Fase

pelepasan kinin disebut dengan fase kedua. Selanjutnya, di fase terakhir pada

jam 2,5-3 setelah induksi terjadi pelepasan prostaglandin yang berkaitan erat

dengan migrasi leukosit pada situs radang sehingga menimbulkan terjadinya

udema. Udema atau radang yang terbentuk akan bertahan selama 5-6 jam (Di

Rosa et al., 1971; Morris, 2003 ; V.Suba, 2005).

Volume udema yang tinggi dan besarnya nilai persentase udema yang

terbentuk, sebanding dengan kemampuan senyawa uji dalam menghambat

pembentukan udema. Dalam pengujian aktivitas antiinflamasi besarnya nilai

penghambatan udema yang dihasilkan oleh senyawa uji disebut dengan

persen inhibisi udema (radang).

Gambar 4.7 Grafik hubungan antara persentase udema terhadap waktu.

0

50

100

150

200

250

1 2 3 4 5

Per

sen

tase

(%

)

Waktu (Jam)

Rerata persentase udema telapak kaki tikus

Kontrol Negatif

Kontrol Positif

Dosis uji 50 mg/KgBB

Dosis uji 100 mg/KgBB

Dosis uji 200 mg/KgBB

Page 42: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

31

31 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Persentase inhibisi radang dihitung menggunakan rumus: (a-b)/a ×100,

dimana a: rerata persentase udema (radang) kelompok kontrol negatif dan b:

rerata persentase udema (radang) kelompok zat uji (Kalabharathi et al., 2011)

Berdasarkan hasil perhitungan persentase inhibisi radang, kelompok uji

yang memiliki persen inhibisi terbesar adalah dosis uji 100 mg/kgBB yakni

sebesar 83,3% pada jam ke-4 dan 81,81% pada jam ke-5. Penghambatan

udema dosis 100 mg/kgBB dimulai pada jam ke-2. Daya hambat udema dosis

100 mg/kgBB ini hampir sama dengan kontrol positif (natrium diklofenak

5,14 mg/kgBB) dari jam ke-2 hingga jam ke-4. Sedangkan pada jam ke-5

persentase inhibisi radang kontrol positif lebih besar dari dosis 100 mg/kgBB,

yakni 85,45%. Dibandingkan dosis 100 mg/kgBB dosis uji 50 mg/kgBB

memiliki persen inhibisi radang paling kecil yakni sebesar 38,39% pada di

jam ke -4 dan 52,74% pada jam ke-5. Selanjutnya dosis uji 200 mg/kgBB

mampu menghambat udema sebesar 61,86% di jam ke-4 dan 70% pada jam

ke-5.

Kelompok

Rerata persentase inhibisi udema (%) jam

ke-

1 2 3 4 5

Kontrol positif

(Na-diklofenak

5,14 mg/kgBB)

58.33

73.75

79.16

83.30

85.45

Dosis uji 50 mg/kgBB 58.33 47.50 20.83 38.39 52.74

Dosis uji 100 mg/kgBB

58.33

73.75 79.16 83.30 81.81

Dosis uji 200 mg/kgBB

56.25

60.63

53.12

61.86

70

Tabel 4.3 Rerata persentase inhibisi radang setiap jam.

Page 43: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

32

32 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4.8 Grafik hubungan persentase inhibisi udema terhadap waktu.

Dari gambar 4.8 dapat dilihat penghambatan udema dosis 50 mg/kgBB

dan 200 mg/kgBB mulai mengalami peningkatan pada jam ke-4. Hal ini

menunjukkan bahwa senyawa N,N-HPMS dosis 50 mg/kgBB dan 200

mg/kgBB mulai memberikan efek antiinflamasi pada jam ke 4 dan terus

meningkat hingga jam ke-5. Peningkatan persen inhibisi radang pada jam ke-5

dapat dipengaruhi oleh terjadinya penurunan udema di jam tersebut. Pada

tabel 4.2 dapat dilihat bahwa pada jam ke-5 persentase udema telapak kaki

tikus mulai mengalami penurunan. Penurunan udema yang terjadi pada jam

ke-5 ini berhubungan dengan durasi kerja karagenan dalam menginduksi

udema. Menurut Morris (2003) udema yang disebabkan oleh karagenan

mampu bertahan selama 5-6 jam, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa

penurunan udema yang terjadi pada jam ke-5 disebabkan telah berkurangnya

efek karagenan dalam menginduksi udema dan mempengaruhi besarnya

persentase inhibisi udema yang dihasilkan.

Berdasarkan data persen inhibisi radang, besarnya kemampuan senyawa

N,N-HPMS dalam menghambat udema bergantung pada dosis. Artinya, dosis

yang berbeda akan menghasilkan aktivitas antiinflamasi yang berbeda. Pada

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

1 2 3 4 5

Per

sen

tase

(%

)

Waktu (jam)

Rerata persen inhibisi udema (radang)

Kontrol negatif

kontrol positif

Dosis uji 50mg/kgBB

Dosis uji 100mg/kgBB

Dosis uji 200mg/kgBB

Page 44: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

33

33 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dosis yang paling tinggi, yakni 200 mg/kgBB besarnya nilai penghambatan

udema lebih kecil jika dibandingkan dengan dosis 100 mg/kgBB, yakni

sebesar 68,61% pada jam ke-4 dan 70% pada jam ke-5. Dari data persen

inhibisi udema, dapat ditarik kesimpulan bahwa dosis 100 mg/kgBB

merupakan dosis uji yang memiliki kemampuan menghambat udema yang

paling tinggi dibandingkan dengan dua dosis uji lainnya.

Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan pengujian aktivitas

antiinflamasi senyawa turunan EPMS lainnya, yakni N-(hidroksietil)-p-

metoksi sinamamida( N-HPMS) (Mughniyah, 2016). Sama seperti senyawa

N,N-HPMS, senyawa ini merupakan produk hasil modifikasi EPMS melalui

reaksi amidasi. Variasi dosis uji yang digunakan pada penelitian tersebut

adalah dosis 100, 200, dan 400 mg (kg/BB). Hasil penelitian ini

menyimpulkan bahwa persen inhibisi udema tertinggi dihasilkan pada dosis

100 mg/kgBB sebesar 88,88% (Mughniyah, 2016). Jika dibandingkan dengan

senyawa induknya (EPMS), derivat EPMS yang dihasilkan dari reaksi amidasi

(N-HPMS dan N.N-HPMS) memiliki aktivitas antiinflamasi yang lebih baik.

Salah satu publikasi ilmiah telah melaporkan aktivitas antiinflamasi EPMS

yang diuji secara in-vivo pada dosis 100, 200, 400, dan 800 mg. Hasil

penelitian menyimpulkan kemampuan tertinggi EPMS dalam menghambat

udema adalah pada dosis 800 mg sebesar 53,7% (Umar et al., 2012).

Perbedaan aktivitas antiinflamasi yang dihasilkan oleh senyawa N,N-HPMS

dan EPMS dapat disebabkan oleh adanya gugus amida pada senyawa N,N-

HPMS. Beberapa penelitian melaporkan, modifikasi ibuprofen, asam

meklofenamat dan indometasin menjadi turunan amida terbukti

meningkatkan aktivitas antiinflamasi dan efek gastroprotektif dari ketiga obat

ini (S.kalgutkar et al., 2000 dan Kumar et al., 2010). Berdasarkan hasil

penelitian tersebut terbukti bahwa adanya gugus amida dapat meningkatkan

aktivitas antiinflamasi..

Page 45: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

34

34 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.3 Hasil analisa data statistik

Tahap akhir dari penelitian ini adalah analisa data secara statistik. Adapun

data yang dianalisa secara statistik adalah data persentase udema (Umar et al.

2012). Langkah pertama dilakukan pengujian kolmogorov –smirnorv untuk

melihat normalitas data, dan uji levene untuk melihat homogenitas data. Dari

dua pengujian tersebut disimpulkan bahwa data persentase udema tidak

terdistribusi normal dan tidak terdistribusi secara homogen. Langkah

selanjutnya adalah pengujian data menggunakan metode ANOVA. Syarat uji

ANOVA adalah data harus terdistribusi secara normal dan homogen. Karena

data pada penelitian ini tidak memenuhi persyaratan tersebut maka pengujian

dilanjutkan dengan metode kruskal-wallis.

Hasill uji kruskal-wallis menunjukan persentase udema seluruh kelompok

dari jam ke-1 hingga jam ke-5 berbeda secara signifikan (ρ ≤ 0.05). Oleh

karena itu dilanjutkan uji mann-whitney untuk melihat perbedaan antar

kelompok hewan uji (Calzado et al., 2013). Dari hasil uji mann- whitney

persentase udema kelompok kontrol negatif berbeda secara bermakna dengan

kontrol positif dan kelompok uji dosis 50, 100 dan 200 mg/kgBB (p ≤ 0.05).

Berdasarkan data tersebut diambil kesimpulan bahwa senyawa N,N-HPMS

dosis 50 mg/kgBB, dosis 100 mg/kgBB dan dosis 200 mg/kgBB memiliki

aktivitas antiinflamasi sehingga mampu menghambat peningkatan volume

udema pada telapak kaki hewan uji.

Jika dibandingkan dengan kontrol positif persentase udema dosis 50

mg/kgBB berbeda bermakna dari jam ke-2 hingga jam ke-5 (p ≤ 0.05).

Sedangkan dosis 200 mg/kgBB berbeda bermakna dengan kontrol positif

pada jam ke-3 dan jam ke-4. Berbeda dengan kedua dosis uji diatas persentase

udema dosis 100 mg/kgBB tidak berbeda bermakna (p > 0.05) dengan

kontrol positif dari jam 1 hingga jam ke-5. Dari hasil uji data statistik ini

dapat disimpulkan bahwa kemampuan penghambatan udema yang dimiliki

Page 46: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

35

35 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

senyawa N,N-HPMS dosis 100 mg/kgBB sama dengan kontrol positif (Na-

diklofenak 5,14 mg/kgBB). Selain itu persentase udema dosis 100 mg/kgBB

berbeda secara signifikan dengan dosis 50 mg/kgBB dari jam ke-2 hingga jam

ke-5. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan penghambatan dosis 50

mg/kgBB lebih kecil dibandingkan dengan dosis 100 mg/kgBB. Selanjutnya

dosis 100 mg memiliki persentase udema yang berbeda dengan dosis 200

mg/kgBB pada jam ke-3 dan jam ke-4. Perbedaan penghambatan udema

senyawa N,N-HPMS dosis 200 mg/kgBB diasumsikan berhubungan dengan

kemampuannya dalam menghambat pelepasan prostaglandin. Secara teoritis,

induksi telapak kaki tikus menggunakan karagenan dapat bertahan 5-6 jam,

dimana pada jam ke 2,5 hingga jam ke-3 terjadi pelepasan salah satu mediator

inflamasi, yakni prostaglandin. Pelepasan prostaglandin ini yang

menyebabkan terjadinya migrasi leukosit ke situs radang sehingga

menyebabkan udema. (V.Suba, 2005). Adanya perbedaan yang signifikan

terhadap besarnya udema yang terbentuk antara dosis 200 mg/kgBB dengan

dosis 100 mg/kgBB pada jam ke-3 dan jam ke-4 menunjukkan perbedaan

kemampuan senyawa uji dalam menghambat pelepasan prostaglandin.

Sehingga dapat disimpulkan dosis 200 mg/kgBB memiliki kemampuan yang

berbeda dengan dosis 100 mg/kgBB dalam menghambat pelepasan

prostaglandin.

Page 47: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

36

36 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Senyawa N,N-HPMS dosis 50 mg/kgBB, 100 mg/kgBB dan dosis 200

mg/kgBB memiliki persentase udema yang berbeda bermakna dengan

kontrol negatif ( p ≤ 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa senyawa N,N-

HPMS mampu menghambat udema pada telapak kaki tikus, dan aktif

sebagai agen antiinflamasi secara in-vivo.

2. Senyawa N,N-HPMS dosis 100 mg/kgBB dan kontrol positif (Na-

diklofenak 50 mg) memiliki kemampuan inhibisi udema yang sama (p ≥

0.05). Sedangkan kontrol positif memiliki kemampuan inhibisi yang

berbeda bermakna dengan dosis 50 mg/kgBB dan dosi 200 mg/kgBB pada

jam ( p ≤ 0.05).

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian uji toksisitas akut dan sub akut dari senyawa

ini, dan perlu dilakukan pengujian secara in- vitro terkait pengaruh senyawa

N,N-HPMS terhadap enzim COX-1 maupun COX-2 yang terlibat dalam

proses terjadinya inflamasi.

Page 48: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

37

37 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Ashley, N. T., Weil, Z. M., & Nelson, R. J. (2012). Inflammation: mechanisms, costs,

and natural variation. Annual Review of Ecology, Evolution, and Systematics.

Bharat Kumar, B. (2014). SVGK Kaladhar D, Vasudeva Rao A, Divakar NLS,

Subhash Y, Amita CMP: Evaluation Of Anti-inflammatory Activity Of Some

Novel Diarylsulfonylurea-Chalcone Hybrids In Carrageenan–induced Paw

Oedema In Rats. International Journal of Pharmacy, 4, 1

Bhuiyan, M. M. H., Hossain, M. I., Mahmud, M. M., & Al-Amin, M. (2011).

Microwave-assisted efficient synthesis of chalcones as probes for

antimicrobial activities. Chemistry journal, 1(1), 21-28.

British Pharmacopeia. 2009. London: Council of Europes.

Brunton, L. L., Lazo, J. S., & Parker, K. L. (2006). Goodman & Gilman's the

Pharmacological Basis of Therapeutics. McGraw-Hill Companies. New York,

NY.

Brunton, L. (2011). Goodman & Gilman's The Pharmacological Basis of

Theraupetics. New York: McGraw Hill

Calzado, Y. R., Cuevas, V. M., Guerra, Y. P., Yera, A. O., Despaine, S. J., &

Ferreiro, R. M. (2013). Anti-Oedema Effects of D-002 and Lyprinol on the

Carrageenan-Induced Pleurisy in Rats. practice, 11, 14.

Chatter, R., Othman, R. B., Rabhi, S., Kladi, M., Tarhouni, S., Vagias, C., & Kharrat,

R. (2011). In vivo and in vitro anti-inflammatory activity of neorogioltriol, a

new diterpene.

Chuasuwan, B., Binjesoh, V., Polli, J. E., Zhang, H., Amidon, G. L., Junginger, H. E.,

Shah, K. K. V. P., Stavchansky, S., Dressman, J. B., Barends, D. M., 2009,

Biowaver Monographs for Immediate Release Solid Oral Dosage Forms:

Diclofenac Kalium and Diclofenac Potassium, J Pharm Sci, 98(4): 1206-19

Corsini, E., Di Paola, R., Viviani, B., Genovese, T., Mazzon, E., Lucchi,

L.,Cuzzocrea, S. (2005). Increased carrageenan‐induced acute lung

inflammation in old rats. Immunology, 115(2), 253-261

Depkes. 2008. Pedoman Pengendalian Tikus. Direktorat jenderal pengendalian

penyakit dan penyehatan lingkungan: Jakarta.

DeRuiter, J. (2002). Non-steroidal antiinflammatory drugs (NSAIDS). Principles of

drug action, 2, 1-25.

Fayazuddin, M. O. H. D., Ahmad, F. A. R. I. D. A., Kumar, A. N. I. L., & Yunus, S.

M. (2013). An Experimental Evaluation of Anti-Inflammatory Activity of

Moringa Oleifera Seeds. Int J Pharm Pharm Sci, 5(3), 1-5.

Ferroud, C., Godart, M., Ung, S., Borderies, H., & Guy, A. (2008). Microwaves-

assisted solvent-free synthesis of N-acetamides by amidation or

aminolysis. Tetrahedron Letters, 49(18), 3004-3008.

Freire, M. O., & Van Dyke, T. E. (2013). Natural resolution of inflammation.

Periodontology 2000, 63(1), 149-164.

G.Katzung, B. (2012). Basic and Clinical Pharmacology New York: McGraw Hill.

Glicksman, M., 1982. Origins and classification of hydrocolloids. In M. Glicksman

(ed.), Food Hydrocolloids, CRC Press, Boca Raton, FL 1: 3-18

Page 49: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

38

38 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Glicksman, M. (1987). Utilization of seaweed hydrocolloids in the food

industry. Hydrobiologia, 151(1), 31-47

Goodman, JamesR., and Douglas Grossman.2014.”Aspirin and other NSAIDS as

chemoprevention agents in melanoma”. Cancer Perevention Research 7.6: 557-

564

Gurenlian, J. (2009). Inflammation: the relationship between oral health and systemic

disease. Dental assistant (Chicago, Ill.: 1994), 78(2), 8.

Hariram Nile, S., & Won Park, S. (2013). Optimized methods for in vitro and in vivo

anti-inflammatory assays and its applications in herbal and synthetic drug

analysis. Mini reviews in medicinal chemistry, 13(1), 95-100.

Hinz, B., Chevts, J., Renner, B., Wuttke, H., Rau, T., Schmidt, A., Werner, U. (2005).

Bioavailability of diclofenac potassium at low doses. British journal of

clinical pharmacology, 59(1), 80-84.

Ikawati, Z. (2008). Pengantar Farmakologi Molekuler. Gadjah Mada University

press, Yogyakarta.

Ismail, S. M., Rao, K. S., & Bhaskar, M. (2017). Evaluation of anti-inflammatory

activity of Boswellia serrata on carrageenan induced paw edema in albino

Wistar rats. International Journal of Research in Medical Sciences, 4(7),

2980-2986.

Johnson, M. (2012). Laboratory mice and rats. Mater Methods, 2, 113.

Joyce LK, and Evelyn R.H., 1994, Farmakologi Pendekatan Proses Keperawaan

(terj), EGC., Jakarta,

Kalabharathi, H. L., Suresha, R. N., Pragathi, B., Pushpa, V. H., & Satish, A. M.

(2011). Anti inflammatory activity of fresh tulsi leaves (Ocimum Sanctum) in

albino rats. International Journal of Pharma and Bio Sciences, 2(4), 45-50.

Kalgutkar, A. S., Crews, B. C., Rowlinson, S. W., Marnett, A. B., Kozak, K. R.,

Remmel, R. P., & Marnett, L. J. (2000). Biochemically based design of

cyclooxygenase-2 (COX-2) inhibitors: facile conversion of nonsteroidal

antiinflammatory drugs to potent and highly selective COX-2

inhibitors. Proceedings of the National Academy of Sciences, 97(2), 925-930

Kandati, V., Govardhan, P., Reddy, C. S., & Reddy, R. R. (2012). In-vitro and in-vivo

anti-inflammatory activity of Andrographis serpyllifolia (Rottl. Ex Vahl.) Wt.

Katzung, B. G. (2002). Farmakologi Dasar dan Klinik, terjemahan Bagian

Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Salemba Medika,

Jakarta, 487-493.

Kesenja, R. (2005). Pemanfaatan Tepung Buah Pare (Momordica charantia L.) Untuk

Penurunan Kadar Glukosa Darah Pada Tikus Diabetes Mellitus.[Skripsi].

Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor.

Marsalina, M. (2010). Pengaruh Pemberian Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela

(Hibiscus sabdariffa L.) terhadap Kadar Kolesterol Total Darah dan Berat

Badan Tikus Putih (Rattus norvegicus). Universitas Sebelas Maret.

Matzinger, P. (2002). The danger model: a renewed sense of self. Science, 296(5566),

301-305.

Medzhitov, R. (2008). Origin and physiological roles of inflammation. Nature,

454(7203), 428-435.

Page 50: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

39

39 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mehta, N., Aggarwal, S., Thareja, S., Malla, P., Misra, M., Bhardwaj, T. R., &

Kumar, M. (2010). Synthesis, pharmacological and toxicological evaluation

of amide derivatives of ibuprofen. International Journal of Chem Tech

Research, 2(1), 233-238.

Morris, C. J. (2003). Carrageenan-induced paw edema in the rat and

mouse. Inflammation protocols, 115-121.

Mughiyah, R. (2016). Uji Aktivitas Antiinflamasi Senyawa pada Tikus Putih Jantan

Galur Sprague Dawley yang Diinduksi Karagenan. Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta.

Necas, J., & Bartosikova, L. (2013). Carrageenan: a review. Vet Med, 58(4), 187-205.

Paulpriya, K., Tresina, P. S., & Mohan, V. R. (2016). Investigation of anti-

inflammatory activity of Aristolochia krisagathra Sivarajan and

Pradeep. International Journal of Pharmaceutical Research and Applied

Sciences.

Oktiwilianti winda., Umi Yurniarni., Ratu Choerisna. 2015 .Uji Aktivitas

Antiinflamasi dari Ekstrak Etanol Daun Asam Jawa (Tamarindus Indica L)

terhadap Tikus Wistar Jantan. UNISBA. P2U-LPPM).

Pearson, R. G. (1968). Hard and soft acids and bases, HSAB, part 1: Fundamental

principles. J. chem. Educ, 45(9), 581.

Petersson, M., Wiberg, U., Lundeberg, T., & Uvnäs-Moberg, K. (2001). Oxytocin

decreases carrageenan induced inflammation in rats. Peptides, 22(9), 1479-

1484

Posadas, I., Bucci, M., Roviezzo, F., Rossi, A., Parente, L., Sautebin, L., & Cirino, G.

(2004). Carrageenan‐induced mouse paw oedema is biphasic, age‐weight

dependent and displays differential nitric oxide cyclooxygenase‐2 expression.

British journal of pharmacology, 142(2), 331-338.

Riess, W., Stierlin, H., Degen, P., Faigle, J., Gerardin, A., Moppert, J.Sulc, M.

(1978). Pharmacokinetics and metabolism of the anti-inflammatory agent

Voltaren. Scandinavian Journal of Rheumatology, 7(sup22), 17-29.

Reza, M. (2015). Amidasi senyawa etil p-metoksisinamat melalui reaksi langsung

dengan iradiasi microwave serta uji aktivitas sebagai antiinflamasi.

Rosa, M. D., & Willoughby, D. A. (1971). Screens for anti‐inflammatory

drugs. Journal of Pharmacy and Pharmacology, 23(4), 297-298. Rowe, R. C., Sheskey, P. J., & Quinn, M. E.(2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients.

Lexi-Comp: American Pharmaceutical Association. Rubin, Emanuel and Howard M. Neisler. 2011. Essentials of Robin’s Pathology

Sixth edition. Lippincott Williams & Wilkins: Printed in China. (Page: 28-29)

Rukmana, I. H. R. (1994). Kencur: Kanisius.

Rustam, Erlina., Indah Atmasari dan Yanwirasti. 2007. Efek Antiinflamasi Ekstrak

Etanol Kunyit (Curcuma domestica Val.) pada Tikus Putih JantanGalur

Wistar.J.Sains dan Teknologi Farmasi, 12:2, (hlm112-115)

S.Murphy, H. (2007). Inflammation. Philadelphia: Saunders Elsevie.

Santoso, Singgih. 2007. Statistik Deskriptif: Konsep dan Aplikasi dengan Microsoft

Exel dan SPSS. Yogyakarta: ANDI.

Page 51: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

40

40 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sirois, M. (2015). Laboratory Animal and Exotic Pet Medicine: Principles and

Procedures: Elsevier Health Sciences.

Siswanto, A., & Nurulita, N. A. (2005). Daya antiinflamasi infus daun mahkota dewa

(Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl) pada tikus putih (Rattus norvegicus)

jantan. PHARMACY, 3(1).

Suba, V., Murugesan, T., Kumaravelrajan, R., Mandal, S. C., & Saha, B. P. (2005).

Antiinflammatory, analgesic and antiperoxidative efficacy of Barleria lupulina

Lindl. extract. Phytotherapy Research, 19(8), 695-699.

Sudibyo, R. S. (2000). The Contents Of Volatile Oil Isolated Fromkaempferia

Galanga Rhizomes. Mass Spectroscopic Approach = Kandungan Minyak

Atsiri Yang Diisolasi Dari Umbi Kaempferia galanga Pendekatan Secara

Spektrometrik Massa. Majalah Farmasi Indonesia, 11(2000)

Sugishita, Etsuko, Sakae Amagaya, and Yukio Ogihara. "Anti-inflammatory testing

methods: comparative evaluation of mice and rats." Journal of Pharmacobio-

dynamics 4, no. 8 (1981): 565-575.

Sukaina, I. (2015). Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Herba Kemangi (Ocimum

americanum Linn.) Terhadap Udem Pada Telapak Kaki Tikus Putih Jantan

yang Diinduksi Karagenan.

Swathy, B., Lakshmi, S. M., & Kumar, A. S. (2010). Evaluation of analgesic and

anti-inflammatory properties of Chloris barbata (Sw.). International journal

of phytopharmacology, 1(2), 92-96.

Tewtrakul, S., Yuenyongsawad, S., Kummee, S., & Atsawajaruwan, L. (2005).

Chemical components and biological activities of volatile oil of Kaempferia

galanga Linn. Songklanakarin J. Sci. Technol, 27 (Suppl 2), 503-507.

Umar, M. I., Asmawi, M. Z. B., Sadikun, A., Altaf, R., & Iqbal, M. A. (2011).

Phytochemistry and medicinal properties of Kaempferia galanga

L.(Zingiberaceae) extracts. African Journal of Pharmacy and Pharmacology,

5(14), 1638-1647.

Umar, M. I., Asmawi, M. Z., Sadikun, A., Atangwho, I. J., Yam, M. F., Altaf, R., &

Ahmed, A. (2012). Bioactivity-guided isolation of ethyl-p-methoxycinnamate,

an anti-inflammatory constituent, from Kaempferia galanga L. extracts.

Molecules, 17(7), 8720-8734.

Winter C.A., Risley E.A., dan Nuss G.W., 1962, Carageenanin – induced Edema in

Hind Paw of the Rat as an Assay for Anti-inflammatory Drugs. Proc Soc. Exp.

Biol. Med. 111, 544-7

World Health Organization. (2000). General guidelines for methodologies on

research and evaluation of traditional medicine.

Page 52: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

41

41 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 1. Kerangka penelitian

Isolasi EPMS dilanjutkan dengan pembuatan

senyawa N,N-HPMS

Pengujian aktivitas antiinflamasi senyawa N,N-

HPMS dengan metode induksi karagenan secara in-

vivo

Penyiapan perlakukan pengujian aktivitas

antiinflamasi

Kelompok kontrol

positif

(Natrium Dikofenak

5,14 mg/kgBB )

Kelompok kontrol

negatif

(Na-CMC 0,5%)

Kelompok uji

senyawa N,N-HPMS

Variasi Dosis

200 mg/KgBB 100 mg/KgBB 50 mg/KgBB

Dihitung % peradangan dan % inhibisi

peradangan

inhibisi peradangan Data hasil pengujian dianalisis dengan

uji kruskal-wallis dan mann-whitney

inhibisi peradangan

Page 53: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

42

42 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Skema kerja pembuatan senyawa N,N-bis-(hidroksietil)-ƿ-metoksi

sinamamida

(Reza, 2015)

Ditimbang serbuk kristal EPMS sebanyak 1,030 gram

Serbuk kristal yang telah ditimbang dilarutkan kedalam

dietanolamin 10 ml.

Larutan diatas diiiridiasi menggunakan microwave selama 3

menit dengan daya 300 watt

Hasil reaksi di partisi menggunakan aquadest dan etil asetat

dengan perbandingan 1:1,kemudian lapisan etil asetat

dikeringkan dengan natrium sulfat anhidrat.

Lapisan etil asetat yang telah dikeringkan di uapkan dan

dimurnikan dengan pelarut n-heksan.

Identifikasi mengunakan GC-MS dan KLT dengan eluen etil

asetat dan methanol perbandingan 9:1, kemudian di cek

spotnya menggunakan sinar UV pada panjang gelombang 254.

Page 54: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

43

43 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Skema kerja uji aktivitas antiinflamasi

(Winter et al, 1962)

30 ekor tikus dibagi menjadi 5 kelompok. (Masing-masing

kelompok berisi 6 tikus).

Berat badan tikus ditimbang

Telapak kaki kiri tikus ditandai dengan spidol

Diukur volume awal telapak kaki kiri

Masing-masing disuntikkan suspensi karagenan 1%

Kontrol

positif

(Natrium

diklofenak

5,14

mg/kgBB)

Kontrol

negatif

(Larutan

Na-CMC

0,5%)

Kelompok

uji 1 :

Senyawa

N,N-HPMS

dosis 50

mg/kgBB

dalam Na-

CMC

0,5%

Kelompok

uji 2 :

Senyawa

N,N-HPMS

dosis 100

mg/kgBB

dalam Na-

CMC

Kelompok

uji 3 :

Senyawa

N,N-HPMS

dosis 200

mg/kgBB

dalam Na-

CMC

1 Jam

Perlakuan tiap kelompok

Volume telapak kaki kiri tikus diukur setiap 1 jam selama

5 jam

Page 55: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

44

44 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4. Rumus perhitungan dosis hewan

(Reagan-Shaw, Shannon, Nihal, Minakashi and Ahmad, 2008)

Tabel 1: Conversion of animal doses to HED based on BSA

Spesies Weight (Kg) BSA (m²) Km Factor

Human

Adult 60 1,6 37

Child 20 0,8 25

Baboon 12 0,6 20

Dog 10 0,5 20

Monkey 3 0,24 12

Rabbit 1,8 0,15 12

Guinea pig 0,4 0,05 8

Rat 0,15 0,025 6

Hamster 0,08 0,02 5

Mouse 0,02 0,007 3

Page 56: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

45

45 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 5. Perhitungan dosis senyawa uji

A. Dosis pemberian 50 mg/kgBB

Konsentrasi = 0,2 kg x 50 mg/kg / 2 ml

Konsentrasi = 5 mg/ml

Senyawa uji dibuat dalam bentuk sediaan suspensi sebanyak 20 ml,

sehingga senyawa uji yang ditimbang sebanyak 100 mg.

Prosedur: ditimbang senyawa sebanyak 100 mg, kemudian

didispersikan kedalam 20 ml Na-CMC 0,5 %, digerus dalam lumpang

hingga homogen.

B. Dosis pemberian 100 mg/kgBB

Konsentrasi = 0,2 kg x 100 mg/kg / 2 ml

Konsentrasi = 10 mg/ml

Senyawa uji dibuat dalam bentuk sediaan suspensi sebanyak 20 ml,

sehingga senyawa uji yang ditimbang sebanyak 200 mg.

Prosedur: ditimbang senyawa sebanyak 200 mg, kemudian

didispersikan kedalam 20 ml Na-CMC 0,5 %, digerus dalam lumpang

hingga homogen.

Page 57: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

46

46 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Lanjutan)

C. Dosis pemberian 200 mg/kgBB

Konsentrasi = 0,2 kg x 200 mg/kg / 2 ml

Konsentrasi = 20 mg/ml

Senyawa uji dibuat dalam bentuk sediaan suspensi sebanyak 20 ml,

sehingga senyawa uji yang ditimbang sebanyak 400 mg.

Prosedur: ditimbang senyawa sebanyak 400 mg, kemudian

didispersikan kedalam 20 ml Na-CMC 0,5 %, digerus dalam lumpang

hingga homogen.

Page 58: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

47

47 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 6 . Perhitungan dosis natrium diklofenak

Perhitungan Dosis Natrium diklofenak

Dosis Natrium diklofenak yaitu 50 mg (3x sehari) atau 75 mg (2x sehari)

(Brunton et al., 2006 ); dosis oral 75- 150 mg/hari dalam dosis terbagi 2-3x sehari

(BNF 57). Sehingga dosis yang dapat diberikan pada tikus dengan bobot 200 gram

adalah:

HED (mg/kg) = Dosis Hewan (mg/kg) x km Hewan / km Manusia

50 mg/60 Kg = Dosis Hewan (mg/kg) x 6/37

Dosis Hewan = 5,14 mg/KgBB

2 ml = 0,2 x 5,14 mg/kg / konsentrasi mg/ml.

Konsentrasi = 0,514 mg/ml

Senyawa uji dibuat dalam bentuk sediaan suspensi sebanyak 20 ml, sehingga

senyawa uji yang ditimbang sebanyak 10,28 mg.

\

Page 59: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

48

48 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 7. Data GC-MS EPMS

Page 60: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

49

49 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 8. Data GC-MS EPMS

(Umar et al., 2012)

Page 61: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

50

50 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 9. Data GC-MS senyawa N,N-HPMS

Page 62: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

51

51 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 10. Data GC-MS senyawa N,N-HPMS standar

(Reza, 2015)

Page 63: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

52

52 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 11. Perhitungan reaksi

(Reza, 2015)

Perhitungan untuk reaksi amidasi dengan dietanolamin

Perbandingan reaksi:

Etil p-metoksisinamat (EPMS) : dietanolamin (5 mmol:10 mmol)

a. EPMS (BM. 206 gr/mol)

terpakai: gram mol BM

5mmol 206 mg/mmol

1030 mg 1,03 gram

b. Dietanolamin (BM. 105 gr/mol; ρ = 1,097 kg/L)

terpakai: gram mol BM

10 mmol105 mg/mmol

1050 mg 1,05 gram

𝑀

𝑉

V = 𝑀

𝜌

V 0,00105 kg

1,097 kg/L= 0,000957 L 0,957 mL dilebihkan 10 mL

Page 64: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

53

53 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 12. Surat determinasi tanaman kencur

Page 65: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

54

54 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 13. Surat lulus kaji etik hewan

Page 66: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

55

55 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 14. Dokumentasi

Pemberian senyawa uji secara oral

menggunakan sonde

Induksi karagenan 1 % pada telapak

kaki tikus

Pengukuran volume udema telapak

kaki tikus

A: telapak kaki tikus sebelum diinduksi

karagenan 1 %

B: telapak kaki setelah diinduksi

karagenan 1%

Pengelompokan hewan uji

A B

Page 67: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

56

56 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pletismometer

Karagenan kappa dan Na-CMC Na-diklofenak NaCl 0,9 %

Senyawa N,N-HPMS

Page 68: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

57

57 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Uji No

.

Vo

(ml)

Volume (ml) udema jam ke-

1 2 3 4 5

Kontrol

negatif

1 0.02 0.04 0.05 0.06 0.06 0.06

2 0.03 0.05 0.07 0.07 0.08 0.08

3 0.03 0.05 0.06 0.06 0.08 0.07

4 0.03 0.05 0.06 0.07 0.09 0.08

5 0.02 0.04 0.05 0.06 0.07 0.07

Rata-rata 0.026 0.046 0.058 0.064 0.076 0.072

SD 0.005 0.005 0.008 0.005 0.011 0.008

Kontrol

Positif 1 0.03 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04

( Natrium

diklofenak) 2 0.03 0.05 0.04 0.04 0.04 0.04

3 0.03 0.03 0.04 0.04 0.04 0.03

4 0.03 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04

5 0.03 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04

Rata-rata 0.03 0.04 0.04 0.04 0.04 0.038

SD 0 0.007 0 0 0 0.0044

Dosis 50

mg/kgBB 1 0.03 0.04 0.04 0.06 0.06 0.04

2 0.03 0.04 0.05 0.07 0.07 0.05

3 0.03 0.05 0.06 0.07 0.07 0.07

4 0.03 0.04 0.05 0.07 0.06 0.06

5 0.03 0.03 0.05 0.07 0.07 0.06

Rata-rata 0.03 0.04 0.05 0.068 0.066 0.056

SD 0 0.007 0.007 0.004 0.005 0.011

Dosis 100

mg/kgBB 1 0.03 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04

2 0.03 0.04 0.04 0.04 0.04 0.03

3 0.03 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04

4 0.03 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04

5 0.03 0.04 0.04 0.04 0.04 0.05

Rata-rata 0.03 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04

SD 0 0 0 0 0 0.007

Dosis 200

mg/kgBB 1 0.04 0.05 0.05 0.06 0.06 0.05

2 0.04 0.06 0.07 0.08 0.08 0.07

3 0.04 0.05 0.05 0.06 0.06 0.06

4 0.04 0.05 0.07 0.08 0.08 0.07

5 0.04 0.06 0.06 0.07 0.07 0.06

Rata-rata 0.04 0.054 0.06 0.07 0.07 0.062

SD 0 0.0054 0.01 0.01 0.01 0.008

Lampiran 15. Data pengukuran volume udema

Page 69: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

58

58 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

KELOMPOK

NO

PERSENTASE UDEMA JAM KE-

KONTROL

NEGATIF

Jam 1 Jam 2 Jam 3 Jam 4 Jam 5

1 100 150 200 200 200

2 66.67 133.33 133.33 166.67 166.67

3 66.67 100 133.33 166.67 133.33

4 66.67 100 133.33 200 166.67

5 100 150 200 250 250

Rata-Rata 80 127 159.99 196.66 183.33

SD 18.255 25.276 36.516 34.155 44.096

KONTROL POSiTIF

1 33.33 33.33 33.33 33.33 33.33

2 66.67 33.33 33.33 33.33 33.33

3 0 33.33 33.33 33.33 0

4 33.33 33.33 33.33 33.33 33.33

5 33.33 33.33 33.33 33.33 33.33

Rata-Rata 33.332 33.33 33.33 33.33 26.664

SD 27.21791 0 0 0 14.90563

DOSIS 50 mg/KgBB

1 33.33 33.33 100 100 33.33

2 33.33 66.67 133.33 133.33 66.67

3 66.67 100 133.33 133.33 133.33

4 33.33 66.67 133.33 100 100

5 0 66.67 133.33 133.33 100

Rata-Rata 33.33 66.67 126.66 119.99 86.67

SD 23.5714 23.5714 14.90563 18.25559 38.00556

DOSIS 100 mg/KgBB

1 33.33 33.33 33.33 33.33 33.33

2 33.33 33.33 33.33 33.33 0

3 33.33 33.33 33.33 33.33 33.33

4 33.33 33.33 33.33 33.33 33.33

5 33.33 33.33 33.33 33.33 66.67

Rata-Rata 33.33 33.33 33.33 33.33 33.33

SD 0 0 0 0 23.5714

DOSIS 200 mg/KgBB

1 25 25 50 50 25

2 50 75 100 100 75

3 25 25 50 50 50

4 25 75 100 100 75

5 50 50 75 75 50

Rata-Rata 35 50 75 75 55

SD 13.6931 25 25 25 20.9165

Lampiran 16. Data hasil perhitungan persentase udema

Page 70: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

59

59 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 17. Perhitungan persen udem dan persen inhibisi udem telapak

kaki tikus

1. Persen (%) udem senyawa uji N,N-bis-(hidroksietil)-p-metoksi sinamamida

dosis 50 mg/kgBB:

a. Tikus ke-1 jam kedua.

𝑉𝑡−𝑉0

𝑉0 x 100 =

0.04−0.03

0.03 x 100 = 33.33 %

b. Tikus ke-2 jam kedua.

𝑉𝑡−𝑉0

𝑉0 x 100 =

0.045−0.03

0.03 x100 = 66.67 %

c. Tikus ke-3 jam kedua.

𝑉𝑡−𝑉0

𝑉0 x 100 =

0.06−0.03

0.03 x 100 = 100 %

d. Tikus ke-4 jam kedua.

𝑉𝑡−𝑉0

𝑉0 x 100 =

0.05−0.03

0.03 x 100 = 66.67 %

e. Tikus ke-5 jam kedua.

𝑉𝑡−𝑉0

𝑉0 x 100 =

0.05−0.03

0.03 x 100 = 66.67 %

Keterangan :

Vt : Volume telapak kaki tikus pada waktu t (setelah diinduksi karagenan).

V0: Volume telapak kaki tikus pada waktu 0 (sebelum diinduksi karagenan).

Page 71: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

60

60 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Lanjutan)

2. Persen (%) inhibisi udem senyawa uji N,N-bis-(hidroksietil)-p-metoksi

sinamamida::

a. Kontrol Positif jam kedua.

𝐴−𝐵

𝐴 x 100 =

127−33.33

127 x 100 = 73.75 %

b. Dosis 50 mg/kgBB jam kedua.

𝐴−𝐵

𝐴 x 100 =

127−66.67

127 x 100 = 47.5 %

c. Dosis 100 mg.kg/kgBB jam kedua.

𝐴−𝐵

𝐴 x 100 =

127−33.33

127 x 100 = 73.75 %

d. Dosis 200 mg/kgBB jam kedua.

𝐴−𝐵

𝐴 x 100 =

127−50

127 x 100 = 60.63 %

Keterangan :

A : Persentase radang (udema) kontrol negatif.

B: Persentase radang (udema ) kelompok uji.

Page 72: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

61

61 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 18. Hasil uji statistik data persentase udema

1. Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnorv.

Tujuan : untuk melihat distribusi data persentase udema telapak kaki tikus

normal atau tidak.

Hipotesis :

Ho : data persentase udema telapak kaki tikus terdistribusi normal

Ha : data persentase udema telapak kaki tikus tidak terdistribusi normal

Pengambilan keputusan :

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 , maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 , maka Ho ditolak

K

e

p

u

t

u

s

a

n

Berdasarkan hasil diatas data persentase udema dari jam ke-1 hingga jam ke -

5 tidak terdistribusi secara normal (p≤ 0,05). Dengan demikian ho ditolak.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

jam1 jam2 jam3 jam4 jam5

N 25 25 25 25 25

Normal Parametersa,b

Mean 42.9992 61.9988 85.6644 91.6652 76.9992

Std.

Deviation 25.07982 39.38858 55.04255 65.52977 64.56312

Most Extreme

Differences

Absolute .290 .287 .229 .218 .192

Positive .290 .287 .229 .218 .192

Negative -.156 -.174 -.171 -.187 -.130

Test Statistic .290 .287 .229 .218 .192

Asymp. Sig. (2-tailed) .000c .000

c .002

c .004

c .018

c

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

Page 73: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

62

62 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Lanjutan)

2. Uji homogenitas dengan uji Levene

Tujuan : untuk melihat data persentase udema telapak kaki tikus terdistribusi

homogen atau tidak

Hipotesis :

Ho : data persentase udema telapak kaki tikus terdistribusi homogen

Ha : data persentase udema telapak kaki tikus tidak terdistribusi homogen.

Pengambilan keputusan :

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 , maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 , maka Ho ditolak

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

jam1 1.435 4 20 .259

jam2 5.148 4 20 .005

jam3 18.205 4 20 .000

jam4 5.470 4 20 .004

jam5 1.765 4 20 .176

Keputusan :berdasarkan hasil uji homogenitas diatas data persentase udema

pada jam ke-1 dan jam ke-5 terdistribusi homogen (p ≥ 0.05). Pada jam ke-2

hingga jam ke -4 tidak data tidak terdistribusi secara homogen (p≤ 0,05).

3. Uji Kruskal-Wallis

Tujuan : untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data persentase

udema pada telapak kaki tikus

Hipotesis :

Ho : data persentase udema telapak kaki tikus tidak berbeda secara bermakna

Ha : data persentase udema telapak kaki tikus berbeda secara bermakna

Page 74: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

63

63 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Lanjutan)

Pengambilan keputusan :

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 , maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 , maka Ho ditolak

Keputusan : data persentase udema telapak kaki tikus seluruh kelompok pada

jam ke-1 hingga ke-5 berbeda secara bermakna (p ≤ 0.05).

4. Uji Mann-Whitney

Tujuan : untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data persentase

udema pada telapak kaki tikus antar kelompok perlakuan.

Hipotesis :

Ho : data persentase udema telapak kaki tikus tidak berbeda secara bermakna

antar kelompok perlakuan.

Ha : data persentase udema telapak kaki tikus berbeda secara bermakna antar

kelompok perlakuan

Pengambilan kesimpulan :

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 , maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 , maka Ho ditolak

Test Statisticsa,b

jam1 jam2 jam3 jam4 jam5

Chi-Square 11.479 15.869 22.855 23.208 17.222

df 4 4 4 4 4

Asymp. Sig. .022 .003 .000 .000 .002

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: uji

Page 75: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

64

64 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Lanjutan)

a. Kontrol negatif dan kontrol positif

b.

c. Kontrol negatif dan dosis uji 100 mg/kgBB

Test Statisticsa

jam_1 jam_2 jam_3 jam_4 jam_5

Mann-Whitney U 1.000 .000 .000 .000 .000

Wilcoxon W 16.000 15.000 15.000 15.000 15.000

Z -2.471 -2.795 -2.805 -2.795 -2.703

Asymp. Sig. (2-tailed) .013 .005 .005 .005 .007

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .016b .008

b .008

b .008

b .008

b

a. Grouping Variable: uji

b. Not corrected for ties.

Test Statisticsa

jam1 jam2 jam3 jam4 jam5

Mann-Whitney U 1.500 1.000 6.000 .000 .500

Wilcoxon W 16.500 16.000 21.000 15.000 15.500

Z -2.410 -2.471 -1.678 -2.668 -2.530

Asymp. Sig. (2-tailed) .016 .013 .009 .008 .011

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .016b .016

b .222

b .008

b .008

b

a. Grouping Variable: uji

b. Not corrected for ties.

Test Statisticsa

jam_1 jam_2 jam_3 jam_4 jam_5

Mann-Whitney U .000 .000 .000 .000 .000

Wilcoxon W 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000

Z -2.805 -2.795 -2.805 -2.795 -2.652

Asymp. Sig. (2-tailed) .005 .005 .005 .005 .008

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] .008

b .008

b .008

b .008

b .008

b

a. Grouping Variable: uji

b. Not corrected for ties.

Kontrol negatif dan dosis uji 50 mg/kgBB

Page 76: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

65

65 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Lanjutan)

d. Kontrol negatif dan dosis uji 200 mg/kgBB.

Kesimpulan

1. Data persentase udema kelompok kontrol negatif berbeda bermakna

dengan kontrol positif dari jam ke-1 hingga jam ke-5 (p ≤ 0.05).

2. Data persentase udema kelompok kontrol negatif berbeda bermakna

dengan kelompok uji dosis 50, 100, dan 200 (mg/kgBB), dari jam ke -1

hingga jam ke-5 (p ≤ 0.05).

e. Kontrol positif dan dosis uji 50 mg/kgBB

Test Statisticsa

jam1 jam2 jam3 jam4 jam5

Mann-Whitney U .000 .000 .000 .000 .000

Wilcoxon W 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000

Z -2.694 -2.643 -2.668 -2.643 -2.635

Asymp. Sig. (2-tailed) .007 .008 .008 .008 .008

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] .008

b .008

b .008

b .008

b .008

b

a. Grouping Variable: uji

b. Not corrected for ties.

Test Statisticsa

jam1 jam2 jam3 jam4 jam5

Mann-Whitney U 12.500 2.500 .000 .000 2.000

Wilcoxon W 27.500 17.500 15.000 15.000 17.000

Z .000 -2.390 -2.887 -2.835 -2.348

Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000 .017 .004 .005 .019

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] 1.000

b .032

b .008

b .008

b .032

b

a. Grouping Variable: uji

b. Not corrected for ties.

Page 77: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

66

66 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Lanjutan)

f. Kontrol positif dan dosis uji 100 mg/kgBB

Kesimpulan :

1. Data persentase kelompok udema kontrol positif tidak berbeda bermakna

dengan data persentase udema dosis uji 50 mg/kgBB pada jam ke-1 (p ≥

0.05), dan berbeda secara bermakna pada jam ke-2 hingga jam ke 5 (p ≤.0.05).

Test Statisticsa

jam_1 jam_2 jam_3 jam_4 jam_5

Mann-Whitney U 12.500 12.500 12.500 12.500 10.500

Wilcoxon W 27.500 27.500 27.500 27.500 25.500

Z .000 .000 .000 .000 -.516

Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000 1.000 1.000 1.000 .606

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000b 1.000

b 1.000

b 1.000

b .690

b

a. Grouping Variable: uji

b. Not corrected for ties.

Test Statisticsa

jam_1 jam_2 jam_3 jam_4 jam_5

Mann-Whitney U 11.000 10.000 .000 .000 4.000

Wilcoxon W 26.000 25.000 15.000 15.000 19.000

Z -.322 -.561 -2.805 -2.805 -1.844

Asymp. Sig. (2-tailed) .747 .575 .005 .005 .065

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .841b .690

b .008

b .008

b .095

b

a. Grouping Variable: uji

b. Not corrected for ties.

g. Kontrol positif dan dosis uji 200 mg/kgBB

Page 78: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

67

67 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Data persentase udema kontrol positif tidak berbeda bermakna dengan data

persentase udema kelompok dosis uji 100 mg/kgBB, dari jam ke-1 hingga jam

ke-5 (p ≤.0.05).

(Lanjutan)

3. Data persentase udema kontrol positif tidak berbeda bermakna dengan data

persentase udema kelompok dosis uji 200 mg/kgBB pada jam ke-1, jam ke-2

dan jam ke-5 (p ≥ 0.05), berbeda bermakna pada jam ke-3 dan jam ke-4 (p

≤.0.05).

h. Dosis uji 50 mg/kgBB dan dosis uji 100 mg/kgBB

i. Dosis uji 50 mg/kgBB dan dosis uji 200 mg/kgBB

Test Statisticsa

jam_1 jam_2 jam_3 jam_4 jam_5

Mann-Whitney U 12.500 2.500 .000 .000 3.000

Wilcoxon W 27.500 17.500 15.000 15.000 18.000

Z .000 -2.390 -2.887 -2.835 -2.061

Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000 .017 .004 .005 .039

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] 1.000

b .032

b .008

b .008

b .056

b

a. Grouping Variable: uji

b. Not corrected for ties.

Test Statisticsa

jam_1 jam_2 jam_3 jam_4 jam_5

Mann-Whitney U 11.000 9.000 1.000 3.000 6.000

Wilcoxon W 26.000 24.000 16.000 18.000 21.000

Z -.322 -.745 -2.520 -2.132 -1.370

Asymp. Sig. (2-tailed) .747 .456 .012 .033 .171

Page 79: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

68

68 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Lanjutan)

j. Dosis uji 100 mg/kgBB dan dosis uji 200 mg/kgBB

Kesimpulan :

1. Data persentase udema kelompok dosis uji 50 mg/kgBB dan dosis uji 100

mg/kgBB tidak berbeda bermakna pada jam ke-1 (p ≥ 0.05), dan berbeda

secara bermakna pada jam ke-2 hingga jam ke-5 (p ≤0.05).

2. Data persentase udema kelompok dosis uji 50 mg/kgBB dan dosis uji 200

mg/kgBB tidak berbeda bermakna pada jam ke-1, jam ke 2 dan jam ke-5 (p ≥

0.05), dan berbeda secara bermakna pada jam ke-3 dan jam ke-4 (p ≤0.05).

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] .841

b .548

b .016

b .056

b .222

b

a. Grouping Variable: uji

b. Not corrected for ties.

Test Statisticsa

jam_1 jam_2 jam_3 jam_4 jam_5

Mann-Whitney U 10.000 10.000 .000 .000 6.000

Wilcoxon W 25.000 25.000 15.000 15.000 21.000

Z -.567 -.561 -2.805 -2.805 -1.383

Asymp. Sig. (2-tailed) .571 .575 .005 .005 .167

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] .690

b .690

b .008

b .008

b .222

b

a. Grouping Variable: uji

b. Not corrected for ties.

Page 80: YANG DIINDUKSI KARAGENAN - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35952/2/CITRA... · sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata-1 di

69

69 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Data persentase udema kelompok dosis uji 100 mg/kgBB dan dosis uji 200

mg/kgBB tidak berbeda bermakna pada jam ke-1, jam ke 2 dan jam ke-5 (p ≥

0.05), dan berbeda secara bermakna pada jam ke-3 dan jam ke-4 (p ≤0.05).