wr 301087

4

Click here to load reader

Upload: taslim904780478

Post on 14-Aug-2015

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Wr 301087

12

Departemen Pertanian telahmenjabarkan salah satu kegi-

atan dalam Revitalisasi Pertanian,Perikanan dan Kehutanan (RPPK)dengan menerbitkan PeraturanMenteri Pertanian No. 33 Permen-

Teknologi Pembibitan Kunci RevitalisasiPerkebunan

Keberhasilan program revitalisasi perkebunan ditentukan antara lainoleh ketersediaan dan penggunaan benih bermutu. Pusat Penelitian

Perkebunan lingkup Lembaga Riset Perkebunan Indonesia siapmenyediakan bahan tanam unggul berkualitas.

tan/OT.140/7/2006, tentang pe-ngembangan perkebunan melaluirevitalisasi perkebunan. Komoditasutama yang masuk dalam programrevitalisasi perkebunan lima tahunpertama adalah kelapa sawit, ka-

ret, dan kakao. Program tersebutbertujuan menciptakan kesempat-an kerja, meningkatkan daya saingdengan mengembangkan industrihilir berbasis perkebunan, mem-perkuat penguasaan ekonomi na-sional dengan mengikutsertakanmasyarakat dan pengusaha lokal,meningkatkan pendapatan peke-bun, serta menjadikan Indonesiasebagai produsen utama kelapasawit, karet, dan kakao. Untukmendukung revitalisasi perkebun-an, Pusat Penelitian Perkebunanlingkup Lembaga Riset PerkebunanIndonesia (LRPI) telah menyiapkanberbagai teknologi yang relevan,salah satunya pembibitan.

Nilai nutrisi tempe kacang tung-gak cukup tinggi. Tiap 100 g tempemengandung 33 g protein, 2 g le-mak, 53 g karbohidrat, 3 g serat,

Tampe kacang tunggak.

Bagan alir pembuatan tempe kacangtunggak.

Kacang tunggak kupas kulit

Direbus sampai mendidih

Direndam semalam(untuk menurunkan pH)

Dicuci bersih

Dikukus 20 menit

Ditiriskan dan didinginkan

Diberi ragi tempe

Diaduk rata lalu dibungkusdengan plastik

Dibiarkan dalam suhu ruang± 24 jam

Tempe kacang tunggak

dan 1 g abu. Dari karakteristik sen-sori, tempe kacang tunggak ber-beda dengan tempe kedelai. Na-mun, berdasarkan uji preferensi,umumnya para responden cukupmenyukai tempe kacang tunggak.Tempe kacang tunggak dapat di-olah menjadi berbagai produk, se-perti nugget tempe, keripik tempe,dan tempe bacem. Dengan demi-kian, tempe ini diharapkan disukaioleh berbagai kalangan dan ting-katan usia.

Lalu bagaimana dengan kan-dungan nutrisi lainnya. Ternyatatempe kacang tunggak mengan-dung p-caumaric acid dan asamferulat yang diduga memiliki akti-

vitas antioksidan yang cukup kuat.Namun hal ini perlu dibuktikan lebihlanjut. Menurut Ardiansyah, asamferulat pada tempe mampu menu-runkan tekanan darah dan kandung-an glukosa darah. Senyawa fenil-propanoid lainnya, yaitu p-caumaricacid mampu melemahkan zat nitro-samin, salah satu penyebab kankeryang mungkin terdapat dalam ma-kanan.

Jadi, bila ada jenis kacang lainyang dapat diolah menjadi tempe,perlu dukungan untuk mengem-bangkannya disertai gerakan na-sional untuk mengenalkannya kemasyarakat. Tempe bukan hanyabisa dibuat dari kedelai, tetapi jugadari kacang-kacangan lokal yangada di sekitar kita (Winda Haliza).

Untuk informasi lebih lanjuthubungi:

Balai Besar Penelitian danPengembangan PascapanenPertanianJalan Tentara Pelajar No. 12Bogor 16111Telepon : (0251) 321762Faksimile : (0251) 350920E-mail :[email protected][email protected][email protected]

Page 2: Wr 301087

13

Tabel 1. Kebutuhan bibit untuk revitalisasi perkebunan, 2008-2010.

Uraian 2008 2009 2010 Jumlah

Luas areal (000 ha)Kelapa sawit 400 400 338 1.138Karet 85 85 70 240Kakao 54 55 51 155

Kebutuhan bibit (000 batang)Kelapa sawit 61.160 61.160 51.680 175.000Karet 46.750 46.750 38.500 126.000Kakao 65.340 66.550 61.710 193.600

Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan (2006, diolah)

Bibit Kelapa Sawit

Bibit kelapa sawit menggunakanbahan tanam berupa kecambah.Pusat Penelitian Kelapa Sawit(PPKS) telah menghasilkan kecam-bah varietas hibrida F1 yang berasaldari persilangan Dura dan Pisifera(DxP), disebut juga varietas Tenera.Beberapa varietas unggul hasilpenelitian PPKS adalah: DxP BahJambi, DxP Marihat, DxP Rispa (SP540 T), DxP LaMe, DxP Yang-ambi, DyxP Sungai Pancur 1(Dumpy), DxP Sungai Pancur 2,DxP Simalungun (SP 540 T), danDxP Langkat. Varietas-varietastersebut dihasilkan melalui seleksiyang cukup panjang dengan kriteriasebagai berikut:1. Tingkat produksi minyak. Per-

silangan terbaik memiliki tingkatproduksi CPO lebih dari 6 t/ha/tahun. Tingkat produksi minyakditentukan berdasarkan hasilpengamatan selama 10 tahunterhadap jumlah buah danjumlah tandan serta hasil analisistandan.

2. Laju pertumbuhan meninggi.Bibit unggul memiliki laju per-tumbuhan meninggi yang lam-bat. Hasil persilangan yang me-miliki pertumbuhan meninggi45-85 cm/tahun tidak dipilihsebagai persilangan.

3. Rentang kanopi tanaman. Bibitunggul hasil seleksi memiliki ta-juk pendek hingga sedang. De-ngan tajuk yang pendek, bibitdapat ditanam lebih rapat se-hingga produktivitas lahan me-ningkat.

Varietas unggul kelapa sawitumumnya memiliki potensi produk-tivitas 32-39 ton tandan buah se-gar (TBS)/ha/tahun, setara dengan7,0-8,5 t CPO/ha/tahun. Rendemenminyak TBS berkisar antara 24,0-26,5%.

Bibit Karet

Berbeda dengan kelapa sawit, pem-bibitan karet sudah memasyarakatdi kalangan petani/penangkar. Na-mun demikian, beberapa masalah

Target Program RevitalisasiPerkebunan

Peningkatan produksi perkebunankelapa sawit, kakao, dan karet di-tempuh melalui berbagai upaya,yaitu:• Rehabilitasi dan peremajaan,

bertujuan mengganti tanamanrusak, tua atau tidak produktifdengan klon-klon unggul. Saatini terdapat sekitar 80 ribu hapertanaman kelapa sawit, 130ribu ha pertanaman kakao, dan400 ribu ha pertanaman karetyang telah tua atau rusak se-hingga perlu diremajakan.

• Perluasan areal tanam, yaitu de-ngan membuka lahan termasukdi kawasan timur Indonesia.Upaya ini perlu didukung industribenih dan pasar dengan melibat-kan pihak swasta dan masya-rakat, misalnya melalui modelwaralaba benih. Pada tahun2008-2010, target perluasanareal perkebunan rakyat melaluirevitalisasi untuk kelapa sawit,kakao, dan karet mencapai 1,5juta ha lebih (Tabel 1).

• Intensifikasi, bertujuan mening-katkan produktivitas tanamanyang ada dengan menerapkanteknologi produksi anjuran.

• Diversifikasi, dimaksudkan un-tuk meningkatkan produktivitaslahan dan keuntungan usaha de-ngan mengusahakan tanamanlain, terutama tanaman pangandan ternak.

Ketersediaan bibit bermutu da-lam jumlah yang cukup, pentinguntuk mendukung pengembanganareal. Dalam 3 tahun ke depan(2008-2010), kebutuhan bibit ke-lapa sawit, karet, dan kakao men-capai 494,6 juta batang (Tabel 1).Kebutuhan tersebut berdasarkanhasil perhitungan kerapatan tanamkelapa sawit, karet, dan kakao ma-sing-masing 130, 500, dan 1.100batang/ha ditambah sulaman 10%.

Bibit sebagian dapat dipasokoleh Pusat Penelitian Perkebunanlingkup LRPI. Bibit tersebut terjaminkualitasnya, dan teknologi yang di-terapkan berada dalam pengawas-an lembaga penelitian tersebut,sehingga pemalsuan bibit dapatdihindari.

Teknologi Pembibitan

Ketersediaan bibit unggul membe-rikan kontribusi nyata terhadap pe-ngembangan perkebunan. Bila di-pelihara dengan kultur teknis yangbenar, tanaman dari bibit unggulmampu berproduksi mendekatipotensi produksinya.

Pusat Penelitian Perkebunanlingkup LRPI telah menyediakanberbagai varietas/klon unggul ke-lapa sawit, karet, dan kakao. Klon/varietas unggul tersebut merupa-kan bahan tanam (benih/kecambah)asli sehingga mampu berproduksitinggi.

Page 3: Wr 301087

14

perlu mendapat perhatian, yaitu:(1) kebun sumber biji umumnyatelah tua dengan klon yang ditanamGT1, karena areal dengan klon lainbelum ditetapkan sebagai sumberbiji, (2) sebagian besar sumber bijiterdapat di Sumatera dan Jawa,dan (3) mutu benih di penangkarberagam dan belum bersertifikat.

Dengan adanya masalah ter-sebut, pemerintah perlu menyedi-akan bibit unggul karet. Pusat Pe-nelitian Karet (PPK) merekomenda-sikan beberapa upaya yaitu:1. Merevitalisasi kebun entres dan

kebun sumber biji, yang meliputi(a) inventarisasi kebun entresdan sumber biji, (b) pemurnianklon dan perbaikan manajemenkebun entres, (c) evaluasi danpenetapan kebun sebagai sum-ber biji.

2. Mempercepat perluasan kebunentres.

3. Menguatkan kelembagaan pe-nangkar dengan (a) pemba-ngunan/perluasan kebun entres,(b) pemurnian entres, dan (c)penumbuhan/penguatan pe-nangkar benih serta registrasi/sertifikasi.

Dukungan teknologi pembibit-an yang diberikan PPK berupa:

1. Penyediaan klon unggul batangatas. Klon-klon tersebut dike-lompokkan menjadi tiga, yaitu:(a) klon penghasil lateks, memi-liki potensi hasil lateks sangattinggi, tetapi potensi hasil kayu-nya sedang, antara lain BPM 24,BPM 107, BPM 109, IRR 104,PB 217, PB 260, PR 255, danPR 261; (b) klon penghasil la-teks-kayu, dengan ciri potensihasil lateks dan kayu tinggi,antara lain AVROS 2037, BPM1, IRR 5, IRR 21, IRR 32, IRR39, IRR 42, IRR 118, PB 330,dan RRIC 100; dan (c) klonpenghasil kayu, yaitu hasil la-teksnya sedang, tetapi produksikayu sangat tinggi, antara lainIRR 70, 71, 72, dan 78.

2. Pemurnian klon pada kebun en-tres untuk mengetahui kelayak-an teknis kebun entres sebagaisumber benih penghasil mataokulasi.

3. Evaluasi kebun sumber biji untukmenetapkan kelayakan tekniskebun sebagai sumber biji.

4. Kerja sama waralaba denganmenempatkan PPK sebagai pro-dusen stum okulasi mata tidur(OMT), sedangkan mitra men-distribusikan stum OMT, mataokulasi, dan kayu okulasi.

Bibit Kakao

Kualitas bahan tanam sebagianbesar perkebunan kakao rakyatmasih rendah. Kakao umumnyadiperbanyak dengan biji yang belumlayak disebut sebagai benih. Peng-gunaan bahan tanam berkualitasrendah menyebabkan pertumbuhandan hasil tanaman bervariasi. Di-perkirakan 80% hasil kebun kakaoyang dipanen berasal dari 20%populasi tanaman. Produktivitas ra-ta-rata kakao Indonesia hanya 625kg/ha/tahun, jauh di bawah potensiproduksi rata-rata yaitu lebih dari2.000 kg/ha/tahun.

Klon unggul kakao mulia yangdianjurkan Pusat Penelitian Kopidan Kakao (PPKK) adalah ICCRI 02.Klon ini mempunyai potensi pro-duksi 2.500 kg/ha/tahun, bobot biji1,36 g, kadar lemak >55%, sertatoleran hama dan penyakit. Untukkakao lindak, klon yang dianjurkanadalah ICCRI 03 dan ICCRI 04.Keduanya memiliki produktivitas2.300 kg/ha, jumlah buah 43-45/pohon, jumlah biji 40/buah, bobotbiji 1,28 g, pod value 22, rendemen36%, kadar lemak 55%, kadarkulit ari 11%, serta tahan hamaHelopeltis dan penyakit busuk buah.

Kebutuhan bibit untuk programrevitalisasi perkebunan kakao ma-sih sulit dipenuhi dengan cara kon-vensional. Oleh karena itu, penye-diaan bibit unggul dapat menggu-nakan teknik bioteknologi yaitu em-briogenesis somatik. Teknik ini da-pat menyediakan bibit klonal secaramassal dengan harga bibit yangterjangkau petani. Teknik embrio-genesis somatik telah berhasilditerapkan di Thailand pada kopirobusta. Pada kakao, penerapannyabaru sampai tahap uji lapang skalakomersial di Ekuador.

Tanaman kakao asal embrio-genesis somatik memiliki tajuksempurna, berakar tunggang, per-tumbuhan seragam dan vigor, masatanaman belum menghasilkan 4bulan lebih cepat, relatif tahan ke-keringan, dan produktivitasnyatinggi. Selain itu, panen pertamasudah dapat dilakukan pada umur

Searah jarum jam, pembibitan kelapa sawit, kakao, dan karet untuk mendukungprogram revitalisasi perkebunan.

Page 4: Wr 301087

15

3 tahun setelah tanam, denganhasil 500 kg/ha/tahun. Hasil ini lebihtinggi 500% daripada hasil tana-man asal biji/benih. Hasil akan terusmeningkat seiring dengan bertam-bahnya umur tanaman, mencapai1.680 kg/ha/tahun pada umur 5tahun setelah tanam.

Tanaman kakao asal embrio-genesis somatik diharapkan dapatmemenuhi kriteria bahan tanamkakao unggul berkualitas, yaitu: (1)potensi produksi tinggi dan cepatmenghasilkan buah, (2) mutu hasilsesuai dengan keinginan konsumen,yaitu bobot biji kering lebih dari 1g/biji, kandungan lemak biji lebihdari 55%, dan persentase kulit arikurang dari 12%, (3) toleran terha-dap hama dan penyakit.

Bahan Tanam Berkualitas Pentingdalam Revitalisasi Perkebunan

Program revitalisasi perkebunanmerupakan “pertaruhan” pemerin-tah dalam pengembangan perke-bunan, sehingga selayaknya men-dapat dukungan dari Pusat Pene-litian Perkebunan lingkup LRPI. Sa-lah satu kontribusi yang dapat dibe-rikan adalah menyediakan bahantanam kelapa sawit, karet, dan ka-kao unggul berkualitas. Bahan ta-nam merupakan modal dasar untukmencapai hasil yang tinggi. Kesa-lahan dalam memilih dan menggu-nakan bahan tanam akan mengaki-batkan kerugian jangka panjang.Oleh karena itu, pemilihan danpenggunaan bahan tanam unggul

Salah satu hama penting pada tanaman jagung adalah peng-

gerek batang (Ostrinia furnacalis).Sejalan dengan pencanangan swa-sembada jagung pada tahun 2010melalui perluasan areal dan inten-sifikasi, maka populasi penggerek

Pengendalian Penggerek BatangJagung Ramah Lingkungan

batang jagung akan meningkat ka-rena hama dapat meneruskan sik-lus hidupnya ke generasi berikutnyasecara terus-menerus.

Untuk mengantisipasi seranganhama penggerek batang jagung,Balai Besar Penelitian dan Pengem-

bangan Bioteknologi dan Sumber-daya Genetik Pertanian (BB Bio-gen) telah mengembangkan pe-rangkap berferomon seks untukO.furnacalis. Sebelumnya, BBBiogen telah berhasil mengembang-kan perangkap berferomon seksuntuk ulat bawang, Spodopteraexigua. Perangkap berferomon da-pat digunakan untuk memantautingkat populasi dan mempelajaridinamika populasi penggerek ba-tang jagung di suatu daerah, sertasebagai perangkap massal untukmengendalikan hama tersebut.

Penelitian untuk mengembang-kan seks feromon meliputi peng-amatan perilaku kawin O. furna-calis, isolasi dan identifikasi kom-ponen senyawa aktif, respons se-rangga jantan (bioasai) terhadapkomponen aktif (senyawa sintetis),pengembangan formulasi feromonseks (rasio dan kuantitas), serta ujidaya tarik formulasi feromon di la-pang. Hasil penelitian di laborato-rium menunjukkan ada dua kompo-nen utama yang bersifat feromo-noid terhadap penggerek batangjagung populasi Indonesia. Pada ujicoba di rumah kasa (screen house),dua formulasi senyawa feromonoidmemberikan daya tarik yang atrak-tif terhadap penggerek batang jan-tan dewasa, baik populasi Bogormaupun Bandung. Formulasi terse-

Feromon-Ostri prospektif untuk mengendalikan penggerek batangjagung. Feromon tidak beracun sehingga aman bagi produk tanaman,

serangga bukan sasaran, dan manusia.

berkualitas dalam program revita-lisasi perkebunan sangat penting.Pusat Penelitian Perkebunan ling-kup LRPI melalui SDM dan prasa-rana pendukung yang dimiliki siapmenyediakan bahan tanam berku-alitas (Bambang Dradjat dan GedeWibawa).

Untuk informasi lebih lanjuthubungi:

Lembaga Riset PerkebunanIndonesiaJalan Salak No. 1ABogor 16151Telepon : (0251) 333088

333089Faksimile : (0251) 315985E-mail : [email protected]

Larva penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis) serta serangga dewasa jantandan betina (inzet).

Administrator
Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 30, No. 1 2008