wiro sableng€¦ · terasa menusuk sangat. kalau saja tidak ada suara debur gulungan ombak yang...

95
137-AKSARA BATU BERNYAWA 1 BASTIAN TITO Mempersembahkan : PENDEKAR KAPAK NAGA GENI 212 Wiro Sableng Episode ke 137 : Aksara Batu Bernyawa Ebook by : Tiraikasih (Kang Zusi) Scanning kitab by : Huybee mailto:[email protected]

Upload: others

Post on 21-Oct-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA1

    BASTIAN TITO

    Mempersembahkan :

    PENDEKAR KAPAK NAGA GENI 212

    Wiro Sableng

    Episode ke 137 :

    Aksara Batu Bernyawa

    Ebook by : Tiraikasih (Kang Zusi)Scanning kitab by : Huybee

    mailto:[email protected]

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA2

    WIRO SABLENG

    AKSARA BATU BERNYAWA

    PANTAI Selatan. Arah timur Parangteritis.Menjelang tengah malam. Langit kelihatan hitam diselimuti awan tebal yang telah menggantung sejak senja berlalu. Tiupan angin keras dan dingin terasa menusuk sangat. Kalau saja tidak ada suara debur gulungan ombak yang kemudian memecah di pasir, kawasan pantai selatan itu niscaya diselimuti kesunyian berkepanjangan. Di balik sederetan semak belukar liar, dua sosok berpakaian dan berdestar hitam mendekam tak bergerak laksana batu. Mata masing-masing yang nyaris hanya sesekali berkedip memandang lekat ke tengah lautan. Ketika salah seorang diantara mereka keluarkan ucapan memaki, hanya mulut saja yang bergerak. Kepala dan tubuh tetap diam. "Sialan!" Orang yang memaki ini memilikikepala besar. Sepasang alis kelihatan aneh karenayang kiri hitam lebat sebaliknya alis sebelah kananberwarna putih rimbun. Hidung besar tapikelihatan seperti penyok. Pada kening dan pipiada bentol-bentol hitam. Wajah manusia satu inisungguh sangat tidak sedap untuk dipandang. “Apa yang sialan Putu Arka?" tanya kawan sialis aneh yang duduk mencangkung di sebelah.Orang ini bernama Wayan Japa, berwajah panjanglancip. Kalau Putu Arka memiliki keanehan padasepasang alis maka Wayan Japa punya keanehanpada mata kiri. Mata ini putih semua seolah tidakada bola mata, tapi anehnya mampu melihatseperti mata kanan yang terlihat jelas bolamatanya.

    1

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA3

    “Langit itu!" Jawab Putu Arka sambil tudingkan telunjuk tangan kanan ke atas. “Langit?" Teman yang bertanya mendongak ke atas, menatap ke arah langit. "Ada apa denganlangit?" "Apa matamu buta?!" Suara Putu Arka menyentak tapi perlahan. Kedua orang ini sengaja tak mau bicara keras-keras. Kawatir ada orang lain yang tak mereka ketahui mendekam di sekitar tempat itu dan mendengar percakapan mereka. "Belum, mataku belum buta. Memangnya kenapa?" sahut Wayan Japa yang disusul dengan pertanyaan. "Langit ditelan kegelapan. Aku tidak bisa melihat bintang satupun! Aku tidak bisa menentukan saat ini apakah menjelang atau sudah tengah malam atau sudah lewat tengah malam! Waktu sangat penting bagi pekerjaan ini. Meleset sedikit kita tidak akan mendapatkan benda itu. Percuma jauh-jauh dari Buleleng datang ke sini. Kalau kita gagal, apa kata guru. Sekarang apa kau mengerti mengapa aku tadi memaki Wayan?" Wayan Japa anggukkan kepala. "Cuaca memang tidak membantu. Sebentar lagi mungkin akan turun hujan lebat. Jadi sebaiknya kita teruskan memperhatikan kearah laut. Aku menduga saat ini baru menjelang tengah malam.Seandainya.." Putu Arka pegang lengan kawannya. "Ada apa?" tanya Wayan. "Hidungmu belum rusak?" "Maksudmu?" Wayan Japa bertanya heran. "Tadi langit, sekarang hidungku." "Apa kau tidak mencium bau sesuatu?" PutuArka bertanya sambil pelototkan mata. Wayan Japa tinggikan hidung lalu menghirupudara dalam-dalam. "Astaga!" "Sekarang kau tahu! Kau mencium bau apa?!"Tukas Putu Arka. "Menyan, bau menyan..." jawab Wayan Japa. "Di tempat sesunyi ini, malam buta beginimenurutmu apakah ada orang gi!a yang datangke sini untuk membakar menyan?" Wayan Japa gelengkan kepala. "Tentu saja

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA4

    tidak. Tapi...tapi ini bukan bau menyan sungguhan. Ini bau rokok. Rokok klobot..." "Bagus, kau sadar sekarang, ucap Putu Arka. "Nyoman Carik! Pasti dia! Siapa lagi!" "Hebat!" Putu Arka menyeringai. Tampangnyatambah buruk. "Kau tetap di sini. Aku akan memberi pelajaran pada manusia satu itu. Ini urusan besar. Urusan nyawa. Enak saja dia membuat ulah yang bisa mengundang datangnya maut!" Wayan Japa melihat kilatan menggidikkan disepasang mata Putu Arka dan cepat berbisik. “Putu, jangan kau bunuh sahabat kita itu." Putu Arka menyeringai. "Aku akan pertimbangkan nasihatmu itu. Tetap memperhatikan ke arah laut." Wayan Japa mengangguk. Hatinya terasa tidakenak. Putu Arka perlahan-lahan baringkan tubuh,menelentang di tanah. Dua kaki dilunjur lurus,dua tangan disilangkan di atas dada. Tiba-tibatubuh itu bergerak ke samping. Laksana batangkayu berguling menggelinding, membuat pasirbeterbangan ke udara. Belum sempat Wayan Japakedipkan mata sosok Putu Arka telah lenyap. Di balik serumpunan semak belukar sekitardua belas tombak di arah belakang tempat PutuArka dan Wayan Japa berada. Seorang lelakiyang juga berdestar dan berpakaian serba hitamduduk menjelepok di pasir asyik menikmatisebatang rokok yang asapnya menebar baukemenyan. Orang bertubuh tinggi kurus ini jaditerganggu ketika tiba-tiba ada suara bersiur.Sebuah benda menggelinding di tanah dan di lainkejap benda itu berubah menjadi sosok manusiayang setengah berjongkok memandang garangke arahnya. "Putu Arka, ada apa...?" "Bangsat jahanam tolol! Kau masih bisabertanya ada apa?!" bentak Putu Arka. "Apa kaumasih tidak sadar apa yang tengah kau lakukan?!" "Aku....Memangnya....Bukankah kau menyuruhaku sembunyi di tempat ini. Mengawasi kalau-kalau ada orang lain yang datang, jika ada orang muncul aku harus membunuhnya. Jika mereka lebih dari

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA5

    satu aku harus memberi tanda dengan bunyi suara burung..." Darah Putu Arka seolah mau muncrat dariubun-ubun. Tangan kirinya bergerak mencabutrokok yang terselip di bibir Nyoman Carik. Rokokdibanting hingga amblas lenyap masuk ke dalamtanah! "Kita tengah menghadapi pekerjaan besar.Rahasia besar! Tanggung jawab besar! Kauberaninya bertindak ceroboh! Merokok! Nyala apirokok dimalam gelap akan mudah dilihat orang!Bau kemenyan yang menyebar akan mudah tercium! Sungguh sembrono perbuatanmu, Nyoman Carik!" "Ah...." Nyoman Carik luruskan tubuhnya yangkurus. Dua kaki yang dilipat dibuka sedikit. Orang ini membungkuk seraya berucap. "Mohon maafmu Putu Arka." "Aku maafkan dirimu! Tapi sesuai pesan gurusetiap kesalahan besar mati hukumannya!" Tangan kanan Putu Arka bergerak ke atas. Nyoman Carik melihat kilatan maut di keduamata Putu Arka. "Putu, jangan...." Tangan kanan Putu Arka menghantam laksanapalu godam. "Praakk!" Sosok malang Nyoman Carik terbanting kekiri. Sebelum tubuh itu terkapar di tanah PutuArka telah berkelebat tinggalkan tempat itu.Sesaat kemudian dia sudah berada di sampingWayan Japa kembali, di belakang semak belukar. “Sudah...." jawab Putu Arka pendek. Wajahnyayang buruk diarahkan ke laut. Lalu dia menatapke langit. Masih geiap, tak kelihatan satu bintangpun. "Apa yang sudah?" Wayan Japa bertanya. Hatinya syak tidak enak. Aku sudah memberi pelajaran pada sahabatkita satu itu.' Menerangkan Putu Arka. "Maksudmu, kan telah membunuh NyomanCarik?" "Kira-kira begitu." Putu Arka menyeringai,

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA6

    “Gila kau! Jahat sekali membunuh teman sendiri!" "Teman tidak iagi teman namanya kalau berlaku sembrono yang bisa membuat kematian diriku. Juga kematian bagi dirimu!" "Hanya karena merokok?" "Itu cuma penyebab." Wayan Japa pegang lengan temannya. "Akutidak percaya kau telah membunuh Nyoman Carik." "Sahabat, kau membuatku jadi kesal. Kalautidak percaya pergi saja ke balik semak belukarsana. Periksa sendiri apakah Nyoman Carik masihhidup! Kurasa saat ini dia sudah jadi bangkai takberguna!" Wayan Japa terdiam. Dia palingkan kepala kearah semak belukar di kejauhan. Gelap. Tengkuknya terasa dingin. Hatinya menduga-duga keculasan sudah mulai muncul diantara mereka. Putu Arka telah membunuh Nyoman Carik. Kini nanya tinggal mereka berdua. Dalam hati Wayan Japa membatin. "Setelah dapatkan barang itu pasti dia juga akan membunuh diriku. Aku harus berlaku waspada. Aku harus mendahuluinya."“Putu, bagaimana kita mempertanggung jawabkankomatian Nyoman Carik pada guru?" “Soal nyawa Nyoman Carik guru tidak akan mau tahu. Kepadanya kita hanya mempertanggung jawabkan keberhasilan kita mendapatkan barang itu! Kembali Wayan Japa terdiam. Lalu didengarnya suara Putu Arka berkata. "Ketololan Nyoman Carik telah mengundangorang lain ke tempat ini! Kita berada dalampengintaian musuh yang juga menginginkanbarang itu! Mereka tahu kita berada di sini!" Wayan Japa terkejut. Membuka mata lebar-lebar, memasang telinga. Memandang berkeliling.Dia tidak melihat apa-apa selain semak belukardan pepohonan dalam kegelapan. Dia juga tidakmendengar suara lain kecuali tiupan angin dandeburan ombak di pasir pantai. "Ketika aku berguling di tanah tadi, akusempat melihat bayangan manusia di atas pohonsana. Sewaktu kembali ke sini sekali lagi aku

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA7

    melihat. Ada dua orang di atas pohon. Mungkinlebih tapi yang kulihat jelas hanya dua orang." Wayan Japa segera hendak palingkan kepalake arah pohon yang dimaksudkan temannya tapiPutu Arka cepat berkata. "Jangan menoleh!Jangan memandang ke arah pohon! Merekatengah mengawasi gerak-gerik kita. Pandanganmuke arah pohon hanya akan memberi tanda bahwakita sudah mengetahui kehadiran mereka. Kitapura-pura tidak tahu tapi harus waspada! Janganberbuat tolol seperti Nyoman Carik!" "Lalu apa yang akan kita lakukan?" "Apa yang ada di benakmu?" balik bertanyaPutu Arka. "Sebelum makhluk pembawa barang muncul,bagaimana kalau kita habisi dulu kedua orangitu. Hingga tidak perlu repot-repot belakangan." "Itu namanya perbuatan sangat tolol!Menghabiskan tenaga sebelum pekerjaanselesai!" jawab Putu Arka pula. Setelah diam sebentar Putu Arka berkata. "Wayan, kau mengambilalih tugas Nyoman Carik. Begitu makhluk pembawa barang muncul aku akan merampas barang dan kau menghadang dua masuh di atas pohon." "Baik Putu," jawab Wayan Japa namun hatikecilnya kemudian berkata. "Setelah kau dapatkanbarang itu hanya ada dua kemungkinan. Kauakan kabur, atau kau lebih dulu membunuhku."

    TAK jauh dari rumpunan semak belukar tempatberadanya Putu Arka dan Wayan Japa. Di atassebatang pohon besar berdaun lebat mendekamdua sosok berdandanan aneh. Muka tua tertutupcelemongan entah dipoles dengan apa. Mungkincat atau kapur. Rambut sama putih, awut-awutanmenjela punggung. Pakaian compang campingpenuh tambalan. Dari jarak sepuluh langkahseseorang bisa mencium bagaimana tubuhmaupun pakaian kedua orang ini menebar bauapek tidak enak. Di atas pohon keduanya

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA8

    memperhatikan keadaan sekitar pantai. Rupanyasejak lama mereka sudah melihat gerak gerikPutu Arka dan Wayan Japa. Mereka juga telahmengetahui keberadaan Nyoman Carik yangsembunyi beberapa tombak di belakang sana. Orang tua pertama berbisik pada kawannya. "Kita kedahuluan, tapi belum terlambat. Akutidak dapat memastikan siapa tiga cecunguk itu.Tapi hembusan asap rokok yang menebar baukemenyan salah seorang dari mereka mengingatkan aku pada tiga tokoh dari Bali. Mereka berasal dari Buleleng. Kalau tidak salah mereka dijuluki Tiga Hantu Buleleng." "Sakra Kalianget, mereka boleh datang duluan.Tapi barang itu tak bakal menjadi milik mereka." Orang tua bernama Sakra Kalianget menyeringai lalu usap mukanya yang celemongan. "Jangan keliwat takabur sobatku Bayusongko.Tiga Hantu Buleleng sudah punya nama di rimbapersilatan kawasan timur." "Aku tidak takabur. Apa lagi aku pernah dengar, walau terikat dalam satu kelompok, namun setiap mereka memiliki hati culas. Lebih sukamementingkan diri sendiri. Lihat saja nanti, kalau salah seorang dari mereka dapatkan barang itu, ketiganya akan tega saling berbunuhan untukdapat menguasai." "Kabarnya barang itu memang tidak bisadimiliki lebih dari satu orang," ucap orang tuaberpakaian rombeng bernama Sakra Kalianget, Bayusongko menatap tajam-tajam ke matasahabat yang duduK di cabang pohon di atasnya. "Maksudmu, kaiau barang itu jatuh ke tangankita, salah seorang dari kita harus mati? Kau maumembunuhku? Begitu?" Sakta Kalianget tutup mulutnya dengan telapak tangan kiri. Di balik telapak dia tertawa mengekeh tanpa suara. "Kita berdua bukan orang-orang sinting! Halitu tidak akan terjadi..." "Sukra...." Bayusongko pegang kaki temannya. "Pasang telingamu. Aku dengar sayup-sayup

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA9

    suara dua orang di depan tengah bicara. Sepertibertengkar. Hai, lihat...." Sakra Kalianget sibakkan pohon yangmenghalangi pemandangannya lalu menunjuk kearah rerumpunan semak belukar. Di bawah sana,di balik semak belukar saat itu Putu Arka tampakmembaringkan badan ke tanah. Apa yang dilakukan manusia itu? Tidur? Gilabetul!" ucap Bayusongko. Lalu dia keluarkansuara terkejut. "Astaga, lihat..." Sosok Putu Arka berguling di tanah. Pasirbeterbangan. Cepat sekali gerakan tubuh yangmenggelinding itu lewat di bawah pohon lalusampai di balik serumpunan semak belukardimana Nyoman Carik tengah sembunyi sambilasyik-asyikan merokok. "Manusia tolol! Sengaja menggelinding di tanah agar tidak terlihat orang! Padahal keberadaan dia dan kawan-kawan sudah kita ketahui!" Diam Bayu! ujar Sakra Kalianget sambilmenampar perlahan kepala teman yang berada dicabang pohon di sebelah bawah. "Aku mendengarbenda berderak pecah. Lalu suara tubuh jatuh ketanah..."

    Dari tempatnya berada di atas pohon, meskilebih rendah dari kedudukan Sakra Kaliangetnamun Bayusongko bisa melihat lebih jelas apayang terjadi. Dia keluarkan suara seperti maumuntah. "Kenapa kamu?" tanya Sakra Kalianget. "Yang kau dengar adalah suara kepala pecah!Orang yang menggelinding tadi membunuhkawannya sendiri. Orang yang merokok! Gila!" "Gila tapi bagus! Berarti kekuatan mereka kinitinggal dua orang! Lebih mudah bagi kita untukmerampas barang itu kalau sudah ada di tanganmereka." "Rupanya benar kabar yang tersiar. Tiga HantuBuleleng itu masing-masing berhati culas. Apapunalasannya orang satu itu membunuh temannya.aku yakin tujuan hati busuknya adalah untuk

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA10

    mengurangi persaingan. Kelak dia bakalmembunuh temannya yang satu lagi..." 'Bisa begitu Bayu, bisa begitu..." ucap SakraKalianget pula. "Sakra, apa kita tetap pada siasat semula?Membiarkan mereka mendapatkan barang itu lebihdulu baru merampasnya?" "Siasat tidak berubah. Kita, siapapun, sekalipun memiliki kepandaian setinggi langit sedalamlautan, tidak bakal dapat merampas barang itu.Tiga Hantu Buleleng mampu melakukan karenamereka punya penangkal, tahu rahasia kelemahanmakhluk yang membawa barang." Bayusongko mengangguk-angguk, usap-usapdagunya yang celemongan lalu alihkan pandangan mata ke tengah laut. Dalam hati dia bertanya-tanya. Bagaimana bentuk makhluk yang akan muncul membawa barang itu? Lebih dari itu bagaimana pula ujud barang yang akan mereka rampas lalu diserahkan pada guru mereka di Danau Buyan di Buleleng?

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA11

    WIRO SABLENGAKSARA BATU BERNYAWA

    ANGIN dari arah laut bertiup dingin mengandung garam. Sementara langit semakin hitam tanpa bintang. Laut selatan diselimuti udara gelap gulita. Gemuruh suara ombak yang bergulung untuk kemudian memecah di pasir pantai terdengar tidak berkeputusan. Tiba-tiba di ufuk tenggara menyambar kilat, seolah muncul dari dalam samudera, melesat ke angkasa membuat guratan seperti membelah langit. Untuk sesaat kawasan pantai selatan terang benderang oleh sambaran cahaya kilat. Di lain kejapkegelapan kembali membungkus. Di balik semak belukar Putu Arka mengusapwajah, membuka mata lebar-lebar memandang ketengah laut. Dia mendongak ke langit, cobamencari bintang pertanda. Tak kelihatan satubintangpun. Tapi dalam hatinya tokoh silat dariBuleleng ini punya dugaan keras. Saat menjelangtepat tengah malam telah tiba. Makhluk pembawabarang akan segera muncul. Dan hujan rintik-rintik mulai turun. Sekali lagi kilat berkiblat. Kali ini di arah barat.Begitu cahaya terang sirna dan kegelapan kembalimuncul, mendadak di tengah laut tampak satucahaya kehijauan, seolah keluar dari dasarsamudera. Secara aneh, entah apa yang terjadi,entah kekuatan dari mana yang turun ke bumi.tiba-tiba ombak di laut berhenti bergulung. Airlaut diam tak bergerak seperti berubah menjadihamparan rumput luar biasa luas. Tak ada lagiombak yang bergulung dan memecah di pasirpantai. Anginpun berhenti bertiup dan hujan rintik-rintik lenyap. Seantero kawasan pantai selatan

    2

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA12

    gelap pekat dan sunyi senyap. “Saatnya....saatnya sudah tiba," kata Putu Arkadalam hati. Dadanya berdebar, wajah buruknyatampak tegang, mata terpentang lebar, menataptak berkesip ke arah laut. Di belakang sana WayanJapa merasa tegang. Sekilas dia memandang kearah laut. Lalu kembali berpaling ke jurusansemula. Sesuai tugas, dia harus mengawasikemunculan mendadak orang-orang yang tidakdiingini. Saat itu sepasang matanya tidak lepasdari memperhatikan pohon besar dimana menurutPutu Arka bersembunyi dua orang tak dikenal. Keheningan yang muncul mendadak membuatsemua orang yang ada di tempat itu jadi tercekatbergidik. "Keanehan apa ini?! Mengapa mendadak sunyiseperti di liang kubur! Ombak berhenti bergulung,angin tidak bertiup dan hujan yang barusan turunjuga berhenti! Apa yang terjadi?!" BerucapBayusongko yang berada di atas pohon besar. "Saat yang ditunggu sudah tiba! Kita beradadi tepat tengah malam. Ini saat munculnyamakhluk yang membawa benda mustika itu.Menurut petunjuk dia akan keluar dari...." UcapanSakra Kalianget terputus. Dia meraba daun telingasebelah kiri. "Ada suara kuda berlari dari arahtimur. Menuju ke sini. Tapi....Mengapa tiba-tibalenyap?" Ada orang lain yang tahu urusan besar ini.Kita harus lebih waspada," bisik Bayusongko. Di balik semak belukar Putu Arka yangmemperhatikan ke tengah laut tanpa berkesipmendadak melihat cahaya hijau yang sejak tadidiawasinya berubah tambah panjang dan tambahterang. Tiba-tiba cahaya itu melesat ke atas. Airlaut laksana terbelah. Cahaya hijau keluar daridalam laut mengeluarkan suara bergemuruh.Kawasan pantai bergetar, pepohonan bergoyang.Di tepi pantai pasir berhamburan sampai setinggidan sejauh dua tombak. Saat itu pula air lautkembali, bergerak. Ombak menderu bergulung ke

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA13

    pantai. Angin kembali bertiup kencang dan dingin.Lalu hujan rintik-rintik kembali turun dan dengancepat berubah deras. Putu Arka tudungi kedua matanya dengantangan kiri. Tak tahan silau cahaya hijau yangkeluar dari laut. Ketika dia dapat melihat denganjelas, kejut tokoh silat dan Bali ini bukan alangkepalang. Yang barusan melesat keluar dari dalamlaut disertai pancaran cahaya hijau menyilaukanternyata adalah sosok seekor ular besar danpanjang berkulit hijau. Sebagian tubuhnya masihberada didalam air laut. Luar biasanya sosok ularini memiliki kepala seorang nenek berambut hijau,punya sepasang tanduk hijau serta dua matayang juga hijau. Dua tangannya memegangsebuah peti kayu hitam yang diikat dengan akartumbuhan laut berwarna hijau. Di atas kepalanyaada sebentuk mahkota terbuat dari batu hijau.Keseluruhan sosok nenek ular ini, mulai darikepala sampai ke bawah memancarkan cahayahijau menyilaukan. Orang pertama dari Tiga HantuBuleleng ini tidak pernah menduga kalau inilahmakhluk yang akan ditemuinya. Dalam kejut dan ketersiapannya Putu Arkaperhatikan peti kayu hitam yang dipegang nenekular. "Peti itu...." katanya dalam hati. "Itu, yangharus aku dapatkan. Makhluk itu pasti tak akanmau menyerahkan secara suka rela. Aku harusmerampasnya. Di dalam peti pasti tersimpanbarang yang dicari. Mustika pembawa nyawa,pemberi kehidupan baru!" Putu Arka usap wajah buruknya yang basaholeh air hujan lalu bergeser ke kanan. Saatnyadia keluar dari balik semak belukar. Gerakannyaterhenti sebentar ketika dilihatnya manusia ularrundukkan tubuh bagian atas lalu meluncur diatas air menuju pasir pantai. Begitu makhlukaneh mengerikan itu sampai di atas pasir, PutuArka tidak menunggu lebih lama. Dia segeramelompat keluar dari balik semak belukar lalumelesat ke tepi pasir.

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA14

    "Makhluk ular kepala manusia! Serahkan petiyang kau bawa padaku!" Putu Arka berteriak keras. Suaranyamenggelegar di bawah deru hujan. Tokoh silatdari Bali ini tentu saja menyertai teriakannya tadidengan kekuatan tenaga dalam. Nenek ular sertamerta angkat kepala. Sepasang matanya yanghijau memandang menyorot ke arah orang yangbarusan membentak. Tiba-tiba si nenek keluarkansuara tertawa aneh. Ketika mulutnya terbukakelihatan lidah berwarna hijau, menjulur terbelahdi sebelah ujung. Makhluk bertubuh ular berkepalamanusia ini bersurut setengah tombak. Ekornyamelesat ke atas, menekuk di udara. Seperti buntutkalajengking yang siap menyengat, membuat PutuArka harus berlaku hati-hati. "Anak manusia, siapapun kau adanya pastisudah lama menunggu di tempat ini. Kau begitusabar menantikan kematianmu. Apakah kausendirian atau punya teman. Suruh mereka segerakeluar agar aku tidak terlalu banyak mengha-biskan waktu dan tenaga untuk menyingkirkankalian!" Putu Arka mengeram marah. "Aku meminta untuk kali kedua. Itu merupakankali yang terakhir! Serahkan peti kayu padaku!" "Kau meminta barang yang bukan hakmu!Kau ini bangsa maling, begal atau rampok?!"Nenek ular sehabis berucap kembali tertawa aneh. "Makhluk tolol! Kau lebih sayang peti itu darinyawamu! Lihat, apa yang ada di tanganku!" Dua tangan Putu Arka yang sejak tadidimasukkan ke balik baju hitam yang basah kuyupmelesat keluar. Dia kembangkan telapak tangan.Di atas telapak tangan kiri terdapat sehelai daunsirih. Di telapak tangan kanan kelihatan sebuahBawang putih tunggal. Tampang nenek ular serta merta berubahbegitu melihat sirih dan bawang putih tunggalTubuh ularnya mengkeret dan bersurut sampaisatu tombak.

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA15

    Manusia beralis hitam putih! Katakan siapaKau sebenarnya?!" Putu Arka menyeringai. Maklum makhluktubuh ular kepala manusia itu kini merasa jerihterhadapnya. "Aku tidak suruh kau bertanya. Aku perintahkan agar kau segera menyerahkan peti kayu!"Habis berkata begitu Putu Arka lalu remas daunsirih di tangan kiri dan bawang putih tunggal ditangan kanan. Daun sirih dan bawang putih yangsudah hancur kemudian dimasukkannya ke dalammulut, dikunyah lumat-lumat. "Manusia ini tahu kelemahanku' Aku harusmembunuhnya sebelum dia menyemburkankunyahan daun sirih dan bawang putih." Nenekular berkata daiam hati. Lalu sambi! surutkantubuh ularnya dan rundukkan kepala dia keluarkanucapan. 'Aku menaruh hormat dan tunduk padamu.Mungkin kau memang orangnya kepada siapaaku harus menyerahkan peti kayu ini. Maafkankelancanganku. Harap kau sudi menerima." Nenekular rundukkan kepala lebih ke bawah. Dua tanganyang memegang peti kayu diulurkan ke depan kearah orang yang meminta. Putu Arka tokoh silatberpengalaman. Dia tidak bodoh. Dia menciumgelagat yang tidak baik. Tipu daya! Dan ternyatabetul. Hanya seuluran tangan peti kayu berada didepan Putu Arka, tiba-tiba ekor nenek ular yangditarik tadi menekuk di udara menghantam kearah kepala Putu Arka. Cahaya hijau berkiblat menyertaiserangan maut itu! Didahului bentakan keras Putu Arka melompat kesamping. Ekor ular menderu dahsyat,membongkar tanah. Pasir pantai berhamburan keudara di tempat itu kelihatan lobang besarsedalam hampir setengah tombak. Dapatdibayangkan kalau hantaman ekor ular mengenaikepala Putu Arka. Begitu ioios dari serangan maut Putu Arka cepat melesat ke udara. Pada saat kepalanya sejajar dengan kepala nenek ular dia semburkan

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA16

    selengah dari kunyahan daun sirih dan bawangputih yang ada dalam mulut. Hampir bersamaandengan itu nenek ular sentakkan kepala. "Wuss! Wusss!" Dari sepasang mata nenek ular melesat duasinar hijau menggidikkan. Tapi dua larik sinarmaut itu serta merta menghambur berantakanbegitu terkena semburan kunyahan daun sirihdan bawang putih tunggal. Nenek ular keluarkansuara meraung panjang aneh menggidikkan.Suara ini seperti raungan anjing namun padaujung raungan berubah seperti ringkikan kuda.Kepala nenek ular terbanting ke belakang. Sekujurtubuh ularnya bergoncang keras. Dalam keadaanmenghuyung makhluk ini buka mulutnya. Lidahhijau terbelah dijulurkan. Memancarkan cahayahijau menyeramkan. Putu Arka yang maklum kalau lawan kembalihendak menyerang. Dengan cepat jungkir balik diudara. Sambil menukik dia semburkan sisakunyahan daun sirih dan bawang putih ke arahkepala nenek ular. Makhluk yang belum sempatmenyemburkan racun maut dari mulutnya kembalimeraung keras. Semburan kunyahan daun sirihdan bawang putih tepat mengenai wajahnya. Saatitu juga kepala nenek ular kelihatan berpijar hebat,mengepulkan asap hijau lalu seperti lilin terbakarkepala itu leleh, berubah menjadi cairan hijau.Luar biasa mengerikan. Dua tangan si nenekterpentang ke udara. Menggapai-gapai. Peti kayuyang sejak tadi dipegangnya terlepas jatuh. Perlahan-lahan sosok ular si nenek tersurutdan tenggelam ke dalam laut. Putu Arka bertindakcepat. Dua kaki dijejakkan ke pasir. Tubuhnyamelesat ke udara, menyambar kayu hitam yangsiap jatuh ke dalam laut. "Dapat!" Di balik semak belukar Wayan Japaberucap gembira sambil kepalkan tangan ketikamelihat sobatnya Putu Arka berhasil menangkapdan mendapatkan peti kayu yang terlepas jatuhdari pegangan makhluk ular kepala manusia.

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA17

    Namun pada saat yang sama, di arah belakangnyaterdengar sambaran angin. Dua makhluk aneh,berwajah celemongan melesat turun dari pohonbesar. Musuh yang ditunggu-tunggu telah keluarunjukkan diri. Sesuai yang sudah diatur, WayanJapa segera keluarkan suara siulan menyerupaisuara burung malam. !ni adalah tanda yang harusdiberikannya pada Putu Arka. Putu Arka sempat mendengar suara siulanpertanda yang diberikan Wayan Japa. Tapi sepertiyang sudah diduga, keculasan pada masing-masing Tiga Hantu Buleleng ini menjadi kenyataan. Bukannya datang untuk membantu sahabatnya, malah sambil menyeringai Putu Arka berbalik kabur ke arah barat membawa peti kayu. Dia tidak menyadari justru pada saat yang hampir bersamaan dari arah berlawanan terdengar derap kaki kuda mendatangi.

    SEBELUM turun dari atas pohon besar, SakraKalianget berkata pada temannya. 'Bayusongko,kau serang si penghadang. Aku mengejar orangyang melarikan peti kayu!" Dua tokoh silat dari Madura itu segeraberkelebat turun dari atas pohon sambil hunussenjata masing-masing yakni sebilah clurit terbuatdari besi biru dilapisi emas. Sakra Kalianget langsung mengejar Putu Arka sedang Bayusongkomenyerbu ke arah Wayan Japa yang memangbertindak sebagai penghadang. Begitu saling berhadapan Bayusongko tenang-tenang saja melintangkan clurit emas di depandada. Sementara Wayan Japa tidak dapatmenyembunyikan rasa kaget ketika melihat siapayang berdiri di hadapannya dan siap menyerbu.Namun dia cepat menguasai diri dan merubahsikap. "Owalah!" ucap Wayan Japa. "Lihat siapa yangjual tampang di hadapanku! Muka celemongan,pakaian rombeng penuh tambalan, menebar baubusuk. Bersenjata clurit emas! Siapa lagi kalau

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA18

    bukan tua bangka berjuluk Pengemis Clurit Emasdari Madura!" Disapa orang begitu rupa Bayusongko tertawamengekeh. "Malam begini gelap, hujan pula! Tidak sangkaorang masih mengenali diriku! Rupanya akumemang sudah jadi tokoh kesohor! Ha...ha...ha!" "Tunggu! Jangan buru-buru berucap sombong!" Hardik Wayan Japa. "Biasanya Pengemis Clurit Emas selalu muncul berdua. Mana temanmu? Apa lagi mengemis di tempat lain? Ha...ha...ha!" "Apa perduiimu dimana temanku!' jawabBayusongko lalu keluarkan suara mendengus. Wayan Japa maklum kalau ejekannya membuat lawan mulai marah. Maka dia kembali keluarkan ucapan. "Malam-malam buta begini. Di tempat sepi.Ketika cuaca begini buruk! Aneh kalau kaumuncul untuk mengemis! Sendirian pula!" Bayusongko menahan amarahnya. Batuk-batuk lalu tertawa gelak-gelak. Kalau mengemis nyawa manusia waktunyatidak perlu diatur, Malam-malam seperti inimemang paling tepat untuk minta nyawa orang.Berbarangan dengan kehadiran setan laut yangpasti banyak gentayangan di sekitar sini!Ha...ha. .ha!" "Tolol sekali!" tukas Wayan Japa. "Senjatasaja terbuat dari emas. Masih mau mengemis!Jua! saja cluritmu kalau tidak punya uang! Akusering mendengar kabar. Banyak pengemis yangsebenarnya kaya raya. Di kampung punya tigarumah dan tiga istri! Kau pasti termasuk pengemismacam begituan!" "Ah, rupanya Pengemis Clurit Emas memangsudah tersohor. Sampai-sampai kau tahu keadaandiriku! Hai, kalau aku mau menjual clurit ini, apakau mau membeli?!" "Siapa sudi!" jawab Wayan Japa lalu meludahke tanah. "Kalau begitu biar clurit ini aku berikan cuma-cuma padamu!" kata Bayusongko pula lalu

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA19

    menerjang ke depan sambil babatkan senjatanya.Sinar terang kuning berkiblat dalam gelapnyaudara dan curahan hujan lebat. Wayan Japa cepat menyingkir selamatkan diri.Sinar kuning clurit emas membabat udara kosong.Curahan air hujan seolah tertahan. Dari sambaranangin yang menggetarkan pakaian dan tubuhnyaWayan Japa maklum, bukan saja senjata di tanganlawan merupakan senjata berbahaya tapi yangmelancarkan serangan juga memiliki tenaga dalamtinggi. Sambil melompat mundur mengelak seranganorang Wayan Japa cepat loloskan destar hitam dikepala. Destar yang basah oleh air hujan diperasdulu, lalu ditarik, direntang dan diurut-urut. Sesaatsaja destar hitam itu telah berubah menjadi kerasdan lurus. Destar dibolang baling mengeluarkansuara bersiuran. Luar biasa, destar yang terbuatdari kain itu kini berubah menjadi sebatangtongkat sepanjang lima jengkal. Bayusongko tertawa bergelak. "Hantu Dari Buleleng yang katanya punyanama besar di rimba persilatan ternyata cumapunya senjata butut! Kau akan mampus lebihcepat kalau hanya mengandalkan destar bautengik itu!" ejek Bayusongko. "Jangan banyak mulut! Terima kematianmu!"kertak Wayan Japa. Lalu orang kedua dari TigaHantu Buleleng ini menerjang lancarkan erangandalam jurus bernama Tongkat Hantu menghidangIblis. Seolah mengejek dan memandang rendahlawan, Bayusongko sengaja tegak diam menung-gu datangnya serangan Wayan Japa.

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA20

    WIRO SABLENG

    AKSARA BATU BERNYAWA

    SIKAP memandang enteng senjata dan serangan lawan serta merta berubah jadi keterkejutan besar. Malah Bayusongko sampai-sampai keluarkan seruan tertahan. Destar hitam di tangan Wayan Japa laksana seekor ular bisa berubah lentur. Laksana seekor ular mematuk kian kemari, menyerang tiga bagian tubuh Bayusongko dalam satu gebrakan! Untuk mengelakkan hantaman ujung destar yangmengarah ke bagian dada, perut dan betisnyaBayusongko dipaksa berkelebat dan berjingkrakkian kemari. Untung saja orang tokoh silat dariMadura ini memiliki ilmu meringankan tubuh yangsudah mencapai tingkatan tinggi. Dia mampuselamatkan diri dari tiga kali hantaman senjatalawan. Bayusongko menggeram dalam hati. Barujurus pertama lawan mampu membuatnyakelabakan begitu rupa. Hatinya jadi panas ketikaWayan Japa keluarkan ucapan. "Ha...ha! Aku tidak sangka pengemis bisaberubah jadi monyet! Jingkrak sana jingkrak sini!" "Umur tinggal sejengkal! Masih mau bicarasombong!" hardik Bayusongko pula. "Lihat clurit!" Bayusongko membuat satu terjangan. Duakaki melesat di atas tanah. Tubuh meliuk aneh.Clurit emas diputar di atas kepala, lalu menukikdalam bentuk serangan ke arah pinggang lawan.Ketika Wayan Japa mundur dua langkah untukelakkan sambaran clurit, tubuh Bayusongko yangmasih mengapung di udara kembali membuatliukan aneh dan settt! Clurit emas tahu-tahumembabat ke arah leher Wayan Japa!

    3

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA21

    Sambil surutkan kaki kiri ke belakang dankepala dirundukkan, Wayan Japa sambutserangan orang dengan jurus Tongkat HantuMenutup Pintu Akhirat. Destar hitam berkelebatsearah perut lawan yang tidak terjaga,, membuatkakek bernama Bayusongko terpaksa lentingkantubuh ke belakang dan begitu berhasil selamatkanperutnya dari sambaran destar dia teruskanbabatan clurit ke arah leher lawan. Jurus Tongkat Hantu Menutup Pintu Akhiratyang dimainkan orang kedua dari Tiga HantuBuleleng ini bukan satu jurus kosong. Ujungdestar yang telah berubah menjadi sebatangtongkat luar biasa ampuhnya, berkelebat di udara.Ujung atas melintang di depan leher, ujung bawahmenohok ke arah perut lawan! "Trangg!" Tongkat destar beradu dengan clurit emas,mengeluarkan suara berkerontangan seolah dualogam atos saling bentrokan di udara! Bunga apimemercik. Destar mengeluarkan cahaya hitamsedang clurit menebar percikan cahaya kuningbenderang. Bentrokan senjata membuat tangan pengemistua Bayusongko yang memegang clurit tergetarkeras. Ini sudah cukup membuat tokoh silat dariMadura ini jadi terkejut. Dia tidak menyangkalawan memiliki kekuatan tenaga begitu besar sertasenjata aneh yang tak bisa dianggap enteng. Danbelum habis kejutnya tiba-tiba bagian bawahtongkat lawan menderu ke arah perutnya! "Bukkk!" "Hueekk!" Bayusongko mengeluh tinggi dan muntahkandarah segar. Tubuhnya terlipat ke depan. Tangankiri meraba perut karena mengira perut itu sudahjebol dihantam tongkat yang terbuat dari destartapi kerasnya tidak beda dengan pentungan besi!Ketika dia hendak mengusap darah yang membasahi mulutnya, tiba-tiba tongkat di tanganWayan Japa kembali menderu. Kali ini dalamgerakan mengemplang ke arah batok kepala si

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA22

    pengemis yang berdiri setengah terbungkukkarena menahan sakit pada perutnya dan tengahmenyeka darah di mulut. Untungnya Bayusongko masih sempat melihatserangan maut itu. Secepat kilat dia jatuhkan dirike tanah. Sambil berguling dia babatkan cluritemas ke arah dua kaki Wayan Japa. Tanpamenggeser kedudukan kedua kakinya, WayanJapa tusukkan tongkat ke bawah. Senjata itumenancap di tanah tepat pada saat clurit emasdatang membabat. Untuk kedua kalinya dua senjata salingbentrokan dan untuk kedua kalinya pula bungaapi hitam dan kuning memercik di udara gelap.Wayan Japa cepat tarik tongkat tapi alangkahterkejutnya anggota Tiga Hantu Buleleng ini ketikadapatkan walau telah mengerahkan tenaga sekuatapapun, malah mempergunakan dua tangansekaligus, dia tidak mampu mencabut tongkatyang menancap di tanah itu! "Celaka! Apa yang terjadi?!" Sepasang mataWayan Japa mendelik besar. Clurit emas senjatalawan dilihatnya melingkar pada badan tongkat.Ujungnya yang tajam dan bagian gagang tidakkelihatan karena terpendam ke dalam tanah!"Clurit...clurit itu mengunci senjataku!" WayanJapa pentang matanya ke arah Bayusongko yangsaat itu telah tegak berdiri. Mukanya yangcelemongan tambak tak karuan oleh darah yangmembasahi mulut dan dagunya. Kakek bermuka celemongan itu berdiri itusambil tertawa mengekeh dan usap-usap duatangannya satu sama lain. Tiba-tiba entah darimana munculnya tahu-tahu dalam dua tanganBayusongko telah tergenggam dua buah cluritkecil. Dua senjata ini kelihatan aneh karena hanyagagangnya yang tampak jelas sedang bagian yangtajam dan runcing hampir tidak membekas didalam kegelapan. "Clurit Hantu!" Wayan Japa keluarkan seruan tertahan.

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA23

    Tampangnya berubah. Jelas ketakutan amatHangat. Si pengemis tua Bayusongko tertawamengekeh. "Bagus sekali! Kau mengenali sepasang cluritgaib ini! Pertanda kau sadar bahwa kematiansudah di depan hidung! Ha...ha...ha!" Pengemistua itu tertawa bergelak. Begitu tawa lenyap duatangan yang memegang clurit kecil yangdisebutnya sebagai clurit goib bergerak berputar. "Seettt!" "Seettt!" Dua clurit aneh yang hanya kelihatangagangnya saja melesat ke arah Wayan Japa.Tokoh dari Bali ini hanya sempat melihat clurithantu yang menyerang ke arah lehernya. Diacepat menyingkir ke kiri sambil lepaskan satupukulan tangan kosong berkekuatan tenaga dalampenuh. Meskipun Wayan Japa berhasil memukulmental clurit pertama namun dia tidak mampumelihat kelebatan datangnya clurit hantu kedua. Raungan menggelegar dari mulut orang keduaTiga Hantu Buleleng ini ketika clurit hantu keduamenancap tepat di mata kirinya. Sosok WayanJapa terhuyung ke belakang. Tangan kirimenggapai udara kosong. Tangan kanan bergerakke arah mata, berusaha mencabut clurit hantuyang menancap di mata itu. Tapi belum sempatmenyentuh, mendadak sekujur tubuh Wayan Japaberubah dingin dan kaku. Dia hanya sempatkeluarkan keluhan pendek lalu sosoknyaterbanting ke tanah tak bergerak lagi. Dalam gelapsekujur kulit tubuhnya kelihatan membiru. Itulahakibat racun sangat jahat yang ada pada clurithantu. Jangankan manusia, makhluk sebesargajahpun mampu terbunuh oleh racun ini dalamsekejapan mata! Ternyata Hantu Buleleng tidaksanggup menghadapi clurit hantu alias clurit goib! Pengemis muka celemongan Bayusongkomenyeringai sambil usap-usap dua tangan. Secara

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA24

    aneh, dua clurit hantu telah berada dalam tangannya kembali. Orang tua ini masih terbungkukmenahan sakit pada perutnya kemudianmelangkah mendekati tongkat milik Wayan Japayang kini telah berubah ke bentuknya semulayaitu selembar kain ikat kepala dan melingkar ditanah. Bayusongko cabut clurit emas miliknyayang terpendam di tanah di samping destar hitam.Kepala pengemis tua muka celemongan initerdongak ketika dari arah pantai terdengar suarajeritan orang. Dia mengenali. Itu adalah suarajeritan sahabatnya, Sakra Kalianget, orangpertama dari Pengemis Clurit Emas.

    KEMBALI kepada Putu Arka. Seperti dituturkansebelumnya orang pertama dari Tiga HantuBuleleng ini berhasil menghancurkan makhlukular berkepala manusia yang keluar dari dalamlautan membawa sebuah peti kayu berwarnahitam. Begitu peti berada di tangannya Putu Arkasegera kabur ke arah barat. Dia tidak perdulikansuara suitan tanda yang diberikan sahabatnyaWayan Japa. Dia seperti tidak mendengar suaraderap kaki kuda banyak sekali datang dari arahtimur. Yang penting dia sudah dapatkan peti berisibenda maha sakti tiada duanya di dunia dan harus menyelamatkannya. Namun belum sampai berlari dua puluhlangkah, tiba-tiba satu bayangan hitam berkelebatdi depan Putu Arka. Cepat Putu Arka tahan larikemana gerakan orang jelas menghadang dirinya.Memandang ke depan, Putu Arka jadi melengak.Lnam langkah di hadapannya tegak bertolakpinggang seorang kakek bermuka celemongan,rambut putih panjang awut-awutan. Berpakaianrombeng penuh tambalan. Dari keadaan sertapakaian orang, Putu Arka segera maklum, dengansiapa dia berhadapan saat itu. Sakra Kalianget! Orang pertama PengemisClurit Emas. Gerangan apa kau muncul di malam

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA25

    buta sepertinya sengaja menghadang jalanku?!" “Putu Arka, jangan pura-pura berbasa-basi.Serahkan peti yang kau pegang padaku! Sekarang! Cepat!" “Ah” Putu Arka mundur satu langkah. "Akumemang barusan merampas barang ini dari oranglain. Tapi aku tahu betul peti dan benda isi di dalamnya bukanlah milikmu! Mengapa aku merasa perlu menyerahkan kepadamu!" Sakra Kalianget tertawa bergelak. Rangkapkandua tangan diatas baju rombengnya lalu berkata.“Kali pertama aku hanya meminta peti itu. Kali

    kedua aku meminta berikut nyawamu! Terserahkau mau memberikan yang mana!" Sesaal Putu Arka terdiam. Otaknya bekerja.Dia cukup tahu riwayat kakek muka angkercelemongan bernama Sakra Kalianget ini.Bersama seorang kakek lainnya bernamaBayusongko di rimba persilatan tanah Jawakawasan timur dia dikenal dengan julukanPengemis Clurit Emas. Mereka selalu munculberdua. Mana yang satunya? Tadi dia mendengarjerit raungan Wayan Japa. Dia tidak perlumenyelidik. Saat ini Wayan Japa pasti sudahmenemui ajal. Pembunuhnya? Besar dugaan sipembunuh adalah Pengemis Clurit Emas yangbernama Bayusongko. Menghadapi manusia satuini saja cukup sulit. Apa lagi kalau sampaitemannya muncul membantu. "Sakra Kalianget, aku tidak mau membuang-buang waktu berurusan dengan manusiapengemis sepertimu. Tunggu saja sampai siang.Pergi ke pasar dan mengemis di sana! Janganmencampuri urusan orang!" Sakra Kalianget kembali tertawa. "Urusan yang kau hadapi bukan urusan dirimusendiri. Tapi adalah urusan para tokoh rimbapersilatan!" Ucap jago tua dari Madura itu. Dengar, aku akan mengampuni selembarnyawamu, kalau kau tidak terlalu bodoh maumenyerahkan peti kayu hitam padaku!" "Jahanam!" maki Putu Arka dalam hati. "Mati

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA26

    hidup peti ini akan aku pertahankan!" Lalu diakeluarkan ucapan. "Pengemis kesasar! Kalau kauinginkan peti ini silahkan mengambil sendiri!" "Bodoh sekali! Berani menantang PengemisClurit Emas dari Madura!" kata Sakra Kaliangetsambil menyeringai. Begitu selesai bicara kakekpengemis ini keluarkan clurit emasnya danlangsung menyerang Putu Arka. Perkelahianhobat segera pecah. Putu Arka segera terdesakbegitu memasuki jurus kedua. Sebabnya diaterpaksa berkelahi sambil satu tangan memegangpeti kayu. Seperti Wayan Japa tadi dia loloskandestar hitam yang terikat di kepala. Kalau WayanJapa terlebih dulu harus menarik dan mengurut-urut destar itu, lain halnya dengan Putu Arka.Karena kesaktiannya jauh lebih tinggi dari WayanJapa, maka sekali kain hitam itu disentakkan,serta merta berubah menjadi sebatang tongkatseatos besi! Ternyata ilmu silat yang dimiliki Putu Arkasetingkat lebih tinggi dari Sakra Kalianget. Walaudi awal jurus perkelahian dia kena didesak, namunsetelah keluarkan jurus-jurus andalannya, PutuArka berhasil mengimbangi serangan lawan malahsesekali membuat serangan balasan yangmematikan. Kesal karena tidak bisa menembus pertahananlawan Sakra Kalianget dengan cerdik alihkansasaran serangannya. Kini cluritnya dipakai untukmenghantam ke arah peti hitam yang dikepit PutuArka di tangan kiri. Satu kali clurit emas berhasilmembabat sudut kiri atas peti kayu hinggagompal. Untung peti itu cukup tebal hingga isi didalamnya masih terlindung. Namun keberhasilanmerusak peti harus ditebus cukup mahal olehSakra Kalianget. Karena di saat pertahanan Sakraterbuka. Putu Arka berhasil susupkan tongkatnyake dada kiri lawan. "Kraakk!" Salah satu tulang iga Sakra Kalianget berderakpatah. Orang ini menjerit kesakitan. Jeritan inilah

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA27

    yang kemudian didengar oleh pengemis Bayusongko yang baru saja berhasil membunuh Wayan Japa. "Jahanam Putu Arka! Kau memang mintamampus! Sekarang tidak ada lagi pengampunanbagi dirimu!" Sakra Kalianget lemparkan cluritemas di tangan kanan ke arah Putu Arka.Demikian cepatnya lemparan ini, Putu Arka hanyamampu pergunakan peti kayu untuk melindungidiri. Clurit emas menancap di peti. Putu Arkatidak perdulikan. Dia lebih memperhatikankeadaan lawan. Sementara Sakra Kaliangetkesakitan, Putu Arka melihat kesempatan untukmenghabisinya. Dengan satu lompatan kilat PutuArka kirimkan serangan tongkat dalam jurusTongkat Hantu Memburu Iblis. Tongkat yang terbuat dari kain ikat kepala itu,yang kemudian berubah sekeras besi, kiniberubah lagi laksana sebilah pedang tipis,bergetar keras memancarkan cahaya hitam. Orang lain mungkin segera menangkis ataubergerak cari selamat. Senjata di tangan lawanbergetar demikian rupa hingga sulit diduga arahmana yang dituju sebagai sasaran. Tapi luarbiasanya Sakra Kalianget tegak tenang-tenangsaja. Pasti ada yang diandalkannya. Memangbenar, ternyata dia berdiri sambil mengusap duatangan satu sama lain. Di lain kejap dua tanganitu telah menggenggam dua bilah clurit yangdalam gelap hanya terlihat gagangnya. Clurithantu alias Clurit goib! Gerakan Putu Arka sesaat jadi tertahan begitumatanya memperhatikan benda apa yang adadalam pegangan tangan kiri kanan lawan. Diabelum pernah melihat senjata angker itu, hanyabanyak mendengar cerita,keganasannya saja. Tapidia maklum yang tengah dipegang SakraKalianget adalah sepasang clurit hantu yang telahbanyak membuat geger rimba persilatan tanahJawa bagian timur. "Jadi benar berita yang tersiar. Bangsat inimemang punya sepasang clurit hantu! Aku haruscepat membentengi diri dan kabur dari tempat

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA28

    ini!" Didahului bentakan keras, sosok Putu Arkaberputar seperti gasing dan melesat ke udara. Disaat yang sama Sakra Kalianget gerakkan duatangan yang memegang clurit hantu. Tapi belumsempat dua senjata maut itu lepas dari tangannyatiba-tiba di arah kiri belakang terdengar orang

    berseru. "Sakra! Biar aku yang menghabisi bangsatitu! Kau cepat menangkap peti begitu lepas daritangannya!" Sakra Kalianget kenali suara orang yangberteriak. Suara Bayusongko sahabatnya. Selagidia meragu apakah akan meneruskan melemparkan clurit hantu ke arah Putu Arka, dari tempat gelap si kakek Bayusongko muncul dan langsung saja melemparkan dua clurit hantu yang telah tergenggam di tangannya kiri kanan. "Bettt!" "Bettt!" Putu Arka yang tadinya bersiap untukselamatkan diri dari clurit hantu yang hendakdilemparkan Sakra Kalianget tentu saja jaditerkejut besar dan tidak menduga kalau bakalanada serangan yang sama dari arah lain. Apa lagisaat itu dia tengah bergerak untuk mengeluarkansebuah benda yang jika dipecahkan akan sanggupmembentengi dirinya dari serangan lawan. Namunsebelum sempat benda itu diambilnya, apa lagisaat itu dia masih memegang tongkat, tahu-tahusebuah benda menancap di bahu kirinya. "Clurit Hantu!" seru Putu Arka. Sekujur tubuhnya mendadak sontak menjadi dingin. Tidak pikir lebih lama, begitu dua kakinya menjejak tanah, Putu Arka segera buang tongkat di tangan kanan. Lalu dengan tangan itu dia membetot kuat-kuat lengan kirinya. Terjadilah hal yang mengerikan! Putu Arka menarik tanggal tangan kirinya yangditancapi clurit hantu pada bagian bahu. Tanganini tanggal mulai sebatas persendian bahu kebawah! Memang hanya inilah satu-satunya jalanuntuk menyelamatkan diri dari kematian akibatracun clurit hantu atau clurit goib yang luar biasa

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA29

    ganasnya. Sehabis menarik tanggal tangannyasendiri, Putu Arka jatuh terjengkang di tanah.Peti kayu hitam telah lebih dulu lepas dari kepitandan jatuh. Putu Arka gulingkan diri, masihberusaha untuk menjangkau peti itu dengantangan kanan. Namun dia kalah cepat. Seseorangberkelebat mengambil peti! Bukan Putu Arka saja yang terkejut atasserangan yang dilancarkan secara mendadak olehpengemis Bayusongko. Sakra Kalianget jugaikutan kaget malah sampai keluarkan seruankeras. Salah satu dari dua clurit hantu yangdilemparkan Bayusongko menancap di lehernya.Sakra Kalianget keluarkan suara seperti orangdigorok. Rasa terkejut luar biasa dan disusuldengan, kemarahan besar membuat dia lupabertindak. Clurit hantu dibiarkan menancap dileher sementara mulutnya keluarkan sumpahserapah. Sebenarnya memang tak ada yang bisadilakukan Sakra Kalianget. Dia tidak mungkinmenanggalkan lehernya seperti yang dilakukanPutu Arka menanggalkan tangan kirinya. "Jahanam Bayusongko! Kau sengaja membunuhku! Kau inginkan peti itu untuk dirimusendiri! Jahanam laknat! Terkutuk kau!" Si tua muka celemongan Bayusongko batuk-batuk. Seka darah yang meleleh di bibirnya dan menjawab ucapan orang. "Kau telah lebih dulu mengkhianati kelompokkita! Pertama kau meyingkirkan Nyoman Carikdongan alasan yang dicari-cari. Tadi waktudapatkan peti ini kau langsung bertindak kabur!Untung masih tertahan oleh hadangan Putu Arka!Bukan begitu ceritanya?!" "Jahanam keparat! Serahkan peti itu padaku!"teriak Sakra Kalianget seraya melotot memandangke arah peti kayu hitam yang kini dipegang olehBayusongko. Namun heekkk! Dari tenggorokanSakra Kalianget terdengar suara tersedak. Itulahsuara tarikan nafasnya yang terakhir kali.

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA30

    Sosoknya mendadak dingin lalu terjungkal di tanah. Sekujur kulit tubuhnya berubah kebiru-biru akibat racun ganas clurit hantu. Bayusongko tertawa mengekeh. Dia kepit peti kayu di tangan kiri. Dua tangan diusap-usapkan. Dua clurit hantu yang tadi dipakainya untuk menyerang orang pertama Tiga Hantu Buleleng dan kawannya sendiri yaitu Sakra Kalianget, secara aneh berada kembali dalam genggamannya. "Pengemis culas! Kembalikan peti itu padaku!Itu milikku!" Bayusongko putar tubuh. Memperhatikan orang yang barusan memakinya. Orang itu adalah Putu Arka yang masih terguling di tanah, berusaha duduk.

    "Aha! Orang pertama Tiga Hantu Buleleng!Belum mati kau! Kau benar-benar inginkan petiini rupanya! Aku tidak tega melihat keadaanmu.Biar kuberikan padamu! Ambillah!" Bayusongko melangkah mendekati Putu Arka.Tersenyum dan membungkuk. Ulurkan dua tanganyang memegang peti seolah benar-benar hendakmenyerahkan. Tapi begitu Putu Arka duduk danulurkan tangan untuk mengambil peti tiba-tibaBayusongko tendangkan kaki kanannya. "Bukkk!" Darah menyembur dari mulut Putu Arkabersama jerit kesakitan. Tubuhnya mencelat mental, terkapar tak berkutik di tepi pasir. Entah matientah pingsan. "Manusia tolol!" ucap pengemis Bayusongko.Lalu putar tubuh, hendak tinggalkan tempat itusambil menyeringai dan kempit erat-erat peti kayuhitam di tangan kanan. Namun gerak berputarkakek pengemis ini serta merta tertahan, seringaidi wajahnya yang celemongan mendadak lenyapseperti direnggut setan ketika tiba-tiba tempat itutelah dikurung oleh enam orang penunggangkuda. Salah seorang dari mereka berseru. "Atas nama Kerajaan harap peti kayu hitamdiserahkan kepada kami!"

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA31

    WIRO SABLENG

    AKSARA BATU BERNYAWA

    BAYUSOKO sejenak jadi tertegun dalamketerkejutan. Namun kakek pengemis ini dengan cepat membaca keadaan. Sorotan matanya memandang tajam pada enam orang berkuda yang mengurung. Dia juga memperhatikan binatang tunggangan ke enam orang itu. "Kuda mereka besar-besar. Pelana bagus.Hiasan di leher kuda dan bentuk tapal kudamenunjukkan tunggangan mereka memang kuda-kuda Kerajaan. Lalu pakaian yang merekakenakan. Dua berpakaian sebagai Perwira Tinggi.Tiga orang mungkin pengawal. Orang keenamberpakaian paling bagus. Jabatannya pasti lebihtinggi dari dua perwira. Tapi mengapa merekasemua menutupi wajah masing-masing dengansehelai kain hitam?" "Pengemis tua! Apa kau tuli tidak mendengarperintah kami?!" Salah satu dari dua orangberpakaian Perwira Tinggi menghardik. Bayusongko merasa tanah yang dipijaknyabergetar. Pertanda sang perwira memiliki tenagacukup hebat. "Kami orang-orang Kerajaan! Lekas serahkanpeti kayu itu pada kami!" Perwira Tinggi keduaikut membentak malah majukan kuda dua langkah. Bayusongko perkencang kepitan peti kayu ditangan kiri lalu cepat-cepat membungkuk. Mulut-nya berucap hormat. "Harap maafkan kalau aku, si tua bangka initidak segera menunjukkan sikap hormat. Akukaget..." "Sekarang kagetmu sudah lenyap. Lekasserahkan peti itu!" Perwira kedua kembali majukan kudanya mendekati Bayusongko. Si kakek lagi-lagi membungkuk hormat. Diabatuk-batuk beberapa kali lalu berkata. "Hormatku

    4

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA32

    untuk kalian berenam yang mengaku orang-orang Kerajaan. Kalau boleh bertanya mengapa kalian semua menutupi wajah dengan cadar hitam?" "Angin malam begini dingin. Banyak nyamuk.Apa tidak boleh kami melindungi wajah?" PerwiraTinggi pertama yang menjawab. Bayusongko tersenyum. Angguk-anggukkankepala. Peti kayu yang masih ditancapi clurit emas milik Sakra Kalianget ditimang-timangnya beberapa kali. "Aku percaya, aku percaya..." kata si kakekpula. "Kalian orang-orang Kerajaan memangharus menjaga kesehatan. Di perjalanan bukancuma nyamuk dan dinginnya udara yang bisadltemui. Bisa juga bertemu harimau buas yang siap menggerogot leher kalian. Atau ular yangmematuk pantat kalian? Ha...ha...ha! Aneh, kalauorang-orang Kerajaan yang katanya terkenalhal Ilmu kepandaian tinggi takut pada angin dannyamuk! Seorang tua puteri saja kalaupun beradaitt tumpat ini kurasa tidak akan menutupi wajahnyadengan cadar. Kecuali wajah itu penyokhidungnya, alis cuma sebelah, mata picek, kupingmamplung atau bopengan..." "Pengemis tua ini terlalu banyak mulut!" Untukpertama kalinya penunggang kuda berpakaianpaling bagus keluarkan ucapan. Lalu memerintah.Bunuh dia! Ambil peti kayu hitam!"

    Tiga penumpang kuda berpakaian sepertipengawal segera melompat dari kuda masing-masing. Tiga pedang dihunus keluar dari sarungnya. Di lain kejap tiga senjata maut membabatke arah kepala, dada dan pinggang si kakekpengemis bermuka cemong. Rombongan orangorang yang mengaku dari Kerajaan itu tidak begitu mengetahui siapa adanya Bayusongko. Mereka menganggap si kakek seorang tua renta yang punya sedikit ilmu dan merampok peti yangmereka juga inginkan. Namun semuanya jaditersentak ketika Bayusongko cabut clurit emasyang menancap di peti kayu hitam. Lalu menghamburlah cahaya kuning di kegelapan malam. Tiga kali terdengar suara bedentrangan

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA33

    disertai percikan bunga api. Dua orang penyerangBayusongko roboh ke tanah dengan leher dandada muncratkan dada segar akibat dimakanujung clurit emas. Pengawal ke tiga masih berdiritegak, tapi kemudian menjerit keras ketika melihatdan sadar bagaimana tangan kanannya telahbuntung di pergelangan dan darah menyemburderas! kakek pengemis telah keluarkan jurusMemapas Rembulan Membelah Matahari untukmenyikat tiga penyerang. Diam-diam dua orang berpakaian sebagaiPerwira Tinggi Kerajaan leletkan lidah. Merekakini sadar kalau yang dihadapi bukanlah pengemistua renta biasa. Tapi seorang berkepandaiantinggi. Karena tiga teman mereka yang barusantewas rata-rata memiliki kepandaian cukup tinggi.Dan si orang tua hanya butuhkan satu jurus sajauntuk merobohkan mereka. Kalian berdua! Tunggu apa! Lekas bunuhpengemis jahanam itu!" Penunggang kudaberpakaian bagus berteriak marah. Tidak menunggu lebih lama dua penunggang kuda segeramelayang turun dari kuda masing-masing danmenyerbu Bayusongko dengan hanya mengandalkan tangan kosong. Walau tidak bersenjata apa-apa tapi ilmu silatdua perwira yang bercadar itu ternyata sangattinggi. Dalam beberapa gebrakan saja Bayusongko segera terdesak. Perwira Tinggi pertamamenggempur kakek itu dari segala jurusansementara kawannya lebih memusatkan padaupaya untuk merampas peti. Kakek pengemis muka celemongan dariMadura menggeram dalam hati. Kalau terusseperti itu, satu kali hantaman tangan dua lawanpasti akan sempat menghajarnya atau peti kayuhitam akan kena dirampas orang. Dia putar cluritemas di tangan kanan dengan sebat. Bukan sajasenjata itu lenyap berubah jadi cahaya kuning.Tapi cahaya kuning itu juga membuat tubuhnyalenyap seolah terbungkus. Dua Perwira TinggiKerajaan untuk beberapa ketika jadi bingung.Melihat hal ini, orang berpakaian bagus yang

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA34

    masih duduk di atas pelana kuda berteriak. "Serang dengan jurus Barat Timur - UtaraSelatan Membongkar Nyawal" Begitu mendengar teriakan, dua Perwira Tinggiyang mengeroyok si kakek pengemis sama-samakeluarkan seruan keras. Lalu tubuh mereka sepertilenyap. Si kakek hanya melihat bayang-bayangberputar cepat disusul dengan datangnyahantaman bertubi-tubi dari depan, belakang,samping kiri dan samping kanan. Badai seranganitu mendera terus sampai tiga jurus dimuka. Jurusberikutnya satu jotosan keras mendarat di dadakiri si kakek. Membuat orang tua ini melintir.Sakit yang dideritanya bukan alang kepalang.Separuh tubuhnya sebelah atas laksana hancur.Namun dia masih bisa mempertahankan peti kayuhitam di kepitan tangan kiri. Dalam keadaanterpuntir seperti itu Perwira Tinggi yang ada disebelah kiri sempat pula melancarkan seranganyang menghantam perut Bayusongko, tepat dibagian mana sebelumnya kena disodok tongkatdestar Wayan Japa. Luka dalam yang masihterkuak membuat darah kembali menyembur darimulut si kakek. "Kalau tidak segera kubunuh, aku bisacelaka!" Si kakek maklum keadaannya mulaigawat. Didahului teriakan keras membahanaBayusongko melesat ke udara. Dua lawan cepatmengikuti gerakannya. Namun inilah kesalahanbesar yang harus dibayar mahal. Ketika duaPerwira Tinggi terpancing ikut melesat ke udara,si kakek tidak sia-siakan peluang. Peti kayudipindah, dijepit di antara kedua paha. Lalu duatangan diusapkan satu sama lain. Sepasang clurithantu serta merta berada dalam genggamannya. "Clurit hantu! Awas!" Salah seorang PerwiraTinggi yang kebetulan melihat dua senjata anehyang ada di tangan lawan kiri kanan segeraberteriak memberi ingat. Dia kini sudah bisamenerka siapa adanya lawan tua muka celemongan itu. Namun teriak peringatan itu terlambat, Clurit hantu pertama berkelebat.Menancap di pipi kiri Perwira Tinggi sahabatnya.

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA35

    Dia sendiri masih bisa berusaha melancarkansatu pukulan tangan kosong mengandung tenagadalam tinggi. Namun clurit hantu kedua tetap sajaberhasil menembus. Padahal seandainya duabuah batang kelapa dihantamkan dan ditangkisdengan pukulan tangan kosong itu niscaya duabatang kelapa terpental hancur! Clurit hantumenancap tepat dipertengahan kening. Sepasangmata Perwira Tinggi ini langsung terbeliak. Tubuhrubuh ke tanah, menindih sosok Perwira Tinggikawannya yang telah lebih dulu menemui ajal.Sekujur kulit tubuh mereka kelihatan membiru. Sesaat setelah kakek pengemis melemparkandua clurit hantu yang membunuh dua orangberpakaian Perwira Tingi Kerajaan, sosok orangberpakaian paling bagus di atas kuda mendadaklenyap dalam satu gerakan luar biasa cepatnya.Kakek pengemis yang belum sempat memperhatikan musuh terakhirnya itu tiba-tibaterpental laksana dihantam dahsyatnya angintopan. Pahanya yang menjepit peti kayu hitamterkembang. Penunggang kuda ke enam telahmenghantam si kakek dengan satu tendanganluar biasa cepat dan keras. Sebelum kakekpengemis terkapar di tanah, peti kayu yangmelayang jatuh telah berpindah ke tangan orangbercadar berpakaian bagus. Bayusongko megap-megap sulit bernafas. Diatak mampu menggerakkan tubuh. Hanya sepasangmatanya saja memandang penuh dendam dankebencian ke arah orang bercadar hitam yangkini menguasai peti kayu. "Jurus tendangan Memendam Bumi MenjarahNyawa...." Ucap kakek pengemis yang mengenalijurus tendangan maut yang barusan dilancarkanmusuh bercadar. Sudak sejak lama dia mengetahui bahwa jurus Memendam Bumi Menjarah Nyawa itu adalah jurus ilmu silat yang hanya dimiliki oleh sekelompok tokoh silat Kerajaan."Kalian memang orang-orang Kerajaan. Tapi

    mengapa berlaku pengecut! Beraninya mainkeroyok! Kau akan menerima laknat benda yangada dalam peti itu!"

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA36

    Orang berpakaian bagus tertawa dibalik cadar. "Kau minta mati! Apa salahnya kami memberikan?!" ucap orang ini. Pengemis tua Bayusongko berusaha menyatukan dua tangan untuk diusapkan satu sama lain. Ingin sekali dia menghajar manusia satu itu dengan clurit hantu. Namun nyawanya keburu lepas. Setelah muntahkan darah segar kakek ini akhirnya tergeletak tak berkutik lagi. Orang bercadar dan berpakaian bagusmemandang berkeliling. Datang berenam kinihanya tinggal dia sendirian. Dua Perwira Tinggimenemui ajal. Begitu juga dua pengawal.Pengawal ke tiga, dalam keadaan buntung lengankanan telah menghambur lari entah kemana sejaktadi-tadi. Sambil menimang-nimang peti kayu diamelangkah ke arah kuda tunggangannya. "Akuharus segera tinggalkan tempat ini. Agar sebelumfajar menyingsing sudah berada di Kotaraja." Peti kayu di masukkan ke dalam kantongperbekalan yaiu,gantung di leher kuda. Orangbercadar ini baru saja mengangkat kaki untukmenjejak besi di sisi kiri kuda ketika tiba-tibasatu suara suitan menggelegar dalam kegelapan.Di lain saat kuda yang hendak dinaiki meringkikkeras. Dua kaki depan diangkat ke atas lalubinatang ini tergelimpang di tanah. Di mulutnyaludah putih membusah. Mata mendelik pertandanyawanya sudah lepas. Orang bercadar meneliti.Kuda tunggangannya menemui ajal dengan

    sebuah anak panah hitam menancap tepat padaurat besar jalan darah di leher kanan, tembus keleher kiri!" "Jahanam! Siapa yang punya perbuatan!"Rutuk orang bercadar. Dia mencium adanyakesulitan, bahkan bahaya besar. Cepat diamembungkuk mengambil peti kayu di kantongperbekalan. Namun belum sempat dia mengeluarkan peti itu tiba-tiba ada suara menegur. "Pangeran Haryo, setelah mendapat rejekibesar tidak salah kalau kau buru-buru inginkembali ke Kotaraja. Tapi karena aku ada di sini,mengapa kita tidak berbagi sedekah?!" Kejut orang berpakaian bagus bukan alang

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA37

    kepalang. Dia bagai mendengar suara setan.Bagaimana dia tidak bisa mengetahui kalau ditempat itu ada orang lain? Kecuali orang yangbarusan menegur itu memiliki ilmu kesaktian luarbiasa tinggi hingga kehadirannya sepertibertiupnya angin malam.

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA38

    WIRO SABLENGAKSARA BATU BERNYAWA

    ORANG bercadar cepat berbalik memutar tubuh. Pandangannya langsung membentur sosok seorang kakek berkepala gundul, duduk mencakung di tanah. Di paha kiri melintang sebuah gendewa atau busur, di tangan kanan dia memegang sebilah anak panah berwarna hitam. Di punggung ada satu kantong dipenuhi dua lusin anak panah berwarna hitam. Kakek berwajah bulat ini tiada hentitersenyum seolah ada hal lucu yang menggembirakan hatinya. Pakaiannya berupa sehelai jubah hijau panjang menjela tanah. Mata menatap tak berkedip ke arah lelaki bercadar hitam dan sesekali melirik ke arah kantong perbekalan di leher kuda yang sudah jadi bangkai. Orang bercadar yang disapa dengan namapangeran Haryo kalau tadi terkejut denganteguran serta kehadiran orang lain yang tidakterduga di tempat ini, kini malah tambah-tambahkagetnya ketika melihat siapa yang dudukberjongkok delapan langkah di depan sana. "Dia selalu muncul berdua bersama gendaknya. Sembunyi dimana perempuan mesum itu?"

    Baru saja dia membatin, tiba-tiba dari sampingkiri terdengar suara perempuan tertawa cekikikan! Lelaki bercadar hitam berpaling ke arahdatangnya suara tertawa. Orang yang barusandipertanyakannya dalam hati ternyata terlihatenak-enakan duduk di atas rumpunan semakbelukar tanpa semak belukar itu merunduk meliukapalagi roboh.' Orang yang duduk di atas rumpunan semakbelukar seperti si kakek kepalanya juga botakdan sama mengenakan jubah hijau panjang. Dipunggungnya ada sekantong anak panah

    5

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA39

    berwarna putih. Tangan kiri dimelintangkan didada, memegang sebuah busur sementara tanganknnan memutar-mutar sebuah anak panahberwarna putih. Seperti si kakek botak dia jugasenyum-senyum tiada henti. Kalau saja orang initidak mengenakan anting besar pada keduatelinganya, sulit diduga mana yang perempuandan mana yang lelaki diantara mereka berdua. "Pangeran Haryo, kau mendadak jadi bisuatau tuli atau bagaimana? Mungkin terkejut karenakehadiran kami yang tidak terduga di tempat ini?Atau karena sudah lama tidak berjumpa membuatkau jadi pangling terhadap kami berdua." Orang bercadar melengak. Lalu membentak. "Monyet tua botak buruk rupa! Siapa bilangPangeran Haryo!" Si kakek senyum-senyum terus. "Kau bolehsembunyikan wajah. Tapi raut sosok tubuhmu,pakaian dan blangkon yang kau kenakan. Lalubarusan suaramu, bukankah semua memberipetunjuk bahwa kau adalah Pangeran Haryo dariKotaraja! Aku mengenalmu bertahun-tahun. Akutidak akan bisa ditipu walau kau menutupi wajahdengan cadar hitam!" "Setan alas! Kau dan gendakmu tidak disukaidi Keraton. Itu sebabnya kau tersingkir sebagaitokoh silat Istana! Di tempat inipun tidak adayang suka padamu!" "Ah, mulutmu usil amat." Jawab kakek botaksambil bolang balingkan panah hitam di tangankanan. "Lihat nenek cantik di atas semak sana?Dia kekasihku! Dia sangat menyukai diriku!Jangan kau mengada-ada tidak ada orang yangmenyukai diriku! Ha...ha...ha...ha!" "Kau benar sekali kekasihku! Benar sekali!'menyahuti nenek botak yang duduk enak-enakandi atas semak belukar. "Aku menyukaimu. Daridulu sampai sekarang. Sampai nanti! Hik...hik...hik! Kau pandai bercinta denganku.Membuat aku selalu tergila-gila mabuk kepayang!" "Dasar perempuan lacur! Bicara kotorseenaknya saja!" rutuk orang bercadar.

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA40

    "Nah-nah kau dengar sendiri!" kata kakekbotak. "Sekarang kalau aku boleh bertanya apaada orang yang menyukai dirimu di tempat ini?Aku pasti tidak!" "Aku juga tidak!" jawab si nenek di atas semakbelukar lalu tertawa cekikikan. "Tak ada manfaatnya bicara dengan orang-orang sinting sepertimu! Aku bukan PangeranHaryo! Dengar itu baik-baik!" "Kalau begitu harap singkirkan cadar hitampenutup wajahmu!" tantang kakek botak pula. "Orang sinting sepertimu mana layakmemerintah diriku!" "Amboi!" seru si nenek botak. Orang bercadar mengambil peti hitam di dalamkantong perbekalan. Lalu dia melompat ke arahkuda milik salah seorang perwira yang tewas.Kakek botak lirikkan mata ke arah nenek botak diatas semak belukar. Perempuan tua ini senyum-senyum. Anak panah diselipkan di tali busur.Lalu panah putih direntang. Semua itu dilakukandalam gerakan sangat cepat. Anak panah putihkemudian melesat membelah kegelapan udaramalam. Lalu di depan sana kuda yang hendakdipakai sebagai tunggangan meringkik keras.Huyung sesaat lalu roboh ke tanah. Sebuah anakpanah berwarna putih menancap di kening, tepatdi antara dua mata terus menembus ke otak! "Sepasang Setan Tersenyuml" orang bercadarmembentak. "Apa mau kalian sebenarnya? Kakek botak dan nenek botak saling pandanglalu sama-sama tertawa. "Akhirnya kau sebut juga nama julukan kami!Pertanda kau tidak pernah lupa siapa kamiberdua Ha...ha...ha! Seperti kataku tadi aku inginkita berbagi sedekah!" "Berbagi sedekah? Sedekah apa?!" Bentakorang bercadar walau dalam hati dia sudah bisamenduga kemana melencengnya tujuan ucapankekek botak yang juga dikenal dengan julukanRaja Setan Tersenyum sementara kekasihnyadikenal dongan panggilan Ratu Setan Tersenyum.

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA41

    Dengan anak panah hitam di tangan kananRaja Selan Tersenyum menunjuk ke arah petiyang dipegang orang bercadar hitam di tangankiri. "Kami ingin kau membagi peti itu." "Maksudmu?" tukas orang bercadar. "Kau boleh ambil petinya. Isi serahkan padakami berdua!" Habis berkata begitu si kakek botak tertawagelak-gelak. Si nenek tertawa cekikikan. "Enak saja mulutmu bicara!" hardik orangbercadar. "Tiga puluh enam rembulan akumenunggu kesempatan, mencari benda di dalampeti ini. Korbankan tenaga, uang, waktu bahkandarah dan nyawa orang-orangku! Sesudah dapatalangkah enaknya kau meminta! Persetan dengankalian!" Orang bercadar langsung melompat ke ataskuda perwira kedua. Namun belum sempatmenggebrak binatang itu lari, sebuah panah hitammelesat dalam kegelapan malam dan menancaptepat di kaki kiri depan kuda. Binatang initersungkur lalu menghambur lari. Meninggalkanorang bercadar jatuh tergelimpang di tanah! Raja dan Ratu Setan Tersenyum tertawa gelak-gelak.

    "Kuda mana lagi yang akan kau pilih untukkabur?" bertanya si nenek. Lalu dia membuatgerakan cepat tiga kali berturut-turut. Tiga ekorkuda yang ada di tempat itu langsung meringkikroboh. "Ha...ha...ha!" tawa kakek botak. "Kekasihkumembuat kau tidak punya seekor kudapun lagiuntuk dipakai kabur!"

    "Jahanam keparat!" rutuk orang bercadar. Diacepat berdiri. Si nenek membuka mulut. "Pangeran Haryo..." Nenek setan! Aku bukan Pangeran Haryo!Apn kau tuli?!" "Terserah siapa kau adanya." Sahut RatuBetan Tersenyum. "Aku hanya ingin membantu agar kau bisa pulang ke Kotaraja tidak kurang suatu apa. Dengar, jika kau serahkan peti itu pada kekasihku,

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA42

    segala dosamu di masa lalu tidak akan kami ungkit-ungkit!" "Keparat rendah! Apa dosaku terhadapkalian!" hardik orang bercadar. Kakek nenek botak saling melirik lalu tertawagelak-gelak. Lalu si kakek berkata. "Sudah lamakau diketahui sebagai pangeran temahak, rakusdan pandai memfitnah orang-orang yang tidakBehaluan denganmu. Ketika kau dan konco-koncomu menyusun rencana untuk menggulingkantahta Sri Baginda dan kami menolak ikut, kau danteman-teman menjatuhkan fitnah bahwa kamiberdualah yang jadi dedengkot biang kejahatanItu. Kami berdua siap digantung. Untung masihada teman-teman yang menolong hingga bisakabur selamatkan diri..." "Kalian mengakui kalau kalian berdua sebenarnya adalah manusia-manusia buronan! Kalian berdua harus ditangkap! Menyerahlah!" "Hik...hiik...hik!" Si nenek tertawa cekikikan."Kami dalang kesini bukan bicara soal tangkapmenangkap. Tapi minta agar kau menyerahkanbulat-bulat peti itu kepada kami! Mengerti?Dengar? Atau kupingmu torek?!" 'Tidak ada jalan lain. Pemberontak-pemberontak busuk macam kalian berdua memang harusdisingkirkan!" Habis berkata begitu orang bercadarlemparkan peti kayu ke atas pohon di dekatnya.Peti melesat di udara dan jatuh tepat dilekukcabang pohon besar. Maksudnya berbuat begituadalah agar dia lebih leluasa menghadapi dualawan berat si nenek dan kakek kepala botak.Namun dia tidak sadar kalau di tempat itu telahmuncul orang lain. Hanya sesaat setelah petibertengger di cabang pohon tiba-tiba satubayangan putih melesat dari tempat gelap.Berkelebat ke arah peti di atas pohon. "Jahanam! Ada pengacau baru!" Maki orangbercadar. Dia segera hendak lepaskan satupukulan tangan kosong mengandung tenaga saktike arah orang yang bermaksud mengambil peti"

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA43

    itu namun tiba-tiba dari jurusan lain berkiblat tigacahaya terang. "Wuss!" Orang berpakaian putih yang tengah melesatuntuk mengambil peti kayu di cabang pohonmenjerit keras. Tubuhnya berubah menjadikobaran api. Ketika tubuh itu tercampak jatuh ketanah keadaannya mengerikan sekali. Sekujurbadan mulai dari kepala sampai kaki hanya tinggaltulang-belulang gosong menghitam! Tak mungkinuntuk mengenali siapa adanya manusia malangsatu ini!

    SEWAKTU orang tinggi besar yang mendekamdi balik semak belukar pertama kali sampai ditempat itu sebenarnya sudah ada orang lainberpakaian serba putih sembunyi di satu tempat.Orang ini rupanya datang untuk tujuan yang samayaitu mendapatkan peti kayu hitam. Melihatkenyataan bahwa orang bercadar mungkin benarPangeran Haryo adanya, orang yang mendekamdi balik semak-semak tidak mau bertindakgegabah. Nama Pangeran Haryo cukup dikenal dikalangan Keraton di Kotaraja. Seorang lelakiberusia setengah abad memiliki ilmu silat dankesaktian tinggi. Selain itu di tempat tersebut diaJuga melihat Sepasang Setan Tersenyum yangmerupakan tokoh-tokoh silat yang tak bisadipandang enteng. Mereka memang sangatcekatan dalam memainkan panah. Tapi panahdan busur itu juga bisa berubah menjadi pedang,golok, pentungan atau tombak. Begitu orang bercadar hitam lemparkan petikayu ke cabang pohon dan siap menghadapiSepasang Setan Tersenyum, orang berpakaianputih melihat kesempatan baik. Secepat kilat diamelesat ke cabang pohon. Namun sebelumberhasil menyentuh peti kayu hitam tiba-tiba orang tinggi besar yang mendekam di belakangsemak belukar hantamkan tangan kanannya. Sinarterang berkiblat. Tak ampun lagi orang berpakaian

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA44

    serba putih menemui ajal dengan tubuh terbakargosong.

    ***

    ORANG yang diduga sebagai Pangeran Haryosesaat terdiam. Matanya cepat mengawasikeadaan. Kalau ada orang lain yang barusanmembunuh orang berpakaian serba putih itu,apakah orang ini bertindak sebagai teman ataubagaimana. Dia melirik ke atas cabang pohon.Peti kayu hitam masih ada di situ. Dia perhatikanSepasang Setan Tersenyum. Dia tahu kakek nenekini tidak bermaksud untuk segera mengambil petikarena terlalu besar bahayanya. Untuk sementarapeti kayu aman di atas cabang pohon. Orang bercadar hitam manfaatkan situasi yangmencekam. Dia menyeringai, menatap ke arahSepasang Setan Tersenyum. "Kalian saksikan sendiri! Siapa saja yanginginkan peti kayu hitam itu, pasti akan tewas ditangan anak buahku!" Ratu Setan Tersenyum hampir termakanucapan orang. Tapi si kakek kekasihnya cepatmendekati dan berisik. "Dia mau menipu kita. Yang membunuh orangberpakaian serba putih tadi bukan anak buahatau temannya. Dengar...aku akan melompatmengambil peti di atas pohon..." "Kau gila!" sahut Ratu Setan Tersenyum. "Selagi kau melayang ke atas dirimu tidakterlindung. Nasibmu bisa sama dengan bangkaigosong itu!" "Kekasihku," ujar Raja Setan. "Percuma kauada di sini kalau tidak bisa membantu. Dengar,waktu aku melesat ke udara berondong denganpanah orang yang mendekam di balik semakbelukar. Aku akan menghujani Pangeran Haryodengan panah. Aku tidak akan mempergunakangendewa. Tapi lebih dulu akan pergunakan Asap

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA45

    Setan untuk mengecoh Pangeran itu." "Terserah jika itu maumu." "Kau siap Ratuku?" "Tentu saja!" jawab Ratu Setan Tersenyum.Lalu tangan kanannya berkelebat ke punggungmengambil setengah lusin anak panah sekaligus.Cepat sekali dia merentang gendewa danmenghantam orang yang bersembunyi dibaliksemak belukar dengan enam anak panah, lalumenyusul enam anak panah lagi. Orang di baliksemak belukar memaki habis-habisan namundengan gerakan cepat luar biasa dia mampu lolosdari serangan dua belas anak panah. Begitu kekasihnya mulai menghujani orangyang sembunyi dibalik semak-semak denganserangan panah, dari dalam kantong jubah RajaSetan Tersenyum keluarkan sebuah benda bulatberwarna hijau. Ketika dilempar ke udara bendabulat itu meletus pecah dan menghamburkan asaptebal berwarna hijau, menutupi seantero tempatterutama sekitar pohon besar dimana beradanya,peti kayu hitam. Dalam pandangan mata yang terhalang orangbercadar hitam hantamkan tangan kiri ke udarauntuk menangkis serangan anak panah. Sementara tangan kanan mengeluarkansehelai tambang hitam yang ujungnya ada besiberkait. Peti kayu hitam serta merta terikat olehtambang yang ada pengaitnya itu. Sekali tarik,sambil melayang ke jurusan yang tidak terduga,lelaki bercadar berhasil mendapatkan peti kayu.Lalu dia meniup ke depan. Asap hijau secaraaneh membuntal lebih lebar, menutupi pandanganmata lebih luas. Raja Setan Tersenyum terkurungoleh asap buatannya sendiri. Bersamaan denganmeniup orang bercadar jatuhkan diri lalugelindingkan diri di tanah, ke balik deretan semakbelukar gelap. "Kurang ajar! Bangsat itu menipu kita!" teriakRatu Setan Tersenyum yang terbungkus dalamkepekatan asap hijau. Justru inilah kesalahanbesar yang harus dibayar mahal. Dari suara

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA46

    ucapannya orang tinggi besar yang mendekamdalam gelap segera mengetahui dimana beradanya si nenek. Sekali tangannya menghantam,satu gelombang angin laksana sebuah baturaksasa menderu. Ratu Setan Tersenyum sempatmendengar deru dahsyat tapi tidak bisa selamatkan diri. Di dalam buntalan asap terdengarjeritnya setinggi langit. Tubuhnya terpental, jatuhdi atas pasir pantai dalam keadaan hancur memarmulai dari kepala sampai ke kaki. Raja Setan Tersenyum berteriak keras. Diasambitkan delapan anak panah ke arah orangbercadar hitam. Tapi orang ini telah lebih duluJatuhkan diri ke tanah. "Ratu! Kekasihku!" teriak Raja Setan Tersenyum kalang kabut. Seperti gila dia menghantam kian kemari. Dua pohon besar tumbang dihantam gendewa. Tiga semak belukar lebat berserabutan ke udara. Dia baru berhenti ketika ingat akan sosok kekasihnya si nenek botak menggeletak di tanah. "Hancur..." ucap Raja Setan Tersenyum dengan suara bergetar dada membara. "Pangeran Haryo tidak punya ilmu pukulan yang bisa membunuh seperti ini. Jahanam mana yang punya pekerjaan?" Raja Setan Tersenyum pandangi monyet kekasihnya dengan mata melotot. Lalu seperti orang kemasukan setan, kepalanya dibentur-benturkan ke tanah. "Kekasihku....kekasihku..." kata si kakekberulang kali sambil memeluk tubuh hancur RatuSetan Tersenyum. Tiba-tiba dia angkat kepala.Tampangnya angker luar biasa seperti setansungguhan. "Pangeran keparat! Kau mau kabur kemana!"teriak Raja Setan Tersenyum. Lalu secepat kilatkakek botak ini berkelebat ke jurusan dimana tadidia sempat melihat bayangan orang bercadarmelesat kabur.

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA47

    WIRO SABLENG

    AKSARA BATU BERNYAWA

    ORANG bercadar hitam memang memiliki ilmu silat dan kesaktian tinggi. Namun dalam ilmu lari kemampuannya masih satu tingkatdibawah orang yang mengejar yaitu kakek botakberjuluk Raja Setan Tersenyum. Saat demi saatjarak mereka semakin terpaut dekat. Sementara itu Raja Setan Tersenyum yang melakukan pengejaran mendadak dibayangi rasa was-was karena menyadari kalau di sebelah belakang ada orang lain menguntit mengejarnya. "Jahanam! Dia pasti pembunuh orangberpakaian putih. Pasti dia juga yang membunuhkekasihku!" Raja Setan Tersenyum kertakkan rahang. Didepan sana sosok lelaki bercadar tiba-tiba lenyap.Kakek botak hentikan lari. Mata mengawasi kearah kegelapan di sebelah depan. Pada saat itulahdari balik sebatang pohon besar sekonyong-konyong menderu selarik angin luar biasa dinginmemancarkan sinar biru. Raja Setan Tersenyumcepat melompat ke kiri selamatkan diri. Walautidak sempat dihantam serangan namun diamerasakan sekujur tubuh seperti beku. Cepat diakerahkan hawa sakti ke pembuluh darah. "Pukulan Kutub Es!" SI kakek kenali pukulanItu. "Hanya beberapa orang saja yang memilikiIlmu kesaktian itu! Satu diantaranya PangeranHaryo! Tidak salah lagi, bangsat itu memangPangeran Haryo adanya!" Begitu Raja Setan Tersenyum berhasil memus-nahkan hawa dingin yang membuat tubuhnyakaku, kakek ini kembali melakukan pengejaran.Di depan sana orang bercadar merutuk habis-habisan karena tidak mampu loloskan diri. Saatdemi saat jarak keduanya semakin dekat. Di satutempat sambil terus memburu, Raja SetanTersenyum mulai lemparkan panah hitam,

    6

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA48

    membuat orang bercadar jadi tak karuan larinyakarena berulang kali harus melompat kian kemariselamatkan diri dari hantaman panah yang datangdari belakang. Sesekali orang bercadar pukulkantangan kanan ke belakang. Beberapa anak panahyang dilemparkan Raja Setan Tersenyum mencelatmental dan hancur. Beberapa lainnya malahterpental berbalik menyerang si kakek, membuatorang tua ini ganti kalang kabut selamatkan diri. "Manusia-manusia tolol! Aku bosan mengikutipermainan kalian!" Mendadak ada suara orang berteriak dibelakang sana. Belum lenyap gema teriakan itumenyusul berkiblatnya cahaya terang. Raja SetanTersenyum menoleh lalu berseru keras. Dia kenalicahaya itu. Secepat kilat si kakek jatuhkan dirisama rata dengan tanah. Tubuhnya laksanaterpanggang ketika cahaya terang menggebumelewati punggung. Lalu dia mendengar suarajeritan di depan sana. Sosok orang bercadar kelihatan mencelat keudara. Sisi kanan tubuhnya dikobari api. RajaSetan Tersenyum berusaha bangkit untuk melihatlebih jelas apa yang telah terjadi. Namun tubuhnyajatuh terbanting menelungkup di tanah ketikasatu kaki dengan kekuatan puluhan kati menindihpunggungnya. Raja Setan Tersenyum hantamkan gendewa ditangan kiri untuk memukul orang yangmenginjaknya. "Kraaakkk!" Gendewa patah dua, terlepas mental dari tangan si kakek. Si kakek sendiri mengeluh kesakitan karena tangan kirinya serasa tanggal. "Raja Setan, cukup sampai disini kau ikutbermain. Benda sakti mandraguna yang kau kejar-kejar itu tidak berjodoh dengan dirimu!" Orang yang menginjak punggung si kakekkeluarkan ucapan. "Jahanam! Kau pasti orang yang membunuhkekasihku! Siapa kau!" Kaki yang menginjak bergerak. Dengan kaki

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA49

    yang sama tubuh Raja Setan Tersenyumdibalikkan hingga tertelentang. Kini ganti bagiandada yang dipijak. Orang tinggi besar yang menginjak dada RajaSetan menyeringai. "Apakah kau mengenali diriku?" Sepasang mata Raja Setan Tersenyummendelik. Bukan saja untuk melihat lekat-lekatwajah orang yang menginjaknya tapi juga karenakesakitan akibat injakan. Si kakek melihat satuwajah buruk. "Kau...." Raja Setan Tersenyum tidak dapatmemastikan apakah dia mengenali orang itu.Namun rasa-rasanya memang dia pernah melihatwajah itu. Tapi sekarang mengapa berubah bentukbegini rupa? "Kau tidak mengenali diriku?" si tinggi besarmenyeringai. "Setan keparat! Aku tidak perduli siapa kauadanya! Yang jelas kau adalah pembunuhkekasihku! Kau harus mampus di tanganku!"Bentak si kakek lalu dua panah hitam yang ada ditangan kanannya dilemparkan ke arah si tinggibesar. Hanya dengan menggerakkan tangan kirisedikit, si tinggi besar berhasil memukul mentaldua anak panah. "Kakek botak, seharusnya aku juga sudahmembunuhmu saat ini. Namun mengingat kaubanyak berlaku baik di masa kanak-kanakku, akumengampuni selembar nyawamu. Cukup adilbukan?" "Apa katamu...?" Dua mata Raja SetanTersenyum tambah membeliak. Otaknya bekerjakoras mengingat-ingat. Matanya menatap tajamke wajah orang tinggi besar. "Kalau...kalau begitukau adalah putera....Kau adalah...." Belum sempat menyebut nama satu totokanmendarat di leher si kakek. Saat itu juga sekujurtubuhnya menjadi kaku. tak bisa bergerak takmampu bersuara.

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA50

    ***

    SOSOK tua kurus kering itu terbaring hampirsama rata dengan balai-balai kayu. Mata terpejam,tak ada gerakan pada perut ataupun dada seolahkeadaannya sudah tidak bernafas lagi. Di dalamkamar yang diterangi lampu templok, seoranganak lelaki seusia dua belas tahun duduk disamping tempat tidur. Anak ini duduk denganmenahan kantuk yang amat sangat. Sesekali bilakepalanya terdohok kemuka, cepat-cepat diamengusap muka, menarik nafas panjang danduduk diam pandangi sosok kakeknya yangterbaring sakit di atas balai-balai kayu. Namunsegera saja kepalanya kembali tertunduk diserangkantuk. "Jantra cucuku....'

    Anak lelaki yang duduk di samping tempattidur angkat kepala, buka mata. Serasa tidakpercaya dia mendengar orang tua itu bicaramemanggil namanya. "Kek...." 'Kau tidak tidur?" "Belum Kek. Saya menjaga Kakek." "Tidurlah. Sudah larut malam. Mungkinmenjelang pagi. Nanti kau sakit.... "Saya belum mengantuk Kek,'' jawab si anak, "Kakek mau minum?" Lalu anak ini ambilkendi tanah berisi air putih sejuk di kaki tempattidur. Sedikit demi sedikit air putih itu di-tuangkannya di atas bibir si kakek. Dia baruberhenti ketika orang tua itu tersedak dan batuk-batuk. "Kek, besok pagi saya akan ke hutanmencari daun obat. Kalau minum obat Kakekpasti cepat sembuh..." 'Kau cucu baik. Sekarang turuti kataku.Tidurlah..." "Baik Kek," si bocah akhirnya mengalah. Diamengambil sehelai tikar yang tergulung di sudutpondok kajang itu. Baru setengah tikar sempatdigelar di lantai tanah, tiba-tiba braaakk!

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA51

    Pintu pondok jebol. Jantra menjerit kaget. Sikakek di atas balai-balai buka sepasang mata.Seorang yang mukanya ditutupi kain hitamterkapar di lantai pondok. Tubuh sebelah kananhancur hangus mengerikan. Di tangan kiri diamengepit sebuah peti kayu berwarna hitam. Mengira yang muncul adalah setan atau hantu,mungkin juga orang jahat Jantra ketakutansetengah mati. Dia sampai melompat naik ke atasbalai-balai. "Bocah, jangan takut," orang bercadar berkata.Nafasnya megap-megap. Aku Pangeran Haryodari Kotaraja. Aku butuh pertolonganmu. Ambilpeti ini. Tinggalkan pondok. Lari sejauh bisa kaulakukan. Sembunyikan peti di satu tempat. Jangankembali ke pondok. Tunggu sampai dua hari.Kalau keadaan sudah aman pergi ke Kotaraja.Temui seorang bernama Abdi Tunggul di Keraton.Serahkan peti ini padanya.' Si bocah hanya melongo lalu geleng-gelengkan kepala berulang kali. "Ambil cepat! Pergilah. Hidupku tak lama lagi."Kakek di atas balai-balai angkat kepalanya sedikit,menatap pada orang bercadar lalu berkata."Cucuku, jika memang Pangeran Haryo dariKotaraja yang minta tolong lekas lakukan apayang dikatakannya." "Tapi Kek..." "Bocah, lekas! Kita tak punya waktu banyak!Sebentar lagi akan ada orang jahat datang ke siniuntuk merampas peti itu! Ayo ambil cepat!" Jantra memandang pada kakeknya. Orang tuaini gerakkan kepala sedikit lalu berkata. "Ambilpeti itu. Pergilah..." "Tapi kau sakit Kek, aku harus menjagamu..." "Aku akan segera sembuh." Meski agak ragu Jantra akhirnya, mengambilpeti lalu melompat ke pintu. "Jangan lewat situ!" orang bercadar mem-beritahu. Dengan tangan kiri dijebolnya dindingpondok sebelah belakang. "Lewat sini!" Jantra

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA52

    loloskan diri lewat lobang di dinding. Di luarpondok bocah ini lari tanpa arah, sekencang yangbisa dilakukannya. Sesekali dia berhenti danberpaling ke belakang, ke arah pondok. Begitu Jantra keluar dari dalam pondok, orang bercadar mendekati si kakek yang terbaringdi atas balai-balai. "Orang tua, aku terpaksa melakukan ini! Satu-satunya jalan untuk menjaga kerahasiaan bendamustika itu." Si kakek melihat orang ulurkan tangan kiri.Matanya mendelik. "A...aku dan cucuku telah menolongmu. Mengapa kau masih berhati jahat mau membunuhku...?" "Kreeek!" Ucapan si kakek terputus. Tulang leher remuk.Nyawanya lepas saat itu juga. Sehabis membunuhsi kakek, orang bercadar kepalkan tinju kiri laluhantam kepalanya sendiri. "Praaaak!"

    ORANG bertubuh tinggi besar sesaat tegaktak bergerak di depan pintu pondok. Rahangnyamenggembung. Pelipis bergerak-gerak. Matamemandang dingin pada mayat kakek dan orangbercadar. Kemudian dia memperhatikan ber-keliling. Mencari-cari. Kurang puas dia menggeledahmengobrak-abrik isi pondok. Benda yang dicaritidak ditemukan. Lalu dia perhatikan dindingpondok yang jebol. "Kurang ajar! Pasti ada orang ke tiga sebelumnya di tempat ini!" Orang ini menggeram.Otaknya bekerja. "Kakek ini pasti dihabisi bangsatbercadar. Lalu dia bunuh diri. Lalu orang ke tigayang sangat pasti melarikan peti, siapa dia...?" Sambil kembali meneliti seisi pondok karenamasih berharap peti kayu hitam ada di tempat itu,si tinggi besar melangkah mendekati sosok orang bercadar yang tergelimpang di lantai. Dengantangan kirinya dia tarik cadar hitam yang

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA53

    menutupi wajah orang. Hemmm....Pangeran Haryo. Jadi memang kaurupanya." Orang tinggi besar merenung sesaat."Mungkin pondok ini merupakan tempatpertemuan rahasia antara Pangeran Haryo denganorang ke tiga. Untuk mengetahui siapa adanyaorang ke tiga, aku harus mencari tahu dulu siapaadanya kakek yang mati dicekik ini." Orang tinggi besar tinggalkan pondok. Malamitu juga dia berusaha mencari keterangan daripenduduk sekitar situ. Tidak mudah untukmendapatkan keterangan. Selain rumah pendudukberada jauh, juga tak ada orang yang maumembuka pintu di malam buta untuk tamu yangtidak dikenal. Tidak putus asa, menjelang fajarakhirnya orang itu berhasil mendapat keterangandari penduduk yang tinggal di kaki bukit. Kakekyang tewas dibunuh diketahui bernama Ma-ngunsuarso. Dia tinggal di pondok hanya berduadengan cucunya, seorang anak lelaki berusia duabelas tahun bernama Jantra. Si tinggi besar tidakpernah menduga kalau orang ketiga yang tengahdilacaknya adalah seorang bocah. "Kalau anak-anak, pasti dia belum lari terlalujauh. Aku pasti menemukannya." Kata si tinggibesar dalam hati.

  • 137-AKSARA BATU BERNYAWA54

    WIRO SABLENG

    AKSARA BATU BERNYAWA

    KELETIHAN karena berlari hampir sepertigamalam membuat Jantra tidur cukup nyenyak walau beratap langit, berkasur tanah dan berselimut embun. Ketika sapuan mentari pagimembangunkannya, yang pertama sekali dilihatnya adalah langit luas kebiruan. Lalu dia ingatkakeknya. Anak ini bangkit dari tidurnya, duduk,menggosok mata dan memandang berkeliling.Dia menduga-duga kira-kira sejauh mana dia daripondok saat itu. Kemudian pandangannyaditujukan pada p