wawa wawa

5
Jonathan Rambang 102012072 F5 Kunjungan ke Panti Jompo Sabtu, 13 oktober 2012, anak Ukrida angkatan 2012 pergi ke panti jompo untuk belajar berempati. Kelas terdiri dari A, B, C, D, E dan F. Kelas F mendapat tugas skill lab untuk mewawancarai penghuni panti jompo di daerah Jelambar. Jam 9.00 WIB kami berangkat dengan bus masing-masing menuju lokasi. Saat sudah sampai, kami diberikan petunjuk oleh dr. Hartanto sebagai pembimbing kami untuk mewawancarai beberapa penghuni panti jompo. Setelah mendengar instruksi tersebut, kami mulai bergerak untuk bertemu dengan beberapa penghuni panti jompo. Setelah berkeliling sebentar saya dan teman saya melihat seorang nenek yang duduk sendirian di pojokan taman kecil. Kemudian saya dan teman saya memutuskan untuk menemui nenek itu. Setelah saya dekati kemudian saya menyapa nenek itu. Ternyata si nenek menanggapi salam itu dengan senyum dan ramah. Kemudian saya meminta izin kepada nenek itu untuk duduk di sampingnya. Nenek itu memperbolehkan saya untuk berbincang-bincang dengannya. Saya kemudian duduk disamping nenek itu dan kemudian memperkenalkan nama saya. Kemudian saya juga tidak lupa untuk menanyakan nama nenek itu. Nenek yang saya wawancarai itu bernama nenek Sarah. Saat itu nenek Sarah sudah berumur 65 tahun namun kondisi fisiknya masih terlihat baik. Kondisi fisiknya ini saya rasa cukup wajar sebab jika mendengar penuturan sang nenek, ia paling suka melakukan aktivitas yang menggerakkan tubuh seperti membersihkan panti, berolah raga, maupun senam, dan menari akibatnya, nenek Sarah mengatakan bahwa ia sangat jarang sakit.

Upload: jonathan-rambang

Post on 02-Feb-2016

221 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

gu

TRANSCRIPT

Page 1: Wawa Wawa

Jonathan Rambang

102012072

F5

Kunjungan ke Panti Jompo

Sabtu, 13 oktober 2012, anak Ukrida angkatan 2012 pergi ke panti jompo untuk belajar berempati. Kelas terdiri dari A, B, C, D, E dan F. Kelas F mendapat tugas skill lab untuk mewawancarai penghuni panti jompo di daerah Jelambar. Jam 9.00 WIB kami berangkat dengan bus masing-masing menuju lokasi. Saat sudah sampai, kami diberikan petunjuk oleh dr. Hartanto sebagai pembimbing kami untuk mewawancarai beberapa penghuni panti jompo. Setelah mendengar instruksi tersebut, kami mulai bergerak untuk bertemu dengan beberapa penghuni panti jompo.

Setelah berkeliling sebentar saya dan teman saya melihat seorang nenek yang duduk sendirian di pojokan taman kecil. Kemudian saya dan teman saya memutuskan untuk menemui nenek itu. Setelah saya dekati kemudian saya menyapa nenek itu. Ternyata si nenek menanggapi salam itu dengan senyum dan ramah. Kemudian saya meminta izin kepada nenek itu untuk duduk di sampingnya. Nenek itu memperbolehkan saya untuk berbincang-bincang dengannya. Saya kemudian duduk disamping nenek itu dan kemudian memperkenalkan nama saya. Kemudian saya juga tidak lupa untuk menanyakan nama nenek itu. Nenek yang saya wawancarai itu bernama nenek Sarah. Saat itu nenek Sarah sudah berumur 65 tahun namun kondisi fisiknya masih terlihat baik. Kondisi fisiknya ini saya rasa cukup wajar sebab jika mendengar penuturan sang nenek, ia paling suka melakukan aktivitas yang menggerakkan tubuh seperti membersihkan panti, berolah raga, maupun senam, dan menari akibatnya, nenek Sarah mengatakan bahwa ia sangat jarang sakit. Selain itu, nenek Sarah juga sangat senang dengan keindahan alam. Oleh karena itulah, ia sering duduk sendirian untuk menikmati keindahan alam berupa hijaunya pohon-pohon disekitar panti itu. Nenek sarah juga sangat mahir dalam membuat pantun dan menyairkan pantun. Ia bahkan menyairkan beberapa pantun buat saya. Setelah saya tanya, nenek Sarah mengatakan kalau nenek Sarah sudah terbiasa menyairkan pantun sebab nenek Sarah berasal dari daerah Padang. Menurutnya, didaerah Padang ada tradisi bagi mereka untuk bisa menyairkan pantun. Oleh karena itu, segala sesuatu yang berhubungan dengan pantun bukanlah sesuatu yang baru bahkan dengan demikian ia tampak lebih ceria ketika mengungkapkan perasaan-perasaannya melalui pantunnya. Ketika berbicara dengan nenek Sarah saya menangkap dari caranya berbicara kalau ia masih memiliki kekurangan dalam hal pengetahuan. Hal itu terbukti benar sebab menurut ceritanya, nenek ini mengatakan ia belum menamatkan studinya ditingkat SD. Akibatnya banyak yang dikatakan oleh nenek ini yang kurang jelas dan terkadang kurang nyambung dengan pertanyaan. Menyadari hal ini, saya berusaha untuk mengerti keadaan

Page 2: Wawa Wawa

nenek Sarah dan berusaha untuk menyesuaikan dengan kemampuannya. Hasilnya nenek Sarah mampu mengikuti arahan dengan cukup baik sehingga ia lebih mudah mengungkapkan perasaan-perasaannya. Sejak lama ia sudah berada di panti itu. Ia juga mulai mengungkapkan ketidak sukaannya yaitu ketika melihat rekan-rekannya yang berada di panti jompo itu yang kebanyakan menurutnya memiliki sifat yang malas. Ia mengatakan kalau rekan-rekannya lebih peduli dengan kebutuhan diri sendiri tanpa memperhatikan lingkungan. Selain itu, setiap hari nenek Sarah melakukan beberapa aktivitas. Mulai dari bangun pagi, ia pergi ke masjid yang ada dipanti itu untuk beribadah. Namun menurut pandangannya, doa itu bukanlah disampaikan kepada Tuhan tetapi diperuntukkan bagi nenek moyangnyanya yang telah meninggal. Setelah berdoa, ia mulai membersihkan panti itu dan kemudian mandi untuk bersiap-siap makan pagi. Setelah makan pagi, ia sendirian duduk menikmati keindahan alam dan setelah itu, ketika hari mulai siang ia akan makan siang dan kemudian beristirahat siang untuk memulihakan tenaga agar bersiap melakukan kegiatan berikutnya. Dengan semua kebaikan dan keburukan yang ada, nenek Sarah sangat senang berada di tempat itu sebab baginya ditempat itu, ia tidak pernah merasa kesepian karena mempunyai rekan-rekan yang bisa saling menghibur. Setelah saya berbincang-bincang dengan nenek Sarah, saya pamit kepada nenek Sarah dan mengucapkan terima kasih untuk kesempatan berbincang-bincang.

Setelah itu, saya berkeliling lagi untuk mencari penghuni panti jompo yang lain. Setelah berputar-putar sebentar saya melihat seorang penghuni lain. Dia adalah seorang kakek yang sedang duduk didepan pintu kamar tidurnya. Kemudian saya mendekati kakek itu dan mengucapkan permisi dan mulai memperkenalkan diri. Kakek ini juga sangat ramah ketika menyambut saya. Saya mengira bahwa kakek ini masih berumur agak muda di bandingkan dengan kakek yang lain. Kemudian saya duduk di hadapan kakek itu. Kakek yang saya wawancarai berikutnya ini bernama kakek Dede Purwanto. Menurut penuturannya, dipanti itu ia biasa di sapa kakek Purwanto. Kakek Purwanto pada saat itu, telah berusia 60 tahun. Kakek Purwanto berasal dari daerah Tangerang. Beliau adalah orang asli Tangerang dan dibesarkan didaerah itu. Ia juga melewati semua jenjang pendidikannya hingga tahap pendidikan menengah atas didaerah Tangerang. Kakek Purwanto menyelesaikan studi terakhirnya di SMEA. Ia tidak melanjutkan studinya keperguruan tinggi sebab mengalami kendala financial. Selain itu, beliau juga dituntut untuk menafkahi keluarganya. Oleh karena itu, beliau akhirnya bekerja disebuah pabrik kertas. Ia menghabiskan sebagian besar waktunya disana. Setelah bekerja sekian lama beliau memutuskan untuk mempunyai seorang istri. Akhirnya beliau mendapat seorang istri yang berasal dari daerah Tegal. Ia juga memiliki tiga orang anak dari pernikahan dengan istrinya. Menurutnya, istrinya sangat perhatian padanya dan anak-anaknya. Hingga pada tahun 2009 beliau masuk ke panti jompo itu, karena sudah tidak mampu untuk bekerja lagi. Menurut penuturan beliau, kegiatan sehari-hari yang dilakukan olehnya yaitu mulai dari membantu untuk menyapu, mengepel, menyiram tanaman, maupun membersihkan toilet. Selain kegiatan yang dilakukannya beliau mengatakan kalau ia memiliki kebiasaan merokok dan minum kopi. Saat ia sedang bersantai, ia akan pergi ke sebuah kios yang dekat dengan panti itu untuk membeli rokok dan minum kopi. Sebungkus rokok bisa dihabiskankan oleh beliau dalam 2 hari saja. Akibat

Page 3: Wawa Wawa

kebiasaannya ini, beliau di duga mengalami penyakit jantung oleh dokter yang memeriksa dengan tanda-tanda dada terasa sakit dan nyeri juga terasa panas. Dokter yang memeriksa ini datang sebulan sekali dipanti ini untuk melakukan pemeriksaan kesehatan kepada penghuni panti jompo. Dokter juga menasihatkan kepada beliau untuk menghentikan kebiasaannya itu. Namun, tetap saja beliau melakukan hal itu secara diam-diam. Sebab menurutnya kebiasaannya itu sudah berlangsung sangat lama sekali bahkan sewaktu ia masih berusia muda. Ketika hari menjelang siang, seorang ibu datang mengantarkan sebungkus makanan untuk kakek purwanto. Makanan siang itu dibagikan kepada setiap penghuni panti jompo. Bahkan bukan hanya pada siang hari saja namun pagi dan malam juga. Menurutnya ia juga merasa nyaman di panti itu dan tidak pernah ada ganguan. Suasana antara penguhi panti juga cukup menyenangkan. Beliau bisa bersama-sama dengan penghuni panti lainnya untuk bersantai bersama. Karena tak ingin mengganggu waktu makan siang beliau, saya memutuskan untuk menyudahi wawancara saya dengan beliau. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada beliau dan berpesan agar beliau terus menjaga kesehatannya.

Sambil menunggu waktu makan siang selesai, saya berkeliling lagi di sekitar panti itu untuk mencari penghuni yang lain. Setelah berkeliling saya melihat seorang nenek yang sedang ditemani oleh beberapa teman saya. Saya merasa tertarik untuk ikut bergabung dan mewawancarai nenek itu. Penghuni ketiga yang saya wawancarai adalah seorang nenek yang mengalami gangguan mental. Namanya nenek Hanna Lucia. Sebenarnya saya tidak tahu nama nenek ini, karena nama nenek ini bisa berubah-berubah setiap orang yang menanyakannya berbeda. Karena mengalami gangguan ia mengatakan kalau usianya 12 tahun. Dan jika ada teman lainnya yang menanyakan umurnya lagi maka ia akan menjawab dengan jawaban yang berbeda. Jika diminta untuk mengetahui alamat tempat tinggalnya, maka nenek Hanna akan menjawab dengan memberitahukan semua nama jalan yang ia ketahui. Jika nenek ini sudah memberitahukan semuanya maka ia akan merasa puas. Ia juga menuturkan kalau ia beragama Kristen Advent namun ia berbicara dengan mengunakan ucapan dalam agama Islam. Oleh karena itu, saya dan seorang teman saya memutuskan untuk menghibur nenek ini saja dengan menyanyikan sebuah lagu “balon ku ada lima.” Nenek ini mengikuti lagu ini dan tertawa senang dengan lagu itu. Karena tidak banyak informasi yang dapat kami peroleh dari nenek ini maka kami hanya menghiburnya. Sementara kami bersama dengan nenek Hanna, dokter yang memandu kami, Dokter Hartanto memberi arahan bagi kami untuk berkumpul dan bersiap untuk kembali ke kampus. Akhirnya saya menyudahi perbincangan dengan nenek Hanna dan mengucapkan terima kasih.

Setelah seluruh mahasiswa berkumpul, kami di arahkan untuk kembali ke bus masing-masing. Kami segera menuju ke bus masing-masing dan siap untuk kembali. Setelah beberapa waktu kami akhirnya tiba di kampus dengan antusias.