file · web viewpalegongan (tiga jenis seni pertunjukan klasik yang berkembang baik di...

9
Transformasi Bentuk dalam Cerita Calon Arang Tari Calonarang dari daerah Bali. Tari ini mengisahkan rangkaian peristiwa yang terjadi pada zaman pemerintahan Prabu Erlangga di Kahuripan (Jawa Timur) pada abad IX. Ia menceritakan perbuatan si janda sakti dan guru ilmu hitam dari Dirah bernama Calonarang yang menyerang kerajaan Daha yang menyebakan jatuhnya banyak korban jiwa manusia tak berdosa. Untuk menghentikan perbuatan janda berputrikan Ratna Mangali ini, Prabu Erlangga minta bantuan kepada seorang brahmana dari Lemah Tulis bernama Empu Bharadah, yang dengan kekuatan ilmu putihnya berhasil mengalahkan Calonarang. Adapun bagian-bagian cerita Calonarang yang lazim dipentaskan adalah: Katundung Ratna Mangali, Iyeg Rarung, Kautus Empu Bahula, dan Pangesengan Baingin. Masyarakat Bali juga memasukkan cerita Balian Batur, Basur, Sudarsana, Patih Prabangsa, dan Dayu Datu, yang sedikit banyak menyangkut ilmu hitam, sebagai lakon Pa-calonarang-an. Pengertian Tari Calon Arang Sendratari Calonarang adalah salah satu kesenian Bali yang termasuk dalam katagori kesenian untuk kepentingan ritual yang sakral (wali) tentu saja tidak setiap saat dipentaskan, biasanya pada saat-saat tertentu saja sebagai sarana untuk “melukat” (membersihkan desa). Desa adat Kuta, setiap tahunnya selalu mengadakan pertunjukan ini menjelang odalan pura dalem desa tersebut. untuk wilayah Desa Adat Kuta, kegiatan ini dimulai dari setra adat (kuburan umum) yang letaknya dekat hotel Paradiso dan puncaknya diselenggarakan di depan/pertigaan pasar Kuta. Sejarah Tari Calon Arang Dramatari ritual magis yang melakonkan kisah-kisah yang berkaitan dengan ilmu sihir, ilmu hitam maupun ilmu putih, dikenal dengan Pangiwa/Pangleyakan dan Panengen. Lakon-lakon yang ditampilkan pada umumnya berakar dari cerita Calonarang, sebuah cerita semi sejarah dari zaman pemerintahan raja Airlangga di Kahuripan (Jawa timur) pada abad ke IX. Karena pada beberapa bagian dari

Upload: phamtruc

Post on 06-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: file · Web viewPalegongan (tiga jenis seni pertunjukan klasik yang berkembang baik di Kabupaten Gianyar). Unsur Babarongan diwakili oleh barong ket, rangda, dan celuluk

Transformasi Bentuk dalam Cerita Calon   Arang Tari Calonarang dari daerah Bali. Tari ini mengisahkan rangkaian peristiwa yang terjadi pada zaman pemerintahan Prabu Erlangga di Kahuripan (Jawa Timur) pada abad IX. Ia menceritakan perbuatan si janda sakti dan guru ilmu hitam dari Dirah bernama Calonarang yang menyerang kerajaan Daha yang menyebakan jatuhnya banyak korban jiwa manusia tak berdosa. Untuk menghentikan perbuatan janda berputrikan Ratna Mangali ini, Prabu Erlangga minta bantuan kepada seorang brahmana dari Lemah Tulis bernama Empu Bharadah, yang dengan kekuatan ilmu putihnya berhasil mengalahkan Calonarang. Adapun bagian-bagian cerita Calonarang yang lazim dipentaskan adalah: Katundung Ratna Mangali, Iyeg Rarung, Kautus Empu Bahula, dan Pangesengan Baingin. Masyarakat Bali juga memasukkan cerita Balian Batur, Basur, Sudarsana, Patih Prabangsa, dan Dayu Datu, yang sedikit banyak menyangkut ilmu hitam, sebagai lakon Pa-calonarang-an.

Pengertian Tari Calon Arang

Sendratari Calonarang adalah salah satu kesenian Bali yang termasuk dalam katagori kesenian untuk kepentingan ritual yang sakral (wali) tentu saja tidak setiap saat dipentaskan, biasanya pada saat-saat tertentu saja sebagai sarana untuk “melukat” (membersihkan desa). Desa adat Kuta, setiap tahunnya selalu mengadakan pertunjukan ini menjelang odalan pura dalem desa tersebut. untuk wilayah Desa Adat Kuta, kegiatan ini dimulai dari setra adat (kuburan umum) yang letaknya dekat hotel Paradiso dan puncaknya diselenggarakan di depan/pertigaan pasar Kuta.

Sejarah Tari Calon Arang

Dramatari ritual magis yang melakonkan kisah-kisah yang berkaitan dengan ilmu sihir, ilmu hitam maupun ilmu putih, dikenal dengan Pangiwa/Pangleyakan dan Panengen. Lakon-lakon yang ditampilkan pada umumnya berakar dari cerita Calonarang, sebuah cerita semi sejarah dari zaman pemerintahan raja Airlangga di Kahuripan (Jawa timur) pada abad ke IX. Karena pada beberapa bagian dari pertunjukannya menampilkan adegan adu kekuatan dan kekebalan (memperagakan adegan kematian bangke-bangkean, menusuk rangda dengan senjata tajam secara bebas) maka Calonarang sering dianggap sebagai pertunjukan adu kesaktian (batin). Dramatari ini pada intinya merupakan perpaduan dari tiga unsur penting, yakni Babarongan diwakili oleh Barong Ket, Rangda dan Celuluk, Unsur Pagambuhan diwakili oleh Condong, Putri, Patih Manis (Panji) dan Patih Keras (Pandung) dan Palegongan diwakili oleh Sisiya-sisiya (murid-murid). Tokoh penting lainnya dari dramatari ini adalah Matah Gede dan Bondres.

Perkembangan Tari Calon ArangDramatari Calonarang, yang hingga kini masih tetap digemari oleh masyarakat Bali, kini telah berkembang menjadi tiga varian: Calonarang Klasik, Calonarang Prembon, dan Calonarang Anyar. Ketiganya masih tetap menampilkan lakon-lakon yang berkaitan dengan masalah ilmu hitam (pangeliyakan), masing-masing varian menyajikan lakon Calonarang menggunakan berbagai elemen-elemen seni, dengan struktur pertunjukan serta fokus estetik yang berbeda-beda.Calonarang Klasik, yang diperkirakan muncul sekitar akhir abad XIX di daerah Gianyar Barat (Batubulan, Singapadu, Sukawati), dibentuk oleh unsur-unsur Bebarongan, Pegambuhan, dan

Page 2: file · Web viewPalegongan (tiga jenis seni pertunjukan klasik yang berkembang baik di Kabupaten Gianyar). Unsur Babarongan diwakili oleh barong ket, rangda, dan celuluk

Palegongan (tiga jenis seni pertunjukan klasik yang berkembang baik di Kabupaten Gianyar). Unsur Babarongan diwakili oleh barong ket, rangda, dan celuluk; Pegambuhan oleh condong, putri, patih manis (Panji) dan patih keras (Pandung); dan Palegongan oleh sisia-sisia. Peran-peran penting lainnya yang lahir dari dramatari ini sendiri adalah matah gede (wanita tua) dan bondres (orang-orang desa yang berwatak lucu).

Pertunjukan Calonarang Klasik (seperti yang ada di Desa Singapadu, Batubulan, Sukawati, dan sekitarnya) mencakup tiga bagian: pembukaan (pategak), sajian tari dan drama (paigelan), dan penutup (panyuwud). Bagian paigelan masih bisa dipisahkan menjadi dua: tarian lepas (pangelembar) dan tarian berlakon (lampahan). Untuk mengawali pertunjukan, biasanya dimainkan tabuh pategak. Perubahan wajah pertunjukan Calonarang di Bali akhir-akhir ini menarik untuk disimak. Belakangan ini dramatari Calonarang, termasuk kesenian lainnya yang sejenis seperti Wayang Calonarang, Arja Calonarang (Basur), cederung menjadi semakin garang dan menantang dengan ditonjolkannya adegan-adegan yang memperlihatkan pameran kekebalan dan kekuatan batin.

Semakin digemarinya unsur pameran ilmu kekebalan seperti ini tampaknya terkait erat dengan kondisi sosial masyarakat kita dewasa ini yang cepat beringas, emosional, dan suka pamer kekuatan dan kekuasaan serta dengan pongah menghalalkan segala macam cara, sekalipun harus mengabaikan ajaran-ajaran agama, untuk mencapai suatu tujuan.< suatu mencapai untuk agama, ajaran-ajaran mengabaikan harus sekalipun cara, macam segala menghalalkan pongah dengan serta kekuasaan dan kekuatan pamer suka emosional, beringas, cepat yang ini dewasa kita masyarakat sosial kondisi erat terkait tampaknya seperti kekebalan ilmu pameran unsur digemarinya Semakin batin. memperlihatkan adegan-adegan ditonjolkannya menantang garang semakin menjadi cederung (Basur), Calonarang Arja Calonarang, Wayang sejenis lainnya kesenian termasuk dramatari Belakangan disimak. menarik akhir-akhir Bali di pertunjukan.

Alat Musik PengiringPertunjukan Calonarang bisa diiringi dengan Gamelan Semar Pagulingan, Bebarongan, maupun Gong Kebyar.Sebagai pengiring pertunjukan Calonarang ini digunakan gamelan (Semarandana), yang ditambah dengan keyboard, gitar, dan jembe. Di sela-sela pertunjukan terdengar sound effect yang dimainkan dengan keyboard.

Tempat Pertunjukan Tari Calon ArangDari segi tempat pementasan, pertunjukan Calonarang biasanya dilakukan dekat kuburan (Pura Dalem) dan arena pementasannya selalu dilengkapi dengan sebuah balai tinggi (trajangan atau tingga) dan pohon pepaya.

Jenis Tari Calon ArangCalonarang Prembon pada intinya adalah dramatari Calonarang campuran (per-imbuh-an) yang memadukan elemen-elemen seni pertunjukan Bebarongan, Pegambuhan, Palegongan, dan Paarjaan. Peran-peran Paarjaan yang dimasukkan ke dalam Calonarang meliputi: inya, galuh, mantri manis, dan mantri buduh. Dalam pertunjukan dramatari Calonarang Prembon terjadi dialog antara peran-peran yang memakai dialog Pagambuhan dan yang memakai dialog bertembang (magending) seperti dalam Arja. Secara umum, struktur pertunjukan Calonarang

Page 3: file · Web viewPalegongan (tiga jenis seni pertunjukan klasik yang berkembang baik di Kabupaten Gianyar). Unsur Babarongan diwakili oleh barong ket, rangda, dan celuluk

Prembon tidak jauh berbeda dengan, bahkan dapat dikatakan mengikuti Calonarang Klasik.Calonarang Anyar (Kontemporer) adalah bentuk perkembangan dramatari Calonarang yang paling baru. Grup yang mengawali pertunjukan dramatari Calonarang dengan struktur yang berbeda dengan kedua bentuk Calonarang yang disebutkan di depan adalah Gazes Denpasar melalui dua kali pertunjukannya selama dua bulan terakhir ini di Panggung Ardha Candra, Taman Budaya Denpasar (pada tahun 2003).

Seperti yang terlihat dalam pementasan dengan “Balian Batur” pada bulan Oktober dan November yang lalu, dramatari Calonarang Anyar pada dasarnya adalah sebuah tontonan multimedia dan sajian seni drama yang melakonkan kisah Calonarang atau yang sejenisnya, secara kolosal, dengan memadukan berbagai media yang antara lain diambil dari Calonarang Klasik, Wayang Listrik, seni Ogoh-ogoh, Wayang Kulit Calonarang, tari Kontemporer, dan pameran seni pangeliyakan.

Pertunjukan Tari Calon ArangAda beberapa jenis seni pertunjukan tradisional Bali yang dapat dimasukkan ke dalam seni Pacalonarangan karena memainkan lakon Calonarang atau yang sejenisnya. Bisa disebut antara lain: Barong Ket Calonarang, Wayang Kulit Calonarang, Legong Keraton Sudarsana, Joged Pingitan Calonarang, Andir Patih Prabangsa, dan Arja Basur. Belakangan ini drama Gong dan Gambuh juga memainkan lakon-lakon Calonarang atau yang sejenisnya. Dikarenakan dalam pertunjukan kesenian-kesenian ini tokoh rangda (dan juga barong) memegang peranan penting; dan dalam setiap pertunjukan Calonarang selalu ditampilkan adegan adu kekuatan batin, maka muncul suatu kesan bahwa semua seni pertunjukan Bali yang menampilkan rangda adalah Calonarang, dan setiap pertunjukan Calonarang adalah ajang pameran adu kekebalan dari orang-orang sakti.

Wajah pertunjukan Calonarang (Klasik, Prembon, Kontemporer) telah berubah menjadi suatu pertunjukan horor yang meneror penonton dengan adegan-adegan yang berisikan ilmu kekebalan. Sesungguhnya hal ini sudah ada sejak dahulu, namun dalam sepuluh tahun terakhir ini menjadi satu unsur pertunjukan yang semakin diutamakan.Adegan ngundang-ngundang seperti ini adalah suatu hal yang sudah biasa dalam pertunjukan Wayang Kulit Calonarang.

Beberapa dalang Wayang Kulit Calonarang menjadikan bagian ngundang-ngundang liyak ini sebagai salah satu elemen pertunjukan yang sangat ditonjolkan sekaligus sebagai daya tarik. Pada bagian ini si dalang secara terbuka dan terang-terangan menyebutkan “identitas” orang-orang yang mempunyai dan mempraktikkan ilmu hitam, tempat di mana yang bersangkutan memperoleh kesaktian tersebut, tingkat kemampuan orang tersebut, kadang-kadang dengan menyebutkan harga dari sabuk pengeliyakan yang dimiliki seseorang. Gelombang pasangnya popularitas pertunjukan Calonarang dengan pameran ilmu kakebalannya mengingatkan kita akan gelombang pasang popularitas kesenian Janger di Bali, dengan berbagai provokasi politiknya pada pertengahan tahun

Sendratari Calonarang adalah salah satu kesenian Bali yang termasuk dalam katagori kesenian untuk kepentingan ritual yang sakral (wali) tentu saja tidak setiap saat dipentaskan, biasanya pada saat-saat tertentu saja sebagai sarana untuk “melukat” (membersihkan desa). Desa adat

Page 4: file · Web viewPalegongan (tiga jenis seni pertunjukan klasik yang berkembang baik di Kabupaten Gianyar). Unsur Babarongan diwakili oleh barong ket, rangda, dan celuluk

Kuta, setiap tahunnya selalu mengadakan pertunjukan ini menjelang odalan pura dalem desa tersebut. untuk wilayah Desa Adat Kuta, kegiatan ini dimulai dari setra adat (kuburan umum) yang letaknya dekat hotel Paradiso dan puncaknya diselenggarakan di depan/pertigaan pasar Kuta.Pertunjukan “Tari Barong” yang sering dipentaskan untuk umum sebagai sarana pentas (balih-balihan) memiliki beberapa unsur yang hampir menyerupai sendratari Calonarang, namun nilai sakralnya yang berkurang.

Setelah mengetahui tentang tari Calonarang diharapkan kita semua khususnya generasi muda senantiasa melestarikan tari Calonarang agar tidak tenggelam. Sebagai generasi muda kita harus lebih mengenal tentang seni dan kebudayaan, baik seni tradisional maupun seni modern. Karena pada saat ini kita sebagai generasi muda dituntut ikut serta aktif dalam perkembangan dunia yang semakin pesat. Untuk itu kita sebagai generasi muda harus tetap menjaga keaslian dari seni dan budaya itu sendiri.

Calon   Arang Cerita ini mengisahkan musibah yang dialami kerajaan Erlangga, akibat ulah seorang janda dari Desa Girah. Janda itu, di Bali disebut Randa ing Girah, dan terkenal dengan sebutan Calon Arang, sakit hati pada Prabu Erlangga, karena sang Raja enggan mengawini anak gadisnya. Gadis itu, sudah tergolong perawan tua, bernama Ratna Manggali.Untuk melampiaskan dendamnya, dengan kekuatan ilmu hitamnya, Janda Dusun Girah itu membunuh banyak orang. Prabu Erlangga kemudian minta bantuan pada Empu Baradah di Semasana, Lemah-tulis. Empu Baradah menyuruh salah seorang muridnya bernama Bahula untuk meminang putri Calon Arang. Maka kawinlah Empu Bahula dengan Ratna Manggali, Si Perawan Tua.

Setelah beberapa waktu mereka kawin, Bahula membujuk Retna Manggali agar mencuri limpyakara, pusaka milik Calon Arang yang digunakan sebagai sarana ilmu hitamnya. Setelah tercuri, secara diam-diam pusaka itu dibawa ke hadapan Empu Baradah. Sesudah diteliti, ternyata pusaka itu sebenarnya amat baik jika digunakan untuk kebaikan.Empu Baradah kemudian menjumpai Calon Arang, dan berusaha menyadarkan, agar kembali ke jalan kebaikan. Namun, Calon Arang berkeras untuk tetap melampiaskan dendamnya. Karena tidak tercapai titik temu, keduanya mengadu kesaktian. Akhirnya Calon Arang tewas di tangan Empu Baradah.

Menafsir Ulang Kisah   Calonarang Seperti keping mata uang, kebaikan akan selalu berdampingan dengan kejahatan.

Epik Calonarang kembali dipentaskan lewat perpaduan tarian bedhaya dan legong Bali. Hasilnya, tak hanya sebuah sendratari yang indah dan megah, tapi juga tafsir baru atas kisah yang legendaris itu.Rombongan dari Daha yang dipimpin Bahula itu muncul dari kursi penonton. Mereka melintasi lorong dengan menghamburkan semerbak melati menuju panggung dimana Calonarang

Page 5: file · Web viewPalegongan (tiga jenis seni pertunjukan klasik yang berkembang baik di Kabupaten Gianyar). Unsur Babarongan diwakili oleh barong ket, rangda, dan celuluk

Walunateng (janda) Dirah itu menyambut angkuh dan penuh curiga. Tapi kali ini orang-orang Daha itu tak tak berniat perang. Sebaliknya, mereka justru ingin mengikat saudara, Bahula murid Barada itu melamar Ratna Manggali putrid semata wayang Calonarang.

“Mohon berikanlah berjuta maaf, kami bermaksud melamar Ratna Manggali” lembut Bahula bersenandung dalam kromo inggil mencairkan kemarahan Calonarang. Luluh janda dari Dirah itu membayangkan anaknya bahagia bersanding di pelaminan. Calonarang berpikir tulus dan berharap perkawinan anaknya dengan Bahula sekaligus mengubur perseteruan abadi Dirah dan orang-orang Daha yang membencinya. Dan Dirah berpesta merayakan perdamaian itu.

Sayang, orang-orang Daha hanya bermuslihat dengan perkawinan itu. Dengan mengatas namakaan setya tuhu mring guru laki –kesetiaan pada suami- Bahula meminta Ratna Manggali untuk mencuri rahasia kitab kesaktian ibunya. Atas nama cinta, walau ragu Ratna Manggali tak kuasa menolak kemauan suaminya.

Mendapat apa yang diinginkan, Bahula kabur dari Dirah meninggalkan Ratna Manggali.Calonarang pun murka. Maksud baiknya ditelikung orang-orang Daha. Kesumatnya membara lagi. Dengan memboyong orang-orang dari Dirah, dia menyerbu kerajaan Airlangga itu.Penggalan kisah itu adalah cerita tentang Calonarang yang selalu digambarkan sebagai penyihir jahat yang mengganggu kuasa bijak sang Airlangga.Oleh Padneçwara kali ini kisah itu dibawakan dalam bentuk drama tari berjudul The Amazing Bedhaya-Legong Calonarang, Rabu (17/11) di Gedung Kesenian Jakarta. Diciptakan oleh para maestro tari klasik Retno Maruti dan Bulantrisna Djelantik, dramatari ini pertama kali tampil tahun 2006 di Graha Bhakti Taman Ismail Marzuki, Calonarang juga sempat berkelana ke Singapura dan kemudian tampil dalam Pesta Kesenian Bali XXXI bulan Juli silam.

Barangkali tak perlu lagi diungkap kelembutan dan keindahan gerak para penari dalam lakon ini, karena Retno Maruti dan Djelantik tak diragukan lagi kepakarannya. Retno mengabdikan sebagian besar hidupnya untuk menari bedhaya, begitu pun dengan Djelantik, walau berprofesi sebagai dokter THT, namun amat mencintai tari legong. Dia lah seniman tari legong kraton Bali yang kerap melanglang buana di pentas internasional.Kembali ke inti cerita, ide untuk mencuri kitab Calonarang itu sebenarnya datang dari Airlangga. Tak berani menghadapi langsung Calonarang, sang raja itu mengutus Barada yang kemudian mengirim muridnya, Bahula untuk mencari tahu kelemahan Calonarang. Dia kemudian mengawini Ratna Manggali dan berhasil mencuri kitab sakti milik Calonarang. Tanpa bantuan Durga sesembahannya, dalam pertarungannya dengan Barada, Calonarang akhirnya bisa dikalahkan. Dan Daha kembali tenteram.

Tetap Hidup

Oleh Padneçwara, kisah Calonarang itu dipertemukan dalam bedhaya Jawa dan legong Bali. Orang-orang Daha, seperti Airlangga, Barada, Bahula yang “dianggap” mewakili sisi putih, si baik dan penguasa –tentu sekaligus sebagai penulis sejarahnya- bergerak dalam bedaya yang halus, lembut, indah dan ritual itu. Sementara janda “pengacau” dari Dirah, si hitam, tukang sihir dan pembangkang itu dengan gerak Legong yang dinamis luwes dan lentur dalam mengikuti

Page 6: file · Web viewPalegongan (tiga jenis seni pertunjukan klasik yang berkembang baik di Kabupaten Gianyar). Unsur Babarongan diwakili oleh barong ket, rangda, dan celuluk

aksentuasi gamelan yang mengiringi.Cerdas, bahkan Calonarang-pun kemudian gagal “membaca” maksud Bahula yang dibungkus gerak halus ala kratonan itu. Calonarang memasukan musuhnya dalam selimut atas nama cinta anaknya. “Seperti keping mata uang, kebaikan akan selalu berdampingan dengan kejahatan,” jelas Retno Maruti ditemui usai pementasan.Retno menambahkan, selama ini orang memang menganggap Calonarang itu jahat. Tapi menurutnya, The Amazing Bedhaya-Legong Calonarang tidak sedang bercerita tentang anggapan itu. Retno mencoba mendekati kisah Calonarang, dari sisi yang berbeda.“Kita tidak memojokan Calonarang sebagai pihak yang salah, kita mengungkapkan dari sisi sebab-akibat mengapa dia begitu. Mungkin dia punya kesaktian, kekecewaan lalu merasa diikucilkan membuat rasa sakit hati dan dendam itu kemudian muncul,” ujar Retno panjang lebar.Seperti halnya Romo Mangunwidjaya yang pernah menafsir ulang cerita Roro Mendut atau Pramoedya Anantatoer dengan Arok-Dedes-nya, apa yang dilakukan Retno Maruti sah-sah saja. Dia melihat Calonarang merupakan korban masyarakat patriaki yang selalu mengecilkan peran perempuan. Tafsir ulang atas cerita Calonarang juga pernah dilakukan Toeti Herati, sastrawan dan budayawan, lewat prosa liriknya beberapa tahun silam. Begitu pun dengan Pram. Sebuah karya yang baik memang seharusnya multitafsir, seperti lukisan Monalisa karya Da Vinci itu.

Maka, di akhir kisah The Amazing Bedhaya-Legong Calonarang, Barada dan Calonarang pun akhirnya bertemu dalam sebuah pertempuran yang selalu dimitoskan sebagai pertarungan abadi antara si jahat dan si baik, ilmu hitam berhaluan kiri –pangiwa- dan ilmu putih yang berhaluan kanan –panengan-. Pemenangnya?

Berbeda dengan babad-babad Jawa yang “mematikan” Calonarang, Padneçwara memilih menyisakan ruang untuk dialog. Peristiwa tak selalu hitam putih. Di panggung yang senyap itu, sosok Calonarang dan Barada berhadap-hadapan dan tetap bertarung dalam kebisuan hingga kemudian penari-penari lain itu masuk, masing-masing dengan lilin yang menerangi kegelapan. Pentas usai dan Calonarang tetap abadi.adiyanto/teguh nugroho.