where swhe went

Upload: ary-andarwati

Post on 10-Oct-2015

283 views

Category:

Documents


37 download

TRANSCRIPT

Oleh: http://4urfun.blogspot.com/2011/10/setelah-dia-pergi.htmlBuku ini merupakan lanjutan If I Stay yang juga karangan Gayle Forman. Jadi kalau Anda memang belum membaca If I Stay, please jangan baca review ini. Karena, tanpa bisa dihindari, review ini akan memberi spoiler pada ending If I Stay dan akan mengurangi keasyikan membaca If I Stay nantinya.She kissed me good-bye. She told me that she loved me more than life itself. Then she stepped through security. She never came back. -Adam Wilde-Cerita dimulai tiga tahun sejak kecelakaan tragis yang merenggut keluarga Mia. Dan tiga tahun juga sejak Mia keluar dari kehidupan Adam. Dalam tiga tahun ini, Mia berjuang menyembuhkan luka fisik dan jiwa yang dialaminya karena kecelakaan. Sekarang, dia adalah cellist muda berbakat dari Juilliard yang akan memulai karier profesionalnya.Dalam tiga tahun ini juga, Adam berusaha keras melupakan Mia. Sekarang ini, Adam sudah menjadi bintang rock terkenal, diganjar berbagai platinum dan award, pengidap anxiety disorder dan berubah jadi sosok yang pahit. Adam sadar dia berjalan menuju kehancuran walau tak tahu bagaimana menghentikan dirinya.Suatu hari yang panas di New York, takdir mempertemukan mereka lagi. Tersedia waktu 24 jam untuk bersama sebelum masing-masing pergi ke benua yang berbeda. Maka Mia mengajak Adam untuk menjelajahi kota yang sekarang menjadi rumahnya sambil mengunjungi masa lalu, untuk membuat sebuah closure atau penutup pada hubungan mereka yang mengambang. Dan juga untuk menjawab pertanyaan terbesar Adam selama 3 tahun ini: KENAPA?! Kenapa Mia pergi dan kenapa dia melakukan ini pada Adam? Someone wake me when its over. When the evening silence softens golden. Just lay me on a bed of clover. Oh I need help with this burden. Collateral Damage - HushWhere She Went (WSW) adalah ceritanya Adam. Sebagai narator tunggal, Adam bercerita tentang hidupnya, kariernya yang meroket, kehampaan dan kepedihannya juga kenangan hidupnya dengan dan tanpa Mia. Sama dengan If I Stay, novel ini juga bercerita dengan gaya flashback, dari masa kini-ke masa lalu-dan kembali ke masa kini.Saya pernah bilang yang saya suka dari If I Stay adalah karakter Mia dan Adam yang realistis. Di buku ini, sisi realistis itu masih terjaga, walau tentu saja mereka sudah berubah.Mia jelas berubah. Gak ada yang bisa tetap sama setelah melewati peristiwa tragis itu. Perubahan Mia lebih menarik dibaca langsung di bukunya, karena itu gak saya bocorkan di sini. Adam yah dia jelas berubah juga. Sayang perubahannya ke arah yang lebih buruk. Tapi di sinilah hebatnya Forman, walau tak setuju dengan perubahan Adam, namun saya bisa mengerti. Forman bisa meyakinkan saya bahwa perubahan Adam wajar saja. Dia membuat Adam jadi karakter yang emo tapi gak menye dan mellow. Sehingga bukannya kesal sama Adam (saya suka kesal sama tokoh cowok yang terlalu emo), saya malah bersimpati.Sejujurnya, saya terharu pada Adam. Waktu baca If I Stay karena membaca hanya dari sisi Mia, saya gak memahami seberapa dalamnya perasaan Adam ke Mia. Saya pikir jenis cinta mereka hanyalah cinta monyet masa remaja.Ternyata saya salah.Lewat cerita Adam, saya tahu bahwa sejak awal dia sudah serius dengan Mia. Bagi Adam, ini adalah cinta yang nyata, dan karenanya, saya bisa paham mengapa dia hancur ketika Mia pergi. Saya ikut merasakan kegeraman dan rasa penasaran Adam terhadap Mia.Saya ikut bersedih untuk Adam ketika mengetahui alasan di balik kepergian Mia. Tapi akhirnya, sama seperti Adam, saya bisa menerima alasan Mia dan setuju ketika Adam mengikhlaskan apa pun keputusan Mia, termasuk melepaskannya bila perlu.Hate me. Devastate me. Annihilate me. Re-create me. Re-create me. Wont you, wont you wont you re-create me. -Collateral Damage-Yang juga saya suka di WSW ini adalah chemistry Mia dan Adam yang makin bagus. Seperti yang saya bilang, Adam sudah berubah. Tapi saya bisa melihat kembalinya Adam yang dulu setelah dia bertemu Mia lagi. Hanya Mia yang bisa mengeluarkan sisi terbaik Adam. And for me, thats sweet :)Oh and I love the ending too.Nope, I wont spoil it here. Id just say that Forman tied the ending with a red ribbon but not too tight :)Are you happy in your misery? Resting peaceful in desolation? Its the final tie that binds us. The sole source of my consolationCollateral Damage - BlueBuat saya, kekurangan di seri ke-2 ini adalah musik.Musik sangat berperan bagi hubungan Mia dan Adam. Musiklah alasan perkenalan sekaligus penghias kebersamaan mereka. Musiklah yang membantu Mia dalam pemulihan pasca kecelakaan. Musik juga yang menjadi pelarian Adam setelah ditinggal Mia. Dan pada akhirnya, musik yang mempertemukan mereka lagi.Dengan peran sebesar itu, mestinya musik menjadi napas di buku ini. Tapi somehow, entah kenapa, musik tidak mempunyai kesan yang kuat bagi pembaca. Minimal tidak sekuat buku pertamanya.Tapi biar begitu, sepanjang membaca buku ini, ada 2 lagu yang bermain di benak saya. Yang pertama adalah Waiting For The End-nya Linkin Park. Yang kedua, sejak Adam bertransformasi setelah bertemu Mia, lagu yang terngiang adalah The Only Exception-nya Paramore.First you inspect me. Then you dissect me. Then you reject me. I wait for the day that youll resurrect meCollateral Damage - AnimateCover versi GPU menggambarkan sisi belakang sebuah gitar yang disandarkan pada pintu usang bercat hijau. Dari covernya, saya mendapat feel suasana musim panas, seseorang yang jenuh atau lelah dengan kehidupannya dan ingin berbalik dari dunia. Cover yang cantik dan sangat menggambarkan isi buku ini. Cover designer-nya memang favorit saya: Marcel A.W.Dan jelas menang jauh dibanding cover aslinya.Untuk terjemahan, hmm entah lah ya. Saya terharu sih waktu baca. Tapi gak sampai nangis juga. Beda banget dengan review-review di goodreads yang bilang ini tearjerker book.Ada apa? Salah penerjemahan kah?Tapi penerjemahnya sama kok dengan di If I Stay. Dan beliau itu salah 1 penerjemah favorit saya. Karena penasaran, saya membaca versi US-nya. Dan ternyata mata saya berkaca-kaca. Saya memang lebih merasa terharu tapi tetap aja gak sampai menangis.Berarti gak ada yang salah dengan terjemahan GPU. Memang begitu lah cara Forman menulis WSW, berjiwa namun kurang emosional. Seenggaknya gak seemosional If I Stay kalau menurut saya. Fyuhthanks, GPU. U still do not fail me :).And thenMenurut saya Where She Went sangat layak dibaca. Untuk menjawab rasa penasaran akan If I Stay, untuk melihat kelanjutan kisah Adam dan Mia. Dan terutama untuk belajar dari mereka tentang mengatasi kehilangan.Empat bintang untuk Where She Went baik versi terjemahan mau pun versi US.Quote of the book :But Id do it again. I know that know. Id make that promise a thousand times over and lose her a thousand times over to have heard her play last night or to see her in the morning sunlight. Or even without that. Just to know that shes somewhere out there. Alive. -Adam Wilde-

Judul Asli: Where She WentPengarang: Gayle FormanAlih bahasa: Poppy D. ChusfaniEditor: Dini PandiaTerbit: 27 Oktober 2011 ISBN / EAN: 9789792276503 / 9789792276503Tebal: 240 hlmLanjutan Jika Aku Tetap Di Sini (If I Stay Here)

Tiga tahun sudah berlalu sejak cinta Adam menyelamatkan Mia setelah kecelakaan yang memorakporandakan hidup gadis itu

dan tiga tahun sejak Mia pergi dari kehidupan Adam untuk selamanya.

Sekarang Mia bintang muda sekolah musik klasik Juilliard dan Adam bintang rock terkenal. Ketika Adam terjebak di New York sendirian, takdir mempertemukan mereka lagi, untuk satu malam terakhir.

Sambil menjelajahi kota yang sekarang menjadi rumah Mia, Adam dan Mia kembali mengunjungi masa lalu dan membuka hati untuk masa depanserta satu sama lain.

You know how the time flies

Only yesterday was the time of our lives

We were born and raised in a summer haze

Bound by the surprise of our glory days

Lirik Adelle Someone Like You pas dengan kisah Adam 3 tahun setelah kecelakaan yang menimpa Mia.

Adam diputuskan Mia tanpa alasan yang jelas. Marah. Sedih. Terpuruk. Ia melampiaskan uneg-unegnya dalam lagu-lagu yang dalam sekejap menjadi hits. Adam dengan grup bandnya Shooting Star sontak digandrungi remaja dan lagunya bertengger di tangga lagu dunia, Billboard.

Diceritakan dalam sudut pandang Adam membuat buku ini lebih bernyawa dibanding If I Stay. Di sini kita bisa melihat bahkan merasakan perasaan terdalam seorang laki-laki yang hancur hatinya. Tegar namun dalamnya terpuruk. Coba kita lihat di bab 1 halaman 9, Setiap hari aku bangun dan berkata pada diri sendiri : Hanya satu hari, satu periode dua puluh empat jam untuk kaulewati. Duh, pengen pukpuk Adam..

Bagaimana dengan Mia? Apa yang terjadi dengannya setelah kecelakaan?

Di halaman 36 kita segera mengetahuinya, saat Adam berjalan-jalan tak sengaja ia bersirobok dengan pengumuman di depan Carnegie Hall : Serial Konser Muda Mempersembahkan Mia Hall. Adampun masuk dan menikmati permainan cello seorang Mia Hall, perempuan pemilik hatinya.

Jreng jreng, di sinilah cerita mulai bergulir dan senantiasa membuat saya penasaran. Bagaimana pertemuan Adam dan Mia selanjutnya? Apa sih alasan Mia memutuskan Adam? Dan yang paling penting sepanjang buku setebal 240 halaman saya bertanya-tanya bagaimana ending Adam- Mia?

Jika If I Stay diibaratkan makanan pembuka, kalian harus membaca Where She Went untuk menikmati main course. Pembaca akan dibuai dengan penulisan Gayle Forman yang melankolis romantis. If I Stay yang heboh banget di luar malahan biasa saja kalau menurut saya, sebetulnya agak waswas juga sih baca Where She Went. Apakah penulis bisa menuliskan perasaan patah hati laki-laki? Ga kebayang juga kan kalau buku ini penuh dengan menye-menye? Dan ternyata Where She Went berhasil membuat saya berkaca-kaca dan meninggalkan sesak di dada saat akhir buku.

A must read book! Ah ya dan satu lagi, seandainya album Shooting Star dijadikan album beneran sudah pasti saya beli nih CDnya, liriknya doong juara Di bawah ini saya cantumkan satu dari beberapa lirik Collateral Damage :

The clothes are packed off Goodwill

I said my good-byes up on that hill

The house is empty, the furniture sold

Soon you smells with decay to the mold

Dont know why I bother calling, aint nobody answering

Dont know why I bother singing, aint nobody listening

Disconnect Collateral Damage, Lagu 10

(hal 85)

Terakhir mari kita membahas cover, menurut saya Where She Went versi Gramedia jauh lebih bagus dari versi luar, ilustrasi Marcel A. W berasa Adam banget! Maskulin sekaligus rapuh. Pas pula jika disandingkan dengan If I stay yang bernuansa biru. Ada beberapa typo dan pemenggalan kata yang kurang pas seperti yang tampak di halaman 31, kata mereka ditulis mere-ka tapi tenang saja tidak akan mengganggu kenikmatan membaca.Setelah Dia Pergi - GramediaWhere She Went versi luarMudah-mudahan buku remaja macam If I Stay, Where She Went makin banyak diterbitkan penerbit Indonesia. Gramedia terbitkan buku Laurie Halse Anderson yang lain dong atau Before I Fall juga keren *kedip-kedip*Berikut booktrailer yang saya comot dari whereshewent.comSekilas tentang penulis yang sebelumnya sempat saya sangka laki-laki ini adalah penulis berkebangsaan Amerika yang sebelum menulis If I Stay dan Where She Went merupakan jurnalis lepas di majalah Seventeen, Glamour, dll. Dua novelnya yang kental dengan musik tak lepas dari peranan suaminya yang seorang gitaris. Ha! pantas saja Detail buku :Judul Asli: Where She WentPengarang: Gayle FormanAlih bahasa: Poppy D. ChusfaniEditor: Dini PandiaCetakan I Oktober 2011240 halaman.

Setelah cukup heboh dengan If I stay, saya ngga sabar untuk membaca buku keduanya, Where She Went. Tak seperti prequelnya, buku kedua ini lebih meninggalkan bekas emosi yang dalam pada diri saya. Buku ini bercerita dari Adam point of view. Awal paragraf langsung memperkenalkan kita pada Adam yang kini telah sukses menjadi rockstar, punya pacar selebritis terkenal, dan sedang bersiap-siap tour ke mancanegara. Saya bertanya-tanya, jika Adam bersama dengan orang lain, lantas dimana Mia? Tak perlu menunggu lama untuk mengetahui jawabannya. Semenjak pulih dari kecelakaan maut (baca If I Stay), Mia melanjutkan studinya ke Juilliard, New York. Sekolah musik itu memang sudah menjadi impiannya sejak lama. Namun setelah pergi ke New York, hubungannya dengan Adam merenggang, hingga tak ada hubungan sama sekali. Bisa dikatakan, Mia mencampakkan Adam tanpa alasan yang jelas.Di sinilah pengungkapan-pengungkapan akan terjadi, timbul dan membangkitkan emosi yang cukup dalam bagi saya. Saya ikut merasakan pedihnya Adam ketika ia merasa tak dihargai oleh perempuan yang sangat ia cintai. Saya larut dalam emosi tak berdasar Adam ketika mengetahui jawaban-jawaban yang selama ini ia cari. Saya sedih, terharu. bahkan saat menuliskan review ini saya masih merinding, teringat bagaimana Adam struggling dengan hidupnya, tanpa Mia.I prefer Adam's voice rather than Mia's. Saya salut pada Gayle Forman karena bisa menyuarakan 2 isi kepala dengan perbedaan karakter yang jelas. Dan saya menyukai buku ini karena emosinya yang kuat. Mungkin karena faktor lagi mellow juga sih, jadinya saya lebih suka cerita yang sedih-sedih. Penggalian karakternya bagus, walaupun saya termasuk Adam Team, namun saya tak serta merta bisa menyalahkan Mia.Ah, pokoknya novel indah ini saya rekomendasikan ke semua orang. Beberapa kali saya berpikir bahkan buku ini sepertinya lebih bagus daripada Anna and the French Kiss itu. Bagi yang belum membaca If I Stay, saya menyarankan untuk membacanya terlebih dahulu karena tanpa prequelnya ini, mungkin emosi yang didapatkan tak akan sekuat jika sudah membacanya. Cover: Love it, Love it, Love it. Tapi saya membayangkan Mia nya bukan yang seperti itu. But still, this cover is sweet.