rikaarsita.files.wordpress.com€¦ · web viewbab ipendahuluan. latar belakang masalah. sumber...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sumber daya manusia (SDM) dalam suatu organisasi memiliki peranan
yang sangat penting, karena tanpa didukung SDM yang baik suatu organisasi akan
menghadapi masalah dalam pencapaian tujuan organisasi.Organisasi harus
memandang manusia sebagai aset untuk perusahaan. Apabila hal ini dapat
tercapai, tercipta hubungan dan sinergi yang baik antara pemimpin dan karyawan
di organisasi tersebut. Strategi MSDM sangat penting dan salah satunya melalui
pengelolaan dan pengembangan karir karyawan. Sumber daya manusia yang
kompeten dan yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk mendukung produktivitas
dan aktivitas agar tujuan perusahaan atau suatu organisasi dapat tercapai dengan
sempurna. Strategi SDM digunakan untuk melakukan perencanaan bagi
kelangsungan daya kinerja yang baik bagi perusahaan.
Pengelolaan karyawan dan pengembangan karir karyawan dilakukan untuk
memberikan kesempatan bagi karyawan meningkatkan kualitasnya sehingga
meningkatkan kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan. Pengembangan karir
kepada karyawan menumbuhkan loyalitas yang lebih tinggi dan komitmen yang
lebih besar, dan dapat mengembangkan potensi dalam diri karyawan dalam
melakukan pekerjaan secara efektif dan produktif. Perencanaan karir mendorong
karyawan untuk bertumbuh dan berkembang, tidak hanya secara mental
intelektual
1
akan tetapi juga secara professional dan perencanaan karir dapat mencengah
terjadinya penumpukan tenaga-tenaga yang terhalang oleh pengembangan
karirnya.
Tahapan karir seseorang sudah dimulai sejak individu memasuki dunia
pendidikan atau sebelum individu tersebut memasuki dunia kerja, yaitu pada tahap
pemilihan karir dan organisasi. Pada tahapan ini individu mulai membentuk dan
memperbaiki citra diri pekerjaan, mengeksplorasi kualitas pekerjaan alternatif,
mengembangkan pilihan pekerjaan sementara, dan mengejar jenis pendidikan atau
pelatihan yang dibutuhkan untuk diterapkan pada pilihan karirnya (Greenhous,
2010). Karena itu pada tahapan ini sangat penting bagi seseorang dan pihak
perguruan tinggi untuk menjalankan proses belajar mahasiswa selama di
perguruan tinggi untuk mempersiapkan karir seseorang, sehingga memiliki
kematangan karir yang lebih baik.
Kematangan karir merupakan kemampuan seseorang untuk membuat
keputusan karir secara mandiri dan bertanggung jawab, yang didasarkan pada
integrasi pemikiran dari informasi terbaik yang tersedia tentang diri sendiri dan
dunia kerja (Zunker, 2008). Kematangan karir merupakan kesiapan psikososial
individu dan sumber yang mengatasi tugas perkembangan karir, transisi
pekerjaan, dan trauma kerja saat ini yang akan datang. Adaptasi karir
memungkinkan individu menyelesaikan konsep diri dalam peran dari pekerjaan
(Savickas & Porfelli, 2011).
Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan karir adalah self
efficacy dan locus of control. Dalam melaksanakan proses kegiatan suatu
organisasi, dibutuhkan faktor-faktor penting yang harus dipersiapkan oleh
2
mahasiswa sehingga mereka siap untuk memasuki dunia kerja. Mahasiswa harus
memiliki locus of control dan self efficacy untuk meningkatkan kematangan karir
dalam diri mereka (Pinasti, 2010: Olanrewaju, 2013). Self efficacy dan locus of
control adalah salah satu kompetensi yang dibutuhkan seseorang untuk
mengembangkan karir mereka ketika mereka memasuki dunia kerja. Selain itu,
faktor lain yang diduga berperan terhadap kematangan karir mahasiswa adalah
self efficacy. Self efficacy adalah keyakinan atau kemantapan individu
memperkirakan kemampuan yang ada dalam dirinya untuk melaksanakan tugas
tertentu. Seseorang dengan self efficacy yang tinggi lebih berhasil dalam
menyelesaikan pekerjaan dan merencanakan masa depan dari pada individu
dengan self efficacy yang rendah.Untuk mencapai karir yang diinginkan,
mahasiswa sering mengalami hambatan-hambatan, baik hambatan dari dalam diri
mahasiswa sendiri (kebingungan, keraguan, dan perasaan takut untuk gagal)
maupun hambatan dari luar. Sehingga diperlukan usaha mengatasi hambatan
tersebut. Seseorang yang memiliki self efficacy yang tinggi, merasa mampu untuk
melaksanakan tugas perkembangan karir yang dihadapinya sehingga mencapai
kematangan karir. Hal tersebut terjadi karena dengan self efficacy yang tinggi,
seseorang berusaha keras untuk menghadapi kesulitan, termasuk di dalamnya
kesulitan dalam mencapai kematangan karier seperti banyaknya pilihan alternatif
pekerjaan.
Kematangan karir individu termasuk mahasiswa juga dipengaruhi locus of
control yang terdapat pada dirnya. Locus of control adalah kecenderungan
individu untuk meyakini penyebab dari peristiwa-peristiwa yang dialaminya
sebagai sesuatu yang bersumber dari dalam dirinya sendiri (locus of control
3
internal), atau lingkungan disekitar dirinya (locus of control eksternal). Dikaitkan
dengan karir, mahasiswa dengan kematangan karir yang baik cenderung memiliki
orientasi locus of control secara internal. Individu dengan locus of control
internal, ketika dihadapkan pada pemilihan karir, maka melakukan usaha untuk
mengenal diri, mencari tahu tentang pekerjaan dan langkah-langkah pendidikan,
serta berusaha mengatasi masalah yang dihadapi. Locus of control adalah suatu
konsep yang menjelaskan suatu pesepsi seseorang atas tanggung jawab yang ada
dalam hidup seseorang. Locus of control menggambarkan seberapa jauh seseorang
memandang hubungan antara perbuatan yang dilakukannya dengan akibat atau
hasillnya (Luthans, 2011).
Peranan perguruan tinggi adalah selain melaksanakan proses belajar sesuai
bidang ilmunya, mahasiswa juga dapat mengembangkan dirinya dengan
mengikuti kegiatan organisasi yang ada di lingkungan kampus. Keaktifan
mahasiswa dalam organisasi dapat menyalurkan minat dan hobby yang dimiliki
mahasiswa dalam dirinya. Fungsi pendidikan tinggi adalah mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak mahasiswa serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, mengembangkan
Civitas Akademika yang inovatif, responsif, kreatif, terampil, berdaya saing,
dan kooperatif melalui pelaksanaan Tridharma (UU RI No.12 Pasal 4, 2012).
Tujuan pendidikan tinggi adalah berkembangnya potensi mahasiswa agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya
untuk kepentingan bangsa, dapat menghasilkan lulusan yang bisa menguasai
cabang ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memenuhi kepentingan nasional
4
dan peningkatan daya saing bangsa, dihasilkannya ilmu pengetahuan dan
teknologi melalui penelitian yang memperhatikan dan menerapkan nilai
humaniora agar bermanfaat bagi kemajuan bangsa, serta kemajuan peradaban dan
kesejahteraan umat manusia. (UU RI No.12 Pasal 5, 2012).
Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 4 (2014) perguruan tinggi
adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi. Dapat
dikatakan bahwa individu yang masuk ke dalam universitas disebut sebagai
mahasiswa. Perguruan tinggi menjadi wadah untuk mahasiswa dalam
mengembangkan karir dan dapat meningkatkan kemampuan, kompentensi,
kreativitas dalam diri mahasiswa dengan berbagai macam bidang studi dan kegiatan
organisasi yang tersedia di perguruan tinggi tersebut. Mahasiswa dapat
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sesuai ilmu dan pengetahuan yang
mereka minati. Mahasiswa juga dapat mengembangkan bakat, minat, dan
kemampuan dirinya melalui kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler sebagai bagian
dari proses pendidikan. Kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler dapat dilaksanakan
melalui organisasi kemahasiswaan. (UU RI No.12 Pasal 14, 2012).
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) adalah organisasi kemahasiswaan yang
merupakan suatu kegiatan kampus yang menjadi wadah mahasiswa dalam
menyalurkan hobi, ide-ide, aspirasi, dan tenaga mereka menjadi hal yang positif dan
bermanfaat. Unit kegiatan mahasiswa juga menjadi tempat melatih kemampuan
softskill mahasiswa. Hal ini dikuatkan oleh Kepmendikbud RI. No. 155 (1998) yang
menjelaskan bahwa organisasi kemahasiswaan intra-perguruan tinggi adalah wahana
dan sarana untuk pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan dan
peningkatan kecendekiawan serta integritas kepribadian untuk mencapai tujuan
5
pendidikan tinggi. Organisasi ini dibentuk sebagai wahana pengembangan bakat,
prestasi, minat, penalaran dan meningkatkan kreatifitas mahasiswa yang diatur
dengan peraturan rektor.
Universitas YARSI adalah penyelanggara pendidikan tinggi yang dalam
menjalankan proses pendidikan untuk mahasiswanya juga didukung oleh adanya
kegiatan kokulakuler dan ekstrakurikuler. Universitas YARSI memiliki berbagai
organisasi kemahasiswaan untuk mengembangkan bakat, prestasi, minat, penalaran
dan meningkatkan kreatifitas mahasiswa. Oganisasi mahasiswa tersebut terdiri dari
organisasi Mahasiswa (Ormawa) di tingkat Universitas yaitu Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM), Kongres, dan UKM. Unit Kegiatan Mahasiswa terdiri dari UKM
KREASI (Penelitian, pengabdian masyarakat, dan kewirausahaan), UKM TDM
(kesehatan), UKM SMAKA (tari, paduan suara, band, dan perkusi), UKM LDK
(bidang dakwah), UKM VOYAGE (voli, dan futsal), UKM YBBC (basket).
Organisasi di Tingkat Fakultas terdiri dari Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM),
Senat Mahasiswa.
Penelitian tentang pengaruh self efficacy dan locus of control terhadap
kematangan karir sudah banyak dilakukan pada lembaga pendidikan SMA (Akbulut,
(2010),Creed, Patton dan Prideaux, (2007), Olanrewaju, (2013), Beny Dwi Pratama,
Suharnan, (2014), Hasan Bozgeyikli, Susran Erkan Eroğlu, Habib Hamurcu, (2009),
Rachmawati, (2012), Katie R. Allen and Loretta Bradley, (2015), Widyowati, (2013),
Gunawan, (2014), Rishadi, (2016), Supraptiningsih, (2016), tetapi masih sedikit yang
dilakukan di perguruan tinggi (Pinasti, 2011). Penelitian tentang kematangan karir,
self efficacy, dan locus of control berdasarkan keaktifan mahasiswa dalam organisasi
kemahasiswaan diperguruan tinggi relatif masih belum ada yang melakukan.
6
Penelitian yang melihat perbedaan faktor individu mahasiswa dan pengembangan
karir mereka dapat dilihat berdasarkan sudut pandang yang berbeda. Perbedaan
pengembangan karir individu dilihat berdasarkan perbedaan jenis kelamin, tingkat
pendapatan, dan dukungan keluarga mahasiswa dilakukan oleh Serina (2010).
Perbedaan kemampuan individu, faktor ketegasan karir dan optimisme karir
mahasiswa yang dilihat berdasarkan perbedaan latar belakang negara dilakukan oleh
Gunkel and Schlaegel (2010). Agarwala (2008) melihat perbedaan keterampilan,
kompetensi, dan kemampuan individu adalah faktor yang paling penting dan
signifikan dalam mempengaruhi pilihan karir siswa manajemen India.
Berdasarkan ulasan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai
pengembangan karir dan kematangan karir, terlihat bahwa penelitian perbedaann self
efficacy, locus of control, dan kematangan karir perlu dilakukan. Oleh karena itu
penelitian ini berfokus untuk melihat pengaruh self efficacy, locus of control terhadap
kematangan karir. Selain itu penelitian ini juga melihat perbedaan self efficacy, locus
of control dan kematangan karir berdasarkan keaktifan mahasiswa dalam organisasi.
Mahasiswa yang aktif berorganisasi memiliki tingkat self efficacy yang lebih tinggi
dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak aktif berorganisasi, kematangan karir
pada mahasiswa yang aktif berorganisasi cenderung lebih baik dari pada mahasiswa
yang tidak aktif mengikuti organisasi karena mereka telah banyak mendapatkan
pelatihan dan pengalaman kerja selama mereka mengiktui organisasi dilingkungan
kampus, sedangkan mahasiswa yang aktif berorganisasi mempunyai locus of control
yang lebih tinggi kemungkinan besar dapat menunjukkan kematangan karir yang
lebih baik.
7
Kematangan karir yang rendah juga dapat berakibat seperti salah memilih
pekerjaan atau bekerja tidak sesuai dengan latar belakang studi. Masih banyak
ditemukan sarjana yang bekerja atau berprofesi tidak sesuai dengan latar belakang
pendidikannya. Al-qur’an sebagai sumber anjuran bagi umat Islam, dalam hal ini
mengemukakan adanya anjuran untuk mencapai kematangan karir berdasarkan
apa yang telah Allah SWT berikan kepadanya. Dalam Al-Qur’an Allah ta’ala
berfirman:
Artinya : “ Dan Katakanlah : “ Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan .’ (Q.S At-Taubah (9): 105)
Berdasarkan pemaparan ayat diatas bahwa Allah memerintahkan kepada
Hamba-Nya agar bekerja untuk dunia dan akhirnya, untuk diri pribadi, keluarga
dan untuk masyarakatnya, karena kerja adalah kunci kebahagiaan. Dan nampak
jelas betapa Islam memperhatikan bahwa karir itu sangat penting. Kesimpulan
bahwa mahasiswa yang aktif diorganisasi dilingkungan kampus sangat
berpengaruh terhadap locus of control dan self efficacy dengan kematangan karir
mahasiswa yang berorganisasi cenderung lebih kuat sehingga kematangan karir
lebih baik dan terarah dan memiliki self efficacy yang sangat tinggi.
8
1.2 Perumusahan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, terlihat bahwa terdapat
keterkaitan antara kematangan karir dengan locus of control dan self efficacy, juga
terdapat perbedaan faktor-faktor tersebut berdasarkan keaktifan mahasiswa dalam
kegiatan organisasi di Universitas YARSI. Dengan demikian rumusan masalah
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran self efficacy, locus of control dan kematangan
karir pada mahasiswa di Universitas YARSI?
2. Apakah ada pengaruh self efficacy dan locus of controlmasing-masing
terhadap kematangankarir mahasiswa di Universitas YARSI?
3. Apakah self efficacy dan locus of control bisa menjadi model yang
berpengaruh terhadap kematangan karir mahasiswa di Universitas
YARSI?
4. Apakah ada perbedaan self efficacy, locus of control dan kematangan
karir pada mahasiswa yang aktif dan tidak aktif dalam organisasi
kemahasiswaan di Universitas YARSI?
5. Bagaimana pandangan Islam tentangself efficacy, locus of control,
kematangan karir mahasiswa di Univertas YARSI?
1.3 TujuanPenelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan
penelitian iniadalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui gambaran self efficacy, locus of control dan
kematangan karir pada mahasiswa di Universitas YARSI
9
2. Untuk mengetahui pengaruh self efficacy, locus of controlmasing-
masing terhadap kematangan karir mahasiswa di Univeritas YARSI
3. Untuk mengetahui apakah self efficacy dan locus of controldapat
menjadi model yang berpengaruh terhadap kematangan karir
mahasiswa di Universitas YARSI
4. Untuk mengetahui perbedaan self efficacy, locus of control dan
kematangan karir berdasarkan mahasiswa yang aktif dan tidak aktif
dalam organisasi kemahasiswaan di Universitas YARSI.
5. Untuk mengetahui pandangan Islam tentang self efficacy, locus of
control,kematangan karir mahasiswa di Universitas YARSI
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapakan memberikan manfaat baik untuk kepentingan
akademik maupun praktis:
1. Kepentingan akademik
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan dan
wawasan tentang pengembangan karir seseorang dalam rangka
pengelolaan SDM diorganisasi, juga memberikan wawasan
pentingnya proses pemebentukan kematangan karir seseorang untuk
mencapai karirnya.
2. Kepentingan Individu
Hasil penelitian ini diharapkan mahasiswa dapat mempersiapkan
karirnya dan merencanakan karirnya sebelum mahasiswa memasuki
dunia kerja.
10
3. Lembaga Universitas YARSI
Sebagai tambahan literature kepustakaan dibidang penelitian
mengenai pengaruh self efficacy, locus of control, kematangan
karir.Agar Universitas YARSI memperoleh mahasiswa yang
berkualitas dan mampu bersaing di pasar internasional dan mampu
menentukan karir setelah lulus kuliah.
11
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia: Pengembangan Karyawan
Manajemen sumber daya manusia yang strategis adalah pendekatan
pengembangan dan penerapan strategi sumber daya manusia yang terintegrasi
dengan strategi bisnis dan mendukung pencapaian karir karyawan (Amstrong,
2015). Stewart & Brown (2011) menyatakan bahwa manajemen sumber daya
manusia berfokus pada orang-orang di dalam suatu organisasi. Orang-orang
adalah komponen utama dari setiap organisasi. Setiap organisasi dengan karyawan
yang lebih produktif cenderung lebih sukses. Produktivitas seorang karyawan
meningkat ketika suatu organisasi merekrut dan memotivasi setiap karyawan
secara efektif, sehingga praktik sumber daya manusia yang baik akan menciptakan
karyawan yang lebih puas dan bekerja lebih keras untuk memuaskan pelanggan.
Pengembangan karyawan melibatkan seluruh aktivitas yang mempengaruhi
pertumbuhan pribadi dan profesional. Kegiatan dalam pengembangan karyawan
pada umumnya membantu karyawan untuk mempelajari keterampilan yang
membantu karyawan dalam pekerjaan di masa depan.
Menurut Dessler (2015) manajemen sumber daya manusia adalah proses
memperoleh, melatih, menilai, dan memberi kompensasi kepada karyawan, dan
memperhatikan hubungan kerja, kesehatan dan keselamatan kerja mereka, dan
perhatian pada keadilan. Sementara menurut Amstrong (2015) manajemen sumber
daya manusia (HRM) adalah memperhatikan semua aspek tentang bagaimana
seseorang dipekerjakan dan dikelola dalam suatu organisasi. Hal ini mencakup
12
semua kegiatan manajemen sumber daya manusia yang strategis, manajemen
modal manusia, manajemen pengetahuan, tanggung jawab sosial perusahaan,
pengembangan organisasi, mengelolaan sumber daya manusia (perencanaan
tenaga kerja, perekrutan dan seleksi dan manajemen talenta), pembelajaran dan
pengembangan, kinerja dan manajemen penghargaan, hubungan karyawan,
kesejahteraan karyawan dan penyediaan layanan karyawan yang memiliki dimensi
internasional.
Stewart dan Brown (2011) menyatakan bahwa pengelolaan SDM perlu
dilakukan untuk menciptakan nilai tambah melalui sumber daya manusia, yang
terdiri dari dua aspek utama. Pertama, aspek pengamanan karyawan yang meliputi
aktivitas merancang pekerjaan produktif yang memuaskan, merekrut karyawan
yang berbakat, memilih karyawan yang sesuai, dan mengelola retensi dan
pemisahan karyawan. Kedua, aspek untuk memaksimalkan kinerja karyawan yang
meliputi mengukur kinerja dan memberikan umpan balik, pelatihan untuk
peningkatan kinerja, mengembangkan karyawan dan karir karyawan, memotivasi
karyawan melalui kompensasi, bekerja secara efektif dengan tenaga kerja, dan
merancang kompensasi.
2.2. Pengembangan Karir: Kematangan Karir
Karir adalah pola kerja yang dialami seseorang sepanjang usia kerjanya,
sementara pengembangan karir karyawan dalam perusahaan ditunjukkan dalam
bentuk jalur karir, yaitu rangkaian pengalaman kerja yang mempersiapkan
seorang karyawan untuk memperoleh pekerjaan pada level yang lebih tinggi
(Stewart dan Brown, 2011). Organisasi yang memiliki jalur karir internal,
mengkomunikasikan informasi ini pada karyawan dan memberi kesempatan yang
13
jelas yang dapat membantu karyawan mencapai tujuan karir yang mereka
tetapkan. Menurut Stewart & Brown (2011) pengembangan karir adalah aktivitas
yang membantu orang-orang untuk mengelola perkembangan karir dan
pengalaman kerja mereka selama kehidupan. Pengembangan karir melibatkan
tahap-tahap pengembangan karir yang harus dijalankan seorang individu. Salah
satu bentuk kategori pengembangan karir karyawan adalah melalui pendidikan
dalam bentuk pengalaman yang diperoleh melalui pendidikan formal.
Menurut Greenhous (2010) pengembangan karir individu dimulai sebelum
seseorangmemasuki dunia kerja, khususnya dimulai pada masa pendidikan.
Adapun tahapan pengembangan karir inidividu terdiri dari empat tahap yaitu:
1. Tahap pemilihan pekerjaan dan organisasi (Occupational and
organizational choice)
Dari perspektif karir, rangkaian tugas awal pada tahap ini adalah untuk
membentuk dan memperbaiki citra diri pekerjaan, mengeksplorasi
kualitas pekerjaan alternatif, mengembangkan pilihan pekerjaan
sementara, dan mengejar jenis pendidikan atau pelatihan yang
dibutuhkan untuk diterapkan pada pilihan. Pencapain tugas karir awal
ini memerlukan wawasan yang cukup tentang kemampuan, minat, nilai
dan gaya hidup seseorang, serta persyaratan, peluang dan penghargaan
yang terkait dengan bidang pekerjaan alternatif. Memang bagi orang
dewasa muda, memilih pekerjaan melibatkan pembentukan citra diri
dan peningkatan pemahaman dunia kerja. Model manajemen karir
didasarkan pada eksplorasi dan penemuan yang terus-menerus, dan
banyak orang yang mengembangkan pilihan pekerjaan kedua atau
14
ketiga selama masa kerja mereka, karena pilihan pekerjaan dapat
terjadi pada tahap lain, tugas yang terkait dengan pilihan pekerjaan
dapat sering muncul kembali sepanjang masa kerja seseorang.
Rangkaian kedua di tahap ini berfokus pada pemilihan dan masuk
sebuah organisasi dan menetapkan pekerjaan yang dapat memuaskan
nilai karir dan memanfaatkan talenta dari seseorang. Pilihan dan proses
masuk organisasi dapat memakan waktu beberapa bulan untuk
menyelesaikannya dan seringkali bergantung pada jumlah tahun
pendidikan yang telah dikejar individu. Meski pun proses masuk
awalnya dialami oleh orang-orang yang pindah langsung dari sekolah
ke tugas pekerjaan pertama mereka yang berhubungan dengan karir,
seseorang dapat memasuki organisasi baru pada usia berapapun oleh
karena itu, rentang usia bisa sangat bervariasi.
2. Tahap awal karir: tahap pembentukan dan perencanaan (the early
career: the establishment and achievement phases)
Pada tahap ini karir mencakup dua periode, mencerminkan isu
dominan pada awal masa dewasa: menemukan posisi ideal didunia
orang dewasa dan berusaha untuk “ mewujudkannya” dijalur yang
sudah dipilih. Setelah memilih pekerjaan dan pekerjaan awal, tugas
pertama dari awal karir adalah menjadi individu mapan dalam karir.
Karyawan baru tidak hanya harus menguasai pada aspek teknis dari
pekerjaannya tetapi juga harus mempelajari norma, nilai, dan harapan
organisasi. Pada masa awal karir ini, tugas utama karyawan adalah
mempelajari tentang pekerjaan dan organisasi utnuk diterima sebagai
15
kontributor yang kompeten untuk suatu organisasi. Bahwa karir awal
bisa berlanjut sampai usia 40 tahun, namun dalam pandangan
masyarakat mencerminkan karir awal karena individu tersebut secara
khusus terus mengejar aspirasi muda yang belum terbebani oleh
penilaian ulang yang kadang sangat menakjubkan tentang transita
umur setengah baya. Dengan demikian, disarankan bahwa tema sangat
dominan dari awal karir yaitu menjadi mapan dan mempertahankan
karirnya dalam satu periode.
3. Tahap karir pertengahan (The midcareer)
Tahap ini individu dipertengahan karir dimulai oleh masa transisi umur
setengah baya, yang berfungsi sebagai jembatan antara awal dan
pertengahan masa dewasa. Jumlah tugas dan perhatian yang menjadi
ciri khas pertengahan karir. Pertama, individu ini cenderung menaksir
pada gaya hidup dan tuntutan yang mendominasi karirnya. Berikutnya
dimulai dari gaya hidup (dengan implikasinya pada karir) untuk masa
berubahnya sepenuhnya ke tengah-tengah masa kedewasaan individu.
Apakah gaya hidup baru dapat sesuai dengan keputusan sebelumnya
atau ada perbedaan yang sangat besar, ada sejumlah isu yang terkait
pada pekerjaan yang spesifik yang dihadapi individu pada pertengahan
karir individu.
4. Tahap akhir karir (The late career)
Ada dua tugas utama yang mendominasi tahap ini. Pertama, individu
harus terus menjadi kontributor produktif bagi organisasi dan
mempertahankan rasa harga diri dan percaya diri. Namun,
16
pemeliharaan produktivitas dan harga diri sering terhalang oleh
perubahan dalam individu dan hal-hal yang bertentangan dikalangan
orang tua. Kedua, induvidu di akhir karir harus mengantisipasi dan
merencanakan masa pensiun yang efektif, sehingga saat melepas
pekerjaan tidak menghancurkan individu dan sehingga tahun pasca
pensiun itu bermakna dan memuaskan.
2.3. Kematangan Karir
Kematangan karir dapat merupakan sebagai kesiapan individu untuk
mengatasi perkembangan tugas yang dihadapinya berdasarkan secara biologis dan
sosial perkembangannya, serta harapan masyarakat terhadap orang-orang yang
telah mencapai tahap karirnya. Kematangan karir dapat dilihat sebagai suatu
proses dan hasil. Kematangan karir sebagai proses mengacu kepada bagaimana
individu menentukan dan membuat pilihan karir atau keputusan karir dan
bagaimana individu mengkombinasikan antara kondisi dirinya dengan lingkungan
sekitar. Sedangkan kematangan karir sebagai hasil mengacu kepada apa yang
telah dicapai individu, apakah dia mantap atau tidak dengan pilihan atau
keputusan karir yang telah dipilihnya. Kematangan karir adalah proses
perkembangan yang berkelanjutan dan menyajikan karakteristik yang dapat
diidentifikasi secara spesifik serta merupakan sifat-sifat yang penting untuk
pengembangan karir. Sedangkan dari perspektif CIP (Cognitive Information
Processing), kematangan karir didefinisikan sebagai kemampuan untuk membuat
keputusan karir mandiri dan bertanggung jawab didasarkan pada integrasi
pemikiran dari informasi terbaik yang tersedia tentang diri sendiri dan dunia kerja
(Zunker, 2008)
17
Kematangan karir adalah sikap dan kompetensi individu dalam
menentukan keputusan karir yang ditunjang oleh faktor kognitif dan afektif
dengan meningkatkan pengetahuan dan keahlian ide sentral dalam perkembangan
karir ialah kematangan karir. Kematangan karir merupakan hal yang sangat
penting dimiliki oleh remaja, karena remaja harus memilih dan mempersiapkan
karir dengan matang, kematangan karir merupakan kemampuan individu dalam
mengakses informasi karir, mengarahkan diri berdasarkan informasi karir untuk
membuat pilihan dalam melihat peluang yang memungkinkan untuk mengambil
keputusan yang tepat untuk masa depannya, kematangan karir dapat didefinisikan
sebagai kesiapan seorang individu untuk membuat informasi, menentukan usia
sesuai keputusan karir dan untuk mengatasi tugas pengembangan karir yang
sesuai. Bahwa super telah mengidentifikasi lima dimensi kematangan karir yaitu
terdiri dari planfulness, eksplorasi, pengumpulan informasi, pengambilan
keputusan dan orientasi kenyataan, untuk memeriksa dimensi kematangan karir
atau kesiapan vokasional lainnya. Selain itu konseling lainnya mencakup aspirasi
dan harapan kerja yang realistis, pengambilan keputusan karir yang lebih tinggi,
kemanjuran diri, kendali diri internal, tingkat kepentingan karir yang lebih tinggi.
Penelitian ini juga telah menetapkan hubungan yang kuat antara kematangan karir
dan keputusasaan karir individu. John crites (1981) adalah salah satu yang
pertama berteori tentang kematangan karir. John crites telah mencantumkan lima
tahap kematangan karir yang harus dialami individu sebelum mereka cukup
matang untuk mengambil keputusan. Mengembangkan kedewasaan karir adalah
tugas penting yang perlu diakui dan ditangani secara individual untuk memberi
saran pendekatan bagi inidividu yang tidak terbantahkan. Penasihat dalam
18
perkembangan karir dapat sangat membantu dalam memastikan bahwa inidividu
adalah orang-orang yang memiliki tugas dan keterampilan yang terkait dengan
proses pengambilan keputusan karir. Naido (1998) meninjau empat dekade
tentang kematangan karir. Naido menemukan berbagai korelasi kematangan karir
membangun kematangan karir yang lebih berfokus pada perbedaan usia dan
tingkat kelas perbedaan ras, etnis, dan budaya, jenis kelamin, dan perbedaan
gender dan arti penting kerja. Kematangan karir lebih baik dibedakan berdasarkan
tingkat pendidikan daripada usia, dan pengembangan kematangan karir.
Perbedaan tersebut berdasarkan jenis kelamin, hubungan tidak langsung dan
langsung ada antara kendali diri dan variasi karir, seperti keputusan karir,
komitmen karir, eksplorasi karir dan perilaku pencarian pendudukan. Self efficacy
karir adalah keyakinan atau kepercayaan individu terhadap kemampuannya untuk
mencapai tugas karir yang harus dilalui sesuai rentang usia perkembangan karir
yang dihadapi. Tugas perkembangan karir pada setiap rentang usia individu akan
berubah sesuai dengan usia. Individu yang memiliki self efficacy karir tinggi akan
melakukan pengembangan beragam kemampuan dalam diri mereka, seperti
halnya mengembangkan pola-pola baru dalam berperilaku, perilaku tersebut
dilakukan melalui usaha yang tak kenal lelah, sementara individu dengan
keyakinan diri rendah akan menghambat dan memperlambat pengembangan
kemampuan diri mereka (Virginia N. Gordon dan George E, 2015)
Kematangan karir merupakan kesiapan psikososial individu dan sumber
koping dengan tugas perkembangan karir, transisi pekerjaan, dan trauma kerja
saat ini dan yang akan datang, adaptasi karir memungkinkan individu
menyelesaikan konsep diri dalam peran dari pekerjaan(Savickas & Porfelli, 2011).
19
Dari pendapat beberapa para ahli sebelumnya dapat disimpulkan bahwa
kematangan karir adalah sikap dan kompetensi individu dalam menentukan
keputusan karir yang ditunjang oleh faktor kognitif dan afektif dengan
meningkatkan pengetahuan dan keahlian. Kematangan karir ini merupakan
hubungan antara usia individu dengan tahap perkembangan karir yang
mempunyai peran dalam kematangan karir yang harus dijalankan sesuai dengan
tahapan perkembangannya.
Selain faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kematangan karir, didalam
kematangan karir terdapat berbagai dimensi, menurut Super (Sharf, 2006) konsep
kematangan karir individu memiliki beberapa dimensi yaitu:
1. Career planning (perencanaan karir)
Dimensi ini mengukur tingkat perencanaan melalui sikap terhadap
masa depan, seberapa sering individu mencari informasi mengenai
pekerjaan dan seberapa jauh mereka mengetahui beragam pekerjaan.
Kegiatan yang mencakup aspek ini antara lain: mempelajari informasi
terkait jenis pekerjaan yang diminati, membicarakan perencanaan yang
dibuat dengan orang dewasa, dimensi ini juga berkaitan dengan
pengetahuan mengenai kondisi pekerjaan, jenjang pendidikan yang
disyaratkan, prospek kerja.
2. Career exploration (eksplorasi karir)
Dimensi ini mengukur sikap terhadap sumber informasi. Individu
berusaha untuk memperoleh informasi mengenai dunia kerja dan
menggunakan kesempatan dari informasi yang berpotensial seperti
orang tua, teman, guru dan konselor.
20
3. Career decision making (pengetahuan tentang membuat keputusan
karir)
Dimensi ini mengukur pengetahuan tentang prinsip dan cara
pengambilan keputusan. Individu memiliki kemandirian membuat
pilihan pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan.
Kemampuan untuk menggunakan metode dan prinsip pengambilan
keputusan untuk menyelesaikan masalah termasuk memilih pendidikan
dan pekerjaan.
4. Word-of-work information (informasi dunia kerja)
Dimensi ini mengukur pengetahuan tentang tugas-tugas perkembangan
karir yang penting, seperti kapan orang lain harus mengeksplorasi
minat dan kemampuan mereka, bagaimana orang lain dan mengapa
orang berpindah kerja. Mengetahui mengenai tugas kerja (job desk)
pada pekerjaan tertentu.
5. Knowledge of preferred occupational grup (pengetahuan mengenai
pekerjaan yang diminati )
Dimensi ini mengukur pengetahuan mengenai tugas kerja (job desk)
dari pekerjaan yang mereka minati, peralatan kerja, dan persyaratan
fisik yang dibutuhkan. Dimensi ini juga terkait kemampuan individu
dalam mengidentifikasi orang-orang yang ada pada pekerjaan yang
mereka minati.
6. Realization career (Realisasi keputusan karir )
Realisasi keputusan karir adalah perbandingan antara kemampuan
individu dengan pilihan karir pekerjaan secara realistis. Aspek ini
21
antara lain: memiliki pemahaman yang baik tentang kekuatan dan
kelemahan dari berhubungan dengan pekerjaan yang diinginkan,
mampu melihat faktor-faktor yang mendukung dan menghambat karir
yang diinginkan, dan mampu mengambil manfaat membuat keputusan
karir yang realistik.
2.4. Self Efficacy
Teori self efficacy, self efficacy (juga dikenal sebagai teori kognitif sosial
atau teori pembelajaran sosial) mengacu pada keyakinan individu bahwa dia
situasi sulit, seseorang dengan tingkat self efficacy rendah cenderung mengurangi
usaha mereka atau menyerah dengan keadaan, sementara seseorang yang memiliki
self efficacy tinggi semakin berusaha lebih keras untuk menguasai tantangan. Self
efficacy yaitu teori kepribadian yang diekspresikan dalam bentuk tujuan melalui
suatu pendekatan yang menekankan pada proses kognitif dan sosial atau teori
pembelajaran melalui mana seseorang belajar untuk saling menghargai dan
memperjuangkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Salah satu konsep paling
penting tentang Teori Pembelajaran Sosial Kognitif, yang diperkenalkan oleh
Bandura pada tahun 1986 ini, adalah self efficacy, self efficacy mengacu pada
keyakinan individu (atau kepercayaan diri) tentang kemampuannya untuk
memobilisasi motivasi, sumber daya kognitif, dan tindakan yang dibutuhkan
untuk berhasil melaksanakan tugas tertentu dalam konteks tertentu. Perhatikan
bahwa definisi ini berkaitan dengan khasiat pada tugas dan konteks tertentu. Jadi
self efficacy adalah keyakinan individu terhadap kemampuan dirinya sendiri untuk
mengahadapi atau menyelesaikan tugas atau masalah yang di berikan kepadanya
dengan hasil yang maksimal serta dapat berfungsi dengan baik dilingkungannya.
22
(Larsen dan Buss, 2010)
Bandura telah mendefinisikan self efficacy sebagai kepercayaan pada
kemampuan seseorang terhadap tindakan yang diperlukan untuk menghasilkan
pencapaian yang telah ditentukan, dengan kata lain, orang yang percaya bahwa
mereka dapat berkinerja baik dalam sebuah tugas memiliki self efficacy yang
tinggi lebih baik daripada mereka yang berpikir bahwa mereka akan gagal
memiliki self efficacy rendah.
Feist & Feist (2009) mendefinisikan self efficacy sebagai keyakinan
individu bahwa mereka mampu untuk melakukan suatu tindakan yang
menghasilkan sesuatu yang diharapkan.Individu dengan self efficacy tinggi akan
berusaha lebih keras dan mempunyai daya yang kuat dalam mengerjakan sesuatu
dibandingkan dengan individu yang memiliki self efficacy rendah (Schunk, 2008)
Menurut Schutz dan Schultz (2013) self efficacy adalah sebagai perasaan
seseorang yang cukup, efisien, dan berkompeten dalam mengatasi kehidupan. Self
efficacy juga dapat diartikan sebagai persepsi terhadap pengendalian yang dimiliki
seseorang terhadap kehidupannya. Seseorang berjuang untuk mengendalikan
kejadian-kejadian yang mempengaruhi kehidupan mereka. Penggunaan pengaruh
terhadap lingkungan yang dapat dikendalikan, membuat seseorang mampu untuk
menyadari masa depan yang diinginkan dan mencegah yang tidak diinginkan.
Kemampuannya untuk mempengaruhi outcomes untuk membuat hasilnya menjadi
bisa dprediksi. Kemampuan untuk memprediksi hasil yang dapat membantu
persiapan yang dibutuhkan. Jadi, percaya bahwa seseorang mempunyai
kemampuan untuk sukses merupakan aset yang sangat besar selama orang
tersebut berjuang untuk mencapainya (Schultz dan Schultz, 2013).
23
Mahasiswa yang memiliki self efficacy tinggi, meyakini bahwa mereka
dapat menghadapi kejadian dan situasi yang terjadi secara efektif. Karena mereka
berusaha untuk berhasil mengatasi suatu masalah, mereka lebih tekun untuk
mengerjakan tugasnya dan seringkali mencapai tingkat kinerja yang tinggi.
Mahasiswa seperti ini memiliki kepercayaan diri yang tinggi terhadap
kemampuannya dibandingkan mereka yang rendah self efficacy nya. Mereka
memandang kesulitan sebagai tantangan daripada ancaman dan secara aktif
mencari situasi-situasi baru. Self efficacy yang tinggi pada seseorang dapat
mengurangi perasaan takut gagal, meningkatkan cita-cita, dan meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah dan selalu berfikir analitis. Sementara,
mahasiswa yang memiliki self efficacy rendah merasa cepat putus asa, mereka
tidak mampu untuk mengendalikan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam
hidupnya. Mereka meyakini bahwa usaha yang mereka lakukan adalah sia-sia.
Ketika mereka berhadapan dengan rintangan, mereka cepat putus asa jika usaha
pertama yang dilakukannya dalam menghadapi masalah berjalan tidak efektif.
Bahkan mahasiswa yang self efficacynya sangat rendah tidak berusaha untuk
mengatasi masalahnya, karena mereka yakin bahwa apa yang mereka lakukan
tidak akan membuat perubahan Self efficacy mempengaruhi atribusi penyebab,
dimana individu yang memiliki self efficacy akademik yang tinggi menilai
kegagalannya dalam mengerjakan tugas akademik disebabkan oleh kurangnya
usaha, sedangkan individu dengan self efficacy yang rendah menilai kegagalannya
disebabkan oleh kurangnya kemampuan. Self efficacy berbeda dengan aspirasi
(cita-cita), karena cita-cita menggambarkan sesuatu yang ideal yang seharusnya
(dapat dicapai), sedangkan self efficacy menggambarkan penilaian atas
24
kemampuan diri seseorang. Self efficacy merupakan kepercayaan terhadap
kemampuan seseorang untuk menjalankan tugas. Orang yang percaya diri dengan
kemampuannya cenderung akan berhasil, sedangkan individu yang selalu merasa
gagal akan cenderung untuk gagal.
Self efficacy membantu individu dalam menentukan pilihan, usaha mereka
untuk maju, kegigihan dan ketekunan yang mereka tunjukkan dalam
menghadapikesulitan, dan derajat kecemasan atau ketenangan yang mereka alami
saat merekamempertahankan tugas-tugas yang mencakup kehidupan mereka.
Pentingnya self efficacy berpengaruh pada usaha yang diperlukan dan akhirnya
terlihat dari outcome kerja. Individu dengan self efficacy yang tinggi lebih ulet dan
tahan menghadapi situasi sekitarnya. Individu yang memiliki self efficacy karir
yang tinggi selalu melakukan pengembangan beragam kemampuan dalam diri
mereka, seperti halnya mengembangkan pola-pola baru dalam berperilaku.
Perilaku tersebut dilakukan melalui usaha yang tak kenal lelah, sementara
individu dengan keyakinan diri rendah menghambat dan memperlambat
pengembangan kemampuan diri mereka.
Menurut Santrock (2009) menyatakan, individu dengan self efficacy
rendah pada pembelajaran dapat menghindari banyak tugas belajar, khususnya
yang menantang. Individu dengan self efficacy tinggi akan menghadapi tugas
belajar tersebut dengan keinginan besar. Individu dengan self efficacy tinggi lebih
tekun berusaha pada tugas belajar dibanding individu dengan self efficacy rendah.
Individu yang memiliki self efficacy yang tinggi cenderung mengerjakan suatu
tugas tertentu, meskipun tugas-tugas tersebut sulit. Individu yang memiliki self
efficacy tinggi menganggap kegagalan sebagai akibat dari kurangnya usaha yang
25
keras, pengetahuan dan keterampilan. Mereka akan meningkatkan usaha mereka
untuk mencegah kegagalan yang mungkin timbul. Mereka yang gagal dalam
melaksanakan sesuatu, biasanya cepat mendapatkan kembali self efficacy mereka
kembali setelah kegagalan tersebut. Dari pemaparan di atas, peneliti
menyimpulkan bahwa individu yang memiliki self efficacy yang tinggi memiliki
ciri-ciri sebagai berikut: (a). Yakin terhadap kesuksesan dalam mengatasi
rintangan, (b). Ancaman dipandang sebagai suatu tantangan yang tidak perlu
dihindari, (c). Gigih dalam berusaha, (d). Percaya pada kemampuan diri yang
dimiliki, (e). Hanya sedikit menampakkan keragu-raguan, (f). Suka mencari
situasi baru, (g). Aspirasi dan komitmen terhadap tugas kuat.
Individu yang memiliki self efficacy rendah memiliki ciri-ciri sebagai
berikut: (a). Lamban dalam membenahi atau mendapatkan kembali self efficacy
ketika menghadapi kegagalan, (b). Tidak yakin dapat menghadapi rintangan, (c).
Ancaman dipandang sebagai sesuatu yang harus dihindari, (d). Mengurangi usaha
dan cepat menyerah, (e). Ragu pada kemampuan diri yang dimiliki, (f). Tidak
suka mencari situasi baru, (g). Aspirasi dan komitmen terhadap tugas lemah.
Bandura telah membedakan keyakinan self efficacy ke dalam beberapa
dimensi yaitu Level, Generality, Strength (Bandura, 1997)
a. Dimensi Level: (tingkat kesulitan tugas)
Pada dimensi pertama berkaitandengan tingkat kesulitan tugas, yaitu
dimana individu akan memilih tugas berdasarkan tingkat kesulitannya.
Jika individu dihadapkan pada tugas yang disusun menurut tingkat
kesulitan, maka self efficacy akan diarahkan pada tugas yang gampang,
sedang atau sulit sesuai dengan batas kemampuan yang dimiliki untuk
26
memenuhi tuntuan perilaku yang dibutuhkan pada masing-masing
tingkatan kesulitannya
b. Dimensi Strength: (kekuatan keyakinan)
Pada dimensi kedua berkaitan dengan sampai sejauh mana seorang
individu yakin dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya,
individu dengan self efficacy rendah akan mudah menyerah pada
pengalaman yang menurutnya tidak mendukung. Sedangkan individu
denga self efficacy yang tinggi akan mendorong individu untuk tetap
bertahan dalam usahanya walaupun terkadang tidak terdapat
pengalaman yang tidak mendukung ataupun menghambat
c. Dimensi Generality: (generalitas/ tingkah laku)
Pada dimensi terakhir berkaitan dengan tingkah laku, yaitu dimana
seorang individu merasa yakin terhadap kemampuannya dalam
berbagai situasi tugas, dimulai dari saat melakukan aktivitas atau
situasi tertentu sampai dalam serangkaian tugas atau situasi yang
beranekaragam
2.5. Locus Of Control
Locus of control adalah kepribadian yang mencerminkan kepercayaan atau
persepsi seseorang tentang siapa yang mengendalikan kehidupan dan lingkungan,
keyakinan itu bisa ada dalam berbagai tingkat, yang mencerminkan tingkat
seseorang yang dirasakan seseorang secara pribadi. Locus of controldapat
didefinisikansebagai tingkatan dimana seseorang menerima tanggung jawab
personal terhadap apa yang terjadi pada diri mereka. Locus of control berbeda
dengan self efficacy, karena locus of control lebih mengacu pada keyakinan
27
mengenai kemungkinan suatu perilaku tertentu mempengaruhi hasil akhir.
Sedangkan self efficacy adalah keyakinan individu bahwa ia mampu melakukan
suatu perilaku dengan baik. Individu yang memiliki locus of control internal lebih
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan perubahan yang terjadi dalam
lingkungan tersebut. Mereka berusaha untuk dapat mengatasi masalah yang
mereka hadapi dengan mencari berbagai alternatif pemecahan. Mereka
menganggap akan mencapai keberhasilan apabila berusaha keras dengan segala
kemampuannya, sedangkan individu yang memiliki locus of control eksternal
cenderung menganggap bahwa hidup mereka terutama ditentukan oleh kekuatan
dari luar diri mereka, seperti nasib, takdir, keberuntungan, dan orang lain yang
berkuasa (Schultz, 2013)
Konsep mengenai locus of control pertama kali dikemukakan oleh Julian
Rotter seorang ahli dalam pembelajaran social, konsep locus of control dari Rotter
ini menjelaskan bahwa seseorang memiliki suatu keyakinan mengenai penyebab
kesuksesan dan kegagalan yang dialaminya terjadi karena adanya faktor internal
atau faktor eksternal (Dewi, 2014).Konsep locus of control (pusat pengendalian)
dikemukakan pertama kali oleh Julian Rotter, seorang ahli teori pembelajaran
sosial. Pada bagian inti teori ini belajar sosial. Rotter menjelaskan bahwa orang
yang memiliki kemampuan untuk melihat hubungan kausalitas antara perilakunya
sendiri dan kemunculan dari penguat. Seseorang berusaha dalam meraih
tujuannya karena memiliki harapan bahwa usaha akan menghasilkan kesuksesan
(Feist & Feist, 2010).
Robbins (2008) mengemukakan bahwa locus of control merupakan tingkat
keyakinan individu bahwa ia adalah penentu nasibnya sendiri. Fakhidah (2012)
28
menjelaskan bahwa individu yang memiliki locus of control eksternal akan
cenderung kurang tekun dalam usaha mencapai tujuannya dengan memanfaatkan
kesempatan yang tersedia dan menyandarkan hidupnya secara berlebihan pada
kekuatan yang ada di luar dirinya. Definisi tersebut sejalan dengan pendapat
(Ivancevich, Konopaske, dan Matteson, 2007) yang menyatakan bahwa locus of
control menentukan tingkat keyakinan individu bahwa perilakunya
mempengaruhi apa yang terjadi pada dirinya.
Seseorang yang memiliki locus of control internal merasa bahwa mereka
secara pribadi dapat mempengaruhi hasil kerja mereka melalui kemampuan,
keterampilan, atau usaha mereka sendiri. Sedangkan seseorang yang memiliki
locus of control eksternal merasa bahwa hasil kerja mereka berada di luar kendali
mereka sendiri, mereka merasa bahwa kekuatan eksternal seperti keberuntungan
atau tugas sulit yang mengendalikan hasil kerja mereka. Locus of control adalah
suatu konsep yang menjelaskan suatu pesepsi seseorang atas tanggung jawab yang
ada dalam hidup seseorang. Locus of control menggambarkan seberapa jauh
seseorang memandang hubungan antara perbuatan yang dilakukannya dengan
akibat atau hasilnya (Luthans, 2011).
Dari beberapa pengertian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa locus of
control adalah bagaimana individu memahami suatu kejadian atau peristiwa yang
terjadi pada dirinya baik kegagalan atau keberhasilan yang diraihnya apakah
akibat faktor dari dalam. Jika penyebab peristiwa itu terjadi dari dalam dirinya
maka disebut sebagai locus of control internal, sedangkan jika penyebabnya
terjadi dari luar dirinya maka disebut locus of control eksternal.
Menurut Rotter (Friedman & Schustack, 2006) menjelaskan bahwa locus
29
of control memiliki dua dimensi yaitu:
1. Locus of control internal
Keyakinan bahwa keberhasilan yang diraih sebanding dengan usaha yang
mereka lakukan dan sebagian besar dapat mereka kendalikan. Individu dengan
kecenderungan internal memiliki keyakinan individu bahwa kejadian yang
dialami merupakan akibat dari perilaku dan tindaknnya sendiri, memiliki kendali
yang baik terhadap perilakunya sendiri, cenderung dapat mempengaruhi orang
lain, yakni bahwa usaha yang dilakukannya dapat berhasil, aktif dalam mencari
informasi dan pengetahuan terkait situasi yang sedang dihadapi. Menurut
(Zulkaida dkk, 2007) menyatakan seseorang dengan locus of control internal akan
menjadi lebih akti dan mampu memilih informasi yang dia butuhkan.
Indikator locus of control internal menurut Freidman & Schustack adalah:
(a). Keyakinan individu bahwa kejadian yang dialami merupakan akibat dari
perilakunya sendiri, (b). Memiliki kendali yang baik terhadap perilakunya sendiri,
(c). Cenderung dapat mempengaruhi orang lain, (d). Yakin bahwa usaha yang
dilakukannya dapat berhasil, (e). Aktif mencari informasi dan pengetahuan terkait
situasi yang sedang dihadapi.
2. Locus of control eksternal
Indikator locus of control eksternal menurut Friedman & Schustack adalah:
kekuasaan orang lain, takdir dan kesempatan merupakan faktor utama yang
mempengaruhi apa yang dialami dalam hidupnya: (a). Memiliki kendali yang
kurang baik terhadap perilakunya, (b). Cenderung dipengaruhi oleh orang lain,
(c). Sering kali tidak yakin bahwa usaha yang dilakukannya dapat berhasil, (d).
30
Kurang aktif mencari informasi dang pengetahuan terkait situasi yang sedang
dihadapinya
2.6. Penelitian Terdahulu
Adanya penelitian-penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya
berperan sangat penting dalam sebuah penelitian yang dilakukan. Karena dengan
adanya penelitian sebelumnya maka penulis saat ini dapat terbantu dalam
penulisan penelitian yang akan dihadapi. Beberapa penelitian yang
pembahasannya sama dengan penelitian ini adalah:Beberapa hasil penelitian yang
telah dilakukan menunjukkan bahwa self efficacy berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kematangan karir, yaitu yang dilakukan oleh Pinasti (2011),
Olanrewaju (2013), Hasan Bozgeyikli, Susran Erkan Eroğlu dan Habib Hamurcu
(2009), Creed, Patton dan Prideaux (2007), Katie and Bradley (2015),
Susantoputri dan Gunawan (2014), Rishadi (2016), Febriana dan Supraptiningsih
(2016), Rustanto (2016), Safaria (2016), sementara tidak ditemukan adanya
hubungan antara self efficacy dengan kematangan karir, yaitu yang dilakukan oleh
Rachmawati (2012). Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan menujukkan
bahwa locus of control berpengaruh positif dan signifikan terhadap kematangan
karir, hasil penelitian ini sejalan yang dilakukan oleh Akbulut (2010), Pinasti
(2011), Olanrewaju (2013). Sedangkan beberapa hasil penelitian yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa internal locus of control ada hubungan yang
positif dan signifikan terhadap kematangan karir, yaitu yang dilakukan oleh
Pratama dan Suharnan (2014), Widyastuti dan Widyowati (2012). Hasil penelitian
untuk pengaruh self efficacy, locus of control terhadap kematangan selanjutnya
dapat dilihat pada Tabel 2.1
31
Tabel 2.1Hasil Penelitian Terdahulu tentang Self efficacy, Locus of Control dan
Kematangan Karir
Nama Peneliti & ( Tahun) Variable Penelitian Hasil Penelitian
Akbulut (2010) Independen: Locus of controlDependen: Kematangan karir
Locus of control berpengaruh positif dan signifikan terhadap kematangan karir
Creed, Patton dan Prideaux (2007)
Independen: Self efficacy dan prestasi belajarDependen: Kematangan karir
Self efficacyberpengaruh positif dan signifikan terhadap kematangan karir
Woro Pinasti (2011) Independen: Self efficacy dan locus of controlDependen: Kematangan karir
Ada pengaruh yang signifikan dari self-efficacy dan locus of control, locus of control internal, locus of control eksternal, jenis kelamin, dan status sosial ekonomi terhadap kematangan karir mahasiswa
Olanrewaju (2013) Independen: Self efficacy dan Locus of controlDependen: Kematangan karir
Secara simultan ada hubungan yang positif dan signifikan antara self efficacy dan locus of control terhadap kematangan karir
Beny Dwi Pratama, Suharnan (2014)
Independen: Konsep diri dan internalLocus of controlDependen: Kematangan karir
Ada hubungan positif yang signifikan antara konsep diri dan internal locus of control dengan kematangan karir siswa
Hasan Bozgeyikli, Susran Erkan Eroğlu, Habib Hamurcu (2009).
Independen: Self efficacy, Socioeconomic status, Career decision makingDependen: Kematangan karir
Ada hubungan yang positifdan signifikan antara keputusan karir membuat self-efficacydan kematangan karir dengan status sosial ekonomi
Yunia Eka Rachmawati (2012)
Independen: Self efficacyDependen: Kematangan karir
Tidak ditemukan adanya hubungan antara self efficacy dengan kematangan karir
Katie R. Allen and Loretta Bradley (2015)
Independen: Self efficacyDependen: Kematangan karir
Terdapattingkat kematangan karir dan self-efficacyyang lebih tinggi untuk kelompok perlakuan dibandingkandengan kelompok kontrol
Ninik Widyastuti, Arini Widyowati
Independen : locus of control internal dan perencanaan karirDependen: Kematangan karir
Terdapat hubungan positif yang signifikan antara locus of control internal dengan kematangan karir pada siswa SMK
Susantoputri, Maria Kristina dan William Gunawan (2014)
Independen: career self efficacyDependen: Kematangan karir
Ada hubungan positif dan signifikan antara career self efficacy dengan kematangan karir pada remaja di daerah Kota Tangerang
Fauzan Rishadi (2016) Indenpenden: self efficacyDependen: Kematangan karir
Ada hubungan yang positif dan signifikan antara self efficacy dengan kematangan karir
Rima Febriana dan Endang Supraptiningsih (2016)
Indenpenden: Self efficacyDependen: Kematangan karir
Adanya hubungan yang positif dan signifikan antara self efficacy dengan kematangan karir
32
Hasil Penelitian Terdahulu tentang Self efficacy, Locus of Control dan Kematangan Karir (Lanjutan)
Nama Peneliti & ( Tahun)
Variable Penelitian Hasil Penelitian
Agung Edi Rustanto (2016)
Independen: Efikasi diri, kepercayaan diriDependen: Kematangan karir
Terdapat pengaruh positif dan signifikan dari kepercayaan diri dan efikasi diri terhadap kematangan karir
Triantoro Safaria (2016)
Independen : Efikasi diri, pola asuh otoritatif dan motivasiDependen: Kematangan karir
Efikasi diri, motivasi berprestasi, dan pola asuh otoritatif berperan memberikan sumbangan terhadap kematangan karir mahasiswa. Namun tidak ditemukan perbedaan kematangan karir antara laki-laki dengan perempuan.
Nerguz Bulut Serina (2010)
Independen: Locus of controlDependen: Gender, family (analisis perbedaan)
Ditemukan perbedaan bahwa siswa laki-laki memiliki locus of control lebih tinggi dari pada siswa perempuan, Siswa dengan tingkat pendapatan tinggi memiliki locus of control yang lebih tinggi dari pada siswa dengan tingkat pendapatan rendah dan menengah,Siswa yang tinggal dengan keluarga mereka memiliki locus of control yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tinggal di asrama atau rumah
Marjaana Gunkel and Christopher Schlaegel (2010)
Independen: Personality and career decisivenessDependen: Career development, Business studies, China, Germany, United States of America (analisis perbedaan)
Sejauh mana kemampuan beradaptasi karir, karir optimisme, dan pengetahuan karir memprediksi ketegaran karir di China, Jerman, dan AS. Kedua, pengaruh memiliki lima ciri kepribadian pada determinan keteguhan karir, pada Ketegasan karir, dan pada hubungan antara ketepatan karir dan determinannya dalam ketiganya Negara
Serap Nazli (2007)
Indenpenden: Career development in primaryschool childrenDependen:gender dan value (analisis perbedaan)
Tidak ada perbedaan dalam Tingkat perkembangan karir siswa dalam hal gender dan nilai
Tanuja Agarwala (2008)
Indenpenden: Factors influencing career choice of management students in IndiaDependen:protean/ konvensional (analisis perbedaan)
Keterampilan, kompetensi, dan kemampuan individu adalah faktor yang paling penting dan peran ayah yang paling signifikan dalam mempengaruhi pilihan karir siswa manajemen India
Sumber: Diolah dari berbagai sumber
33
Penelitian tentang kematangan karir, self efficacy, dan locus of control
berdasarkan keaktifan mahasiswa dalam organisasi kemahasiswaan relatif belum
ada yang melakukan. Penelitian yang melihat perbedaan faktor individu
mahasiswa dan pengembangan karir mereka dilihat berdasarkan dengan sudut
pandang yang berbeda. Perbedaan pengembangan karir individu dilihat
berdasarkan perbedaan jenis kelamin, tingkat pendapatan, dan dukungan keluarga
mahasiswa dilakukan oleh Serina (2010). Perbedaan kemampuan individu, faktor
ketegasan karir dan optimisme karir mahasiswa yang dilihat berdasarkan
perbedaan latar belakang negara dilakukan oleh Gunkel and Schlaegel (2010).
Agarwala (2008) melihat perbedaan keterampilan, kompetensi, dan kemampuan
individu adalah faktor yang paling penting dan signifikan dalam mempengaruhi
pilihan karir siswa manajemen India. Ditemukan juga bahwa tidak ada perbedaan
dalam tingkat perkembangan karir siswa berdasarkan perbedaan gender dan nilai
(Nazli, 2007). Hasil penelitian untuk pebedaan self efficacy, locus of control dan
kematangan karir berdasarkan keaktifan mahasiswa dalam organisasi selanjutnya
dapat dilihat pada Tabel 2.1.
2.7. Kerangka Konsep
Mahasiswa dituntut untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya dan guna
untuk mempersiapkan diri untuk memasuki tugas selanjutnya yaitu berkarir yang
memiliki konsekuensi yang berbeda baik dalam hal finansial maupun ekonomi.
Namun, sebelum mahasiswa menentukan karir yang di hadapi kedepannya,
mahasiswa perlu memiliki kematangan karir. Kematangan karir adalah
keberhasilan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karir
yang khas pada setiap tahap perkembangan tertentu. Pada mahasiswa, kematangan
34
karir berada pada tahapan eksplorasi dan kristalisasi, dimana mahasiswa harus
selalu mengidentifikasi kesempatan dan tingkat pekerjaan yang sesuai, serta
mempertimbangkan kebutuhan, minat, kapasitas, dan nilai pribadi yang
dimilikinya.
Dalam pembentukan kematangan karir, individu termasuk mahasiswa
dipengaruhi oleh locus of control. Locus of control adalah kecenderungan
individu untuk meyakini penyebab dari peristiwa-peristiwa yang dialaminya
sebagai sesuatu yang bersumber dari dalam dirinya sendiri (locus of control
internal), atau lingkungan disekitar dirinya (locus of control eksternal). Dalam
kaitannya dengan karir, mahasiswa dengan kematangan karir yang baik cenderung
memiliki orientasi locus of control secara internal. Individu dengan locus of
control internal, ketika dihadapkan pada pemilihan karir, maka melakukan usaha
untuk mengenal diri, mencari tahu tentang pekerjaan dan langkah-langkah
pendidikan, serta berusaha mengatasi masalah yang dihadapi. Hal tersebut
membuat kematangan karir individu menjadi tinggi. Akbulut (2010) menyatakan
bahwa orang yang matang dalam berkarir cenderung memiliki keyakinan bahwa
untuk mencapai karir yang diinginkan, diperlukan adanya usaha sendiri bukan
adanya keberuntungan, nasib ataupun takdir.
Selain itu, faktor lain yang diduga berperan terhadap kematangan karir
mahasiswa adalah self efficacy. Self efficacy adalah keyakinan atau kemantapan
individu memperkirakan kemampuan yang ada dalam dirinya untuk melaksanakan
tugas tertentu. Mahasiswa dengan self efficacy yang tinggi lebih berhasil dalam
menyelesaikan pekerjaan dan merencanakan masa depan daripada individu
dengan self efficacy yang rendah.
35
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Creed,
Patton dan Prideaux (2007) yang menyatakan bahwa self efficacy berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kematangan karir. Self efficacy sangat penting
dimiliki mahasiswa yang akan menempuh karir kedepannya karena dengan
adanya self efficacy, mahasiswa menjadi lebih yakin akan kemampuan yang
dimilikinya sehingga mereka memanfatkan semua kompentensi yang dimilikinya
sehingga akan lebih optimal dalam berkarir kedepannya.
Tahap ekplorasi karir salah satunya dijalankan seseorang pada saat kuliah
di perguruan tinggi, yaitu dengan aktif dalam kegiatan organisasi di kampus.Hal
ini untuk meningkatkan minat, bakat, kapasitas dan nilai pribadi yang tinggi.
Mahasiswa yang mengikuti organisasi dapat menciptakan sikap individu dan
situasi kerja yang baik dimana mahasiswa yang ikut berorganisasi berkontribusi
lebih aktif untuk kemajuan organisasi. Dengan berorganisasi, mahasiswa dapat
memberikan manfaat yaitu mahasiswa dapat mencapai kinerja secara maksimal,
memperluas jaringan, softkill yang terus terasah, lebih kreatif dalam menentukan
rencana untuk organisasi baik jangka pendek maupun jangka panjang, dapat
terbiasa untuk menguasai rumitnya pekerjaan dan menyelesaikan konflik secara
fungsional, berani untuk menghadapi tantangan, dan dapat belajar terhadap
kepedulian sosial, belajar menentukan rencana kedepannya, mudah berinteraksi
dengan sesama, mendapatkan pengalaman dan wawasan yang lebih luas.
Mahasiswa yang aktif berorganisasi biasanya mempunyai peluang yang lebih
tinggi dalam mencapai kesuksesan. Kematangan karir pada mahasiswa yang aktif
mengikuti organisasi cenderung menjadi lebih tinggi dibandingkan mahasiswa
yang tidak aktif berorganisasi, dimana mahasiswa yang aktif berorganisasi telah
36
mendapatkan pelatihan dan pengalaman kerja saat berada di suatu lingkungan
organisasi. Berbeda dengan mahasiswa yang tidak aktif dalam berorganisasi
cenderung kurang mengeksplor karirnya baik di perguruan tinggi maupun karir
kedepannya. Penelitian ini juga dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan
antara self efficacy, locus of control dan kematangan karir berdasarkan keaktifan
mahasiswa di organisasi.
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan maka kerangka konsep
penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.1. Penelitian ini terdiri dari dua konsep, yaitu
melihat pengaruh antara self efficacy dan locus of control terhadap kematangan
karir dan melihat perbedaan antaraself efficacy, locus of control dan kematangan
karir berdasarkan keaktifan mahasiswa di organisasi. Penlitian ini terdiri dari dua
variabel bebas (X) dan satu variabel terikat (Y). Variabel bebas adalah Faktor self
efficacy dan locus of control sedangkan variabel terikat adalah kematangan karir.
Kerangka konsep dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1Kerangka Konsep
37
H1b
2.8. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan penelitian sebelumnya dan kerangka pemikiran maka berikut
ini dijelaskan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini.
1. Pengaruh Self efficacy dan Locus of control terhadap Kematangan
karir
Berdasarkan uraian mengenai pengaruh antar variabel yang telah
disampaikan sebelumnya, maka dapat dinyatakan bahwa seseorang dengan self
efficacy tinggi, dan mempunyai locus of control yang tinggi kemungkinan besar
menunjukkan kematangan karir yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan pendapat
Olanrewaju (2013) yang menyatakan bahwa antara self efficacy dan locus of
control memiliki keterkaitan serta hubungan dengan kematangan karir. Pinasti
(2011) menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari self efficacy dan
locus of control, locus of control internal, locus of control eksternal, jenis
kelamin, dan status sosial ekonomi terhadap kematangan karir mahasiswa. Maka
hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa dua variabel tersebut secara simultan
berpengaruh terhadap kematangan karir sebagai berikut:
Hipotesis 1a: Self efficacy dan locus of control secara simultan dapat membentuk model yang mempengaruhi kematangan karir
Feist & Feist (2009) mendefinisikan self efficacy sebagai keyakinan
individu bahwa mereka mampu untuk melakukan suatu tindakan yang
menghasilkan sesuatu yang diharapkan. Individu yang memiliki self efficacy karir
yang tinggi selalu melakukan pengembangan beragam kemampuan dalam diri
mereka, seperti halnya mengembangkan pola-pola baru dalam berperilaku. Hasil
38
H1aH1c
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Febriana dan Endang
Supraptiningsih (2016) menyatakan bahwa adanya hubungan positif dan
signifikan antara self efficacy dengan kematangan karir. Creed, Patton dan
Prideaux (2007) menyatakan bahwa Self efficacy berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kematangan karir.Maka hipotesis penelitian untuk self efficacy
dan kematangan karir adalah sebagai berikut:
Hipotesis 1b: Self efficacy berpengaruh positif dansignifikan terhadap kematangan karir
Seseorang yang memiliki locus of control internal merasa bahwa mereka
secara pribadi dapat mempengaruhi hasil kerja mereka melalui kemampuan,
keterampilan, atau usaha mereka sendiri, sedangkan seseorang yang memiliki
locus of control eksternal merasa bahwa hasil kerja mereka berada di luar kendali
mereka sendiri, mereka merasa bahwa kekuatan eksternal seperti keberuntungan
atau tugas sulit yang mengendalikan hasil kerja mereka. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian Akbulut (2010) yang menyatakan bahwa locus of control
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kematangan karir. Maka hipotesis
penelitian untuk locus of control dan kematangan karir adalah sebagai berikut:
Hipotesis 1c: Locus of control berpengaruh positif dan signifikan terhadap kematangan karir
1. Self efficacy, Locus of Control, dan Kemtangan Karir perbedaan
berdasarkan keaktifan mahasiwa di organisasi.
Penelitian tentang kematangan karir, self efficacy, dan locus of control
berdasarkan keaktifan mahasiswa dalam organisasi kemahasiswaan relatif belum
ada yang melakukan. Perbedaan pengembangan karir individu dilihat berdasarkan
perbedaan jenis kelamin, tingkat pendapatan, dan dukungan keluarga mahasiswa
dilakukan oleh Serina (2010). Penelitian tentang perbedaan orientasi karir
39
individu dilihat berdasarkan perbedaan latar belakang negara (Gunkel and
Schlaegel, 2010), perbedaan keterampilan, kompetensi, dan kemampuan individu
dalam mempengaruhi pilihan karir siswa manajemen (Agarwala, 2008).
Ditemukan bahwa tidak ada perbedaan tingkat perkembangan karir siswa
berdasarkan perbedaan gender dan nilai (Nazli, 2007).
Mahasiswa yang aktif mengikuti organisasi cenderung memiliki self
efficacy lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak aktif mengikuti
organisasi, karena mereka meyakini bahwa mereka dapat menghadapi kejadian
dan situasi yang terjadi secara efektif, mempunyai kepercayaan diri yang tinggi,
dan menganggap suatu pekerjaan sebagai tantangan, dan memiliki keyakinan yang
tinggi untuk mencapai karir yang diinginkannya.Mahasiswa yang aktif mengikuti
organisasi memiliki locus of control yang lebih baik dibandingkan yang tidak
aktif berorganisasi, karena mereka memiliki keyakinan yang tinggi bahwa usaha
yang dilakukan dapat berhasil dan selalu aktif mencari informasi dan pengetahuan
yang terkait dan mendapatkan pengalaman dan wawasan yang lebih luas.
Sementara kematangan karir pada mahasiswa yang aktif mengikuti organisasi
cenderung menjadi lebih tinggi dibandingkan mahasiswa yang tidak aktif
berorganisasi, karena mereka mampu menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu,
merencanakan karir untuk masa depannya dan mereka telah mendapatkan
pelatihan dan pengalaman kerja saat berada di suatu lingkungan organisasi.
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis penelitian tentang perbedaan
keaktifan organisasi mahasiswa terhadap self efficacy, locus of control, dan
kematangan karir adalah sebagai berikut:
Hipotesis 2a: Terdapat perbedaan self efficacy antara mahasiswa yang aktif dengan mahasiswa yang tidak aktif dalam berorganisasi.
40
Hipotesis 2b: Terdapat perbedaan locus of control antara mahasiswa yang aktif dengan mahasiswa yang tidak aktif dalam berorganisasi.
Hipotesis 2c: Terdapat perbedaan kematangan karir antara mahasiswa yang aktifdengan mahasiswa yang tidak aktif dalam organisasi.
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini didesain sebagai suatu kajian lapangan (field study) untuk
melihat pengaruh self efficacy dan locus of control terhadap kematangan karir
serta perbedaan antara mahasiswa yang aktif dengan mahasiswa yang tidak aktif
dalam berorganisasi di Universitas YARSI. Termasuk desain kajian lapangan
(field study) karena merupakan penelitian dengan latar belakang perguruan tinggi
dengan subjeknya adalah mahasiswa. Jenis Penelitian ini adalah pengujian
hipotesis atau menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan current status dari
subjek yang diteliti. Tujuan penelitian untuk menguji hipotesis dan menjelaskan
fenomena dalam bentuk hubungan antar variabel, yaitu pengaruh self efficacy dan
locus of control terhadap kematangan karir serta perbedaan antara mahasiswa
yang aktif dengan mahasiswa yang tidak aktif dalam berorganisasi. Variabel
tersebut di peroleh berdasarkan data dan fakta-fakta yang dikumpulkan dari
mahasiswa Universitas YARSI.
3.2. Definisi Operasional Penelitian dan Skala Pengukuran
Pada penelitian ini, digunakan tiga variabel yaitu self efficacy, locus of
control dan kematangan karir. Untuk melakukan analisis perbedaan digunakan
variabel kontrol yaitu keaktifan mahasiswa dalam mengikut organisasi
dilingkangan Universitas YARSI. Definisi operasional setiap variabel pada
penelitian ini terdapat pada Tabel 3.1 dengan berisikan definisi operasional
variabel, indikator dan skala pengukuran. Untuk setiap jawaban dari item
pertanyaan pada kuesioner penelitian ini menggunakan skala nominal (nominal
42
scale) untuk bagian identitas responden yang memungkinkan untuk menempatkan
serta menyesuaikan subjek pada kategori atau kelompok tertentu. Skala nominal
selalu digunakan untuk memperoleh data pribadi, seperti jenis kelamin, usia,
pendidikan dan identitas diri lainnya (Sekaran, 2011).
Tabel 3.1Definisi Operasional Penelitian
Variabel Def.operasional Indikator Skala1.Self Efficacy
Bandura (Friedman & Schustack, 2006) menggambarkan self efficacy sebagai keyakinan seseorang bahwa dirinya dapat menunjukkan perilaku tertentu dengan sukses
1).Demensi level2).Dimensi strength3).Dimensi generality
Ordinal
2.Locus of Control
Locus of control menurut Larsen&Buss (Zulkaida, 2007) didefinisikan sebagai suatu konsep yang menunjuk pada keyakinan individu mengenai sumber kendali atas peristiwa-peristiwa yang terjadi pada hidupnya
1). Locus of control internal
2). Locus of control eksternal
Ordinal
3.Kematangan Karir
Kematangan karir adalah kesiapan individu untuk lebih terbuka terhadap informasi, membuat keputusan karir yang sesuai dengan usianya serta membentuk karir yang sesuai dengan tugas perkembangan karir setiap individu
1).Perencanaan karir (career planning)2).Eksplorasi karir (career exploration)3).Pengatahuan tentang membuat keputusan karir (career decision making)4).Pengatahuan tentang dunia kerja (world of word information)5).Pengetahuan tentang kelompok pekerjaan yang lebih disukai (knowledge of preferred occupational group)6). Realisasi keputusan karir (realisation)
Ordinal
Sumber: Diolah dari berbagai sumber
43
3.3. Pengumpulan Data
3.3.1. Jenis Data dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data kualitatif
yang dikuantifikasi, yaitu data yang sifatnya tertulis dalam bentuk item pernyataan
yang merefleksikan variabel yang diteliti. Data yang dikumpulkan merupakan
data primer yang didapat dari hasil penyebaran kuesioner kepada mahasiswa yang
aktif dan mahasiswa yang tidak aktif berorganisasi di Universitas YARSI
pengisian kuesioner yang bisa dilakukan penelitian.
3.3.2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini
menggunakan metode survey dengan menggunakan instrument berupa kuesioner
yang diberikan kepada mahasiswa Universitas YARSI baik yang aktif maupun
yang tidak aktif berorganisasi. Jawaban dari pertanyaan yang diajukan kepada
responden dihitung dengan menggunakan skala likert dengan respon jawaban dari
sangat setuju hingga sangat tidak setuju (Tabel 3.2). Kuesioner terdiri dari empat
bagian, yaitu bagian pertama adalah identitas responden terdiri dari jenis kelamin,
usia, asal sekolah, fakultas, semester, pengalaman organisasi. Bagian kedua
adalah self efficacy yang terdiri dari 20 item, bagian ketiga adalah locus of control
yang terdiri dari 34 item, dan bagian keempat adalah kematangan karir yang
terdiri dari 30 item
44
Tabel 3.2Respon Jawaban Berdasarkan Skala Likert
Alternatif Jawaban Nilai
Sangat Setuju (SS) 4
Setuju (S) 3
Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Sumber: Diolah dari berbagai sumber
Grafik 3.2
Respond Jawaban Berdasarkan Skala Likert
01.5
34.5
Nilai
Nilai
3.4. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan subyek penelitian yang
dijadikan sasaran. Populasi ini meliputi seluruh mahasiswa Universitas YARSI
yang sudah memasuki tahap akhir perkuliahan, yaitu mahasiswa semester VI
sampai semester VIII sebanyak 875 mahasiswa yang berasal dari seluruh fakultas
yang terdapat di Universitas YARSI. Kriteria responden ini dipilih karena
mahasiswa tahap akhir diasumsikan sudah mulai memikirkan dan merencanakan
karirnya.
45
Sampel penelitian ini terdiri dari 126 mahasiswa aktif dan mahasiswa yang
tidak aktif dalam organisasi. Teknik pengambilan sampel adalah secara diacak
(nonprobability sampling), yaitu purposive sampling atau mengambilan sampel
dengan tujuan. Kriterianya adalah mahasiswa yang aktif dalam kegiatan
organisasi (Pengurus UKM dan Senat) dan mahasiswa tidak aktif dalam
berorganisasi, yaitu mahasiswa yang sama sekali tidak mengikuti organisasi di
Universitas YARSI. Ukuran sampel diperoleh dengan menggunakan rumus
slovin, dengan perhitungan sebagai berikut:
n= N1+NE2
Keterangan:
n: sebagai sample
N: populasi yang di teliti
E: nilai kritis atau batas ketelitian yang di inginkan. (biasanya 5%)
n=1261+126 ( 0.052 )
¿1261+0.315¿4371.315
= 95 responden
Berdasarkan rumusan slovin dengan level signifikansi (α < 0.05) diperoleh
responden minimal 95 responden. Untuk tujuan melihat perbedaan self efficacy,
locus of control dan kematangan karir berdasarkan keaktifan mahasiswa dalam
organisasi, maka sampel dibagi menjadi dua yaitu mahasiswa yang aktif dalam
organisasi dan tidak aktif. Jumlah total sampel menjadi 126 responden (> 95
46
responden), yang terdiri dari mahasiswa yang aktif sebanyak 62 responden dan
mahasiswa tidak aktif sebanyak 64 responden.
Tabel 3.3 dapat menjelaskan jumlah responden berdasarkan asal
fakultasnya. Jumlah responden didominasi oleh mahasiswa dari fakultas
kedokteran dengan jumlah 29.4 persen. Hal tersebut sejalan dengan komposisi
jumlah mahasiswa Universitas YARSI yang untuk mahasiswa tahap akhir
didominasi mahasiswa fakultas kedokteran.
Tabel 3.3Sampel Responden
Fakultas Frekuensi PersenKedokteran 37 29,4%
Teknologi informasi 16 12,7%Psikologi 19 15,1%Ekonomi 25 19,8%
Kedokteran Gigi 12 95%Hukum 17 13,5%Jumlah 126 100.0
Sumber: data primer yang diolah, 2017
3.5. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari responden kemudian diolah, dianalisis dan
diinterpretasikan. Teknik analisis data dilakukan tiga tahap, yaitu Uji kualitas data
untuk melihat validitas dan reliabilitas instrumen penelitian, Statistik Deskriptif
untuk memperoleh gambaran tentang responden dan variabel penelitian, dan
statistik inferensial untuk melakukan uji hipotesis penelitian.
3.5.1.Uji Kualitas Data
Uji kualitas data dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi syarat alat ukur yang baik atau
tidak. Pengujian yang dilakukan untuk menguji kualitas data adalah uji validitas
dan reliabilitas instrument. Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid
47
tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pernyataan pada
kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner
tersebut. Jadi validitas ingin mengukur apakah pernyataan dalam kuesioner yang
sudah kita buat betul-betul dapat mengukur apa yang hendak diukur (Ghozali,
2005). Uji validitas dilakukan dengan melihat item total correlation, yaitu korelasi
antara masing-masing skor indikator dengan total skor konstruk.
Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dinyatakan
reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten
atau stabil dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas instrumen menggunakan teknik
cronbach’s alpha, karena instrumen dalam penelitian ini berbentuk kuesioner
yang skornya merupakan rentangan antara 1 sampai 5. Suatu instrumen dikatakan
reliable apabila cronbach’s alpha ≥ 0.60 (Ghozali, 2005).
Tabel 3.4 menunjukkan hasil uji reliabilitas dan uji validitas yang telah
dilakukan untuk penelitian ini. Berdasarkan data pada tabel tersebut dapat
disimpulkan bahwa hasil uji realiabilitas dan validitas pada self efficacy, locus of
control, serta kematangan karir, menunjukkan instrumen yang valid dan dapat
dipercaya untuk mengukur variabel tersebut. Pada proses uji validitas terdapat 8
item dari variabel self efficacy yang tidak valid dan item tersebut dibuang dan
tidak digunakan lebih lanjut dalam penelitian. Dengan demikian variabel self
efficacy hanya menggunakan 12 item pernyataan. Sementara untuk variabel locus
of control terdapat 6 item pernyataan yang tidak valid. Item-item tersebut dibuang
dan tidak digunakan dalam penelitian, sehingga variabel locus of control pada
penelitian ini hanya menggunakan 31 item pernyataan. Pada variabel kematangan
48
karir semua item pernyataan dinyatakan valid sehingga kesemua 30 item
pernyataan dapat digunakan dalam penelitian.
Tabel 3.4Uji Reabilitas dan Validitas
No Variabel Item Cronbach Alpha Keterangan
1 Self Efficacy 20 0,74 12 dari 20 item yang valid, 8 item tidak
valid dan tidak dipakai
2 Locus of Control 37 0,78 31 dari 37 item yang valid, 6 item tidak
valid dan tidak digunakan
3 Kemantangan
Karir
30 0.88 Semua valid
Sumber: Hasil Pengolahan dengan IBM SPSS Statistics
3.5.2. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran
tentang karakteristik responden dan variabel penelitian. Karakteristik responden
dengan menggunakan frequency dan persen. Deskripsi variabel penelitian
menggunakan presentase respon jawaban responden dan nilai rata-rata.
3.5.3. Uji Hipotesis
Uji Hipotesis pertama untuk melihat pengaruh self efficacy dan locus of
control terhadap kematangan karir dengan menggunakan teknik analisis regresi
berganda, Uji F menunjukkan apakah semua variabel bebas dapat dijadikan model
yang secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat. Untuk uji model
ini digunakan uji F dengan kriteria pengambilan keputusan berdasarkan nilai
signifikansi (α < 0.05). Koefisien determinasi (R²) digunakan untuk melihat
proporsi persentase sumbangan variabel X1 dan X2, terhadap variasi (naik
turunnya) variabel Y secara bersama-sama (Sugiyono, 2012). Koefisien
49
determinasi (R²) berkisar antara 0-1, dengan ketentuan R² yang semakin kecil
(mendekati nol) berarti kemampuan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan
variasi-variabel terikat amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-
variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel terikat (Ghozali, 2005).
Untuk pengaruh secara parsial masing-masing X terhadap variabel Y pada
regresi berganda digunakan Uji t. Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh variabel bebas masing-masing terhadap variabel terikat secara parsial.
Pengujian ini dilakukan berdasarkan nilai signifikansi masing-masing koefisien
regresi dengan nilai signifikansi yang digunakan (α < 0.05).
Uji hipotesis untuk melihat perbedaan self efficacy, locus of control dan
kematangan karir berdasarakan keaktifan mahsiswa dalam berorganisasi
menggunakan Uji t dengan sampel beda (Independent Samples T-Test). Uji ini
digunakan untuk melihat adanya perbedaan rata-rata dari dua kelompok sampel
yang independen pada level signifikansi (α< 0.05). (Priyatno, 2016).
50
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
Universitas YARSI adalah Perguruan Tinggi Islam Swasta Jakarta
yang berada di Jalan Letjen Suprapto Cempaka Putih, Jakarta Pusat, DKI
Jakarta. Universitas YARSI didirikan pada tanggal 11 April 1967. Ketua
pendiri YARSI adalah Prof. dr. Asri Rasad., M.Sc.,ph. D. Awalnya
yayasan ini hanya mengelola dibidang medis muslim dijakarta, yang pada
masanya masih sangat jarang ada. Pada tahun 1969 sesuai dengan UU no.
22 tahun 1961 status YARSI telah berubah menjadi Sekolah Tinggi
Kedokteran YARSI Jakarta. Selanjutnya YARSI memulai kinerjanya sejak
berdirinya dan YARSI menjadi pemberi pelayanan jasa kesehatan dan
pendidikan kedokteran Islam. Selanjutnya YARSI berkembang menjadi
Universitas YARSI. Pada tahun 1988-1989 sampai dengan1998-1999,
terbentuk beberapa fakultas yaitu Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum,
Fakultas Teknologi Industri (yang sekarang menjadi Teknologi Informasi).
Di tahun 2007 YARSI kembali membuka satu Fakultas baru yaitu Fakultas
Psikologi dan dilanjutkan pada tahun 2012 Fakultas Kedokteran YARSI
membuka Prodi Kedokteran Gigi. Sekarang Universitas YARSI memiliki
5 Fakultas dan 1 Prodi yaitu terdiri dari Fakultas Kedokteran, Fakultas
Ekonomi, Prodi Kedokteran Gigi, Fakultas Hukum, Fakultas Teknologi
Informasi, Fakultas Psikologi.
51
Motto dari Universitas YARSI adalah “Smart Campus That You Can Rely
On”. Universitas YARSI memiliki Unit Kegiatan Mahasiswa yang dilakukan di
Universitas YARSI yaitu Kongres Mahasiswa, Badan Eksekutif Mahasiswa
Universitas (BEM), Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM), Senat Mahasiswa,
Kreasi (KREATIVITAS dan INOVASI) bergerak dalam bidang penelitian,
pengabdian masyarakat, dan kewirausahaan, TDM (Tim Darurat Medik) bergerak
dalam bidang pendidikan dan pelatihan pertolongan pertama gawat darurat,
Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Kahfi bergerak dalam pengkajian mahasiswa
di bidang agama Islam, Smarakaryadhwani (SMAKA) bergerak dalam bidang
seni dan budaya, tari, paduan suara, teater, band dan perkusi, YBBC bergerak
dalam bidang olah raga basket, Voyage bergerak dalam bidang olahraga sepak
bola,voli.
Gambar 4.2
Gambaran Umum Perusahaan
4.2. Gambaran Responden Penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa aktif dan tidak aktif
dalam organisasi di Universitas YARSI. Melalui daftar pertanyaan yang diajukan
oleh peneliti, dapat diketahui mengenai kondisi atau informasi mengenai
responden. Pertanyaan yang diajukan terdiri dari data diri responden seperti jenis
52
kelamin, usia dan asal sekolah dan juga gambaran responden berdasarkan
keaktifan organisasi dan pengalamannya. Penggolongan yang dilakukan terhadap
responden dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara jelas mengenai
gambaran responden sebagai objek penelitian.
4.2.1. Gambaran Karakteristik Pribadi Responden
Gambaran secara umum dari responden yang dijadikan sebagai objek
peneliti diuraikan dan dijelaskan pada Tabel 4.1. Berdasarkan Tabel 4.1 dapat
diperoleh informasi berdasarkan jenis kelamin adalah bahwa mayoritas responden
adalah wanita (68.3 persen). Hal tersebut sejalan dengan komposisi mahasiswa
Universitas YARSI yang lebih banyak wanita dibandingkan laki-laki. Responden
berdasarkan usia didominasi mahasiswa dengan umur 21 tahun (73.8 persen).
Dengan demikian responden umumnya adalah mahasiswa yang sudah masuk
tahap semester akhir. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa yang ikut organisasi
kemahasiswaan di Universitas YARSI sudah mempunyai pengalaman organisasi
yang cukup lama. Secara keseluruhan dalam proses perkuliahan, mereka sedang
menjalankan tahap penyusunan skripsi. Hal tersebut menjelaskan bahwa
mahasiswa di Universitas YARSI lebih dominan terdapat di usia 21 tahun.
Sementara berdasarkan kriteria asal sekolah terlihat bahwa sejumlah (88.1 persen)
mahasiswa memiliki latar belakang pendidikan yang berasal dari MA, baik
jurusan IPA maupun IPS
53
Tabel 4.1Gambar Responden Penelitian
Karakteristik Responden Kriteria Frekuensi Persen
Jenis KelaminLaki-lakiWanitaJumlah
4086
126
31,7 %68,3 %100%
Usia
20 tahun21 tahun22 tahun24 tahun25 tahunJumlah
15931611
126
11,9 %73,8 %12,7 %0,8 %0,8 %100%
Asal Sekolah
SMASMKMA
Jumlah
11196
126
88,1 %71 %48 %100%
Sumber: data primer yang diolah, 2017
4.2.2. Keaktifan Mahasiswa Dalam Organisasi di Universitas YARSI
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa dengan dua kriteria, yaitu
mahasiswa yang aktif dan tidak aktifdalam kegiatan organisasi. Gambaran
responden berdasarkan keaktifan organisasi dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Berdasarkan Tabel 4.2 terlihat bahwa komposisi responden berdasarkan keaktifan
organisasi komposisinya relatif seimbang.
Tabel 4.2Gambar Responden Berdasarkan Organisasi
Organisasi Frekuensi PersenAktif 62 49,2 %
Tidak aktif 64 50,8 %
Jumlah 126 100%
Sumber: data primer yang diolah, 2017
Mahasiswa yang aktif organisasi mengikuti minimal satu organisasi di
lingkungan kampus, baik organisasi mahasiswa ditingkat fakultas dan universitas
maupun organisasi untuk menyalurkan minat dan hobby di UKM. Gambaran
54
responden berdasarkan organisasi yang diikuti dilingkungan Universitas YARSI.
Dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa berdasarkan jenis organisasi yang diikuti
mahasiswa, sebanyak (43.54 persen) responden aktif mengikuti organisasi
terutama ditingkat fakultas atau ditingkat universitas. Selebihnya responden
memilih aktif mengikuti UKM meminatan seperti KREASI (minat penelitian,
pengabdian masyarakat, kewirausahaan) dan LDK (minat dakwah) atau organisasi
yang dapat menyalurkan hobby mahasiswa seperti SMAKA (hobby paduan suara,
tari, band) dan VOYAGE (hobyy voli). Selain aktif organisasi ditingkat fakultas
atau ditingkat universitas. Mahasiswa yang aktif organisasi mereka mengikuti
lebih dari satu organisasi dilingkungan kampus.
Tabel 4.3Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Organisasi Yang Diikuti
Jenis Organisasi Frekuensi Persentase (%)BEM 1 1,61
HIMA 8 12,90KREASI 2 3,33
LDK 3 4,83SENAT 26 41,93SMAKA 5 8,06
TDM 5 8,06TTS 1 1,61
VOYAGE 6 9,67YBBC 5 8,06
JUMLAH 62 100
Sumber: data primer yang diolah, 2017
Tabel 4.4 menunjukkan gambaran mahasiswa yang mengikuti organisasi
yang lebih dari satu. Terlihat bahwa mahasiswa yang aktif organisasi, ternyata
aktif di dua organisasi yaitu sebanyak 35 orang. Bahkan dari mereka ada yang
mengikuti tiga dan empat organisasi yang berbeda.
55
Tabel 4.4Gambaran Mahasiswa Yang Mengikuti Organisasi Lebih Dari Satu
Jumlah Organisasi Yang Diikuti Jumlah( Orang)
2 35 3 11 4 5
JUMLAH 51
Sumber: data primer yang diolah, 2017.
Grafik 4.5Gambaran Mahasiswa Yang Mengikuti Organisasi Lebih Dari Satu
1 2 3 40
102030405060
Chart Title
Jumlah Organisasi Yang DiikutiJumlah( Orang)
Axis Title
Secara umum, berdasarkan keaktifan mahasiswa dalam organisasi di
Universitas YARSI terlihat bahwa mahasiswa lebih banyak mengikuti dan lebih
tertarik pada organisasi kemahasiswaan baik SENAT atau BEM. Selain itu,
mereka pun aktif mengikuti organisasi di UKM. Unit Kegiatan Mahasiswa
merupakan organisasi dimana mahasiswa dapat menyalurkan minat dan hobby
mereka. Mahasiswa tidak hanya aktif disatu organisasi, tetapi mereka juga
mengikuti dua atau lebih organisasi di Universitas YARSI. Hal ini menunjukkan
bahwa mahasiswa yang suka berorganisasi, cenderung untuk mencari pengalaman
organisasi
56
4.3. Gambaran Variabel Penelitian
Pada bagian ini dijelaskan tentang gambaran masing-masing variabel
penelitian yang terdiri dari variabel self efficacy, locus of control dan kematangan
karir.
4.3.1. Kematangan Karir
Kematangan Karir sebagai tingkat dimana individu telah menguasai tugas
perkembangan karirnya. Kematangan Karir diukur berdasarkan dimensi yaitu: 1).
Perencanaan karir, 2). Eksplorasi karir, 3). Membuat keputusan karir, 4).
Pengetahuan tentang kelompok, 5). Keputusan karir, 6). Pengetahuan tentang
dunia kerja. Deskripsi tentang respon responden rerata untuk setiap dimensi
Kematangan Karir dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Secara keseluruhan jumlah nilai rerata kematangan karir mahasiswa
Universitas YARSI yang menjadi responden penelitian relatif tinggi, yaitu
indikator membuat keputusan karir dan pengetahuan tentang kerja karena kedua
indikator tersebut memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan indikator yang
lainnya.
Berdasarkan indikator pengetahuan tentang kerja terlihat bahwa ingin
belajar dan belajar mengerjakan tugas kerja. Hal ini menunjukkan bahwa
mahasiswa Universitas YARSI mempunyai keinginan yang tinggi untuk selalu
belajar dan mengetahui tentang hal-hal baru yang selalu berkaitan dengan jenis
pekerjaan yang mereka pilih serta dapat meningkatkan kompentensi dalam
merencanakan karirnya. Mereka selalu ingin belajar mengerjakan tugas-tugas
tentang pekerjaan yang mereka pilih dengan baik dan teliti dari orang-orang yang
sudah berpengalaman dalam dunia kerja. Akan tetapi disisi lain masih terdapat
57
mahasiswa yang masih lemah atau dalam mempelajari dunia pekerjaan yang akan
mereka pilih untuk mengambil keputusan untuk berpindah kerja (22.0 persen).
Sementara Eksplorasi Karir memiliki nilai yang hampir tinggi dikarenakan
item persyarataan dan pengalaman memiliki nilai yang tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa mahasiswa Universitas YARSI aktif mencari informasi
mengenai persyaratan yang dibutuhkan dari jenis pekerjaan yang mereka minati,
sehingga mahasiwa Universitas YARSI dapat menggunakan informasi tersebut
untuk memenuhi persyaratan yang mereka pilih. Selain itu mahasiswa Universitas
YARSI selalu melakukan diskusi tentang pekerjaan yang diminati dengan orang
tua, temen, dan orang yang berpengalaman yang sudah terjun didunia kerja. Hasil
penelitian menunjukan sebagian besar mahasiswa (52.4 persen) yang
mengkhawatirkan jika orang tua mereka nantinya tidak mendukung pekerjaan
yang mereka minati.
Tabel 4.6Deskripsi Kematangan Karir
Indikator Butir itemRespon jawaban (persen)
RerataSTS TS S SS
Perencanaan Karir Informasi 0,8 0 64,3 34,9 3,33Diskusi 0 3,2 64,3 32,5 3,29Kursus 0 19,8 65,1 15,1 2,95Pendidikan 0 11,1 57,9 31,0 3,20Khawatir 18,3 42,1 31,0 8,9 2,30Rerata Perencanaan Karir 3,02
Eksplorasi Karir Deskriptif 0 3,2 65,9 31.0 3,28Persyaratan 0 3,2 54,0 42,9 3,40Pengalaman 0 0,8 46,8 52,4 3,52Khawatir 11,1 41,3 38,9 8,7 2,45Rerata Eksplorasi Karir 3,16
Membuat Keputusan Karir
Mengambil pendidikan 0,8 7,1 50,0 42,1 3,33Menyelesaikan masa pendidikan 0 0 54,0 46,0 3,46Meyakinkan temen-temen 0,8 3,2 65,9 30,2 3,25Bekerja tim 0 3,2 71,4 25,4 3,22Prinsip 0,8 7,9 57,1 34,1 3,25Mengerjakan tugas 0,8 8,6 6,9 24,6 3,17Rerata Membuat Keputusan Karir 3,29
Pengetahuan Tugas-tugas kerja 0 0 66,7 33,3 3,33
58
Tentang Kerja Cara bekerja 0 0,8 62,7 36,5 3,36Belajar mengerjakan tugas kerja 0 0,8 59,5 39,7 3,39Mempelajari dunia kerja 0 22,2 60,3 17,5 2,95Ingin belajar 0 0,8 57,9 41,3 3,40Rerata Pengetahuan Tentang Kerja 3,29
Pengetahuan Kelompok
Persyaratan 0 6,3 62,7 31,0 3,25Tugas-tugas 0 4,0 69,0 27,0 3,23Peralatan 0 11,1 61,1 27,8 3,17Bekerjasama 0 13,5 61,9 24,6 3,11Rantai komando 0 29,4 61,1 9,5 2,80Persyaratan pekerjaan 0 9,5 69,0 21,4 3,12Tidak mengetahui peralatan 6,3 28,6 50,8 14,3 2,73Rerata Pengetahuan Kelompok 3,06
Keputusan Kerja Mendapatkan pekerjaan 0 4,8 69,0 26,2 3,12Bekerja dengan baik 0,8 7,9 63,5 27,8 3,18Mampu mengatasi stress 0,8 15,9 69,8 13,5 3,11Rerata Keputusan Kerja 3,12Kematangan Karir 3,15
Sumber: data primer yang diolah, 2017
Berdasarkan indikator membuat keputusan karir dapat dilihat bahwa nilai
tertinggi pada item mengambil pendidikan dan menyelesaikan masa pendidikan.
Hal ini menyatakan bahwa mahasiswa Universitas YARSI merasa mampu untuk
menyelesaikan masa pendidikannya dengan tepat waktu sehingga sesuai dengan
perencanaan karir yang mereka telah rencanakan, selain itu mahasiswa
Universitas YARSI mereka mampu untuk mengambil pendidikan dan jenis
pekerjaan yang mereka minati dan mereka sukai.
Berdasarkan indikator pengetahuan kelompok terdapat item yang memiliki
nilai yang tinggi yaitu pada item persyaratan dan tugas-tugas. Mahasiswa
Universitas YARSI mengetahui tentang persyaratan-persyaratan yang akan
dibutuhkan untuk memilih jenis pekerjaan yang mereka minati dan mahasiswa
mengetahui tugas-tugas apa saja yang akan mereka lakukan pada pekerjaan yang
mereka minati. Tetapi disisi lain mahasiswa masih banyak yang tidak mengetahui
peralatan pekerjaan yang mereka gunakan dalam dunia pekerjaan yang mereka
minati (34.9 persen).
59
Pada indikator perencanaan karir terdapat item yang memiliki nilai yang
paling tinggi yaitu pada item informasi dan diskusi. Hal ini menunjukkan bahwa
mahasiswa Universitas YARSI selalu mencari informasi dan mencari tahu
mengenai jenis pekerjaan yang mereka sukai dan minati sehingga mereka mudah
untuk menentukan jenis pekerjaan yang mereka pilih dan mahasiswa Universitas
YARSI selalu melakukan diskusi dengan orang yang sudah berpengalaman
dibidang pekerjaan yang mereka minati. Akan tetapi disisi lain mereka masih
sangat khawatir (60.4 persen responden) jika mereka nanti tidak mendapatkan
jenis pekerjaan seperti yang mereka inginkan dan sesuai dengan bidang yang
mereka kuasai.
Pada indikator keputusan kerja terdapat item yang memiliki nilai yang
paling tinggi yaitu pada item bekerja dengan baikdan mendapatkan pekerjaan. Ini
menunjukan bahwa mahasiswa Universitas YARSI memiliki kemampuan untuk
membantu mereka dalam mendapatkan pekerjaan yang mereka minati dan
mahasiswa dapat bekerja dengan baik di dunia pekerjaan yang mereka
minati.Tetapi disisi lain terlihat bahwa sekitar (16.7 persen) responden masih
belum mampu untuk mengatasi stress yang nantinya akan terjadi di dunia kerja.
4.3.2. Gambaran Variabel Self Efficacy
Pada hakikatnya self efficacy merupakan tingkat perasaan senang
seseorang sebagai penilaian positif terhadap kemampuannya. Dimensi dari
kepuasan kerja itu sendiri antara lain: (1). Dimensi level, (2). Dimens strenght,
(3). Dimensi generality. Deskripsi variabel self efficacy dapat dilihat pada Tabel
4.6.
60
Secara keseluruhan jumlah nilai self efficacy mahasiswa Universitas
YARSI yang menjadi responden penelitian relatif tinggi. Berdasarkan aspek level
memiliki nilai paling tertinggi. Dalam hal ini aspek level dapat kita lihat
berdasarkan nilai tertinggi pada item mendahulukan tugas yang mudah dan
meminta bantuan jika kesulitan. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa
Universitas YARSI yang aktif dan tidak aktif dalam organisasi mereka selalu
menyelesaikan tugas yang mudah terlebih dahulu setelah itu mereka
menyelesaikan tugas yang mereka anggap sulit baginya. Selain itu mereka
meminta bantuan orang lain jika mereka merasa kesulitan dalam menyelesaikan
suatu tugas yang sedang mereka kerjakan. Disisi lain masih ada mahasiswa yang
tidak yakin kemampuannya untuk mengatasi tugas yang sulit.
Tabel 4.7Deskripsi Self Efficacy
Indikator Butir itemRespon jawaban (persen) Rerata
STY TY Y SYLevel Meminta bantuan jika
kesulitan0,8 5,6 75,4 18,3 3,11
Kemampuan mengatasi tugas sulit
0,8 10,3 70,6 18,3 3,06
Mendahulukan tugas yang mudah
0,8 9,5 57,1 32,5 3,21
Rerata Level 3,21Strenght kemampuan dalam
menyelesaikan tugas0 6,3 66,7 2,7 3,21
tidak yakin akan kemampuan diri
7,1 28,6 50,0 14,3 2,71
mampu mengerjakan tugas yang sulit
6,3 49,2 36,5 7,9 2,46
menyelesaikan tuntutan tugas 0,8 11,9 67,5 19,8 3,06tuntutan tugas 0 6,3 66,7 27,0 3,21mengatasi permasalahan yang dihadapi
0,8 9,5 77,8 11,9 3,01
Rerata Strength 2,94
Generality menyelesaikan tugas 1,6 19,0 58,7 20,6 2,98yakin dapat melaksanakan tugas
0,8 16,7 63,5 19,0 3,01
melakukan penyelesaian masalah
0 21,4 57,1 21,4 3,00
Rerata Generality 2,99Self Efficacy 3,02
61
Sumber: data primer yang diolah, 2017
Secara umum aspek generality dari self efficacy responden nilainya adalah
kurang. Terutama sekali pada aspek melakukan penyelesaian masalah dan
selanjutnya dalam hal menyelesaikan tugas. Berdasarkan aspek strenght secara
umum nilainya masih kurang. Hal ini ditunjukkan dengan masih banyaknya
mahasiswa yang merasa tidak mampu menyelesaikan tugas yang sulit (55.5
persen) karena tidak yakin akan kemampuan dirinya (35.7 persen). Item tuntutan
tugas dan kemampuan dalam menyelesaikan tugas memiliki nilai tertinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa keberhasilan mahasiswa Universitas YARSI yang mereka
dapatkan, karena mereka sangat yakin dengan kemampuan mereka dalam
menyelesaikan setiap tugas-tugas yang diberikan. Selain itu mahasiswa
Universitas YARSI mampu menyelesaikan setiap tuntutan tugas sesuai dengan
jadwal yang telah mereka tentukan.
4.3.3. Gambaran Variabel Locus Of Control
Locus of Control didefinisikan sebagai suatu konsep yang menunjuk pada
keyakinan individu mengenai sumber kendali atas peristiwa-peristiwa yang terjadi
pada hidupnya. Pada variabel locus of controlitu sendiri memiliki 2 bagian yaitu
terdiri dari locus of control internal dan locus of control eksternal. Locus of
control internal memiliki beberapa dimensi yaitu: a). keyakinan individu bahwa
kejadian yang dialami merupakan akibat dari perilakunya sendiri. b). memiliki
kendali yang baik terhadap perilakunya sendiri. c). cenderung dapat
mempengaruhi orang lain. d). yakin bahwa usaha yang dilakukannya dapat
berhasil. e). aktif mencari informasi dan pengetahuan terkait situasi yang sedang
62
dihadapi. Hasil penelitian untuk variabel locus of control khususnya yang internal,
deskripsi indikatornya dapat dilihat pada Tabel 4.7
Berdasarkan aspek keaktifan mencari informasi dan pengetahuan terkait
situasi yang sedang dihadapi, terlihat bahwa nilai tertinggi terdapat pada item
kemudahan responden dalam menyelesaikan suatu masalah karena mereka
menyelesaikan masalah tersebut dengan mencari informasi terkait. Hal ini
menunjukkan bahwa mahasiswa Universitas YARSI lebih mudah untuk
menyelesaikan masalah jika mereka mengetahui informasi mengenai masalah
tersebut. Dengan demikian masalah tersebut dapat terselesaikan dari informasi
yang diperoleh.
Tabel 4.8Deskripsi Locus of Control Internal
Indikator Butir item Respon jawaba (persen) Rata-RataSTS TS S SS
Keyakinan diri bahwa kejadian yang dialami akibat perilakunya sendiri
yang dilakukan dipengaruhi oleh diri sendiri
0,8 7,9 66,7 24,6 3,15
yang terjadi tergantung pada apa yang dilakukan
0 4,0 64,3 31,7 3,28
RerataKeyakinan individu bahwa kejadian yang dialami merupakan akibat dari perilakunya sendiri
3,21
Memiliki kendali yang baik terhadap perilakunya sendiri
yakin dapat mencapai kesuksesan 1,6 19,8 51,6 27,0 3,04berusaha mencapai apa yang inginkan
0,8 3,2 64,3 31,7 3,27
membuat rencana terlebih dahulu 1,6 2,4 63,5 32,5 3,27suatu masalah harus segera diselesaikan
0 7,9 68,3 23,8 3,16
keberuntungan dalam hidup 2,4 32,5 47,6 17,5 2,80Kebaikan seseorang tidak dapat diukur
4,8 20,6 49,2 25,4 2,95
Rerata Memiliki Kendali Yang Baik Terhadap Perilakunya Sendiri 3,08Cenderung dapat mempengaruhi orang lain
Saran saya diikuti oleh orang lain 0,8 19,0 68,3 11,9 2,91Ide-ide saya seringkali menjadi inspirasi
0,8 19,0 68,3 11,9 2,91
Perilaku dan ide saya dijadikan panutan oleh orang lain
0,8 23,0 64,3 11,9 2,87
ide-ide saya dapat diterima oleh orang lain
0 17,5 61,1 21,4 3,04
Keberadaan saya menciptakan suasana yang berbeda
0,8 11,1 65,1 23,0 3,10
Rerata Cenderung Dapat Mempengaruhi Orang lain 2,96Yakin bahwa usaha yang dilakukannya dapat berhasil
Yakin apa yang lakukanselaludapatberhasil
2,4 21,4 57,9 18,3 2,92
Selalu dapat menyelesaikan tugas dengan baik
0 15,9 71,4 12,7 2,92
yakin dapat mencapai apa yang saya 0 9,5 74,6 15,9 3,06
63
inginkanKeberuntungan lebih menjamin tercapainya suatu keinginan
4,8 48,4 33,3 13,5 2,56
Terdapat hubungan yang kuat 1,6 1,6 66,7 30,2 3,25Rerata Yakin Bahwa Usaha Yang Dilakukannya Dapat Berhasil 2,95
Aktif mencari informasi dan pengetahuan terkait situasi yang sedang dihadapi
menyelesaikan suatu masalah dibutuhkan informasi
0,8 1,6 70,0 27,0 3,24
mencari informasi mengenai masalah 0 2,4 74,6 23,0 3,21mudah menyelesaikan suatu masalah 0 4,8 62,7 32,5 3,28Informasi mengenai suatu masalah akan dibutuhkan
3,2 34,1 49,2 13,5 2,73
RerataAktif Mencari Informasi Dan Pengetahuan Terkait Situasi Yang Sedang Dihadapi
3,11
Sumber: data primer yang diolah, 2017
Secara keseluruhan jumlah nilai locus of control internal mahasiswa
Universitas YARSI yang menjadi responden penelitian relatif tinggi. Dalam hal
ini aspek pertama paling tertinggi yaitu aspek keyakinan diri bahwa kejadian yang
dialami akibat perilakunya sendiri. Hasil penelitian menunjukkan nilai tertinggi
responden terdapat pada item yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang terjadi
pada mereka bergantung pada mereka dipengaruhi oleh dirimereka sendiri. Berarti
mahasiswa Universitas YARSI dalam melakukan segala aktivitas mereka
bergantung pada upaya yang mereka lakukan, sehingga mereka selalu yakin
segala sesuatu yang mereka lakukan dipengaruhi oleh diri mereka sendiri.
Mahasiswa selalu memiliki kendali yang baik terhadap perilakunya.
Menunjukkan bahwa mahasiswa selalu membuat perencanaan terlebih dahulu,
karena mereka selalu berusaha untuk mencapai sesuatu yang mereka inginkan.
Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa Universitas YARSI selalu membuat
perencanaan dalam hidupnya sebelum melakukan tindakan agar tindakan yang
mereka lakukan dapat lebih terarah. Setiap individu selalu berusaha dan optimis
untuk mencapai sesuatu yang mereka inginkan meskipun banyak hambatan dalam
hidupnya.
64
Berdasarkan aspek kecenderung yang dimiliki mahasiswa dalam
mempengaruhi orang lain, terlihat bahwa nilai tertinggi ditunjukkan melalui
keberadaan mahasiswa Universitas YARSI yang selalu menciptakan suasana
berbeda dan selalu memberikan ide-ide yang dapat diterima oleh orang lain. Hal
ini menunjukkan bahwa keberadaan mahasiswa Universitas YARSI selalu
menciptakan suasana yang berbeda disetiap situasi dari sudut pandang orang
sekitar. Setiap ide-ide yang selalu dikeluarkan oleh mahasiswa Universitas
YARSI selalu diterima oleh orang lain, sehingga mereka dapat berpartisipasi
dalam situasi tertentu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keyakinan yang dimiliki mahasiswa
untuk mencapai suatu usaha yang mereka lakukan agar dapat berhasil, memiliki
nilai tertinggi terlihat bahwa mahasiswa memiliki hubungan yang sangat kuat
serta keyakinan yang tinggi dalam mencapai suatu usaha yang mereka inginkan.
Hal ini menunjukkan bahwa seberapa giat mahasiswa Universitas YARSI dalam
berusaha untuk mencapai usaha yang mereka capai, maka hasil yang didapat
sesuai dengan usaha yang mereka lakukan. Setiap mahasiswa mempunyai
keyakinan yang kuat dalam mencapai suatu tujuan yang mereka inginkan terlepas
dari keberuntungan itu ada atau tidak ada dalam hidupnya.
Locus of control eksternal memiliki dimensi yaitu: a). Memiliki kendali
yang kurang baik terhadap perilakunya sendiri. b). Cenderung dipengaruhi oleh
orang lain. c). Sering kali tidak yakin bahwa usaha yang dilakukannya dapat
berhasil. d). Kurang aktif mencari informasi dan pengetahuan terkait situasi yang
65
sedang dihadapi. Deskripsi locus of control eksternal berdasarkan indikatornya
dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Berikut ini adalah gambaran responden penelitian yang memiliki locus of
control eksternal yang tinggi dan perilakunya masih di pengaruhi oleh faktor-
faktor luar yang mempengaruhi tingkah lakunya seperti kesempatan, nasib, dan
keberuntungan. Mahasiswa yang memiliki kendali kurang baik terhadap
perilakunya, seringkali mereka melempar koin/menghitung kancing dalam
melakukan suatu pekerjaan (28.5 persen) dan mereka selalu menghadapi
hambatan dalam mencapai tujuan tersebut (34.2 persen). Hal ini dapat
disimpulkan bahwa mahasiswa Universitas YARSI masih ada yang merasa tidak
yakin dengan kemampuan yang mereka miliki sehingga mereka melakukan hal
tersebut (menghitung kancing) dalam keadaan terdesak. Mahasiswa yang tidak
memaksimalkan kemampuannya dalam mencapai tujuan selalu pasrah pada takdir
tanpa berusaha terlebih dahulu.
Tabel 4. 9Deskripsi Locus of control Eksternal
Indikator Butir itemRespon jawaban (%) Rata-
rataSTS TS S SS
Memiliki kendali kurang baik
sering melempar koin/ menghitung kancing
6,3 22,2 46,8 24,6 2,90
Hambatan dalam mencapai tujuan 4,8 29,4 35,7 30,2 2,91
Rerata Memiliki Kendali Yang Kurang Baik Terhadap Perilakunya Sendiri
2,90
Dipengaruhi oleh orang lain
Ide yang saya dapatkan dipengaruhi oleh orang lain
1,6 27,8 63,5 7,1 2,76
Rerata Cenderung Dipengaruhi Oleh Orang Lain 2,76Tidak yakin usaha yang dilakukan dapat berhasil
Tidak yakin akan berhasil 4,0 27,0 56,3 12,7 2,78Yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang dilakukan
4,0 30,2 59,5 6,3 2,68
Tidak yakin orang lain mau menerima apa yang kerjakan
1,6 30,2 59,5 6,3 2,75
Keberhasilan ditentukan dengan nasib 5,6 34,1 40,5 19,8 2,75Rerata Sering Kali Tidak Yakin Bahwa Usaha Yang Dilakukannya Dapat Berhasil
2,73
Kurang aktif mencari informasi dan pengetahuan
masalah harus segera diselesaikan tanpa harus mencari informasi
9,5 34,1 45,2 11,1 2,58
Mencari informasi tentang suatu masalah membuang –buang waktu.
4,0 23,0 47,6 25,4 2,94
66
Rerata Kurang Aktif Mencari Informasi Dan Pengetahuan Terkait Situasi Yang Sedang Dihadapi
2,76
Locus Of Control 35,5Sumber: data primer yang diolah, 2017
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang kurang
aktif dalam mencari informasi serta pengetahuan yang dimiliki mahasiswa terkait
dengan situasi yang sedang dihadapi. Mereka berpendapat bahwa mencari
informasi tentang suatu masalah yang sedang dihadapi hanya membuang–buang
waktu mereka (43.6 persen) dan suatu masalah harus segera diselesaikan tanpa
harus mencari informasi tentang masalah tersebut (27.0 persen). Hal ini
menyatakan bahwa masalah yang sedang dihadapi oleh mahasiswa tidak perlu
dibesar-besarkan karena hanya mahasiswa tidak perlu mencari informasi karena
hanya membuang-buang waktu. Sehingga hal ini dapat membuat mahasiswa
kurang aktif dalam mencari informasi dan pengetahuan yang terkait dengan situasi
yang sedang dihadapi.
Kecenderungan yang dimiliki mahasiswa selalu dipengaruhi oleh orang
lain, terlihat bahwa ide-ide yang mereka dapatkanseringkalidipengaruhioleh orang
lain (29.4 persen). Hal ini menyatakan bahwa ide-ide yang dikeluarkan oleh
mahasiswa Universitas YARSI selalu dipengaruhi oleh orang lain, karena
mahasiswa Universitas YARSI termasuk cenderung dipengaruhi orang lain.
Mahasiswa seringkali tidak yakin dengan usaha yang telah mereka
lakukan. Terlihat bahwa mahasiswa merasa tidak yakin jika nantinya orang lain
mau menerima apa yangtelah mereka kerjakan (31.8 persen), meskipun mereka
sudah berusaha keras untuk mencapai apa yang diinginkan, (namun jika nasib
berkata lain) maka apapun yang mereka kerjakan tidak akan pernah berhasil (39.7
persen). Hal ini dapat disimpulkan bahwa mahasiswa Universitas YARSI
67
seringkali tidak yakin atas keberhasilannya dalam mengemukakan pendapat.
Selain itu, mahasiswa YARSI sering tidak yakin jika orang lain mau menerima
apayang mereka kerjakan dan mahasiswa merasa sudah berusaha keras untuk
mencapai tujuannya, akan tetapi kalau nasib tidak mendukungnya maka usaha
yang mereka lakukan tidak akan berhasil.
4.4. Analisis Self Efficacy, Locus Of Control dan Kematangan Karir
Bagian ini membahas mengenai analisis hubungan antar variabel, baik
analisis uji beda (t-test), analisis uji beda dengan karakteristik organisasi aktif dan
tidak aktif terhadap self efficacy maupun terhadap locus of control dan kematanga
karir. Analisis uji beda ini dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan tingkat
self efficacy dan locus of control dan kematangan karir antara mahasiswa aktif dan
tidak aktif. Maupun menggunakan analisis hubungan parsial dengan
menggunakan analisis model antar variabel dengan analisis regresi. Uji beda
menggunakan Independent Samples T-Test.
4.4.1. Analisis Pengaruh Self Efficacy dan Locus Of Control terhadap
Kematangan Karir
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara self
efficacy dan locus of control terhadap kematangan karir secara simultan. Untuk
mengujian hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria pengambilan
68
keputusan berdasarkan nilai signifikansi F hitung dengan nilai signifikansi (α <
0.05). Hasil analisis Uji F dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Hasil perhitungan ANOVA pada Tabel 4.9 membuktikan bahwa hipotesis
1A dapat diterima, yang ditunjukkan nilai signifikansi (α < 0.05). Dengan
demikian terbukti bahwa self efficacy dan locus of control dapat membentuk
model kematangan karir. Hasil penelitian ini menunjukkan, jika mahasiswa ingin
melakukan upaya untuk meningkatkan kematangan karirnya maka dapat
melakukan penguatan terhadap self efficacy dan locus of control mereka.
Tabel 4.10Hasil Uji F
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Regression 1.540 2 .770 11.078 .000b
Residual 8.552 123 .070Total 10.093 125
Sumber: data primer yang diolah, 2017
Analisis regresi linier berganda adalah analisis yang digunakan untuk
melihat secara langsung pengaruh beberapa variabel bebas terhadap variabel
terikat (Kuncoro, 2007). Penelitian ini dilakukan untuk melihat model hubungan
antara self efficacy, locus of control serta kematangan karir. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel bebas pada penelitian ini yaitu self efficacy, dan
locus of control dapat membentuk kematangan karir pada mahasiswa di
Universitas YARSI. Hasil perhitungan uji regresi linear berganda dapat dilihat
pada Tabel 4.10.
Tabel 4.11Hasil Uji Regresi Linier Berganda
69
VariabelUnstandardized Coefficients Standardized
Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 1.856 .284 6.545 .000
Self Efficacy .201 .087 .232 2.321 .022
Locus Of Control .234 .111 .211 2.113 .037
Sumber: data primer yang diolah, 2017
Berdasarkan Tabel 4.10 tersebut dapat disusun persamaan regresi linear
berganda sebagai berikut:
Kematangan karir = 1.856 + 0,201 self efficacy + 0,234 locus of control
Persamaan regresi linear berganda tersebut dapat dijelaskan
maknanya sebagai berikut:
1. Nilai konstanta bernilai positif, hal ini menunjukkan bahwa apabila
variabel self efficacy dan locus of control nol, maka kematangan
karir akan memiliki nilai sebasar 1.856
2. Koefisien regresi self efficacy bernilai positif, hal ini menunjukkan
bahwa apabila self efficacy meningkat maka kematangan karir juga
meningkat. Artinya setiap ada penambahan sebesar satu satuan pada
self efficacy mengakibatkan kematangan karir bertambah sebesar
0,201
3. Koefisien regresi locus of control bernilai positif, hal ini menunjukkan
bahwa apabila locus of control meningkat maka kematangan karir
juga meningkat. Artinya setiap ada peningkatan locus of control
sebasar satu satuan pada locus of control maka mengakibatkan
kematangan karir bertambah sebesar 0,234.
70
Uji T dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara self
efficacy dan locus of control terhadap kematangan karir secara parsial. Jika nilai
signifikansi yang dihasilkan dari perhitungan (α < 0.05), maka hipotesis dapat
diterima, sebaliknya jika nilai signifikan hasil hitung (α > 0.05) maka hipotesis
ditolak. Hasil Uji t pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.9, dengan
penjelasan sebagai berikut:
1. Pengaruh Self Efficacy terhadap Kematangan Karir
Hasil Uji t menunjukkan hipotesis yang menyatakan bahwa variabel self
efficacy memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kematangan
Karir. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,022 (α <
0,005). Dengan demikian Hipotesis 1b dapat diterima, artinya self
efficacy memiliki pengaruh signifikan terhadap Kematangan Karir.
2. Pengaruh Locus of Control terhadap Kematangan Karir
Hasil Uji t menunjukkan hipotesis yang menyatakan bahwa variabel
locus of control memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kematangan karir diterima. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi
0,037 (α < 0.05). Dengan demikian Hipotesis 1c dapat diterima, artinya
locus of control memiliki pengaruh signifikan terhadap kematangan
karir.
Uji Koefisien Determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besarnya
peranan self efficacy dan locus of control terhadap kematangan karir. Uji koefisien
determinasi pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.11.
Tabel 4.12Hasil Koefisien Determinasi
R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
71
.391a .153 .139 .26368
Sumber: data primer yang diolah, 2017
Berdasarkan Tabel 4.11 ditunjukkan bahwa nilai R2 dari self efficacy dan
locus of control terhadap kematangan karir adalah sebesar 0.153 atau sebesar
(15.3%). Hal tersebut menunjukkan bahwa self efficacy dan locus of control
mempunyai peranan sebesar 15.3% dalam menentukan pembentukan Kematangan
Karir pada mahasiswa Universitas YARSI, sedangkan sisanya sebesar 84.7%
variabel Kematangan Karir dijelaskan oleh faktor lain. Hal ini berarti self efficacy
dan locus of control memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap kematangan
karir. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zulkaida
(2007) yang menunjukkan bahwa self efficacy tentang pemilihan karir dan locus
of control secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap
kematangan karir siswa SMA.
4.4.2. Analisis Self Efficacy, Locus Of Control dan Kematangan Karir
Berdasarkan Perbedaan Keaktifan Mahasiswa dalam Berorganisasi
Independent Samples T-Test atau Uji t sampel bebas digunakan untuk
melihat apakah ada perbedaan karakteristik kematangan karir, locus of control,
dan self efficacy jika dilihat dari tingkat keaktifan mahasiswa dalam organisasi.
Mahasiswa yang aktif dapat dilihat berdasarkan kriteria yaitu mahasiswa yang
mengikuti minimal satu kegiatan organisasi, yang diikuti secara aktif dari awal
sampai akhir masa studi. Mahasiswa yang tidak aktif dilihat berdasarkan kriteria
yaitu mahasiswa yang sama sekali tidak pernah mengikuti kegiatan organisasi
dilingkungan Universitas YARSI.
Tabel 4.12 menunjukkan hasil analisis uji beda self efficacy, locus of
control dan kematangan karir mahasiswa, berdasarkan keaktifan mahasiswa dalam
72
organisasi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai self
efficacy (α < 0.05) dan kematangan karir (α = 0.01) pada mahasiswa yang aktif
berorganisasi dengan mahasiswa yang tidak aktif berorganisasi. Tidak terdapat
perbedaan locus of control yang signifkan (α > 0.05) antara mahasiswa yang aktif
dengan mahasiswa yang tidak aktif berorganisasi:
Tabel 4.13Hasil Analisis Uji Beda Keaktifan Mahasiswa dalam Organisasi
VariabelNilai ( Rerata )
Sign. LevelAktif Tidak Aktif
Self Efficacy 3,09 2,96 0,02
Locus Of Control 2,95 2,94 0,91
Kematangan Karir 3,24 3,07 0,01
Sumber: data primer yang diolah, 2017
Hipotesis 2a menyatakan bahwa terdapat perbedaan self efficacy antara
mahasiswa yang aktif dengan mahasiswa yang tidak aktif dalam berorganisasi.
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa hipotesis 3 dapat diterima, yang
ditunjukkan dengan nilai signifkansi 0.02 (α < 0.05). Berarti terdapat perbedaan
self efficacy antara mahasiswa yang aktif dengan mahasiswa yang tidak aktif
berorganisasi, yaitu berarti mahasiswa yang aktif memiliki self efficacy lebih
tinggi dari pada mahasiswa yang tidak aktif berorganisasi.
Hipotesis 2b menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan locus of control
antara mahasiswa yang aktif dengan mahasiswa yang tidak aktif berorganisasi.
Hasil uji hipotesis meunjukkan bahwa hipotesis 4 tidak diterima, yang
73
ditunjukkan dengan nilai signifikansi 0.09 (α > 0.05). Berarti tidak ada perbedaan
locus of control antara mahasiswa yang aktif dengan mahasiswa yang tidak aktif
dalam berorganisasi.
Hipotesis 2c menyatakan bahwa terdapat perbedaan kematangan karir
antara mahasiswa yang aktif berorganisasi dengan mahasiswa yang tidak aktif
berorganisasi. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa hipotesis 5 dapat diterima,
yang ditunjukkan dengan nilai signifkansi 0.01 (α < 0.05). Berarti terdapat
perbedaan kematangan karir antara mahasiswa yang aktif dengan mahasiswa yang
tidak aktif berorganisasi, yaitu berarti mahasiswa yang aktif memiliki kematangan
karir yang lebih tinggi dari pada mahasiswa yang tidak aktif berorganisasi.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan nilai self efficacy dan
kematangan karir pada mahasiswa yang aktif dengan mahasiswa yang tidak aktif
berorganisasi. Berikut dijelaskan tentang aspek-aspek perbedaan untuk masing-
masing variabel self efficacydan kematangan karir. Tabel 4.13 menjelaskan
tentang perbedaan aspek-aspek yang terdapat pada self efficacy.
Tabel 4.14Hasil Analisis Uji Beda Self Efficacy
DimensiNilai (rerata)
Sign. LevelAktif Tidak aktif
Dimensi Level 3,16 3,09 0,39 (tidak signifikan)Dimensi Stregth 2,99 2,89 0,09 **
Dimensi Generality 3,12 2,87 0,007*
Sumber: data primer yang diolah, 2017 Keterangan: * Signifikan pada level < 0.01
** Signifikan pada level < 0.05
Tabel 4.13 menunjukkan bahwa terdapat Perbedaan self efficacy antara
mahasiswa yang aktif dengan mahasiswa yang tidak aktif dalam berorganisasi,
terutama pada dimensi generality. Sesuai dengan hasil perolehan data yang telah
74
dijelaskan di bagian sebelumnya pada dimensi generality, dapat disimpulkan
bahwa mahasiswa yang aktif dalam mengikuti organisasi memiliki keyakinan
yang tinggi dalam melaksanakan tugas diberbagai aktivitas dan mahasiswa
mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Sedangkan pada dimensi
level tidak terdapat perbedaan antara mahasiswa aktif dengan mahasiswa yang
tidak aktif dalam berorganisasi. Artinya dalam hal ini mahasiswa yang aktif
dengan mahasiswa yang tidak aktif dalam berorganisasi memiliki persepsi yang
sama terhadap tugas yang dianggap sulit, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada
mahasiswa yang aktif dengan mahasiswa yang tidak aktif dalam berorganisasi
memiliki kompetensi yang sama. Sementara pada dimensi strenght tidak terdapat
perbedaanantara mahasiswa yang aktif dengan mahasiswa yang tidak aktif dalam
berorganisasi. Dalam hal ini mahasiswa yang aktif dengan mahasiswa yang tidak
aktif berorganisasi memiliki tingkat kekuatan yang sama terkait dengan keyakinan
individu mengenai kemampuannya dalam menghadapi tuntutan tugas.
Tabel 4.13 memberikan penjelasan tentang perbedaan kematangan karir
berdasarkan keaktifan mahasiswa dalam berorganisasi. Perbedaan nilai paling
tinggi untuk kematangan karir terdapat pada dimensi perencanaan karir (α < 0.05).
Kematangan karir mahasiswa terbentuk selama mereka mengikuti organisasi. Ada
empat dimensi dalam kematangan karir yang dinyatakan signifikan, yaitu dimensi
perencanan karir, membuat keputusan karir, pengetahuan tentang kerja dan
keputusan karir. Keempat dimensi tersebut lebih besar skornya pada mahasiswa
aktif dalamberorganisasi.
Perbedaan kematangan karir antara mahasiswa yang aktif dengan
mahasiswa tidak aktif dalam berorganisasi terutama terdapat pada dimensi
75
perencanaan karir. Artinya pada mahasiswa yang aktif dalam berorganisasi lebih
aktif mencari informasi mengenai pekerjaan dan lebih mengetahui beragam jenis
pekerjaan. Pada dimensi membuat keputusan karir terdapat perbedaan yang
signifikan antara mahasiswa aktif dan tidak aktif dalam berorganisasi. Artinya
pada mahasiswa yang aktif dalam berorganisasi memiliki kemandirian yang tinggi
dalam membuat pilihan pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan
yang dimilikinya. Sedangkan pada dimensi pengetahuan tentang kerja terdapat
perbedaan yang signifikan antara mahasiswa yang aktif dengan mahasiswa tidak
aktif dalam berorganisasi. Artinya pada mahasiswa yang aktif berorganisasi
memiliki pengetahuan yang lebih luas mengenai jenis-jenis pekerjaan dalam dunia
kerja. Pada dimensi keputusan karir terdapat perbedaan yang signifikan antara
mahasiswa yang aktif dengan mahasiswa tidak aktif dalam berorganisasi. Artinya
pada mahasiswa yang aktif berorganisasi lebih memiliki kemampuan dalam
memilih karir dan pekerjaan secara realistis.
Tabel 4.13 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan
pada dimensi eksplorasi karir antara mahasiswa yang aktif dengan mahasiswa
tidak aktif dalam berorganisasi. Artinya mahasiswa yang aktif dengan mahasiswa
yang tidak aktif berorganisasi memiliki keaktifan yang sama dalam mencari
informasi mengenai persyaratan yang dibutuhkan dari jenis pekerjaan yang
mereka minati, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada mahasiswa yang aktif
dengan mahasiswa yang tidak aktif dalam berorganisasi memiliki kompentensi
yang sama untuk memenuhi persyaratan jenis pekerjaan yang mereka pilih.
Sementara dimensi pengetahuan kelompok tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara mahasiswa yang aktif dengan mahasiswa yang tidak aktif dalam
76
berorganisasi. Dalam hal ini mahasiswa yang aktif dengan mahasiswa tidak aktif
berorganisasi memiliki pengetahuan yang sama mengenai tugas kerja dari
pekerjaan yang mereka minati, peralatan kerja, dan persyaratan fisik yang mereka
butuhkan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.
Tabel 4.15Hasil Analisis Uji Beda Kematangan Karir
DimensiNilai (Rerata)
Sign. LevelAktif Tidak aktif
Perencanaan Karir 3,12 2,90 0,0001*
Eksplorasi Karir 3,21 3,10 0,13 (tidak signifikan)Membuat Keputusan Karir 3,36 3,20 0,01*
Pengetahuan Tentang Kerja 3,40 3,17 0.001*
Keputusan Karir 3,21 3,02 0,02**Pengetahuan Kelompok 3,10 3,01 0,18 (tidak signifikan)
Sumber: data primer yang diolah, 2017Ket: * Signifikan pada level < 0.01
** Signifikan pada level < 0.05
Berdasarkan hasil analisis uji beda pada Tabel 4.11 terhadap variabel locus
of control menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
mahasiswa yang aktif berorganisasi dengan mahasiswa tidak aktif berorganisasi.
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa locus of control seseorang dapat
terbentuk oleh dirinya sendiri, keluarga, lingkungan terdekat atau bahkan
dukungan sosial dari orangtua yang telah terbentuk sejak kecil. Dalam hal ini,
dukungan secara sosial yang didapatkan oleh individu tersebut dapat membentuk
locus of control pada mahasiswa yang aktif berorganisasi dengan mahasiswa yang
tidak aktif dalam berorganisasi.
77
Faktor yang mempengaruhi terbentuknya self efficacy pada mahasiswa
yang aktif berorganisasi yaitu dipengaruhi oleh lingkungan sosial, dimana
individu sekarang berada. Lingkungan sosial tersebut misalnya, lingkungan dalam
berorganisasi, dimana mahasiswa yang aktif berorganisasi dapat membentuk self
efficacy yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan organisasi
merupakan lingkungan sosial yang mampu mendorong self efficacy pada
mahasiswa. Sementara itu, mahasiswa yang aktif mengikuti organisasi dalam
lingkup sosialnya mampu membentuk self efficacy serta kematangan karir dengan
mudah. Dua hal di atas dapat dikatakan bahwa self efficacy dan kematangan karir
merupakan suatu keinginan dan pencapaian individu bagi masa depannya,
berdasarkan pembelajaran sosial yang didapatkan oleh mahasiswa dalam
organisasi.Sementara locus of control seseorang pada dasarnya telah terbentuk
dalam diri seseorang sehingga sulit dikembangkan dalam lingkup sosial, yaitu
organisasi.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum
self efficacy dan locus of control mampu membentuk kematangan karir mahasiswa
Universitas YARSI dengan nilai koefisien yang sama. Akan tetapi berdasarkan
hasil analisis uji perbedaan terbukti bahwa self efficacy dan kematangan karir
dipengaruhi oleh keaktifan mahasiswa dalam berorganisasi. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa mahasiswa yang aktif berorganisasi mempunyai self efficacy
dan kematangan karir yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang
tidak aktif. Sementara locus of control tidak dipengaruhi oleh pengalaman
organisasi, baik mahasiswa yang aktif maupun mahasiswa yang tidak aktif dalam
organisasi cenderung memiliki locus of control yang sama.
78
4.5. Pembahasan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dari kematangan karir, terlihat bahwa
mahasiswa Universitas YARSI selalu mencari informasi dan selalu melakukan
diskusi dengan orang yang telah berpengalaman mengenai jenis pekerjaan yang
mereka minati dan mereka telah mempersiapkan jenis pekerjan yang mereka pilih
nantinya sesuai dengan minat dan bidang yang mereka kuasai. Mahasiswa
Universitas YARSI mempunyai keinginan belajar yang tinggi dalam mempelajari
jenis pekerjaan yang mereka minati dan mempunyai karir yang matang.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa masih terdapat kelemahan
pada kematangan karir responden. Kelemahan yang paling tinggi adalah
kekhawatiran mereka yang tidak mendapatkan pekerjaan sesuai minat mereka dan
mereka juga khawatir jika orangtua mereka tidak mendukung jenis pekerjaan yang
mereka minati. Pengetahuan responden tentang pekerjaan masih kurang, terutama
sekali pada pengetahuan tentang peralatan kerja dan rantai komando (struktur
organisasi) yang mereka hadapi. Hal ini terjadi karena mereka tidak memiliki
kesempatan untuk mempelajari tentang dunia kerja yang dihadapi. Pada akhirnya
hal ini pada sebagian responden menyebabkan terjadinya stress terhadap
kemampuan mereka bekerja nantinya.
Gambaran tentang self efficacy mahasiswa Universitas YARSI
menunjukkan bahwa mereka mempunyai kemampuan atau kompetensi untuk
melakukan suatu tugas, mencapai tujuan dan mengatasi hambatan, serta mampu
untuk mencapai hasil yang diinginkan serta giat dan tekun dalam berusaha.
Kelemahan yang paling tinggi adalah mereka masih tidak mampu untuk
menyelesaikan tugas yang dianggap sulit dan tidak yakin dengan kemampuan
79
dirinya yang dimiliki. Hal ini terjadi karena mereka tidak mampu untuk
meyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya. Pada akhirnya hal ini pada
sebagian responden menyebabkan mereka tidak bisa menyelesaikan tugasnya
dengan baik.
Untuk locus of control mahasiswa menunjukkan bahwa kesembilan
indikator terbagi menjadi dua locus of control yaitu locus of control internal dan
locus of control eksternal. Dalam hal ini untuk locus of control internal terlihat
bahwa mahasiswa Universitas YARSI selalu mempunyai keyakinan yang tinggi
dan kemampuan atas dirinya untuk melakukan segala aktivitas yang dikerjakan
dan tidak mudah putus asa. Sedangkan dari locus of control eksternal mahasiswa
Universitas YARSI cenderung tidak mempunyai keyakinan dan tidak aktif dalam
mencari informasi untuk menyelesaikan suatu masalah yang terjadi dalam
hidupnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa self efficacy dan locus of control
dapat menjadi model dalam membentuk kematangan karir mahasiswa tahap akhir
Universitas YARSI. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan
oleh Olanrewaju (2013) yang mengungkapkan bahwa secara simultan ada
hubungan yang positif dan signifikan antara self efficacy dan locus of control
terhadap kematangan karir Siswa Kelas XII SMA.
Berdasarkan tingkat keaktifan mahasiswa dalam organisasi, terbukti
bahwa self efficacy dan kematangan karir mahasiswa yang aktif berorganisasi
lebih tinggi daripada mahasiswa yang tidak aktif. Perbedaan tidak terjadi pada
locus of control mahasiswa yang aktif dan tidak aktif berorganisasi.
1. Pengaruh Self Efficacy terhadap kematangan karir
80
Hasil pengujian hipotesis telah membuktikan bahwa terdapat pengaruh
signifikan antara self efficacy terhadap kematangan karir. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa self efficacy merupakan faktor yang dominan dalam rangka
meningkatkan kematangan karir mahasiswa Universitas YARSI. Hal ini dapat
diartikan bahwa kondisi self efficacy yang dimiliki mahasiswa Universitas YARSI
termasuk dalam kategori tinggi dan diharapkan akan memberikan kontribusi yang
tinggi terhadap kematangan karir mahasiswa.
Indikator yang paling dominan mempengaruhi self efficacy adalah tingkat
persepsi tugas yang dianggap sulit oleh individu, yaitu memiliki tingkat keyakinan
individu yang tinggi terhadap persepsi tugas. Hal ini menunjukkan bahwa
mahasiswa sudah memiliki keyakinan terhadap persepsi tugas yang dianggap
sulit.Hasil penelitian Rachmawati (2012), yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara self efficacy dengan kematangan
karir. Menurut Patton dan Creed (2003) pada pelajar Australia berhasil
mengungkap bahwa salah satu faktor yang berhubungan dengan kematangan karir
adalah self efficacy.
2. Pengaruh Locus of Control terhadap Kematangan Karir
Hasil pengujian hipotesis telah membuktikan terdapat pengaruh yang
signifikan locus of control terhadap kematangan karir. Hal tersebut menunjukkan
bahwa mahasiswa yang memiliki locus of control intensitas tinggi mempunyai
kecenderungan kematangan karir yang tinggi. Berdasarkan hasil analisis di atas
menunjukkan bahwa terdapat semakin tingginya kecenderungan locus of control
internalyang dimiliki mahasiswa maka semakin tinggi kematangan karir
mahasiswa Universitas YARSI. Sebaliknya semakin rendahnya kecenderungan
81
locus of control eksternal yang dimiliki mahasiswa maka semakin rendah
kematangan karir mahasiswa Universitas YARSI.
Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Zulkaida (2007) tentang pengaruh locus of control dan efikasi diri terhadap
kematangan karir siswa SMA. Berdasarkan penelitian Anita, efikasi diri
pemilihan karir dan locus of control memiliki pengaruh terhadap kematangan
karir sebesar 20%. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Tifani (2015) adalah terdapat hubungan yang signifikan antara
hubungan antara locus of control dengan kematangan karir pada karyawan Fried
Chicken.
3. Pengaruh Self Efficacy dan Locus of Control Terhadap Kematangan Karir
Hasil analisis regresi linear berganda pengaruh self efficacy dan locus of
control secara bersama-sama terhadap kematangan karir diperoleh persamaan
yaitu:
Y = 1.856 + 0,201 X1 + 0,234 X2
Persamaan tersebut dapat dimaknai bahwa apabila self efficacy dan locus of
control masing-masing meningkat maka kematangan karir akan meningkat. Hal
tersebut juga menunjukkan bahwa self efficacy dan locus of control mempunyai
pengaruh terbesar terhadap Kematangan Karir.Berdasarkan hasil penelitian
analisis di atas menunjukkan bahwa semakin tingginya self efficacy dan locus of
control yang dimiliki mahasiswa maka semakin tinggi kematangan karir yang
dimiliki mahasiswa Universitas YARSI. Sebaliknya semakin rendahnya self
efficacy dan locus of control dimiliki mahasiswa maka semakin rendah
kematangan karir yang dimiliki mahasiswa Universitas YARSI.
82
4. Perbedaan Self Efficacy berdasarkan mahasiswa aktif dan tidak aktif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai self efficacy
antara mahasiswa yang aktif dengan mahasiswa yang tidak aktif dalam
berorganisasi. Hasil penelitian Rachmawati (2012) menyatakan bahwa terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara self efficacy dengan kematangan
karir. Berdasarkan hasil penelitian ini ditunjukkan bahwa self efficacy mahasiswa
yang aktif berorganisasi lebih tinggi daripada mahasiswa tidak aktif berorganisasi.
Hal ini menjelaskan peran organisasi kemahasiswaan dalam membentuk self
efficacy mahasiswa. Mahasiswa yang aktif berorganisasi lebih memiliki keyakinan
yang lebih tinggi terhadap berbagai tugas dalam melakukan berbagai aktivitas.
5. Perbedan Kematangan Karir berdasarkan mahasiswa aktif dan tidak aktif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai kematangan
karir antara mahasiswa yang aktif dengan mahasiswa yang tidak aktif dalam
berorganisasi. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Rachmawati (2012) yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara self
efficacy dengan kematangan karir. Berdasarkan hasil penelitian ini ditunjukkan
bahwa kematangan karir mahasiswa yang aktif berorganisasi lebih tinggi daripada
mahasiswa yang tidak aktif. Hal ini menjelaskan peran organisasi kemahasiswaan
dalam membentuk kematangan karir mahasiswa. Mahasiswa yang aktif
berorganisasi lebih siap merencanakan karir kedepannya, dan mahasiswa yang
aktif lebih mengetahui tentang dunia pekerjaan yang mereka minati serta
mahasiwa yang aktif berorganisasi lebih memiliki kemampuan dalam memilih
karir dan pekerjaan secara realistis.
83
BAB V
SELF EFFICACY DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP
KEMATANGAN KARIR DI TINJAU DARI SUDUT PANDANG ISLAM
5.1. Organisasi dalam Pandangan Islam
Dalam bahasa arab organisasi di sebut Jam’iyyah yang artinya
perkumpulan. Jadi organisasi menurut analisis kata ini adalah suatu
perkumpulan atau jamaah yang mempunyai sistem yang teratur dan tertib
untuk mencapai tujuan bersama. Dalam Al-Qur’an Berfirman :
Artinya:”Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh”. (QS.Al-Shaff (6):4)
Maksud dari shaff disitu menurut (al-Qurtubi) adalah menyuruh
masuk dalam sebuah barisan (organisasi) supaya terdapat keteraturan
untuk mencapai tujuan.Dalam sebuah hadits diterangkan:
Artinya:“Sesungguhnya Allah mencintai orang yang jika melakukan suatu pekerjaan dilakukan dengan “tepat, terarah dan tuntas. (HR Al-Thabrani)”
84
5.1.1.Prinsip Organisasi
Dalam upaya memastikan bahwa organisasi memiliki sistem dan
target pencapaian sasaran dan tujuan maka perlu difahami sejumlah prinsip
bahwa terdapat tujuh prinsip suatu organisasi sebagai berikut:
1. Perumusan Tujuan.
Organisasi harus menetapkan tujuan yang hendak dicapai yang
bersifat fokus, spesifik, terukur, target waktu, memiliki nilai manfaat di
sisi Allah Swt. Dalam sebuah kitab Sur’atul Badihah dikatakan bahwa ciri
seseorang yang berfikir serius (fikrun jiddiyyah) adalah ditetapkanya
tujuan yang kongrit dan tergambar pasti (tashwirul maadah)
2. Kesatuan Arah.
Organisasi harus memiliki konsistensi dan komitmen sejak dari
pimpinan hingga anggota/bawahan. Pimpinan berkewajiban mengurus,
mengarahkan, melindungi, dsb. Sementara anggota/bawahan wajib
mendengarkan dan mentaatinya. Hal ini sebagaimana kepemimpinan
Rasulullah Saw dan para Khulafaurrasyidin. Rasulullah saw pernah
mengatakan bahwa:
Artinya:“ Sesungguhnya pimpinan adalah laksana perisai, tempat orang-orang berperang di belakangnya dan berlindung kepadanya” (HR. Muslim).
85
5.1.2. Manfaat Organisasi
1. Organisasi sebagai penuntun pencapaian tujuan. Pencapaian tujuan
akan lebih efektif dengan adanya organisasi yang baik.
2. Organisasi dapat mengubah kehidupan masyarakat. Jika organisasi itu
di bidang pendidikan, maka akan turut mencerdaskan masyarakat serta
membimbing masyarakat agar tetap menerapkan nilai-nilai ajaran
Islam.
3. Organisasi menawarkan karier. Karier berhubungan dengan
pengetahuan dan keterampilan. Jika kita menginginkan karier untuk
kemajuan hidup, berorganisasi dapat menjadi solusi.
4. Organisasi sebagai cagar ilmu pengetahuan. Organisasi selalu
berkembang seiring dengn munculnya fenomena-fenomena organisasi
tertentu. Peran penelitian dan pengembangan sangat dibutuhkan
sebagai dokumentasi yang nanti akan mengukir sejarah ilmu
pengetahuan.
5. Dalam ajaran Islam, juga diperlukan organisasi.
Rasulullah SAWbersabda:
Artinya:”Shalat jama’ah lebih utama dari shalat sendirian sebanyak 27 derajat” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini mengisyaratkan tentang:
a. Keutamaan shalat berjamaah
b. Aplikasinya dalam kehidupan bermasyarakat bahwa hidup secara
berjamaah atau berorganisasi dengan dipimpin oleh seorang
86
pemimpm/imam lebih besar keuntungannya dari pada tanpa
berorganisasi atau berjamaah
5.1.3. Larangan Mimisahkan Diri Oraganisasi
Dalam Islam berorganisasi itu sangatlah penting karena sangat
banyak manfaat nya oleh karena itu umat Islam tidak boleh berpecah belah
seperti dalam firman Allah sebagai berikut:
Artinya:“Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya” (Q.S.Al-Syuura: (42): 13)
Ayat di atas menjelaskan bahwa anggota organisasi dilarang keluar
dari organisasi dan dilarang memecah belah organisasi pentingnya
berorganisasi dan sebaliknya bahayanya suatu kebenaran yang tidak
diorganisir melalui langkah-langkah yang kongkrit dan strategi-strategi
yang mantap. Maka tidak ada garansi bagi perkumpulan apa pun yang
menggunakan identitas Islam meski memenangkan pertandingan,
persaingan maupun perlawanan jika tidak dilakukan pengorganisasian
yang kuat.
Dalam organisasi memiliki pemimpin dan rekan kerja dalam
sebuah kelompok untuk mencapai suatu tujuan bersama, tanpa adanya
pemimpin dan rekan kerja tidak akan berjalan suatu tujuan dalam
organisasi tersebut.
1. Pemimpin (Khalifah)
Atasan merupakan sosok yang dapat dijadikan sebagai panutan,
cerminan, dan sosok yang sangatlah berperan penting bagi
87
keberlangsungan hidup organisasi atau perusahaan.Banyak sifat-sifat
terpuji yang harus dimiliki oleh sosok seorang pemimpin, antara lain
bertanggung jawab, tegas, lemah lebut, sopan, santun, adil, dan dapat
dipercaya (amanah). Dalam Bahasa Arab seorang pemimpin disebut
Khalifah. Dalam Al-Quran Allah berfirman:
Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Q.S Al- Baqarah: (2):30)
2. Rekan Kerja
Rekan kerja adalah salah satu penunjang kinerja karyawan, dengan
adanya rekan kerja yang baik maka proses kerja akan terasa nyaman dan
dapat menambah semangat kita dalam bekerja. Hadits yang terkait dengan
rekanan: “Sesungguhnya perumpamaan teman yang baik dan teman yang
jahat adalah seperti pembawa minyak wangi dan peniup api pandai besi.
Pembawa minyak wangi mungkin akan mencipratkan minyak wanginya
itu atau engkau membeli darinya atau engkau hanya akan mencium aroma
harumnya itu. Sedangkan peniup api tukang besi mungkin akan membakar
88
bajumu atau engkau akan mencium bau darinya yang tidak sedap.” (HR
Bukhari dan Muslim)
5.2. Sumber Daya Manusia dalam Pandangan Islam
Manusia sebagai salah satu makhluk ciptaan Allah dibekali dengan
kehendak bebas, rasionalitas, dan kesadaran moral. Semua ini
dikombinasikan dengan kesadaran ke-Tuhanan yang inheren sehingga
manusia dituntut untuk hidup dalam kepatuhan dan ibadah kepadanya.
Artinya:“Dan (ingatlah) ketika tuhan-Mu Berfirman kepada Malaikat, “Aku hendak menjadikan Khalifah di bumi.” Meraka berkata, “apakah engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfrman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” (Q.S Al Baqarah.(2): 30)
Allah telah menjadikan manusia pemimpin di muka bumi dan
mempunyai kecerdasan yang tinggi agar mampu berfikir dan menjadi
manusia yang baik bisa bermanfaat bagi mahluk Allah yang lain oleh
sebab itu kita harus mencontoh Rasul Nabi Muhammad Saw beliau
memiliki 4 sifat utama yang patut di contoh agar menjadi sumber daya
manusia yang berkualitas yaitu:
1. Siddiq
Siddiq artinya benar. Benar adalah suatu sifat yang mulia yang menghiasi
akhlak seseorang yang beriman kepada Allah SWT dan kepada perkara-
perkara yang ghaib. Ia merupakan sifat pertama yang wajib dimiliki para
89
Nabi dan Rasul yang dikirim Tuhan ke alam dunia ini bagi membawa wahyu
dan agamanya. Pada diri Rasulullah Saw, bukan hanya perkataannya yang
benar, malah perbuatannya juga benar, yakni sejalan dengan ucapannya. Jadi
mustahil bagi Rasulullah Saw itu bersifat pembohong, penipu dan
sebagainya. Seperti yang telah Allah firmankan dalam Al-Qur’an
Artinya “Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemahuan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya.” (Q.S An-Najm. (53):4)
Sebagai sumber daya manusia yang baik hendak nya manusia yang memiliki
perkataan perbuatan yang benar seperti rasul
2. Amanah
Amanah artinya benar-benar boleh dipercayai. Jika satu urusan diserahkan
kepadanya, niscaya orang percaya bahawa urusan itu akan dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya. Oleh kerana itulah penduduk Makkah memberi gelar
kepada Nabi Muhammad SAW dengan gelar ‘Al-Amin’ yang bermaksud
terpercaya, jauh sebelum beliau diangkat jadi seorang Rasul. Apa pun yang
beliau ucapkan, dipercayai dan diyakini penduduk Makkah kerana beliau
terkenal sebagai seorang yang tidak pernah berdusta. Seperti tertera dalam
Firman Allah yang berbunyi:
Artinya:“Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasihat yang terpercaya bagimu.” (Q.S Al-A'raf (7): 68).
Mustahil Rasulullah SAW itu berlaku khianat terhadap orang yang
memberinya amanah. Baginda tidak pernah menggunakan kedudukannya
90
sebagai Rasul atau sebagai pemimpin bangsa Arab untuk kepentingan
peribadinya atau kepentingan keluarganya, namun yang dilakukan
Baginda adalah semata-mata untuk kepentingan Islam melalui ajaran Allah
SWT. Kepercayaan ialah modal yang sangat penting di dalam perusahaan,
karena didalam pekerjaan ada beberapa hal yang harus dikerjakan secara
bersama agar mudah mencapainya.
3. Tabligh
Tabligh artinya menyampaikan. Segala firman Allah SWT yang ditujukan
oleh manusia, disampaikan oleh Baginda. Tidak ada yang disembunyikan
walaupun itu menyangkut tentang Baginda rasul sendiri, seperti firman Allah
SWT yang berbunyi.
Artinya: “Supaya Dia mengetahui, bahawa sesungguhnya rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah-risalah Tuhannya, sedang ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu.” (Q.S Al-Jin (72):28)
Sumber daya manusia haruslah bisa mempunyai keahlian dalam
berkomunikasi yang baik, baik dengan bawahan teman sekantor ataupun
atasan, dan haruslah perkataan yang jujur lah yang harus di sampaikan.
4. Fathonah
Fathonah artinya bijaksana atau cerdas. Dalam menyampaikan ayat Al-Quran
dan kemudian menjelaskannya dalam puluhan ribu hadis memerlukan
kecerdasan yang luar biasa. Kecerdasan beliau merupakan suatu hikmah yang
91
dianugerahkan Allah kepada beliau dengan sifat kearifan yang selalu
ditampakkan. Hal ini sesuai firman Allah:
Artinya: “Allah menganugerahkan al-hikmah (kepemahaman yang dalam tentang Al-Qur'an dan as-Sunnah) kepada siapa yang dikehendakinya. Barang siapa yang dianugerahi al-hikmah itu ia benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Hanya orang-orang yang berakallah (ulul albab) yang dapat mengambil pelajaran dari firman Allah.” (Q.S Al-Baqarah (2):269)
Didalam diri seorang mahasiswa cerdas ialah hal yang harus
dimiliki, karena banyak permasalahan-permasalahn yang harus di
pecahkan dengan segera agar tidak menggangu kinerja sebuah organisasi
5.3. Locus of Control (Pengendalian Diri) dalam Pandangan Islam.
Locus of Control atau lokus pengendalian yang merupakan kendali
individu atas pekerjaan mereka dan kepercayaan mereka terhadap keberhasilan
diri. Dalam Islam cara pengendalian diri dan kepercayaan diri sudah di atur dalam
Islam termaksut menahan amarah dan sabar tawakal dan ihktiar adalah cara
pengendalian diri atas apa yang telah di tetapkan, seperti firman Allah berikut
yang berbunyi:
Artinya: “(Orang-orang bertakwa yaitu) orang-orang yang menafkahkan (harta), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan marah dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Q.S Ali Imran (3): 134)
92
Salah satu pengendalian diri ialah menahan amarah untk tidak
mengedepankan ego dari pada hati dan pikiran, Allah menyukai orang
yang menahan amarah dan memberikan pahala jika Allah masukan mereka
ke dalam golongan orang orang yang bertakwa
Artinya:“Dan, orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa”. (Q.S Al-Baqarah (2):177)
Locus of controlsebagai keyakinan atau harapan individu mengenai
sumber penyebab peristiwa yang terjadi dalam hidupnya, yaitu
kecenderungan untuk merasa apakah peristiwa itu dikendalikan dari dalam
dirinya (internal) atau dari luar dirinya seperti keberuntungan, nasib,
kesempatan, kekuasaan, orang lain dan kondisi yang lain yang dapat
dikuasai (eksternal) (Munandar dalam Humaida, 2011)
Dalam Islam, keyakinan pada diri sendiri sangat penting, karena keyakinan
membuat seseorang mampu mengarahkan seluruh tindakan dan perilakunya.
Tanpa keyakinan seseorang akan selalu merasa dalam keraguan sehingga jiwanya
mudah terombang-ambing dan mengikuti arus yang membawanya, ia akan lemah
dan rapuh dan akhirnya mudah terpengaruhi.
Ajuran untuk selalu bersemangat dilandasi oleh keyakinan yang
kuat pada setiap individu. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:
93
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”(Q.S. Ar-Ra’d (13): 11)
Berdasarkan ayat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia
harus senantiasa berusaha dengan kemampuan yang dimilikinya untuk
meraih tujuan yang ingin dicapai. Karena hasil yang akan dicapainya
tergantung dari usaha yang telah dilakukannya. Sikap optimis dan selalu
mawas diri sangat dibutuhkan dalam menjalani kehidupan, dengan mawas
diri individu akan berusaha mengoreksi diri.
5.3.1. Locus of Control Internal dalam Pandangan Islam
Menurut Rotter (1966), ketika individu mempersepsikan bahwa
kejadian tergantung pada tingkah laku atau karakteristik yang dimiliki
individu, hal tersebut dilabel sebagai locus of control internal. Individu
yang dominan denga locus of control internal mempercayai bahwa
kemajuan dalam hidupnya ditentukan oleh faktor-faktor dari dalam diri
sendiri. Mereka cenderung senang bekerja keras, mempunyai cita-cita
tinggi, ulet, dan menganggap kemajuan dirinya disebabkan oleh ia
bertanggung jawab terhadap hasil kerjanya (Direzkia, dalam Musslifah,
2012). Dalam Al-Qur’an Allah berfirman:
Allah Ta’ala berfirman:
94
Artinya:“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (Q.S. Al-Baqarah (2):286)
Berdasarkan surat Al-Baqarah ayat 286 diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa setiap individu meyakini bahwa seseorang punya
permasalahan yang terjadi dalam hidupnya, dalam bentuk cobaan,
rintangan dan hambatan yang dihadapinya sebagai sarana untuk
meningkatkan kualitas pribadi. Dan mereka tidak menilainya sebagai
beban, bahkan mereka meyakini bahwa Allah tidak akan membebani
hamba-Nya melebihi kemampuannya.
5.3.2. Locus Of Control Eksternal dalam Pandangan Islam
Menurut Rotter (1966) individu yang memiliki locus of control
eksternal cenderung mempunyai sikap pesimis yang membuatnya putus
asa dalam menghadapi permasalahan hidup. Ia merasa bimbang saat
membuat keputusan pribadi, terkadang kebimbangan itu menjadi sebuah
kekhawatiran yang mendalam dan membentuk karakter seseorang menjadi
tidak percaya akan kemampuan diri sendiri dan cenderung tidak
bertanggung jawab terhadap kegagalan. Sehingga mudah menyalahkan
sebab diluar dirinya sebagai sumber dari kegagalannya.
Allah SWT melarang hamba-Nya untuk bersikap putus asa atau
pesimis, karena sikap berputus asa bukanlah ciri hati seorang mukmin
akan tetapi lebih dekat dengan hatinya orang kafir.
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:
95
Artinya: “Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir". (Q.S Yusuf (12): 87)
Allah Ta’ala berfirman:
Artinya: “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman” (Q.S Al-Imran (3): 139)
Dalam ayat tersebut, telah dijelaskan bahwa manusia yang beriman
adalah makhluk yang paling tinggi derajatnya, oleh karenanya Allah
melarang manusia yang beriman menjadi seorang yang lemah, mudah
putus asa. Keimanan dapat memberikan kekuatan bagi setiap orang,
sehingga menjadikannya tahan menghadapi ujian dalam hidup dan mampu
menerima keadaan dirinya dengan apa adanya. Dan dirinya terhindar dari
sikap pesimis dan mudah putus asa. Ajaran Islam sangat melarang
seseorang untuk mudah putus asa disebabkan ujian atau cobaan yang
dialami.
Allah Ta’ala berfirman:
96
Artinya:“Mereka menjawab: "Kami mendapat nasib yang malang, disebabkan kamu dan orang-orang yang besertamu". Shaleh berkata: "Nasibmu ada pada sisi Allah, (bukan kami yang menjadi sebab), tetapi kamu kaum yang diuji". (Q.S An-Naml (27):47)
Ayat tersebut menjelaskan orang yang pesimis selalu meyakini
bahwa peristiwa-peristiwa buruk yang menipanya disebabkan oleh orang
lain atau disebabkan faktor diluar dirinya. Dan ia akan cenderung dalam
kondisi yang statis, tanpa mencari solusi dari permasalahannya. Sikap ini
tidak dibenarkan, karena kebaikan atau keburukan yang dialami umat
muslim berasal dari Allah SWT dan hal itu merupakan cobaan agar umat
muslim selalu bersabar dan beriman seharusnya umat muslim selau
berfikir positif, optimis, tidak mudah putus asa dan selalu berusaha.
5.4. Self Efficacy dalam Pandangan Islam.
Bandura (dalam feist dan fiest 2009) mendefinisikan self efficacy
merupakan keyakinan seseorang dalam kemampuan untuk melakukan
suatu bentuk kontrol terhadap keberfungsian orang itu sendiri dan kejadian
dalam lingkungan.
Dalam Islam self efficacy dapat dikatakan sebagai suatu bentuk
ikhtiar. Ikhtiar adalah upaya maksimal manusia dalam mengoptimalkan
segala potensi yang dimilikinya
Allah SWT berfirman:
97
Artinya: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan” (Q.S At-Taubah (9) : 105)
Self Efficacy dalam mengajar yang dilakukan oleh mahasiswa
didefinisikan sebagai ukuran bentuk subjektif dari keyakinan mahasiswa
pada kemampuan mereka untuk merencanakan, mengatur dan
melaksanaan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan
pendidikan yang dijalani. Hal tersebut sejalan dengan umat muslim yang
akan berikhtiar lebih kuat dan disertai doa agar dapat memperoleh sesuatu
yang ia inginkan. Allah swt berfirman:
Allah swt berfirman:
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.(Q.S. Ar-Ra’d (13):11)
5.5. Kematangan Karir dalam Pandangan Islam.
Kematangan karir adalah kesiapan individu untuk lebih terbuka
terhadap informasi, membuat keputusan karir yang sesuai dengan usianya
serta membentuk karir yang sesuai dengan tugas perkembangan karir
setiap individu (Savickas, dalam Patton 2011). Menurut Kamus Besar
98
Bahasa Indonesia karir sendiri berarti perkembangan dan kemajuan dalam
kehidupan, pekerjaan, dan jabatan. Karir tidak semata-mata sebuah
pekerjaan saja akan tetapi perkembangan dan bagaimana jalannya suatu
pekerjaan dalam hidup seseorang itulah disebut dengan karir (kbbi.web.id)
Allah telah menjanjikan bahwa jika manusia serius dalam
melaksanakan suatu amanah, bekerja dengan sungguh-sungguh, Allah
akan memberikan balasan dengan kebahagiaan dunia dan akhirat. Allah
berfirman:
Artinya : “ Dan Katakanlah : “ Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan .’ (Q.S At-Taubah (9) : 105)
Dalam menafsirkan ayat ini Ahmad Mustafa Al-Maraghi
mengatakan bahwa Allah SWT memerintahkan kepada Hamba-Nya agar
bekerja untuk dunia dan akhirnya, untuk diri pribadi, keluarga dan untuk
masyarakatnya, karena kerja adalah kunci kebahagiaan. Kerja tidak boleh
dilakukan secara main-main, tidak boleh mengaku semangat padahal tidak
demikian. Allah Maha Mengetahui apakah kerja yang di lakukan itu baik
atau buruk. Untuk itu perlu diawasi dan diberitahukan bahwa Allah
mengetahui maksud dan tujuan kerja mereka.
Dalam karir sendiri ada yang disebut dengan kematangan karir.
Kematangan karir merupakan kemampuan individu dalam
99
mengaktualisasikan diri sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya
untuk menunjang arah karir dimasa yang akan datang. Hal ini sejalan
dengan firman Allah:
Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S Al-Qashash (28): 77)
Berdasarkan ayat tersebut, individu dapat mengaktulisasikan diri
dengan apa yang telah diberikan oleh Allah SWT. Individu tidak hanya
diminta untuk mengejar kebahagian di akhirat akan tetapi juga di dunia,
mencari kebahagian di sini dapat diartikan bagaimana individu
mengaktulisasikan diri dengan pekerjaan yang diinginkan dan sesuai
dengan kemampuannya
Allah SWT akan meninggikan derajat orang-orang yang
berpengetahuan dan orang-orang yang mencari ilmu. Allah berfirman:
100
Artinya: “ Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “ Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:” Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjaka.” (Q.S Al-Mujadilah (58): 11)
Berdasarkan ayat tersebut Allah akan meninggikan derajat orang
yang berpengetahuan. Tidak hanya diwajibkan dalam menuntut ilmu,
dalam hal ini Allah SWT akan meninggikan derajat orang yang
berpengetahuan. Maka betapa pentingnya ilmu pengetahuan dalam Islam.
Pengetahuan itu sendiri yang akan membantu seseorang dalam mencapai
karirnya.
Kematangan karir tidak hanya dilihat dari perkembangan individu
saja, akan tetapi kematangan karir juga dilihat dari bagaimana adaptasi
individu dengan pekerjaan yang ada. Savickas menjelaskan bahwa
adaptasi karir memungkinkan individu menyesuaikan konsep diri dalam
peran dari pekerjaan (Savickas & Porfelli, 2011). Al-Qur’an menjelaskan
hal yang serupa bahwa pekerjaan harus dilakukan sesuai dengan
kemampuan masing-masing individu. Allah swt berfirman:
Artinya:” Katakanlah Muhammad, “wahai kaumku! Berbuatlah menurut kedudukanmu, aku pun berbuat (demikian). Kelak kamu akan mengetahui, siapa yang memperoleh tempat (terbaik) di akhirat (nanti). Sesungguhnya orang-orang zalim itu tidak akan beruntung” (Q.S. Al-An’am (6): 135)
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah telah menyuruh Nabi
Muhammad untuk memerintahkan umat-Nya supaya bekerja sesuai
101
dengan kemampuannya. Al-Qur’an telah mengajarkan bahwa dalam
melakukan pekerjaan betapa pentingnya untuk menyesuaikannya dengan
kemampuan diri sendiri. Ayat tersebut membenarkan teori Savickas
mengenai adaptasi karir.
Menurut Savickas kematangan karir merupakan kesiapan
psikososial individu dan sumber koping dengan tugas perkembangan karir,
transisi pekerjaan dan trauma kerja saat ini dan yang akan datang
(Savickas & Porfelli, 2011). Jadi bila individu mampu mempersiapkan
dirinya terhadap tuntutan psikososial yang ada, dengan karir yang sesuai
maka dia memiliki kematangan karir. Berkaitan dengan teori tersebut
dalam Al-Qur’an telah menjelaskan hal serupa. Allah berfirman:
Artinya:“Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian dimuka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur.” (Q.S Al-Araf (7):10)
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah menempatkan umat-
Nya di bumi dengan segala sumber yang dapat dimanfaatkan. Berkaitan
dengan teori Savickas, dalam ayat ini Allah telah memberikan sumber
penghidupan di mana dapat dikaitkan dengan lingkungan sosial yang dapat
mendukung mencapai karir yang diharapkan. Allah telah memberikan
sumber-sumber yang baik untuk umat-Nya, dan umat-Nya dapat
memanfaatkan yang telah diberikan Allah SWT.
Berdasarkan pemaparan di atas maka nampak jelas betapa Islam
memperhatikan bahwa karir itu penting. Ketika individu memiliki suatu
pekerjaan akan lebih baik bila pekerjaan tersebut yang sesuai dengan
kemampuan dan yang diinginkan. Yang terpenting bekerjalah sebagai
102
bentuk betapa pentingnya ilmu pengetahuan dalam Islam. Pengetahuan itu
sendiri yang akan membantu seseorang dalam mencapai karirnya.
103
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil analisis serta pembahasan, maka kesimpulan dari
Pengaruh Self efficacy dan Locus of Control terhadap kematangan karir pada
penelitian ini, adalah sebagai berikut:
1. Kematangan karir pada mahasiswa relatif tinggi. Dengan dimensi yang
memiliki nilai rata-rata tertinggi adalah dimensi membuat keputusan dan
pengetahuan tentang kerja. Self efficacy mahasiswa berada pada Level cukup
tinggi dan dimensi yang tertinggi adalah dimensi Level sedangkan dimensi
yang terendah adalah dimensi Generality. Locus of control mahasiswa berada
relatif tinggi dan dimensi yang tertinggi adalah keyakinan diri bahwa kejadian
yang dialami akibat perilakunya sendiri dan dimensi terendah adalah dimensi
sering kali tidak yakin bahwa usaha yang dilakukannya dapat berhasil.
2. Self efficacy secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kematangan karir. Sehingga jika mahasiswa memiliki keyakinan yang tinggi
maka akan mempengaruhi karirnya. Locus of Control secara parsial memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kematangan. Sehingga jika mahasiswa
memiliki pengendalian diri yang baik maka mahasiswa tersebut akan mampu
mengendalikan karirnya.
3. Self efficacy dan Locus of Control dapat menjadi model yang berpengaruh
terhadap kematangan karir. Self efficacy sangat mempengaruhi kematangan
karir mahasiswa. Sehingga jika mahasiswa memiliki keyakinan dan
pengendalian diri yang maka dapat memperoleh karir baik.
4. Perbedaan berdasarkan karakteristik organisasi aktif dan tidak aktif di
Universitas YARSI terdapat perbedaan pada kematangan karir dan self
efficacy. Sehingga mahasiswa yang aktif berorganisasi memiliki self efficacy
dan kematangan karir yang lebih tinggi. Sementara tidak terdapat perbedaan
locus of control antara mahasiswa yang aktif beroganisasi dengan mahasiswa
yang tidak aktif beroganisasi, sehingga mahasiswa yang mengikuti organisasi
aktif maupun tidak aktif memiliki locus of control yang sama.
5. Menurut pandangan Islam, lingkungan dapat memberikan kecenderungan
yang berbeda-beda dalam mencapai kematangan karir, bila lingkungan
mendukung maka mahasiswa cenderung memiliki kematangan karir yang
baik. Dalam ayat At-Taubah (9): 105 Allah telah menjanjikan bahwa jika
manusia berusaha bersungguh-sungguh dalam melaksanakan suatu amanah,
bekerja dengan sungguh-sungguh, maka Allah akan memberikan balasan
dengan kebahagiaan dunia dan akhirat dan Allah SWT akan meninggikan
derajat orang yang berpengetahuan. Maka betapa pentingnya ilmu
pengetahuan dalam Islam. Pengetahuan itu sendiri yang akan membantu
seseorang dalam mencapai karirnya.Self efficacy dalam Islam dapat dikatakan
sebagai bentuk ikhtiar dan iman. Dalam hal ini subjek mahasiswa dalam
penelitian ini sebagaian besar mereka kurang berikhtiar dan keimanan yang
kurang baik yaitu orang-orang yang memiliki skor rendah, namun sebagian
besar subjek sudah dapat berikhtiar dengan dan memiliki keimanan yang baik
dalam mengoptimalkan segala potensi yang dimilikinya. Locus of control
dalam Islam berdasarkan ayat Ar-Ra’d (13):11 bahwa manusia harus selalu
senantiasa berusaha dengan kemampuan yang dimilikinya untuk meraih
105
tujuan yang ingin dicapainya. Individu selalu mempunyai sikap optimis dan
selalu mawas diri sangat dibutuhkan dalam menjalani kehidupan, dengan
mawas diri individu akan berusaha mengoreksi diri. Dan Allah melarang
hamba-Nya untuk bersikap putus asa atau pesimis, karena sikap berputus asa
bukanlah ciri hati seorang mukmin akan tetapi lebih dekat dengan hatinya
orang kafir.
6.2. Saran
1. Bagi mahasiswa Universitas YARSI hendaknya memperhatikan kelemahan-
kelemahan yang terdapat pada kematangan karir terutama pada kekhawatiran
mereka yang tidak mendapatkan pekerjaan sesuai minat mereka dan
kekhawatiran jika orangtua mereka tidak mendukung jenis pekerjaan yang
mereka minati. Karena kekhawatiran yang mereka miliki sangat
mempengaruhi karir yang akan dimiliki.
2. Menambah pengetahuan tentang kerja serta informasi-informasi tentang
pekerjaan yang akan mereka jalani, sehingga mereka tahu akan peralatan
kerja yang akan mereka hadapi. Hal tersebut dikarenakan agar mahasiswa
tidak mengalami stress terhadap kemampuan mereka bekerja nantinya. Selain
pada kematangan karir, mahasiswa juga hendaknya harus memperhatikan
keyakinan mereka yang masih tidak mampu untuk menyelesaikan tugas yang
dianggap sulit dan tidak yakin akan kemampuan dirinya yang dimiliki.Hal
tersebut dikarenakan agar mereka bisa menyelesaikan tugasnya dengan baik.
3. Bagi Universitas YARSI hendaknya meningkatkan kualitas, kuantitas dan
aktivitas dalam organisasi mahasiswa yang ada di dalam kampus dan
menghimbau mahasiswa untuk mengikuti organisasi-organisasi yang ada.
106
Harus meningkatkan program-program kegiatan organisasi juga perlu
ditingkatkan dan dapat mendorong mahasiswa untuk mengikuti kegiatan
organisasi yang telah ditetapkan oleh universitas. Hal ini penting dilakukan
sebagai fasilitator untuk mahasiswa dalam mengembangkan minat dan bakat
yang dimiliki, sehingga mahasiswa tersebut mampu menghadapi dunia kerja
dan memiliki karir yang baik.
4. Menurut pandangan Islam agar mahasiswa harus selalu bersikap optimis dan
bekerja dengan sungguh-sungguh dalam mencapai karirnya, dan mahasiswa
selalu berikhtiar dan meningkatkan keimanan yang kuiat dalam
mengoptimalkan usahanya.
107
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan terjemahnya. Jakarta: Departemen Agama RI.2008.
Al-Hadist
Amstrong, M dan S.T. Handbook Of Human Resource Management Practice -13th
Edition. Kogan Page: London. 2015.
Abdullah. Hubungan Antara Efikasi Diri dengan Toleransi dengan Adative Selling Pada Agen Asuransi Jiwa. Journal Insight, vol 1, no 2, hal. 13-30. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Wangsa Manggala.
Agarwala, T. Factors influencing career choice of management students in India. Career Development International. Vol. 13. No. 4. 2008.
Allen, K. R & L.B. Career Counseling With Juvenile Offenders: Effects on Self-Efficacy and Career Maturity. Journal of Addictions & Offender Counseling April 2015 Volume 36. 2015.
Akbulut. The Relationship Between Vocational Maturity and Hopelessness Among Female and Male Twellfth Grade Students.Skripsi. 2010.
Bandura. Self Efficacy: The Exercise of Control. New York: W.H. Freeman And Company. 1997.
-----------. Social Foundation Of Thought And Action: A Social Cognitive Theory Englewood Cliffs, Nj Prentice Hall. 1986.
Bozgeyikli. H. S.E. E dan Habib. H. Career decision making, self efficacy, career maturity and socioeconomic status with turkish youth. Georgian Electronic Scientific Journal: Education Science and Psychology. No.1 (14). 2009.
Creed. P. A & Lee-Ann, P. Career Maturity, Career Decision-Making Self-Efficacy And Career Indecision: A Review Of The Accured Evidence.Journal Of Career Devlopment, Acer (Australian Council For Education Research). Vol.10.hal.1-22.2001.
Creed, P.A & Patton, W. Predicting Two Components of Career Maturity in School Based Adolescent. Journal of Career Development. 29(4). 277-209.2003.
Creed,P. A, Patton.W & Lee Ann. Predicting Change Over Time in Career Planning and Career Exploration For High School Student. Journal of Adolescent. vol. 30. hal. 337-392. 2007.
Dewi, A. K.T. Pengaruh Locus of Control dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas X1 IPS SMA 2 Sleman Tahun
Ajaran 2013/2014. Skripsi. Doctoral Dissertation. Fakultas Ekonomi. 2014.
Dessler, G. Fundamentals of Human Resource Management – Thrid Edition. Person Education Limite: England. 2014.
Fakhidah, L. N. Hubungan locus of Control, Prestasi Belajar dan Lingkunngan Belajar dengan Kematangan Karir Mahasiswa Akademi Kebidanan Mitra Husada Karanganyar. Tesis. Universitas Sebelas Maret Surakarta.2012.
Feist, G.J & Feist, J. Teori Kepribadian: Theories of Personality. (Alih Bahasa: Fransiska dan Ikarini, Maria Hany, Adreas Provita Prima). Jakarta: Erlangga.2010.
Feist, J., & Feist, G. J. Theories of Personality (7th ed.). McGraw-Hill: New York. 2009.
Febriana.R & Endang. S. Hubungan self efficacy dalam Bidang Akademik dengan Kematangan Karir pada Mahasiswa Farmasi Angkatan 2012 Universitas Islam Bandung. Prosiding Psikologi Psikologi Gelombang 2, Tahun Akademik 2015-2016, Volume 2, No.2. 2016.
Ghozali, I. Applikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS Edisi Kedua, Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2005.
Gordon, N. V and George, E. S. The Undecided College Student An Academic and Career Advising Challenge- Fourth Edition. USA. 2015.
Grehous, H. J and Gerard, A. Callanan. Career Management- Fourth Edition. Sage Publications, Inc. Los Angeles. 2010.
Gunkel, M. and Christophe. S. Personality and career decisiveness. Personnel Review. Vol. 39. No. 4. 2010.
Humaidah. Hubungan Antara Locus of control dengan Resiliency pada Remaja di Panti Asuhan Putra Muhammadiyah dan Putri Aisyiyah Yogyakarta. Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora. Universitas Islam Negri Yogyakarta. 2011.
Ivancevich, J.M.K.R & Matteson, M.T. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Edisi Ketujuh, Jilid 1. (Alih Bahasa Oleh Gina Gania). Jakarta: Erlangga. 2007.
Larsen, R.J. dan D.M. B. Personality Psychology: Domains of Knowledge about Human Nature – Fourth Edition. McGraw-Hill: New York. 2010.
Luthans.F. Organizational Behavior An Evidence Based Approach- Twelfth Edition. McGraw-Hill: Newyork. 2011.
109
Musslifah. A.R. Perilaku Menyontek Siswa Ditinjau dari dari Kecenderungan Locus of control. Talenta. 2012.
Naido, A.V. Career Maturity: A Review Of Four Decades of Research Bellville, South Africa: University of The Western Cape. 1998.
Nazli, S. Career development in primary school children. Career Development International. Vol. 12. No. 5. 2007.
Olanrewaju. Hubungan Self-Efficacy dan Locus of Control dengan Kematangan Karier Ditinjau dari Jenis Kelamin Siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Larat Maluku Tenggara Barat. Skripsi. 2013.
Pinasti, W. Pengaruh Self-Efficacy, Locus of control, dan Faktor Demografis Terhadap Kematangan Karir Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi. 2011.
Pratama, D. B. & Suharman. Hubungan Antara Konsep Diri Dan Internal Locus of Control Dengan Kematangan Karir Siswa SMA. Persona, Jurnal Psikologi Indonesia September 2014, Vol. 3, No. 03, hal 213 – 222. 2014.
Priyatno, D. Belajar Alat Analisis Data Dan Cara Pengolahannya Dengan SPSS, Penerbit Gava Media, Yogyakarta, 2016.
Retnaningsih, A.Z & Hamdimuluk. Pengaruh locus of control dan self efficacy terhadap kematangan karir siswa sekolah menengah atas (SMA). Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil) Auditorium Kampus Gunadarma, 21-22 Agustus 2007, vol. 2. 2007.
Rishadi. F. Hubungan antara self efficacy dengan kematangan karir pada siswa kelas XI SMK Negri 5 Pangkal Pinang tahun ajaran 2015/2016. E-Jurnal Bimbingan dan Konseling Edisi 3 Tahun ke 5. 2016.
Robbins, S.P & Judge, Timothy A. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat. 2008.
Robbins, S.P dan Judge, T.A. Organizational Behavior-16th Edition. Pearson Education: New Jersey. 2015.
Rotter, J.B. Generalized Expectancies for Internal Versus External Control Reinforcement. Pscyhological Monograph: General and Applied. 1996.
Rustanto, E.A. Kepercayaan diri dan efikasi diri terhadap kematangan karir mahasiswa di politeknik LP3I Jakarta kampus Jakarta utara. Jurnal Lentera Bisnis, Volume 5, No .2. 2016.
Safaria, T. Peran efikasi diri, pola asuh otoritatif, dan motivasi berprestasi terhadap kematangan karir. Jurnal Psikologi, Volume. 43, No. 2. 2016.
Santrock, J.W. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Salemba Humanika. 2009.
110
Schunk, D. H.P.P. R and Meece J. L. Motivaion in Education: Theory, Research, and Application. New Jersey: Merrill Prentice Hall. 2008.
Savickas, M. L. A. Developmental Perspective On Vocational Behavior: Career Pattern, Salience And Themes. International Journal For Educational And Vocational Guidance. 2011.
Savickas, M.L & Porfelli, E.J. Revision of The Career Maturity Inventory: The Adaptability Form. Journal of Career Assessment. vol. 19. Hal.355-374. 2011.
Schultz D.P and S.E. Schultz. Theories of Personality- Tenth Edition. Wadsworth, Cengage Learning: California. 2013.
Sekaran, U. Research Methods For Business: Metodologi Penelitian ntuk Bisnis, Salemba Empat, Jakarta. 2011.
Serina, B.N. Factors affecting the locus of control of the university students. Procedia Social and Behavioral Sciences. 2010.
Sharf, R.S. Applying Career Development Theory To Counseling. California: Books/Cole Publishing Company. 1992.
--------------------. Applying Career Development Theory (4 th ed). United States: Thomson Brooks/ Colle. 2006.
Stewart, G.L. and K.G. Brown. Human Resource Management - 2 nd Edition: Linking Strategy to Practice. John Wiley & Sons, Inc: Hoboken. 2011.
Susantoputri, M.K & William.G. Hubungan Antara Career Self Efficacy Dengan Kematangan Karier Pada Remaja Di Daerah Kota Tangerang. Jurnal Psikologi, Volume 10 Nomor 1, Juni. 2014.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B, Alfabeta, Bandung.
2012.
Tifani. Hubungan antara Locus of Control dengan kematangan karir pada karyawan friendchicken di Palembang. Jurnal Ilmiah PSYCHE.Vol.9 No.2 Desember 2015: 106-129.2015.
Widyastuti, N & Arini.W. Hubungan antara Locus of control internal dengan Kematangan karir pada siswa SMKN 1 Bantul. HUMANITAS.Vol. 12 No.2. 82-89.2012.
Yunia. E. R. Hubungan antara self efficacy dengan kematangan karir pada mahasiswa tingkat awal dan tingkat akhir di Surabaya. Jurnal ilmiah mahasiswa universitas Surabaya. Vol. 1. No.1. 2012.
111
Zunker, V. G. Career Counseling: A Hollistic Approach, 7th edition. USA: Thomson Brooks/cole. 2008.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Perguruan Tinggi. Diperoleh pada tanggal 19 juni 2017, dari http://risbang.ristekdikti.go.id/regulasi/uu-12-2012.pdf.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2014. Diperoleh pada tanggal 19 juni 2017, dari http://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2016/08/PP1.pdf.
Kepmendikbud RI. No. 155/U/1998. Diperoleh pada tanggal 07 juni 2016, dari https://www.yumpu.com/id/document/view/18978645/keputusan-mendikbud-no-155-tahun-1998-tentang-pedoman-.
kbbi.web.id
Sejarah Universitas Yarsi. Diperoleh pada tanggal 07 juni 2016, dari
https://www. yarsi .ac.id/
112