work-family conflict dan work-family conflict self-efficacy ......penilaian kinerja pendeta gereja...
TRANSCRIPT
54
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam BAB III ini akan membahas tentang
variabel penelitian. definisi operasional, metodologi
pengumpulan data, populasi dan sampel penelitian,
dan teknik analisis data, meliputi: uji asumsi dan
cara pengujian hipotesis. Kerangka kerja metode
penelitian di atas dijelaskan sebagai berikut:
3.1 VARIABEL PENELITIAN
Berdasarkan kerangka berpikir dan hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini, maka dalam
penelitian ini terdapat 2 variabel bebas dan 1
variabel terikat, yaitu: Variabel bebas (independent
variabel): work-family conflict dan work-family conflict
self-efficacy. Variabel terikat (dependent variabel):
kinerja pendeta wanita di GMIT
3.2. DEFINISI OPERASIONAL
3.2.1 Work- Family Conflict (WFC)
Definisi operasional yang akan digunakan dalam
penelitian ini yaitu sebuah pertentangan antar peran
dimana tuntutan umum dalam pekerjaan sebagai
pendeta, waktu yang dihabiskan untuk pelayanan
sebagai pendeta dan tekanan yang diciptakan oleh
peran sebagai pendeta mengganggu peran sebagai
ibu dan istri dalam rumah tangga.
55
Variabel ini akan diukur menggunakan skala
Work-Family conflict dimana angket tersebut disusun
menggunakan elemen-elemen yang dikemukakan
oleh Netemeyer et al., 1996.
3.2.2. Work – Family Conflict self-efficacy
Definisi operasional dari Work-family conflict
work-family conflict self-efficacy dalam penelitian ini
adalah adalah pernyataan subjektif berupa
keyakinan yang dipegang seorang pendeta wanita
tentang dalam mengontrol perilaku dalam
menghadapi Work-Family conflict dan tuntutan sosial
lingkungan, sehingga memperoleh hasil yang
maksimal bagi dirinya.
Work-family conflict self-efficacy akan diukur
menggunakan sebuah skala pengukuran yang
mengacu pada skala yang mengukur secara khusus
work-family conflict self-efficacy yang berkaitan
dengan Work-Family conflict disebut juga work/family
self-efficacy scales (Cinnamon, 2003 dalam
Hennessy,2005).
3.2.3. Kinerja
definisi operasional dari variabel kinerja pada
penelitian ini adalah perilaku pendeta wanita GMIT
yang sesuai dengan tujuan GMIT dan diukur dari
segi kecakapan individual pendeta wanita tersebut.
Kinerja akan diukur menggunakan skala kinerja
berdasarkan aspek-aspek kinerja yang dikemukakan
oleh Campbell dkk, 1994 (dalam Landy &
Conte,2007) dengan tetap memperhatikan pedoman
penilaian kinerja pendeta GMIT.
56
3.3 POPULASI DAN SAMPEL, TEKNIK PENGAMBILAN
SAMPEL DAN METODE PENGUMPULAN DATA
3.3.1 Populasi dan Sampel
Arikunto (2006), menyatakan bahwa populasi
adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi
dalam penelitian berjumlah 110 orang. Sugiyono
(2006), menyatakan bahwa sampel adalah bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Sampel yang diambil dalam
penelitian ini adalah 100 orang pendeta perempuan.
3.3.2 Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini, tidak seluruh anggota
populasi dijadikan subjek penelitian sehingga
dilakukan sampling. Sampling adalah suatu cara
pengumpulan data yangmengambil sebagian atau
wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006). Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah
Purposive sampling (sampling bertujuan) yaitu teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
3.3.3 METODE PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data menggunakan skala
psikologi. Data-data yang dikumpulkan adalah data-
data yang berkaitan dengan indikator variabel-
variebel yang diteliti, yaitu . Semua skala baik
57
motivasi dibuat dalam bentuk skala Likert dengan
lima kategori pilihan jawaban yaitu: Sangat Setuju
(SS), Setuju (S), Netral (tidak dapat menentukan
dengan pasti), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak
Setuju (STS).
A. Skala yang berhubungan dengan kinerja Pendeta
Wanita
Skala ini berupa skala penilaian yang
dikhususkan untuk mengungkap data mengenai
kinerja pendeta wanita di Klasis Kota Kupang dan
Klasis Kupang tengah GMIT, dalam hal ini
berkaitan dengan perilaku kerja para pendeta
wanita yang dinilai secara subjektif oleh pendeta
wanita yang itu sendiri berdasarkan skala yang
disusun oleh penulis berdasarkan aspek-aspek
kinerja yang dikemukakan oleh Campbel dkk
(1994), dengan memperhatikan pedoman
penilaian kinerja pendeta Gereja Masehi Injili di
Timor (GMIT) dan aspek-aspek kinerja secara
umum . Skala penilaian kinerja pendeta wanita
yang digunakan dalam penelitian ini berupa
skala kinerja pendeta wanita yang disusun
sendiri oleh penulis sehingga belum mempunyai
validitas dan reliabilitas sehingga perlu dilakukan
uji validitas dan reliabilitas.
58
Tabel 3.1
Skala Kinerja Pendeta Wanita
Aspek Indikator Aitem Jumlah F UF Job-specific task proficiency
Melaksanakan Tugas-tugas berkaitan dengan pelayanan sebagai pendeta
Mampu berkhotbah dengan baik
1
Mampu memimpin ritual gereja dengan baik
2
Mampu menyusun liturgi kebaktian dengan baik
3
Mampu mengajar katekisasi dengan baik
4
Non specific task proficiency
Melaksanakan Tugas-tugas di luar pelayanan
Mampu mempersiapkan materi katekisasi yang sistematis dan efektif
5
Membuat persiapan khotbah
6
Taat kepada aturan-aturan yang berlaku di Gereja
7
59
Masehi Injili di Timor Mempersiapkan majelis jemaat untuk dapat memimpin ibadah
8
Written and oral comunication task proficiency
Kemampuan berkomunikasi secara lisan dan tulisan
Mampu menulis renungan dengan baik
9
Mampu menyampaikan renungan dengan menarik
10
Mampu menyampaikan materi rapat dengan jelas
11
Ragu dalam menyampaikan khotbah karena kurang mempersiapkannya secara baik
12
Demonstrating effort
Usaha-usaha yang dilakukan agar pelayanan menjadi lebih baik
Memiliki metode penyampaian khotbah yang efektif
13
Memimpin rapat majelis untuk menyusun visi
14
60
dan misi pelayanan Menyusun rencana pelayanan selama setahun sesuai dengan visi dan misi pelayanan yang telah ditentukan bersama
15
Maintaining personal dicipline
Disiplin waktu pelayanan
Bekerja sama dengan majelis jemaat harian dalam melaksanakan visi dan misi pelayanan
16
Mempersiapkan majelis jemaat untuk melaksanakan rencana pelayanan
17
Memimpin seluruh majelis jemaat dalam melaksanakan rencana pelayanan
18
Disiplin penggunaan anggaran pelayanan
Menyampaikan ide-ide baru menyangkut pelayanan dengan jelas
19
Melakukan pengawasan
20
61
terhadap pelaksanaan rencana pelayanan Bekerja sama dengan majelis jemaat dalam menyusun rencana penggunaan anggaran pelayanan
21
Facilitating peer and team performance
Membantu majelis jemaat dalam pelayanan
Melakukan pengawasan terhadap penggunaan anggaran pelayanan
22
Berinisiatif mencari tahu tentang permasalahan yang dialami oleh warga jemaat yang dilayani
23
Mendelegasikan tugas pelayanan kepada majelis jemaat
Mampu memberikan solusi terhadap permasalahan yang dialami oleh warga jemaat
24
Hadir di tempat pelayanan tepat waktu
25
Rencana pelayanan
26
62
dilaksanakan tepat waktu
Supervision/leadership
Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pelayanan
Pribadi yang disiplin dalam mengatur waktu pelayanan
27
Memiliki manajemen waktu dalam melayani jemaat
28
Memiliki manajemen waktu dalam mengurus urusan rumah tangga
29
Menyusun visi misi pelayanan bersama majelis jemaat
Pribadi yang disiplin dalam mengelola anggaran pelayanan
30
Mampu mengelola sarana dan prasarana gereja secara bertanggung jawab
31
Management/administration
Ikut mengatur administrasi gereja
Memprakarsai terciptanya metode pelayanan yang relevan dengan kebutuhan jemaat
32
63
Menciptakan cara untuk meningkatkan pendapatan jemaat
33
Menyusun laporan pertanggungjawaban pelayanan
Terbuka terhadap ide-ide pelayanan baru dari warga dan majelis jemaat
34
Mampu memberikan umpan balik terhadap hasil kerja majelis jemaat dengan baik
35
Terbuka terhadap umpan balik dari majelis jemaat
36
Melakukan pendelegasian pekerjaan pelayanan kepada seluruh majelis jemaat
37
Mencari informasi yang berguna bagi pengembangan jemaat
38
Membaca buku untuk mengembangkan kemampuan
39
64
berkhotbah dan mengajar katekisasi Mampu menyusun laporan pertanggungjawaban pelaksanaan pelayanan dan anggaran pelayanan
40
TOTAL 40
B. Skala yang berhubungan dengan Work-Family
Conflict
Skala yang telah dimodifikasi oleh penulis sesuai
dengan tujuan penelitian. Skala ini disusun berdasarkan
elemen-elemen Work-Family Conflict menurut Netemeyer et
al., 1996. yaitu:. General demands of a role, time devoted to
a given role, the strain produced by a given role. Alat ukur
yang dikembangkan oleh Netemyer memiliki reliabilitas
sebesar 0,91 namun karena penulis telah melakukan
modifikasi maka perlu diukur kembali uji validitas dan
reliabilitasnya, Makin tinggi nilai (scoring) skala tersebut,
menunjukkan Work-Family Conflict semakin tinggi,
demikian juga sebaliknya
65
Elemen Indikator Aitem Jumlah Item F U
1. General demands of a role
Tugas dalam dua peran
Tidak tenang pada saat melakukan pelayanan di jemaat karena memikirkan kegiatan belajar anak-anak di rumah
1
Merasa bersalah karena tidak sempat membantu kegiatan belajar anak-anak setelah lelah melaksanakan kegiatan pelayanan
2
Merasa kecewa terhadap sendiri karena terlalu sering mengabaikan waktu bersama dengan anak-anak karena terlalu sibuk melayani
3
tanggung jawab dua peran
Mengalami kesulitan dalam menentukan untuk mengutamakan kepentingan pekerjaan atau keluarga
4
Merasa tertekan karena suami tidak mendukung pelayanan saya
5
Merasa gelisah dalam memimpin kegiatan pelayanan bila belum menanyakan kepada
6
66
anak-anak apakah sudah menyelesaikan tugas sekolahnya
komitmen dalam melaksanakan dua peran
tidak puas dengan kurangnya waktu kebersamaan dengan suami
7
bersalah kepada keluarga bila harus membawa pekerjaan pelayanan ke rumah
8
kecewa karena suami tidak dapat memahami alasan saya bila saya terlambat pulang pelayanan
9
2. time devoted to a given role
Waktu pelayanan mengganggu waktu dengan suami
Merasa kecewa tidak dilibatkan anak-anak dalam masalah pribadi karena keterbatasan waktu saya.
10
Merasakan kehidupan yang kurang menyenangkan dengan anak dan suami. Ini disebabkan karena saya bekerja
11
Stress kerja dalam melayani jemaat mengganggu komunikasi saya dengan keluarga
12
Waktu pelayanan konsentrasi melayani
jemaat terganggu
13
67
mengganggu waktu dengan anak-anak
karena adanya masalah keluarga
kecewa saat kurang memahami kegiatan anak-anak karena kesibukan pelayanan
14
kecewa karena dengan bekerja menjadi tidak punya waktu untuk mengerjakan hobi dengan keluarga
15
3. The Strain produced by a given role
Tekanan dalam pelayanan mengganggu kehidupan rumah tangga
Memilih menjadi ibu rumah tangga saja dibandingkan harus menghadapi pekerjaan sebagai pendeta
16
Kuatir karena jabatan saya, suami menjadi merasa terancam kedudukannya sebagai kepala keluarga
17
tidak puas bila berangkat kerja anak-anak dalam kondisi belum beres mengurus diri mereka
18
Emosi saya ketika melakukan tugas pelayanan mudah terbawa ke rumah
19
Merasa bersalah karena tidak dapat menemani suami ketika dibutuhkan
20
68
Tabel 3.2
Tabel Skala work-family conflict
C. Skala Work-Family Conflict Self-Efficacy
Skala Work-Family Confict Self-Efficacy yang
telah dimodifikasi oleh penulis sesuai dengan tujuan
penelitian. Skala ini disusun berdasarkan teori yang
dikemukakan oleh Bandura dalam Corsini (2004).
Adapun aspek skala Work-Family Conflict Self-
Efficacy terdiri yaitu: Kognitif, Afeksi, Seleksi, dan
Motivasi. Skala ini merupakan modifikasi dari skala
Work-Family Conflict Self-Efficacy yang dikembangkan
oleh Cinnamon (2006) dengan reliabilitas sebesar
0,83 oleh karena itu dilakukan uji analisis aitem dan
uji reliabilitas ulang oleh penulis. Makin tinggi nilai
(scoring) skala tersebut, menunjukkan kepercayaan
diri semakin tinggi, demikian juga sebaliknya.
Kecewa karena tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan dalam keluarga karena lebih sering tidak ada dirumah karena sedang melayani
21
TOTAL 21
69
Tabel 3.3
Skala Work-Family Conflict Self-Efficacy
Aspek Indikator Aitem Jumlah Item F U
1. Kognitif Merasa mampu
mengendalikan
perasaan tidak
enak yang
timbul akibat
persoalan dalam
keluarga ketika
akan melakukan
pelayanan di
gereja
Mampu memenuhi tanggung jawab dalam pekerjaan pelayanan dengan baik dan tidak membiarkan pekerjaan pelayanan mengganggu tanggung jawab dalam keluarga
1
Menghadiri acara keluarga tanpa membuat hal itu mengganggu kemampuan saya untuk menyelesaikan tugas pelayanan yang sama pentingnya
2
Mampu 3
70
mengatasi kemungkinan kemungkinan pekerjaan pelayanan mengganggu kehidupan keluarga.
Tetap mampu memenuhi semua tanggung jawab keluarga walaupun hal itu akan membuat pekerjaan pelayanan di jemaat semakin berat dan menekan.
4
Mampu memenuhi peran dalam keluarga setelah seharian melakukan pelayanan perkunjungan kepada jemaat.
5
2.Afeksi Merasa mampu Mampu
6
71
mengendalikan perasaan tidak enak yang timbul akibat persoalan dalam keluarga ketika akan melakukan pelayanan di gereja
untuk tetap melayani walaupun ada tekanan yang berat untuk tetap melaksanakan tanggung jawab saya dalam keluarga.
Sukses dalam peran sebagai pendeta walaupun ada banyak kesulitan di dalam keluarga saya
7
Mampu menginvestasikan diri dalam peran dalam keluarga walaupun dalam keadaan tertekan karena tanggung jawab pelayanan.
8
Fokus menginvesta
9
72
sikan diri pada tugas pelayanan walaupun urusan keluarga sangat mengganggu
3. Seleksi Tenang dalam menghadapi tugas, pelayanan dan tugas sebagai ibu rumah tangga sebagai beban yang dirasakan cukup berat
Mampu mengatur aktivitas sehari-hari saya dalam keluarga sehingga tidak mengganggu pelayanan saya di gereja
10
Mampu mengatur kegiatan pelayanan di gereja sehingga tidak mengganggu urusan keluarga saya
11
Yakin akan kemampuan saya untuk mengatasi tekanan yang
12
73
disebabkan oleh konflik peran ganda yang saya alami
Mampu menganalisa konflik peran ganda yang dialami
13
Mampu menemukan cara untuk menyeimbangkan konflik peran ganda yang dialami
14
Memiliki keyakinan untuk bangkit kembali setelah gagal mengelola konflik peran ganda yang dialami
15
4. Motivasi Menganggap kegagalan dalam menjalankan kedua peran baik sebagai ibu
Memilih untuk masuk dalam lingkungan
16
74
rumah tangga dan pendeta sebagai motivasi untuk dapat menjalankannya dengan lebih baik lagi.
pergaulan yang mendukung saya untuk berhasil mengelola konflik peran ganda baik di rumah maupun dalam pelayanan
Yakin akan mampu bertahan dalam situasi sulit yang membuat keseimbangan pelaksanaan kedua peran yang saya jalani
17
Memiliki keyakinan bahwa saya mampu mengatasi perasaan depresi yang saya alami karena konflik peran ganda
18
75
Yakin pada kemampuan saya untuk mengontrol perilaku-perilaku saya dalam menjaga keseimbangan kedua peran yang saya jalani
19
TOTAL 19
3.4. Analisis Aitem
3.4.1 Uji Daya Diskriminasi Aitem
Azwar (2012) menyatakan daya diskriminasi
aitem adalah sejauh mana aitem mampu
membedakan antara individu atau kelompok individu
yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang
diukur. Indeks daya diskriminasi aitem merupakan
indikator keselarasan atau konsistensi antara fungsi
aitem dengan fungsi skala secara keseluruhan yang
dikenal dengan istilah konsistensi aitem total (riX).
Pengujian daya diskriminasi aitem dilakukan dengan
cara menghitung koefisien korelasi antara distribusi
skor aitem dengandistribusi skor skala itu sendiri.
76
Komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi
aitem total atau item-total correlation.
Sebagai kriteria pemilihan aitem berdasarkan
korelasi aitem total biasanya digunakan batasan rix ≥
0,30. Semua aitem yang mencapai koefisien korelas
minimal 0,30 daya bedanya dianggap memuaskan.
Jika koefisien korelasi kurang dari 0,30 dapat
diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya
beda rendah (Azwar, 2012. Jadi jika hasil korelasi
aitem berada di bawah 0,25 maka item itu harus
digugurkan. Sementara yang lebih besar dari atau
sama dengan 0,25 dapat dikatakan valid.
Reliabilitas mengacu kepada keterpercayaan
atau konsisten hasil ukur, yang mengandung makna
seberapa tinggi kecermatan pengukuran.
Pengukuran dikatakan tidak cermat bila eror
pengukurannya terjadi secara random. Antara skor
individu yang satu dengan yang lain terjadi eror yang
tidak konsisten dan bervariasi sehingga perbedaan
skor yang diperoleh lebih banyak ditentukan eror,
bukan oleh perbedaan yang sebenarnya.
Koefisien reliabilitas (rxx’) berada dalam rentang
angka dari 0 sampai dengan 1,00. Sekalipun bila
koefsien reliabilitas semakin tinggi mendekati angka
1,00 berarti pengukuran semakin reliable, namun
dalam kenyataan pengukuran psikologi koefisien
77
sempurna yang mencapai angka rxx’ = 1,00 belum
pernah dijumpai (Azwar, 2012).
3.4.2 Uji Hipotesis
Untukmenguji hipotesis dalam penelitian ini,
hasil yang telah diperoleh diolah dengan
menggunakan uji statistic. Uji statistik yang dipakai
yaitu teknik regresi berganda dengan menggunakan
SPSS for windows version 16.0. Analisis regresi
berganda bermaksud untuk meramalkan bagaimana
keadaan variabel dependen, bila dua atau lebih
variabel independen sebagai prediktor dimanipulasi
(Sugiyono, 2006) yakni work-family conflict dan work-
family conflict self-efficacy sebagai prediktor kinerja
pendeta wanita.
Persamaan model analisis regresi berganda adalah:
Y= � + �� �� + �� ��
dengan:
Y : Kinerja Pendeta Wanita,
�� : Work-Family Conflict,
�� : Work-Family Conflict Self-Efficacy,
��, �� : Koefisien Regresi,
� : Konstanta.
78
3.5. Analisis Data
3.5.1 Uji Asumsi
Supramono & Haryanto (2005) menyatakan
bahwa sebelum melakukan pengujian hipotesis, data
perlu terlebih dahulu diuji agar memenuhi Criteria
Best Linear Unbiased Estimator (BLUE), sehingga
dapat menghasilkan parameter penduga yang sahih.
Uji tersebut meliputi uji normalitas, uji
heteroskedastisitas, uji multikolinearitas, dan uji
linearitas.
3.5.2. Uji Normalitas
Uji normalitas Uji normalitas data
dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa data
sampel berasal dari populasi yang berdistribusi
normal. Dalam penelitian ini pengujian normalitas
dilakukan dengan melihat gambar grafik normal P-P
Plot. Normalitas dideteksi dengan melihat titik-titik
yang mengikuti garis linear yang bergerak dari kiri
bawah ke kanan atas. Bila titik-titik tersebut
mengikuti garis diagonal atau berada searah sekitar
garis diagonal, berarti data terdistribusi secara
normal dan analisis dapat dilanjutkan. Normalitas
juga dilihat melalui uji model regresi dan Kolmogrov-
Smirnov untuk melihat apakah residual terdistribusi
79
normal atau tidak. Residual berdistribusi normal jika
nilai signifikansi lebih dari 0.05. (Santoso, 2010).
3.5.3 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independent
variable). Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi diantara variabel bebas, karena jika
hal tersebut terjadi maka variabel-variabel tersebut
tidak ortogonal atau terjadi kemiripan. Untuk
mendeteksi apakah terjadi problem multikolinearitas
dapat diketahui dengan Variance Inflation Factor (VIF)
dan Tolerance. Pedoman suatu model regresi yang
bebas multikolinearitas menurut Santoso (2010)
adalah sebagai berikut: a.) Mempunyai nilai VIF
disekitar angka 1 b.) Mempunyai angka tolerance
mendekati 1 (Santoso, 2010)
3.5.4 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui
goodness of fit (kesesuaian model). Uji ini dilakukan
untuk melihat hasil grafik scatterplot, hasil
perhitungan menyebar di atas dan di bawah angka 0
pada sumbu Y serta tidak membentuk pola yang jelas
atau tertentu, maka tidak terjadi heteroskedastisitas
(Santoso, 2010).
80
3.5.5 Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui linearitas
hubungan antara variabel bebas dengan variabel
terikat untuk mengetahui signifikansi penyimpangan
dari linearitas hubungan tersebut. Jika
penyimpangan tersebut tidak signifikan (p > 0,05),
dari signifikansi linearitas signifikansi p < 0,05),
maka hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat adalah linear (Hadi, 2000).
3.6. Uji Coba Instrumen
Uji coba instrumen dilakukan pada tanggal 14-
16 Desember 2013 di daerah pelayanan klasis
Kupang Barat. Skala kemudian dibagikan kepada
pendeta wanita sebanyak 60 orang.
3.6.1. Hasil Uji Coba Skala Kinerja Pendeta
Wanita
Uji coba instrumen yang telah dilakukan
terhadap 40 aitem pernyataan yang ada di dalam
skala kinerja pendeta wanita terdapat 3 aitem yang
gugur dan 37 aitem yg mempunyai daya beda baik,
dengan rentang skor berkisar antara 0,383 sampai
0,784. Coefisien Alpha Cronbach dari 37 aitem
adalah 0,941 dari skala motivasi kinerja pendeta
wanita. Sebaran item yang memenuhi syarat dan
yang gugur disajikan di bawah ini.
81
Tabel 3.4 Sebaran Aitem Baik dan Aitem Gugur Skala Kinerja Pendeta
Wanita Aspek Aitem Baik Aitem
Gugur Job-specific task proficiency 1,3,4, 2 Non specific task proficiency 5,6,7,8 Written and oral comunication task proficiency
9,10,11 12
Demonstrating effort 13,14,15 Maintaining personal discipline 16,17,18
19,20,21 Facilitating peer and team performance
22,23,24,25,26
27,28,29,30 Supervision/ leadership 31,32,33,34
35,36,38 37 Management/administration 39
40
3.6.2. Hasil Uji Coba Skala Work-Family
Conflict
Uji coba instrumen yang telah dilakukan
terhadap 21 aitem pernyataan yang ada di dalam
skala work-family conflict 21 aitem yg mempunyai
daya beda baik atau semua aitem baik, dengan
rentang skor berkisar antara 0,398 sampai 0,758.
Coefisien Alpha Cronbach dari 21 aitem adalah
0,904 dari skala work-family conflict.
82
3.6.3. Hasil Uji Coba Skala Work-Family
Conflict Self-Efficacy
Uji coba instrumen yang telah dilakukan
terhadap 19 aitem pernyataan yang ada di dalam
skala work-family conflict self efficacy terdapat 2
aitem yang gugur dan 17 aitem yang memiliki daya
beda baik, dengan rentang skor berkisar antara
0,344 sampai 0,751. Coefisien Alpha Cronbach dari
17 aitem adalah 0,878 dari skala work-family
conflict self-efficacy. Sebaran item yang memenuhi
syarat dan yang gugur disajikan di bawah ini.
Tabel 3.5 Sebaran Aitem Baik dan Aitem Gugur Skala Work-Family
Conflict Self-Efficacy No Aspek Aitem Baik Aitem Gugur
1 Kognitif 1,2,3,5 4
2 Afeksi 6,7,9 8
3 Seleksi 10,11,12,13,14,15
4 Motivasi 16,17,18,19