€¦ · web viewdalam ayat ini dijelaskan bahwa matahari, bulan, bintang dan lain lain semua yang...

185
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PDRB DALAM PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA BERBASIS KAWASAN EKONOMI KHUSUS (STUDI KASUS: KEK MANDALIKA, KAB.LOMBOK TENGAH, NTB 2014- 2017) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi OLEH: Alfin Aprian Rizki NIM: 11150840000014 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI & BISNIS

Upload: others

Post on 25-May-2020

22 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PDRB DALAM PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA BERBASIS KAWASAN

EKONOMI KHUSUS

(STUDI KASUS: KEK MANDALIKA, KAB.LOMBOK TENGAH, NTB 2014-2017)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

OLEH:

Alfin Aprian Rizki

NIM: 11150840000014

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019M/1440H

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Pribadi

1. Nama Lengkap : Alfin Aprian Rizki

2. Tempat/Tanggal Lahir : Selong, 3 April 1997

3. Alamat : Jln. Angsoka VI No I Kelurahan

Kembang Sari, Kecamatan Selong, Kabupaten Lombok Timur, NTB

4. Telepon : 081997720035

5. Email : [email protected]

II. Pendidikan Formal

1. SDN 03 Selong Tahun 2004-2009

2. SMPN 01 Selong Tahun 2010-2012

3. SMAN 02 Selong Tahun 2013-2015

4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015-2019

III. Prestasi dan Pengahargaan

1. Participant Lomba Essay Event Hunter Indonesia Tingkat Nasional Universitas Negeri Jakarta tahun 2017

2. Pemakalah Lomba LKTI Tingkat Nasional LPIM Universitas Riau tahun 2017

3. Participant National Essay Competition Gebyar Fresh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2018

ii

IV. Pengalaman Bekerja

1. Enumerator Lembaga Survei Indikator pada Pilkada DKI Jakarta tahun 2016

2. Delivery team Insomniak Café tahun 2017

3. Internship Program Kantor Pusat Pelayanan Pajak Pratama Cabang Serpong, Direktorat Jenderal Pajak, Kementerian Keuangan tahun 2019

V. Pengalaman Organisasi

1. Anggota Divisi Internal Himpunan Mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan UIN Jakarta 2015-2016

2. Koordinator Divisi Sosial Keislaman Himpunan Mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan UIN Jakarta 2016-2017

3. Koordinator Divisi Kajian dan Acara Komunitas Mahasiswa Untuk Musholla (Komus) UIN Jakarta 2017-2018

4. Koordinator Divisi Sosial Keagamaan Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta 2017-2018

5. Koordinator Divisi Kewirausahaan LiSEnSi (Lingkar Studi Ekonomu Syariah) UIN Jakarta 2017=2018

6. Pengajar & Penggerak Gerakan Banten Mengajar 2016=2017

VI. Seminar dan Workshop

1. Talkshow & Diskusi Publik “I’m Talking Bussiness” Objektivitas Dinamika Bisnis Pertambangan Minyak dan Gas di Indonesia. DEMA Fisip UIN Jakarta 2015

iii

2. Diskusi Publik “Peran Generasi Muda dalam mensukseskan Pilkada Serentak 2015” DEMA FEB UIN Jakarta 2015

3. Seminar Nasional Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta “Recent Issues In Public Finance” 2017

4. Seminar Nasional Ekonomi Islam “Riba Sumber Masalah Ekonomi Umat” oleh IAEI (Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia) di Universitas Esa Unggul Jakarta

5. Seminar Pasar Modal Syariah “Invest Your Future Sharia Capital Market” Lisensi dan Galeri Investasi Syariah UIN Jakarta 2017

6. Workshop Research Class “Develop Your Research Thorough Scientific Culture” Lisensi UIN Jakarta 2017

7. Seminar International “Small Enterprise for Big Indonesia”” Temu ilmiah regional Jabodetabek Lisensi dan Fossei UIN Jakarta 2018

8. Seminar Nasional Ekonomi Digital “Menjawab Peluang dan Tantangan Perkembangan Financial Teknologi di Indonesia” oleh HMJ Ekonomi Pembangunan UIN Jakarta 2018

9. Workshop Edukasi Keuangan “Edukasi Keuangan bagi Mahasiswa FEB UIN Jakarta dalam rangka meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di kalanagan akademisi” Otoritas Jasa Keuangan 2018

10. Company Visit Lisensi Goes To Kemenkeu “Mengkaji Kebijakan Ekonomi Indonesia Terkini” Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan 2018

11. Conference Series “Women and Diversity In Tech” Bersama French Minister for Digital, Institut Francais Indonesia 2018

12. Conference International Foreign Policy 2018 Bersama Dinno Pati Djalal, Mall Kota Kasablanka Jakarta.2018

iv

ABSTRACT

This study aims to see how the influence of Special Economic Zone-based

Tourism on GRDP in the District / City of NTB Province for the period 2014-2017

(Case Study: KEK Kuta Mandalika, Central Lombok District). This study uses

secondary data and uses panel data analysis with the fixed effect model (FEM)

approach. The results of this study indicate that labor absorption, tourist visits and

numbers have a positive effect on GDP in the District / City of the NTB Province in

2014-2017. However, the variable number of hotels does not significantly affect the

GDP variable, while the variable Labor Absorption and Tourist Visits Significantly

affects the variable GRDP in the Regency / City in NTB Province in 2014-2017.

There is a Dummy Variable that measures how the area is related before and after

the Special Economic Zone (KEK), the results from 2010-2017 had a significant

increase in each variable, precisely starting an increase in 2014 where new SEZs

were applied simultaneously, Labor Absorption, Tourist Visits and Number of Hotels

had a significant effect on Gross Regional Domestic Product (GRDP ) in the

District / City of the NTB Province in 2014-2017.

Keywords: Labor Absorption, Tourist Visits, Number of Hotels, Dummy Variables,

Fixed Effect Model (FEM).

v

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh Pariwisata

berbasis Kawasan Ekonomi Khusus terhadap PDRB di Kabupaten/Kota Provinsi

NTB periode 2014-2017 (Studi Kasus: KEK Kuta Mandalika Kab.Lombok Tengah).

Penelitian ini menggunakan data sekunder dan menggunakan analisis data panel

dengan pendekatan fixed Effect Model (FEM). Hasil dari penelitian ini menunjukkan

bahwa Penyerapan tenaga kerja, kunjungan wisatawan dan jumlah berpengaruh

secara positif terhadap PDRB di Kabupaten/Kota Provinsi NTB tahun 2014-2017.

Namun variable jumlah hotel tidak signifikan mempengaruhi variable PDRB,

sedangkan variable Penyerapan Tenaga Kerja dan Kunjungan Wisatawan Signifikan

mempengaruhi variable PDRB di Kabupaten/Kota di Provinsi NTB tahun 2014-

2017.Terdapat t-test yang digunakan untuk melihat perbandingan bagaimana

keadaan daerah terkait sebelum dan sesudah adanya Kawasan Ekonomi Khusus

(KEK), hasilnya dari tahun 2010-2017 terjadi peningkatan yang signifikan dari

masing masing variable, tepatnya dimulai peningkatan pada tahun 2014 dimana KEK

baru diberlakukan Secara simultan, Penyerapan Tenaga Kerja, Kunjungan Wisatawan

dan Jumlah Hotel berpengaruh signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) di Kabupaten/Kota Provinsi NTB tahun 2014-2017.

Kata Kunci : Penyerapan Tenaga Kerja, Kunjungan Wisatawan, Jumlah Hotel, Fixed

Effect Model (FEM).

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’allaikum Wr.Wb

Segala Puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan segala nikmat dan

keberkahan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaiakan skripsi yang

berjudul “ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PDRB DALAM

PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA BERBASIS KAWASAN EKONOMI

KHUSUS. (Studi Kasus: KEK Mandalika, Kab.Lombok Tengah, NTB Periode 2014-

2017)” dengan baik . Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada baginda nabi

besar Muhammad SAW, yang telah membimbing umat nya dari zaman jahiliah

menuju zaman kebaikan, zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan, semoga kelak

kita semua bisa berkumpul di Yaumul Qiyamah kelak dan mendapatkan Syafa’at dari

beliau.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selesainya Skripsi ini tentu dengan dukungan, bimbingan, dan bantuan serta doa dari

orang-orang di sekeliling penulis selama proses pengerjaan skripsi ini. Oleh karena

itu, izinkanlah penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Orang tua, Ibunda ku Siti Nurmala dan Ayahanda Suwaidin yang selalu

memberikan doanya yang tiada henti di setiap langkah dan hembusan

nafasnya, dukungan dan motivasi selalu membuat diri penulis semakin

semangat untuk menyelesaikan tugas Akhir ini, sehingga skripsi ini

terselesaikan dengan baik. Serta dua abang ku tercinta Abang Arief dan

Abang Fiki yang selalu memberikan dukungan serta motivasi juga .

Semoga Allah selalu menjaga kita semua dan mencurahkan kasih sayang-

Nya pada kita.

2. Bapak Prof. Dr. Amilin, SE.,Ak.,M.Si.,CA.,QIA.,BKP.,CRMP selaku

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

vii

3. Bapak Dr. Hartana Iswandi Putra. M.Si dan Bapak Deni Pandu Nugraha

SE. M.Sc selaku Ketua Jurusan dan Sekertaris Jurusan Ekonomi

Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Dosen Pembimbing Skripsi, Bapak Arief Fitrijanto M.Si, terimakasih atas

seluruh kesediaan waktu, tenaga, pikiran dan ilmu yang bermanfaat yang

telah diberikan hingga penulisan skripsi ini selesai. Semoga bapak beserta

keluarga selalu diberikan kesehatan dan keberkahan oleh Allah SWT.

5. Seluruh Jajaran Dosen Prodi Ekonomi Pembangunan yang telah

memberikan ilmu yang sangat bermanfaat selama perkuliahan ini, dan

menjadi tempat berdiskusi , yang banyak memberikan pengetahuan baru

dan wawasan lebih luas.

6. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah

memberikan ilmu yang bermanfaat serta karyawan, maupun staf dari

Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah melayani dan membantu penulis

selama perkuliahan

7. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan

UIN Jakarta periode 2017/2018.

8. Keluarga Besat Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi & Bisnis

UIN Jakarta periode 2018/2019

9. Keluarga Besar LiSEnSi UIN Jakarta 2018/2019

10. Kawan Kawan Seperjuangan Di “SuperStar” Terima Kasih telah banyak

memberi motivasi, serta penghilang penat dikala sedang suntuk, terima

kasih atas segala kenangan yang kita lalui bersama semenjak semester

awal hingga sekarang. See You On The Top guys.

11. Kawan Kawan Seperjuangan di Ekonomi Pembangunan 2015 terima kasih

atas kebersamaan, keceriaan, suka duka yang pernah kita lalui bersama.

Semoga kita semua di pertemukan dengan kesuksesan.

Penulis Menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena

keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh sebab itu,

viii

penulis mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang membangun untuk

pencapaian dan hasil yang lebih baik.

Wassalamuallaikum Wr.Wb

Jakarta, Juli 2019

Alfin Aprian Rizki

ix

DAFTAR ISI

SAMPUL

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI…………………………………..i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF…………………………………ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH……………………………iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI……………………………………………iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................................v

ABSTRACT........................................................................................................................vii

ABSTRAK...........................................................................................................................ix

KATA PENGANTAR.........................................................................................................x

DAFTAR ISI.......................................................................................................................xii

DAFTAR GRAFIK.............................................................................................................xvi

DAFTAR GAMBAR...........................................................................................................xvii

DAFTAR TABEL...............................................................................................................xviii

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................................xx

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian........................................................................................1

B. Rumusan Masalah....................................................................................................12

C. Tujuan Penelitan......................................................................................................14

D. Manfaat Penelitian...................................................................................................14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori........................................................................................................15

1. Pengembangan Kawasan...................................................................................15

x

2. Tinjauan Tentang Kawasan Ekonomi Khusus...................................................15

B. Produk Domestik Regional Bruto............................................................................18

1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto...................................................19

2. Rumus Penghitungan PDRB.............................................................................21

C. Tenaga Kerja............................................................................................................22

1. Kesempatan Kerja..............................................................................................22

D. Wisatawan/Kunjungan Wisatawan..........................................................................24

1. Pengertian Wisatawan.......................................................................................25

E. Infrastruktur Hotel/Pembangunan Infrastrktur........................................................26

F. Pengembangan Wilayah dalam perspektif Al-Qur’an.............................................27

G. Penelitian Sebelumnya............................................................................................28

H. Hubungan Antar Variabel........................................................................................40

I. Kerangka Pemikiran................................................................................................43

J. Hipotesis Penelitian.................................................................................................44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian.......................................................................................45

B. Metode Penentuan Sampel......................................................................................45

C. Metode Pengumpulan data......................................................................................46

D. Metode Analisis Data..............................................................................................46

E. Pengujian Model......................................................................................................49

F. Uji Statistik..............................................................................................................51

G. Operasional Variabel Penelitian..............................................................................53

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian.........................................................................55

B. Potensi Pariwisata di Pulau Lombok.......................................................................59

C. Analisa dan Pembahasan.........................................................................................61

1. Dampak dari Kawasan Ekonomi Khusus di Kab.Lombok Tengah...................61

xi

2. Dampak dari Kawasan Ekonomi Khusus di Kab/Kota Provinsi NTB .............64

D. Permodelan dan Pengolahan data............................................................................71

1. Uji Chow............................................................................................................72

2. Uji Hausman......................................................................................................73

3. Uji Asumsi Klasik.............................................................................................73

4. Fixed Effect Model (FEM)................................................................................76

E. Pengujian Hipotesis.................................................................................................79

1. Uji f-statistik dan Interpretasi Hasil Analisis....................................................79

2. Uji t-statistik dan Interpretasi Hasil Analisis.....................................................80

A. Pembahasan Analisis...................................................................................82

3. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R)...........................................................87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan..............................................................................................................89

B. Saran........................................................................................................................90

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................92

LAMPIRAN........................................................................................................................97

xii

DAFTAR GRAFIK

1.1 Perkembangan Jumlah Hotel di NTB tahun 2010-2016..............................11

4.1 Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja dan Hotel di Kawasan

Ekonomi Khusus Kuta Mandalika Kab. Lombok Tengah

2014-2017....................................................................................................62

4.2 Jumlah Kunjungan Wisatawan di Kawasan Ekonomi

Khusus Kuta Mandalika Kab.Lombok Tengah 2014-

2017.............................................................................................................63

4.3 Produk Domestik Regional Bruto Kab. Lombok

Tengah 2014-2017.......................................................................................64

4.4 Jumlah Kunjungan Wisatawan Asing & Domestik

di Kab/Kota di Provinsi NTB 2014-2017....................................................66

4.5 Jumlah Hotel di Kab/Kota di Provinsi NTB 2014-2017.............................67

4.6 Pertumbuhan PDRB Kab/Kota di Provinsi NTB 2014

2017.............................................................................................................68

4.7 Uji Normalitas.............................................................................................74

.

xiii

DAFTAR GAMBAR

1.1 Persentase Penduduk yang bekeja menurut tingkat

Pendidikan yang ditamatkan di Kab.Lombok Tengah

2016.............................................................................................................9

2.1 Kerangka Berfikir........................................................................................43

4.1 Peta Provinsi Nusa Tenggara Barat.............................................................55

xiv

DAFTAR TABEL

1.1 Manfaat Pengembangan KEK Mandalika...............................................................4

1.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kab/Kota

Di Provinsi NTB 2016.............................................................................................7

1.3 PDRB Perkapita Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat (Persentase)

2016.........................................................................................................................8

1.4 Kunjungan Wisatawan Asing maupun domestic

Di Kab.Lombok Tengah Periode 2014-2017

Pada saat adanya KEK.............................................................................................10

3.1 Operasional Variabel Penelitian..............................................................................53

4.1 Daftar Kabupaten/Kota di Nusa Tenggara Barat.....................................................58

4.2 Jumlah Tenaga Kerja di Kab/Kota menurut

Lapangan Kerja Utama pada sector jasa,

Perdagangan dan perhotelan Provinsi Nusa

Tenggara Barat 2014-2017......................................................................................65

4.3 PDRB Tenaga Kerja Wisatawan & Jumlah Hotel pada saat

Sebelum dan sesudah pembentukan KEK di Kab.Lombok Tengah………………69

4.4 T-test Paired Sample (Tenaga Kerja)......................................................................70

4.5 T-test Paired sample ( wisatawan)...........................................................................71

4.6 T-test paired sample (Hotel)....................................................................................71

4.7 Uji Chow..................................................................................................................72

xv

4.8 Uji Hausman............................................................................................................73

4.9 Uji Mulitkolinearitas................................................................................................75

4.10 Uji Autokorelasi......................................................................................................75

4.11 Uji Heteroskedastisitas............................................................................................76

4.12 Hasil regresi data panel............................................................................................77

4.13 Uji f-stattistik...........................................................................................................80

4.14 Uji t-statistik............................................................................................................81

4.15 Koefisien Determinasi (Adjusted R).......................................................................88

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Hasil Estimasi Data Panel…………………………………….97

Lampiran 2: t test Paired Sample……………………………………………100

Lampiran 3: Data Penelitian…………………………………………………101

xvii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Sejak tahun 1970-an banyak Negara-negara berkembang yang melaksanakan

pembentukan kawasan-kawasan khusus pembangunan ekonomi. Tujuan utama dari

pembentukan kawasan khusus adalah pengintegrasian perusahaan-perusahaan yang

beroperasi di dalamnya dengan ekonomi global, dengan cara melindungi mereka

terhadap berbagai macam distorsi seperti tarif dan birokrasi yang berbelit-belit.

Beberapa pertimbangan telah mendasari pembangunan ekonomi kawasan ekonomi

khusus tersebut. Pertama adalah apa yang dewasa ini dikenal dengan sebutan good

governance. Membangun good governance yang meliputi seluruh negeri akan

memakan waktu yang lama, dalam jangka pendek lebih praktis untuk membangunnya

di kawasan terbatas atau khusus yang memerlukan sumber daya yang lebih sedikit

dibandingkan dengan membangun hal tersebut di seluruh wilayah Negara. Dengan

demikian, dalam tempo yang singkat pemerintah dapat menyediakan iklim usaha

yang menarik dengan melalui berbagai fasilitas seperti pembebasan bea masuk, pajak

penjualan dan pajak penghasilan, prosedur birokrasi yang khusus, singkat, efektif,

dan efisien.

Kedua adalah hal yang berkaitan dengan skala ekonomi dari jaringan infrastruktur

modern yang lebih ekonomis untuk dibangun dalam kawasan yang luasnya terbatas.

Industry modern memerlukan jaringan infrastruktur modern yang andal dan

terintegrasi, seperti jalan, listrik, air, teknologi informasi dan komunikasi, pelabuhan,

dan lain-lain, sedemikian rupa sehingga proses bisnis mereka dapat berlangsung

dengan efisien dan efektif.

Ketiga adalah keterkaitan antarindustri. Perkembangan investasi dan industry

akhir-akhir ini cenderung kea rah pembangunan jaringan antar perusahaan dan bukan

lagi integrasi vertical maupun horizontal dari berbagai kegiatan ke dalam satu

1

perusahaan (konglomerasi). Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) merupakan sarana

yang ideal bagi terbangunnya keterkaitan yang erat dan kompleks antarberbagai

industry karena kawasan ini berpotensi untuk memberikan biaya bisnis yang yang

murah dalam lokasi yang saling berdekatan antarberbagai perusahaan. Dalam

perkembangan berikutnya, dimulai di Eropa berkembang pendekatan Industrial

Cluster. Pendekatan Cluster ini sering kali membangun daya saing industry atau

daerah. Di Asia Tenggara, pengalaman Malaysia dalam membangun industry

elektronika di Penang merupakan contoh nyata dari kerja sama Antara pemerintah

dengan swasta dalam membangun KEK dengan wawasan yang jauh ke depan,

perencanaan yang matang termasuk proses peningkatan kemampuan industrinya.

Keempat, yang berkaitan dengan poin sebelumnya, adalah efisiensi yang

ditimbulkan oleh dampa aglomerasi industry seperti yang belum lama ini

diperkenalkan kembali oleh Paul Krugman. Analisis ekonomi geografi menunjukkan

bahwa kegiatan ekonomi cenderung terpusat di kawasan kawasan tertentu yang

secara geografis berdekatan, misalnya dipantai Timur China, Hongkong dan

Singapura, serta kawasan kawasan yang berdekatan. Keberhasilan KEK sangat

bergantung pada proses aglomerasi ini dan bahkan pembentukan kawasan khusus

dapat meningkatkan proses ini menjadi lebih cepat lagi dalam mendorong

pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, bila kawasan khusus tersebut ditempatkan

didaerah yang berada diluar atau berjauhan dengan proses aglomerasi ini, maka

pengembangan ekonomi terpadu/KAPET mungkin merupakan contoh dari hal yang

terakhir ini di Indonesia.

Indonesia masih termasuk dalam kategori Negara berkembang. Sehingga

Indonesia masih berada dalam tahap membuat perekonomian nasionalnya meningkat.

Meningkatnya perekonomian nasional Indonesia, ditujukan untuk meningkatkan taraf

hidup dan kesejahteraan masyarakatnya.

Di Indonesia pertumbuhan jumlah penduduk masih mengalami penngkatan setiap

tahunnya, hal ini akan menjadi masalah terhadap kesejahteraan masyarakat serta

pembangunan nasional apabila tidak diiringi dengan perkembangan perluasan

2

kesempatan kerja dan peningkatan dari mutu angkatan kerja, ketika jumlah angkatan

kerja yang siap kerja lebih banyak dibandingkan dengan jumlah lapangan kerja yang

ada.

Salah satu cara untuk meningkatkan kesempatana kerja dapat melalui sektor

pariwisata, karena Indonesia adalah Negara yang memiliki potensi besar dalam hal

kepariwisataannya. Karena kekayaan alamnya yang tersedia yaitu berbagai macam

flora dan fauna, berbagai macam obyek wisata alam, peninggalan sejarah yang

diwariskan oleh leluhur hingga seni dan kebudayaan yang tercipta karena adat dan

istiadat yang beragam. Semua itu menjadi modal utama untuk melakukan

pengembangan dan peningkatan dalam hal kepariwisataan (Shavina, 2018). Tidak

dapat dipungkiri bahwa perkembangan dari sektor pariwisata terbilang pesat, cepat

dan terus berkembang. Sehingga sector pariwisata merupakan sektor yang memiliki

potensi yang cukup besar untuk menciptakan lapangan kerja yang lebih luas. Sektor

pariwisata yang menyerap tenaga manusia karena sifatnya yang padat karya menjadi

alasan bahwa sektor pariwisata dapat menciptakan kesempatan kerja yang luas.

Untuk mengembangkan sektor pariwisata, maka dibutuhkan industri pariwisata

yang menunjang segala aspek pada sector pariwisata. Dan untuk meningkatkan

industry pariwisata yang ada, maka diharapkan pemerintah serta pihak-pihak lain

seperti pihak swasta dan investor dapat bekerja sama dalam mengelola industri

pariwisata untuk kearah yang lebih baik. Apabila industri pariwisata dikelola dengan

baik, maka dampak yang ditimbulkan adalah meningkatkan keinginan serta

meningkatkan kunjungan para wisatawan untuk berkunjung atau melakukan

perjalanan wisata. Dengan meningkatnya kunjungan wisatawan, maka secara positif

akan mempengaruhi tingkat kesempatan kerja, khususnya di sector pariwisata.

Salah satu destinasi wisata yang ada cukup populer yaitu di Lombok, Nusa

Tenggara Barat, tepatnya pada kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika,

Kabupaten Lombok Tengah. KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) adalah program

terobosan Pemerintah dalam pengembangan model kawasan untuk memacu

pertumbuhan ekonomi nasional dan wilayah. Berdasarkan Undang-Undang (UU)

3

Nomor 39 Tahun 2009, KEK dikembangkan untuk mempercepat pengembangan

ekonomi dan membangun keseimbangan pembangunan antar wilayah dalam

kerangka satu kesatuan ekonomi NKRI.(Dewan Kawasan Ekonomi Khusus 2017)

Pemberlakuan status KEK bagi daerah tertentu sangat memberikan keuntungan

ekonomi secara nasional maupun regional. Tetapi, status ini juga berpotensi

merugikan, karena adanya pengurangan pendapatan pajak akibat adanya insentif

fiskal, dan dapat mengancam kawasan industri yang telah ada untuk pindah ke KEK

yang berdampak pengurangan terhadap penerimaan negara.(Ayu Prima Yesuasri,

2016)

KEK sendiri memiliki konsep bagaimana suatu daerah mampu mengembangkan

potensi yang ada melalui program program yang nantinya akan di canangkan

pemerintah. Pemilihan lokasi KEK ini harus melihat sesuai sumber daya alam yang

ada.

Tabel 1.1

Manfaat Pengembangan KEK Mandalika NTB

No Uraian Tanpa Pengembangan

Mandalika

Dengan

Pengembangan

Mandalika

1 Manfaat Langsung - Menghindari

dampak

negative pada

pariwisata

- Daya Tarik

utama yang

menjadi minat

khusus tujuan

wisatawan

adalah tradisi

- Menghidupkan

kembali pasar

lokal

- Memperbaiki

produktifitas

- Menyediakan

kesempatan

tenaga kerja

4

masyarakat dan

keindahan alam

Lombok

- Memelihara

sumberdaya

alam dan

keunikan

2 Manfaat Tidak Langsung - Masyarakat

bebas untuk

menikmati alam

karena tidak

ada penghalang

- Tingkat

kriminalitas

rendah

- Dapat

digunakan

sebagai lahan

percepatan

ekonomi

dengan focus

pada

penangkapan

ikan

(memancing)

atau pertanian

yang

beradaptasi

dengan struktur

tanah

- Meningkatkan

keterampilan

tenaga kerja

lokal

- Meningkatkan

perekonomian

nasional

- Menarik

investasi luar

negeri dan

pengembangan

teknologi

melalui

pengembangan

investasi dan

ekspor

5

Sumber: PT Pengembangan Pariwisata Bali (Persero)- ITDC 2015

Presiden Joko Widodo sendiri menargetkan dapat tercipta 17 daftar daerah

kawasan ekonomi khusus hingga 2019. Jumlah sebanyak itu dalam rangka mencapai

tujuan pemerintah, yakni menjadikan KEK sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru.

Sepuluh wilayah direncanakan untuk sector pariwisata yang memang tengah

berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Sisanya 7 wilayah untuk barbagai

sector, mulai dari industry mineral sampai industry perikanan, semua cukup tersedia.

(https://www.investindonesia.go.id/id/artikel-investasi/detail/daftar-kawasan-

ekonomi-khusus-di-indonesia-id)

Salah satu penetapan KEK di sector pariwisata yang baru baru ini terealisasi

yaitu Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika, yang bertempat di Kab.Lombok

Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Konsep KEK Mandalika ini lebih mengarah

kepada bidang pariwisata, karena memang Pulau Lombok Kaya akan potensi

pariwisatanya. Selama 29 tahun, kawasan pantai tersebut sedang dalam proses

pekerjaan, Akhirnya tepat pada Jum’at 20 Oktober 2017 lalu, Presiden Joko Widodo

meresmikan kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika (The Mandalika). Kawasan

Ekonomi khusus Kuta Mandalika memiliki daya Tarik tersendiri untuk wisatawan

asing maupun domestik, salah satunya yaitu keindahan biota bawah lautnya dan juga

pemandangan Matahari terbenam (sunset) maupun terbit (sunrise) yang menjadi

magnet bagi wisatawan yang hendak berkunjung

Dibukanya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Lombok, juga mengundang

beberapa investor untuk berinvestasi di KEK tersebut. PT. Pengembangan

Pariwisata Indonesia (PPI) Persero atau Indonesian Tourism Development

Corporation (ITDC), sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor

pengembangan kawasan pariwisata mengelola secara langsung KEK kuta Mandalika

Lombok ini. Banyak planning yang akan direncanakan untuk menjadikan KEK

Mandalika ini sebagai destinasi pilihan untuk berpariwisata, salah satunya dengan

mendirikan berbagai sarana & prasarana yang menunjang.

6

Kabupaten Lombok Tengah merupakan salah satu tujuan wisata yang semakin

populer di kalangan wisatawan baik wisatawan domestic maupun wisatawan

mancanegara. Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah semakin gencar

mempromosikan berbagai macam tempat wisata yang berada di Kabupaten Lombok

Tengah salah satunya Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika (KEK Mandalika).

Gencarnya promosi ini tentunya akan menarik semakin banyak wisatawan. Untuk itu

diperlukan fasilitas yang memadai seperti hotel dan akomodasi lainnya untuk

menampung wisatawan yang semakin meningkat tiap tahunnya.(Lombok Tengah

dalam Angka, 2018)

Kemudian berbicara mengenai Product Domestic Regional Bruto (PDRB) Daerah

Lombok Tengah, bisa dikatakan masih belum terlalu optimal dalam menyerap hasil

dari adanya KEK ini.

Tabel 1.2

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat

2016

7

Kabupaten/Kota Laju Pertumbuhan

EkonomiLombok Barat 5,73

Lombok Tengah 5,67Lombok Timur 5,18Lombok Utara 4,99

Sumbawa 5,26Sumbawa Barat 7,14

Bima 4,69Dompu 5,4

Kota Mataram 8,06Kota Bima 5,78

NTB 5,82

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab.Lombok Tengah

Tabel 1.3

PDRB Per Kapita Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat

(Persentase) 2016

Kabupaten/Kota PDRB Per Kapita

Lombok Barat 19,05Lombok Tengah 15,92Lombok Timur 13,67Lombok Utara 18,49

Sumbawa 25,57Sumbawa Barat 188,88

Bima 19,35Dompu 23,20

Kota Mataram 32,23Kota Bima 20,25

NTB 23,74

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab.Lombok Tengah

Kabupaten Lombok Tengah berada pada posisi ke empat dalam laju

pertumbuhan ekonomi hal ini seharusnya bisa lebih baik lagi karena saat ini

Kab.Lombok Tengah salah satu wilayah nya dinobatkan sebagai Kawasan Ekonomi

Khusus. Kemudian pada tabel 1.3 Kita bisa melihat secara PDRB perkapita

Kab.Lombok Tengah menjadi Kabupaten dengan PDRB terendah kedua setelah

Kab.Lombok Timur, hal ini mengindikasikan kembali masih ada beberapa sector

yang belum termaksimalkan salah satunya focus penulis pada saat ini yaitu pada

sector pariwisata. Hal ini menjadi focus pemerintah daerah untuk mampu bersaing

kembali dengan daerah sekitar dengan memanfaatkan adanya KEK tersebut untuk

8

menggerakkan sector sector perekonomian yang ada sehingga berimbas pada PDRB

nantinya.

Selanjutnya berbicara mengenai Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika ini,

tidak lepas dari yang namanya peran tenaga kerja sendiri. Dewan Kawasan Ekonomi

Khusus dalam laporannya mengatakan KEK Mandalika ini sampai tahun 2025 akan

menyerap sekitar 58.700 orang namun sampai pada saat ini di tahun 2017 realisasi

penerimaan tenaga kerja baru menyentuh angka 1241 orang. Hal ini

mengindikasikan penyerapan tenaga kerja sangat terlihat dengan adanya KEK

Mandalika di Kab.Lombok Tengah, tetapi mungkin saja penyebab belum

maksimalnya penyerapan tenaga kerja ini karena Indeks Pembangunan Manusia di

Kab.Lombok Tengah masih lemah sehingga berdampak pada angkatan kerja yang

akan menuju kerja.

Gambar 1.1

Persentase Penduduk yang bekerja menurut tingkat pendidikan yang

ditamatkan di Kab.Lombok Tengah 2016

Sumber: Badan

Ini mengindikasikan bahwa pekerja di Kabupaten Lombok Tengah lebih

didominasi oleh pekerja di sector informal dengan tingkat upah yang rendah. Karena

pekerjaan di sector informal yang secara rata-rata memiliki tingkat upah yang lebih

tinggi membutuhkan kualifikasi pekerja dengan tingkat pendidikan tinggi. Kondisi

seperti ini sebenarnya membuat peningkatan kesejahteraan pekerja cenderung

9

berjalan lambat dan secara makro berpengaruh terhadap upaya pemerintah dalam

meningkatkan kesejahteraan penduduk. Tenaga kerja dengan kualitas pendidikan

yang rendah akan berdampak pada rendahnya daya tawar tenaga kerja Kabupaten

Lombok Tengah. Hal tersebut akan menyebabkan tidak tertampungnya mereka pada

lapangan pekerjaan yang lebih profesional yang mensyaratkan keahlian dan

kualifikasi tinggi. Begitu pun hal nya pada Sektor Kawasan Ekonomi Khusus ini,

terlebih tenaga kerja yang dibutuhkan harus lah yang sudah berkualifikasi di bidang

jasa pariwasata.

Salah satu daya Tarik dari adanya Kawasan Ekonomi Khusus ini yaitu akan

mengundang Wisatawan Asing maupun wisatawan lokal untuk datang menikmati

pesona alam yang ada di Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika ini.

Tabel 1.4

Kunjungan Wisatawan Asing Maupun Domestik di Kab.Lombok Tengah

Periode 2002-2017 pada saat adanya KEK

Bulan/Month Wisatawan JumlahDomestik Asing

2002 2944 15.061 18.0052003 4.696 16.445 21.4142004 3.945 13.743 17.6882005 8.807 22.564 31.3712006 9.769 25.143 34.9122007 11.594 29.375 40.9692008 11.969 30.326 42.2952009 17.021 33.007 50.282010 13.126 37.140 50.2662011 17.298 49.509 66.8072012 23.535 58.364 81.8992013 25.150 77.278 102.4282014 49.766 54.954 104.7202015 53.820 46.908 100.7282016 59.148 49.769 108.9172017 113.959 86.524 200.483

10

Sumber: Kab.Lombok Tengah dalam Angka 2018

Jika kita melihat pada tabel diatas, terlihat bahwa peningkatan jumlah

wisatawan yang berkunjung terus meningkat setiap tahunnya. Jika kita menelisik

yang berfokus pada Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika, Penetapan KEK

baru terealisasi di tahun 2014. Bisa kita lihat memang terjadi sedikit perubahan

kunjungan wisatawan dari tahun 2013-2014, namun setelah itu terjadi peningkatan

yang cukup baik, dan puncak nya di tahun 2017 mencapai 200.483 orang yang

berkunjung ke Kab. Lombok Tengah salah satunya mengunjungi Kawasan Ekonomi

Khusus Kuta Mandalika.

Kemudian salah satu dari factor keberhasilan pariwisata di suatu daerah yaitu

ketersediaan infrastruktur/fasilitas penunjang. Hal ini menjadi sebuah kewajiban agar

mampu menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Di Provinsi Nusa Tenggara

Barat sendiri tingkat pembangunan fasilitas infrastruktur cenderung meningkat, dalam

hal ini fasilitas yang dimaksud yaitu Hotel

Grafik 1.1 :

Perkembangan jumlah Hotel di NTB Tahun 2010-2016

11

Sumber : Badan Pusat Statistik NTB 2017

Jumlah hotel tahun 2017 tercatat 889 unit, dengan rincian hotel bintang

sebanyak 75 unit dan hotel non bintang 814. Setiap tahun jumlah hotel di provinsi

NTB terus mengalami peningkatan terlihat pada grafik diatas. Kebutuhan hotel di

Provinsi NTB sangat penting mengingat daerah NTB merupakan salah satu destinasi

wisata nasional. Setiap tahun jumlah tamu yang datang ke NTB terus bertambah

sehingga hotel dan fasulitas penunjang menjadi focus utama.

Melihat apa yang terjadi pada Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika ini,

Masih banyak sector sector yang mempengaruhinya salah satunya pembangunan

infrastruktur. Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika ini menjadi daya Tarik

tersendiri bagi wisatawan asing maupun domestic yang ingin merasakan suasana

wisata yang berbeda. Maka focus dari penelitian ini yaitu ingin menggali seberapa

besar potensi dari Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika ini sehingga mampu

berbengaruh terhadap PDRB (Product Domestic Regional Bruto), juga terhadap

penyerapan tenaga kerja.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Ander Sriwi, I Nyoman Sudiarta dan Ni

Putu Eka Mahadewi, 2016) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengembangan Kuta

Lombok sebagai destinasi pariwisata” di katakan bahwa saat ini Kuta Mandalika Lombok

memiliki berbagai jenis daya Tarik wisata alam maupun sosial budaya. Keindahan laut,

pantai dan berbukitan menjadi ciri khas Kawasan Kuta Mandalika ini, sedangkan untuk

potensi social terdapat acara yang memang menjadi sejarah bagi masyarakat Lombok yang

dikenal dengan sebutan “Bau Nyale” yang biasa di semarakkan dengan berbagai atraksi

budaya seperti pawai, kerajinan dan banyak lagi produk-produk khas Lombok yang diperjual

belikan.

B. Rumusan Masalah

Jika kita menelisik bahwa saat ini Provinsi NTB dengan salah satu Kabupaten

nya dinobatkan sebagai daerah Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika di Kec.

Pujut, Kab. Lombok Tengah, Menjadikan daerah tersebut memiliki banyak

12

perubahan, baik itu dari segi infrastruktur daerah maupun pendapatan (Income)

Masyarakat. Itu semua karena Kawasan Ekonomi Khusus ini sangat potensial untuk

dijadikan sebagai pusat ekonomi baru di wilayah tersebut.

Melihat fenomena yang terjadi bahwa, adanya Kawasan Ekonomi Khusus ini,

pasti akan berimplikasi dengan bagaimana pengaruhnya terhadap PDRB daerah.

Banyak factor yang menyebabkan PDRB mampu menghasilkan hasil yang baik atau

pun buruk, salah satu yang menjadi perhatian penulis saat ini yaitu melihat

keterlibatan KEK ini terhadap PDRB daerah khususnya di Kab.Lombok Tengah dan

juga Kab/Kota di NTB.

Selain, PDRB, nantinya akan banyak terserap tenaga kerja, baik asing maupun

lokal dan juga dari daerah sekitar. Maka dari itu, penulis juga ingin melihat seperti

apa kontribusi KEK Mandalika ini terhadap penyerapan tenaga kerja.

Penulis juga ingin melihat sejauh pengaruh penetepan Kawasan Ekonomi

Khusus Mandalika ini terhadap pembangunan infrastruktur hotel yang menunjang

kawasan ekonomi khusus berbasis pariwisata ini.

Terakhir sebagai penutup, penulis ingin menyajikan seperti apa keadaan

ekonomi pariwisata, sebelum dan sesudahnya adanya Kawasan Ekonomi Khusus

(KEK) ini, guna melihat perbandingan nya.

Berdasarkan perumusan masalah diatas yang telah dipaparkan, maka dapat

dirumuskan dalam pertanyaan penelitian berikut:

1. Bagaimana pengaruh penyerapan tenaga kerja terhadap PDRB dengan adanya

Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika di Kabupaten/Kota Provinsi NTB

2014-2017?

2. Bagaimana pengaruh Kunjungan Wisatawan terhadap PDRB dengan adanya

Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika di Kabupaten/Kota Provinsi NTB

2014-2017?

13

3. Bagaimana pengaruh pembangunan jumlah hotel terhadap PDRB dengan

adanya Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandaika di Kabupaten/Kota

Provinsi NTB 2014-2017?

4. Bagaimana Pengaruh Penyerapan tenaga kerja, Kunjungan Wisatawan dan

jumlah hotel secara simultan berpengaruh terhadap PDRB dengan adanya

Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika di Kabupaten/Kota Provinsi NTB

2014-2017?

5. Bagaimana keadaan Ekonomi Parwisata sebelum dan sesudah adanya KEK

Kab.Lombok Tengah NTB?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh penyerapan tenaga kerja terhadap PDRB dengan

adanya Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika di Kabupaten/Kota

Provinsi NTB 2014-2017.

2. Untuk mengetahui pengaruh Kunjungan Wisatawan terhadap PDRB dengan

adanya Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika di Kabupaten/Kota

Provinsi NTB 2014-2017.

3. Untuk mengetahui pengaruh pembangunan jumlah hotel terhadap PDRB

dengan adanya Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandaika di Kabupaten/Kota

Provinsi NTB 2014-2017.

4. Untuk mengetahui pengaruh Penyerapan tenaga kerja, kunjungan wisatawan

dan jumlah hotel secara simultan berpengaruh terhadap PDRB dengan adanya

Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandaika di Kabupaten/Kota Provinsi NTB

2014-2017.

5. Untuk mengetahui seperti apa pengaruh sebelum dan sesudah adanya

Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika di Kab.Lombok Tengah NTB.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Akademisi

14

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi wawasan akademis, terkait

Pengaruh dari adanya Kawasan Ekonomi Khusus di suatu daerah terhadap

perekonomian daerah serta sebagai bahan literature tambahan bagi

penelitian selanjutnya.

2. Bagi Pembuat Kebijakan

a. Sebagai bagian dari kontribusi bagi pembuat kebijakan yang berhubungan

dengan Kawasan Ekonomi Khusus di daerah khususnya di Kab. Lombok

Tengah.serta Pemerintah Provinsi NTB.

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengembangan Kawasan

Pendekatan pembangunan telah mengalami perkembangan. Pendekatan

sektoral menekankan pada pembangunan masing-masing sector sesuai dengan

potensinya, yang selanjutnya ditentukan prioritasnya, pendekatan wilayah

(regional) lebih maju karena mengutamakan keterkaitan pembangunan antar

sector dalam suatu wilayah sebagai unit perencanaan yang lebih kecil, dengan

demikian interaksi pembangunan lebih intensif dan lebih terfokus lagi yaitu

pendekatan pembangunan spasial (tata ruang) yang mempertimbangkan

pemilihan lokasi yang tepat dimana proyek pembangunan antar fasilitas

pembangunan ditempatkan. Belakangan ini telah dilontarkan pendekatan

pembangunan kawasan industry, Ekonomi khusus dan lain sebagainya.

Kawasan diartikan sebagai suatu wilayah yang mempunyai fungsi atau aspek

fungsional tertentu. Dengan menerapkan pendekatan pembangunan kawasan

diharapkan pembangunan dapat lebih interaktif dan responsive secara

fungsional sehingga manfaat dan keterbatasan pembangunan dapat lebih

terealisasikan dan keterbatasan dapat teratasi. (Rahardjo Adisasmita, 2014)

2. Tinjauan Tentang Kawasan Ekonomi Khusus

Ekonomi Khusus adalah kawasan tertentu dimana diberlakukan ketentuan

khusus di bidang kepabeanan, perpajakan, perizinan, keimigrasian dan

ketenagakerjaan. Maksud pengembangan KEK adalah untuk memberi peluang

bagi peningkatan investasi melalui penyiapan kawasan yang memiliki

keunggulan dan siap menampung kegiatan industri, pariwisata, ekspor-impor

serta kegiatan ekonomi yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Adapun

kriteria pokok pemilihan lokasi KEK yang ditentukan oleh Tim Nasional

KEK adalah:

16

1. Komitmen Pemerintah Daerah

2. Rencana Tata Ruang

3. Aksesibilitas

4. Infrastruktur

5. Lahan

6. Tenaga Kerja

7. Industri Pendukung

8. Geopsisi

9. Dampak Lingkungan

10. Batas Wilayah (Tumpal Sihalolo, 4).

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dikembangkan untuk mempercepat

pengembangan ekonomi dan membangun keseimbangan pembangunan antar wilayah

dalam kerangka satu kesatuan ekonomi Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI). KEK merupakan kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum

Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan

fungsi dengan manfaat perekonomian tertentu. Penyelenggaraan KEK diatur dengan

Undang undang nomor 39 Tahun 2009 yang merupakan amanat dari undang undang

nomor 25 tahun 2007 tentang penanaman modal yang menyasar empat tujuan yaitu:

a. Meningkatnya penanaman modal melalui penyiapan kawasan yang memiliki

keunggulan geoekonomi dan geostrategic

b. Optimalisasi kegiatan industry, ekspor,impor, dan kegiatan ekonomi lain yang

memiliki nilai ekonomis tinggi

c. Adanya percepatan perkembangan daerah melalui pengembangan pusat pusat

pertumbuhan ekonomi baru untuk keseimbangan pembangunan antar wilayah.

d. Terwujudnya model terobosan pengembangan kawasan untuk pertumbuhan

ekonomi, Antara lain, industri, parwisata, dan perdagangan sehingga dapat

menciptakan lapangan pekerjaan. (Dewan Nasional Kawasan Ekonomi

Khusus, 2)

17

Pengembangan KEK sendiri diarahkan untuk memberikan kontribusi optimal

dalam pencapaian setidaknya 4 (empat) agenda prioritas nasional yang tertuang di

Nawacita yaitu:

1. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan

desa dalam kerangka Negara kesatuan Republik Indonesia

2. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia

3. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional

4. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sector sector

strategis ekonomi domestic

Pada dasarnya KEK dibentuk untuk membuat lingkungan kondusif bagi aktivitas

investasi,ekspor, dan perdagangan guna mendorong laju pertumbuhan ekonomi serta

sebagai katalis reformasi ekonomi.untuk ide ini diinspirasi dari keberhasilan beberapa

Negara yang lebih dulu mengadopsinya, seperti Cina dan India. Bahkan data-data

empiris melukiskan bahwa KEK di Negara tersebut mampu menarik para investor,

terutama investor untuk berinvestasi dan menciptakan lapangan kerja. Hal itu tak lain

karena kemudahan yang di dapat para investor, kemudahan itu berbentuk kemudahan

di bidang fiscal, perpajakan dan kepabeanan. Bahkan ada juga di bidang non-fiskal,

seperti kemudahan birokrasi, pengaturan khusus di bidang ketenagakerjaan dan

keimigrasian, serta pelayanan yang efisien dan ketertiban di dalam kawasan. (Ayu

Prima Mesuari, 2017).

Sejarah mencatat pada tahun 2012 KEK Tanjung Lesung menjadi KEK pertama

yang ditetapkan dan pada tahun yang sama KEK Sei Mangkei menjadi KEK berbasis

kegiatan industri pertama. KEK pun terus berkembang dengan penetapan KEK-KEK

baru dengan segala kelengkapan kelembagaannya.

Hingga Semester II 2017, telah ditetapkan 12 (dua belas) KEK, meliputi: Arun

Lhokseumawe, Sei Mangkei, Tanjung Api-api, Tanjung Kelayang, dan Galang

Batang di wilayah Sumatera; Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK) di wilayah

Kalimantan; Bitung dan Palu di wilayah Sulawesi; Tanjung Lesung di wilayah

18

Jawa; Mandalika di wilayah Nusa Tenggara; Morotai di wilayah Maluku; dan

Sorong di wilayah Papua.

Karakteristik KEK yang Sukses

Untuk memperoleh manfaat yanh optimal dari terbentuknya KEK dan menjadikan

KEK ini sebagai katalis yang signifikan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi,

beberapa prakondisi yang mendasar perlu dipenuhi yang mencakup aspek makro dan

mikro seperti rezim perdagangan umum dan pembangunan yang dianut oleh Negara

di mana KEK itu berdiri. KEK harus menjalankannya fungsinya sebagaimana yang

termaktub dalam tujuan pendirian KEK tersebut, yakni menarik investasi,

menghasilkan produk produk ekspor yang dihasilkan produk-produk ekspor yang

dihasilkan oleh perusahaan yang beroperasi dalam KEK. Hal lainnya yang perlu

diperhatikan, meskipun KEK mampu menarik arus investasi, tidaklah otomatis

respons suplai ekspor akan menyebar ke area di luar KEK. Jika reformasi kebijakan

perdagangan tidak dilakukan terhadap KEK dan kebijakan yang masih berlaku diluar

KEK, maka manfaat positif dengan adanya KEK tidak akan dirasakan pada industry

dan perusahaan di luar KEK dan mampu mendorong perkembangan ekspor di luar

KEK. (Syarif Hidayat, 2010).

B. Product Domestic Regional Bruto (PDRB)

Perencanaan pembangunan ekonomi, memerlukan bermacam data statistic

sebagai dasar berpijak dalam menentukan strategi kebijakan, agar sasaran

pembangunan dapat dicapai dengan tepat. Strategi dan kebijakan yang tekah diambil

pada masa lalu perlu dimonitor dan dievaluasi hasil hasilnya. Pada hakekatnya,

pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk

meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan

distribusi pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan

melalui pergeseran kegiatan ekonomi dari sector primer ke sector sekunder dan

tersier. Untuk mengetahui tingkat dan pertumbuhan pendapatan masyarakat, perlu

disajikan statistic pendapatan nasional/regional secara berkala, untuk digunakan

sebagai bahan perencanaan pembangunan nasional atau regional khususnya dibidang

19

ekonomi, metode tersebut disebut dengan Product Domestic Regional Bruto (PDRB).

(Produk Domestik Regional Bruto Provinsi NTB, BPS 2017). PDRB berfungsi

sebagai tolak ukur seberapa besar suatu daerah mampu memanfaatkan potensi

ekonominya.

Keberhasilan pembangunan yang dilakukan dicerminkan oleh pertumbuhan.

Keberhasilan pembangunan wilayah ditujukkan oleh dicapainya perumbuhan

pembangunan ekonomi wilayah. Pertumbuhan pembangunan ekonomi (economic

development growth) diartikan sebagai peningkatan kapasitas produksi untuk

menambah output (hasil), biasanya diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB

untuk tingkat nasional) atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB untuk tingkat

regional/wilayah). PDB per kapita ataupun PDRB per kapita merupkan tolok ukur

(indikator) keberhasilan pembangunan yang mencerminkan tingkat kesejahteraan

rakyat. Dapat dikatakan pula, bahwa pertumbuhan wilayah berarti peningkatan

kesejahteraan rakyat disuatu wilayah. (Rahardjo Adisasmita, 2014)

1. Pengertian Product Domestic Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) didefinisikan sebagai jumlah nilai

barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam satu wilayah, atau

merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh

unit usaha dalam satu wilayah. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai

tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada setiap tahun

(harga yang mengalami perubahan sesuai dengan ekonomi yang terjadi), sedangkan

PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa yang

dihitung dan menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar.(Abdul Majid

Chusaeni, 2013)

Manfaat yang dapat diperoleh dari Produk Domestik Regional Bruto antara

lain:

1. PDRB harga berlaku menunjukan kemampuan sumber daya ekonomi untuk

penghasilam dari satu Provinsi. Nilai PDRB yang besar menunjukan kemampuan

sumber daya ekonomi yang

20

besar

2. PDRB harga berlaku menunjukan pendapatan yang memungkinkan dapat

dinikmati oleh penduduk suatu region.

3. PDRB harga konstan digunakan untuk menunjukan laju pertumbuhan ekonomi

secara keseluruhan/setiap sektor dari tahun ke tahun.

4. Distribusi PDRB harga berlaku menurut sektor menunjukan besarnya struktur

perekonomian dan peranan sektor ekonomi dalam suatu wilayah. Sektor-sektor

ekonomi yang mempunyai peranan besar menunjukan basis perekonomian suatu

wilayah.

5, PDRB harga berlaku menurut penggunaan menunjukan bagaimana produk barang

dan jasa digunakan untuk tujuan konsumsi, investasi, dan diperdagangkan dengan

pihak luar.

Widodo (2006), menyatakan bahwa indikator penting untuk mengetahui kondisi

ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode tertentu ditunjukkan oleh data Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga yang berlaku atau atas dasar

harga konstan. PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh

seluruh unit usaha dalam satu daerah tertentu, atau merupakan jumlah seluruh nilai

barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu daerah.

PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang

dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas

harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung

menggunakan harga yang berlaku pada satu waktu tertentu sebagai harga dasar.

PDRB dapat menggambarkan kemampuan suatu daerah mengelola sumber

daya alam yang dimilikinya. Besaran PDRB yang dihasilkan oleh masing-masing

daerah sangat bergantung kepada potensi sumber daya alam dan faktor produksi

daerah tersebut. Adanya keterbatasan dalam penyediaan faktor-faktor tersebut

menyebabkan besaran PDRB bervariasi antar daerah. PDRB atas dasar harga konstan

menunjukan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan/ setiap sektor ekonomi

dari tahun ke tahun dan mengukur laju pertumbuhan konsumsi, investasi, dan

21

perdagangan luar negeri, perdagangan antar pulau/ antar propinsi. (Agus Sulaksono,

2017)

2. Rumus Penghitungan PDRB

Perhitungan PDRB dengan pendekatan pendapatan dilakukan dengan

menjumlahkan semua balas jasa yang diterima oleh faktor produksi, yaitu upah dan

gaji dan surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Sektor

pemerintahan dan usaha yang sifatnya tisak mencari untung, surplus usaha tidak

diperhitungkan.

Perhitungan PDRB dengan pendekatan pengeluaran dilakukan dengan

menjumlahkan seluruh pengeluaran para pelaku ekonomi atas barang dan jasa yang

diproduksi dalam perekonomian satu daerah. Perhitungan PDRB menurut

pengeluaran diperinci menjadi 6 kelompok yaitu : (1) Pengeluaran konsumsi rumah

tangga; (2) Pengeluaran konsumsi lembaga swadaya yang tidak mencari keuntungan;

(3) Pengeluaran konsumi pemerintah; (4) Pembentukan modal tetap bruto (investasi);

(5) Perubahan stok dan (6) Net ekspor (ekspor dikurangi impor).

Perhitungan output pada perekonomian dengan pendekatan pengeluaran

dijelaskan dalam persamaan berikut.

Y atau PDRB = C + I + G + NX

dimana Y atau PDRB adalah Produk Domestik Regional Bruto; C adalah konsumsi; I

adalah investasi; G adalah pengeluaran pemerintah; dan NX adalah ekspor neto

(ekspor dikurangi impor).

Perhitungan PDRB dengan pendekatan produksi dilakukan dengan menjumlahkan

nilai tambah barang dan jasa yang diproduksi oleh sektor-sektor dalam perekonomian

dengan cara mengurangkan biaya antara dari nilai total produksi bruto sektor antara

atau sub sektor tersebut (Tarigan 2009). Nilai tambah merupakan selisih antara nilai

produksi (output) dengan biaya antara (intermediate cost). Pada umumnya sektor-

sektor perekonomian dikelompokkan menjadi 9 sektor atau lapangan usaha yaitu : (1)

Pertanian; (2) Pertambangan dan Penggalian; (3) Industri; (4) Listrik, Gas dan Air

Minum; (5) Bangunan; (6) Perdagangan, Hotel dan Restoran; (7) Pengangkutan dan

22

Komunikasi; (8) Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan dan Tanah serta

Jasa Perumahan dan (9) Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan.

C. Tenaga Kerja

Apabila seorang pengusaha meminta suatu factor produksi, maka hal itu

dilakukannya bukan untuk memperoleh kepuasan langsung yang diharapkannya dari

factor produksi tersebut. Pengusaha tersebut menginginkan factor-faktor produksi

karena harapan akan hasil dari yang didapatkan, misalkan permintaan pengusaha

akam tenaga kerja (Taufik Zamrowi, 2007)

Secara teoritis pembangunan mensyaratkan adanya Sumber Daya Manusia

(SDM) yang berkualitas. SDM ini dapat berperan sebagai factor produksi tenaga

kerja yang dapat menguasai teknologi sehingga dapat meningkatkan produktivitas

perekonomian. Untuk mencapai SDM yang berkualitas dibutuhkan pembentukan

modal manusia atau disebut Investment In Human Capital. (Windhu Putra, 2018)

Secara umum, peningkatan produktivitas tenaga kerja dilakukan dengan

peningkatan kemampuan/keterampilan, disiplin, etos kerja produktif, sikap kreatif

dan inovatif, dan membina lingkungan kerja yang sehat untuk memacu prestasi.

Pelatihan tenaga kerja lebih diarahkan kepada pengembangan usaha yang mandiri dan

profesional, sehingga dapat berkembang menjadi kader wiraswasta yang mampu

menciptakan lapangan kerja. Selanjutnya, mobilitas sumber daya, terutama tenaga

kerja dari kegiatan yang kurang produktif ke kegiatan yang lebih produktif di

tingkatkan, disertai oleh pengembangan sistem perlindungan tenaga kerja . (Mulyadi,

2008)

1. Kesempatan Kerja

Sebelum kita berbicara tentang tenaga kerja, terlebih dahulu yang harus kita

ketahui yaitu apa itu kesempatan kerja. Kesempatan kerja adalah banyaknya orang

yang dapat tertampung untuk bekerja pada suatu perusahaan atau suatu instansi

(Disnakertrans, 2002). Kesempatan kerja ini akan menampung semua tenaga kerja

23

yang tersedia apabila lapangan pekerjaan yang tersedia mencukupi atau seimbang

dengan banyaknya tenaga kerja yang tersedia.

Dalam mengurai permasalahan SDM, sejumlah indikator pendidikan maupun

kesehatan biasa dimunculkan terutama dikaitkan dengan lporan Human Development

Index dari UNDP selain angka-angka indikator makroekonomi semacam GDP rill dan

GDP perkapita.(Edy Suandi Hamid, 2012)

Kebijaksanaan negara dalam kesempatan kerja meliputi upaya-upaya untuk

mendorong pertumbuhan dan perluasan lapangan kerja di setiap daerah serta, per

kembangan jumlah dan. kualitas angkatan kerja yang tersedia agar dapat

memanfaaatkan seluruh potensi pembangunan di daerah masing-masing. Bertitik

tolak, dari kebijaksanaan tersebut maka dalarn rangka mengatasi masalah perluasan

kesempatan kerja dan mengurangi pengangguran, Departemen Tenaga Kerja

dalam UU No. 13 Tahun 2002 tentang Ketenagakerjaan memandang perlu untuk

menyusun program yang mampu baik secara langsung maupun tidak langsung dapat

mendorong penciptaan lapangan kerja dan mengurangi pengangguran. Program-

program ini dituangkan dalam kebijaksanaan pokok Sapta Karya Utania yang terdiri

dari:

1. Perencanaan tenaga kerja nasional

2. Sistem informasi dan bursa tenaga kerja yang terpadu

3. Tenaga kerja pemuda mandiri profesional

4. Pemagangan

5. Hubungan industrial Pancasila dan perlindungan tenaga kerja

6. Ekspor tenaga kerja (M.Zamrowi Taufik, 2007)

Apabila seorang pengusaha meminta suatu faktor produksi, maka hal itu

dilakukannya bukan untuk memperoleh kepuasan langsung yang diharapkannya dari

faktor produksi tersebut. Pengusaha tersebut menginginkan faktor-faktor produksi

karena harapan akan hasil yang daripadanya, misalkan permintaan pengusaha akan

tenaga kerja (Winardi 1988).

Dalam proses produksi, tenaga kerja memperoleh pendapatan sebagai balas

jasa dari upah yang telah dilakukannya, yaitu berwujud upah. Maka pengertian

24

permintaan tenaga kerja dapat diartikan sebagai jumlah tenaga kerja yang diminta

oleh pengusaha pada berbagai tingkat upah.

Tenaga kerja adalah penduduk pada usia kerja yaitu antara 15 sampai 64

tahun. Penduduk dalam usia kerja ini dapat digolongkan menjadi dua yaitu angkatan

kerja ( labot force ) dan bukan angkatan kerja Angkatan kerja adalah penduduk yang

bekerja dan penduduk yang belum bekerja, namun siap untuk atau sedang mencari

pekerjaan pada tingkat upah yang berlaku. Kemudian penduduk yang bekerja adalah

mereka yang melakukan pekerjaan guna menhasilkan barang dan jasa untuk

memperoleh penghasilan, baik bekerja penuh maupun tidak bekerja penuh (Ulfa

Fuaddilah Hasanah, 2016)

Menurut Feriyanto (2014 : 97) konsep produktifitas secara sederhana adalah

rasio jumlah output rill dengan faktor input. Dengan demikian pengertian

produktifitas tenaga kerja adalah rasio jumlah output rill dengan jumlah tenaga kerja

yang digunakan untuk menghasilkan jumlah output tersebut. Adapun persamaannya

sebagai berikut :

Rumus Produktifitas Tenaga Kerja

D. Wisatawan/Kunjungan Wisatawan

Kepariwisataan dapat dijadikan sebagai katalisator dalam menggalakkan

pembangunan perekonomian karena memberikan dampak terhadap perekonomian di

negara yang dikunjungi wisatawan. Kedatangan wisatawan pada suatu Daerah Tujuan

Wisata (DTW) telah memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi penduduk

setempat. Seperti halnya dengan sektor lainnya pariwisata juga berpengaruh terhadap

perekonomian di suatu daerah atau negara tujuan wisata. Besar kecilnya pengaruh itu

25

berbeda antara satu daerah dan daerah lainnya atau antara suatu Negara dengan

negara lainnya. (Femmy Nadia Rahma, 2011)

A. Pengertian Wisatawan

Wisatawan sejatinya adalah orang orang yang ingin merasakan sensasi berbeda

dalam melihat atau merasakan indahnya dunia ini. Mereka bahkan rela mengeluarkan

biaya guna memenuhi keinginan batin mereka untuk sekedar berkunjung ke daerah

pariwisata.Wisatawan mancanegara (wisman) ialah setiap pengunjung yang

mengunjungi suatu negara di luar tempat tinggalnya didorong oleh satu atau beberapa

keperluan tanpa bermaksud memperoleh penghasilan di tempat yang dikunjungi dan

lamanya kunjungan tersebut tidak lebih dari satu tahun (12 bulan). Definisi ini

mencakup 2 (dua) kategori wisatawan mancanegara yaitu :

a. Wisatawan (turis) ialah setiap pengunjung seperti definisi di atas yang tinggal

paling sedikit 24 jam akan tetapi tidak lebih dari 1 (satu) tahun di tempat yang

dikunjungi dengan maksud antara lain: berlibur rekreasi olah raga bisnis

menghadiri pertemuan studi dan kunjungan dengan alasan kesehatan.

b. Excursionist ialah setiap pengunjung seperti definisi di atas yang tinggal

kurang dari 24 jam di tempat yang dikunjungi (termasuk “Cruise

passengers”). Cruise Passengers ialah setiap pengunjung yang tiba di suatu

negara di mana mereka tidak menginap di akomodasi yang tersedia di negara

tersebut (BPS Kab.Lombok Tengah 2018),

E. Infrastruktur Hotel /Pembangunan Infrastruktur

Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Dari alokasi

pembiayaan publik dan swasta, infrastruktur dipandang sebagai lokomotif

pembangunan nasional dan daerah. Secara ekonomi makro ketersediaan dari jasa

pelayanan infrastruktur mempengaruhi marginal productivity of private capital,

26

sedangkan dalam konteks ekonomi mikro, ketersediaan jasa pelayanan

infrastruktur berpengaruh terhadap pengurangan biaya produksi. Infrastruktur

juga berpengaruh penting bagi peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan

manusia, antara lain dalam peningkatan nilai konsumsi, peningkatan produktivitas

tenaga kerja dan akses kepada lapangan kerja, serta peningkatan kemakmuran

nyata dan terwujudnya stabilisasi makro ekonomi, yaitu keberlanjutan fiskal,

berkembangnya pasar kredit, dan pengaruhnya terhadap pasar tenaga kerja.(Abdul

Haris, 2015). Infrastuktur terdiri dari berbagai macam sarana pembangunan, baik

yang sifatnya primer, maupun sekunder.

Infrastruktur sendiri dapat dipilah menjadi tiga bagian besar sebagai berikut:

(1) Infrastruktur keras (Physical Hard Infrastruktur), meliputi jalan raya dan

kereta api, bandara, dermaga, pelabuhan, rumah dinas, gedung gedung, Hotel dan

saluran irigasi. (2) Infrastruktur keras nonfisik (nonphysical hard infrastruktur),

yang berkaitan dengan fungsi utilitas umum, seperti ketersediaan air bersih

berikut instalasi pengolahan air dan jaringan pipa penyalur, pasokan listrik,

jaringan telekomunikasi (telepon & internet) dan pasokan energy mulai dari

minyak bumi, biodiesel dan gas berikut pipa distribusinya. (3) infrastruktur lunak

(soft infrastruktur), biasa pula disebut kerangka institusional atau kelembagaan

yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja) norma (khususnya yang telah

dikembangkan dan dikodifikasikan menjadi peraturan hukum dan perundang-

undangan), serta kualitas pelayanan umum yang disediakan oleh berbagai pihak

terkait, khususnya pemerintah. (Windhu Putra, 2018)

Begitu banyak dan besarnya peran infrastruktur sehingga dala menunjukkan

bahwa tingkat pengembalian investasi infrastruktur terhadap pertumbuhan

ekonomi, adalah sebesar 60% (Suyono Dikun, 2003). Bahkan studi dari World

Bank (1994) disebutkan elastisitas PDB (Produk Domestik Bruto) terhadap

infrastruktur di suatu negara adalah antara 0,07 sampai dengan 0,44. Hal ini

berarti dengan kenaikan 1 (satu) persen saja ketersediaan infrastruktur akan

menyebabkan pertumbuhan PDB sebesar 7% sampai dengan 44%, variasi angka

yang cukup signifikan.(Novi, Oki, Mirna, 2016)

27

Dapat ditarik kesimpulan bahwa pembangunan infrastruktur berpengaruh

besar terhadap pertumbuhan ekonomi (secara makro dan mikro) serta

perkembangan suatu negara atau wilayah.

F. Pengembangan Wilayah dalam Perspektif Al-Qur’an

Didalam Al-Qur’an sendiri, tidak terpampang secara jelas ayat mengenai

pengembangan wilayah, namun terdapat ayat yang menganjurkan untuk menjaga

bumi dan untuk tidak berbuat kerusakan. Artinya kaitanya dengan penelitian ini,

harus menjaga bumi dan segala isinya dan tidak berbuat kerusakan dengan apa

yang sudah ada/terjadi di muka bumi ini.

Hal tersebut disebul kan dalam surah Al-A’raf ayat 56 sebagai berikut:

Sumber: TafsirWeb.com

Artinya: Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah

(Allah) memperbaikinya dan berdoa lah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak

akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya Rahmat Allah

amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.

Dari ayat diatas, kita dianjurkan untuk selalu senantiasa menjaga apa apa yang

ada di muka bumi. Artinya dalam konteks ini pengembangan wilayah ataupun

wilayah yang ada di muka bumi harus dijaga dengan baik dengan tidak merusak

segala apa yang ada pada wilayah tersebut.

Kemudian terdapat lagi ayat Al-Qur’an yang membicarakan mengenai hal

terkait, namun tidak secara langsung membahas pengembangan wilayah, yaitu

pada surah Al-Jatsiyah ayat 13:

28

Sumber: TafsirWeb.com

Artinya: Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa

yang di bumi semuannya, (sebagai rahmat) dari pada-Nya. Sesungguhnya

pada yang demikian itu benar-benar terdaoat tanda-tanda (Kekuasaan Allah)

bagi yang berfikir

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa matahari, bulan, bintang dan lain lain

semua yang ada di muka bumi, diciptakan oleh-Nya untuk dimanfaatkan oleh

kalian (semuanya). Dalam kaitannya dengan peneltian ini, segala sesuaitu

yang ada di muka bumi termasuk wilayah, diciptakan untuk manusia dan

dimanfaatkan dengan sebaik baiknya untuk kemaslahatan bersama.

G. Penelitian Sebelumnya

1. (Victoria, Vecky & Een, 2016) Tujuan dari penelitian ini adalah mengukur

peranan Kawasan Ekonomi Khusus Bitung dalam Kontribusi khususnya

Sektor industri pada Perekonomian Sulawesi Utara. Senada dengan penelitian

yang akan penulis lakukan yaitu menganalisis Efek dari adanya Kawasan

Ekonomi Khusus ini terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah tertentu,

perbedaan KEK Bitung ini dengan KEK Mandalika yaitu pada sector yang

menjadi fokusnya, KEK Bitung di sector industry serta KEK Mandalika di

sector pariwisata.

2. (Eldo & Iqbal, 2016) studi ini bertujuan untuk meneliti seberapa besar

pengaruh investasi pada industri pariwisata dan sektor pendukungnya

terhadap perekonomian Provinsi Maluku. Pada penelitian ini, terdapar

kesamaan yang cukup baik untuk dikaji dengan penelitian yang akan

dilakukan oleh penulis, yaitu pada variable Dependenya yang berfokus pada

pengembangan pariwisata serta sector pendukung lainnya yang menunjang

pengembangan pariwisata. Hal ini sangat efektif, melihat peluang pariwisata

di Indonesia yang sangat potensial dan pengembangan infrastruktur penunjang

yang harus di tingkatkan pula.

29

3. Ander, Sudiarta & Eka, 2016) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

potensi-potensi wisata yang dimiliki oleh destinasi pariwisata Kuta Lombok,

kemudian akan dirumuskan strategi yang dapat diterapkan di destinasi

pariwisata Kuta Lombok sehingga membantu proses pengembangannya

menjadi lebih optimal. Pada penelitian ini, objek penelitian memiliki

kesamaan dengan objek yang akan penulis teliti, namun objek penelitian

tersebut dilakukan sebelum Kuta Mandalika mendapatkan mandate sebagai

Kawasan Ekonomi Khusus. Penelitian sebelumnya ini, lebih menekankan

pada eksplorasi kebudayaan atau pun destinasi yang ada di pantai Kuta

Mandalika, hal ini sangat penting dilakukan dan secara tidak langsung

berkesinambugan dengan peneliran yang akan dilakukan oleh penulis yaitu

memetakan apa saja destinasi yang unggul disekitar Kuta Mandalika dan

strategi apa yang efektif guna meningkatkan nilai ekonomis dari adanya Kuta

Mandalika ini.

4. (Katrina & Imam, 2016) Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat

efektifitas kinerja dari aspek karakteristik pegawai, kebijakan pemerintah,

efektifitas kinerja sumber daya manusia dan peran dan koordinasi dari dewan

kawasan ekonomi khusus. Pada penelitian ini, lebih ditekankan pada tingkat

kefektifan maupun efisiensi dari dari Stakeholder pemerintah yang mengelola

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) itu sendiri, meskipun cakupan penelitian

ini dengan penelitian yang akan penulis lakukan sedikiti berbeda, namun

terdapat kesamaan ojbjek penelitian yaitu KEK itu sendiri serta di salah satu

rumusan masalah penulis memiliki kesamaan yaitu mengukur tingkat

efektifitas dan efisiensi. Penelitian ini mengangkat studi kasus pada Kawasan

Ekonomi Khusus Tanjung Lesung, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.

5. (Bambang & Rahmat, 2015) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

dampak kebijakan pemerintah mengenai pemberlakuan Batam sebagai salah

satu model Kawasan Ekonomi Khusus yaitu Kawasan Perdagangan dan

Pelabuhan bebas terhadap kinerja perusahaan yang telah beroperasi di dalam

kawasan sejak lama. Pada penelitian ini memilki kesamaan tujuan pada

30

penelitian yang akan penulis lakukan, yaitu Mengukur sejauh mana efektifitas

dari adanya Kawasan Ekonomi Khusus ini diterapkan di suatu daerah. Jika

kita melihat pada penelitian ini Kawasan Ekonomi Khususnya berfokus pada

sector perdagangan. Jadi terdapat topic besar yang sama sama ingin diketahui,

apakah penetepan KEK ini cukup efektif terhadap perekonomian di daerah

tertentu.

6. (Muhammad Afdi, 2017) Penelitian ini bertujuan untuk meneliti dampak

pertumbuhan pariwisata (Tourism) terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia

serta dampak promosi (Marketing) terhadap pendapatan pariwisata atau pun

pertumbuhan Indonesia. Pada penelitian ini, focus nya terdapat pada

bagaimana sector pariwisata mampu memberikan pengaruh terhadap

pertumbuhan ekonomi. Bedanya dengan penelitian yang akan penulis lakukan

yaitu, penulis menganggkat tema besar Kawasan Ekonomi Khusus di sector

pariwisata yang telah didapatkan oleh daerah tertentu. Secara umum, Antara

sector pariwisata dengan Penetapan KEK pariwisata tidak jauh beda

perbedaannya, namun Pendaulatan KEK pada daerah tertentu yakni dilihat

dari berbagai factor seperti, lokasi yang strategis, destinasi yang belum ter

explore sebelumnya, dan infrastruktur yang belum terlalu memadai, maka dari

itu Pemerintah dalam hal ini merancang konsep Kawasan Ekonomi Khusus

dibawah naungan Kementerian Koordinator Perekonomian untuk

memberikannya kepada daerah daerah yang potensial akan pariwisatanya

salah satunya Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika, Kabupaten

Lombok Tengah, NTB.

31

No Penulis dan Tahun Judul Variabel dan Alat Analisis Hasil Penelitian

1. Victoria Natali Makalew,

Vecky A.J. Masinambouw,

Een N. Walewangko (2016)

Analisis Kawasan Ekonomi

Khusus (KEK) terhadap Struktur

Perekonomian Sulawesi Utara

Variabel: Industri Kecil,

Menengah, Besar dan PDRB,

KEK pariwisata

Alat Analisis: Metode

Deskripsi Proyeksi dan Analisa

Korelasi Pearson

1. Industri menengah memiliki nilai

tambah terbesar dari ke 3 (tiga)

skenario sehingga perusahaan yang

berada di Industri menengah di

Kawasan ekonomi Khusus menjadi

perhatian utama bagi Provinsi Sulawesi

Utara

2. Industri menengah juga memiliki nilai

tambah terbesar pada ke 3 (tiga)

skenario, guna peningkatan PDRB di

Kota Bitung. Ini berartti peran industry

Menengah yang akan beroperasi di

Kawasan Ekonomi Khusus Bitung

menjadi Target Utama bagi Kota

Bitung

2. Eldo Malba & Iqbal M.Taher

(2016)

Analisis Input Output atas

dampak sektor pariwisata

terhadap perekonomian Maluku

Variabel: Investasi

(Pengangguran, kemiskinan),

serta pariwisata

Alat Analisis: Analisis Input

Output, Pengganda dan Shock

1. Bahwa sektor-sektor yang terkait

industri pariwisata (empat sektor yang

dianalisis) merupakan sektor-sektor

yang memainkan peranan yang dapat

diperhitungkan dalam perekonomian

32

Provinsi Maluku (walaupun tidak

tingkat signifikansinya masih di bawah

sektor perdagangan sebagai sektor

kunci).

2. Pada analisis pengganda, studi

menemukan bahwa sektor pariwisata di

Provinsi Maluku bersifat pro-growth

dan pro-poor. Ini artinya

pengembangan sektor pariwisata

(melalui keempat sektor yang

dianalisis) dapat diandalkan sebagai

salah satu langkah untuk mengatasi

tingkat kemiskinan di Provinsi Maluku.

3. Analisis shock, dapat disimpulkan

bahwa keempat sektor (sektor hotel dan

restoran, angkutan air, angkutan udara,

dan jasa-jasa lainnya) menghasilkan

dampak yang dapat diperhitungkan

untuk perekonomian.

3 Ander Sriwi, I Nyoman

Sudiarta, & Ni Putu Eka

Mahadewi (2016)

Strategi Pengembangan Kuta

Lombok sebagai destinasi

Pariwisata

Variabel: Data Primer, Bersifat

Deskriptif Kualitatif, Strategi

Pengembangan wisata.

1. Hasil yang didapatkan Terkait strategi

pengembangan destinasi pariwisata

Kuta Lombok agar menjadi dalah satu

33

Alat Analisis: Analisis SWOT

(Strength, Weakness,

Opportunity, Threat)

destinasi pariwisata yang mempunyai

daya saing yang tinggi dan

berpengaruh pada sector Penerimaan

pendapatan daerah di Kab.Lombok

Tengah.

2. Potensi alam, yang meliputi

pemandangan matahari terbit (sunrise)

dan matahari terbenam (sunset),

keindahan pantai serta lautnya dan juga

perbukitan yang tersusun bagaikan

benteng perbatasan yang hijau.

3. Potensi sosial budaya, yang terdiri dari

budaya masyarakat seperti; upacara

adat sasak, kerajinan dan kesenian

tradisional, tradisi ‘’Bau NyaleI’’ dan

presean.

4. Strategi Strenght - Opportunity (S-O)

menghasilakan strategi pengembangan

daya tarik wista dan strategi

pengembangan destinasi pariwisata

5. Strategi Strength – Threat (S–T) yang

menghasilkan strategi peningkatan

34

keamanan dan kenyamanan.

6. Strategi Weakness – Opportunity (W-

O) menghasilkan strategi peningkatan

kualitas

7. Strategi Weakness – Threat (W–T)

menghasilkan strategi pengembangan

sumber daya manusia.

4. Katrina Doris Meliana & Imam

Buchori 2016

Efektivitas Pemerintah dalam

pengembangan KEK Tanjung

Lesung di Kabupaten

Pandeglang Provinsi Banten

Variabel: Data Primer

(Pegawai yang bekerja di

kantor KEK Tanjung Lesung

Pandeglang Banten.

Alat Analisis: Kuesioner,

dengan analisis deskriptif

kualitatif dan kuantitatif.

1. Dari hasil analisis efektivitas kinerja

SDM tehadap 6 (enam) variabel yang

telah dilakukan yaitu variabel

Kemampuan SDM, Keahlian SDM,

Pengetahuan SDM, Sikap dan Perilaku

SDM, Motivasi SDM, Strategi yang

dilakukan SDM dalam pengembangan

KEK rata-rata tidak cukup efektif atau

tidak cukup baik sehingga diperlukan

evaluasi terhadap hasil kinerja SDM

yang bekerja di Sekretariat Dewan

Kawasan KEK, Administrator KEK

maupun di Badan Usaha. Variabel

yang paling berpengaruh terhadap

tugas pokok dan fungsi adalah variabel

35

pengetahuan sdm dalam melaksanakan

pekerjaa sehingga perlu dilakukan

pelatihan atau workshop yang dapat

menambah ilmu pengetahuan serta

keahlian sdm untuk dapat berkompetisi

dan bersaing di lingkup pekerjaan.

5. Bambang Hendrawan, Rahmat

Hidayat (2015).

Dampak Pemberlakuan Kawasan

Ekonomi Khusus terhadap

kinerja perusahaan dalam

kawasan.

Variabel: Data Primer,

Mengenai dampak

pemberlakuan KEK Batam

terhadap kinerja perusahaan.

Alat Analisis :Analisis Deskriptif dan Analisis Perbandingan sampel berpasangan menggunakan Paired Sample T-test yang diolah alat bantu SPSS.

1. Hasil dari penelitian ini menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan tingkat

profitabilitas perusahaan yang

signifikan antara sebelum dengan

sesudah pemberlakukan kawasan

ekonomi khusus di Batam, dimana

tingkat profitabilitas sesudah

pemberlakukan Batam sebagai

kawasan ekonomi khusus cenderung

lebih kecil disbanding sebelumnya.

Selain faktor menurunnya permintaan

dari customer utama di luar negeri pada

periode pengamatan, peningkatan biaya

perusahaan yang terjadi memberikan

kontribusi terhadap temuan tersebut.

Walaupun demikian perusahaan

36

menunjukkan optimisme terhadap

pertumbuhan omset selama tiga tahun

mendatang dibanding tiga tahun sejak

penetapan Batam sebagai kawasan

perdagangan dan pelabuhan bebas.

6

7.

Muhammad Afdi Nizar (2017) Pengaruh Pariwisata terhadap

pertumbuhan ekonomi di

Indonesia

Variabel: Pertumbuhan

Pariwisata, Pertumbuhan

Ekonomi (GDP), Promosi

Pariwisata, Teror Bom di

Indonesia.

Alat Analisis: Analisis

Kuantitaitf dengan model

Vector Autoregresi (VAR

Model).

1. Pertumbuhan pendapatan

pariwisata akan mendorong

peningkatan pertumbuhan ekonomi

dengan time lag 5 – 6 triwulan.

Artinya, peningkatan pendapatan

pariwisata tahun sebelumnya baru

akan terlihat pengaruhnya terhadap

peningkatan pertumbuhan ekonomi

pada triwulan pertama dan kedua

tahun yang akan datang.

2. Pertumbuhan ekonomi mendorong

peningkatan pendapatan pariwisata

dengan segera, yaitu pada triwulan

berikutnya. Pengaruh ini

berlangsung selama 3 triwulan.

Artinya, pertumbuhan ekonomi

tahun sebelumnya akan mendorong

37

8. Rasa Rukuiziene Suistainable tourism Variabel: Jumlah wisatawan,

peningkatan pendapatan pariwisata

selama 3 triwulan pertama tahun

berjalan.

3. .Di Indonesia pertumbuhan

ekonomi dan pariwisata memiliki

hubungan kausalitas timbal balik

(reciprocal causal hypothesis).

Artinya, pertumbuhan pariwisata

dan pertumbuhan ekonomi saling

memberikan manfaat satu dengan

yang lain.

4. Promosi pariwisata memberikan

pengaruh terhadap pertumbuhan

pendapatan pariwisata pada

triwulan kedua dan ketiga.

Sedangkan ”teror bom” hanya

berpengaruh negative terhadap

pertumbuhan pendapatan

pariwisata selama dua triwulan

pertama.

Hasil penelitan tentang lingkungan pariwisata

38

9. Zuzana Jurigova, Zuzana

Tuckova, Oskar Solenes

Development Implication to

local economy

The Impact of chosen economic

indicators on tourism

suistainability (Case Study: Of

the Czech Republic and

infrastruktur, SDM, industri

Alat Analisis: Analisis

deskripsi

Variabel: Produk Domestik

Bruto, Pengeluaran perjalanan

pariwisata, manajemen

pariwisata

berkelanjutan difokuskan pada beberapa

tantangan yang melekat

dalam menerapkan konsep pengembangan

pariwisata berkelanjutan untuk industri

pariwisata regional. Sekarang

industri pariwisata regional sedang

berkembang dengan menggunakan beberapa

alat yang berkelanjutan - jaringan kemitraan

global,

pilar ekonomi hijau, kampanye paspor hijau,

yang membuat cara paling mudah untuk

mengelola informasi pariwisata

dan mengungkapkan perubahan pasar

struktural. Lingkungan pariwisata berfungsi

juga untuk kontribusi berkelanjutan

pembangunan daerah membawa orang ke

dalam kontak lebih dekat dengan alam.

Hasilnya: Terjadi perbedaan yang cukup

signifikan Antara kedua Negara yakni republic

ceko dan Norwegia. Norway,

sebagai negara dengan standar hidup tertinggi,

39

Mosab I. Tabash

Norwegia)

The role of Tourism Sector in

Economic Growth: An

Empirical Evidence From

Palestine

Variabel: Pertumbuhan

Ekonomi, Penerimaan dari

sector pariwisata

memiliki pengeluaran pariwisata yang lebih

tinggi untuk perjalanan internasional karena

wisatawan mencari layanan berkualitas tinggi

berdasarkan mentalitas mereka. Sedangkan

untuk republic ceko cenderung mengalami tren

yang menurun, karena imbas Negara nya yang

sedang krisis.

Hasilnya: Penelitian ini menggunakan data

Time Series dengan sampel data dari tahun

1995-2014, Hasilnya bahwa Pertumbuhan

Ekonomi di Palestina cukup signifikan karena

adanya pengaruh dari penerimaan sector

pariwisata. Artinya secara jangka panjang

peneltian ini efektif meningkatkan

pertumbuhan ekonomi.

40

H. Hubungan Antar Variabel

Didalam Rumusan masalah telah ditetapkan akan meneliti tentang Analisis pengaruh

Penyerapan Tenaga Kerja, Kunjungan Wisatawan serta Pembangunan infrastruktur hotel pada

Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika yang ada di Lombok Tengah. Pada penelitian yang

dilakukan oleh Ander, Nyoman dan Eka (2016), bahwa analisis potensi potensi pariwisata yang

ada di kab. Lombok tengah sangat beragam. Hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut

Terkait strategi pengembangan destinasi pariwisata Kuta Lombok agar menjadi dalah satu

destinasi pariwisata yang mempunyai daya saing yang tinggi dan berpengaruh pada sector

Penerimaan pendapatan daerah di Kab.Lombok Tengah. Artinya indikator indikator pariwisata

yang ada di Kab.Lombok Tengah sangat potensial dan berpengaruh terhadap PDRB daerah dan

Kab/kota di NTB

A. Hubungan Antara Penyerapan Tenaga Kerja dengan PDRB

Salah satu indikator keberhasilan dari suatu daerah , tercermin dari Tingginya PDRB daerah

tersebut. Tidak bisa di pungkiri PDRB mampu menjadi tolak ukur keberhasilan suatu daerah

dalam mengelola daerahnya. Namun salah satu indikator penting yakni Tenaga Kerja. Tenaga

kerja yang aktif bekerja mampu mencerminkan bahwa daerah tersebut produktif dalam

menciptakan lapangan pekerjaan. Artinya PDRB yang maksimal merupakan salah satu

sumbangsih nya berasal dari tenaga kerja yang terserap sehingga tenaga kerja tersebut mendapat

upah dan bisa membuat hidupnya menjadi lebih sejahtera. Berarti dalam hal ini Penyerapan

Tenaga Kerja dan PDRB berhubungan positif.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Arif Budiarto dan Made Heny Urmila Dewi

yang berjudul “Pengaruh PDRB dan upah minimum provinsi terhadap penyerapan tenaga kerja

melaui mediasi investasi di provinsi Bali” yaitu masalah ketenagakerjaan salah satunya dapat

dikurangi dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator

keberhasilan pembangunan (PDRB). Hasil dari regresimya menyebutkan bahwa variable PDRB

berpengaruh signfikan terhadap penyerapan Tenaga kerja, karena salah satu penunjang besarnya

PDRB juga berasal dari tenaga kerja yang terampil dan terserap di bidang bidang terkait.

41

B. Hubungan Antara Kunjungan Wisatawan dengan PDRB

Berdasarkan Data BPS Lombok Tengah tahun 2018. Kabupaten Lombok Tengah merupakan

salah satu tujuan wisata yang semakin populer di kalangan wisatawan baik wisatawan domestic

maupun wisatawan mancanegara, apalagi dengan adanya penetapan salah satu daerah yang ada

di Kab.Lombok Tengah menjadi (KEK) Kawasan Ekonomi Khusus.Pemerintah Kabupaten

Lombok Tengah semakin gencar mempromosikan berbagai macam tempat wisata yang berada di

Kabupaten Lombok Tengah. Gencarnya promosi ini tentunya akan menarik semakin banyak

wisatawan.Untuk itu diperlukan fasilitas yang memadai seperti hotel dan akomodasi lainnya

untuk menampung wisatawan yang semakin meningkat tiap tahunnya. Artinya Kunjungan

wisatawan sangat berpengaruh positif terhadap PDRB Kab.Lombok Tengah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Normaika Hutasoit terkait hubungan Antara

Kunjungan wisatawan dengan PDRB yang berjudul “Pengaruh jumlah kunjungan wisatawan

mancanegara dan j8mlah hunian hotel terhadap penerimaan sub sector PDRB di Provuinsi

Sumatera Utara tahun 2004-2013” yaitu hubungan nya memiliki hubungan yang positif, artinya

variable kunjungan wisatawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan sektor

PDRB industri pariwisata di Sumatera Utara. Artinya jika variabel wisatawan mancanegara dan

hotel meningkat maka PDRB industri pariwisata juga meningkat. Hal ini sesuai dengan

hipotesisi penelitian bahwa wisatawan mancanegara dan hotel berpengaruh positif dan signifikan

terhadap penerimaan sektor PDRB industri pariwisata di Sumatera Utara tahun 2004-2013.

Secara serempak, variabel wisatawan mancanegara dan hotel berpengaruh signifikan terhadap

PDRB Provinsi Sumatera Utara. Dan secara parsial, variabel wisatawan mancanegara dan hotel

berpengaruh positif dan berpengaruh signifikan terhadap PDRB Provinsi Sumatera Utara tahun

2004 – 2013

C. Hubungan Pembangunan Infrastruktur hotel penunjang pariwasata dengan PDRB

Sudah seharusnya untuk saat ini, infrastruktur menjadi focus pembangunan suatu daerah,

agar segala fasilitas maupun mobilitas bisa berjalan dengan efektif. Salah satunya di perlukan

pada sector pariwisata. Khusus pada KEK Mandalika ini, Pembangunan Infrastrutur seperti hotel

menjadi hal sangat optimal guna menunjang wisatawan yang datang. Jumlah pembangunan hotel

pada tahun 2017 terus meningkat seiring dengan semakin di kenalnya KEK Mandalika ini, di

tahun 2017 mencapai 102 Hotel, dengan jumlah kamar mencapai 1.447 kamar. Artinya secara

42

tidak langsung pembangunan infrastruktur penunjang tersebut sangat berdampak pada PDRB

daerah. Karena pemasukan untuk daerah bisa terus bertambah dengan adanya wisatawan yang

datang, juga bukan hanya bangunan hotel yang menjadi prioritas, namun kunjungan wisatawan

yang menginap di hotel tersebut menjadi perhatian.

Penelitian ini didukung juga oleh penelitan yang dilakukan oleh A.A Istri Agung Dima Sitara

Dewi dan I.K.G Bendesa yang berjudul “Analisis pengaruh jumlah kunjungan wisatawan,

tingkat hunian hotel dan Produk Domestik Regional Bruto terhadap pendapatan Asli daerah

kabupaten Gianyar” bahwa jumlah hotel berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

penerimaan PDRB Kabupaten Gianyar. Setiap terjadi penurunan tingkat hunian hotel maka

penerimaan PDRB mengalami peningkatan.

43

I. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1

Kerangka Berfikir

Dari bagan diatas, dijelaskan bahwa kerangka berfikir yang dibangun oleh penulis untuk

melihat 3 variabel independen mempengaruhi 1 variabel dependen dan terdapat 1 Dummy

Variabel untuk menjelaskan kondisi sebelum dan sesudah adanya Kawasan Ekonomi Khusus.

(KEK). Hal ini berkaitan dengan bagaimana kondisi suatu daerah dapat dilihat dari Kondisi

PDRB nya. PDRB sendiri dipengaruhi oleh banyak factor. Maka dari itu untuk memperkecil

ruang lingkup penelitian ini penulis memberikan batasan yakni factor factor penunjang sector

pariwisata, terlebih dengan adanya Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika di Lombok NTB.

44

Variabel Dependen:

Product Domestic Regional Bruto

(PDRB)

Variabel Independen:

- Penyerapan Tenaga Kerja (X1)- Kunjungan Wisatawan (X2)- Infrastruktur Penunjang (X3)- Perbandingan Sebelum dan

Sesudah adanya KEK (Dummy Variabel)

J. Hipotesis Penelitian

Dengan mengacu pada dasar pemikiran teoritis dan studi empiris yang pernah dilakukan

dengan penelitian dibidang ini, maka dapat di rumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Diduga terdapat pengaruh Penyerapan Tenaga Kerja secara parsial terhadap PDRB di

Kab. Lombok Tengah

2. Diduga terdapat pengaruh Kunjungan Wisatawan secara parsial terhadap PDRB di Kab.

Lombok Tengah

3. Diduga terdapat pengaruh Pembangunan Infrastruktur penunjang KEK Pariwisata secara

parsial terhadap PDRB di Kab. Lombok Tengah

4. Diduga terdapat pengaruh secara simultan penyerapan tenaga kerja, kunjungan

wisatawan dan jumlah hotel terhadap PDRB di Kab. Lombok Tengah

5. Diduga terdapat pengaruh yang signifikan setelah adanya KEK Mandalika terhadap

PDRB Kab.Lombok Tengah

45

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan model data panel, Penelitian ini focus kepada

salah satu Kabupaten yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang salah satu

kawasan nya telah di tetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus yakni Kab.

Lombok Tengah. Periode yang digunakan yaitu dalam penelitian ini selama 2014-

2017, dan nantinya akan mencoba menganalisis juga bagaimana efektivitas

sebelum dan sesudah adanya Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika ini

dengan sampel semua Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi NTB. Dalam

Penelitian ini menggunakan satu variable Dependen dan empat variable

Independen. Variable dependen yang digunakan yaitu Product Domestic Bruto

(PDRB), sedangkan variable independen adalah Penyerapan Tenaga Kerja,

Kunjungan Wisatawan, Pembangunan Infrastruktur hotel serta Pengaruh Sebelum

dan Sesudah adanya KEK dalam mempengaruhi PDRB (Dummy Variable)

Kab.Lombok Tengah.

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian adalah Kab.Lombok Tengah. Menurut (Ayu, 2015)

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi. Sebuah sampel yang ditentukan tidak selalu memenuhi persyaratan

dalam variable penelitian sehingga diperlukan pula besaran peluang

representatifnya sebuah kelompok sampel dalam sebuah populasi penelitian.

Kab.Lombok Tengah dijadikan sampel oleh penulis karena terdapat focus objek

yang akan diteliti serta sampel yang dipilih telah melewati pertimbangan dalam

hal pengambilan data yang berdasarkan dengan maksud dan tujuan tertentu, dan

46

juga melibatkan Kab/Kota yang lainnya untuk menambah sampel objek

penelitian.

C. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan hal yang harus dilakukan dalam penyusunan

penelitian ini untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian ini.

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang diperoleh

dari lembaga-lembaga resmi terkait diantaranya Badan Pusat Statistik,

Kementerian Pariwisata, Kementerian Koordianator Perekonomian serta studi

kepustakaan baik itu jurnal-jurnal, artikel ataupun skripsi yang terkait. Serta

nantinya bisa dilakukan wawancara guna melengkapi informasi agar lebih baik

dan komprehensif.

1. Data Sekunder

Data Sekunder merupakan data yang diperoleh tidak melalui tangan

pertama, melainkan melalui tangan kedua, ketiga dan seterusnya. Dengan

kata lain, sumber data penelitian yang diperoleh dengan secara tidak

langsung. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

dengan periode waktu dari tahun 2014-2017, yang dapat diperoleh dari

berbagai sumber seperti Bdan Pusat Statistik daerah provinsi NTB dan

Kabupaten/Kota serta kementerian ekonomi dan dinas pariwisata setempat

2. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dilakukan dengan cara mencari informasi atau data

melalui berbagai literature, jurnal dan lain-lain yang dipublikasikan

yang berhubungan erat dengan obyek penelitian ini. Penulis juga

melakukan penelitian ini dengan cara membaca, memahami,

menganalisa dan mengutip berbagai literature yang berkaitan dengan

penelitian ini.

47

D. Metode Analisis Data

1. Pendekatan Penelitian

Sesuai dengan data yang telah diperoleh maka pendekatan yang sesuai

dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang

menekankan pada angka-angka dalam penelitiannya. Dari data angka yang

telah diperoleh maka diharapkan dapat memberikan kesimpulan atau hasil

yang tepat.

2. Analisis Regressi Berganda

Dalam penelitian ini alat analisis yang digunakan adalah regresi linier

berganda. Analisis regresi merupakan studi dalam menjelaskan dan

mengevaluasi hubungan antara suatu peubah bebas (independent variable)

dengan satu peubah tak bebas (dependent variable) dengan tujuan untuk

mengestimasi atau meramalkan nilai peubah tak bebas didasarkan pada nilai

peubah bebas yang diketahui (Gujarati, 1999)

Metode Regresi Linier Berganda dapat digunakan untuk menganalis

pengaruh beberapa peubah penjelas atau peubah bebas terhadap satu peubah

tak bebas. Metode analisis yang digunaka dalam penelitian ini adalah analisis

data Panel. Analisis data Panel digunakan untuk menganalisis pengaruh

variable Penyerapatan Tenaga Kerja, (TK), Kunjungan Wisatawan (KW),

Infrastruktur Penunjang (I) dan keadaan sebelum dan sesudah adanya KEK

(KN) terhadap PDRB Kab.Lombok Tengah dan Kab/Kota lainnya di NTB.

Keadaan daerah KEK dan NON KEK digunakan sebagai variable

dummy, variable dummy adalah variable yang menjelaskan ada atau tidak

adanya kualitas dengan membentuk variable buatan yang mengambil nilai 1

atau 0 (Gujarati, 1999).

Adapun formulasinya: Y=C+X1+X2+X3+D+€

Gujarati (2003) menjelaskan bahwa terdapat keunggulan yang diperoleh

jika menggunakan data panel diantaranya adalah:

48

1. Data Panel dapat memperhitungkan heterogenitas individu secara eksplist

dengan memperbolehkan variable spesifik individu, sehingga

menghasilkan data panel digunakan untuk menguji model yang lebih

rumit atau kompleks.

2. Jika efek spesifik bersifat signifikan berkolerasi dengan variable-variabel

penjelas, maka pemakaian data panel akan menyebabkan pengurangan

secara substansial dalam maslah omitted variables.

Dalam penelitan ini terdapat tiga variable independen dan satu sebagai

Dummy Variabel yaitu, (X1) Tenaga Kerja, (X2) Kunjungan Wisatawan, (X3)

Infrastruktur penunjang (Hotel) dan (X4) Efektivitas sebelum dan sesudah adanya

KEK (Dummy Variabel).

Adapun model yang akan di estimasi adalah:

Y = :C+βX1+βX2+βX3+D+€+€it

Dimana:

Y = Product Domestic Regional Bruto (Variabel Dependen)

X1 it = Jumlah Tenaga Kerja (Variabel Independen di Kabupaten/Kota I pada tahun

t

X2 it = Jumlah Kunjungan Wisatawan di Kabupaten/Kota i pada tahun t

X3 it = Jumlah Infrastruktur penunjang (Hotel) di Kabupaten/Kota I pada tahun t

D = Melihat efektifitas sebelum dan sesudah adanya KEK (Dummy Variabel)

β = Konstanta/intersept

β1,β2,β3 = Koefisien regresi pada masing masing variable bebas

€it = Error term di Kabupaten/Kota i pada tahun t

Dalam Analisis data panel dikenal dengan tiga macam pendekatan yaitu

pendekatan Pooled Least Square, pendekatan Fixed Effect, pendekatan Random

Effect, Penjelasannya sebagai berikut:

1. Pooled Least Square

49

Pooled Least Square (PLS) adalah metide regresi linier yang

mengestimasi data panel dengan metode Ordinary Least Square. Pooled Least

Square merupakan pendekatan model data panel yang paling sederhana karena

hanya menggabungkan data Croos section dengan data time series.

Selanjutnya data gabungan ini diperlukan sebagai suatu kesatuan pengamatan

untuk mengestimasi model dengan metode Pooled Least Square (PLS)

2. Fixed Effect Model (FEM)

Menurut Shavinia (2018) Fixed Effect Model (FEM) diasumsikan

bahwa intersep dari persamaan regresi (Model) dianggap konstan atau tetap

baik antar unit cross section maupun Antara time series. Oelh karena

penggunaan tekhnik variable Dummy dalam proses regresi, maka FEM bisa

juga disebut Least Square Dummy Variabel (LSDV). Teknik variable Dummy

bisa digunakan pada cross section atau time series.

3. Random Effect Model (REM)

Random Effect Model (REM) adalah metode regresi yang

mengestimasi data panel dengan menghitung error dari model regresi dengan

metode Generalized Least Square (GLS). Perbedaannya dengan fixed effect

model (FEM), perbedaan Antar individu dan atau waktu digambarkan melalui

intercept, msks pada random effect model (REM) perbedaan tersebut

diakomodir melalui error. Keunggulan menggunakan random effect model

yakni menghilangkan heteroskedastisitas.

E. Pengujian Model

Dua macam pendekatan tersebut merupakan asumsi yang ditetapkan

dalam melakukan estimasi terhadap data panel. Maka dari itu, diperlukan

beberapa tahapan pengujian. Pengujian tersebut diantaranya uji Chow, Uji

Hausman. Selain harus menetapkan bentuk asumsi yang paling tepat, harus

ditetapkan juga metode estimasi yang paling tepat, harus ditetapkan juga

metode estimasi yang paling tepat diantara metode estimasi OLS (Jika

50

diasumsikan tidak memiliki masalah pada heteroskedastisitas). Penjelasan

mengenai Uji Chow, Uji Hausman adalah:

1. Uji Chow

Uji Chow digunakan untuk memilih apakah model yang digunakan

PCEM atau FEM. Uji Chow menguji signifikansi intersep α apakah

berbeda-beda pada masing-masing sector (FEM) ataukah tidak berbeda

dengan (CEM). Hipotesis yang digunakan adalah:

H0 : α1= α2 = ... = αK = α (Model CEM)

H1 : minimal ada satu intersep αi ≠ α (Model FEM); i = 1, 2, ..., K

(Bayyina, Mustafid, Sudarono: 2016)

Jika nilai probabilitas > α = 0,05, maka H0 diterima, sehingga metode

yang digunakan adalah PLS, namun jika nilai probabilitas cross-section F

< α = 0,05 maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H0

sehingga model yang akan digunakan adalah model Fixed Effect. Dalam

penelitian ini tingkat sigfikansi yang digunakan adalah 5%.

2. Uji Hausman

Uji Hausman digunakan untuk memilih Antara metode pendekatan

Fixed Effect (FE) atau Random Effect (RE). Prosedur Uji Hausman adalah

sebagai berikut:

a. Buat Hipotesis dari Uji Hausman = random effect dan = Fixed effect.

b. Menentukan kriteria uji: apabila Chi-Square statistic > Chi Square

tabel dan p value signifikan, maka hipotesis ditolak, sehingga metode

FE lebih tepat untuk digunakan. Dan apabila Chi Square statistic <

Chi Square tabel dan p value signifikan, maka hipotesis diterima,

sehingga metode RE Random Effect lebih tepat digunakan. (Siti

Nurjanah: 2012)

3. Uji Asumsi Klasik

Uji Asumsi Klasik adalah persyaratan statistic yang harus dipenuhi pada

analisis regresi linier berganda. Biasanya uji Asumsi Klasik yang sering

51

digunakan yaitu Uji Multikolinearitas, Uji Heteroskedastisitas, Uji

Autokorelasi dan uji Normalitas.

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi variable dependen dan independen keduanya memiliki

distribusi normal atau tidak

b. Uji Multkolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi Antara variable bebas

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

mdel regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lain. Uji Heteroskedastisitas ini terbagi

atas beberapa macam.

1. Uji P (Park): Metode ini meregresikan nilai logaritma natural

dari residual kuadrat (Lne) dengan variable independen (X1

dan X2). Uji ini bisa dikatakan diterima bila nilai signifikansi >

0.05 berarti tidak terdapat heteroskedastisitas dan begitu pun

sebaliknya.

2. Uji Glejser: Uji ini dilakukan dengan cara meregresikan Antara

variable independen dengan nilai absolut residualnya

(ABS_RES).Jika nilai signifikansi Antara variable independen

dengan absolut residual lebih dari 0.05 maka tidak terjadi

masalah heteroskedastisitas

3. Uji White test: uji ini dilakukan dengan meregresikan residual

kuadrat sebagai variable independen. Jika α = 5% dan lebih

besar dari α tersebut maka dipastikan tidak terdapat

Hetereoskedastisitas. Hal tersebut dapat dilihat dari Prob.Chi

Square nya.

d. Uji Autokorelasi

52

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menentukan apakah di dalam

persamaan terdapat masalah autokorelasi atau tidak.

F. Uji Statistik

1. Uji Hipotesis

- Uji Validitas Pengaruh (Uji t)

Untuk menguji pengaruh dari variabel independen terhadap

variabeldependen digunakan uji t. Uji statistik ini bertujuan untuk

mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independen

terhadap variable dependen secara dua sisi (two tail).

2. Uji Kebaikan Model

- Uji F

Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah model yang digunakan eksis

atau tidak

- Koefisien Determinasi (Uji R2)

Nilai koefisien determinasi R2 menunjukkan prosentase total vasiasi

variable dependen dapat dijelaskan oleh variable independen dalam

model.

G. Operasional Variabel penelitian

Sugiyono (2007) menjelaskan bahwa variable penelitian adalah berbentuk apa

saja yang telah dipilih dan ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

didapatkan informasi mengenai hal tersebut. Seperti yang telah dijelaskan, maka

variable variable yang dogunakan dalam peneltian ini dijelaskan dalam tabel 3.1

Tabel 3.1

Operasional Variabel Penelitian

53

Jenis Variabel Indikator Definisi Variabel

Dependen (Y) PDRD Tolak ukur yang digunakan

untuk variable PDRB adalah

bagaimana pengaruh PDRB

pada salah satu Kabupaten

yang menjadi objek

penelitian, yang

dibandingkan dari sampel

yang lain dengan variable

independen (Tenaga

kerja,Jumlah Hotel dan

Jumlah kunjungan

wisatawan)

Independen

(X1)

Tenaga Kerja Tolak ukur yang digunakan

untuk variable tenaga kerja

adalah jumlah penyerapan

tenaga kerja dibidang

pariwisata penunjang di

Kab/Kota di NTB periode

2014-2017 yang

berpengaruh pada daerah

KEK

Independen

(X2)

Infrastruktur Hotel Tolak ukur yang digunakan

untuk variable hotel adalah

jumlah infrastruktur hotel

penunjang di Kab/Kota di

NTB periode 2014-2017

yang berpengaruh pada

daerah KEK

54

Independen

(X3)

Kunjungan Wisatawan Tolak ukur yang digunakan

untuk variable kunjungan

wisatawan adalah jumlah

kunjungan wisatawan di

Kab/Kota di NTB periode

2014-2017 yang

berpengaruh pada daerah

KEK

Independen

(Dummy Variabel)

Melihat keadaan ekonomi

sebelum dan sesudah adanya

Kawasan Ekonomi Khusus

(KEK)

Melihat Keadaan Ekonomi

Kab/Kota sebelum dan

sesudah adanya KEK

dengan melihat dari PDRB

dan variable lainnya di

Kab.Lombok Tengah.

55

BAB IV

ANALISIS & PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Pariwisata adalah sektor unggulan (Tourism is a leading sector) di Provinsi Nusa

Tenggara Barat (NTB) dengan dua pulau utamanya, yaitu Pulau Lombok dan Pulau

Sumbawa. Hal ini dapat dilihat dari jumlah angka kunjungan mencapai 1.163.142

wisatawan pada akhir tahun 2012. Apalagi ditambah dengan keberadaan Kawasan

Ekonomi Khusus Kuta Mandalika yang ditetapkan pada tahun 2014 menjadikan

potensi pariwisata di NTB menjadi lebih beragam.

Penyediaan informasi yang beragam mengenai pariwisata jelas diperlukan untuk

membantu wisatawan dalam mengakses informasi dan memesan fasilitas pariwisata.

Hal ini dapat dilakukan dengan pengembangan multimedia, teknologi komunikasi

dan system informasi. Saat ini bentuk penyediaan informasi ini juga sedang

dikembangkan guna untuk membrandingkan potensi pariwasata yang ada di NTB.

Gambar 4.1

Peta Provinsi Nusa Tenggara Barat

Sumber:

www.sumberkota.com

56

1. Keadaan Geografis

Keadaan geografis Provinsi Nusa Tenggara Barat terbagi menjadi 3 (tiga) sub

bagian yaitu (Profil NTB: 2015):

- Luas Wilayah

Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) wilayahnya mencapai 20.153.15 Km

persegi, terdiri dari 2 pulau utama yaitu Pulau Lombok dengan Luas 4.736,70 Km

persegi dan Pulau Sumbawa dengan luas 15.414,15 Km persegi dengan jumlah pulau

280 dan 32 pulau tak berpenghuni. Kota Mataram merupakan ibu kota Provinsi NTB

memiliki ketinggian 16 m dari permukaan laut.

Di pulau Lombok terdapat 7 Gunung yaitu Gunung Rinjani, Gunung Mareje,

Gunung Timanuk, Gunung Nangi, Gunung Parigi, Gunung Pelawangan dan Gunung

Baru Jari. Dari ketujuh gunung yang ada di Pulau Lombok, Gunung Rinjani

merupakan Gunung tertinggi dengan ketinggian 3.726 mdpl. Di pulau Sumbawa

terdapat Sembilan gunung yaitu Gunung Batu Lanteh, Gunung Tukan, Gunung Jaran

Pusang, Gunung Donggo, Gunung Tambora, Gunung Saniang, Gunung Dodu,

Gunung Pajo, dan Gunung Sambi. Gunung Tambora merupakan yang tertinggi

dengan ketinggian 2.852 mdpl.

- Letak Wilayah

Provinsi Nusa Tenggara Barat terletak pada 115º 46’ Bujur Timur pada

sebelah barat, 119º 5’ Bujur Timur pada sebelah timur, 8o 10’ Lintang Selatan

sebelah utara dan 9º 5’ Lintang Selatan sebelah selatan. Provinsi Nusa Tenggara

Barat mempunyai kedudukan yang strategis karena:

a. Terletak pada lintas perhubungan Nasional Banda Aceh-Kupang

yang secara ekonomis cukup menguntungkan

b. Selat Lombok di sebelah barat dan selat Makasar di sebelah utara

merupakan jalur perhubungan laut strategis yang semakin ramai

57

dari arah Timur tengah untuk lalu lintas bahan bakar minyak

(BBM) dan dari Australia berupa mineral logam ke Asia Pasifik.

c. Merupakan lintas perdagangan Surabaya-Makasar

d. Sebagai daerah lintas wisata antar daerah wisata terkenal yaitu

Bali, Komodo dan Tanah Toraja.

e. Terletak pada garis Wallacea, sebuah garis khayal yang diciptakan

oleh penjajah Inggris Alfred Wallace yang di mulai di Selat

Lombok terus ke utara sampai selat Makasar.

Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki batas-batas wilayah sebagai

berikut:

a. Sebelah Barat : Selat Lombok dan Provinsi Bali

b. Sebelah Timur : Selat Sape dan Provinsi NTT

c. Sebelah Utara : Laut Jawa dan Laut Flores

d. Sebelah Selatan ; Samudra Indonesia

Dalam konteks geografi kepariwisataan, Provinsi NTB berada pada posisi

yang sangat strategis atau berada dalam segi Tiga Emas Daerah Tujuan Wisata

(DTW) utama Indonesia yaitu Pulau Bali di sebelah barat yang merupakan Daerah

tujuan Wisata Internasional, Taman Nasional Pulau Komodo dengan Biawak

Komodonya terkenal di Sebelah timur dan Tanah Toraja yang terkenal dengan

pariwisata budayanya di Sebelah Utara

- Penduduk

Jumlah penduduk di NTB per Agustus 2017 mencapai 5.434.349 jiwa.

Dengan rincian, laki-laki sebanyak 2.652.334 jiwa dan perempuan

2.752.015. persebaran penduduk terbesar terdapat di Kabupaten

Lombok Timur dan yang terkecil berada di Kabupaten Sumbawa

Barat. (Ahsanul Khalik, 2017).

58

- Daerah Adminstratif

Secara Administratif Provinsi NTB terdiri dari 8 Kabupaten dan 2

Kota dengan 116 wilayah kecamatan dan 1.138 desa/kelurahan. Kabupaten

Sumbawa memiliki jumlah wilayah kecamatan terbanyak, yaitu 24

kecamatan, sedangkan kabupaten Lombok Timur memiliki wilayah

administrasi desa/kelurahan terbanyak dengan 254 desa/kelurahan dengan

jumlah kecamatan sebanyak 20 kecamatan, sebagaimana table berikut:

Tabel 4.1

Daftar Kabupaten/Kota di Nusa Tenggara Barat

Sumber: Dokumen Dinas Sosial NTB

59

No. Kab/Kota Jumlah

Kecamatan

Jumlah

Desa/Kelurahan

Luas

Wilayah

(Km2)

1 Lombok Barat 10 123 1.053,92

2 Lombok

Tengah

12 139 1.208,40

3 Lombok Timur 20 254 1.605,55

4 Lombok Utara 5 33 809,53

5 Sumbawa 24 165 6.643,98

6 Dompu 8 81 2.324,60

7 Bima 18 191 4.389,40

8 Sumbawa

Barat

8 64 1.849,02

9 Kota Mataram 6 50 61,30

10 Kota Bima 5 38 207,50

Jumlah 10 116 1.138 20.153,15

B. Potensi Pariwisata di Pulau Lombok

Menurut Salah Wahab (Salah,2003) dalam bukunya “Tourism Management”

pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan

pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja, standar hidup

serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya. Aspek ekonomi pariwisata

berhubungan dengan kegiatan ekonomi yang langsung berkaitan dengan kegiatan

pariwisata, seperti usaha perhotelan, transportasi, telekomunikasi, bisnis eceran, dan

penyelenggaraan paket pariwisata

Pariwsata juga menjadi katalisator pembangunan (Agent of Development)

sekaligus akan mempercepat proses pembangunan itu sendiri Antara lain sangat

berperan dalam peningkatan perolehan devisa Negara, memperluas dan mempercepat

pemerataan pendapatan (Distribution of Income), meningkatkan penerimaan pajak

Negara retribusi daerah, meningkatkan pendapatan nasional, memperkuat posisi

neraca pembayaran dan meningkatkan pendapatan nasional, memperkuat posisi

neraca pembayaran dan mendorong pertumbuhan pembanguna wilayah yang

memiliki potensi yang terbatas.

Di dalam undang-undang RI No. 9/1990 tentang kepariwisataan secara rinci

membedakan kata wisata, kepariwisataan, pariwisata, usaha pariwisata, wisatawan,

dan kawasan wisata, yaitu:

1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan secara sukarela serta

sementara untuk menikmati obyek dan daya Tarik wisata itu sendiri.

2. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan

penyelengaraan pariwisata.

3. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk

membuka usaha obyek pariwisata sehingga memicu daya Tarik

wisatawan.

60

4. Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan meyelenggarakan jasa

pariwisata atau menyediakan dan mengusahakan obyek dan daya Tarik

wisata, usaha pariwisata dan usaha terkait dengan bidang pariwisata.

5. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata

6. Kawasan Pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang di bangun

atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata

Pembangunan Kepariwisataan daerah merupakan rangkaian upaya

pembangunan integrative dengan semua sektor pendukung yang dilaksanakan secara

sistematis dan berkesinambungan, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dan menambah pendapatan daerah.

Pembangunan Pariwisata di Pulau Lombok dilaksanakan dalam mendorong

dan meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi. Pariwisata merupakan

industry kunjungan yang memiliki dampak “multiplier effect” yang sangat tinggi.

Pariwisata mengundang berbagai pengunjung baik dalam (domestic) maupun dari

luar negeri. Pengunjung yang datang baik untuk berlibur maupun yang lain akan

mengeluarkan berbagai pembiayaan untuk memenuhi berbagai kebutuhannya selama

berada di didaerah tersebut.

Sebagai salah satu daerah tujuan wisata, pulau Lombok mempunyai potensi

besar untuk dikembangkan. Potensi wisata yang dimiliki oleh pulau Lombok adalah

wisata budaya dan alamnya yang sangat mendukung pengembangan pembangunan

pariwisata di Lombok. Sebagian keadaan alamnya yang masih (pure) asli merupakan

daya Tarik tersendiri bagi wisatawan yang datang berkunjung ke daerah ini. Sehingga

dapat menambah pemasukan untuk daerah secara khusus dan merupakan suatu

keuntungan bagi Indonesia secara Umum.

Pulau Lombok merupakan salah satu Daerah Tujuan wisata (DTW) di

Indonesia, yang merupakan bagian dari provinsi NTB. Potensi pariwisata yang

dimiliki oleh pulau Lombok merupakan salah satu usaha dalam rangka menggali

sumber-sumber pendapatan daerah yang bertujuan untuk meningkatkan Pendapatan

61

Asli Daerah (PAD). Dimana PAD ini bersumber dari banyak sector seperti Pajak

Hiburan, Pajak reklame, Retribusi Parkir serta masih banyak yang lainya. Salah satu

Potensi yang saat ini sedang menjadi pembicaraan yaitu terkait keberadaan KEK, hal

ini memberikan banyak memberikan dampak bagi pemerintah daerah. Outcome nya

untuk meninkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah daerah menempatkan

sector pariwisata sebagai sector andalan kedua setelah sector pertanian.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi NTB selaku pelaksana urusan

rumah tangga daerah dan pembangunan pariwisata, dalam hal ini yang bertanggung

jawab terhadap pengembangan dan pembangunan pariwsata. Mempunyai Visi

“Terwujudnya Nusa Tenggara Barat sebagai Daerah Tujuan Wisata Berdaya Saing

Internasional”.

Destinasi Pariwisata berdaya saing di maksudkan agar pariwisata yang ada

di Provinsi NTB mampu di kelola dengan manajemen yang optimal agar mampu

bersaing dengan destinasi pariwisata lainnya di tingkat Internasional. Menjadikan

Lombok sebagai Daerah Tujuan wisata yang berpotensi untuk dikunjungi

Pada saat ini, Salah satu Kabupaten yang ada di Nusa Tenggara Barat yaitu Kab.

Lombok Tengah mendapatkan mandapat sebagai (Kawasan Ekonomi Khusus) KEK

Kuta Mandalika. KEK NTB dibentuk untuk membuat lingkungan kondusif bagi

aktifitas investasi, ekspor dll. Penetapan KEK terbaru di Kab. Lombok Tengah

diharapkan mampu menunjang percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi

nasional khususnya di bidang pariwisata. Wilayah Kawasan Ekonomi Khusus

Mandalika memiliki potensi dan keunggulan secara geoekonomi dan geostrategic.

- Keunggulan Geoekonomi: memiliki objek wisata bahari yang merupakan

pantai yang berpasir putih dengan panorama pemandangan yang indah.

- Geostrategis: Konsep pariwisata mandalika yang berwawasan lingkungan

dengan pengembangan pembangkit listrik tenaga surya dan lokasi nya sangat

strategis dengan dengan Lombok International Airport (LIA).

62

C. Analisa dan Pembahasan

1. Dampak dari Kawasan Ekonomi Khusus di Kabupaten Lombok Tengah

Penetapan Kab.Lombok Tengah sebagai Kawasan Ekonomi Khusus pada

salah satu destinasinya yaitu pantai Kuta Mandalika banyak memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap pembangunan daerah, misalnya saja dari

sektor tenaga kerja, maupun kunjungan wisatawan. Penetapan KEK tersebut

menjadi potensi sumber pendapatan baru bagi daerah terkait karena Multiplier

Effect yang ditimbulkan banyak dan mampu memberikan dampak yang baik pada

perekonomian daerah.

Grafik 4.1

Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja dan Hotel di Kawasan Ekonomi

Khusus Kuta Mandalika Kab. Lombok Tengah 2010-2017

Tenaga Kerja Hotel0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

2000

14712

15645

348

45

389

43

729

84

1069

86

1049

86

1749

86

Jumlah Tenaga Kerja dan Hotel

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Sumber: Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus, Kemenke Perekonomian

63

Dari Grafik 4.1 diatas, dapat dijelaskan bahwa terjadi peningkatan yang cukup

signifikan dari penyerapan tenaga kerja di sector jasa, perdagangan dan hotel.

Begitupun juga dengan jumlah hotel yang terus meningkat jumlahnya hingga pada

tahun dimulainya KEK pada tahun 2014 hingga tahun 2017. Hal ini mengindikasikan

bahwa di Kab.Lombok Tengah mengalami peningkatan dalam hal penyerapan dan

jumlah hotel sebagai penunjang Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika.

Grafik 4.2

Jumlah Kunjungan Wisatawan di Kawasan Ekonomi Khusus Kuta

Mandalika, Kab. Lombok Tengah 2010-2017

Kunjungan Wisatawan0

50000

100000

150000

200000

250000

5026666807

81899102428 104720 100728 108917

200483

jumlah kunjungan wisatawan

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Sumber: Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus, Kemenko Perekonomian

Pada Grafik 4.2, dapat dijelaskan pula Jumlah kunjungan wisatawan asing

maupun domestik di Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika mengalami trend

positif yaitu terjadi peningkatan, meskipun pada tahun 2015 sempat mengalami

penurunan. Namun pada tahun 2017 tepat dimana Kawasan Ekonomi Khusus Kuta

64

Mandalika ini diresmikan, Kunjungan wisatawan meningkat pesat berada di angka

200.483 ribu wisatawan asing maupun domestic yang berkunjung. Hal ini pun

berdampak sangat baik bagi perekonomian Lombok Tengah sebagai pemilik wilayah

KEK tersebut dan juga mampu menjadi alternative kunjungan wisata selain Bali yang

sudah terkenal terlebih dahulu karena jarak yang tidak terlalu jauh.

Grafik 4.3

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lombok Tengah 2010-2017

Produk Domestik Regional Bruto

0 2 4 6 8 10 12 14

5.69

9.05

12.16

6.19

6.28

5.58

5.67

5.73

PDRB Kab.Lombok Tengah

2017 2016 2015 2014 2013 2012 2011 2010

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi NTB 2018

Dari Grafik 4.3 diatas, mampu dijelaskan tingkat pertumbuhan Produk Domestik

Regional Bruto Kab. Lombok Tengah mengalami fluktuatif, hal ini berkaitan dengan

pergolakan ekonomi yang terjadi baik di internal daerah terkait maupun pengaruh dari

trend pertumbuhan ekonomi nasional. Namun ketika memasuki tahun 2015-2017

mengalami trend positf meskipun kenaikan jumlah PDRB nya tidak begitu signifikan.

65

2. Dampak Kawasan Ekonomi Khusus terhadap Kabupaten/Kota di

Provinsi NTB

- Tenaga Kerja

Selain KEK Mandalika ini mempengaruhi Kab. Lombok Tengah sebagai tempat

lokasinya. Akan diteliti juga bagaimana dampaknya terhadap Kabupaten/Kota yang

lain, pastinya akan memiliki keterkaitan/pengaruh antar daerah satu dengan yang lain.

Tabel 4.2

Jumlah tenaga kerja Kabupaten/Kota menurut Lapangan Kerja Utama

Pada sektor Jasa, Perdagangan dan perhotelan Provinsi Nusa Tenggara Barat

2010-2017

No Kabupaten/Kota Tenaga Keja

(Jiwa)

2010 201

1

2012 201

3

2014 2015 2016 2017

1. Kab.Lombok

Barat

281 554 556 104

8

547 415 789 974

2. Kab.Lombok

Timur

108 182 185 182 230 300 402 434

3. Kab.Lombok

Utara

966 315

0

3259 267

6

798 897 1.203 1.797

4. Kab.Sumbawa 126 120 125 124 2.374 3.172 3.702 3.987

6. Kab.Sumbawa

Barat

143 120 143 123 1.379 1.567 1.274 3.759

7. Kab. Dompu 78 72 78 77 347 456 458 678

8. Kab.Bima 16 71 29 56 360 345 457 654

9. Kota Bima 70 60 70 112 541 337 511 194

10. Kota Mataram 321 325 415 438 1.683 1.751 1.798 1.811

66

Sumber: BPS Provinsi NTB dan Kabupaten/Kota Dalam angka

Hasil pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah tenaga menurut Lapangan

pekerjaan Umum Utama pada sector perdagangan, Jasa dan hotel di Kabupaten/Kota

Provinsi NTB dari tahun 2010-2017 mengalami trend yang fluktuatif, namun

mayoritas pada semua Kabupaten/Kota mengalami trend positif (kenaikan).

Penyerapan tenaga kerja tertinggi pada sector perdagangan, jasa, dan hotel tertinggi

pada tahun 2014-2017 adalah Kab. Sumbawa Barat kemudian diikuti dengan Kota

Mataram lalu Kabupaten Sumbawa. Adapun Penyerapan tenaga kerja terendah pada

sector perdagangan, jasa, dan hotel tertinggi pada tahun 2014-2017 adalah Kota

Bima. Hal ini terjadi karena Kab/Kota yang berada di pulau Lombok memiliki

banyak destinasi pariwisata yang sudah cukup terkenal, sehingga persebaran

kebutuhan tingkat tenaga kerja lebih banyak berada dan dibutuhkan di Pulau

Lombok.

- Kunjungan Wisatawan

Dalam penelitian ini, data yang digunakan terkait kunjungan wisawatan yakni

gabungan Antara jumlah wisatawan asing dan domestic di Kabupaten/Kota di NTB,

Kunjungan wisatawan ini menjadi salah satu indikator yang penting guna menunjang

PDRB disuatu daerah, karena akan menambah devisa Negara.

Grafik 4.4

Jumlah Kunjungan Wisatawan Asing & Domestik pada Kabupaten/Kota di

Provinsi NTB 2014-2017

67

Sumber:Badan Pusat Statistik Kabupaten/Kota di NTB

Dari Grafik 4.4 diatas dapat dijelaskan bahwa trend Kunjungan Wisatawan ke

masing-masing Kabupaten/Kota mengalami fluktuatif, hal ini disebabkan karena

masing-masing Kabupaten/Kota memiliki daya Tarik dan karakteristik tersendiri

untuk mengundang wisatawan yang datang

- Jumlah Hotel

Dalam penelitian ini, data yang digunakan untuk menjelaskan infrastruktur

jumlah hotel yaitu bersifat sekunder dan akumulasi dari jumlah hotel berbintang

maupun hotel non bintang. Provinsi NTB yang sekarang sudah mulai dikenal dengan

potensi pariwisatanya menyebabkan pembangunan hotel gencar dilakukan.

Grafik 4.5

Jumlah Hotel di Kabupaten/Kota di Provinsi NTB 2014-2017

68

Kota Mataram

kota Bima

Bima

Dompu

Sumbawa Barat

Sumbawa

Lombok Utara

Lombok Tim

ur

Lombok Barat

0

200000

400000

600000

800000

1000000

1200000

Kunjungan Wisatawan Asing & Domestik

2017 2016 2015 2014

Lombok Barat

Lombok Timur

Lombok Utara

Sumbawa Sumbawa Barat

Dompu Bima Kota Bima Kota Mataram

0

100

200

300

400

500

600

jumlah Hotel

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Sumber; Badan Pusat Statistik masing masing Kabupaten/Kota 2018

Dari grafik 4.5 diatas, dapat dijelaskan bahwa trend pertumbuhan pembangunan

hotel cenderung positif artinya terjadi peningkatan setiap tahunnya, karena memang

sejak awal tahun 2014 keberadaan potensi pariwisata yang ada di Provinsi NTB

khususnya di Pulau Lombok sudah mulai terlihat. Maka dari itu keberadaan fasilitas

penunjang seperti hotel sangat penting untuk melayani wisatawan asing maupun

domestik yang berkunjung. Dari grafik diatas juga dapat dilihat pertumbuhan hotel

paling banyak berada di Kabupaten Lombok Utara, karena Lombok Utara lebih

dahulu dikenal pariwisatanya dan salah satu Icon yang cukup terkenal oleh para

pelancong yaitu keberadaan 3 Gili yakni Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air.

Dan pertumbuhan hotel yang terendah berada di Kabupaten Bima.

- Pertumbuhan PDRB

Salah satu indikator yang penting dalam penelitian ini adalah bagaimana

keadaan PDRB dari masing masing Kabupaten/Kota tersebut. PDRB mampu

menunjukkan bagaimana daerah terkait telah mampu melakukan perekonomian nya

dengan baik atau tidak. PDRB tersebut berasal dari semua sector yang ada pada

daerah terkait yang mampu mendapatkan pengasilan untuk daerah tersebut.

69

Grafik 4.6

Pertumbuhan PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi NTB 2010-2017 (Dalam Bentuk Persen %)

Lombok Timur

Lombok Barat

Lombok Utara

Mataram Kota Bima Kab.Bima Dompu Sumbawa Sumbawa Barat

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

PDRB Kab/Kota di NTB

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Sumber: Badan Pusat Statistik masing masing Kabupaten/Kota 2018

Pada Grafik 4.6. dapat dijelaskan pertumbuhan PDRB dari masing masing

Kabupaten/Kota mengalami tingkat fluktuatif yang berbeda beda. Hal ini dikarenakan

perbedaan dari masing masing sektor basisnya. Untuk PDRB dengan pertumbuhan

paling stabil berada pada Kota Mataram, hal ini berkaitan karena Kota Mataram

sebagai ibu kota Provinsi NTB dan pusat Perekonomian di Provinsi NTB.

- Perbandingan Kondisi Sebelum dan Sesudah KEK

Salah satu yang menjadi focus penelitian pada juga ingin menganalisis

bagaiamana keadaan ekonomi di Kab.Lombok Tengah sebelum dan sesudah adanya

Kawasan Ekonomi Khusus

Tabel 4.3

PDRB Tenaga Kerja Kunjungan Wisatawan & Jumlah Hotel pada saat Sebelum dan Sesudah Pembentukan KEK di Kab. Lombok Tengah

70

Tahun Y (PDRB)

Miliar Rupiah

X1 (Tenaga

Kerja)

X2 (Wisatawan) X3 (Jumlah

Hotel

2010 4.655.567 147 50.266 23

2011 5.392.515 156 66.807 40

2012 6.216.316 348 81.899 40

2013 7.181.991 389 102.428 44

2014 12.912.496 729 104.720 47

2015 14.462.890 1069 100.728 50

2016 15.915.917 1049 108.917 51

2017 15.958.460 1749 200.483 86

Sumber: BPS Kabupaten Lombok Tengah

Dalam hal ini, keadaan yang ingin dilihat yaitu bagaimana Keadaan sebelum

adanya KEK . Dan jika kita lihat dari tabel diatas, dari tahun 2010-2017 terjadi

peningkatan terhadap semua variable independen terkait. Artinya penetapan KEK di

Kabupaten Lombok Tengah cukup signifikan secara simultan mampu meningkatkan

sector sector pariwisata terkait sesuai dengan peneltian.

Untuk melakukan pengujian pada data diatas dilakukan Uji T-test paired.

Dimana uji T-test Paired ini dilakukan pada sampel yang sama dengan data yang

berbeda. Namun ada beberapa dasar pengambilan keputusan yang harus diperhatikan

terlebih dahulu yaitu:

1. Jika nilai Sig. (2-tailed) < 0,05, maka terdapat perbedaan keadaan yang

signifikan Antara keadaan Sebelum dan Sesudah adanya KEK

2. Jika nilai Sig. (2-tailed) > 0,05 maka tidak terdapat perbedaan keadaan yang

signifikan Antara keadaan sebelum dan sesudah adanya KEK

.

Tabel 4.4

T test Paired Sample Statistic

(Tenaga Kerja)

71

T Df Sig.(2-tailed)

-5.191 3 0.01

Sumber: Hasil Pengolahan data menggunakan SPSS 8.0

Pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa hasil Paired sample t test pada variable tenaga

kerja signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari Sig. 2 tailed, dimana nilai 0.01 < 0.05

(tingkat signikansi 5%). Maka dapat disimpulkan terdapat perbedaa keadaan yang

signifikan pada variable tenaga kerja Antara sebelum dan sesudah adanya KEK.

Tabel 4.5

T-Test Paired Sample Test

(Wisatawan)

Sumber: Hasil Pengolahan data menggunakan SPSS 8.0

Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa hasil Paired sample t test pada variable

wisatawan, signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari Sig. 2 tailed, dimana nilai 0.04 <

0.05 (tingkat signikansi 5%). Maka dapat disimpulkan terdapat perbedaa keadaan

yang signifikan pada variable wisatawan antara sebelum dan sesudah adanya KEK.

Tabel 4.6

T-Test Paired Sample Test

72

T Df Sig.(2-tailed)

-3.336 3 0.04

(Jumlah Hotel)

Sumber: Hasil Pengolahan data menggunakan SPSS 8.0

Pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa hasil Paired sample t test pada variable jumlah

hotel tidak signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari Sig. 2 tailed, dimana nilai 0.06 >

0.05 (tingkat signikansi 5 %). Maka dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan

keadaan yang signifikan pada variable jumlah hotel antara sebelum dan sesudah

adanya KEK.

Tabel 4.7

T-Test Paired Sample Test

(PDRB)

T Df Sig.(2-tailed)

-29.742 3 0.00

Sumber: Hasil Pengolahan data menggunakan SPSS 8.0

Pada tabel 4.7 dapat dilihat bahwa Paired Sample t-test pada variable dependen

yaitu PDRB signifikan. Hal tersebut terlihat dari Sig 2 tailed, dimana nilai 0.00 < 0.05

(tingkat signikansi 5 %). Maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan keadaan yang

signifikan pada variable dependen PDRB antara sebelum dan sesudah adanya KEK di

Kabupaten Lombok Tengah.

73

T Df Sig.(2-tailed)

-2.914 3 0.06

D. Permodelan dan Pengolahan Data

Pada peneltian ini, yang ingin diketahui yaitu bagaimana pengaruh Penyerapan

Tenaga Kerja, Kunjungan Wisatawan dan jumlah hotel berpengaruh terhadap PDRB

dengan adanya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Kab/Kota provinsi NTB.

Permodelan dengan menggunakan teknik regresi data panel dapat dilakukan dengan

menggunakan tiga pendekatan metode dalam pengolahannya. Pendekatan-pendekatan

tersebut yaitu (2) Pooled Least Square (PLS), (2) Metode Fixed Effect Model (FEM)

dan (3) Metode Random Effect Mode; (REM). Berikut adalah aplikasi dari pemilihan

model yang diterapkan.

1. Uji Chow

Metode ini adalah untuk menentukan apakah model bersifat Fixed Effect atau

Pooled Least Square. Jika nilai probabilitas F-statistik lebih kecil dari tingkat

signifikansi α = 5%, maka model panel yang baik digunakan adalah Fixed Effect

Model dan apabila nilai probabilitas lebih besar dari tingkat signifikansi α = 5%,

maka model panel yang baik digunakan adalah Pooled Least Square. Perumusan

Hipotesis sebagai berikut:

H0: Model Pooled Least Square

H1: Model Fixed Effect

Dari hasil regresi berdasarkan metode Fixed Effect dan Pooled Least Square

diperoleh nilai probabilitas sebagai berikut:

Tabel 4.8

Uji Chow

Effect Test Statistic d.f ProbCross-Section F 36.588809 (9.27) 0.0000Cross-Section Chi Square

103.197368 9 0.0000

Sumber: Hasil pengolahan data dengan Eviews 9

74

Berdasarkan hasil tabel 4.8 diperoleh nilai statistic sebesar 36.588809 dengan

d.f (9.27) dan nilai probabilitas dari Cross-Section F sebesar 0.0000 < α = 0,05 maka

H0 ditolah dan H1 diterima sehingga model panel yang baik digunakan adalah Fixed

Effect Model.

2. Uji Hausman

Metode ini dilakukan untuk menentukan apakah model yang digunakan bersifat

Random Effect Model atau Fixed Effect Model. Jika nilai probabilitas lebih kecil dari

tingkat signifikansi α = 5%, maka model panel yang baik digunakan adalah Fixed

Effect Model dan apabila nilai probabilitas lebih besar dari tingkat signifikansi α =

5%, maka model panel yang baik digunakan adalah Random Effect Model.

Perumusan Hipotesis :

H0: Model Random Effect

H1: Model Fixed Effect

Tabel 4.9

Uji Hausman

Test Summary Chi-Sq Statistic Chi-Dq. D.f Prob.

Cross-Section

Random

5.533199 3 0.0367

Sumber: Hasil pengolahan data dengan Eviews 9

Berdasarkan tabel 4.9 diperoleh nilai Chi Square Statistic sebesar 5.533199

dengan hasil nilai probabilitas 0.0367 < α = 5% dan d.f 3. Dikarenakan Chi Square

statistic lebih kecil dari nilai α 5% (0.0367 < 0.05) maka H0 di tolak. Dapat

disimpulkan bahwa model terbaik yang dapat digunakan untuk model penelitian

adalah Fixed Effect Model

3. Uji Asumsi Klasik

75

Uji Asumsi Klasik dilakukan untuk memenuhi syarat pengujian, maka pengujian

ini sangatlah penting guna melihat sejauh mana keabsahan data mampu

menginterpretasikan variable dependen.

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variable

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Uji Normalitas dapat

dilakukan dengan melihat p-value Jarque Bera di bawah ini.

Grafik 4.7

Uji Normalitas

Sumber: Hasil Pengolahan data Eviews 9

Berdasarkan output estimasi menggunakan eviews 9 dapat disimpulkan bahwa

p-value Jarque Bera Normality Test sebesar 0.568263 (56,8%) lebih besar dari 0,05

76

(5%) menyatakan H0 diterima dan H1 ditolak. Maka error term terdistribusi secara

normal. Berdasarkan uji Normalitas, analisis regresi layak digunakan.

b. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk melihat ada atau korelasi Antara

variable-variabel bebas dalam model regresi linear berganda. Jika ada korelasi

diantara variable-variabel bebas, maka hubungnan Antara variable bebas dengan

variable terikat menjadi terganggu. Uji Multikolinearitas dapat dilakukan dengan

melihat nilai Correlation of Coefficients pada taebl berikut ini:

Tabel 4.10

Uji Multikolinearitas

Correlation Matrix Of Coefficient TNGKRJA WISATAWAN HOTEL

TNGKRJA  1.000000  0.249790  0.087309

WISATAWAN  0.249790  1.000000  0.078547

HOTEL  0.087309  0.078547  1.000000

Sumber: Hasil Pengolahan data Eviews 9

Berdasarkan hasil output pada tabel 4.10 dilihat bahwa model regresi tidak

terdapat gangguan gejala multikolinearitas. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai

variable bebas tidak ada yang lebih besar dari 10. Maka dapat disimpulkan bahwa

tidak ada multikolinearitas (H0 diterima) Antara variable bebas dalam model regresi.

c. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi

linear terdapat korelasi. Uji Autokorelasi dapat dilihat dari Durbin-Watson dibawah

ini:

Tabel 4.11

77

Uji Autokorelasi

Durbin-Watson Stat 1.699737Sumber: Hasil Pengolahan data Eviews 9

Berdasarkan hasil output tabel 4.11, dapat dilihat Durbin-Watson Stat bernilai

1.699737 nilai tersebut berada diantara 1.52-2.46 yang merupakan syarat sebuah

regresi dikatakan terbebas dari autokorelasi. Maka hipotesis yang diambil adalah H0

diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti bahwa model regresi dalam penelitian tidak

terdapat korelasi (No Correlation).

d. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk

semua pengamatan pada model regresi. Uji Heteroskedastisistas dilakukan untuk

mengetahui adanya penyimpangan dari syarat-syarat asumsi klasik pada model

regresi dimana dalam model regresi harus dipenuhi syarat agar tidak terjadi gejala

heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini, jenis uji Heteroskedastisitas yang digunakan

yaitu metode uji white test dengan meregresikan seluruh variable independen

(X1,X2,X3).

Tabel 4.12

Uji Heteroskedastisitas

Sumber: Hasil Pengolahan data Eviews 9

78

Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 0.753288    Prob. F(3,36) 0.5277

Obs*R-squared 2.362646    Prob. Chi-Square(3) 0.5006

Scaled explained SS 2.617565    Prob. Chi-Square(3) 0.4544

Dari hasil outpit pada tabel diatas, dapat dilihat pada Prob F Hitung sebesar 0.5277. Nilai Prob F-

Hitung tersebut lebih besar dari α = 5 %. Artinya dalam penelitian ini tidak terdapat atau bebas dari

heteroskedastisitas

4. Fixed Effect Model (FEM)

Model data panel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan model Fixed Effect Model (FEM) dapat dijelaskan melalui persamaan

sebagai berikut:

PDRB= 5.547479 + TK= 0.347945 + WSTWN= 0.053501 + HOTEL = 0.0732720

+ e

Keterangan:

PDRB : Produk Domestik Regional Bruto

TK : Tenaga Kerja

WSTWN ; Kunjungan Wisatawan

HOTEL : Jumlah Hotel

E : error term

Berdasarkan hasil dari Uji Chow dan Uji Hausman yang telah dijalankan

dapat disimpulkan bahwa model yang baik digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan metode Fixed Effect Model.

Tabel 4.13

Hasil Regresi Data Panel

(Fixed Effect Model)

Interpretasi Koefisien Fixed Effect Model

Variabel Koefisien individual effect

C 5.547479

LOGTK? 0.347945

79

LOGWSTWN? 0.053501

LOGHOTEL? 0.073270

Fixed Effect (Cross)

_BIMA_C 0.098383 5.645862

_DOMPU_C -0.1565900 5.703379

_KBIMA_C -0.317340 5.864819

_LOBAR_C 0.155005 5.702484

_LOMUT_C -0.527862 6.075341

_LOTENG_C 0.326709 5.874188

_LOTIM_C 0.35566 5.570358

_MTRM_C 0.022879 5.570358

_SMBW_C -0.163131 5.71061

_SUMBAR_C 0.205596 5.753075Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 9

Berdasarkan hasil regresi data panel pada tabel 4.13, dapat dilihat pada kolom

coefficient bahwa semua variable independen memiliki arah hubungan yang positif

terhadap variable dependen yaitu PDRB (Produk Domestik Regional Bruto).

Adanya arah hubungan yang positif Antara variable independen dengan

variable dependen adalah mengartikan bahwa setiap peningkatan ataupun penurunan

yang terjadi pada Penyerapan tenaga kerja, Kunjungan Wisatawan dan pembangunan

infrasruktur hotel akan berdampak pada kenaikan PDRB khususnya pada saat adanya

penetapan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Kab, Lombok Tengah dan pada

Kab/Kota yang lain di Provinsi NTB pada umumnya

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa:

a. Apabila masing-masing variable tenaga kerja, wisatawan, dan jumlah hotel

mengalami perubahan sebesar 1% maka Kabupaten Bima akan mendapatkan

pengaruh individu terhadap PDRB sebesar 5.64%

80

b. Apabila masing-masing variable tenaga kerja, wisatawan, dan jumlah hotel

mengalami perubahan sebesar 1% maka Kabupaten Dompu akan

mendapatkan pengaruh individu terhadap PDRB sebesar 5.70%

c. Apabila masing-masing variable tenaga kerja, wisatawan, dan jumlah hotel

mengalami perubahan sebesar 1% maka Kota Bima akan mendapatkan

pengaruh individu terhadap PDRB sebesar 5.86%

d. Apabila masing-masing variable tenaga kerja, wisatawan, dan jumlah hotel

mengalami perubahan sebesar 1% maka Kabupaten Lombok Barat akan

mendapatkan pengaruh individu terhadap PDRB sebesar 5.70%

e. Apabila masing-masing variable tenaga kerja, wisatawan, dan jumlah hotel

mengalami perubahan sebesar 1% maka Kabupaten Lombok Utara akan

mendapatkan pengaruh individu terhadap PDRB sebesar 6.07%

f. Apabila masing-masing variable tenaga kerja, wisatawan, dan jumlah hotel

mengalami perubahan sebesar 1% maka Kabupaten Lombok Tengah akan

mendapatkan pengaruh individu terhadap PDRB sebesar 5.87%

g. Apabila masing-masing variable tenaga kerja, wisatawan, dan jumlah hotel

mengalami perubahan sebesar 1% maka Kabupaten Lombok Timur akan

mendapatkan pengaruh individu terhadap PDRB sebesar 5.57%

h. Apabila masing-masing variable tenaga kerja, wisatawan, dan jumlah hotel

mengalami perubahan sebesar 1% maka Kota Mataram akan mendapatkan

pengaruh individu terhadap PDRB sebesar 5.57%

i. Apabila masing-masing variable tenaga kerja, wisatawan, dan jumlah hotel

mengalami perubahan sebesar 1% maka Kabupaten Sumbawa akan

mendapatkan pengaruh individu terhadap PDRB sebesar 5.71%

j. Apabila masing-masing variable tenaga kerja, wisatawan, dan jumlah hotel

mengalami perubahan sebesar 1% maka Kabupaten Sumbawa Barat akan

mendapatkan pengaruh individu terhadap PDRB sebesar 5.75%

E. Pengujian Hipotesis

1. Uji F-Statistik dan Interpretasi Hasil Analisis

81

Uji F-statistik digunakan untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh

seluruh variable independen secara simultan terhadap dependen. Penentuan pengaruh

signifikansi dapat dilihat dengan cara membandingkan nilai probabilitas F-statistik

dengan tingkat signifikansi α = 5% (0.05). hipotesis yang digunakan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

H0: Tidak ada pengaruh Penyerapan Tenaga kerja, Kunjungan Wisatawan dan

Jumlah Hotel secara simultan terhadap PDRB dengan adanya KEK di

Kabupaten/Kota Provinsi NTB 2014-2017.

H1: Ada pengaruh Penyerapan Tenaga kerja, Kunjungan Wisatawan dan

Jumlah Hotel secara simultan terhadap PDRB dengan adanya KEK di

Kabupaten/Kota Provinsi NTB 2014-2017.

Berdasarkan hasil regresi data panel, diperoleh hasil uji F-Statistik sebagai berikut:

Tabel 4.14

Uji F-statistk

F-Statistik 173.48465

Prob(F-Statistik) 0.000000Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 9

Nilai probabilitas (F-statistik) pada tabel 4.14 sebesar 0.000000, dimana nilai

tersebut lebih kecil dibandingkan dari tingkat signifikansi α = 5% (0.00000 < 0.05).

maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya variable-variabel Penyerapan Tenaga

kerja, Kunjungan Wisatawan dan jumlah hotel berpengaruh secara bersama-sama

atau simultan terhadap PDRB dengan adanya KEK di Kabupaten/Kota Provinsi NTB

2014-2017

2. Uji t-statistik dan Interpretasi Hasil Analisis

Uji t digunakan untuk menguji signifikansi hubungan Antara variable independen

dan variable dependen, apakah variable independen benar-benar berpengaruh

terhadap variable dependen secara parsial. Penentuan pengaruh signifikansi dapat

82

dilihat dengan cara membandingkan nilai probabilitas tiap variable dengan tingkat

signifikansi α = 5%. Uji t-statistik dapat juga membuktikan hipotesis yang telah

dibuat. Hipotesis yang digunakan dalam penelitan ini adalah:

a. H0: Tidak ada pengaruh jumlah penyerapan tenaga kerja secara

parsial terhadap PDRB dengan adanya KEK di Kabupaten/Kota

Provinsi NTB 2014-2017

H1: Ada pengaruh jumlah penyerapan tenaga kerja secara parsial

terhadap PDRB dengan adanya KEK di Kabupaten/Kota Provinsi

NTB 2014-2017

b. H0: Tidak ada pengaruh Kunjungan wisatawan secara parsial

terhadap PDRB dengan adanya KEK di Kabupaten/Kota Provinsi

NTB 2014-2017.

H1: Ada pengaruh Kunjungan wisatawan secara parsial terhadap

PDRB dengan adanya KEK di Kabupaten/Kota Provinsi NTB 2014-

2017.

c. H0: Tidak ada pengaruh jumlah hotel secara parsial terhadap PDRB

dengan adanya KEK di Kabupaten/Kota Provinsi NTB 2014-2017.

H1: Ada pengaruh jumlah hotel secara parsial terhadap PDRB

dengan adanya KEK di Kabupaten/Kota Provinsi NTB 2014-2017.

Berdasarkan hasil regresi data panel, maka diperoleh hasil uji t-statistik

sebagai berikut:

Tabel 4.15

Uji t-statistik

Variabel Coefficient Std. Error t-statistic Prob.

C 5.547479 0.293131 18.92491 0.0000

LOGTK 0.347945 0.070563 4.930961 0.0000

LOGWSTWN 0.053501 0.033828 1.581547 0.0252

LOGHOTEL 0.073270 0.100566 0.728584 0.4725

83

Sumber: Hasil Pengolahan data dengan Eviews 9

Tabel 4.15 menunjukkan nilai probabilitas dari setiap variable independen,

sehingga hipotesis dapat dibuktikan dengan sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:

a. Variabel Tenaga Kerja memiliki nilai probabilitas sebesar 0.0000, dimana

nilai tersebut lebih kecil dari tingkat signifikansi α = 5% (0.0000 < 0.05).

maka H0 ditolak, sehingga ada pengaruh Antara penyerapan tenaga kerja

terhadap PDRB dengan adanya KEK di Kabupaten/Kota Provinsi NTB.

b. Variabel Kunjungan Wisatawan memiliki nilai probabilitas sebesar 0.0252

dimana nilai tersebut lebih kecil dari tingkat signifikansi α = 5% (0.0254 <

0.05). maka H0 ditolak, sehingga ada pengaruh Antara kunjungan wisatawan

terhadap PDRB dengan adanya KEK di Kabupaten/Kota Provinsi NTB.

c. Variabel Jumlah Hotel memiliki nilai probabilitas sebesar 0.4725, dimana

nilai tersebut lebih besar dari tingkat signifikansi α = 5% (0.4725 > 0.05).

maka H0 diterima, sehingga tidak ada pengaruh antara jumlah hotel terhadap

PDRB dengan adanya KEK di Kabupaten/Kota Provinsi NTB.

A. Pembahasan Analisis

1. Pengaruh Penyerapan Tenaga Kerja terhadap PDRB (Produk

Domestik Regional Bruto)

Dalam hal ekonomi, PDB maupun PDRB telah menjadi instrument yang sangat

penting bagi suatu daerah ataupun Negara. Hal ini karena PDB/PDRB mampu

menunjukkan bagaimana keadaan ekonomi/kondisi ekonomi di Negara ataupun

daerah tertentu. Banyak factor factor yang menjadi penyumbang bagi PDRB. Salah

satunya Tenaga Kerja.

Berdasarkan hasil estimasi pada regresi dengan menggunakan metode data panel,

dengan alat analisis Fixed Effect yang ditujukan tabel 4.11 menunjukan variable

tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB. Hal ini dapat dilihat

dari nilai probabilitas sebesar 0.0000. Nilai probabilitas tersebut lebih kecil dari

84

tingkat signifikansi (α) yang ditentukan yaitu sebesar lima persen (0.05), sehingga hal

ini menunjukkan hipotesis pertama dalam penelitian ini diterima karena secara

statistic terbukti.

Pada penelitian ini tenaga kerja menjadi salah satu variable independen guna

melihat hubungannya dapat mempengaruhi PDRB. Hasilnya pun sesuai bahwa

variable tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB. Artinya

penyerapan tenaga kerja khusus pada wilayah KEK Mandalika yaitu di Kabupaten

Lombok Tengah mampu meningkatkan PDRB daerah tersebut, dan juga bagi

kabupaten/kota yang lainnya di provinsi NTB mayoritas mengalami pertumbuhan

yang positif dan signifikan mempengaruhi PDRB daerah nya masing-masing. Jika

diinterpretasikan lebih dalam bagaimana proses tenaga kerja ini mampu berpengaruh

pada PDRB yaitu dengan melihat bagaimana angkatan kerja mampu mendapatkan

pekerjaannya sehingga mampu meningkatkan taraf perekonomiannya dengan

pendapatan yang didapatkan. Oleh karena itu peran dari tenaga kerja sangat lah

penting bagi pembangunan suatu daerah untuk mensejahterkan masyarakatnya dan

juga memberikan dampak bagi PDRB didaerah terkait. Apalagi ketika terdapat

tatanan ekonomi baru seperti penetapan KEK Mandalika di Kab.Lombok Tengah, hal

ini pastinya akan menarik banyak tenaga kerja, namun yang perlu diperhatikan juga

tenaga kerja tersebut harus terampil serta memiliki skill yang sesuai dengan bidang

yang di butuhkan dalam hal ini kebutuhan untuk sector Kawasan Ekonomi Khusus

Kuta Mandalika.

Hasil penelitian mendukung teori Adam Smith tentang sumberdaya manusia yang

akan berpengaruh positf terhadap pertumbuhan ekonomi. Sumberdaya manusia yang

terampil dan terserap oleh pasar tenaga kerja akan meningkatkan output daerah. Oleh

karena itu, peningkatan jumlah tenaga kerja terserap di kab/kota di Provinsi NTB

khususnya pada penyerapan tenaga kerja di sector KEK Mandalika dapat dijadikan

sebagai bahan pertimbangan kebijakan dalam menentukan strategi dalam

meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto, dan pertumbuhan ekonomi nasional.

85

Masalah ketenagakerjaan salah satunya dapat dikurangi dengan meningkatkan

pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan

pembangunan. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat diukur dengan melihat

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan. Pertumbuhan

ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk

menyediakan semakin banyak barang kepada penduduknya. Meningkatnya

pertumbuhan ekonomi daerah yang dicerminkan oleh PDRB diharapkan juga mampu

meningkatkan penciptaan lapangan kerja di daerah

2. Pengaruh Kunjungan Wisatawan terhadap PDRB (Produk Domestik

Regional Bruto)

Pembahasan mengenai wisatawan, pastinya berhubungan dengan salah satu

indikator penunjang perekonomian yaitu sector pariwisata. Sector pariwisata

memiliki potensi yang sangat besar untuk mendongkrak perekonomian Negara

maupun daerah, hal ini karena sector pariwisata menawarkan keindahan alam, atau

pun sejenisnya yang mampu menarik perhatian wisatawan untuk berkunjung. Di

Indonesia sendiri sector pariwisata menjadi penyumbang ekonomi nomor 3 setelah

sector tambang dan batu bara dan sector pertanian. Hal ini mengindikasikan sector

pariwisata yang ada di Indonesia sangatlah potensial.

Pariwisata itu sendiri merupakan industri jasa yang memiliki mekanisme pengaturan

yang kompleks karena mencakup pengaturan pergerakan wisatawan dari daerah atau

negara asal, ke daerah tujuan wisata, hingga kembali ke negara asalnya yang melibatkan

berbagai komponen seperti biro perjalanan, pemandu wisata (guide), tour operator,

akomodasi, restoran, artshop, moneychanger, transportasi dan yang lainnya. Pariwisata

juga menawarkan jenis produk dan wisata yang beragam, mulai dari wisata alam, wisata

budaya, wisata sejarah, wisata buatan, hingga beragam wisata minat khusus.

Jumlah wisatawan lokal/mancanegara adalah banyaknya wisatawan tiap tahun

yang berkunjung ke suatu negara didorong oleh satu atau beberapa keperluan tanpa

86

bermaksud memperoleh pekerjaan dan penghasilan di tempat yang dikunjungi pada

periode tertentu yang diukur dalam satuan orang.

Berdasarkan hasil estimasi pada regresi dengan menggunakan metode data panel,

dengan alat analisis Fixed Effect yang ditujukan tabel 4.11 menunjukan variable

kunjungan wisatawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB. Hal ini

dapat dilihat dari nilai probabilitas sebesar 0.0254. Nilai probabilitas tersebut lebih

kecil dari tingkat signifikansi (α) yang ditentukan yaitu sebesar lima persen (0.05),

sehingga hal ini menunjukkan hipotesis pertama dalam penelitian ini diterima karena

secara statistic terbukti.

Pada penelitian ini, akan diteliti pada salah satu destinasi pariwisata baru yang

dikenal dengan sebutan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Dimana KEK yang

dibahas pada penelitian ini focus pada sector pariwisatanya, Yaitu KEK Kuta

Mandalika. Pada penelitian ini, yang menjadi focus nya yaitu bagaimana pengaruh

kunjungan wisatawan dengan adanya KEK ini mampu mempengaruhi PDRB daerah

terkait. Hasilnya yaitu variable kunjungan wisatawan berpengaruh postif dan

signifikan terhadap PDRB dengan adanya KEK. Karena KEK ini adalah sistem zona

kawasan pariwisata baru, sehingga menimbulkan ketertarikan kepada para wisatawan

asing maupun lokal untuk berkunjung ke KEK Kuta Mandalika ini. Sebagaimana kita

ketahui juga, kunjungan wisatawan sangat berdampak signifikan bagi devisa Negara

ataupun Kas daerah.

3. Pengaruh Jumlah Hotel terhadap PDRB (Produk Domestik Regional

Bruto)

Infrastruktur penunjang pariwisata sangatlah penting untuk menarik perhatian

wisatawan untuk berkunjung. Fasilitas jalan, lampu, penerangan, hotel dan lain-lain.

Industri perhotelan termasuk dalam industri jasa yang menawarkan jasa pelayanan

yang dikelola secara komersil (Wiyasha, 2007).Hotel merupakan salah satu sarana

pendukung utama yang menunjang dalam bisnis dibidang pariwisata. Hotel – hotel

yang ada akan bersaing untuk memperoleh tingkat hunian sesuai dengan kelasnya

87

masing-masing. Adanya peningkatan persaingan tersebut memaksa manajemen harus

menentukan kebijakan yang tepat dalam usaha menarik konsumennya dan dalam

memenuhi tujuannya yaitu memperoleh laba demi kelangsungan hidup hotel.

Fungsi utama usaha perhotelan ialah untuk memberikan pelayanan kepada tamu

berupa tempat tinggal, atau tempat menginap yang bersifat sementara. Wisatawan

mancanegara memerlukan layanan akomodasi penginapan, komsumsi, perhotelan,

industri kreatif dan industri penunjang lain yang terkait maka usaha perhotelan dan

mata rantai usaha lainnya akan semakin berkembang sejalan dengan pertumbuhan

sektor pariwisata.

Berdasarkan hasil estimasi pada regresi dengan menggunakan metode data panel,

dengan alat analisis Fixed Effect yang ditujukan tabel 4.5 menunjukan variable

jumlah hotel berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap PDRB. Hal ini

dapat dilihat dari nilai probabilitas sebesar 0.4725. Nilai probabilitas tersebut lebih

besar dari tingkat signifikansi (α) yang ditentukan yaitu sebesar lima persen (0.05),

sehingga hal ini menunjukkan hipotesis pertama dalam penelitian ini diterima karena

secara statistic tidak terbukti.

Pada penelitian ini, salah satu yang ingin dilihat keterkaitannya adalah bagaimana

jumlah hotel berpengaruh pada PDRB. Dan hasilnya variable jumlah hotel

berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap PDRB dengan adanya KEK. Hal ini

dikarena kan karena mayoritas belum ada penambahan jumlah hotel pada daerah

sekitar ketika Kawasan Ekonomi Khusus mulai diberlakukan. Daerah daerah sekitar

masih mengandalkan keberadaan hotel-hotel yang telah lebih dulu di bangun

sehingga jumlah nya pun rata-rata relative stagnan seperti sebelum adanya

pemberlakuan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Kabupaten Lombok Tengah.

Karena KEK ini baru dibangun pada tahun 2014, maka dari itu pembangunan hotel

hotel yang baru pun sedang dalam proses pembangunan, dan dalam jangka waktu

penelitian ini dari tahun 2014-2017 belum terlihat signifikansi yang nyata dari

pembangunan Hotel ini mampu mempengaruhi PDRB.

4. Keadaan Sebelum dan Sesudah adanya KEK

88

Sebuah perubahan sistem ataupun penambahan suatu sistem pada sebuah

kebijakan, baik itu tingkat pusat ataupun daerah pasti kelebihan dan kekurangan

tersendiri. Dalam hal ini penetapan Kawasan Ekonomi Khusus. Pemberlakuan KEK

ini pasti sudah melalui banyak pertimbangan dan juga riset apakah daerah terkait,

layak ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Berbicara Kawasan

Ekonomi Khusus Kuta Mandalika ini, kawasan yang berpotensi akan keunggulan

pariwisatanya, tidak heran sebelum penetapan KEK ini pun daerah Kuta Mandalika

memang menjadi destinasi pariwisata andalan di daerah tersebut. Namun kebijakan

pemerintah yang memberikan mandat KEK ini kepada Kab. Lombok Tengah,

membuat daerah terkait harus berbenah, karena KEK Kuta Mandalika ini akan di

proyeksikan menjadi Wisata Internasional.

Dari sisi pendapatan daerah, Penetapan KEK Kuta Mandalika di Kab.Lombok

Tengah memang sangat terasa. Terlihat dari selisih pendapatan daerah dari tahun

sebelum penetapan KEK dan sesudah penetapan KEK. Peralihan itu dimulai dari

tahun 2013 ke tahun 2014 saat penetapan KEK Mandalika terjadi. Terjadi

peningkatan yang sangat signifikan hingga surplus 5 Miliar lebih yang ditopang oleh

berbagai sector salah satunya sector Pariwisata KEK Mandalika dan terus meningkat

hingga tahun 2017 (terlihat pada Dummy Variabel tabel 4.3) Hal ini

mengindikasikan penetepan KEK cukup efektif membantu mendongkrak

pertumbuhan PDRB di Kab.Lombok Tengah.

3. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Uji koefisien determinasi (Adjusted R2) digunakan untuk mengukur seberapa

besar kemampuan independen menjelaskan variable dependen.

Tabel 4.16

Koefisien Determinasi (R2)

89R-Squared 0.987197

Adjusted R-squared 0.981506

Sumber: Hasil pengolahan data dengan Eviews 9

Pada tabel 4.16 dapat dilihat bahwa nilai R-Squared sebesar 0.987197, yang

artinya sebesar 98% variable independen dapat menjelaskan variable dependen.

Sisanya sebesar 2%% dijelaskan oleh variable-variabel lain yang mempengaruhi

PDRB dengan adanya KEK namun diluar variable-variabel dalam penelitian ini.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka, penulis memperoleh

kesimpulan bahwa pada peneltian Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi PDRB

dalam Pengembangan Sektor Pariwisata Berbasis Kawasan Ekonomi Khusus (Studi

Kasus: KEK Mandalika, Kab.Lombok Tengah, NTB 2014-2017) adalah sebagai

berikut:

1. Variable penyerapan Tenaga Kerja memilki pengaruh positif dan signifikan

mempengaruhi PDRB dengan adanya Kawasan Ekonomi Khusus Kuta

90

Mandalika. Hal ini terjadi karena sector pariwisata baru seperti KEK ini

memang membutuhkan tenaga kerja yang handal dan penyerapan nya akan

terjadi

2. Variable kunjungan wisatawan berpengaruh positif dan signifikan

mempengaruhi PDRB dengan adanya Kawasan Ekonomi Khusus Kuta

Mandalika. Hal ini karena antusias wisatawan yang mengetahui KEK

Mandalika ini kaya potensi wisata yang baru

3. Variable jumlah hotel berpengaruh positif namun tidak signifikan

mempengaruhi PDRB dengan adanya Kawasan Ekonomi Khusus.hal ini

karena jumlah kuantitas hotel sangat berkorelasi dengan sector pariwisata,

namun belum tentu dengan jumlah tersebut mampu menyumbang pendapatan

bagi daerah.

4. Variable independen dalam penelitian ini, yaitu Penyerapan tenaga kerja,

kunjungan wisatawan dan jumlah hotel secara bersama sama atau simultan

berpengaruh terhadap PDRB dengan adanya Kawasan Ekonomi Khusus ini.

Jika terjadi perubahan pada masing masing variable independen maka secara

bersama sama akan turut merubah PDRB pada objek penelitian terkait.

5. Dalam hasil Dummy Variabel, bahwa keadaan sebelum dan sesudah adanya

Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika sangat terlihat perbedaannya, hal

ini terlihat dari hasil uji t-test. Bahwa dari ketiga variable yaitu Tenaga Kerja,

Wisatawan dan Jumlah Hotel, hanya variable jumlah hotel lah yang tidak

terdapat perbedaan yang signifikan Antara sebelum dan sesudah adanya KEK.

Namun variable Tenaga Kerja dan Wisatawan keduanya signifikan terlihat

perbedaanya Antara sebelum dan sesudah adanya KEK.

B. Saran

1. Bagi Pemerintah

a. Memberi perhatian dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan

atau Skill para tenaga kerja di sector pariwisata khususnya penunjang

Kawasan Ekonomi Khusus, karena di proyeksikan KEK ini akan

91

menjadi industry wisata cukup menjanjikan di masa depan. Maka dari

itu diperlukan tenaga kerja yang terampil.

b. Sebagai bahan pertimbangan guna menentukan arah kebijakan disektor

pariwisata khususnya di Pulau Lombok agar lebih efektif dan efisien

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Memperbaharui tahun penelitian agar lebih Update dengan periode

yang lebih panjang, dengan demikian mampu memberikan gambaran

kondisi PDRB dan variable lainnya guna menunjang KEK Mandalika

ini

b. Meneliti dengan variable-variabel lain diluar variable ini agar

memperoleh hasil yang lebih bervariatif yang dapat menggambarkan

hal-hal apa saja yang dapat berpengaruh terhadap PDRB khuusnya

dengan adanya KEK

3. Bagi Masyarakat

a. Memberikan informasi terkait bagaiamana dampak adanya Kawasan

Ekonomi Khusus ini mampu memberikan kontribusi ekonomi di

daerah terkait serta menambah wawasan masyarakat mengenani

potensi pariwisata Kawasan Ekonomi Khusus Kuta Mandalika

khususnya di Pulau Lombok.

92

93

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo, 2014. Pertumbuhan Wilayah & Wilayah Pertumbuhan, cetakan ke 1, Graha Ilmu, Ruko Jambusari 7A Yogyakarta, 55283

Andre, Siti Khairani, 2015, “Pengaruh Jumlah Wisatawan, Jumlah Hotel, dan Tingkat Hunian Hotel Terhadap Penerimaan Pajak Hotel di Kota Palembang”, STIE MDP; JL. Rajawali, No 14, Palembang , Telp (0711)376400/fax (0711)376360 3Jurusan Akuntansi, STIE MDP, Palembang e-mail: [email protected],[email protected].

Badan Pusat Statistik, 2018. Kabupaten Bima dalam Angka, Bima Regency in figures ISSN: 0215.5338 No. Publikasi/Publication Number: : 52060.1807 Katalog/Catalog: 1102001.5206

Badan Pusat Statistik, 2018. Kabupaten Sumbawa dalam Angka, Sumbawa Regency in figures, ISSN: 0215-5834 No. Publikasi/Publication Number: 52040.1809 Katalog/Catalog: 1102001.5204

Badan Pusat Statistik, 2018. Kabupaten Sumbawa Barat dalam Angka, Sumbawa Barat Regency in figures, ISSN: 2355-4896 No. Publikasi/Publication Number: 52076.1807 Katalog/Catalog: 1102001.5207

Badan Pusat Statistik, 2018. Kabupaten Dompu dalam Angka, Dompu Regency in figures, ISSN: 02155397 No. Publikasi/Publication Number: 52050.1702 Katalog/Catalog: 1102001.5205

Badan Pusat Statistik, 2018. Kabupaten Lombok Barat dalam Angka, Lombok Barat Regency in figures, ISSN: 0215-563X No. Publikasi/Publication Number: 52016.1801 Katalog/Catalog: 1102001.5201

Badan Pusat Statistik, 2018. Kabupaten Lombok Timur dalam Angka, Lombok Timur Regency in figures, ISSN: 0215 – 6059 No. Publikasi/Publication Number: 52030.1804 Katalog/Catalog: 1102001.5203

Badan Pusat Statistik, 2018. Kabupaten Lombok Utara dalam Angka, Lombok Utara Regency in figures, No. Publikasi/Publication Number: 52080.1806 Katalog/Catalog: 1102001.5208

94

Badan Pusat Statistik, 2018. Potensi Ekonomi Kabupaten Lombok Tengah, ISBN 978-602-6457-09-7, No Publikasi: 52025.1705, Katalog: 91020595102

Badan Pusat Statistik, 2017. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Lombok Tengah Menurut Lapangan Usaha, Gross Regional Domestic Product of Lombok Tengah Regency by Industrial Origin 2012-2016, ISBN : 978-602-60069-0-5 Nomor Publikasi : 52025.1701 Katalog BPS : 9302001.5202

Badan Pusat Statistik, 2018, Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam Angka, West Nusa Tenggara Provinces in figures, ISSN : 0215 – 2215 No. Publikasi/Publication Number : 52560.1801 Katalog BPS/BPS Catalogue : 1102001.52

Budiarto, Arif, Made Heny Urmila Dewi, 2015, “Pengaruh PDRB dan Upah Minimum Provinsi Terhadap Penyerapan Tenga Kerja Melalui Mediasi Investasi di Provinsi Bali”, E-Jurnal EP Unud, 4 [10] : 1219-1246, ISSN: 2303-0178, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia. e-mail: [email protected]/ telp: +62 85738168232 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia.

Chusaeni, Abdul Majid, Analisis Sektor Lapangan Usaha yang mempengaruhi Nilai PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Atas dasar harga berlaku dan konstan tahun 2000 Kabupaten Kendal Periode 1997-2011

Dewi, AA Istri Agung Dima Sitara, I.K.G, Bendesa, 2016, “Analisis Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan, Tingkat Hunian Hote, dan Produk Domestik Regional Bruto Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Gianyar.” E-Jurnal EP Unud, 5 [2] : 260-275 ISSN: 2303-0178, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia e-mail : [email protected]

Gujarati, Damodar N, Dawn C Porter, 2011, ”Dasar Dasar Ekonometrika 2”, No ISBN 9789790610668, Penerbit, Salemba Empat,

Hamid, Edy suandi, 2012, “ Dinamika ekonomi Indonesia”, Universitas Islam Indonesia press, E-mail:[email protected],id

95

Haris, Abdul, 2013, Pengaruh penatagunaan tanah terhadap keberhasilan pembangunan infrastruktur dan ekonomi, Kasubdit pertanahan Direktorat tata ruang dan pertanahan, Bappenas

Hasanah, Ulfa Fuadillah, 2016, Analisis Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri menengah dan besar se-Karesidenan Pekalongan Tahun 2008-2013. Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Hendrawan, Bambang, Danpak Pemberlakuan Kawasan Ekonomi Khusus Terhadap Kinerja perusahaan dalam kawasan, Pusat kajian Daya saing Program Studi Administrasi Bisnis Terapan, Parkway Street, Batam Centre, Batam 29461, Indonesia, Email [email protected], [email protected]

Hidayat, Syarif, Agus Syarif Hidayat, 2010. Quo Vadis Kawasan Ekonomi Khusus Cetakan 1, Rajawali Pers, Kelapa Gading Permai, Jakarta 14240

Hutasoit, Normaika, 2017, “Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Jumlah Hunian Hotel Terhadap Penerimaan Sub Sektor PDRB Industri Pariwisata di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2004-2013”, JOM Fekon, Vol.4 No.1 (Februari) 2017, Faculity of economics, Riau University, Pekanbaru, Indonesia Email :[email protected]

Jurigova Zuzana, Zuzana Tuckova, Oskar Solenes, 2017, “The Impact of chosen economic indicators on tourism suistainability (Case Study: Of the Czech Republic and Norwegia)”, ISSN 2029-7017 print/ISSN 2029-7025 online 2017 September Volume 7 Number 1 http://dx.doi.org/10.9770/jssi.2016.7.1(9)

Kamila, Aisyah, 2016, “Pengaruh Sektor Pariwisata, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Tingkat Investasi dan Jumlah Penduduk Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD),” Program Studi Aluntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta”,

96

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Multilateral Meeting -1 Penyusunan RKP 2017, Prioritas Nasional Percepatan Pertumbuhan Kawasan Ekonomi Khusus.

Kabupaten Kudus, Diponegoro Journal of Economics, Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman 1-9.

Makalew, Victoria Natali, Vecky A.J. Masinambouw, Een N.Walemangko, Analisis Kontribusi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Terhadap Struktur perekonomian Sulawesi Utara, Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sam Ratulangi

Maryaningsih, Novi, Oki Hermansyah, Myrnawati Savitri, Pengaruh Infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, JEL Classification: 047,011,018, R11

Meliana, Katrina Doris, Imam Buchori, Efektivitas Kelembagaan Pemerintah Dalam Pengembangan KEK Tanjung Lesung Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten, Volume 11 (2): 49-60 Maret 2016, Penerbit Planologi Undip

Mulyadi. 2008. Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Pembangunan, Cetakan ke 4 Rajawali Pers, Jakarta,

Putra, Windhu, 2018. Perekonomian Indonesia: Penerapan beberapa teori ekonomi pembangunan di Indonesia. Edisi cetakan 1, Rajawali Pers, Depok, Jawa Barat.

PT. ITDC (Indonesia Tourism Development Country Persero 2015

Rahma, Femy Nadia, Herniwati Retno Handayani, Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan, Jumlah Obyek Wisata dan Pendapatan perkapita terhadap penerimaan sektor pariwisata di

97

Rochmani, Tanti Siti, Yunastiti Purwaningsih, Agustinus Suyantoro, 2016, Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri di Provinsi Jawa Tengah. JIEP Vol. 16 No, 2, November 2016, ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 25448-1851.

Rukuiziene, Rasa, 2016, “Suistainable tourism Development Implication to local economy”, JEL CODES: R11, R58. DOI: http://dx.doi.org/10.15181/rfds.v14i3.873

Sulaksono, Agus, 2012, Analisis Produk Domestik Region Al Bruto, Investasi, Tenaga Kerja Sektor Pertambangan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia. Jurnal Ilmiah Vol III No.2. pp 98-115

Sutrisno, Denny Cessario, 2013, “Pengaruh Jumlah Obyek Wisata, Jumlah Hotel, dan PDRB Terhadap Retribusi Pariwisata Kabupaten /Kota di Jawa Tengah”, ISSN 2252-6889, Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia, Telp/Fax: (024) 8508015, email: [email protected]

Tabash. Mosab I. 2017, “The role of Tourism Sector in Economic Growth: An Empirical Evidence From Palestine” ISSN: 2146-4138 available at http: www.econjournals.com International Journal of Economics and Financial Issues, 2017, 7(2), 103-108.

Triandara, Karinda, Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke pantai Pangandaran Jawa Barat. Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2017.

Yesuari, Ayu Prima, Mengenal Kawasan Ekonomi Khusus, Tenaga Ahli Muda Kawasan Ekonomi Khusus Deputi V Kemenko Perekonomian.

Zamrowi, Muhammad Taufik, 2007, Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil (Studi di Industri Kecil meubel di Kota Semarang). Program Studi Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan. Universitas Diponegoro Semarang

98

LAMPIRAN

Lampiran 1: Hasil Estimasi Data Panel

A. Uji Chow

Redundant Fixed Effects TestsPool: UntitledTest cross-section fixed effects

Effects Test Statistic   d.f.  Prob. 

Cross-section F 36.588809 (9,27) 0.0000Cross-section Chi-square 103.197368 9 0.0000

Cross-section fixed effects test equation:Dependent Variable: LOGPDRB?Method: Panel Least SquaresDate: 08/07/19 Time: 19:49Sample: 1 4Included observations: 4Cross-sections included: 10Total pool (balanced) observations: 40

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  

C 8.682446 0.788371 11.01315 0.0000LOGTK? 0.376205 0.124312 3.026295 0.0046

LOGWSTWN? -0.465048 0.149552 -3.109602 0.0037LOGHOTEL? -0.146414 0.086778 -1.687220 0.1002

R-squared 0.267382    Mean dependent var 6.961896Adjusted R-squared 0.206330    S.D. dependent var 0.272224S.E. of regression 0.242520    Akaike info criterion 0.099172Sum squared resid 2.117370    Schwarz criterion 0.268060Log likelihood 2.016555    Hannan-Quinn criter. 0.160237F-statistic 4.379610    Durbin-Watson stat 0.354563Prob(F-statistic) 0.009974

99

B. Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman TestPool: UntitledTest cross-section random effects

Test SummaryChi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. 

Cross-section random 5.533199 3 0.0367

Cross-section random effects test comparisons:

Variable Fixed   Random  Var(Diff.)  Prob. 

LOGTK? 0.134001 0.172996 0.004489 0.5606LOGWSTWN? 0.010649 -0.013567 0.001386 0.5153LOGHOTEL? 0.262295 0.138927 0.008041 0.1689

Cross-section random effects test equation:Dependent Variable: LOGPDRB?Method: Panel Least SquaresDate: 08/07/19 Time: 19:47Sample: 1 4Included observations: 4Cross-sections included: 10Total pool (balanced) observations: 40

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  

C 6.099821 0.705517 8.645893 0.0000LOGTK? 0.134001 0.126595 1.058500 0.2992

LOGWSTWN? 0.010649 0.098093 0.108555 0.9144LOGHOTEL? 0.262295 0.140769 1.863299 0.0733

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.944483    Mean dependent var 6.961896Adjusted R-squared 0.919809    S.D. dependent var 0.272224S.E. of regression 0.077089    Akaike info criterion -2.030762Sum squared resid 0.160452    Schwarz criterion -1.481876Log likelihood 53.61524    Hannan-Quinn criter. -1.832302F-statistic 38.27808    Durbin-Watson stat 1.645145Prob(F-statistic) 0.000000

100

C. Fixed Effect Model

Dependent Variable: LOGPDRB?Method: Pooled EGLS (Cross-section weights)Date: 08/07/19 Time: 19:41Sample: 1 4Included observations: 4Cross-sections included: 10Total pool (balanced) observations: 40Linear estimation after one-step weighting matrix

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  

C 5.547479 0.293131 18.92491 0.0000LOGTK? 0.347945 0.070563 4.930961 0.0000

LOGWSTWN? 0.053501 0.033828 1.581547 0.0254LOGHOTEL? 0.073270 0.100566 0.728584 0.4725

Fixed Effects (Cross)_BIMA--C 0.098383

_DOMPU--C -0.155900_KBIMA--C -0.317340_LOBAR--C 0.155005_LOMUT--C -0.527862

_LOTENG--C 0.326709_LOTIM--C 0.355660_MTRM--C 0.022879_SMBW--C -0.163131

_SUMBAR--C 0.205596

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

Weighted Statistics

R-squared 0.987197    Mean dependent var 11.28308Adjusted R-squared 0.981506    S.D. dependent var 5.337511S.E. of regression 0.066510    Sum squared resid 0.119436F-statistic 173.4845    Durbin-Watson stat 1.699737Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.938051    Mean dependent var 6.961896Sum squared resid 0.179042    Durbin-Watson stat 1.845819

101

Lampiran 2: t-test Paired Sample

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence Interval

of the Difference

Lower Upper

Pair

1

Wisatawan Sebelum

KEK - Wisatawan

sesudah KEK

-

53362.0000

0

31992.7884

1

15996.3942

0

-

104269.665

63

-

2454.33437-3.336 3 .045

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence Interval

of the Difference

Lower Upper

Pair 1 Tenaga kerja

Sebelum KEK -

Tenaga kerja

sesudah KEK

-

889.0000

0

342.54440 171.27220-

1434.06458-343.93542 -5.191 3 .014

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence Interval of

the Difference

Lower Upper

Pair

1

hotel Sebelum KEK -

hotel Sesudah KEK

-

21.7500014.93039 7.46520 -45.50759 2.00759 -2.914 3 .062

102

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 PDRB sebelum

KEK –

PDRB sesudah

KEK

-

8950843.

50000

601899.5

9652

300949.7

9826

-

9908600.

07354

-

7993086.

92646

-

29.74

2

3 .000

103

Lampiran 3: Data Penelitian

No Kabupaten/Kota

Tahun PDRB (Satuan Milyar Rupiah)

Tenaga Kerja

Kunjungan Wisatawan

Asing maupun

Domestik

Jumlah Hotel

1 Lombok Tengah 2014 12,912,496,389 340 104720 84

1 Lombok Tengah 2015 14,462,890,334 680 100728 86

1 Lombok Tengah 2016 15,915,917,764 1020 108917 86

1 Lombok Tengah 2017 15,958,460,383 1360 200483 86

2 Lombok Timur 2014 12,869,222,289 230 15980 36

2 Lombok Timur 2015 14,489,341,347 300 17964 48

2 Lombok Timur 2016 15,985,431,378 402 18765 48

2 Lombok Timur 2017 17,581,134,783 434 19382 48

3 Lombok Barat 2014 10,131,269,874 547 154217 22

3 Lombok Barat 2015 11,447,645,490 415 200713 23

3 Lombok Barat 2016 12,639,743,478 789 235986 28

3 Lombok Barat 2017 13,948,640,498 974 240980 106

4 Lombok Utara 2014 3,259,527,489 798 55544 365

4 Lombok Utara 2015 3,618,131,498 897 66838 390

4 Lombok Utara 2016 3,966,453,490 1.203 95555 494

4 Lombok Utara 2017 4,345,434,389 1.797 150573 494

5 Mataram 2014 11,634,045,478 1.683 223008 115

104

5 Mataram 2015 13,214,578,498 1.751 284901 122

5 Mataram 2016 14,825,478,489 1.798 323292 122

5 Mataram 2017 16,553,310,478 1.811 349986 122

6 Kota Bima 2014 2,671,112,389 541 18805 14

6 Kota Bima 2015 2,994,128,432 337 19168 15

6 Kota Bima 2016 3,300,709,478 511 19503 16

6 Kota Bima 2017 3,635,846,478 194 37617 16

7 Kab. Bima 2014 7,310,492,384 360 62912 6

7 Kab. Bima 2015 8,286,054,387 345 72890 6

7 Kab. Bima 2016 9,196,015,378 457 77902 6

7 Kab. Bima 2017 10,090,076,378 654 82791 7

8 Dompu 2014 4,469,339,387 347 62912 15

8 Dompu 2015 5,039,054,389 456 65984 17

8 Dompu 2016 5,585,928,487 458 72789 17

8 Dompu 2017 6,210,115,387 678 75895 17

9 Sumbawa 2014 9,074,925,567 2.374 62912 36

9 Sumbawa 2015 10,287,184,378 3.172 65980 36

9 Sumbawa 2016 11,399,679,478 3.702 73123 36

9 Sumbawa 2017 12,721,314,488 3.987 78980 36

10 Sumbawa Barat 2014 9,435,818,389 1.379 62912 15

10 Sumbawa Barat 2015 23,050,343,384 1.567 50957 21

105

10 Sumbawa Barat 2016 25,703,476,389 1.274 30987 21

10 Sumbawa Barat 2017 24,055,697,383 3.759 20077 37

No Kabupaten/Kota Tahun PDRB (Satuan

persen %)

Tenaga Kerja

Kunjungan Wisatawan

Asing maupun

Domestik

Jumlah Hotel

1 Lombok Tengah 2014 6.28 340 104720 84

1 Lombok Tengah 2015 5.58 680 100728 86

1 Lombok Tengah 2016 5.67 1020 108917 86

1 Lombok Tengah 2017 5.73 1360 200.483 86

2 Lombok Timur 2014 4.79 230 15.980 36

2 Lombok Timur 2015 5.91 300 17.964 48

2 Lombok Timur 2016 5.18 402 18.765 38

2 Lombok Timur 2017 5.25 434 19.382 46

3 Lombok Barat 2014 5.70 547 154.217 22

3 Lombok Barat 2015 6.39 415 200.713 23

3 Lombok Barat 2016 5.73 789 235.986 28

3 Lombok Barat 2017 5.80 974 240.980 106

4 Lombok Utara 2014 4.08 798 55.544 365

4 Lombok Utara 2015 4.11 897 66.838 390

4 Lombok Utara 2016 4.59 1.203 95.555 494

4 Lombok Utara 2017 5.01 1.797 150.573 494

106

5 Mataram 2014 9.80 1.683 223.008 115

5 Mataram 2015 10.67 1.751 284.901 122

5 Mataram 2016 11.53 1.751 323.292 122

5 Mataram 2017 12.46 1.811 349.986 122

6 Kota Bima 2014 5.89 541 18.805 14

6 Kota Bima 2015 5.75 337 19.168 15

6 Kota Bima 2016 5.80 511 19.503 16

6 Kota Bima 2017 6.76 194 37.617 16

7 Kab. Bima 2014 6.01 36 62.912 6

7 Kab. Bima 2015 6.36 78 72.890 6

7 Kab. Bima 2016 5.12 90 77.602 6

7 Kab. Bima 2017 6.02 90 82.791 7

8 Dompu 2014 5.40 89 62.912 15

8 Dompu 2015 6.15 98 65.984 17

8 Dompu 2016 5.19 150 72.789 17

8 Dompu 2017 6.82 179 75.895 17

9 Sumbawa 2014 5.45 2.374 62.912 36

9 Sumbawa 2015 6.42 3.172 65.980 36

9 Sumbawa 2016 5.42 3.702 73.123 36

9 Sumbawa 2017 6.79 135 78.980 36

10 Sumbawa Barat 2014 -1.31 1.379 62.912 15

10 Sumbawa Barat 2015 107.07 1.567 50.957 21

107

10 Sumbawa Barat 2016 7.11 1.274 30987 21

10 Sumbawa Barat 2017 -18.97 3.759 20077 37

Lampiran Data yang sudah di LOG

108

LOGPDRB LOGTK LOGWSTWN LOGHOTEL Kab/kota Tahun

109

7.11101 2.531479 5.02003 1.924279 LOTENG 20147.160255 2.531479 5.00315 1.934498 LOTENG 20157.201832 2.531479 5.037096 1.934498 LOTENG 20167.202991 2.532754 5.302078 1.934498 LOTENG 20177.109552 2.361728 5.203601 1.556303 LOTIM 20147.161049 2.477121 5.254425 1.681241 LOTIM 20157.203724 2.604226 5.273369 1.579784 LOTIM 20167.245047 2.63749 5.287419 1.662758 LOTIM 20177.005664 2.737987 5.188132 1.342423 LOBAR 20147.058716 2.618048 5.302576 1.361728 LOBAR 20157.101738 2.897077 5.372886 1.447158 LOBAR 20167.144532 2.988559 5.381981 2.025306 LOBAR 20176.513155 2.902003 5.744644 2.562293 LOMUT 20146.558484 2.952792 5.825029 2.591065 LOMUT 20156.598402 3.080266 5.980258 2.693727 LOMUT 20166.638033 3.254548 5.177747 2.693727 LOMUT 20177.065731 3.226084 5.34832 2.060698 MTRM 20147.121053 3.243286 5.454694 2.08636 MTRM 20157.171009 3.25261 5.509595 2.08636 MTRM 20167.218885 3.257918 5.544051 2.08636 MTRM 20176.426692 2.733197 5.274294 1.146128 KBIMA 20146.47627 2.52763 5.282597 1.176091 KBIMA 2015

6.518607 2.708421 5.290121 1.20412 KBIMA 20166.560605 2.287802 5.575395 1.20412 KBIMA 20176.863947 2.556303 5.79874 0.778151 BIMA 20146.918348 2.537819 5.862673 0.778151 BIMA 2015

6.9636 2.659916 5.891554 0.778151 BIMA 20167.003894 2.815578 5.917988 0.845098 BIMA 20176.650243 2.540329 5.79874 1.176091 DOMPU 20146.702349 2.658965 5.819445 1.230449 DOMPU 20156.747095 2.660865 5.862071 1.230449 DOMPU 2016

6.7931 2.83123 5.880218 1.230449 DOMPU 20176.957843 3.375481 5.79874 1.556303 SMBW 20147.012297 3.501333 5.819418 1.556303 SMBW 20157.056893 3.568436 5.864059 1.556303 SMBW 20167.104532 3.600646 5.897522 1.556303 SMBW 20176.97478 3.139564 5.79874 1.176091 SUMBAR 2014

7.362677 3.195069 5.707212 1.322219 SUMBAR 20157.409992 3.105169 5.491192 1.322219 SUMBAR 2016

110

7.381218 3.575072 5.302718 1.568202 SUMBAR 2017

Lampiran 4: Gambar sebelum dan sesudah KEK Mandalika

111

112

113