web viewproposal metode penelitian (hmkk538) pemanfaatan . purun tikus (eleocharis dulcis) sebagai ....
TRANSCRIPT
PROPOSAL METODE PENELITIAN
(HMKK538)
PEMANFAATAN PURUN TIKUS (ELEOCHARIS DULCIS ) SEBAGAI BIOENERGY DI DAERAH RAWA KALIMANTAN
SELATAN SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
Disusun Oleh :
Aries Aditya Kurniawan
H1F114208
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2016
i
TERIMAKASIH KEPADA
ii
REKTOR UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURATProf. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Si., M.Sc
NIP. 19660331 199102 1 001
WAKIL REKTOR BIDANG AKADEMIKDr. Ahmad Alim Bachri, SE., M.Si
WAKIL REKTOR BIDANG UMUM DAN KEUANGAN
Dr. Hj Aslamiah, M.Pd., Ph.D
WAKIL REKTOR BIDANG KEMAHASISWAAN DAN ALUMNI
Dr. Ir. Abrani Sulaiman, M.Sc
WAKIL REKTOR BIDANG PERENCANAAN, KERJASAMA, DAN
HUMASProf. Dr. Ir. H. Yudi Firmanul Arifin, M.Sc
DEKAN FAKULTAS TEKNIKDr-Ing. Yulian Firmana Arifin, S.T., M.T
WAKIL DEKAN I FAKULTAS TEKNIKDr. Chairul Irawan, ST., MT
WAKIL DEKAN III FAKULTAS TEKNIKNurhakim, ST., MT
WAKIL DEKAN II FAKULTAS TEKNIKMaya Amalia, ST., M.Eng
KEPALA PRODI TEKNIK MESINAchmad Kusairi S, ST,. MT., MM
DOSEN PENGAMPUHProf. Dr. Qomariyatus Sholihah Amd. Hyp, ST, M.Kes.
MAHASISWA : Aries Aditya kurnaiwan NIM. H1F114208
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah “Metode Penelitian” dengan tepat waktu.
Pembuatan proposal ini diajukan sebagai bahan salah satu syarat untuk
menyelesaikan program pendidikan Teknik Mesin di Univesitas Lambung
Mangkurat.
Dalam pembuatan proposal ini penulis banyak memperoleh bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, sehingga terselesaikan sebagaimana mestinya.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada:
1. Achmad Kusairi S, ST., MT., MM selaku Ketua Prodi Teknik Mesin Dan
Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah S.T., M.Kes., serta Agustina Hotma Uli
Tumanggor, ST., MM., M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Metode
Penelitian.
2. Dan semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan tugas proposal
ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan proposal ini
masih terdapat banyak kekurangan. Hal ini disebabkan keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun tanpa mengurangi
fungsi dari pembuatan Proposal ini.Akhirnya penulis berharap semoga
pembuatan proposal ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan selanjutnya bagi
kita semua. Amin.
Banjarbaru, 25 Oktober 2016
Aries Aditya Kurniawan
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................i
UCAPAN TERIMAKASIH...............................................................................ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................iii
DAFTAR ISI .................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR dan Gambar...................................................................v
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................3
1.3 Batasan Masalah............................................................................3
1.4 Tujuan Penelitian............................................................................3
1.5 Manfaat Penelitian..........................................................................3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu......................................................................4
2.2 Biomassa........................................................................................5
2.3 Briket...............................................................................................7
2.4 Bioarang..........................................................................................7
2.5 Perekat............................................................................................8
2.6 Purun Tikus.....................................................................................9
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian...........................................................................10
3.2 Alat dan Bahan Penelitian...........................................................10
3.3 Teknik Pengumpulan Data..........................................................11
3.4 Diagram Alir Penelitian................................................................12
3.5 Jadwal Pelaksanann Penelitian..................................................16
DAFTAR PUSTAKA
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Biomassa.....................................................................................6
Gambar 2.2 Bioarang......................................................................................8
Gambar 2.3 Tumbuhan purun tikus.................................................................9
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel agenda pelaksanaan kegiatan penelitian............................15
v
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang kaya akan
sumberdaya alam. Ada berbagai macam sumberdaya alam yang saat ini
sangat menjanjikan untuk dieksploitasi oleh masyarakat lokal maupun
masyarakat luar seperti, batubara, minyak bumi, gas alam dan lain-lain. Krisis
energi di Indonesia disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan manusia akan
penggunaan bahan bakar minyak, sedangkan persediaan minyak atau gas
yang sangat terbatas dan tidak dapat di perbaharui. Pertumbuhan jumlah
penduduk yang terus meningkat pula menjadi penyebab utama krisi energi.
Sektor energi memiliki peran penting dalam rangka mendukung
kelangsungan proses pembangunan nasional (Lubis Sugiyono, 1996). Energi
sebagian besar digunakan pada sektor rumah tangga, industri dan
transportasi, sedangkan cadangan bahan bakar posil seperti minyak bumi,
gas alam dan batu bara yang selama ini merupakan sumber utama energi
jumlahnya semakin menipis (Indarti, 2001). Konsumsi energi di Indonesia
bertambah sebesar 3.1% pada tahun 2014, peningkatan ini naik dua kali lipat
selama 16 tahun terakhir. Secara garis besar permintaan di Indonesia yaitu
minyak (42,3%) diikuti oleh batubara (34,8%), gas (19,8%), Hidro (1,9%) dan
terbarukan (1.3%)( BP Stastistical Review,2015). Hal ini menyebabkan
timbulnya kehawatiran akan terjadinya kelangkaan bahan bakar di masa
yang akan datang. Dengan demikian perlu diupayakan sumber energi
alternatif lain yang berasal dari bahan baku yang bersifat kontinyu dan dapat
diperbaharui seperti energi biomassa.
2
Sumber energi alternatif yang dapat diperbaharui (renewable) dapat
dihasilkan dari teknologi tepat guna yang sederhana dan sesuai untuk
daerah perdesaan seperti briket dengan memanfaatkan limbah biomassa
seperti kelapa, sekam padi dan jenis tumbuhan lainya. Selain itu,
pemanfaatan limbah rumah tangga dan pertanian sebagai salah satu sumber
energi alternatif yang diharapkan juga dapat menggeser atau mensubstitusi
pemakaian bahan bakar fosil. Energi alternatif dapat dihasilkan dari teknologi
tepat guna yang sederhana dan sesuai untuk daerah perdesaan seperti briket
dengan memanfaatkan limbah biomassa seperti tempurung kelapa, sekam
padi, serbuk gergaji kayu jati, ampas tebu ( Amin, 2000)
Kalimantan Selatan merupakan daerah yang banyak memiliki lahan
rawa. Lahan rawa merupakan salah satu agroekosistem lahan basah
(Wetland) yang terletak diantara wilayah dengan system daratan (terrestrial)
dan system perairan dalam (aquatic). Lahan rawa menurut ekologi
merupakan habitat tempat berbagai makluk hidup berkembang. Kondisi rawa
yang khas tersebut berpengaruh terhadap perkembangan flora secara
spesifik (Mukhlis et al. 2014). Salah satu tumbuhan rawa di Kalimantan
Selatan yaitu purun tikus (Eleocharis dulcis) populasi ini sangat banyak
tersebar di daerah Kalimantan Selatan karena karakteristik daerahnya 60%
adalah rawa. Tumbuhan ini mempunyai struktur batang yang sangat,
termasuk ke divisi tumbuhan Spermatophyta, kelas Monocotyledoneae, dan
masuk golongan ordo Cyperales (Steniis, 2006).
Menurut data yang didapat oleh penulis, penggunaan bahan bakar
alternatif briket biomassa dengan merupakan salah satu cara untuk
menghemat dan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dengan
3
pembuatan briket dari bahan rumah tangga atau pertanian merupakan salah
satu cara untuk menggali sumber energi yang potensial.
1.2 Rumusan Masalah
a. Pemanfaatan purun tikus sebagai bahan bakar alternatif.
b. Meningkatkan mutu briket dari penelitian yang sudah ada.
1.3 Batasan Masalah
Dari perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
a. Menanfaatkan purun tikus di lahan rawa untuk digunakan sebagai bahan
bakar alternatif.
b. Membandingkan Bahan dasar briket bioenergy menggunakan purun tikus
(Eleocharis dulcis) dengan dasar briket bioenergy yang sudah ada.
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki potensi luaran yang akan dituju yaitu :
a. Mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan mengalihkan ke
penggunaan briket berbahan baku purun tikus.
b. Dengan briket bioenergy dari purun tikus bisa meningkatkan mutu 10%
dari briket yang sudah ada.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat bagi beberapa pihak yang terkait
didalamnya, yaitu sebagai berikut:
a. Bagi Peneliti: Penelitian ini memberikan manfaat bagi peneliti bagaimana
melakukan pengembangan briket bioenergy dari tanaman purun tikus
untuk mendapatkan mutu yang terbaik.
b. Bagi program Studi Teknik Mesin: Hasil penelitian ini dapat dijadikan
referensi tambahan bagi civitas akademik Program Studi Teknik Mesin
Universitas Lambung Mangkurat.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Briket arang merupakan bahan bakar padat yang mengandung karbon,
mempunyai nilai kalori yang tinggi, dan dapat menyala dalam waktu yang
lama. Bioarang adalah arang yang diperoleh dengan membakar biomassa
kering tanpa udara (pirolisis). Sedangkan biomassa adalah bahan organic
yang berasal dari jasad hidup. Biomassa sebenarnya dapat digunakan
secara langsung sebagai sumber energy panas untuk bahan bakar, tetapi
kurang efisien. Nilai bakar biomassa hanya sekitar 3000 kal, sedangkan
bioarang mampu menghasilkan 5000 kal (Seran,1990)
Menurut Supriyono (1997), arang merupakan bahan padat yang berpori
dan merupakan hasil pengarangan bahan yang mengandung karbon.
Sebagian besar pori-pori arang masih tertutup oleh hidrokarbon, tar, dan
senyawa organik lain yang komponenya terdiri dari karbon terambat (Fixed
Carbon), abu, air, nitrogen dan sulfur.
Briket sekam padi telah memenuhi kalor standar briket minimal 5000
kal/gr. Kondisi optimal dengan menggunakan metode pirolisis untuk
memproses briket dari kulit biji nyamplung adalah dengan sygy 390o C dan
waktu 90 menit. Nilai kalor pada kondisi tersebut sebesar 5609.453 kal/gr
(Feri P.H.,Fathul Alim,2011). Briket yang memiliki sifat termal yang tinggi dan
emisi CO2 yang dihasilkan rendah, sifat dari tempurung kelapa yang memiliki
difusi termal yang baik dan dapat menghasilkan kalor sekitar 6500-7600
kkal/kg (triono,2006). Kemudian pada pembuatan arang dari campuran
bahan kayu, bambu, sabut kelapa dan tempurung kelapa
dengan ,menggunakan tungku drum hasil modifikasi dari masing masing
5
bahan baku menghasilkan arang dengan rendemen berkisar antara 14,81 –
23,07%, kadar air 0,39-2,53%, kadar abu 1,72- 10,37%, kadar zat mudah
menguap 22,11-23.09%, kadar karbon terikat 67,52-75,09% dan nilai kalor
bakar 5267-6184 kal/g (Djeni Hendra,2007). Pada pembuatan biobriket dari
campuran limbah kulit pisang dan serbuk gergaji dengan menggunakan
perekat tetes tebu memiliki nilai kalor terbaik yaitu 6955,144 kal/gr. Variable
pada biobriket terdiri dari 10% kulit pisang dan 90% serbuk gergaji dengan 50
gr tetes tebu. (Eko Y.A dan Aisyah E.P, 2014).
Penelitian intensif tentang briket campuran biomassa dan batubara
telah dilakukan oleh beberapa peneliti ( Bahillo,dkk., 2003 ; Saptoadi,2004).
Briket dari campuran batubara dan biomassa memiliki beberapa kelebihan
karena tingginya kada senyawa volatile dari biomassa dan tingginya
kandungan karbon (fixed carbon) dari batubara. Namun, beberapa jenis
biomassa mempunyai kadar abu yang relative tinggi sehingga pengunaanya
sebagai bahan bakar dapat menimbilkan kendalanya sendiri.
2.2 Biomassa
Biomassa didefenisikan sebagai material tanaman, tumbuh-tumbuhan,
atau sisa hasil pertanian yang digunakan sebagai bahan bakar atau sumber
bahan bakar. Biomassa tersusun dari zat kimia (molekul) yang sebagian
besar mengandung unsur atom karbon (C). Biomassa secara garis besar
tersusun dari selulosa dan lignun (sering disebut lignin Selulosa). Komposisi
elementer biomassa bebas abu dan bebas air kira-kira 53% massa karbon,
6% hindrogen dan 42% Oksigen, serta sedikit nitrogen, fosfor dan belerang
(biasanya masing-masing kurang dari 1%). Kadar abu kayu biasanya kurang
dari 1%. (supriyanto dan Merry,2010) Secara umum sumber-sumber
biomassa antara lain tongkol jagung, jerami, dan lain sebagainya; material
6
kayu seperti kayu atau kulit kayu, potongan kayu, dan lain sebagainya;
sampah kota misalkan sampah kertas dan tanaman sumber energi seperti
minyak kedelai, alfalfa, poplars, dan lain sebagainya (Nodali N, 2010).
Sementara itu biomassa memiliki kandungan bahan volatail tinggi
namun kadar karbon rendah. Kadar abu biomassa tergantung dari jenis
bahanya, sementara nilai kalornya tergolong rendah. Tingginya kandungan
senyawa volatail dalam biomassa menyebankan pembakaran dapat dimulai
pada suhu rendah. Proses devalotasasi pada suhu rendah ini mengidikasikan
bahwa biomassa mudah dinyalakan dan terbakar. Pembakaran yang terjadi
berlangsung sangat cepat dan bahkan sulit di control (jamilatun,Siti, 2008).
Menurut Bossel (1994) dikutip dari Mursalim,Abdul(2004) bahan biomass
yang digunakan untuk pembuatan briket berasal dari:
1. Limbah pengolah kayu : Logging residues, bark,saw dusk,
shavinos, waster timber.
2. Limbah oertanian seperti : Jerami, sekam padi, ampas tebu,
daun kering.
3. Limbah bahan serat seperti : sekam padi, ampas tebu, sabut
kelapa.
4. Limbah pengolahan pangan seperti kulit kacang- kacangan,
biji-bijian.
5. Sellulosa seperti : limbah kertas, limbah karton.
Gambar 2.1 Biomassahttp://www.indoenergi.com/2012/04/keuntungan-energi-biomassa.html.
7
2.3 Briket
Dalam rangka pemanfaatan limbah rumah tangga dan pertanian
tersebut dapat diolah menjadi bahan bakar padat dalam bentuk briket. Briket
adalah suatu padatan yang dihasilkan melalui proses pemampatan dan
tekanan dan jika dibakar menghasilkan sedikit asap. Briket arang atau
biorang adalah arang yang diolah/arang yang dibentuk tertentu dengan
sistem pengepresan dan menggunakan bahan perekat (Supriyanto, 2010).
Masing-masing bahan memiliki sifat tertentu untuk dimanfaatkan sebagai
briket namun yang paling penting adalah bahan tersebut harus memiliki sifat
termal yang tinggi dan emisi CO2 yang dihasilkan rendah sehingga tidak
berdampak pada pemanasan global.
Briket dengan kualitas yang baik diantaranta memiliki sifat seperti
tekstur yang halus, tidak mudah pecah,keras, aman bagi manusia dan
lingkungan serta memiliki sifat – sifat penayaan yang baik. Sifat penyalaan ini
diantaranya adalah mudah menyala, waktu menyala cukup nyala, tidak
menimbilkan jelaga, asap sedikit dan cepat hilang serta nilai kalor cukup
tinggi. Lama tidaknya menyala akan mempengaruhi kualitas dan efisiensi
pembakaran semakin lama menyala dengan nyala api konstan akan semakin
baik ( Hartoyo dan Roliadi, 1978).
2.4 Bioarang
Bioarang adalah hasil karbonisasi sampah dapat digunakan sebagai
bahan baku briket , bahan bakar rumah tangga ataupun arang aktif; produk
samping berupa gas methan, gas hidrogen dan amoniak. Dalam proses
karbonisasi terjadi pengurangan jumlah volume atau berat sampah sampai
20% dari jumlah asal. Untuk mengatasi polusi pada proses karbonisasi, gas
asap dari tungku karbonisasi dapat dilakukan ke alat penyulingan sehingga
8
diperoleh minyak suling sampah untuk keperluan tertentu. Sedangkan gas-
gas yang dihasilkan proses karbonisasi dapat diproses lebih lanjut untuk
menghasilkan bahan-bahan kimia (Supriyanto, 2010).
Gambar 2.2 Bioaranghttp://fitriwulwul.blogspot.co.id/2012/12/view-pembuatan-briket-bioarang-on-
scribd.html
2.5 Perekat
Perekat adalah suatu zat atau bahan yang memiliki kemampuan untuk
mengikat dua benda melalui ikatan permukaan. Beberapa istilah lain dari
perekat yang memiliki kekhususan meliputi glue, mucilage, paste, dan
cement. Glue merupakan perekat yang terbuat dari protein hewani, seperti
kulit, kuku, urat, otot dan tulang yang secara luas digunakan dalam industri
pengerjaan kayu. Mucilage adalah perekat yang dipersiapkan dari getah dan
air dan diperuntukkan terutama untuk perekat kertas. Paste merupakan
perekat pati (starch) yang dibuat melalui pemanasan campuran pati dan air
dan dipertahankan berbentuk pasta. Cement adalah istilah yang digunakan
untuk perekat yang bahan dasarnya karet dan mengeras melalui pelepasan
pelarut (Ruhendi, dkk, 2007).
Dengan adanya bahan perekat maka susunan partikel akan semakin
baik, teratur dan lebih padat sehingga dalam proses pengempaan keteguhan
tekan dan arang briket akan semakin baik. Dalam penggunaan bahan
9
perekat harus memperhatikan factor ekonomis maupun non-ekonomisnya
(Silalahi, 2000).
2.6 Purun Tikus (Eleocharis dulcis)
Salah satu ragam tumbuhan air yang banyak dijumpai di daerah tropis
adalah purun tikus. Tanaman purun tikus adalah tumbuhan herba menahun
yang tegak, dengan batang memanjang, berwarna kecoklatan sampai hitam.
Memiliki akar, batang, daun yang mereduksi dan bunga. Batang tegak tidak
bercabang, berwarna keabu-abuan hingga hijau mengkilat dengan panjang
50-200 cm dengan diameter 2-8 mm. Daun mengecil sampai ke bagian
basal pelepahnya, seperti membran, ujung tidak simetris, berwarna coklat
kemerahan sampai lembayung. Bunga biasa diproduksi tumbuhan
mengalami pertumbuhan vegetatif terletak diterminal dari batang dengan
panjang 2-6 cm dan lebar 3-6 mm dan bersifat hermafrodit (Steenis, 2003).
Kalimantan Selatan memiliki lahan rawa yang luasnya ± 1.140.207 Ha
dan yang berpotensi untuk direklamasi menjadi lahan pertanian seluas ±
763.207 Ha, adapun sisanya dibiarkan sebagai daerah genangan (retarding
basin) air di musim penghujan (BALITBANGDA, 2005).
Gambar 2.3. Tumbuhan purun tikus (Eleocharis dulcis)
(Wardiono, 2007).
10
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Dalam Penelitian ini yang menjadi objek adalah purun tikus yang ada di
daerah Bati-bati Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Purun tikus (Eleocharis dulcis)
b. Tepung kanji
c. Air sebagai campuran bahan pengikat
c. Tungku pengarangan yang digunakan sebagai tempat pengeringan Purun
tikus (Eleocharis dulcis).
d. Sekop kecil yang digunakan sebagai alat untuk memasukkan tikus
(Eleocharis dulcis) edalam tungku pengarangan.
e. Lumpang dan alu yang digunakan sebagai alat untuk menumbuk
bioarang.
f. Ember dan baskom yang digunakan sebagai tempat pengadukan adonan
bioarang.
g. Gelas ukur yang digunakan untuk mengukur banyaknya air yang
dibutuhkan untuk membuat larutan kanji.
h. Kayu pengaduk yang digunakan sebagai alat untuk mengaduk adonan
bioarang agar campuran merata.
i. Timbangan yang digunakan sebagai alat untuk mengukur berat bioarang
yang akan dicetak.
j. Cetakan briket yang digunakan sebagai tempat untuk mencetak sampel
briket.
11
k. Oven yang digunakan sebagai alat untuk mengeringkan bioarang yang
telah dicetak.
l. Bomb Calorimeter yang digunakan sebagai alat untuk mengukur nilai
kalori dari briket yang dihasilkan.
m. Label nama yang digunakan untuk menandakan sampel dari perlakuan.
n. Alat tulis yang digunakan sebagai perlengkapan daiam penelitian.
o. Shave seckher yang digunakan untuk mengayak bioarang yang telah
ditumbuk.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Pada bagian ini dijelaskan mengenai langkah-langkah pengumpulan data
briket bioenergy dengan Purun tikus (Eleocharis dulcis) peneliti mengobservasi
langsung kelokasi penelitian didaerah bati-bati dan kemudian mengumpukan
purun tikus yang diperlukan, dilanjutkan dengan pembuatan serta pencetakan
briket dari purun tikus.
Gambar 3.2 Diagram Alir Metode Penelitian
12
3.4 Diagram Alir Metode Penelitian
Mulai
Purun tikus
(
Pengeringan Purun tikus (Eleocharis dulcis)
Pencacahan dan penimbangan
Proses Karbonasi
Penghalusan Arang
Pencampuran Bahan Briket
Pencetakan Dengan Matres
Pengepresan Adonan Briket
Pengeringan
Campuran
Briket
Purun tikus
Tidak
Ya
13
Gambar 3.2 Diagram Alir Metode Penelitian
a. Pengeringan terhadap purun tikus yang telah dikumpulkan.
b. Bahan dimasukkan dalam tungku pengarangan secara bertahap. Lalu
bahan disulut dengan api. Sesudah bahan menjadi arang, bahan dikeluarkan
dari tungku pengarangan.
c. Bioarang hasil pengarangan ditumbuk hingga menjadi tepung arang. Tepung
arang yang telah ditumbuk tersebut kemudian diayak untuk mendapatkan
ukuran material yang seragam. Dalam penelitian ini, ukuran material yang
diizinkan adalah lebih besar atau sama dengan 40 mesh.
d. Kemudian disiapkan campuran perekat (kanji) yang dilarutkan dalam air
dengan perbandingan 1 : 4, kemudian dipanaskan.
e. Adonan tepung kanji yang telah jadi perekat, kemudian dicampurkan dengan
tepung arang hasil pengayakan sehingga menjadi adonan yang lengket,
selanjutnya adonan diaduk agar semua bahan tercampur merata.
f. Hasil adonan dimasukkan dalam cetakan yang terbuat dari pipa paralon
dengan diameter 3.5 inch dan kemudian ditekan. Penekanan yang dilakukan
pada briket diupayakan sedemikian rupa sehingga briket lebih padat dan
kuat.
g. Kemudian briket dikeluarkan dari cetakan dan dilakukan pengeringan
dengan oven pada suhu 600C selama ± 24 jam. Briket yang dihasilkan diuji
Selesai
Penentuan Kadar Air
Penentuan Kadar Abu
Penentuan Kualitas Kalor
14
parameternya, yaitu kualitas nilai kalor, kadar air, kadar abu, dan kadar
karbon terikat.
h. Pengukuran kualitas nilai kalor dilakukan untuk setiap perlakuan pada setiap
kali ulangan. Kualitas nilai kalor dapat diukur dengan menggunakan alat
bomb calorimeter (kal/gr). Cara pengujian kualitas nilai kalor pada briket
bioarang tempurung kelapa dan serbuk kayu adalah sebagai berikut:
Dihitung nilai kalor dengan persamaan:
HHV = (T2-T1 – 0.05) x Cv
dimana, T1 = Temperatur sebelum pengeboman (0C)
T2 = Temperatur setelah pengeboman (0C)
1 Joule = 0.239 kal
HHV = Kualitas nilai kalor (kal/g)
Panas jenis bomb calorimeter (Cv) = 73529.6 (joule/g0C)
Kenaikan temperatur kawat penyala = 0.050C
i. Penentuan kadar air dilakukan untuk setiap perlakuan pada setiap kali
ulangan. Kadar air dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan:
Kadar air (%) = {(G0 – G1)/G0} x 100%
dimana, G0 = berat contoh sebelum dikeringkan (gr)
G1 = berat contoh setelah dikeringkan (gr)
j. Penentuan kadar abu dengan cara memanaskan sampel dalam cawan
porselen dalam oven pada suhu 1050C selama 1 jam, kemudian didinginkan
dalam eksikator lalu ditimbang. Sampel ditimbang sebanyak 4 gram dalam
cawan porselen kemudian dimasukkan ke dalam tungku pengabuan pada
15
suhu antara 750oC hingga 900oC sampai sampel tersebut menjadi abu,
Untuk mendapatkan nilai kadar abu, maka dapat digunakan persamaan
berikut:
Kadar abu (%) = (C/A) x 100%
dimana, A = berat bahan sebelum pengabuan (gr)
C = berat abu/residu (gr)
3.5 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan ini dilaksanakan diantara Awal Bulan September hingga
menjelang akhir November. Berikut gambar jadwal pelaksanaan penelitian
Tabel 3.1 Agenda kegiatan pelaksanaan penelitian
Kegiatan
September
2016Oktober 2016 November 2016
Minggu Minggu Minggu
I II III IV I II III IV I II III IV
Tahapan Persiapan
Penelitian
Observasi Kelapangan
Pengumpulan data
Pengolahan data
Tahap Penyusunan
Proposal
16
DAFTAR PUSTAKA
Amin,S.2000. Penelitian Berbagai Jenis Kayu Limbah Pengolahan untuk
Pemilihan Bahan Baku Briket Arang. Jurnal Sains dan Teknologi
Indonesia 2,41-46.
BALITBANGDA Kalsel. 2005. Pengembangan Ekosistem Rawa Untuk
Mendukung Pengembangan Ekonomi Wilayah di Kabupaten Tapin.
Pemerintah Propinsi Kalimantan Selatan. Banjarmasin.
Bahillo.,dkk. 2003. Com-combustion of Coal and Biomass in FB Boiler :Model
Validation With Ecperimental Result From CFB Pilot Plant, Energy
Agency-Fluidized Bed Conversion.
BP.p.i.c.,2015.BPStatisticalReview2015.http://www.migasreview.com/upload/d/c
%7Bca%7Bca%7DBP+Statistical+Review+2015_Factsheet%7Bca
%7D2015-06-16%7Bca%7DO2-05-25%7Bca%7D1422938469. Diakses
pada tanggal 11 November 2016.
Djeni Hendra, 2007. Pembuatan Briket Arang dari Campuran kayu, Bambu,
Sabut Kelapa dan Tempurung Kelapa sebagai Sumber Energi Alternatif.
17
Eko Y.A dan Aisyah E.P, 2014. Pembuatan Biobriket Dari Campuran Limbah
Kulit Pisang Dan Serbuk Gergaji Menggunakan Perekat Tetes. Vol 03
Nomer 01. Fakultas Teknik Universitas Surabaya.
Feri P.H.,Fathul Alim, 2011. Optimasi Kondisi Operasi Pirolisis Sekam Padi
Untuk Menghasilkan Bahan Bakar Bioarang Sebagai Bahakn Bakar
Alternatif. 5 November Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
FitriWulandari,2012,PembuatanBriketBioarang,http://fitriwulwul.blogspot.co.id/
2012/12/view-pembuatan-briket-bioarang-on-scribd.html. diakses pada
tanggal 11 November 2016.
Jamilatun,S. 2008. Sifat- Sifat Penyalaan dan Pembakaran Briket Biomassa,
Briket Batubara dan Arang Kayu. Jurnal Rekayasa Proses. Vol 2, No 2,
2008. Yogyakarta.
Hartoyo, A dan Roliadi H., 1978. Percobaan Pembuatan Briket Arang dari Lima
Jenis Kayu, Laporan Penelitian Hutan Bogor.
Indarti. 2001. Country Paper. Indonesia regional seminar on commercialization of
biomass technology. 4 – 8 June, Guangzhou, China.
Lubis, A. dan A. Sugiyono. 1996. Overview of Energy Planning in Indonesia.
Technical Committee Meeting to Asses and Compare the Potential Rule
of Nuclear Power and Other Option in Alleviating Health and Environental
Impacts Electricity Generation, 14 – 16 October, Vienna, Austria.
18
Mukhlis,Noor M,Alwi et al. 2014. Biodiversitas Rawa, Eksplorasi, Penelitian dan
Pelestarianya.IAARD Press, Jakarta
Mursalin,W., Abdul. 2004. Pemanfaatan kulit buah kakao sebagai briket arang.
Laporan Penerapan Ipteks Lembaga pengabdian pada Masyarakat.
Makasar, Universiras Hassanudin.
Nodali Ndraha. 2010. Uji Komposisi Bahan Pembuat Briket Bioarang Tempurung
Kelapa Dan Serbuk Kayu Terhadap Mutu Yang Dihasilkan. USU.
RakaHamid,2013.KeuntunganEnergiBiomassa,http://www.indoenergi.com/
2012/04/keuntungan-energi-biomassa.html. Diakes pada tanggal 11
November 2016
Ruhendi, S., D.N. Koroh, F.A. Syahmani, H. Yanti, Nurhaida, S. Saad, T. Sucipta,
2007, Analisis Perekatan Kayu, Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Seran,J.B.1990.,”bioarang untuk memasak”, Edisi II,Liberti.,Yogyakarta
Supriyono. 1997. Pembuatan Arang Aktif Dari Serbuk Gergaji Kayu Jati Dengan
Bahan Pengaktif Asam Klorida. Yogyakarta
Silalahi, 2000, Penelitian Pembuatan Briket Kayu dari Serbuk Gergaji Kayu,
Bogor: Hasil Penelitian Industri DEPERINDAG.
Steenis, C. G. G. J, Van. 2006. Flora. PT Pradnya Paramita. Jakarta.
Supriyanto. 2010. Studi Kasus Energi Alternatif Briket Sampah Lingkungan
Kampus POLBAN. Yogyakarta. LIPI. Malang.
19
Supriyanto dan Merry, 2010, Studi Kasus Energi Alternatif Briket Sampah
Lingkungan Kampus Polban Bandung, Seminar Nasional Teknik Kimia,
Yogyakarta
Tirono,M. dan Sabit,A. 2011. Efek Suhu pada Proses Pengarangan terhadap
Nilai Kalor Arang Tempurung Kelapa (Coconut Shell Charcoal). Jurusan
Fisika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Wardiono. 2007. Eleocharis dulcis (burm.F.) triniusex henschel.
http://www.kehati.or.id/prohati/browser.php?docsid=478. Diakses tanggal
20 September 2015