[word 07] makalah hadits 1 sem 2 - stain kediri

29
BAB II PEMBAHASAN 2.0. Pengertian Dalam kehidupan sehari-hari, kita dihadapkan dengan berbagai pilihan yang terkadang mudah untuk di hadapi, namun terkadang juga sangat sulit untuk dihadapi. Dalam proses menghadapi masalah-masalah tersebut, manusia juga akan dihadapkan dengan pilihan mengenai akhlak. Jalan mana yang akan ia tempuh agar permasalahannya dapat terselesaikan. Tanpa kita sadari, terkadang kita menempuh jalan akhlak yang salah, hal tersebut mungkin sulit untuk dipahami karena perbedaan tipis antara kedua akhlak ini juga rentan membuat kita menjadi ragu-ragu. Seperti seseorang yang ingin melaksanakan ibadah, ia akan berpikir mengenai niat ibadah yang akan dilakukannya, ia menjalankannya dengan tujuan ikhlas karena Allah ataukah justru untuk riya’ kepada manusia. Hal-hal tersebut terkadang membuat kita terbuai untuk melakukan suatu perbuatan yang hal itu dianggap baik, padahal tanpa disadari niat kita salah. Hal seperti ini dapat membuat amal kita menjadi sia- sia, atau bahkan dapat menjerumuskan kita pada dasar kenistaan. Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara 1

Upload: abumusmus

Post on 18-Dec-2015

58 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

makalah semester 2 mata kuliah hadits 1 STAIN KEDIRI

TRANSCRIPT

BAB IIPEMBAHASAN

2.0. PengertianDalam kehidupan sehari-hari, kita dihadapkan dengan berbagai pilihan yang terkadang mudah untuk di hadapi, namun terkadang juga sangat sulit untuk dihadapi. Dalam proses menghadapi masalah-masalah tersebut, manusia juga akan dihadapkan dengan pilihan mengenai akhlak. Jalan mana yang akan ia tempuh agar permasalahannya dapat terselesaikan.Tanpa kita sadari, terkadang kita menempuh jalan akhlak yang salah, hal tersebut mungkin sulit untuk dipahami karena perbedaan tipis antara kedua akhlak ini juga rentan membuat kita menjadi ragu-ragu. Seperti seseorang yang ingin melaksanakan ibadah, ia akan berpikir mengenai niat ibadah yang akan dilakukannya, ia menjalankannya dengan tujuan ikhlas karena Allah ataukah justru untuk riya kepada manusia. Hal-hal tersebut terkadang membuat kita terbuai untuk melakukan suatu perbuatan yang hal itu dianggap baik, padahal tanpa disadari niat kita salah. Hal seperti ini dapat membuat amal kita menjadi sia-sia, atau bahkan dapat menjerumuskan kita pada dasar kenistaan. Akhlaksecara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatuperbuatanyang baik. Akhlak merupakan bentuk jamak dari katakhuluk, berasal daribahasa Arabyang berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat.[footnoteRef:1] [1: http://id.wikipedia.org/wiki/Akhlak diakses pada 27 Maret 2015 pukul 10.03 WIB.]

Tercela berasal dari kata cela, dalam kamus bahasa indonesia, cela diartikan sebagai cacat, noda, cedera, kurang mutunya.[footnoteRef:2] Tercela juga memiliki arti yang dekat dengan kata buruk yang berarti tak tampan, tak cantik, jelek (tentang wajah), rusak tak dapat dimanfaatkan (tentang barang).[footnoteRef:3] [2: Brian Prabaswara, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, Aprindo, Jakarta, hlm. 173.] [3: Ibid., hlm. 160.]

Dalam istilah bahasa arab, kata tercela untuk penggunaan istilah akhlak tercela lebih umum digunakan kata mazmumah. Akhlak madzmumah ialah perangai buruk yang tercermin dari tutur kata, tingkah laku dan sikap yang tidak baik.Akhlak tercela adalah suatu sifat dan sikap buruk yang dilarang oleh norma-norma yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Apabila seseorang melaksanakannya niscaya akan mendapatkan nilai dosa dari Allah juga akan mendapat predikat buruk dihadapan manusia.(Yang disebut) orang muslim itu ialah orang yang tidak mengganggu orang muslim lainnya dengan lisan dan tangannya, (HR. Bukhari Muslim)[footnoteRef:4] [4: Musthafa Al-Adawiy, Fikih Akhlak, Qisthi Press, Jakarta, 2006, hlm. 309.]

Hadits tersebut menjelaskan bagaimana seorang muslim harusnya hidup. Seorang muslim yang sejati adalah ia yang tidak sudi menyakiti hati sesamanya, tidak membuat orang-orang disekelilingnya merasa terganggu dan terusik, dan selalu menjaga lisannya agar tidak seenaknya berbicara, dan tangannya (perilakunya) tidak berperilaku buruk yang dapat menyakiti dan melukai sesamanya. .. : (( . )). ( )Artinya:Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. pernah berkata: Barang siapa mengajak kepada kebaikan maka dia mendapat pahala sejumlah yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa dikurangi sedikitpun, dan barang siapa mengajak kepada kesesatan maka dia mendapat dosa sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa dikurangi sedikitpun. (HR. Muslim).[footnoteRef:5] [5: Imam Al-Mundziri, Ringkasan Hadits Shahih Muslim terjemahan dari judul asli Mukhtashar Shahih Muslim, Pustaka Amani, Jakarta, 2003, hlm. 1091.]

3.0. Beberapa Contoh Hadits Yang Membahas Tentang Akhlak Tercela3.1.Pembahasan Hadits Mengenai Ghibah .. : (( )). : . : (( )). : : (( , )). ( )Artinya : Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. pernah bertanya, Tahukah kalian apa ghibah itu?, Para sahabat menjawab, Allah dan Rasul-Nya lebih tahu, Rasulullah saw. bersabda, Ghibah adalah pembicaraanmu tentang saudaramu mengenai apa yang tidak ia sukai. Ditanyakan kepada Rasululah saw., Bagaimana menurut Anda, jika saudaraku yang aku bicarakan itu memang sesuai dengan apa yang aku bicarakan?, Rasulullah saw. bersabda, Jika dia benar seperti apa yang kau bicarakan berarti kamu menggunjingnya, dan jika dia tidak seperti apa yang kau bicarakan berarti kamu mendustakannya. (HR. Muslim).[footnoteRef:6] [6: Ibid., hlm. 1060.]

Menurut hadits diatas, Ghibah memiliki arti suatu pembicaraan yang didalamnya terdapat pembahasan mengenai keburukan seseorang, yang mana bila seseorang yang digunjing/dibicarakan itu mendengarnya, ia tidak akan menyukainya. Perlakuan ghibah atau menggunjing adalah salah satu dari sekian banyak akhlak tercela yang sering tak terhindarkan dari mulut setiap manusia. Tanpa disadari terkadang ketika kita sedang bercakap-cakap mengenai suatu hal, tiba-tiba arah pembicaraan itu (baik itu secara langsung maupun tidak langsung) menggunjing/membicarakan keburukan seseorang. Meskipun yang kita bicarakan itu adalah fakta mengenai yang terjadi pada seseorang, hal tersebut adalah ghibah, tetapi bila yang dibicarakan adalah rekayasa terhadap apa yang terjadi seseorang, maka hal tersebut adalah fitnah. Tidak dikatakan ghibah bila yang dibicarakan mengenai seseorang itu adalah hal-hal mengenai kebaikan.Ghibah digambarkan dalam al-quran bagaikan memakan daging saudaranya sendiri, yang berbunyi:... ......Sukakah salah seorang diantara kalian memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kalian merasa jijik memakan itu.... (QS. Al-Hujurat: 12).[footnoteRef:7] [7: Musthafa Al-Adawiy, op. cit., hlm. 308.]

Dengan adanya ayat al-quran yang menyebutkan secara tekstual bahwa penggambaran seseorang atau sekelompok orang yang menggunjing seseorang atau sekelompok orang lainnya adalah seperti dia sedang memakan daging saudaranya sendiri, berarti perilaku ghibah adalah akhlak tercela yang harus dihindari. Bila ada seseorang atau sekelompok orang yang sedang berghibah, maka janganlah kita ikut berkumpul dengan mereka, ingatkanlah meraka dan belalah saudaramu sesama muslim itu. Dari Abu Darda, Seseorang memaki orang lain didepan Nabi. Kemudian seorang yang lain lagi membela. Kata nabi, Barang siapa bersaksi membela kehormatan saudaranya, ia akan memiliki penutup dari api neraka. (Abdu Humaid dalam al-Muntakhab).[footnoteRef:8] [8: Ibid., hlm. 309.]

3.2.Pembahasan Hadits Mengenai NamimahDisebutkan dalam Shahihain, Dari Hammam ibn al-Harits, Kami pernah duduk bersama Hudzaifah di masjid. Lalu datang seseorang dan duduk di dekat kami. Kemudian ada orang mengatakan kepada Hudzaifah, Orang ini sering mengadukan banyak hal kepada sultan. Kata Hudzaifah dengan maksud orang tersebut mendengar , Aku pernah mendengar Rasulullah berkata, Tidak akan masuk surga orang yang suka menyebar fitnah.[footnoteRef:9] [9: ibid., hlm. 312.]

Sedangkan dalam riwayat Muslim dari Sumber yang sama (Hudzaifah) Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba.[footnoteRef:10] [10: ibid., hlm. 312.]

Dari hadits diatas, dapat diuraikan bahwa seseorang yang melakukan tindakan namimah adalah orang yang keji dan berakhlak tercela, oleh Allah SWT. ia tidak akan dimasukkan ke surga-nya. Bila didefinisikan, namimah berarti mengadu domba atau menyampaikan berita-berita buruk tentang seseorang kepada seseorang atau sekelompok orang, sehingga mereka akan membenci dan memusuhi seseorang atau sekelompok orang yang lain, dimana konteks yang disampaikan oleh pelaku namimah adalah fakta maupun dusta.Asy-Syaikh Muhammad Syakir dalam kitab karangannya yang berjudul (Nasihat Ayah Kepada Anaknya), beliau mengatakan: Wahai anakku, setiap orang pasti memiliki aib, dan engkau tentu tidak ingin aibmu terbuka saat kau tidak ada. Oleh karena itu, engkau harus menjaga mulutmu terhadap aib-aib orang lain disaat mereka tidak ada. Jauhilah perbuatan ghibah, juga perbuatan serupa itu, yaitu mengadu domba. Janganlah engkau berbuat kerusakan diantara sesama. Jangan berucap pada salah seorang temanmu, bahwa si Fulan itu berkata begini-begitu tentang kamu, si Fulan itu menuduhmu begini dan lain sebagainya.[footnoteRef:11] [11: M. Fadhil Said An-Nadwi, Terjemahan Washoya Al-Abaa Lil-Abnaa, Al-Hidayah, Surabaya, hlm. 101.]

Setiap hari kita selalu berurusan dengan setan, ia akan selalu berusaha untuk menyesatkan umat manusia, khususnya umat muslim. Ia akan selalu mencoba untuk mengadu domba setiap muslim dengan muslim lainnya seperti yang kita lihat sekarang ini, banyak yang saling mencaci, menuduh, menyalahkan bahkan berani memfonis kafir, padahal mereka sama beragama islam, ini terjadi karena kurang kuatnya pondasi iman, islam dan ihsan mereka. Hal ini sesuai dengan hadits nabi yang mengatakan bahwa setan akan selalu mengganggu dan mengadu domba umat muslim. : .. : (( , )). ( )Artinya:Diriwayatkan dari Jabir r.a., dia berkata: Saya pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda, Sesungguhnya setan telah berputus asa untuk disembah oleh orang-orang Jazirah Arab, tetapi dia tidak berputus asa untuk mengadu domba diantara mereka. (HR. Muslim).[footnoteRef:12] [12: Imam Al-Mundziri, op. cit., hlm. 1059.]

3.3 Pembahasan Hadits Mengenai Mencaci-maki .. : (( )). ( )Artinya: Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda: Dua orang yang saling mencaci, cacian yang mereka ucapkan itu dosanya dipikul oleh orang yang memulai cacian selama orang yang dizalimi tersebut tidak melampaui batas. (HR. Muslim)[footnoteRef:13] [13: Ibid., hlm. 1064.]

Hadits tersebut memberikan gambaran dosa yang akan dipikul oleh pencaci, dosa si pencaci yang pertama mencaci lawannya akan dilipat-gandakan, yakni dari dosa yang dilakukan oleh si penerima cacian karena si penerima cacian membalas cacian, sebatas orang yang menerima cacian itu ketika membalas cacian tidak melampaui batas.Perbuatan mencaci-maki adalah temasuk akhlak tercela yang harus dihindari. Selain perbuatan tersebut buruk, perbuatan mencaci maki juga akan menimbulkan permusuhan bahkan perpecahan ukhuwah. Ada istilah sastra yang mengatakan Lisanmu Harimaumu, ini dimaksudkan agar manusia dapat berpikir kembali dengan apa yang akan ataupun telah diucapkannya. Jangan membuat orang lain berbuat jahat karena ucapan kita. Sering kali cacian kita keluar begitu saja ketika sedang berhadapan dengan seseorang yang membuat kita marah, hal ini tidak dicontohkan oleh Rasulullah. Rasulullah ketika disakiti orang lain, baik berupa cacian maupun kedzaliman, beliau selalu membalasnya dengan kebaikan. Seperti yang diriwayatkan oleh Shahihain. Ketika Rasulullah saw. terkena sihir dan Allah menyembuhkannya, beliau bersabda: ( )Artinya : Ingatlah, Allah telah menyembuhkan aku dan aku tidak ingin membangkitkan kajahatan pada diri seorang pun. (HR. Bukhari Muslim).[footnoteRef:14] [14: Musthafa Al-Adawiy, op. cit., hlm. 205.]

3.4. Pembahasan Hadits Mengenai Dusta : ..: (( , , . , , )). { : 6094} ( )Artinya:Diriwayatkan dari Abdullah bin Masud, dia berkata: Rasulullah saw. telah bersabda: Tempuhlah kejujuran, karena sesungguhnya kejujuran itu membimbing kepada kebaikan, dan sesungguhnya kebaikan itu membimbing ke surga. Ada orang yang senantiasa menempuh dan memilih kejujuran sehingga dia dicatat sebagai orang jujur disisi Allah. Jauhilah kedustaan, karena sesungguhnya kedustaan itu membimbing kepada kejahatan dan sesungguhnya kejahatan itu membimbing ke neraka. Ada orang yang berdusta dan memilih kedustaan sehingga dia dicatat sebagai pendusta disisi Allah. [Hadits ini juga diriwayatkan oleh Al-Bukhari, nomor hadits 6094] (HR. Muslim).[footnoteRef:15] [15: Imam Al-Mundziri, op. cit., hlm. 1062.]

Dari penuturan hadits diatas, dapat diutarakan bahwa berdusta adalah termasuk sebuah kejahatan dan sudah pasti dikategorikan sebagai akhlak tercela. Bila diistilahkan, dusta berarti mengatakan sesuatu hal yang bertolak belakang dengan fakta yang ada atau biasa kita menyebutnya dengan istilah kata berbohong. Seseorang yang berbohong biasanya berujung pada keburukan akhlak, walaupun tidak sedikit juga orang yang telah berdusta mendapat hidayah dari Allah akhirnya mau mengakui kesalahannya dan bertaubat. Segala hal yang didasari pada kedustaan, pasti diujungnya akan menemui hasil buruk dan tentunya mengarah pada akhlak tercela lainnya, seperti fitnah, munafik, bahkan berlaku keji pada sesama. : .. : (( )). .. : (( , )).( )Artinya:Diriwayatkan dari Abdullah bin Masud r.a., dia berkata: Sesungguhnya Nabi saw. pernah bersabda, Perhatikanlah, akan aku beritahukan kepada kalian apa Al-Adh-hu? Yaitu memfitnah dengan menyebarkan isu ditengah masyarakat. Nabi Muhammad saw. juga bersabda, Sesungguhnya ada seseorang yang berkata jujur sehingga dia dicatat sebagai orang jujur, dan ada pula orang yang berdusta sehingga dia dicatat sebagai pendusta. (HR. Muslim).[footnoteRef:16] [16: Ibid., hlm. 1061]

Sebagai contoh yang dapat kita ambil dalam kehidupan, seorang pejabat pemerintah yang memiliki akhlak terceli ini, dia pasti memiliki watak jahat, dia akan terus tergairah untuk mendapatkan segala yang ia temui, termasuk harta dan jabatan, dengan berdusta ia akan dapat memenuhi keinginannya, ketika kedoknya sudah terbongkar, maka ia akan dicatat oleh masyarakat sebagai seorang pendusta. Kita mengenal dan menyebut mereka dengan sebutan koruptor.Selain itu, dusta juga bisa merasuki orang-orang yang beniat untuk amar maruf nahi mungkar tetapi ia belum melaksanakan apa yang ia ingin tuturkan kepada sesamanya, ia bermaksud ingin mengingatkan yang lain tetapi ia lalai terhadap dirinya sendiri. Orang-orang seperti ini diakhirat kelak akan mendapatkan siksa yang berat. Seperti yang Rasulullah saw. tuturkan dalam hadits berikut: , : : . ( )Artinya:Seseorang didatangkan pada hari kiamat dan dilemparkan ke dalam neraka. Ususnya terurai dan dia berputar-putar seperti keledai dengan pelananya, para penduduk neraka mengelilingi orang itu dan berkata: Wahai Fulan, mengapa engkau sedemikian itu? Bukankah engkau memerintahkan kebaikan dan melarang kemungkaran? Orang itu menjawab, Dulu aku memerintahkan kalian untuk berbuat baik, tapi aku tidak melakukannya. Dan aku melarang kalian berbuat kemungkaran, tapi aku melakukannya. (HR. Bukhari).[footnoteRef:17] [17: Musthafa Al-Adawiy, op. cit., hlm. 227.]

Sungguh mengerikan nasib orang-orang yang berbuat dusta kelak diakhirat. Nasib orang yang berdusta, menyuruh orang lain berbuat amar maruf nahi mungkar tetapi ia tidak melakukkannya maka bila dosanya belum diampuni oleh Allah, ia kelak akan dilemparkan ke dalam neraka. Tubuhnya hancur dan terluka parah, semua ususnya dan isi perutnya keluar berantakan, kemudian ia akan berlari membungkuk dengan kedua tangan dan kakinya, berputar-putar bagaikan seekor keledai. Ia meronta kesakitan dan menjerit-jerit hingga mengundang para penghuni neraka untuk menyaksikan nasibnya tersebut. Naudzubillah mindzalik, semoga Allah melindungi kita dari sifat dusta dan akhlak tercela.Perbuatan dusta memang dilarang oleh syariat, tetapi tidak semua hal yang berunsur dusta dilarang oleh syariat. Rasulullah saw. menjelaskan, ada beberapa hal yang menyebabkan diperbolehkannya seseorang untuk berdusta. Hal ini dijelaskan dalam hadits berikut:

( ..) .. : (( )). : : . : .{ : 2692} ( )

Artinya:Diriwayatkan dari Ummu Kultsum binti Uqbah bin Abi Muaith r.a. (yang termasuk perempuan yang turut berhijrah dalam kelompok pertama yang membaiat Nabi Muhammad saw.), bahwa dia pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda, Tidaklah termasuk pendusta, orang yang mendamaikan pihak-pihak yang bertikai, orang yang berkata demi kebaikan, dan orang yang membangkitkan kebaikan.Kata Ibnu Syihab: Aku tidak pernah mendengar kedustaan yang diucapkan manusia yang didispensasikan kecuali dalam tiga hal: 1) Kedustaan dalam peperangan, 2) Kedustaan untuk mendamaikan pihak-pihak yang bertikai, 3) Kedustaan suami terhadap istri atau istri terhadap suami (untuk meraih kebahagiaan atau menghindari kejelekan).Menurut riwayat lain: Ummu Kultsum mengatakan, Aku tidak pernah mendengar Rasulullah saw. memberikan dispensasi kedustaan yang diucapkan manusia kecuali dalam tiga hal. [Hadits ini juga diriwayatkan oleh Al-Bukhari, nomor hadits 2692] (HR. Bukhari).[footnoteRef:18] [18: Ibid., hlm. 1062-1063]

4.0 Cara Mencegah Dan Menghindari Akhlak TercelaAda beberapa cara yang dapat dilakukan agar kita selalu terhindar dari akhlak tercela. Cara-cara ini hanya sebagian kecil dari berratus-ratus bahkan beribu-ribu cara yang dapat dilakukan seseorang agar terhindar dari akhlak tercela. Hubungan yang ditekankan dalam hal ini adalah dalam pembahasan hubungan manusia dengan Penciptanya dan manusia dengan sesamanya.

4.1Hubungan Manusia dengan Allah1. Luruskan niat sebelum beribadah.[footnoteRef:19] [19: Izzuddin ibn Abdissalam, Belajar Ikhlas: 91 Kiat Menemukan Nikmat Taat (terjemahan dari kitab Maqasid al-Riayah li-Huquqillah Azza wa Jalla li-Al-Muhasibi karangan Al-Harits Al-Muhasibi), Zaman, Jakarta, 2013, cet. 2, hlm. 73.]

2. Dilakukan demi mengharapkan pahala-Nya.3. Dilakukan karena takut akan siksa-Nya.4. Dilakukan karena malu kepada-Nya.5. Dilakukan demi memulyakan dan mengagungkan-Nya.[footnoteRef:20] [20: Ibid., hlm. 29.]

6. Boleh takut karena ingat akhirat, tapi jangan berlebihan.[footnoteRef:21] [21: ibid., hlm. 41.]

7. Memenuhi Hak-hak Allah.[footnoteRef:22] [22: ibid., hlm. 16.]

4.2. Hubungan Manusia dengan Sesama1. Berbuat baik dan memaafkan.[footnoteRef:23] [23: Musthafa Al-Adawiy, op. cit., hlm. 62.]

2. Tidak mengharapkan milik orang lain.[footnoteRef:24] [24: Ibid., hlm. 82.]

3. Menyenangkan hati orang lain.[footnoteRef:25] [25: ibid., hlm. 100.]

4. Bersikap dan berhati kasih sayang dan rendah hati terhadap orang lain, terutama sesama mukmin.[footnoteRef:26] [26: ibid., hlm. 131.]

5. Sedikit berbicara dan menghindarkan diri dari kesia-siaan.[footnoteRef:27] [27: ibid., hlm. 146.]

6. Saling Memberi Nasihat.[footnoteRef:28] [28: ibid., hlm. 183.]

7. Menghibur ketika dibutuhkan.[footnoteRef:29] [29: ibid., hlm. 231.]

8. Jangan memandang kesalahan orang lain.[footnoteRef:30] [30: ibid., hlm. 287.]

9. Tinggalkan segala hal yang bersifat samar.[footnoteRef:31] [31: ibid., hlm. 253-254.]

10. Jangan biasakan lisan anda dengan cacian dan laknat.[footnoteRef:32] [32: ibid., hlm. 208.]

BAB IIIPENUTUP5.0. KesimpulanAkhlak tercela atau dalam bahasa arab disebut dengan akhlak mazmumah adalah perangai buruk yang tercermin dari tutur kata, tingkah laku dan sikap yang tidak baik. Sebenarnya masih banyak sekali macam-macam akhlak tercela yang dapat dijadikan materi pembahasan, namun karena keterbatasan waktu dan aturan, maka hanya penulis sampaikan empat macam akhlak tercela yang sering terjadi di keseharian kita, yakni ghibah, namimah, mencaci-maki, dan dusta. Cara-cara yang dapat dilakukan agar kita terhindar dari akhlak tercela adalah dengan menambah keeratan hubungan antara manusia dengan Rabbnya, dan hubungan antara manusia dengan sesamanya.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Adawiy , Musthafa. 2006. Fikih Akhlak. Jakarta: Qisthi Press.Abdissalam, Izzuddin ibn. 2013. Belajar Ikhlas: 91 Kiat Menemukan Nikmat Taat (terjemahan dari kitab Maqasid al-Riayah li-Huquqillah Azza wa Jalla li-Al-Muhasibi karangan Al-Harits Al-Muhasibi). Jakarta: Zaman.Al-Mundziri, Imam. 2003. Ringkasan Hadits Shahih Muslim terjemahan dari judul asli Mukhtashar Shahih Muslim. Jakarta: Pustaka Amani.An-Nadwi , M. Fadhil Said, Terjemahan Washoya Al-Abaa Lil-Abnaa. Surabaya: Al-Hidayah.Prabaswara, Brian. Kamus Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Aprindo.Budiman, Aditya. http://alhijroh.com/fiqih-tazkiyatun-nafs/tazkiyatun-nufus salah-satu-misi-pengutusan-nabi/, 30 Maret 2015.Wikipedia. (2014). http://id.wikipedia.org/wiki/Akhlak, 27 Maret 2015.

AKHLAK TERCELAMAKALAHDisusun Guna Memenuhi TugasMata Kuliah: Hadits 1Dosen Pengampu: Surahmat, M. Hum

Disusun Oleh:Abu Ayub Syaroni(932138114)Evie Rofiatul Adniya(932139714)Moh. Farih Asfiya(932140614)Nur Kholis(932140114)JURUSAN TARBIYAHPRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAMSEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI2015

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT yang masih memberikan nafas kehidupan sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul AKHLAK TERCELA dengan tepat waktu. Tidak lupa sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw. yang merupakan inspirator terbesar dalam segala keteladannya. Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada dosen mata kuliah Hadits 1 yang telah memberikan arahan sekaligus bimbingan dalam pembuatan makalah ini, serta orang tua yang selalu mendukung kelancaran tugas ini.Akhirnya penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap para pembaca yang budiman, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi khususnya penulis sendiri dan umumnya pada pembaca yang budiman. Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah yang kami buat. Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran sangat kami harapkan dari pembaca guna peningkatan pembuatan makalah dalam tugas yang lain pada waktu mendatang.Kediri, 27 Maret 2015

Penulis

i

DAFTAR ISIKATA PENGANTAR .....................................................................................................iDAFTAR ISI ...................................................................................................................iiBAB IPENDAHULUAN1.0 Latar Belakang .......................................................................................................iii1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................ivBAB IIPEMBAHASAN2.0Pengertian ............................................................................................................13.0Beberapa Contoh Hadits Yang Membahas Akhlak Tercela ................................23.1Pembahasan Hadits Mengenai Ghibah ................................................................23.2Pembahasan Hadits Mengenai Namimah ............................................................43.3Pembahasan Hadits Mengenai Mencaci-maki .....................................................53.4Pembahasan Hadits Mengenai Dusta .................................................................. 64.0Cara Mencegah Dan Menghindari Akhlak Tercela ............................................104.1Hubungan Manusia Dengan Allah .....................................................................104.2Hubungan Manusia Dengan Sesamanya ............................................................11BAB IIIPENUTUP5.0Kesimpulan .........................................................................................................12DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................13ii

BAB IPENDAHULUAN1.0 Latar BelakangIslam adalah agama yang sempuna. Dengan adanya islam, umat manusia yang menyadari kebeadaannya tidak akan terjerumus kembali kedalam lubang kesesatan dan kedzaliman. Kesempunaan ajaran terdahulu yag dibawa oleh rasul-rasul sebelumnya terpusat pada ajaran agama yang dibawa oleh rasul terakhir, yakni Muhammad saw. Beliau diutus oleh Allah untuk memperbaiki tatanan masyarakat dan tatanan diri manusia agar berjalan lurus kembali setelah lama ditinggalkan oleh rasul sebelumnya, yakni nabi Isa As. Beliau memperbaiki dan menanamkan kembali ketauhidan yang sebelumnya telah dirusak oleh umat-umat terdahulu, yang mengaku bahwa dirinya telah berada dalam jalan kebenaran, padahal mereka masih terjebak dalam jurang kesesatan, seperti umat nasrani dan yahudi. Selain itu, salah satu misi penting yang oleh Allah amanatkan pada beliau adalah untuk memperbaiki akhlak manusia. Sabda Nabiyul Islam Muhammad saw. melalui sahabat Abu Huroiroh ra., Sesungguhnya aku (Nabi shollallahu alaihi was sallam) diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia (dalam riwayat yang lain dengan lafadz untuk memperbaiki akhlak).[footnoteRef:33] [33: http://alhijroh.com/fiqih-tazkiyatun-nafs/tazkiyatun-nufus-salah-satu-misi-pengutusan-nabi/ diakses pada tanggal 30 Maret 2015 pukul 09.06 WIB.]

Dalam pembahasan akhlak, akhlak terbagi menjadi dua, yakni akhlak terpuji atau sering disebut akhlah mahmudah dan akhlak tercela sebagai lawan dari akhlak mahmudah atau umumnya dikenal dengan sebutan akhlak mazmumah. Perlu diketahui juga bahwa akhlak tercabang kepada dua jurusan hubungan. Pertama, hubungan akhlak dalam hubungan antara manusia dengan Allah, seperti dalam koteks akhlak mahmudah yakni tawakkal, qonaah, sabar, ikhtiyar, berdoa, melaksanakan kewajiban ibadah, dsb. Sedangkan dalam konteks akhlak mazmumah, dapat dilihat dari kemusyrikan, kemunafikan, kekafiran, kedzaliman, dsb. Kedua, yakni hubungan akhlak dalam keterkaitan antara hubungan manusia dengan sesamanya, seperti halnya dalam akhlak mahmudah yakni menjaga silaturrahim, jujur, amanah, saling tolong menolong, dsb. Sedangkan dalam konteks akhlak mazmumah adalah iri, dengki, hasut, sombong, fitnah, namimah, dusta, dan masih banyak lagi yang lainnya.iii

Disini, penulis hanya akan membahas tentang akhlak tercela dalam hubungannya antara hubungan manusia dengan sesamanya. Pembahasan utama yang akan diutarakan adalah mengenai definisi akhlak tercela, contoh-cotoh akhlak tercela yang seing terjadi dalam kehidupan kita, serta cara-cara yang dapat kita tempuh agar terhindar dari akhlak tercela.

1.1 Rumusan Masalah1. Pengertian dan hadits yang menerangkan tentang akhlak tercela2. Hadits yang membahas contoh-contoh akhlak tercela3. Cara mengatasi akhlak tercela.iv

18