vivian.docx · web viewword of mouth communication. ... kegiatan ini bertujuan memberikan...
TRANSCRIPT
JURNAL
AKTIVITAS KOMUNIKASI DALAM MENSOSIALISASIKAN
PROGRAM JKN
(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Aktivitas Komunikasi dalam
Mensosialisasikan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di
Puskesmas Banyuanyar Surakarta)
Oleh:
Vivian Tiara Putri
D0212107
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017
AKTIVITAS KOMUNIKASI DALAM MENSOSIALISASIKAN PROGRAM JKN
(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Aktivitas Komunikasi dalam Mensosialisasikan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di
Puskesmas Banyuanyar Surakarta)
Vivian Tiara Putri
Nora Nailul Amal
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
The National Health Insurance Program (JKN) is a program by the government to ensure health of each person who has to pay tuition or contributions paid by the government. So, this program can be known and understand about the importance of health insurance, then the necessary about various communication activities through socialization for the spread of information to the other society. However, the socialization is considered very less, because throughout the year 2014 recorded as many as 100 thousand more complaints addressed directly to BPJS Kesehatan.
This study aims to determine the activity of communication in socialization JKN program in the puskesmas Banyuanyar Surakarta. This study is the kind of research qualitative using descriptive qualitative method. The techniques of collecting data use a technique in-depth interviews and the literature studies. Informants in this research is the internal person of puskesmas Banyuanyar and BPJS Kesehatan, as well as the patients of puskesmas Banyuanyar.
The results showed the activities of communication in order to socialization JKN program is done by formally and informally. The formal activities communication among others: the coordination meeting by all ranks of puskesmas Banyuanyar (internal meeting), a coordination meeting between BPJS Kesehatan with puskesmas Banyuanyar, community meetings, seminars and utilize the leaflets and banners in other to spread for information for the wider community. But, the activity of informal communication established with the Word of Mouth (WOM) communication or communication from mouth of mouth. As for the process of communication activities were done running less effIcient in both formal and informal.
Keywords: Communication Activity, Socialization, JKN
Pendahuluan
Kesehatan merupakan salah satu harta yang paling berharga bagi setiap
manusia. Seperti halnya banyak orang mengatakan bahwa “sehat itu mahal”.
Karena apabila kita sakit, tentu akan membutuhkan biaya untuk berobat ke dokter
dan terkadang biaya yang dibutuhkan bukanlah biaya yang sedikit. Apalagi
sekarang ini biaya dokter dan harga obat semakin mahal. Oleh sebab itu mengapa
sehat merupakan suatu kondisi yang mahal harganya bagi setiap orang.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk
Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Semakin meningkatnya jumlah
penduduk di Indonesia, maka semakin banyak pula lapangan pekerjaan yang
dibutuhkan. Namun garis kemiskinan masih tetap melanda Indonesia. Tercatat
dari data BPS dalam dua tahun terakhir, pada tahun 2014 jumlah penduduk miskin
mencapai 27.727.78 ribu jiwa (10,96 %), sedangkan pada tahun 2015 jumlah
penduduk miskin mengalami peningkatan yakni 28.513.57 ribu jiwa (11,13 %)
(BPS, 2016).
Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam bidang kesehatan,
maka pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab memberikan pelayanan
kesehatan yang layak bagi masyarakat. Seperti yang telah tertuang dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 34 ayat (3) yang
berbunyi, “Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan pelayanan umum yang layak” (RI, 2012:166). Oleh karena itu
masyarakat juga berhak mendapatkan pelayanan dan fasilitas kesehatan tersebut.
Dijelaskan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Pasal 28 H ayat (1) bahwa: “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal dan mendapat lingkungan yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan” (RI, 2012:69).
Demi tercapainya tujuan yang tertuang dalam Undang-Undang tersebut,
maka pemerintah berusaha memberikan fasilitas berupa program jaminan
kesehatan bagi masyarakat. Beberapa jaminan kesehatan yang telah diberikan oleh
pemerintah khususnya untuk warga miskin adalah Jaminan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas) dan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda), serta Asuransi
Kesehatan (Askes) untuk jaminan kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan
penerima pensiunan. Namun, mulai pada tanggal 1 Januari 2014, Askes yang
sebelumnya dikelola oleh PT Askes Indonesia (Persero), berubah nama menjadi
BPJS Kesehatan sesuai dengan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) (ANTARA, 2014:70).
BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program jaminan kesehatan (ANTARA, 2014:137). Program
tersebut diberi nama JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) yang berlaku bagi
seluruh rakyat Indonesia. Program JKN diresmikan pada tanggal 31 Desember
2013 dan mulai beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014.
Menyadari bahwa puskesmas sebagai sarana yang penting dalam
pelayanan program JKN untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam
bidang kesehatan, maka berbagai masalah atau kekurangan dalam
penyelenggaraan program JKN di tingkat puskesmas perlu diteliti, salah satunya
adalah sosialisasi. Pada dasarnya kunci utama keberhasilan dalam melaksanakan
suatu program yang menyangkut hajat hidup orang banyak adalah komunikasi.
Komunikasi menjadi salah satu faktor terpenting demi tercapainya suatu tujuan
program yang dijalankan. Dari kasus-kasus diatas kurangnya informasi serta
pemahaman masyarakat mengenai hak dan kewajiban menjadi peserta JKN
menjadi kendala awal dalam pelaksanaan program JKN. Penyebaran informasi
melalui sosialisasi yang dilakukan tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan
kepada masyarakat, namun juga harus mampu memberikan kesadaran dan
pemahaman mengenai prosedur serta pentingnya program JKN sebagai proteksi
diri agar nantinya dalam pelaksanaan tidak terjadi kesalahpahaman dalam
memperoleh hak dan kewajiban, oleh karena itu penelitian ini penting untuk
diteliti.
Berdasarkan penjabaran diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Aktivitas Komunikasi BPJS dalam Mensosialisasikan
Program JKN di Puskesmas Banyuanyar Surakarta”.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas komunikasi dalam
mensosialisasikan program JKN di Puskesmas Banyuanyar Surakarta.
Landasan Teori
a. Komunikasi
Komunikasi dapat diartikan sebagai suatu penyampaian pesan dari
seseorang atau institusi kepada seseorang atau kelompok, baik secara langsung
(bertatap muka) ataupun tidak langsung melalui media, seperti televisi, radio,
koran, atau majalah.
Onong U. Effendy mendefinikan komunikasi secara etimologis bahwa
komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat
kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan (Effendy, 1986).
Jika seseorang mengerti tentang suatu yang dinyatakan orang lain kepadanya,
maka komunikasi dianggap berlangsung. Dengan lain perkataan, hubungan
antara mereka itu bersifat komunikatif. Sebaliknya jika ia tidak mengerti,
maka komunikasi dianggap tidak berlangsung. Dengan lain perkataan,
hubungan antara orang-orang itu tidak komunikatif.
Dari beberapa definisi komunikasi yang telah dikemukakan oleh para
ahli di atas, dapat dikatakan bahwa antara definisi satu dengan definisi lain
memiliki tujuan yang sama yaitu pesan atau informasi yang disampaikan dapat
berpengaruh. Sehingga dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu
proses penyampaian pesan atau informasi dari seseorang kepada orang lain
atau kelompok dapat secara langsung (tatap muka) maupun tidak langsung
melalui media dengan tujuan dapat mempengaruhi atau mengubah pola pikir
dan tingkah laku orang lain.
b. Komunikasi Organisasi
Komunikasi dalam organisasi juga dapat diartikan sebagai komunikasi
di suatu organisasi yang dilakukan pimpinan, baik dengan para karyawan
maupun dengan khalayak yang ada kaitannya dengan organisasi, dalam rangka
pembinaan kerja sama yang serasi untuk mencapai tujuan dan sasaran
organisasi (Effendy,1989:214).
Komunikasi dalam organisasi dibagi menjadi 2, yaitu komunikasi
formal dan komunikasi informal (Hardjana, 2003:29-37).
1) Komunikasi formal adalah suatu proses komunikasi yang bersifat resmi
dan biasanya dilakukan di dalam lembaga formal melalui garis perintah
atau sifatnya instruktif, berdasarkan struktur organisasi oleh pelaku yang
berkomunikasi sebagai petugas organisasi dengan status masing-masing
yang tujuannya menyampaikan pesan yang terkait dengan kepentingan
dinas. Suatu komunikasi juga dapat dikatakan formal ketika komunikasi
antara dua orang atau lebih yang ada pada suatu organisasi dilakukan
berdasarkan prinsip-prinsip dan struktur organisasi.
2) Komunikasi informal adalah komunikasi antara orang yang ada dalam
suatu organisasi, akan tetapi tidak direncanakan atau tidak ditentukan
dalam struktur organisasi. Fungsi komunikasi informal adalah untuk
memelihara hubungan sosial persahabatan kelompok informal, penyebaran
informasi yang bersifat pribadi dan privat seperti isu, gossip, atau rumor.
Tentang komunikasi informal sebaiknya tidak dilakukan berdasarkan
informasi yang masih belum jelas dan tidak akurat. Informasi dalam
komunikasi informal biasanya timbul melalui rantai kerumunan di mana
seseorang menerima informasi dan diteruskan kepada seseorang atau lebih
dan seterusnya sehingga informasi tersebut tersebar ke berbagai kalangan.
c. Teknik Komunikasi Persuasif
Telah diketahui bahwa komunikasi memiliki tujuan, yakni bersifat
informatif dan persuasif, tergantung kepada tujuan komunikator. Menurut
Effendy (1986:27) menjelaskan bahwa komunikasi persuasif lebih sulit
dibandingkan dengan komunikasi informative, karena komunikasi informatif
bertujuan hanya untuk memberi tahu, sedangkan komunikasi persuasif
bertujuan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku.
Komunikasi persuasive menimbulkan dampak yang lebih tinggi
kadarnya dibandingkan dengan komunikasi informatif, yakni dampak kognitif,
dampak afektif, dan dampak behavioral. Agar komunikasi persuasif mencapai
tujuan dan sasarannya, maka perlu dilakukan perencanaan yang matang.
Perencanaan dilakukan berdasarkan komponen atau unsur proses komunikasi,
yakni: komunikator, pesan, media, dan komunikan.
d. Sosialisasi
Sosialisasi merupakan bagian dari publikasi dan memiliki kemiripan
dengan promosi. Promosi sering dihubungkan dengan penjualan, tetapi
kenyataannya promosi mempunyai arti yang luas. Promosi dapat diartikan
sebagai setiap aktivitas yang ditunjukan untuk memberitahukan, membujuk
atau mempengaruhi masyarakat untuk tetap menggunakan produk atau jasa
yang dihasilkan. Dalam kaitannya dengan organisasi, kegiatan promosi yang
dimaksud adalah suatu proses memberitahukan dan mempengaruhi
masyarakat untuk menfaatkan jasa-jasa yang ditawarkan oleh organisasi
(Effendy, 2005:29).
Menurut Basuki Haryanto, Siti Rochani, dan Maharromiyati (2009:64)
dalam bukunya yang berjudul “Sosiologi” menjelaskan bahwa dalam proses
sosialisasi terdapat dua macam tipe, yakni
1) Formal
Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang
menurut ketentuan yang berlaku dalam negara, seperti pendidikan di
sekolah dan pendidikan militer.
2) Informal
Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan bersifat
kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat, sesama anggota klub, dan
kelompok-kelompok sosial yang lain di dalam masyarakat.
e. Word of Mouth Communication
Word of mouth adalah suatu bentuk promosi yang berupa rekomendasi
dari mulut ke mulut tentang kebaikan dalam suatu produk (Lupiyoadi,
2006:238).
Menurut Kotler dan Keller (2007) mengemukakan bahwa Word of
Mouth (WOM) atau komunikasi dari mulut ke mulut merupakan proses
komunikasi yang berupa pemberian rekomendasi baik secara individual
maupun kelompok terhadap suatu produk atau jasa yng bertujuan untuk
memberikan informasi secara personal.
Komunikasi jenis ini dilakukan oleh orang yang telah memiliki
pengalaman tentang produk atau jasa tersebut, kemudian menceritakan kepada
orang lain, sehingga secara tidak langsung terjadi kegiatan promosi untuk
menarik minat orang lain.
f. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah sebuah program jaminan
kesehatan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dalam bidang kesehatan yang mengacu pada sistem
gotong royong.
Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa kesehatan agar peserta
memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang
yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah (ANTARA,
2014:2).
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah jenis penelitian deskriptif
yang didukung oleh data kualitatif. Data kualitatif adalah data yang berbentuk
kata-kata, kalimat-kalimat, narasi-narasi (Kriyantoro, 2010:37).
Sugiyono (2009:255) membagi sumber data menjadi dua yaitu data primer
(utama) dan data sekunder (tambahan). Data primer yang didapatkan oleh peneliti
berasal wawancara langsung dari pihak internal Puskesmas Banyuanyar yang
bekerjasama dengan pihak BPJS Kesehatan Surakarta, serta pasien Puskesmas
Banyuanyar yang dapat memberikan data secara valid.
Pengumpulan data dilakukan menggunakan teknik wawancara mandalam
dan studi pustaka. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan
validitas dan triangulasi.
Sajian dan Analisis Data
Di dalam sebuah organisasi terdapat aktivitas komunikasi yang dilakukan
demi tercapaianya sasaran dan tujuan organisasi tersebut. Komunikasi dalam
organisasi juga dapat diartikan sebagai komunikasi di suatu organisasi yang
dilakukan pimpinan, baik dengan para karyawan maupun dengan khalayak yang
ada kaitannya dengan organisasi, dalam rangka pembinaan kerja sama yang serasi
untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi (Effendy,1989:214).
Komunikasi menjadi aspek penting dalam keberhasilan pencapaian tujuan
dari pelaksanaan program JKN, sehingga aktivitas komunikasi dijadikan sebagai
salah satu sarana penghubung untuk mensosialisasikan program JKN ke
masyarakat luas. Pengetahuan dan pemahaman dapat diterima dengan baik apabila
komunikasi dilakukan dengan pihak-pihak terkait berjalan dengan baik dan lancar.
Adapun aktivitas komunikasi yang dilakukan dalam rangka mensosialisasikan
program JKN terbagi menjadi 2 yakni komunikasi formal dan komunikasi
informal.
a. Komunikasi Formal
Komunikasi formal adalah suatu proses komunikasi yang bersifat
resmi dan biasanya dilakukan di dalam lembaga formal melalui garis perintah
atau sifatnya instruktif, berdasarkan struktur organisasi oleh pelaku yang
berkomunikasi sebagai petugas organisasi dengan status masing-masing yang
tujuannya menyampaikan pesan yang terkait dengan kepentingan dinas. Suatu
komunikasi juga dapat dikatakan formal ketika komunikasi antara dua orang
atau lebih yang ada pada suatu organisasi dilakukan berdasarkan prinsip-
prinsip dan struktur organisasi (Hardjana, 2003:29-37).
Komunikasi formal terkait sosialisasi program JKN dilakukan ke
dalam beberapa bentuk program komunikasi yakni rapat koordinasi, kegiatan
seminar, pertemuan warga, serta memanfaatkan leaflet dan banner guna
penyebaran informasi ke masyarakat luas. Program komunikasi yang
terbentuk sebagai awal penyalur terciptanya pengetahuan publik atas
terbentuknya program JKN
1. Rapat Koordinasi (meeting)
Dalam rangka mensosialisasikan program JKN ke masyarakat,
kerjasama serta komunikasi yang baik antar pihak-pihak terkait menjadi
aspek penting demi terwujudnya hubungan internal maupun eksternal
dalam suatu perusahaan atau lembaga. Rapat koordinasi bertujuan agar
terciptanya komunikasi yang efektif sehingga dalam proses pelaksanaan
program JKN dapat berjalan sesuai dengan tujuan. Rapat koordinasi dalam
rangka mensosialiasikan program JKN dilakukan dengan 2 tahap, yakni
rapat koordinasi dengan publik internal dan rapat koordinasi dengan
publik eksternal. Publik internal adalah seluruh jajaran puskesmas
Banyunyar, baik kepala pimpinan maupun karyawan yang merupakan
motor penggerak dalam pelaksanaan program JKN, sedangkan publik
eksternal adalah BPJS Kesehatan dengan puskesmas Banyuanyar.
a) Seluruh jajaran puskesmas Banyuanyar (internal meeting)
Puskesmas Banyuanyar memiliki peran penting dalam
penyelenggaraan program JKN, yakni sebagai pelaksana serta alat
penggerak dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Menjalin komunikasi yang baik akan mempermudah
proses pelaksanaan program JKN itu sendiri. Hubungan komunikasi
yang dibina yakni dengan cara rapat koordinasi dengan seluruh jajaran
puskesmas Banyuanyar. Tujuan dari adanya rapat internal ini adalah
untuk menghindari adanya konflik dan kesalahpahaman dalam
memberikan informasi ke masyarakat yang dapat menghambat
pencapaian tujuan program JKN.
Namun jika dilihat dari tujuan komunikasi dalam memahami
informasi (Scramm, 1974) secara keseluruhan tentang program JKN,
beberapa karyawan belum sepenuhnya paham. Hal ini terlihat dari
penjelasan yang dikatakan oleh Nova Astuti, R, SKM selaku
Koordinator Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat Puskesmas Banyuanyar Surakarta, mengatakan bahwa
“Jadi kalau sosialisasi, seperti saya yang mensosialisasikan hanya
sebatas menginformasikan bahwa sekarang udah ada program BPJS,
pendaftarannya seperti ini, jadi gak terlalu detail. Yang lebih detail kan
dokternya.” (Wawancara dengan Nova Astuti, R, SKM, 2 Februari
2017).
Dalam wawancara di atas dijelaskan bahwa koordinasi yang
dilakukan antara para karyawan puskesmas Banyuanyar dilakukan
dengan cara pembagian tugas. Masing-masing karyawan mempunyai
peran dalam melakukan penyebaran informasi. Dalam hal ini
meskipun terdapat pembagian tugas dalam melakukan penyebaran
informasi, pentingnya pembekalan diri dan pemahaman secara
keseluruhan dari isi program JKN pada setiap karyawan bertujuan
menghindari permasalahan ketika ditanya oleh masyarakat ataupun
ketika dalam proses penyampaian informasi tidak terjadi kesimpang-
siuran. Kesimpang-siuran tersebut akan berdampak pada pencapaian
tujuan yang kurang tepat. Oleh karena itu pentingnya setiap karyawan
memiliki persepsi, pendapat, dan pengertian yang sama, maka program
JKN akan tersosialisasikan dengan baik ke masyarakat.
b) BPJS Kesehatan dengan Puskesmas Banyuanyar
Dalam rangka mensosialisasikan program JKN ke masyarakat
luas, menjalin hubungan komunikasi yang baik dengan para
stakeholder sangat penting demi terwujudya tujuan. Selain melakukan
rapat koordinasi dengan publik internal, rapat koordinasi juga
dilakukan dengan pihak eksternal yakni antara BPJS Kesehatan dengan
puskesmas Banyuanyar. Rapat koordinasi ini tercipta karena adanya
kerjasama atau kontrak kerja antara BPJS Kesehatan dengan
puskesmas Banyuanyar. Tujuan adanya koordinasi ini adalah untuk
mengevaluasi atas komitmen pelayanan yang telah diberikan kepada
masyarakat. “Kan kami kontrak kerja nih dengan puskesmas, perlu
dilakukan evaluasi terhadap komitmennya, nah itu yang kita lakukan.”
(Wawancara dengan Ildha Nurul Fajri, 9 Februari 2017).
Kegiatan rapat koordinasi dilakukan oleh kedua belah pihak,
yakni BPJS Kesehatan dengan puskesmas Banyuanyar. Rapat
koordinasi dilaksanakan minimal 3 bulan sekali. Koordinasi diawali
dengan mengirimkan undangan, baik itu berupa surat resmi yang
dikirimkan ke puskesmas Banyuanyar maupun menggunakan e-mail.
Rapat koordinasi dihadiri oleh perwakilan pada setiap fasilitas
kesehatan tingat pertama (FKTP) yang terdiri dari 17 perwakilan
puskesmas. Komunikasi berlangsung dengan cara BPJS Kesehatan
menyampaikan hasil evaluasi kemudian dilanjukan untuk berdiskusi.
“Ya langsung diskusi. Jadi pada saat pertemuan kita sampaikan
hasilnya, diskusikan di situ.” (Wawancara dengan Ildha Nurul Fajri, 9
Februari 2017).
2. Pertemuan Warga
Puskesmas Banyuanyar dalam rangka menyebarkan informasi ke
masyarakat terkait program JKN melakukan berbagai macam kegiatan,
salah satunya adalah melakukan pertemuan warga. Tujuan diadakan
pertemuan ini adalah untuk menjalin hubungan yang baik kepada
khalayak, sehingga dapat membentuk opini publik di mata masyarakat.
Dalam kegiatan ini juga bertujuan untuk menyampaikan informasi terkait
program JKN, serta meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai
jaminan kesehatan.
Berdasarkan dari tujuan komunikasi, terdapat dua sudut pandang
kepentingan menurut Wilbur Scramm (1974) yakni kepentingan
komunikator dan kepentingan komunikan. Jika dilihat dari kedua
kepentingan tersebut menunjukan bahwa puskesmas Banyuanyar dalam
memberikan informasi atau menganjurkan suatu tindakan kepada
masyarakat sudah dilaksanakan dengan baik. Namun bagi kepentingan
masyarakat yang menerima informasi tersebut dalam memahami informasi
program JKN yang disampaikan belum sepenuhnya diterima dengan baik.
Hal ini diketahui saat dilakukan wawancara dengan beberapa pasien
puskesmas Banyuanyar bahwa pengetahuan masyarakat mengenai
informasi terkait program JKN hanya sebatas mengetahui standart hak dan
kewajiban peserta JKN. Namun dari segi pemahaman pesan yang diterima
terkait prosedur detailnya program JKN masyarakat belum sepenuhnya
paham. Seperti yang diungkapkan oleh Sri Wahyuni (42) merupakan
pasien puskesmas Banyuanyar yang hanya mengetahui beberapa prosedur.
“Tentang cara mendaftar, syarat-syaratnya, per bulan bayarnya segini-
segini.” (Wawancara dengan Sri Wahyuni, 2 Februari 2017).
Tak hanya Sri Wahyuni, pasien lain juga mengatakan hal yang
sama yakni Astrid (39) mengatakan bahwa: “Kalau mau kesehatannya
terjamin daftar BPJS. Tiap bulannya segini-segini 1,2,3 kan ada
tahapannya itu, kelas-kelasnya itu. Itu semua saya tahu…” (Wawancara
dengan Astrid, 3 Februari 2017).
Dari beberapa pasien ketika ditanya mengenai informasi apa saja
yang anda ketahui terkait program JKN, rata-rata hanya memahami cara
pendaftaran, syarat-syarat, biaya premi per bulan. Namun untuk prosedur
yang lebih detailnya masyarakat belum paham betul tentang hal tersebut.
Hal ini menimbulkan berbagai pertanyaan di benak masyarakat karena
dibuat bingung akibat ketidaktahuannya mengenai prosedur secara detail.
Bahkan ditemukan fakta dilapangan bahwa hal yang sering di anggap
sepele yakni nama BPJS Kesehatan dan JKN tidak semuanya memahami
apa arti dari kedua nama tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh beberapa
pasien puskesmas Banyuanyar, Astri (39) mengatakan: “Gak tahu. Oh
kalau BPJS tahu, bantuan dari pemerintah buat masyarakat kurang
mampu.” (Wawancara dengan Astri, 3 Februari 2017).
3. Kegiatan Seminar
Penyebaran informasi terkait program JKN dilakukan oleh BPJS
Kesehatan dengan melakukan sosialiasi berupa kegiatan seminar. Kegiatan
ini bertujuan memberikan pemahaman dan informasi kepada badan-badan
usaha akan pentingnya program JKN.
Sebelum melakukan aktivitas komunikasi tersebut dibutuhkan
perencanaan dan persiapan yang matang. Perencanaan dapat diartikan
sebagai suatu proses untuk menetapkan ke mana kita harus pergi dengan
mengindentifikasi syarat apa yang harus dipenuhi untuk sampai ke tempat
tersebut dengan cara yang paling efisien dan efektif, dengan kata lain
perencanaan sebagai penetapan spesifikasi tujuan yang ingin dicapai
termasuk cara-cara yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut
(Keufman, 1972). Adapun persiapan BPJS Kesehatan sebelum melakukan
penyebaran informasi ke masyarakat, seperti yang dijelaskan oleh Khoirul
Rosidi selaku Kepala Unit Kepesertaan BPJS Kesehatan, mengatakan
bahwa: “Tentu saja kalau dalam sistem itu kan ada istilah POA (The Plan
of Action), yang kita rencanakan, action-nya, rencananya kemudian POA-
nya. Baik waktu, biaya, maupun tempat.” (Wawancara dengan Khoirul
Rosidi, 14 Februari 2017).
Setelah dilakukan perencanaan dan persiapan yang matang, maka
langkah selanjutnya adalah menjalankan aktivitas komunikasi yang telah
direncanakan dan dipersiapkan sebelumnya untuk dapat mensosialisasikan
program JKN.
Proses seminar dan pertemuan ini berlangung secara tatap muka
dengan pesertanya. Dengan mempertimbangkan jumlah peserta JKN yang
terdaftar di BPJS Kesehatan Surakarta terdapat ribuan peserta, pelaksanaan
tidak dilakukan secara serentak sekaligus, namun dilakukan secara
bergantian sesuai dengan jenis kelompok kepesertaan. Dengan cara ini
dirasa cukup efektif dan efisien dalam menyampaikan pesan kepada para
peserta, karena tanggapan atau respon komunikan tersalurkan langsung
kepada komunikator (Effendy, 1986:10). Komunikasi ini tergolong dalam
komunikasi kelompok, dimana komunikasi berlangsung diantara anggota
suatu kelompok. Komunikasi jenis ini juga memberikan pengaruh besar
untuk mengubah sikap, pendapat, dan perilaku komunikan, karena dengan
mengetahui reaksi komunikan pada saat komunikasi sedang berlangsung,
komunikator dapat mengatur komunikasinya sehingga berhasil
sebagaimana yang diharapkan.
Dari data yang di dapat menunjukan bahwa dalam proses tanya
jawab ditemukan bahwa masih banyak peserta yang belum paham
mengenai prosedur penggunaan JKN. Adapun beberapa pertanyaan yang
diajukan yakni “Kalo saya punya PBI dan saya ikut perusahaan kartu
mana yang bisa saya pakai?” “BPJS dan faskes saya di Jogja sekarang
saya bekerja di solo apakah saya harus ganti kartu baru?” “PBI saya masih
ikut orang tua apakah kalo PBI saya dicabut apakah termasuk orang tua?”
Hal ini dikarenakan kurangnya penjelasan secara detail ketika memberikan
informasi kepada peserta sehingga berdampak pada ketidakpahaman
prosedur program JKN. Menurut Effendy (1986), sebagai komunikator
diharuskan memahami sepenuhnya isi pesan yang akan disampaikan dan
mampu memberikan pemahaman makna kepada komunikannya atas isi
pesan tersebut. Dengan adanya kejelasan dan ketepatan dalam memberikan
informasi maka dapat mendukung terciptanya pemahaman bagi peserta
JKN.
4. Leaflet dan Banner
Aktivitas komunikasi tidak hanya dapat dilakukan dengan cara
tatap muka, namun juga dapat dilakukan dengan berbagai media. Media
komunikasi merupakan suatu sarana yang digunakan untuk menyampaikan
pesan dari komunikator kepada komunikan. Media yang digunakan dalam
mensosialisasikan program JKN yakni berupa leaflet dan banner. Tujuan
penggunaan media ini adalah guna menunjang terciptanya tujuan
sosialisasi, serta mempercepat penyebaran informasi dan menarik
perhatian masyarakat.
a) Leaflet
Leaflet dibuat dan dikelurkan oleh kantor pusat yakni BPJS Kesehatan.
Leaflet berbentuk selembaran kecil yang berisikan panduan layanan
peserta. Penggunaan gambar serta warna pada leaflet bertujuan
menarik perhatian para pembaca dan bentuknya yang kecil sehingga
mudah dibawa kemana-mana.
b) Banner
Seperti halnya leaflet, banner juga dibuat dan dikeluarkan langsung
oleh BPJS Kesehatan. Tujuan pengguan banner adalah untuk menarik
perhatian masyarakat yang sekilas lewat atau berlalu lalang. Banner
merupakan media luar ruang (outdoor media) yang biasa dikaitkan
dengan dunia estetika dalam bentuk lukisan (Cangara, 2014:148).
Banner juga mempunyai kelebihan yakni tahan lama dan dapat
dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain.
b. Komunikasi Informal
Komunikasi informal adalah komunikasi antara orang yang ada dalam
suatu organisasi, akan tetapi tidak direncanakan atau tidak ditentukan dalam
struktur organisasi. Fungsi komunikasi informal adalah untuk memelihara
hubungan sosial persahabatan kelompok informal, penyebaran informasi yang
bersifat pribadi dan privat seperti isu, gossip, atau rumor. Tentang komunikasi
informal sebaiknya tidak dilakukan berdasarkan informasi yang masih belum
jelas dan tidak akurat. Informasi dalam komunikasi informal biasanya timbul
melalui rantai kerumunan di mana seseorang menerima informasi dan
diteruskan kepada seseorang atau lebih dan seterusnya sehingga informasi
tersebut tersebar ke berbagai kalangan. Implikasinya adalah kebenaran
informasi tersebut menjadi tidak jelas atau kabur. Meski demikian komunikasi
informal akan untuk memenuhi kebutuhan sosial, mempengaruhi orang lain,
dan mengatasi kelambatan komunikasi formal yang biasanya cenderung kaku
dan harus melalui berbagai jalur terlebih dahulu (Hardjana, 2003:29-37).
. Salah satu aktivitas komunikasi informal yang terjalin yakni adanya
komunikasi Word of Mouth (WOM) atau komunikasi dari mulut ke mulut.
Menurut Kotler dan Keller (2007) mengemukakan bahwa Word of Mouth
(WOM) atau komunikasi dari mulut ke mulut merupakan proses komunikasi
yang berupa pemberian rekomendasi baik secara individual maupun kelompok
terhadap suatu produk atau jasa yng bertujuan untuk memberikan informasi
secara personal. Komunikasi Word of Mouth (WOM) dijadikan sebagai
metode promosi yang efektif karena disampaikan dari masyarakat oleh
masyarakat atau dari individu ke individu. Selain itu, saluran komunikasi
personal Word of Mouth (WOM) tidak membutuhkan biaya yang besar karena
melalui referensi atau anjuran dari masyarakat terhadap program JKN itu
sendiri, sehingga mudah tersebar ke lingkungan masyarakat yang lain.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai aktivitas
komunikasi dalam mensosialisasikan program JKN di Puskesmas Banyuanyar
Surakarta dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Aktivitas komunikasi dalam rangka mensosialisasikan program JKN dibagi
menjadi 2 yakni komunikasi formal dan komunikasi informal. Bentuk
aktivitas komunikasi formal yang dilakukan antara lain: rapat koordinasi oleh
seluruh jajaran puskesmas Banyuanyar (internal meeting), rapat koordinasi
antara BPJS Kesehatan dengan puskesmas Banyuanyar, pertemuan warga,
kegiatan seminar, serta memanfaatkan leaflet dan banner. Sedangkan
aktivitas komunikasi informal terjalin dengan adanya komunikasi Word of
Mouth (WOM) atau komunikasi dari mulut ke mulut. Aktivitas komunikasi
ini bertujuan untuk penyebaran informasi guna meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman masyarakat.
2. Proses aktivitas komunikasi formal berjalan kurang efisien, karena dalam
penyampaian pesan hanya sebatas menyebarkan informasi, namun tidak
memberikan penekanan pemahaman dan pengertian kepada komunikan, serta
dalam penggunaan penempatan leaflet dan banner kurang tepat dan kurang
strategis.
3. Proses aktivitas komunikasi informal berjalan kurang efisien, karena
komunikasi yang terjalin tidak ada tujuan yang bersifat informatif dan
persuasif (membujuk), sehingga berdampak pada ketidakefektifan sosialisasi
program JKN.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis mengemukakan saran-saran
sebagai berikut:
1. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa masyarakat belum sepenuhnya paham
terkait pedoman dan aturan penggunaan kartu JKN, sehingga disarankan
pihak-pihak terkait dalam menyampaikan dan menyebarkan informasi sudah
selayaknya melakukan program-program komunikasi untuk meningkatkan
pemahaman masyarakat. Program komunikasi yang perlu dijalankan salah
satunya adalah membentuk tim sosialisasi baik dari pemerintah daerah,
pemerintah wilayah, maupun masyarakat untuk ikut mengawasi dan
memonitoring perkembangan informasi yang disampaikan, sehingga dapat
diketahui sejauh mana informasi itu tersampaikan.
2. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa penggunaan media dalam
mensosialisasikan program JKN hanya sebatas menggunakan banner dan
leaflet. Oleh karena itu diperlukan media lain untuk menunjang tersebarnya
informasi secara luas, yakni dengan menggunakan media elektronik seperti
diadakan acara talkshow di televisi berkaitan dengan program JKN dan
memanfaatkan new media, yakni internet seperti pernyebaran informasi
melalui website dengan menekankan pemahaman masyarakat akan pentingnya
jaminan kesehatan, sehingga dengan penggunaan media yang tepat dapat
menarik minat masyarakat.
3. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa kurang intensifnya pemberian
informasi dan sosialisasi ke masyarakat, sehingga berdampak pada belum
tercapainya target kepesertaan JKN, yakni seluruh masyarakat. Oleh karena itu
BPJS Kesehatan maupun puskesmas Banyuanyar perlu meningkatkan
aktivitas komunikasi baik secara formal maupun informal dengan cara
melakukan sosialisasi secara rutin dan berkala, yakni dengan membuat agenda
atau jadwal khusus sosialisasi program JKN setiap bulan, sehingga dengan
intensifnya informasi yang diberikan kepada masyarakat dapat meningkatkan
target kepesertaan JKN.
4. Dalam penelitian ini masih ditemukan berbagai permasalahan dan kendala di
faskes tingkat pertama yakni puskesmas berkaitan dengan penyebaran
informasi progam JKN melalui sosialisasi. Oleh karena itu, untuk penelitian
selanjutnya diharapkan dapat melanjutkan kajian aktivitas komunikasi dalam
rangka mensosialisasikan program JKN lebih mendalam dengan lingkup yang
lebih besar, yakni di rumah sakit-rumah sakit yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan, sehingga dapat diketahui bagaimana rumah sakit yang merupakan
faskes tingkat lanjutan menerapkan sosialisasi program JKN.
DAFTAR PUSTAKA
BPS. (n.d.). Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Indonesia. Diakses 29 September 2016, dari http://www.bps.go.id/
RI. (2012). Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Jakarta: Sekretariat Jendral MPR RI.
ANTARA, T. (2014). Himpunan Peraturan BPJS Kesehatan. Jakarta: ANTARA.
Effendy, O. U. (1986). Dinamika Komunikasi. Bandung: Ramadja Karya CV.
Effendy, O. U. (1989). Kamus Komunikasi. : Bandung: Mandar Maju.
Hardjana, A. (2003). Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius.
Effendy, O. U. (2005). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Haryanto, B., Rochani, S., & Maharromiyati. (2009). Sosiologi. Surakarta: Panitia Sertifikasi FKIP UNS.
Lupiyoadi, H. (2006). Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta: Salemba.
Kriyantono, R. (2010). Teknik Praktik Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&d. Bandung: Alfabeta.