working paper no. 01 dibutuhkan 1,5 milyar...

26
DIBUTUHKAN 1,5 MILYAR UNTUK ATASI TEBANG BUTUH PAPER Studi Kasus Desa Terong, Bantul, DIY Oleh : Agus Budi Purwanto | ARuPA Sugeng Triyanto | ARuPA Sitta Yusti Azizah | ARuPA Fajar Kurniawan | ARuPA ICCTF

Upload: hadat

Post on 17-Sep-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: WORKING PAPER No. 01 DIBUTUHKAN 1,5 MILYAR …arupa.or.id/sources/uploads/2014/09/Tebang-Butuh-Desa-Terong-Study... · 1 Semisal munculnya Permenhut P.30/2012 tentang Penatausahaan

WORKING PAPER No. 01DIBUTUHKAN 1,5 MILYAR

UNTUKATASI TEBANG BUTUH

PAPER

Studi Kasus Desa Terong, Bantul, DIY

Oleh :Agus Budi Purwanto | ARuPASugeng Triyanto | ARuPASitta Yusti Azizah | ARuPAFajar Kurniawan | ARuPA

ICCTF

Page 2: WORKING PAPER No. 01 DIBUTUHKAN 1,5 MILYAR …arupa.or.id/sources/uploads/2014/09/Tebang-Butuh-Desa-Terong-Study... · 1 Semisal munculnya Permenhut P.30/2012 tentang Penatausahaan

DIBUTUHKAN 1,5 MILYAR UNTUK

ATASI TEBANG BUTUH

PAPER

Studi Kasus Desa Terong, Bantul, DIY

Oleh :Agus Budi Purwanto | ARuPASugeng Triyanto | ARuPASitta Yusti Azizah | ARuPAFajar Kurniawan | ARuPA

ICCTF

Page 3: WORKING PAPER No. 01 DIBUTUHKAN 1,5 MILYAR …arupa.or.id/sources/uploads/2014/09/Tebang-Butuh-Desa-Terong-Study... · 1 Semisal munculnya Permenhut P.30/2012 tentang Penatausahaan

DIBUTUHKAN 1,5 MILYAR UNTUK ATASI TEBANG BUTUH

Studi Kasus Desa Terong, Bantul, DIY

Agus Budi PurwantoSugeng TriyantoSitta Yusti Azizah Fajar Kurniawan

ABSTRAK

Saat ini hutan rakyat telah menjadi lanscape bisnis keluarga petani yang menjanjikan. Namun di dalamya masih menyimpan persoalan kelestarian lantaran penebangan pohon belum layak tebang. Riset ini bermaksud mengetahui seberapa besar dana tunda tebang yang dibutuhkan petani hutan rakyat dalam satu tahun. Kami menemukan bahwa kebutuhan dana tunda tebang bagi 554 petani hutan rakyat Desa Terong setiap tahun sejumlah 1,5 milyar. Potensi untuk membuat lembaga keuangan tunda tebang secara mandiri sangat dimungkinkan. Sehingga, diperlukan desain dan pembentukan lembaga keuangan yang mengakomodir pohon sebagai agunan pinjaman tunda tebang.

1. PendahuluanDi negara-negara berkembang, saat ini hutan rakyat dan hutan skala kecil berbasis masyarakat lainnya telah berkembang menjadi fenomena yang sangat penting dalam sumber pendapatan keluarga, ketenagakerjaan, serta cara hidup sehari-hari di wilayah pedesaan (Kozak, 2007; Nugroho, 2010; Tomasolli et al., 2013). Hutan rakyat dapat pula menjadi alat yang penting dalam penurunan kemiskinan. Terdapat beberapa alasan atas fakta tersebut antara lain: pertama, hutan rakyat menyerap tenaga kerja yang bersifat padat karya serta berjangka waktu lama; kedua, hutan rakyat telah tumbuh pesat serta memberikan berkontribusi pada kelestarian lingkungan, pasar kayu yang menguntungkan, serta dapat menciptakan struktur ekonomi baru dalam bisnis kehutanan; ketiga, hutan rakyat melayani pasar lokal dan domestik yang telah tumbuh pesat; dan keempat, hutan rakyat dapat menciptakan jiwa kewirausahaan bagi pengelolanya (Kozak, 2007).

| Paper ARuPA - September 2014

ICCTF

Pag

e 1

Page 4: WORKING PAPER No. 01 DIBUTUHKAN 1,5 MILYAR …arupa.or.id/sources/uploads/2014/09/Tebang-Butuh-Desa-Terong-Study... · 1 Semisal munculnya Permenhut P.30/2012 tentang Penatausahaan

Di Indonesia, dalam segi perkembangannya pada rentan waktu

1960 – 1980, hutan rakyat dikreasikan masyarakat desa sebagai

bentuk konservasi tanah kritis. Namun pada periode 1990-2010,

ketika industri penyerap hasil kayu rakyat tumbuh pesat, hutan

rakyat menjelma menjadi sebuah landscape bisnis keluarga

yang menjanjikan (Suprapto, 2010; Arupa, 2013). Terlebih lagi

ketika periode pasca itu hingga sekarang, ketika pemerintah

Indonesia semakin memangkas biaya politik dan ekonomi 1perijinan kayu rakyat, bisnis hutan rakyat bagi petaniDi

Indonesia, dalam segi perkembangannya pada rentan waktu

1960 – 1980, hutan rakyat dikreasikan masyarakat desa sebagai

bentuk konservasi tanah kritis. Namun pada periode 1990-2010,

ketika industri penyerap hasil kayu rakyat tumbuh pesat, hutan

rakyat menjelma menjadi sebuah landscape bisnis keluarga

yang menjanjikan (Suprapto, 2010; Arupa, 2013). Terlebih lagi

ketika periode pasca itu hingga sekarang, ketika pemerintah

Indonesia semakin memangkas biaya politik dan ekonomi

perijinan kayu rakyat, bisnis hutan rakyat bagi petani semakin

berkembang, senada dengan meningkatnya luasan hutan rakyat

di Indonesia. Hutan rakyat tumbuh berkembang tak bisa

dipungkiri berkat intervensi aktor ekonomi bernama industri

perkayuan.

________________________1 Semisal munculnya Permenhut P.30/2012 tentang Penatausahaan Hasil Hutan yang berasal dari Hutan Hak. Dalam Permenhut tersebut, ijin kayu rakyat tidak lagi hingga pejabat kabupaten, namun cukup di institusi desa, dan bahkan hanya menggunakan nota dari pemilik kayu. Hal tersebut secara langsung menurunkan biaya produksi, sehingga transaksi kayu rakyat diproyeksi akan melonjak lebih tinggi. Hal lain, permintaan kayu rakyat semakin tinggi disebabkan pasokan kayu bagi industry dari hutan alam dan hutan tanaman skala besar turun lantaran adanya deforestasi. P

age 2

ICCTF

| Paper ARuPA - September 2014

Page 5: WORKING PAPER No. 01 DIBUTUHKAN 1,5 MILYAR …arupa.or.id/sources/uploads/2014/09/Tebang-Butuh-Desa-Terong-Study... · 1 Semisal munculnya Permenhut P.30/2012 tentang Penatausahaan

Layaknya pisau bermata dua, intervensi tersebut pada satu sisi dapat meningkatkan kesejahteraan petani hutan, pada sisi lain dapat pula mengancam kelestarian fungsi hutan. Komparasi paralel dapat disebutkan sebagai berikut: Jika jargon konservasi tanah kritis dibelakang tumbuhnya hutan rakyat, maka dapat dipastikan umur kayu tebang relatif besar antara 20 hingga 40 tahun. Namun jika jargon ekonomi menjadi latarbelakang tumbuhnya hutan rakyat, maka dapat dipastikan pula umur kayu tebang akan turun bahkan hingga jangka umur antara 5 sampai 10 tahun. Fakta komparasi terakhir tersebut yang sebenar-benarnya terjadi pada hutan rakyat di Indonesia.

Tentu saja, penurunan umur tebang tersebut tidak terjadi hanya lantaran faktor dari luar. Faktor dari dalam keluarga petani sendiri juga memiliki andil. Kebutuhan yang kian meningkat dan beragam menjadi salah satu faktor dalam mempercepat jadwal penebangan. Tebang butuh sebuah istilah untuk seakan mengatakan bahwa kebutuhan keluarga petani kecil di desa tidak pernah terduga dan hutan rakyat sebagai layaknya “celengan” atau tabungan untuk dapat diambil sewaktu-waktu, entah masih sedikit entah sudah banyak (dalam konteks kayu, entah masih muda entah sudah tua). Semuanya pada dasarnya laku terjual di pasaran.

Jika benar logika hutan rakyat sebagai tabungan yang dapat diambil sewaktu-waktu tanpa peduli apapun kondisi lantaran kebutuhan keluarga petani yang selalu tak terduga tersebut, maka perlu dipikirikan ulang mengambil sebagian “peran” tabungan pada hutan rakyat khususnya untuk kebutuhan skala kecil yang tidak terduga. Lembaga keuangan mikro ataupun koperasi menjadi pilihan yang menarik untuk disodorkan untuk memerankan sebagian peran tersebut. Mengapa demikian? Selain dari oleh dan untuk anggota, LKM atau koperasi khusus yang dibuat oleh keluarga petani dapat menyesuaikan diri secara spesifik dalam mekanisme simpanan dan pinjaman sesuai dengan karakteristik anggotanya. Jika pada lembaga keuangan lain, pohon tidak bisa menjadi jaminan, dalam LKM atau koperasi petani hutan rakyat, pohon dimungkinkan menjadi agunan. Tentu saja pengkreasian tersebut masih terus berlanjut P

age 3

ICCTF

| Paper ARuPA - September 2014

Page 6: WORKING PAPER No. 01 DIBUTUHKAN 1,5 MILYAR …arupa.or.id/sources/uploads/2014/09/Tebang-Butuh-Desa-Terong-Study... · 1 Semisal munculnya Permenhut P.30/2012 tentang Penatausahaan

dengan ragam yang lain asalkan tetap memegang prinsip manajemen yang baik yakni transparan, akuntabel, serta sehat.

Pertanyaan Penelitian

Kendati hutan rakyat telah menjadi sumber pendapatan bagus bagi petani di desa, ia tidak semata-mata satu-satunya sumber penerimaan bagi ekonomi rumah tangga petani. Wawancara saya dengan salah seorang ketua kelompok tani hutan rakyat di Desa Girisekar tahun 2010 menyebutkan setidaknya beliau memiliki 10 sumber pendapatan baik dari hutan rakyat, peternakan, jual tenaga/jasa pertanian, makelar, kerja buruh bangunan di kota, kepemerintahan desa, pengurus di sekian organisasi masyarakat, istri yang mengajar TK, memijat refleksi, dan membuat mebel & handycraf berbahan ranting kayu. Keragaman tersebut menjadi menarik untuk ditelisik lebih jauh sebenarnya berapa besaran serta prosentase dari masing-masing pekerjaan terhadap penerimaan/income ekonomi keluarga.

Pertanyaan lebih lanjut yaitu apa saja ragam pengeluaran keluarga petani berikut besaran serta prosentasenya. Pengeluaran selanjutnya dapat dikatergorikan dalam beberapa kategori dengan variasi-variabel misalnya kebutuhan besar sedang dan sedikit. Variabel yang digunakan misalnya sumber pendapatan yang digunakan, kebutuhan rutin dan tiba-tiba, bidang kebutuhan misalnya pendidikan, kesehatan, rekreasi, dst.P

age 4

ICCTF

| Paper ARuPA - September 2014

Page 7: WORKING PAPER No. 01 DIBUTUHKAN 1,5 MILYAR …arupa.or.id/sources/uploads/2014/09/Tebang-Butuh-Desa-Terong-Study... · 1 Semisal munculnya Permenhut P.30/2012 tentang Penatausahaan

Karena seringnya ketidaksesuaian waktu antara penerimaan

dan pengeluaran akibat mayoritas ketidaktetapan penerimaan

yang didapat keluarga petani, maka keluarga petani sering

menggunakan jasa lembaga keuangan baik itu bank maupun

renternir dalam meminjam uang. Dalam hal kebutuhan seperti

apa serta pada waktu kapan peminjaman-peminjaman tersebut

lazim dilakukan. Serta bagaimana secara ringkas mekanisme

peminjaman tersebut berjalan adalah pertanyaan-pertanyaan

kunci untuk mendapatkan profil bagaimana keluarga petani

memenuhi kebutuhan uang tunai dengan pinjaman.

Gambar 1. Alur Pikir Penelitian

Sehingga dengan demikian dapat dirumuskan pertanyaan

utama penelitian yaitu: Berapa besar kebutuhan dana tunda

tebang dalam satu tahun untuk Desa Terong?

Kontribusi Hasil Penelitian

Penelitian ini memberikan kontribusi setidaknya pada dua hal penting: pertama, sebagai bahan untuk merancang model lembaga keuangan masyarakat yang mengakomodir seoptimal mungkin kebersesuaian dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat petani hutan rakyat. Kedua, untuk mendukung kelestarian hutan rakyat dengan upaya peningkatan skala umur tebangan terkecil dari kayu.

Pag

e 5

ICCTF

| Paper ARuPA - September 2014

Page 8: WORKING PAPER No. 01 DIBUTUHKAN 1,5 MILYAR …arupa.or.id/sources/uploads/2014/09/Tebang-Butuh-Desa-Terong-Study... · 1 Semisal munculnya Permenhut P.30/2012 tentang Penatausahaan

Metode

§ Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Terong Kecamatan

Dlingo Kabupaten Bantul DIY. Subyek penelitian yaitu

anggota Kelompok Tani Hutan Rakyat JASEMA (KTH

Jasema) yang memiliki anggota sebanyak 554 keluarga

petani.

§ Populasi yang akan diteliti yaitu sejumlah anggota KTH

Jasema yang kemudian diambil sampel dengan

menggunakan rumus Slovin (Arikunto, 2000), sebagai

berikut:

n adalah jumlah respondenN adalah jumlah total kepala keluarga (KK)e adalah presisi 15%

n = 41 sample

Dengan berbagai pertimbangan, salah satunya untuk semakin membuat valid perolehan data, maka diputuskan untuk mengambil sampel 45 responden. Penentuan sampel orang menggunakan metode sampling purposive. Dari sejumlah 45 responden tersebut akan dibagi menjadi dalam 3 golongan yaitu, pemilik hutan rakyat dan lahan pertanian dengan luas lahan >1 ha; 0.5-1 ha; <0.5 ha.

Pag

e 6

N

N(e )2

+ 1n =

554

554 (0,15)2

+ 1n =

ICCTF

| Paper ARuPA - September 2014

Page 9: WORKING PAPER No. 01 DIBUTUHKAN 1,5 MILYAR …arupa.or.id/sources/uploads/2014/09/Tebang-Butuh-Desa-Terong-Study... · 1 Semisal munculnya Permenhut P.30/2012 tentang Penatausahaan

§ Pencarian data

Menggunakan metode studi pustaka, wawancara, kuesioner,

dan pengamatan lapangan. Studi pustaka untuk

mendapatkan data-data sekunder yang bersifat umum.

Selain itu, studi pustaka dimaksudkan untuk menelaah serta

meng-overview kerangka teori guna membantu melihat fakta

sosial di masyarakat. Metode Wawancara digunakan

terutama bagi aktor-aktor kunci di desa serta 45 responden

yang telah ditentukan. Kuesioner disampaikan kepada 45

responden. Dan pengamatan lapangan dilakukan untuk

memberikan jaminan klarifikasi lapangan atas temuan yang

diperoleh dari metode-metode yang lain tersebut.

Cara Kerja Penelitian dan Pelaksana

Penyusunan alat penelitian termasuk naskah desain penelitian ini membutuhkan waktu 5 hari kerja. Sedangkan proses pencarian data menggunakan alur sebagai berikut: 1) Akan diselenggarakan diskusi terarah selama sehari dengan peserta seluruh kepala dusun di Terong dan pengurus KTH Jasema untuk membahas rencana penelitian serta penentuan sample penelitian berdasarkan kategori-kategori yang tersebut di atas yang direncanakan pada hari Kamis, 12 Juni 2014; 2) Akan melakukan wawancara dan pengisian kuesinoner dengan enumerator mendatangi responden di rumahnya. Dengan jumlah responden 41 kepala keluarga, dengan jumlah enumerator 3 orang, dengan asumsi tiap enumerator dalam sehari dapat mewawancarai 4 responden maka wawancara dan pengisian kuesioner dilakukan selama 4-5 hari sejak senin 16 Juni 2014 hingga jumat 25 Juni 2014. Pada bulan Juli dilakukakan olah dan analisis data serta penulisan laporan. Adapun nama-nama enumerator yang di usulkan yaitu Debbi, Ilmi, dan Sigar.

Pag

e 7

ICCTF

| Paper ARuPA - September 2014

Page 10: WORKING PAPER No. 01 DIBUTUHKAN 1,5 MILYAR …arupa.or.id/sources/uploads/2014/09/Tebang-Butuh-Desa-Terong-Study... · 1 Semisal munculnya Permenhut P.30/2012 tentang Penatausahaan

2. Temuan

22.1 Sekilas desa terong

Lokasi penelitian berada di Desa Terong. Secara administratif

desa ini masuk dalam lingkup kecamatan Dlingo Kabupaten

Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Menuju ke Terong,

dari kota Yogyakarta menuju arah tenggara, menaiki

pegunungan Gunungkidul kemudian berbelok ke arah barat.

Perjalanan dari Yogyakarta dapat ditempuh dengan waktu 45

menit. Berada pada ketinggian 325-400 meter dpl, tekstur

lanscape desa ini berbentuk perbukitan.

Memiliki luas wilayah 775 hektar, yang terbagi dalam peruntukan

pemukiman dan pekarangan 143 hektar, sawah 144 hektar,

tegalan 378 hektar, dan lain-lain 110 hektar. Khusus untuk

peruntukan tegalan, semua lahan ditanami tanaman kayu serta

sebagian disela-selanya ditanami tanaman palawija dan jenis

tanaman bawah lainnya. Sedangkan peruntukan sawah

ditanami padi pada 1 kali musim tanam dan musim selanjutnya

ditanami tanaman jagung, kacang. Pada pematang sawah serta

sebagian tegalan, petani menanam rumput gajah sebagai

makan ternak yang dipakai sendiri maupun dijual.

________________2 Data disadur dari buku Profil Desa Terong 2013 yang diterbitkan oleh Pemerintah

Desa Terong. Pag

e 8

ICCTF

| Paper ARuPA - September 2014

Page 11: WORKING PAPER No. 01 DIBUTUHKAN 1,5 MILYAR …arupa.or.id/sources/uploads/2014/09/Tebang-Butuh-Desa-Terong-Study... · 1 Semisal munculnya Permenhut P.30/2012 tentang Penatausahaan

Desa Terong memiliki 9 dusun antara lain: Kebokuning, Saradan,

Pancuran, Rejosari, Terong II, Terong I, Pencitrejo, Sendangsari,

dan Ngenep. Jumlah penduduk desa terong pada akhir tahun

2013 sebesar 6.512 orang yang terbagi dalam 1.617 keluarga,

dimana penduduk perempuan 3.263 orang, dan penduduk laki-

laki sebesar 3.249 orang. Jenis pekerjaan warga Terong masih

didominasi dalam sektor agraria/pertanian. Sebanyak 4.262

berprofesi sebagai petani, serta 255 hanya sebagai buruh tani.

Menyusul pekerjaan buruh atau pegawai swasta sebanyak 766

orang. Pengrajin 549 orang, peternak 323 orang, dan pedagang

283 orang. Adapula secara spesifik warga yang bekerja sebagai

pegawai negeri sebanyak 53 orang, penjahit 10 orang, satpam

dan montir masing-masing 4 orang, serta bidan 3 orang.

Tingkat pendidikan warga Terong tergolong tinggi. Sebanyak 40

orang telah lulus Diploma, terdapat 49 sarjana, dan bahkan ada 3

warga yang telah lulus jenjang S2. Warga yang taman SLTA

sebanyak 1.242, dan SLTP 1.524. Mayoritas telah tamat SD

sebanyak 2.366 warga. Dengan demikian, hampir tidak ada

warga usia sekolah yang tidak bisa baca tulis.

2.2 Hutan rakyat desa terong dan KTH Jasema

Dalam UU No. 41 tentang Kehutanan, hutan rakyat disebutkan dalam penjelasan salah satu pasal yang secara sederhana menerangkan sebuah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah dan berada diluar tanah negara yang ditetapkan sebagai hutan. Jadi ringkasnya, hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di lahan-lahan milik masyarakat. Pengetahuan umum di Yogyakarta dan Jawa Tengah, hutan rakyat rakyat dapat berada pada pekarangan yakni di sekitar rumah tinggal, berada di tegalan yakni tanah kering yang biasanya untuk tanaman selain padi, serta di sawah di mana tanaman keras ditanam di pematang.

Pag

e 9

ICCTF

| Paper ARuPA - September 2014

Page 12: WORKING PAPER No. 01 DIBUTUHKAN 1,5 MILYAR …arupa.or.id/sources/uploads/2014/09/Tebang-Butuh-Desa-Terong-Study... · 1 Semisal munculnya Permenhut P.30/2012 tentang Penatausahaan

Dilihat dari perkembangannya, menurut Wartaputra (1990)

sebagaimana dikutip oleh Suprapto (2010), pengembangan

hutan rakyat di Jawa dimulai pada tahun 1930 oleh pemerintah

kolonial. Kemudian Pemerintah Indonesia pada tahun 1950-an

mengembangkan hutan rakyat melalui program “Karang Kitri”

dan program penghijauan pada awal tahun 60-an. Pada awal

pengembangannya, sasaran pengembangan hutan rakyat

adalah pada lahan-lahan kritis yang berjurang, dekat mata air,

lahan terlantar dan tidak lagi dipergunakan untuk budidaya

tanaman semusim. Tujuan pengembangan hutan rakyat adalah

untuk meningkatkan produktivits lahan kritis, memperbaiki tata

air dan lingkugan dan membantu masyarakat dalam penyediaan

kayu bangunan, bahan perabotan rumah tangga dan sumber

kayu bakar. Dalam perkembangannya hingga kini, masyarakat

mulai merasakan manfaat baik secara ekonomi maupun secara

kenyamanan lingkungan. Sehingga tampuk inisiatif

pengembangan hutan rakyat tidak lagi berada pada pemerintah,

namun pada keswadayaan masyarakat itu sendiri.

Di Desa Terong, saat ini hutan rakyat telah tumbuh pesat.

Menurut Sugiyono, ketua KTH Jasema, sebuah kelompok tani

hutan rakyat di desa Terong, menyatakan bahwa hampir tidak

ada lagi lahan kecuali sawah yang tidak tertanami tanaman

keras. Luas hutan rakyat di Desa Terong saat ini tidak kurang dari

378 hektar. Sementara itu, yang telah resmi merupakan wilayah

kelola KTH Jasema yang bersertifikat SVLK seluas 312 hektar.

Jumlah anggota KTH sebanyak 554 keluarga petani. Berikut ini

jumlah anggota dan luas hutan rakyat tiap dusun:

Pag

e 10

ICCTF

| Paper ARuPA - September 2014

Page 13: WORKING PAPER No. 01 DIBUTUHKAN 1,5 MILYAR …arupa.or.id/sources/uploads/2014/09/Tebang-Butuh-Desa-Terong-Study... · 1 Semisal munculnya Permenhut P.30/2012 tentang Penatausahaan

Tabel 1. Luas Hutan Rakyat dan Jumlah Anggota KTH Jasema

Sumber: KTH Jasema 2014.

2.3 Pendapatan

Masyarakat pencipta hutan rakyat mendapatkan berbagai keuntungan dari apa yang mereka kreasikan. Berdasarkan temuan dari riset Diniati dkk (2010), terdapat lima aspek keuntungan dari keberadaan hutan rakyat bagi pemiliknya yaitu: Keuntungan ekonomi, politik, ekologi, sosial, dan psikologi. Lima aspek tersebut dirangkum dalam sebuah kesimpulan bahwa hutan rakyat meningkatkan kesejahteraan pemiliknya. Sebagai contoh, dalam aspek ekonomi, hutan rakyat menghasilkan keanekaragaman hasil lahan dan peningkatan volume produksi kayu. Selain itu, hutan rakyat telah memacu berkembangnya industri kecil sebagai upaya untuk meningkatkan peranan jaringan ekonomi rakyat.

Pag

e 11

Luas Hutan Rakyat Anggota KTH Jasema

(Ha) (Keluarga)

1 Kebokuning 19,35 21

2 Saradan 31,01 68

3 Pancuran 69,48 118

4 Rejosari 25,8 65

5 Terong II 34,15 94

6 Terong I 2,79 19

7 Pencitrejo 57,8 67

8 Sendangsari 14,19 18

9 Ngenep 57,43 84

312 554JUMLAH

No Dusun

ICCTF

| Paper ARuPA - September 2014

Page 14: WORKING PAPER No. 01 DIBUTUHKAN 1,5 MILYAR …arupa.or.id/sources/uploads/2014/09/Tebang-Butuh-Desa-Terong-Study... · 1 Semisal munculnya Permenhut P.30/2012 tentang Penatausahaan

Masyarakat Desa Terong yang mengkreasikan hutan rakyat di lahan-lahan miliknya juga merasakan manfaat yang sama. Jika salah satu indikator ekonomi dalam indikator kesejahteraan diukur, maka potret pendapatan rumah tangga dapat menjadi salah satu hal yang menarik untuk diperiksa. Layaknya kehidupan masyarakat agraris pedesaan yang lain, pekerjaan petani termasuk petani hutan rakyat dapat dipastikan tidak berdiri sendiri. Ia ditopang oleh sumber pendapatan yang lain, baik dari sektor agraria off farm maupun dari sektor non agraria. Dalam penelitian yang kami lakukan di Desa Terong, pendapatan dari sektor agraria kami setarakan dengan terminologi 'pendapatan pertanian'. Hal ini berarti bahwa dalam segala bentuk pendapatan dari lahan hutan rakyat yang berbentuk agroforestry (terdapat berbagai macam tanaman pertanian termasuk tanaman kayu) termasuk pula sawah, kami katerogikan menjadi satu dengan sebutan pendapatan dari pertanian.

Kami menemukan bahwa pendapatan dari sektor pertanian memberikan kontribusi antara 15%-23% tiap tahun pendapatan keluarga. Sementara itu, pendapatan dari luar pertanian memberikan kontribusi 64%-75% terhadap pendapatan per tahun tiap keluarga. Sementara yang lain berasal dari pendapatan penjualan kayu sebesar 6%-12%. Serta sumber pendapatan uang tunai dari meminjam uang (atau utang) sebesar 1%-4%. Melihat angka-angka tersebut, tidak bisa dipungkiri bahwa pendapatan dari sektor luar pertanian masih mendominasi pendapatan keluarga tiap tahunnya. Namun, yang perlu menjadi perhatian, bahwa pendapatan tersebut dihitung dari penerimaan uang tunai pada satu tahun terakhir. Di dalam hutan rakyat sendiri, masih menyimpan aset yang sangat fantastis jumlahnya antara 15 juta hingga 60 juta rupiah.

Dalam riset yang kami lakukan, kami membedakan responden menjadi 3 golongan yaitu responden yang memiliki lahan pertanian/kehutanan > 1ha; 0,5-1 ha; dan < 0,5 ha. Pendapatan tiap tahun untuk masing-masing kepemilikan lahan yaitu 43 juta; 28 juta; dan 31 juta. Pendapatan tersebut diperoleh dari pendapatan pertanian, pendapatan kayu dijual, dan pendapatan P

age 12

ICCTF

| Paper ARuPA - September 2014

Page 15: WORKING PAPER No. 01 DIBUTUHKAN 1,5 MILYAR …arupa.or.id/sources/uploads/2014/09/Tebang-Butuh-Desa-Terong-Study... · 1 Semisal munculnya Permenhut P.30/2012 tentang Penatausahaan

di luar pertanian. Dapat dilihat, pendapatan golongan ke-3 justru lebih besar dari golongan 2 karena ditopang dari pendapatan diluar pertanian.

Tabel 2. Bidang Pendapatan berdasarkan luas kepemilikan lahan.

Sumber: Hasil olah data ARuPA 2014

Gambar 2. Diagram Prosentase Bidang Pendapatan Keluarga

Petani Hutan Rakyat Desa Terong berdasarkan luas

kepemilikan lahan.

Pag

e 13

>51 ha 0.5 – 1 ha < 0.5 ha

Pendapatan / thn 43 juta 28 juta 31 juta

Pertanian 23% 21% 15%

Jual Kayu 12% 6% 6%

Luar Pertanian 64% 70% 75%

Uang Utang 1% 3% 4%

Aset kayu 60 juta 41 juta 15 juta

Bidang Pendapatan

Luas Kepemilikan Lahan

ICCTF

| Paper ARuPA - September 2014

Page 16: WORKING PAPER No. 01 DIBUTUHKAN 1,5 MILYAR …arupa.or.id/sources/uploads/2014/09/Tebang-Butuh-Desa-Terong-Study... · 1 Semisal munculnya Permenhut P.30/2012 tentang Penatausahaan

Kesimpulan

§ Kami menemukan fakta bahwa setiap tahun, keluarga petani

hutan rakyat terong memperoleh pendapatan uang tunai

sebesar Rp. 34 juta. Terdapat 4 sumber uang tunai tersebut

yaitu

1) Dari usaha agraria/pertanian/hutan rakyat sebesar 20%

atau Rp. 6,8 juta.

2) Dari usaha diluar agraria sebesar 69% atau Rp. 23,4 juta.

3) Dari jual kayu dari hutan rakyat sebesar 8 % atau Rp. 2,7

juta.

4) Dari meminjam uang lembaga keuangan 3% atau Rp. 1,1

juta.

§ Bahwa diluar sumber pendapatan uang tunai tersebut, petani

hutan rakyat memiliki aset berupa kayu di lahannya dengan

jangka antara Rp. 15 juta hingga Rp. 60 juta.

2.4 Pengeluaran

Pengeluaran tiap tahun untuk masing-masing kepemilikan lahan yaitu 19 juta; 20 juta; dan 15 juta. pengeluaran tersebut bisa dipilah ke dalam pengeluaran harian, bulanan, dan tahunan.

§ Pengeluaran Harian. Golongan 1 sebesar Rp. 32 ribu,

Golongan 2 sebesar 25 ribu, dan Golongan 3 sebesar 24

ribu. Dalam ketiganya, pengeluaran tertinggi yaitu sayuran

bumbu lauk sebesar 45% dan bensin sebesar 30%.

§ Pengeluaran Bulanan. Golongan 1 sebesar Rp. 313 ribu,

dengan pengeluaran tertinggi yaitu biaya sekolah anak

(26%) disusul biaya beli pulsa handphone (23%). Golongan 2

sebesar Rp. 700 ribu, dengan pengeluaran tertinggi yaitu

angsuran barang dan atau pinjaman (72%) disusul biaya

sekolah anak (11%). Golongan 3 sebesar Rp. 398 ribu,

dengan pengeluaran tertinggi yaitu angsuran barang dan

atau pinjaman (51%) disusul biaya sekolah anak (19%). Pag

e 14

ICCTF

| Paper ARuPA - September 2014

Page 17: WORKING PAPER No. 01 DIBUTUHKAN 1,5 MILYAR …arupa.or.id/sources/uploads/2014/09/Tebang-Butuh-Desa-Terong-Study... · 1 Semisal munculnya Permenhut P.30/2012 tentang Penatausahaan

Pengeluaran Tahunan. Golongan 1 sebesar Rp. 3.4 juta,

dengan pengeluaran tertinggi yaitu buwoh/nyumbang (48%)

disusul biaya berobat sakit (23%). Golongan 2 sebesar Rp.

2 .5 ju ta , dengan penge luaran te r t ingg i ya i tu

buwoh/nyumbang (67%) disusul biaya pajak kendaraan

bermotor (10%). Golongan 3 sebesar Rp. 2.1 juta, dengan

pengeluaran tertinggi yaitu buwoh/nyumbang (66%) disusul

beli pakaian (19%).

Jika dipolariasasi dengan cara lain, maka rincian pengeluaran

dari keluarga petani hutan rakyat di desa Terong dengan

mengambil rerata dari tiga kategori kepemilikan lahan pertanian,

dapat disebutkan sebagai berikut (per tahun):

a. Pengeluaran uang untuk makan sehari-hari sebesar Rp.

6 juta.

b. Pengeluaran uang untuk transportasi membeli bensin

sebesar Rp. 2,5 juta.

c. Pengeluaran uang untuk komunikasi membeli pulsa

sebesar Rp. 0,7 juta.

d. Pengeluaran uang untuk angsuran motor & angsuran

pinjam uang sebesar Rp. 5 juta.

e. Pengeluaran uang untuk pendidikan sebesar Rp. 0,9

juta.

f. Pengeluaran uang untuk kesehatan sebesar Rp. 0.4 juta

g. Pengeluaran uang untuk sosial misal nyumbang/buwoh

sebesar Rp. 1,5 juta.

Pag

e 15

ICCTF

| Paper ARuPA - September 2014

Page 18: WORKING PAPER No. 01 DIBUTUHKAN 1,5 MILYAR …arupa.or.id/sources/uploads/2014/09/Tebang-Butuh-Desa-Terong-Study... · 1 Semisal munculnya Permenhut P.30/2012 tentang Penatausahaan

Gambar 2. Diagram Prosentase Bidang Pendapatan Keluarga Petani Hutan Rakyat Desa Terong berdasarkan luas

kepemilikan lahan.

Kesimpulan

§ Kami menemukan fakta bahwa setiap tahun, keluarga petani

hutan rakyat di desa Terong mengeluarkan uang tunai

sebesar Rp. 17 juta.

§ Empat pengeluaran tertinggi tiap tahun berturut turut yaitu

untuk kebutuhan makan sehari-hari, untuk angsuran

pinjaman uang dan motor; untuk transportasi membeli

bensin; dan untuk kebutuhan sosial.P

age 16

ICCTF

| Paper ARuPA - September 2014

Page 19: WORKING PAPER No. 01 DIBUTUHKAN 1,5 MILYAR …arupa.or.id/sources/uploads/2014/09/Tebang-Butuh-Desa-Terong-Study... · 1 Semisal munculnya Permenhut P.30/2012 tentang Penatausahaan

2.5 Korelasi Pendapatan dan Pengeluaran:Tabel 3. Korelasi Pendapatan dan Pengeluaran

Keluarga Petani Hutan Rakyat Desa Terong

Dari uraian tersebut dapat diterangkan beberapa fakta sebagai berikut:

Pertama. Semakin luas kepemilikan lahan total (pekarangan, sawah, tegal) maka semakin besar pendapatan keluarga petani. Namun ada anomali dalam data survey ditemukan bahwa golongan menengah (gol 2) justru memiliki pendapatan lebih rendah dari golongan bawah (gol 3). Tapi memiliki aset kayu yang jauh di atas golongan bawah. Semakin sempit lahan maka semakin besar andil pendapatan dari luar pertanian bagi keluarga petani tersebut. Dalam kebutuhan dana pinjaman, terlihat petani lahan sempit membutuhkan dana pinjaman lebih besar skala intensitasnya ketimbang yang lain.

Kedua. Pengeluaran harian didominasi untuk kebutuhan pembelian sayuran lauk pauk bumbu, dan disusul biaya pembelian bensin. Untuk kebutuhan beras pada 3 golongan tersebut sudah dipenuhi dari hasil sawah sendiri. Pengeluaran bulanan berbeda-beda antara golongan, pada golongan atas pengeluaran tertinggi untuk biaya sekolah anak, namun pada golongan menengah dan rendah pengeluaran tertinggi untuk pembayaran angsuran pinjaman uang dan atau barang. Pengeluaran tahunan paling tinggi pada ketiga golongan tersebut yaitu biaya buwoh/nyumbang yang prosentasenya mencapai 67%. Secara nominal antara 1.5 juta hingga 2 juta.

Pag

e 17

>51 ha 0.5 – 1 ha < 0.5 ha

(golongan 1) (golongan 2) (golongan 3)

Pendapatan / thn 43 juta 28 juta 31 juta

Pengeluaran / thn 19 juta 20 juta 15 juta

Surplus 24 juta 8 juta 16 juta

Aset kayu 60 juta 41 juta 15 juta

Uraian

Luas Kepemilikan Lahan

ICCTF

| Paper ARuPA - September 2014

Page 20: WORKING PAPER No. 01 DIBUTUHKAN 1,5 MILYAR …arupa.or.id/sources/uploads/2014/09/Tebang-Butuh-Desa-Terong-Study... · 1 Semisal munculnya Permenhut P.30/2012 tentang Penatausahaan

Ketiga. telah teridentifikasi pengeluaran jenis tertentu dipenuhi dengan pendapatan jenis tertentu.

§ Untuk pengeluaran sehari-hari berupa makan,

transportasi (bensin) dan komunikasi (pulsa) dipenuhi

dari seluruh pendapatan sektor pertanian dan sebagian

pendapatan diluar pertanian, serta penjualan kayu.

§ Untuk pengeluaran angsuran motor & pinjaman uang,

serta biaya sosial (nyumbang) dipenuhi dari penjualan

kayu dan sebagian pendapatan diluar pertanian.

§ Untuk pengeluaran pendidikan & kesehatan dan biaya

lain-lain, dipenuhi dari uang hasil meminjam di lembaga

keuangan serta sebagian dari pendapatan diluar

pertanian, serta penjualan pohon.

Keempat. Pada seluruh kategori/golongan, jika kita kurangkan antara pendapatan dan pengeluaran, maka ketiganya mendapatkan surplus uang. Agak masuk akal kemudian jika dilihat dalam catatan wawancara soal penebangan, intensitas penebangan dalam setahun terakhir di setiap responden tidak lebih dari 2 kali penebangan dan bahkan banyak yang tidak menebang sama sekali.

Pag

e 18

ICCTF

| Paper ARuPA - September 2014

Page 21: WORKING PAPER No. 01 DIBUTUHKAN 1,5 MILYAR …arupa.or.id/sources/uploads/2014/09/Tebang-Butuh-Desa-Terong-Study... · 1 Semisal munculnya Permenhut P.30/2012 tentang Penatausahaan

2.6 Kebutuhan menebang pohon

Dari 45 Responden, dalam satu tahun terakhir (Mei 2013 – Mei 2014) terdapat 31 rumah tangga yang menebang pohon. Tujuan peruntukan dalam menebang pohon adalah sebagai berikut :

Kebutuhan uang keluarga petani yang dipenuhi dari penebangan pohon hutan rakyat per tahun per kepala keluarga sebesar Rp. 2,7 juta. Sehingga, seluruh anggota KTH Jasema sejumlah 554 keluarga per tahun membutuhkan dana tunda tebang sebesar Rp. 1,5 Milyar untuk luasan 312 hektar wilayah kelola hutan rakyat.

Pag

e 19

Peruntukan penebangan Jumlah responden

Pembuatan & perbaikan rumah 9 responden

Kebutuhan sehari-hari 5 responden

DP Motor dan Beli Motor 4 responden

Biaya sekolah anak 3 responden

Untuk ditabung 2 responden

untuk biaya perawatan pertanian 2 responden

Pajak motor, naik haji, sumbang masjid,

punya hajat, beli tanah, dan buwoh @ 1 responden.

Jumlah 31 responden

ICCTF

| Paper ARuPA - September 2014

Page 22: WORKING PAPER No. 01 DIBUTUHKAN 1,5 MILYAR …arupa.or.id/sources/uploads/2014/09/Tebang-Butuh-Desa-Terong-Study... · 1 Semisal munculnya Permenhut P.30/2012 tentang Penatausahaan

2.7 Akses microfinance

Terdapat 32 responden dari 45 responden yang memanfaatkan microfinance di Desa Terong, baik untuk menabung maupun meminjam uang. Mayoritas menggunakan jasa microfinance di Desa Terong sendiri yang dibentuk dan dikelola oleh beberapa perkumpulan warga. Sistem yang digunakan bermacam-macam mulai dari kelompok simpan pinjam hingga koperasi. Bunga pinjaman antara 1% hingga 2%. Menggunakan sistem angsuran tiap bulan, serta menggunakan jaminan berupa surat kendaraan bermotor dan atau bukti kepemilikan tanah. Bagi sebagian lembaga keuangan, fakta anggota ataupun nasabah menabung hanya sekedar untuk syarat belaka untuk mendapatkan pinjaman. Namun pada sebagian yang lain, anggota ataupun nasabah menabung merupakan fakta yang berdiri sendiri tidak bergantung pada meminjam atau tidaknya anggota ataupun nasabah tersebut. Bahkan di Koperasi Gotong royong yang terletak di Desa Terong, sudah dibuat ragam skema tabungan antara lain: simpanan pendidikan, simpanan hari raya, simpanan harian, bulanan dan seterusnya.

Pag

e 20

ICCTF

| Paper ARuPA - September 2014

Page 23: WORKING PAPER No. 01 DIBUTUHKAN 1,5 MILYAR …arupa.or.id/sources/uploads/2014/09/Tebang-Butuh-Desa-Terong-Study... · 1 Semisal munculnya Permenhut P.30/2012 tentang Penatausahaan

3. Kesimpulan

Beberapa kesimpulan dari hasil riset yang kami lakukan terhadap petani hutan rakyat desa Terong terkait dengan dana tunda tebang adalah sebagai berikut:

§ Pendapatan uang tunai keluarga petani hutan rakyat di Desa

Terong tiap tahun sebesar Rp.34 juta, yang berasal dari 4

(empat) sumber pendapatan yaitu:

- Dari usaha agraria/pertanian/hutan rakyat sebesar 20%

atau Rp. 6,8 juta.

- Dari usaha diluar agraria sebesar 69% atau Rp. 23,4 juta.

- Dari jual kayu dari hutan rakyat sebesar 8 % atau Rp. 2,7

juta.

- Dari meminjam uang lembaga keuangan 3% atau Rp. 1,1

juta.

§ Bahwa diluar sumber pendapatan uang tunai tersebut, petani

hutan rakyat memiliki aset berupa kayu di lahannya Rp. 40

juta tiap hektar.

§ Kami menemukan fakta bahwa setiap tahun, keluarga petani

hutan rakyat di desa Terong mengeluarkan uang tunai

sebesar Rp. 17 juta. Empat pengeluaran tertinggi tiap tahun

berturut turut yaitu untuk kebutuhan makan sehari-hari Rp. 6

juta, untuk angsuran pinjaman uang dan motor Rp. 5 juta;

untuk transportasi membeli bensin Rp. 2,5 juta; dan untuk

kebutuhan sosial Rp. 1,5 juta.

§ Dari komparasi antara pendapatan dan pengeluaran, maka

ditemukan bahwa keluarga petani hutan rakyat desa Terong

memiliki surplus uang tiap tahunnya sebesar Rp. 16 juta.

Uang sebesar itu sedikit sekali yang kemudian ditabung di

lembaga keuangan. Mayoritas mereka belanjakan atau lebih

tepatnya diinvestasikan dalam bentuk lain misalnya

pembelian ternak, perbaikan rumah, dsb.

Pag

e 21

ICCTF

| Paper ARuPA - September 2014

Page 24: WORKING PAPER No. 01 DIBUTUHKAN 1,5 MILYAR …arupa.or.id/sources/uploads/2014/09/Tebang-Butuh-Desa-Terong-Study... · 1 Semisal munculnya Permenhut P.30/2012 tentang Penatausahaan

§ Latarbelakang kebutuhan menebang pohon yaitu untuk

perbaikan rumah, untuk kebutuhan makan sehari-hari, untuk

membeli atau DP motor, dan biaya sekolah anak.

§ Kebutuhan uang keluarga petani yang dipenuhi dari

penebangan pohon hutan rakyat per tahun per kepala

keluarga sebesar Rp. 2,7 juta. Sehingga, seluruh anggota

KTH Jasema sejumlah 554 keluarga per tahun

membutuhkan dana tunda tebang sebesar Rp. 1,5 Milyar

untuk luasan 312 hektar wilayah kelola hutan rakyat.

4. Rekomendasi

Diperlukan lembaga keuangan yang dapat memberikan

kepastian bahwa kayu dapat menjadi anggunan dalam

peminjaman. Serta didalamnya diperlukan perangkat skema

tabungan yang menarik dan beragam untuk menyerap surplus

uang tiap tahun yang ada dalam keluarga petani hutan rakyat

Desa Terong.

Pag

e 22

ICCTF

| Paper ARuPA - September 2014

Page 25: WORKING PAPER No. 01 DIBUTUHKAN 1,5 MILYAR …arupa.or.id/sources/uploads/2014/09/Tebang-Butuh-Desa-Terong-Study... · 1 Semisal munculnya Permenhut P.30/2012 tentang Penatausahaan

Daftar Pustaka

Anonim (2013) Buku Profil Desa Terong 2013. Bantul: Pemerintah Desa Terong.

Anonim (2013) Buku Profil KTH Jasema. Tidak diterbitkan.

Arikunto, Suharsimi. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

ARuPA (2013) Laporan Pendampingan KTH Jasema. Tidak diterbitkan.

Diniyati et al (2010) Peran Hutan Rakyat dalam Meningkatkan

Kesejahteraan Masyarakat di Sekitar Hutan Gunung Sawal. Ciamis:

Balai Penelitian Kehutanan.

Kozak, R.A. (2007) Small and Medium Forest Enterprises: Instruments of

Change in the Developing World (Washington, DC: Rights and

Resources Initiative).

Nugroho, Bramasto (2007) Pembangunan Kelembagaan Pinjaman Dana

Bergulir Hutan Rakyat. JMHT Vol. XVI, (3): 118–125, Desember 2010

Suprapto, Edi (2010) Hutan Rakyat: Aspek Produksi, Ekologi, dan

Kelembagaan. Paper ARuPA.

Tomaselli et al. (2013) Assessing Small and Medium Forest Enterprises'

Access to Microfinance: Case Studies from The Gambia, The Journal of

Development Studies, 49:3, 334-347

Pag

e 23

ICCTF

| Paper ARuPA - September 2014

Page 26: WORKING PAPER No. 01 DIBUTUHKAN 1,5 MILYAR …arupa.or.id/sources/uploads/2014/09/Tebang-Butuh-Desa-Terong-Study... · 1 Semisal munculnya Permenhut P.30/2012 tentang Penatausahaan

ARuPAKaranganyar 201 RT 10 RW 29Sinduadi Mlati Sleman YogyakartaT/F “ 0274 551571 E:

| f : lembaga arupa | t : @[email protected]

www.arupa.or.id

ICCTF