warnet 2

32
 26 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kesiapsiagaan Kesiapsiagaan adalah upaya yang dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana guna menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda, dan berubahnya tata kehidupan masyarakat. Sebaiknya suatu kabupaten kota melakukan kesiapsiagaan. Kesiapsiagaan menghadapi bencana adalah suatu kondisi suatu masyarakat yang baik secara invidu maupun kelompok yang memiliki kemampuan secara fisik dan psikis dalam menghadapi bencana. Kesiapsiagaan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari manajemen bencana secara terpadu. Kesiapsiagaan adalah bentuk apabila suatu saat terjadi bencana dan apabila bencana masih lama akan terjadi, maka cara yang terbaik adalah menghindari resiko yang akan terjadi, tempat tinggal, seperti  jauh dari jangkauan banjir. Kesiapsiagaan adalah setiap aktivitas sebelum terjadinya  bencana yang bertujuan untuk mengembangkan kapasitas operasional dan memfasilitasi respon yang efektif ketika suatu bencana terjadi. Perubahan paradigma penanggulangan bencana yaitu tidak lagi memandang  penanggulangan bencana merupakan aksi pada saat situasi tanggap darurat tetapi  penanggulangan bencana lebih diprioritaskan pada fase pra bencana yang bertujuan untuk mengurangi resiko bencana. Sehingga semua kegiatan yang berada dalam lingkup pra bencana lebih diutamakan.

Upload: mahyu-zal

Post on 09-Jul-2015

73 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5/10/2018 warnet 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/warnet-2 1/32

26

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Pengertian Kesiapsiagaan

Kesiapsiagaan adalah upaya yang dilaksanakan untuk mengantisipasi

kemungkinan terjadinya bencana guna menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian

harta benda, dan berubahnya tata kehidupan masyarakat. Sebaiknya suatu kabupaten

kota melakukan kesiapsiagaan.

Kesiapsiagaan menghadapi bencana adalah suatu kondisi suatu masyarakat

yang baik secara invidu maupun kelompok yang memiliki kemampuan secara fisik 

dan psikis dalam menghadapi bencana. Kesiapsiagaan merupakan bagian yang tak 

terpisahkan dari manajemen bencana secara terpadu. Kesiapsiagaan adalah bentuk 

apabila suatu saat terjadi bencana dan apabila bencana masih lama akan terjadi, maka

cara yang terbaik adalah menghindari resiko yang akan terjadi, tempat tinggal, seperti

 jauh dari jangkauan banjir. Kesiapsiagaan adalah setiap aktivitas sebelum terjadinya

  bencana yang bertujuan untuk mengembangkan kapasitas operasional dan

memfasilitasi respon yang efektif ketika suatu bencana terjadi.

Perubahan paradigma penanggulangan bencana yaitu tidak lagi memandang

  penanggulangan bencana merupakan aksi pada saat situasi tanggap darurat tetapi

  penanggulangan bencana lebih diprioritaskan pada fase pra bencana yang bertujuan

untuk mengurangi resiko bencana. Sehingga semua kegiatan yang berada dalam

lingkup pra bencana lebih diutamakan.

5/10/2018 warnet 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/warnet-2 2/32

  27

Adapun kegiatan kesiapsiagaan secara umum adalah : (1) kemampuan menilai

resiko; (2) perencanaan siaga; (3) mobilisasi sumberdaya; (4) pendidikan dan

 pelatihan; (5) koordinasi; (6) mekanisme respon; (7) manajemen informasi; (8) gladi/

simulasi.

2.1.1 Kesiapsiagaan Rumah Tangga dalam Menghadapi Banjir

Menurut LIPI UNESCO/ISDR (2006) kesiapsiagaan individu dan rumah

tangga untuk mengantisipasi bencana alam, khususnya banjir yaitu : (a) pengetahuan

dan sikap terhadap resiko bencana; (b) kebijakan dan panduan; (c) rencana untuk 

keadaan darurat bencana; (d) sistim peringatan bencana dan (e) kemampuan untuk 

memobilisasi sumber daya. Penjelasan di atas adalah sebagai berikut :

1.  Pengetahuan dan sikap terhadap resiko bencana

Pengetahuan merupakan faktor utama dan menjadi kunci untuk kesiapsiagaan.

Pengetahuan yang harus dimiliki oleh individu dan rumah tangga tentang kejadian

alam dan bencana banjir (tipe, sumber, besaran, lokasi), kerentanan fisik 

  bangunan (bentuk dan fondasi). Pengetahuan yang dimiliki biasanya dapat

mempengaruhi sikap dan kepedulian masyarakat untuk siap dan siaga dalam

mengantisipasi bencana terutama bagi mereka yang bertempat tinggal di daerah

rawan bencana seperti banjir.

2.  Kebijakan keluarga untuk kesiapsiagaan

Kebijakan kesiapsiagaan berupa kesepakatan keluarga mengenai tempat evakuasi

dalam situasi darurat, kesepakatan keluarga untuk melakukan atau berpartisipasi

dalam simulasi evaluasi.

5/10/2018 warnet 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/warnet-2 3/32

  28

3.  Rencana Tanggap Darurat

Rencana tanggap darurat meliputi 7 (tujuh) komponen :

a.  Rencana keluarga untuk merespon keadaan darurat : adanya rencana

 penyelamatan keluarga (siapa melakukan apa) bila terjadi kondisi darurat.

 b.  Rencana evakuasi meliputi tersedianya peta, tempat jalur evakuasi keluarga,

tempat berkumpulkan keluarga saat bencana ; adanya kerabat/keluarga/teman

yang menyediakan tempat pengungsian sementara dalam keadaan darurat.

c.  Pertolongan pertama, penyelamatan, keselamatan dan keamanan.

1)  Tersedianya kotak P3K atau obat-obatan penting untuk pertolongan

 pertama keluarga.

2)  Adanya rencana untuk penyelamatan dan keselamatan keluarga

3)  Adanya anggota keluarga yang mengikuti pelatihan pertolongan pertama

4) 

Adanya anggota keluarga yang mengikuti latihan dan keterampilan

evakuasi.

5)  Adanya akses untuk merespon keadaan darurat.

d.  Pemenuhan kebutuhan dasar 

e.  Peralatan dan perlengkapan

f.  Fasilitas-fasilitas penting yang memiliki akses dengan bencana

g.  Latihan dan simulasi/gladi

4.  Sistim Peringatan Bencana

Tersedianya sumber-sumber informasi untuk peringatan bencana baik dari sumber 

tradisional maupun lokal. Adanya akses untuk mendapatkan informasi peringatan

5/10/2018 warnet 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/warnet-2 4/32

  29

 bencana. Peringatan dini meliputi penyampaian informasi yang tepat waktu dan

efektif melalui kelembagaan yang jelas sehingga memungkinkan setiap individu

dan rumah tangga yang terancam bahaya dapat mengambil langkah untuk 

menghindari atau mengurangi resiko dan mempersiapkan diri untuk melakukan

upaya tanggap darurat yang efektif.

Kepala keluarga dapat melakukan tindakan yang tepat untuk mengurangi

korban jiwa, harta benda dan kerusakan lingkungan dengan peringatan bencana

dini untuk itu diperlukan latihan/simulasi bencana yang harus dilakukan apabila

mendengar peringatan, kemana dan bagaimaan menyelamatkan diri pada waktu

tertentu sesuai dengan lokasi dimana kepala keluarga sedang berada saat

terjadinya peringatan.

5.  Mobilisasi Sumber Daya

a. 

Adanya anggota keluarga yang terlibat dalam seminar/pertemuan/pelatihan

kesiapsiagaan bencana

 b.  Adanya keterampilan anggota keluarga yang berkaitan dengan kesiapsiagaan

terhadap bencana

c.  Adanya tabungan yang berkaitan dengan kesiapsiagaan bencana

d.  Kesepakatan keluarga untuk melakukan latihan simulasi dan memantau tas

siaga bencana secara reguler.

2.1.2 Persiapan Menghadapi Banjir 

Persiapan untuk menghadapi banjir secara terpadu untuk setiap warga

  perorangan sangat diperlukan. Jika terjadi banjir pada kategori sedang, tidak 

5/10/2018 warnet 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/warnet-2 5/32

  30

dilakukan evakuasi. Namun, jika ketinggian air telah mencapai 1,5 – 2 m maka perlu

 beberapa langkah untuk menghadapinya (Mistra, 2007).

1.  Untuk rumah tidak bertingkat

Apabila lokasi rumah berada di wilayah yang sering langganan banjir maka perlu

dilakukan beberapa persiapann untuk rumah satu lantai yaitu:

a. Merombak ruang rangka atap dan jadikan sebagai tempat tinggal darurat

  b. Buat bukaan pada atap genteng yang dapat berfungsi sebagai jendela atau

 pintu keluar penyelamatan diri bila terlihat permukaan air terus meninggi

c. Buat lubang tangga darurat pada plafon di tempat tertentu untuk akses naik ke

atas atap.

d. Buat alat pemantau ketinggian air (patok pengamat banjir). Patok ini

ditempatkan dekat lubang tempat naik ke ruang bawah atap.

e. Buat instalasi listrik darurat, terpisah dari instalasi PLN di atas ruang atap

yang dijadikan tempat tinggal.

f. Tempatkan generator secara khusus dan dibuatkan cerobong asap untuk 

 pembuangan zat beracun (CO²) hasil pembakaran bahan bakar.

g. Buat rakit darurat lengkap dengan dayung dua buah. Rakit dibuat dari bahan

lembaran Styrofoam yang disusun untuk mengevaluasi anggota keluarga jika

ketinggian air terus meninggi. Rakit ini juga dapat digunakan untuk membawa

 barang-barang elektronik yang ringan.

h. Siapkan pelampung darurat untuk proses penyelamatan diri.

5/10/2018 warnet 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/warnet-2 6/32

  31

i. Malam ini dapat digunakan lampu minyak goreng bekas (jelantah). Sebelum

  banjir, minyak bekas ini dikumpulkan dan disimpan dalam botol dan

digunakan untuk kondisi darurat saja.

  j. Buat sebuah tempat atau wadah yang kuat dan tidak mudah dimasuki air 

untuk menyimpan barang-barang berharga, seperti ijazah, surat tanah, dan

lain-lain.

k. Siapkan kantong plastik besar untuk mengamankan pakaian atau barang lain

yang tidak mungkin dibawa mengungsi dan terpaksa ditinggal di dalam

rumah. Barang-barang ini pasti akan terendam dan selama terendam tetap

aman tidak terkena air. Jika terendam pun tidak terlalu parah dan mudah

dibersihkan.

l. Buat alat penjernih atau penyaring air sederhana untuk mengambil air banjir,

lalu disaring. Air ini dapat dipakai untuk mencuci dan mandi. Caranya,

gunakan tawas dan kaporit untuk mempercepat pengendapan lumpur dan

membunuh bakteri. 1 sendok teh dan setengah sendok teh untuk 20 liter air.

Masukkan tawas yang telah ditumbuk halus dan kaporit kemudian aduk 

sampai merata.

m. Jika sulit mendapatkan air bersih untuk minum, simpan air mineral kemasan

dalam dus atau air mineral yang dikemas dalam sebuah galon.

n. Sediakan obat-obatan seperti obat gosok, obat sakit kepala, obat diare, obat

masuk angin, obat batuk, obat flu, dan obat-obatan pribadi.

5/10/2018 warnet 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/warnet-2 7/32

  32

o. Siapkan bendera merah putih, bendera merah, dan tiang bendera dari bambu.

Bendera merah-putih adalah symbol siaga satu dan rumah masih ada

  penghuninya. Jika ketinggian air semakin tinggi (dapat dilihat dari

  pemantauan patok pengamat banjir), naikkan bendera merah di bawah

 bendera merah-putih, artinya penguhi rumah dalam keadaan SOS (Save Our 

Soul). Dengan tanda ini diharapkan tim evakuasi, bendera harap dilepas. Para

relawan yang membawa makanan dan minuman tidak perlu berteriak-teriak 

melalui pengeras suara, tetapi langsung mendatangi dan mendata jumlah

keluarga lalu membagikan sembako. Itulah gunanya bendera sebagai tanda

ada kehidupan di rumah yang terendam banjir.

 p. Mencatat dan menyimpan nomor telepon posko banjir dan posko tim evakuasi

yang terdekat di wilayah banjir.

2. Untuk rumah bertingkat

Persiapan yang dilakukan sama seperti pada rumah yang tidak bertingkat.

Perombakan ruang di bawah atap tidak perlu dilakukan jika ketinggian air tidak 

menyentuh lantai dua. Masalah yang dihadapi biasanya terletak pada pengadaan

air bersih untuk keperluan mencuci dan memasak.

Keluarga apabila akan tetap bertahan di dalam rumah, perlu diperhatikan

kekuatan struktur rumah. Bangunan melawan tekanan derasnya air yang mengalir 

Jika strukturnya aman tidak masalah, tetapi jika kontruksinya mengkhawatirkan,

dianjurkan untuk segera meninggalkan rumah.

5/10/2018 warnet 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/warnet-2 8/32

  33

Adapun menurut Bakornas (2006), tindakan kesiapsiagaan dirumah tangga

adalah sebagai berikut :

a. Menyiapkan tas siaga berisi bebagai keperluan dan dokumen penting seperti

ijazah, sertifikat tanah, BPKB, buku nikah, obat-obatan, dan senter. Tas siaga

tersebut disimpan pada temapt yang mudah dijangkau, sehingga ketika

 bencana datang tiba-tiba dan harus meninggalkan rumah maka barang-barang

tersebut dapat dibawa dengan mudah dan cepat.

 b. Naikkan alat-alat listrik, barang berharga, buku dan barang yang mudah rusak 

 bila terkena air ke tempat yang tinggi (melebihi ketinggian maksimum banjir)

 bagi penduduk yang tinggal di kawasan banjir.

c. Mempelajari peta daerah rawan dari bencana.

d. Mempelajari lokasi aman dan jalur aman untuk melakukan evakuasi jika

terjadi bencana.

e. Mempelajari P3K untuk menolong diri sensiri atau korban seandainya ada

cidera.

f. Menempatkan kunci rumah di temapt yang aman, mudah diambil dan

diketahui (disepakati) oleh semua anggota keluarga.

g. Menulis nomor-nomor telepon penting seperti nomor polisi, PAM, PLN, PMI,

LSM, Pemadam kebakaran dan menyimpannya kedalam memori handphone

atau dalam catatan penting lainnya.

h. Menempatkan handphone dan alat tanda bahaya di tempat yang mudah

dijangkau ketika menyelamatkan diri.

5/10/2018 warnet 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/warnet-2 9/32

  34

i. Pemasangan tanda bahaya, yakni jalur-jalur yang tidak dapat digunakan pada

saat bencana.

Sedangkan persiapan menghadapi banjir dirumah tangga yang dapat

dilakukan oleh kepala keluarga menurut Yulaelawati (2008), seperti dibawah ini:

a. Pastikan memiliki persiapan pelampung yang cukup untuk anggota keluarga.

 b. Pastikan memiliki bekal makanan dan persiapan obat-obatan yang memadai.

c. Miliki nomor konteks ketua RT/RW dan instansi penting lainnya

d. Simpanlah dokumen-dokumen dan surat-surat penting dalam plastik atau

kotak tahan air 

e. Titipkan photo copy dokumen-dokumen dan surat-surat tersebut di tempat

kerabat atau orang terpecaya yang tinggal di daerah yang tidak terkena banjir.

f. Segera naikkan alat-alat atau kabel-kabel listrik sebelum terkena banjir yang

lebih tinggi yang tidak terjangkau oleh air banjir.

g. Tutup kran saluran air utama yang mengalir ke dalam rumah

h. Selalu mendengar informasi tentang perkembangan cuaca

i. Ikuti perintah evakuasi yang dikeluarkan oleh pemerintah atau petugas

 bencana yang ada.

2.1.3  Tindakan-Tindakan yang Dilakukan Pasca Banjir 

Masyarakat direpotkan setelah banjir reda dengan kondisi rumah yang kotor,

  bau, dan berantakan. Membersihkan rumah pasca banjir menurut Mistra (2007)

adalah :

5/10/2018 warnet 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/warnet-2 10/32

  35

1. Banjir sudah reda

Rumah dapat dibersihkan jika banjir sudah reda. Artinya, tidak ada banjir susulan

lainnya. Informasi mengenai kemungkinan ada atau tidaknya banjir susulan dapat

ditanyakan pada pihak-pihak terkait, seperti pemda dan istitusi terkait lainnya.

Cara ini untuk mengantisipasi dan menghindari hal-hal yang tida dinginkan.

2. Gunakan alat pengaman

Alat pengaman yang dimaksud adalah sepatu boot, sarung tangan, dan masker.

Alat-alat ini untuk melindungi penyakit saat membersihkan rumah akibat banjir.

3. Padamkan listrik 

Oleh karena dalam membersihkan rumah menggunakan air dalam jumlah banyak,

sebaiknya benda-benda kelistrikan di dalam rumah dipadamkan. Jika perlu,

sikring juga dimatikan. Sudah bukan rahasia umum lagi bahwa air dapat

menghantarkan bahaya jika dinyalakan saat rumah dibersihkan menggunakan air.

4. Maksimalkan udara masuk 

Agar udara keluar dari dalam rumah dan udara bersih masuk, sebaiknya buka

semua ventilasi udara, mulai dari jendela, pintu, dan ventilasi lainnya. Aliran

udara dan sinar matahari yang masuk akan mengurangi kadar kelembaban dalam

rumah. Cara ini akan mencegah timbulnya jamur dan membuat udara lebih bersih.

5. Buang semua makanan yang terkena air banjir 

Biasanya banjir membawa “oleh-oleh” berupa sampah yang berceceran.

Bersihkan semua sampah tersebut dan makanan yang terkena air banjir karena

dikhawatirkan terkontaminasi kuman-kuman penyakit.

5/10/2018 warnet 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/warnet-2 11/32

  36

6. Keluarkan semua perabotan rumah

Agar pembersihan dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, sebaiknya barang-

 barang perabotan rumah dikeluarkan terlebih dahulu. Selain itu, perabotan yang

  basah dapat dijemur sehingga bisa kering seperti semula. Setelah barang

dikeluarkan, bersihkan lantai dari lumpur dengan menggunakan serokan karet.

7. Cat dinding rumah

Banjir biasanya meninggalkan jejak di dining, terlebih lagi jika dinding berwarna

 putih. Jika kotoran yang menempel sedikit, dapat dibersihkan dengan lap basah.

Akan tetapi banyak, dinding dapat di cat ulang lagi.

8. Sterilkan dengan desinfektan

Walaupun seluruh ruangan sudah dibersihkan dari segala macam kotoran dan

noda bukan berarti terbebas dari kuman dan bakteri. Oleh karena itu, lakukan

 penyemprotan dengan desinfektan. Desinfektan adalah zat pembunuh kuman dan

 bakteri yang banyak digunakan untuk mensterilkan suatu ruangan.

Menurut Depkes RI (2006), tindakan-tindakan pasca banjir yang dapat

dilakukan keluarga adalah:

1.  Bersihkan lingkungan tempat tinggal, kumpulkan dan buanglah sampah yang

terbawa arus air ke dalam lubang dihalaman rumah/atau ketempat sampah.

Bersihkan lantai & dinding didalam rumah bersihkan dengan cairan desifektan.

2.  Kuburlah lubang-lubang bekas air.

3.  Air sumur atau air keran yang berpotensi terkontaminasi, sebaiknya tidak 

digunakan dulu, meskipun akan dimasak/ direbus dulu sebelum digunakan. Check 

dahulu air yang akan digunakan secara fisik (warna, rasa, bau dll), sampai

5/10/2018 warnet 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/warnet-2 12/32

  37

dipastikan bahwa air tersebut layak untuk diminum.pake pelindung yang beralas

keras (Sandal/sepatu) apabila berjalan dalam genangan air 

4.  Tingkatkan daya tahan tubuh , minumlah supplemen vitamin, konsumsilah

makanan yang bergizi dan teratur, istirahatlah yang cukup.

5.  Buanglah makanan yang telah terkontaminasi

6.  Cucilah sayuran terlebih dahulu sebelum dimasak, hindari mengkonsumsi sayuran

yang telah terkontaminasi. Tutuplah makanan yang akan disajikan

7.  Obati luka yang terbuka dengan plester tahan air 

8.  Cucilah tangan dengan sabun sebelum atau sesudah makan

9.  Laranglah anak anak anda bermain didaerah banjir, bila melakukannya mandi dan

cuci tangan yang bersih.

10. Hindari tempat persembunyian tikus, dengan menutup lobang tikus yang ada.

Adapun menurut Yulaelawati (2008), tindakan-tindakan pada saat terjadinya

 banjir yang dapat dilakukan masyarakat/perorangan adalah:

1.  Periksa apakah diri anda atau orang disekitar anda terluka, beri pertolongan

 pertama jika perlu.

2.  Ingat untuk menolong orang yang memerlukan bantuan khusus, seperti bayi,

lanjut usia dan orang cacat.

3.  Tidak minum air kecuali setelah di masak, dan tidak menggunakan air yang

tercemar untuk mencuci alat-alat dapur dan pakaian.

4.  Tidak membiarkan anak-anak bermain di air banjir 

5.  Dengarkan informasi darurat

6.  Ikuti rencana darurat di lingkungan bencana anda.

5/10/2018 warnet 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/warnet-2 13/32

  38

Menurut Efendi (2009), tindakan pada pra bencana dalam menghadapi

 bencana meliputi hal-berikut:

1.  Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut).

2.  Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota keluarga

lainnya.

3.  Pembekalan informasi tentang bagaimana menyimpan dan membawa persediaan

makanan dan penggunaan air yang aman.

4.  Perlu mencatat beberapa alamat dan nomor telepon darurat seperti dinas

kebakaran, rumah sakit dan ambulan.

5.  Memberikan informasi tempat alternatif penampungan atau posko-posko bencana.

6.  Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa seperti pakaian

seperlunya, radio portable, senter beserta baterai dan lain-lain

2.2  Bencana Banjir

2.2. 1. Pengertian Banjir

Bencana adalah sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam

dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh

faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga

mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian

harta benda, dan dampak psikologis (Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007).

Banjir mengandung pengertian aliran air sungai yang tingginya melebihi

muka air normal sehingga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya

genangan pada lahan rendah disisi sungai. Aliran air limpasan tersebut yang semakin

5/10/2018 warnet 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/warnet-2 14/32

  39

meninggi, mengalir dan melimpasi muka tanah yang biasanya tidak dilewati aliran

air. Bencana banjir merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam

dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat sehingga mengakibatkan

timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan

dampak psikologis (Mistra, 2007)

Menurut Dibyosaputro (1998) Banjir merupakan satu bahaya alam yang

terjadi di alam ini dimana air mengenang lahan- lahan rendah di sekitar sungai

sebagai akibat ketidakmampuan alur sungai menampung dan mengalirkan air,

sehingga meluap keluar alur melampaui tanggul dan mengenai daerah sekitarnya .

Menurut Bakornas PB (2007), berdasarkan sumber airnya, air yang berlebihan

tersebut dapat dikategorikan dalam empat kategori:

1.  Banjir yang disebabkan oleh hujan lebat yang melebihi kapasitas penyaluran

sistem pengaliran air yang terdiri dari sistem sungai alamiah dan sistem drainase

 buatan manusia

2.  Banjir yang disebabkan meningkatnya muka air di sungai sebagai akibat pasang

laut maupun meningginya gelombang laut akibat badai.

3.  Banjir yang disebabkan oleh kegagalan bangunan air buatan manusia seperti

 bendungan, bendung, tanggul, dan bangunan pengendalian banjir.

4.  Banjir akibat kegagalan bendungan alam atau penyumbatan aliran sungai akibat

runtuhnya/longsornya tebing sungai. Ketika sumbatan/bendungan tidak dapat

menahan tekanan air maka bendungan akan hancur, air sungai yang terbendung

mengalir deras sebagai banjir bandang.

5/10/2018 warnet 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/warnet-2 15/32

  40

2.2.2. Faktor-faktor Penyebab Banjir

Pada umumnya banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di atas normal,

sehingga sistim pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak sungai alamiah serta

sistem saluran drainase dan kanal penampung banjir buatan yang ada tidak mampu

menampung akumulasi air hujan tersebut sehingga meluap. Kemampuan/daya

tampung sistem pengaliran air dimaksud tidak selamanya sama, tetapi berubah akibat

sedimentasi, penyempitan sungai akibat phenomena alam dan ulah manusia,

tersumbat sampah serta hambatan lainnya.

Penggundulan hutan di daerah tangkapan air hujan (catchment area) juga

menyebabkan peningkatan debit banjir karena debit/ pasokan air yang masuk ke

dalam sistem aliran menjadi tinggi sehingga melampaui kapasitas pengaliran dan

menjadi pemicu terjadinya erosi pada lahan curam yang menyebabkan terjadinya

sedimentasi di sistem pengaliran air dan wadah air lainnya. Disamping itu

 berkurangnya daerah resapan air juga berkontribusi atas meningkatnya debit banjir.

Pada daerah permukiman yang padat bangunan sehingga menyebabkan

tingkat resapan air kedalam tanah berkurang. Pada curah hujan yang tinggi sebagian

  besar air akan menjadi aliran air permukaan yang langsung masuk kedalam sistem

 pengaliran air sehingga kapasitasnya terlampaui dan mengakibatkan banjir (Ma’mun,

2007).

Faktor penyebab banjir menurut Yulielawati (2008), dapat dibedakan menjadi

3 (tiga) faktor yaitu:

1.  Pengaruh aktivitas manusia, seperti:

a.  Pemanfaatan daratan banjir yang digunakan untuk pemungkiman dan industri.

5/10/2018 warnet 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/warnet-2 16/32

  41

 b.  Pengundulan hutan dan yang kemudian mengurangi resapan pada tanah dan

meningkatkan larian tanah permukaan. Erosi yang terjadi kemudian bisa

menyebabkan sedimentasi di terusan-terusan sungai yang kemudian

mengganggu jalannya air.

c.  Permukiman di daratan banjir dan pembangunan di daerah daratan banjir 

dengan mengubah saluran-saluran air yang tidak direncanakan dengan baik.

Bahkan tidak jarang alur sungai diurung untuk dijadikan permungkiman.

Kondisi demikian banyak terjadi di perkotaan di Indonesia. Akibatnya adalah

aliran sungai saat musim hujan menjadi tidak lancar dan menimbulkan banjir.

d.  Membuang sampah sembarangan dapat menyumbat saluran-saluran air,

terutama di perumahan-perumahan.

2.  Kondisi alam yang bersifat tetap (statis) seperti:

a. 

Kondisi geografi yang berada pada daerah yang sering terkena badai atau

siklon, misalnya beberapa kawasan di Bangladesh kondisi topografi yang

cekung, yang merupakan daratan banjir, seperti Kota Bandung yang

 berkembang pada Cekungan Bandung.

 b.  Kondisi alur sungai, seperti kemiringan dasar sungai yang datar, berkelok-

kelok, timbulnya sumbatan atau berbentuk seperti botol (bottle neck), dan

adanya sedimentasi sungai membentuk sebuah pulau (ambal sungai)

3.  Peristiwa alam yang bersifat dinamis, yaitu:

a.  Curah hujan yang tinggi

5/10/2018 warnet 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/warnet-2 17/32

  42

 b.  Terjadinya pembendungan atau arus balik yang sering terjadi di muara sungai

atau pertemuan sungai besar.

c.  Penurunan muka tanah atau amblesan, misal di sekitar di sekitar Pantai Utara

Jakarta yang mengalami amblesan setiap tahun akibat pengambilan air tanah

yang berlebihan sehingga menimbulkan muka tanah menjadi lebih rendah.

 pendangkalan dasar sungai karena sedimentasi yang cukup tinggi

Faktor pertama merupakan dampak langsung dari ulah tangan-tangan manusia

yang mencari kenyamanan hidup dengan mengeksploritasi, membahayakan, dan

merusak lingkungan baik di darat, laut dan di udara. Sementara faktor kedua dan

ketiga; alam yang statis dan faktor peristiwa alam yang dinamis, merupakan

tantangan bagi manusia untuk dapat berusaha mencari alternatif-alternatif yang

dapat mengurangi terjadinya banjir dan dampaknya.

2.2.3. Dampak Bencana Banjir

Menurut Mistra (2007), dampak banjir akan terjadi pada beberapa aspek 

dengan tingkat kerusakan berat pada aspek-aspek berikut ini:

1.  Aspek Penduduk, antara lain berupa korban jiwa/meninggal, hanyut, tenggelam,

luka-luka, korban hilang, pengungsian, berjangkitnya wabah dan penduduk 

terisolasi.

2.  Aspek Pemerintahan, antara lain berupa kerusakan atau hilangnya dokumen,

arsip, peralatan dan perlengkapan kantor dan terganggunya jalannya

 pemerintahan.

5/10/2018 warnet 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/warnet-2 18/32

  43

3.  Aspek Ekonomi, antara lain berupa hilangnya mata pencaharian, tidak 

  berfungsinya pasar tradisional, kerusak, hilangnya harta benda, ternak dan

terganggunya perekonomian masyarakat.

4.  Aspek Sarana/Prasarana, antara lain berupa kerusakan rumah penduduk,

  jembatan, jalan, bangunan gedung perkantoran, fasilitas sosial dan fasilitas

umum, instalasi listrik, air minum dan jaringan komunikasi.

5.  Aspek Lingkungan, antara lain berupa kerusakan eko-sistem, obyek wisata,

  persawahan/lahan pertanian, sumber air bersih dan kerusakan tanggul/jaringan

irigasi.

2.3  Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapsiagaan Rumah Tangga

2.3.1 Faktor Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris

khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan objek 

yang sangat penting untuk terbentuknya prilaku terbuka (overt   behavior). Perilaku

yang didasari pengetahuan umumnya bersifat langgeng (Soenaryo, 2002)

Menurut Notoadmodjo (2005), Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini

terjadi setelah seorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,

  pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang

tercakup dalam domain kognitif adalah :

5/10/2018 warnet 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/warnet-2 19/32

  44

1.  Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,

termasuk dalam pemgetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahanyang dipelajari atau rangsangan yang

telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling

rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan menyatakan.

2.  Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang

objek yang diketahui dan dapat menginterprestasi materi tersebut secara benar.

Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap

objek.

3.  Aplikasi ( Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi riil. Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi

atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam

 bentuk konteks atau situasi yang lain.

4.  Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek 

kedalam komponen-komponen,tetapi masih dalam suatu stuktur organisasi

tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat

5/10/2018 warnet 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/warnet-2 20/32

  45

dilihat dari penggunaan kata-kata kerja, dapat menggambarkan, membedakan,

memisahkan dan mengelompokkan.

5.  Sintesis (Synthesis) 

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang ada.

6.  Evaluasi ( Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

  penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan

suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang

telah ada.

Menurut Nasution (1999), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

dalam masyarakat antara lain:

1.  Sosial Ekonomi

Lingkungan Sosial akan mendukung tingginya pengetahuan sosial. Bila ekonomi

 baik, tingkat pendidikan tinggi maka pengetahuan akan tinggi juga.

2.  Kultur (Budaya dan Agama)

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena

informasi yang baru akan sering sesuai atau tidak dengan budaya yang ada atau

agama yang dianut.

5/10/2018 warnet 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/warnet-2 21/32

  46

3.  Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan maka ia akan mudah menerima hal baru dan akan

mudah menyesuaikan dengan hal baru tersebut.

4.  Pengalaman

Pengalaman disinii berkaitan dengan umur dan pendidikan individu. Pendidikan

yang tinggi maka pengalaman akan lebih luas. Sedangkan semakin tua umur 

seseorang maka pengalaman akan semakin banyak.

Menurut Triutomo (2007), di Indonesia, masih banyak penduduk yang

menganggap bahwa bencana itu merupakan suatu takdir. Pada umumnya mereka

 percaya bahwa bencana itu adalah suatu kutukan atas dosa dan kesalahan yang telah

diperbuat, sehingga seseorang harus menerima bahwa itu sebagai takdir akibat

 perbuatannya. Sehingga tidak perlu lagi berusaha untuk mengambil langkah-langkah

 pencegahan atau penanggulangannya.

Pengetahuan terkait dengan persiapan menghadapi bencana pada kelompok 

rentan bencana menjadi fokus utama. Berbagai pengalaman menunjukkan bahwa

kesiapan menghadapi bencana ini seringkali terabaikan pada masyarakat yang belum

memiliki pengalaman langsung dengan bencana (Priyanto, 2006).

Riset yang dilakukan di New Zealand memperlihatkan bahwa perasaan bisa

mencegah bahaya gempa bumi dapat ditingkatkan dengan intervensi melalui

  pengisian kuesioner pengetahuan tentang gempa bumi yang di  follow up dengan

  penjelasan-penjelasan yang ditujukan untuk menghilangkan gap atau miskonsepsi

  pengetahuan tentang gempa bumi. Hasil riset menunjukkan bahwa pengetahuan

5/10/2018 warnet 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/warnet-2 22/32

  47

  partisipan mengenai gempa bumi berhubungan dengan tingkat kesiapannya

menghadapi gempa bumi.Dengan pengetahuan akan meningkatkan kemampuan

 penduduk mempersiapkan diri dengan lebih baik dari gempa bumi atau bencana lain

(Priyanto, 2006)

Menurut Ma`mun (2007) pengetahuan lingkungan hidup perlu diberikan

kepada anak-anak dan keluarga sehingga mereka belajar mencintai alam,contoh

menanam pohon dirumah, tidak membuang sampah kesungai,tidak tinggal dibantaran

sungai karena dapat menimbulkan permasalahan banjir dan lain-lain.

2.3.2 Sikap

Menurut Notoadmodjo (2005), Sikap merupakan juga respons tertutup

seseorang terhadap simulasi atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor 

  pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju,

 baik-tidak baik, dan sebagainya).

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek,

  baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya tidak langsung

dapat dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari prilaku yang tertutup.

Sikap secara realitas menunjukkan adanya kesesuaian respons terhadap stimulus

tertentu (Sunaryo, 2004)

Menurut Notoadmodjo (2005), mengemukakan sikap dapat bersifat positif 

dan dapat bersifat negatif. Pada sikap positif kecenderungan tindakan adalah

mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu, sedangkan pada sikap negatif 

5/10/2018 warnet 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/warnet-2 23/32

  48

terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindar, membenci, tidak menyukai

objek tertentu. Sikap tersebut mempunyai 3 komponen pokok yaitu: Kepercayaan

(keyakinan), ide dan konsep suatu objek; Kehidupan emosional atau evaluasi

terhadap suatu objek dan kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen tersebut

secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh, dalam penentuan sikap yang utuh

ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap

stimulus atau objek. Sedangkan komponen perilaku sikap adalah maksud untuk 

  berperilaku dalam cara tertentu terhadap seseorang atau sesuatu. Dari atasan-atasan

sikap menurut (Krech et al., 1982), (Cambell, 1950), Allpor, 1954), (Cardno, 1955)

dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat tetapi

hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata

menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam

kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus

social.

Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan

 presdiposisi tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup bukan

merupakan reaksi terbuka tingkah laku yang terbuka. Lebih dapat dijelaskan lagi

  bahwa merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu

 penghayatan terhadap objek.

5/10/2018 warnet 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/warnet-2 24/32

  49

Menurut Notoatmodjo (2005) sikap itu mempunyai 3 komponen pokok,

yakni: (1) kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek; (2)

kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek; (3)

kecenderungan untuk bertindak (tred to behave). Ketiga komponen ini secara

  bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap

yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan

 penting. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yakni :

1.  Menerima ( Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang

diberikan (objek). Misalnya sikap seseorang terhadap berita bencana yaitu terlihat

dari kesediaan dan perhatiaannya terhadap berita di media serta seminar.

2.  Merespons ( Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk 

menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas pekerjaan

itu benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.

3.  Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan dalam berdiskusi mengenai suatu

masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang petugas yang

mengajak petugas atau pihak lain untuk menilai resiko bencana yang ada didaerah

masing-masing serta melakukan mitigasi terhadap resiko bencana tersebut.

5/10/2018 warnet 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/warnet-2 25/32

  50

4.  Bertanggung jawab ( Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko

merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap dilakukan dengan secara

langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana

 pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu objek.

Sikap pada fase preparedness, berbentuk adanya perilaku yang berlebih pada

masyarakat tersebut karena minimnya informasi mengenai cara mencegah dan

memodifikasi bahaya akibat bencana jika terjadi. Berita yang berisi hebatnya akibat

 bencana tanpa materi pendidikan seringkali membuat masyarakat menjadi gelisah dan

memunculkan tindakan yang tidak realistis terhadap suatu isu. Menumbuhkan sikap

dan pengetahuan dalam menghadapi bencana ini semakin menjadi bagian penting

khususnya di negara yang seringkali dilanda bencana seperti Indonesia (Priyanto,

2006)

Sikap yang baik untuk mencegah banjir yaitu: tidak membuang

sampah/limbah padat ke sungai, saluran dan sistem drainase, tidak membangun

  jembatan dan atau bangunan yang menghalangi atau mempersempit palung aliran

sungai, tidak tinggal dalam bantaran sungai; tidak menggunakan dataran retensi banjir 

untuk permukiman atau untuk hal-hal lain diluar rencana peruntukkannya,

menghentikan penggundulan hutan di daerah tangkapan air, menghentikan praktek 

 pertanian dan penggunaan lahan yang bertentangan dengan kaidah-kaidah konservasi

air dan tanah (Bakornas PB, 2006)

5/10/2018 warnet 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/warnet-2 26/32

  51

Menurut Yusuf (2005), ada empat faktor yang mempengaruhi pembentukan

sikap; (1) faktor pengalaman khusus, (2) faktor komunikasi dengan orang lain, (3)

faktor modal yaitu dengan melalui mengimitasi, (4) faktor lembaga sosial

(Instutional) yaitu sumber yang mempengaruhi. Perubahan sikap dipengaruhi (1)

  pendekatan tiori belajar, (2) pendekatan teori persepsi (3) pendekatan teori

konsistensi, (4) perdekatan teori fungsi.

2.3.3 Pendidikan 

Cumming, et al dalam Azhari (2002), mengemukakan bahwa pendidikan

sebagai suatu proses atau kegiatan untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan individu atau masyarakat. Ini berarti bahwa pendidikan adalah suatu

 pembentukan watak yaitu nilai dan sikap disertai dengan kemampuan dalam bentuk 

kecerdasan, pengetahuan, dan keterampilan.

Seperti diketahui bahwa pendidikan formal yang ada di Indonesia adalah

tingkat sekolah dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama, sekolah lanjutan tingkat atas

dan tingkat akademi/perguruan tinggi. Tingkat pendidikan sangat menentukan daya

nalar seseorang, yang lebih baik sehingga memungkinkan untuk menyerap informasi-

informasi juga dapat berpikir secara rasional dalam menanggapi informasi atau setiap

masalah yang dihadapi (Syahrial, 2005).

Darnelawati (1994) berpendapat bahwa pendidikan formal adalah pendidikan

di sekolah yang berlangsung secara teratur dan bertingkat mengikuti syarat-syarat

yang jelas dan ketat. Tujuan pendidik adalah untuk memperkaya budi pekerti,

5/10/2018 warnet 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/warnet-2 27/32

  52

 pengetahuan dan untuk menyiapkan seseorang agar mampu dan terampil dalam suatu

  bidang pekerjaan tertentu (http://www.blog_pendidikan) diakses Maret 2010

Pendidikan

Sedangkan menurut Ma`mun (2007) aspek sosial merupakan aspek penting

dalam pengelolaan bencana terpadu. Oleh karena itu perlu adanya pendidikan bagi

individu. Pendidikan dapat diperoleh melalui jalur formal dan non formal.

1.  Pendidikan formal

Terdapat banyak cara dimana pengelolaaan bencana diperkenalkan ke dalam

kurikulum umum baik di dalam maupun di luar kelas, misalnya:

a.  Peningkatan dan pemakaian buku-buku mengenai bencana air dan lingkungan

di sekolah-sekolah.

 b.  Pemanfaatan internet untuk menggali informasi bencana

c.  Pengembangan model pengalaman tentang bencana untuk menambah

 pengetahuan tentang IPA, Geografi dan Sejarah.

d.  Kunjungan ke infrastruktur bencana dan infrastruktur keairan yang terkait

dengan bencana untuk menambah pengetahuan anak didik baik SD, SMP,

SMA dan Perguruan Tinggi.

Dalam mensosialisasikan panduan bencana tersebut, satkorlak PB dan para

 pendidik dapat bekerja sama dalam berbagai hal, misalnya:

a.  Memikirkan bersama-sama bagaimana aset bangunan untuk pengendalian

  bencana dapat dipakai sebagai sumber pembelajaran untuk masyarakat dan

sekolah.

 b.  Seminar, diskusi, pelatihan desiminasi mengenai persoalan bencana

5/10/2018 warnet 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/warnet-2 28/32

  53

Studi-studi tentang pengenalan sikap terhadap konservasi air dan pengelolaan

  bencana menunjukkan bahwa jalan yang paling efesien dalam mempengaruhi

sikap orang dewasa adalah dengan pendidikan dan pelajaran anak di sekolah.

Karena umumnya, orang tua akan mendengarkan cerita anaknya tentang pelajaran

apa yang didapatkan di kelas.

Perkenalan proyek ilmu pengetahuan alam khususnya yang terkait dengan

  bencana di dalam kelas akan membuat siswa paham akan realitas air. Gambar,

foto dan visualisasi lainnya seperti film akan sangat membantu bagi anak-anak 

untuk memahami lebih jelas.

2.  Pendidikan Non formal

Pendidikan non formal dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya

  pelatihan untuk para profesional dan pelatih. Pelatihan untuk para profesional

  bertujuan untuk reorientasi pola pikir. Karena reorientasi ini khususnya dalam

 profesi pengelolaan bencana atau profesi yang terkait dengan kebencanaan adalah

cukup penting dengan melihat perkembangan yang cepat dari pengelolaan

  bencana terpadu dalam dekade terakhir. Caranya adalah dengan penawaran

khusus atau lokakarya spesifik yang dimodifikasi dari kuliah-kuliah di

universitas. Stimulasi pola pikir dapat dilakukan dengan peningkatan wawasan

lingkup tradisional bencana yang sebelumnya terfokus hanya pada aspek rekayasa

(engineriering) dengan memasukkan topik-topik antara lain tentang lingkungan,

sosial, ekonomi, institusi, kebijakan politik, hukum, penilaian kebutuhan dan

resolusi konflik dalam pengelolaan bencana.

5/10/2018 warnet 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/warnet-2 29/32

  54

Cara-cara khusus yang dilakukan, antara lain:

a. 

Penyediaan kursus dalam rangka pendekatan keikutsertaan dan kesetaraan

gender 

 b.  Peningkatan pelatihan yang mengikutsertakan para praktisi termasuk pakar 

lingkungan, ekonomi, teknik, sosial, ilmu pengetahuan dan bisnis

c.  Pengembangan modul untuk pelatihan kerja untuk mengejar ketinggalan

dalam teknologi

d.  Pengembangan pelatihan dengan modul pendekatan botttom-up dan teknik 

 baru (teknologi tepat guna)

e.  Tindakan-tindakan untuk memastikan bahwa pengelolaan bencana termasuk 

dalam program gelar fakultas teknik dan fakultas-fakultas lainnya seperti

ekonomi, sosial, lingkungan, biologi dan lain-lain.

Pemahaman masyarakat, individu/keluarga terhadap karakter bencana

merupakan jaminan investasi keselamatan hidup dimasa depan, mengingat

  pengalaman sejarah, peristiwa banjir lebih banyak menyisakan kepiluan dan

  penderitaan sekalipun peristiwa banjir di Indonesia merupakan kejadian yang

selalu berulang, namun begitu mudahnya masyarakat melupakan dasyatnya akibat

yang ditimbulkan. Hal ini terutama terdapat pada yang siklus kejadian cukup

lama, sementara upaya untuk menyediakan media bagi pembelajaran bencana

untuk masyarakat, individu/keluarga belum terencana dengan baik. Akibatnya

selalu panik dan tidak siap. Salah satu hal yang perlu dilakukan adalah

memasyarakatkan pendidikan kebencanaan sehingga mampu memberi jaminan

investasi bagi keselamatan hidup manusia di masa depan (PSB-UGM, 2008).

5/10/2018 warnet 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/warnet-2 30/32

  55

Sesuai dengan yang disampaikan oleh Priyanto (2006), bahwa pada

masyarakat yang berpendidikan tinggi lebih mampu dalam mengurangi risiko,

meningkatkan kemampuan dan menurunkan dampak terhadap kesehatan sehingga

akan berpartisipasi baik sebagai individu atau masyarakat dalam menyiapkan diri

untuk bereaksi terhadap bencana. Aktifitas pendidikan disamping untuk 

  penyediaan informasi adalah mempelajari keterampilan dan pemberdayaan diri

sedemikian rupa sehingga mampu melakukan tindakan yang memungkinkan

untuk mengurangi resiko bahaya bencana

Perkembangan baru kebijakan penanggulangan bencana dalam dekade

terakhir adalah memberikan prioritas utama pada upaya pengurangan resiko

  bencana seperti kegiatan pencegahan, kegiatan mengurangi dampak bencana

(mitigasi) dan kesiapsiagaann dalam menghadapi bencana (Bappenas, 2006).

Proses pendidikan kepada masyarakat terhadap pengetahuan lingkungan hidup

dan keberadaan sumber daya alam sebagai faktor produksi sekaligus sebagai

tatanan kehidupan. Merupakan suatu yang harus dilakukan, yakni tidak mengenal

tempat, waktu dan harus menyentuh kepada setiap warga tanpa terkecuali, disini

yang harus digarisbawahi adalah kebiasaan manusia yang mutlak harus berubah

dan kesadaran moral yang harus mengalami evolusi (Ma’mun, 2007)

2.4. Landasan Teori

Menurut Sarwono (2004), prilaku manusia merupakan hasil dari segala

macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud

5/10/2018 warnet 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/warnet-2 31/32

  56

dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Sesuai juga dengan pendapat Priyanto

(2006), bahwa Pengetahuan terkait dengan persiapan menghadapi bencana pada

kelompok rentan bencana menjadi fokus utama. Berbagai pengalaman menunjukkan

 bahwa kesiapan menghadapi bencana ini seringkali terabaikan pada masyarakat yang

  belum memiliki pengalaman langsung dengan bencana, menumbuhkan sikap dan

  pengetahuan dalam menghadapi bencana ini semakin menjadi bagian penting

khususnya di negara yang seringkali dilanda bencana seperti Indonesia

Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku ke dalam

3 domain (ranah), meskipun ranah tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan

tegas tetapi pembagian tersebut dilakukan untuk tujuan suatu pendidikan adalah

mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain (ranah) perilaku tersebut, yang

terdiri dari ranah kognitif (coognitif domain) dan ranah afektif (affective domain) dan

ranah psikomotor (  psychomotor domain). Dalam perkembangan selanjutnya dan

untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain ini diukur dari

 pengetahuan (Knowledengane), Sikap dan tanggapan (attitude), praktek dan tindakan

(Practice)

Menurut Susanto (2006), bagian terpenting dari persiapan menghadapi

 bencana adalah pendidikan kepada mereka yang terancam bencana. Faktor lain yang

  penting adalah faktor Pendidikan atau Pengetahuan. Faktor Pendidikan dan

Pengetahuan adalah bagian dari kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana

(LIPI-UNESCO/ISDR , 2006)

5/10/2018 warnet 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/warnet-2 32/32

  57

2.5. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan teori yang telah dijelaskan, maka kerangka konseptual penelitian

ini adalah sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel dependen

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Pengetahuan KK

Sikap KK

Pendidikan KK

Kesiapsiagaan Rumah

Tangga menghadapi

banjir