xxx

5
Vyta Rahmawati/102011101089 Kapan dilakukan parasentesis pada hipopion? Penatalaksanaan hipopion tergantung dari ringan atau beratnya penyakit mendasarinya. Sel darah putih biasanya akan direabsorbsi. etapi bila hip memberikan gambaran berat seperti pada endo!talmitis dan tidak me respon terhadap pemberian kortikosteroid maka bisa dilakukan anterior "ha para"entesis yang #uga memiliki man!aatdiagnostik. Parasentesis diagnostik dilakukan dengan "ara$ 1. %plikasi anestesi topikal pada kornea dan "ul de sa" kon#ungti&a 2. Sterilisasi dengan po&idone iodine '( ). *ata distabilkan dengan !orsep +. Parasentesis dilakukan sebanyak 0,1-0,2 ml dengan menggunakan #aru tuber2' atau )0 dengan hati hati agar tidak melukai lensa. asil aspirasi "airan * tersebut dapat dipakai untuk berbagai diagnostik terutama untuk mengetahui mikroorganisme penyebab yang mungkin terlibat sehubungan dengan penentuan antibiotik, atau anti!ungi yang dig untuk terapi. Pada kasus hipopion yang berat, terutama bila disertai dengan pening 3 , maka dilakukan parasentesis dengan slit lamp atau posisi supine menggunakan pisau V-4an"e 2' . indikasi parasentesis ini adalah$ 1. i!ema total tanpa adanya absorbsi setelah beberapa hari 2. 5lkus kornea yang tidak respon dengan terapi kon&ensional ). ipopion dengan disertai glaukoma sekunder +. laukoma sekunder karena karena katarak hipermatur, katarak traumati dan iridosiklitis. Perbedaan Radang dan Infeksi

Upload: sundaime

Post on 05-Nov-2015

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

yyy

TRANSCRIPT

Vyta Rahmawati/102011101089Kapan dilakukan parasentesis pada hipopion?

Penatalaksanaan hipopion tergantung dari ringan atau beratnya penyakit yang mendasarinya. Sel darah putih biasanya akan direabsorbsi. Tetapi bila hipopion memberikan gambaran berat seperti pada endoftalmitis dan tidak memberikan respon terhadap pemberian kortikosteroid maka bisa dilakukan anterior chamber paracentesis yang juga memiliki manfaat diagnostik. Parasentesis diagnostik dilakukan dengan cara:

1. Aplikasi anestesi topikal pada kornea dan cul de sac konjungtiva

2. Sterilisasi dengan povidone iodine 5%

3. Mata distabilkan dengan forsep

4. Parasentesis dilakukan sebanyak 0,1-0,2 ml dengan menggunakan jarum tuber25G atau 30G dengan hati hati agar tidak melukai lensa.

Hasil aspirasi cairan BMD tersebut dapat dipakai untuk berbagai keperluan diagnostik terutama untuk mengetahui mikroorganisme penyebab yang mungkin terlibat sehubungan dengan penentuan antibiotik, atau antifungi yang digunakan untuk terapi.

Pada kasus hipopion yang berat, terutama bila disertai dengan peningkatan TIO , maka dilakukan parasentesis dengan slit lamp atau posisi supine menggunakan pisau V-Lance 25G . indikasi parasentesis ini adalah:

1. Hifema total tanpa adanya absorbsi setelah beberapa hari

2. Ulkus kornea yang tidak respon dengan terapi konvensional

3. Hipopion dengan disertai glaukoma sekunder

4. Glaukoma sekunder karena karena katarak hipermatur, katarak traumatik dan iridosiklitis.

Perbedaan Radang dan Infeksi

Radang atau disebut juga Inflammasi yaitu suatu respon jaringan tubuh yang kompleks saat menerima rangsang yang kuat akibat pengrusakan sel, infeksi mikroorganisme patogen dan iritasi. Radang juga merupakan proses tubuh mempertahankan diri dari aneka rangsangan tadi agar tubuh dapat meminimalisir dampak dari rangsangan tadi. Peradangan dapat dikenali dengan adanya beberapa tanda khas yang sering menyertai, Rubor, Calor, Dolor, Tumor. Dan Functio laesa.Infeksi merupakan adalah keadaan jaringan tubuh yang terpapar mikroorganisme baik oleh bakteri, virus, jamur maupun parasit. Sama seperti radang, infeksi dapat terjadi baik di permukaan luar tubuh maupun di permukaan rongga dalam tubuh. Dalam perjalanannya, bagian tubuh yang terinfeksi akan mengalami proses peradangan. Paparan mikroorganisme pada permukaan tubuh akan merangsang tubuh untuk melakukan penolakan terhadap agen infeksius tersebut maka muncullah tanda-tanda peradangan seperti di atas. Perjalanan infeksi dimulai jika ada jalur masuk (port dentry). Lalu setelah melewati masa inkubasi yaitu waktu dimana agen infeksi masuk ke dalam tubuh sampai munculnya gejala awal infeksi maka penderita akan mengalami fase akut. Jadi saat seseorang merasakan timbulnya gejala infeksi maka sebenarnya agen penyebab infeksi itu sendiri telah masuk ke dalam tubuh beberapa waktu sebelumnya.

Fungsi dari pemberian dan cara kerja atropin?

Antikolinergik atau parasimpatolitik melawan khasiat asetil kolin dengan jalan menghambat terutama reseptor reseptor muskarinik yang terdapat di SSP dan organ perifer. Salah satu efek antikolinergik yang terpenting adalah memperlebar pupil (mydriasis) dan berkurannya akomodasi. Atropin merupakan salah satu antikolinergik dalam kelompok alkaloidda belladonna yang digunakan sebagai midriatikum kerja panjang yang juga melumpuhkan akomodasi (cyclopegi). Obat siklopegi bekerja melumpuhkan otot sfingter iris sehingga terjadi dilatasi pupil, selain itu juga terjadi paralisis otot siliar sehingga melumpuhkan akomodasi. Atropin 0,5-2% merupakan siklopegi kuat dan juga bersifat midriatik. Efek maksimal dicapai setelah 30-40 menit. Bila telah terjadi kelumpuhan otot akomodasi maka akan kembali normal 2 minggu setelah obat dihentikan. Atropin memberikan efek samping seperti nadi cepat, demam dan mulut kering.Cara kerja Deksametason dan dosis yang diberikan berapa?Merupakan Glukokortikoid/kortikosteroidkuat, sintesis (aksi lama), agen Anti- Inflamasi,immunosupresan, antireumatik,anti alergidengan pencegahan pelepasan histamine. Deksametason telahdipakaiuntuk respon peradangan berat karena trauma kepala atau reaksi alergi. Deksametason dapaat diberikan secara oral, intramuskular, intravena,topikal, intranasal, dansalep atautetes mata. Pemberianobat secara intravena, obat langsung berada di sirkulasi sistemik,didistribusikan, sebagian berikatan dengan protein plasma dan sebgaian lagi berada dalam bentuk bebas.. Bentuk oral dan intramuskular diabsorpsi dengan baik oleh mukosa saluran gastrointestinal, ruang sinovial, dan otot. Waktu paruhnya 2-5jam.Deksametasondimetabolisasi olehhepar, dansebagian kecildieksresikan melalui urin. Kerja utama deksametason adalah untuk menekan proses peradangan akut.Indikasi digunakan secara sistemik dan lokal untuk berbagai macam gangguan seperti : Kelainan endokrin: insufisiensi adrenokortikal primaer-sekunder, hyperplasia, adrenalkongential, tiroiditis nonsupuratif,hiperklasemia.

Kelainan rematik: arthritis psoriatic, arthritis rheumatoid, arthritis juvenile spondilosis,ankylosis, bursitis akuta-subkuta, osteoarthritis post traumatic, synovitis,apikondilitis.

Penyakit kolagen: eritematosus sistemik, karditis reumatik akuta.

Penyakit dermatologis: pemfigus, dermatitis bulosa hirpetiformis, eritema multiformis,sindom Steven-Jhonson, dermatitis eksfoliativa, psoriasis berat,dermatitis seborrhoik berat.

Keadaan alergi berat yang tidak bisa diobati dengan konvensional. Rhinitis alergika, asma bronchial, dermatitis kontak-atopik, reaksi hipersensitifitas lainnya.

Penyakit mata: konjungtivitis alergika, keratitis, tukak corneal marginal alergik, iritis, dan iridoskilitis, khoriorentinitis, inflamasi segmen anterior,uveitis posterior difusa dan khoroiditis, neuritisoptic, ophtalmia simpatetik.

Kelainan hematologis: trombosito-penia purpura idiopatik .Deksametason obat antiinflamasi dan antialergi kuat. Tidak mempunyai aktivitas mineral kortikosteroid dari cortisone atau hydrokortison, sehingga pengobatan untukkekuranganadrenokortikal tidakberguna. Dosis intravena yang diberikan adalah 0,05- 0,2 mg/kgbb/ hari. Deksametason injeksi yang tersedia dipasaran tiap ml mengandung deksametason 5mg.

Glaukoma yang terjadi akibat Ulkus Kornea

Salah satu komplikasi yang bisa terjadi pada ulkus kornea adalah glaukoma sekunder. Pada pasien ulkus kornea dapat terjadi perforasi, perforasi cairan CoA dapat mengalir ke luar iris ,dan iris mengikuti gerakan ini ke depan sehingga iris melekat pada luka kornea yang perforasi dan disebut iris prolaps. Pada tempat perforasi kornea dan iris prolaps daat terjadi jaringan parut yang disebut leukoma adherens dimana pada tempat tersebut terjadi penyempitan sudut CoA oleh adanya sinekia anterior menyebabkan aliran balik cairan di sudut CoA menjadi terganggu , yang dapat menyebabakn timbulnya peninggian tekanan intraokular dan menjadi glaukoma sekunder.

Peningkatan TIO juga bisa terjadi karena peradangan uveitis anterior, sehingga bisa menyebabkan tersumbatnya trabekulum oleh sel2 radang yang terdapat di CoA.

Tindakan pembedahan yang dilakukan pada ulkus kornea

Penutupan ulkus dengan flap konjungtiva, dengan melepaskan konjungtiva dari sekitar limbus yang kemudian ditarik menutupi ulkus dengan tujuan memberi perlindungan dan nutrisi pada ulkus untuk mempercepat penyembuhan. Kalau sudah sembuh flap konjungtiva ini dapat dilepaskan kembali.

Bila seseorang dengan ulkus kornea mengalami perforasi spontan berikan sulfas atropine, antibiotik dan balut yang kuat. Segera berbaring dan jangan melakukan gerakan-gerakan. Bila perforasinya disertai prolaps iris dan terjadinya baru saja, maka dapat dilakukan :

Iridektomi dari iris yang prolaps

Iris reposisi

Kornea dijahit dan ditutup dengan flap konjungtiva

Beri sulfas atripin, antibiotic dan balut yang kuat

Bila terjadi perforasi dengan prolaps iris yang telah berlangsung lama, kita obati seperti ulkus biasa tetapi prolas irisnya dibiarkan saja, sampai akhirnya sembuh menjadi leukoma adherens. Antibiotik diberikan juga secara sistemik.

Keratoplasti adalah jalan terakhir jika urutan penatalaksanaan diatas tidak berhasil. Indikasi keratoplasti terjadi jaringan parut yang mengganggu penglihatan, kekeruhan kornea yang menyebabkan kemunduran tajam penglihatan, serta memenuhi beberapa kriteria yaitu :

1. Kemunduran visus yang cukup menggangu aktivitas penderita

2. Kelainan kornea yang mengganggu mental penderita.

3. Kelainan kornea yang tidak disertai ambliopia.