vol 1, no. 1, maret 2014

103
JURNAL MODELING Terbit satu kali dalam semester bulan Maret dan Oktober (ISSN: 2508-73924) berisi tulisan ilmiah tentang pendidikan di Madrasah atau Sekolah, inovasi- inovasi pendidikan, dan pemikiran pendidikan dalam bentuk : 1) Hasil penelitian, 2) Gagasan konseptual, 3) Kajian kepustakaan, dan pengalaman praktis. Ketua Penyunting, Yudi Catur Anendra Wakil Ketua Penyunting Achmad Muchammad Penyunting Ahli Muhsinin Cholish, M. Nasiruddin, Ulil Abshor Cholish, Purwanto Penyunting Pelaksana Syamsun, Achmad Muchammad, Muammar Luthfi, Didik Supriyanto Pelaksana Tata Usaha Uzair MH, Emi Fauziyah Alamat Penyunting dan Tata Usaha : Kantor STIT NU Al-Hikmah Mojokerto, Jl. Jl. Hayamwuruk 31 Watesumpak Trowulan Mojokerto Telp/Fax. (0321) 3914242 Mojokerto. e-mail: [email protected] Jurnal Modeling diterbitkan oleh Program Studi S-1 PGMI STIT NU Al-Hikmah Mojokerto. Penyunting menerima tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam media cetak lain. Syarat-syarat, format dan aturan tata tulis artikel dapat dilihat pada sampul belakang. Penyunting dapat melakukan perubahan pada tulisan yang dimuat untuk keseragaman format tanpa mengubah maksud dan isinya. Diterbitkan Oleh : Program Studi PGMI Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Nahdlatul Ulama (STITNU) AL-HIKMAH Mojokerto Dicetak Oleh: Al-Hikmah Pressindo Telp. (0321) 3914242 Desain Sampul & Layout Muhammad Yunus

Upload: modeling-jurnal-prodi-pgmi

Post on 24-Jul-2016

314 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Redaksi mengundang para akademisi, dosen, maupun peneliti untuk berkontribusi memasukkan artikel ilmiahnya yang belum pernah diterbitkan oleh jurnal lain. Naskah diketik dengan spasi 1,5 cm pada kertas ukuran A4 dengan panjang tulisan antara 15-20 halaman, 4000-6000 kata. Naskah yang masuk dievaluasi oleh dewan redaksi dan mitra bestari. Redaktur dapat melakukan perubahan pada tulisan yang dimuat untuk keseragaman format, tanpa mengubah substansinya. Alamat Redaksi: Jl. Hayam Wuruk 31 Wates Umpak Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Telp./Faks. (0321) 391424, Email: [email protected].

TRANSCRIPT

Page 1: Vol 1, No. 1, Maret 2014

JURNAL MODELINGTerbit satu kali dalam semester bulan Maret dan Oktober (ISSN: 2508-73924)berisi tulisan ilmiah tentang pendidikan di Madrasah atau Sekolah, inovasi-inovasi pendidikan, dan pemikiran pendidikan dalam bentuk : 1) Hasil penelitian,2) Gagasan konseptual, 3) Kajian kepustakaan, dan pengalaman praktis.

Ketua Penyunting,Yudi Catur Anendra

Wakil Ketua PenyuntingAchmad Muchammad

Penyunting AhliMuhsinin Cholish, M. Nasiruddin, Ulil Abshor Cholish, Purwanto

Penyunting PelaksanaSyamsun, Achmad Muchammad, Muammar Luthfi, Didik Supriyanto

Pelaksana Tata UsahaUzair MH, Emi Fauziyah

Alamat Penyunting dan Tata Usaha : Kantor STIT NU Al-Hikmah Mojokerto, Jl.Jl. Hayamwuruk 31 Watesumpak Trowulan Mojokerto Telp/Fax. (0321)3914242 Mojokerto. e-mail: [email protected] Modeling diterbitkan oleh Program Studi S-1 PGMI STIT NU Al-HikmahMojokerto.

Penyunting menerima tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam media cetaklain. Syarat-syarat, format dan aturan tata tulis artikel dapat dilihat pada sampulbelakang. Penyunting dapat melakukan perubahan pada tulisan yang dimuatuntuk keseragaman format tanpa mengubah maksud dan isinya.

Diterbitkan Oleh :Program Studi PGMI

Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Nahdlatul Ulama (STITNU) AL-HIKMAHMojokerto

Dicetak Oleh:Al-Hikmah PressindoTelp. (0321) 3914242

Desain Sampul & Layout Muhammad Yunus

Page 2: Vol 1, No. 1, Maret 2014

PETUNJUK BAGI PENULIS1. Artikel merupakan tulisan konseptual atau hasil penelitian

kependidikan Islam yang belum pernah diterbitkan dalammedia cetak lain.

2. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia ragam tulis bakudiserahkan dalam bentuk ketikan dengan spasi ganda padakertas HVS ukuran kwarto dan dalam bentuk CD denganprogram Micrsoft Word. Panjang artikel adalah 15-20 halaman.Artikel diserahkan paling lambat dua bulan sebelum terbit.

3. Artikel hasil penelitian memuat:(a) Judul, (b) Nama dan identitas peneliti (sponsor penelitian),(c) Abstrak (100-150 kata), (d) Kata kunci, (e) Pendahuluan(masalah, tujuan, dan manfaat penelitian), (f) metodepenelitian, (g) hasil penelitian, (h) pembahasan, (i) simpulandan saran, (j) endnote, dan (k) Daftar rujukan, atau (a) judul,(b) nama dan identitas peneliti (sponsor penelitian), (c) abstrak(100-150 kata), (d) kata kunci, (e) pendahuluan (masalah,tujuan, dan manfaat penelitian), (f) metode penelitian, (g) hasilpenelitian dan pembahasan, (h) simpulan dan saran, (j)endnote, dan (k) daftar rujukan.

4. Artikel konseptual memuat: (a) judul, (b) nama dan identitaspenulis, (c) abstrak (+ 100 kata), (d) kata kunci, (e)pendahuluan, (f) isi atau pembahasan (terbagi atas sub subjudul), (g) penutup, (h) endnotes, dan (i) daftar rujukan.

Page 3: Vol 1, No. 1, Maret 2014

JURNAL MODELING

Jurnal ilmiah Modeling adalah jurnal ilmiah Interdisipliner yangmemuat hasil-hasil penelitian dan pemikiran ilmu-ilmu

pendidikan Islam.Jurnal ilmiah Modeling diterbitkan oleh Program Studi Pendidikan

Guru Madrasah Ibtidaiyah (Prodi PGMI) Sekolah Tinggi IlmuTarbiyah Nahdlatul Ulama (STITNU) AL-HIKMAH Mojokerto,

diterbitkan dua kali dalam satu tahun, Maret semester gasaldan Oktober semester genap.

Page 4: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Vol. I, No. 2, Oktober 2014 ISSN: 2508-73924

JURNAL MODELING

DAFTAR ISIMeningkatkan Proses Pembelajaran melalui Moving ClassDidik Supriyanto 1

Pembelajaran Bahasa Arab dengan Media Al-Qur’anMuammar Luthfi 20

Aspek Pedagogis dalam Dakwah Rasulullah: Studi Analitis atasQ.S Al-Jumu’ah 62:2Achmad Muchammad 32

Interferensi Fonologis dan Leksikal Bahasa Arab terhadap BahasaIndonesia dalam Terjemahan Buku Washoya al-Abaa’ lil-Abna’Fariz Alnizar 41

Penggunaan Model Pembelajaran Sentra dan Lingkaran dalamMeningkatkan Keterlibatan Siswa di POS PAUD TerpaduMia Rakhmalia 52

Nilai-nilai Religius dalam Novel 99 Hari di Prancis Karya WiwidPrasetiyo Kajian FeminismeSyamsun 67

Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Kelas 1 SD MardiPutera Surabaya dengan Menggunakan PAKEM (Pembelajaranyang Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan)Dewi Mayangsari 87

Page 5: Vol 1, No. 1, Maret 2014

1

MENINGKATKAN PROSESPEMBELAJARAN

MELALUI MOVING CLASSDidik SupriyantoSTITNU Al-Hikmah MojokertoE-Mail: [email protected]

Abstrak: Salah satu upaya yang dapat dilakukanuntuk meningkatkan aktifitas belajar siswaadalah dengan mengubah kegiatan belajar yangmonoton yaitu dengan mengadakan programpembelajaran Moving Class (perpindahan kelas)dari kelas satu ke kelas yang lain yangdisesuaikan dengan materi pelajaran. Kegiatanbelajar yang monoton akan menimbulkan tragedilearning shut down bagi siswa, karenanya MovingClass merupakan alternative pemecahan masalahdalam proses pembelajaran. Perpindahan kelas disini bukan hanya diartikan sebagai perpindahanantara ruang kelas saja, tetapi dapat juga meliputikegiatan belajar yang dilakukan dihalamansekolah, diskusi di Masjid, atau mencari literaturdi perpustakaan.Dari pengamatan sementara, pelaksanaanMoving Class masih belum banyak diterapkanoleh sekolah tetapi ada juga sekolah yang sudahmenerapkan sistem ini. Untuk itu penulis akanmenjelaskan tentang moving class sehingga paraguru, pembaca dan pemerhati dibidangpendidikan mempunyai gambaran tentangmoving class dan bagaimana menerapkannya.Kata Kunci: Proses Pembelajaran, Moving Class

Page 6: Vol 1, No. 1, Maret 2014

2 | Meningkatkan Proses Pembelajaran

PendahuluanBerdasarkan Undang-Undang Repu-blik Indonesia nomor20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bahwa:“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkankemampuan dan membentuk watak serta peradabanbangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskankehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnyapotensi peserta didik agar menjadi manusia yangberiman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,berakhlak yang mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,mandiri dan menjadi warga negara yang demokratisserta bertanggung jawab.”1Untuk mencapai tujuan di atas dapat dilaksanakanmelalui pembelajaran di sekolah. Proses pembelajaran yangberlangsung selama ini masih banyak yang bersifatkonvensional maksudnya guru menempatkan dirinya sebagaipusat belajar. Apa yang di ajarkan pun biasanya hanya sebatasmengejar target kurikulum. Apakah siswa mengerti ataubelum? itu urusan nanti. Selain itu proses pembelajaran seringdilakukan dengan menerangkan sambil membaca buku ataumenulis di papan tulis, mendikte, menanyakan soal kepadasiswa dan memberikan ulangan harian sekalipun siswa belumpaham materi yang akan diujikan, komposisi siswa di kelaspuntidak diperhatikan. Satu kelas bisa dipenuhi tiga puluh sampailima puluh murid yang duduk berbaris dari depan kebelakangtanpa memperhitungkan bahwa dengan begitu interaksi gurudan siswa tidak merata. Dengan kata lain siswa sekedarmenjadi obyek dihadapan guru, dan sebagai akibatnya anakbersifat pasif.Proses pembelajaran seperti ini tentu saja tidak efektif,salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkanaktivitas siswa dalam belajar yaitu melalui model moving class.Moving Class merupakan model pembelajaran yangmempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam model

* Dosen Tetap STITNU Al-Hikmah Mojokerto1 UU RI. No. 20, Tahun 2003, Tentang Sisdiknas (Jakarta: Cemerlang,

2000), 7

Page 7: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Vol. 1, No. 2, Oktober 2014 | 3

Moving Class dapat merangsang perhatian siswa untuk ikutaktif dalam proses belajar mengajar. Karena model MovingClass menjadikan guru tidak lagi menempatkan diri sebagaisubyek dan anak didik sebagai obyek melainkan menempatkandiri sebagai fasilitator di tengah-tengah siswa yang aktifmengeluarkan pendapat.Model Moving Class membuat siswa tidak merasa jenuhdan bisa refreshing dulu sebelum masuk kelas, selain itu jugadimaksudkan agar kelancaran belajar bisa lebih maksimal, jadikelas sudah di-setting dulu sebelum siswa memasuki ruangkelas.2Pengertian Moving Class

Moving Class menurut kamus John Echols dan HasanSadily adalah kelas bergerak.3 Menurut Depdiknas yangdimaksud Moving Class adalah kelas bergerak yang sesuaidengan mata pelajarannya. Konsep pembelajaran Moving Classpada prinsipnya adalah memudahkan bagi siswa untukmemahami materi yang akan dipelajari karena dalam kelassudah dilengkapi dengan media atau sumber lain yangdiperlukan sehingga guru tidak kesulitan untuk menata ruangserta menata media pembelajarannya layaknya sebuahlaboratorium yang mana di dalam kelas sudah ada model-model pembelajaran yang lengkap jadi guru tidak lagi mencari-cari alat pembelajaran yang akan dipakai tetapi guru tinggalmengambil di kelas yang sudah disediakan.Mengapa harus moving kalas

Moving class adalah sesuatu model pembelajaran yangunik dan menyenangkan sebab bisa merubah siswa yang biasamalas belajar, sering ngantuk, tidak konssentrasi maka denganadanya Moving Class semua kebiasaan tersebut hilang seketika.Siswa yang ngantuk akan merasa segar dengan berpindahnya2Model Moving Class www.provedentia.com, http//google.com.3 Jhon Echols dan Hasan Sadily, Kamus Inggris, Indonesia (Jakarta: PT

Gramedia 1977), 387.

Page 8: Vol 1, No. 1, Maret 2014

4 | Meningkatkan Proses Pembelajarantempat duduk atau kelas, siswa yang malas akan bersemangatbelajar karena suasananya berbeda dengan kelas sebelumnya.Pelaksanaan Model Moving ClassPelaksanaan Model Moving Class tidak hanya dilakukan didalam kelas saja melainkan juga dapat dilaksanakan di luarkelas misalnya di Masjid, Perpustakaan atau tempat-tempatyang lain selama masih berhubungan dengan materi yang akandipelajari. Pelaksanaan model Moving Class sangat menuntutsiswa aktif. Siswa dikondisikan dalam sikap mencari bukansekedar menerima. Dengan kata lain mereka mencari jawabanatas pertanyaan yang diajukan kepada mereka ataupertanyaan- pertanyaan yang mereka ajukan sendiri. Merekamengupayakan atas permasalahan yang diajukan oleh guru.Mereka tertarik untuk mendapatkan informasi atau menguasaiketerampilan guna menyelesaikan tugas serta mereka dapatmemecahkan persoalan yang membuat mereka bergerak untukmengkaji apa yang mereka nilai dan yakini.Adapun teknik yang digunakan agar siswa aktif antaralain:a. Proses belajar satu kelas penuh: Pengajaran yang dipimpinoleh guru yang menstimulasi seluruh siswa.b. Diskusi kelas: Dialog dan debat tentang persoalan-persoalan utama.c. Pengajuan pertanyaan: Siswa meminta penjelasan.d. Kegiatan belajar kolaboratif: Tugas dikerjakan secarabersamaan dalam kelompok kecil.e. Pengajaran oleh teman sekelas: Pengajaran yang dilakukanoleh siswa sendiri.f. Kegiatan belajar mandiri: Aktifitas belajar yang dilakukansecara pribadi.g. Kegiatan belajar aktif: Kegiatan yang membantu siswamemahami perasaan, nilai-nilai dan sikap mereka.

Page 9: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Vol. 1, No. 2, Oktober 2014 | 5

h. Pengembangan ketrampilan: Mempelajari danmempraktekkan keterampilan, baik teknis maupun non-teknis.4Untuk membangkitkan aktifitas belajar siswa, ruang kelasdapat diatur atau disesuaikan dengan kebutuhan. Denganmaksud agar siswa tidak bosan dengan model tempat duduk,atau siswa duduknya dipojok selamanya tidak di pojok terusbisa berganti posisi sehingga dari segi kesehatan badan bisaduduk tegak dan pandangan bisa lurus ke depan sertapenjelasan guru bisa didengarkan dengan sempurna. Adapunbentuk penataan ruang yang dapat digunakan antara lain:1) Bentuk U: bentuk ini merupakan fornasi serbaguna, siswabisa mengunakan permukaan meja untuk membaca danmenulis, dapat melihat guru atau media visual guru denganmudah.

2) Gaya Tim : mengelompokkan meja secara melingkar didalamruang kelas yang memungkinkan guru untuk meningkatkaninteraksi tim. Guru juga dapat menempatkan meja untukmembentuk formasi yang paling akrab. Jika ini yang gurulakukan beberapa siswa harus memutar kursi mereka agarmenghadap ke depan kelas supaya bisa melihat guru danpapan tulis.

4 Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, edisiRevisi (Bandung: Nusa Media 2004), 14

Page 10: Vol 1, No. 1, Maret 2014

6 | Meningkatkan Proses Pembelajaran

3) Meja Konfensi : formasi ini sangat baik bila mejanya relatibundar ata persegi. Formasi ini meminimalkan dominasiguru dan memaksimalkan peran siswa. Meja berbentukpersegi panjang bisa menciptakan kesan formal jika guru diujung meja.

4) Lingkaran : interaksi tatap muka akan lebih baik denganhanya menempatkan siswa dalam formasi lingkaran tanpameja. Formasi lingkaran sangat ideal untuk diskusikelompok besar.

5) Kelompok pada Kelompok : Formasi ini memungkinkansiswa untuk melakukan diskusi terbuka atau membuatskenario (drama), debat atau melakukan pengamatan-pengamatan aktivitas kelompok.

6) Ruang Kerja : Formasi ini sangat cocok untuk lingkunganaktif khas laboratorium dimana siswa duduk diruang kerja

Page 11: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Vol. 1, No. 2, Oktober 2014 | 7untuk mengerjakan soal atau tugas (misalnya : hitung-menghitung, mengoprasikan mesin, melakukan kerjalaboratorium).

7) Pengelompokan Berpencar: jika ruang kelas anda cukupbesar atau jika tersedia tempat diruangan sebelah,tempatkanlah meja atau kursi yang bisa digunakan oleh sub-sub kelompok untuk melakukan aktivitas belajar berbasistim. Usahakan agar susunan berpencar ini cukup berjauhanagar tim – tim yang ada tidak saling mengganggu.

8) Formasi Tanda Pangkat: susunan ruang kelas tradisionaltidak kondusif bagi pelaksanaan belajar aktif. Bisa terdapatsejumlah siswa (30 atau lebih) dan yang tersedia hanya mejadan kursi tradisional, ada kalanya perlu menata siswadengan gaya ruang kelas.

Page 12: Vol 1, No. 1, Maret 2014

8 | Meningkatkan Proses Pembelajaran

9) Ruang Kelas Tradisional: Jika memang tidak memungkinkanuntuk membuat formasi lengkung, cobalah untukmengelompokkan kursi secara berpasangan untukmemungkinkan belajar secara berpasangan.

10) Auditorium: Lingkungan auditorium memang kurangkondusif untuk kegiatan belajar aktif, namun masih adaharapan untuk itu. Jika kursinya dapat dipindah,tempatkanlah dalam bentuk busur untuk menciptakankedekatan dan siswa bisa melihat bagian depan kelasdengan lebih jelas.5

Tujuan Pelaksanaan Model Moving ClassTujuan dari Model Moving Class yaitu untukmembangkitkan semangat belajar siswa secara aktif dengan5 Ibid 36 - 41

Page 13: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Vol. 1, No. 2, Oktober 2014 | 9cara menciptakan suasana belajar yang dinamis denganmenitikberatkan pada lingkungan belajar yang disesuaikandengan materi pelajaran serta meningkatkan kemampuankognitif, afektif, dan psikomotorik siswa dalam hal penerapaanteori.Pendekatan – Pendekatan Model Moving Class

Moving Class sebagai model pembelajaran yang efektif,menyenangkan dan full activity, memberikan gambaran yangluas tentang bagaimana menemukan cara belajar yang tepat,efektif dan menghasilkan semacam kemampuan diri yangberlipat ganda. Manfaat dari belajar aktif adalah kita bisabertanggung jawab atas pendidikan dan kehidupan kita sendiriyang terus mencari pengetahuan dan pengalaman yang kitaperlukan.6Maka dari itu model dari Moving Class ditujukan untukmemberi motivasi belajar, baik melalui rangsangan dari luarmaupun menumbuhkan semangat dalam diri siswa sendiri.Model Moving Class mengunakan pendekatan-pendekatan sebagai berikut :a) MotivationThursan Hasim mendefinisikan motivasi sebagai suatudorongan kehendak yang menyebabkan seseorangmelakukan sesuatu perbuatan untuk mencapai tujuantertentu.Untuk itu motivasi diri dalam segala hal merupakankunci sukses dalam mencapai tujuan, karena manusiamempunyai potensi yang sama hanya saja bagaimanamanusia termotivasi untuk mengali kemampuan daripotensi yang dimilikinya. Dalam Quantum Learning salahsatu cara menumbuhkan motivasi atau termotivasi dalammelakukan sesuatu adalah menciptakan minat, karenamenciptakan minat adalah cara yang sangat baik untukmemberikan motivasi pada diri sendiri demi tercapainyasuatu tujuan. Bentuk menciptakan minat adalah dengan

6 Dave Meir, The accelerated Learning (Bandung: Kaifa 2003), 33 - 34

Page 14: Vol 1, No. 1, Maret 2014

10 | Meningkatkan Proses Pembelajaranmenanyakan diri sendiri tentang yang akan dipelajarinyayaitu menemukan AMBAK (apa manfaat begiku) dan ambakmerupakan motivasi yang didapat dari pemilihan secaramental antara manfaat dan akibat sesuatu keputusan. 7b) Enjoy

Enjoy yang didefinisikan oleh Dave Meier, ialah“kegembiraan” bukan berarti menciptakan susasana yangribut dan hura-hura, namun “ kegembiraan” ini berartibangkitnya minat, adanya keterlibatan penuh danterciptanya makna, pemahaman melahirkan sesuatu yangbaru dan kegembiraan ini jauh lebih penting untukpembelajaran dari segala teknik atau metode yangdigunakan.8Enjoy atau kegembiraan yang mampumembangkitkan minat dan aktif belajar kepada para siswaadalah lingkungan yang relaks dan menyenangkan,lingkungan yang optimal, baik secara fisik maupun mental.Membuat siswa semakin nyaman, terdorong dan mendapatmasukan, juga mendapat pengalaman baru dalam tiapharinya.Bagi siswa, faktor lingkungan sama dengan penataanyang dilakukan oleh kru panggung. Cara menata perabotan,musik yang dipasang, penataan cahaya dan lain-lain. Untukitu lingkungan belajar yang tepat yaitu :1. Terciptanya suasana belajar yang nyaman dan santai.2. Menggunakan musik supaya terasa santai, terjaga dansikap untuk berkonsentrasi.3. Sesuaikan suasana hati dengan berbagai jenis musik.4. Gunakan pengingat – pengingat visual untukmempertahankan sikap positif.5. Berinteraksi dengan lingkungan sekitar untuk menjadisiswa yang baik.

c) Active Learning (belajar aktif)7 Debbi Depoter & Mike Hernachi, Quantum Learning (Bandung: Kaifa

2002) 528 Dave Mei er, Theaccelerated. 36.

Page 15: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Vol. 1, No. 2, Oktober 2014 | 11Candice Part mengemukakan bahwa berfikir, belajar danmengingat bagaimanapun juga tidak terbatas di kepala saja tapitersebar ke seluruh tubuh. Banyak berfikir, belajar danmembuat keputusan misalnya terjadi tingkatan seluler danmolekuler.Para peneliti mengemukakan bahwa fungsi sepertiberfikir dan gerak tubuh terkait erat di dalam otak. Seperticontoh bagian neo-korteks yang mengatur fikiran danpemecahan masalah berada tepat di samping bagian neo-korteks yang mengontrol ketrampilan motor yang baik diseluruh tubuh. Ada pepatah mengatakan “jika tubuhmu tidakbergerak maka otak kamu tidak akan beranjak”Tubuh dan pikiran bukan merupakan entitas yangterpisah melainkan satu keseluruhan yang benar-benarterpadu dalam arti sesungguhnya. Pikiran adalah tubuh, dantubuh adalah pikiran. Sistem syaraf dan sistem prosedurdaerah mengikat jadi satu.9Belajar aktif merupakan berbagai cara untuk membuatpelajar aktif sejak awal melalui aktifitas-aktifitas yangmembangun kerja kelompok dan dalam waktu singkatmembuat berfikir tentang materi pelajaran yang terdapattehnik-tehnik memimpin belajar bagi seluruh kelas atau bagikelompok kecil. Merangsang diskusi dan debat, memprak-tikkan keterampilan-keterampilan, men-dorong adanyapertanyaan-pertanyaan, bahkan membuat siswa dapat salingmengajarkan antar satu sama yang lain.10Teknik Pelaksanaan Model Moving ClassTenik pelaksanaan model Moving Class yaitu :1. Pada saat jam pelajaran, siswa memasuki kelas sesuaidengan kelas bidang studi masing-masing.2. Guru bidang studi sudah siap diruang kelas sesuai denganbidang studi masing-masing.

9 Melvin L. Silberman. Active Learning, 23.10 Dave Meir, The Accelerated Learning, 85 – 86.

Page 16: Vol 1, No. 1, Maret 2014

12 | Meningkatkan Proses Pembelajaran

3. Ketika terjadi pergantian jam pelajaran siswa segera menujuruang kelas bidang studi yang sesuai dengan jam pelajaranyang baru.4. Guru bidang studi mengarahkan dan mengatur sertamemobilitasi siswa pada setiap pergantian jam pelajaran.Dengan kempat tehnik tersebut tidak menjadikan siswabosan dan jenuh di kelas sehingga siswa bisa bergerak kesana-kemari, begitu juga dengan gurunya, bisa memantau siswadengan sebaik mungkin . karena dengan adanya model MovingClass guru di berikan kelas yang sesuai dengan matapelajarannya. Dan gurupun harus bisa mengaktifkan kelasnyaagar siswa lebih nyaman dan menyenangkan dalam mengikutipembelajaran.Penerapan Model Moving Class dalam PembelajaranPendidikan Agama IslamPembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusunmeliputi unsur-unsur manusia. Material, fasilitas, perlengkapandan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapaitujuan pembelajaran. Manusia yang terlibat dalam sistempembelajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga yang lainnya.Material meliputi buku-buku, film, audio dan lain-lain. Fasilitasperlengkapan terdiri dari ruang kelas, perlengkapan audiovisual, juga komputer. Prosedur meliputi jadwal dan metodepenyampaian informasi, belajar dan lain-lain. Unsur-unsurtersebut saling berhubungan (interaksi) antara unsur yanglainnya. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yangmempengaruhinya, baik factor internal maupun eksternal.Gagne mendefinisikan pelajaran sebagai suatu rangkaianevent (kejadian) yang secara sengaja dirancang untukmempengaruhi siswa, sehingga proses belajarnya dapatberlangsung dengan mudah. Pembelajaran bukan hanyaterbatas pada kejadian yang dilakukan oleh guru saja,melainkan mencakup semua kejadian maupun kegiatan yang

Page 17: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Vol. 1, No. 2, Oktober 2014 | 13mungkin mempunyai pengaruh langsung pada prosespembelajaran manusia.11Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utamaadalah mengkondisikan lingkungan agar siswa aktif dalambelajar. Proses pembelajaran dikatakan efektif apabila seluruhpeserta didik terlibat secara efektif baik mental, fisik maupunsocial.12Menurut Bobbi Deporter ada beberapa kiat untukmenciptakan suasana kelas menjadi menarik danmenggairahkan yaitu :1. Kekuatan terpendam dan niat.Niat kuat seorang guru atau kepercayaan akan kemampuanmotivasi harus terlihat sangat jelas. Keyakinan seseorangmengenai kemampuan dirinya sangat berpengaruh padakemampuan itu sendiri.2. Jalinan rasa simpati dan saling pengertianUntuk menarik keterlibatan siswa, guru harus membangunhubungan, yaitu dengan menjalin rasa simpati dan salingpengertian hubungan akan membangun jembatankehidupan bergairah dengan siswa.3. Keriangan dan KetakjubanKegembiraan membuat siswa siap belajar dengan mudahdan bahkan dapat mengubah sikap negatif. Sedangkan alatbelajar setiap orang adalah ketakjuban, kita dapatmenciptakan suasana itu dalam pengajaran denganmengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka dan kolektif.4. Pengambilan ResikoSaat memasukkan unsur resiko ke dalam situasi belajar, kitaberarti telah membangkitkan kesukaan berpetualang secaraalami dari siswa. Hal ini akan menambah pengalamanmereka.5. Rasa Saling MemilikiMembangun rasa saling memiliki akan mempercepat prosespengajaran dan meningkatkan rasa tanggung jawab siswa.

11 Ahmad Tafsir. Metodologi Pengajaran Agama Islam (Bandung: RemajaRosda Karya 1996), 96.

12 E. Mulyasa, Kurikulum. 101.

Page 18: Vol 1, No. 1, Maret 2014

14 | Meningkatkan Proses Pembelajaran

6. KeteladananMemberi keteladanan adalah salah satu cara paling ampuhuntuk membangun hubungan dan memahami orang lain.Selain itu keteladanan juga memberikan kekuatan ke dalampembelajaran.Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi hasil. Prosespembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahanperilaku yang positif pada diri siswa secara keseluruhan. Untukmemenuhi tuntutan tersebut di atas perlu dikembangkanpengalaman belajar yang kondusif untuk membentuk manusiayang berkualitas tinggi. baik mental, moral, maupun fisik.13Ada dua komponen penting yang perlu diperhatikandalam paradigma baru pembelajaran Model Moving Class yaitu :a. Siswa sebagai individu yang unik yaitu memiliki keragaman,kecerdasan, latar belakang, pengalaman belajar, cara belajardan lain-lain. Dengan demikian pembelajaran yangberlangsung dalam kelas harus benar-benar multi cara,terarah dan pasti. Bisa jadi pemahaman siswa terhadapsholat atau praktik lainnya masih sangat awam atauberdasarkan atau berdasarkan sepahamannya. Maka perludiberikan cara memudahkan cara pemahaman siswaterhadap praktik keagamaan.b. Guru hanya sebagai fasilitator. Motivator yangmenggerakkan siswa agar mau belajar dan mendalamimateri yang dipelajari. Walaupun sistem yang dipakaibersifat klasikal massal tetapi dalam melayani kebutuhansiswa harus bersifat individual karena kemampuan siswaberbeda antar satu dengan lainnya.Pendekatan dan metode yang bisa digunakan khususdalam Pendidikan Agama Islam adalah :a. Pendekatan emosional: usaha untuk menggugah perasaandan emosi siswa dalam meyakini, memahami danmenghayati ajaran agamanya. Pendekatan ini sangat pentingdalam pembelajaran pendidikan agama Islam karena dalampendekatan ini aspek efektif siswa bisa tersentuh.Metode13 Bobbi Deporter. Quantum Teaching (Bandung: Kaifa 2001), 19 – 39.

Page 19: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Vol. 1, No. 2, Oktober 2014 | 15yang digunakan adalah metode Tanya jawab, bermain perandan diskusi.b. Pendekatan pengalaman: yaitu pemberian pengalamanagama kepada siswa dalam rangka penanaman nilai-nilaikeagamaan, banyak materi-materi pendidikan agama Islamyang membutuhka pendekatan pengalaman sepertimembaca, menulis, praktek shalat, dan praktek prilaku.Untuk itu metode yang digunakan adalah metodepengalaman keagamaan siswa, demonstrasi dan ceramah.c. Pendekatan pembiasaan: yaitu dengan memberikankesempatan kepada siswa untuk senan tiasa mengamalkanajaran agamanya, untuk itu metode yang digunakan adalahmetode latihan (drill) pemberian tugas dan demonstrasi.d. Pendekatan rasional: yaitu umemberi-kan peranan kepadarasio (akal) dalam memahami kebenaran ajaran agama.Sedangkan metode untuk pendekatan metode ini adalahdiskusi, Tanya jawab dan ceramah.e. Pendekatan fungsional yaitu usaha menyajikanpembelajaran pendidikan agama islam dengan menekankankepada segi kemanfaatananya bagi siswa dalam kehidupansehari-hari sesuai dengan perkembangannya. Metode yangdigunakan adalah ceramah, diskusi dan pemberian tugas.Optimalisasi Implementasi Model Moving ClassAda beberapa cara dalam mengoptimalkan penerapanModel Moving Class yaitu :a. Menciptakan lingkungan yang kondusifIklim belajar yang kondusif merupakan tulangpunggung dan factor pendorong yang dapat memberikandaya tarik tersendiri bagi proses belajar. Dalam hal ini,sedikitnya tetrdapat tujuh hal yang harus diperhatikanantara lain, ruang belajar, pengaturan sarana belajar,suasana tempat duduk, penerangan, suhu, pemanasansebelum masuk kemateri yang akan dipelajari dan binasuasana dalam pem,belajaran.b. Mengembangkan fasilitas dan sumber belajar

Page 20: Vol 1, No. 1, Maret 2014

16 | Meningkatkan Proses PembelajaranDalam hal ini, fasilitas dan sumber belajar yang perludikembangkan adalah laboratorium, pusat sumber belajar,perpustakaan, dan tenaga pengelola, fasilitas dan sumberbelajar tersebut perlu di daya gunakan seoptimal mungkin,dipelihara dan disimpan dengan sebaik-baiknya.c. Mendisiplinkan siswaHal ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalammenemukan diri, mengatasi, dan mencegah timbulnyaproblem – problem disiplin, serta berusaha menciptakansituasi yang menyenangkan bagi kegiatan pembelajaranyang ditetapkan. Untuk itu guru harus mampumendisiplinkan peserta didik terutama disiplin diri.d. Mengembangkan kemandirian Kepala Sekolah.Dalam mensukseskan implement-tasi Model MovingClass diperlukan kepala sekolah yang mandiri danprofessional dengan kemampuan menejeman sertakepemimpinan yang tangguh, serta keinginan yang majuagar mampu mengambil keputusan dan prakarsa untukmeningkatkan mutu sekolah khususnya dalam inovasi-inovasi penerapan Model Moving Class.e. Mengubah paradigma (pola pikir) Guru.Guru merupakan faktor penting yang sangat besarpengaruhnya, bahkan yang menentukan berhasil tidaknyasiswa dalam belajar. Oleh karena itu, perlu adanyapenegasan terhadap guru untuk mengubah konsep bahwamengajar itu bukan hanya mengisi botol kosong. Karenadalam Model Moving Class pembelajaran harus sebanyakmungkin melibatkan peserta didik, agar mereka mampubereksplorasi untuk membentuk kompetensi denganmenggali berbagai potensi diri dan kebenaran secara ilmiah.Selain itu juga perlu mengubah pola pendidikan yangberorientasi terhadap hasil dan materi, menjadi pendidikansebagai proses. Dan selanjutnya melatih guru untukmenggunakan berbagai macam metode mengajar dengan

Page 21: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Vol. 1, No. 2, Oktober 2014 | 17inti bahwa siswalah yang harus berperan aktif lebihbanyak.14 :f. Meningkatkan prestasi belajarHasil belajar yang di capai siswa dipengaruhi oleh 2faktor utama yaitu : factor intern (dari dalam siswa itusendiri) dan factor ekstern (dari luar diri siswa) atau faktorlingkungan.15Factor intern yang datang dari diri siswa terutamakemampuan yang dimilikinya. Kemampuan siswa besarsekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai.Seperti yang dikemukakan oleh Clalrk ”bahwa hasil belajarsiswa sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa, dan30% dipengaruhi oleh lingkungan. Di samping faktorkemampuan, juga ada faktor lain seperti motivasi belajar,ketekunan, social ekonomi, factor fisik dan psikis.Sedangkan factor extern yang dapat mempengaruhiprestasi siswa mencakup:

1. Faktor sosial yang terdiri atas, lingkungan keluarga,sekolah, masyarakat dan kelompok.2. Fakor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan,teknologi dan kesenian.3. Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan.Ada bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam upayapeningkatan prestasi belajar antara lain: keadaan jasmani,keadaan sosial emosional, lingkungan, memulai pelajaran,membagi pekerjaan, kontrol, optimis, menggunakan waktu,cara mempelajari buku, dan mempentingkan kecepatanmembaca peserta didik.

2) Mendayagunakan lingkunganMendayagunakan lingkuangan merupakan suatupendekatan pembelajaran yang berusaha untukmeningkatkan keterlibatan siswa melalui pendayagunaanlingkungan sebagai sumber belajar. Pendekatan iniberasumsi bahwa kegiatan pembelajaran akan menarik14 Implementasi KBK di dlam Kelas, Kompas (Jakarta), 5 Oktober 2002, 9.15 Mahfudh Salahuddin. Pengantar Psikologi Pendidikan (Surabaya: Bina

Ilmu 1990), 50.

Page 22: Vol 1, No. 1, Maret 2014

18 | Meningkatkan Proses Pembelajaranperhatian peserta didik apabila yang dipelajari diangkat darilingkunganya, sehingga apa yang di pelajari berhubungandengan kehidupan dan berfaedah bagi lingkunganya.Dari semua lingkungan masyarakat yang dapatdigunakan dalam proses pendidikan dan pengajaran secaraumum dapat dikategorikan menjadi 3 macam: lingkunganbelajar yakni, lingkungan sosial, lingkungan alam danlingkungan buatan.a. Lingkungan sosialSebagai sumber belajar lingungan social berkenaandengan interaksi manusia dengan kehidupanbermasyarakat, seperti organisasi sosial, adat dankebiasaan, mata pencarian, pendidikan, kependudukan,struktur pemerintahan, agama dan sistem lain.b. Lingkungan alamLingkungan alam berkenaan dengan segala sesuatu yangsifatnya alamiah seperti keadaan geografis, suhu udara,musim, flora dan fauna dan sumberdaya alam.c. Lingkungan buatanLingkunan buatan adalah lingkungan yang sejak awaksudah didesain untuk pembelajaran, sehingga suasananyaenak baik dari luas bangunan, pencahayaan, udaya danmedia yang mendukung terhadap proses pembelajaran

Kendala dalam pelaksanaan pembelajaran Moving ClassDalam pelaksanaan Pembelajaran Moving Class ada sedikitkendala yang dirasakan oleh pihak sekolah yaitu:a. Sarana dan prasaranaSarana dan prasarana yang dipunyai oelh sekolah tidaksama sehingga sekolah yang minim akan sarana danprasarana kesulitan menggunakan sistem ini, karenadibutuhkan lokal (ruang kelas) yang banyak.b. Sumber belajarSumber belajar dalam mendukung proses pembelajarandengan moving class sangat beragam dan bervariasi Olehkarena itu dibutuhkan seorang manager yang dapat

Page 23: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Vol. 1, No. 2, Oktober 2014 | 19mengelola sumber belajar yang ada sehingga prosespembelajaran dapat dilaksanakan.b. Guru yang kompetenUntuk dapat melaksanakan model pembelajaran movingkelas diperlukan guru yang mempunyai kompeten(kemampuan sesuai dengan bidang studi yang diampu),memiliki semangat kerja keras yang tinggi. Dengan adanyasertifikasi guru tidak lagi memikirkan jumlah gaji yang sedikitkarena pemerintah sudah berusaha untuk mensejahterakanguru dengan cara memberikan tunjangan profesi.SimpulanModel moving class sangat bagus diterapkan karena dapatmengoptimalkan kemampuan siswa, tetapi model ini mungkintidak bisa diterapkan bagi sekolah yang jumlah gurunyaterbatas apalagi didukung sarana dan prasarana yang kurangmemadai. Dengan adanya wacana diatas diharapkan parapemerhati dibidang pendidikan, mempunyai tambahan wacanatentang model moving class.Daftar PustakaAhmad Tafsir. Metodologi Pengajaran Agama Islam (Bandung:Remaja Rosda Karya 1996),Bobbi Deporter. Quantum Teaching (Bandung: Kaifa 2001),Dave Meir, The accelerated Learning (Bandung: Kaifa 2003)Debbi Depoter & Mike Hernachi, Quantum Learning (Bandung:Kaifa 2002)Implementasi KBK di dalam Kelas, Kompas (Jakarta), 5 Oktober2002,Jhon Echols dan Hasan Sadily, Kamus Inggris, Indonesia(Jakarta: PT Gramedia 1977)Mahfudh Salahuddin. Pengantar Psikologi Pendidikan(Surabaya: Bina Ilmu 1990)Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa

Aktif, edisi Revisi (Bandung: Nusa Media 2004),Model Moving Class .www. provedentia com, http//google.com.

Page 24: Vol 1, No. 1, Maret 2014

20

PEMBELAJARAN BAHASA ARABDENGAN MEDIA AL-QUR’AN

Muammar LuthfiSTITNU Al-Hikmah Mojokerto

E-Mail: [email protected]

Abstrak: Dalam pembelajaran bahasa asing seringmemunculkan problematika dalam penerapannya. Salahsatu diantaranya adalah pembelajaran Bahasa Arab.Gramatikanya yang rumit, mufrodatnya yang terasaasing, serta variasi kata dan maknanya yangberbhinneka merupakan sekilas problem yang seringterjadi. Maka tidaklah mengherankan kalau dalampembelajaran Bahasa Arab telah jamak digunakanmetode pembelajaran beserta variasinya sebagai upayamereduksi problem tersebut. Taruhlah metode yangpaling tua dan tradisional yaitu metode Qowa’id watarjamah sebagai tamsilnya, atau metode mubasyarahsebagaimana sering dipakai dalam pondok pesantrenumpamanya, serta metode-metode yang lain tentunya.Selain metode pembelajaran tersebut di atas, tidakkalah pentingnya penggunaan media pembelajaranyang sering dinafikan oleh sebagaian pengajar dalamrangka mengatasi masalah klasik di atas. Padahalsebagaian para pakar menyatakan bahwa mediapembelajaran itu berpengaruh besar bagi indra danlebih memudahkan pemahaman. Tulisan ini akanmenyajikan gramatika al-Qur’an sebagai media dalampembelajaran Bahasa Arab. Karena hampir setiap hariorang muslim –dan juga pembelajar Bahasa Arab-bersentuhan, berinteraksi serta berdialog dengan kitabsamawi terakhir tersebut sehingga terasa akrabdengannya. Selain itu tentunya tulisan ini juga berusahamenghadirkan pembelajaran Bahasa Arab yang mudah,

Page 25: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Pembelajaran Bahasa Arab | 21

jelas serta familiar dengan para peminat Bahasa yangindah itu.

Kata Kunci: Media Pembelajaran, Bahasa Arab.

Page 26: Vol 1, No. 1, Maret 2014

22 | Vol. 1, No. 2, Oktober 2014

مقدمةمن املعلوم أن اللغة العربية هي لغة أجنبية لنا ، لكننا حنتاج

هون القرآن الكرمي إىل دواء. ملاذا؟ ألىضر إىل فهمها كما حيتاج املا ، فلذالك البد لنا أن نتعلمها و املنهاج يف حياتنا اننكو لنمكتوب

يف تعليم اللغة العربية كثري من الطريقة ها.عليوالعارفنيمن العاملنيوطريقة القواعد والرتمجة املستخدمة لتعليمها ، طريقة املباشرة مثال

يعىنالعربية واضحة وبارزة ةلغعل تعليم الجنأن نريدوهنامها.وغري جعل قرآن الكرمي وسيلة يف تعليم سنباستخدام وسائل التعليمية أي

العربية.لغةالا كل قوم عن مقاصدهم.اللغة وقيل أيضا هي ألفاظ يعرب

)3: 1996اللغة هي رمز التعبري ووسيلته (عبد الغفار حامد هالل،ا العرب عن أغراضهم العربية هي الكلمات الىت يعربأما اللغة

وظهر فينا أن يف تعليم اللغة ).7: 2008(مصطفى الغاليني،ملاذا قد علم املعلممرارااألجنبية مشكلة البد حلها ، منها نسأل

م ولكن أكثرهم ال يفهمون وال يعلموناللغة العربيةباجلهد طالبأن اللغة كثري من الناس هم يقولونمثال ؟ من املظاهر الواقعيةعنها

حينما يتعلمون اللغة العربية هم لذالك العربية هي درس صعبة ، أو املشكالت اليت يشعرون امللل أو التشبع ، اليس هذا باحلق؟

Page 27: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Pembelajaran Bahasa Arab | 23

اقرتب الطلبة من املفردات الصعبة أو اجلملة الغريبة أو املعاىن العالية اليت حتتاج إىل وقت طويل وكثري الستوعبها.

الت ليس مما يثري الدهشة أن يف تعليم اللغة بناء هلؤالء املشك، العربية طريقة خمتلفة ووسيلة متنوعة فطبعا غرضها لوضوح الدراسة

خمرجا لتلك فلذلك كان وسيلة القرآنوالقرآن مكتوب بتلك اللغة.املشكلة ألن فيه املزايا من مفرداته ومجلته وأسلوبه وآدابه ومعانيه

ذلك. والقرآن وحيد الكتاب من الكتب العالية وعلومه وتفسريه وغريوهم يقرأون القرآن آناء الليل . يف العاملكثر الناسمقروء ألالذي

ذه البيانات ينبغى لنا أن جنعله وسيلة يف تعليم وأطراف النهار. ولكن -حقيقة–هم يتعلمون اللغة العربية لكي الطلبةاللغة العربية.

أكثرهم ال يشعرون.

سيلة التعليميةمفهوم الو من الكفايات التعليمية اليت البد أن ميلكها معلم اللغة العربية هي الكفاية يف استخدام الوسائل التعليمية ، وذلك ألن التعليم يف

، وعلى هذا ينبغى العصر احلديث ليس كما كان يف العصور املاضيةا. الوسيلة التعليمية / ال تعلمية هي لنا أن نتعلم الوسائل وما تتعلق

Page 28: Vol 1, No. 1, Maret 2014

24 | Vol. 1, No. 2, Oktober 2014

ما يلجأ إليه املدرس من أدوات وأجهزة ومواد لتسهيل عملية التعلم / والتعليم وحتسيها وتعزيزها. وهي تعليمية ألن املعلم يستخدمها يف عمله ، وهي تعلمية ألن التلميذ يتعلم بواسطتها (نايف حممود

ج ). ويقال بأن الوسيلة التعليمية هي ما تندر 243: 1991معروف،حتت خمتلف الوسائط الىت يستخدمها املعلم ىف املوقف التعليمى ،

مرة وقيلبغرض إيصال املعارف واحلقائق واألفكار واملعاىن للدارسني.أن الوسائل التعليمية مبعىن األوسع هي كل شخص ، مادة ، أخرى

املتأيدة لدى الطلبة حلصول املعرفة أو املهارة أو آلة ، أو احلادثة ذا التعريف ، املعلم ، الكتاب املقرر ، وبيئة هي الوسيلة.الطب يعة.

بناء على ما يف األول نعرف بأن الوسائل التعليمية أو الوسائل التوضيحية اصطالحا فرديا لعبد العليم إبراهيم هي كل شيئ الىت

أو استخدمها للتقريب على املتعلمني يف عملية التعليم و التعلم ، تعملها لوصول املعرفة من املعلم إىل املتعلم.الىت اسماكل

خصائص الوسيلة الناجحةنعرف كثريا بأن كل الوسيلة التعليمية هلا خصائص متنوعة

من األمثلتها احتاج بعضها ببعض ، وال ريب فيها العيوب والنقائص

Page 29: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Pembelajaran Bahasa Arab | 25

الوسيلة التعليمية إىل وقت كثري يف إعدادها أو تطبيقها ، أو ميكن وغريهم أو احتاجها إىل مكان واسع مرتفع التكاليف احتاجها إىل

لنا لكي تنجح هذه الوسيلة يف تأدية وظيفتها الرتبوية ، ينبغى فلذلك توافر فيها الشروط التالية:نأن

أن تكون منتمية لألهداف الرتبوية النابعة من ثقافة األمةا. وحضار

أجله.أن تكون حمققة للهدف املباشر الذي تستخدم من.أن تراعي خصائص الطالب اجلسدية والنفسية والعقلية أن تكون الفائدة اليت تقدمها للمعلم واملتعلم تفوق اجلهد

الذي يبذل إلعدادها ، وللتكاليف اليت تصرف إلنتاجها..أن تتسم بالبساطة والوضوح وسهولة االستعمالويف أن يراعى يف تصميمها وإعدادها صحة املعلومات ،

إخراجها جودة اإلتقان. أن تستعمل يف الوقت املناسب ، واملكان املناسب ، والشكل

املناسب.اللغة العربية تصنف هذه أما الوسائل املستعملة يف تدريس

االت التالية: الوسائل يف ا

Page 30: Vol 1, No. 1, Maret 2014

26 | Vol. 1, No. 2, Oktober 2014

الوسائل البصرية:وهي اليت يستفاد منها عن طريق نافدة العني ، وأمهها:

الت والدوريات ، الكتاب املدرسي وغري املدرسي ، اوالنشرات على اختالفها.

.ا السبورة وملخقاة ، اللوحة الوبرية ، اللوحة اللوحات اجلدارية ( اللوحة املمغنط

اإلخبارية ، لوحة اجليوب)..(املفردة ، واملركبة ، واملسلسلة) الصوروالكلمات واجلمل ، البطاقات (بطاقات احلروف واملقاطع

بطاقات املطابقة ، بطاقات التعليمات ، بطاقات األسئلة واألجوبة.....اخل.

الوسائل السمعية:وهي اليت يستفاد منها عن طريق األذن ، وأمهها:

.املذياع ، التسجيالت الصوتية ، األسطوانات....اخلالوسائل السمعية البصرية:

يق العني واألذن معا ، وأمهها:وهي اليت يستفاد منها عن طر

Page 31: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Pembelajaran Bahasa Arab | 27

، التلفاز ، الصور املتحركة ، الدروس النموذجية املسجلةالتمثيليات املتلفزة.....اخل.

تطبيق الوسيلة التعليمية في تعليم اللغة العربيةا وفيها الوسائل نبحثبعد أن اللغة العربية وما تتعلق القرآن الكرمي يعىنالتعليمية تطبيق الوسيلةنبحث يفالتعليمية ، هنا

تخذ بعض آيات سنيف تعليم اللغة العربية. أما طريقة املستخدمة هي سنأتى مثاله فيما يلي ، املتقدمة. واداملولتبيني القرآن الكرمي لتوضيح

ا" جاز لنا أن نتخذ بعض آيات حبث املعلم باب "كان وأخواة لناس ٱكان القرآنية : ٱفبعث حدة و أم ن ◌ لنبي ٱرین ) أو نأخذ من بعض 213(سورة البقرة : ومنذرین مبش

ن ت درج آيات القرآنية : ٱوكان مة ورح فرة ومغ ھ م حیمااغفور )92) أو من (سورة النساء : 96(سورة النساء : ر ٱوكان ا" . احكیم لیماع حينما نبحث باب "إن وأخوا

ٱإن ف ق لطل ٱعزموا وإن نستطييع أن نأخذ بعض األية : ٱعفاولقد ) أو من األية : 227(سورة البقرة : علیم سمیع

ٱإن ھم عن باألية : ) أو 155(سورة آل عمران :حلیم غفور ین ٱإن ٱعند لد ويف باب احلال )19(سورة آل عمران :م ل س إل ٱ

ارور مس ۦلھ أھ إلى وینقلب نستعمل بعض آيات القرآنية :

Page 32: Vol 1, No. 1, Maret 2014

28 | Vol. 1, No. 2, Oktober 2014

إلى ا نقلبو ٱوإذا) أو نضرب مثال من األية : 9(سورة االنشقاق : ) وجنوز أن نأخذ األية 31(سورة املطففني : ین فكھ نقلبوا ٱلھم أھ ) يف باب 22(سورة الفجر : اصف اصف ملك ل ٱو ربك ء وجا :

جف تر م یو العطف مثال ، ومثاله من بعض آيات القرآنية : ھیال اكثیب جبال ل ٱوكانت جبال ل ٱو ض ر أل ٱ (سورة املزمل : م

ثم ءامنوا ثم كفروا ثم ءامنوا لذین ٱإن ) أو األية : 14 ٱیكن لم ار كف دادوا ز ٱثم كفروا دیھم لیھ وال لھم فر لیغ بوه أو األية : ) 137(سورة النساء : سبیال (سورة قروھافع فكذ

ربة مت ذااكین مس أو ربة مق ذاایتیم ) أو األية : 14الشمس : ٱو ) أو األية : 16-15(سورة البلد : حیط ئھمورا من بل م

جید ءان قر ھو لذین ٱإن أو األية : )21-20(سورة الربوج : ممنون یؤ ال ھم تنذر لم أم تھم ءأنذر ھم علی ء سوا كفروا

اأو األية : )6(سورة البقرة : د كان م جالكم منأحد أبا محم رسول كنول ٱر ). 40(سورة األحزاب :ن ◌ لنبي ٱوخاتم

وعندما نبحث يف باب اإلستثناء جنوز أن نشرح ببعض آيات ٱمع ع تد وال آنية : القر ء شي كل ھو إال ھ إل ال ءاخر ھاإل

(سورة القصص : جعون تر ھ وإلی م حك ل ٱلھ ۥ ھھ وج إال ھالك ۥنباتھ رج یخ لطیب ٱبلد ل ٱو ) جاز أيضا أن نبني باألية :88ف لك كذ ا نكد إال رج یخ ال خبث لذيٱو ۦ ربھ ن بإذ نصر

Page 33: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Pembelajaran Bahasa Arab | 29

ھل ) أو باألية : 58(سورة األعراف : كرون یش م لقو ت ی أل ٱ). وملا نبحث 60(سورة الرمحن : ن س ح إل ٱإال ن س ح إل ٱء جزا

ب ری ال ب كت ل ٱلك ذ يف باب إسم اإلشارة جاز أن نقدمه باألية : ب كت ذاوھ أو األية : )2(سورة البقرة : متقین لل ىھد فیھ

صدق رى وبش ظلموا لذین ٱلینذر اعربی لسانامن ذ ھ إن ا قالو ) أو األية : 12(سورة األحقاف :سنین مح لل

ن رجاكمیخ أنیریدان ن حر لس رھمابسح ضكمأر مۦذه ھ قل أو األية : )63(سورة طه : لى مث ل ٱبطریقتكم ھباویذ

ٱإلىا عو أد سبیلي (سورة تبعنيٱومن أنا بصیرة على ).108يوسف :

باب إسم اإلستفهام جاز لنا أن نأخذ وحينما نبحث يف ٱمن لك یم منف قل األية : لك یھ أنأراد إن ا◌◌ شي

ھ یم مر ن ب ٱمسیح ل ٱ (سورة اجمیع ض ر أل ٱفيومنۥوأمن ) أو باألية : 17املائدة : ح ٱخشي م ء وجا ب غی ل ٱب ن م لر

نیب ب بقل ن زقكمیر منقل ) أو باألية : 33(سورة ق :م مما ٱ رج یخ ومنر ص ب أل ٱو ع لسم ٱلك یم أمنض ر أل ٱو ء لسیدبر ومنحي ل ٱمن میت ل ٱرج ویخ میت ل ٱمن حي ل ٱ ٱفسیقولون ر م أل ٱ ). 31(سورة يونس :تتقون أفال فقل

التعليمية يف تعليم الىت شرحها لنا عن تطبيق الوسيلةهكذا البيانات

Page 34: Vol 1, No. 1, Maret 2014

30 | Vol. 1, No. 2, Oktober 2014

اللغة العربية. حنن نستطيع أن نستخدمها يف باب من أبواب املوجودة يف اللغة العربية ، مثال عن باب النكرة واملعرفة أو باب املفعول أو

وغريهم فطبعا بطريقة كما طريقة املستعملة يف املاضية.باب اإلضافة نعتقد أن جيعل عملية التعلم والتعليم واضحة لديهم ذا الوسيلة حنن

الطلبة ملاذا؟ كاد القرآن يزين أيام الطلبة ، والقرآن لديهم كصاحب باجلنب.

خاتمةال وسيلة التعليمية يف تعليم اللغة العربية مهمة جدا ، بل يقال

يف مرحلة معينة أن الوسيلة أهم من املادة. وهذه الوسيلة التليمية أي تكون وسائال جيدة يف تعليم اللغة العربية ولكن البد القرآن الكرمي

ويناسب ،لدى املعلم أن يستخدمها يف مرحلة مناسبة ومطابقةبأغراض أو املقاصد التعليم. جانب هذه املزايا كانت هلذه الوسيلة

ب وهي البد لدى الطلبة أن يفهموا املعاىنو أو عيائصيمية نقالتعلقرآن املستعملة وقواعدها. وملا كانت الطلبة آيات البعض من أوال

استفاءا هلؤالء الشروط فكان تعليم اللعة العربية تعليما ساملا وفعاال.

Page 35: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Pembelajaran Bahasa Arab | 31

اللغة العربية هلم القدرة أو اجلدارة العالية إما لذا ينبغى لكل معلميا.ع ن اللغة العربية وإما الوسيلة التعليمية الىت يستخدمو

صادرقائمة المالقرآن الكرمي

قائمة المراجع. ماالنج: اهلجوم جملة عربية للربنامج اخلاص لتعليم اللغة العربية

اجلامعة اإلسالمية احلكومية، جمهول السنة.وت: . بري خصائص العربية وطرائق تدريسهاحممود معروف، نايف.

.1991دار النفائس،. بريوت: دار البيان، جامع الدروس العربيةغاليني (ال)، مصطفى.

2008.Abbas Nadwi, Abdullah. Belajar Mudah Bahasa Al-Qur’an.

Bandung: Penerbit Mizan, 1996.Arsyad, Azhar. Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.A. Rahman, Salimun dkk. 2008. Tata Bahasa Arab Untuk

Mempelajari Al-Qur’an. Bandung: Penerbit Sinar BaruAlgesindo.

Page 36: Vol 1, No. 1, Maret 2014

32

ASPEK PEDADOGIS DALAMDAKWAH RASULULLAH SAW:

Studi Analitis Atas QS. Al-Jumu’ah 62: 2

Achmad Muchammad

STITNU Al-Hikmah Mojokerto,

E-Mail: [email protected]

Abstrak: Kitab suci al-Qur`an menyebutkan bahwadalam diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik(QS. Al-Ahzab 33: 21). Sebagai sosok yang dijadikanpercontohan, Rasulullah memiliki kapasitas beragamsehingga setiap individu yang bermaksud meneladanibeliau dapat menemukan gambaran ideal sesuaikapasitas pribadinya. Salah satu kapasitas yangmelekat pada beliau adalah sebagai guru bagi paraSahabatnya. Adapun materi yang disampaikanberwujud wahyu Ilahi yang ditindaklanjuti denganpenjelasan yang dengan sendirinya menjelma menjadial-Sunnah.

Sisi ini menjadi menarik untuk dikaji sebab, sudahjamak diketahui, beliau adalah seorang revolusioneryang sukses dalam membumikan risalah Ilahiah yangdiembannya dalam jangka waktu yang amat singkathanya sekitar 23 tahun. Barangkali tidak berlebihanmanakala ada asumsi tentang bagaimana dahsyatnyapola dakwah serta nuansa pendidikan yang digoreskanbeliau dalam setiap dakwahnya tersebut sehinggamenghasilkan output yang demikian cemerlang, jikadiaplikasikan dalam proses belajar mengajar yangselama ini berjalan. Fokus pembahasan akan

Page 37: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Aspek Pedadogis | 33

diarahkan pada QS. Al-Jumu’ah 62: 2 denganmenggunakan pendekatan analitis atau yang biasadisebut metode tahliliy dalam tafsir.

Kata Kunci: Pedagogis, Dakwah

Page 38: Vol 1, No. 1, Maret 2014

34 | Vol. 1, No. 2, Oktober 2014

Antara Dakwah dan Pendidikan

Dalam tinjauan bahasa, “dakwah” berasal dari bahasa Arabyang artinya ajakan, yakni kegiatan yang bersifat menyeru,mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepadaAllah sesuai dengan garis akidah, syari'at dan akhlak Islam. Katadakwah merupakan masdar (kata benda) dari kata kerja da'a yad'uyang berarti panggilan, seruan atau ajakan. Kata dakwah seringdirangkaikan dengan kata "Ilmu" dan kata "Islam", sehinggamenjadi "Ilmu dakwah" dan Ilmu Islam" atau ad-dakwah al-Islamiyah.1 Adapun “pendidikan” adalah pembelajaranpengetahuan, ketrampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yangditurunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melaluipengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi dibawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secaraotodidak. Setiap pengalaman yang memiliki efek formatif padacara orang berpikir, merasa, atau tindakan dapat dianggappendidikan.2 Menarik untuk dicermati, terdapat persinggunganyang kuat antara dua kata tersebut, yakni antara satu kata dengankata yang lain memiliki makna yang saling mengikat. Maksudnya,seorang pendakwah akan menyampaikan “pengetahuan” yangmerupakan materi dakwahnya sehingga orang-orang yang diserumenjadi tahu apa sebenarnya yang mereka ikuti itu, misalnyaajakan untuk menjalankan shalat berjamaah atau hidup bertetanggadengan baik. Dengan demikian, mereka pun menjadi tahu, terdidik,berkaitan tentang wawasan shalat berjamaah dan aturan hidupbertetangga. Sementara itu, salah satu tujuan dari pendidikanadalah menjadikan seseorang yang sebelumnya tidak tahu menjaditahu dan hal ini amat nyata menunjukkan adanya “ajakan” atau“dakwah” dari satu pihak ke pihak yang lain dari suatu “keadaan”menuju “keadaan” yang lain yang lebih baik. Dan satu hal yangpasti terdapat pada keduanya adalah sama-sama memerlukansebuah metode dalam berdakwah maupun mendidik. Agarpembicaraan menjadi lebih dinamis tidak ada salahnya jika diawalidengan pembahasan tentang urgensi sebuah metode untuk

1 http://id.wikipedia.org/wiki/Dakwah (Diunduh: tanggal 2 Januari 2015)2 http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan (Diunduh: tanggal 2 Januari 2015)

Page 39: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Aspek Pedadogis | 35

kemudian mengerucut pada diskusi tentang dakwah Rasulullahyang sarat dengan nilai-nilai pendidikan atau pedagogis.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode diartikandengan cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatupekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerjayang bersistem untuk memudahkan suatu pelaksanaan suatukegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.3 Dalam prosesbelajar mengajar penggunaan sebuah metode dalam anekakegiatannya merupakan suatu keniscayaan. Pemilihan danpenerapan metode secara baik akan menghasilkan target-targetpedagogis yang baik pula. Sebaliknya, sikap abai atas pentingnyasebuah metode hanya mengantarkan seseorang pada output-outputpendidikan yang jauh dari kata maksimal. Ada beragam metodeyang dapat digunakan oleh para pendidik sesuai dengan jenjangdan iklimnya masing-masing antara lain bersumber dari al-Qur`ansebagaimana diterapkan oleh Rasulullah saw seperti tertuang dalamQS. Al-jumu’ah 62: 2. Kajian ini dipandang penting sebab selainberupaya melacak nuansa pembelajaran dari Sang Rasul yangterselip dalam dakwah-dakwahnya, yang juga merupakan langkaheksplorasi qur’ani yang diakui sebagian kalangan tergolong jarangmendapat sentuhan.

Pada dasarnya ayat 62 dari surat al-jumu’ah tersebutberbicara tentang pengutusan Allah pada Nabi Muhammad sawbeserta sejumlah tugas yang beliau emban selaku rasul-Nya.Sejumlah tugas ini, menurut hemat penulis, tidak semata-mataberdimensi misi profetik akan tetapi juga memiliki dimensi yanglain yakni pendidikan atau pedagogis lebih khusus cara ataumetode beliau dalam menyampaikan risalah ilahiah yangditerimanya. Kaum buta huruf (ummiyyun) yang pada mulanyaberada dalam suasana kegelapan tersebut dibimbingnya menujusuasana cerah dengan cahaya Islam. Rasulullah adalah guru bagipara umatnya; beliau membacakan wahyu, mensucikan jiwa sertamengajar mereka sama persis dengan seorang guru yang mengajarimuridnya materi suatu pelajaran. Membacakan, mensucikan,mengajarkan, dan seterusnya tadi dipandang penulis sebagai suatu

3 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:Balai Pustaka, 2005), 740

Page 40: Vol 1, No. 1, Maret 2014

36 | Vol. 1, No. 2, Oktober 2014

cara, langkah, metode dan strategi yang beliau pilih untukmenyampaikan materi (baca: syari’at) Tuhan pada kaum yangsebelumnya dikatakan al-Qur`an berada dalam kesesatan yangnyata. Perhatikan QS. Al-Jumu’ah 62: 2 berikut ini:

2. “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorangRasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepadamereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab danHikmah (As-Sunnah), dan sesungguhnya mereka sebelumnyabenar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Jumu’ah 62: 2)

Ayat-ayat yang Senada dengan QS. Al-Jumu’ah 62: 2

Setelah ditelusuri ditemukan sebanyak tiga ayat lain yangmemiliki kemiripan dengan QS. Al-jumu’ah 62: 2 dalam redaksiyang sedikit berlainan.4 Pemaparan ini diharapkan dapat memotretsejumlah ayat yang selaras kendati focus utamanya adalah surat Al-jumu’ah di atas. Sesuai tertib surat dalam mushaf, sejumlah ayattersebut adalah QS. Al-baqarah 2: 129 dan 151, QS. Ali Imran 3:164. Agar pembahasan menjadi lebih terang berikut ini adalah ayat-ayat yang dimaksud:

QS. Al-Baqarah 2: 129 dan 151,

4 Muhammad Fuad Abd al-Baqi, Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfadh al-Qur`an(Indonesia: Maktabah Dahlan, tth), 197

Page 41: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Aspek Pedadogis | 37

129. “Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul darikalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al-kitab (Al Quran)dan Al-hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka.Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi MahaBijaksana.”

QS. Al-baqarah 2: 151,

151. “Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmatKami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantarakamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu danmensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al-kitab dan Al-hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamuketahui.”

QS. Ali Imran 3: 164,

Page 42: Vol 1, No. 1, Maret 2014

38 | Vol. 1, No. 2, Oktober 2014

164. “Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orangyang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorangRasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepadamereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, danmengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al-hikmah. danSesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalahbenar-benar dalam kesesatan yang nyata.”

Aspek Pedagogis dalam Misi Suci Sang Rasul

Bila dicermati, pada sejumlah ayat di atas mempunyaisetidaknya lima hal yang menjadi titik penekanan sebagaimanatampak pada QS. Al-jumu’ah 62: 2, yaitu: Pertama, kesadaranbahwa Allah yang mengutusnya sebagai pengajar (alladzi ba’atsafi al-ummiyyin rasulan). Aspek pertama yang harus selalu diingatseorang pendidik adalah kesadaran bahwa dirinya merupakan agenyang dikirim Allah untuk mengemban tugas mendidik. Kesadarandiri ini dimulai dengan niat yang tulus semata-mata karena Allahbukan yang lain. Dengan motif ini diharapkan mampu menjadisemacam tiang pancang spiritual yang kokoh sehingga tidak mudahgoyah menghadapi segala godaan tatkala tugas mengajardilaksanakan. Dengan kata lain, kesadaran tadi menjadi pengawasyang selalu mengingatkannya agar tugas yang mulia tersebut dapatdijalankan dengan seoptimal mungkin semata-mata karena Allah

Page 43: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Aspek Pedadogis | 39

selaku pemberi mandat yang senantiasa mengawasi dan padasaatnya nanti akan meminta pertanggung-jawabannya. Menurut A.Hassan, “ummiyyin” adalah golongan yang sebagian besarnyatidak bisa membaca.5 Sedangkan wahbah Zuhailiy memaknainyadengan masyarakat yang mayoritas yang tidak bisa membaca danmenulis.6

Kedua, seorang guru merasa menjadi bagian dari komunitasanak didiknya (minhum). Salah satu tujuan pendidikan adalahmengembangkan potensinya semaksimal mungkin dan karena itupendidikan sangat menguntukan baik bagi anak maupunmasyarakat. Bimbingan merupakan bagian dari pendidikan yangmenolong anak tidak hanya mengenal diri serta kemapuannyatetapi juga mengnal dunia sekitarnya. Tujuan pendidikan adalahuntuk menolong anak didik dalam perkembangan seluruhkepribadian dan kemampuannya. Hal ini dapat tercapai apabilapotensi, pribadi dan segala hal yang berpengaruh diketahuisebelumnya. Dengan kata lain, agar dapat menolong anak ia harusdikenal dalam segala aspeknya dan dalam konteks atau situasidimana ia tinggal. Tanpa pengenalan tidak mungkin seseorangmembuat rencana yang efektif untuk mengadakan perubahan dalamdiri anak tersebut.7 Dari sini dapat diketahui bahwa pengetahuantentang selukbeluk anak didik tentu memudahkan seorang gurumenyesuaikan diri sehingga penyampaian materi dan segala halyang berhubungan dengan prosesi belajar mengajar dapatdijalankan secara optimal.

Ketiga, membacakan ayat-ayat-Nya (yatlu ‘alaihimayatihi). Sudah menjadi rahasia umum bahwa ayat-ayat Allahbukan hanya yang tertuang dalam kitab suci al-Qur`an (qauliyyah)namun juga alam yang tergelar di jagat raya ini. Ayat yang disebutterakhir lebih dikenal dengan istilah ayat-ayat kauniyyah. Untukayat-ayat qauliyyah, prosesi guru membacakan untuk murid-muridnya amat penting sebab selain memberikan contoh terapantatacara membaca yang baik dan benar juga dapat diselipi dengan

5 A. Hassan, Tafsir al-Furqan (Bangil: ttp, 1420 H), 11006 Wahbah Zuhailiy, Al-Tafsir al-Wajiz (Suriah: Dar al-Fikr, 1431 H), 5547 Wasty Sumanto, Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 175-176

Page 44: Vol 1, No. 1, Maret 2014

40 | Vol. 1, No. 2, Oktober 2014

penjelasan-penjelasan yang dianggap urgen sebagai titik fokusyang harus dipahami oleh para murid. Hal ini telah dicontohkanoleh Rasulullah saw ketika beliau membacakan wahyu yangditerimanya lalu diiringi dengan penjelasan tentang kandunganmakna dari wahyu tersebut.

Keempat, mensucikan aspek spiritual murid-muridnya(yuzakkihim). Wahbah Zuhailiy memahami ayat ini bahwa Nabimenyucikan oarng-orang yang didakwahi, dalam hal ini paraSahabat, dari syirik serta dari akidah dan perbuatan yang kotor,juga perangai yang buruk.8 Bagi seorang guru, membersihkanaspek rohani dari beragam titik hitam yang dapat menodai akidahanak didiknya merupakan sebuah keharusan. Sebab, akidah laksanasumber energi yang menjadi peggerak utama sekaligus warna darisetiap perilaku manusia. Akidah yang tercemar menyebabkanamalan yang dilakukannya menjadi tercemar pula

Kelima, mengajarkan kitab dan hikmah (yu’allimuhum al-kitab wa al-hikmah). Ta’lim adalah sebuah proses pencerahan akalanak didik. Anak didik dibuat “enlightened” tercerahkan pikirannyasupaya menjadi cerdas , bisa memahami bermacam-macam ilmupengetahuan.9 Salah satu tugas utama Rasulullah adalahmenjelaskan maksud dan kandungan al-Qur`an, sebagaimanatermaktub dalam QS. Al-nahl 16: 43-44, 43. “Dan Kami tidakmengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kamiberi wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yangmempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui, 44.Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kamiturunkan kepadamu Al-Quran, agar kamu menerangkan pada umatmanusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supayamereka memikirkan.”

Dari pemaparan di atas menjadi jelas bahwa dalam misidakwah Rasulullah terdapat nuansa pedagogis yang amat berhargasebagai acuan dalam dunia pendidikan baik yang sifatnya formalmaupun non-formal. Tujuan dari serangkaian langkah ini tidak lain

8 Wahbah Zuhailiy, Al-Tafsir al-Wajiz (Suriah: Dar al-Fikr, 1431 H), 5549M. Amien Rais, Tauhid Sosial: Formula Menggempur Kesenjangan (Bandung:Mizan, 1998), 290-291

Page 45: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Aspek Pedadogis | 41

adalah menapaktilasi jejak Rasulullah untuk kemudian menjadisukses sebagaimana beliau yang sukses dalam misi dakwahnya.

Page 46: Vol 1, No. 1, Maret 2014

42

INTERFERENSI FONOLOGIS DANLEKSIKAL BAHASA ARAB TERHADAP

BAHASA INDONESIA DALAMTERJEMAHAN BUKU WASHOYA

AL-ABAA’ LIL-ABNAA’

Fariz Alnizar

E-Mail: [email protected]

.

Abstrak: Berkembang pesatnya dunia penerjemahankarya-karya berbahasa Arab ke dalam bahasa Indonesiapada awal abad 21 merupakan suatu kemajuan yangpatut disyukuri. Perkembangan pesat ini terutamadalam penerjemahan karya ilmu-ilmu keislaman danjuga susastra, namun yang patut masih disayangkanadalah hal ini diikuti dengan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh penerjemah.Interferensi merupakan salah satu gejalaketidakberterimaan berbahasa akibat adanya kontak duabahasa atau lebih. Penelitian ini didasari asumsi bahwaseorang penerjemah cenderung mentransfer bentuk dansistem dari Tsu ke dalam Tsa. Transfer yang dimaksudterbatas pada kecenderungan untuk menyamakan butir-butir atau unsur-unsur Tsu yang tidak diterima dalamTsa, tanpa memperdulikan EYD bahasa sasaran.Berdasarkan asumsi di atas, timbul sebuah pertanyaanmendasar pertanyaan yaitu: bagaimanakah bentukinterferensi fononologis dan leksikal bahasa Arab kedalam bahasa Indonesia pada terjemahan buku washoyaal-Abaa’ lil-Abna’?Bertolak dari pertanyaan di atas, maka untukmenjawabnya digunakan beberapa teori yang dapat

Page 47: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Interferensi Fonologis | 43

memberikan gambaran yang jelas tentang bentukInterferensi. Teori yang dimaksud adalah teoripenerjemahan, analisis kontrastif, dan juga interferensi.Teori penerjemahan dimaksudkan untuk menjelaskanproses penerjemahan dari Tsu ke dalam Tsa, Analisiskontrastif digunakan untuk membandingkan antarafonologi bahasa Arab dan bahasa Indonesia.Sesuai dengan penelitian yang hendak dicapai, makametode yang digunakan adalah analisis isi. Denganmetode ini penyebab kesalahan bahasa yang dilakukanpenerjemah dapat dijelaskan, yaitu ketidak berterimaanbahasa yang terdapat dalam korpus data berupainterferensi fonem. Sumber data dalam penelitian iniadalah buku terjemahan Washoya al-Abaa’ lil-Abna’.Kata kunci : penerjemahan, interferensi, analisiskontrastif, bahasa Arab, bahasa Indonesia

Page 48: Vol 1, No. 1, Maret 2014

44 | Vol. 1, No. 2, Oktober 2015

Latar Belakang

Chaedar Alwasilah menawarkan pengertian interferensiberdasarkan rumusan yang dibuat oleh Hartman dan Stonk bahwainterferensi merupakan kekeliruan yang disebabkan oleh adanyakecenderungan membiasakan pengucapan suatu bahasa terhadapbahasa lain mencakup pengucapan satuan bunyi, tata bahasa, danjuga kosakata.1 Sementara itu, Wayan Jendra mengemukakanbahwa aspek-aspek yang menjadi ladang interferensi meliputiberbagai macam aspek kebahasaan, bisa masuk dalam bidang tatabunyi (fonologi), tata bentukan kata (morfologi), tata kalimat(sintaksis), kosakata (leksikon), dan tata makna (semantik).2

Nababan lebih mendefinisikan interferensi sebagaikekeliruan yang terjadi sebagai akibat terbawanya kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke dalam bahasa ataudialek kedua.3 Hal senada Senada juga diungkapkan oleh AbdulChaer dan Agustina mengemukakan bahwa interferensi adalahperistiwa penyimpangan norma dari salah satu bahasa atau lebih.4

Untuk memantapkan pemahaman mengenai pengertianinterferensi, berikut ini akan diketengahkan pokok-pokok pikiranpara ahli di bidang sisiolinguistik yang telah mendefinisikanperistiwa interferensi ini.

Istilah interferensi ini pertama kali digunakan oleh Weinrichuntuk menyebut adanya perubahan sistem suatu bahasasehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut denganunsur-unsur bahasa lain yang dilakukan oleh penutur yangbilingual. Interferensi mengacu pada adanya penyimpangan dalammenggunakan suatu bahasa dengan memasukkan sistem bahasalain. Serpihan-serpihan klausa dari bahasa lain dalam suatu kalimatbahasa lain juga dapat dianggap sebagai peristiwa interferensi.Sedangkan, menurut Hartman dan Stonk interferensi terjadi

1 Chaedar Alwasilah, Beberapa Madhab dan dikotomi Teori Linguistik.(Bandung: Angkasa, 1985) h.1312 I Wayan Jendra, Dasar-Dasar Sosiolinguistik (Denpasar: Ikayana, 1991) h. 1093 P.W.J Nababan, Sosiolingustik (Jakarta: Gramedia, 1984) h. 764 Abdul Chaer dan Leoni Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan Awal. (Jakarta:Rineka Cipta, 1995) h. 168

Page 49: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Interferensi Fonologis | 45

sebagai akibat terbawanya kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibuatau dialek ke dalam bahasa atau dialek kedua.

Abdul Hayi mengacu pada pendapat Valdman merumuskanbahwa interferensi merupakan hambatan sebagai akibat adanyakebiasaan pemakai bahasa ibu (bahasa pertama) dalam penguasaanbahasa yang dipelajari (bahasa kedua).5 Sebagai konsekuensinya,terjadi transfer atau pemindahan unsur negatif dari bahasa ibu kedalam bahasa sasaran.

Pendapat lain mengenai interferensi dikemukan olehSuhendra Yusuf menyatakan bahwa faktor utama yang dapatmenyebabkan interferensi antara lain perbedaan antara bahasasumber dan bahasa sasaran. Perbedaan itu tidak hanya dalamstruktur bahasa melainkan juga keragaman kosakata.6

Pengertian lain dikemukakan oleh Jendra menyatakan bahwainterferensi sebagai gejala penyusupan sistem suatu bahasa kedalam bahasa lain. Interferensi timbul karena dwibahasawanmenerapkan sistem satuan bunyi (fonem) bahasa pertama ke dalamsistem bunyi bahasa kedua sehingga mengakibatkan terjadinyagangguan atau penyimpangan pada sistem fonemik bahasapenerima.

Interferensi merupakan gejala perubahan terbesar, terpentingdan paling dominan dalam perkembangan bahasa. Dalam bahasabesar, yang kaya akan kosakata seperti bahasa Inggris dan Arabpun, dalam perkembangannnya tidak dapat terlepas dariinterferensi, terutama untuk kosakata yang berkenaan denganbudaya dan alam lingkungan bahasa donor. Gejala interferensi daribahasa yang satu kepada bahasa yang lain sulit untuk dihindari.Terjadinya gejala interferensi juga tidak lepas dari perilaku penuturbahasa penerima.

Menurut Tamam Hasan7, ada tiga ciri pokok perilaku atau

5 Abdul Hayi dkk, Interferensi Gramatika Bahasa Indonesia dalam BahasaJawa. (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1985) h. 86 Ibid, h. 97 Mahmud Ismail Shinni, Mursyidul Muallim fi Tadrisil Lughoh al-Arobiyyah(Riyad: Maktabah Tarbiyah al-Arabi, 1985) h. 5 bandingkan dengan Jasim Ali

Page 50: Vol 1, No. 1, Maret 2014

46 | Vol. 1, No. 2, Oktober 2015

sikap bahasa. Ketiga ciri pokok sikap bahasa itu adalah (1)language loyality, yaitu sikap loyalitas/ kesetiaan terhadap bahasa,(2) language pride, yaitu sikap kebanggaan terhadap bahasa, dan(3) awareness of the norm, yaitu sikap sadar adanya norma bahasa.Jika wawasan terhadap ketiga ciri pokok atau sikap bahasa itukurang sempurna dimiliki seseorang, berarti penutur bahasa itubersikap kurang positif terhadap keberadaan bahasanya.Kecenderungan itu dapat dipandang sebagai latar belakangmunculnya interferensi.

Dari segi kemurnian bahasa, interferensi pada tingkat apapun (fonologi, morfologi dan sintaksis) merupakan penyakit yangmerusak bahasa, jadi perlu dihindari.

Interferensi merupakan salah satu topik dalam sosiolinguistikyang terjadi sebagai akibat adanya penggunaan dua bahasa ataulebih dalam masyarakat tutur yang multilingual. Interferensi jugaberkaitan erat dengan alih kode dan campur kode, kalau alih kodeyang berarti peristiwa penggantian bahasa atau ragam bahasa olehseorang penutur karena adanya sebab-sebab tertentu dan dilakukandengan sadar, sedangkan campur kode digunakannya serpihan-serpihan dari bahasa lain dalam menggunakan suatu bahasa yangmungkin memang diperlukan, sehingga tidak dianggap suatukesalahan atau penyimpangan maka dalam peristiwa interferensijuga digunakannya unsur-unsur bahasa lain dalam menggunakansuatu bahasa yang dianggap suatu kesalahan karena menyimpangdari kaidah atau aturan bahasa yang digunakan.

Penyebab terjadinya interferensi kembali pada kemampuanpenutur dalam menggunakan bahasa tertentu sehingga penuturdipengaruhi oleh bahasa lain. Interferensi ini terjadi dalammenggunakan bahasa kedua (B2) dan yang berinterferensi kedalam bahasa kedua itu adalah bahasa pertama atau bahasa ibu.

Abdul Chaer dan Agustina mengidentifikasi interferensibahasa menjadi lima macam:8

dan Zaidan Ali, Nazaria Ilmul Lughoh at-Taqabuli fi at-Turats al-Arabi (Riyad:Maktabah Tarbiyah al-Arabi, 1990) h. 218 Chaer dan Agustina op. cit, h. 122-126

Page 51: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Interferensi Fonologis | 47

a. Interferensi pada bidang fonologi

adalah yang mengemukakan definisi fonologi sebagai ilmuyang menyelidiki perbedaan antara ujaran-ujaran (bunyi bahasa)dalam penggunaan bahasa yang digunakan oleh penutur.

b. Interferensi pada bidang morfologi

Interferensi dalam bidang morfologis terdapat dalampembentukan kata dengan afiks. Afiks-afiks suatu bahasadigunakan untuk membentuk kata dalam bahasa lain.

c. Interferensi pada bidang Sintaksis

Interferensi dalam bidang sintaksis terjadi apabila dalambahasa terdapat struktur kalimat.

d. Interferensi pada bidang leksikal

Makna leksikal adalah makna yang dimiliki atau ada padaleksem meskipun tanpa konteks apapun. Interfernsi jenis ini bisaterjadi antara satu perbendaharaan kata dengan yang lainnyamelalui bermacam-macam cara. Dalam dua bahasa tertentu bahasaA dan bahasa B, morfem-morfem bahasa A dapat dipindahkan kedalam bahasa B, atau morfem-morfem bahasa B dapat digunakandengan fungsi yang baru berdasarkan model morfem bahasa Ayang artinya dipersamakan.

e. Interferensi Semantik

Interferensi semantik atau interferensi dalam bidang tatamakna.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisisisi dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Pengkajian jenis inibertujuan untuk mengungkapkan berbagai informasi kualitatif.Objek penelitian ini yaitu terjemahan buku Washoya al-Abaa’ lil-Abna’ yang diterjemahkan oleh M. Fadlil Said An-Nadwi danditerbitkan oleh Al-Hidayah Surabaya dengan judul Nasehat AyahKepada Anaknya agar Menjadi Manusia Berakhlak Mulia,sehingga peneliti memerlukan pendekatan dalam penelitian ini,

Page 52: Vol 1, No. 1, Maret 2014

48 | Vol. 1, No. 2, Oktober 2015

agar mempermudah pengambilan data dan mengetahui lingkupobjek kajian. Selain itu peneliti juga menggunakan proseduranalisis kontrastif yang lebih menitik beratkan penelitian padakarya terjemahan guna membandingkan satu bahasa dengan bahasalainnya.9 Dengan pendekatan ini peneliti akan lebih mudah mencaridata sebagai gambaran yang berhubungan dengan interferensifonologis dan interferensi leksikal yang akan dianalisis denganmenggunakan penelitian deskriptif kualitatif.

Sumber data dalam penelitian ini adalah terjemahan bukuWashoya al-Abaa’ lil-Abna’. Sementara Tehnik pengumpulan dataini memakai metode dokumentasi. Metode dokumentasimerupakan metode untuk mencari data mengenai hal-hal atauvariabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar majalahprasasti, notulen, rapat, legger, agenda dan sebagainya.10

Langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian inisebagai berikut:

1. Penentuan objek

Penentuan objek dilakukan untuk memudahkan penelitiandalam pengumpulan data. Objek penelitian ini adalah terjemahanbuku Washoya al-Abaa’ lil-Abna’.2. Pembacaan buku terjemahan

Pembacaan data dilakukan peneliti untuk menentukan databerupa kata atau kalimat dalam terjemahan buku Washoya al-Abaa’ li-l Abna’.3. Mengklasifikasikan data dan mengodekan data

Langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti adalahmengelompokkan data berupa kata-kata yang telah diberi tandaberdasarkan interferensi fonologi dan interferensi leksikal.Pengkodean pada tabel data meliputi; interferensi fonologis daninterferensi leksikal.

Teknik analisis data menurut Lexy Moleong adalah cara

9 Carl James, Contrastive Analisys (London: Longman, 1988) h. 410 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta:PT Rineka Cipta, 2010) h. 274

Page 53: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Interferensi Fonologis | 49

bagaimana mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalampola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukantema dan dapat dirumuskan hipotesis yang disarankan oleh data.Data yang terkumpul akan dianalisis sesuai dengan teori yang adapada penelitian.11 Langkah-langkah dalam analisis data sebagaiberikut:

1. Menyeleksi Data2. Mengklasifikasi Data3. Deskripsi Data4. Penganalisis Data

Pembahasan

Deskripsi Bentuk Interferensi Fonologi Bahasa Arabterhadap Bahasa Indonesia pada terjemahan buku washoya alabaa’ lil abna’(1) Pesan Taqwa kepada Allah. (hal. 16)12

Berdasarkan data (1) kata yang dipertebal pada kalimat“Pesan taqwa kepada Allah” mengalami interferensi perubahanfonem konsonan. Yakni fonem /q/ yang seharusnya /k/, dalambahasa Indonesia lema yang ada adalah takwa.

(2). Kaum wanita adalah tali-tali syetan yang dibuat menjerat hatiorang-orang lemah lainnya. (hal. 18).13

Berdasarkan data (2) kata yang dipertebal pada kalimat“Kaum wanita adalah tali-tali syetan yang dibuat menjerat hatiorang-orang lemah lainnya” mengalami penambahan fonemkonsonan kata syetan berasal dari setan mengalami interferensifonologi perubahan fonem konsonan /s/ menjadi /sy/.

(3). Kerjakanlah shalat berjamaah, sebab shalat berjamaah itu

11 Lexy. J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. RemajaRosda Karya, 2011) h. 247.12 Muhammad Syakir, Nasehat Ayah Kepada Anaknya agar Menjadi ManusiaBerakhlak Mulia (Surabaya: al-Hidayah, tt) h. 1613 Ibid h. 18

Page 54: Vol 1, No. 1, Maret 2014

50 | Vol. 1, No. 2, Oktober 2015

lebih utama dari shalat seorang diri (hal. 38) 14

Berdasarkan data (3) kata yang dipertebal pada kalimat“Kerjakanlah shalat berjamaah, sebab shalat berjamaah itu lebihutama darai shalat seorang diri” mengalami perubahan fonemKonsonan. Kata shalat berasal dari salat mengalami interferensifonologi perubahan fonem konsonan /s/ menjadi /sh/..

(4). Wahai Anakku, hiasan ilmu adalah tawadlu’ (merendahkandiri) dan sopan santun. (hal. 43)15

(5) mudah mudahan Allah mengabulkan do’a mereka sehinggaengkau sukses. (hal. 43)16

(6) apabila engkau ingin berprestasi baik, maka janganlah sendiriandalam mutolaah pelajaran. (hal. 46)17

Berdasarkan data (4) kata yang dipertebal pada kalimat“Wahai Anakku, Hiasan ilmu adalah tawadlu’ ” mengalamiinterferensi fonologi perubahan fonem /k/ menjadi apostrof /’/.Yakni kata tawaduk menjadi tawadu’. Sedangkan dari data no (5)kata yang dipertebal pada kalimat “mudah mudahan Allahmengabulkan do’a mereka sehingga engkau sukses” mengalamipenambahan fonem apostrof /’/ yakni dari kata doa menjadi do’a.Dan pada data ke (6) yakni pada kalimat “apabila engkau inginberprestasi baik, maka janganlah sendirian dalam mutolaahpelajaran” kata yang dicetak tebal mengalami perubahan fonemdari /a/ menjadi /o/, yakni dari mutalaah menjadi mutolaah.

Deskripsi Bentuk Interferensi Leksikal Bahasa Arab terhadapBahasa Indonesia pada terjemahan buku washoya al abaa’ lilabna’(1). Segeralah menghadap ke arah kiblat dan kerjakan shalat sunahqabliyah.(hal. 68-69).18

Berdasarkan data (1) kata yang dipertebal pada kalimat

14 Ibid h. 3815 Ibid h. 4316 Ibid h. 4317 Ibid h. 4618 Ibid h. 68-69

Page 55: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Interferensi Fonologis | 51

“Segeralah menghadap ke arah kiblat dan kerjakan shalat sunahqabliyah” mengalami interferensi leksikal. frasa sunah qabliyahdalam bahasa Arab yang artinya berpadanan dengan frasa salatsunah yang dikerjakan setelah sebelum salat wajib sehari-hari didalam bahasa Indonesia.19

(2) sesungguhnya Allah itu masih berkenan menangguhkan siksaankepada orang yang dzalim (hal. 18)20

Berdasarkan data (2) kata yang dicetak tebal pada kalimat“sesungguhnya Allah itu masih berkenan menangguhkan siksaankepada orang yang dzalim”. mengalami interferensi leksikal. Katadzalim dalam bahasa Arab yang artinya disejajarkan dengan katalalim dalam bahasa Indonesia. 21

Simpulan

1. Interferensi fonologis terjadi pada fonem meliputi, (1) fonemditulis atau dilambangkan /ش/ ditulis dengan /q/, (2) fonem /ق/dengan /sy/, (3) fonem /ص/ ditulis atau dilambangkan dengan/sh/, (4) fonem /ء/ ditulis dan dilambangkan apostrof, (5) fonemditulis atau dilambangkan dengan apostrof, (6) perubahan /ع/fonem /a/ menjadi fonem /o/.

2. Interferensi leksikal menunjukan adanya penggunaan unsur-unsur bahasa lain (Arab) yang berupa leksem (kata) olehdwibahasawan ke dalam bahasa yang sedang digunakan(Indonesia).

Daftar Pustaka

Ali, Jasim dan Zaidan Ali. 1990. Nazaria Ilmul Lughoh at-Taqabulifi at-Turats al-Arabi, Riyad: Maktabah Tarbiyah al-Arabi.

19 Lema qabliah tidak temukan dalam KBBI, dalam kamus tersebut hanyamemuat lema rawatib yang berarti: salat sunat yang dikerjakan (secra tetap)sebalum atau sesudah salat fardu lihat Pusat Bahasa, Kamus Besar bahasaIndonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008) h. 114920 Muhammad Syakir op. cit h. 1821 Dalam KBBI lema zalim hanya disejajarkan dengan kata lalim, sedangkandalam Tesaurus Alfabetis lema zalim disejajarkan dengan perbuatan aniaya.Lihat. Pusat Bahasa, Tesaurus Alfabetis (Jakarta: Mizan, 2008) h. 653

Page 56: Vol 1, No. 1, Maret 2014

52 | Vol. 1, No. 2, Oktober 2015

Alwasilah, A Chaedar. 1985. Beberapa Madhab dan dikotomiTeori Linguistik, Bandung: Angkasa.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu PendekatanPraktik, Jakarta: PT Rineka Cipta.

Chaer, Abdul.2010. Linguistik Umum, Jakarta: PT Rineka Cipta.Chaer, Abdul, dan Leoni Agustina. 2010. Sosiolinguistik

Perkenalan Awal, Jakarta: PT. Rineka Cipta.James, Carl. 1988. Contrastive Analysis, London: Longman.Moleong, Lexy. J., 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif,

Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat

Bahasa.Pusat Bahasa. 2008. Tesaurus Alfabetis, Jakarta: Mizan.Shinni, Mahmud Ismail. 1985. Mursyidul Muallim fi Tadrisil

Lughoh al-Arobiyyah, Riyad: Maktabah Tarbiyah al-Arabi.Syakir, Muhammad. tt. Nasehat Ayah Kepada Anaknya agar

Menjadi Manusia Berakhlak Mulia, Surabaya: al-Hidayah.

Page 57: Vol 1, No. 1, Maret 2014

53

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARANSENTRA DAN LINGKARAN DALAMMENINGKATKAN KETERLIBATAN

SISWA DI POS PAUD TERPADU

Mia RakhmaliaE-Mail: [email protected]

Abstrak: Salah satu program pendidikan yangmenjadi fokus perhatian pemerintah saat ini adalahpendidikan anak usia dini. Pendekatan yang biasadigunakan dalam pembelajaran di kelas PAUDmasih berpusat pada guru. Penggunaan metodepembelajaran sentra dan lingkungan dipercaya dapatmeningkatkan keterlibatan siswa. Uji peda terhadap10 subjek (berusia antara 2 hingga 4 tahun)menghasilkan nilai Z -2.705 dengan Sig. 0.007 yangberarti terdapat perbedaan yang signifikan antaratingkat keterlibatan subjek pada pre tes dan post test.Hasil analisa kualitatif hasil wawancaramenunjukkan adanya peningkatan minat, keaktifan,serta kemandirian dan keterampilan sosial anak.

Kata kunci: pembelajaran sentra dan lingkungan,keterlibatan siswa, PAUD

Page 58: Vol 1, No. 1, Maret 2014

54 | Vol. 1, No. 2, Oktober 2014

Pendahuluan

Salah satu program pendidikan yang menjadi fokusperhatian pemerintah saat ini adalah pendidikan anak usia dini.Review kebijakan yang dilakukan Unesco tahun 2005menunjukkan bahwa angka partisipasi anak di pendidikan usia dinibaru mencapai 20% (Unesco, 2005). Berdasarkan data DirjenPAUD (Mengenal pendidikan anak usia dini di Indonesia, 2010), ditahun 2008 ada sejumlah 3.596.988 siswa PAUD dari sekitar4.708.453 anak usia 0-6 tahun di Jawa Timur.

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan NasionalNomor 20 tahun 2003, pendidikan usia dini adalah suatu upayapembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai denganusia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsanganpendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembanganjasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasukipendidikan lebih lanjut.

Bentuk-bentuk penyelenggaraan pendidikan usia dini dapatdilaksanakan melalui jalur formal, nonformal dan informal. Jalurinformal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yangdiselenggarakan oleh lingkungan. Penerapan program PAUD dapatdiintegrasikan dengan program Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)dan program Bina Keluarga Balita (BKB) menjadi program PosPAUD Terpadu (PPT).

Berdasarkan observasi awal di salah satu Pos PAUDTerpadu di Surabaya, penulis menemukan pendekatan yang biasadigunakan dalam pembelajaran masih berpusat pada guru.Beberapa anak yang duduk dilingkaran, terlihat diam dan tidakmelakukan tugas yang diinstruksikan oleh pendidik, bahkan orangtua atau pengasuh anak yang justru terlibat untuk menyelesaikantugas anak. Hal yang sama juga dikatakan oleh guru atau yangsering dipanggil dengan istilah bunda. Pada wawancara awaldengan guru, diketahui bahwa saat pembelajaran berlangsung, anaksering menghampiri orang tua yang sedang menunggu. Apabilaguru memberikan tugas, anak cenderung tidak memperhatikansehingga orang tua yang justru sibuk menyelesaikannya. Guruberupaya untuk mengajak anak kembali mengikuti pembelajaran,

Page 59: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Penggunaan Model Pembelajaran | 55

namun seringkali anak asyik bermain sendiri. Hal-hal semacam inimenunjukkan bahwa keterlibatan anak dalam pembelajaran masihrendah. Keterlibatan dalam pembelajaran merupakan hal pentingbagi siswa karena siswa yang yang ikut terlibat cenderung menjadisiswa yang berprestasi tinggi, sedangkan siswa yang tidak ikutterlibat lebih berkemungkinan untuk tinggal kelas atau drop outdari sekolah (Woolfolk, 2009).

Keaktifan siswa menjadi hal yang penting karena saat itulahsiswa mendapatkan informasi atau konsep dan menghubungkannyadengan pengetahuan serta pengalaman yang telah dimiliki. Siswayang terlibat akan aktif menganalisa, bertanya dan mengkaitkankonsep baru dengan konsep lama, Oleh karenanya merekamendapatkan pembelajaran yang mendalam dan menetap (Barkley,2010). Tingkat keterlibatan yang tinggi pada tugas merupakanprediktor dari motivasi dan komitmen untuk keberhasilan dipendidikan selanjutnya (Shernoff, dkk, 2003).

Hal serupa diungkapkan oleh Unicef (2010) bahwa salahsatu tantangan yang terkait dengan pendidikan di Indonesia adalahefektivitas metode pembelajaran. Unicef menggunakan istilahmetode talk and chalk untuk menggambarkan pembelajaran yangumumnya terjadi di kelas. Metode ini kurang menstimulasi siswakarena siswa hanya diharapkan untuk dapat mengulang apa yangdiucapkan atau dituliskan guru tanpa memahami isi materi yangdipelajari. Suasana kelas yang kurang stimulasi semacam inimemiliki dampak negatif pada kehadiran siswa, partisipasi siswadan tujuan pendidikan (Unicef, 2010). Sebaliknya, pembelajaranyang berpusat pada anak atau student-centered learning menuntutsiswa untuk belajar aktif, menekankan pada belajar secaramendalam dan pemahaman serta meningkatkan tanggung jawabsiswa dan kemandirian siswa. Pembelajaran yang berpusat padasiswa lebih merupakan pendekatan pembelajaran yang reflektifbagi siswa dan guru, sehingga siswa memiliki tanggung jawabpenuh atas kegiatan belajarnya, terutama dalam bentuk keterlibatanaktif dan partisipasi siswa (Nugraheni, 2007).

Salah satu pendekatan dalam pembelajaran yang berpusatpada anak adalah Beyond Center and Circle Time atau yang diIndonesia dikenal sebagai Sentra dan Lingkaran. Tujuan

Page 60: Vol 1, No. 1, Maret 2014

56 | Vol. 1, No. 2, Oktober 2014

penggunaan metode Sentra dan Lingkaran adalah agar mendukungfungsi pendidikan anak usia dini untuk melejitkan seluruh potensikecerdasan anak, penanaman nilai-nilai dasar, dan pengembangankemampuan dasar (Depdiknas, 2006).

Menurut Ningrum (dalam Andriyani, 2009) di Indonesia,penggunaan Sentra dan Lingkaran dianggap paling ideal karenatidak memerlukan banyak peralatan namun tetap dapatmengoptimalkan kecerdasan anak. Atas dasar tersebut, penelitiingin mengetahui bagaimana keterlibatan anak usia dini dalamproses pembelajaran dalam program pendidikan anak usia dinidengan menggunakan model pembelajaran Sentra dan Lingkaran.Penelitian ini akan lebih fokus untuk mengetahui penggunaanmodel pembelajaran Sentra dan Lingkaran terhadap peningkatanketerlibatan siswa pada pembelajaran yang dilakukan di Pos PAUDTerpadu.

Pendidikan anak usia dini

Pendidikan anak usia dini merupakan upaya pembinaanyang ditujukan kepada anak sejak lahir hingga usia enam tahunyang dilakukan dengan pemberian rangsangan pendidikan untukmembantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohaniagar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebihlanjut.

Pelaksanaan pendidikan anak usia dini di Indonesia diaturdalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20tahun 2003. Penyelenggaraan pendidikan anak usia dini dapatdilakukan melalui tiga jalur. Pertama, jalur formal yang berbentuktaman kanak-kanak (TK), raudhatul athfal (RA) atau bentuk lainyang sederajat. Kedua, jalur nonformal yang berbentuk kelompokbermain (KB), taman penitipan anak (TPA) atau bentuk lain yangsederajat. Ketiga, jalur informal yang berbentuk pendidikankeluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.

Model pembelajaran sentra dan lingkungan untuk pendidikan anakusia dini

Pendekatan Sentra dan Lingkaran adalah pendekatanpenyelenggaraan PAUD yang berfokus pada anak yang dalam

Page 61: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Penggunaan Model Pembelajaran | 57

proses pembelajarannya berpusat di sentra main dan saat anakdalam lingkaran dengan menggunakan 4 jenis pijakan (scaffolding)untuk mendukung perkembangan anak, yaitu (1) pijakanlingkungan main; (2) pijakan sebelum main; (3) pijakan selamamain; dan (4) pijakan setelah main.

Pijakan adalah dukungan yang berubah-ubah yangdisesuaikan dengan perkembangan yang dicapai anak yangdiberikan sebagai pijakan untuk mencapai perkembangan yanglebih tinggi. Sentra main adalah zona atau area main anak yangdilengkapi dengan seperangkat alat main yang berfungsi sebagaipijakan lingkungan yang diperlukan untuk mendukungperkembangan anak dalam 3 jenis main, yaitu: (1) mainsensorimotor atau fungsional; (2) main peran; dan (3) mainpembangunan. Saat lingkaran adalah saat dimana pendidik(guru/kader/pamong) duduk bersama anak dengan posisi melingkaruntuk memberikan pijakan kepada anak yang dilakukan sebelumdan sesudah main (Depdiknas, 2006).

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian inidilakukan untuk menjawab pertanyaan: apakah penggunaan modelpembelajaran Sentra dan Lingkaran dapat meningkatkanketerlibatan siswa di Pos PAUD Terpadu?

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan(action research), yang dimulai dengan mengidentifikasi topik ataupermasalahan yang akan diteliti, dilanjutkan denganmengumpulkan data yang terkait dengan topik atau permasalahan.Data yang terkumpul kemudian dianalisa dan diinterpretasikanuntuk membuat perencanaan tindakan yang mencerminkanpenerapan dari hasil penelitian tindakan. Tahapan tersebut akanberulang sehingga membentuk siklus seperti spiral yang terdiri dariperencanaan, tindakan, observasi dan refleksi (Aries, 2010). Dalampenelitian ini, penulis hanya akan melihat keterlibatan siswa dalamsatu siklus dikarenakan perubahan keterlibatan siswa dapatlangsung terlihat pada model pembelajaran yang berpusat padaanak.

Page 62: Vol 1, No. 1, Maret 2014

58 | Vol. 1, No. 2, Oktober 2014

Penentuan subyek pada penelitian ini dilakukan denganteknik purposive sampling karena hanya dilakukan pada setingtertentu, yaitu kelas Pos PAUD Terpadu. Pemilihan Pos PAUDdilakukan dengan kriteria: (1) memiliki ruangan kelas dan alatbantu belajar yang memadai untuk pembelajaran, (2)pengasuh/pendidik pernah mengikuti pelatihan Sentra danLingkaran baik yang diselenggarakan PKK Kota Surabaya ataulembaga yang berwenang.

Penyelenggaraan pelatihan Sentra dan Lingkaran bagipengasuh/pendidik Pos PAUD Terpadu di Surabaya dilaksanakanoleh PKK Kotamadya Surabaya dengan pemilihan seklahberdasarkan rekomendasi Early Childhood Care and DevelopmentResource Center (ECCD-RC) Puspa Adi.

Penulis menggunakan observasi sebagai alat penggaliandata dan wawancara untuk mendapatkan data pendukung. Teknikpencatatan observasi yang digunakan adalah skala rating denganpertimbangan metode rating sesuai untuk menilai intensitasperilaku. Keterlibatan siswa diukur dengan mengggunakan formpenilaian observasi yang disusun berdasarkan teori Leavers (1994)tentang tanda-tanda keterlibatan anak dalam pembelajaran, yangterdiri dari aspek: konsentrasi, energi, kompleksitas dan kreativitas,ekspresi wajah dan postur tubuh, ketekunan, ketepatan, waktubereaksi, bahasa, serta kepuasan.

Analisa data hasil observasi dilakukan dengan penghitunganinterobserver agreement dan uji beda antara penilaian pre-test danpost-test. Penghitungan uji beda dilakukan dengan teknik statistiknon parametrik. Teknik analisa dilakukan dengan bantuan programSPSS for windows versi 16.0.

Penulis menggunakan triangulasi data, peneliti dan teoriuntuk meningkatkan kredibilitas penelitian. Triangulasi datadidapatkan melalui wawancara sebagai sumber data pendukung.Triangulasi peneliti diperoleh dengan menggunakan interobserverdalam melakukan observasi dan triangulasi teori dilakukan denganmenganalisa data dari perspektif yang berbeda, yaitu denganpendekatan kosntruktivis dan behavioris.

Page 63: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Penggunaan Model Pembelajaran | 59

Hasil Penelitian

Subjek

Aktivitas tindakan diterapkan kepada 10 orang siswa PAUD(3 laki-laki dan 7 perempuan) dengan rentang usia antara 2 hingga4 tahun. Pelaksanaan intervensi dilakukan selama 8 kali pertemuandengan mengambil tema tumbuhan, fungsi uang, permainan balok,melukis, membilang, penggunaan alat tulisan gunting, puzzle, danbentuk geometri.

Uji hipotesis

Hasil penghitungan interobserver agreement untukpengisian skala oleh dua observer pada pre test didapat sebesar65,56 sedangkan untuk pos test sebesar 68,89. Dengan demikian,dapat dinyatakan bahwa hasil observasi reliabel untuk keduapengisian.

Hasil uji beda dengan teknik uji Wilcoxon menghasilkankoefisien sebesar -2.705 dengan nilai Sig. 0.007 yang berartiterdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat keterlibatansubjek pada pre tes dan post test.

Tabel 1. Wilcoxon Signed Rank

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Posttest - Pretest Negative Ranks 1a 1.00 1.00

Positive Ranks 9b 6.00 54.00

Ties 0c

Total 10

a. Posttest < Pretest

b. Posttest > Pretest

Page 64: Vol 1, No. 1, Maret 2014

60 | Vol. 1, No. 2, Oktober 2014

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Posttest - Pretest Negative Ranks 1a 1.00 1.00

Positive Ranks 9b 6.00 54.00

Ties 0c

Total 10

a. Posttest < Pretest

c. Posttest = Pretest

Dari tabel diatas terlihat bahwa nilai median sebelum dansesudah penerapan model pembelajaran Sentra dan Lingkaranmenunjukkan perbedaan.

Tabel 2. Penghitungan signifikansi

Test Statisticsb

Posttest -Pretest

Z -2.705a

Asymp. Sig. (2-tailed)

.007

a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Dari hasil pelaksanaan, perubahan antara hasil pre-test danpost-test ditunjukkan pada gambar berikut:

Page 65: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Penggunaan Model Pembelajaran | 61

Gambar 1. Hasil pre-test dan post-test keterlibatan siswa

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapatperubahan keterlibatan siswa saat pre-test dan post-test. Perubahantersebut berupa peningkatan keterlibatan siswa yang terjadi padasembilan anak. Penurunan keterlibatan siswa terjadi pada satusubyek .

Analisa kualitatif

Selain berdasarkan penghitungan hasil observasi, perubahanpada subjek juga dianalisa secara kualitatif kepada para orang tuamurid. Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan keteranganadanya perubahan pada beberapa aspek.

Seluruh orang tua subjek mengungkapkan bahwa anakmereka merasa lebih nyaman dan berminat untuk bersekolahkarena banyak permainan yang bisa dilakukan dengan penggunaanbenda-benda nyata sebagai alat bantu belajar.

Peningkatan lainnya juga terjadi pada aspek keaktifan siswadalam mengikuti kegiatan atau aspek energi. Model pembelajarantidak hanya meningkatkan keterlibatan siswa, melainkan jugatimbulnya kemandirian dan keterampilan sosial anak. Keterlibatansiswa dapat disebabkan karena adanya kesempatan siswa untukaktif melalui pemberian kesempatan bagi siswa untuk ikut

051015202530354045

AB AD FR NL ME SW SS EV RS SL

Pre-test

Post-test

Page 66: Vol 1, No. 1, Maret 2014

62 | Vol. 1, No. 2, Oktober 2014

menentukan pembelajaran dan penggunaan metode bermain dalampembelajaran.

Pembahasan

Berdasarkan hasil analisa data, diperoleh peningkatanketerlibatan siswa prasekolah dengan menggunakan modelpembelajaran Sentra dan Lingkaran. Keterlibatan siswa adalahusaha berupa aktivitas mental yang dikerahkan siswa untukmengikuti pembelajaran. Awalnya, siswa pasif dalam mengikutipembelajaran atau keterlibatan siswa di kelas rendah. Keterlibatansiswa menjadi tidak berarti apabila siswa hanya sebagai penerimapasif atau dianggap sebagai sesuatu yang diisi oleh pengetahuanguru (Fletcher, 2005).

Aboundan (2011) menyebutkan empat komponen yangdapat meningkatkan motivasi siswa untuk terlibat dalampembelajaran. Pertama, adanya contoh atau ilustrasi yang berkaitandengan kehidupan sehari-hari. Kedua, adanya kesempatan bagisiswa untuk menentukan bagaimana pembelajaran akan dilakukan.Ketiga, adanya reward terhadap usaha yang dilakukan siswa untukterlibat. Keempat, memberikan kesempatan siswa untuk aktifdalam pembelajaran.

Keaktifan siswa merupakan prinsip dasar terjadinyaketerlibatan yang juga menandakan terjadinya proses berpikir.Keaktifan siswa menjadi hal yang penting karena saat itulah siswamendapatkan informasi atau konsep dan menghubungkannyadengan pengetahuan serta pengalaman yang telah dimiliki. Siswayang terlibat akan aktif menganalisa, bertanya dan mengkaitkankonsep baru dengan konsep lama. Oleh karenanya merekamendapatkan pembelajaran yang mendalam dan menetap (Barkley,2010).

Hal ini sejalan dengan prinsip konstruktivis yangberanggapan bahwa belajar tidak akan terjadi apabila siswa hanyamenerima informasi secara pasif. Bruner menyatakan bahwa anakadalah pembelajar aktif dan pengalaman akan membantu merekauntuk mengembangkan pemikirannya. Menurut Bruner pemikiran

Page 67: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Penggunaan Model Pembelajaran | 63

anak berkembang melalui tiga tahapan, pertama enactiverepresentation atau anak merepresentasikan sesuatu melaluipengalaman atau tindakan. Kedua, iconicrepresentation yangmerupakan pengembangan dari enactive representation dimanaanak membangun gambaran secara mental dari pengalaman yangdidapatnya. Ketiga, symbolic representation yang terjadi saat anakmampu menterjemahkan gambaran mental pada tahap iconicrepresentation ke dalam bentuk simbol berupa angka atau kata-kata. Oleh karena itu, keterlibatan siswa adalah cara untukmendapatkan pengalaman dalam belajar agar terjadi perubahanpengetahuan.

Model pembelajaran Sentra dan Lingkaran menggunakanpendekatan bermain sebagai cara untuk membuat siswa menjadiaktif. Saat aktif bermain, maka siswa akan mendapatkanpengalaman baru terkait dengan materi belajar. Pendekatan ini jugasesuai dengan kebiasaan anak dirumah. Semua subyek dalampenelitian menghabiskan banyak waktu dirumah dengan bermainsehingga penerapan pendekatan bermain untuk belajar di sekolahmembuat mereka lebih aktif.

Agar anak menjadi aktif dan terlibat dalam pembelajaran,maka lingkungan belajar juga harus ditata supaya menarik. Dalampandangan konstruktivis, lingkungan yang beragam dapatmendukung anak untuk menemukan, mendalami dan membentukpengetahuan (Pritchard & Woollard, 2010). Pada Sentra danLingkaran, hal ini diterapkan oleh guru dengan menyediakanlingkungan belajar yang menarik minat anak. Penggunaan gambardan alat bantu belajar berupa benda nyata dapat menarik perhatiansiswa untuk terlibat dalam pembelajaran. Dengan menghadirkangambar dan benda nyata ke dalam kelas, maka siswa dapatmengkaitkan kegiatan belajar dengan pengalaman dalam kehidupansehari-hari. Orang tua juga menyetujui bahwa penggunaan materiyang nyata membuat anak lebih tertarik dan aktif.

Lingkungan belajar tidak hanya terbatas pada penyediaansumber belajar, tetapi juga terkait dengan peran orang dewasa ataudalam hal ini guru. Bagi Bruner, peran orang dewasa adalah untukmemberikan dukungan atau pijakan pada proses belajar anak yangmemungkinkan anak untuk menghasilkan gagasan baru sebagai

Page 68: Vol 1, No. 1, Maret 2014

64 | Vol. 1, No. 2, Oktober 2014

hasil dari pengalamannya. Dukungan atau pijakan yang diberikanberupa menarik perhatian dan minat anak, mempertahankan minatanak dengan memberikan dorongan dan umpan balik, menjelaskanhal-hal yang ditugaskan pada anak sehingga anak tahu apa yangdibutuhkannya, memberikan contoh bagaimana seharusnya anakmengerjakan tugas (Curtis & O’Hagan, 2003). Hal ini diterapkanoleh guru dengan memberikan penjelasan atau contoh sebelumanak-anak bermain atau mengerjakan tugas. Penjelasan ataupemberian contoh tersebut membantu anak-anak untuk memahamiapa yang harus mereka lakukan.

Keaktifan siswa juga dirangsang dengan adanyakesempatan untuk menentukan pembelajaran. Model Sentra danLingkaran juga memberikan siswa kesempatan untuk memilih laguapa yang ingin mereka nyanyikan atau permainan yang akanmereka lakukan terlebih dulu. Dengan kata lain, siswa dapatmenentukan materi sesuai dengan minatnya sehingga merekamerasa memiliki kendali atas apa yang mereka pelajari.

Peningkatan keterlibatan siswa dengan penggunaan modelpembelajaran Sentra dan Lingkaran juga dapat dijelaskan melaluiprinsip law of readiness. Prinsip ini menyatakan bahwa saat anaksiap untuk belajar dan lingkungan sekolah mendukung, maka anakmenjadi puas. Sebaliknya jika anak siap untuk belajar namunlingkungan sekolah tidak mendukung atau anak tidak siap untukbelajar dan lingkungan memaksa anak untuk belajar maka anakmenjadi kecewa (Hergenhanh & Olson, 1997). Denganmenerapkan Sentra dan Lingkaran, guru menyediakan suasanabelajar yang siap untuk mendukung proses belajar sehingga anakyang bersemangat datang ke sekolah merasa senang dan terlibatselama proses pembelajaran. Hal ini ditunjukkan oleh anak-anakyang bersekolah tanpa harus dipaksa untuk berangkat, menjadisenang ketika mengikuti kegiatan belajar yang dilakukan sambilbermain.

Keterlibatan siswa dapat juga ditingkatkan denganmenciptakan kondisi kelas dengan menerapkan aturan yang tepatserta melatih siswa dengan aturan tersebut hingga menjadikebiasaan (Jones, 2009). Hal ini diterapkan pada Sentra danLingkaran dengan membuat urutan kegiatan dan aturan bermain.

Page 69: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Penggunaan Model Pembelajaran | 65

Ketika siswa tidak mengikuti urutan kegiatan atau aturan makaguru dapat mengingatkan siswa. Prinsip law of effect menjelaskanbahwa hubungan antara stimulus dan respon akan melemah ataumenguat tergantung dari konsekuensi dari respon yangditimbulkannya (Hergenhanh & Olson, 1997). Dalam hal ini siswayang mengikuti kegiatan secara aktif, akan mendapatkan umpanbalik yang positif dari guru dan siswa yang tidak mengikuti aturanakan mendapatkan peringatan dari guru. Pemberian umpan balikyang konsisten akan membentuk kebiasaan anak untuk mengikutiurutan kegiatan dan aturan selama proses belajar. Dengandemikian, waktu belajar di kelas akan lebih efisien dan anak dapatmemanfaatkan waktunya lebih lama untuk terlibat dalampembelajaran.

Simpulan

Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapanmodel pembelajaran Sentra dan Lingkaran dapat meningkatkanketerlibatan siswa. Model pembelajaran Sentra dan Lingkaranmenggunakan pendekatan bermain yang sesuai dengan tahapanperkembangan anak dan memberikan kesempatan siswa untukmenentukan pembelajaran. Kesempatan bermain dan menentukanpilihan yang terdapat pada model pembelajaran Sentra danLingkaran membuat siswa menjadi aktif sehingga keterlibatansiswa dalam pembelajaran dapat meningkat.

Pustaka acuan

Aboundan, R. (2011). Engage Them, Don’t Engage Them- studentVoices and What It Takes to Participate, English LanguageTeaching, Volume 4, Iss.1, 128-134

Andriyani, R. (Januari, 2009). Meningkatkan Minat BelajarMelalui Pendekatan Beyond Center and Circle Time, JurnalCendikia, Jilid 1, Nomor 2, 94-98

Page 70: Vol 1, No. 1, Maret 2014

66 | Vol. 1, No. 2, Oktober 2014

Aries, E. F., (2010). Design Action Research, Malang: AdityaMedia Publishing

Barkley, E. (2010). Student Engagement Techniques: A Handbookfor College Faculty, San Francisco: Jossey-Bass

Curtis, A. & O’Hagan, M., (2003). Care & Education in EarlyChildhood: A Student’s Guide to Theory and Practice, London:RoutledgeFalmer

Departemen Pendidikan Nasional, (2006). Pedoman PenerapanPendekatan “Beyond Centers And Circle Time (BCCT)”(Pendekatan Sentra Dan Lingkaran) Dalam Pendidikan AnakUsia Dini, Jakarta: Author

Fletcher, Adam (2005). Meaningful Student Involvement: Guide toStudent as Partner in School Change, Second Edition,Washington: Soundout.org

Hergenhanh, B. R., & Olson, M. H. (1997). An Introduction toTheories of Learning, Fifth Edition, New Jersey: Prentice-HallInc

Jones, R. D. (2009). Student Engagement: Teacher Handbook,New York: The International Center for Leadership inEducation

Laevers, Ferre, (2005). Well-Being and Involvement in CareSetting. A Process Oriented Self-Evaluation Instrument, Kind&Gezin and Research Centre for Experientel Education,

Pritchard, A. & Woolard, J., (2010). Psychology for TheClassroom: Constructivism and Social Learning, New York:Routledge

Shernoff, D., Csikszentmihalyi, M., Scheider, B., Shernoff E. S.(2003) Student Engagement in High School Classrooms from

Page 71: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Penggunaan Model Pembelajaran | 67

The Perspective of Flow Theory, School Psychology Quarterly,Vol 18. No. 2, 158-176

Unesco (2005). Pendidikan Anak Usia Dini dan KebijakanKeluarga, Unesco Jakarta

Unicef (2010), Overview-Education and Adolescent Development.Diakses pada tanggal 12 Juni 2011 darihttp://www.unicef.org/indonesia/education_2864.html

Woolfolk, A. (2009). Educational Psychology: Active LearningEdition, Terjemahan, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Page 72: Vol 1, No. 1, Maret 2014

68

NILAI-NILAI RELIGIUS DALAM NOVEL99 HARI DI PRANCIS KARYA WIWID

PRASETIYO KAJIAN FEMINISMESyamsun

Universitas Islam Majapahit MojokertoE-mail: [email protected]

Abstrak: Objek formal penelitian ini adalah nilai-nilaireligius yang berhubungan antara manusia dan Tuhan-Nya. Sedangkan objek materialnya adalah tokoh(pelaku) dalam novel 99 Hari di Prancis yangmenjalankan dan mengamalkan nilai-nilai religius.Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan Religiusitasdalam ovel 99 Hari di Prancis karya Wiwid Prasetiyodengan menggunakan kajian feminisme.Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalahteknik dokumentasi, karena data diambil dalam novel99 Hari di Prancis karya Wiwid Prasetiyo yang terbitpada bulan Desember 2012 dengan tebal 482 halaman.Penelitian yang menggunakan metode deskripsikualitatif ini akan membedah tentang “agama danwanita” yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yanglainnya.Hasil yang diperoleh adalah (1) religiusitas harusterpatri dalam hati setiap insan, (2) ketidakadilan kerapdirasakan oleh wanita, dan (3) perjuangan Maria untukmemperoleh feminisme, yang juga harus diterapkandalam kehidupan sehari-hari. Jadi kesimpulan adalahreligiusitas harus terpatri dalam hati setiap individu.Niscaya, religiusitas akan menuntun manusia ke jalanyang benar. Selain itu, wanita bukanlah orang yanglemah, semua orang mempunyai hak dan kewajibanyang sama. Wanita harus bisa berguna bagi diri sendiri,keluarga, bangsa, dan juga agama.

Kata Kunci : Novel Feminisme, Nilai Religius

Page 73: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Nilai-nilai Religius | 69

Pendahuluan

Setiap nafas dan langkah manusia tentu tidak lepas darimasalah-masalah kehidupan. Berbagai masalah kehidupan tersebutmencakup tiga pokok. Yakni, hubungan antara manusia denganalam, manusia dengan sesama manusia, maupun manusia denganTuhan-Nya. Diantara ketiga permasalahan tersebut, permasalahanyang paling dominan dalam kehidupan manusia saat ini adalahpermasalahan yang berhubungan antara manusia dengan Tuhan-Nya. Bagi seorang pengarang yang peka terhadap permasalahan-permasalahan tersebut, ia dapat menjadikan objek itu sebagaiinspirasi dalam penulisan sebuah karya sastra.

Karya sastra secara langsung maupun tidak langsungdipengaruhi oleh pengalaman dari lingkungan pengarang. Jeniskarya sastra yang paling terkenal dewasa ini adalah novel.Pengertian novel itu sendiri adalah sebuah karya fiksi menawarkansebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan,dunia imajinatif, yang dibangun melalui berbagai unsur(Nurgiyantoro, 2010: 4). Unsur yang dimaksud adalah unsurintrinsik dan ekstrinsik.

Kajian feminisme lahir pada abad ke-20, dan dipelopori olehVirginia Woolf bertujuan untuk keseimbangan, interelasi gender.Menurut Ratna (2010: 186) pengertian feminis yang lebih luasadalah gerakan kaum wanita untuk menolak segala sesuatu yangdimarginalisasikan, disubordinasikan, dan direndahkan olehkebudayaan dominan, baik dalam bidang politik dan ekonomi,maupun kehidupan sosial pada umumnya. (Ratna, 2010: 192).

Novel merupakan sebuah struktur organisme yang unik dankompleks. Oleh karena itu, untuk memahami karya sastra haruslahdianalisis (Hill dalam Pradopo, 2011: 93). Karya sastra yang dikajidalam penelitian ini adalah novel 99 Hari di Prancis (99HP) karyaWiwid Prasetiyo. Novel yang bertema religius ini menyimpansebuah nilai feminisme yang dituangkan oleh penulis kepada sosoktokoh utama, Maria, yang diceritakan sebagai sesosok wanitatangguh, ulet, heroik. Sebuah novel yang menceritakan tentangperjuangan seorang gadis yang memperbaiki nasibnya di negeriPrancis sekaligus mendapatkan hidayah dari 99 Asmaul Husna.

Page 74: Vol 1, No. 1, Maret 2014

70 | Vol. 1, No. 2, Oktober 2014

Alasan lain yang mendorong peneliti untuk meneliti novel iniadalah sebagai berikut.

Pertama, novel 99 Hari di Prancis memiliki gaya bahasamengalir, padat dan indah. Serta menampilkan dua buah sisi, yaknitentang agama dan wanita yang selalu berkaitan. Berbeda denganpenerbitan novel belakangan ini yang sering mengambil tematentang cinta. Di novel ini, setiap lembar selalu ada “sentilan” yangditujukan kepada pembaca, bagaimana cara bersikap danberperilaku seorang wanita yang sesuai dengan syariat agama.

Kedua, perempuan bukanlah sosok yang lemah, yang selaludipandang rendah oleh kaum laki-laki. Dalam novel 99 Hari diPrancis, Maria digambarkan sebagai orang yang kuat, bermentalbaja, pemberani, dan ia dapat dijadikan contoh sebagai pahlawanwanita di era metropolitan saat ini. Ia selalu merasakanpermasalahan hidup, beban penderitaan, dan juga kemiskinan.Namun ia tetap bangkit dari berbagai permasalahan yangmembelenggunya. Perjuangannya tak berakhir sia-sia, Maria bukanhanya menjadi sosok yang diteladani di tanah kelahirannya, namunjuga di negara Prancis.

Ketiga, novel 99 Hari di Prancis menceritakan bagaimanacara seorang wanita muslim untuk mengungkapkan keindahan dankeistimewaan Islam. Negara Prancis yang notabene dihuni olehorang-orang kafir, orang yang tidak mempercayai Alloh. Dengancara Maria, ia dapat mempengaruhi orang-orang kafir maumenerima Islam dengan berbagai “keanehan” didalamnya. Caraberibadah yang menurut mereka aneh, dan juga berbagai laranganyang harus dihindari. Namun, dengan berbagai “keanehan” dankesederhanaan itu, satu demi satu orang tak beriman itu maumengucap syahadat dan mengislamkan diri karena Alloh SWT.

Keempat, novel 99 Hari di Prancis juga menceritakankeindahan negara Prancis. Tidak seperti novel sebelumnya yangjuga berlatar di paris, yakni Eiffel I’m in Love karya RachmaniaArunitai. Novel ini lebih menguak berbagai kehidupan masyarakatdi negara kafir tersebut. Negara yang indah dan membuat takjubsetiap orang yang datang, namun di dalamnya berisi sebuahkenyataan yang mencengangkan. Narkoba dan bisnis prostitusiwanita berkembang dengan besarnya. Hingga akhirnya keberaniadan tekad Maria dapat membongkar bisnis prostitusi itu, yang

Page 75: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Nilai-nilai Religius | 71

tentunya disertai dengan berbagai rintangan yang tak berhentimenghadang.

Melihat uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti novel99Hari di Prancis melalui analisis struktural dan kajian feminisme.Analisis struktural bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsidan keterkaitan antarberbagai unsur karya sastra yang secarabersama menghasilkan sebuah kemenyeluruhan (Nurgiyantoro:2010: 37). Sedangkan menggunakan kajian feminisme karena novelini menceritakan pengalaman dan permasalahan hidup seorangperempuan, yakni Maria.

Berdasarkan penjabaran tersebut, analisis struktural dankajian feminisme dirasa oleh peneliti sudah cukup detail untukmembedah kandungan dari novel 99Hari di Prancis. Sepanjangpengetahuan peneliti, sampai saat ini novel ini juga belum pernahditeliti di Universitas Islam Majapahit.

Melihat latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untukmenganalisis novel dengan judul Religiussitas dalam Novel 99Hari di Prancis karya Wiwid Prasetiyo: Kajian Feminisme.

Berdasarkan masalah yang sudah diuraikan diatas, makatujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) mendeskripsikanreligiusitas dalam novel 99 Hari di Prancis karya Wiwid Prasetiyo,(2) mendeskripsikan penindasan yang dialami oleh tokohperempuan dalam novel 99 Hari di Prancis karya Wiwid Prasetiyo,(3) mendeskripsikan perjuangan tokoh perempuan dalammewujudkan feminisme dalam novel 99 Hari di Prancis karyaWiwid Prasetiyo, dan (4) mendeskripsikan korelasi feminismedalam novel 99 Hari di Prancis karya Wiwid Prasetiyo dengankehidupan sehari-hari.

Landasan TeoriNovel

Novel adalah sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia,dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, duniaimajinatif, yang dibangun melalui berbagai unsur (Nurgiyantoro,2010: 4).

Novel yang salah satu karya fiksi merupakan karya imajinatifyang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab dari segi kreatifitassebagai karya seni. Fiksi menawarkan “model-model” kehidupan

Page 76: Vol 1, No. 1, Maret 2014

72 | Vol. 1, No. 2, Oktober 2014

sebagaimana yang diidealkan oleh pengarang sekaligusmenunjukkan sosoknya sebagai karya seni yang berunsur estetikdominan. Bagaimanapun, fiksi merupakan sebuah cerita, danterkandung juga didalamnya memberikan hiburan kepada pembacadisamping adanya tujuan estetik (Nurgiantoro, 2010: 3)

Kajian strukturalKajian struktural pada novel terdiri dari unsur intrinsik dan

ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangunkarya sastra itu sendiri. Unsur itu misalnya, peristiwa, cerita, plot,penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, gaya bahasa,dan lain-lain. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yangberada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsungmempengaruhi bangunan atau sistem karya sastra (Nurgiyantoro,2010: 23).

Pada penelitian ini, peneliti hanya memfokuskan kajian unsurintrinsik pada penokohan dan pemplotan. Tokoh adalah pelakuyang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi, sedangkan carapengarang menampilkan tokoh atau perilaku itu disebut penokohan(Aminudin, 2011: 79).

Pemplotan merupakan perjalanan pelaku atau tokoh yangmengandung unsur sebab-akibat yang membentuk sebuah ceritayang utuh (Nurgiyantoro, 2005: 113). Aristoteles mengemukakanbahwa tahapan plot harus terdiri dari tahapan awal (perkenalan),tahapan tengah (tahap konflik, hingga mencapai intensitas tertinggiatau klimaks) dan tahapan akhir (tahap penyelesaian atau antiklimaks) (Abrams dalam Nurgyiantoro, 1981: 138).

Kajian feminismeSecara etimologis, feminis berasal dari kata femme (woman),

berarti perempuan (tunggal) yang bertujuan untuk memperjuangkanhak-hak kaum perempuan (jamak), sebagai kelas sosial. Pengertianfeminis yang lebih luas adalah gerakan kaum wanita untukmenolak segala sesuatu yang dimarginalisasikan, disubordinasikan,dan direndahkan oleh kebudayaan dominan, baik dalam bidangpolitik dan ekonomi, maupun kehidupan sosial pada umumnya(Ratna, 2010: 186).

Page 77: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Nilai-nilai Religius | 73

Faham feminis ini lahir dan mulai berkobar pada sekitar akhir1960-an di Barat dengan beberapa faktor penting yangmempengaruhinya. Feminisme, apa pun alirannya dan di mana puntempatnya, muncul sebagai akibat dari adanya prasangka genderyang cenderung menomorduakan kaum perempuan (Suhastuti danSuharto, 2013: 63).

Sasaran feminisme pun bukan sekedar masalah gender,melainkan masalah “kemanusiaan” atau memperjuangkan hak-hakkemanusiaan (Awuy dalam Suhastuti dan Suharto, 2013: 63).

Menurut Sudrajat (dalam Sugihastuti dan Suharto, 2013: 20)ada beberapa pokok pikiran ragam teori feminis yang dibedakandalam tujuh kelompok, yaitu (1) Feminisme Liberal, (2) FeminismeMarxis, (3) Feminisme Radikal, (4) Feminisme Sosialis, (5)Feminisme Psikoanalisis, (6) Feminisme Eksistensialis, dan (7)Feminisme Pascamodern.

Dari berbagai macam varian teori feminisme, pada penelitianini peneliti hanya memfokuskan penelitian novel pada kajianfeminisme Liberal. Dalam feminis Liberal terdapat pandanganuntuk menempatkan perempuan yang memiliki kebebasan secarapenuh dan individual. Aliran ini menyatakan bahwa kebebasan dankesamaan berakar pada rasionalitas dan pemisahan antara duniaprivat dan publik. Setiap manusia punya kapasitas untuk berpikirdan bertindak secara rasional, begitu pula pada perempuan. Akarketertindasan dan keterbelakngan pada perempuan ialah karenadisebabkan oleh kesalahan perempuan itu sendiri. Perempuan harusmempersiapkan diri agar mereka bisa bersaing di dunia dalamkerangka "persaingan bebas" dan punya kedudukan setara denganlelaki.

Tokoh aliran ini adalah Naomi Wolf, sebagai "FeminismeKekuatan" yang merupakan solusi. Kini perempuan telahmempunyai kekuatan dari segi pendidikan dan pendapatan, danperempuan harus terus menuntut persamaan haknya serta saatnyakini perempuan bebas berkehendak tanpa tergantung pada lelaki.

Feminisme liberal mengusahakan untuk menyadarkan wanitabahwa mereka adalah golongan tertindas. Akar teori ini bertumpupada kebebasan dan kesetaraaan rasionalitas. Perempuan adalahmakhluk rasional, kemampuannya sama dengan laki-laki, sehinggaharus diberi hak yang sama juga dengan laki-laki.

Page 78: Vol 1, No. 1, Maret 2014

74 | Vol. 1, No. 2, Oktober 2014

Religiusitas dalam sastraReligi diartikan lebih luas daripada agama. Konon kata religi

menurut asal kata berarti ikatan atau pengikatan diri. Dari sinipengertiannya lebih pada masalah personalitas, hal yang pribadi.Oleh karena itu, ia lebih dinamis kerena lebih menonjolkaneksistensinya sebagai manusia (Drijarkara dalam Atmosuwito,2010: 123).

Hubungan antara religiusitas dan sastra tidak dapatdisepelekan begitu saja. Semua kitab suci yang beredar di dunia,semuanya terdapat tulisan sastra. Misalnya saja dalam kehidupanberagama Kristen pendeta yang berkotbah di greja boleh jugamenawarkan ilustrasi khotbah dengan membawakan cuplikan sastra(Atmosuwito, 2010: 125). Selain itu, Atmusuwito (2010: 124) jugaberpendapat bahwa Kitab Suci Al Qur’an selain berisi tulisan-tulisan suci agama Islam, juga mengandung tulisan sastra. Bisadikatakan bahwa buku agama adalah sastra. Dan sastra jugamerupakan bagian dari agama pula.

Teori itu juga sesuai dengan pendapat Mangunwijaya dalamNurgiantoro (2010: 326) yang mengatakan bahwa kehadiran unsurrelegius dan keagamaan dalam sastra adalah suatu keberadaansastra itu sendiri. Bahkan sastra tumbuh dari suatu yang bersifatrelegius. Pada awal mula segala sastra adalah relegious.

Metode PenelitianMetodologi penelitian adalah suatu cara bertindak menurut

sistem aturan atau tatanan yang bertujuan agar kegiatan praktisdilaksanakan secara rasional dan terarah sehingga dapat mencapaihasil yang maksimal dan optimal.

Penelitian ini menggunakan kajian feminisme liberal, dansumber data penelitian ini diambil dari salah satu karya sastra yangberwujud novel. Pengertian sumber data itu sendiri adalah subjekdari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2010: 172).

Novel yang dijadikan penelitian yaitu novel yang berjudul 99Hari di Prancis karya Wiwid Prasetiyo. Dengan jumlah halaman482, dan terbit pada bulan Desember 2012.

Analisis data pada penelitian ini adalah menggunakan metodedeskreptif kualitatif. Metode ini dipilih karena ingin mengetahui

Page 79: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Nilai-nilai Religius | 75

religiusitas dalam novel dan menggunaakan kajian feminismeliberal untuk membedah isi dalam novel 99 Hari di Prancis.Memperjuangkan hidupnya untuk selalu tetap di jalan Alloh danperjuangan, keuletan, dan heroiknya tokoh utama wanita, Maria,dalam menjalani kehidupan yang selalu merasakan kesedihan danpenindasan.

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitianadalah teknik tidak langsung, artinya peneliti mencari data dalamnovel 99 Hari di Prancis, teknik ini juga disebut teknikdokumentasi. Pengumpulan data diperoleh dengan cara membacanovel secara menyeluruh dan cermat kemudian menganalisis novelsesuai dengan tujuan penelitian, terutama menganai feminismeyang ada dalam novel 99HP.

PembahasanStruktural novel

Kajian struktural adalah langah awal sebelum menganalisiskarya sastra dengan menggunakan kajian lainnya. Kajian strukturalnovel 99 Hari di Prancis, diantaranya:Pemplotan

Novel 99HP beralur maju dan memiliki alur rapat. Karenapergantian peristiwanya berlangsung cepat dan hubungan antarperistiwanya pun sangat berkaitan.

Secara sederhana, pemplotan pada novel 99HP diawalidengan pemaparan atau pendahuluan, yaitu pengarang mulaimelukiskan keadaan cerita awal yang dialami oleh para tokohnya.Pada awal diceritakan keadaan ekonomi keluarga Maria yangmengharuskannya berangkat ke Perancis.

Dilanjut dengan alur yang merupakan penggawatan, yaitupengarang mulai melukiskan para tokoh yang terlibat dalam cerita.Tokoh tersebut misalnya Maria, Robert atau Abdul Ghafur, Le PereSolomon, Le Pere Hasan, Maizumi, dan sebagainya. Bagian inijuga bagian cerita mulai bergerak dan terjadi konflik antar tokoh.

Kemudian alur penanjakan, yaitu pengarang melukiskankonflik-konflik yang di alami oleh para tokoh mulai memuncak.Konflik-konflik tersebut mulai memuncak ketika Maria sebagaitokoh utama menjalankan pekerjaan pertamanya sebagai pengantarpaket. Kemudian ia harus disekap oleh Polisi negara Prancis yang

Page 80: Vol 1, No. 1, Maret 2014

76 | Vol. 1, No. 2, Oktober 2014

curiga dengan isi paket yang dibawa olehnya tadi. Meskipun iaberhasil dibebaskan oleh Robert. Namun, keesokan harinya ia harusmelihat pembunuhan keji kepada orang pertama yang telah iakirimi paket. Maria yang masih lugu dan tidak mengetahui apa-apatentang pekerjaannya, ia harus terjebak dalam situasi sulit danmembingungkan. Hingga akhirnya Maria memberanikan diri untukmencari informasi tentang La Pere Solomon, bosnya, yang sangatmisterius tersebut.

Selanjutnya yaitu puncak atau klimaks. Dalam peristiwa-peristiwa tersebut banyak sekali permasalahan yang dialami olehtokoh utama. Cobaan yang terjadi begitu bertubi-tubi, bagaipepatah yang mengatakan mati satu tumbuah seribu. Secara garisbesar permasalan tersebut menceritakan tentang pelarian Maria danMaizumi dari Flat. Beberapa waktu mereka menjadi gelandangan,bekerja sebagai buruh cuci piring. Maria memenangkan festivalmakanan pinggiran jalan, lalu diangkat sebagai kepala koki. Ia jugasempat dipenjara atas kesalahan yang tidak dilakukan. Akhirnya iahidup di panti asuhan Taubatan Nasuhah, disana pun banyak sekalikonflik puncak. Misalnya kematian Robert atau Abdul Ghafur,pengeboman panti, dan lain-lain.

Dan yang terakhir adalah peleraian, yaitu pengarang berusahamemberikan pemecahan masalah yang dihadapi oleh tokohutamanya dan sekaligus pemecahan masalah yang yang dihadapioleh tokoh utamanya. Yakni tentang terbongkarnya bisnis prostitusidan narkoba, juga insyafnya Le Pere Solomon. Cerita diakhirihappy ending dengan kepulangan Maria ke Indonesia.1. Penokohan

Penggambaran para tokoh dilukiskan novel 99 Hari diPrancis secara langsung oleh pengarangnya (direct autor analyze),yaitu menguraikan keadaan lahiriah maupun batiniah para tokoh.Adapun para tokoh dalam novel itu adalah sebagai berikut.a. Maria

Ditampilkan sebagai tokoh utama yang protagonis. Iamenjadi seorang wanita yang sangat sayang kepada orang tuanya,dan rela melakukan hal apapun untuk membahagiakan danmembantu perekonomian keluarganya yang serba kekurangan.b. Robert atau Abdul Ghafur

Page 81: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Nilai-nilai Religius | 77

Ditampilkan sebagai tokoh utama yang protagonis. Meskipundahulunya pernah berkutat di dunia narkoba dan kemaksiatan,namun akhirnya ia isaf dan menjadi muslim yang tawajuh.c. Le Pere Solomon

Dalam novel ini ditampilkan sebagai tokohyang antagonis.Ia menjadi bandar narkoba, bos pelacur, dan penjahat kelas kakapdi Prancis yang kerap disebut Billy The Barefoot. Meskipun diakhir cerita ia insaf dan masuk Islam.d. Maizumi atau Jamilah

Ditampilkan sebagai tokoh yang protagonis. Ia menjadisahabat sekaligus adik Maria setelah ia berhasil melarikan diri daridunia kelam, yakni pelacuran.e. Le Pere Hasan

Ditampilkan sebagai tokoh yang protagonis. ia adalahpemilik panti asuhan Tubatan Nasuha, memiliki sifat bijaksana danselalu mengayomi para santrinya. Ia juga selalu menjunjung tinggiagama Islam.

Religiusitas dalam Novel 99HPReligiusitas dalam novel 99HP menceritakan tentang

perjuangan seorang gadis yang memperbaiki nasibnya di negeriPerancis sekaligus mendapatkan hidayah dari 99 Asmaul Husnah.

2. Maria seorang muslim sejatiAgama Islam adalah agama terakhir yang paling sempurna di

hadapan Alloh SWT. Untuk kebahagiaan di dunia dan akhirat,manusia diwajibkan untuk selalu menjalankan perintah-Nya.

Dalam novel 99 Hari di Prancis, Maria digambarkan sebagaiseorang muslim yang taat beribadah, dimanapun, dan kapanpun, iaselalu mengingat, menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Seperti pada kutipan berikut:

Tanpa sepengetahuan Maizumi, sudah beberapa malamini Maria shalat Tahajjud sendirian di pojok kamarnya. Ia takingin meminta apa-apa dari Alloh, kecuali dimudahkan dalamsetiap urusan, hatinya dicondongkan pada kebenaran jugakejijikan dari dosa. (99HP, 2012: 153)

Page 82: Vol 1, No. 1, Maret 2014

78 | Vol. 1, No. 2, Oktober 2014

Maria yang mendengar itu langsung sujud syukur, takterkira rasa bahagianya..... (99HP, 2012: 195)

3. Proses PengislamanNegara Prancis yang mengagumkan, ternyata didalamnya

dihuni oleh orang-yang yang sudah tidak mempercayai Tuhan.Kenyataan yang sangat menusuk hati nurani. Padahal kematianmanusia tidak akan pernah diketahui oleh siapapun. Betapacelakanya jika manusia-manusia itu belum mempercayai adanyaTuhan tatkala ajal sudah menjemput.

Dengan kuasa Alloh, dalam novel 99 Hari di Prancis sucinyahati Maria, ia mampu menarik satu demi satu orang di negaratersebut untuk mempercayai adanya Tuhan. Misalnya, Robert danLe Pere Solomon, sesuai dengan kutipan di bawah ini:

“Tolong, Maria, aku ingin masuk Islam.”“Apa aku tidak salah dengar?”“Tidak. Aku, Robert, ingin masuk Islam.”“Kau melakukannya dengan sukarela atau karena ada

pihak lain yang memaksamu?”“Tidak, Maria, ini semua karena keinginan dari dalam

hatiku,” kata Robert...... (99HP, 2012: 75-76)Alangkah kagetnya Le Pere Hasan dan Maria ketika

mereka bertemu Le Pere Solomon. Le Pere Solomonmengatakan ingin masuk Islam. Ia kagum dengan akhlakmereka berdua. (99HP, 2012: 462)

4. Toleransi umat beragamaManusia diciptakan di dunia sebagai makhluk sosial. Tidak

dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Begitu palapentingnya toleransi antar umat beragama yang harus dijaga agartercipta kehidupan berjalan tentram dan damai.

Toleransi antar umat beragama dalam novel ini jugadigambarkan dengan sangat baik. Maizumi yang belum memelukagama Islam diterima dengan baik oleh panti asuhan yangberagama Islam. Seperti pada cuplikan berikut:

“Bagaimana dengan Maizumi, dia belum masukIslam.”

Page 83: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Nilai-nilai Religius | 79

“Tak apa. Ia bisa membantu di pekerjaan lain, di dapurmisalnya. Bukankah Islam tidak pernah memaksa, Maria,biarlah dia melihat sendiri teladan yang baik dari ajaran ini.(99HP, 2012: 207)

Ragam Penindasan yang Dialami Maria pada Novel 99HPMaria dalam novel ini memiliki posisi yang kurang

menguntungkan hampir dalam semua aspek kehidupan.1. Kesejajaran Pekerjaan

Untuk menenuhi kebutuhan kehidupan, manusia dituntutuntuk bekerja. Baik laki-laki maupun perempuan, sudah memilikikesetaraan untuk memilih pekerjaan.

Begitu pula pada tokoh Maria dalam novel 99 Hari di Pranis.Sebagai anak tunggal dari kedua orang tuanya yang sudah tuadiharuskan untuk membanting tulang demi kelangsungan hidupkeluarganya. Hingga akhirnya ia dibujuk oleh Jafar untuk bekerjadi negara Prancis dengan menjanjikan pekerjaan besar untuknya.Seperti pada kutipan berikut:

“... Perempuan sepertimu bisa apa? Pengalaman apayang kamu punya? Bukankah lebih baik kamu kerja di luarnegeri saja yang lebih menjanjikan. Karena kalau ke kotabesar, perempuan sepertimu paling hanya menjadi pelayantoko...” (99HP, 2012: 15-16)

2. Terjebak dalam Dunia HitamDunia hitam atau lebih dikenal sebagai dunia yang

didalamnya dihuni oleh orang-orang yang melakukan kejahatanatau pelacuran banyak dipandang sebelah mata oleh masyarakat.Bahkan mungkin akan dicaci maki dan mendapat hukuman fisik.Namun bagaimana jika ketidak sengajaan membawa kita masukdalam dunia itu?

Dari sinilah “penindasan” yang harus dialami oleh Mariaberawal. Di Prancis ia malah harus menjalani berbagai cobaanperih. Tinggal di flat dengan puluhan pelacur, bekerja sebagaipengantar paket narkoba, dan diolok-olek sebagai wanita simpanan.Misalnya dalam cuplikan berikut:

“Dengan Le Pere Solomon, kau jangan menolakperintahnya, Maria. Kau butuh kerja, kan?” (99HP, 2012: 38)

Page 84: Vol 1, No. 1, Maret 2014

80 | Vol. 1, No. 2, Oktober 2014

“Semalam baru kencan dengan Le Pere Solomon ya?”“Mengapa kami tidak diajak?”“Wah, orang asing dari Asia sepertimu pasti sangat

menggemaskan bagi Le Pere Solomon.” (99HP, 2012: 39-40)

3. Fitnah yang Menikam JiwaFitnah adalah perbuatan yang sangat keji. Bahkan lebih keji

dari pembunuhan. Perkataan yang berisi kebohongan itu sangatmerugikan kehormatan orang lain.

Dalam novel 99HP, Maria juga merasakan fitnah darikesalahan yang tak diperbuat. Akibat dari fitnah itu tak main-main.Ia diusir dari tempat kerjanya dan harus merasakan dinginnya hotelprodeo negara Prancis. Seperti kutipan berikut:

“Pasti kau sendiri yang mencurinya, kalian sekongkol,bukan?” Tiba-tiba, dari balik pintu, Le Pere Philipsmendatangi ketiganya dan langsung menuduh. (99HP, 2012:167)

“Aku tidak percaya. Sekarang, kau keluar dan janganpernah kembali sebelum uangku kau kembalikan.” (99HP,2012: 168)

Tangan Maria diborgol. Adapun Maizumi jugaditangkap untuk memberikan kesaksian di pengadilan karenagadis itu adalah kawan akrab Maria. Mereka berduadigelandang menuju tahanan. (99HP, 2012: 180)Sungguh banyak kekerasan dan juga beban moral yang

dialami oleh Maria, tokoh utama perempuan novel 99HP. Haknyasebagai perempuan terasa dirampas.

4. Perbuatan Keji Sang Penguasa Le Pere SolomonKeadilan adalah salah satu barang mahal di negeri ini. Rasa

adil bagi rakyat sulit diperoleh karena ketidakpastian hukum danmafia peradilan lainnya. Peradilan adalah milik mereka yangberduit sehingga perkara bisa dibeli. Sebaliknya, bagi rakyat kecilhanya bisa pasrah menerima nasib.

Setelah Maria bebas dari penjara karena kesalahan yang takdiperbuat, ternyata penindasan kepada Maria tak berhenti begitusaja. Setelah menikah dengan Abdul Ghafur, kesedihan tidakberhenti. Malah semakin menjadi-jadi. Le Pere Solomon, mantan

Page 85: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Nilai-nilai Religius | 81

bos dari Maria dan Robert (Abdul Ghafur), berusaha merusakkebahagiaan kehidupan baru dari Maria dan Ghafur. Termasukpenutupan usaha Kafe Regence, kematian Ghafur, dan pengebomanPanti. Seperti kutipan berikut:

Peristiwa kemarin berbuntut panjang. Untuk sementarawaktu, polisi melarang restoran itu untuk beroperasi karenamenjadi palang pintu peredaran narkoba. Meskipun bukti-bukti tak ditemukan, tetapi polisi memiliki hipotesis kuatakan hal itu. (99HP, 2012: 332)

Ancaman Le Pere Solomon untuk membuat AbdulGhafur dan keluarganya menderita bukan isapan jempolbelaka... (99HP, 2012: 370)

Tiba di rumah sakit, nyawa Abdul Ghafur sudah takbisa terselamatkan. Dokter bilang kalau dari ciri-ciri luaryang tampak, wajah membiru, biasanya karena keracunan.Maria dan siapa pun yang hadir tak ingin terjebak padaspekulasi itu. Abdul Ghafur harus dikebumikan tanpa harusmenaruh rasa dendam kepada siapapun agar arwahnyatenang. (99HP, 2012: 380)

Alangkah kagetnya waktu kembali ke panti asuhan,Maria telah mendapati bangunan itu porak poranda, sepertiada gempa kecil yang merusakkan bangunan. Api menjilat-jilat atap panti asuhan,... (99HP, 2012: 383)

Perjuangan Memperoleh FeminismeFeminisme Liberal ialah wanita perlu diperjuangkan

sepenuhnya sama dengan laki-laki baik itu hak suara, pendidikan,maupun kesamaannya dalam hukum. Perjuangan memperolehkesataraan tersebut misalnya tercermin dalam peristiwa berikut:1. Pelarian menuju Kebebasan

Kebebasan adalah sebuah hak yang diidam-idamkan olehsemua orang, tanpa terkecuali. Bebas dapat diartikan bermacam-macam, termasuk bebas dari dosa, dan jeratan dunia hitam yangbisa menikam jiwa dan masa depan.

Pekerjaan Maria sebagai pengantar paket narkoba adaperbuatan dosa. Agar tidak larut terjebak dalam dosa, iamemberanikan diri keluar dari flat bersama Maizumi, seorangpelacur yang ternyata juga sudah muak dengan pekerjaannya.

Page 86: Vol 1, No. 1, Maret 2014

82 | Vol. 1, No. 2, Oktober 2014

Hingga akhirnya mereka berdua berhasil keluar dari flat tersebutdengan berbagai resiko yang harus ditanggung. Seperti kutipanberikut:

Maria ikut bergegas dengan semanga. Ia mengikutilangkah Maizumi yang cepat dan ingin segera keluar ketempat itu. Maria ikut merasakan keinginan Maizumi yangkuat, tekat yang besar untuk memperbaiki hidupnya. Entahapa yang ada dalam kepala Maizumi, yang jelas Maria ikutmerasakan kebaikan. Ternyata, tak semua gadis penghuni flatadalah perempuan yang bangga melakukan kemaksiatan. Adajuga yang terpaksa seperti dirinya, masuk ke tempat itukarena terjebak, ditipu dengan perkataan lembut seoranglelaki yang begitu berpengaruh. (99HP, 2012: 113)

2. Memperjuangkan Hak Maria di Hadapan HukumHak adalah kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh manusia.

Hak harus diperjuangkan. Terlebih hak untuk mendapatkankesajajaran di hadapan hukum.

Karena Maria tidak bersalah, maka hukum juga bertindakdengan adil. Maria bisa kembali bebas setelah dalam persidanganRobert dan Maizumi berhasil meyakinkan hakim bahwa Mariatidak bersalah. Maria senang tak terkita, tak lupa ia sujud syukurkepada Alloh SWT.

“Setelah melihat, menimbang, dan mendengarkanketerangan dari saksi-saksi, ada keganjilan dari kejadian ini,antara lain tuduhan Maria membunuh sementara ia sudahpergi saat peristiwa itu berlangsung. Kemudian alasan-alasanyang menyangkut terdakwa bahwa ia seorang peribadi yangbaik. Dengan ini memutuskan kalau Maria divonis bebas darituntutan dan dakwaan,... (99HP, 2012: 195)

3. Akhir dari PenderitaanAda awal juga pasti ada akhir. Itu adalah roda kehidupan yang

pasti akan dihadapi oleh semua manusia. Apalagi kalau semuadapat berakhir bahagia setelah berbagai badai yang menghadang.

Penderitaan yang dialami oleh Maria dan keluarga besarTaubatan Nasuhah sudah tak kuasa mereka bendung. Hingga LePere Hasan mengadukan penderitaan mereka kepada Presiden

Page 87: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Nilai-nilai Religius | 83

Prancis, Franch Chaney. Perjuangan tersebut berbuah manis. Kasusmerekapun mulai disidangkan. Hal tersebut terangkum dalamkutipan berikut ini:

Sepulang dari persidangan, Maria berniatmenghidupkan kembali Restoral Regence. (99HP, 2012: 438)

Mimpi Maria sudah terwujud dan ia bisa menikmatidari semua kerja kerasnya. Maria tak hanya sukses, tapi jugamampu membuat orang lain sukses... (99HP, 2012: 441)

Le Pere Solomon mengakui semuanya. Ia memangmemiliki pabrik narkoba dan omzet puluhan juta uero perhari. Ia sudah pasrah dengan hukuman yang akan dijatuhkankepadanya.... (99HP, 2012: 471)

Tak hanya itu, atas izin Le Pere Solomon, ia berhasilmenutup flat yang dulunya sebagai tempat prostitusi danmempekerjakan puluhan pelacur yang dulu tinggal di flat untukbekerja di Kafe Regence maupun di berbagai industri kecilnya.

“Tapi, bagaimana dengan nasib kami kami tak punyapekerjaan lagi.”

“Siapa bilang? Terhadap hamba-hamba-Nya yang kafirsaja, Alloh akan memberikan rizki, apalagi terhadap hamba-Nya yang ingin kembali ke jalan-Nya dan terhindar darimaksiat, pasti Alloh akan memberikan jalan. Untuksementara, kalian bisa bekerja di tempat Maria ini, yakni diKafe Regence maupun di insustri kecilnya. Bagaimana,Maria, kau bersedia, bukan?” (99HP, 2012: 473)

Perjuangannya Maria tidak berakhir sia-sia, Maria bukanhanya menjadi sosok yang diteladani di tanah kelahirannya, namunjuga di negara Prancis. Sungguh perjuangan perempuan untukmemperjuangkan Feminisme yang sangat menyentuh hati danperasaan.

Korelasi Feminisme Novel 99HP dengan Kehidupan Sehari-hari

Penindasan kepada perempuan tanpa sadar terjadi dalamkehidupan sehari-hari. Penindasan dalam novel 99 Hari di Prancisyang juga tercermin dalam kehidupan sehari-hari misalnya:

Page 88: Vol 1, No. 1, Maret 2014

84 | Vol. 1, No. 2, Oktober 2014

1. Penipuan Berkedok PekerjaanBanyak wanita diiming-iming untuk mendapatkan pekerjaan

yang mapan dengan membayar uang beberapa juta. Namunakhirnya mereka dipekerjakan sebagai PSK (Pekerja SeksKomersial) maupun TKW (Tenaga Kerja Wanita) di luar Negeri.Begitu juga dalam novel 99HP, banyak juga yang terjebak dalambisnis Prostitusi negara Prancis. Seperti pada kutipan berikut:

Sungguh mereka hanya terjebak. Mereka takmenyangka nasib membawanya ke tempat ini. Ada yangdijanjikan pekerjaan sebagai pelayan hotel, ada yang disuruhmagang di klub malam, ada yang disuruh menunggu, sambilmenunggu itu mereka menyibukkan diri dengan pekerjaansampingan yang sama sekali tak mereka harapkan. (99HP,2012: 106)

2. Kekerasan FisikDi berita, kerap terdengar kabar bagaimana seseorang harus

merasakan kekerasan pada fisiknya. Di keluarga, masyarakat, duniapekerjaan, maupun di dunia pendidikan bukan tak mungkin akanmengalami kekerasan fisik. Mulai dari yang ringan sampai yangberat, misalnya pemukulan, pelecehan seks, bahkan pembunuhan.Di novel 99HP juga ada beberapa kekerasan fisik, misalnya dalamkutipan berikut:

Baru beberapa langkah Maria keluar, tiba-tiba seoranglelaki bertubuh tinggi dan berkacamata hitam memanggilnya.Ia menyeret Maria hingga ke belakang gedung abad ke-19dan Memborgol Maria. (99HP, 2012: 45)

“Auuuuw...”Terdengar jeritan dari belakang Robert dan Maria.

...,senuah peluru telah memembus dadanya, sementara takseorangpun tahu siapa yang menembak. Robert bisa melihatproyektil jatuh di bawah kursi. (99HP, 2012: 64)

“Kau pikir gampang melepaskan diri?”“Maksudmu?”“Aku bisa ditembak mati kalau melepaskan diri.”

(99HP, 2012: 107)

3. Kekerasan Psikis

Page 89: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Nilai-nilai Religius | 85

Kekerasan psikis memang tidak terlihat oleh mata, namunhati yang pernah terluka sangat sulit untuk melupakannya. Bebanmental yang ada di lingkungan sehari-hari yang banyak ditemuiadalah gunjingan dari masyarakat sekitar, fitnah, maupun ancamandari pihak-pihak yang merasa memiliki persoalan. Dalam novel99HP juga kerep dijumpai kekerasan psikis yang menimpa tokoh-tokoh dalam novel, seperti pada kutipan berikut:

“Sudahlah, kau jangan dengarkan gunjingan itu. Barusehari kita disini, kau sudah berkelu kesah,” sesal Maria...(99HP, 2012: 139)

Seketika itu juga, nama Maria langsung hancur. Begitucepat berita itu mempengaruhi pendapat umum sehingga taksatupun orang kini percaya pada Maria meskipun statusnyamasih tertuduh. (99HP, 2012: 181)

Abdul Ghafur, Maria, Le Pere Hasan melihatmemberitaan itu dengan muka masam. Selalu saja umat Islamdijadikan kambing hitam, terus saja ia difitnah dan dizhalimi.(99HP, 2012: 372)

PenutupBerdasarkan pembahasan novel 99 Hari di Prancis karya

Wiwid Prasetiyo, dapat disimpulkan sebagai berikut:1. Analisis struktural dalam novel 99HP adalah tentang

pemplotan dan penokohan. Novel 99HP beralur maju, ceritadimulai saat maria meninjakkan kaki di Prancis sampai iaberhasil menegakkan feminisme. Dan penokohan ada Maria(Protagonis), Abdul Ghafur atau Robert (Protagonis), Le PereSolomon (Antagonis), Le Pere Hasan (Protagonis), danMaizumi (Protagonis).

2. Religiusitas dalam novel 99HP menceritakan tentangperjuangan seorang gadis yang memperbaiki nasibnya dinegeri Perancis sekaligus mendapatkan hidayah dari 99Asmaul Husnah. Misalnya tentang Maria seorang muslimsejati, proses pengislaman beberapa masyarakat Prancis, dantoleransi umat beragama.

3. Ragam Penindasan yang Dialami Maria pada Novel 99HP.Maria dalam novel ini memiliki posisi yang kurangmenguntungkan hampir dalam semua aspek kehidupan.

Page 90: Vol 1, No. 1, Maret 2014

86 | Vol. 1, No. 2, Oktober 2014

Misalnya mengenai kesejajaran pekerjaan, terjebak dalamdunia hitam, mendapat fitnah dan penindasan dari penguasa LePere Solomon

4. Perjuangan memperoleh feminisme yang dilakukan oleh tokohperempuan novel 99HP tak main-main. Misalnya saja pelarianmenuju kebebasan, mem-perjuangkan hak Maria di hadapanhukum, yang akhirnya semuanya berakhir dengan happyending.

5. Perjuangan untuk memperoleh feminisme juga biasanya tanpasadar terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Feminisme dalamnovel 99 Hari di Prancis yang juga tercermin dalam kehidupansehari-hari misalnya: penipuan berkedok pekerjaan, kekerasanfisik, dan kekerasan psikis.

Dari hasil yang telah diperoleh dari penelitian, maka saranyang dapat diberikan oleh peneliti adalah sebagai wanita janganmau dikalahkan oleh nasib, kita harus berjuang untuk mendapatkankesetaraan, dimanapun, dan kapanpun. Tak lupa, wanita juga harusbisa dibanggakan. Baik dilingkungan keluarga, masyarakat, negara,dan juga agama.

Bagi pembaca, ambil dan tirulah nilai-nilai yang baik dalamkarya sastra, dan yang buruk janganlah ditiru.

Semoga Jurnal skripsi ini dapat menambah pengetahuanpembaca tentang struktural novel dan juga nilai-nilai feminis. Sertadapat dijadikan referensi bagi penulisan jurnal atau skripsi yangselanjutnya.

Daftar PustakaAminudin. 2011. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung:

Sinar Baru Algesindo

Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur Penelitian Suatu PendekatanPraktik. Jakarta: PT Rineka Cipta

Atmosuwito, Subijantoro. 2010. Perihal Sastra dan Religuisitasdalam Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo

Nurgiantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:Gajah Mada University Pers

Page 91: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Nilai-nilai Religius | 87

Pradopo, Rachmat Djoko. 2011. Beberapa Teori Sastra, MetodeKritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Puataka Belajar.

Prasetiyo, Wiwid. 2012. 99 Hari di Prancis. Yogyakarta: Sabil

Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Teori, Metode, dan Teknik PenelitianSastra. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Sugihastuti dan Suharto. 2010. Kritik Sastra Feminisme: Teori danAplikasi. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Page 92: Vol 1, No. 1, Maret 2014

88

PENINGKATAN KEMAMPUANMEMBACA PERMULAAN KELAS 1 SDMARDI PUTERA SURABAYA DENGAN

MENGGUNAKAN PAKEM(PEMBELAJARAN YANG AKTIF,

KREATIF, EFEKTIF, DANMENYENANGKAN)

Dewi Mayangsari

E-Mail: [email protected]

Abstrak: Pembelajaran di kelas 1 SD merupakanpembelajaran tahap awal atau disebut membacapermulaan. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan,namun tiga dari empat siswa kelas 1 SD Mardi PuteraSurabaya belum bisa membaca lancar. Tujuanpenelitian ini adalah meningkatkan kemampuanmembaca permulaan kelas 1 SD Mardi PuteraSurabaya. Penelitian ini merupakan penelitiantindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah siswakelas 1 SD Mardi Putera yang belum bisa membacapermulaan. Subjek penelitian didapatkan dari hasilobservasi dan wawancara. Kemudian subjekpenelitian diberikan intervensi berupa pembelajaranmembaca permulaan dengan pendekatanpembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, danmenyenangkan (PAKEM). Kegiatan pembelajaranberlangsung dalam delapan tahapan atau siklus.Penggalian data dalam penelitian ini menggunakanobservasi partisipatif, wawancara informal, danportofolio hasil belajar siswa. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa PAKEM dapat meningkatkan

Page 93: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Kelas 1 SD | 89

kemampuan membaca permulaan pada siswa kelas 1SD Mardi Putera Surabaya sebesar 12% pada subjekPT dan AU, sedangkan subjek GY mengalamipeningkatan sebesar 20%. Keberhasilan pendekatanini tergantung pada kemampuan guru dalam membuatpembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa,kekreatifitasan guru dalam menggunakan alat danbahan pembelajaran, keefektivan pembelajaransehingga tujuan pembelajaran tercapai yangkesemuanya itu terintegrasi menimbulkan efekmenyenangkan pada murid.

Kata kunci : PAKEM, Membaca Permulaan

Page 94: Vol 1, No. 1, Maret 2014

90 | Vol. 1, No. 2, Oktober 2014

Pendahuluan

Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasaiberbagai bidang studi. Oleh karena itu, anak harus belajar membacaagar ia dapat membaca untuk belajar (Lerner, 1988). Tahapmembaca permulaan umumnya dimulai sejak anak masuk kelassatu SD (Sekolah Dasar), yaitu pada saat berusia sekitar enamtahun. Meskipun demikian, ada anak yang sudah belajar membacalebih awal dan ada pula yang baru belajar membaca pada usia tujuhatau delapan tahun. Tujuan utama dari membaca permulaan adalahagar anak dapat mengenal tulisan sebagai lambang atau simbolbahasa sehingga anak-anak dapat menyuarakan tulisan tersebut(Wardani, 1995). Hasil belajar yang diharapkan dalampembelajaran Membaca Permulaan di kelas 1 SD antara lain siswadapat membaca nyaring suku kata dengan lafal yang tepat,membaca nyaring kalimat sederhana dengan lafal dan intonasi yangtepat, membaca lancar beberapa kalimat sederhana yang terdiri atas3-5 kata dengan intonasi yang tepat, serta membaca puisi anakyang terdiri atas 2-4 baris dengan lafal dan intonasi yang tepat(Depdiknas: 2007).

Kemampuan membaca bukan merupakan syarat mutlakyang harus dikuasai siswa jika ingin masuk Sekolah Dasar namunalangkah baiknya jika siswa sudah dibekali kemampuan mengenalihuruf mulai dari Taman Kanak-kanak, karena mulai dari kelas 1SD siswa sudah diajari beberapa mata pelajaran yang mensyaratkankemampuan membaca. Hal tersebut juga ditunjang penelitianKendeou, dkk (2009) bahwa siswa yang sudah diajarimengembangkan ketrampilan memahami bacaan awal lebih dini(Taman Kanak-kanak) memiliki kontribusi yang besar ketika iamemahami bacaan di Sekolah Dasar Awal.

Active learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yangmemberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan lebih aktifdalam proses pembelajaran dengan menyediakan lingkunganbelajar yang membuat siswa tidak tertekan dan senangmelaksanakan kegiatan belajar. Active learning menjadi titik awaldalam melihat potensi anak didik yang bisa dikembangkansemaksimal mungkin sebagai pijakan meraih kesuksesan besardalam hidup di masa depan. Pembelajaran ini juga menganggap

Page 95: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Kelas 1 SD | 91

bahwa mengajar merupakan kegiatan menciptakan suasana yangbisa mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab siswa sehinggaberkeinginan untuk terus belajar selama hidupnya. Siswa tidaktergantung kepada guru atau orang lain bila mereka mempelajarihal-hal yang baru. Active learning ini kemudian dijadikan sebagaipijakan PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif danMenyenangkan) (Asmani, 2011: 73-74).

PAKEM

Istilah PAKEM semula dikembangkan dari istilah AJEL(Active Joyful and Effective Learning). Untuk pertama kalinya diIndonesia, yaitu pada tahun 1999, metode ini dikenal dengan istilahPEAM (Pembelajaran Efektif, Aktif dan Menyenangkan). Padahakekatnya, landasan-landasan teori yang digunakan PAKEMadalah mengambil teori-teori tentang active learning ataupembelajaran aktif. Istilah pembelajaran aktif di sini lebih tepatmerupakan lawan dari pembelajaran konvensional. Padapembelajaran konvensional, gurulah yang mendominasi.Sementara, pada pembelajaran aktif siswalah yang lebih banyakmelakukan aktif belajar. Kedua pendekatan pembelajaran tersebutmasih tetap menonjolkan keaktifan siswa, namun dalam kadar yangberbeda. Secara kuantitatif, Depdiknas pernah menetapkannyadengan perbandingan 3 : 7. Pada pendekatan konvensional(implementasi kurikulum 1994 dan sebelumnya), 70% guruceramah dan 30% siswa aktif melakukan kegiatan sedangkan padapembelajaran aktif (implementasi dari kurikulum 2006), 70% siswayang aktif melakukan kegiatan dan guru hanya 30% saja.

PAKEM merupakan strategi pembelajaran untukmengembangkan keterampilan dan pemahaman siswa, denganpenekanan pada pemahaman siswa, dengan penekanan pada belajarsambil bekerja (learning by doing). Pembelajaran yangmenyenangkan bagi siswa dapat meningkatkan motivasi siswauntuk terus belajar selama hidupnya (Barkley, 2010). Brophy(2004) menjelaskan motivasi siswa dalam kelas dapatmeningkatkan antusiasme, perhatian, keterlibatan siswa dan usahasiswa untuk belajar. Melalui upaya tersebut siswa SD diharapkan

Page 96: Vol 1, No. 1, Maret 2014

92 | Vol. 1, No. 2, Oktober 2014

memiliki pengalaman belajar yang menyenangkan, termotivasiterus untuk belajar serta tidak akan mengalami kesulitan dalamtahapan belajar membaca berikutnya.

PAKEM (pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif danmenyenangkan). Aktif dimaksudkan bahwa dalam prosespembelajaran, guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa,sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan danmengemukakan gagasan. Kreatif juga dimaksudkan agar gurumenciptakan kegiatan belajar yang beragam, sehingga memenuhiberbagai tingkat kemampuan membaca permulaan siswa.Kekreatifitasan bisa terlihat dari beragamnya alat dan bahanpembelajaran yang dibuat untuk menunjang efek menyenangkanpada siswa. Efektif berarti proses pembelajaran tersebut bermaknabagi siswa. Selain itu, sejumlah tujuan pembelajaran yangditetapkan harus tercapai. Menyenangkan maksudnya adalahmembuat suasana belajar mengajar yang menyenagkan, sehinggasiswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar danwaktu curah anak pada pelajaran menjadi (time on task) ataudengan kata lain keterlibatan dan fokus anak penuh pada kegiatanpembelajaran mulai dari awal hingga akhir (Asmani, 2012).Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penerapan PAKEMdalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada siswakelas 1 SD Mardi Putera Surabaya yang mengalami hambatandalam mempelajari keterampilan membaca.

Metode Penelitian

Subjek

Penelitian ini mengambil subjek secara purposif, karenakeunikan subjek yang diteliti. Penulis mengambil lokasi penelitiandi SD Mardi Putera dikarenakan hampir keseluruhan siswa kelas 1SD (3 dari 4 siswa) di sekolah tersebut belum bisa membacapermulaan. Penulis menyeleksi subjek penelitian dengan caramenggunakan observasi partisipatif berupa ceklis mengenaikemampuan membaca permulaan dan wawancara informal denganguru kelas.

Desain

Page 97: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Kelas 1 SD | 93

Ditinjau dari luas kajian, peneliti menggunakan PenelitianTindakan Kelas (PTK) Partisipan (participant action research)dimana orang yang melaksanakan penelitian harus terlibat langsungdalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitianberupa laporan. Dengan demikian, sejak perencanaan penelitianpeneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau,mencatat, dan mengumpulkan data lalu menganalisa data sertaberakhir dengan melaporkan hasil penelitiannya, sedangkan modelPTK yang digunakan adalah model Kurt Lewin (1946).

Penelitian ini terdiri dari delapan siklus, dimana masing-masing siklus memiliki serangkaian kegiatan yang terdiri dariperencanaan tindakan yang bersumber dari masalah kurangnyakemampuan membaca permulaan siswa.

Penggalian dan analisis data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalampenelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu instrumen yang digunakanuntuk menganalisis tindakan dengan cara observasi antar observerdan portofolio. Observasi dilakukan oleh dua pihak, yaitu guru danpendamping. Penulis dalam penelitian ini bertindak sebagaipelaksana implementasi pembelajaran (pengajar). Observasidilakukan secara partisipatif dimana guru dan pendamping ikutserta selama proses penelitian berlangsung. Portofolio, yaitu hasilkerja siswa per kegiatan. Kedua alat pengumpul (lembar observasidan portofolio) nantinya digunakan penulis untuk merefleksikanhasil pembelajaran per siklus (kegiatan).

Penulis dalam meningkatkan kredibilitas penelitian inimenggunakan triangulasi data, yaitu dengan menggunakanbeberapa variasi sumber yang berbeda diantaranya observasi,wawancara dan portofolio.

Hasil Penelitian

Hasil Pra PTK (Penelitian Tindakan Kelas) yang akandiuraikan disini yaitu hasil wawancara informal dengan guru kelasdan hasil observasi partisipatif penulis terkait dengan kemampuanmembaca permulaan kelas 1 SD Mardi Putera Surabaya.Berdasarkan wawancara informal (draft pertanyaan wawancara

Page 98: Vol 1, No. 1, Maret 2014

94 | Vol. 1, No. 2, Oktober 2014

terlampir) yang dilakukan penulis dengan guru kelas, didapatkankesimpulan bahwa dari keempat siswa, tiga orang siswa masihbelum bisa membaca (permulaan) dengan lancar.

Tabel 1. Hasil Wawancara Informal

No. Indikator Aspek KemampuanSiswa

PT GY AU

1. Mampu membedakan bentuk huruf -

2. Mampu mengucapkan bunyi huruf dan katadengan benar

3. Mampu menggerakkan mata dengan cepat darikiri ke kanan sesuai dengan urutan tulisan yangdibaca

-

4. Mampu menyuarakan tulisan yang dibaca denganbenar

- - -

5. Mampu mengenal arti tanda baca - - -

6. Mampu mengatur tinggi rendah suara sesuaibunyi

- - -

7. Mampu memahami makna kata yang diucapkan - - -

Berdasarkan observasi partisipatif penulis Pra PTK terhadapketiga subjek penelitian, didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil Observasi Partisipatif

No. Indikator Aspek KemampuanSiswa

PT GY AU

1. Mampu membedakan bentuk huruf -

2. Mampu mengucapkan bunyi huruf dan kata

Page 99: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Kelas 1 SD | 95

dengan benar

3. Mampu menggerakkan mata dengan cepatdari kiri ke kanan sesuai dengan urutantulisan yang dibaca

-

4. Mampu menyuarakan tulisan yang dibacadengan benar

- - -

5. Mampu mengenal arti tanda baca - - -

6. Mampu mengatur tinggi rendah suara sesuaibunyi

- - -

7. Mampu memahami makna kata yangdiucapkan

- - -

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di atas, penulismenyimpulkan bahwa ketiga subjek belum mampu menguasaiketrampilan membaca permulaan.

Tabel 3. Rangkuman Hasil Observasi & Penilaian Kegiatan

SiklusNama

KegiatanTujuan Pembelajaran

HasilPembelajaran

GY AU PT

1 BermainKolase

Mengenal huruf besar &kecil secara acak &berurutan

100 100 100

2 Bermainbola

Mengetahuiperbendaharaan katayang dimiliki siswa

100 80 90

3 Lemparkaret gelang

Mengetahui kemampuansiswa membaca satu

100 100 100

Page 100: Vol 1, No. 1, Maret 2014

96 | Vol. 1, No. 2, Oktober 2014

suku kata (konsonan-vokal)

4 Bermain jamkata

Mengetahui kemampuansiswa membaca dua sukukata (kv-kv)

100 90 100

5 PetualanganKereta Api

Mengetahui kemampuansiswa membaca pola kata(vk,kvk,kkv)

70 60 80

6 EngkleHuruf

Mengetahui kemampuansiswa membaca patentunggal (satu hurufkonsonan di bagianpaling belakang kata) &paten –ng

65 85 100

7 Pulau Kata Mengetahui kemampuansiswa membaca ng & nyserta membaca kalimat

100 20 100

8 MembacaBuku Cerita

Mengetahui kemampuansiswa membaca cerita

80 40 80

Dari hasil pre-test dan post-test didapatkan hasil PT dan AUmengalami peningkatan sebanyak 12% sedangkan GY mengalamipeningkatan 20%. Adanya peningkatan tersebut mengindikasikanbahwa pendekatan PAKEM mampu meningkatkan kemampuanmembaca permulaan pada siswa kelas 1 SD Mardi PuteraSurabaya. Hasil observasi antar observer mulai dari siklus 1 hinggasiklus 8 peran guru (penulis) dalam menerapkan pendekatanpembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkantermasuk kategori baik (mampu mengimplikasikan pendekatanpembelajaran), peran murid secara keseluruhan juga cukup baik.

Page 101: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Kelas 1 SD | 97

Pembahasan

PAKEM cukup mampu meningkatkan kemampuanmembaca permulaan pada kelas 1 SD Mardi Putera Surabaya.PAKEM bisa berperan baik jika adanya keterlibatan dan peran aktifguru dengan murid. Peran guru disini diantaranya penggunaanberbagai sumber dan alat bantu belajar, termasuk pemanfaatanlingkungan (pembelajaran outdoor) sehingga pembelajaran terasalebih menarik, menyenangkan dan efektif. Keberhasilan PAKEMditunjang pula dengan peran guru dalam memahami sifat yangdimiliki anak, misalnya sifat ingin tahu dan imajinasi. Hal tersebutdimanifestasikan guru dalam kegiatan pembelajaran di luar kelasuntuk menjawab rasa keingintahuaannya akan dunia luar sertaimajinasinya diimplikasikan dengan metode permainan dalampembelajaran membaca permulaan, misalnya bermain pulau kataketika anak belajar di pantai yang bisa diibaratkan sebagai pulau.

Mengenal anak secara perseorangan diperlukan pula dalamkeberhasilan PAKEM. Perbedaan individual tersebut perludiperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran,misalnya dalam pembelajaran membaca buku cerita anak bebasmemilih buku cerita yang ingin dibaca. Memanfaatkan perilakuanak dalam pengorganisasian belajar tercermin dari kemampuananak untuk menyelesaikan tugas yang diberikan, baik itu secaraperseorangan maupun kelompok. Mulai dari siklus 1, terlihatbahwa perilaku anak lebih termotivasi dan aktif belajar jika sistempembelajaran kompetitif. Kemampuan anak untuk mengembangkankemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkanmasalah kurang dilibatkan disini karena pada dasarnya untukmencapai tujuan pembelajaran anak masih belum mampu karenabelum terbiasa diberikan.

Kemampuan berfikir kritis dan kreatif sebenarnya bisadiasah dengan cara seringnya pemberian tugas atau mengajukanpertanyaan secara terbuka secara konsisten dan berkesinambungan.sering-sering memberikan tugas atau mengajukan pertanyaansecara terbuka. Sedangkan dari faktor ruang kelas sebenarnyasudah terlihat menarik. Ruang kelas yang menarik merupakan halyang sangat disarankan dalam PAKEM. Aspek yang lain yangdapat menunjang proses pelaksanaan PAKEM, yaitu

Page 102: Vol 1, No. 1, Maret 2014

98 | Vol. 1, No. 2, Oktober 2014

memanfaatkan lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) sebagaisumber belajar yang sangat kaya.

Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar seringmembuat anak merasa senang dalam belajar. Penulis disinimemanfaatkan lingkungan dalam kelas dan luar kelas dengan alatdan bahan yang selama ini mereka gunakan sehari-hari, namuntanpa mereka sadari alat dan bahan tersebut ternyata berguna pulauntuk menunjang pembelajaran, semisal bola dan karet yang dalampembelajaran membaca ini digunakan sebagai alat dan bahanpembelajaran. Selain itu, aspek dalam memberikan umpan balikyang baik dapat meningkatkan kegiatan belajar. Umpan balik disinisemisal memotivasi siswa agar lebih percaya diri dalammenyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Hasil pekerjaan siswadiberi catatan demi peningkatan kemampuan. Catatan peningkatankemampuan dapat diberikan secara tertulis (nilai) dan lisan. Prosesmembedakan aktif fisik dan aktif mental juga menjadi poin dalampelaksanaan PAKEM. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktiffisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, danmengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental.Syarat berkembangnya tanda aktif mental adalah tumbuhnyaperasaan tidak takut, baik takut ditertawakan, takut disepelekan,atau takut dimarahi jika salah. Dalam penelitian ini, anak tidaksedikit pun merasa ketakutan karena mereka melakukan bermainsambil belajar.

Simpulan

Berdasarkan penelitian ini, penerapan PAKEM dapatmeningkatkan kemampuan membaca permulaan pada siswa kelas 1SD Mardi Putera Surabaya. Penerapan PAKEM cukup efektifkarena dilakukan berdasarkan sesuai dengan ciri-ciri dan prosespelaksanaan yang sudah dianjurkan. Selain itu, keberhasilanpendekatan ini juga tergantung pada kemampuan guru dalammembuat pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa,kekreatifitasan guru dalam menggunakan alat dan bahanpembelajaran, keefektivan pembelajaran sehingga tujuanpembelajaran tercapai yang kesemuanya itu terintegrasimenimbulkan efek menyenangkan pada murid.

Page 103: Vol 1, No. 1, Maret 2014

Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Kelas 1 SD | 99

PAKEM dalam meningkatkan kemampuan membacapermulaan diantaranya memberikan dampak pada peningkatanmotivasi siswa untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guruserta mengikuti kegiatan pembelajaran hingga tuntas, namun secarahasil tidak terlalu berpengaruh optimal karena hasil pembelajaranlebih banyak ditekankan aspek pemahaman siswa, konsentrasi sertakesungguhan siswa memusatkan perhatiannya secara penuh padakegiatan pembelajaran (time on task).

Daftar Pustaka

Asmani, J. M. (2011). 7 Aplikasi PAKEM (Pembelajaran Aktif,Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Yogyakarta: DIVAPress.

Barkley, E. F. (2010). Student Engagement Techniques AHandbook for College Faculty. USA: John Wiley & Sons,Inc.

Brophy, J.E. (2004). Motivating Students to Learn. Mahwah, NJ:Erlbaum.

Depdiknas. (2007). Program Pembelajaran SekolahDasar/Madrasah Ibtidaiyah Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan Kelas 1 Semester 1 & 2. BP. Karya Mandiri.

Kendeou, P., White, Mary J., Broek, P., Lynch, J. (2009).Predicting Reading Comprehension in Early ElementarySchool The Independent Contributions of Oral Language andDecoding Skills. Journal of Educational Psychology. USA:American Psychological Association.

Lerner, Janet W. (1988). Learning Disabilities. New Jersey:Houghton Mifflin Company.

Lewin, K. (1946). Action Research and Minority Problems.Journal of Social Issues, 2, 34–46.

Wardani, I.G.A.K. (1995). Pengajaran Bahasa Indonesia BagiAnak berkesulitan Belajar. Departemen Pendidikan danKebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi ProyekPendidikan Tenaga Guru.