pencemaranlaut.files.wordpress.com  · web viewmerupakan limbah b3 yang dalam pengelolaannya harus...

13
Pencemaran Laut oleh Limbah Minyak Hitam ( Sludge Oil) di Wilayah Batam dan Bintan Kepulauan Riau OLEH SHINTA WAHYU JUWITA 26020112130058 PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Upload: others

Post on 26-Feb-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Pencemaran Laut oleh Limbah Minyak Hitam ( Sludge Oil) di Wilayah Batam dan

Bintan Kepulauan Riau

OLEH

SHINTA WAHYU JUWITA

26020112130058

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI

JURUSAN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2014

Biodata

I. DATA PRIBADI1. Nama Lengkap / Nama

PanggilanShinta Wahyu Juwita / Shinta

2. Tempat / Tanggal Lahir Magetan / 31 Mei 19943. Jenis Kelamin Perempun4. Tinggi / Berat 156 cm / 52 kg5. Alamat Rumah Desa Manjung,Kecamatan Barat,

Kabupaten Magetan. Jawa Timur

6. E-mail [email protected]. Nomer Hp / Telp. 089835516268. Hobi Kuliner9. Golongan Darah A

Pencemaran perairan laut terjadi pada wilayah Bintan, pencemar wilayah perairan ini

berupa minyak hitam (sludge oil). Minyak hitam telah mencemari pantai sepanjang pantai

Desa Tanjungberakit, Bintan. Diduga sumber pencemaran berasal dari pelabuhan

internasional Tanjungberakit dan dari kapal tanker yang berlego diwilayah perairan tersebut.

Minyak tersebut merupakan cairan sisa pembersihan kapal yang dibuang ke laut.

Minyak hitam atau sludge oil merupakan limbah padat yang dihasilkan dari proses

penyulingan minyak disebut oil slude. Oksidasi proses yang terjadi akibat kontak antara

minyak, udara dan air menimbulkan adanya sedimentasi pada dasar tangki penyimpanan,

endapan ini adalah oil sludge. Sludge oil terdiri dari, minyak (hydrocarbon), air, abu, karat

tangki, pasir, dan bahan kimia lainnya. Kandungan dari hydrocarbon antara lain benzene,

toluene, ethylbenzene, xylenes, dan logam berat seperti timbal (Pb) pada sludge oil

merupakan limbah B3 yang dalam pengelolaannya harus mengacu pada peraturan pemerintah

no. 18 tahun 1999, dimana limbah B3 harus diproses untuk mengubah karakteristik dan

komposisi limbah B3 menjadi tidak beracun dan berbahaya, karna itu harus ada aplikasikan

teknik pengolahan limbah atau daur ulang yang tepat dan murah untuk menangani masalah

limbah slude oil tersebut Limbah padat yang dihasilkan dari proses penyulingan minyak

disebut oil slude. Oksidasi proses yang terjadi akibat kontak antara minyak, udara dan air

menimbulkan adanya sedimentasi pada dasar tangki penyimpanan, endapan ini adalah oil

sludge. Oil sludge terdiri dari, minyak (hydrocarbon), air, abu, karat tangki, pasir, dan bahan

kimia lainnya. Kandungan dari hydrocarbon antara lain benzene, toluene, ethylbenzene,

xylenes, dan logam berat seperti timbal (Pb) pada oil sludge .

Pada dasarnya sludge oil dapat diolah kembali menjadi minyak ,karena hampir 40%

pada sludge oil masih mengandung minyak. Dengan mengolah sludge oil akan

menghasilkan light oil seperti minyak diesel yang siap pakai, dan residu dari proses

pengolahan siap dan aman untuk dibuang (landfill). Tetapi masalahnya banyak para

pengusaha minyak maupun kapal-kapal tanker pengangkut minyak lebih memilih untuk

membuangnya langsung, sebab dalam pengelolaannyapun membutuhkan dana yang cukup

besar.

Sludge oil jika dibuang disembarang tempat terutama di perairan laut akan

memberikan banyak dampak negatif baik itu untuk ekosistem di wilayah laut dan sekitarnya ,

sosial ekonomi, dan memberikan dampak negatif pula terhadap masyarakat maupun

masyarakat pesisir. Efek negatif dari oil sludge antara lain:

Efek langsung terhadap organisme

1. Rusaknya estetika pantai akibat bau dari material minyak. Residu berwarna

gelap yang terdampar di pantai akan menutupi batuan, pasir, tumbuhan dan

hewan. Gumpalan tar yang terbentuk dalam proses pelapukan minyak akan

hanyut dan terdampar di pantai.

2. Kerusakan biologis, bisa merupakan efek letal dan efek subletal. Efek letal yaitu reaksi yang terjadi saat zat-zat fisika dan kimia mengganggu proses sel ataupun subsel pada makhluk hidup hingga kemungkinan terjadinya kematian. Efek subletal yaitu mepengaruhi kerusakan fisiologis dan perilaku namun tidak mengakibatkan kematian secara langsung. Terumbu karang akan mengalami efek letal dan subletal dimana pemulihannya memakan waktu lama dikarenakan kompleksitas dari komunitasnya.

3. Pertumbuhan fitoplankton laut akan terhambat akibat keberadaan senyawa beracun dalam komponen minyak bumi, juga senyawa beracun yang terbentuk dari proses biodegradasi. Jika jumlah pitoplankton menurun, maka populasi ikan, udang, dan kerang juga akan menurun. Padahal hewan-hewan tersebut dibutuhkan manusia karena memiliki nilai ekonomi dan kandungan protein yang tinggi.

4. Penurunan populasi alga dan protozoa akibat kontak dengan racun slick (lapisan minyak di permukaan air). Selain itu, terjadi kematian burung-burung laut. Hal ini dikarenakan slick membuat permukaan laut lebih tenang dan menarik burung untuk hinggap di atasnya ataupun menyelam mencari makanan. Saat kontak dengan minyak, terjadi peresapan minyak ke dalam bulu dan merusak sistem kekedapan air dan isolasi, sehingga burung akan kedinginan yang pada akhirnya mati.

Efek limbah sludge oil terhadap ekosistemEkosistem pesisir dan laut (mangrove, delta sungai, estuari, padang lamun, dan

terumbu karang) memiliki fungsi dan peran yang penting secara ekologis, ekonomi dan juga sosial budaya. Secara ekologi, ekosistem tersebut merupakan daerah perkembangbiakan, penyedia habitat dan makanan untuk organisma dewasa serta mendukung jejaring makanan (ex. Input nutrient dari daun-daun mati) bagi ekosistem ataupun habitat lain disekitarnya. Tekanan dari masuknya limbah B3 akan mempengaruhi peruntukan sistem-sistem tersebut, ditambah lagi vulnerabilitas dari ekosistem ekosistem tersebut sangat tinggi terhadap bahan beracun berbahaya disamping natural attenuation (dispertion and dilution) pada beberapa ekosistem

seperti mangrove, estuari, padang lamun dan daerah dangkal di pantai relatif lebih lambat.

Efek limbah sludge oil terhadap sosial-ekonomi

Sesuai dengan berita diatas, limbah minyak hitam atau sludge oil dapat

mempengaruhi jumlah tangkapan ikan sehingga mempengaruhi jumlah pemasukan

nelayan. Selain itu minyak hitam atau sludge oil ini berupa padatan sehingga banyak

merusak jaring dan bubu nelayan. Karena hal tersebut para nelayan harus

mengeluarkan biaya lebih guna memperbaiki alat tangkap para nelayan. Selain itu

dengan tercemarnya perairan tersebut dengan limbah juga akan mempengaruhi harga

jual dari hasil tangkapan ikan tersebut, sebab masyarakat luar yang ingin membeli

akan merasa takut terhadap ikan yang akan dimakan.

Efek limbah sludge oil terhadap kesehatan manusia

Oil sludge merupakan limbah B3 yang dalam pengelolaannya harus mengacu

pada peraturan pemerintah no. 18 tahun 1999, dimana limbah B3 harus diproses untuk

mengubah karakteristik dan komposisi limbah B3 menjadi tidak beracun dan

berbahaya, karna itu harus ada aplikasikan teknik pengolahan limbah atau daur ulang

yang tepat dan murah untuk menangani masalah limbah oil sludge tersebut.

Sebenarnya ada beberapa teknik dalam penanggulangan tumpahan minyak hitam

tersebut diantaranya menggunakan teknik bioremediasi dan mekanis

Teknik Plasma

Pemanfaatan plasma dengan suhu tinggi (thermal plasma) adalah suatu

aplikasi teknik pengolahan limbah yang tepat untuk mengatasi limbah oil

slude. Thermal plasma adalah gas yang terionisasi (ionized gas), dengan suhu

tinggi diatas 10.000 oC. Thermal plasma dapat dibuat dengan electric arc, yang

terbentuk diantara dua elektroda, dalam sebuah alat yang disebut plasma torch.

Dengan memasukkan gas seperti, udara, argon, nitrogen, steam dan lain

sebagainya kedalam plasma torch, atom atau molekul gas akan bertumbukan

dengan elektron yang terbentuk dalam electric arc. Panas yang dihasilkan dari

proses ini adalah panas dan gas yang dapat terionisasi sehingga akan

memproduksi plasma dengan temperatur yang sangat tinggi. Plasma yang

bertemperatur tinggi tersebut dapat dihasilkan untuk mendaur ulang limbah oil

slude. Dengan plasma ini senyawa organik yang terkandung dalam oil slude

dapat diuapkan, dan nantinya senyawa organik yang menguap tadi dapat

dibentuk kembali dalam bentuk minyak yang dapat dimanfaatkam kembali.

Temperatur yang baik untuk penguapan senyawa hidrokarbon dalam oil slude

ini antara 800 sampai 1200 derajat C. Kondisi dalam reaktor proses

dikondisikan agar tidak terjadi proses oksidasi pada material hydrocarbon dan

dapat mendukung proses pembentukan minyak pada condensator. Residu yang

dihasilkan dari proses ini akan bebas dari kandungan hydrocarbon, dan siap

untuk dibuang ke TPA dengan aman sehingga tidak mengganggu manusia dan

lingkungan sekitar. plasma proses akan lebih efektif jika diaplikasikan pada

limbah oil sludge yang memiliki kandungan hydrocarbon di atas 10%.

Selanjutnya, kandungan hydrocarbon pada residu yang dihasilkan berkisar

dibawah 0.01% dari total hydrocarbon. Dengan menerapkan plasma proses

pada limbah oil sludge maka pencemaran lingkungan dan dampaknya bagi

kesehatan masyarakat dapat dihindari dan oil sludge dapat didaur ulang lagi

menjadi minyak yang dapat dimanfaatkan lagi.

Teknik Bioremediasi

Telah dilakukan penelitian secara mikrokosmos yang bertujuan untuk uji

kemampuan konsorsium mikroba hidrokarbonoklastik untuk meningkatkan

degradasi sludge minyak bumi dengan penambahan pupuk NPK sebagai

sumber nitrien.Dimana terdapat 7 jenis mikroba yang mampu mendegradasi

oil sludge diantaranya berasal dari 5 jenis bergenus Bacillus bersifat aerobik

dengan spesies Bacillus badius, Bacillus circulans, Bacillus firmus,Bacillus

coagulans, Bacillus epiphitus sedangkan 2 jenis lainnya anaerobik fakultatif

dengan spesies Pasteurella ovium, Streptobacillus moniliformis. Aktivitas

mikrobar tersebut dalam mendegradasi sludge oil dilakukan dengan

memotong-motong komponen hidrokarbon alifatik yang berantai panjang serta

mentransformasikan senyawa hidrokarbon aromatk , sehingga sludge oil

tersebut akan memperlihatkan perubahan komposisi fraksi hidrokarbon

penyusunnya (Nugroho,2006). Namun, metode ini baru dilaksanakan secara

laboratorium sebab untuk mencobaya langsung dilapangan masih terdapat

beberapa kendala seperti bagaimana cara mematikan bakteri tersebut setelah

digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

Ali,2012.Limbah Sludge Oil di Nongsa dan Tiban Minyak Mentah Buangan Tanker.

Batamtoday, 8 November 2012.

Anto,Trianto.2010 .Daur Ulang Limbah Oil Sludge.

http://www.plasmatech-indonesia.ws/anto (Diakses pada 1 November 2014, pukul

15.37 WIB)

Nugroho, Astri. 2006. “Biodegradasi Sludge Minyak Bumi dalam Skala Mikrokosmos:

Simulasi Sederhana Sebagai Kajian Bioremediasi Land Treatment “. Jurnal

Teknologi Vol 2, No 2

Suhardi,2014. Keramba dan Bubu Tercemar Minyak Hitam. TanjungPos, 7 April 2014.