alvira parahit…  · web view(word of mouth). suatu program ... baik dari sisi kebijakan dan...

29
AKTIVITAS KOMUNIKASI CITY BRANDING KOTA SOLO SEBAGAI KOTA KREATIF (Studi Kasus Aktivitas Komunikasi City Branding Kota Solo sebagai Kota Kreatif oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta dan Solo Creative City Network) Alvira Parahita Sri Hastjarjo Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract Creative city is a city that is able to instill the culture and inspire the creative community, and the business can support the efforts of the creative economy. Surakarta municipal government to develop creative economy Year 2015-2025 sets Vision "Realization of Surakarta as the City of Culture-Based Creative Ecology." Branding Solo as a Creative City, the Department of Culture and Tourism as well as Surakarta Creative City Network (SCCN) to market the city through communication activities. Based on the theory of Mikhail Kavaratzis, describes how brands communicate through selection and appropriate treatment, functional and symbolic meaning. Activities such communication, consisting of primary communication, communication secondary, and tertiary communication. This research is qualitative research using the case study method. The data collection technique using the technique interviews as the primary data source in this study. 1

Upload: phungthuan

Post on 30-Jan-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ALVIRA PARAHIT…  · Web view(Word of Mouth). Suatu program ... baik dari sisi kebijakan dan regulasi, infrastruktur, SDM, pendanaan, maupun kelembagaan; (2) ... Dalam analisis

AKTIVITAS KOMUNIKASI CITY BRANDING

KOTA SOLO SEBAGAI KOTA KREATIF

(Studi Kasus Aktivitas Komunikasi City Branding Kota Solo sebagai Kota

Kreatif oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta dan Solo

Creative City Network)

Alvira Parahita

Sri Hastjarjo

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract

Creative city is a city that is able to instill the culture and inspire the creative community, and the business can support the efforts of the creative economy. Surakarta municipal government to develop creative economy Year 2015-2025 sets Vision "Realization of Surakarta as the City of Culture-Based Creative Ecology." Branding Solo as a Creative City, the Department of Culture and Tourism as well as Surakarta Creative City Network (SCCN) to market the city through communication activities. Based on the theory of Mikhail Kavaratzis, describes how brands communicate through selection and appropriate treatment, functional and symbolic meaning. Activities such communication, consisting of primary communication, communication secondary, and tertiary communication. This research is qualitative research using the case study method. The data collection technique using the technique interviews as the primary data source in this study.

The results showed that Disbudpar Surakarta and Solo Creative City Network are actively holding creative events. A lot of creative potential in the city of Solo, which still need to be considered and developed significantly. It takes commitment and synergy of all parties. Not stopping in the name of branding that later Solo escapes into UNESCO creative city version.

Keywords: creative city, city branding, case study

1

Page 2: ALVIRA PARAHIT…  · Web view(Word of Mouth). Suatu program ... baik dari sisi kebijakan dan regulasi, infrastruktur, SDM, pendanaan, maupun kelembagaan; (2) ... Dalam analisis

2

Pendahuluan

Pemerintah kota Surakarta menggarap pengembangan ekonomi kreatif

tahun 2015-2025 dengan menetapkan visi "Terwujudnya Kota Surakarta sebagai

Kota Kreatif Berbasis Budaya dan Ekologi." Dalam rangka mencapai visi tersebut,

pembangunan diarahkan untuk terwujudnya kota dan masyarakat yang keatif,

inovatif, menjunjung moralitas serta budi pekerti dengan tetap mempertahankan

warisan budaya dan menjaga kelestarian lingkungan. Pengembangan ekonomi

kreatif Kota Surakarta dilakukan melalui kerjasama antar stakeholders, yaitu

Lembaga Pendidikan, Pemerintah Kota Surakarta, pelaku usaha, media, agen atau

peran biro perjalanan, lembaga keuangan, dan komunitas (Bappeda Surakarta,

2016).

Untuk menunjang city branding kota Solo sebagai kota kreatif, maka

diperlukan komunikasi yang tepat. Mulai dari bagaimana konsep dan tujuan brand

yang dibuat oleh pemerintah kota, bagaimana cara memasarkan brand kota itu. Di

sini peran komunikasi sangat penting. Komunikasi yang efektif dapat merebut

perhatian konsumen. Pentingnya aktivitas komunikasi untuk melihat bagaimana

seorang komunikator menggunakan media yang tepat sebagai alat komunikasi

untuk menyampaikan pesan yang efektif dan timbul feedback.

Dalam penelitian ini, akan dibahas mengenai aktivitas komunikasi city

branding kota Solo sebagai Kota Kreatif yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Kota Surakarta dan Solo Creative City Network. Kota Solo sudah

termasuk dalam kota kreatif versi Indonesia. Meskipun secara internasional atau

versi UNESCO belum berhasil sebagai kota kreatif dunia tetapi Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta tetap giat mengadakan kegiatan event-

event kreatif. Pelaksanaan event-event kreatif tersebut membutuhkan pihak lain,

misalnya perusahaan, instansi atau organisasi lain untuk bekerjasama dalam

mewujudkan event-event tersebut. Salah satunya dengan membentuk forum

jaringan kota kreatif yang ada di Solo, yakni Solo Creative City Network.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin melakukan riset tentang “Studi

Kasus Aktivitas Komunikasi City Branding Kota Solo sebagai Kota Kreatif oleh

Page 3: ALVIRA PARAHIT…  · Web view(Word of Mouth). Suatu program ... baik dari sisi kebijakan dan regulasi, infrastruktur, SDM, pendanaan, maupun kelembagaan; (2) ... Dalam analisis

3

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta dan Solo Creative City

Network.” Penelitian ini mendeskripsikan aktivitas komunikasi yang sudah

dilakukan pihak-pihak terkait yang berupaya membranding kota Solo sebagai kota

kreatif. Peneliti memilih pihak dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota

Surakarta dan Solo Creative City Network sebagai informan dalam penelitian ini.

Hal ini dikarenakan kedua instansi tersebut memiliki peranan penting dalam

upaya city branding kota Solo sebagai kota kreatif. Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kota Surakarta mewakili instansi pemerintah yang bergerak secara

teknis dan Solo Creative City Network sebagai komunitas yang memfasilitasi dan

mensinergikan aktivitas kreatif dan potensi pengembangan ekonomi kreatif di

kota Solo. Ada pula informan dari Bappeda Kota Surakarta untuk melengkapi data

penelitian, peneliti melihat dari segi perencanaannya. Teori yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teori komunikasi, teori city branding, dan juga teori kota

kreatif.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana aktivitas komunikasi city branding Kota Solo sebagai Kota

Kreatif yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota

Surakarta dan Solo Creative City Network?

Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui aktivitas komunikasi city branding Kota Solo sebagai Kota

Kreatif yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta

dan Solo Creative City Network.

Page 4: ALVIRA PARAHIT…  · Web view(Word of Mouth). Suatu program ... baik dari sisi kebijakan dan regulasi, infrastruktur, SDM, pendanaan, maupun kelembagaan; (2) ... Dalam analisis

4

Telaah Pustaka

1. Komunikasi

Everett M. Rogers memandang komunikasi sebagai proses suatu ide

dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk

mengubah tingkah laku mereka. Proses aktivitas komunikasi paling tidak ada 4

unsur penting yang harus diperhatikan, yaitu; (1) komunikator (yang

menyampaikan pesan) dan komunikan (yang menerima pesan); (2) pesan

(message) yang disampaikan; (3) sarana atau media (channel) sebagai alat yang

digunakan untuk menyampaikan pesan dan; (4) adalah efek (effect) yang

merupakan pengaruh dari adanya komunikasi (Cangara, 2013 : 19).

Hubungan komunikasi dengan pemasaran kota adalah salah satu cara

efektif dan penting untuk mengenalkan dan menginformasikan objek wisata

kepada calon wisatawan. Komunikasi erat hubungannya dengan media sebagai

alat komunikasi yang efektif. Dalam membranding kota, komunikasi pemasaran

menjadi acuan pemerintah kota dalam menentukan tujuannya. Oleh sebab itu,

diperlukan strategi pemasaran yang kuat agar dapat bersaing dengan produk

wisata lainnya.

Adanya tingkat-tingkat efek suatu informasi dapat diterima atau ditolak

lewat rangsangan yang menyentuh seseorang umumnya mengalami proses

mengerti (proses kognitif) atau juga disebut dengan terbentuknya suatu pengertian

atau pengetahuan (knowledge), proses menyetujui (proses obyektif) atau yang

juga disebut dengan proses suatu sikap menyetujui atau tidak menyetujui

(attitude), dan proses perbuatan (proses sensomotorik) atau yang juga disebut

dengan proses terbentuknya gerak pelaksanaan (practice) (Fajar, 2009: 165).

Page 5: ALVIRA PARAHIT…  · Web view(Word of Mouth). Suatu program ... baik dari sisi kebijakan dan regulasi, infrastruktur, SDM, pendanaan, maupun kelembagaan; (2) ... Dalam analisis

5

Manajemen pemasaran (Kotler dan Keller, 2000 : 62), inti dari kegiatan

pemasaran daerah (place marketing) adalah mencakup empat aktivitas, yaitu:

1. Merancang perpaduan yang tepat antara layanan dan infrastruktur

masyarakat.

2. Menentukan insentif yang menarik untuk para pengguna serta pembeli

potensial dan tepat dalam pelayanan maupun produk-produknya (termasuk

kawasan destinasi).

3. Menyampaikan produk-produk serta pelayanan yang dimiliki daerah

dengan cara yang efisien serta akses yang tepat.

4. Mempromosikan nilai-nilai serta kesan yang dimiliki daerah sehingga

target sasaran yang potensial tersebut sangat menyadari kelebihan yang

berbeda yang dimiliki daerah tersebut.

Untuk membuat sukses sebuah pemasaran daerah, daerah tersebut harus

mampu menjalankan beberapa tugas yang fundamental (Kotler dan Keller, 2000 :

66), seperti :

a. Menginterpretasikan apa yang sedang terjadi dalam lingkungan secara

keseluruhan.

b. Memahami kebutuhan, keinginan dan pilihan-pilihan perilaku yang

spesifik baik secara internal maupun eksternal.

c. Membangun visi yang realistik mengenai mau dijadikan apa daerahnya

tersebut.

d. Menciptakan rencana tindakan untuk menyempurnakan atau melengkapi

visi tersebut.

e. Membangun badan atau organisasi internal yang bertanggung jawab atas

kegiatan tersebut.

f. Mengevaluasi setiap tingkat kemajuan yang telah diraih dari rencana

tindakan tersebut.

Page 6: ALVIRA PARAHIT…  · Web view(Word of Mouth). Suatu program ... baik dari sisi kebijakan dan regulasi, infrastruktur, SDM, pendanaan, maupun kelembagaan; (2) ... Dalam analisis

6

Komunikasi citra kota Kavaratzis berupaya menggabungkan antara

pemasaran kota dengan branding. Hal ini, membuktikan bahwa peran komunikasi

sangat penting dalam membentuk branding, untuk mengenalkan potensi dan suatu

daerah tertentu. Kerangka kerja Mikhail Kavaratzis (dalam Yananda dan

Salamah, 2014 : 76) menggambarkan bagaimana brand berkomunikasi

melalui pilihan dan perlakuan yang sesuai, fungsional maupun bermakna

simbolik. Identitas yang dikomunikasikan terdiri dari komunikasi primer,

komunikasi sekunder dan komunikasi tersier.

City branding seperti dikatakan Kavaratzis (2004:67-69) dapat dilihat

sebagai bentuk komunikasi citra (image communication) yang melibatkan tiga

aspek komunikasi yaitu :

1. Komunikasi primer

Komunikasi primer berhubungan dengan pengalaman langsung

konsumen terhadap barang atau jasa, terkait dengan potensi, pengaruh dari

tindakan yang dilakukan oleh suatu kota namun memiliki efek komunikasi

yang bersifat tidak disengaja. Berkaitan dengan tindakan yang diambil kota

tersebut tetapi tidak secara langsung, mereka lebih memfokuskan pada

pemandangan prasarana, struktur sosial dan perilaku. Semua tampilan kota

seperti strategi landscape, infrastruktur, birokrasi serta semua perilaku atau

tindakan menyangkut kota tersebut. Dalam

pelaksanaannya branding melibatkan keterkaitan berbagai pihak untuk sampai

pada citra yang hendak dibangun oleh sebuah kota.

2. Komunikasi sekunder

Komunikasi sekunder merupakan komunikasi formal, intensif yang

biasa dikenal dalam praktek pemasaran berhubungan dengan aktivitas

pemasaran kota yang disengaja dan terencana. Seperti periklanan,

kehumasan, desain grafis, logo, dan slogan atau kegiatan promosi lainnya.

3. Komunikasi tersier

Komunikasi tersier merupakan pertukaran pesan yang tidak terkontrol

seperti laporan media dan word of mouth. Komunikasi tersier berkaitan

Page 7: ALVIRA PARAHIT…  · Web view(Word of Mouth). Suatu program ... baik dari sisi kebijakan dan regulasi, infrastruktur, SDM, pendanaan, maupun kelembagaan; (2) ... Dalam analisis

7

dengan kepuasan wisatawan terhadap komunikasi primer maupun

sekunder sehingga mereka akan memberitahukan hal tersebut kepada

orang yang mereka jumpai. Komunikasi ini bisa saja berupa percakapan,

atau hanya satu arah testimonial (Word of Mouth).

Suatu program pemasaran kota yang telah ditetapkan apabila tanpa

perencanaan komunikasi yang baik antar unsur-unsurnya sebagai individu

maupun organisasi, tidak akan memperoleh keberhasilan yang memuaskan. Hal

ini diperlukan untuk mengatasi rintangan-rintangan yang ada guna mencapai

efektivitas komunikasi, sedangkan dari sisi fungsi dan kegunaan komunikasi,

perencanaan diperlukan untuk mengimplementasikan program-program yang

ingin dicapai, apakah itu untuk pencitraan, pemasaran, penyebarluasan gagasan,

kerjasama, atau pembangunan infrastruktur komunikasi (Cangara, 2013 : 43).

2. City Branding

Menurut Kotler dan Keller (2000 : 259) brand didefinisikan sebagai

sebuah nama, istilah, tanda, simbol, atau design, atau kombinasi dari hal-hal

tersebut, yang melambangkan identitas dari barang atau jasa yang dijual oleh satu

maupun lebih penjual (seller) dan dapat membedakan dari kompetitor-kompetitor

lainnya. Menciptakan sebuah brand berupa nama, simbol, logo, dan grafis lainnya

harus bisa mengilustrasikan tujuan dari kota tersebut. Hal ini dimulai dengan

melakukan riset dahulu terhadap potensi kota dan kompetisi brand kota.

Kemudian ditentukan visi yang ingin dicapai. Tahap selanjutnya adalah identitas

apa yang harus ditentukan. Hal ini harus memperhitungkan sejarah dan persepsi

publik baik itu internal mapun eksternal. Yang terakhir adalah brand kota harus

disebarkan dengan rencana komunikasi yang baik. Semua elemen publik

menjalankan proses komunikasi ini, serta harus korehen agar tidak menimbulkan

pembiasan persepsi brand kota oleh konsumen (Mila dan Teresa, 2009).

Brand Extensions, merupakan salah satu cara dari branding strategi yang

didefinisikan sebagai peluncuran produk baru dari sebuah perusahaan di bawah

sebuah brand yang paling kuat dari perusahaan tersebut. Adapun keuntungan dari

Brand Extensions (Kotler dan Keller, 2000 : 279) adalah :

Page 8: ALVIRA PARAHIT…  · Web view(Word of Mouth). Suatu program ... baik dari sisi kebijakan dan regulasi, infrastruktur, SDM, pendanaan, maupun kelembagaan; (2) ... Dalam analisis

8

a. Kesuksesan produk baru tersebut dikarenakan beberapa alasan seperti

konsumen sudah mengetahui keunggulan dari brand tersebut berdasarkan

pengalaman mereka memakai produk sebelumnya, dan

konsumen mengalami kejenuhan terhadap produk sebelumnya sehingga

membutuhkan inovasi produk baru.

b. Mendapatkan feedback positif dari konsumen dapat memberikan penilaian

terhadap nilai (value) brand tersebut atau karena kredibilitas konsumen

terhadap brand tersebut meningkat.

Konsep branding slogan, jargon, dan tagline merupakan bagian dari

elemen identitas brand yang dapat membantu mendongkrak nama identitas. Level

lebih lanjut, slogan, jargon, dan tagline dapat menguatkan positioning dan

segmentasi dalam masyarakat. Namun, hal tersebut dapat terjadi dengan asumsi

bahwa jika sesuatu dikenali oleh masyarakat atau merupakan satu kesatuan

elemen dalam strategi periklanan dengan tujuan pembelian. Citra merek adalah

apa yang dipersepsikan oleh konsumen mengenai sebuah merek. Dimana hal ini

menyangkut bagaimana seorang konsumen menggambarkan apa yang mereka

rasakan mengenai merek tersebut ketika mereka memikirkannya (Susanto dan

Wijanarko, 2004 : 80).

Kegiatan city branding ini menuntut setiap daerah berlomba menciptakan

citra tertentu dibenak masyarakat luas dalam merepresentasikan karakter kota.

Citra kota memiliki kekuatan dalam membentuk merek sebuah kota, bahkan

mempengaruhi kota itu sendiri. Merek yang melekat pada kota sangat bergantung

pada identitas kota. Identitas adalah sebuah kontruksi, sebuah konsekuensi dari

sebuah proses interaksi antar manusia, institusi dan praktis dalam kehidupan

sosial (Yananda dan Salamah, 2014 : 34). Citra suatu destinasi seringkali berada

dalam benak setiap orang, hanya dengan menyebutkan nama kota, asosiasi dan

citra kota tersebut dapat muncul. Pada kenyataannya, sebuah kota bisa berubah

dengan cepat, namun untuk mengubah citranya memerlukan waktu yang sangat

panjang. Jika penduduk dan pemerintah dapat saling mendukung, mampu

membangun dan mempertahankan citra positif kota (Kavaratzis, 2004).

Page 9: ALVIRA PARAHIT…  · Web view(Word of Mouth). Suatu program ... baik dari sisi kebijakan dan regulasi, infrastruktur, SDM, pendanaan, maupun kelembagaan; (2) ... Dalam analisis

9

Terdapat tiga konsep utama terkait dengan brand kota (Moilanen dan

Rainisto, 2009 : 9), yakni identitas, komunikasi, dan citra yang akan dijabarkan

sebagai berikut :

a. Identitas.

Identitas menjadikan sebuah kota menjadi berbeda dari tempat lain

yang menjadi pesaingnya. Pencarian identitas adalah langkah pertama dalam

pembentukan citra sebuah kota. Anholt dalam penelitiannya menjelaskan tiga

komponen penting dalam proses membangun identitas kota yang kompetitif,

yakni :

1) Strategi.

Mengetahui apa dan dimana suatu tempat atau kota berada dalam

persepsi pemangku kepentingan dan mengetahui kemana suatu tempat

kota tersebut akan dibawa.

2) Substansi.

Eksekusi dari strategi yang dipilih dalam bentuk kegiatan baru,

inovasi, struktur, legislasi, reformasi, investasi, institusi atau kebijakan

yang benar – benar dilakukan untuk mendekatkan tempat atau kota

tersebut dengan tujuan yang diinginkan.

3) Tindakan Simbolik (symbolic actions).

Substansi yang memiliki kekuatan komunikasi. Tindakan tersebut

merupakan substansi yang sugestif, menonjol, mudah diingat orang, indah,

punya nilai berita, bersifat topikal, menyentuh dan mengandung unsur

dramatis.

b. Komunikasi

Kavaratzis memaparkan kerangka kerja yang menggambarkan bagaimana

suatu kota berkomunikasi baik secara fungsional maupun bermakna simbolik.

Identitas yang dikomunikasikan terdiri dari komunikasi primer, sekunder, dan

tersier. Komunikasi primer terkait dengan potensi pengaruh dari tindakan yang

dilakukan oleh suatu kota namun memiliki efek komunikasi yang bersifat tidak

disengaja. Komunikasi sekunder terkait dengan aktivitas pemasaran kota yang

Page 10: ALVIRA PARAHIT…  · Web view(Word of Mouth). Suatu program ... baik dari sisi kebijakan dan regulasi, infrastruktur, SDM, pendanaan, maupun kelembagaan; (2) ... Dalam analisis

10

disengaja dan terencana sedangkan komunikasi tersier merupakan pertukaran

pesan yang tidak terkontrol seperti laporan media dan word of mouth.

c. Citra Kota

Citra atau image merupakan gambaran yang ada di benak seseorang

tentang suatu hal. Terkait dengan persepsi atau citra suatu kota, citra yang positif

yang dimiliki oleh suatu kota menjadi semacam jaminan bagi para pemangku

kepentingan kota. Sebagai contoh, citra positif dapat memberikan rasa aman bagi

investor maupun turis, citra positif juga memberikan dampak baik terhadap daya

saing kota. Citra tempat dapat dibagi berdasarkan empat komponen, yaitu :

Kognitif (apa yang diketahui seseorang tentang suatu tempat); Afektif (bagaimana

perasaan seseorang terkait tempat tertentu); Evaluatif (bagaimana evaluasi

seseorang terhadap suatu tempat); dan Behavioral (apakah seseorang

mempertimbangkan untuk bermigrasi /bekerja /berkunjung/ berinvestasi pada

tempat tertentu).

Ada banyak keuntungan yang didapat ketika sebuah kota melakukan city

branding yaitu kota tersebut dikenal lebih luas, mempunyai tujuan khusus,

mampu menghadirkan investasi, menguatkan untuk tujuan wisata, tempat tinggal,

dan event-event. Keuntungan yang diperoleh jika suatu daerah melakukan City

Branding (Kemendagri, 2016) antara lain :

a. Daerah tersebut dikenal luas (high awareness), disertai dengan persepsi yang

baik.

b. Dianggap sesuai untuk tujuan-tujuan khusus (specific purposes).

c. Dianggap tepat untuk tempat investasi, tujuan wisata, tujuan tempat tinggal,

dan penyelenggaraan kegiatan-kegiatan (events).

d. Dipersepsikan sebagai tempat dengan kemakmuran dan keamanan yang tinggi.

Untuk mengukur keberhasilan dari sebuah brand, tidak dapat dilakukan

tanpa mengukur performance dari kegiatan pemasaran. Brand akan diingat

dengan asosiasi yang kuat, dipersepsikan sebagai produk yang berkualitas, dan

loyalitas pelanggan akan terbangun melalui kegiatan-kegiatan pemasaran secara

berkesinambungan dan terukur (Yoo, Donthu dan Lee, 2000). Pengukuran

keberhasilan kegiatan pemasaran itu dapat dilakukan dengan mengukur nilai yang

Page 11: ALVIRA PARAHIT…  · Web view(Word of Mouth). Suatu program ... baik dari sisi kebijakan dan regulasi, infrastruktur, SDM, pendanaan, maupun kelembagaan; (2) ... Dalam analisis

11

didapatkan destinasi wisata dan nilai yang didapatkan wisatawan. Aktivitas

komunikasi untuk membangun citra kota Solo sebagai kota kreatif, apakah sudah

tepat, atau sebaliknya terjadi ketidakefektifan dalam strategi maupun

implementasi program-program komunikasi yang telah dilakukan.

3. Kota Kreatif

Kota yang baik adalah kota yang dapat memenuhi tiga kebutuhan

penduduknya diantaranya kebutuhan psikologi, kebutuhan keamanan, dan

kebutuhan berkembang. Parameter kota kreatif yang pertama adalah

pengembangan potensi ekonomi kreatif. Dalam ekonomi kreatif kita dapat

mengedepankan peran partisipasi komunitas masyarakat dan penentu kebijakan

publik serta tata kelola lingkungan hidup yang baik. Kota menjadi wadah dan

pemicu kegiatan kreatif. Potensi kota kreatif masih berjalan sendiri, menghambat

perkembangannya karena kebijakan publik dan prasarana. Kota kreatif memiliki

tiga aspek penting (Landry, 2006 : 390-400) yaitu :

a. Pemeliharaan dan pengembangan potensi ekonomi kreatif.

b. Pemeliharaan komunitas kreatif (creative class).

c. Perencanaan dan pengembangan lingkungan kreatif.

Dalam bukunya The Creative City, 2006, Landry mengatakan kota-kota

yang berhasil menjadi kota kreatif mempunyai kesamaan dalam visi individu,

organisasi kreatif, dan budaya politik dengan tujuan jelas. Diperlukan pimpinan

yang mampu menyatukan semua pihak, baik publik, swasta, juga sukarelawan.

Kota kreatif harus dibangun setidaknya berdasarkan empat modal utama yaitu :

(1) dukungan ekosistem yang kuat, baik dari sisi kebijakan dan regulasi,

infrastruktur, SDM, pendanaan, maupun kelembagaan; (2) keterpaduan seluruh

rangkaian proses kreasi-produksi-distribusi; (3) tahapan pembangunan yang

terukur dengan memperhatikan potensi lokal dan tingkat kesiapan pendukung,

antara lain sara na dan prasarana, pelaku usaha, visi dan komitmen pemerintah

daerah; serta (4) keterlibatan aktif dan kerjasama dari seluruh pemangku

kepentingan dengan pembagian peran yang jelas dan proporsional.

Page 12: ALVIRA PARAHIT…  · Web view(Word of Mouth). Suatu program ... baik dari sisi kebijakan dan regulasi, infrastruktur, SDM, pendanaan, maupun kelembagaan; (2) ... Dalam analisis

12

Kota kreatif adalah kota yang melakukan riset dan pengembangan untuk

menumbuhkan pembangunan ekonomi dengan engine kreativitas.  Mesin

penggerak kreativitas itu berupa ide atau gagasan yang kreatif dan inovatif yang

ditopang oleh kelengkapan infrastruktur kelembagaan dalam keterlibatan unsur

‘quadro helix’ (birokrasi, akademisi, bisnis dan komunitas) serta adanya

dukungan infrastruktur digital yang berkualitas dan modern (ICCN, 2016).

Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan komunikasi,

serta inovasi telah melahirkan bentuk aktivitas ekonomi kreatif. Sejalan dengan

hal tersebut, Indonesia memiliki peluang besar untuk melakukan transformasi dan

penguatan struktur ekonomi melalui pengembangan ekonomi kreatif yang menjadi

salah satu potensi dan kekayaan bangsa ini. Potensi lokal sebagai bagian dari

identitas kekayaan daerah menjadi kata kunci dalam pembangunan kota kreatif.

Kota kreatif bukan sekedar city branding, tetapi lebih kepada komitmen

untuk mengangkat dan mengembangkan potensi kekayaan lokal. Oleh karena itu,

visi dan komitmen pemerintah serta keterlibatan forum kreatif menjadi sangat

penting dalam pembangunan kota kreatif yang berkelanjutan. Sinergi antar

program pembangunan pemerintah baik pusat maupun daerah dengan inisiatif

komunitas atau forum kreatif juga mutlak harus dibangun (Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian, 2016).

Ekonomi kreatif menyandarkan aktivitasnya pada proses penciptaan dan

transakasi nilai. Creative class membangkitkan kekritisan dalam kehidupan

berkota, bagaimana mereka berperan dalam menemukan solusi kreatif untuk

mengatasi masalah yang mereka hadapi sehari-hari dalam kehidupan berkota.

Lingkungan kota dapat mendukung kegiatan kreatif masyarakatnya dengan

menyediakan apa yang mereka butuhkan. Selain itu, dibutuhkan dukungan berupa

lingkungan psikis terkait sikap sosial, dukungan dan toleransi terhadap kreativitas

dari pemerintah kota dan masyarakat dalam mewujudkan kota kreatif dan

lingkungan fisik terkait dengan fasilitas yang mewadahi kegiatan berkreativitas

agar masyarakat dapat berkreativitas dengan optimal (Landry, 2006 : 338).

Metode Penelitian

Page 13: ALVIRA PARAHIT…  · Web view(Word of Mouth). Suatu program ... baik dari sisi kebijakan dan regulasi, infrastruktur, SDM, pendanaan, maupun kelembagaan; (2) ... Dalam analisis

13

Tipe pendekatan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan pendekatan kualitatif. Sedangkan untuk strategi penelitian yang

digunakan yaitu studi kasus. Jenis penelitian studi kasus deskriptif dianggap dapat

memberikan gambaran mengenai suatu gejala, fakta, atau realita.

Objek penelitian ini adalah aktivitas komunikasi city branding kota Solo

sebagai kota kreatif yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota

Surakarta dan Solo Creative City Network (SCCN). Lokasi dalam penelitian ini

adalah Kota Surakarta di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta dan

Solo Creative City Network (SCCN).

Untuk teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling,

yakni menyeleksi orang-orang yang menjadi informan berdasarkan kriteria

menurut tujuan penelitian. Penelitian ini menetapkan informan yaitu Budy

Sartono, Kepala Bidang Pelestarian, Promosi, dan Kerjasama, Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Kota Surakarta. Gembong Hadiwibowo, Kasi Bidang Pelestarian,

Promosi, dan Kerjasama, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta.

Paulus Mintarga, Inisiator Solo Creative City Network (SCCN), dan Ketua

Indonesia Creative City Network (ICCN). Sutanto Sastraredja, Penasihat Solo

Creative City Network (SCCN) dan Indonesia Creative City Network (ICCN).

Sukriyah, Kepala Bidang Ekonomi Bappeda Kota Surakarta.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer sebagai

data utama. Digunakannya data sekunder bukan menjadi utama dalam penelitian

ini karena sebatas untuk memperkuat hasil wawancara semata. Sedangkan untuk

teknik pengumpulan data menggunakan wawancara.

Dalam analisis data, teknik yang digunakan yaitu teknik penjodohan pola

(pattern matching) milik Robert K. Yin (2002: 116) yaitu teknik yang dilakukan

dengan cara membandingkan pola yang didasarkan atas empiri dengan pola yang

diprediksikan (prediksi alternatif). Jika kedua pola ini ada persamaan, maka

menguatkan validitas internal dalam studi kasus.

Berbicara mengenai studi kasus deskriptif, maka penjodohan pola akan relevan

dengan pola variabel-variabel spesifik yang diprediksi dan ditentukan sebelum

pengumpulan data.

Page 14: ALVIRA PARAHIT…  · Web view(Word of Mouth). Suatu program ... baik dari sisi kebijakan dan regulasi, infrastruktur, SDM, pendanaan, maupun kelembagaan; (2) ... Dalam analisis

14

Sajian dan Analisis Data

Penyajian data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu sekaligus

dilakukannya analisis oleh peneliti. Sajian dan analisis data yang dilakukan

merupakan hasil dari penelitian yang diperoleh di lapangan sesuai dengan fokus

penelitian yang diambil peneliti. Data yang terkumpul yaitu dari sumber data

primer berupa wawancara langsung dengan para informan. Hasil penelitian

berdasarkan teori komunikasi citra kota Kavaratzis dalam (Yananda dan Salamah,

2014 : 76) berupaya menggabungkan antara pemasaran kota dengan branding.

Hal ini, membuktikan bahwa peran komunikasi sangat penting dalam membentuk

branding, untuk lebih jauh mengenalkan kepada masyarakat potensi dan keunikan

yang dimiliki suatu daerah tertentu. Ia menggambarkan bagaimana brand

berkomunikasi melalui pilihan dan perlakuan yang sesuai, fungsional maupun

bermakna simbolik. Identitas yang dikomunikasikan terdiri dari komunikasi

primer, komunikasi sekunder dan komunikasi tersier.

1. Komunikasi Primer

Dalam komunikasi primer, ada empat hal yang disajikan dan dianalisis

peneliti. Pertama, Tugas dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta,

adalah mendorong kreativitas dan mempromosikan hasil kreativitas masyarakat

kota Solo. SCCN berperan sebagai fasilitator komunitas-komunitas kreatif di kota

Solo. SCCN melakukan riset, membuat ide-ide kreatif dan menciptakan engine-

engine creative. Kedua, aktivitas mengenalkan kota Solo sebagai kota kreatif

diwujudkan dengan Konferensi Kota Kreatif Indonesia yang digelar pertama kali

di kota Solo. Ketiga, ada perbedaan pendapat antara pihak Disbudpar dan SCCN

terkait nilai atau potensi dari kota Solo sehingga belum ada keputusan mengenai

potensi yang menonjol dari kota Solo. Keempat, Pihak-pihak yang terlibat dalam

menyebarluaskan pengalaman di kota Solo sebagai kota kreatif pada umumnya

adalah masyarakat kota Solo. Secara khusus adalah SCCN, tidak hanya di

Page 15: ALVIRA PARAHIT…  · Web view(Word of Mouth). Suatu program ... baik dari sisi kebijakan dan regulasi, infrastruktur, SDM, pendanaan, maupun kelembagaan; (2) ... Dalam analisis

15

penyelenggaraan event tetapi juga mendiskusikan bagaimana kelanjutan mengenai

kota Solo sebagai kota kreatif.

2. Komunikasi Sekunder

Dalam komunikasi sekunder dipaparkan hal-hal terkait aktivitas

pemasaran kota yang disengaja dan terencana. Aktivitas pemasaran dilakukan

sebagai upaya memperkenalkan dan mempromosikan potensi kota Solo. Jika

pengajuan aplikasi ke UCCN tahun 2017 lolos, maka kota Solo akan sejajar

dengan kota-kota kreatif dunia dan berdampak pada tingkat kunjungan wisatawan.

Proses perencanaan program promosi dilakukan secara bottom up dan melibatkan

semua stakeholder termasuk di dalamnya SCCN. Pihak Disbudpar dan SCCN

mengalami hambatan. Kebijakan kota Solo sebagai kota kreatif belum ada. Pihak

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta lebih banyak menggunakan

media sebagai sarana komunikasi dibanding SCCN. Kerjasama lebih banyak

dilakukan oleh Disbudpar. Meskipun sudah melakukan aktivitas komunikasi

pemasaran, hasil yang diperoleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota

Surakarta belum memuaskan. Membantu SCCN semakin dikenal dan komunitas

lain ikut bergabung. Bentuk evaluasi, Disbudpar melakukan evaluasi tiap akhir

program atau event dan juga evaluasi tiap akhir tahun. Semua evaluasi melibatkan

seluruh stakeholder. SCCN mengevaluasi event Konferensi Kota Kreatif

Indonesia, dan Bamboo Bienalle. SCCN dilibatkan dalam evaluasi yang ada di

pemerintah kota Surakarta terkait branding kota kreatif.

3. Komunikasi Tersier

Komunikasi tersier adalah komunikasi yang berhubungan dengan laporan

media. Tanggapan masyarakat kota Solo maupun luar Solo yang positif dan

terbuka atas brand kota Solo sebagai kota kreatif. Tanggapan media pun serupa.

Disbudpar lebih berupaya untuk mendapat pemberitaan di media dibanding

SCCN. Menjaga hubungan dan komunikasi dengan para

pewarta media dilakukan Disbudpar maupun SCCN. Media diharapkan

memberikan pemberitaan yang baik dan berdampak positif terkait keunggulan

Page 16: ALVIRA PARAHIT…  · Web view(Word of Mouth). Suatu program ... baik dari sisi kebijakan dan regulasi, infrastruktur, SDM, pendanaan, maupun kelembagaan; (2) ... Dalam analisis

16

kota Solo sehingga dapat menarik lebih banyak wisatawan. Aktif mengawal

kreativitas masyarakat kota Solo agar kreativitas itu senantiasa tumbuh dan tidak

mati di tengah jalan.

Kesimpulan

Pemerintah kota Surakarta dalam mengembangkan ekonomi kreatif Tahun

2015-2025 menetapkan visi “Terwujudnya Kota Surakarta sebagai Kota Kreatif

Berbasis Budaya dan Ekologi.” Pembangunan diarahkan untuk terwujudnya kota

dan masyarakat yang kreatif, inovatif, menjunjung moralitas serta budi pekerti

dengan tetap mempertahankan warisan budaya dan menjaga kelestarian

lingkungan.

Peneliti melakukan penelitian bagaimana aktivitas komunikasi yang

dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Surakarta serta

Solo Creative City Network (SCCN) dengan menggunakan teori Mikhail

Kavaratzis (dalam Yananda dan Salamah, 2014 : 76), menggambarkan bagaimana

brand berkomunikasi melalui pilihan dan perlakuan yang sesuai, fungsional

maupun bermakna simbolik. Aktivitas komunikasi tersebut, terdiri dari

komunikasi primer, komunikasi sekunder, dan komunikasi tersier.

Aktivitas komunikasi primer yaitu komunikasi yang berhubungan dengan

pengalaman langsung konsumen terhadap barang atau jasa, terkait dengan potensi,

pengaruh dari tindakan yang dilakukan oleh suatu kota namun memiliki efek

komunikasi yang bersifat tidak disengaja. Komunikasi sekunder adalah

komunikasi yang berhubungan dengan aktivitas pemasaran kota yang disengaja

dan terencana, contohnya iklan dan kegiatan promosi lainnya. Komunikasi tersier

adalah komunikasi yang berhubungan dengan adanya laporan media.

Dari uraian penelitian tersebut, baik pihak Disbudpar dan SCCN sudah

melakukan ketiga aktivitas komunikasi brand kota sesuai teori

Mikhail Kavaratzis. Meskipun memiliki perbedaan tanggung jawab namun

kerjasama diantara keduanya dinilai berjalan baik dalam aktivitas branding kota

Page 17: ALVIRA PARAHIT…  · Web view(Word of Mouth). Suatu program ... baik dari sisi kebijakan dan regulasi, infrastruktur, SDM, pendanaan, maupun kelembagaan; (2) ... Dalam analisis

17

Solo sebagai kota kreatif. Mereka giat mengadakan event-event kreatif dari

potensi yang dimiliki guna menarik wisatawan. Adanya sinergi dan komitmen

dari semua pihak akan mempermudah pembangunan kota Solo. Selain itu, upaya

untuk mewujudkan kota Solo agar sejajar sebagai kota kreatif dunia versi

UNESCO, seperti kota Pekalongan dan Bandung, diharapkan dapat tercapai tahun

2017.

Saran

Berdasarkan data hasil penelitian, maka peneliti dapat memberikan saran

sebagai berikut :

1. Pemerintah diharapkan lebih berkomitmen dan fokus dalam branding

kota Solo sebagai kota kreatif. Ada sinergi dan kerja nyata dari semua

pihak. Bukan sekadar latah mengangkat branding.

2. Pemerintah diharapkan segera membuat Peraturan Daerah atau regulasi

terkait kebijakan kota Solo sebagai kota kreatif.

3. Dalam upaya aplikasi kota Solo ke UCCN tahun 2017 mendatang,

hendaknya dikaji bersama sehingga apa yang diupayakan pemerintah

dan SCCN berjalan seirama dan memperoleh hasil yang baik.

4. Penelitian selanjutnya, peneliti mengharapkan akan ada penelitian

lanjutan mengenai efektivitas dari branding kota Solo sebagai kota

kreatif.

Daftar Pustaka Bappeda Surakarta. Ekonomi Kreatif. 2013.

http://bappeda.surakarta.go.id/content/ekonomi-kreatif-2013, diakses 3 April 2016.

Cangara, Hafied H. Perencanaan & Strategi Komunikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2013.

Fajar, M. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2009.ICCN. Halaman Depan. 2016. http://iccnmedia.org/, diakses 2 April 2016.Kemendagri. City Branding untuk Pemda Perlukah. 12 April 2013.

http://www.kemendagri.go.id/article/2013/04/12/city-branding-untuk-pemda-perlukah , diakses 29 Januari 2016.

Page 18: ALVIRA PARAHIT…  · Web view(Word of Mouth). Suatu program ... baik dari sisi kebijakan dan regulasi, infrastruktur, SDM, pendanaan, maupun kelembagaan; (2) ... Dalam analisis

18

Kotler, Philip & Kevin Lane Keller. Manajemen Pemasaran. Jakarta : Erlangga, 2000.

Landry, C. The Creative City : A Toolkit for Urban Innovators 2nd Edition. Comedia, 2006.

Mila Gasco-Hernandez dan Teresa Torres-Coronas. Information Communication Technologies and City Marketing: Digital Opportunities for Cities Around the World. New York : Information Science, 2009.

Mollanen, Teemu, Seppo Rainisto. How to Brands Nations, Cities and Nations : A Planning Book for Place Branding. England : Palgrave Macmillan, 2009.

Yananda, R. M., dan Salamah, U. Branding Tempat : Membangun Kota, Kabupaten dan Provinsi Berbasis Identitas. Jakarta: Makna Informasi, 2014.

Yin, Robert K. Studi Kasus: Desain dan Metode. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005. 

Yoo, B., N. Donthu dan S. Lee. An Examination of Selected Marketing Mix Elements and Brand Equity. Journal of the Academy of Marketing. Vol. 28 No. 2, pp. 195-211. 2000.

Page 19: ALVIRA PARAHIT…  · Web view(Word of Mouth). Suatu program ... baik dari sisi kebijakan dan regulasi, infrastruktur, SDM, pendanaan, maupun kelembagaan; (2) ... Dalam analisis

19

19