@y ahoo.co. - bio.unsoed.ac.idbio.unsoed.ac.id/sites/default/files/struktur makroanatomi dan... ·...

8
STRT]KTUR MAKROANATOMI DAI{ MIKROANATONdI PLANARIA DI PERAIRAN LERENG GUNUNG SLAMET, BATURRADEN, BAITYUMAS Endah Sri Palupil, Eko Setio Wibowo2 dan I Gusti Agung Ayu Ratna PS.3 llaboratorium Struktur dan Perkembangan Hewan, Universitas Jenderal Soedirman 2laboratorium Fisiologi Hewan, Universitas Jenderal Soedirman 3laboratorium Taksonomi Hewan, Universitas Jenderal Soedirman Email : endahsripal upil9 @y ahoo.co. id ABSTRAK Planaria merupakan salah satu spesies dalam phylum Platyhelminthes kelas Turbellaria. Planaria termasuk dalam hewan triploblastik aselomata dengan bentuk tubuh simetri bilateral. Habitat planaria adalah perairan tawar jernih, perairan laut dan terestrial, pada perairan tawar planaria banyak ditemukan di perairan lereng pegunungan. Planaria memiliki beberapa genus, antara lain Planaria, Dugesia dan Schimidtea yang telah banyak diteliti, namun informasi mengenai planaria yang berhabitat di Indonesia masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur makroanatomi planaria dan mikroanatomi irisan melintang bagian cranial, trunchus dan caudal tubuh planaria yang diperoleh dari perairan di lereng gunung Slamet, Baturraden Banyumas. Planaria diperoleh dengan memancing menggunakan umpan hati ayam segar, planaria yang diperoleh diamati struktur anatominya kemudian difiksasi menggunakan Bouin dan diwarnai menggunakan pewarna Hematoxylin dan Eosin untuk mendapatkan struktur mikroanatominya. Planaria yang diperoleh memiliki panjang 3 - l8 mm dengan lebar I - 3,5 mm dan berwarna cokelat gelap pada bagian dorsal serta cokelat terang pada bagian ventral. Struktur makroanatomi planaria menunjukkan bagian yang serupa dengan genus lain yaitu bagian cranial yang terdapat sepasang bintik mata (eye spot) dan sepasang auricle, bagian trunchus terdapat phorynx dan bagian caudal yang merupakan bagian posterior pharynx. Struktur mikroanatomi menunjukkan epidermis bagian ventral planaria tersusun dari sel epitel kuboid dengan silia, epidermis bagian dorsal tersusun dari sel epitel kolumner selapis dan sel rhabdite yang terletak diantaranya, lapisan bagian dalam epidermis terdapat serabut otot yang tersusun sirkuler dan longitudinal, bagian dalam tubuh terdapat parenkim, rongga gastrovaskuler, intestin dan divertikulum intestine serta pharynx (terdapat pada irisan bagian trunchus). Kata kunci : Planaria, Struktur Makroanatomi, Struktur Mikroanatomi, Baturraden PEI{DAIIULUAIY Planaria merupakan salah satu spesies cacing pipih (Platyhelminthes) yang memiliki habitat di daerah dengan temperatur 18 -24'C dengan ketinggian antara 500 - 1500 m dpl. Tubuh planaria tersusun dari bagian cranial, trunchus dan caudal. Bagian cranial terdapat kepala dengan sepasang eye spot yang berfungsi sebagai fotoreseptor (Dasheiff and Dasheiff, 2A02). dan sepasang auricle yang terletak dibagian lateral tubuh. bio.unsoed.ac.id

Upload: doancong

Post on 08-Feb-2018

217 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: @y ahoo.co. - bio.unsoed.ac.idbio.unsoed.ac.id/sites/default/files/Struktur Makroanatomi dan... · 2laboratorium Fisiologi Hewan, Universitas Jenderal Soedirman 3laboratorium

STRT]KTUR MAKROANATOMI DAI{ MIKROANATONdI PLANARIADI PERAIRAN LERENG GUNUNG SLAMET, BATURRADEN, BAITYUMAS

Endah Sri Palupil, Eko Setio Wibowo2 dan I Gusti Agung Ayu Ratna PS.3llaboratorium Struktur dan Perkembangan Hewan, Universitas Jenderal Soedirman

2laboratorium Fisiologi Hewan, Universitas Jenderal Soedirman3laboratorium Taksonomi Hewan, Universitas Jenderal Soedirman

Email : endahsripal upil9 @y ahoo.co. id

ABSTRAK

Planaria merupakan salah satu spesies dalam phylum Platyhelminthes kelasTurbellaria. Planaria termasuk dalam hewan triploblastik aselomata dengan bentuktubuh simetri bilateral. Habitat planaria adalah perairan tawar jernih, perairan laut danterestrial, pada perairan tawar planaria banyak ditemukan di perairan lerengpegunungan. Planaria memiliki beberapa genus, antara lain Planaria, Dugesia danSchimidtea yang telah banyak diteliti, namun informasi mengenai planaria yangberhabitat di Indonesia masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuistruktur makroanatomi planaria dan mikroanatomi irisan melintang bagian cranial,trunchus dan caudal tubuh planaria yang diperoleh dari perairan di lereng gunungSlamet, Baturraden Banyumas. Planaria diperoleh dengan memancing menggunakanumpan hati ayam segar, planaria yang diperoleh diamati struktur anatominya kemudiandifiksasi menggunakan Bouin dan diwarnai menggunakan pewarna Hematoxylin danEosin untuk mendapatkan struktur mikroanatominya. Planaria yang diperoleh memilikipanjang 3 - l8 mm dengan lebar I - 3,5 mm dan berwarna cokelat gelap pada bagiandorsal serta cokelat terang pada bagian ventral. Struktur makroanatomi planariamenunjukkan bagian yang serupa dengan genus lain yaitu bagian cranial yang terdapatsepasang bintik mata (eye spot) dan sepasang auricle, bagian trunchus terdapat phorynxdan bagian caudal yang merupakan bagian posterior pharynx. Struktur mikroanatomimenunjukkan epidermis bagian ventral planaria tersusun dari sel epitel kuboid dengansilia, epidermis bagian dorsal tersusun dari sel epitel kolumner selapis dan sel rhabditeyang terletak diantaranya, lapisan bagian dalam epidermis terdapat serabut otot yangtersusun sirkuler dan longitudinal, bagian dalam tubuh terdapat parenkim, ronggagastrovaskuler, intestin dan divertikulum intestine serta pharynx (terdapat pada irisanbagian trunchus).

Kata kunci : Planaria, Struktur Makroanatomi, Struktur Mikroanatomi, Baturraden

PEI{DAIIULUAIYPlanaria merupakan salah satu spesies cacing pipih (Platyhelminthes) yang

memiliki habitat di daerah dengan temperatur 18 -24'C dengan ketinggian antara 500 -1500 m dpl. Tubuh planaria tersusun dari bagian cranial, trunchus dan caudal. Bagian

cranial terdapat kepala dengan sepasang eye spot yang berfungsi sebagai fotoreseptor

(Dasheiff and Dasheiff, 2A02). dan sepasang auricle yang terletak dibagian lateral

tubuh.

bio.unsoed.ac.id

Page 2: @y ahoo.co. - bio.unsoed.ac.idbio.unsoed.ac.id/sites/default/files/Struktur Makroanatomi dan... · 2laboratorium Fisiologi Hewan, Universitas Jenderal Soedirman 3laboratorium

Planaria merupakan hewan triploblastik aselomata dengan bentuk tubuh simetri

bilateral. Tubuh planaria tersusun solid tanpa adanya coelom. Semua tempat yang

terletak diantara organ viseral tersusun oleh mesenkim, yang lebih dikenal dengan

sebutan parenkim (Kenk, 1972;Hyman,l95l dalom Reddien and Alvarado,2004).

Sistem pencernaan planaria tersusun atas mulut, pharynx, dan percabangan-

percabangan intestin. Makanan masuk melalui mulut, melewati pharynx kemudian

didistribusikan ke percabangan intestin untuk diabsorbsi (Kenk, 1972).

Planaria banyak digunakan sebagai indikator kualitas perairan terutama perairan

tawar dimana perairan yang terdapat planaria hampir dapat dipastikan belum tercemar.

Hasil penelitian Zhang et al., (2010) menunjukkan bahwa Dugesia japanica dapat

berperan sebagai spesies bioindikator untuk deteksi dan evaluasi efek logam kadmium

pada perairan tawar.

Planaria merupakan hewan Avertebrata yang banyak sekali digunakan sebagai

objek penelitian terutama karena kemampuan regenerasinya yang sangat tinggi.

Beberapa spesies planana yang memiliki kemampuan regenerasi sangat tinggi mampu

mengganti atau mereparasi bagian tubuh yang hilang atau rusak melalui pembentukan

blastema (Baguna et a1.,1989; Salo and Baguna, 1989; Newmark and Alvarado, 2001).

Kemampuan regenerasi pada planaria disebabkan oleh adanya pembentukan jaringan

blastema serta adanya remodeling jaringan yang sudah ada sebelumnya (Alvarado 2003;

Reddien and Alvarado, 20A4; Alvarado and Kang 2005). Bagian kepala planaria

sekalipun dapat mengalami regenerasi @atistoni et a1.,2A06; Sandmann et al.,ZAl1r;

Liu et al., 2013), bahkan sistem syaraf planaria juga dapat mengalami regenerasi

(Cebria 2A07). Salah satu spesies planaria yang memiliki kemampuan regenerasi tinggi

adalah S c hm i dt e a m e d i t e r r a n e a (Alv arcdo, 2 006).

Planaria banyak hidup di perairan Indonesia, terutama di daerah dataran tinggi.

Hal tersebut dibuktikan dengan penelitian Surtikanti (2004) yang melakukan penelitian

mengenai distribusi planaria di lokasi Bukit Tunggul dan Maribaya, Bandung Utara.

Planaria yang diperoleh adalah genus Planaria dan hasil penelitian menunjukkan bahwa

kelimpahan Planario sp di Bukit Tunggul lebih tinggi dibandingkan dengan di

Maribaya, Bandung Utara dan biomassa Planaria sp. yang ada di Bukit Tunggul lebih

rendah dibandingkan dengan Planaria sp. yang hidup di Maribaya.

t

bio.unsoed.ac.id

Page 3: @y ahoo.co. - bio.unsoed.ac.idbio.unsoed.ac.id/sites/default/files/Struktur Makroanatomi dan... · 2laboratorium Fisiologi Hewan, Universitas Jenderal Soedirman 3laboratorium

penelitian mengenai persebaran dan perkembangan planaria di Indonesia pernah

dilakukan beberapa puluh tahun yang lalu oleh beberapa peneliti dari Jepang, dimana

penelitian tersebut mengambil tempat di daerah Kaliurang Yogyakarta, Tawangmangu

surakarta, Kopeng Semarang, Kebun Raya cibodas Bogor, Siborangit Medan,

Kampong Gumpang dan Kampung Burni Aceh. Planaria yang diperoleh memiliki

panjang tubuh antaru 5 - 30 mm dengan lebar tubuh antara 1 - 4 mm. Planaria yang

tersebut diberi nama spesi es Dugesia indonesiana (Kawakatsu, T973)'

Planaria merupakan hewan hermaphrodit yang dapat berkembang biak secara

seksual dan aseksual. Reproduksi seksual dilakukan dengan menghasilkan sel telur dan

sperTna, telur yang telah dibuahi disimpan di dalam cocoons sampai menetas

(Kobayashi et a1.,1999; Kobayashi et a1.,2009), salah satu contohnya pada Girardia

trigina (Vara et al., 2008), sedangkan reproduksi aseksual dilakukan dengan

pembelahan transversal. Reproduksi aseksual planaria didukung oleh adanya

kemampuan planaria untuk beregenerasi (Davison, 1973; Hori and Kishida, 2001).

Struktuf dasar mengenai makroanatomi dan mikroanatomi planaria dapat menjadi

landasan untuk penelitian selanjutnya, terutama mengenai perkembangan hewan,

regenerasi dan taksonomi planaria. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur

makroanatomi planaria dan mikroanatomi irisan melintang bagian cranial, trunchus dan

caudal tubuh planaria yang diperoleh dari perairan di lereng gunung Slamet, Baturraden'

MATERI DAF{ METODE

Materi dalam penelitian ini adalah planaria dmi perairan lereng Gunung Slamet

Baturraden Banyumas yang diperoleh pada bulan Maret 2014, hati ayam, alkohol

absolut, alkohol 96Ya, akuades, bouin, paraffin pastillen, xylol, pewarna hematoxylin

dan eosin, entelan, label, obiect glass, cover gloss, dan botol sampel sedangkan alat

yang digunakan meliputi mikrotom, mikroskop cahaya dan kamera digital'

pengambilan planaria dilakukan dengan memancing planaria menggunakan

umpan hepar ayam segar yang ditusuk dengan lidi atau bambu kecil kemudian

diletakkan di tempat yang diperkirakan terdapat planaria. Pengukuran dan pengambilan

sampel planaria dilakukan pada pagi hari (pukul 05.00 - 09.00) disaat planaria

beraktivitas untuk mencari makan. Planaria yang diperoleh difiksasi menggunakan

bouin selama 6 jam,kemudian diproses menggunakan metode paraffin, irisan melintang

planaria diwarnai dengan pewamai1n Hematoxylin dan eosin. Sediaan ]ultuh (whole

bio.unsoed.ac.id

Page 4: @y ahoo.co. - bio.unsoed.ac.idbio.unsoed.ac.id/sites/default/files/Struktur Makroanatomi dan... · 2laboratorium Fisiologi Hewan, Universitas Jenderal Soedirman 3laboratorium

mount) untuk mengamati struktur makroanatominya dibuat tanpa menggunakan

pewama. Hasil sedia an whole mount dan sediaan histologis diamati menggunakan

mikroskop cahaya. Hasil yang diperoleh didokumentasikan menggunakan kamera

digital dan dianalisis menggunakan analisis deskriptif'

HASILPlanaria yang diperoleh memiliki berbagai macam ukuran. Planaria yang dibuat

sediaan mikroanatomi adalah ukuran planaria yang dominan' Struktur makroanatomi

planaria disajikan dalam Gambar 1 berikut'

B*nu. f . iiirf.tu. makroanatomi planaria. a, Eufrn-"i*ial dan trunchus' B' Bagian trunchus dan

caudal. Perbesaran 4 x 10. ES; Eye spol GCa: Rongga Gastrovaskuler Anterior; GCp: Rongga

Gastrovaskuler Posterior; Au:. Auric le

Sediaan mikroanatomi planaria pada bagian cranial disajikan pud*Gg*b,#:

A..- .'..1

,t.f,y

-."1':::"-: 'i' i.

-,',, :*-:ii.: t.,':t j'

." ., , .,P .'i , i- E,6r t&, .-- ^r* .r";i ,, " ."

+

+''.

250 prn*' 4

looum lF '"i-f,

-{sGr!J

Gambar 2. Struktur mikroanatomi rii*in"b"g"n cranial. A: perbesaran 4 x l0; B: perbesaran l0 x l0;

C: perbesaran 40 x 10. Ed: Epidermis dorsal; Ev: Epidermis ventral; P: Parenkim; MF: Serabut otot; RC:

Sel Rhabdite;Br: Brain

*-"J- 46"

w s.-F 4

'!;S :,;

bio.unsoed.ac.id

Page 5: @y ahoo.co. - bio.unsoed.ac.idbio.unsoed.ac.id/sites/default/files/Struktur Makroanatomi dan... · 2laboratorium Fisiologi Hewan, Universitas Jenderal Soedirman 3laboratorium

P

A . l;- pgaD-- ^

DI

* 't _! .a :

EPh

.ljg.lg-* ! -a$ryrPh250 um

Gambar 3. Struktur mikrcanatomi planaria bagian trunchus. A: perbesaran 4 x 10; B: perbesaran 10 x l0;

C: perbesaran 40 x 10. Ed: Epidermis dorsal; Ev: Epidermis ventral; P: Parenkim; Ph: Pharynx;PhM"

t".ubut atot pharyra; PhC: Rongga pharingeal; EPh: Epithel Phatynx

Sediaan mikroanatomi planaria pada bagian caudal disajikan pada Gambar 4';ii: ,::ti;r'{

E MFCDI ,/

'/o :-

{ ,mF,,;S''tir

,,,. Dr

tuo :cc BC :l'',

l:

Ev-

P

Ev-

.::

DI .

*"

bio.unsoed.ac.id

Page 6: @y ahoo.co. - bio.unsoed.ac.idbio.unsoed.ac.id/sites/default/files/Struktur Makroanatomi dan... · 2laboratorium Fisiologi Hewan, Universitas Jenderal Soedirman 3laboratorium

PEMBAHASAN

planaria merupakan salah satu spesies dalam filum Platyhelminthes yang hidup

bebas di perairan tawar, perairan laut dan terestrial. Di lndonesia, planaria banyak

ditemukan di perairan lereng gunung' salah satunya di kawasan Baturraden' lereng

gunung Slamet, Banyumas. Planaria yang diperoleh pada bulan Maret 2014 memiliki

panjang tubuh 3 - 18 mm dengan lebar I - 3,5 mm. Planaria tersebut memilik warna

cokelat gelap pada bagian dorsal dan cokelat terang pada bagian ventral tubuh'

Bagian tubuh planaria tersusun dari 3 bagian, yaitu cranial, trunchus dan caudal'

Planaria yang diperoleh di perairan lereng Gunung Slamet memiliki struktur

makroanatomi antara lain bagian cranial yang terdapat kepala dengan sepasang auricle

pada bagian lateralnya dan sepasang eye spot (Ganrbar l)' Bagian trunchus terdapat

organ pencernaan yang berupa satu rongga gastrovaskuler pada bagian antetiot pharynx

dan dua rongga gastrovaskuler pada bagian posterior pharynx (Gambar 1)' Bagian

caudal merupakan bagian posterior pharytm. struktur tersebut sesuai dengan hasil

penelitian Kenk (1972) yang menunjukkan struktur planaria air tawar di daerah

Amerika Utara.

Struktur mikroanatomi planaria menunjukkan adanya lapisan epidermis yang

tersusun dari jaringan epithel yang menyelimuti tubuh. Epithel tersebut merupakan

epithel kuboid bersilia pada bagian ventral tubuh (Gambar 5A), sedangkan pada bagian

dorsal adalah epithel kolumner tidak bersilia dan terdapat sel rhabdite yang terletak

diantaranya. Jumlah sel rhabdite lebih banyak terdapat pada bagian ventral. Sel rhabdite

berfungsi menghasilkan mukus untuk mempermudah pergerakan dalarn air (Kenk'

re72)

Tubuh planaria tersusun dari jaringan epithel yang terletak pada bagian terluar

dan menempel pada membran basal. Lapisan bagian dalam epithel terdiri atas jaringan

otot yang tersusun sirkuler dan longitudinal. Planaria tidak memiliki coelom dan

ruangan a{fiafa organ visceralnya terisi oleh mesenkim, atau yang sering disebut

parenkim (Kenk, 1972; Hyman, 195 | dalam Reddien and Alvarado, 2004)' Parenkim

tersusun atas sel tubuh dan kelenjar uniseluler, sekret kelenjar dikeluarkan melalui

saluran yang bermuara di epidermis (Kenk, 1972). Pada semua irisan, baik bagian

cranial, trunchus dan caudal terdapat jaringan epithel, jeringan otot dan parenkim'

bio.unsoed.ac.id

Page 7: @y ahoo.co. - bio.unsoed.ac.idbio.unsoed.ac.id/sites/default/files/Struktur Makroanatomi dan... · 2laboratorium Fisiologi Hewan, Universitas Jenderal Soedirman 3laboratorium

Saluran pencemaan planaria tersusun dari mulut, pharynx dan rongga

gastrovaskuler yang sekaligus beqperan untuk sistem sirkulasi' Selain rongga

gastrovaskuler, ruang interstisial parenkim juga berperan dalam sistem sirkulasi'

Planaria memperoleh makanan melalui pharynx yang tersusun dari jaringan otot

(Gambar 3B dan 3C). Struktur pharynx hanya terdapat pada irisan bagian trunchus

(Gambar 3) serta terdapat rongga pharingeal yang terletak antara pharynx dengan

jaringan di sekitarnya. Pada sediaan mikroanatomi, terdapat divertikulum intestin

(Gambar 4) yang merupakan percabangan rongga gastrovaskuler untuk memfasilitasi

difusi nutrisi ke seluruh tubuh.

Gambar 58 menunjukkan adanya gonad planaria yang terletak di sebelah dalam

lapisan jaringan serabut otot, gonad yang teramati adalah testis. Struktur mikoanatomi

testis planaria dari Baturraden serupa dengan struktur mikroanatomi testis Dugesia

ryulryuensis. Perkembangan testis pada tahapan terbentuk spermatosit masuk dalam

tahap 4 (Kobayashi et al-,1999).

KESIMPULAN

Struktur makroanatomi planaria dari perairan tawar lereng Gunung Slamet,

Baturraden Banyumas tersusun atas eye spot, aurircle yang terletak pada bagian cranial'

Bagian trunchus terdapat pharynx serta percabangan rongga gastrovaskuler (anterior 1

percabangan, poseerior 2 percabangan)' serta caudal yang terdiri dari bagian posterior

pharynx, sedangkan struktur mikroanatomi planaria tersusun dari epidermis (epithel)'

sel rhabdite, parenkim, serabut otot, rongga gastrovaskuler, divertikulum intestine serta

gonad pada planaria dewasa.

REFERENSI

Alvarado AS. 2003. The freshwater planarian Schmidtea mediterranea: embryogenesis,

stem cells and regeneration. E/sevier' 13"438444Alvarado AS. And Kang-H. 2005. Multicellularity, stem cells, and the neoblasts of the

planarian Schniidtea mediterranea. Elsevier. Experimental Cell Research 3A6:

299 -308Alvarado AS. 2006. Planarian Regeneration: Its End Is Its Beginning. i.cell. 124 241'

245Baguna J., Salo 8., and Auladell c. 1989. Regeneration and pattern formation in

pianarians iII. Enid"nce that neoblasts are totipotent stem cells and the source

bf blastema cells. Development lA7, 77 -86

bio.unsoed.ac.id

Page 8: @y ahoo.co. - bio.unsoed.ac.idbio.unsoed.ac.id/sites/default/files/Struktur Makroanatomi dan... · 2laboratorium Fisiologi Hewan, Universitas Jenderal Soedirman 3laboratorium

Batistoni R., Mannini L., salvetti A., Rossi L., Gremigni v. and Deri p. 2006. Geneticregulation of planarian head morphogenesis during regeneration. ItalianJournal of Zoolo gt. 7 3g): 295101

Cebria F.2007. Regenerating the Central Nervous System: How Easy for planarians!.Dev Genes Evol. 217 :7 33-:7 48

Dasheiff BD- and Dasheiff RM. 2002. Photonegative Response in Brown planaria(Dugesia trigina) Following Regeneration. Ecotoxiiolog,, and EnvironmentalSafety. 53: 196-199

Davison J.1973. Population Growth in Planaria Dugesia tigrina (Gerard) Regulation bythe absolute number in the population. The Journil of General i'hysiotag,,. Si:767-785

Hori I and Kishida Y.200t. Further Observation on The Early Regenerates AfterFission in The Planarian Dugesia Japonica. Belg. J.Zool. t:r1ry:r n-w.

Kawakatsu, M. 1973. Report on Freshwater Planaria From Indonesia (Sumatra andJava). Contr. Biol. Lab. Kyoto Univ.24:2.pp: g7-l14.

Kenk, R- 1972. Freshwater Planarians (Turbellaria) of North America. Departrnent ofInvertebrate zoology . smithsonian Institution. washington

Kobayashi K., Koyanagi R., Matsumoto M., cabrera Jp., and Hoshi M. 1999. Switchingfrom Asexual to Sexual Reproduction in the Planarian Dugesia rytkyuensis:Bioassay System and Basic Description of Sexualizing Piocess.- Ziologicalscience 16:291-298

Kobayashi K'o Arioka S., Hoshi M. and Matsumoto M. 2009. Production of asexual andsexual offspring in the triploid sexual planarian Dugesia ryukyuensis.Inte grative Zoolog,t; 4: 265-27 I

Liu sY., Selck c., Friedrich 8., Lutz R., vila-Farre M., Dahl A., Brand H,Lakshmanaperumal N., Henry I and Rink JC. 2013. Reactivating headregrowth in a regeneration-deficient planarian species. Nature.50O: 8l-d5

Newmark PA. and Alvarado AS.2001. Regeneration in Planaria. Encyclapedia of ttfesciences. www.els.net

Orii H,Ito H. , and Watanabe K. 20A2. Anatomy of the Planarian Dugesia japonica I.The Muscular System Revealed by Antisera against tvtyosin Ueavy Cfruirrr.Zoological Science, I9(10): I 123-ll3l. 16:29ljgg

Reddien PW and Alvarado AS. 2004. Fundamentals of Planarian Regener ation. Annu.Rev. Cell Dev. Biol.20:725*757

Salo E. And Baguna J. 1989. Regeneration and pattern formation in planarians II. Localorigin and role of cell movements in blastema formation. Develapment 107,69-76

Sandmann, T., M.c. vogg, S. owlarn, M. Boutros, and K. Bartscherer, 2011. TheHead-Regeneration Transcriptome of The Planarian Schmidtea mediterranea.Ge no me B i ol o gt. l2:R7 6. http :/www. genomebiolo gy. com

Surtikanti H- 2004. Populasi Planaria Oi tokasi rut itT@t Oan Maribaya, BandungUtara. Jurnal Matematika dan Sains. Vol. 9(3): Zii-ZAZ

Vara DC., Leal-Zanchet AM. and Lizardo-Daudt, mrt. ZOOS. Embryonic developmentof Girardia tigrina (Girard, 1850) (Platyhelminthes, Triciadida, paludicola.Braz. J. Biol.,68(4): 889-895

zhang x., zhao 8., Pang Q., Yi H., Xue M., and zhang B. 2010. Toxicity andBehavioral Effects of Cadmium In Planarian (Dugisia japonica Ichikawa etKawakatsu). Fre senius Erwironmentol Bulle tin. voi r g( u) : 2g9 5 -2900.

bio.unsoed.ac.id