gkibatu.files.wordpress.com  · web viewkeluarga soelasno adalah keluarga pertama dari gke...

5
PROFIL GKI BATU Di bulan September 1965, Evangeline, anak kedua, puteri pertama Bapak -Ibu Jusuf Kristiaman (Kwee Tjwan Tien) dalam usia 5 tahun mengalami penyakit misterius. Eva, begitu nama panggilannya, tidak mau makan bahkan minum pun hanya sedikit sekali. Keadaan ini berlangsung kira-kira 3 bulan lamanya. Tentunya kedua orang tuanya tidak tinggal diam. Sambil terus berdoa mereka memeriksakannya dari satu dokter ke dokter yang lain. Tapi tak seorang dokterpun dari 8 dokter (diantaranya 2 dokter spesialis anak) dapat menemukan penyebab sakit anak mereka. Menjelang akhir Desember 1965, Ibu Kristiaman (Liem Kwan Nio) yang sebelum menikah melayani disalah satu GKI di Surabaya dengan hati yang hancur memohon belas kasih Tuhan dan kemurahan-Nya. Dalam penyerahannya, Ibu Kristiaman berjanji mau melakukan apa saja untuk Tuhan asalkan putrinya disembuhkan dan dipulihkan seperti semula. Menjelang pagi kira-kira jam 2, Ibu Kristiaman dibangunkan Eva yang memanggil-manggil dan meminta makan. Dalam Mazmur 66 : 19 tertulis “Sesungguhnya Allah telah mendengar, Ia telah memperhatikan doa yang kuucapkan. Terpujilah Allah , yang tidak menolak doaku dan tidak menjauhkan kasih-Nya daripadaku.” Berangsur-angsur Eva sehat kembali. Sebagai rasa syukur, Bapak dan Ibu Kristiaman, selaku anggota GKI Malang menemui Bapak Pdt. Maranatha I. Gamaliel Ke-5 dan ke-6 dari kiri : Ibu Dorkas Kristiaman & Sdri. Eva.

Upload: others

Post on 03-Feb-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PROFIL GKI BATU

Di bulan September 1965, Evangeline, anak kedua, puteri pertama Bapak -Ibu Jusuf Kristiaman (Kwee Tjwan Tien) dalam usia 5 tahun mengalami penyakit misterius. Eva, begitu nama panggilannya, tidak mau makan bahkan minum pun hanya sedikit sekali. Keadaan ini berlangsung kira-kira 3 bulan lamanya. Tentunya kedua orang tuanya tidak tinggal diam. Sambil terus berdoa mereka memeriksakannya dari satu dokter ke dokter yang lain. Tapi tak seorang dokterpun dari 8 dokter (diantaranya 2 dokter spesialis anak) dapat menemukan penyebab sakit anak mereka. Menjelang akhir Desember 1965, Ibu Kristiaman (Liem Kwan Nio) yang sebelum menikah melayani disalah satu GKI di Surabaya dengan hati yang hancur memohon belas kasih Tuhan dan kemurahan-Nya. Dalam penyerahannya, Ibu Kristiaman berjanji mau melakukan apa saja untuk Tuhan asalkan putrinya disembuhkan dan dipulihkan seperti semula. Menjelang pagi kira-kira jam 2, Ibu Kristiaman dibangunkan Eva yang memanggil-manggil dan meminta makan. Dalam Mazmur 66 : 19 tertulis “Sesungguhnya Allah telah mendengar, Ia telah memperhatikan doa yang kuucapkan. Terpujilah Allah , yang tidak menolak doaku dan tidak menjauhkan kasih-Nya daripadaku.” Berangsur-angsur Eva sehat kembali.

(Ke-5 dan ke-6 dari kiri : Ibu Dorkas Kristiaman & Sdri. Eva.)

Sebagai rasa syukur, Bapak dan Ibu Kristiaman, selaku anggota GKI Malang menemui Bapak Pdt. Maranatha I. Gamaliel (Alm) untuk menceritakan pengalaman mereka dengan Eva dan menawarkan diri untuk ikut melayani di GKI Malang. Tawaran ini ditolak karena Pdt. Gamaliel punya tugas lain untuk mereka. Pdt. Gamaliel sudah lama merencanakan untuk membuka POS PI GKI Malang di Batu. Namun beliau belum menemukan orang-orang yang mau melaksanakan rencana ini. Rupanya penyakit Eva dan kesediaan orangtuanya dipakai Tuhan untuk mewujudkan impian itu. Tahun 1966, ada 3 keluarga GKI Malang yang tinggal di Batu, yaitu : Kel. Jusuf Kristiaman, Kel. Tjioe Hong Liem dan Kel. Kariadi Boentaran. Lewat persekutuan/ pertemuan ketiga keluarga ini mempersiapkan bersama apa yang diperlukan untuk kelahiran POS PI GKI Malang di Batu. Baru pada tanggal 25 September 1966 kebaktian perdana dapat diadakan di gedung pertemuan “Warga Bakti” yang dilayani oleh Pdt. Maranatha I Gamaliel (Alm) yang lebih dikenal sebagai Dominee Hwan Ting Kiong.

Minggu-minggu berikutnya selama hampir 2 tahun POS PI mengadakan kebaktian diBalai Pengobatan Kristen “Elim”, milik seorang dokter Pudyo spesialis THT. Firman Tuhan dilayani oleh pendeta-pendeta dari GKI Malang dan juga hamba-hamba Tuhan dari Institut Injili Indonesia (sekarang STT I-3). Keluarga Soelasno adalah keluarga pertama dari GKE Palangkaraya yang bergabung dengan POS PI GKI di Batu.

Tahun Desember 1968, Balai Pengobatan Kristen dijual sehingga POS PI harus mengadakan kebaktian ditempat lain. Tidak mudah mendapatkan sebuah tempat untuk beribadah. Akhirnya POS PI dipindahkan kesebuah garasi di Jl. Abdul Rachman 8 Batu.

Satu tahun kemudian, Bp. Kho Pik Liang menghibahkan sebidang tanah di Jl. Moch Sahar kepada POS PI GKI Malang di Batu. Rencana untuk membangun gedung gereja ditanah hibahan ini tidak mungkin dilaksanakan mengingat situasi dan kondisi saat itu, Memang benar apa yang manusia rencanakan tidak selalu sesuai dengan rencana-Nya. Di bulan Maret 1972 ada 2 rumah berbelakangan dijual pada saat yang sama& dibeli dengan harga Rp. 395.600,-. Setelah 2 rumah ini disatukan, terbentuklah sebuah ruangan yang lumayan besar untuk tempat kebaktian. Pembongkaran & pembangunan dimulai 6 Juli 1972 dan pada tgl 11 Nopember 1972 tempat kebaktian baru diresmikan. Status POS PI ditingkatkan menjadi GKI Malang cabang Batu. Keadaan gereja masih sangat sederhana, kegiatan sore seperti Pemahaman Alkitab dilakukan dibawah sinar Petromax. Baru pada tanggal 18 April 1975 listrik masuk gereja.

(Gedung gereja sebelum direnovasi)

Peneguhan pernikahan pertama dilayani oleh Bp. Pdt. Daud Adiprasetya atas diri Sdr Paidi dan Sdri Kasiati. Di tahun 1980 tongkat kepemimpinan berpindah dari Bp. Jusuf Kristiaman kepada Bp. Soetanto Widjojo.

Untuk mengubah tata ruang gereja agar lebih memenuhi kebutuhan jemaat akan ruang Sekolah Minggu, dsb, maka jemaat mengumpulkan persembahan pada tiap Minggu pertama tiap bulan. Dengan tabungan Rp. 3.257.00,- renovasi dimulai, namun ternyata pengeluaran pembangunan mencapai Rp. 6.500.000,- ruangan sekolah minggu dibangun dengan sumbangan dana dari Keluarga Hadigunawan (Tan Hong Gwan (Alm). Gedung gereja yang ditahun 1972 mulai ditempati, mengalami kerusakan karena faktor usia. Setelah diperiksa ternyata sudah banyak bagian, khususnya bagian atap, kuda-kuda dan reng-reng banyak yang lapuk dan keropos. Renovasi dimulai pada bulan Mei 1995 dan selesai dibangun pada tanggal 23 Nopember 1995 yang menghabiskan dana Rp. 78.032.025,-. Banyak sumbangan diterima seperti tegel, keramik, eternit untuk plafon, lampu-lampu, mimbar dan juga sebuah salib besar yang berada dibelakang mimbar.

(Gedung gereja setelah renovasi tahap I)

(Foto11)Dengan bertambahnya anggota, Panitia GKI cabang Batu merasakan perlu adanya seorang gembala Jemaat agar pelayanan lebih baik. Lewat Sinode dan hamba-hamba Tuhan pilihan Panitia jatuh pada Sdr. Josafat Kristono,S.Th. Pada bulan Juli 1992, Sdr. Josafat Kristono,S.Th. memulai tugas pelayanannya dan kemudian diangkat menjadi Penatua Tugas Khusus (PTK) di GKI cabang Batu.

Pada tanggal 27 Nopember 1995 gedung gereja diresmikan dan status GKI Bromo cabang Batu diubah menjadi GKI Batu. Pada tanggal 27 Nopember ditetapkan sebagai hari jadi GKI Batu.

Dua tahun kemudian, tepatnya 24 Nopember 1997 dilayani kebaktian Pentahbisan atas diri PTK. Josafat Kristono,S.Th. sebagai pendeta jemaat GKI Batu yang pertama. Beliau melayani di GKI Batu sampai Pebruari 2003 oleh karena pindah ke GKI Diponegoro, Surabaya.

Pembangunan tahap kedua yaitu ruang konsistori dan ruang sekolah minggu dilaksanakan pada bulan Juli 2002 sampai bulan Pebruari 2003. Atas berkat Tuhan, 2 rumah disebelah barat gereja sudah menjadi milik GKI Batu, walaupun harus meminjam dana bergulir dari Sinode Jatim sebesar Rp. 150.000.000,-. Satu rumah untuk Pastori yang direnovasi dan selesai pada Maret 2010 dengan dana yang terkumpul dari Donatur (Simpatisan, Jemaat, Tamu).

(Gedung gereja saat ini.)

Setelah kepindahan Pdt. Josafat Kristono, S.Th., BPMK GKI Klasis Madiun mengutus Pdt. Andreas Agus Susanto, S.Th ke GKI Batu sebagai Pendeta Konsulen (Februari – Juli 2003), dilanjutkan Pdt. Trees Adinata, S.Th dari GKI Bromo sampai masa emiritasinya 25 April 2010. Kembali Pdt. Andreas Agus Susanto, S.Th. menjadi Pendeta Konsulen GKI Batu sampai bulan Juli 2011. Pendeta Konsulen dilanjutkan oleh Pdt. Didik Tridjatmiko, S.Th (pendeta GKI Bromo, Malang).Kami menjalani proses LKLD dengan beberapa calon, hingga pada tahun 2012 kami memutuskan untuk memilih Sdr. Dwi Santoso, S.Th. dan ditahbiskan menjadi Pendeta GKI dengan basis pelayanan di GKI Batu pada tanggal 29 April 2013. Soli Deo Gloria