web viewbab i. pendahuluan. latar belakang. bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari...

39
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Mengingat bank memiliki fungsi sebagai financial intermediary,maka bank di tuntut untuk menjaga kinerjanya agar bank memperoleh kepercayaan dari masyarakat. Dengan meningkatnya kepercayaan masyarakat, maka fungsi bank sebagai agent of development dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi, peningkatan lapangan kerja serta kesejahteraan masyarakat dapat terwujud. Kepercayaan masyarakat terhadap bank akan terwujud apabila bank mampu meningkatkan kinerjanya secara optimal. Perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan yang berkembang pesat di Indonesia, dituntut untuk memiliki kinerja yang baik. Hal ini menjadi sangat penting karena tujuan fundamental bisnis perbankan adalah memperoleh keuntungan optimal dengan jalan memberikan layanan jasa keuangan pada masyarakat. Dengan kata lain 1

Upload: truonganh

Post on 12-Feb-2018

214 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan

menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai

financial intermediary. Mengingat bank memiliki fungsi sebagai financial

intermediary,maka bank di tuntut untuk menjaga kinerjanya agar bank

memperoleh kepercayaan dari masyarakat. Dengan meningkatnya kepercayaan

masyarakat, maka fungsi bank sebagai agent of development dalam rangka

meningkatkan pertumbuhan ekonomi, peningkatan lapangan kerja serta

kesejahteraan masyarakat dapat terwujud. Kepercayaan masyarakat terhadap bank

akan terwujud apabila bank mampu meningkatkan kinerjanya secara optimal.

Perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan yang berkembang pesat di

Indonesia, dituntut untuk memiliki kinerja yang baik. Hal ini menjadi sangat

penting karena tujuan fundamental bisnis perbankan adalah memperoleh

keuntungan optimal dengan jalan memberikan layanan jasa keuangan pada

masyarakat. Dengan kata lain selain untuk kepentingan manajemen, pemilik

saham, ataupun pemerintah (melalui Bank Indonesia) juga sebagai upaya untuk

mengetahui kondisi usaha saat ini dan sekaligus untuk memudahkan dalam

menentukan bisnisnya untuk masa yang akan datang. Sedangkan bagi pemilik

saham menanamkan modalnya pada bank bertujuan untuk memperoleh

penghasilan berupa dividen atau mendapatkan keuntungan melalui meningkatnya

harga saham yang dimilikinya.

Keberadaan bank dalam perekonomian modern merupakan kebutuhan

yang sulit dihindari, karena bank telah menyentuh pada semua kebutuhan

masyarakat. Bank sebagai lembaga kepercayaan, tidak hanya dibutuhkan atau

1

Page 2: Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai

2

bermanfaat bagi individu dan masyarakat secara keseluruhan, tetapi juga berperan

dalam pertumbuhan dan perkembangan ekonomi suatu Negara. Selain itu, bank

juga dapat memperlancar kegiatan transaksi, produksi serta konsumsi melalui

fungsinya sebagai lembaga yang melaksanakan kebijakan moneter dan efektivitas

kebijakan moneter yang dapat berjalan dengan baik dipengaruhi oleh kesehatan

dan stabilitas bisnis perbankan.

1.2 Rumusan Masalah Dan Batasan Masalah

1.2.1 Rumusan Masalah

Dalam penulisan Makalah Ilmiah ini, perumusan masalah yang di ambil

oleh penulis adalah “Apa peranan sesungguhnya Bank Indonesia sebagai Bank

Sentral menurut fungsi, tugas dan kedudukannya dengan pemerintah pusat ?”

1.2.2 Batasan Masalah

Pada penulisan ini, penulis membatasi empat aspek studi Bank Indonesia

yaitu aspek tujuan Bank Indonesia, tugas Bank Indonesia, aspek jenis-jenis bank,

Bank Indonesia sebagai Lender Of The Last Resort, serta kebijakan nilai tukar.

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui peranan sesungguhnya

Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dilihat dari segi fungsi, tugas dan

kedudukannya dengan pemerintah pusat.

1.4 Manfaat Penulisan

Penulis mengharapkan dalam diadakannya penulisan ini dapat membawa

manfaat yaitu kepada :

Page 3: Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai

3

1. Bagi Penulis

Penulisan Makalah Ilmiah ini dapat digunakan sebagai sumber guna

memperluas dan memperdalam ilmu pengetahuan mengenai masalah Bank

Indonesia

2. Bagi Masyarakat

Dapat memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat luas

agar masyarakat mengerti tentang Bank Indonesia, sehingga ketika

masyarakat mengerti dan mengenal tentang Bank Indonesia dapat

menggunakan jasa tersebut dengan semaksimal mungkin dan

memanfaatkan sesuai dengan kebutuhannya.

1.5. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan Makalah Ilmiah (MI) ini terdiri dari empat bab dimana

pada masing-masing bab saling terkait satu sama lainnya dan merupakan satu

bagian yang tidak dapat dipisahkan. Sehingga pada setiap babnya akan

membentuk sebuah korelasi yang bila diambil inti dari setiap pembahasan dapat

ditarik satu kesimpulan. Adapun keempat bab tersebut antara lain :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang Latar Belakang, Rumusan dan Batasan

Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan dan Sistematika

Penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menguraikan teori-teori yang bersifat umum, diantaranya

mengenai pengertian Studi Bank Indonesia, Tujuan Dilaksanakannya

Studi Bank Indonesia, dan Pengertian Bank Indonesia. Penulis juga

Page 4: Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai

4

menguraikan teori-teori yang berhubungan dengan judul Makalah

Ilmiah (MI), diantaranya mengenai Peranan Bank Indonesia Sebagai

Bank Sentral.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini berisikan tentang tiga hal, yaitu yang pertama mengenai

objek penelitian. Yang kedua berisi tentang data/variable. Dan yang

ketiga yaitu mengenai metode pengumpulan data, meliputi metode

kepustakaan dan metode pengambilan data dalam internet.

BAB IV PEMBAHASAN

Dalam bab ini berisi tentang 7 aspek Bank Indonesia, yaitu yang

pertama mengenai Tujuan Bank Indonesia. Yang kedua berisi tentang

Tugas Pokok Bank Indonesia. Yang ketiga mengenai Bank Indonesia

Sebagai Lender Of The Last Resort. Yang keempat mengenai

Kebijakan Nilai Tukar. Yang kelima mengenai Statement Kebijakan

Moneter. Yang keenam mengenai Stabilitas Nilai Tukar. Dan yang

terakhir mengenai Peran Bank Indonesia Dalam Stabilitas Keuangan.

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini berisi tentang Kesimpulan dari seluruh analisis data yang

diperoleh penulis dari pembahasan yang terdapat di dalam Bab IV. Bab

ini juga berisi tentang Saran-saran terhadap permasalahan yang muncul

dan masukan guna perbaikan di masa yang akan datang.

Page 5: Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai

5

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kerangka Teori

2.1.1 Pengertian Studi Bank Indonesia

Pengertian studi Bank Indonesia membahas aspek kehidupan

perekonomian secara makro dan mikro yang meliputi pengertian, tujuan, fungsi,

tugas dan kedudukannya dengan pemerintah pusat sebagai Bank Sentral.

2.1.2 Tujuan Dilaksanakan Studi Bank Indonesia

Studi Bank Indonesia bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan

pemahaman mengenai konsep Bank Indonesia, memahami tujuan, fungsi, tugas

dan kedudukannya dengan pemerintah pusat sebagai Bank Sentral.

2.1.3 Pengertian Bank Indonesia

Bank Indonesia (BI, dulu disebut De Javasche Bank) adalah bank

sentral Republik Indonesia. Sebagai bank sentral, BI mempunyai satu tujuan

tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai

rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap

barang dan jasa, serta kestabilan terhadap mata uang negara lain.

Untuk mencapai tujuan tersebut BI didukung oleh tiga pilar yang

merupakan tiga bidang tugasnya. Ketiga bidang tugas ini adalah menetapkan dan

melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem

pembayaran, serta mengatur dan mengawasi perbankan di Indonesia. Ketiganya

perlu diintegrasi agar tujuan mencapai dan memelihara kestabilan

nilai rupiah dapat dicapai secara efektif dan efisien.

BI juga menjadi satu-satunya lembaga yang memiliki hak untuk

mengedarkan uang di Indonesia. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

BI dipimpin oleh Dewan Gubernur.

Page 6: Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai

6

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Dalam penulisan ini, penulis mengambil objek Bank Indonesia.

3.2 Data / Variabel

Data yang digunakan untuk mendapatkan informasi lebih akurat, maka

penulis menggunakan data ketetapan-ketetapan mengenai masalah Bank

Indonesia.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Dalam penulisan Makalah Ilmiah (MI) ini digunakan berbagai metode

untuk memperoleh data yang akurat sebagai dasar analisa terhadap permasalahan

yang penulis dikemukakan.

Adapun metode yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Metode Kepustakaan

Cara ini menambah wawasan dan pengetahuan penulis terhadap materi

yang dibahas, penulis menggunakan referensi dari berbagai buku bacaan.

2. Metode Pengambilan Data Dalam Internet

Penelitian dilakukan dengan cara pengumpulan data yang didapat di

berbagai website yaitu dengan cara mengambil inti sari yang memuat

materi ini.

Page 7: Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai

7

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Tujuan Bank Indonesia

Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai satu

tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan

nilai rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap

barang dan jasa, serta kestabilan terhadap mata uang negara lain. Aspek pertama

tercermin pada perkembangan laju inflasi, sementara aspek kedua tercermin pada

perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain. Perumusan

tujuan tunggal ini dimaksudkan untuk memperjelas sasaran yang harus dicapai

Bank Indonesia serta batas-batas tanggung jawabnya. Dengan demikian, tercapai

atau tidaknya tujuan Bank Indonesia ini kelak akan dapat diukur dengan mudah.

Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia didukung oleh tiga pilar

yang merupakan tiga bidang tugasnya. Ketiga bidang tugas ini adalah menetapkan

dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem

pembayaran, serta mengatur dan mengawasi perbankan di Indonesia. Ketiganya

perlu diintegrasi agar tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah

dapat dicapai secara efektif dan efisien.

4.2.1 Tugas Pokok Bank Indonesia

Tugas pokok Bank Indonesia adalah membantu pemerintah dalam :

1. Mengatur, menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah.

2. Mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas

kesempatan kerja guna meningkatkan taraf hidup rakyat.

Kedua tugas Pokok Bank Indonesia dapat dirinci menjadi :

1. Pengedaran uang

a. Mengeluarkan uang kertas dan uang logam

Page 8: Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai

8

b. Mencabut kembali uang yag telah dikeluarkan serta menarik

kembali dari masyarakat

2. Perbankan

a. Memperluas, memperlancar dan mengatur lalu lintas pembayaran

giral dan kliring

b. Menetapkan ketentuanketentuan umum tentang solvabilitas dan

likuiditas bank umum

c. Membimbing bank umum

d. Meminta laporan dan memeriksaaktivitas bank

3. Perkereditan

a. Menyusun rencana kredit

b. Menetapkan tingkat dan struktur bunga

c. Menetapkan batasan pemberian kredit

d. Memberi kredit likuiditas kepada bank

e. Sebagai lender of last resort

4. Berkaitan denganpemerintah/APBN

a. Sebagai pemegang kas pemeritah

b. Menyelenggarakan pemindahan uang pemerintah keseluruh

wilayah RI

c. Membantu penempatan hutang Negara, penatausahaan serta

pemayaran kupon dan pelunasannya

d. Memberikan kredit dalam bentuk rekening Koran untuk

memperkuat kas Negara

5. Bidang pengerahan dana masyarakat

Bank Indonesia mendorong pengerahan dana masyarakat oleh

perbankan umum dengan tujuan untuk usaha pembangunan yang

produktif dan berencana.

6. Bidang hubungan Internasional

a. Menyusun rencana devisa guna menjaga dan memelihara

kestabilan nilai rupiah terhadap valuta asing.

b. Melaporkan dan menjaga keseimbangan neraca pembayaran.

Page 9: Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai

9

4.3 Bank Indonesia Sebagai Lender Of The Last Resort

Sejarah keberadaan lender of the last resort (LOLR) tidak terlepas dari

sejarah keberadaan bank sentral. Fungsi bank sentral sebagai LOLR telah dikenal

sejak akhir abad ke-19 dan peranan tersebut semakin menonjol sejak

perekonomian suatu negara menerapkan sistem fiat money khususnya lagi sejak

runtuhnya sistem standar emas (gold standard) pada pertemuan Bretton Woods

pada tahun 1973. Pada dasarnya LOLR adalah pemberian fasilitas pinjaman

kepada bank yang mengalami kesulitan likuiditas dan berfungsi untuk

menghindarkan krisis keuangan yang sistemik. Mengingat risiko sistemik yang

terjadi di perbankan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap perekonomian,

maka terdapat konsesus bahwa perlunya menciptakan suatu mekanisme untuk

mencegah terjadinya krisis tersebut dengan intervensi langsung dari bank

sentral/pemerintah dengan menyediakan fasilitas pinjaman (LOLR) kepada bank

dalam rangka menutupi liquidity missmatch. Secara teoritis, intervensi bank

sentral/pemerintah diperlukan dalam hal terjadi mekanisme pasar tidak sempurna

khususnya dengan adanya market failure (Freixas, 1999).

Pada dasarnya terdapat 2 jenis market failure yang merupakan

karakteristik dari sektor perbankan, yaitu kemungkinan terjadinya kesulitan

likuiditas dan risiko sistemik kegagalan bayar suatu bank terhadap bank lainnya

(systemic risk). Penyediaan likuiditas bank sentral/pemerintah tersebut merupakan

pilihan terakhir bagi bank setelah pasar uang tidak dapat memenuhi kebutuhan

bank.

Kehadiran bank sentral dalam fungsinya menjalankan LOLR dapat

memberikan dampak positif bagi perekonomian karena dapat mengurangi

terjadinya krisis keuangan yang parah dan mengurangi terjadinya fluktuasi dalam

siklus ekonomi Miron (1986). Secara umum, fasilitas LOLR berfungsi untuk: (i)

mencegah terjadinya bank run baik yang terjadi secara individual maupun yang

bersifat sistemik dan (ii) mengatasi masalah kesulitan likuiditas yang terjadi

secara temporer.

Page 10: Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai

10

Berdasarkan fungsinya terdapat dua jenis LOLR (Lind dan Taylor, 2003), yaitu :

1. LOLR normal

LOLR normal adalah pemberian bantuan likuiditas yang bersifat

sementara oleh bank sentral/pemerintah kepada bank. Pemberian fasilitas

LOLR ini harus didukung dengan jaminan (collateral) yang cukup dan

berfungsi menjaga kelancaran sistem pembayaran dan stabilitas moneter.

2. LOLR krisis

LOLR krisis adalah pemberian fasilitas pinjaman likuiditas kepada bank

dalam rangka menghindarkan risiko sistemik pada perbankan secara

keseluruhan. Pemberian fasilitas ini dapat dimungkinkan diberikan kepada

bank-bank yang kurang jaminan dan bank yang insolvent

tetapi dengan jaminan pemerintah.

Secara teoritis pentingnya fungsi LLR dikemukakan oleh Diamond dan

Dybvig (1983). Pada dasarnya argumen mereka dilandasi oleh kenyataan

bahwa transakasi perbankan memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Bank meminjam dana dari nasabah secara jangka pendek dalam bentuk

tabungan dan deposito, dan

2. Bank menyalurkan kredit yang bersifat jangka panjang kepada debitur.

Dari realitas tersebut ada dua kemungkinan yang bisa terjadi.

Pertama, selama nasabah percaya bahwa dananya relatif aman serta ada

kepastian bahwa mereka dapat menarik dana sesuai dengan kebutuhan, maka

nasabah akan terus menyimpan dananya di bank. Kedua, jika nasabah tidak yakin

bahwa dananya akan dikembalikan sepenuhnya oleh bank, maka akan terjadi bank

run yaitu dimana sebagian besar atau seluruh nasabah menarik simpanannya

secara serentak dari bank.

Kondisi tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Hadori

(2002) untuk kasus Indonesia. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa

pemberian LOLR atau BLBI oleh BI/Pemerintah dapat mencegah terjadinya

kontraksi perekonomian Indonesia yang lebih parah lagi jika dibandingkan tidak

ada pemberian BLBI. Dengan mengasumsikan terjadinya “dooms day” maka

Page 11: Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai

11

tanpa adanya pemberian fasilitas LOLR/BLBI kepada bank maka fungsi

intermediasi perbankan terhambat dan sistem pembayaran dalam dan luar negeri

terganggu sehingga secara keseluruhan ekonomi akan mengalami kontraksi yang

jauh lebih buruk dibandingkan dengan perekonomian ekonomi dengan BLBI.

Untuk mencegah terjadinya bank run, Diamond dan Dybvig (1983)

mengusulkan tiga solusi yaitu: lender the last resort (LLR), suspension of

convertibility (SC), Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS). Dengan adanya LLR

dan LPS, nasabah menjadi yakin bahwa penarikan dana dari bank akan selalu

dapat dipenuhi oleh bank. Oleh karena itu tidak akan ada kekawatiran dari seorang

nasabah mengenai kemampuan bank untuk memenuhi semua kewajibannya.

Salah satu cara untuk mengatasi panik adalah dengan cara memberlakukan

suspension of convertibility (SC) atau penghentian pengkonversian dari simpanan

menjadi uang cash. Dalam kasus seperti ini deposan hanya bisa menguangkan

simpanan sesuai dengan kontrak simpanannya, dalam arti bahwa simpanan yang

belum jatuh tempo tidak bisa ditarik.

Alternatif yang kedua untuk mencegah terjadinya panik adalah dengan

mengadakan fasilitas LLR. Dengan adanya fasilitas ini, bank tidak harus

melakukan likuidasi aset-asetnya untuk melayani terjadinya panik. Oleh karena itu

fasilitas LLR memiliki dua fungsi yaitu :

1. memberikan kemampuan pada bank untuk melayani seluruh penarikan,

dan

2. mencegah bank melakukan likuidasi aset-aset produktivnya.

Akan tetapi fasilitas LLR memiliki tiga kelemahan sebagai berikut:

Pertama, fasilitas ini relatif terbatas scope-nya untuk mengatasi masalah

kesulitan likuiditas perbankan. Kedua, fasilitas ini biasanya juga disertai dengan

infusi jumlah uang yang beredar sehingga cenderung meningkatkan inflasi dan

ketidakpastian dalam nilai tukar. Ketiga, dalam dunia yang penuh dengan

ketidakpastian, tidak ada jaminan bahwa return on investment dari aset kredit

perbankan akan mampu menutup semua kewajibannya terhadap otoritas penyedia

LLR.

Page 12: Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai

12

Panik dapat juga dicegah dengan pemberlakuan blanket guarantee, dimana

pemerintah memberikan jaminan kepada seluruh deposan dan kreditur bahwa

dananya akan sepenuhnya dikembalikan oleh pemerintah melalui bank yang

bersangkutan. Dalam kasus seperti ini, blanket guarantee hanya bisa kredibel jika

diseponsori oleh pemerintah dan bukannya dalam bentuk deposit insurance (DI)

yang dilakukan oleh swasta.

Akan tetapi blanket guarantee memiliki dua masalah pokok sebagai

berikut. Pertama, ia tidak bisa sepenuhnya kredibel dalam konteks ekonomi

terbuka tanpa adanya capital control. Kedua, pada kenyataannya pemerintah tidak

bisa secara fleksibel menetapkan kenaikan pajak, karena harus melalui proses

perundang-undangan yang memakan waktu lama. Oleh karena itu, pemerintah

sering hanya bisa meningkatkan future tax yang justru dapat mengakibatkan tidak

kondusifnya iklim investasi dimasa yang akan datang.

Penyediaan fasilitas LLR sangat berkaitan dengan proses penciptaan uang,

karena bantuan likuiditas terhadap bank merupakan bagian dari base money. Pada

intinya base money dapat didekomposisi menjadi dua komponen yaitu NFA dan

NDA. BLBI merupakan salah satu komponen dalam NDA, sehingga peningkatan

jumlah BLBI akan secara otomatis meningkatkan jumlah uang yang beredar (base

money) jika tidak disertai dengan upaya counter balance melalui penurunan NFA

ataupun komponen NDA lainnya. Kalau hal ini terjadi maka dengan adanya

BLBI, pencapaian target moneter menjadi lebih sulit untuk dipenuhi.

Sebagaimana diungkapkan dalam bagian terdahulu ternyata pembengkakan

penyaluran BLBI disertai dengan peningkatan jumlah uang yang beredar. Jadi,

pada intinya social cost dari BLBI bisa dirunut melalui peningkatan jumlah uang

yang beredar dan dampaknya terhadap ekonomi makro.

Dalam konteks ekonomi terbuka dan regim nilai tukar mengambang,

Dornbusch (1976) mengusulkan suatu model overshooting yang pada intinya

menekankan bahwa pergerakan nilai tukar dalam jangka pendek akan mengalami

overshooting terhadap keseimbangan jangka panjangnya. Artinya jika terjadi

suatu shock moneter maka fluktuasi nilai tukar menjadi sangat sulit untuk

diprediksi.

Page 13: Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai

13

Peningkatan jumlah BLBI yang disertai dengan peningkatan base money

akan menyebabkan nilai tukar selain terdepresiasi secara tajam, fluktuasi jangka

pendeknya menjadi sangat volatile. Oleh karena itu peningkatan BLBI dapat

menyebabkan ketidakpastian nilai tukar atau peningkatan dalam exchange rate

risk.

Dalam monetary approach to balance of payments, jumlah uang yang

beredar dan nilai tukar pada gilirannya menyebabkan peningkatan inflasi.

Walaupun pass through effect dari depresiasi nilai tukar tidak berdampak penuh

terhadap inflasi dalam jangka pendek, inflasi bisa menjadi jauh di atas normal jika

terjadi depresiasi dalam skala besar. Dengan demikian, peningkatan BLBI akan

berasosiasi dengan:

1. peningkatan base money,

2. depresiasi nilai tukar secara berlebihan,

3. volatilitas nilai tukar, dan

4. inflasi secara berlebihan.

4.4 Kebijakan Nilai Tukar

Nilai tukar yang lazim disebut kurs, mempunyai peran penting dalam

rangka tercapainya stabilitas moneter dan dalam mendukung kegiatan ekonomi.

Nilai tukar yang stabil diperlukan untuk terciptanya iklim yang kondusif bagi

peningkatan kegiatan dunia usaha.

Secara garis besar, sejak tahun 1970, Indonesia telah menerapkan tiga

sistem nilai tukar, yaitu sistem nilai tukar tetap mulai tahun 1970 sampai tahun

1978, sistem nilai tukar mengambang terkendali sejak tahun 1978, dan sistem

nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate system) sejak 14

Agustus 1997.

Dengan diberlakukannya sistem yang terakhir ini, nilai tukar rupiah

sepenuhnya ditentukan oleh pasar sehingga kurs yang berlaku adalah benar-benar

pencerminan keseimbangan antara kekuatan penawaran dan permintaan.

Page 14: Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai

14

Untuk menjaga stabilitas nilai tukar, Bank Indonesia pada waktu-waktu

tertentu melakukan sterilisasi di pasar valuta asing, khususnya pada saat terjadi

gejolak kurs yang berlebihan.

4.5 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

Prospek ekonomi dunia terus membaik, namun dibayangi oleh tekanan

inflasi yang meningkat sejalan dengan tingginya harga minyak dan komoditas

pangan dunia. Pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan lebih tinggi dari

perkiraan semula yang didukung oleh membaiknya ekonomi negara maju,

sementara ekonomi negara berkembang khususnya emerging markets (EM) masih

tetap tumbuh. Sejalan dengan perkembangan tersebut, harga komoditas dunia

menunjukkan kecenderungan meningkat yang diwarnai dengan harga minyak

yang melambung tinggi. Dengan perkembangan tersebut, tekanan inflasi baik di

negara berkembang maupun negara maju cenderung meningkat didorong oleh tren

peningkatan harga pangan dan energi. Sementara itu, perkembangan geopolitik di

Timur Tengah selain berpengaruh pada harga minyak juga menimbulkan tekanan

terhadap pasar keuangan global. Kebijakan Bank Sentral China untuk melakukan

pengetatan lebih lanjut juga turut menekan pasar keuangan global. Pengetatan

kebijakan moneter dalam merespons perkembangan inflasi tidak hanya terjadi di

negara-negara EM tetapi juga mulai diikuti oleh negara-negara maju. 

Prospek ekonomi global yang membaik tersebut berdampak positif

terhadap perekonomian domestik, terutama melalui jalur ekspor yang akhir-akhir

ini meningkat. Perekonomian domestik pada triwulan I 2011 diperkirakan tumbuh

cukup tinggi meskipun lebih lambat dari triwulan sebelumnya. Pertumbuhan pada

triwulan I 2011 yang diperkirakan mencapai 6,4% terutama ditopang oleh

pertumbuhan ekspor yang masih tetap tinggi, sementara pertumbuhan konsumsi

rumah tangga dan investasi masih positif namun tidak sekuat triwulan

sebelumnya. Kinerja ekspor masih tetap tinggi sejalan dengan pemulihan ekonomi

global yang masih cukup kuat. Impor juga masih meningkat didorong oleh masih

kuatnya permintaan domestik dan eksternal yang masih menguat.  Pertumbuhan

konsumsi rumah tangga sedikit tertahan dipengaruhi oleh penurunan pendapatan

Page 15: Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai

15

riil khususnya untuk masyarakat menengah ke bawah. Perkembangan proyek-

proyek infrastruktur yang masih terbatas berdampak pada kegiatan investasi yang

cenderung tertahan. Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran masih mencatat surplus

yang cukup besar. Transaksi modal dan finansial (TMF) diperkirakan masih

mencatat surplus, meskipun sempat terjadi outflow di awal triwulan yang dipicu

oleh kekhawatiran terhadap tekanan inflasi. Surplus TMF antara lain didukung

oleh FDI yang diperkirakan lebih tinggi dari periode yang sama tahun

sebelumnya, sementara aliran modal portofolio masih cukup kuat.  Sejalan dengan

itu, transaksi berjalan juga masih mengalami surplus terutama didukung oleh

tingginya harga komoditas. Dengan perkembangan sisi eksternal yang masih solid

tersebut, posisi cadangan devisa pada 28 Februari  2011 tercatat sebesar 99,6

miliar dolar AS atau setara dengan 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar

negeri pemerintah. Sementara itu, posisi per 3 Maret 2011 tercatat sebesar 101,8

miliar dolar AS atau setara dengan 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar

negeri pemerintah.

Tren penguatan nilai tukar rupiah yang sempat tertahan pada Januari 2011

kembali berlanjut pada Februari 2011. Di samping kembali masuknya aliran

modal asing karena positifnya persepsi investor asing terhadap kuatnya

fundamental ekonomi Indonesia, penguatan rupiah juga sebagai respons positif

terhadap kenaikan BI Rate dan kebijakan Bank Indonesia untuk memberikan

ruang bagi penguatan rupiah sebagai komitmen kuat Bank Indonesia untuk

pengendalian inflasi. Pada Februari 2011 nilai tukar rupiah menguat sebesar 2,5%

(ptp) menjadi  Rp8.818 per dolar AS pada akhir Februari 2011. Apresiasi rupiah

sejauh ini belum memengaruhi daya saing Indonesia dari sisi nilai tukar karena

pada periode yang sama negara-negara di kawasan juga mengalami penguatan

nilai tukar dan bahkan dengan tingkat yang lebih besar.   

Inflasi IHK pada Februari 2011 sedikit menurun, namun risiko tekanan

inflasi ke depan masih cukup tinggi. Inflasi IHK pada Februari 2011 mencapai

0,13% (mtm) atau 6,84% (yoy), menurun dibandingkan bulan sebelumnya.

Koreksi harga beras dan cabai akibat membaiknya pasokan sejalan dengan

kebijakan Pemerintah, memengaruhi inflasi kelompok volatile foods yang

Page 16: Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai

16

mengalami deflasi sebesar 0,48% (mtm). Sementara itu, tekanan inflasi kelompok

administered prices sejauh ini masih minimal yakni mencapai 0,32% (mtm) atau

5,34% (yoy). Namun, Bank Indonesia terus mewaspadai kenaikan inflasi

kelompok inti yang mulai meningkat yakni tercatat sebesar 0,31%(mtm) atau

4,36% (yoy), terutama yang selama ini dipengaruhi oleh tingginya inflasi volatile

foods dan kenaikan harga komoditas internasional. Indikator ekspektasi inflasi di

pasar keuangan mulai terindikasi menurun meski masih tinggi sebagai respons

dari kenaikan BI Rate, sementara ekspektasi inflasi di kalangan produsen,

pedagang, dan konsumen belum banyak terpengaruh.  Karenanya, Bank Indonesia

akan terus menempuh langkah-langkah kebijakan moneter dan makroprudensial,

termasuk mengendalikan pengaruh imported inflation tersebut dengan penguatan

nilai tukar rupiah.

Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga yang disertai terus membaiknya

fungsi intermediasi perbankan dan likuiditas perbankan yang terkendali. Industri

perbankan cukup stabil ditandai oleh terjaganya kondisi permodalan dan likuiditas

sebagaimana tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal (CAR/Capital

Adequacy Ratio) dan terjaganya rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing

Loan) gross di bawah 5%. Intermediasi perbankan juga semakin membaik

tercermin dari pertumbuhan kredit yang terus meningkat, yakni pada Januari 2011

mencapai 24,6% (yoy), ditopang oleh pertumbuhan pada seluruh jenis kredit

termasuk kredit kepada UMKM.  Tidak ada indikasi bahwa kenaikan BI Rate

pada Februari 2011 diikuti dengan kenaikan suku bunga perbankan. Sementara

itu, penerapan ketentuan GWM LDR dan GWM Valas  per 1 Maret 2011 telah

dapat dipenuhi sebagaimana ketentuan yang berlaku.

Kinerja pasar keuangan domestik membaik setelah sempat tertekan pada

awal tahun 2011. Perbaikan pasar keuangan antara lain dicerminkan pada kinerja

pasar saham yang mulai pulih dan relatif stabilnya nilai SUN.  Di pasar uang,

likuiditas sedikit mengalami penurunan sejalan dengan rekening pemerintah yang

kontraktif dan kebijakan stabilisasi nilai tukar.  Dari sisi transmisi kebijakan

moneter, suku bunga perbankan belum sepenuhnya merespons kenaikan BI rate di

bulan Februari 2011. Sejalan dengan itu, pergerakan suku bunga PUAB O/N juga

Page 17: Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai

17

belum merespons sinyal kebijakan moneter.  Namun, transmisi kebijakan moneter

diperkirakan masih akan terus berlanjut mengingat diperlukan waktu untuk

melakukan penyesuaian. Selain itu, upaya Bank Indonesia dalam meningkatkan

pengelolaan moneter juga akan semakin memperkuat transmisi kebijakan

moneter.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 4 Maret 2011

memutuskan untuk sementara ini mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%. 

Keputusan ini tidak mengubah arah kebijakan moneter Bank Indonesia yang

cenderung ketat sebagai upaya untuk pengendalian tekanan inflasi yang masih

tinggi. Bank Indonesia akan terus mewaspadai perkembangan inflasi ke depan dan

menyesuaikan tingkat BI Rate secara terukur pada waktunya. Upaya pengendalian

inflasi, khususnya tekanan imported inflation dari kenaikan komoditas

internasional, juga diperkuat dengan terbukanya ruang penguatan nilai tukar

Rupiah lebih lanjut sejalan dengan membaiknya fundamental ekonomi global. Di

samping itu, langkah pengendalian likuiditas melalui penerapan kebijakan

makroprudensial dan operasi moneter juga akan terus diperkuat dengan tetap

memperhatikan kebutuhan likuiditas perbankan yang sehat, termasuk dengan

mulai berlakunya ketentuan GWM LDR dan GWM Valas per 1 Maret 2011.

Melalui bauran kebijakan moneter dan makroprudensial  tersebut, serta dukungan 

komitmen Pemerintah yang kuat untuk mengatasi tingginya harga komoditas

pangan sebagaimana ditunjukkan oleh koordinasi pengendalian inflasi di tingkat

pusat dan daerah, Bank Indonesia meyakini inflasi IHK dapat dijaga pada

sasarannya yakni 5%±1% untuk tahun 2011 dan 4,5%±1% pada tahun 2012.

4.6 Stabilitas Nilai Tukar

Menjaga stabilitas nilai tukar rupiah adalah tujuan Bank Indonesia

sebagaimana diamanatkan Undang-Undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank

Indonesia. Untuk menjaga stabilitas rupiah itu perlu disokong pengaturan dan

pengelolaan akan kelancaran Sistem Pembayaran Nasional (SPN). Kelancaran

SPN ini juga perlu didukung oleh infrastruktur yang handal (robust). Jadi,

semakin lancar dan hadal SPN, maka akan semakin lancar pula transmisi

Page 18: Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai

18

kebijakan moneter yang bersifat time critical. Bila kebijakan moneter berjalan

lancar maka muaranya adalah stabilitas nilai tukar.

BI adalah lembaga yang mengatur dan menjaga kelancaran SPN. Sebagai

otoritas moneter, bank sentral berhak menetapkan dan memberlakukan kebijakan

SPN. Selain itu, BI juga memiliki kewenangan memeberikan persetujuan dan

perizinan serta melakukan pengawasan (oversight) atas SPN. Menyadari

kelancaran SPN yang bersifat penting secara sistem (systemically important),

bank sentral memandang perlu menyelenggarakan sistem settlement antar bank

melalui infrastruktur BI-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS).

Selain itu masih ada tugas BI dalam SPN, misalnya, peran sebagai

penyelenggara sistem kliring antarbank untuk jenis alat-alat pembayaran tertentu.

Bank sentral juga adalah satu-satunya lembaga yang berhak mengeluarkan dan

mengedarkan alat pembayaran tunai seperti uang rupiah. BI juga berhak

mencabut, menarik hingga memusnahkan uang rupiah yang sudah tak berlaku dari

peredaran.

Berbekal kewenangan itu, BI pun menetapkan sejumlah kebijakan dari

komponen SPN ini. Misalnya, alat pembayaran apa yang boleh dipergunakan di

Indonesia. BI juga menentukan standar alat-alat pembayaran tadi serta pihak-

pihak yang dapat menerbitkan dan/atau memproses alat-alat pembayaran tersebut.

BI juga berhak menetapkan lembaga-lembaga yang dapat menyelenggarakan

sistem pembayaran. Ambil contoh, sistem kliring atau transfer dana, baik suatu

sistem utuh atau hanya bagian dari sistem saja. Bank sentral juga memiliki

kewenangan menunjuk lembaga yang bisa menyelenggarakan sistem settlement.

Pada akhirnya BI juga mesti menetapkan kebijakan terkait pengendalian risiko,

efisiensi serta tata kelola (governance) SPN.

Di sisi alat pembayaran tunai, Bank Indonesia merupakan satu-satunya

lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang Rupiah

serta mencabut, menarik dan memusnahkan uang dari peredaran. Terkait dengan

peran BI dalam mengeluarkan dan mengedarkan uang, Bank Indonesia senantiasa

berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam

nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu, dan dalam kondisi

Page 19: Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai

19

yang layak edar (clean money policy). Untuk mewujudkan clean money policy

tersebut, pengelolaan pengedaran uang yang dilakukan oleh Bank Indonesia

dilakukan mulai dari pengeluaran uang, pengedaran uang, pencabutan dan

penarikan uang sampai dengan pemusnahan uang.

Sebelum melakukan pengeluaran uang Rupiah, terlebih dahulu dilakukan

perencanaan agar uang yang dikeluarkan memiliki kualitas yang baik sehingga

kepercayaan masyarakat tetap terjaga. Perencanaan yang dilakukan Bank

Indonesia meliputi perencanaan pengeluaran emisi baru dengan

mempertimbangkan tingkat pemalsuan, nilai intrinsik serta masa edar uang. Selain

itu dilakukan pula perencanaan terhadap jumlah serta komposisi pecahan uang

yang akan dicetak selama satu tahun kedepan. Berdasarkan perencanaan tersebut

kemudian dilakukan pengadaan uang baik untuk pengeluaran uang emisi baru

maupun pencetakan rutin terhadap uang emisi lama yang telah dikeluarkan.

Uang Rupiah yang telah dikeluarkan tadi kemudian didistribusikan atau

diedarkan di seluruh wilayah melalui Kantor Bank Indonesia. Kebutuhan uang

Rupiah di setiap kantor Bank Indonesia didasarkan pada jumlah persediaan,

keperluan pembayaran, penukaran dan penggantian uang selama jangka waktu

tertentu. Kegitan distribusi dilakukan melalui sarana angkutan darat, laut dan

udara. Untuk menjamin keamanan jalur distribusi senantiasa dilakukan baik

melalui pengawalan yang memadai maupun dengan peningkatan sarana sistem

monitoring.

Kegiatan pengedaran uang juga dilakukan melalui pelayanan kas kepada

bank umum maupun masyarakat umum. Layanan kas kepada bank umum

dilakukan melalui penerimaan setoran dan pembayaran uang Rupiah. Sedangkan

kepada masyarakat dilakukan melalui penukaran secara langsung melalui loket-

loket penukaran di seluruh kantor Bank Indonesia atau melalui kerjasama dengan

perusahaan yang menyediakan jasa penukaran uang kecil.

Lebih lanjut, kegiatan pengelolaan uang Rupiah yang dilakukan Bank

Indonesia adalah pencabutan uang terhadap suatu pecahan dengan tahun emisi

tertentu yang tidak lagi berlaku sebagai alat pembayaran yang sah. Pencabutan

uang dari peredaran dimaksudkan untuk mencegah dan meminimalisasi peredaran

Page 20: Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai

20

uang palsu serta menyederhanakan komposisi dan emisi pecahan. Uang Rupiah

yang dicabut tersebut dapat ditarik dengan cara menukarkan ke Bank Indonesia

atau pihak lain yang telah ditunjuk oleh Bank Indonesia.

Sementara itu untuk menjaga menjaga kualitas uang Rupiah dalam kondisi

yang layak edar di masyarakat, Bank Indonesia melakukan kegiatan pemusnahan

uang. Uang yang dimusnahkan tersebut adalah uang yang sudah dicabut dan

ditarik dari peredaran, uang hasil cetak kurang sempurna dan uang yang sudah

tidak layak edar. Kegiatan pemusnahan uang diatur melalui prosedur dan

dilaksanakan oleh jasa pihak ketiga yang dengan pengawasan oleh tim Bank

Indonesia (BI).

4.7 Peran Bank Indonesia Dalam Stabilitas Keuangan

Sebagai otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas utama

Bank Indonesia tidak saja menjaga stabilitas moneter, namun juga stabilitas sistem

keuangan (perbankan dan sistem pembayaran). Keberhasilan Bank Indonesia

dalam menjaga stabilitas moneter tanpa diikuti oleh stabilitas sistem keuangan,

tidak akan banyak artinya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang

berkelanjutan. Stabilitas moneter dan stabilitas keuangan ibarat dua sisi mata uang

yang tidak dapat dipisahkan. Kebijakan moneter memiliki dampak yang signifikan

terhadap stabilitas keuangan begitu pula sebaliknya, stabilitas keuangan

merupakan pilar yang mendasari efektivitas kebijakan moneter. Sistem keuangan

merupakan salah satu alur transmisi kebijakan moneter, sehingga bila terjadi

ketidakstabilan sistem keuangan maka transmisi kebijakan moneter tidak dapat

berjalan secara normal. Sebaliknya, ketidakstabilan moneter secara fundamental

akan mempengaruhi stabilitas sistem keuangan akibat tidak efektifnya fungsi

sistem keuangan. Inilah yang menjadi latar belakang mengapa stabilitas sistem

keuangan juga masih merupakan  tugas dan tanggung jawab Bank Indonesia.

Pertanyaannya, bagaimana peranan Bank Indonesia dalam memelihara

stabilitas sistem keuangan? Sebagai bank sentral, Bank Indonesia memiliki lima

peran utama dalam menjaga stabilitas sistem keuangan. Kelima peran utama yang

Page 21: Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai

21

mencakup kebijakan dan instrumen dalam menjaga stabilitas sistem keuangan itu

adalah:

Pertama, Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter

antara lain melalui instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka. Bank

Indonesia dituntut untuk mampu menetapkan kebijakan moneter secara tepat dan

berimbang. Hal ini mengingat gangguan stabilitas moneter memiliki dampak

langsung terhadap berbagai aspek ekonomi.  Kebijakan moneter melalui

penerapan suku bunga yang terlalu ketat, akan cenderung bersifat mematikan

kegiatan ekonomi. Begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, untuk menciptakan

stabilitas moneter, Bank Indonesia telah menerapkan suatu kebijakan yang disebut

inflation targeting framework.

Kedua, Bank Indonesia memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja

lembaga keuangan yang sehat, khususnya perbankan. Penciptaan kinerja lembaga

perbankan seperti itu dilakukan melalui mekanisme pengawasan dan regulasi.

Seperti halnya di negara-negara lain, sektor perbankan memiliki pangsa yang

dominan dalam sistem keuangan. Oleh sebab itu, kegagalan di sektor ini dapat

menimbulkan ketidakstabilan keuangan dan mengganggu perekonomian. Untuk

mencegah terjadinya kegagalan tersebut, sistem pengawasan dan kebijakan

perbankan yang efektif haruslah ditegakkan. Selain itu, disiplin pasar melalui

kewenangan dalam pengawasan dan pembuat kebijakan serta penegakan hukum

(law enforcement) harus dijalankan. Bukti yang ada menunjukkan bahwa negara-

negara yang menerapkan disiplin pasar, memiliki stabilitas sistem keuangan yang

kokoh. Sementara itu, upaya penegakan hukum (law enforcement) dimaksudkan

untuk melindungi perbankan dan stakeholder serta sekaligus mendorong

kepercayaan terhadap sistem keuangan. Untuk menciptakan stabilitas di sektor

perbankan secara berkelanjutan, Bank Indonesia telah menyusun Arsitektur

Perbankan Indonesia dan rencana implementasi Basel II.

Ketiga, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur dan

menjaga kelancaran sistem pembayaran. Bila terjadi gagal bayar (failure to settle)

pada salah satu peserta dalam sistem sistem pembayaran, maka akan timbul risiko

potensial yang cukup serius dan mengganggu kelancaran sistem pembayaran.

Page 22: Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai

22

Kegagalan tersebut dapat menimbulkan risiko yang bersifat menular (contagion

risk) sehingga menimbulkan gangguan yang bersifat sistemik. Bank Indonesia

mengembangkan mekanisme dan pengaturan untuk mengurangi risiko dalam

sistem pembayaran yang cenderung semakin meningkat. Antara lain dengan

menerapkan sistem pembayaran yang  bersifat real time atau dikenal dengan nama

sistem RTGS (Real Time Gross Settlement) yang dapat lebih meningkatkan

keamanan dan kecepatan sistem pembayaran. Sebagai otoritas dalam sistem

pembayaran, Bank Indonesia memiliki informasi dan keahlian untuk

mengidentifikasi risiko potensial dalam sistem pembayaran.

Keempat, melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan, Bank Indonesia

dapat mengakses informasi-informasi yang dinilai mengancam stabilitas

keuangan. Melalui pemantauan secara macroprudential, Bank Indonesia dapat

memonitor kerentanan sektor keuangan dan mendeteksi potensi kejutan (potential

shock) yang berdampak pada stabilitas sistem keuangan. Melalui riset, Bank

Indonesia dapat mengembangkan instrumen dan indikator macroprudential untuk

mendeteksi kerentanan sektor keuangan. Hasil riset dan pemantauan tersebut,

selanjutnya akan menjadi rekomendasi bagi otoritas terkait dalam mengambil

langkah-langkah yang tepat untuk meredam gangguan dalam sektor keuangan.

Kelima, Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai jaring pengaman sistim

keuangan  melalui fungsi bank sentral sebagai lender of the last resort (LoLR).

Fungsi LoLR merupakan peran tradisional Bank Indonesia sebagai bank sentral

dalam mengelola krisis guna menghindari terjadinya ketidakstabilan sistem

keuangan. Fungsi sebagai LoLR mencakup penyediaan likuiditas pada kondisi

normal maupun krisis. Fungsi ini hanya diberikan kepada bank yang menghadapi

masalah likuiditas dan berpotensi memicu terjadinya krisis yang bersifat sistemik.

Pada kondisi normal, fungsi LoLR dapat diterapkan pada bank yang mengalami

kesulitan likuiditas temporer namun masih memiliki kemampuan untuk membayar

kembali. Dalam menjalankan fungsinya sebagai LoLR,  Bank Indonesia harus

menghindari terjadinya moral hazard. Oleh karena itu, pertimbangan risiko

sistemik dan persyaratan yang ketat harus diterapkan dalam penyediaan likuiditas

tersebut.

Page 23: Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai

23

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka penulis menyajikan

kesimpulan dan sekaligus merupakan bab penutup dari penyusunan laporan

Makalah Ilmiah (MI) ini, adapun kesimpulan dari Makalah Ilmiah diantaranya :

1. Satu tujuan tunggal Bank Indonesia, yaitu mencapai dan memelihara

kestabilan nilai rupiah.

2. Nilai tukar rupiah sepenuhnya ditentukan oleh pasar sehingga kurs yang

berlaku adalah benar-benar pencerminan keseimbangan antara kekuatan

penawaran dan permintaan.

3. Dalam menjaga stabilitas nilai tukar, Bank Indonesia pada waktu-waktu

tertentu akan melakukan sterilisasi di pasar valuta asing, khususnya pada

saat terjadi gejolak kurs yang berlebihan.

4. BI adalah lembaga yang mengatur dan menjaga kelancaran SPN. Sebagai

otoritas moneter, bank sentral berhak menetapkan dan memberlakukan

kebijakan SPN. Selain itu, BI juga memiliki kewenangan memeberikan

persetujuan dan perizinan serta melakukan pengawasan (oversight) atas

SPN.

5. Fungsi bank sentral sebagai lender of the last resort (LOLR) telah dikenal

sejak akhir abad ke-19. LOLR merupakan pemberian fasilitas pinjaman

kepada bank yang mengalami kesulitan likuiditas dan simaksudkan untuk

mencegah terjadinya krisis keuangan yang sistemik pada perbankan.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas dan pada bab-bab sebelumnya, adapun saran-

saran yang penulis berikan adalah agar kita harus memanfaatkan keberadaan Bank

Indonesia semaksimal mungkin. Mengingat salah satu fungsi bank adalah sebagai

Page 24: Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai

24

financial intermediary, maka bank di tuntut untuk menjaga kinerjanya agar bank

memperoleh kepercayaan dari masyarakat. Maka dari itu, dengan meningkatnya

kepercayaan masyarakat, maka fungsi bank sebagai agent of development dalam

rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi, peningkatan lapangan kerja serta

kesejahteraan masyarakat dapat terwujud. Kepercayaan masyarakat terhadap bank

akan terwujud apabila bank mampu meningkatkan kinerjanya secara optimal.

Page 25: Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai

25

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Bank_Indonesia

http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Stabilitas+Sistem+Keuangan/

Ikhtisar/Definisi+SSK/

Peni Sawitri, Eko Hartanto, (2007), Bank dan Lembaga Keuangan Lain,

Jakarta, Penerbit Gunadarma