volume 19, no. 2, mei 2019 p-issn 1410-9794 · volume 19, no. 2, mei 2019 p-issn 1410-9794 e-issn...

106

Upload: others

Post on 10-Dec-2020

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan
Page 2: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan
Page 3: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 98

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Pelatihan dan Budaya Kerja Dalam Upaya

Peningkatan Produktivitas Kerja

Nurvi Oktiani1, Rani Kurniasari

2, Camelia Putri Utami

3

1Universitas Bina Sarana Informatika, [email protected] 2Universitas Bina Sarana Informatika, [email protected]

3Universitas Bina Sarana Informatika, [email protected]

ABSTRAK - Perusahaan ataupun organisasi harus mampu beradaptasi dan meningkatkan

produktivitasnya, oleh sebab itu Perusahaan ataupun organisasi harus memperhatikan faktor –

faktor pendukung produktivitas, diantaranya adalah pelatihan dan budaya kerja, tujuan

penelitian ini diarahkan untuk menganalisis hubungan dan pengaruh pelatihan dan budaya

kerja dalam upaya peningkatan produktivitas karyawan pada PT Kusumatama Mitra Selaras

Jakarta, sehingga menjadi bahan masukan mengambil kebijakan dan strategi peningkatan

produktivitas, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

kuantitatif, Teknik analisis data dengan menggunakan program SPSS (Statistical Package For

Social Sciences) versi 23, melalui regresi berganda yang melibatkan variabel pelatihan dan

budaya kerja serta produktivitas kerja, pengujian dilakukan melalui Uji Reliabilitas, Uji

validitas, Uji asumsi klasik yang terdiri dari Uji Multikolinearitas, uji autokorelasi, uji

heteroskedastisitas, uji normalitas, korelasi parsial dan koefisien determinasi serta analisis

regresi, hasil penelitian mengambarkan terdapat hubungan serta pengaruh yang kuat antara

pelatihan dan budaya kerja terhadap produktivitas kerja, melalui hasil regresi, dari hasil diatas

juga dapat disimpulkan pada penelitian ini, bahwa variabel pelatihan merupakan variabel

yang memiliki peranan yang besar dalam proses peningkatan produktivitas karyawan

dibandingkan dengan budaya organisasi, namun demikian kedepannya perusahaan harus

dapat mempertimbangkan perencanaan serta pelaksanaan pelatihan dan budaya kerja,

khususnya peningkatan program-program pelatihan yang lebih terencana dan terstruktur

Kata Kunci: Pelatihan, Budaya Kerja, Produktifitas Kerja

ABSTRACT – Company and organization have to adapt and improve their productivity,

therefore company and organization must give attention for supporting factor, as a training,

work culture,. The purpose of Research can be described for analyzing relationship and

impact from training and work culture as an effort for increasing employee productivity in PT

Kusumatama Mitra Selaras Jakarta, so that company or organization decision for taking

policy and improvement strategy to productivity, the research method uses quantitative, and

data analysis technic uses Statistical Package For Social Sciences version 23, with multiple

regression that involve training and work culture variable toward productivity, beside that for

testing, this research use multikolinearitas, autokorelasi, heteroskedasitas, normalitas testing

and partial correlation, determination correlation, finally regression analysis. The Result of

Research can be described, between training and work culture have strong relationship and

impact toward productivity, and undergo the result of regression can be explained training

variable is most or give more impact toward increasing productivity that compared to work

culture, however in the future the company or organization must think of plans and

implementation for training and work culture, especially for increasing the implementation

for training programs more planned and structured

Keywords: Training, Work Culture, Work Productivity

Naskah diterima: 28 Jan 2019, direvisi: 12 Feb 2019, diterbitkan: 15 Mei 2019

Page 4: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 99

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

PENDAHULUAN Persaingan, perubahan lingkungan,

serta lingkungan bisnis sekarang ini,

membuat perusahaan ataupun organisasi

harus mampu beradaptasi dan meningkatkan

produktivitasnya serta mempersiapkan suatu

rencana- rencana kedepan dalam menghadapi

persoalan ataupun kondisi tersebut,

ditambahlagi dengan adanya globalisasi dan

juga perubahan kebutuhan konsumen yang

harus dipenuhi, yang menjadikan suatu

tantangan dalam kegiatan bisnis bagi

organisasi atau perusahaan, dimana nantinya

apabila perusahaan mampu menghadapi

tantangan dan masalah tersebut maka

kesuksesan yang akan perusahaan atau

organisasi capai, namun apabila sebaliknya

jika perusahaan tidak mampu menghadapi

tantangan, kendala serta pemasalahan

tersebut, maka sesuatu yang akan mungkin,

yakni kegagalan yang akan perusahaan atau

organisasi peroleh adapun beberapa

kegagalan yang mungkin dapat terjadi dalam

kegiatan operasional perusahaan diantaranya

adalah penurunan produktivitas perusahaan

atau organisasi yang pada akhirnya dapat

berimbas pada penurunan profitability

perusahaan, dan sebagaimana yang diketahui

bahwa profitabilitas perusahaan juga

merupakan suatu komponen yang terpenting

dan juga harus diperhatikan oleh perusahaan

jika ingin perusahaan atau organisasi tersebut

tetap berjalan dan berlangsung segala

aktivitas perusahaanya.Oleh sebab itu adapun

Kesuksesan dan kegagalan dalam kegiatan

operasional maupun kegiatan bisnis pada

akhirnya juga dipengaruhi oleh produktivitas

kerja perusahaan (Salah, 2016).

Peningkatan produktivitas perusahaan

bukan perkara yang mudah karena banyak

faktor yang mempengaruhinya dan

perusahaan harus mempertimbangkan faktor-

faktor tersebut (Narpati, 2017), salah satunya

tidak akan terlepas dengan peran serta

sumber daya manusia dalam hal ini adalah

peran serta dari karyawan, oleh sebab itu

dapat dikatakan bahwa karyawan merupakan

asset terpenting dalam upaya

mengembangkan perusahaan serta

meningkatkan profitable, banyak cara yang

dapat dilakukan untuk meningkatkan

produktifitas diantarana adalah dengan

pelatihan ataupun training serta

pengembangan yang mana kedua komponen

tersebut dapat mendorong tujuan individual

dalam menyiapkan langkah – langkah yang

tepat, informasi serta kapabilitas untuk

mengarahkan kepada efesiensi organisasi,

jadi disini tidak hanya berkaitan dengan

training mengacu kepada produktivitas

namun juga mengarahkan kepada efesiensi

organisasi selain pelatihan dan

pengembangan yang dapat dilakukan oleh

perusahaan dalam mengembangkan suatu

Produktivitas (Niazi, 2011), hal yang dapat

dilakukan lainnya adalah menciptakan suatu

hubungan diantara budaya kerja yang mana

dapat meliputi strategi manajemen, tingkah

laku konsumen, serta hubungan industrial,

dan dimana dalam beberapa dekade ini

hubungan antara budaya kerja dengan

produktivitas serta kinerja karyawan

dirasakan lebih efektif dalam meningkatkan

produktivitas perusahaan (Kuba, 2017). Pada

dasarnya budaya organisasi merupakan suatu

subjek dari suatu kepentingan yang

sebaiknya harus dipertimbangkan terutama

dalam upaya peningkatan nilai – nilai budaya

tersebut seperti layaknya pengetahuan dan

keterampilan dalam bekerja, motivasi dalam

bekerja, keinginan dalam mengambil resiko,

kreatifitas dan dorongan dalam bekerja, hal

ini didasari bahwa nilai – nilai budaya kerja

yang diterapkan dan di jalankan oleh suatu

organisasi atau perusahaan akan memberikan

suatu dukungan ataupun suatu sumbangan

bagi bagi stabilitas, produktifitas dan inovasi

organisasi (c-p2), hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh (c-p3) dimana

dengan judul penelitian “Impact of

Organizational Culture on Productivity: A

Study Among Employees of Ministry of Youth

and Sport, Iran dimana dalam penelitian

tersebut mengambarkan bahwa budaya

organisasi beserta dimensi – dimensinya

memiliki suatu korelasi dengan produktivitas

kerja, dimana di jelaskan berupa persamaan

regresi linear berganda, dan dimana

Page 5: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 100

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

memberikan suatu indikasi terbaru bahwa

budaya organisasi merupakan salah satu

indikator utama atau indikator penting dalam

meningkatkan produktivitas kerja karyawan,

faktor – faktor lainnya yang juga

mempengaruhi produktivitas kerja

diantaranya adanya pelatihan dimana

pelatihan ini menjadi faktor yang penting

untuk dapat diterapkan serta

dipertimbangkan pada kondisi lingkungan

yang dinamik serta kompetitif dimana hal ini

dijelaskan oleh (Nda, Maimuna & Fard,

Rashad, 2013) dalam penelitian yang

berjudul “ the Impact of Employee Training

and Development on Employee Productivity”

dimana dinyatakan dalam penelitian ini

bahwa karyawan ataupun anggota organisasi

pada dasaranya membutuhkan suatu adaptasi

bagi kelanjutan pembelajaran serta

meningkatkan keahlian serta pengetahuannya

yang tidak didapatkan didalam perrusahaan,

dan dimana bagi organisasi dituntut untuk

dapat mencapai profit yang maksimum, serta

mampu dalam mengelola kondisi yang

bersifat kompetitif dan dinamis, oleh sebab

itu perusahaan atau organisasi harus

mengembangkan suatu program pelatihan

dan pengembangan sebagai asset yang vital

dan menjadi suatu instrument bagi

perusahaan dalam upaya mengeksplorasi

keahlian dari karyawan, hasil penelitian yang

digambarkan dalam penelitian ini juga

mengambarkan bahwa pelatihan dan

pengembangan karyawan merupakan faktor

vital dalam peningkatan produktifitas

karyawan.

Berdasarkan uraian serta penjelasan diatas ,

maka tujuan dalam penelitian ini akan

diarahkan kepada hubungan serta pengaruh

dari pelatihan serta budaya kerja dalam

upaya perusahaan untuk peningkatan

produktivitas, dimana dalam hal ini akan

akan dibahas sejauh mana hubungan dan

pengaruh pelatihan serta budaya kerja

terhadap peningkatan produktivitas kerja

karyawan pada PT Kusumatama Mitra

Selaras Jakarta, sehingga dapat menjadi

bahan masukan dalam mengambil kebijakan

dan strategi dalam upaya peningkatan

produktivitas kerja karyawan

LANDASAN TEORI

Budaya merupakan suatu pola umum

bagi tingkah laku, kepercayaan dimana

semuanya akan dikelompokan dan dibagikan

dalam suatu persepsi serta nilai kepada

seluruh anggota organisasi, budaya

organisasi juga secara spesifik merupakan

suatu cara bagi anggota organisasi untuk

dapat melakukan kegiatannya dan yang mana

budaya tersebut juga merupakan persepsi

yang dibagikan kepada anggota organisasi

dan diamati, secara general dan diikuti oleh

tingkah laku yang permanen dimana

merefleksikan gambaran organisasi kepada

organisasi lainnya (Ghorbanhosseini, 2013)

Budaya kerja Budaya kerja dapat diartikan sebagai

suatu kumpulan program yang didefinisikan

dalam suatu organisasi dimana kumpulan

program tersebut dapat membedakan

organisasi satu dengan yang lainnya (Ahmed

& Shafiq, 2014)

Dalam suatu organisasi yang

menginginkan suatu komitmen dalam setiap

aspek kegiatan perusahaannya, organisasi

tersebut harus mengindentifikasikan segala

nilai, norma serta budaya dalam organisasi

yang tercakup dalam suatu budaya kerja,

dimana perusahaan memberikan suatu

penjelasan kepada karyawan agar karyawan

lebih mengenal system yang berlaku didalam

suatu perusahaan, dalam hal ini dengan

adanya proses pembelajaran budaya yang

dilakukan oleh karyawan akan mendekatkan

kepada proses produktivitas, dimana dalam

hal ini antara budaya organisasi dan

produktivitas memiliki hubungan yang erat,

pada dasarnya produktivitas bisa di capai

dengan membangun budaya kerja yang kuat

selain itu juga dengan adanya dukungan dari

team kerja, inovasi, serta komitment dan

loyalitas dalam merealisasikan tujuan-tujuan

perusahaan , namun sebaliknya apabila

perusahaan tidak berusaha dalam

menciptakan suatu budaya kerjayang kuat

akan mengiring kepada penurunan kinerja

organisasi, etnosentrik, dan pembentukan

kelompok-kelompok kecil serta konflik

dalam perusahaan (Ahiabor, 2014).

Page 6: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 101

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Pelatihan (training) Pelatihan merupakan suatu keahlian

yang spesifik dimana dilakukan untuk tujuan

tertentu, training atau pelatihan juga pada

dasarnya merupakan suatu program dalam

pembentukan tingkah laku karyawan, dan

pada kenyataannya pelatihan dapat

menciptakan ataupun meningkatkan keahlian

bagi anggota organisasi dalam melakukan

pekerjaan yang dibebankan kepada mereka,

training dapat juga dikatakan sebagai suatu

proses dalam menyiapkan tenaga kerja

dengan pengetahuan dan keahlian yang

dibutuhkan untuk beroperasi berdasarkan

standar – standar serta system yang telah

berlaku dalam organisasi (Nischithaa & Rao

Narashimha, 2014) adapun pelatihan

dilakukan adalah dengan tujuan

pengembangan diri karyawan, dalam suatu

rangkaian cara yang sangat bervariasi yang

mana pelatihan dilakukan agar karyawan

keluar dari zona serta jangkauan yang

bersifat tradisional dalam segi apapun

misalkan dalam segi keahlian , pengetahuan

serta juga untuk menciptakan suatu liberasi,

peluang motivasi untuk karyawan, suatu

organisasi yang benar- benar menerapkan

pelatihan akan dapat menfasilitasi serta

mendorong, seluruh komponen dalam

perusahaan untuk dapat berkembang, adapun

kegunaan pelatihan itu sendiri diantaranya 1)

menghadapi persaingan dan globalisasi, 2)

kebutuhan dalam pengembangan

kepemimpinan, 3) meningkatkan nilai berupa

aset yang intangible dan human capital, 4)

menfokuskan atau menciptakan suatu

hubungan strategi bisnis, 5) pelayanan

konsumen dan penekanan pada kualitas, 6)

penciptaan teknologi terbaru, 7) Untuk

peningkatan performance atau kinerja, 8)

perubahan ekonomi, 9) menarik minat serta

bakat – bakat yang baru (Niazi, 2011)

Pada dasarnya banyak perusahaan

menerapkan serta mempersiapkan tenaga

kerjanya dimaksudkan agar lebih kompeten,

dan memiliki kemampauan dalam

menyesuaikan diri terhadap perubahan

eksternal dan juga lingkungan bisnis internal,

oleh sebab itu jika dilihat pada saat sekarang

ini, banyak organisasi atau perusahaan

membuat suatu perencanaan yang mengacu

kepada pelatihan dan pengembangan yang

mana perusahaan menetapkan anggaran atau

pun modal investasi bagi pelatihan dan

pengembangan karyawannya, adapun

Pelatihan dan pengembangan yang dilakukan

juga dimaksudkan sebagai suatu alat atau

cara dalam mencapai suatu keunggulan yang

kompetitif, dan hal ini juga dilakukan agar

karyawan memili kemampuan dalam

beradaptasi terhadap perubahan – perubahan

dalam lingkungan bisnis serta dilema yang

terjadi dalam perubahan teknologi global

sekarang ini (Johnson, Umoh, & Edwinah,

2016), pengertian lainnya dari pelatihan

adalah merupakan suatu kebutuhan yang erat

kaitannya dalam kepentingan peningkatan

peran kinerja karyawan yakni hubungannya

dengan keahlian, teknik serta pengetahuan,

selain itu pelatihan merupakan fokus dari

aktivitas yang dilakukan untuk

pengembangan diri agar karyawan dapat

mempersiapkan diri untuk bertanggung

jawab terhadap masa depan perusahaan, dan

dapat diartikan disini bahwa pelatihan juga

merupakan suatu pembelajaran bagi

organisasi agar lebih kreatif dengan

menekankan kepada penambahan nilai bagi

karyawan agar pekerjaan yang diberikan

kepada mereka lebih efektif dan dapat

meningkatkan kinerja (Vinesh, 2014)

Produktivitas Kerja Beberapa teori yang berhubungan

dengan produktivitas kerja diantaranya

adalah (Linna, Pekkola, Ukko, & Melkas,

2010)dimana dapat diartikan bahwa

produktivitas diartikan sebagai level ataupun

jumlah dari tingkatkan teknologi, kebutuhan

serta struktur pasar, selain itu productivitas

dapat dikaitkan dengan segala bentuk

efesiensi dalam suatu produksi, dan

mengambarkan bagaimana output dihasilkan

dan bagaimana cara merencanakan input agar

rasio antara input dan output seimbang dalam

pengukurannya (Syverson, 2011) selain hal

diatas produktivitas secara general juga dapat

didefinisikan sebagai suatu pengukuran

dalam jumlah output perunit dari input yang

Page 7: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 102

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

digunakan, disini dapat diartikan bahwa

produktivitas juga dapat dihubungkan dengan

pola hubungan antara output dan input,

produktivitas juga erat kaitannya,

produktivitas juga dapat dikatakan sebagai

suatu fenomena dan perluasan dari konsep

alat atau teknikpengembangan, dimana

beberapa ahli mengembangkan definisi dari

produktivitas diantaranya adalah : 1)

pendekatan tekno- ekonomi dimana disini

dapat diartikan suatu pendekatan yang

berkaitan dengan peningkatan teknologi dan

ekonomi untuk menghasilkan produktifitas

ataupun keseimbangan input dan output, 2)

produktivitas sebagai suatu kombinasi dari

efesiensi dan efektivitas input, output serta

pencapaian tujuan organisasi, 3) pendekatan

yang lebih luas yang berkaitan dengan faktor

– faktor yang membuat fungsi organisasi

lebih baik kembali adapun faktor- faktor

tersebut diantaranya adal fungsi strategi,

pelayanan dan lain-lainnya (Linna et al.,

2010)

Hubungan antara Pelatihan dan

Produktivitas kerja Beberapa peneliti menerapkan serta

mengidentifikasikan produktivitas dan

kinerja karyawan dipengaruhi oleh

bebeberapa faktor yang mempengaruhinya

diantarantya adalah pengaruh dari dukungan

top manajemen, komitmen karyawan pada

setiap level atau tingkatan, system

pengukuran dan penilaian karyawan,

pelatihan karyawan serta struktur

penghargaan, komunitas yang meliputi dan

memiliki hubungan timbal balik dengan

keputusan manajemen anggaran, dan dalam

hal ini semua mempengaruhi dan sangat

penting untuk dibangun dalam upaya

meningkatkan kapasitas produktivitas kerja

(Linna et al., 2010)

Hubungan antara pelatihan dan

produktivitas kerja juga didefinisikan oleh

(Niazi, 2011)dimana dinyatakan bahwa

dalam kegiatan operasionalnya, organisasi

ataupun perusahaan harus memiliki semacam

perencanaan akan kebutuhan pelatihan yang

nantinya dapat dihubungkan perkembangan

dan pertumbuhan industri, oleh sebab itu

perlu dipersiapkan point -point serta

gambaran dari tugas kerja, serta pelatihan,

selain itu juga perlu dilihat kembali tujuan

ddari organisasi yang telah dipersiapkan yang

mana tujuan tersebut juga harus diiringi

dengan tingkah laku, informasi, kapabilitas

yang akan membawa pertanggungjawaban

serta pelatihan yang dimiliki oleh karyawan

yang akhirnya memberikan dampak pada

efisiensi organisasi , dan juga dapat

mengarahkan organisasi pada tingkat

produktivitas yang tinggi.

Dalam berbagai sektor serta trend

bisnis yang berkembang sekarang ini

dibutuhkan suatu pelatihan karyawan yang

mana memiliki tujuan dalam menghandle

segala tantangan serta permasalahan

pemasaran dalam memasuki pasar baru,

dimana pelatihan atau training ini akan

menjadikan tenaga kerja ataupun karyawan

lebih memiliki pengetahuan dan keahlian

yang dapat membantu mereka dalam

meningkatkan moral serta produktivitas dan

mampu mengatasi segala macam tantangan

ataupun kendala dalam mengerjakan atau

menyelesaikan job description yang

diberikan kepada karyawan (Sila, Alice,

2014)

Penelitian sebelumnya telah

dilakukan oleh (Salah, 2016) dimana dalam

penelitian tersebut menjelaskan hubungan

antara pelatihan dan pengembangan yang

memiliki korelasi positif dengan kinerja

karyawan serta produktivitas pada

perusahaan swasta sektor transportasi,

dimana dalam penelitian ini menggunakan

variabel – variabel diantaranya pelatihan dan

pengembangan yang dihubungkan dengan

kinerja karyawan dan produktifitas,

penelitian terdahulu mengenai hubungan

antara pelatihan dan budaya kerja yang

dikaitkan dengan peningkatan produktifitas

dilakukan oleh Penelitian terdahulu

dilakukan oleh (Nda, Maimuna & Fard,

Rashad, 2013) dimana dalam penelitian

tersebut mereview tentang pengaruh

signifikan dari variabel pelatihan dan

pengembangan terhadap produktivitas

karyawan, dan dalam hasil penelitian tersebut

menyatakan bahwa pelatihan merupakan

Page 8: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 103

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

suatu asset yang vital bagi organisasi

dibawah keadaan tekanan atapun didalam

keadaan persaingan yang dinamis, dan

ditambahkan pula dalam penelitian ini

menjelaskan bahwa program pelatihan dan

pengembangan merupakan instrument bagi

karyawan untuk mengeksplorasi

kemampuannya , yang pada akhirnya dapat

memberikan dampak bagi peningkatan

produktivitas karyawan dan organisasi

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh (Singh

& Mohanty, 2012) dimana dalam penelitian

tersebut menjelaskan bahwa praktek

pelatihan dan produktivitas karyawan

memiliki hubungan yang signifikan, dimana

dalam hasil penelitian tersebut juga

memberikan gambaran dengan observasi

secara langsung dimana dilakukan

pengukuran dan pemahaman mengenai

pengaruh praktek – praktek pelatihan

individu terhadap produktivitas karyawan

melalui beberapa faktor

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh

(Sabir et al., 2014)dimana dalam penelitian

bertujuan untuk menentukan hubungan

antara variabel – variabel pelatihan,

kompensasi dan umpan balik serta

keterlibatan atau pastisipasi dalam bekerja

terhadap produktivitas karyawan, dimana

penelitian tersebut dilakukan terhadap

perusahaan supply electric di Pakistan,

penelitian yang dilakukan melalui metode

kuantitatiif ini dimana dari hasil penelitian

mengidentifikasikan bahwa seluruh variabel

diatas memberikan pengaruh dan hubungan

yang signifikan terhadap produktivitas

karyawan , dan dari hasil tersebut

memberikan gambaran bahwa perusahaan

harus memberikan umpan balik terhadap

hubungan dan pengaruh variabel tersebut,

dan perlu adanya peningkatan variabel diatas

Hubungan antara Budaya kerja dan

Produktivitas kerja Salah satu kunci dalam produktivitas

adalah gambaran dari hasil motivasi dan

dimana motivasi tersebut dapat membawa

dalam suatu keadaan yang terbaik bagi

perusahaan, dan jika manajemen tersebut

bertransformasi dalam suatu kondisi yang

pada awalanya sangat raput menuju suatu

budaya kerja atau kondisi perusahaan yang

baik, memiliki suatu struktur keputusan yang

baik, integrase organisasi serta

pengembangan sumber daya manusia dan

khususnya dalam hubungan manajerial

dengan budaya kerja (Ahiabor, 2014)

Dalam orientasi jangka Panjang dan

jangka pendek perusahaan biasanya akan

selalu berusaha mewujudkan suatu tanggung

jawab perusahaan dan pelayanan kepada

konsumen , dan dimana kewajiban tersebut

diasosiasikan kedalam suatu nilai dan

kepercayaan yang berdasarkan budaya kerja

yang dianut atau diikuti perusahaan tersebut,

serta norma- norma perusahaan yang ada,

dan pada akhirnya akan mempengaruhi

tingkah laku karyawan dalam perusahaan dan

juga produktivitas kerja organisasi (Ahmed

& Shafiq, 2014)

Penelitian sebelumnya telah

dilakukan oleh (Uddin, Luva, & Hossian,

2013) dimana dalam penelitian sebelumnya

dijelaskan mengenai pengaruh hubungan

antara budaya organisasi dalam kinerja

karyawan dan produktivitas, dimana dalam

hal tersebut dijelaskan bahwa terdapat

hubungan positif dan kuat antara kinerja

karyawan, budaya organisasi serta

produktivitas, penelitian lanjutan dilakukan

oleh (Ahiabor, 2014) dari penjelasan diatas

dapat disimpulkan bahwa budaya kerja dapat

dikatakan sebagai salah satu faktor yang

dapat mempengaruhi dan memiliki hubungan

dalam peningkatan dan penurunan

produktivitas kerja

METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dengan

menggunakan desain penelitian kuantitatif

dan kualitatif, pada PT Kusumatama Mitra

Selaras Jakarta, untuk mendapatkan data

yang akurat dan relevan dengan

permasalahan maka dilakukan prosedur

penelitian dengan cara observasi, melakukan

penyebaran kuesioner dengan jumlah sampel

sebanyak 34 (tiga puluh empat ) orang

karyawan, adapun Teknik pengambilan

sampel dengan non probability sampling

dengan menggunakan sampling purposive

Page 9: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 104

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

dan juga melakukan proses wawancara

dengan karyawan, Teknik analisis data

dengan menggunakan Program

SPSS(Statistical Package For Social

Sciences) versi 23 dimana analisis data

tersebut dengan menggunakan analisis

regresi berganda yang melibatkan dua

variabel independent yakni pelatihan dan

budaya kerja serta satu variabel dependen

yakni produktivitas kerja beberapa pengujian

diantaranya adalah Uji Reliabilitas, Uji

validitas, Uji asumsi klasik yang terdiri dari

Uji Multikolinearitas, uji autokorelasi, uji

heteroskedastisitas, uji normalitas, korelasi

parsial dan koefisien determinasi serta

analisis regresi

PEMBAHASAN

Tabel 1. Uji Reliabilitas

Variabel Nilai Cronbach Alfa

Pelatihan 0,876

Budaya Kerja 0,898

Produktifitas Kerja 0,904

Jika dilihat dari data diatas dimana

nilai cronbach alfa untuk variabel – variabel

pelatihan, budaya kerja, produktifitas kerja

diatas > 0,70 maka dapat dinyatakan bahwa

variabel diatas dikatakan reliabel

Uji Validitas

Uji validitas merupakan suatu

pengukuran dari item-item, sah atau tidak

valid, adapun pengukuran uji validitas ini

dilakukan dengan membandingkan suatu

nilai R Hitung dengan R tabel dengan

menggunakan degree of freedom (df : n-2),

dimana jika r hitung lebih besar dari nilai r

tabel maka indikator dari variabel tersebut

dikatakan valid, namun jika sebaliknya r

tabel lebih besar daripada R hitung maka

indikator tersebut dikatakan belum valid

(Ghozali, 2012)berikut akan ditampilkan

nilai validitas:

Tabel 2. Uji Validitas

Variabel Indikator

Corrected

Item Total

Correlation

Variabel Indikator

Corrected

Item Total

Correlation

Pelatihan Performance kerja 0,633 Produktifitas

kerja

Pendidikan dan

Pengetahuan

0,849

Profit perusahaan 0,643 Etos Kerja 0,762

Kualitas kerja 0,725 Keterampilan

kerja

0,601

Kuantitas kerja 0,673 Motivasi kerja 0,44

Pengetahuan 0,504 Lingkungan dan kondisi Kerja

0,712

Minimalisir Resiko

Kerja

0,438 Efektifitas kerja 0,86

Moral atau attitude 0,545 Jaminan

Kesejahteraan

dan sosial

0,591

Keterampilan kerja 0,670 Tim Kerja 0,752

Intelektual 0,526 Kompensasi 0,529

Kepribadian 0,63 Hubungan

indutrial

0,647

Budaya

Kerja

Kebebasan dalam

karir

0,524

Evaluasi dan

pengontrolan

0,508

Sistem mentoring 0,475

Page 10: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 105

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Inovasi 0,557

Pemanfaatan IT dan Metode Baru

0,638

Peluang Peningkatan Kerja

0,507

Loyalitas dan Kepercayaan

0,504

Pengembangan diri 0,485

Transparansi dan

keterbukaan

0,557

Perubahan 0,508

Kepedulian dan

empati

0,544

Pelayanan

Perusahaan

0,504

Dari data diatas dapat dijelaskan

untuk nilai Rtabel sebesar 0,271, dengan

derjat tingkat kesalahan sebesar 0,05 , maka

dibandingkan dengan nilai r tabel yang lebih

kecil dari pada r hitung (dilihat dari tabel uji

validitas) maka dapat diartikan bahwa

indikator – indikator dari variabel pelatihan,

produktifitas kerja, dan budaya kerja

dikatakan valid, dimana hal ini dikarenakan

nilai r hitung lebih besar dari r tabel untuk

semua indikator-indikator diatas.

Uji Asumsi klasik

Uji Multikoliniaritas

Merupakan suatu pengujian model

regresi untuk menentukan ada atau tidaknya

korelasi antara bebas(indenpenden), nilai

multikolinearitas dapat dilihat dari nilai

toleransi dan nilai VIF (variance inflation

Factor) dimana nilai cutoff yang umum

dipakai untuk menunjukan ada atau tidaknya

multikoliniaritas, adalah jika nilai Tolerance

< dari 0,10 atau nilai VIF> 10 sebalikya jika

nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF< 10

maka diartikan bahwa tidak terjadinya

multikolinearitas (Ghozali, 2012)

Tabel 3. Coefficients Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. Collinearity

Statistics

B Std.

Error

Beta Toler

ance

VIF

1 (Constant) ,804 5,478 ,147 ,884

Training ,446 ,194 ,388 2,297 ,029 ,363 2,757

Budaya

Kerja

,461 ,162 ,481 2,849 ,008 ,363 2,757

a. Dependent Variable: Produktivitas Kerja

Dari data diatas dapat dilihat bahwa

nilai tolerance pada tabel coefficient diatas

memiliki nilai besar (> 0,10) yakni sebesar

nilai 0,363, dan selain nilai tolerance diatas

didapat nilai VIF< 10 yakni sebesar 2,757,

dari hasil pengolahan data ini dapat diartikan

bahwa tidak terjadinya multikoliniaritas

Uji autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk

menguji apakah dalam model regresi linear

dimana ada korelasi antara kesalahan

penganggu pada periode t dengan kesalahan

penganggu pada periode t-1(sebelumnya)

adapun cara mendetetksi ada atau tidaknya

autokorelasi diantaranya sebagai berikut

tidak ada autokorelasi positif dan negatif

apabila nilai du < d< 4 – du (Ghozali, 2012)

Page 11: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 106

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Tabel 4. Model Summary

Mod

el R

R

Squar

e

Adjuste

d R

Square

Std.

Error

of the

Estima

te

Change Statistics

R

Square

Change

F

Change df1 df2

Sig. F

Change

1 ,824a ,679 ,659 2,430 ,679 32,859 2 31 ,000

Dari tabel model summary diatas dapat

digambarkan bahwa nilai Durbin watson

sebesar 2,041, dan dengan nilai variabel

independen (k : 2) sebesar jika nilai du

sebesar 1,6, dan nilai 4-du sebesar (4 – 1,6 :

2,4) maka nilai du < d < 4-du maka dapat

digambarkan 1,6 < 2,041 < 2,4 maka dapat

diartikan bahwa tidak adanya autokorelasi

positif dan negatif

Uji Heteroskedasitas

Dimana uji ini bertujuan untuk

menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan berikutnya,

adapaun beberapa cara dalam mendeteksi

ada atau tidaknya heteroskedasitas

diantaranya dengan melihat grafik plot antara

variabel terikat (dependen) dengan

residualnya, selain itu dilihat dari nilai

coefficient terutama pada nilai signifikannya,

jika koefisien parameter untuk variabel

independent tidak ada yang yang dignifikan

maka dapat dikatakan bahea model regresi

tidak terdapat heterodisitas (Ghozali, 2012)

Gambar 1. Grafik Scatterplot

Dari grafik diatas dapat dijelaskan

bahwa analisis dengan grafik plot dimana

grafik Scatterplot terlihat bahwa titik-titik

menyebar secara acak serta tersebar diatas

maupun dibawah angka 0 pada sumbu y,

maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

heteroskedastisitas pada model regresi,

begitu juga jika dilihat dari nilai coefficient

dimana pada hasil tampilan output pada tabel

3 dimana koefisien parameter untuk variabel

independent tidak ada yang signifikan maka

dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak

terdapat heteroskedasitas,

Uji Normalitas Dimana merupakan salah satu cara

menentukan asumsi model regresi adalah

residual yang memiliki distribusi normal,

Page 12: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 107

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

adapun metode dalam yang digunakan dalam

mendeteksi masalah normalitas yaitu dengan

uji Kolmorogrov – Smirnov dimana dalam

ketentuan uji ini adalah dilihat dari besarnya

probabilitas uji kolmogorov – Smirnov

dilihat dari nilai asymp.sig dimana jika nilai

signifikan lebih besar dari tingkat signifikan

yang ditentukan yaitu sebesar 0,05 maka

dapat dinyatakan bahwa model regresi

dikatakan didistribusikan secara normal

(Widarjono, 2015)

Tabel 5. Uji Kolmogorov - Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardi

zed Residual

N 34

Normal Parametersa,b

Mean ,0000000

Std.

Deviation

2,35493165

Most Extreme

Differences

Absolute ,144

Positive ,134

Negative -,144

Test Statistic ,144

Asymp. Sig. (2-tailed) ,072c

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

Jika dilihat dari nilai probabilitas uji

Kolmogorov-Smirnov dimana nilai

asymp.sig (2 – tailed) sebesar 0,072, maka

jika dibandingkan nilai tingkat signifikan

yang ditentukan yakni sebesar 0,05 maka

nilai asymp.sig (2-tailed) lebih besar dari

nilai signifikan, maka dapat dinyatakan

bahwa model regresi sisistribusikan secara

normal

Koefisien parsial Merupakan suatu metode yang

digunakan untuk mengidentifikasikan kuat

lemahnya hubungan antar variabel bebas dan

variabel terikat dan dimana variabel bebas

dapat dikatakan memiliki pengaruh dan dapat

mengontrol variabel lainnya , dibawah ini

ditampilkan tabel yang menjelaskan

mengenai koefisien parsial (Telussa,

Persulessy, & Leleury, 2013)

Tabel 6. Correlation

Correlations

Control Variables Pelatihan Budayakerja Produktifitas

-

none-a

Pelatihan Correlation 1,000 ,798 ,772

Significance (2-

tailed)

. ,000 ,000

df 0 32 32

Budayakerja Correlation ,798 1,000 ,791

Significance (2-

tailed)

,000 . ,000

df 32 0 32

produktifitas Correlation ,772 ,791 1,000

Significance (2-

tailed)

,000 ,000 .

df 32 32 0

produ

ktifita

Pelatihan Correlation 1,000 ,483

Significance (2- . ,004

Page 13: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 108

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

s tailed)

df 0 31

Budayakerja Correlation ,483 1,000

Significance (2-

tailed)

,004 .

df 31 0

a. Cells contain zero-order (Pearson) correlations.

Jika dilihat dari nilai coefficient

diatas diperoleh menunjukan bahwa nilai

pelatihan dan budaya kerja memiliki nilai

korelasi sebesar 0,798 dan nilai significan (2

– tailed) diperoleh sebesar 0,000, dimana jika

dilihat dari tabel statistik dengan jumlah

sampel sebesar 32 orang diperoleh 0,3494,

jika dilihat dari hasil tersebut maka nilai

korelasi sebesar 0,798 lebih besar dari pada

nilai tabel product moment sebesar 0,3494

dan nilai siginifikan 0,000 lebih kecil dari

0,05, maka dapat dinyatakan bahwa antara

variabel pelatihan dan budaya kerja memiliki

hubungan yang kuat, selanjutnya dengan

menggunakan variabel independen yakni

produktifitas, dimana disini dapat dianalisis

bahwa ada atau tidaknya hubungan antara

produktifitas dengan pelatihan serta budaya

kerja, dimana dalam hal ini jika dilihat dari

tabel correlattion dimana nilai correlation

antara pelatihan dan budaya kerja sebesar

0,483 dan nilai significance (2-tailed) sebesar

0,004, sehingga jika kita lihat degree of

freedomnya (df: 31) maka nilai r tabelnya

sebesar 0,3440, maka dengan nilai

correlation 0,483 > 0,3440 dan nilai

coefficient 0,004 < 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat suatu hubungan

atau korelasi antara pelatihan dan budaya

kerja terhadap produktifitas kerja

Koefisien determinasi dan Bentuk Regresi Nilai koefisien determinasi dilihat

dari nilai model sumary

Tabel 7. Anova

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 ,824a ,679 ,659 2,430

a. Predictors: (Constant), pelatihan , budaya kerja

b. Dependent Variable: produktifitas kerja

Dari hasil pengolahan data diatas

dapat diartikan bahwa hasil regresi

menunjukkan bahwa variasi pelatihan dan

budaya kerja mampu menjelaskan variasi

produktifitas sebesar 67,9 %, dan sisanya

sebesar 32, 1% dipengaruhi faktor lain

Analisis dari regresi Produktifitas kerja

terhadap pelatihan dan juga budaya kerja

dapat digambarkan pada tabel coefisien

dimana uji signifikan variabel independen

pelatihan dan budaya kerja yakni sebesar

2,297 dan 2,849, sementara nilai uji t kritis

uji satu sisi dengan α : 5% dan df : 31,

sebesar 1,70, dimana dalam menentukan

signifikansinya dengan melalui t hitung>t

tabel disini nialai t hitung masingnya 2,297

dan 2,849, sehingga t hitung > t tabel dan

dapat dikatakan bahwa variabel Pelatihan dan

budaya kerja memiliki pengaruh terhadap

produktifitas kerja

Adapun hasil regresi produktifitas

terhadap pelatihan dan budaya kerja dapat

dinyatakan dalam tabel coefficient dimana:

Y : 0,804 + 0,446 X1 + 0,461 X2

Page 14: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 109

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Dimana

Y : merupakan produktifitas

X1 : Pelatihan

X2 : Budaya kerja

Maka dapat disimpulkan bahwa

pelatihan memiliki hubungan yang positif

terhadap produktifitas begitu juga halnya

dengan budaya kerja memiliki hubungan

yang positif terhadap produktifitas kerja

dengan kata lain jika perusahaan ingin

meningkatkan produktifitas kerja karyawan

maka yang pelatihan dan juga budaya kerja

merupakan faktor yang menjadi perhatian

bagi perusahaan karena meningkat atau

tidaknya produktifitas kerja memiliki

hubungan dan pengaruh dengan peningkatan

ataupun pelaksanaan pelatihan dan juga

budaya kerja perusahaan, dan berdasarkan

hasil regresi diatas dengan menggunakan

persamaan regresi dapat dideskripsikan

dengan menngunakan perumpamaan satuan

angka bagi X1(pelatihan) dan X2 (budaya

kerja) dimana jikalau diolah data tersebut

dapat mengambarkan bahwa variabel

pelatihan memberikan sumbangsih terbesar

dalam peningkatan produktivitas kerja

karyawan dibandingkan dengan variabel

budaya kerja oleh sebab itu dapat dikatakan

bahwa variabel pelatihan merupakan variabel

yang cukup vital dan signifikan dalam

memberikan pengaruh terhadap pencapaian

produktivitas kerja pada PT PT Kusumatama

Mitra Selaras Jakarta, dengan adanya

gambaran diatas dapat memberikan suatu

gambaran bahwa perusahaan terutama disini

adalah PT Kusumatama Mitra Selaras

Jakarta, sebaiknya membuat suatu

perencanaan, kebijakan ataupun strategi

dalam pengelolaan kegiatan pelatihan yang

lebih efektif dan inovatif bagi karyawan

sehingga dapat mengeksplorasi keahlian serta

kemampuan yang dimiliki oleh karyawan,

dan apabila program tersebut diterapkan

dapat memberikan dampak serta pengaruh

dalam peningkatan produktivitas kerja,

adapun program pelatihan – pelatihan yang

dilakukan sebaiknya dilakukan dengan

program – program pelatihan yang inovatif

seperti inovasi dalam praktek pelatihan,

peningkatan sarana dan prasarana pelatihan

serta perbaikan dalam hal materi pelatihan

ataupun tutor pelatihan sehingga memberikan

perbaikan – perbaikan pada program

pelatihan tersebut

PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian diatas

maka dapat disimpulkan bahwa dilihat dari

hubungan atau korelasi variabel independen

yang terdiri atas pelatihan atau training serta

variabel budaya kerja dapat digambarkan

bahwa kedua variabel independen tersebut

memiliki korealasi atau hubungan yang kuat,

begitu juga halnya antara dua variabel

independen yakni training dan budaya kerja

terhadap variabel dependen yakni

produktivitas kerja juga memiliki hubungan

yang kuat Untuk analisis koefisien

determinasi atau penentuan pengaruh atas

variabel pelatihan dan budaya kerja terhadap

produktivitas, disini dari hasil pengolahan

data dapat digambarkan bahwa kedua

variabel independen ini dapat memberikan

pengaruh yang cukup besar terhadap variabel

produktifitas kerja, namun produktifitas kerja

tidak dipengaruhi sepenuhnya oleh variabel

pelatihan dan variabel budaya kerja akan

tetapi ada faktor lain yang mempengaruhinya

seperti kompensasi dan analisis jabatan serta

kinerja karyawan

Adapun untuk analisis regresi dari

produktifitas kerja yang diperoleh dari

pengolahan data dapat digambarkan bahwa

terdapat analisis regresi dengan hubungan

positif dengan variabel pelatihan dan budaya

kerja, dimana dapat diartikan bahwa jika

perusahaan ingin meningkatkan produktifitas

kerja maka yang perlu diperhatikan oleh

perusahaan adalah dengan peningkatan

program pelatihan yang berorientasi kepada

peningkatan produktifitas kerja dan bukan itu

saja dalam upaya peningkatan produktifitas

kerja perusahaan juga harus memperhatikan

kondisi budaya kerja agar dapat mendukung

peningkatan produktifitas kerja, dan untuk

kelanjutan penelitian kedepannya

direncanakan akan menjelaskan secara

mendalam mengenai analisis pelaksanaan

program- program pelatihan yang diterapkan

Page 15: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 110

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

yang dilakukan oleh PT Kusumatama Mitra

Selaras Jakarta, dimana akan dihubungkan

dengan efektifitas serta efesiensi program

pelatihan tersebut dengan melibatkan

beberapa faktor pendukung diantaranya

dilihat dari praktek pelatihan, sarana dan

prasarana pelatihan, materi pelatihan dan

juga tutor dalam pelatihan, selain itu akan

dlakukan analisa sejauh mana praktek –

praktek pelatihan tersebut memberikan

dampak bagi keahlian serta kemampuan serta

peningkatan inovasi bagi karyawan

DAFTAR PUSTAKA

Ahiabor, G. (2014). The Impact Of Corporate

Culture On Productivity Of Firms In

Ghana : A Case Of Vodafone Ghana.

Problems of Management in The 21 st

Century, 9(3).

Ahmed, M., & Shafiq, S. (2014). The Impact

of Organizational Culture on

Organizational Performance : Global

Journal of Management and Business

Research : A N Administration and

Management, 14(3).

Ghorbanhosseini, M. (2013). The Effect Of

Organizational Culture , Teamwork And

Organizational Development On

Organizational Commitment : The

Mediating Role of Human CapitaL.

Utjecaj organizacijske kulture, timskog

rada i razvoja organizacije na predani

rad u organizaciji: posrednička uloga

ljudskog kapitala, 20(6), 1019–1025.

Ghozali, I. (2012). Aplikasi Analisis

Multivariat dengan Program IBM SPSS

20 Edisi 6. Semarang: Badan Penerbit

Universitas Diponegoro.

Johnson, M., Umoh, G. ., & Edwinah, A.

(2016). Training and Employee Work

Attitudes of Selected Manufacturing

Firms in Port Harcourt. International

Journal of Novel Research in Humanity

and Social Sciences, 3(3), 101–112.

Kuba, H. S. (2017). Penanggulangan

Terorisme oleh Polri dalam Perspektif

Penangkalan (Pre-emtif) dan

Pencegahan (Preventif). Jurnal Kajian

Ilmiah, 17(2).

Linna, P., Pekkola, S., Ukko, J., & Melkas,

H. (2010). Defining and measuring

productivity in the public sector :

managerial perceptions. International

Journal of Public Sector Management

(IJPSM), 23(3), 300–320.

https://doi.org/10.1108/0951355101105

8493

Narpati, B. (2017). Pengaruh Disiplin Kerja

dan Pengawasan terhadap Efektivitas

Kerja Karyawan pada PT. Bank Mandiri

(Persero) Tbk Cabang Bekasi

Juanda. Jurnal Kajian Ilmiah, 17(1).

Nda, Maimuna, M., & Fard, Rashad, Y.

(2013). The Impact Of Employee

Training And Development On

Employee The Impact Of Employee

Training And Development On

Employee, (December 2013).

Niazi, A. S. (2011). Training and

Development Strategy and Its Role in

Organizational Performance. Journal of

Public Administration and Governance,

1(2), 42–57.

https://doi.org/10.5296/jpag.v1i2.862

Nischithaa, P., & Rao Narashimha, M.

(2014). The Importance Of Training

And Development Programmes In Hotel

Industry. IJBARR, 1(2347), 50–56.

Sabir, R. I., Akhtar, N., Ali, F., Bukhari, S.,

Nasir, J., & Ahmed, W. (2014). Impact

of Training on Productivity of

Employees: A Case Study of Electricity

Supply Company in Pakistan.

Salah, M. R. (2016). The Impact of Training

and Development on Employees

Performance and Productivity " A case

Study of Jordanian Private Sector

transportation companies located in the

Southern region o ... International

Journal of Management Sciences and

Business Research, 5(7).

Page 16: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 111

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Sila, Alice, K. (2014). Relationship Between

Training And Performance : A Case

Study of Kenya Women Finance Trust

Eastern Nyanza Region, Kenya.

European Journal of Business and

Social Sciences, 3(1), 95–117.

Singh, R., & Mohanty, M. (2012). Impact of

Training Practices on Employee

Productivity : A Comparative Study,

(2), 87–92.

Syverson, C. (2011). What Determines

Productivity ? Journal of Economic

Literature, 49(2), 326–365.

Telussa, A. D. E. M., Persulessy, E. R., &

Leleury, Z. A. (2013). Penerapan

Analisis Korelasi Parsial Untuk

Menentukan Hubungan Pelaksanaan

Fungsi Manajemen kepegawaian

Dengan Efektivitas Kerja Pegawai

(Studi Kasus pada Badan Pendapatan

,Pengelolaan Keuangan dan Aset

Daerah Provinsi Maluku). Barengkeng -

Jurnal Ilmu Matematika dan Terapan,

7(1), 15–18.

Uddin, M. J., Luva, R. H., & Hossian, S. M.

(2013). Impact of Organizational

Culture on Employee Performance and

Productivity : A Case Study of

Telecommunication Sector in.

International Journal of Business and

Management, 8(2), 63–77.

https://doi.org/10.5539/ijbm.v8n2p63

Vinesh. (2014). Role of Training &

Development in an Organizational

Development. International Journal of

Management and International Business

Studies, 4(2), 213–220.

Widarjono, A. (2015). Analisis Multivariat

Terapan dengan Program SPSS, AMOS,

dan SMARTPLS Edisi Kedua.

Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Page 17: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 112

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Analisis Tingkat Technopreneurship Pada UMKM

Nissa Almira Mayangky1, Nur Fiyah

2, Doni Purnama Alamsyah

3

1STMIK Nusa Mandiri Jakarta, [email protected]

2STMIK Nusa Mandiri Jakarta, [email protected] 3Universitas BSI, [email protected]

ABSTRAK - Salah satu faktor perkembangan UMKM di Indonesia adalah kebutuhan gaya

dan pola hidup yang semakin tinggi sehingga mendorong masyarakat untuk membeli

makanan siap saji dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, hal inilah yang membuat bisnis

kuliner sangat menjanjikan. R&D Frozen Food merupakan sebuah UMKM yang memasarkan

makanan frozen food dengan harga yang terjangkau sehingga banyak masyarakat yang

tertarik untuk membeli. Pemasaran R&D Frozen Food hanya melalui sosial media saja,

sehingga perlu peningkatan kemampuan dalam penggunaan teknologi untuk memasarkan

produk. Tingkat kemampuan R&D Frozen Food dapat dikelompokkan ke dalam 6 tingkat

technopreneurship meliputi: 1) Produsen teknologi; 2) Manajer teknologi; 3) Konsumen

teknologi; 4) Sadar teknologi; 5) Tidak sadar teknologi; dan 6) Puas terhadap capaian saat ini.

Pendampingan dan pelatihan pada UMKM ini lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan

penelitian dan pengembangan produk, penjaminan dan standarisasi kualitas pada produk yang

sudah ada. Teknologi yang dibutuhkan oleh R&D Frozen Food Cikarang adalah teknologi

sederhana yang tidak membutuhkan dana besar dalam pengadaannya, sehingga stimulant dana

yang dibutuhkan tidak besar dan dapat dijangkau oleh para reseller. Strategi yang diterapkan

R&D Frozen Food Cikarang berupa bantuan teknologi tepat guna serta pendampingan usaha,

melalui pendampingan tersebut mereka dikenalkan pada alternatif pasar yang lebih luas serta

peningkatan efisiensi dan produktifitas usaha.

Kata Kunci: UMKM, R&D, Frozen Food, Konsumen, Teknologi, Cikarang

ABSTRACT - One of the factors in the development of MSMEs in Indonesia is the need for

higher styles and lifestyles that encourage people to buy ready-to-eat food to meet their daily

needs, this is what makes the culinary business very promising. R & D Frozen Food is a

MSME that markets frozen food at affordable prices so that many people are interested in

buying. Frozen Food's R & D marketing is only through social media, so it needs to improve

its ability to use technology to market products. The level of Frozen Food's R & D capabilities

can be grouped into 6 levels of technopreneurship including: 1) Technology producers; 2)

Technology manager; 3) Technology consumers; 4) Be aware of technology; 5) Unconscious

technology; and 6) Satisfied with the current achievements. Assistance and training for

MSMEs is more emphasized in enhancing product research and development capabilities,

guaranteeing and standardizing quality on existing products. The technology needed by

Frozen Food Cikarang is a simple technology that does not require large funds in its

procurement, so the stimulant funds needed are not large and can be reached by resellers.

The strategy adopted by Frozen Food Cikarang is in the form of appropriate technology

assistance and business assistance, through which they are introduced to broader market

alternatives and increased efficiency and business productivity.

Keywords: SMEs, R & D, Frozen Food, Consumer, Technology, Cikarang

Naskah diterima: 3 Feb 2019, direvisi: 28 Feb 2019, diterbitkan: 15 Mei 2019

Page 18: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 113

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

PENDAHULUAN

Dalam literatur-literatur bisnis,

manajemen dan ekonomi telah lama dikaji

hubungan keterkaitan antara kewirausahaan,

teknologi, dan pertumbuhan Usaha Mikro

Kecil dan Menengah (UMKM). Dalam

pengkajian tersebut terdapat refleksi

globalisasi dan pentingnya keterampilan

teknologi yang tinggi dalam memiliki

kewirausahaan yang berwawasan kreativitas.

(Wibawa, Nurdiansyah, & Romelah, 2018)

UMKM Indonesia semakin berkembang

dikarenakan kebutuhan dan gaya hidup

penduduk yang semakin tinggi. Selain itu,

pola hidup masyarakat yang bekerja hingga

malam hari membuat pekerja lebih sering

memesan makanan di luar rumah. Pola hidup

masyarakat tersebut diklaim dapat membuat

bisnis kuliner yang menjanjikan.

Salah satu UMKM yang berada di

Cikarang memiliki nama R&D Frozen Food.

UMKM ini adalah pelopor pertama yang

memasarkan makanan frozen dengan harga

yang terjangkau. R&D Frozen Food ini

memiliki keistimewaan yaitu menjual frozen

food curah, yaitu produk Frozen Food yang

tidak sesuai dengan standar, sehingga

customer dapat membeli produk Frozen Food

dengan harga yang jauh lebih miring.

Penerapan teknologi yang digunakan R&D

Frozen Food digambarkan melalui proses

pemasaran. Hal ini dibutuhkan untuk brand

awareness kepada masyarakat, tentu saja

mengakibatkan UMKM tidak dapat

memenuhi kebutuhan pasar dan meraih

peluang pasar yang luas (Andriani &

Permana, 2017).

Dalam HELTS (Higher Education

Long Term Strategy) dijelaskan bahwa

“technopreneur” merupakan solusi untuk

meningkatkan daya saing bangsa.

technopreneurship merupakan proses sinergi

dari kemampuan yang kuat pada penguasaan

teknologi serta pemahaman menyeluruh

tentang konsep kewirausahaan

(Sosrowinarsidiono, 2010). Dapat dikatakan

bahwa technopreneur merupakan

“entrepreneur modern” berbasis teknologi.

Teknologi tentu tidak harus selalu high-tech,

karena beberapa teknologi yang ditawarkan

dengan otomatis dan canggih membutuhkan

modal yang besar. Berdasarkan penelitian

Sukardi (2015), UMKM merintis usaha

dengan modal terbatas memiliki masalah

terkait teknologi antara lain mahalnya harga

alat baru (20%), alat pengiris manual (10%),

kapasitas produksi rendah (10%), dan

menimbulkan sakit setelah penggunaan alat

(8,89%). Hal ini menunjukkan bahwa

UMKM membutuhkan teknologi tepat guna

dimana teknologi ini dirancang bagi UMKM

R&D Frozen Food yang sesuai dengan

aspek-aspek lingkungan, sosial, budaya, dan

ekonomi (Wibawa et al., 2018).

Sebagai salah satu UMKM di Kota

Cikarang, R&D Frozen Food menjalankan

pemasaran bergantung pada social media.

Namun, mereka masih memiliki kemauan

dan kemampuan untuk berkembang dalam

skala yang terbatas, sehingga peningkatan

kemampuan teknologinya masih dapat

ditingkatkan. Fokus Penelitian yang ingin

bahas adalah Menganalisis tingkat

technopreneurship pada UMKM R&D

Frozen Food Cikarang.

LANDASAN TEORI

Technopreneurship

Kekayaan sumber daya alam yang

dahulu sebagai simbol tolak ukur

kemakmuran suatu bangsa sudah tidak tepat

digunakan lagi pada saat ini, proses

globalisasi yang terjadi pada saat ini

menuntut perubahan pada sektor

perekonomian di Indonesia (Imam Baihaqi,

2015)

Technopreneurship merupakan

penggabungan dua buah kata yaitu,

“Technology” dan “Enterpreneurship” yang

dimana jika diartikan adalah sebuah proses

pembentukan usaha baru yang melibatkan

teknologi yang diharapkan dapat

menciptakan strategi dan inovasi yang tepat

dan menjadi salah satu faktor dalam

mengembangkan ekonomi nasional (Nelloh,

2018). Bahwa technopreneurship merupakan

suatu proses komersialisasi produk-produk

teknologi yang kurang berharga menjadi

berbagai produk yang bernilai tinggi

sehingga menarik minat konsumen untuk

Page 19: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 114

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

membeli atau memilikinya, dan dianggap

sebagai salah satu konsep yang merupakan

sebuah turunan dari “Enterpreneurship” yang

sama-sama memiliki prinsip mencari

keuntungan sebanyak mungkin namun lebih

berfokus pada suatu bisnis yang

mengaplikasikan suatu teknologi tertentu

(Wicaksono & Nurnida, 2017).

Technopreneur pada saat ini sudah

menjadi salah satu peluang bisnis yang ada,

dengan mengoptimalkan berbagai potensi

perkembangan teknologi yang ada sebagai

basis pengembangan usaha yang di jalankan.

Technopreneurship tidak hanya

bermanfaat dalam pengembangan industri-

industri besar dan canggih, tetapi juga dapat

diarahkan untuk memberikan manfaaat

kepada masyarakat yang memiliki

kemampuan ekonomi yang lemah. dampak

technopreneurship dalam sektor ekonomi

adalah, menciptakan lapangan kerja baru,

menggerakkan dan menciptakan peluang

bisnis pada sektor-sektor ekonomi yang lain,

dan meningkatkan efisiensi dan produktivitas

(Imam Baihaqi, 2015).

Penggagas ide dan pencipta produk

dalam bidang teknologi sering disebut

dengan nama technopreneur, karena mereka

mampu menggabungkan antara ilmu

pengetahuan yang dimiliki melalui kreasi/ide

produk yang dicipatakan dengan kemampuan

berwirausaha melalui penjualan produk yang

dihasilkan dipasar.

Pengukuran technopreneurship yang

ada pada R&D Frozen Food ini adalah pada

tingkat pemasaran produk pada UMKM

tersebut masih dilakukan secara social media

jika ingin dikembangkan lagi R&D Frozen

Food dapat melakukan pemesanan menu

melalui teknologi yang mampu melakukan

pemesanan melalui Go-food, Grab-food atau

teknologi lainnya yang dapat memikat para

tamu atau pelanggan di R&D Frozen Food

tersebut.

Pengembangan teknologi juga mampu

memenuhi kebutuhan serta dapat menjadi

peluang bisnis yang sangat menarik sebagai

unsur utama pengembangan produk, bukan

hanya produk saja namun jaringan, lobi, dan

pemilihan pasar secara demografis yang

berbasis teknologi dapat mempengaruhi

tingkat penjualan pada R&D Frozen Food

tersebut, untuk mendukung penjelasan dan

analisis pelaksanaan prinsip-prinsip

technopreneurship yang ada pada R&D

Frozen Food, maka pendekatan yang

ditetapkan oleh peneliti

Ukuran Technopreneurship

Technopreneurship dapat dibentuk

melalui 3 komponen utama pembentuk,

diantaranya yaitu, pembentuk Intrapersonal,

Interpersonal, dan Extrapersonal. Yang

dimana Intrapersonal dan Interpersonal

merupakan komponen dari faltor soft skill

sedangkan Extrapersonal adalah yang

berhubungan dengan kemampuan seseorang

untuk mampu memberdayakan kedua

komponen soft skill tersebut agar dapat

diimplementasikan secara lebih luas

menyeluruh dampaknya (Negara &

Berkembang, n.d.)

Gambar 1. Karakter Pembentuk

Technopreneur

Faktor-faktor soft skill yang dianggap

penting bagi seseorang untuk berahasil dalam

melewati fase start-up bisnis adalah salah

satu unsur penunjang yang penting dalam

technopreneur.

Ada beberapa persyaratan yang harus

dipenuhi agar suatu produk dapat dikatakan

menjadi sukses dalam melakukan usaha baru

yang akan didirikan, yang dimana

persyaratan yang paling penting dan utama

adalah bahwa usaha baru tersebut haruslah

mampu bersaing dipasar yang ada sehingga

dapat bertahan, persyaratan yang kedua yaitu

berusaha mencari ide yang dapat memenuhi

kriteria, diantara kriterianya yaitu:

1. Produk memenuhi kebutuhan yang belum

terlayani.

Page 20: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 115

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

2. Produk memenuhi kebutuhan pasar yang

dimana permintaan melebihi suplai, yang

dimana bahwa produk yang akan

dihasilkan harus memiliki kokmpetisi

dengan produk sejenis dipasar yang sama.

3. Produk harus lebih unggul dari produk

sejenis yang sudah ada, produk yang lebih

unggul dapat dilakukan dengan cara

peningkatan desain dan harga yang lebih

murah.

Pada kriteria diatas maka dapat dijadikan

sebagai petunjuk untuk mencari dan

menentukan ide dan usaha sebagai penyaring

awal untuk melakukan usaha baru sehingga

dapat menghasilkan ide usaha yang

berpotensial, ada 2 metode agar dapat

mengasilkan ide usaha yang berpotensial

diantaranya yaitu:

1. Mengidentifikasi suatu kebutuhan beserta

produk yang dapat memuaskan kebutuhan

pasar tersebut, pada pendekatan ini maka

membutuhkan data-data dan

pertimbangan-pertimbangan untuk

dilakukan analisa dengan cara 1).

Mempelajari industri yang sudah ada, 2).

Mengkaji input dan output industri, 3).

Menganalisa trend populasi dan data

demografi, 4). Mengkaji tren ekonomi, 5).

Analisa terhadap perubahan sosial, 6).

Mempelajari dan melakukan konsultasi

mengenai rencana pembangunan.

2. Mencari ide produknya dan pikirkan cara

mengembangkan kebutuhan yang

dipenuhi produk tersebut.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan

peneliti dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan

data dalam penelitian ini melalui wawancara

dan observasi. Teknik keabsahan data dengan

menggunakan model triangulasi sumber dan

teknik analisis interaktif (Wibawa et al.,

2018). Ukuran technopreurship yang akan

dinilai melalui tabel berikut:

Tabel 1. Deskripsi Technopreneur R&D

Frozen Food Cikarang

Sumber: (Wibawa et al., 2018)

Tabel 2. Tingkat Technopreneurship UMKM

R&D Frozen Food Cikarang

Strategi

Peningkatan pengetahuan masyarakat

Bantuan dana pemanfaatan teknologi

Bantuan teknologi tepat guna

Dokumentasi proses produksi

Pengenalan alternatif teknologi proses

Pengenalan perluasan pasar dan peningkatan

efesiensi dan produktifitas usaha

Audit teknologi

Pendampingan untuk meningkatkan kemampuan

akses teknologi baru

Pendampingan dan pelatihan pada UMKM ini lebih

ditekankan pada peningkatan kemampuan

penelitian dan pengembangan produk

Pemanfaatan teknologi dalam proses

desain/peancangan produk

Peningkatan iklim inovasi dikalangan staf

Peningkatan kemampuan mengelola asset teknologi

dan menilai teknologi sebagai bagian dari

pengelolaan resiko

Insentif resiko kegagalan teknologi

No Pernyataan

1. Usaha

2. Lama Bernisnis

3. Deskripsi barang dan jasa

4. Pangsa pasar

5. Pesaing

6. Diferensiasi produk atau jasa

7. Perubahan produk berkala

8. Iklan/Advertising

9. Kendala yang dihadapi

10. Bentuk penghargaan

11. Latar belakang pendidikan, pengetahuan, dan

pengalaman pegawai

12. Pembiayaan pada saat memulai usaha dan

pada saat akan melakukan ekspansi usaha

13. Orientasi ekspor

14. Pembaruan teknologi

15. Kondisi perekonomian

Page 21: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 116

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Strategi

Penjaminan dan standarisasi kualitas produk

Percepatan alih teknologi melalui HKI

Sumber: (Wibawa et al., 2018)

PEMBAHASAN

Deskripsi mengenai

technopreneurship UMKM R&D Frozen

Food Cikarang, penelitian dilakukan dengan

menggunakan metode penelitian deskriptif

kualitatif. Melakukan pada 5 informan yang

merupakan leader reseller dan reseller

technopreneur UMKM R&D Frozen Food

Cikarang dan pengamatan untuk mendalami

dan meneliti fenomena serta wawasan yang

lebih jelas.

Berikut adalah hasil deskripsi

wawancara yang merupakan technopreneur

pada UMKM R&D Frozen Food Cikarang

Deskriptif

1. Usaha

Informan menyatakan bahwa usaha yang

diperoleh melalui Suami, dan melakukan

pembayaran dengan metode ATM.

2. Lama Bernisnis

Lama berbisnis dalam menjalankan

usaha R&D Food ini selama 5- 10 tahun

3. Deskripsi barang dan jasa

Frozen Food adalah makanan yang

dengan sengaja dibekukan dan berfungsi

untuk mengawetkan makanan hingga

siap untuk dikonsumsi langsung.

Makanan yang dijual salah satunya

adalah Sosis, Nugget, dan Bakso

4. Pangsa pasar

Pangsa pasar pada Frozen Food

Cikarang ini adalah perusahaan swasta

dan Ibu Rumah Tangga yang berada

disekitar daerah cikarang.

5. Pesaing

Para pesaing yang dihadapi informan

adalah bidang usaha sejenis dengan

pemiliknya adalah Frozen Food di Kota

Cikarang dan sekitarnya dan skala usaha

yang lebih besar.

6. Diferensiasi produk atau jasa

Yang menjadi pembeda pada Frozen

Food R&D Cikarang ini yaitu ada

beberapa produk sortir yang dapat dibeli

oleh konsumen dengan harga yang lebih

murah dan terjangkau.

7. Perubahan produk berkala

Produk berkala yang digunakan adalah

produk berupa kemasan

8. Iklan/Advertising

Pada Frozen Food R&D Cikarang

membuat iklan atau advertising

menggunakan sosial media dan ekspo.

9. Kendala yang dihadapi

Kendala yang dihadapai pada Frozen

Food R&D Cikarang ini adalah akses

pemodalan yang sangat minim dan

tempat penyimpanan yang kurang

memadai.

10. Bentuk penghargaan

Bentuk penghargaan yang didapatkan

oleh Frozen Food R&D Ciakrang dengan

fleksibel dan mandiri

11. Latar belakang pendidikan, pengetahuan,

dan pengalaman pegawai sangat

berpengaruh pada tingkat penjualan

Frozen Food R&D Cikarang.

12. Pembiayaan pada saat memulai usaha

dan pada saat akan melakukan ekspansi

usaha dilakukan secara mandiri.

13. Belum adanya orientasi ekspor pada

Frozen Food R&D Ciakrang ini.

14. Belum adanya pembaruan teknologi

pada Frozen Food R&D Ciakrang.

15. Kondisi perekonomian sangat

berpengaruh bagi para reseller Frozen

Food R&D Cikarang.

Kualitatif

Dalam analisis tingkat kemampuan

UMKM R&D Frozen Food Cikarang dapat

dikelompokkan ke dalam 6 tingkat

technopreneurship meliputi: 1) produsen

teknologi; 2) manajer teknologi; 3)

konsumen teknologi; 4) sadar teknologi; 5)

tidak sadar teknologi; 6) puas terhadap

capaian saat ini. Hasil analisis tingkat

kemampuan UMKM R&D Frozen Food

Cikarang dari informan informan dan data

yang diperoleh ditunjukkan dengan tabel

sebagai berikut:

Page 22: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 117

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Tabel 4. Hasil wawancara tingkat

techopreneurship pada UMKM R&D Frozen

Food Cikarang

Strategi

Tingkat

Technopreneurship

1 2 3 4 5 6

Peningkatan pengetahuan

masyarakat - - - √ - -

Bantuan dana pemanfaatan

teknologi - - - √ - -

Bantuan teknologi tepat

guna - - - √ - -

Dokumentasi proses

produksi - - - - √ -

Pengenalan alternatif

teknologi proses - - - √ - -

Pengenalan perluasan pasar

dan peningkatan efesiensi

dan produktifitas usaha - - - √ - -

Audit teknologi - - - - √ -

Pendampingan untuk

meningkatkan kemampuan

akses teknologi baru √ - - - - -

Pendampingan dan

pelatihan pada UMKM ini

lebih ditekankan pada

peningkatan kemampuan

penelitian dan

pengembangan produk

√ - - - - -

Pemanfaatan teknologi

dalam proses

desain/peancangan produk

- - - √ - -

Peningkatan iklim inovasi

dikalangan staf

Peningkatan kemampuan

mengelola asset teknologi

dan menilai teknologi

sebagai bagian dari

pengelolaan resiko

- - - - √ -

Insentif resiko kegagalan

teknologi - - - - √ -

Penjaminan dan

standarisasi kualitas produk √ - - - - -

Percepatan alih teknologi

melalui HKI

Dari hasil tabel di atas bahwa tingkat

Technopreneurship UMKM R&D Frozen

Food Cikarang pada tingkat 4. Peningkatan

kemampuan pada Technopreneurship

UMKM R&D Frozen Food Cikarang tingkat

4 diawali dengan pendokumentasian proses

pemasaran untuk mengurangi ketergantungan

terhadap leader reseller. Dokumentasi

penjualan dapat dilakukan oleh reseller.

Langkah berikutnya adalah dengan

mengikutsertakan reseller dalam beberapa

pelatihan usaha agar mereka mengenal

beberapa alternative teknologi pada proses

penjualan dan didorong untuk dapat

mengaplikasikannya. Dampak pemanfaatan

teknologi menyebabkan pemasaran menjadi

lebih luas dan lebih menjangkau masyarakat

sekitar.

Teknologi yang dibutuhkan oleh

UMKM R&D Frozen Food Cikarang adalah

teknologi sederhana yang tidak

membutuhkan dana besar dalam

pengadaannya, sehingga stimulant dana yang

dibutuhkan tidak besar dan dapat dijangkau

oleh para reseller. Strategi yang diterapkan

UMKM R&D Frozen Food Cikarang berupa

bantuan teknologi tepat guna serta

pendampingan usaha, melalui pendampingan

tersebut mereka dikenalkan pada alternatif

pasar yang lebih luas serta peningkatan

efisiensi dan produktifitas usaha tersebut.

Pendampingan juga diperlukan untuk

menemukan titik-titik yang memungkinkan

untuk dapat diperbaiki dengan memanfaatkan

teknologi baru yang lebih sesuai dengan

lingkungan masyarakat sekitar.

PENUTUP

Teknologi telah berkembang menjadi

sumber kekuatan dan pengendali untuk

bersaing. Sebagai sumber kekuatan,

teknologi dapat dimanfaatkan dalam berbagai

aktifitas bisnis, termasuk pada UMKM.

Tingkat kemampuan UMKM R&D Frozen

Food Cikarang dapat dikelompokkan ke

dalam 6 tingkat technopreneurship meliputi:

1) Produsen teknologi; 2) Manajer teknologi;

3) Konsumen teknologi; 4) Sadar teknologi;

5) Tidak sadar teknologi; dan 6) Puas

terhadap capaian saat ini. Untuk tingkat

Technopreneurship UMKM R&D Frozen

Food Cikarang pada tingkat 1, 4 dan tingkat

5. Pada tingkat 1 meliputi pendampingan

untuk meningkatkan kemampuan akses

teknologi baru yang dapat memudahkan

pengguna untuk lebih efisien lagi dalam

penggunaannya, Pendampingan dan

pelatihan pada UMKM ini lebih ditekankan

Page 23: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 118

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

pada peningkatan kemampuan penelitian dan

pengembangan produk, penjaminan dan

standarisasi kualitas pada produk yang sudah

ada. Pada tingkat 4 meliputi peningkatan

pengetahuan masyarakat terhadap penjualan

Frozeen Food Cikarang, bantuan dana

pemanfaatan teknologi, bantuan teknologi

tepat guna, pengenalan alternatif teknologi

pada proses penggunaan, pengenalan

perluasan pasar, peningkatan efisiensi dan

produktifitas usaha, pemanfaatan teknologi

dalam proses desain/perancangan produk,

peningkatan iklim inovasi di kalangan staf.

Pada tingkat 5 meliputi dokumentasi proses

produksi, audit teknologi, peningkatan

kemampuan mengelola asset teknologi dan

menilai teknologi sebagai bagian dari

pengelolaan resiko dan insentif resiko

kegagalan teknologi.

Kemampuan teknologi pada sebuah

UMKM sangatlah berpengaruh pada

perkembangan penjualan barang. Pada

UMKM R&D Frozen Food saat ini perlu

melakukan banyak pelatihan kepada para

reseller yang ada untuk dapat menggunakan

teknologi yang tepat guna dan efisiesn untuk

melakukan peningkatan penjualan agar tidak

merasa puas pada penjualan yang ada pada

saat ini. Untuk melakukan pelatihan kepada

reseller maka UMKM R&D Frozen Food

diperlukan kerjasama dari berbagai pihak

yang dapat mendukung pelatihan teknologi

ini agar dapat meningkatkan daya saing

penjualan pada UMKM yang lainnya yang

ada di daerah Cikarang.

DAFTAR PUSTAKA

Andriani, R., & Permana, D. (2017).

Prosedur Standar Operasional Pelayanan

Dinner di Gardenia Restaurant

Amaroossa Hotel Bandung. Jurnal

Kajian Ilmiah, 17(3).

Imam Baihaqi, M. N. (2015). Lembaga

Pengembangan Pendidikan,

Kemahasiswaan dan Hubungan Alumni

(LP2KHA) Institut Teknologi Sepuluh

Nopember (ITS) Surabaya 2015, 100.

Negara, P., & Berkembang, N. (n.d.). Bab 1

Pendahuluan.

Nelloh, L. A. M. (2018). Proses

Kewirausahaan dalam Motivasi

Pencapaian dan Intensi “E-Preneurs”

Mahasiswa Bisnis dan

Manajemen. Jurnal Kajian

Ilmiah, 18(1).

Wibawa, R. P., Nurdiansyah, D. K., &

Romelah, S. (2018). Analisis tingkat,

170–175.

Wicaksono, E. K., & Nurnida, I. (2017).

Analisis Penerapan Technopreneurship

pada Perusahaan Energi Alternatif (

Studi Pada CV Wahana Putera Ideas

Bandung) Analysis of

Technopreneurship Applications in

Alternative Energy Company (Study in

CV Wahana Putera Ideas Bandung ),

4(2), 1831–1837.

Page 24: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 119

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Analisis Penerapan Technopreneurship Pada

Perusahaan Energi Alternatif

Recha Abriana Anggraini1, Rousyati

2, Doni Purnama Alamsyah

3

1STMIK Nusa Mandiri, [email protected]

2STMIK Nusa Mandiri, [email protected]

3Universitas BSI, [email protected]

ABSTRAK - Seiring dengan mahalnya harga jual gas LPG dan berbagai masalah yang timbul

seperti kelangkaan gas dan sering terjadinya ledakan mendorong masyarakat untuk mencari

sumber energi alternatif yang lebih murah dan minim resiko guna memenuhi kebutuhannya.

Pengembangan teknologi dilakukan demi memenuhi permintaan pasar sehingga menjadi

peluang bisnis yang menarik. PT. Mijil Lestari Yogyakarta merupakan salah satu perusahaan

yang mampu membaca peluang tersebut sehingga melakukan inovasi produknya dengan

menggabungkan unsur teknologi untuk menghasilkan suatu produk (technopreneurship).

Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini dibuat untuk mengetahui sejauh mana penerapan

technopreneurship yang ada pada PT. Mijil Lestari Yogyakarta terutama dalam konsep

bussiness dan technology skill. Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan

analisis menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan

triangulasi teknik yaitu dengan cara melakukan observasi partisipatif, wawancara mendalam,

dan dokumentasi sumber data. Berdasarkan hasil analisa data, PT. Mijil Lestari Yogyakarta

menerapkan sub konsep bussiness skill dalam empat dimensi yaitu kewirausahaan,

pemasaran, bussiness plan, serta manajemen/bisnis.. Selain menerapkan sub konsep bussiness

skill PT. Mijil Lestari juga menerapkan sub konsep technology skill yang terdiri dari tiga

dimensi yaitu invention dan innovation, mekanisme pasar dan teknologi, dan transaksi

penjualan.

Kata Kunci: Energi Alternatif, Technopreneurship, Technology Skill, Bussiness Skill

ABSTRACT - Along with the high selling price of LPG gas and various problems that arise

such as gas scarcity and frequent explosions encourage people to look for alternative energy

sources that are cheaper and less risky to meet their needs. Technology development is done

to meet market demand so that it becomes an attractive business opportunity. PT. Mijil

Lestari Yogyakarta is one company that is able to read these opportunities so as to innovate

its products by combining technological elements to produce a product (technopreneurship).

Based on this, this study was made to determine the extent to which the application of

technopreneurship at PT. Mijil Lestari Yogyakarta especially in the concept of bussiness and

technology skill. The research used was descriptive research and analysis using a qualitative

approach. The technique of data collection is done by triangulation techniques, namely by

conducting participatory observation, in-depth interviews, and data source documentation.

Based on the results of data analysis, PT. Mijil Lestari Yogyakarta applies the business skills

sub concept in four dimensions, namely entrepreneurship, marketing, business plan, and

management / business. Besides applying the bussiness skill sub concept of PT. Mijil Lestari

also applies the technology skill sub concept which consists of three dimensions, namely

invention and innovation, market mechanism and technology, and sales transactions.

Keywords: Alternative Energy, Technopreneurship, Technology Skill, Business Skills

Naskah diterima: 15 Feb 2019, direvisi: 6 Mar 2019, diterbitkan: 15 Mei 2019

Page 25: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 120

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

PENDAHULUAN

Berdasarkan hasil penelitian BPPT

pertumbuhan konsumsi final energi pada

sektor rumah tangga sebesar 1,59% per

tahun, rendahnya pertumbuhan tersebut

sangat tidak seimbang dengan pertumbuhan

pada sektor lainnya karena berlangsungnya

program subsidi minyak tanah dengan LPG

untuk memasak, penerapan teknologi dan

tersedianya berbagai peralatan hemat energi

lainnya seperti lampu dan lain-lain serta

adanya tenologi terbaru berupa energi

alternatif yang diperuntukkan khusus bagi

sektor rumah tangga (Wicaksono & Nurnida,

2017)

Penggunaan energi alternatif semakin

banyak dikarenakan mahalnya harga jual gas

LPG dari PT. Pertamina (Sari, 2017). Selain

karena harga, kelangkaan barang serta sering

terjadinya ledakkan gas LPG terutama gas

LPG 3 Kg juga memicu masyarakat mencari

energi alternatif yang terbarukan untuk

menunjang kebutuhannya. Oleh sebab itu

pengembangan teknologi dilakukan guna

mencukupi permintaan pasar sehingga bisa

menjadi peluang bisnis yang menarik.

Penggabungan antara teknologi dengan

bisnis yang dikenal sebagai

technopreneurship sudah banyak dilakukan

dilingkungan sekitar kita. Biasanya teknologi

digunakan sebagai unsur utama

pengembangan produk (Sakti & Prasetyo,

2018).

PT. Mijil Lestari Yogyakarta

merupakan salah satu perusahaan yang

bergerak pada bidang energi alternatif,

dimana PT. Mijil Lestari merupakan supplier

dan retailer yang melakukan inovasi produk

dengan menggabungkan unsur teknologi

untuk menghasilkan suatu produk. Produk

hasil inovasi dari PT. Mijil Lestari

Yogyakarta ini adalah kompor gastrik yang

bisa memanfaatkan teknologi listrik dan gas

didalam mengolah energi tepat guna di

Indonesia. PT. Mijil Lestari menjual produk

energi alternatif yang dapat memenuhi

kebutuhan konsumen ditengah kelangkaan

gas dan kecenderungan gas yang sering

meledak. Dengan menggunakan produk

energi alternatif secara berkelanjutan,

konsumen berpartisipasi menggunakan

teknologi dalam pemanfaatan energi

terbarukan. Menelaah fenomena masalah

pada penggunaan energi alternatif yang

terjadi pada masyarakat sekitar PT. Mijil

Lestari maka, tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui sejauh mana

penerapan technopreneurship yang ada pada

PT. Mijil Lestari terutama dalam konsep

business skill dan technology skill dalam

mengatasi fenomena masalah yang terjadi.

LANDASAN TEORI

Entrepreneur dan Technopreneurship

Entrepreneur merupakan seseorang yang

mendirikan usaha dengan mengidentifikasi

peluang yang ada dan menggabungkan

sumber daya yang diperlukan meskipun

harus mengambil resiko dan ketidakpastian

demi mendapatkan keuntungan dan

pertumbuhan (Wedayanti & Ketut, 2016).

Entrepreneur sudah menjadi tolak ukur

perekonomian terutama dalam menciptakan

lapangan kerja dan kemakmuran masyarakat

di negara maju dan berkembang. Sedangkan

menurut Inpres No.5 Tahun 1995

menjelaskan bahwa entrepreneur merupakan

semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan

seseorang dalam menangani usaha atau

kegiatan yang mengarah pada usaha mencari,

menciptakan, menerapkan cara kerja,

teknologi, dan produk baru dengan

meningkatkan efisiensi dalam rangka

memberikan pelayanan yang lebih baik dan

memperoleh keuntungan yang lebih besar

(Radianto, Efrata, & Santoso, 2018).

Sedangkan menurut (Soegoto, 2014)

entrepreneurship adalah usaha menciptakan

nilai tambah dengan jalan

mengkombinasikan sumber-sumber melalui

cara-cara baru dan berbeda untuk

meningkatkan persaingan (Saimima &

Makawangkel, 2019)

Technopreneurship merupakan

kolaborasi antara teknologi dengan jiwa

usaha mandiri dengan semangat membangun

usaha sehingga menghasilkan lapangan

pekerjaan dan membangun perekonomian

sekaligus teknologi Indonesia (Sakti &

Prasetyo, 2018). Technopreneurship

Page 26: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 121

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

merupakan salah satu proses membuat usaha

baru dengan menggunakan teknologi sebagai

basisnya sehingga sebagai inkubator untuk

mencapai kesuksesan (Supriyati, Iqbal, &

Khotimah, 2016).

Pengembangan technopreneurship

membutuhkan konsep business skills

(kewirausahaan, pemasaran, bisnis plan, dan

manajemen atau bisnis) serta technology

skills (invention, inovation, penawaran dan

permintaan teknologi, intelectual property

management/HAKI dan desain produk atau

kemasan) (Wicaksono & Nurnida, 2017).

Business skill

Business skill merupakan dimensi yang

penting dalam rangka mencapai tujuan

wirausaha dan sebagai indikator untuk

mengukur keterampilan berwirausaha

(Muhyi, 2014). Hal-hal yang terkait dengan

business skill, yaitu:

a. Kewirausahaan

Kewirausahaan merupakan semangat,

sikap dan perilaku atau kemampuan

seseorang dalam menangani usaha dan

kegiatan yang mengarah pada mencari,

menciptaan , menerapkan cara kerja,

teknologi dan produk baru dengan

menerapkan efisiensi dalam rangka

memberikan pelayanan yang lebih baik

untuk memperoleh keuntungan yang

lebih besar (Nurhayati et al., 2014).

Kewirausahaan memiliki empat tahap

yaitu: identifikasi dan evaluasi peluang,

pengembangan rencana bisnis,

penetapan sumber daya, dan manajemen

perusahaan yang dihasilkan (Wicaksono

& Nurnida, 2017).

b. Pemasaran

Pemasaran merupakan suatu proses

dimana perusahaan menciptakan nilai

terhadap pelanggan dan sebagai

balasannya pelanggan memberikan nilai

sehingga keduanya terjalin hubungan

yang kuat (Hardianti & Martini, 2016).

Strategi pemasaran dapat dikembangan

dengan variabel (Amalia, 2016) antara

lain:

a) Produk dan jasa

Produk merupakan barang dan jasa

yang ditawarkan oleh perusahaan

agar dapat dibeli dan dikonsumsi

sehingga mempu memenuhi

kebutuhan. Produk meliputi

pengemasan, nama merek, harga,

jaminan, citra, pelayanan, waktu

pengiriman, dan website yang dilihat

oleh pelanggan.

b) Harga

Harga merupakan sejumah uang yang

harus dibayar oleh konsumen untuk

mendapatkan produk. Seorang

wirausaha dalam menentukan harga

harus menetapkan tiga elemen

penting yaitu biaya, margin, dan

kompetisi.

c) Distribusi

Menyedaiakan fasilitas pada

konsumen dengan mendistribusikan

agar tersedia di tempat-tempat yang

menjadi pasar bag produk yang

bersangkutan. Pemilihan lokasi yang

tepat dapat mempengaruhi

peningkatan keuntungan suatu

perusahaan secara keseluruhan.

d) Promosi

Promosi merupakan aktivitas

mengkomunikasikan sebuah produk

dengan tujuan membujuk target pasar

untuk membeli produk tersebut.

Promosi menciptakan kesadaran dan

ketertarikan konsumen kepada produk

yang bersangkutan dengan

memberikan informasi mengenai

ketersediaan produk melalui media

cetak maupun elektronik.

Technology skill

Technology skill merupakan keahlian

manajerial dalam menguasai berbagai

perkembangan teknologi (Wicaksono &

Nurnida, 2017). Hal-hal yang termasuk

dalam aspek technology skill adalah:

a. Invention dan Innovation

Invensi adalah sebuah penemuan baru

yang bertujuan untuk mempermudah

kehidupan. Inovasi adalah proses adopsi

sebuah penemuan oleh mekanisme

pasar. Invensi dan inovasi ada dua jenis,

Page 27: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 122

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

yakni: invensi dan inovasi produk, dan

invensi dan inovasi proses.

b. Mekanisme pasar teknologi

Mengemukakan bahwa permintaan dan

penawaran itu disebut juga dengan

mekanisme pasar, oleh karena itu

pengertian dari permintaan yaitu

keinginan konsumen membeli suatu

barang pada berbagai tingkat harga

selama periode waktu tertentu, yang

disertai dengan kesediaan dan

kemampuan membeli barang tersebut.

Sedangkan pengertian dari penawaran

yaitu jumlah barang yang produsen

ingin tawarkan (jual) pada berbagai

tingkat harga selama satu periode

tertentu.

c. Hak Kekayaan Intelektual Elemen dasar HaKI meliputi cakupan

karya jenis apa saja yang dilindungi,

syarat subtansif, cara untuk

memperolehnya, isi dan jangka waktu

berlakunya perlindungan HaKI itu.

Elemen dasar HaKI yaitu Hak Cipta,

Paten, Merek dan Rahasia Dagang.

d. Desain Industri/Produk

Desain industri adalah suatu kreasi

tentang bentuk, konfigurasi, atau

komposisi garis atau warna, atau garis

dan warna atau gabungan daripadanya

yang berbentuk 3 dimensi atau 2

dimensi yang memberikan estetis dan

dapat diwujudkan dalam pola 3 dimensi

atau 2 dimensi serta dapat dipakai untuk

menghasilkan produk, barang,

komoditas, industri atau kerajinan

tangan.

e. Kemasan

Pengemasan merupakan merupakan

bungkus produk yang diterima

konsumen, sedangkan pengepakan

merupakan bungkus sejumlah produk

dan biasa diterima oleh agen atau

penyalur.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah

penelitian deskriptif dan analisis

menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik

pengumpulan data dilakukan dengan

triangulasi teknik yaitu dengan cara

melakukan observasi partisipatif, wawancara

mendalam, dan dokumentasi sumber data.

Sumber data penelitian ini dibagi menjadi

dua yaitu sumber data primer dan sekunder.

Sumber data primer diperoleh dari hasil

wawancara dengan para karyawan PT. Mijil

Lestari Yogyakarta, jumlah karyawan yang

dijadikan narasumber pada penelitian ini

sebanyak 35 orang yang diambil secara acak

menggunakan teknik pengambilan sampel

random sampling diberbagai bagian.

Sedangkan sumber data sekunder diperoleh

dari website. Teknik analisis data dalam

penelitian ini berpedoman pada analisis data

di lapangan model Miles dan Huberman,

yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan

kesimpulan dan klarifikasi (Wicaksono &

Nurnida, 2017). Penelitian ini akan mengkaji

tentang konsep business skill dan technology

skill yang diterapkan pada PT. Mijil Lestari.

PEMBAHASAN

Penerapan Business Skill

Bussiness skill merupakan suatu dimensi

yang penting untuk mengukur keterampilan

seorang wirausaha dalam menjalankan

usahanya. Dimensi tersebut meliputi

kewirausahaan dan pemasaran. Dimensi

kewirausahaan memiliki beberapa tahapan

diantaranya identifikasi dan evaluasi peluang,

pengembangan rencana bisnis, penetapan

sumber daya, dan manajemen perusahaan

yang dihasilkan. Sedangkan dimensi

pemasaran memiliki beberapa variabel yang

terkait dengan proses pemasaran yaitu

produk dan jasa, harga, distriusi, serta

promosi.

Business skill yang diterapkan pada PT.

Mijil Lestari sebagai berikut:

a. Kewirausahaan

Aspek kewirausahaan merupakan salah

satu aspek yang termasuk dalam konsep

bussiness skill. Aspek ini juga

diterapkan oleh PT. Mijil Lestari

Yogyakarta. Tahap awal yang dilakukan

PT. Mijil Lestari dalam menerapkan

aspek kewirausahaan yaitu

mengidentifikasi dan mengevaluasi

perilaku ketergantungan masyarakat

Page 28: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 123

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

dalam konsumsi gas elpiji terutama pada

gas yang disubsidi oleh pemerintah.

Kemudian PT Mijil lestari menemukan

ide untuk mengolah sorgum sebagai

sumber daya alam yang dapat

dimanfaatkan sebagai energi alternatif

pengganti gas elpiji. Dalam penerapan

rencana bisnis yaitu melakukan

observasi pasar, target pasar serta

inovasi bahan bakar yaitu menggunakan

sorgum. Penerapan beberapa sumber

daya lainnya adalah gedung, listrik,

mesin dan alat-alat pendukung lain yang

dimanfaatkan dalam proses produksi

dan proses pemasaran sehingga

memperoleh kriteria manajemen yang

maksimal.

b. Pemasaran

Dalam aspek pemasaran, sangat penting

untuk mengetahui detail produk yang

dijual beserta kelebihan dan

kelemahannya. Produk yang dijual di

PT Mijil Lestari mengarah ke ISO 9001

dan menjadi binaan BSN, biaya yang

dikeluarkan untuk produksi 70%-75%,

margin 25%-30%, dasar yang digunakan

dalam penetapan harga ini sesuai

dengan kemampuan daya beli

masyarakat serta kompetitif. Dalam

distribusinya PT Mijil Lestari

menyalurkan barang ke semua anak

cabang yang ada di wilayah Yogyakarta

kemudian anak cabangnya tersebut yang

menyalurkan produknya ke pelanggan.

c. Business Plan

Aspek bussiness plan berkaitan dengan

rencana bisnis yang akan dilakukan oleh

suatu perusahaan dalam beberapa tahun

kedepan, atau dapan juga disebut

sebagai rencana masa depan sebuah

perusahaan. Sebuah perusahaan yang

baik akan selalu memiliki rencana

dalam proses bisnisnya sehingga

keberlangsungan perusahaan tersebut

juga terjamin. Agar usahanya dapat

terjamin keberlangsungan hidupnya, PT

Mijil Lestari telah membuat bussines

plan dari deskripsi bisnis, industri,

teknologi, pemasaran, produksi,

organisasi dan operasi.

d. Manajemen/Bisnis

Aspek manajemen/bisnis merupakan

suatu aspek yang berorientasi pada

manajemen yang ada pada suatu

perusahaan berdasarkan jenis

perusahaan tersebut. Melalui observasi

yang telah dilakukan, manajemen yang

ada pada PT. Mijil Lestari yaitu berupa

badan usaha yang berbentuk PT

(Perseroan Terbatas).

Technology Skill

Konsep technology skill merupakan

suatu konsep berwirausaha yang lebih

mengarah pada keahlian manajerial dalam

mengembangkan teknologi di

perusahaannya. Konsep technology skill

memiliki beberapa aspek yang saling

berkaitan, diantaranya invention dan

inovation, mekanisme pasar teknologi, hak

kekayaan intelektual, desain industri/produk,

serta kemasan. Dilansir dari brainly.com,

technology skill adalah keahlian atau

kemampuan yg bersifat teknis ekonomis yg

dilakukan dalam kegiatan proses produksi.

Penerapan konsep technology skill pada

PT. Mijil Lestari Yogyakarta dalam beberapa

aspek tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a. Invention dan inovation

Aspek invention dan inovation

menitikberatkan pada pembaruan

produk atau inovasi produk agar lebih

menarik minat pelanggan untuk

membeli produk dari PT. Mijil Lestari.

Penerapan aspek invention dan

inovation pada PT. Mijil Lestari yaitu

dengan melakukan invensi dan inovasi

produk berupa etanol+ dan kompor

gastrik serta seluruh proses produksinya

mengarah ke ISO 9001.

b. Mekanisme Pasar dan Teknologi

Aspek technology skill selanjutnya

adalah mekanisme pasar dan teknologi,

dimana pada aspek ini menitikberatkan

pada strategi pemasaran dan pelayanan

terhadap pelanggan. Pada aspek

mekanisme pasar dan teknologi PT Mijil

Lestari menawarkan beberapa jenis

pelayanan kepada pelanggan

diantaranya memberikan pelayanan

Page 29: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 124

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

mengenai ketersediaan produk dan jasa

pelayanan delivery ke konsumen dengan

menggunakan media sosial sehingga

mempermudan dalam pemesanan

barang.

c. Transaksi Penjualan

Dalam transaksi penjualan PT Mijil

Lestari menggunakan aplikasi perangkat

lunak berbasis dekstop yaitu dengan

nama MEA untuk menghitung jumlah

transaksi dan melakukan pembuatan

laporan keuangan. Isi dalam aplikasi ini

yaitu terdapat menu transaksi penjualan,

pembelian, input data barang yang

dijual, laporan penjualan, laporan gaji

dan inventori barang. Berikut

merupakan tampilan aplikasi MEA (My

Easy Accounting).

Gambar 1. Tampilan Aplikasi MEA

Gambar 1 merupakan tampilan shortcut

dari aplikasi MEA yang digunakan oleh PT.

Mijil Lestari Yogyakarta.

Gambar 2. Sistem Input Data Penjualan

Gambar 2 merupakan tampilan dari

form yang digunakan untuk input transaksi

penjualan pada PT. Mijil Lestari Yogyakarta.

Pada form ini secara otomatis akan

melakukan perhitungan transaksi penjualan

secara otomatis sesuai dengan jumlah barang

yang dibeli customer.

Hal yang membedakan penelitian ini

dengan penelitian sebelumnya adalah

indikator-indikator dari tiap-tiap variabel

yang diteliti, beberapa penelitian sebelumnya

tidak membahas mengenai aplikai yang

digunakan untuk transaksi penjualan, bahkan

hanya berfokus pada produknya saja, tetapi

pada penelitian ini peneliti membahas

tentang hampir dari keseluruhan indikator

yang terdapat pada konsep bussiness skill

dan technology skill yang ada pada PT. Mijil

Lestari Yogyakarta termasuk penerapan

teknologi pada proses transaksinya.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan yang telah dijelaskan, peneliti

menarik kesimpulan bahwa penerapan

technopreneurship telah dilakukan oleh PT.

Mijil Lestari Yogyakarta. PT. Mijil Lestari

Yogyakarta menerapkan sub konsep

bussiness skill dalam empat dimensi yaitu

kewirausahaan, pemasaran, bussiness plan,

serta manajemen/bisnis. Empat dimensi

tersebut bersinergi dengan baik sehingga

proses bisnis pada PT. Mijil Lestari

Yogyakarta juga berjalan dengan baik. Selain

menerapkan sub konsep bussiness skill PT.

Mijil Lestari juga menerapkan sub konsep

technology skill yang terdiri dari tiga dimensi

yaitu invention dan innovation, mekanisme

pasar dan teknologi, dan transaksi penjualan.

Sinergi yang baik dari ketiga dimensi

tersebut menyebabkan PT. Mijil Lestari

Yogyakarta menjadi lebih dipercaya

konsumen.

Berdasarkan hasil dan pembahasan

dari penelitian ini masih ada beberapa

keterbatasan yaitu penelitian ini belum

menganalisa keseluruhan indikator yang ada

pada konsep bussiness skill dan technology

skill sehingga diharapkan untuk penelitian

selanjutnya dapat mencakup keseluruhan

Page 30: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 125

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

indikator yang ada pada konsep tersebut.

Untuk kedepannya diharapkan PT. Mijil

Lestari Yogyakarta melakukan penambahan

dimensi dalam sub konsep technology skill

supaya proses bisnisnya lebih mudah dan

dapat meningkatkan kepercayaan konsumen

secara terus-menerus.

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, A. (2016). Perencanaan Strategi

Pemasaran Dengan Pendekatan Bauran

Pemasaran Dan Swot Pada Perusahaan

Popsy Tubby, 1. Retrieved From

Https://Journal.Uc.Ac.Id/Index.Php/Perf

orma/Article/View/172/158

Hardianti, Y., & Martini, E. (2016). ii, 3(2),

1149–1154.

Muhyi, H. A. (2014). Pengaruh keterampilan

berwirausaha terhadap pertumbuhan

usaha berkelanjutan pada industri kecil

di kota sukabumi, 2, 109–117.

Nurhayati, I., Djulius, H., Nurdiansyah, Y.,

Saptono, E., Yuniarti, Y., Suteja, J., …

Ahmar, N. (2014). Faktor Determinan

Minat Wirausaha Mahasiswa Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri

Gorontalo Herwin. Retrieved from

http://journal.unpas.ac.id/index.php/trik

onomika/article/view/486/283

Radianto, W. E., Efrata, T. C., & Santoso, E.

B. (2018). Generasi Entrepreneur:

Anda Bisa Menciptakan Entrepreneur.

Retrieved from

https://books.google.co.id/books?id=lVJ

tDwAAQBAJ&pg=PR2&dq=buku+entr

epreneur++radianto+2018&hl=id&sa=X

&ved=0ahUKEwjBvaqU69DeAhXGfn0

KHcxXCuYQ6AEIKTAA#v=onepage

&q=entrepreneur&f=false

Sari, A. (2017). Perubahan Masyarakat dan

Kebudayaan Pada Era

Modernisasi. Jurnal Kajian

Ilmiah, 17(1).

Saimima, I. D. S., & Makawangkel, P. S. R.

(2019). Persaingan Usaha Tidak Sehat

Terkait Pelanggaran Batasan Lingkup

Kegiatan Usaha oleh Pihak Hotel di

Bali. Jurnal Kajian Ilmiah, 19(1), 86-

97.

Sakti, A. B., & Prasetyo, A. (2018). Potensi

Peningkatan Produktivitas

Kewirausahaan Berbasis Model

Penguatan Teknopreuner Pada Hasil

Inovasi Di Kota Magelang. Jurnal Rep

(Riset Ekonomi Pembangunan) Volume,

3. Retrieved From Teknoprener,

Inovator, Produktivitas

Supriyati, E., Iqbal, M., & Khotimah, T.

(2016). Model Pendampingan Neuro

Coaching Untuk Membangun Karakter

Technopreneurship Mahasiswa Dalam

Upaya Mencetak Wirausaha Baru.

Prosiding Snatif Ke-3 Tahun 2016, 203–

208. Retrieved From Teknoprener,

Inovator, Produktivitas

Soegoto, E. S. (2014). Entrepreneurship

Menjadi Pebisnis Ulung. Jakarta: PT

Elex Media Komputindo.

Wedayanti, N. P. A. A., & Ketut, G. G. A.

(2016). No Title, 5(1), 533–560.

Retrieved from

https://ojs.unud.ac.id/index.php/Manaje

men/article/view/16295

Wicaksono, E. K., & Nurnida, I. (2017).

Analysis of Technopreneurship

Applications in Alternative Energy

Company (Study in CV Wahana Putera

Ideas Bandung), 4(2), 1831–1837.

Page 31: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 126

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Pengelompokan Perilaku Mahasiswa Pada

Perkuliahan E-Learning dengan

K-Means Clustering

Sugiono

1, Siti Nurdiani

2 , Safitri Linawati

3 , Rizky Ade Safitri

4, Elin Panca Saputra

5

1STMIK Nusa Mandiri Jakarta, [email protected]

2STMIK Nusa Mandiri Jakarta, [email protected] 3STMIK Nusa Mandiri Jakarta, [email protected]

4STMIK Nusa Mandiri Jakarta, [email protected]

5Universitas Bina Sarana Informatika, [email protected]

ABSTRAK – Untuk menghasilkan proses pemodelan, serta menganalisa data, metode

Clustering merupakan suatu metode yang dapat melakukan pengelompokkan dengan sistem

partisi. Dalam melakukan pengelompokkan nilai E-learning serta jejak aktifitas kami

menggunakan Algoritma K-Means. K-Means merupakan sebuah metode yang bersifat tanpa

arahan. Algoritma K-Means dapat membantu mengelompokkan data serta informasi dari

setiap nilai centroid dari setiap cluster. Penelitian ini bertujuan untuk mengelompokkan

perilaku mahasiswa pada perkuliahan berbasis E-Learning dengan menghitung jarak antara

total nilai mahasiswa dari mata kuliah E-Learning dan jejak aktifitas yang dilakukannya.

Pengelompokan ini dilakukan dengan membaginya menjadi 3 cluster. Data yang kami kelola

sebanyak 109 mahasiswa yang mengikuti perkuliahan E-Learning. Titik centroid awal yaitu

M4, M73, M104 dihitung dengan rumus Euclidean untuk menentukan jarak terdekat. Data

dikelompokkan sesuai dengan jarak centroid terdekat dengan cluster. Setelah melalui proses

perhitungan yang menghasilkan 10 kali iterasi, didapatkan hasil akhir berupa Cluster 1

sebanyak 53 mahasiswa, cluster 2 sebanyak 42 mahasiswa, dan cluster 3 sebanyak 14

mahasiswa. Dari proses tersebut dihasilkan 3 jenis kluster yaitu mahasiswa dengan jumlah

aktifitas yang banyak mendapatkan nilai tinggi, mahasiswa dengan aktifitas yang sedang

mendapatkan hasil nilai tinggi dan mahasiswa dengan jumlah aktifitas sedikit menghasilkan

nilai yang rendah.

Kata Kunci : Clustering, K-Means, Data Mining, E-Learning, Jejak Aktifitas Mahasiswa.

ABSTRACT-To produce a modeling process, and analyze data, the Clustering method is a

method that can group with system partitions. In grouping the value of E-learning and the

traces of our activities we use the K-Means Algorithm. K-Means is a method that is non-

directive. The K-Means algorithm can help group data and information from each centroid

value of each cluster. This study aims to classify student behavior in E-Learning-based

lectures by calculating the distance between the total value of students from E-Learning

courses and the traces of the activities they do. This grouping is done by dividing it into 3

clusters. The data that we manage is 109 students who take E-Learning courses. The initial

centroid point is M4, M73, M104 calculated by the Euclidean formula to determine the

closest distance. Data are grouped according to the distance of the centroid closest to the

cluster. After going through the calculation process that resulted in 10 iterations, it was found

that the final results in the form of Cluster 1 were 53 students, cluster 2 were 42 students, and

cluster 3 were 14 students. From this process 3 types of clusters were produced, namely

students with a large number of activities who got high scores, students with activities that

were getting high scores and students with a small number of activities produced low scores.

Keywords: Clustering, K-Means, Data Mining, E-Learning, Students Log Activity.

Page 32: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 127

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Naskah diterima: 10 Feb 2019, direvisi: 19 Mar 2019, diterbitkan: 15 Mei 2019

PENDAHULUAN

E-learning adalah sebuah proses

pemanfaatan media berbasis elektronik untuk

kegiatan belajar mengajar. dalam hal ini

media yang digunakan yaitu jaringan

Komputer. Dengan dikembangkannya

jaringan komputer memungkinkan untuk

dikembangkannya juga proses belajar

mengajar berbasis web, sehingga dapat

dikembangkan ke jaringan Komputer

(Hidayati, 2010). Tujuan dari E-learning

adalah untuk menyediakan pengguna konten

yang tepat sesuai dengan kognitifnya pada

level waktu yang tepat. Dalam sistem

pembelajaran dengan tingkat pengetahuan

siswa yang bervariasi (Awoyelu, 2016).

Penerapan E-Learning sangatlah dibutuhkan

bagi negara-negara dengan geografi

kepulauan seperti Indonesia (Saputra &

Hamid, 2019).

Pada era teknologi informasi seperti

saat ini, data dan informasi menjadi bagian

penting di berbagai bidang (Nelfianti et al.,

2018). Semua pihak berlomba

mengumpulkan data dan informasi yang

digunakan untuk mencapai kesuksesan

(Fitriyani, 2018). Awalnya, dengan

munculnya komputer dan sarana

penyimpanan data masal, data dikumpulkan

dan disimpan dengan cepat. Sayangnya,

koleksi-koleksi data tersebut dengan cepat

menjadi sangat besar dan berlimpah. Dari

data yang berlimpah ini, muncul pertanyaan

mengenai hal-hal apa saja yang dapat

dipelajari dari keseluruhan data dan

informasi tersebut. Dalam menjawab semua

pertanyaan yang muncul dibutuhkan

penyimpulan data secara otomatis, ekstraksi

dari esensi informasi yang disimpan, serta

penemuan pola yang ada dalam data. Proses

ini dikenal sebagai data mining (rahmayuni,

2014).

Dengan berubahnya suatu sistem

pembelajaran, tentunya akan menghasilkan

pola-pola dan perilaku dari para pelakunya.

Untuk mengetahui porilaku-perilaku tersebut

maka diperlukan pengelompokan(Kaur,

2013).

Berdasarkan data-data yang telah

dihasilkan. Dalam hal ini data yang

digunakan sebagai parameter pengelompokan

perilaku mahasiswa pada perkuliahan E-

learning ini yaitu berupa data nilai akhir

mahasiswa dan jejak aktivitas yang

dihasilkan. Dalam proses pengelompokan

data dalam penelitian ini menggunakan

algoritma clustering K-Means. dengan

pembagian kluster sebanyak 3 kluster,

berdasarkan total nilai yang dihasilkan serta

riwayat jejak aktivitas perkuliahan e-learning

pada mata kuliah Pengantar Teknologi

Informasi dan Komputer (PTIK). Dalam hal

ini klastering merupakan teknik yang

digunakan untuk menganalisis data dalam

cara yang efisien dan menghasilkan

informasi yang diperlukan. Untuk

mengelompok dataset, metode tersebut yang

kami terapkan menggunakan k-mean, k-mean

memiliki tingkat akurasi yang baik dalam

melakukan pengelompokkan (Bansal, 2017).

KAJIAN LITERATUR

Data Mining

Data mining adalah suatu proses mencari

korelasi baru, pola dan trend dengan

menggali suatu repositori data dalam jumlah

yang besar dengan menggunakan statistik

dan teknik matematika.perkembangan data

maining saat ini begitu pesat karena memiliki

kemampuan dalam menggali pola dan trend

yang bermanfaat yang berasal dari basis data

yang telah ada. Banyak perusahaan yang

telah menghabiskan dana milyaran rupiah

untuk mengumpulkan data dalam jumlah

besar akan tetapi tidak mendapatkan

keuntungan yang bernilai darinya. Padahal di

dalam data-data tersebut terkandung

sejumlah informasi yang berharga namun

keberadaannya masih tersembunyi pada

repositori data (Nasari & Sianturi, 2016).

Data mining juga dikenal dengan istilah

pattern recognition merupakan suatu metode

yang digunakan untuk pengolahan data guna

Page 33: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 128

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

menemukan pola-pola yang tersembunyi dari

sekumpulan data yang diolah. data hasil

olahan dengan data mining tersebut

kemudian akan menghasilkan suatu

informasi atau pun pengetahuan baru yang

bersumber dari data yang lama yang nantinya

akan berguna dalam pengambilan keputusan

di masa yang akan datang. (Wardhani, 2016).

Clustering

Clustering disebut pengelompokkan

sejumlah data atau objek kedalam cluster

(group) sehingga setiap cluster akan berisi

data yang semirip mungkin dan berbeda

dengan objek dalam cluster yang lainnya

(Putri, Kom, & Kom, 2015). Ada dua metode

clustering yang kita kenal, yaitu Hierarchy

dan Non Hierarchy (Putri et al., 2015). Salah

satu teknik pengelompokkan dalam data

mining adalah metode clustering.Pengertian

clustering keilmuan dalam data mining

adalah pengelompokan sejumlah data atau

objek ke dalam cluster (group) sehingga

setiap dalam cluster tersebut akan berisi data

yang semirip mungkin dan berbeda dengan

objek dalam cluster yang lainnya(NASARI

& SIANTURI, 2016). Metode clustering

yang mempunyai sifat efesien dan cepat yang

dapat digunakan salah satunya adalah metode

k-means, metode ini bertujuan untuk

membuat cluster objek berdasarkan atribut

menjadi k partisi (Wardhani, 2016).

Hierarchical clustering adalah suatu metode

pengelompokan data yang dimulai dengan

mengelompokan dua atau lebih objek yang

memiliki kesamaan paling dekat. Kemudian

proses diteruskan ke objek lain yang

memiliki kedekatan kedua (Bastian et al.,

2018).

K-Means

K-Means termasuk kedalam metode

pengumpulan data non-hierarchi atau metode

partisi data ke dalam dua kelompok atau

lebih. metode ini mengelompokan data

menjadi beberapa partisi dengan memasukan

data yang ber karakterisitik sama ke dalam

satu kelompok yang sama dan data yang

lainnya yang memiliki perbedaan karakter

akan dikelompokan ke dalam kelompok yang

sesuai dengan karakternya masing-masing

(Putri et al., 2015). K-Means merupakan

suatu metode pengujian komponen populasi

data dan mengelompokan data tersebut ke

dalam suatu kluster yang telah didefinisikan

tergantung dari jarak minimum antar

komponen populasi dengan masing-masing

pusat kluster (Agustina et al., 2013). K-

Means Clustering merupakan sebuah

konstanta dari sejumlah kluster yang

diinginkan, sedangkan Means atau dapat

didefinisikan sebagai cluster adalah suatu

nilai rata-rata dari sekumpulan populasi data.

Dengan kata lain K-Means Clustering dapat

didefinisikan sebagai suatu permodelan data

mining yang mengelompokan data ke dalam

suatu sistem partisi dan melakukan proses

pemetaan tanpa menggunakan supervisi

(Malik Rio Andika, 2018). Metode K-Means

Clustering mengelompokan dan memetakan

suatu populasi data ke dalam beberapa

kelompok kluster dimana tiap-tiap data dari

kelompok kluster memiliki karakteristik yang

sama dengan kelompoknya dan berbeda

dengan kelompok lainnya.

Algoritma dasar dari K- Means

Clustering dapat kita tentukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menentukan jumlah cluster yang

diinginkan.

2. Memilih cluster secara random dan

mengelompokan data yang lainnya ke

dalam kluster-kluster tersebut

berdasarkan jarak terdekatnya.

3. Menghitung centroid/ rata-rata dari data

yang ada di hasilkan dari masing-

masing cluster.

4. Mengalokasikan kembali masing-

masing data ke dalam centroid/ rata-rata

kluster yang terdekat.

5. Ulangi langkah ke-3, apabila masih

ditemukan data yang berpindah cluster

sehingga menimbulkan perubahan nilai

centroid cluster.

E-Learning

E-learning merupakan suatu sistem

pembelajaran yang memanfaatkan media

teknologi informasi dengan tanpa melakukan

tatap muka langsung antara siswa dan guru.

Page 34: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 129

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Beberapa teori mendefinisikan E-Learning

sebagai berikut:

Menurut darmawan dalam (Bariah,

Rahadian, & Darmawan, 2017) menyebutkan

bahwa E-Learning merupakan salah satu

produk intergrasi Teknologi Informasi ke

dalam dunia pendidika adalah e-learning atau

pembelajaran elektronik.

Menurut michael dalam (Sudarmaji,

2016) menyebutkan bahwasannya E-

Learning merupakan Pembelajaran yang

disusun dengan tujuan menggunakan sistem

elektronik atau komputer sehingga mampu

mendukung proses pembelajaran.

Chandrawati dalam (Sudarmaji, 2016)

menyebutkan bahwasannya E-Learning

merupakan Proses pembelajaran jarak jauh

dengan menggabungkan prinsip-prinsip

dalam proses pembelajaran dengan teknologi

Menurut Ardiyansyah dalam (Sudarmaji,

2016) menyebutkan bahwa E-Learning

merupakan Sistem pembelajaran yang

digunakan sebagai sarana untuk proses

belajar mengajar yang dilaksanakan tanpa

harus bertatap muka secara langsung antara

dosen dengan mahasiswa.

Sejarah E-Learning pertama kali

diperkenalkan oleh University of Illionis di

Urbana-Champaign dengan menggunakan

Computer Assisted Instruction dan komputer

bernama PLATO. Berikut perkembangan E-

Learning dari tahun ke tahun:

1. Pada tahun 1990 merupakan masa

Computer Based Training(CBT) dimana

mulai bermunculan aplikasi E-Learning

yang bersifat stand alone.

2. Tahun 1994 program E-learning

berbasis CBT mulai bermunculan dalam

bentuk paket-paket yang lebih menarik

dan diproduksi secara masal.

3. Tahun 1997 seiring berkembangnya

teknologi internet maka munculah

Learning Management System(LSM).

Perkembangan LMS sebagai aplikasi e-

learning berkembang secara pesat, baik

untuk pembelajaran maupun untuk

administrasinya.

METODE PENELITIAN

Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada penelitian ini

diambil dari hasil perkuliahan e-learning

mata kuliah Pengantar Teknologi Informasi

dan Komputer (PTIK) yang diadakan di

Universitas BSI kampus Bogor selama

periode semester ganjil 2018/2019. Data

yang diambil berupa nilai hasil perkuliahan

dan riwayat aktivitas mahasiswa(log

activity). Jumlah record yang diambil

sebanyak 109 record dengan field yang

digunakan yaitu NIM, Nama, Jumlah Log

dan Total Nilai.

Analisis Data

Proses mencari serta menyusun data

secara sistematis yang telah didapat dari

repositori yang ada. Dilanjutkan dengan

menjabarkan ke dalam beberapa unit,

melakukan sintesa, mulai menyusun pola dan

kemudian membuat kesimpulan yang mudah

dipelajari bagi diri sendiri maupun orang

lain. Data pada penelitian ini bersifat

kualitatif dimana, analisis dilakukan dengan

cara mengelompokkan data.

Studi Literatur

Studi literatur yang digunakan untuk

melengkapi pengetahuan dasar seperti teori

yang berasal dari jurnal, buku maupun

penelitian-penelitian sebelumnya.

PEMBAHASAN

Implementasi Algoritma K-Means

Umumnya kinerja metode K-Means

secara berurutan adalah sebagai berikut

seperti pada gambar 1 dibawah yang

merupakan diagram alur dari metode K-

Means yang digunakan dalam pengklusteran

antara nilai mahasiswa dan jumlah riwayat

aktivititas.

Page 35: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 130

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Gambar 1. Alur Implementasi Algoritma K-

Means

Pada gambar diatas dijelaskan bahwa

dalam proses pengklusteran langkah pertama

yang harus ditentukan adalah dengan

menentukan jumlah kluster yang akan dibuat.

Langkah selanjutnya yaitu menentukan

centroid atau pusat kluster dengan memilih

beberapa data yang nantinya akan dijadikan

centroid dari masing-masing kluster.

Langkah selanjutnya yaitu dengan

menghitung jarak dari tiap-tiap data dengan

masing-masing centroid cluster yang telah

ditentukan tadi. Selanjutnya kita kelompokan

masing-masing data dengan centroid cluster

yang terdekat. Setelah data berhasil

dikelompokan maka kita hitung kembali titik

centroid nya dengan jumlah anggota kluster

yang baru. Ketika ditemukan adanya

perubahan pada anggota kluster maka kita

ulangi lagi langkah perhitungan jarak antara

data dengan centroid yang baru sampai

dengan tidak adanya lagi perubahan pada

anggota cluster. Jika sudah tidak ada lagi

perubahan pada anggota kluster maka proses

pengklusteran tersebut dinyatakan telah

selesai.

Berikut ini merupakan data yang akan

diproses pengelompokan klusternya, berupa

hasil perkuliahan e-learning dan riwayat

aktivitas perkuliahannya(log).

Tabel 1. Data Ditentukan Klusternya

KODE JUMLAH

NILAI LOG

M1 580 223

M2 640 505

M3 373 139

M4 640 225

M5 667 341

M6 650 449

M7 553 161

M8 543 298

M9 0 0

... ... ...

M71 680 453

M72 590 396

M73 697 266

M74 700 457

M75 697 268

M76 697 324

M77 623 264

M78 693 412

M79 680 368

... ... ...

M102 697 318

M103 550 263

M104 577 271

M105 590 387

M106 507 394

M107 577 354

M108 237 186

M109 577 286

Berdasarkan objek data yang ada pada

tabel 1, langkah awal klustering dengan

menentukan pusat-pusat klusternya (centroid

cluster), penentuan centroid cluster tersebut

dilakukan secara acak/ random. Selanjutnya

dilakukan langkah-langkah perhitungan

sebagai berikut:

Penentuan Pusat Awal Cluster

Tabel 2. Titik Pusat Awal Cluster

C1(M4) C2(M73) C3(M104)

640 697 577

225 266 271

Page 36: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 131

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Perhitungan Jarak Pusat Cluster

Menghitung jarak antara data dengan

pusat awal cluster menggunakan persamaan

Euclidean Distance pada gambar V dibawah

sebagai berikut :

√∑

Dimana:

= pusat cluster

= data

Berdasarkan persamaan diatas, maka

hasil perhitungan nilai matrik jarak antara

data dengana tiap-tiap pusat cluster adalah

sebagai berikut :

Jarak Data ke-1 ke pusat cluster

C1 = √(580-640)2 + (223-225)

2 = 60,03

C2 = √(580-696)2 + (223-266)

2 = 124,34

C3 = √(580-676)2 + (223-271)

2 = 48,12

Jarak Data ke-2 ke pusat cluster

C1 = √(640-640)2 + (505-225)

2 = 280,00

C2 = √(640-696)2 + (505-266)

2 = 245,63

C3 = √(640-676)2 + (505-271)

2 = 242,42

Jarak Data ke-3 ke pusat cluster

C1 = √(373-640)2 + (139-225)

2 = 280,19

C2 = √(373-696)2 + (139-266)

2 = 347,39

C3 = √(373-676)2 + (139-271)

2 = 242,43

Dan seterusnya dilanjutkan menghitung

untuk data ke- 4.......N terhadap pusat awal

cluster hingga didapatkan matrik jarak.

Pengelompokkan Data

Setelah dilakukan perhitungan jarak

antar data dengan tiap-tiap pusat cluster

maka dapat ditentukan anggota dari masing-

masing kluster berdasarkan jarak

terdekatnya.

Pada penelitian ini iterasi yang

dihasilkan sebanyak 10(sepuluh) iterasi

untuk mendapatkan keanggotaan kluster

secara optimal dengan hasil ahir keanggotaan

kluster sebagai berikut:

C1: Data M1, M4, M7, M8, M11, M14,

M16, M19, M20, M26, M29,

M30, M33, M34, M35, M39,

M45, M49, M51, M54, M55,

M57, M61, M64, M65, M70,

M72, M77, M82, M84, M88,

M92, M95, M96, M97, M100,

M103, M104, M105, M106,

M107, dan M109.

C2: Data M2, M5, M6, M10, M12, M13,

M15, M17, M18, M22, M24,

M25, M28, M31, M32, M37,

M40, M43, M44, M46, M47,

M48, M50, M53, M56, M58,

M59, M60, M62, M67, M69,

M71, M73, M74, M75, M76,

M78, M79, M80, M81, M83,

M85, M86, M87, M89, M90,

M91, M94, M98, M99, M101,

dan M102.

C3: Data M3, M9, M21, M23, M27, M36,

M38, M41, M42, 52, M63, M68,

M93, dan M108.

Penentuan Pusat Cluster Akhir

Setelah ditemukan anggota akhir dari

masing-masing kluster maka dapat

ditentukan centroid akhir dari masing-masing

cluster yaitu :

Tabel 3. Pusat Cluster Akhir

C1 C2 C3

557,7776 675,5353 172,8571

336,8571 385,3396 87,64286

Implementasi pada Rapid Miner

Dalam menggunakan pemodelan K-

Means clustering dengan inisialisasi jumlah

cluster sebanyak 3 buah maka didapatkan

hasil dengan cluster yang terbentuk adalah 3,

dimana jumlah cluster 0 ada 53 items, cluster

1 ada 42 items, cluster 2 ada 14 items dengan

total jumlah data adalah 109 seperti pada

gambar dibawah ini.

Page 37: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 132

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Gambar 2. Hasil data cluster K-Means dalam

implementasi Rapid Miner

Pada gambar berikut ini terdapat titik

centroid cluster yang dihasilkan.

Gambar 3. Hasil perhitungan antara jarak

cluster dan centroid

Pada gambar berikutnya digambarkan

penyebaran titik-titik cluster dari masing-

masing data dengan 3 kluster yang dibentuk.

Gambar 4.

Hasil pengelompokkan Clustering K-Means

Berdasarkan proses Clustering K-

Means dengan Rapid Miner pada gambar 5

diperoleh sejumlah perilaku mahasiswa

dalam mengikuti perkuliahan berbasis E-

learning antara lain:

1. kelompok mahasiswa dengan jumlah

aktifitas yang banyak dan mendapatkan

nilai yang tinggi diwakili dengan titik

hijau.

2. Kelompok mahasiswa dengan jumlah

aktifitas yang sedang dan mendapat nilai

perkuliahan yang tinggi diwakili dengan

titik biru.

3. Kelompok mahasiswa dengan jumlah

aktifitas sedikit dan mendapatkan nilai

yang rendah diwakili dengan titik merah.

PENUTUP

Setelah dilakukan proses

pengklusteran dengan metode k-means

diperoleh sejumlah perilaku mahasiswa E-

learning dengan pembagian 3 kluster yaitu

mahasiswa dengan jumlah aktifitas yang

banyak dan mendapatkan nilai tinggi,

mahasiswa dengan aktifitas yang sedang dan

mendapatkan nilai tinggi dan mahasiswa

dengan jumlah aktifitas sedikit dan

mendapatkan nilai yang rendah.

Untuk mengetahui pola-pola dan

perilaku yang dilakukan para pelaku E-

learning lainnya perlu dilakukan penelitian

lajutan dengan mengolah data-data lainnya

yang dihasilkan dari proses pembelajaran E-

learning.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, S., Yhudo, D., Santoso, H.,

Marnasusanto, N., Tirtana, A., &

Khusnu, F. (2013). CLUSTERING

KUALITAS BERAS BERDASARKAN

CIRI FISIK MENGGUNAKAN

METODE K-MEANS Algoritma.

Awoyelu, I. O. (2016). Modeling and

Simulation of K-Means Clustering

Learning Object Adaptability Model for

Selecting Materials in E-Learning.

141(1), 10–18.

Bansal, A. (2017). Improved K-mean

Clustering Algorithm for Prediction

Analysis using Classification Technique

in Data Mining. 157(6), 35–40.

Bariah, S. H., Rahadian, D., & Darmawan,

D. (2017). Smart content learning

dengan menggunakan metode big data

analysis pada mata kuliah media

pembelajaran ilmu komputer. Jurnal

Teknologi Pendidikan Dan

Page 38: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 133

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Pembelajaran, 2(1), 222–233.

Bastian, A., Sujadi, H., Febrianto, G., Studi,

P., Informatika, T., Majalengka, U., …

No, M. (2018). No Title. PENERAPAN

ALGORITMA K-MEANS CLUSTERING

ANALYSIS PADA PENYAKIT

MENULAR MANUSIA (STUDI KASUS

KABUPATEN MAJALENGKA) Ade, (1),

26–32.

Fitriyani, F. (2018). Metode Bagging Untuk

Imbalance Class Pada Bedah Toraks

Menggunakan Naive Bayes. Jurnal

Kajian Ilmiah, 18(3), 278-282.

Kaur, M. (2013). Cluster Analysis of

Behavior of E-learners. (2), 344–346.

Malik Rio Andika, et all. (2018).

PERBANDINGAN ALGORITMA K-

MEANS CLUSTERING DENGAN

FUZZY C- MEANS DALAM

MENGUKUR TINGKAT KEPUASAN

TERHADAP TELEVISI Latar

Belakang Masalah Media Televisi

Dakwah Surau TV merupakan sebuah

media penyiaran yang menyajikan

siaran seputar Agama Islam . Media ini.

RABIT, 3(1), 10–21.

NASARI, F., & SIANTURI. (2016).

Penerapan Algoritma K-Means

Clustering Untuk Pengelompokkan

Penyebaran Diare Di Kabupaten

Langkat. 108–119.

Nelfianti, F., Yuniasih, I., & Wibowo, A. I.

(2018). Pengaruh Budaya Organisasi

Terhadap Kinerja Karyawan YPI

Cempaka Putih Jakarta. Jurnal Kajian

Ilmiah, 18(2), 120-128.

Putri, D. E., Kom, S., & Kom, M. (2015).

METODE NON HIERARCHY

ALGORITMA K-MEANS DALAM

MENGELOMPOKKAN TINGKAT

KELARISAN BARANG ( STUDI

KASUS : KOPERASI KELUARGA

BESAR SEMEN PADANG ).

1(Senatkom).

Saputra, E. P., & Hamid, A. (2019). Fitur

Seleksi Atribut Hasil Kelulusan

Mahasiswa Elearning Berdasarkan Log

Dengan Neural Network. Jurnal Kajian

Ilmiah, 19(1), 24.

https://doi.org/10.31599/jki.v19i1.318

Sudarmaji. (2016). Migrasi dan Optimalisasi

Database Sistem Informasi berbasis E-

Learning Program Diploma III

Manajemen Informatika Universitas

Muhammadiyah Metro. (Kampus 3).

Wardhani, anindya khrisna. (2016). ( K-

MEANS ALGORITHM

IMPLEMENTATION FOR

CLUSTERING OF PATIENTS

DISEASE IN KAJEN CLINIC OF

PEKALONGAN ) Anindya Khrisna

Wardhani Magister Sistem Informasi

Universitas Diponegoro. 14, 30–37.

Page 39: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 127

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Naskah diterima: 10 Feb 2019, direvisi: 19 Mar 2019, diterbitkan: 15 Mei 2019

PENDAHULUAN

E-learning adalah sebuah proses

pemanfaatan media berbasis elektronik untuk

kegiatan belajar mengajar. dalam hal ini

media yang digunakan yaitu jaringan

Komputer. Dengan dikembangkannya

jaringan komputer memungkinkan untuk

dikembangkannya juga proses belajar

mengajar berbasis web, sehingga dapat

dikembangkan ke jaringan Komputer

(Hidayati, 2010). Tujuan dari E-learning

adalah untuk menyediakan pengguna konten

yang tepat sesuai dengan kognitifnya pada

level waktu yang tepat. Dalam sistem

pembelajaran dengan tingkat pengetahuan

siswa yang bervariasi (Awoyelu, 2016).

Penerapan E-Learning sangatlah dibutuhkan

bagi negara-negara dengan geografi

kepulauan seperti Indonesia (Saputra &

Hamid, 2019).

Pada era teknologi informasi seperti

saat ini, data dan informasi menjadi bagian

penting di berbagai bidang (Nelfianti et al.,

2018). Semua pihak berlomba

mengumpulkan data dan informasi yang

digunakan untuk mencapai kesuksesan

(Fitriyani, 2018). Awalnya, dengan

munculnya komputer dan sarana

penyimpanan data masal, data dikumpulkan

dan disimpan dengan cepat. Sayangnya,

koleksi-koleksi data tersebut dengan cepat

menjadi sangat besar dan berlimpah. Dari

data yang berlimpah ini, muncul pertanyaan

mengenai hal-hal apa saja yang dapat

dipelajari dari keseluruhan data dan

informasi tersebut. Dalam menjawab semua

pertanyaan yang muncul dibutuhkan

penyimpulan data secara otomatis, ekstraksi

dari esensi informasi yang disimpan, serta

penemuan pola yang ada dalam data. Proses

ini dikenal sebagai data mining (rahmayuni,

2014).

Dengan berubahnya suatu sistem

pembelajaran, tentunya akan menghasilkan

pola-pola dan perilaku dari para pelakunya.

Untuk mengetahui porilaku-perilaku tersebut

maka diperlukan pengelompokan(Kaur,

2013).

Berdasarkan data-data yang telah

dihasilkan. Dalam hal ini data yang

digunakan sebagai parameter pengelompokan

perilaku mahasiswa pada perkuliahan E-

learning ini yaitu berupa data nilai akhir

mahasiswa dan jejak aktivitas yang

dihasilkan. Dalam proses pengelompokan

data dalam penelitian ini menggunakan

algoritma clustering K-Means. dengan

pembagian kluster sebanyak 3 kluster,

berdasarkan total nilai yang dihasilkan serta

riwayat jejak aktivitas perkuliahan e-learning

pada mata kuliah Pengantar Teknologi

Informasi dan Komputer (PTIK). Dalam hal

ini klastering merupakan teknik yang

digunakan untuk menganalisis data dalam

cara yang efisien dan menghasilkan

informasi yang diperlukan. Untuk

mengelompok dataset, metode tersebut yang

kami terapkan menggunakan k-mean, k-mean

memiliki tingkat akurasi yang baik dalam

melakukan pengelompokkan (Bansal, 2017).

KAJIAN LITERATUR

Data Mining

Data mining adalah suatu proses mencari

korelasi baru, pola dan trend dengan

menggali suatu repositori data dalam jumlah

yang besar dengan menggunakan statistik

dan teknik matematika.perkembangan data

maining saat ini begitu pesat karena memiliki

kemampuan dalam menggali pola dan trend

yang bermanfaat yang berasal dari basis data

yang telah ada. Banyak perusahaan yang

telah menghabiskan dana milyaran rupiah

untuk mengumpulkan data dalam jumlah

besar akan tetapi tidak mendapatkan

keuntungan yang bernilai darinya. Padahal di

dalam data-data tersebut terkandung

sejumlah informasi yang berharga namun

keberadaannya masih tersembunyi pada

repositori data (Nasari & Sianturi, 2016).

Data mining juga dikenal dengan istilah

pattern recognition merupakan suatu metode

yang digunakan untuk pengolahan data guna

Page 40: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 128

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

menemukan pola-pola yang tersembunyi dari

sekumpulan data yang diolah. data hasil

olahan dengan data mining tersebut

kemudian akan menghasilkan suatu

informasi atau pun pengetahuan baru yang

bersumber dari data yang lama yang nantinya

akan berguna dalam pengambilan keputusan

di masa yang akan datang. (Wardhani, 2016).

Clustering

Clustering disebut pengelompokkan

sejumlah data atau objek kedalam cluster

(group) sehingga setiap cluster akan berisi

data yang semirip mungkin dan berbeda

dengan objek dalam cluster yang lainnya

(Putri, Kom, & Kom, 2015). Ada dua metode

clustering yang kita kenal, yaitu Hierarchy

dan Non Hierarchy (Putri et al., 2015). Salah

satu teknik pengelompokkan dalam data

mining adalah metode clustering.Pengertian

clustering keilmuan dalam data mining

adalah pengelompokan sejumlah data atau

objek ke dalam cluster (group) sehingga

setiap dalam cluster tersebut akan berisi data

yang semirip mungkin dan berbeda dengan

objek dalam cluster yang lainnya(NASARI

& SIANTURI, 2016). Metode clustering

yang mempunyai sifat efesien dan cepat yang

dapat digunakan salah satunya adalah metode

k-means, metode ini bertujuan untuk

membuat cluster objek berdasarkan atribut

menjadi k partisi (Wardhani, 2016).

Hierarchical clustering adalah suatu metode

pengelompokan data yang dimulai dengan

mengelompokan dua atau lebih objek yang

memiliki kesamaan paling dekat. Kemudian

proses diteruskan ke objek lain yang

memiliki kedekatan kedua (Bastian et al.,

2018).

K-Means

K-Means termasuk kedalam metode

pengumpulan data non-hierarchi atau metode

partisi data ke dalam dua kelompok atau

lebih. metode ini mengelompokan data

menjadi beberapa partisi dengan memasukan

data yang ber karakterisitik sama ke dalam

satu kelompok yang sama dan data yang

lainnya yang memiliki perbedaan karakter

akan dikelompokan ke dalam kelompok yang

sesuai dengan karakternya masing-masing

(Putri et al., 2015). K-Means merupakan

suatu metode pengujian komponen populasi

data dan mengelompokan data tersebut ke

dalam suatu kluster yang telah didefinisikan

tergantung dari jarak minimum antar

komponen populasi dengan masing-masing

pusat kluster (Agustina et al., 2013). K-

Means Clustering merupakan sebuah

konstanta dari sejumlah kluster yang

diinginkan, sedangkan Means atau dapat

didefinisikan sebagai cluster adalah suatu

nilai rata-rata dari sekumpulan populasi data.

Dengan kata lain K-Means Clustering dapat

didefinisikan sebagai suatu permodelan data

mining yang mengelompokan data ke dalam

suatu sistem partisi dan melakukan proses

pemetaan tanpa menggunakan supervisi

(Malik Rio Andika, 2018). Metode K-Means

Clustering mengelompokan dan memetakan

suatu populasi data ke dalam beberapa

kelompok kluster dimana tiap-tiap data dari

kelompok kluster memiliki karakteristik yang

sama dengan kelompoknya dan berbeda

dengan kelompok lainnya.

Algoritma dasar dari K- Means

Clustering dapat kita tentukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menentukan jumlah cluster yang

diinginkan.

2. Memilih cluster secara random dan

mengelompokan data yang lainnya ke

dalam kluster-kluster tersebut

berdasarkan jarak terdekatnya.

3. Menghitung centroid/ rata-rata dari data

yang ada di hasilkan dari masing-

masing cluster.

4. Mengalokasikan kembali masing-

masing data ke dalam centroid/ rata-rata

kluster yang terdekat.

5. Ulangi langkah ke-3, apabila masih

ditemukan data yang berpindah cluster

sehingga menimbulkan perubahan nilai

centroid cluster.

E-Learning

E-learning merupakan suatu sistem

pembelajaran yang memanfaatkan media

teknologi informasi dengan tanpa melakukan

tatap muka langsung antara siswa dan guru.

Page 41: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 129

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Beberapa teori mendefinisikan E-Learning

sebagai berikut:

Menurut darmawan dalam (Bariah,

Rahadian, & Darmawan, 2017) menyebutkan

bahwa E-Learning merupakan salah satu

produk intergrasi Teknologi Informasi ke

dalam dunia pendidika adalah e-learning atau

pembelajaran elektronik.

Menurut michael dalam (Sudarmaji,

2016) menyebutkan bahwasannya E-

Learning merupakan Pembelajaran yang

disusun dengan tujuan menggunakan sistem

elektronik atau komputer sehingga mampu

mendukung proses pembelajaran.

Chandrawati dalam (Sudarmaji, 2016)

menyebutkan bahwasannya E-Learning

merupakan Proses pembelajaran jarak jauh

dengan menggabungkan prinsip-prinsip

dalam proses pembelajaran dengan teknologi

Menurut Ardiyansyah dalam (Sudarmaji,

2016) menyebutkan bahwa E-Learning

merupakan Sistem pembelajaran yang

digunakan sebagai sarana untuk proses

belajar mengajar yang dilaksanakan tanpa

harus bertatap muka secara langsung antara

dosen dengan mahasiswa.

Sejarah E-Learning pertama kali

diperkenalkan oleh University of Illionis di

Urbana-Champaign dengan menggunakan

Computer Assisted Instruction dan komputer

bernama PLATO. Berikut perkembangan E-

Learning dari tahun ke tahun:

1. Pada tahun 1990 merupakan masa

Computer Based Training(CBT) dimana

mulai bermunculan aplikasi E-Learning

yang bersifat stand alone.

2. Tahun 1994 program E-learning

berbasis CBT mulai bermunculan dalam

bentuk paket-paket yang lebih menarik

dan diproduksi secara masal.

3. Tahun 1997 seiring berkembangnya

teknologi internet maka munculah

Learning Management System(LSM).

Perkembangan LMS sebagai aplikasi e-

learning berkembang secara pesat, baik

untuk pembelajaran maupun untuk

administrasinya.

METODE PENELITIAN

Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada penelitian ini

diambil dari hasil perkuliahan e-learning

mata kuliah Pengantar Teknologi Informasi

dan Komputer (PTIK) yang diadakan di

Universitas BSI kampus Bogor selama

periode semester ganjil 2018/2019. Data

yang diambil berupa nilai hasil perkuliahan

dan riwayat aktivitas mahasiswa(log

activity). Jumlah record yang diambil

sebanyak 109 record dengan field yang

digunakan yaitu NIM, Nama, Jumlah Log

dan Total Nilai.

Analisis Data

Proses mencari serta menyusun data

secara sistematis yang telah didapat dari

repositori yang ada. Dilanjutkan dengan

menjabarkan ke dalam beberapa unit,

melakukan sintesa, mulai menyusun pola dan

kemudian membuat kesimpulan yang mudah

dipelajari bagi diri sendiri maupun orang

lain. Data pada penelitian ini bersifat

kualitatif dimana, analisis dilakukan dengan

cara mengelompokkan data.

Studi Literatur

Studi literatur yang digunakan untuk

melengkapi pengetahuan dasar seperti teori

yang berasal dari jurnal, buku maupun

penelitian-penelitian sebelumnya.

PEMBAHASAN

Implementasi Algoritma K-Means

Umumnya kinerja metode K-Means

secara berurutan adalah sebagai berikut

seperti pada gambar 1 dibawah yang

merupakan diagram alur dari metode K-

Means yang digunakan dalam pengklusteran

antara nilai mahasiswa dan jumlah riwayat

aktivititas.

Page 42: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 130

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Gambar 1. Alur Implementasi Algoritma K-

Means

Pada gambar diatas dijelaskan bahwa

dalam proses pengklusteran langkah pertama

yang harus ditentukan adalah dengan

menentukan jumlah kluster yang akan dibuat.

Langkah selanjutnya yaitu menentukan

centroid atau pusat kluster dengan memilih

beberapa data yang nantinya akan dijadikan

centroid dari masing-masing kluster.

Langkah selanjutnya yaitu dengan

menghitung jarak dari tiap-tiap data dengan

masing-masing centroid cluster yang telah

ditentukan tadi. Selanjutnya kita kelompokan

masing-masing data dengan centroid cluster

yang terdekat. Setelah data berhasil

dikelompokan maka kita hitung kembali titik

centroid nya dengan jumlah anggota kluster

yang baru. Ketika ditemukan adanya

perubahan pada anggota kluster maka kita

ulangi lagi langkah perhitungan jarak antara

data dengan centroid yang baru sampai

dengan tidak adanya lagi perubahan pada

anggota cluster. Jika sudah tidak ada lagi

perubahan pada anggota kluster maka proses

pengklusteran tersebut dinyatakan telah

selesai.

Berikut ini merupakan data yang akan

diproses pengelompokan klusternya, berupa

hasil perkuliahan e-learning dan riwayat

aktivitas perkuliahannya(log).

Tabel 1. Data Ditentukan Klusternya

KODE JUMLAH

NILAI LOG

M1 580 223

M2 640 505

M3 373 139

M4 640 225

M5 667 341

M6 650 449

M7 553 161

M8 543 298

M9 0 0

... ... ...

M71 680 453

M72 590 396

M73 697 266

M74 700 457

M75 697 268

M76 697 324

M77 623 264

M78 693 412

M79 680 368

... ... ...

M102 697 318

M103 550 263

M104 577 271

M105 590 387

M106 507 394

M107 577 354

M108 237 186

M109 577 286

Berdasarkan objek data yang ada pada

tabel 1, langkah awal klustering dengan

menentukan pusat-pusat klusternya (centroid

cluster), penentuan centroid cluster tersebut

dilakukan secara acak/ random. Selanjutnya

dilakukan langkah-langkah perhitungan

sebagai berikut:

Penentuan Pusat Awal Cluster

Tabel 2. Titik Pusat Awal Cluster

C1(M4) C2(M73) C3(M104)

640 697 577

225 266 271

Page 43: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 131

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Perhitungan Jarak Pusat Cluster

Menghitung jarak antara data dengan

pusat awal cluster menggunakan persamaan

Euclidean Distance pada gambar V dibawah

sebagai berikut :

√∑

Dimana:

= pusat cluster

= data

Berdasarkan persamaan diatas, maka

hasil perhitungan nilai matrik jarak antara

data dengana tiap-tiap pusat cluster adalah

sebagai berikut :

Jarak Data ke-1 ke pusat cluster

C1 = √(580-640)2 + (223-225)

2 = 60,03

C2 = √(580-696)2 + (223-266)

2 = 124,34

C3 = √(580-676)2 + (223-271)

2 = 48,12

Jarak Data ke-2 ke pusat cluster

C1 = √(640-640)2 + (505-225)

2 = 280,00

C2 = √(640-696)2 + (505-266)

2 = 245,63

C3 = √(640-676)2 + (505-271)

2 = 242,42

Jarak Data ke-3 ke pusat cluster

C1 = √(373-640)2 + (139-225)

2 = 280,19

C2 = √(373-696)2 + (139-266)

2 = 347,39

C3 = √(373-676)2 + (139-271)

2 = 242,43

Dan seterusnya dilanjutkan menghitung

untuk data ke- 4.......N terhadap pusat awal

cluster hingga didapatkan matrik jarak.

Pengelompokkan Data

Setelah dilakukan perhitungan jarak

antar data dengan tiap-tiap pusat cluster

maka dapat ditentukan anggota dari masing-

masing kluster berdasarkan jarak

terdekatnya.

Pada penelitian ini iterasi yang

dihasilkan sebanyak 10(sepuluh) iterasi

untuk mendapatkan keanggotaan kluster

secara optimal dengan hasil ahir keanggotaan

kluster sebagai berikut:

C1: Data M1, M4, M7, M8, M11, M14,

M16, M19, M20, M26, M29,

M30, M33, M34, M35, M39,

M45, M49, M51, M54, M55,

M57, M61, M64, M65, M70,

M72, M77, M82, M84, M88,

M92, M95, M96, M97, M100,

M103, M104, M105, M106,

M107, dan M109.

C2: Data M2, M5, M6, M10, M12, M13,

M15, M17, M18, M22, M24,

M25, M28, M31, M32, M37,

M40, M43, M44, M46, M47,

M48, M50, M53, M56, M58,

M59, M60, M62, M67, M69,

M71, M73, M74, M75, M76,

M78, M79, M80, M81, M83,

M85, M86, M87, M89, M90,

M91, M94, M98, M99, M101,

dan M102.

C3: Data M3, M9, M21, M23, M27, M36,

M38, M41, M42, 52, M63, M68,

M93, dan M108.

Penentuan Pusat Cluster Akhir

Setelah ditemukan anggota akhir dari

masing-masing kluster maka dapat

ditentukan centroid akhir dari masing-masing

cluster yaitu :

Tabel 3. Pusat Cluster Akhir

C1 C2 C3

557,7776 675,5353 172,8571

336,8571 385,3396 87,64286

Implementasi pada Rapid Miner

Dalam menggunakan pemodelan K-

Means clustering dengan inisialisasi jumlah

cluster sebanyak 3 buah maka didapatkan

hasil dengan cluster yang terbentuk adalah 3,

dimana jumlah cluster 0 ada 53 items, cluster

1 ada 42 items, cluster 2 ada 14 items dengan

total jumlah data adalah 109 seperti pada

gambar dibawah ini.

Page 44: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 132

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Gambar 2. Hasil data cluster K-Means dalam

implementasi Rapid Miner

Pada gambar berikut ini terdapat titik

centroid cluster yang dihasilkan.

Gambar 3. Hasil perhitungan antara jarak

cluster dan centroid

Pada gambar berikutnya digambarkan

penyebaran titik-titik cluster dari masing-

masing data dengan 3 kluster yang dibentuk.

Gambar 4.

Hasil pengelompokkan Clustering K-Means

Berdasarkan proses Clustering K-

Means dengan Rapid Miner pada gambar 5

diperoleh sejumlah perilaku mahasiswa

dalam mengikuti perkuliahan berbasis E-

learning antara lain:

1. kelompok mahasiswa dengan jumlah

aktifitas yang banyak dan mendapatkan

nilai yang tinggi diwakili dengan titik

hijau.

2. Kelompok mahasiswa dengan jumlah

aktifitas yang sedang dan mendapat nilai

perkuliahan yang tinggi diwakili dengan

titik biru.

3. Kelompok mahasiswa dengan jumlah

aktifitas sedikit dan mendapatkan nilai

yang rendah diwakili dengan titik merah.

PENUTUP

Setelah dilakukan proses

pengklusteran dengan metode k-means

diperoleh sejumlah perilaku mahasiswa E-

learning dengan pembagian 3 kluster yaitu

mahasiswa dengan jumlah aktifitas yang

banyak dan mendapatkan nilai tinggi,

mahasiswa dengan aktifitas yang sedang dan

mendapatkan nilai tinggi dan mahasiswa

dengan jumlah aktifitas sedikit dan

mendapatkan nilai yang rendah.

Untuk mengetahui pola-pola dan

perilaku yang dilakukan para pelaku E-

learning lainnya perlu dilakukan penelitian

lajutan dengan mengolah data-data lainnya

yang dihasilkan dari proses pembelajaran E-

learning.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, S., Yhudo, D., Santoso, H.,

Marnasusanto, N., Tirtana, A., &

Khusnu, F. (2013). CLUSTERING

KUALITAS BERAS BERDASARKAN

CIRI FISIK MENGGUNAKAN

METODE K-MEANS Algoritma.

Awoyelu, I. O. (2016). Modeling and

Simulation of K-Means Clustering

Learning Object Adaptability Model for

Selecting Materials in E-Learning.

141(1), 10–18.

Bansal, A. (2017). Improved K-mean

Clustering Algorithm for Prediction

Analysis using Classification Technique

in Data Mining. 157(6), 35–40.

Bariah, S. H., Rahadian, D., & Darmawan,

D. (2017). Smart content learning

dengan menggunakan metode big data

analysis pada mata kuliah media

pembelajaran ilmu komputer. Jurnal

Teknologi Pendidikan Dan

Page 45: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 133

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Pembelajaran, 2(1), 222–233.

Bastian, A., Sujadi, H., Febrianto, G., Studi,

P., Informatika, T., Majalengka, U., …

No, M. (2018). No Title. PENERAPAN

ALGORITMA K-MEANS CLUSTERING

ANALYSIS PADA PENYAKIT

MENULAR MANUSIA (STUDI KASUS

KABUPATEN MAJALENGKA) Ade, (1),

26–32.

Fitriyani, F. (2018). Metode Bagging Untuk

Imbalance Class Pada Bedah Toraks

Menggunakan Naive Bayes. Jurnal

Kajian Ilmiah, 18(3), 278-282.

Kaur, M. (2013). Cluster Analysis of

Behavior of E-learners. (2), 344–346.

Malik Rio Andika, et all. (2018).

PERBANDINGAN ALGORITMA K-

MEANS CLUSTERING DENGAN

FUZZY C- MEANS DALAM

MENGUKUR TINGKAT KEPUASAN

TERHADAP TELEVISI Latar

Belakang Masalah Media Televisi

Dakwah Surau TV merupakan sebuah

media penyiaran yang menyajikan

siaran seputar Agama Islam . Media ini.

RABIT, 3(1), 10–21.

NASARI, F., & SIANTURI. (2016).

Penerapan Algoritma K-Means

Clustering Untuk Pengelompokkan

Penyebaran Diare Di Kabupaten

Langkat. 108–119.

Nelfianti, F., Yuniasih, I., & Wibowo, A. I.

(2018). Pengaruh Budaya Organisasi

Terhadap Kinerja Karyawan YPI

Cempaka Putih Jakarta. Jurnal Kajian

Ilmiah, 18(2), 120-128.

Putri, D. E., Kom, S., & Kom, M. (2015).

METODE NON HIERARCHY

ALGORITMA K-MEANS DALAM

MENGELOMPOKKAN TINGKAT

KELARISAN BARANG ( STUDI

KASUS : KOPERASI KELUARGA

BESAR SEMEN PADANG ).

1(Senatkom).

Saputra, E. P., & Hamid, A. (2019). Fitur

Seleksi Atribut Hasil Kelulusan

Mahasiswa Elearning Berdasarkan Log

Dengan Neural Network. Jurnal Kajian

Ilmiah, 19(1), 24.

https://doi.org/10.31599/jki.v19i1.318

Sudarmaji. (2016). Migrasi dan Optimalisasi

Database Sistem Informasi berbasis E-

Learning Program Diploma III

Manajemen Informatika Universitas

Muhammadiyah Metro. (Kampus 3).

Wardhani, anindya khrisna. (2016). ( K-

MEANS ALGORITHM

IMPLEMENTATION FOR

CLUSTERING OF PATIENTS

DISEASE IN KAJEN CLINIC OF

PEKALONGAN ) Anindya Khrisna

Wardhani Magister Sistem Informasi

Universitas Diponegoro. 14, 30–37.

Page 46: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 134

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Pengaruh Kemanfaatan dan Kemudahan dalam

Penerimaan Aplikasi M-Students UBSI

Ahmad Hafidzul Kahfi1, Muhamad Hasan

2, Dwiza Riana

3

1STMIK Nusa Mandiri, [email protected]

2STMIK Nusa Mandiri, [email protected]

3STMIK Nusa Mandiri, [email protected]

ABSTRAK - Aplikasi seluler pada dasarnya cenderung lebih menginginkan informasi cepat

dan tepat dalam mendapatkan informasi, mudah dalam mengakses, praktis dan efisien serta

efektivitas yang berdampak pada peningkatan produktivitas. Dalam hal ini, beberapa

perguruan tinggi juga memanfaatkan aplikasi seluler sebagai media informasi untuk para

mahasiswa. Salah satunya yaitu Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) yang membuat

sebuah aplikasi yang bernama M-Students UBSI. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi penerimaan aplikasi M-Students UBSI dapat

diterima oleh penggunanya. Metode yang digunakan yaitu TAM (Technology Acceptance

Model) dengan variabel persepsi kemanfaatan, persepsi kemudahan dan penerimaan

teknologi. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara

variabel persepsi kemanfaatan dan persepsi kemudahan terhadap penerimaan Aplikasi M-

Students UBSI. Penelitian ini diharapkan dapat membantu pengembang aplikasi untuk

melihat faktor atau pengaruh yang dibutuhkan dalam penerimaan aplikasi M-Students UBSI.

Kata Kunci : Sistem Informasi Akademik, Aplikasi Selular, TAM, Kemanfaatan,

Kemudahan

ABSTRACT – Mobile applications basically tend to want information quickly and precisely

in getting information, easy to access, practical and efficient and effectiveness that has an

impact on increasing productivity. In this case, several universities also use mobile

applications as information media for students. One of them is University of Bina Sarana

Informatika (UBSI) which makes an application called M-Students UBSI. The purpose of this

study is to find out what factors influence the acceptance of M-Students UBSI applications

that can be accepted by users. The method used is TAM (Technology Acceptance Model) with

the variables of perceived usefulness, perceived ease and acceptance of technology. The

results showed that there was a significant influence between the variables of perceived

usefulness and perceived ease of acceptance of M-Students UBSI Applications. This research

is expected to help application developers to see the factors or influences needed in accepting

M-Students UBSI applications.

Keywords : Academic Information System, Mobile Application, TAM, Usefulness, Easy

Naskah diterima: 19 Feb 2019, direvisi: 21 Mar 2019, diterbitkan: 15 Mei 2019

PENDAHULUAN

Seiring dengan perkembangan

teknologi informasi di bidang aplikasi mobile

pada dasarnya cenderung lebih

menginginkan informasi cepat dan tepat

dalam mendapatkan informasi, mudah dalam

mengakses, praktis dan efisien serta

efektivitas yang berdampak pada

peningkatan produktivitas. Pemanfaatan

teknologi informasi merupakan sarana

penunjang atau pendorong dalam mencapai

tujuan organisasi. Pemanfaatan teknologi

informasi dapat dilakukan secara efektif jika

anggota dalam organisasi memiliki

kemampuan dan keahlian dalam

Page 47: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 135

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

menggunakan teknologi tersebut dengan baik

(Aji, Puspitasari, & Mudrikah, 2017) .

Bagi sebuah organisasi, sistem

informasi berfungsi sebagai alat bantu untuk

pencapaian tujuan organisasi melalui

penyediaan informasi. Kesuksesan sebuah

sistem informasi tidak hanya ditentukan oleh

bagaimana sistem dapat memproses masukan

dan menghasilkan informasi dengan baik,

tetapi juga bagaimana pengguna mau

menerima dan menggunakannya, sehingga

mampu mencapai tujuan organisasi (Susanto,

Sudarmawan, & Marco, 2013). Dalam hal

ini, beberapa perguruan tinggi juga

memanfaatkan aplikasi mobile sebagai media

informasi untuk para mahasiswa. Salah

satunya yaitu Universitas Bina Sarana

Informatika yang membuat sebuah aplikasi

yang bernama M-Students UBSI yang di

implementasikan pada tahun 2017.

M-Students UBSI merupakan aplikasi

akademik yang diperuntukkan untuk

mahasiswa Universitas Bina Sarana

Informatika untuk mendapatkan informasi

terkait perkuliahan maupun akademis.

Aplikasi M-Students UBSI ini berjalan pada

sistem android atau yang lebih dikenal

dengan aplikasi berbasis mobile yang dapat

di unduh di aplikasi playstore maupun

appstore.

Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui faktor apa saja yang

mempengaruhi penerimaan aplikasi

M-Students UBSI dapat diterima oleh

pengguna, yakni mahasiswa, sejak

dimunculkannya aplikasi tersebut agar

pengembang aplikasi dapat mengetahui hal

apa saja yang perlu ditingkatkan bila ditinjau

dari faktor persepsi kemanfaatan dan persepsi

kemudahan. Proses penerimaan aplikasi M-

Students UBSI dapat dianalisis dengan

menggunakan metode Technology

Acceptance Model (TAM).

LANDASAN TEORI

Mobile Application

Menurut Irwansyah & Moniaga

(2016) “Mobile Application adalah aplikasi

perangkat lunak yang dibuat khusus untuk

dijalankan di dalam tablet dan juga

smartphone”.

Sedangkan menurut Irsan (2015)

“Aplikasi Mobile adalah perangkat lunak

yang berjalan pada perangkat mobile seperti

smartphone atau tablet PC”.

Jadi bisa disimpulkan bahwa mobile

application adalah sebuah aplikasi perangkat

lunak yang hanya dapat digunakan pada

perangkat smartphone dan tablet PC.

Aplikasi Mobile juga dikenal sebagai

aplikasi yang dapat diunduh dan memiliki

fungsi tertentu sehingga menambah

fungsionalitas dari perangkat mobile itu

sendiri.

Aplikasi M-Students UBSI

M-Students UBSI adalah sebuah

aplikasi mobile yang berfungsi sebagai media

untuk memberikan informasi akademik

kepada mahasiswa UBSI, mulai dari data

pribadi, nilai, pengajuan surat keterangan,

jadwal kuliah, jadwal dosen, dan kalender

akademik. Selain itu, terdapat pula informasi

mengenai kegiatan mahasiswa seperti

seminar, worskhop serta informasi mengenai

tugas akhir. Aplikasi M-Students UBSI ini

berjalan pada sistem android atau yang lebih

dikenal dengan aplikasi berbasis mobile yang

dapat di unduh di aplikasi playstore maupun

appstore.

Gambar 1. Beranda Aplikasi M-Students

UBSI

Page 48: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 136

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa pada

beranda aplikasi M-Students UBSI terdapat

beberapa menu, diantaranya Nilai

Mahasiswa, Data Mahasiswa, dan Info

Akademik.

TAM (Technology Acceptance Model)

TAM merupakan salah satu jenis teori

yang menggunakan pendekatan teori perilaku

yang banyak digunakan untuk mengkaji

proses adopsi teknologi informasi

(Fatmawati, 2015).

TAM merupakan salah satu jenis teori

yang menggunakan pendekatan teori perilaku

(behavioral theory) yang banyak digunakan

untuk mengkaji proses adopsi teknologi

informasi. Bagaimanapun yang namanya

model yang bagus itu tidak hanya

memprediksi, namun idealnya juga harus

bisa menjelaskan. Model TAM dan

indikatornya memang sudah teruji dapat

mengukur penerimaan teknologi. Dengan

demikian menggunakan TAM maka akan

mampu menjelaskan mengapa aplikasi M-

Students UBSI yang digunakan bisa diterima

atau tidak oleh pengguna.

Sesuai dengan istilah TAM, bahwa

“A” singkatan dari “Acceptance” artinya

penerimaan. Sehingga bisa dikatakan bahwa

TAM merupakan suatu model analisis untuk

mengetahui perilaku pengguna akan

penerimaan teknologi. TAM merupakan

suatu teori sistem informasi yang modelnya

bagaimana pengguna datang untuk menerima

dan menggunakan teknologi.

Per

Gambar 2. Model Penerimaan Teknologi Sumber : Kharismaya, Dewi, Arisawati, &

Handayanna, (2017)

Gambar 2 menunjukan model

penerimaan teknologi untuk aplikasi M-

Students UBSI yang dipengaruhi oleh

persepsi kemanfaatan dan persepsi

kemudahan.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan dengan metode

penelitian kuantitatif. Dalam penelitian ini

menggunakan 2 variabel independen, yaitu:

persepsi kemanfaatan (perceived usefulness),

persepsi kemudahan (perceived easy of use)

dan 1 variabel dependen, yaitu: penerimaan

terhadap TI (Acceptanceof IT).

Penelitian ini dimulai dari proses

pengumpulan data dengan menggunakan

kuesioner yang diisi oleh responden melalui

aplikasi google form, kemudian dilakukan

Uji Validitas dan Uji Reliabilitas terhadap

kuesioner tersebut. Selanjutnya setelah

kuesioner dianggap valid dan reliabel, maka

dilakukan analisis data untuk menguji

pengaruh kedua variabel penentu penerimaan

teknologi dengan menggunakan Regresi

Linear Sederhana dan dilanjutkan dengan

analisis-analisis, yaitu:

1) Uji F, merupakan uji koefisien regresi

secara bersama-sama untuk menguji

signifikansi pengaruh beberapa variabel

independen terhadap dependen.

2) Uji t, untuk mengetahui apakah secara

parsial variabel kemanfaatan dan kemudahan

berpengaruh secara signifikan atau tidak

terhadap variabel penerimaan sistem.

3) Koefisien determinasi, bertujuan untuk

mengukur seberapa jauh kemampuan model

dalam menerangkan variasi variabel

dependen.

Perhitungan analisis ini menggunakan

software SPSS 23.0.

Persepsi Kenudahan

Penggunaan (Perceived

Ease Of Use)

Persepsi Kemanfaatan

(Perceived Usefulness)

Penerimaan TI

(Acceptance Of IT)

Page 49: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 137

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Gambar 3. Metode Penelitian Penerimaan

Aplikasi M-Students UBSI

Pada Gambar 3 menjelaskan tentang

alur penelitian yang dimulai dari proses

profiling, dilanjutkan dengan uji validitas dan

reliabilitas sampai didapatkan model regresi.

Dari model regresi ada beberapa pengujian,

yaitu uji F, uji T dan uji koefisien

determinasi.

PEMBAHASAN

Data Demografi

Data demografi responden pada

penelitian ini, diklasifikasikan berdasarkan

jenis kelamin, jurusan, dan semester.

Berdasarkan data pada tabel tersebut, seluruh

responden berkontribusi 100% terhadap

penelitian ini.

Tabel 1. Profil Responden Penelitian

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-laki 46 46%

Perempuan 54 54%

Total 100 100%

Program Studi Jumlah Persentase

Sistem Informasi 42 42%

Sistem Informasi

Akuntansi

58 58%

Total 100 100%

Semester Jumlah Persentase

I 31 31%

III 41 41%

V 28 28%

Total 100 100%

Tabel 1 menunjukan profile data

responden yang diperoleh dari mahasiswa

Fakultas Teknologi Informasi Program Studi

Sistem Informasi dan Sistem Informasi

Akuntansi semester I, III dan V pada

Universitas Bina Sarana Informatika.

Uji Validitas

Jika rhitung > rtabel, maka

pernyataan tersebut dapat dinyatakan valid.

Hasil pengujian validitas untuk setiap

variabel ditampilkan pada tabel berikut.

Persepsi Kemanfaatan

Terdapat tiga butir pernyataan yang

ditunjukan oleh rhitung. Pada Tabel 2 seluruh

skor rhitung menunjukan lebih besar dari

rtabel sebesar 0,195. Hal ini menunjukan

bahwa setiap pernyataan yang diukur pada

variabel persepsi kemanfaatan adalah valid.

Tabel 2. Hasil Uji Validitas Persepsi

Kemanfaatan No Rhitung Rtabel Kesimpulan

1 0,859 0,195 Valid

2 0,528 0,195 Valid

3 0,835 0,195 Valid

Persepsi Kemudahan

Pada persepsi kemudahan terdapat

tiga butir pernyataan yang ditunjukan oleh

rhitung. Tabel 3 menunjukan seluruh skor

rhitung lebih besar dari rtabel sebesar 0,195.

Hal ini menunjukan bahwa setiap pernyataan

yang diukur pada variabel persepsi

kemudahan adalah valid.

Tabel 3. Hasil Uji Validitas Persepsi

Kemudahan No Rhitung Rtabel Kesimpulan

1 0,934 0,195 Valid

2 0,926 0,195 Valid

3 0,760 0,195 Valid

Penerimaan Teknologi

Page 50: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 138

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Pada Tabel 4 seluruh skor rhitung

menunjukan lebih besar dari rtabel sebesar

0,195. Hal ini menunjukan bahwa setiap

pernyataan yang diukur pada variabel

penerimaan teknologi adalah valid.

Tabel 4. Hasil Uji Validitas Penerimaan

Teknologi No Rhitung Rtabel Kesimpulan

1 0,879 0,195 Valid

2 0,818 0,195 Valid

3 0,760 0,195 Valid

Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dari setiap variabel

yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan metode Cronbach’s Alpha.

Pengujian instrumen dinyatakan reliabel, jika

harga koefisien reliabilitas > 0,60.

Tabel 5. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Cronbach’s

Alpha

Cronbach’s

Alpha yang

disyaratkan

Kriteria

X1 0,608 0,60 Reliabel

X2 0,850 0,60 Reliabel

Y 0,738 0,60 Reliabel

Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa

variabel X1, X2 dan Y memiliki Cronbach’s

Alpha lebih besar dari 0,60 yang artinya data

sudah reliabel. Hasil Uji Regresi Linear Berganda

Bentuk Model Regresi Linear

Berganda dapat dijelaskan pada Tabel 6

berikut.

Tabel 6. Hasil Uji Regresi Linear Berganda

Model

Unstandardized

Coefficients

Standar

dized

Coeffici

ents t Sig.

B Std.

Error Beta

(Constant) 3,873 1,379 2,809 ,006

Persepsi

Kemanfaatan ,290 ,188 ,213 1,542 ,126

Persepsi

Kemudahan ,211 ,120 ,242 1,753 ,083

Berdasarkan Tabel 6 diatas, maka

diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:

Y = 3,873 + 0,290X1 + 0,211X2

Dengan X1 = persepsi kemanfaatan, dan

X2 = persepsi kemudahaan dari persamaan

regresi tersebut memiliki arti sebagai berikut:

a. Nilai konstanta (a) sebesar 3,873, artinya

jika semua variabel independen

kemanfaatan persepsian (X1), kemudahan

persepsian (X2) sama dengan nol (0),

maka penerimaan aplikasi bernilai 3,873.

b. Nilai koefisien regresi variabel

kemanfaatan (X1) 0,290 artinya setiap

peningkatan kemanfaatan aplikasi M-

Students UBSI sebesar satu satuan akan

meningkatkan penerimaan aplikasi

sebesar 0,290 dengan asumsi variabel lain

bernilai tetap.

c. Nilai koefisien regresi variabel

kemudahan (X2) bernilai 0,211 yang

artinya setiap peningkatan kemudahan

aplikasi M-Students UBSI sebesar satu

satuan akan meningkatkan penerimaan

aplikasi sebesar 0,101 dengan asumsi

variabel yang lain bernilai tetap. Hasil Uji Hipotesis

Hasil Uji F

Uji F merupakan uji koefisien regresi

secara bersama-sama untuk menguji

signifikansi pengaruh beberapa variabel

independen terhadap dependen. Dalam hal

ini peran uji F untuk menguji signifikansi

pengaruh kemudahan dan kemanfaatan

terhadap penerimaan aplikasi. Kriteria

pengujian uji F sebagai berikut:

a. Jika, Fhitung > Ftabel maka regresi

memiliki keberartian (signifikan)

sedangkan bila Fhitung < Ftabel maka

regresi tidak memiliki signifikansi.

b. Berdasarkan nilai probabilitas signifikansi, apabila nilai probabilitas

signifikansi > 0,05 maka dinyatakan tidak

memiliki keberartian atau tidak

signifikan, sedangkan jika nilai

probabilitas signifikansi < 0,05 maka

regresi memiliki signifikansi.

Pengujian Hipotesis:

a. Ho : Tidak terdapat pengaruh secara

signifikan antara persepsi kemanfaatan

(perceived usefulness) dan persepsi

kemudahan (perceived ease of use)

Page 51: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 139

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

terhadap penerimaan aplikasi M-

Students UBSI.

b. Ha : Terdapat pengaruh secara

signifikan antara persepsi kemanfaatan

(perceived usefulness) dan persepsi

kemudahan (perceived ease of use)

terhadap penerimaan aplikasi M-

Students UBSI.

Tabel 7. Hasil Uji F

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Regression 47,353 2 23,677 10,672 ,000b

Residual 215,207 97 2,219 Total 262,560 99

Berdasarkan Tabel 7 diperoleh nilai

Fhitung sebesar 10,672 dan nilai Ftabel

sebesar 3,110 yang berarti Fhitung > Ftabel

atau 10,672 > 3,110. Hasil ini menunjukan

bahwa terdapat pengaruh secara signifikan

antara persepsi kemanfaatan dan persepsi

kemudahan terhadap penerimaan aplikasi M-

Students UBSI. Selain itu, dapat dilihat

berdasarkan nilai signifikansi sebesar 0,000 <

0,05 maka, dapat dikatakan koefisien regresi

signifikan.

Hasil Uji T

Uji t digunakan untuk mengetahui

apakah secara parsial persepsi kemanfaatan

dan persepsi kemudahan berpengaruh secara

signifikan atau tidak terhadap variabel

penerimaan aplikasi.

Tabel 8. Hasil Uji T

Model t Sig.

(Constant) 2,809 ,006

Persepsi Kemanfaatan

1,542 ,126

Persepsi Kemudahan

1,753 ,083

Dari Tabel 8 dapat dianalisa sebagai

berikut:

Kriteria pengujian uji T:

a. Jika nilai sig < 0,05 atau thitung >

ttabel maka terdapat pengaruh yang

signifikan antara variabel X terhadap

variabel Y.

b. Jika nilai sig > 0,05 atau thitung <

ttabel maka tidak terdapat pengaruh

yang signifikan antara variabel X

terhadap variabel Y.

Pengujian Hipotesis:

Ho : Tidak terdapat pengaruh secara

signifikan antara persepsi

kemanfaatan (perceived

usefulness) terhadap penerimaan

aplikasi M-Students UBSI.

Ha : Terdapat pengaruh secara

signifikan antara persepsi

kemudahan (perceived ease of use)

terhadap penerimaan aplikasi M-

Students UBSI.

Hasil Analisis

a. Berdasarkan perhitungan SPSS, untuk

nilai thitung X1 adalah 1,542 dan nilai

ttabel sebesar 1,988 dengan tingkat

signifikansi sebesar 0,05. Hasil ini

menunjukan perbandingan antara thitung

dengan ttabel yaitu 1,542 < 1,988 dan

perbandingan tingkat signifikansi 0,126 >

0,05. Dapat diambil kesimpulan bahwa

variabel persepsi kemanfaatan tidak

memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap penerimaan aplikasi M-Students

UBSI maka Ho ditolak.

b. Berdasarkan perhitungan SPSS, untuk

nilai thitung X2 adalah 2,146 dan nilai

ttabel sebesar1,661 dengan tingkat

signifikansi sebesar 0,05. Hasil ini

menunjukan perbandingan antara thitung

dengan ttabel yaitu 2,146 > 1,998 dan

perbandingan tingkat signifikansi 0,034 <

0,05. Dapat diambil kesimpulan bahwa

variabel persepsi kemudahan memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap

penerimaan aplikasi M-Students UBSI

maka Ha diterima. Koefisien Determinasi Simultan (R

2)

Koefisien determinasi bertujuan

untuk mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel

dependen. Nilai koefisien determinasi antara

nol dan satu. Nilai koefisien determinasi

dapat dilihat pada Tabel 9.

Page 52: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 140

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Tabel 9. Hasil Uji Koefisien Determinasi Simultan

Model Summary

Model R R

Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 ,425a ,180 ,163 1,490

Tabel 9 menunjukan hasil

perhitungan dengan menggunakan program

SPSS. Dapat diketahui bahwa koefisien

determinasi (R Square) yang diperoleh

sebesar 0,180. Hal ini berarti 18%

penerimaan aplikasi M-Students UBSI dapat

dijelaskan oleh variabel persepsi

kemanfaatan dan persepsi kemudahan.

Sedangkan sisanya 82% dipengaruhi oleh

variabel-variabel lain yang tidak diteliti

dalam penelitian ini. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa sumbangan dari

variabel persepsi kemanfaatan dan

kemudahan terhadap penerimaan aplikasi M-

Students UBSI tergolong rendah, mengingat

aplikasi M-Students UBSI masih baru mulai

diterapkan tahun 2017 lalu, hal tersebut

menunjukkan bahwa, belum dirasakan betul

manfaat dan kemudahan penggunaan dari

aplikasi M-Students UBSI oleh pengguna.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan

diperoleh hasil bahwa sumbangan presentase

dari variabel persepsi kemanfaatan dan

persepsi kemudahan terhadap variabel

penerimaan teknologi M-Students UBSI

cenderung kecil, sehingga perlu diteliti

kembali dengan menambahkan variable lain.

Untuk penelitian selanjutnya,

diharapkan menambah jumlah sampel dan

variabel lain untuk hasil yang lebih optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Aji, R. P., Puspitasari, D. A., & Mudrikah, Y.

(2017). Analisis Penerimaan Mahasiswa

Terhadap Sistem Skripsi Online STMIK

Amikom Purwokerto Dengan Metode

Technology Acceptance Model, 238–

243.

Fatmawati, E. (2015). Technology

Acceptance Model (TAM) Untuk

Menganalisis Penerimaan Terhadap

Sistem Informasi Perpustakaan, 0(1), 1–

13.

Febriantanto, P. (2018). Implementasi

Kebijakan Program Relawan Demokrasi

Pada Pemilu 2014 Di KPU Kota

Yogyakarta. Jurnal Kajian

Ilmiah, 18(2), 137-145.

Irsan, M. (2015). Rancang Bangun Aplikasi

Mobile Notifikasi Berbasis Android

Untuk Mendukung Kinerja Di Instansi

Pemerintahan.

Irwansyah, E., & Moniaga, J. V. (2016).

Pengantar Teknologi Informasi.

Yogyakarta: Deepublish.

Kharismaya, C., Dewi, L. S., Arisawati, E.,

& Handayanna, F. (2017). Analisa

Kemanfaatan Dan Kemudahan

Terhadap Penerimaan Sistem Opac

Menggunakan Menggunakan Metode

TAM, (1), 37–47.

Ningrum, H. C. S., Jannati, M., Hajar, K., &

Kariyam, K. (2018). Penggunaan

Information and Communication

Technologies Dalam Pembelajaran

Jenjang SMP di Yogyakarta. Jurnal

Kajian Ilmiah, 18(2), 146-154.

Susanto, T., Sudarmawan, & Marco, R.

(2013). Evaluasi Terhadap Sistem

Informasi di STMIK AMIKOM

Menggunakan Technology Acceptance

Model ( TAM ), 143–146.

Page 53: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 141

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Kesiapan Indonesia Menghadapi Masyarakat

Ekonomi ASEAN: Sektor Pariwisata

Raden Parianom1, Nur Fitri Rahmawati

2

1Institut STIAMI, [email protected]

2Institut STIAMI, [email protected]

ABSTRAK - Studi ini bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

datangnya turis internasional ke Indonesia. Sehingga dapat menilai kesiapan Indonesia dalam

menghadapi MEA. Keberadaan Indonesia dalam ASEAN merupakan suau hal yang harus

dimanfaatkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Lebih Lanjut Indonesia telah sepakat

dengan negara ASEAN lainnya untuk membentuk MEA. Sehinga Indonesia harus

meningkatkan daya saing untuk berkompetisi dengan negara-negara ASEAN. Salah satu

sektor yang harus dicermati adalah sektor pariwisata. Sektor pariwisata menyumbang sebesar

sembilan persen terhadap pertumbuhan ekonomi dunia.. Studi ini menggunakan regresi data

panel 33 negara, baik negara ASEAN dan di luar ASEAN, pada periode 2011-2017, Hasil

regresi menunjukkan bahwa anggaran promosi kantor perwakilan RI di luar negeri,

pendapatan, nilai tukar, rasio CPI dengan CPI negara ASEAN dan jarak merupakan peran

penting secara statistik dalam menentukan jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke

Indonesia.

Kata Kunci: Anggaran Promosi, Pariwisata, MEA

Abstract - This study aims to identify the factors that influence the arrival of international

tourists to Indonesia. So that it can assess Indonesia's readiness in the face of the MEA. The

existence of Indonesia in ASEAN is a matter that must be utilized to encourage economic

growth. Furthermore, Indonesia has agreed with other ASEAN countries to form MEA. So

that Indonesia must increase its competitiveness to compete with ASEAN countries. One

sector that must be observed is the tourism sector. The tourism sector contributes nine

percent to the growth of the world economy. This study uses panel data regression of 33

countries, both ASEAN countries and outside ASEAN, in the period 2011-2017, Regression

results indicate that the promotion budget of Indonesian representative offices abroad,

income, exchange rate, CPI ratio with ASEAN country CPI and distance are statistically

important roles in determining the number of foreign tourists coming to Indonesia.

Keywords: Promotion Budget, Tourism, ASEAN Economic Community

Naskah diterima: 4 Mar 2019, direvisi: 20 Mar 2019, diterbitkan: 15 Mei 2019

PENDAHULUAN

Perkembangan perekenomian dunia

sangatlah cepat. Hal ini membuat Indonesia

harus siap untuk menghadapi persaingan

yang ketat dengan negara lain. Meningkatkan

daya saing Indonesia agar dapat bersaing

dengan negara-negara dalam kawasan.

Indonesia adalah negara yang

tergabung dalam ASEAN. ASEAN adalah

organisasi geo politik dan ekonomi dari

negara-negara di kawasan Asia Tenggara.

Negara-negara yang tergabung dalam

ASEAN banyak melakukan perjanjian-

perjanjian untuk mendorong

pembangunannya (Tobing, 2018), keamanan

regional dan kestabilan politik. Salah satu

perjanjian adalah Masyarakat Ekonomi

ASEAN (MEA).

MEA sejatinya merupakan pasar

tunggal dan basis produksi. Ada lima

komponen utama dalam pembentukan pasar

tunggal dan basis produksi ASEAN. Pertama,

Page 54: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 142

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

arus bebas barang. Kedua, arus bebas jasa.

Ketiga, arus bebas investasi. Keempat, arus

bebas modal. Kelima, arus bebas tenaga kerja

terampil. Selain lima komponen utama

tersebut, MEA juga memiliki memiliki empat

pilar utama sebagai penopang dasar

terbentuknya MEA. Pertama, pasar tunggal

dan basis produksi. Kedua, ekonomi regional

yang kompetitif. Ketiga,

pembangunan ekonomi yang adil. Keempat,

integrasi ASEAN terhadap ekonomi global

(Andriani & Fatimah, 2018).

Indonesia punya potensi menjadi

regional champion dalam MEA. Dalam

menghadapi ASEAN Economic Community,

pemerintah Indonesia harus melakukan

langkah-langkah strategis agar tidak menjadi

negara pemasaran bagi produk-produk luar

negeri. Sedangkan untuk investasi, negara

lain lebih memilih untuk investasi di negara

yang pelaksanaan usahanya sudah meningkat

diantaranya Thailand, Malaysia, Vietnam dan

Brunei Darussalam.

Kesiapan Indonesia, dalam MEA,

bukan hanya dari sisi ekonomi namun juga

harus diperhatikan dalam sisi pariwisata.

Pariwisata Indonesia juga mempunyai daya

tarik bagi wisatawan lokal dan macanegara.

Sektor pariwisata merupakan salah satu

sektor yang memiliki kontribusi terbesar

terhadap perekonomian dunia secara global.

Sektor pariwisata menyumbang sebesar

sembilan persen terhadap pertumbuhan

ekonomi dunia (UNWTO 2014). Pada abad

ke-21 ini sektor pariwisata pertumbuhannya

semakin pesat dari tahun ke tahun. Hal

tersebut dibuktikan dengan peningkatan

jumlah kunjungan wisatawan internasional

secara signifikan dari 1087 juta orang di

tahun 2013 meningkat menjadi 1133 juta

orang di tahun 2014 (UNWTO 2014). Selain

itu sektor pariwisata juga pada umumnya

mendominasi ekspor barang dan jasa, yaitu

sebesar enam persen dari total ekspor dunia

(UNWTO 2014).

Sektor pariwisata menjadi salah satu

sektor terpenting terhadap pertumbuhan

perekonomian serta pembangunan suatu

negara. Aktivitas dari sektor pariwisata

sangat berpengaruh terhadap pendapatan

negara, terutama pengaruhnya terhadap

devisa negara dan pendapatan pajak bagi

negara. Selain itu, aktivitas sektor pariwisata

juga membuka peluang lapangan pekerjaan

yang cukup luas.

Perkembangan sektor pariwisata

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Setidaknya

ada dua faktor yang sangat berpengaruh yaitu

teknologi dan transportasi. Kemudahan

mengakses internet sebagai salah satu bukti

kemajuan teknologi mempermudah para

wisatawan untuk mendapatkan informasi

tentang deskripsi dan informasi tujuan

destinasi wisata. Dengan kemajuan teknologi

juga para wisatawan dapat melakukan

transaksi online untuk kebutuhan pariwisata

mereka, seperti pemesanan tiket pesawat,

pemesanan hotel, biro jasa pemandu, agen

wisata, dan lain-lain. Selain teknologi,

berkembangnya transportasi terutama moda

transportasi udara juga sangat berpengaruh

terhadap perkembangan sektor pariwisata.

Saat ini banyak sekali maskapai-maskapai

penerbangan domestik maupun mancanegara

yang menawarkan harga tiket yang murah

serta harga tiket promo liburan. Tingkat stres

yang meningkat di era globalisasi ini juga

menjadikan berwisata di dalam negeri

maupun ke luar negeri menjadi sebuah

kebutuhan, terutama bagi masyarakat

perkotaan.

Page 55: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 143

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Gambar 1 memperlihatkan bahwa

jumlah kunjungan wisatawan mancanegara

ke Indonesia memiliki tren yang positif dan

selalu meningkat hampir setiap tahunnya.

Pada tahun 2006 terlihat grafik yang

menurun. Hal tersebut dikarenakan dampak

dari tragedi Bom Bali II yang terjadi pada

tahun 2005. Lalu pada tahun 2009 grafik juga

terlihat menurun, hal tersebut diindikasikan

karena dampak krisis global yang terjadi

pada tahun 2008. Kontribusi sektor

pariwisata Indonesia terhadap PDB nasional,

devisa negara dan total ekspor nasional yang

memiliki kontribusi positif serta jumlah

kunjungan wisatawan mancanegara ke

Indonesia yang memiliki tren positif selama

tahun 2004 sampai tahun 2014 menunjukkan

bahwa Indonesia menjadi salah satu destinasi

wisata yang banyak dikunjungi oleh

wisatawan domestik maupun mancanegara.

Dalam lingkup Asia Tenggara, Indonesia

berada di posisi keempat setelah negara Singapura, Thailand, dan Malaysia.

Berdasarkan paparan pada paragraf-

paragraf sebelumnya, dimana keberadaan

ASEAN melalui masyarakat ekonomi Asean

(MEA) akan mempunyai peranan terhadap

perekonomian Indonesia. Pariwisata

mempunyai peran yang besar dalam

perekonomian, dan akan terpengaruh oleh

keberadaan Indonesia dalam ASEAN.

Sehingga penelitian ini bertujuan untuk

melihat faktor-faktor yang mempengaruhi

kunjungan wisatawan ke Indonesia dan

berdasarkan faktor-faktor tersebut dianalisis

tingkat kesiapan Indonesia di MEA.

Kontribusi penelitian ini adalah menilai

tingkat kesiapan Indonesia dalam MEA,

dengan menggunakan panel data.

LANDASAN TEORI

Pariwisata merupakan alat penting

untuk mempromosikan pembangunan sosio-

ekonomi suatu bangsa, terutama untuk

negara-negara yang memiliki sumber

pendapatan nasional yang terbatas

(Phakdisoth dan Donghun, 2007). Sementara

menurut Agiomirgianakis, Seren dan Tsounis

(2014), arus turis internasional dan arus

keuangan terkait sangat erat dan meningkat

dalam waktu yang cepat, yang menandakan

semakin meningkatnya peran sektor

pariwisata di seluruh dunia dan

membenarkan alasan mengapa pemerintah

dan lembaga internasional seperti IMF dan Bank Dunia berpendapat bahwa sektor

pariwisata merupakan pendorong

pertumbuhan ekonomi dan alat untuk

melawan resesi dan gejalanya.

Zhang, Qu dan Tavitiyaman (2009)

dalam penelitian terhadap dampak kampanye

promosi khusus mengenai industri pariwisata

di Thailand mendapatkan hasil bahwa

anggaran promosi memiliki dampak

signifikan terhadap jumlah wisatawan

internasional yang datang ke Thailand. Hal

Page 56: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 144

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

ini juga sesuai dengan Yuniawati (2008)

yang menunjukan bahwa anggaran promosi

berpengaruh positif signifikan terhadap

jumlah wisatawan mancanegara yang datang

ke Indonesia.

Pakdisoth dan Donghun (2007)

menunjukan hasil bahwa Pariwisata ke Laos

inelastis terhadap perubahan pendapatan.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh

Green dan George (2009) serta Ozcan dan

Kar (2015) mengungkapkan bahwa

pendapatan mempunyai hubungan positif

signifikan terhadap jumlah wisatawan yang

datang ke 10 negara tujuan wisata serta

inbound tourism ke Malaysia. Sementara itu,

studi yang dilakukan oleh Agiomirgianakis,

Seren dan Tsounis (2014) menghasilkan

bahwa pendapatan per kapita yang berasal

dari turis berpengaruh positif terhadap arus

turis yang datang ke Turki. Penelitian yang

dilakukan oleh Yuniawati (2008) dan

Widyastuti (2016) juga menghasilkan bahwa

pendapatan negara asal wisatawan

mancanegara memiliki pengaruh positif

signifikan terhadap jumlah wisatawan

mancanegara yang datang ke Indonesia.

Agiomirgianakis, Seren dan Tsounis

(2014) menghasilkan bahwa terdapat

hubungan negatif antara fluktuasi nilai tukar

dengan arus masuk wisatawan ke Turki, hasil

ini juga sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Ozcan dan Kar (2015)

terhadap wisatawan yang datang di 10 negara

tujuan wisata. Sementara itu, penelitian

yang dilakukan oleh Zhang, Qu dan

Tavitiyaman (2009) mengungkapkan bahwa

nilai tukar mempunyai hubungan positif

secara signifikan terhadap wisatawan yang

datang ke Thailand, hal ini sejalan pula

dengan penelitian yang dilakukan oleh

Green dan George (2009) terhadap

wisatawan intra regional ke Malaysia.

Determinan lain yang mempengaruhi

jumlah kedatangan wisatawan mancanegara

adalah harga. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Pakdisoth dan Donghun

(2007) diperoleh hasil bahwa pariwisata ke

Laos inelastis terhadap perubahan tingkat

harga. Sedangkan penelitian yang dilakukan

oleh Green dan George (2009) diperoleh

hasil bahwa harga berpengaruh tidak

signifikan terhadap inbound tourism ke

Malaysia. Sementara itu, penelitian Ozcan

dan Kar (2015) mengungkapkan bahwa

stabilitas harga mempunyai hubungan negatif

dan signifikan terhadap permintaan

pariwisata di 10 negara tujuan wisata.

Sedangkan Agiomirgianakis, Seren dan

Tsounis (2014) mengungkapkan bahwa ada

dampak negatif rasio harga relatif terhadap

arus turis yang datang ke Turki. Penelitian

yang dilakukan oleh Yuniawati (2008)

mengungkapkan bahwa harga secara statistik

berpengaruh signifikan terhadap jumlah

wisatawan internasional yang datang ke

Indonesia.

Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Pakdisoth dan Donghun

(2007) diperoleh hasil bahwa jarak antara

Laos dan negara asal mempunyai hubungan

signifikan negatif terhadap jumlah wisatawan

yang masuk ke Laos. Stabilitas sosial dan

politik memainkan peran penting dalam

meningkatkan kepercayaan wisatawan saat

berkunjung ke Laos sesuai dengan penelitian

Latsany Phakdisoth and Donghun (2007).

METODE PENELITIAN

Data dan Sampel

Sumber data yang digunakan dalam

penelitian merupakan data sekunder.

Penelitian ini menggunakan data time series

ini meliputi data tahunan dari tahun 2011

hingga 2017. Sedangkan untuk data cross

section meliputi negara-negara ASEAN dan

Non ASEAN. Pemilihan negara-negara

didasarkan pada tujuan penelitian dan

ketersediaan data negara wisatawan

Indonesia di BPS. Negara-negara ASEAN

terdiri dari Brunei Darussalam, Malaysia,

Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam.

Negara-non ASEAN terdiri dari Hongkong,

India, Jepang, Pakistan, Bangladesh,

Srilanka, Cina, Korea Selatan, Australia,

Selandia Baru, Amerika Serikat, Kanada,

Austria, Belgia, Denmark, Perancis, Jerman,

Italia, Belanda, Spanyol, Portugal, Swedia,

Norwegia, Finlandia, Swiss, Inggris dan

Rusia.

Page 57: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 145

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Operasional Variabel

Studi Lim (1997) menemukan bahwa

kedatangan dan keberangkatan wisatawan

serta pengeluaran dan penerimaan wisatawan

merupakan yang paling sering digunakan.

Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan

jumlah kedatangan wisatawan mancanegara

sebagai variabel dependen untuk

memprediksi kecenderungan permintaan

perjalanan, serupa dengan studi Lim dan

McAleer (2005).

Anggaran Promosi

Salah satu variabel independen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah

anggaran promosi. Anggaran promosi yang

dimaksud dalam penelitian ini ialah anggaran

pada output Promosi yang terdapat pada 33

negara yang menjadi objek penelitian.

Besarnya anggaran promosi di berbagai

negara tempat kedudukan Kantor Perwakilan

RI diharapkan jumlah wisatawan

mancanegara yang datang ke Indonesia

semakin meningkat.

Pendapatan

Variabel independen yaitu

pendapatan yang digunakan dalam penelitian

ini adalah GNI per kapita per masing-masing

negara asal wisatawan mancanegara

Meningkatnya pendapatan per kapita suatu

negara dapat meningkatkan jumlah

wisatawan yang datang berkunjung ke

Indonesia.

Nilai Tukar

Variabel independen yaitu nilai tukar

nominal yang merupakan nilai tukar mata

uang dari 33 negara asal wisatawan

mancanegara dengan rupiah dalam periode

penelitian. Besarnya rupiah yang didapatkan

dari hasil konversi mata uang asal negara

wisatawan mancanegara diperkirakan dapat

meningkatkan jumlah wisatawan

mancanegara yang datang ke Indonesia.

Harga

Dalam penelitian ini, variabel harga

diwakili oleh rasio CPI(consumer price

index) dengan CPI negara ASEAN dan

dilakukan pembobotan. Negara ASEAN yang

jaraknya semakin jauh dari Indonesia maka,

bobotnya tambah besar.

Jarak/Monetary Distance

Jarak merupakan salah satu faktor

penting dalam mengidentifikasi hubungan

dengan wisatawan. Naude dan Saayman

(2005) mengemukakan bahwa jarak antara

tujuan dan negara asal dapat digunakan

sebagai proxy untuk biaya transportasi. Jika

semua ditetapkan sama, wisatawan akan

memilih tujuan yang membutuhkan sedikit

waktu untuk mencapainya. Variabel jarak

dalam penelitian ini disebut sebagai

monetary distance, hal ini dikarenakan pada

variabel ini penulis mengalikan jarak dengan

harga avtur per liter. Dengan demikian,

semakin kecil monetary distance akan

meningkatkan jumlah wisatawan

mancanegara dari negara tersebut untuk

datang ke Indonesia, begitu pun sebaliknya.

Stabilitas Politik

Pada penelitian Phakdisoth and

Donghun (2007) didapatkan hasil bahwa

stabilitas sosial dan politik memainkan peran

penting dalam meningkatkan kepercayaan

wisatawan saat berkunjung ke Laos. Variabel

stabilitas politik dalam penelitian ini

merupakan nilai index yang ditetapkan oleh

Political Risk Services (PRS) untuk

Indonesia dalam aspek Political Stability and

Absence of Violence. Diharapkan dengan

semakin stabil politik di Indonesia maka

akan meningkatkan jumlah wisatawan

mancanegara yang datang ke Indonesia.

Jenis Negara Asal Wisatawan

Mancanegara

Variabel dummy yang digunakan

dalam penelitian ini adalah jenis negara asal

wisatawan mancanegara yang datang ke

Indonesia. Dimana angka 0 untuk mewakili

negara non ASEAN, dan angka 1 untuk

mewakili negara ASEAN.

Page 58: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 146

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Model Penelitian

Model penelitian mengacu pada

penelitian yang dilakukan oleh Zhang, Qu &

Tavitiyaman (2009) serta Ozcan dan Kar

(2015)

Model penelitian yang dibentuk adalah sebagai berikut.

Dimana:

Y = variabel jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia

BUDGET = jumlah anggaran promosi pada Kantor Perwakilan RI

GNI = GNI per kapita tiap negara

NAT_CURR = nilai tukar nominal mata uang negara asal terhadap rupiah

CPI = rasio nilai CPI, dengan negara ASEAN(dilakukan dengan pembobotan)

MON_DIS = monetary distance antara ibukota negara asal dengan Jakarta

PS = indeks stabilitas politik Indonesia

Dmb = variabel dummy yang menjelaskan jenis negara asal wisatawan mancanegara

ε = error term

i = negara ke-i

t = waktu tahun ke-t

PEMBAHASAN

Analisis Uji Asumsi klasik

Sebelum model dianalisis, maka harus

dipastikan model terbebas dari permasalahan

pada asumsi klasik

Tabel 1. Rangkuman Hasil Uji Asumsi Klasik

Hasil Uji Y = Tourist

VIF (Uji Multikolinearitas) 3,19

Uji LM (Uji Homoskedastisitas) 0,0000

Uji Wooldridge (Uji Non-Autokorelasi) 0,0000

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan

bahwa tidak terdapat multkolinearitas. Uji

asumsi homoskedastis menunjukkan model

terdapat indikasi heteroskedastis sehingga

perlu dilakukan penanganan untuk

memperbaiki model. Uji asumsi autokorelasi

menunjukkan bahwa model penelitian

mengalami masalah autokorelasi, sehingga

diperlukan penanganan untuk model

penelitian yang digunakan.

Pembahasan Hasil Regresi

Pengujian asumsi klasik menunjukkan

bahwa model yang digunakan dalam

penelitian ini melanggar asumsi

homoskedastisitas, atau dengan kata lain

model bersifat heteroskedastis. Model juga

terindikasi mengalami masalah autokorelasi.

Model yang terindikasi masalah

heteroskedastisitas dan autokorelasi dapat

menggunakan metode estimasi robust

standar error untuk mengkoreksi model.

Hasil estimasi regresi dengan model data

panel dapat ditunjukkan oleh Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Regresi Model Awal

Nama Variabel

dalam Model

Y = lntourist

Cons 11,098

(-1,91)*

Page 59: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 147

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Anggaran promosi (+) lnbudget 0,0670

(2,26)**

GNI per kapita (+) lngni_pc 1,9811

(3,11)***

Nilai Tukar (+) lnnat_curr 0,5647

(3,60)***

CPI (-) lnCPI -0,1593

(-1,71)*

Jarak/Monetary Distance (-) lnmon_dis -0,2070

(-4,15)***

Stabilitas politik (+) ps 0.6797

(1,37)

Jenis negara asal wisman (+) mb 0.093***

(3.78)

R-squared

N

F-prob

60,25%

231

0,0000

Keterangan: Nilai koefisien dan t-statistik dalam kurung

* signifikan pada tingkat 10%, ** signifikan pada tingkat 5%, *** signifikan pada tingkat 1%

Analisis Uji Signifikansi Serentak dan Uji

Goodness of Fit

Hasil regresi pada model

menunjukkan probabilitas F bernilai lebih

kecil dari alpha (0,05), yaitu sebesar 0,0000.

Nilai tersebut menggambarkan bahwa

variabel independen secara serentak dapat

menjelaskan variabel dependennya tersebut.

Model penelitian menghasilkan nilai R-

squared sebesar 0,6025, yang menunjukkan

bahwa sebesar 60,25% variasi variabel

independen dapat menjelaskan variasi

variabel dependen pada model tersebut.

Analisis Uji Signifikansi Parsial

Dilihat dari besaran pengaruh

masing-masing variable (nilai koefisien),

GNI per kapita negara asal memiliki

pengaruh paling besar terhadap jumlah

wisatawan mancanegara yang datang ke

Indonesia. Variabel selanjutnya yang paling

mempengaruhi jumlah wisatawan

mancanegara yang datang ke Indonesia

secara berturut-turut ialah variabel stabilitas

politik dan nilai tukar.

Variabel anggaran promosi memiliki

pengaruh dan arah yang sesuai dengan yang

diharapkan terhadap jumlah wisatawan

mancanegara yang datang ke Indonesia.

Variabel anggaran promosi menunjukkan

hasil yang berpengaruh positif signifikan

terhadap jumlah wisatawan mancanegara

yang datang ke Indonesia. Dengan

mengontrol variabel bebas lainnya, adanya

peningkatan 1% dalam anggaran promosi,

akan meningkatkan jumlah kedatangan

wisatawan mancanegara ke Indonesia sebesar

0,07% secara signifikan.

Hubungan antara anggaran promosi

dengan jumlah wisatawan mancanegara yang

datang ke Indonesia didukung oleh penelitian

yang dilakukan oleh Zhang, Qu dan

Tavitiyaman (2009) dan Yuniawati (2008)

yang menghasilkan anggaran promosi

memiliki dampak signifikan terhadap jumlah

wisatawan internasional yang datang ke

Thailand dan Indonesia. Untuk dapat

bersaing di MEA, maka pemerintah telah

meningkatkan anggaran promosi, baik di

Kemenlu dan di APBN.

Variabel selanjutnya yang memiliki

arah hubungan sesuai dengan yang

diharapkan dalam pengaruhnya terhadap

jumlah wisatawan mancanegara yang datang

ke Indonesia adalah pendapatan, dalam hal

ini GNI per kapita dari 33 negara asal

wisatawan. Dengan mengontrol variabel

bebas lainnya, adanya peningkatan pada GNI

per kapita sebesar 1% pada suatu tahun, akan

meningkatkan jumlah wisatawan

Page 60: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 148

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

mancanegara yang datang ke Indonesia

sebesar 1,98% secara signifikan.

Hasil signifikan antara pendapatan

dengan jumlah wisatawan mancanegara yang

datang ke Indonesia sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Green dan George

(2009) yang mengungkapkan bahwa

pendapatan mempunyai hubungan positif

signifikan terhadap jumlah wisatawan yang

datang ke 10 negara tujuan wisata serta

inbound tourism ke Malaysia. Selain itu,

penelitian yang dilakukan oleh Ozcan dan

Kar (2015) juga menghasilkan bahwa secara

umum pendapatan memiliki hubungan positif

yang signifikan terhadap jumlah wisatawan

yang datang di 10 negara tujuan wisata.

Sementara itu, studi yang dilakukan oleh

Agiomirgianakis, Seren dan Tsounis (2014)

menjelaskan bahwa pendapatan per kapita

yang berasal dari turis, berpengaruh positif

terhadap arus turis yang datang ke Turki.

Serta penelitian yang dilakukan oleh

Yuniawati (2008) dan Widyastuti (2016)

yang menyatakan bahwa pendapatan

memiliki pengaruh positif signifikan

terhadap jumlah kedatangan wisatawan

internasional ke Indonesia.

Variabel independen lainnya yang

memiliki arah hubungan sesuai dengan yang

diharapkan dalam pengaruhnya serta

signifikan terhadap jumlah wisatawan

mancanegara yang datang ke Indonesia

adalah variabel nilai tukar. Hal ini

menunjukan bahwa dengan mengontrol

variabel bebas lainnya, adanya peningkatan

pada nilai tukar sebesar 1% pada suatu tahun,

akan meningkatkan jumlah wisatawan

mancanegara yang datang ke Indonesia

sebesar 0,56% secara signifikan.

Hasil ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Zhang, Qu dan

Tavitiyaman (2009) pada kasus negara

Thailand dimana nilai tukar berpengaruh

secara positif dan signifikan. Nilai tukar,

akan mempengaruhi daya beli wisatawan

yang datang ke Indonesia. Sehingga harus

dijaga stabilitas nilai tukar. Bank Indonesia,

selalu berusaha menjaga stabilitas nilai tukar

rupiah, dengan langkah-langkah: senantiasa

berada di pasar untuk memastikan

tersedianya likuiditas dalam jumlah yang

memadai baik valas maupun rupiah;

Memantau dengan seksama perkembangan

perekonomian global dan dampaknya

terhadap perekonomian domestik;

Mempersiapkan 2nd line of defense bersama

dengan institusi eksternal terkait.

Variabel harga merupakan variabel

yang berdasarkan hasil statistik

menghasilkan pengaruh negatif signifikan

terhadap jumlah wisatawan mancanegara

yang datang ke Indonesia. Dengan

mengontrol variabel bebas lainnya, adanya

peningkatan 1% dalam rasio CPI akan

mengurangi jumlah kedatangan wisatawan

mancanegara ke Indonesia sebesar 0,16%

secara signifikan.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Ozcan dan Kar (2015) yang

mengungkapkan bahwa stabilitas harga

mempunyai hubungan negatif dan signifikan

terhadap permintaan pariwisata di 10 negara

tujuan wisata. Serta Agiomirgianakis, Seren

dan Tsounis (2014) mengungkapkan bahwa

ada dampak negatif rasio harga relatif

terhadap arus turis yang datang ke Turki.

Rasio CPI menunjukkan perbandingan harga

Indonesia (secara keseluruhan) dengan harga

negara-negara ASEAN. Oleh karena itu,

harus dijaga stabilitas harga, Bank Indonesia

telah melakukan beberapa langkah untuk

menjaga stabilitas inflasi. Langkah-

langkahnya diantaranya melalui kebijakan

moneter ditujukan untuk mengelola tekanan

harga yang berasal dari sisi permintaan

aggregat (demand management) relatif

terhadap kondisi sisi penawaran. Kebijakan

moneter tidak ditujukan untuk merespon

kenaikan inflasi yang disebabkan oleh faktor

yang bersifat kejutan yang bersifat sementara

(temporer) yang akan hilang dengan

sendirinya seiring dengan berjalannya waktu.

Variabel jarak, yag diwakili oleh

monetary distance, merupakan variabel lain

yang berdasarkan hasil statistik

menghasilkan pengaruh negatif signifikan

terhadap jumlah wisatawan mancanegara

yang datang ke Indonesia. Dengan

mengontrol variabel bebas lainnya, adanya

peningkatan 1% dalam monetary distance

Page 61: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 149

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

akan mengurangi jumlah kedatangan

wisatawan mancanegara ke Indonesia sebesar

0,21% secara signifikan.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Pakdisoth dan Donghun

(2007) yang menyatakan bahwa jarak antara

Laos dan negara asal mempunyai hubungan

signifikan negatif terhadap jumlah wisatawan

yang masuk ke Laos.

Berdasarkan hasil regresi didapatkan

hasil bahwa stabilitas politik secara statistik

tidak mempengaruhi secara signifikan,

dengan arah hubungan positif. Hal ini juga

sama dengan variabel dummy jenis negara

wisman. Dummy positif, artinya bahwa

wisatawan yang berasal dari ASEAN

jumlahnya lebih banyak dibandingkan dari

negara diluar ASEAN.

PENUTUP Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi kedatangan wiasatawan

mancanegara ke Indonesia. Sehingga dari

faktor-faktor tersebut dapat dianalisis tingkat

kesiapan Indonesia di MEA. Faktor-faktor

yang mempengaruhi adalah Anggaran

promosi berpengaruh positif dan signifikan

terhadap jumlah wisatawan mancanegara

yang datang ke Indonesia. Pendapatan (GNI

per kapita) asal wisatawan memiliki

pengaruh positif dan signifikan terhadap

jumlah wisatawan mancanegara yang datang

ke Indonesia.

Nilai tukar mata uang asal negara

wisatawan mancanegara dikonversi ke dalam

rupiah juga memiliki pengaruh positif

signifikan terhadap jumlah wisatawan

mancanegara yang datang ke Indonesia.

Harga, rasio CPI dengan CP negara-negara

ASEAN, memiliki pengaruh negatif

signifikan terhadap jumlah wisatawan

mancanegara yang datang ke Indonesia.

Monetary distance yang mewakili variabel

jarak juga memiliki pengaruh negatif

signifikan terhadap jumlah wisatawan

mancanegara yang datang ke Indonesia.

Sedangkan variabel stabilitas politik tidak

berpengaruh secara statistik terhadap jumlah

wisatawan mancanegara yang datang ke

Indonesia.

Berdasarkan hasil analisis di bab

sebelumnya, maka Indonesia sudah cukup

siap di MEA. Faktor-faktor yang paling

mempengaruhi datangnya wisatawan ke

Indonesia adalah pendapatan negara tujuan,

stabilitas politik dan nilai tukar.

DAFTAR PUSTAKA

Andriani, R., & Fatimah, R. (2018). Strategi

Experiential Marketing Sebagai Metode

Pendekatan Dalam Meningkatkan

Revisit Intention Wisatawan Sabda

Alam Garut. Jurnal Kajian

Ilmiah, 18(3), 206-214.

Agiomirgianakis, G., Serenis, D., & Tsounis,

N. (2014). Exchange rate volatility and

tourist flows into Turkey. Journal of

Economic Integration, 29(4), 700–725.

https://doi.org/10.11130/jei.2014.29.4.7

00

Baltagi, B. H. (2005). Econometric Analysis

of Panel Data.

Dwyer, L., Forsyth, P., & Rao, P. (2000).

The price competitiveness of travel and

tourism: A comparison of 19

destinations. Tourism Management,

21(1), 9–22.

https://doi.org/10.1016/S0261-

5177(99)00081-3

Eugenio-Martin, J. L., Martín Morales, N., &

Scarpa, R. (2004). Tourism and

Economic Growth in Latin American

Countries: A Panel Data Approach.

Ssrn, (March).

https://doi.org/10.2139/ssrn.504482

Green, E. K., & George, B. P. (2009). Major

Determinants of Intra-Regional Tourism

Demand for Malaysia : A Study, 57–66.

Gujarati, D. N. (2009).

BASICECONOMETRICS. McGraw Hill

HigherEducation.

Gunn, C. A. (2002). Tourism planning :

basics, concepts, cases / Clare A. Gunn

with Turgut Var, 442. Retrieved from

https://trove.nla.gov.au/work/10503424?

q&sort=holdings+desc&_=1520179818

638&versionId=45468001

Lim, C. (2002). Review of international

Page 62: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 150

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

tourism demand models. Annals of

Tourism Research, 24(4), 835–849.

https://doi.org/10.1016/s0160-

7383(97)00049-2

Lim, C., & McAleer, M. (2001). Forecasting

tourist arrivals. Annals of Tourism

Research, 28(4), 965–977.

https://doi.org/10.1016/S0160-

7383(01)00006-8

Naudé, W. A., & Saayman, A. (2005).

Determinants of tourist arrivals in

Africa: A panel data regression analysis.

Tourism Economics, 11(3), 365–391.

https://doi.org/10.5367/0000000057743

52962

Nirwandar, S. (2008). PEMBANGUNAN

SEKTOR PARIWISATA DI ERA

OTONOMI DAERAH. Retrieved from

http://kemenpar.go.id/userfiles/file/440_

1257-

PEMBANGUNANSEKTORPARIWIS

ATA1.pdf

Ozcan, C. C. & M. K. (2016). An

econometric analysis of demand for

tourism in the selected countries.

Tourismos, 11(1), 170–185.

Phakdisoth, L., & Kim, D. (2009). The

Determinants of Inbound Tourism in

Laos. Asean Economic Bulletin, 24(2),

225–237. https://doi.org/10.1355/ae24-

2c

Proença, S. A., & Soukiazis, E. (2005).

Demand for Tourism in Portugal: A

Panel Data Approach, 1–22. Retrieved

from

http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/dow

nload?doi=10.1.1.456.3602&rep=rep1&

type=pdf

Surugiu, C., Leitão, N. C., & Surugiu, M. R.

(2011). A Panel Data Modelling of

International Tourist Demand:

Evidences for Romania. Economic

Research, 24(1), 134–145.

https://doi.org/10.1080/1331677X.2011.

11517450

Theobald, Wi. F. (2005). Global Tourism.

Elsevier Inc.

Tobing, C. I. (2018). Ketentuan Pengaturan

Jasa Dalam Percepatan Penerapan

Asean Economic Community. Jurnal

Kajian Ilmiah, 18(1).

Widarjono, A. (2009). Ekonometrika, Teori

dan Aplikasi. Ekonisia, Yogyakarta.

Widyastuti, W. (2016). Pengaruh ASEAN

Framework Agreement for Visa

Exemption terhadap Permintaan

Pariwisata Indonesia dari Negara-

Negara ASEAN Tahun 1994-2014.

Universitas Indonesia.

Yuniawati, W. (2008). Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Wisatawan

Internasional ke Indonesia. Universitas

Indonesia.

Zhang, Y., Qu, H., & Tavitiyaman, P. (2009).

The determinants of the travel demand

on international tourist arrivals to

Thailand. Asia Pacific Journal of

Tourism Research, 14(1), 77–92.

https://doi.org/10.1080/1094166090272

8080

Page 63: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 151

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Technology Acceptance Model Pada Penerimaan

Siswa Terhadap Sistem UNBK

Galih Widagdo1, Witriana Endah Pangesti

2, Sri Hadianti

3, Dwiza Riana

3

1STMIK Nusa Mandiri, [email protected]

2STMIK Nusa Mandiri, [email protected]

3STMIK Nusa Mandiri, [email protected]

3STMIK Nusa Mandiri, [email protected]

ABSTRAK - UNBK merupakan sebuah sistem ujian nasional sekolah berbasis komputer

dimana siswa mengerjakan ujian menggunakan komputer yang diharapkan dapat membuat

ujian menjadi lebih efisien dan efektif di bandingakan dengan ujian manual yang

menggunakan kertas sebagai media ujiannya. Hal ini di terapkan di SMA Santa Theresia

Jakarta. Untuk mengetahui tingkat penerimaan siswa terhadap sistem UNBK maka metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah technology acceptance model (TAM) dengan 198

siswa data quesioner yang terkumpul, hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis

Structural Equation Model (SEM) menggunakan Smartpls. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa tingkat pengaruh yang lebih tinggi dalam penerimaan siswa terhadap Sistem UNBK

adalah kemudahan penggunaan menggunakan Sistem UNBK dengan nilai 16.843. Sedangkan

tingkat pengaruh yang lebih rendah dalam penerimaan adalah penggunaan minat dalam

perilaku pengguna dengan nilai 2,749. Dengan nilai tersebut, UNBK baik di gunakan di SMU

Santa Theresia.

Kata Kunci : TAM, UNBK, SEM, SmartPLS.

ABSTRACT - UNBK is a computer-based school national examination system where students

work on exams using computers which are expected to make the test more efficient and

effective compared to manual tests that use paper as a test medium. This is applied at Santa

Theresia High School Jakarta. To determine the level of student acceptance of the UNBK

system, the method used in this study is technology acceptance model (TAM) with 198

students questionnaire data collected, the hypothesis is done using the analysis of Structural

Equation Model (SEM) using Smartpls. The results showed that the higher level of influence

in student acceptance of the UNBK System was the ease of use using the UNBK System with a

value of 16,843. While the level of influence that is lower in acceptance is the use of interest

in user behavior with a value of 2.749. With this value UNBK is good for use at Santa

Theresia High School.

Keywords: TAM, UNBK, SEM, SmartPLS.

Naskah diterima: 27 Feb 2019, direvisi: 26 Mar 2019, diterbitkan: 15 Mei 2019

PENDAHULUAN

Teknologi informasi dan komunikasi

saat ini semakin berkembang di segala aspek

kehidupan termasuk dalam bidang

pendidikan (Rachman, 2019). UNBK atau

Ujian Nasional Berbasis Komputer

merupakan sebuah sistem ujian nasional

dengan menggunakan kedia komputer

(Kemendikbud, 2015). Ujian nasional

berbasis komputer berbeda dengan ujian

nasional berbasis kertas (Kemendikbud,

2015). Untuk pertama kalinya UNBK

diterapkan di tahun 2014 secara online dan

hanya diujikan di dua sekolah menengah

pertama (SMP), yaitu di SMP Indonesia

Singapura dan di SMP Indonesia Kuala

Lumpur, Dari penerapan sistem UNBK di

kedua sekolah menengah pertama tersebut

Page 64: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 152

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

cukup memuaskan dan dapat memberikan

dorongan agar menambah literasi siswa

terhadap Teknologi Informasi dan

Komunikasi (Kemendikbud, 2015). Di tahun

2015 diterapkan rintisan Ujian Nasional

Berbasis Komputer secara bertahap dengan

menambah sebanyak 556 sekolah

diantaranya 42 SMP/MTs, 135 SMA/MA,

379 SMK di 29 Provinsi dan Luar Negeri

(Kemendikbud, 2015). Setelah itu di tahun

2016 UNBK dilaksanakan dengan

menambah sebanyak 4382 sekolah

diantaranya 984 SMP/MTs, 1298 SMA/MA,

dan 2100 SMK. Total sekolah yang

mengikuti UNBK pada tahun 2017

meningkat tajam menjadi 30.577 sekolah

yang diantaranya 11.096 SMP/MTs, 9.652

SMA/MA dan 9.829 SMK. Naiknya jumlah

sekolah UNBK di tahun 2017 ini selaras

dengan kebijakan resources sharing yang

diterbitkan oleh Kemendikbud yaitu

memperbolehkan sekolah yang sarana

komputernya masih terbatas untuk dapat

menerapkan UNBK pada sekolah lain yang

sarana komputernya sudah memadai

(Kemendikbud, 2015). Pelaksanaan UNBK

pada saat ini menggunakan sistem semi-

online yaitu dengan cara soal dikirim dari

server pusat dengan cara online melalui

jaringan (sinkronisasi) ke server lokal yang

ada di sekolah, kemudian ujian siswa

dilayani oleh server lokal yang ada di sekolah

dengan cara offline. Kemudian hasil ujian

dikirim kembali dari server lokal di sekolah

ke server pusat dengan cara online (upload)

(Kemendikbud, 2015). Dengan penerapan

ujian nasional saat ini yang sudah berbasis

Komputer penulis bertujuan meneliti

bagaimana perilaku (user) dalam hal ini

Siswa kelas X dan XI SMU Santa Theresia

Jakarta dengan menggunakan pendekatan

metode Technology Acceptance Model,

dimana Model Penerimaan Teknologi

(Technology Acceptance Model atau TAM)

merupakan suatu model penerimaan sistem

teknologi informasi yang akan digunakan

oleh pemakai (Kharismaya, Dewi, Arisawati,

& Handayanna, 2017). Adapun beberapa

penelitian yang sudah dilakukan terkait

dengan sistem UNBK, diantaranya adalah

tentang Analisis Penerapan Sistem UNBK

dengan Metode Technologi Acceptance

Model, Mengacu pada hasil analisis total

jawaban konstruk yang dimasukkan ke dalam

garis kontinum bahwa semua variabel

konstruk berada pada kategori tinggi dengan

rata-rata prosentase semua variabel yaitu

78%. Prosentase minimum yaitu 74% pada

Konstruk Perceived Usefulness sedangkan

prosentase maksimum yaitu 84% pada tabel

Konstruk Actual Use. Berdasarkan dari hasil

uji hipotesa yang sudah dilakukan pada

hubungan setiap konstruk, didapat bahwa

tidak semua konstruk saling berhubungan

positif di mana ada satu konstruk yang tidak

berhubungan positif yaitu hubungan antara

Perceived usefulness dengan Behavioral

Intention to use (Widiyanto, 2018).

LANDASAN TEORI

Penelitian lain tentang Evaluasi

Penerimaan Pengguna Computer Based Test

dengan Pendekatan TAM di Kulon Progro,

Tujuan penelitian ini adalah untuk

menganalisis hubungan antara satu variabel

dengan variabel lainnya atau bagaimana

suatu variabel mempengaruhi variabel

lainnya dengan pendekatan kuantitatif.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian

ini adalah Technology Acceptance Model

(TAM) dengan metode SEM program PLS.

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini

menggunakan metode Analisis Component

Based SEM atau Partial Least Square (PLS).

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini

ditemukannya pengaruh yang signifikan dan

tidak signifikan dari variabel eksternal serta

beberapa persepsi yang berpengaruh terhadap

pelaksanaan CBT di Kulon Progo

(Sukasna1), Kusrini2), 2017).

Technology Acceptance Model (TAM)

TAM diperkenalkan pertama kali oleh

Davis pada tahun 1989. TAM merupakan

teori sistem informasi yang membuat model

tentang bagaimana pengguna mau menerima

dan menggunakan teknologi (Prayitno,

2017). Dalam metode TAM terdapat lima

konstruk utama, yaitu perceived ease of use,

perceived usefulness, attitude towards using,

Page 65: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 153

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

behavioral intention to use, actual system

usage (Rozanda & Masriana, 2017). Berikut

merupakan penjelasan dari kelima konstruk

yang ada pada model TAM yaitu :

Persepsi Kemudahan Penggunaan

(perceived ease of use) Didefinisikan sebagai

sejauh mana seseorang percaya bahwa

menggunakan teknologi akan bebas dari

usaha.

Kegunaan Persepsian (perceived

usefulness) Didefinisikan sebagai sejauh

mana seseorang percaya bahwa

menggunakan suatu teknologi akan

meningkatkan kinerjanya. Sikap terhadap

Penggunaan Teknologi (attitude towards

using technology) Didefinisikan sebagai

evaluasi pemakai tentang ketertarikannya

dalam menggunakan teknologi. Minat

Perilaku (behavioral intention) Didefinisikan

sebagai minat (keinginan) seseorang untuk

melakukan perilaku tertentu. Pengguna

Teknologi Sesungguhnya (actual use) Dapat

diukur melalui kepuasan pengguna serta

jumlah waktu yang digunakan untuk

berinteraksi dengan teknologi atau frekuensi

pengguna teknologi tersebut (Oktofiyani,

Anggraeni, Studi, Informasi, & Selatan,

2016).

Berikut merupakan kerangka konsep kisi-

kisi penelitian Indikator dari Variabel

Perceived Ease of Use adalah (kemudahan

untuk diakses, fleksibilitas, kemudahan untuk

dipahami), Perceived Usefulness (

Pemenuhan kebutuhan informasi,

meningkatkan efektifitas meningkatkan

kinerja, meningkatkan efisiensi, pemenuhan

kebutuhan informasi ), Attitude Toward

Using ( kenyamanan berinteraksi, Senang

menggunakan, kepuasan Menumbuhkan

motivasi), Actual System Usage ( frekuensi

penggunaan, kepuasan pengguna, prestis

pengguna, Informatif (Tedi, n.d.) .

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang dipakai dalam

penelitian ini adalah metode penelitian

kuantitatif, Teknik pengumpulan data

menggunakan kuesioner, Teknik Analisa data

menggunakan metode analisis Technology

Acceptance Models (TAM) dan Structural

Equation Modelling (SEM) dimana teknik ini

merupakan teknik statistika yang

memungkinkan pengujian sebuah rangkaian

hubungan yang relatif rumit secara simultan

(Rahmasari, 2006). Dan analisa data pada

penelitian ini dibuat dengan menggunakan

alat bantu berupa software Smartpls.

Metode penelitian dapat dilihat dari

diagram yang dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Metode Penelitian

Instrumen Penelitian

Kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberikan pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk mengetahui

respon atau jawabannya (Jogiyanto, 2007).

Metode Pengumpulan Data, Populasi dan

Sampel Metode Pengumpulan data.

Metode Pengumpulan Data, Populasi

dan Sampel Metode pengumpulan data yang

penulis lakukan sebagai berikut :

1) Observasi Penelitian ini dilakukan secara

langsung pada tanggal 20 Desember

2018 dengan menggunakan metode

penyebaran kuesioner dalam bentuk

google form Untuk mengetahuinya

sejauh mana penerimaan siswa terhadap

Sistem UNBK yang diberikan melalui

link yang langsung disebarkan melalui

wali kelas ke group kelas siswa/i kelas

X dan XI yang sudah menggunakan

sistem tersebut.

2) Studi Pustaka Penulis mendapatkan data

dengan cara mempelajari jurnal-jurnal

penelitian, bahan kuliah, internet dan

sumber-sumber lain untuk dijadikan

Page 66: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 154

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

bahan pertimbangan sebagai bahan

referensi untuk acuan.

3) Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh siswa/i kelas X dan XI SMU

Santa Theresia Jakarta yang pernah

menggunakan sistem UNBK

sebelumnya di kelas 9 (SMP) dimana

Kelas 10 sebanyak 142 orang, kelas 11

sebanyak 149 orang sehingga jumlahnya

sebanyak 291, hasil kuesioner yang

terkumpul sebanyak 168 orang.

Perancangan Penelitian

Pengembangan hipotesis berdasarkan

konstruk yang ada adalah sebagai berikut :

1) Diduga bahwa Persepsi Kemudahan

(Perceived Ease of Use) berpengaruh

positif terhadap persepsi kegunaan

(Perceived Usefullness)(Tedi, n.d.).

2) Diduga bahwa Persepsi Kegunaan

(Perceived Usefullness) berpengaruh

positif terhadap sikap pengguna (Attitude

Toward Using)(Tedi, n.d.).

3) Diduga bahwa Peserpsi Kemudahan

(Perceived Ease of Use) berpengaruh

positif terhadap sikap pengguna (Attitude

Toward Using)(Tedi, n.d.).

4) Diduga bahwa Sikap pengguna (Attitude

Toward Using) berpengaruh positif

terhadap minat pengguna teknologi

(Behavioral Intention to Use)(Tedi,

n.d.).

5) Diduga bahwa Minat penggunaan

(Behavioral Intention to Use)

berpengaruh positif terhadap pengguna

nyata (Actual System Usage)(Tedi, n.d.).

1) H1 : Persepsi Kemudahan (Perceived

Ease of Use) berpengaruh positif

terhadap persepsi kegunaan (Perceived

Usefullness) pada sistem UNBK.

2) H2 : Persepsi Kegunaan (Perceived

Usefullness) berpengaruh positif

terhadap sikap pengguna (Attitude

Toward Using) pada sistem UNBK.

3) H3 : Peserpsi Kemudahan (Perceived

Ease of Use) berpengaruh positif

terhadap sikap pengguna (Attitude

Toward Using) pada sistem UNBK.

4) H4 : Sikap pengguna (Attitude Toward

Using) berpengaruh positif terhadap

minat pengguna teknologi (Behavioral

Intention to Use) pada sistem UNBK.

5) H5 : Minat penggunaan (Behavioral

Intention to Use) berpengaruh positif

terhadap pengguna nyata (Actual System

Usage) pada sistem UNBK.

Berikut ini adalah Gambar 2. yang

merupakan hubungan antar konstruk yang

akan diuji dalam penelitian ini (Tedi, n.d.).

Gambar 2. Bagan kerangka berfikir

PEMBAHASAN

Uji Reliabilitas

Dari hasil estimasi program Smartpls

pada Tabel 2. dapat dilihat nilai composite

reliability dan cronbach’s alpha masing-

masing konstruk atau variabel laten lebih

besar dari 0.60, hal tersebut menunjukkan

atau memberikan informasi masing-masing

konstruk telah memenuhi kriteria pengukuran

dan memiliki reliabilitas yang baik.

Tabel 2. Hasil Uji Reliabilitas Variabel

Penelitian

variabel

penelitian

cronbac’h

Alpha keterangan

actual system

use 0,848 reliabel

attitude

toward using 0,869 reliabel

behavioral

intention to

use

0,838 reliabel

perceived ease 0,802 reliabel

Page 67: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 155

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

of use

percieved

usefulness 0,741 reliabel

Berdasarkan Tabel 3. diketahui

bahwa dalam pengujian hipotesis yang

dilakukan mendapatkan hasil dari 7 hipotesis

semuanya diterima.

Tabel 3. Nilai Path Coefficient

variabel original

sampel t-statistic t-table hipotesis keterangan

ATT->USE 0,502 7,254 1,975 berpengaruh dan signifikan

diterima

ATT->BI 0,582 6,167 1,975 berpengaruh

dan signifikan diterima

BI->USE 0,414 7,069 1,975 berpengaruh dan signifikan

diterima

EOU-

>ATT 0,289 3,176 1,975

berpengaruh

dan signifikan diterima

EOU->USEF

0,720 16,843 1,975 berpengaruh dan signifikan

diterima

USEF-

>ATT 0,559 6,665 1,975

berpengaruh

dan signifikan diterima

USEF->BI 0,239 2,749 1,975 berpengaruh dan signifikan

diterima

Gambar 3. Permodelan SEM

Pada Gambar 3. dapat dijelaskan bahwa

besarnya pengaruh persepsi kemudahan

penggunaan terhadap persepsi kemanfaatan

penggunaan adalah sebesar 0,519,besarnya

pengaruh persepsi kemudahan penggunaan

dan persepsi kemanfaatan penggunaan

terhadap sikap penggunaan adalah sebesar

0,628, besarnya pengaruh persepsi

kemanfaatan penggunaan dan sikap

penggunaan terhadap kecenderungan

pengguna untuk tetap menggunakan

teknologi adalah sebesar 0,610, besarnya

pengaruh kecenderungan pengguna untuk

tetap menggunakan teknologi dan sikap

penggunaan terhadap kondisi nyata

penggunaan adalah sebesar 0,740.

PENUTUP

Kesimpulan dari penelitian yang telah

dilakukan bahwa penerimaan siswa terhadap

Sistem UNBK dipengaruhi oleh kegunaan,

kemudahan dan minat perilaku terhadap

menggunakan teknologi. Namun dari uji

statistik yang dilakukan, tingkat pengaruh

yang lebih tinggi dalam penerimaan siswa

terhadap Sistem UNBK adalah kemudahan

penggunaan terhadap kegunaan

menggunakan Sistem UNBK dengan nilai

sebesar 16.843. Sedangkan tingkat pengaruh

yang lebih rendah dalam penerimaan adalah

kegunaan terhadap minat perilaku pengguna

dengan nilai sebesar 2.749. Penelitian

mengenai model penerapan UNBK ini

sebaiknya dilakukan di semua sekolah yang

melaksanakan UNBK diseluruh wilayah

Indonesia agar bisa mendapatkan data

penelitian yang lebih luas dan lengkap

sehingga dapat membantu pemerintah dalam

mengambil kebijakan terhadap sistem UNBK

dimasa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Jogiyanto. (2007). Sistem Informasi

Keperilakuan (1st ed.). Yogyakarta:

Andi.

Kemendikbud. (2015). Ujian Nasional

Berbasis Komputer.

Kharismaya, C., Dewi, L. S., Arisawati, E.,

& Handayanna, F. (2017).

Menggunakan Metode TAM. (1), 37–47.

Oktofiyani, R., Anggraeni, W., Studi, P.,

Informasi, S., & Selatan, J. (2016).

Penerimaan Sistem E-Learning

Menggunakan Technology Acceptance

Model ( Tam ) Study Kasus Siswa / I

Kelas X Di Smu Negeri 92 Jakarta. (1),

46–53.

Prayitno, M. H. (2017). Sistem Informasi

Eksekutif Pemasaran Dengan Metode

Drill Down. Jurnal Kajian

Ilmiah, 17(3).

Rahmasari, L. (2006). Pengaruh Kecerdasan

Page 68: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 156

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Intelektual , Kecerdasan Emosi dan

Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja

Karyawan.

Rachman, R. (2019). Penerapan Metode

Simple Additive Weighting Pada Sistem

Pakar Bimbingan Konseling Siswa

SMA. Jurnal Kajian Ilmiah, 19(1), 74-

85.

Rozanda, N. E., & Masriana, A. (2017).

Perbandingan Metode Hot Fit dan Tam

dalam Mengevaluasi Penerapan Sistem

Informasi Manajemen Kepegawaian (

SIMPEG ) ( Studi Kasus : Pengadilan

Tata Usaha Negara Pekanbaru ). 18–

19.

Sukasna1), Kusrini2), S. (2017). Evaluasi

Penerimaan Pengguna Computer Based

Test Dengan Pendekatan Tam Di Kulon

Progo. Jurnal Teknologi Informasi, XII,

1–15.

Tedi, G. (n.d.). Analisis perilaku pengguna

sistem informasi akademik dengan

pendekatan technology acceptance

model (tam) di universitas sang bumi

ruwa jurai bandar lampung.

Widiyanto, D. (2018). Analisis Penerapan

Sistem Ujian Nasional Berbasis

Komputer ( Unbk ) Menggunakan

Metode Technology Acceptance Model (

Tam ). 167–177.

Yudhiono, N. F., Herliana, A., & Fitriyani, F.

(2017). Sistem Pakar Diagnosis

Penyakit Hernia Nukleus Pulposus

Menggunakan Forward Chainning

Berbasis Web. Jurnal Kajian

Ilmiah, 17(3).

Page 69: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 157

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Analisis Kualitas Website Sekolah North Jakarta

Intercultural School dengan Metode Webqual 4.0

Syaifur Rahmatullah1, Dini Silvi Purnia

2, Rizky Triasmoro

3

1STMIK Nusa Mandiri, [email protected]

2STMIK Nusa Mandiri, [email protected]

3STMIK Nusa Mandiri, [email protected]

ABSTRAK - North Jakarta Intercultural School (NJIS) adalah salah satu sekolah

internasional yang menggunakan website sebagai sarana untuk memberikan informasi kepada

pengguna ataupun masyarakat umum yang ingin mencari informasi tentang NJIS. Alamat

website yaitu www.njis.org dimana pada website tersebut terdapat informasi profil NJIS,

lokasi sekolah, profil kepala sekolah dan tenaga pendidik, kalender akademik, pengumuman

yang berkaitan dengan akademik, dan juga pelaksanaan kegiatan akademik. Informasi ini

sangat berpengaruh terhadap kepuasan pengguna baik dari segi manfaat ataupun yang lainnya.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis membatasi permasalahan hanya pada lingkup

permasalahan yang diteliti yaitu menganalisa pengaruh kualitas website North Jakarta

Intercultural School (NJIS) terhadap kepuasan pengguna dengan menggunakan metode

Webqual 4.0 yang terdiri dari dimensi (kegunaan, kualitas informasi dan kualitas interaksi

pelayanan).

Kata Kunci: Kualitas Website, Webqual, Kepuasan Pengguna

ABSTRACT - North Jakarta Intercultural School (NJIS) is an international school that uses

websites to provide information for users or publics who wants to find information about

NJIS. The website address is www.njis.org. On the website, there are NJIS profile

information, school locations, profiles of principals and educators, academic calendars,

announcements relating to academics, and also the implementation of academic activities.

This information is very influential on user satisfaction both in terms of benefits or others. In

the preparation of this thesis the author limits the problem to the scope of the problem

studied, which is analyzing the influence of the quality of the North Jakarta Intercultural

School (NJIS) website towards user satisfaction by using the Webqual 4.0 method which

consists of dimensions (usability, information quality and service interaction quality).

Keywords: Website Quality, Webqual, Users Satisfaction

Naskah diterima: 20 Jan 2019, direvisi: 2 April 2019, diterbitkan: 15 Mei 2019

Page 70: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 158

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

PENDAHULUAN

North Jakarta Intercultural School

(NJIS) adalah salah satu sekolah

internasional yang menggunakan website

sebagai sarana untuk memberikan informasi

kepada pengguna ataupun masyarakat umum

yang ingin mencari informasi tentang NJIS.

Adapun informasi yang dapat dilihat di

website NJIS diantaranya sejarah NJIS,

lokasi sekolah, profil kepala sekolah dan

tenaga pendidik, kalender akademik,

pengumuman yang berkaitan dengan

akademik, dan juga pelaksanaan kegiatan

akademik. Sebagai media informasi dan juga

media promosi sekolah, website NJIS harus

mempunyai kualitas yang baik dalam

memberikan informasi sebagai salah satu

bentuk pelayanannya (Ferdiansyah, 2018).

Menurut Siregar & Fitriawan (2018)

“Website merupakan sebuah fasilitas yang

menawarkan ruang bincang, email, maupun

pesan instan dimana pengguna internet dapat

menjelajahi World Wide Web dengan

menggunakan software browser untuk

mendapatkan berbagai macam informasi,

hiburan maupun untuk kepentingan bisnis”.

Tujuan dari adanya website adalah untuk

menyampaikan konten kepada konsumen

serta melengkapi proses transakis. Semakin

cepat dan dapat diandalkannya dua tujuan

tersebut, maka semakin efektif suatu website

dari perspektif e-commerce (Yudhiono et al.,

2017). Situs Web (website) adalah

sekumpulan halaman web yang terhubung

pada sebuah halaman utama (homepage).

Halaman utama adalah dokumen pada web

yang diformat menggunakan hypertext

dengan link yang menghubungkan satu

dokumen dengan dokumen lainnya, seperti

suara, video, atau animasi.

Penelitian ini mengambil studi kasus

pada website sekolah North Jakarta

Intercultural School (NJIS) dengan alasan

agar sekolah NJIS sebagai pengelola website

dapat mengetahui seberapa besar tingkat

kepuasan pengguna terhadap layanan

websitenya. Dengan alasan tersebut maka

penulis bermaksud meneliti kepuasan

pengguna website sekolah North Jakarta

Intercultural School (NJIS) dengan

menggunakan metode Webqual 4.0 yang

terdiri dari 3 aspek, yaitu Kegunaan

(Usability), Kualitas Informasi (Information

Quality) dan Kualitas Interaksi Pelayanan

(Service Interaction Quality).

LANDASAN TEORI

Pada landasan teori ini penulis

membahas mengenai teori-teori yang

berkaitan dengan analisa pengaruh kualitas

website sekolah North Jakarta Intercultural

School (NJIS) terhadap kepuasan pengguna

dengan metode Webqual 4.0.

Dengan adanya website sekolah

North Jakarta Intercultural School (NJIS)

dapat membantu pengguna untuk mengetahui

informasi yang ada pada sekolah North

Jakarta Intercultural School (NJIS) baik

informasi sejarah NJIS, lokasi sekolah, profil

kepala sekolah dan tenaga pendidik, kalender

akademik, pengumuman yang berkaitan

dengan akademik, dan juga pelaksanaan

kegiatan akademik. Dalam penelitian ini,

pengguna yang dimaksud adalah orang tua

siswa, siswa, guru dan pegawai NJIS.

Metode yang akan digunakan dalam

pengukuran kualitas website adalah dengan

metode kuantitatif dengan analisa regresi

linear berganda menggunakan SPSS versi 25.

Website

Menurut Raharjo (2011: 2), “website

adalah suatu layanan di dalam jaringan

internet yang berupa ruang informasi”.

Dengan adanya web, user dapat memperoleh

atau menemukan informasi yang diinginkan

dengan cara mengikuti link (hyperlink) yang

disediakan di dalam dokumen yang

ditampilkan oleh aplikasi web browser.

Dengan menggunakan teknologi web, user

akan lebih mudah dalam berinteraksi dengan

data yang tersimpan di dalam suatu web

server, tanpa harus menuliskan perintah apa

pun.

Penggunaan website sebagai media

informasi di era teknologi maju seperti

sekarang ini sudah sangat lazim dan sangat

efektif. Oleh sebab itu sudah menjadi suatu

keharusan dan kebutuhan bagi sebuah

organisasi untuk memiliki sebuah website.

Page 71: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 159

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Komponen dan Proses Penelitian Kuantitatif

Metode WebQual 4.0

Menurut Muhsin & Zuliestiana

(2017) “Website Quality adalah sebuah

instrument yang dikembangkan untuk

menilai kegunaan, informasi dan kualitas

interaksi jasa dari website internet.”

Website Quaity (WebQual)

merupakan salah satu metode pengukuran

kualitas website berdasarkan persepsi

pengguna akhir. WebQual ini merupakan

pengembangan dari ServQual yang telah

banyak digunakan untuk pengukuran kualitas

jasa.

Tabel 1. Indikator WebQual 4.0

Dimensi WebQual 4.0 Item

Usability

1. Kemudahan untuk dioperasikan.

2. Interaksi dengan website jelas dan

dapat di mengerti.

3. Kemudahan untuk navigasi. 4. Kemudahan menemukan alamat

website.

5. Tampilan yang atraktif.

6. Tepat dalam penyusunan tata letak informasi.

7. Tampilan sesuai dengan jenis

website pemerintahan.

Adanya penambahan pengetahuan dari informasi website

Kualitas

Informasi

8. Menyediakan informasi yang cukup

jelas.

Menyediakan informasi yang dapat

dipercaya.

Menyediakan informasi yang up to date.

Menyediakan informasi yang

relevan.

Menyediakan informasi yang mudah dipahami.

Menyediakan informasi yang cukup

detail.

9. Menyajikan informasi dalam format yang sesuai.

ualitas

Interaksi

Pelayanan

Mempunyai reputasi yang baik.

Mendapatkan keamanan untuk

melengkapi transaksi.

Rasa aman dalam menyampaikan data pribadi.

Kemudahan unutk menarik minat

dan perhatian.

Adanya suasana komunitas.

Kemudahan untuk memberi

masalah (feed back).

Tingkatan kepercayaan yang tinggi

atas informasi yang disampaikan

website.

Keseluruhan Pendapat secara umum tentang

website ini.

Sumber : Hendradi, Sukendar, & Saputro

(2017)

Kepuasan Pengguna

Menurut Jogiyanto (2007:23)

“Kepuasan pengguna adalah respon pemakai

terhadap penggunaan keluaran sistem

informasi”. Menurut Lovelock dan Wirtz

(2011:74) “Kepuasan adalah suatu sikap

yang diputuskan berdasarkan pengalaman

yang didapatkan. Kepuasan merupakan

penilaian mengenai ciri atau keistimewaan

produk atau jasa, atau produk itu 13 sendiri,

yang menyediakan tingkat kesenangan

konsumen berkaitan dengan pemenuhan

kebutuhan konsumsi konsumen. Kepuasan

konsumen dapat diciptakan melalui kualitas,

pelayanan dan nilai. Kunci untuk

menghasikan kesetian pelanggan adalah

memberikan nilai pelanggan yang tinggi.

Menurut Zeithaml (2003:162)

terdapat empat faktor yang mempengaruhi

persepsi dan ekspektasi pelanggan, yaitu

sebagai berikut :

1. Apa yang telah didengar pelanggan dari

pelanggan lainnya (word of mouth

communication). Dimana hal ini

merupakan faktor potensial yang

menentukan ekspektasi pelanggan

tersebut. Sebagai contoh, seorang

pelanggan memiliki perusahaan yang

diharapkan dapat memberikan pelayanan

dengan kualitas tinggi berdasarkan

rekomendasi dari teman-teman atau

tetangganya.

2. Ekspektasi pelanggan sangat bergantung

dari karakteristik individu dimana

kebutuhan pribadi (personnel needs).

3. Pengalaman masa lalu (past experience)

dalam menggunakan pelayanan dapat

juga mempengaruhi tingkat ekspetasi

pelanggan.

4. Komunikasi dengan pihak eksternal

(external communication) dari pemberi

layanan memainkan peranan kunci dalam

membentuk ekspektasi pelanggan.

Berdasarkan External communication,

Page 72: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 160

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

perusahaan pemberi layanan dapat

memberikan pesan-pesan secara langsung

maupun tidak langsung kepada

pelanggannya. Sebagai contoh dari

pengaruh adanya external communication

adalah harga dimana biaya pelayanan

sangat berperan penting dalam

membentuk ekspektasi pelanggan.

Sistem informasi yang baik dan dapat

digunakan dengan maksimal akan

menimbulkan kepuasan dari pihak pengguna.

METODE PENELITIAN

Tahapan penelitian penulis gambarkan

dalam bentuk skema bagan alir yang dapat

dilihat sebagai berikut:

Gambar 1.

Bagan Alir Tahapan Penelitian

Penelitian ini melakukan identifikasi

masalah yang akan dibahas yaitu mengenai

kualitas website sekolah North Jakarta

Intercultural School (NJIS) dan pengaruhnya

terhadap kepuasan pengguna website sekolah

NJIS berdasarkan literatur dan informasi

yang telah penulis peroleh.

Perumusan Hipotesis

Penulis mengemukakan 2 hipotesis

awal yaitu :

1. H0 : Tidak terdapat pengaruh antara

kualitas website sekolah North Jakarta

Intercultural School (NJIS) terhadap

kepuasan pengguna.

2. Ha : Terdapat pengaruh antara kualitas

website sekolah North Jakarta

Intercultural School (NJIS) terhadap

kepuasan pengguna.

Pengumpulan Data

Penulis melakukan pengumpulan data

dengan metode observasi, wawancara, studi

pustaka dan kuesioner kepada populasi yang

sudah penulis tentukan. Pada tahapan ini,

terdapat beberapa tahapan terkait, yaitu :

1. Pengembangan Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini berbentuk kuesioner yang

terdiri dari pernyataan-pernyataan yang

dijawab dengan memberikan tanda

silang pada skala jawaban yang sesuai

dengan pendapat responden.

2. Populasi & Sampel

Populasi yang penulis maksud disini

adalah Orang tua siswa, siswa, guru dan

pegawai North Jakarta Intercultural

School (NJIS). Penulis mendistribusikan

kuesioner ke sampel yang ada didalam

populasi. Jumlah populasi adalah 337

orang, dan penulis mengambil 100 orang

sebagai sampel. Angka ini didapatkan

dari hasil perhitungan dengan rumus

Slovin yang terdapat pada halaman 31.

Analisis Data

Pada tahap ini penulis menganalisa

hasil pengolahan data dan pengujian

instrumen yang terdapat di kuesioner dengan

menggunakan metode Webqual 4.0. Ada 3

instrumen yang diuji yaitu Kegunaan

(Usability), Kualitas Informasi (Information

Quality) dan Kualitas Interaksi Pelayanan

(Service Interaction Quality). Ditambah

dengan instrumen Kepuasan Pengguna

sebagai variabel independen.

Page 73: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 161

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

PEMBAHASAN

Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan salah satu

dari bagian persyaratan analisis data atau uji

asumsi klasik, artinya sebelum kita

melakukan analisis sesungguhnya data

tersebut harus diuji kenormalan distribusinya.

Dasar pengambilan keputusan dalam uji

normalitas yakni jika nilai signifikan lebih

besar dari 0,05 maka data tersebut

berdistribusi normal, sebaliknya jika nilai

signifikan lebih kecil dari 0,05 maka data

tersebut tidak berdistribusi normal. Uji

normalitas data dalam penelitian ini

menggunakan statistik uji yaitu One Sample

Kolmogorov Smirnov Test yang didasarkan

pada Asymp. Sig. (2-tailed) dengan ketentuan

jika Asymp. Sig. (2-tailed)> Alpha yang

ditentukan sebelumnya sebesar (0,05) maka

data berdistribusi normal. Dengan

perhitungan software SPSS 25 yang hasilnya

seperti tersaji pada tabel berikut:

Tabel 2 Hasil Uji Normalitas

Tabel di atas menunjukkan bahwa

nilai Test Statistic Kolmogorov Smirnov

sebesar 0,082 dengan signifikansi 0,098 >

0,05. Dengan demikian menunjukkan bahwa

data dari variabel dalam penelitian ini

berdistribusi normal.

Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas adalah uji yang

dilakukan untuk memastikan apakah di

dalam sebuah model regresi ada interkorelasi

atau kolinearitas antar variabel bebas.

Interkorelasi adalah hubungan yang linear

atau hubungan yang kuat antara satu variabel

bebas atau variabel prediktor dengan variabel

prediktor lainnya di dalam sebuah model

regresi. Interkorelasi itu dapat dilihat dengan

nilai koefisien korelasi antara variabel bebas,

nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance, nilai Eigenvalue dan Condition

Index, serta nilai standar eror koefisien beta

atau koefisien regresi parsial.

Suatu model regresi dapat dikatakan tidak

terjadi multikolinieritas, jika VIF lebih kecil

dari 10 dan mempunyai angka tolerance

lebih besar dari 0,10.

Tabel 3 Hasil Uji Multikolinieritas

Tabel di atas menunjukkan bahwa

untuk variabel Kegunaan memiliki nilai

tolerance sebesar 0,843 dan nilai VIF sebesar

1,187, untuk variabel Kualitas Informasi

memiliki nilai tolerance sebesar 0,926 dan

nilai VIF sebesar 1,080 untuk variabel

Kualitas Interaksi Pelayanan memiliki nilai

tolerance sebesar 0,799 dan nilai VIF sebesar

1,252.

Berdasarkan hasil uji

multikolinearitas pada tabel tersebut, maka

seluruh variabel independen pada model

regresi memiliki nilai tolerance ≥ 0,10 dan

nilai VIF ≤ 10. Hal ini memenuhi asumsi

bahwa tidak terjadi multikolinieritas.

Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas adalah uji

yang menilai apakah ada ketidaksamaan

varian dari residual untuk semua pengamatan

pada model regresi linear. Uji ini merupakan

salah satu dari uji asumsi klasik yang harus

dilakukan pada regresi linear. Analisis uji

Page 74: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 162

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

asumsi heteroskedastisitas hasil output SPSS

melalui grafik scatterplot antara Z prediction

(ZPRED) yang merupakan variabel

independen (sumbu X = Y hasil prediksi) dan

nilai residualnya (SRESID) merupakan

variabel dependen (sumbu Y = Y prediksi –

Y riil).

Heteroskedastisitas terjadi jika pada

scatterplot titik-titiknya mempunyai pola

yang teratur, baik menyempit, melebar

maupun bergelombang. Berikut adalah grafik

scatterplot hasil uji Heteroskedastisitas.

Gambar.1

Grafik Hasil Uji Heteroskedastisitas

Dari analisis hasil output SPSS (gambar

scatterplot) diatas, didapatkan titik-titik

menyebar di bawah serta di atas sumbu Y,

dan tidak mempunyai pola yang teratur. Jadi

kesimpulannya adalah variabel dependen

diatas tidak terjadi heteroskedastisitas atau

bersifat homoskedastisitas

Hipotesis

Pengujian regeresi berganda di

tentukan berdasarkan hipotesis:

H1: Variabel Kegunaan website sekolah

North Jakarta Intercultural School

(NJIS) berpengaruh signifikan

terhadap kepuasan pengguna.

H2: Variabel Kualitas Informasi website

sekolah North Jakarta Intercultural

School (NJIS) berpengaruh signifikan

terhadap kepuasan pengguna.

H3: Variabel Kualitas Interaksi Pelayanan

website sekolah North Jakarta

Intercultural School (NJIS)

berpengaruh signifikan terhadap

kepuasan pengguna.

H4: Variabel Kegunaan, Kualitas

Informasi dan Kualitas Interaksi

Pelayanan website sekolah North

Jakarta Intercultural School (NJIS)

bersama-sama berpengaruh signifikan

terhadap kepuasan pengguna.

Kriteria Pengujian

Untuk Hipotesis H1, H2 dan H3

Apabila nilai Sig.t < 0,05 maka hipotesis

diterima, sebaliknya apabila nilai t > 0,05

maka hipotesis ditolak. Untuk Hipotesis H4

Apabila nilai Sig.F < 0,05 maka hipotesis

diterima, sebaliknya apabila nilai Sig.F >

0,05 maka hipotesis ditolak.

Pengujian Pertama

Tabel 4 Hasil Uji Regresi Linier Berganda

(Pengujian Pertama)

Data diatas menunjukkan nilai Sig.t

untuk Kegunaan sebesar 0.350, nilai Sig.t

untuk Kualitas Informasi sebesar 0.000 dan

nilai Sig.t untuk Kualitas Interaksi Pelayanan

sebesar 0.038. Dari hasil pengujian tersebut

ke tiga variabel menunjukkan bahwa nilai

Sig.t variabel Kegunaan dan variabel

Kualitas Interaksi Pelayanan > 0,05 sehingga

Hipotesis H1 dan H3 ditolak. Sedangkan

nilai Sig.t variabel Kualitas Informasi < 0,05,

sehingga Hipotesis H2 diterima.

Pengujian Kedua

Tabel 5 Hasil Uji Regresi Linier Berganda

(Pengujian Ke Dua)

Data diatas menunjukkan nilai Sig.F

sebesar 0.000 dan hasil pengujian

menunjukkan bahwa nilai Sig.F < 0,05

sehingga Hipotesis H4 diterima.

Page 75: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 163

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Temuan Penelitian

Didasarkan dari hasil pengolahan data

dengan menggunakan webqual 4.0 dalam

pengolahan analisa pengaruh kualitas website

sekolah north jakarta intercultural school

didapatkan hasil bahwa :

1. Hasil pengujian Regresi Linier Berganda

pertama menunjukkan nilai Sig.t untuk

Kegunaan sebesar 0.350, nilai Sig.t

untuk Kualitas Informasi sebesar 0.000

dan nilai Sig.t untuk Kualitas Interaksi

Pelayanan sebesar 0.038. Dari hasil

pengujian tersebut ke tiga variabel

menunjukkan bahwa nilai Sig.t variabel

Kegunaan dan variabel Kualitas

Interaksi Pelayanan > 0,05 sehingga

Hipotesis H1 dan H3 ditolak. Sedangkan

nilai Sig.t variabel Kualitas Informasi <

0,05, sehingga Hipotesis H2 diterima.

2. Hasil pengujian Regresi Linier Berganda

kedua menunjukkan nilai Sig.F sebesar

0.000 dan hasil pengujian menunjukkan

bahwa nilai Sig.F < 0,05 sehingga

Hipotesis H4 diterima.

3. Hipotesis yang diterima adalah Ha:

Terdapat pengaruh antara kualitas

website sekolah North Jakarta

Intercultural School (NJIS) terhadap

kepuasan pengguna. Dan H0 : Tidak

terdapat pengaruh antara kualitas website

sekolah North Jakarta Intercultural

School (NJIS) terhadap kepuasan

pengguna ditolak.

4. Dari 3 (tiga) instrumen metode Webqual

4.0 (Kegunaan, Kualitas Informasi,

Kualitas Interaksi Pelayanan) yang

sudah penulis uji, instrumen yang paling

berpengaruh terhadap kepuasan

pengguna adalah instrumen Kualitas

Informasi.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian yang

telah di lakukan oleh peneliti ditemukan

bahwa kualitas informasi yang di berikan

website sekolah North Jakarta Intercultural

School sudah sangat baik, hal tersebut

terlihat dari hasil nilai Sig.t variabel Kualitas

Informasi 0.000 < 0,05. Adapun yang harus

di perbaiki dari website ini adalah dari segi

kualitas interaksi pelayanan dan kegunaan

dengan membuat interaksi dari pengguna

website seperti chatting, pendaftaran online

serta harus di perhatikan kemudahan dalam

penggunaannya.

DAFTAR PUSTAKA

Bitner, M. J. dan Zeithaml, V. A., 2003,

Service Marketing (3rd ed.),

TataMcGraw Hill, New Delhi

Edelwy Apriliana Wawoluamaya, Dewiyani

Sunarto, S. H. E. W. (2016). No Title.

Analisis Pengaruh Kualitas Website

Terhadap Kepuasan Pengguna

Berdasarkan Metode Webqual 4.0 Pada

Universitas Narotama, 5, 8.

Ferdiansyah, D. (2018). Penerapan Konsep

Model View Controller Pada Rancang

Bangun Sistem Informasi Klinik

Kesehatan Berbasis Web. Jurnal Kajian

Ilmiah, 18(2), 195-205.

Hendradi, P., Sukendar, T., & Saputro, M. I.

(2017). Pengaruh Kualitas Website Pt

Go-Jek Indonesia Terhadap Kepuasan

Pengguna Menggunakan Metode

Webqual Pendahuluan. Jurnal Satya

Informatika, 2(2), 44–57.

Islam, U., Raden, N., Palembang, F., Anwar,

S., Islam, U., Raden, N., … Sederhana,

K. (2018). Analisis Pengukuran Kualitas

Layanan Website LP2M UIN Raden

Fatah Palembang Menggunakan Metode

Webqual 4.0, 7(1998), 1–10.

Jamalludin Alhidayah, Sulistiowati, L. J.

(2016). Analisis Pengaruh Kualitas

Website Terhadap Kepuasan Pengguna

Berdasarkan Metode Webqual 4 . 0

Pada Website Stikom Career Center Issn

2338-137X. JSIKA Vol. 5, No. 1. 2016,

5(1), 1–8.

https://doi.org/10.1111/j.1463-

1318.2007.01430.x

Khairullah, Soedijono, B., & Hanif Al Fatta.

(2017). Pengukuran Kualitas Sistem

Informasi Inventaris Aset Universitas

Muhammadiyah Bengkulu Menggunkan

Metode MCCALL. Jurnal Informasi

Interaktif, 2(2), 84–92.

Page 76: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 164

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Lovelock, C, dan John Wirtz, 2011.

“Pemasaran Jasa Perspektif edisi 7”.

Jakarta :Erlangga

Modifikasi, W., Vol, J., & Tahun, N. (2018).

ISSN 2338-137X Analisis Pengaruh

Kualitas Layanan Website DRPD

Provinsi Jawa Timur Terhadap

Kepuasan Pengguna dengan Metode

ISSN 2338-137X, 7(1), 1–8.

Muhsin, A., & Zuliestiana, D. A. (2017).

Analisis Pengaruh Kualitas Website

(Webqual) 4.0 Terhadap Kepuasan

Pengguna Bukalapak Di Kota Bandung.

E-Proceeding of Management, 4(3), 18–

19.

Siagian, H., & Cahyono, E. (2014). Analisis

Website Quality, Trust Dan Loyalty

Pelanggan Online Shop. Jurnal

Manajemen Pemasaran, 8(2), 55–61.

https://doi.org/10.9744/pemasaran.8.2.5

5-61.

Siregar, R. K. D., & Fitriawan, R. A. (2018).

Analisis Kualitas Website

RUANGGURU.COM Menggunakan

WebQual 4 . 0 dan IPA (Importance

Performance Analysis). E-Proceeding of

Management, 5(1), 1201–1208.

https://doi.org/10.1080/17439760.2017.

1291850.

Sunyoto, Danang. (2011).Analisis Regresi

Dan Uji Hipotesis.Yogyakarta:CAPS.

Sugiyono.(2018).Metode Penelitian

Kuantitatif Kualitatif Dan

R&D.Bandung:CV Alfabeta.

Syaifullah, & Soemantri, dicky oksa. (2016).

Pengukuran Kualitas Website

Menggunakan Metode Webqual 4 . 0.

Jurnal Rekayasa Dan Manajemen

Sistem Informasi, 2(1), 19–25.

Wahana Komputer.(2017).Ragam Model

Penelitian & Pengolahannya dengan

SPSS.Semarang:CV.Andi Offset &

Wahana Komputer.

Wardhana, G. N. (2018). Pengaruh Kualitas

Sistem , Kualitas Informasi Dan

Kemudahan Pengisian Siam ( Sistem

Informasi Akademik Mahasiswa )

Terhadap Kepuasan Mahasiswa Studi

Dilakukan Pada Fakultas Ilmu

Komputer Universitas Brawijaya Tahun

Angkatan 2016 – 2017, 62(2), 158–165.

Wibowo, S., Setyanto, A., & Nasiri, A.

(2018). Analisis Kualitas Website

Universitas AMIKOM Yogyakarta

Berdasarkan Persepsi Pengguna Internal

Menggunakan Metode Webqual

Modifikasi. Seminar Nasional

Teknologi Informasi Dan Multimedia

2018, 19–24.

Yudhiono, N. F., Herliana, A., & Fitriyani, F.

(2017). Sistem Pakar Diagnosis

Penyakit Hernia Nukleus Pulposus

Menggunakan Forward Chainning

Berbasis Web. Jurnal Kajian

Ilmiah, 17(3).

Page 77: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 165

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Komunikasi Antar Pribadi Non Verbal Penyandang

Disabilitas di Deaf Finger Talk

Andy Setyawan

Universitas Bina Sarana Informatika, [email protected]

Abstrak - Banyaknya penyandang disabilitas khususnya tunarungu di Indonesia,

menimbulkan ketidaksetaraan antara tunarungu dengan orang normal (dengar). Di Cinere,

Depok, dan Pamulang Tangerang Selatan, terdapat Cafe dan Carwash yang memberdayakan

tunarungu untuk bekerja sebagai karyawan di tempat tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini

bermaksud untuk meneliti lebih lanjut tentang pola komunikasi serta mengetahui faktor

penghambat dan pendukung antara pegawai tunarungu dan teman dengar menejemen Deaf

Finger Talk dan pelanggan Deaf Finger Talk. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif

melalui metode wawancara terstruktur yang dilakukan pada pegawai tunarungu, teman dengar

pegawai dan teman dengar pelanggan, serta observasi nonpartisipan di Deaf Finger Talk.

Hasil yang didapat pola komunikasi yang terjadi antara pegawai tunarungu dengan

menejemen ataupun pelanggan terjadi secara diadik untuk pertama kali dengan tatap muka.

Setalah terjalin keakraban, komunikasi terjadi secara dialog jika sudah akrab dan mengenal

satu sama lain. Faktor pendukung komunikasi interpersonal yang terjadi di DFT adalah rasa

ingin tahu dan kemauan untuk belajar. Sedangkan faktor penghambat terdiri dari: perasaan

takut, tidak terbuka, pikiran negatif dan tingkat kecerdasan. Manfaat dari penelitian ini adalah

untuk memberikan gambaran tentang pola komunkasi yang terjalin antara pegawai tunarungu,

teman dengar menejemen, dan teman dengar pelanggan agar kedepannya dapat dijadikan

referensi bagi siapapun yang ingin memberdayakan rekan-rekan tunarungu untuk bekerja

secara profesional.

Kata Kunci: Tunarungu, Teman Dengar, Komunikasi Interpersonal

Abstract - The large number of persons with disability especially deaf in Indonesia, leading

to inequalities between the deaf with normal people. In Cinere, South Jakarta, there is a Café

and a Carwash that empower deaf people to work as an employee. Therefore, researcher

interest to research about communication patterns, as well as knowing the factors restricting

and supporters between deaf and hearing friends. This study uses qualitative methods

through structured, as well as observations of nonpartisipan on Deaf Finger Talk. The results

obtained are patterns of communication is diadik communication with face-to-face. After a

mutual familiarity, communication occurs on a dialog. The supporting factor is curiosity and

willingness to learn. And the barrier factors consisting of: feelings of fear, unopen, negative

thoughts and intelligentsia. The benefit of this research is to provide an overview of the

communication patterns between deaf employees, and hearing friends, so in the future it can

be used as a reference for those looking to empower Deaf as a professionals.

Keyword: Deaf, Hearing Friend, Interpersonal Communication

Naskah diterima: 5 Jan 2019, direvisi: 16 April 2019, diterbitkan: 15 Mei 2019

PENDAHULUAN

Tunarungu merupakan istilah yang

digunakan untuk menggambarkan kondisi

dimana seseorang yang mengalami

kekurangan atau kehilangan kemampuan

mendengar baik sebagian atau seluruhnya

yang mengakibatkan tidak berfungsinya

sebagian atau seluruh alat pendengaran,

sehingga ia tidak dapat menggunakan alat

pendengaranya dalam kehidupan sehari-hari

yang membawa dampak terhadap

kehidupannya secara kompleks. Hal ini

Page 78: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 166

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

membuat sebagian dari mereka menjauhkan

diri dari pergaulan hidup sehari-hari. Selain

itu, sebutan penyandang cacat yang diberikan

oleh masyarakat sekitar juga membuat

mereka semakin tidak percaya diri (Harris,

1997).

Penyandang tunarungu merupakan

bagian dari kesatuan masyarakat. Karena

adanya keterbatasan atau kekurangan pada

fisiknya, membuat individu umumnya kurang

mampu untuk menyesuaikan diri pada

lingkungan sekitar. Adanya kecacatan

pendengaran berpengaruh langsung terhadap

kemampuan tunarungu dalam

berkomunikasi, sehingga belum mendapat

perhatian di dalam kehidupan masyarakat.

Hal ini dapat terjadi karena individu

penyandang tunarungu hidup pada dua dunia,

dunia dalam dirinya dan dunia pada

umumnya (Utami, 2013). Oleh karena itu,

para penyandang tunarungu memiliki

kegiatan sendiri. Kegiatan yang mereka

adakan menggunakan bahasa isyarat yang

hanya dimegerti oleh penyandang tunarungu

itu sendiri serta sebagian orang normal

lainnya atau biasa disebut “teman dengar”.

Badan Pusat Statistik (BPS) pada

tahun 2009 mengadakan Survey Sosial

Ekonomi Nasional (SUSENAS) dan

menghasilkan data penyandang cacat dengan

menggunakan istilah ketunaan dalam

kategori kecacatan. Data Susenas tersebut

memperkirakan terdapat sekitar 2.126.000

penyandang cacat tersebar di seluruh wilayah

Indonesia, dimana terdapat 223.655 orang

tunarungu, 151.371 orang tunawicara dan

73.560 orang tuna rungu wicara. Data

Susenas BPS tahun 2009 menggunakan

pemisahan antara tunarungu, tunawicara, dan

tuna rungu wicara yang bila diakumulasikan

menjadi berjumlah 448.586 orang (Febriana,

2013). Data dari sensus penduduk dan jumlah

penyandang tunarungu diperkirakan

mencapai 1,25 % dari total jumlah penduduk

indonesia di tahun 2010 (Utami, 2013).

Hambatan-hambatan yang dialami

oleh penyandang tunarungu sebagian besar

merupakan terhambatanya komunikasi verbal

atau lisan, baik secara ekspresif (berbicara)

ataupun reseptif (memahami pembicaraan

orang lain). Sehingga berkomunikasi dengan

lingkungan orang yang memiliki

pendengaran normal yang menggunakan

bahasa verbal sebagai alat komukasi

merupakan hal yang sulit (Khalida, 2017).

Karena terhambatnya berkomunikasi maka

berakibat juga pada hambatan penyandang

tunarungu dalam berkembang di kehidupan

sehari-hari (Kuba, 2017). Namun demikian,

penyandang tunarungu memiliki potensi

untuk berkembang apabila mereka didukung

secara baik. Tidak adanya diskriminasi dalam

kehidupan sehari- hari membuat mereka

percaya diri dan menumbuhkan semangat

untuk berkembang dan diberlakukan

layaknya orang-orang normal (Effendi,

2006).

Di kawasan Cinere, Depok ada

sebuah tempat unik, yang sebagian besar

pekerjanya merupakan penyandang

tunarungu. Unik, inovatif, inspirasi,

merupakan tiga kata yang menggambarkan

tempat tersebut. Tempat yang bernama Deaf

Cafe Finger Talk and Car Wash menjadi

daya tarik tersendiri, sebab selain dapat

mencuci kendaraan, kita juga dapat

menikmati berbagai hidangan yang tersedia

disana, kita juga akan memiliki pengalaman

yang mengesankan seperti berkomunikasi

dengan pramusaji yang sebagian besar adalah

penyandang tunarungu. Selain itu, kita juga

akan belajar menggunakan bahasa isyarat

yang dapat menumbuhkan kepercayaan diri

mereka bahwa mereka sama dengan orang

normal lainnya.

Namun bukan tanpa tantangan, Deaf

Finger Talk (yang selanjutnya disingkat

DFT) sebagai wadah pemberdayaan

penyandang tunarungu, DFT juga

menemukan kendala dalam prosesnya.

Karena kegiatannya difokuskan dalam

berbisnis, maka para penyandang tunarungu

akan bertemu dengan banyak teman dengar

yang tak lain adalah pelanggan yang

sebagian besar adalah orang baru. Tentunya

mereka akan menemukan kendala dalam

berkomunikasi. Oleh karena itu, penelitian

ini akan memfokuskan pada faktor-faktor

yang mempengaruhi komunikasi antarpribadi

Page 79: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 167

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

non verbal karyawan tunarungu DFT dengan

para teman dengar konsumennya.

Dari penjabaran diatas, maka perlu

diadakannya kajian tentang: apa saja faktor-

faktor yang mempengaruhi komunikasi

antarpribadi nonverbal karyawan tunarungu

Deaf Finger Talk dengan konsumen teman

dengar?, sehingga proses pemberdayaan

teman-teman tunarungu di DFT dapat

berjalan dengan baik dan lancar.

Landasan Teori

Komunikasi Interpersonal

Wayne Pace memberikan definisi

komunikasi interpersonal sebagai proses

komunikasi yang berlangsung antara dua

orang atau lebih secara tatap muka dimana

komunikator dapat menyampaikan pesan

secara langsung dan penerima pesan dapat

menanggapi secara langsung pula (Cangara,

1998). komunikasi ini dikemas dalam bentuk

nonverbal maupun verbal, seperti komunikasi

pada umumnya. Komunikasi interpersonal

meliputi dua unsur pokok yaitu isi pesan dan

bagaimana isi pesan tersebut dikatakan atau

dilakukan secara verbal maupun nonverbal.

Dua unsur tersebut sebaiknya diperhatikan

dan dilakukan berdasarkan pertimbangan

situasi, kondisi, dan keadaan penerima pesan.

Komunikasi interpersonal merupakan

kegiatan aktif bukan pasif. Dalam

komunikasi interpersonal terdapat umpan

balik (feed back), sehingga komunikasi ini

sangat dimungkinkan untuk saling mengubah

atau mengembangkan.

Agar komunikasi interpersonal yang

dilakukan menghasilkan hubungan

interpersonal yang efektif dan kerjasama bisa

ditingkatkan maka kita perlu bersikap

percaya, sikap mendukung, dan terbuka yang

mendorong timbulnya sikap yang saling

memahami, menghargai, dan saling

mengembangkan kualitas. Komunikasi

interpersonal dinyatakan efektif bila

pertemuan komunikasi merupakan hal yang

menyenangkan bagi komunikan.(Widjaja,

2002). adapun fungsi dari komunikasi

interpersonal antara lain:

a. Mengenal diri sendiri dan orang lain.

b. Memungkinkan untuk mengetahui

lingkungan kita secara baik.

c. Menciptakan dan memelihara hubungan

baik antar personal.

d. Mengubah sikap dan perilaku.

e. Bermain dan mencari hiburan dengan

berbagai karakteristik orang.

f. Membantu orang lain dalam

menyelesaikan masalah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam

pembentukkan komunikasi interpersonal:

a. Trust (kepercayaan), ada tiga faktor

utama yang menumbuhkan sikap

percaya yaitu: menerima, adalah

kemampuan berhubungan dengan orang

lain tanpa menilai dan tanpa berusaha

mengendalikannya. Yang kedua adalah

Empati, hal ini dianggap sebagai

memahami orang lain yang tidak

mempunyai arti emosional bagi kita.

Dan yang ketiga adalah Kejujuran, sikap

ini mendorong orang lain untuk dapat

percaya pada kita.

b. Supportif, dengan cara mengurangi sikap

defensif yang memungkinkan terjadinya

ketakutan dan kecemasan yang

menyebabkan komunikasi interpersonal

gagal.

c. Terbuka, Dengan komunikasi yang

terbuka diharapkan tidak akan ada hal-

hal yang tertutup, sehingga apa yang ada

pada diri komunikan juga diketahui oleh

komunikator, demikian sebaliknya.

Komunikasi interpersonal menurut

sifatnya dapat dibedakan menjadi (Cangara,

1998):

1. Dyadic Communication atau komunikasi

diadik merupakan proses komunikasi

yang berlangsung antara dua orang

dalam situasi tatap muka. Komunikasi

Diadik menurut Pace dapat dilakukan

dalam 3 bentuk yakni:

a. Percakapan : dalam suasana yang

bersahabat dan informal.

b. Dialog : dalam situasi yang lebih

intim, lebih dalam dan lebih personal.

c. Wawancara : sifatnya lebih serius,

yakni adanya pihak yang dominan

pada posisi bertanya dan lainnya

berada pada posisi menjawab.

2. Komunikasi kelompok kecil (Small

Group Communication) proses

komunikasi yang berlangsung tiga orang

Page 80: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 168

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

atau lebih secara tatap muka, dimana

anggotanya saling berinteraksi satu sama

lain.

Interaksi Simbolik

Mead dalam “The Theoritical

Perspective” mengemukakan bahwa perilaku

seseorang sangat dipengaruhi oleh simbol

yang orang lain berikan. Melalui pemberian

isyarat berupa simbol, maka seseorang dapat

mengemukakan perasaan, pikiran, maksud

dan tujuan (Mead, 2002). Teori ini pada

dasarnya berhubungan dengan struktur-

struktur sosial dan bentuk konkret dari

prilaku individual atau sesuatu yang bersifat

dugaan. Interaksi simbolik memfokuskan diri

pada hakekat interaksi, pola-pola dinamis

dari tindakan sosial dan hubungan sosial.

Interaksi sendiri dianggap sebagai unit

analisis, sementara sikap-sikap diletakkan

menjadi latar belakang.

Teori interaksi simbolik adalah

hubungan antar simbol dan interaksi.

Menurut Mead, orang bertindak berdasarkan

makna simbolik yang muncul dalam sebuah

situasi tertentu. Sedangkan simbol adalah

representasi dari sebuah fenomena, dimana

simbol sebelumnya sudah disepakati bersama

dalam sebuah kelompok dan digunakan

untuk mencapai sebuah kesamaan makna

bersama. Teori ini menjelaskan bahwa

interaksi individu dengan individu lainnya

akan menghasilkan suatu ide tertentu

mengenai dirinya dan berupaya menjawab

pertanyaan siapakah Anda sebagai manusia?.

Diri merupakan hal yang sangat penting

dalam interaksi. Orang memahami dan

berhubungan dengan berbagai hal atau objek

melalui interaksi sosial. Suatu objek dapat

berupa aspek tertentu dari realitas individu

apakah itu suatu benda, kualitas, peristiwa,

situasi, atau keadaan. Satu-satunya syarat

agar sesuatu menjadi objek adalah dengan

cara memberikannya nama dan

menunjukkannya secara simbolis. Dengan

demikian suatu objek memiliki suatu nilai

sosial sehingga merupakan suatu objek

social. Menurut pandangan ini, realitas

adalah totalitas dari objek sosial dari seorang

individu. Bagi Kuhn, penamaan objek adalah

penting guna menyampaikan makna suatu

objek (Morissan, 2013).

Tunarungu

Tunarungu merupakan seseorang

yang mempunyai gangguan pada

pendengarannya sehingga tidak dapat

mendengar bunyi dengan sempurna atau

bahkan tidak dapat mendengar sama sekali,

tetapi dipercayai bahwa tidak ada satupun

manusia yang tidak bisa mendengar sama

sekali. Walaupun sangat sedikit, masih ada

sisa-sisa pendengaran yang masih bisa

dioptimalkan pada seorang penyandang

tunarungu tersebut. Jika dilihat secara fisik,

seorang yang menyandang tunarungu tidak

jauh berbeda dengan orang normal lainnya,

perkembangan fisiknya pun terlihat seperti

anak normal, namun memiliki keterbatasan

dalam berkomunikasi secara verbal.

Istilah tunarungu diambil dari kata

“tuna” dan “rungu”, tuna artinya kurang dan

rungu artinya pendengaran. Seseorang

dikatakan tunarungu apabila ia tidak dapat

mendengar atau kurang mampu mendengar

suara. Tunarungu menurut KBBI adalah

tidak dapat mendengar; tuli. Sedangkan

menurut Murni Wirnasih tunarungu adalah

seorang yang mengalami kekurangan atau

kehilangan kemampuan mendengar baik

sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan

oleh tidak fungsinya sebagian atau seluruh

alat pendengaran, sehingga anak tersebut

tidak dapat menggunakan alat

pendengarannya dalam kehidupan sehari-hari

(Winarsih, 2007).

Menurut Haenudin (dalam

Rahmaniar, 2015) karakteristik penderita

tunarungu dilihat dari segi intelegensi,

bahasa dan bicara, serta emosi dan social

(Rahmaniar, 2015):

a. Karakteristik dalam segi intelegensi,

secara potensial seorang tunarungu tidak

berbeda dengan orang normal pada

umumnya, ada yang pandai, sedang, dan

ada yang kurang pandai. Namun

meskipun sama secara fungsional

intelegensi mereka berada dibawah

orang normal, hal itu disebabkan oleh

sulitnya memahami bahasa bagi mereka.

Page 81: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 169

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

b. Karakteristik dalam segi bahasa dan

bicara, seseorang tunarungu dalam segi

bicara dan bahasa memiliki hambatan,

hal ini disebabkan adanya hubungan

yang penting dan erat antara bahasa dan

bicara dengan pendengaran, bahasa dan

bicara merupakan hasil proses peniruan

sehingga penyandang tunarungu dalam

segi bahasa memiliki ciri yang khas,

yaitu sangat terbatas dalam pemilihan

kosa kata, sulit mengartikan arti kiasan

dan kata-kata yang bersifat abstrak.

c. Karakteristik dalam segi emosi dan

sosial, keterbatasan yang terjadi dalam

komunikasi pada penyandang tunarungu

mengakibatkan perasaan terasing dari

lingkungannya. Penyandang tunarungu

mampu melihat semua kejadian, akan

tetapi tidak mampu memahami dan

mengikutinya secara menyeluruh dan

alamiah sehingga menimbulkan emosi

yang tidak stabil, mudah curiga, dan

kurang percaya diri. Dalam pergaulan

cenderung memisahkan diri terutama

dengan anak normal, hal ini disebabkan

oleh keterbatasan kemampuan untuk

melakukan komunikasi secara lisan.

Menurut Bcothroyd , memberikan

batasan untuk tiga istilah tunarungu

berdasarkan seberapa jauh seseorang dapat

memanfaatkan sisa pendengaran dengan atau

tanpa bantuan amplifikasi oleh alat bantu

mendengar sebagai berikut (Rahmaniar,

2015):

a. Kurang dengar, namun masih bisa

menggunakannya sebagai

sarana/modalitas utama untuk

menyimak suara cakapan seseorang

dan mengembangkan kemampuan

bicara.

b. Tuli (Deaf) adalah mereka yang

pendengarannya sudah tidak dapat

digunakan sebagai sarana utama guna

mengembangkan kemampuan bicara,

namun masih dapat difungsikan

sebagai suplemen pada penglihatan dan

perabaan.

c. Tuli total (Totally Deaf) adalah mereka

yang sudah sama sekali tidak memiliki

pendengaran sehingga tidak dapat

digunakan untuk menyimak atau

mempersepsi dan mengembangkan

bicara.

Bahasa Isyarat

Terlepas dari penyebab tunarungu,

manusia adalah mahluk sosial, sehingga

manusia tidak dapat hidup sendiri, dan pasti

akan ada saatnya manusia memerlukan

bantuan orang lain. Untuk melakukan

hubungan interaksi dengan orang lain

tersebut dibutuhkan alat, sarana atau media

untuk berkomunikasi, maka dari itu

dibutuhkan sebuah bahasa.

Ada dua macam komunikasi yang kita

ketahui dan terjadi dikehidupan manusia.

Yang pertama komunikasi verbal, ialah

komunikasi yang menggunakan suara dalam

penyampaianya seperti yang kita lakukan

setiap hari, sedangkan yang kedua ialah

komunikasi nonverbal, komunikasi yang

memerlukan simbol-simbol atau gerakan

tangan serta tubuh dalam penyampaiannya

seperti yang digunakan oleh para penyandang

disabilitas (Berger, 2014).

Para penyandang disabilitas seperti

tunarungu dan tunawicara menggunakan

komunikasi nonverbal dalam berkomunikasi,

yaitu dengan bahasa isyarat. Bahasa isyarat

merupakan bentuk dari komunikasi

nonverbal yang tidak mengutamakan suara

sebagai alat komunikasi tetapi melalui bahasa

tubuh, raut wajah, serta pergerakan tangan

dan bibir untuk menyampaikan apa maksud

dan pikiran dari seseorang yang berbicara.

Sedangkan bahasa isyarat menurut KBBI

ialah bahasa yang tidak menggunakan bunyi

ucapan manusia atau tulisan dalam sistem

perlambangannya, juga dapat dikatakan

bahasa yang menggunakan isyarat seperti

gerakan tangan, kepala, badan dan

sebagainya, yang khusus diciptakan untuk

mereka para penyandang disabilitas

(tunarungu, tunawicara, tunanetra, dan

sebagainya) (Frieda, 2009).

Perbedaan tiap bahasa dan budaya

disetiap negara menyebabkan belum

ditetapkannya bahasa isyarat internasional.

Melalui kegiatan GERKATIN (Gerakan

Kesejahteraan Tunarungu Indonesia) para

orang tuna rungu berhasil mengembangkan

bahasa isyarat yang saat ini digunakan oleh

Page 82: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 170

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

kebanyakan masyarakat di Indonesia, yaitu

BISINDO (Bahasa Isyarat Indonesia). Orang

normal juga mengembangkan sebuah bahasa

isyarat, yaitu SIBI (Sistem Isyarat Bahasa

Indonesia) sebuah bahasa isyarat yang sama

dengan bahasa isyarat yang digunakan di

Amerika yaitu ASL (American Sign

Language) dengan tujuan memudahkan jika

harus berkomunikasi dalam bahasa asing

(Sugianto, 2015).

METODOLOGI PENELITIAN

Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Kualitatif. Pendekatan

kualitatif dilakukan dengan menggunakan

metode wawancara mendalam, dan observasi

langsung untuk mendapatkan gambaran dan

fakta di lapangan secara langsung

Fokus Penelitian

Fokus dalam penelitian ini adalah

menganalisis subjek dan objek. Subjek dalam

penelitian ini adalah pegawai tunarungu

DFT, teman dengar menejemen dan

pelanggan. Sedangkan objek penelitiannya

adalah pola komunikasi antara pegawai

tunarungu dan teman dengar. Sumber data

didapatkan melalui wawancara dan

pengamatan langsung.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah observasi dan

dokumentasi (Poerwandari, 2013). Pada

penelitian ini observasi dilakukan untuk

melihat beberapa aspek di antaranya:

Karakteristik setiap pegawai tunarungu dan

teman dengar, Pola komunikasi, Cara

berinteraksi, Ruang lingkup sosial.

Wawancara dilakukan untuk mengetahui

lebih jauh penerapan pola komunikasi yang

dilakukan pegawai tunarungu dan teman

dengar selama ini. Selain itu juga ingin

mengetahui hambatan serta pemecahan

masalah jika ada kesenjangan komunikasi.

Informan dalam penelitian ini sejumlah 7

orang yang terdiri atas: tiga pegawai

tunarungu DFT (E, A, dan N) 1 teman dengar

menejemen (A), dan 3 teman dengar

pelanggan (NW, AS, dan BM). Adapun

panduan wawancara sebagai berikut.

Tabel 1. Panduan Wawancara

No Aspek Indikator Kisi-Kisi Wawancara

1 Proses

Komunikasi

Penyamaan

persepsi Penyamaan Bahasa isyarat,

Penyamaan istilah,

Penyamaan perlakuan ke

teman dengar.

2 Pola

Komunikasi Dyadic

Communication

Small Group Communication

Komunikasi antar pegawai tunarungu,

Komunikasi pegawai tunarungu dengan teman

dengar menejemen,

Komunikasi pegawai

tunarungu dengan teman

dengar pelanggan.

3 Faktor yang

mempengaruhi Pendukung

Penghambat

Internal

Eksternal

Teknik Analisis Data

Analisa data dilakukan untuk

menemukan makna dari setiap data yang

terkumpul. Kemudian setelah seluruh data

terkumpul maka selanjutnya dipilah-pilah,

dihubungkan, dan dibandingkan antara satu

dengan yang lain. Dengan menggunakan

proses berfikir rasional, analitik, kritik, dan

logis, dicari persamaan dan perbedaannya.

Jawaban atau respon yang diberikan oleh

Page 83: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 171

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

setiap informan dianalisa sehingga dapat

ditarik kesimpulan mengenai tanggapan apa

yang paling banyak diberikan oleh informan.

PEMBAHASAN

Gambaran Umum

Deaf Finger Talk adalah perusahaan individu

yang dirikan dengan bangunan sederhana

yang terletak di daerah Pamulang, Tangerang

Selatan, dan Cinere, Depok. Deaf Finger

Talk memberdayakan dan mengembangkan

potensi penderita tunarungu sebagai

pramusaji dan karyawannya sehingga DFT

menawarkan pengalaman yang berbeda yaitu

menggunakan bahasa tangan atau bahasa

isyarat dalam melayani konsumen.

Gambar 4.1

Deaf Finger Talk Cabang Cinere

Gambar4.2

Deaf Finger Talk Cabang Pamulang

Proses Komunikasi Antara Pegawai Tuna

Rungu Dengan Pelanggan dan Menejemen

Deaf Finger Talk

Komunikasi interpersonal adalah

proses komunikasi yang intens antara

komunikator dan komunikan. Komunikasi

interpersonal yang efektif terjadi bila kedua

belah pihak telah mengenal satu sama lain.

Sifat komunikasi interpersonal lebih intim

dan intens, karena dalam komunikasi ini

dapat membicarakan hal-hal yang lebih

spesifik. Bagi orang tunarungu dan teman

dengar yang baru bertemu, biasanya

komunikasi interpersonal tidak sebaik yang

diharapkan. Kedua belah pihak harus terlebih

dahulu mengetahui dan mempelajari

karakteristik komunikasi masing-masing.

Proses terbentuknya komunikasi di

DFT berlangsung dalam beberapa tahap.

Tahap yang pertama adalah, menyamakan

bahasa daerah dari masing-masing calon

pegawai ke dalam Bahasa Isyarat Indonesia

(BISINDO). Bahasa Isyarat Indonesia

(BISINDO) dipilih karena bahasa isyarat ini

adalah bahasa isyarat yang paliung banyak

digunakan, baik di lingkungan formal,

informal, maupun di komunitas. Kita ketahui

bersama bahwa masing-masing daerah di

Indonesia ini memiliki bahasa isyarat yang

berbeda. Oleh karena itu, penting untuk

menyamakan Bahasa isyarat dalam satu

payung Bahasa Isyarat Indonesia

(BISINDO). Hal ini senada dengan yang

dikemukakan oleh A selaku manager DFT

Cinere “salah satu tantangan pertama yang

harus kita hadapi adalah, beragamnya jenis

Bahasa isyarat yang mereka gunakan. Oleh

karena itu, kami terlebih dahulu mengadakan

penyamaan persepsi Bahasa Isyarat

Indonesia (BISINDO), agar semua pegawai

menggunakan bahasa isyarat yang sama”.

Proses komunikasi antara pegawai

tunarungu dan menejemen tergolong mudah.

Hal ini dikarenakan, hampir semua pengelola

menejemen DFT teman dengar, sudah

menguasai baik Bahasa Isyarat Indonesia

(BISINDO) maupun Sistem Isyarat Bahasa

Indonesia (SIBI). “kita juga gak begitu

terlalu berkendala dengan calon pegawai

ataupun pegawai DFT karena memang kami

terlebih dahulu belajar baik BISINDO

maupun SIBI sebelum memutuskamn untuk

mendirikan bisnis ini” A (menejer DFT).

Dari sisi pegawai tuna rungu juga

mereka tidak terlalu sulit untuk bergabung di

DFT, hal ini dikarenakan pihak manajemen

sangat terbuka dan mau menerima serta

membina mereka dari nol. “Saya awalnya

juga takut dan khawatir, takut pihak

Page 84: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 172

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

menejemen gak ngerti bahasa saya, karena

saya juga kurang paham BISINDO dan lebih

sering pakai bahasa isyarat kampung, tapi

pihak menejemen baik dan sabar mau

mengajari saya pelan-pelan” E (pegawai

tunarungu). “Saya tergolong orang yang sulit

untuk belajar hal-hal baru, apalagi bahasa

isyarat daerah saya berbeda jauh dengan

BISINDO, tapi kak Disa telaten dan sabar

banget ngajarin kita BISINDO sampai kita

bisa. Paling gak kami diajarkan bahasa-

bahasa dasar yang biasa digunain dengan

pelanggan di DFT ini”.

Proses kedua adalah dari sisi pelanggan

teman dengar baru, sebagian besar mereka

awalnya kaget dengan kondisi cafe DFT

karena baru pertama mereka berhadapan dan

berkomunikasi dengan teman tunarungu.

Sebagian besar mereka agak sungkan untuk

berkomunikasi lebih lanjut, karena takut

salah dan takut tersinggung. Namun pihak

cafe memberikan kemudahan dengan

membuat kertas yang berisi kosakata bahasa

isyarat yang umum digunakan selama kita

berkunjung di DFT. “Awalnya bingung

banget, kok yang ngelayanin orang tuli

semua. Tadinya saya pikir mungkin cuma

satu dua orang saja, ternyata semuanya. Tapi

ada kertas kosakata bahasa isyarat di meja

jadi kita bisa meniru gerakan isyarat yang

ada disitu. Atau kalau kita benar-benar

kebingungan biasanya pelayan yang ambil

inisiatif untuk menyodorkan kertas untuk kita

menulis apa yang kita maksud atau yang mau

kita pesan” NW (teman dengar pelanggan).

Proses ketiga, di sisi lain, ada juga

pelanggan yang memang dari awal sudah

mengetahui bahwa cafe ataupun carwash

DFT mempekerjakan rekan-rekan tunarungu,

oleh keran itu mereka merasa tertarik dan

ingin mengetahui lebih lanjut tentang sistem

dan proses kerja di cafe atau carwash

tersebut. “saya tau café ini dari temen, dan

tertarik untuk datang kesini karena ingin tau

dan ingin belajar bahasa isyarat agar bisa

berkomunikasi dengan teman tunarungu” AS

(teman dengar pelanggan). “Exchited pas tau

disini ada cafe yang member dayakan temen-

temen tunarungu, kan beda tuh dari cafe-cafe

kebanyakan. Di sini kita bisa saling

memahami dan peduli satu sama lain. Saya

juga bisa belajar bahasa isyarat BISINDO

disini, dan jadi akrab serta bisa ngobrol

banyak sama temen pegawai tunarungu” BM

(teman dengar pelanggan).

Pola komunikasi yang terjadi antara

pegawai tunarungu dengan menejemen

(teman dengar) pada dasarnya berlangsung

secara diadik. Dalam arti diawal ketika baru

bertemu komunikasi yang terjadi adalah tatap

muka, namun belum begitu intens, karena

masih terdapat perbedaan bahasa isyarat.

Setelah bergaul lebih kurang satu minggu,

pola komunikasi mereka berlangsung secara

dialog, karena antara keduanya lebih intens

berkomunikasi untuk membahas hal-hal yang

terkait pekerjaan. Sedangkan, pola

komunikasi antara pelanggan (teman dengar)

dengan pegawai tunarungu lebih bersifat

diadik dan belum mampu mencapai tahap

dialog, hal ini karena kebutuhan pelanggan di

DFT hanya sebatas untuk kegiatan-kegiatan

yang sifatnya parsial seperti: makan, minum,

atau mencuci kendaraan yang tidak

membutuhkan proses dialog lebih lanjut.

Segala bentuk pola komunikasi

interpersonal yang terjadi antara pegawai

tunarungu dan teman dengar (baik pegawai

maupun pelanggan) lebih menonjolkan aspek

immediacy (kebersatuan) dan expressiveness

(ekspresi). Dimana mereka akan lebih intens

untuk mengedepankan gerakan-gerakan

Bahasa isyarat dalam berkomunikasi. Hal ini

dianggap lebih mudah dibanding harus

berusaha keras memahami baik BISINDO

maupun SIBI. Karena mensimulasikan

maksud atau tujuan dalam gerak dinilai lebih

mudah dibanding memahami bahasa baku

yang harus dipelajari terlebih dahulu.

Faktor Penghambat

Dalam komunikasi interpersonal jelas

proses komunikasi tidak bisa selalu berjalan

dengan mulus. Ada faktor-faktor yang

menghambat yang menyebabkan komunikasi

tidak bisa berjalan dengan baik, sehingga

penyampaian pesan dari komunikator kepada

komunikan menjadi terganggu. Adapun

faktor-faktor penghambat komunikasi

Page 85: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 173

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

interpersonal dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Perasaan Takut

Faktor penghambat pertama muncul diantara

pegawai tunarungu dengan pelanggan teman

dengar. Sebenarnya penghambat ini muncul

dari pihak pelanggan teman dengar yang

merasa enggan, dan takut salah dalam

berkomunikasi dengan pegawai tuna rungu.

Mereka takut jika nantinya akan

menyinggung pegawai DFT. Teman dengar

menganggap pegawai DFT tidak mengerti

bahasa verbal yang mereka gunakan, dan

sebaliknya Pegawai tunarungu merasa

pelanggan teman dengar tidak mengerti

Bahasa isyarat yang mereka gunakan.

2. Tidak terbuka

Perasaan takut ini pada akhirnya

menyebabkan ketidakterbukaan dari

(khususnya) pelanggan teman dengar.

Padahal dalam komunikasi interpersonal

sangat dibutuhkan openness (keterbukaan)

agar proses komunikasi dapat berjalan lebih

efektif.

3. Pikiran Negatif

Ketidakterbukaan pada akhirnya

menimbulkan sikap yang tidak empati dan

kepekaan dalam proses komunikasi

interpersonal. Anggapan diawal dari masing-

masing pihak bahwa mereka mungkin akan

tidak bisa memahami bahasa masing-masing,

menjadikan adanya kesenjangan (gap)

diantara keduanya.

4. Intelegensi

Tidak bisa dipungkiri bahwa ketunarunguan

berdampak cukup signifikan dalam

perkembangan intelegensi orang. Gangguan

pendengaran yang dialami sejak lahir

mengakibatkan gangguan berbicara sehingga

berdampak pada lambatnya proses berpikir.

Sebagian besar pelanggan DFT adalah orang

yang berpendidikan cukup dan cenderung

tinggi. Perbedaan intelegensi ini yang

terkadang menjadi faktor penghambat dalam

memahami sesuatu hal.

Faktor Pendukung

Proses komunikasi interpersonal di

Deaf Finger Talk dapat dikatakan cukup

berhasil. Banyaknya pelanggan tetap cafe

dan carwash menjadi indikasi bahwa

pelanggan merasa cukup nyaman dengan

suasana disana. Kenyamanan tersebut

tercermin dari proses komunikasi dengan

Bahasa isyarat yang cukup lancar setelah

beberapa kali berkunjung. Penguasaan

bahasa isyarat oleh teman dengar pengunjung

dan teman dengar menejemen dipengaruhi

oleh beberapa faktor pendukung seperti:

1. Rasa ingin tau

Tingginya rasa ingin tau pelanggan teman

dengar mengenai cafe DFT yang

mempekerjakan teman-teman tunarungu

menjadi faktor pendukung yang utama.

Pelanggan teman dengar merasa

keingintahuannya tentang pola komunikasi

yang berbeda dapat dijawab dari interaksi di

DFT. Setelah menjadi tahu, pada akhirnya

mereka akan tertarik untuk terus berinteraksi

dengan pegawai tunarungu untuk

memperkaya pengetahuan mereka tentang

dunia tunarungu.

2. Kemauan belajar

Karena sudah tertarik, maka tidak sedikit dari

mereka (teman dengar) yang ingin

mempelajari lebih lanjut terhadap Bahasa

isyarat, khususnya BISINDO. Faktor

kemauan belajar ini juga mengakibatkan

intensitas pertemuan yang cukup sering,

sehingga proses terjadinya komunikasi

interpersonal menjadi lebih efektif.

PENUTUP

Berdasarkan hasil temuan dan

pembahasan yang dipaparkan maka dapat

disimpulkan bahwa proses komunikasi

interpersonal yang terjadi di DFT

berlangsung dalam 3 fase: fase pertama

antara calon pegawai tunarungu dengan

menejemen DFT untuk menyamakan Bahasa

isyarat (BISINDO). Kedua, antara pegawai

tunarungu dengan pelanggan dengan masih

terkendala Bahasa verbal dan nonverbal,

namun ada beberapa fasilitas untuk

membantu komunikasi seperti menyediakan

kertas bahasa isyarat. Fase ketiga adalah

komunikasi yang lebih intens antara pegawai

tunarungu dengan pihak menejemen, dan

pegawai tunarungu dengan pelanggan. Hal

Page 86: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 174

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

ini disebabkan karena pelanggan ingin

mengetahui dan belajar lebih lanjut tentang

Bahasa isyarat. Pola komunikasi yang terjadi

antara pegawai tunarungu dengan

menejemen ataupun pelanggan terjadi secara

diadik untuk pertama kali karena keduanya

sama-sama belum memahami penggunaan

Bahasa masing-masing, dan yang kedua

secara dialog jika sudah akrab dan mengenal

satu sama lain. Faktor pendukung

komunikasi interpersonal yang terjadi di DFT

adalah rasa ingin tahu dan kemauan untuk

belajar. Sedangkan faktor penghambat terdiri

dari: perasaan takut, tidak terbuka, pikiran

negatif dan taraf intelegensi.

Berdasarkan temuan penelitian,

maka peneliti menyarankan untuk

penelitian berikutnya perlu adanya studi

lebih lanjut terkait proses mempelajari

BISINDO yang tergolong cukup cepat dan

efektif di DFT. Karena proses ini dinilai

mempercepat adaptasi calon pegawai DFT

ditengah kuatnya bahasa isyarat daerah

yang mereka bawa. Hal ini juga yang

menyebabkan banyak pelanggan yang

datang dan ingin belajar bahasa isyarat di

DFT.

DAFTAR PUSTAKA

Berger, C. (2014). Handbook Ilmu

Komunikasi. Bandung: Nusa Media.

Cangara, hafied. (1998). Pengantar Ilmu

Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Effendi, M. (2006). Pengantar

psikopedagogik anak berkelainan.

Jakarta: Bumi Aksara.

Febriana, O. (2013). Efektivitas Program

Pelatihan Keterampilan bagi

Penyandang cacat Tuna Rungu. Medan.

Simatera Utara: Universitas Sumatera

Utara.

Frieda, M. (2009). Psikologi dan Pendidikan

Anak Berkebutuhan Khusus Jilid 1.

Jakarta: LPSP3 UI.

Harris, L. (1997). Counselling Needs

Students Who Are Deaf and Hard of

Hearing. Journal The School Counselor,

44.

Khalida, R. (2017). Augmented Reality:

Simulasi Terapi Low Back Pain. Jurnal

Kajian Ilmiah, 17(3).

Kuba, H. S. (2017). Penanggulangan

Terorisme oleh Polri dalam Perspektif

Penangkalan (Pre-emtif) dan

Pencegahan (Preventif). Jurnal Kajian

Ilmiah, 17(2).

Mead, G. H. (2002). Pendekatan Filsafat.

Yogyakarta: LKIS.

Morissan. (2013). Teori komunikasi: individu

hingga massa. Jakarta: Kencana

Predana Grup.

Poerwandari, K. (2013). Pendekatan

kualitatif untuk penelitian perilaku

manusia. Jakarta: LPSP3 UI.

Rahmaniar. (2015). Pengembangan

Pembelajaran Bahasa Bagi Anak

Tunarungu- Wicara Tingkat TLKB Di

SLB-B, SulSel. E-Buletin LPMP Sulsel,

2.

Sugianto, N. (2015). Analisa Manfaat dan

Penerimaan Terhadap Implementasi

Bahasa Isyarat Indonesia pada Latar

Belakang Komplek Menggunakan

Kinect dan Jaringan Syaraf Tiruan

(Studi Kasus SLB Karya Mulia 1).

Surabaya: Universitas Ciputra.

Utami, W. P. (2013). Penyesuaian Diri

Penyandang Tuna rungu di Lingkungan

Kerja. Surakarta: Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Widjaja, W. . (2002). Komunikasi dan

Hubungan Mayarakat. Jakarta: Bumi

Aksara.

Winarsih, M. (2007). Interverensi Dini Bagi

Anak Tunarungu dalam Pemerolehan

Bahasa. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Page 87: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 175

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan dan

Dukungan Akademik Terhadap Niat

Kewirausahaan Mahasiswa

Ahmad Rifqy Alfiyan1, M.Qomaruddin

2, Doni Purnama Alamsyah

3

1STMIK Nusa Mandiri, [email protected]

2STMIK Nusa Mandiri, [email protected]

3Universitas BSI, [email protected]

Abstrak - Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pendidikan kewirausahaan

dan dukungan akademik terhadap niat kewirausahaan mahasiswa. Data dari 74 mahasiswa

Institut Bisnis dan Multimedia ‘asmi’ digunakan untuk menguji model hipotesis. Penelitian

menggunakan teknik saturation sampling dan pengumpulan data dengan kuisioner. Teknik

analisis data menggunakan regresi linear berganda. Hasilnya menunjukkan bahwa

pendidikan kewirausahaan dan dukungan akademik berpengaruh positif dan signifikan

terhadap niat kewirausahaan mahasiswa, baik secara parsial maupun simultan. Hasil

penelitian ini memiliki implikasi praktis dengan temuan bahwa pendidikan kewirausahaan

merupakan variabel explanatory yang berguna di Indonesia. Selain itu, implikasi manajerial

atas hasil penelitian menyarankan pada lembaga pendidikan untuk mempertimbangkan

pendidikan kewirausahaan dan dukungan akademik sebagai faktor yang cukup penting untuk

mendorong minat mahasiswa dalam berwirausaha.

Kata Kunci: Dukungan Akademik, Entrepreneurial Intention, Entrepreneurship Education.

Abstract - This study aims to analyze the effect of entrepreneurship education and academic

support on students' entrepreneurial intentions. Data from 74 students of the Business and

Multimedia Institute "asmi" were used to test the hypothesis model. The study used saturation

sampling techniques and data collection with questionnaires. The data analysis technique

uses multiple linear regression. The results show that entrepreneurship education and

academic support have a positive and significant effect on students' entrepreneurial

intentions, both partially and simultaneously. The results of this study have practical

implications with the finding that entrepreneurial education is an explanatory variable that is

useful in Indonesia. In addition, the managerial implications of the results of the study

suggest that educational institutions to consider entrepreneurship education and academic

support are important factors to encourage student interest in entrepreneurship.

Keywords: Academic Support, Entrepreneurial Intention, Entrepreneurship Education.

Naskah diterima: 19 Jan 2019, direvisi: 27 April 2019, diterbitkan: 15 Mei 2019

Page 88: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 176

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

PENDAHULUAN

Masalah ketenagakerjaan,

pengangguran, dikalangan sarjana setelah

lulus dari universitas adalah sebuah

permasalahan yang harus segera diatasi untuk

menjadikan Negara Indonesia sebagai

Negara terbesar di Asia, terutama dalam

bidang UMKM (Eleanora & Masri, 2018).

Dalam hal ini peranan akademik sangatlah

penting dalam hal memfasilitasi dan

memberikan wadah bagi para mahasiswa,

karena tidaklah cukup hanya mengandalkan

langkah pemerintah untuk membuka banyak

lapangan kerja baru sepertinya tidak banyak

membantu mengurangi jumlah pengangguran

di Indonesia. Menurut data BPS terbaru

2018, hampir 8% dari total 7 juta lebih

sarjana menganggur. Angka ini meningkat

1,13% dari tahun 2017. Namun menurut

Kemenristek Dikti, di tahun 2017 sarjana

pengangguran mencapai 8,8%. Jumlahnya

mencapai lebih dari 630 ribu orang.

Pemimpin-pemimpin bangsa di masa

depan berharap agar mahasiswa sebagai salah

satu golongan elit masyarakat menjadi

pelopor untuk mengembangkan

kewirausahaan (Sasmita, 2018). Lapangan

perkerjaan yang terbatas mengharuskan

lulusan perguruan tinggi berani untuk

memulai. Terdapat 630 ribu lulusan

perguruan tinggi yang masih menganggur

dari total pengangguran 7,17 juta orang.

Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan,

maka perguruan tinggi bertanggung jawab

untuk mendidik dan memberikan

kemampuan berwirausaha kepada lulusannya

dan memberikan motivasi agar berani

memilih berwirausaha sebagai karir mereka.

Perguruan tinggi harus menerapkan sistem

pembelajaran kewirausahaan yang jelas

untuk membekali mahasiswa dengan ilmu

pengetahuan yang bertujuan mendorong

semangat mahasiswa untuk memilih

berwirausaha (Yohnson Yohnson, 2003).

Permasalahannya bagaimana cara

untuk menumbuhkan motivasi berwirausaha

yang efektif pada mahasiswa dan faktor-

faktor apa saja yang mempengaruhi niat

mahasiswa untuk memilih karir berwirausaha

setelah mereka lulus dari perguruan tinggi.

Pentingnya pendidikan kewirausahaan yang

diharapkan bisa memberikan ilmu

pengetahuan kewirausahaan kepada

mahasiswa. Pendidikan kewirausahaan

diharapkan dapat memberikan landasan

teoritis tentang konsep kewirausahaan,

membentuk pola pikir, sikap, dan perilaku

seorang wirausahawan (Nursito & Nugroho,

2013).

Institut Bisnis dan Multimedia ‘asmi’

(IBM ‘asmi’) sebagai salah satu perguruan

tinggi swasta ikut bertanggung jawab dalam

mendidik dan memberikan kemampuan

berwirausaha serta memberikan motivasi

bagi mahasiswa untuk berani memilih

berwirausaha sebagai karir mereka. Untuk itu

IBM ‘asmi’ telah membekali mahasiswanya

untuk menjadi wirausaha dengan

memberikan pendidikan kewirausahaan

melalui matakuliah kewirausahaan yang

diberikan pada mahasiswa Program Diploma

3 dan Strata 1. Melalui pembelajaran

kewirausahaan ini, diharapkan agar

mahasiswa memiliki jiwa dan mental

berwirausaha serta mampu menumbuhkan

keinginan untuk menjadi wirausaha setelah

lulus. Oleh karena itu, maka penelitian ini

bertujuan menguji pengaruh faktor

pendidikan kewirausahaan dan dukungan

akademik terhadap niat kewirausahaan

mahasiswa IBM ‘asmi’, sehingga diharapkan

dapat memberikan masukan berdasarkan

pengalaman bagi pengembangan

pembelajaran pendidikan kewirausahaan

yang lebih jelas dalam mendorong

munculnya lulusan-lulusan yang memilih

untuk berkarir sebagai wirausaha.

LANDASAN TEORI

Pendidikan Kewirausahaan Pendidikan kewirausahaan adalah

ilmu yang mempelajari nilai, kemampuan

dan perilaku dalam menghadapi berbagai

tantangan hidup. Pengajaran pendidikan

kewirausahaan sebagai suatu disiplin ilmu

karena memiliki badan pengetahuan yang

utuh dan nyata, memiliki dua konsep yaitu

venture start-up dan venture growth serta

Page 89: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 177

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

memiliki objek tersendiri yaitu kemampuan

menciptakan sesuatu (Suryana, 2006). Secara

langsung, pendidikan kewirausahaan dapat

mengubah pola pikir, sikap, dan perilaku

pada seseorang untuk menjadi wirausaha

yang mengarahkan untuk memilih

berwirausaha sebagai pilihan karir (Lestari,

2012).

Faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap pendidikan kewirausahaan adalah:

Pembentukan pola pikir mahasiswa untuk

menjadi seorang wirausahawan

(entrepreneur) sejati; Pembentukan sikap

mahasiswa untuk menjadi seorang

wirausahawan (entrepreneur) sejati;

Pembentukan perilaku mahasiswa untuk

menjadi seorang wirausahawan

(entrepreneur) sejati (Lestari, 2012).

Pengukuran variabel pendidikan

kewirausahaan dapat dilakukan dengan

beberapa indikator yaitu: pendidikan

kewirausahaan menumbuhkan minat untuk

berwirausaha; pendidikan kewirausahaan

dapat menambah ilmu dalam bidang

wirausaha; pendidikan kewirausahaan

menumbuhkan kesadaran adanya peluang

bisnis (Bukirom, Indradi, & Martono, 2014).

Dukungan Akademik

Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun

1999, kebebasan akademik adalah kebebasan

yang dimiliki dari setiap anggota sivitas

akademika dalam melaksanakan kegiatan

yang terkait dengan pendidikan dan

pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi secara bertanggung. Kebebasan

akademik merupakan implementasi bentuk

dalam dukungan akademik kepada

mahasiswa. Faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap dukungan akademik: Dukungan

untuk memulai usaha sendiri; Dorongan

untuk mengeluarkan ide-ide; ketersediaan

dukungan infrastruktur yang baik untuk

praktek pendirian usaha (Autio, H. Keeley,

Klofsten, G. C. Parker, & Hay, 2001).

Indikator dukungan akademik menggunakan

skala dari (Autio et al., 2001) dalam

(AKYOL & GURBUZ, 2008) yaitu:

Mengetahui beberapa orang di kampus yang

sukses berwirausaha (memulai usaha mereka

sendiri); Secara aktif mendorong seseorang

untuk mengeluarkan ide-ide mereka sendiri

di kampus; Bertemu dengan banyak orang di

kampus, yang memiliki ide bagus untuk

memulai usaha baru (berwirausaha);

ketersediaan dukungan infrastruktur yang

baik untuk praktek pendirian usaha baru.

Niat Kewirausahaan (Entrepreneurial

Intention)

Minat berwirausaha dalam penelitian

ini didefinisikan sebagai suatu keadaan

dimana dalam pikiran mahasiswa IBM ‘asmi’

ada keinginan untuk menciptakan dan

menjalankan suatu usaha. Mengasumsikan

minat sebagai faktor emosional yang dapat

mempengaruhi perilaku dan menunjukan

keinginan seseorang untuk mencoba

melakukan sesuatu yang telah direncanakan

(Ghozali, 2016). Minat merupakan wadah

pengaruh berbagai faktor-faktor motivasi

yang mempengaruhi suatu perilaku. Minat

juga dapat menunjukkan seberapa keras

seseorang berani mencoba, minat

menunjukkan seberapa besar keinginan yang

direncanakan seseorang untuk dilakukannya

dan minat adalah paling dekat berhubungan

dengan perilaku selanjutnya (Lestari, 2012).

METODE

Populasi dalam penelitian ini adalah

mahasiswa Program Diploma 3 Manajemen

Administrasi semester lima reguler dan Strata

1 Administrasi Bisnis semester lima dan

tujuh kelas reguler malam IBM ‘asmi’

matakuliah entrepreneurship semester ganjil

tahun 2018/2019 yang berjumlah 74 orang.

Adapun alasan pemilihan populasi

adalah bahwa mahasiswa tersebut sudah

mengikuti matakuliah kewirausahaan. Selain

itu mahasiswa Program Diploma 3

Manajemen Administrasi dan Strata 1

Administrasi Bisnis kelas reguler malam

IBM ‘asmi’ sebagian besar belum bekerja

secara tetap. Teknik sampling yang

digunakan adalah saturation sampling yaitu

berusaha untuk mendapatkan data dari

seluruh anggota populasi yang ada.

Page 90: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 178

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Data primer diperoleh dengan

menggunakan kuesioner, yang terbagi dalam

3 bagian: pendidikan kewirausahaan,

dukungan akademik dan niat kewirausahaan.

Dalam pengukuran variabel pendidikan

kewirausahaan, responden diminta untuk

menjawab 3 item pernyataan yang diadopsi

dari (Bukirom et al., 2014) terkait dengan

pendidikan kewirausahaan yang pernah

dijalaninya, variabel dukungan akademik

diukur dengan skala dari (Autio et al., 2001)

dalam (AKYOL & GURBUZ, 2008) yang

terdiri dari 4 item pernyataan, untuk

mengukur variabel niat kewirausahaan

(entrepreneurial intention), responden

diminta menentukan tingkat keinginan untuk

mendirikan usaha sendiri setelah lulus

dengan 3 item pernyataan yang diadopsi dari

(Gerry, Marques, & Nogueira, 2008), yang

menunjukkan tingkat intensi mereka untuk

berwirausaha. Secara keseluruhan, semua

variabel diukur dengan menggunakan Likert

scale.

Beberapa hipotesis yang akan diuji

dalam penelitian ini: Pendidikan

kewirausahaan berpengaruh terhadap niat

kewirausahaan mahasiswa, dukungan

akademik berpengaruh terhadap niat

kewirausahaan mahasiswa, pendidikan

kewirausahaan dan dukungan akademik

secara bersama-sama berpengaruh terhadap

niat kewirausahaan mahasiswa. Penelitian ini

juga akan melakukan uji terhadap

penyimpangan asumsi klasik yaitu: uji

normalitas, uji multikolinearitas dan uji

heterokesdastisitas.

PEMBAHASAN

Hasil Pengujian Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Untuk memastikan data yang diuji

terdistribusi dengan normal, maka dilakukan

pengujian Normalitas. Adapun dalam

pengujian ini menggunakan atau berdasarkan

diagram histogram.

Gambar 1 Uji Normalitas

Dari diagram histogram tersebut,

dapat dilihat bahwa diagram membentuk

kurva normal dan sebagian besar bar/batang

berada di bawah kurva. Maka dapat

disimpulkan bahwa variabel-variabel yang

diuji terdistribusi secara normal di dalam

pengujian Normalitas.

Uji Multikolinearitas

Pada Uji Multikolinearitas ini, akan

digunakan 2 pengujian yang berdasarkan

Tabel Correlations dan Tabel Coefficients,

untuk menentukan ada atau tidaknya gejala

Multikolinearitas yang terjadi dari penelitian

ini.

Tabel 1. Correlations

Correlations

Y X1 X2

Pearson

Correlation

Y 1,000 -,400 -,193

X1 -,400 1,000 -,183

X2 -,193 -,183 1,000

Sig. (1-tailed) Y . ,000 ,050

X1 ,000 . ,059

X2 ,050 ,059 .

N Y 74 74 74

X1 74 74 74

X2 74 74 74

Berdasarkan tabel correlations

tersebut, diketahui bahwa nilai correlation

(r) dari variabel X1 = -0,183 dan nilai

correlation (r) dari variabel X2 = -0,193,

Page 91: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 179

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

yang nilai-nilai tersebut berdasarkan tabel

representasi koefien korelasi, r (X1) < 0,8

dan r (X2) <0,8. Dapat disimpulkan tidak

terdeteksi adanya gejala Multikolinearitas.

Tabel 2. Coefficient

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B

Std.

Error Beta

1 (Constant) 7,951 ,788 10,090 ,000

X1 -,461 ,108 -,450 -4,258 ,000

X2 -,298 ,114 -,276 -2,607 ,011

Berdasarkan tabel coefficients

tersebut dapat ditentukan bahwa nilai

Standard Error dari variabel X1 sebesar

0,108 dan nilai Standard Error dari variabel

X2 sebesar 0,114. Karenga nilai Standard

Error variabel X1 < 1 dan nilai Standard

Error variabel X2 < 1, maka dapat

disimpulkan bahwa tidak terdeteksi adanya

gejala Multikolinearitas yang terjadi.

Kesimpulannya, dari 2 pengujian tersebut

dapat dikatakan bahwa tidak terdapat

masalah Multikoliniearitas yang terjadi, dan

dapat dikatakan Reliable, handal, serta kebal

terhadap perubahan-perubahan yang terjadi

pada variabel lainnya di dalam model regresi

berganda.

Uji Heteroskesdastisitas

Pada pengujian Heteroskedastisitas

menggunakan metode grafik Scatter Plot.

Gambar 2. Uji Heteroskesdastisitas

Berdasarkan grafik tersebut, tidak adanya

pola yang terbentuk, dan penyebaran titik-

titik menyebar di bagian atas dan bagian

bawah pada titik sumbu Y. Dapat

disimpulkan tidak ada gangguan asumsi

Heteroskedastisitas.

Hasil Pengujian Hipotesis

Penelitian ini menggunakan analisis

regresi linier berganda. Pengujian hipotesis

pada penelitian ini menggunakan program

aplikasi SPSS 22.

Tabel 3. Model Summary

Model Summaryb

Model R

R

Square

Adjusted

R Square

Std. Error

of the

Estimate

1 ,781a ,609 ,568 ,13530

Berdasarkan tabel Model Summary

tersebut, menjelaskan besarnya nilai korelasi

/ hubungan (R) yaitu sebesar 0,781 dan

dijelaskan besarnya prosentase pengaruh

variabel bebas terhadap variabel terikat yang

disebut koefisien penentu (determinasi) yang

merupakan hasil dari penguadratan R. Dari

output tersebut diperoleh koefisien penentu

(R2) sebesar 0,609 atau 60,9%. yang

mengandung pengertian bahwa pengaruh

variabel pengaruh pendidikan kewiraushaan

(X1) dan dukungan akademik (X2) terhadap

variabel niat kewirausahaan mahasiswa (Y)

adalah sebesar 86,47%, sisanya adalah

faktor-faktor yang belum diteliti.

Selanjutnya untuk mengetahui

berpengaruh tidaknya variabel indepen

terhadap dependen di representasikan pada

tabel Anova.

Page 92: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 180

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Tabel 4. Anova ANOVAa

Model

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 1,885 7 ,269 14,708 ,000b

Residual 1,208 66 ,018

Total 3,093 73

Berdasarkan tabel Anova nilai sig.

tertera sebesar 0,000 dapat disimpulkan

bahwa variabel X1 dan X2 berpengaruh

secara bersamaan terhadap Y. Hal ini dengan

mengikuti taraf sig. 0,05 sebagai nilai cut off

dari nilai signifikansi.

Analisis Pengaruh Pendidikan

Kewirausahaan dan Dukungan Akademik

Terhadap Niat Kewirausahaan Mahasiswa

Hasil dari pengujian ini menunjukkan

bahwa, pendidikan kewirausahaan dan

dukungan akademik berpengaruh positif dan

signifikan terhadap niat kewirausahaan

mahasiswa secara parsial maupun secara

simultan. Hasil ini memiliki implikasi praktis

dengan temuan bahwa pendidikan

kewirausahaan merupakan variabel yang

berguna di Indonesia. Lembaga pendidikan

di Indonesia dapat mempertimbangkan

pendidikan kewirausahaan sebagai

pembelajaran untuk mendidik dan

memberikan kemampuan berwirausaha

kepada para lulusan dan dapat memberikan

motivasi untuk berani memilih berwirausaha

sebagai karir nantinya. Hasil pengujian ini

juga memperkuat pentingnya dukungan bagi

mahasiswa di lingkungan perguruan tinggi.

Dukungan akademik yang tinggi

dapat menumbuhkan motivasi berwirausaha

yang efektif di kalangan mahasiswa,

sehingga diharapkan dapat mendorong

munculnya lulusan yang berani untuk

memilih karir sebagai wirausaha dan dapat

memecahkan permasalahan ketenagakerjaan

di Indonesia.

PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis dan

pengolahan data, dapat disimpulkan bahwa

pendidikan kewirausahaan dan dukungan

akademik berpengaruh positif dan signifikan

terhadap niat kewirausahaan mahasiswa

secara parsial maupun secara simultan. Hasil

ini memiliki implikasi praktis dengan temuan

bahwa pendidikan kewirausahaan merupakan

variabel yang berguna di Indonesia. Hasil

penelitian ini juga memperkuat pentingnya

dukungan bagi mahasiswa di lingkungan

perguruan tinggi. Dukungan akademik yang

tinggi dapat menumbuhkan motivasi

berwirausaha yang efektif di kalangan

mahasiswa sehingga diharapkan dapat

mendorong munculnya lulusan yang memilih

untuk berkarir sebagai wirausaha dan dalam

jangka panjang diharapkan akan dapat

memecahkan permasalahan ketenagakerjaan

di Indonesia.

Penelitian ini masih memiliki

kelemahan karena adanya beberapa

keterbatasan, antara lain karena penelitian ini

hanya dilakukan pada lokasi penelitian yang

terbatas. Oleh karena itu ada beberapa

pengembangan yang dapat dilakukan dalam

penelitian-penelitian selanjutnya antara lain

masih perlu dilakukan penelitian pada aspek

yang sama pada sampel yang berbeda untuk

mengetahui konsistensi hasil penelitian ini.

Selain itu dapat dilakukan uji ulang

penelitian ini dengan menambahkan variabel-

variabel lain yang berpengaruh dan belum

digunakan dalam penelitian ini atau dengan

menggunakan metode yang berbeda untuk

memperoleh pemahaman yang lebih baik dan

hasil yang lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Akyol, S., & Gurbuz, G. (2008).

Entrepreneurial Intentions Of Young

Educated Public In Turkey. Journal of

Global Strategic Management.

https://doi.org/10.20460/JGSM.200821

8486

Autio, E., H. Keeley, R., Klofsten, M., G. C.

Parker, G., & Hay, M. (2001).

Page 93: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 181

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Entrepreneurial Intent among Students

in Scandinavia and in the USA.

Enterprise and Innovation

Management Studies.

https://doi.org/10.1080/1463244011009

4632

Bukirom, Indradi, H., & Martono. (2014).

Pengaruh Pendidikan Berwirausaha

dan Motivasi Berwirausaha terhadap

Pembentukan Jiwa Berwirausaha

Mahasiswa. Media Ekonomi Dan

Manajemen.

Eleanora, F. N., & Masri, E. (2018). Tinjauan

Yuridis Pembinaan Anak di Lembaga

Pembinaan Khusus Anak (LPKA)

Tangerang. Jurnal Kajian

Ilmiah, 18(3), 215-230.

Gerry, C., Marques, C. S., & Nogueira, F.

(2008). Tracking student

entrepreneurial potential: Personal

attributes and the propensity for

business start-ups after graduation in a

Portuguese university. Problems and

Perspectives in Management.

Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis

Multivariate Dengan Program IBM dan

SPSS 21. In Aplikasi Analisis

Multivariate dengan Pogram iIBM

SPSS 21.

https://doi.org/10.1016/j.tsf.2010.09.04

0

Lestari, R. B. (2012). Pengaruh Pendidikan

Kewirausahaan terhadap Minat

Berwirausaha Mahasiswa di STIE

MDP, STMIK MDP, dan STIE MUSI.

Forum Bisnis Dan Kewirausahaan

Jurnal Ilmiah STIE MDP Hal -112.

https://doi.org/10.1007/b96922

Nursito, S., & Nugroho, A. J. S. (2013).

Analisis Pengaruh Interaksi

Pengetahuan Kewirausahaan dan

Efikasi Diri Terhadap Intensi

Wirausaha. Kiat Bisnis.

Sasmita, N. O. (2018). Validitas Children

Behavior Questionnaire (CBQ) di

Penjaringan Jakarta Utara. Jurnal

Kajian Ilmiah, 18(3), 268-277.

Yohnson Yohnson. (2003). Peranan

Universitas Dalam Memotivasi Sarjana

Menjadi Young Entrepreneurs (Seri

Penelitian Kewirausahaan). Jurnal

Manajemen Dan Kewirausahaan.

Page 94: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 182

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Analisis Efisiensi BOPO Terhadap Laba Bersih Pada BPR

Wangsit Supeno Universitas Bina Sarana Informatika, [email protected]

ABSTRAK - PT BPR Shinta Daya adalah sebuah lembaga keuangan bank yang beroperasi di

Kabupaten Sleman Yogyakarta, dan pada saat ini merupakan salah satu BPR yang memiliki

kinerja keuangan yang baik selama empat tahun terakhir ini. Secara berkala PT BPR Shinta

Daya berkewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan publikasi kepada Otoritas Jasa

Keuangan (OJK). Salah satu kegunaan informasi laporan keuangan publikasi adalah untuk

keperluan analisa kinerja keuangan yang berhubungan dengan kemampuan BPR dalam

memperoleh laba bersih yang optimal. Laba bersih BPR yang meningkat dari tahun ke tahun

menunjukkan adanya manajemen operasional BPR yang efisien. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui efisiensi Kinerja Keuangan Biaya operasional terhadap Pendapatan

operasional dengan menggunakan rasio BOPO dalam meningkatkan kemampuan memperoleh

laba bersih PT BPR Shinta Daya. Penelitian ini menggunakan metode analisis horizontal dan

angka index yang dinyatakan dalam presentase berdasarkan laporan laba rugi publikasi BPR,

sehingga akan diketahui kecenderungan atau arah atau trend dari posisi keuangan ataupun

hasil-hasil yang telah dicapai oleh PT BPR Shinta Daya selama tahun 2015 sampai dengan

tahun 2018, apakah menunjukkan arah yang tetap, meningkat atau bahkan menurun. Hasil

penelitian dengan melakukan analisa laporan keuangan laba rugi yang dipublikasikan PT BPR

Shinta Daya selama tahun 2015 sampai dengan tahun 2018, menunjukkan bahwa tingkat

efisiensi kinerja keuangan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

dapat mempengaruhi kemampuan BPR dalam memperoleh laba bersih yang optimal.

Kata Kunci: Efisiensi, Rasio BOPO, Laba Bersih

ABSTRACT - PT BPR Shinta Daya is a bank financial institution that operates in Sleman

Regency Yogyakarta, and is currently one of the BPR that has good financial performance for

the past four years. Periodically, PT BPR Shinta Daya is obliged to submit the financial

report of the publication to the Financial Services Authority (OJK). One of the uses for

information on the publication of financial statements is for the purpose of financial

performance analysis related to BPR's ability to obtain optimal net profit. The net profit of

BPR from year to year shows the efficient management of BPR operations. The purpose of

this research is to know the efficiency of financial performance of operational costs to

operating income by using the ratio of BOPO in improving the ability to gain net profit of PT

BPR Shinta Daya. This research uses methods of horizontal analysis and index numbers

expressed in percentage based on the income statement of BPR publications, so that will be

known tendency or direction or trend of financial position or results that have been achieved

by PT BPR Shinta Daya during the year 2015 until 2018, whether it shows a fixed direction,

increased or even decreased. The results of the research by analyzing the financial statements

of the income that was published by PT BPR Shinta Daya during the year 2015 until 2018,

indicating that the level of efficiency of the financial performance of operating costs to

operating income (BOPO) can affect the capability of BPR in obtaining an optimal net profit.

Keywords: Efficiency, Ratio Of BOPO, Net Income

Page 95: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 183

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Naskah diterima: 28 Jan 2019, direvisi: 7 Mei 2019, diterbitkan: 15 Mei 2019

PENDAHULUAN Berdasarkan pada Data Statistik

Perbankan Indonesia Volume 17 No. 01

Desember 2018 (Otoritas Jasa Keuangan,

2018), Pertumbuhan kinerja laba BPR secara

Nasional dengan parameter Return On Asset

(ROA) lima tahun terakhir cenderung

mengalami penurunan. Salah satunya

disebabkan karena rasio Non Performing

Loan (NPL) BPR secara Nasional mengalami

peningkatan. Pada tahun 2013 kinerja ROA

BPR secara Nasional sebesar 3,44%, dan

pada lima tahun berikutnya mengalami

penurunan, yaitu tahun 2014 sebesar 2,98%,

tahun 2015 sebesar 2,71%, tahun 2016

sebesar 2,59, tahun 2017 sebesar 2,55% dan

pada tahun 2018 sebesar 2,48%.

Kinerja perolehan laba BPR secara

nasional yang cenderung menurun tersebut,

dapat menghambat kelanjutan operasional

BPR secara individual dan nasional dalam

jangka panjang. Hal ini tentunya bisa

berakibat pada kurang sehatnya pertumbuhan

usaha BPR. Terlebih persaingan usaha BPR

yang semakin ketat saat ini sangat

memerlukan adanya faktor efisiensi dalam

kegiatan operasionalnya, sehingga pelayanan

dan penjualan produk meningkat dan

diharapkan pertumbuhan laba juga semakin

meningkat dari tahun ke tahun,

Menurut Sudarmawanti (2017) suatu bank

dikatakan sehat dapat diukur secara

rentabilitas dimana nilainya terus mengalami

peningkatan, hal ini juga berkaitan dengan

faktor efisiensi dan kemampuan bank

menjalankan kegiatan operasinya, sehingga

dengan bila efisiensi biaya dilakukan, maka

keuntungan yang diperoleh oleh suatu bank

juga akan semakin besar. (Afriyeni & Fernos,

2018).

Pertumbuhan laba BPR dipengaruhi

banyak faktor salah satunya pada faktor

Pendapatan operasional BPR, yang dalam hal

ini sumber pendapatan terbesar operasional

BPR adalah dari penerimaan pendapatan

bunga atas aktivitasnya menyalurkan kredit

yang menjadi bagian dari aktiva produktif

BPR, yaitu aktiva BPR yang memberikan

penghasilan.

Selain faktor Pendapatan operasional,

faktor lain yang memiliki kaitan erat dengan

kemampuan BPR memperoleh laba bersih

adalah kemampuan BPR melakukan efisiensi

Biaya atau beban operasional terhadap

Pendapatan operasional BPR atau disingkat

menjadi BOPO. Efisiensi dalam hal BOPO

merupakan kunci keberhasilan meningkatkan

laba bersih BPR dari tahun ke tahun.

Menurut Jumingan dalam (Andriani &

Nugraha, 2018) bahwa untuk mencapai laba

yang optimal (dalam perencanaan laba

maupun realisasi), manajer dapat

menggunakan langkah-langkah berikut:

1. Menekan biaya operasional serendah

mungkin dengan mempertahankan tingkat

harga jual dan volume penjualan yang

ada.

2. Menentukan tingkat harga jual sedemikian

rupa sesuai dengan laba yang

dikehendaki.

3. Meningkatkan volume penjualan sebesar

mungkin.

Selain pada faktor penerimaan dari

Pendapatan operasional, kemampuan BPR

dalam memperoleh laba bersih juga

ditentukan dengan adanya efisiensi Biaya

atau beban operasional terhadap Pendapatan

operasional BPR atau disingkat menjadi

BOPO (Setyawati, 2016). Efisiensi dalam hal

BOPO merupakan kunci keberhasilan

meningkatkan laba bersih BPR dari tahun ke

tahun.

Dibuktikan dengan hasil penelitian yang

menyatakan bahwa Biaya operasional

terhadap Pendapatan operasional

berpengaruh negatif signifikan terhadap

tingkat profitabilitas. Apabila Biaya

operasional BPR di Kota Denpasar

Page 96: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 184

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

meningkat maka profitabilitas yang

didapatkan akan menurun.(Putri, Wiagustini,

& Abundanti, 2018).

Penelitian lainnya membuktikan bahwa

efisiensi manajemen (BOPO) berpengaruh

signifikan terhadap profitabilitas Bank

Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional di

Sumatera Barat (Afriyeni & Fernos, 2018).

PT BPR Shinta Daya Selama 47 tahun

telah menjadi bagian dinamika perekonomian

di Wilayah Daerah Isimewa Yogyakarta,

melalui beragam produk layanan yang

kompetitif, mudah, dan inovatif serta

didukung dengan infrastruktur yang

memadai, yang kini makin tumbuh dan

berkembang dalam pelayanan jasa

perbankan, dan mendorong pertumbuhan

ekonomi masyarakat, khususnya di

Yogyakarta dan sekitarnya.

Berdasarkan Laporan Keuangan

Publikasi BPR Konvensional yang diakses

dari Website Otoritas Jasa Keuangan (OJK),

PT BPR Shinta Daya adalah salah

satu BPR yang dalam operasionalnya di

tengah kondisi persaingan yang ketat,

memiliki kinerja keuangan berupa perolehan

laba operasional yang terus tumbuh dari

tahun ke tahun. Berdasarkan laporan

keuangan publikasi tersebut peneliti dapat

melakukan analisa atas kinerja keuangan

PT BPR Shinta Daya untuk mengetahui

perkembangan efisiensi dengan analisa rasio

BOPO atau Biaya Operasional terhadap

Pendapatan Operasional untuk optimalisasi

perolehan laba BPR.

Menurut Hanafi dalam (Bukhari &

Mulyadi, 2019) Informasi yang jelas dari

laporan keuangan sangat dibutuhkan untuk

mengetahui kondisi perusahaan, sehingga

dapat terus meningkatkan kinerja keuangan

perusahaan tersebut, yaitu dengan melakukan

analisis rasio keuangan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui efisiensi Kinerja Keuangan

Biaya operasional terhadap Pendapatan

operasional dengan menggunakan rasio

BOPO dalam meningkatkan kemampuan

memperoleh laba bersih PT BPR Shinta

Daya, dengan melakukan analisis laporan

keuangan publikasi BPR selama tahun

2015, 2016, 2017, dan 2018 bersumber dari

website Otoritas Jasa Keuangan.

LANDASAN TEORI

Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat adalah sebuah

lembaga keuangan bank yang

operasionalnya diatur dalam Undang-undang

Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 sebagai

perubahan dari Undang-undang Nomor 7

Tahun 1992 tentang Perbankan, adalah bank

yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional dan/atau berdasarkan prinsip

syariah yang dalam kegiatannya tidak

memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran (Supeno, 2017) .

Menurut (Kasmir, 2015), Kegiatan BPR

jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan

kegiatan bank umum. Kegiatan BPR hanya

meliputi kegiatan penghimpunan dan

penyaluran dana saja, bahkan dalam

menghimpun dana BPR dilarang untuk

menerima simpanan giro.

Laporan Keuangan Publikasi

Menurut Peraturan Jasa Keuangan

(POJK) Nomor 48/POJK.03/2017 tentang

Transparansi Kondisi Keuangan Bank

Perkreditan Rakyat (Otoritas Jasa Keuangan,

2017a), Laporan Keuangan Publikasi adalah

laporan keuangan BPR yang disusun

berdasarkan standar akuntansi keuangan

yang berlaku bagi BPR dan pedoman

akuntasi BPR serta dipublikasikan setiap

triwulan sesuai dengan Peraturan Otoritas

Jasa Keuangan ini.

Menurut Surat Edaran Otoritas Jasa

Keuangan (POJK) Nomor 39

/SEOJK.03/2017 tentang Laporan Tahunan

dan Laporan Keuangan Publikasi Bank

Perkreditan Rakyat (Otoritas Jasa Keuangan,

2017b), Laporan Keuangan Publikasi disusun

BPR untuk memberikan informasi mengenai

laporan keuangan, informasi lainnya,

susunan Direksi dan Dewan Komisaris, serta

komposisi pemegang saham termasuk

pemegang saham pengendali secara

triwulanan kepada berbagai pihak yang

Page 97: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 185

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

berkepentingan dengan perkembangan usaha

BPR. Laporan Keuangan Publikasi yang

diumumkan untuk laporan keuangan posisi

akhir bulan Maret, bulan Juni, bulan

September, dan bulan Desember disusun

dengan mengacu pada Lampiran yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan ini.

Laporan keuangan publikasi meliputi,

Neraca, Laporan Laba Rugi dan Laporan

Komitmen Kontijensi serta Informasi

lainnya.

Efisiensi BOPO

Menurut Susanto dan Kholis (Putri et al.,

2018), Rasio BOPO digunakan untuk

mengatur kemampuan manajemen bank

dalam mengendalikan biaya operasional dan

pendapatan operasional. Apabila semakin

kecil rasio BOPO maka akan semakin efisien

biaya operasional yang dikeluarkan bank.

Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia,

bank dapat dikatakan efisien apabila rasio

BOPO-nya di bawah 90% (Setyawati, 2015).

Rasio Biaya perasional terhadap Pendapatan

operasional (BOPO) sering disebut rasio

efisiensi yang digunakan untuk mengukur

kemampuan bank dalam mengendalikan

biaya operasional terhadap pendapatan

operasional (Lubis, 2013). Semakin kecil

rasio BOPO berarti semakin efisien biaya

operasional yang dikeluarkan oleh bank

bersangkutan. BOPO dintayakan dengan

rumus sebagai berikut :

Pendapatan operasional yang terdapat

dalam laporan keuangan publikasi adalah

semua pendapatan yang merupakan hasil dari

kegiatan yang lazim sebagai usaha utama

BPR. Pendapatan operasional merupakan

hasil dari selisih antara pendapatan bunga

terakit aktivitas pemberian kredit kepada

masyarakat dengan biaya bunga atas

penghimpunan dana ditambah dengan

pendapatan operasional lainnya diluar

pendapatan bunga kredit.

Biaya atau beban operasional adalah

semua biaya yang dikeluarkan atas kegiatan

yang lazim sebagai usaha BPR, yang

meliputi biaya penyisihan penghapusan

aktiva produktif, biaya pemasaran, biaya

penelitian dan biaya pengembangan, biaya

administrasi dan umum, serta biaya

operasional lainnya.

Laba Bersih

Menurut Surat Edaran Otoritas Jasa

Keuangan (POJK) Nomor 39

/SEOJK.03/2017 (Otoritas Jasa Keuangan,

2017), Laba bersih adalah laba bersih tahun

berjalan yang diperoleh BPR setelah

dikurangi taksiran pajak penghasilan.

Menurut (Lubis, 2013), bank yang sehat akan

dapat melakukan kinerja yang baik dan

menghasilkan laba yang optimal.

Pertumbuhan laba yang optimal

mencerminkan sistem yang terdapat

didalamnya berjalan dengan efektif dan

efisien.

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini, penulis

menggunakan metode analisa horizontal.

Menurut Kasmir (Maith, 2013), metode

analisa horizontal yaitu membandingan

laporan keuangan untuk beberapa periode.

Dari hasil analisis ini akan terlihat

perkembangan perusahaan dari periode satu

ke periode yang lain.

Menurut (Munawir, 2012) cara yang

terbaik untuk menganalisa laporan keuangan

yang lebih dari tiga tahun adalah

menggunakan angka index yang dinyatakan

dalam presentase. Dengan menganalisa

laporan keuangan untuk jangka panjang akan

diketahui kecenderungan atau arah atau trend

dari posisi keuangan ataupun hasil-hasil yang

telah dicapai oleh perusahaan, apakah

menunjukkan arah yang tetap, meningkat

atau bahkan menurun.

Penulis dalam melakukan penelitian ini

ingin mendapatkan gambaran mengenai

efisiensi BOPO PT BPR Shinta Daya untuk

memperkuat kemampuan meningkatkan laba

Page 98: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 186

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

bersih. Analisis horisontal berdasarkan

laporan keuangan PT BPR Shinta Daya

selama empat tahun, untuk mengetahui trend

Efisiensi Biaya atau beban operasional

terhadap Pendapatan operasional (BOPO)

BPR yang menjadikan kemampuan BPR

dalam memperoleh Laba meningkat. Data

sekunder yang digunakan dalam penelitian

ini berupa Laporan Keuangan Publikasi PT

BPR Shinta Daya pada tahun 2015 sampai

dengan 2018 yang diperoleh dari website

OJK.

PEMBAHASAN

Analisis Efisiensi Biaya Operasional

terhadap Pendapatan Operasional

(BOPO) pada PT BPR Shinta Daya Analisis efisiensi Biaya operasional

terhadap Pendapatan operasional (BOPO)

didasarkan pada parameter perhitungan rasio

efisiensi BOPO dengan kriteria efisien jika

perhitungan rasio BOPO hasilnya di bawah

90%, artinya setiap Rp. 0,9 biaya operasional

menghasilkan pendapatan operasional

sebesar Rp. 1.

Sumber data yang digunakan untuk

melakukan analisis trend efisiensi Biaya atau

beban operasional terhadap Pendapatan

operasional (BOPO) dalam penelitian ini

bersumber dari Laporan Laba Rugi yang

dipublikasikan oleh PT BPR Shinta Daya

melalui website Otoritas Jasa Keuangan

(OJK) pada periode Desember 2015 sampai

dengan Desember 2018.

Berdasarkan laporan laba rugi PT BPR

Shinta Daya publikasi yang disajikan pada

periode Desember 2015 sampai dengan

2018, di mana tahun 2015 menjadi tahun

dasar untuk mengetahui trend efisiensi

BOPO pada tahun 2016, 2017, 2018 dengan

parameter Rasio BOPO dapat dijelaskan pada

tabel sebagai berikut:

Tabel 1. Analisa Trend Efisiensi BOPO PT BPR Shinta Daya Tahun 2015 sampai dengan

2018

Pos-pos

Posisi Desember

(dalam juta Rupiah)

Trend Peningkatan/

Penurunan (%)

2015 2016 2017 2018 2016 2017 2018

Jumlah Pendapatan

Operasional

22.15

6

25.13

2

28.57

6

29.72

6

113,43

%

128,98

%

134,17

%

Jumlah Beban

Operasional

13.91

6

15.58

6

18.39

7

19.30

4

112,00

%

132,21

%

138,72

%

RASIO BOPO 62,81% 62,02% 64,38% 64,94% -0,79% 1,57% 2,13%

Sumber: Laporan Publikasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) (2019)

Berdasarkan Tabel 1 di atas, rasio

efisiensi BOPO PT BPR Shinta Daya setiap

tahunnya di hitung dengan cara sebagai

berikut:

Tahun 2015 = (Biaya operasional :

Pendapatan operasional)

X 100% = (13.196:22.156) x 100%

= 62,81%

Artinya setiap Rp. 0,6281 Biaya

operasional menghasilkan

Pendapatan operasional Rp. 1

Tahun 2016 = (15.586 : 25.132) x 100%

= 62,02%

Artinya setiap Rp. 0,6202 Biaya

operasional menghasilkan

Pendapatan operasional Rp. 1

Tahun 2017 = (18.397 : 28.576) x 100%

= 64,38% Artinya setiap Rp. 0,6438 Biaya

operasional menghasilkan

Pendapatan operasional Rp. 1

Tahun 2018 = (19.304 : 29.726 ) x 100%

= 64,94%

Page 99: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 187

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Artinya setiap Rp. 0,6494

Biaya

operasional menghasilkan

Pendapatan operasional Rp. 1

Trend Rasio kinerja keuangan BOPO

selama tahun 2015 sampai dengan 2018 pada

tabel 1 di atas, masing-masing tahun 2015

sebesar 62,81%, tahun 2016 sebesar 62,02%,

tahun 2017 sebesar 64,38% dan tahun 2018

sebesar 64,94% menunjukkan adanya

kenaikkan rasio walaupun tidak besar akan

tetapi berdampak pada menurunnya efisiensi

Biaya operasional terhadap Pendapatan

Operasional PT BPR Shinta Daya, sehingga

kinerja keuangan secara internal dapat

berpotensi mengurangi kemampuan BPR

dalam memperoleh laba yang optimal. Jika

mengacu pada ketentuan tingkat kesehatan

BPR sesuai regulasi yang berlaku, maka

rasio BOPO PT BPR Shinta Daya masih

tergolong efisien karena di bawah 90%

sehingga dalam operasionalnya masih

memiliki kemampuan memperoleh laba yang

terus meningkat.

Meningkatnya trend rasio BOPO

tersebut, pertama disebabkan karena adanya

faktor kenaikan Biaya atau Beban

Operasional BPR yaitu pada tahun 2015

sebesar Rp. 13.916 (Jutaan Rupiah) dan

pada tahun 2018 mengalami peningkatan

menjadi sebesar Rp. 19.304 (Jutaan

Rupiah). Kondisi ini menyebabkan

menurunnya tingkat efisiensi operasional

BPR. Berdasarkan formula rasio BOPO,

semakin besar kenaikkan jumlah Biaya

Operasional yang tidak diikuti dengan

kenaikkan jumlah Pendapatan Operasional

yang signifikan akan meningkatkan rasio

BOPO dan menurunkan efisiensi biaya

operasional. Biaya atau Beban

Operasional BPR yang jumlahnya terbesar di

PT BPR Shinta Daya adalah Biaya

Penyisihan Aktiva Produktif, Biaya

Pemasaran dan Biaya Administrasi dan

Umum.

Biaya atau Beban Penyisihan Aktiva

Produktif yang timbul akibat risiko kerugian

yang harus dibentuk BPR karena adanya

aktivitas pemberian kredit baik yang lancar

maupun yang bermasalah. Porsi Biaya

Penyisihan Aktiva Produktif terhadap Biaya

operasional adalah pada tahun 2015 sebesar

5,43%, tahun 2016 sebesar 7,44%, tahun

2017 sebesar 5,37% dan tahun 2018 sebesar

9,10%. Porsi yang terbesar Biaya Penyisihan

Aktiva Produktif terjadi pada tahun 2018

sebagai akibat meningkatnya BPR dalam

membentuk cadangan kerugian penghapusan

kredit bermasalah.

Biaya pemasaran adalah biaya

operasional dalam rangka memasarkan

produk BPR. Porsi Biaya Pemasaran

terhadap Biaya Operasional adalah pada

tahun 2015 sebesar 6,86%, tahun 2016

sebesar 7,41%, tahun 2017 sebesar 11,40%

dan tahun 2018 sebesar 9,70%. Jumlah porsi

biaya pemasaran terbesar pada tahun 2017

dan pada tahun 2018 terjadi penurunan,

kemungkinan BPR menggunakan cara

pemasaran lainnya yang lebih efisien.

Biaya Administrasi Umum, Biaya yang

di dalamnya berupa Biaya Tenaga kerja dan

Biaya Pendidikan. Porsi Biaya Administrasi

Umum terhadap Biaya Operasional pada

tahun 2015 sebesar 76,38%, tahun 2016

sebesar 75,24%, tahun 2017 sebesar 75,22%

dan tahun 2018 sebesar 73,43%. Porsi Biaya

Administrasi Umum ini cenderung sedikit

menurun karena ada biaya operasional

berupa Biaya Penyisihan Aktiva Produktif

yang mengalami peningkatan porsi pada

tahun 2018.

Selain Biaya atau Beban Operasional,

faktor kedua yang menyebabkan menurunnya

efisiensi BOPO pada PT BPR Shinta Daya

adalah faktor Pendapatan Operasional.

Berdasarkan pada Tabel 1, trend Pendapatan

operasional PT BPR Shinta Daya sejak tahun

2015 sampai dengan 2018 menunjukkan

adanya kecenderungan mengalami

peningkatan setiap tahunnya. Pendapatan

operasional BPR tahun 2015 dijadikan

sebagai tahun dasar dalam perhitungan index

prosentasi kenaikan atau penurunan trend.

Pada tahun 2016 Pendapatan operasional

BPR mengalami peningkatan sebesar

13,43%, kemudian pada tahun 2017

Page 100: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 188

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

meningkat sebesar 28,98% dan pada tahun

2018 meningkat sebesar 34,17%. Adanya

trend pendapatan operasional yang

meningkat dari tahun ke tahun ini idealnya

memiliki kontribusi positif terhadap efisiensi

BOPO. Akan tetapi dalam penelitian ini,

peningkatan trend Pendapatan Operasional

tidak memberikan dampak yang cukup bagi

peningkatan efisiensi BOPO. Pendapatan

operasional BPR yang diterima pada tahun

2015 sebesar Rp. 22.156. (Jutaan Rupiah)

dan pada tahun 2018 jumlah Pendapatan

operasional optimal yang diterima sebesar

Rp. 29.726. (Jutaan Rp.) atau sekitar

134,17%. Sedangkan pada tahun 2018 Biaya

Operasional mengalami peningkatan sebesar

138,72%. Pertumbuhan Biaya Operasional

lebih besar dari Pendapatan Operasional.

Kondisi ini yang jadi penyebab menurunnya

tingkat efisiensi BOPO PT BPR Shinta Daya.

Jumlah pendapatan operasional BPR

diperoleh dari selisih antara jumlah

Pendapatan Bunga dengan jumlah Biaya

Bunga ditambah dengan Pendapatan

Operasional lainnya.

Berdasarkan Tabel 1, dapat dianalisis

bahwa meskipun Pendapatan operasional PT

BPR Shinta Daya trend-nya mengalami

peningkatan selama empat tahun terakhir,

akan tetapi mengingat kenaikan jumlah Biaya

Operasional yang peningkatan trend-nya

lebih besar, mengakibatkan rasio BOPO

mengalami peningkatan dan terjadinya

penurunan tingkat efisiensi BOPO.

Untuk mengetahui lebih rinci analisa

trend penerimaan Pendapatan operasional PT

BPR Shinta Daya pada tahun 2015 sampai

dengan tahun 2018, di mana tahun 2015

menjadi tahun dasar dalam melakukan

Analisa Trend per komponen pos–pos

Pendapatan operasional, dapat dijelaskan

pada Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2. Analisa Trend Komponen Pendapatan Operasional PT BPR Shinta Daya

Tahun 2015 sampai dengan 2018

Pos-pos

Posisi Desember

( dalam juta Rupiah)

Trend Peningkatan/

Penurunan (%)

2015 2016 2017 2018 2016 2017 2018

Pendapatan Bunga

Bunga Kontraktual 34.675

38.103

40.434

38.445 109,89% 116,61% 110,87%

Amortisasi Provisi 1.187

1.239

1.250

1.169 104,43% 105,35% 98,49%

Jumlah Pendapatan Bunga

37.876

41.359

43.701

41.631 109,19% 115,38% 109,91%

Beban Bunga

Bunga Kontraktual 15.941

16.376 15.763 15.575 102,72% 98,88% 97,70%

Jumlah Beban Bunga

15.941

16.376

15.763

15.575 102,72% 98,88% 97,70%

Jumlah Pendapatan Bunga

Bersih

19.920 22.967

25.921

24.038 115,30% 130,12% 120,67%

Pendapatan Operasional Lainnya

2.236

2.165

2.655

5.688 96,83% 118,78% 254,41%

JUMLAH PENDAPATAN

OPERASIONAL

22.156 25.132

28.576

29.726 113,43% 128,98% 134,17%

Sumber: Laporan Publikasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) (2019)

Berdasarkan pada tabel 2 di atas, dapat

diketahui bahwa jumlah pendapatan

operasional PT BPR Shinta Daya sejak tahun

2015 sampai dengan tahun 2018 trend-nya

cenderung mengalami peningkatan.

Pendapatan Operasional BPR diperoleh dari

selisih antara Jumlah Pendapatan bunga

dengan Biaya atau Beban bunga ditambah

Pendapatan operasional lainnya. Pendapatan

bunga diperoleh dari aktivitas BPR

menyalurkan kredit kepada nasabah yang

dicatat dalam pos Bunga kontraktual, dan

Page 101: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 189

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Amortisasi Provisi merupakan jumlah

amortisasi provisi kredit yang pencatatan

akuntansinya secara Accrual Basis.

Dalam melakukan analisis trend

terhadap pendapatan bunga kontraktual, data

tahun 2015 menjadi tahun dasar dalam

perhitungan index prosentasi kenaikan atau

penurunan trend.

Berdasarkan Tabel 2 di atas, trend

pendapatan bunga kontraktual dari aktivitas

penyaluran kredit pada tahun 2016 dan 2017

mengalami peningkatan masing-masing,

9,89% dan 16,61% bila dibandingkan dengan

tahun 2015. Akan tetapi pada tahun 2018

terjadi trend penurunan pendapatan bunga

kontraktual menjadi 10,87%. Penurunan

tersebut tentunya berakibat pada

berkurangnya jumlah penerimaan pendapatan

operasional BPR pada tahun 2018.

Analisis terhadap penerimaan

pendapatan bunga yang bersumber dari

amortisasi provisi kredit BPR pada tahun

2016 dan 2017 mengalami peningkatan

masing-masing, 4,43% dan 5,35% bila

dibandingkan dengan tahun 2015. Akan

tetapi pada tahun 2018 terjadi trend

penurunan penerimaan pendapatan amortisasi

provisi kredit, atau hanya sebesar 98,49%

dari tahun 2015.

Pada tahun 2018, secara keseluruhan

sumber pendapatan bunga dari kredit BPR ,

baik dalam pos bunga kontraktual maupun

amortisasi provisi mengalami penurunan.

Kondisi penurunan ini berdampak pada

berkurangnya efisiensi BOPO karena hasil

rasio BOPO bertambah.

Berdasarkan tabel 2, analisis terhadap

biaya atau beban bunga akrual sebagai

konsekuensi BPR dalam aktivitasnya

menghimpun dana baik bersumber dari

masyarakat maupun pinjaman yang diterima,

di mana data tahun 2015 menjadi tahun dasar

perhitungan index prosentasi kenaikan atau

penurunan trend, pada tahun 2016 sampai

dengan tahun 2018 menunjukkan beban

bunga kontraktual menurun. Pada tahun 2016

biaya atau beban bunga kontraktual

meningkat dibanding tahun 2015 sebesar

2,72%. Selanjutnya pada tahun 2016

beban biaya atau beban bunga kontraktual

BPR meningkat sebesar 102,72%,

sedangkan pada tahun 2017 hanya sebesar

98,88% dan pada tahun 2018 hanya sebesar

97,70%. Dengan trend Biaya atau beban

bunga kontraktual yang semakin menurun

setiap tahun, artinya PT BPR Shinta Daya

telah melakukan efisiensi yang dapat

memberikan kontribusi bagi peningkatan

pendapatan operasional BPR.

Berdasarkan analisis pada tabel 2,

Pendapatan operasional BPR juga didapat

dari Pendapatan operasional lainnya seperti

pendapatan dari setiap jasa transaksi dalam

rangka peningkatan pelayanan BPR, dan juga

penerimaan dari aset produktif BPR yang

telah dihapus buku.

Analisis trend terhadap jumlah

penerimaan pendapatan operasional lainnya,

pada tahun 2017 sampai dengan tahun 2018,

cenderung mengalami peningkatan di

banding dengan tahun 2016. Pada tahun 2016

penerimaan pendapatan operasional lainnya

hanya sebesar 96,83% dibandingkan tahun

2015, sedangkan pada tahun 2017 dan 2018

terjadi peningkatan sebesar 18,78% dan

154,41%. Adanya peningkatan

pendapatan operasional lainnya yang cukup

signifikan di tahun 2018, telah memberikan

kontribusi positif bagi peningkatan

pendapatan operasional BPR.

Secara keseluruhan, analisis terhadap

penerimaan pendapatan operasional PT BPR

Shinta Daya selamat empat tahun terakhir ini

trend-nya mengalami peningkatan. Akan

tetapi ada yang harus menjadi perhatian

penting bagi manajemen PT BPR Shinta

Daya, bahwa peningkatan pendapatan

operasional tersebut terjadi karena adanya

faktor penurunan biaya bunga kontraktual

dan juga karena adanya peningkatan

penerimaan pendapatan operasional lainnya

secara signifikan. Sementara itu, penerimaan

pendapatan bunga kontraktual dan amortisasi

provisi BPR yang menjadi sumber utama

penerimaan pendapatan BPR dari aktivitas

penyaluran kredit mengalami trend

penurunan. Kondisi ini dapat memberikan

kontribusi pada terciptanya inefisiensi dari

Page 102: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 190

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

sisi pendapatan.

Untuk melakukan analisis terhadap efisiensi

BOPO PT BPR Shinta Daya yang lebih rinci,

maka penulis melakukan analisis trend

terhadap komponen pos-pos Biaya

operasional BPR pada tahun 2015 sampai

dengan tahun 2018, di mana tahun 2015

menjadi tahun dasar dalam analisa trend

yang dapat dijelaskan pada tabel sebagai

berikut:

Tabel 3: Analisa Trend Komponen Biaya atau Beban Operasional PT BPR Shinta Daya

Tahun 2015 sampai dengan 2018

Pos-pos

Posisi Desember

( dalam juta Rupiah)

Trend Peningkatan/

Penurunan (%)

2015 2016 2017 2018 2016 2017 2018

Beban Penyisihan Kerugian Aset

Produktif 756 1.160 988 1.757 153,40% 130,62% 232,33%

Beban Pemasaran 954 1.155 2.098 1.872 121,17% 219,96% 196,26%

Beban Administrasi dan Umum 10.629 11.72

7

13.83

8

14.17

6 110,33% 130,19% 133,37%

Beban Operasional Lainnya 1.577 1.544 1.474 1.500 97,92% 93,50% 95,15%

JUMLAH BEBAN

OPERASIONAL 13.916 15.586 18.397 19.304 112,00% 132,21% 138,72%

Sumber: Laporan Publikasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) (2019)

Berdasarkan pada tabel 3, Biaya atau

beban operasional dalam laporan keuangan

publikasi PT BPR Shinta Daya meliputi

biaya penyisihan kerugian aktiva poduktif,

biaya pemasaran, biaya administrasi dan

umum, dan biaya operasi lainnya. Secara

keseluruhan, kecenderungan atau trend dari

biaya operasional BPR selama tahun 2015

sampai dengan tahun 2018 mengalami

peningkatan. Kecenderungan peningkatan

biaya operasional disebabkan karena adanya

kontribusi peningkatan biaya atau beban

penyisihan kerugian aset produktif.

Penyisihan kerugian aset produktif ini

merupakan kewajiban yang harus dibentuk

oleh BPR sesuai ketentuan OJK. Semakin

kualitas kredit tergolong Kurang lancar,

Diragukan dan Macet maka semakin besar

pembentukan biaya penyisihan kerugian aset

produktif. Berdasarkan Tabel 3, dapat

dianalisis adanya kecenderungan biaya

penyisihan kerugian aset produktif pada

tahun 2016, meningkat sebesar 53,40%

dibanding tahun 2015 sebagai tahun dasar

analisa trend. Pada tahun 2017 biaya

penyisihan kerugian aset produktif

meningkat sebesar 30,62%, lebih rendah dari

tahun 2016 sehingga lebih efisien. Akan

tetapi pada tahun 2018 terjadi peningkatan

yang cukup signifikan yaitu mencapai

sebesar 132,33% dibandingkan tahun 2015.

Kondisi ini mengindikasikan bahwa PT BPR

Shinta Daya sedang mengalami kondisi

peningkatan jumlah kredit bermasalah,

sehingga harus membentuk jumlah biaya

penyisihan kerugian aset produktif yang

cukup besar, sehingga berakibat terjadinya

inefisiensi biaya operasional pada tahun

2018.

Analisis terhadap Biaya pemasaran

sebagai komponen dari biaya atau beban

operasional BPR cenderung meningkat bila

dibandingkan dengan tahun 2015. Biaya

pemasaran pada tahun 2016 meningkat

sebesar 21,17%, pada tahun 2017 meningkat

sebesar 119,96%, dan pada tahun 2018

meningkat sebesar 96,26%. Peningkatan

biaya pemasaran yang cukup signifikan

Page 103: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 191

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

terjadi pada tahun 2017. Akan tetapi pada

2018, jumlah biaya pemasaran sedikit

mengalami penurunan. Biaya pemasaran ini

ditujukan untuk meningkatkan omzet usaha

BPR.

Berdasarkan pada tabel 3, analisis

terhadap Biaya atau beban administrasi dan

umum sebagai komponen dari biaya atau

beban operasional BPR menunjukkan adanya

peningkatan dari tahun ke tahun bila

dibandingkan dengan tahun 2015. Biaya

administrasi dan umum pada tahun 2016

meningkat sebesar 10,33%, tahun 2017

meningkat sebesar 30,19%, dan tahun 2018

meningkat sebesar 33,37%. Biaya atau beban

administrasi umum ini meliputi biaya tenaga

kerja, pendidikan dan pelatihan, sewa,

penyusutan/penghapusan atas aset tetap dan

inventaris, amortisasi tidak berwujud, premi

asuransi, pemeliharaan dan perbaikan, barang

dan jasa, serta pajak-pajak yang tidak

termasuk pajak penghasilan. Analisis

selanjutnya, biaya atau beban operasional

lainnya pada tahun 2016 sebesar 97,92%

dibandingkan dengan tahun 2015. Kemudian

pada tahun 2017 menurun menjadi sebesar

93,50% dan pada tahun 2018 kembali naik

menjadi sebesar 95,15%. Akan tetapi selama

tiga tahun jumlahnya tidak melebihi posisi

tahun 2015. Kondisi ini memberikan

kontribusi positif bagi efisiensi biaya atau

beban operasional secara keseluruhan.

Analisis Kemampuan Memperoleh Laba

Bersih Pada PT BPR Shinta Daya Laba bersih adalah laba bersih tahun

berjalan yang diperoleh BPR setelah

dikurangi dengan taksiran pajak penghasilan.

Kemampuan PT BPR Shinta Daya untuk

mendapatkan laba bersih, bergantung pada

kemampuan BPR melakukan efisiensi biaya

operasional terhadap pendapatan operasional,

yang diukur dengan rasio BOPO yang

besaran rasionya di bawah 90%.

Analisis trend terhadap kemampuan

memperoleh laba bersih PT BPR Shinta

Daya selama tahun 2015 sampai dengan

tahun 2018, di mana laba bersih tahun 2018

menjadi tahun dasar analisa dapat dijelaskan

melalui tabel sebagai berikut:

Tabel 4: Analisa Trend Laba Bersih PT BPR Shinta Daya Tahun 2015 sampai dengan 2018

Pos-pos

Posisi Desember

(dalam juta Rupiah)

Trend Peningkatan/

Penurunan (%)

2015 2016 2017 2018 2016 2017 2018

Jumlah Pendapatan Operasional 22.156 25.132 28.576 29.726 113,43% 128,98% 134,17%

Jumlah Biaya Operasional 13.916 15.586 18.397 19.304 112,00% 132,21% 138,72%

LABA (RUGI) OPERASIONAL 8.240 9.546 10.179 10.422 115,84% 123,53% 126,47%

Jumlah Pendapatan (Beban) Non

Operasional

399 114 283 407 28,60% 70,87% 101,88%

LABA (RUGI) SEBELUM PAJAK

PENGHASILAN 8.640 9.660 10.462 10.829 111,81% 121,09% 125,34%

Taksiran Pajak Penghasilan 2.069 2.367 2.535 2.603 114,43% 122,55% 125,84%

LABA (RUGI) BERSIH 6.571 7.293 7.927 8.226 110,99% 120,63% 125,18%

Sumber: Laporan Publikasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) (2019)

Berdasarkan Tabel 4, dalam laporan laba

rugi publikasi BPR terdapat tiga bagian laba,

yaitu laba rugi operasional, laba rugi sebelum

pajak penghasilan dan laba bersih.

Hasil analisis terhadap Laba operasional

PT BPR Shinta Daya, menunjukkan trend

laba rugi operasional meningkat bila

dibandingkan pada posisi tahun 2015. Pada

tahun 2015 BPR membukukan Laba

operasional sebesar Rp. 8.240 (Jutaan

Rupiah), pada tahun 2016 meningkat sebesar

15,84% dibandingkan tahun 2015 menjadi

sebesar Rp. 9.546 (Jutaan Rupiah).

Selanjutnya pada tahun 2017 meningkat

sebesar 23,53% dibandingkan tahun 2015

menjadi sebesar Rp. 10.179 (Jutaan Rupiah).

Page 104: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 192

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Pada tahun 2018 meningkat sebesar 26,47%

dibandingkan tahun 2015 menjadi sebesar

Rp. 10.422 (Jutaan Rupiah). Berdasarkan

trend peningkatan laba operasional tersebut,

perlu menjadi perhatian manajemen BPR

adalah pada posisi tahun 2018, sebab

kenaikan trend laba operasional cenderung

lebih kecil bila dibandingkan dengan trend

laba operasional tahun 2017.

Manajemen BPR juga perlu

memperhatikan bahwa laba yang diperoleh

BPR pada tahun 2016 sampai dengan 2018,

disebabkan karena BPR mampu menjaga

stabilitas efisiensi yang ditunjukkan dengan

rasio BOPO rata-rata di bawah 90% sesuai

dengan ketentuan yang berlaku. Akan tetapi

secara analisa kinerja keuangan internal

dengan meningkatnya rasio BOPO BPR

meskipun tidak signifikan dari tahun 2015

sebesar 62,81%, tahun 2016 sebesar 62,02%,

tahun 2017 sebesar 64,38%, dan pada tahun

2018 sebesar 64,94%, hal ini menandakan

bahwa kondisi BOPO BPR mengalami

penurunan tingkat efisiensi walaupun tidak

signifikan. Jika faktor efisiensi BOPO ini

tidak diperhatikan, maka ke depannya bisa

mengurangi kemampuan BPR dalam

memperoleh Laba bersih yang lebih optimal.

Berdasarkan tabel 4, hasil analisis

terhadap Laba sebelum pajak BPR

menunjukkan adanya trend meningkat,

yaitu pada tahun 2015 sebesar Rp. 8.640

(Jutaan Rupiah), kemudian pada tahun 2016

sebesar Rp. 9.660 (Jutaan Rupiah) atau

meningkat 11,81% , selanjutnya pada tahun

2017 sebesar Rp. 10.462 (Jutaan Rupiah)

atau meningkat 21,09%, dan pada tahun 2018

sebesar Rp. 10.829 (Jutaan Rupiah) atau

sekitar 25,34% dibandingkan dengan tahun

2015.

Peningkatan Laba sebelum pajak ini

disebabkan karena adanya kontribusi selisih

antara pendapatan non operasional setelah

dikurangi biaya atau beban non operasional.

Pendapatan non operasional adalah semua

pendapatan yang berasal dari kegiatan yang

bukan merupakan kegiatan utama BPR,

terdiri atas keuntungan penjualan aset tetap

dan inventaris milik BPR, termasuk juga

barang jaminan yang diserahkan debitur

kepada BPR. Sedangkan Biaya atau beban

non operasional, pemulihan penuruanan nilai

dan bunga antar kantor. Sedangkan Biaya

atau beban non operasional adalah biaya

yang dikeluarkan atas kegiatan yang bukan

merupakan kegiatan utama BPR, terdiri atas

kerugian penjualan aset, kerugian penurunan

nilai wajar aset tetap, dan beban bunga antar

kantor yaitu beban bunga atas dana yang

berasal dari transaksi antar kantor.

Berdasarkan tabel 4, Selisih pendapatan

non operasional yang diperoleh PT BPR

Shinta Daya pada tahun 2015 sebesar Rp.

399 (Jutaan Rupiah), pada tahun 2016

sebesar Rp. 114 (Jutaan Rupiah) atau hanya

28,60% dari tahun 2015, pada tahun 2017

sebesar Rp. 283 (Jutaan Rupiah) atau naik

menjadi 70,87%, dan pada tahun 2018

sebesar Rp. 407 (Jutaan Rupiah) atau naik

menjadi 101,88%. Berdasarkan analisis,

meskipun selisih positif dari pendapatan non

operasional dengan biaya atau beban non

operasional ini memiliki kecenderungan

meningkat dari tahun ke tahun, tetapi

pendapatan ini bukanlah pendapatan dari

aktivitas utama BPR, jadi sifatnya hanyalah

pelengkap saja.

Berdasarkan tabel 4, Analisis terhadap

Laba bersih PT BPR Shinta Daya setelah

dikurangi dengan pajak penghasilan, pada

tahun 2015 sebesar Rp. 6.571 (Jutaan

Rupiah), dan trend perolehan laba bersih

pada tahun 2016 sampai dengan tahun 2018

mengalami peningkatan. Pada tahun 2016

Laba bersih setelah dikurangi pajak

penghasilan posisinya meningkat menjadi

sebesar Rp. 7.293 (Jutaan rupiah) atau sekitar

10,99%. Pada tahun 2017 Laba bersih

meningkat menjadi sebesar Rp. 7.927 (Jutaan

rupiah) atau sekitar 20,63%. Pada tahun

2018, Laba bersih BPR meningkat menjadi

sebesar Rp. 8.226 (Jutaan rupiah) atau sekitar

20,63% dibandingkan dengan tahun 2015.

Kondisi Laba bersih PT BPR Shinta

Daya yang terus mengalami peningkatan

selama empat tahun terakhir ini seharusnya

bisa lebih optimal lagi peningkatannya, jika

manajemen BPR mampu melakukan efisiensi

Page 105: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 193

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

terhadap Kinerja Keuangan yang

berhubungan dengan BOPO. Menurunnya

tingkat efisiensi BOPO selama empat tahun

terakhir yang ditandai dengan meningkatnya

trend rasio BOPO, mengakibatkan

berkurangnya kemampuan PT BPR Shinta

Daya untuk memperoleh laba yang lebih

optimal dari apa yang sudah diperoleh tahun

sebelumnya. Semakin kurang efisien BPR

dalam pengelolaan kinerja keuangan BOPO

maka secara perlahan akan memangkas

kemampuan laba yang diperoleh sehingga

laba yang dihasilkan tidak optimal.

Kebaruan yang diperoleh dari penelitian

ini terhadap penelitian yang sudah ada

adalah, dalam penelitian ini lebih

menggambarkan secara rinci temuan

komponen kinerja keuangan BPR yang dapat

mempengaruhi efisiensi Biaya Operasional

terhadap Pendapatan Operasional sebagai

salah satu faktor penting yang bisa

mempengaruhi kemampuan BPR dalam

memperoleh laba bersih yang optimal.

Penelitian ini menemukan bahwa

peningkatan pertumbuhan perolehan laba

bersih sebuah BPR seperti yang disajikan

dalam laporan keuangan publikasi BPR tidak

dapat sepenuhnya menunjukkan bahwa BPR

tersebut memiliki kemampuan memperoleh

laba bersih yang optimal, meskipun efisensi

kinerja keuangan BOPO BPR masih dalam

kategori sehat sebab besaran rasio BOPO di

bawah batasan 90%. Jika manajemen BPR

tidak memperhatikan trend efisiensi kinerja

keuangan BOPO maka bisa menjadikan

kemampuan untuk memperoleh laba bersih

yang optimal dapat berkurang. Dalam upaya

untuk meningkatkan kemampuan

memperoleh laba bersih yang optimal maka

manajemen BPR harus lebih meningkatkan

efisiensi BOPO, di antaranya manajemen

BPR harus lebih memperhatikan pada

peningkatan komponen pendapatan

operasional dalam hal ini berupa pendapatan

bunga kontraktual dari aktivitas kredit dan

mampu mengendalikan biaya bunga

kontraktual serta melakukan manajemen

kredit yang sehat sehingga dapat

meningkatkan efisiensi biaya risiko kredit.

PENUTUP

Berdasarkan pada uraian pembahasan

atas penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

selama empat tahun terakhir di mana tahun

2015 sebagai tahun dasar dalam melakukan

analisa keuangan, perkembangan Kinerja

Keuangan dalam bentuk rasio BOPO

mengalami peningkatan walaupun tidak

signifikan, sehingga menurunkan tingkat

efisiensi BOPO. Penurunan efisiensi BOPO

ini berakibat pada sedikit menurunnya

kemampuan BPR dalam memperoleh laba

bersih yang optimal. Sekalipun jumlah laba

yang diperoleh BPR trend-nya terus

meningkat setiap tahunnya dan masih

tergolong sehat, sebab rasio BOPO BPR

selama empat tahun terakhir masih di bawah

batasan tingkat efisiensi BOPO sebesar 90%

sesuai regulasi yang berlaku dalam penilaian

tingkat kesehatan kinerja keuangan BPR.

Peningkatan trend rasio BOPO PT BPR

Shinta Daya yang menjadikan menurunnya

efisiensi BOPO diakibatkan karena

meningkatnya jumlah Biaya Operasional

BPR, salah satunya adalah biaya Penyisihan

Penghapusan Aktiva Produktif kredit.

Menurunnya efisiensi BOP juga disebabkan

karena kinerja keuangan pendapatan

operasional BPR dari pendapatan bunga

kontraktual atas pemberian kredit juga

mengalami pernurunan.

Berdasarkan temuan dalam penelitian ini

maka sebaiknya manajer BPR untuk bisa

meningkatkan kemampuan laba bersih BPR

yang optimal dapat lebih memperhatikan

pada pengelolaan efisiensi kinerja keuangan

BOPO dengan cara meningkatkan

pendapatan bunga kotraktual dari bunga

kredit dan memperhatikan pada pemberian

kredit yang sehat sehingga Biaya Operasional

berupa Biaya Penghapusan ktiva Produktif

dapat dikurangi.

Diharapkan penelitian berikutnya dapat

menambahkan variabel lain seperti Suku

Bunga dalam pemberian kredit kepada

nasabah, mengingat persaingan yang semakin

ketat mengakibatkan BPR menurunkan suku

bunga untuk bisa terus meningkatkan volume

Page 106: Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 · Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794 e-ISSN 2597-792X Jurnal Kajian Ilmiah 98 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Pelatihan

Volume 19, No. 2, Mei 2019 p-ISSN 1410-9794

e-ISSN 2597-792X

Jurnal Kajian Ilmiah 194

Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

kredit dan pendapatan bunga kontraktual

BPR sehingga diharapkan dapat

meningkatkan kemampuan memperoleh laba

bersih BPR.

REFERENSI

Afriyeni, & Fernos, J. (2018). Analisis

Faktor-Faktor Penentu Kinerja

Profitibilitas BPR Konvensional Di

Sumatera Barat. Benefita,

3(September),325–335.

http://ejournal.kopertis10.or.id/index.ph

p/benefita/article/view/3623/1165

Andriani, R., & Nugraha. (2018). Analisis

Cost-Volume-Profit Kaitannya dengan

Perencanaan Laba, 18(1), 54–66.

http://jurnal.ubharajaya.ac.id/index.php/

kajian-ilmiah/article/view/54 - 66/pdf

Bukhari, E., & Mulyadi, A. (2019). Analisis

Laporan Keuangan PT. Mayora Indah.

Jurnal Kajian Ilmiah, 19(1), 65.

https://doi.org/10.31599/jki.v19i1.386

Kasmir. (2015). Manajemen Perbankan

(13th ed.). Jakarta: RajaGrafindo

Persada.

Lubis, A. (2013). Pengaruh Tingkat

Kesehatan Bank Terhadap Pertumbuhan

Laba Pada BPR Di Indonesia. Ekonomi

Dan Keuangan, 1, 27–37.

https://jurnal.usu.ac.id/index.php/edk/art

icle/ view/9138/3905

Maith, H. A. (2013). Analisis Laporan

Keuangan Dalam Mengukur Kinerja

Keuangan pada PT Hanjaya Mandala

Sampoerna TBK. Riset Ekonomi,

Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi

(EMBA), 1(3), 619–628.

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/e

mba/article/view/2130/1692

Munawir. (2012). Analisa Laporan

Keuangan (16th ed.). yogyakarta:

Liberty Yogyakarta.

Otoritas Jasa Keuangan. (2017a). Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan Nomor

48/POJK.03/2017 tentang Transparansi

Kondisi Keuangan Bank Perkreditan

Rakyat.

Otoritas Jasa Keuangan. (2017b). Surat

Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor

39/SEOJK.03/2017.

Otoritas Jasa Keuangan. (2018). Statistik

Perbankan Indoensia, 17.

Putri, N. K. A. P., Wiagustini, L. P., &

Abundanti, N. N. (2018). Pengaruh

NPL, CAR dan BOPO Terhadap

Profitabilitas Pada BPR Di Kota

Denpasar. E-Jurnal Manajemen Unud,

7(11), 6212–6238.

https://doi.org/10.24843/EJMUNUD.20

18.v07.i11.p15

Setyawati, I. R. M. A., Kartini, D., Rachman,

S., & Febrian, E. (2015). Assessing the

Islamic banking financial performance

in Indonesia. International Journal of

Education and Research, 3(10), 233-

248.

Setyawati, I. (2016). Determinants of Growth

and Profitability by Bank Specific

Variable and Market Stucture in Islamic

Banking in Indonesia. Academy of

Strategic Management Journal, 15, 1-

14.

Supeno, W. (2017). Analisis Kinerja

Penghimpunan Dana dalam

Meningkatkan Penyaluran Kredit pada

Bank Perkreditan Rakyat. Jurnal

Moneter, IV(2), 121–131. R

http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.ph

p/moneter/article/view/2336/1689