marianimaygot7.files.wordpress.com · web viewdi dalam al-qur’an yang merupakan sumber ajaran...
TRANSCRIPT
Tugas kelompok 3
TAUHID DAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DALAM ISLAM DAN
PARADIGMA ILMU ISLAM
SERTA INTEGRASI SAINS DAN AGAMA
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah: Metodologi Studi Islam
Dosen: Ajahari,M.Ag
Di Susun Oleh:
Mariani1201130257
Suyati1201130258
Alpiyanor1201130286
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA
JURUSAN TARBIYAH PRODI TADRIS FISIKA
TAHUN 2014
1
A. PENDAHULUAN
Diketahui bahwa islam sebagai agama yang memiliki banyak dimensi, yaitu mulai
dari dimensi keimanan, akal pikiran, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi,
lingkungan hidup, sejarah, perdamaian, sampai pada kehidupan rumah tangga, dan masih
banyak lagi. untuk memahami berbagai dimensi ajaran islam tersebutjelas memerlukan
berbagai pendekatan yang digali dari berbagai ilmu. Di dalam Al-Qur’an yang merupakan
sumber ajaran Islam, misalnya dijumpai ayat-ayat tentang proses pertumbuhan dan
perkembangan anatomi tubuh manusia. Untuk menjelaskan hal tersebut jelas memerlukan
dukungan ilmu anatomi tubuh manusi dan banyak hal lainnya.
Selama ini islam banyak dipahami dari segi teologis dan normatif. Misalnya jika
seseorang bernasib kurang beruntung , maka secara teologis hal itu terjadi karena takdir
Tuhan, atau karena yang bersangkutan menganut paham teologis fatalistis (jabariyah).
Secara teologis jawaban tersebut boleh jadi benar, tetapi hendaknya juga dilihat sebab-
sebabnya dari sudut sosiologis, historis, kultural, dan sebagainya.
Dunia saat ini tengah memasuki era globalisasi dengan dampak negatif dan positifnya.
Diantara dampak negatif tersebut mislanya terjadi dislokasi, dehumanisasi, sekularisasi,
dan sebagainya, sedangkan dampak positifnya terbukanya berbagai kemudahan dan
kenyamanan, baik dalam lingkungan ekonomi, informasi, teknologi, sosial maupun
psikologi.
Disamping itu, terdapat asumsi bahwa ilmu pengetahuan yang berasal dari negera-
negara barat dianggap sebagai pengetahuan yang sekuler oleh karenanya ilmu tersebut
harus ditolak, atau minimal ilmu pengetahuan tersebut harus dimaknakan dan
diterjemahkan dengan permecahan secara islami. Ilmu pengetahuan yang sesungguhnya
merupakan hasil dari pembacaan manusia terhadapayat-ayat Allah swt, kehilangan
dimensi spiritualnya, maka berkembangkanlah ilmu atau sains yang tidak punya kaitan
sama sekali dengan agama. Tidaklah mengherankan jika kemudian ilmu dan teknologi
yang seharusnya memberi manfaat yang sebanyak-banyaknya bagi kehidupan manusia
ternyata berubah menjadi alat yang digunakan untuk kepentingan sesaat yang justru
menjadi “penyebab” terjadinya mala petaka yang merugikan manusia.1
1 http:///MSI/integrasi-ilmu-ilmu-keislaman-dengan.html (15-10-2014)
2
Dipandang dari sisi aksiologis ilmu dan teknologi harus memberi manfaat sebesar-
besarnya bagi kehidupan manusia. Artinya ilmu dan teknologi menjadi instrumen penting
dalam setiap proses pembangunan sebagai usaha untuk menjadikan kemaslahatan hidup
manusia seluruhnya. Dengan demikian, ilmu dan teknologi haruslah memberikan manfaat
sebesar-besarnya bagi kehidupan manusia dan bukan sebaliknya.
Untuk mencapai sasaran tersebut maka perlu dilakukan suatu upaya mengintegrasikan
ilmu-ilmu umum dengan ilmu keislaman, sehingga ilmu umum tersebut tidak bebas atau
sekuler.
Dalam rangka membuktikan peran agama Islam dalam kehidupan sosial, maka
diperlukan dua komponen pembahasan, pertama, hubungan antara perintah bertauhid dan
cegahan syirik dengan ilmu pengetahuan, kedua, paradigma ilmu islam yang kini sedang
digalakkan oleh banyak cendikiawan muslim. Untuk itu dalam pembuatan makalah ini
akan dibahas mengenai “Tauhid dan pengembangan ilmu pengetahuan dalam islam dan
paradigma ilmu-ilmu islam serta integrasi sains dan agama”.
3
B. PEMBAHASAN
Peran Islam Dalam Kehidupan Manusia
Emile Durkheim (1858-1917), ahli sosiologi dari Perancis, memperkenalkan
masyarakat organis. Durkheim percaya bahwa norma-norma akan terancam oleh pembagian
kerja yang berlebihan. Dalam pandangannya, masyarakat praindustri disebut masyarakat
mekanis. Dalam masyarakat mekanis, individu-individu menjalankan perannya masing-
masing : sebagai ayah, suami, pemburu, pendeta, dan yang lainnya. Semua peran atau fungsi
itu diteruskan dari generasi ke generasi dengan perubahan sekecil mungkin. Sebaliknya,
masyarakat modern adalah masyarakat organis, produk pembagian kerja dan diferensiasi
yang dihasilkan oleh proses industri. Masyarakat organis bersifat inovatif dan kompleks.
Agama, dalam pandangan Emile Durkheim, meliputi semua kehidupan dalam masyarakat
pertama, tetapi tempatnya menjadi lebih terbatas dalam masyarakat kedua.2
1. Hubungan Tauhid Dengan Ilmu Pengetahuan
a. Pengertian Tauhid
Tauhid, yaitu seorang hamba meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah
Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam rububiyah (ketuhanan), uluhiyah (ibadah), Asma`
dan Sifat-Nya. Seorang hamba meyakini dan mengakui bahwa Allah SWT semata, Rabb
(Tuhan) segala sesuatu dan rajanya. Sesungguhnya hanya Dia yang Maha Pencipta,
Maha Pengatur alam semesta. Hanya Dia lah yang berhak disembah, tiada sekutu
bagiNya. Dan setiap yang disembah selain-Nya adalah batil. Sesungguhnya Dia lah
bersifat dengan segala sifat kesempurnaan, Maha Suci dari segala aib dan kekurangan.
Dia lah mempunyai nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang tinggi.
b. Pembagian Tauhid
Tauhid yang didakwahkan oleh para rasul dan diturunkan kitab-kitab karenanya ada
dua, Pertama: Tauhid dalam pengenalan dan penetapan, dan dinamakan dengan Tauhid
Rububiyah dan Tauhid Asma dan Sifat. Yaitu menetapkan hakekat zat Rabb Subhanahu
2 Atang Abd. Hakim, dan Jaih Mubarok. Mei 2011.Metodologi Studi Islam.cet,13. Bandung:PT.Remaja Rosdakarya.hl.13
4
wa Ta’ala dan mentauhidkan (mengesakan) Allah SWT dengan asma (nama), sifat, dan
perbuatan-Nya.
Kedua: Tauhid dalam tujuan dan permintaan/permohonan, dinamakan tauhid
uluhiyah dan ibadah, yaitu mengesakan Allah SWT dengan semua jenis ibadah, seperti:
doa, shalat, takut, mengharap, dan lain-lain.3
Seandainya ada orang tidak mempercayai keesaan Allah atau mengingkari perkara-
perkara yang menjadi dasar ilmu tauhid, maka orang itu dikatagorikan bukan muslim dan
digelari kafir. Begitu pula halnya, seandainya seorang muslim menukar kepercayaannya
dari mempercayai keesaan Allah, maka kedudukannya juga sama adalah kafir.
Perkara dasar yang wajib dipercayai dalam ilmu tauhid ialah perkara yang dalilnya
atau buktinya cukup terang dan kuat yang terdapat di dalam Al Quran atau Hadis yang
shahih. Perkara ini tidak boleh dita’wil atau ditukar maknanya yang asli dengan makna
yang lain.
Tujuan mempelajari ilmu tauhid adalah mengenal Allah dan rasul-Nya dengan dalil
dalil yang pasti dan menetapkan sesuatu yang wajib bagi Allah dari sifat sifat yang
sempurna dan mensucikan Allah dari tanda tanda kekurangan dan membenarkan semua
rasul rasul Nya.
Adapun perkara yang dibicarakan dalam ilmu tauhid adalah dzat Allah dan dzat para
rasul Nya dilihat dari segi apa yang wajib (harus) bagi Allah dan Rasul Nya, apa yang
mustahil dan apa yang jaiz (boleh atau tidak boleh)
Jelasnya, ilmu Tauhid terbagi dalam tiga bagian:
- Wajib
- Mustahil
- Jaiz (Mungkin)
Dari segi unsur-unsur kebudayaan, agama merupakan universal ultural, artinya
terdapat di setiap daerah kebudaayan di mana saja masyarakat dan kebudayaan itu
berada. Salah satu prinsip teori fungsional menyatakan bahwa segala sesuatu yang tidak
berfungsi akan lenyap dengan sendirinya. Dengan kata lain, setiap kebudayaan memiliki
fungsi. Konsekuensinya, setiap yang tidak memilki fungsi akan hilang atau sirna. Karena
sejak dahulu hingga sekarang agama dengan tangguh menyatakan eksistensinya, berarti
ia mempunyai dan memerankan sejumlah peran dan fungsi di masyarakat.
3 Prof. Dr. Muhammad Mutawall Sya’rawi,Anda bertanya islam menjawab jilid 1-5, 2001 Jakarta;Gema Insani press hlm. 12-14
5
Perintah yang sangat mendasar yang terdapat dalam ajaran Islam adalah
mengeasakan Tuhan dan cegahan melakukan tindakan syirik. Tauhid dan syirik adalah
dua sisi yang tidak dapat dipisahkan, meskipun antara satu dengan yang lainnya sangat
berbeda. Seperti yang Allah SWT firmankan dalam Al-Qur’an, di dalam Surah Al-Ikhlas,
yang berbunyi :
Artinya:
1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
Sebagaimana dikatakan di atas, sisi kedua adalah cegahan syirik.seperti juga yang
dijelaskan ALLAH dalam Al-Qur’an. Dalam Surah Al-Luqman ayat 13 yang berbunyi :
13. dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
Perintah mengesakan Tuhan mengandung arti bahwa manusia hanya boleh tunduk
kepada Tuhan. Ia tidak boleh tunduk kepada selain-Nya karena ia adalah punak ciptaan-
Nya (Nurcholis Madjid, 1998 : 180. Karena ia hanya boleh tunduk kepada Tuhan,
manusia oleh Allah dijadikan sebagai khalifah (Q.S. Al-Baqarah [2] : 30). Karena
manusia adalah khalifah di bumi, maka alam selain manusia ditundukkan oleh Allah
untuk manusia :
6
12. dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. dan bintang-
bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang
memahami (Nya).4
Firman Allah di atas menunjukkan bahwa bumi, langit, langit, laut, serta segala
yang ada di bumi, langit dan laut telah ditundukkan Allah untuk kepentingan manusia.
Apabila tunduk kepada selain Allah, berarti manusia telah menyalahi fungsinya sebagai
khalifah; tunduk kepada alam berarti tunduk kepada selain Allah, yang berarti syirik
(mempersekutukan Allah).
Dengan demikian, tauhid mendorong manusia untuk menguasai dan
memanfaatkan alam karena sudah ditundukkan untuk manusia. Perintah mengesakan
Tuhan dibarengi dengan cegahan mempersekutukan Allah (syirik). Jika manusia
mempersekutukan Allah, berarti ia telah dikuasai oleh alam, padahal manusia adalah
yang harus menguasai bumi karena bumi telah ditundukkan oleh Allah.
Konsekuensi dari tauhid adalah bahwa manusia harus menguasai alam dan haram
tunduk kepada alam. Menguasai alam berarti menguasai hukum alam dan dari hukum
alam ini, ilmu pengetahuan dan tekhnologi dikembangkan.5
Sebaliknya, syirik berarti tunduk kepada alam. Manusia yang hidupnya dikuasai
oleh alam, melahirkan kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakanga. Jadi, terdapat
hubungan timbal balik antara tauhid dengan dorongan pengembangan ilmu
pengetahuan; juga ada hubungan timbal balik antara syirik dengan kebodohan. Agar
lebih jelas, perhatikan tabel berikut .
4 Depertemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahan edisi 2009.Jakarta; Darul Sunnah5 Prof. Dr. H. Jalaludin, Teologi Pendidikan, (Jakarta, Pt Raja Garfindo Persada, 2003), hal. 70
7
Dengan demikian, sumbangan atau peran Islam dalam kehidupan manusia adalah
terbentukna sutu komunitas yang berkecendrungan progresif, yaitu suatu komunitas
yang dapat mengendalikan, memelihara, dan mengembangkan kehidupan melalui
pengembangan ilmu sains. Penguasan dan pengembangan sains bukan saja termasuk
amal shaleh, melainkan juga bagian dari komitmen keimanan kepada Allah.
2. Paradigma Ilmu-Ilmu Islami
Sekarang ini kita dihadapkan pada ilmu Islam dan ilmu bukan Islam (Ilmu agama
dan non agama). Di negara kita, perbedaan ini dapat dilihat dari istilah teknis yang
dipakai ; sekolah agama adalah sekolah-sekolah yang mengajarkan agama (istilah teknis
yang dipakai yaitu madrasah) ;sedangkan bagi sekolah-sekolah yang fokus kajiannya
dalah pendidikan umumm istilah teknis yang dipakai adalah sekolah. 6
Nurcholis Madjid menjelaskan tentang hubungan organik antara iman dan ilmu
dalam Islam. Menurutnya, ilmu adalah hasil pelaksanaan perintah Tuhan untuk
memperhatikan memahami alam raya ciptaan-Nya, sebagai manifestasi atau
penyingkapan tabir akan rahasia-Nya. Garis argumen ini dijelaskan oleh Ibnu Rusyd,
seoroang filosof Muslim yang karya-karyanya mempengaruhi dunia pemikiran Eropa
yang mendorongnya ke zaman renaisans, dalam makalahnya yang amat penting, fashl al-
Maqal wa Taqris ma Bain al-Hikmah wa al-Syari’ah min al-Ittshal. Antara iman dan
ilmu tidak terpisahkan karena iman tidak saja mendorong bahkan menghasilkan ilmu
tetapi juga membimbing ilmu dalam bentuk pertimbanagan moral dan etis dalam
penggunaanya. Antara iman dan ilmu tidak terpisahkan, meskipun dapat dibedakan.
Dikatakan tidak terpisahkan, karena iman tidak saja mendorong bahkan menghasilkan
ilmu, tetapi juga membimbing ilmu dalam bentuk pertimbangan moral dan etis dalam
penggunaannya.6 Op,Cit, Atang Abd. Hakim, dan Jaih Mubarok hlm. 18-20
8
Untuk kepentingan analisis, tanda-tanda Tuhan dapat kita bedakan menjadi tiga,
yaitu jagad raya, manusia, dan wahyu. Dari ketiga objek ini, kita akan melihat ilmu yang
berbeda-beda tetapi tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya.
Manusia yang hendak menyingkap rahasia Allah melalui tanda-Nya berupa jagad
raya, menggunakan perangkat berupa ilmu-ilmu fisik. Ketika manusia berusaha
menyingkap rahasia Allah melalui tanda-Nya berupa wahyu, muncul ilmu-ilmu
keagamaan. Manusia yang hendak menyingkap rahasia Allah melalui tanda-Nya berupa
manusia, akan memunculkan berbagai ilmu. Dari segi fisik, pendalaman terhadap
struktur tubuh manusia melahirkan ilmu biologi dan kedokteran. Sedangkan aspek psikis
manusia memunculkan ilmu psikologi.
Paradigma ini sekaligus merupakan jawaban terhadap dikotomi ilmu agama dan
ilmu nonagama. Pada dasarnya, ilmu agama dan ilmu nonagama hanya dapat dibedakan
untuk kepentingan analisis, bukan untuk dipisahkan apalagi dipertentangkan.
Hanya saja, tidak semua manusia dapat membaca tanda-tanda atau alamat yang
sudah diberikan Tuhan. Nurcholis Madjid menjelaskan bahwa manusia yang akan
mampu menangkap berbagai pertanda Tuhan dalam alam raya ialah
a. Mereka yang berpikiran mendalam (ulu al albab)
b. Mereka yang memiliki kesadaran tujuan dan makna hidup abadi;
c. Mereka yang menyadari penciptaan alam raya sebagai manifestasi wujud
trasendental; dan
d. Mereka yang berpandangan positif dan optimis terhadap alam raya, menyadari
bahwa kebahagiaan dapat hilang karena pandangan negatif-pesimis terhadap alam.
3. Ilmu Eksakta ditangan Umat Islam
Semangat ilmiah para ilmuwan muslim mengalir dari kesadaran mereka akan tauhid.
Dalam beberapa literatur dijelaskan mengenai sumbangan umat islam terhadap ilmu ilmu
eksakta, diantaranya terhadap matematika, astronomi, kimia dan optik.
a. Matematika
Tokoh islam yang paling mahsyur dalam bidang matematika adalah Al-Khawarizmi.
Dialah yang pertama menulis buku ilmu hitung dan aljabar. Umar al-Khayam dan al-
Thusi adalah ulama yang terkenal dalam bidang ilmu matematika. Angka nol adalah
ciptaan umat islam. Pada tahun 873 M, angka nol telah dipakai di Dunia Islam.
9
Jasa atau fungsi umat Islam terhadap peradaban Dunia adalah ditemukannya angka
arab dan nol yang dengan angka tersebut matematika menjadi efektif dan begitu cepat
berkembang.
b. Astronomi
Diantara umat islam yang terkenal ilmunya dalam bidang astronomi adalah Umar al-
Khayam dan al-Farazi. Mereka menulis buku-buku tentang astronomi yang kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa latin untuk kemudian diajarkan di Eropa.
Kemajuan astronomi di Dunia Islam ditandai dengan didirikannya observatorium di
berbagai kota seperti di Baghdad, Kairo, Damaskus, Seville, dan Andalusia.
c. Kimia
Ulama muslim yang terkenal dalam bidang kimia adalah Jabir Bin Hayyan dan
Zakaria Al Razi. Pada zaman kejayaan islam, kimia dikembangkan atas dasar percobaan
atau eksperimen. Eksperimen-eksperimen dilakukan oleh umat islam untuk mencari
substansi yang misterius. Meskipun tidak membawa hasil, eksperimen-eksperimen
tersebut telah mendorong perkembangan ilmu kimia.
d. Optik
Ulama yang terkenal dalam bidang optik adalah Ibnu Haitsam. Ia berhasil
menentang teori penglihatan yang dikemukakan oleh Euklid dan Ptolomeus. Menurut
Euklid dan Ptolomeus, benda dapat dilihat karena mata mengirim cahaya ke benda.
Melalui cahaya itulah, mata dapat melihat benda. Sedangkan Ibnu Haitsam berpendapat
sebaliknya. Menurutnya, benda dapat dilihat karena benda mengirim cahaya ke mata.
Berdasarkan ilmu pengetahuan modern, teori Ibnu Haitsamlah yang ternyata dipandang
benar. Demikianlah sumbangan islam terhadap kehidupan manusia yang dibuktikan
lewat pengembangan ilmu pengetahuan.
10
4. Sains Dunia Islam Masa Kini
Melihat bukti dalam sejarah, ternyata umat islam zaman pertengahan berjasa dalam
pengembangan sains. Sains di Dunia Islam sekarang ini sangat menyedihkan. Nurcholis
Madjid menyatakan bahwa sekarang ini, Dunia Islam merupakan kawasan bumi yang
paling terbelakang diantara penganut-penganut agama besar. Negara-negara Islam jauh
tertinggal oleh negara-negara yang menganut agama lain. Umat Islam sangat terbelakang
dalam bidang sains. Diantara semua penganut agama besar di muka bumi ini, para
pemeluk Islam adalah yang paling rendah dan paling lemah dalam pengembangan sains
dan teknologi.
Keadaan yang memprihatinkan itu terjadi karena umat Islam tidak mampu
menangkap ajarannya yang lebih dinamis dan sekaligus lebih otentik. Tugas kita
sekarang adalah menangkap kembali ajaran Islam yang otentik dan dinamis sehingga
mendorong akselerasi kebangkitan penguasaan ilmu-ilmu eksakta sehingga umat Islam
terhindar dari kemunduran.
5. Integrasi Pendidikan Agama Islam dengan Sains dan Teknologi
Berdasarkan tujuan dan ruang lingkup pendidikan agama Islam yang telah dijelaskan
di atas, diharapkan integrasi antara pendidikan agama Islam dengan sains dan teknologi
dapat meningkatkan pemahaman dan pemantapan bagi peserta didik.
Islam memandang bahwa agama adalah dasar dan pengatur kehidupan. Aqidah
Islam menjadi basis dari segala ilmu pengetahuan. Aqidah Islam yang terwujud dalam
apa-apa yang ada dalam Al-Qur`an dan Al-Hadits menjadi qaidah fikriyah (landasan
pemikiran), yaitu suatu asas yang di atasnya dibangun seluruh bangunan pemikiran dan
ilmu pengetahuan manusia.
Islam memerintahkan manusia untuk membangun segala pemikirannya berdasarkan
aqidah Islam, bukan lepas dari aqidah itu. Ini bisa kita pahami dari ayat yang pertama
kali turun pada ayat tersebut berarti manusia telah diperintahkan untuk membaca guna
memperoleh berbagai pemikiran dan pemahaman. Tetapi segala pemikirannya itu tidak
boleh lepas dari Aqidah Islam, karena iqra` haruslah dengan bismi rabbika, yaitu tetap
berdasarkan iman kepada Allah, yang merupakan asas Aqidah Islam.
Itulah ajaran yang dibawa Rasulullah SAW yang meletakkan aqidah Islam yang
berasas Laa ilaaha illallah Muhammad Rasulullah sebagai asas ilmu pengetahuan. Beliau
mengajak memeluk aqidah Islam lebih dulu, lalu setelah itu menjadikan aqidah tersebut
11
sebagai pondasi dan standar bagi berbagai pengetahun. Ini dapat ditunjukkan misalnya
dari suatu peristiwa ketika di masa Rasulullah SAW terjadi gerhana matahari, yang
bertepatan dengan wafatnya putra beliau (Ibrahim). Orang-orang berkata.gerhana
matahari ini terjadi karena meninggalnya Ibrahim. Maka Rasulullah SAW segera
menjelaskan: Sesungguhnya matahari dan bulan ini keduanya sebagai bukti kebesaran
Allah, tidaklah gerhana ini karena mati atau hidupnya seseorang, maka bila kalian
melihat gerhana segeralah berdoa dan bertakbir mengagungkan Allah, shalat, dan
shadaqah.
Dengan jelas kita tahu bahwa Rasulullah SAW telah meletakkan aqidah Islam
sebagai dasar ilmu pengetahuan, sebab beliau menjelaskan, bahwa fenomena alam adalah
tanda keberadaan dan kekuasaan Allah, tidak ada hubungannya dengan nasib seseorang,
hal ini sesuai dengan aqidah muslim yang sebenarnya.
Menurut Abuya Syeikh Imam Ashaari Muhammad At Tamimi seperti yang dikutip
oleh Abdurrahman R Effendi dan Gita Puspita menegaskan bahwa semua aktifitas
keseharian kita termasuk mengkaji dan mengembangkan sains dan teknologi dapat
bernilai ibadah bahkan perjuangan di sisi Allah bila memenuhi 5 syarat ibadah yaitu:
1. Niat yang betul, yaitu karena untuk membesarkan Allah. Sabda Rasulullah SAW :
“Sesungguhnya amalan-amalan itu tergantung dengan niatnya dan yang didapat
setiap orang itu sesuai dengan apa yang dia niatkan. “Niat orang mukmin itu
adalah lebih baik daripada amalannya.“
2. Pelaksanaannya benar-benar di atas landasan syariat atau aturan Allah.
3. Perkara atau subyek yang menjadi tumpuan untuk dilaksanakan atau dikaji itu
mestilah mendapat keredhaan Allah. Subyek yang paling utama mestilah suci agar
benar-benar menjadi ibadah kepada Allah.
4. Natijah (Hasil) mesti baik karena merupakan pemberian Allah kepada hamba-Nya.
Dan setelah itu, hamba-hamba yang dikaruniakan rahmat itu wajib bersyukur kepada
ALLAH dengan berzakat, melakukan korban, serta membuat berbagai amal . Jika
aktifitas tersebut menghasilkan ilmu yang dicari maka ilmu itu hendaklah digunakan
sesuai dengan yang diridhai Allah.
5. Tidak meninggalkan atau melalaikan ibadah-ibadah asas, seperti belajar ilmu fardhu
‘ain, shalat 5 waktu, puasa, zakat dan sebagainya.
Integrasi yang diharapkan antara pendidikan agama Islam dengan Sains dan
Teknologi bukan dipahami dengan memberikan materi pendidikan agama Islam yang
12
diselingi dengan dengan materi sains dan teknologi. Akan tetapi yang dimaksudkan
adalah adanya integrasi yang sebenarnya, di mana ketika kita menjelaskan tentang suatu
materi pendidikan agama Islam dapat didukung oleh fakta sains dan teknologi. Sebab, di
dunia yang demikian modern ini, peserta didik tidak mau hanya sekedar menerima secara
dogmatis saja setiap materi pelajaran agama yang mereka terima. Secara kritis mereka
juga mempertanyakan tentang materi pendidikan agama yang kita sampaikan sesuai
dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari.
6. Ayat Al-Qur’an tentang Fisika
a. Q.S Al- Hijr ayat 16-18
16. Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan
kami Telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandang (nya),
17. Dan kami menjaganya dari tiap-tiap syaitan yang terkutuk,
18. Kecuali syaitan yang mencuri-curi (berita) yang dapat didengar (dari malaikat) lalu dia
dikejar oleh semburan api yang terang.7
b. Q.S Al- Maidah ayat 75
75. Al masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang Sesungguhnya Telah
berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-
duanya biasa memakan makanan. perhatikan bagaimana kami menjelaskan kepada
mereka (ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), Kemudian perhatikanlah
bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat kami itu).
c. Q.S Al- Rad Ayat 2
7 Depertemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahan edisi 2009.Jakarta; Darul Sunnah
13
2. Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat,
Kemudian dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan.
masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan
(makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini
pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.
d. Q.S Al- Yunus Ayat 24
24. Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan)
yang kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya Karena air itu
tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak.
hingga apabila bumi itu Telah Sempurna keindahannya, dan memakai (pula)
perhiasannya[683], dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti
menguasasinya[684], tiba-tiba datanglah kepadanya azab kami di waktu malam
atau siang, lalu kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang
sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah kami
menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (kami) kepada orang-orang berfikir.
C. PENUTUPManusia sebagai ciptaan Tuhan dengan kesempurnaan akal pikirannya, di dalam
ajaran Islam, dianjurkan untuk membaca ayat-ayat yang tersirat lewat fenomena dan
keteraturan alam. Dengan kajian-kajiannya yang kemudian menjadi ilmu pengetahuan dan
teraplikasi dalam wujud teknologi, kehidupan manusia menjadi lebih mudah dan sejahtera.
Dengan mengetahui dan merenungi berbagai keteraturan dan fenomena alam yang ada
akan menimbulkan keimanan, ketakwaan, dan kesadaran rohaniyah dalam diri manusia
14
bahwa betapa kecilnya makhluk manusia dan betapa besarnya Tuhan sebagai pencipta
alam semesta serta segala isinya.
Ajaran tauhid melarang manusia untuk tunduk pada alam tapi sebaliknya justru
menguasai alam dan memanfaatkannya untuk kepentingan manusia yang pada gilirannya
memaksa manusia untuk menguasai hukum alam, yang darinya bersumber ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Peran Islam dalam kehidupan manusia adalah terbentuknya suatu komunitas yang
berkecenderungan progresif, yaitu suatu komunitas yang dapat mengendalikan,
memelihara dan mengembangkan kehidupan melalui pengembangan ilmu dan sains.
Penguasaan dan pengembangan sains bukan saja termasuk amal saleh, melainkan juga
bagian dari komitmen keimanan kepada Allah SWT.
Semangat ilmiah para ilmuwan muslim mengalir dari kesadaran mereka akan tauhid.
Dalam beberapa literatur dijelaskan mengenai sumbangan umat islam terhadap ilmu ilmu
eksakta, diantaranya terhadap matematika, astronomi, kimia dan optik.
15
Daftar Pustaka
Hakim, Atang Abd. dan Jaih Mubarok.2011.Metodologi Studi Islam.cet,13. Bandung:PT.Remaja Rosdakarya.
http://MSI/integrasi-ilmu-ilmu-keislaman-dengan.html
http://wiltapurnamasari.blogspot.com/2013/11/hubungan-sains-dan-islam_1625.html
Jalaludin. H, Teologi Pendidikan, 2003, Jakarta, Pt Raja Garfindo Persada
Mutawall Sya’rawi Muhammad,Anda bertanya islam menjawab jilid 1-5, 2001 Jakarta;Gema Insani press.
16