volume i no. 3/ desember 2011 magazine living...

32
Living Planet MAGAZINE VOLUME I NO. 3/ DESEMBER 2011 IDN 2011 MAGAZINE Gaya Hidup Kita, Masa Depan Bumi © WWF-Indonesia / Dibal RANUH

Upload: vuanh

Post on 10-Mar-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: VOLUME I NO. 3/ DESEMBER 2011 MAGAZINE Living …awsassets.wwf.or.id/downloads/wwf_living_planet_magazine_vol_1_no...Dewi Satriani Maitra Widiantini Nur Anisah Nancy Ariaini Dyah Ekarini

Living PlanetMAGAZINE

VOLUME I NO. 3/ DESEMBER 2011

IDN

2011

MAGAZINE

Gaya Hidup Kita, Masa Depan Bumi

© W

WF

-In

do

ne

sia

/ D

iba

l R

AN

UH

Page 2: VOLUME I NO. 3/ DESEMBER 2011 MAGAZINE Living …awsassets.wwf.or.id/downloads/wwf_living_planet_magazine_vol_1_no...Dewi Satriani Maitra Widiantini Nur Anisah Nancy Ariaini Dyah Ekarini
Page 3: VOLUME I NO. 3/ DESEMBER 2011 MAGAZINE Living …awsassets.wwf.or.id/downloads/wwf_living_planet_magazine_vol_1_no...Dewi Satriani Maitra Widiantini Nur Anisah Nancy Ariaini Dyah Ekarini

Living Planet Magazine diterbitkan oleh WWF-Indonesia

setiap empat bulan sekali

0605

13

12

Living Planet Magazine menggunakan kertas daur ulang. Terimakasih kepada PT. Surya Palacejaya yang memberikan harga khusus untuk WWF.

UTAMA | Gaya hidup kita, masa depan bumi

CATATAN | Bukan satu jam saja...

LEMBAR SALAM

KABAR WWF

Living PlanetMAGAZINE

16

22

© Teks (2011) WWF-Indonesia

Tidak diperbolehkan mencetak

ulang sebagian atau seluruh isi

Living Planet Magazine tanpa izin

dari WWF-Indonesia. Terima Kasih

kepada seluruh kontributor dan

ilustrator yang menyumbangkan

karyanya untuk WWF-Indonesia

dalam Living Planet Magazine

Living PlanetDIGITAL MAGAZINE

Apabila Anda hanya ingin menerima versi

elektronik Living Planet Magazine, silakan

kirim email ke :

Tulis “LPM” pada subyek email Anda

[email protected]

INSPIRASI

PANDO | Jangan tanggung-tanggung

TANAH AIR |

SINERGI

LOMBOK, sebuah kesaksian...

05

10

13

14

16

18

21

24

Page 4: VOLUME I NO. 3/ DESEMBER 2011 MAGAZINE Living …awsassets.wwf.or.id/downloads/wwf_living_planet_magazine_vol_1_no...Dewi Satriani Maitra Widiantini Nur Anisah Nancy Ariaini Dyah Ekarini

Salam hangat!

Pada sebuah Car Free Day, saya mendorong sepeda Rich, putra bungsu saya yang berumur

empat tahun. Kami takjub, banyak orang menikmati Minggu pagi di Jakarta dengan bersepeda

atau berjalan kaki. Ini membuat saya berfikir: apakah bersepeda setiap Car Free Day bisa

dikatakan sudah bergaya hidup hijau?

Setelah lebih lama merenung, saya melihat bahwa sebenarnya bergaya hidup hijau itu mudah:

beragam tips sederhana bergaya hidup hijau ada di mana-mana. Mulai dari membawa botol

minum sendiri, membawa kantong belanja untuk mengurangi penggunaan plastik, memilah

sampah rumah tangga, dan lain sebagainya. Bayangkan, bila semua orang yang berada di Car

Free Day juga melakukan berbagai aktivitas ‘hijau’ lain sehari-hari.

Mari kita lakukan refleksi. Apakah kita bergaya hidup hijau hanya sebatas trend saja? Apakah

kita melakukannya karena "gaya" atau tidak mau dikatakan ketinggalan jaman? Saya pribadi

sudah memilah sampah, menggunakan kantong belanja sendiri, menggunakan alat-alat listrik

yang hemat energi di rumah. Akan tetapi, secara pribadi saya belum dan mungkin sulit

bersepeda ke kantor. Sebagai gantinya, saya memilih berangkat dan pulang kantor bersama-

sama rekan kerja (car pooling). Bergaya hidup hijau terletak pada keinginan kita untuk berbuat

sebaik-baiknya.

Earth Hour yang digelar pada tanggal 26 Maret 2011 membawa pesan sederhana tetapi

bermakna dalam: “Setelah 1 Jam Jadikan Gaya Hidup”. Maka, mari kita benar-benar

perjuangkan gaya hidup hijau dan menyelaraskannya dengan kebutuhan kita. Kita

menyelamatkan bumi, kita merasakan manfaatnya.

Satu totalitas...

Salam lestari,

Devy Suradji

04

SUSUNAN REDAKSI

LIVING PLANET

MAGAZINE

Penanggung Jawab

Pemimpin Redaksi

Wakil Pemimpin Redaksi

Redaktur Pelaksana

Efransjah (CEO WWF-Indonesia)

Devy Suradji

Adji Santoso

Silfia FebrinaMasayu Yulien Vinanda

Dewan Redaksi

Redaksi

Rina Aryanti

Susilowati Lestari

Desmarita Murni

Verena Puspawardani

Dewi Satriani

Maitra Widiantini

Nur Anisah

Nancy Ariaini

Dyah Ekarini

Shintya Kurniawan

Dita Ramadhani

Aulia Rahman

Annisa Ruzuar

Israr Ardiansyah

Ariestiyani Prilia

Diah Tetranti

Irza Rinaldi

Patricia Dini Setyorini

Saipul Siagian

Jimmy Syahirsyah

Primayunta

Novy Anaktototy

Staf Sekretariat

Redaksi

Fotografi

Basis Data

Wini Dewi Aliani

Maya Bellina

Ikhsanul Khoiri

Paramita Mentari Kesuma

Margareth Meutia

Teresia Prahesti

Donny Prasmono

Linda Sukandar

Anggita Vela

Yohan Andreas (Desain)

Sugiri (Ilustrasi)

Kerjasama

Konsultan

WWF-Indonesia | Gedung Graha Simatupang Tower 2C Floor #7

Jln.TB Simatupang Kav.38 Jakarta Selatan, Indonesia | Tel.: (021) 7829426 – 29 | Website: wwf.or.id

Alamat Redaksi :

SAPA PANDA

VOLUME I NO. 3DESEMBER 2011

WWF-INDONESIA LIVING PLANET MAGAZINE

©D

ok.

Maja

lah P

eso

na

Page 5: VOLUME I NO. 3/ DESEMBER 2011 MAGAZINE Living …awsassets.wwf.or.id/downloads/wwf_living_planet_magazine_vol_1_no...Dewi Satriani Maitra Widiantini Nur Anisah Nancy Ariaini Dyah Ekarini

05

UTAMA

GAYA HIDUP KITA, MASA DEPAN BUMIPerubahan iklim pada dasarnya merupakan peristiwa alam yang alami. Namun, akibat ulah manusia melepaskan sejumlah besar Gas Rumah Kaca (GRK) ke atmosfer, temperatur bumi pun meningkat dramatis. Inilah yang lalu dikenal dengan istilah Pemanasan Global.

© W

WF

-Ca

no

n / T

anya P

ET

ER

SE

N

VOLUME I NO. 3/ DESEMBER 2011

Page 6: VOLUME I NO. 3/ DESEMBER 2011 MAGAZINE Living …awsassets.wwf.or.id/downloads/wwf_living_planet_magazine_vol_1_no...Dewi Satriani Maitra Widiantini Nur Anisah Nancy Ariaini Dyah Ekarini

06

UTAMA

PEMANASAN GLOBAL?Para ahli menyebut kenaikan

temperatur bumi akan mencapai

1,4 sampai 6,3 derajat Celcius

hingga tahun 2100. Padahal, setiap

kenaikan 2 derajat Celcius saja

akan menyebabkan banyak terjadi kepunahan,

terutama pada spesies yang sulit beradaptasi di

daerah kutub dan tropis.

WWF-INDONESIA LIVING PLANET MAGAZINE

Dalam konteks perubahan iklim, hutan seperti pisau

bermata dua. Bila dikelola dengan baik maka ia

mampu memaksimalkan fungsinya untuk menyerap

dan menyimpan karbon. Sementara, bila tidak

dikelola dengan baik, beralih fungsi menjadi lahan

non hutan dan lalu dirusak, maka hutan akan

menjadi sumber emisi yang besar.

Hutan menutupi antara 86 – 93 juta hektar, atau

hampir setengah total wilayah darat Indonesia.

Menurut data terakhir Kementerian Kehutanan,

Indonesia kehilangan 1,18 juta hektar hutan setiap

tahunnya. Deforestasi dan alih fungsi hutan,

termasuk lahan gambut, menghasilkan sekitar 60

persen total emisi Indonesia.

HUTAN LESTARI, IKLIM TERJAGA

PEMANASAN GLOBAL

Bagi Indonesia, negara yang bergantung pada

kekayaan alam, peristiwa kebakaran hutan dan

pemucatan terumbu karang menjadi permasalahan

serius, terutama pada masyarakat yang tinggal di

daerah sekitar hutan dan pesisir pantai.

Meski tingkat emisi GRK terus meningkat, ada banyak

peluang untuk menguranginya. Kejadian ini bukan

akhir segalanya.

© W

WF

-Indonesia

/ SU

PR

IYA

NT

O

Page 7: VOLUME I NO. 3/ DESEMBER 2011 MAGAZINE Living …awsassets.wwf.or.id/downloads/wwf_living_planet_magazine_vol_1_no...Dewi Satriani Maitra Widiantini Nur Anisah Nancy Ariaini Dyah Ekarini

07

Kondisi ini mendorong Indonesia

deforestasi dan degradasi hutan sebagai salah satu cara

utama mengurangi emisi dan menghadapi perubahan

iklim. Solusi ini dikenal sebagai REDD (Reducing

Emissions from Deforestation and Forest Degradation)

yakni insentif positif bagi negara berkembang yang

melindungi hutannya.

Skema ini pun lalu berkembang menjadi REDD+. Tidak

hanya mengurangi emisi dari deforestasi dan kerusakan

hutan, tetapi juga meningkatkan penyerapan karbon

melalui konservasi dan pengelolaan hutan lestari serta

peningkatan cadangan karbon hutan.

memilih menanggulangi

WWF merespon peluang REDD+ ini dengan melakukan

persiapan di empat wilayah kerjanya. Taman Nasional

Tesso Nilo di Riau dan Taman Nasional Sebangau di

Kalimantan Tengah adalah lokasi pilihan untuk

menunjukkan peran signifikan kawasan konservasi dalam

pelaksanaan REDD+. Sementara, dua lokasi lain: Kutai

Barat dan Unurum Guay (Jayapura) adalah tempat

melihat kesiapan REDD+ di tingkat kabupaten.

Di Unurum Guay, Papua, identifikasi potensi REDD

dilakukan melalui pemetaan partisipatif bersama

masyarakat dan analisis High Conservation Value Forest.

Sementara di Kutai Barat, Kalimantan Timur, WWF

berupaya meminimalkan dampak negatif lingkungan yang

mungkin muncul akibat pembangunan. Upaya membantu

perencanaan tata ruang Kabupaten Kutai Barat,

diharapkan mampu berkontribusi terhadap upaya

mengurangi emisi akibat deforestasi dan degradasi hutan,

meningkatkan mata pencaharian masyarakat,

mempertahankan ekosistem dan nilai

keanekaragamanragaman hayati, serta mempertahankan

fungsi wilayah tersebut sebagai koridor keanekaragaman

hayati di sekitar kawasan lindung.

Beragam upaya tersebut dikemas dalam perencanaan

program RPAN (REDD+ for People and Nature) WWF-

Indonesia di Kutai Barat untuk Ekonomi Hijau

REDD+ DAN LANGKAH WWF

PEMANASAN GLOBAL

VOLUME I NO. 3/ DESEMBER 2011

Listrik telah menjadi kebutuhan sehari-hari kita. Ia tidak

terpisahkan dari masyarakat kota-kota besar dengan

tingkat konsumsi yang sangat tinggi. Lihat saja berderet

aktivitas ini: menyalakan lampu di saat gelap,

mendinginkan ruangan dengan kipas angin ataupun AC,

memasak nasi dengan rice cooker, menyalakan TV

sebagai sarana hiburan dan informasi, mengisi batere

telepon seluler sebagai sarana komunikasi. Semua

membutuhkan listrik!

Namun, sebagian besar listrik yang kita nikmati sehari-hari

berasal dari pembangkit listrik berbahan bakar energi fosil

seperti bahan bakar minyak (BBM) dan batubara yang

tergolong jenis energi yang tidak terbarukan dalam waktu

cepat. Semakin besar konsumsi energi ini, maka akan

semakin cepat habis cadangannya di dalam perut bumi.

Selain masalah terbatasnya persediaan, setiap tahapan

dalam proses energi fosil mulai dari pemanfaatan hingga

limbah akhir pembakarannya menghasilkan polusi dan

emisi yang berbahaya bagi manusia dan juga kerusakan

lingkungan. Lebih jauh lagi, emisi yang dihasilkan

berkontribusi pada peningkatan emisi Gas Rumah Kaca

(GRK) di atmosfer yang berdampak pada pemanasan

global dan terjadinya perubahan iklim.

PANAS BUMI :

ENERGI RAMAH LINGKUNGAN

PEMANASAN GLOBAL

© W

WF

-Indonesi

a /

PR

IMA

YU

NTA

Page 8: VOLUME I NO. 3/ DESEMBER 2011 MAGAZINE Living …awsassets.wwf.or.id/downloads/wwf_living_planet_magazine_vol_1_no...Dewi Satriani Maitra Widiantini Nur Anisah Nancy Ariaini Dyah Ekarini

Iya, kita sadar dengan adanya fenomena perubahan iklim

akibat aktivitas kita mengeluarkan gas rumah kaca

secara berlebihan. Iya, kita paham adanya ancaman

serius bagi manusia bila keanekaragaman hayati dan

ekosistem terganggu karena aktivitas kita tersebut dan

karena dampak perubahan iklim. Lalu, apa kita juga

mengerti bahwa bencana datang tanpa pemberitahuan

dan tanpa memilih korban? Semua orang di seluruh

dunia sudah, sedang, atau berpotensi mengalami

terkena dampak perubahan iklim yang fatal dan ekstrim,

seperti topan badai, banjir, atau kekeringan.

Cuaca ekstrim menyebabkan petani tidak dapat

menentukan musim dan nelayan sulit melaut. Naiknya

paras muka laut telah menenggelamkan beberapa

pemukiman penduduk di wilayah pesisir. Belum lagi

dampaknya bagi kesehatan masyarakat.

Adakah yang bisa kita lakukan supaya bisa bertahan dan

kembali ke kondisi semula ketika itu terjadi? Adaptasi

adalah jawabannya.

Saat ini WWF-Indonesia bersama dengan mitra peneliti

dan berbagai komunitas tengah mendokumentasikan

kejadian di seluruh pelosok negeri yang bisa dikatakan

dampak perubahan iklim. Beragam cerita dari Berau,

Kalimantan Timur, kesaksian seorang warga pesisir

Kaledupa di Wakatobi, Sulawesi Tenggara yang mulai

mengalami kekeringan, hingga petani di Lombok, Nusa

Tenggara Barat yang kerap kali gagal panen.

Kumpulan fakta tersebut menjadi acuan penting bagi

WWF dalam mencari solusi dan mengembangkan

strategi adaptasi bagi ekosistem dan komunitas yang

terkena dampak perubahan iklim.

08

WWF-INDONESIA LIVING PLANET MAGAZINE

SIAP SEBELUM BENCANA

PEMANASAN GLOBAL

Rentetan dampak negatif yang ditimbulkan oleh energi

listrik, mendorong WWF untuk mengembangkan energi

alternatif yang lebih ramah lingkungan. Maka,

dikembangkanlah energi panas bumi, energi yang

umumnya terletak di wilayah vulkanik atau wilayah yang

terdapat banyak gunung api.

WWF melihat pentingnya pengembangan panas bumi

dalam mendukung ketahanan energi nasional dan

konservasi lingkungan. Pada 2010, WWF

mengembangkan program “Ring of Fire (ROF)” dengan

target yang sangat ambisius yakni membangun

lingkungan yang kondusif bagi pemanfaatan panas bumi

dan sumber energi terbarukan lainnya secara

berkelanjutan di Indonesia dan Filipina dari 3.000 MW di

tahun 2009 hingga 12.000 MW di 2020. Sebagai Negara

dengan potensi panas bumi terbesar di dunia, Indonesia

menjadi target dan prioritas utama dalam program ROF

tersebut karena sejauh ini dari total potensi yang bumi

sebesar 28.000 MW, energi panas bumi baru

dimanfaatkan kurang lebih 4%! Pada 2015, ditargetkan

akan ada dua proyek percontohan untuk pemanfaatan

panas bumi yang berkelanjutan dan mendukung upaya

konservasi di wilayah kerja WWF-Indonesia di Sumatera.

Untuk mencapai target tersebut, WWF berusaha

mendorong perbaikan sektor energi agar lebih

berkelanjutan dan mendukung upaya pengembangan

energi panas bumi di Indonesia. WWF mempromosikan

kebijakan energi ramah lingkungan, langkah menuju

pembangunan berkelanjutan, ekonomi ramah

lingkungan, dan peningkatan pengetahuan masyarakat.

Bila dibandingkan dengan batubara, panas bumi memiliki

banyak keuntungan baik dari sisi ekonomi, sosial,

maupun lingkungan. Dari sisi ekonomi komponen biaya,

Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) jauh lebih

murah karena tidak ada komponen biaya bahan bakar

serta resiko fluktuasi biaya akibat harga bahan bakar

yang tidak stabil dan cenderung meningkat.

Dari sisi lingkungan, PLTP lebih ramah lingkungan

karena emisi yang dihasilkan sangat rendah yaitu sekitar

180 Kg/MWh, lima kali lebih rendah dibandingkan emisi

yang dihasilkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)

yang hampir mencapai 1000 Kg/MWh.

Dalam jangka panjang keberlanjutan PLTP lebih terjamin

mengingat panas bumi merupakan energi yang

terbarukan. Bila diakumulasi secara total dari hulu hingga

hilir, area lahan yang dibutuhkan untuk PLTP lebih efisien

yaitu 0,4 – 3,2 hektar per Megawatt dibandingkan PLTU

yang mencapai 7,7 hektar per Megawatt.

© W

WF

-Indonesia

/ PR

IMA

YU

NTA

Page 9: VOLUME I NO. 3/ DESEMBER 2011 MAGAZINE Living …awsassets.wwf.or.id/downloads/wwf_living_planet_magazine_vol_1_no...Dewi Satriani Maitra Widiantini Nur Anisah Nancy Ariaini Dyah Ekarini

1. Mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.Mengurangi penggunaan kendaraan pribadi mungkin bukan perkara

mudah bagi sebagian besar orang, terutama masyarakat di kota-kota

besar. Selain perasaan gengsi, tidak adanya kendaraan umum yang

memadai adalah beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan

kendaraan pribadi. Namun jika harus mengendarai kendaraan pribadi

pastikan bahwa kendaraan tersebut hemat BBM. Selain itu, kurangi

penggunaan kendaraan pribadi untuk jarak dekat. Alternatif kendaraan

untuk jarak dekat diantaranya adalah jalan kaki atau bersepeda.

2. Mengurangi sampah rumah tangga dan industri.Sampah yang semakin banyak dan tidak didaur ulang memiliki

kandungan metan yang tinggi yang mampu melepas banyak karbon di

atmosfer. Mulailah berkreasi untuk mendaur ulang sampah menjadi

barang-barang yang bermanfaat.

3. Menerapkan budaya hemat energi.Langkah sederhana yang dapat diterapkan adalah dengan mengurangi

penggunaan lampu atau peralatan elektronik lainnya yang tidak

diperlukan.

4. Menjaga kelestarian hutan dengan mengurangi

penggunaan kertas. Konsumsi kertas dapat diminimalkan dengan memakai atau mencetak

kertas bolak-balik, menggunakan dokumen elektronik atau

memanfaatkan fasilitas email.

Bicara soal lingkungan, pasti yang

paling sering kita dengar

kebanyakan cerita hutan yang

rusak, flora dan fauna terancam

punah, bahkan dibunuh, sampai

Indonesia yang masuk peringkat

tinggi dunia penghasil emisi karbon

dari kebakaran dan penebangan

hutan. Fakta pilu itu pun semakin mencoreng

dengan adanya data yang menyebutkan bahwa

laju kehilangan dan kerusakan hutan tahun 1990-

2000 di Indonesia setara dengan 364 lapangan

bola per jam.

Kemudian bermunculanlah program

penanaman pohon dimana-mana. Lalu apakah

ini akan cukup mengembalikan hutan Indonesia

ke kondisi awal? Apakah hutan kita cukup jadi

pemasok oksigen warga negaranya? Apakah

emisi yang sudah terlanjur lepas bisa diserap

lagi? Sama sekali tidak. Kegiatan menanam

kembali tidak bergerak secepat kegiatan kita

berkontribusi merusak hutan dari penggunaan

produk-produk hasil hutan, atau selama kita

belum mau mengurangi emisi. Berikut langkah

praktis untuk berkontribusi dalam menekan

tingkat emisi:

09

LANGKAH SEDERHANA KURANGI EMISI

WHAT YOU CAN DO

VOLUME I NO. 3/ DESEMBER 2011

Penulis: Verena Puspawardani, Masayu Yulien Vinanda, Iwan Wibisono, Indra Sari Wardhani, Chrisandini, Paramita Mentari K. © WWF-Indonesia

Page 10: VOLUME I NO. 3/ DESEMBER 2011 MAGAZINE Living …awsassets.wwf.or.id/downloads/wwf_living_planet_magazine_vol_1_no...Dewi Satriani Maitra Widiantini Nur Anisah Nancy Ariaini Dyah Ekarini

10

WWF-INDONESIA LIVING PLANET MAGAZINE

CATATAN

EARTH HOUR:

BUKAN “SATU JAM SAJA”Sejak 2009, Jakarta bersama dengan beberapa kota besar di pulau Jawa –

Bali menggelapkan malam di hari Sabtu, tiap minggu terakhir bulan Maret

untuk kampanye global Earth Hour. Semua lampu dan peralatan elektronik

yang tidak sedang dipakai serentak dimatikan antara jam 20.30 – 21.30

sebagai ekspresi kepedulian terhadap perubahan iklim global.

© W

WF

- Indonesia

©

WW

F -

Indonesi

a / M

uh. Ih

san R

IZA

LD

WW

F -

In

donesi

a / M

uh. Ih

san R

IZA

LD

I

Page 11: VOLUME I NO. 3/ DESEMBER 2011 MAGAZINE Living …awsassets.wwf.or.id/downloads/wwf_living_planet_magazine_vol_1_no...Dewi Satriani Maitra Widiantini Nur Anisah Nancy Ariaini Dyah Ekarini

Tahun ini, Earth Hour berhasil mengajak 1,8 milyar penduduk

dunia dari 5.251 kota di 135 negara karena kampanye ini

menyatukan kesamaan rasa terhadap Bumi lewat aksi nyata

maupun melalui aktivitas dunia maya. Kelompok komunitas,

pelajar, dan mahasiswa pun mengerahkan massanya untuk

memperingati aksi Earth Hour secara mandiri. Di Jakarta

misalnya, mahasiswa London School of Public Relations menggelar aksi bagi-bagi

pohon pada saat pelaksanaan Car Free Day.

Tidak hanya itu, pesepeda dari berbagai komunitas sepeda di Jakarta pun turut

menggelar aksi swadaya peringati Earth Hour 2011. Ratusan penggowes yang

tergabung dalam Jakarta Critical Mass (JCM) menggowes dari depan FX Plaza

Sudirman menuju lokasi puncak peringatan Earth Hour 2011 di Balaikota, Jalan Medan

Merdeka,Jakarta Pusat.

Komunitas Parkour pun tak ketinggalan. Seni olah tubuh yang identik dengan gerakan

melompat, bergelantungan, memanjat ini menerjunkan puluhan traceur (sebutan bagi

para penggiat Parkour) melakukan aksi serentak di Car Free Day untuk Earth Hour.

11

© W

WF

- Indonesia

/ Muh. Ih

san R

IZA

LD

I

© W

WF

- Indonesi

a / D

es

SY

AF

RIZ

AL, M

uh. Ih

san R

IZA

LD

I

VOLUME I NO. 3/ DESEMBER 2011

Page 12: VOLUME I NO. 3/ DESEMBER 2011 MAGAZINE Living …awsassets.wwf.or.id/downloads/wwf_living_planet_magazine_vol_1_no...Dewi Satriani Maitra Widiantini Nur Anisah Nancy Ariaini Dyah Ekarini

12

Teks oleh: Verena Puspawardani © WWF-Indonesia

© W

WF

- Indonesia

/ Din

o F

ITR

IZA

© W

WF

- I

ndonesi

a /

Muh.

Ihsa

n R

IZA

LD

I

Namun Earth Hour tidak berhenti sampai di situ. Earth Hour hakikatnya bukanlah perayaan mematikan lampu

semata. “Setelah 1 jam, jadikan gaya hidup,” itulah pesan yang senantiasa digaungkan. Aksi mematikan lampu

hanyalah simbol bahwa sesuatu yang dimulai dari diri sendiri perlu diteruskan secara kolektif. Jadi, ketika lampu

menyala kembali, saatnya buat kita terus beraksi.

Sementara pada puncak

acara Earth Hour 2011 di

Balaikota, sejumlah

selebritis ibukota turut

hadir mengkampanyekan

kampanye hemat energi

tersebut. Salah satunya

adalah kapten tim

nasional sepak bola,

Bambang Pamungkas.

Selain berpartisipasi

dalam Earth Hour, ia

juga mengajak publik

untuk menerapkan gaya

hidup ramah lingkungan.

Page 13: VOLUME I NO. 3/ DESEMBER 2011 MAGAZINE Living …awsassets.wwf.or.id/downloads/wwf_living_planet_magazine_vol_1_no...Dewi Satriani Maitra Widiantini Nur Anisah Nancy Ariaini Dyah Ekarini

KETIKA PARA SELEBRITIS JADI WWF-INDONESIA

© W

WF

-Indonesia

/ Donny P

RA

SM

ON

O

FUNDRAISER

Page 14: VOLUME I NO. 3/ DESEMBER 2011 MAGAZINE Living …awsassets.wwf.or.id/downloads/wwf_living_planet_magazine_vol_1_no...Dewi Satriani Maitra Widiantini Nur Anisah Nancy Ariaini Dyah Ekarini

WWF-INDONESIA LIVING PLANET MAGAZINE

“Hai! saya Pandji Pragiwaksono! saya SOGI! saya Igor

dari SAYKOJI! saya RAS Muhamad! Apakah kalian

sudah pernah dengar WWF-Indonesia!” sapa para

selebritis tersebut saat menjalani perannya sebagai

Fundraiser WWF-Indonesia.

Ya, nama-nama beken itu pernah menjadi sukarelawan

Fundraiser WWF-Indonesia dalam satu hari. Seperti

layaknya armada fundraising lainnya, mereka beredar di

beberapa ruang publik seperti mal, memberikan

informasi tentang pentingnya menjaga lingkungan serta

melestarikan alam di Indonesia , hingga mengajak

masyarakat untuk menjadi bagian keluarga besar

pejuang konservasi WWF-Indonesia dengan bergabung

menjadi suporter wwf.

Bukan tugas yang mudah memang, menyapa orang yang

lalu lalang di pusat perbelanjaan, lalu menghentikannya

dan memberikan informasi, serta mengajak mereka

menjadi pendukung sebuah organisasi lingkungan.

Tentunya banyak penolakan yang diterima para celebrity

fundraiser ini. Pengunjung mal yang dihampiri sering kali

menghindar dengan berpura-pura sibuk telepon, lari

kecil menjauh, bahkan berjalan acuh tak acuh tanpa

melirik sedikitpun. Namun yang patut diapresiasi adalah

para selebritis ini tidak pernah menyerah: mereka terus

berusaha menyapa dengan senyuman dan mencoba

mendekati secara ramah. Perjuangan mereka pun tidak

sia-sia. Semakin banyak pengunjung mal yang berhenti

dan mau mendengarkan walau hanya dalam hitungan

menit.

Sejak perekrutan suporter dimulai awal tahun 2006, saat

ini suporter WWF se-Indonesia berjumlah 40.000 orang.

Dengan terobosan kali ini, diharapkan semakin banyak

yang tergerak dukung pelestarian lingkungan.

KABAR WWF

14

(Oleh : Donny Prasmono )

KETIKA PARA SELEBRITIS JADI WWF-INDONESIA

© W

WF

-Ind

on

esi

a /

Do

nn

y P

RA

SM

ON

O

FUNDRAISER

Page 15: VOLUME I NO. 3/ DESEMBER 2011 MAGAZINE Living …awsassets.wwf.or.id/downloads/wwf_living_planet_magazine_vol_1_no...Dewi Satriani Maitra Widiantini Nur Anisah Nancy Ariaini Dyah Ekarini

terjun, pembangkit listrik ramah lingkungan tersebut

mampu dioptimalkan untuk mensuplai listrik bagi

masyarakat sekitar.

Petualangan berlanjut esok harinya. Dengan menempuh

perjalanan sekitar tiga jam, peserta pun tiba di Rhino

Camp, tempat persinggahan yang dikelola oleh Rhino

Protection Unit (RPU). Bersama para ranger Rhino

Camp, mereka menyaksikan bunga terbesar di dunia:

Rafflesia arnoldi. Namun sayang sekali, saat itu bunga

tersebut belum mekar. Selain itu juga peserta

menjumpai jejak-jejak gajah liar, babi hutan, rusa.

Hari menjelang sore ketika peserta tiba di tujuan terakhir

dari agenda perjalanan yaitu mengunjungi tempat

pengolahan kopi Kuyungarang. Mereka disambut oleh

Ibu Dami, ketua kelompok Unit Usaha Sekar Sedayu.

Kelompok yang terdiri dari kaum ibu-ibu inilah yang

memproses biji kopi yang dihasilkan kebun masyarakat

di kawasan penyangga TNBBS menjadi kopi bubuk

Kuyungarang. Di unit ini, biji kopi juga mendapat

perlakuan khusus, misalnya ada sortasi untuk memilih

atau memisahkan kotoran serta memilih besar kecilnya

biji kopi.

Pada kesempatan kali itu kami beruntung dapat

merasakan kopi yang sangat terkenal dan termahal di

dunia, kopi luwak. Secangkir kopi luwak racikan ibu Dami

menutup perjalanan indah kami di TNBBS.

(Oleh: Wini Dewi Aliani )

Selama tiga hari sejak 25-28 September 2011, beberapa

fundraiser dari Inggris, Selandia Baru, Filipina, dan

Jepang berkesempatan mengunjungi Taman Nasional

Bukit Barisan Selatan (TNBBS), kawasan konservasi di

Provinsi Lampung yang oleh UNESCO ditetapkan

sebagai Situs Warisan Gugusan Pegunungan Hutan

Hujan Tropis Sumatera.

Setelah bertemu Project Leader WWF di Lampung Yob

Charles, para peserta menuju lokasi penangkaran kupu-

kupu Taman Kupu-kupu Gita Persadadan serta

Koperasi Mitra Tani (KOMIT), koperasi yang digagas oleh

para petani kopi, coklat dan beras organik binaan WWF.

Setelah itu, kami lalu melanjutkan perjalanan menuju

Elephant Patrol Camp di desa Pemerihan yang ditempuh

selama kurang lebih 3 jam. Sambil makan malam, para

peserta berbincang dengan para Mahout (pawang

gajah). Mereka inilah yang melatih gajah-gajah patroli

TNBBS menelusuri hutan untuk menghalau gajah-gajah

liar yang seringkali merusak kebun masyarakat.

Keesokan harinya, kami diajak berpatroli dengan gajah di

sekitar kawasan penyangga TNBBS. Elephant Patrol

TNBBS ini baru dibentuk pada bulan Juli 2009, terdiri dari

4 ekor gajah dengan 4 mahout. Gajah itu didatangkan

dari Pusat Konservasi Gajah Way Kambas, Lampung.

Ada pula tambahan satu gajah kecil berumur tiga tahun

bernama Tomi. Ia ditemukan di sekitar TNBBS terpisah

dari kelompoknya saat ia masih berumur 1 tahun. Sejak

itu, Tomi mengikuti “kelompok” barunya ini karena dia

pun tidak bisa kembali ke kelompoknya. Tomi sangat lucu

dan menggemaskan. Semoga, suatu hari Tomi bisa

menjadi gajah patrol yang tangguh.

Agenda berikutnya adalah mengunjungi kebun petani

coklat. Para peserta berdiskusi dan melihat langsung apa

yang telah dilakukan oleh para petani coklat yang

didampingi oleh WWF untuk meningkatkan produksi

coklat yang lebih baik tanpa harus merambah hutan.

Setelah melihat kebun coklat, saatnya menuju kebun

kopi masyarakat lokal binaan WWF.

Tidak jauh dari lokasi kebun kopi terdapat Pembangkit

Listrik Tenaga Mkrohidro (PLTMH) yang dibuat oleh

masyarakat dampingan WWF. Dengan memanfaatkan air

MENYIBAK HUTAN HUJAN TROPIS BUKIT BARISAN SELATAN

VOLUME I NO. 3/ DESEMBER 2011

© W

WF

-Ind

on

esia

15

Page 16: VOLUME I NO. 3/ DESEMBER 2011 MAGAZINE Living …awsassets.wwf.or.id/downloads/wwf_living_planet_magazine_vol_1_no...Dewi Satriani Maitra Widiantini Nur Anisah Nancy Ariaini Dyah Ekarini

“Konservasi bukan sekedar penyelamatan alam dan

spesies yang hidup di dalamnya. Lebih dari itu, konservasi

harus menguntungkan masyarakat.” Premis itulah yang

melekat kuat di diri Albertus Tjiu, peneliti orangutan yang

juga Project Leader WWF Kantor Kapuas Hulu.

Awal bergabung di WWF tahun 1996, lelaki keturunan

Tionghoa ini ditempatkan di Kapuas Hulu, kabupaten yang

letaknya 700 km dari kota Pontianak, ibukota Kalimantan

Barat. Sebagai research assistant, ia menghabiskan

sebagian besar waktunya di hutan, mengumpulkan data di

sekitar wilayah Taman Nasional Betung Kerihun.

Pengalamannya itu memberikannya pemahaman yang

mendalam tentang konservasi. Lelaki kelahiran Sambas 9

Februari 1972 ini meyakini, konservasi yang ideal adalah

ketika hutan tetap hijau dan lestari, satwa liar dapat hidup

terjamin di habitat alaminya, serta masyarakat mengelola

hutan dan sumber daya alam di dalamnya dengan arif dan

bertanggungjawab.

“Kepuasan saya adalah dengan menyaksikan langsung

bagaimana masyarakat dapat merasakan manfaat dari

upaya-upaya konservasi yang kami lakukan,” tegas Albert

seraya menceritakan komentar masyarakat sekitar

sebelum memahami kerja tim yang dipimpinnya,

“Orangutan kalian perhatikan, kami manusia malah tidak,”

ujarnya menirukan.

Sejak dilakukannya PHVA (Population Habitat Viability

Assessment) pada tahun 2004 yang menemukan bahwa

orangutan subspecies Pongo pygmaeus pygmaeus adalah

yang paling terancam punah dan habitatnya berada di

dalam wilayah Taman Nasional (TN) Betung Kerihun dan

TN Danau Sentarum, maka WWF Program Kalimantan

Barat mulai menggiatkan konservasi orangutan.

“Ini tantangan terbesar bagi kami: meyakinkan masyarakat

dan pemangku kepentingan lain bahwa program

konservasi orangutan bermanfaat. Dengan kemiripan

genetis (DNA) 97% dengan manusia, orangutan

merupakan kerabat yang paling dekat dengan manusia. ”

Di tahun 2001, program WWF di Kapuas Hulu sempat

vakum karena terhentinya pendanaan. Albert sempat

terjun dalam bisnis multi level marketing dan meraih sukses

besar. Ketika proyek WWF siap dilanjutkan lagi, Albert pun

berada di persimpangan jalan. Namun suami dari Sutiani

dan ayah tiga anak ini memilih WWF. Ia harus sering

meninggalkan keluarga karena berkantor di Putussibau.

Kebahagiaan Albert tak terkira ketika masyarakat

dampingannya berhas i l memperba ik i t ingkat

kesejahteraannya, seperti ketika WWF memfasilitasi

dibangunnya pembangkit listrik tenaga mikrohidro di

Sungai Lung. “Hidup masyarakat desa berubah drastis,

tidak lagi bergantung pada bahan bakar fosil, listrik kini bisa

dinikmati oleh seluruh penduduk desa. Di malam hari

mereka dapat melakukan kegiatan produktif, seperti

menenun dan menganyam,” jelasnya antusias.

Sejak awal 2011, Albert dipercaya WWF untuk memegang

posisi sebagai Project Leader WWF Kantor Kapuas Hulu.

FORINA (Forum Orangutan Indonesia) Regional

Kalimantan Barat pun telah mempercayai Albert sebagai

ketua sejak September lalu.

Menyaksikan orangutan di habitat alami secara langsung

memberi kesan mendalam baginya. Itu mengasah

semangatnya “Seperti juga manusia, orangutan butuh

tempat tinggal yang layak,” pungkasnya.

Menyelaraskan konservasi dan

pemberdayaan masyarakat

Albertus Tjiu

INSPIRASI

(Oleh : Chrisandini)

© W

WF

-Indonesia

/ Saip

ul S

IAG

IAN

WWF-INDONESIA LIVING PLANET MAGAZINE

16

Page 17: VOLUME I NO. 3/ DESEMBER 2011 MAGAZINE Living …awsassets.wwf.or.id/downloads/wwf_living_planet_magazine_vol_1_no...Dewi Satriani Maitra Widiantini Nur Anisah Nancy Ariaini Dyah Ekarini

Menjadi agen perubahan bagi masyarakat sekitar,

menginspirasi mereka untuk peduli lingkungan dengan

tindakan sederhana. Itulah kesimpulan yang saya dapatkan

setelah berbincang bincang dengan Emon, staf keamanan

WWF-Indonesia kantor Jakarta.

Tujuh belas tahun bekerja di WWF, lelaki berdarah Sunda ini

pun termotivasi untuk menularkan virus peduli lingkungan

pada masyarakat di sekitar tempat tinggalnya. Salah satu

u p a y a y a n g d i l a k u k a n n y a a d a l a h d e n g a n

menyelenggarakan Earth Hour. Kampanye global untuk

perubahan iklim dengan cara mematikan lampu selama

satu jam tersebut menurutnya adalah aksi sederhana yang

dapat dilakukan oleh setiap individu. Maret 2011 lalu adalah

tahun ketiga ia dan warganya berpartisipasi dalam Earth

Hour.

“Pertama kali, saya hanya melibatkan satu RT untuk

mengikuti Earth Hour. Tahun kedua dan tahun ketiga,

semakin banyak yang ikut berpartisipasi yaitu sampai tiga

RT sekaligus yang kurang lebih jumlahnya hampir 300 KK. “

Posisi sosial kemasyarakatannya sebagai Sekretaris RT

menjadi modal utama untuk memperkuat pengaruhnya di

masyarakat. Di berbagai forum RT, ia kerap kali

berkampanye tentang pentingnya hemat energi.

“Awalnya memang sulit untuk membangun kesadaran

masyarakat akan pentingnya mengurangi tingkat konsumsi

listrik. Namun, perlahan, saya beri pengertian pada mereka

bahwa dengan mematikan lampu selama satu jam pada

saat beban listrik berada di puncak, banyak sekali manfaat

yang akan mereka rasakan langsung. Salah satunya adalah

berkurangnya beban listrik yang harus mereka bayar setiap

bulannya.”

Tidak hanya itu, ayah beranak dua ini pun juga mengadopsi

Earth Hour setiap 6 bulan sekali. Pada acara itu, warganya

dikomandoi untuk mematikan lampu mereka selama 1 jam.

“Setiap hari Sabtu minggu ke-2 di bulan Juli. Jadi

sesungguhnya kami sudah melakukan Earth Hour 3 kali

dalam setahun. Kami mencoba menjadikan ini sebagai

kebiasaaan. Kebiasaan yang akhirnya akan mengakar dan

membudaya,” ungkap lelaki kelahiran Kuningan 47 tahun

lalu ini.

Sukses dengan Earth Hour, Emon pun mulai mengajak

warganya menanam pohon. Bibit pohon produktif seperti

mangga, rambutan, dan belimbing dibagikan ke warga

yang sebelumnya telah diminta untuk menyiapkan media

tanam di halaman masing-masing. Dua tahun sudah

program menanam pohon dilaksanakan di lingkungan

RTnya.

Setahun terakhir ini, ia juga aktif menggiatkan pembuatan

biopori atau sumur resapan. Dengan kesabaran ekstra

mendampingi satu persatu warganya, kini 100 KK di RTnya

telah membuat lubang biopori di halamannya masing-

masing.

“Di musim-musim kemarau panjang ini, warga kami sama

sekali tidak kekurangan air. Ini adalah keuntungan nyata

yang kami rasakan dari adanya sumur resapan. Intinya

adalah bagaimana masyarakat mampu merasakan

manfaat langsung dari setiap program yang dicanangkan.

Kesadaran masyarakat akan tumbuh dengan sendirinya

jika mereka memahami bahwa ada keuntungan yang

mereka dapat,” pungkasnya.

Bangun masyarakat sadar lingkungan

Emon A. Syafrudin

17

(Oleh : Masayu Yulien Vinanda)

INSPIRASI©

WW

F-In

donesia

/ Saip

ul S

IAG

IAN

VOLUME I NO. 3/ DESEMBER 2011

Page 18: VOLUME I NO. 3/ DESEMBER 2011 MAGAZINE Living …awsassets.wwf.or.id/downloads/wwf_living_planet_magazine_vol_1_no...Dewi Satriani Maitra Widiantini Nur Anisah Nancy Ariaini Dyah Ekarini

WWF-INDONESIA LIVING PLANET MAGAZINE

Page 19: VOLUME I NO. 3/ DESEMBER 2011 MAGAZINE Living …awsassets.wwf.or.id/downloads/wwf_living_planet_magazine_vol_1_no...Dewi Satriani Maitra Widiantini Nur Anisah Nancy Ariaini Dyah Ekarini

VOLUME I NO. 3/ DESEMBER 2011

Page 20: VOLUME I NO. 3/ DESEMBER 2011 MAGAZINE Living …awsassets.wwf.or.id/downloads/wwf_living_planet_magazine_vol_1_no...Dewi Satriani Maitra Widiantini Nur Anisah Nancy Ariaini Dyah Ekarini

> Total kWh bisa dilihat di tagihan listrik .

Lama pemakaian listrik di rumah juga bisa dikonfirmasikan

dengan penghuni rumah lainnya.

Tarif Dasar Listrik (TDL) menurut www.pln.co.id

• Golongan R1 (< 2200 VA), 1 kWh = Rp 320,- untuk

pemakaian sampai dengan 20 kWh

Golongan R2 (2200 VA – 6600 VA), 1 kWh = Rp 575,-

Golongan R3 (>6600 VA), 1 kWh = Rp 621,-

>

>

Misalnya, untuk sebuah lampu

100 watt yang digunakan selama

10 jam setiap harinya, konsumen

di golongan R1 harus membayar

= 0.1 kWh x 10 x 30 hari x Rp

305,- = Rp. 9,150,- sebulan.

Sementara apabila lampu

tersebut diganti dengan lampu

hemat energi 20 watt, konsumen

hanya perlu membayar

= 0.02 kWh x 10 x 30 hari x Rp

305,- = Rp. 1,830,- sebulan.

Kesimpulannya, penghematan yang didapat jika kamu

mengganti lampu 100 watt ke lampu 20 Watt untuk

pemakaian 10 jam/hari?

• Penghematan energi listrik/bulan:

(100W-20W) x 10 jam/hari x 30 hari = 2400 Wh = 2,4 kWh

• Penghematan biaya/bulan:

• Tarif R1 (< 2.200 VA) = rata-rata Rp. 320,- /kWh

2,4 kWh x Rp. 320,- = Rp. 768,-

• Tarif R2 (2.200 – 6.600 VA) = Rp. 575,-/kWh

2,4 kWh x Rp 575,- = Rp. 1.380,-

• Tarif R3 (>6.600 VA) = Rp. 621,-/kWh

2,4 kWh x Rp 621,- = Rp.1,490,-

Emisi CO2 yang direduksi/bulan:

Koefisien emisi CO2 di Indonesia menurut

IPPC (1998) = 781.2621 gram/kWh

2,4 kWh x 781.2621 gr/kWh = 1.875 g = 1,875 kg CO2

ZONA SUPPORTERPernahkah kamu menghitung berapa

emisi yang kita keluarkan dari

listrik? Yuk, hitung emisi pemakaian listrik kita!

82%

8,4%

9,6%

JAWABAN APernah dan sudah beberapa kali coba

JAWABAN BBelum Pernah

JAWABAN C. Tidak Tahu

INI BARU 1 ALAT ELEKTRONIK. ADA BERAPA ALAT ELEKTRONIK DI RUMAH ANDA?

BIAYA LISTRIK X X

TOTAL kWh(jumlah pemakaian

listrik)

TARIF DASAR LISTRIK

(sesuai kelompok golongan)

LAMA PEMAKAIAN DALAM JAM

=

HITUNG!

!WWF-INDONESIA LIVING PLANET MAGAZINE

Page 21: VOLUME I NO. 3/ DESEMBER 2011 MAGAZINE Living …awsassets.wwf.or.id/downloads/wwf_living_planet_magazine_vol_1_no...Dewi Satriani Maitra Widiantini Nur Anisah Nancy Ariaini Dyah Ekarini

21

LOMBOK,SEBUAH KESAKSIAN

Suatu pagi hari bulan Agustus di Lombok

Utara, Nusa Tenggara Barat, tepatnya di

Taman Nasional Gunung Rinjani.

Gunung api tertinggi ketiga di Indonesia

setelah Kerinci di Sumatera dan Semeru di

Jawa ini menjadi resapan air dan hulu bagi

banyak sungai yang mengalir di Lombok.

Dataran tingginya dipenuhi hutan, sementara

dataran rendahnya hingga ke Lombok Barat,

Lombok Tengah, dan Lombok Timur banyak

ditanami padi, kedelai, kopi, tembakau,

katun, kayu manis, dan vanili.

21

TANAH AIR

VOLUME I NO. 3/ DESEMBER 2011

“Musim tanam yang tak tentu buat kami merugi.”

Page 22: VOLUME I NO. 3/ DESEMBER 2011 MAGAZINE Living …awsassets.wwf.or.id/downloads/wwf_living_planet_magazine_vol_1_no...Dewi Satriani Maitra Widiantini Nur Anisah Nancy Ariaini Dyah Ekarini

22

Sungai-sungai yang terbentuk dari mata air di Gunung

Rinjani mengalir ke penjuru Lombok dan dibendung

menjadi dam-dam yang mengairi banyak persawahan

dan perkebunan. Sejak dulu, airnya tidak pernah habis

sekalipun musim kering.

Namun, kali ini ada cerita berbeda. Musim kemarau

panjang merampas keberlangsungan pasokan sumber

air. Para petani pun kian merana. Pak Kamarudin, 35

tahun, anggota Kelompok Tani Kawasan Mareje Bonga,

Dusun Padrik, Desa Mangkung, Kabupaten Lombok

Tengah, adalah salah satunya.

Di area ini, terdapat danau terkenal yakni Segara

Anak, kaldera Gunung Rinjani yang terisi air sedalam

230 m. Danau ini berfungsi sebagai waduk yang

menyediakan air bagi 2,4 juta penduduk Lombok.

Airnya mengalir melalui tebing-tebing yang curam

menjadi air terjun yang indah. Di tengahnya terdapat

Gunung Barujari yang merupakan anak Gunung

Rinjani yang masih aktif.

WWF-INDONESIA LIVING PLANET MAGAZINE

©

/

WW

F -

Indonesi

a V

ere

na P

US

PA

WA

RD

AN

I

Page 23: VOLUME I NO. 3/ DESEMBER 2011 MAGAZINE Living …awsassets.wwf.or.id/downloads/wwf_living_planet_magazine_vol_1_no...Dewi Satriani Maitra Widiantini Nur Anisah Nancy Ariaini Dyah Ekarini

23

Oleh : Verena Puspawardani. © WWF-Indonesia

“Saya petani padi di musim hujan dan petani tembakau dan jagung di musim

kering. Beberapa tahun belakangan, saat waktunya bertanam padi, hujannya

berhenti. Buah padi jadi kosong. Hasil panen kurang produktif. Dari 10 – 12

karung jadi cuma 3 karung. Jadi kami takut menanam. Kalau saja dam itu mampu

menyediakan air seperti biasa, kami percaya diri. Tapi baru pertengahan musim

kering saja, airnya sudah jauh menyusut,” keluh Kamarudin.

Sebaliknya, saat harusnya musim kering, hujannya tidak berhenti. Kebun

tembakau kelompok petani dari Desa Mangkung ke Desa Tanah Awi rusak semua.

Begitu juga dengan jagung. Hampir semua busuk atau menghasilkan kualitas

rendah. Bisa dikatakan, gagal panen mulai sering terjadi di dua tahun terakhir.

©

/

WW

F -

Indonesi

a V

ere

na P

US

PA

WA

RD

AN

I ©

/

WW

F -

Indonesi

a V

ere

na P

US

PA

WA

RD

AN

I ©

/

W

WF

- I

ndonesi

a V

ere

na P

US

PA

WA

RD

AN

I

Maka, inisiatif penanaman pohon di kaki Gunung Rinjani pun lahir. Masyarakat

percaya, dengan menanam pohon, kuantitas sumber air yang menyusut di musim

kering akibat penebangan hutan dapat pulih. Dikoordinasikan oleh Ama Chairil, 43

tahun, dan Ama Hilal, 33 tahun, dari Desa Sapit, Kabupaten Lombok Timur,

reforestasi pun digiatkan.

Di kawasan Sakat, masih bagian TN Gunung Rinjani, para petani lokal dibantu

WWF-Indonesia dalam program NEWtrees bekerja sama menanam hutan dengan

jenis pohon lokal, seperti Suren, Klokos Udang, dan Rajumas.

Banyak yang mulai merasakan dampak perubahan iklim di daerahnya. Anda

termasuk salah satunya? Bagi kisah Anda dan tindakan yang Anda atau komunitas

Anda lakukan. Silakan juga kirim foto atau video yang menunjukkan dampak

perubahan iklim di daerah Anda. Klik www.wwf.or.id/climate

VOLUME I NO. 3/ DESEMBER 2011

Page 24: VOLUME I NO. 3/ DESEMBER 2011 MAGAZINE Living …awsassets.wwf.or.id/downloads/wwf_living_planet_magazine_vol_1_no...Dewi Satriani Maitra Widiantini Nur Anisah Nancy Ariaini Dyah Ekarini

SINERGI

24

WWF-INDONESIA LIVING PLANET MAGAZINE

© iS

tock

photo

.com

CLIMATE SAVERS: KOMITMEN SEKTOR BISNIS

Climate Savers adalah program kerjasama unggulan

WWF dengan sektor bisnis dan industri dengan visi

berkontribusi terhadap penurunan emisi gas rumah kaca

(GRK) pada tahun 2050 sebanyak 80% dari level 1990

serta menjaga pemanasan global di bawah temperatur 2

derajat Celsius pada tingkat rata-rata sebelum revolusi

industri. Untuk mencapainya, WWF dan para perusahaan

yang terlibat berupaya untuk mendukung pembangunan

'ekonomi rendah karbon’.

Upaya serius dilakukan dengan maksud untuk

menunjukkan kepada para

Sejak tahun 1999 hingga 2010, sejumlah

perusahaan yang tergabung dalam program Climate

Savers telah mengurangi emisi CO2 sebanyak 50

juta ton secara kolektif, yang kurang lebih ekuivalen

dengan jumlah emisi CO2 per tahun negara sebesar

Swiss.

pembuat kebijakan,

pemain industri dan konsumen bahwa sektor bisnis

siap untuk berperan dalam penurunan emisi gas

rumah kaca (GRK) secara nyata tanpa mengurangi

produktivitas bisnis.

The Coca-Cola Company, Hewlett-Packard, Johnson

& Johnson, Nike, Nokia, dan Sony merupakan

beberapa anggota Climate Savers tersebut.

Page 25: VOLUME I NO. 3/ DESEMBER 2011 MAGAZINE Living …awsassets.wwf.or.id/downloads/wwf_living_planet_magazine_vol_1_no...Dewi Satriani Maitra Widiantini Nur Anisah Nancy Ariaini Dyah Ekarini

25

VOLUME I NO. 3/ DESEMBER 2011

Di Indonesia, program Climate Savers diupayakan dengan

menjalin hubungan kerjasama dengan wakil para

anggotanya di tingkat nasional, Lafarge Cement Indonesia,

misalnya, menyesuaikannya lewat peninjauan pencapaian

komitmen dan target perusahaan. Hal ini dikarenakan oleh

terdapatnya tuntutan persyaratan komitmen pengurangan

emisi CO2 yang berskala besar dan menyeluruh dalam

program Climate Savers, sehingga pada umumnya hanya

mampu dilaksanakan oleh perusahaan besar maupun

perusahaan multinasional.

Meskipun demikian, program tersebut terbuka bagi

perusahaan nasional yang hendak memiliki komitmen

serupa. Pada skala yang lebih kecil dan ringan, program

penurunan emisi GRK dan konsumsi energi di Indonesia

dapat dicapai dengan partisipasi perusahaan dalam

program WWF Green Office dan Earth Hour Indonesia.

(oleh Paramita Mentari Kesuma)

Dari tahun ke tahun, jumlah dan skala komitmen

perusahaan anggota kian meningkat. Hingga kini, total

terdapat 26 perusahaan yang bergabung dalam Climate

Savers. Kerjasama WWF dan Lafarge selama satu dekade

terakhir merupakan salah satu kisah sukses program ini.

Lafarge dan WWF percaya bahwa komitmen perusahaan

adalah kunci untuk mengubah perilaku pasar dan

mendukung perubahan paradigma menuju pembangunan

berkelanjutan. Sebagai salah satu pemimpin dunia di

industri bahan bangunan, Lafarge menjadi mitra konservasi

global pertama yang diawali dengan penandatanganan

perjanjian kerjasama selama lima tahun pada tahun 2000

dengan fokus perubahan iklim dan keanekaragaman hayati.

Langkah bersama tersebut telah diperbaharui pada tahun

2005 dan 2009, dengan penambahan ruang lingkup

menjadi persistent pollutants, water conservation,

sustainable construction dan local initiatives development.

Dengan dampingan WWF, Lafarge berhasil mencapai

target-target perubahan transformatifnya dan menjadi

anggota program WWF Climate Savers, Water Footprint

Network dan pendiri Cement Sustainability Initiative.

Lafarge telah memperbaharui komitmen satu

dekadenya dalam Climate Savers setelah melampaui

target penurunan emisi CO2 per ton semen sebanyak

21.7% pada tahun 2010. Selanjutnya, Lafarge

berkomitmen untuk mengurangi emisi bersih-nya

sebanyak 33% atas level 1990 terhadap angka tahun

2020 melalui kontribusi terhadap pembangunan

berkelanjutan seperti: penyediaan solusi desain

bangunan ramah lingkungan yang menyeluruh

dibandingkan dengan produksi bahan dasar semen

semata dan dukungan terhadap intervensi kebijakan

perubahan iklim di tingkat nasional dan global.

WWF dan Lafarge telah mengadakan kajian teknis High

Conservation Value Area (HCVA) atas kawasan

operasional Lafarge di Lhoknga, Provinsi Aceh. Kajian

ini adalah yang pertama kali ada di dunia dalam skema

kerjasama global Lafarge-WWF dan menjadi

percontohan untuk perwakilan Lafarge dan WWF

lainnya. Dengan dukungan tim yang terdiri dari para

tenaga ahli independen, hasil identifikasi dan pemetaan

atas kawasan tersebut telah dipublikasikan kepada

publik secara transparan. Hasil kajian itu menjadi

landasan untuk perencanaan rekonstruksi pabrik

semen Lafarge yang telah hancur total akibat bencana

Tsunami tahun 2004 dan penyusunan sistem

manajemen lingkungan Lafarge.

CLIMATE SAVERS DI INDONESIA

Kisah Sukses:

SATU DEKADE KERJASAMA WWF DAN LAFARGE

AKSI LAFARGE DALAM CLIMATE SAVERS

LAFARGE CEMENT INDONESIA DAN WWF-INDONESIA

Untuk informasi lebih lanjut mengenai Climate Savers,

silahkan kunjungi wwf.panda.org/climatesavers

© W

WF

-Canon / Je

an-L

uc Z

IEG

LE

R

Page 26: VOLUME I NO. 3/ DESEMBER 2011 MAGAZINE Living …awsassets.wwf.or.id/downloads/wwf_living_planet_magazine_vol_1_no...Dewi Satriani Maitra Widiantini Nur Anisah Nancy Ariaini Dyah Ekarini

26

WWF-INDONESIA LIVING PLANET MAGAZINE

(Oleh : Verena Puspawardani dan Masayu Yulien Vinanda)

Dalam rangka memperingati hari aksi global (Global Day

of Action) yang dirayakan di seluruh dunia pada 24

September 2011, lima organisasi yakni WWF-Indonesia,

Greenpeace, 350.org, Greeners, dan IESR (Institute for

Essential Services Reform) menggelar aksi bersama

melawan pemborosan energi melalui Moving Planet.

Moving Planet adalah aksi global yang didekasikan untuk

membebaskan bumi dari ketergantungan terhadap energi

fosil. Ribuan aksi secara bersamaan digelar pada 24

September di ratusan negara di seluruh dunia.

Di Indonesia sendiri, beberapa kegiatan Moving Planet

dipusatkan di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Bali.

Salah satunya adalah gerakan 350 jam Indonesia

Bersepeda. Mulai 13 hingga 24 September 2011, para

pesepeda menggowes sejauh 1000 km melintasi Bali-

Yogyakarta-Bandung.

Tidak hanya itu, Jumat, 23 September, WWF-Indonesia

sebagai salah satu penyelenggara Moving Planet di

Indonesia menggelar Diskusi Media dengan tajuk

“Hentikan Candu Energi Fosil.” Sementara untuk puncak

aksi, dipusatkan di depan Gedung Sate, Bandung. Selain

masyarakat umum, 28 komunitas sepeda bergabung di

lokasi tersebut untuk menyambut kedatangan rombongan

Indonesia Bersepeda.

Kelima organisasi tersebut meminta agar Pemerintah RI

mewujudkan komitmen yang lebih agresif dan nyata

terhadap penyediaan dan pemanfaatan energi terbarukan

yang lebih bersih dan berkelanjutan sebagai solusi untuk

membebaskan Indonesia dari ketergantunagn terhadap

energi fosil. Tidak hanya itu, pemerintah juga dihimbau

untuk mendorong efisiensi energi dalam kebijakan energi

nasional.

5 ORGANISASI SERUKAN REFORMASI ENERGI PADA

© W

WF

-Indonesi

a /

Sandi J

aya

SA

PU

TR

A

“MOVING PLANET”

Page 27: VOLUME I NO. 3/ DESEMBER 2011 MAGAZINE Living …awsassets.wwf.or.id/downloads/wwf_living_planet_magazine_vol_1_no...Dewi Satriani Maitra Widiantini Nur Anisah Nancy Ariaini Dyah Ekarini

27

VOLUME I NO. 3/ DESEMBER 2011

ANGGOTA GFTN-INDONESIA, PT.SJM RAIH SERTIFIKAT FSC

berlokasi di Ketapang, Kalimantan Barat itu diperkirakan

menjadi habitat penting bagi sekitar 600 – 700 individu

orangutan jenis Pongo pygmaeus wurmbii.

Sejak tahun 2009 WWF-Indonesia melalui program Global

Forest and Trade Network (GFTN) Indonesia dan program

Untuk pertama kalinya di Indonesia, sebuah konsesi

hutan alam berhasil melakukan integrasi rencana

pengelolaan produksi dan pelestarian satwa langka,

khususnya orangutan lewat pendekatan pengelolaan

hutan secara lestari. Keberhasilan tersebut ditandai

dengan penyerahan secara resmi sertifikat pengelolaan

hutan lestari dari Forest Stewardship Council (FSC)

kepada PT. Suka Jaya Makmur (SJM), Jumat, 19 Agustus

2011.

Menurut hasil penelitian WWF-Indonesia tahun 2010,

kawasan hutan produksi seluas 171.340 hektar yang

Dukungan sektor usaha terhadap program reforestasi

WWF-Indonesia “NEWtrees” kian menguat saja. Kali ini,

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) merealisasikan

komitmennya dalam mendukung insiatif penghijauan

tersebut dengan menyumbangkan 2000 pohon untuk

Taman Nasional Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat.

Seluruh biaya penanaman dan pemeliharaan pohon

merupakan sumbangan BCA terkait penjualan Obligasi

Ritel Indonesia (ORI) seri 008. Skema kerjasama ini

adalah yang ketiga kalinya dilakukan oleh BCA dan WWF-

Indonesia. Di tahun-tahun sebelumnya, BCA juga telah

mendonasikan hasil penjualan ORI 007 dalam bentuk

2000 pohon yang telah ditanam di wilayah konservasi

Gunung Rinjani.

Selama masa penawaran ORI008, BCA akan

menyumbang Rp 1000 untuk setiap pembelian ORI008

senilai Rp 5 juta melalui BCA. Seluruh dana ini nantinya

akan digunakan untuk membiayai penanaman dan

pemeliharaan 2000 bibit pohon tersebut.

Director of Forest, Freshwater and Terrestrial Species

WWF-Indonesia Anwar Purwoto menyambut baik

kontribusi BCA dalam upaya reforestasi di TN. Gunung

Rinjani. Menurutnya, selama 10 tahun terakhir, sekitar 43

persen mata air di Gunung Rinjani lenyap. Padahal di lain

sisi, kawasan tersebut merupakan daerah penyimpanan

air dan penyangga sistem kehidupan yang sangat vital

bagi 3 juta masyarakat Lombok.

”Langkah BCA dalam mendukung upaya reforestasi di

kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani diharapkan

dapat mendorong pelaku bisnis lain melakukan hal

serupa. Karena menyelamatkan ekosistem yang sangat

unik ini merupakan bagian dari upaya serius untuk

mencapai pembangunan berkelanjutan dan berkeadilan di

Indonesia,” tegas Anwar.

Tahap pembibitan 2000 pohon NEWtrees sudah dimulai

sejak bulan Juni tahun 2011 dan penanaman rencananya

akan dilaksanakan pada bulan Desember tahun 2011

setelah bibit pohon dianggap cukup kuat untuk ditanam di

alam bebas. Pasca penanaman, BCA juga akan

membantu WWF-Indonesia dalam upaya pemeliharaan

dan monitoring pohon.

(Oleh : Masayu Yulien Vinanda)

NEWTREES-BCAHIJAUKAN TN. GUNUNG RINJANI

© W

WF

-Indonesia

/ Saip

ul S

IAG

IAN

©

WW

F-In

donesia

/ Saip

ul S

IAG

IAN

Page 28: VOLUME I NO. 3/ DESEMBER 2011 MAGAZINE Living …awsassets.wwf.or.id/downloads/wwf_living_planet_magazine_vol_1_no...Dewi Satriani Maitra Widiantini Nur Anisah Nancy Ariaini Dyah Ekarini

28

WWF-INDONESIA LIVING PLANET MAGAZINE

Saat ini WWF-Indonesia telah mengembangkan Pembangkit

Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) dengan kapasitas 5 kilowatt

di Dusun Sungai Lung, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan

Barat. Pada pembangunan PLTMH tersebut, WWF-Indonesia

bekerja sama dengan CV. Cihanjuang Inti Teknik (CINTEK),

salah satu perusahaan manufaktur turbin untuk PLTMH di

dalam negeri.

Kerjasama ini diawali dengan dilakukannya survei lokasi dan

studi kelayakan yang dilakukan oleh CV. CINTEK bersama-

sama dengan WWF-Indonesia. Aktivitas tersebut dilakukan

untuk mengidentifikasi potensi listrik yang dapat dibangkitkan,

kelayakan teknis, kondisi sosial masyarakat, serta pendanaan

yang dibutuhkan. WWF-Indonesia memfasilitasi persiapan

masyarakat serta hubungan dengan Pemerintah Daerah

setempat.

Selanjutnya, dalam hal pembangunan PLTMH, CV. Cihanjuang memastikan bahwa teknologi yang terpasang dapat

berkelanjutan dari sisi teknis. Sementara, WWF-Indonesia memastikan keberlanjutan PLTMH dalam aspek sosial dan

ekonomi masyarakat serta aspek lingkungan yang mendukung kegiatan konservasi ekosistem di Kapuas Hulu. Seiiring

proses berjalan, transfer informasi dan pengetahuan menjadi komponen penting dalam kegiatan ini.

(Oleh : Indra Sari Wardhani)

WWF DAN CV. CIHANJUANG

BANGUN PLTMH

bisa memberikan kontribusi bagi pengembangan rencana

pengelolaan yang mengintegrasikan antara produksi dan

pelestarian orangutan di Indonesia,” ungkap Direktur

Eksekutif WWF-Indonesia Dr. Efransjah. Menurutnya,

kemitraan dengan PT. SJM terbukti mampu mendorong

nilai–nilai lingkungan seperti keberadaan satwa yang

dilindungi dan kesejahteraan masyarakat lokal di dalam

hutan yang berjalan harmonis dengan produksi kayu

perusahaan.

”Pencapaian sertifikat FSC adalah wujud komitmen dan

konsistensi semua pihak menuju perubahan bersama.

Keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan bahan

baku dari hutan alam untuk jangka panjang dengan

kelestarian alam harus terus dijaga,” pungkas Wakil

Direktur PT. Suka Jaya Makmur Handjaja.

Spesies mulai bekerja sama dengan PT. SJM

mengembangkan rencana pengelolaan perusahaan.

Program itu untuk menyelaraskan kegiatan operasi

perusahaan dan konservasi orangutan di dalam konsesi .

Kerjasama tersebut sejalan dengan sertifikasi FSC yang

mensyaratkan konservasi dan pengelolaan secara lestari.

Dalam kerjasama ini WWF memfasilitasi survei lokasi

sarang dan pohon pakan orangutan serta jarak edar

keseharian orangutan. Hasil survei tersebut kemudian

dipadukan dalam rencana pengelolaan produksi kayu

perusahaan dan dijadikan acuan kebijakan perusahaan,

misalnya menjadi prosedur kerja standar (SOP) PT. SJM.

”Kemitraan dengan pihak pengelola hutan alam menjadi

elemen penting dan strategis untuk konservasi

keanekaragaman hayati di Indonesia yang perlu terus

didukung dan dikembangkan. WWF-Indonesia bangga

(Oleh : Dita Ramadhani)(Oleh : Dita Ramadhani)

© W

WF

-Indonesi

a

DI KALIMANTAN BARAT

Page 29: VOLUME I NO. 3/ DESEMBER 2011 MAGAZINE Living …awsassets.wwf.or.id/downloads/wwf_living_planet_magazine_vol_1_no...Dewi Satriani Maitra Widiantini Nur Anisah Nancy Ariaini Dyah Ekarini

VOLUME I NO. 3/ DESEMBER 2011

Korporasi bisa menjadi sahabat lingkungan. Hal

ini dibuktikan oleh PT. Hino Motors Manufacturing

Indonesia (HMMI) dan PT. Hino Motor Sales

Indonesia (HMSI) dalam komitmen mereka

terhadap NEWtrees, program reforestasi yang

diprakarsai oleh WWF-Indonesia. Langkah awal

komitmen tersebut diwujudkan melalui upaya

penghijauan di area seluas 15 hektar di kawasan

Taman Nasional Sebangau, Kalimantan Tengah.

Sebanyak 6000 bibit pohon akan ditanam di

kawasan konservasi tersebut.

Menandai kerjasama tersebut, bibit pohon

diserahkan secara simbolis oleh Presiden Direktur

HMSI Toshiro Mizutani dan Presiden Direktur

HMMI Akihito Yamanaka kepada Direktur

Eksekutif WWF-Indonesia, Dr. Efransjah.

Dalam sambutannya, Efransjah mengemukakan

bahwa Taman Nasional Sebangau dipilih sebagai

lokasi penanaman NEWtrees karena

karakteristiknya yang unik, yaitu hutan rawa

gambut yang rentan mengalami kebakaran

hutan saat musim kemarau dan suhu kian meningkat. Ia

juga menambahkan, areal gambut memiliki peran penting

dalam menanggulangi perubahan iklim mengingat

kandungan karbonnya yang lebih tinggi dibandingkan

hutan alam lainnya. “Area seluas 570.000 ha ini juga

habitat orangutan terbesar di dunia. Hasil penelitian

lapangan mendeteksi ada sekitar 6000-9000 individu.

Selain menanami kembali, kami juga membendung kanal

untuk memulihkan fungsi hidrologi kawasan. Kegiatan

yang berhubungan dengan upaya peningkatan

kesejahteraan masyarakat dan pengembangan

penghasilan aternatif juga menjadi prioritas kerja WWF di

kawasan konservasi tersebut,” imbuhnya.

Sementara Presiden Direktur HMSI Toshiro Mizutani

mengatakan, program NEWtrees yang digagas oleh WWF-

Indonesia mampu memberikan kesempatan bagi Hino

untuk membiayai reforestasi pada kawasan yang

dilindungi, koridor antara kawasan lindung, daerah

penyangga sekitar kawasan yang dilindungi.

Corporate Club WWF - Indonesia

Gedung Graha Simatupang Tower 2C Floor #8

Jln.TB Simatupang Kav.38 Jakarta Selatan, Indonesia

| P : (021) 7829426 – 29 |

www.wwf.or.id/corporateclub |

Email: [email protected]

BERMINAT GABUNG?

29

Kerjasama NEWtrees WWF-Hino

6000 POHON UNTUK TAMAN NASIONAL SEBANGAU

(Oleh : Masayu Yulien Vinanda)

© W

WF

-Indonesi

a /

Saip

ul S

IAG

IAN

Page 30: VOLUME I NO. 3/ DESEMBER 2011 MAGAZINE Living …awsassets.wwf.or.id/downloads/wwf_living_planet_magazine_vol_1_no...Dewi Satriani Maitra Widiantini Nur Anisah Nancy Ariaini Dyah Ekarini

WWF AGENDA

Silakan kunjungi wwf.or.id, : WwfIndonesia, : @WWF_Indonesia untuk informasi selanjutnya

30

Check Out What’s Coming in December 2011-March 2012...

KABAR PANDARubrik ini ditujukan untuk ajang berbagi informasi dan apresiasi kepada anggota keluarga besar WWF-Indonesia. Apabila Anda memiliki informasi terbaru, silakan hubungi redaksi.

Ÿ

• 25 :

• 26-30 :

3 : Hari Konservasi Dunia

Selamat Hari Natal!

Cuti bersama dan libur akhir tahun WWF Indonesia

1 : Selamat Tahun Baru 2012

Lokakarya Penggalangan Sumberdaya National Tiger Recovery Program @Jakarta

Supporter Appreciation trip to TN.Danau Sentarum, Kalimantan Barat

Sahabat Harimau on DR TV

• 31 : Earth Hour

DESEMBER 2011

JANUARI 2012

MARET 2012

FEBRUARI 2012

Delonix Regia Prima Putri (lahir 2 Sept2011)-putri Primayunta (WWF kantor Jakarta) dan Dian Nia Permatasari (volunteer WWF-Indonesia)

Aryasatya Arziki Ramadhan (lahir 5 Agustus 2011)-putra Muhamad Ependi (WWF kantor Jakarta) dan Lutpatulatipah

Akhtar Syandana Andiaputra (lahir 17 Agustus 2011)-putra Diah Tetranti (WWF kantor Jakarta) dan Anggoro Hari Wardono (volunteer WWF-Indonesia)

Davian Ilham Nugroho (lahir 31 Agustus 2011)-putra Hesti Wahyuni (WWF kantor Jakarta) dan Mohammad Khosim

Raffandrea Arharitsah (lahir 18 September 2011)-putra Aulia Rahman (WWF kantor Jakarta) dan Sari Narulita

Kelana Faisal (lahir 7 September 2011)-putra Khairil Fahmi Faisal (WWF kantor Kutai Barat) dan Lisa Nifsi Afifah

Athallah Bevan El Fawwazy (lahir 2 September 2011)-putra Ambang Wijaya dan Inneke Sintawati.m

Athallah Dhawi Dzaki Ravie Putra (lahir 18 September 2011)- putra Hultera dan Novie

BERITA KELAHIRAN

BERITA PERNIKAHANRia April Italiani (WWF kantor Jakarta) dengan Lareza Firmanditya (17 September 2011)

Nur Anisah (WWF kantor Jakarta) dengan Anton (18 September 2011)

Silakan kunjungi wwf.or.id, : WwfIndonesia, : @WWF_Indonesia untuk informasi selanjutnyaSilakan kunjungi wwf.or.id, : WwfIndonesia, : @WWF_Indonesia untuk informasi selanjutnya

Page 31: VOLUME I NO. 3/ DESEMBER 2011 MAGAZINE Living …awsassets.wwf.or.id/downloads/wwf_living_planet_magazine_vol_1_no...Dewi Satriani Maitra Widiantini Nur Anisah Nancy Ariaini Dyah Ekarini

TERIMA KASIH!kepada mitra-mitra WWF-Indonesia atas dukungan dalam program

fundraising dan event

OUR VENUE PARTNERS

EKALOKASARI PLAZA

Page 32: VOLUME I NO. 3/ DESEMBER 2011 MAGAZINE Living …awsassets.wwf.or.id/downloads/wwf_living_planet_magazine_vol_1_no...Dewi Satriani Maitra Widiantini Nur Anisah Nancy Ariaini Dyah Ekarini

Orangutan©

W

WF

-Canon /

Ala

in C

OM

PO

ST

AYO GABUNG JADI RANGER ORANGUTAN!

Jumlah populasi Orangutan

menurun sebanyak 30-50%

dalam 10 tahun terakhir, karena

hutan tempat tinggalnya terus

berkurang. Bantu WWF untuk

melestarikan hutan Indonesia

demi generasi mendatang.

Kunjungi wwf.or.id/donate