wido (10.1)

60
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Semen dalam Kedokteran Gigi 2.1.1 Definisi Semen Semen merupakan suatu bahan non logam yang digunakan untuk restoratif. Semen juga berfungsi sebagai perekat pada logam dan juga sebagai luting, basis, liner dan Varnis (Cralk dalam Kadariani. 2001). 2.1.2 Klasifikasi Klasifikasi semen kedokteran gigi berdasar bahan dasar yang digunakan menurut Craig et al (2006) : 1. Bahan dasar air (Water-Based Cements) : a. Zinc Phosphate Cements b. Zinc Polyacrylate/Polycarboxylate Cements c. Glass Ionomer Cements d. Resin-Modified Glass Ionomer Cements 2. Bahan dasar resin (Resin-Based Cements) : a. Composites and Adhesive Resin b. Compomers 3. Bahan dasar minyak (Oil-Based Cements) : a. Zinc Oxide-Eugenol b. Noneugenol-Zinc Oxide

Upload: phillip-scott

Post on 21-Dec-2015

124 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

nashdty csh yduwgd dshgh jshncuewfguy jsddnfdus jd fjh

TRANSCRIPT

Page 1: Wido (10.1)

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Semen dalam Kedokteran Gigi

2.1.1 Definisi Semen

Semen merupakan suatu bahan non logam yang digunakan untuk restoratif.

Semen juga berfungsi sebagai perekat pada logam dan juga sebagai luting, basis,

liner dan Varnis (Cralk dalam Kadariani. 2001).

2.1.2 Klasifikasi

Klasifikasi semen kedokteran gigi berdasar bahan dasar yang

digunakan menurut Craig et al (2006) :

1. Bahan dasar air (Water-Based Cements) :

a. Zinc Phosphate Cements

b. Zinc Polyacrylate/Polycarboxylate Cements

c. Glass Ionomer Cements

d. Resin-Modified Glass Ionomer Cements

2. Bahan dasar resin (Resin-Based Cements) :

a. Composites and Adhesive Resin

b. Compomers

3. Bahan dasar minyak (Oil-Based Cements) :

a. Zinc Oxide-Eugenol

b. Noneugenol-Zinc Oxide

2.1.3 Syarat Semen Kedokteran Gigi Secara Umum

Menurut Anusavice (2004) sarat semen kedokteran gigi secara umum,

diantaranya adalah sebagai berikut::

1. Semen yang digunakan di kedokteran gigi harus tidak beracun dan tidak

mengiritasi pulpa serta jaringan yang lain, agar kondisi kesehatan atau oral

hygiene tetap terjaga meskipun sedang melakukan perawatan.

2. S olubility rendah atau sifat kelarutannya rendah sehingga tidak mudah larut

dalam larutan saliva.

3

Page 2: Wido (10.1)

4

3. Aplikasinya harus mudah agar memudahkan operator untuk

mengaplikasikannya ke operator dan harus cepat mengeras.

4. Melindungi pulpa :

a. Rangsangan termis

b. Rangsangan kimia

c. Rangsangan galvanis

5. Dapat melekat baik pada enamel, dentin, porselen, akrilik, alloy, tetapi tidak

lengket pada alat Kedokteran Gig

6. Bakteriostatik

7. Tidak mengurangi sensitivitas dentin

8. Sifat rheological yaitu Kekentalan yang rendah (sesuai dengakebutuhan)

dan ketebalan selapis tipis (Film thickness).

2.1.4 Fungsi semen dan kegunaan semen

Semen Kegunaan Utama Kegunaan Sekunder

Seng fosfat

Seng oksida – eugenol

Polikarboksilat

Silikat

Silikofosfat

Bahan perekat untuk

restorasi dan peralatan

ortodontik

Restorasi sementara dan

menengah

Bahan perekat sementara

dan permanent untuk

restorasi, bahan penahan

panas, pelapik kavitas,

penutup pulpa.

Bahan perekat untuk

restorasi; basis penahan

panas.

Restorasi gigi anterior

Bahan perekat untuk

Restorasi jangka

menengah, basis penahan

panas.

Restorasi saluran akar

Penutup luka bedah

periodontal.

Bahan perekat untuk

perlatan ortodontik,

restorasi jangka menengh,

bahan perekat untuk

peralatan ortodontik.

Page 3: Wido (10.1)

5

GIC

Kalsium hidroksida

restorasi

Restorasi gigi anterior, bahan perekat untuk restorasi dan peralatan ortodontik, pelapik kavitas.

Bahan penutup pulpa (pulp capping) basis penahan panas

Penutup ceruk dan fisura,

basis penahan panas

Restorasi Sementara

2.1.5 Fungsi lain dari Semen:

a. Sebagai Perlekatan

Biokompatibilitas

Ditentukan oleh bahan restorasi tersebut pada pulpa dan jaringan

periodontal.respon pulpa dianggap penting karena keparahan iritasi di dalam

pulpa bersifat irreversibel dan kavitas bebas dari bakteri.

Sifat perlekatan

Perlekatan kimia pada dentin dan enamel untuk mendapatkan perlekatan

kimia yang baik diperlukan permukaan kavitas yang bersih karena akan

memperkecil perlekatan pada dentin dan enamel.

b. Semen sebagai Luting

pada awal abad ke 20,material kedokteran gigi yang digunakan sebagaia retensi

marginal seal pada protesa –protesa seperti inlays,onlays,crowns dan bridges

hanyalah semen oksida eugenol dan semen seng phosphate. Pada abad ke

20,material yang dapat digunakan dalam menempelkan protesa pada gigi hanya

semen,oleh karena itu seng oksida eugenols memperbaiki protesa dengan

menempelkan protesa pada gigi disebut sementasi. Namun menjelang akhir abad

ke 20,mulai bermunculan variasi-variasi material kedokteran gigi yang bersifat

adhesif. Dalam perkembangannya,semen kedokteran gigi tidak hanya digunakan

dalam menempelkan protesa dengan gigi,oleh karena itu proses menempelkan

protesa pada gigi disebut sebagai luting bukan lagi sementasi.

Page 4: Wido (10.1)

6

Syarat Semen sebagai Luting

1. Biocompatibility

Semen yang digunakan sebagai luting biasanya diperlukan dalam

pemasangan mahkota gigi dan inlays,semen yang digunakan akan menutupi

dentin pada gigi.bahan luting tersebut nantinya juga akan menjalankan peran

yang sama dengan dentin,yakni melindungi pulpa ,makadari itu bahan

semen sebagai luting haruslah material yang biocompatibel dan tidak toksik

terhadap pulpa.Bahan luting yang baik tidak hanya melapisi seluruh

perrmukaan dentin dan protesa dengan baik,namun juga perlu material yang

bersifat anti bakteri agar pulpa terlindungi dari bakteri merugikan.

2. Retensi

Peran utama semen sebgai luting adalah menghasilkan retensi pada

restorasi.pada semen dengan bahan dasar air seperti semen seng

phosphate,retensinya diatur oleh geometri dari gigi yang telah direparasi,

kontrol pada saat insersi,dan kemampuan dalam memberikan mechanical

keying pada permukaan yang tidak rata. Kurangnya retensi merupakan

kegagalan dalam luting. Pada proses adesif bisa ditambahkan untuk

meningkatkan retensi secara signifikan dan resin adhesive technologies

Sifat Semen sebagai Luting

1. Marginal seal

2. Ketebalan (Film thickness)

3. Mudah digunakan

4. Radiopacity

5. Estetik baik

c. Semen Sebagai Basis

Basis adalah lapisan semen yang ditempatkan di bawah restorasi

permanen untuk memacu perbaikan dari pulpa yang rusak dan

melindunginya dari kerusakan. Kerusakan itu bisa dari thermal shock bila gigi

direstorasi dengan bahan logam dan kerusakan karena iritasi kimia. Basis

berfungsi sebagai tekanan selama proses kondensasi serta dapat memberi bentuk

yang structural bagi kavitas.

Page 5: Wido (10.1)

7

Syarat Semen sebagai Basis

Penggunaan basis dengan tujuan sebagai insulator terhadap thermal schock

tidak dilakukan pada semua restorasi logam,hal ini tergantung pada kedalaman

kavitas yang dalam yaitu ketebalan yang tersisa kurang dari 1 mm merupakan

indikasi penggunaan basis,karena dentin yang tersisa tidak dapat bertindak

sebagai insulator panas. Kavitas yang sedang ketebalan dentin yang tersisa kurang

dari 2 mm tetapi lebih dari 1 mm memerlukan basis sebagai insulator terhadap

thermal shock. Kavitas yang dangkal yaitu ketebalan yang tersisa2 mm atau lebih

di antara lantai kavitas dan pulpa, tidak diperlukan bahan basis karena dentin yang

tersisa dapat memberikan insulator terhadap thermal schock.

Sifat Semen sebagai Basis

Tidak mengiritasi pulpa dan dapat merangsang pembentukan

dentin sekunder

Compresive strenght yang tinggi

Solubility yang rendah kaavitas atau ketebalan dentin yang tersisa.

d. Semen sebagai Liner dan Varnish

Liner adalah bahan yang ditempatkan sebagai lapisan yang tipis dan

berfungsi utamanya adalah untuk memberikan penghalang bagi iritasi

kimia. Liner tidak berfungsi sebagaii insulator terhadap thermal shock.

Varnish adalah rosin alami atau sintetik yang dilarutkan dalam

pelarut seperti etr atau chloroform yang dioleskan disekeliling kavitas.pelarut

menguap meninggalkan selapis tipis yang berfungsi untuk mengurangi

mikroleakage yang terjadi di sekeliling restorasi. Varnish yang ditempatkan di

bawah rstorasi logam tidak efektif sebagai insolator panas meskipun bahan

varnish merupakan penghantar panas yang rendah. (kadariani, 2001)

2.2 Macam-macam Semen

2.2.1 SEMEN SENG FOSFAT

Semen seng fosfat merupakan bahan semen tertuayang masih digunakan

sampai sekarang. Semen seng fosfat terdiri dari bubuk dan cairan. Semen ini

Page 6: Wido (10.1)

8

sering digunakan sebagai bahan lutting pada penggunaan material restoratif metal

maupun metal-keramik, selain itu juga sering digunakan sebagai basis amalgam

untuk melindungi pulpa dari konduksi thermal amalgam yang cukup besar (Baum,

1997).

2.2.1.1 Komposisi Semen Seng Fosfat:

Komposisi terdiri dari powder seng oksida 90% dan Magnesium 10 %

danasam phorporic, garam logam dan air sebagai liquid. Penggunaan sebagai

basis,konsistensi harus seperti dempul, campuran bubuk dan liquid dengan ratio

6:1 atau sesuai kebutuhan, membentuk adonan yang tidak cair tidak padat, aduk

dengan putaran melawan jarum jam, tempatkan adonan pada tumpatan yang telah

diberi semen eugenol sebagai subbasis. Waktu pengerasan sekitar 5-9 menit dan

kelebihan tumpatan dibuang (Phillips dalam Ricardo, R. 2004).

2.2.1.2 Sifat Semen Seng Fosfat

1. Semen seng fosfat menunjukkan daya larut yang relatif rendah didalam air

2. Pengerasan seng fosfat tidak melibatkan reaksi apapun dengan jaringan

keras disekitarnya atau bahan restorasi lainnya. Oleh karena itu, ikatan

utama adalah berupa kunci mekanis pada pertemuan keuda permukaan dan

bukan oleh interaksi kimia

3. Sifat biologi dari semen ini memiliki keasaman yang cukup tinggi pada saat

protesa ditempatkan pada gigi. Kemudian pH akan naik dengan cepat tetapi

masih sekitar 5,5 pada jam ke-24. Jika digunakan adukan yang encer pHh

akan lebih rendah dan akan tetap rendah pada jangka waktu yang lama

4. Sifat semen seng fosfat yang lain diantranya : meminimalkan kebocoran

mikro, memberikan perlindungan terhadap pulpa, memiliki daya anti

bakteri, rasio bubuk dan cairan mempengaruhi kecepatan pengerasan

(diputra, 2001)

2.2.1.3 Fungsi Semen Seng Fosfat:

1) Sebagai bahan tambalan sementara

Sebagai tambalan sementara, semen ini didasari oleh Seng okside yang

dicampur dengan cairan asam fosfat 50%. Bila menggunakan Seng

phosphatemaka kavitas tidak terlalu besar dan kekuatan pengunyahan yang

Page 7: Wido (10.1)

9

dipusatkan pada daerah gigi tersebut tidak boleh terlalu besar. Untuk menjamin

kestabilan dan kekuatan tambalan sementara serta mencegah fraktur dari sisa cups

di sekeliling kavitas yang besar, bahan ini di gunakan bersama dengan plat

tembaga lembut yang dipotong dan dibentuk yan gkemudian disemenkan di

sekliling mahkota dan tambalan sementara dengan menggunakan semen yang

sama (Smith BGN dalam Ricardo, R. 2004).

2) Sebagai Bahan Basis dan Pelapik

Sedangkan sebagai basis, digunakan dalam bentuk dempul dan bentuk

lapisan yang relative tebal untuk menggantikan dentin yang sudah rusak dan

untuk melindungi pulpa dari iritasi kimia dan fisik serta menghasilkan penyekat

terhadap panas dan menahan tekanan yang diberikan selama penempatan bahan

restorative (Kidd EA dalam Ricardo, R. 2004).

3) Sebagai Bahan Perekat Inlay, Jembatan dan Pasak Inti

Sebelum memulai penyemenan, terlebih dahulu dilakukan pembersihan

dan pengeringan daerah kerja, semen fosfat dnegn slow setting dibuat dengan

menmbah bubuk dalam jumlah secukupnya dalam cairan sekitar 1-1,5 menit pada

glass slab yang dingin, semen yang telah dicampur dioleskan pada bahan

resatoratif dan dimasukkan kedalam kavitas kemudian ditekan secara intermitten

sampai posisinya benar-benar baik. Semen yang telah benar-benar mengeras,

sangat penting untuk membersihkan sisa-sisa semen di bagian proksimal dan

servikal untuk menghindari iritasi gingiva (Craig dalam Ricardo, R. 2004).

2.2.1.4 Manipulasi Semen Seng Fosfat

1. Siapakan 3-6 tetes cairan dan bubuk ke glass plate dengan perbandingan

rasio bubuk banding cairan 3:1. Semakin tinggi rasio semakin baik sifat-

sifatnya.

2. Campur bubuk dengan cairan. Campur bubuk sedikit demi sedikit. Untuk

memperoleh konsistensi yang diinginkan, suatu aturan yang baik untuk

diikuti adlah mengaduk selama 15 detik setelah setiap kali menambahkan

bubuk. Penyelesaian pengadukan biasanya membutuhkan waktu selama 1,5

menit.

Page 8: Wido (10.1)

10

3. Konsistensi sebenarnya bervariasi sesuai dengan tujuan penggunaan semen.

Untuk penggunaan sebagai basis harus mencapai konsistensi seperti pasta.

2.2.1.5 Waktu pengerasan

Waktu pengerasan seng fosfat sesuai dengan spesifikasi ADA No.9

adalah antara 5-9 menit

2.2.1.6 Faktor yang mempengaruhi waktu kerja dan pengerasan Semen Seng

Fosfat.

1. Rasio bubuk dan cairan

Waktu kerja dan pengerasan dapat ditingkatkan dengan mengurangi

rasio bubuk:cairan. Tetapi prosedur ini bukan cara yang bisa diterima

untuk memperpanjang waktu pengerasan karena tindakan ini mengganggu

sifat fisik dan menghasilkan semen dengan pH awal yang rendah.

2. Kecepatan pencampuran bubuk

Sejumlah bubuk yang secara bertahap ditambahkan pada saat pencampuran

kedalam cairan akan menambah waktu kerja dan pengerasan dengan

mengurangi jumlah panas yang ditimbulkan dan memungkinkan lebih

banyak bubuk yang bisa digabungkan dalam adukan. Karena itu cara seperti

ini merupakan prosedur yang dianjurkan untuk semen seng fosfat.

3. Temperatur alas aduk

Pendinginan alas akan memperlambat reaksi kimia antara bubuk dan cairan

sehingga pembentukan matriks juga diperlambat. Ini memungkinkan

dimasukkannya bubuk dalam jumlah optimal kedalam cairan tanpa adonan

menjadi sangat kental.

2.2.2 Zinc Okside Eugenol

Semen ini biasanya dikemas dalam bentuk bubuk dan cairan atau kadang-

kadang sebagai dua jenis pasta. Tersedia berbagai jenis formula OSE untk

restorasi sementara dan jangka menengah, pelapik kavitas, basispenahan panas,

dan semen perekat sementara serta permanen. Juga berfungsi sebagai penutup

saluran akar dan dresing periodontal. pH-nya 7 pada saat dimasukkan ke dalam

Page 9: Wido (10.1)

11

gigi. Semen OSE adalah salah satu bahan yang paling tidak mengiritasi dari

semua bahan gigi dan merupakan penutup yang istimewa terhadap kebocoran

(Anusavice, 2003).

Berbagai formula dan kegunaan disebutkan dalam spesifikasi ADA No.30

untuk bahan restorasi OSE, yang menyebutkan empat jenis OSE. Semen OSE

Tipe I digunakan untuk semen sementara. Tipe II digunakan untuk semen

permanen dari restorasi atau alat-alat yang dibuat di luar mulut. Tipe III

digunakan untuk restorasi sementara dan basis penahan panas. Sedangkan Tipe IV

digunakan untuk pelapik kavitas. Kegunaan yang terakhir ini menganjurkan

penggunaan bahan sebagai lapisan pada dinding pulpa untuk melindunginya

terhadap iritasi kimia dari bahan restorasi. Namun ketebalannya tidak menandai

untuk memberikan perlindungan panas pada pulpa (Anusavice, 2003).

2.2.2.1 Komposisi Zinc Oksida Eugenol

Bahan-bahan Fungsi

Powder Zinc oxide 69,0%

White rosin 29,3%

Zinc stearate 1,0%

Zinc acetate 0,7%

Magnesium oxide

Bahan utama

Untuk mengurangi

kerapuhan pada semen

Akselelator

Bereaksi dengan eugenol

Liquid Eugenol 85,0 %

Olive oil 15,0 %

Bereaksi dengan zinc

okside

Plasticizer

2.2.2.2 Fungsi Zinc Oksida Eugenol

a. Sebagai Restorasi Sementara

Bahan-bahan yang digunakan untuk restorasi sementara diharapkan

bertahan selama jangka waktu yang pendek, misalnya beberapa hari atau

paling lama beberapa minggu. Restorasi ini dapat berfungsi sebagai

perawatan restoratif sementara sambil menunggu pulpa sembuh atau sampai

tambalan jangka panjangnya selesai dibuat dan siap untuk dipasang. Semen

Page 10: Wido (10.1)

12

OSE Tipe I hampir secara universal digunakan untuk perawatan sedatif,

penutupan sementara, dan semen yang permanen. Karena tambalan semen ini

akhirnya akan dilepas, kekuatan maksimal yang diperbolehkan menurut

Spesifikasi ADA No.30 adalah 35 Mpa (Anusavice, 2003).

c. Sebagai Restorasi Jangka Menengah

Kadang-kadang muncul kebutuhan akan restorasi jangka menengah,

terutama pada pedodontik. Misalnya, pada pasien karies rampan yang lebih

baik membuang semua jaringan yang telah mengalami demineralisasi dari

lesi karies dengan sesegera mungkin untuk mengurangi kosentrasi bakteri

kariogenik sehingga menghentikan proses karies. Begitu penghilangan awal

dari karies selesai dijalankan dan pasien telah dialihkan ke keadaan resiko rendah

karies, dokter gigi dapat melanjutkan perawatan dengan restorasi jangka panjang.

Jarak waktu antara pembuangan jaringan karies dan penyelesaian pekerjaan

restorasi dapat beberapa bulan atau lebih lama lagi. Selama periode menunggu ini,

gigi harus dilindungi dengan jenis restorasi yang telah lama (Anusavice, 2003).

2.2.2.3 Sifat Zinc Oksida Eugenol

Sifat fisik. Seperti pada semua semen lain, rasio bubuk:cairan dari

semen OSE akan mempengaruhi kecepatan pengerasan. Semakin tinggi rasio

bubuk:cairan, semakin cepat pengerasannya. Pendinginan alas aduk akan

memper lambat waktu pengerasan kecuali temperaturnya di bawah titik

pengembunan. Di bawah titik embun ini, kondesat akan bergabung dengan

adukan dan reaksi pengerasan akan dipercepat (Anusavice, 2003).

Ukuran partikel akan mempengaruhi kekuatan. Pada umumnya,

ukuran perikel yang lebih kecil akan meningkatkan kekuatan. Penggantian

sebagai eogenol dengan asam orto-etoksibensoat berakibat peningkatan

kekuatan, seperti juga panggabungan polimer (Anusavice, 2003).

Formula OSE yang dirancang untuk berbagai kegunaan memiliki

kekuatan yang berkisar antara 3 sampai 55Mpa. Kekuatan semen OSE

tergantung pada tujuan kegunaanya dan pada formula yang dirancang untuk

tujuan tersebut (Anusavice, 2003).

Page 11: Wido (10.1)

13

2.2.2.4 Manipulasi bahan Zinc Oksida Eugenol

* Bubuk dalam jumlah secukupnya dan beberapa tetes eugenol

diletakkan pada glass plate

* Bubuk dan larutan eugenol diaduk sampai mencapai tekstur seperti

asta kental

* Pasta yang tercampur akan dapt dipegang tanpa melekat pada jari

* Kemudian masukkan adonan kedalam kavitas

2.2.2.5 Faktor yang mempengaruhi setting Zinc Oksida Eugenol

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi setting dari semen

oksida eugenol diantaranya:

a. Ukuran partikel

b. Rasio bubuk : cairan

c. Pendinginan alas aduk

2.2.2.6 Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi Semen Seng Oksida Eugenol

1. Meredakan rasa sakit

2. Basis insulatif

3. Tambalan Sementara, misalnya pada pulp capping tidak langsung

4. Sementasi inlay,crown, dan bridge

5. Karies dentin

Kontra-Indikasi : Kasus pulpa gangren atau mati. (harty, 1993)

2.2.3 Semen Seng Polikarboksilat

Di dalam pencairan bahan semen adhesif yang dapat mengikat kuat dengan

struktur gigi, seng polikarboksilat adalah system semen pertama yang memiliki

ikatan adhesif dengan struktur gigi.

2.2.3.1 Komposisi dan Kimiawi Semen Seng Polikarboksilat

Semen polikarboksilat adalah sistem bubuk-cairan. Cairannya adalah

larutan air dari asam poliakrilat atau kopolimer dari asam akrilik dengan

Page 12: Wido (10.1)

14

asam karboksilat lain yang tidak jenuh, misalnya asam itakonik. Berat

molekul dari poliasam berkisar antara 30.000 sampai 50.000. Konsentrasi

asam dapat bervariasi di antara satu semen dengan semen lainnya tetapi

biasanya sekitar 40%

Komposisi dan prosedur pembuatan bubuknya mirip semen seng fosfat.

Bubuknya mengandung oksida seng dengan sejumlah oksida magnesium.

Oksida stanium dapat menggantikan oksida magnesium. Oksida-oksida lain,

misalnya bismuth dan aluminium, juga dapat ditambahkan. Bubuk ini juga

dapat mengandung sejumlah kecil stannous fluorida, yang mengubah waktu

pengerasan dan memperbaiki sifat manipulasi. Unsur ini merupakan bahan

penambah yang penting karena juga meningkatkan kekuatan. Namun,

fluorida yang dilepaskan semen silikofosfat dan ionomer kaca.

2.2.3.2 Reaksi pengerasan Semen seng Polikarboksilat

Semen ini melibatkan pelarutan permukaan partikel oleh asam yang

kemudian melepaskan ion-ion seng, magnesium, dan timah, yang menyatu ke

rantai polimer melalui gugus karboksil, seperti yang digambarkan pada Gambar

25-12A. Ion-ion ini bereaksi dengan gugus karboksil dari rantai poliasam yang

ada di dekatnya sehingga terbentuk garam ikatan silang ketika semen mengeras.

Semen yang mengeras terdiri atas matriks gel tanpa bentuk di dalam mana

tersebar partikel-partikel yang tidak bereaksi. Gambar struktur mikronya mirip

dengan semen seng fosfat.

Juga ada jenis semen ini yang pengerasannya oleh air, seperti telah

dijelaskan pada Bab 24 untuk semen ionomer kaca. Poliasam adalah bubuk yang

dikeringkan dengan cara dibekukan kemudian dicampur dengan bubuk semen.

Cairannya adalah air atau larutan lemah dari NaH2PO4. Meskipun demikian, reaksi

pengerasannya adalah sama terlepas dari apakah poliasam ini dikeringkan dengan

dibekukan dan kemudian dicampur dengan air atau digunakan larutan poliasam

lemah yang konvensional sebagai cairannya.

2.2.3.3 Ikatan dengan Struktur Gigi Semen Seng Polikarboksilat.

Page 13: Wido (10.1)

15

Seperti telah dinyatakan sebelumnya, sifat yang menonjol dari semen

polikarboksilat adalah bahwa semen ini terikat secara kimiawi dengan struktur

gigi. Mekanismenya belum dimengerti sepenuhnya, tetapi mungkin mirip dengan

reaksi pengerasan. Seperti ditunjukkan pada Gambar 25-12B, asam poliakrilat

bereaksi melalui gugus karboksil dengan kalsium hidroksiapatit. Seperti dibahas

dalam Bab 24 yang mengacu pada semen ionomer kaca, komponen anorganik dan

homogenitas email lebih besar daripada dentin. Jadi, kekuatan ikatan dengan

email akan lebih besar daripada dengan dentin. Ini digambarkan dalam Gambar

25-13, dimana kekuatan ikatan dari semen polikarboksilat dengan email dan

dentin dibandingkan.

Ketebalan Lapisan. Ketika semen karboksilat diaduk pada rasio bubuk:

cairan yang benar, adonannya lebih kental daripada adukan semen seng fosfat.

Namun, adukan polikarboksilat diklasifikasikan sebagai pseudoplastik, dan

mengalami pengenceran jika kecepatan pengolesannya ditingkatkan (lihat Bab 3).

Secara klinis, ini berarti bahwa tindakan pengadukan dan penempatan dengan

getaran akan mengurangi kekentalan semen, dan prosedur ini menghasilkan

lapisan dengan ketebalan 25 m atau kurang.

2.2.3.4 Waktu Kerja dan Pengerasan Seemn seng Polikarboksilat.

Waktu kerja untuk semen polikarboksilat jauh lebih pendek daripada semen

seng fosfat, yaitu sekitar 2,5 menit dibanding 5 menit untuk seng fosfat. Ini

digambarkan pada Gambar 25-14 dimana kekentalan semen seng fosfat,

polikarboksilat dan ionomer kaca dicatat sebagai fungsi dari waktu. Garis datar

pada kurva mewakili waktu kerja. Penurunan temperatur reaksi dapat

meningkatkan waktu kerja yang diperlukan untuk sementasi jembatan cekat.

Sayangnya, temperatur alas aduk yang dingin dapat menyebabkan asam

poliakrilat mengental. Bertambahnya kekentalan membuat prosedur pengadukan

menjadi lebih sulit. Dianjurkan bahwa hanya bubuk yang didinginkan di lemari

pendingin.

2.2.3.5 Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi :

1. Sementasi

Page 14: Wido (10.1)

16

2. Basis

3. Lapik pelekat

Kontra-Indikasi :

1. Perawatan pulpa

2. Kasus pulpa gangren atau mati (harty, 1993)

2.2.4 Semen Silikat

Semen Silikat dibuat dengan mencampur powder yang terbuatdari alumino

Fluoro-Silikat glass dengan liquid37% asam fosfat. Secara kimia asam

melarutkan dan menggabungkan sebagian kaca. Hal ini menciptakan suatu

matriks yang sangat keras dan rapuh. Campuran cairan semen ini sama dengan

semen Sengfosfat ,bagaimanapun ,penggunaan utama dalam kedokterangigi

adalah sebagai material yang sewarna dengan gigi. Karena matriks sangat keras,

rapuh dan kurangnya ketahanannya terhadap abrasi membatasi penggunaannya

sebagai bahan basis restorative (Martin S. 2011).

Sampai munculnya komposit resin, silikat adalah material gigi hanya

mengisi warna yang tersedia, dan satu-satunya alternatif untuk amalgam perak

sebagai (nonemas) sederhana bahan pengisi permanen. Penggunaannya terbatas

pada gigi depan ,atau daerah kerusakan tidak pada permukaan gigi belakang yang

mempunyai kekutan tekan besar (Martin S. 2011).

2.2.4.1 Keuntungan Semen Silikat

Selain warnanya ,adalah terdapat fluoride dari glass ,(komponen dari bahan

matriks karena reaksi kimia yang terlibat dalam pencampuran bubuk dengan

cairan), fluoride cenderung mencegah karies lebih lanjut disekitar margin,

(kenyataannya, merupakan karakteristik dari semua formula semen gunakanAl-Fl-

Si glass dan asam kombinasi). Masalah utama dengan semen silikat sebagai bahan

restoratif adalah tampilannya. Partikel- partikel kaca rentan terhadap tekanan,

mudah berubah warna dan kasar. Kesulitan lain adalah kerapuhan dari matriks

estetik karena menyebabkan permukaan krasing dan majinal chipping sebagai usia

restorasi dan menciptakan lebih banyak tempat potensial untuk noda untuk

memperparah (MartinS. 2011).

2.3.4.2 Fungsi Semen Silikat

Page 15: Wido (10.1)

17

Restorasi sementara gigi anterior (Rahmawati,D. 2011)

2.3.4.3 Komposisi Semen Silikat

Campuran dari powder Silika (SiO2), Alumina (Al2O3), senyawa fluorida,

beberapa garam kalsium dengan liquid phosphoric acid (Craig dalam Kadariani).

2001).

2.2.4.4 Sifat Semen Silikat

Warnanyasesuaidenganwarnagigidancocokdigunakanuntukrestorasi gigianterior

Tensil strenghtkurang baik

Daya larut semen di dalam air memang rendah, namun mudah larut

terhadapasamyang terdapatdalamplak yangmelekatdiatasnya

Terikat secara kimiawi dengan struktur gigi karena adanya fluoride

(kekuatanikatandenngan emailakan lebihbesar daripadadengandentin)

Perkembangan biomaterial di bidang kedokteran gigi modern dapat

menjadi bukti. Semen silikat merupakan bahan tambal gigi yang pertama kali

dikenal. Saat ini, bahan tersebut sudah mulaiditinggalkan karena mengandung

unsur asam yang dianggap berbahaya bagi pulpa gigi. Sebagai penggantinya

kemudian dikenal glass ionomer cement. Perkembangan bahan tambal terus

bergulirdengan adanya resin komposit polimerisasi sinar tampak dengan.

2.2.4.5 Manipulasi Semen Silikat

ada dua metode pemanipulasian semen ini yaitu dengan metode pemanipulasian

manual dan metode pemanipulasian mekanis (O’briendalam Hermanto, L.FM.

2007)

a. Pemanipulasian manual

• Rasio bubuk dan cairan adalah 2,2 gr : 1 ml

• Tempat pencampuran bubuk dengan cairan menggunakan glass slab yang tebal

dan dingin, juga menggunakan spatula dari bahan plastik atau cobalt chromium

• Pengadukan dilakukan dengan teknik memutar selama 1 menit.

Page 16: Wido (10.1)

18

• Bubuk di campurkan ke dalam cairan sedikit demi sedikit untuk

mendapatkan konsistensi yang di inginkan dan baik(O’briendalam Hermanto,

L.FM.2007).

b. Pemanipulasian mekanis

• Dengan menggunakan alat amalgamator.

• Bahan yang tersedia dalam bentuk kapsul, bubuk dan cairan dalam satu wadah

dan terpisah dengan sekat.

• Sekat ini dapat hancur dengan adanya tekanan dari amalgamator.

• Waktu pencampuran dapat di sesuaikan dengan keinginan dan juga pada

pencampurandapatterjadipanasyang mengakibatkan waktu kerja berkurang

(O’briendalam Hermanto, L.FM.2007).

2.2.5 Semen Silikofosfat

Semen silikofosfat merupakan salah satu semen yang sanggup melepas ion

(Ion Leachenable Glass), khususnya fluoride yang mampu mencegah

terbentuknya karies sekunder, hal ini yang membuat semen silikofosfat masih di

pergunakan di kedoteran gigi. Semen ini merupakan hybrid, kombinasi dari bubuk

semen zink fosfat dengan semen silikat dan sering disebut dengan semen

silikofosfat (Baum dalam Hermanto, L.FM. 2007).

2.2.5.1 Fungsi Semen Silikofosfat

Bahan perekat untuk restorasi, bahan tambalan sementara dan tambalan gigi

desidui, bahan perekat fixed restoration, bahan band orthodontics.

Bahan pembuatan die (Combe dalam Hermanto, L.FM. 2007).

2.2.5.2 Komposisi Semen Silikofosfat

Bubuk semen silikofosfat adalah kombinasi dari bubuk semen silikat dan

semen zink fosfat, yang dikemas dalam satu bentuk powder dan liquid yang akan

dimanipulasi untuk mendapatkan kekentalan yang tepat (Aldelina, N.L. 2011).

1) Komposisi Bubuk

a. Aluminosilicate glass

b. Seng okside

c. Magnesium okside

Page 17: Wido (10.1)

19

2) Komposisi Cairan

a. Asam fosfat (phosphoric acid)

b. Air

c. Seng dan aluminium salt (Aldelina, N.L. 2011)

Salah satu semen silikofosfat yang paling terkenal terdiri atas 90% bubuk

semen silikat dan 10% bubuk semen seng fosfat. Pada umumnya semen

silikofosfat berisi 12% - 25% flourida. Reaksi penyatuan bubuk dan cairan dapat

di gambarkan sebagai berikut:

Seng Oxide/aluminosilicate glass + phosphoric acid

Seng aluminosilicate phosphate gel

2.2.5.3 Manipulasi Semen Silikofosfat

PrSeng Oksida Eugenols pemanipulasian semen silikofosfat sama dengan

semen silika dan semen seng fosfat, dimana ada dua metode pemanipulasian

semen ini yaitu dengan metode pemanipulasian manual dan metode

pemanipulasian mekanis (O’brien dalam Hermanto, L.FM. 2007).

a. Pemanipulasian manual

Rasio bubuk dan cairan adalah 2,2 gr : 1 ml.

Tempat pencampuran bubuk dengan cairan menggunakan glass slab yang

tebal dan dingin, juaga menggunakan spatula dari bahan plastik atau cobalt

chromium.

Pengadukan dilakukan dengan teknik memutar (circular) selama 1 menit.

Bubuk di campurkan ke dalam cairan sedikit demi sedikit untuk

mendapatkan konsistensi yang di inginkan dan baik.

b. Pemanipulasian mekanis

1. Dengan menggunakan alat amalgamator.

2. Bahan yang tersedia dalam bentuk kapsul, bubuk dan cairan dalam satu

wadah dan terpisah dengan sekat.

3. Sekat ini dapat hancur denag adanya tekanan dari amalgamator.

Page 18: Wido (10.1)

20

4. Waktu pencampuran dapat di sesuaikan dengan keinginan dan juga pada

prSeng Oksida Eugenols pencampuran terjadi panas yang mengakibatkan

waktu kerja berkurang (O’brien dalam Hermanto, L.FM. 2007).

Keuntungan dari sistem ini adalah (Combe dalam Hermanto, L.FM.

2007).:

1. Bahan tidak di pegang sampai selesai pengadonan sehingga

kemungkinan terkontaminasi berkurang.

2. Diperoleh perbandingan yang tepat antara bubuk dengan cairan tanpa

perlu menimbangdan sekaligus menghemat waktu.

3. Hasil pencampuran dapat diperoleh dalam waktu yang lebih cepat,

misalnya 10 sampai 15 detik.

Gambar 10. Almagamator

Sumber: http://www.intopmedical.com/Amalgamator.html

Waktu setting tidak boleh terlalu panjang karena bila waktu yang panjang akan

mengakibatkan pekerjaan terhadap gigi akan lama. Waktu setting yang sesuai

pada suhu mulut bagi semen silikofosfat adalah 5-7 menit pada temperatur 37◦C.

2.2.5.4 Faktor – faktor berikut ini bersifat memperpanjang waktu setting

Suhu yang lebih rendah dengan menggunakan glass slab yang dingin.

1. Mengurangi perbandingan bubuk dan cairan dengan menambah jumlah

cairan.

2. Waktu pencampuran yang lebih lama dengan mengurangi kecepatan dalam

hal mencampur bubuk ke dalam cairan dan tiap-tiap penambahan. Juga

penghentian sesaat setelah pencampuran awal sejumlah bubuk ke dalam

cairan akan menambah waktu setting dari semen silikofosfat. Semakin lama

Page 19: Wido (10.1)

21

bubuk di tambahkan ke cairan maka akan memperpanjang setting time

(Messing Hermanto, L.FM. 2007)

2.2.5.5 Sifat-sifat Semen Silikofosfat

2.2.5.5.1 Sifat mekanis

Compressive strength tinggi antara 140 – 170 Mpa atau 20.000 – 25.000 psi

yang akan dicapai setelah 24 jam.

Tensile strength rendah antara 8 – 13 Mpa, menyebabkan semen ini punya

sifat rapuh.

Ketebalan lapisan sekitar 30-40µm menyebabkan sifat toughness yang baik

dan sifat tahan abrasif yang lebih tinggi daripada golongan fosfat.

Waktu pengerasan 3,5-4 menit.

Working time kira-kira 4 menit (O’brien dalam Hermanto, L.FM. 2007).

2.2.5.5.2 Sifat Fisis

Anti karies berhubungan kandungan flourida.

2.2.5.5.3 Sifat Kimia dan sifat adhesif

Kelarutan semen silikofosfat dalam aquades setelah 7 hari kira –kira 0,9 – 1

%. Kelarutan dalam asam dan dalam mulut lebih dari semen fosfat.

Sifat adhesif silikofosfat secara mekanis karena tidak mempunyai

perlekatkan atau ikatan dengan enamel dan dentin tapi merekatkan antara

kekasaran permukaan kavitas dengan bahan restorasi (Combe dalam

Hermanto, L.FM. 2007).

2.2.5.5.4 Sifat Biologis

Keasaman pada semen ini ditimbulkan karena adanya kandungan asam

fosfat, ph semen ini sangat rendah pada awal pengaplikasian pada kavitas

dan setelah 1 jam ph nya 4-5. Oleh karena itu, harus di beri perlindungan

pada pulpa agar tidak teriritasi dengan menggunakan calsium hidrokxida

(Phillips dalam Hermanto, L.FM. 2007).

Page 20: Wido (10.1)

22

2.2.5.5.5 Indikasi

1. Basis

2. Sementasi untuk mulut yang angka kariesnya tinggi

2.2.5.5.6 Kontra-Indikasi :

1. Kasus pulpa gangren atau mati (harty, 1993)

2.2.6 Semen Ionomer Kaca (SIK)

Gambar 13. Contoh produk Semen Ionomer Kaca

Semen Ionomer Kaca merupakan salah satu bahan restorasi plastis di

bidang kedokteran gigi yang perkembangannya paling menarik, bahan ini

ditemukan oleh Wilson dan kenk tahun 1972 sebagai bahan pertama yang paling

praktis, sewarna dengan gigi dan beradhesi secara kimiawi walaupun versi

awalnya tidak baik dan alaur dalam cairan mulut (Ford dalam Lubis, F.L. 2004).

2.2.6.1 Klasifikasi Semen Ionomer Kaca

Menurut kegunaannya, Semen Ionomer Kaca diklasifikasikan menjadi:

1. Tipe I : Luting Cement

Semen ini berguna untuk merekatkan gigi mahkota atau jembatan,

tumpatan tuang dan alat-alat ortodonti cekat. Semen perekat ini mencegah

kebocoran tepi restorasi dan lapisan semen harus dibuat setipis-tipisnyaagar

tidak terlarutkan oleh cairan mulut.

2. Tipe II : Restorative Cement

Guna semen ini sebagai tumpatan estetik sewarna dengan gigi

Page 21: Wido (10.1)

23

3. Tipe III : Liner and Basis Cement

4. Tipe IV : Fissure sealants

5. Tipe V : Orthodontic Cements

6. Tipe VI : Core build up

7. Tipe VII : Fluoride releasing

8. Tipe VIII : ART(atraumatic restorative technique)

9. Type IX : Deciduous teet. (Philips dalam Lubis, F.L. 2004)

2.2.6.2 Komposisi Semen Ionomer Kaca

Semen ini adalah sisitem bubuk cairan, yang berbentuk karena reaksi

antara kaca alumino-silikat dengan asam poliakrilat yang sering disebut alumino

silikat poyacrilic acid (ASPA). (Williams dalam Lubis, F.L. 2004).

1). Komposisi Bubuk

Bubuk Semen Ionomer Kaca adalah kaca alumina-silikat. Walaupun

memiliki karakteristik yang sama dengan silikat tetapi perbandinagn alumina-

silikat lebih tinggi pada semen silikat (Manappallil dalam Lubis, F.L. 2004).

Tabel 3. Komposisi bubuk Semen Ionomer Kaca

2). Komposisi Cairan

Cairan yang digunakan Semen Ionomer Kaca adalah larutan dari asam

poliakrilat dalam konsentrasi kira-kira 50%. Cairan ini cukup kental cnederung

membentuk gel setelah beberapa waktu. Pada sebagian besar semen, cairan asam

poliakrilat dalah dalam bentuk kopolimer dengan asam itikonik, maleic atau asam

trikarbalik. Asam-asam ini cenderung menambah reaktivitas dari cairan,

Page 22: Wido (10.1)

24

mengurangi kekentalan dan mengurangi kecenderungan membentuk gel (Wilson

dalam Lubis, F.L. 2004).

Asam tartaric juga terdapat dalam cairan yang memperbaiki

karakteristik manipulasi dan meningkatkan waktu kerja, tetapi

memperpendek pengerasan. Terlihat peningktan yang berkesinambungan secara

perlahan pada kekentalan semen yang tidak mengandung asam tartaric.

Kekentalan semen yang mengandung asam tartaric tidak menunjukkan kenaikan

kekentalan yang tajam (Baum dalam Lubis, F.L. 2004).

Tabel 4. Komposisi Cairan Semen Ionomer Kaca

2.2.6.4 Reaksi Pengerasan Semen Ionomer Kaca

Ketika bubuk dan cairan Semen Ionomer Kaca dicampurkan, cairan asam

akan memasuki permukaan partikel kaca kemudian bereaksi dengan membentuk

lapisan semen tipis yang akan mengikuti inti tumpatan (Ford dalam Lubis, F.L.

2004).

Selain cairan sam, kalsium, aluminium, sodium sebagai ion-ion fluoride

pada bubuk Semen Ionomer Kaca akan memasuki partikel kaca yang akan

membentuk ion kalsium (ca2+) kemudian ion aluminium (Al3+) dan garam fluor

yang dianggap dapat mencegah timbulnay karies sekunder. Selanjutnya partikel-

partikel kaca lapisan luar membentuk lapisan gel (Wilson dalam Lubis, F.L.

2004).

Retensi semen terhadap email dan dentin pada jaringan gigi berupa ikatan

fisiko-kimia tanpa menggunakan teknik etsa asam. Ikatan kimianya berupa ikatan

ion kalsium yang berasal dari jaringan gigi dengan gugus COOH (karboksil)

multipel dari Semen Ionomer Kaca (Galinggih. 2011).

Page 23: Wido (10.1)

25

Adhesi adalah daya tarik menarik antara molekul yang tidak sejenis pada

dua permukaan yang berkontak. Semen Ionomer Kaca adalah polimer yang

mempunyai gugus karboksil (COOH) multipel sehingga membentuk ikatan

hidrogen yang kuat. Dalam hal ini memungkinkan pasta semen untuk membasahi,

adaptasi, dan melekat pada permukaan email. Ikatan antara Semen Ionomer Kaca

dengan email dua kali lebih besar daripada ikatannya dengan dentin karena email

berisi unsur anorganik lebih banyak dan lebih homogen dari segi morfologis

(Galinggih. 2011).

Secara fisik, ikatan bahan ini dengan jaringan gigi dapat ditambah dengan

membersihkan kavitas dari pelikel dan debris. Dengan keadaan kavitas yang

bersih dan halus dapat menambah ikatan Semen Ionomer Kaca. Air memegang

peranan penting selama proses pengerasan dan apabila terjadi penyerapan air

maka akan mengubah sifat fisik SIK. Saliva merupakan cairan di dalam rongga

mulut yang dapat mengkontaminasi SIK selama proses pengerasan dimana dalam

periode 24 jam ini SIK sensitif terhadap cairan saliva sehingga perlu dilakukan

perlindungan agar tidak terkontaminasi (Galinggih. 2011).

Kontaminasi dengan saliva akan menyebabkan SIK mengalami

pelarutan dan daya adhesinya terhadap gigi akan menurun. SIK juga rentan

terhadap kehilangan air beberapa waktu setelah penumpatan. Jika tidak

dilindungi dan terekspos oleh udara, maka permukaannya akan retak akibat

desikasi. Baik desikasi maupun kontaminasi air dapat merubah struktur SIK

selama beberapa minggu setelah penumpatan. Untuk mendapatkan hasil

yang maksimal maka selama Proses pengerasan SIK perlu dilakukan

perlindungan agar tidak terjadi kontaminasi dengan saliva dan udara, yaitu

dengan cara mengunakan bahan isolasi yang efektif dan kedap air. Bahan

pelindung yang biasa digunakan adalah varnis yang terbuat dari isopropil

asetat, aseton, kopolimer dari vinil klorida, dan vinil asetat yang akan larut

dengan mudah dalam beberapa jam atau pada proses pengunyahan

(Galinggih. 2011).

2.2.6.5 Sifat Semen Ionomer Kaca

Page 24: Wido (10.1)

26

Sifat Semen Ionomer Kaca adhesive yang mengikat enamel dan dentin.

Ikatan ini terjadi karean interaksi antara ion-ion golongan karboksil dan semen

dan ion-ion kalsium dari gigi, iakatan ke enamel lebih besar daripda iktannya ke

dentin. Pengikatan ini baik sebagai bahan penutupan kavitas (Wilson dalam Lubis,

F.L. 2004).

Hal ini diungkapkan oleh Mal Donado pada tahun 1978, Perbandingan

bubuk terhadap asamnya merupakan faktor penting untuk memperoleh campuran

semen dengan sifat-sifat fisik yang dinginkan. Beberapa sifat dari Semen Ionomer

Kaca yang akan diuraikan sebagai berikut (Wilson dalam Lubis, F.L. 2004):

2.2.6.5.1 Sifat Fisis Seemn Ionomer Kaca

Sifat-sifat fisis dari Semen Ionomer Kaca, antar lain:

a. Anti karies

Ion fluor yang dilepaskan terus menerus membuat gigi lebih tahan

terhadap karies.

b. Thermal ekspansi sesuai dengan dentin dan enamel

c. Tahan terhadap abrasi

ASPA tahan terhadap abrasi, ini penting khususnya pada penggunaan

dalam restorasi dari groove yang abrasi servikalnya oleh sikat gigi dan

kavitas yang erosi.

2.2.6.5.2 Sifat Mekanis Semen Ionomer Kaca

Semen Ionomer Kaca juga memiliki sifat mekanis yaitu:

a. Compressive strength : 150 MPa, lebih rendah dari silikat

b. Tensile strength : 6,6 MPa, lebih tinggi dari silikat

c. Hardness : 49 KHN, lebih lunak dari silikat

d. Frakture toughness : Beban yang kuat dapat terjadi fraktur

(Manappallil dalam Lubis, F.L. 2004).

2.2.6.5.3 Sifat Kimia Semen Ionomer Kaca

Semen Ionomer Kaca melekat dengan baik ke enamel dan dentin,

perlekatan ini berupa ikatan kimia antara ion kalsium dari jaringan gigi dan

Page 25: Wido (10.1)

27

ion COOH dari Semen Ionomer Kaca. Ikatan dengan enamel dua kali lebih

besar daripada ikatannya dengan dentin. Dengan sifat ini maka kebocoran

tepi tambalan dapat dikurangi. Semen Ionomer Kaca tahan terhadap

suasana asam, oleh karena adanya ikatan silang diantara rantai-rantai

semen ionomer kaca. Ikatan ini terjadi karena anya polyanion dengan berat

molekul yang tinggi (Phillips dalam Lubis, F.L. 2004).

2.2.6.5.4 Sifat Biologi Semen Ionomer Kaca

Semen Ionomer Kaca memiliki sifat biokompabilitas yang cukup baik

artinya tidak mengiritasi jaringan pulpa sejauh ketebalan sisa dentin ke arah

pulpa tidak kurang dari 0,5 mm. kontaminasi saliva selama penumpatan dan

sebelum semen mengeras sempurna akan merugikan tumpatan karena

semen akan mudah larut dan daya adhesi akan menurun. Kavitas harus

dijaga agar tetap kering dengan mngusahakan isolasi yang efektif serta

tumpatan ditutup dengan lapisan resin atau pernis yang kedap air selama

beberapa jam setelah penumpatan untuk mencegah desikasi karena

hilangnya cairan atau melarut karena menyerap air (Phillips dalam Lubis,

F.L. 2004).

2.2.6.6 Kelebihan dan Kekurangan Semen Ionomer Kaca

Kelebihan semen Ionomer Kaca, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Tahan terhadap penyerapan air dan kelarutan dalam air

b. Kemampuan berikatan dengan email dan dentin

c. Biokompabilitas

d. Estetika (penambahan radiopak untuk penyamaan warna dengan gigi

e.  Mempunyai kekuatan kompresi yang tinggi

f.  Bersifat adhesi

g. Tidak iritatif

h. Mengandung fluor sehingga mampu melepaskan bahan fluor

untuk mencegah karies lebih lanjut

i. Mempunyai sifat penyebaran panas yang sedikit

j. Daya larut yang rendah

Page 26: Wido (10.1)

28

k. Bersifat translusent atau tembus cahaya 

l. Perlekatan bahan ini secara fisika dan kimiawi terhadap jaringan dentin dan

email.

Kekurangan Semen Ionomer Kaca, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Tidak dapat menahan tekanan kunyah yang besar 

b. Tidak tahan terhadap keausan 

c. Daya lekat pasta lebih kecil terhadap dentin

d. Setelah restorasi butuh proteksi 

e. Kekerasan kurang baik  

f. Rapuh dan sensitive terhadap air pada waktu pengerasan

g. Dapat larut dalam asam dan air

2.2.6.7 Indikasi Semen Ionomer Kaca

1. Digunakan pada gigi sulung

2. Kekuatan kunyah relatif tidak besar

3. Pada insidensi karies tinggi

4. Gigi yang belum tumbuh sempurna

5. Area yang kontaminasi sulit dihindarkan

6. Pasien kurang kooperatif

2.2.7 Kalsium Hidroksida

Kalsiumhidroksida merupakan basis semen saluran akar yang

diyakini memiliki beberapa keunggulan dalam hal dapat terjadi efek terapi

yang dapat merangsang terbentuknya jaringan keras gigi (Gutman,1996).

Kalsium hidroksida dapat merangsang penutupan biologis pada daerah

apikal sehingga menghasilkan penutupan apeks yang lebih dapat

meningkatkan keberhasilan perawatan. Kalsium hidroksida adalah senyawa

kimia denganrumus Ca(OH)2. Kalsium hidroksida dapat berupa kristal tidak

berwarna atau bubuk putih. Kalsium hidroksida dapat dihasilkan melalui reaksi

kalsium oksida (CaO) dengan air.

Page 27: Wido (10.1)

29

Cao + H2O (Ca(OH)2)

Kalsium hidroksida adalah suatu bahan yang bersifat basa kuat dengan pH 12-13.

2.2.7.1 Sifat bahan Kalsium Hidroksida

Biokompatibilitas = baik, karena menimbulkan reaksi respon saluran

akar yang baik dengan sedikit mengiritasi pulpa. Ini di dasari karena

gambaran histologis pulpa, yang menunjukkan penyembuhan awal dari

pembentukkan jembatan dentin konsisten yang lengkap.

Celah mikro= tujuan perawatan saluran akar, untuk menutup akar dgn

rapat agar terhindar dari masukny bakteri, tidak mengalami pengerutan,

kalsium hidroksida sama seperti ZOE, untuk sifat celah mikro.

Perubahan pH= memiliki sifat alkalis/ basa, kalsium hodroksida

brsifat basa sehingga dapat menghalangi dan menghambat

pertubuhan bakteri terutama disekitar pulpa dengan ion hidroksil

dan merangsang pertumbuhan dentin reparatif.

Merangsang perbaikan apikal= dapat menstimulasi perbaikan

jaringan keras gigi dalam banyak keadaan dan dapat berkontak

lansgsung dengan jaringan periapikal.

Perlekatan/ adesif= ada dua merek kalsium hidroksid, scalapeks

memiliki kekuatan perlekatan yang lemah, sedangkan calciobiotik

lebih baik (Wenberg,1990).

2.2.7.3 Aplikasi Kalsium Hidroksida

Dalam Manappallil (2003) kalsium hidroksida dapat diaplikasikan

sebagai kaping pulpa langsung dan tidak langsung ,sebagai basis

kekuatan rendah dibagian bawahnya restorasi silikat dan komposit

untuk perlindungan pulpa, dan untuk prosedur apeksifikasi pada gigi

permanen muda yang pembentukan akarnya tidak lengkap.

Kaping pulpa/pulp capping didefinisikan sebagai aplikasi dari satu

atau beberapa lapis bahan pelindung diatas pulpa vital yang terbuka.

Pulp capping ada 2 jenis:

Page 28: Wido (10.1)

30

1. Pulp capping tidak langsung

2. Pulp capping langsung

2.2.7.4 Manipulasi dan waktu setting Kalsium Hidroksida

Kalsium hidroksida dimanipulasi dengan cara mencampur pasta base dan

katalis diatas paperpad dengan menggunakan metal spatel atau ball-ended

instrument ukuran kecil. Base dan katalis dibagi dalam porsiyang sama dan

dicampur sekitar 10 detik dengan waktu setting dari 2-7menit. Waktu setting

bervariasai antara 2,5-5menit (Manappallil, 2003).

2.2.7.5 Faktor yang mempengaruhi reaksi setting Kalsium Hidroksida

Menambahkan rasio katalist ke dalam pasta base dapat mempercepat

waktu setting khusus akselerator pada katalist

Kelembapan dan panas dapat mempercepat setting

Setting time diperlambat dengan pengeringan dan perlindungan

(Hussain,2004).

2.2.7.6 Keuntungan Kalsium Hidroksida

Mempunyai efek bersifat bakterisidal dan desinfektan. Konsentrasi

ion hidroksil yang tinggi dapat membunuh mikroorganismedi dalam

saluran akaryang tidak terjangkau oleh instrumentasi dan irigasi.

Merangsang pembentukan jaringan keras

Mencegah resorpsi tulang

Tidak menyebabkan perubahan warna gigi,bukan konduktor panas

yangbaik , manipulasi mudah dan stabil.

Mengurangi kepekaan rasa nyeri dentin terhadap rangsangan dari

luar dan dari dalam

Daya iritasi ringan

Menghambat fagositas mikrofag sehingga dapat menurunkan reaksi

inflamasi pada periapikal.

2.2.7.7 Kerugian Kalsium Hidroksida

Tidak dapat menutup permukaan fraktur pada kasus injury

traumatik pada gigi vital.

Page 29: Wido (10.1)

31

Dapat menghambat perlekatan fungsi sel-sel ligamen periodontal

serta menghambat proses penyembuhan permukaan akar

(yusmardiana,2002).

2.2.7.8 Indikasi dan Kontra indikasi

Indika,,,si :

1. Pulpa yang tebuka dalam pulp capping dan pulpotomy

2. Leakage canal

3. Apexification, merangsang pembentukan apex

4. Membentuk jaringan keras gigi

5. Bahan tambalan sementara untuk infeksi saluran akar

Kontra-Indikasi :

1. Peradangan pulpa (pulpitis)

2. Kasus gangren pulpa, seperti: abses. (harty, 1993)

2.3 Tambahan semen baru di Kedokteran Gigi

2.3.1 RELYX

Relyx adalah semen yang menggabungkan keunggulan dari semen

konvensional (kemudahan penggunaan) dan semen resin (kinerja).

2.3.1.1 Semen Releyx memiliki keunggulan yaitu :

Kuat, fleksibel dan mudah digunakan, tidak memerlukan persiapan

permukaan gigi seperti etsa atau priming. Semen diisi 72% berat dan

mengandung fluoride. RelyX Unicem tersedia dalam dua ukuran kapsul

(Aplicap dan Maxicap) dalam nuansa A1, A2, A3-buram, buram putih, dan

transparan

2.3.1.2 Indikasi

Dapat digunakan untuk hampir setiap indikasi-logam, keramik, bahan

komposit, mahkota, jembatan, inlay / onlay.

2.3.1.3 Kontra indikasi RelyX

Page 30: Wido (10.1)

32

Tidak untuk digunakan dengan sementasi veneer

2.3.1.4 Setting Time RelayX

Waktu kerja adalah 2 menit untuk Aplicaps dan 2,5 menit untuk Maxicaps

besar. Para Aplicaps bisa dipakai untuk semen 1-2 restorasi, sedangkan

Maxicaps bisa dipakai untuk 3-5 restorasi.

2.3.1.5 Produk ini mendapat penilaian klinis 98%.

Beberapa Kekuatan Formula klinis Terbukti

1. Mudah dan higienis penanganan dengan Clicker Dispenser.

2. Rasio campuran Konsisten.

3. Formulasi Paste-paste untuk memudahkan pencampuran.

4. Adhesi yang kuat.

5. Mudah penghapusan materi berlebih.

6. Sensitivitas pasca operasi sangat rendah.

7. Peningkatan integritas marginal.

8. Berkelanjutan rilis fluoride.

Page 31: Wido (10.1)

33

2.3.2 Caviton

Caviton adalah salah satu bahan tumpatan yang sering digunakan

sebagai restorasi sementara.

Menurut Tamse (1982) menyatakan bahwa caviton adalah restorasi

sementara dengan bahan dasar kalsium sulfat yg sebelumnya sudah dicampur.

Contoh lainnya adalah cavit, cavidentin, cavit G

2.3.2.1 Deskripsi Caviton

- Dalam bentuk pasta.

- Lebih lunak dan mudah dilihat.

- Untuk kavitas standard dan setelah perawatan endodontik.

2.3.2.2 Sifat dan manfaat Caviton

- Pengerasan awal dengan air dan saliva.

- Kemampuan adaptasi sempurna.

Page 32: Wido (10.1)

34

- Mudah dilepaskan.

- Praktis dan mudah dalam pengaplikasiannya.

3M ESPE, 2013. Caviton GC. USA : 3M ESPE C

2.4 Bahan-Bahan Untuk Perlindungan Pulpa

Sebelum menempatkan restorasi, pulpa mungkin telah mengalami iritasi

atau kerusakab dari berbagai sumber, misalnya kariesn dan pengeboran gigi.

Lebih lanjut lagi, sifat fisik dan kimia dari bahan restorasi permanen adalah

sedemikian rupa sehingga restorasi itu sendiri dapat menyebabkan iritasi atau

memperparah kondisi yang sudah ada. Restorasi logam, yang merupakan

penghantar panas yang sangat baik, dapat menimbulkan kepekaan panas selama

makan-minum panas atau dingin. Bahan restorasi lain, semen yang mengandung

asam fosfor, semen yang mengandung asam, resin untuk penambalan langsung,

dan pada beberapa kasussemen ionomer kaca dapat menimbulkan iritasi kimia.

Selain itu, kebocoran antar-muka akibat kontraksi pengerasan dari amalgam dan

resin komposit juga dapat menimbulkan iritasi pulpa.

Vernis, pelapik, dan basis dirancang sebagai pelengkapo bahan

restorasi untuk melindungi pulpa dari trauma kimia dan panas. Selain

berfungsi sebagai barier perubahan panas, iritan di dalam bahan, serta kebocoran

antar-muka yang berkaitan dengan invasi bakteri, beberapa dari bahan ini juga

mempunyai efek yang bermanfaat pada pulpa. Secara teknis, vernis dan pelapik

dapat diklasifikasikan sebagai bahan pelapik kavitas karena keduanya digunakan

Page 33: Wido (10.1)

35

sebagai lapisan pelindung untuk struktur gigi yang baru dipotong dari kavitas

yang dipreparasi. Sebaliknya, basis juga berfungsi sebagai penahan panas untuk

restorasi logam. Vernis dan pelapik biasanya membentuk lapisan melalui

penguapan dari bahan pelarut, sedangkan basis dan beberapa pelapik jenis baru

mengeras melalui reaksi kimia, termasuk proses pengerasan dengan sinar.

2.4.1 Vernis kavitas

Vernis kavitas pada dasarnya adalah karet alam (misalnya copal),gala

(rosin), atau resin sintetik yang dilarutkan dalam pelarut organic (misalnya

aseton,klorofom dan eter).pada umumnya tidak digunakan dalam ketebalan yang

cukup untuk member ketahannan terhadap panas yang dibutuhkan.gambar 24-13

menunjukkan peningkatan temperature pada sisi amalgam percobaan yang dilapisi

berbagai jenis vernis,pelatik,dan basis,dengan sumber panas disisi lainya. tidak

terdapat perbedaan jumlah panas yang dipindahkan melalui control (kurva A) dan

contoh amalgam yang berlapis vernis (kurva B).

2.4.2 Efek pada kebocoran dan fenertrasi asam.

Literature pada umumnya menunjukan bahwa fernis menghasilkan

efek positif bagi pengurangan iritasi pulpa. ini menunjukkan bahwa efek

tersebut berkaitan dengan berkurangnya perembesan cairan yang dapat

mengiritasi melalui area tepi.

Efek perlindungan dari vernis telah ditunjukkan pada percobaan in vitro

melalui pelacakan asam fosfor radio aktif dibagian bagian dentin dibaawah

tambalan semen silikat yang dibuat dengan cairan radio aktif,baik pada gigi yang

sudah dicabut dan pada gigi gigi monyet. hasil pecobaan ini ditunjukkan pada

gambar 24-14.terlihat penurunan yang nyata dalam hitungan radio aktif dari

dentin yang terletak dibawah dinding kavitasn yang dilapisi dengan vernis,

dibandingkan hitungan radio aktif dari dentin yang tidak dilapisi. hasil yang

sebanding didapat pada penggunaan semen semen fosfat dan siliko fosfat.

Vernis juga dapat mencegahfenetrasi produk produk korosi dari

amalgam kedalam tubula dentin,dan dengan demikian mengurangi

Page 34: Wido (10.1)

36

pewarnaan gigi yang tidak diinginkan yang sering berkaitan dengan

restorasi amalgam.

pengolesan vernis untuk mendapatkan lapisan yang seragam dan rata pada semua

kavitas preparasi,dioleskan beberapa lapisan tipis.ketika lapisan pertama

mongering,biasanya terbentuk lubang lubang sekecil jarum.lapisan kedua atau

ketiga mengisi rongga rongga ini dan menghasilkan lapisan yang lebih rata. vernis

harus dioleskan dalam konsistensi yang encer dengan menggunakan kuas atau

bola kapas kecil. dianjurkan menggunakan apliatoe disposable untuk mencegah

masuknya mikro-organisme kedalam botol vernis.

Vernis konvensional tidak boleh digunakan dibawah restorasi

komposit,karena pelarut vernis dapat melunakkan resin dan lapisan akan

mencegah pembasahan kavitas dengan bahan bonding yang diperlukan.

namun, jika diberikan waktu yang cukup untuk penguapan bahan pelarut

organic,digradasi komposit seperti ini tidak akan terjadi.

Vernis tidak dianjurkan jika digunakan semen ionomer kaca.lapisan

vernis akan menghilangkan potensi adhesi dari semen ionomer kaca.riset

terhadap bahan bahan bonding dentil mutakhir menunjukan bahwa bahan

dapat digunakan pada daerah yang dulunya memerlikan vernis. karena

sifatnya,seperti yang sudah dibahas pada bab 13,bahan bonding dentil kelak

akan menggantikan bahan vernis.

2.4.3 Pelapik Kavitas

Tujuan Utama dari pelapik kavitas adalah menggunakan efek yang

menguntungkan dari kalsium hidroksida dalam mempercepat pembentukan

dentin reparative. Dulu, pelapik dibuat dengan mencampur kalsium hidroksida

dengan air atau larutan pembawa resin sehingga dapat diulaskan pada dinding-

dinding preparasi kavitas. Larutan pembawanya akan menguap dan meninggalkan

selapis tipis kalsium hidroksida pada dinding kavitas. Selain itu, lapisan kalsium

hidroksida dengan pH 11 dapat mentralkan atau bereaksi dengan asam yang

dilepaskan dari semen yang mengandung asam fosfor yang ada di dekatnya.

Karena kalsium hidroksida melarut di dalam cairan mulut terlepas dari apa pun

Page 35: Wido (10.1)

37

larutan pembawanya, jenis pelapik ini tidak boleh tertinggal di tepi kavitas gigi

(Anusavice, 2003).

Selain menggunakan formula suspensi, sekarang tersedia bahan-bahan lain

yang bisa mengeras. Termasuk diantaranya bahan-bahan kalsium hidroksida, OSE

dengan kekentalan rendah (Tipe IV) dan pelapik ionomer kaca. Bahan-bahan ini

ditempatkan scara tipis pada lantai pulpa. Meskipun pelapik OSE dan ionomer

kaca tidak mengandung kalsium hidroksida, bahan ini digunakan karena manfaat

yang telah dijelaskan sebelumnya (Anusavice, 2003).

2.4.3 4 Pelapik Ionomer Kaca.

Ada dua jenis pelapik ionomer kaca.Yang pertama adalah sistem

bubuk-cairan konvensional. Karakteristik manipulasi dari formulanya telah

disesuaikan sehingga lebih mudah digunakan sebagai pelapik. Misalnya,

bahan-bahan ini cenderung mengalami pengerasan awal yang sedikit lebih

cepat dibandingkan semen restorative dan lebih bisa mengalir (Anusavice,

2003).

Jenis kedua adalah semen ionomer kaca dngan pengerasan sinar.

Komposisi kimia dan mekanisme pengerasannya sama dengan semen

ionomer kaca modifikasi resin. Cairan dari sekurangnya satu produk juga

mengandung hidroksietil metakrilat dan akselerator yang diaktifkan oleh

sinar. Kedua komponen dicampur, ditempatkan kedalam gigi yang sudah

dipreparasi, dan kemudian disinari dengan sinar pengeras resin. Untuk

pelapik dari ionomer dengan pengerasan sinar, tidak diperlukan tindakan

kondisioning permukaan dentin, misalnya dengan asam poliakrilat. Namun,

ketebalan yang lebih dari 2 mm tidak akan mengeras secara memadai

(Anusavice, 2003).

Kekuatan kompresi dan tarik dari kedua jenis pelapik, seperti pada

tabel, adalah lebih rendah daripada semen-semen restorasi (Anusavice,

2003).

2.4.3.4.1 Prosedur Penggunaan pelapik ionomer kaca.

Page 36: Wido (10.1)

38

Tujuan utama dari pelapik ionomer adalah berfungsi sebagai pengikat

perantara antara gigi dengan restorasi komopsit. Sebenarnya ia berfungsi sebagai

bahan bopnding dentin. Akibat adhesi dengan dentin, bahan cenderung

mengurangi terbentuknya ruang pada tepi gingival yang berlokasi di dentin,

sementum, atau keduanya akibat penyusutan polimerisasi dari resin. Kelebihan

semen ionomer kaca dibandingkan resin bonding terletak pada ikatan adhesi yang

telah terbukti, kepekaan teknis yang lebih kecil, dan mekanisme anti karies karena

pelepasan flourida. Jika digunakan dalam konteks ini, prosedur tersebut sering

disebut sebagai teknik sandwich diamana lapisan resin terkait dengan pelapik

ionomer. Teknik ini memanfaatkan kualitas yang diinginkan dari sitem ionomer

namun dengan tetap meberikan estetika dan restorasi komposit. Teknik sandwich

dianjurkan khusunya untuk restorasi komposit kelas II (Anusavice, 2003).

Rincian prosedur dapat dilihat pada buku-buku ajar yang tercantum di

Bacaan Anjuran pada akhir bab ini atau buku-buku ajar kedokteran gigi operatif.

Singkatnya,jiak digunakan pelapik konvensional, dentin perlu diberi kondisioner

terlebih dahulu. Dentin dilapisi dengan semen yang meluas sampai ke tepi yang

berlokasi di dentin atau sementum. Ionomer harus berkontak dengan lingkungan

mulut agar terjadi pelepasan fluoride. Tetapi, jika tepi seperti ini tampak mata,

semen harus dibuang dari area ini karena akan timbul masalah estetika akibat

ketidak-cocokan warna antara semen yang radiopak dengan resin yang translusen.

Meskipun demikian, bahkan dalam situasi seperti ini, ionomer dapat ditipiskan

menjadi suatu garis tipis yang tidak mudah terlihat (Anusavice, 2003).

Tepi email yangdibevel dietsa dengan asam fosfor untuk meningkatkan

ikatan dengan komposit. Menurut tradisi, permukaan semen yang sudah mengeras

juga dietsa untuk menghasilkan permukaan yang lebih kasar, yang menjamin

adhesi dengan bahan bonding resin, yang kemudian dioleskan, dan dilanjutkan

dengan rstorasi komposit. Masih dipertentangkan apakah semen juga perlu dietsa,

karena permukaan semen yang sudah mengeras cukup kasar untuk menjamin

ikatan dengan resin dan kelebihan asam etsa dapat merusak semen. Penting untuk

disadari bahwa pelapik semen akan mengalami pengetsaan selama pengetsaan

mikromekanis. Bila semen secara sengaja dietsa, waktu maksimal adalah 15-20

detik untuk menghilangkan sisa-sisa yang disebabkan oleh etsa. Permukaan dari

Page 37: Wido (10.1)

39

semen ionomer dengan pengerasan sinar tidak dietsa. Setelah pengolesan bahan

bonding pada semen dan email yang sudah dietsa, komposit dimasukkan dengan

cara yang biasa (Anusavice, 2003).

2.4.4 Basis Semen

Fungsi basis yaitu lapisan semen pelindung yang lebih tebal yang

ditempatkan di bawah tambalan,guna mendukung pemulihan dari pulpa

yang cedera dan melindunginya terhadap berbagai trauma yang mungkin

mengenainya. Termasuk dalam trauma ini adalah syok panas dan iritasi

kimia tergantung dari bahan restorasi yang digunakan. Basis ini pada

dasarnya berfungsi sebagai pengganti dentin pelindung yang rusak karies,

pengeboran kavitas dan keduanya.

Ada berbagai jenis bahan yang telah digunakan sebagai basis. Semen

seng fosfat telah banyak digunakan untuk maksud ini selama bertahun-

tahun, begitu pula semen OSE. Selain itu semen polikarboksilat dan ionomer

mengeras dengan cepat juga ada untuk tujuan ini.

2.4.5 Sifat Panas

Nilai konduktivitas dari semen seng fosfat dan OSE serupa dengan nilai

dari bahan yang sudah dikenal sebagai penghambat panas misalnya, gabus dan

asbes. Kemampuan isolator dari semen-semen lain seperti karboksilat,ionomer

kaca, dan kalsium hidroksida tidak termasuk di dalam kisaran nilai ini.

Karakteristik penghambatan panas dari berbagai jenis basis, seperti yang

ditunjukan oleh nilai konduktivitas termal dari contoh amalgam yang ditempatkan

di atas basis yang setebal 1,5 dan 0,15 mm. sebuah sumber panas yang konnstan

diberikan pad apermukaan amalgam, dan perubahan temperature yang terjadi di

sisi bawah (lantai kavitas) basis dipantau.

Penurunan kecepatan perubahan temperature dari model amalgam dan

basis, dibandingkan dengan amalgam control. Menunjukan sifat penahanan panas

dari basisnya. Kecepatan penghantaran panas melalui model amalgam, jelas lebih

cepat dibandingkan penghantaran panas melalui model amalgam yang

Page 38: Wido (10.1)

40

dikombinasi dengan semen seng fosfat, amalgam dengan kalsium hidroksida,dan

amalgam dengan OSE.

Pengalaman klinis menunjukan bahwa perubahan temperature di dalam

mulut mempunyai efek yang lebih hebat terhadap pulpa jika restorasi amalgam

tidak diberi penghambat panas oleh basis semen. Pemindahan panas melalui

sebuah bahan tentu saja tidak hanya bergantung pada koevisien konduktivitas

termal dan penyebaran panas dari bahan tersebut tetapi juga pada ketebalannya.

Kemampuan penghambatan pada dari basis kalsium hidroksida dan semen OSE

akan banyak berkurang jika ketebalannya dikurangi samapai 0,15 mm.

Ketebalan minimal yang diperlukan untuk mendapati isolasi panas yang

memadai adalah 0,75 mm. misalnya pengukuran in vivo dari penyebaran panas

(termocouple) di lantai preparasi kelas V yang ditambal dengan amalgam

menunjukan bahwa, dalam waktu 2 detik setelah pemberian rangsangan panas,

temperature pada lantai kavitas hanya 20% lebih kecil dari temperatur berkurang

kira-kira setengahnya dan jika ketebalan basis adalah 1mm, maka temperature

menurun sampai sepertiganya.

2.4.6 Perlindungan Terhadap Trauma Kimia

Seperti yang bias di duga, basis kalsium hidroksida dan OSE merupakan

penghambat yang efektif terhadap penetrasi dan iritasi dan restorasi. Kalsium

hidroksida yang cepat mengeras dan OSE yang dirancang untuk maksud ini akan

mudah mengalir dan karenanya dapat diulaskan secara tipis pada lantai kavitas.

Basis semen karboksilat dengan ionomer juga dapat digunakan sebagai

penghambat kimia. Ada kekawatiran jika seng fosfat digunakan sebagai basis

untuk penghambat panas, PH-nya yang rendah mengharuskan digunakan sebagai

basis untuk penghambat panas, semen seng fosfat dapat dicampur menjadi massa

pasta yang kental,tidak lengket,risiko ini berkurang. Dalam penggunaan ionomer

kaca, setiap daerah yang dalam harus dilindungi oleh lapisan tipis pasta kalsium

hidroksida.

2.4.7 Kekuatan

Page 39: Wido (10.1)

41

Semen gigi yang digunakan sebagai basis harus menunjukan kekuatan

yang cukup untuk menahan tekanan kondensasi sehingga basis tidak retak selama

dimasukkannya bahan restorasi. Fraktur atau bergesernya basis yang

memungkinkan amalgam menembus semen, berkontak dengan dentin, dan

menghilangkan fungsi perlindungan panas dari basis tersebut. Begitu pula pada

kavitas yang dalam, amalgam bias tertekan masuk ke pulpa melalui bukaan

mikroskopik pada dentin. Karena itu amalgam hanya boleh ditempatkan setelah

sewmen basis mnegalami pengerasan awal.

2.4.8 Pertimbangan Klinis

Pemilihan basis ditentukan oleh sebagian design kavitas gigi, jenis bahan

restorasi langsung yang digunakan, dan kedekatan pulp dengan dinding kavitas,.

Dinding amalgam, pada salah satu bahan kalsium hidroksida yang keras atau

OSE akan berperan efektif sebagai basis tunggal. Pada situasi lain, misalnya pada

tambalan emas langsung, mungkin diperlukan bahan yang lebih kuat untuk

basis,misalnya semen seng fosfat,polikarboksilat,atau semen ionomer kaca. Jadi,

pada situasi dimana dibutuhkan penempatan kalsium hidroksida atau OSE di

lantai kavitas, pelapik ini harus ditimpa dengan semen yang lebih kuat.

Pasda tambalan resin, kalsium hidroksida adalah bahan yang dipilih

sebagai basis tipis ketimbang OSE yang dapat mengganggu polimerisasi,.

Beberapa semen ionomer kaca dengan pengerasan yang cepat dan lebih kuat.

Penggunaan basis untuk amalgam atau lempeng emas tidak akan

mencegah kebocoran mikro dan penetrasi asam. Jika dipilih vernis atau bahan

bonding dentin guna membantu penutup restorasi, jenis basis mempengaruhi

urutan penempatan dari bahan-bahannya. Jika digunakan basisnya mempunyai

kecocokan biologis, misalnya kalsium hidroksida, OSE, polikarboksilat,dan

semen ionomer kaca,semen harus ditempatkan terlebih dahulu, diikuti dengan

penempatan bahan basis mengeras.

Ringkasnya, vernis dan semen basis umumnya mempunyai fungsi yang

berbeda. Pada kavitas dalam, dimana dibutuhkan perlindungan maksimal terhadap

segala jenis trauma, mungkin diperlikan keduanya (vernis dan semen basis).