walikota yogyakarta peraturan walikota … no 76 tahun 2018.pdf · pedoman pengadaan barang/jasa...
TRANSCRIPT
1
WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA
NOMOR 76 TAHUN 2018
TENTANG
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA YOGYAKARTA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Peraturan Presiden
Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah dan percepatan pelaksanaan
belanja Daerah guna percepatan pelaksanaan
pembangunan maka perlu penerapan kebijakan dan
inovasi terhadap pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah;
b.
bahwa berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan
Peraturan Walikota Nomor 123 Tahun 2017 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa di
Lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta ada beberapa
materi yang sudah tidak sesuai dengan situasi dan
kondisi saat ini, sehingga Peraturan Walikota
dimaksud perlu dicabut dan diganti;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Walikota tentang Pedoman Pengadaan
Barang/Jasa Di Lingkungan Pemerintah Kota
Yogyakarta.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar Dalam
Lingkungan Propinsi Djawa Timur, Djawa Tengah,
2
Djawa Barat dan Dalam Daerah Istimewa Jogjakarta
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1955
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 859);
2.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679);
3.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa
Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara
Nomor Republik Indonesia Nomor 6018);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4609) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014, (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 92, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5533);
5. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 33);
6. Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah Nomor 9 Tahun 2018 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Melalui Penyedia
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor
761);
7. Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah Nomor 11 Tahun 2018 tentang Katalog
3
Elektronik (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2018 Nomor 764);
8. Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah Nomor 15 Tahun 2018 tentang Pelaku
Pengadaan Barang/Jasa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 768);
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG PEDOMAN PENGADAAN
BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA
YOGYAKARTA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan:
1. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut
Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan Pengadaan Barang/Jasa oleh
Perangkat Daerah yang dibiayai oleh APBN/APBD yang prosesnya sejak
identifikasi kebutuhan, sampai dengan serah terima hasil pekerjaan.
2. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah pejabat
pemegang kewenangan pengguna anggaran Perangkat Daerah.
3. Kuasa Pengguna Anggaran pada pelaksanaan APBD yang selanjutnya
disingkat KPA adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan
sebagian kewenangan pengguna anggaran dalam melaksanakan sebagian
tugas dan fungsi Perangkat Daerah.
4. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPKom adalah
pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPA untuk mengambil
keputusan dan/atau melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan
pengeluaran anggaran belanja negara/anggaran belanja daerah.
4
5. Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disingkat UKPBJ
adalah unit kerja di Pemerintahan Daerah yang menjadi pusat
keunggulan Pengadaan Barang/Jasa.
6. Kelompok Kerja Pemilihan yang selanjutnya disebut Pokja Pemilihan
adalah sumber daya manusia yang ditetapkan oleh pimpinan UKPBJ
untuk mengelola pemilihan penyedia.
7. Pejabat Pengadaan Barang/Jasa adalah pejabat administrasi/pejabat
fungsional/personel yang bertugas melaksanakan Pengadaan
Barang/Jasa Langsung, Penunjukan Langsung, dan/atau E-purchasing.
8. Pejabat Pemeriksa Hasil Pekerjaan yang selanjutnya disingkat PjPHP
adalah pejabat administrasi/pejabat fungsional/personel yang bertugas
memeriksa administrasi hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa.
9. Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan yang selanjutnya disingkat PPHP
adalah tim yang bertugas memeriksa administrasi hasil pekerjaan
Pengadaan Barang/Jasa.
10. Agen Pengadaan Barang/Jasa adalah UKPBJ atau Pelaku Usaha yang
melaksanakan sebagian atau seluruh pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa
yang diberi kepercayaan oleh Perangkat Daerah sebagai pihak pemberi
pekerjaan.
11. Penyelenggaraan Swakelola adalah Tim yang menyelenggarakan kegiatan
secara Swakelola.
12. Pengelola Pengadaan Barang/Jasa adalah Pejabat Fungsional yang diberi
tugas, tanggungjawab, wewenang, dan hak secara penuh pleh pejabat
yang berwenang untuk melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa.
13. Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disingkat RUP
adalah daftar rencana Pengadaan Barang/Jasa yang akan dilaksanakan
oleh Perangkat Daerah.
14. Layanan Pengadaaan Secara Elektronik adalah layanan pengelolaan
teknologi informasi untuk memfasilitasi pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa secara elektronik.
15. Sistem Pendukung adalah sistem informasi yang dibangun dan
dikembangkan untuk mendukung sistem pengadaan secara elektronik.
5
16. Aparat Pengawas Intern Pemerintah yang selanjutnya disingkat APIP
adalah aparat yang melakukan pengawasan melalui audit, reviu,
pemantauan, evaluasi, dan kegiatan pengawasan lain terhadap
penyelenggaraan tugas dan fungsi Pemerintah Daerah.
17. Pengadaan Barang/Jasa melalui swakelola yang selanjutnya disebut
swakelola adalah cara memperoleh barang/jasa yang dikerjakan sendiri
oleh Perangkat Daerah, Perangkat Daerah lain, Organisasi
kemasyarakatan atau kelompok masyarakat.
18. Organisasi Kemasyarakatan yang selanjutnya disebut Ormas adalah
organisasi yang didirikan dan dibentuk oleh masyarakat secara sukarela
berdasarkan kesamaan aspirasi, kehendak, kebutuhan, kepentingan,
kegiatan, dan tujuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan demi
tercapainya tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila.
19. Kelompok Masyarakat adalah kelompok masyarakat yang melaksanakan
Pengadaan Barang/Jasa dengan dukungan anggaran belanja dari
APBN/APBD.
20. Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia adalah cara memperoleh
barang/jasa yang disediakan oleh Pelaku Usaha.
21. Pelaku Usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik
yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang
didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah
hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama
melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai
bidang ekonomi.
22. Penyedia Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut Penyedia
adalah Pelaku Usaha yang menyediakan barang/jasa berdasarkan
kontrak.
23. Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud,
bergerak maupun tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai,
dipergunakan atau dimanfaatkan oleh Pengguna Barang.
6
24. Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian kegiatan yang
meliputi pembangunan, pengoprasian, pemeliharaan, pembokaran, dan
pembangunan kembali suatu bangungan.
25. Jasa Konsultansi adalah jasa layanan profesional yang membutuhkan
keahlian tertentu diberbagai bidang keilmuan yang mengutamakan
adanya olah pikir.
26. Jasa Lainnya adalah jasa non-Konsultansi atau jasa yang membutuhkan
peralatan, metodologi khusus, dan/atau keterampilan dalam suatu
sistem tata kelola yang telah dikenal luas di dunia usaha untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan.
27. Harga Perkiraan Sendiri yang selanjutnya disingkat HPS adalah
perkiraan harga barang/jasa yang ditetapkan oleh PPKom.
28. Pembelian Secara Elektronik yang selanjutnya disebut E-purchasing
adalah tata cara pembelian barang/jasa melalui sistem katalog
elektronik.
29. Tender adalah metode pemilihan untuk mendapatkan Penyedia
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya.
30. Seleksi adalah metode pemilihan untuk mendapatkan Penyedia Jasa
Konsultansi.
31. Penunjukan Langsung adalah metode pemilihan untuk mendapatkan
Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya
dalam keadaan tertentu.
32. Pengadaan Barang/Jasa Langsung Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya adalah metode pemilihan untuk mendapatkan Penyedia
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling banyak
Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
33. Pengadaan Barang/Jasa Langsung Jasa Konsultansi adalah metode
pemilihan untuk mendapatkan Penyedia Jasa Konsultansi yang bernilai
paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
34. E-reverse Auction adalah metode penawaran harga secara berulang.
7
35. Dokumen Pemilihan adalah dokumen yang ditetapkan oleh Pokja
Pemilihan/Pejabat Pengadaan/Agen Pengadaan yang memuat informasi
dan ketentuan yang harus ditaati oleh para pihak dalam pemilihan
Penyedia.
36. Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut Kontrak
adalah perjanjian tertulis antara PA/KPA/PPKom dengan penyedia
Barang/Jasa atau pelaksana swakelola.
37. Pemutusan Kontrak adalah tindakan yang dilakukan oleh Pejabat
Penandatangan Kontrak atau Penyedia untuk mengakhiri berlakunya
Kontrak karena alasan tertentu.
38. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah.
39. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri dan
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi
kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
40. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih
atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang tentang Usaha Mikro, Kecil san Menengah.
41. Surat Jaminan yang selanjutnya disebut jaminan adalah jaminan tertulis
yang dikeluarkan oleh Bank Umum/Perusahaan
Penjaminan/Perusahaan Asuransi lembaga keuangan khusus yang
menjalankan usaha dibidang pembiayaan, penjaminan, dan asuransi
untuk mendorong ekspor Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang lembaga pembiayaan ekspor Indonesia.
8
42. Sanksi Daftar Hitam adalah sanksi yang diberikan kepada peserta
pemilihan/Penyedia berupa larangan mengikuti Pengadaan Barang/Jasa
di seluruh Perangkat Daerah dalam jangka waktu tertentu.
43. Pengadaan Barang/Jasa Berkelanjutan adalah Pengadaan Barang/Jasa
yang bertujuan untuk mencapai nilai manfaat yang menguntungkan
secara ekonomis tidak hanya untuk Perangkat Daerah sebagai
penggunanya tetapi juga untuk masyarakat, serta signifikan mengurangi
dampak negatif terhadap lingkungan dalam keseluruhan siklus
penggunaannya.
44. Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa adalah strategi Pengadaan
Barang/Jasa yang menggabungkan beberapa paket Pengadaan
Barang/Jasa sejenis.
45. Keadaan Kahar adalah suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak para
pihak dalam kontrak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya, sehingga
kewajiban yang ditentukan dalam kotrak menjadi menjadi tidak dapat
dipenuhi.
46. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Kepala Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
yang menjadi kewenangan Daerah.
47. Walikota adalah Walikota Yogyakarta.
48. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
49. Daerah adalah Kota Yogyakarta.
50. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat.
Pasal 2
Ruang lingkup Peraturan Walikota ini meliputi Pengadaan Barang/Jasa yang
pembiayaanya baik sebagian atau seluruhnya bersumber dari APBD dan
dilaksanakan oleh Perangkat Daerah dilingkungan Pemerintah Daerah,
termasuk Pengadaan Barang/jasa yang sebagian atau seluruh dananya
bersumber dari pinjaman dalam negeri dan/atau hibah dalam negeri yang
diterima oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.
9
Pasal 3
(1) Pengadaan Barang/jasa dalam Peraturan Walikota ini terdiri dari :
a. Barang/Jasa;
b. Pekerjaan Konstruksi;
c. Jasa Konsultansi; dan
d. Jasa Lainnya.
(2) Pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara
terintegrasi.
(3) Pengadaan Barang/jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan dengan cara:
a. Swakelola; dan/atau
b. Penyedia.
BAB II Pasal 4
UKPBJ
(1) Walikota membentuk UKPBJ yang memiliki tugas menyelenggarakan
dukungan Pengadaan Barang/Jasa pada Pemerintah Daerah.
(2) UKPBJ sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki fungsi :
a. Pengelolaan Pengadaan Barang/Jasa;
b. Pengelolaan layanan pengadaan secara elektronik;
c. Pembinaan Sumber Daya Manusia dan Kelembagaan Pengadaan
Barang/Jasa;
d. Pelaksanaan pendampingan, konsultasi, dan/atau Bimbingan Teknis.
(3) Ketentuan berkaitan dengan UKPBJ mengacu pada Peraturan Walikota
yang mengatur tentang Susunan Organisasi, Kedudukan, Tugas, Fungsi
dan Tata Kerja Sekretariat Daerah Kota Yogyakarta.
BAB III
PELAKU PENGADAAN BARANG/JASA Bagian Kesatu
Umum
Pasal 5
(1) Pelaku Pengadaan Barang/Jasa terdiri atas:
a. PA;
10
b. KPA;
c. PPKom;
d. Pejabat Pengadaan Barang/Jasa;
e. Pokja Pemilihan;
f. Agen Pengadaan Barang/Jasa;
g. PjPHP/PPHP;
h. Penyelenggara Swakelola; dan
i. Penyedia.
(2) Pengangkatan dan pemberhentian pejabat sebagaimana disebut pada
ayat (1) tidak terikat tahun anggaran.
(3) Proses dan prosedur pengangkatan pelaku pengadaan mengacu pada
Peraturan Walikota tentang Pedoman Pelaksanaan APBD.
Bagian Kedua
Pengguna Anggaran
Pasal 6
(1) PA merupakan Kepala Perangkat Daerah.
(2) Penunjukan Kepala Perangkat Daerah sebagai PA sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Walikota.
(3) PA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a mempunyai
tugas dan kewenangan sebagai berikut:
a. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran
belanja;
b. mengadakan perjanjian dengan pihak lain dalam batas anggaran
belanja yang telah ditetapkan;
c. menetapkan perencanan Pengadaan Barang/Jasa;
d. menetapkan dan mengumumkan RUP;
e. melaksanakan Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa;
11
f. menetapkan Penunjukan Langsung untuk Tender/Seleksi ulang
gagal;
g. menetapkan PPKom;
h. menetapkan Pejabat Pengadaan Barang/Jasa;
i. menetapkan PjPHP/PPHP;
j. menetapkan Penyelenggara Swakelola;
k. menetapkan Tim Teknis;
l. menetapkan Tim Juri/Tim Ahli untuk pelaksanaan melalui
Sayembara/Kontes;
m. menyatakan Tender Gagal/Seleksi gagal dalam hal terjadi KKN yang
melibatkan Pokja Pemilihan/PPKom; dan
n. menetapkan pemenang pemilihan/Penyedia untuk metode
pemilihan:
1. Tender/Penunjukan Langsung/E-Purchasing untuk paket
Pengadaan Barang/Jasa Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya dengan nilai Pagu Anggaran paling sedikit di atas Rp
100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah); atau
2. Seleksi/Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan
Barang/Jasa, Jasa Konsultansi dengan nilai Pagu Anggaran
paling sedikit di atas Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah).
(4) PA untuk pengelolaan APBD dapat melimpahkan kewenangan huruf a
sampai huruf f kepada KPA.
(5) Tim Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf k merupakan
Pengelola Pengadaan Barang/Jasa atau tim yang ditetapkan oleh PA
untuk membantu, memberi masukan dan melaksanakan tugas tertentu
dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.
(6) Tim atau Tenaga Ahli sebagaimana dimaksud ayat (3) huruf l merupakan
tim ahli atau perorangan yang mempunyai keahlian dan kemampuan
untuk memberi masukan dan penjelasan kepada Pelaku Pengadaan
Barang/Jasa terkait dengan keahliannya.
12
Bagian Ketiga
Kuasa Pengguna Anggaran
Pasal 7
(1) KPA pada pelaksanaan APBD merupakan pejabat yang diberi kuasa
untuk melaksanakan sebagian kewenangan Pengguna Anggaran dalam
melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Perangkat Daerah.
(2) KPA merupakan pejabat yang ditetapkan oleh Walikota atas usulan PA.
(3) KPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b mempunyai
tugas dan kewenangan sebagai berikut:
a. melaksanakan pendelegasian sesuai pelimpahan dari PA.
b. menjawab sanggah banding peserta tender pekerjaan konstruksi.
c. dapat mendelegasikan kewenangan kepada PPKom yang berkaitan
dengan:
1. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran
belanja; dan/atau
2. mengadakan ikatan/perjanjian dengan pihak lain dalam batas
anggaran yang telah ditetapkan.
(4) KPA dapat dibantu oleh Pengelola Pengadaan Barang/Jasa; dan/atau
(5) Dalam hal tidak ada personel yang dapat ditunjuk sebagai PPKom, KPA
dapat merangkap sebagai PPKom.
(6) Apabila KPA merangkap sebagai PPKom sebagaimana dimaksud pada
ayat (5), KPA memiliki tugas dan kewenangan sebagai berikut:
a. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran
belanja;
b. mengadakan perjanjian dengan pihak lain dalam batas anggaran
belanja yang telah ditetapkan;
c. menetapkan perencanaan Pengadaan Barang/Jasa;
d. menetapkan dan mengumumkan RUP;
e. melaksanakan konsolidasi Pengadaan Barang/jasa;
13
f. menetapkan penunjukan langsung untuk Tender/Seleksi ulang
gagal;
g. menyusun perencanaan Pengadaan Barang/Jasa;
h. menetapkan spesifikasi teknis/Kerangka Acuan Kerja (KAK);
i. menetapkan rancangan kontrak;
j. menetapkan HPS;
k. menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan kepada
penyedia;
l. mengusulkan perubahan jadwal kegiatan;
m. menetapkan tim pendukung;
n. menetapkan tim atau tenaga ahli;
o. melaksanakan E-Purchasing untuk nilai paling sedikit diatas Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah);
p. menetapkan Surat penunjukan penyedia barang/jasa;
q. mengendalikan kontrak;
r. melaporkan pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan kepada PA;
s. menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada PA
dengan berita acara penyerahan;
t. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan
kegiatan;
u. menilai kinerja penyedia;
v. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran
belanja; dan
w. mengadakan dan menetapkan perjanjian dengan pihak lain dalam
batas anggaran belanja yang telah ditetapkan.
14
Bagian Keempat
Pejabat Pembuat Komitmen
Pasal 8
(1) PA menetapkan PPKom pada Perangkat Daerah masing-masing.
(2) Persyaratan untuk dapat ditetapkan sebagai PPKom terdiri atas :
a. memiliki integritas dan disiplin;
b. menandatangani Pakta Integritas;
c. memiliki Sertifikat Kompetensi sesuai dengan bidang tugas PPKom
atau jika belum memiliki sertifikat kompetensi wajib memiliki
Sertifikat Keahlian Tingkat Dasar sampai dengan 31 Desember
2023;
d. berpendidikan paling rendah Sarjana Strata Satu (S1) atau paling
kurang golongan III/a atau disetarakan dengan golongan III/a;
e. memiliki kemampuan manajerial level 3 sesuai dengan ketentuan
peraturan Perundang-undangan; dan
f. dapat ditambahkan dengan memiliki latar belakang keilmuan dan
pengalaman yang sesuai dengan tuntutan teknis pekerjaan.
(3) PPKom merupakan Pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPA untuk
mengambil keputusan dan/atau melakukan tindakan yang dapat
mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja daerah.
(4) PPKom dalam Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (1) huruf c memiliki tugas sebagai berikut :
a. menyusun perencanaan Pengadaan Barang/Jasa;
b. menetapkan spesifikasi teknis/Kerangka Acuan Kerja (KAK);
c. menetapkan rancangan kontrak;
d. menetapkan HPS;
e. menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan kepada
Peyedia;
f. mengusulkan perubahan jadwal kegiatan;
g. menetapkan tim pendukung;
h. menetapkan tim atau tenaga ahli;
i. melaksanakan E-Purchasing untuk nilai paling sedikit diatas Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah);
j. menetapkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;
k. mengendalikan kontrak;
l. melaporkan pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan kepada
PA/KPA;
15
m. menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada PA/KPA
dengan berita acara penyerahan;
n. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan
kegiatan; dan
o. menilai kinerja penyedia.
(5) Tim Pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf g dapat
dibentuk dalam rangka membantu untuk urusan yang bersifat
administrasi/keuangan kepada PA/KPA/PPKom/Pokja Pemilihan.
(6) Tim atau Tenaga Ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf h dapat
berbentuk tim atau perorangan dalam rangka memberi masukan dan
penjelasan/pendampingan/pengawasan terhadap sebagian atau seluruh
pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.
(7) PPKom dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dapat dibantu oleh Pengelola Pengadaan Barang/Jasa dan/atau Pejabat
Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK).
(8) PPTK sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dalam pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa ditunjuk sesuai dengan peraturan perundang-
perundangan
(9) Selain melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (4), PPKom
melaksanakan tugas pelimpahan kewenangan dari PA/KPA, meliputi:
a. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran
belanja; dan
b. mengadakan dan menetapkan perjanjian dengan pihak lain dalam
batas anggaran belanja yang telah ditetapkan.
(10) PPKom dapat dijabat oleh:
a. pengelola Pengadaan Barang/Jasa atau Aparatur Sipil Negara di
Lingkungan Perangkat Daerah;
b. personil selain sebagaimana dimaksud pada huruf a ayat ini.
(11) PPKom tidak boleh dirangkap oleh:
a. Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPSPM) atau
Bendahara;
b. Pejabat Pengadaan Barang/Jasa atau Pokja Pemilihan untuk paket
Pengadaan Barang/Jasa yang sama; atau
c. PjPHP/PPHP untuk paket Pengadaan Barang/Jasa yang sama.
(12) Dalam hal terjadi pergantian PPKom, dilakukan serah terima jabatan
kepada pejabat yang baru.
16
Bagian Kelima
Pejabat Pengadaan Barang/Jasa
Pasal 9
(1) Pejabat Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (1) huruf d merupakan pejabat administrasi/pejabat
fungsional/personel yang ditetapkan oleh PA/KPA untuk melaksanakan
Pengadaan Barang/Jasa Langsung, Penunjukan Langsung, dan/atau E-
Purchasing.
(2) Pejabat Pengadaan Barang/Jasa dalam Pengadaan Barang/Jasa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki tugas sebagai berikut :
a. melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Langsung;
b. melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Penunjukan Langsung
untuk Pengadaan Barang/Jasa/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
yang bernilai paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah);
c. melaksanakan persiapan dan pelaksanaan penunjukan Langsung
untuk Pengadaan Barang/Jasa Konsultansi yang bernilai paling
banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah); dan
d. melaksanakan E-Purchasing yang bernilai paling banyak Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
(3) Untuk dapat ditetapkan sebagai Pejabat Pengadaan Barang/Jasa harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. merupakan Pengelola Pengadaan Barang/Jasa atau;
b. Aparatur Sipil Negara, personel lainnya yang memiliki Sertifikat
Kompetensi Okupasi Pejabat Pengadaan Barang/Jasa;
c. memiliki integritas dan disiplin; dan
d. menandatangani Pakta Integritas.
(4) Pejabat Pengadaan Barang/Jasa tidak boleh merangkap sebagai:
a. Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar (PPSPM) dan
Bendahara; atau
b. PjPHP untuk paket Pengadaan Barang/Jasa yang sama.
17
Bagian Keenam
Kelompok Kerja Pemilihan
Pasal 10
(1) Pimpinan UKPBJ pada Pemerintah Daerah menetapkan Pokja Pemilihan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf e.
(2) Pokja Pemilihan dalam Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1)memiliki tugas sebagai berikut :
a. melaksanakan persiapan dan pelaksanaan pemilihan Penyedia;
b. melaksanakan persiapan dan pelaksanaan pemilihan Penyedia
untuk katalog elektronik; dan
c. melaksanakan Tender/Seleksi/Penunjukan Langsung untuk Paket
Pengadaan Barang/Jasa;
d. menetapkan pemenang pemilihan/Penyedia untuk metode
pemilihan:
1. Tender/Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan
Barang/Jasa/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai
Pagu Anggaran paling banyak Rp 100.000.000.000,00 (seratus
milyar rupiah); dan
2. Seleksi/Penunjukan Langsung untuk paket Pengadan Jasa
Konsultansi dengan nilai Pagu Anggaran paling banyak Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah).
(3) Pokja Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beranggotakan 3
(tiga) orang.
(4) Dalam hal berdasarkan pertimbangan kompleksitas pemilihan Penyedia,
anggota Pokja Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
ditambah sepanjang berjumlah gasal.
(5) Pokja Pemilihan ditetapkan dan melaksanakan tugas untuk setiap paket
Pengadaan Barang/Jasa.
(6) Untuk dapat ditetapkan sebagai Pokja Pemilihan harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. merupakan Pengelola Pengadaan Barang/Jasa atau Aparatur Sipil
Negara, personel lainnya yang memiliki Sertifikat Kompetensi
Okupasi Pokja Pemilihan;
b. memiliki integritas dan disiplin;
c. menandatangani Pakta Integritas; dan
d. dapat bekerja sama dalam tim.
18
(7) Pokja Pemilihan tidak boleh merangkap sebagai :
a. Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar (PPSPM) atau
Bendahara; dan
b. PPHP untuk paket Pengadaan Barang/Jasa yang sama.
Bagian Ketujuh
Agen Pengadaan Barang/Jasa
Pasal 11
(1) Agen Pengadaan Barang/Jasa adalah UKPBJ atau Pelaku Usaha yang
melaksanakan sebagian atau seluruh pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa
yang diberi kepercayaan oleh Perangkat Daerah sebagai pihak pemberi
pekerjaan.
(2) Ketentuan pelaksanaan tugas Agen Pengadaan Barang/Jasa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mutatis mutandis dengan tugas
Pokja Pemilihan dan/atau PPKom.
(3) Agen Pengadaan Barang/Jasa digunakan untuk meminimalisir resiko
hambatan/kegagalan penyelesaian pekerjaan, dalam hal :
a. satuan kerja tidak didesain untuk Pengadaan Barang/Jasa;
b. aspek struktur dan anggaran Pemerintah Daerah yang kecil;
c. beban kerja Sumber Daya Manusia UKPBJ telah melebihi
perhitungan análisis beban kerja;
d. kompetensi Sumber Daya Manusia yang dibutuhkan tidak dapat
dipenuhi oleh UKPBJ yang tersedia; atau
e. apabila diserahkan kepada Agen Pengadaan Barang/Jasa akan
memberikan nilai tambah dari pada dilakukan oleh UKPBJ-nya
sendiri.
(4) Kriteria Agen Pengadaan Barang/Jasa:
a. UKPBJ untuk dapat menjadi Agen Pengadaan Barang/Jasa harus
memenuhi persyaratan:
1. Kematangan UKPBJ minimal level 3 (tiga) termuat dalam sistem
informasi kelembagaan Pengadaan Barang/Jasa yang
diselenggarakan oleh LKPP; dan
2. Memiliki Sumber Daya Manusia dengan kompetensi Pengadaan
Barang/Jasa.
b. pelaku usaha berbentuk Badan Usaha untuk dapat menjadi Agen
Pengadaan Barang/Jasa harus memenuhi persyaratan:
1. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah memenuhi
kewajiban perpajakan tahun terakhir;
19
2. menandatangani Pakta Integritas;
3. memenuhi syarat melaksanakan usaha dibidang jasa konsultasi;
4. tidak sedang dikenakan Sanksi Daftar Hitam;
5. keikutsertaannya tidak menimbulkan pertentangan kepentingan;
6. tidak dalam pengawasan pengadilan dan/atau sedang menjalani
sanksi pidana;
7. memiliki pengalaman dibidang Pengadaan Barang/Jasa, kecuali
untuk Badan Usaha yang baru berdiri paling lama 3 (tiga) tahun;
8. mempunyai Sumber Daya Manusia yang memiliki kompetensi
Pengadaan Barang/Jasa sesuai dengan tugas Pokja Pemilihan;
dan
9. mempunyai Sumber Daya Manusia yang memiliki kompetensi
teknis sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan pekerjaan.
c. Pelaku Usaha perorangan untuk dapat menjadi Agen Pengadaan
Barang/Jasa harus memenuhi persyaratan:
1. memiliki identitas kewarganegaraan Indonesia berupa Kartu
Tanda Penduduk (KTP);
2. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah memenuhi
kewajiban perpajakan tahun terakhir;
3. menandatangani Pakta Integritas;
4. tidak sedang dikenakan Sanksi Daftar Hitam;
5. keikutsertannya tidak menimbulkan pertentangan kepentingan;
6. tidak dalam pengawasan pengadilan dan/atau sedang menjalani
sanksi pidana;
7. memiliki kompetensi bidang Pengadaan Barang/Jasa; dan
8. memiliki pengalaman terkait dengan pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
d. Kompetensi Pengadaan Barang/Jasa ditunjukkan dengan sertifikat
kompetensi dikeluarkan oleh LKPP dan/atau lembaga lain yang
telah terakreditasi internasional.
e. Agen Pengadaan Barang/Jasa memiliki kewenangan sebagai berikut:
1. agen pengadaan Barang/Jasa berwenang melaksanakan proses
pemilihan penyedia;
2. proses pemilihan penyedia dapat secara sebagian atau
keseluruhan tahapan;
3. agen Pengadaan Barang/Jasa berkewajiban menyelesaikan
permasalahan akibat dari pelaksanaan proses pemilihan
Penyedia yang dilaksanakannya; dan
20
4. permasalahan yang dimaksud adalah permasalahan yang
mungkin ditemukan dikemudian hari oleh Aparat yang
berwenang dan/atau Aparat Berwajib.
Bagian Kedelapan
Pejabat/Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan
Pasal 12
(1) PjPHP/PPHP mempunyai tugas :
a. memeriksa administrasi hasil pekerjaan Pengadaan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling
banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan Jasa
Konsultansi yang bernilai paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus
juta rupiah);
b. memeriksa administrasi hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa.
(2) Pemeriksaan administrasi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
huruf b mencakup :
a. kelengkapan dokumen administrasi sejak perencanaan Pengadaan
Barang/Jasa sampai dengan serah terima pekerjaan; dan
b. hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya yang bernilai paling sedikit diatas Rp 200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah) dan Jasa Konsultansi yang bernilai paling sedikit
diatas Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
(3) PjPHP/PPHP harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. memiliki integritas dan disiplin;
b. memiliki pengalaman dibidang Pengadaan Barang/Jasa;
c. memahami administrasi proses Pengadaan barang/jasa; dan
d. menandatangani Pakta Integritas.
(4) Dokumen yang harus diperiksa oleh PjPHP/PPHP meliputi:
a. Dokumen program/penganggaran;
b. Surat penetapan PPKom;
c. Dokumen perencanaan Pengadaan Barang/Jasa;
d. RUP/SiRUP;
e. Dokumen persiapan Pengadaan Barang/Jasa;
f. Dokumen pemilihan penyedia;
g. Dokumen kontrak dan perubahannya serta pengendaliannya; dan
h. Dokumen serah terima hasil pekerjaan.
21
(5) PjPHP/PPHP dilarang dirangkap oleh Pejabat Penandatanganan Surat
Perintah Membayar (PPSPM) atau Bendahara;
(6) Pengangkatan dan pemberhentian PjPHP/PPHP tidak terikat tahun
anggaran dan dilaksanakan sesuai ketentuanperaturan perundang-
undangan.
Bagian Kesembilan
Penyelenggara Swakelola
Pasal 13
(1) Penyelenggara Swakelola terdiri atas :
a. Tim Persiapan;
b. Tim Pelaksana; dan
c. Tim Pengawas.
(2) Tugas masing-masing Tim Penyelenggara Swakelola sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut :
a. tim persiapan memiliki tugas menyusun sasaran, rencana kegiatan,
jadwal pelaksanaan dan rencana biaya;
b. tim pelaksana memiliki tugas melaksanakan, mencatat,
mengevaluasi dan melaporkan secara berkala kenajuan pelaksanaan
kegiatan dan penyerapan anggaran; dan
c. tim pengawas memiliki tugas mengawasi persiapan dan pelaksanaan
fisik maupun administrasi swakelola.
(3) Penetapan Personel Penyelenggara Swakelola sebagai berikut :
a. swakelola tipe I : Tim Persiapan, Tim Pengawasan dan Tim
Pelaksana merupakan Pegawai Perangkat Daerah yang ditetapkan
oleh PA/KPA
b. swakelola tipe II : Tim Persiapan dan Tim Pengawas merupakan
Pegawai Perangkat Daerah yang ditetapkan oleh PA/KPA, Tim
Pelaksana merupakan Pegawai Perangkat Daerah yang ditetapkan
oleh Pimpinan PerangkatDaerah lain Pelaksana Swakelola.
c. swakelola tipe III : Tim Persiapan dan Tim Pengawas merupakan
Pegawai Perangkat Daerah yang ditetapkan oleh PA/KPA, Tim
Pelaksana merupakan Pengurus/Anggota Organisasi
Kemasyarakatan yang ditetapkan oleh pimpinan organisasi
kemasyarakatan pelaksana swakelola.
22
d. swakelola tipe IV :Tim Persiapan, Tim Pengawas dan Tim Pelaksana
merupakan Pengurus/Anggota Kelompok Masyarakat pelaksana
swakelola yang ditetapkan oleh Pimpinan Kelompok Masyarakat
Pelaksana Swakelola.
Bagian Kesepuluh Penyedia
Pasal 14
(1) Penyedia wajib memenuhi kualifikasi sesuai dengan barang/jasa yang
diadakan dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Syarat kualifikasi yang harus dipenuhi oleh penyedia meliputi:
a. administrasi /legalitas penyedia;
b. teknis penyedia barang/jasa; dan
c. kemampuan keuangan.
(3) Penyedia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab atas:
a. pelaksanaan kontrak;
b. kualitas barang/jasa;
c. ketepatan perhitungan jumlah atau volume;
d. ketepatan waktu penyerahan; dan
e. ketepatan tempat penyerahan.
(4) Persyaratan Kualifikasi Administrasi / Legalitas Penyedia sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a sebegai berikut :
a. Penyedia Badan Usaha :
1. memiliki izin usaha sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, antara lain di bidang pekerjaan konstruksi,
perdagangan, jasa lainnya, atau jasa konsultansi sesuai dengan
skala usaha (segmentasi/klasifikasi), kategori/golongan/sub
golongan/kelompok atau kualifikasi lapangan usaha;
2. untuk usaha perorangan tidak diperlukan izin usaha;
3. memiliki Tanda Daftar Perusahaan (TDP);
4. memiliki NPWP dan telah memenuhi kewajiban perpajakan
tahun pajak terakhir (SPT tahunan);
5. mempunyai atau menguasai tempat usaha/kantor dengan
alamat yang benar, tetap dan jelas berupa milik sendiri atau
sewa;
6. secara hukum mempunyai kapasitas untuk meningkatkan diri
pada kontrak yang dibuktikan dengan :
23
a) Akta Pendirian Perusahaan dan/atau perubahannya;
b) Surat Kuasa; dan
c) Kartu Tanda Penduduk.
7. Surat pernyataan pakta integritas meliputi:
a) tidak akan melakukan praktek Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme;
b) akan melaporkan kepada PA/KPA jika mengetahui terjadinya
praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dalam proses
Pengadaan Barang/Jasa ini;
c) akan mengikuti proses Pengadaan Barang/Jasa secara
bersih, transparan dan profesional untuk memberikan hasil
kerja terbaik sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
d) apabila melanggar hal-hal yang dinyatakan pada ketiga point
diatas maka bersedia menerima sanksi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
8. Surat pernyataan yang ditandatangani peserta yang berisi :
a) yang bersangkutan dan manajemennya tidak dalam
pengawasan pengadilan, tidak pailit, dan kegiatan usahanya
tidak sedang dihentikan;
b) yang bersangkutan berikut pengurus badan usaha tidak
sedang dikenakan sanksi daftar hitam;
c) yang bertindak untuk dan atas nama badan usaha tidak
sedang dalam menjalani sanksi pidana;
d) pimpinan dan pengurus badan usaha bukan sebagai pegawai
Perangkat Daerah atau pimpinan dan pengurus badan usaha
sebagai pegawai pegawai Perangkat Daerah yang sedang
mengambil cuti diluar tanggungan Negara;
e) pernyataan lain yang menjadi syarat kualifikasi yang
tercantum dalam Dokumen Pemilihan; dan
f) data kualifikasi yang diisikan.
24
BAB IV
PERENCANAAN PENGADAAN BARANG/JASA Bagian Kesatu
Umum
Pasal 15
(1) Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa dimulai dari identifikasi
kebutuhan barang/jasa berdasarkan Rencana Kerja Perangkat Daerah.
(2) Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa menjadi masukan dalam
penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perangkat Daerah (RKA
Perangkat Daerah).
(3) Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa yang dananya bersumber dari
Anggaran Pendapatan, dan Belanja Daerah (APBD) dilakukan bersamaan
dengan proses penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)
Perangkat Daerah setelah Nota kesepakatan kebijakan umum APBD
serta prioritas dan plafon anggaran sementara (KUA-PPAS).
(4) Ruang lingkup perencanaan Pengadaan Barang/Jasa meliputi :
a. Identifikasi kebutuhan;
b. Penetapan barang/jasa;
c. Cara Pengadaan Barang/Jasa;
d. Jadwal Pengadaan Barang/Jasa;
e. Anggaran Pengadaan barang/jasa; dan
f. RUP.
(5) Perencanaan pengadaan barang/jasa sebagaimana disebut pada ayat (4)
dituangkan dalam dokumen perencanaan.
Bagian Kedua Identifikasi Kebutuhan
Pasal 16
(1) Identifikasi Kebutuhan Barang/Jasa dilakukan dengan memperhatikan :
a. prinsip efesiensi dan efektif dalam Pengadaan Barang/Jasa;
b. aspek Pengadaan Barang/Jasa berkelanjutan;
c. penilaian prioritas kebutuhan;
d. barang/Jasa pada katalog elektronik;
e. konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa; dan
f. barang/Jasa yang telah tersedia/dimiliki/dikuasai.
(2) Identifikasi kebutuhan barang/jasa dituangkan kedalam dokumen
penetapan barang/jasa.
25
(3) Identifikasi barang/jasa yang telah tersedia/dimiliki/dikuasai dapat
menggunakan:
a. Data base Barang Milik Daerah (BMD); dan/atau
b. Riwayat rencana kebutuhan barang/jasa dari masing-masing
unit/satuan kerja Perangkat Daerah.
Bagian Ketiga Penetapan Barang/Jasa
Pasal 17
(1) Penetapan jenis Barang/Jasa berupa:
a. Barang;
b. Pekerjaan Konstruksi;
c. Jasa Konsultansi; dan/atau
d. Jasa lainnya.
(2) Penetapan barang/jasa dilakukan secara terintegrasi.
(3) Penetapan barang/jasa dilakukan dengan memperhatikan kodefikasi
barang/jasa sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Pedoman kategorisasi Barang, Pekerjaan Konstruksi, Jasa Konsultansi,
Jasa Lainnya dan pekerjaan terintegrasi mengacu pada Klasifikasi Baku
Komoditas Indonesia (KBKI) yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik
(BPS).
(5) Dalam hal kategorisasi belum tercantum dalam KBKI seperti yang
dimaksud pada ayat (4), pedoman kategorisasi mengacu pada peraturan
yang dikeluarkan oleh kementerian teknis terkait.
Bagian Keempat Cara Pengadaan Barang/Jasa
Pasal 18
(1) Cara Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
ayat (4) huruf c, meliputi :
a. Swakelola; dan/atau
b. Penyedia.
(2) Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui swakelola meliputi:
a. penetapan tipe swakelola;
b. penyusunan spesifikasi teknis/KAK; dan
c. penyusunan perkiraan biaya /Rencana Anggaran (RAB).
26
(3) Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui penyedia, meliputi:
a. penyusunan spesifikasi teknis/KAK;
b. penyusunan perkiraan biaya/Rencana Anggaran Biaya (RAB); c. pemaketan Pengadaan Barang/jasa; d. konsolidasi Pengadaan Barang/jasa; dan
e. biaya pendukung.
Paragraf 1
Perencanaan Pengadaan Barang/jasa Melalui Swakelola Sub Paragraf 1
Tujuan
Pasal 19
(1) Tujuan Swakelola meliputi :
a. memenuhi kebutuhan barang/jasa yang tidak disediakan oleh
pelaku usaha;
b. memenuhi kebutuhan barang/jasa yang tidak diminati oleh pelaku
usaha karena nilai pekerjaannya kecil dan/atau lokasi yang sulit
dijangkau;
c. memenuhi kebutuhan barang/jasa dengan mengoptimalkan
penggunaan sumber daya yang dimiliki Perangkat Daerah;
d. meningkatkan kemampuan teknis sumber daya manusia di
Perangkat Daerah;
e. meningkatkan partisipasi Ormas/Kelompok Masyarakat;
f. meningkatkan efektifitas dan/atau efisiensi jika dilaksanakan
melalui Swakelola; dan/atau
g. memenuhi kebutuhan barang/jasa yang bersifat rahasia yang
mampu disediakan oleh Perangkat Daerah yang bersangkutan.
(2) Apabila pekerjaan memenuhi salah satu tujuan sebagaimana diatur pada
ayat (1), maka pekerjaan dapat dilakukan dengan Swakelola.
(3) Yang dimaksud dengan nilai pekerjaan kecil sebagaimana diatur dalam
ayat (1) huruf b adalah pekerjaan yang menggunakan bentuk kontrak
bukti pembelian/pembayaran.
Sub Paragraf 2
Penetapan Tipe Swakelola
Pasal 20
(1) Tipe Swakelola terdiri atas:
a. Tipe I yaitu Swakelola yang direncanakan, dilaksanakan dan diawasi
oleh Perangkat Daerah Penanggungjawab Anggaran;
27
b. Tipe II yaitu Swakelola yang direncanakan dan diawasi oleh
Perangkat Daerah Penanggung jawab Anggaran dan dilaksanakan
oleh Perangkat Daerah lain pelaksana swakelola;
c. Tipe III yaitu Swakelola yang direncanakan dan diawasi oleh
Perangkat Daerah Penanggungjawab Anggaran dan dilaksanakan
oleh Organisasi Kemasyarakatan Pelaksana Swakelola;
d. Tipe IV yaitu Swakelola yang direncanakan sendiri oleh Perangkat
Daerah Penanggungjawab Anggaran dan/atau berdasarkan usulan
Kelompok Masyarakat dan dilaksanakan serta diawasi oleh
Kelompok Masyarakat pelaksana Swakelola.
(2) Swakelola Tipe II, III dan IV didahului dengan menandatangani nota
kesepahaman antara PA/KPA penanggungjawab anggaran dengan
pelaksana Swakelola lainnya.
(3) Persyaratan Penyelenggara Swakelola :
a. Tipe I memiliki sumber daya yang cukup dan kemampuan teknis
untuk melaksanakan Swakelola.
b. Tipe II memiliki sumber daya yang cukup dan kemampuan teknis
untuk menyediakan barang/jasa yang diswakelolakan.
c. Tipe III yaitu :
1. ormas yang berbadan hukum yayasan atau Ormas berbadan
hukum perkumpulan yang telah mendapatkan pengesahan
badan hukum dari Kementerian yang membidangi urusan
hukum dan hak asasi manusia sesuai dengan peraturan
perundang-undangan;
2. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah memenuhi
kewajiban perpajakan tahun terakhir dipenuhi dengan
penyerahan SPT Tahunan;
3. memiliki struktur organisasi/pengurus;
4. memiliki Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga
(ART);
5. mempunyai bidang kegiatan yang berhubungan dengan
Barang/Jasa yang diadakan, sesuai dengan AD/ART dan/atau
Pengesahan Ormas;
6. mempunyai kemampuan manajerial dan pengalaman teknis
menyediakan atau mengerjakan barang/jasa sejenis yang
diswakelolakan dalam kurun waktu selama 3 (tiga) tahun
terakhir baik di dalam negeri dan/atau luar negeri sebagai
pelaksana secara sendiri dan/atau bekerjasama;
28
7. memiliki neraca keuangan yang telah diaudit selama 3 (tiga)
tahun terakhir sesuai peraturan perundangundangan;
8. mempunyai atau menguasai kantor dengan alamat yang benar,
tetap dan jelas berupa milik sendiri atau sewa; dan
9. dalam hal Ormas akan melakukan kemitraan, harus mempunyai
perjanjian kerja sama kemitraan yang memuat tanggung jawab
masing-masing yang mewakili kemitraan tersebut.
d. Tipe IV yaitu :
1. Surat Pengukuhan yang dikeluarkan oleh Pejabat yang
berwenang;
2. Memiliki struktur organisasi/pengurus;
3. Memiliki Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga
(ART);
4. Memiliki sekretariat dengan alamat yang benar dan jelas di lokasi
tempat pelaksanaan kegiatan; dan/atau
5. Memiliki kemampuan teknis untuk menyediakan atau
mengerjakan barang/jasa sejenis yang diswakelolakan.
Sub Paragraf 3
Penyusunan Spesifikasi Teknis/KAK
Pasal 21
(1) Dalam hal pekerjaan Swakelola membutuhkan penyedia, maka dapat
dilampirkan spesifikasi teknis/KAK penyedia.
(2) Dalam hal pekerjaan Swakelola membutuhkan Pengadaan Barang/Jasa
pekerjaan konstruksi, dilampirkan gambar rencana kerja dan spesifikasi
teknis.
(3) Dalam hal pekerjaan Swakelola membutuhkan Pengadaan Barang/Jasa
Jasa Konsultansi, dilampirkan KAK Pengadaan Barang/Jasa Jasa
Konsultansi.
Sub Paragraf 4
Penyusunan perkiraan biaya/Rencana Anggaran Biaya
Pasal 22
Penyusunan perkiraan biaya/Rencana Anggaran Biaya disesuaikan dengan
rencana pembiayaan kebutuhan kegiatan swakelola.
29
Paragraf 2
Perencanaan Pengadaan Barang/jasa Melalui Penyedia Sub Paragraf 1
Penyusunan Spesifikasi Teknis/KAK
Pasal 23
(1) Spesifikasi Teknis/KAK dibuat berdasarkan kebutuhan Barang/Jasa di
Perangkat Daerah masing-masing.
(2) Spesifikasi teknis digunakan untuk pengadaaan:
a. Barang;
b. Pekerjaan Konstruksi; dan
c. Jasa Lainnya.
(3) KAK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk Pengadaan
Barang/Jasa Jasa Konsultansi.
(4) Spesifikasi teknis/KAK disusun dengan memperhatikan:
a. menggunakan produk bersertifikat SNI, sepanjang tersedia dan
tercukupi;
b. memaksimalkan penggunaan produk industri hijau;
c. aspek Pengadaan Barang/Jasa berkelanjutan; dan
d. tidak mengarah kepada merk/produk tertentu kecuali untuk
Pengadaan Barang/Jasa komponen barang/jasa, suku cadang,
bagian dari 1 (satu) sistem yang sudah ada, barang/jasa dalam
katalog elektronik, atau barang/jasa melalui Tender Cepat.
(5) Spesifikasi Teknis paling sedikit berisi spesifikasi :
a. mutu/Kualitas;
b. jumlah;
c. waktu; dan
d. pelayanan.
(6) KAK Penyedia Jasa Konsultansi paling sedikit berisi:
a. uraian pekerjaan yang akan dilaksanakan, meliputi :
1. Latar belakang;
30
2. Maksud dan tujuan;
3. Lokasi pekerjaan; dan
4. Produk yang dihasilkan (output).
b. waktu pelaksanaan yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan
dengan memperhatikan batas akhir efektif tahun anggaran;
c. spesifikasi teknis Jasa Konsultansi yang akan diadakan, mencakup :
1. Kompetensi Tenaga Ahli yang dibutuhkan; dan
2. Untuk Badan Usaha termasuk kompetensi Badan Usaha
Penyedia Jasa Konsultasi.
d. Sumber pendanaan dan besarnya total perkiraan biaya pekerjaan.
Sub Paragraf 2
Penyusunan perkiraan biaya/Rencana Anggaran Biaya
Pasal 24
Penyusunan perkiraan biaya/Rencana Anggaran Biaya disesuaikan dengan
rencana pembiayaan kebutuhan kegiatan penyedia.
Sub Paragraf 3
Kebijakan Pemaketan Pengadaan Barang/jasa
Pasal 25
(1) Pemaketan Pengadaan Barang/jasa dilakukan dengan berorientasi pada :
a. keluaran atau hasil yang mengacu pada kinerja dan kebutuhan
Perangkat Daerah;
b. volume barang/jasa berdasarkan kebutuhan dan ketersediaan
barang/jasa di Perangkat Daerah serta kemampuan dari Pelaku
Usaha;
c. ketersediaan barang/jasa di pasar;
d. kemampuan Pelaku Usaha dalam memenuhi spesifikasi teknis/KAK
yang dibutuhkan Perangkat Daerah; dan/atau
e. ketersediaan anggaran pada Perangkat Daerah.
31
(2) Pemaketan Pengadaan Barang/jasa dilarang:
a. menyatukan atau memusatkan beberapa paket Pengadaan
Barang/Jasa yang tersebar di beberapa lokasi/daerah yang memiliki
sifat pekerjaan sama dan tingkat efisiensi baik dari sisi waktu
dan/atau biaya seharusnya dilakukan di beberapa lokasi/daerah
masing-masing sesuai dengan hasil kajian/ telaah;
b. menyatukan beberapa paket Pengadaan Barang/Jasa yang menurut
sifat dan jenis pekerjaannya harus dipisahkan untuk mendapatkan
penyedia yang sesuai; dan/atau
c. memecah Pengadaan Barang/jasa menjadi beberapa paket dengan
maksud menghindari Tender/Seleksi.
(3) Pemaketan dilakukan dengan menetapkan paling banyak paket untuk
Usaha Kecil tanpa mengabaikan prinsip efesien, persaingan sehat,
kesatuan sistem dan kualitas kemampuan teknis.
(4) Pemaketan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan dengan
nilai paket Pengadaan Barang/Jasa Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya sampai dengan Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta
rupiah), kecuali untuk paket pekerjaan yang menuntut kompetensi
teknis yang tidak dapat dipenuhi oleh Usaha Kecil.
Sub Paragraf 4
Konsolidasi
Pasal 26
(1) Konsolidasi Pengadaan Barang/jasa dilakukan pada tahap :
a. perencanaan Pengadaan Barang/Jasa;
b. persiapan Pengadaan Barang/jasa melalui Penyedia; dan/atau
c. persiapan pemilihan Penyedia.
(2) Konsolidasi Pengadaan Barang/jasa dilaksanakan oleh PA/ KPA/PPKom
dan/atau UKPBJ.
(3) Konsolidasi dilakukan sesuai dengan kewenangan masing-masing pihak
dalam perencanaan Pengadaan Barang/Jasa, yaitu:
a. PA dapat mengkonsolidasikan paket antar KPA dan/atau antar
PPKom;
b. KPA dapat mengkonsolidasikan paket antar PPKom; dan
32
c. PPKom dapat mengkonsolidasikan paket di area kerjanya masing-
masing.
(4) Konsolidasi Pengadaan Barang/jasa dapat dilakukan sebelum atau
sesudah pengumuman RUP.
(5) Konsolidasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan pada
kegiatan pemaketan Pengadaan Barang/jasa atau perubahan RUP.
(6) Konsolidasi dilakukan dengan memperhatikan kebijakan pemaketan.
Bagian Kelima
Jadwal Pengadaan Barang/jasa
Pasal 27
(1) Jadwal Pengadaan Barang/jasa yang ditetapkan pada Perencanaan
Pengadaan Barang/Jasa terdiri atas :
a. persiapan; dan
b. pelaksanaan.
(2) Rencana jadwal persiapan Pengadaan Barang/jasa melalui swakelola
meliputi :
a. penetapan sasaran;
b. penetapan penyelenggaraan Swakelola;
c. penetapan rencana kegiatan;
d. penetapan spesifikasi teknis/KAK;
e. penetapan RAB; dan
f. finalisasi dan penandatanganan kontrak Swakelola.
(3) Rencana jadwal persiapan Pengadaan Barang/jasa melalui Penyedia
meliputi:
a. pengadaan Barang/jasa yang dilakukan oleh PPKom; dan
b. pemilihan yang dilakukan oleh Pokja Pemilihan.
(4) Bagi Swakelola Tipe I, rencana jadwal persiapan Pengadaan Barang/Jasa
meliputi huruf a sampaidengan huruf e pada ayat (2) Pasal ini.
(5) Rencana jadwal pelaksanaan Pengadaan Barang/jasa melalui Swakelola
meliputi:
33
a. Tipe I :
1. kegiatan pelaksanaan swakelola sesuai rencana kegiatan;
2. penyusunan laporan; dan
3. penyerahan hasil Swakelola kepada PPKom.
b. Tipe II, III, dan IV :
1. kegiatan pelaksanaan Swakelola sesuai dengan Kontrak yang
sudah disepakati;
2. penyusunan laporan;dan
3. penyerahan hasil Swakelola kepada PPKom.
(6) Rencana jadwal pelaksanaan Pengadaan Barang/jasa melalui Penyedia
meliputi:
a. Pelaksanaan Pemilihan Penyedia;
b. Pelaksanaan Kontrak; dan
c. Serah terima hasil pekerjaan.
(7) Dalam menyusun dan menetapkan rencana jadwal Pengadaan
Barang/Jasa dapat mempertimbangkan antara lain:
a. jenis/karakteristik dari barang/jasa yang dibutuhkan;
b. metode dan waktu pengiriman barang/jasa;
c. waktu pemanfaatan barang/jasa di masing-masing Perangkat Daerah;
d. metode pemilihan yang dilakukan;
e. jangka waktu proses pemilihan penyedia; dan/atau
f. ketersediaan barang/jasa di Pasar.
Bagian Keenam
Anggaran Pengadaan Barang/Jasa
Pasal 28
(1) Anggaran Pengadaan Barang/Jasa terdiri atas:
a. biaya Barang/Jasa yang dibutuhkan; dan
b. biaya pendukung.
34
(2) Biaya barang/jasa meliputi biaya yang termasuk pada komponen
sebagaimana terdapat pada spesifikasi teknis/KAK.
(3) Biaya barang/jasa meliputi biaya yang termasuk pada komponen
sebagaimana terdapat pada spesifikasi teknis/KAK.
(4) Biaya barang/jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat
meliputi namun tidak terbatas pada :
a. harga barang;
b. biaya pengiriman;
c. biaya suku cadang dan purna jual;
d. biaya personil;
e. biaya non personil;
f. biaya material/bahan;
g. biaya peralatan;
h. biaya pemasangan; dan /atau
i. biaya sewa (5) Biaya pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat
meliputi namun tidak terbatas pada :
a. biaya pelatihan;
b. biaya instalasi dan testing;
c. biaya administrasi; dan/atau
d. biaya lainnya.
(6) Biaya administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf c, dapat meliputi namun tidak terbatas pada :
a. biaya pengumuman;
b. biaya survei lapangan;
c. biaya survey pasar;
d. honorarium para pihak yang terlibat dalam pengadaan barang/jasa; dan/atau
e. penggandaan dokumen.
(7) Biaya administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dialokasikan di tahun anggaran berjalan untuk :
a. pekerjaan yang dilaksanakan pada tahun anggaran berjalan; dan/atau
35
b. pekerjaan yang dilaksanakan pada tahun anggaran yang akan
datang namun pelaksanaan pengadaannya dilakukan pada tahun anggaran berjalan.
(8) Biaya lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf d, dapat
meliputi namun tidak terbatas pada :
a. biaya pendapat ahli hukum kontrak;
b. biaya uji coba;
c. biaya sewa;
d. biaya rapat; dan/atau
e. biaya komunikasi.
Bagian Ketujuh Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa
Pasal 29
(1) Pengumuman RUP Perangkat Daerah dilakukan setelah rancangan
Peraturan Daerah tentang APBD disetujui bersama oleh Pemerintah
Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
(2) Pengumuman RUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan
melalui aplikasi Sistem Informasi Rencana Umum Pengadaan
Barang/Jasa (SiRUP).
(3) Pengumuman RUP melalui SiRUP sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat ditambahkan dalam situs web Pemerintah Daerah, papan
pengumuman resmi untuk masyarakat, surat kabar, dan/ atau media
lainnya.
(4) Pengumuman RUP dilakukan kembali apabila terdapat perubahan/revisi
paket Pengadaan Barang/Jasa atau Dokumen Pelaksanaan Anggaran
(DPA).
(5) Anggaran masing-masing Perangkat Daerah wajib mengisi struktur
anggaran pada aplikasi SiRUP.
(6) Masing-masing Perangkat Daerah wajib mengisikan semua Pengadaan
Barang/Jasa pada aplikasi SiRUP.
Paragraf 1
Pengisian RUP pada Aplikasi SiRUP
Pasal 30
(1) Para pelaku dalam pengisian RUP pada aplikasi SiRUP terdiri dari :
a. PA;
36
b. PPKom;
c. Admin RUP OPD.
(2) PA mempunyai ketugasan :
a. melakukan setting Program sesuai dengan Rencana Kerja OPD;
b. membuat kegiatan dan rincian objek;
c. memverifikasi akun PPKom;
d. mendelegasikan kegiatan kepada PPKom;
e. membuat akun admin RUP OPD;
f. merevisi RUP paket Pengadaan Barang/Jasa; dan
g. mengumumkan RUP pada aplikasi SiRUP.
(3) PPKom mempunyai ketugasan :
a. menyusun draft data perencanaan pada aplikasi SiRUP;
b. mengisi draft data perencanaan pada aplikasi SiRUP;
c. finalisasi draft data perencanaan pada aplikasi SiRUP; dan
d. mengajukan/Inisiasi perubahan RUP kepada Pengguna Anggaran
(PA).
(4) PPkom dapat dibantu oleh Admin RUP organisasi perangkat daerah
dalam pengisian RUP pada aplikasi SiRUP;
(5) Admin RUP organisasi perangkat daerah ditetapkan oleh Pengguna
Anggaran;
(6) Apabila terdapat perubahan/revisi paket Pengadaan Barang/Jasa
berdasarkan Dokuman Pelaksanaan Anggaran (DPA) Perangkat Daerah
maka revisi pada aplikasi SiRUP dapat dilakukan oleh PPKom dengan
mengajukan usulan perubahan kepada PA atau revisi dapat dilakukan
secara langsung oleh PA.
BAB V PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA
Pasal 31
Persiapan Pengadaan barang/jasa terdiri atas :
a. Persiapan Pengadaan barang/jasa melalui swakelola;
b. Persiapan Pengadaan barang/jasa melalui penyedia.
37
Bagian Kesatu
Persiapan Pengadaan Barang/Jasa Melalui Swakelola
Pasal 32
(1) Persiapan Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola sebagaimana
dimaksud pada Pasal 31huruf a meliputi :
a. Penetapan sasaran;
b. Penetapan penyelenggara swakelola;
c. Rencana kegiatan;
d. Jadwal pelaksanaan; dan
e. Rencana Anggaran Belanja.
(2) Sasaran dan penyelenggaraan swakelola sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a dan b ditetapkan oleh PA.
(3) Rencana Kegiatan, jadwal pelaksanaan dan RAB sebagaimana
dimaksudpada ayat (1) huruf c, d dan e ditetapkan oleh PPKom dengan
memperhitungkan tenaga ahli/peralatan/bahan tertentu yang
dilaksanakan dengan kontrak terpisah.
(4) Rencana kegiatan yang diusulkan oleh Kelompok Masyarakat dievaluasi
dan ditetapkan oleh PPKom.
(5) Tenaga Ahli hanya dapat digunakan dalam Pelaksanaan Swakelola Tipe I.
(6) Jumlah tenaga ahli sebagaimana diatur pada ayat (6) tidak boleh
melebihi 50% (lima puluh persen) dari jumlah anggota Tim Pelaksana.
(7) Hasil persiapan Pengadaan Barang/Jasa melalui swakelola dituangkan
dalam KAK kegiatan/Sub kegiatan/Output.
(8) Apabila dalam satu kegiatan hanya terdapat satu tipe swakelola maka
disusun KAK kegiatan.
(9) Apabila dalam satu kegiatan terdapat lebih dari satu tipekegiatan
swakelola maka disusun KAK Sub kegiatan/Output.
(10) KAK kegiatan/Sub Kegiatan/Output disusun oleh Perangkat Daerah
setelah RUP diumumkan.
(11) KAK kegiatan/sub Kegiatan/Output diatur lebih lanjut dengan
Keputusan Walikota.
(12) PPKom dan Tim Persiapan Swakelola Tipe II dan Tipe III menyusun
rancangan Kontrak Swakelola dengan Tim Pelaksana Swakelola dari
Perangkat Daerah lain atau Ormas.
(13) PPKom pada Swakelola Tipe IV menyusun rancangan Kontrak Swakelola
dengan Tim Persiapan Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola.
38
(14) Rancangan Kontrak Swakelola sebagaimana dimaksud pada ayat (10)
dan (11) berisikan:
a. para pihak;
b. barang/jasa yang akan dihasilkan;
c. nilai pekerjaan;
d. jangka waktu pelaksanaan; dan
e. hak dan kewajiban para pihak.
(15) Biaya Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola dihitung berdasarkan
komponen biaya pelaksanaan Swakelola.
(16) PA dapat mengusulkan standar biaya masukan/keluaran Swakelola
kepada Kepala Daerah.
Bagian Kedua Persiapan Pengadaan Barang/Jasa Melalui Penyedia
Pasal 33
(1) Untuk Pengadaan Barang/Jasa yang kontraknya harus ditandatangani
pada awal tahun, persiapan Pengadaan Barang/Jasa dan/atau
pemilihan penyedia dapat dilaksanakan setelah penetapan persetujuan
RKA Perangkat Daerah sesuai ketentuan peraturan Perundang-
Undangan.
(2) Penyelenggaraan Pengadaan Barang/Jasa dilakukan secara elektronik
menggunakan sistem informasi yang terdiri atas Sistem Pengadaan
Barang/Jasa Secara Elektronik (SPSE) dan Sistem Pendukung.
(3) Persiapan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia oleh PPKom
meliputi kegiatan menetapkan :
a. HPS;
b. rancangan kontrak;
c. spesifikasi teknis/KAK; dan
d. uang muka, jaminan uang muka, jaminan pelaksanaan, jaminan
pemeliharaan, sertifikat garansi, dan/atau penyesuaian harga.
(4) Selain kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), PPKom melakukan
identifikasi apakah barang/jasa yang akan diadakan termasuk dalam
kategori barang/jasa yang akan diadakan melalui Pengadaan
Barang/Jasa langsung, E - purchasing , atau termasuk Pengadaan
Barang/Jasa khusus.
(5) Yang termasuk Pengadaan Barang/Jasa Khusus sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) yaitu :
39
a. pengadaan barang/jasa dalam rangka penanganan keadaan darurat;
b. pengadaan barang/jasa di Luar Negeri;
c. pengadaan barang/jasa yang masuk dalam pengecualian;
d. penelitian; atau
e. tender/seleksi internasional dan dana pinjaman Luar Negeri atau
hibah luar negeri.
(6) Persiapan pemilihan Penyedia oleh Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan
Barang/Jasa dilaksanakan setelah Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan
Barang/Jasa menerima permintaan pemilihan Penyedia dari PPKom yang
dilampiri dokumen persiapan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia
yang disampaikan oleh PPKom kepada Kepala UKPBJ/Pejabat Pengadaan
Barang/Jasa.
(7) Dokumen persiapan pengadaan dari PPKomsebagaimana dimaksud pada
ayat (6) meliputi :
a. spesifikasi teknis/KAK dan gambar (jika diperlukan);
b. HPS;
c. rancangan kontrak;
d. DPA atau RKA yang telah ditetapkan;
e. ID paket RUP;
f. Waktu Penggunaan (Tatakala dari proses persiapan sampai dengan
rencana penggunaan/pemanfaatan Barang/Jasa); dan
g. Keputusan penetapan sebagai PPKom.
(8) Persiapan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia yang dilakukan oleh
Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana
dimaksud pada ayat (7) meliputi:
a. reviu dokumen persiapan pengadaan dari PPKom;
b. penetapan metode pemilihan penyedia;
c. penetapan metode Kualifikasi;
d. penetapan persyaratan penyedia;
e. penetapan metode evaluasi penawaran;
f. penetapan metode penyampaian dokumen penawaran;
g. penyusunan dan Penetapan jadwal pemilihan; dan
h. penyusunan Dokumen Pemilihan.
40
Bagian Ketiga
Jenis Kontrak
Pasal 34
(1) Jenis kontrak Pengadaan Barang, Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
terdiri atas :
a. Lumsum;
b. Harga Satuan;
c. Gabungan Lumsum dan Harga Satuan;
d. Terima Jadi (Turnkey); dan
e. Kontrak Payung.
(2) Jenis kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi terdiri atas :
a. Lumsum;
b. Waktu Penugasan; dan
c. Kontrak Payung.
Bagian Keempat Kontrak Tahun Jamak
Pasal 35
Kontrak Tahun Jamak merupakan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang
membebani lebih dari 1 (satu) Tahun Anggaran, dilakukan setelah
mendapatkan persetujuan pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, dapat berupa :
a. Pekerjaan yang penyelesaiannya lebih dari 12 (dua belas) bulan;
b. Pekerjaan yang penyelesaiannya tidak lebih dari 12 (dua belas) bulan
tetapi pelaksanaannya melewati lebih dari satu tahun anggaran; atau
c. Pekerjaan yang memberikan manfaat lebih apabila dikontrakkan untuk
jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran dan maksimum 3 (tiga)
tahun anggaran.
Bagian Kelima Bentuk Kontrak
Pasal 36
(1) Bentuk Kontrak terdiri atas:
a. bukti pembelian/pembayaran;
b. kuitansi;
c. Surat Perintah Kerja (SPK);
41
d. surat perjanjian; dan
e. surat pesanan.
(2) Bukti pembelian/pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a digunakan untuk Pengadaan Barang/Jasa Lainnya dengan nilai
paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
(3) Kuitansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b digunakan untuk
Pengadaan Barang/Jasa Lainnya dengan nilai paling banyak
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
(4) SPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c digunakan untuk :
a. Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah);
b. Pengadaan Barang/Jasa Lainnya dengan nilai paling sedikit di atas
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan nilai
paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah); dan/atau
c. Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dengan nilai paling banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
(5) Surat perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d digunakan
untuk :
a. Pengadaan Barang/ Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan
nilai paling sedikit di atas Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah);
dan/atau
b. Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai paling sedikit di atas
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
(6) Surat pesanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e digunakan
untuk Pengadaan Barang/Jasa melalui E-purchasing atau pembelian
melalui toko daring.
(7) Bentuk kontrak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan dokumen
pendukung Kontrak, berpedoman pada Peraturan Menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan negara
dan/ atau menteri yang menyelenggarakan urusan di bidang
pemerintahan dalam negeri.
Bagian Keenam
Metode Pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
Pasal 37
(1) Metode pemilihan penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya
terdiri atas :
a. E-Purchasing;
42
b. Pengadaan Langsung;
c. Penunjukan Langsung;
d. Tender Cepat; dan
e. Tender.
(2) E-Purchasing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dilaksanakan
untuk Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang sudah
tercantum dalam katalog elektronik.
(3) Pengadaan Langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dilaksanakan untuk Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang
bernilai paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
(4) Penunjukan Langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
dilaksanakan untuk Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dalam
keadaan tertentu.
(5) Kriteria Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya untuk keadaan
tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (4), meliputi:
a. Penyelenggaraan penyiapan kegiatan yang mendadak untuk
menindaklanjuti komitmen internasional yang dihadiri oleh
Presiden/Wakil Presiden;
b. Pekerjaan Konstruksi bangunan yang merupakan satu kesatuan
sistem konstruksi dan satu kesatuan tanggungjawab atas resiko
kegagalan bangunan yang secara keseluruhan tidak dapat
direncanakan/diperhitungkan sebelumnya;
c. Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang hanya dapat
disediakan oleh 1 (satu) Pelaku Usaha yang mampu;
d. Pengadaan dan Penyaluran benih unggul yang meliputi benih padi,
jagung, dan kedelai, serta pupuk yang meliputi Urea, NPK, dan ZA
kepada petani dalam rangka menjamin ketersediaan benih dan
pupuk secara tepat dan cepat untuk pelaksanaan peningkatan
ketahanan pangan;
e. Pekerjaan prasarana, sarana dan utilitas umum dilingkungan
perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah yang
dilaksanakan oleh pengembang yang bersangkutan;
f. Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang spesifik dan
hanya dapat dilaksanakan oleh pemegang hak paten, atau pihak
pihak yang telah mendapat izin dari pemegang hak paten, atau
pihak yang menjadi pemenang tender untuk mendapatkan izin dari
pemerintah; atau
43
g. Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang setelah dilakukan
Tender ulang mengalami kegagalan.
(6) Tender Cepat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dilaksanakan
dalam hal :
a. Spesifikasi dan volume pekerjaannya sudah dapat ditentukan secara
rinci; dan
b. Pelaku Usaha telah terkualifikasi dalam sistem informasi kinerja
penyedia.
(7) Tender sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e dilaksanakan dalam
hal tidak dapat menggunakan metode pemilihan penyedia sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai dengan huruf d.
(8) Dalam hal terdapat keragaman item, penyebaran lokasi/tempat
kerja/tempat serah terima, keterbatasan kapasitas dari Pelaku Usaha
sebagai akibat dari konsolidasi maka Pokja Pemilihan dapat menetapkan
metode Tender itemized.
(9) Pada Tender itemizedsebagaimana dimaksud pada ayat (8), peserta
pemilihan dapat menawarkan satu/beberapa/seluruh item barang/jasa
yang ditenderkan, dan Pokja Pemilihan menetapkan lebih dari 1 (satu)
pemenang pemilihan/Penyedia.
Bagian Ketujuh Metode Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi
Pasal 38
(1) Metode pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi terdiri atas :
a. Seleksi;
b. Pengadaan Langsung; dan
c. Penunjukan Langsung.
(2) Seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan
untuk Jasa Konsultansi bernilai paling sedikit diatas Rp 100.000.000,00
(seratus juta rupiah).
(3) Pengadaan Langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dilaksanakan untuk Jasa Konsultansi yang bernilai sampai dengan
paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
(4) Penunjukan Langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
dilaksanakan untuk Jasa Konsultansi dalam keadaan tertentu.
(5) Kriteria Jasa Konsultansi dalam keadaan tertentu sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) meliputi :
44
a. Jasa Konsultansi yang hanya dilakukan oleh 1 (satu) Pelaku Usaha
yang mampu;
b. Jasa Konsultansi yang hanya dapat dilakukan oleh 1 (satu)
pemegang hak cipta yang telah terdaftar atau pihak yang telah
mendapat izin pemegang hak cipta;
c. Jasa Konsultansi di bidang hukum meliputi Konsultansi
hukum/advokasi atau pengadaan arbitrer yang tidak direncanakan
sebelumnya, untuk menghadapi gugatan dan/atau tuntutan hukum
dari pihak tertentu, yang sifat pelaksanaan pekerjaan dan/atau
pembelaannya harus segera dan tidak dapat ditunda; atau
d. Permintaan berulang (repeat order) untuk Penyedia Jasa Konsultansi
yang sama.
(6) Penunjukan Langsung untuk Penyedia Jasa Konsultansi sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) huruf d, diberikan batasan paling banyak 2 (dua)
kali.
BAB VI
PEMILIHAN PENYEDIA BARANG/JASA Bagian Kesatu
Pelaksanaan Pemilihan Penyedia
Pasal 39
(1) Pelaksanaan pemilihan Penyedia dilakukan oleh PPKom dan Pokja
Pemilihan/Pejabat Pengadaan Barang/Jasa sesuai metode pemilihan,
dengan ketentuan:
a. PPKom melaksanakan E-purchasing dengan nilai pagu paling sedikit
di atas Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah);
b. Pejabat Pengadaan Barang/Jasa melaksanakan:
1. E-purchasing dengan nilai pagu paling banyak Rp200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah); dan
2. Pengadaan Barang/Jasa Langsung dan Penunjukan Langsung
untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
dengan nilai HPS paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus
juta rupiah); atau Jasa Konsultansi yang bernilai paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
c. Pokja Pemilihan melaksanakan Tender/Seleksi, Tender Cepat, dan
Penunjukan Langsung paling sedikit diatas Rp200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah) atau Jasa Konsultansi yang bernilai paling sedikit
diatas Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah);
45
(2) Pelaksanaan pemilihan melalui Tender/Seleksi meliputi tahapan:
a. pelaksanaan kualifikasi;
b. pengumuman dan/atau undangan;
c. pendaftaran dan pengambilan dokumen pemilihan;
d. pemberian penjelasan;
e. penyampaian dokumen penawaran;
f. evaluasi dokumen penawaran;
g. penetapan dan pengumuman pemenang; dan
h. Sanggah.
(3) Selain tahapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), untuk pelaksanaan
pemilihan Pekerjaan Konstruksi ditambahkan tahapan Sanggah
Banding.
(4) Pelaksanaan pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), untuk
Seleksi Jasa Konsultansi dilakukan klarifikasi dan negosiasi terhadap
penawaran teknis dan biaya setelah masa sanggah selesai.
(5) Pelaksanaan pemilihan melalui Tender Cepat dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. peserta telah terkualifikasi dalam Sistem Informasi Kinerja Penyedia;
b. peserta hanya memasukan penawaran harga;
c. evaluasi penawaran harga dilakukan melalui aplikasi; dan
d. penetapan pemenang berdasarkan harga penawaran terendah.
(6) Pelaksanaan E-purchasing wajib dilakukan untuk barang/jasa yang
menyangkut pemenuhan kebutuhan nasional dan/atau strategis yang
ditetapkan oleh menteri, kepala lembaga, atau kepala daerah.
(7) Pelaksanaan Penunjukan Langsung dilakukan dengan mengundang 1
(satu) Pelaku Usaha yang dipilih, dengan disertai negosiasi teknis
maupun harga.
(8) Pelaksanaan Pengadaan Langsung dilakukan dengan :
a. pembelian/pembayaran langsung kepada Penyedia untuk
Pengadaan Barang/Jasa Lainnya yang menggunakan bukti
pembelian atau kuitansi; atau
b. permintaan penawaran yang disertai dengan klarifikasi serta
negosiasi teknis dan harga kepada Pelaku Usaha untuk Pengadaan
Langsung yang menggunakan SPK.
(9) Pelaksanaan pemilihan dilakukan setelah RUP diumumkan terlebih
dahulu melalui aplikasi SIRUP.
(10) Penawaran harga dapat dilakukan dengan metode penawaran harga
secara berulang (E-reverse Auction).
46
BAB VII
PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA Bagian Kesatu
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Melalui Swakelola
Pasal 40
Pelaksanaan Swakelola Tipe I dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
(1) PA/KPA dapat menggunakan pegawai Perangkat Daerah Lain dan/atau
tenaga ahli.
(2) Penggunaan Tenaga Ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
boleh melebihi 50% (lima puluh persen) dari jumlah Tim Pelaksana.
(3) Dalam hal Pengadaan Barang/Jasa melalui swakelola membutuhkan
Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia, pelaksanaannya sesuai
dengan ketentuan dalam Peraturan Presiden tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah.
Pasal 41
Pelaksanaan Swakelola Tipe II dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
(1) PPKom menandatangani Kontrak Swakelola dengan Ketua Tim Pelaksana
Swakelola setelah Kesepakatan Kerja Sama.
(2) Nilai pekerjaan yang tercantum dalam Kontrak Swakelola sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sudah termasuk kebutuhan barang/jasa yang
diperoleh melalui Penyedia.
Pasal 42
Pelaksanaan Swakelola Tipe III dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
(1) PPKom menandatangani Kontrak Swakelola dengan Pimpinan Ormas
sesuai dengan Nota Kesepahaman.
(2) Pimpinan Ormas dapat memberikan mandat kepada pengurus Ormas
untuk menandatangani Kontrak Swakelola dan bertindak selaku
penerima kuasa.
(3) Nilai pekerjaan yang tercantum dalam Kontrak Swakelola sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sudah termasuk kebutuhan barang/jasa yang
diperoleh melalui penyedia.
47
Pasal 43
Pelaksanaan Swakelola Tipe IV dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
(1) PPKom menandatangani Kontrak Swakelola dengan pimpinan Kelompok
Masyarakat sesuai dengan Nota Kesepahaman.
(2) Nilai pekerjaan yang tercantum dalam Kontrak Swakelola sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sudah termasuk kebutuhan barang/jasa yang
diperoleh melalui Penyedia.
Pasal 44
Pembayaran Swakelola dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Bagian Kedua Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Melalui Penyedia
Paragraf Kesatu Pelaksanaan Kontrak
Pasal 45
(1) Kontrak Pengadaan Barang/Jasa merupakan perjanjian tertulis antara
Pejabat Penandatangan Kontrak (Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
Anggaran/PPKom) dengan Penyedia atau Pelaksana Swakelola.
(2) Pelaksanaan Kontrak dilaksanakan oleh para pihak sesuai dengan
ketentuan yang termuat dalam Kontrak dan Peraturan Perundang-
undangan.
(3) Pelaksanaan Kontrak meliputi :
a. Penetapan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ);
b. Penandatanganan Kontrak;
c. Penyerahan Lokasi Pekerjaan;
d. Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)/ Surat Perintah Pengiriman
(SPP);
e. Pemberian Uang Muka;
f. Penyusunan Program Mutu;
g. Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak;
h. Mobilisasi;
i. Pemeriksaan Bersama;
j. Pengendalian Kontrak;
k. Inspeksi Pabrikasi;
48
l. Pembayaran Prestasi Pekerjaan;
m. Perubahan Kontrak;
n. Penyesuaian Harga;
o. Keadaan Kahar;
p. Penghentian Kontrak atau Berakhirnya Kontrak;
q. Pemutusan Kontrak;
r. Pemberian Kesempatan;
s. Denda dan Ganti Rugi.
(4) PPKom dilarang mengadakan ikatan perjanjian atau menandatangani
Kontrak dengan Penyedia dalam hal belum tersedianya Anggaran Belanja
atau tidak cukup tersedianya Anggaran Belanja yang dapat
mengakibatkan dilampauinya batas anggaran belanja yang tersedia
untuk kegiatan yang dibiayai APBD.
Paragraf Kedua
Penetapan SPPBJ
Pasal 46
(1) Pejabat Penandatanganan Kontrak sebelum menetapkan SPPBJ
melakukan reviu atas laporan hasil pemilihan Penyedia dari Pokja
Pemilihan/Pejabat Pengadaan untuk memastikan bahwa :
a. proses pemilihan Penyedia sudah dilaksanakan berdasarkan
prosedur yang ditetapkan; dan
b. pemenang pemilihan/calon Penyedia memiliki kemampuan untuk
melaksanakan Kontrak.
(2) Pejabat Penandatangan Kontrak memutuskan untuk menerima atau
menolak hasil pemilihan Penyedia berdasarkan pada hasil reviu yang
dilakukan sebelumnya.
(3) Apabila Tender/Seleksi dilakukan mendahului tahun anggaran, SPPBJ
dapat diterbitkan setelah persetujuan Rencana Kerja dan Anggaran atau
Rencana Kerja Anggaran Perangkat Daerah sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
Paragraf Ketiga
Penandatanganan Kontrak
Pasal 47
(1) Penandatanganan Kontrak dapat dilakukan setelah DPA disahkan.
49
(2) Apabila Penandatanganan Kontrak dilakukan sebelum Tahun Anggaran,
maka Kontrak mulai berlaku dan dilaksanakan setelah DPA berlaku
efektif.
(3) Jika ada pembahasan mengenai nilai jaminan pelaksanaan, dilakukan
pada tahapan persiapan penandatanganan kontrak dengan ketentuan
sebagai berikut :
a. Untuk nilai penawaran antara 80% (delapan puluh persen) sampai
dengan 100% (seratus persen) dari nilai HPS atau Pagu Anggaran,
Jaminan Pelaksanaan adalah sebesar 5% (limapersen) dari nilai
kontrak; atau
b. Untuk nilai penawaran dibawah 80% (delapan puluh persen) dari
nilai HPS atau Pagu Anggaran, besarnya Jaminan Pelaksanaan 5%
(lima persen) dari nilai HPS atau Pagu Anggaran.
(4) Pejabat Penandatangan Kontrak memutuskan untuk menerima atau
menolak hasil pemilihan Penyedia berdasarkan pada hasil reviu yang
dilakukan sebelumnya.
(5) Pejabat Penandatanganan Kontrak dan Penyedia tidak diperkenankan
mengubah substansi hasil pemilihan Penyedia sampai dengan
Penandatanganan Kontrak, kecuali mempersingkat waktu pelaksanaan
pekerjaan.
(6) Dalam proses penetapan SPPBJ dilakukan sebelum DPA disahkan, dan
ternyata alokasi anggaran dalam DPA tidak disetujui atau kurang dari
rencana nllai kontrak maka penandatanganan kontrak dapat dilakukan
setelah Pagu Anggaran cukup tersedia melalui revisi DPA.
(7) Apabila panambahan Pagu Anggaran melalui revisi DPA tidak tercapai
maka penetapan pemenang dibatalkan dan kepada calon penyedia
barang/jasa tidak diberikan ganti rugi.
(8) Untuk Pengadaan Barang/Jasa yang bersifat kompleks,
penandatanganan kontrak dilakukan setelah memperoleh pendapat ahli
hukum kontrak.
(9) Pejabat penandatanganan kontrak dan penyedia wajib memeriksa
kembali rancangan kontrak yang meliputi substansi, bahasa,
redaksional, angka dan huruf serta membubuhkan paraf pada setiap
lembar Dokumen Kontrak.
(10) Pihak yang berwenang menandatangani kontrak atas nama Penyedia
adalah Direktur Utama/Pimpinan Perusahaan/Pengurus Koperasi yang
disebutkan namanya dalam Akta Pendirian/Anggaran Dasar, yang telah
50
didaftarkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan atau
Penyedia perorangan.
(11) Pihak lain yang dapat melakukan penandatanganan kontrak adalah
pihak yang mendapatkan kuasa atau pendelegasian wewenang yang sah
dari Direktur Utama/Pimpinan Perusahaan/Pengurus Koperasi atau
Pihak yang sah berdasarkan Akta Pendirian/Anggaran Dasar untuk
menandatangani kontrak sepanjang pihak lain tersebut merupakan
pengurus/karyawan perusahaan/karyawan koperasi yang berstatus
sebagai tenaga kerja tetap.
(12) Kontrak mulai berlaku pada tanggal penandatanganan kontrak oleh para
pihak atau pada tanggal yang ditetapkan dalam kontrak.
Paragraf Keempat Penyerahan Lokasi Kerja
Pasal 48
(1) Penyerahan lokasi kerja dilakukan setelah sebelumnya dilakukan
peninjauan lapangan oleh para pihak dan pihak terkait yang dituangkan
dalam Berita Acara Peninjauan Lokasi Kerja.
(2) Penyerahan lokasi kerja dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima
Lokasi Kerja yang ditandatangani oleh para pihak.
(3) Apabila Pejabat Penandatangan Kontrak tidak dapat menyerahkan
seluruh lokasi kerja sesuai kebutuhan Penyedia yang tercantum dalam
rencana untuk melaksanakan pekerjaan sesuai kontrak, maka Pejabat
Penandatanganan Kontrak menetapkan kondisi ini sebagai Peristiwa
Kompensasi dan dibuat Berita Acara.
Paragraf Kelima
Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)/Surat Perintah Pengiriman (SPP)
Pasal 49
(1) Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) adalah surat perintah dari Pejabat
Penandatanganan Kontrak kepada Penyedia Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya/Jasa Konsultansi untuk segera memulai pelaksanaan pekerjaan
sesuai kontrak.
(2) SPMK diterbitkan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah
tandatangan kontrak atau 14 (empat belas) hari kerja sejak penyerahan
lokasi pekerjaan.
51
(3) Hal yang tercantum dalam SPMK yaitu seluruh lingkup pekerjaan dan
tanggal mulai kerja yang merupakan waktu dimulainya pelaksanaan
pekerjaan sesuai kontrak.
(4) Surat Perintah Pengiriman (SPP) adalah surat perintah tertulis dari
Pejabat Penandatangan Kontrak kepada Penyedia Barang untuk mulai
melaksanakan pekerjaan penyediaan barang sesuai kontrak.
(5) Pejabat Penandatanganan Kontrak menerbitkan SPP selambat-lambatnya
14 (empat belas) hari kerja sejak tanggal penandatanganan kontrak.
(6) SPP harus sudah disetujui/ditandatangani oleh Penyedia sesuai dengan
yang dipersyaratkan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal
penerbitan SPP.
(7) Tanggal penandatanganan SPP oleh Penyedia ditetapkan sebagai tanggal
awal perhitungan waktu pelaksanaan pekerjaan sampai dengan serah
terima barang.
(8) Untuk pekerjaan yang pengiriman barangnya dijadwalkan tidak
dilaksanakan sekaligus tetapi secara berkala/bertahap sesuai rencana
kebutuhan, harus dinyatakan dalam Kontrak.
Paragraf Keenam
Pemberian Uang Muka
Pasal 50
(1) Penyedia dapat mengajukan permohonan uang muka secara tertulis
kepada Pejabat Penandatangan Kontrak disertai dengan rencana
penggunaan uang muka untuk melaksanakan pekerjaan sesuai kontrak
dan rencana pengembaliannya.
(2) Nilai besaran uang muka paling tinggi sesuai dengan yang ditetapkan
dalam kontrak.
(3) Uang muka dibayar setelah penyedia menyerahkan jaminan uang muka
senilai uang muka yang diterima.
(4) Besarnya jaminan uang muka adalah senilai uang muka yang diterima
penyedia.
(5) Pengembalian uang muka dapat dilakukan dengan diperhitungkan
berangsur-angsur secara proporsional pada setiap pembayaran prestasi
pekerjaan atau sesuai kesepakatan yang diatur dalam kontrak dan
paling lambat harus lunas pada saat pekerjaan mencapai prestasi 100%
(seratus persen).
52
Paragraf Ketujuh
Penyusunan Program Mutu
Pasal 51
(1) Program mutu disusun oleh Penyedia sebelum rapat persiapan
pelaksanaan kontrak, yang paling sedikit berisikan:
a. informasi mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan;
b. organisasi kerja penyedia;
c. jadwal pelaksanaan pekerjaan;
d. prosedur pelaksanaan pekerjaan;
e. prosedur instruksi kerja; dan/atau
f. pelaksana kerja.
(2) Program mutu disesuaikan dengan jenis barang/jasa, karakteristik dan
kompleksitas pekerjaan.
Paragraf Kedelapan Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak
Pasal 52
(1) Rapat persiapan pelaksanaan kontrak dilakukan sebelum melaksanakan
kontrak yang bernilai besar atau kompleks.
(2) Pejabat penandatangan kontrak dan penyedia harus melakukan rapat
secara tatap muka untuk mendiskusikan kesamaan pemahaman dan
administrasi kontrak.
(3) Hal-hal yang dibahas dalam rapat persiapan pelaksanaan kontrak:
a. reviu kontrak, pembagian tugas dan tanggung jawab dari kedua
belah pihak;
b. pemutakhiran/pembaharuan rencana pekerjaan seperti tanggal
efektif pelaksanaan, dan tahapan pelaksanaan kontrak;
c. reviu rencana penilaian kinerja pekerjaan sebagai dasar melakukan
evaluasi kemajuan pekerjaan;
d. diskusi bagaimana dan kapan dilakukan pelaporan pekerjaan;
53
e. tata cara, waktu dan frekuensi pengukuran dan pelaporan yang
disesuaikan dengan kondisi pekerjaan;
f. melakukan klarifikasi hal-hal yang masih kurang jelas dan
mendiskusikan prosedur untuk manajemen perubahan;dan
g. melakukan klarifikasi rencanaan koordinasi antara para pihak
selama pelaksanaan pekerjaan.
Paragraf Kesembilan Mobilisasi
Pasal 53
(1) Mobilisasi harus sudah mulai dilaksanakan sesuai waktu yang
ditetapkan.
(2) Untuk Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Lainnya, mobilisasi dilakukan
sesuai dengan lingkup pekerjaan yang meliputi:
a. mendatangkan bahan/material dan peralatan terkait yang
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan;
b. mempersiapkan fasilitas seperti kantor, rumah, gedung
laboratorium, bengkel, gudang, dan sebagainya; dan/atau
c. mendatangkan personil.
(3) Untuk Jasa Konsultansi, mobilisasi dilakukan sesuai dengan lingkup
pekerjaan yang meliputi:
a. mendatangkan tenaga ahli;
b. mendatangkan tenaga pendukung; dan/atau
c. menyiapkan peralatan pendukung.
(4) Mobilisasi bahan/material, peralatan dan personil dapat dilakukan
secara bertahap sesuai dengan kebutuhan.
Paragraf Kesepuluh Pemeriksaan Bersama
Pasal 54
(1) Apabila diperlukan, pada tahap awal pelaksaan kontrak, para pihak
bersama-sama melakukan pemeriksaan lokasi pekerjaan dengan
54
melakukan pengukuran dan pemeriksaan detail kondisi lokasi pekerjaan
untuk setiap tahapan pekerjaan dan rencana mata pembayaran.
(2) Pada proses pemeriksaan bersama, PA/KPA dapat menetapkan tim
teknis dan PPKom dapat menetapkan tim atau tenaga ahli.
(3) Hasill pemeriksanaan bersama dituangkan dalam berita acara.
(4) Apabila dalam pemeriksaan bersama mengakibatkan perubahan isi
kontrak, maka hasil pemeriksaan harus dituangkan dalam addendum
kontrak.
Paragraf Kesebelas Pengendalian Kontrak
Pasal 55
(1) Para pihak melakukan pengawasan/pengendalian terhadap pelaksanaan
kontrak baik secara langsung atau melalui pihak lain yang ditunjuk.
(2) Pengawasan/pengendalian kontrak dapat dilaksanakan secara sendiri-
sendiri atau bersama-sama oleh:
a. pejabat Penandatangan Kontrak;
b. pihak ketiga yang independen;
c. penyedia; dan/atau
d. pengguna akhir.
(3) Apabila terjadi deviasi antara realisasi dengan target pelaksanaan
kontrak atau terjadi kontrak krisis maka para pihak melakukan rapat
pembuktian atau Show Cause Meeting atau SCM, dan memerintahkan
penyedia untuk melaksanakan perbaikan target dan realisasi
pelaksanaan pekerjaan.
(4) Apabila penyedia tidak mampu mencapai target yang telah ditetapkan
pada SCM maka pejabat penandatangan kontrak mengeluarkan surat
peringatan atau SP kepada penyedia.
(5) Apabila SP sudah dikeluarkan sebanyak 3 kali namun penyedia dinilai
masih tidak mampu mencapai target yang ditetapkan, maka pejabat
penandatangan kontrak dapat melakukan pemutusan kontrak secara
sepihakdan memberikan sanksi kepada penyedia sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Paragraf Keduabelas
55
Inspeksi Pabrika
Pasal 56
Para pihak dapat melakukan inspeksi pabrika atas proses pabrikasi
barang/peralatan khusus dengan jadwal, tempat dan ruang lingkup inspeksi
sesuai dengan ketentuan dalam kontrak.
Paragraf Ketigabelas Pembayaran Prestasi Pekerjaan
Pasal 57
(1) Penyedia mengajukan permohonan pembayaran prestasi pekerjaan
secara tertulis kepada pejabat penandatangan kontak disertai dengan
laporan kemajuan/output pekerjaan sesuai kontrak.
(2) Pembayaran prestasi pekerjaan dilakukan dengan ketentuan:
a. Pembayaran dilakukan dengan mengacu ketentuan dalam Kontrak
dan tidak boleh melebihi kemajuan hasil pekerjaan yang telah
dicapai dan diterima oleh Pejabat Penandatangan Kontrak.
b. Pembayaran dilakukan terhadap pekerjaan yang sudah terpasang,
tidak termasuk bahan/material dan peralatan yang ada di lokasi
pekerjaan.
c. Pembayaran dilakukan dengan sistem bulanan atau sistem termin
atau pembayaran secara sekaligus setelah kemajuan hasil pekerjaan
dinyatakan diterima sesuai ketentuan dalam Kontrak.
d. Pembayaran bulanan/termin dipotong angsuran uang muka, uang
retensi (untuk pekerjaan yang mensyaratkan masa pemeliharaan)
dan pajak.
e. Pada pembayaran akhir untuk pembayaran yang dilakukan secara
bulanan atau termin sebagaimana dimaksud pada huruf d, dapat
ditambahkan potongan denda apabila ada.
f. Untuk pekerjaan yang di subkontrakkan, permintaan pembayaran
dilengkapi bukti pembayaran kepada subpenyedia/subkontraktor
sesuai dengan kemajuan hasil pekerjaan.
56
g. Dikecualikan pembayaran dapat dilakukan sebelum prestasi
pekerjaan diterima/terpasang untuk:
1. Pengadaan Barang/Jasa yang karena sifatnya dibayar terlebih
dahulu sebelum Barang/Jasa diterima;
2. pembayaran bahan/material dan/atau peralatan yang menjadi
bagian dari hasil pekerjaan yang akan diserahterimakan,
namun belum terpasang; atau
3. pembayaran pekerjaan yang belum selesai 100% (seratus
persen) pada saat batas akhir pengajuan pembayaran dengan
menyerahkan jaminan atas pembayaran.
h. Ketentuan mengenai tata cara pembayaran termasuk bentuk
jaminan diatur dengan peraturan menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang keuangan negara.
i. Pembayaran termin terakhir hanya dapat dilakukan setelah seluruh
pekerjaan selesai 100% (seratus persen) sesuai dengan ketentuan
yang termuat dalam Kontrak dan para pihak menandatangani Berita
Acara Serah Terima pekerjaan
j. Untuk pekerjaan yang mensyaratkan masa pemeliharaan, uang
retensi dibayarkan setelah masa pemeliharaan berakhir (serah
terima kedua/FHO).
k. Apabila masa pemeliharaan berakhir pada tahun anggaran
berikutnya yang menyebabkan retensi tidak dapat dibayarkan, maka
uang retensi dapat dibayarkan dengan syarat Penyedia
menyampaikan Jaminan Pemeliharaan senilai uang retensi tersebut.
Paragraf Keempatbelas Perubahan Kontrak
Pasal 58
(1) Perubahan Kontrak karena perbedaan kondisi lapangan pada saat
pelaksanaan dengan gambar dan/atau spesifikasi teknis/KAK dalam
dokumen kontrak diberlakukan untuk Kontrak Lumsum, Kontrak Harga
Satuan, Kontrak Gabungan Lumsum dan Harga Satuan, dan Kontrak
Terima Jadi (Turnkey).
(2) Apabila terdapat perbedaan antara kondisi lapangan pada saat
pelaksanaan dengan gambar dan/atau spesifikasi teknis/KAK yang
57
ditentukan dalam dokumen Kontrak, Pejabat Penandatangan Kontrak
bersama Penyedia dapat melakukan perubahan kontrak, yang meliputi:
a. menambah atau mengurangi volume yang tercantum dalam
Kontrak;
b. menambah dan/atau mengurangi jenis kegiatan;
c. mengubah spesifikasi teknis sesuai dengan kondisi lapangan;
dan/atau
d. mengubah jadwal pelaksanaan.
(3) Perubahan Kontrak yang disebabkan masalah administrasi, dapat
dilakukan sepanjang disepakati kedua belah pihak.
(4) Masalah administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) antara lain
pergantian PPK dan perubahan rekening penerima.
(5) Pekerjaan tambah dilaksanakan dengan ketentuan:
a. tidak melebihi 10% (sepuluh persen) dari harga yang tercantum
dalam perjanjian/Kontrak awal; dan
b. tersedia anggaran untuk pekerjaan tambah.
(6) Pejabat Penandatangan Kontrak dapat menetapkan tim atau tenaga ahli
untuk pemeriksaan dalam rangka perubahan kontrak.
(7) Perubahan Kontrak tidak dapat dilakukan pada masa tambahan waktu
penyelesaian pekerjaan (masa denda) akibat dari keterlambatan setelah
waktu pelaksanaan kontrak berakhir.
Paragraf Kelimabelas Penyesuaian Harga
Pasal 59
(1) Penyesuaian harga diberlakukan terhadap Kontrak Tahun Jamak yang
berbentuk Kontrak Harga Satuan atau berdasarkan Waktu Penugasan
yang masa pelaksanaan pekerjaannya lebih dari 18 (delapan belas)
bulan, dengan ketentuan:
a. Ketentuan, persyaratan, dan tata cara perhitungan penyesuaian
harga dicantumkan dalam Dokumen Pemilihan (rancangan Kontrak)
dan/atau perubahan Dokumen Pemilihan, yang selanjutnya
dituangkan dalam Kontrak.
58
b. Persyaratan perhitungan penyesuaian harga meliputi:
1. penyesuaian diberlakukan mulai bulan ke-13 (tiga belas) sejak
pelaksanaan pekerjaan;
2. penyesuaian harga satuan berlaku bagi seluruh kegiatan/masa
pembayaran, kecuali komponen keuntungan, biaya overhead,
dan harga satuan timpang sebagaimana tercantum dalam
penawaran;
3. penyesuaian harga satuan diberlakukan sesuai dengan jadwal
pelaksanaan yang tercantum dalam Kontrak/adendum kontrak;
4. penyesuaian harga satuan bagi komponen pekerjaan yang
berasal dari luar negeri, menggunakan indeks penyesuaian
harga dari negara asal barang tersebut;
5. jenis pekerjaan baru dengan harga satuan baru sebagai akibat
adanya adendum kontrak dapat diberikan penyesuaian harga
mulai bulan ke-13 (tiga belas) sejak adendum kontrak tersebut
ditandatangani; dan
6. Indeks yang digunakan dalam hal pelaksanaan kontrak
terlambat disebabkan oleh kesalahan Penyedia adalah indeks
terendah antara jadwal kontrak dan realisasi pekerjaan.
Paragraf Keenambelas Keadaan Kahar
Pasal 60
(1) Keadaan kahar adalah suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak para
pihak dalam Kontrak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya,
sehingga kewajiban yang ditentukan dalam Kontrak menjadi tidak dapat
dipenuhi.
(2) Hal-hal merugikan yang disebabkan oleh perbuatan atau kelalaian para
pihak tidak termasuk dalam keadaan kahar.
(3) Apabila terjadi keadaan kahar, Pejabat Penandatangan Kontrak atau
Penyedia memberitahukan tentang terjadinya Keadaan kahar kepada
salah satu pihak secara tertulis dalam waktu paling lambat 14 (empat
belas) hari kalender sejak menyadari atau seharusnya menyadari atas
kejadian atau keadaan yang merupakan keadaan kahar.
(4) Apabila terjadi keadaan kahar, pelaksanaan Kontrak dapat dihentikan
atau dilanjutkan setelah kondisi kahar berakhir.
(5) Apabila pelaksanaan Kontrak dilanjutkan, para pihak dapat melakukan
perubahan kontrak.
59
(6) Jangka waktu penyelesaian pekerjaan dapat diperpanjang sekurang-
kurangnya sama dengan jangka waktu terhentinya Kontrak akibat
keadaan kahar.
(7) Perpanjangan waktu untuk penyelesaian Kontrak dapat melewati Tahun
Anggaran.
(8) Apabila pelaksanaan Kontrak dihentikan, para pihak menyelesaikan
kewajiban yang telah dilaksanakan.
(9) Penyedia berhak untuk menerima pembayaran sesuai dengan prestasi
atau kemajuan pelaksanaan pekerjaan yang telah dicapai.
(10) Selama masa keadaan kahar, jika Pejabat Penandatangan Kontrak
memerintahkan secara tertulis kepada Penyedia untuk sedapat mungkin
meneruskan pekerjaan, maka Penyedia berhak untuk menerima
pembayaran sebagaimana ditentukan dalam Kontrak dan mendapat
penggantian biaya yang wajar sesuai dengan kondisi yang telah
dikeluarkan untuk bekerja dalam keadaan kahar yang harus diatur
dalam suatu adendum Kontrak.
(11) Tindak lanjut setelah terjadinya keadaan kahar diatur dalam kontrak.
(12) Kegagalan salah satu pihak memenuhi kewajiban yang disebutkan dalam
Kontrak bukan merupakan cidera janji/wanprestasi jika disebabkan oleh
karena keadaan kahar.
Paragraf Ketujuhbelas Penghentian Kontrak atau Berakhirnya Kontrak
Pasal 61
(1) Kontrak berhenti apabila terjadi keadaan kahar.
(2) Penghentian Kontrak karena keadaan kahar dilakukan secara tertulis
oleh Pejabat Penandatangan Kontrak dengan disertai alasan penghentian
pekerjaan.
(3) Penghentian kontrak karena keadaan kahar dapat bersifat:
a. sementara hingga Keadaan Kahar berakhir; atau
b. permanen apabila akibat keadaan kahar tidak memungkinkan
dilanjutkan/diselesaikannya pekerjaan.
(3) Apabila Kontrak dihentikan karena keadaan kahar, maka Pejabat
Penandatangan Kontrak wajib membayar kepada Penyedia sesuai dengan
kemajuan hasil pekerjaan yang telah dicapai setelah dilakukan
pemeriksaan bersama atau berdasarkan hasil audit.
60
(4) Kontrak berakhir apabila pekerjaan telah selesai dan hak dan kewajiban
para pihak yang terdapat dalam Kontrak sudah terpenuhi.
(5) Terpenuhinya hak dan kewajiban para pihak sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) adalah terkait dengan pembayaran yang seharusnya
dilakukan akibat dari pelaksanaan kontrak, meskipun kontrak telah
berhenti karena pekerjaan telah selesai 100% (seratus persen).
(6) Pejabat Penandatangan Kontrak melakukan pemutusan Kontrak apabila:
a. penyedia terbukti melakukan KKN, kecurangan dan/atau
pemalsuan dalam proses pengadaan yang diputuskan oleh Instansi
yang berwenang;
b. pengaduan tentang penyimpangan prosedur, dugaan KKN dan/atau
pelanggaran persaingan sehat dalam pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa dinyatakan benar oleh Instansi yang berwenang;
c. penyedia berada dalam keadaan pailit;
d. penyedia terbukti dikenakan Sanksi Daftar Hitam sebelum
penandatangan Kontrak;
e. penyedia gagal memperbaiki kinerja setelah mendapat Surat
Peringatan sebanyak 3 (tiga) kali;
f. penyedia tidak mempertahankan berlakunya Jaminan Pelaksanaan;
g. penyedia lalai/cidera janji dalam melaksanakan kewajibannya dan
tidak memperbaiki kelalaiannya dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan;
h. berdasarkan penelitian Pejabat Penandatangan Kontrak, Penyedia
tidak akan mampu menyelesaikan keseluruhan pekerjaan
walaupun diberikan kesempatan sampai dengan 50 (lima puluh)
hari kalender sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan untuk
menyelesaikan pekerjaan;
i. setelah diberikan kesempatan menyelesaikan pekerjaan sampai
dengan 50 (lima puluh) hari kalender sejak masa berakhirnya
pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Barang/Jasa tidak dapat
menyelesaikan pekerjaan; dan/atau
61
j. penyedia menghentikan pekerjaan selama waktu yang ditentukan
dalam Kontrak dan penghentian ini tidak tercantum dalam program
mutu serta tanpa persetujuan pengawas pekerjaan.
(7) Dalam hal pemutusan Kontrak dilakukan karena kesalahan Penyedia:
a. jaminan Pelaksanaan dicairkan;
b. sisa Uang Muka harus dilunasi oleh Penyedia atau Jaminan Uang
Muka dicairkan (apabila diberikan); dan
c. penyedia dikenakan sanksi Daftar Hitam.
(8) Apabila dilakukan pemutusan Kontrak secara sepihak oleh Pejabat
Penandatangan Kontrak karena kesalahan Penyedia, maka Pokja
Pemilihan dapat menunjuk pemenang cadangan berikutnya pada paket
pekerjaan yang sama atau Penyedia yang mampu dan memenuhi syarat.
Paragraf Kedelapanbelas Pemutusan Kontrak Oleh Penyedia
Pasal 62
Penyedia melakukan pemutusan Kontrak apabila:
(1) Setelah mendapatkan persetujuan Pejabat Penandatangan Kontrak,
Pengawas pekerjaan memerintahkan Penyedia untuk menunda
pelaksanaan pekerjaan atau kelanjutan pekerjaan, dan perintah tersebut
tidak ditarik selama waktu yang ditentukan dalam Kontrak.
(2) Pejabat Penandatangan Kontrak tidak menerbitkan SPP untuk
pembayaran tagihan angsuran sesuai dengan yang disepakati
sebagaimana tercantum dalam Syarat-syarat Kontrak.
Paragraf Kesembilanbelas Pemberian Kesempatan
Pasal 63
(1) Apabila Penyedia gagal menyelesaikan pekerjaan sampai masa
pelaksanaan kontrak berakhir, namun Pejabat Penandatangan Kontrak
menilai bahwa Penyedia mampu menyelesaikan pekerjaan, Pejabat
Penandatangan Kontrak memberikan kesempatan Penyedia untuk
menyelesaikan pekerjaan dengan pengenaan sanksi denda
keterlambatan.
62
(2) Pemberian kesempatan kepada Penyedia untuk menyelesaikan pekerjaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dituangkan dalam adendum
kontrak yang didalamnya mengatur pengenaan sanksi denda
keterlambatan kepada Penyedia dan perpanjangan masa berlaku
Jaminan Pelaksanaan.
(3) Pemberian kesempatan kepada Penyedia menyelesaikan pekerjaan
sampai dengan 50 (lima puluh) hari kalender, sejak masa berakhirnya
pelaksanaan pekerjaan dan dapat melampaui Tahun Anggaran.
Paragraf Keduapuluh Denda dan Ganti Rugi
Pasal 64
(1) Sanksi finansial kepada Penyedia sesuai ketentuan yang berlaku karena
terjadinya cidera janji/wanprestasi yang tercantum dalam Kontrak
dikenakan kepada penyedia sesuai ketentuan yang berlaku.
(2) Sanksi finansial dapat berupa sanksi ganti rugi atau denda
keterlambatan.
(3) Cidera janji/wanprestasi dapat berupa :
a. kegagalan bangunan;
b. menyerahkan jaminan yang tidak bisa dicairkan;
c. melakukan kesalahan dalam perhitungan volume hasil pekerjaan berdasarkan hasil audit;
d. menyerahkan barang/jasa yang kualitasnya tidak sesuai dengan Kontrak berdasarkan hasil audit; dan
e. keterlambatan penyelesaian pekerjaan.
(4) Sanksi ganti rugi apabila terjadi :
a. kegagalan bangunan;
b. menyerahkan jaminan yang tidak bisa dicairkan;
c. melakukan kesalahan dalam perhitungan volume hasil pekerjaan berdasarkan hasil audit; dan/atau
d. menyerahkan barang/jasa yang kualitasnya tidak sesuai dengan Kontrak berdasarkan hasil audit.
(5) Besarnya sanksi ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) adalah
sebesar nilai kerugian yang ditimbulkan.
(6) Denda keterlambatan dilakukan apabila terjadi keterlambatan
penyelesaian pekerjaan.
63
(7) Besarnya denda keterlambatan adalah:
a. 1‰ (satu permil) per hari dari harga bagian Kontrak yang tercantum dalam Kontrak; atau
b. 1‰ (satu permil) per hari dari harga Kontrak.
(8) Bagian Kontrak sebagaimana dimaksud pada ayat (6)merupakan bagian pekerjaan dari satu pekerjaan yang ditetapkan dalam dokumen pemilihan
(9) Tata cara pembayaran denda diatur di dalam Dokumen Kontrak.
Paragraf Keduapuluhsatu
Serah Terima Hasil Pekerjaan
Pasal 65
(1) Setelah pekerjaan selesai 100% (seratus persen) sesuai dengan
ketentuan yang tertuang dalam Kontrak, Penyedia mengajukan
permintaan secara tertulis kepada Pejabat Penandatangan Kontrak
untuk penyerahan hasil pekerjaan.
(2) Sebelum dilakukan serah terima, Pejabat Penandatangan Kontrak
melakukan pemeriksaan terhadap hasil pekerjaan, yang dapat dibantu
oleh Konsultan Pengawas atau tim ahli dan tim teknis.
(3) Pemeriksaan dilakukan terhadap kesesuaian hasil pekerjaan terhadap
kriteria/spesifikasi yang tercantum dalam Kontrak.
(4) Apabila dalam pemeriksaan hasil pekerjaan tidak sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam Kontrak dan/atau cacat hasil
pekerjaan, Pejabat Penandatangan Kontrak memerintahkan Penyedia
untuk memperbaiki dan/atau melengkapi kekurangan pekerjaan.
(5) Apabila dalam pemeriksaan hasil pekerjaan telah sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam Kontrak maka Pejabat Penandatangan
Kontrak dan Penyedia menandatangani Berita Acara Serah Terima.
(6) Setelah penandatanganan Berita Acara Serah Terima, Pejabat
Penandatangan Kontrak menyerahkan barang/hasil pekerjaan kepada
PA/KPA.
(7) PA/KPA meminta PjPHP/PPHP untuk melakukan pemeriksaan
administratif terhadap barang/hasil pekerjaan yang diserahterimakan.
(8) PjPHP/PPHP melakukan pemeriksaan administratif proses pengadaan
barang/jasa sejak perencanaan pengadaan sampai dengan serah terima
hasil pekerjaan meliputi :
a. dokumen program/penganggaran;
64
b. surat penetapan PPK;
c. dokumen perencanaan pengadaan;
d. RUP/SIRUP;
e. dokumen persiapan pengadaan;
f. dokumen pemilihan Penyedia;
g. dokumen Kontrak dan perubahannya serta pengendaliannya; dan
h. dokumen serah terima hasil pekerjaan.
(9) Apabila hasil pemeriksaan administrasi ditemukan
ketidaksesuaian/kekurangan, PjPHP/PPHP melalui PA/KPA
memerintahkan Pejabat Penandatanganan Kontrak untuk memperbaiki
dan/atau melengkapi kekurangan dokumen administratif.
(10) Hasil pemeriksaan administratif dituangkan dalam Berita Acara.
Paragraf Keduapuluhdua
Masa Pemeliharaan
Pasal 66
(1) Penyedia wajib memelihara hasil pekerjaan selama masa pemeliharaan
sehingga kondisi tetap seperti pada saat penyerahan pertama pekerjaan.
(2) Setelah masa pemeliharaan berakhir, Penyedia mengajukan permintaan
secara tertulis kepada Pejabat Penandatangan Kontrak untuk
penyerahan akhir pekerjaan.
(3) Pejabat Penandatangan Kontrak menerima penyerahan akhir pekerjaan
setelah Penyedia melaksanakan semua kewajibannya selama masa
pemeliharaan dengan baik.
(4) Pejabat Penandatangan Kontrak wajib melakukan pembayaran sisa nilai
kontrak yang belum dibayar atau mengembalikan Jaminan
Pemeliharaan.
(5) Masa pemeliharaan untuk pekerjaan konstruksi ditentukan paling
singkat untuk pekerjaan permanen selama 6 (enam) bulan, sedangkan
untuk pekerjaan semi permanen selama 3 (tiga) bulan, dan dapat
melampaui Tahun Anggaran.
(6) Masagaransi untuk pengadaan diberlakukan sesuai kesepakatan para
pihak dalam Kontrak.
(7) Apabila Penyedia tidak melaksanakan kewajiban pemeliharaan
sebagaimana mestinya, maka Pejabat Penandatangan Kontrak berhak
untuk tidak membayar retensi atau mencairkan Jaminan Pemeliharaan
65
untuk membiayai perbaikan/pemeliharaan, danmengenakan sanksi
Daftar Hitam kepada penyedia.
(8) Dalam hal terdapat nilai sisa penggunaan uang retensi atau uang
pencairan Jaminan Pemeliharaan untuk membiayai
Pembiayaan/Pemeliharaan maka Pejabat Penandatangan Kontrak wajib
menyetorkan kepada Kas Negara.
(9) Apabila dalam pemeriksaan hasil pekerjaan telah sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam Kontrak maka Pejabat Penandatangan
Kontrak dan Penyedia menandatangani Berita Acara Serah Terima akhir.
(10) PA/KPA mengalokasikan anggaran untuk keperluan operasional PPK
selama masa pemeliharaan oleh Penyedia.
(11) Jaminan Pemeliharaan dikembalikan 14 (empat belas) hari kerja setelah
masa pemeliharaan selesai.
BAB VIII
PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK Bagian Kesatu
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik
Pasal 67
(1) Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia dilakukan
melalui aplikasi Sistem Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik
(SPSE) dan sistem pendukung.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Sistem Pengadaan Barang/Jasa Secara
Elektronik (SPSE) dan sistem pendukung sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dalam :
a. Panduan penggunaan SPSE dan sistem pendukung; dan
b. Standar dokumen pemilihan.
(3) Pemilihan penyedia secara elektronik merupakan tata cara pemilihan
penyedia yang dapat dikuti oleh semua penyedia barang/jasa yang
memenuhi persyaratan sesuai dengan metode pemilihan.
(4) Pemilihan Penyedia secara elektronik dilakukan untuk Pengadaan
Barang/Jasa Langsung, Penunjukan Langsung, Tender dan Seleksi
Elektronik.
(5) Dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa di Pemerintah Kota
Yogyakarta dapat menggunakan Katalog Elektronik
Nasional/Sektoral/Lokal.
66
(6) Katalog elektronik lokal diproses oleh UKPBJ berdasarkan usulan dari
organisasi perangkat daerah kepada Kepala Daerah.
BAB IX
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 68
(1) Setiap organisasi perangkat daerah melaporkan hasil pengadaan
barang/jasa kepada Kepala Daerah melalui organisasi perangkat daerah
yang mempunyai ketugasan pengendalian kegiatan.
(2) Organisasi Perangkat Daerah bertanggungjawab terhadap kinerja
pengadaan yang diukur dari ketepatan dalam perencanaan pengadaan
barang/jasa.
BAB X KETENTUAN PENUTUP
Pasal 69
Dengan berlakunya Peraturan Walikota ini, maka Peraturan Walikota Nomor
123 Tahun 2017 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa di
Lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
Pasal 70
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Walikota ini dengan penempatannya dalam Berita Acara Daerah Kota
Yogyakarta.
67
Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Ditetapkan di Yogyakarta
pada tanggal 6 Desember 2018
WALIKOTA YOGYAKARTA,
ttd
HARYADI SUYUTI
Diundangkan di Yogyakarta
pada tanggal 6 Desember 2018
SEKRETARIS DAERAH KOTA YOGYAKARTA,
ttd
TITIK SULASTRI
BERITA DAERAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2018 NOMOR 77