benteng makes

12
Laporan Handoko Atambua, NTTOnline - Benteng lapis tujuh atau yang akrab disebut benteng Makes itu, merupakan salah satu situs sejarah yang unik di daratan pulau Timor sisa peninggalan zaman perang. Benteng tersebut terletak di dusun Nuawain, Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu, NTT. Dalam bahasa daerah (Bunaq) masyarakat Lamaknen menyebutnya Benteng Ranu Hitu Dirun. Diperkirakan benteng yang terletak di utara Belu, yang berbatasan langsung Negara Timor Leste itu, diperkirakan dibangun pada abad XV. Memiliki potensi alam yang natural, benteng Makes merupakan asset daerah yang terbesar dan kini telah menjadi obyek wisata bagi masyarakat daerah Belu, bahkan juga dari daerah luar. Jarak benteng Makes dari ibu Kota Atambua kurang lebih sekitar 45 kilo meter dengan jarak tempuhnya sekira 1 jam 30 menit. Untuk menempuh lokasi situs sejarah itu, pengunjung bisa menggunakan kendaraan roda dua. Terletak diketinggian benteng Makes diselimuti pepohonan yang rimbun dan sejuk. Banteng Makes dibangun dari bebatuan karang yang membentuk lingkaran tujuh lapis. Pengunjung yang akan berwisata harus melalui pintu utamanya kemudian akan berjalan melewati pintu sisanya hingga tiba di tempat utama. Suhu yang dingin dan sejuk membuat pepohonan dan bebatuan dalam kawasan itu ditumbuhi banyak lumut. Didalam benteng itu terdapat sebuah meriam perang. Terdapat pula makam Raja, Permaisuri, panglima perang serta beberapa makam laiinnya dan berbagai tempat ritual.

Upload: richardanceng

Post on 14-Dec-2015

99 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

tempat wisata di belu

TRANSCRIPT

Page 1: Benteng Makes

Laporan HandokoAtambua, NTTOnline - Benteng lapis tujuh atau yang akrab disebut benteng Makes itu, merupakan salah satu situs sejarah yang unik di daratan pulau Timor sisa peninggalan zaman perang. Benteng tersebut terletak di dusun Nuawain, Desa Dirun,  Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu, NTT.

Dalam bahasa daerah (Bunaq) masyarakat Lamaknen menyebutnya Benteng Ranu Hitu Dirun. Diperkirakan benteng yang terletak di utara Belu, yang berbatasan langsung Negara Timor Leste itu, diperkirakan dibangun pada abad XV. Memiliki potensi alam yang natural, benteng Makes merupakan asset daerah yang terbesar dan kini telah menjadi obyek wisata bagi masyarakat daerah Belu, bahkan juga dari daerah luar.

Jarak benteng Makes dari ibu Kota Atambua kurang lebih sekitar 45 kilo meter dengan jarak tempuhnya sekira 1 jam 30 menit. Untuk menempuh lokasi situs sejarah itu, pengunjung bisa menggunakan kendaraan roda dua. Terletak diketinggian benteng Makes diselimuti pepohonan yang rimbun dan sejuk.

Banteng Makes dibangun dari bebatuan karang yang membentuk lingkaran tujuh lapis. Pengunjung yang akan berwisata harus melalui pintu utamanya kemudian akan berjalan melewati pintu sisanya hingga tiba di tempat utama. Suhu yang dingin dan sejuk membuat pepohonan dan bebatuan dalam kawasan itu ditumbuhi banyak lumut. Didalam benteng itu terdapat sebuah meriam perang. Terdapat pula makam Raja, Permaisuri, panglima perang serta beberapa makam laiinnya dan berbagai tempat ritual.

Page 2: Benteng Makes

Pada bagian kanan dan belakang benteng arah pintu masuk, langsung dibatasi jurang yang terjal. Sementara itu disisi kiri dan depan dikelilingi tumbuhan kaktus. Tumbuhan tersebut tumbuh diatas bebabtuan karang di sekitar lokasi benteng itu. Dibagian belakang benteng itu, terdapat semacam sebuah pintu diketinggian yang biasanya digunakan untuk mengintai musuh, karena dari ketinggian itu bisa melihat seluruh wilayah Lamaknen bahkan ke wilayah Maliana-Negara Timor Leste.

Terletak dibalik gunung Lakaan, gunung yang tertinggi di Kabupaten Belu itu, sesekali membuat tempat itu diselimuti kabut. Selain pemandangan benteng yang natural, mata pengunjung juga dimanjakan dengan pesona alam hamparan padang rumpu hijau Fulan Fehan dan Balokama yang membentang luas didepan benteng Makes.

Selain hamparan padang hijau, tanaman kaktus yang tumbuh di antara bebatuan karang dan peternakan tradisional kuda dan sapi milik masyarakat yang dibiarkan bebas berkeliaran semakin memanjakan keindahan alam di balik puncak balik gunung Lakaan itu.

Konon benteng Ranu Hitu Dirun, atau lapis tujuh adalah benteng perang tradisional yang dibangun pada zaman perang antar suku (abad XV). Awal pembangunan benteng itu disepakati bersama para leluhur di Balokama sebuah lokasi yang tidak jauh dari kawasan benteng. Pembangunan benteng Makes itu untuk melemahkan kekuatan Kerajaan Tahakae yang berpusat di Maudemu Lakoto, juga guna mengamankan pusat Kerajaan Dirun yang kala itu berada dalam kawasan benteng dari perang.

Keunikan utama dari Benteng Makes itu yakni, awal pembangunan dikerjakan 30 pasukan perang tapi mulai dari pagi hingga sore hari. Sementara diwaktu malam hingga jelang pagi pengerjaan benteng dilakukan oleh para leluhur dengan kekuatan gain yang dimiliki dan pengerjaan bentengnya selesai dalam waktu tujuh hari tujuh malam.

Rute untuk mencapai kawasan benteng serta hamparan padang hijau Fulan Fehan itu selain menempuh jalur utama ibu Kota Weluli, dapat juga ditempuh melalui jalur alternatif yakni desa Maudemu. ***yansen

Page 3: Benteng Makes

Situs Pra Sejarah Benteng 7 Lapis Makes

Published: Friday, 24 January 2014

Diatas sebuah bukit yang terletak di Kecamatan Lamaknen,terdapat sebuah Benteng peninggalan pra sejarah berlapis 7. Benteng ini sudah ada sejak ribuan tahun silam. Untuk mencapai lokasi benteng ini anda harus menempuh jarak ± 35 km arah utara dari kota Atambua dengan waktu tempuhnya ± 1,5 jam.

Dilihat dari konstruksi bangunan benteng ini dapat dipastikan bahwa benteng tersebut tidak mungkin dikerjakan dengan mengandalkan tenaga manusia karena selain susunan batu yang lebarnya ± 1,5 m, tingginya juga mencapai ± 2,5 m lokasinya sangat luas.

Diyakini bahwa pembangunan benteng ini ada campur tangan dari makluk gaib. Hal ini dibuktikan dengan lapisan benteng yang ke-7,berbentuk lingkaran berdiameter ± 10 m,bila dilakukan ritual adat dalam lingkaran kecil ini, walaupun ditempati oleh 500-1000 orang tidak akan penuh.

Di dalam lapisan ini juga masih ada sebuah meriam peninggalan Portugis yang hingga sekarang masih terawat dengan baik. Selain itu ada juga kuburan-kuburan tua. Sebelum anda mencapai puncak Benteng, anda disuguhi dengan panorama gunung Lakaan yang indah dan menantang.

Aktivitas

Ketika anda be-rada di lokasi ben-teng 7 lapis Makes,anda dapat berjalan-jalan menyusuri lokasi untuk melakukan penelitian ataupun menikmati buah karya para leluhur. Selain itu dari Makes anda dapat berziarah ke Obyek wisata Ro-hani Patung Kris-tus Raja dan Pa-tung Bunda Maria dipuncak gunung

 Akomodasi

Sama seperti lokasi wisata Teluk Gur-ita, di sekitar lokasi Benteng Lapis 7 Makes pun belum disediakan tempat penginapan oleh sebab itu jika anda yang ingin menjelajahi lokasi wisata ini silakan memilih salah satu hotel yang ada di kota Atambua.

 Kuliner

Ketika anda be-rada dilokasi ben-teng 7 lapis Makes, tidak disiapkan tempat untuk memperoleh makan. Yang ada di sekitar lokasi hanyalah makanan tradisional yang diperoleh dari hutan seperti Ubi hutan, kacang hutan yang sudah diproses hingga racunnya hilang. Jadi bagi anda yang hendak ke

 Transportasi

Untuk menjelajahi lokasi wisata Ben-teng Lapis 7 Makes, anda dapat menggunakan jasa transportasi Ojek, Travel, atau mo-bil-mobil rental.

 Belanja

Di sekitar lokasi wisata anda dapat membeli souvenir yang disiapkan seperti : Kain Adat, Tempat siri dari perak, anya-man,atau dari kayu cendana, tas dari tali gewang dan lain seba-gainya.

Page 4: Benteng Makes

Lakaan, juga anda bisa menikmati in-dahnya padang sabana Fulan Fehan.

Benteng lapis 7 Makes diharapkan supaya mem-bawah makanan sendiri.

Pada lapisan ke – 7 (tujuh) benteng ini, yang diameter lingkarannya ± 10 m, konon apabila melakukan upacara ritual adat dalam lingkaran kecil ini, walaupun ditempati ± 500 – 1000 orang, dipercaya tidak akan memenuhi tempat ini Benteng yang terletak di puncak bukit Makes, Desa Dirun ini sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu, benteng ini berjarak ± 2 km dari Dusun Nuawa’in Desa Dirun. Sedangkan jarak dari Kota Atambua menuju Desa Dirun ± 40 km, dengan waktu perjalanan ± 1,5 jam. Benteng Makes menurut cerita masyarakat setempat sudah ada sebelum penguasaan Portugis dan beberapa kali berpindah tangan sampai akhirnya dijaga oleh 3 pahlawan lokal dai 3 suku lokal yaitu suku Loos, suku Sri Gatal, dan suku Monesogo. Tempat ini mempunyai potensi wisata yang sangat besar untuk dikembangkan menjadi salah satu prioritas unggulan oleh Pemda Kabubupaten Belu dalam hal ini Disbudpar Kabupaten Belu. Untuk sementara waktu memang fasilitas sarana dan prasana di benteng ini masih belum memadai.

Secara Geografis Desa Dirun berbatasan dengan :

v  Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tohe kecamatan Raihat

v  Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sisi Fatuberal kecamatan Lamaknen Selatan

v  Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Leowalu kecamatan Lamaknen dan Desa Ekin kecamatan Lamaknen Selatan

v  Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Ma’udemu Kecamatan Lamaknen.

Benteng berlapis tujuh Makes adalah salah satu benteng di Indonesia Khususnya di wilayah Provinsi NTT Kabupaten Belu memang boleh dikatakan ajaib dan sakral karena apabila para pengunjung ingin bertamasyah ke tempat itu tanpa melalui ritual adat maka yang jelas pasti para pengunjung yang sempat bertandan di tempat itu akan mengalami sesuatu hal yang tidak diinginkan, karena untuk mencapai pintu utama benteng ini harus melalui beberapa pintu bersilang yang tidak gampang untuk masuk, mulai dari pintu gerbang sampai pada pintu utama dari benteng berlapis tujuh ini. Saran Mot Dirun terletak di Desa Dirun, yang di dalamnya terdapat 2 (dua ) Dusun yaitu Dusun Nuawa’in dan Dusun Berlo’o.

Keunikan dari Saran Mot Dirun ini adalah :

 Memiliki benteng dalam bentuk pagar batu sebanyak 7 (tujuh) lapis atau tujuh tingkat pertahanan yang tersusun rapi, sangat kuat dan masih asli

Memiliki sebuah meriam tua yang terdapat di depan pintu masuk Saran Mot, meriam ini adalah bekas peninggalan bangsa Portugis

Page 5: Benteng Makes

Dibangun atau disusun rapi dan kuat karena adanya campur tangan dari para makhluk gaib.

Pada lapisan ke – 7 (tujuh) benteng ini, yang diameter lingkarannya ± 10 m, konon apabila melakukan upacara ritual adat dalam lingkaran kecil ini, walaupun ditempati ± Portugis dibangun atau disusun rapi dan kuat karena adanya campur tangan dari para makhluk gaib

Bahwa bangunan benteng ini, tidak mungkin dikerjakan oleh tangan manusia sendiri tetapi menurut kepercayaan masyarakat, benteng ini dibangun atau disusun rapi dan kuat karena adanya campur tangan dari para makhluk gaib.

Untuk memasuki daerah Saran Mot ini, harus didahului dengan upacara adat yaitu meminta izin untuk membuka jalan menuju Saran. Ritual adat ini dilakukan oleh Tisi Antak Ne’an (kepala-kepala suku setempat).

v   Ada 5 (lima) tempat) yang harus dilewati sambil membuat upacara adat untuk membuka jalan atau pintu menuju Saran Mot.

v  Kalau niatnya berkunjung atau sekedar jalan – jalan menuju Saran, syaratnya bisa dengan beras yang dihambur – hamburkan sedikit demi sedikit di tempat – tempat yang sudah ditentukan oleh kepala – kepala suku, kemudian meletakkan sirih pinang dan uang kertas,

v  Kalau mau melakukan suatu upacara adat dalam Saran Mot itu sendiri, syaratnya adalah harus membawa beras, uang kertas, ayam jantan warna apa saja, tetapi khusus pintu terakhir masuk Saran harus ayam jantan warna merah dan sirih pinang.

Saran Mot berfungsi sebagai :

Ø   Tempat bermusyawarah untuk membentuk struktur pemerintahan adat setempat

Ø  Tempat menerima kepala musuh (para meo) sebagai tanda kemenangan dimana para perempuan memukul genderang sambil menari tebe rai ( Likurai ), sedangkan para laki – laki menari biru  (Bidu),

Ø  Tempat mengadakan upacara syukuran  hasil panen pertama berupa jagung dan padi ladang.

Ø  Di bagian luar keliling Saran Mot, terdapat kuburan – kuburan Raja :

Ø   Sebelah kanan pintu keluar Saran adalah kuburan Raja laki – laki ( Raja Dirun I Dasi Manu Loe), masyarakat Lamaknen menyebutnya dengan Bei A Ipino, sebagai Na’I Dirun I.

Ø  Di samping kuburan Raja laki – laki ada kuburan Raja perempuan (Na’i Pana),

Ø  Kuburan di samping kuburan Raja perempuan ini adalah kuburan dari Suku Mamulak.

Ø  Kuburan di bagian kiri dari pintu keluar adalah kuburan  berturut – turut dari Suku Lo’os, Siri Gatal, Kamane dan Mone Walu ( laki – laki ke – 8 ).

Page 6: Benteng Makes

Ø  Kuburan di pintu ke – 6 pintu masuk itu adalah kuburan dari Suku Lo’os (Bei Koi, Nene)

Bahasa yang digunakan sehari – hari oleh masyarakat setempat adalah Bahasa Bunak (Marae).

Di atas bukit benteng bertujuh lapis itu di sekelilingnya dihiasi dengan panorama yang indah dan menakjub, karena disekitar bukit itu ditumbuhi tumbuhan kaktus dengan hamparan alamindah dan luas. Bila ketika kita berdiri tepat di pinggiran bukit itu terlihat jelas Negara tetangga Timor Leste dan wilayah desa-desa lain yang ada di perbatasan. Selain itu juga ada keunikan tersendiri ketika kita memandang ke bagian barat tampak gunung lakaan menjulang megah perkasa, salah gunung tertinggi di pulau Timor. Dan ketika memandang kearah selatan maka akan terlihat dari dekat sebuah lembah yang diberi nama para leluhur lembah Fulan Fehan yang ditumbuhi pepohonan dan kaktus dan tanah berdarah merah.Bila kita memandang ke arah utara akan terlihat juga sebuah lembah Balokama tepatnya diapit oleh bukit benteng bertujuh lapis dan gunung lakaan.

Selain bisa menikmati pemandangan yang indah dan mempesona, juga dapat dinikmati pemandangan  di beberapa Desa di wilayah perbatasan RI-RDTL, seperti Desa Duarato, Kewar, Fulur, Makir,Builalu, Nualain, Lakmaras, Henes, Loonuna, Ekin, Sisi Fatuberal dan Desa Leowalu. Di Desa Dirun ini juga masih banyak peninggalan - peninggalan bersejarah yang masih tersimpan rapi yang duhulunya dipakai untuk upacara-upacara adat (ksadan) seperti Besi dara yang merupakan salah satu tempat keramat apabila orang mau pergi berperang atau mau merantau di tempat inilah dilakukan ritual adat dengan membunuh ayam jantan merah dan babi.

Terdapat pula peninggalan-peninggalan bersejarah rumah-rumah adat Sirigatal, Loos,Kamane, Monewalu Nigi Bokal, Monewalu Ot Hotel, Lepo, Lalis, Alin kabu, Leorawan, Siri Gatal Purbul, Sirigatal Reu Gol, Monewalu Goronto, Uma metan,  serta sebuah bangunan tua tempat kediaman Raja Laku Mali, dan sebuah Kapela tua permanen pertama di Lamaknen yang masih berdiri kokoh di tengah perkampungan Desa Dirun.

Page 8: Benteng Makes

Benteng yang terleta di NTT ini yang lalu, benteng ini berjarak ± 2 km dari Dusun Nuawa’in Desa Dirun. Sedangkan jarak dari Kota Atambua menuju Desa Dirun ± 40 km, dengan waktu perjalanan ± 1,5 jam. Benteng Makes menurut cerita masyarakat setempat sudah ada sebelum penguasaan Portugis dan beberapa kali berpindah tangan sampai akhirnya dijaga oleh 3 pahlawan lokal dai 3 suku lokal yaitu suku Loos, suku Sri Gatal, dan suku Monesogo. Tempat ini mempunyai potensi wisata yang sangat besar untuk dikembangkan menjadi salah satu prioritas unggulan oleh Pemda Kabubupaten Belu dalam hal ini Disbudpar Kabupaten Belu. Untuk sementara waktu memang fasilitas sarana dan prasana di benteng ini masih belum memadai.

Secara Geografis Desa Dirun berbatasan dengan :

v  Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tohe kecamatan Raihat

v  Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sisi Fatuberal kecamatan Lamaknen Selatan

v  Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Leowalu kecamatan Lamaknen dan Desa Ekin kecamatan Lamaknen Selatan

v  Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Ma’udemu Kecamatan Lamaknen.

Benteng berlapis tujuh Makes adalah salah satu benteng di Indonesia Khususnya di wilayah Provinsi NTT Kabupaten Belu memang boleh dikatakan ajaib dan sakral karena apabila para pengunjung ingin bertamasyah ke tempat itu tanpa melalui ritual adat maka yang jelas pasti para pengunjung yang sempat bertandan di tempat itu akan mengalami sesuatu hal yang tidak diinginkan, karena untuk mencapai pintu utama benteng ini harus melalui beberapa pintu bersilang yang tidak gampang untuk masuk, mulai dari pintu gerbang sampai pada pintu utama dari benteng berlapis tujuh ini. Saran Mot Dirun terletak di Desa Dirun, yang di dalamnya terdapat 2 (dua ) Dusun yaitu Dusun Nuawa’in dan Dusun Berlo’o.

Keunikan dari Saran Mot Dirun ini adalah :

 Memiliki benteng dalam bentuk pagar batu sebanyak 7 (tujuh) lapis atau tujuh tingkat pertahanan yang tersusun rapi, sangat kuat dan masih asli

Memiliki sebuah meriam tua yang terdapat di depan pintu masuk Saran Mot, meriam ini adalah bekas peninggalan bangsa Portugis

Dibangun atau disusun rapi dan kuat karena adanya campur tangan dari para makhluk gaib.

Pada lapisan ke – 7 (tujuh) benteng ini, yang diameter lingkarannya ± 10 m, konon apabila melakukan upacara ritual adat dalam lingkaran kecil ini, walaupun ditempati ± Portugis dibangun atau disusun rapi dan kuat karena adanya campur tangan dari para makhluk gaib

Bahwa bangunan benteng ini, tidak mungkin dikerjakan oleh tangan manusia sendiri tetapi menurut kepercayaan masyarakat, benteng ini dibangun atau disusun rapi dan kuat karena adanya campur tangan dari para makhluk gaib

Page 9: Benteng Makes