warisan budaya itu bernama benteng somba opu

7
Warisan Budaya itu Bernama Benteng Somba Opu Oleh. Yadi Mulyadi* Ada hal menarik selain politik pra pemilihan gubernur yang saat ini menjadi tema pembicaraan di masyarakat Makassar khususnya di kalangan budayawan, arkeolog, dan sejarawan. Terlebih setelah media cetak maupun elektronik mengangkat tema ini sebagai berita. Walaupun sebenarnya bukan tema baru tetapi tema lama yang seringkali muncul tiga tahun terakhir ini, mulai dari Karebosi, Balla Lompoa, sampai, Benteng Ujungpandang, tetapi kali ini lebih kuat terasa, yaitu mengenai nasib Benteng Somba Opu yang menurut fakta di lapangan maupun opini yang berkembang sementara dalam kondisi ‘teraniaya’. Keberatan masyarakat, menjadi tanda bahwa mereka memiliki kesadaran dan kepedulian pada benteng Somba Opu yang harus dilindungi. Mereka paham bahwa benteng Somba Opu adalah warisan budaya yang perlu dipertahankan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, teknologi, pendidikan, agama, dan kebudayaan. Oleh karena itu, ketika ada pihak-pihak tertentu yang dianggap dapat mengancam keberadaan warisan budaya ini mereka langsung bereaksi. Secara kronologis polemik benteng Somba Opu ini, diawali dengan niat baik dari investor yang kemudian disambut oleh pemerintah propinsi Sulawesi Selatan untuk menjadikan kawasan benteng Somba Opu yang dianggap ‘terlantar’ menjadi objek wisata bertaraf internasional. Hanya saja ketika, pada pelaksanaannya ternyata dianggap dapat merusak benteng Somba Opu, masyarakat pun bergerak maju dan melakukan demonstrasi sebagai wujud penyampaian aspirasi. Terlepas dari itu semua, persoalan yang terkait dengan pengelolaan warisan budaya memang menjadi hal yang sangat penting, terlebih di Sulawesi Selatan yang sangat kaya dengan warisan budaya. Warisan budaya atau disebut pula cagar budaya merupakan salah satu objek kajian para arkeolog untuk mengungkap

Upload: yadi-mulyadi

Post on 29-Jun-2015

111 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Alternatif Pengelolaan Warisan Budaya Benteng Somba Opu di Sulawesi Selatan

TRANSCRIPT

Page 1: Warisan Budaya Itu Bernama Benteng Somba Opu

Warisan Budaya itu Bernama Benteng Somba Opu

Oleh. Yadi Mulyadi*

Ada hal menarik selain politik pra pemilihan gubernur yang saat ini menjadi tema pembicaraan di masyarakat Makassar khususnya di kalangan budayawan, arkeolog, dan sejarawan. Terlebih setelah media cetak maupun elektronik mengangkat tema ini sebagai berita. Walaupun sebenarnya bukan tema baru tetapi tema lama yang seringkali muncul tiga tahun terakhir ini, mulai dari Karebosi, Balla Lompoa, sampai, Benteng Ujungpandang, tetapi kali ini lebih kuat terasa, yaitu mengenai nasib Benteng Somba Opu yang menurut fakta di lapangan maupun opini yang berkembang sementara dalam kondisi ‘teraniaya’.

Keberatan masyarakat, menjadi tanda bahwa mereka memiliki kesadaran dan kepedulian pada benteng Somba Opu yang harus dilindungi. Mereka paham bahwa benteng Somba Opu adalah warisan budaya yang perlu dipertahankan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, teknologi, pendidikan, agama, dan kebudayaan. Oleh karena itu, ketika ada pihak-pihak tertentu yang dianggap dapat mengancam keberadaan warisan budaya ini mereka langsung bereaksi. Secara kronologis polemik benteng Somba Opu ini, diawali dengan niat baik dari investor yang kemudian disambut oleh pemerintah propinsi Sulawesi Selatan untuk menjadikan kawasan benteng Somba Opu yang dianggap ‘terlantar’ menjadi objek wisata bertaraf internasional. Hanya saja ketika, pada pelaksanaannya ternyata dianggap dapat merusak benteng Somba Opu, masyarakat pun bergerak maju dan melakukan demonstrasi sebagai wujud penyampaian aspirasi.

Terlepas dari itu semua, persoalan yang terkait dengan pengelolaan warisan budaya memang menjadi hal yang sangat penting, terlebih di Sulawesi Selatan yang sangat kaya dengan warisan budaya. Warisan budaya atau disebut pula cagar budaya merupakan salah satu objek kajian para arkeolog untuk mengungkap sejarah masa lalu. Merunut pada sejarahnya, kajian tentang ini Bermula dari jaman Antiquarian, embrio cagar budaya dimulai. Dipahami sebagai benda antik, benda kuno, dan benda dari masa lalu yang menarik untuk dikoleksi. Ketika Ilmu kemudian mendekat, bukan lagi sekedar benda antik, benda kuno dari masa lalu yang menarik untuk dikoleksi. Tetapi menjadi objek kajian ilmu pengetahuan dan perlu dilindungi, jadilah Benda Cagar Budaya.

Tidak hanya para antikuarian atau hanya sebatas ilmuan, pemerintah pun ikut peduli dan munculah Monumenten Ordonantie pada tahun 1933 dan kemudian UU No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. Waktu terus melaju, ilmu pengetahuan berkembang, paradigma pun berubah Benda Cagar Budaya tidak lagi “cukup”, munculah Cagar Budaya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempengaruhi perubahan jaman serta perubahan paradigma dewasa ini memang menuntut adanya peraturan perundangan tentang pelestarian

Page 2: Warisan Budaya Itu Bernama Benteng Somba Opu

warisan budaya yang lebih komprehensif. Pengelolaan warisan budaya bukan hanya ditujukan untuk negara saja, tetapi untuk masyarakat. Hal ini tergambarkan dengan jelas dalam UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya yang menggantikan UU No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya karena dianggap sudah tidak relevan dengan perkembangan jaman.

Oleh karena itu, jika kita ‘patuh’ pada peraturan yang ada tentang pengelolaan warisan budaya maka persoalan benteng Somba Opu ini tidak akan terjadi. Jika mengacu pada peraturan tersebut, jelas tidak dapat dipungkiri bahwa benteng Somba Opu ini merupakan cagar budaya atau warisan budaya. Hal ini pun dipertegas dengan dimasukannya benteng Somba Opu sebagai objek vital nasional dengan no penetapan PM.19/UM.101/MKP/2009 yang dikeluarkan oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Ada beberapa faktor yang menjadikan benteng ini sebagai warisan budaya, pertama terkait dengan peranannya di masa lalu yang tak terpisahkan dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaannya, kedua merupakan cerminan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan baik terkait dengan struktur benteng maupun strategi pertahanan, ketiga benteng ini mewakili sebuah mahakarya kejeniusan kreatif manusia, dan keempat benteng Somba Opu merupakan contoh luar biasa dari suatu jenis bangunan, himpunan karya arsitektural atau teknologi serta lansekap yang mencerminkan tahapan atau tahap-tahap penting perjalanan sejarah manusia.

Jadi jelas, benteng Somba Opu adalah warisan budaya dimana segala bentuk pengelolaan maupun pemanfaatan kawasan ini harus mengacu pada peraturan mengenai warisan budaya, yang intinya pada pelestarian benteng Somba Opu sebagai cagar budaya. Dalam kaitannya dengan upaya pemanfaatan kawasan ini sebagai Gowa Discovery Park, di satu sisi memperlihatkan hal positif yaitu ada pihak swasta yang peduli untuk mengembangkan kawasan ini, tapi disisi lain prakarsa yang baik ini tidak ditunjang dengan pemahaman mendalam tentang status benteng Somba Opu yang merupakan warisan budaya. Hal inilah yang kemudian memunculkan protes dari masyarakat, karena mereka beranggapan bahwa pembangunan proyek ini dapat mengancam keberadaan benteng Somba Opu.

Polemik yang terjadi cukup banyak menguras energi, tentu perlu ada langkah nyata, dalam menyikapi persoalan ini, dan apa yang telah dilakukan pemerintah Sulawesi Selatan yang telah menetapkan penghentian sementara proyek ini patut diacungi jempol. Termasuk pembentukan tim evaluasi dan zoning merupakan langkah strategis yang perlu kita apresiasi positif, sehingga tim ini dapat bekerja secepatnya dan menghasilkan rekomendasi yang bermanfaat positif bagi semua pihak. Terutama terkait dengan batas-batas situs atau pembagian zona di kawasan benteng Somba Opu. Sehingga kita dapat mengetahui dengan jelas yang mana area yang merupakan zona inti, zona penunjang, dan zona pengembangan. Dengan demikian, setelah diketahui pembagian zonanya kita tinggal mengacu pada aturan tentang perlakuan di setiap zona yang terdapat di Undang-Undang No. 10 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Semoga hal ini

Page 3: Warisan Budaya Itu Bernama Benteng Somba Opu

menjadi kenyataan di lapangan, dimana tidak ada aktifitas proyek yang merusak keberadaan benteng Somba Opu.

Hal lain yang perlu kita pahami bersama, pemanfaatan situs dan tinggalan akeologi yang notabene merupakan warisan budaya, termasuk dalam hal ini benteng Somba Opu sebagai objek atau daya tarik wisata di Sulawesi Selatan, diharapkan tidak menimbulkan atau meminimalkan dampak negatif pariwisata terhadap warisan budaya tersebut. Peranan ahli arkeologi sangat dituntut untuk lebih mensosialisasikan nilai dan makna warisan budaya kepada masyarakat, pemerintah maupun investor agar tinggalan masa lalu itu tetap lestari. Selain itu, daya dukung lingkungan fisik perlu kiranya diperhatikan dalam kaitannya dengan pemanfaatan benteng Somba Opu ini.

Peluang untuk merealisasikan konsep wisata budaya benteng Somba Opu, saat ini masih terbuka lebar. Hal ini sebenarnya dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi investor yang ingin mengembangkan kawasan benteng Somba Opu. Perlu niat yang tulus dan bersih jika kita ingin mengembangkan kawasan benteng Somba Opu yang bersejarah ini. Jangan hanya berorientasi pada kepentingan ekonomis semata, tetapi harus berorientasi pada pelestarian. Jika upaya pemanfaatan berwawasan pelestarian ini berjalan sesuai dengan koridor, yakin saja akan berdampak pada ekonomis juga. Formula ini pula yang diterapkan negara-negara di Eropa seperti di Yunani dan Roma yang mendulang devisa negara dari aktifitas wisata budaya dan sejarah di negara ini.

Benteng Somba Opu dengan kandungan nilai penting sejarah, budaya, dan ilmu pengetahuan jika dikaitkan dengan perjalanan sejarah bangsa ini layak masuk dalam peringkat nasional cagar budaya. Dan tentu saja, pemanfaatan yang berwawasan pelestarian yang paling tepat dilakukan adalah menjadikannya sebagai objek wisata budaya, sejarah, dan ilmu pengetahuan yang bertaraf internasional. Hal ini bukanlah sesuatu yang mustahil, diberbagai belahan bumi ini, banyak warisan budaya yang kemudian dikembangkan menjadi objek wisata budaya yang karena dikelola dengan benar menjadi objek wisata budaya bertaraf internasional, misalnya Acropholis di Yunani, Pompeii, di Itali, Taj Mahal di India, dan banyak tempat lainnya di dunia. Mari kita belajar dari mereka, keunikan sejarah, budaya dan ilmu pengetahuan yang terkandung di benteng Somba Opu dan warisan budaya lain di kota tercinta inilah yang menjadikan Makassar dan juga Sulawesi Selatan berbeda dengan tempat lain.

Penelitian arkeologis yang belum tuntas di kawasan benteng Somba Opu, seyogyanya dilanjutkan kembali sehingga semakin banyak fakta sejarah yang dapat terungkap. Benteng Somba Opu adalah laboratorium lapangan bagi kajian berbagai macam ilmu pengetahuan dan budaya. Lansekapnya yang khas, dan tinggalan struktur bentengnya yang ada bisa menjadi sarana kita untuk belajar tentang bagaimana bentuk strategi perang yang diterapkan kerajaan Gowa Tallo di masa lalu. Juga belajar tentang bagaimana menghasilkan kualitas batu bata yang

Page 4: Warisan Budaya Itu Bernama Benteng Somba Opu

dapat bertahan selama ratusan tahun, dan banyak hal lainnya yang dapat kita pelajari. Jika hal ini dikemas dengan menarik, tentu benteng Somba Opu menjadi objek wisata budaya yang membuat wisatawan rela datang berkunjung ke tempat ini, apalagi jika pemerintah meningkatkan kualitas sarana dan prasarana penunjang serta aksesibilitas menuju tempat ini.

Banyak ragam paket wisata yang dapat menjadi alternatif pemanfaatan benteng Somba Opu yang berwawasan pelestarian. Misalnya, wisata arkeologi, yang melibatkan wisatawan untuk melihat kegiatan ekskavasi arkeologi di kawasan dalam rangka menelusuri struktur benteng, atau wisata sejarah untuk mengajak wisatawan melihat perjalanan sejarah benteng Somba Opu, atau wisata kolosal yang memperlihatkan tarian atau teater tradisional yang mengisahkan epik perang Makassar, atau pembacaan sinrilik yang mengisahkan sejarah benteng Somba Opu di masa lalu. Jika ini dapat diwujudkan, tentu akan menjadikan benteng Somba Opu sebagai objek wisata budaya bertaraf internasional.

Jika hanya menjadikannya sebagai waterboom, taman burung, dan taman gajah itu hanya menandakan bahwa kita tidak peduli dengan sejarah nenek moyang kita, lebih baik proyek ini dikaji ulang. Objek itu, tetap dapat dikembangkan dengan syarat hanya sebagai objek penunjang bukan objek inti, oleh karena itu tidak boleh dibangun di dalam kawasan benteng Somba Opu dan tidak mengurangi kelayakan pandangan benteng Somba Opu sebagai heritage landscape. Muara sungai Jeneberang dapat dijadikan lokasi pengembangan wisata air, yang mungkin saja akan lebih menarik dibandingkan waterboom. Biarkanlah benteng Somba Opu tetap dikenal sebagai benteng bersejarah di Sulawesi Selatan.

Tetapi apakah, investor dan pemerintah mau berkomitmen untuk mewujudkan ini? Jika tidak mari kita cari investor lain yang orientasinya tidak hanya sekedar orientasi ekonomi semata, yang tidak menjadikan uang sebagai tujuan utama dari setiap investasinya. Tapi saya kira investor ini tidaklah berfikiran sempit dan picik seperti ini, apalagi sang investor merupakan orang Sulawesi Selatan yang berhasil di peratauannya di Bali, dimana di Bali pelestarian budaya menjadi formula sukses yang menjadikan Bali sebagai destinasi utama wisata budaya di Indonesia. Semoga, hati nurani kita, investor dan pemerintah terbuka, dan sadar bahwa kita telah menyimpang dan mengkhianati sejarah sehingga sudah saatnya kita bahu membahu kembali ke jalan yang lurus. Setidaknya dengan begitu, kita tidak perlu takut jika saatnya tiba kita dipertemukan dengan Sultan Hasanuddin, kita dengan lugas dapat menjawab bahwa “warisan sejarah dan budaya kerajaan Gowa Tallo senantiasa kita lestarikan buat masa depan generasi yang akan datang” tentu sang sultan akan tersenyum dan tertawa simpul pada Karaeng Patingaloang yang ada di sampingnya.

* Staf pengajar Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin.