· web viewadalah terbatasnya prasarana dan kurangnya tenaga kerja di bidang perkebunan. masalah...
TRANSCRIPT
4. DAERAH TINGKAT I R I A U
4. DAERAH TINGKAT I RIAU
I. GAMBARAN UMUM
1. Keadaan daerah
Propinsi Daerah Tingkat I Riau mempunyai luas daratan dan
kepulauan keseluruhannya kurang lebih 94.561,60 km2, dan luas
perairan 235.306 km2; apabila zone ekonomi eksklusif turut
diperhitungkan, maka luas perairan menjadi 379.000 km2. Wila-
yah daratannya meliputi bahagian timur dari daratan Sumatera
bagian tengah dan wilayah kepulauan yang terdiri dari sekitar
3.214 buah pulau, yang tersebar sampai laut Cina Selatan. Se-
cara administratif Propinsi Riau terdiri dari 6 daerah ting-
kat II, yaitu 5 kabupaten dan 1 kotamadya, 72 kecamatan, dan
1.019 desa.
Wilayah daratan Riau mempunyai 4 buah sungai besar, yaitu
Sungai Rokan, Siak, Kampar, dan Indragiri; beberapa anak su-
ngai yang merupakan sungai-sungai kecil, serta dataran rendah
yang berawa-rawa. Sungai-sungai ini tidak saja berfungsi se-
bagai prasarana perhubungan, yaitu sebagai pengganti perhu-
bungan darat yang masih terbatas, melainkan juga sebagai sum-
ber perikanan darat, irigasi, sumber energi, serta sumber air
minum. Sungai-sungai ini mengalir dari dataran tinggi Bukit
Barisan, yang membentang di perbatasan antara Propinsi Riau
dengan Propinsi Sumatera Barat, ke arah timur dan bermuara di
Selat Malaka.
Propinsi Riau juga berbatasan dengan Negara Malaysia dan
Singapura di sebelah timur laut dan dengan Vietnam serta Kam-
bodia di sebelah utara, sehingga daerah ini menjadi
sangat
101
rawan dilihat dari segi sosial-ekonomi dan pertahanan keaman-
an.
Propinsi Riau beriklim tropis basah dengan rata-rata cu-
rah hujan antara 1.500 - 3.000 mm/tahun, karena itu daerah
ini banyak ditumbuhi hutan-hutan tropis yang bernilai tinggi
untuk ekspor dan industri. Menjelang Repelita III 60% dari
daerah ini, yang meliputi 6,6 juta ha, masih ditumbuhi hutan
primer dan sekunder. Dalam Repelita III telah dibuka hutan
seluas 591.000 ha, antara lain untuk perkebunan seluas
110.380 ha dan untuk transmigrasi seluas 124.980 ha, sedang
dalam Repelita IV dari luas hutan konversi yang ada, 600.000
ha direncanakan akan dipergunakan antara lain untuk perkebun-
an kelapa sawit, perkebunan karet, dan daerah transmigrasi.
Sesuai dengan keadaan alamnya di propinsi Riau terdapat 4
sistem prasarana dan sarana perhubungan, yaitu darat, sungai,
laut, dan udara. Lalu-lintas angkutan sungai mempunyai arti
panting bagi daerah Riau sebagai pengganti perhubungan darat
yang masih terbatas jumlahnya, terutama untuk menghubungkan
daerah pedalaman dan daerah pantai. Perhubungan laut menghu-
bungkan Riau daratan dengan kepulauan, dengan propinsi-pro-
pinsi lain, terutama propinsi Kalimantan Barat, dan dengan
negara-negara tetangga, yaitu Singapura dan Malaysia. Prasa-
rana perhubungan darat, yang Jumlahnya masih terbatas dan
hanya berfungsi untuk menghubungkan tempat-tempat yang terle-
tak di antara sungai-sungai besar, telah pula diperluas dan
ditingkatkan untuk menghubungkan Propinsi Riau secara lang-
sung dengan propinsi-propinsi tetangga Sumatera Barat, Suma-
tera Utara, dan Jambi. Perhubungan udara perintis terutama
digunakan untuk menghubungkan ibukota propinsi dan ibu-
102
kota kabupaten dengan daerah-daerah terpencil, seperti Japura
(Rengat), Dabo (Singkep), Tanjung Pinang (Pulau Bintan), Ra-
nai (Pulau Natuna), dan Tanjung Balai Karimun (Pulau Kari-
mun). Pelabuhan Udara Dumai dan Sungai Pakning telah dibangun
untuk menunjang kegiatan industri minyak bumi, demikian pula
pelabuhan udara di Pulau Batam.
Penduduk Propinsi Riau pada tahun 1971 berjumlah
1.641.345 jiwa dan pada tahun 1980 berjumlah 2.168.535 jiwa.
Kepadatan rata-rata adalah 23 jiwa per km2. Tingkat perkem-
bangan penduduk dari tahun 1971 - 1980 adalah 3,11% per ta-
hun. Pertumbuhan penduduk yang tertinggi terdapat di Kabupa-
ten Kampar, yaitu 3,79%, dan yang paling rendah di Kabupaten
Indragiri Hilir, yaitu 1,67% per tahun. Pola penyebaran pen-
duduk pada umumnya mengikuti 4 aliran sungai besar, yaitu Ro-
kan, Siak, Kampar, Indragiri, dan juga mengikuti jalur jalan
raya Pekanbaru - Rengat, Pekanbaru - Padang, Pekanbaru - Du-
mai dan Pekanbaru - Pasir Pangaraian, serta disepanjang pan-
tai. Di samping itu di daerah Riau masih terdapat suku ter-
asing dibeberapa tempat di pedalaman. Jumlah pencari kerja
yang terdaftar selama tahun 1981 adalah 10.296 orang, sedang
dari jumlah pada tahun 1980 yang belum ditempatkan ada 5.086
orang. Jadi jumlah pencari kerja seluruhnya pada tahun 1981
adalah 15.382 orang yang terdiri dari 12.826 orang laki-laki
dan 2,556 orang wanita. Yang telah berhasil ditempatkan seba-
nyak 2.685 orang atau 17.45%, yang berarti masih ada 12.697
orang, atau 82.55% belum mendapat pekerjaan.
Mata pencarian penduduk yang utama baik di desa maupun di
daerah perkotaan ada di sektor pertanian (62,09%). Hasil-
hasil hutan di daerah Riau terutama kayu gelondongan dan kayu
103
lapis, gambir dan lain-lain merupakan penghasil devisa non
minyak. Hasil perkebunan karet, terutama terdapat di Kabupa-
ten Indragiri Hulu, dan kelapa terutama terdapat di Kabupaten
Indragiri Hilir. Selama Repelita III telah dikembangkan per-
kebunan kelapa sawit, terutama di Kabupaten Indragiri Hulu
dan Kabupaten Kampar seluas 22.900 ha yang dalam Repelita IV
diharapkan akan menghasilkan 22.900 ton minyak sawit per-
tahun. Hasil pertanian lainnya diperoleh dari sub sektor per-
ikanan berupa basil produksi perikanan laut termasuk udang,
perikanan perairan umum dan budidaya. Daerah produksi per-
ikanan yang terbesar adalah Kabupaten Bengkalis dan Kabu-
paten Kepulauan Riau. Perairan Selat Malaka, Indragiri Hilir,
serta Kepulauan Riau bagian barat telah dieksploitasi secara
intensif, sebaliknya di Kepulauan Riau bagian timur (Laut
Cina Selatan) tingkat eksploitasi baru sekitar 14% dari po-
tensi. Di bidang budidaya air payau (tambak) daerah Riau mem-
punyai potensi areal sekitar 17.000 ha, dan yang telah diman-
faatkan baru sekitar 66 ha. Budidaya air tawar (kolam) mem-
punyai potensi yang dapat dikembangkan sesuai dengan perkem-
bangan irigasi, namun karena berbagai hal belum dapat dilak-
sanakan dengan baik. Hasil peternakan masih terbatas dan
belum dapat mencukupi kebutuhan daerah. Semenjak Repelita III
telah ditetapkan Kabupaten Indragiri Hulu dan Kampar sebagai
daerah kantong ternak, dengan harapan bahwa pada akhir Repe-
lita IV nanti usaha peternakan ini telah dapat mencukupi ke-
butuhan daerah akan daging. Jenis tanaman pangan yang diusa-
hakan rakyat adalah padi, palawija, dan kacang-kacangan yang
tersebar disetiap kabupaten. Dari seluruh produksi padi di
daerah Riau 77,47% adalah produksi padi sawah (termasuk sawah
pasang surut) dan selebihnya adalah padi ladang.
104
Di bidang pertambangan di samping minyak bumi Propinsi
Riau juga menghasilkan bahan-bahan galian seperti bauksit,
timah, batu granit, pasir kwarsa, dan pasir bangunan yang
terdapat di kabupaten kepulauan Riau.
Di bidang kesehatan sampai akhir Repelita III di Propinsi
Riau terdapat 89 Puskesmas, 257 Puskesmas Pembantu, 66 pus-
kesmas keliling, sebuah RSU propinsi kelas C, sebuah RSU ka-
bupaten kelas C, 4 buah RSU kabupaten yang sedang ditingkat-
kan dari kelas D menjadi kelas C, dan sebuah RSU kelas D. Pa-
da akhir Repelita III di daerah ini ada 1.284 tenaga yang be-
kerja di bidang kesehatan, ialah 171 orang tenaga medis yang
terdiri dari 13 dokter ahli, 130 dokter umum, 15 dokter gigi,
11 sarjana farmasi dan 2 sarjana kesehatan masyarakat; 490
orang tenaga paramedis yang terdiri dari perawat dan bidan;
dan 623 tenaga non medis. Propinsi Riau sudah mulai melaksa-
nakan program kependudukan dan keluarga berencana sejak tahun
1979, yaitu pada awal Repelita III. Pada tahun 1983 telah
tercatat 83.864 akseptor baru dan 44.451 akseptor aktif atau
13,13% dari pasangan usia subur. Pada akhir Repelita III di-
harapkan dapat tercapai 127.774 akseptor barn dan 60.467 ak-
septor aktif, atau 17,75% dari pasangan usia subur.
Di bidang pra pendidikan dasar yaitu taman kanak-kanak
(TK), di Riau baru ada 1 (satu) TK negeri pembina, yaitu di
Pekanbaru, sedangkan TK swasta sudah ada sebanyak 169 buah.
Dalam rangka pengembangan pra pendidikan dasar ini ditiap-ti-
ap kabupaten/kotamadya diperlukan adanya TK negeri sebagai
pembina disamping TK swasta. Di bidang pendidikan dasar, jum-
lah SD pada akhir Repelita III ada 2.445 buah, dengan jumlah
murid sebanyak 397.576 orang. Dengan jumlah ruang belajar
yang ada, yaitu sebanyak 14.876 buah, maka sesungguhnya
105
keperluan akan ruang belajar sudah dapat dipenuhi, kecuali
pada beberapa daerah tertentu. Dan karena penyebaran penduduk
yang tidak merata maka perlu didirikan sekolah-sekolah kecil.
Masalah utama di bidang pendidikan dasar ini adalah masalah
ketenagaan. Sampai akhir Repelita III tenaga di SD baru men-
capai sekitar 63,9% dari kebutuhan, yang meliputi kepala se-
kolah, guru umum, guru agama, guru olah raga dan penjaga SD.
Daerah Riau saat ini masih kekurangan guru lebih dari 5.000
orang. Pada tingkat SMTP pada akhir Repelita III di Riau ter-
dapat 279 SMTP yang terdiri dari 154 SMTP negeri dan 125 SMTP
swasta, dengan jumlah murid masing-masing 55.451 orang di
SMTP negeri, dan 16.504 orang di SMTP swasta. Masalah utama
yang dihadapi oleh SMTP negeri adalah kurangnya ruang
belajar sehingga pada SMTP negeri yang terdapat di ibukota
propinsi dan ibu-kota kabupaten pada umumnya kegiatan belajar
mengajarnya diadakan secara bergilir 2 kali sehari. Masalah
lain-nya pada SMTP ialah kekurangan guru bidang studi eksakta.
Pa- da tingkat SMTA pada akhir Repelita III di Riau terdapat
107 buah SMTA, terdiri dari 52 SMTA negeri dengan murid
sebanyak 28.803 orang dan 55 SMTA swasta, dengan murid
sebanyak 11.214 orang. Masalah utama di SMTA negeri adalah
kekurangan ruang belajar, sehingga pada SMTA negeri yang
terdapat di ibukota kabupaten/ kodya pada umumnya
penyelenggaraan kegiatan bela-jar mengajarnya dilakukan secara
bergilir 2 kali sehari. Masalah lain yang dihadapi pada
tingkat pendidikan SMTA ini ia- lah terbatasnya sekolah
kejuruan, seperti STM, SPMA dan SPG, sedangkan kebutuhan akan
lulusan sekolah kejuruan tersebut untuk menunjang pembangunan
daerah justru sangat mendesak.
Dari angka-angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
106
atas dasar harga konstan 1975 dapat dilihat bahwa sektor per-
tambangan dan penggalian di Propinsi Riau mengalami penurunan
yang cukup berarti yaitu dari Rp.1.597,8 milyar pada tahun
1975 menjadi Rp.1.376,7 milyar pada tahun 1980, atau turun
dengan rata-rata 2,9% per tahun. Penurunan di sektor ini me-
nyebabkan PDRB propinsi Riau dari tahun 1975 sampai dengan
tahun 1980 menurun dengan rata-rata 1,7% per tahun.
Bila dalam perhitungan PDRB Propinsi Riau sektor pertam-
bangan dan penggalian yang didominasi oleh minyak dan gas
bumi tidak turut dihitung, maka PDRB propinsi Riau antara ta-
hun 1975 sampai dengan tahun 1980 meningkat dengan rata-rata
4,7% tiap tahunnya.
2. Masalah-masalah yang dihadapi
Sekalipun selama Repelita I, II dan III prasarana perhu-
bungan ditingkatkan secara terus menerus namun memasuki Re-
pelita IV masalah tersebut masih belum terselesaikan. Pertama
karena memang sebelum adanya Repelita prasarana perhubungan di
daerah Riau sangat terbatas, kedua karena dana yang terba-
tas, baik dari tingkat nasional maupun dari daerah, dan keti-
ga karena hasil pembangunan itu sendiri menimbulkan keperluan
baru akan prasarana perhubungan baik dalam hal kualitas mau-
pun jumlah jaringannya. Panjang jalan negara yang ada di dae-
rah Riau adalah 100 km, jalan propinsi 1.985,2 km dan jalan
kabupaten 3.031,49 km. Menurut fungsinya, jalan tersebut da-
pat dikelompokan sebagai jalan arteri 959 km, jalan kolektor
1.126,2 km, dan jalan lokal 3.031,49 km. Sampai dengan akhir
Repelita III dari jalan-jalan tersebut baru 640 km yang dapat
dikategorikan jalan mantap; sisanya termasuk dalam kategori
107
jalan tidak mantap. Jumlah jembatan, pada jalan-jalan terse-
but ada sebanyak 717 buah dengan panjang total 13.090 m. Dari
jembatan yang ada dalam Repelita III baru ditangani sebanyak
193 buah atau sepanjang 4.070 m, sisanya masih harus disele-
saikan dalam Repelita IV, bersama dengan 5 buah rakit penye-
berangan.
Dari gambaran di atas jelaslah bahwa selama Repelita IV
masalah jalan dan jembatan tetap merupakan masalah utama yang
harus ditanggulangi. Di samping itu di dalam rangka mening-
katkan produksi non minyak dan gas bumi, terutama untuk me-
nunjang peningkatan hasil-hasil pertanian, masih akan dibuka
jalan sepanjang 625 km. Di Propinsi Riau terdapat 51 buah pe-
labuhan, yang terdiri dari 8 pelabuhan yang telah diusahakan,
7 buah pelabuhan khusus serta 36 pelabuhan yang belum diusa-
hakan yang tersebar di pulau-pulau di daerah Kepulauan Riau
dan berfungsi sebagai pelabuhan perintis. Dari semua pelabuh-
an yang ada baru beberapa buah yang telah ditingkatkan yaitu
Pelabuhan-pelabuhan Dumai, Tanjung Pinang, Pekanbaru dan Se-
lat Panjang. Selanjutnya perhubungan sungai mengalami ganggu-
an pendangkalan muara-muara sungai, yang merupakan akibat da-
ri penebangan hutan dan eksploitasi hutan oleh pemegang HPH
yang kurang tertib, dan akibat dari adanya penebangan liar
oleh penduduk terutama di bagian hulu daerah aliran sungai.
Selama ini belum pernah diadakan pengerukan sungai-sungai
yang mengalami pendangkalan. Bagi Riau sebagai daerah pengha-
sil barang-barang ekspor, hal ini terasa menghambat kelancar-
an penyaluran hasil-hasil, terutama dari daerah-daerah peda-
laman yang belum ada jalan-jalannya. Karena prasarana perhu-
bungannya sangat terbatas, maka perhubungan udara perintis
108
masih diperlukan, terutama untuk daerah kepulauan serta dae-
rah terpencil yang sukar dicapai melalui laut dan sungai. Di
tempat-tempat yang telah ada pelabuhan udara perintisnya fre-
kuensi penerbangannya juga masih terbatas.
Di bidang pangan, terutama beras, daerah Riau masih belum
dapat memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri, tetapi potensi
irigasi untuk pengembangan bidang ini sangat luas. Umpamanya,
daerah Batang Lubu mempunyai potensi pengembangan 20.000 ha,
Batang Teso 9.000 ha, Belilas 10.700 ha, Kumu 8.000 ha Lipat
Kain 10.000 ha, dan Batang Sosa 6.000 ha. Sampai akhir Repe-
lita III daerah persawahan di propinsi Riau baru meliputi
13.000 ha sawah yang beririgasi setengah teknis dengan pro-
duksi rata-rata 3 ton/ha per musim tanam dan 50.000 ha persa-
wahan pasang surut dengan produksi rata-rata 3,4 ton/ha per
musim tanam. Di samping kekurangan fasilitas pertanian, dae-
rah ini juga kekurangan tenaga kerja di lapangan pertanian.
Sekalipun telah banyak didatangkan transmigran tetapi kurang-
nya prasarana pengairan pada lokasi transmigrasi menyebabkan
terhambatnya peningkatan produksi pangan di daerah ini.
Di bidang tanaman perkebunan telah dilaksanakan peremaja-
an, rehabilitasi dan perluasan tanaman karet dan kelapa. Sam-
pai dengan akhir Repelita III luas peremajaan dan perluasan
tanaman karet dan kelapa meliputi 49.471 ha. Mulai pertengah-
an Repelita III telah digalakkan pula perkebunan kelapa sawit
yang sampai akhir Repelita III telah mencapai 22.900 ha. Da-
lam Repelita IV direncanakan untuk dikembangkan lagi perke-
bunan kelapa sawit seluas 390.000 ha, perkebunan kelapa
123.000 ha, dan perkebunan karet 51.000 ha yang merupakan
hambatan dalam pengembangan tanaman perkebunan di daerah Riau
109
adalah terbatasnya prasarana dan kurangnya tenaga kerja di
bidang perkebunan.
Masalah lainnya yang memprihatinkan adalah masalah per-
ikanan yang selama Repelita II agak cerah karena berkembang-
nya pukat harimau, tetapi selama Repelita III perkembangannya
kurang menggembirakan karena penurunan produksi akibat peng-
hapusan pukat harimau. Sementara ini pembinaan nelayan masih
kurang berhasil dan pengalihan operasi ke perairan yang jauh
serta ekstensifikasi tambak masih berjalan lambat. Selain itu
pencemaran dan perubahan-perubahan lingkungan mempunyai pe-
ngaruh yang kurang menguntungkan terhadap potensi perikanan.
Oleh karena itu beberapa sarana pemasaran dan pengadaan ikan
di daerah pedalaman masih didatangkan dari luar daerah, se-
dangkan ekspor masih kecil. Sementara itu kemampuan dan fasi-
litas aparat pembina masih terbatas.
Dengan makin meluasnya pembukaan daerah-daerah perkebunan
kelapa sawit yang membentang di dekat perbatasan dengan Suma-
tera Utara, banyak penduduk dari Sumatera Utara yang membuka
perladangan di sekitar daerah-daerah perbatasan tersebut. Ka-
rena belum ada batas yang jelas antara kedua daerah tersebut
hal ini menimbulkan sengketa. Masalah perbatasan yang diha-
dapi daerah Riau ini tidak hanya dengan propinsi Sumatera
Utara, melainkan juga dengan negara tetangga, yaitu Malaysia
dan Singapura, terutama di daerah pantai timur dan Kepulauan
Riau. Karena terbatasnya komunikasi ke daratan Riau, dan ja-
rak yang lebih dekat ke Singapura dan Malaysia, maka daerah
pantai dan Kepulauan Riau dalam kehidupan ekonominya lebih
banyak berorientasi ke Singapura dan Malaysia. Walaupun hu-
bungan dagang antara penduduk ini telah merupakan hubungan
110
yang tradisional dan barang yang dipertukarkan tidak lebih
dari barang-barang keperluan sehari-hari, namun hubungan da-
gang semacam itu sudah tidak sesuai lagi dengan tata-niaga
modern, sehingga sangat merugikan penduduk Riau sendiri. Ada-
nya barang-barang yang lebih murah dan lebih mudah didapat di
negara tetangga tersebut membuka peluang untuk terjadinya pe-
nyelundupan. Di samping itu karena keadaan ekonomi penduduk
yang ada di kepulauan dan di sepanjang pantai jauh terbela-
kang dari penduduk di negara tetangga maka banyak dari mereka
yang pergi bermukim ke negara tetangga. Juga adanya sistem
komunikasi seperti T.V. dan Radio di negara tetangga yang le-
bih baik daripada di wilayah Indonesia, menyebabkan mereka
lebih mengenal keadaan di negara tetangga dari pada negara
sendiri, sehingga kecuali hubungan keluarga dan hubungan tra-
disional, perasaan ikatan terhadap negara sendiri hampir ti-
dak ada.
Masalah air minum, perumahan rakyat, penyehatan lingkung-
an pemukiman dan kesehatan belum juga dapat terpecahkan. Se-
lama Repelita I sampai dengan Repelita III baru dapat diba-
ngun fasilitas penyediaan air minum untuk semua ibukota kabu-
paten yang dapat menghasilkan 540 liter/detik, sehingga belum
dapat memenuhi standar pelayanan 60% penduduk kota dengan ka-
pasitas 60 liter/kapita/hari. Di daerah pedesaan baru 30%
penduduk yang mendapat air bersih. Dalam rangka menyediakan
perumahan, Perumnas baru dapat membangun 1.212 unit untuk me-
nampung 1.212 kepala keluarga di Kodya Pakanbaru saja. Peman-
faatan sarana kesehatan oleh masyarakat masih kurang, karena
kurangnya tenaga paramedis, sedang 30% dari anak balita ma-
sih mengalami kekurangan kalori protein, dan penyakit menular
seperti malaria, demam berdarah masih sering berjangkit. Pe-
111
mukiman penduduk daerah pedesaan juga masih belum memadai,
karena terisolasinya desa, perladangan yang berpindah-pindah,
dan tingkat penghasilan yang masih rendah.
Di bidang perlistrikan, daerah Riau tertinggal sangat ja-
uh dibandingkan daerah-daerah tetangga. Tenaga listrik yang
ada di daerah-daerah perkotaan masih sangat terbatas diban-
dingkan dengan kebutuhan. Sumber tenaga yang digunakan masih
berasal dari mesin diesel, padahal daerah Riau mempunyai
potensi tenaga air (hydro power) yang cukup besar, misalnya
Koto Panjang mempunyai potensi untuk 110 MW, Kuantan untuk
210 MW, Rokan untuk 60 MW. Program listrik masuk desa masih
sangat terbatas jangkauannya, dari desa sebanyak 1.103 buah
baru tercapai 116 buah desa.
I I . ARAH DAN KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
1. Arah pembangunan daerah dalam rangka pembangunan nasional.
Pembangunan daerah dan pembangunan sektoral harus dilak-
sanakan dengan selaras sehingga dapat saling menunjang. Oleh
karena itu kebijaksanaan pembangunan daerah di Propinsi Riau
yang pada Repelita I, II dan III mengutamakan peningkatan
produksi pertanian untuk perdagangan, peningkatan produksi
pangan dan peningkatan prasarana perhubungan sebagai penun-
jangnya, pada Repelita IV akan tetap mengutamakan peningkatan
produksi pertanian dan perkebunan. Untuk menciptakan lapangan
kerja akan dibangun industri yang menggunakan hasil-hasil ke-
hutanan, perkebunan dan perikanan sebagai bahan baku, yaitu
industri-industri yang mengolah bahan mentah menjadi barang
jadi, serta berbagai macam industri kecil.
112
2. Kebijaksanaan pembangunan daerah
Sesuai dengan bentang wilayah propinsi Riau yang sangat
luas dengan tingkat kepadatan penduduk yang masih jarang,
serta pola pemukiman penduduk yang menyebar, maka dalam rang-
ka peningkatan efektivitas pemanfaatan secara maksimal poten-
si pembangunan dikembangkan perwilayahan pembangunan daerah
Riau sebagai berikut :
Wilayah Pembangunan I, yang meliputi daerah bahagian te-
ngah dengan Pekanbaru sebagai pusat pengembangan, dipersiap-
kan untuk pengembangan bidang pertanian, pertambangan dan in-
dustri. Pekanbaru sendiri akan berfungsi sebagai pusat peme-
rintahan, pendidikan, perdagangan dan perindustrian.
Wilayah Pembangunan II, yang meliputi daerah bahagian ba-
rat, dengan Pasir Pangaraian sebagai pusat pengembangan, di-
persiapkan untuk kegiatan-kegiatan pertanian, perkebunan, pe-
ternakan dan industri pengolahan kelapa sawit.
Wilayah Pembangunan III, meliputi daerah bahagian utara
(pantai utara) dengan Dumai sebagai pusat pengembangan, di-
persiapkan untuk kegiatan-kegiatan industri, perdagangan,
pertanian, perikanan, peternakan dan pertambangan.
Wilayah Pembangunan IV, meliputi daerah bahagian selatan,
dengan Rengat sebagai pusat pengembangan, dipersiapkan untuk
kegiatan pertanian, perkebunan, peternakan, perindustrian dan
perdagangan.
Wilayah Pembangunan V, meliputi daerah Riau bahagian Ti-
mur (Riau Kepulauan) dengan Tanjung Pinang sebagai pusat pe-
ngembangan, dipersiapkan untuk kegiatan perdagangan, pertam-
bangan, perindustrian, perikanan, peternakan dan pariwisata.
113
Wilayah Pembangunan VI, meliputi pulau Batam dan sekitar-
nya dengan Batu Ampar sebagai pusat pengembangan, dipersiap-
kan untuk kegiatan industri, perdagangan dan pariwisata.
Kebijaksanaan pembangunan daerah dalam Repelita IV ialah
meningkatkan produksi pertanian dalam arti luas, yang meliputi
peremajaan tanaman, perluasan areal dan peningkatan mutu
produksi karet, kelapa,, kelapa sawit, cengkeh dan lain-lain.
Untuk menunjang terlaksananya kegiatan-kegiatan tersebut dan
terjaminnya pemasaran hasil-hasil tanaman ekspor akan diting-
katkan prasarana perhubungan darat (jalan/jembatan), perhu-
bungan laut, perhubungan udara perintis serta telekomunikasi.
Untuk membuka kesempatan kerja akan diusahakan pembangun-
an industri yang bahan bakunya adalah dari hasil-hasil hutan,
seperti industri kayu lapis dan industri pulp. Di samping itu
juga akan diusahakan pembangunan industri yang mengolah ha-
sil-hasil perkebunan seperti pabrik-pabrik pengolahan karet, kelapa, kelapa sawit, pabrik pengalengan buah-buahan, dan
ikan, serta pengembangan industri kecil.
Untuk meningkatkan mutu dan keterampilan tenaga kerja akan
diadakan pendidikan dan latihan keterampilan tenaga kerja.
Kekurangan tenaga kerja akan dipenuhi dengan jalan mendatang-
kan transmigran, bukan hanya untuk lapangan pertanian/ perke-
bunan dengan pola PIR (Perkebunan Inti Rakyat), melainkan ju-
ga untuk berbagai kegiatan, dan dengan mengadakan pendidikan
kejuruan sesuai dengan tuntutan pembangunan. Kebutuhan akan
bahan pangan juga akan dipenuhi baik dengan ekstensifikasi
maupun intensifikasi; antara lain akan diperluas areal perta-
nian tanaman pangan dengan pembangunan irigasi teknis, sete-
ngah teknis, dan sederhana. Untuk meningkatkan produksi ikan
114
laut dan darat akan ditingkatkan fasilitas perikanan dan pem-
binaan desa nelayan.
Usaha di bidang kesejahteraan rakyat seperti penyediaan
perumahan, air minum, fasilitas kesehatan dan penyehatan
lingkungan pemukiman, akan terus ditingkatkan terutama pe-
ningkatan pelayanan medis, dengan meningkatkan fasilitas ru-
mah sakit (peningkatan RSU Pekanbaru dari kelas C ke kelas
C+), penambahan tenaga medis, air minum dan perumahan rakyat.
Sesuai dengan letaknya yang berbatasan langsung dengan
Singapura, Malaysia dan Vietnam, maka untuk memelihara stabi-
litas nasional di bidang pertahanan keamanan, akan terus di-
tingkatkan kehidupan sosial ekonomi penduduk di desa-desa ne-
layan, di pantai-pantai dan kepulauan. Di samping itu untuk
menjamin keserasian antar propinsi akan diselesaikan masalah-
masalah perbatasan, terutama dengan Sumatera Utara.
III. KEGIATAN-KEGIATAN PEMBANGUNAN DALAM REPELITA IV.
Pembangunan di bidang pertanian Tanaman Pangan akan di-
lanjutkan melalui intensifikasi, rehabilitasi dan perluasan
areal. Intensifikasi melalui tanaman padi, palawija dan hor-
tikultura (sayuran), sedangkan perluasan areal dilakukan me-
lalui antara lain pencetakan sawah baru. Untuk menunjang usaha
intensifikasi akan dilanjutkan kegiatan penyuluhan dan Bi-
mas, perbenihan, perlindungan tanaman terhadap hama dan pe-
nyakit. Dalam pada itu perluasan areal pertanian akan dilak-
sanakan pada lahan irigasi sederhana, di daerah-daerah Kabu-
paten Indragiri Hulu, Kampar, Bengkalis, lahan irigasi sedang
kecil, di daerah Kabupaten Indragiri Hulu, Kepulauan Riau dan
115
Kampar dan lahan rawa sederhana di daerah Kabupaten Indragiri
Hulu dan Kampar.
Di bidang peternakan, peningkatan produksi dilaksanakan
melalui usaha pokok intensifikasi dan ekstensifikasi peterna-
kan sapi, kerbau dan unggas. Usaha ini akan didorong melalui
kegiatan pengamanan ternak, pembinaan hijauan makanan ternak
dan penyuluhan. Di samping itu akan dikembangkan lahan peng-
gembalaan yang dikaitkan dengan usaha penyebaran peternakan
dan pengembangan daerah transmigrasi, pemukiman kembali dan
daerah perbatasan.
Dalam rangka peningkatan produksi perkebunan, akan di-
laksanakan melalui usaha-usaha pokok peremajaan/perluasan ta-
naman karat, kelapa, kelapa sawit, coklat, cengkeh, tebu yang
akan mencakup areal 278.752 ha, serta intensifikasi dan reha-
bilitasi tanaman kelapa sawit seluas 17.000 ha. Selain usaha
peningkatan produksi, juga akan diikuti dengan usaha pening-
katan mutu serta perbaikan tata-niaga dengan pengikutsertaan
PNP/PTP, perkebunan besar dan lembaga swasta lainnya dengan
meningkatkan peranserta koperasi. Pelaksanaannya akan dilaku-
kan dengan pola UPP, pola PIR dan secara parsial. Di samping
itu akan diusahakan pengembangan tanaman yang potensial non
tradisional seperti linum, abaca, stevia, kenaf, melinjo, ja-
rak, tanaman obat-obatan dan lain-lain.
Di bidang kehutanan usaha peningkatan kelestarian hutan
meliputi kegiatan penyelamatan hutan, tanah dan air dengan
reboisasi dan penghijauan serta pengerukan sungai-sungai yang
mengalami pendangkalan seperti muara Sungai Indragiri, Bagan
Siapi-api dan Selat Rupat.
116
Untuk menunjang peningkatan produksi pertanian khusus-
nya pangan akan dilanjutkan pembangunan irigasi kecil dan se-
dang antara lain Sei Paku, Batang Samo dan lainnya yang ter-
sebar, dan juga pengembangan daerah rawa dan rawa pasang su-
rut untuk menunjang perluasan lahan pertanian. Di samping itu
dilanjutkan usaha pengendalian banjir melalui kegiatan per-
baikan dan pengamanan sungai.
Dalam Repelita IV pembangunan industri akan ditingkat-
kan dalam rangka mencapai terciptanya struktur ekonomi yang
lebih seimbang. Di samping itu pembangunan industri harus ma-
kin diarahkan kepada usaha memperluas kesempatan kerja dan
meningkatkan produksi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri
sehingga mengurangi ketergantungan pada impor serta mening-
katkan ekspor hasil-hasil industri.
Pembangunan dalam sub sektor industri kecil akan terus
dan lebih ditingkatkan melalui bimbingan dan penyuluhan kare-
na ditujukan untuk memperluas kesempatan kerja, memeratakan
kesempatan berusaha, meningkatkan pendapatan pengusaha dan
pengrajin dengan meningkatkan mutu perancangan hasil produksi
serta meningkatkan kemampuan pengusaha dan pengrajin untuk
memasarkan hasil-hasil produksinya.
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja dalam bidang in-
dustri akan diadakan pendidikan dan latihan bagi calon-calon
tenaga kerja sehingga didapatkan tenaga-tenaga yang sangat te-
rampil, cakap dan disiplin, mengingat sumber daya manusia
merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam pemba-
ngunan sektor industri.
Sesuai dengan pengembangan perkebunan kelapa sawit di
117
Propinsi Riau maka di daerah ini akan dikembangkan industri
pengolah basil sektor pertanian yaitu industri minyak makan/
goreng untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Di samping itu melalui zona industri Bengkalis yang di-
kembangkan menjadi pusat industri pulp dan kertas diharapkan
akan dapat mendorong tumbuhnya industri-industri hilir.
Di bidang tenaga listrik akan diusahakan peningkatan
dengan memulai kegiatan pembangunan PLTA Kotapanjang serta
pembangunan sejumlah PLTD, untuk menanggulangi kekurangan pe-nyediaan jasa energi listrik bagi pemukiman dan industri dan
sekaligus memukimkan kembali penduduk yang menduduki kawasan
hutan lindung.
Di bidang pertambangan dipertimbangkan kelanjutan pe-
laksanaan pembangunan pabrik alumina di Pulau Bintan/Tanjung
Pinang yaitu untuk mengolah cadangan bijih bauksit yang tidak
berkualitas ekspor menjadi alumina yang dapat digunakan seba-
gai bahan baku pabrik aluminium Asahan. Kapasitas pabrik ini
direncanakan mampu mengolah 1.700.000 ton bauksit setahun
menjadi 600.000 ton alumina. Di samping itu dilakukan pula
penyelidikan lanjutan endapan bentonit, pasir kwarsa, florrit
di daerah Kabupaten Kampar.
Di bidang prasarana dan sarana perhubungan akan diusa-
hakan penyelesaian pembangunan jalan yang menghubungkan lang-
sung dengan Sumatera Utara yaitu ruas jalan Dumai-Kotapinang
sepanjang 172 km yang diharapkan selesai tahun 1984 dan pe-
nyelesaian pembangunan jembatan Ujung Tanjung pada ruas jalan
tersebut. Di samping itu juga akan dilanjutkan peningkatan
jalan Tandun - Kandis sepanjang 95 km yang menghubungkan dae-
118
rah sentral produksi minyak sawit di Kabupaten Kampar dengan
pelabuhan samudera Dumai dan peningkatan pembangunan jalan
Pakanbaru - Teluk Kuantan - Rengat serta ruas jalan Rengat -
Siberida - Batas Jambi.
Di samping itu akan ditingkatkan prasarana pelabuhan
Dumai, Tanjung Pinang, Tembilahan ( Kuala Enok ), Selat Pan-
jang, dan dermaga/terminal penyeberangan seperti di Pakan-
baru, Tanjung Uban dan Kabil.
Di bidang meteorologi dan geofisika akan ditingkatkan
dan dibangun stasiun meteorologi, geofisika dan klimatologi.
Selanjutnya di bidang perhubungan udara akan diusahakan
peningkatan fasilitas lapangan terbang Simpang Tiga, Tanjung
Pinang (Kijang), dan Tembilahan.
Dalam rangka peningkatan kegiatan perdagangan akan di-
laksanakan melalui penyempurnaan sistem administrasi termasuk
penyempurnaan perundang-undangan dan peraturannya, penyeder-
hanaan sistem perizinan serta usaha-usaha penyempurnaan lem-
baga perdagangan dan pemasaran untuk meningkatkan efisiensi
dan efektivitas penyaluran sarana produksi serta pemasaran
hasil-hasil produksi. Demikian pula akan dilanjutkan usaha-
usaha perluasan pasaran barang-barang produksi dalam negeri
melalui penyebarluasan informasi pasar, perlindungan konsumen
serta peningkatan dan pengembangan peranan pedagang golongan
ekonomi lemah melalui penataran, penyuluhan dan pusat-pusat
pembinaan/pelayanan pengusaha golongan ekonomi lemah. Usaha-
usaha untuk meningkatkan ekspor non migas akan terus dilan-
jutkan dalam rangka pengembangan perdagangan luar negeri me-lalui pengendalian mutu, penggarapan komoditi potensial, pe-
119
ningkatan koordinasi yang lebih terpadu antar instansi dan
penyuluhan eksportir serta pengendalian impor.
Dalam bidang perkoperasian, upaya peningkatan kemampuan
organisasi, tata laksana, dan usaha akan dilanjutkan. Upaya
peningkatan itu tetap akan diprioritaskan pada koperasi pri-
mer, khususnya koperasi unit desa (KUD) yang melaksanakan
usaha dalam bidang pertanian pangan, peternakan rakyat, per-
ikanan rakyat, perkebunan rakyat, kerajinan rakyat, industri
kecil, perkreditan/simpan pinjam, kelistrikan desa, jasa ang-
kutan pedesaan, dan berbagai jenis komoditi ekspor yang di-
produksi masyarakat pedesaan Riau. Lain dari pada itu, mutu
dan intensitas pelayanan koperasi kepada anggotanya juga akan
ditingkatkan.
Untuk mendukung upaya peningkatan di atas, akan diusa-
hakan adanya penyempurnaan dalam metoda, materi dan penye-
lenggaraan pendidikan, penataran, dan latihan keterampilan pe-
ngurus, badan pemeriksa, manajer, dan karyawan koperasi serta
penyempurnaan cara pemberian bantuan tenaga manajemen yang
terdidik/terlatih kepada KUD yang dianggap masih memerlukan
bantuan yang dimaksud. Untuk menciptakan iklim masyarakat
yang mendukung pengembangan kehidupan koperasi yang sehat,
penerangan dan penyuluhan perkoperasian akan dilanjutkan dan
ditingkatkan.
Untuk membantu golongan ekonomi lemah maka usaha-usaha
yang telah dilaksanakan dalam Repelita III, seperti bimbing-an, latihan keterampilan untuk meningkatkan mutu, penyediaan
fasilitas pasar dan bantuan modal (kredit candak kulak dan
sebagainya) akan terus dilanjutkan dan ditingkatkan, sedang-
120
kan potensi pengusaha kecil akan terus dikembangkan antara
lain melalui program KIK dan KMKP.
Di bidang tenaga kerja dilanjutkan kegiatan latihan,
dan keterampilan serta kewiraswastaan di lembaga-lembaga la-
tihan yang ada baik milik pemerintah, maupun lembaga latihan
swasta dan perusahaan. Kegiatan latihan disesuaikan dengan
kebutuhan pasar kerja dan kesempatan kerja daerah setempat,
antara lain untuk perkebunan. Selain itu lebih ditingkatkan
perencanaan tenaga kerja yang menyeluruh, terkoordinasi dan
terpadu mencakup semua sektor pembangunan pemerintah dan
swasta baik di Daerah Tingkat I, maupun di Daerah Tingkat II.
Penyebaran dan pemanfaatan tenaga kerja muda terdidik ke dae-
rah pedesaan sebagai Tenaga Kerja Sukarela Pelopor Pembaharu-
an dan Pembangunan terus dilanjutkan dan disempurnakan.
Proyek Padat Karya Gaya Baru (PKGB) yang ditujukan un-
tuk mengatasi masalah kekurangan lapangan kerja dilaksanakan
di kecamatan-kecamatan padat penduduk dan miskin baik di dae-
rah perkotaan maupun pedesaan dengan mengutamakan wilayah-wi-
layah yang sering dilanda bencana alam dan kegiatan ekonomi
yang menurun. Sejauh mungkin pelaksanaan kegiatan PKGB dipa-
dukan dengan pembangunan wilayah kecamatan UDKP.
Selama Repelita IV pelaksanaan transmigrasi dalam rang-
ka penyebaran penduduk dan pembukaan areal pertanian baru
akan dilanjutkan. Diperkirakan selama Repelita IV akan dilak-
sanakan penyiapan lahan seluas + 84.368 ha atau penempatan
sekitar + 56.245 kepala keluarga penduduk di daerah pemukiman
transmigrasi yang terdiri dari transmigran umum, transmigran
swakarsa dan pemukiman kembali.
Di bidang agama akan disediakan kitab suci berbagai
121
agama, diberikan bantuan kepada masyarakat untuk pembangunan/
rehabilitasi 1.200 tempat ibadah berbagai agama dan pemba-
ngunan 30 balai nikah dan penasehatan perkawinan, serta per-
luasan sejumlah balai sidang pengadilan agama dan kantor kan-
tor urusan agama tingkat kecamatan, kabupaten/kotamadya dan
wilayah.
Sebagai usaha peningkatan mutu perguruan agama, akan
ditingkatkan dan disempurnakan prasarana dan sarana pendidik-
an pada madrasah ibtidaiyah negeri, madrasah tsanawiyah nege-
ri dan madrasah aliyah negeri serta pendidikan guru agama ne-
geri. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi rehabilitasi (ter-
masuk madrasah ibtidaiyah swasta)/penambahan ruang kelas, pe-
nyediaan alat peraga, buku pelajaran dan buku perpustakaan
serta penataran guru berbagai bidang studi.
Di samping itu IAIN Sultan Syarif Qasin akan terus di-
tingkatkan sesuai dengan Tridharma Perguruan Tinggi. Sementa-
ra itu akan diberikan penerangan dan bimbingan hidup beragama
terutama bagi masyarakat-masyarakat khusus.
Pembangunan di bidang hukum dalam Repelita IV, direnca-
nakan antara lain perluasan/rehabilitasi sejumlah pengadilan
negeri dan pembangunan sejumlah tempat sidang di kota-kota
kecil, pembangunan 1 lembaga pemasyarakatan, pembangunan 7
rumah tahanan negara (RUTAN), pembangunan sejumlah rumah pe-
nitipan benda-benda sitaan negara (RUPBASAN); perubahan se-
jumlah lembaga pemasyarakatan menjadi RUTAN; dan pembangunan
1 balai bimbingan kemasyarakatan dan pengentasan anak (BIS-
PA). Selain itu akan dilanjutkan pula pembangunan 7 kantor
imigrasi, pembangunan 2 asrama tahanan imigrasi, pembangunan
kantor cabang kejaksaan negeri di Batam; serta rehabilitasi/
122
perluasan sejumlah kantor kejaksaan negeri.
Kegiatan penyuluhan hukum akan lebih ditingkatkan dalam
rangka peningkatan kesadaran hukum masyarakat. Sementara itu
dalam rangka memberikan kesempatan memperoleh keadilan dan
perlindungan hukum, penyelenggaraan bantuan hukum dan konsul-
tasi hukum terutama untuk golongan masyarakat yang kurang
mampu akan lebih dimantapkan. Pelaksanaan operasi justisi da-
lam rangka penegakan hukum akan lebih ditingkatkan pula.
Dalam rangka peningkatan daya tampung di bidang pendi-
dikan untuk tingkat sekolah dasar akan dibangun tambahan se-
kitar 4.850 ruang kelas baru, perbaikan sekitar 2.000 gedung
sekolah dasar dan TK yang telah ada. Pada tingkat SMTP untuk
SMP akan dibangun sekitar 70 unit sekolah baru, penambahan
sekitar 415 ruang kelas barn, rehabilitasi 54 sekolah, serta
pengembangan sejumlah SMTP kejuruan dan teknologi. Pada ting-
kat SMTA akan dibangun sekitar 20 unit SMA baru, 1 STM dan 2
SMT pertanian, 1 SMEA, penambahan 215 ruang kelas barn untuk
SMA dan pengembangan 4 SPG, serta rehabilitasi 15 gedung SMA,
sekolah kejuruan dan teknologi negeri, 1 SGO serta 2 sekolah
kejuruan dan teknologi swasta. Untuk pelaksanaan dan peman-
tapan wajib belajar akan dibangun kantor pengelolaan pembina-
an pendidikan dasar pada 18 kecamatan.
Untuk meningkatkan mutu pada TK, SLB, SD, SMTP dan SMTA
akan diadakan penataran guru, kepala sekolah, dan pembina.
Khusus pada tingkat SMTP dan SMTA akan dibangun 42 ruang la-
boratorium ilmu-ilmu alam untuk SMP, dan 27 ruang untuk
SMA, ruang keterampilan 83 ruang untuk SMP, dan 12 ruang untuk
SMA. Dalam hal ini, penelusuran bakat dan kemampuan siswa akan
te-rus ditingkatkan.
123
Dalam peningkatan pendidikan tinggi, Universitas Riau
akan ditingkatkan dan dikembangkan khususnya di bidang ekono-
mi, ilmu-ilmu sosial dan kependidikan. Di samping itu juga
ditingkatkan pembinaan terhadap perguruan tinggi swasta.
Di bidang kebudayaan akan terus ditingkatkan antara la-
in dalam bidang kepurbakalaan, kesejarahan dan permuseuman
melalui pemugaran obyek kepurbakalaan, serta pemugaran dan
pemeliharaan berbagai situs kepurbakalaan; pengembangan per-
museuman; serta pengembangan dan pembinaan bahasa daerah.
Dalam rangka upaya meningkatkan pelayanan kesehatan ma-
syarakat melalui Puskesmas akan dilakukan pembangunan 23 Pus-
kesmas dan 200 Puskesmas Pembantu terutama di daerah pemukim-
an baru termasuk transmigrasi, daerah terpencil dan daerah
perbatasan, serta pengadaan 1 buah Puskesmas rawat tinggal.
Untuk meningkatkan pemerataan dan perluasan jangkauan pela-
yanan kesehatan kepada masyarakat akan ditingkatkan pula pe-
nyuluhan kesehatan masyarakat dengan menggunakan pendekatan
pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD). Selain itu juga
akan ditingkatkan berbagai kegiatan yang ditujukan kepada ke-
lompok ibu dan anak serta usaha kesehatan sekolah.
Dalam pelayanan kesehatan rujukan dilakukan usaha pe-
ningkatan RSU Pakanbaru dari kelas C ke C+, serta peningkat-
an RSU yang ada. Pembangunan RS Jiwa yang telah dimulai di-lanjutkan dan diselesaikan.
Dalam usaha menjamin kelancaran distribusi dan pengada-
an obat-obatan di unit pelayanan kesehatan pada akhir Repeli-
ta IV setiap kabupaten/kodya diharapkan telah memiliki sarana
penyimpanan obat, alat dan perbekalan kesehatan.
124
Peningkatan upaya kesehatan lainnya adalah pencegahan
dan pemberantasan penyakit menular, peningkatan pengendalian,
pengadaan dan pengawasan obat, makanan, kosmetika, alat kese-
hatan dan bahan berbahaya. Selain itu juga dilakukan pening-
katan perbaikan gizi melalui usaha perbaikan gizi keluarga
(UPGK), peningkatan pencegahan dan penanggulangan kekurangan
vitamin A dan anemia gizi besi serta pencegahan gondok ende-
mik. Di samping itu dilakukan usaha untuk memudahkan memper-
oleh air bersih dan akan ditingkatkan pula usaha kesehatan
lingkungan bagi semua penduduk. Dalam rangka meningkatkan
pembangunan sarana air bersih, terutama untuk penduduk pede-
saan, akan dibangun 15 buah penampungan air dengan perpipaan,
5 buah sumur artesis, 20 buah perlindungan mata air, 1.050
buah penampungan air hujan, 6.100 buah sumur pompa tangan
dangkal dan dalam serta sejumlah sarana air bersih jenis la-
innya.
Untuk memenuhi kekurangan tenaga kesehatan, khususnya
tenaga paramedik akan dilakukan usaha peningkatan jumlah lu-
lusan dengan cara melipatgandakan penerimaan melalui kelas
paralel. Sejalan dengan itu sarana pendidikan sekolah yang
ada ditingkatkan dan akan dibangun berbagai sekolah kesehatan
sesuai keperluan.
Di bidang kesejahteraan sosial akan dilakukan kegiatan-
kegiatan antara lain : meningkatkan dan membina secara terpa-
du masyarakat terasing di Kabupaten Bengkalis, Kabupaten In-
dragiri Hulu dan Kabupaten Kampar; membina organisasi dan ya-
yasan-yayasan yang bergerak di bidang sosial untuk meningkat-
kan partisipasi sosial masyarakat. Untuk menjangkau sasaran
pelayanan dan pembangunan kesejahteraan sosial di daerah pe-
125
desaan akan dikembangkan dan dibina tenaga-tenaga pekerja so-
sial masyarakat; sedangkan pembinaan karang taruna akan di-
tingkatkan dan kegiatannya akan dipadukan dengan program pem-
binaan generasi muda. Di samping itu ditingkatkan jumlah ka-
rang taruna baru di desa-desa yang belum ada karang taruna-
nya; dan diberikan pelayanan kepada lanjut usia, yatim piatu,
anak terlantar, para cacat dan korban bencana alam. Peranan
dan fungsi wanita untuk menangani masalah kesejahteraan sosi-
al akan ditingkatkan.
Pembangunan di bidang perumahan rakyat melalui pemba-
ngunan rumah sederhana dan rumah inti serta penyediaan kredit
tanah matang akan dilakukan di beberapa kota antara lain di
Pakanbaru, Dumai dan Tanjung Balai Karimun.
Kegiatan perbaikan lingkungan perumahan kota dilakukan
antara lain di Pakanbaru, Bengkalis dan Bangkinang, sedangkan
perintisan pemugaran perumahan desa akan dilakukan di sekitar
200 desa.
Program penyediaan air bersih ditekankan pada penyele-
saian kegiatan yang dimulai dalam Repelita III serta perluas-
an, pemanfaatan dan peningkatan air bersih yang dilakukan an-
tara lain di kota-kota Pakanbaru, Bengkalis, Bangkinang dan
Tanjung Pinang, di samping itu diusahakan pelaksanaan program
air bersih pada beberapa IKK.
Penanganan program penyehatan lingkungan pemukiman yang
menyangkut pembangunan drainase kota dan persampahan akan di-
lakukan antara lain di Pakanbaru, Bangkinang dan Rengat.
Untuk mengurangi laju pertumbuhan penduduk dan mening-
katkan kesejahteraan keluarga, kegiatan program keluarga be-
rencana dilanjutkan. Diharapkan dapat dicapai sejumlah kurang
126
lebih 191.000 peserta baru dan sekitar 157.000 peserta lesta-
ri. Di samping itu dilanjutkan pembinaan untuk menjaga ke-
langsungan peserta program keluarga berencana yang sudah ada.
Di bidang penerangan akan dilanjutkan tugas-tugas pene-
rangan operasional antara lain melalui sarasehan dengan me-
manfaatkan Puspenmas sebagai pusat pelayanan informasi, pa-
meran, kegiatan sosio-drama dan pertunjukan tradisional yang
komunikatif. Untuk meningkatkan penyebaran arus informasi ke
pedesaan, kegiatan koran masuk desa (KMD) dilanjutkan dengan
mengikut sertakan secara aktif peranan pers daerah setempat.
Dalam pada itu akan dilaksanakan rehabilitasi/pembangunan
stasiun RRI dan peningkatan siarannya di samping pembangunan
stasiun pemancar TV.
Di bidang pengelolaan sumber alam dan lingkungan hidup
serta guna mempertahankan keseimbangan ekologi, terutama
dalam rangka rehabilitasi tanah kritis, akan dilanjutkan ke-
giatan penghijauan dan reboisasi. Pelaksanaannya akan diuta-
makan pada daerah-daerah kritis, terutama pada DAS Indragiri,
Rokan dan Kampar. Demikian juga pencegahan pencemaran ling-
kungan, baik di desa maupun di perkotaan, pembinaan suaka
alam dan hutan-hutan lindung, akan dilanjutkan.
Dalam rangka mengkoordinasikan dan menyerasikan pelaksana-
an kegiatan pembangunan yang dilakukan secara sektoral dalam
berbagai program, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun
yang dilakukan masyarakat, penyusunan rencana tata ruang kota
dan wilayah akan dilanjutkan. Kualitas rencana kota dan ren-
cana wilayah akan ditingkatkan dan disempurnakan hingga dapat
dipergunakan secara efektif baik sebagai landasan pelaksanaan
pembangunan kota dan wilayah maupun pembinaan tertib tata ru-
127
ang kota dan tata ruang wilayah. Prioritas akan diberikan ke-
pada kota-kota pusat pengembangan dan wilayah-wilayah yang
berkembang dengan cepat.
Untuk mengusahakan keserasian dan pemerataan pembangunan
di seluruh daerah, maka pembangunan sektoral ditunjang dengan
program-program bantuan kepada daerah. Program-program dimak-
sud adalah Bantuan Pembangunan Desa, Bantuan Pembangunan Dae-
rah Tingkat II, Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I, Bantuan
pembangunan Sekolah Dasar, Bantuan Pembangunan Sarana Kese-
hatan, Bantuan Pembangunan Reboisasi dan Penghijauan, Bantuan
Penunjangan Jalan Kabupaten dan Bantuan Kredit Pembangunan/Pe-
mugaran Pasar.
128
TABELLUAS WILAYAH, SATUAN PEMERINTAHAN DAN KEPADATAN PENDUDUK
DAERAH TINGKAT I R I A U,TAHUN 1980
No. Luas WilayahKabupaten/Kotamadya
Jumlah Jumlah Desa/
JumlahPendudu
k
Kepadatan Penduduk
(km2) Kecamatan Kelurahan (1980) per km2 (1980)
1. Kab. Indragiri Hulu 15.854,29 9 291 229.182 142. Kab. Indragiri
Hi l ir 11.605,97 11 109 398.276 34
3. Kab. Kepulauan Riau 8.099,69 17 155 425.277 534. Kab. K a m p a r 28.291,86 15 177 362.867 13
5. Kab. B e n g k a l i s 30.646,83
14 254 566.671 186. Kodya Pekanbaru 62,96 6 33 186.262 2.958
DAERAH TINGKAT I : 94.561,60 72 1.019 2.168.535
23
129
PROPINSI R I A U
KEPULAUAN LING GA
P.Singka
Koor.nqen
PUSAT WILAYAH PEMBANGUNAN FIIOPINSI JAMBI
P. Rant..
,mbil
ER AN BA RU
B.gPio.PP
131