word dhita

6
2.1 Komplikasi Cara penyebaran infeksi : 1. Penyebaran hematogen 2. Penyebaran melalui erosi tulang 3. Penyebaran melalui jalan yang sudah ada. Perjalanan komplikasi infeksi telinga tengah ke intra kranial harus melewati 3 macam lintasan : 1,3 1. Dari rongga telinga tengah ke selaput otak Melalui jalan yang sudah ada, seperti garis fraktur tulang temporal, bagian tulang yang lemah atau defek karena pembedahan, dapat memudahkan masuknya infeksi. 2. Menembus selaput otak. Dimulai begitu penyakit mencapai dura, menyebabkan meningitis. Dura sangat resisten terhadap penyebaran infeksi, akan menebal, hiperemi, dan lebih melekat ketulang. Jaringan granulasi terbentuk pada dura yang terbuka dan ruang subdura yang berdekatan. 3. Masuk ke jaringan otak. Pembentukan abses biasanya terjadi pada daerah diantara ventrikel dan permukaan korteks atau tengah lobus serebelum. Cara penyebaran infeksi ke jaringan otak ini dapat terjadi baik akibat tromboflebitis atau perluasan infeksi ke ruang Virchow Robin yang berakhir di daerah vaskular subkortek.

Upload: dhita-dwi-nanda

Post on 26-Jan-2016

218 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

mb

TRANSCRIPT

Page 1: Word Dhita

2.1 Komplikasi

Cara penyebaran infeksi :

1. Penyebaran hematogen

2. Penyebaran melalui erosi tulang

3. Penyebaran melalui jalan yang sudah ada.

Perjalanan komplikasi infeksi telinga tengah ke intra kranial harus melewati 3 macam lintasan :1,3

1. Dari rongga telinga tengah ke selaput otak

Melalui jalan yang sudah ada, seperti garis fraktur tulang temporal, bagian tulang yang

lemah atau defek karena pembedahan, dapat memudahkan masuknya infeksi.

2. Menembus selaput otak.

Dimulai begitu penyakit mencapai dura, menyebabkan meningitis. Dura sangat resisten

terhadap penyebaran infeksi, akan menebal, hiperemi, dan lebih melekat ketulang. Jaringan

granulasi terbentuk pada dura yang terbuka dan ruang subdura yang berdekatan.

3. Masuk ke jaringan otak.

Pembentukan abses biasanya terjadi pada daerah diantara ventrikel dan permukaan

korteks atau tengah lobus serebelum. Cara penyebaran infeksi ke jaringan otak ini dapat

terjadi baik akibat tromboflebitis atau perluasan infeksi ke ruang Virchow Robin yang

berakhir di daerah vaskular subkortek.

Pengenalan yang baik terhadap perkembangan prasyarat untuk mengetahui timbulnya

komplikasi. Bila dengan pengobatan medikamentosa tidak berhasil mengurangi gejala klinik

dengan tidak berhentinya otore dan pada pemeriksaan otoskopik tidak menunjukkan

berkurangnya reaksi inflamasi dan pengumpulan cairan maka harus diwaspadai kemungkinan

adanya komplikasi. Pada stadium akut, naiknya suhu tubuh, nyeri kepala atau adanya tanda-

tanda toksisitas seperti malaise, perasaan mengantuk, somnolen atau gelisah yang menetap

dapat merupakan tanda bahaya.Timbulnya nyeri kepala di daerah parietal atau oksipital dan

adanya keluhan mual, muntah proyektil serta kenaikan suhu badan yang menetap selama

terapi diberikan merupakan tanda kenaikan tekanan intrakranial. Komplikasi OMSK antara

lain :5

Page 2: Word Dhita

3. Komplikasi ke Ekstradural

a. Petrositis

Penyebaran infeksi telinga tengah ke apeks os petrosum yang langsung ke sel-sel

udara. Keluhannya antara lain diplopia (n.VI), nyeri daerah parietal, temporal, dan

oksipital (n.V), otore persisten. Dikenal dengan sindrom Gradenigo. Keluhan lain

keluarnya nanah yang terus menerus dan nyeri yang menetap paska mastoidektomi.

Pengobatannya operasi (ekspolorasi sel-sel udara os petrosum dan jaringan pathogen)

serta antibiotika.

b. Tromboflebitis Sinus Lateralis

Akibat infeksi ke sinus sigmoid ketika melewati os mastoid. Hal ini jarang terjadi.

Gejalanya berupa demam yang awalnya naik turun lalu menjadi berat yang disertai

menggigil (sepsis). Nyerinya tidak jelas kecuali terjadi abses perisinus. Kultur darah

positif terutama saat demam.

Pengobatan dengan bedah, buang sumber infeksi os mastoid, buang tulang/dinding

sinus yang nekrotik. Jika terbentuk thrombus lakukan drainase sinus dan dikeluarkan.

Sebelumnya diligasi vena jugularis interna untuk cegah thrombus ke paru dan tempat

lain.

a. Abses Ekstradural

Terkumpulnya nanah antara duramater dan tulang. Hal ini berhubungan dengan

jaringan granulasi dan kolesteatom yang menyebabkan erosi tegmen timpani atau

mastoid. Gejala berupa nyeri telinga hebat dan nyeri kepala. Rontgen mastoid posisi

Schuller, tampak kerusakan tembusnya lempeng tegmen. Sering terlihat waktu operasi

mastoidektomi.

b. Abses Subdural

Biasanya tromboflebitis melalui vena. Gejala berupa demam, nyeri kepala dan

penurunan kesadaran sampai koma, gejala SSP berupa kejang, hemiplegia dan tanda

kernig positif.

Page 3: Word Dhita

Punksi lumbal perlu untuk membedakan dengan meningitis. Pada abses subdural

kadar protein LCS normal dan tidak ditemukan bakteri. Pada abses ekstradural nanah

keluar waktu mastoidektomi, sedangkan subdural dikeluarkan secara bedah syaraf

sebelum mastoidektomi.

4. Komplikasi ke SSP

a. Meningitis

Gambaran klinik berupa kaku kuduk, demam, mual muntah, serta nyeri kepala hebat.

Pada kasus berat kesadaran menurun. Analisa LCS kadar gula menurun dan protein

meninggi. Meningitis diobati terlebih dahulu kemudian dilakukan mastoidektomi.

b. Abses Otak

Ditemukan di serebelum, fossa kranial posterior/lobus temporal, atau fossa kranial

media. Berhubungan dengan tromboflebitis sinus lateralis, petrositis atau meningitis.

Biasanya merupakan perluasan langsung dari infeksi telinga dan mastoid atau

tromboflebitis. Umumnya didahului abses ekstradural.

Gejala abses serebelum ataksia, disdiadokokinetis, tremor intensif dan tidak tepat

menunjuk suatu objek. Abses lobus temporal berupa afasia, gejala toksisitas (nyeri

kepala, demam, muntah, letargik). Tanda abses otak nadi lambat, kejang. Pada LCS

protein meninggi dan kenaikan tekanan liquor. Terdapat edema papil. Lokasi abses

ditentukan dengan angiografi, ventrikulografi atau tomografi komputer. Pengobatan

antibiotika parenteral dosis tinggi dan drainase lesi. Setelah keadaan umum baik,

dilakukan mastoidektomi.

c. Hidrosefalus Otitis

Hal ini disebabkan tertekannya sinus lateralis sehingga lapisan arakhnoid gagal

mengabsorbsi LCS. Ditandai dengan peninggian tekanan LCS yang hebat tanpa kelainan

kimiawi. Pada pemeriksaan terdapat edema papil. Gejala berupa nyeri kepala menetap,

diplopia, pandangan kabur, mual dan muntah.

Penatalaksanaan

Pengobatan mencakup 2 hal yaitu penyembuhan infeksi primer dan komplikasinya.

Seringkali beratnya komplikasi mengharuskan kita menunda mastoidektomi dan untuk

Page 4: Word Dhita

mencegah komplikasi, pemberian antibiotika dimulai sejak dini. Dibutuhkan kerjasama

dengan bedah syaraf untuk mendapatkan hasil yang maksimum.

Pada komplikasi intrakranial pengobatan antibiotika sulit karena dihalangi sawar

darah otak. Untuk mempertinggi konsentrasi antibiotika, dulu diberikan penisilin

intratekal, tetapi ternyata terlalu mengiritasi. Sekarang diberikan derivate penisilin dosis

tinggi secara intravena, dimulai dengan ampisilin 4 × 200-400 mg/kg/hari, kloramfenikol

4 × 500-1000 mg/hari untuk dewasa atau 60-100 mg/kg/hari untuk anak. Pemberian

metronidazol 3 × 400-600 mg/hari dapat dipertimbangkan. Antibiotika disesuaikan

dengan kemajuan klinis dan biakan sekret telinga atau LCS.

Pemeriksaan laboratorium, foto mastoid, tomografi computer kepala untuk melihat

adanya abses otak serta konsultasi bedah syaraf atau syaraf anak. Bila terdapat tanda

ensefalitis atau abses intrakranial maka akan dilakukan bedah otak untuk drainase segera.

Mastoidektomi dapat dilakukan bersama atau kemudian. Mastoidektomi dilakukan

sebelum atau sesudah operasi otak. Bila keadaan umum pasien buruk atau suhu tinggi,

mastoidektomi dilakukan dengan anestesi local. Jika tindakan bedah tidak segera

dilakukan pengobatan dilanjutkan sampai 2 minggu, kemudian konsul lagi ke bedah

syaraf.

Idealnya terapi bedah pada stadium dini komplikasi, tapi prakteknya sulit. Hal yang

menentukan adalah diagnosis, kondisi pasien, dan respon pasien terhadap antibiotika.

Seringkali drainase empiema subdural atau abses otak mendahului mastoidektomi.

Rangsangan kontinyu kolesteatom di mastoid dapat menyebabkan meningitis berulang

atau progresivitas abses otak.

Tujuan operasi ialah mengeradikasi seluruh jaringan patologik di mastoid. Untuk itu

diperlukan mastoidektomi modifikasi radikal. Tulang yang melapisi sinus sigmoid harus

ditipiskan dan dibuang. Lempeng dura posterior pada segitiga Trautman harus ditipiskan

dan tegmen mastoid harus dikupas.