€¦ · web viewdalam ayat ini dijelaskan bahwa matahari, bulan, bintang dan lain lain semua yang...
TRANSCRIPT
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PDRB DALAM PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA BERBASIS KAWASAN
EKONOMI KHUSUS
(STUDI KASUS: KEK MANDALIKA, KAB.LOMBOK TENGAH, NTB 2014-2017)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
OLEH:
Alfin Aprian Rizki
NIM: 11150840000014
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019M/1440H
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Pribadi
1. Nama Lengkap : Alfin Aprian Rizki
2. Tempat/Tanggal Lahir : Selong, 3 April 1997
3. Alamat : Jln. Angsoka VI No I Kelurahan
Kembang Sari, Kecamatan Selong, Kabupaten Lombok Timur, NTB
4. Telepon : 081997720035
5. Email : [email protected]
II. Pendidikan Formal
1. SDN 03 Selong Tahun 2004-2009
2. SMPN 01 Selong Tahun 2010-2012
3. SMAN 02 Selong Tahun 2013-2015
4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015-2019
III. Prestasi dan Pengahargaan
1. Participant Lomba Essay Event Hunter Indonesia Tingkat Nasional Universitas Negeri Jakarta tahun 2017
2. Pemakalah Lomba LKTI Tingkat Nasional LPIM Universitas Riau tahun 2017
3. Participant National Essay Competition Gebyar Fresh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2018
ii
IV. Pengalaman Bekerja
1. Enumerator Lembaga Survei Indikator pada Pilkada DKI Jakarta tahun 2016
2. Delivery team Insomniak Café tahun 2017
3. Internship Program Kantor Pusat Pelayanan Pajak Pratama Cabang Serpong, Direktorat Jenderal Pajak, Kementerian Keuangan tahun 2019
V. Pengalaman Organisasi
1. Anggota Divisi Internal Himpunan Mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan UIN Jakarta 2015-2016
2. Koordinator Divisi Sosial Keislaman Himpunan Mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan UIN Jakarta 2016-2017
3. Koordinator Divisi Kajian dan Acara Komunitas Mahasiswa Untuk Musholla (Komus) UIN Jakarta 2017-2018
4. Koordinator Divisi Sosial Keagamaan Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta 2017-2018
5. Koordinator Divisi Kewirausahaan LiSEnSi (Lingkar Studi Ekonomu Syariah) UIN Jakarta 2017=2018
6. Pengajar & Penggerak Gerakan Banten Mengajar 2016=2017
VI. Seminar dan Workshop
1. Talkshow & Diskusi Publik “I’m Talking Bussiness” Objektivitas Dinamika Bisnis Pertambangan Minyak dan Gas di Indonesia. DEMA Fisip UIN Jakarta 2015
iii
2. Diskusi Publik “Peran Generasi Muda dalam mensukseskan Pilkada Serentak 2015” DEMA FEB UIN Jakarta 2015
3. Seminar Nasional Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta “Recent Issues In Public Finance” 2017
4. Seminar Nasional Ekonomi Islam “Riba Sumber Masalah Ekonomi Umat” oleh IAEI (Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia) di Universitas Esa Unggul Jakarta
5. Seminar Pasar Modal Syariah “Invest Your Future Sharia Capital Market” Lisensi dan Galeri Investasi Syariah UIN Jakarta 2017
6. Workshop Research Class “Develop Your Research Thorough Scientific Culture” Lisensi UIN Jakarta 2017
7. Seminar International “Small Enterprise for Big Indonesia”” Temu ilmiah regional Jabodetabek Lisensi dan Fossei UIN Jakarta 2018
8. Seminar Nasional Ekonomi Digital “Menjawab Peluang dan Tantangan Perkembangan Financial Teknologi di Indonesia” oleh HMJ Ekonomi Pembangunan UIN Jakarta 2018
9. Workshop Edukasi Keuangan “Edukasi Keuangan bagi Mahasiswa FEB UIN Jakarta dalam rangka meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di kalanagan akademisi” Otoritas Jasa Keuangan 2018
10. Company Visit Lisensi Goes To Kemenkeu “Mengkaji Kebijakan Ekonomi Indonesia Terkini” Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan 2018
11. Conference Series “Women and Diversity In Tech” Bersama French Minister for Digital, Institut Francais Indonesia 2018
12. Conference International Foreign Policy 2018 Bersama Dinno Pati Djalal, Mall Kota Kasablanka Jakarta.2018
iv
ABSTRACT
This study aims to see how the influence of Special Economic Zone-based
Tourism on GRDP in the District / City of NTB Province for the period 2014-2017
(Case Study: KEK Kuta Mandalika, Central Lombok District). This study uses
secondary data and uses panel data analysis with the fixed effect model (FEM)
approach. The results of this study indicate that labor absorption, tourist visits and
numbers have a positive effect on GDP in the District / City of the NTB Province in
2014-2017. However, the variable number of hotels does not significantly affect the
GDP variable, while the variable Labor Absorption and Tourist Visits Significantly
affects the variable GRDP in the Regency / City in NTB Province in 2014-2017.
There is a Dummy Variable that measures how the area is related before and after
the Special Economic Zone (KEK), the results from 2010-2017 had a significant
increase in each variable, precisely starting an increase in 2014 where new SEZs
were applied simultaneously, Labor Absorption, Tourist Visits and Number of Hotels
had a significant effect on Gross Regional Domestic Product (GRDP ) in the
District / City of the NTB Province in 2014-2017.
Keywords: Labor Absorption, Tourist Visits, Number of Hotels, Dummy Variables,
Fixed Effect Model (FEM).
v
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh Pariwisata
berbasis Kawasan Ekonomi Khusus terhadap PDRB di Kabupaten/Kota Provinsi
NTB periode 2014-2017 (Studi Kasus: KEK Kuta Mandalika Kab.Lombok Tengah).
Penelitian ini menggunakan data sekunder dan menggunakan analisis data panel
dengan pendekatan fixed Effect Model (FEM). Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa Penyerapan tenaga kerja, kunjungan wisatawan dan jumlah berpengaruh
secara positif terhadap PDRB di Kabupaten/Kota Provinsi NTB tahun 2014-2017.
Namun variable jumlah hotel tidak signifikan mempengaruhi variable PDRB,
sedangkan variable Penyerapan Tenaga Kerja dan Kunjungan Wisatawan Signifikan
mempengaruhi variable PDRB di Kabupaten/Kota di Provinsi NTB tahun 2014-
2017.Terdapat t-test yang digunakan untuk melihat perbandingan bagaimana
keadaan daerah terkait sebelum dan sesudah adanya Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK), hasilnya dari tahun 2010-2017 terjadi peningkatan yang signifikan dari
masing masing variable, tepatnya dimulai peningkatan pada tahun 2014 dimana KEK
baru diberlakukan Secara simultan, Penyerapan Tenaga Kerja, Kunjungan Wisatawan
dan Jumlah Hotel berpengaruh signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) di Kabupaten/Kota Provinsi NTB tahun 2014-2017.
Kata Kunci : Penyerapan Tenaga Kerja, Kunjungan Wisatawan, Jumlah Hotel, Fixed
Effect Model (FEM).
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’allaikum Wr.Wb
Segala Puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan segala nikmat dan
keberkahan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaiakan skripsi yang
berjudul “ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PDRB DALAM
PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA BERBASIS KAWASAN EKONOMI
KHUSUS. (Studi Kasus: KEK Mandalika, Kab.Lombok Tengah, NTB Periode 2014-
2017)” dengan baik . Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada baginda nabi
besar Muhammad SAW, yang telah membimbing umat nya dari zaman jahiliah
menuju zaman kebaikan, zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan, semoga kelak
kita semua bisa berkumpul di Yaumul Qiyamah kelak dan mendapatkan Syafa’at dari
beliau.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selesainya Skripsi ini tentu dengan dukungan, bimbingan, dan bantuan serta doa dari
orang-orang di sekeliling penulis selama proses pengerjaan skripsi ini. Oleh karena
itu, izinkanlah penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Orang tua, Ibunda ku Siti Nurmala dan Ayahanda Suwaidin yang selalu
memberikan doanya yang tiada henti di setiap langkah dan hembusan
nafasnya, dukungan dan motivasi selalu membuat diri penulis semakin
semangat untuk menyelesaikan tugas Akhir ini, sehingga skripsi ini
terselesaikan dengan baik. Serta dua abang ku tercinta Abang Arief dan
Abang Fiki yang selalu memberikan dukungan serta motivasi juga .
Semoga Allah selalu menjaga kita semua dan mencurahkan kasih sayang-
Nya pada kita.
2. Bapak Prof. Dr. Amilin, SE.,Ak.,M.Si.,CA.,QIA.,BKP.,CRMP selaku
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
vii
3. Bapak Dr. Hartana Iswandi Putra. M.Si dan Bapak Deni Pandu Nugraha
SE. M.Sc selaku Ketua Jurusan dan Sekertaris Jurusan Ekonomi
Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Dosen Pembimbing Skripsi, Bapak Arief Fitrijanto M.Si, terimakasih atas
seluruh kesediaan waktu, tenaga, pikiran dan ilmu yang bermanfaat yang
telah diberikan hingga penulisan skripsi ini selesai. Semoga bapak beserta
keluarga selalu diberikan kesehatan dan keberkahan oleh Allah SWT.
5. Seluruh Jajaran Dosen Prodi Ekonomi Pembangunan yang telah
memberikan ilmu yang sangat bermanfaat selama perkuliahan ini, dan
menjadi tempat berdiskusi , yang banyak memberikan pengetahuan baru
dan wawasan lebih luas.
6. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat serta karyawan, maupun staf dari
Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah melayani dan membantu penulis
selama perkuliahan
7. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan
UIN Jakarta periode 2017/2018.
8. Keluarga Besat Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi & Bisnis
UIN Jakarta periode 2018/2019
9. Keluarga Besar LiSEnSi UIN Jakarta 2018/2019
10. Kawan Kawan Seperjuangan Di “SuperStar” Terima Kasih telah banyak
memberi motivasi, serta penghilang penat dikala sedang suntuk, terima
kasih atas segala kenangan yang kita lalui bersama semenjak semester
awal hingga sekarang. See You On The Top guys.
11. Kawan Kawan Seperjuangan di Ekonomi Pembangunan 2015 terima kasih
atas kebersamaan, keceriaan, suka duka yang pernah kita lalui bersama.
Semoga kita semua di pertemukan dengan kesuksesan.
Penulis Menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh sebab itu,
viii
penulis mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang membangun untuk
pencapaian dan hasil yang lebih baik.
Wassalamuallaikum Wr.Wb
Jakarta, Juli 2019
Alfin Aprian Rizki
ix
DAFTAR ISI
SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI…………………………………..i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF…………………………………ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH……………………………iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI……………………………………………iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................................v
ABSTRACT........................................................................................................................vii
ABSTRAK...........................................................................................................................ix
KATA PENGANTAR.........................................................................................................x
DAFTAR ISI.......................................................................................................................xii
DAFTAR GRAFIK.............................................................................................................xvi
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................................xvii
DAFTAR TABEL...............................................................................................................xviii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................................xx
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................12
C. Tujuan Penelitan......................................................................................................14
D. Manfaat Penelitian...................................................................................................14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori........................................................................................................15
1. Pengembangan Kawasan...................................................................................15
x
2. Tinjauan Tentang Kawasan Ekonomi Khusus...................................................15
B. Produk Domestik Regional Bruto............................................................................18
1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto...................................................19
2. Rumus Penghitungan PDRB.............................................................................21
C. Tenaga Kerja............................................................................................................22
1. Kesempatan Kerja..............................................................................................22
D. Wisatawan/Kunjungan Wisatawan..........................................................................24
1. Pengertian Wisatawan.......................................................................................25
E. Infrastruktur Hotel/Pembangunan Infrastrktur........................................................26
F. Pengembangan Wilayah dalam perspektif Al-Qur’an.............................................27
G. Penelitian Sebelumnya............................................................................................28
H. Hubungan Antar Variabel........................................................................................40
I. Kerangka Pemikiran................................................................................................43
J. Hipotesis Penelitian.................................................................................................44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian.......................................................................................45
B. Metode Penentuan Sampel......................................................................................45
C. Metode Pengumpulan data......................................................................................46
D. Metode Analisis Data..............................................................................................46
E. Pengujian Model......................................................................................................49
F. Uji Statistik..............................................................................................................51
G. Operasional Variabel Penelitian..............................................................................53
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian.........................................................................55
B. Potensi Pariwisata di Pulau Lombok.......................................................................59
C. Analisa dan Pembahasan.........................................................................................61
1. Dampak dari Kawasan Ekonomi Khusus di Kab.Lombok Tengah...................61
xi
2. Dampak dari Kawasan Ekonomi Khusus di Kab/Kota Provinsi NTB .............64
D. Permodelan dan Pengolahan data............................................................................71
1. Uji Chow............................................................................................................72
2. Uji Hausman......................................................................................................73
3. Uji Asumsi Klasik.............................................................................................73
4. Fixed Effect Model (FEM)................................................................................76
E. Pengujian Hipotesis.................................................................................................79
1. Uji f-statistik dan Interpretasi Hasil Analisis....................................................79
2. Uji t-statistik dan Interpretasi Hasil Analisis.....................................................80
A. Pembahasan Analisis...................................................................................82
3. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R)...........................................................87
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan..............................................................................................................89
B. Saran........................................................................................................................90
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................92
LAMPIRAN........................................................................................................................97
xii
DAFTAR GRAFIK
1.1 Perkembangan Jumlah Hotel di NTB tahun 2010-2016..............................11
4.1 Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja dan Hotel di Kawasan
Ekonomi Khusus Kuta Mandalika Kab. Lombok Tengah
2014-2017....................................................................................................62
4.2 Jumlah Kunjungan Wisatawan di Kawasan Ekonomi
Khusus Kuta Mandalika Kab.Lombok Tengah 2014-
2017.............................................................................................................63
4.3 Produk Domestik Regional Bruto Kab. Lombok
Tengah 2014-2017.......................................................................................64
4.4 Jumlah Kunjungan Wisatawan Asing & Domestik
di Kab/Kota di Provinsi NTB 2014-2017....................................................66
4.5 Jumlah Hotel di Kab/Kota di Provinsi NTB 2014-2017.............................67
4.6 Pertumbuhan PDRB Kab/Kota di Provinsi NTB 2014
2017.............................................................................................................68
4.7 Uji Normalitas.............................................................................................74
.
xiii
DAFTAR GAMBAR
1.1 Persentase Penduduk yang bekeja menurut tingkat
Pendidikan yang ditamatkan di Kab.Lombok Tengah
2016.............................................................................................................9
2.1 Kerangka Berfikir........................................................................................43
4.1 Peta Provinsi Nusa Tenggara Barat.............................................................55
xiv
DAFTAR TABEL
1.1 Manfaat Pengembangan KEK Mandalika...............................................................4
1.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kab/Kota
Di Provinsi NTB 2016.............................................................................................7
1.3 PDRB Perkapita Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat (Persentase)
2016.........................................................................................................................8
1.4 Kunjungan Wisatawan Asing maupun domestic
Di Kab.Lombok Tengah Periode 2014-2017
Pada saat adanya KEK.............................................................................................10
3.1 Operasional Variabel Penelitian..............................................................................53
4.1 Daftar Kabupaten/Kota di Nusa Tenggara Barat.....................................................58
4.2 Jumlah Tenaga Kerja di Kab/Kota menurut
Lapangan Kerja Utama pada sector jasa,
Perdagangan dan perhotelan Provinsi Nusa
Tenggara Barat 2014-2017......................................................................................65
4.3 PDRB Tenaga Kerja Wisatawan & Jumlah Hotel pada saat
Sebelum dan sesudah pembentukan KEK di Kab.Lombok Tengah………………69
4.4 T-test Paired Sample (Tenaga Kerja)......................................................................70
4.5 T-test Paired sample ( wisatawan)...........................................................................71
4.6 T-test paired sample (Hotel)....................................................................................71
4.7 Uji Chow..................................................................................................................72
xv
4.8 Uji Hausman............................................................................................................73
4.9 Uji Mulitkolinearitas................................................................................................75
4.10 Uji Autokorelasi......................................................................................................75
4.11 Uji Heteroskedastisitas............................................................................................76
4.12 Hasil regresi data panel............................................................................................77
4.13 Uji f-stattistik...........................................................................................................80
4.14 Uji t-statistik............................................................................................................81
4.15 Koefisien Determinasi (Adjusted R).......................................................................88
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Hasil Estimasi Data Panel…………………………………….97
Lampiran 2: t test Paired Sample……………………………………………100
Lampiran 3: Data Penelitian…………………………………………………101
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Sejak tahun 1970-an banyak Negara-negara berkembang yang melaksanakan
pembentukan kawasan-kawasan khusus pembangunan ekonomi. Tujuan utama dari
pembentukan kawasan khusus adalah pengintegrasian perusahaan-perusahaan yang
beroperasi di dalamnya dengan ekonomi global, dengan cara melindungi mereka
terhadap berbagai macam distorsi seperti tarif dan birokrasi yang berbelit-belit.
Beberapa pertimbangan telah mendasari pembangunan ekonomi kawasan ekonomi
khusus tersebut. Pertama adalah apa yang dewasa ini dikenal dengan sebutan good
governance. Membangun good governance yang meliputi seluruh negeri akan
memakan waktu yang lama, dalam jangka pendek lebih praktis untuk membangunnya
di kawasan terbatas atau khusus yang memerlukan sumber daya yang lebih sedikit
dibandingkan dengan membangun hal tersebut di seluruh wilayah Negara. Dengan
demikian, dalam tempo yang singkat pemerintah dapat menyediakan iklim usaha
yang menarik dengan melalui berbagai fasilitas seperti pembebasan bea masuk, pajak
penjualan dan pajak penghasilan, prosedur birokrasi yang khusus, singkat, efektif,
dan efisien.
Kedua adalah hal yang berkaitan dengan skala ekonomi dari jaringan infrastruktur
modern yang lebih ekonomis untuk dibangun dalam kawasan yang luasnya terbatas.
Industry modern memerlukan jaringan infrastruktur modern yang andal dan
terintegrasi, seperti jalan, listrik, air, teknologi informasi dan komunikasi, pelabuhan,
dan lain-lain, sedemikian rupa sehingga proses bisnis mereka dapat berlangsung
dengan efisien dan efektif.
Ketiga adalah keterkaitan antarindustri. Perkembangan investasi dan industry
akhir-akhir ini cenderung kea rah pembangunan jaringan antar perusahaan dan bukan
lagi integrasi vertical maupun horizontal dari berbagai kegiatan ke dalam satu
1
perusahaan (konglomerasi). Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) merupakan sarana
yang ideal bagi terbangunnya keterkaitan yang erat dan kompleks antarberbagai
industry karena kawasan ini berpotensi untuk memberikan biaya bisnis yang yang
murah dalam lokasi yang saling berdekatan antarberbagai perusahaan. Dalam
perkembangan berikutnya, dimulai di Eropa berkembang pendekatan Industrial
Cluster. Pendekatan Cluster ini sering kali membangun daya saing industry atau
daerah. Di Asia Tenggara, pengalaman Malaysia dalam membangun industry
elektronika di Penang merupakan contoh nyata dari kerja sama Antara pemerintah
dengan swasta dalam membangun KEK dengan wawasan yang jauh ke depan,
perencanaan yang matang termasuk proses peningkatan kemampuan industrinya.
Keempat, yang berkaitan dengan poin sebelumnya, adalah efisiensi yang
ditimbulkan oleh dampa aglomerasi industry seperti yang belum lama ini
diperkenalkan kembali oleh Paul Krugman. Analisis ekonomi geografi menunjukkan
bahwa kegiatan ekonomi cenderung terpusat di kawasan kawasan tertentu yang
secara geografis berdekatan, misalnya dipantai Timur China, Hongkong dan
Singapura, serta kawasan kawasan yang berdekatan. Keberhasilan KEK sangat
bergantung pada proses aglomerasi ini dan bahkan pembentukan kawasan khusus
dapat meningkatkan proses ini menjadi lebih cepat lagi dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, bila kawasan khusus tersebut ditempatkan
didaerah yang berada diluar atau berjauhan dengan proses aglomerasi ini, maka
pengembangan ekonomi terpadu/KAPET mungkin merupakan contoh dari hal yang
terakhir ini di Indonesia.
Indonesia masih termasuk dalam kategori Negara berkembang. Sehingga
Indonesia masih berada dalam tahap membuat perekonomian nasionalnya meningkat.
Meningkatnya perekonomian nasional Indonesia, ditujukan untuk meningkatkan taraf
hidup dan kesejahteraan masyarakatnya.
Di Indonesia pertumbuhan jumlah penduduk masih mengalami penngkatan setiap
tahunnya, hal ini akan menjadi masalah terhadap kesejahteraan masyarakat serta
pembangunan nasional apabila tidak diiringi dengan perkembangan perluasan
2
kesempatan kerja dan peningkatan dari mutu angkatan kerja, ketika jumlah angkatan
kerja yang siap kerja lebih banyak dibandingkan dengan jumlah lapangan kerja yang
ada.
Salah satu cara untuk meningkatkan kesempatana kerja dapat melalui sektor
pariwisata, karena Indonesia adalah Negara yang memiliki potensi besar dalam hal
kepariwisataannya. Karena kekayaan alamnya yang tersedia yaitu berbagai macam
flora dan fauna, berbagai macam obyek wisata alam, peninggalan sejarah yang
diwariskan oleh leluhur hingga seni dan kebudayaan yang tercipta karena adat dan
istiadat yang beragam. Semua itu menjadi modal utama untuk melakukan
pengembangan dan peningkatan dalam hal kepariwisataan (Shavina, 2018). Tidak
dapat dipungkiri bahwa perkembangan dari sektor pariwisata terbilang pesat, cepat
dan terus berkembang. Sehingga sector pariwisata merupakan sektor yang memiliki
potensi yang cukup besar untuk menciptakan lapangan kerja yang lebih luas. Sektor
pariwisata yang menyerap tenaga manusia karena sifatnya yang padat karya menjadi
alasan bahwa sektor pariwisata dapat menciptakan kesempatan kerja yang luas.
Untuk mengembangkan sektor pariwisata, maka dibutuhkan industri pariwisata
yang menunjang segala aspek pada sector pariwisata. Dan untuk meningkatkan
industry pariwisata yang ada, maka diharapkan pemerintah serta pihak-pihak lain
seperti pihak swasta dan investor dapat bekerja sama dalam mengelola industri
pariwisata untuk kearah yang lebih baik. Apabila industri pariwisata dikelola dengan
baik, maka dampak yang ditimbulkan adalah meningkatkan keinginan serta
meningkatkan kunjungan para wisatawan untuk berkunjung atau melakukan
perjalanan wisata. Dengan meningkatnya kunjungan wisatawan, maka secara positif
akan mempengaruhi tingkat kesempatan kerja, khususnya di sector pariwisata.
Salah satu destinasi wisata yang ada cukup populer yaitu di Lombok, Nusa
Tenggara Barat, tepatnya pada kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika,
Kabupaten Lombok Tengah. KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) adalah program
terobosan Pemerintah dalam pengembangan model kawasan untuk memacu
pertumbuhan ekonomi nasional dan wilayah. Berdasarkan Undang-Undang (UU)
3
Nomor 39 Tahun 2009, KEK dikembangkan untuk mempercepat pengembangan
ekonomi dan membangun keseimbangan pembangunan antar wilayah dalam
kerangka satu kesatuan ekonomi NKRI.(Dewan Kawasan Ekonomi Khusus 2017)
Pemberlakuan status KEK bagi daerah tertentu sangat memberikan keuntungan
ekonomi secara nasional maupun regional. Tetapi, status ini juga berpotensi
merugikan, karena adanya pengurangan pendapatan pajak akibat adanya insentif
fiskal, dan dapat mengancam kawasan industri yang telah ada untuk pindah ke KEK
yang berdampak pengurangan terhadap penerimaan negara.(Ayu Prima Yesuasri,
2016)
KEK sendiri memiliki konsep bagaimana suatu daerah mampu mengembangkan
potensi yang ada melalui program program yang nantinya akan di canangkan
pemerintah. Pemilihan lokasi KEK ini harus melihat sesuai sumber daya alam yang
ada.
Tabel 1.1
Manfaat Pengembangan KEK Mandalika NTB
No Uraian Tanpa Pengembangan
Mandalika
Dengan
Pengembangan
Mandalika
1 Manfaat Langsung - Menghindari
dampak
negative pada
pariwisata
- Daya Tarik
utama yang
menjadi minat
khusus tujuan
wisatawan
adalah tradisi
- Menghidupkan
kembali pasar
lokal
- Memperbaiki
produktifitas
- Menyediakan
kesempatan
tenaga kerja
4
masyarakat dan
keindahan alam
Lombok
- Memelihara
sumberdaya
alam dan
keunikan
2 Manfaat Tidak Langsung - Masyarakat
bebas untuk
menikmati alam
karena tidak
ada penghalang
- Tingkat
kriminalitas
rendah
- Dapat
digunakan
sebagai lahan
percepatan
ekonomi
dengan focus
pada
penangkapan
ikan
(memancing)
atau pertanian
yang
beradaptasi
dengan struktur
tanah
- Meningkatkan
keterampilan
tenaga kerja
lokal
- Meningkatkan
perekonomian
nasional
- Menarik
investasi luar
negeri dan
pengembangan
teknologi
melalui
pengembangan
investasi dan
ekspor
5
Sumber: PT Pengembangan Pariwisata Bali (Persero)- ITDC 2015
Presiden Joko Widodo sendiri menargetkan dapat tercipta 17 daftar daerah
kawasan ekonomi khusus hingga 2019. Jumlah sebanyak itu dalam rangka mencapai
tujuan pemerintah, yakni menjadikan KEK sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru.
Sepuluh wilayah direncanakan untuk sector pariwisata yang memang tengah
berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Sisanya 7 wilayah untuk barbagai
sector, mulai dari industry mineral sampai industry perikanan, semua cukup tersedia.
(https://www.investindonesia.go.id/id/artikel-investasi/detail/daftar-kawasan-
ekonomi-khusus-di-indonesia-id)
Salah satu penetapan KEK di sector pariwisata yang baru baru ini terealisasi
yaitu Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika, yang bertempat di Kab.Lombok
Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Konsep KEK Mandalika ini lebih mengarah
kepada bidang pariwisata, karena memang Pulau Lombok Kaya akan potensi
pariwisatanya. Selama 29 tahun, kawasan pantai tersebut sedang dalam proses
pekerjaan, Akhirnya tepat pada Jum’at 20 Oktober 2017 lalu, Presiden Joko Widodo
meresmikan kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika (The Mandalika). Kawasan
Ekonomi khusus Kuta Mandalika memiliki daya Tarik tersendiri untuk wisatawan
asing maupun domestik, salah satunya yaitu keindahan biota bawah lautnya dan juga
pemandangan Matahari terbenam (sunset) maupun terbit (sunrise) yang menjadi
magnet bagi wisatawan yang hendak berkunjung
Dibukanya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Lombok, juga mengundang
beberapa investor untuk berinvestasi di KEK tersebut. PT. Pengembangan
Pariwisata Indonesia (PPI) Persero atau Indonesian Tourism Development
Corporation (ITDC), sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor
pengembangan kawasan pariwisata mengelola secara langsung KEK kuta Mandalika
Lombok ini. Banyak planning yang akan direncanakan untuk menjadikan KEK
Mandalika ini sebagai destinasi pilihan untuk berpariwisata, salah satunya dengan
mendirikan berbagai sarana & prasarana yang menunjang.
6
Kabupaten Lombok Tengah merupakan salah satu tujuan wisata yang semakin
populer di kalangan wisatawan baik wisatawan domestic maupun wisatawan
mancanegara. Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah semakin gencar
mempromosikan berbagai macam tempat wisata yang berada di Kabupaten Lombok
Tengah salah satunya Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika (KEK Mandalika).
Gencarnya promosi ini tentunya akan menarik semakin banyak wisatawan. Untuk itu
diperlukan fasilitas yang memadai seperti hotel dan akomodasi lainnya untuk
menampung wisatawan yang semakin meningkat tiap tahunnya.(Lombok Tengah
dalam Angka, 2018)
Kemudian berbicara mengenai Product Domestic Regional Bruto (PDRB) Daerah
Lombok Tengah, bisa dikatakan masih belum terlalu optimal dalam menyerap hasil
dari adanya KEK ini.
Tabel 1.2
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat
2016
7
Kabupaten/Kota Laju Pertumbuhan
EkonomiLombok Barat 5,73
Lombok Tengah 5,67Lombok Timur 5,18Lombok Utara 4,99
Sumbawa 5,26Sumbawa Barat 7,14
Bima 4,69Dompu 5,4
Kota Mataram 8,06Kota Bima 5,78
NTB 5,82
Sumber: Badan Pusat Statistik Kab.Lombok Tengah
Tabel 1.3
PDRB Per Kapita Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat
(Persentase) 2016
Kabupaten/Kota PDRB Per Kapita
Lombok Barat 19,05Lombok Tengah 15,92Lombok Timur 13,67Lombok Utara 18,49
Sumbawa 25,57Sumbawa Barat 188,88
Bima 19,35Dompu 23,20
Kota Mataram 32,23Kota Bima 20,25
NTB 23,74
Sumber: Badan Pusat Statistik Kab.Lombok Tengah
Kabupaten Lombok Tengah berada pada posisi ke empat dalam laju
pertumbuhan ekonomi hal ini seharusnya bisa lebih baik lagi karena saat ini
Kab.Lombok Tengah salah satu wilayah nya dinobatkan sebagai Kawasan Ekonomi
Khusus. Kemudian pada tabel 1.3 Kita bisa melihat secara PDRB perkapita
Kab.Lombok Tengah menjadi Kabupaten dengan PDRB terendah kedua setelah
Kab.Lombok Timur, hal ini mengindikasikan kembali masih ada beberapa sector
yang belum termaksimalkan salah satunya focus penulis pada saat ini yaitu pada
sector pariwisata. Hal ini menjadi focus pemerintah daerah untuk mampu bersaing
kembali dengan daerah sekitar dengan memanfaatkan adanya KEK tersebut untuk
8
menggerakkan sector sector perekonomian yang ada sehingga berimbas pada PDRB
nantinya.
Selanjutnya berbicara mengenai Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika ini,
tidak lepas dari yang namanya peran tenaga kerja sendiri. Dewan Kawasan Ekonomi
Khusus dalam laporannya mengatakan KEK Mandalika ini sampai tahun 2025 akan
menyerap sekitar 58.700 orang namun sampai pada saat ini di tahun 2017 realisasi
penerimaan tenaga kerja baru menyentuh angka 1241 orang. Hal ini
mengindikasikan penyerapan tenaga kerja sangat terlihat dengan adanya KEK
Mandalika di Kab.Lombok Tengah, tetapi mungkin saja penyebab belum
maksimalnya penyerapan tenaga kerja ini karena Indeks Pembangunan Manusia di
Kab.Lombok Tengah masih lemah sehingga berdampak pada angkatan kerja yang
akan menuju kerja.
Gambar 1.1
Persentase Penduduk yang bekerja menurut tingkat pendidikan yang
ditamatkan di Kab.Lombok Tengah 2016
Sumber: Badan
Ini mengindikasikan bahwa pekerja di Kabupaten Lombok Tengah lebih
didominasi oleh pekerja di sector informal dengan tingkat upah yang rendah. Karena
pekerjaan di sector informal yang secara rata-rata memiliki tingkat upah yang lebih
tinggi membutuhkan kualifikasi pekerja dengan tingkat pendidikan tinggi. Kondisi
seperti ini sebenarnya membuat peningkatan kesejahteraan pekerja cenderung
9
berjalan lambat dan secara makro berpengaruh terhadap upaya pemerintah dalam
meningkatkan kesejahteraan penduduk. Tenaga kerja dengan kualitas pendidikan
yang rendah akan berdampak pada rendahnya daya tawar tenaga kerja Kabupaten
Lombok Tengah. Hal tersebut akan menyebabkan tidak tertampungnya mereka pada
lapangan pekerjaan yang lebih profesional yang mensyaratkan keahlian dan
kualifikasi tinggi. Begitu pun hal nya pada Sektor Kawasan Ekonomi Khusus ini,
terlebih tenaga kerja yang dibutuhkan harus lah yang sudah berkualifikasi di bidang
jasa pariwasata.
Salah satu daya Tarik dari adanya Kawasan Ekonomi Khusus ini yaitu akan
mengundang Wisatawan Asing maupun wisatawan lokal untuk datang menikmati
pesona alam yang ada di Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika ini.
Tabel 1.4
Kunjungan Wisatawan Asing Maupun Domestik di Kab.Lombok Tengah
Periode 2002-2017 pada saat adanya KEK
Bulan/Month Wisatawan JumlahDomestik Asing
2002 2944 15.061 18.0052003 4.696 16.445 21.4142004 3.945 13.743 17.6882005 8.807 22.564 31.3712006 9.769 25.143 34.9122007 11.594 29.375 40.9692008 11.969 30.326 42.2952009 17.021 33.007 50.282010 13.126 37.140 50.2662011 17.298 49.509 66.8072012 23.535 58.364 81.8992013 25.150 77.278 102.4282014 49.766 54.954 104.7202015 53.820 46.908 100.7282016 59.148 49.769 108.9172017 113.959 86.524 200.483
10
Sumber: Kab.Lombok Tengah dalam Angka 2018
Jika kita melihat pada tabel diatas, terlihat bahwa peningkatan jumlah
wisatawan yang berkunjung terus meningkat setiap tahunnya. Jika kita menelisik
yang berfokus pada Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika, Penetapan KEK
baru terealisasi di tahun 2014. Bisa kita lihat memang terjadi sedikit perubahan
kunjungan wisatawan dari tahun 2013-2014, namun setelah itu terjadi peningkatan
yang cukup baik, dan puncak nya di tahun 2017 mencapai 200.483 orang yang
berkunjung ke Kab. Lombok Tengah salah satunya mengunjungi Kawasan Ekonomi
Khusus Kuta Mandalika.
Kemudian salah satu dari factor keberhasilan pariwisata di suatu daerah yaitu
ketersediaan infrastruktur/fasilitas penunjang. Hal ini menjadi sebuah kewajiban agar
mampu menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Di Provinsi Nusa Tenggara
Barat sendiri tingkat pembangunan fasilitas infrastruktur cenderung meningkat, dalam
hal ini fasilitas yang dimaksud yaitu Hotel
Grafik 1.1 :
Perkembangan jumlah Hotel di NTB Tahun 2010-2016
11
Sumber : Badan Pusat Statistik NTB 2017
Jumlah hotel tahun 2017 tercatat 889 unit, dengan rincian hotel bintang
sebanyak 75 unit dan hotel non bintang 814. Setiap tahun jumlah hotel di provinsi
NTB terus mengalami peningkatan terlihat pada grafik diatas. Kebutuhan hotel di
Provinsi NTB sangat penting mengingat daerah NTB merupakan salah satu destinasi
wisata nasional. Setiap tahun jumlah tamu yang datang ke NTB terus bertambah
sehingga hotel dan fasulitas penunjang menjadi focus utama.
Melihat apa yang terjadi pada Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika ini,
Masih banyak sector sector yang mempengaruhinya salah satunya pembangunan
infrastruktur. Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika ini menjadi daya Tarik
tersendiri bagi wisatawan asing maupun domestic yang ingin merasakan suasana
wisata yang berbeda. Maka focus dari penelitian ini yaitu ingin menggali seberapa
besar potensi dari Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika ini sehingga mampu
berbengaruh terhadap PDRB (Product Domestic Regional Bruto), juga terhadap
penyerapan tenaga kerja.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Ander Sriwi, I Nyoman Sudiarta dan Ni
Putu Eka Mahadewi, 2016) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengembangan Kuta
Lombok sebagai destinasi pariwisata” di katakan bahwa saat ini Kuta Mandalika Lombok
memiliki berbagai jenis daya Tarik wisata alam maupun sosial budaya. Keindahan laut,
pantai dan berbukitan menjadi ciri khas Kawasan Kuta Mandalika ini, sedangkan untuk
potensi social terdapat acara yang memang menjadi sejarah bagi masyarakat Lombok yang
dikenal dengan sebutan “Bau Nyale” yang biasa di semarakkan dengan berbagai atraksi
budaya seperti pawai, kerajinan dan banyak lagi produk-produk khas Lombok yang diperjual
belikan.
B. Rumusan Masalah
Jika kita menelisik bahwa saat ini Provinsi NTB dengan salah satu Kabupaten
nya dinobatkan sebagai daerah Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika di Kec.
Pujut, Kab. Lombok Tengah, Menjadikan daerah tersebut memiliki banyak
12
perubahan, baik itu dari segi infrastruktur daerah maupun pendapatan (Income)
Masyarakat. Itu semua karena Kawasan Ekonomi Khusus ini sangat potensial untuk
dijadikan sebagai pusat ekonomi baru di wilayah tersebut.
Melihat fenomena yang terjadi bahwa, adanya Kawasan Ekonomi Khusus ini,
pasti akan berimplikasi dengan bagaimana pengaruhnya terhadap PDRB daerah.
Banyak factor yang menyebabkan PDRB mampu menghasilkan hasil yang baik atau
pun buruk, salah satu yang menjadi perhatian penulis saat ini yaitu melihat
keterlibatan KEK ini terhadap PDRB daerah khususnya di Kab.Lombok Tengah dan
juga Kab/Kota di NTB.
Selain, PDRB, nantinya akan banyak terserap tenaga kerja, baik asing maupun
lokal dan juga dari daerah sekitar. Maka dari itu, penulis juga ingin melihat seperti
apa kontribusi KEK Mandalika ini terhadap penyerapan tenaga kerja.
Penulis juga ingin melihat sejauh pengaruh penetepan Kawasan Ekonomi
Khusus Mandalika ini terhadap pembangunan infrastruktur hotel yang menunjang
kawasan ekonomi khusus berbasis pariwisata ini.
Terakhir sebagai penutup, penulis ingin menyajikan seperti apa keadaan
ekonomi pariwisata, sebelum dan sesudahnya adanya Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) ini, guna melihat perbandingan nya.
Berdasarkan perumusan masalah diatas yang telah dipaparkan, maka dapat
dirumuskan dalam pertanyaan penelitian berikut:
1. Bagaimana pengaruh penyerapan tenaga kerja terhadap PDRB dengan adanya
Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika di Kabupaten/Kota Provinsi NTB
2014-2017?
2. Bagaimana pengaruh Kunjungan Wisatawan terhadap PDRB dengan adanya
Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika di Kabupaten/Kota Provinsi NTB
2014-2017?
13
3. Bagaimana pengaruh pembangunan jumlah hotel terhadap PDRB dengan
adanya Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandaika di Kabupaten/Kota
Provinsi NTB 2014-2017?
4. Bagaimana Pengaruh Penyerapan tenaga kerja, Kunjungan Wisatawan dan
jumlah hotel secara simultan berpengaruh terhadap PDRB dengan adanya
Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika di Kabupaten/Kota Provinsi NTB
2014-2017?
5. Bagaimana keadaan Ekonomi Parwisata sebelum dan sesudah adanya KEK
Kab.Lombok Tengah NTB?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh penyerapan tenaga kerja terhadap PDRB dengan
adanya Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika di Kabupaten/Kota
Provinsi NTB 2014-2017.
2. Untuk mengetahui pengaruh Kunjungan Wisatawan terhadap PDRB dengan
adanya Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika di Kabupaten/Kota
Provinsi NTB 2014-2017.
3. Untuk mengetahui pengaruh pembangunan jumlah hotel terhadap PDRB
dengan adanya Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandaika di Kabupaten/Kota
Provinsi NTB 2014-2017.
4. Untuk mengetahui pengaruh Penyerapan tenaga kerja, kunjungan wisatawan
dan jumlah hotel secara simultan berpengaruh terhadap PDRB dengan adanya
Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandaika di Kabupaten/Kota Provinsi NTB
2014-2017.
5. Untuk mengetahui seperti apa pengaruh sebelum dan sesudah adanya
Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika di Kab.Lombok Tengah NTB.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Akademisi
14
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi wawasan akademis, terkait
Pengaruh dari adanya Kawasan Ekonomi Khusus di suatu daerah terhadap
perekonomian daerah serta sebagai bahan literature tambahan bagi
penelitian selanjutnya.
2. Bagi Pembuat Kebijakan
a. Sebagai bagian dari kontribusi bagi pembuat kebijakan yang berhubungan
dengan Kawasan Ekonomi Khusus di daerah khususnya di Kab. Lombok
Tengah.serta Pemerintah Provinsi NTB.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengembangan Kawasan
Pendekatan pembangunan telah mengalami perkembangan. Pendekatan
sektoral menekankan pada pembangunan masing-masing sector sesuai dengan
potensinya, yang selanjutnya ditentukan prioritasnya, pendekatan wilayah
(regional) lebih maju karena mengutamakan keterkaitan pembangunan antar
sector dalam suatu wilayah sebagai unit perencanaan yang lebih kecil, dengan
demikian interaksi pembangunan lebih intensif dan lebih terfokus lagi yaitu
pendekatan pembangunan spasial (tata ruang) yang mempertimbangkan
pemilihan lokasi yang tepat dimana proyek pembangunan antar fasilitas
pembangunan ditempatkan. Belakangan ini telah dilontarkan pendekatan
pembangunan kawasan industry, Ekonomi khusus dan lain sebagainya.
Kawasan diartikan sebagai suatu wilayah yang mempunyai fungsi atau aspek
fungsional tertentu. Dengan menerapkan pendekatan pembangunan kawasan
diharapkan pembangunan dapat lebih interaktif dan responsive secara
fungsional sehingga manfaat dan keterbatasan pembangunan dapat lebih
terealisasikan dan keterbatasan dapat teratasi. (Rahardjo Adisasmita, 2014)
2. Tinjauan Tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Ekonomi Khusus adalah kawasan tertentu dimana diberlakukan ketentuan
khusus di bidang kepabeanan, perpajakan, perizinan, keimigrasian dan
ketenagakerjaan. Maksud pengembangan KEK adalah untuk memberi peluang
bagi peningkatan investasi melalui penyiapan kawasan yang memiliki
keunggulan dan siap menampung kegiatan industri, pariwisata, ekspor-impor
serta kegiatan ekonomi yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Adapun
kriteria pokok pemilihan lokasi KEK yang ditentukan oleh Tim Nasional
KEK adalah:
16
1. Komitmen Pemerintah Daerah
2. Rencana Tata Ruang
3. Aksesibilitas
4. Infrastruktur
5. Lahan
6. Tenaga Kerja
7. Industri Pendukung
8. Geopsisi
9. Dampak Lingkungan
10. Batas Wilayah (Tumpal Sihalolo, 4).
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dikembangkan untuk mempercepat
pengembangan ekonomi dan membangun keseimbangan pembangunan antar wilayah
dalam kerangka satu kesatuan ekonomi Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). KEK merupakan kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan
fungsi dengan manfaat perekonomian tertentu. Penyelenggaraan KEK diatur dengan
Undang undang nomor 39 Tahun 2009 yang merupakan amanat dari undang undang
nomor 25 tahun 2007 tentang penanaman modal yang menyasar empat tujuan yaitu:
a. Meningkatnya penanaman modal melalui penyiapan kawasan yang memiliki
keunggulan geoekonomi dan geostrategic
b. Optimalisasi kegiatan industry, ekspor,impor, dan kegiatan ekonomi lain yang
memiliki nilai ekonomis tinggi
c. Adanya percepatan perkembangan daerah melalui pengembangan pusat pusat
pertumbuhan ekonomi baru untuk keseimbangan pembangunan antar wilayah.
d. Terwujudnya model terobosan pengembangan kawasan untuk pertumbuhan
ekonomi, Antara lain, industri, parwisata, dan perdagangan sehingga dapat
menciptakan lapangan pekerjaan. (Dewan Nasional Kawasan Ekonomi
Khusus, 2)
17
Pengembangan KEK sendiri diarahkan untuk memberikan kontribusi optimal
dalam pencapaian setidaknya 4 (empat) agenda prioritas nasional yang tertuang di
Nawacita yaitu:
1. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan
desa dalam kerangka Negara kesatuan Republik Indonesia
2. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia
3. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional
4. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sector sector
strategis ekonomi domestic
Pada dasarnya KEK dibentuk untuk membuat lingkungan kondusif bagi aktivitas
investasi,ekspor, dan perdagangan guna mendorong laju pertumbuhan ekonomi serta
sebagai katalis reformasi ekonomi.untuk ide ini diinspirasi dari keberhasilan beberapa
Negara yang lebih dulu mengadopsinya, seperti Cina dan India. Bahkan data-data
empiris melukiskan bahwa KEK di Negara tersebut mampu menarik para investor,
terutama investor untuk berinvestasi dan menciptakan lapangan kerja. Hal itu tak lain
karena kemudahan yang di dapat para investor, kemudahan itu berbentuk kemudahan
di bidang fiscal, perpajakan dan kepabeanan. Bahkan ada juga di bidang non-fiskal,
seperti kemudahan birokrasi, pengaturan khusus di bidang ketenagakerjaan dan
keimigrasian, serta pelayanan yang efisien dan ketertiban di dalam kawasan. (Ayu
Prima Mesuari, 2017).
Sejarah mencatat pada tahun 2012 KEK Tanjung Lesung menjadi KEK pertama
yang ditetapkan dan pada tahun yang sama KEK Sei Mangkei menjadi KEK berbasis
kegiatan industri pertama. KEK pun terus berkembang dengan penetapan KEK-KEK
baru dengan segala kelengkapan kelembagaannya.
Hingga Semester II 2017, telah ditetapkan 12 (dua belas) KEK, meliputi: Arun
Lhokseumawe, Sei Mangkei, Tanjung Api-api, Tanjung Kelayang, dan Galang
Batang di wilayah Sumatera; Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK) di wilayah
Kalimantan; Bitung dan Palu di wilayah Sulawesi; Tanjung Lesung di wilayah
18
Jawa; Mandalika di wilayah Nusa Tenggara; Morotai di wilayah Maluku; dan
Sorong di wilayah Papua.
Karakteristik KEK yang Sukses
Untuk memperoleh manfaat yanh optimal dari terbentuknya KEK dan menjadikan
KEK ini sebagai katalis yang signifikan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi,
beberapa prakondisi yang mendasar perlu dipenuhi yang mencakup aspek makro dan
mikro seperti rezim perdagangan umum dan pembangunan yang dianut oleh Negara
di mana KEK itu berdiri. KEK harus menjalankannya fungsinya sebagaimana yang
termaktub dalam tujuan pendirian KEK tersebut, yakni menarik investasi,
menghasilkan produk produk ekspor yang dihasilkan produk-produk ekspor yang
dihasilkan oleh perusahaan yang beroperasi dalam KEK. Hal lainnya yang perlu
diperhatikan, meskipun KEK mampu menarik arus investasi, tidaklah otomatis
respons suplai ekspor akan menyebar ke area di luar KEK. Jika reformasi kebijakan
perdagangan tidak dilakukan terhadap KEK dan kebijakan yang masih berlaku diluar
KEK, maka manfaat positif dengan adanya KEK tidak akan dirasakan pada industry
dan perusahaan di luar KEK dan mampu mendorong perkembangan ekspor di luar
KEK. (Syarif Hidayat, 2010).
B. Product Domestic Regional Bruto (PDRB)
Perencanaan pembangunan ekonomi, memerlukan bermacam data statistic
sebagai dasar berpijak dalam menentukan strategi kebijakan, agar sasaran
pembangunan dapat dicapai dengan tepat. Strategi dan kebijakan yang tekah diambil
pada masa lalu perlu dimonitor dan dievaluasi hasil hasilnya. Pada hakekatnya,
pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan
distribusi pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan
melalui pergeseran kegiatan ekonomi dari sector primer ke sector sekunder dan
tersier. Untuk mengetahui tingkat dan pertumbuhan pendapatan masyarakat, perlu
disajikan statistic pendapatan nasional/regional secara berkala, untuk digunakan
sebagai bahan perencanaan pembangunan nasional atau regional khususnya dibidang
19
ekonomi, metode tersebut disebut dengan Product Domestic Regional Bruto (PDRB).
(Produk Domestik Regional Bruto Provinsi NTB, BPS 2017). PDRB berfungsi
sebagai tolak ukur seberapa besar suatu daerah mampu memanfaatkan potensi
ekonominya.
Keberhasilan pembangunan yang dilakukan dicerminkan oleh pertumbuhan.
Keberhasilan pembangunan wilayah ditujukkan oleh dicapainya perumbuhan
pembangunan ekonomi wilayah. Pertumbuhan pembangunan ekonomi (economic
development growth) diartikan sebagai peningkatan kapasitas produksi untuk
menambah output (hasil), biasanya diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB
untuk tingkat nasional) atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB untuk tingkat
regional/wilayah). PDB per kapita ataupun PDRB per kapita merupkan tolok ukur
(indikator) keberhasilan pembangunan yang mencerminkan tingkat kesejahteraan
rakyat. Dapat dikatakan pula, bahwa pertumbuhan wilayah berarti peningkatan
kesejahteraan rakyat disuatu wilayah. (Rahardjo Adisasmita, 2014)
1. Pengertian Product Domestic Regional Bruto
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) didefinisikan sebagai jumlah nilai
barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam satu wilayah, atau
merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh
unit usaha dalam satu wilayah. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai
tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada setiap tahun
(harga yang mengalami perubahan sesuai dengan ekonomi yang terjadi), sedangkan
PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa yang
dihitung dan menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar.(Abdul Majid
Chusaeni, 2013)
Manfaat yang dapat diperoleh dari Produk Domestik Regional Bruto antara
lain:
1. PDRB harga berlaku menunjukan kemampuan sumber daya ekonomi untuk
penghasilam dari satu Provinsi. Nilai PDRB yang besar menunjukan kemampuan
sumber daya ekonomi yang
20
besar
2. PDRB harga berlaku menunjukan pendapatan yang memungkinkan dapat
dinikmati oleh penduduk suatu region.
3. PDRB harga konstan digunakan untuk menunjukan laju pertumbuhan ekonomi
secara keseluruhan/setiap sektor dari tahun ke tahun.
4. Distribusi PDRB harga berlaku menurut sektor menunjukan besarnya struktur
perekonomian dan peranan sektor ekonomi dalam suatu wilayah. Sektor-sektor
ekonomi yang mempunyai peranan besar menunjukan basis perekonomian suatu
wilayah.
5, PDRB harga berlaku menurut penggunaan menunjukan bagaimana produk barang
dan jasa digunakan untuk tujuan konsumsi, investasi, dan diperdagangkan dengan
pihak luar.
Widodo (2006), menyatakan bahwa indikator penting untuk mengetahui kondisi
ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode tertentu ditunjukkan oleh data Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga yang berlaku atau atas dasar
harga konstan. PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh
seluruh unit usaha dalam satu daerah tertentu, atau merupakan jumlah seluruh nilai
barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu daerah.
PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang
dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas
harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung
menggunakan harga yang berlaku pada satu waktu tertentu sebagai harga dasar.
PDRB dapat menggambarkan kemampuan suatu daerah mengelola sumber
daya alam yang dimilikinya. Besaran PDRB yang dihasilkan oleh masing-masing
daerah sangat bergantung kepada potensi sumber daya alam dan faktor produksi
daerah tersebut. Adanya keterbatasan dalam penyediaan faktor-faktor tersebut
menyebabkan besaran PDRB bervariasi antar daerah. PDRB atas dasar harga konstan
menunjukan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan/ setiap sektor ekonomi
dari tahun ke tahun dan mengukur laju pertumbuhan konsumsi, investasi, dan
21
perdagangan luar negeri, perdagangan antar pulau/ antar propinsi. (Agus Sulaksono,
2017)
2. Rumus Penghitungan PDRB
Perhitungan PDRB dengan pendekatan pendapatan dilakukan dengan
menjumlahkan semua balas jasa yang diterima oleh faktor produksi, yaitu upah dan
gaji dan surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Sektor
pemerintahan dan usaha yang sifatnya tisak mencari untung, surplus usaha tidak
diperhitungkan.
Perhitungan PDRB dengan pendekatan pengeluaran dilakukan dengan
menjumlahkan seluruh pengeluaran para pelaku ekonomi atas barang dan jasa yang
diproduksi dalam perekonomian satu daerah. Perhitungan PDRB menurut
pengeluaran diperinci menjadi 6 kelompok yaitu : (1) Pengeluaran konsumsi rumah
tangga; (2) Pengeluaran konsumsi lembaga swadaya yang tidak mencari keuntungan;
(3) Pengeluaran konsumi pemerintah; (4) Pembentukan modal tetap bruto (investasi);
(5) Perubahan stok dan (6) Net ekspor (ekspor dikurangi impor).
Perhitungan output pada perekonomian dengan pendekatan pengeluaran
dijelaskan dalam persamaan berikut.
Y atau PDRB = C + I + G + NX
dimana Y atau PDRB adalah Produk Domestik Regional Bruto; C adalah konsumsi; I
adalah investasi; G adalah pengeluaran pemerintah; dan NX adalah ekspor neto
(ekspor dikurangi impor).
Perhitungan PDRB dengan pendekatan produksi dilakukan dengan menjumlahkan
nilai tambah barang dan jasa yang diproduksi oleh sektor-sektor dalam perekonomian
dengan cara mengurangkan biaya antara dari nilai total produksi bruto sektor antara
atau sub sektor tersebut (Tarigan 2009). Nilai tambah merupakan selisih antara nilai
produksi (output) dengan biaya antara (intermediate cost). Pada umumnya sektor-
sektor perekonomian dikelompokkan menjadi 9 sektor atau lapangan usaha yaitu : (1)
Pertanian; (2) Pertambangan dan Penggalian; (3) Industri; (4) Listrik, Gas dan Air
Minum; (5) Bangunan; (6) Perdagangan, Hotel dan Restoran; (7) Pengangkutan dan
22
Komunikasi; (8) Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan dan Tanah serta
Jasa Perumahan dan (9) Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan.
C. Tenaga Kerja
Apabila seorang pengusaha meminta suatu factor produksi, maka hal itu
dilakukannya bukan untuk memperoleh kepuasan langsung yang diharapkannya dari
factor produksi tersebut. Pengusaha tersebut menginginkan factor-faktor produksi
karena harapan akan hasil dari yang didapatkan, misalkan permintaan pengusaha
akam tenaga kerja (Taufik Zamrowi, 2007)
Secara teoritis pembangunan mensyaratkan adanya Sumber Daya Manusia
(SDM) yang berkualitas. SDM ini dapat berperan sebagai factor produksi tenaga
kerja yang dapat menguasai teknologi sehingga dapat meningkatkan produktivitas
perekonomian. Untuk mencapai SDM yang berkualitas dibutuhkan pembentukan
modal manusia atau disebut Investment In Human Capital. (Windhu Putra, 2018)
Secara umum, peningkatan produktivitas tenaga kerja dilakukan dengan
peningkatan kemampuan/keterampilan, disiplin, etos kerja produktif, sikap kreatif
dan inovatif, dan membina lingkungan kerja yang sehat untuk memacu prestasi.
Pelatihan tenaga kerja lebih diarahkan kepada pengembangan usaha yang mandiri dan
profesional, sehingga dapat berkembang menjadi kader wiraswasta yang mampu
menciptakan lapangan kerja. Selanjutnya, mobilitas sumber daya, terutama tenaga
kerja dari kegiatan yang kurang produktif ke kegiatan yang lebih produktif di
tingkatkan, disertai oleh pengembangan sistem perlindungan tenaga kerja . (Mulyadi,
2008)
1. Kesempatan Kerja
Sebelum kita berbicara tentang tenaga kerja, terlebih dahulu yang harus kita
ketahui yaitu apa itu kesempatan kerja. Kesempatan kerja adalah banyaknya orang
yang dapat tertampung untuk bekerja pada suatu perusahaan atau suatu instansi
(Disnakertrans, 2002). Kesempatan kerja ini akan menampung semua tenaga kerja
23
yang tersedia apabila lapangan pekerjaan yang tersedia mencukupi atau seimbang
dengan banyaknya tenaga kerja yang tersedia.
Dalam mengurai permasalahan SDM, sejumlah indikator pendidikan maupun
kesehatan biasa dimunculkan terutama dikaitkan dengan lporan Human Development
Index dari UNDP selain angka-angka indikator makroekonomi semacam GDP rill dan
GDP perkapita.(Edy Suandi Hamid, 2012)
Kebijaksanaan negara dalam kesempatan kerja meliputi upaya-upaya untuk
mendorong pertumbuhan dan perluasan lapangan kerja di setiap daerah serta, per
kembangan jumlah dan. kualitas angkatan kerja yang tersedia agar dapat
memanfaaatkan seluruh potensi pembangunan di daerah masing-masing. Bertitik
tolak, dari kebijaksanaan tersebut maka dalarn rangka mengatasi masalah perluasan
kesempatan kerja dan mengurangi pengangguran, Departemen Tenaga Kerja
dalam UU No. 13 Tahun 2002 tentang Ketenagakerjaan memandang perlu untuk
menyusun program yang mampu baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
mendorong penciptaan lapangan kerja dan mengurangi pengangguran. Program-
program ini dituangkan dalam kebijaksanaan pokok Sapta Karya Utania yang terdiri
dari:
1. Perencanaan tenaga kerja nasional
2. Sistem informasi dan bursa tenaga kerja yang terpadu
3. Tenaga kerja pemuda mandiri profesional
4. Pemagangan
5. Hubungan industrial Pancasila dan perlindungan tenaga kerja
6. Ekspor tenaga kerja (M.Zamrowi Taufik, 2007)
Apabila seorang pengusaha meminta suatu faktor produksi, maka hal itu
dilakukannya bukan untuk memperoleh kepuasan langsung yang diharapkannya dari
faktor produksi tersebut. Pengusaha tersebut menginginkan faktor-faktor produksi
karena harapan akan hasil yang daripadanya, misalkan permintaan pengusaha akan
tenaga kerja (Winardi 1988).
Dalam proses produksi, tenaga kerja memperoleh pendapatan sebagai balas
jasa dari upah yang telah dilakukannya, yaitu berwujud upah. Maka pengertian
24
permintaan tenaga kerja dapat diartikan sebagai jumlah tenaga kerja yang diminta
oleh pengusaha pada berbagai tingkat upah.
Tenaga kerja adalah penduduk pada usia kerja yaitu antara 15 sampai 64
tahun. Penduduk dalam usia kerja ini dapat digolongkan menjadi dua yaitu angkatan
kerja ( labot force ) dan bukan angkatan kerja Angkatan kerja adalah penduduk yang
bekerja dan penduduk yang belum bekerja, namun siap untuk atau sedang mencari
pekerjaan pada tingkat upah yang berlaku. Kemudian penduduk yang bekerja adalah
mereka yang melakukan pekerjaan guna menhasilkan barang dan jasa untuk
memperoleh penghasilan, baik bekerja penuh maupun tidak bekerja penuh (Ulfa
Fuaddilah Hasanah, 2016)
Menurut Feriyanto (2014 : 97) konsep produktifitas secara sederhana adalah
rasio jumlah output rill dengan faktor input. Dengan demikian pengertian
produktifitas tenaga kerja adalah rasio jumlah output rill dengan jumlah tenaga kerja
yang digunakan untuk menghasilkan jumlah output tersebut. Adapun persamaannya
sebagai berikut :
Rumus Produktifitas Tenaga Kerja
D. Wisatawan/Kunjungan Wisatawan
Kepariwisataan dapat dijadikan sebagai katalisator dalam menggalakkan
pembangunan perekonomian karena memberikan dampak terhadap perekonomian di
negara yang dikunjungi wisatawan. Kedatangan wisatawan pada suatu Daerah Tujuan
Wisata (DTW) telah memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi penduduk
setempat. Seperti halnya dengan sektor lainnya pariwisata juga berpengaruh terhadap
perekonomian di suatu daerah atau negara tujuan wisata. Besar kecilnya pengaruh itu
25
berbeda antara satu daerah dan daerah lainnya atau antara suatu Negara dengan
negara lainnya. (Femmy Nadia Rahma, 2011)
A. Pengertian Wisatawan
Wisatawan sejatinya adalah orang orang yang ingin merasakan sensasi berbeda
dalam melihat atau merasakan indahnya dunia ini. Mereka bahkan rela mengeluarkan
biaya guna memenuhi keinginan batin mereka untuk sekedar berkunjung ke daerah
pariwisata.Wisatawan mancanegara (wisman) ialah setiap pengunjung yang
mengunjungi suatu negara di luar tempat tinggalnya didorong oleh satu atau beberapa
keperluan tanpa bermaksud memperoleh penghasilan di tempat yang dikunjungi dan
lamanya kunjungan tersebut tidak lebih dari satu tahun (12 bulan). Definisi ini
mencakup 2 (dua) kategori wisatawan mancanegara yaitu :
a. Wisatawan (turis) ialah setiap pengunjung seperti definisi di atas yang tinggal
paling sedikit 24 jam akan tetapi tidak lebih dari 1 (satu) tahun di tempat yang
dikunjungi dengan maksud antara lain: berlibur rekreasi olah raga bisnis
menghadiri pertemuan studi dan kunjungan dengan alasan kesehatan.
b. Excursionist ialah setiap pengunjung seperti definisi di atas yang tinggal
kurang dari 24 jam di tempat yang dikunjungi (termasuk “Cruise
passengers”). Cruise Passengers ialah setiap pengunjung yang tiba di suatu
negara di mana mereka tidak menginap di akomodasi yang tersedia di negara
tersebut (BPS Kab.Lombok Tengah 2018),
E. Infrastruktur Hotel /Pembangunan Infrastruktur
Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Dari alokasi
pembiayaan publik dan swasta, infrastruktur dipandang sebagai lokomotif
pembangunan nasional dan daerah. Secara ekonomi makro ketersediaan dari jasa
pelayanan infrastruktur mempengaruhi marginal productivity of private capital,
26
sedangkan dalam konteks ekonomi mikro, ketersediaan jasa pelayanan
infrastruktur berpengaruh terhadap pengurangan biaya produksi. Infrastruktur
juga berpengaruh penting bagi peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan
manusia, antara lain dalam peningkatan nilai konsumsi, peningkatan produktivitas
tenaga kerja dan akses kepada lapangan kerja, serta peningkatan kemakmuran
nyata dan terwujudnya stabilisasi makro ekonomi, yaitu keberlanjutan fiskal,
berkembangnya pasar kredit, dan pengaruhnya terhadap pasar tenaga kerja.(Abdul
Haris, 2015). Infrastuktur terdiri dari berbagai macam sarana pembangunan, baik
yang sifatnya primer, maupun sekunder.
Infrastruktur sendiri dapat dipilah menjadi tiga bagian besar sebagai berikut:
(1) Infrastruktur keras (Physical Hard Infrastruktur), meliputi jalan raya dan
kereta api, bandara, dermaga, pelabuhan, rumah dinas, gedung gedung, Hotel dan
saluran irigasi. (2) Infrastruktur keras nonfisik (nonphysical hard infrastruktur),
yang berkaitan dengan fungsi utilitas umum, seperti ketersediaan air bersih
berikut instalasi pengolahan air dan jaringan pipa penyalur, pasokan listrik,
jaringan telekomunikasi (telepon & internet) dan pasokan energy mulai dari
minyak bumi, biodiesel dan gas berikut pipa distribusinya. (3) infrastruktur lunak
(soft infrastruktur), biasa pula disebut kerangka institusional atau kelembagaan
yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja) norma (khususnya yang telah
dikembangkan dan dikodifikasikan menjadi peraturan hukum dan perundang-
undangan), serta kualitas pelayanan umum yang disediakan oleh berbagai pihak
terkait, khususnya pemerintah. (Windhu Putra, 2018)
Begitu banyak dan besarnya peran infrastruktur sehingga dala menunjukkan
bahwa tingkat pengembalian investasi infrastruktur terhadap pertumbuhan
ekonomi, adalah sebesar 60% (Suyono Dikun, 2003). Bahkan studi dari World
Bank (1994) disebutkan elastisitas PDB (Produk Domestik Bruto) terhadap
infrastruktur di suatu negara adalah antara 0,07 sampai dengan 0,44. Hal ini
berarti dengan kenaikan 1 (satu) persen saja ketersediaan infrastruktur akan
menyebabkan pertumbuhan PDB sebesar 7% sampai dengan 44%, variasi angka
yang cukup signifikan.(Novi, Oki, Mirna, 2016)
27
Dapat ditarik kesimpulan bahwa pembangunan infrastruktur berpengaruh
besar terhadap pertumbuhan ekonomi (secara makro dan mikro) serta
perkembangan suatu negara atau wilayah.
F. Pengembangan Wilayah dalam Perspektif Al-Qur’an
Didalam Al-Qur’an sendiri, tidak terpampang secara jelas ayat mengenai
pengembangan wilayah, namun terdapat ayat yang menganjurkan untuk menjaga
bumi dan untuk tidak berbuat kerusakan. Artinya kaitanya dengan penelitian ini,
harus menjaga bumi dan segala isinya dan tidak berbuat kerusakan dengan apa
yang sudah ada/terjadi di muka bumi ini.
Hal tersebut disebul kan dalam surah Al-A’raf ayat 56 sebagai berikut:
Sumber: TafsirWeb.com
Artinya: Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah
(Allah) memperbaikinya dan berdoa lah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak
akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya Rahmat Allah
amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.
Dari ayat diatas, kita dianjurkan untuk selalu senantiasa menjaga apa apa yang
ada di muka bumi. Artinya dalam konteks ini pengembangan wilayah ataupun
wilayah yang ada di muka bumi harus dijaga dengan baik dengan tidak merusak
segala apa yang ada pada wilayah tersebut.
Kemudian terdapat lagi ayat Al-Qur’an yang membicarakan mengenai hal
terkait, namun tidak secara langsung membahas pengembangan wilayah, yaitu
pada surah Al-Jatsiyah ayat 13:
28
Sumber: TafsirWeb.com
Artinya: Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa
yang di bumi semuannya, (sebagai rahmat) dari pada-Nya. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdaoat tanda-tanda (Kekuasaan Allah)
bagi yang berfikir
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa matahari, bulan, bintang dan lain lain
semua yang ada di muka bumi, diciptakan oleh-Nya untuk dimanfaatkan oleh
kalian (semuanya). Dalam kaitannya dengan peneltian ini, segala sesuaitu
yang ada di muka bumi termasuk wilayah, diciptakan untuk manusia dan
dimanfaatkan dengan sebaik baiknya untuk kemaslahatan bersama.
G. Penelitian Sebelumnya
1. (Victoria, Vecky & Een, 2016) Tujuan dari penelitian ini adalah mengukur
peranan Kawasan Ekonomi Khusus Bitung dalam Kontribusi khususnya
Sektor industri pada Perekonomian Sulawesi Utara. Senada dengan penelitian
yang akan penulis lakukan yaitu menganalisis Efek dari adanya Kawasan
Ekonomi Khusus ini terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah tertentu,
perbedaan KEK Bitung ini dengan KEK Mandalika yaitu pada sector yang
menjadi fokusnya, KEK Bitung di sector industry serta KEK Mandalika di
sector pariwisata.
2. (Eldo & Iqbal, 2016) studi ini bertujuan untuk meneliti seberapa besar
pengaruh investasi pada industri pariwisata dan sektor pendukungnya
terhadap perekonomian Provinsi Maluku. Pada penelitian ini, terdapar
kesamaan yang cukup baik untuk dikaji dengan penelitian yang akan
dilakukan oleh penulis, yaitu pada variable Dependenya yang berfokus pada
pengembangan pariwisata serta sector pendukung lainnya yang menunjang
pengembangan pariwisata. Hal ini sangat efektif, melihat peluang pariwisata
di Indonesia yang sangat potensial dan pengembangan infrastruktur penunjang
yang harus di tingkatkan pula.
29
3. Ander, Sudiarta & Eka, 2016) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
potensi-potensi wisata yang dimiliki oleh destinasi pariwisata Kuta Lombok,
kemudian akan dirumuskan strategi yang dapat diterapkan di destinasi
pariwisata Kuta Lombok sehingga membantu proses pengembangannya
menjadi lebih optimal. Pada penelitian ini, objek penelitian memiliki
kesamaan dengan objek yang akan penulis teliti, namun objek penelitian
tersebut dilakukan sebelum Kuta Mandalika mendapatkan mandate sebagai
Kawasan Ekonomi Khusus. Penelitian sebelumnya ini, lebih menekankan
pada eksplorasi kebudayaan atau pun destinasi yang ada di pantai Kuta
Mandalika, hal ini sangat penting dilakukan dan secara tidak langsung
berkesinambugan dengan peneliran yang akan dilakukan oleh penulis yaitu
memetakan apa saja destinasi yang unggul disekitar Kuta Mandalika dan
strategi apa yang efektif guna meningkatkan nilai ekonomis dari adanya Kuta
Mandalika ini.
4. (Katrina & Imam, 2016) Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat
efektifitas kinerja dari aspek karakteristik pegawai, kebijakan pemerintah,
efektifitas kinerja sumber daya manusia dan peran dan koordinasi dari dewan
kawasan ekonomi khusus. Pada penelitian ini, lebih ditekankan pada tingkat
kefektifan maupun efisiensi dari dari Stakeholder pemerintah yang mengelola
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) itu sendiri, meskipun cakupan penelitian
ini dengan penelitian yang akan penulis lakukan sedikiti berbeda, namun
terdapat kesamaan ojbjek penelitian yaitu KEK itu sendiri serta di salah satu
rumusan masalah penulis memiliki kesamaan yaitu mengukur tingkat
efektifitas dan efisiensi. Penelitian ini mengangkat studi kasus pada Kawasan
Ekonomi Khusus Tanjung Lesung, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.
5. (Bambang & Rahmat, 2015) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dampak kebijakan pemerintah mengenai pemberlakuan Batam sebagai salah
satu model Kawasan Ekonomi Khusus yaitu Kawasan Perdagangan dan
Pelabuhan bebas terhadap kinerja perusahaan yang telah beroperasi di dalam
kawasan sejak lama. Pada penelitian ini memilki kesamaan tujuan pada
30
penelitian yang akan penulis lakukan, yaitu Mengukur sejauh mana efektifitas
dari adanya Kawasan Ekonomi Khusus ini diterapkan di suatu daerah. Jika
kita melihat pada penelitian ini Kawasan Ekonomi Khususnya berfokus pada
sector perdagangan. Jadi terdapat topic besar yang sama sama ingin diketahui,
apakah penetepan KEK ini cukup efektif terhadap perekonomian di daerah
tertentu.
6. (Muhammad Afdi, 2017) Penelitian ini bertujuan untuk meneliti dampak
pertumbuhan pariwisata (Tourism) terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia
serta dampak promosi (Marketing) terhadap pendapatan pariwisata atau pun
pertumbuhan Indonesia. Pada penelitian ini, focus nya terdapat pada
bagaimana sector pariwisata mampu memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi. Bedanya dengan penelitian yang akan penulis lakukan
yaitu, penulis menganggkat tema besar Kawasan Ekonomi Khusus di sector
pariwisata yang telah didapatkan oleh daerah tertentu. Secara umum, Antara
sector pariwisata dengan Penetapan KEK pariwisata tidak jauh beda
perbedaannya, namun Pendaulatan KEK pada daerah tertentu yakni dilihat
dari berbagai factor seperti, lokasi yang strategis, destinasi yang belum ter
explore sebelumnya, dan infrastruktur yang belum terlalu memadai, maka dari
itu Pemerintah dalam hal ini merancang konsep Kawasan Ekonomi Khusus
dibawah naungan Kementerian Koordinator Perekonomian untuk
memberikannya kepada daerah daerah yang potensial akan pariwisatanya
salah satunya Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika, Kabupaten
Lombok Tengah, NTB.
31
No Penulis dan Tahun Judul Variabel dan Alat Analisis Hasil Penelitian
1. Victoria Natali Makalew,
Vecky A.J. Masinambouw,
Een N. Walewangko (2016)
Analisis Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK) terhadap Struktur
Perekonomian Sulawesi Utara
Variabel: Industri Kecil,
Menengah, Besar dan PDRB,
KEK pariwisata
Alat Analisis: Metode
Deskripsi Proyeksi dan Analisa
Korelasi Pearson
1. Industri menengah memiliki nilai
tambah terbesar dari ke 3 (tiga)
skenario sehingga perusahaan yang
berada di Industri menengah di
Kawasan ekonomi Khusus menjadi
perhatian utama bagi Provinsi Sulawesi
Utara
2. Industri menengah juga memiliki nilai
tambah terbesar pada ke 3 (tiga)
skenario, guna peningkatan PDRB di
Kota Bitung. Ini berartti peran industry
Menengah yang akan beroperasi di
Kawasan Ekonomi Khusus Bitung
menjadi Target Utama bagi Kota
Bitung
2. Eldo Malba & Iqbal M.Taher
(2016)
Analisis Input Output atas
dampak sektor pariwisata
terhadap perekonomian Maluku
Variabel: Investasi
(Pengangguran, kemiskinan),
serta pariwisata
Alat Analisis: Analisis Input
Output, Pengganda dan Shock
1. Bahwa sektor-sektor yang terkait
industri pariwisata (empat sektor yang
dianalisis) merupakan sektor-sektor
yang memainkan peranan yang dapat
diperhitungkan dalam perekonomian
32
Provinsi Maluku (walaupun tidak
tingkat signifikansinya masih di bawah
sektor perdagangan sebagai sektor
kunci).
2. Pada analisis pengganda, studi
menemukan bahwa sektor pariwisata di
Provinsi Maluku bersifat pro-growth
dan pro-poor. Ini artinya
pengembangan sektor pariwisata
(melalui keempat sektor yang
dianalisis) dapat diandalkan sebagai
salah satu langkah untuk mengatasi
tingkat kemiskinan di Provinsi Maluku.
3. Analisis shock, dapat disimpulkan
bahwa keempat sektor (sektor hotel dan
restoran, angkutan air, angkutan udara,
dan jasa-jasa lainnya) menghasilkan
dampak yang dapat diperhitungkan
untuk perekonomian.
3 Ander Sriwi, I Nyoman
Sudiarta, & Ni Putu Eka
Mahadewi (2016)
Strategi Pengembangan Kuta
Lombok sebagai destinasi
Pariwisata
Variabel: Data Primer, Bersifat
Deskriptif Kualitatif, Strategi
Pengembangan wisata.
1. Hasil yang didapatkan Terkait strategi
pengembangan destinasi pariwisata
Kuta Lombok agar menjadi dalah satu
33
Alat Analisis: Analisis SWOT
(Strength, Weakness,
Opportunity, Threat)
destinasi pariwisata yang mempunyai
daya saing yang tinggi dan
berpengaruh pada sector Penerimaan
pendapatan daerah di Kab.Lombok
Tengah.
2. Potensi alam, yang meliputi
pemandangan matahari terbit (sunrise)
dan matahari terbenam (sunset),
keindahan pantai serta lautnya dan juga
perbukitan yang tersusun bagaikan
benteng perbatasan yang hijau.
3. Potensi sosial budaya, yang terdiri dari
budaya masyarakat seperti; upacara
adat sasak, kerajinan dan kesenian
tradisional, tradisi ‘’Bau NyaleI’’ dan
presean.
4. Strategi Strenght - Opportunity (S-O)
menghasilakan strategi pengembangan
daya tarik wista dan strategi
pengembangan destinasi pariwisata
5. Strategi Strength – Threat (S–T) yang
menghasilkan strategi peningkatan
34
keamanan dan kenyamanan.
6. Strategi Weakness – Opportunity (W-
O) menghasilkan strategi peningkatan
kualitas
7. Strategi Weakness – Threat (W–T)
menghasilkan strategi pengembangan
sumber daya manusia.
4. Katrina Doris Meliana & Imam
Buchori 2016
Efektivitas Pemerintah dalam
pengembangan KEK Tanjung
Lesung di Kabupaten
Pandeglang Provinsi Banten
Variabel: Data Primer
(Pegawai yang bekerja di
kantor KEK Tanjung Lesung
Pandeglang Banten.
Alat Analisis: Kuesioner,
dengan analisis deskriptif
kualitatif dan kuantitatif.
1. Dari hasil analisis efektivitas kinerja
SDM tehadap 6 (enam) variabel yang
telah dilakukan yaitu variabel
Kemampuan SDM, Keahlian SDM,
Pengetahuan SDM, Sikap dan Perilaku
SDM, Motivasi SDM, Strategi yang
dilakukan SDM dalam pengembangan
KEK rata-rata tidak cukup efektif atau
tidak cukup baik sehingga diperlukan
evaluasi terhadap hasil kinerja SDM
yang bekerja di Sekretariat Dewan
Kawasan KEK, Administrator KEK
maupun di Badan Usaha. Variabel
yang paling berpengaruh terhadap
tugas pokok dan fungsi adalah variabel
35
pengetahuan sdm dalam melaksanakan
pekerjaa sehingga perlu dilakukan
pelatihan atau workshop yang dapat
menambah ilmu pengetahuan serta
keahlian sdm untuk dapat berkompetisi
dan bersaing di lingkup pekerjaan.
5. Bambang Hendrawan, Rahmat
Hidayat (2015).
Dampak Pemberlakuan Kawasan
Ekonomi Khusus terhadap
kinerja perusahaan dalam
kawasan.
Variabel: Data Primer,
Mengenai dampak
pemberlakuan KEK Batam
terhadap kinerja perusahaan.
Alat Analisis :Analisis Deskriptif dan Analisis Perbandingan sampel berpasangan menggunakan Paired Sample T-test yang diolah alat bantu SPSS.
1. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan tingkat
profitabilitas perusahaan yang
signifikan antara sebelum dengan
sesudah pemberlakukan kawasan
ekonomi khusus di Batam, dimana
tingkat profitabilitas sesudah
pemberlakukan Batam sebagai
kawasan ekonomi khusus cenderung
lebih kecil disbanding sebelumnya.
Selain faktor menurunnya permintaan
dari customer utama di luar negeri pada
periode pengamatan, peningkatan biaya
perusahaan yang terjadi memberikan
kontribusi terhadap temuan tersebut.
Walaupun demikian perusahaan
36
menunjukkan optimisme terhadap
pertumbuhan omset selama tiga tahun
mendatang dibanding tiga tahun sejak
penetapan Batam sebagai kawasan
perdagangan dan pelabuhan bebas.
6
7.
Muhammad Afdi Nizar (2017) Pengaruh Pariwisata terhadap
pertumbuhan ekonomi di
Indonesia
Variabel: Pertumbuhan
Pariwisata, Pertumbuhan
Ekonomi (GDP), Promosi
Pariwisata, Teror Bom di
Indonesia.
Alat Analisis: Analisis
Kuantitaitf dengan model
Vector Autoregresi (VAR
Model).
1. Pertumbuhan pendapatan
pariwisata akan mendorong
peningkatan pertumbuhan ekonomi
dengan time lag 5 – 6 triwulan.
Artinya, peningkatan pendapatan
pariwisata tahun sebelumnya baru
akan terlihat pengaruhnya terhadap
peningkatan pertumbuhan ekonomi
pada triwulan pertama dan kedua
tahun yang akan datang.
2. Pertumbuhan ekonomi mendorong
peningkatan pendapatan pariwisata
dengan segera, yaitu pada triwulan
berikutnya. Pengaruh ini
berlangsung selama 3 triwulan.
Artinya, pertumbuhan ekonomi
tahun sebelumnya akan mendorong
37
8. Rasa Rukuiziene Suistainable tourism Variabel: Jumlah wisatawan,
peningkatan pendapatan pariwisata
selama 3 triwulan pertama tahun
berjalan.
3. .Di Indonesia pertumbuhan
ekonomi dan pariwisata memiliki
hubungan kausalitas timbal balik
(reciprocal causal hypothesis).
Artinya, pertumbuhan pariwisata
dan pertumbuhan ekonomi saling
memberikan manfaat satu dengan
yang lain.
4. Promosi pariwisata memberikan
pengaruh terhadap pertumbuhan
pendapatan pariwisata pada
triwulan kedua dan ketiga.
Sedangkan ”teror bom” hanya
berpengaruh negative terhadap
pertumbuhan pendapatan
pariwisata selama dua triwulan
pertama.
Hasil penelitan tentang lingkungan pariwisata
38
9. Zuzana Jurigova, Zuzana
Tuckova, Oskar Solenes
Development Implication to
local economy
The Impact of chosen economic
indicators on tourism
suistainability (Case Study: Of
the Czech Republic and
infrastruktur, SDM, industri
Alat Analisis: Analisis
deskripsi
Variabel: Produk Domestik
Bruto, Pengeluaran perjalanan
pariwisata, manajemen
pariwisata
berkelanjutan difokuskan pada beberapa
tantangan yang melekat
dalam menerapkan konsep pengembangan
pariwisata berkelanjutan untuk industri
pariwisata regional. Sekarang
industri pariwisata regional sedang
berkembang dengan menggunakan beberapa
alat yang berkelanjutan - jaringan kemitraan
global,
pilar ekonomi hijau, kampanye paspor hijau,
yang membuat cara paling mudah untuk
mengelola informasi pariwisata
dan mengungkapkan perubahan pasar
struktural. Lingkungan pariwisata berfungsi
juga untuk kontribusi berkelanjutan
pembangunan daerah membawa orang ke
dalam kontak lebih dekat dengan alam.
Hasilnya: Terjadi perbedaan yang cukup
signifikan Antara kedua Negara yakni republic
ceko dan Norwegia. Norway,
sebagai negara dengan standar hidup tertinggi,
39
Mosab I. Tabash
Norwegia)
The role of Tourism Sector in
Economic Growth: An
Empirical Evidence From
Palestine
Variabel: Pertumbuhan
Ekonomi, Penerimaan dari
sector pariwisata
memiliki pengeluaran pariwisata yang lebih
tinggi untuk perjalanan internasional karena
wisatawan mencari layanan berkualitas tinggi
berdasarkan mentalitas mereka. Sedangkan
untuk republic ceko cenderung mengalami tren
yang menurun, karena imbas Negara nya yang
sedang krisis.
Hasilnya: Penelitian ini menggunakan data
Time Series dengan sampel data dari tahun
1995-2014, Hasilnya bahwa Pertumbuhan
Ekonomi di Palestina cukup signifikan karena
adanya pengaruh dari penerimaan sector
pariwisata. Artinya secara jangka panjang
peneltian ini efektif meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.
40
H. Hubungan Antar Variabel
Didalam Rumusan masalah telah ditetapkan akan meneliti tentang Analisis pengaruh
Penyerapan Tenaga Kerja, Kunjungan Wisatawan serta Pembangunan infrastruktur hotel pada
Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika yang ada di Lombok Tengah. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Ander, Nyoman dan Eka (2016), bahwa analisis potensi potensi pariwisata yang
ada di kab. Lombok tengah sangat beragam. Hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut
Terkait strategi pengembangan destinasi pariwisata Kuta Lombok agar menjadi dalah satu
destinasi pariwisata yang mempunyai daya saing yang tinggi dan berpengaruh pada sector
Penerimaan pendapatan daerah di Kab.Lombok Tengah. Artinya indikator indikator pariwisata
yang ada di Kab.Lombok Tengah sangat potensial dan berpengaruh terhadap PDRB daerah dan
Kab/kota di NTB
A. Hubungan Antara Penyerapan Tenaga Kerja dengan PDRB
Salah satu indikator keberhasilan dari suatu daerah , tercermin dari Tingginya PDRB daerah
tersebut. Tidak bisa di pungkiri PDRB mampu menjadi tolak ukur keberhasilan suatu daerah
dalam mengelola daerahnya. Namun salah satu indikator penting yakni Tenaga Kerja. Tenaga
kerja yang aktif bekerja mampu mencerminkan bahwa daerah tersebut produktif dalam
menciptakan lapangan pekerjaan. Artinya PDRB yang maksimal merupakan salah satu
sumbangsih nya berasal dari tenaga kerja yang terserap sehingga tenaga kerja tersebut mendapat
upah dan bisa membuat hidupnya menjadi lebih sejahtera. Berarti dalam hal ini Penyerapan
Tenaga Kerja dan PDRB berhubungan positif.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Arif Budiarto dan Made Heny Urmila Dewi
yang berjudul “Pengaruh PDRB dan upah minimum provinsi terhadap penyerapan tenaga kerja
melaui mediasi investasi di provinsi Bali” yaitu masalah ketenagakerjaan salah satunya dapat
dikurangi dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator
keberhasilan pembangunan (PDRB). Hasil dari regresimya menyebutkan bahwa variable PDRB
berpengaruh signfikan terhadap penyerapan Tenaga kerja, karena salah satu penunjang besarnya
PDRB juga berasal dari tenaga kerja yang terampil dan terserap di bidang bidang terkait.
41
B. Hubungan Antara Kunjungan Wisatawan dengan PDRB
Berdasarkan Data BPS Lombok Tengah tahun 2018. Kabupaten Lombok Tengah merupakan
salah satu tujuan wisata yang semakin populer di kalangan wisatawan baik wisatawan domestic
maupun wisatawan mancanegara, apalagi dengan adanya penetapan salah satu daerah yang ada
di Kab.Lombok Tengah menjadi (KEK) Kawasan Ekonomi Khusus.Pemerintah Kabupaten
Lombok Tengah semakin gencar mempromosikan berbagai macam tempat wisata yang berada di
Kabupaten Lombok Tengah. Gencarnya promosi ini tentunya akan menarik semakin banyak
wisatawan.Untuk itu diperlukan fasilitas yang memadai seperti hotel dan akomodasi lainnya
untuk menampung wisatawan yang semakin meningkat tiap tahunnya. Artinya Kunjungan
wisatawan sangat berpengaruh positif terhadap PDRB Kab.Lombok Tengah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Normaika Hutasoit terkait hubungan Antara
Kunjungan wisatawan dengan PDRB yang berjudul “Pengaruh jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara dan j8mlah hunian hotel terhadap penerimaan sub sector PDRB di Provuinsi
Sumatera Utara tahun 2004-2013” yaitu hubungan nya memiliki hubungan yang positif, artinya
variable kunjungan wisatawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan sektor
PDRB industri pariwisata di Sumatera Utara. Artinya jika variabel wisatawan mancanegara dan
hotel meningkat maka PDRB industri pariwisata juga meningkat. Hal ini sesuai dengan
hipotesisi penelitian bahwa wisatawan mancanegara dan hotel berpengaruh positif dan signifikan
terhadap penerimaan sektor PDRB industri pariwisata di Sumatera Utara tahun 2004-2013.
Secara serempak, variabel wisatawan mancanegara dan hotel berpengaruh signifikan terhadap
PDRB Provinsi Sumatera Utara. Dan secara parsial, variabel wisatawan mancanegara dan hotel
berpengaruh positif dan berpengaruh signifikan terhadap PDRB Provinsi Sumatera Utara tahun
2004 – 2013
C. Hubungan Pembangunan Infrastruktur hotel penunjang pariwasata dengan PDRB
Sudah seharusnya untuk saat ini, infrastruktur menjadi focus pembangunan suatu daerah,
agar segala fasilitas maupun mobilitas bisa berjalan dengan efektif. Salah satunya di perlukan
pada sector pariwisata. Khusus pada KEK Mandalika ini, Pembangunan Infrastrutur seperti hotel
menjadi hal sangat optimal guna menunjang wisatawan yang datang. Jumlah pembangunan hotel
pada tahun 2017 terus meningkat seiring dengan semakin di kenalnya KEK Mandalika ini, di
tahun 2017 mencapai 102 Hotel, dengan jumlah kamar mencapai 1.447 kamar. Artinya secara
42
tidak langsung pembangunan infrastruktur penunjang tersebut sangat berdampak pada PDRB
daerah. Karena pemasukan untuk daerah bisa terus bertambah dengan adanya wisatawan yang
datang, juga bukan hanya bangunan hotel yang menjadi prioritas, namun kunjungan wisatawan
yang menginap di hotel tersebut menjadi perhatian.
Penelitian ini didukung juga oleh penelitan yang dilakukan oleh A.A Istri Agung Dima Sitara
Dewi dan I.K.G Bendesa yang berjudul “Analisis pengaruh jumlah kunjungan wisatawan,
tingkat hunian hotel dan Produk Domestik Regional Bruto terhadap pendapatan Asli daerah
kabupaten Gianyar” bahwa jumlah hotel berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
penerimaan PDRB Kabupaten Gianyar. Setiap terjadi penurunan tingkat hunian hotel maka
penerimaan PDRB mengalami peningkatan.
43
I. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1
Kerangka Berfikir
Dari bagan diatas, dijelaskan bahwa kerangka berfikir yang dibangun oleh penulis untuk
melihat 3 variabel independen mempengaruhi 1 variabel dependen dan terdapat 1 Dummy
Variabel untuk menjelaskan kondisi sebelum dan sesudah adanya Kawasan Ekonomi Khusus.
(KEK). Hal ini berkaitan dengan bagaimana kondisi suatu daerah dapat dilihat dari Kondisi
PDRB nya. PDRB sendiri dipengaruhi oleh banyak factor. Maka dari itu untuk memperkecil
ruang lingkup penelitian ini penulis memberikan batasan yakni factor factor penunjang sector
pariwisata, terlebih dengan adanya Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika di Lombok NTB.
44
Variabel Dependen:
Product Domestic Regional Bruto
(PDRB)
Variabel Independen:
- Penyerapan Tenaga Kerja (X1)- Kunjungan Wisatawan (X2)- Infrastruktur Penunjang (X3)- Perbandingan Sebelum dan
Sesudah adanya KEK (Dummy Variabel)
J. Hipotesis Penelitian
Dengan mengacu pada dasar pemikiran teoritis dan studi empiris yang pernah dilakukan
dengan penelitian dibidang ini, maka dapat di rumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Diduga terdapat pengaruh Penyerapan Tenaga Kerja secara parsial terhadap PDRB di
Kab. Lombok Tengah
2. Diduga terdapat pengaruh Kunjungan Wisatawan secara parsial terhadap PDRB di Kab.
Lombok Tengah
3. Diduga terdapat pengaruh Pembangunan Infrastruktur penunjang KEK Pariwisata secara
parsial terhadap PDRB di Kab. Lombok Tengah
4. Diduga terdapat pengaruh secara simultan penyerapan tenaga kerja, kunjungan
wisatawan dan jumlah hotel terhadap PDRB di Kab. Lombok Tengah
5. Diduga terdapat pengaruh yang signifikan setelah adanya KEK Mandalika terhadap
PDRB Kab.Lombok Tengah
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan model data panel, Penelitian ini focus kepada
salah satu Kabupaten yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang salah satu
kawasan nya telah di tetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus yakni Kab.
Lombok Tengah. Periode yang digunakan yaitu dalam penelitian ini selama 2014-
2017, dan nantinya akan mencoba menganalisis juga bagaimana efektivitas
sebelum dan sesudah adanya Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika ini
dengan sampel semua Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi NTB. Dalam
Penelitian ini menggunakan satu variable Dependen dan empat variable
Independen. Variable dependen yang digunakan yaitu Product Domestic Bruto
(PDRB), sedangkan variable independen adalah Penyerapan Tenaga Kerja,
Kunjungan Wisatawan, Pembangunan Infrastruktur hotel serta Pengaruh Sebelum
dan Sesudah adanya KEK dalam mempengaruhi PDRB (Dummy Variable)
Kab.Lombok Tengah.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian adalah Kab.Lombok Tengah. Menurut (Ayu, 2015)
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Sebuah sampel yang ditentukan tidak selalu memenuhi persyaratan
dalam variable penelitian sehingga diperlukan pula besaran peluang
representatifnya sebuah kelompok sampel dalam sebuah populasi penelitian.
Kab.Lombok Tengah dijadikan sampel oleh penulis karena terdapat focus objek
yang akan diteliti serta sampel yang dipilih telah melewati pertimbangan dalam
hal pengambilan data yang berdasarkan dengan maksud dan tujuan tertentu, dan
46
juga melibatkan Kab/Kota yang lainnya untuk menambah sampel objek
penelitian.
C. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan hal yang harus dilakukan dalam penyusunan
penelitian ini untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian ini.
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang diperoleh
dari lembaga-lembaga resmi terkait diantaranya Badan Pusat Statistik,
Kementerian Pariwisata, Kementerian Koordianator Perekonomian serta studi
kepustakaan baik itu jurnal-jurnal, artikel ataupun skripsi yang terkait. Serta
nantinya bisa dilakukan wawancara guna melengkapi informasi agar lebih baik
dan komprehensif.
1. Data Sekunder
Data Sekunder merupakan data yang diperoleh tidak melalui tangan
pertama, melainkan melalui tangan kedua, ketiga dan seterusnya. Dengan
kata lain, sumber data penelitian yang diperoleh dengan secara tidak
langsung. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
dengan periode waktu dari tahun 2014-2017, yang dapat diperoleh dari
berbagai sumber seperti Bdan Pusat Statistik daerah provinsi NTB dan
Kabupaten/Kota serta kementerian ekonomi dan dinas pariwisata setempat
2. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan dengan cara mencari informasi atau data
melalui berbagai literature, jurnal dan lain-lain yang dipublikasikan
yang berhubungan erat dengan obyek penelitian ini. Penulis juga
melakukan penelitian ini dengan cara membaca, memahami,
menganalisa dan mengutip berbagai literature yang berkaitan dengan
penelitian ini.
47
D. Metode Analisis Data
1. Pendekatan Penelitian
Sesuai dengan data yang telah diperoleh maka pendekatan yang sesuai
dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang
menekankan pada angka-angka dalam penelitiannya. Dari data angka yang
telah diperoleh maka diharapkan dapat memberikan kesimpulan atau hasil
yang tepat.
2. Analisis Regressi Berganda
Dalam penelitian ini alat analisis yang digunakan adalah regresi linier
berganda. Analisis regresi merupakan studi dalam menjelaskan dan
mengevaluasi hubungan antara suatu peubah bebas (independent variable)
dengan satu peubah tak bebas (dependent variable) dengan tujuan untuk
mengestimasi atau meramalkan nilai peubah tak bebas didasarkan pada nilai
peubah bebas yang diketahui (Gujarati, 1999)
Metode Regresi Linier Berganda dapat digunakan untuk menganalis
pengaruh beberapa peubah penjelas atau peubah bebas terhadap satu peubah
tak bebas. Metode analisis yang digunaka dalam penelitian ini adalah analisis
data Panel. Analisis data Panel digunakan untuk menganalisis pengaruh
variable Penyerapatan Tenaga Kerja, (TK), Kunjungan Wisatawan (KW),
Infrastruktur Penunjang (I) dan keadaan sebelum dan sesudah adanya KEK
(KN) terhadap PDRB Kab.Lombok Tengah dan Kab/Kota lainnya di NTB.
Keadaan daerah KEK dan NON KEK digunakan sebagai variable
dummy, variable dummy adalah variable yang menjelaskan ada atau tidak
adanya kualitas dengan membentuk variable buatan yang mengambil nilai 1
atau 0 (Gujarati, 1999).
Adapun formulasinya: Y=C+X1+X2+X3+D+€
Gujarati (2003) menjelaskan bahwa terdapat keunggulan yang diperoleh
jika menggunakan data panel diantaranya adalah:
48
1. Data Panel dapat memperhitungkan heterogenitas individu secara eksplist
dengan memperbolehkan variable spesifik individu, sehingga
menghasilkan data panel digunakan untuk menguji model yang lebih
rumit atau kompleks.
2. Jika efek spesifik bersifat signifikan berkolerasi dengan variable-variabel
penjelas, maka pemakaian data panel akan menyebabkan pengurangan
secara substansial dalam maslah omitted variables.
Dalam penelitan ini terdapat tiga variable independen dan satu sebagai
Dummy Variabel yaitu, (X1) Tenaga Kerja, (X2) Kunjungan Wisatawan, (X3)
Infrastruktur penunjang (Hotel) dan (X4) Efektivitas sebelum dan sesudah adanya
KEK (Dummy Variabel).
Adapun model yang akan di estimasi adalah:
Y = :C+βX1+βX2+βX3+D+€+€it
Dimana:
Y = Product Domestic Regional Bruto (Variabel Dependen)
X1 it = Jumlah Tenaga Kerja (Variabel Independen di Kabupaten/Kota I pada tahun
t
X2 it = Jumlah Kunjungan Wisatawan di Kabupaten/Kota i pada tahun t
X3 it = Jumlah Infrastruktur penunjang (Hotel) di Kabupaten/Kota I pada tahun t
D = Melihat efektifitas sebelum dan sesudah adanya KEK (Dummy Variabel)
β = Konstanta/intersept
β1,β2,β3 = Koefisien regresi pada masing masing variable bebas
€it = Error term di Kabupaten/Kota i pada tahun t
Dalam Analisis data panel dikenal dengan tiga macam pendekatan yaitu
pendekatan Pooled Least Square, pendekatan Fixed Effect, pendekatan Random
Effect, Penjelasannya sebagai berikut:
1. Pooled Least Square
49
Pooled Least Square (PLS) adalah metide regresi linier yang
mengestimasi data panel dengan metode Ordinary Least Square. Pooled Least
Square merupakan pendekatan model data panel yang paling sederhana karena
hanya menggabungkan data Croos section dengan data time series.
Selanjutnya data gabungan ini diperlukan sebagai suatu kesatuan pengamatan
untuk mengestimasi model dengan metode Pooled Least Square (PLS)
2. Fixed Effect Model (FEM)
Menurut Shavinia (2018) Fixed Effect Model (FEM) diasumsikan
bahwa intersep dari persamaan regresi (Model) dianggap konstan atau tetap
baik antar unit cross section maupun Antara time series. Oelh karena
penggunaan tekhnik variable Dummy dalam proses regresi, maka FEM bisa
juga disebut Least Square Dummy Variabel (LSDV). Teknik variable Dummy
bisa digunakan pada cross section atau time series.
3. Random Effect Model (REM)
Random Effect Model (REM) adalah metode regresi yang
mengestimasi data panel dengan menghitung error dari model regresi dengan
metode Generalized Least Square (GLS). Perbedaannya dengan fixed effect
model (FEM), perbedaan Antar individu dan atau waktu digambarkan melalui
intercept, msks pada random effect model (REM) perbedaan tersebut
diakomodir melalui error. Keunggulan menggunakan random effect model
yakni menghilangkan heteroskedastisitas.
E. Pengujian Model
Dua macam pendekatan tersebut merupakan asumsi yang ditetapkan
dalam melakukan estimasi terhadap data panel. Maka dari itu, diperlukan
beberapa tahapan pengujian. Pengujian tersebut diantaranya uji Chow, Uji
Hausman. Selain harus menetapkan bentuk asumsi yang paling tepat, harus
ditetapkan juga metode estimasi yang paling tepat, harus ditetapkan juga
metode estimasi yang paling tepat diantara metode estimasi OLS (Jika
50
diasumsikan tidak memiliki masalah pada heteroskedastisitas). Penjelasan
mengenai Uji Chow, Uji Hausman adalah:
1. Uji Chow
Uji Chow digunakan untuk memilih apakah model yang digunakan
PCEM atau FEM. Uji Chow menguji signifikansi intersep α apakah
berbeda-beda pada masing-masing sector (FEM) ataukah tidak berbeda
dengan (CEM). Hipotesis yang digunakan adalah:
H0 : α1= α2 = ... = αK = α (Model CEM)
H1 : minimal ada satu intersep αi ≠ α (Model FEM); i = 1, 2, ..., K
(Bayyina, Mustafid, Sudarono: 2016)
Jika nilai probabilitas > α = 0,05, maka H0 diterima, sehingga metode
yang digunakan adalah PLS, namun jika nilai probabilitas cross-section F
< α = 0,05 maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H0
sehingga model yang akan digunakan adalah model Fixed Effect. Dalam
penelitian ini tingkat sigfikansi yang digunakan adalah 5%.
2. Uji Hausman
Uji Hausman digunakan untuk memilih Antara metode pendekatan
Fixed Effect (FE) atau Random Effect (RE). Prosedur Uji Hausman adalah
sebagai berikut:
a. Buat Hipotesis dari Uji Hausman = random effect dan = Fixed effect.
b. Menentukan kriteria uji: apabila Chi-Square statistic > Chi Square
tabel dan p value signifikan, maka hipotesis ditolak, sehingga metode
FE lebih tepat untuk digunakan. Dan apabila Chi Square statistic <
Chi Square tabel dan p value signifikan, maka hipotesis diterima,
sehingga metode RE Random Effect lebih tepat digunakan. (Siti
Nurjanah: 2012)
3. Uji Asumsi Klasik
Uji Asumsi Klasik adalah persyaratan statistic yang harus dipenuhi pada
analisis regresi linier berganda. Biasanya uji Asumsi Klasik yang sering
51
digunakan yaitu Uji Multikolinearitas, Uji Heteroskedastisitas, Uji
Autokorelasi dan uji Normalitas.
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi variable dependen dan independen keduanya memiliki
distribusi normal atau tidak
b. Uji Multkolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi Antara variable bebas
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
mdel regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain. Uji Heteroskedastisitas ini terbagi
atas beberapa macam.
1. Uji P (Park): Metode ini meregresikan nilai logaritma natural
dari residual kuadrat (Lne) dengan variable independen (X1
dan X2). Uji ini bisa dikatakan diterima bila nilai signifikansi >
0.05 berarti tidak terdapat heteroskedastisitas dan begitu pun
sebaliknya.
2. Uji Glejser: Uji ini dilakukan dengan cara meregresikan Antara
variable independen dengan nilai absolut residualnya
(ABS_RES).Jika nilai signifikansi Antara variable independen
dengan absolut residual lebih dari 0.05 maka tidak terjadi
masalah heteroskedastisitas
3. Uji White test: uji ini dilakukan dengan meregresikan residual
kuadrat sebagai variable independen. Jika α = 5% dan lebih
besar dari α tersebut maka dipastikan tidak terdapat
Hetereoskedastisitas. Hal tersebut dapat dilihat dari Prob.Chi
Square nya.
d. Uji Autokorelasi
52
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menentukan apakah di dalam
persamaan terdapat masalah autokorelasi atau tidak.
F. Uji Statistik
1. Uji Hipotesis
- Uji Validitas Pengaruh (Uji t)
Untuk menguji pengaruh dari variabel independen terhadap
variabeldependen digunakan uji t. Uji statistik ini bertujuan untuk
mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independen
terhadap variable dependen secara dua sisi (two tail).
2. Uji Kebaikan Model
- Uji F
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah model yang digunakan eksis
atau tidak
- Koefisien Determinasi (Uji R2)
Nilai koefisien determinasi R2 menunjukkan prosentase total vasiasi
variable dependen dapat dijelaskan oleh variable independen dalam
model.
G. Operasional Variabel penelitian
Sugiyono (2007) menjelaskan bahwa variable penelitian adalah berbentuk apa
saja yang telah dipilih dan ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
didapatkan informasi mengenai hal tersebut. Seperti yang telah dijelaskan, maka
variable variable yang dogunakan dalam peneltian ini dijelaskan dalam tabel 3.1
Tabel 3.1
Operasional Variabel Penelitian
53
Jenis Variabel Indikator Definisi Variabel
Dependen (Y) PDRD Tolak ukur yang digunakan
untuk variable PDRB adalah
bagaimana pengaruh PDRB
pada salah satu Kabupaten
yang menjadi objek
penelitian, yang
dibandingkan dari sampel
yang lain dengan variable
independen (Tenaga
kerja,Jumlah Hotel dan
Jumlah kunjungan
wisatawan)
Independen
(X1)
Tenaga Kerja Tolak ukur yang digunakan
untuk variable tenaga kerja
adalah jumlah penyerapan
tenaga kerja dibidang
pariwisata penunjang di
Kab/Kota di NTB periode
2014-2017 yang
berpengaruh pada daerah
KEK
Independen
(X2)
Infrastruktur Hotel Tolak ukur yang digunakan
untuk variable hotel adalah
jumlah infrastruktur hotel
penunjang di Kab/Kota di
NTB periode 2014-2017
yang berpengaruh pada
daerah KEK
54
Independen
(X3)
Kunjungan Wisatawan Tolak ukur yang digunakan
untuk variable kunjungan
wisatawan adalah jumlah
kunjungan wisatawan di
Kab/Kota di NTB periode
2014-2017 yang
berpengaruh pada daerah
KEK
Independen
(Dummy Variabel)
Melihat keadaan ekonomi
sebelum dan sesudah adanya
Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK)
Melihat Keadaan Ekonomi
Kab/Kota sebelum dan
sesudah adanya KEK
dengan melihat dari PDRB
dan variable lainnya di
Kab.Lombok Tengah.
55
BAB IV
ANALISIS & PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Pariwisata adalah sektor unggulan (Tourism is a leading sector) di Provinsi Nusa
Tenggara Barat (NTB) dengan dua pulau utamanya, yaitu Pulau Lombok dan Pulau
Sumbawa. Hal ini dapat dilihat dari jumlah angka kunjungan mencapai 1.163.142
wisatawan pada akhir tahun 2012. Apalagi ditambah dengan keberadaan Kawasan
Ekonomi Khusus Kuta Mandalika yang ditetapkan pada tahun 2014 menjadikan
potensi pariwisata di NTB menjadi lebih beragam.
Penyediaan informasi yang beragam mengenai pariwisata jelas diperlukan untuk
membantu wisatawan dalam mengakses informasi dan memesan fasilitas pariwisata.
Hal ini dapat dilakukan dengan pengembangan multimedia, teknologi komunikasi
dan system informasi. Saat ini bentuk penyediaan informasi ini juga sedang
dikembangkan guna untuk membrandingkan potensi pariwasata yang ada di NTB.
Gambar 4.1
Peta Provinsi Nusa Tenggara Barat
Sumber:
www.sumberkota.com
56
1. Keadaan Geografis
Keadaan geografis Provinsi Nusa Tenggara Barat terbagi menjadi 3 (tiga) sub
bagian yaitu (Profil NTB: 2015):
- Luas Wilayah
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) wilayahnya mencapai 20.153.15 Km
persegi, terdiri dari 2 pulau utama yaitu Pulau Lombok dengan Luas 4.736,70 Km
persegi dan Pulau Sumbawa dengan luas 15.414,15 Km persegi dengan jumlah pulau
280 dan 32 pulau tak berpenghuni. Kota Mataram merupakan ibu kota Provinsi NTB
memiliki ketinggian 16 m dari permukaan laut.
Di pulau Lombok terdapat 7 Gunung yaitu Gunung Rinjani, Gunung Mareje,
Gunung Timanuk, Gunung Nangi, Gunung Parigi, Gunung Pelawangan dan Gunung
Baru Jari. Dari ketujuh gunung yang ada di Pulau Lombok, Gunung Rinjani
merupakan Gunung tertinggi dengan ketinggian 3.726 mdpl. Di pulau Sumbawa
terdapat Sembilan gunung yaitu Gunung Batu Lanteh, Gunung Tukan, Gunung Jaran
Pusang, Gunung Donggo, Gunung Tambora, Gunung Saniang, Gunung Dodu,
Gunung Pajo, dan Gunung Sambi. Gunung Tambora merupakan yang tertinggi
dengan ketinggian 2.852 mdpl.
- Letak Wilayah
Provinsi Nusa Tenggara Barat terletak pada 115º 46’ Bujur Timur pada
sebelah barat, 119º 5’ Bujur Timur pada sebelah timur, 8o 10’ Lintang Selatan
sebelah utara dan 9º 5’ Lintang Selatan sebelah selatan. Provinsi Nusa Tenggara
Barat mempunyai kedudukan yang strategis karena:
a. Terletak pada lintas perhubungan Nasional Banda Aceh-Kupang
yang secara ekonomis cukup menguntungkan
b. Selat Lombok di sebelah barat dan selat Makasar di sebelah utara
merupakan jalur perhubungan laut strategis yang semakin ramai
57
dari arah Timur tengah untuk lalu lintas bahan bakar minyak
(BBM) dan dari Australia berupa mineral logam ke Asia Pasifik.
c. Merupakan lintas perdagangan Surabaya-Makasar
d. Sebagai daerah lintas wisata antar daerah wisata terkenal yaitu
Bali, Komodo dan Tanah Toraja.
e. Terletak pada garis Wallacea, sebuah garis khayal yang diciptakan
oleh penjajah Inggris Alfred Wallace yang di mulai di Selat
Lombok terus ke utara sampai selat Makasar.
Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki batas-batas wilayah sebagai
berikut:
a. Sebelah Barat : Selat Lombok dan Provinsi Bali
b. Sebelah Timur : Selat Sape dan Provinsi NTT
c. Sebelah Utara : Laut Jawa dan Laut Flores
d. Sebelah Selatan ; Samudra Indonesia
Dalam konteks geografi kepariwisataan, Provinsi NTB berada pada posisi
yang sangat strategis atau berada dalam segi Tiga Emas Daerah Tujuan Wisata
(DTW) utama Indonesia yaitu Pulau Bali di sebelah barat yang merupakan Daerah
tujuan Wisata Internasional, Taman Nasional Pulau Komodo dengan Biawak
Komodonya terkenal di Sebelah timur dan Tanah Toraja yang terkenal dengan
pariwisata budayanya di Sebelah Utara
- Penduduk
Jumlah penduduk di NTB per Agustus 2017 mencapai 5.434.349 jiwa.
Dengan rincian, laki-laki sebanyak 2.652.334 jiwa dan perempuan
2.752.015. persebaran penduduk terbesar terdapat di Kabupaten
Lombok Timur dan yang terkecil berada di Kabupaten Sumbawa
Barat. (Ahsanul Khalik, 2017).
58
- Daerah Adminstratif
Secara Administratif Provinsi NTB terdiri dari 8 Kabupaten dan 2
Kota dengan 116 wilayah kecamatan dan 1.138 desa/kelurahan. Kabupaten
Sumbawa memiliki jumlah wilayah kecamatan terbanyak, yaitu 24
kecamatan, sedangkan kabupaten Lombok Timur memiliki wilayah
administrasi desa/kelurahan terbanyak dengan 254 desa/kelurahan dengan
jumlah kecamatan sebanyak 20 kecamatan, sebagaimana table berikut:
Tabel 4.1
Daftar Kabupaten/Kota di Nusa Tenggara Barat
Sumber: Dokumen Dinas Sosial NTB
59
No. Kab/Kota Jumlah
Kecamatan
Jumlah
Desa/Kelurahan
Luas
Wilayah
(Km2)
1 Lombok Barat 10 123 1.053,92
2 Lombok
Tengah
12 139 1.208,40
3 Lombok Timur 20 254 1.605,55
4 Lombok Utara 5 33 809,53
5 Sumbawa 24 165 6.643,98
6 Dompu 8 81 2.324,60
7 Bima 18 191 4.389,40
8 Sumbawa
Barat
8 64 1.849,02
9 Kota Mataram 6 50 61,30
10 Kota Bima 5 38 207,50
Jumlah 10 116 1.138 20.153,15
B. Potensi Pariwisata di Pulau Lombok
Menurut Salah Wahab (Salah,2003) dalam bukunya “Tourism Management”
pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan
pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja, standar hidup
serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya. Aspek ekonomi pariwisata
berhubungan dengan kegiatan ekonomi yang langsung berkaitan dengan kegiatan
pariwisata, seperti usaha perhotelan, transportasi, telekomunikasi, bisnis eceran, dan
penyelenggaraan paket pariwisata
Pariwsata juga menjadi katalisator pembangunan (Agent of Development)
sekaligus akan mempercepat proses pembangunan itu sendiri Antara lain sangat
berperan dalam peningkatan perolehan devisa Negara, memperluas dan mempercepat
pemerataan pendapatan (Distribution of Income), meningkatkan penerimaan pajak
Negara retribusi daerah, meningkatkan pendapatan nasional, memperkuat posisi
neraca pembayaran dan meningkatkan pendapatan nasional, memperkuat posisi
neraca pembayaran dan mendorong pertumbuhan pembanguna wilayah yang
memiliki potensi yang terbatas.
Di dalam undang-undang RI No. 9/1990 tentang kepariwisataan secara rinci
membedakan kata wisata, kepariwisataan, pariwisata, usaha pariwisata, wisatawan,
dan kawasan wisata, yaitu:
1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan secara sukarela serta
sementara untuk menikmati obyek dan daya Tarik wisata itu sendiri.
2. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
penyelengaraan pariwisata.
3. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk
membuka usaha obyek pariwisata sehingga memicu daya Tarik
wisatawan.
60
4. Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan meyelenggarakan jasa
pariwisata atau menyediakan dan mengusahakan obyek dan daya Tarik
wisata, usaha pariwisata dan usaha terkait dengan bidang pariwisata.
5. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata
6. Kawasan Pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang di bangun
atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata
Pembangunan Kepariwisataan daerah merupakan rangkaian upaya
pembangunan integrative dengan semua sektor pendukung yang dilaksanakan secara
sistematis dan berkesinambungan, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan menambah pendapatan daerah.
Pembangunan Pariwisata di Pulau Lombok dilaksanakan dalam mendorong
dan meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi. Pariwisata merupakan
industry kunjungan yang memiliki dampak “multiplier effect” yang sangat tinggi.
Pariwisata mengundang berbagai pengunjung baik dalam (domestic) maupun dari
luar negeri. Pengunjung yang datang baik untuk berlibur maupun yang lain akan
mengeluarkan berbagai pembiayaan untuk memenuhi berbagai kebutuhannya selama
berada di didaerah tersebut.
Sebagai salah satu daerah tujuan wisata, pulau Lombok mempunyai potensi
besar untuk dikembangkan. Potensi wisata yang dimiliki oleh pulau Lombok adalah
wisata budaya dan alamnya yang sangat mendukung pengembangan pembangunan
pariwisata di Lombok. Sebagian keadaan alamnya yang masih (pure) asli merupakan
daya Tarik tersendiri bagi wisatawan yang datang berkunjung ke daerah ini. Sehingga
dapat menambah pemasukan untuk daerah secara khusus dan merupakan suatu
keuntungan bagi Indonesia secara Umum.
Pulau Lombok merupakan salah satu Daerah Tujuan wisata (DTW) di
Indonesia, yang merupakan bagian dari provinsi NTB. Potensi pariwisata yang
dimiliki oleh pulau Lombok merupakan salah satu usaha dalam rangka menggali
sumber-sumber pendapatan daerah yang bertujuan untuk meningkatkan Pendapatan
61
Asli Daerah (PAD). Dimana PAD ini bersumber dari banyak sector seperti Pajak
Hiburan, Pajak reklame, Retribusi Parkir serta masih banyak yang lainya. Salah satu
Potensi yang saat ini sedang menjadi pembicaraan yaitu terkait keberadaan KEK, hal
ini memberikan banyak memberikan dampak bagi pemerintah daerah. Outcome nya
untuk meninkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah daerah menempatkan
sector pariwisata sebagai sector andalan kedua setelah sector pertanian.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi NTB selaku pelaksana urusan
rumah tangga daerah dan pembangunan pariwisata, dalam hal ini yang bertanggung
jawab terhadap pengembangan dan pembangunan pariwsata. Mempunyai Visi
“Terwujudnya Nusa Tenggara Barat sebagai Daerah Tujuan Wisata Berdaya Saing
Internasional”.
Destinasi Pariwisata berdaya saing di maksudkan agar pariwisata yang ada
di Provinsi NTB mampu di kelola dengan manajemen yang optimal agar mampu
bersaing dengan destinasi pariwisata lainnya di tingkat Internasional. Menjadikan
Lombok sebagai Daerah Tujuan wisata yang berpotensi untuk dikunjungi
Pada saat ini, Salah satu Kabupaten yang ada di Nusa Tenggara Barat yaitu Kab.
Lombok Tengah mendapatkan mandapat sebagai (Kawasan Ekonomi Khusus) KEK
Kuta Mandalika. KEK NTB dibentuk untuk membuat lingkungan kondusif bagi
aktifitas investasi, ekspor dll. Penetapan KEK terbaru di Kab. Lombok Tengah
diharapkan mampu menunjang percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi
nasional khususnya di bidang pariwisata. Wilayah Kawasan Ekonomi Khusus
Mandalika memiliki potensi dan keunggulan secara geoekonomi dan geostrategic.
- Keunggulan Geoekonomi: memiliki objek wisata bahari yang merupakan
pantai yang berpasir putih dengan panorama pemandangan yang indah.
- Geostrategis: Konsep pariwisata mandalika yang berwawasan lingkungan
dengan pengembangan pembangkit listrik tenaga surya dan lokasi nya sangat
strategis dengan dengan Lombok International Airport (LIA).
62
C. Analisa dan Pembahasan
1. Dampak dari Kawasan Ekonomi Khusus di Kabupaten Lombok Tengah
Penetapan Kab.Lombok Tengah sebagai Kawasan Ekonomi Khusus pada
salah satu destinasinya yaitu pantai Kuta Mandalika banyak memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap pembangunan daerah, misalnya saja dari
sektor tenaga kerja, maupun kunjungan wisatawan. Penetapan KEK tersebut
menjadi potensi sumber pendapatan baru bagi daerah terkait karena Multiplier
Effect yang ditimbulkan banyak dan mampu memberikan dampak yang baik pada
perekonomian daerah.
Grafik 4.1
Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja dan Hotel di Kawasan Ekonomi
Khusus Kuta Mandalika Kab. Lombok Tengah 2010-2017
Tenaga Kerja Hotel0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
14712
15645
348
45
389
43
729
84
1069
86
1049
86
1749
86
Jumlah Tenaga Kerja dan Hotel
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Sumber: Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus, Kemenke Perekonomian
63
Dari Grafik 4.1 diatas, dapat dijelaskan bahwa terjadi peningkatan yang cukup
signifikan dari penyerapan tenaga kerja di sector jasa, perdagangan dan hotel.
Begitupun juga dengan jumlah hotel yang terus meningkat jumlahnya hingga pada
tahun dimulainya KEK pada tahun 2014 hingga tahun 2017. Hal ini mengindikasikan
bahwa di Kab.Lombok Tengah mengalami peningkatan dalam hal penyerapan dan
jumlah hotel sebagai penunjang Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika.
Grafik 4.2
Jumlah Kunjungan Wisatawan di Kawasan Ekonomi Khusus Kuta
Mandalika, Kab. Lombok Tengah 2010-2017
Kunjungan Wisatawan0
50000
100000
150000
200000
250000
5026666807
81899102428 104720 100728 108917
200483
jumlah kunjungan wisatawan
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Sumber: Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus, Kemenko Perekonomian
Pada Grafik 4.2, dapat dijelaskan pula Jumlah kunjungan wisatawan asing
maupun domestik di Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika mengalami trend
positif yaitu terjadi peningkatan, meskipun pada tahun 2015 sempat mengalami
penurunan. Namun pada tahun 2017 tepat dimana Kawasan Ekonomi Khusus Kuta
64
Mandalika ini diresmikan, Kunjungan wisatawan meningkat pesat berada di angka
200.483 ribu wisatawan asing maupun domestic yang berkunjung. Hal ini pun
berdampak sangat baik bagi perekonomian Lombok Tengah sebagai pemilik wilayah
KEK tersebut dan juga mampu menjadi alternative kunjungan wisata selain Bali yang
sudah terkenal terlebih dahulu karena jarak yang tidak terlalu jauh.
Grafik 4.3
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lombok Tengah 2010-2017
Produk Domestik Regional Bruto
0 2 4 6 8 10 12 14
5.69
9.05
12.16
6.19
6.28
5.58
5.67
5.73
PDRB Kab.Lombok Tengah
2017 2016 2015 2014 2013 2012 2011 2010
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi NTB 2018
Dari Grafik 4.3 diatas, mampu dijelaskan tingkat pertumbuhan Produk Domestik
Regional Bruto Kab. Lombok Tengah mengalami fluktuatif, hal ini berkaitan dengan
pergolakan ekonomi yang terjadi baik di internal daerah terkait maupun pengaruh dari
trend pertumbuhan ekonomi nasional. Namun ketika memasuki tahun 2015-2017
mengalami trend positf meskipun kenaikan jumlah PDRB nya tidak begitu signifikan.
65
2. Dampak Kawasan Ekonomi Khusus terhadap Kabupaten/Kota di
Provinsi NTB
- Tenaga Kerja
Selain KEK Mandalika ini mempengaruhi Kab. Lombok Tengah sebagai tempat
lokasinya. Akan diteliti juga bagaimana dampaknya terhadap Kabupaten/Kota yang
lain, pastinya akan memiliki keterkaitan/pengaruh antar daerah satu dengan yang lain.
Tabel 4.2
Jumlah tenaga kerja Kabupaten/Kota menurut Lapangan Kerja Utama
Pada sektor Jasa, Perdagangan dan perhotelan Provinsi Nusa Tenggara Barat
2010-2017
No Kabupaten/Kota Tenaga Keja
(Jiwa)
2010 201
1
2012 201
3
2014 2015 2016 2017
1. Kab.Lombok
Barat
281 554 556 104
8
547 415 789 974
2. Kab.Lombok
Timur
108 182 185 182 230 300 402 434
3. Kab.Lombok
Utara
966 315
0
3259 267
6
798 897 1.203 1.797
4. Kab.Sumbawa 126 120 125 124 2.374 3.172 3.702 3.987
6. Kab.Sumbawa
Barat
143 120 143 123 1.379 1.567 1.274 3.759
7. Kab. Dompu 78 72 78 77 347 456 458 678
8. Kab.Bima 16 71 29 56 360 345 457 654
9. Kota Bima 70 60 70 112 541 337 511 194
10. Kota Mataram 321 325 415 438 1.683 1.751 1.798 1.811
66
Sumber: BPS Provinsi NTB dan Kabupaten/Kota Dalam angka
Hasil pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah tenaga menurut Lapangan
pekerjaan Umum Utama pada sector perdagangan, Jasa dan hotel di Kabupaten/Kota
Provinsi NTB dari tahun 2010-2017 mengalami trend yang fluktuatif, namun
mayoritas pada semua Kabupaten/Kota mengalami trend positif (kenaikan).
Penyerapan tenaga kerja tertinggi pada sector perdagangan, jasa, dan hotel tertinggi
pada tahun 2014-2017 adalah Kab. Sumbawa Barat kemudian diikuti dengan Kota
Mataram lalu Kabupaten Sumbawa. Adapun Penyerapan tenaga kerja terendah pada
sector perdagangan, jasa, dan hotel tertinggi pada tahun 2014-2017 adalah Kota
Bima. Hal ini terjadi karena Kab/Kota yang berada di pulau Lombok memiliki
banyak destinasi pariwisata yang sudah cukup terkenal, sehingga persebaran
kebutuhan tingkat tenaga kerja lebih banyak berada dan dibutuhkan di Pulau
Lombok.
- Kunjungan Wisatawan
Dalam penelitian ini, data yang digunakan terkait kunjungan wisawatan yakni
gabungan Antara jumlah wisatawan asing dan domestic di Kabupaten/Kota di NTB,
Kunjungan wisatawan ini menjadi salah satu indikator yang penting guna menunjang
PDRB disuatu daerah, karena akan menambah devisa Negara.
Grafik 4.4
Jumlah Kunjungan Wisatawan Asing & Domestik pada Kabupaten/Kota di
Provinsi NTB 2014-2017
67
Sumber:Badan Pusat Statistik Kabupaten/Kota di NTB
Dari Grafik 4.4 diatas dapat dijelaskan bahwa trend Kunjungan Wisatawan ke
masing-masing Kabupaten/Kota mengalami fluktuatif, hal ini disebabkan karena
masing-masing Kabupaten/Kota memiliki daya Tarik dan karakteristik tersendiri
untuk mengundang wisatawan yang datang
- Jumlah Hotel
Dalam penelitian ini, data yang digunakan untuk menjelaskan infrastruktur
jumlah hotel yaitu bersifat sekunder dan akumulasi dari jumlah hotel berbintang
maupun hotel non bintang. Provinsi NTB yang sekarang sudah mulai dikenal dengan
potensi pariwisatanya menyebabkan pembangunan hotel gencar dilakukan.
Grafik 4.5
Jumlah Hotel di Kabupaten/Kota di Provinsi NTB 2014-2017
68
Kota Mataram
kota Bima
Bima
Dompu
Sumbawa Barat
Sumbawa
Lombok Utara
Lombok Tim
ur
Lombok Barat
0
200000
400000
600000
800000
1000000
1200000
Kunjungan Wisatawan Asing & Domestik
2017 2016 2015 2014
Lombok Barat
Lombok Timur
Lombok Utara
Sumbawa Sumbawa Barat
Dompu Bima Kota Bima Kota Mataram
0
100
200
300
400
500
600
jumlah Hotel
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Sumber; Badan Pusat Statistik masing masing Kabupaten/Kota 2018
Dari grafik 4.5 diatas, dapat dijelaskan bahwa trend pertumbuhan pembangunan
hotel cenderung positif artinya terjadi peningkatan setiap tahunnya, karena memang
sejak awal tahun 2014 keberadaan potensi pariwisata yang ada di Provinsi NTB
khususnya di Pulau Lombok sudah mulai terlihat. Maka dari itu keberadaan fasilitas
penunjang seperti hotel sangat penting untuk melayani wisatawan asing maupun
domestik yang berkunjung. Dari grafik diatas juga dapat dilihat pertumbuhan hotel
paling banyak berada di Kabupaten Lombok Utara, karena Lombok Utara lebih
dahulu dikenal pariwisatanya dan salah satu Icon yang cukup terkenal oleh para
pelancong yaitu keberadaan 3 Gili yakni Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air.
Dan pertumbuhan hotel yang terendah berada di Kabupaten Bima.
- Pertumbuhan PDRB
Salah satu indikator yang penting dalam penelitian ini adalah bagaimana
keadaan PDRB dari masing masing Kabupaten/Kota tersebut. PDRB mampu
menunjukkan bagaimana daerah terkait telah mampu melakukan perekonomian nya
dengan baik atau tidak. PDRB tersebut berasal dari semua sector yang ada pada
daerah terkait yang mampu mendapatkan pengasilan untuk daerah tersebut.
69
Grafik 4.6
Pertumbuhan PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi NTB 2010-2017 (Dalam Bentuk Persen %)
Lombok Timur
Lombok Barat
Lombok Utara
Mataram Kota Bima Kab.Bima Dompu Sumbawa Sumbawa Barat
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
PDRB Kab/Kota di NTB
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Sumber: Badan Pusat Statistik masing masing Kabupaten/Kota 2018
Pada Grafik 4.6. dapat dijelaskan pertumbuhan PDRB dari masing masing
Kabupaten/Kota mengalami tingkat fluktuatif yang berbeda beda. Hal ini dikarenakan
perbedaan dari masing masing sektor basisnya. Untuk PDRB dengan pertumbuhan
paling stabil berada pada Kota Mataram, hal ini berkaitan karena Kota Mataram
sebagai ibu kota Provinsi NTB dan pusat Perekonomian di Provinsi NTB.
- Perbandingan Kondisi Sebelum dan Sesudah KEK
Salah satu yang menjadi focus penelitian pada juga ingin menganalisis
bagaiamana keadaan ekonomi di Kab.Lombok Tengah sebelum dan sesudah adanya
Kawasan Ekonomi Khusus
Tabel 4.3
PDRB Tenaga Kerja Kunjungan Wisatawan & Jumlah Hotel pada saat Sebelum dan Sesudah Pembentukan KEK di Kab. Lombok Tengah
70
Tahun Y (PDRB)
Miliar Rupiah
X1 (Tenaga
Kerja)
X2 (Wisatawan) X3 (Jumlah
Hotel
2010 4.655.567 147 50.266 23
2011 5.392.515 156 66.807 40
2012 6.216.316 348 81.899 40
2013 7.181.991 389 102.428 44
2014 12.912.496 729 104.720 47
2015 14.462.890 1069 100.728 50
2016 15.915.917 1049 108.917 51
2017 15.958.460 1749 200.483 86
Sumber: BPS Kabupaten Lombok Tengah
Dalam hal ini, keadaan yang ingin dilihat yaitu bagaimana Keadaan sebelum
adanya KEK . Dan jika kita lihat dari tabel diatas, dari tahun 2010-2017 terjadi
peningkatan terhadap semua variable independen terkait. Artinya penetapan KEK di
Kabupaten Lombok Tengah cukup signifikan secara simultan mampu meningkatkan
sector sector pariwisata terkait sesuai dengan peneltian.
Untuk melakukan pengujian pada data diatas dilakukan Uji T-test paired.
Dimana uji T-test Paired ini dilakukan pada sampel yang sama dengan data yang
berbeda. Namun ada beberapa dasar pengambilan keputusan yang harus diperhatikan
terlebih dahulu yaitu:
1. Jika nilai Sig. (2-tailed) < 0,05, maka terdapat perbedaan keadaan yang
signifikan Antara keadaan Sebelum dan Sesudah adanya KEK
2. Jika nilai Sig. (2-tailed) > 0,05 maka tidak terdapat perbedaan keadaan yang
signifikan Antara keadaan sebelum dan sesudah adanya KEK
.
Tabel 4.4
T test Paired Sample Statistic
(Tenaga Kerja)
71
T Df Sig.(2-tailed)
-5.191 3 0.01
Sumber: Hasil Pengolahan data menggunakan SPSS 8.0
Pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa hasil Paired sample t test pada variable tenaga
kerja signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari Sig. 2 tailed, dimana nilai 0.01 < 0.05
(tingkat signikansi 5%). Maka dapat disimpulkan terdapat perbedaa keadaan yang
signifikan pada variable tenaga kerja Antara sebelum dan sesudah adanya KEK.
Tabel 4.5
T-Test Paired Sample Test
(Wisatawan)
Sumber: Hasil Pengolahan data menggunakan SPSS 8.0
Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa hasil Paired sample t test pada variable
wisatawan, signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari Sig. 2 tailed, dimana nilai 0.04 <
0.05 (tingkat signikansi 5%). Maka dapat disimpulkan terdapat perbedaa keadaan
yang signifikan pada variable wisatawan antara sebelum dan sesudah adanya KEK.
Tabel 4.6
T-Test Paired Sample Test
72
T Df Sig.(2-tailed)
-3.336 3 0.04
(Jumlah Hotel)
Sumber: Hasil Pengolahan data menggunakan SPSS 8.0
Pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa hasil Paired sample t test pada variable jumlah
hotel tidak signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari Sig. 2 tailed, dimana nilai 0.06 >
0.05 (tingkat signikansi 5 %). Maka dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan
keadaan yang signifikan pada variable jumlah hotel antara sebelum dan sesudah
adanya KEK.
Tabel 4.7
T-Test Paired Sample Test
(PDRB)
T Df Sig.(2-tailed)
-29.742 3 0.00
Sumber: Hasil Pengolahan data menggunakan SPSS 8.0
Pada tabel 4.7 dapat dilihat bahwa Paired Sample t-test pada variable dependen
yaitu PDRB signifikan. Hal tersebut terlihat dari Sig 2 tailed, dimana nilai 0.00 < 0.05
(tingkat signikansi 5 %). Maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan keadaan yang
signifikan pada variable dependen PDRB antara sebelum dan sesudah adanya KEK di
Kabupaten Lombok Tengah.
73
T Df Sig.(2-tailed)
-2.914 3 0.06
D. Permodelan dan Pengolahan Data
Pada peneltian ini, yang ingin diketahui yaitu bagaimana pengaruh Penyerapan
Tenaga Kerja, Kunjungan Wisatawan dan jumlah hotel berpengaruh terhadap PDRB
dengan adanya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Kab/Kota provinsi NTB.
Permodelan dengan menggunakan teknik regresi data panel dapat dilakukan dengan
menggunakan tiga pendekatan metode dalam pengolahannya. Pendekatan-pendekatan
tersebut yaitu (2) Pooled Least Square (PLS), (2) Metode Fixed Effect Model (FEM)
dan (3) Metode Random Effect Mode; (REM). Berikut adalah aplikasi dari pemilihan
model yang diterapkan.
1. Uji Chow
Metode ini adalah untuk menentukan apakah model bersifat Fixed Effect atau
Pooled Least Square. Jika nilai probabilitas F-statistik lebih kecil dari tingkat
signifikansi α = 5%, maka model panel yang baik digunakan adalah Fixed Effect
Model dan apabila nilai probabilitas lebih besar dari tingkat signifikansi α = 5%,
maka model panel yang baik digunakan adalah Pooled Least Square. Perumusan
Hipotesis sebagai berikut:
H0: Model Pooled Least Square
H1: Model Fixed Effect
Dari hasil regresi berdasarkan metode Fixed Effect dan Pooled Least Square
diperoleh nilai probabilitas sebagai berikut:
Tabel 4.8
Uji Chow
Effect Test Statistic d.f ProbCross-Section F 36.588809 (9.27) 0.0000Cross-Section Chi Square
103.197368 9 0.0000
Sumber: Hasil pengolahan data dengan Eviews 9
74
Berdasarkan hasil tabel 4.8 diperoleh nilai statistic sebesar 36.588809 dengan
d.f (9.27) dan nilai probabilitas dari Cross-Section F sebesar 0.0000 < α = 0,05 maka
H0 ditolah dan H1 diterima sehingga model panel yang baik digunakan adalah Fixed
Effect Model.
2. Uji Hausman
Metode ini dilakukan untuk menentukan apakah model yang digunakan bersifat
Random Effect Model atau Fixed Effect Model. Jika nilai probabilitas lebih kecil dari
tingkat signifikansi α = 5%, maka model panel yang baik digunakan adalah Fixed
Effect Model dan apabila nilai probabilitas lebih besar dari tingkat signifikansi α =
5%, maka model panel yang baik digunakan adalah Random Effect Model.
Perumusan Hipotesis :
H0: Model Random Effect
H1: Model Fixed Effect
Tabel 4.9
Uji Hausman
Test Summary Chi-Sq Statistic Chi-Dq. D.f Prob.
Cross-Section
Random
5.533199 3 0.0367
Sumber: Hasil pengolahan data dengan Eviews 9
Berdasarkan tabel 4.9 diperoleh nilai Chi Square Statistic sebesar 5.533199
dengan hasil nilai probabilitas 0.0367 < α = 5% dan d.f 3. Dikarenakan Chi Square
statistic lebih kecil dari nilai α 5% (0.0367 < 0.05) maka H0 di tolak. Dapat
disimpulkan bahwa model terbaik yang dapat digunakan untuk model penelitian
adalah Fixed Effect Model
3. Uji Asumsi Klasik
75
Uji Asumsi Klasik dilakukan untuk memenuhi syarat pengujian, maka pengujian
ini sangatlah penting guna melihat sejauh mana keabsahan data mampu
menginterpretasikan variable dependen.
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variable
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Uji Normalitas dapat
dilakukan dengan melihat p-value Jarque Bera di bawah ini.
Grafik 4.7
Uji Normalitas
Sumber: Hasil Pengolahan data Eviews 9
Berdasarkan output estimasi menggunakan eviews 9 dapat disimpulkan bahwa
p-value Jarque Bera Normality Test sebesar 0.568263 (56,8%) lebih besar dari 0,05
76
(5%) menyatakan H0 diterima dan H1 ditolak. Maka error term terdistribusi secara
normal. Berdasarkan uji Normalitas, analisis regresi layak digunakan.
b. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk melihat ada atau korelasi Antara
variable-variabel bebas dalam model regresi linear berganda. Jika ada korelasi
diantara variable-variabel bebas, maka hubungnan Antara variable bebas dengan
variable terikat menjadi terganggu. Uji Multikolinearitas dapat dilakukan dengan
melihat nilai Correlation of Coefficients pada taebl berikut ini:
Tabel 4.10
Uji Multikolinearitas
Correlation Matrix Of Coefficient TNGKRJA WISATAWAN HOTEL
TNGKRJA 1.000000 0.249790 0.087309
WISATAWAN 0.249790 1.000000 0.078547
HOTEL 0.087309 0.078547 1.000000
Sumber: Hasil Pengolahan data Eviews 9
Berdasarkan hasil output pada tabel 4.10 dilihat bahwa model regresi tidak
terdapat gangguan gejala multikolinearitas. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai
variable bebas tidak ada yang lebih besar dari 10. Maka dapat disimpulkan bahwa
tidak ada multikolinearitas (H0 diterima) Antara variable bebas dalam model regresi.
c. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi
linear terdapat korelasi. Uji Autokorelasi dapat dilihat dari Durbin-Watson dibawah
ini:
Tabel 4.11
77
Uji Autokorelasi
Durbin-Watson Stat 1.699737Sumber: Hasil Pengolahan data Eviews 9
Berdasarkan hasil output tabel 4.11, dapat dilihat Durbin-Watson Stat bernilai
1.699737 nilai tersebut berada diantara 1.52-2.46 yang merupakan syarat sebuah
regresi dikatakan terbebas dari autokorelasi. Maka hipotesis yang diambil adalah H0
diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti bahwa model regresi dalam penelitian tidak
terdapat korelasi (No Correlation).
d. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk
semua pengamatan pada model regresi. Uji Heteroskedastisistas dilakukan untuk
mengetahui adanya penyimpangan dari syarat-syarat asumsi klasik pada model
regresi dimana dalam model regresi harus dipenuhi syarat agar tidak terjadi gejala
heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini, jenis uji Heteroskedastisitas yang digunakan
yaitu metode uji white test dengan meregresikan seluruh variable independen
(X1,X2,X3).
Tabel 4.12
Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Hasil Pengolahan data Eviews 9
78
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 0.753288 Prob. F(3,36) 0.5277
Obs*R-squared 2.362646 Prob. Chi-Square(3) 0.5006
Scaled explained SS 2.617565 Prob. Chi-Square(3) 0.4544
Dari hasil outpit pada tabel diatas, dapat dilihat pada Prob F Hitung sebesar 0.5277. Nilai Prob F-
Hitung tersebut lebih besar dari α = 5 %. Artinya dalam penelitian ini tidak terdapat atau bebas dari
heteroskedastisitas
4. Fixed Effect Model (FEM)
Model data panel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan model Fixed Effect Model (FEM) dapat dijelaskan melalui persamaan
sebagai berikut:
PDRB= 5.547479 + TK= 0.347945 + WSTWN= 0.053501 + HOTEL = 0.0732720
+ e
Keterangan:
PDRB : Produk Domestik Regional Bruto
TK : Tenaga Kerja
WSTWN ; Kunjungan Wisatawan
HOTEL : Jumlah Hotel
E : error term
Berdasarkan hasil dari Uji Chow dan Uji Hausman yang telah dijalankan
dapat disimpulkan bahwa model yang baik digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan metode Fixed Effect Model.
Tabel 4.13
Hasil Regresi Data Panel
(Fixed Effect Model)
Interpretasi Koefisien Fixed Effect Model
Variabel Koefisien individual effect
C 5.547479
LOGTK? 0.347945
79
LOGWSTWN? 0.053501
LOGHOTEL? 0.073270
Fixed Effect (Cross)
_BIMA_C 0.098383 5.645862
_DOMPU_C -0.1565900 5.703379
_KBIMA_C -0.317340 5.864819
_LOBAR_C 0.155005 5.702484
_LOMUT_C -0.527862 6.075341
_LOTENG_C 0.326709 5.874188
_LOTIM_C 0.35566 5.570358
_MTRM_C 0.022879 5.570358
_SMBW_C -0.163131 5.71061
_SUMBAR_C 0.205596 5.753075Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 9
Berdasarkan hasil regresi data panel pada tabel 4.13, dapat dilihat pada kolom
coefficient bahwa semua variable independen memiliki arah hubungan yang positif
terhadap variable dependen yaitu PDRB (Produk Domestik Regional Bruto).
Adanya arah hubungan yang positif Antara variable independen dengan
variable dependen adalah mengartikan bahwa setiap peningkatan ataupun penurunan
yang terjadi pada Penyerapan tenaga kerja, Kunjungan Wisatawan dan pembangunan
infrasruktur hotel akan berdampak pada kenaikan PDRB khususnya pada saat adanya
penetapan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Kab, Lombok Tengah dan pada
Kab/Kota yang lain di Provinsi NTB pada umumnya
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa:
a. Apabila masing-masing variable tenaga kerja, wisatawan, dan jumlah hotel
mengalami perubahan sebesar 1% maka Kabupaten Bima akan mendapatkan
pengaruh individu terhadap PDRB sebesar 5.64%
80
b. Apabila masing-masing variable tenaga kerja, wisatawan, dan jumlah hotel
mengalami perubahan sebesar 1% maka Kabupaten Dompu akan
mendapatkan pengaruh individu terhadap PDRB sebesar 5.70%
c. Apabila masing-masing variable tenaga kerja, wisatawan, dan jumlah hotel
mengalami perubahan sebesar 1% maka Kota Bima akan mendapatkan
pengaruh individu terhadap PDRB sebesar 5.86%
d. Apabila masing-masing variable tenaga kerja, wisatawan, dan jumlah hotel
mengalami perubahan sebesar 1% maka Kabupaten Lombok Barat akan
mendapatkan pengaruh individu terhadap PDRB sebesar 5.70%
e. Apabila masing-masing variable tenaga kerja, wisatawan, dan jumlah hotel
mengalami perubahan sebesar 1% maka Kabupaten Lombok Utara akan
mendapatkan pengaruh individu terhadap PDRB sebesar 6.07%
f. Apabila masing-masing variable tenaga kerja, wisatawan, dan jumlah hotel
mengalami perubahan sebesar 1% maka Kabupaten Lombok Tengah akan
mendapatkan pengaruh individu terhadap PDRB sebesar 5.87%
g. Apabila masing-masing variable tenaga kerja, wisatawan, dan jumlah hotel
mengalami perubahan sebesar 1% maka Kabupaten Lombok Timur akan
mendapatkan pengaruh individu terhadap PDRB sebesar 5.57%
h. Apabila masing-masing variable tenaga kerja, wisatawan, dan jumlah hotel
mengalami perubahan sebesar 1% maka Kota Mataram akan mendapatkan
pengaruh individu terhadap PDRB sebesar 5.57%
i. Apabila masing-masing variable tenaga kerja, wisatawan, dan jumlah hotel
mengalami perubahan sebesar 1% maka Kabupaten Sumbawa akan
mendapatkan pengaruh individu terhadap PDRB sebesar 5.71%
j. Apabila masing-masing variable tenaga kerja, wisatawan, dan jumlah hotel
mengalami perubahan sebesar 1% maka Kabupaten Sumbawa Barat akan
mendapatkan pengaruh individu terhadap PDRB sebesar 5.75%
E. Pengujian Hipotesis
1. Uji F-Statistik dan Interpretasi Hasil Analisis
81
Uji F-statistik digunakan untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh
seluruh variable independen secara simultan terhadap dependen. Penentuan pengaruh
signifikansi dapat dilihat dengan cara membandingkan nilai probabilitas F-statistik
dengan tingkat signifikansi α = 5% (0.05). hipotesis yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
H0: Tidak ada pengaruh Penyerapan Tenaga kerja, Kunjungan Wisatawan dan
Jumlah Hotel secara simultan terhadap PDRB dengan adanya KEK di
Kabupaten/Kota Provinsi NTB 2014-2017.
H1: Ada pengaruh Penyerapan Tenaga kerja, Kunjungan Wisatawan dan
Jumlah Hotel secara simultan terhadap PDRB dengan adanya KEK di
Kabupaten/Kota Provinsi NTB 2014-2017.
Berdasarkan hasil regresi data panel, diperoleh hasil uji F-Statistik sebagai berikut:
Tabel 4.14
Uji F-statistk
F-Statistik 173.48465
Prob(F-Statistik) 0.000000Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 9
Nilai probabilitas (F-statistik) pada tabel 4.14 sebesar 0.000000, dimana nilai
tersebut lebih kecil dibandingkan dari tingkat signifikansi α = 5% (0.00000 < 0.05).
maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya variable-variabel Penyerapan Tenaga
kerja, Kunjungan Wisatawan dan jumlah hotel berpengaruh secara bersama-sama
atau simultan terhadap PDRB dengan adanya KEK di Kabupaten/Kota Provinsi NTB
2014-2017
2. Uji t-statistik dan Interpretasi Hasil Analisis
Uji t digunakan untuk menguji signifikansi hubungan Antara variable independen
dan variable dependen, apakah variable independen benar-benar berpengaruh
terhadap variable dependen secara parsial. Penentuan pengaruh signifikansi dapat
82
dilihat dengan cara membandingkan nilai probabilitas tiap variable dengan tingkat
signifikansi α = 5%. Uji t-statistik dapat juga membuktikan hipotesis yang telah
dibuat. Hipotesis yang digunakan dalam penelitan ini adalah:
a. H0: Tidak ada pengaruh jumlah penyerapan tenaga kerja secara
parsial terhadap PDRB dengan adanya KEK di Kabupaten/Kota
Provinsi NTB 2014-2017
H1: Ada pengaruh jumlah penyerapan tenaga kerja secara parsial
terhadap PDRB dengan adanya KEK di Kabupaten/Kota Provinsi
NTB 2014-2017
b. H0: Tidak ada pengaruh Kunjungan wisatawan secara parsial
terhadap PDRB dengan adanya KEK di Kabupaten/Kota Provinsi
NTB 2014-2017.
H1: Ada pengaruh Kunjungan wisatawan secara parsial terhadap
PDRB dengan adanya KEK di Kabupaten/Kota Provinsi NTB 2014-
2017.
c. H0: Tidak ada pengaruh jumlah hotel secara parsial terhadap PDRB
dengan adanya KEK di Kabupaten/Kota Provinsi NTB 2014-2017.
H1: Ada pengaruh jumlah hotel secara parsial terhadap PDRB
dengan adanya KEK di Kabupaten/Kota Provinsi NTB 2014-2017.
Berdasarkan hasil regresi data panel, maka diperoleh hasil uji t-statistik
sebagai berikut:
Tabel 4.15
Uji t-statistik
Variabel Coefficient Std. Error t-statistic Prob.
C 5.547479 0.293131 18.92491 0.0000
LOGTK 0.347945 0.070563 4.930961 0.0000
LOGWSTWN 0.053501 0.033828 1.581547 0.0252
LOGHOTEL 0.073270 0.100566 0.728584 0.4725
83
Sumber: Hasil Pengolahan data dengan Eviews 9
Tabel 4.15 menunjukkan nilai probabilitas dari setiap variable independen,
sehingga hipotesis dapat dibuktikan dengan sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:
a. Variabel Tenaga Kerja memiliki nilai probabilitas sebesar 0.0000, dimana
nilai tersebut lebih kecil dari tingkat signifikansi α = 5% (0.0000 < 0.05).
maka H0 ditolak, sehingga ada pengaruh Antara penyerapan tenaga kerja
terhadap PDRB dengan adanya KEK di Kabupaten/Kota Provinsi NTB.
b. Variabel Kunjungan Wisatawan memiliki nilai probabilitas sebesar 0.0252
dimana nilai tersebut lebih kecil dari tingkat signifikansi α = 5% (0.0254 <
0.05). maka H0 ditolak, sehingga ada pengaruh Antara kunjungan wisatawan
terhadap PDRB dengan adanya KEK di Kabupaten/Kota Provinsi NTB.
c. Variabel Jumlah Hotel memiliki nilai probabilitas sebesar 0.4725, dimana
nilai tersebut lebih besar dari tingkat signifikansi α = 5% (0.4725 > 0.05).
maka H0 diterima, sehingga tidak ada pengaruh antara jumlah hotel terhadap
PDRB dengan adanya KEK di Kabupaten/Kota Provinsi NTB.
A. Pembahasan Analisis
1. Pengaruh Penyerapan Tenaga Kerja terhadap PDRB (Produk
Domestik Regional Bruto)
Dalam hal ekonomi, PDB maupun PDRB telah menjadi instrument yang sangat
penting bagi suatu daerah ataupun Negara. Hal ini karena PDB/PDRB mampu
menunjukkan bagaimana keadaan ekonomi/kondisi ekonomi di Negara ataupun
daerah tertentu. Banyak factor factor yang menjadi penyumbang bagi PDRB. Salah
satunya Tenaga Kerja.
Berdasarkan hasil estimasi pada regresi dengan menggunakan metode data panel,
dengan alat analisis Fixed Effect yang ditujukan tabel 4.11 menunjukan variable
tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB. Hal ini dapat dilihat
dari nilai probabilitas sebesar 0.0000. Nilai probabilitas tersebut lebih kecil dari
84
tingkat signifikansi (α) yang ditentukan yaitu sebesar lima persen (0.05), sehingga hal
ini menunjukkan hipotesis pertama dalam penelitian ini diterima karena secara
statistic terbukti.
Pada penelitian ini tenaga kerja menjadi salah satu variable independen guna
melihat hubungannya dapat mempengaruhi PDRB. Hasilnya pun sesuai bahwa
variable tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB. Artinya
penyerapan tenaga kerja khusus pada wilayah KEK Mandalika yaitu di Kabupaten
Lombok Tengah mampu meningkatkan PDRB daerah tersebut, dan juga bagi
kabupaten/kota yang lainnya di provinsi NTB mayoritas mengalami pertumbuhan
yang positif dan signifikan mempengaruhi PDRB daerah nya masing-masing. Jika
diinterpretasikan lebih dalam bagaimana proses tenaga kerja ini mampu berpengaruh
pada PDRB yaitu dengan melihat bagaimana angkatan kerja mampu mendapatkan
pekerjaannya sehingga mampu meningkatkan taraf perekonomiannya dengan
pendapatan yang didapatkan. Oleh karena itu peran dari tenaga kerja sangat lah
penting bagi pembangunan suatu daerah untuk mensejahterkan masyarakatnya dan
juga memberikan dampak bagi PDRB didaerah terkait. Apalagi ketika terdapat
tatanan ekonomi baru seperti penetapan KEK Mandalika di Kab.Lombok Tengah, hal
ini pastinya akan menarik banyak tenaga kerja, namun yang perlu diperhatikan juga
tenaga kerja tersebut harus terampil serta memiliki skill yang sesuai dengan bidang
yang di butuhkan dalam hal ini kebutuhan untuk sector Kawasan Ekonomi Khusus
Kuta Mandalika.
Hasil penelitian mendukung teori Adam Smith tentang sumberdaya manusia yang
akan berpengaruh positf terhadap pertumbuhan ekonomi. Sumberdaya manusia yang
terampil dan terserap oleh pasar tenaga kerja akan meningkatkan output daerah. Oleh
karena itu, peningkatan jumlah tenaga kerja terserap di kab/kota di Provinsi NTB
khususnya pada penyerapan tenaga kerja di sector KEK Mandalika dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan kebijakan dalam menentukan strategi dalam
meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto, dan pertumbuhan ekonomi nasional.
85
Masalah ketenagakerjaan salah satunya dapat dikurangi dengan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan
pembangunan. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat diukur dengan melihat
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan. Pertumbuhan
ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk
menyediakan semakin banyak barang kepada penduduknya. Meningkatnya
pertumbuhan ekonomi daerah yang dicerminkan oleh PDRB diharapkan juga mampu
meningkatkan penciptaan lapangan kerja di daerah
2. Pengaruh Kunjungan Wisatawan terhadap PDRB (Produk Domestik
Regional Bruto)
Pembahasan mengenai wisatawan, pastinya berhubungan dengan salah satu
indikator penunjang perekonomian yaitu sector pariwisata. Sector pariwisata
memiliki potensi yang sangat besar untuk mendongkrak perekonomian Negara
maupun daerah, hal ini karena sector pariwisata menawarkan keindahan alam, atau
pun sejenisnya yang mampu menarik perhatian wisatawan untuk berkunjung. Di
Indonesia sendiri sector pariwisata menjadi penyumbang ekonomi nomor 3 setelah
sector tambang dan batu bara dan sector pertanian. Hal ini mengindikasikan sector
pariwisata yang ada di Indonesia sangatlah potensial.
Pariwisata itu sendiri merupakan industri jasa yang memiliki mekanisme pengaturan
yang kompleks karena mencakup pengaturan pergerakan wisatawan dari daerah atau
negara asal, ke daerah tujuan wisata, hingga kembali ke negara asalnya yang melibatkan
berbagai komponen seperti biro perjalanan, pemandu wisata (guide), tour operator,
akomodasi, restoran, artshop, moneychanger, transportasi dan yang lainnya. Pariwisata
juga menawarkan jenis produk dan wisata yang beragam, mulai dari wisata alam, wisata
budaya, wisata sejarah, wisata buatan, hingga beragam wisata minat khusus.
Jumlah wisatawan lokal/mancanegara adalah banyaknya wisatawan tiap tahun
yang berkunjung ke suatu negara didorong oleh satu atau beberapa keperluan tanpa
86
bermaksud memperoleh pekerjaan dan penghasilan di tempat yang dikunjungi pada
periode tertentu yang diukur dalam satuan orang.
Berdasarkan hasil estimasi pada regresi dengan menggunakan metode data panel,
dengan alat analisis Fixed Effect yang ditujukan tabel 4.11 menunjukan variable
kunjungan wisatawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB. Hal ini
dapat dilihat dari nilai probabilitas sebesar 0.0254. Nilai probabilitas tersebut lebih
kecil dari tingkat signifikansi (α) yang ditentukan yaitu sebesar lima persen (0.05),
sehingga hal ini menunjukkan hipotesis pertama dalam penelitian ini diterima karena
secara statistic terbukti.
Pada penelitian ini, akan diteliti pada salah satu destinasi pariwisata baru yang
dikenal dengan sebutan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Dimana KEK yang
dibahas pada penelitian ini focus pada sector pariwisatanya, Yaitu KEK Kuta
Mandalika. Pada penelitian ini, yang menjadi focus nya yaitu bagaimana pengaruh
kunjungan wisatawan dengan adanya KEK ini mampu mempengaruhi PDRB daerah
terkait. Hasilnya yaitu variable kunjungan wisatawan berpengaruh postif dan
signifikan terhadap PDRB dengan adanya KEK. Karena KEK ini adalah sistem zona
kawasan pariwisata baru, sehingga menimbulkan ketertarikan kepada para wisatawan
asing maupun lokal untuk berkunjung ke KEK Kuta Mandalika ini. Sebagaimana kita
ketahui juga, kunjungan wisatawan sangat berdampak signifikan bagi devisa Negara
ataupun Kas daerah.
3. Pengaruh Jumlah Hotel terhadap PDRB (Produk Domestik Regional
Bruto)
Infrastruktur penunjang pariwisata sangatlah penting untuk menarik perhatian
wisatawan untuk berkunjung. Fasilitas jalan, lampu, penerangan, hotel dan lain-lain.
Industri perhotelan termasuk dalam industri jasa yang menawarkan jasa pelayanan
yang dikelola secara komersil (Wiyasha, 2007).Hotel merupakan salah satu sarana
pendukung utama yang menunjang dalam bisnis dibidang pariwisata. Hotel – hotel
yang ada akan bersaing untuk memperoleh tingkat hunian sesuai dengan kelasnya
87
masing-masing. Adanya peningkatan persaingan tersebut memaksa manajemen harus
menentukan kebijakan yang tepat dalam usaha menarik konsumennya dan dalam
memenuhi tujuannya yaitu memperoleh laba demi kelangsungan hidup hotel.
Fungsi utama usaha perhotelan ialah untuk memberikan pelayanan kepada tamu
berupa tempat tinggal, atau tempat menginap yang bersifat sementara. Wisatawan
mancanegara memerlukan layanan akomodasi penginapan, komsumsi, perhotelan,
industri kreatif dan industri penunjang lain yang terkait maka usaha perhotelan dan
mata rantai usaha lainnya akan semakin berkembang sejalan dengan pertumbuhan
sektor pariwisata.
Berdasarkan hasil estimasi pada regresi dengan menggunakan metode data panel,
dengan alat analisis Fixed Effect yang ditujukan tabel 4.5 menunjukan variable
jumlah hotel berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap PDRB. Hal ini
dapat dilihat dari nilai probabilitas sebesar 0.4725. Nilai probabilitas tersebut lebih
besar dari tingkat signifikansi (α) yang ditentukan yaitu sebesar lima persen (0.05),
sehingga hal ini menunjukkan hipotesis pertama dalam penelitian ini diterima karena
secara statistic tidak terbukti.
Pada penelitian ini, salah satu yang ingin dilihat keterkaitannya adalah bagaimana
jumlah hotel berpengaruh pada PDRB. Dan hasilnya variable jumlah hotel
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap PDRB dengan adanya KEK. Hal ini
dikarena kan karena mayoritas belum ada penambahan jumlah hotel pada daerah
sekitar ketika Kawasan Ekonomi Khusus mulai diberlakukan. Daerah daerah sekitar
masih mengandalkan keberadaan hotel-hotel yang telah lebih dulu di bangun
sehingga jumlah nya pun rata-rata relative stagnan seperti sebelum adanya
pemberlakuan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Kabupaten Lombok Tengah.
Karena KEK ini baru dibangun pada tahun 2014, maka dari itu pembangunan hotel
hotel yang baru pun sedang dalam proses pembangunan, dan dalam jangka waktu
penelitian ini dari tahun 2014-2017 belum terlihat signifikansi yang nyata dari
pembangunan Hotel ini mampu mempengaruhi PDRB.
4. Keadaan Sebelum dan Sesudah adanya KEK
88
Sebuah perubahan sistem ataupun penambahan suatu sistem pada sebuah
kebijakan, baik itu tingkat pusat ataupun daerah pasti kelebihan dan kekurangan
tersendiri. Dalam hal ini penetapan Kawasan Ekonomi Khusus. Pemberlakuan KEK
ini pasti sudah melalui banyak pertimbangan dan juga riset apakah daerah terkait,
layak ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Berbicara Kawasan
Ekonomi Khusus Kuta Mandalika ini, kawasan yang berpotensi akan keunggulan
pariwisatanya, tidak heran sebelum penetapan KEK ini pun daerah Kuta Mandalika
memang menjadi destinasi pariwisata andalan di daerah tersebut. Namun kebijakan
pemerintah yang memberikan mandat KEK ini kepada Kab. Lombok Tengah,
membuat daerah terkait harus berbenah, karena KEK Kuta Mandalika ini akan di
proyeksikan menjadi Wisata Internasional.
Dari sisi pendapatan daerah, Penetapan KEK Kuta Mandalika di Kab.Lombok
Tengah memang sangat terasa. Terlihat dari selisih pendapatan daerah dari tahun
sebelum penetapan KEK dan sesudah penetapan KEK. Peralihan itu dimulai dari
tahun 2013 ke tahun 2014 saat penetapan KEK Mandalika terjadi. Terjadi
peningkatan yang sangat signifikan hingga surplus 5 Miliar lebih yang ditopang oleh
berbagai sector salah satunya sector Pariwisata KEK Mandalika dan terus meningkat
hingga tahun 2017 (terlihat pada Dummy Variabel tabel 4.3) Hal ini
mengindikasikan penetepan KEK cukup efektif membantu mendongkrak
pertumbuhan PDRB di Kab.Lombok Tengah.
3. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Uji koefisien determinasi (Adjusted R2) digunakan untuk mengukur seberapa
besar kemampuan independen menjelaskan variable dependen.
Tabel 4.16
Koefisien Determinasi (R2)
89R-Squared 0.987197
Adjusted R-squared 0.981506
Sumber: Hasil pengolahan data dengan Eviews 9
Pada tabel 4.16 dapat dilihat bahwa nilai R-Squared sebesar 0.987197, yang
artinya sebesar 98% variable independen dapat menjelaskan variable dependen.
Sisanya sebesar 2%% dijelaskan oleh variable-variabel lain yang mempengaruhi
PDRB dengan adanya KEK namun diluar variable-variabel dalam penelitian ini.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka, penulis memperoleh
kesimpulan bahwa pada peneltian Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi PDRB
dalam Pengembangan Sektor Pariwisata Berbasis Kawasan Ekonomi Khusus (Studi
Kasus: KEK Mandalika, Kab.Lombok Tengah, NTB 2014-2017) adalah sebagai
berikut:
1. Variable penyerapan Tenaga Kerja memilki pengaruh positif dan signifikan
mempengaruhi PDRB dengan adanya Kawasan Ekonomi Khusus Kuta
90
Mandalika. Hal ini terjadi karena sector pariwisata baru seperti KEK ini
memang membutuhkan tenaga kerja yang handal dan penyerapan nya akan
terjadi
2. Variable kunjungan wisatawan berpengaruh positif dan signifikan
mempengaruhi PDRB dengan adanya Kawasan Ekonomi Khusus Kuta
Mandalika. Hal ini karena antusias wisatawan yang mengetahui KEK
Mandalika ini kaya potensi wisata yang baru
3. Variable jumlah hotel berpengaruh positif namun tidak signifikan
mempengaruhi PDRB dengan adanya Kawasan Ekonomi Khusus.hal ini
karena jumlah kuantitas hotel sangat berkorelasi dengan sector pariwisata,
namun belum tentu dengan jumlah tersebut mampu menyumbang pendapatan
bagi daerah.
4. Variable independen dalam penelitian ini, yaitu Penyerapan tenaga kerja,
kunjungan wisatawan dan jumlah hotel secara bersama sama atau simultan
berpengaruh terhadap PDRB dengan adanya Kawasan Ekonomi Khusus ini.
Jika terjadi perubahan pada masing masing variable independen maka secara
bersama sama akan turut merubah PDRB pada objek penelitian terkait.
5. Dalam hasil Dummy Variabel, bahwa keadaan sebelum dan sesudah adanya
Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika sangat terlihat perbedaannya, hal
ini terlihat dari hasil uji t-test. Bahwa dari ketiga variable yaitu Tenaga Kerja,
Wisatawan dan Jumlah Hotel, hanya variable jumlah hotel lah yang tidak
terdapat perbedaan yang signifikan Antara sebelum dan sesudah adanya KEK.
Namun variable Tenaga Kerja dan Wisatawan keduanya signifikan terlihat
perbedaanya Antara sebelum dan sesudah adanya KEK.
B. Saran
1. Bagi Pemerintah
a. Memberi perhatian dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan
atau Skill para tenaga kerja di sector pariwisata khususnya penunjang
Kawasan Ekonomi Khusus, karena di proyeksikan KEK ini akan
91
menjadi industry wisata cukup menjanjikan di masa depan. Maka dari
itu diperlukan tenaga kerja yang terampil.
b. Sebagai bahan pertimbangan guna menentukan arah kebijakan disektor
pariwisata khususnya di Pulau Lombok agar lebih efektif dan efisien
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Memperbaharui tahun penelitian agar lebih Update dengan periode
yang lebih panjang, dengan demikian mampu memberikan gambaran
kondisi PDRB dan variable lainnya guna menunjang KEK Mandalika
ini
b. Meneliti dengan variable-variabel lain diluar variable ini agar
memperoleh hasil yang lebih bervariatif yang dapat menggambarkan
hal-hal apa saja yang dapat berpengaruh terhadap PDRB khuusnya
dengan adanya KEK
3. Bagi Masyarakat
a. Memberikan informasi terkait bagaiamana dampak adanya Kawasan
Ekonomi Khusus ini mampu memberikan kontribusi ekonomi di
daerah terkait serta menambah wawasan masyarakat mengenani
potensi pariwisata Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika
khususnya di Pulau Lombok.
92
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Rahardjo, 2014. Pertumbuhan Wilayah & Wilayah Pertumbuhan, cetakan ke 1, Graha Ilmu, Ruko Jambusari 7A Yogyakarta, 55283
Andre, Siti Khairani, 2015, “Pengaruh Jumlah Wisatawan, Jumlah Hotel, dan Tingkat Hunian Hotel Terhadap Penerimaan Pajak Hotel di Kota Palembang”, STIE MDP; JL. Rajawali, No 14, Palembang , Telp (0711)376400/fax (0711)376360 3Jurusan Akuntansi, STIE MDP, Palembang e-mail: [email protected],[email protected].
Badan Pusat Statistik, 2018. Kabupaten Bima dalam Angka, Bima Regency in figures ISSN: 0215.5338 No. Publikasi/Publication Number: : 52060.1807 Katalog/Catalog: 1102001.5206
Badan Pusat Statistik, 2018. Kabupaten Sumbawa dalam Angka, Sumbawa Regency in figures, ISSN: 0215-5834 No. Publikasi/Publication Number: 52040.1809 Katalog/Catalog: 1102001.5204
Badan Pusat Statistik, 2018. Kabupaten Sumbawa Barat dalam Angka, Sumbawa Barat Regency in figures, ISSN: 2355-4896 No. Publikasi/Publication Number: 52076.1807 Katalog/Catalog: 1102001.5207
Badan Pusat Statistik, 2018. Kabupaten Dompu dalam Angka, Dompu Regency in figures, ISSN: 02155397 No. Publikasi/Publication Number: 52050.1702 Katalog/Catalog: 1102001.5205
Badan Pusat Statistik, 2018. Kabupaten Lombok Barat dalam Angka, Lombok Barat Regency in figures, ISSN: 0215-563X No. Publikasi/Publication Number: 52016.1801 Katalog/Catalog: 1102001.5201
Badan Pusat Statistik, 2018. Kabupaten Lombok Timur dalam Angka, Lombok Timur Regency in figures, ISSN: 0215 – 6059 No. Publikasi/Publication Number: 52030.1804 Katalog/Catalog: 1102001.5203
Badan Pusat Statistik, 2018. Kabupaten Lombok Utara dalam Angka, Lombok Utara Regency in figures, No. Publikasi/Publication Number: 52080.1806 Katalog/Catalog: 1102001.5208
94
Badan Pusat Statistik, 2018. Potensi Ekonomi Kabupaten Lombok Tengah, ISBN 978-602-6457-09-7, No Publikasi: 52025.1705, Katalog: 91020595102
Badan Pusat Statistik, 2017. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Lombok Tengah Menurut Lapangan Usaha, Gross Regional Domestic Product of Lombok Tengah Regency by Industrial Origin 2012-2016, ISBN : 978-602-60069-0-5 Nomor Publikasi : 52025.1701 Katalog BPS : 9302001.5202
Badan Pusat Statistik, 2018, Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam Angka, West Nusa Tenggara Provinces in figures, ISSN : 0215 – 2215 No. Publikasi/Publication Number : 52560.1801 Katalog BPS/BPS Catalogue : 1102001.52
Budiarto, Arif, Made Heny Urmila Dewi, 2015, “Pengaruh PDRB dan Upah Minimum Provinsi Terhadap Penyerapan Tenga Kerja Melalui Mediasi Investasi di Provinsi Bali”, E-Jurnal EP Unud, 4 [10] : 1219-1246, ISSN: 2303-0178, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia. e-mail: [email protected]/ telp: +62 85738168232 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia.
Chusaeni, Abdul Majid, Analisis Sektor Lapangan Usaha yang mempengaruhi Nilai PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Atas dasar harga berlaku dan konstan tahun 2000 Kabupaten Kendal Periode 1997-2011
Dewi, AA Istri Agung Dima Sitara, I.K.G, Bendesa, 2016, “Analisis Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan, Tingkat Hunian Hote, dan Produk Domestik Regional Bruto Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Gianyar.” E-Jurnal EP Unud, 5 [2] : 260-275 ISSN: 2303-0178, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia e-mail : [email protected]
Gujarati, Damodar N, Dawn C Porter, 2011, ”Dasar Dasar Ekonometrika 2”, No ISBN 9789790610668, Penerbit, Salemba Empat,
Hamid, Edy suandi, 2012, “ Dinamika ekonomi Indonesia”, Universitas Islam Indonesia press, E-mail:[email protected],id
95
Haris, Abdul, 2013, Pengaruh penatagunaan tanah terhadap keberhasilan pembangunan infrastruktur dan ekonomi, Kasubdit pertanahan Direktorat tata ruang dan pertanahan, Bappenas
Hasanah, Ulfa Fuadillah, 2016, Analisis Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri menengah dan besar se-Karesidenan Pekalongan Tahun 2008-2013. Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Hendrawan, Bambang, Danpak Pemberlakuan Kawasan Ekonomi Khusus Terhadap Kinerja perusahaan dalam kawasan, Pusat kajian Daya saing Program Studi Administrasi Bisnis Terapan, Parkway Street, Batam Centre, Batam 29461, Indonesia, Email [email protected], [email protected]
Hidayat, Syarif, Agus Syarif Hidayat, 2010. Quo Vadis Kawasan Ekonomi Khusus Cetakan 1, Rajawali Pers, Kelapa Gading Permai, Jakarta 14240
Hutasoit, Normaika, 2017, “Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Jumlah Hunian Hotel Terhadap Penerimaan Sub Sektor PDRB Industri Pariwisata di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2004-2013”, JOM Fekon, Vol.4 No.1 (Februari) 2017, Faculity of economics, Riau University, Pekanbaru, Indonesia Email :[email protected]
Jurigova Zuzana, Zuzana Tuckova, Oskar Solenes, 2017, “The Impact of chosen economic indicators on tourism suistainability (Case Study: Of the Czech Republic and Norwegia)”, ISSN 2029-7017 print/ISSN 2029-7025 online 2017 September Volume 7 Number 1 http://dx.doi.org/10.9770/jssi.2016.7.1(9)
Kamila, Aisyah, 2016, “Pengaruh Sektor Pariwisata, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Tingkat Investasi dan Jumlah Penduduk Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD),” Program Studi Aluntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta”,
96
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Multilateral Meeting -1 Penyusunan RKP 2017, Prioritas Nasional Percepatan Pertumbuhan Kawasan Ekonomi Khusus.
Kabupaten Kudus, Diponegoro Journal of Economics, Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman 1-9.
Makalew, Victoria Natali, Vecky A.J. Masinambouw, Een N.Walemangko, Analisis Kontribusi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Terhadap Struktur perekonomian Sulawesi Utara, Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sam Ratulangi
Maryaningsih, Novi, Oki Hermansyah, Myrnawati Savitri, Pengaruh Infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, JEL Classification: 047,011,018, R11
Meliana, Katrina Doris, Imam Buchori, Efektivitas Kelembagaan Pemerintah Dalam Pengembangan KEK Tanjung Lesung Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten, Volume 11 (2): 49-60 Maret 2016, Penerbit Planologi Undip
Mulyadi. 2008. Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Pembangunan, Cetakan ke 4 Rajawali Pers, Jakarta,
Putra, Windhu, 2018. Perekonomian Indonesia: Penerapan beberapa teori ekonomi pembangunan di Indonesia. Edisi cetakan 1, Rajawali Pers, Depok, Jawa Barat.
PT. ITDC (Indonesia Tourism Development Country Persero 2015
Rahma, Femy Nadia, Herniwati Retno Handayani, Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan, Jumlah Obyek Wisata dan Pendapatan perkapita terhadap penerimaan sektor pariwisata di
97
Rochmani, Tanti Siti, Yunastiti Purwaningsih, Agustinus Suyantoro, 2016, Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri di Provinsi Jawa Tengah. JIEP Vol. 16 No, 2, November 2016, ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 25448-1851.
Rukuiziene, Rasa, 2016, “Suistainable tourism Development Implication to local economy”, JEL CODES: R11, R58. DOI: http://dx.doi.org/10.15181/rfds.v14i3.873
Sulaksono, Agus, 2012, Analisis Produk Domestik Region Al Bruto, Investasi, Tenaga Kerja Sektor Pertambangan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia. Jurnal Ilmiah Vol III No.2. pp 98-115
Sutrisno, Denny Cessario, 2013, “Pengaruh Jumlah Obyek Wisata, Jumlah Hotel, dan PDRB Terhadap Retribusi Pariwisata Kabupaten /Kota di Jawa Tengah”, ISSN 2252-6889, Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia, Telp/Fax: (024) 8508015, email: [email protected]
Tabash. Mosab I. 2017, “The role of Tourism Sector in Economic Growth: An Empirical Evidence From Palestine” ISSN: 2146-4138 available at http: www.econjournals.com International Journal of Economics and Financial Issues, 2017, 7(2), 103-108.
Triandara, Karinda, Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke pantai Pangandaran Jawa Barat. Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2017.
Yesuari, Ayu Prima, Mengenal Kawasan Ekonomi Khusus, Tenaga Ahli Muda Kawasan Ekonomi Khusus Deputi V Kemenko Perekonomian.
Zamrowi, Muhammad Taufik, 2007, Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil (Studi di Industri Kecil meubel di Kota Semarang). Program Studi Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan. Universitas Diponegoro Semarang
98
LAMPIRAN
Lampiran 1: Hasil Estimasi Data Panel
A. Uji Chow
Redundant Fixed Effects TestsPool: UntitledTest cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 36.588809 (9,27) 0.0000Cross-section Chi-square 103.197368 9 0.0000
Cross-section fixed effects test equation:Dependent Variable: LOGPDRB?Method: Panel Least SquaresDate: 08/07/19 Time: 19:49Sample: 1 4Included observations: 4Cross-sections included: 10Total pool (balanced) observations: 40
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 8.682446 0.788371 11.01315 0.0000LOGTK? 0.376205 0.124312 3.026295 0.0046
LOGWSTWN? -0.465048 0.149552 -3.109602 0.0037LOGHOTEL? -0.146414 0.086778 -1.687220 0.1002
R-squared 0.267382 Mean dependent var 6.961896Adjusted R-squared 0.206330 S.D. dependent var 0.272224S.E. of regression 0.242520 Akaike info criterion 0.099172Sum squared resid 2.117370 Schwarz criterion 0.268060Log likelihood 2.016555 Hannan-Quinn criter. 0.160237F-statistic 4.379610 Durbin-Watson stat 0.354563Prob(F-statistic) 0.009974
99
B. Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman TestPool: UntitledTest cross-section random effects
Test SummaryChi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 5.533199 3 0.0367
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.
LOGTK? 0.134001 0.172996 0.004489 0.5606LOGWSTWN? 0.010649 -0.013567 0.001386 0.5153LOGHOTEL? 0.262295 0.138927 0.008041 0.1689
Cross-section random effects test equation:Dependent Variable: LOGPDRB?Method: Panel Least SquaresDate: 08/07/19 Time: 19:47Sample: 1 4Included observations: 4Cross-sections included: 10Total pool (balanced) observations: 40
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 6.099821 0.705517 8.645893 0.0000LOGTK? 0.134001 0.126595 1.058500 0.2992
LOGWSTWN? 0.010649 0.098093 0.108555 0.9144LOGHOTEL? 0.262295 0.140769 1.863299 0.0733
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.944483 Mean dependent var 6.961896Adjusted R-squared 0.919809 S.D. dependent var 0.272224S.E. of regression 0.077089 Akaike info criterion -2.030762Sum squared resid 0.160452 Schwarz criterion -1.481876Log likelihood 53.61524 Hannan-Quinn criter. -1.832302F-statistic 38.27808 Durbin-Watson stat 1.645145Prob(F-statistic) 0.000000
100
C. Fixed Effect Model
Dependent Variable: LOGPDRB?Method: Pooled EGLS (Cross-section weights)Date: 08/07/19 Time: 19:41Sample: 1 4Included observations: 4Cross-sections included: 10Total pool (balanced) observations: 40Linear estimation after one-step weighting matrix
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 5.547479 0.293131 18.92491 0.0000LOGTK? 0.347945 0.070563 4.930961 0.0000
LOGWSTWN? 0.053501 0.033828 1.581547 0.0254LOGHOTEL? 0.073270 0.100566 0.728584 0.4725
Fixed Effects (Cross)_BIMA--C 0.098383
_DOMPU--C -0.155900_KBIMA--C -0.317340_LOBAR--C 0.155005_LOMUT--C -0.527862
_LOTENG--C 0.326709_LOTIM--C 0.355660_MTRM--C 0.022879_SMBW--C -0.163131
_SUMBAR--C 0.205596
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
Weighted Statistics
R-squared 0.987197 Mean dependent var 11.28308Adjusted R-squared 0.981506 S.D. dependent var 5.337511S.E. of regression 0.066510 Sum squared resid 0.119436F-statistic 173.4845 Durbin-Watson stat 1.699737Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics
R-squared 0.938051 Mean dependent var 6.961896Sum squared resid 0.179042 Durbin-Watson stat 1.845819
101
Lampiran 2: t-test Paired Sample
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair
1
Wisatawan Sebelum
KEK - Wisatawan
sesudah KEK
-
53362.0000
0
31992.7884
1
15996.3942
0
-
104269.665
63
-
2454.33437-3.336 3 .045
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 Tenaga kerja
Sebelum KEK -
Tenaga kerja
sesudah KEK
-
889.0000
0
342.54440 171.27220-
1434.06458-343.93542 -5.191 3 .014
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower Upper
Pair
1
hotel Sebelum KEK -
hotel Sesudah KEK
-
21.7500014.93039 7.46520 -45.50759 2.00759 -2.914 3 .062
102
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 PDRB sebelum
KEK –
PDRB sesudah
KEK
-
8950843.
50000
601899.5
9652
300949.7
9826
-
9908600.
07354
-
7993086.
92646
-
29.74
2
3 .000
103
Lampiran 3: Data Penelitian
No Kabupaten/Kota
Tahun PDRB (Satuan Milyar Rupiah)
Tenaga Kerja
Kunjungan Wisatawan
Asing maupun
Domestik
Jumlah Hotel
1 Lombok Tengah 2014 12,912,496,389 340 104720 84
1 Lombok Tengah 2015 14,462,890,334 680 100728 86
1 Lombok Tengah 2016 15,915,917,764 1020 108917 86
1 Lombok Tengah 2017 15,958,460,383 1360 200483 86
2 Lombok Timur 2014 12,869,222,289 230 15980 36
2 Lombok Timur 2015 14,489,341,347 300 17964 48
2 Lombok Timur 2016 15,985,431,378 402 18765 48
2 Lombok Timur 2017 17,581,134,783 434 19382 48
3 Lombok Barat 2014 10,131,269,874 547 154217 22
3 Lombok Barat 2015 11,447,645,490 415 200713 23
3 Lombok Barat 2016 12,639,743,478 789 235986 28
3 Lombok Barat 2017 13,948,640,498 974 240980 106
4 Lombok Utara 2014 3,259,527,489 798 55544 365
4 Lombok Utara 2015 3,618,131,498 897 66838 390
4 Lombok Utara 2016 3,966,453,490 1.203 95555 494
4 Lombok Utara 2017 4,345,434,389 1.797 150573 494
5 Mataram 2014 11,634,045,478 1.683 223008 115
104
5 Mataram 2015 13,214,578,498 1.751 284901 122
5 Mataram 2016 14,825,478,489 1.798 323292 122
5 Mataram 2017 16,553,310,478 1.811 349986 122
6 Kota Bima 2014 2,671,112,389 541 18805 14
6 Kota Bima 2015 2,994,128,432 337 19168 15
6 Kota Bima 2016 3,300,709,478 511 19503 16
6 Kota Bima 2017 3,635,846,478 194 37617 16
7 Kab. Bima 2014 7,310,492,384 360 62912 6
7 Kab. Bima 2015 8,286,054,387 345 72890 6
7 Kab. Bima 2016 9,196,015,378 457 77902 6
7 Kab. Bima 2017 10,090,076,378 654 82791 7
8 Dompu 2014 4,469,339,387 347 62912 15
8 Dompu 2015 5,039,054,389 456 65984 17
8 Dompu 2016 5,585,928,487 458 72789 17
8 Dompu 2017 6,210,115,387 678 75895 17
9 Sumbawa 2014 9,074,925,567 2.374 62912 36
9 Sumbawa 2015 10,287,184,378 3.172 65980 36
9 Sumbawa 2016 11,399,679,478 3.702 73123 36
9 Sumbawa 2017 12,721,314,488 3.987 78980 36
10 Sumbawa Barat 2014 9,435,818,389 1.379 62912 15
10 Sumbawa Barat 2015 23,050,343,384 1.567 50957 21
105
10 Sumbawa Barat 2016 25,703,476,389 1.274 30987 21
10 Sumbawa Barat 2017 24,055,697,383 3.759 20077 37
No Kabupaten/Kota Tahun PDRB (Satuan
persen %)
Tenaga Kerja
Kunjungan Wisatawan
Asing maupun
Domestik
Jumlah Hotel
1 Lombok Tengah 2014 6.28 340 104720 84
1 Lombok Tengah 2015 5.58 680 100728 86
1 Lombok Tengah 2016 5.67 1020 108917 86
1 Lombok Tengah 2017 5.73 1360 200.483 86
2 Lombok Timur 2014 4.79 230 15.980 36
2 Lombok Timur 2015 5.91 300 17.964 48
2 Lombok Timur 2016 5.18 402 18.765 38
2 Lombok Timur 2017 5.25 434 19.382 46
3 Lombok Barat 2014 5.70 547 154.217 22
3 Lombok Barat 2015 6.39 415 200.713 23
3 Lombok Barat 2016 5.73 789 235.986 28
3 Lombok Barat 2017 5.80 974 240.980 106
4 Lombok Utara 2014 4.08 798 55.544 365
4 Lombok Utara 2015 4.11 897 66.838 390
4 Lombok Utara 2016 4.59 1.203 95.555 494
4 Lombok Utara 2017 5.01 1.797 150.573 494
106
5 Mataram 2014 9.80 1.683 223.008 115
5 Mataram 2015 10.67 1.751 284.901 122
5 Mataram 2016 11.53 1.751 323.292 122
5 Mataram 2017 12.46 1.811 349.986 122
6 Kota Bima 2014 5.89 541 18.805 14
6 Kota Bima 2015 5.75 337 19.168 15
6 Kota Bima 2016 5.80 511 19.503 16
6 Kota Bima 2017 6.76 194 37.617 16
7 Kab. Bima 2014 6.01 36 62.912 6
7 Kab. Bima 2015 6.36 78 72.890 6
7 Kab. Bima 2016 5.12 90 77.602 6
7 Kab. Bima 2017 6.02 90 82.791 7
8 Dompu 2014 5.40 89 62.912 15
8 Dompu 2015 6.15 98 65.984 17
8 Dompu 2016 5.19 150 72.789 17
8 Dompu 2017 6.82 179 75.895 17
9 Sumbawa 2014 5.45 2.374 62.912 36
9 Sumbawa 2015 6.42 3.172 65.980 36
9 Sumbawa 2016 5.42 3.702 73.123 36
9 Sumbawa 2017 6.79 135 78.980 36
10 Sumbawa Barat 2014 -1.31 1.379 62.912 15
10 Sumbawa Barat 2015 107.07 1.567 50.957 21
107
10 Sumbawa Barat 2016 7.11 1.274 30987 21
10 Sumbawa Barat 2017 -18.97 3.759 20077 37
Lampiran Data yang sudah di LOG
108
7.11101 2.531479 5.02003 1.924279 LOTENG 20147.160255 2.531479 5.00315 1.934498 LOTENG 20157.201832 2.531479 5.037096 1.934498 LOTENG 20167.202991 2.532754 5.302078 1.934498 LOTENG 20177.109552 2.361728 5.203601 1.556303 LOTIM 20147.161049 2.477121 5.254425 1.681241 LOTIM 20157.203724 2.604226 5.273369 1.579784 LOTIM 20167.245047 2.63749 5.287419 1.662758 LOTIM 20177.005664 2.737987 5.188132 1.342423 LOBAR 20147.058716 2.618048 5.302576 1.361728 LOBAR 20157.101738 2.897077 5.372886 1.447158 LOBAR 20167.144532 2.988559 5.381981 2.025306 LOBAR 20176.513155 2.902003 5.744644 2.562293 LOMUT 20146.558484 2.952792 5.825029 2.591065 LOMUT 20156.598402 3.080266 5.980258 2.693727 LOMUT 20166.638033 3.254548 5.177747 2.693727 LOMUT 20177.065731 3.226084 5.34832 2.060698 MTRM 20147.121053 3.243286 5.454694 2.08636 MTRM 20157.171009 3.25261 5.509595 2.08636 MTRM 20167.218885 3.257918 5.544051 2.08636 MTRM 20176.426692 2.733197 5.274294 1.146128 KBIMA 20146.47627 2.52763 5.282597 1.176091 KBIMA 2015
6.518607 2.708421 5.290121 1.20412 KBIMA 20166.560605 2.287802 5.575395 1.20412 KBIMA 20176.863947 2.556303 5.79874 0.778151 BIMA 20146.918348 2.537819 5.862673 0.778151 BIMA 2015
6.9636 2.659916 5.891554 0.778151 BIMA 20167.003894 2.815578 5.917988 0.845098 BIMA 20176.650243 2.540329 5.79874 1.176091 DOMPU 20146.702349 2.658965 5.819445 1.230449 DOMPU 20156.747095 2.660865 5.862071 1.230449 DOMPU 2016
6.7931 2.83123 5.880218 1.230449 DOMPU 20176.957843 3.375481 5.79874 1.556303 SMBW 20147.012297 3.501333 5.819418 1.556303 SMBW 20157.056893 3.568436 5.864059 1.556303 SMBW 20167.104532 3.600646 5.897522 1.556303 SMBW 20176.97478 3.139564 5.79874 1.176091 SUMBAR 2014
7.362677 3.195069 5.707212 1.322219 SUMBAR 20157.409992 3.105169 5.491192 1.322219 SUMBAR 2016
110
7.381218 3.575072 5.302718 1.568202 SUMBAR 2017
Lampiran 4: Gambar sebelum dan sesudah KEK Mandalika
111