wr 301088

2
15 S alah satu hama penting pada tanaman jagung adalah peng- gerek batang (Ostrinia furnacalis). Sejalan dengan pencanangan swa- sembada jagung pada tahun 2010 melalui perluasan areal dan inten- sifikasi, maka populasi penggerek Pengendalian Penggerek Batang Jagung Ramah Lingkungan batang jagung akan meningkat ka- rena hama dapat meneruskan sik- lus hidupnya ke generasi berikutnya secara terus-menerus. Untuk mengantisipasi serangan hama penggerek batang jagung, Balai Besar Penelitian dan Pengem- bangan Bioteknologi dan Sumber- daya Genetik Pertanian (BB Bio- gen) telah mengembangkan pe- rangkap berferomon seks untuk O.furnacalis. Sebelumnya, BB Biogen telah berhasil mengembang- kan perangkap berferomon seks untuk ulat bawang, Spodoptera exigua. Perangkap berferomon da- pat digunakan untuk memantau tingkat populasi dan mempelajari dinamika populasi penggerek ba- tang jagung di suatu daerah, serta sebagai perangkap massal untuk mengendalikan hama tersebut. Penelitian untuk mengembang- kan seks feromon meliputi peng- amatan perilaku kawin O. furna- calis, isolasi dan identifikasi kom- ponen senyawa aktif, respons se- rangga jantan (bioasai) terhadap komponen aktif (senyawa sintetis), pengembangan formulasi feromon seks (rasio dan kuantitas), serta uji daya tarik formulasi feromon di la- pang. Hasil penelitian di laborato- rium menunjukkan ada dua kompo- nen utama yang bersifat feromo- noid terhadap penggerek batang jagung populasi Indonesia. Pada uji coba di rumah kasa (screen house), dua formulasi senyawa feromonoid memberikan daya tarik yang atrak- tif terhadap penggerek batang jan- tan dewasa, baik populasi Bogor maupun Bandung. Formulasi terse- Feromon-Ostri prospektif untuk mengendalikan penggerek batang jagung. Feromon tidak beracun sehingga aman bagi produk tanaman, serangga bukan sasaran, dan manusia. Larva penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis) serta serangga dewasa jantan dan betina (inzet).

Upload: ryukaiser

Post on 29-Dec-2015

12 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Wr 301088

15

3 tahun setelah tanam, denganhasil 500 kg/ha/tahun. Hasil ini lebihtinggi 500% daripada hasil tana-man asal biji/benih. Hasil akan terusmeningkat seiring dengan bertam-bahnya umur tanaman, mencapai1.680 kg/ha/tahun pada umur 5tahun setelah tanam.

Tanaman kakao asal embrio-genesis somatik diharapkan dapatmemenuhi kriteria bahan tanamkakao unggul berkualitas, yaitu: (1)potensi produksi tinggi dan cepatmenghasilkan buah, (2) mutu hasilsesuai dengan keinginan konsumen,yaitu bobot biji kering lebih dari 1g/biji, kandungan lemak biji lebihdari 55%, dan persentase kulit arikurang dari 12%, (3) toleran terha-dap hama dan penyakit.

Bahan Tanam Berkualitas Pentingdalam Revitalisasi Perkebunan

Program revitalisasi perkebunanmerupakan “pertaruhan” pemerin-tah dalam pengembangan perke-bunan, sehingga selayaknya men-dapat dukungan dari Pusat Pene-litian Perkebunan lingkup LRPI. Sa-lah satu kontribusi yang dapat dibe-rikan adalah menyediakan bahantanam kelapa sawit, karet, dan ka-kao unggul berkualitas. Bahan ta-nam merupakan modal dasar untukmencapai hasil yang tinggi. Kesa-lahan dalam memilih dan menggu-nakan bahan tanam akan mengaki-batkan kerugian jangka panjang.Oleh karena itu, pemilihan danpenggunaan bahan tanam unggul

Salah satu hama penting pada tanaman jagung adalah peng-

gerek batang (Ostrinia furnacalis).Sejalan dengan pencanangan swa-sembada jagung pada tahun 2010melalui perluasan areal dan inten-sifikasi, maka populasi penggerek

Pengendalian Penggerek BatangJagung Ramah Lingkungan

batang jagung akan meningkat ka-rena hama dapat meneruskan sik-lus hidupnya ke generasi berikutnyasecara terus-menerus.

Untuk mengantisipasi seranganhama penggerek batang jagung,Balai Besar Penelitian dan Pengem-

bangan Bioteknologi dan Sumber-daya Genetik Pertanian (BB Bio-gen) telah mengembangkan pe-rangkap berferomon seks untukO.furnacalis. Sebelumnya, BBBiogen telah berhasil mengembang-kan perangkap berferomon seksuntuk ulat bawang, Spodopteraexigua. Perangkap berferomon da-pat digunakan untuk memantautingkat populasi dan mempelajaridinamika populasi penggerek ba-tang jagung di suatu daerah, sertasebagai perangkap massal untukmengendalikan hama tersebut.

Penelitian untuk mengembang-kan seks feromon meliputi peng-amatan perilaku kawin O. furna-calis, isolasi dan identifikasi kom-ponen senyawa aktif, respons se-rangga jantan (bioasai) terhadapkomponen aktif (senyawa sintetis),pengembangan formulasi feromonseks (rasio dan kuantitas), serta ujidaya tarik formulasi feromon di la-pang. Hasil penelitian di laborato-rium menunjukkan ada dua kompo-nen utama yang bersifat feromo-noid terhadap penggerek batangjagung populasi Indonesia. Pada ujicoba di rumah kasa (screen house),dua formulasi senyawa feromonoidmemberikan daya tarik yang atrak-tif terhadap penggerek batang jan-tan dewasa, baik populasi Bogormaupun Bandung. Formulasi terse-

Feromon-Ostri prospektif untuk mengendalikan penggerek batangjagung. Feromon tidak beracun sehingga aman bagi produk tanaman,

serangga bukan sasaran, dan manusia.

berkualitas dalam program revita-lisasi perkebunan sangat penting.Pusat Penelitian Perkebunan ling-kup LRPI melalui SDM dan prasa-rana pendukung yang dimiliki siapmenyediakan bahan tanam berku-alitas (Bambang Dradjat dan GedeWibawa).

Untuk informasi lebih lanjuthubungi:

Lembaga Riset PerkebunanIndonesiaJalan Salak No. 1ABogor 16151Telepon : (0251) 333088

333089Faksimile : (0251) 315985E-mail : [email protected]

Larva penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis) serta serangga dewasa jantandan betina (inzet).

Page 2: Wr 301088

16

Harga ransum jadi untuk ternak terus meningkat. Ransum jadi

biasanya merupakan formulasicampuran biji-bijian (pada umumnyajagung) dan hasil ikutan pertanian(bungkil kedelai, dedak padi, bungkilkelapa, bungkil inti sawit, dan po-lard). Melonjaknya harga pakan jadimenyebabkan banyak usaha ayampedaging/petelur bangkrut. Hargakonsentrat sapi perah pun ikut me-ningkat. Namun industri ini masihtertolong dengan harga susu yangmulai berpihak kepada para pro-dusen.

Kenaikan harga ransum jadi di-sebabkan oleh tingginya komponenbahan pakan impor, seperti bungkilkedelai dan tepung ikan. Apalagiakhir-akhir ini industri bahan bakarminyak mulai merambah bahan-bahan nabati seperti jagung, kelapasawit, dan ubi kayu. Semua itu akanmakin melambungkan harga pakan.

Bungkil inti sawit (BIS) meru-pakan salah satu hasil ikutan peng-

Bungkil Inti Sawit Potensial untukPakan Ternak

olahan inti sawit (daging biji sawitplus batok). BIS yang dihasilkanmencapai 45-46% dari inti sawit,atau 2,0-2,5% dari bobot tandansawit.

Produksi BIS tahun 2007 men-capai 2,14 juta ton. BIS umumnyamengandung air kurang dari 10%,protein 14-17%, lemak 9,5-10,5%, dan serat kasar 12-18%.Dengan komposisi gizi seperti iniBIS berpotensi sebagai bahan pa-kan, baik untuk ternak ruminansiamaupun nonruminansia.

Penggunaan BIS dalam ransumsapi perah, sapi potong, domba, dankambing sudah banyak diteliti.Umumnya konsentrat untuk sapiperah mengandung BIS 65%, ja-gung 25%, dan bungkil kedelai 8%.Pada sapi potong, BIS dapat digu-nakan sampai 70% dalam ransumkonsentrat. Pemberian BIS hingga30% pada domba yang diberi pa-kan dasar rumput dapat meningkat-kan pertumbuhan dari 30 g (hanya

diberi rumput) menjadi 70 g/ekor/hari.

Batas penggunaan BIS dalamransum unggas berkisar antara 5%sampai 15%. Dalam ransum ayampetelur, penggunaan BIS dapatmencapai 10-15%, karena sistempencernaannya lebih tahan diban-dingkan dengan ayam pedaging.Pemberian BIS pada ayam jugaberfungsi sebagai kontrol terhadapbakteri patogen Salmonella ke-dougou dan S. enteritidis. Rasiopenggunaannya dalam pakan hanya2,5% karena oligosakarida dalamBIS mengandung manosa yang da-pat digunakan sebagai kontrol Sal-monella spp. Penggunaan BIS da-lam ransum unggas lebih sedikit di-bandingkan pada ternak ruminan-sia, karena adanya kontaminasi ba-tok dan kadar serat kasar, terma-suk hemiselulosa (manan dan ga-laktomanan). Kecernaan asamamino BIS (59-74%) juga lebihrendah daripada bungkil kedelai(90%).

Kontaminasi batok dan kadarserat kasar pada BIS berkaitan de-ngan proses ekstraksi minyak intisawit yaitu dengan memecahkanbatok (cangkang). Pemecahan ba-tok yang tidak sempurna menye-babkan BIS terkontaminasi batokhingga 15-17%. Cangkang terse-but tajam dan dilaporkan dapatmerusak dinding usus unggas mu-da. Oleh karena itu, kadar cangkangdalam BIS harus diturunkan jika

Produksi bungkil inti sawit (BIS) pada tahun 2007 mencapai 2,14juta ton, namun 91% produk tersebut diekspor. Padahal BIS berpotensi

sebagai bahan pakan. Kualitas nutrisi BIS yang rendah dapatditingkatkan melalui penyaringan, fermentasi,

dan pembubuhan enzim.

but mampu menyaingi daya tariktiga betina dara, dan daya tang-kapnya hampir tiga kali lipat. Fe-nomena ini hampir sama untukpenggerek jagung populasi Bogormaupun Bandung.

Uji coba di lapangan mem-berikan hasil yang sama. Formulasisenyawa feromonoid dengan rasiotertentu menunjukkan daya tarikyang sangat atraktif terhadap se-rangga jantan, baik di Bogor mau-pun di Bandung. Daya tarik formu-lasi ini hampir tiga kali lipat dayatarik betina dara. Ini berarti for-mulasi tersebut mampu bersaing

dengan betina dara. Dengan hasilini, BB Biogen telah berhasil me-ngembangkan formulasi feromonseks untuk penggerek batang ja-gung populasi Indonesia. Feromontersebut diberi nama Feromon-Ostri.

Feromon-Ostri prospektif me-ngendalikan hama jagung karenamampu menarik serangga jantanjauh lebih tinggi dibandingkan be-tina dara. Feromon merupakan se-nyawa tidak beracun sehinggaaman bagi hasil panen, seranggabukan sasaran maupun lingkungan.Feromon-Ostri akan diuji di sentra-

sentra produksi jagung terutamayang banyak terserang penggerekbatang (Made Samudera).

Untuk informasi lebih lanjuthubungi:

Balai Besar Penelitian danPengembangan Bioteknologi danSumberdaya Genetik PertanianJalan Tentara Pelajar No. 3ABogor 16111Telepon : (0251) 337975

339793Faksimile : (0251) 338820E-mail : [email protected]

Administrator
Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 30, No. 1 2008