wajib pajak badan

9
C. Kewajiban Pajak Bagi Wajib Pajak Badan Kewajiban yang harus dilakukan oleh wajib pajak setelah terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak dan memiliki NPWP adalah melakukan pembayaran dan melaporkan pajak yang terutang atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya. Selain itu, wajib pajak juga memiliki kewajiban untuk memungut/memotong dan menyetorkan pajak atas penghasilan yang dibayarkan/ terutang kepada pihak lainnya. Tatacara pemenuhan kewajiban tersebut diatur dalam undang-undang no 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana terakhir telah diubah dengan Undang-undang No 17 tahun 2000 beserta peraturan pelaksanannya. Selain Pajak Penghasilan, bagi pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak juga memiliki kewajiban dibidang PPN dan PPn BM yang ketentuannya diatur dalam Undang-undang no 8 tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah sebagaimana terakhir telah diubah dengan UU No 18 tahun 2000 beserta peraturan pelaksanaannya. Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP adalah sebagai berikut : 1. Menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa (SPT Masa) Setelah wajib pajak terdaftar di KPP dan memiliki NPWP, maka memiliki kewajiban untuk menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa/ bulanan ke kantor pelayanan pajak tempat wajib pajak terdaftar. Jenis SPT Masa yang harus disampaikan oleh wajib pajak badan terdiri dari : a. SPT Masa PPh Pasal 25 PPh Pasal 25 merupakan angsuran PPh dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan. Besarnya angsuran PPh Pasal 25 adalah sebesar Pajak Penghasilan yang terutang menurut Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu, setelah dikurangi dengan PPh yang telah dipotong/dipungut oleh pihak lain dan PPh yang terutang/dibayar diluar negeri yang dapat dikreditkan; dibagi 12 (dua belas)

Upload: bachtiarolii

Post on 24-Dec-2015

218 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

SDDF

TRANSCRIPT

Page 1: Wajib Pajak Badan

C. Kewajiban Pajak Bagi Wajib Pajak Badan

Kewajiban yang harus dilakukan oleh wajib pajak setelahterdaftar di Kantor Pelayanan Pajak dan memiliki NPWP adalahmelakukan pembayaran dan melaporkan pajak yang terutang ataspenghasilan yang diterima atau diperolehnya.

Selain itu, wajib pajak juga memiliki kewajiban untukmemungut/memotong dan menyetorkan pajak atas penghasilan yangdibayarkan/ terutang kepada pihak lainnya. Tatacarapemenuhan kewajiban tersebut diatur dalam undang-undang no 7tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana terakhirtelah diubah dengan Undang-undang No 17 tahun 2000 besertaperaturan pelaksanannya.

Selain Pajak Penghasilan, bagi pengusaha yang telahdikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak juga memilikikewajiban dibidang PPN dan PPn BM yang ketentuannya diaturdalam Undang-undang no 8 tahun 1983 tentang Pajak PertambahanNilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah sebagaimana terakhirtelah diubah dengan UU No 18 tahun 2000 beserta peraturanpelaksanaannya.

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelahmemperoleh NPWP adalah sebagai berikut :

1. Menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa (SPT Masa)

Setelah wajib pajak terdaftar di KPP dan memiliki NPWP, makamemiliki kewajiban untuk menyampaikan Surat PemberitahuanMasa/ bulanan ke kantor pelayanan pajak tempat wajib pajakterdaftar. Jenis SPT Masa yang harus disampaikan oleh wajibpajak badan terdiri dari :

a. SPT Masa PPh Pasal 25

PPh Pasal 25 merupakan angsuran PPh dalam tahun pajakberjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuksetiap bulan. Besarnya angsuran PPh Pasal 25 adalah sebesarPajak Penghasilan yang terutang menurut Surat PemberitahuanTahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu, setelahdikurangi dengan PPh yang telah dipotong/dipungut oleh pihaklain dan PPh yang terutang/dibayar diluar negeri yang dapatdikreditkan; dibagi 12 (dua belas)

Bagi wajib pajak yang baru pertama kali memperolehpenghasilan dari usaha atau pekerjaan bebas dalam tahun pajakberjalan (Wajib Pajak baru), besarnya Angsuran PPh Pasal 25dihitung berdasarkan Pajak Penghasilan yang dihitungberdasarkan penerapan tarif umum atas penghasilan netosebulan yang disetahunkan, dibagi 12 (dua belas).

Batas waktu pembayaran PPh pasal 25 adalah setiap tanggal 15bulan berikutnya. Apabila tanggal 15 jatuh pada hari libur,

Page 2: Wajib Pajak Badan

maka pembayaran Ph Pasal 25 dapat dilakukan pada hari kerjaberikutnya. Sedangkan batas untuk menyampaikan SPT Masa PPhPasal 25 adalah 20 hari setelah berakhirnya masa pajak (tgl20 bulan berikutnya). Apabila tanggal 20 jatuh pada harilibur, maka pelaporan harus dilakukan pada hari kerjasebelumnya. Hari libur meliputi hari libur nasional dan hari-hari yang ditetapkan sebagai hari cuti bersama olehpemerintah.

Surat Setoran Pajak (SSP) PPh Pasal 25, juga merupakan SPTMasa PPh Pasal 25. SPT Masa PPh Pasal 25 ini, merupakan salahsatu SPT Masa yang wajib disampaikan oleh wajib pajak badan,meskipun tidak terdapat pembayaran (SPT Nihil). ApabilaWajib pajak tidak menyampaikan atau terlambat menyampaikanSPT Masa PPh Pasal 25, maka wajib pajak akan dikenakan sanksiberupa denda sebear Rp 50.000 untuk satu SPT Masa.

Bagi Wajib Pajak Badan selain yang bergerak dibidang usahapengalihan hak atas tanah dan atau bangunan, apabilamelakukan transaksi pengalihan hak atas tanah dan ataubangunan wajib menyetor PPh yang terutang atas pengalihan hakatas tanah dan atau bangunan. Besarnya PPh yang terutangadalah 5% dari nilai tertinggi antara nilai transaksi dengannilai NJOP. PPh yang terutang atas transaki pengalihan hakatas tanah dan atau bangunan merupakan uang muka pajak yangdapat dikreditkan dalam PPh Badan pada akhir tahun.

b. SPT Masa PPh Pasal 21/26

PPh pasal 21 merupakan PPh yang terutang atas penghasilanberupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran laindengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan denganpekerjaan, jasa atau kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajakorang pribadi. Berdasarkan ketentuan Pasal 21 Undang-unangPPh, PPh Pasal 21 wajib dipotong, disetor dan dilaporkan olehpemotong pajak, yaitu : pemberi kerja, bendaharawanpemerintah, dana pensiun, badan, perusahaan dan penyelenggarakegiatan.

Wajib pajak badan selaku pemberi kerja yang membayarkan gaji,upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan namadan dalam bentuk apapun sebagai imbalan sehubungan denganpekerjaan yang dilakukan oleh waib pajak orang pribadi wajibmenyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21. Batas waktu penyetoranPPh Pasal 21 adalah tanggal 10 bulan berikutnya, namunapabila tanggal 10 jatuh pada hari libur maka penyetorandapat dilakukan pada hari kerja berikutnya. Sedangkan bataswaktu pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 adalah 20 hari setelahberakhirnya masa pajak (tanggal 20 bulan berikutnya), apabilatanggal 20 jatuh pada hari libur, maka penyampaian SPT MasaPPh pasal 21 harus dilakukan pada hari kerja sebelumnya.

Page 3: Wajib Pajak Badan

SPT Masa PPh Pasal 21 juga merupakan SPT Masa yang wajibdisampaikan oleh Wajib Pajak Badan meskipun tidak terdapatpenyetoran PPh Pasal 21/26 (SPT Nihil). Apabila Wajib pajaktidak menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 atau terlambatmenyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21, maka akan dikenakansanksi berupa denda sebesar Rp 50.000,- untuk satu SPT Masa.Ketentuan lebih lanjut tentang Petunjuk pelaksanaanpemotongan, penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 21 dan pasal26 sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan orangpribadi diatur dalam Keputusan Dirjen Pajak No KEP-545/PJ./2000 tanggal 29 Desember 2000.

c. SPT Masa PPN

Bagi Wajib Pajak yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha KenaPajak (PKP) diwajibkan untuk memungut Pajak Pertambahan Nilai(PPN) dan Pajak atas Penjualan Barang Mewah (PPn BM) sertamenyampaikan SPT Masa PPN. Jatuh tempo penyetoran PPN adalahsetiap tanggal 15 bulan berikutnya, sedangkan batas waktupenyampaian SPT Masa PPN adalah 20 hari setelah berakhirnyamasa pajak (tgl 20 bulan berikutnya). Seperti halnyapembayaran PPh Masa, apabila jatuh tempo penyetoran PPN jatuhpada hari libur, maka penyetoran dapat dilakukan pada harikerja berikutnya. Sedangkan untuk pelaporan, apabila bataswaktu pelaporan jatuh pada hari libur maka penyampaian SPTMasa PPN wajib dilakukan pada hari kerja sebelumnya.

SPT Masa PPN merupakan SPT Masa yang wajib disampaikan olehWajib Pajak yang telah dikukuhkan sebagai pengusaha kenapajak, meskipun Nihil. Apabila Wajib yang telah dikukuhkansebagai pengusaha kena pajak tidak menyampaikan atauterlambat menyampaikan SPT Masa PPN maka akan dikenakansanksi berupa denda sebesar Rp 50.000 untuk satu SPT Masa.

Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT PPN) adalah sebagai saranauntuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitunganjumlah Pajak PPN dan PPn BM yang sebenarnya terutang danuntuk melaporkan tentang :• Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran;• Pembayaran atau pelunasan pajak yang telahdilaksanakan sendiri oleh Pengusaha Kena Pajak dan ataumelalui pihak lain dalam satu Masa Pajak, yang ditentukanoleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yangberlaku;• Bagi pemotong atau pemungut pajak, fungsi SuratPemberitahuan adalah sebagai sarana untuk melaporkan danmempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dandisetorkannya.

Ketentuan mengenai PPN diatur dalam Undang-undang no 8 tahun1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa danPajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana terakhir telah

Page 4: Wajib Pajak Badan

diubah dengan UU No 18 tahun 2000 beserta peraturanpelaksanaannya.

d. SPT Masa PPh Pasal 23/26

PPh pasal 23 merupakan PPh yang terutang atas penghasilanyang diterima/diperoleh oleh wajib pajak badan dalam negeriatau bentuk usaha tetap; yang berupa :• Deviden• Bunga• Royalti• Hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotong PPhpasal 21• Sewa dan penghasilan lain sehubungan denganpenggunaan harta• Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasamanajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain (ygditetapkan DJP) selain jasa yang telah dipotong PPh pasal 21.

PPh yang terutang atas penghasilan tersebut (PPh Pasal 23)wajib dipotong, disetorkan dan dilaporkan oleh pemotong PPhPasal 23; yaitu badan pemerintah, subyek pajak badan dalamnegeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap atauperwakilan wajib pajak luar negeri lainnya; yang membayar/memberikan penghasilan yang merupakan obyek PPh pasal 23.

PPh Pasal 26 merupakan PPh yang terutang atas penghasilanyang diterima/diperoleh oleh Wajib Pajak Luar Negeri yangberupa :g. Deviden;h. bunga, termasuk premium, diskonto, premi swap danimbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang;i. royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan denganpenggunaan harta;j. imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dankegiatan;k. hadiah dan penghargaan;l. pensiun dan pembayaran berkala lainnya ;

PPh yang terutang atas penghasilan tersebut (PPh Pasal 26)wajib dipotong, disetorkan dan dilaporkan oleh pemotong PPhPasal 26. Pemotong PPh Pasal 26 yaitu badan pemerintah,subyek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentukusaha tetap atau perwakilan wajib pajak luar negeri lainnya;yang membayar/memberikan penghasilan yang merupakan obyek PPhpasal 26.

Batas waktu penyetoran PPh Pasal 23/26 oleh pemotong PPhadalah tanggal 10 bulan berikutnya, sedangkan batas waktupenyampaian SPT Masa PPh pasal 23/26 adalah anggal 20 bulanberikutnya. Apabila tanggal jatuh tempo penyetoran PPh pasal23/26 jatuh pada hari libur maka penyetoran dapat dilakukanpada hari kerja berikutnya. Namun apabila tanggal jatuh tempo

Page 5: Wajib Pajak Badan

pelaporan jatuh pada hari libur, maka laporan harusdisampaikan pada hari kerja sebelumnya.

SPT Masa PPh Pasal 23/26 hanya wajib dilaporkan ke KPPapabila terdapat pembayaran yang terutang PPh Pasal 23/26.Dengan demikian tidak terdapat SPT Masa PPh pasal 23/26 Nihil.

e. SPT Masa PPh Final pasal 4 (2)

1) PPh final atas penghasilan yang diterima/diperoleholeh wajib pajak sendiri

Bagi Wajib Pajak Badan yang memperoleh penghasilan yangmerupakan obyek PPh final, maka diwajibkan untuk membayar danmelaporkan PPh final pasal 4 (2) yang terutang ataspenghasilan tersebut.

Jenis penghasilan lain yang merupakan obyek PPh final danpembayaran PPh-nya wajib dilakukan sendiri oleh penerimapenghasilan (Wajib pajak Badan) adalah sebagai berikut :

• Penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan;

Penghasilan yang diterima/diperoleh oleh WP Badan darikegiatan persewaan tanah dan atau bangunan juga merupakanobyek PPh final pasal 4 (2). Dalam hal penyewa adalah bukanpemotong pajak, maka PPh yang terutang atas penghasilan daritransaksi persewaan tanah dan atau bangunan wajib dibayarsendiri oleh penerima penghasilan. Besarnya PPh yang terutangatas transaksi ini adalah sebesar 10% dari jumlah bruto nilaipersewaan.

Apabila penyewa adalah pemotong pajak (i.e. WP Badan), makapelunasan PPh final atas transaksi ini dilakukan melaluipemotongan oleh pihak penyewa. Pemotong pajak (penyewa) wajibmemberikan bukti pemotongan (Bukti Potong PPh Final pasal 4(2)) kepada wajib pajak (penerima penghasilan).

Batas waktu pembayaran PPh Final PS 4 (2) atas transaksi iniadalah tanggal 15 bulan berikutnya. Sedangkan batas waktupelaporan adalah tanggal 20 bulan berikutnya.

• Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi;

Apabila pemakai jasa bukan merupakan pemotong PPh, atasPenghasilan yang diterima/diperoleh oleh WP Badan (yang tidakmemiliki sertifikasi sebagai pengusaha kontruksi menengahatau besar) dari kegiatan Jasa Konstruksi, PPh yang terutangatas penghasilan tersebut wajib dibayar sendiri oleh wajibpajak. Namun apabila pemakai jasa merupakan pemotong pajak,maka PPh yang terutang atas kegiatan ini pelunasannyadilakukan melalui pemotongan oleh pemakai jasa. Pemotongpajak (Pemakai jasa) wajib memberikan bukti potong. BesarnyaPPh final pasal 4 (2) yang terutang atas penghasilan darikegiatan jasa konstruksi adalah sbb :

Page 6: Wajib Pajak Badan

a) Jasa Perencanaan Konstruksi 4% (empat persen) darijumlah bruto;b) Jasa Pelaksanaan Konstruksi 2% (dua persen) darijumlah bruto;c) Jasa Pengawasan Konstruksi 4% (empat persen) darijumlah bruto.

2) PPh final atas penghasilan yang dibayarkan/terutangkepada pihak lain

Wajib pajak badan yang melakukan pembayaran/memberikanpenghasilan tertentu yang pengenaan pajaknya telah diaturdengan peraturan pemerintah dan dikenakan PPh finaldiwajibkan untuk memotong, menyetorkan dan melaporkan PPhyang terutang atas penghasilan tersebut ke kantor pajak.Penghasilan yang pengenaan pajaknya telah diatur denganperaturan pemerintah dan dikenakan PPh yang bersifat finaladalah :

• Penghasilan dari transaksi penjualan saham di bursaefek.• Penghasilan dari hadiah undian• Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan ataubangunan• Penghasilan dari bunga deposito dan tabungan sertadiskonto Sertifikat Bank Indonesia.• Penghasilan dari persewaan tanah dan atau bangunan• Penghasilan dari obligasi yang diperdagangkan dibursa efek• Penghasilan dari usaha jasa konstruksiApabila terdapat transaksi yang merupakan obyek PPh final,wajib pajak badan yang melakukan transaksi tersebut wajibmemotong, menyetorkan dan melaporkan PPh yang terutang.Pelaporan PPh final dilakukan dengan menggunakan SPT Masa PPhFinal.

SPT Masa PPh Final hanya wajib dilaporkan oleh wajib pajakbadan apabila terdapat transaksi yang berhubungan denganobyek PPh final, sehingga tidak ada SPT Masa PPh Final Nihil.

2. Menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT Tahunan)

a. SPT Tahunan PPh Badan (SPT 1771)

Setelah berakhirnya tahun pajak, Wajib pajak diwajibkan untukmenyampaikan SPT Tahunan (SPT Tahunan PPh Badan – SPT 1771).SPT Tahunan paling lambat disampaikan 3 (tiga) bulan setelahakhir tahun pajak/tahun buku.

Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT Tahunan) bagi Wajib Pajakadalah sebagai sarana untuk melaporkan danmempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yangsebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :

Page 7: Wajib Pajak Badan

• Pembayaran atau pelunasan pajak yang telahdilaksanakan sendiri dan atau melalui pemotongan ataupemungutan pihak lain dalam 1 (satu) Tahun Pajak atau BagianTahun Pajak;• Penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukanobjek pajak;• Harta dan kewajiban;

b. SPT Tahunan PPh 21 (SPT 1721)

Selain melaporkan SPT Tahunan PPh Badan, Wajib Pajak Badanselaku pemotong PPh pasal 21 juga diwajibkan menyampaikan SPTTahunan PPh pasal 21. Dalam waktu 2 (dua) bulan setelah tahuntakwim berakhir, Pemotong Pajak berkewajiban menghitungkembali jumlah PPh Pasal 21 yang terutang oleh pegawai tetapdan penerima pensiun bulanan menurut tarif sebagaimanadimaksud dalam Pasal 17 UU PPh.

Setiap Pemotong Pajak wajib mengisi, menandatangani, danmenyampaikan SPT Tahunan PPh Pasal 21 ke Kantor PelayananPajak tempat Pemotong Pajak terdaftar atau Kantor PenyuluhanPajak setempat. Surat Pemberitahuan Tahunan PPh Pasal 21harus disampaikan selambat-lambatnya tanggal 31 Maret tahuntakwim berikutnya. Batas waktu pelaporan ini berlaku jugabagi wajib pajak yang tahun bukunya berbeda dengan tahuntakwim.